236
ILMU NAHWU Untuk Pemula Abu Razin & Ummu Razin programbisa.com

Ilmu Nahwu Untuk Pemula

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buku yang bagus buat yang ingin mempelajari bahasa arab, khususnya ilmu nahwu. Ini ada hasil karya teman-teman di http://www.programbisa.com/.

Citation preview

Page 1: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMUNAHWUUntuk Pemula

Abu Razin & Ummu Razin

programbisa.com

Page 2: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

Judul : Ilmu Nahwu Untuk Pemula Penulis : Abu Razin & Ummu Razin Muraja’ah Isi : Muthmainnah Jawwaz, Lc Editor : Ridwan Setiawan Desain Sampul : Putera Kahfi Jumlah Halaman : 222 Halaman + x Bidang Ilmu : Ilmu Bahasa Arab

Ilmu Nahwu Untuk Pemula, Pustaka BISA Cetakan I Oktober 2014.

Diperbolehkan bahkan dianjurkan memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun dengan atau tanpa izin penerbit selama bukan untuk tujuan komersil. Mohon koreksi jika ditemukan kesalahan dalam karya kami. Koreksi dan saran atas karya kami dapat dilayangkan ke [email protected]

Page 3: Ilmu Nahwu Untuk Pemula
Page 4: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

KATA PENGANTAR

مد إن احل مده , هللا

باهللا وغعوذ , ونستغفره , ونستعينه , حنور من غفسنا رش

قماجا وسيئات , أ

اهللا أ فال من فهده

, مضل شه , ومن يضلل فال هادي إال وأ إ

ن الد أ

اهللا , وحده ال رشيك دا قبده ورسو ن حممشهد أ

وأ

Puji syukur Kami panjatkan untuk pemilik ilmu tiada banding, Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan nikmat karunia dan kemudahan dari-Nya sehinga Kami dapat menyelesaikan buku kedua Kami di bidang ilmu bahasa Arab, yang Kami beri judul “Ilmu Nahwu Untuk Pemula”.

Sesuai dengan judulnya, buku ini memang dirancang khusus untuk pemula. Kami telah berupaya sedemikian rupa sehingga materi yang Kami sajikan dalam buku ini telah disesuaikan untuk tingkat pemahaman orang yang belum pernah belajar ilmu nahwu sama sekali. Oleh karena itu, ada beberapa lingkup materi ilmu nahwu yang Kami batasi atau Kami abaikan dalam buku ini agar para pemula bisa fokus memahami struktur kalimat bahasa Arab dengan baik terlebih dahulu. Alih-alih menghafal banyak istilah baru yang kurang penting untuk pemula.

Rujukan utama dalam penyusunan buku ini adalah sebuah kitab yang sangat populer di kalangan pembelajar ilmu nahwu, yaitu Kitab Matan Al Ajurrumiyyah yang

Page 5: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

dikarang oleh Ash Shanhajiy. Standar pembahasan, acuan, ruang lingkup materi ilmu nahwu dalam buku ini mengacu pada kitab tersebut. Ini sengaja Kami lakukan dengan harapan agar dengan mempelajari buku ini, para pembaca secara tidak langsung juga telah mempelajari isi penting dari kitab Matan Al Ajurrumiyyah. Tentunya, dengan pendekatan yang telah disesuaikan untuk tingkatan pemula.

Untuk mencapai tujuan itu, ada beberapa upaya yang Kami lakukan, antara lain:

1. Memberikan rumus-rumus sakti untuk memudahkan pembaca dalam menghafal kaidah-kaidah penting ilmu nahwu

2. Membuat susunan bab-bab secara bertingkat mulai dari pengenalan kata, pengenalan kalimat sederhana, kalimat dengan keterangan tambahan, dan terakhir baru dibahas variasi kalimat dalam bahasa Arab.

3. Memberikan contoh-contoh yang variatif dan beberapa contoh dari Al Qur’an dan hadits.

4. Memberikan penjelasan dengan pendekatan tata bahasa Indonesia dalam memahami struktur kalimat bahasa Arab

Itulah beberapa upaya yang telah Kami lakukan. Adapun hasilnya, Kami serahkan kepada Sang pemiliki ilmu tiada banding, Allah ‘azza wajalla. Sungguh, Kami menyadari bahwa buku ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, Kami membuka diri untuk menerima saran dan masukan demi perbaikan buku ini ke depannya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasantri Program BISA yang selalu mendorong Kami agar segera menyelesaikan buku ini. Juga kepada seluruh tim

Page 6: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

Program BISA (musyrif/ah, muraqib/ah, dan mudarris/ah) yang dengan kerelaannya telah membantu terselenggaranya kegiatan belajar mengajar di Program BISA yang telah diikuti oleh ribuan mahasantri dalam dan luar negeri.

Semoga upaya Kita terhitung sebagai ilmu yang bermanfaat. Semoga cita-cita Kita untuk mewujudkan #IndonesiaMelekBahasaArab segera tercapai. Jaahid!

Kami berharap semoga buku ini bisa bermanfaat untuk kaum muslimin. Semoga Allah menerima setiap amal perbuatan Kita.

Diselesaikan pada malam Jumat, 15 Dzulhijjah 1435 H Bertepatan dengan Kamis, 9 Oktober 2014.

Abu & Ummu Razin

Page 7: Ilmu Nahwu Untuk Pemula
Page 8: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................... vii

BAB I PENGANTAR ILMU NAHWU ................................................. 1

I.1 Pengantar Ilmu Nahwu ........................................................... 1 Apa Perbedaan Ilmu Sharaf dan Ilmu Nahwu? ................. 3 Apa Pentingnya Belajar Ilmu Nahwu? .................................. 3

1.2 Mengenal Unsur Penyusun Kalimat ................................... 6

1.3 Mengenal Fi’il ............................................................................. 8 1.3.1 Fi’il Berdasarkan Kebutuhan Terhadap

Obyek (Fi’il Lazim dan Fi’il Muta’addiy) ................... 13 1.3.2 Fi’il Aktif dan Pasif (Fi’il Ma’lum dan Fi’il

Majhul) ............................................................................... 14 1.3.3 Fi’il Berdasarkan Huruf Penyusun (Fi’il

Shahih dan Fi’il Mu’tal) ................................................. 17

I.4 Mengenal Isim ........................................................................... 20 1.4.1 Isim Berdasarkan Jumlah (Mufrad, Tatsniyah,

Jamak) ................................................................................. 22 1.4.2 Isim Berdasarkan Jenis (Isim Mudzakkar dan

Isim Muannats) ................................................................. 27 1.4.3 Isim Ditinjau dari Keumuman dan

Kekhususan (Isim Ma’rifah dan Isim Nakirah) ......... 29 1.4.4 Isim Ditinjau dari Keberterimaan Tanwin

(Isim Munsharif dan Isim Ghairu Munsharif) ............ 35 1.4.5 Isim Ditinjau dari Perubahan Akhir Kata

(Mu’rab dan Mabniy) ...................................................... 40

Page 9: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

viii Abu Razin & Ummu Razin

1.4.5.1 Berubah (Mu’rab) .......................................................... 40 1.4.5.2 Tetap (Mabniy) ............................................................... 42

1.5 Mengenal Huruf ...................................................................... 44 1.6.1 Huruf Jar ............................................................................ 44

BAB II KALIMAT INTI .......................................................................... 48

2.1 Jumlah Fi’liyyah ......................................................................... 50 KAIDAH UMUM ....................................................................... 51 2.1.1 Pola Kalimat Fi’il Lazim .................................................. 51

A. Fi’il Madhi .................................................................... 53 B. Fi’il Mudhari’ ................................................................. 66 C. Fi’il Amar ....................................................................... 74

2.1.2 Pola Kalimat Fi’il Muta’addiy ........................................ 75 A. Fi’il Madhi ..................................................................... 79 B. Fi’il Mudhari’ ................................................................ 89 C. Fi’il Amar ....................................................................... 99

2.2 Jumlah Ismiyyah ....................................................................... 101 KAIDAH PENYUSUNAN JUMLAH ISMIYYAH ........... 103 2.2.1 Mufrad ................................................................................ 107 2.2.2 Tatsniyah ............................................................................ 109 2.2.3 Jamak Salim ....................................................................... 110 2.2.4 Jamak Taksir ....................................................................... 111

TANBIH (PERHATIAN) ............................................................ 116

BAB III KETERANGAN TAMBAHAN DALAM KALIMAT ........ 118

3.1 Keterangan Majrur ................................................................ 120 3.1.1 Jar - Majrur ....................................................................... 120 3.1.2 Keterangan Kepemilikan dan Peruntukan

(Mudhaf – Mudhaf Ilaih) ............................................... 123

Page 10: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin ix

3.2 Tawaabi’ ..................................................................................... 128 3.2.1 Keterangan Sifat (Na’at) ............................................... 128 3.2.2 Kata Sambung (‘Athaf dan ma’thuf) ........................... 132 3.2.3 Keterangan Pengganti (Badal) ..................................... 135 3.2.4 Keterangan Penguat (Taukid) ...................................... 138

3.3 Keterangan Manshub ............................................................ 141 3.3.1 Keterangan Penguat (Mashdar) .................................. 141 3.3.2 Keterangan Waktu dan Tempat (Dzharaf

Zaman dan Dzharaf Makan) ........................................ 143 3.3.3 Keterangan Kondisi (Haal) .......................................... 150 3.3.4 Keterangan Dzat (Tamyiz) ............................................ 154 3.3.5 Keterangan Tujuan (Maf’ul Min Ajlih) ...................... 157 3.3.6 Keterangan Penyertaan (Maf’ul Ma’ah) .................... 160

BAB IV VARIASI KALIMAT ................................................................ 161

4.1 Jumlah Ismiyyah dengan Khabar Majemuk ...................... 161

4.2 Pengembangan Jumlah Ismiyyah (An Nawaasikh) .......... 166

) dan yang semisalnya اكن 4.2.1 خوايها اكن وأ ) ...................... 168

) dan yang semisalnya إن 4.2.2 خوايها إن وأ ) ......................... 171

) dan yang semisalnya ظن 4.2.3 خوايها و ظن أ ) ..................... 173

Page 11: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

x Abu Razin & Ummu Razin

4.3 Kalimat Negatif Jumlah Ismiyyah dengan Laa Naafiyah ( ال) ...................................................................... 179

4.4 Pengecualian (Istitsna) .......................................................... 183

4.5 Kalimat Panggilan (Munada) .............................................. 188

4.6 Kalimat Pasif ........................................................................... 191

4.7 Jumlah Fi’liyyah Manshub ..................................................... 195

4.5 Jumlah Fi’liyyah Majzum ....................................................... 200

BAB V MU’RAB DAN MABNIY ......................................................... 206

5.1 Mabniy ....................................................................................... 206 5.1.1 Fi’il yang Mabniy............................................................. 207 5.1.2 Isim yang Mabniy ............................................................ 208 5.1.2 Semua Huruf Itu Mabniy .............................................. 208

5.2 Mu’rab ....................................................................................... 209 5.2.1 Marfu’ ................................................................................. 214 5.2.2 Manshub ............................................................................ 216 5.2.3 Majrur ................................................................................ 220 5.2.4 Majzum .............................................................................. 221

REFERENSI ............................................................................... 223

PROFIL PENULIS .................................................................... 224

Page 12: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 1

BAB I PENGANTAR ILMU NAHWU

I.1 Pengantar Ilmu Nahwu

Pernahkah kita berpikir kenapa ada beberapa kata yang sama dalam Al Qur’an tetapi memiliki harakat yang berbeda-beda. Kadang berharakat dhammah, fathah atau kasrah meskipun untuk kata yang sama. Contohnya lafal Allah. Dalam basmalah, lafal Allah berharakat kasrah:

A B C D )١: احتةالف(

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Al Fatihah: 1)

Dalam ayat kursi, lafal Allah berharakat dhammah:

s t u v w x zy ... )٢٥٥: اكقرة(

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).” (Al Baqarah: 255)

Dalam ayat lain, lafal Allah berharakat fathah:

Â Ã Ä Å Æ ÈÇ É Ê Ë Ì )١٥٣: اكقرة(

Page 13: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

2 Abu Razin & Ummu Razin

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al Baqarah: 153)

Perubahan harakat di atas tidaklah sembarangan. Ada kaidah yang mengatur tentang perubahan harakat kata-kata tersebut. Kesalahan dalam memberi harakat bisa mengubah pelaku jadi korban dan sebaliknya. Sebagai contoh kalimat:

بكرا زيد رضب

Artinya adalah “Zaid telah Memukul Bakr”, akan tetapi bila seperti ini:

زيدا بكر رضب

Artinya menjadi “Bakr telah memukul Zaid”.

Oleh karena itu, mempelajari kaidah seputar pemberian harakat ini begitu penting.

Kaidah ini dibahas dalam ilmu nahwu. Karena, memang ilmu nahwu adalah salah satu cabang dari ilmu Bahasa Arab yang membahas tentang bagaimana menyusun kalimat yang sesuai dengan kaidah Bahasa Arab, baik yang berkaitan dengan letak kata dalam suatu kalimat atau kondisi kata (harakat akhir dan bentuk) dalam suatu kalimat.

Selain ilmu nahwu, ilmu penting yang wajib dipelajari untuk pemula adalah ilmu sharaf. Kedua cabang ilmu ini wajib dipelajari oleh para pemula. Karena, dengan kedua ilmu ini, kita dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara membuat kalimat yang sesuai dengan kaidah Bahasa

Page 14: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 3

Arab resmi. Adapun bila kita ingin membuat kalimat Bahasa Arab yang indah, baik dari sisi susunan, pemilihan kata, dan maknanya, atau tinggi nilai sastranya, maka kita perlu mempelajari cabang Bahasa Arab seperti ilmu balaghah (keindahan bahasa), ilmu ma’ani (memahami teks sesuai konteks), dan ilmu ‘arudh (syair bahasa arab).

Apa Perbedaan Ilmu Sharaf dan Ilmu Nahwu?

Fokus pembahasan ilmu sharaf adalah pada perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk yang lain yang dikenal dengan istilah tashrif. Dengan ilmu sharaf, kita bisa mengetahui kata yang sesuai untuk digunakan dalam kalimat. Sedangkan ilmu nahwu fokus pada bagaimana kita merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang sempurna, baik dari sisi susunan kata tersebut atau perubahan akhir setiap kata dalam kalimat yang dikenal dengan istilah i’rab.

Apa Pentingnya Belajar Ilmu Nahwu?

Ilmu nahwu adalah ilmu yang wajib dikuasai untuk bisa memahami kaidah penyusunan kalimat dalam Bahasa Arab. Bahasa Arab memiliki pola kalimat yang berbeda dengan Bahasa Indonesia. Karena, ia tidak hanya berbicara tentang susunan kata dalam suatu kalimat, tetapi juga berbicara keadaan huruf terakhir dari suatu kata yang ada pada kalimat. Bila keadaan huruf terakhir suatu kata berbeda, maka berbeda pula maknanya sebagaimana contoh-contoh yang telah kami sebutkan.

Sebagai seorang muslim, mempelajari Bahasa Arab sudah merupakan suatu keharusan. Bagaimana kita bisa

Page 15: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

4 Abu Razin & Ummu Razin

memahami isi kandungan Al Qur’an, bila kita tidak memahami bahasanya? Bagaimana kita bisa menyelami lautan hikmah dalam hadits-hadits Rasulullah bila Bahasa Arab saja kita tidak mengerti? Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

y z { | } ~ )٢: يوسف(

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf: 2)

juga firman Nya:

s t u )١٩٥: الشعراء(

“Dengan Bahasa Arab yang jelas.” (Asy Syu’araa: 195)

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

´ µ ¶ ¸ ¹ º »)٢٨: الزمر(

“(ialah) Al Quran dalam Bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa” (Az Zumar: 28)

Umar Bin Khattab z berkata:

دينكم من فإغها العربية يعلموا“Pelajarilah Bahasa Arab, karena Bahasa Arab

adalah bagian dari agama kalian”

Al Imam Asy Syafi’i berkata:

Page 16: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 5

ر من العلوم لك إىل اهتدى اجحو يف يبح“Orang yang memahami ilmu nahwu, maka ia akan

dimudahkan untuk memahami seluruh ilmu (islam)”1

Oleh karena itu, marilah kita berdoa kepada Allah, agar kita dimudahkan dalam mempelajari Bahasa Arab agar kita bisa memahami agama kita dengan baik.

1 Lihat At Ta’liqat Al Jaliyyah ‘Ala Syarhil Muqaddimah Al Ajrumiyyah oleh Syaikh

Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin Hal. 35

Page 17: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

6 Abu Razin & Ummu Razin

1.2 Mengenal Unsur Penyusun Kalimat

Seperti yang kita ketahui, kalimat adalah susunan dari beberapa kata yang memiliki makna. Dalam Bahasa Indonesia, kita mengenal istilah kata kerja, kata benda, kata sifat, kata sambung, kata hubung, kata tanya, dan sebagainya. Begitupun dengan Bahasa Arab, memiliki banyak istilah kata yang kurang lebih sama dengan Bahasa Indonesia. Hanya saja, dalam Bahasa Arab, seluruh kata yang ada bisa dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu fi’il (kata kerja), isim (kata benda, kata sifat2), dan huruf (kata sambung, kata hubung3). Perhatikan contoh kalimat berikut ini:

ذهب زيد إىل المدرسة (Zaid telah pergi ke sekolah)

Kalimat di atas memiliki tiga unsur penyusun:

1. Fi’il (kata kerja)

2. Isim (kata benda)

3. Huruf Arab yang memiliki makna

Untuk contoh kalimat di atas, “ ذهب”adalah kata kerja (fi’il) , “ زيد”dan “ المدرسة” adalah kata benda (isim) berupa nama orang dan nama tempat, dan “ اىل” (ke) adalah huruf. Hanya ketiga unsur ini yang ada pada kalimat Bahasa Arab meskipun setiap unsur ini memiliki jenis dan pembagian

2 Hanya pendekatan saja. Umumnya kata benda dan kata sifat termasuk isim. Bukan

berarti seluruh kata sifat adalah Isim. Karena ada kata sifat dalam Bahasa Arab yang masuk dalam kelompok kata kerja (fi’il)

3 Hanya pendekatan saja. Umumnya kata sambung dan kata hubung adalah huruf. Namun, tidak sedikit kata sambung atau kata hubung yang termasuk kelompok Isim.

Page 18: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 7

yang bermacam-macam. Pada pengantar ini, kita akan mempelajari semua jenis pembagian fi’il, isim, dan huruf yang wajib diketahui dan dipahami oleh para pemula.

Page 19: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

8 Abu Razin & Ummu Razin

1.3 Mengenal Fi’il

Fi’il umumnya dikenal dalam bahasa kita sebagai kata kerja seperti كتب (telah menulis) dan علم (telah mengetahui). Dalam Bahasa Arab, kata kerja ada 3 jenis4:

1. Fi’il Madhi ( ( الفعل الما

Fi’il madhi adalah kata kerja untuk masa lampau yang memiliki arti telah melakukan sesuatu. Contohnya: كتب (telah menulis) atau علم (telah mengetahui).

2. Fi’il Mudhari’ ( ( الفعل المضارع

Fi’il mudhari’ adalah kata kerja yang memiliki arti sedang atau akan melakukan. Contohnya: يكتب (sedang menulis) atau فعلم (sedang mengetahui).

3. Fi’il Amar ( مر فعل ( األ

Fi’il amar adalah kata kerja untuk perintah. Contohnya: .(!ketahuilah) اعلم atau (!tulislah) اكتب

4 Pembagian fi’il menjadi seperti ini lebih mirip tata bahasa inggris yang mengenal

istilah past tense (masa lampau) dan present continous tense (sedang berlangsung). Harus diakui tata Bahasa Arab lebih sesuai dengan tata bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia.

Page 20: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 9

Berikut ini tabel contoh ketiga jenis fi’il untuk berbagai kata kerja

No. Fi’il Madhi Fi’il Mudhari’ Fi’il Amar

غظر 1(telah melihat)

فنظر (sedang melihat)

اغظر (lihatlah!)

جلس 2(telah duduk)

جيلس(sedang duduk)

اجلس(duduklah!)

فتح 3(telah membuka)

ففتح(sedang membuka)

افتح(bukalah!)

سمع 4(telah mendengar)

يسمع(sedang mendengar)

اسمع(dengarkan!)

حسب 5(telah menghitung)

حيسب(sedang menghitung)

احسب(hitunglah!)

Untuk rumus perubahan dari fi’il madhi ke fi’il mudhari serta fi’il amar dibahas pada ilmu sharaf5.

Apakah Semua Fi’il Adalah Kata Kerja?

Umumnya fi’il adalah kata kerja sebagaimana contoh-contoh yang telah kami sebutkan. Akan tetapi, tidak semua fi’il adalah kata kerja. Karena, ada juga fi’il yang merupakan kata sifat seperti fi’il-fi’il yang ada pada bab 5 tsulatsy mujarrad6. Kaidahnya, semua kata kerja adalah fi’il tetapi 5 Silahkan merujuk ke buku kami, Ilmu Sharaf ntuk Pemula, untuk mendapatkan

pembahasan tentang masalah ini. 6 Silahkan merujuk ke buku kami, Ilmu Sharaf Untuk Pemula, untuk mendapatkan

pembahasan tentang masalah ini.

Page 21: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

10 Abu Razin & Ummu Razin

tidak semua fi’il adalah kata kerja. Contohnya: (sedang baik) حيسن – (telah baik) حسن •

(sedang bagus) جيمل – (telah bagus) مجل • (Sedang dekat) فقرب – (telah dekat) قرب • (sedang jauh) فبعد – (telah jauh) نعد • (sedang mulia) يكرم – (telah mulia) كرم •

Semua fi’il tsulatsy mujarrad bab 5 di atas adalah kata sifat. Namun, karena memiliki makna yang berkaitan dengan waktu (telah dan sedang), maka kata sifat ini juga termasuk fi’il. Karena, definisi fi’il adalah:

نت اق و غفسها يف معىن بل دلت لكمة بزمن رت

“Kata yang mengandung sebuah makna yang ada pada dirinya dan berkaitan dengan waktu”7

Artinya, definisi fi’il dikaitkan dengan kata yang mengandung makna waktu (telah, sedang, dan akan datang). Oleh karena itu meskipun fi’il-fi’il bab 5 memiliki makna kata sifat, akan tetapi karena maknanya mengandung keterangan waktu, maka termasuk fi’il.

7 Lihat penjelasannya dalam Syarah Mukhtashar Jiddan oleh Syaikh Ahmad Zaini Dahlan.

Semua kata kerja adalah fi’il, tetapitidak semua fi’il adalah kata kerja

Page 22: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 11

Apa Ciri-Ciri Fi’il?

Untuk memudahkan dalam mengetahui mana kata yang termasuk fi’il, maka kita bisa menghafal ciri-ciri fi’il. Ciri-ciri fi’il adalah:

1. Didahului huruf “ قد “

Huruf قد artinya adalah “sungguh”. Contohnya:

A B C )١: املؤمنون( “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.” (Al Mu’minun: 1)

Maka kata “ فلح .merupakan fi’il “ أ

2. Didahului huruf “ س”

Huruf “ س” artinya adalah “akan”. Contohnya:

B C D E ... ) ١٤٢: اكقرة(

“Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata ….” (Al Baqarah: 142)

Maka kata “ فقول” merupakan fi’il.

3. Didahului huruf “ سوف “

Huruf “ سوف” artinya juga “Akan”. Bedanya dengan “ س“, kata “ سوف” digunakan untuk waktu yang lebih lama daripada “ س”. Contohnya:

Page 23: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

12 Abu Razin & Ummu Razin

b c d )٣: احكاكثر( “Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu).” (At Takatsur: 3)

4. Diakhiri Ta Ta’nits “ ت “

Ta ta’nits tidak memiliki arti khusus, hanya huruf tambahan saja. Ta ta’nits ini merupakan ciri fi’il madhi dhamir يه . Contohnya:

... d e f g h i ... )١٨: اجمل( “… berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu! ....“ (An Naml: 18)

Kata “ قالت” diakhiri dengan huruf ta yang berharakat sukun (ta ta’nits). Maka kata ini termasuk fi’il.

Namun yang perlu dicatat, bila ada kata dalam Al Qur’an, hadits, dan kitab Bahasa Arab yang mengandung ciri-ciri di atas, maka sudah pasti fi’il, akan tetapi tidak semua fi’il datang dengan ciri-ciri tersebut. Banyak fi’il yang berdiri sendiri tanpa ciri yang menyertainya.

Selain pembagian fi’il berdasarkan waktu (fi’il madhi, fi’il mudhari, dan fi’il amar), ada beberapa pembagian fi’il yang wajib diketahui oleh pemula, yaitu:

1. Fi’il Berdasarkan Kebutuhan Terhadap Obyek (Fi’il Lazim dan Fi’il Muta’addiy)

2. Fi’il Aktif dan Pasif (Fi’il Ma’lum dan Fi’il Majhul)

3. Fi’il berdasarkan huruf penyusun (Fi’il Shahih dan Fi’il Mu’tal).

Page 24: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 13

1.3.1 Fi’il Berdasarkan Kebutuhan Terhadap Obyek (Fi’il Lazim dan Fi’il Muta’addiy)

Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal kata kerja yang butuh objek (transitif) dan kata kerja yang tidak membutuhkan objek (intransitif). Begitupun dengan Bahasa Arab, berdasarkan kebutuhannya pada objek, fi’il dibagi menjadi dua:

1. Fi’il Lazim ( زم الفعل الال )

Fi’il lazim adalah fi’il yang tidak membutuhkan objek (intransitif). Contohnya قام (telah berdiri) dan جلس (telah duduk). Kedua kata kerja ini secara nalar tidak mem-butuhkan objek. Misalkan قمت (Saya telah berdiri) dan ست جل (Saya telah duduk). Maka, kedua kalimat ini sudah sempurna. Sekalipun ada tambahan, maka tambahannya disebut keterangan, bukan objek. Contohnya:

جلست بل الكر(Saya telah duduk di atas kursi)

atau contoh kalimat:

قمت يف المسجد (Saya telah berdiri di dalam masjid)

Maka, “di atas kursi” dan “di dalam masjid” merupakan keterangan, bukan objek.

2. Fi’il Muta’adiy ( ي ( الفعل المتعدFi’il muta’addiy adalah fi’il yang membutuhkan objek

(transitif). Contohnya adalah كتب (telah menulis) dan كل أ

Page 25: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

14 Abu Razin & Ummu Razin

(telah makan). Bila kita membuat kalimat كتبت (Saya telah menulis) dan كلت

,Maka secara nalar .(Saya telah makan) أ

kalimat ini masih butuh objek. Apa yang dimakan? Apa yang ditulis? Sehingga, kita masih perlu menambahkan objek di belakangnya. Contohnya:

كتبت الرسالة

(Saya telah menulis surat)

atau kalimat:

مك كلت الس أ

(Saya telah memakan ikan)

dengan tambahan “surat” dan “ikan” barulah dua kalimat di atas menjadi sempurna.

Apakah Fi’il Lazim dan Fi’il Muta’addiy Memiliki Ciri Khusus Sehingga Bisa Dibedakan?

Secara bentuk tulisan, tidak ada bentuk tulisan khusus untuk fi’il lazim maupun muta’addiy. Pertama-tama, kita perlu mengetahui makna dari fi’il tersebut. Setelah itu, baru menggunakan nalar Kita, apakah kata tersebut membutuhkan objek atau tidak.

1.3.2 Fi’il Aktif dan Pasif (Fi’il Ma’lum dan Fi’il Majhul)

Ditinjau dari aktif dan pasif, fi’il terbagi menjadi:

1. Fi’il ma’lum ( المعلوم الفعل )

Fi’il ma’lum adalah kata kerja aktif.

Page 26: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 15

2. Fi’il majhul ( المجهول الفعل )

Fi’il majhul adalah kata kerja pasif.

Sama seperti Bahasa Indonesia, perubahan dari kata kerja aktif ke kata kerja pasif ada rumusnya. Misalkan menolong – ditolong, melihat – dilihat, memukul – dipukul, membersihkan – dibersihkan, dan sebagainya.

Contoh penggunaan kata kerja aktif dan kata kerja pasif:

بكرا زيد رضب بكر رضب (Zaid telah memukul Bakr) (Bakr telah dipukul)

Satu hal yang perlu dicatat, dalam kaidah Bahasa Arab, kalimat pasif tidak boleh memunculkan subjek (pelaku) karena fungsi kalimat pasif dalam Bahasa Arab adalah untuk menyembunyikan atau tidak menyebut pelaku, baik karena:

1. Pelakunya sudah diketahui, 2. Pelakunya memang tidak diketahui, maupun 3. Pelakunya sengaja disembunyikan.

Page 27: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

16 Abu Razin & Ummu Razin

Ini berbeda dengan Bahasa Indonesia, dimana kita masih boleh menyebut pelakunya, seperti contoh “Bakr telah dipukul oleh Zaid”. Dalam Bahasa Arab, kita hanya boleh

mengatakan “Bakr telah dipukul” tanpa menjelaskan siapa yang memukul. Bila kita ingin menyebut pelakunya, maka wajib menggunakan kalimat aktif.

Rumus mengubah fi’il ma’lum ke fi’il majhul adalah sebagai berikut:

Kaidah Fi’il Ma’lum dan Fi’il Majhul

Fi’il yang bisa berubah ke bentuk majhul hanya fi’il muta’addiy (transitif).

Adapun fi’il lazim (intransitif) tidak bisa berubah ke bentuk majhul, karena tidak memiliki objek

sehingga tidak bisa diubah ke bentuk pasif.

Rumus Mengubah Fi’il Ma’lum ke Fi’il Majhul

Rumus Fi’il Madhiy: Huruf pertama di-dhammah-kan, dan

1 huruf sebelum huruf terakhir di-kasrah-kan.

Rumus Fi’il Mudhari’: Huruf pertama di-dhammah-kan, dan

1 huruf sebelum huruf terakhir di-fathah-kan.

Page 28: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 17

Perhatikan tabel berikut untuk memahami rumus di atas:

Ketika Majhul Ketika Ma’lum

فقتل - قتل فقتل - قتل

يرضب - رضب يرضب - رضب

ففتح - فتح ففتح - فتح

فعلم - علم فعلم - علم

1.3.3 Fi’il Berdasarkan Huruf Penyusun (Fi’il Shahih dan Fi’il Mu’tal)

Ditinjau dari huruf penyusunnya, fi’il dibagi menjadi dua yaitu;

1. Fi’il Shahih ( حيح ( الفعل الصFi’il shahih adalah fi’il yang huruf penyusunnya terbebas

dari huruf ‘illat. Huruf ‘illat yaitu alif, waw, dan ya. Contohnya أكل (telah makan) dan كتب (telah menulis). Ketiga huruf penyusun dari kedua fi’il tersebut tidak ada yang mengandung alif, waw, dan ya sehingga كل

كتب dan أ

merupakan fi’il shahih.

Page 29: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

18 Abu Razin & Ummu Razin

2. Fi’il Mu’tal ( الفعل المعتل ) Fi’il mu’tal adalah fi’il yang huruf penyusunnya

mengandung minimal salah satu dari tiga huruf ‘illat yaitu alif, waw, dan ya baik pada awal, tengah dan akhir kata. Contoh fi’il mu’tal adalah صار (menjadi), رىم (melempar), خ(takut), dan .(menjauhi) و

Bukankah kata كل ?mengandung huruf alif أ

Kita harus membedakan alif dengan hamzah. Dalam kaidah penulisan bahasa arab, alif yang berharakat disebut dengan hamzah. Alif sendiri hanya berfungsi sebagai mad (pemanjang bacaan). Perhatikan perbedaan hamzah dengan alif melalui contoh berikut:

Hamzah Alif

كل أ (Makan) قام (berdiri)

ل سأ (bertanya) قال (berkata)

صام (membaca) قرأ (berpuasa)

Apa Manfaat Kita Mengetahui Fi’il Shahih dan Fi’il Mu’tal?

