17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemikiran kalam belum muncul di zaman Nabi. Umat di masa itu menerima sepenuhnya penyampaian Nabi. Mereka tidak mempertanyakan secara filosofis apa yang diterima itu. Kalau terdapat kesamaran pemahaman, mereka langsung bertanya kepada Nabi dan umat pun merasa puas dan tenteram. Hal itu berubah setelah Nabi wafat. Nabi tempat bertanya sudah tidak ada. Pada waktu itu pengetahuan dan budaya umat semakin berkembang pesat karena terjadi persentuhan dengan berbagai umat dan budaya yang lebih maju. Penganut Islam sudah beragam dan sebagiannya telah menganut agama lain dan memiliki kebudayaan lama. Hal-hal yang diterima secara imani mulai dipertanyakan dan dianalisa. Dalam islam sebenarnya terdapat lebih dari satu pemikiran-pemikiran kalam. Namun yang akan dibahas pada makalah ini adalah Pemikiran Kalam aliran Mu’tazilah dan Syi’ah. B. Rumusan Masalah 1. Apa Mu’tazilah itu? 2. Apa Syi’ah itu? 1

ilmu kalam: pandangan Murji'ah dan Mu'tazilah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kaum murjiah dan mu'tazilah merupakan suatu sekte/ aliran dalam agam islam yang mendasari pemikiran yang terkadang lebih ekstrim

Citation preview

Page 1: ilmu kalam: pandangan Murji'ah dan Mu'tazilah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemikiran kalam belum muncul di zaman Nabi. Umat di masa itu menerima

sepenuhnya penyampaian Nabi. Mereka tidak mempertanyakan secara filosofis apa

yang diterima itu. Kalau terdapat kesamaran pemahaman, mereka langsung bertanya

kepada Nabi dan umat pun merasa puas dan tenteram. Hal itu berubah setelah Nabi

wafat. Nabi tempat bertanya sudah tidak ada. Pada waktu itu pengetahuan dan budaya

umat semakin berkembang pesat karena terjadi persentuhan dengan berbagai umat

dan budaya yang lebih maju. Penganut Islam sudah beragam dan sebagiannya telah

menganut agama lain dan memiliki kebudayaan lama. Hal-hal yang diterima secara

imani mulai dipertanyakan dan dianalisa.

Dalam islam sebenarnya terdapat lebih dari satu pemikiran-pemikiran kalam. Namun

yang akan dibahas pada makalah ini adalah Pemikiran Kalam aliran Mu’tazilah dan

Syi’ah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Mu’tazilah itu?

2. Apa Syi’ah itu?

1

Page 2: ilmu kalam: pandangan Murji'ah dan Mu'tazilah

BAB IIPEMBAHASAN

A. Mu’tazilah

1. Sejarah Kemunculan Mu’tazilah

Secara harfiya mu’tazilah berasal dari kata I’tazala yang berarti berpisah atau

memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri.1 Ada banyak

versi yang menjelaskan tentang pemberian nama Mu’tazilah, salah satunya adalah

versi Asy-Syahrastani. Ia berpendapat tentang pemberian nama Mu’tazilah ini

berpusat pada peristiwa yang terjadi antara Wasil bin Ata serta temannya, Arm bin

Ubaid, dan Hasan Al-Basri di Basrah. Di forum ini muncul masalah tentang

perbedaan pendapat mengenai pemberian status pelaku dosa besar. Wasil tidak

sependapat dan akhirnya memisahkan diri. Pada peristiwa ini Hasan Al-Basri

berkata, “ Wasil menjauhkan diri dari kita (I’tazaala anna)”. Sehingga kelompok

yang memisahkan diri dari peristiwa inilah disebut kaum Mu’tazilah.

Mu’tazilah muncul pada masa Bani Umayyah tanpa mendapat tantangan atau

dukungan dari penguasa. Kegiatan mereka hanya berfikir, adu argumentasi, dan

mengkaji serta menguji masalah-masalah berdasarkan logika yang benar.

