78
IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY PADA MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM (PENDEKATAN KONTEKSTUAL) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh Ririn Eka Kartika 1110011000134 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY

PADA MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM (PENDEKATAN

KONTEKSTUAL)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk

Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Ririn Eka Kartika

1110011000134

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

Page 2: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN
Page 3: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN
Page 4: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN
Page 5: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN
Page 6: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

ABSTRAK

Ririn Eka Kartika (1110011000134). Implementasi Konsep Pendidikan John

Dewey pada Mata Pelajaran Agama Islam (Pendekatan Kontekstual). Skripsi,

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan John Dewey pada

mata pelajaran pendidikan agama Islam (Pendekatan Kotekstual). Penelitian ini

dilakukan pada bulan Agustus 2014 sampai bulan Desember 2014 yang digunakan

untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari teks

book yang ada di perpustakaan, artikel, jurnal serta website yang ada hubungannya

dengan konsep pendidikan John Dewey pada mata pelajaran agama Islam

(Pendekatan Kontekstual). Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif dengan pendekatan library research. Sedangkan dalam

memperoleh data, fakta dan informasi yang akan melengkapkan dan menjelaskan

permasalahan dalam penulisan skripsi, penulis menggunakan metode deskriptif yang

didukung oleh data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan.

Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa ada keterkaitan antara

kontekstual konsep pendidikan John Dewey dengan mata pelajaran agama Islam.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kontekstual konsep pendidikan John Dewey

dapat dipadankan dengan mata pelajaran agama Islam.

Kata Kunci: Kontekstual Konsep Pendidikan John Dewey. Pendidikan Agama Islam

Page 7: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

ABSTRACT

Ririn Kartika Eka (1110011000134). Implementation Concept of Education John

Dewey on Religious Subjects (Contextual Approach). Thesis, Department of Islamic

Education, Faculty of Science and Teaching UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

This study aims to determine the concept of education John Dewey on the

subjects of Islamic religious education (Kotekstual approach). This research was

conducted in August 2014 through December 2014 are used for collecting data on

written sources obtained from the text book in the library, articles, journals and

websites that have something to do with the concept of education John Dewey on the

subjects of Islam (Contextual Approach). This type of method used in this study is a

qualitative research method to approach research library. While in obtaining the data,

facts and information that would complete and explain the problems in the writing,

the author uses descriptive method that is supported by data obtained through library

research.

The results found in this study that there is a correlation between contextual

concept of education John Dewey with Islamic religious subjects. These results

indicate that the contextual concept of education John Dewey can be paired with

Islamic religious subjects.

Keywords: Contextual Concept of Education John Dewey. Islamic Education

Page 8: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim

Assalamu’alaikum wr, wb.

Alhamdulillahi Robbil’ alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT pemilik

semesta di seluruh alam raya. Atas berkat dan rahmat serta ridho-Nya. Alhamdulillah

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi tepat pada waktunya. Sholawat dan

salam senantiasa tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para

sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman. Selama proses penyusunan

skripsi ini penulis mendapatkan banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak

guna membantu lancarnya penelitian ini, baik secara langsung atau tidak oleh karena

itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

2. Dr. Abdul Majid Khon, MA selaku Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

3. Marhamah Saleh, MA selaku Sekertaris jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

4. Dr. Akhmad Sodiq, MA sebagai dosem pembimbing skripsi yang begitu teliti

sabar dalam membimbing saya, memberikan pengarahan dan masukan dalam

penulisan skripsi ini serta meluangkan banyak waktunya dalam proses

penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Zaimudin, MA selaku dosen penasihat akademik dan segenap dosen jurusan

Pendidikan Agama Islam yang selalu memberikan motivasi untuk penulis.

6. Ayahku Entis Rosiawandi dan Ibunda Apiati Sopiah tercinta yang telah merawat

serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, mendo’akan dan mecukupi

Page 9: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

ii

moril dan materil sejak kecil hingga saat ini dan juga terimakasih kepada adikku

satu-satunya Rizki Sulaeman yag banyak memberi dukungan selama ini.

7. Teman-teman MOLOSE C, KSR, The Community serta rekan seperjuangan

jurusan Pendidikan Agama Islam 2010 yang selalu mensupport penulis.

8. Semua pihak terkait yang tidak disebutkan satu persatu oleh penulis.

Page 10: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 5

D. Perumusan Masalah ................................................................................ 5

E. Tujuan Penelitian …………………………………………….. .............. 5

F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Pembelajaran Kontekstual ...................................................................... 7

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual ................................................. 7

2. Peran Guru dalam Pendekatan Kontekstual ..................................... 8

3. Karakteristik Pendekatan Kontekstual ............................................. 9

4. Prinsip Pendekatan Kontekstual ...................................................... 10

5. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pembelajaran

Tradisional ........................................................................................ 11

6. Sejarah Kontekstual dan Keterkaitan dengan John Dewey .............. 12

B. Konsep Pendidikan John Dewey ............................................................ 18

1. Biografi John Dewey ........................................................................ 18

2. Karya-karya John Dewey .................................................................. 19

3. Pandangan Hidup (Falsafah) John Dewey ........................................ 20

4. Konsep Pendidikan John Dewey ....................................................... 23

5. Sekolah Kerja John Dewey ............................................................... 25

C. Pendidikan Agama Islam ....................................................................... 33

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................................. 33

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ...................................................... 35

3. Ruang Lingkup Agama Islam ............................................................ 36

Page 11: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

iv

D. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian ..................................................................... 39

B. Metode Penelitian ..................................................................................... 39

C. Fokus Penelitian ....................................................................................... 40

D. Prosedur Penelitian ................................................................................... 40

E. Sumber Data ............................................................................................. 41

F. Analisis Data ............................................................................................. 42

G. Teknik Penulisan ...................................................................................... 42

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kontekstual Pendidikan John Dewey pada Mata Pelajaran Agama Islam ... 43

B. Konsep Pendidikan John Dewey pada Mata Pelajaran Agama Islam

(Pendekatan Kontekstual) ............................................................................. 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................... 58

B. Saran .............................................................................................................. 58

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Teori pendidikan menurut aliran progressivisme ..................................... 18

Tabel 2.2 Perbedaan Pendekatan Kontestual dengan Pembelajaran Tradisional ...... 35

Page 13: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia,

karena melalui pendidikan manusia dapat memahami apa arti dan hakikat

hidup, serta untuk apa dan bagaimana menjalankan tugas hidup dan

kehidupan secara benar. Pendidikan juga berperan penuh dalam pembentukan

kepribadian yang unggul dengan menitikberatkan pada proses pematangan

kualitas logika, hati, akhlak dan keimanan.1 Tujuan pendidikan yang akan

dicapai adalah tujuan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, seperti

yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun

2003 pada Bab II pasal 3, dijelaskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.2

Berdasarkan tujuan tersebut pemerintah Indonesia memiliki tanggung

jawab mewujudkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang

berkualitas. Pendidikan nasional bukan hanya sebatas peningkatan kualitas

kehidupan, namun pendidikan juga meningkatkan harkat dan martabat

seseorang di mata Allah. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam surah al-

Mujaadalah ayat 11:

1 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. I, h. 10

2 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2009), h. 92

Page 14: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

2

“...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah

Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Mujaadalah: 11)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa tujuan dari kepemilikan ilmu

pengetahuan bukan semata-mata mencerdaskan akal pikiran, akan tetapi

untuk meningkatkan keimanan dan keyakinan kepada Allah. Oleh karenanya

maka perlu dirumuskan pandangan hidup Islam dapat mengarahkan tujuan

dan sasaran pendidikan Islam.

Sebagai landasan pandangan seorang muslim disebutkan dalam ayat al-

Qur’an:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam”. (Q.S.

Al-Imran: 19)

Seorang muslim wajib mentaati ajaran Islam dan menjaga agar rahmat

Allah tetap bersama dirinya. Ia harus mampu memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran-Nya yang didorong oeh iman sesuai dengan akidah

Islamiah. Untuk itulah manusia harus dididik melalui proses pendidikan

Islam.

Pengertian pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang

mencangkup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah.

Oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia baik

Page 15: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

3

duniawi maupun ukhrawi.3 Mengingat luasnya jangkauan yang harus digarap

oleh pendidikan Islam, maka pendidikan Islam tidak menganut sistem

tertutup melainkan terbuka terhadap tuntutan kesejahteraan umat manusia,

baik tuntutan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun tuntutan

pemenuhan kebutuhan hidup rohaniah. Kebutuhan itu semakin meluas sejalan

dengan meluasnya tuntutan hidup manusia itu sendiri.

Namun perjalanan panjang pendidikan Islam di Indonesia hingga kini

masih diliputi kendala yang cukup mendasar. Sebagai contoh, persoalan yang

menyangkut kesejahteraan guru, ketersediaan guru baik dari segi kuantitas

maupun kualitas, ketersediaan fasilitas belajar, manajemen kelembagaan,

muatan kurikulum dan tumpukan persoalan lain yang masih terkait. Oleh

karena itu, tidak mengherankan jika kualitas hasil belajar siswa masih rendah.

Proses belajar-mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan

oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu

menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu

mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.

Akan tetapi kenyataannya menunjukan bahwa selama ini kebanyakan guru

menggunakan pembelajaran yang kurang tepat.

Hal tersebut membuat kita mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran

agama Islam hanyalah bersumber dari materi yang dihafal oleh siswa. Guru

agama Islam ketika proses belajar mengajar cenderung hanya memakai

metode ceramah dan menganggap siswa sebagai objek, hal tersebut membuat

siswa hanya mendapatkan informasi secara pasif serta tidak berperan aktif di

dalam kelas.

Pembelajaran hanya berpusat pada peran guru menurunkan strategi

pembelajaran langsung (direct insruction). Sedangkan pendekatan

pembelajaran berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran

discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.4 Berdasarkan

kenyataan di atas, maka diperlukan sebuah strategi pembelajaran baru pada

3 Mahmud Yunus, Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1997), h. 9

4 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Pt. Rineka Cipta, 2009), Cet. IV,

h. 247

Page 16: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

4

mata pelajaran agama Islam yang lebih memperdayakan siswa. Sebuah

strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa untuk menghapal fakta-fakta,

tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa untuk mengkonstruksi

pengetahuan dalam benak mereka sendiri di antaranya dengan pembelajaran

kontekstual (Contextual Teaching and Learning).5

dalam masyarakat yang sesuai dengan bakatnya. Pengajaran ini dikenal

dengan kerja proyek John Dewey.6

Pendidikan agama Islam tidak dipandang sebagai salah satu mata

pelajaran yang hanya menekankan pada kemampuan kognitif saja, melainkan

mencangkup afektif dan psikomotorik. Adapun yang pada awalnya materi

pendidikan agama Islam yang cenderung berpusat pada peran guru (teacher

sentered), kini dapat mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan

dalam benak mereka sendiri. Selain itu, setelah siswa dapat mengkonstrusikan

pengetahuan sendiri, mata pelajaran agama Islam pun perlu

dimplementasikan ke permasalahan lingkungan hidup dan dapat

mengembangkan minatnya sendiri, hal tersebut merupakan konsep John

Dewey.

Memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka perlu dan penting

dilakukan penelitian tentang, “Implementasi Konsep Pendidikan John

Dewey Pada Mata Pelajaran Agama Islam Dengan Pendekatan

Kontekstual (Contextual Teaching And Learning)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasi beberapa masalah:

1. Pembelajaran agama Islam masih didominasi oleh guru (teacher

centered)

2. Prestasi belajar pada mata pelajaran agama Islam siswa masih rendah

5 Soejono, Aliran Baru dalam Pendidikan, (Bandung: CV. Ilmu, 1997), h. 129

6 John Smith, Semangat Filsafat Amerika, (Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1995), h. 137

Page 17: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

5

3. Siswa kurang mampu menerapkan mata pelajaran agama Islam dalam

kehidupan sehari-hari

4. Konsep pendidikan John Dewey umumnya digunakan pada mata

pelajaran eksakta (matematika, biolgi, kimia, fisika)

Pembatasan Masalah Penelitian

Mengingat luasnya permasalahan yang telah diungkapkan dan agar

penelitian ini terarah dan operasional, maka masalah pokok yang akan diteliti

dibatasi pada:

1. Pembahasan konsep Pendidikan John Dewey

2. Pembahasan mengenai mata pelajaran agama Islam

3. pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning).

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dari pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang dibahas

dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana implementasi

konsep pendidikan John Dewey pada mata pelajaran agama Islam dengan

pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning)?”

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini adalah

sebagai berikut: Mengetahui implementasi konsep pendidikan John Dewey

pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan pendekatan kontekstual

(Contextual Teaching and Learning).

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbangan

pengetahuan dalam memilih strategi dan pendekatan pembelajaran yang

efektif dalam proses belajar-mengajar khususnya di bidang studi agama

islam.

