Upload
addi-muhammad
View
248
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kaum murjiah dan mu'tazilah merupakan suatu sekte/ aliran dalam agam islam yang mendasari pemikiran yang terkadang lebih ekstrim
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemikiran kalam belum muncul di zaman Nabi. Umat di masa itu menerima
sepenuhnya penyampaian Nabi. Mereka tidak mempertanyakan secara filosofis apa
yang diterima itu. Kalau terdapat kesamaran pemahaman, mereka langsung bertanya
kepada Nabi dan umat pun merasa puas dan tenteram. Hal itu berubah setelah Nabi
wafat. Nabi tempat bertanya sudah tidak ada. Pada waktu itu pengetahuan dan budaya
umat semakin berkembang pesat karena terjadi persentuhan dengan berbagai umat
dan budaya yang lebih maju. Penganut Islam sudah beragam dan sebagiannya telah
menganut agama lain dan memiliki kebudayaan lama. Hal-hal yang diterima secara
imani mulai dipertanyakan dan dianalisa.
Dalam islam sebenarnya terdapat lebih dari satu pemikiran-pemikiran kalam. Namun
yang akan dibahas pada makalah ini adalah Pemikiran Kalam aliran Mu’tazilah dan
Syi’ah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Mu’tazilah itu?
2. Apa Syi’ah itu?
1
BAB IIPEMBAHASAN
A. Mu’tazilah
1. Sejarah Kemunculan Mu’tazilah
Secara harfiya mu’tazilah berasal dari kata I’tazala yang berarti berpisah atau
memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri.1 Ada banyak
versi yang menjelaskan tentang pemberian nama Mu’tazilah, salah satunya adalah
versi Asy-Syahrastani. Ia berpendapat tentang pemberian nama Mu’tazilah ini
berpusat pada peristiwa yang terjadi antara Wasil bin Ata serta temannya, Arm bin
Ubaid, dan Hasan Al-Basri di Basrah. Di forum ini muncul masalah tentang
perbedaan pendapat mengenai pemberian status pelaku dosa besar. Wasil tidak
sependapat dan akhirnya memisahkan diri. Pada peristiwa ini Hasan Al-Basri
berkata, “ Wasil menjauhkan diri dari kita (I’tazaala anna)”. Sehingga kelompok
yang memisahkan diri dari peristiwa inilah disebut kaum Mu’tazilah.
Mu’tazilah muncul pada masa Bani Umayyah tanpa mendapat tantangan atau
dukungan dari penguasa. Kegiatan mereka hanya berfikir, adu argumentasi, dan
mengkaji serta menguji masalah-masalah berdasarkan logika yang benar.
2. AL USHUL AL KHAMSAH : LIMA AJARAN DASAR TEOLOGI MU’TAZILAH
Kelima ajaran dasar Mu’tazilah yang tertuang dalam Al-Ushul Al-Khamsah
adalah at-tauhid (pengesaan Tuhan), al-adl (keadilan Tuhan), al-waad wa al-wa’id
(janji dan ancaman Tuhan),al-manzilah bain al-manzilatain (posisi diantara dua
posisi), dan al-amr bi al-ma’ruf wannahy an al-munkar (menyeru pada kebaiakan
dan mencegah pada kemungkaran).
a. At-Tauhid
At-tauhid (pengesahan Tuhan) merupakan prinsip utama aliran
Mu’tazilah. Bagi Mu’tazilah, tauhid memiliki arti spesifik. Tuhan harus
disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti kemahaesaan-nya.
