Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI METODE AMTSILATI DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KITAB
KUNING
(Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
Kalimantan Selatan)
Skripsi Ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
Maulidia
NIM. 13311242
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2017 M/ 1438 H
IMPLEMENTASI METODE AMTSILATI DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KITAB
KUNING
(Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
Kalimantan Selatan)
Skripsi Ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
Maulidia
NIM. 13311242
Pembimbing :
Dr. KH. Ahmad Dimyati Badruzzaman, MA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2017 M/ 1438 H
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan global saat ini menuntut dunia
pendidikan untuk selalu mengubah konsep
berpikirnya. Masa depan yang kian tidak menentu
dengan berbagai tantangan melekatnya yang akan
dihadapi oleh umat manusia pada abad ke-21
memiliki implikasi luas dan mendalam terhadap
berbagai macam rancangan pengajaran dan teknik
pembelajaran.1
Pentingnya kreativitas dan kemampuan yang
tinggi dalam proses pengajaran yang harus dimiliki
oleh seorang guru dalam menghadapi tantangan
perkembangan global pada dunia pendidikan
menjadi salah satu motivasi dalam meningkatkan
kualitas pengajaran yang digunakan dalam
menyampaikan bahan pembelajaran agar dapat
1 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012) cet. Ke-3 hal. 4
2
mewujudkan pembelajaran yang berhasil secara
akademik sehingga tercapailah tujuan pembelajaran.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain mengatakan bahwa “belajar mengajar adalah
kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan
anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif
dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuann
tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran
dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan
kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan
memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan
pengajaran.”2
Peningkatan akses terhadap pendidikan yang
berkualitas terhadap pendidikan yang lebih
berkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan
bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan Negara
Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-
undang dasr 1945 (UUD 1945) yaitu :
2 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Startegi Belajar
Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hal. 1
3
“Melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan
bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Sejalan dengan itu, pasal 28 ayat (1) UUD
1945 yang berbunyi:
“Bahwa setiap orang berhak mengembangkan
diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan umat manusia”.
Kemudian dipertegas oleh pasal 31 ayat (1)
yang berbunyi:
“Bahwa setiap warga Negara berhak
mendapatkan pendidikan”.3
Pada UUD 1945 diatas dapat kita ketahui
bahwa Undang-undang tersebut menyiratkan tentang
pendidikan tidak hanya pilar terpenting dalam
mencerdaskan anak bangsa akan tetapi pendidikan
merupakan syarat mutlak dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
3 Dodi Andika, Pendidikan di Tengah Gelombang
Perubahan, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2007), hal. 3
4
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
dewasa ini adalah tidak lain sebagai bukti nyata dari
keberhasilan para kaum terpelajar yang selalu haus
akan ilmu pengetahuan. Mereka tidak pernah
menghindarkan diri dari perbuatan belajar dan selalu
belajar. Akan tetapi, perlu disadari bahwa ilmu tidak
datang dengan sendirinya. Ilmu itu harus dicari
lewat sumbernya.4
Dalam agama Islam, Bahasa Arab merupakan
kunci pokok pembuka cakrawala ilmu pengetahuan,
sebagaimana kita ketahui bahwa Islam adalah agama
yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW, wahyu-wahyu yang diturunkan
dihimpun menjadi kitab suci Al-Qur‟an yang
berbahasa Arab. Dengan bahasa Arablah seorang
muslim dapat mengetahui ajaran-ajaran pokok
agama dan juga dapat mengetahui sejarah, ilmu serta
kebudayaan Islam.5 Al-Qur‟an diturunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad dengan
4 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hal. 1 5 Muhammad Thalib, Sistem Cepat Pengajaran Bahasa
Arab, (Bandung: Gema Risalah Press,1997) hal.16
5
menggunakan bahasa Arab sebagaimana firman
Allah dalam surat Yusuf ayat 2 :
“Sesungguhnya kami menurunkan berupa al-
Quran dengan bahasa Arab, agar kamu
memahaminya" (Q.S. Yusuf [12]: 02).
Sebagai umat Islam yang berpedoman kepada
Al-Qur‟an dan Sunah maka suatu keharusan bagi
umat Islam untuk menelaah kandungannya untuk
menjadi tolak ukur bagi kehidupan dan tingkah laku
mereka setiap hari. Bahkan secara ushul fiqh,
mempelajari tata bahasa hukumnya wajib sebab
mempelajari washilah kepada yang wajib, maka
mepelajari bahasa Arab pun jadi wajib hukumnya.
Pesantren sebagai lembaga tafaqquh fi al-din
yang telah tersebar luas di nusantara dari sejak
munculnya hingga sekarang karena memang
mempunyai daya tarik bagi masyarakat. Di dalam
pesantren banyak ilmu-ilmu yang dipelajari seperti
ilmu tafsir Al-Qur‟an, akhlak, fiqh dan nahwu.
6
Mayoritas pesantren menggunakan kitab-kitab
klasik sebagai sumber pelajaran dari ilmu-ilmu
pengetahuan Islam untuk mengkaji lebih dalam Al-
Qur‟an dan Hadits. Kitab-kitab klasik ini biasa
disebut dengan kitab kuning atau kitab gundul. Di
sebut kitab gundul juga karena kitab tersebut tidak
mempunyai harokat atau syakal.
Kitab kuning sebagai kitab keagamaan yang
ditulis dalam bahasa Arab merupakan pelajaran
pokok di pesantren khususnya pesantren salafi untuk
mengembangkan pengajaran agama Islam karena
kitab kuning pada umumnya dipahami sebagai kitab
bahasa Arab, menggunakan teks Arab yang
dihasilkan oleh para ulama dan pemikir muslim di
masa lampau khususnya yang berasal dari Timur
Tengah.6
Pada zaman sekarang ini pengaruh globalisasi
telah banyak mengkontaminasi dunia pendidikan
bahkan sampai ke lingkungan pesantren sekalipun
6 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan
Modernisasi Menuju Millenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2002) cet ke-IV h. 112
7
sehingga mengurangi kemampuan para santri dalam
membaca kitab kuning. Padahal para santri harus
bisa memahami kitab kuning dengan baik agar bisa
memahami kandungan dari Al-Qur‟an dan Hadits.
Sebab kelak ketika mereka pulang ke kampung
halaman, mereka dituntut harus bisa menyebarkan
ilmu yang bermanfaat kepada umat manusia.
Kemampuan santri dalam pembelajaran kitab
kuning sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu salah satunya masalah klasik berupa aspek
kebahasaan. Dimana pesantren di Indonesia
menggunakan bahasa Ibu sedangkan kitab kuning
menggunakan bahasa Arab. selain itu, pemahaman
dari isi kitab terutama ketika mencoba
menganalogikan (qiyas) permasalahan sekarang
dengan problem yang telah dibahas oleh para ulama
terdahulu dalam kitab-kitabnya. Sebagaimana yang
kita ketahui, kebanyakan kitab kuning ditulis pada
abad 4-6 H, yang memiliki kondisi sosiokultural
yang berbeda dari apa yang dihadapi oleh
masyarakat Indonesia tepatnya pada saat ini.
8
Di abad pertengahan, banyak ilmuwan dan
cendikiawan muslim telah menyusun berbagai
metode yang sangat baik. Metode disusun agar para
siswa dapat memahami dan menyerap ilmu
pengetahuan yang diajarkan di madrasah-madrasah
dengan mudah.7 Banyaknya metode yang
diciptakan, maka seorang guru dituntut harus bisa
selektif dalam memilih metode yang tepat untuk
digunakan dalam menyampaikan materi.
Dari beberapa problematika yang telah
dipaparkan di atas tentang kesulitan dalam
mempelajari kitab kuning maka dibutuhkanlah
metode yang praktis untuk mempelajari kitab kuning
yaitu salah satunya metode Amtsilati.
Metode Amtsilati adalah salah satu alternatif
yang digunakan dalam mempelajari kitab kuning.
Metode ini merupakan metode praktis dalam
membaca kitab kuning sehingga metode ini dapat
memudahkan para santri dalam mempelajarinya.
Metode Amtsilati disusun oleh KH. Taufiqul Hakim,
7 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoretis-
Filosofis dan Aplikatif-Normatif , (Jakarta: Amzah, 2013) hlm. 139
9
beliau adalah pendiri pondok pesantren Darul Falah,
Bangsri, Jepara, pada tahun 2003. Kitab Amtsilati
terdiri dari lima jilid Amtsilati yakni satu Khulasah
Alfiyah Ibnu Malik (ringkasan dari syair Alfiyah),
dua jilid Tatimah, satu Qo‟idati, dan satu Sarfiyah.
Sama halnya dengan metode Qiro‟ati yang
menjadi metode cepat membaca Al-Qur‟an sehingga
memungkinkan orang untuk bisa belajar membaca
Al-Qur‟an dengan cepat, maka dengan metode
Amtsilati juga memungkinkan orang untuk bisa
membaca dan memahami kitab kuning yang tanpa
harokat/syakkal.
Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
adalah salah satu pesantren salafiy yang ada di
provinsi Kalimantan Selatan tepatnya di kota
Banjarbaru. Pesantren ini sangat menekankan pada
penguasaan fardu „ain dan kifayah untuk mengakar
di tengah masyarakat yang berorientasikan kepada
IMTAQ dan IPTEK serta mengembangkan potensi
kemanusiaan dengan segala dimensinya, baik
dimensi intelektual, moral, ekonomi, sosial, cultural
dalam rangka menciptakan sumber daya manusia
10
yang handal. Selain itu, pesantren ini juga
menjalankan amanah aqidah ahlu al-sunnah wa al-
jama‟ah melalui pengembangan pendidikan secara
kualitatif dan kuantitatif agar dapat memberdayakan
kader perjuangan muslim yang berwawasan luas.
Pondok Pesantren Al-Falah Puteri merupakan
pesantren salafi yang menggunakan metode
Amtsilati dalam mempelajari kitab kuning. Peneliti
memilih pondok pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru sebagai objek penelitian karena
pesantren tersebut mempunyai program pendidikan
non formal yang hanya mempelajari kitab Amtsilati
dengan tujuan agar memudahkan para santriwati
dalam mempelajari kitab kuning. Maka peneliti
tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi
metode Amtsilati dalam meningkatkan kemampuan
membaca kitab kuning para santriwati di Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru.
Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti
akan melakukan penelitian dengan judul
“Implementasi Metode Amtsilati dalam
11
Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab
Kuning”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, memperoleh identifikasi masalah,
yaitu:
1. Tingkat kemampuan guru/ustadz/ah dalam
menyampaikan bahan pembelajaran.
2. Faktor penghambat dan pendukung dalam
mempelajari kitab kuning.
3. Pelaksanaan metode Amtsilati dalam
meningkatkan kemampuan membaca kitab
kuning di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru.
4. Sejauh mana peran metode Amtsilati di pondok
pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru dalam
meningkatkan kemampuan membaca kirab
kuning.
5. Macam-macam metode pembelajaran yang
digunakan di pesantren
12
6. Dampak pengaruh aspek kebahasaan dalam
mempelajari kitab kuning
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan permasalahan maka
berdasarkan latar belakang masalah di atas
penulis membatasi penelitian ini pada
implementasi metode Amtsilati dalam
meningkatkan kemampuan membaca kitab
kuning di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan menjadi: Bagaimana implementasi
metode Amtsilati dalam meningkatkan
kemampuan membaca kitab kuning di Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru?
13
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dari perumusan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan
para santriwati membaca kitab kuning dengan
metode Amtsilati di pondok pesantren Al-Falah
Puteri Banjarbaru.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini
secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya
wawasan strategi pembelajaran serta praktek
pengembangan imu pengetahuan terutama dalam
bidang studi pendidikan agama Islam
2. Secara Praktis
Dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang metode Amtsilati sebagai
metode praktis dalam mempelajari dan
memahami kitab kuning.
14
Selanjutnya penelitian ini diharapkan
menjadi acuan bagi penyusunan program
pemecahan masalah dalam kesulitan atau
hambatan dalam mempelajari dan memahami
kitab kuning.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam hal ini penulis mencoba untuk
menjelaskan beberapa kajian pustaka yang pernah
dilakukan dan diteliti oleh beberapa mahasiswa atau
mahasiswi mengenai metode Amtsilati, seperti
penelitian yang dilakukan oleh:
1. Idah Mufidah, Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2012
dalam skripsinya yang berjudul “Implementasi
Pembelajaran Amtsilati sebagai Metode Praktis
Mendalami Al-Qur‟an dan Kitab Kuning Analisis
Proses Pembelajaran di Pondok Pesantren al-
Fajar Babakan Lebaksiu Tegal.” Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui prosedur penerapan
metode Amtsilati sebagai metode praktis dalam
mendalami Al-Qur‟an dan membaca kitab kuning
15
dan implementasinya dalam pengkajian kitab
kuning dan pembelajaran bahasa Arab dan
kekurangan serta kelebihan metode tersebut.
Pada skripsi tersebut terdapat kesamaan
pada objek penelitian yang akan dilakukan
penulis nanti yakni metode Amtsilati. Akan tetapi
dalam hal tersebut Idah Mufidah lebih lebih
terfokus pada implementasi pembelajaran
Amtsilati sebagai metode praktis mendalami Al-
Qur‟an dan kitab kuning.
Dalam skripsi tersebut penulisnya
menggunakan metode penelitian lapangan (field
research) yang masuk dalam kategori penelitian
kualitatif. Dengan hasil penelitian berupa hasil
penerapan metode Amtsilati di pondok pesantren
Al-Fajar efektif dalam membantu siswa terutama
dalam proses belajar membaca kita kuning dan
kaidah-kaidah bahasa Arab. Terbukti dengan
prestasi Juara I lomba Marhalah Ula Putri Kitab
Ta‟limu al-Muta‟allim Musabaqoh Fahmi
Kutubit thurots Kabupaten Tegal 2011 oleh
Eliyatul „Izzah santri ponpes Al-Fajar kelas VII
16
MTs yang sebelumnya belum pernah
mempelajari ilmu alat dan tandingannya adalah
seluruh pondok pesantren sekabupaten Tegal.
2. Akbar Fu‟ad, Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
2010 dalam skripsinya yang berjudul
“Pembelajaran Qawa‟id dengan Menggunakan
metode Amtsilati di Pondok Pesantren
Cijantung-Ciamis”. Pada skripsi tersebut terdapat
kesamaan dalam objek penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis nanti yakni tentang
metode Amtsilati. Akan tetapi, dalam skripsinya
Akbar Fu‟ad lebih terfokus pada pembelajaran
Qawa‟id dengan menggunakan metode Amtsilati.