Page 18: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

6

2. Bagi Siswa, hasil penelitian ini dapat memudahkan siswa dalam

memahami pelajaran agama islam.

3. Bagi Penulis, Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan bekal ilmu

pengetahuan, bahwasanya konsep pendidikan John Dewey dapat

diterapkan pada mata pelajaran agama islam dengan pendekatan

kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Dan dapat

menerapkannya kelak dengan baik dalam proses kegiatan belajar-

mengajar.

Page 19: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

7

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Pembelajaran Kontekstual

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Menurut Wina Sanjaya Pertama, kontekstual menekankan kepada

proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar

diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar

dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima

pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi

pelajaran.

Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan

antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa

dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara materi yang dipelajari

dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat

menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

hubungan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengaitkan

materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa

materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang

dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan

mudah dilupakan.

Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat

memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi

pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk pada otak dan

kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi

kehidupan nyata.1

1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencaana, 2008), h. 255

Page 20: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

8

Pengertian tersebut disimpulkan oleh E. B. Johnson bahwa

kontekstual berarti “teralami” oleh siswa. pendekatan kontekstual

(Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,

hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses

pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja

dan mengalami bukan mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa.2

Pada saat pendekatan kontekstual, guru harus mampu menerjemahkan

keanekaragaman dalam proses belajar-mengajar, baik pemilihan materi,

penggunaan metode maupun setting pembelajaran. Hal semacam ini akan

lebih mengaktifkan siswa dan guru. Potensi dasar dari masing-masing akan

terdorong dan berkembang ke arah kemampuan baru. Melalui

pembelajaran ini, siswa menjadi tanggung jawab terhadap dunia mereka

dan sekitarnya. Mereka akan menggunakannya di kehidupan nyata

sehingga memiliki motivasi tinggi dalam belajar.3

Dengan demikian pendekatan kontekstual mengutamakan pada

pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata (Real World Learning),

berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif,

memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasikan, tidak

membosankan (Joyfull and Quantum Learning), dan menggunakan

berbagai sumber belajar. 4

2. Peran Guru dalam Pendekatan Kontekstual

Tugas guru dalam pendekatan kontekstual adalah membantu siswa

dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan

2 Elaine B. Johnson, op. cit., h. 20

3 Abdurrahman, Meaningful Learning Re-Invensi Kebermaknaan Pembelajaran, (Yogyakarta),

h. 92

4 Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 57

Page 21: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

9

strategi daripada memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai

sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi

siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada

teacher centered. Maka guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai

berikut.

a. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari siswa

b. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses

pengkajian secara seksama.

c. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang

selanjutnya memilih dan mengaitkan dengan konsep atau teori yang

akan dibahas dalam pendekatan kontekstual

d. Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang

dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa

dan lingkungan hidup mereka.

e. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya

nanti dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pembelajaran dan

pelaksanaannya.5

3. Karakteristik Pendekatan Kontekstual

Dalam pembelajaran terdapat lima karakteristik penting dalam

menggunakan Kontekstual.

a. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan

yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari

tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian

pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh

dan memiliki keterkaitan satu sama lain.

b. Pendekatan kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru

itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai

5 Ibid, h. 36

Page 22: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

10

dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan

detailnya.

c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya

pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami

dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain

tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan

tersebut beru pengetahuan itu dikembangkan

d. Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying

knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya

harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak

perubahan perilaku siswa.

e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi

pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik

untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.6

4. Prinsip Pendekatan Kontekstual

Prinsip-prinsip (Contextual Teaching Learning) adalah sebagai

berikut.

a. Berpusat pada siswa, artinya bahwa dalam kegiatan belajar-mengajar

(KBM) harus berpusat pada siswa, dimana siswa yang dibiarkan untuk

aktif menggali pengetahuan baru sedangkan guru hanyalah sebagai

fasilitator yaitu bertugas mengarahkan para peserta didik.

b. Pengetahuan adalah pengalaman yang bermakna dalam kehidupan.

Yaitu bahwa pengetahuan baru yang didapatkan peserta didik

merupakan pengalaman yang dapat bermanfaat dalam kehidupan

peserta didik sehari-hari.

c. Siswa praktek, bukan menghafal. Dalam hal ini, proses pembelajaran

dilakukan dengan kegiatan peserta didik mempraktekan langsung

terhadap pengetahuan baru yang didapatnya, bukan dengan cara

menghafalkan pengetahuan yang sudah didapat.

6 Wina Sanjaya, loc. cit.

Page 23: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

11

d. Hasil belajar berupa hasil karya siswa dan perubahan perilaku, artinya

bahwa dalam proses pembelajaran, diharapkan para peserta didik dapat

menghasilkan sebuah karya, baik itu berupa gambar maupun artikel

dan sebagainya. Selain itu, diharapkan setelah proses pembelajaran

berlangsung, peserta didik mengalami perubahan perilaku yang lebih

baik (positif).

e. Penilaian yang sebenarnya. Jadi pada intinya adalah yang dinilai dari

proses pembelajaran yaitu apakah peserta didik itu belajar, bukan apa

yang sudah diketahui peserta didik sehingga peserta didik dinilai

kemampuannya dengan berbagai cara tidak melalui dari hasil ulangan

tulis.

f. Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak dan

konteks lingkungan. Bahwasanya pendekatan kontekstual mampu

menyesuaikan kondisi setempat dengan karakteristik peserta didik

sehingga tercipta keselarasan di antara keduanya yang kemudian akan

melahirkan lulusan yang mampu menghadapi dan memecahkan

masalah kehidupan.7

5. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pembelajaran

Tradisional.8

No Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Tradisional

1 Menyadarkan pada pemahaman

makna

Menyadarkan pada hafalan

2 Pemilihan informasi berdasarkan

kebutuhan siswa

Pemilihan informasi ditentukan

oleh guru

3

Siswa sebagai subjek belajar,

artinya siswa terlibat secara aktif

dalam proses pembelajaran

Siswa sebagai objek belajar,

siswa secara pasif menerima

informasi

4 Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran sangat abstrak dan

7 Elin Rosalin, op. cit., 30-31

8 Wina Sanjaya, op. cit., h. 261-262

Page 24: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

12

kehidupan nyata/masalah yang

disimulasikan

teoritis

5

Selalu mengaitkan informasi

dengan pengetahuan yang telah

dimiliki siswa

Memberikan tumpukan

informasi kepada siswa sampai

saaatnya diperlukan

6 Cenderung mengintegrasikan

beberapa bidang

Cenderung terfokus pada bidang

(disiplin) tertentu.

7

Siswa menggunakan waktu

belajarnya untuk mengaitkan,

berdiskusi, berpikir kritis atau

mengerjakan proyek dam

pemahaman masalah (melalui

kerja kelompok)

Waktu belajar siswa sebagian

besar digunakan untuk

mengerjakan buku tugas,

mendengarkan ceramah dan

mengisi latihan yang

membosankan (melalui kerja

individu)

8 Perilaku dibangun atas kesadaran

diri

Perilaku dibangun atas dasar

kebiasaan

9 Keterampilan dikembangkan atas

dasar pemahamannya

Keterampilan dikembangkan

atas dasar latihan

10 Hadiah dari perilaku baik adalah

kepuasan diri

Hadiah dari perilaku baik adalah

pujian atau nilai angka rapor

6. Sejarah Kontekstual dan Keterkaitan dengan John Dewey

Pendekatan kontekstual lahir dari paham konstruktivisme, yaitu

paham yang berpendapat bahwa pembelajaran yang bermakna itu bermula

dengan pengetahuan dan pengalaman yang ada pada peserta didik.

Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh

John Dewey pada tahun 1916. Dewey mengatakan bahwa pendidik yang

cakap harus melaksanakan proses pembelajaran sebagai proses penyusun

atau membina pengalaman secara berkesinambungan, serta menekankan

pada keikutsertaan peserta didik pada setiap aktivitas pembelajaran.

Konstruktivisme merupakan landasan filosofi CTL merupakan filosofi

Page 25: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

13

belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal,

tetapi peserta didik harus mengonstruksikan pengetahuan dalam benak

mereka sendiri, dimana pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi

sebuah fakta yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat

diterapkan.

Melalui landasan konstruktivisme, pendekatan kontekstual merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dengan mendorong siswa

untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupannya sehari-hari menjadi alternatif strategi

belajar yang baru.

Kemampuan otak untuk menemukan makna dengan membuat

hubungan-hubungan menjelaskan mengapa siswa yang didorong untuk

menghubungkan tugas-tugas sekolah dengan kenyataan saat ini. Dengan

konteks kehidupan keseharian maka mereka akan mampu memasangkan

makna pada materi akademik mereka sehingga mereka dapat mengingat

apa yang mereka pelajari.9

Maka Dewey menyarankan agar kurikulum dan metodologi

pembelajaran dikaitkan langsung dengan minat dan pengalaman siswa.

Kemudian model pembelajaran CTL dikembangkan oleh ahli-ahli

pendidikan dan bukanlah hal yang baru. John dewey mengatakan bahwa

model pembelajaran ini dikembangkannya pada tahun 1916 yang dikenal

dengan sebutan Learning by Doing, kemudian tahun 1970-an konsep

pembelajaran ini dikenal dengan Experiental Learning, pada tahun 1990

model pembelajaran ini dikenal dengan School to Work. Kemudian pada

era tahun 2000-an, sebutan model kontekstual ini lebih efektif

digunakan.10

9 Elin Rosalin, Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual, (Bandung: PT. Karsa Mandiri

Persada, 2008), h. 24

10 Education Mantap, Sejarah Pembelajaran Kontekstual, 2014, (http://www.education-

mantap.blogspot.com), diakses tanggal 17 Agustus 2014

Page 26: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

14

Terdapat salah satu karyanya John Dewey yaitu Democracy and

Education (1916) yang berkaitan dengan pendekatan kontekstual.

Pertama, Pendidikan adalah suatu transmisi yang dilakukan melalui

komunikasi. Komunikasi adalah proses dari penyatuan empiris dan proses

modifikasi watak hingga menjadi suatu keadaan pribadi. Hal ini

menggambarkan bahwa setiap rancangan sosial memiliki bagian penting

dari sebuah kelompok, dari yang tua hingga yang termuda. Untuk itu,

pentingnya komunikasi bagi anak ketika belajar karena hal itu berguna

untukya kelak dalam masyarakat. Hendaknya siswa dilatih dengan

menggunakan waktu belajarnya untuk mengaitkan, berdiskusi, berpikir

kritis atau mengerjakan proyek dalam memahami masalah (melalui kerja

kelompok). Kegiatan tersebut termasuk ciri dari pendekatan kontekstual.

Kedua, Pendidikan sebagai fungsi sosial. Manusia harus dapat

memecahkan permasalahannya sendiri, jika tidak bisa atau tidak mau

berusaha maka manusia akan kehilangan identitas dirinya sebagai makhluk

hidup. Maka anak-anak perlu pembelajaran yang dikaitkan dengan

kehidupan nyata/masalah. Pembelajaran yang dikaitkan dengan

permasalahan kehidupan yang berkembang di masyarakat, hal itu termasuk

ciri dari pendekatan kontekstual. Karena hal itu berguna ketika anak-

anak beranjak dewasa sehingga dapat memecahkan masalah dalam

kehidupannya.

Ketiga, sekolah-sekolah merupakan kesempatan yang besar bagi

penafsiran sebuah aktivitas di dalam pengajaran, dan mereka mungkin

memperoleh sebuah perasaan sosial atas kekuatan mereka sendiri dari

materi-materi serta peralatan-peralatan yang digunakan di sekolah.

Maksudnya sekolah adalah sarana bagi anak mengetahui makna kegiatan

dalam pembelajaran dan pengajaran. Melalui materi-materi serta peralatan-

peralatan yang digunakan di sekolah memungkinkan mereka

mengaplikasikannya di kehidupannya. Dengan konsep itu, hasil

pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran

berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,

Page 27: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

15

bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Hal itu termasuk ciri

dari pendekatan kontekstual11

Keempat, Pengetahuan adalah pengalaman yang bermakna dalam

kehidupan. Belajar melalui pengalaman-pengalaman yang biasa

dilakukannya. Pengalaman yang telah didapat bermanfaat dalam

kehidupan peserta didik sehari-hari. Melalui kebiasaan tersebut akan

memberikan pelajaran untuk lebih memanfaatkan lingkungan sesuai

dengan keinginan manusia. Kebiasaan tersebut dapat menghasilkan

pemikiran/riset dan membuat tujuan-tujuan yang baru. Potensi dasar dari

masing-masing individu akan terdorong dan berkembang ke arah

kemampuan baru. Hal tersebut selaras dengan prinsip pendekatan

kontekstual.

