Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Implementasi E-Government Di Dinas Komunikasi Dan Informatika
(Studi Kasus Aplikasi Tangerang Live)
140
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Juli - Desember 2020) Hal.: 140 – 154
IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT DI DINAS KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA
(STUDI KASUS APLIKASI TANGERANG LIVE)
E-GOVERNMENT IMPLEMENTATION IN THE DEPARTEMENT OF COMMUNICATION AND
INFORMATICS TANGERANG CITY (TANGERANG LIVE APPLICATION CASE STUDY)
Devi Oktafrianti1, Toddy Aditya2, Nurhakim3 1,2,3Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT), Tangerang
Jalan Perintis Kemerdekaan I Babakan No.33, RT.007/RW.003, Cikokol, Kec. Tangerang,
Kota Tangerang, Banten 15118
E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
Naskah diterima tanggal 9 Juli 2020, direvisi tanggal 10 Desember 2020, disetujui tanggal 14 Desember 2020
Abstract
The Tangerang Live application is a communication hub in helping the government achieve organizational goals and
communicate with the community. With the existence of e-government can provide public services more effectively and
efficiently. In its implementation, there is a need for a combination of institutions, humans and technology. This
research focuses on institutional factors in managing the Tangerang Live application and aims to be able to see the
capabilities of the city of Tangerang and make it easier for the public to obtain information. This research method uses
descriptive qualitative. The data were processed from the results of interviews and observations and then analyzed. The
results show that there are several things that are of concern, such as human resources who are not yet competent, services handling is yet optimal and there is no standard operating procedure (SOP) related to the application used.
The application is not as expected, it has been socialized but it depends on the level of awareness of the community.
Keywords: Implementation, Tangerang Live, E-Government
Abstrak
Aplikasi Tangerang Live menjadi penghubung komunikasi dalam membantu pemerintah mencapai tujuan organisasi
dan berkomunikasi dengan masyarakat. Dengan adanya e-government dapat memberikan pelayanan publik secara lebih
efektif dan efisien. Dalam implementasinya perlu adanya gabungan antara institusi, manusia dan teknologi. Penelitian
ini berfokus pada faktor institusi dalam mengelola aplikasi Tangerang Live dan bertujuan untuk dapat melihat
kemampuan yang dimiliki kota Tangerang serta memudahkan masyarakat dalam memperoleh suatu informasi. Metode
penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Data diproses dari hasil wawancara dan observasi kemudian dianalisis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada beberapa hal yang menjadi perhatian yaitu seperti sumberdaya manusia belum
kompeten, penanganan layanan masih belum bisa maksimal dan belum ada standar operasional prosedur (SOP) terkait aplikasi yang dijalankan. Penerapan untuk aplikasi belum sesuai harapan, sudah disosialisasikan tetapi tergantung dari
tingkat kesadaran masyarakatnya.
Kata kunci : Implementasi, Tangerang Live, E-Government
DOI: 10.17933/mti.v11i2.197
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Juli - Desember 2020) Hal.: 140 – 154
141
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi serta
pertumbuhan populasi yang terus menerus
semakin meningkat dan akan semakin banyak
orang yang pindah ke kota setiap harinya.
Indonesia ialah negara yang telah tersedia
internet dan memanfaatkan internet sebagai
suatu informasi serta mendapatkan layanan
dari pemerintah kepada masyarakat, dimana
dahulu seluruh sistem dalam keadaan manual
dan menggunakan waktu yang sangat lama
serta prosesnya yang panjang (Ramadhan et
al., 2020a).
Fenomena internet memiliki efek
perubahan pada masyarakat, ini telah berhasil
membuka media komunikasi baru bagi
individu dan seorang pebisnis yang dapat
memberikan peluang untuk berkomunikasi dan
mendapat suatu informasi dengan cara
berbeda, internet dapat dengan mudah
mengakses informasi dan cara kerja pelayanan
dibanding dua puluh tahun yang lalu.
Pertumbuhan internet pada mulanya
dikarenakan kepentingan sektor swasta tetapi
pemerintah saat ini menjadi bagian dari
revolusi ini. Di seluruh dunia, pemerintah telah
kerja keras untuk menyediakan pusat layanan
dan informasi mereka di internet (Kumar et al.,
2007).
Di beberapa negara, teknologi layanan
informasi dan komunikasi (TIK) berkontribusi
pada perubahan revolusioner dalam bisnis dan
kehidupan sehari-hari. Di bagian lain dari
dunia, kehidupan orang hampir tidak tersentuh
oleh inovasi ini. Jika kemampuan untuk
menggunakan TIK tidak diaplikasikan oleh
masyarakat negara berkembang, mereka akan
semakin dirugikan atau dikecualikan dari
partisipasi dalam masyarakat informasi global.
Potensi sosial dan ekonomi untuk teknologi
baru ini dalam pembangunan sangat besar,
begitu pula risikonya (Mansell, 1999).
Di era revolusi industri 4.0 saat ini,
pemakaian teknologi elektronik sudah umum
digunakan di berbagai instansi maupun
organisasi, pemikiran-pemikiran organisasi
yang lama wajib diganti menjadi melayani
para konsumen dengan sebaik mungkin sesuai
dengan keinginan konsumen. Dengan adanya
teknologi, pelayanan menjadi mudah, cepat,
praktis, dan hemat, bukan saja hemat dalam
biaya, tapi hemat tenaga dan waktu serta
keakuratan yang memadai (Djadjuli, 2019a).
Pemerintahan elektronik (e-government)
telah dikenal sebagai strategi yang kuat untuk
transformasi pemerintah. Dalam 10 tahun
terakhir, pemerintah di seluruh dunia telah
mengembangkan program e-government
berharap memperoleh manfaat penting seperti
penghematan biaya, peningkatan kualitas
layanan, peningkatan akuntabilitas, dan lebih
banyak publik berpartisipasi. Namun, banyak
proyek e-government gagal memenuhi janji
mereka dalam hal hasil tertentu. Beberapa
kegagalan tersebut adalah akibat dari
kurangnya pemahaman tentang hubungan yang
kompleks antar teknologi, informasi
penggunaan, faktor organisasi, pengaturan
kelembagaan, dan konteks sosial ekonomi
yang terlibat dalam pemilihan, desain,
implementasi dan penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi TIK menghasilkan
ketidaksesuaian dan konsekuensi yang tidak
diinginkan (Luna-Reyes & Gil-Garcia, 2011).
Di Indonesia, inovasi e-government
sudah diinisiasi sejak beberapa tahun
belakangan ini. Selain adanya kebutuhan baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
akan sebuah sistem yang terintegrasi,
pengembangan e-government di Indonesia
didukung oleh Intsruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-government dan didukung
pula oleh regulasi yang terkait seperti Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik, serta Peraturan
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan
Informasi Publik (Elysia & Wihadanto, 2017).
Untuk itu, sosialisasi e-government perlu
dilakukan secara konsisten, berkesinambungan
dan intensif kepada masyarakat dikarenakan
masyarakat belum mengerti apa dan
bagaimana aplikasi e-government serta
manfaat yang dapat mereka ambil (Retnowati
& Retnowati, 2008).
Implementasi E-Government Di Dinas Komunikasi Dan Informatika
(Studi Kasus Aplikasi Tangerang Live)
142
Pemerintahan elektronik (e-government)
telah diadopsi secara global oleh negara maju
dan berkembang. Banyak penelitian
mengungkapkan bahwa e-government tidak
hanya meningkatkan efisiensi administrasi
publik tetapi juga praktik tata kelola yang baik,
seperti meningkatkan transparansi,
mengurangi korupsi administrasi,
meningkatkan pemberian layanan,
meningkatkan kinerja pegawai negeri,
pemberdayaan warga negara, dan
meningkatkan keuangan pemerintah. Warga
negara di negara-negara dengan sistem e-
government yang maju seperti Korea Selatan,
Australia dan Singapura (tiga negara teratas
dalam peringkat e-government PBB 2014)
menikmati banyak manfaat karena banyak
layanan pemerintah dapat diakses melalui web
atau melalui ponsel mereka (Almunawar,
2015).
