Upload
ngoliem
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLAN GIGI MULTIPLE
MAKALAH
Oleh
TIS KARASUTISNA NIP. 19500502197903102
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI BANDUNG
2006
ABSTRAK
IMPLAN GIGI MULTIPEL
Kondisi dimana pasien kehilangan beberapa gigi atau bahkan pada kondisi edentulous lengkap akan menyebabkan pasien mengalami gangguan fungsi pengunyahan, bicara, dan penampilan. Pada kondisi ini, salah satu alternatif perawatan yang dapat ditawarkan adalah implan gigi multipel. Sebelum melakukan pemasangan implan multipel, terdapat beberapa faktor yang harus dievaluasi, yaitu adaptabilitas, motivasi pasien, tingkat kooperasi pasien, riwayat medis pasien, hasil pemeriksaan intra dan ekstra oral, pemeriksaan linggir alveolar, serta pemeriksaan radiografi. Selanjutnya dilakukan pencetakan model diagnostik, pengklasifikasian daerah tidak bergigi menurut Klasifikasi Eicher, dan penyusunan rencana perawatan yang terdiri dari jarak dan jumlah implan, serta tipe restorasi implan gigi multipel. Jumlah implan yang akan digunakan tergantung pada pertimbangan finansial, pertimbangan kondisi sistemik pasien, simplifikasi prosedur bedah dengan kebutuhan minimal, dan indikasi pengalaman klinis.
Tipe restorasi yang digunakan untuk kasus edentulous lengkap adalah overdenture yang didukung jaringan dan implan, overdenture yang didukung semua implan, serta restorasi cekat didukung implan lengkap. Sedangkan untuk kasus edentulous parsial dapat menggunakan restorasi gigi tiruan tunggal yang multipel ataupun jembatan cekat (penyatuan beberapa implan maupun menghubungkan gigi dengan implan).
i
ABSTRACT
MULTIPLE DENTAL IMPLANT
A condition where a patient lost a few teeth or even all of their teeth will lead to a chewing, speaking, and appearance dysfunction. In this condition, a multiple dental implant can be a solution. Before a clinician perform an implantation of a multiple dental implant there are several factors that needs to be carefully evaluated, such as the adaptability, patient’s motivation, patient’s ccoperation level, patient’s medical record, the intra and extra oral examination outcome, alveolar ridge examination, and radiographic examination. The next step is performing a diagnostic model casting, classify the edentulous area using the Eischer Classification, and planning the treatment plan which consist of the number and location of the implant, and also the retoration type of the multiple dental implant. The number of implant that is going to be used is depend on the financial consideration, the patient’s systemic condition, the simplification of the surgery with minimal necessity, and the indication of clinical experience.
The type of restoration for a full edentulous case are : implant and tissue supported overdenture, all implant-supported overdeture, and complete implant-supported fixed rehabilitation. While a partial edentulous case’s type of restoration are multiple single restoration or a fixed bridge (by uniting several implants or by connecting a tooth with an implant).
ii
iii
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas perkenan
dan rido-Nya, makalah dibidang kajian implant dental yang kami beri judul “
Implan gigi multipel” selesai kami susun. Makalah ini disusun atas permintaan
Komite Implan Persatuan Ahli Bedah Mulut Indonesia (PABMI) Jakarta dalam
rangka Kursus Singkat “ The Correct Procedure to Achieve Long Term Denta
Implan Success”
Makalah ini merupakan bagian dari buku yang akan kami susun dengan
harapan akan menjadi buku acuan bagi para pemula yang berminat dibidang
implant gigi.
Penulis berharap makalah ini akan menjadi bahan bacaan tambahan dalam
meningkatkan pengetahuan dibidang dental implan, sehingga para dokter gigi
dapat menerapkan pemasangan implan lebih dari satu gigi akan lebih baik lagi.