Untuk memurnikan keesaan Tuhan (tanzih), Mu’tazilah menolak konsep
Tuhan memiliki sifat-sifat, penggambaran fisik Tuhan (antromorfisme
tajasum), dan Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala. Mu’tazilah berpendapat
bahwa Tuhan itu Esa, tak ada satupun yang menyerupainya. Dia maha melihat,
1 M. Amir Nurdin, Afifi Fauzi Abbas, Sejarah Pemikiran Islam (Jakarta:Amzah,2011), hlm. 532
mendengar, kuasa, mengetahui dan sebagainya. Namun, Mendengar, Kuasa,
Mengetahui, dan selain-nya itu bukan sifat melainkan dzat-nya. Menurut
mereka sifat adalah sesuatu yang melekat. Bila sifat Tuhan yang qodim, berarti
ada dua yang qodim yaitu dzat dan sifat-Nya.
Untuk menegaskan penilaianya terhadap antropomorfisme Mu’tazilah
memberi takwil terhadap ayat-ayat yang secara langsung mengambarkan
kejisiman Tuhan.misalnya, kata-kata tangan 9Q.S. Shad[38]:75) diartikan
kekuasaan dan pada konteks yang lain tangan(Q.S.Al-Ma’idah [5]:64) dapat
diartikan nikmat. Kata wajah (Q.S.Ar-Rohman [55]: 27) diartikan esensi atau
dzat, sedangkan al-arsy (Q.S.Thaha[20]: 5) diartikan kekuasaan. b. Al-Adl
Prinsip keadilan sesuai dengan pandangan Mu’tazilah. “ Allah tidak
menyukai kerusakan, dan tidak menciptakan perbuatan hamba, tetapi
hambalah yang melakukan apa yang diperintahkan dan yang dilarang dengan
qudroh (daya) yang diberikan dan di letakan Allah pada mereka. Dia tidak
memerintahkan sesuatu kecuali yang dikehendaki-Nya dan tidak pula
melarang kecuali sesuatu yang disukai-Nya. Dia mengayomi segala kebaikan
yang diperintahkan dan berlepas diri dari segala kejahatan yang dilarang-Nya
Ajaran tentang keadilan ini berkait ert dengan beberap hal, antara lain berikut
ini.
1) Perbuatan manusia
Manusia menurut Mu’tazilah, melakukan dan menciptakan
perbuatannya sendiri, terlepas dari kehendak dan kuasan Tuhan, baik
secara langsung atau tidak. Manusia benar-benar bebas menentukan
perbuatannya; baik atu buruk. Tuhan hanya menghendaki dan menyuruh
yang baik, bukan yang buruk. Adapun yang disuruh Tuhan pastilah baik
dan apa yang dilarang-Nya tentulah buruk. Tuhan berlepas diri dari
perbuatan yang buruk.
2) Perbuatan baik dan terbaik
Dalam istilah arabnya, berbuat baik dan terbaik disebut ash-shalah
wa al-ashlah. Maksudnya adalah kewajiban Tuhan untuk berbuat baik,
bahkan terbaik untuk manusia. Tuhan tidak dapat berbuat jahat. Konsep ini
3
berkaitan dengan kebijaksanaan , kemurahan dan kepengasihan Tuhan,
yaitu sifat-sifat yang layak bagi-Nya. Artinya, apabila Tuhan tidak
bertindak seperti itu, berarti Ia tdak bijaksana, pelit dan kasar/kejam.
3) Mengutus rasul
Mengutus rasul kepada manusia merupakan kewajiban Tuhan
karena alasan-alasan berikut ini.
Tuhan wajib berbuat baik kepada manusia dan hal itu tidak dapat
terwujud, kecuali dengan mengutus rasul kepada mereka.
Al-Qur’an secara tegas menyatakan kewajiban tuhan untuk
memberikan belas kasih kepada manusia (Q.S. Asy-Syu’aro[26] : 29).
Cara terbaik untuk maksud tersebut adalah dengan pengutusan rasul.
Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya.