Fi’il mu’tal memiliki tashrif (pola perubahan) yang tidak mengikuti kaidah asal atau tidak seragam. Ini berbeda dengan fi’il shahih yang pola perubahannya seragam. Dengan mengetahui suatu fi’il mengandung huruf ‘illat, maka kita dapat lebih teliti dalam melakukan perubahan dari suatu bentuk ke bentuk yang lain khusunya tashrif

Page 30: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 19

lughawi (perubahan kata berdasarkan kata ganti) sehingga ketika menyusun kalimat, kita tidak akan salah memilih kata.

Page 31: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

20 Abu Razin & Ummu Razin

I.4 Mengenal Isim

Isim secara bahasa memiliki arti “yang dinamakan” atau “nama” atau “kata benda”. Sedangkan menurut ulama nahwu, isim adalah:

بزمن يقرتن لم و غفسها يف معىن بل دلت لكمة “Kata yang mengandung sebuah makna pada dirinya dan

tidak berkaitan dengan waktu”8

Dari definisi di atas, kita bisa mengetahui bahwa Isim merupakan lawan dari fi’il. Semua kata yang memiliki kandungan makna yang tidak terkait dengan waktu (telah, sedang, akan datang), maka kata tersebut termasuk isim. Karena tidak dibatasi dengan waktu, maka isim termasuk kata yang paling banyak jenisnya. Beberapa contoh kata yang termasuk jenis isim: artinya Zaid (isim ‘alam: nama orang) زيد • artinya “ini” (isim isyarah: kata tunjuk) هذا •نا •

artinya “saya” (isim dhamir: kata ganti) أ

Apa Ciri-Ciri Isim? Isim memiliki banyak ciri. Sebagian ciri isim yang mudah

dikenali adalah:

1. Dilekati alif lam

Semua kata dalam Bahasa Arab yang didahului oleh alif lam (ال) merupakan isim. Contohnya:

القران الكتاب،

8 Lihat penjelasannya dalam Syarah Mukhtashar Jiddan oleh Syaikh Ahmad Zaini Dahlan.

Page 32: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 21

2. Bertanwin Semua kata dalam Bahasa Arab yang berharakat tanwin baik dhammatain, fathatain, maupun kasratain, sudah pasti isim. Contohnya:

باب قلم،

3. Bertemu dengan huruf jar

Bila suatu kata didahului oleh huruf jar, maka kata tersebut pasti isim. Diantara huruf jar adalah من dan :Contohnya .إىل

ت اكيت إىل المسجد من رس(Aku telah berjalan dari masjid ke rumah)

Maka kata “ المسجد” dan “ اكيت“ merupakan isim. Penjelasan apa itu huruf jar akan dibahas selanjutnya pada pembahasan tentang huruf.

Bagi pemula, setidaknya harus memahami pembagian Isim sebagai berikut:

1. Isim berdasarkan jumlah (Mufrad, Tatsniyah, Jamak)

2. Isim berdasakan jenis (Mudzakkar dan Muannats)

3. Isim ditinjau dari keumuman dan kekhususan (Ma’rifah dan Nakirah)

4. Isim ditinjau dari Keberterimaan tanwin (Munsharif dan Ghairu Munsharif)

5. Isim ditinjau dari perubahan akhir kata (Mu’rab dan Mabniy)

Page 33: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

22 Abu Razin & Ummu Razin

1.4.1 Isim Berdasarkan Jumlah (Mufrad, Tatsniyah, Jamak)

Dalam bahasa Indonesia, kita hanya mengenal kata tunggal dan kata jamak. Dalam Bahasa Arab, selain dikenal kata tunggal dan kata jamak, juga dikenal kata ganda. Berdasarkan jumlah, isim dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Isim Mufrad ( ( االسم املفرد

Isim mufrad adalah kata tunggal. Contohnya: مسلم ,مسلمة (seorang muslim, seorang muslimah) dan كتاب , قلم (sebuah kitab, sebuah pulpen).

2. Isim Tatsniyah ( ثنية ( احك

Ini adalah suatu istilah yang agak sulit untuk ditemukan padanannya dalam Bahasa Indonesia. Karena dalam bahasa kita, hanya didapati istilah tunggal dan jamak. Tunggal adalah satu dan setiap yang lebih dari satu adalah jamak. Namun tidak demikian dengan Bahasa Arab. Pada Bahasa Arab, ada istilah untuk yang bermakna dua. Barangkali istilah Indonesia yang mendekati maksud istilah tastniyah adalah ganda. Jadi istilah jamak dalam Bahasa Arab bukan sesuatu yang lebih dari satu, akan tetapi lebih dari dua. Sesuatu yang bermakna dua atau ganda disebut dengan tatsniyah atau mutsanna ( مثىن ). Contohnya:

مسلمان , مسلمتان (dua orang muslim, dua orang muslimah)

Atau

Page 34: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 23

مسلمني , مسلمتني

(dua orang muslim dan dua orang muslimah)

dan

ن كتابا,قلمان (dua kitab, dua pulpen)

atau

كتانني ,قلمني (dua kitab, dua pulpen)

3. Jamak ( ( اجلمع

Jamak dalam Bahasa Arab ada tiga jenis, yaitu:

1. Jamak Mudzakkar Salim ( ر سالم ( مجع مذك

Yaitu bentuk jamak bagi isim-isim yang mudzakkar. Contohnya:

مسلمني atau مسلمون

(keduanya memiliki arti orang-orang muslim)

2. Jamak Muannats Salim ( ( مجع مؤنث سالم

Yaitu bentuk jamak bagi isim-isim yang muannats. Contohnya: مسلمات (orang-orang muslimah)

3. Jamak Taksir ( ع تكسري مج )

Ini adalah jamak yang tidak memiliki aturan baku. Jamak ini biasanya digunakan untuk kata benda mati

Page 35: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

24 Abu Razin & Ummu Razin

seperti pulpen, buku, pintu dan sebagainya. Contohnya: كتب (kitab-kitab), اقالم (pulpen-pulpen). Akan tetapi, ada juga jamak taksir yang bukan dari kata benda karena jamak taksir ada dua jenis:

1. Jamak Taksir Lil ‘Aqil: Jamak taksir untuk yang berakal. Contohnya:

laki-laki ( رجال – رجل ), nabi ( - نيب

نبياء أ ),

rasul ( رسل – رسول ), ustadz ( ستاذ

ساتذة – أ

أ ), dan

orang kaya ( – غين غنياء أ ).

2. Jamak Taksir Lighairil ‘Aqil: Jamak taksir untuk kata benda. Contohnya:

buku ( كتب - كتاب ),

pulpen ( قالم - قلم أ ),

pintu ( -باب بواب أ ).

Catatan:

1. Jamak Mudzakkar Salim hanya berlaku untuk isim-isim mudzakkar sedangkan Jamak Muannats Salim hanya berlaku untuk isim-isim muannats.

2. Asalnya, nama benda mati, jamaknya adalah jamak taksir akan tetapi untuk nama benda yang mengandung huruf ta marbuthah (muannats), bisa diubah ke jamak muannats salim. Contohnya: شجرة (pohon) –--> شجرات (pohon-pohon)

Page 36: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 25

3. Asalnya, isim-isim yang mudzakkar, jamaknya adalah jamak mudzakkar salim, akan Tetapi ada beberapa isim mudzakkar yang jamaknya jamak taksir. Contohnya:

ب (siswa) طالب • (siswa) طالال (pekerja) خمل • (pekerja-pekerja) قم

Adakah Rumus Perubahan dari Bentuk Mufrad ke Tasniyah dan ke Jamak?

Bentuk perubahan dari mufrad ke tatsniyah dan ke jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim adalah perubahan yang teratur. Artinya, telah memiliki perubahan dengan rumus tertentu. Adapun jamak taksir tidak memiliki aturan yang baku. Agar mudah memahaminya, bisa dilihat aturan rumus perubahan dari mufrad:

1. Rumus Tatsniyah

Rumus perubahan mufrad ke tatsniyah ada dua:

• Mufrad + ان (aani) untuk keadaan rafa’9

• Mufrad + ين (aini) untuk keadaan nashab dan jar

2. Rumus Jamak Mudzakkar Salim

Rumus perubahan mufrad ke jamak mudzakkar salim ada dua:

• Mufrad + ون (uuna) untuk keadaan rafa’

• Mufrad + فن (iina) untuk keadaan nashab atau jar

9 Kita akan membahas tentang istilah rafa’, nashab, dan jar pada bab-bab selanjutnya

Page 37: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

26 Abu Razin & Ummu Razin

3. Rumus Jamak Muannats Salim

Rumus perubahan mufrad ke jamak muannats salim:

• Mufrad mudzakkar + (aatun) ات

Agar lebih mudah untuk memahaminya, mari kita terapkan rumus di atas ke beberapa kata dalam tabel berikut:

Tabel Aturan Perubahan Isim

No. Mufrad TatsniyahJamak

Mudzakkar Salim

Muannats Salim

Taksir

مسلم 1 - - مسلمون مسلمان

مسلمني مسلمني

مسلمة 2- مسلمتان - مسلمات

مسلمتني

كتاب 3- - كتابان كتب

كتانني

قلم 4- - قلمان قالم

أ

قلمني

Page 38: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 27

Keterangan:

Pada contoh 1 dan 2 kita hendak membandingkan perbedaan perubahan antara bentuk mudzakkar dan muannats. Contoh 1 merupakan bentuk mudzakkar, sehingga tidak didapati bentuk jamak muannats salim-nya. Contoh 2 merupakan bentuk muannats sehingga tidak didapati jamak mudzakkar salim-nya.

Pada contoh 3 dan 4 kita hendak membandingkan tentang kedua jenis perubahan dari dua kata benda yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa jamak taksir tidak memiliki rumus perubahan, dengan kata lain tidak teratur10.

1.4.2 Isim Berdasarkan Jenis (Isim Mudzakkar dan Isim Muannats)

Dalam Bahasa Arab, dikenal pembagian kata berdasarkan jenis seperti kata jenis laki-laki (gentle) dan kata jenis wanita (feminim) baik untuk manusia maupun untuk benda. Pembahasan ini termasuk pembahasan yang sangat penting karena selalu dijadikan persyaratan dalam membuat kalimat Bahasa Arab. Isim berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi dua:

1. Isim Mudzakkar ( ر (اإلسم المذكMudzakkar secara bahasa memiliki arti laki-laki. Secara

istilah, isim mudzakkar adalah istilah atau terminologi untuk kata-kata yang masuk ke dalam jenis laki-laki. Semua nama manusia untuk laki-laki dan nama benda yang tidak

10 Sebetulnya jamak taksir juga memiliki pola. Akan tetapi ada 27 pola berbeda sehingga

sulit untuk

Page 39: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

28 Abu Razin & Ummu Razin

mengandung huruf ta marbuthah (ة) termasuk isim mudzakkar.

Contoh isim mudzakkar:

• Nama orang: نوح , يوسف , زيد , امحد (dan semua nama laki-laki)

• Nama benda: buku ( كتاب), pulpen ( قلم), baju( ثوب) dan semua nama benda yang tidak mengandung huruf ta marbuthah.

2. Isim Muannats ( اإلسم المؤنث)

Muannats secara bahasa memiliki arti wanita. Jadi, isim muannats adalah istilah untuk semua isim yang masuk ke dalam jenis wanita. Semua nama wanita dan isim-isim yang mengandung huruf ta marbuthah adalah isim muannats.

Contohnya:

• Nama wanita: خئشة , خدجية, ة فاطم dan semua nama wanita.

• Nama benda: sekolah ( مدرسه), universitas ( جامعة), kipas angin ( مروحة) dan semua nama benda yang mengandung ta marbuthah.

Selain kata yang mengandung huruf ta marbuthah, ada juga kata yang tidak mengandung ta marbuthah akan tetapi termasuk muannats, seperti nama anggota tubuh yang berpasangan seperti قني (mata)، ذن

.(tangan) يد dan ,(telinga) أ

Sebagian nama benda langit seperti رض شمس dan (bumi) أ

(matahari) juga dianggap muannats. Hal-hal semacam ini memang seringkali terjadi dalam Bahasa Arab. Sampai-sampai ada ungkapan, dalam setiap kaidah selalu ada pengecualian. Oleh karena itu, penting untuk mempelajari

Page 40: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 29

Bahasa Arab atas bimbingan guru yang memahami hal-hal semacam ini. Semoga Allah memberikan kemudahan dan keistiqamahan.

1.4.3 Isim Ditinjau dari Keumuman dan Kekhususan (Isim Ma’rifah dan Isim Nakirah)

Ditinjau dari keumumam dan kekhususan kata, Isim dibedakan menjadi 2:

1. Isim Ma’rifah (Kata Khusus)

2. Isim Nakirah (Kata Umum)

Kata khusus (Isim Ma’rifah) adalah kata yang obyek pembicaraannya telah ditentukan. Sebaliknya, Kata umum (Isim Nakirah) adalah kata yang obyek pembicaraannya tidak ditentukan. Artinya mencakup semua kriteria yang masuk dalam cakupan pembicaraan. Misalkan contoh kalimat:

كتاب هذا(ini adalah sebuah buku)

Maka buku dalam kalimat ini masih umum. Karena tidak dijelaskan apakah ini buku matematika atau buku bahasa arab atau buku milik siapa. Berbeda jika dikatakan:

كتاب هذا ية العرب

(ini adalah buku Bahasa Arab)

Atau: زيد كتاب هذا

(ini adalah bukunya Zaid)

Maka dua contoh di atas termasuk kata khusus, karena

Page 41: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

30 Abu Razin & Ummu Razin

telah ditentukan obyeknya. Contoh pertama telah ditentukan jenisnya dan contoh kedua telah ditentukan kepemilikannya. Lalu bagaimana kita mengetahuai suatu isim itu ma’rifah atau nakirah? Isim Ma’rifah dalam Bahasa Arab ada lima11:

1. Isim Dhamir (Kata Ganti)

Seluruh isim dhamir yang jumlahnya 14 termasuk isim ma’rifah. Keempat belas isim dhamir tersebut adalah:

a. هو (dia pria)

b. هما (mereka berdua pria)

c. هم (mereka pria)

d. يه (dia wanita) e. هما (mereka berdua wanita) f. هن (mereka wanita) g. نت

(Kamu pria) أ

h. غتما (Kalian berdua pria) أ

i. غتم (Kalian pria) أ

j. نت (Kamu Wanita) أ

k. غتما (Kalian berdua wanita) أ

l. غنت أ (Kalian wanita)

m. نا (Saya) أ

n. ن

(Kami) حن

Isim dhamir termasuk ma’rifah karena ketika kita

11 Lihat Bab An Na’tu dari Kitab Matan Al Ajurrumiyyah oleh Ibnu Ajurrum Ash Shanhajiy

Page 42: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 31

menggunakan isim dhamir, maka orang yang menjadi obyek pembicaraan telah ditentukan.

2. Isim ‘Alam (Nama) Semua bentuk penamaan baik nama orang atau nama tempat termasuk Isim Ma’rifah. Contohnya زيد (Zaid), محد

ة ,(Aisyah) خئشة ,(ahmad) أ جاكرتا dan ,(mekkah) مك

(Jakarta).

3. Isim Isyarah (Kata Tunjuk) Isim Isyarah adalah kata tunjuk yang kita kenal dalam bahasa Indonesia seperti ini dan itu. Dalam Bahasa Arab, kata tunjuk ada 6, yaitu:

Kata Tunjuk Ini (Mudzakkar) a. هذا (Tunggal) b. هذان (Ganda) c. ء هؤآل (Jamak)

Kata Tunjuk Ini (Muannats) a. (Tunggal) هذهb. هاتان (Ganda) c. ء هؤآل (Jamak)

Kata Tunjuk Itu (Mudzakkar) a. ذلك (Tunggal) b. ذانك (Ganda) c. وح

ك أ (Jamak)

Page 43: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

32 Abu Razin & Ummu Razin

Kata Tunjuk Itu (Muannats) a. تلك (Tunggal) b. تانك (Ganda) c. وح

ك أ (Jamak)

4. Isim yang dilekati alif dan lam (Al)

Semua kata dalam Bahasa Arab yang dilekati alif lam merupakan isim ma’rifah. Contohnya: الكتاب (buku), القلم (pulpen), الرجل (seorang laki-laki)

5. Isim yang di-idhafah-kan (disandarkan) kepada salah satu dari 4 isim ma’rifat di atas.

Pada bab-bab selanjutnya kita akan mempelajari bentuk idhafah ini secara khusus. Contoh-contoh bentuk idhafah (lihat tabel pada halaman selanjutnya):

Page 44: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 33

a. Idhafah kepada Isim Dhamir

Kata Arti

Buku dia (laki-laki) كتابه

Buku mereka berdua (laki-laki) كتانهما

Buku mereka (laki-laki) كتانهم

Buku dia (wanita) كتانها

تانهماك Buku mereka berdua (wanita)

Buku mereka (wanita) كتانهن

Buku Kamu (laki-laki) كتابك

Buku kalian berdua (laki-laki) كتابكما

Buku Kalian (laki-laki) كتابكم

Bukumu (wanita) كتابك

Buku kalian berdua (wanita) كتابكما

Buku Kalian (wanita) كتابكن

Buku Saya كتا

Buku Kami كتاننا

Page 45: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

34 Abu Razin & Ummu Razin

b. Idhafah kepada Isim Alam

Contohnya كتاب زيد (Bukunya Zaid), م خئشة ibunya)أ

Aisyah), ة هل مكهل المدفنة ,(penduduk Mekkah) أ

أ

(penduduk Madinah)

c. Idhafah kepada Isim Isyarah

Contohnya م أ ة هذه

المرأ (Ibunya anak perempuan ini)

d. Idahafah kepada Isim yang dilekati Al

Contohnya هلاحلديث أ (Ahli Hadits), اللغة كتاب (buku

bahasa), المسجد باب (pintu masjid)

Perhatikan jika kata هل , كتابم , أ

أ dan باب pada kalimat

di atas berdiri sendiri, maka maknanya masih umum dan bisa mencakup apa saja. Namun ketika kata-kata ini disandarkan kepada 4 isim ma’rifah maka menjadi jelas kepemilikannya atau menjadi khusus (spesifik) obyek pembicaraannya.

Bila kita perhatikan, dari 5 jenis isim ma’rifat, 3 diantaranya merupakan jenis yang sudah pasti ma’rifah yaitu isim dhamir, isim isyarah, dan isim ‘alam. Adapun dua sisanya bisa dibentuk dari kata apapun. Artinya, kata apapun dalam Bahasa Arab selain isim dhamir, isim isyarah, dan isim ‘alam hukum asalnya adalah nakirah sampai dilekati alif lam atau di-idhafah-kan kepada salah satu dari 4 jens isim ma’rifah. Contohnya kata باب , مدرسة , قلم , كتاب , dan مسجد adalah nakirah. Sedangkan bila dilekati alif lam menajdi

اكاب , المدرسة , القلم , الكتاب , dan المسجد maka menjadi ma’rifah. Secara sederhana bisa kita simpulkan bahwa isim nakirah adalah semua kata yang tidak dilekati alif lam dan tidak diidhafahkan kepada isim ma’rifah.

Page 46: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 35

1.4.4 Isim Ditinjau dari Keberterimaan Tanwin (Isim Munsharif dan Isim Ghairu Munsharif)

Hukum asalnya semua isim adalah bertanwin sampai ada sebab lain yang menjadikan tanwinnya hilang seperti kemasukan alif dan lam atau menjadi idhafah (sandaran). Isim yang kemasukan alif dan lam, maka tanwinnya wajib dihilangkan. Contohnya كتاب (buku). Ketika ada alif dan lam, maka wajib dibaca الكتاب dengan dhammah saja, bukan dengan dhammatain seperti الكتاب . Sebaliknya, Kata كتاب ketika berdiri sendiri tanpa alif dan lam, maka wajib dibaca tanwin, dan tidak boleh hanya dhammah saja seperti كتاب. Begitupun juga ketika kata كتاب menjadi idhafah (sandaran) seperti زيد كتاب (bukunya Zaid) maka tidak boleh dibaca tanwin seperti زيد كتاب .

Isim yang bisa bertanwin ini disebut dengan Isim Munsharif dan kebanyakan isim termasuk jenis ini. Contohnya: مسجد (masjid), باب (pintu), زيد (Zaid), قني (mata), dan sebagainya. Namun ada beberapa isim yang tidak boleh bertanwin ketika berdiri sendiri, apalagi ketika kemasukan alif dan lam atau idhafah. Isim yang termasuk jenis ini disebut dengan isim ghairu munsharif. Contohnya dalam Al Qur’an:

Î Í Ì Ë Ê É È Ç... )١٢٦: اكقرة(

“dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa ….” (Al Baqarah: 126)

Bila kita periksa dalam seluruh ayat Al Qur’an yang mengandung nama Nabi “Ibrahim” maka akan kita dapati bahwa seluruhnya tidak bertanwin. Berbeda dengan Nabi

Page 47: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

36 Abu Razin & Ummu Razin

Nuh, seluruhnya bertanwin, salah satu contohnya:

M LK J I H G F E D C B S R Q P O N \ [ Z YX W V U T

)١٦٣: ءالنسا(

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (An Nisa: 163)

Perhatikanlah bahwa nama Nabi Nuh disebutkan dalam keadaan bertanwin, akan tetapi nama nabi-nabi lain yang disebutkan di atas mulai dari Nabi Ibrahim hingga Nabi Daud tidak ada satupun yang bertanwin. Ini dikarenakan nama nabi Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, Sulaiman dan Daud termasuk isim ghairu munsharif, yaitu isim yang tidak boleh bertanwin. Selain tidak bertanwin, isim ghairu munsharif juga tidak menerima harakat kasrah. Oleh karena itu kata “ibrahim” pada ayat di atas tidak dibaca kasrah sekalipun didahului oleh huruf jar12. Lalu apa saja isim yang tidak boleh bertanwin?

12 Huruf jar adalah huruf yang menyebabkan isim yang ada setelahnya menjadi dalam

keadaan jar / khafadh. Bentuk asal jar adalah harakat kasrah.

Page 48: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 37

Berikut ini Kami berikan beberapa kelompok isim yang tidak boleh bertanwin:

1. Seluruh nama wanita

Seluruh nama yang digunakan untuk wanita baik yang diakhiri dengan ta marbuthah seperti خدجية , خئشة , فاطمة maupun tidak diakhiri ta marbuthah seperti زينب dan Khusus untuk nama wanita yang tersusun dari 3 .مريم huruf dan huruf di tengahnya berharakat sukun, maka boleh dibaca tanwin seperti هند .

2. Seluruh nama Laki-laki yang diakhiri ta marbuthah

Semua nama yang digunakan untuk laki-laki dan diakhiri dengan ta marbuthah seperti سامة , معاوية

ة , أ ميرس .

3. Seluruh nama yang berasal dari non Arab yang hurufnya lebih dari 3 huruf

Nama-nama yang berasal bukan dari Bahasa Arab yang tersusun lebih dari 3 huruf seperti nama-nama Nabi pada contoh di Surat An Nisa: 163 di atas. Khusus untuk nama yang tidak berasal dari Bahasa Arab yang tersusun dari 3 huruf termasuk isim munsharif seperti نوح dan لوط

4. Seluruh nama yang berakhiran alif dan nun

Semua nama yang diakhiri alif dan nun (ان) seperti مروان , .عدنان dan ،قثمان، سليمان

Selain tidak bertanwin, isim ghairu munsharif juga tidak bisa berharakat kasrah.

Page 49: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

38 Abu Razin & Ummu Razin

5. Seluruh nama yang mengikuti wazan fi’il

Semua nama yang mengikuti wazan fi’il seperti محد dan أ

. يزيد

6. Seluruh nama yang mengikuti wazan فعل Semua nama yang polanya mengikuti wazan فعل seperti . زحل dan قمر

7. Seluruh kata sifat yang mengikuti wazan فعالن

Semua kata dalam bahasa arab yang polanya mengikuti wazan فعالن seperti شان قط (haus), عضبان (marah), dam جوخن (lapar).

8. Seluruh kata yang mengikuti wazan فعل أ

Semua kata yang polanya mengikuti wazan فعل seperti أ

nama-nama warna dan isim tafdhil13. Contohnya محر أ

(merah), خرضسود ,(hijau) أ

زرق ,(putih) أ

صفر ,(biru) أ

أ

(kuning) , نيضكرب dan (putih) أ

فضل ,(paling besar) أ

paling) أ

utama), حسننعد ,(paling baik) أ

(paling jauh) أ

9. Seluruh kata yang mengikuti pola shigat muntahal jumu’

Shigat muntahal jumu’ adalah salah satu bentuk jamak dengan pola-pola khas seperti فاقيل، فواعل، مفاعل

dan أ

sebagainya. Contohnya ناشيد أ (lagu-lagu), قواعد (kaidah-

kaidah), رسائل (risalah-risalah), dan مدارس (sekolah-sekolah).

13 Kata yang menunjukkan makna “paling” atau “sangat”

Page 50: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 39

10. Semua kata yang diakhiri alif ta’nits maqsurah dan mamdudah

Alif ta’nits adalah alif yang menjadi ciri muannats dari suatu kata. Misalkan خرض

.adalah bentuk mudzakkar أ

Bentuk muannatsnya adalah dengan diubah ke pola alif ta’nits mamdudah menjadi خرضاء . Semua kata yang diakhiri alif ta’nits baik yang maqsurah maupun mamdudah termasuk isim ghairu munsharif.

Contoh kata yang diakhiri alif ta’nits maqshurah14:

,(lapar) جوىع ,(haus) قط

(peringatan) ذكرى ,(nama wanita) سلىم

Contoh kata yang diakhiri alif ta’nits mamdudah15:

,(putih) نيضاء ,(merah) محراء ,(hijau) خرضاء

,(putih) صفراء ,(biru) زرقاء ,(hitam) سوداء

صدقاء (para penyair) شعراء ,(teman-teman) أ

14 Disebut maqshurah (dipendekkan) karena alifnya sekan dipendekkan menjadi bentuk

huruf seperti huruf ya 15 Disebut mamdudah (dipanjangkan) karena alif nya ditulis dalam bentuk alif tegak

seperti biasa

Page 51: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

40 Abu Razin & Ummu Razin

1.4.5 Isim Ditinjau dari Perubahan Akhir Kata (Mu’rab dan Mabniy)

Ada kata yang harakat terakhirnya berubah-ubah seiring dengan perbedaan kedudukan kata tersebut dalam kalimat. Ada juga kata yang harakat akhirnya tetap, akan tetapi hurufnya yang berubah. Sebagian lagi, ada yang harakat terakhir maupun huruf terakhinya tidak berubah sama sekali. Karena bila ditinjau dari keadaan akhir kata ini, isim dibagi menjadi dua:

1.4.5.1 Berubah (Mu’rab)

Mu’rab adalah kelompok kata yang bisa berubah keadaan akhir katanya seiring perbedaan kedudukan kata tersebut. Contohnya lafal Allah yang telah Kami sebutkan sebelumnya. Lafal Allah bisa berharakat dhammah, fathah, maupun kasrah tergantung kedudukannya dalam kalimat. Mu’rab sendiri ada dua:

A. Berubah Harakat

Ada kata yang perubahannya dari sisi harakatnya. Kelompok kata yang masuk jenis ini ada 3 yaitu:

1. Isim mufrad 2. Jamak taksir 3. Jamak muannats salim

Ketiga kata di atas, bila menempati kedudukan yang berbeda-beda dalam kalimat, maka yang berubah adalah harakatnya. Contohnya:

Page 52: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 41

Isim Mufrad Jamak Taksir

Jamak Muannats Salim

Rafa’ رجل جاء

(Seorang laki-laki telah datang)

رجال جاء المسلمات جائت

Nashab يت

رجال رأ

(Aku telah melihat seorang laki-laki)

يت رجاال رأ يت

المسلمات رأ

Jar برجل مررت

(Aku telah berpapasan dengan seorang laki-laki)

برجال مررت بالمسلمات مررت

Perhatikanlah bahwa ketiga jenis kata di atas berubah-ubah sesuai kedudukannya dalam kalimat (berbeda ketika menjadi subjek, menjadi objek, dan ketika didahului oleh huruf jar). Kadang dhammah, fathah, atau kasrah sesuai kedudukannya dalam kalimat. Pembahasan tentang rafa’, nashab, dan jar serta kedudukan kata dalam kalimat akan dibahas lebih lanjut pada bab-bab selanjutnya.

B. Berubah Huruf

Kelompok kata ini yang berubah bukan harakatnya, melainkan hurufnya. Kelompok kata yang masuk jenis ini adalah:

1. Tastniyah

2. Jamak Mudzakkar Salim

3. Isim-isim yang lima16

16 Isim-isim yang lima adalah istilah untuk 5 isim yang memiliki perubahan akhir kata

yang berbeda dengan isim yang lain. Pembahasan lebih detail akan dibahas pada bab-

Page 53: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

42 Abu Razin & Ummu Razin

Ketiga jenis kata tersebut, ketika menempati kedudukan yang berbeda-beda dalam kalimat, maka yang berubah adalah hurufnya. Contohnya:

Isim Tatsniyah Jamak

Mudzakkar Salim

Isim Yang Lima

Rafa’ جاء مسلمان

(2 orang muslim telah datang)

خوك ء جا جاء مسلمون أ

Nashab يت مسلمني

رأ

(Aku telah melihat 2 orang muslim)

يت مسلمني خاك رأ

يت أ

رأ

Jar مررت بمسلمني

(Aku telah berpapasan dengan 2 orang muslim)

خيك مررت بمسلمني مررت بأ

Perhatikanlah bahwa ketiga jenis kata di atas yang berubah-ubah adalah hurufnya bukan harakatnya. Misalkan tastniyah ketika menjadi subjek bentuknya “aani”, ketika menjadi objek dan ketika didahului huruf jar menjadi “ayni”.

1.4.5.2 Tetap (Mabniy)

Mabniy adalah lawan dari mu’rab. Ini adalah kelompok kata yang tidak akan berubah selamanya. Artinya, bentuknya akan selalu seperti itu. Contoh kata yang masuk kelompok kata ini adalah isim isyarah (kata tunjuk). Misalkan kata . هذهBentuknya akan seperti ini selamanya apapun

bab selanjutnya. Kelima isim tersebut adalah:

ب خ ,(bapak) أ

(yang memiliki) ذو dan (mulut) فم ,(paman) حم ,(saudara) أ

Page 54: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 43

kedudukannya. Tidak mungkin berubah menjadi هذه atau .هذه

Ketika kita berbicara tentang mu’rab dan mabniy, sebetulnya ini tidak hanya berlaku untuk isim saja. Pembahasan ini juga berlaku untuk fi’il dan huruf. Akan tetapi, kita akan membahas ini lebih detail lagi pada bab-bab selanjutnya insya Allah.

Page 55: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

44 Abu Razin & Ummu Razin

1.5 Mengenal Huruf

Huruf ( رف secara bahasa memilki arti huruf seperti (احلyang kita kenal dalam Bahasa Indonesia yang ada 26 huruf. Sedangkan dalam Bahasa Arab kita mengenal ada 28 huruf yang kita kenal dengan huruf hijaiyah. Akan tetapi, huruf yang dimaksud disini bukan setiap huruf hijaiyah melainkan huruf hijaiyah yang memiliki arti seperti:

(seperti) ك (akan) س (untuk) ل (dengan) ب (maka) ف (dan) و

Huruf yang dimaksud di sini tidak berarti harus huruf yang disusun dari satu huruf saja, tetapi juga disusun dari dua atau lebih huruf yang memiliki makna, contohnya:

(di dalam) يف ,(di atas) بل , (dari) قن ,(ke) اىل ,(dari) من

Bagi pemula, setidaknya harus menghafal dan memahami 3 kelompok huruf:

1. Huruf Jar

2. Huruf Nashab

3. Huruf Jazm

Dikarenakan huruf nashab dan huruf jazm sangat berkaitan erat dengan fi’il, maka kedua jenis huruf ini akan dibahas pada bab selanjutnya setelah membahas pola kalimat menggunakan kata kerja (fi’il).