Selain itu penulis harapkan pula adanya masukan dan saran yang sangat berharga
untuk perbaikan penyusunan berikutnya.
Bandung, Januari 2006
Penulis,
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK……………………………………………………………………………… i ABSTRAK……………………………………………………………………………… ii KATA PENGATAR……………………………………………………………………. iii DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. iv BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1 1.1 Latar Belakang…………………………………………. ………….. 1 1.2 Topik Bahasan………………………………………………………. 1 1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………. 2 BAB II PERSIAPAN PRA PEMBEDAHAN…………………………………….. 2 2.1 Faktor Pasien………………………………………………………… 2 2.2 Riwayat Medis………………………………………………………. 2 2.3 Pemeriksaan Medis………………………………………………….. 2 2.4 Pemeriksaan Rongga Mulut…………………………………………. 3 2.4.1. Pemeriksaan Intra dan Ekstra Oral…………………………… 3 2.5 Percetakan Model Diagnostik……………………………………….. 4 2.6 Klasifikasi…………………………………………………………… 5 BAB III RENCANA PERAWATAN……………………………………………… 6 3.1 Jarak dan Jumlah Implan……………………………………………. 6 3.2 Tipe Restorasi Implan Gigi Multipel……………………………… 7 3.2.1 Jembatan Cekat ( Fixed Bridges)……………………………… 7 a. Overdenture……………………………………………….. 7 BAB IV KESIMPULAN dan SARAN…………………………………………….. 10 4.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 10 4.2 Saran………………………………………………………………... 11 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 11
iv
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gigi menentukan kualitas hidup seseorang, berguna dalam fungsi
pengunyahan, bicara dan merupakan bagian terpenting dalam penampilan dan
karisma seseorang, selain itu gigi juga memberikan rasa aman dan rasa percaya
diri. Tetapi banyak orang kurang memperhatikan hal ini sampai mereka
kehilangan atau kerusakan gigi.
Kehilangan gigi merupakan permasalahan yang seringkali dijumpai,
disebabkan karies dental, trauma, maupun akibat adanya penyakit periodontal.
Dokter gigi umumnya lebih menyarankan penggantian gigi yang hilang dengan
dental implan untuk menggantikan akar gigi dan implan mahkota untuk
mengembalikan susunan gigi dan penampilan alami. Dental implan menyerupai
bentuk dan terasa seperti gigi alamiah.
Dibandingkan dengan menggantikan gigi dengan jembatan cekat dan gigi
tiruan lepasan sebagian, implan dengan mahkota implan menawarkan solusi
jangka panjang untuk kehilangan gigi dan memerlukan kunjungan kontrol yang
lebih sedikit. Selain itu dental implan juga meminimalisir kehilangan tulang pada
daerah tidak bergigi, sehingga tulang alveolar dapat mempertahankan kontur
alami gigi dan wajah.
Kehilangan beberapa gigi atau edentolous lengkap menyebabkan
gangguan fungsi pengunyahan, bicara dan penampilan. Implan gigi multipel
merupakan dental implan yang berfungsi menggantikan kehilangan beberapa gigi
maupun pada edentolous, jumlah implan yang diperlukan tergantung pada desain
dan tipe restorasi implan yang digunakan.
1.2. Topik Bahasan
Dlam makalah singkat ini akan dibahas mengenai persiapan untuk
implantasi dua atau lebih implant gigi sebagai penyangga kehilangan gigi lebih
dari satu. Ada bebarap teknik yang bisa dipergunakan untuk berbagai macam
kehilangan lebih dari satu gigi. Setiap pilihan tentu saja ada kelebihan dan
kekurangannya.
2
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
1.3.1. Untuk memberikan wawasan dalam pemilihan model dalam membuat
Implan gigi lebih dari satu.