Dalam hal ini Akbar Fu‟ad menggunakan
metode penelitian lapangan (field research) dan
kategori penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian kualitatif. Sedangkan dengan
pengumpulan data penulis mengadakan
observasi, wawancara, dokumentasi dan angket.
Hasil penelitiannya berupa pembelajaran
Qawa‟id dengan menggunakan metode Amtsilati
17
di pondok pesantren Cijantung Ciamis dirasa
cukup efektif, hal ini dibuktikan dengan aktifnya
santri untuk mengajarkan Amtsilati kepada
teman-temannya. Antusiasme santri dalam
mengikuti pembelajaran Qawa‟id menjadi besar
pula. Sehingga hal ini menjadikan santri lebih
mudah untuk memahami materi Qawa‟id dengan
cepat serta lebih ringan mempelajarinya
meskipun santri juga mengaji kitab kuning
lainnya serta menghafal Al-Qur‟an.
3. Irwan Fathullah, Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri (UIN) Malang 2008 dalam
skripsinya yang berjudul “Penerapan Metode
Amtsilati dalam Membaca Kitab Kuning di
Pondok Pesantren al-Hikam Malang”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui secara khusus
bagaimana penerapan, konsep metode Amtsilati
yang digunakan dalam proses belajar mengajar di
pesantren Al-Hikam, dan hambatan-hambatan
yang terdapat dalam pembelajaran baik itu
pengajar maupun peserta didik. Pada skripsi ini
terdapat kesamaan dengan objek penelitian yang
18
akan dilakukan oleh penulis nanti yakni tentang
metode Amtsilati. Akan tetapi Irwan Fathullah
lebih terfokus pada penerapan metode Amtsilati
dalam membaca kitab kuning.
Dalam skripsi tersebut penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus.
Metode pengumpulan datanya menggunakan
metode observasi, interview dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui
bahwa penerapan metode Amtsilati di pesantren
Al-Hikam terus dikembangkan dalam proses
belajar mengajarnya, karena mencari bagaimana
cara yang lebih baik lagi dalam menyampaikan
materi Amtsilati yang rata-rata mereka adalah
mahasiswa yang memiliki kegiatan selain di
pesantren, akan tetapi juga di kampus mereka.
4. Aminudur Yusuf Putra, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Jakarta 2014 dalam skripsinya yang berjudul
“Penerapan Metode Amtsilati dalam
Pembentukan Karakter Islami Siswa di P.P
19
Darul Falah Bangsri Jepara”. Latar belakang
peneliti dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana penerapan metode
amtsilati pondok pesantren Darul Falah Bangsri
Jepara, dalam pembentukan karakter Islami
siswa. Dalam hal ini terdapat kesamaan dengan
objek penelitian yang akan dilakukan penulis
nanti yakni tentang metode amtsilati. Akan tetapi
dalam hal ini Aminudur Yusuf Putra lebih
terfokus pada penerapan metode amtsilati dalam
pembentukan karakter islami siswa.
Dalam skripsi ini penulis menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis
metode deskriptif analisis, adapun teknik
pengumpulan datanya selain menggunakan data
teknik observasi dan wawancara, digunakan juga
dengan cara kuesioner.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
proses metode Amstilati yang dilakukan secara
aktif, komunikatif serta terjadinya interaksi
secara langsung antara guru/ustadz dengan
siswa/santri dapat menimbulkan karakter
20
siswa/santri menjadi terbentuk, terlebih lagi
adanya beberapa faktor pembelajaran yang
dominan untuk pembentukan karakter islami
siswa/santri seperti faktor pembelajaran dan
lingkungan.
5. Shohibi, Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Walisongo Semarang 2010 dalam
skripsinya yang berjudul “Efektivitas Metode
amtsilati Dalam Pembelajaran Membaca Kitab
Kuning Studi Kasus Pada Siswa Madrasah
Diniyyah Awwaliyah Tarbiyatus Shibyan Wal
Banat Desa Kesambi Kecamatan Mejobo
Kabupaten Kudus”. Latar belakang peneliti
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana efektifitas metode Amtsilati dalam
pembelajaran membaca kitab kuning pada siswa
Madrasah Diniyyah Awwaliyyah Tarbiyatus
Shibyan Wal Banat Kesambi. Dalam skripsi ini
terdapat kesamaan dengan objek penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis nanti yakni tentang
metode Amtsilati. Akan tetapi Shohibi lebih
21
terfokus pada efektivitas metode Amtsilati di
pembelajaran membaca kitab kuning.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode penelitian kualitatif sedangkan dalam
pengumpulan data menggunakan metode
observasi, tes praktik membaca kitab kuning,
dokumentasi dan wawancara. Dengan hasil
penelitian bahwa metode Amtsilati terbukti
efektif dan efisien. hal ini dapat dilihat dari hasil
tes praktik membaca anak siswa iv, v dan vi
Madrasah Diniyyah Awwaliyyah Tarbiyatus
Shibyan Wal Banat Kesambi Mejobo Kudus
yang telah mampu membaca kitab kuning sesuai
kaidah nahwu dan sharaf.
Hasil penelitian ini berupa persentase dari
hasil penilaianPersentase yang diperoleh dari 24
siswa kelas IV : 21,9% baik sekali, 56,2 % baik
dan 18,8% cukup hanya ada 3,1% tergolong
masih kurang. Persentase dari 20 siswa kelas V :
23,7% baik sekali, 65% baik dan 8,7% cukup,
hanya ada 2,5 % tergolong masih kurang.
Persentase dari 14 siswa keas VI, 16% baik
22
sekali, 71,4 baik dan 12,5% cukup, tidak ada
yang tergolong masih kurang.
G. Metodologi penelitian
1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri terletak di Jalan A.
Yani Km. 23 Landasan Ulin Tengah Kecamatan
Landasan Ulin Kota Banjarbaru Kalimantan
Selatan. Waktu penelitian ini dilaksanakan
terhitung dari awal bulan Juli sampai dengan
selesai.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian menggunakan penelitian
studi kasus merupakan penelitian jenis kualitatif
yang mendalam tentang individu, kelompok,
intuisi, dan sebagainya dalam waktu tertentu.
Tujuan studi kasus adalah berusaha menemukan
makna, menyelidiki proses, serta memperoleh
pengertian dan pemahaman yang mendalam
serta utuh dari individu, kelompok, atau intuisi
tertentu.
23
3. Metode Penelitian
Penelitian Dalam studi kasus diperoleh
dengan wawancara, observasi, dan mempelajari
berbagai dokumen yang terkait dengan topik
yang diteliti.8
4. Obyek Penelitian
Obyek penellitian dalam skripsi ini adalah
Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
Kalimantan Selatan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini peneliti
menggunakan metode penelitian lapangan (field
research), yaitu mengumpulkan data dengan
cara langsung ke lapangan dengan melakukan
observasi, interview (wawancara), dan
dokumetasi.
H. Sistematika Penulisan
Dalam teknik penulisan ini, penulis mengacu
pada pedoman Teknik penulisan Skripsi, Tesis, dan
8 Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif
Skripsi dan Tesis, (Yogyakarta:Suaka Media, 2015) hlm.12
24
Disertasi yang diterbitkan oleh Institut Ilmu al-Qur‟an
(IIQ) Jakarta. Penerbit: Jakarta Press, Tahun 2011.
Untuk mempermudah pemahaman dan memperoleh
kejelasan dalam skripsi ini, penulis membagi menjadi 5
bab, yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang: Latar Belakang,
Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika
Penulisan.
BAB II: KAJIAN TEORI
Pada bab ini mencakup landasan teoritis atau
konsep yang mendukung penulisannya itu
meliputi: Definisi Metode Amtsilati, Metode
Yang Digunakan dalam Pesantren, Penerapan
Metode Amtsilati dan Kelebihan serta
Kekurangan Metode yang Digunakan.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini meliputi: Waktu dan Lokasi Penelitian,
Metode Penelitian, Sumber Data, Metode
25
Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan dan
Metode Analisis Data.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini meliputi: Gambaran Tentang (Nama
Sekolah) Meliputi Sejarah Singkat Sekolah,
Visi, Misi dan Tujuan, Keadaan Fasilitas Sarana
Prasarana, Tenaga Kerja Dan Membahas Hasil
Penelitian.
BAB V: PENUTUP
Yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran serta
Lampiran.
27
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Metode Pendidikan
1. Pengertian Metode
Proses belajar mengajar merupakan
interaksi yang dilakukan antara guru dengan
peserta didik dalam suatu pengajaran untuk
mewujudkan tujuan yang ditetapkan.1 Tidak
jarang dalam sebuah interaksi antara guru dan
peserta didik terdapat kesalahan komunikasi
karena kurangnya cara penyampaian yang efektif
sehingga materi pelajaran yang disampaikan
tidak dapat diserap dengan baik bahkan sangat
mungkin terjadi distorsi pemahaman materi yang
ditangkap oleh peserta didik. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, maka sangat
diperlukan metode yang sesuai dengan materi
yang diajarkan agar tercapai tujuan pembelajaran.
1Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT
Rosdakarya, 2016) hlm. 135
28
Kata metode berasal dari bahasa Yunani,
yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan
hodos berarti jalan atau cara. Dengan bahasa
Arab, kata metode dikenal dengan istilah
thariqah yang berarti langkah-langkah yang
diambil seorang pendidik guna membantu peserta
didik merealisasikan tujuan tertentu.2 Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata metode
diartikan sebagai cara yang teratur yang
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan.3
Sementara itu, pendidikan merupakan
usaha membimbing dan membina serta
bertanggung jawab untuk mengembangkan
intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan
dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
2 Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hlm. 185 3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) hlm. 740
29
sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah
sebuah proses dalam membentuk manusia-
manusia muslim yang mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan
merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai
khalifah Allah SWT, baik kepada Tuhannya,
sesama manusia dan sesama makhluk lainnya.
Pendidikan yang dimaksud selalu berdasarkan
kepada ajaran Al-Qur‟an dan Hadits.4
Berikut ini ada beberapa definisi yang
dikemukakan oleh para ahli yang ditulis oleh Sri
Mulyani dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Pendidikan Islam, yaitu :
1. Athiyah Al-Abrasyi mendifinisikan metode
sebagai jalan yang kita ikuti untuk memberi
pemahaman kepada murid-murid dalam segala
macam pelajaran. Jadi, metode juga
merupakan rencana yang kita buat untuk diri
kita sebelum memasuki kelas.
2. Abdurrahim Ghunaimah menyebut metode
sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk
menyampaikan sesuatu kepada anak didik.
4 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) hlm. 40
30
3. Edger Bruce Wesley mendifinisikan metode
sebagai kegiatan terarah bagi guru yang
menyebabkan terjadinya proses belajar
mengajar yang berkesan.5
Berkenaan dengan metode, Al-Qur‟an (Al-
Nahl ayat 125) telah memberikan petunjuk
mengenai metode pendidikan secara umum yang
berbunyi:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar". (Q.S. Luqman [31]:13)
Kata ya‟idhu pada ayat di atas merupakan
fi‟il mudhari‟ dari kata wa‟adha. Kata wa‟adha
berasal dari huruf waw, „ain dan dha‟ yang
berarti memberikan peringatan dengan baik yang
dapat menggugah dan melunakkan hati.6 Al-
Qur‟an menggunakan kalimat-kalimat yang
5 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoretis-
Filosofis dan Aplikatif-Normatif, (Jakarta : Amzah, 2013) hlm. 139 6
31
menyentuh hati untuk menimbulkan kesadaran
pada diri manusia sehingga tergugah untuk
mengamalkan isi nasihat yang diberikan.
Dari ayat tersebut peneliti mengetahui
petunjuk Al-Qur‟an tentang metode pendidikan
yang digunakan Luqman untuk mengajarkan
anaknya adalah dengan metode nasihat.
Memberi nasihat merupakan salah satu metode
penting dalam pendidikan Islam. Dengan metode
ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang
baik ke dalam jiwa apabila digunakan dengan
cara mengetuk pintu relung jiwa melalui pintunya
yang tepat.
Titik sentral dari fungsi manusia adalah
beribadah kepada Allah, fungsi demikian dapat
berkembang dengan cukup baik bilamana
kemampuan-kemapuan ganda dalam diri
pribadinya selaku makhluk Allah diberi
bimbingan dan pengarahan yang baik melalui
proses pendidikan ke jalan yang diridhai oleh
Tuhannya. Metode sebagai suatu subsistem ilmu
pendidikan Islam yang berfungsi sebagai alat
32
pendidikan maka seluruh firman Tuhan dalam
Al-Qur‟an sebagai sumber ilmu pendidikan Islam
mengandung implikasi-implikasi metodologis
yang komprehensif mencakup semua aspek
kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan
pribadi manusia.7
Dari berbagai definisi di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa metode merupakan suatu
cara yang dirancang dan disiapkan oleh seseorang
sebelum kegiatan dimulai guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kemudian jika kata
metode dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka
memiliki arti berupa cara yang dirancang dan
disiapkan untuk digunakan dalam menyampaikan
syiar agama Islam agar memperoleh pengetahuan
Islam guna menanamkan jiwa yang agamis pada
diri seseorang untuk dapat menjadi pribadi yang
Islami.
7 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis
Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner), (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2011), hlm. 67
33
2. Metode dalam Pendidikan Islam
Dalam dunia pendidikan, pengajaran
berintikan interaksi antara guru dengan peserta
didik. Proses belajar dan mengajar merupakan
dua hal yang berbeda tetapi membentuk satu
kesatuan, ibarat sebuah mata uang yang bersisi
dua. Apabila guru mengajar dengan pendekatan
yang bersifat menyajikan atau ekspositori, maka
peserta didik akan belajar dengan cara menerima,
dan apabila guru mengajar dengan menggunakan
pendekatan yang lebih mengaktifkan siswa,
seperti pendekatan diskaveri/inkuiri, maka
peserta didik akan belajar dengan yang aktif
pula.8
Metode pendidikan Islam adalah cara-cara
yang digunakan dalam mengembangkan potensi
peserta didik untuk mencapai tujuan Islam.9
Karena pengajaran adalah bagian dari pendidikan
Islam, maka berbagai pendekatan yang
8 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan
Pengajaran, (Jakata: Rineka Cipta, 2010) hlm. 30-31 9 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah,
2011) hlm. 181
34
dipergunakan dalam pembelajaran agama Islam
harus dijabarkan ke dalam metode pembelajaran
PAI yang bersifat prosedural.10
Dalam
menjalankan proses pengajaran yang efektif dan
efisien maka sangat dibutuhkan perencanaan
pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan
jelas.