Kelima, Pendidikan adalah mempersiapkan atau mendapat kesiapan

untuk menjawab tugas atau tanggung jawab mendatang. Hendaknya dalam

proses pembelajaran memberi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

untuk bekal anak ketika dewasa. Hal ini sangatlah berguna agar anak kelak

mengetahui tanggung jawab dan hak-hak kehidupan dewasa. Melalui

pembelajaran ini, siswa menjadi tanggung jawab terhadap dunia mereka

dan sekitarnya. Karena pada dasarnya pendidikan mempersiapkan anak

dalam menghadapi tugas atau tanggung jawab di masa yang akan datang.

Hal tersebut selaras dengan hakikat pengertian pendekatan kontekstual.12

Pada era selanjutnya pendekatan kontekstual (Contextual Teaching

and Learning) dikembangkan oleh The Washington State Consortium for

Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi,

20 sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan

di Amerika Serikat.

Pada saat departemen pendidikan Amerika mendanai proyek yang

dinamai Recruiting New Teacher yang bertujuan membangun tenaga kerja

11 John Dewey, Democracy and Education, EBook #852, 2010, h. 1,

(http://www.gutenberg.org/files/852/852-h/852-h.htm), diakses tanggal 28 Januari 2014

12 Ibid, h. 36

Page 28: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

16

guru untuk sekolah-sekolah perkotaan (U.S Departement of

Education/DEO, n.d), kebanyakan sekolah Amerika terus mengikuti

praktik-praktik tradisional, dan akibatnya mengecewakan bagi kemajuan

para siswa. Kekurangan-kekurangan ini telah digambarkan dalam berbagai

laporan pemerintah selama lebih dari 15 tahun. Berikut ini adalah

beberapa cuplikan laporan mengenai keterbatasan yang ditimbulkan oleh

pendidik tradisional di Amerika.13

a. Sekolah-sekolah Amerika tidak hanya mengecewakan bagi remaja-

remaja berusia antara 16 dan 18 tahun yang meninggalkan sekolah,

tetapi mereka juga merugikan orang-orang yang sudah 2 dan 4 tahun

kuliah di akademi dan perguruan tinggi. Sudah bukan rahasia lagi

bahwa sebagian besar mahasiswa tahun pertama di kampus tanpa

persiapan melakukan perkuliahan. Biasanya para mahasiswa ini dibatasi

oleh kosakata yang miskin sehingga mereka tidak mampu memahami

teks yang lebih rumit ataupun menemukan hal-hal yang agak

tersembunyi. Mereka sering melewatkan detail-detail penting dan

jarang memahami logika dari suatu pendapat tertulis. Karena mereka

sulit memahami bacaan, banyak mahasiswa tahun pertama yang

mengalami kesulitan menghadapi tugas membaca yang biasanya

diberikan di perkuliahan. Tak heran kebanyakan perguruan tinggi dan

universitas Amerika menawarkan kelas-kelas perbaikan bahasa Inggris.

Tak heran banyak mahasiswa yang drop out.

b. Para mahasiswa yang mengikuti program D-2 politeknik kerap kali

tampil lebih baik daripada mahasiswa tahun pertama perguruan tinggi

tradisional. Lagi pula, para mahasiswa politeknik belajar berbagai

keterampilan praktis yang membuat mereka lebih siap kerja. Karena

terlatih sebagai operator televisi, montir mobil, koki dan pekerja

konstruksi, mereka dapat memperoleh pekerjaan. Namun, mereka

menyelesaikan pendidikan kejuruan tanpa pengetahuan akademis yang

13 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar

Mengajar Mengasyikan Dan Bermakna, (Terj. Ibnu Setiawan), (Bandung: Mizan Learning Center,

2007), h. 38-42

Page 29: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

17

diharapkan oleh para pemberi kerja. Menjadi semakin jelas dapat

dibuktikan dari iklan-iklan lowongan pekerjaan dan deskripsi

pekerjaannya bahwa di dalam era tekhnologi yang cepat berubah ini,

para pemberi pekerjaan menginginkan para pekerja mampu

menghitung, membaca, mendengarkan dengan seksama, berbicara

dengan jelas, menulis dengan baik dan benar, bertanggung jawab,

membuat keputusan, memecahkan masalah, belajar sendiri dan bekerja

kelompok. Singkatnya, mereka mengharapkan para pekerja memiliki

keterampilan dan kompetensi dasar. Di samping situasi lain juga tidak

membantu. Biasanya para pengajar terlalu sibuk mengajar kelas-kelas

sepanjang hari hingga mereka tidak mempunyai waktu untuk mengenal,

atau berbicara kepada setiap siswa. Tambahan lagi karena di dalam

sistem tradisional kelas-kelas biasanya hanya berlangsung selama 45

sampai 50 menit, mereka tidak memberikan waktu untuk siswa

bertanya, berdiskusi, berpikir kritis, mencari tahu atau bahkan terlibat

dalam proyek kerja nyata dan pemecahan masalah. Waktu siswa hanya

dihabiskan untuk mengisi buku tugas, mendengarkan pengajar, dan

mengerjakan latihan-latihan yang membosankan. Akibatnya siswa

mengikut ujian bukan karena pemahaman siswa melainkan mengukur

kemampuan siswa menghafal fakta.

Menyadari bahwa sekolah kerap kali gagal maka desakan yang kuat

untuk reformasi yang mengusung pembelajaran baru terhadap pendidikan

yang kemudian dikenal sebagai CTL, CTL memiliki kemampuan untuk

memperbaiki beberapa kekurangan yang paling serius dalam pendidikan

tradisional. Desakan ini disuarakan pada tahun 1983 dalam sebuah

makalah, A Nation A Risk: The Imperative for Educational Reform

(Negara dalam Bahaya: Perlunya Dilakukan Reformasi Pendidikan).

Kemudian diselenggarakannya pertemuan tingkat tinggi mengenai

pendidikan pada tahun 1989 di Charlottesville, Virginia yang dihadiri oleh

para gubernur negara bagian dan presiden Amerika Serikat. Mereka yang

menghadiri pertemuan tersebut menginginkan sasaran-sasaran nasional

Page 30: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

18

harus telah dicapai pada tahun 2000. Sasaran-sasaran yang harus dicapai

pada tahun 2000 itu antara lain seperti berikut:

a. Semua anak Amerika akan memulai sekolah dalam keadaan siap belajar

b. Tingkat kelulusan sekolah menengah ke atas akan meningkat hingga

setidaknya 90%

c. Siswa-siswa Amerika akan lulus dari kelas empat, delapan dan dua

belas setelah menunjukkan prestasi menonjol dalam pelajaran-pelajaran

yang menantang termasuk bahasa Inggris, matematika, ilmu

pengetahuan, sejarah dan geografi dan setiap sekolah di Amerika

dengan baik untuk mempersiapkan diri menjadi warga negara yang

bertanggung jawab untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan

selanjutnya dan agar bisa menjadi pekerja produktif dalam ekonomi

modern.

d. Semua orang dewasa Amerika akan bisa baca tulis dan akan memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing dalam

ekonomi global dan menjalankan hak serta tanggung jawab

kewarganegaraan.

e. Semua sekolah di Amerika akan bebas narkoba dan bebas kekerasan

serta akan memberikan lingkungan penuh disiplin dan kondusif untuk

belajar.14

B. Konsep Pendidikan John Dewey

1. Biografi John Dewey

John Dewey dilahirkan di Burlington, Vermont pada tanggal 20

Oktober 1859 sebagai anak seorang pemilik toko. Seusai Dewey mendapat

diploma ujian kandidat di Universitas Vermont (1879) ia menjadi guru

selama 2 tahun. Tiga tahun kemudian ia menjadi mahasiswa lagi dan

mendapatk

an gelar doktor filsafat (Ph.D) di Universitas John Hopkins (1884).

Kemudian ia diangkat menjadi dosen, lalu asisten profesor dan kemudian

14 Elin Rosalin, op. cit., h. 20-22

Page 31: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

19

profesor di Michigan. Kemudian dia pergi ke Universitas Chicago dan

mengajar di sana sebagai profesor filsafat (1894).15

Sebagai profesor filsafat di Chicago, ia juga memimpin bagian

pedagogik dan mendirikan suatu sekolah untuk menguji dan

mempraktekan teorinya. Sekolah yang didirikan Dewey bukanlah suatu

sekolah model, melainkan sekolah percobaan yang digabungkan pada

universitasnya di Chicago.

Sekitar tahun 1904 sampai 1931 dia meninggalkan universitas

tersebut, lalu pergi ke Universitas Colombia di New York. Ketika

mengajar di Universitas Colombia, ia mempunyai banyak waktu luang

untuk melakukan penelitian dan melakukan perjalanan ke Eropa dan Asia.

Dia mengunjungi Cina dan Jepang, pertemuan tersebut sangatlah penting

terlebih ketika ia di Japan memberikan penyuluhan mengenai

Reconstruction in philosophy (merekonstruksi filsafat). Pada tahun 1924

Dewey mengunjungi Turki, dimana ia membuat organisasi Turkish

Educational System. Dua tahun kemudian saat musim panas dia bergabung

dengan Universitas Mexico. Pada tahun 1928 dia mengunjungi Rusia dan

melakukan perbaikan sistem pendidikan disana. Dewey tinggal di New

York lebih dari 40 tahun sampai dia pensiun dari mengajar dalam tahun

1930. Dan akhirnya Dewey meninggal di kota ini pada tanggal 1 Juni

1952.16

2. Karya-karya John Dewey

Selama bergabung di Universitas Colombia ia aktif di bidang filsafat

dan melanjutkan. Di sini terciptalah buku-bukunya yang termasyhur.

Dalam bidang filsafat, buku John Dewey yang paling penting adalah

Experience and Nature, The Quest for Certainty, Logic, Essays in

Experimental Logic dan masih banyak yang lainnya. Dalam dunia

15 Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Kota Kembang, 2001), h. 149

16

Ibid., h. 150

Page 32: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

20

pendidikan, School and Society, Democracy and Education keduanya

merupakan buku John Dewey yang dikatakan spesial.

Dewey mengenalkan filsafat sosialnya dengan karyanya yang terbaik

Character and Events, dan Freedom and Culture. Dia juga membahas

tentang filsafat politik melalui karyanya The Public and its Problems.

Dewey juga berkontribusi dalam bidang seni dan diungkapkannya dengan

karyanya Art as Experience. Dalam bidang agama ada karyanya yang

berjudul A common faith is most vital, namun jarang ditemui karya John

Dewey yang membahas agama.17

3. Pandangan Hidup (Falsafah) John Dewey

Sebelum memahami pendirian Dewey mengenai pendidikan dan

pengajaran, sebaiknya dibentangkan terlebih dahulu tentang dasar pokok

dari pandangan hidupnya. Karena menurut pendapat Dewey bahwa filsafat

serta pendidikan itu tidak dapat dipisahkan dan filsafat merupakan dasar

dari teori pendidikan. Pandangan hidup John Dewey meliputi beberapa

teori sebagai berikut:

a. Dasar pokok dari filsafatnya ialah teori evolusi dari Darwin, Dalam

tahun lahir Dewey (1859) diterbitkan buku Ch. R. Darwin (1809-1882)

On The Origin of Species by Means of Natural Selection tentang asal

mula jenis disebabkan seleksi alam. Dalam pokoknya teori evolusi itu

mengajarkan bahwa hidup di dunia ini merupakan suatu proses, dimulai

dari tingkatan terendah dan selalu berkembang maju serta meningkat.18

Pandangan Darwin tentang manusia sebagai makhluk yang berubah

dan berkembang di tengah-tengah suatu lingkungan yang melindungi

dan sekaligus mengancam kehidupannya adalah sesuatu yang

menentukan bagi Dewey. Makhluk hidup dan lingkungan,

perkembangan dan perjuangan, kekhawatiran dan ketenangan

merupakan unsur-unsur campuran dalam pemikirannya. Inilah

17 Fredrick Mayer, A History of Modern Philosophy, (California: University of Redlands,

2000), h. 537

18 Soejono, op. cit., h. 127

Page 33: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

21

konsepnya yang paling sentral yaitu memahami pengalaman dan

hubungannya dengan alam tak lain dari memahami makna.

Menjelaskan teori John Dewey tentang pengalaman berarti mulai

memasuki konsepnya tentang manusia. Dewey menekankan bahwa

manusia pada dasarnya adalah organisme yang berkembang dalam

waktu, dan ciptaan yang kehidupannya dapat dilukiskan paling jelas

dalam hubungan masyarakat.19

Maka tiap orang sebagai unsur

masyarakat dan suatu mata rantai satu masa ke masa yang lain wajib

ikut bekerja untuk kemajuan masyarakatnya. Begitulah kemajuan

masyarakat itu hanya dapat dicapai dengan kerja dan kerjasama dalam

filsafat Dewey.

b. John Dewey pula penganut teori pragmatisme atau dapat disebut

dengan progressivisme. Teori ini secara garis besarnya mengatakan

bahwa ukuran untuk segala perbuatan memiliki manfaat dalam setiap

prakteknya dan hasil yang dapat memajukan hidup.20

Pandangan-

pandangan penganut pragmatisme dianggap sebagai “The Liberal Road

to Culture”. Liberal dimaksudkan sebagai fleksibel, berani, toleran dan

bersikap terbuka. Penganut pragmatisme tidak hanya memegang sikap

tersebut melainkan juga bersifat penjelajah, peneliti secara continue

demi pengembangan pengalaman. Progressivisme menganggap

pendidikan sebagai cultural transition. Progressivisme percaya bahwa

pendidikan dapat menolong manusia dalam menghadapi priode transisi

antara zaman tradisional yang segera berakhir, untuk siap memasuki

zaman modern yang segera kita masuki.