1.3.2. Untuk dapat menambah pengetahuan bagi para klinisi dalam meningkatkan
pelayanan dibidang implan gigi
II. PERSIAPAN PRA PEMBEDAHAN
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis pasien implan
yang akan mempengaruhi keputusan apakah pasien tersebut dapat dirawat implan
atau tidak, seperti faktor pasien sendiri dan riwayat medis. (Zinner, I.D, et al,
2004)
2.1. Faktor Pasien
Beberapa faktor yang perlu ditanyakan selama anamnesis pasien yang
dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan apakah pasien dapat dapat
menerima perawatan atau tidak, antara lain: adaptabilitas (pengalamanan akan
gigi tiruan), motivasi, mempertahankan kapasitas adaptif, keinginan berpatisipasi
dalam perawatan, obsesi dan kompulsi, serta kestabilan emosi.
2.2. Riwayat Medis
Riwayat medis merupakan bagian yang paling penting dalam proses
diagnostik dan dapat langsung mempengaruhi rencana perawatan dan prognosis.
Riwayat medis yang perlu ditanyakan: permasalahan kardiovaskular,
ketidakseimbangan endokrin (diabetes, manifestasi menopause dan
paskamenopause), penyakit ginjal, penyakit sistem saraf pusat, neoplasma dan
penatalaksanaannya, riwayat sakit kepala, insomnia, keluhan gastrointestinal,
riwayat alergi, riwayat pengobatan, imunodefisiensi dan kebiasaan merokok.
2.3. Pemeriksaan Medis
3
Pemeriksaan medis berkaitan dengan kontraindikasi dari penempatan
implan. Kontraindikasi ada 2 macam, yaitu kontraindikasi absolut dan
kontraindikasi relatif. Berdasarkan Konsesus Konferensi NIH, 1988
kontraindikasi penempatan implan (gambar 1) (McGlumphy, E.A & Larsen, P.E,
2003:
Gambar 1. Kontraindikasi Penempatan implant (Konsensus Konferensi NIH) (Mc Glumphy, E.A & Larsen, P.E, 2003)
Kontraindikasi absolut pada penempatan implan berdasarkan pada risiko
pembedahan segera dan anestesi, dibatasi pada pasien dengan penyakit akut,
penyakit metabolik tidak terkontrol dan pasien hamil, sehingga pasien ini
memerlukan pembedahan elektif.
Kontraindikasi relatif seperti penyakit lokal dan sistemik kronis
(osteoporosis, diabetes), abnormalitas metabolisme tulang (osteopetrosis, fibrous
displasia, osteomielitis sklerosis kronis difus), oral higiene yang buruk dan daerah
implan paska radiasi.
2.4. Pemeriksaan Rongga Mulut
2.4.1. Pemeriksaan Intra dan Ekstra Oral
Pemeriksaan ekstraoral seperti pemeriksaan TMJ, otot pengunyahan, profil
wajah, dan garis senyum (Gambar 2). Pemeriksaan intraoral antara lain
pemeriksaan jaringan lunak (mukosa bukal, vestibulum, palatum lunak dan
perlekatan frenulum), status gigi geligi, status periodontal (kedalaman poket,
kegoyangan gigi, evaluasi oral higiene) dan analisis oklusi (oklusi dan relasi
sentrik, kontrak laterotrusi dan protrusi, klasifikasi skeletal, dimensi vertikal dan
Penyakit akut Penyakit terminal Kehamilan Penyakit metabolik tidak terkontrol Pengharapan yang tidak realistik Motivasi yang salah Pengalaman operator kurang Restorasi prostetik tidak dapat dilakukan
4
bidang oklusi). (Engelmen, M.J, 1996; McGlumphy, E.A & Larsen, P.E, 2003;
Zinner, I.D, et al, 2004)
Gambar 2. Senyum pasien (a) garis senyum tinggi, daerah gingiva terlihat mempengaruhi kebutuhan estetik pada penempatan implan aterior (b) garis senyum rendah sehingga estetik
tidak terlalu terpengaruh akibat penggantian gigi (Floyd, P., et al, 1999).