Di abad pertengahan, banyak ilmuwan dan
cendikiawan muslim telah menyusun berbagai
metode yang sangat baik. Metode disusun agar
para siswa dapat memahami dan menyerap ilmu
pengetahuan yang diajarkan di madrasah-
madrasah dengan mudah.11
Banyaknya metode
yang diciptakan, maka seorang guru dituntut
harus bisa selektif dalam memilih metode yang
tepat untuk digunakan dalam menyampaikan
materi. Sebelum memilih metode yang tepat,
perlu diperhatikan dasar-dasar metode pendidikan
10
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran:
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, hlm. 135 11
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoretis-
Filosofis dan Aplikatif-Normatif, hlm. 139
35
yang berupa agamis, biologis, dan psikologis
yang meliputi hal-hal berikut:
a. Tujuan;setiap bidang studi mempunyai tujuan
bahkan dalam setiap topik pembahasan tujuan
pengajaran ditetapkan lebih terinci dan
spesifik sehingga dapat dipilih metode
mengajar yang bagaimanakah yang cocok
dengan pembahasan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
b. Karakteristik siswa; adanya perbedaan
karakteristik siswa dipengaruhi oleh
latarbelakang kehidupan sosial ekonomi,
budaya, tingkat kecerdasan, dan watak mereka
yang berlainan antara yang satu dengan yang
lainnya, hal ini menjadi pertimbangan guru
dalam memilih metode apa yang terbaik
digunakan dalam mengkomunikasikan pesan
pengajaran kepada anak.
c. Situasi dan kondisi (setting); di samping
adanya perbedaan karakteristik siswa, tujuan
yang ingin dicapai, juga tingkat sekolah,
geografis, sosiokultural, menjadi bahan
36
pertimbangan dalam memilih metode yang
digunakan sesuai dengan setting yang
berlangsung.
d. Perbedaan pribadi dan kemampaun guru;
seorang guru yang terlatih bicara disertai
dengan gaya dan mimik, gerak dan irama,
tekanan suara akan lebih berhasil memakai
metode ceramah dibanding guru yang kurang
mempunyai kemampuan bicaranya.
e. Saran dan prasarana; karena persediaan sarana
dan prasarana berbeda antara satu dengan
sekolah lainnya, maka perlu menjadi
pertimbangan guru dalam memilih metode
mengajarnya. Sekolah yang memilki peralatan
dan media yang lengkap, gedung yang baik,
dan sumber belajar yang memadai akan
memudahkan guru dalam memilih metode
yang bervariasi.12
Berdasarkan lima pertimbangan diatas,
peneliti melihat bahwa penggunaan metode
12
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran
Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) hlm32-33
37
pendidikan menjadi fleksibel, relatif dan tentatif.
Fleksibel maksudnya metode yang digunakan
dalam menyampaikan materi yang satu dengan
yang lainnya berbeda (disesuaikan dengan
materi) atau ketika proses belajar mengajar
berlangsung bisa saja metode yang digunakan ada
perubahan dan penyesuaian oleh karena keadaan
agar materi yang disampaikan dapat diserap
dengan baik oleh peserta didik. Relatif
maksudnya tidak ada kemutlakan kebenaran
dalam penggunaan metode karena setiap metode
memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-
masing. Tentatif maksudnya tidak ada satu
metode pun yang cocok untuk semua peserta
didik dalam situasi dan kondisi karena setiap
peserta didik memiliki cara belajar dan
kepribadian yang berbeda-beda.
3. Metode pengajaran di Pesantren
Penyebaran ilmu atau nasyru al-„ilmi
menjadi pilar utama untuk menyebarkan agama
Islam. Dalam rangka nasyru al-„ilm, pesantren
terus-menerus mengevaluasi kurikulumnya
38
terutama yang berkaitan dengan pengabdian
masyarakat.13
Pesantren memberikan pengajaran dan
pendidikan dengan berpusat pada pokok-pokok
agama dan segala macam cabangnya. Yang
utama dipentingkan adalah pengetahuan-
pengetahuan yang berhubungan dengan bahasa
Arab (ilmu Sharaf, dan ilmu alat yang lain) dan
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
ilmu syari‟at sehari-hari (ilmu fikih, baik bagian
ibadahnya dengan ilmu Hadits dan Al-Qur‟an.14
Dalam mempelajari dan mendalami ilmu-
ilmu tersebut, pesantren memiliki metode yang
lazim dipergunakan dalam pondok pesantren
yang sampai saat ini masih dipraktekkan. Metode
pengajaran tersebut antara lain bandhongan,
wethonan, sorongan, halaqah/tahfidz.
a. Bandongan
13
M. Dian Nafi‟ dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren,
(Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara, 2007), hlm. 62 14
Marwan Saridjo, Pendidikan Islam dari Masa ke Masa,
(Jakarta: Yayasan Ngali Aksara & Penamadani, 2010), hlm. 42
39
Bandhongan dilakukan dengan cara
Kyai/guru membacakan teks-teks kitab yang
berbahasa Arab, menerjemahkan ke dalam bahasa
lokal, dan sekaligus menjelaskan maksud yang
terkandung dalam kitab tersebut. Metode ini
dilakukan dalam rangka memenuhi kompetensi
kognitif santri dan memperluas referensi
keilmuan bagi mereka. Memang di dalam
bandhongan, hampir tidak pernah terjadi diskusi
antara Kyai dan santrinya, tetapi teknik ini tidak
berdiri sendiri, melainkan diimbangi juga dengan
sorongan dan teknik lain yang para santri lebih
aktif.15
b. Sorongan
Metode sorongan merupakan suatu metode
yang ditempuh dengan cara guru menyampaikan
pelajaran kepada santri secara individual. Metode
ini diterapkan pada santri-santri kecil dan
jumlahnya sedikit. Melalui metode ini Kyai atau
ustadz mampu memahami kepribadian santri
15
M. Dian Nafi‟ dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren,
hlm. 67
40
secara relatif, mengamati perbedaan di antara
santri secara relatif detail, dan mempererat
kedekatan interaksi serta emosional antara kiai
atau ustadz dengan santri. Namun sisi negatif dari
metode sorongan ini menyangkut waktu karena
penerapan metode ini membutuhkan waktu yang
panjang sehingga mengakibatkan pemborosan
waktu.16
c. Metode Halaqah atau Tahfidz
Metode hafalan yang diterapkan di
pesantren-pesantren, umumnya dipakai untuk
menghafal kitab-kitab tertentu atau juga sering
dipakai untuk menghafal Al-Qur‟an baik surat
pendek atau secara keseluruhan. Bila ditelusuri,
metode hafalan ini mengharuskan santri mampu
mengahafal naskah atau syair-syair tanpa melihat
teks yang disaksikan oleh guru. Metode ini cukup
relevan untuk diberikan kepada santri-santri pada
usia tingkat dasar atau menengah. Dengan
demikian, tekanan pada pembelajaran ini adalah
16
Mujamil Qomar, Menggagas Pendidikan Islam,
(Bandung: PT Rosda Karya, 2014) hlm. 64
41
santri mampu menghafal sekumpulan materi
pembelajaran secara lancar melihat teks.17
Selain metode-metode tersebut masih ada
lagi beberapa metode yang diterapkan di
pesantren, salah satunya adalah metode Amtsilati.
Metode Amtsilati merupakan metode terobosan
baru yang digunakan untuk mendalami Al-
Qur‟an dan kitab kuning. Jika metode sorongan,
bandholan/wathonan memakan waktu dua tahun
mempelajarinya, Amtsilati hanya memerlukan
waktu sekitar 6 bulan mempelajarinya. karena
metode Amtsilati merupakan perpaduan dari
metode-metode lama tersebut.
B. Metode Amtsilati
1. Pengertian Metode Amtsilati
Amtsilati berasal dari bahasa Arab yakni
dari kata ( ل و ث م - ل ث م ي - ل ث م ) yang berarti
menyerupai. Diambil dari kata ( )مثال yang
17
Samsul Nizar, Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual
Pendidikan Islam Di Nusantara, (Jakarta: Kencana Prenada media
grup, 2013) hlm. 164
42
artinya contoh dan dalam bentuk jamak “ ثل ة ”ا م
yang berarti contoh-contoh18
dan berakhiran “ti”
yang mengikuti akhiran dari kata Qira‟ati.
Amtsilati adalah kitab atau buku berisi metode
membaca kitab kuning secara cepat, yang digagas
oleh KH. Taufiqul Hakim selaku pengasuh
Pondok Pesantren Darul Falah, Bangsri, Jepara
Jawa Tengah.19
Amtsilati merupakan materi-materi dasar
yang didesain dengan formula khusus dengan
contoh-contoh yang hampir secara keseluruhan
menggunakan ayat-ayat Al-Qur‟an. Dalam
penerapannya Amtsilati menggunakan
pendekatan sistem AKOMUDIS (Aktif,
Komunikatif, Dialogis) dari semua unsur elemen
yang terlibat didalam proses belajar mengajar.20
18 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997) hlm. 1309
19 Ensiklopedi NU,
http://www.nu.or.id/post/read/40297/amtsilati-metode-baru-ngaji-
nahwu, diakses tanggal 4 Juni 2017 20
Amtsilati, http://www.amtsilati.com/2017/03/kilas-
karakteristik-amtsilati.html, diakses tanggal 4 Juni 2017
43
Dari pengertian di atas peneliti
menyimpulkan bahwa Amtsilati merupakan suatu
cara cepat dan praktis untuk membaca tulisan
Arab yang tidak ada harakatnya. Materi
pembelajarannya menggunakan ayat-ayat Al-
Qur‟an dan Hadits dan kitab-kitabnya disusun
oleh KH. Taufiqul Hakim pengasuh Pondok
Pesantren Darul Falah, Bangsri, Jepara Jawa
Tengah. Kitab-kitab tersebut berjumlah sepuluh
jilid yang terdiri dari lima jilid kitab Amtsilati,
dua jilid Tatimmah, satu jilid Sharfiyyah, satu
jilid Qa‟idati, satu jilid Khulashah.
2. Kitab Amtsilati
Kitab Amtsilati merupakan kitab utama
yang digunakan untuk mempermudah membaca
kitab kuning. Kitab ini berisikan potongan-
potongan ayat Al-Qur‟an dan Hadits serta materi-
materi pelajaran. Metode ini dirancang semenarik
mungkin dan praktis agar para peserta
didika/santri dapat mempelajarinya dengan
mudah. Berikut ini adalah susunan materi pada
kitab Amtsilati, yaitu :
44
a. Amtsilati jilid I
Pada Jilid I terdiri dari penjelasan materi yang
berupa huruf jer (kata depan), isim dlomir (kata
ganti), isim isyarah (kata penunjuk), isim
maushul (kata penghubung).21
b. Amtsilati jilid II
Kitab ini merupakan lanjutan dari kitab
sebelumnya yang berisikan rumus-rumus guna
mengetahui tentang isim (kata benda) beserta
penjelasan-penjelasannya. Rumus-rumusnya
yaitu Rumus Utama, Rumus A1, dan Rumus
A2.22
c. Amtsilati Jilid III
Materi pada jilid ini lebih menekankan pada
penjelasan tentang isim, penerapan rumus yang
ada pada kitab sebelumnya, latihan memberi
21
Taufiqul Hakim, Amtsilati jilid 1, (Jepara: Al-Falah
Offset, 2003) 22
Taufiqul Hakim, Amtsilati jilid 2, (Jepara: Al-Falah
Offset, 2003)
45
makna pada kata berbahasa Arab yang diambil
dari ayat-ayat Al-Quran dan Hadits.23
d. Amtsilati jilid IV
Pada tahap jilid IV, para santri akan mempelajari
rumus-rumus selanjutnya dan diberikan
penjelasan tentang fi‟il madli (kata kerja lampau),
maf‟ul (obyek), fi‟il (pelaku).24
e. Amtsilati jilid V
Sama halnya dengan kitab sebelumnya, pada jilid
V ini merupakan lanjutan dari kitab sebelumnya,
kitab ini tidak berbeda jauh isinya dengan kitab
Amtsilati jilid IV, yakni masih menjelaskan
tentang fi‟il (kata kerja) namun lebih luas lagi,
seperti fi‟il mudhari‟ (kata kerja sekarang dan
yang akan datang), fi‟il amar (kata perintah).25
f. Tatimmah jilid I dan II
Kitab ini berisi tentang penerapan rumus yang
sangat penting, sehingga dapat memudahkan para
23
Taufiqul Hakim, Amtsilati jilid 3, (Jepara: Al-Falah
Offset, 2003) 24
Taufiqul Hakim, Amtsilati jilid 4, (Jepara: Al-Falah
Offset, 2003) 25
Taufiqul Hakim, Amtsilati jilid 5, (Jepara: Al-Falah
Offset, 2003)
46
peserta didik menerapkan berbagai kaidah yang
ada dan mudah menerapka pada kitab apapun.
Kitab Tatimmah jilid I digunakan setelah siswa
menyelesaikan jilid III Amtsilati, dan Tatimmah
jilid II digunakan setelah siswa menyelesaikan
Amtsilati jilid V.26
g. Sharfiyyah
Sharfiyyah adalah kitab yang penting berisi
tentang ilmu Sharaf, perpaduan tasrif lughawi-
istilahi dan i‟lal sekaligus. Sharfiyyah digunakan
sebagai tabel, apabila menemukan kata-kata yang
sulit yang tidak dibahas dalam Amtsilati, dengan
mengkiaskan kata tersebut dengan kata yang ada,
dengan melihat daftar isi.27
h. Qa‟idati
Rumus Qo‟idah merupakan kitab intisari dari
amtsilati mulai dari jilid satu sampai jilid lima
dan dilengkapi petunjuk nadloman yanga ada
pada kitab khulashati. Untuk mencapai
26
Taufiqul Hakim, Tatimmah 1 dan 2, (Jepara: Al-Falah
Offset, 2003) 27
Taufiqul Hakim, Shorfiyyah, (Jepara: Al-Falah Offset,
2003), hlm. iii
47
keberhasilan maka nadloman seyogyanya
dihafalkan, bila tidak mampu maka materi dan
rumus dipahami. Rumus Qo‟idah juga sebagai
kunci untuk mengukur kemampuan dan
keberhasilan siswa/santri.28
i. Khulashah
Kitab ini merupakan ringkasan syair-syair kitab
Alfiyah Ibn Malik, yang tadinya berisi 1000 bait
syair diringkas menjadi 184 syair. Kitab ini
digunakan mulai dari siswa mempelajari
Amtsilati jilid I-V.29
3. Metode Pembelajaran Amtsilati
Model pembelajaran yang dilaksanakan
dalam metode Amtsilati ini adalah model
pembelajaran klasikal. Model ini adalah model
belajar secara berkelompok yang bertujuan untuk
menciptakan suasana kondusif dalam proses
belajar mengajar. Model pembelajaran klasikal
yang diterapkan dalam metode Amtsilati ini
28
Taufiqul Hakim, Qo‟idati (Rumus Qoidah), (Jepara: Al-
Falah Offset, 2003), hlm. iii 29
Taufiqul Hakim, Khulashoh Alfiyah Ibnu Malik, (Jepara:
Al-Falah Offset, 2003), hlm. iii
48
dengan cara membentuk kelompok yang
ditentukan sesuai dengan jilidnya masing-
masing.30
Proses kegiatan mengajar pada metode
Amtsilati adalah sebagai berikut:
1) Mukaddimah
a) Guru membuka pembelajaran dengan
Basmalah
b) Guru membimbing santri membaca Al-
Fatihah untuk pengarang kitab dan orang-
orang yang membantu menyebarkan
metode Amtsilati.