Dewey berkata, filsafat klasik menggambarkan bahwa dalam alam

terdapat tata tertib feodalisme keluarga, kekeluargaan. Kata hukum

“alam” menunjukan asal sosial dari kategori-kategori filsafat tersebut.

Tiap masyarakat membentuk diri dengan gambarannya sendiri. Oleh

karena itu, ilmu pendidikan John Dewey lebih condong untuk

19 John Smith, loc. cit.

20

Soejono, op. cit., h. 127

Page 34: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

22

membentuk manusia yang dapat mengabdi pada masyarakat.

“pertumbuhan adalah satu-satunya tujuan dari moral.21

Ciri utama dari progressivisme yakni mempercayai manusia

sebagai subjek yang memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dan

lingkungan hidupnya yang multikompleks dengan kemampuan dan

kekuatan sendiri. Dan dengan kemampuan itu manusia dapat

memecahkan semua problemanya secara inteligen, dengan inteligensi

aktif. Dan dalam makna ini, maka arti liberalisme di atas berarti

menghormati martabat manusia, menghormati harga diri manusia

sebagai subjek di dalam hidupnya. Dalam arti demokrasi, pandangan-

pandangan progressivisme merupakan cara berpikir liberal yang

memberi kemungkinan dan pra syarat bagi perkembangan tiap pribadi

manusia sebagaimana potensi yang ada padanya.22

c. Dalam hal kejiwaan ia menganut teori behaviorisme (teori hal tingkah

laku). Beberapa pengertian pokok mengenai behaviorisme diantaranya:

1) Kehidupan jiwa digerakkan dari luar, tidak dari dalam.

2) Tiap perbuatan atau tingkah laku manusia adalah reaksi atas

perangsang (stimulus) dari luar. Stimulus-respons merupakan

perangsang langsung yang menimbulkan reaksi.

3) Perbuatan manusia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan

hidupnya. Lingkungan hidup ini terus menerus merupakan

perangsang, dan perangsang dapat dilihat melaui kebiasaan.

Begitulah perbuatan manusia merupakan deretan kebiasaan. Manusia

adalah makhluk refleks atau makhluk kebiasaan.

Alam sekitar atau lingkungan hidup kita selalu mengandung bahaya

dan menimbulkan berbagai kesulitan yang menghambat kemajuan, jika

kita tidak dapat mengatasinya bahaya itu akan selalu ada dan berganti-

ganti sifatnya sesuai dengan masyarakat yang selalu berubah pula.

Zaman dahulu banjir dan binatang buas, lalu sekarang lalu lintas,

21 Rosjidi, Mencari Agama pada Abad XX Wasiat Filsafat, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1986),

h. 121

22 Muhammad Noor Syam, op. cit., h. 227

Page 35: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

23

perang total, udara dan air kotor, kepadatan penduduk dan sebagainya

yang dapat membahayakan kehidupan manusia. Kita wajib bertindak

guna mengatasi kesulitan dari luar dengan kerja badan atau rohani,

terutama pikir. Kita harus berfikir dan bekerja, karena berpikir tidak

lain adalah reaksi atau perangsang dari luar, yaitu kesulitan. Dengan ini

jelaslah bahwa dasar ilmu kejiwaan dari John Dewey itu behaviorisme.

Ternyata bahwa berbuat atau bekerja itu termasuk proses dalam

evolusi. Dan barang siapa tidak dapat mengatasi kesulitan atau berbuat

yang tidak bermanfaat guna menyesuaikan diri dengan alamnya, jadi

kalah dalam perjuangan untuk hidup (The Struggle for Live) dan akan

tenggelam atau lenyap dari masyarakat. Ia terseleksi oleh alam dan

disingkirkan. Tinggallah yang kuat, artinya yang dapat bertahan

menyesuaikan diri dengan alamnya atau lingkungan hidup maupun

ekologinya (The Survival of The Fittest).23

4. Konsep Pendidikan John Dewey

Menurut Dewey tidak diutamakan pendidikan kecerdasan, tetapi

pendidikan sosial dan kesusilaan. Kecerdasan penting tetapi bukanlah hal

yang utama, tetapi pendidikan kemasyarakatan dan kesusilaan. Pendidikan

kemasyarakatan dan pendidikan kesusilaan menurut Dewey amat erat

kaitannya. Dan untuk mencapai pendidikan kemasyarakatan dan

pendidikan kesusilaan, John Dewey menginginkan pendidikan untuk anak

berdasarkan atas 2 segi yaitu psikologi dan sosiologi.

a. Dasar Psikologi. Cara memberi pengajaran wajib disesuaikan dengan

tingkatan perkembangan, cara berfikir dan cara bekerja anak.

Penentuan bahan pengajaran wajib disesuaikan dengan perhatian dan

keperluan anak, sebagai akibat dari instingnya. Maka segala sesuatu

23Soejono, op. cit,. h. 128

Page 36: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

24

wajib disesuaikan dengan insting anak.24

Dewey mengenal 4 macam

insting, yaitu:

1) Insting sosial. Insting sosial yang dimaksud oleh Dewey ialah

keinginan anak mengadakan hubungan dengan orang di sekitarnya.

Insting sosial sebagai proses pertumbuhan dan proses dimana anak

didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman

lingkungan sekitarnya. Kita amati ketika anak bermain bersama

dengan temannya jika tidak ada teman, anak akan sulit bermain.

Alat permainan saja belum cukup untuk anak, ia masih

memerlukan temannya untuk bermain bersama. Ada alat

penghubung sosial yang dipergunakan dalam pergaulan, yaitu

bahasa. Bahasa tidak hanya menjadi alat penghubung dalam

pergaulan anak, tetapi juga untuk generasi yang lampau 25

Anak adalah organisme yang mengalami satu proses

pengalaman, sebab ia merupakan bagian integral dari

lingkungannya dengan peristiwa-peristiwa, antar hubungan,

perasaan pikiran dan benda-benda. Anak dalam lingkungannya

selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Sehingga anak

membutuhkan proses pendidikan untuk latihan dan penyempurnaan

inteligensi. Sekolah merupakan lembaga pendidikan pembinaan

anak yang paling efektif, jika sekolah tersebut didasarkan pada

prinsip-prinsip pendidikan yang tepat.26

2) Insting menyelidiki. Bukti adanya insting menyelidiki ialah bahwa

anak itu suka merusak segala sesuatu yang ia pegang. Alat

permainan yang dibeli mahal oleh orang tua untuknya sebentar saja

ia rusak, karena anak ingin menyelidiki seluk beluk. Ia ingin

mengetahui apa sebabnya mobilnya dapat berjalan? apakah isi

24 Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif Menimbang Konsep Fitrah dan Progresivisme John

Dewey, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2004), Cet. I, h. 71

25 Soejono, loc. cit.

26

Muhammad Noor Syam, op. cit., h. 249-250.

Page 37: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

25

perahunya? apakah bonekanya juga berdarah seperti dirinya apabila

ditusuk pisau dan sebagainya.

3) Insting kesenian. Insting kesenian adalah kelanjutan dari insting

membangun. Anak ingin menghias hasil perbuatannnya, agar

menjadi lebih baik dipandang mata. Rumah-rumahan yang baru

saja selesai tidak ditinggalkan begitu saja; rumah itu dihias dengan

berbagai alat, bendera, daun, tanaman, gambaran,dan sebagainya.

Kesukaan anak untuk menari, menyanyi, menggambar dengan

warna menambah bukti bahwa pada anak ada insting kesenian itu.

b. Dasar Sosiologi. Dewey berpendapat bahwa tujuan pendidikan dan

pengajaran adalah kepentingan kemajuan masyarakat. Tiap anggota

masyarakat berkewajiban mengembangkannya dan anak wajib

dibimbing ke arah itu. Bahan pengajaran perlu diambil dari problem

masyarakat. Dewey pula menemukakan tentang gagasan

pemikirannya, yaitu pendidikan seluruh rakyat, pendidikan suatu

bangsa, dan melalui keduanya pendidikan suatu zaman. Hal ini

merupakan usaha untuk mengarahkan kembali seluruh kebudayaan

pada suatu taraf yang paling mendasar yakni transformasi sosial.

Transformasi sosial yaitu perubahan kondisi sosial, ekonomi dan

politik secara mendasar. Hal ini akan berhasil jika seluruh penduduk

dilibatkan.27

5. Sekolah Kerja John Dewey

Sekolah yang dikehendaki John Dewey adalah sekolah kerja. Sekolah

percobaan yang didirikan pada bulan Oktober tahun 1895 dan

digabungkan pada Universitas Chicago itu berkembang baik.kira-kira 60

tahun sesudah didirikan sekolah itu sudah kurang lebih 800 orang

muridnya. Dewey memberikan nama sekolah percobaannya dengan nama

sekolah progressif. Maksud dengan nama itu hendak dikemukakan bahwa

metode dan alat-alat pelajaran yang digunakan sekolah itu senantiasa

27 John Smith, op. cit., h. 138

Page 38: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

26

merupakan yang terbaik. Nilai dari setiap alat akhirnya akan ditentukan

dari hasil yang diperoleh.

Metode yang digunakan pada sekolah progressif itu kadang-kadang

memang agak ganjil tampaknya. Murid-murid disuruh belajar

memecahkan soal-soal yang dihadapinya. Latihan-latihan wajib pula

diberikan supaya anak dapat menaklukkan segala kesulitan yang mungkin

dihadapinya kelak. Sekolah mengajarkan anak untuk berpikir perihal

segala sesuatu yang mengandung nilai bagi hidup kita. Berpikir itu

mungkin hanya sesudah anak menerima bekal pengetahuan yang cukup

dari kita. Jadi, seharusnyalah kita memilih masalah-masalah yang tepat di

sekolah percobaan. Masalah-masalah itu terdapat di berbagai lapangan.

Sekolah percobaan selalu berikhtiar supaya anak menggunakan segala

sesuatu yang dianugerahkan alam kepadanya ketika dilahirkan. Ia harus

maju, karena itu anak harus bekerja bersungguh-sung

guh. Anak-anak di sekolah percobaan umumnya tak banyak menimbulkan

kesulitan karena murid diajak mencapai tujuannya dengan jalan

menggerakan perhatiannya. Selain itu, ditujukan kepadanya faedah belajar

dan bekerja. Hal itu ditunjukkan kepadanya faedah belajar dan bekerja.

Hal itu membangkitkan dan mengukuhkan perhatian pula. Karena itu guru

perlu memahami arah perhatian murid-muridnya dan pandai menggunakan

perhatian.28

Sebagaimana sekolah kerja John Dewey yang telah

dipaparkan di atas, maka Dewey mengkritik sekolah tradisional mengenai:

a. Bahan pengajaran. Di sekolah tradisional terlalu banyak mata pelajaran

yang diajarkan, karena tujuan sekolah tradisional ialah agar para siswa

kelak dapat menduduki jabatan intelektual. Bahan materi pelajaran

menjadi pusat (materi-sentris). Itu tidak sesuai dengan kenyataan,

karena hanya sebagian kecil saja yang terdapat pada bahan materi

pelajaran dibutuhkan untuk masa yang akan datang.

28 Siahaan, Prof. Dr. John Dewey, Penganut Filsafat Pragmatisme Penganjur Sekolah Karya,

(Jakarta: KU, 1985), h. 67-68

Page 39: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

27

Maka perlulah mata pengajaran yang banyak jumlahnya dan

menimbulkan pendidikan intelektual itu dikurangi dan diganti dengan

pengajaran dan latihan bekerja. Dewey berkata: Tidak hanya dengan

berhitung orang dididik berfikir, melainkan juga dengan bekerja.

Dengan bekerja berupa apapun, pikiran dan intelegensi orang dapat

dididik.29

Pendidikan bukanlah hanya menyampaikan pengetahuan kepada

anak didik saja, melainkan yang terpenting ialah melatih kemampuan

berfikir secara ilmiah. Semua itu dilakukan agar orang dapat maju atau

mengalami progress. Dengan demikian orang akan dapat bertindak

dengan intelegen sesuai degan tuntutan dari lingkungan.30

Pengetahuan yang diberikan di sekolah tradisional kepada murid

merupakan pengetahuan yang telah disiapkan dan telah terpecahkan

kesulitannya terlebih dulu oleh orang dewasa, Anak tinggal

mendengarkan, percaya dan menghafal saja. Itu tidak ada gunanya.