Sistem e-government membutuhkan
infrastruktur teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) yang tepat, dan biasanya
pemerintah harus memiliki, mengelola, dan
memelihara sistem dan infrastruktur tersebut.
Ini bisa sangat mahal. Selain itu, investasi di
bidang sistem dan infrastruktur perlu
diputuskan dengan bijak. Namun, ini bukanlah
tugas yang mudah karena infrastruktur TIK
sangat konvensional. Jika infrastruktur terlalu
besar akan membuang sumber daya, namun
jika sistem infrastruktur terlalu kecil akan sulit
ditingkatkan. (Almunawar, 2015).
Melalui e-government, pemerintah dan
sektor publik akan mendapatkan banyak
manfaat dan peluang seperti mengurangi
waktu dan biaya (penawaran dan permintaan),
memberikan layanan kepada masyarakat
umum, memecahkan masalah dari ‘birokrasi’,
dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
lembaga sipil. Pemerintah mulai menyediakan
akses elektronik untuk penyampian layanan
publik kepada warga negara sehingga mereka
dapat memperoleh manfaat dari munculnya era
digital. Layanan elektronik tersebut
berkontribusi pada keberhasilan sistem secara
keseluruhan dalam hal kepuasan pelanggan
dan memungkinkan penyedia layanan untuk
mencapai tujuan jangka panjang dari retensi
dan perluasan pengguna ke wilayah lain
(Altameem et al., 2006).
Ada beberapa faktor yang dibutuhkan
untuk mengimplementasikan e-government
(1) kemakmuran ekonomi (2) tingkat
pendidikan tinggi dan (3) stabilitas politik
(Evans & Yen, 2006). Salah satu alat
terpenting untuk implementasi e-government
adalah mengidentifikasi kesiapan dan kemauan
warga negara untuk menerima perubahan
seperti itu. Saat e-government dilaksanakan,
diharapkan mampu memberdayakan potensi
warga dan meningkatkan hubungan dengan
pemerintah (Al Nagi & Hamdan, 2009).
Perkembangan teknologi yang pesat
berkontribusi pada pertumbuhan minat
penggunaan teknologi sebagai alat yang
ampuh untuk mengaktifkan dan membantu
transformasi dalam organisasi. Pemerintah
mencoba beradaptasi dengan lingkungan yang
bergerak cepat saat ini dengan menerapkan e-
government. Menyarankan bahwa e-
government mencakup perubahan tata kelola
dalam dua cara yaitu (1) transformasi bisnis
tata kelola, meningkatkan penyampaian
kualitas layanan, mengurangi biaya, dan
memperbaharui proses administrasi (2)
transformasi pemerintahan itu sendiri,
memeriksa kembali berfungsinya praktik dan
proses demokrasi (Kim et al., 2007).
Menuju suatu perubahan harus diiringi
dengan peran aktif pemerintah yang mampu
merangkul instansi serta media lain yang
terkait. Salah satunya yaitu dengan
diluncurkannya aplikasi bernama Tangerang
Live dengan mengimplementasikan Tangerang
Live Room sebagai pusat kontrol dari berbagai
aplikasi yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah Kota Tangerang. Aplikasi
Tangerang Live dikelola oleh Dinas Kominfo
Kota Tangerang mereka berkerja sama dalam
mengelola serta menjalankan kegiatan
publikasi agar dapat terciptanya tujuan
organisasi. Aplikasi ini dijadikan sebagai
media pemerintah dalam memberikan
informasi sebagai alat alternatif masyarakat
agar dapat berkomunikasi kepada pemerintah
untuk mendapatkan pelayanan dan informasi
(Aulia, 2019).
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Juli - Desember 2020) Hal.: 140 – 154
143
Pemerintahan Kota Tangerang saat ini di
pimpin oleh Arief Rachadiono Wismansyah
dan Sachrudin sebagai walikota dan wakil
walikota yang mempunyai visi yaitu
“Terwujudnya Kota Tangerang Yang Maju,
Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera Dengan
Masyarakat Yang Berakhlakul Karimah”.
Sebuah konsep Tangerang Live memiliki
definisi, dalam kata LIVE yaitu (Liveable)/
layak huni, (Investable)/layak investasi,
(Visitable)/Layak Dikunjungi dan (E-
City)/kota digital (Ramadhan et al., 2020b).
Gambar 1. Bentuk Skema Tangerang LIVE, (Ramadhan et al., 2020b)
Gambar bentuk skema tersebut
menunjukan dengan mengadopsi sebuah
konsep smart city Kota Tangerang
menuangkannya ke dalam sebuah konsep yaitu
Tangerang LIVE, dimana terdapat 6 indikator
yang diambil dari indikator smart city seperti
smart people, smart environment, smart
government, smart living, smart mobility, dan
smart economy, yang kemudian dari indikator-
indikator tersebut ada program-program
(Ramadhan et al., 2020b).
Tangerang Live memiliki beberapa fitur
aplikasi meliputi Tombol Darurat (112),
Laksa, Lowongan Kerja, Pengantar RT/RW,
E-news, E-Plesiran dan Perizinan. Inovasi
yang terus berkembang dan juga telah berhasil
membuat 167 menu layanan sampai saat ini,
telah mengantarkan kota Tangerang terpilih
dalam 24 Kota/Kabupaten Gerakan 100 Smart
City Indonesia oleh bagian terkait yaitu
Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo) serta mendapatkan sebuah
penghargaan dan pengakuan dari skala
internasional maupun Nasional. Bahkan 31
intansi / pemerintah daerah sudah mengadopsi
aplikasi Pemerintah Kota Tangerang (Smart
City 3.0 Pelayanan Mudah dan Keterbukaan
Informasi - Pemerintah Kota Tangerang,
2016).
Gambar 2. Tampilan Fitur Tangerang LIVE
Sebagai bahan perbandingan, penelitian
yang dilakukan oleh Yanliu Lin dengan judul
‘Perbandingan tata kelola cerdas barat dan
Cina yang dipilih : Penerapan TIK dalam
manajemen pemerintah, partisipasi dan
kolaborasi” pada tahun 2018 dengan metode
kualitatif tujuannya untuk melengkapi dengan
membandingkan dan mengatur tata kelola
yang cerdas dalam memilih negara-negara
barat dan Cina. Perbandingan ini berdasarkan
beberapa komponen utama yaitu faktor
kontekstual (prioritas hubungan TIK, dan
strategi tata kelola yang cerdas). Hasilnya
menunjukkan bahwa faktor-faktor kontekstual
seperti hubungan tertentu telah banyak
mempengaruhi tata kelola yang cerdas strategi
dan pengaturan. Pemerintahan yang cerdas
terkait erat dengan e-governance dan e-
democracy di negara-negara barat, sementara
itu manajemen resmi dan layanan yang cerdas
dalam konteks Cina. Secara umum pemerintah
Implementasi E-Government Di Dinas Komunikasi Dan Informatika
(Studi Kasus Aplikasi Tangerang Live)
144
melakukan komunikasi secara elektronik dan
berkolaborasi dengan menggunakan media
sosial, smartphone, portal, crowdsourcing
platform, sistem pendukung perencanaan dan
produk teknologi baru. Hal ini dapat
menyebabkan perubahan bertahap dalam
pemerintahan, organisasi, hubungan baru
antara pemerintah, sektor swasta dan warga
dan peningkatan di kota (Lin, 2018).