2. AL USHUL AL KHAMSAH : LIMA AJARAN DASAR TEOLOGI MU’TAZILAH

Kelima ajaran dasar Mu’tazilah yang tertuang dalam Al-Ushul Al-Khamsah

adalah at-tauhid (pengesaan Tuhan), al-adl (keadilan Tuhan), al-waad wa al-wa’id

(janji dan ancaman Tuhan),al-manzilah bain al-manzilatain (posisi diantara dua

posisi), dan al-amr bi al-ma’ruf wannahy an al-munkar (menyeru pada kebaiakan

dan mencegah pada kemungkaran).

a. At-Tauhid

At-tauhid (pengesahan Tuhan) merupakan prinsip utama aliran

Mu’tazilah. Bagi Mu’tazilah, tauhid memiliki arti spesifik. Tuhan harus

disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti kemahaesaan-nya.

Untuk memurnikan keesaan Tuhan (tanzih), Mu’tazilah menolak konsep

Tuhan memiliki sifat-sifat, penggambaran fisik Tuhan (antromorfisme

tajasum), dan Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala. Mu’tazilah berpendapat

bahwa Tuhan itu Esa, tak ada satupun yang menyerupainya. Dia maha melihat,

1 M. Amir Nurdin, Afifi Fauzi Abbas, Sejarah Pemikiran Islam (Jakarta:Amzah,2011), hlm. 532

Page 3: ilmu kalam: pandangan Murji'ah dan Mu'tazilah

mendengar, kuasa, mengetahui dan sebagainya. Namun, Mendengar, Kuasa,

Mengetahui, dan selain-nya itu bukan sifat melainkan dzat-nya. Menurut

mereka sifat adalah sesuatu yang melekat. Bila sifat Tuhan yang qodim, berarti

ada dua yang qodim yaitu dzat dan sifat-Nya.

Untuk menegaskan penilaianya terhadap antropomorfisme Mu’tazilah

memberi takwil terhadap ayat-ayat yang secara langsung mengambarkan

kejisiman Tuhan.misalnya, kata-kata tangan 9Q.S. Shad[38]:75) diartikan

kekuasaan dan pada konteks yang lain tangan(Q.S.Al-Ma’idah [5]:64) dapat

diartikan nikmat. Kata wajah (Q.S.Ar-Rohman [55]: 27) diartikan esensi atau

dzat, sedangkan al-arsy (Q.S.Thaha[20]: 5) diartikan kekuasaan. b. Al-Adl

Prinsip keadilan sesuai dengan pandangan Mu’tazilah. “ Allah tidak

menyukai kerusakan, dan tidak menciptakan perbuatan hamba, tetapi

hambalah yang melakukan apa yang diperintahkan dan yang dilarang dengan

qudroh (daya) yang diberikan dan di letakan Allah pada mereka. Dia tidak

memerintahkan sesuatu kecuali yang dikehendaki-Nya dan tidak pula

melarang kecuali sesuatu yang disukai-Nya. Dia mengayomi segala kebaikan

yang diperintahkan dan berlepas diri dari segala kejahatan yang dilarang-Nya

Ajaran tentang keadilan ini berkait ert dengan beberap hal, antara lain berikut

ini.

1) Perbuatan manusia

Manusia menurut Mu’tazilah, melakukan dan menciptakan

perbuatannya sendiri, terlepas dari kehendak dan kuasan Tuhan, baik

secara langsung atau tidak. Manusia benar-benar bebas menentukan

perbuatannya; baik atu buruk. Tuhan hanya menghendaki dan menyuruh

yang baik, bukan yang buruk. Adapun yang disuruh Tuhan pastilah baik

dan apa yang dilarang-Nya tentulah buruk. Tuhan berlepas diri dari

perbuatan yang buruk.

2) Perbuatan baik dan terbaik

Dalam istilah arabnya, berbuat baik dan terbaik disebut ash-shalah

wa al-ashlah. Maksudnya adalah kewajiban Tuhan untuk berbuat baik,

bahkan terbaik untuk manusia. Tuhan tidak dapat berbuat jahat. Konsep ini

3

Page 4: ilmu kalam: pandangan Murji'ah dan Mu'tazilah

berkaitan dengan kebijaksanaan , kemurahan dan kepengasihan Tuhan,

yaitu sifat-sifat yang layak bagi-Nya. Artinya, apabila Tuhan tidak

bertindak seperti itu, berarti Ia tdak bijaksana, pelit dan kasar/kejam.