Anak harus mengalami peroses berfikir sendiri dari permulaan hingga

akhir, sesuai dengan tingkat kemajuannya sendiri. Karena itu janganlah

guru berfikir dan memecahkan masalah untuknya. Hal ini menjadikan

siswa lebih mempunyai potensi untuk mengerti, memecahhkan

problem, komunikasi dan daya cipta.

Bahan pengajaran di sekolah tradisional diberikan secara terpisah.

Mata pengajaran tidak memiliki hubungan dengan mata pengajaran

yang lain. Bahan pengajaran yang diberikan di sekolah tidak ada

hubungannya dengan kebutuhan anak dalam hidupnya di masyarakat.

Karena itu pengalaman yang didapatkan anak di sekolah tidak dapat

digunakan dalam masyarakat. Begitulah pengajaran teori di sekolah

dengan praktek dalam kehidupan di masyarakat terpisah, sekolah

diisolasikan. Keadaan itu wajib diubah. Mata pengajaran yang satu

wajib dihubungkan denga mata pengajaran lain. Bahan pengajaran di

29 Soejono, op. cit., h. 133

30

Jalaluddin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 77

Page 40: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

28

sekolah wajib dapat dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat, sesuai

dan memenuhi kebutuhannya.31

Murid perlu diberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman

yang pernah dialaminya, kemudian diintegrasikan dengan teori yang

anak dapati di sekolah. Siswa wajib disadarkan bahwa pengajaran di

sekolah serta pengalaman yang ia alami akan diterapkan di dalam

kehidupan yang selalu berubah.32

b. Guru dan cara mengajar. Di sekolah tradisional gurulah yang

menentukan segala sesuatu. Gurulah yang memaksakan bahan

pengajaran kepada anak, berfikir untuk anak, memecahkan masalah

untuk anak, guru yang senantiasa aktif. Dengan begitu tidak mungkin

anak mempunyai perhatian yang spontan atau minat langsung. Bahkan

siswa hanya memperhatikan secara terpaksa karena guru menakuti

siswa dengan berbagai hukuman.

Menurut Dewey, tidak perlu adanya minat paksaan, sebab kecuali

minat tidak langsung ditimbulkan pada anak. Misalkan anak menyukai

ilmu alam, tetapi untuk mendapatkan ilmu alam itu dengan baik

perlulah ia berhitung. Berhitung yang tidak disukai anak. Untuk itu,

guru wajib membangkitkan semangat anak untuk berhitung dengan

menyadarkannya anak bahwa berhitung itu penting untuk ilmu alam.

Maka bagaimanapun sulitnya berhitung, anak tersebut harus

mempelajari berhitung dengan sebaik-baiknya demi ilmu alam yang ia

sukai. Adanya integrasi antara ilmu pengetahuan alam dengan ilmu

pengetahuan matematika. Guru di sekolah hanya berfungsi sebagai

penunjuk jalan saja, pengamat tingkah laku anak untuk dapat

mengetahui hal yang menarik minat anak.33

c. Murid dan cara belajar. John Dewey ingin mengubah bentuk pengajaran

tradisional, dimana terdapat cara belajar DDCH (duduk, dengar, catat,

hafal), murid bersifat reseptif dan pasif saja. Hanya menerima

31 Soejono, op. cit., h. 134

32

Jalaluddin dan Abdullah, loc. cit.

33 Soejono, op. cit., h. 135

Page 41: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

29

pengetahuan sebanyak-banyaknya dari guru, tanpa melibatkan siswa

secara aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Guru mendominasi

kegiatan belajar. Murid tanpa diberikan kebebasan sama sekali untuk

bersikap dan berbuat. Segala sesuatu terletak di luar minat anak.34

Keadaan semacam itu wajib diubah. Anak harus bekerja bersama-

sama, menyelidiki dan mengamati sendiri, berpikir dan menarik

kesimpulan sendiri, membangun sendiri sesuai dengan insting yang ada

padanya. Dengan jalan ini anak belajar sambil bekerja dan bekerja

sambil belajar. Learning by doing adalah hal yang dikehendaki John

Dewey dalam sekolah.

Anak harus dididik kecerdasannya, agar padanya timbul hasrat

untuk menyelidiki secara teratur dan akhirnya dapat berpikir secara

keilmuan, obyektif dan logis. Yang diperhatikan adalah jalan berpikir,

bukan yang dipikirkan. Jadi pendidikan formal bukan materil yang

dialami sebagai pengalaman negatif haruslah disadari dan dijadikan

suatu pengalaman positif dengan mengubah cara bertindak.

d. Penyelenggara sekolah. Alat pelajaran dan peraturan di sekolah

tradisional seakan-akan memaksa anak untuk pasif, dari segi perbuatan

di sekolah yang begitu kaku maupun bentuk bangunan sekolah, rencana

pelajaran, dan metode pelajaran. Hal tersebut bersifat mengikat, tidak

memberikan kebebasan kepada anak maupun guru. Karena itu, sekolah

terpisah dari rumah, alam sekitar, lingkungan hidup, perindustrian,

perdagangan dan sebagainya. Tidak ada kesempatan untuk mengadakan

penyelidikan (survey) dan percobaan. Jumlah mata pelajaran terlalu

banyak dan dalam kelas terlalu banyak murid.

Sekolah kerja harus menyelenggarakan dan mengatur sekolahnya

agar anak dapat bekerja dengan bebas dan spontan. Gedung dan alat

pengajaran wajib disesuaikan dengan tujuan itu antara berbagai

tingkatan sekolah, dari sekolah rendah sampai sekolah tinggi harus ada

34 Jalaluddin, Abdullah, loc. cit

Page 42: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

30

satu organisasi yang sama.35

Pendapat John Dewey tentang sekolah

kerja ini sesuai dengan prinsip filsafat aliran progressivisme mengenai

pendidikan, tertera dalam tabel berikut ini:

Teori Pendidikan menurut aliran progressivisme36

No Komponen Keterangan

1

Hakekat

Pendidikan

Menghendaki pendidikan yang pada

hakekatnya progresif, tujuan pendidikan

hendaknya diartikan sebagai rekonstruksi

pengalaman yang terus menerus, agar peserta

didik dapat berbuat sesuai inteligen dan

mampu mengadakan penyesuaian dan

penyesuaian kembali sesuai dengan tuntunan

dari lingkungan

2 Tujuan

Pendidikan

Siswa memiliki keterampilan, alat dan

pengalaman sosial (interaksi dengan

lingkungan)

Siswa memiliki kemampuan problem solving

(personal maupun sosial).

Tujuan pendidikan keseluruhan adalah melatih

anak agar kelak dapat bekerja. Bekerja secara

sistematis, mencintai kerja dan bekerja dengan

otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut,

pendidikan harusnya merupakan

pengembangan sepenuhnya bakat dan minat

setiap anak.

3 Kurikulum Kurikulum dibangun dari pengalaman

personal dan sosial siswa.

35 Soejono, op. cit., h. 137

36

Basuki As’adi dan Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Jakarta:Stain PO Press,

2010), Cet. I, h. 43-46

Page 43: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

31

Ilmu sosial sebagai bidang inti untuk problem

solving

Keterampilan komunikasi, proses matematika,

scientific inquiry secara interdisipliner sebagai

alat problem solving.

Buku sebagai alat proses belajar, bukan

sebagai pengetahuan pokok

Kurikulum pendidikan progresif adalah

kurikulum yang berisi dari Lester Dix adalah

berisi studi tentang dirinya sendiri, studi

tentang lingkungan sosial, studi tentang

lingkngan alam dan studi tentang seni.

4 Metode

Metode belajar aktif. Metode pendidikan

progresif lebih berupaya penyediaan

lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan

berlangsungnya proses belajar secara bebas

pada setiap anak untuk mengembangkan bakat

dan minatnya.

Metode memonitor kegiatan belajar.

Mengikuti proses kegiatan-kegiatan anak

belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-

bantuan tertentu apabila diperlukan yang

sifatnya memperlancar proses berlangsungnya

kegiatan-kegiatan belajar tersebut.

Metode penelitian ilmiah. Pendidikan

progresif merintis digunakannya metode

penelitian ilmiah yang tertuju pada

penyusunan konsep, sedangkan metode

pemecahan masalah lebih tertuju pada

pemecahan masalah-masalah kritis.

Page 44: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

32

Pemerintahan pelajar. Pendidikan progresif

memperkenalkan pemerintahan pelajar dalam

kehidupan sekolah (student goverment) dalam

rangka demokratisasi dalam kehidupan

sekolah, sehingga pelajar diberikan

kesempatan untuk turut serta dalam

penyelenggaraan kehidupan di sekolah.

5 Pelajar

Pendidikan berpusat pada anak. Anak

merupakan pusat dari keseluruhan kegiatan-

kegiatan pendidikan. Sebab mengajar yang

bermutu berarti aktivitas siswa,

pengembangan kepribadian siswa, studi

ilmiah tentang pendidikan dan latihan guru

sebagai seniman pendidikan.

Anak adalah unik. Pendidikan progresif

sangat memuliakan harkat dan martabat anak

dalam pendidikan. Anak bukanlah orang

dewasa dalam bentuk kecil. Anak adalah anak

yang sangat berbeda dengan orang dewasa.

Setiap anak mempunyai individualitas sendiri;

anak mempunyai alur pemikiran sendiri,

mempunyai keinginan sendiri, mepunyai

harapan-harapan dan kecemasan-kecemasan

sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa.

Dengan demikian anak harus di perlakukan

berbeda dari orang dewasa.

6 Pengajar

Pembimbing dalam proyek dan aktivitas

problem solving.

Guru dalam melakukan tugasnya dalam

praktek pendidikan berpusat pada anak

Page 45: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

33

peranan-peranan sebagai (a) Fasilitator, atau

orang yang menyediakan dirinya untuk

memberikan jalan bagi kelancaran proses

belajar sendiri siswa; (b) Motivator, atau

orang yang mampu membangkitkan minat

siswa untuk terus belajar sendiri. (c)

Konselor, atau orang yang dapat membantu

siswa menemukan dan mengatasi sendiri

masalah-masalah yang di hadapi setiap siswa

dalam kegiatanya belajar sendiri. (d) guru

mempunyai pemahaman yang baik

tentang karakterristik siswa, dan teknik-

teknik memimpin perkembangan siswa, serta

kecintaan pada anak agar dapat melaksanakan

peranan-peranan yang baik. Untuk itu guru

harus sabar, fleksibel, interdisipliner, cerdas

dan kreatif

C. Pendidikan Agama Islam

i. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam

kehidupan manusia. Kata “Islam” dalam “pendidikan Islam” menunjukan

warna pendidikan tertentu, yakni pendidikan yang berwarna islam,

pendidikan yang Islami yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam. Karena

Islam merupakan agama yang menasibkan belajar sejak kecil, tanpa

membedakan ilmu-ilmu syariat dan ilmu-ilmu alam, kecuali dari segi

kebutuhan, kemampuan dan spesialisasi.

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju

Page 46: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

34

terbentuknya kepribadian yang utama.37

Bilamana pendidikan diartikan

sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) demi terbentuknya

kepribadian yang utama. Maka makna dari pendidikan agama Islam adalah

suatu sistem kependidikan yang mencangkup seluruh aspek kehidupan

yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena Islam mempedoman

seluruh aspek kegiatan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi.

Mengingat luasnya jangkauan yang harus digarap oleh pendidikan

agama Islam, maka pendidikan Islam tidak menganut sistem tertutup

melainkan terbuka tehadap tuntutan kesejahteraan umat manusia, baik

tuntutan bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi maupun tuntutan

pemenuhan kebutuhan hidup rohaniah.