2) Penyajian materi
a) Sebelum mengajar, Guru memerintahkan
kepada santri untuk mengulangi rumus dan
qa'idah sesuai dengan kebutuhan.
b) Guru memulai pelajaran dengan cara
membaca judul, kemudian membacakan
contoh permasalahan yang ada tanda ( ),
30
http://immtarbiyahpwt.blogspot.co.id/2011/08/metode-
membaca-alquran-dengan-amtsilati.html, diakses pada tanggal 5
September 2017
49
dengan memberikan keterangan
secukupnya.
c) Santri membaca semua contoh ayat dua kali
bacaan pertama lengkap tanpa waqaf sesuai
dengan nahwu, sedangkan bacaan kedua
diwaqafkan sesuai dengan tajwid.
d) Santri mengulangi keterangan yang ada di
bawahnya dan membaca dasar baitnya
dengan melihat pada buku khulashah.
e) Guru melanjutkan materi pada tabel di
samping atau bawahnya dengan cara yang
sama seperti di atas.
f) Sebelum mengakhiri belajar, terlebih
dahulu santri menghafalkan rumus dan
qaidah sesuai dengan materi yang baru
dipelajari.31
3) Evaluasi
31
http://immtarbiyahpwt.blogspot.co.id/2011/08/metode-
membaca-alquran-dengan-amtsilati.html, diakses pada tanggal 5
September 2017
50
a) Guru mengadakan evaluasi pada siswa atau
santri secara bergiliran untuk membaca
ayat-ayat yang ada beserta dasarnya.
b) Guru menyuruh para santri untuk mengisi
titik-titik dan ayat yang tidak berharakat
dengan lisan.
c) Guru memerintahkan para santri untuk
mengerjakan latihan memberi makna secara
bersama.
d) Untuk mengetahui kualitas tulisan santri,
guru memberi PR atau menyuruh santri
menulis materi yang ada.
e) Guru memberikan kesempatan kepada
santri untuk mengajukan pertanyaan yang
belum jelas.
4) Penutup
a) Guru menyampaikan kesimpulan dan
kesan-kesan berupa penekanan pelajaran
yang baru disampaikan.
51
b) Guru menutup pelajaran dengan bacaan
do'a dan hamdalah serta mengakhiri dengan
salam.32
Dalam mempelajari kitab Amtsilati peneliti
melihat bahwa pengajar harus paham dan
menguasai tentang prosedur pembelajaran kitab
Amtsilati serta urutan kitab-kitab tersebut mana
yang terlebih dahulu dipelajari sehingga
terbentuk proses pemahaman peserta didik secara
bertahap tentang gramatikal bahasa Arab (seputar
nahwu-sharaf).
4. Kelebihan dan kekurangan metode Amtsilati
Ada beberapa kelebihan yang dimilki
metode Amtsilati ini, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Peletakan rumus disusun secara sistematis.
2) Lebih praktis dan mudah untu dipahami.
3) Masa pembelajarannya relatif singkat.
32
http://immtarbiyahpwt.blogspot.co.id/2011/08/metode-
membaca-alquran-dengan-amtsilati.html, diakses pada tanggal 5
September 2017
52
4) Bisa diterapkan kepada anak-anak sedini
mungkin.
5) Siswa dapat menjadi guru bagi teman-
temannya.
6) Siswa menjadi aktif, komunikatif dan dialogis.
7) Penyelesaian gramatika bahasa Arab melalui
penyaringan dan pentarjihan.Rumus yang
pernah dipelajari diikat dengan hafalan yang
terangkum dalam dua buku khusus, yaitu
rumus Qa‟idah dan Khulashah Alfiyah.
Metode Amtsilati juga memilki kekurangan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Peserta didik harus memiliki daya ingat yang
kuat, bagi yang lemah akan merasa kesulitan
dalam mempelari kitab Amtsilati.
2) Materi pembelajaran hanya seputar inti
Nahwu-Sharaf, oleh karena itu para peserta
didik diharapkan untuk memperluas
pengetahuannya.
53
3) Padatnya pembelajaran Amtsilati, peserta didik
harus pandai membagi waktu.33
Setiap metode pasti memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Sehingga hal itu
menuntut para peserta didik/santri untuk terus
menuntut ilmu. Selain itu, peserta didik juga
harus mengaplikasikannya sebagai bentuk
implementasi dari setiap ilmu yang diperoleh.
Karena menuntut ilmu merupakan hal yang
wajib dilakukan oleh manusia untuk memperluas
wawasan sehingga derajat manusia pun bisa
terangkat. Hal ini sesuai dengan firman Allah di
dalam ayat Al-Qur‟an tentang menuntut ilmu
dengan jelas menyebutkan bahwa dengan
menuntut ilmu akan mengangkat derajat manusia.
Allah SWT berfirman:
33
Aminudur Yusuf Putra, “Penerapan Metode Amtsilati
Dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa di P.P Darul Falah
Bangsri Jepara,” Skripsi, (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah, 2014,) hlm. 17
54
“Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmupengetahuan beberapa derajat.” (Q.S.
Al-Mujadalah [58]: 11)
Selain itu peran seorang pengajar sangat
berpengaruh dalam proses belajar-mengajar. Para
guru/ustadz/ustadzah harus paham betul dan bisa
menggunakan metode Amtsilati dengan baik serta
dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. Pengajar juga harus
memperhatikan kondisi psikis anak didik agar
hasil pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
C. Kitab Kuning
1. Pengertian Kitab Kuning
Dalam dunia pesantren, penyebutan dari
kitab kuning masih belum diketahui secara pasti
asal-usulnya. Akan tetapi penyebutan kitab
55
kuning diambil berdasarkan dari berbagai sudut
pandang yang ada.
Istilah kitab kuning pada mulanya
diperkenalkan oleh kalangan luar pesantren
sekitar dua dasawarsa yang silam dengan nada
merendahkan (pejorative). Dalam pandangan
mereka, ia dianggap sebagai kitab yang berkadar
rendah, ketinggalan zaman dan menjadi salah
satu penyebab terjadinya stagnasi berfikir umat.
Pada mulanya sangat menyakitkan memang,
tetapi kemudian nama kitab kuning diterima
sebagai salah satu istilah teknis dalam studi
kepesantrenan.34
Istilah kitab kuning sebenarnya
diletakkan pada kitab warisan abad pertengahan
Islam yang masih digunakan pesantren hingga
saat ini.35
Dalam pandangan Ali Yafie makna kitab
kuning cenderung bersifat negatif, sebab dunia
pesantren dikesankan tidak mengenal buku-buku
34
Affandi Mochtar, membedah Diskursus Pendidikan
Islam, (Ciputat: Penerbit Kalimah, 2001), hlm. 36 35
Imam Bawani, Tradisionalisme dalam pendidikan Islam
(Surabaya : Al-Ikhlas, 1990) hlm. 134
56
di luar kitab kuning. Pandangan yang
dikemukakan ini tampaknya besifat kritis dan
evaluatif sehingga penjelasan ini lebih mewakili
penjelasan pesantren modern dibandingkan
dengan pesantren tradisional.
Secara lebih perinci tentang definisi kitab
kuning dikemukakan oleh Mas‟udi bahwa yang
termasuk kitab kuning adalah:
a. Kitab-kitab yang ditulis oleh ulama asing, tetapi
secara turun-temurun menjadi referensi yang
dipedomi oleh para Ulama Indonesia
b. Kitab-kitab yang ditulis oleh ulama Indonesia
sebagai karya tulis yang independen
c. Kitab yang ditulis oleh ulama Indoensia sebagai
komentar atau terjemahan atas kitab karya ulama
asing.36
Dalam tradisi intelektual Islam, khususnya
di Timur Tengah, dikenal dua istilah untuk
menyebut kategori karya-karya ilmiah
berdasarkan kurun dan format penulisannya.
Kategori pertama disebut al-kutub al-qadimah
(kitab-kitab klasik). Sedangkan kategori kedua
36
Samsul Nizar, Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual
Pendidikan Islam di Nusantara, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013) hlm. 146-147
57
disebut al-kutub ashriyyah (kitab-kitab modern).
Perbedaan yang pertama dari yang kedua antara
lain, dicirikan cara penulisannya yang tidak
mengenal pemberhentian, tanda baca
(punctuation), dan kesan bahasanya yang berat,
klasik dan tanpa syakal. Apa yang disebut dengan
kitab kuning pada dasarnya mengacu pada
kategori yang pertama, al-kutub al-qadimah.37
Dari berbagai definisi di atas peneliti
menyimpulkan bahwa kitab kuning adalah kitab-
kitab klasik berupa karya ilmiah yang ditulis oleh
ulama-ulama asing terdahulu. Hasil pemikiran
ulama-ulama tersebut kemudian dibukukan
dengan menggunakan kertas berwarna kuning
sehingga di Indonesia khususnya kalangan
pesantren menyebutnya kitab kuning.
2. Urgensi kitab kuning
Pada umumnya pesantren di pandang
sebagai sub-kultur yang mengembangkan pola
kehidupan yang unik menurut “kaca mata”
37
Affandi Mochtar, membedah Diskursus Pendidikan
Islam, hlm. 37
58
umum, modern. Selain sebagai faktor
kepemimpinan kiai-ulama, kitab kuning adalah
faktor penting yang menjadikan karakterisktik
sub-kultur itu. Selain sebagai pedoman bagi tata
cara keberagamaan, kitab kuning difungsikan
juga oleh kalangan pesantren sebagai referensi
nilai universal dalam menyikapi segala tantangan
kehidupan.
Dari kalangan pesantren sendiri, sejauh ini
sebetulnya belum ada pertanggungjawaban
filosofis (argumentatif) yang utuh, dalam
pengertian modern, ihwal penempatan kitab
kuning sebagai referensi nilai-nilai universal
mereka. Alasan pemilihan kitab kuning bisa
dirumuskan dengan mempertimbangkan
perkembangan tradisi intelektual Islam Nusatara.
Dalam bukunya Sa‟id Aqiel menulis
tentang pandangan Ali Yafi mengenai kitab
kuning sebagai berikut: “peran kitab ini sebagai
salah satu unsur mutlak dari pengajaran atau
pendidikan pesantren adalah sedemikian
pentingnya dalam proses terbentuknya
59
kecerdasan intelektual dan moralitas kesalihan
(kualitas keberagamaan) dalam diri peserta didik
atau santri.”38
Dengan beberapa catatan, Abdurrahman
Wahid mempertimbangkan segi dinamis dari
perkembangan kitab kuning di pesantren.
Menurutnya, kitab kuning merupakan faktor
penting dalam pembentukan tradisi keilmuan
yang fiqih-sufistik, yang didukung penguasaan
ilmu-ilmu instrumental, termasuk ilmu-ilmu
humanistik (adab)-nya. Tanpa kitab kuning
dalam pengertian yang lebih kompleks, tradisi
intelektual di Indonesia agaknya tidak akan bisa
keluar dari kemelut sufi-ekstrem dan fiqh-
ekstrem.39
Dengan demikian ada dua pandangan
mengenai posisi dan signifikansi kitab kuning di
pesantren. Pertama, kebenaran kitab kuning bagi
38
Sa‟id Aqiel Siradj dkk, Pesantren Masa Depan (Wacana
Pemberdayaan Dan Transformasi Pesantren), (Bandung: Pustaka
Hidayah, 1999) hlm. 233 39
Sa‟id Aqiel Siradj dkk, Pesantren Masa Depan (Wacana
Pemberdayaan Dan Transformasi Pesantren), hlm. 234
60
kalangan pesantren adalah referensi yang
kandungannya sudah tidak perlu dipertanyakan
lagi. Kitab kuning dipandang sebagai pemasok
teori dan ajaran yang sudah sedemikian rupa
dirumuskan oleh ulama-ulama dengan bersandar
pada Al-Qur‟an dan hadits Nabi. Kedua, muncul
pandangan dalam tiga dasawarsa terakhir ini
bahwa kitab kuning sangatlah penting bagi
pesantren untuk memfasilitasi proses
pemahaman keagamaan yang mendalam
sehingga mampu merumuskan penjelasan yangs
segar tetapi tidak ahistoris mengenai ajaran
Islam, Al-Qur‟an dan Hadits Nabi.40
Mempelajari kitab kuning dan
menjadikannya referensi bukan berarti
mengabaikan Al-Qur‟an dan Hadits Nabi akan
tetapi justru dengan mempelajari kitab kuning
pada hakikatnya mengamalkan kedua ajaran
tersebut. Mempelajari kitab kuning adalah cara
yang paling aman untuk memahami kedua
40
Sa‟id Aqiel Siradj dkk, Pesantren Masa Depan (Wacana
Pemberdayaan Dan Transformasi, hlm. 235
61
sumber utama tersebut agar tidak terjerumus
dalam kesalahan dan kekeliruan yang dibuat
sendiri. Sebab kandungan kitab kuning
merupakan penjelasan yang telah tersedia alias
siap pakai dengan rumusan hukum yang
bersumber dari Al-Qur‟an dan hadits Nabi yang
telah dipersiapkan para mujtahid dalam segala
bidang. Oleh karena itu untuk tetap menjadikan
pesantren sebagai pusat kajian keislaman, maka
pemeliharaan dan pengayaan kitab kuning harus
terus menjadi ciri utamanya.
3. Macam-macam kitab kuning
Beberapa macam kitab kuning lazim yang
dipelajari di pondok pesantren ialah kitab-kitab
terbitan abad pertengahan (sekitar abad 12
sampai dengan 15). Keseluruhan kitab-kitab
klasik yang diajarkan di pesantren dapat
digolongkan ke dalam 8 kelompok, yaitu: Nahwu
(syntax) dan Sharaf (morfologi), Fiqh, Ushul
fiqh, Hadits, Tafsir, Tauhid, Tasawuf.