Penelitian selanjutnya oleh Andri Irawan
berjudul ‘Sistem pelayanan publik berbasis e-
government pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Merauke’ pada tahun 2018 dengan
metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi, bertujuan untuk
menggambarkan dan menganalisis
implementasi sistem pelayanan publik berbasis
e-goverment pada Pemerintah Daerah (Pemda)
Kabupaten Merauke dan melihat faktor-faktor
apa saja yang memperlambat penerapan sistem
pelayanan publik berbasis e-goverment
tersebut. Hasilnya ialah masih berkurangnya
support dari pemerintah dalam bentuk
sosialisasi maupun peraturan kepada
masyarakat. Lalu ditambah dengan lemahnya
kemampuan dalam hal sumber daya manusia
(SDM) maupun sumber daya infrastuktur yang
menjadi unsur sangat penting dalam
menciptakan pelayanan publik berbasis
elektronik (Irawan, 2018).
Penelitian diatas dapat dikatakan dari
segi tata kelola banyak perubahan secara
bertahap untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan. Tergantung dari banyaknya
faktor yang berkontribusi dalam memajukan
pemerintahan yang cerdas. Sampai sejauh ini,
implementasi e-government di Kota Tangerang
tidak terlepas dari tuntutan akan adanya
transparasi dan percepatan pelayanan publik di
Kota Tangerang. Instrumen-instrumen pada
pengembangan e-government sudah memadai
tetapi belum bisa berjalan optimal, oleh karena
itu perlu dikaji lebih dalam apa yang
seharusnya dapat mendorong untuk
mempercepat proses implementasi e-
government. Dari penelitian ini diperoleh
gambaran implementasi e-government pada
aplikasi Tangerang Live serta penelitian ini
mendukung untuk memperbaharui kinerja dari
institusi dan pemahaman terhadap bagaimana
kota menyiapkan komponen institusi yang
relevan untuk menentukan strategi kebijakan.
Implementasi adalah proses untuk
memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan
tercapainya kebijakan tersebut. Implementasi
juga dimaksudkan menyediakan sarana untuk
membuat sesuatu dan memberikan hasil yang
bersifat praktis terhadap sesama (Putra et al.,
2018). Pernyataan dari (Grindle,1980)
Implementasi merupakan proses umum
tindakan administratif yang dapat diteliti pada
tingkat program tertentu. Proses implementasi
baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran
telah ditetapkan, program kegiatan telah
tersusun dan dana telah siap disalurkan untuk
mencapai tujuan dan sasaran (Akib, 2010).
Sedangkan implementasi e-government
banyak digunakan di negara berkembang dan
maju, namun ada beberapa perbedaan yang
utama yaitu implementasi e-government sudah
dilaksanakan diantaranya budaya dan staf
teknis yang menangani masyarakat,
infrastruktur serta aparatur sipil negara (Chen
et al., 2006). Upaya implementasi serta
pengembangan e-government di Indonesia
masih terus berjalan, tetapi masih belum
dioptimalisasi (Napitupulu et al., 2017).
Sebagian besar strategi dan rencana
implementasi pengembangan e-government di
negara-negara maju berdasarkan teori dan
pengalaman (D. Sari, 2018).
Pemahaman yang lebih luas tentang
konsep e-government berfungsi sebagai model
untuk penelitian ini. Ini menggabungkan
layanan berbasis informasi elektronik untuk
warga negara (e-administration) dengan
kendali penegakan elemen partisipatif (e-
democracy) untuk mencapai tujuan
keseimbangan e-government. Keuntungan dari
e-government terletak pada peningkatan
kualitas layanan yang diberikan kepada warga
dan perusahaan serta efisiensi yang lebih besar
untuk semua peserta (Balanced E -
Government, 2001).
Pengertian e-government adalah
penggunaan teknologi informasi yang
digunakan untuk memudahkan kepentingan
publik yang bertujuan untuk
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Juli - Desember 2020) Hal.: 140 – 154
145
menyelenggarakan kepentingan pemerintahan
berbasis elektronik dalam rangka
meningkatkan kualitas layanan publik (Pratiwi
& Muslihudin, 2018). E-government dan
internet telah membuat perubahan penting
dalam seluruh struktur masyarakat, nilai,
budaya dan cara menjalankan bisnis dengan
memanfaatkan potensi TIK sebagai alat bantu
dalam pekerjaan sehari-hari. Tujuan e-
government tidak hanya mengubah informasi
tradisional menjadi byte dan membuatnya
dapat dijangkau melalui situs internet atau
memberikan komputer pejabat pemerintah.
Tetapi juga menyerukan untuk memikirkan
kembali cara-cara pelaksanaan fungi
pemerintah saat ini untuk meningkatkan proses
dan integrasi (Alshehri & Drew, 2010).
E-government sekarang menjadi aspek
tata kelola yang baru, dan tingkat harapan
warga tentang layanan, penyediaan formasi,
interaksi dengan pejabat pemerintah, dan akses
dapat diharapkan untuk berkontribusi pada
hasil penting seperti kepercayaan. Namun,
kebaruan relatif dari e-government tidak
meniadakan pentingnya ekspektasi umum.
Karena itu, modelnya menggabungkan
kepuasan yang dirasakan dengan e-government
dan kepuasan yang dirasakan dengan
pemerintah secara umum sebagai kontributor
kepercayaan warga terhadap pemerintah.
Selain itu modelnya mengidentifikasi
penggunaan situs web sebagai faktor penting
yang menentukan persepsi e-government.
Akhirnya, interaksi antara kepercayaan dan
kepuasan bersifat rekursif, kepercayaan
mengarah pada kepuasan, fraksi dan
sebaliknya (Welch, 2004).
Gambar 3. Model Konseptual
Sumber : (Welch, 2004)
Gambar diatas menyembunyikan banyak
detail. Misalnya, sejauh mana seorang individu
kunjungan situs (web) pemerintah mungkin
ditentukan oleh berbagai faktor termasuk
penggunaan internet secara umum,
karakteristik demografis, dan kebutuhan
individu. Selain itu, secara keseluruhan
kepuasan dengan pemerintah adalah konstruk
multidimensi yang terdiri dari nilai-nilai yang
berbeda seperti efisiensi, akuntabilitas,
kesetaraan, dan efektivitas. Sangat penting
untuk memasukan model empiris ke dalam
penggunaan situs (web), kelompok e-
government, dan kepercayaan warga pada
pemerintah (Welch, 2004).
Penggunaan situs (web) pemerintah oleh
warga negara mungkin memengaruhi persepsi
mereka seberapa baik upaya e-government
memenuhi harapan mereka. Penggunaan
internet secara umum memberikan kerangka
kerja komparatif bagi individu untuk menilai
apakah pemerintah memanfaatkan teknologi
situs web atau tidak untuk memenuhi harapan
warga negara akan e-government dan
pemerintah secara umum (Welch, 2004).
Definisi lain dari e-government yaitu :
1. Fenomena evolusi dan karenanya inisiatif
e-government harus diturunkan dan
diimplementasikan (Layne & Lee, 2001).
2. Penggunaan teknologi informasi untuk
mengaktifkan dan meningkatkan efisiensi
layanan pemerintah mana yang diberikan
kepada warga negara, karyawan, bisnis
dan lembaga (Carter & Bélanger, 2005).
E-government yang telah diusulkan
sebagai satu kesatuan solusi mengarah kepada
penyampaian informasi dari layanan online
oleh pemerintah melalui media internet atau
melalui sarana digital lainnya dan
kemungkinan termasuk dalam peluang untuk
partisipasi politik online. E-government
menjanjikan peningkatan pengiriman berbagai
jenis layanan publik termasuk transaksi online,
dan untuk menyebarkan informasi tentang
operasi pemerintah itu dapat meningkatkan
komunikasi antara warga negara dan
pemerintah melalui email, memungkinkan
partisipasi yang lebih langsung dalam
Implementasi E-Government Di Dinas Komunikasi Dan Informatika
(Studi Kasus Aplikasi Tangerang Live)
146
pengambilan keputusan pemerintahan (Tolbert
& Mossberger, 2006).