Oleh karena itu ditinjau dari aspek pengamalannya pendidikan Islam

berwatak akomodatif kepada tuntutan kemajuan zaman yang ruang

lingkupnya berada di dalam kerangka acuan norma-norma kehidupan

Islam. Hal demikian akan nampak jelas dan teorisasi pendidikan Islam

yang dikembangkan.38

Pendidikan agama Islam pada dasarnya merupakan

salah satu mata pelajaran yang dikembangkan pada pendidikan dasar

disamping mata pelajaran lainnya. Masing-masing mata pelajaran memuat

pesan-pesan normative yang ditanamkan kepada peserta didik.39

Guru pendidikan agama Islam yang profesionalisme tercermin dalam

segala aktivitasnya sebagai murabbi, mu’allim, mursyid, mu’addib dan

muddaris. Sebagai murabbiy ia akan berusaha mengembangkan potensi

minat, bakat serta kemampuan secara optimal melalui kegiatan-kegiatan

penelitian dan eksperimen di laboraturium. Sebagai mu’allim, ia akan

mentransfer ilmu pengetahua/nilai, serta melakukan penyerapan atau

penghayatan ilmu ke dalam diri sendiri dan peserta didiknya, serta

berusaha membangkitkan semangat dan motivasi mereka untuk

37 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2010), Cet. IX, h. 24

38 Nur Uhbiyati, op. cit., h. 12

39

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam: Pemberdayaan Pengembangan

Kurikulum, Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Nuansa: 2003), Cet. I, h. 66

Page 47: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

35

mengamalkannya. Sebagai mursyid, ia akan melakukan transinternalisasi

akhlak/kepribadian kepada peserta didik. Sebagai mu’addib, maka ia sadar

eksistensinya sebagai guru agama Islam memiliki peran dan fungsi untuk

membangun peradaban yang berkualitas di masa depan melalui

pendidikan. Sebagai muddaris, ia berusaha mencerdaskan peserta

didiknya, menghilangkan ketidaktahuan dan memberantas kebodohan

mereka, serta melatih keterampilan mereka baik melalui kegiatan

pendidikan, pengajaran maupun pelatihan.40

Dapat diketahui bahwa guru agama Islam tidak hanya sekedar untuk

mengembangkan aspek-aspek individualisasi dan sosialisasi, melainkan

juga mengarahkan perkembangan kemampuan dasar tersebut kepada pola

hidup yang dihajatkan manusia dalam bidang duniawiyah dan ukhrawiyah,

dalam bidang fisik dan mental yang harmonis. Oeh karena itu, keharusan

pendidikan itu sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan yang

antara lain: 41

a. Aspek pedagogis

b. Aspek psikologis

c. Aspek sosiologi dan kultural

d. Aspek filosofis

e. Aspek agama

ii. Tujuan Pendidikan Agama Islam

a. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian

dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta

pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi

manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,

ketakwaannya kepada Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk

dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

40 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Sekolah dan

Keluarga, (Jakarta:Bulan Bintang, 1996), h. 21

41 Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. V, h. 12

Page 48: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

36

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak

mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,

produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga

keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya

agama dalam komunitas sekolah.

c. Untuk berkembangnya kemampuan perserta didik dalam

mengembangkan, memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama

Islam, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

d. Untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lebih lanjut serta meningkatkan tata cara membaca al-Qur’an dan tajwid

sampai kepada tata cara menerapkan hukum bacaan mad dan wakaf.

iii. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam42

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT. Program pengajarannya

meliputi segi iman, Islam dan ihsan

b. Hubungan Manusia dengan sesama manusia. Program pengajarannya

berkisar pada pengaturan dan kewajiban antara manusia yang satu

dengan manusia yang lain dalam kehidupan bermasyarakat, dan

mencakup segi kewajiban dan larangan dalam hubungan dengan sesama

manusia.

c. Hubungan manusia dengan alam (makhluk selain manusia) dan

lingkungan. Sebagai Khalifah di bumi manusia bertugas mengolah dan

memanfaatkan alam yang telah dianugerahkan Allah menurut

kepentingannya sesuai dengan garis-garis yang telah ditentukan agama.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan kajian yang

relevan selama proses penelitian dan beberapa skripsi diantaranya:

42 M. Arifin, op. cit., h. 23

Page 49: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

37

1. Nanda Putri Pratiwi (167016100971), Pengaruh Pendekatan Contextual

Teaching Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep

Bioteknologi Sederhana, 2013. Penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat

pengaruh pendekatan kontekstual Contextual Teaching Learning terhadap

hasil belajar siswa pada konsep bioteknologi sederhana. Rata-rata nilai

posttest kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata posttest kelompok

kontrol yakni 84,61> 53,31 dengan = 10,7 dan = 1,67.43

2. Eti sumiati (809018300028), Penerapan Model (CTL) Contextual

Teaching Learning dalam Pembelajaran IPA pada Materi Energi dan

Perubahannya Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (PTK di

Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi), 2012. Penelitian ini

menjelaskan bahwa penerapan Model (CTL) Contextual Teaching

Learning dalam pembelajaran IPA pada materi energi dan perubahannya

terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Ghidaul Athfal

Kota Sukabumi. Peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV Ghidaul

Athfal Kota Sukabumi setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan

menerapkan model CTL, dapat meningkatkan dari posttes akhir siklus I

(70,83%) dengan penelitian akhir siklus II sebesar (84,17%).44

3. Isti Pramita (106017000496), Meningkatkan Kemampuan Penalaran

Induktif Matematik Melalui Pendekatan Contextual Teaching Learning

(PTK di SMKN 3 Bekasi), 2011. Penelitian ini menjelaskan bahwa

penggunaaan pendekatan CTL dalam pembelajaran matematika dapat

meningkatkan kemampuan penalaran induktif matematik siswa. Hal ini

terlihat dari peningkatan rata-rata hasil tes kemampuan penalaran induktif

sebesar 62,2 pada siklus I menjadi 75,3 pada siklus II. Kemampuan

penalaran induktif yang meningkat dengan pendekatan CTL meliputi

kemampuan menarik kesimpulan, kemampuan mengajukan dugaan, serta

43 Nanda Putri Pratiwi, “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) Terhadap

Hasil Belajar Siswa pada Konsep Bioteknologi Sederhana,” Skripsi pada Program Studi

Pendidikan Biologi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: 2013), h. 62

44 Isti Pramita, “Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Matematik Melalui Pendekatan

Contextual Teaching Learning (PTK di SMKN 3 Bekasi,” Skripsi pada Program Studi Pendidikan

Matematika di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: 2011), h. 99

Page 50: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

38

kemampuan untuk menemukan pola/sifat umum untuk membuat

generalisasi. Adapun peningkatan masing-masing indikator kemampuan

penalaran induktif yang dilakukan peneliti, diantaranya: meningkatnya

kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan melalui pendekatan CTL.

Hal ini terlihat dari kenaikan persentanse indikator dalam kemampuan

menarik kesimpulan sebesar 69% (cukup) pada siklus I menjadi 73,5%

(baik) pada siklus II dan meningkatnya kemampuan menyusun dugaan

pada siswa diketahui pada saat siswa mampu menentukan suku selanjutnya

dari suatu barisan bilangan atau gambar. Hal tersebut dapat dilihat dari

peningkatan hasil presentase kemampuan mengajukan dugaan pada siswa

yaitu sebesar 61% (cukup) pada siklus I menjadi 78,2% (baik) pada siklus

II.45

4. Annike Suci Badriawan (1110011000094), Penerapan Metode Proyek

Guna Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran PAI (PTK di

Kelas XI SMK Islam Ruhama Cirendeu), 2014. Penelitian ini menjelaskan

tentang penerapan metode proyek dapat meningkatkan keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran PAI hal ini dapat terlihat dari keaktifan siswa

dalam pembelajaran tata cara pengurusan jenazah mengalami peningkatan

setiap siklus I terdapat siswa yang sangat aktif 6,04%, aktif 63,19%, cukup

aktif 24,11% dan kurang aktif 4,67%. Selain itu diperoleh hasil belajar

siswa yang tuntas memenuhi nilai >75 adalah 52,94%. Siklus II terdapat

siswa yang sangat aktif 19,75%, aktif 78,99% dan cukup aktif 1,26%.

Selain itu diperoleh hasil belajar siswa yang tuntas memenuhi nilai >75

adalah 94,12%. Terdapat perbedaan peningkatan keaktifan siswa dalam

belajar sebelum menggunakan metode proyek dan sesudah menggunakan

metode proyek.46

45 Eti sumiati, “Penerapan Model (CTL) Contextual Teaching Learning dalam Pembelajaran

IPA pada Materi Energi dan Perubahannya Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”

(PTK di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi), Skripsi pada Program Studi Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: 2012), h. 103

46 Anike Suci Badriawan, “Penerapan Metode Proyek Guna Meningkatkan Keaktifan Siswa

dalam Pembelajaran PAI”, Skripsi pada Program Studi Pendidikan Agama Islam di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: 2014), h. 142, dipublikasikan

Page 51: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2014 sampai bulan

Desember 2014 digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-

sumber tertulis yang diperoleh dari teks book yang ada di perpustakaan,

artikel, jurnal serta website yang ada hubungannya dengan konsep pendidikan

John Dewey pada mata pelajaran agama Islam dengan pembelajaran

kontekstual.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis menggunakan penelitian kualitatif.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, “Penelitian kualitatif adalah suatu

pembelajaran penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,

persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok”.1

Dalam memperoleh data, fakta dan informasi yang akan melengkapkan

dan menjelaskan permasalahan dalam penulisan skripsi, penulis

menggunakan metode deskriptif yang didukung oleh data yang diperoleh

melalui penelitian kepustakaan library research. Penelitian library research

yaitu suatu usaha untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan

serta menganalisis suatu permasalahan melalui sumber-sumber kepustakaan.

Penelitian kepustakaan merupakan jenis penelitian kualitatif yang pada

umumnya tidak terjun ke lapangan dalam pencarian sumber datanya.

penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan

atas karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang

belum dipublikasikan. Alasan penulis menggunakan study kepustakaan atau

library research ini dimaksudkan untuk memperoleh dan menela’ah teori-

1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), cet ke-3, h. 60

Page 52: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

40

teori yang berhubungan dengan topik dan sekaligus dijadikan sebagai

landasan teori.2

Contoh-contoh penelitian semacam ini adalah penelitian sejarah,

penelitian pemikiran tokoh, penelitian (bedah) buku dan berbagai contoh lain

penelitian yang berkait dengan kepustakaan. Pada hakekatnya data yang

diperoleh dengan penelitian perpustakaan dapat dijadikan landasan dasar dan

alat utama bagi pelaksanaan penelitian lapangan.

C. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih di

dasarkan pada tingkat informasi terbaru yang akan di peroleh dari situasi

sosial. Informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara lebih luas dan

mendalam tentang situasi sosial, tetapi juga ada keinginan untuk

menghasilkan ilmu baru dari situasi sosial yang di teliti.3 Maka dapat digaris

bawahi bahwa fokus penelitian pada masalah ini adalah membermaknakan

(kontekstual) konsep-konsep pendidikan tokoh John Dewey yang umumnya

digunakan pada mata pelajaran eksakta kini dapat dgunakan pada mata

pelajaran agama Islam.

D. Prosedur Penelitian

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan, dalam hal ini akan selalu ada hubungan

antara teknik pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin di

pecahkan. Pengumpulan data tak lain adalah suatu proses pengadaan data

untuk keperluan penelitian.

Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik dokumenter, teknik dokumenter merupakan cara

mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip, dalil

2 Sutrisno Hadi, Metodologi research, (Yogyakarta : Andi Ofset, 1997), cet. XXV, h. 82

3 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian,… h. 92

Page 53: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

41

atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah

penelitian.4

E. Sumber data

Jenis penelitian ini adalah library research (penelitian pustaka), maka

untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan tujuan

penelitian sumber data primer

dan sumber data sekunder, yaitu sebagai berikut :

1. Sumber data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada

subjek informasi yang di cari sumber data primer dalam penelitian ini

meliputi beberapa buku yakni: Democracy and Education karya John

Dewey dan buku Contextual Teaching And Learning: Menjadikan

Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan Dan Bermakna karya Elaine B.

Johnson,

2. Sumber data skunder

Data skunder adalah data yang di peroleh dari pihak lain, tidak

langsung dari subjek penelitiannya, tetapi dapat mendukung atau berkaitan

dengan tema yang diangkat.5 Dalam penelitian ini beberapa buku-buku

yang berkaitan dengan tema yaitu:

a. Pengantar Filsafat Pendidikan karya Basuki As’adi dan Miftahul

Ulum

b. Filsafat Pendidikan. karya Hamdani Ali

c. Filsafat Pendidikan karya Jalaluddin dan Abdullah

d. Semangat Filsafat Amerika karya John Smith

e. Aliran Baru Dalam Pendidikan karya Soejono

f. Meaningful Learning Re-Invensi Kebermaknaan karya Abdurrahman

g. Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual karya Elin Rosalin

4 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik ( Bandung :

Transito, 1998), h. 139

5Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Hal.181

Page 54: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

42

h. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan karya

Wina Sanjaya

F. Analisis data

Analisis data adalah kegiatan untuk memaparkan data, sehingga dapat

diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu hipotesis. Batasan

ini diungkapkan bahwa analisis data adalah sebagai proses yang merinci

usaha secara formal untuk merumuskan ide/konsep sebagai yang disarankan

oleh data sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada ide/konsep.6

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian

dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh dan dikumpulkan

untuk diolah secara sistematis. Reliabilitas penelitian kualitatif pada

penelitian ini juga dipengaruhi oleh pendekatan analisis konsep. Analisis

konsep merupakan suatu analisis tentang istilah (kata-kata) yang mewakili

konsep atau gagasan.7

G. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini berpedoma pada buku “Pedoman Penulisan

Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahum 2013

6Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h.