1) Pemeriksaan Daerah Linggir Alveolar (tempat implan)
Seperti adanya jaringan flabby yang berlebih, tulang linggir yang tajam, dan
sempit. Kualitas dan kuantitas tulang perlu pertimbangan.
2) Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi seperti serial dental foto, panoramik foto, Sefalometri,
CT Scan dan CT Scan 3D (Gambar 3).
(a) (b) (c)
Gambar 3. Pemeriksaan Penunjang Radiologis sebagai pemeriksaan diagnostik implan (a) foto oklusal (lengkung mandibula dan letak foramen mentalis) (b) Sefalometri (relasi maksilla dan
mandibula dan dataran oklusal) (c) CT Scan 3 D (Salinas, T.J, 2004)
2.5. Pencetakan Model Diagnostik
Semua pasien yang akan dilakukan implantasi harus dibuat studi model
terlebih dahulu. Model diagnostik berguna untuk melihat dimensi vertikal, jarak
a b
5
mesio-distal yang tersedia, lebar linggir, relasi maksilla dan mandibula serta
struktur anatomi (seperti torus palatinus, tuberositas, torus lingual dan eksostosis
tulang).
Pemeriksaan pasien secara kliniks, hasil pemeriksaan model dan
pemeriksaan radiografis, harus dianalisa secara hati-hati sehingga klinisi dapat
mendiagnosis secara multidisipliner dan menentukan rencana perawatan awal.
Hasil anbalisa dari pemeriksaan tersebut bila diperlukan dapat dikonsulkan pada
bagian lain, misal bagian penyakit dalam, periodontik, endodontik dan
orthodontik dll.
2.6. Klasifikasi
Klasifikasi yang sering digunakan dalam perencanaan implan dental
adalah Klasifikasi Eicher (gambar 4) yang disusun berdasarkan jumlah daerah
penunjang gigi geligi (Battistuzzi, P., 1993).
Gambar 4. Klasifikasi Eicher’s (Battistuzzi, P., 1993)
6
III. RENCANA PERAWATAN
3.1. Jarak dan Jumlah Impan
Jumlah implan tergantung pada beberapa kondisi dan alasan, antara lain
pertimbangan finansial, pertimbangan kondisi sistemik pasien, simplifikasi
prosedur bedah dengan kebutuhan minimal dan indikasi pengalaman klinis
(seperti untuk gigi molar yang lebar retensi lebih baik dengan 2 implan). Pada
umumnya jumlah implan yang dibutuhkan tercantum pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Implan yang dibutuhkan (Floyd, P., et al, 1999)
Jarak implan atau batasan anatomis pada penempatan implan dapat dilihat pada tabel 2.
Struktur Jarak Minimal yang Diperlukan antara Implan dengan Struktur yang Diindikasikan
Bidang bukal Bidang lingual Sinus maksillaris Kavitas nasal Kanalis insisivum Jarak antara implan Kanalis alveolaris inferior Saraf mentalis Margin inferior Gigi tetangga
0,5 mm 1 mm 1 mm 1 mm Hindari midline maksilla 3 mm antara ujung luar implan 2 mm dari aspek superior kanalis tulang 5 mm dari anterior atau foramen tulang 1 mm 0,5 mm
Tabel 2. Batasan / Jarak Penempatan Implan (Mc Glumphy, E.A & Larsen, P.E, 2003)
Sebelum pembedahan perlu dipertimbangkan ukuran implan, perlu tidaknya bone
graft, penempatan implan posterior dan immediate loading. Prosedur penempatan
implan gigi multipel sama dengan penempatan implan tunggal, dapat melalui 2
tahapan pembedahan atau melalui imediate loading (Palacci, p., 2001).