1.6.1 Huruf Jar

Huruf jar adalah huruf yang menyebabkan isim yang ada setelahnya wajib dalam keadaan jar / khafadh. Bentuk asal jar adalah kasrah. Huruf-huruf jar antara lain:

Page 56: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 45

,(di atas) بل , (dari) قن ,(ke) اىل ,(dari) من

,(dengan) ب ,(Sedikit/jarang) رب ,(di dalam) يف

(sejak) منذ ,(sejak) مذ ,(seperti) ك ,(untuk) ل

Contohnya:

h g f )٦: اجاس( “Dari golongan jin dan manusia.” (An Naas: 6)

)١٨: غاشيةال(£ � ¡ ¢

“dan kepada langit, bagaimana ia ditinggikan?” (Al Ghasyiyah: 18)

F E D )٢: اجبأ( “Tentang berita yang besar.” (An Naba: 2)

| { z y )٥: طه( “Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (Thaha: 5)

d c b a ` ) ٥: اساج( “yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.” (An Naas: 5)

لقيته كريم رجل رب

Page 57: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

46 Abu Razin & Ummu Razin

“Sedikit sekalai lelaki mulia yang aku jumpai.”

s r q p)١: اجاس( “Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.” (An Naas: 1)

rq p o n m l k j i h g )٧٤: اكقرة(

“kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (Al Baqarah: 74)

I H G F)٢: لفاحتةا( “Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam.” (Al Fatihah: 2)

فته ام حد يوم مذ رأ

األ

“Aku tidak melihatnya sejak hari minggu.”

كلت ما سنة منذ اللحم أ

“Aku sudah tidak memakan daging sejak setahun.”

Perhatikanlah ayat-ayat dan contoh-contoh di atas. Setiap kata yang didahului oleh huruf jar memiliki harakat kasrah.

Selain huruf jar yang disebutkan di atas. Ada juga huruf yang termasuk huruf jar, yaitu huruf qasam (sumpah). Huruf qasam ada tiga yaitu waw, ba, dan ta. Contoh penggunaan

Page 58: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 47

huruf qasam:

تاهللا ، باهللا ، واهللا

Ketiganya memiliki arti “demi Allah”. Contoh huruf qasam dalam Al Quran:

A)١: لعرصا( “Demi masa.” (Al ‘Ashr: 1)

n m l k j i h g f e d o )٧٣: يوسف(

“Saudara-saudara Yusuf Menjawab “Demi Allah Sesungguhnya kamu mengetahui bahwa Kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan Kami bukanlah Para pencuri.” (Yusuf: 73)

Page 59: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

48 Abu Razin & Ummu Razin

BAB II KALIMAT INTI

Kunci memahami suatu bahasa adalah dengan cara memahami pola atau struktur kalimatnya. Bagi pemula, sangat penting untuk memahami struktur kalimat Bahasa Arab. Apalagi struktur Bahasa Arab agak berbeda dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sebelum membahas yang lain-lain, kita akan mempelajari struktur kalimat Bahasa Arab terutama struktur kalimat inti. Adapun keterangan kalimat baru akan kita bahas pada bab 3 insya Allah. Struktur kalimat inti dalam Bahasa Arab minimal harus tersusun dari dua kata:

1. Isim + Isim

2. Fi’il + Isim

Pola kalimat Isim + Isim disebut dengan jumlah ismiyyah sedangkan pola kalimat fi’il + Isim disebut jumlah fi’liyyah. Secara sederhana, kita boleh mengatakan, Jumlah ismiyyah adalah kalimat yang diawali dengan isim sedangkan jumlah fi’liyyah adalah kalimat yang diawali dengan fi’il. Karena pada prakteknya nanti ada jumlah ismiyyah yang polanya Isim + Fi’il bukan Isim + Isim. Contoh jumlah ismiyyah antara lain:

a. كتاب هذا (Ini adalah Buku)

b. طبيب هو (Ia adalah seorang dokter)

Page 60: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 49

c. مدرس زيد (zaid adalah seorang guru)

d. طاكة خئشة (Aisyah adalah seorang siswi)

Seluruh kalimat di atas termasuk jumlah ismiyyah karena tersusun dari isim + isim. Pemberian harakat dhammah / dhammatain baik untuk isim pertama maupun yang kedua tidaklah sembarangan. Ada kaidah khusus pemberian harakat untuk pola kalimat jumlah ismiyyah yang insya Allah akan dibahas pada pembahasan selanjutnya. Adapun contoh jumlah fi’liyyah antara lain:

a. ذهب زيد (Zaid telah pergi)

b. ذهبت فاطمة (Fathimah telah pergi)

c. محد (Ahmad sedang pergi) يذهب أ

d. تذهب خئشة (Aisyah sedang pergi)

Seluruh kalimat di atas termasuk jumlah fi’liyyah karena tersusun dari fi’il baik fi’il madhi maupun fi’il mudhari dan Isim. Bila kita perhatikan, susunan kalimat Bahasa Arab agak berbeda dengan bahasa Indonesia dimana predikat (perbuatan) lebih didahulukan daripada subyek (pelaku). Kemudian, semua isim sebagai subyek (pelaku) pada kalimat jumlah fi’liyyah di atas berharakat dhammah / dhammatain. Hal semacam ini insya Allah akan kita dalami pada pembahasan selanjutnya.

Page 61: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

50 Abu Razin & Ummu Razin

2.1 Jumlah Fi’liyyah

Jumlah Fi’liyyah adalah kalimat yang diawali oleh fi’il dalam susunan kalimatnya. Dikarenakan dari sisi kebutuhannya pada objek, fi’il dibagi menjadi fi’il lazim (intransitif: tidak butuh objek) dan fi’il muta’addiy (transitif: butuh objek), maka pola jumlah fi’liyyah juga ada dua bentuk:

1. Pola Kalimat Fi’il Lazim

Fi’il + Fa’il

(Predikat + Subjek)

Contohnya kalimat “Zaid telah duduk”:

زيد جلس

Subjek Predikat

Kata kerjanya ( جلس) disebut lebih dulu dari pelaku (subjek).

2. Pola Kalimat Fi’il Muta’addiy

Fi’il + Fa’il + Maf’ul bih

(Predikat + Subjek + Objek)

Contohnya kalimat “Zaid sedang membaca Al Qur’an”:

القرآن زيد فقرأ

Objek Subjek Predikat

Fi’il adalah predikat (kata kerja), Fa’il adalah subjek

Page 62: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 51

(pelaku), dan Maf’ul bih adalah objek (yang dikenai perbuatan atau korban). Kata untuk fa’il dan maf’ul bih bisa diambil dari jenis isim yang sesuai dengan konteks pembicaraan.

KAIDAH UMUM

Dalam menyusun kalimat Bahasa Arab, ada dua pembahasan yang pasti akan selalu menyertai pembahasan seputar persyaratan kalimat tersebut; yaitu pembahasan tentang isim berdasarkan jenis (mudzakkar dan muannats) dan isim berdasarkan jumlah (Mufrad, Tastniyah, Jamak). Ini penting dikarenakan dalam pola kalimat Bahasa Arab, perbedaan jenis dan jumlah kata akan sangat mempengaruhi bentuk kata yang sesuai untuk kalimat tersebut. Sebagai contoh, bila kita ingin membuat kalimat “zaid telah hadir” dan “Fathimah telah hadir”, maka ada perbedaan fi’il yang digunakan. Perhatikan kalimat berikut:

فاطمه حرضت زيد حرض

Karena kata “Zaid” jenisnya adalah mudzakkar dan jumlahnya adalah mufrad, maka fi’il yang sesuai adalah fi’il dhamir هو (dia laki-laki) yaitu حرض sedangkan kata “Fathimah” jenisnya adalah muannats dan jumlahnya adalah mufrad, maka fi’il yang sesuai adalah fi’il dhamir يه yaitu .حرضت

2.1.1 Pola Kalimat Fi’il Lazim

Fi’il Lazim adalah fi’il yang tidak butuh objek (maf’ul bih). Oleh karena itu, dalam menyusun kalimat menggunakan fi’il

Page 63: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

52 Abu Razin & Ummu Razin

lazim, kita cukup menyebut subjeknya (fa’il) saja setelah fi’il nya. Contohnya:

زيد قام (Zaid telah berdiri)

زيد فقوم (Zaid sedang berdiri)

Kaidah yang berlaku untuk jumlah fi’liyyah dengan fi’il lazim adalah:

1. Fi’il harus sesuai jenisnya dengan fa’il.

Bila fa’ilnya mudzakkar, maka fi’ilnya wajib mudzakkar. Sebaliknya jika fa’ilnya muannats, maka fi’ilnya wajib muannats.

2. Fi’il harus dalam bentuk mufrad.

Ini berlaku baik untuk fa’il yang mufrad, tatsniyah, maupun jamak. Jadi sekalipun fa’ilnya tastniyah ataupun jamak, fi’il tetap wajib dalam keadaan mufrad.

KAIDAH JUMLAH FI’lLIYYAH LAZIM 1. Fi’il harus sesuai jenisnya dengan fa’il. 2. Fi’il harus dalam bentuk mufrad. 3. Fa’il harus dalam keadaan rafa’ (marfu’)

Page 64: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 53

3. Fa’il harus dalam keadaan rafa’ (marfu’)

Berikut ini kaidah rafa’ untuk mufrad, tatsniyah, dan Jamak:

Jumlah Keadaan Ketika Rafa’ Contoh

Mufrad Dhammah طالب

Tatsniyah Bentuk aani (ان) طاكان

Jamak Mudzakkar Salim Bentuk uuna (ون) طاكون

Jamak Muannats Salim Dhammah طاكات

Jamak Taksir Dhammah ب طال

Untuk memahami kaidah ini, mari kita latihan menerapkan kaidah tersebut dengan memperhatikan variasi kalimat berikut ini:

A. Fi’il Madhi

A.1 Mufrad

Perhatikan tabel berikut untuk memahami 3 persyaratan jumlah fi’iliyyah yang telah disebutkan di atas. Perhatikan bahwa semua fa’il dalam contoh berikut ini berharakat dhammah / dhammatain. Ini dikarenakan fa’il itu wajib rafa’

RUMUS CEPAT: FIRA DAN FARA ITU MANIS

1." FIRA: FI’il harus mufRAd 2." FARA: FA’il harus RAfa’ 3." MANIS: fi’il dan fa’il itu harus saMA jeNIS

Page 65: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

54 Abu Razin & Ummu Razin

dan tanda asli rafa’ adalah dhammah. Isim Mufrad termasuk kata yang ketika rafa’ wajib berharakat dhammah.

Mudzakkar Muannats

عيل جلس

(Zaid telah duduk)

فاطمة جلست

(Fathimah telah duduk)

زيد نام (Zaid telah tidur)

هند نامت (Hindun telah tidur)

المدرس غضب (bapak guru telah marah)

المدرسة غضبت (Ibu guru telah marah)

الب جاء الط (Siswa telah datang)

اكة جائت الط (Siswi telah datang)

اكدر طلع (Bulan purnama telah nampak)

مس طلعت الش (Matahari telah terbit)

الكتاب ضاع (buku telah hilang)

يارة ضاعت الس (mobil telah hilang)

المطر اغقطع (hujan telah berhenti)

الكهرباء اغقتطعت

(listrik telah mati)

لعب الو

(Anak laki-laki telah bermain)

اكنت لعبت

(anak wanita telah bermain)

العصفور طار

(burung telah terbang)

ائرة طارت الط (pesawat telah terbang)

حلصان ا جرى (Kuda telah berlari)

فينة جرت الس (Perahu telah berlayar)

Page 66: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 55

Tabel di atas adalah contoh jumlah fi’liyyah yang fa’il nya bukan kata ganti (isim dhamir). Dari 14 bentuk fi’il dari kata ganti هو sampai ن ada 8 fi’il yang fa’ilnya sudah melekat , حنpada fi’ilnya yaitu fi’il dhamir mukhathab (kata ganti orang kedua) yaitu نت

غتما, أ

غتم ، أ

نت ، أ

غتما، ، أ

غنت أ

أ dan fi’il dhamir

mutakkallim (kata ganti orang pertama) yaitu نان dan أ .حن

Contohnya untuk kata kerja duduk:

Kalimat Kata Ganti Arti

نت جلست Kamu (pria) telah duduk أ

غتما جلستما Kalian berdua (pria) telah duduk أ

غتم جلستم Kalian (pria) telah duduk أ

نت جلست Kamu (wanita) telah duduk أ

غتما جلستما Kalian berdua (wanita) telah duduk أ

غنت جلسنت Kalian (wanita) telah duduk أ

نا جلست Saya (pria / wanita) telah duduk أ

ن جلسنا Kami (pria / wanita ) telah duduk حن

Perhatikan tabel di atas. Kedelapan fi’il madhi tersebut sudah menjadi kesatuan dengan fa’ilnya. Artinya, Ketika seseorang mengatakan جلست, maka kata ini sudah mengandung fi’il dan isim (isim dhamir) dimana huruf ت merupakan isim dhamir نا

.جلس yang melekat pada أ

Maknanya sudah dapat dipahami bahwa yang duduk adalah orang yang berbicara (Saya). Ini berbeda dengan fi’il madhi dhamir ghaib (kata ganti orang ketiga) dimana kita

Page 67: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

56 Abu Razin & Ummu Razin

diwajibkan untuk menyebut pelakunya. Kalau kita hanya mengatakan جلس (dia telah duduk) saja, maka tidak jelas yang duduk siapa sampai kita menyebut fa’ilnya. Misalnya

زيد جلس (Zaid telah duduk), maka kalimat ini jelas menunjukkan bahwa yang duduk adalah Zaid.

A.2 Tatsniyah

Dalam kaidah telah disebutkan, sekalipun fa’ilnya tatsniyah, fi’ilnya harus tetap mufrad. Contohnya:

المسلمان ذهب (Dua muslim telah pergi)

Kita tidak boleh menggunakan fi’il madhi dhamir هما menjadi المسلمان ذهبا . Ini menyalahi kaidah nahwu. Kalau keadaannya demikian, lalu kapan kata ذهبا bisa digunakan? Kata ذهبا bisa digunakan bila digunakan dalam jumlah ismiyyah. Karena jumlah ismiyyah memiliki kaidah yang berbeda dengan jumlah fi’liyyah. Contoh penggunaan yang benar untuk kata ذهبا adalah:

ذهبا المسلمان

(Dua orang muslim telah pergi)

Secara sepintas tidak ada perbedaan yang signifikan antara versi jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah dalam dua contoh kalimat “Dua orang muslim telah pergi”. Namun, dalam kaidah Bahasa Arab, terkadang subjek (pelaku) didahulukan daripada fi’il sebagai pentuk penekanan pada subjek nya bukan pada perbuatannya. Silahkan perhatikan tabel berikut untuk memahami penerapan kaidah jumlah

Page 68: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 57

fi’liyyah untuk jenis fa’il tatsniyah.

Mudzakkar Muannats

ستاذان جاءاأل

(Kedua guru [pria] telah datang)

ستاذتان جائتاأل

(Kedua guru [wanita] telah datang)

بيبان جلس الط ( Kedua dokter [pria]

telah duduk)

بيبتان جلست الط (Kedua dokter

[wanita] telah duduk المسلمان صىل

(Dua orang muslim telah shalat)

المسلمتان صلت (Dua orang muslimah

telah shalat)

المؤمنان صام (Dua orang mu’min

telah berpuasa)

المؤمنتان صامت (Dua orang mu’minah

telah berpuasa)

الكتابان ضاع (Dua buku telah hilang)

يارتانا ضاعت لس (Dua mobil telah hilang)

الرجالن لعب (Dua laki-laki telah bermain)

المرثتان لعبت (Dua wanita telah bermain)

المدرسان قام (Dua guru

[pria] telah berdiri)

المدرستان قامت (Dua guru

[wanita] telah berdiri)

اكان عزم الط (Dua siswa telah bercita-cita)

اكتان عزمت الط (Dua siswi telah bercita-cita)

Berdasarkan kaidah, fa’il harus rafa’. Akan tetapi pada contoh di atas, kita melihat tidak ada satupun yang berharakat dhammah. Ini dikarenakan tidak semua kata

Page 69: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

58 Abu Razin & Ummu Razin

wajib berharakat dhammah ketika rafa’. Ada beberapa kata yang memiliki bentuk lain ketika rafa’. Salah satunya isim tatsniyah. Karena, perubahan i’rab tatsniyah bukan dengan perubahan harakat, melainkan perubahan huruf. Sebagaimana kita ketahui, tastniyah ada dua bentuk; pertama diakhiri aani ( ان) dan kedua diakhiri ayni ( ين). Kaidahnya, bentuk aani untuk rafa’ dan bentuk ayni untuk nashab dan jar. Sehingga, bila kita ingin membuat jumlah fi’liyyah yang failnya adalah tatsniyah, maka kita harus menggunakan bentuk aani ( ان).

Page 70: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 59

A.3 Jamak

Sama dengan tatsniyah, berdaasarkan kaidah, jumlah fi’liyyah yang fa’ilnya jamak, tetap menggunakan fi’il dalam bentuk mufrad. Ini berlaku baik untuk jamak mudzakkar salim, jamak muannats salim, maupun jamak taksir. Perhatikan tabel beriku untuk memahaminya:

A.3.1 Jamak Salim

Jamak Salim

Jamak Mudzakkar Salim Jamak Muannats Salim المسلمون صىل

(orang-orang muslim telah shalat)

المسلمات صلت (orang-orang muslimah

telah shalat)

المؤمنون صام (orang-orang mu’min

telah berpuasa)

المؤمنات صامت (orang-orang mu’minah

telah berpuasa)

المدرسون قام (guru-guru [pria] telah berdiri)

المدرسات قامت (guru-guru [wanita] telah berdiri)

اكون عزم الط (siswa-siwa telah bercita-cita)

اكات عزمت الط (siswi-siswi telah bercita-cita)

Sama dengan tatsniyah, ketika rafa’, jamak mudzakkar salim tidak berharakat dhammah. Ini dikarenakan jamak mudzakkar salim termasuk kata yang perubahan i’rabnya bukan berdasarkan perubahan harakat, melainkan perubahan huruf. Sebagaimana kita ketahui, Jamak mudzakkar salim memilki dua bentuk; pertama uuna ( ون) dan kedua iina ( فن ). Kaidahnya, uuna untuk rafa’ dan iina untuk nashab dan jar.

Page 71: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

60 Abu Razin & Ummu Razin

Oleh karena itu, semua fa’il dalam jumlah fi’liyyah di atas datang dalam bentuk uuna.

Tidak seperti jamak mudzakkar salim, perubahan i’rab jamak muannats salim adalah berdasarkan harakat. Oleh karena itu, ketika rafa’, jamak muannats salim wajib berharakat dhammah.

A.3.2 Jamak Taksir

Jamak taksir sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab 1 terbagi menjadi 2 jenis;

(1) Jamak Taksir Lil ‘Aqil

(2) Jamak Taksir Lighairil ‘Aqil

Ada perbedaan kaidah antara dua jenis jamak taksir ini ketika menjadi fa’il (subjek). Kaidahnya adalah sebagai berikut:

1. Bila fa’il nya jamak taksir lighairil ‘aqil, maka fi’il nya wajib dalam keadaan mufrad muannats.

2. Bila fa’il nya jamak taksir lil ‘aqil, maka fi’il nya menyesuaikan jenis dari fa’il tersebut. Bila jamak taksirnya untuk mudzakkar, maka hukum asalnya17 fi’il nya wajib mufrad mudzakkar. Sebaliknya bila jamak taksirnya untuk muannats, maka fi’il nya wajib mufrad muannats.

17 Terkadang ditemukan fi’il nya dalam bentuk mufrad muannats seperti pada Surat Al

A’raf Ayat 101:

رسلهم يهم جاء ولقد

Page 72: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 61

Untuk lebih memahami kaidah tersebut, silahkan perhatikan contoh-contoh dalam pembahasan berikut ini.

A.3.2.1 Jamak Taksir Lighairil ‘Aqil

Ketika dalam bentuk mufrad, beberapa kata benda mungkin ada yang mudzakkar dan ada yang muannats. Namun, ketika kata benda tersebut berubah menjadi bentuk jamak taksir, maka semuanya dianggap muannats. Karena kaidahnya, semua jamak taksir dari kata benda (ghairu ‘aqil) dihukumi muannats.

Silahkan perhatikan tabel berikut untuk memahami jumlah fi’liyyah jamak taksir lighairil ‘aqil. Kolom sebelah kiri dalam bentuk tunggal (mufrad) dan kolom sebelah kanan dalam bentuk jamak (jamak taksir).

KAIDAH JUMLAH FI’LIYYAH JAMAK TAKSIR

1. Bila fa’il nya jamak taksir lighairil ‘aqil, maka fi’il-nya wajib dalam keadaan mufrad muannats.

2. Bila fa’il nya jamak taksir lil ‘aqil, maka fi’il-nya menyesuaikan jenis dari fa’il tersebut.

KAIDAH JAMAK TAKSIR LI GHAIRIL ‘AQIL

Semua jamak taksir dari kata benda (ghairu ‘aqil) dihukumi muannats.

Page 73: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

62 Abu Razin & Ummu Razin

Mufrad Jamak Taksir

العني بكت (Mata telah menangis) العيون بكت

اللكب جرى (Anjing telah berlari) الالكب جرت

الكتاب ضاع (buku telah hilang) الكتب ضاعت

المسجد كرث (Masjid telah banyak) المساجد كرثت

جرة نبتت الش (Pohon telah tumbuh) شجار نبتتاأل

اجهر جف (Sungai telah mengering) ت غهار جفاأل

الورقة سقطت (Daun telah berguguran) وراق سقطتاأل

الزهرة تفتحت (Bunga telah bermekaran) زهار يفتحتاأل

ائر غرد الط (Burung telah berkicau) يور غردت الط

القلب خشع (Hati telah khusyu) القلوب خشعت

اجفس اطمئنت (Jiwa telah tenang) اجفوس اطمئنت

اإلنسان مات (Seorang manusia telah mati) اجاس ماتت

Bila kita perhatikan tabel tersebut, maka kita akan mendapati bahwa ketika dalam bentuk tunggal, kata-kata tersebut ada yang mudzakkar dan ada yang muannats. Baik yang muannatsnya karena keberadaan ta marbuthah seperti maupun yang disepakati (bunga) زهرة dan (pohon) شجرة sebagi muannats oleh orang Arab seperti غفس (jiwa) dan قني

Page 74: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 63

(mata). Namun ketika kata tersebut berubah menjadi bentuk jamak taksir, maka semuanya dikenakan hukum muannats. Dikarenakan fa’il nya dalam keadaan muannats, maka fi’il untuk jumlah fi’liyyah dengan fa’il jamak taksir lighairil ‘aqil, menggunakan fi’il mufrad muannats sebagaimana pada contoh-contoh di atas.

A.3.2.1 Jamak Taksir Lil ‘Aqil

Berbeda dengan jamak taksir lighairil ‘aqil yang semuanya dihukumi muannats, Jamak Taksir Lil ‘Aqil ada yang dihukumi mudzakkar dan ada yang dihukumi muannats tergantung apakah kata tersebut digunakan untuk laki-laki atau wanita. Contoh beberapa jamak taksir untuk laki-laki:

رجال -رجل (laki-laki) طالب - طالب (siswa)

Adapun contoh jamak taksir yang digunakan untuk wanita:

رملة رامل -أ

أ (janda)

مة إماء - أ (hamba wanita)

Kaidah yang berlaku untuk jumlah fi’liyyah dengan fa’il jamak taksir lil ‘aqil adalah:

1. Bila jamak taksir lil ‘aqil nya untuk mudzakkar, maka fi’il yang digunakan dalam bentuk mufrad mudzakkar

2. Bila jamak taksir lil ‘aqil nya untuk muannats, maka fi’il yang digunakan dalam bentuk mufrad muannats.

Page 75: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

64 Abu Razin & Ummu Razin

Silahkan lihat tabel berikut untuk memahami jumlah fi’liyyah dengan fa’il jamak taksir baik untuk mudzakkar maupun muannats.

Tabel Jumlah Fi’liyyah Jamak Taksir Lil ‘Aqil Mudzakkar

Mufrad Jamak Taksir

الب جلس الط (Seorang siwa telah duduk) الب جلس الط

م احكاجر تبس (Seorang pedagang telah tersenyum) م ار تبس احكج

خ قام األ (Seorang saudara telah berdiri) اإلخوة قام

الغين كرم (Orang kaya itu telah mulia) غنياء رمكاأل

الفقري كرث (Orang fakir telah banyak) الفقراء كرث

يخ ضعف الش (Orang tua itu telah lemah) يوخ ضعف الش

لعب الو (Anak laki-laki itu telah bermain) والد لعباأل

يف جاء الض (Seorang tamu telah datang) يوف جاء الض

ميل ذهب الز (Seorang teman telah pergi) مالء ذهب الز

احلج طاف (Orang berhaji itu telah thawaf) اج طاف احلج

KAIDAH JAMAK TAKSIR LIL ‘AQIL 1. Bila jamak taksir lil ‘aqil nya untuk mudzakkar, maka fi’il

yang digunakan dalam bentuk mufrad mudzakkar

2. Bila jamak taksir lil ‘aqil nya untuk muannats, maka fi’ilyang digunakan dalam bentuk mufrad muannats.

Page 76: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 65

Bila kita perhatikan tabel di atas, terlihat bahwa tidak ada perbedaan fi’il yang digunakan baik ketika dalam bentuk tunggal (mufrad) maupun dalam bentuk jamak taksir. Karena memang, jamak taksir untuk mudzakkar tetap dianggap mudzakkar. Berbeda dengan jamak taksir lighairil aqil dan jamak taksil li aqil untuk muannats yang dihukumi muannats.

Tabel Jumlah Fi’liyyah Jamak Taksir Lil ‘Aqil Muannats

Mufrad Jamak Taksir

اكنت جلست

(Seorang anak perempuan telah duduk)اكنات جلست

رملة بكت األ

(Seorang janda telah menangis)رامل بكت

األ

احلائض قامت

(Seorang wanita yang haidh telah berdiri)احلوائض قامت

مت العذراء تبس(Seorang perawan telah tersenyum)

مت العذارى تبس

ة رجعتالمرأ

(Seorang wanita telah pulang)النساء رجعت

Karena jamak taksir lil ‘aqil muannats merupakan bentuk jamak dari kata tungal yangg asalnya muannats, maka ketika menjadi jamak taksir tetap dihukumi sebagai muannats. Dalam catatan kami, sangat sedikit jamak taksir lil ‘aqil untuk muannats. Karena kebanyakan jamak taksir lil ‘aqil adalah untuk mudzakkar. Tabel di atas memuat contoh isim muannats

Page 77: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

66 Abu Razin & Ummu Razin

yang ketika jamaknya menjadi jamak taksir. Kami tidak menemukan kata lain yang lazim digunakan dalam percakapan sehari-hari selain contoh di atas.

Hukum asalnya, untuk kata lil ‘aqil yang muannats, ketika diubah menjadi bentuk jamak, maka menjadi jamak muannats salim. Berbeda dengan kata lil ‘aqil yang mudzakkar, banyak dijumpai bentuk jamak taksirnya selain bentuk jamak mudzakkar salimnya sebagaimana contoh yang telah Kami sebutkan.

B. Fi’il Mudhari’

Pada pembahasan tentang contoh jumlah fi’liyyah dalam bentuk fi’il mudhari ini, Kami tidak mengulangi pembahasan tentang kaidah yang berkaitan dengan struktur kalimat jumlah fi’liyyah. Karena tidak ada perbedaan selain bentuk tashrif fi’il madhi menjadi fi’il mudhari. Akan tetapi beberapa hal yang perlu menjadi perhatian pemula akan Kami bahas seperlunya.

JAMAK TAKSIR LIL ‘AQIL MUANNATS

Dalam catatan kami, sangat sedikit jamak taksir lil ‘aqil untuk muannats. Karena kebanyakan jamak taksir lil ‘aqil adalah untuk mudzakkar.

Page 78: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 67

B.1 Mufrad

Mudzakkar Muannats

عيل جيلس

(Zaid sedang duduk)

لس

فاطمةجت

(Fathimah sedang duduk)

زيد فنام

(Zaid sedang tidur)

هندينام

(Hindun sedang tidur)

المدرس فغضب

(bapak guru sedang marah)

المدرسةيغضب

(Ibu guru sedang marah)

الب جييئ الط

(Siswa sedang datang)

يئ

اكةجت الط

(Siswi sedang datang)

اكدر فطلع

(Bulan purnama sedang nampak)

مس يطلع الش

(Matahari sedang terbit)

الكتاب يضيع

(Buku sedang hilang)

يارةتضيع الس

(mobil sedang hilang)

العمل فنقطع

(Amal sedang berhenti)

الكهرباءينقطع

(listrik sedang mati)

يلعب الو

(Anak laki-laki sedang bermain)

اكنتتلعب

(anak perempuan sedang bermain)

لعصفور ايطري

(burung sedang terbang)

ائرةتطري الط(pesawat sedang terbang)

احلصان جيري(Kuda sedang berlari)

ري فينةجت الس(Perahu sedang berlayar)

Page 79: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

68 Abu Razin & Ummu Razin

Sama dengan fi’il madhi, fi’il mudhari untuk kata ganti orang kedua (Mukhathab) dan orang pertama (mutakallim) telah memiliki fa’il (subjek) yang melekat pada fi’ilnya. Contohnya untuk kata جيلس (sedang duduk):

Kalimat Kata Ganti Arti

لس

نت جت Kamu (pria) sedang duduk أ

لسان

غتما جت Kalian berdua (pria) sedang duduk أ

لسون

غتم جت Kalian (pria) sedang duduk أ

لسني

نت جت Kamu (wanita) sedang duduk أ

لسان

غتما جت Kalian berdua (wanita) sedang duduk أ

لسن

غنت جت Kalian (wanita) sedang duduk أ

جلس نا أ

Saya (pria / wanita) sedang duduk أ

لس

ن جن Kami (pria / wanita ) sedang duduk حن

B.2 Tatsniyah

Meskipun subjeknya tatsniyah, fi’il mudhari yang digunakan tetap dalam bentuk tunggal. Contohnya untuk kalimat “dua orang islam sedang berpuasa”, maka bahasa arabnya adalah:

سلمان الم يصوم

fi’il mudharinya dalam bentuk mufrad, tidak tastniyah seperti: المسلمان يصومان

Page 80: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 69

Kemudian, dikarenakan fa’il harus rafa’, maka bentuk tatsniyah yang digunakan adalah yang berakhiran “aani” bukan “aini”. Hal lain yang harus diperhatikan adalah, bila subjeknya mudzakkar, maka fi’il mudhari yang digunakan adalah mufrad mudzakkar, dan bila subjeknya muannats, maka fi’il mudhari yang digunakan harus mufrad muannats. Perhatikan tabel berikut untuk lebih memahami jumlah fi’liyyah fi’il mudhari dengan subjek tatsniyah.