Kesemuanya ini dapat pula digolongkan ke dalam
tiga kelompok yaitu:
62
a. Kitab-kitab dasar
b. Kitab-kitab tingkat menengah
c. Kitab-kitab besar.41
Untuk kitab-kitab dasar yang dipergunakan
antara lain:
1) Nahwu, kitab-kitabnya :
a) Matan al-jurûmiyyah karangan Abu
Abdillah Muhammad bin Muhammad bin
Dawud ash-Shinhaji (Ibnu Ajurum).
b) Mutammimah karangan Syekh Syamsuddin
Muhammad bin Muhammad ar-Ra‟ini al-
Maliki asy-Syahiri.
2) Fiqih, kitab-kitab :
a) Matan Taqrîb karangan Ahmad bin al-
Husein bin Ahmad al-Asbahani.
b) Fath al-Qarîb karangan Muhammad Ibnu
Qasim al-Ghazi.
c) Fath al-Mu‟in karangan Syekh Zainuddin
bin Muhammad al-Ghozali al-Malibary.
41
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi Tentang
Pandangan Hidup Kyai), Jakarta: LP3ES, 1983) hlm. `50-51
63
3) Tauhîd, kitab-kitab :
a) Matan al-Sanûsî karangan Imam
Abu „Abdillah Muhammad bin Yusuf bin
Umar Bin Su‟aib as-Sanusi al-Maliki al-
Hasani at-Tilmisani.
b) Hudhudî karangan Abdullah Hijazi bin
Ibrahim asy-Syarqawi.
4) Ushûl fiqh, kitab-kitab :
a) Al-Waraqât karangan Abdul Malik bin
Abdullah bin Yusuf bin Muhammad bin
Hayyuyah al-Juwaini as-Sanbasi.
b) Ghâyah al-Wushûl karangan Syaikh Islam
Zakariya al-Anshari.
5) Manthiq, kitab-kitab : Idhâh al-Mubham
karangan Syekh Syihabuddin Ahmad bin 'Abd
al-Mun'im al-Damanhuri.
6) Al-Bhalâghah, kitab-kitab : Majmû‟ Khamsin
Rasâil karangan Ahmad Zaini Dahlan.
7) Tasawuf/akhlâk, kitab-kitab :
a) Marâqî al-„Ubûdiyyah karangan Abu
Abdul Mu‟thi Muhammad Nawawi bin
„Umar bin „Arabi al-Bantani al-Jawi.
64
b) Tanbîh al-Ghâfilîn karangan Abul Laits as-
Samarqandi (Imamul Huda).
Sedangkan untuk tingkat lanjutan, kitab-
kitab yang dipelajari antara lain :
1) Nahwu kitabnya : Alfiyah karangan amaludin
Muhammad bin Abdullah bin Malik dan
Khurdî karangan Syaikh al-Arif Billah
Muhammad Amin al-Kurdi al-Irbili asy-
Syafi‟i an-Naqsabandi.
2) Fiqih kitabnya al-Mahallî karangan
Jalaluddin Abu Abdillah Muhammad bin
Syihabuddin dan Fath al-Wahâb karangan
Syaikh al-Islam Zakariyya al-Anshari.
3) Ushul fiqh kitabnya Jam‟u al-Jawâmi‟
karangan Taj ad-Din Adb al-Wahab as-Subki
asy-Syafi‟i.
4) Tauhid kitabnya al-Dasûqî karangan Ibrahim
bin Abdul Aziz Abul Majdi.
5) Manthiq kitabnya îsâghûjî karangan
Syaikhul Islam Abi Zakariya al-Anshari.
6) Bhalâghah kitabnya Jawâhir al-Maknûn
karangan Abdurrahman al-Akhdhari.
65
7) Tasawuf kitabnya Ihya al-„ûlûmuddin
karangan Abu Ḥamid Muḥammad ibn
Muḥammad al-Ghazali.
Dan untuk tingkat spesialisasi (takhasus)
para santri boleh mempelajari kitab-kitab:
1) Hukum Islam seperti Tuhfah al-Muhtaj
karangan Ibnu Hajar al-Haitami, Nihâyah al-
Muhtaj (masing-masing 10 jilid besar)
karangan Syamsuddin Muhammad bin Abu al-
Abbas Ahmad bin Hamzah bin Syihabuddin
al-Ramli al-Manufi al-Mishri al-Anshari .
2) Hadits seperti : Fath al-Barri karangan Ibnu
Hajar al-Asqalani.42
Kitab-kitab tersebut hanyalah sebagai
contoh dari kitab-kitab yang menjadi kurikulum
di pesantren. Masih banyak lagi nama-nama
kitab kuning yang dipelajari di beberapa
pesantren. Tidak semua pesantren sama dalam
menetapkan kitab yang menjadi kurikulum untuk
42
Marwan Saridjo, Pesantren Islam Dari Masa Ke Masa,
hlm. 44-45
66
dipelajari. Karena beberapa pesantren
menggunakan kombinasi kitab yang dalam
beberapa hal terdapat kekurangan dan kelebihan.
Selain itu kitab-kitab yang memiliki kandungan
pemikiran-pemikiran modern hanya diajarkan di
kalangan pesantren tertentu saja.
67
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri terletak di Jalan A.Yani
Km.23 Landasan Ulin Tengah Kecamatan Landasan
Ulin Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Adapun
waktu penelitian ini dilaksanakan Pada bulan Juli
2017.
B. Metode Penelitian
Dalam dunia pendidikan pendekatan penelitian
yang terkenal terbagi menjadi dua penelitian yaitu
kualitatif dan kuantitatif. Dalam penulisan skripsi ini
peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dimana
dalam penelitian ini lebih menekankan pada makna
dan proses daripada hasil suatu aktivitas.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan deskriptif kualitatif. “Metode penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan
berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi
68
model secara kualitatif.”1 menurut Sukardi,
penelitian deskriptif merupakan metode penelitian
yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi obyek sesuai dengan apa adanya.2
Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya
sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat
lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.
Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan
secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik
mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.
Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau
kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata
bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud
mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat
prediksi, maupun mempelajari implikasi.3
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif karena bertujuan untuk mengetahui dan
1 Basrowi dan Suwardi, Memahami Penelitian Kualitatif,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 20 2 Sukardi, Metodologi Penelitian: Pendidikan Kompetensi
dan Praktiknya. (Yogyakarta: PT Bumi Aksara, 2003), hal. 157 3 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014), hal . 6-7
69
mendeskripsikan tentang Implementasi Metode
Amtsilati dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al
Falah Puteri Banjarbaru.
C. Sumber Penelitian
Sumber data pada penelitian ini terdiri dari
dua bagian, yaitu :
1. Data Primer
Data primer disini adalah data yang diperoleh
dari lapangan. Adapun yang menjadi sumber data
primer dalam penelitian ini adalah:
a. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru Kalimantan Selatan
b. Pembimbing program pendidikan Amtsilati
c. Santriwati Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru Kalimantan Selatan
2. Data Sekunder
Data sekunder yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah sumber data yang didapat dari
literatur dan dokumentasi.
70
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan data yang diperoleh dalam
penelitian ini, maka dalam pengumpulan data
peneliti menggunakan beberapa prosedur, yaitu:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu
teknk atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung. 4
Menurut Suharsimi Arikunto teknik observasi
adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta
pencatatan secara sistematis kemudian mengadakan
pertimbangan dan mengadakan penilaian ke dalam
skala bertingkat.5
Metode observasi ini digunakan untuk
mengumpulkan data-data dengan jelas menjadi
partisipan secara langsung dan sistematis terhadap
obyek yang diteliti, dengan cara mendatangi
4 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian
Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 220 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 58
71
langsung lokasi penelitian di Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri Banjarbaru untuk mengetahui
kemampuan para santriwati membaca kitab kuning.
Selain itu metode observasi juga digunakan untuk
mengamati kondisi bagunan sekolah, sarana dan
prasarana.
2. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apapbila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.6
Wawancara adalah teknik yang dilakukan
dengan melakukan dialog secara lisan di mana
peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden
atau informan juga menjawab secara lisan.7
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
dan R dan D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 194 7 Amri Darwis, Metode Penelitian Pendidikan Islam:
Pengembangan Ilmu Paradigma Islami, (Depok: PT Rajagrafindo
Persada, 2014), hlm. 56
72
Pengumpulan data dengan wawancara
bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan
dengan cara yang lebih akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan.8
Wawancara yang digunakan dalam penelitian
inii adalah wawancara tak terstruktur atau
wawancara mendalam, hal ini dilakukan untuk
memperoleh data yang jenuh mengenai fokus
penelitian, wawancara dilaksanakan dengan
mengadakan pertemuan dengan beberapa informan
guna menggali informasi yang sedalam-dalamnya
mengenai implementasi metode Amtsilati dalam
meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning
di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru.
Peneliti berperan aktif untuk bertanya kepada
sumber data atau informan agar memperoleh
jawaban dari permasalahan yang ada, sehingga
diperoleh data penelitian. Teknik ini digunakan
peneliti untuk mewawancarai pengasuh pondok
pesantren, pengajar dan pembimbing metode
8 Ahmad Tanzah, Metodologi Penelitian Praktis,
(Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 89
73
Amtsilati serta santriwati Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri Banjarbaru untuk mengetahui tentang
implementasi metode Amtsilati dalam meningkatkan
kemampuan membaca Kitab Kuning..
Adapun intrumen wawancara terdapat pada
lampiran.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data dengan melihat atau menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri
atau orang lain tentang subjek.
Cara atau teknik ini dilakukan dengan
mengumpulkan dan menganalisis sejumlah
dokumen ang terkait dengan masalah penelitian.
Pengumpulan data melalui dokumen bisa
menggunakan alat kamera atau dengan cara
fotocopy.9
9 Amri Darwis, Metode Penelitian Pendidikan Islam:
Pengembangan Ilmu Paradigma Islami, hlm. 57
74
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung,
dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu. Aktifitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh.10
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang
bermaksud untuk menjawab pertanyaanpertanyaan
yang dirumuskan dalam penelitian. Pertama proses
analisis data, penelitian kualitatif dalam prakteknya
tidak dapat dipisah-pisahkan dengan proses
pengumpulan data. Kedua kegiatan ini berjalan
secara serempak, yaitu kegiatan analisis data
dikerjakan bersamaan dengan pengumpulan data,
dan dilanjutkan setelah pengumpulan data selesai.
Secara teoritis, analisis dan pengumpulan data
dilaksanakan secara berulang-ulang.
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
dan R dan D, hlm.246
75
Miles & Hubberman mengemukakan tiga
tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis
data penelitian kualitatif, yaitu:
1. Reduksi Data
Mereduksi data merupakan kegiatan
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan
polanya. Data yang direduksi akan memberikan
gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk
melakukan pengumpulan data.11
Pada tahap ini peneliti merangkum, memilih
dan mencatat data yang penting yang diperoleh dari
lapangan. Data yang diperoleh berasal dari hasil
wawancara yang telah dilakukan peneliti.
2. Display Data
Display data adalah usaha merangkai
informasi yang terorganisir dalam upaya
menggambarkan kesimpulan dan mengambil
tindakan. Biasanya bentuk display (penampilan)
data kualitatif menggunakan teks narasi.
11
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2013), hlm. 211
76
Sebagaimana reduksi data, kreasi dan penggunaan
display juga bukan merupakan sesuatu yang terpisah
dari analisis, akan tetapi merupakan bagian dari
analisis.12
Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang
berasal dari hasil wawancara yang sudah direduksi
dalam bentuk teks naratif. Data disajikan pada
deskripsi data dan temuan hasil penelitian.
3. Verifikasi dan penarikan kesimpulan
Verifikasi dan penarikan kesimpulan
merupakan aktivitas analisis, di mana pada awal
pengumpulan data, seorang analis mulai
memutuskan apakah sesuatu bermakna, atau tidak
mempunyai keteraturan, pola penjelasan,
kemungkinan konfigurasi, hubungan sebab akibat,
dan proposisi.13
.
Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan
dari data yang sudah direduksi dan yang sudah
disajikan dalam deskripsi data dan hasil penelitian.
12
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif,
(Ciputat: Referensi, 2013), hlm. 135 13
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif,
hlm. 135
77
Pada penelitian ini peneliti memperoleh data
mengenai fokus penelitian dengan mewawancarai
pengasuh pondok, pengajar dan pembimbing
program Amtsilati beserta beberapa santriwati
Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru. Di
samping itu peneliti juga menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data, yaitu teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi untuk menggali data
tentang implementasi metode Amtsilati dalam
meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning
di Podok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru.
79
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri
1. Profil Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru
a. Nama Pesantren : Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri Banjarbaru
b. Nomor Statistik : 512637101016
c. NPWP Yayasan : 15852247731
d. Alamat Lengkap : Jl. A. Yani KM 23
RT.009/RW.004 Kelurahan
Landasan Ulin Tengah
Kecamatan Landasan Ulin
Kota Banjarbaru
Kalimantan Selatan.
2. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri
Pondok Pesantren Al-Falah dibangun di atas
tanah yang berstatus wakaf luasnya kurang lebih 15
hektar, terdiri dari 2 lokasi, Putera dan Puteri dengan
80
dibatasi oleh pagar tembok yang tinggi dan
dipasangi kawat berduri di atasnya. Pondok
Pesantren Al Falah didirikan pada tanggal 26 Juli
1975 Masehi bertepatan dengan tanggal 06 Rajab
1395 Hijriyah. Pendiriannya diprakarsai oleh al-
Mukarram K.H. Muhammad Tsani seorang ulama
dan muballigh, juga seorang pejuang yang tidak
asing lagi di kalangan umat Islam di Indonesia
terutama di daerah Kalimantan Selatan, Jawa dan
sekitarnya, bahkan sampai ke Tanah Tambilahan,
Indra Giri dan Malaysia dengan dibantu oleh para
kerabat beliau serta para dermawan di Kalimantan
Selatan.
Pondok Pesantren Al-Falah telah
membuktikan dirinya sebagai lembaga pendidikan
dan dakwah serta sebagai lembaga sosial
kemasyarakatan yang tumbuh dari bawah, dibina
secara perlahan-lahan dan berkembang sesuai
perkembangan dan kebutuhan masyarakat, bahkan
telah memberikan warna dan corak yang khas dalam
wajah masyarakat Indonesia khususnya di wilayah
Kalimantan Selatan.
81
Pondok Pesantren Al-Falah tumbuh dan
berkembang dalam usia yang relatif muda, dengan
pertumbuhan secara alami, dan disirami dengan doa
restu kaum muslimin dan muslimat pecinta agama,
yang dipupuk bantuan moril dan materil dari
masyarakat, simpatisan, serta keberkahan dari Allah
SWT.