7
Waktu Minimal Integrasi
Regio Penempatan Implan Waktu Integrasi Minimal
Anterior mandibula Posterior mandibula Anterior maxilla Posterior maxilla Masuk daerah bone graft
3 bulan 4 bulan 6 bulan 6 bulan 6 – 9 bulan
Tabel 3. Waktu Minimal Integrasi (Mc Glumphy, E.A & Larsen, P.E, 2003)
Pada penempatan implan melalui 2 tahapan perlu diperhitungkan waktu
integrasi implan dengan tulang, seperti pada tabel 3.
3.2. Tipe Restorasi Implan Gigi Multipel
3.2.1Jembatan Cekat (Fixed Bridges)
Indikasi restorasi implan gigi multipel dengan jembatan cekat bila terdapat
gigi geligi lawan baik yang dapat mendestabilisasi gigi, pasien dengan refleks
muntah kuat dan tidak dapat menerima protesa lepasan, dan resorpsi rahang tidak
terlalu banyak sehingga memungkinkan penempatan yang adekuat serta secara
finansial pasien mampu (Floyd, P., et al ,1999).
a. Overdenture
Indikasi overdenture yang didukung implan adalah: linggir yang atrofi,
pasien edentolous lengkap, pasien yang merasa puas dengan gigi tiruan lepasan
tetapi ingin meningkatkan retensi (aspek psikologis dan sosial), keadaan umum
pasien yang hanya memungkinkan pembedahan singkat, linggir residual hanya
memungkinkan penempatan dua implan, dan secara finansial pasien tidak mampu
membayar restorasi cekat (Stern, E.M, 1996; Floyd, P., et al ,1999).
Implan dental multipel ditujukan untuk menggantikan sebagian gigi yang
hilang (partially edentulous) dan kehilangan seluruh gigi (completely edentulous).
Pasien dengan edentulous parsial biasanya implan restorasi dengan jembatan cekat
(fixed bridges) dan untuk pasien dengan edentulous lengkap biasanya terdapat 3
pilihan, yaitu dengan overdenture yang didukung jaringan dan (implant and
8
tissue-supported overdenture), overdenture yang didukung semua implan (all
implant-supported overdenture) dan restorasi cekat didukung implan lengkap
(complete implant-supported fixed rehabilitation) (McGlumphy, E.A & Larsen,
P.E, 2003).
(a) (b) (c)
Gambar 5. Restorasi Implan Dental untuk edentulous lengkap (a) & (b) implant and tissue-
supported overdenture (c) all implant-supported overdenture
Untuk edentulous parsial terdapat beberapa pilihan, antara lain:
1) Restorasi gigi tunggal yang multipel
Merupakan restorasi ideal, dengan menggantikan satu gigi yang hilang
dengan 1 implan atau 2 implan pada gigi molar yang lebar, selain itu oral higiene
lebih terjaga. Kerugiannya mahal.
Gambar 6. Restorasi gigi tunggal
2). Penyatuan beberapa implan (uniting multiple implants)
9
Gambar 7. Uniting Multiple Implants (Engelman, M.J, 1996)
3). Menghubungkan gigi dengan implant (connection tooth-implant) terdiri dari:
Kerugian untuk koneksi rigid biasanya menyebabkan pergerakan gigi.
a) Hubungan tidak rigid (non rigid connector)
Keuntungan dapat menambah kestabilan posisi implan tanpa menganggu
keutuhan gigi tetangga. Kerugian adalah ujung marginal antara mahkota
implan dan gigi tampak overhang, seringkali kehilangan skrup, dilaporkan
beberapa instrusi gigi sandaran, dan meningkatkan risiko karies, kelainan
periodontal dan endodontik.
Gambar 8. Non rigid connector (Engelman, M.J, 1996)
b). Telescopic Coping
Kerugian metoda ini antara lain pengurangan lapisan gigi sandaran,
pengurangan gigi sandaran yang luas menyebabkan perlunya perawatan
endodontik pada gigi sandaran, dan diperlukan penyemenan coping
dengan gigi sandaran.