Mudzakkar Muannats

ستاذان جييئاأل

(Kedua Pak guru sedang datang)

يئ

ستاذتان جتاأل

(Kedua Bu guru sedang datang)

بيبان جيلس الط ( Kedua Pak dokter sedang duduk)

لس بيبتان جت الط (Kedua Bu dokter sedang duduk)

المسلمان يصيل (Dua orang muslim

sedang shalat)

المسلمتان تصيل (Dua orang muslimah

sedang shalat)

المؤمنان يصوم (Dua orang

mu’min sedang berpuasa)

المؤمنتان تصوم (Dua orang

mu’minah sedang berpuasa)

الكتابان يضيع (Dua buku sedang hilang)

يارتان تضيع الس (Dua mobil sedang hilang)

الرجالن يلعب (Dua laki-laki sedang bermain)

تان تلعبالمرأ

(Dua wanita sedang bermain)

المدرسان فقوم (Dua Pak Guru sedang berdiri)

المدرستان يقوم (Dua Bu guru sedang berdiri)

اكان فعزم الط (Dua siswa sedang bercita-cita)

اكتان يعزم الط (Dua siswi sedang bercita-cita)

Page 81: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

70 Abu Razin & Ummu Razin

B.3 Jamak

B.3.1 Jamak Salim

Sama dengan tastniyah, Baik jamak mudzakkar salim maupun jamak muannats salim sama-sama menggunakan fi’il mudhari dalam bentuk mufrad. Bedanya, jamak mudzakkar salim menggunakan fi’il mudhari mufrad mudzakkar sedangkan jamak muannats salim menggunakan fi’il mudhari mufrad muannats. Silahkan perhatikan tabel berikut:

Jamak Salim

Jamak Mudzakkar Salim Jamak Muannats Salim

المسلمون يصيل (orang-orang muslim

sedang shalat)

المسلمات تصيل (orang-orang muslimah

sedang shalat)

المؤمنون يصوم (orang-orang mu’min

sedang berpuasa)

المؤمنات تصوم (orang-orang mu’minah

sedang berpuasa)

لمدرسون ا فقوم (guru-guru

(pria) sedang berdiri)

المدرسات يقوم (guru-guru

(wanita) sedang berdiri)

اكون فعزم الط (siswa-siwa sedang bercita-cita)

اكات يعزم الط (siswi-siswi sedang bercita-cita)

Page 82: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 71

B.3.2 Jamak Taksir

Jamak taksir berbeda dengan jamak mudzakkar salim yang sudah pasti mudzakkar maupun jamak muannats salim yang sudah pasti muannats. Ini disebabkan karena jamak taksir sendiri terbagi menjadi dua; (1) Jamak taksir lighairil ‘aqil dan (2) Jamak taksir lil ‘aqil. Kaidahnya adalah:

B.3.2.1 Jamak Taksir Lighairil ‘Aqil

Seluruh jamak taksir lighairil ‘aqil dihukumi muannats sekalipun untuk kata yang dalam bentuk tunggalnya adalah mudzakkar. Contohnya كتاب adalah mudzakkar. Namun ketika berubah menjadi bentuk jamak taksirnya كتب maka dianggap muannats. Silahkan perhatikan tabel berikut:

Kaidah Jenis Jamak Taksir

1. Jamak Taksir Lighairil ‘Aqil dihukumi sebagai muannats.

2. Jamak Taksir Lil ‘Aqil untuk muannats dihukumi muannats

3. Jamak Taksir lil ‘aqil untuk mudzakkar dihukumi mudzakkar

Page 83: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

72 Abu Razin & Ummu Razin

Mufrad Jamak Taksir

يبيك العيون (Mata sedang menangis) يبيك العني

ري اللكب

ري الالكب (Anjing sedang berlari) جت

جت

تضيع الكتب (buku sedang hilang) يضيع الكتاب

تكرث المساجد (Masjid sedang banyak) يكرث المسجد

جرة شجار (Pohon sedang tumbuh) تنبت الش تنبت األ

غهار (Sungai sedang mengering) جيف اجهر ف األ

جت

وراق (Daun sedang berguguran) تسقط الورقة تسقط األ

زهار (Bunga sedang bermekaran) يتفتح الزهرة يتفتح األ

ائر يور (Burung sedang berkicau) فغرد الط يغرد الط

شع القلوب (Hati sedang khusyu) خيشع القلب خت

يطمنئ اجفوس (Jiwa sedang tenang) يطمنئ اجفس

يموت اجاس (Seorang manusia sedang mati) فموت اإلنسان

B.3.2.1 Jamak Taksir Lil ‘Aqil

Jenis jamak taksir lil ‘aqil ditentukan dari jenisnya ketika mufrad. Artinya, bila ketika mufrad dihukumi mudzakkar, maka ketika berubah menjadi jamak taksir tetap dihukumi mudzakkar. Begitupun dengan yang muannats. Silahkan perhatikan tabel berikut:

Page 84: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 73

Tabel Jumlah Fi’liyyah Jamak Taksir Lil ‘Aqil Mudzakkar

Mufrad Jamak Taksir

الب الب (Seorang siwa sedang duduk) جيلس الط جيلس الط

م احكاجر ار (Seorang pedagang sedang tersenyum) فتبس م احكج فتبس

خ فقوم اإلخوة (Seorang saudara sedang berdiri) فقوم األ

غنياء (Orang kaya itu sedang mulia) يكرم الغين يكرم األ

يكرث الفقراء (Orang fakir sedang banyak) يكرث الفقري

يخ يوخ (Orang tua itu sedang lemah) يضعف الش يضعف الش

والد يلعب (Anak laki-laki itu sedang bermain) يلعب الواأل

يف يوف (Seorang tamu sedang datang) جييئ الض جييئ الض

ميل مالء (Seorang teman sedang pergi) يذهب الز يذهب الز

اج (Orang berhaji itu sedang thawaf) فطوف احلج فطوف احلج

Bila kita perhatikan tabel di atas, terlihat bahwa tidak ada perbedaan fi’il mudhari yang digunakan baik ketika dalam bentuk tunggal (mufrad) maupun dalam bentuk jamak taksir. Karena memang, jamak taksir untuk mudzakkar tetap dianggap mudzakkar. Begitupun dengan jamak taksir untuk kata yang dalam bentuk tunggalnya adalah muannats, maka tetap dihukumi muannats.

Perhatikanlah contoh-contoh kalimat pada tabel berikut. Baik ketika mufrad maupun jamak taksir sama-sama menggunakan fi’il mudhari mufrad muannats.

Page 85: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

74 Abu Razin & Ummu Razin

Tabel Jumlah Fi’liyyah Jamak Taksir Lil ‘Aqil Muannats

Mufrad Jamak Taksir

لس اكنت

جت

(Seorang anak perempuan sedang duduk)

لس اكنات

جت

رملة يبيك األ

(Seorang janda sedang menangis)

رامل يبيك األ

يقوم احلائض

(Seorang hamba wanita sedang berdiri)

يقوم احلوائض

م العذراء يتبس

(Seorang perawan sedang tersenyum) م العذارى يتبس

ة ترجع المرأ

(Seorang wanita telah pulang)

ترجع النساء

C. Fi’il Amar

Fi’il amar agak berbeda dengan fi’il madhi dan fi’il mudhari’ karena fail (subjek) nya telah melekat dengan fi’ilnya. Ketika kita mengatakan اجلس (duduklah!) kepada lawan bicara, maka yang diminta untuk duduk adalah lawan bicara (Kamu). Sehingga اجلس meskipun terlihat satu kata, namun pada hakikatnya tersusun dari dua kata yaitu اجلس dan نت

sehingga ini memenuhi persyaratan kalimat yang أ

harus tersusun minimal dari 2 kata. Karena fa’il sudah melekat dengan fi’il amar, maka keenam tashrif fi’il amar digunakan sesuai dengan banyaknya pelaku yang diminta untuk melakukan sesuatu. Contohnya untuk kata perintah :maka ada 6 kalimat yang bisa digunakan, yaitu اجلس

Page 86: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 75

Kalimat Dhamir Arti

نت اجلس ! Duduklah kamu (pria) أ

غتما اجلسا ! Duduklah Kalian berdua أ

غتم اجلسوا !Duduklah kalian أ

نت اجل ! Duduklah kamu (wanita) أ

غتما اجلسا ! Duduklah Kalian berdua أ

غنت اجلسن !Duduklah kalian أ

2.1.2 Pola Kalimat Fi’il Muta’addiy

Fi’il muta’addiy adalah fi’il yang butuh objek (maf’ul bih). Oleh karena itu, bila kita menyusun kalimat dengan fi’il muta’addiy maka kita harus menyebut objek yang disebut maf’ul bih dalam Bahasa Arab.

Contohnya kalimat “Zaid telah membaca Al Qur’an”:

زيد القرآن قرأ

Objek Subjek Predikat

Kata merupakan kata predikat atau kerja lampau (fi’il قرأ

madhi), Zaid adalah subjek (fa’il) dan Al Qur’an adalah objek (Maf’ul bih). Susunan kalimat Bahasa Arab memang berbeda dengan bahasa Indonesia yang memiliki rumus Subjek + Predikat + Objek. Beda dengan Bahasa Arab yang memiliki rumus:

Page 87: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

76 Abu Razin & Ummu Razin

Berikut ini kaidah yang berlaku untuk jumlah fi’liyyah untuk fi’il muta’addiy:

1. Fi’il harus sesuai jenisnya dengan fa’il.

Bila fa’ilnya mudzakkar, maka fi’ilnya wajib mudzakkar. Sebaliknya jika fa’ilnya muannats, maka fi’ilnya wajib muannats.

2. Fi’il harus dalam bentuk mufrad.

Ini berlaku baik untuk fa’il yang mufrad, tatsniyah, maupun jamak. Jadi sekalipun fa’ilnya tastniyah ataupun jamak, fi’il tetap wajib dalam keadaan mufrad.

3. Fa’il harus dalam keadaan rafa’ (marfu’)

Berikut kaidah rafa’ untuk mufrad, tatsniyah, dan Jamak:

Jumlah Keadaan Ketika Rafa’ Contoh

Mufrad Dhammah طالب

Tatsniyah Bentuk aani (ان) طاكان

Jamak Mudzakkar Salim Bentuk uuna (ون) طاكون

Jamak Muannats Salim Dhammah طاكات

Jamak Taksir Dhammah ب طال

Fi’il + Fa’il + Maf’ul bih

Predikat (Kata Kerja) + Subjek + Objek

Page 88: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 77

4. Maf’ul bih harus dalam keadaan nashab (manshub)

Berikut kaidah nashab untuk mufrad, tatsniyah, dan Jamak:

Jumlah Keadaan Ketika

Nashab Contoh

Mufrad Fathah طاكا

Tatsniyah Bentuk aini (ين) طاكني

Jamak Mudzakkar Salim Bentuk iina (فن) طاكني

Jamak Muannats Salim Kasrah طاكات

Jamak Taksir Fathah با طال

5. Maf’ul bih bisa dari jenis atau jumlah apa saja (disesuaikan dengan konteks kalimat)

Berbeda dengan fa’il dan fi’il yang saling terkait, untuk maf’ul bih sama sekali tidak terkait dengan kondisi fi’il dan fa’il karena memang disesuaikan dengan maksud pembicaraan. Contohnya kalimat:

كتانني زيد محل (Zaid membawa dua buku)

Tentu kita tidak bisa memaksa maf’ul bihnya mufrad (كتابا) kalau pada kenyataanya buku yang dibawa memang 2 buah! Artinya, bentuk mufrad, tatsniyah atau jamak bergantung pada kebutuhan.

Page 89: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

78 Abu Razin & Ummu Razin

Untuk memahami kaidah ini, mari kita latihan menerapkan kaidah tersebut dengan memperhatikan variasi kalimat berikut ini. Dikarenakan kita telah membahas tuntas variasi fa’il pada pembahasan jumlah fi’liyyah fi’il lazim, maka pada contoh jumlah fi’liyyah fi’il muta’addiy, yang dijadikan fokus pembahasan adalah pada maf’ul bihnya.

KAIDAH JUMLAH FI’lLIYYAH MUTA’ADDIY:

1. Fi’il harus sesuai jenisnya dengan fa’il.

2. Fi’il harus dalam bentuk mufrad.

3. Fa’il harus dalam keadaan rafa’ (marfu’)

4. Maf’ul bih harus dalam keadaan nashab (manshub)

5. Maf’ul bih tidak terkait dengan fi’il dan fa’il

RUMUS CEPAT: FIRA DAN FARA MANIS MANA?

1. FIRA: FI’il harus mufRAd 2. FARA: FA’il harus RAfa’ 3. MANIS: fi’il dan fa’il itu harus saMA jeNIS 4. MANA: MAf’ul bih harus NAshab

Page 90: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 79

A. Fi’il Madhi

A.1 Mufrad

Jumlah fi’iliyah untuk fi’il muta’addiy harus tersusun dari fi’il, fa’il, dan maf’ul bih. Sebagaimana disebutkan dalam kaidah bahwa fa’il harus rafa’ sedangkan maf’ul bih harus nashab. Ketika rafa’, Isim mufrad wajib berharakat dhammah dan ketika nashab, isim mufrad wajib berharakat fathah. Untuk fi’il dan fa’il nya sendiri sudah dibahas pada pembahasan fi’il lazim sehingga tidak perlu dijelaskan kembali di sini. Silahkan perhatikan contoh kalimat pada tabel berikut:

Page 91: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

80 Abu Razin & Ummu Razin

Mudzakkar Muannats

السيارة زيدركب

(Zaid telah mengendarai mobil)

احلصانفاطمةركبت(Fathimah telah menaiki kuda)

اخلطبة قثمانسمع(Utsman telah mendengar khutbah)

اجصيحةخئشةسمعت(Aisyah telah mendengar nasihat)

الب يعلم اللغة الط (Siswa telah mempelajari bahasa)

اكةيعلمت القرآنالط(Siswi telah mempelajari Al

Qur’an)

بورة الس المدرس مسح(Guru telah menghapus

papan tulis)

الكتابة المدرسة مسحت (Guru telah menghapus tulisan)

ف بغظاجافذة األ

(Ayah telah membersihkan jendela)

فت م غظاكالط األ

(Ibu telah mengepel lantai)

كلأ الموز الو

(Anak laki-laki telah memakan pisang)

كلتيقالاكنتأ الرب

(Anak perempuan telah memakan jeruk)

فلرشب اللنب الط(Anak kecil telah meminum susu)

القهوة ة اجلد رشب (Kakek telah meminum kopi)

قثمان زيدرضب(Zaid telah memukul Utsman)

بت فاطمةخئشةرض(Aisyah telah memukul Fathimah)

طعمالقط قمر أ

(Umar telah memberi makan kucing)

طعمتمكخدجيةأ الس

(Khadijah telah memberi makan ikan)

القميص احكاجر باع(Pedagang telah menjual baju)

راجةمريمباعت ا(Maryam telah menjual sepeda)

Page 92: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 81

A.2 Tastniyah

Tidak ada pembahasan khusus untuk fi’il muta’addiy yang maf’ul bihnya tastniyah selain bentuk yang digunakan adalah “ayni” bukan “aani”.

Mudzakkar Muannats

ياريني زيد اشرتى الس (Zaid telah membeli 2 mobil)

احلصاغني فاطمة اشرتت (Fathimah telah membeli 2 kuda)

اخلطبتني قثمان سمع (Utsman telah mendengar

2 khutbah)

اجصيحتني خئشة سمعت (Aisyah telah mendengar

2 nasihat)

اكان يعلم اللغتني الط (Dua siswa telah mempelajari

2 bahasa)

اكت يعلمت رسني ان الط ا

(Dua siswi telah mempelajari 2 pelajaran)

بوريني المدرس مسح الس (Guru telah menghapus

2 papan tulis)

الكتابتني المدرسة مسحت (Guru telah menghapus 2 tulisan)

ف ب غظاجافذيني األ

(Ayah telah membersihkan 2 jendela)

فت م غظاخلزانتني األ

(Ibu telah membersihkan 2 lemari)

كل أ الموزين الو

(Anak laki-laki telah memakan 2 pisang)

كلتيقالني اكنت أ الرب

(Anak perempuan telah memakan 2 jeruk)

ارقني الس زيد رضب (Zaid telah memukul

2 pencuri)

بت ارقتني خئشة رض الس (Aisyah telah memukul

2 pencuri)

Page 93: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

82 Abu Razin & Ummu Razin

طعمني قمر أ القط

(Umar telah memberi makan 2 kucing)

طعمتمكني خدجية أ الس

(Khadijah telah memberi makan 2 ikan)

القميصني احكاجر عبا (Pedagang telah menjual

2 baju)

راجتني مريم باعت ا (Maryam telah menjual 2 sepeda)

A.3 Jamak

A.3.1 Jamak Salim

Perhatikan contoh-contoh variasi kalimat berikut ini. Fokus pembahasan pada kalimat berikut adalah pada objek (maf’ul bih) yang datang dalam bentuk Jamak Salim, baik jamak mudzakkar salim maupun jamak muannats salim. Ketika jamak mudzakkar salim menjadi maf’ul bih, maka bentuk yang digunakan adalah yang berakhiran “iina”. Karena maf’ul bih harus nashab dan bentuk nashab jamak mudzakkar salim adalah “iina” bukan “uuna”. Adapun jamak muannats salim, memiliki kaidah yang agak menyimpang, dimana ketika nashab, malah berharakat kasrah. Silahkan perhatikan tabel berikut.

Page 94: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 83

Mudzakkar Muannats

حبالمسلمني زيدأ

(Zaid telah mencintai kaum muslimin)

حبتالمسلماتفاطمةأ

(Fathimah telah mencintai kaum muslimah)

ر ائمني المحسنفط الص

(Penderma telah memberi makan orang berpuasa)

ر ائماتالمحسنةفط الص(Penderma telah memberi

makan orang berpuasa)

ستاذعلماكني األ الط

(Pak Guru telah mengajar siswa-siswa)

ستاذةعلمتاكاتاأل الط

(Bu Guru telah mengajar siswi-siswi)

فن المسلمونقاتل المرتد(Kaum muslimin telah memerangi

kaum murtad)

اتالمسلماتقاتلت المرتد(Kaum muslimah memerangi

kaum murtad)

البسمع المدرسني الط(Siswa telah mendengarkan para

pak guru)

اكةسمعت المدرساتالط(Siswi telah mendengarkan para

pak guru)

بيبنادى الممرضني الط(Pak dokter memanggil para

perawat laki-laki)

بيبةنادت الممرضاتالط(Bu dokter telah memanggil

para perawat wanita)

المهندسني غظرت (Aku melihat para insinyur)

المهندساتغظرت(Kamu telah melihat para

insinyur)

بنا ارقني رض الس (Kami telah memukul para pencuri)

بنا ارقاترض الس(Kami telah memukul para

pencuri)

كرمالمسلمني المسلمونأ

(Muslimin memuliakan muslimin yang lain)

كرمتلمات المس المسلماتأ

(Kaum muslimah memuliakan kaum muslimah yang lain

Page 95: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

84 Abu Razin & Ummu Razin

A.3.3 Jamak Taksir

Jamak taksir termasuk jenis kata yang perubahannya berdasarkan harakat. Ketika rafa’, diberi harakat dhammah dan ketika nashab, diberi harakat fathah. Artinya, bila jamak taksir menjadi fa’il, maka wajib diberi harakat dhammah dan bila jamak taksir menjadi maf’ul bih maka wajib diberi harakat fathah. Ini berlaku baik untuk jamak taksir lil ‘aqil maupun li ghairil ‘aqil. Hanya saja, ada perbedaan kaidah terkait dengan bentuk fi’il yang sesuai. Silahkan merujuk kembali pada pembahasan jamak taksir pada pembahasan fi’il lazim. Berikut ini contoh-contoh kalimat jamak taksir ketika menjadi maf’ul bih dalam kalimat:

Page 96: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 85

Jamak Taksir Lighairil ‘Aqil

Mufrad Jamak Taksir

رضب الرجل اللكب(Seorang pria telah memukul anjing)

ب الرجل رضب الالك

فتح العامل اكاب(Seorang pekerja telah membuka pintu)

بواب العامل فتحاأل

الب اجافذة ف الط غظ(Seorang siswa telah membersihkan jendela)

ف الب غظ اجوافذ الط

غفق الغين المال أ

(Orang kaya telah mendermakan harta)موال

غفق الغين األ

أ

باع احكاجر اللحم(Seorang pedagang telah menjual daging)

اللحوم احكاجر باع

م اللباس اشرتت األ

(Ibu telah meembeli pakaian) م المالبساش

رتت األ

ى االنن الكوكب رأ

(Seorang anak laki-laki telah melihat bintang)ى

الكواكب االنن رأ

قثمان الكتاب قرأ

(Utsman telah membaca buku)

الكتب قثمان قرأ

طلحة احلقيبةاختار (Thalhah telah memilih tas)

احلقائب طلحة اختار

نىن المهندس اكيت(Seorang insinyur telah membangun rumah)

اكيوت المهندس نىن

Page 97: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

86 Abu Razin & Ummu Razin

Kolom sebelah kiri adalah bentuk kalimat ketika mufrad dan sebelah kanan contoh kalimat ketika berubah menjadi jamak taksir. Tidak ada perbedaan untuk harakatnya karena sama-sama berharakat fathah ketika menjadi maf’ul bih.

Jamak Taksir Lil ‘Aqil Mudzakkar

Untuk mendapat variasi kalimat yang lebih lengkap, pada contoh kalimat berikut, Kami sengaja mengelompokkan kolom kanan untuk yang bentuk fa’il dan maf’ul bihnya mufrad sedangkan kolom kanan untuk yang bentuk maf’ul bih nya jamak taksir. Adapun fa’ilnya diubah ke jamak baik jamak taksir maupun jamak mudzakkar salim untuk menunjukkan bahwa ada kata yang ketika jamak menjadi jamak taksir dan ada juga kata yang ketika jamak menjadi jamak mudzakkar salim.

Page 98: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 87

Mufrad Jamak Taksir

الب ستاذ الط علم األ

(Pak Guru telah mengajar siswa)

ساتذة علمالب األ الط

ستاذ وقر االب األ لط

(Siswa menghormati pak guru)

ب وقر ال ساتذة الطاأل

المسلم العالم استف(Orang islam telah meminta fatwa ahli ilmu)

العلماء المسلمون استف

ب األ كرم الو

أ

(Anak laki-laki telah memuliakan ayah)

كرموالد أ

باءاآل األ

غري يخ الص رحم الش(Orang tua menyayangi yang kecil)

يوخ رحم غار الش الص

مري طاع اإلنسان األ

أ

(Manusia mentaati pemimpin)

طاعمراء اجاس أ

األ

قاتل المجاهد الاكفر (Mujahid memerangi orang kafir)

ار المجاهدون قاتل الكف

اهد الح الش دىع الص(Orang shalih telah mendoakan orang yang syahid)

احلون دىع هداء الص الش

بيب ساعد الممرض الط(Perawat telah membantu dokter)

طباء رضونالمم ساعداأل

أحببت االنن (Aku mencintai anak laki-laki)

حببتنناء أ

األ

Page 99: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

88 Abu Razin & Ummu Razin

Jamak Taksir Lil ‘Aqil Muannats

Tidak berbeda dengan jamak taksir lil ‘aqil mudzakkar, bentuk jamak taksir lil ‘aqil muannats juga sama-sama wajib berharakat fathah ketika dalam kedudukan maf’ul bih.

Mufrad Jamak Taksir

ة كرم اإلسالم المرأ

أ

(Islam telah memuliakan seorang wanita)

كرمالنساء اإلسالم أ

العذراء الشاب نكح (Pemuda itu telah menikahi perawan)

باب نكح ذارىالع الش

رملة نكحت األ

(Aku telah menikahi janda)

رامل نكحتاأل

مة حب اهللا األ

أ

(Allah telah mencintai hamba wanita) حب

اإلماء اهللا أ

Page 100: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 89

B. Fi’il Mudhari’

Pada pembahasan tentang fi’il mudhari untuk fi’il muta’addiy ini, Kami tidak mengulang pembahasan karena sudah dibahas pada pembahasan fi’il madhi.

B.1 Mufrad

Ketika mufrad, menjadi fi’il maka harus berharakat dhammah dan ketika menjadi maf’ul bih harus berharakat fathah.

Page 101: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

90 Abu Razin & Ummu Razin

Mudzakkar Muannats

السيارة زيديركب(Zaid sedang mengendarai mobil)

احلصانفاطمةتركب(Fathimah sedang menaiki kuda)

اخلطبة قثمانيسمع(Ustman sedang mendengar

khutbah)

اجصيحةخئشةتسمع(Aisyah sedang mendengar

nasihat)

الب فتعلم اللغة الط(Siswa sedang belajar bahasa)

اكةيتعلم القرآنالط(Siswi sedang belajar Al Qur’an)

بورة الس المدرس فمسح(Pak Guru sedang menghapus

papan tulis)

الكتابةالمدرسةيمسح(Ibu guru telah menghapus

tulisan)

ف بافنظاجافذة أل

(Ayah sedang membersihkan jendela)

ف م ينظاكالط األ

(Ibu sedang mengepel lantai)

كليأ الموز الو

(Anak laki-laki sedang memakan pisang)

كليقالاكنتتأ الرب

(Anak perempuan sedang memakan jeruk)

ب فليرش اللنب الط(Anak kecil sedang meminum susu)

ب القهوةةاجلدترش(Kakek sedang meminum kopi)

قثمان زيد يرضب (Zaid sedang memukul Ustman)

فاطمةخئشةترضب(Aisyah sedang memukul

Fathimah)

القط قمر فطعم

(Umar sedang memberi makan kucing)

مكخدجيةيطعم الس(Khadijah sedang memberi

makan ikan)

القميص احكاجر يبيع(Pedagang sedang menjual baju)

راجةمريمتبيع ا(Maryam sedang menjual sepeda

Page 102: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 91

B.2 Tastniyah

Ketika tatsniyah menjadi fa’il maka harus dalam bentuk “aani’, sedangkan bila dalam kedudukan maf’ul bih, harus dalam bentuk “aini”.

Mudzakkar Muannats

ياريني زيد يشرتي الس (Zaid sedang

membeli 2 mobil)

احلصاغنيفاطمةتشرتي(Fathimah sedang membeli 2 kuda)

اخلطبتني قثمان يسمع (Utsman

sedang mendengar 2 khutbah)

اجصيحتنيخئشةتسمع (Aisyah

sedang mendengar 2 nasihat)

اكان فتعلم اللغتني الط (Dua siswa

sedang belajar 2 bahasa)

رسنياكتانالط يتعلم ا (Dua siswi

sedang belajar 2 pelajaran)

بوريني المدرسفمسح الس (Pak guru

sedang menghapus 2 papan tulis)

الكتابتنيالمدرسةيمسح (Bu guru

sedang menghapus dua tulisan)

ف ب فنظاجافذيني األ (Ayah

sedang membersihkan 2 jendela)

ف مينظاخلزانتنياأل (Ibu sedang

membersihkan 2 lemari)

كليأ الموزين الو

(Anak laki-laki sedang memaka2 pisang)

كليقالنياكنتتأ الرب

(Anak perempuan sedang memakan jeruk)

ارقني زيد يرضب الس (Zaid sedang

memukul 2 pencuri)

ارقتنيخئشةترضب الس (Aisyah

sedang memukul 2 pencuri)

ني قمر فطعم القط(Umar sedang memberi

makan 2 kucing)

مكنيخدجيةيطعم الس(Khadijah sedang memberi

makan 2 ikan)

القميصني احكاجر يبيع

(Pedagang sedang menjual 2 baju)

راجتني مريم تبيع ا

(Maryam sedang menjual 2 baju)

Page 103: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

92 Abu Razin & Ummu Razin

B.3 Jamak

B.3.1 Jamak Salim

Ketika menjadi fa’il, jamak mudzakkar salim harus dalam bentuk “uuna” sedangkan ketika menjadi maf’ul bih, harus dalam bentuk “iina”. Adapaun jamak muannats salim, ketika menjadi fa’il wajib berharakat dhammah dan ketika menjadi maf’ul bih harus berharakat kasrah.

Page 104: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 93

Mudzakkar Muannats المسلمني زيدحيب

(Zaid sedang mencintai muslimin) ب

المسلماتفاطمةحت

(Fathimah mencintai para muslimah)

ر ائمني المحسنففط الص

(Penderma sedang memberi makan orang berpuasa)

ر ائماتالمحسنةيفط الص

(Penderma sedang memberi makan orang berpuasa)

ستاذفعلماكني األ الط

(Pak Guru sedang mengajar 2 siswa)

ستاذةيعلماكاتاأل الط

(Bu guru sedang mengajar para siswi)

فن المسلمونفقاتل المرتد

(Kaum muslimin sedang memerangi kaum murtad)

اتلماتالمس يقاتل المرتد

(Kaum muslimah sedang memerangi kaum murtad)

البيسمع المدرسني الط

(Siswa sedang mendengarkan para pak guru)

اكةتسمع المدرساتالط

(Siswi sedang mendengarkan para bu guru)

بيبفنادي مرضني الم الط

( Pak Dokter sedang memanggil para perawat)

بيبةينادي الممرضاتالط

(Bu dokter sedang memanggil para perawat)

المهندسني ينظر

(Kamu sedang melihat para insinyur)

المهندساتينظرين

(Kamu sedang melihat para insinyur)

ارقني ترضب الس

(Kamu sedang memukul para pencuri)

بني ارقاتترض الس

(Kamu sedang memukul para pencuri)

المسلمني المسلمونيكرم

(Orang muslimin memuliakan muslimin yang lain)

ماتالمسل المسلماتتكرم

(Para muslimah sedang memuliakan muslimah

yang lain)

Page 105: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

94 Abu Razin & Ummu Razin

B.3.2 Jamak Taksir

Jamak taksir sama dengan mufrad dimana ketika menjadi fa’il harus berharakat dhammah adapun ketika nashab harus berharakat fathah.

Jamak Taksir Lighairil ‘Aqil

Khusus untuk jamak taksir lighairil ‘aqil, semuanya dihukumi sebagai muannats sekalipun untuk kata yang ketika mufradnya berjenis mudzakkar. Akan tetapi, ketika menjadi maf’ul bih, maka ketentuan ini tidak perlu diperhatikan. Karena dalam jumlah fi’liyyah, yang harus sama jenisnya adalah fi’il dan fa’il saja.

Page 106: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 95

Mufrad Jamak Taksir

يرضب الرجل اللكب(Seorang pria sedang memukul anjing)

ب الرجاليرضب الالك

ففتح العامل اكاب(Seorang pekerja sedang membuka pintu)

الففتح بواب العماأل

الب اجافذة ف الط فنظ(Seorang siswa sedang membersihkan jendela)

ف البفنظ اجوافذ الط

فنفق الغين المال(Orang kaya sedang mendermakan harta)

موالغنياء األ

فنفق األ

يبيع احكاجر اللحم(Seorang pedagang sedang menjual daging)

ار يبيع اللحوم احكج

م اللباس تشرتي األ

(Ibu sedang meembeli pakaian) هات م

تشرتي األ

المالبس

يرى االنن الكوكب(Seorang anak laki-laki sedang

melihat bintang)

نناءيرىالكواكب األ

قثمان الكتاب فقرأ

(Utsman sedang membaca buku)

الكتب قثمانفقرأ

خيتار طلحة احلقيبة(Thalhah sedang memilih tas)

احلقائب طلحةخيتار

يبين المهندس اكيت(Seorang insinyur sedang membangun rumah)

اكيوت المهندسونيبين

Pada tabel di atas diberikan contoh kalimat yang fa’il dan maf’ul bih nya mufrad di kolom kiri, sedang di sebelah kanan

Page 107: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

96 Abu Razin & Ummu Razin

diberikan contoh kalimat yang fa’il dan maf’ul bihnya jamak, baik jamak taksir maupun jamak mudzakkar salim. Tidak ada perbedaan kaidah pemberian harakat antara jamak taksir lighairil ‘aqil dengan jamak taksir lil ‘aqil karena perbedaannya hanya pada hukum seputar jenisnya apakah ia termasuk mudzakkar ataukah muannats. Silahkan perhatikan contoh-contoh kalimat berikut ini:

Page 108: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 97

Jamak Taksir Lil ‘Aqil Mudzakkar

Mufrad Jamak Taksir

الب ستاذ الط فعلم األ

(Pak Guru sedang mengajar siswa) ساتذةفعلم

الب األ الط

ستاذ الب األ يوقر الط

(Siswa sedang menghormati pak guru)

بيوقر ال ساتذة الطاأل

العالم يستفيت المسلم (Orang islam meminta fatwa ahli ilmu)

العلماء المسلمون يستفيت

ب األ يكرم الو

(Anak laki-laki sedang memuliakan ayah)

والديكرماألباء األ

غري يخ الص يرحم الش(Orang tua menyayangi yang kecil)

يوخميرح غار الش الص

مري يطيع اإلنسان األ

(Manusia sedang mentaati pemimpin)

مراء ااجاسيطيعاأل

فقاتل المجاهد الاكفر (Mujahid sedang memerangi orang kafir)

ار المجاهدونفقاتل الكف

الح ا اهد يدعو الص لش (Orang shalih sedang mendoakan orang

yang syahid)

احلونيدعو هداء الص الش

بيب يساعد الممرض الط(Perawat sedang membantu dokter)

طباء الممرضونيساعداأل

حب اإلنن أ

(Aku mencintai anak laki-laki)

ح نناءبأ

األ

Page 109: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

98 Abu Razin & Ummu Razin

Jamak Taksir Lil ‘Aqil Muannats

Mufrad Jamak Taksir

ة يكرم اإلسالم المرأ

(Islam sedang memuliakan seorang wanita)

النساء اإلسالميكرم

العذراء الشاب فنكح (Pemuda itu sedang menikahi perawan)

بابا فنكح العذارى لش

نكحرملة أ

األ

(Aku sedang menikahi janda) نكح

رامل أ

األ

مة حيب اهللا األ

(Allah sedang mencintai hamba wanita)

اإلماء اهللا حيب

Page 110: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 99

C. Fi’il Amar

Perhatikan kata kerja perintah (fi’il amar) pada tabel berikut ini. Seluruh maf’ul bih (Objek) dalam kalimat berikut berharakat fathah. Ini dikarenakan maf’ul bih wajib dalam keadaan nashab dan fathah adalah tanda asal nashab. Isim mufrad termasuk isim yang ketika nashab wajib berharakat fathah.