3) Mengutus rasul

Mengutus rasul kepada manusia merupakan kewajiban Tuhan

karena alasan-alasan berikut ini.

Tuhan wajib berbuat baik kepada manusia dan hal itu tidak dapat

terwujud, kecuali dengan mengutus rasul kepada mereka.

Al-Qur’an secara tegas menyatakan kewajiban tuhan untuk

memberikan belas kasih kepada manusia (Q.S. Asy-Syu’aro[26] : 29).

Cara terbaik untuk maksud tersebut adalah dengan pengutusan rasul.

Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya.

Agar tujuan tersebut berhasil, tidak ada jalan lain, selain mengutus

rasul.

c. Al-Wa’d wa Al-Wa’id

Mereka berkeyakinan bahwa janji berupa balasan kebaikan dan

ancaman berupa siksaan tidak mustahil diturunkan. Janji Allah tentang pahala

atas kebaikan akan terjadi, janji siksaan akan kejahatan juga akan terjadi, serta

janji menerima taubat yang sungguh-sungguh juga terjadi. Dengan begitu,

barang siapa yang berbuat baik, akan dibalas dengan kebaikan, dan barang

siapa yang berbuat kejahatan akan dibalas dengan siksaan yang pedih;

perbuatan dosa tidak dapat diampuni tanpa bertaubat sebagaimana pahala

tidak diharamkan terhadap orang yang berbuat baik.

d. Al-Manzilah Bain Al-Manzilatain

Inilah ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya mazhab

Mu’tazilah. Ajaran ini terkenal dengan status orang beriman (mukmin) yang

melakukan dosa besar. Wasil bin Ata (pendiri mazhab Mu’tazilah)

berpendapat bahwa orang tersebut berada di antara dua posisi (al-manzilah

bain al-manzilatain).

Pokok ajaran ini adalah bahwa mukmin yang melakukan dosa besar

dan belum tibat bukan lagi mukmin atau kafir, tetapi fasik. Menurut

pandangan Mu’tazilah, pelaku dosa besar tidak dapat dikatakan sebagai

mukmin yang mutlak. Hal ini karena keimanan menuntut adanya kepatuhan

4

Page 5: ilmu kalam: pandangan Murji'ah dan Mu'tazilah

kepada Tuhan. Tidak cukup hanya pengakuan dan pembenaran. Berdosa besar

bukanlah kepatuhan melainkan kedurhakaan. Pelakunya tidak dapat dikatakan

kafir secara mutlak karena ia masih percaya kepada Tuhan, rasul-Nya, dan

mengerjakan pekerjaan yang baik.

e. Al-Amr bi Al-Ma’Ruf wa An-Nahy an Munkar.

Ajaran dasar yang kelima adalah menyerukan kebajikan dan melarang

kemungkaran (Al-Amr bi Al-Ma’Ruf wa An-Nahy an Munkar). Ajaran ini

menekankan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaikan. Ini merupakan

konsekuensi logis dari keimanan seseorang. Pengakuan keimanan harus

dibuktikan dengan perbuatan baik, di antaranya dengan menyruh orang

berbuat baik dan mencegahnya dari kemungkaran.

B. Syi’ah1. Sejarah Munculnya Syi’ah

Syi’ah dilihat dari bahasa seperti pengikut, pendukung, partai, atau

kelompok, sedangkan secara terminilogis adalah sebagaian kaum muslim yang

dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunana Nabi

SAW.2 Poin penting dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan bahwa segala

petunjuk agama segala petunjuk agama itu bersumber dari ahl al-bait.

Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat beberapa pendapat

dikalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhir

pemerintahan Ustman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa

pemerintahan Ali bin Abi Thalib.3 Kalangan Syi’ah sendiri berpendapat bahwa

kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti Nabi Muhammad SAW.

Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathab, dan ustman bin

Affan karena dalam pandangan mereka Ali bin Abi Thalib yang berhak

menggantikan Nabi. Bukti utama yang syahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah

peristiwa Ghadir Khumm.