103

7Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,. h. 61

Page 55: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

BAB IY

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kontekstual Konsep Pendidikan John Dewey pada lVlata Pela.iaran

Agama Islam

Pembahasan bab IV disini mengenai jawaban berdasarkan pertanyaan yang

terdapat dalam rumusan masalah, yaitu "Bagaimana Kontekstual konsep

pendidikan John Dewey pada mata pelajaran agama Islam?". Untuk

mengetahui bagaimana Kontekstual konsep pendidikan John Dewey pada mata

pelajaran agama Islam adalah dengan melihat terlebih dahulu konsep-konsep

pendidikan Dewey secara umum yang diperoleh dari falsafah dan sekolah

percobaan Dewey yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan pendidikan Dewey rrrenggunakan sekolah sebagai alat untuk

menernukan pembaharuan dan menjadikan siswa-siswa yang belajar di

sekolah tersebut sebagai motor penggeraknya. Maksudnya siswa sebagai

subjek, dan sistem tugas guru pun harus diubah. Pada umumnya guru hanya

menyilmpaikan hal-hal yang telah diketahuinya, seharusnya guru berani

mencari hal-hal baru bersama murid-muridnya. Anak-anak perlu diberi

kesempatan memperoleh pengalaman-pengalaman baru.

Guru dapat memberikan contoh adat istiadat yang telah melembaga

pada masa silam. Dapat pula menerangkan kepada murid tentang

pertumbuhan dan perkembangan tentang hal-hal yang guru suguhkan.

Dengaa demikian, hal-hal dari masa yang telah lampau itu terbukti sungguh

besar manfaatnya dan wajib menghargainya. Guru dapat menjelaskan bahwa

tanpa pengalaman orang-crang terdahulu tidak mungkin generasi sekarang

melaksanakan us aha-us aha p emb aharuan d al am hidup. I

Dewey sangat menganjurkan pembaharuan dalam hidup, hal tersebut

dikatakan Dewey dalam karyanya Democracy and Education bahwa

makhluk hidup mernbutuhkan pembaharuan. Makhluk hidup (manusia)

harus dapat memecahkan peffnasalahannya sendiri, jika tidak bisa berusaha

I Siahaan, op. cit., h.37-38

43

Page 56: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

44

2.

mencoba ia akan kehilngan identitas dirinya sebagai makhluk hidup.

Baginya yang Perbedaan yang paling menonjol antara hidup dan mati

adal ah mempertahankan diri dengan mel akuk an pembaharuan. 2

Guru wajib mengamati anak dan maklum akan keinginannya dan

kelakuannya. Pengetahuan akan kedua hal itu merupakan alat baginya untuk

membantu anak didiknya dalam pertumbuhannya pertumbuhan jiwa anak

itu perlu sekali dibimbingnya. Segala kejadian luar biasa yang menyertai

perkembangan kepribadian anak didik hendaknya tidak luput dari

pengamatan sang guru. Jangan pula pendidik lupa menyelidiki makna dan

tujuan kej adian-kej adian itu.

Anak dan masyarakat. Anak yang dibesarkan ditengah-tengah masyarakat

sangatlah menguntungkan karena dalam masyarakat anak akan mendapati

berbagai perkumpulan maupun sekolah lain. Masyarakat berguna bagi

perkembangan insting sosial anak. Insting sosial yang dimaksud oleh

Dewey ialah keinginan anak mengadakan hubungan dengan orang di

sekitarnya. Insting sosial sebagai proses perhimbuhan dan proses dimana

anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan

sekitarnya. Amatilah ketika anak bermain bersama dengan temannya, jika

tidak ada teman, anak akan sulit bermain. Alat permainan saja belum cukup

untuk anak, ia masih memerlukan temannya unfuk bermain bersama. Ada

alat penghubung sosial yang dipergunakan dalam pergaulan, yaitu bahasa.

Bahasa tidak hanya menjadi alat penghubung dalam pergaulan anak, tetapi

juga untuk generasi yang lampau 3

Anak adalah organisme yang mengalami satu proses pengalaman, sebab

ra merupakan bagian integral dari lingkungannya dengan peristiwa-

peristiwa, antar hubungan, perasaan pikiran dan benda-benda. Anak dalam

lingkungannya selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Sehingga

anak membutuhkan proses pendidikan untuk latihan dan penyempurnaan

inteligensi. Sekolah merupakan lembaga pendidikan pembinaan anak yang

3.

2 John Dewey,loc. cit.3 Soejono, loc. cit.

Page 57: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

45

paling efektif, jika sekolah tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip

pendidikan yang tepat.

Dewey berpendapat bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran adalah

kepentingan kemajuan masyarakat. Tiap anggota masyarakat berkewajiban

mengembangkannya dan anak r,vajib dibimbing ke arah itu. Bahan

pengajaran perlu diambil dari problem masyarakat. Dewey pula

menemukakan tentang gagasan pemikirannya, yaitu pendidikan seluruh

rakyat, pendidikan suatu bangsa, dan melalui keduanya pendidikan suatu

zaman. Hal ini merupakan usaha untuk mengarahkan kembali seluruh

kebudayaan pada suatu taraf yang paling mendasar yakni transformasi

sosial. ltansformasi sosial yaitu perubahan kondisi sosial, ekonomi dan

politik secara mendasar. Hal ini akan berhasil jika seluruh penduduk

dilibatkan

4. Pertumbuhan berfikir anak diperoleh dari rasa keingintahuan (insting

menyelidik). Bukti adanya insting menyelidiki ialah bahwa anak itu suka

merusak segala sesuatu yang ia pegang. Alat permainan yang dibeli mahal

oleh orang tua untuknya sebentar saja ia rusak, karena anak ingin

menyelidiki seluk beluk. Ia ingin mengetahui apa sebabnya mobilnya dapat

berjalan? apakah isi perahunya? apakah bonekanya juga berdarah seperti

dirinya apabila ditusuk pisau dan sebagainya.a

Secara umum dapat terlihat dalam mewujudkan konsep-konsep

pendidikan John Dewey memerlukan eksperimen-eksperimen yang terdapat

di lingkungan hidup anak. Hal itu terlihat dari sistem pengajarannya di

sekolah percobaan Dewey yang lebih banyak praktek guna mempersiapkan

murid untuk bekerja. Untuk itu, konsep pendidikan Dewey ini diketahui lebih

banyak digunakan pada mata pelajaran eksakta (biologi, matematika, kimia,

fisika) contohnya di sekolah Dewey ada pelajaran pekerjaan tangan, yang

mana siswa diajarkan cara berdagang, penelitian di laboraturium,

menggambar, menjahit, dan membuat kerajinan dan keterampilan lainnya.

a Muhammad Noor Syam, loc. cit.

Page 58: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

46

Banyak sekolah-sekolah lain yang meniru sistem pembelajaran John

Dewey, karena dianggap lebih efektif. Namun tidaklah banyak konsep

pendidikan John Dewey yang diterapkan pada mata pelajaran agama Islam,

bahkan jarang ditemukan karya-karya John Dewey yang membahas tentang

keyakinan agamanya.

Konsep sistem pembelajaran John Dewey yang lebih efektif dapat

digunakan pada mata pelajaran agmna Islam. Sebagaimana telah dibahas pada

bab I bahwa pembelajaran agama Islam hanyalah bersumber dari materi yang

dihafal oleh siswa. Guru agama Islam ketika proses belajar mengajar

cenderung hanya memakai metode ceramah dan menganggap siswa sebagai

objek, hal tersebut metnbuat siswa hanya mendapatkan informasi secara pasif

serta tidak berperan aktif di dalam kelas. Pembelajaran hanya berpusat pada

peran guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct insruction).

Karena pada dasarnya guru agama Islam tidak hanya sekedar

mengembangkan aspek-aspek individualisasi dan sosialisasi, melainkan juga

mengarahkan perkembangan kemampuan dasar tersebut kepada pola hidup

yang dihajatkan manusia dalam bidang duniawiyah dan ukhrawiyah, dalam

bidang fisik dan mental yang harmonis.

Berdasarkan kenyataan di atas, maka diperlukan sebuah pembelajaran

baru pada mata pelajaran agama Islam yang lebih memperdayakan siswa dan

tidak mengharuskan siswa untuk menghapal fakta-fakta. Pembelajaran yang

menyesuaikan dengan kehidupan nyata dan melatih anak agar kelak dapat

beke{a. Beke{a secara sistematis, mencintai kerja dar, bekerja dengan otak

dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya

dikembangkan sepenuhnya melalui bakat dan minat setiap anak.

Pembelajaran tersebut dikenal dengan Konsep pendidikan John Dewey.

Bagaimana konsep pendidikan John Dewey dapat diintegrasikan pada

mata pelajaran agama Islam? Tentunya dalam proses pembelajaran agama

Islam di kelas harus cenderung latihan, mengonstruksi pengetahuan

lingkungan pada masanya dengan hukum agama Islam, dan mengaplikasikan

pengetahuan agama Islam yang telah diajarkan di sekolah ke masyarakat.

Page 59: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

47

Pada konsep pendidikan John Dewey siswalah yang mencari informasi atau

menjawab semua permasalahan tersebut.

Sementara tugas guru agama Islam dalam proses implementasi konsep

pendidikan John Dewey pada pembelajaran agama Islam sebagai Fasilitator

(guru memberikan jalan bagi kelancaran proses belajar siswa), dengan cara

guru memberikan penjelasan sumber referensi agar anak mencari informasi

atau jawaban sesuai dengan hukum Islam.

Motivator (guru mampu membangkitkan minat siswa untuk terus belajar

sendiri), dengan cara guru memberikan bantuan-bantuan tertentu apabila

diperlukan yang sifatnya memperlancar proses berlangsungnya kegiatan-

kegiatan belajar tersebut. Misalkan, guru dapat menyediakan lingkungan dan

fasilitas yang memungkinkan.

Konselor (guru dapat membantu siswa menemukan dan mengatasi

sendiri masalah-masalah yang .di hadapi setiap siswa dalam kegiatannya

belajar sendiri). Dan guru harus mempunyai pemahaman yang baik tentang

karakterristik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta

kecintaan pada anak, agar dapat melaksanakan peranan-peranan yang baik.

Untuk itu guru harus sabar, fleksibel, interdisipliner, cerdas dan kreatif.s

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep

pendidikan John Devrey dapat diintegrasikan dengan baik pada mata pelajaran

agama Islam. Sedangkan keterkaitan antara kontekstual dan konsep pendidikan

John Dewey pada dasarnya bahwa keduanya (konsep pendidikan John Dewey

dan pendekatan kontekstual) dapat diintegrasikan pada mata pelajaran agarna

Islam. Karena sesungguhnya pendekatan kontekstual lahir dari paham

konstruktivisme, yaitu paham yang berpendapat bahwa pembelajaran yang

bermakna itu bermula dari pengetahuan dan pengalaman yang ada pada peserta

didik. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh

John Dewey pada tahun 1916.

Oleh karena itu, sudah pasti adanya kesesuaian antara John Dewey dengan

pendekatan kontekstual, hanya saja seiring zarflan pendekatan ini banyak

5 Basuki As'adi dan Miftahul lJltm, loc. cit.

Page 60: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

48

mengalami perubahan dan pergantian nama semenjak digagas oleh John

Dewey pada tahun 19i6 yang dikenal dengan sebutan Learning by Doing.

Kemudian tahun 1970-an konsep pembelajaran ini dikenal dengan Experiental

Learning, pada tahun 1990 model pembelajaran ini dikenal dengan School to

Work. Kemudian pada era tahun 2000-an, sebutan model kontekstual ini tebih

efektif digunakan.6

Telah banyak dite;ukan penelitian tentang mata pelajaran agarna Islam

yang menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Pada dasarnya

pendekatan pembelajaran kontekstual sangatlah efektif digunakan pada setiap

mata pelajaran. Dan kontekstual konsep pendidikan John Dewey lebih

memudahkan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran agama Islam.

Karena jika proses kegiatan belajar menggunakan pendekatan kontekstual

siswa terlibat untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan

pada proses pengalaman secara langsung. Secara umum pendekatan

kontekstual dapat disimpulkan:

1. Pendekatan kontekstual menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk

menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses

pengalaman secara langsung.

2. Pendekatan kontekstual mendorong agat siswa dapat menemukan

hubungan antara yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya

siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalarnan

belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.

3. Pendekatan kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari, hal demikian bukan hanya mengharapkan

siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana

materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-

hai^.7

Berdasarkan dari kesimpulan di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran

yang menggunakan pendekatan kontekstual siswa dapat mengaplikasikan dari

u John Dewey,loc. cit'Wina Sanjaya, loc. cit.

Page 61: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

49

Konsep yang telah dipelajari. Hal tersebut dapat menekankan kepada

anak bahwa setiap kejadian dalam kehidupan terdapat pembelajaran, melalui

pendekatan tersebutlah anak dapat menguasai pengetahuan, membentuk

konsep sendiri, memiliki kompetensi atau keterampilan yang sesuai dalam

kehidupan.