Kalimat Arti

المصباح لشغ Hidupkan lampunya!

طفئالمصباح أ Matikan lampunya!

اكاب افتح Buka pintunya!

غلقاكاب أ Tutup pintunya!

اكاب ادفع Dorong pintunya!

اكاب اصحب Tarik Pintunya!

حن خذ الص Ambilkan piringnya!

ز طبخا الر Masak nasinya!

ف اكالط غظ Pel lantainya!

ف اجافذة غظ Bersihkan jendelanya!

ير رتب الرس Rapihkan kasurnya!

احة اكنس الس Sapu halamannya!

ف اخكياب جف Jemur bajunya!

اللباس اغسل Cuci bajunya!

اخكياب اكو Setrika bajunya!

Page 111: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

100 Abu Razin & Ummu Razin

Semua contoh kata perintah di atas datang dalam dhamir kata ganti orang kedua tunggal laki-laki ( أنت ). Artinya bila objek yang diperintah adalah dhamir mukhathab yang lain, maka harus mengikuti tashrif lughawi fi’il amar untuk setiap dhamir. Contohnya untuk kata perintah ل المصباح شغ(hidupkan lampunya!):

Kalimat Isim Dhamir

ل المصباح نت شغ أ

غتما شغال المصباح أ

لوا المصباح غتم شغ أ

يل المصباح نت شغ أ

ال المصباح شغ غتما أ

لن المصباح غنت شغ أ

Page 112: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 101

2.2 Jumlah Ismiyyah

Jumlah ismiyyah adalah kalimat yang didahului oleh isim. Pola kalimat jumlah ismiyyah adalah sebagai berikut:

ISIM + ISIM

Mubtada Khabar

Isim yang pertama disebut dengan Mubtada dan isim yang kedua disebut khabar. Mubtada adalah kata / objek dalam bentuk isim yang ingin dijelaskan sedangkan khabar sesuai dengan namanya adalah kabar atau penjelasan dari kondisi, keadaan, jabatan, atau penjelasan dalam bentuk apapun dari objek yang sedang dijelaskan (mubtada). Contohnya:

مسلم زيد (Zaid adalah muslim)

Maka Zaid adalah objek atau isim yang ingin dijelaskan, sedangkan muslim adalah kabar atau penjelasan dari keadaan Zaid yang beragama Islam. Contoh lainnya:

زيد هذا (Ini adalah Zaid)

Kata “Ini” merupakan mubtada, yaitu sesuatu yang ingin dijelaskan, sedangkan Zaid adalah penjelasan yang menerangkan bahwa yang sedang ditunjuk adalah zaid. Contoh lainnya:

Page 113: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

102 Abu Razin & Ummu Razin

زيد هو

(Dia adalah Zaid)

Kata “Dia” adalah mubtada sedangkan Zaid adalah penjelasannya. Dari kalimat ini dipahami bahwa nama “dia” yang sedang dibicarakan dalam kalimat tersebut bernama Zaid. Lainnya:

حسن المسلم (Orang islam itu baik)

Kata “Muslim” dalam kalimat tersebut adalah mubtada, yaitu kata atau objek yang ingin dijelaskan. Sedangkan “Baik” merupakan penjelasan dari sifat muslim.

Dari contoh-contoh di atas, Jumlah ismiyyah bisa dari kombinasi isim + isim dari jenis apapun. Artinya, bisa saja mubdatanya isim ‘alam (nama orang), atau isim isyarah (kata tunjuk), isim dhamir (kata ganti), atau isim jenis apapun yang sesuai dengan konteks pembicaraan.

Page 114: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 103

KAIDAH PENYUSUNAN JUMLAH ISMIYYAH

Ada 3 Kaidah dalam menyusun jumlah ismiyyah:

1. Mubtada dan Khabar harus rafa’

Baik mubtada maupun khabar sama-sama harus dalam keadaan rafa’. Berikut kaidah rafa’ yang perlu diperhatikan:

Jumlah Keadaan Ketika Rafa’ Contoh

Mufrad Dhammah طالب

Tatsniyah Bentuk aani (ان) طاكان

Jamak Mudzakkar Salim Bentuk uuna (ون) طاكون

Jamak Muannats Salim Dhammah طاكات

Jamak Taksir Dhammah ب طال

2. Mubtada harus isim ma’rifah

Isim Ma’rifah adalah kata khusus. Silahkan baca kembali tentang pembahasan isim ma’rifah di bab 1 buku ini. Mubtada’

KAIDAH JUMLAH ISMIYYAH

1. Mubtada dan Khabar harus rafa’

2. Mubtada dan Khabar harus sama dari sisi jenis danjumlah

3. Mubtada harus ma’rifah

Page 115: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

104 Abu Razin & Ummu Razin

wajib dalam keadaan ma’rifah. Sedangkan khabar hukum asalnya adalah nakirah, kecuali untuk isim-isim yang dari asalnya ma’rifah (Isim ‘Alam, Isim Isyarah, dan Isim Dhamir). Contoh jumlah ismiyyah yang benar:

كتاب هذا

(Ini adalah buku)

Kalimat di atas, mubtadanya adalah kata “هذا”. Kata ini adalah isim isyarah. Isim isyarah merupakan ma’rifat. Kemudian kata “ كتاب” adalah khabarnya. Ia adalah nakirah karena tidak dilekati alif lam (al). Sehingga memenuhi syarat jumlah ismiyyah.

Bolehkah bila kata “ كتاب” datang dalam keadaan ma’rifah? Contohnya kalimat berikut:

الكتاب هذا

(Buku ini ...)

Jawabannya tidak boleh, Karena bila kata “buku” datang dalam keadaan ma’rifah, maka makna kalimatnya bukan “Ini adalah buku” melainkan “Buku ini..”. Kalimat “buku ini..” malah bukan kalimat yang sempurna dikarenakan masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut; kenapa buku ini? Misalkan dijelaskan seperti kalimat berikut:

جديد الكتاب هذا

(Buku ini baru)

barulah kalimat tersebut menjadi kalimat yang sempurna. Apakah setiap kalimat yang mubtada nya isim isyarah seperti contoh di atas, khabarnya wajib nakirah? Jawabannya tidak.

Page 116: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 105

Karena telah dijelaskan sebelumnya bahwa khusus untuk isim yang dari asalnya ma’rifah, maka tidak mengapa menjadi khabar meskipun dalam keadaan ma’rifah. Karena itu sesuatu yang tidak bisa dipaksakan menjadi nakirah. Contohnya:

زيد هذا

(Ini adalah Zaid)

Maka kalimat di atas telah memenuhi syarat jumlah ismiyyah karena mubtadanya ma’rifah dan khabarnya sekalipun ma’rifah tapi tetap diperbolehkan berdasarkan kaidah.

3. Khabar harus sama dengan mubtada dari sisi jenis dan jumlah

Bila mubtadanya mufrad dan mudzakkar, maka khabarnya wajib mufrad dan mudzakkar. Begitupun bila mubtadanya muannats dan tastsniyah, maka khabarnya harus muannats dan tastniyah. Perhatikan contoh-contoh berikut:

Jenis Mudzakkar Muannats

Mufrad ال مسلم بالط اكة مسلمة الط

Tatsniyah اكان مسلمان الط اكتان مسلمتان الط

Jamak Salim اكون مسلمون الط اكات مسلمات الط

Jamak Taksir الب مسلمون الط -

Perhatikanlah bahwa semua contoh kalimat di atas, khabar dan mubtada nya dalam keadaan yang sama baik dari

Page 117: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

106 Abu Razin & Ummu Razin

sisi jenis maupun jumlah. Untuk lebih menajamkan pemahaman tentang jumlah ismiyyah, silahkan perhatikan variasi contoh kalimat berikut ini:

RUMUS CEPAT: MADU MANIS DARI MALANG

1. MADU: MArfu’ keDUanya

2. MANIS: Mubtada dan khabar itu harus saMA jeNIS

3. DARI: MubtaDA harus ma’RIfat

4. MALANG: SaMA biLANGan jumlahnya

Page 118: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 107

2.2.1 Mufrad

Mudzakkar Muannats

Isim

Isya

rah

كتاب هذا (Ini adalah buku)

ممسحة هذه(Ini adalah penghapus)

قلم ذلك (Itu adalah pulpen)

نافذة تلك

(Itu adalah jendela)

غف هذا أ

(Ini adalah hidung)

هذه قني(ini adalah mata)

ذلك فم(Itu adalah mulut)

ذنتل ك أ

(Itu adalah telinga)

Isim

Dha

mir

هو طبيب (Dia adalah Pak dokter)

يه طبيبة(Dia adalah Bu dokter)

نت جمتهد أ

(Kamu (pria) itu rajin)

نت جمتهدة أ

(Kamu (wanita) itu rajin)

Isim

‘Ala

m

مسلم زيد (Zaid itu muslim)

مسلمة فاطمة

(Fatimah itu muslimah)

سامة ماهر أ

(Usamah itu pintar)

ماهرة هند (Hindun itu pintar)

تاجر قثمان (Utsman adalah pedagang)

خدجية تاجرة(Khadijah adalah pedagang

Page 119: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

108 Abu Razin & Ummu Razin

Isim

yan

g di

leka

ti “A

l”

البس تان مجيل(Taman itu bagus)

مجيلة احلدفقة (Kebun itu bagus)

طالع اكدر (Purnama telah muncul)

مس طالعة الش (Matahari telah terbit)

يع القطار رس (Kereta itu cepat)

يارة يعة الس رس (Mobil itu cepat)

مفتوح اباك (Pintu itu terbuka)

مفتوحة اجافذة (Jendela itu terbuka)

بعيد المسجد (Masjid itu jauh)

بعيدة المدرسة (Sekolah itu jauh)

اللنب حار (Susu itu panas)

ة القهوة حار (Kopi itu panas)

Perhatikan contoh-contoh kalimat di atas, semua mubtada dan khabarnya berharakat dhammah karena isim mufrad ketika rafa’ berharakat dhammah. Namun ada keanehan yaitu pada isim isyarah dan isim dhamir yang tidak berharakat dhammah. Ini dikarenakan isim isyarah dan isim dhamir termasuk isim mabniy, yaitu isim yang tidak dapat berubah. Artinya, isim-isim tersebut selamanya akan datang dalam bentuk seperti itu. Misalnya kata هو selamanya akan berharakat fathah dan tidak mungkin berubah menjadi هو atau هو .

Page 120: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 109

2.2.2 Tatsniyah

Mudzakkar Muannats

Isim

Isya

rah كتابان هذان

(Ini adalah 2 buku)

ممسحتانهتان

(Ini adalah 2 penghapus)

Itu adalah) ذنك قلمان

2 pulpen)

نافذتانتانك (Itu adalah

2 jendela)

Isim

Dha

mir

Mereka berdua) هما طبيبان

Pak dokter)

Mereka berdua) هما طبيبتان

adalah Bu dokter)

غتما جمتهدان Kalian berdua) أ

(pria) itu rajin)

غتما جمتهدتان Kalian berdua) أ

(wanita) itu rajin)

Isim

yan

g D

ileka

ti “A

l” البستانان مجيالن

(2 Taman itu bagus)

يلتان احلدفقتان مج

(2 Kebun itu bagus)

يعان القطاران رس (2 Kereta itu cepat)

يارتان يعتان الس رس (2 Mobil itu cepat)

مفتوحان اكابان (2 Pintu itu terbuka)

مفتوحتان اجافذتان (2 Jendela itu terbuka)

بعيدان المسجدان (2 Masjid itu jauh)

بعيدتان المدرستان (2 Sekolah itu jauh)

Ketika tastniyah dalam keadaan rafa’, maka wajib dalam bentuk “aani” bukan “ayni”. Ketika mubtadanya tatsniyah, maka khabarnya juga wajib tatsniyah berdasarkan kaidah.

Page 121: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

110 Abu Razin & Ummu Razin

2.2.3 Jamak Salim

Mudzakkar Muannats

Isim

Isya

rah هؤالء مسلمون

(Ini adalah muslimin)

هؤالء مسلمات

وحك مهن دسونأ

(Itu adalah para insinyur)

حك مهندساتوأ

Isim

Dha

mir

هم صائمون (Mereka berpuasa)

هن صائمات

غتم جمتهدون أ

(Kalian rajin)

غنت جمتهدات أ

Isim

yan

g D

ileka

ti “A

l”

الاكفرون مغضوبون(Kaum kafir itu dimurkai)

الاكفرات مغضوبات

مسلمون صائمونال (Kaum muslimin berpuasa)

المسلمات صائمات

هندسون متعلمونالم

(Para insinyur itu belajar) المهندسات متعلمات

المدرسون ماهرون(Para Pak guru itu rajin)

المدرسات ماهرات

فون جدد الموظ(Para pegawai itu baru)

فات جدد الموظ

طباء القائمون أ

(Orang-orang yang berdiri itu adalah dokter)

القائمات طبيبات

Page 122: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 111

Tabel di atas berisi contoh jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim ketika menjadi mubtada maupun khabar. Hal yang harus diperhatikan adalah, hukum asalnya, mubtada dan khabarnya harus sama-sama dalam bentuk jamak mudzakkar salim atau sama-sama jamak muannats salim kecuali untuk kata yang bentuk jamak nya adalah taksir maka tidak dapat dipaksakan menjadi salim. Akan tetapi yang penting adalah sama-sama jamak.

Contohnya jumlah ismiyyah yang mubtadanya isim isyarah dan isim dhamir seperti contoh di atas atau jumlah ismiyyah yang mubtada nya jamak mudzakkar salaim tetapi khabar jamak. Contonya kata جديد (baru) yang memang jamak taksir nya adalah جدد . Kita tidak dapat memaksa mengubah nya menjadi جديدون dan جديدات karena kedua bentuk kata ini tidak ditemukan dalam Bahasa Arab.

2.2.4 Jamak Taksir

Jamak taksir memilki kaidah khusus ketika digunakan dalam jumlah ismiyyah. Bila jamak taksirnya untuk benda yang tidak berakal (lighairil aaqil), maka khabarnya cukup dalam bentuk mufrad muannats. Contohnya:

واسعة اكيوت

(Rumah-rumah itu luas)

Adapun bila jamak nya untuk yang berakal (lil aaqil) maka khabarnya mengikuti jenis jamak taksirnya. Bila jamak taksir untuk mudzakkar, maka khabarnya jamak mudzakkar salim. Contohnya:

Page 123: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

112 Abu Razin & Ummu Razin

جمتهدون لرجال ا(Pria-pria itu rajin)

Bila jamak taksir nya untuk muannats, maka khabarnya adalah jamak muannats salim. Contohnya:

جمتهدات الفتيات

(pemudi-pemudi itu rajin)

Kecuali bila khabarnya merupakan isim yang ketika jamaknya berubah menjadi jamak taksir maka ini digunakan baik untuk jamak taksir lil ‘aqil mudzakkar maupun muannats. Contohnya untuk mudzakkar:

الب جدد الط (Para siswa itu baru)

dan contoh untuk muannats:

جدد الفتيات (Pemudi-pemudi itu baru)

Dikarenakan kata جديد (baru) jamaknya merupakan jamak taksir ( جدد), maka bentuk jamak taksirnya digunakan baik untuk mudzakkar maupun muannats.

Page 124: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 113

KAIDAH JUMLAH ISMIYYAH JAMAK TAKSIR

1. Bila mubtadanya jamak taksir lighairil ‘aqil, maka khabarnya mufrad muannats.

2. Bila mubtadanya jamak taksir lil ‘aqil mudzakkar maka khabarnya harus jamak (mudzakkar salim atau taksirsesuai kebutuhan)

3. Bila mubtadanya jamak taksir lil’aqil muannats maka khabarnya harus jamak (muannats salim atau taksir sesuai kebutuhan)

Page 125: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

114 Abu Razin & Ummu Razin

Untuk lebih memahami kaidah jumlah ismiyyah jamak taksir, silahkan perhatikan contoh-contoh berikut:

Jamak Taksir Lighairil Aqil

Jenis Mufrad Jamak Taksir

Isim

Is

yara

h (ini adalah rumah) هذا نيت نيوت هذه

جبال تلك (itu adalah gunung) تلك جبل

Isim

yan

g di

leka

ti “A

l”

جديدة الكتب (buku itu baru) الكتاب جديد

مجيلة اججوم (bintang itu indah) اججم مجيل

بواب (Pintu itu terbuka) اكاب مفتوح مفتوحة األ

قريبة المساجد (Masjid itu dekat) المسجد قريب

واسعة المدارس (Sekolah itu luas) المدرسة واسعة

غهار (Sungai itu panjang) اجهر طويل يلةطو األ

مطمئنة القلوب (Hati itu tenang) القلب مطمنئ

باردة المياه (Air itu dingin) الماء بارد

Perhatikan contoh kalimat di atas. Ketika dalam bentuk jamak taksir, maka semua khabarnya dalam bentuk mufrad muannats sekalipun untuk kata yang ketika tunggal dihukumi mudzakkar.

Jamak Taksir Lil Aqil

Silahkan perhatikan baik-baik tabel berikut dan bandingkan kalimat-kalimat berikut dari bentuk mufrad ke

Page 126: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 115

jamak baik untuk yang mudzakkar maupun muannats.

Jenis Mufrad Mudzakkar

Jamak Taksir

Mufrad Muannats

Jamak Taksir

Isim

Isya

rah هذا طالب

(Ini adalah siswa) طالب هؤالء ة

هذه امرأ

(Ini adalah wanita)

نساء هؤالء

ب ذلك أ

(Itu adalah ayah) وحك

آباء أ رملة

تلك أ

(Itu adalah janda)

وحك أ

رامل أ

Isim

Dha

mir

هو قبد (Dia adalah

hamba laki-laki)

مة هم عباد يه أ

(Dia adalah hamba wanita)

هن إماء

نت تاجر أ

(Kamu adalah pedagang)

ار

غتم جتة أ

نت امرأ

أ

(Kamu adalah wanita)

غنت نساء أ

Isim

yan

g di

leka

ti “A

l”

نا رجل أ

(Saya adalah seorang laki-laki)

رجال نحن ة نا امرأ

أ

(Saya adalah wanita)

ن

نساء حن

صغري الو(Anak laki-laki

itu kecil)

والدصغار األ ة مة صغري

األ

(Hamba wanita itu kecil)

صغار اإلماء

الرجل كبري (Lelaki itu besar)

كبار الرجال ةاال ة كبريمرأ

(Wanita itu besar)

كبار النساء

العبد صائم ( Hamba laki-laki

itu berpuasa)

صائمون العباد مة صائمة األ

(Hamba wanita itu berpuasa)

اإلماء صائمات

Page 127: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

116 Abu Razin & Ummu Razin

TANBIH (PERHATIAN)

Terkadang ditemukan kalimat yang terkesan tidak mengikuti kaidah jumlah ismiyyah, seperti:

الق تان الط )٢٢٩ :اكقرة( مر

“Cerai (yang dapat rujuk) itu dua kali.” (Al Baqarah: 229)

Kata الطالق merupakan mufrad sedangkan تان adalah مرtatsniyah. Padahal mubtada dan khabar harus sama jumlahnya. Kalimat semacam ini tidak wajib mengikuti kaidah karena memang maksud dari kalimat ini adalah pemberitahuan tentang hukum cerai yang dapat dirujuk itu adalah sebanyak 2 kali. Tentu kita tidak dapat memaksakan kalimatnya menjadi:

ال ة ق الط مر(Cerai itu sekali)

Kalimat kedua ini benar secara kaidah tapi tidak sesuai konteks kalimat yang dibicarakan. Kalimat kedua ini sekaligus menjadi contoh lain kalimat yang terkesan menyalahi kaidah. Kata الق merupakan mudzakkar الطsedangkan ة م ر adalah muannats. Ini terjadi karena memang Bahasa Arabnya sekali itu adalah ة Tentu kita tidak bisa . مرmemaksakan untuk membuang ta marbuthahnya menjadi مر saja. Contoh lain dalam hadits Rasulullah:

يام جنة الص

(Puasa adalah perisai)

Page 128: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 117

Karena Bahasa Arabnya perisai adalah جنة maka kita tidak boleh memaksakan membuang ta marbuthahnya menjadi جن . Terkadang, kita harus menggunakan logika dalam memahami suatu kalimat atau ketika membuat sebuah kalimat. Karena tujuan kita membuat kalimat adalah agar dapat dipahami orang lain oleh karena itu memahami konteks kalimat sangat penting dalam mempelajari dan menerapkan ilmu nahwu.

Page 129: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

118 Abu Razin & Ummu Razin

BAB III KETERANGAN TAMBAHAN DALAM KALIMAT

Dalam penggunaan kalimat sehari-hari, kita sering menggunakan keterangan tambahan pada suatu kalimat seperti keterangan tempat, waktu, kondisi, sifat, dan sebagainya. Keterangan ini digunakan untuk memperjelas maksud dari kalimat yang ingin disampaikan kepada lawan bicara. Contohnya kalimat:

زيد قام

(Zaid telah berdiri)

Kalimat ini bisa diperjelas dengan menggunakan beberapa keterangan kalimat, misalnya:

Beberapa contoh kalimat di atas menunjukkan maksud yang lebih jelas dibanding sebelum ditambahkan keterangan tambahan. Dalam Bahasa Arab, ada beberapa jenis keterangan tambahan yang bisa digunakan. Kami telah merangkum beberapa keterangan tambahan yang sering

مام الفصل Zaid telah berdiri di depan kelas قام زيد أ

ويل Zaid yang tinggi telah berdiri قام زيد الط

Zaid telah berdiri di dalam masjid المسجد قام زيد يف

Page 130: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 119

digunakan dalam Al Qur’an, hadits, dan percakapan sehari-hari Bahasa Arab yang penting untuk dipahami oleh pemula.

Beberapa kata keterangan ada yang majrur dan manshub dan ada juga yang fleksibel tergantung keadaan. Yang jelas, tidak ada keterangan tambahan yang marfu’, karena marfu’ khusus untuk kata yang menempati jabatan utama dalam kalimat seperi sebagai fa’il, mubtada, khabar dan naibul fa’il. Begitupula tidak ada keterangan tambahan yang mazjum, karena majzum umumnya hanya digunakan untuk penafian fi’il berupa huruf-huruf jazm.

Page 131: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

120 Abu Razin & Ummu Razin

3.1 Keterangan Majrur

3.1.1 Jar - Majrur

Pada bab 1, kita telah mempelajari huruf jar dan pengaruhnya terhadap suatu kata dalam kalimat. Bila suatu kata didahului oleh huruf jar, maka ia wajib dalam kondisi jar (majrur). Majrur adalah istilah yang digunakan untuk kata yang dalam kondisi jar baik karena didahului oleh huruf jar atau sebab lain yang menjadikannya wajib dalam keadaan jar.

Tanda asal jar adalah kasrah. Oleh karena itu, banyak kata dalam Al Qur’an yang berharakat kasrah apabila didahului oleh huruf jar sebagaimana yang telah disebutkan contohnya pada bab 1. Akan tetapi karena tidak semua kata mu’rab dengan harakat, selain kasrah, tanda jar adalah “ya” dan juga “fathah”. Silahkan perhatikan tabel berikut:

Jumlah Keadaan Ketika Jar Contoh

Mufrad Kasrah طالب

Tatsniyah Bentuk aini (ين) طاكني

Jamak Mudzakkar Salim Bentuk iina (فن) طاكني

Jamak Muannats Salim Kasrah طاكات

Jamak Taksir Kasrah ب طال

Isim Ghairu Munsharif Fathah محد أ

Page 132: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 121

Untuk kata yang mu’rabnya dengan huruf, ketika jar tanda I’rabnya adalah “ya” seperti tatsniyah (ayni) dan jamak mudzakkar salim (iina). Adapaun untuk yang mu’rabnya dengan harakat (isim mufrad, jamak taksir, dan jamak muannats salim), semuanya berharakat kasrah kecuali isim ghairu munsharif. Ketika jar, isim ghairu munsharif berharakat fathah.

Dalam menyusun kalimat, kita bisa menggunakan huruf jar sebagai keterangan tambahan untuk kalimat. Silahkan perhatikan contoh-contoh berikut untuk mengetahui peran huruf jar dalam suatu kalimat.

Page 133: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

122 Abu Razin & Ummu Razin

No. Bilangan Majrur

Contoh Kalimat

1 Mufrad

خدجية مجيلة اككدر

(Khadijah itu cantik bagaikan purnama)

ذهبت إىل المكتبة

(Saya telah pergi ke perpustakaan)

2 Tatsniyah

حامد مدرس يف المدرستني

(Hamid adalah guru di dua sekolah)

ادقني سمعت فاطمة اخلرب عن الص

(Fathimah mendengar kabar dari dua orang jujur)

3 Jamak

Mudzakkar Salim

وم ائمنيالص جنة للص

(Puasa adalah perisai bagi orang berpuasa) ائمني ز للص م الر

طبخت األ

(Ibu memasak nasi untuk orang berpuasa)

4 Jamak

Muannats Salim

احلجاب واجب بل المسلمات(Hijab itu wajib atas muslimah)

اكات مررت بالط

(Aku berpapasan dengan siwsi-siswi)

5 Jamak Taksir

فبحث القائد قن الرجال

(Panglima sedang mencari para laki-laki)

سواقار من األ رجع احكج

(Para pedagang pulang dari pasar-pasar)

6 Isim Ghairu Munsharif

ة اج إىل مك ذهب احلج

(orang-orang berhaji pergi ke mekkah)

محد مرت هند بأ

(Hindun berpapasan dengan Ahmad)

Page 134: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 123

3.1.2 Keterangan Kepemilikan dan Peruntukan (Mudhaf – Mudhaf Ilaih)

Mudhaf-mudhaf ilaih adalah frasa (susunan kata) yang terdiri dari dua isim. Meskipun terdiri dari dua isim, susunan mudhaf – mudhaf ilaih bukanlah sebuah kalimat yang sempurna seperti mubtada – khabar. Karena frasa mudhaf – mudhaf ilaih biasa digunakan untuk menjelaskan kepemilikan atau asal dari isim yang pertama (mudhaf). Isim yang pertama yang ingin dijelaskan disebut dengan mudhaf dan isim yang kedua sebagai penjelasan disebut dengan mudhaf ilahi. Mudhaf. Misalkan dalam bahasa Indonesia, kita kenal frasa cincin emas (cincin dari emas), pintu jati (pintu dari jati), buku Zaid (buku milik Zaid), dana ummat (dana milik ummat), dan sebagainya. Contoh mudhaf – mudhaf ilaih dalam Bahasa Arab:

زيد كتاب

Buku Zaid

Dalam frasa di atas, kata “ كتاب” disebut dengan mudhaf, sedangkan “ زيد” disebut dengan mudhaf ilaih. Ketika kita menyebutkan “ كتاب” saja, maka cakupannya masih umum (nakirah), bisa buku tentang apa saja atau buku milik siapa saja. Namun ketika kita menyebutkan mudhaf ilaihnya, maka jelas kepemilikan dari buku tersebut. Selain kepemilikan, mudhaf ilaih juga berfungsi untuk menjelaskan “peruntukan”. Contoh:

اللغة كتاب

Buku bahasa

Page 135: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

124 Abu Razin & Ummu Razin

Mudhaf ilaih “ ة اللغ ” dalam frasa di atas berfungsi sebagai penjelasan peruntukan buku yang sedang dibicarakan. Buku untuk bahasa. Bukan buku untuk sejarah, matematika, dan sebagainya. Karena sebetulnya, susunan mudhaf-mudhaf ilaih mengandung makna “ ل / untuk “. Sehingga asalnya, bentuk kedua frasa di atas adalah:

لزيد كتاب

(buku nya zaid)

للغة كتاب

(buku untuk bahasa)

Selain memiliki kandungan makna “ ل / untuk “, mudhaf – mudhaf ilaih juga mengandung makna “ من / dari”. Contohnya

ذهب خايم

Cincin emas

Maka bentuk asalnya sebetulnya adalah:

ذهب من خايم

Cincin dari emas

Page 136: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 125

Kaidah Mudhaf – Mudhaf Ilaih

1. Mudhaf tidak boleh bertanwin Mudhaf tidak boleh bertanwin18 baik dhammatain, kasratain, maupun fathatain.

2. Mudhaf tidak boleh dilekati “al” Selain tidak boleh bertanwin, mudhaf juga tidak boleh dilekati al.

3. Mudhaf ilaih harus dalam keadaan jar (majrur) Isim kedua yang berfungsi sebagai penjelas (mudhaf ilaih) harus dalam keadaan jar sesuai dengan kondisi mu’rabnya.

4. Mudhaf boleh rafa’, nashab, dan jar sesuai kebutuhan.

Berbeda dengan mudhaf ilaih yang wajib dalam keadaan jar, mudhaf tidak wajib dalam keadaan tertentu karena disesuaikan dengan kebutuhan. Ini dikarenakan mudhaf itu pasti telah menempati kedudukan lain. Contohnya:

أنا العلم ب طال

العلم طالب جاء

يت العلم طالب رأ

العلم بطالب مررت

18 Tidak bertanwin di sini bukan berarti mudhaf harus isim ghairu munsharif, akan tetapi

yang dimaksud adalah isim yang menjadi mudhaf (munsharif apalagi ghairu munsharif) tidak boleh ditanwinkan

Page 137: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

126 Abu Razin & Ummu Razin

Dalam keempat contoh di atas, kita bisa melihat bahwa mudhaf pada contoh pertama menjadi khabar (marfu’), contoh kedua menjadi fa’il (marfu’), contoh ketiga menjadi maf’ul bih (manshub), dan contoh keempat menjadi jar majrur.