Keberhasilan implementasi e-
government bergantung pada sejauh mana
keseimbangan dicapai antara intervensi dan
program e-government dengan permintaan
(sejauh mana warga dan bisnis ingin
mengkonsumsi layanan e-government). Agar
berhasil menerapkan e-government, ada
kebutuhan untuk mencapai integrasi platform
layanan dan untuk intervensi yang
memungkinkan e-government untuk
diarusutamakan ke dalam bisnis inti struktur
dan proses pemerintah. Mengintegrasikan TIK
ke dalam proses bisnis pemerintah
memerlukan pemahaman tentang pemerintah
sebagai unit organisasi yang kompleks
(Bwalya & Mutula, 2016).
Dari jabaran di atas dapat disimpulkan
bahwa e-government adalah penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi terbaru
dalam pemerintahan yang berfungsi untuk
mengkomunikasikan, menyebarkan atau
mengumpulkan informasi yang berguna bagi
masyarakat (Widodo, 2016). Penelitian ini
memperoleh gambaran implementasi e-
government pada aplikasi Tangerang Live
serta penelitian ini dapat mempermudah akses
informasi masyarakat dengan cepat dan
efisien.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, metode ini lebih berdasarkan
fenomenologis yang mengutamakan
penghayatan dan berusaha memahami / atau
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi
tingkah laku manusia dalam situasi tertentu
menurut perspektif peneliti sendiri (Gunawan,
2013) . Objek dalam penelitian ini bersumber
dari wawancara dengan Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Tangerang. Teknik
pengumpulan data memanfaatkan data primer
dan sekunder. Sedangkan teknik analisis data
menggunakan content analysis, yakni
menelaah secara kritis terhadap data-data yang
diperoleh dan menyimpulkan serta memberi
rekomendasi atau saran-saran yang diperlukan.
Teknik keabsahan data menggunakan teknik
triangulasi sumber data yaitu menggali
kebenaran informasi tertentu melalui berbagai
metode dan sumber perolehan data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dari Badan Pusat Statistik Kota
Tangerang, jumlah penduduk Kota Tangerang
tahun 2019 tercatat sebanyak 1.771.092 jiwa.
Tata letak pada kota Tangerang secara garis
terletak diposisi 6 6-6 Lintang Selatan (LS)
dan 106 36-106 42 Bujur Timur (BT). Sebelah
Utara berbatasan dengan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang dan Teluk Naga.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Serpong, Kecamatan Curug dengan DKI
Jakarta, sedangkan sebelah Barat berbatasan
dengan Kabupaten Tangerang dan Kecamatan
Cikupa.
Gambar 5. Luas wilayah Kota Tangerang
menurut Kecamatan (%), 2019 (Badan Pusat Statistik
Kota Tangerang, 2020)
Pada era teknologi informasi sekarang,
hampir semua pemerintah daerah telah
mempunyai situs web resmi, contohnya seperti
Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang yang
sudah merintis pembuatan situs internet.
Tahun 2016 Pemkot Tangerang meluncurkan
situs resmi yang berbentuk aplikasi, dengan
tampilan terbaru untuk dinamisasi masyarakat
yang berkembang dengan cepat dan memenuhi
tuntutan kebutuhan. Perkembangan situs ini
merupakan satu pencapaian Pemkot Tangerang
untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam informasi dan data tentang kebijakan,
kegiatan dan program-program Pemkot
Tangerang. Penyempurnaan data dan
informasi pada situs ini, baik yang bersifat
dinamis maupun statis akan selalu diupayakan,
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Juli - Desember 2020) Hal.: 140 – 154
147
baik dari segi isi informasinya maupun
tampilan.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan kepada Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Tangerang Bapak Sandy
Bayu Prastiawan, ST selaku Kasi
Pengembangan dan Integrasi Aplikasi LP.
Didapatkan gambaran implementasi e-
government pada aplikasi Tangerang Live.
Peraturan yang mendasari penerapan e-
government berbasis aplikasi/online ialah
Peraturan Walikota Nomor 26 Tahun 2019
yang berisi tentang Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Di Indonesia. E-
government sendiri mempunyai arti yang
secara khusus yaitu merupakan kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan yang mampu
mendorong dan memfasilitasi hubungan yang
saling mendukung, selaras dan adil antara
masyarakat, dunia usaha dan pemerintah,
dengan memanfaatkan teknologi informasi,
telekomunikasi dan web/internet (K. D. A.
Sari & Winarno, 2012)
Tabel 1 menjabarkan mengenai temuan
di Dinas Kominfo pada aplikasi Tangerang
Live. Kegiatan maupun program yang akan
dilakukan oleh pemerintah, seharusnya
membutuhkan payung hukum yang jelas
sehingga hal ini menjadi kebutuhan dasar pada
implementasi. Tetapi untuk aplikasi Tangerang
Live belum ada aturan yang jelas. Jika
pemerintah kota Tangerang ingin meluncurkan
aplikasi harus dibuat terlebih dahulu
pengajuan pembuatan aturan hukumnya karena
pembuatan aturan hukum prosesnya cukup
lama.
Aplikasi Tangerang Live bermula atas
dasar perintah dari pimpinan Kota Tangerang
pada tahun 2016, menjadi salah satu bentuk
mewujudkan smart city Indonesia, kemudian
Dinas Kominfo kota Tangerang menjalankan
tugasnya sesuai dengan apa yang disampaikan
oleh Bapak H. Arief Rachadiono Wismansyah,
B.Sc., M.Kes selaku Walikota Kota
Tangerang. Pemerintah ingin agar masyarakat
dapat dengan mudah berkomunikasi dengan
pemerintah melalui aplikasi tersebut. Konsep
“LIVE” menjadi acuan pemerintah agar Kota
Tangerang lebih baik dari bidang teknologi
dan bidang yang lain. Aplikasi Tangerang Live
diterapkan pemerintah tidak hanya untuk
masyarakat umum, tetapi digunakan juga
untuk pegawai pemerintah daerah dalam
sehari-harinya.
Komitmen pimpinan yang baik sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan dan
pengembangan e-government dalam
lingkungan eksekutif maupun legislatif.
Komitmen tersebut menyangkut pengambilan
kebijakan pembangunan oleh Pemkot
Tangerang dalam pencapaian visi dan misi e-
government. Dari unsur pimpinan perlu adanya
pemberian motivasi dan teladan pada
pemanfaatan teknologi informasi dalam setiap
penyelenggaraan pemerintahan di Kota
Tangerang. Dinas Kominfo tidak bisa
melakukan tugasnya sendiri, perlu adanya
kerja sama antar bagian untuk mencapai tujuan
bersama. Oleh karena itu Dinas Kominfo kota
Tangerang yang terdiri dari beberapa bidang
saling mendukung satu sama lain. Baik dalam
kinerja pemerintah Kota Tangerang maupun
pencapaiannya.
Visi Misi Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Tangerang adalah “Pelopor
Pengembangan teknologi informasi dan
komunikasi yang maju dalam tata laksana
pemerintah dan komunikasi publik yang baik”.
Pengertian yang dimaksud ialah:
1. Dinas Kominfo diharapkan mampu
menjadi institusi yang mempelopori
penerapan teknologi informasi dan
komunikasi yang maju bagi pemerintah
daerah Kota Tangerang
2. Mampu memfasilitasi terselenggarannya
kegiatan administrasi yang efektif dan
efisien melalui penerapan aplikasi
teknologi informasi dan komunikasi untuk
mendukung aktivitas administrasi
pemerintah daerah Kota Tangerang
menjadi lebih baik, optimal, dan mudah.