Berlawanan dengan harapan mereka, justru ketika Nabi wafat dan

jasadnya belum dikuburkan, sedangkan anggota keluarganya dan beberapa orang

sahabat sibuk dengan persiapan upacara pemakamannya, teman dan para pengikut

2 Rosihon Anwar, Abdul Rozak, Ilmu Kalam (Bandung: PUSTAKA SETIA,2006),hlm. 89

3 Ibid,,,hlm. 905

Page 6: ilmu kalam: pandangan Murji'ah dan Mu'tazilah

Ali mendengar kabar bahwa sebagaian besar masyarakat telah berkumpul di

masjid untuk merundingkan dan memilih pemimpin sebagai ganti Nabi SAW,

tetapi mereka melakukan hal tersebut tanpa berunding dengan ahlul bait.

Berdasarkan reaitas itulah, muncul sikap dikalangan kaum muslimin yang

menentang kekhalifahan dan mereka tetap berpendapat bahwa pengganti nabi dan

penguasa agama yang syah adalah Ali.

Syiah adalah golongan yang menyanjung dan memuji Sayyidina Ali secara

berlebih-lebihan .karena mereka beranggapan bahwa beliau adalah yang lebih berhak

menjadi pengganti Nabi Muhammad SAW, berdasarkan wasiatnya.Sedangkan khalifah-

khalifah sepertiAbu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab dan Utsman Bin Affan dianggap

sebagai penggasab atau perampas khalifah.

Dalam perkembangannya, selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl-

al-bait di hadapan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, Syi’ah juga

mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri. Berkaitan dengan teologi mereka

mempunyai lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan kepada keesaan Allah),

nubuwwah (kepercayaan kepada kenabian), ma’ad (kepercayaan akan adanya

hidup di akhirat), imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan

hak ahl-al-bait), dan adl (keadilan Ilahi).

2. Sekte-Sekte Syi’ah

a. Syiah Itsna Asyariyah (Syiah Dua Belas/ Syiah Imamiyah)

Dinamakan Syi’ah Imamiyah karena dasar yang menjadi dasar

akidahnya adalah persoalan imam dalam arti pemimpin religio politik,yakni

Ali berhak menjadi khalifah bukan hanya karena kecakapannya atau

kemuliaan akhlaknya, tetapi juga karena ia telah ditunjuk nas dan pantas

menjadi kholifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.4

Syi’ah Itsna Asyariyah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat

Nabi Muhammad seperti yang di tunjukkan nas. Adapun Al-ausiya (penerima

wasiat) setelah ali bin abi tholib adalah keturunan dari garis fatimah, yaitu

Hasan bin Ali kemudian Husen bin Ali sebagaimana yang disepakati. Setelah

Husen adalah Ali Zainal Abidin, kemudian secara berturut-turut;Muhammad

Al-Baqir, Abdullah ja’far Ash-Shadiq, Musa Al-kahzim, Ali Ar-Rida,

Muhammad Al-Jawwad, Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askri  dan Muhammad Al-

4 Ibid,,,hlm.936

Page 7: ilmu kalam: pandangan Murji'ah dan Mu'tazilah

Mahdi sebagai imam kedua belas. Demikian lah, karena berbaiat di bawah

imamah dua belas imam, mereka di kenal dengan sebutan Syiah Itsna

Asyariyah.

Nama dua belas (Itsna Asyariyah) ini mengandung pesan penting

dalam tinjauan sejarah, yaitu golongan ini terbentuk setelah lahirnya kedua

belas iman yaitu kira-kira pada tahun 260 H/878 M. Pengikut sekte ini

menganggap bahwa iman ke duabelas, Muhammad Al-Mahdi, dinyatakan

gaibah (occultation). Muhammad Al-Mahdi bersembunyi diruang bawah tanah

rumah ayahnya di samarra dan tidak kembali. Itulah sebabnya kembalinya

Imam Al-Mahdi ini selalu ditunggu-tunggu pengikut sekte Syi’ah Itsna

Asyariyah. Ciri khas kehadirannya adalah sebagai Ratu Adil yang akan turun

di akhir zaman. Oleh karena inilah, Muhammad Al-Mahdi dijuluki sebagai

Imam Mahdi Al-Muntazhar (yang ditunggu).

         Doktrin-doktrin Syi’ah Itsna Asyariyah

Di dalam sekte Syi’ah Itsna Asyariyah dikenal konsep UsulAd-Din.

Konsep ini terjadi akar atau fondasi pragmatisme agama. Konsep

usuluddin mempunyai lima akar.

1) Tauhid (The Devine Unity).

Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan

Tuhan adalah mutlak. Ia bereksistensi dengan sendirinyasebelum ada

ruang dan waktu. Ruang dan waktu diciptakan oleh tuhan. Tuhan maha

tahu,maha mendengar,selalu hidup,mengerti tidak murakkab (tersusun).

Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri  sendiri,tidak dibatasioleh

ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

2) Keadilan (The Devine Justice)

Tuhan menciptakan kebaikan di dalam semesta ini merupakan

keadilan. Ia tidak pernah menghiasi ciptaan-Nya dengan

ketidakadailan. Karena ketidakadilan dan kelaliman terhadap yang lain

merupakan tanda kebodohan dan ketidak mampuandan sifat ini jauh

dari keabsolutan dan kehendak tuhan.Tuhan memberikan akal kepada

manusia untuk mengetahui pekara yang benar atau salah melalui

perasaan. Manusia dsapat menggunakan penglihatan, pendengaran, dan

7

Page 8: ilmu kalam: pandangan Murji'ah dan Mu'tazilah

indra lainya untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baiak maupun

perbuatan buruk.jadi, manuasia dapat mamanfatkan potensi 

berkehandak sebagaianugrah tuhan untuk mewujudkan dan

bertangguang  jawab atas perbuatannya.

3) Nubuwwah (Apostleship)

Setiap makhluk sekalipun telah diberi insting, masih

membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari tuhan maupun dari

manuasia. Rosul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara

transenden diutus untuk membrikan acuan dalam membedakan antara

yang baiak dan yang buruk di alam semesta. Dalam keyakinan Syi’ah

itsna Asyariyah, Syi’ah Itsna Asyariyah percaya mutlak tentang ajaran

tauhid dengan kerasulan sejak adam hingga Muhammad. Mereka

percaya adanya kiamat. Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an  jauh dari

tahrif perubahan, atau tambahan.

4) Ma’ad (The Last Day)

Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan

atuhan di akhirat. Seriap muslim harus yakin akan keberadaan kiamat

dan kehidupan suci setelah dinyatakan bersih dan lurus dalam

pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit dari kehidipan dunia

nemuju ke akhirat.

5) Imamah (The Devine Guidance)

Imamah adalah intuisi yang dianagurasikan Tuhan untuk

memberikan petunjuk manusia yang dipilih dari keturunan ibrahim dan

didelegasikan kepada keturunan Muhammad sebagai nabi dan rasul

terakhir.

Selanjutnya, dalam sisi yang yang bersifat mahdah, Syi’ah Itsna

asyariyah berpijak kepada delapan cabang agama yang di sebut dengan furu

ad-din delapan cabang tersebut terdiri atas shalat, puasa, haji, zakat, khumus,

atau pajak sebesar seperlima dari penghasilan, jihad al-amri bi al-ma’ruf dan

an-nahyu an-munkar.

b.   Syi’ah Sab’iyah (Syi’ah Tujuh)

8

Page 9: ilmu kalam: pandangan Murji'ah dan Mu'tazilah

Istilah Syi’ah sab’iyah (syiah tujuh) di analogikan dengan Syi’ah Itsna

asyariyah. Istilah itu memberikan pengertian bahwa sekte Syi’ah Sabi’yah

hanya mengakui tujuh Imam, yaitu Ali, Hasan, husein, Ali Zainal Abidin,

Muhammad Al-Baqir, ja’far As-Shodiq, dan Ismail bin ja’far. Karena

dinisbatkan pada Ismail bin Ja’far As-Shadiq, Syi’ah Sab’iyah disebut juga

Syiah Ismailiyah.

Berbeda dengan Syi’ah Itsna Asyariyah, Syi’ah Itsna Asyariyah

membatalkan Ismail bin Ja’far sebagai imam ketujuh karena Ia wafat

mendahului bapaknya, Ja’far. Sebagai penggantinya adalah Musa Al-

Kadzim, adik Ismail. Syiah sab’iyah menolak pembatalan tersebut

berdasarkan sistem pengangkatan imam dalam Syi’ah dan menganggap

Ismail sebagai Imam ketujuh, dan sepeninggalnya diganti oleh putranya yang

tertua yang bernama Muhammad bin Ismail.