Silahkan perhatikan contoh-contoh pada table berikut untuk memahami fungsi mudhaf – mudhaf ilaih dalam suatu kalimat:

Page 138: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 127

No. Bilangan

Mudhaf ilaihContoh Kalimat

1 Mufrad

كتاب زيد جديد

(Bukunya zaid itu baru)

ة حممود م حامد قم أ

(Ibunya Hamid adalah bibinya Mahmud)

2 Tatsniyah

ين ممنوع ققوق الوا

(Mendurhakai kedua orang tua itu terlarang)

اشرتى طالب قاموس اللغتني(Siswa membeli kamus 2 bahasa)

3 Jamak

Mudzakkar Salim

م المؤمنني خئشة أ

(Aisyah adalah Ibu kaum mu’minin) خء سالح المسلمني ا

(Doa adalah senjata kaum muslimin)

4 Jamak

Muannats Salim

اكات يت آباء الط رأ

(Aku melihat ayah-ayahnya para siswi) اكات قوي عزم الط

(Tekad para siswi itu kuat)

5 Jamak Taksir

ب ال مهر الط قثمان أ

(Utsman adalah siswa terpandai)

اظ حفظ القرآن يف مدرسة احلف أ

( Aku menghafal Al Qur’an di sekolah para huffadz)

6 Isim Ghairu Munsharif

محد مجيلة حقيبة أ

(Tasnya ahmad itu bagus)

بو قثمانخو خئشة أ

أ

(Saudaranya aisyah adalah bapaknya utsman)

Page 139: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

128 Abu Razin & Ummu Razin

3.2 Tawaabi’

Tawaabi’ adalah kelompok jabatan kata dalam kalimat yang tanda I’rabnya tidak mutlak. Kelompok ini berbeda dengan fa’il, mubtada dan khabar yang mutlak harus marfu’ dan maf’ul bih yang wajib nashab. Kelompok tawaabi’, sesuai artinya adalah pengikut. I’rab dari kelompok tawaabi’ mengikuti kata yang diikuti. Tawaabi’ ada 4:

• Na’at (sifat)

• ‘Athaf (kata sambung)

• Taukid (penekanan)

• Badal (pengganti)

3.2.1 Keterangan Sifat (Na’at)

Untuk memberikan sifat pada sesuatu, di dalam Bahasa Arab dikenal istilah na’at – man’ut atau shifat – maushuf. Na’at atau shifat adalah sifat sedangkan man’ut atau maushuf adalah kata yang disifati. Contohnya:

ويل زيد الط

Zaid yang tinggi

Maka “Zaid” adalah man’ut sedangkan “yang tinggi” adalah na’at. Bila kita perhatikan, susunan na’at man’ut tersebut mirip dengan susunan mubtada – khabar. Bila susunan di atas diubah menjadi:

ويل زيد ط

Dengan membuang “al ma’rifat”, maka maknanya menjadi “Zaid itu tinggi”. Artinya, ini merupakan kalimat

Page 140: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 129

sempurna dalam bentuk jumlah ismiyyah. Adapun na’at – man’ut hanya frasa yang tidak memiliki makna kalimat yang sempurna. Ada kaidah yang harus diperhatikan yang dengannya kita bisa membedakan mana susunan na’at man’ut dan susunan mubtada – khabar.

Kaidah na’at man’ut adalah:

1. Na’at dan man’ut harus sama jenis Bila man’utnya mudzakkar, maka na’atnya wajib mudzakkar. Sebaliknya jika man’utnya muannats, maka na’atnya wajib muannats.

2. Na’at dan man’ut harus sama bilangan Bila man’utnya mufrad, maka na’atnya wajib mufrad, begitupun bila man’utnya tastniyah atau jamak, maka na’atnya harus mengikuti bilangan man’utnya.

3. Na’at man’ut harus sama dari sisi ma’rifat dan nakirah

Bila man’utnya ma’rifat, maka na’atnya wajib ma’rifat. Sebaliknya jika man’utnya nakirah, maka na’atnya wajib nakirah

4. Na’at dan man’ut harus sama dari sisi I’rab Bila man’utnya marfu’, maka na’atnya wajib marfu’. Begitupun bila man’utnya manshub atau majrur, maka na’atnya harus menyesuaikan I’rab dari man’utnya. Kesimpulannya, na’at dan man’ut harus sama dari semua sisi berbeda dengan mubtada dan khabar yang hanya harus sama jenis dan bilangannya saja.

Mari kita perhatikan tabel berikut untuk memahami penggunaan na’at atau shifat dalam kalimat:

Page 141: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

130 Abu Razin & Ummu Razin

No. Bilangan Na’at Contoh Kalimat

1 Mufrad

عيل اجلميل طويل

(Ali yang ganteng itu tinggi)

ستعري الكتاب اجلديد أ

(Saya meminjam buku yang baru)

2 Tatsniyah

Kedua pak guru) المدرسان المجتهدان ماهران

yang bersungguh-itu pandai)

يتاكتني النشيطتنيرأ الط

(Aku melihat dua siswi yang rajin)

3 Jamak

Mudzakkar Salim

سنونالمسلمون المؤمنون حم

(orang-orang islam yang beriman itu berihsan)

يتالمسلمني المصلني يف المسجدرأ

(Saya melihat orang islam yang shalat di masjid)

4 Jamak Muannats

Salim

احلات صلت المسلمات الص

(orang-orang muslimah yang shalihah itu telah shalat)

الماهراتمررت بالمدرسات

(Aku berpapasan dengan para guru yang pandai)

5 Jamak Taksir

ان اكعيدة ب اجلدد من اكت ال الط(Para siswa yang baru itu dari Negara-

negara yang jauh)

ار الم غنياءجته احكجدون أ

(Para pedagang yang bersungguh-sungguh itu kaya)

Page 142: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 131

.1 Y X W)٦: الفاحتة(

.2 F E D)٢: اجبأ(

.3 z y x)٣: اكينة(

.4 E D C B A )٥١: الواقعة(

.5 Á À ¿ ¾ ½)١٢: اجازخت(

)٣٤: اجازخت( | { ~ � 6.

.7 I H G)٣: احكني(

.8 ¼ » º ¹ ¸ ¶ µ ´ ³ ² ± )١٦ – ١٥: العلق(

.9 h g f e d c b a ` _ ^ ] )٥ – ٣: الغاشية(

.10 n m l k j i h g )١٣ – ١٢: الغاشية(

حب 11.عيف إىل اهللا المؤمن القوي خري وأ من المؤمن الض

)رواه مسلم(

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 143: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

132 Abu Razin & Ummu Razin

3.2.2 Kata Sambung (‘Athaf dan ma’thuf)

Kata sambung dalam Bahasa Arab disebut dengan huruf ‘athaf. Ada 3 istilah yang digunakan untuk susunan ‘athaf dan ma’thuf, yaitu huruf ‘athaf, ma’thuf, dan ma’thuf ‘alaih. Huruf ‘athaf adalah kata sambung, ma’thuf adalah istilah yang digunakan untuk kata yang disambungkan sedangkan ma’thuf alaih adalah kata yang dijadikan sandaran untuk disambungkan. Contohnya:

محد قام زيد و أ

(Zaid dan Ahmad telah berdiri)

Maka “ و” adalah huruf ‘athaf dan “ محد adalah ma’thuf ”أ

dan kata “ زيد”adalah ma’thuf ‘alaih, yaitu kata yang dijadikan sandaran ma’thuf.

Huruf ‘athaf ada 10:

,(dan) و .1

,(maka) ف .2

,(kemudian) عم .3

و .4 ,(atau) أ

م .5 ,(ataukah) أ

ا .6 ,(adakalanya) إم

,(bahkan) بل .7

,(tidak) ال .8

,(akan tetapi) لكن .9

10. (hingga) ح

Page 144: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 133

Kaidah yang berlaku pada ‘athaf – ma’thuf adalah wajib sama dari sisi I’rab saja. Apabila ma’thuf ‘alaih nya marfu’, maka ma’thufnya wajib marfu’ dan Apabila ma’thuf ‘alaih nya manshub, majrur, atau majzum, maka ma’thufnya wajib mengikutinya. Silahkan perhatikan contoh-contoh berikut: وخئشة عم نساء جاء زيد •

و فاطمة أ (Zaid dan fathimah atau

aisyah datang kemudian para wanita)

يت اإلمام و المسلمني يف المسجد • Aku melihat seorang imam) رأ

dan kaum muslimin di masjid)

م رزا •كلت أ

خزبا أ

(?Kamu telah makan roti ataukah nasi) أ

ب و المدرسات • ال Aku berpapasan bersama para) مررت بالط

siswa dan para ibu guru)

نة مهم وواجب • Mempelajari Al Quran dan) يعلم القرآن والس

Sunnah itu penting dan wajib)

Page 145: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

134 Abu Razin & Ummu Razin

.1 o n m l k j i h )٩ – ٨: اكت(

.2 \ [ Z Y X W V U T)٤: القدر(

.3 e d c b a)١: رصاج(

.4 Ë Ê É È Ç Æ Å)٣: اإلنسان(

.5 ~ } | { z yx w v u t s )١٠٩: األنبياء(� ¡

.6 f e d c b a ` _ ^ )٣٩: يوسف(

.7 Æ Å Ä Ã Â Á À ¿ ¾ ½ ¼ » º ¹ ¸ ÈÇ)١٩٦: اكقرة(

.8 I H G F E D C B A N ML K J Q P O)١٨٢: اكقرة(

ديث آن والح ة من القر األمثل

Page 146: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 135

3.2.3 Keterangan Pengganti (Badal)

Badal secara bahasa artinya pengganti. Dinamakan demikian karena badal bisa menggantikan posisi kata yang digantikan. Contohnya:

رسول اهللا حممد قال Telah berkata Muhammad, Rasulullah

Dalam kalimat di atas, Kata “ رسول اهللا” disebut dengan badal dan kata “ د .adalah mabdul (yang digantikan) ”حممKetika dikatakan “rasulullah” saja, maka yang dimaksud adalah “Muhammad” dan ketika dikatakan “Muhammad” maka yang dimaksud adalah “Rasulullah”. Ini adalah fungsi badal yang biasanya menjelaskan posisi atau jabatan dari mabdul.

Selain menjelaskan jabatan atau posisi dari mabdul, badal juga digunakan untuk menjelaskan sebagian (setengah, sepertiga, dan sebagainya) dari mabdul. Contohnya:

مك نصفه كلت الس أ

Saya Makan Ikan Setengah (bagian) nya

Isim Isyarah dan Badal

Bila setelah isim isyarah ada isim yang ma’rifah dengan sebab “al” maka ia pasti menjadi badal. Contohnya:

(Buku ini baru) هذا الكتاب جديد

اكة نشيطة تلك الط (Siswi itu rajin)

Kata “ الكتاب” dan “ اكة menjadi badal sehingga ”الط

Page 147: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

136 Abu Razin & Ummu Razin

maknanya menjadi “Buku ini” dan “Siswi itu”. Kalimatnya tidak sempurna bila tidak ditambahkan kata lain sebagi khabar. Akan tetapi bila kata “ الكتاب” dan “ اكة dalam ”الطkeadaan nakirah, maka ia bisa menjadi khabar sehingga sempurna kalimatnya:

(Ini adalah buku) هذا كتاب

(Itu adalah siswi) تلك طاكة

Silahkan perhatikan contoh-contoh berikut:

خو حامد • (Zaid, saudaranya Hamid, telah berdiri) قام زيد أ

(Ilmunya Zaid bermanfaat untukku) غفعين زيد علمه •

(Setengah kaum telah dating) جاء القوم نصفهم •

يت زيدا سيارته • (Aku telah melihat mobilnya Zaid) رأ

نيك زيد • ,Saya telah berpapasan dengan bapakmu ) مررت بأ

Zaid)

مري المؤمنني قمر ن قال •اب اخل ن أ ط (Amirul mu’minin, Umar

bin Khatthab telah berkata)

Page 148: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 137

.1 z y x w v u t s r q p

)٣ – ١: اجاس(

.2 N M L K J I H G F E D )٣ – ٢: املزمل(

.3 O N M L K J I H G FQ P )٤ – ٢: الفاحتة(

.4 Ã Â Á À ¿ ¾ ½ ¼ »)٣٠ – ٢٩: طه(

.5 { z y x w v u t s r )١٤٢: األعراف(| {

.6 ± ° ¯ ® ¬ « ª © ¨ )٣٠: الفرقان(

.7 E D C B A)٤٥: اججم(

.8 J I H G F E D C B A V UT S R Q P O N M L K ` _ ^ ] \ [ Z Y X W

a)١: املمتحنة(

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 149: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

138 Abu Razin & Ummu Razin

3.2.4 Keterangan Penguat (Taukid)

Taukid yang dimaksud di sini bukanlah penguat dari sisi makna seperti penggunaan kata “ إن” yang bermakna sungguh. Tetapi khusus untuk penekanan dengan kata-kata berikut ini:

(diri) اجفس •

قام زيد غفسه (Zaid telah berdiri, dirinya)

(diri) العني •

يت زيدا قينه رأ

(Aku telah melihat zaid, dirinya)

(seluruh, semua) لك •

يت الق وم لكهم رأ

(Aku telah melihat kaum, seluruhnya)

مجع • (seluruh, semua) أ

مجعني مررت بالقوم أ

(Aku berpapasan dengan kaum semuanya)

Kata “ اجفس” dan “ العني” digunakan untuk menekankan bahwa yang dimaksud adalah orang yang sedang dibicarakan, bukan hal lain yang berkaitan dengan dirinya. Misalkan ketika seseorang berkata:

قام زيد غفسه

Page 150: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 139

Maka kalimat ini menekankan bahwa yang berdiri adalah si Zaid, bukan anaknya Zaid, istrinya Zaid, atau hal lain yang terkait dengan Zaid.

Adapun kata “ لك” dan “ مجع bisa digunakan untuk ”أ

menekankan bahwa obyek yang tengah dibicarakan adalah seluruhnya, bukan setengahnya atau sebagian darinya.

Kaidah yang berlaku untuk taukid adalah:

1. Taukid harus sama I’rabnya dengan kata yang diperkuat

2. Taukid harus sama dari sisi ma’rifat dan nakirah

Page 151: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

140 Abu Razin & Ummu Razin

.1 c b a `)٣١: اكقرة(

.2 ...w v u t s r q p ... )١١٩: آل عمران (

.3 Ë Ê É È)٣٠: احلجر(

.4 d e f)٩٥: الشعراء(

.5 m l k)١٧٠: الشعراء(

.6 ... Â Á À ¿ ¾ ½ ¼ )١٦١: اكقرة(

ال 7.سد وإن أ سد مضغة إذا صلحت صلح اجل ه، وإذا لك ىف اجل

سد ال وىه القلب . ه لك فسدت فسد اجل )رواه اكخاري و مسلم( أ

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 152: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 141

3.3 Keterangan Manshub

3.3.1 Keterangan Penguat (Mashdar)

Mashdar yang dimaksud di sini adalah istilah mashdar yang kita temui pada pelajaran ilmu sharaf. Menyebutkan mashdar setelah fi’ilnya yang satu wazan memiliki 2 faidah:

1. Penekanan

Bila kita menyebutkan mashdar setelah fi’ilnya yang satu wazan, maka ia akan memberikan faidah taukid (penekanan makna). Contohnya:

بته بارض رضAku benar-benar memukulnya

2. Penyerupaan

Selain untuk penekanan, mashdar juga bisa digunakan untuk penyerupaan. Contohnya:

بته سد رض رضب األ

Aku memukulnya dengan pukulan (terkaman) singa

Selain untuk yang satu tashrif, mashdar juga berlaku untuk kata yang satu makna sekalipun beda tashrifnya. Contohnya:

جلست قعوداSaya benar-benar duduk

Contoh lain,

قمت وقوفا

Saya benar-benar berdiri

Page 153: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

142 Abu Razin & Ummu Razin

.1 µ ´ ³ ² ± ° ¯ ® ¬

)١١٩: النساء(¸ ¶

.2 ¹ ¸ ¶ µ ´ ³ )٢١: الفجر(

.3 j i h g f e)١٤: احلاقة(

.4 G F E D C B A)٦: اإلنسان(

.5 l k j i h g)١٤: اإلنسان(

.6 p o nm l k j i h g f z y x w vu t s r q

)٣٣: األحزاب( } | { ~ _ `

.7 ... l k j i o n m)٥٦: األحزاب(

.8 Ã Â Á À ¿ ¾½)٦١: األحزاب(

.9 s r q )٢٢: نوح(

ع صالة فصل إذا قمت يف صالتك 10. )رواه أمحد(مود

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 154: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 143

3.3.2 Keterangan Waktu dan Tempat (Dzharaf Zaman dan Dzharaf Makan)

Keterangan waktu (Dzharaf Zaman) dan keterangan tempat (Dzharaf Makan) yang juga dikenal dengan maf’ul fiih bisa digunakan untuk menerangkan waktu (pagi, siang, sore, malam, dll) atau tempat (di depan, di belakang, dll).

Dzharaf Zaman adalah:

وم • .(di hari ini) ا

ذهب إىل الم وم أ ة ا كتبة الكبري

(Saya pergi ke perpustakaan yang besar hari ini)

(di malam hari) الليلة •

حد لة األ تسافر فاطمة

(Fathimah pergi di malam minggu)

(di pagi hari) غدوة •

مع زوجيت اجلميلة غدوة أم Saya berjalan bersama istri saya yang cantik di pagi hari

(di pagi hari) بكرة •

ال الن بكرة شطاء ذهب العم Para pekerja yang rajin berangkat pagi-pagi

(di waktu sahur) سحرا •

إمام المسجد سحرااستيقظ Imam masjid bangun tidur di waktu ssahur

Page 155: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

144 Abu Razin & Ummu Razin

(besok) غدا •

راسة غدا ا يبدأ

Pelajaran mulai besok

(di waktu malam19) قتمة •

حممود قتمة يعMahmud makan malam di waktu isya

(Di waktu shubuh) صباحا •

صباحا ووجة األ زرت الز

Saya mengunjungi istri pertama di waktu shubuh (di sore hari) مساء •

وجة اخكاغية مساء زرت الز

Saya mengunjungi istri kedua di waktu sore

بدا • (selamanya) أ

بداحبك أ

أ

Saya mencintaimu selamanya

مدا • (besok-besok) أ

ذهب إىل بيت مدا ك أ

أ

Saya akan pergi ke rumah mu besok-besok

يناح • (suatu ketika)

ذهب إىل بيتك حينا أ

Saya akan pergi ke rumah mu suatu saat

19 Sepertiga malam pertama

Page 156: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 145

Adapun Dzharaf Makan adalah:

مام • (di depan) أ

مام المسجد قام زيد أ

Zaid berdiri di depan kelas (di belakang) خلف •

صىل المسلمون خلف اإلمام Kaum muslimini shalat di belakang imm

ام • (di hadapan) قد

ام خئشة ت قد رسSaya berjalan di depan ‘Aisyah

(di belakang) وراء •

ت وراء بكر رسSaya berjalan di depan Bakr

(di atas) فوق •

جرة ائرة فوق الش يت الط رأ

Saya melihat burung di atas pohon

ت • (di bawah) حت

جرة ت الش

نمت حتSaya tidur di bawa pohon

(di sisi) عند •حت عندك فر

Saya bahagia di sisimu

Page 157: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

146 Abu Razin & Ummu Razin

(bersama) مع •

الفرس مع حممود ركب عيل

Ali menunggangi kuda bersama Mahmud

(di depan) إزاء •

جلست إزاء اكاب Saya duduk di depan pintu

(di depan) حذاء •

جلست حذاء اكاب

Saya duduk di depan pintu

(di depan) تلقاء •

جلست تلقاء اكاب

Saya duduk di depan pintu

(di sana) عم •

دا عم ظر زي غ ا Lihatlah Zaid di sana

(di sini) هنا •

أسكن هناSaya tinggal di sini

Bila setelah dzharaf, baik dzharaf makan maupun dzharaf zaman, terdapat isim, maka ia dihukumi majrur karena menjadi mudhaf ilaih. Contohnya:

مام المسجد قام زيد أ

Page 158: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 147

Dan contoh:

حد لة األ تسافر فاطمة

Maka kata “ المسجد” dan “ حد majrur dikarenakan ”األ

menjadi mudhaf ilaih

Page 159: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

148 Abu Razin & Ummu Razin

.1 Û Ú Ù Ø× Ö Õ Ô)١٨: األنعام(

.2 H G F E D C B A J I M L K)٨٨: اجحل(

.3 Ñ Ð Ï Î Í Ì Ë Ê É È × Ö Õ Ô Ó Ò)٢٩: فصلت(

.4 K J I H G F E D C B A Q P O N M L)٩٤: اكقرة(

.5 q p o n m l k)٤٣: اكقرة(

.6 a `_ ^ ] \ [ Z Y X Wl k j i h g fe d c b

)٢١٢: اكقرة(

)٥: نوح(¢ £ ¤ ¥ ¦ § ¨ 7.

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 160: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 149

.8 \ [ Z YX W V U T S )٩٥: اكقرة(

يوم تضح وم يوم تصومون والفطر يوم يفطر الص 9. ض ون ون واأل

)رواه الرتمذي(

Page 161: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

150 Abu Razin & Ummu Razin

3.3.3 Keterangan Kondisi (Haal)

Keterangan kondisi (haal) bisa digunakan untuk menjelaskan kondisi dari subjek (shahibul haal) yang sedang dibicarakan. Misalkan, informasi kedatangan seseorang bisa diperjelas dengan menjelaskan keadaannya ketika datang; apakah jalan kaki atau berkendaraan. Contoh:

جاء زيد راكباZaid telah datang dengan berkendaraan

Maka “راكبا” adalah haal yang menjelaskan keadaan atau kondisi, sedangkan shahibul haalnya (pemilik keadaan) adalah “ زيد”

Contoh lain:

ما جاء زيد متبسZaid telah datang dengan tersenyum

Kaidah yang berkaitan dengan haal:

1. Haal harus nakirah

2. Shahibul haal harus ma’rifah

Page 162: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 151

Berikut contoh-contoh penggunaan haal dalam kalimat:

فل من اجوم باكيا استيقظ • الط

(Anak itu bangun tidur dalam keadaan menangis)

خرج اجاس خائفا •

(Manusia keluar dalam keadaan takut)

ما • دخل زيد الفصل متبس

(Zaid masuk kelas dengan tersenyum)

جاء زيد ضاحاك •

(Zaid datang dengan tertawa)

بكى حامد حزينا •(Hamid menangis karena sedih)

ب قائما • نيه مسلم عن الرش(Muslim dilarang minum sambil berdiri)

Page 163: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

152 Abu Razin & Ummu Razin

.1 m l k j i h g)٢: اجرص(

.2 i h g f e d c r q p o n m l k j

)٩٣: النساء(

.3 k j i h g f e d v u t s rq p o n ml

y x w)١٠٣: النساء(

.4 T S R Q P O N M L K U)٣: آل عمران(

.5 ` a b c d e f g h i )٤٥: األعراف(

.6 t u v w x y z { | } ~ _ a` b c d )٧: لقمان(

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 164: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 153

.7 W V U TS R Q P O)٢٨: النساء(

.8 Ú Û Ü ÞÝ ß à á â ã ä )٢١: القصص(

فليستقئ 9. حد منكم قائما فمن نبن أ )رواه مسلم(ال يرش

.10 مقعده من اجار من كذب بلدا فليتبوأ رواه اكخاري ( متعم

)مسلمو

Page 165: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

154 Abu Razin & Ummu Razin

3.3.4 Keterangan Dzat (Tamyiz)

Bila haal menjelaskan tentang keadaan atau kondisi, maka tamyiz digunakan ketika kita ingin menjelasakan atau menegaskan dzat atau objek yang dimaksud. Contoh penggunaan tamyiz:

د غفسا طاب حممMuhammad itu wangi tubuhnya

Kata “غفسا” merupakan tamyiz, karena ia menegaskan apa yang wangi dari Muhammad. Karena bisa jadi yang wangi adalahnya pakaiannya, rumahnya, mobilnya, dan lain-lain. Ketika ditambahkan kata “غفسا” maka jelaslah yang wangi adalah tubuhnya.

Selain untuk mempertegas, tamyiz juga berfungsi ketika kita ingin menjelaskan benda yang dimaksud setelah penyebutan angka atau jumlah. Contohnya:

ملكت تسعني غعجة

Aku memiliki 90 ekor kambing

Maka kata “ غعجة” disebut dengan tamyiz karena ia menjelaskan dzat yang dimaksud dari kata “90 ekor”. Artinya, yang dimaksud adalah kambing bukan kucing, sapi, atau kerbau.

Page 166: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 155

Kaidah yang berkaitan dengan Tamyiz:

1. Tamyiz harus nakirah

Berikut contoh-contoh penggunaan tamyiz dalam kalimat:

(Zaid itu mengalir keringatnya) تصبب زيد عرقا •

بكر شحما •أ (Bakr itu berlapis-lapis lemaknya) يفق

يت عرشين نقرة • (Saya membeli 20 ekor sapi) اشرت

كرم •بازيد أ

منك أ (Bapaknya Zaid lebih mulia darimu20)

مجل منك وجها • (Wajah Zaid lebih tampan darimu) حممود أ

20 Terjemah asalnya, Zaid itu lebih mulia darimu, Bapaknya. Artinya yang lebih mulai

darimu itu Bapaknya Zaid bukan si Zaid. Kalimat dengan tamyiz bisa digunakan untuk memalingkan maksud dari objek pembicaraan yang sudah sebutkan di awal. Artinya, bukan objek pembicaraanya yang dimaksud melainkan hal lain yang berkaitan dengan objek pembicaraan

Page 167: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

156 Abu Razin & Ummu Razin

.1 ... ~} | { z y... )١٦٥: اكقرة(

.2 c b a ` _ ^ ] \ )٦: املزمل(

.3 j i h g f e d c b a ` k)٥١ :اكقرة(

.4 ¾ ½ ¼ » º ¹ ¸ ¶ µ ´ ³ Â Á À ¿)٤: يوسف(

.5 s r q p o n m l k)١٢: القمر(

.6 d c b a` _ ~ })٧٠: النساء(

.7 a ` _ ^ ] \ [ Z Y X W g f e d c b)٢: األنفال(

إن 8.ر ص ة الم ام ي الق م و د اهللا ي ن ابا ع ذ ع اجاس شد أ متفق (ون و )عليه

كمل 9.حسنهم إيمانا المؤمنني أ

)رواه أبو داود(خلقا أ

حصاها دخل ، مائة إال إن هللا تسعة وتسعني اسما 10. واحدة ، من أ

نة )رواه اكخاري و مسلم(اجل

ث آن والحدي ة من القر األمثل

Page 168: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 157

3.3.5 Keterangan Tujuan (Maf’ul Min Ajlih)

Maf’ul min ajlih sesuai namanya adalah maf’ul yang menjelaskan tujuan atau alasan kenapa suatu perbuatan dilakukan. Contohnya:

قام زيد إجالال لمحمد Zaid berdiri untuk menghormati Muhammad

Contoh lain:

بتغاء معروفك زرتك ا Aku mengunjungimu karena mengharapkan kebaikanmu

Kaidah yang berkaitan dengan maf’ul min ajlih adalah ia harus dalam wazan mashdar. Tidak boleh dalam bentuk tashrif yang lain.

Page 169: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

158 Abu Razin & Ummu Razin

.1 ] \ [ Z Y X W V U T S R Q_ ^ a ` )٤٤ – ٤٣: يس(

.2 ì ë ê é è ç æ å ä)١٤: األحقاف(

.3 ã â á à ß Þ Ý٢٧: القمر

.4 w v u t s rq p o n m l k ~ } | { z yx )٣٥ – ٣٤: القمر(

.5 ` _ ~ } | { z y x w

k j i h g fe d c b a )١٤٠: األنعام(

.6 S R Q P X W V U T

c b a` _ ^ ] \ [ Z Y

d)١٤٥: األعراف(

.7 r q p o n m l k j i

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 170: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 159

{ z y x w v u t s )٢٢: الرعد(

م من ذنبه 8. ما يقد رواه (من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر )اكخاري و مسلم

Page 171: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

160 Abu Razin & Ummu Razin

3.3.6 Keterangan Penyertaan (Maf’ul Ma’ah)

Maf’ul ma’ah adalah keterangan yang menjelaskan penyertaan atau kebersamaan. Fungsinya mirip seperti ‘athaf – ma’thuf hanya saja ia lebih menekankan penyertaan. Contohnya:

مري واجليش جاء األ

Pemimpin dan tentara telah dating

Contoh tersebut merupakan contoh ‘athaf – ma’thuf. Adapun contoh maf’ul min ajlih:

مري واجليش جاء األ

Pemimpin telah datang bersama tentara

Dengan memfathahkan “ اجليش ”, maka maknanya menjadi bersama. Kemudian huruf “ و” pada contoh tersebut bukanlah huruf ‘athaf yang memiliki arti “dan” melainkan waw ma’iyyah yang memiliki arti “bersama”.

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W

X Y Z [ \ ] ^ _ ` a b c )٧١: يونس(

Page 172: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 161

BAB IV VARIASI KALIMAT

4.1 Jumlah Ismiyyah dengan Khabar Majemuk

Pada bab 2 kita telah mempelajari bahwa jumlah ismiyyah terdiri dari 2 unsur, yaitu mubtada dan khabar. Dalam penggunaannya sehari-hari, khabar tidak selalu dalam keadaan tunggal seperti pada contoh:

زيد مدرس فاطمة طاكة

Semua khabar di atas terlihat sederhanya karena memang khabarnya tunggal. Kata yang ada setelah mubtada dan marfu’ maka sudah pasti menjadi khabarnya. Namun, banyak sekali khabar yang kita temukan dalam Al Quran atau Hadits yang tidak tunggal, contohnya:

� ~ } | { ¢ ¡

“Dan Allah memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Al Baqarah 213)

Dalam ayat di atas, lafal Allah adalah mubtada, sedangkan khabarnya adalah ” فهدي” beserta fail dan mafulnya. Artinya yang menjadi khabar bukan hanya 1 kata saja melainkan keseluruhan kata yang menjelaskan tentang keadaan mubtada. Karena memang Khabar ada dua:

Page 173: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

162 Abu Razin & Ummu Razin

1. Khabar Mufrad (Tunggal)

Dinamakan khabar mufrad karena memang khabarnya hanya satu kata sederhana seperti contoh-contoh pada bab 2.

2. Khabar Ghairu Mufrad (Majemuk)

Ini adalah kelompok khabar yang majemuk karena khabarnya bukan hanya satu kata melainkan dua kata atau lebih yang merupakan frasa atau bahkan kalimat sempurna. Sehingga ada mubtada yang khabarnya merupakan “mubtada khabar” atau bahkan khabarnya “fi’il dan fa’il”. Khabar ghairu mufrad ada empat:

1. Jar dan Majrur

Contohnya:

ار زيد ىف ا (Zaid di rumah)

2. Dzharaf

Contohnya: مام اكيت زيد أ (Zaid di depan rumah)

3. Mubtada Khabar

Contohnya:

ه مدرسة م (Zaid itu ibunya seorang guru) زيد أ

4. Fi’il dan Fa’il:

Contohnya:

بوه (Zaid itu berdiri bapaknya) زيد قام أ

Page 174: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 163

Ketika kita menemukan jumlah ismiyyah yang khabarnya ghairu mufrad, maka yang menjadi khabar bukan hanya satu kata, melainkan keseluruhan kata yang memiliki makna yang utuh. Contohnya:

ار زيد يف اZaid di dalam rumah

Maka kalimat di atas, khabarnya bukan hanya “ يف” saja atau “ ار ار “ saja melainkan keseluruhan makna dari ”ا .”يف اOleh karena itu kita katakan bahwa khabarnya adalah jar majrur “ ار :Begitu juga dengan contoh .”يف ا

بوه زيد قام أ

Zaid itu telah berdiri bapaknya

Maka khabarnya bukan hanya “ قام” saja atau “ بوه saja ”أ

melainkan keseluruhan makna dari “ بوه Oleh karena .”قام أ

itulah khabar yang semacam ini disebut dengan khabar ghairu mufrad karena yang menjadi khabar bukan kata tunggal melainkan rangkaian dari beberapa kata.