3. Mampu menjadi institusi yang dapat
memfasilitasi komunikasi dan tukar
pikiran antara pemerintah daerah dengan
masyarakat. Menginformasikan dan
mensosialisasikan berbagai aktivitas
pemerintah berbagai aktivitas pemerintah
Implementasi E-Government Di Dinas Komunikasi Dan Informatika
(Studi Kasus Aplikasi Tangerang Live)
148
berikut kebijakan dan programnya,
sekaligus menampung dan menyampaikan
aspirasi masyarakat terhadap kinerja
pemerintahnya (Aulia, 2019).
Dalam mewujudkan e-government perlu
adanya alat-alat atau perangkat yang
dibutuhkan dalam menjalaninya. Jika dilihat
sisi pengelolaan dalam organisasi maka fungsi
penggerakan, itupun jika persiapan tersebut
telah lolos dari perencanaan yaitu
merencanakan mulai dari sumber daya
manusia (SDM) sampai kepada perencanaan
bagi pengguna layanan organisasi, hal itu
menjadi sangat penting untuk merealisasikan
e-government terhadap alat-alat pendukung
kearah pencapaian tujuan yang diinginkan
(Djadjuli, 2019b).
Kemampuan dan kapasitas pemerintah
untuk menyediakan informasi untuk melayani
kepentingan publik sangat terkait dengan
teknologi yang digunakan untuk
mengumpulkan data tersebut. Dengan
demikian, pengumpulan data internet yang
berkualitas bergantung pada kinerja
pemerintah dalam pengembangan dan
pengelolaan situsnya. Penyediaan informasi
melalui website meningkatkan keterbukaan
informasi, yang dapat dimanfaatkan
pemerintah di berbagai bidang mulai dari
pengadaan barang dan jasa, penanggulangan
bencana alam, peningkatan penyelenggaraan
layanan pendidikan (Nisa’ et al., 2019).
E-government bukanlah proses satu
langkah, karena beragam aspek teknologi,
sosial, organisasi, ekonomi dan politik serta
sumber daya keuangan yang terlibat. Potensi
e-government sebagai alat untuk pembangunan
sangat bergantung pada tiga persyaratan
mendasar yaitu infrastruktur, sumber daya
manusia dan konektivitas. Oleh karena itu ada
kebutuhan spesifik yang berkaitan dengan
organisasi publik. Pengembangan
keterampilan TIK yang penting di antara
sumber daya manusia organisasi adalah
fundamental untuk implementasi dan adopsi e-
government yang sukses (Wairiuko et al.,
2018).
Tabel 1. Temuan di Dinas Kominfo Kota Tangerang Temuan Rekomendasi
1. Sumber Daya Manusia dilihat dari kualitas sudah memadai tapi jika dilihat dari kuantitas masih belum memadai
2. Yang menangani publikasi aplikasi Tangerang Live yaitu bidang DKP, penyebarannya melalui baliho, plamflet, sosialisasi, pameran, brosur, medsos dan majalah.
3. Aplikasi Tangerang Live baru tersedia hanya di Google
Play, untuk App Store masih belum tersedia 4. Aplikasi Tangerang Live sudah didownload oleh 400ribuan
warga Kota Tangerang maupun dari luar Kota Tangerang 5. Jika ada hambatan selalu ditindaklanjuti oleh pihak help
desk yang beroperasi 24 jam
• Mengenai SDM, perlu ditingkatkan sumber daya manusia dalam mengelola teknologi informasi dan komunikasi
• Bertujuan, agar masyarakat semakin peka dan penggunaan aplikasi Tangerang Live semakin luas dan banyak
• Alangkah baiknya jika Tangerang Live tersedia di App Store, agar masyarakat mudah mendapatkan informasi mengenai Kota Tangerang.
Kendala hasil : belum sesuai harapan, padahal sudah disosialisasikan tetapi tergantung tingkat kesadaran masyarakat. Program kerja untuk kedepannya akan terus berjalan, masih banyak aplikasi yang harus dikembangkan.
Sumber : Olahan Data Peneliti, 2020
Dari gambaran diatas yaitu sebenarnya
pemerintah Kota Tangerang sudah melakukan
inisiatif mengembangkan layanan berbasis
TIK dan pemerintah selalu support kepada
program kerja untuk mencapai tujuan bersama
antara pemerintah dengan masyarakat, tetapi
masyarakat sendiri yang masih kurang bisa
memanfaatkan layanan online melalui
smartphone untuk mengurus kebutuhan yang
berkaitan dengan pemerintah Kota Tangerang.
Mungkin dikarenakan minimnya pengetahuan
masyarakat mengenai aplikasi Tangerang Live
dan pemerintah juga tidak melakukan
pengecekan secara terus menerus serta
mengontrol langsung di lapangan bagaimana
perkembangan aplikasi di masyarakat.
Aplikasi Tangerang Live sudah versi 6.19 dan
menurut Dinas Kominfo aplikasi yang berhasil
dikembangkan di Kota Tangerang adalah
aplikasi Tangerang Live.
Pada dasarnya e-government merupakan
penggunaan teknologi informasi yang dapat
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Juli - Desember 2020) Hal.: 140 – 154
149
meningkatkan hubungan antara pemerintah
dengan pihak-pihak yang lain. Setidaknya
terdapat 4 (empat) klasifikasi teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) ini yaitu:
1. Government to Citizens (G-to-C)
Pemerintah ke warga memfasilitasi
interaksi warga dengan pemerintah, yang
merupakan tujuan utama dari e-
government. Ini mencoba untuk
melakukan transaksi, seperti pembayaran
pajak, memperbaharui izin dan
mengajukan keuntungan tertentu,
memakan waktu lebih sedikit dan mudah
dilakukan.
2. Government to Business (G-to-B)
Sektor ini meliputi pengadaan barang dan
jasa oleh pemerintah serta penjualan
surplus barang pemerintah kepada publik
secara online.
3. Government to Government (G-to-G)
Sektor ini mewakili tulang punggung e-
government. Pemerintah di tingkat serikat,
negara bagian dan lokal harus
meningkatkan dan memperbarui sistem
dan prosedur internal mereka sendiri
sebelum transaksi elektronik dengan
warga negara dan bisnis diperkenalkan.
Pemerintah ke pemerintah e-government
melibatkan berbagi data dan melakukan
pertukaran elektronik antara berbagai
lembaga pemerintah.
4. Government to Employees (G-to-E) Sektor
ini diperuntukkan secara internal bagi para
staf di instansi pemerintahan (Nkwe,
2012).