Agar tujuan tersebut berhasil, tidak ada jalan lain, selain mengutus
rasul.
c. Al-Wa’d wa Al-Wa’id
Mereka berkeyakinan bahwa janji berupa balasan kebaikan dan
ancaman berupa siksaan tidak mustahil diturunkan. Janji Allah tentang pahala
atas kebaikan akan terjadi, janji siksaan akan kejahatan juga akan terjadi, serta
janji menerima taubat yang sungguh-sungguh juga terjadi. Dengan begitu,
barang siapa yang berbuat baik, akan dibalas dengan kebaikan, dan barang
siapa yang berbuat kejahatan akan dibalas dengan siksaan yang pedih;
perbuatan dosa tidak dapat diampuni tanpa bertaubat sebagaimana pahala
tidak diharamkan terhadap orang yang berbuat baik.
d. Al-Manzilah Bain Al-Manzilatain
Inilah ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya mazhab
Mu’tazilah. Ajaran ini terkenal dengan status orang beriman (mukmin) yang
melakukan dosa besar. Wasil bin Ata (pendiri mazhab Mu’tazilah)
berpendapat bahwa orang tersebut berada di antara dua posisi (al-manzilah
bain al-manzilatain).
Pokok ajaran ini adalah bahwa mukmin yang melakukan dosa besar
dan belum tibat bukan lagi mukmin atau kafir, tetapi fasik. Menurut
pandangan Mu’tazilah, pelaku dosa besar tidak dapat dikatakan sebagai
mukmin yang mutlak. Hal ini karena keimanan menuntut adanya kepatuhan
4
kepada Tuhan. Tidak cukup hanya pengakuan dan pembenaran. Berdosa besar
bukanlah kepatuhan melainkan kedurhakaan. Pelakunya tidak dapat dikatakan
kafir secara mutlak karena ia masih percaya kepada Tuhan, rasul-Nya, dan
mengerjakan pekerjaan yang baik.
e. Al-Amr bi Al-Ma’Ruf wa An-Nahy an Munkar.
Ajaran dasar yang kelima adalah menyerukan kebajikan dan melarang
kemungkaran (Al-Amr bi Al-Ma’Ruf wa An-Nahy an Munkar). Ajaran ini
menekankan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaikan. Ini merupakan
konsekuensi logis dari keimanan seseorang. Pengakuan keimanan harus
dibuktikan dengan perbuatan baik, di antaranya dengan menyruh orang
berbuat baik dan mencegahnya dari kemungkaran.
B. Syi’ah1. Sejarah Munculnya Syi’ah
Syi’ah dilihat dari bahasa seperti pengikut, pendukung, partai, atau
kelompok, sedangkan secara terminilogis adalah sebagaian kaum muslim yang
dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunana Nabi
SAW.2 Poin penting dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan bahwa segala
petunjuk agama segala petunjuk agama itu bersumber dari ahl al-bait.
Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat beberapa pendapat
dikalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhir
pemerintahan Ustman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib.3 Kalangan Syi’ah sendiri berpendapat bahwa
kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti Nabi Muhammad SAW.
Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathab, dan ustman bin
Affan karena dalam pandangan mereka Ali bin Abi Thalib yang berhak
menggantikan Nabi. Bukti utama yang syahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah
peristiwa Ghadir Khumm.
Berlawanan dengan harapan mereka, justru ketika Nabi wafat dan
jasadnya belum dikuburkan, sedangkan anggota keluarganya dan beberapa orang
sahabat sibuk dengan persiapan upacara pemakamannya, teman dan para pengikut
2 Rosihon Anwar, Abdul Rozak, Ilmu Kalam (Bandung: PUSTAKA SETIA,2006),hlm. 89
3 Ibid,,,hlm. 905
Ali mendengar kabar bahwa sebagaian besar masyarakat telah berkumpul di
masjid untuk merundingkan dan memilih pemimpin sebagai ganti Nabi SAW,
tetapi mereka melakukan hal tersebut tanpa berunding dengan ahlul bait.
Berdasarkan reaitas itulah, muncul sikap dikalangan kaum muslimin yang
menentang kekhalifahan dan mereka tetap berpendapat bahwa pengganti nabi dan
penguasa agama yang syah adalah Ali.