Catatan Khusus untuk Jumlah Ismiyyah dengan khabar fi’il dan fa’il

Saat mempelajari jumlah fi’liyyah, kita mengetahui bahwa apapun bilangan fa’ilnya, fi’ilnya tetap mufrad (FIRA). Contohnya:

ذهب المسلم ذهب المسلمان ذهب المسلمون

Page 175: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

164 Abu Razin & Ummu Razin

Kaidah tersebut tidak berlaku apabila kita ingin mendahulkan fa’ilnya. Karena ketika fa’ilnya didahulukan, maka berlaku kaidah jumlah ismiyyah yang mana mubtada dan khabar harus MALANG (Sama bilangan). Sehingga kalimatnya menjadi:

المسلم ذهب المسلمان ذهبا المسلمون ذهبوا

Silahkan perhatikan contoh-contoh jumlah ismiyyah yang khabarnya ghairu mufrad:

د و قمر يف المسجد زي • (Zaid dan Umar di masjid)

Mahmud bersama istrinya di) حممود مع زوجته يف اكيت •

rumah)

ه حسن • (Hamid itu tulisannya bagus) حامد خط

(Fathimah itu rumahnya luas) فاطمة بيتها واسع •

د سيارته جديدة حممو • (Mahmud itu mobilnya baru)

اكان النشيطان • ة الط يذهبان إىل المكتبة الكبري (Dua siswa yang

rajin sedang pergi ke perpustakaan yang besar)

Penuntut ilmu itu telah) طالب العلم يعلم احكجويد •

mempelajari tajwid)

لة العيد • اكة Orang Islam menunaikan) المسلمون يؤتون الز

zakat pada malam ied)

Page 176: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 165

.1 ¦ ¥ ¤£ ¢ ¡ � ~ }| { z y ³ ² ± ° ¯ ® ¬ « ª © ¨§

¿¾ ½ ¼ » º ¹ ¸ ¶ µ ´ )٣٥: اجور(

.2 Å Ä Ã Â Á)٢٤٥: اكقرة(

.3 w v u t s)٢٣٢: اكقرة(

.4 ... a ` _ ^] \ [ Z Y)١٧٩: األعراف(

)٢٤٩: اكقرة(~ _ ` ... 5.

.6 يطان من العجلة اهللا و من احكك )رواه أبو يعىل واكيهيق( الش

.7 يف اهللا ر

ين،و ال ر وسخط ا ين سخط يف اهللا الوا )رواه ابن حبان(

ال 8. )رواه الرتمذي( كفاعله اخلري بل ا

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 177: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

166 Abu Razin & Ummu Razin

4.2 Pengembangan Jumlah Ismiyyah (An Nawaasikh)

Dalam Bahasa Arab dikenal ada beberapa ‘aamil (faktor) yang membuat jumlah ismiyyah menjadi rusak hukumnya. Artinya, ketika ada faktor-faktor ini, maka syarat mubtada dan khabar yang wajib marfu’ menjadi berubah. Faktor ini disebut dengan ‘aamil nawasikh (faktor perusak). ‘Aamil nawasikh ada 3:

dan yang semisalnya اكن .1

‘Aamil اكن dan yang semisalnya menjadikan khabar manshub sedangkan mubtada tetap marfu’.

dan yang semisalnya إن .2

Kebalikan dari اكن dan yang semisalnya, ‘aamil إن dan yang semisalnya menjadikan mubtada menjadi manshub dan khabar tetap marfu’

dan yang semisalnya ظن .3

‘Aamil ظن dan yang semisalnya menjadikan mubtada dan khabar menjadi manshub. Misalnya untuk jumlah ismiyyah:

زيد جمتهد

Zaid itu bersungguh-sungguh

Ketika diawali ‘aamil اكن menjadi:

اكن زيد جمتهدا

Zaid itu bersungguh-sungguh

Page 178: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 167

Ketika diawali ‘aamil إن menjadi:

زيدا جمتهد إن

Sesungguhnya Zaid itu bersungguh-sungguh

Dan ketika diawali amil ظن menjadi:

تهداظننت زيدا جم

Aku menyangka Zaid itu bersungguh-sungguh

Page 179: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

168 Abu Razin & Ummu Razin

) dan yang semisalnya اكن 4.2.1 خوايهااك ن وأ )

‘Aamil اكن dan yang semisalnya menjadikan khabar manshub sedangkan mubtada tetap marfu’. Kata اكن sendiri merupakan fi’il madhi naqish21 yang tashrifnya:

ال تكن –كن –اكئن –كونا –يكون –اكن Begitu juga dengan yang semisal “ اكن“, semuanya

termasuk fi’il naqish. Selain “ اكن”, ‘aamil yang juga menyebabkan khabar menjadi manshub dan mubtada tetap marfu’ adalah:

,(ada, terjadi) اكن •

ستاذا اكن حامد أ

(Hamid adalah seorang guru)

• م ,(memasuki waktu sore) أ

ب راجعني ال الط م أ

(Di sore hari para siswa pulang)

صبح • ,(memasuki waktu shubuh) أ

صبح الربد شديدا أ

(Di pagi hari sangat dingin)

21 Fi’il madhi naqish sesuai namanya adalah fi’il yang kurang sempurna (naqish)

dikarenakan fi’il ini tidak memiliki fa’il melainkan isim fi’il dan khabar fi’il.

Page 180: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 169

• ض ,(memasuki waktu dhuha) أ

ضلني المسلمون مص أ

(Di waktu dhuha orang Islam shalat)

,(pada waktu siang) ظل •

ظل المطر نازال

(Di waktu siang hujan turun)

,(pada waktu malam) بات •

فل نائما بات الط(Di malam hari anak kecil tidur)

,(menjadi) صار •

صار اخلزب رخيصا

(Roti menjadi murah)

س لي • (tidak),

ليس زيد نشيطا(Zaid tidak rajin)

(Senantiasa22) ما دام – ما برح – ما فتئ – ما اغفك – ما زال •

ما زال زيد خلما

(Zaid senantiasa berilmu)

22 Semua ‘aamil ini, ما زال hingga ما دام semuanya bermakna sama, yaitu senantiasa.

Page 181: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

170 Abu Razin & Ummu Razin

• dan tashrif dari fi’il-fi’il di atas. Artinya, yang menjadi ‘aamil bukan hanya bentuk fi’il madhinya saja melainkan juga turunan atau tashrif dari fi’il madhi seperti fi’il mudhari dan fi’il amar. Contohnya:

كن خلما(Jadilah orang berilmu)

Susunan kalimat اكن dan yang semisalnya adalah:

Fi’il + Isim Fi’il + Khabar Fi’il

Contohnya:

اكن زيد جمتهداZaid itu bersungguh-sungguh

Maka “ اكن” merupakan fi’il madhi naqish, dan “ زيد” adalah isim kaan, dan “جمتهدا” adalah khabara kaana.

Contoh lain:

ليس زيد جمتهداZaid tidak bersungguh-sungguh

Maka “ ليس” merupakan fi’il madhi naqish, dan “ زيد” adalah isim laisa, dan “جمتهدا” adalah khabara laisa.

Contoh lain:

صبح الربد شديدا أ

Di waktu pagi sangat dingin

Maka “ صبح ”الربد “ merupakan fi’il madhi naqish, dan ”أ

adalah isim ashbaha, dan “شديدا” adalah khabar ashbaha.

Page 182: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 171

Kaidah Kaana dan yang semisalnya:

1. Mubtada berubah namanya menjadi isim fi’il dan i’rabnya tetap marfu’

2. Khabar berubah namanya menjadi khabar fi’il dan i’rabnya berubah menjadi manshub.

خوايها) dan yang semisalnya إن 4.2.2 (إن وأ

‘Aamil inna dan yang semisalnya menjadikan mubtada manshub dan khabar tetap marfu’. Seluruh ‘aamil inna dan yang semisalnya merupakan huruf. Huruf-huruf tersebut adalah:

,(sesungguhnya) إن •

إن اهللا لفور (Sesungguhnya Allah maha pengampun)

ن • ,(sesungguhnya23) أ

ن اهللا لفور اعلم أ

(Ketahuilah sesungguhnya Allah maha pengampun)

,(akan tetapi) لكن •

قام حامد لكن زيدا جالس (Hamid telah berdiri akan tetapi Zaid duduk)

ن • ,(seperti) كأ

ن فاطمة بدر كأ

(Seakan-akan Fathimah itu purnama) 23 Penggunaan huruf “ ن

hanya diperbolehkan bila huruf ini ada di tengah kalimat. Bila ”أ

di awal kalimat wajib meggunakan huruf “ إن”

Page 183: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

172 Abu Razin & Ummu Razin

ت • (andai),

با ت الش ب د خئ (Seandainya masa muda kembali)

(supaya, semoga) لعل •

ل ناز ر لعل المط (Semoga hujan turun)

Susunan kalimat inna dan yang semisalnya adalah:

Huruf + Isim huruf + Khabar Huruf

Contohnya:

إن زيدا جمتهد Sesungguhnya Zaid itu bersungguh-sungguh

Maka “ إن” adalah huruf (taukid), “زيدا” adalah isim inna dan “ جمتهد”adalah khabar inna.

Kaidah inna dan yang semisalnya:

1. Mubtada berubah namanya menjadi isim huruf dan berubah i’rabnya menjadi manshub

2. Khabar berubah namanya menjadi khabar huruf dan i’rabnya tetap marfu’

Page 184: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 173

خوايها) dan yang semisalnya ظن 4.2.3 (ظن و أ

‘Aamil dzhanna dan yang semisalnya menjadikan mubtada dan khabar manshub keduanya. Kelompok ini merupakan fi’il muta’addiy yang maf’ulnya ada dua. Oleh karena itu, kedua isim setelahnya menjadi manshub keduanya. Misalnya kata kerja “menjadikan”. Maka dalam bahasa Indonesia sekalipun dapat dipahami bahwa objek untuk kalimat ini ada dua. Contohnya kalimat “Aku Menjadikan Kamu Istri”. Maka “Kamu” dan “Istri” adalah objek. ‘Aamil yang masuk kelompok ini adalah:

,(menyangka) ظننت •

ئيس خدال ظننت الر(Saya menyangka pemimpin itu adil)

بت حس • (mengira),

حسبت حامدا صادقا(Saya mengira hamid itu jujur)

,(membayangkan) خلت •

خلت احكلميذ فاهما(Saya membayangkan murid itu paham)

,(menduga/mengira) زقمت •

دامو زقمت حامدا حم (Saya kira Hamid itu Mahmud)

Page 185: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

174 Abu Razin & Ummu Razin

يت • ,(melihat) رأ

يت زيدا باكيا رأ

(Aku melihat Zaid menangis)

,(mengetahu) علمت •

علمت فاطمة نشيطة (Saya tahu Fathimah itu rajin)

,(mendapati) وجدت •

وجدت الكتاب ضائعا(Saya mendapati buku hilang)

ذت • ,(menjadikan) اخت

ذت هندا زوجيت اخت (Saya menjadikan Hindun sebagai istri saya)

,(menjadikan) جعلت •

جعلت احلديد خايما(Saya menjadikan besi itu cincin)

(mendengar) سمعت •

سمعت اجيب فقول (Saya mendengar Nabi bersabda)

Page 186: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 175

Perlu dicatat bahwa yang menjadi ‘aamil bukan hanya fi’il madhi dhamir ana seperti contoh-contoh di atas, tapi seluruh bentuk tashrif dari fi’il-fi’il di atas. Contohnya:

هب خايما جعل عيل ا(Ali menjadikan emas itu cincin)

Susunan kalimat dzhanna dan yang semisalnya adalah:

Fi’il + Fa’il + Maf’ul Awwal + Maf’ul Tsani

Contohnya:

تهدا علمت زيدا جمSaya mengetahui Zaid itu bersungguh-sungguh

Maka “ علمت” adalah fi’il madhi beserta fa’ilnya (dhamir ana), “زيدا” disebut dengan maf’ul awwal, dan “جمتهدا” disebut dengan maf’ul tsaa

Kaidah dzhanna dan yang semisalnya:

1. Mubtada berubah namanya menjadi maf’ul awwal dan berubah i’rabnya menjadi manshub

2. Khabar berubah namanya menjadi maful tsaani dan i’rabnya menjadi manshub

Page 187: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

176 Abu Razin & Ummu Razin

.1 q p o n... )٢١٣: اكقرة(

.2 Ç Æ Å Ä ÃÂ Á À ¿ ¾ ½ É È)٣٣: األنفال(

.3 ... h g f e d)١٦: النساء(

.4 ... ª © ¨ § ¦)٢٣: النساء(

.5 C B A F E D)٥٠: اإلرساء(

.6 × Ö Õ Ô Ó Ò Ñ Ð Ï Î Í Ù Ø à ß Þ ÝÜ Û Ú)١٠٨: هود(

.7 ... r q p o n)١١٥: اكقرة(

.8 ... q p o n m)١: املنافقون(

.9 ... d c b a)١٣: لقمان(

.10 ... j i h g f e d c b a ` _

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 188: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 177

m l k)١٦٥: اكقرة(

.11 º ¹ ¸ ¶ µ ´ ³ ² ± ° )٢٠٩: اكقرة(« ¼

.12 ... § ¦ ¥ ¤ £ ¢ ¡ ¯ ® ¬ « ª © ¨

)٢٥١: اكقرة(

.13 u t s r q p o n m { z y x w v)٨١: املائدة(

.14 h g f)٣٣: املرسالت(

)١٧: الشورى(] \ [ ^ _ ... 15.

.16 H G F E D C B A I)٩: ماألنعا(

.17 K J I HG F E D C B A )١١٨: هود(

.18 ¾ ½ ¼ » º ¹ ¸ ¶ µ ´ ³

Page 189: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

178 Abu Razin & Ummu Razin

 Á À ¿)٤: يوسف(

مال إن اهللا 19. ) رواه مسلم( مجيل حيب اجل

تعاىل إذا أحب قوما اهللا إن ؛ واكالء عظم اجلزاء مع عظم إن 20. ابتال فله الر خط هم، فمن ر رواه (، و من سخط فله الس

)الرتمذي

Page 190: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 179

4.3 Kalimat Negatif Jumlah Ismiyyah dengan Laa Naafiyah ( ال)

Huruf laa nafiyah (penafian / peniadaan) adalah huruf yang bisa digunakan untuk membuat kalimat negatif jumlah ismiyyah. Laa nafiyah memiliki hukum seperti hukum inna dan saudaranya. Artinya, menashabkan isim dan merafa’kan khabar. Contohnya:

ال رجل قائم Tidak ada seorang pun laki-laki berdiri

Maka “ رجل” merupakan isim laa dan ia manshub sedangkan “ قائم” adalah khabar laa dan ia marfu’.

Contoh lain:

ار ال رجل يف ا

Tidak ada seorang pun laki-laki di rumah

Maka “ رجل” merupakan isim laa dan ia manshub dan “ يفار .adalah khabar ghairu mufrad dan ia menjadi khabar laa ”ا

Kaidah yang berlaku untuk laa nafiyah:

1. Isim laa wajib nakirah

Artinya, isim laa tidak boleh ma’rifat. Contohnya:

ار ال الرجل يف اKalimat di atas salah karena isim laa dalam keadaan ma’rifat. Isim laa tidak boleh ma’rifat karena laa nafiyah berfungsi meniadakan secara keseluruhan. Artinya, benar-benar tidak ada seorang pun laki-laki yang ada di

Page 191: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

180 Abu Razin & Ummu Razin

rumah. Kalau yang ingin ditiadakan lelaki tertentu (ma’rifat), maka bisa menggunakan “ ليس” Contohnya:

ار ليس الرجل يف اLelaki itu tidak ada di rumah

2. Isim laa tidak boleh ditanwinkan

Tidak ditanwinkan karena kaidah bukan karena ia ghairu munsharif. Tidak boleh membuat kalimat sebagai berikut:

ار ال رجال يف ا

Laa Nafiyah untuk menafikan fi’il

Selain menafikan isim, laa nafiyah juga bisa menafikan fi’il. Ketika laa nafiyah digunakan untuk fi’il, maka kaidah yang berlaku adalah:

1. Laa nafiyah tidak mengubah i’rab fi’il

Artinya, laa nafiyah tidak menjadikan fi’il nya menjadi manshub atau majzum. Ia tetap dalam keadaan asal (marfu’). Contohnya:

زيد ال فقوم Zaid tidak berdiri

2. Laa nafiyah hanya bisa menafikan fi’il mudhari

Laa nafiyah merupakan huruf nafiy yang khusus untuk fi’il mudhari. Contohnya:

ال يرجع زيد Zaid tidak pulang

Page 192: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 181

Laa nafiyah tidak bisa digunakan untuk menafikan fi’il madhi. Maka kita tidak boleh membuat kalimat:

ال قام زيد Kita bisa menggunakan maa nafiyah (ما) untuk menafikan fi’il madhi. Contohnya:

ما قام زيد

(Zaid tidak berdiri)

Page 193: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

182 Abu Razin & Ummu Razin

.1 K J IH GF E D C )٢: اكقرة(

.2 ÛÚ Ù Ø × Ö ÕÔ Ó Ò Ñ... )٢٥٦: اكقرة(

.3 ... ÓÒ Ñ Ð Ï Î Í Ì Ë... )٢٨٦: اكقرة(

.4 É È Ç Æ Å Ä Ã Â Á À ¿ Ì Ë Ê... ) ٧٧: آل عمران(

اعة يف المعروف طاعة ال 5. ا الط )رواه اكخاري(يف المعصية ، إنم

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 194: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 183

4.4 Pengecualian (Istitsna)

Pengecualian dalam Bahasa Arab bisa menggunakan 8 kata berikut yang dikenal dengan adaat al istitsnaa24:

حاشا, عدا , خال , سواء , سوى , سوى , لري , إال Ada beberapa istilah yang digunakan dalam kalimat

pengecualian, yaitu huruf atau isim istitsna yang dikenal dengan adatul istitsna, yang dikecualikan (mustatsna), dan yang dijadikan patokan pengecualian (mustatsna minhu). Contohnya:

قام الرجال إال زيداPara laki-laki telah berdiri kecuali Zaid

Maka “ إال” disebut dengan adatul istitsna, “زيدا” disebut dengan mustatsna, dan “ الرجال” disebut dengan mustatsna minhu. Ada 3 kaidah yang berkaitan dengan istitsna:

1. Bila kalimatnya sempurna dan positif, maka mustatsna nya wajib manshub. Contohnya:

اد خرج اجاس إال زي Para manusia keluar kecuali Zaid

2. Bila kalimatnya sempurna dan negatif, maka boleh menghukumi mustatsna sebagai badal ataupun manshub dengan adat ististnaa. Contoh ketika badal:

ما خرج اجاس إال زيد Manusia tidak keluar kecuali Zaid

24 Tidak disebut huruf istitsna karena لري itu isim bukan huruf

Page 195: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

184 Abu Razin & Ummu Razin

Dalam kalimat di atas, kata “ زيد” menjadi marfu’ karena ia menjadi badal bagi “ اجاس”. Kemudian contoh ketika manshub:

ما خرج اجاس إال زيدا

Manusia tidak keluar kecuali Zaid

3. Bila kalimatnya negatif dan tidak sempurna, maka I’rab mustatsna mengikuti ‘amilnya. Contoh:

بت إال زيدا وما مررت إال بزيد ما قام إال زيد و ما رض

Tidak berdiri kecuali Zaid, Tidak Aku pukul kecuali Zaid, Aku tidak berpapasan kecuali dengan Zaid

Ketiga kaidah di atas berlaku untuk pengecualian dengan menggunakan huruf istitsna “ إال”

Pengecualian dengan سواء , سوى , سوى , لري

Bila istitsnanya menggunakan ء سوا, سوى , سوى , لري (semuanya bermakna selain) maka mustatsnanya wajib majrur. Keempat jenis istitsna ini merupakan isim bukan huruf. Oleh karena itu ketiga kaidah ististna di atas bukannya berlaku untuk mustatsna nya melainkan untuk keempat isim istitsna ini. Sehingga:

1. Bila kalimatnya sempurna dan positif, maka isim istitsna nya yang wajib manshub sedangkan mustatsna nya wajib majrur. Contohnya:

خرج اجاس لري زيد Para manusia keluar selain Zaid

Page 196: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 185

2. Bila kalimatnya sempurna dan negatif, maka boleh menghukumi isim istitsna sebagai badal ataupun manshub dengan adat ististnaa sedangkan mustatsna nya tetap wajib majrur. Contoh ketika badal:

لري زيد ما خرج اجاس Manusia tidak keluar selain Zaid

Dalam kalimat di atas, Isim istitsna “ لري” menjadi marfu’ karena ia menjadi badal bagi “ اجاس”. Kemudian contoh ketika manshub:

يد ز لري س ما خرج اجا

Manusia tidak keluar selain Zaid

3. Bila kalimatnya negatif dan tidak sempurna, maka I’rab isim ististna mengikuti ‘amilnya sedangkan mustatsna tetap wajib majrur. Contoh:

بت لري زيد ما قام زيدا وما مرر لري و ما رض زيد غري ت ب

Tidak berdiri selain Zaid, Tidak Aku pukul selain Zaid, Aku tidak berpapasan dengan selain Zaid

Ketiga kaidah penggunaan ististna dengan “ لري” di atas juga berlaku untuk سواء , سوى , سوى . Hanya saja untuk سوى dan سوى karena diakhiri alif maqsurah (ى) maka tidak terlihat perbedaannya ketika marfu, manshub, dan majrur karena sama-sama dalam keadaan aslinya.

Pengecualian dengan حاشا, عدا , خال

Bila istitsnanya menggunakan حاشا, عدا , خال maka boleh menjadikan mustatsnanya manshub atau majrur. Contohnya:

Page 197: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

186 Abu Razin & Ummu Razin

قام القوم خال زيدا و قام القوم خال زيد

عدا قمرو قام القوم عدا قمرا و قام القوم

حاشا بكر قام القوم حاشا بكرا و قام القوم

Bila majrur, maka ketiga adatul istitsna ini dianggap sebagai huruf jar. Sedangkan bila manshub, maka ia dianggap fi’il dan mustastsna sebagai maf’ul bih.25

25 Ini dikarenakan kata حاشا, عدا , خال kadang dianggap huruf jar dan kadang

dianggap fi’il

Page 198: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 187

.1 r q p o n m l kj i h )٩٩: األعراف(

)٤٣: الطور( | { ~ � ¡¢ £ ¤ ¥ ¦ 2.

.3 « ª © ¨ ³² ± ° ¯ ® ¬ ¶ µ ´)٣٩: األحزاب(

.4 q p o n m l k j i h )٩: اكقرة(

.5 � ~ } | { z y x w v )٣٤: اكقرة(¡ ¢ £

.6 ... W V U T S R Q P O N YX... )٢٤: النساء(

.7 ... p o n m l k wv u t s r q... )٢٥: ساءالن(

.8 l kj i h g f ed c b a `_ ~ } | { zo n m )٨٨: القصص(

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 199: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

188 Abu Razin & Ummu Razin

4.5 Kalimat Panggilan (Munada)

Kalimat panggilan dalam Bahasa Arab memiliki dua unsur:

1. Huruf panggilan ( حرف اجداء)

2. Kata yang dipanggil ( ىالمناد )

Huruf panggilan dalam Bahasa Arab biasanya diawali dengan “يا” yang artinya adalah “Wahai”. Adapun untuk munada, memiliki ketentuan sebagai berikut:

1. Bila munada nya isim ‘alam kata tunggal seperti محد , زيد , أ

maka ia didhamahkan tanpa tanwin هند dan , خئشة (mabniy marfu’). Contohnya:

محد , يا زيد يا هند , يا خئشة , يا أ

2. Begitu juga bila munadanya isim nakirah yang ditentukan (nakirah maqshudah26), maka ia didhammahkan tanpa tanwin:

يا شيخ , يا رجل (Wahai seorang lelaki, wahai seorang yang tua)

3. Namun bila munadanya isim nakirah yang tidak ditentukan (nakirah ghairu maqshudah27), maka ia manshub:

26 Nakirah Maqsudah adalah ketika kita memanggil seseorang bukan dengan namanya

baik karena sengaja maupun karena memang tidak mengenal namanya akan tetapi kita telah menetapkan orang yang dipanggil. Artinya, objek dari yang dipanggil sudah ditentukan entah itu dengan menunjuknya atau isyarat lain.

27 Nakirah ghairu maqshudah adalah ketika kita memanggil seseorang bukan dengan namanya baik karena sengaja maupun karena memang tidak mengenal namanya, dan kita tidak menentukan objek yang dipanggil. Artinya, siapa saja bisa menjawab seruan tersebut. Seperti ketika seorang yang buta ingin menyebrang jalan. Makai a mengatakan:

Page 200: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 189

يا شيخا, يا رجال

4. Bila munadanya susunan kata (mudhaf – mudhaf ilaihi), maka ia manshub. Contohnya:

ة قيين , يا رسول اهللا , قبد اهللا يا يا شهر رمضان , يا قر 5. Bila munadanya menyerupai mudhaf ( المشبه بالمضاف),

maka ia manshub

Contohnya:

يا طالعا جبال Wahai pendaki gunung

Ia dinamakan menyerupai mudhaf karena asalnya adalah menyerupai susunan mudhaf – mudhaf ilaih seperti:

طالع جبل يا

يدي يا رجال خذ ن“Wahai laki-laki! Tolong pegang tanganku!”

Dalam kalimat di atas tentu orang buta tersebut tidak menetapkan lelaki yang mana melainkan lelaki mana saja yang mau menolongnya.

Page 201: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

190 Abu Razin & Ummu Razin

.1 ª © ¨ § ¦ ¥... )٣٥: اكقرة(

)٤٣: آل عمران(� ¡ ¢ £ ¤ ¥ ¦ 2.

.3 |{ z y x w vu t s r... )٧٦: هود(

.4 ä ã â á à ß Þ Ý... )٦٢: هود(

.5 ¿ ¾ ½ ¼ Ã Â Á À... )٤٤: هود(

.6 ¾ ½ ¼ » º ¹ ¸ ¶ µ... )٩٤: الكهف(

.7 I H G F E D C B A... )٧٧: املائدة(

.8 n m l k j i... )٣١: األحقاف(

تدري يا.... 9.ائل ؟ قمر أ )رواه مسلم( ... من الس

باب، معرش يا 10. ج من ا الش و ستطاع منكم اكاءة فليزت )رواه اكخاري(

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 202: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 191

4.6 Kalimat Pasif

Kalimat pasif dalam Bahasa Arab memiliki ketentuan yang berbeda dengan bahasa Indonesia dimana kita tidak diperkenankan menyebut pelaku atau fa’il. Dalam bahasa Indonesia, tidak mengapa kita mengatakan “Zaid telah dipukul oleh Bakr” akan tetapi dalam Bahasa Arab, kata hanya diperbolehkan untuk menyebut korban saja. Kita hanya diperbolehkan mengatakan “Zaid telah dipukul” tanpa menjelaskan siapa pemukulnya. Karena dalam Bahasa Arab, menyebut pelaku hanya diperbolehkan dengan menggunakan kalimat aktif.

Kalimat pasif khusus untuk menyebutkan nama korban yang dikenai perbuatan tanpa menyebutkan pelakukanya baik karena (1) pelakunya sudah dikenal, (2) pelakunya tidak diketahui, atau (3) pelakunya sengaja disembunyikan.

Bila pada kalimat aktif, susunannya adalah:

Fi’il Ma’lum + Fa’il + Maf’ul bih

Maka pada kalimat pasif,susunannya adalah:

Fi’il Majhul + Naibul Fa’il

Karena kalimat pasif, maka kata kerja yang digunakan pun kata kerja pasif (fi’il majhul). Kemudian ada istilah naibul fa’il yang sebenarnya adalah maf’ul bih ketika kalimatnya aktif. Dinamakan naibul fa’il karena ia seperti menggantikan fa’il dari sisi susunan dan I’rab (naibul fa’il juga wajib marfu’). Contohnya ketika aktif:

Page 203: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

192 Abu Razin & Ummu Razin

رضب زيد بكراZaid telah memukul Bakr

Ketika kalimat tersebut diubah menjadi pasif, maka menjadi:

رضب بكر

Bakr telah dipukul

Dimana “ رضب” adalah fi’il madhi majhul dan “ بكر” adalah naibul fa’il. Bakr dibaca dhammah karena memang naibul fa’il wajib marfu’. Bakr dalam kalimat aktif adalah maf’ul bih atau korban. Ketika kalimatnya menjadi pasif, maka nama Zaid sama sekali tidak muncul karena ini tidak diperbolehkan dalam Bahasa Arab.

Karena hanya fi’il muta’addiy yang memiliki bentuk majhul, maka fi’il lazim tidak bisa digunakan untuk membuat kalimat pasif28.

Kaidah Kalimat Pasif:

1. Fi’il yang digunakan wajib fi’il majhul dari fi’il muta’addiy

2. Naibul fa’il wajib marfu’

3. Tidak diperbolehkan menyebut fa’il

Selain 3 kaidah di atas, kaidah jumlah fi’liyyah FIRA (Fi’il wajib mufrad) dan MANIS (Fi’il dan naibu fa’il sama jenis) juga berlaku di sini.

28 Silahkan merujuk ke buku Kami “Ilmu Sharaf untuk Pemula” untuk mengetahui lebih

lanjut tentang fi’il majhul dan bagaimana cara mengubah fi’il ma’lum menjadi fi’il majhul.

Page 204: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 193

.1 ` _ ^ ] \ [ Z Y X W g f e d c b a)٢: األنفال(

)٢: الروم({ ~ 2.

.3 vu t s r q p o n m l... )٦٧: بوتالعنك(

.4 M L K)٤: الربوج(

.5 x w v u t s r q p o )٢٠ – ١٩: اجبأ(

.6 P O)اريات )١٠: ا

.7 z y x w v u)١١٢: آل عمران(

.8 « ª © ¨)٣٦: اجازخت(

.9 | { z y x w v u t s )٩٦: األنبياء(

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 205: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

194 Abu Razin & Ummu Razin

.10 Ç Æ Å Ä Ë Ê É È)١٩: فصلت(

.11 F E D C B A... )٣: املائدة(

.12 f e d c b a ` _ ~ } |... )٤٠: األعراف(

.13 m l k j i h... )١٨٥: اكقرة(

بواب فتحت إذا دخل شهر رمضان 14.ماء، أ الس

بواب وغلقت ياطني جهن أ )رواه اكخاري(م، وسلسلت الش

قالم رفعت 15.حف األ ت الص )رواه الرتمذي(وجف

فن 16. هيد لك ذنب إال ا )رواه مسلم(فغفر للش

Page 206: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 195

4.7 Jumlah Fi’liyyah Manshub

Sama dengan isim, fi’il pun bisa berubah i’rabnya. Fi’il bisa marfu, manshub, majzum namun tidak bisa majrur. Karena majrur merupakan kekhususan isim. Sebagaimana Isim bisa marfu’, manshub, dan majrur namun tidak bisa majzum karena majzum merupakan kekhususan fi’il.