Ketersediaan SDM di
Dinas Kominfo Kota Tangerang untuk pekerja
kontrak total sekitar 30 orang didalamnya
meliputi programmer, analis dan desainer
grafis. Agar bisa melaksanakan program
pengembangan e-government secara optimal
perlu adanya SDM yang menguasai
kompetensi dasar bidang komputer, jaringan
komputer dan internet. Oleh karenanya,
diperlukan pengembangan SDM di bagian
informasi, teknologi dan perekrutan. Untuk
mendukung kesiapan e-government perlu
adanya realisasi SDM dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2. Keahlian yang dibutuhkan dalam
kesiapan e-government
No Jenis Keahlian Realisasi
1 Tenaga Programer 25 2 Tenaga Admin 2 3 Admin Server 1 4 Admin Jaringan 1 5 Tenaga Jaringan 8 6 Help Desk 4 Sumber : Dinas Kominfo Kota Tangerang, 2020
Mengenai keahlian yang dibutuhkan,
proses rekrutmen sangat diperlukan untuk
mendapatkan ketegasan tentang kepribadian,
kecakapan dan kemampuan lain yang dimiliki
oleh tenaga kerja yang baru, calon tenaga kerja
masa bekerja bisa bersifat jangka pendek,
menengah maupun panjang. Rekrutmen berarti
menginformasikan kepada pasar bahwa akan
ada orang baru yang diangkat, yang dapat
dilakukan melalui publisitas dan iklan
(Koropit, 2014). Prosedur dalam proses
rekrutmen itu tergantung pada Dinas Kominfo
itu sendiri, karena setelah adanya prosedur
rekrutmen tersebut pihak Dinas Kominfo dapat
menyaring karyawan atau pegawai yang sesuai
dengan kebutuhan dalam jabatan atau posisi
yang diperlukan peningkatan dalam sumber
daya manusianya. Hasil dari rekrutmen itu
sendiri diharapkan akan mendapatkan
karyawan atau pegawai yang berkualitas untuk
dapat bisa bersama sama merealisasikan tujuan
utama dari Dinas Komifo Kota Tangerang
dengan cara selektif dalam prosesnya. Tabel 3. Proses Strategi Perekrutan
Strategi Perekrutan
Sumber Metode Tahapan
Intern Exsternal
Online Offline
Penyaringan Pilihan Wawancara & Penempatan
Sumber : (Azmy, 2018)
Hasil posisi strategi rekrutmen adalah
untuk merumuskan dan menentukan sumber,
metode, dan tahapan rekrutmen. Proses dari
menentukan strategi perekrutan tergantung
pada perencanaan tenaga kerja. Ketiga
komponen tersebut yang dipertimbangkan
Implementasi E-Government Di Dinas Komunikasi Dan Informatika
(Studi Kasus Aplikasi Tangerang Live)
150
dalam proses perencanaan tenaga kerja
meliputi desain pekerjaan, spesifikasi
pekerjaan, dan pekerjaan deskripsi. Ketiga
proses ini harus dilakukan untuk
mengidentifikasi dan menentukan posisi
pekerjaan dan jumlah karyawan yang akan
direkrut oleh perusahaan. Strategi perekrutan
memainkan peran peran penting dalam
memenuhi kebutuhan sumber daya manusia
(Azmy, 2018).
Untuk meningkatkan sumber daya
manusia perlu mengubah pandangan yaitu
tentang teknologi informasi dan komunikasi
(TIK), bukan hanya sekedar alat untuk
mengelola informasi, melainkan memiliki
aspek budaya teknologi bukan hanya menuntut
penguasaan atas perangkat kerasnya,
melainkan mengubah diri kita dapat
berinteraksi dengan masyarakat melalui
teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Keberhasilan implementasi e-government
sangat ditentukan bagi kapasitas sumber daya
manusia (SDM) karena intinya e-government
ialah pemanfaatan teknologi informasi pada
penyelenggaraan pemerintahan. Semakin
tinggi tingkat kompetensi dan keahlian SDM
di pemerintah, semakin siap dalam
menerapkan konsep e-government.
Pengembangan kapasitas manusia mengacu
pada pengembangan keterampilan dan
kemampuan inti individu organisasi yang
membantu mereka mencapai tujuan
pembangunan mereka. Realisasi dari potensi
penuh TIK membutuhkan pelatihan
keterampilan yang relevan untuk membangun
kapasitas individu dan kelembagaan bagi
pengguna dan semua penerima manfaat
(Wairiuko et al., 2018).
Kegagalan program e-goverment yang
diidentifikasi oleh penulis lain yaitu:
1. Kurangnya skema pelatihan dan staf yang
berkualitas, yang membuat sulit untuk
memilih yang baru tren seperti e-
government.
2. Kurangnya upaya manajemen perubahan.
3. Kurangnya mendidik warga tentang nilai
dan manfaat e-government, yaitu
pemerintah sendiri harus memainkan
peran utama dalam masalah ini.
4. Tingkat pergantian staf TI pemerintah
yang tinggi karena pembayaran yang tidak
kompetitif dan kondisi kerja dibandingkan
dengan sektor swasta.
5. Kurangnya keterampilan sektor publik,
dan akibatnya proyek-proyek e-
government sering dialihdayakan ke
sektor swasta
6. Kesenjangan realitas desain yang besar
sebagai akibat dari penggunaan solusi siap
pakai dari industri negara untuk negara
berkembang.
7. Kebutuhan infrastruktur yang tepat artinya
infrastruktur yang lemah (seperti
teknologi yang digunakan, orang-orang
terampil dan sistem komunikasi), akan
menjadi yang pertama kendala dalam
menggunakan program e-government.
8. Kesenjangan besar antara pemimpin yang
terampil yang mampu membeli teknologi,
dan yang tidak terampil miskin yang tidak
mampu membeli yang sama (Almarabeh
& AbuAli, 2010).
Keuntungan dari implementasi e-
government memiliki banyak manfaat bagi
warga, bisnis, dan entitas pemerintah. E-
government memungkinkan orang, bisnis dan
sektor pemerintah untuk mengakses informasi
pemerintah yang tersedia 24 jam sehari, 7 hari
seminggu yang meningkatkan kualitas layanan
ini. Implementasi e-government akan
mengurangi biaya dan tingkat proses
organisasi dengan merampingkan dan
mengatur ulang prosedur operasi. Selain itu,
penggunaan sistem e-government akan
meningkatkan kinerja instansi pemerintah dan
akan memberikan layanan publik secara
efektif dan efisien untuk semua pelanggan
(Alshehri & Drew, 2010).
Manfaat e-government sebagai berikut:
1. Pengurangan waktu, tenaga, dan biaya
organisasi dan pelanggan
2. Peningkatan pemberian layanan dan
kepuasan warga
3. Peningkatan keterampilan tik pengguna,
pengetahuan internet dan penggunaan
komputer
4. Penciptaan peluang bisnis dan kerja baru
Keuntungan e-government sebagai berikut:
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Juli - Desember 2020) Hal.: 140 – 154
151
1. Meningkatkan efisiensi lembaga
pemerintah dalam pemrosesan data
2. Meningkatkan layanan melalui
pemahaman yang lebih baik tentang
kebutuhan pengguna, sehingga bertujuan
untuk layanan online yang mulus
3. Berbagi informasi dan ide antara semua
lembaga pemerintah dan departemen
untuk membangun satu megadatabase
4. Membantu tujuan kebijakan ekonomi
pemerintah dengan mempromosikan
perolehan produktivitas yang melekat
dalam TIK dan e-commerce
5. Meningkatkan transparansi, akurasi, dan
memfasilitasi transformasi informasi
antara pemerintah dan pelanggan
6. Membantu membangun kepercayaan
antara pemerintah dan warga, faktor
penting dalam tata kelola yang baik
dengan menggunakan strategi berbasis
internet untuk melibatkan warga dalam
proses kebijakan, yang menggambarkan
transparansi dan akuntabilitas pemerintah. Tabel 4. Hambatan E-government
Kategori Hambatan
Teknis • Infrastruktur TIK
• Pribadi
• Keamanan
Organisasi • Dukungan manajemen terhadap perubahan dengan cara kolaborasi
• Kurangnya Kualifikasi
• Personalia dan Pelatihan
Sosial • Kesenjangan Digital
• Budaya Keuangan • Harga Tinggi
Sumber : (Alshehri & Drew, 2010)
Tabel 4 menjelaskan beberapa hambatan
dalam penerapan e-government yang
melibatkan banyak tahapan atau fase
perkembangan yang memiliki banyak
keuntungan untuk semua sektor pemerintah,
warga negara dan sektor bisnis. Namun,
implementasi e-government bukanlah sebuah
pekerjaan yang mudah, karena menghadapi
banyak tantangan dan hambatan yang harus
ditangani dengan sangat baik.