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual didasarkan pada pikiran bahwa

makna muncul dari hubungan antara isi dan konteksnya. Berbicara sisi isi dan

konteks (Content dan Context), dua wadah ini terdapat pada Quantum

Teaching. Context (konteks) adalah kemeriahan lingkungan tempat belajar

mengajar, sedangkan Content (Konten) adalah kekayaan materi yang

disampaikan kepada siswa. Konteks dan konten saling berkaitan, guru harus

memperhatikan dan menyiapkan betul dua wadah ini.

Konteks memberikan makna pada isi. Semakin banyak keterkaitan yang

ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya

bagi mereka. Jadi, sebagian besar tugas seorang guru adalah menyediakan

konteks. Semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran

akademis mereka dengan konteks ini, semakin banyak makna yang akan

mereka dapatkan dari pelajaran tersebut. Mampu mengerti makna dari

pengetahuan dan keterampilan akan menuntut pada penguasaan pengetahuan

dan keterampilan. Pendekatan kontekstual ada juga yang dikembangkan di

Indonesia, yaitu:

a. Belajar berbasis masalah (Problem based learning)

Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia

nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir

kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dalam

pengetahuan dan konsep yang esensi dari meteri pelajaran, dalam hal ini

siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang

Page 62: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

50

mengintegerasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi

pelajaran. Pendekatan ini mencangkup pengumpulan informasi yang

berkaitan dengan pertanyaan, mengintesis dan mempresentasikan

penemunya kepada orang lain.

b. Belajar berbasis (Cooperatif learning)

Pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa

untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam

mencapai tujuan.

c. Pembelajaran langsung

Pembelajaran hanya berpusat pada peran guru menurunkan strategi

pembelajaran langsung. Pembelajaran ini menekankan guru untuk lebih

memonitoring kegiatan siswa, disini peran guru sangat penting dalam

keberhasilan pembelajaran.

Ketika membangun pembelajaran dan pengajaran dengan pendekatan

kontekstual maka guru harus menggali, mengembangkan dan melakukan

perubahan terhadap dua hal tersebut, yaitu (1) konten apakah yang tepat untuk

dipelajari? (2) langkah-langkah kreatif apakah yang harus diambil untuk

membentuk dan memberi makna pada konteks? Apabila seorang guru dapat

focus dan mempersiapkan detail-detail dari masing-masing konteks dan

konten, akan banyak makna yang diperoleh para siswa dari kegiatan

belajarnya. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan ketika pembelajaran dan

pengajaran dengan pendekatan kontekstual di kelas yaitu:

a. Membangun dan memberi makna pada sisi konteks

Untuk membantu siswa melihat makna dari pelajaran sekolah yang sedang

mereka pelajari dengan menghubungkan pelajaran tersebut dengan

konteksnya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara pribadi, social

maupun budaya. Dalam sisi konteks, seorang guru dapat berkreasi secara

bebas dalam membangun landasan yang kokoh, menciptakan lingkungan

yang mendukung dan membuat rancangan belajar yang dinamis.

Page 63: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

51

Untuk membangun dan memberi makna pada konteks pembelajaran,

banyak pendekatan yang digunakan. Pendekatan pembelajaran adalah

suatu srategi (siasat) dalam mengajar yang digunakan untuk

memaksimalkan hasil pembelajaran. Pendekatan pembelajaran merupakan

srategi yag digunakan dalam upaya menciptakan berlangsungnya proses

pembelajaran dalam situasi, kondisi dan lingkungan belajar yang kondusif

dengan menitikberatkan pada salah satu sasaran yang ingin dicapai.

b. Mengaitkan pembelajaran dengan konteks sehari-hari siswa.

Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pengajaran

dan pembelajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengaitkan isi dari

mata pelajaran akademik dengan pengalaman mereka sendiri, mereka

menemukan makna dan makna memberikan mereka alasan untuk belajar.

Mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses

belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL. Keterkaitan isi

dengan konteks berhasil karena ini merupakan komponen dari CTL.

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa

dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran

akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan

mengaitkan keduanya, para siswa melihat maknanya di dalam tugas

sekolah. Ketika para siswa menyusun proyekatau menemukan

permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihandan

menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan,

ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, merencanakan,

menyelidiki, mempertanyakan dan membuat keputusan. Dengan

mengaitkan isi akademik dengan konteks dalam situasi kehidupan dengan

cara ini mereka menemukan makna.

Otak terus-menerus mencari makna dan menyimpan hal-hal yang

bermakna, proses mengajar harus melibatkan para siswa dalam pencarian

Page 64: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

52

makna. Proses belajar harus memungkinkan para siswa memahami arti

pelajaran yang mereka pelajari. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual

meminta para siswa melakukan hal tersebut karena CTL mengajak para

siswa membuat hubungan-hubungan yang mengungkapkan makna. CTL

memiliki potensi untuk membuat para siswa berminat belajar.

B. Contoh konsep pendidikan John Dewey pada mata pelajaran agama Islam

(pendekatan kontekstual)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Kelas/Semester : VII/1

Alokasi waktu : 2x40 menit

Standar kompetensi : Memahami tata cara sholat berjama’ah dan munfarid

Kompetensi dasar : 1. Menjelaskan pengertian sholat berjama’ah dan munfarid

2. Mempraktikkan sholat berjama’ah dan munfarid

Tujuan pembelajaran : Siswa mampu menjelaskan dan mempraktikkan sholat

berjama’ah dan munfarid

Materi pembelajaran : Tata cara pengurusan jenazah (terlampirkan)

Metode pembelajaran :

1. Ceramah

2. Proyek (John Dewey)

3. Menemukan (inquiry)

4. Masyarakat belajar (learning community)

5. Pemodelan (Modelling)

Page 65: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

53

6. Refleksi (Reflection)

Langkah-langkah pembelajaran

1. Pendahuluan

No Kegiatan pembelajaran Nilai

karakter Waktu

1

Kegiatan Awal

Guru masuk ke dalam seraya mengucapkan salam dan

mengkondisikan suasana kelas agar para siswa dapat

belajar dengan nyaman

Religius,

patuh 2 menit

2 Guru memimpin membaca do’a dan mengabsen siswa

terlebih dahulu

Disiplin,

perhatian 2 menit

3

a. Appersepsi

Guru mengaitkan materi yang lalu atau mengaitkan

masalah kehidupan sehari-hari dengan materi hari ini

Peduli 2 menit

4 Guru menjelaskan kepada siswa tentang materi ketentuan

sholat berjama’ah dan munfarid Perhatian

10

menit

2. Kegiatan Inti

2.1 Eksplorasi

No Kegiatan pembelajaran Nilai

karakter Waktu

1

Kegiatan Awal

Guru menyuruh siswa untuk membuat kelompok yang

beranggotakn 4 orang, kemudian guru memberikan lembar

pengamatan untuk diisi tiap individu sedangkan studi kasus

untuk tiap kelompok

Teliti 9 menit

2 Setelah mereka mendapatkan lembaran tersebut, guru

memerintahkan siswa untuk mengisi lembaran Patuh 5 menit

Page 66: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan, setelah dilakukan

penelitian, maka kontekstual konsep pendidikan John Dewey dapat digunakan

pada mata pelajaran Agama Islam. Pendekatan kontekstual lahir dari paham

konstruktivisme, yaitu paham yang berpendapat bahwa pembelajaran bermakna itu

bermula dari pengetahuan dan pengalaman yang ada pada peserta didik.

Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey

pada tahun 1916. Dan Kontekstual konsep pendidikan John Dewey tersebut dapat

digunakan pada mata pelajaran apapun khususnya mata pelajaran agama Islam.

B. Saran

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, untuk itu agar mencetak anak

bangsa yang berkualitas hendaknya lebih diperhatikan lagi faktor-faktor yang

menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Misalnya, ketersediaan fasilitas belajar,

manajemen kelembagaan, muatan kurikulum, kesejahteraan guru, ketersediaan

guru baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Proses belajar-mengajar dan hasil

belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Untuk

itu guru perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Guru perlu memilih pendekatan serta metode pembelajaran yang sesuai agar

anak lebih berminat dan aktif dalam belajar, terlebih lagi mata pelajaran agama

Islam.

2. Guru pendidikan agama Islam harus lebih kreatif lagi mengkombinasikan

metode-metode yang umumnya tidak pernah digunakan pada mata pelajaran

agama Islam atau metode yang cenderung lebih cocok digunakan untuk

pelajaran eksakta.

Page 67: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

55

3. Guru harus lebih memperhatikan keaktifan siswa di dalam kelas, janganlah

pembelajaran hanya berpusat guru sehingga yang mengerti hanya untuk guru

pribadi, menjadikan tujuan pembelajaran tak tersampaikan.

Page 68: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

DAFTAR PUSTAKA

Abdunahman. Meaningful Learning Re-Invensi Kebermal*taan Pembelajaran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet. I, 2007.

Ali, Hamdani. Filsafat Pendidikan Yogyakarta: Kota Kembang,2001.

Arifin, M. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Lingkungan

Sekolah dan Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

Arifin, Zainal Penelitian pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung :

PT. Rosdakary42017.

As'adi, Basuki dan Ulum, Miftahul. Pengantar Filsafat Pendidikan. Jakarta:

Stain PO Press. Cet. I, 2010.

Azwar, Syaifuddin. Metodologi Penelitian Yogyakarta : Pustaka Pelajar Ofifset,

2004.

Dewey, John. Democracy and Education. EBook #852, 2010.

(http://www.gutenberg.org/files/852/852-h/852-h.htm). diakses tanggal 28

Januai2014

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.

Cet. fV,2009.

Hadi, Sutrisno. Metodologi research. Yogy'akarta : Andi Ofset. Cet. XXV, 2007.

Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

2009.

Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima,

2009.

Iman, Muis Sad. Pendidikan Partisipatif Menimbang Konsep Fitrah dan

Progresivisme John Dewey. Yogyakarta: Safiria lnsania Press. Cet. I,

2404.

Jalaluddin dan Abdullah. Filsafat Pendidikan. Iakarta: Gaya Media Pratama,

1997.

Johnson, Elaine B. Contextual Teaching And Learning: Menjadiknn Kegiatan

Belajar Mengajar Mengasyikan Dan Bermalcna. (Terjemahan Ibnu

Setiawan). Bandung: Mizan Learning Center, 2007.

Page 69: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

Mantap, Education. sejarah Pembelajaran Kontekstual. 2a14.

(http://www.education-mantaB.ble$pE!.gqgr), diakses tanggal 1 7 Agustus

2014

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta : Rineka Cipta, 2004.

Mayer, Fredrick. A History of Modern Philosophy. California: University ofRedlands,2000.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 7994.

Muhaimin. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam: pemberdayaan

Pengembangan Kurikulum, Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan.

Bandung: Nuansa: Cet. I, 2003.

Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. V,2010

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia. Cet. VII, 2009"

Pramita, Isti. "Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Matematik Melalui

Pendekatan Contextual Teaching Learning (PTK di SMKN 3 Bekasi,"

Skripsi pada Program Studi Pendidikan Matematika di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah J akarta, 201 .

Pratiwi, Nanda Putri. "Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching Learning

GfD Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Biotel*tologi

Sederhana," Skripsi pada Program Studi Pendidikan Biologi di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Iakarta, Z0I3

Rosalin, Elin. Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT.

Karsa Mandii Persada, 2008.

Rosjidi. Mencari Agama pada Abad xx wasiat Filsafat. Jakarta: pT. Bulan

Bintang, 1986.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana, 2008.

Siahaan. Prof. Dr. John Dewey, Penganut Filsafat Pragmatisme Penganjur

Sekolah Karya. Jakarta: KU, 1985.

Smith, lohn Semangat Filsafat Amerika. Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1995.

Soejono. Aliran Baru dalam Pendidikan Bandung: CV. Ilmu, 1997.

Page 70: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan Bandung: pT.

Remaja Rosdakarya. Cet. III,2007 .

Sumiati, Eti. "Penerapan Model (CfD Contextual Teaching Learning dalam

Pembelajaran IPA pada Materi Energi dan Perubahannya Sebagai tJpaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa" (PTK di Kelas II/ MI Ghidaul Athfal

Kota Sukabumi), Skripsi pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2012.

Surakhmad, Winamo. Pengantar Penelitian llmiah Dasar Metode Tehnik.

Bandung : Transito, I 998.

Syam, Muhammad Noor. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan

Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional, 1986.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja

Rosdakarya. Cet. IX, 2010.

Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Cet. I, 1997 .

IJsman, Uzer. Menjadi guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rodakarya,20ll.

Page 71: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN
Page 72: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN
Page 73: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN
Page 74: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN
Page 75: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN
Page 76: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN
Page 77: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN
Page 78: IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28524/3/RIRIN... · IMPLEMENTASI KONSEP PENDIDIKAN JOHN DEWEY . PADA MATA PELAJARAN