Syiah adalah golongan yang menyanjung dan memuji Sayyidina Ali secara
berlebih-lebihan .karena mereka beranggapan bahwa beliau adalah yang lebih berhak
menjadi pengganti Nabi Muhammad SAW, berdasarkan wasiatnya.Sedangkan khalifah-
khalifah sepertiAbu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab dan Utsman Bin Affan dianggap
sebagai penggasab atau perampas khalifah.
Dalam perkembangannya, selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl-
al-bait di hadapan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, Syi’ah juga
mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri. Berkaitan dengan teologi mereka
mempunyai lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan kepada keesaan Allah),
nubuwwah (kepercayaan kepada kenabian), ma’ad (kepercayaan akan adanya
hidup di akhirat), imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan
hak ahl-al-bait), dan adl (keadilan Ilahi).
2. Sekte-Sekte Syi’ah
a. Syiah Itsna Asyariyah (Syiah Dua Belas/ Syiah Imamiyah)
Dinamakan Syi’ah Imamiyah karena dasar yang menjadi dasar
akidahnya adalah persoalan imam dalam arti pemimpin religio politik,yakni
Ali berhak menjadi khalifah bukan hanya karena kecakapannya atau
kemuliaan akhlaknya, tetapi juga karena ia telah ditunjuk nas dan pantas
menjadi kholifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.4
Syi’ah Itsna Asyariyah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat
Nabi Muhammad seperti yang di tunjukkan nas. Adapun Al-ausiya (penerima
wasiat) setelah ali bin abi tholib adalah keturunan dari garis fatimah, yaitu
Hasan bin Ali kemudian Husen bin Ali sebagaimana yang disepakati. Setelah
Husen adalah Ali Zainal Abidin, kemudian secara berturut-turut;Muhammad
Al-Baqir, Abdullah ja’far Ash-Shadiq, Musa Al-kahzim, Ali Ar-Rida,
Muhammad Al-Jawwad, Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askri dan Muhammad Al-
4 Ibid,,,hlm.936
Mahdi sebagai imam kedua belas. Demikian lah, karena berbaiat di bawah
imamah dua belas imam, mereka di kenal dengan sebutan Syiah Itsna
Asyariyah.
Nama dua belas (Itsna Asyariyah) ini mengandung pesan penting
dalam tinjauan sejarah, yaitu golongan ini terbentuk setelah lahirnya kedua
belas iman yaitu kira-kira pada tahun 260 H/878 M. Pengikut sekte ini
menganggap bahwa iman ke duabelas, Muhammad Al-Mahdi, dinyatakan
gaibah (occultation). Muhammad Al-Mahdi bersembunyi diruang bawah tanah
rumah ayahnya di samarra dan tidak kembali. Itulah sebabnya kembalinya
Imam Al-Mahdi ini selalu ditunggu-tunggu pengikut sekte Syi’ah Itsna
Asyariyah. Ciri khas kehadirannya adalah sebagai Ratu Adil yang akan turun
di akhir zaman. Oleh karena inilah, Muhammad Al-Mahdi dijuluki sebagai
Imam Mahdi Al-Muntazhar (yang ditunggu).
Doktrin-doktrin Syi’ah Itsna Asyariyah
Di dalam sekte Syi’ah Itsna Asyariyah dikenal konsep UsulAd-Din.
Konsep ini terjadi akar atau fondasi pragmatisme agama. Konsep
usuluddin mempunyai lima akar.
1) Tauhid (The Devine Unity).
Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensi-Nya. Keesaan
Tuhan adalah mutlak. Ia bereksistensi dengan sendirinyasebelum ada
ruang dan waktu. Ruang dan waktu diciptakan oleh tuhan. Tuhan maha
tahu,maha mendengar,selalu hidup,mengerti tidak murakkab (tersusun).