Perbandingan dari hasil peneliti dengan
yang lain contoh penelitian dari (Wildana,
2018) dengan judul “Implementasi Cloud
Computing di Beberapa Instansi
Pemerintahan” hasilnya ialah penyelenggaraan
layanan cloud computing di beberapa instansi
pemerintah yang sudah menjalankan
penyediaan infrastrukur dengan mandiri
artinya sadar pada isu keamanan yang
berkaitan dengan kepemilikan infrastruktur,
penerapan cloud computing dari empat
responden masih dalam tahap awal atau masa
percobaan (trial) belum sampai 5 tahun.
Sedangkan hasil dari peneliti untuk aplikasi
Tangerang Live sebenarnya program kerja
selalu disupport oleh pemerintah hanya saja
dari Dinas Kominfo dan bagian yang terkait
masih banyak kekurangan , ada beberapa
kendala seperti SDM belum kompeten, belum
ada aturan terkait aplikasi yang dijalankan dan
menangani layanan masih belum bisa
maksimal jadi penerapan untuk aplikasi belum
sesuai harapan.
Ada tahapan tertentu yang harus dimiliki
oleh program e-government melawati fase
perkembangannya menurut (Dewachi, 2017) :
1. Tahap kehadiran, tahap ini melibatkan
pembuatan awal dan akses informasi
pemerintah online. Contohnya ialah file
situs web organisasi yang mencakup
semua informasi yang terkait dengan
perkerjaan dan struktur organisasi, tanpa
transaksi interaktif. Tahap ini dinilai
relatif mudah dan murah untuk
dilaksanakan
2. Tahap interaksi, menyediakan hubungan
antara pemerintah dan warga negara, dan
menyediakan beberapa layanan secara
online untuk mereka
3. Tahap transaksi yang lebih sulit untuk
diterapkan, sejak itu memberi pengguna
fungsi otomatis online, seperti membayar
pajak dan perpanjangan lisensi secara
elektronik
4. Tahap transformasi, yang merupakan
tahap paling banyak , tahap
pengembangan yang sulit dan paling
mahal. Berlawanan dengan tahap
transaksi, dan tahap transformasi
menawarkan dua arah solusi dalam tahap
transaksi, transaksi terjadi diwarga atau
pihak pemerintah, tetapi dalam tahap
transformasi saluran lebih terbuka antara
warga dan pemerintah dan mengubah
Implementasi E-Government Di Dinas Komunikasi Dan Informatika
(Studi Kasus Aplikasi Tangerang Live)
152
organisasi menjadi organisasi virtual
(yaitu informasi dapat ditransfer dari dan
ke warga negara seolah-olah dia sedang
bertatap muka dengan pegawai
pemerintah).
PENUTUP
Simpulan
Di era revolusi industri 4.0 saat ini,
dimana teknologi informasi secara terus
menerus akan semakin maju dan berkembang.
Adanya peran teknologi jaringan dengan
menggunakan internet memudahkan
masyarakat mendapat informasi dengan mudah
dan cepat. Peran teknologi, sumber daya
manusia dan infrastruktur sangat penting untuk
menjalankan program pemerintah, mereka
saling berkaitan untuk mencapai tujuan
bersama antara masyarakat dengan
pemerintah.
Pengembangan e-government di Kota
Tangerang dikelola oleh Dinas Komunikasi
dan Informatika yang bertugas sebagai
penggerak dari pengembangan e-government
di Pemerintah Kota Tangerang. Dalam
menerapkan e-government pada pelayanan
publik masih belum sepenuhnya berjalan
dengan baik. Hal ini membutuhkan perbaikan
serta pengembangan lebih dalam agar
pelayanan publik yang berbasis e-government
ini dapat terealisasikan. Dalam hal ini masih
kurangnya sumber daya manusia, layanan help
desk masih belum maksimal, dan belum ada
aturan terkait aplikasi yang dijalankan. Segala
upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam
implementasi e-government di Indonesia,
namun belum semuanya dapat berjalan dengan
baik.
Untuk meningkatkan kompetensi di
Dinas Kominfo kota Tangerang harus dengan
melakukan perekrutan tenaga ahli yang
memiliki kemampuan diatas rata-rata atau
berkualitas untuk dapat mampu membantu
proses pengembangan e-government di Kota
Tangerang, dengan adanya tenaga ahli yang
memiliki keahlian di atas rata-rata akan dapat
menghasilkan progres atau perkembangan
yang baik untuk dapat lebih meningkatkan
tujuan utama yang di inginkan dalam
penerapan atau implementasi e-government
pada masyarakat.
Strategi perekrutan memainkan peran
peran penting dalam memenuhi kebutuhan
sumber daya manusia. Strategi ini
merumuskan dan menentukan sumber, metode,
dan tahapan rekrutmen. Ketiga komponen
tersebut yang dipertimbangkan dalam proses
perencanaan tenaga kerja meliputi desain
pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, dan pekerjaan
deskripsi. Ketiga proses ini harus dilakukan
untuk mengidentifikasi dan menentukan posisi
pekerjaan dan jumlah karyawan yang akan
direkrut oleh perusahaan.
Saran
Perlu adanya sarana untuk
meningkatkan keterampilan sumber daya
manusia secara teknis dan operasional untuk
berlangsungnya teknologi ini. Kinerja
pemerintah agar lebih ditingkatkan agar
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
lebih optimal. Dengan adanya penelitian ini,
diharapkan dapat memberikan pengetahuan
untuk Pemerintah Kota Tangerang sebagai
evaluasi pemanfaatan media pemerintah yang
efektif dan mampu menjadi bahan referensi
kedepannya agar aplikasi Tangerang Live terus
berkembang.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada informan, sudah membantu penulis
mengumpulkan data serta kepada Dinas
Komunikasi dan Informatika Kota Tangerang
yang sudah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk bisa melakukan wawancara
melalui virtual dalam mengumpulkan data.
DAFTAR PUSTAKA
Akib, H. (2010). Implementasi Kebijakan: 1(1), 11.
Al Nagi, E., & Hamdan, M. (2009). Computerization
And E-Government Implementation In Jordan:
Challenges, Obstacles And Successes.
Government Information Quarterly, 26(4), 577–
583. Https://Doi.Org/10.1016/J.Giq.2009.04.003
Almarabeh, T., & Abuali, A. (2010). A General
Framework For E-Government: Definition
Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Volume: 11 No. 1 (Juli - Desember 2020) Hal.: 140 – 154
153
Maturity Challenges, Opportunities, And
Success. 15.
Almunawar, M. N. (2015). Benefits And Issues Of
Cloud Computing For E-Government. Review Of
Public Administration And Management, 03(01).
Https://Doi.Org/10.4172/2315-7844.1000e105
Alshehri, M., & Drew, S. (2010). Implementation Of E-
Government: Advantages And Challenges.
Conference Proceedings, 8.
Altameem, T., Zairi, M., & Alshawi, S. (2006). Critical Success Factors Of E-Government: A Proposed
Model For E-Government Implementation. 2006
Innovations In Information Technology, 1–5.
Https://Doi.Org/10.1109/Innovations.2006.30197
4
Aulia, R. (2019). Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. 227.
Azmy, A. (2018). Recruitment Strategy To Hire The
Best People For Organization. 1(2), 16.
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, 2020.Pdf. (N.D.).
Balanced E - Government: E-Government – Connecting
Efficient Administration And Responsive
Democracy | E Government | Public Sphere.
(2001). Scribd.
Https://Www.Scribd.Com/Document/42075013/
2001-Bertelmanstudie
Bwalya, K. J., & Mutula, S. (2016). A Conceptual
Framework For E-Government Development In
Resource-Constrained Countries: The Case Of
Zambia. Information Development, 32(4), 1183–
1198. Https://Doi.Org/10.1177/0266666915593786
Carter, L., & Bélanger, F. (2005). The Utilization Of E-
Government Services: Citizen Trust, Innovation
And Acceptance Factors. Information Systems
Journal, 15(1), 5–25.