c. Syi’ah Zaidiyah

Imamah sebagaimana telah disebutkan merupakan doktrin fundamental

dalam Syi’ah secara umum.Berbeda dengan doktrin imamah yang lain .Syi’ah

Zaidiyah merngembangkan doktrin imamah yang tipikal. Kaum Zaidiyah

menolak pandanagn yang menyatakan bahwa seorang imam yang mewarisi

kepemimpinan Nabi SAW. Telah ditentukan nama dan orangnya oleh Nabi,

tetapi hanya ditentukan sifat-sifatnya saja.Ini jelas berbeda dengan sekte

Syi’ah lain yang percaya bahwa Nabi SAW telah menunjuk Ali sebagai imam

setelah Nabi wafat karena Ali memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh

orang lain ,seperti keturunan bani hasyim ,wara (saleh menjauhkan diri dari

segala dosa ) bertakwa, baik,dan membaur dengan rakyat untuk mengajak

mereka hingga mengakuinya sebagai iman.

Selanjutnya menurut Zaidiyah seorang imam paling tidak harus

memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, merupakan keturunan ahl-al-bait,

baik melalui garis Hasan maupun Husein kedua,. memiliki kemampuan

mengangkat senjata sebagai upaya mempertahankan diri atau menyerang.

ketiga, memiliki kecenderungan intelektualisme yang dapat dibuktikan melalui

ide dan karya dalam bidang keagamaan.

d. Syi’ah Ghulat 9

Page 10: ilmu kalam: pandangan Murji'ah dan Mu'tazilah

Istilah ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya bertambah

dan naik. Ghala bi ad-din artinya memperkuat dan menjadi extrim. Gelar

extrim (ghuluw) yang diberikan pada kelompok ini berkaitan dengan

pendapatnya yang ganjal.

Menurut Syahrastani, ada empat doktrin yang membuat mereka

ekstrim, yaitu tanasukh, bada’, raj’ah, dan tasbih. Moojan momen

menambahkannya dengan hulul dan ghayba.5

5 Sahilun A Nasir.,Pengantar Ilmu Kalam (Jakarta: Pt Raja Grafindo, 1996), hlm. 90 10

Page 11: ilmu kalam: pandangan Murji'ah dan Mu'tazilah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aliran mu’tazilah muncul karena adanya perdebatan antara Wasil dengan

gurunya dalam sebuah diskusi dan akhirnya Wasil memisahkan diri, dan kemudian

gurunya menyebutnya (I’tazaala anna). Al ushul al khamsah: lima ajaran dasar

teologi Mu’tazilah adalah At-Tauhid, Al-Adl, Al-Wa’d wa al-Wa’id, Al-Manzilan

bain al-manzilatain, Al-Amr bi Al-Ma’ruf wa An-Nahyu an Munkar. Sedangkan

aliran Syi’ah merupakan aliran pertama yang muncul di kalangan umat Islam. Aliran

ini dilatarbelakangi oleh pendukung ahlul bait yang tetap menginginkan pengganti

Nabi adalah dari ahlul bait sendiri yaitu Ali bin Abi Thalib. Sekte-sekte Syi’ah antara

lain adalah Syiah Itsna Asyariyah (Syiah Dua Belas/ Syiah Imamiyah ), Syi’ah

Sab’iyah (Syi’ah Tujuh), Syi’ah Zaidiyah, Syi’ah Ghulat.

Mereka mempunyai doktrin sendiri dalam alirannya, salah satunya tentang

Imamah. Mereka berpendapat bahwa pengganti Nabi yang pantas menjadi pemimpin

adalah seseorang yang ma’shum (terhindar dari dosa). Bahkan dalam golongan yang

ekstrim yaitu Syi’ah Ghulat, mereka telah menuhankan Ali. Mereka menganggap

bahwa Ali lebih tinggi daripada Nabi Muhammad SAW.

B. Saran

Sangatlah diperlukan bagi kita untuk mempelajari Aliran Mu’tazilah dan

syi’ah ini,karena dengan belajar aliran ini kita bisa mengetahui seluk beluk dari ajaran

Mu’tazilah dan Syi’ah. Misalnya tentang tokoh-tokoh Syi’ah. Dan agar kita juga bisa

mengambil kekurangan dan kelebihan dari kedua aliran ini.

11