Tuhan tidak membutuhkan sesuatu. Ia berdiri sendiri,tidak dibatasioleh
ciptaan-Nya. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
2) Keadilan (The Devine Justice)
Tuhan menciptakan kebaikan di dalam semesta ini merupakan
keadilan. Ia tidak pernah menghiasi ciptaan-Nya dengan
ketidakadailan. Karena ketidakadilan dan kelaliman terhadap yang lain
merupakan tanda kebodohan dan ketidak mampuandan sifat ini jauh
dari keabsolutan dan kehendak tuhan.Tuhan memberikan akal kepada
manusia untuk mengetahui pekara yang benar atau salah melalui
perasaan. Manusia dsapat menggunakan penglihatan, pendengaran, dan
7
indra lainya untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baiak maupun
perbuatan buruk.jadi, manuasia dapat mamanfatkan potensi
berkehandak sebagaianugrah tuhan untuk mewujudkan dan
bertangguang jawab atas perbuatannya.
3) Nubuwwah (Apostleship)
Setiap makhluk sekalipun telah diberi insting, masih
membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari tuhan maupun dari
manuasia. Rosul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara
transenden diutus untuk membrikan acuan dalam membedakan antara
yang baiak dan yang buruk di alam semesta. Dalam keyakinan Syi’ah
itsna Asyariyah, Syi’ah Itsna Asyariyah percaya mutlak tentang ajaran
tauhid dengan kerasulan sejak adam hingga Muhammad. Mereka
percaya adanya kiamat. Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an jauh dari
tahrif perubahan, atau tambahan.
4) Ma’ad (The Last Day)
Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap pengadilan
atuhan di akhirat. Seriap muslim harus yakin akan keberadaan kiamat
dan kehidupan suci setelah dinyatakan bersih dan lurus dalam
pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit dari kehidipan dunia
nemuju ke akhirat.
5) Imamah (The Devine Guidance)
Imamah adalah intuisi yang dianagurasikan Tuhan untuk
memberikan petunjuk manusia yang dipilih dari keturunan ibrahim dan
didelegasikan kepada keturunan Muhammad sebagai nabi dan rasul
terakhir.
Selanjutnya, dalam sisi yang yang bersifat mahdah, Syi’ah Itsna
asyariyah berpijak kepada delapan cabang agama yang di sebut dengan furu
ad-din delapan cabang tersebut terdiri atas shalat, puasa, haji, zakat, khumus,
atau pajak sebesar seperlima dari penghasilan, jihad al-amri bi al-ma’ruf dan
an-nahyu an-munkar.
b. Syi’ah Sab’iyah (Syi’ah Tujuh)
8
Istilah Syi’ah sab’iyah (syiah tujuh) di analogikan dengan Syi’ah Itsna
asyariyah. Istilah itu memberikan pengertian bahwa sekte Syi’ah Sabi’yah
hanya mengakui tujuh Imam, yaitu Ali, Hasan, husein, Ali Zainal Abidin,
Muhammad Al-Baqir, ja’far As-Shodiq, dan Ismail bin ja’far. Karena
dinisbatkan pada Ismail bin Ja’far As-Shadiq, Syi’ah Sab’iyah disebut juga
Syiah Ismailiyah.
Berbeda dengan Syi’ah Itsna Asyariyah, Syi’ah Itsna Asyariyah
membatalkan Ismail bin Ja’far sebagai imam ketujuh karena Ia wafat
mendahului bapaknya, Ja’far. Sebagai penggantinya adalah Musa Al-
Kadzim, adik Ismail. Syiah sab’iyah menolak pembatalan tersebut
berdasarkan sistem pengangkatan imam dalam Syi’ah dan menganggap
Ismail sebagai Imam ketujuh, dan sepeninggalnya diganti oleh putranya yang
tertua yang bernama Muhammad bin Ismail.