Gambar 8. Telescopic Coping (Engelman, M.J, 1996)
10
c). T-block, screw atau pin U
Kerugian mahkota implan masih bersatu dengan gigi tetangga, cantilever
menyebabkan pergerakan gigi dan teknologi ini sulit dilakukan.
Gambar 9. T-block, skrup atau pin U (Engelman, M.J, 1996)
d). Gigi sandaran ganda (Double abutment of natural teeth)
Keuntungan metoda ini lebih mendistribusikan daya daripada implan yang
disatukan (united implant). Kerugiannya hubungan katilever masih
menyebabkan pergerakan gigi dan menyebabkan ruangan antara margin
restorasi dan gigi.
Gambar 10. Gigi Sandaran Ganda (Engelman, M.J, 1996)
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Restorasi implan dental untuk menggantikan kehilangan gigi sebagian
maupun lengkap dapat berupa jembatan cekat maupun overdenture. Pasien dengan
edentulous parsial umumnya dengan restorasi restorasi implan gigi tunggal,
jembatan cekat dan jembatan cekat koneksi gigi-implan.
Pasien dengan edentulous lengkap bisa dengan overdenture yang
didukung jaringan dan implan (implant and tissue-supported overdenture),
overdenture yang didukung semua implan (all implant-supported overdenture)
dan restorasi cekat didukung implan lengkap (complete implant-supported fixed
rehabilitation). Sedangkan untuk pasien dengan edentulous parsial dengan
11
menggunakan restorasi gigi tunggal yang multipel dan jembatan cekat (penyatuan
beberapa implant maupun menghubungkan gigi dengan implant).
4.2. Saran
4.2.1. Setiap pasien yang akan dilakukan implantasi mutlak harus dilakukan
pembuatan studi model, pemeriksaan penunjang berupa beberapa foto
Rontgen dll.
4.2.2. Selalu diberitahukan kepad pasien tentang keuntungan dan kerugian
memakai implan gigi
4.2.3. Semju pasien implan gigi harus kontrol secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Battistuzzi, P., Treatment Modalities for Prosthtic Rehabilitation in Patient with
Full and Partial Edentulism, In: Naert, I., et al, 1993, Osseointegration in Oral
Rehabilitation: An Introductory Textbook, London: Quintessence Publishing,
Co. Ltd., p: 25-32
Engelman, M.J, 1996, Clinical Decision Making and Treatment Planning in
Osseointegration, Chicago: Quintessence Publishing, Co., Inc.
Floyd, P., et al, 1999, Treatment Planning for Implant Restorations. In: British
Dental Journal, volume 187, no. 6, p: 297-305
McGlumphy, E.A & Larsen, P.E, Contemporary Implant Dentistry, In: Peterson,
L.J, et al, 2003, Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, 4th edition ,
Philadelphia: Mosby an Affiliate of Elsevier Science, p:305-42
Palacci, P., 2001, Esthetic Implant Dentistry: Soft and Hard Tissue Management,
Chicago: Quintessence Publishing, Co., Inc.
Patil, R. & Nagvenkar, S., Implant Esthetic, In: Patil, R., 2002, Esthetic Dentistry:
An Artist’s Science, Mumbai: P R Publications, p: 149-62
Salinas, T.J, Implant Prosthodonthics, In: Milloro, M., 2004, Peterson’s of
Principles Oral and Maxillofacial Surgery, 2nd edition, Canada: BC Decker
Inc., p:251-72
12
Stern, R.M, Overdenture Supported by ITI Implants, In: Schhroeder, A., et al,
1996, Oral Implantolology: Basics, ITI Hollow Cylinder System, 2nd edition,
New York: Thieme med., Publishers, Inc.
Zinner, I. D, et al, 2004, Implant Dentistry: From Failure to Success, Chicago:
Quintessence Publishing, Co., Inc.