Berdirinya Pondok Pesantren Al Falah yang
masih muda, dipercepat oleh pelbagai situasi dan
tantangan kemerosotan akhlak di kalangan ummat
manusia, maka pertumbuhan dan perkembangannya
sekaligus mempercepat menjadi dewasa untuk tegak
dan sadar menghadapi umat dunia pada umumnya
dan lingkungan Pondok Pesantren Al Falah
khususnya, dengan mencoba membina dan
menumbuhkan kader-kader muda pengemban
keadilan di muka bumi Allah yang indah dan
tercinta ini.
Kiprah alumni Al-Falah di mata
masyarakatpun cukup dominan. Banyak alumni Al-
Falah yang menjadi pemimpin di masyarakat, baik
82
di kalangan akademis maupun pada masyarakat
umum bahkan adapula sebagai pejabat.
Lembaga pendidikan ini bernama “AL
FALAH”, sebuah kata yang diambil dari lafazh
adzan yang berbunyi “Hayya „ala al-falah”, yang
bermakna “Hayya „ala al-fauz wa al-najah”
(marilah kepada keberuntungan dan keselamatan).
Maka dengan kata itulah para pendiri berkeinginan
agar orang-orang yang berada di dalamnya dan
orang-orang pemerhati yang membantu kelancaran
pendidikan Pondok Pesantren Al Falah ini selalu
mendapat keberuntungan dan keselamatan di dunia
maupun di akhirat kelak.
Pondok Pesantren Al Falah dalam keadaan
netral (tidak berada di bawah naungan organisasi
apapun, baik organisasi politik maupun sosial
masyarakat lainnya, tetapi berada di bawah naungan
Yayasan yang bernama “Yayasan Al Falah” yang
bersifat independen dan mandiri). Operasional
lembaga pendidikan ini adalah pada tanggal 12
Januari 1976 Masehi yang bertepatan dengan
83
tanggal 10 Muharram 1396 Hijriyah dengan jumlah
santrinya 29 orang.
Sistem pendidikan di Pondok Pesantren Al
Falah mengutamakan penguasaan terhadap Kitab
Kuning (Kitab Klasik), sehingga santrinya dipacu
untuk dapat menyerap dan menguasai serta
memahami kandungan kitab kuning tersebut, adapun
jenjang pendidikan yang harus ditempuh oleh para
santri ada tiga tingkatan, yaitu: (1) Tingkat Tajhizi
(persiapan) selama 1 tahun; (2) Tingkat Wustha
selama 3 tahun; (3) Tingkat „Ulya selama 3 tahun.
Adapun kurikulum yang digunakan ada dua macam,
yaitu Kurikulum Pondok Pesantren Al Falah dan
Kurikulum Kementrian Agama. Untuk Kurikulum
Kementrian Agama jenjang pendidikannya terdiri
dari Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah
(MA) dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al
Falah.1
1Bulletin Al-Falah, (Banjarbaru: Penerbit Pondok Pesantren
Al Falah, 2008), Edisi Perdana.
84
Pondok Pesantren Al Falah terletak di Jalan
A.Yani Km.23 Landasan Ulin Tengah Kecamatan
Landasan Ulin Kota Banjarbaru Kalsel. Letaknya
sangat strategis, 23 km dari Banjarmasin ibukota
propinsi Kalsel, 2 km dari Bandara Syamsudin
Noor, 13 km dari Banjarbaru Ibukota Kotamadya
Banjarbaru. Jadi letaknya sangat mendukung, karena
trasnportasi sangat mudah dan murah disebabkan
letaknya di pinggir jalan protokol. Tidak
mengherankan para santrinya berdatangan dari
berbagai penjuru tanah air, khususnya dari daerah
Kalimantan dan Jawa.
3. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi
Adapun visi, misi, tujuan, dan strategi di
dalam Pondok Pesantren Al-Falah Puteri adalah
sebagai berikut:
a. Visi:
Penguasaan Ilmu Fardhu „Ain dan Kifayah,
mengakar di tengah masyarakat, berorientasi
kepada imtaq dan iptek menuju hidup mandiri.
85
b. Misi :
1) Melaksanakan amanat aqidah ahlussunah wal
jama‟ah melalui pengembangan pendidikan
secara kualitatif dan kuantitatif.
2) Memberdayakan kader perjuangan muslim
yang berwawasan ahlussunah wal jama‟ah.
3) Mengembangkan potensi kemanusiaan dengan
segala dimensinya, baik dimensi intelektual,
moral ekonomi, social, dan cultural dalam
rangka menciptakan SDM yang handal.
c. Tujuan :
Menyiapkan generasi muda yang mampu
menghadapi tantangan di masa yang akan datang.
d. Strategi :
1) Pemerataan kesempatan, yaitu setiap orang
mempunyai kesamaan dan peluang yang sama
untuk menjadi santri Pondok Pesantren Al
Falah, tanpa membedakan jenis kelamin,
status sosial ekonomi, ras dan warna kulit.
2) Relevansi, yaitu bahwa pendidikan harus tetap
ditingkatkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan
86
masyarakat, baik kondisi sekarang maupun
akan datang.
3) Kualitas pendidikan, bahwa kualitas
pendidikan harus berorientasi pada kualitas
proses dan produk.
4) Efisiensi, yaitu efektifitas penggunaan sumber
daya tenaga, sarana dan prasarana pondok
mempunyai nilai strategis dalam memacu
keterlibatan semua lapisan masyarakat dan
dunia swasta untuk turut berkiprah dan
berperan aktif dalam pengembangan serta
pembangunan pendidikan Pondok.
Dengan demikian Pondok Pesantren Al-Falah
sebagai lembaga pendidikan Islam tetap eksis dalam
bidang pendidikan dan pengajaran guna membentuk
dan mencetak generasi-generasi Islam yang
bertafaqquh fî al-dîn, yang menguasai ilmu-ilmu
umum, sehingga lahir generasi Imtaq dan Iptek yaitu
generasi berbasiskan iman dan takwa dan menguasai
ilmu dan teknologi sesuai dengan Visi dan Misi
tersebut.
87
4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al Falah
Puteri
Struktur organisasi Pesantren Al-Falah Puteri
disusun dalam bentuk skema yang sederhana akan
tetapi tetap jelas menggambarkan tujuan dan tugas-
tugas pokok serta unsur-unsur kerja organisasi
pesantren.
Adapun susunan kepengurusan Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri meliputi : ketua yayasan,
pengasuh (Mudîrah), kepala pendidikan, koordinator
tingkat aliyah, koordinator tingkat tsanawiyah,
koordinator tingkat tajhizi, bagian kurikulum aliyah,
kurikulum tsanawiyah, kepala bagian dapur. Bagian
kepala bidang meliputi bidang kemahasiswaan
aliyah, tsanawiyah, keamanan, kebersihan,
kesehatan dan olahraga, pengasramaan, sarana
prasarana, dan bagian humas. Adapun bagian
administrasi meliputi bagian kepala tata usaha,
bendahara, tata usaha aliyah, tata usaha tsanawiyah,
tata usaha tajhizi, staf tata usaha infaq aliyah,
tsanawiyah, tajhizi, staf tata usaha bagian wesel dan
lain-lain, dan staf tata usaha umu
88
Adapun selengkapnya bisa dilihat pada
struktur tabel di bawah ini:
YAYASAN
PENGASUH
Kabid
KesiswaanAliyah
Kepala
Pendidikan
Kepala Tata
Usaha
Kabid Kesiswaan
Tsanawiyah
Koordinator
Aliyah
Bendahara
Kabid
Keamanan
Koordinator
Tsanawiyah
Bendahara
Kabid Ibadah Koordinator
Tajhizi
Tata Usaha
Tsanawiyah
Kabid kebersihan Kurikulum
Aliyah
Tata Usaha
Tajhizi
89
Kabid
Pengasramaan
Kepala Bagian
Dapur
Staf TU/ Infaq
Tsanawiyah
Kabid Sarana
Prasarana
Staf TU/ Infaq
Tajhizi
Kabid Humas Staf TU/ Wesel dll
Staf TU Umum
Keterangan :
a. Ketua Yayasan : KH. Nursyahid Ramli,
Lc
b. Pengasuh : Dr.Hj.Habibah Djunaidi,
MA
c. Kepala Pendidikan : Ana Marlina, MA
d. Koordinator Aliyah : Drs. H. Hasbullah Bakry,
M.Pd.I
e. Koordinator Tsanawiyah : Hj.Nirmawati, S.Pd.I
Kabid
kebersihan
Kurikulum
Tsanawiyah
Staf TU/Infaq
Aliyah
90
f. Koordinator Tajhizi : Noor Syafa‟ah, S.
Pd.I
g. Kurikulum Aliyah : Rahimah, Lc
h. Kurikulum Tsanawiyah : Nafisah, Lc
i. Kepala Bagian Dapur : Riduan
j. Kabid Kesiswaan Aliyah : Radiah, S.Pd. I
k. Kabid Kesiswaan Tsanawiyah : Hanifah
l. Kabid Keamanan : Supini, S. Pd. I
m. Kabid Ibadah : Mardiah
n. Kabid kebersihan : Ainun Marfu‟ah,
SPd.I
o. Kabid kebersihan : Ainun Marfu‟ah,
SPd.I
p. Kabid Pengasramaan : Hj. Siti Hajar
q. Kabid Sarana Prasarana : Ratna, Lc
r. Kabid Humas : Hatnur Yanti
s. Kepala Tata Usaha : Hj. Tien Zairida
t. Bendahara : Rusriani
u. Bendahara : Rusriani
v. Tata Usaha Tsanawiyah : Hj. Anina Rasuna,
S.Pd.I
91
w. Tata Usaha Tajhizi : Nor Azizah,
S.Pd.I
x. Staf TU/Infaq Aliyah : Juhriah, S.Ag
y. Staf TU/ Infaq Tsanawiyah : Siti Khadijah
z. Staf TU/ Infaq Tajhizi : Hj. Jum‟ah
aa. Staf TU/ Wesel dll : Patriah, S.Pd.I
bb. Staf TU Umum : Iib Kurniati, S.Pd
Dengan demikian Peran pimpinan dalam
manajemen pesantren terbatas hanya dalam
beberapa bidang saja. Selebihnya pimpinan
memberikan tugas dan wewenang sepenuhnya
kepada pengurus yang dipandang ahli dalam
bidangnya masing-masing.
5. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa
Keadaan guru, karyawan dan siswa Pondok
Pesantren Al Falah Puteri dapat di lihat pada tabel
berikut:
92
TABEL 4.1
Daftar Guru Aliyah
NO NAMA NIK MAPEL
1. DR. Hj. Habibah
Djunaidi,MA
750726 263 Tarikh Islam
2. Drs. H. Hasbullah Bakry,
MPd.I
750726 019 Balaghah
3. H. Abdussamad, Lc 750726 041 Ushul al-Hadis
4. H. Alfiannor Munir 750726 010 Nahwu
5. H. Aswan Syamsuddin 750726 022 Tafsir
6. H. Adnan Nawawi, Sag 750726 068 Akhlak
7. H. Sirajudddin 750726 062 Ushul al-Hadis
Hadis
8. H. Jahri Simin 750726 012 Manthiq
9. Hj. Mahbubah 750726 027 Fiqh
10. Hj. Mahlena 750726 023 Insya
11. Hj. Ana Marlina, MA 750726 275
Ushul al- Fiqh
Al-Lughah al-
Arabiyyah
12. Hatnuriyanti 750726 045 Tauhid
Ilmu al-Tafsir
Imla
13. H. Syamsuddin 750726 003 Faraidh
14. Nurul Isnaniah, Lc 750726 263 Faraidh
Al-Lughah al-
„Arabiyyah
15. Ratna, Lc 750726 269 Al-Lughah al-
93
Arabiyyah
16. Rahimah, Lc 750726 265 Ushul al- Fiqh
TABEL 4.2
Daftar Guru Tsanawiyah
NO NAMA NIK MAPEL
1. Hj. Norsa‟diyah 750 726 037 Hadits
2. Hj. Makiah 750 726 077 Al-Lughah al-
Arabiyyah
3. Hj. Nirmawati, SPd.I 750 726 024 Tarikh Islam
4. Hanifah 750 726 030 Insya
5. Istiqomah, SPd 750 726 039 Nahwu
6. Nafisah, Lc 750 726 277 Akhlak
Sharf
7. Milawati, Lc 750 726 290 Balaghah
Tauhid
8. Ainun Marfu‟ah,
SPd.I
750 726 100 Fiqh
9. Hj. Amsiah 750 726 031 Sharf
10. Hj. Risalawati 750 726 046 Nahwu
11. Bahjah 750 726 029 Khath
12. Kurba, Sag 750 726 070 Fiqh
13. Dra. Hj. Darmatasiah 750 726 036 Hadis
14. Syarifah Khairiah,
SPd.
750 726 117 Al-Lughah al-
„Arabiyyah
15. Hj. Mardiati 750 726 055 Insya
16. Hj. Asnaniah 750 726 015 Tajwid
17. Radiah, Sag 750 726 106 Sharf
18. Fauziah, SPd.I 750 726 152 Nahwu
94
Al-Lughah al-
„Arabiyyah
19. Hj. Nor Hani, SPd.I 750 726 270 Insya
20. Muji‟ah, SPd.I 750 726 266 Tafsir
21. Syahriah, SPd.I 750 726 094 Tarikh Islam
Akhlak
22. Shafiah, SAg 750 726 057 Nahwu
23. Mardiah 750 726 276 Al-Qur‟an
24. Fahriah 750 726 272 Tajwid
25. Yuliana, SPd.I
750 726 144 Al-Qiraah al-
Rasyidah
26. Hj. Maya Neta, Lc
Tauhid
Ilmu al-Tafsir
27. Dini Riyani, Lc
750 726 291 Nahwu
Tarikh Tasyri‟
28. Aminatus shalehah Tafsir
TABEL 4.3
Daftar Guru Tajhizi
NO NAMA NIK MAPEL
1. Itriyah, SAg 750 726 120
Al-Lughah al-
„Arabiyyah
2. Rabiatul Adawiah 750 726 206 Tajwid
3. Noorsyafa‟ah, SPd.I 750 726 096 Fiqh
4. Maisurah, SAg 750 726 104 Sharf
5. Munirah, SPd.I 750 726 105 Al-Lughah al-
95
„Injiliziyyah
6. Salamiah, SPd.I 750 726 277 Khath
7. Nor Aida, SPd.I 750 726 271 Sharf
8. Hj. Hajar 750726 102 Tajwid
9. Nor Azizah, SPd.I 750 726 205 Al-Qur‟an
10. Masdiana, SAg
750 726 066 Nahwu
Fiqh
11. Mariyam 750 726 139 Tajwid
12. Supini, SPd.I 750 726 108 Imla
13. Hamisah Akhlak
14. Milawati, SPd.I 750 726 115 Tauhid
TABEL 4.4
Daftar Jumlah Karyawan Dalam Lingkungan
Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
NO JABATAN JUMLAH
1. Tenaga Administrasi 8 orang
2. Perpustakaan 2 orang
3. Kesehatan 1 orang
4. Bendahara 1 orang
5. Karyawan TU 2 orang
6. Karyawan Kebersihan 4 orang
7. Karyawan Dapur 15 orang
8. Tukang 1 orang
9. Sopir 1 orang
10. Satpam 4 orang
11. Karyawan mini market 3 orang
12. Karyawan Wartel 1 orang
13. Karyawan Kafetaria 5 orang
96
TABEL 4.5
Daftar Keadaan Siswa Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri
NO. JENIS
PENDIDIKAN
KELAS JUMLAH
SISWA
TOTAL
11. 1. TAJHIZI Tajhizi A 34
343
Tajhizi B 34
Tajhizi C 33
Tajhizi D 25
Tajhizi E 33
Tajhizi F 34
Tajhizi G 25
Tajhizi H 34
Tajhizi I 24
Tajhizi J 35
Tajhizi K 32
22
2
.