Https://Doi.Org/10.1111/J.1365-
2575.2005.00183.X
Chen, Y. N., Chen, H. M., Huang, W., & Ching, R. K.
H. (2006). E-Government Strategies In
Developed And Developing Countries: An
Implementation Framework And Case Study. 24. Dewachi, A. (2017). Smart Digital Transformation In
Government Consultancy Report Prepared For
Un Escwa. 67.
Djadjuli, R. D. (2019a). E-Goverment Dalam
Merealisasikan Pelayanan Yang Berkualitas.
Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
Negara, 6(4), 270–279.
Djadjuli, R. D. (2019b). E-Goverment Dalam
Merealisasikan Pelayanan Yang Berkualitas.
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
Negara, 6(4), 270–279.
Https://Doi.Org/10.25157/Dinamika.V6i4.3097 Elysia, V., & Wihadanto, A. (2017). Implementasi E-
Government Untuk. 28.
Evans, D., & Yen, D. C. (2006). E-Government:
Evolving Relationship Of Citizens And
Government, Domestic, And International
Development. Government Information
Quarterly, 23(2), 207–235.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Giq.2005.11.004
Grindle, M. S. (1980). One · Policy Content And
Context In Implementation. 33.
Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Bumi Aksara, 143. Irawan, A. (2018). Sistem Pelayanan Publik Berbasis E-
Government Pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Merauke. 7(01), 18.
Kim, H. J., Pan, G., & Pan, S. L. (2007). Managing It-
Enabled Transformation In The Public Sector: A
Case Study On E-Government In South Korea.
Government Information Quarterly, 24(2), 338–
352. Https://Doi.Org/10.1016/J.Giq.2006.09.007
Koropit, V. J. (2014). A Study On Effectiveness Of
Recruitment Process In Pt. Bank Perkreditan
Rakyat (Bpr) Prisma Dana Manado. 6. Kumar, V., Mukerji, B., Butt, I., & Persaud, A. (2007).
Factors For Successful E-Government Adoption:
A Conceptual Framework. 5(1), 14.
Layne, K., & Lee, J. (2001). Developing Fully
Functional E-Government: A Four Stage Model.
Government Information Quarterly, 18(2), 122–
136. Https://Doi.Org/10.1016/S0740-
624x(01)00066-1
Lin, Y. (2018). A Comparison Of Selected Western And
Chinese Smart Governance: The Application Of
Ict In Governmental Management, Participation
And Collaboration. Telecommunications Policy, 42(10), 800–809.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Telpol.2018.07.003
Luna-Reyes, L. F., & Gil-Garcia, J. R. (2011). Using
Institutional Theory And Dynamic Simulation
To Understand Complex E-Government
Phenomena. Government Information Quarterly,
28(3), 329–345.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Giq.2010.08.007
Mansell, R. (1999). Information And Communication
Technologies For Development: Assessing The
Potential And The Risks. Telecommunications Policy, 23(1), 35–50.
Https://Doi.Org/10.1016/S0308-5961(98)00074-
3
Napitupulu, D., Sensuse, D. I., & Sucahyo, Y. G.
(2017). Sosio-Technical Factors Of E-
Government Implementation. 2017 4th
International Conference On Electrical
Engineering, Computer Science And Informatics
(Eecsi), 1–6.
Nisa’, K., Rusfian, E., & Zaenab, Z. (2019). Managing
Government Digital Reputation Through Big
Data Processing. Jkap (Jurnal Kebijakan Dan Administrasi Publik), 22(2), 72.
Https://Doi.Org/10.22146/Jkap.31810
Implementasi E-Government Di Dinas Komunikasi Dan Informatika
(Studi Kasus Aplikasi Tangerang Live)
154
Nkwe, N. (2012). E-Government: Challenges And
Opportunities In Botswana. International
Journal Of Humanities And Social Science,
2(17), 10.
Pratiwi, E., & Muslihudin, M. (2018). Implementasi E-
Goverment Sebagai Upaya Peningkatan Potensi
Desa Di Desa Bumirejo Menggunakan Web
Mobile. 9, 8.
Putra, A. S., Febriani, O. M., & Bachry, B. (2018).
Implementasi Genetic Fuzzy System Untuk Mengidentifikasi Hasil Curian Kendaraan
Bermotor Di Polda Lampung. Simada (Jurnal
Sistem Informasi & Manajemen Basis Data),
1(1), 21.
Https://Doi.Org/10.30873/Simada.V1i1.1110
Ramadhan, R., Arifianti, R., & Riswanda, R. (2020a).
Implementasi E-Government Di Kota Tangerang
Menjadi Smart City (Studi Kasus Aplikasi
Tangerang Live). Responsive, 2(3), 89.
Https://Doi.Org/10.24198/Responsive.V2i3.2608
3 Ramadhan, R., Arifianti, R., & Riswanda, R. (2020b).
Implementasi E-Government Di Kota Tangerang
Menjadi Smart City (Studi Kasus Aplikasi
Tangerang Live). Responsive, 2(3), 89.
Https://Doi.Org/10.24198/Responsive.V2i3.2608
3
Retnowati, N. D., & Retnowati, D. (2008). Peranan E-
Government Dalam Rangka Mewujudkan Good
Governance Bagi Masyarakat. 7.
Sari, D. (2018). Percepatan Implementasi E-
Government Di Kota Banjar (Acceleration Of E-
Government Implementation In City Of Banjar). Masyarakat Telematika Dan Informasi : Jurnal
Penelitian Teknologi Informasi Dan Komunikasi,
9(2), 77. Https://Doi.Org/10.17933/Mti.V9i2.121
Sari, K. D. A., & Winarno, W. A. (2012). Implementasi
E-Government System Dalam Upaya
Peningkatan Clean And Good Governance Di
Indonesia. 1, 19.
Smart City 3.0 Pelayanan Mudah Dan Keterbukaan
Informasi—Pemerintah Kota Tangerang. (2016).
Website Resmi Pemerintah Kota Tangerang.
Https://Www.Tangerangkota.Go.Id/Smart-City-30-Pelayanan-Mudah-Dan-Keterbukaan-
Informasi
Tolbert, C. J., & Mossberger, K. (2006). The Effects Of
E-Government On Trust And Confidence In
Government. Public Administration Review,
66(3), 354–369. Https://Doi.Org/10.1111/J.1540-
6210.2006.00594.X
Wairiuko, J. W., Nyonje, Dr. R., & Omulo, Dr. E. O.
(2018). Human Resource Capacity And
Adoption Of E-Government For Improved
Service Delivery In Kajiado County, Kenya.
International Journal Of Business And Social Science, 9(10).
Https://Doi.Org/10.30845/Ijbss.V9n10p10
Welch, E. W. (2004). Linking Citizen Satisfaction With
E-Government And Trust In Government.
Journal Of Public Administration Research And
Theory, 15(3), 371–391.
Https://Doi.Org/10.1093/Jopart/Mui021
Widodo, N. (2016). Pengembangan E-Government Di
Pemerintahan Daerah Dalam Rangka
Mewujudkan Smart City (Studi Di Pemerintah
Daerah Kota Malang). Jurnal Ilmiah
Administrasi Publik, 2(4), 227–235. Https://Doi.Org/10.21776/Ub.Jiap.2016.002.04.1
5
Wildana, F. (2018). Implementasi Cloud Computing Di
Beberapa Instansi Pemerintahan. Masyarakat
Telematika Dan Informasi : Jurnal Penelitian
Teknologi Informasi Dan Komunikasi, 8(2), 97.
Https://Doi.Org/10.17933/Mti.V8i2.105