c. Syi’ah Zaidiyah
Imamah sebagaimana telah disebutkan merupakan doktrin fundamental
dalam Syi’ah secara umum.Berbeda dengan doktrin imamah yang lain .Syi’ah
Zaidiyah merngembangkan doktrin imamah yang tipikal. Kaum Zaidiyah
menolak pandanagn yang menyatakan bahwa seorang imam yang mewarisi
kepemimpinan Nabi SAW. Telah ditentukan nama dan orangnya oleh Nabi,
tetapi hanya ditentukan sifat-sifatnya saja.Ini jelas berbeda dengan sekte
Syi’ah lain yang percaya bahwa Nabi SAW telah menunjuk Ali sebagai imam
setelah Nabi wafat karena Ali memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh
orang lain ,seperti keturunan bani hasyim ,wara (saleh menjauhkan diri dari
segala dosa ) bertakwa, baik,dan membaur dengan rakyat untuk mengajak
mereka hingga mengakuinya sebagai iman.
Selanjutnya menurut Zaidiyah seorang imam paling tidak harus
memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, merupakan keturunan ahl-al-bait,
baik melalui garis Hasan maupun Husein kedua,. memiliki kemampuan
mengangkat senjata sebagai upaya mempertahankan diri atau menyerang.
ketiga, memiliki kecenderungan intelektualisme yang dapat dibuktikan melalui
ide dan karya dalam bidang keagamaan.
d. Syi’ah Ghulat 9
Istilah ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya bertambah
dan naik. Ghala bi ad-din artinya memperkuat dan menjadi extrim. Gelar
extrim (ghuluw) yang diberikan pada kelompok ini berkaitan dengan
pendapatnya yang ganjal.
Menurut Syahrastani, ada empat doktrin yang membuat mereka
ekstrim, yaitu tanasukh, bada’, raj’ah, dan tasbih. Moojan momen
menambahkannya dengan hulul dan ghayba.5
5 Sahilun A Nasir.,Pengantar Ilmu Kalam (Jakarta: Pt Raja Grafindo, 1996), hlm. 90 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aliran mu’tazilah muncul karena adanya perdebatan antara Wasil dengan
gurunya dalam sebuah diskusi dan akhirnya Wasil memisahkan diri, dan kemudian
gurunya menyebutnya (I’tazaala anna). Al ushul al khamsah: lima ajaran dasar
teologi Mu’tazilah adalah At-Tauhid, Al-Adl, Al-Wa’d wa al-Wa’id, Al-Manzilan
bain al-manzilatain, Al-Amr bi Al-Ma’ruf wa An-Nahyu an Munkar. Sedangkan
aliran Syi’ah merupakan aliran pertama yang muncul di kalangan umat Islam. Aliran
ini dilatarbelakangi oleh pendukung ahlul bait yang tetap menginginkan pengganti
Nabi adalah dari ahlul bait sendiri yaitu Ali bin Abi Thalib. Sekte-sekte Syi’ah antara
lain adalah Syiah Itsna Asyariyah (Syiah Dua Belas/ Syiah Imamiyah ), Syi’ah
Sab’iyah (Syi’ah Tujuh), Syi’ah Zaidiyah, Syi’ah Ghulat.
Mereka mempunyai doktrin sendiri dalam alirannya, salah satunya tentang
Imamah. Mereka berpendapat bahwa pengganti Nabi yang pantas menjadi pemimpin
adalah seseorang yang ma’shum (terhindar dari dosa). Bahkan dalam golongan yang
ekstrim yaitu Syi’ah Ghulat, mereka telah menuhankan Ali. Mereka menganggap
bahwa Ali lebih tinggi daripada Nabi Muhammad SAW.
B. Saran
Sangatlah diperlukan bagi kita untuk mempelajari Aliran Mu’tazilah dan
syi’ah ini,karena dengan belajar aliran ini kita bisa mengetahui seluk beluk dari ajaran
Mu’tazilah dan Syi’ah. Misalnya tentang tokoh-tokoh Syi’ah. Dan agar kita juga bisa
mengambil kekurangan dan kelebihan dari kedua aliran ini.
11