WUSTHA
Kelas 1 369
819 Kelas 2 260
Kelas 3 190
33
3
.
ULYA Kelas 1 99
174 Kelas 2 75
97
NO JENIS
PENDIDIKAN
KELAS JUMLAH
SISWA
TOTAL
1. MTs Kelas 1 260 624
Kelas 2 202
Kelas
3
162
2. MA Kelas 1 179 317
Kelas 2 138
Kelas 3
6. Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri Banjarbaru
Sarana dan prasarana merupakan pendukung
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di Pesantren.
Pesantren hendaknya mengupayakan tersedianya
sumber belajar dan media pendidikan dan
pengajaran yang berbasis teknologi karena sarana
dan prasarana merupakan esensi dan kegunaan
perangkat keras pada suatu Pondok Pesantren untuk
kelancaran interasksi dan komunikasi atau
penyampaian informasi dan penanaman nilai-nilai
98
keagamaan yang dilakukan kyai terhadap para
santrinya pada saat-saat tertentu.
Adapun sarana dan prasarana yang telah
tersedia Pondok Pesantren Al-Falah Puteri cukup
memadai, dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 4.6
Daftar Sarana Prasarana Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri
NO. JENIS JUMLAH
1. Ruang Kantor 3
2. Ruang Guru 1
3. Ruang Kelas 36
4. Ruang Perpustakaan 2
5. Ruang Aula 1
6. Asrama 12
7. Masjid 1
8. Ruang Makan 1
9. Ruang Keterampilan 2
10. WC 82
11. Kolam Mandi 17
12. Tempat Wudhu 1
13. Sumur Bor 6
14. Tenis Meja 1
15. Tempat Parkir 3
16. Rumah Guru 8
17. Laboratorium 1
99
B. Deskriptif Data
1. Implementasi Metode Amtsilati Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab
Kuning di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru
Implementasi merupakan tindakan
pelaksanaan dari suatu rencana yang telah disusun
dengan matang. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia implementasi dapat diartikan sebagai
penerapan sesuatu yang telah di rancang atau dibuat
secara matang, sehingga pengerjaannya dapat dapat
dilakukan dengan penuh keyakinan dan tujuan yang
jelas.2 Maka dari pengertian di atas dapat kita
ketahui bahwa implementasi adalah bentuk
pelaksanaan dari suatu perencanaan kegiatan atau
pekerjaan.
Suatu perencanaan kegiataan apabila tidak
diimplementasikan maka tidak akan ada hasilnya.
2http://www.areabaca.com/2015/12/pengertian-
implementasi-menurut-para.html artikel diakses pada tanggal 14 Juli
2017 pukul 13:20
100
Maka dari itu implementasi merupakan bentuk
realisasi dari suatu perencanaan.
Kaitannya dengan metode Amtsilati yang
dilaksanakan di pondok pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru adalah implementasi tersebut merupakan
bentuk nyata dari agenda-agenda atau usaha-usaha
yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan
membaca kitab kuning para santri.
Dalam mengadakan sebuah pembelajaran
terdapat tahap-tahap yang harus diperhatikan oleh
seorang guru/ustadz diantaranya ialah tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di
lapangan terkait masalah yang diangkat dalam
penelitian ini, bahwa di Pondok tersebut terdapat
dari dua orang guru Amtsilati yaitu ustadzah
Munirah dan ustadzah Annisa Maulida.
Untuk menggali informasi dari fokus
penelitian pertama yaitu tentang pelaksanaan
perencanaan pembelajaran metode Amtsilati dalam
meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning
di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
101
peneliti melakukan wawancara kepada ustadzah
Munirah, wawancara dilakukan pada tanggal 06 Juli
2017 pada pukul 16.00 WITA dengan pertanyaan,
“Apakah Ustadzah melakukan perencanaan sebelum
mengajar kitab Amtsilati?” Beliau menjawab:
Sebelum saya mengajar, terlebih dahulu saya
mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran, namun pada pembelajaran
Amtsilati di pondok pesantren Al-Falah Puteri
ini, saya selaku guru yang bersangkutan tidak
membuatnya dalam bentuk RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) seperti pada
umumnya, melainkan hanya mengacu kepada
buku paket Amtsilati perjilidnya yang
dilaksanakan, bisa 3-4 lembar pada setiap
pertemuan, sehingga dalam seminggu bisa
menyelesaikan 1 jilid. Kemudian saya
menelaah materi yang akan saya sampaikan
sebelum proses pembelajaran dimulai. Selain
itu saya juga menargetkan waktu yang
digunakan dalam penyampaian materi, agar
ketika waktu yang tersedia telah habis maka
habis pula perencanaan materi yang
disampaikan. Setelah itu, saya merencanakan
dan memformat langkah-langkah yang ingin
saya laksanakan dalam penyampaian materi
nanti, baik yang terkait dengan penggunaan
strategi dengan harapan para santriwati dapat
menerima dan memahami materi secara
maksimal serta menyiapkan teknik untuk
102
mewujudkan suasana belajar yang aktif,
efektif dan efesien.3
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap
ustadzah Anisah Maulida mengenai hal yang sama
pada tanggal 07 Juli 2017 pada pukul 12.10 WITA,
beliau mengatakan:
Sebelum saya menjawab pertanyaan, saya
akan menjelaskan tugas saya di sini sebagai
pembimbing para santriwati yang mempelajari
Amtsilati dan membantu ustadzah Munirah
dalam segala proses pelaksanaannya. Sebelum
pembelajaran dimulai saya terlebih dahulu
mempelajari ulang mengenai materi yang akan
saya sampaikan. Dengan mengajarkan mereka
saya kembali mereview pembelajaran
Amtsilati. Dan jika suatu waktu saya lupa
mengenai materi, maka saya akan menanyakan
terlebih dahulu kepada ustadzah Munirah
karena beliau merupakan pengajar yang sangat
berkompetensi dalam pembelajaran Amtsilati,
beliau merupakan satu-satunya pengajar yang
bertahan sejak pertama kali Amtsilati
dilaksanakan di pondok pesantren ini. Tidak
hanya itu, saya juga memperhitungkan waktu
yang saya gunakan dalam menyampaikan
materi kemudian saya menyusun serangkaian
kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan
3 Wawancara dengan Pengajar Amtsilati, Ustadzah
Munirah, Banjarbaru, 6 Juli 2017
103
setelah penyampaian materi, dan itu bisa
berupa tanya jawab atau latihan-latihan.4
Dalam pelaksanaan metode dalam
pembelajaran, perencanan guru dalam hal tersebut
sangat penting. Oleh karena itu, Banyak hal-hal
yang harus diperhatikan agar sebuah perencanaan
mampu membuat pelaksanaan pembelajaran
bermakna. Dengan perencanaan pembelajaran yang
baik maka satu langkah lebih maju dalam
pencapaian menuju pendidikan yang bermakna.
2. Langkah-langkah Implementasi Metode
Amtsilati
Untuk menggali informasi tentang materi
pembelajaran Amtsilati di Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri Banjarbaru peneliti melakukan
observasi dan wawancara kepada ustdzah yang
bersangkutan. Ketika ditanya tentang materi
pembelajaran Amtsilati, ustadzah Munirah
menjawab:
4 Wawancara dengan Pembimbing Amtsilati, Ustadzah
Annisa Maulida, Banjarbaru, 6 Juli 2017
104
Sebelum mempelajari kitab Amtsilati, perlu
diketahui terlebih dulu tentang pembagian
penggunaan kitab Amtsilati. Dimulai dari 1
paket kitab Amtsilati yang terdiri dari 10 jilid.
Adapun prosedur penggunaan jilidnya yaitu; 5
jilid Amtsilati dipakai secara bertahap atau
berurutan, setelah jilid 1 selesai, baru
kemudian naik ke jilid 2, dan seterusnya
sampai pada jilid 5. Akan tetapi untuk naik ke
jilid yang selanjutnya, peserta didik harus
melalui serangkaian tes tertulis terlebih
dahulu, yang berupa pengisian soal-soal jilid
yang sudah dipelajari. Selama mempelajari
dan mendalami Amtsilati dari jilid 1-5, harus
diiringi dengan pemahaman Rumus Qaidah
yang terdapat di dalam jilid Qa‟idati, serta
penghafalan dalil-dalil dari ringkasan Alfiyah
Ibnu Malik yang terdapat pada jilid Khulashah
Alfiyah Ibnu Malik, dan terakhir adalah sesi
tes, evaluasi, atau praktek yang menggunakan
2 jilid Tatimmah, adapun penggunaan
Sharfiyah yakni pada saat peserta didik mulai
pada jilid ke-4 Amtsilati. Pondok pesantren
Al-Falah Puteri Banjarbaru telah menerapkan
metode Amtsilati sebagai cara untuk
mendalami Al-Qur‟an dan kitab kuning yang
mana program pembelajaran ini termasuk
dalam program kegiatan nonformal. Program
ini dimulai sejak tahun 2004 sampai
sekarang.5
5 Wawancara dengan Pengajar Amtsilati, Ustadzah
Munirah, Banjarbaru, 6 Juli 2017
105
Dalam kegiatan pelaksanaan pembelajarannya
sehari-hari, terdapat langkah-langkah yang peneliti
peroleh dari hasil observasi dan wawancara sebagai
berikut:
a. Sebelum pengajar memasuki ruang kelas, para
santriwati membaca dalil-dalil Khulashah Ibnu
Malik bersama-sama sampai pengajar memasuki
kelas. .
b. Sebelum pengajar memulai pembelajaran, beliau
menanyakan kesiapan para santriwati terlebih
dahulu.
c. Setelah itu pengajar/ustadzah membuka
pembelajaran dengan doa dan tawassul yang
dihadiahkan untuk pengarang kitab beserta
keluarganya, para guru, Rasulullah, sahabat dan
lain-lain.
d. Selanjutnya ustadzah menjelaskan tentang materi
yang akan disampaikan kepada santriwati,
dengan menggunakan kitab Amtsilati.
106
e. Ustadzah membacakan materi yang berupa ayat
Al-Qur‟an secara berulang-ulang kemudian
diikuti oleh santriwatinya.6
Pada kegiatan akhir, ustadzah membimbing
santriwatinya untuk membuat rangkuman materi
dan melakukan penugasan serta penilaian. Lalu
pembelajaran ditutup dengan kalimat Hamdalah.
Inilah yang menjadi kegiatan dalam setiap
pembelajaran Amtsilati di Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri Banjarbaru.7
Untuk megetahui pelaksanaan pembelajaran
Amtsilati secara menyeluruh, peneliti melakukan
wawancara kepada ustadzah Munirah, dan beliau
memberikan jawaban sebagai berikut:
a. Pada semester pertama ajaran baru seluruh
peserta didik yang baru diwajibkan mengikuti
pembelajaran kitab Amtsilati sedangkan peserta
didik yang lama hanya dianjurkan saja untuk
mengikuti pembelajaran Amtsilati. Pada mulanya
pembelajaran ini dibimbing oleh para santriwati
6 Hasil Observasi Penulis pada tanggal 10 Juli 2017
7 Hasil Observasi Penulis pada tanggal 10 Juli 2017
107
lama yang telah menyelesaikan pembelajaran
Amtsilati dan telah diwisuda. Karena Amstilati
ini juga mengandung teknik Every One is
Teacher yang mana hal ini dilakukan agar ilmu
yang telah mereka dapatkan bisa tersalurkan
kepada yang lain dan dapat melatih mereka
dalam hal mengajar. Kegiatan ini dilaksanakan
setiap hari kecuali hari jum‟at dengan durasi
waktu sekitar 2 jam setelah sholat shubuh dan 30
menit setelah sholat magrib. Dalam waktu 1
minggu sampai 10 hari diusahakan peserta didik
menyelesaikan 1 jilid. Jika ada peserta didik yang
susah menyelesaikan Amtsilati dalam 1 jilid maka
sebaiknya anak tersebut ditinggal terlebih dahulu,
maksudnya anak tersebut tetap mempelajari
sampai dia menyelesaikan Amtsilati pada jilid
yang dia pelajari.
b. Dalam 1 kali pertemuan membutuhkan waktu 60-
90 menit, dengan rincian 15 menit pertama untuk
mengulang Rumus Qa‟idah pelajaran sebelumnya
yang termuat dalam jilid Qa‟idati, kemudian
dalam 40-70 menit selanjutnya untuk
108
mempelajari materi baru, dan 15 menit
setelahnya berupa kesimpulan dan waktu untuk
menghafal rumus Qa‟idah yang telah dipelajari.
c. Dalam 1 hari terdapat 2 kali pertemuan.
d. Para peserta didik yang telah menyelesaikan jilid
3 terlebih dahulu, maka diberi kesempatan untuk
mengikuti serangkaian tes tertulis dan lisan. Bagi
yang lulus maka memiliki kesempatan untuk
mengikuti program kelas khusus Amtsilati, yang
mana program ini berjalan selama 6 bulan dalam
menyelasaikan pembelajaran kitab Amtsilati.