Perlu dicatat bahwa fi’il madhi dan fi’il amar itu mabniy. Artinya, tidak terpengaruh dengan keberadaan ‘aamil dan selamanya akan datang dalam bentuk yang sama. sedangkan fi’il mudhari’ itu mu’rab kecuali fi’il mudhari dhamir هن dan غنت

Oleh karena itu, ketika kita berbicara ‘aamil nashab, maka .أ

itu berkaitan dengan fi’il mudhari’ saja. Ada beberapa ‘aamil yang menyebabkan fi’il mudhari

berubah menjadi manshub. Diantaranya:

ن .1 ,(bahwa) أ

القرآن قرأ

ن أ

ريد أ

أ

(Saya ingin membaca Al Quran)

,(tidak akan) لن .2

مريكاذه لن أ

ب إىل أ

(Saya tidak akan pergi ke Amerika)

,(kalau begitu) إذن .3

زورك غدا كرمك |سأ

إذن أ

(Saya akan ke rumahmu besok | Kalau begitu, Aku akan memuliakanmu)

Page 207: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

196 Abu Razin & Ummu Razin

,(supaya) يك .4

الكتب أ

قرأ

ذهب إىل المكتبة يك أ

(Saya pergi ke perpusatkaan supaya bisa membaca buku-buku)

,(lam yang artinya supaya) الم يك .5

الكتب أ

قرأ

ذهب إىل المكتبة أل

(Saya pergi ke perpusatkaan supaya bisa membaca buku-buku)

,(lam pengingkaran) الم اجلحود .6

¿ ¾ ½ ÃÂ Á À “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka,

sedang kamu berada di antara mereka.” (Al Anfal: 33)

Lam Juhud adalah lam yang ada setelah kaana dan turunannya yang didahului huruf nafiy (seperti مااكن dan ( لم يكن

7. ,(hingga) ح

حفظ القرآن أ رجع ح

لن أ

(Saya tak akan pulang sampai menghafal Al Quran)

و .8 Kalimat syarat-jawab dengan fa) واجلواب بالفاء والواو وأ

(maka), wa (dan) dan Au (atau))

ت يل م ح ج منه اال فأ

(Seandainya punya harta, Saya akan berhaji)

Page 208: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 197

Yang menjadi huruf nashab bukanlah sekedar huruf fa, wa, dan au yang merupakan huruf ‘athaf, tapi huruf fa, wa, dan ta yang digunakan dalam bentuk kalimat bersyarat. Contoh lain:

قت و أل

يسلم لن الاكفر أ

“Saya benar-benar akan membunuh orang kafir atau (kecuali) ia menjadi muslim”

Huruf-huruf nashab di atas ketika bertemu dengan fi’il mudhari, maka akan menjadikannya manshub. Tanda i’rab fi’il mudhari ketika manshub adalah:

Fi’il Mudhari Wazan Keadaan Nashab

Contoh

Fi’il mudhari yang akhirnya bebas dhamir tastniyah (ان), jamak (ون) dan mufradah mukhathabah (ين)

, يفعل , ففعل

فعل غفعل , أ

Fathah ,لن يفعل ,لن ففعل فعل

ل ن غفع ل , لن أ

Fi’il mudhari yang akhirnya mengandung dhamir tastniyah (ان), jamak dan mufradah (ون)mukhathabah (ين)

ففعالنويفعالن

يفعلون و ويفعلون ويفعلني

Dibuangnun nya

لن ففعال ولن يفعاللن ففعلوا ولن و

يفعلوا ولن يفعيل

Silahkan perhatikan contoh berikut ini:

Page 209: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

198 Abu Razin & Ummu Razin

.1 i j k l m n o p q r s ut ... )٢٦: اكقرة(

.2 p q r s t u v w x zy ... )اكقرة :٦٧(

.3 A B C D E F G IH J K L M N O P Q R S T VU ... )األنعام :

١٢٥(

.4 ¤ ¥ ¦ § ¨ © ª « ¬ ® ¯ ±° ² ³ ´ µ ¶ ¸ ¹ º

» ¼ ½ ¾ À¿ Á Â Ã Ä Å )٢١٤: اكقرة(

.5 | { z ¤ £ ¢ ¡ � ~ }... )٥٥: اكقرة(

.6 m l k j i h g f e d ut s r q p o n... )٨٣: احكوبة(

.7 Ì Í Î )٣٣: طه(

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 210: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 199

.8 È Ç Æ Å Ä Ã Â Á À ¿ ¾ Î Í Ì Ë Ê É)١٣: القصص(

.9 d c b a ` _ ~ } | { z y x on m l k j i h g f e ...

)٧: احلرش(

.10 {z y x w v u t s r q )٢٠٥: اكقرة(_ | { ~

.11 ... ed c b a ` _ ^ ] \ [ Z... )١٠٢: اكقرة(

.12 JI H G F E D C B A... )١٢٠: اكقرة(

.13 | { z y x w v u t s )٤٣: النساء( ...{ ~ � ¡ ¢ £ ¤ ¥ ¦§

خيه ما حيب جفسه 14. حيب أل حدكم ح

رواه اكخاري( ال يؤمن أ

)ومسلم

ث بكل ما سمع 15. ن حيد )رواه مسلم(كىف بالمرء كذبا أ

Page 211: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

200 Abu Razin & Ummu Razin

4.5 Jumlah Fi’liyyah Majzum

Fi’il mudhari bisa menjadi majzum apabila bertemu dengan ‘aamil jazm. Di antara ‘aamil jazm adalah:

, (tidak) لم .1

ذهب إىل الس وق لم أ

(Saya tidak pergi ke pasar)

ا .2 ,(belum) لم

رسل الواجبات ا أ لم

(Saya belum mengirim PR)

لم .3 ,(?tidakkah) أ

ن اجحو س لم أ

هل يعلم أ

(Tidakkah Kamu tahu bahwa nahwu itu mudah)

ا .4 لم ,(?belumkah) أ

ا يذهب لمزيد أ

(Belumkah Zaid pergi?)

مر .5 ,(Lam untuk perintah) الم األ

kj i h g f...

Page 212: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 201

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya .…” (At Thalaq: 7 )

خء .6 ,(lam untuk permohononan) الم ا

] \ [Z Y X W V ^ “ Mereka berseru: “Hai Malik biarlah Tuhanmu

membunuh kami saja”…” (Az Zukhruf: 77)

,(Laa untuk larangan) ال يف اجيه .7

Semua fi’il nahiy didahului oleh laa nahiyah. Contohnya:

, ال تكتب ترضب ال , ال يقرأ

خء .8 (Laa untuk permohonan) ال يف ا

Sama dengan laa fin nahyi hanya saja penekanannya ada pada siapa yang memerintah dan siapa yang diperintah. Bila yang melarang lebih tinggi kedudukannya, maka itu perintah larangan. Sebaliknya jika yang melarang lebih rendah kedudukannya, maka itu bukan perintah larangan melainkan permohonan (doa). Contohnya:

¾½ ¼ » º ¹ ¸ ¶ Ç Æ Å Ä Ã Â Á À ¿

ÓÒ Ñ Ð Ï Î Í Ì Ë ÊÉ È...

Page 213: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

202 Abu Razin & Ummu Razin

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau

bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami,

janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.” (Al Baqarah: 286)

9. Kalimat jawab syarat dengan إن (jika), ما (apa), من (siapa), ي ,(kalau) إذما ,(apapun) مهما

,(yang mana) أ ,(kapan) م

يان فن ,(kapan) ك

,(dimana) أ

حيثما ,(bagaimana) ك

(dimanapun), كيفما (bagaimanapun)

Ini merupakan kelompok huruf jazm yang menjazmkan 2 fi’il mudhari sekaligus dikarenakan bentuk kalimatnya adalah kalimat bersyarat dimana ada syarat dan jawab syarat. Contohnya:

ذهب إن تذهب أ

(Jika Kamu pergi, Saya pergi)

Contoh lain:

قرأ

أي كتاب يقرأ

أ

(Buku apapun yang Kamu baca, Saya baca)

‘Amil jazm di atas ketika bertemu dengan fi’il mudhari, maka akan menjadikannya majzum. Tanda i’rab fi’il mudhari ketika majzum adalah:

Page 214: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 203

Fi’il Mudhari Wazan Keadaan

Ketika JazmContoh

Fi’il mudhari yang akhirnya bebas dari huruf ‘illat dan dhamir tastniyah (ان), jamak (ون) dan mufradah mukhathabah (ين)

, يفعل , ففعل

فعل غفعل , أ

Sukun ,لم يفعل ,لم ففعل فعل

لم غفعل , لم أ

Fi’il mudhari yang akhirnya mengandung dhamir tastniyah (ان), jamak dan mufradah (ون)mukhathabah (ين)

ففعالنويفعالن

يفعلون و ويفعلون ويفعلني

Dibuang nun nya

لم ففعال ولم يفعاللم لم ففعلوا و و

يفعلوا ولم يفعيل

Fi’il mudhari yang akhirnya mengandung huruf ‘illat

يدعو و خي ويريم

Dibuang huruf

‘illatnya

لم يدع ولم خيش ولم يرم

Catatan Tambahan

Fi’il mudhari dhamir هن dan غنت يفعلن dan ففعلن seperti أ

merupakan fi’il yang mabniy. Artinya, tidak terpengaruh oleh faktor apapun baik huruf nashab maupun huruf jazm. Ia tetap dalam keadaan seperti itu sekalipun didahului huruf nashab dan jazm. Contohnya:

لم يفعلن , لم ففعلن , لن يفعلن , لن ففعلن

Page 215: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

204 Abu Razin & Ummu Razin

.1 ... n m l k j i h g f... )رةاكق :٣٣(

.2 T S R Q P O N... )٦٣: احكوبة(

.3 ... x w v u ts r q p o n)٨: ص(

.4 l k j ih g f e d)٣: اجلمعة(

.5 ml k j i h g f e d... )٦٠: يس(

.6 kj i h g f... )٧: الطالق(

.7 ° ¯ ® ¬ « ª ´³ ² ±... )احكغابن :١٧(

.8 v ut s r q po n m l k j zy x w... )٧: الزمر(

.9 k j i hg f e d

آن والحديث ة من القر األمثل

Page 216: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 205

t s r q p o n m l )٥٠: احكوبة(

.10 g f e d cb a ` _ ~ } | m l k j i h)٣٩: األنعام(

.11 ... k j o n m l)٢: الطالق(

ين 12. هه يف ا )رواه اكخاري و مسلم( من يرد اهللا به خريا ففق

)رواه اللبخاري(إذا لم تستح فاصنع ما شئت 13.

)رواه أمحد(ن لم يشكر القليل لم يشكر الكثري م 14.

كربكم إذا ح 15.كم أ ؤم حدكم و

ؤذن لكم أ الة رضت الص

)رواه اكخاري(

Page 217: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

206 Abu Razin & Ummu Razin

BAB V MU’RAB DAN MABNIY

Pada bab-bab sebelumnya, Kita telah mempelajari berbagai kedudukan atau jabatan kata dalam kalimat beserta keadaan huruf terakhirnya. Ada kata yang berubah-ubah harakatnya (Mu’rab dengan harakat), ada yang harakatnya sama namun hurufnya berbeda-beda (Mu’rab dengan huruf), dan ada juga kata yang harakat dan hurufnya selalu sama (Mabniy). Pada bab ini, Kita akan mengelompokkan dan menyimpulkan pembahasan bab-bab sebelumnya supaya bisa dijadikan pedoman.

5.1 Mabniy

Mabniy adalah kelompok kata yang tidak berubah-ubah kondisi akhirnya. Ia selalu dalam keadaan demikian dan tidak terpengaruh oleh keadaan apapun. Dari ketiga jenis kata dalam Bahasa Arab (Fi’il, Isim, dan Huruf) kita bisa membagi menjadi dua kelompok:

1. Semuanya Mabniy

Huruf merupakan kelompok kata yang seluruhnya mabniy. Seluruh huruf seperti huruf jar dan huruf ‘athaf akan selalu dalam keadaan yang tetap. Misalkan huruf athaf dan tidak ”و “ selalu dalam bentuk (dan) "و "mungkin ditemukan dalam bentuk “ و” dan “ و”. Begitupula dengan huruf jar “ من” (dari), tidak mungkin

Page 218: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 207

ditemukan dalam bentuk berharakat seperti “ منا“ ,”من”, atau “ من”

2. Ada yang mabniy dan ada yang mu’rab

Isim dan fi’il merupakan kelompok kata yang sebagiannya ada yang mabniy dan sebagiannya ada yang mu’rab. Meskipun yang lebih dominan adalah yang mu’rab.

5.1.1 Fi’il yang Mabniy

Berikut adalah fi’il yang mabniy:

1. Seluruh Fi’il Madhi

Seluruh fi’il madhi dari dhamir هو sampai ن dihukumi حنmabniy

2. Seluruh Fi’il Amar

Seluruh fi’il amar dari dhamir نتغنت sampai أ

dihukumi أ

mabniy29

3. Fi’il mudhari dhamir هن dan غنت أ

Dari keempat belas tashrif fi’il mudhari, hanya 2 saja yang mabniy, selebihnya mu’rab. Kedua jenis fi’il mudhari yang dimaksud adalah untuk dhamir هن dan غنت

Karena .أ

mabniy, keduanya tidak terpengaruh dengan keberadaan huruf nashab atau jazm. Contohnya:

29

Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama nahwu tentang masalah ini. Sebagian ada yang berpendapat fi’il amar itu mu’rab. Akan tetapi, melihat bentuknya yang tidak pernah berubah dan sifatnya yang tidak mungkin didahului oleh huruf nashab maupun jazm, pendapat yang lebih kuat adalah yang menghukumi fi’il amar sebagai mabniy

Page 219: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

208 Abu Razin & Ummu Razin

لن يذهنب ولن تذهنب هنب لم يذهنب ولم تذ

5.1.2 Isim yang Mabniy

Di antara sebagian contoh isim yang mabniy adalah:

1. Isim Dhamir (Kata Ganti) Keempat belas isim dhamir dari هو hingga ن حن

2. Isim Isyarah (Kata tunjuk) Seluruh isim isyarah kecuali yang mutsanna ( ذان ه , هاتان , ذاه seperti (تانك , ذانك ه , ذه ؤآلء ه , لك ذ , , تلك , وح

ك أ

3. Isim Maushul (Kata sambung) Seluruh isim maushul kecuali yang mutsanna ( ان dan اان ى seperti (احك فن , اليت , ا , ا

الال4. Isim Istifham (Kata tanya)

Kata tanya yang termasuk isim30 seperti من (siapa), ما (apa) , (bagaimana) كيف ,(dimana) افن ,(kapan) م

5. Sebagian Isim Dzharaf Beberapa isim dzharaf seperti حيث dan مس

أ

5.1.2 Semua Huruf Itu Mabniy

Semua huruf tanpa kecuali dihukumi mabniy. Huruf-huruf seperti huruf jar, huruf athaf, huruf istitsna, huruf nida, huruf istifham, huruf nashab dan huruf jazm seluruhnya tidak akan berubah-ubah keadaan huruf terakhirnya.

30

Kata Tanya ada yang termasuk huruf seperti هل (apakah) dan .(apakah) أ

Page 220: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 209

5.2 Mu’rab Mu’rab adalah kelompok kata yang berubah-ubah

kondisi akhirnya mengikuti kaidah i’rab. Perubahan kata dalam Bahasa Arab terbagi menjadi empat. Empat macam i’rab ini didasari oleh 4 harakat dalam Bahasa Arab, yaitu dhammah, fathah, kasrah, dan sukun. Akan tetapi, tidak semua kata berubah-ubah harakatnya. Ada kata yang harakatnya tetap tetapi hurufnya yang berubah-ubah. Oleh karena itu digunakan istilah lain untuk mewakili 4 macam perubahan ini. Empat macam i’rab yang dimaksud adalah:

1. Rafa’ ( الرفع) Rafa’ mewakili mu’rab dengan tanda asal dhammah. Kata yang menduduki kedudukan rafa’ disebut marfu’. Baik fi’il maupun isim bisa datang dalam keadaan rafa’

2. Nashab ( اجصب) Nashab mewakili mu’rab dengan tanda asal fathah. Kata yang menduduki kedudukan nashab’ disebut manshub. Baik fi’il maupun isim bisa datang dalam keadaan nashab.

3. Jar / Khafadh ( اخلفض / اجلر )

Jar mewakili mu’rab dengan tanda asal kasrah. Kata yang menduduki kedudukan jar disebut majrur. Jar merupakan tanda khusus isim karena fi’il tidak akan majrur selamanya.

Page 221: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

210 Abu Razin & Ummu Razin

4. Jazm ( زم اجل )

Jazm mewakili mu’rab dengan tanda asal sukun. Kata yang menduduki kedudukan jazm disebut majzum. Jazm merupakan tanda khusus fi’il karena isim tidak akan majzum selamanya. Untuk bisa lebih memahami tentang pembagian i’rab

berdasarkan perubahannya (harakat dan huruf), silahkan perhatikan tabel berikut:

Page 222: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 211

المعربات باحلراكت المعربات باحلروف

ات عرب

الم

اب عر

اإل

سة خلم

ل افعا

األ

سة خلم

اء اسم

األ

الم لس

ر ا ذك

المع مج

ثني احك

ة

ي ا

رعضا

المعل

الفيئ

ه شخر

ل باص م فت

ل

الم لس

ث ا مؤن

ع ال مج

سريك احك

ع مج

فرد الم

سم اإل

ن و عال

ويفالن

ففعون

فعلي

و ن و

علويف

لني يفع

وك ب س أ

جلو

وك خ أ

و وك

مح

و ك و

و فمال

ذو ون

اك الط

س جل

ان اك الط

س جل

س جيل

جتل ,

س جل

أ ,

س جنل

ات اك

الطس

جل

ب ال

الطس

جل

لب ا الط

س جل

وع مرف

لن ال و

يفعلن

ال وففع

لن لوا

ففعو

لوايفع

لن و

عيل يف

لن

يت رأ

اك

ب أو

اك خ أ

و اك

مح

و مال

وذا اك

ف

ني كا الط

ت ي رأ

ني اك الط

ت ي رأ

س جيل

لن ,

س جتل

لن ,

لن س

جل أ

جنللن

ات اك

الطت

ي رأ

ب ال

الطت

راي

لب ا الط

ت ي رأ

وب نص

م

X

يك ن ت بأ

مرر و أ

يك خ

و

يك مح

و مال

ي وذ

يكف

كنيا الط

ت بمرر

ني اك الط

ت بمرر X

ات اك

الطت ب

مرر

ب ال

الطت ب

مرر

لب ا الط

ت بمرر

رور جم

عال يف

ولمال

ففعلم

و لوا

ففعلم

و لوا

يفعلم

و يف

لمعيل

X X X

لم س و

جتللم

س وجيل

لم س

جنللم

س وجل

أ X X X

زوم جم

Page 223: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

212 Abu Razin & Ummu Razin

Berikut ini tabel yang memuat tanda-tanda setiap i’rab:

مثلة العالمة المعربات األ اإلعراب

الب اإلسم المفرد جلس الط

ة م الض

فع الر

ب ال مجع احككسري جلس الط

اكات الم جلس الط مجع المؤنث الس

جلس , جتلس , جيلس جنلس , أ

ي لم فتصل الفعل المضارع ا باخره شيئ

اكون الم جلس الط ر الس مجع المذك

بوك الواو خوك و جلس أ

محوك و أ

فوك وذو مال و سماء اخلمسة

األ

اكان لف احكثنية جلس الطاأل

يفعلون و ففعالن و يفعالن يفعلني و يفعلون و

فعال اخلمسة اجون األ

ي الب رأ اإلسم المفرد ت الط

الفتحة

اجصب

ب ال مجع احككسري رايت الط

,لن جتلس ,لن جيلسجلس

لن جنلس ,لن أ

ي لم فتصل الفعل المضارع ا باخره شيئ

باكيت أ

خاكو رأ

فاك وذا مال و محاك و أ سماء اخلمسة

لف األ

األ

اكات يت الطالم رأ ة مجع المؤنث الس الكرس

اكني يت الط احكثنية رأ

اء ااكني يت الط

الم رأ ر الس مجع المذك

ولن ففعلوا لن ففعال ولن يفعال لن يفعيل و لن يفعلواو

فعال اخلمسة األ

حذف اجون

Page 224: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 213

Pada tabel di atas, Kita bisa melihat tanda i’rab yang lain selain tanda asalnya. Tabel di atas dapat dijadikan pedoman untuk menentukan kondisi suatu kata saat menduduki suatu kedudukan dalam kalimat. Contohnya, ketika Kita ingin membuat kalimat jumlah ismiyyah dengan mubtada dari tastniyah dan Kita mengetahui bahwa mubtada wajib marfu’, maka Kita lihat apa keadaan tatsniyah ketika rafa’. Pada tabel di atas akan Kita melihat bahwa tatsniyah ketika rafa’ dalam bentuk tatsniyah dengan alif (aani) bukan dengan ya (ayni). Adapun tatsniyah dalam bentuk ya (ayni) digunakan ketika manshub dan majrur. Seyogyanya setiap penuntut ilmu nahwu menghafal tabel i’rab di atas karena ia adalah pedoman yang sangat penting untuk dihafal.

مثلة اإلعراب العالمة المعربات األ

الب اإلسم المفرد مررت بالط

ة الكرس

/ اخلفض اجلر

ب ال احككسري مجع مررت بالط

اكات الم مررت بالط مجع المؤنث الس

نيكخيك و مررت بأ

يك و أ مح

فيك وذي مال و سماء اخلمسة

األ

اء ااكني احكثنية مررت بالط

اكني الممجع المذك مررت بالط ر الس

محدي ال فنرصف فاطمة و قثمان و مررت بأ

الفتحة اإلسم ا

لم جيلس ولم جتلس جلس ولم جنلس

ولم أ

حيح كون الفعل المضارع الص الس

اجلزم الفعل المضارع المعتل م يرم لم خيش ولم يدع ولحذف اجون

لم ففعلواو لم ففعال ولم يفعال لم يفعيل و لم يفعلواو

فعال اخلمسة األ

Page 225: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

214 Abu Razin & Ummu Razin

5.2.1 Marfu’ 5.2.1.1 Fi’il yang Marfu’

Hukum asalanya seluruh fi’il (khususnya fi’il mudhari’) itu marfu’ sampai ada sebab lain yang menjadikan ia manshub dan majzum. Fi’il bisa berubah menjadi manshub dan majzum dengan keberadaan amil nashab dan amil jazm. Bila tidak ada, maka kembali ke hukum asalnya.

5.2.1.2 Isim Yang Marfu’

Ada 7 kedudukan isim dalam kalimat yang wajib marfu’ yaitu:

الفاعل .1Pelaku dalam suatu kalimat wajib marfu’. Contohnya:

رضب حامد زيدا

نائب الفاعل .2Dalam kalimat pasif (majhul), korban (naibul fa’il) wajib marfu’. Naibul fa’il ini ketika dalam kalimat aktif merupakan maf’ul bih. Contohnya:

رضب زيد

3. المبتدأKata pertama yang diterangkan dalam jumlah ismiyyah disebut dengan mubtada dan ia wajib marfu’

Page 226: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 215

اخلرب .4Kata kedua yang menerangkan mubtada dalam jumlah ismiyyah disebut dengan khabar dan ia juga wajib marfu. Contohnya:

زيد طالب

خوايها .5 إسم اكن وأ

Isim Kaana pada jumlah ismiyyah merupakan mubtada. Ketika ada Kaana dan saudaranya, ia berubah namanya menjadi isim kaana dan tetap marfu’. Contohnya:

اكن زيد طاكا

خو .6ايهاخرب إن وأ

Khabar inna pada jumlah merupakan khabar. Ketika ada inna dan saudaranya, ia berubah namanya menjadi isim inna dan tetap marfu’. Contohnya:

إن زيدا طالب

احكوابع .7Tawabi’ adalah kelompok i’rab yang perubahannya mengikuti kata yang diikuti. Tawabi’ ada 4 yaitu na’at, athaf, taukid, dan badal. Contohnya:

ستاذ زيد النشيط و حامد جاء األ

Page 227: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

216 Abu Razin & Ummu Razin

5.2.2 Manshub

5.2.2.1 Fi’il yang Manshub

Hanya fi’il mudhari yang bisa manshub. Ini dikarenakan fi’il madhi dan fi’il amar itu mabniy. Ada 3 kelompok fi’il yang manshub:

ي لم فتصل بأخره شيئ .1 الفعل المضارع اIni adalah kelompok fi’il mudhari yang huruf terakhirnya tidak bersambung dengan apapun. Yaitu fi’il mudhari dhamir نت , يه ,هو

نا , أ

ن dan ,أ Ketika manshub, kelima .حن

fi’il mudhari jenis ini menjadi fathah. Contohnya:

ذهب ولن نذهب لن يذهب و لن تذهب و لن أ

فعال اخلمسة .2 األ

Ini adalah kelompok lima fi’il mudhari yang huruf terakhirnya bersambung dengan huruf alif dan nun tastniyah ( غتما, هما

أ ), waw dan nun jamak ( غتم , هم

أ ), dan

ya dan nun muannatsah mukhathabah ( نت Ketika . (أ

manshub, fi’il yang lima ini dibuang nun nya. Contohnya:

تذهيب و لن تذهبوا لن يذهبا و لن تذهبا ولن يذهبوا ولن

الفعل المضارع المعتل .3Ini adalah kelompok fi’il mudhari yang huruf terakhirnya adalah huruf ‘illat seperti alif, waw, dan ya. Contohnya:

و يدعو و يريم خي

Page 228: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 217

Fi’il mudhari yang mu’tal ketika manshub tetap dalah keadaan asalnya. Contohnya:

لن يريم و ولن يدع ولن خي Huruf ‘illatnya tidak dibuang sebagaimana ketika majzum.

5.2.2.2 Isim yang Manshub

Ada 15 kedudukan isim dalam kalimat yang wajib manshub:

المفعؤل به .1Obyek atau korban atau yang dikenai perbuatan dalam kalimat wajib manshub. Contohnya:

بت زيدا رض

المصدر .2Mashdar atau disebut juga maf’ul muthlaq wajib manshub. Contohnya:

با بت زيدا رض رض

مان .3 ظرف الز

Keterangan waktu wajib manshub. Contohnya:

المسلمون صباحا صل

Page 229: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

218 Abu Razin & Ummu Razin

ظرف الماكن .4

Keterangan tempat wajib mansub. Contohnya:

مام الفصل قام زيد أ

احلال .5Hal adalah keterangan yang menjelaskan kondisi atau keadaan. Contohnya:

زيد باكياجاء

احكميزي .6Tamyiz adalah keterangan yang menjelaskan zat. Contohnya:

يت عرشين كتابا اشرت

المستثىن .7Ada beberapa keadaan i’rab mustatsna (yang dikecualikan) tergantung dari hurus istitsna dan pola kalimatnya. Contoh yang manshub:

ب إال زيدا ال جاء الط

اسم ال .8Laa nafiyah memiliki pengaruh seperti inna dimana isim laa wajib manshub. Contohnya:

ار ال رجل يف ا

Page 230: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 219

المنادى .9Kata yang dipanggil memiliki beberapa keadaan I’rab tergantung jenis munadanya. Contoh yang manshub:

يا قبد اهللا

جله .10 المفعول من أ

Maf’ul min ajlih adalah keterangan tujuan. Contohnya:

قام زيد إجالال حلامد

المفعول معه .11Maf’ul ma’ah adalah keterangan penyertaan. Contohnya:

جاء زيد و حامدا

خرب اكن .12

Kaana merupakan fi’il madhi naqish yang termasuk ‘amil nawasikh yang merafa’kan isim dan menashabkan khabar. Contohnya:

اكن اهللا لفورا

اسم إن .13Kebalikan dari Kaana, Inna merupakan huruf yang termasuk ‘amil nawasikh yang menashabkan isim dan merafa’kan khabar. Contohnya:

إن اهللا لفور

Page 231: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

220 Abu Razin & Ummu Razin

خوات اكن وإن .14 أ

Khabar yang semisal kaana dan isim yang semisal inna juga wajib manshub. Contohnya:

ليس زيد نشيطا لعل زيدا نشيط

احكوابع .15Tawabi’ menjadi manshub bila kata yang diikuti juga manshub. Contohnya:

رايت زيدا النشيط و حامدا

5.2.3 Majrur Majrur adalah kondisi I’rab yan dikhususkan untuk isim.

Fi’il tidak mungkin majrur. Ada 3 keadaan yang bisa membuat isim menjadi majrur, yaitu:

1. Didahului oleh huruf jar.

Contohnya:

ذهب زيد من المدرسة إىل المكتبة

2. Menjadi mudhaf ilaih

Contohnya:

خت فاطمة أم زيد أ

Page 232: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

www.programbisa.com ILMU NAHWU UNTUK PEMULA

Abu Razin & Ummu Razin 221

3. Mengikuti yang majrur (tawabi’: na’at, athaf, taukid, badal)

مررت بزيد اجلميل و حامد

5.2.4 Majzum

Majzum adalah kondisi I’rab yang dikhususkan untuk fi’il. Kita tidak mungkin menemukan isim dalam keadaan majzum. Ada 3 kelompok fi’il yang majzum:

ي لم فتصل بأخره شيئ .1 الفعل المضارع اIni adalah kelompok fi’il mudhari yang huruf terakhirnya tidak bersambung dengan apapun. Yaitu fi’il mudhari dhami نت , يه ,هو

نا , أ

ن dan ,أ Ketika majzum, kelima fi’il .حن

mudhari jenis ini menjadi sukun. Contohnya:

ذهب ولم نذهب لم يذهب و لم تذهب و لم أ

فعال اخلمس .2ة األ

Ini adalah kelompok lima fi’il mudhari yang huruf terakhirnya bersambung dengan huruf alif dan nun tastniyah ( غتما, هما

أ ), waw dan nun jamak ( غتم , هم

أ ), dan

ya dan nun muannatsah mukhathabah ( نت Ketika . (أ

majzum, fi’il yang lima ini dibuang nun nya. Contohnya:

لم يذهبا و لم تذهبا ولم يذهبوا ولم تذهبوا و لم تذهيب

الفعل المضارع المعتل .3Ini adalah kelompok fi’il mudhari yang huruf terakhirnya adalah huruf ‘illat seperti alif, waw, dan ya. Contohnya:

Page 233: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

ILMU NAHWU UNTUK PEMULA www.programbisa.com

222 Abu Razin & Ummu Razin

و يدعو و يريم خيFi’il mudhari yang mu’tal ketika majzum huruf ‘illatnya dibuang. Contohnya:

لم خيش ولم يدع ولم يرم

________

Page 234: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

REFERENSI

1. Matan Al Ajurrumiyyah oleh Ibnu Ajurrum Ash Shanhajiy

2. An Nahwu I (LARB1014), Diktat Ilmu Nahwu Universitas Al Madinah International (MEDIU)

3. Jami’ud Durus Al Lughah Al ‘Arabiyyah oleh Mushtafa Al Ghulayayniy

4. Syarah Muqaddimah Al Ajurrumiyyah oleh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin

5. Durusul Lughah Al ‘Arabiyyah oleh Dr. V. Abdurrahim

6. An Nahwu Al Wadhih oleh Ali Al Jarim & Musthafa Amin

7. Mutammiah Al Ajurrumiyyah oleh Muhammad bin Muhammad Ar Ra’iniy

8. Ringkasan Kaidah-kaidah Bahasa Arab oleh Aunur Rafiq Bin Ghufran

Page 235: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

PROFIL PENULIS

Abu Razin, Khairul Umam Ibnu Syahruddin Al Batawy, dilahirkan pada 11 April 1987, dan tumbuh besar di lingkungan betawi. Lebih senang dipanggil dengan Encang iRul. Bermulazamah ilmu nahwu dan sharaf bersama KH. Mahfudz bin Ma’mun hafidzhahullah (Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat) selama 6 tahun di tengah-tengah kesibukan sebagai pelajar dari Kelas 1 MTS sampai Kelas 3 SMA.

Pendidikan formal dilalui mulai dari SDN Duri Kosambi 06, MTs An Nida Al Islamiy, SMAN 78 Jakarta Barat, dan Fakultas Teknik Metalurgi dan Material Universitas Indonesia. Lulus dari Universitas Indonesia pada tahun 2009. Pada saat menempun kuliah di Universitas Inonesia, tepatnya saat tahun 2008, juga mengikuti perkuliahan jarak jauh di Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Al Madinah Internasional (MEDIU) Malaysia, dan lulus pada tahun 2012.

Ummu Razin, Lailatul Hidayah, dilahirkan pada 17 Agustus 1989, dan tumbuh besar di lingkungan pesantren semenjak usia taman kanak-kanak. Sedari TK hingga selesai SMP dihabiskan di Pondok Pesantren Imam Bukhari di Solo, Kemudian melanjutkan SMA ke Pondok Pesantren Bin Baz, Yogyakarta. Kemudian melanjutkan kuliah jarak jauh di Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Al Madinah Internasional (MEDIU) Malaysia dan lulus pada tahun 2012.

Abu Razin dan Ummu Razin ditaqdirkan menikah pada Juli 2009. Kini telah dikaruniai 2 putera; Razin Abdilbarr

Page 236: Ilmu Nahwu Untuk Pemula

dan Adib Ubaidillah. Semoga Allah senantiasa memberikan limpahan karunia Nya untuk Kita semua.

- Khairul Umam, S,T, B,A & Lailatul Hidayah, B.A -