Program ini terbuka juga untuk para peserta didik
yang lama. Bagi para peserat didik yang belum
lulus dan belum menyelesaikan jilid 3, maka
tetap mengikuti pelajaran kitab Amtsilati di kelas
biasa sampai mereka dapat menyelesaikannya
dengan waktu yang tak terbatas. Berbeda dengan
kelas khusus yang harus menyelesaikan
pembelajarannya dalam waktu 6 bulan.
e. Tes dalam Amtsilati dilakukan setelah peserta
didik menyelesaikan tiap-tiap jilid Amtsilati yang
semuanya berjumlah 5 jilid, dan tes tersebut
109
dilakukan dengan tes tertulis. Peserta didik
dinyatakan “lulus” apabila nilai dari tes yang
telah ia kerjakan mencapai nilai 9.01, sebaliknya
apabila nilainya kurang dari sembilan maka
dinyatakan tidak lulus dan harus melakukan tes
hingga ia dinyatakan lulus.
f. Setelah semua pembelajaran Amtsilati selesai,
maka dilakukan tes akhir. Tes dilakukan secara
tertulis dan lisan atau praktek dengan materi ayat-
ayat al-Qur‟an dan Hadits serta membaca kitab
kuning yang telah ditentukan, dengan cara
menempatkan harakat, kedudukan kaidah dan
makna dari materi tersebut.8
Dari hasil observasi, ada beberapa hal yang
perlu disiapkan oleh peserta didik sebelum kegiatan
dimulai yaitu:
a. Peserta didik harus menguasai/mengahafal bait-
bait Nadhom Alfiyah yang terdapat di kitab
Khulashoh, dihafalkan kemudian mereka
8 Wawancara dengan Pengajar Amtsilati, Ustadzah
Munirah, Banjarbaru, 6 Juli 2017
110
setorkan kepada para pembimbing atau kepada
temannya sendiri.
b. Para peserta didik harus membawa kamus bahasa
Arab yang berupa kamus Munawwir.
3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat
dalam Pembelajaran Amtsilati
Setiap pelaksanaan dari suatu kegiatan
pembelajaran pasti memiliki faktor penghambat dan
pendukung dalam prosesnya. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi dalam pembelajaran Amtsilati
yaitu sebagai berikut:
a. Waktu
Pondok pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
merupakan lembaga pendidikan yang menerapkan
sistem Full Day School. Bagi para santriwati
kegiatan pembelajaran Amtsilati hanya dilakukan
disela-sela waktu senggang, karena kegiatan ini
termasuk program nonformal di pondok.
ketika peneliti menanyakan kepada beberapa
sanntriwati tentang faktor penghambat mereka
dalam pembelajaran Amtsilati, pada umumnya
111
mereka menjawab bahwa kurangnya waktu dalam
menghafal dan memahaminya.9
b. Faktor santriwati
Kehadiran,keaktifan dan minat seorang peserta
didik sangat berperan penting dalam proses belajar
mengajar. Oleh karena itu, santriwati dituntut untuk
aktif dalam pembelajaran. Karena apabila lebih dari
2 kali pertemuan tidak dihadiri, maka akan
tertinggal jauh dalam pemahaman. Hal ini lah yang
disampaikan oleh ustadzah Munirah.10
c. Faktor Pengajar
Berhasilnya suatu pembelajaran tidak lepas
dari peran seorang pengajar. Seorang pengajar
dituntut untuk bisa menguasai pembelajaran dan
mampu menyampaikannya dengan baik agar materi
yang disampaikan dapat dipahami peserta didik.
Untuk pembelajaran Amtsilati, ketika peneliti
menanyakan tentang kualitas pengajarnya kepada
para santriwati, mereka pada umumnya menjawab
9 Wawancara dengan para Santriwati Program Amtsilati,
Zulfa Salsabila, Aidah dan Makiah, Banjarbaru, 11 Juli 2017 10
Wawancara dengan Pengajar Amtsilati, Ustadzah
Munirah, Banjarbaru, 6 Juli 2017
112
bahwa ustadzah Maulida sudah menguasai materi
dengan baik, tidak jauh berbeda dengan ustadzah
Munirah yang memberikan materi, yang mana para
santriwati lebih cepat memahami
pembelajarannya.11
d. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang disediakan pihak
pondok tergolong sudah memadai karena sekarang
sarana dan prasarana untuk kegiatan Amtsilati di
kelas khsusus tersedia dua asrama. Hal ini ada
kemajuan dibandingkan tahun sebelumnya yang
hanya ada satu asarama saja.12
e. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga mempengaruhi dalam
proses belajar-mengajar. Di Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri terdapat asrama khusus yang hanya
mempelajari Amtsilati selama enam bulan dan yang
mengikuti asrama tersebut hanya santriwati yang
telah lulus tes sebelumnya. Hal tersebut dilakukan,
11
Wawancara dengan santriwati, Zulfa Salsabila, Aidah,
dan Makiah, Banjarbaru, 11 Juli 2017 12
Wawancara dengan Pengajar Amtsilati, Ustadzah
Munirah dam Annisa Maulida, Banjarbaru, 6 Juli 2017
113
agar peserta didik lebih fokus dalam pembelajaran
dan itu sangat memudahkan para santriwati untuk
berdiskusi dengan teman-temannya. Karena apabila
asramanya tidak dikhususkan akan mendapat
pengaruh dari teman yang tidak mengikuti
pembelajaran Amtsilati.13
Dari hasil observasi, dalam pengajaran metode
Amtsilati juga memiliki metode dalam
penyampaiannya yaitu metode Everyone is
Teahcher. Peserta didik/santri yang telah menguasai
atau memahami pembelajaran Amtsilati dapat
mengajarkan kembali kepada teman-temannya baik
dari kakak atau adik tingkatannya yang belum
mempelajari. Ini juga menjadi salah satu kelebihan
dari metode Amtsilati.
4. Hasil Pembelajaran Amtsilati dalam
kemampuan Membaca Kitab Kuning
Untuk mengetahui informasi tentang hasil dari
pembelajaran Amtsilati peneliti mewawancarai
ustadzah Habibah, beliau mengatakan kebanyakan
13
Wawancara dengan Pengajar Amtsilati, Ustadzah
Munirah, Banjarbaru, 6 Juli 2017
114
santriwati yang telah mempelajari Amtsilati ketika
pembelajaran di kelas mereka lebih sering bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
oleh pengajar, terutama tentang gramatikal bahasa
Arab berupa Nahwu-Sharaf. Selain itu ketika
diadakan Musaabaqah Qira‟atul Kutub (MQK)
tingkat Nasional yang menjadi kader MQK
kebanyakan yang dipilih untuk diikutsertaan adalah
para santriwati yang telah mempelajari Amtsilati
meskipun ada juga yang dipilih dari santriwati yang
tidak mempelajari Amtsilati. Karena dilihat dari
pemahamannya tentang kitab kuning cukup
mumpuni.
Apabila dilihat dari hasil pembelajarannya,
Metode Amstilati ini sangat bagus hasilnya, dari situ
kita tahu bahwa pengajaran yang disampaikan dapat
dipahami dengan baik meskipun belum mencapai
maksimal. Akan tetapi setelah mempelajari Amtsilati
ini juga diperlukan untuk melakukan latihan-latihan
lagi sebanyak mungkin, maksudnya adalah perlu
belajar lebih lanjut lagi. Karena ilmu apa saja kalau
hanya dipelajari, dipraktekkan sesaat, kemudian
115
setelah itu dilupakan tanpa ada pengulangan lagi
maka tidak akan efektif dan maksimal. Jadi, setelah
mempelajari Amtsilati ini harus ada tindak
lanjutnya. Di pondok ini juga menyediakan kelas
tahsin dan tahfidz, dengan pembelajaran Amtsilati
juga sangat mempengaruhi kualitas bacaan Al-
Qur‟an para santriwati. Tidak hanya itu untuk
Nahwu-Sharaf bentuk aplikasi dari pembelajaran
Amtsilati, kita mencoba mengi‟rab Al-Qur‟an dan
itu adalah program ekstra yang baru saja diadakan.
Dari latihan mengi‟rab Al-Qur‟an dapat kita lihat,
berbeda antara orang yang mengetahui dan orang
yang tidak mengetahui, seperti yang Allah
firmankan dalam surah Az-Zumar ayat 9, yaitu:
...
“...Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.” (Q.S. Az-Zumar
[39]:9)
116
Tidak sama orang yang pernah belajar
Amtsilati dengan orang yang tidak pernah belajar
sama sekali. Jadi memang dari situ kelihatan,
Amtsilati ini agak menonjol, lebih cepat dalam
menjawabnya dan juga kecermatannya dalam
mengi‟rab Al-Qur‟an. Dan itu lumayan berhasil.14
Dari perspektif santriwatinya tentang
membaca kitab kuning, peneliti juga mewawancarai
beberapa santriwati. Mereka mengatakan ketika
mempelajari Amtsilati itu sangat membantu mereka
dalam pembelajaran di kelas karena hampir sebagian
besar sumber pembelajaran yang diajarkan di kelas
menggunakan kitab kuning, terutama dalam
pembelajaran Nahwu-Sharaf, menurut mereka lebih
cepat memahaminya karena sebagian pembelajaran
sudah dipelajari ketika pembelajaran Amtsilati
sehingga memudahkan mereka dalam membaca
kitab kuning.
Mereka juga mengatakan manfaat besar
setelah mempelajari Amtsilati adalah dapat
14
Wawancara dengan Pimpinan Al-Falah Puteri, Ustadzah
Habibah Djunaidi, Banjarbaru, 5 Juli 2017
117
membahagiakan kedua orang tua karena di antara
mereka ada yang dipilih untuk menjadi peserta
lomba MQK, hal ini jelas menjadi suatu kebanggaan
untuk kedua orang tua mereka.
Berikut adalah nama-nama santriwati pondok
pesantren Al-Falah Puteri yang meraih prestasi
lomba MQK pada tingkat Nasional, yaitu :
NO NAMA TINGKATAN JUARA
1 Isna Noor
Fitria
Lughah Ulya Putri pertama
2 Nor Fadhillah Lughah Wustha Putri pertama
3 Wafa Fadhillah Fiqh Ula Putri Harapan
tiga
4 Anisah
Norlaila Hayati
Lughah Ula Putri Harapan
satu
5 Dini Riyani Akhlak Ulya Putri kedua
6 Dini Fakhriyah Akhlak Ulya Putri ketiga
7 Fitriani Ushul Fiqh Ulya Putri Harapan
dua
8 Aulia Rahmi Lughah Ulya Putri ketiga
118
9 Dahlia Tafsir Wustha Putri pertama
10 Nispi kedua
Manfaat besar lainnya yaitu selesai
mempelajari Amtsilati mereka akan diwisuda, ini
adalah bentuk apresiasi dari pihak pondok atas usaha
santriwatinya yang mana acara tersebut juga dihadiri
oleh pengarang kitab Amstilati yaitu KH. Taufiqul
Hakim dari Jepara dan dihadiri juga oleh para orang
tua santri yang diwisuda.15
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Proses Pelaksanaan Metode Amtsilati di
Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru
Perencanaan pembelajaran yang disusun oleh
pengajar Amtsilati tidak berupa RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) seperti pada umumnya,
melainkan hanya mengacu kepada buku paket
Amtsilati perjilidnya yang dilaksanakan. Dan
perencanaan yang disiapkan oleh pengajar sudah
15
Wawancara dengan Santriwati Al-Falah Puteri,
Muzaynatun Thaiyyibah, Banjarbaru, 11 Juli 2017
119
terlaksana dengan baik hal ini terlihat dari proses
pembelajaran yang berjalan dengan efisien.
Proses pembelajaran Amtsilati di pondok
pesantren Al-Falah Puteri diawali dengan
pembacaaan dalil-dalil Khulashah Ibnu Malik yang
dibaca oleh para santriwati sebelum ustadzah
memasuki kelas, kemudian melakukan pembacaan
tawassul, penyampaian materi, merangkum materi,
dan penilaian.
Penilaian dilakukan dengan dua cara yaitu tes
tertulis dan non-tes. Tes tertulis berupa essay
tentang materi kitab Amtsilati beserta dalil-dalilnya
dan yang non-tes yaitu membaca kitab kuning yang
telah ditentukan oleh ustadzah, yang mana tes ini
merupakan bentuk implementasi dari materi-materi
yang telah disampaikan. dengan cara santri secara
bergiliran membaca kiab kuning yang akan dikaji,
ustadzah mengamati, jika ada bagian yang dibaca
salah maka ustadz akan menanyakan alasan dan
dasar bait yang ada di dalam kitab Amtsilati dan
Khulashoh Ibnu Malik.
120
Setelah melewati serangkaian tes, para
santriwati akan diwisuda yang mana acara ini
dihadiri oleh pengarang kitab Amtsilati yaitu KH.
Taufiqul Hakim. Hal ini adalah bentuk apresiasi
penghargaan yang diberikan oleh pihak pondok
pesantren atas usaha yang dilakukan para santri
dalam mempelajari kitab Amtsilati dalam waktu 6
bulan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi selama
Pembelajaran Berlangsung
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
selama pembelajaran berlangsung yaitu:
a. Waktu, terbatasnya waktu yang disediakan.
Karena padatnya kegiatan pondok yang wajib
diikuti oleh seluruh santriwati.
b. Faktor santriwati, pada umumnya para
santriwati di Pondok Al-Falah Puteri
Banjarbaru yang mengikuti pembelajaran
Amtsilati begitu antusias hal ini dapat dilihat
dari kehadiran dan keaktifan mereka dalam
setiap pembelajaran.
121
c. Faktor pengajar, para guru yang mengajar
sudah memenuhi kriteria seorang pengajar. Ini
dapat dilihat dari penguasaan dan cara
penyampaian materinya.
d. Faktor lingkungan, untuk lingkungan
pembelajaran Amstilati sudah mendukung,
dapat dilihat dengan dikumpulkannya mereka
yang belajar Amtsilati dalam tiap satu asrama.
e. Sarana dan prasarana, untuk sarana dan
prasarana masih kurang. Karena asrama yang
disediakan untuk tahun ini hanya ada 2
asrama. Sedangkan peminatnya sangat
banyak.
3. Hasil Pembelajaran Amtsilati dalam
Kemampuan Membaca Kitab Kuning
a. Santriwati dapat menjawab pertanyaan dalam
setiap pembelajaran di kelas formal yang
mana pembelajarannya bersumber dari kitab
kuning.
b. Santriwati lebih mudah memahami kandungan
isi kitab kuning yang dipelajari.
122
c. Dalam mengi‟rab Al-Qur‟an, Santriwati lebih
cermat dan cepat dalam menjawabnya.
d. Kebanyakan santriwati yang telah
mempelajari Amtsilati terpilih menjadi kader
dalam Musabaqah Qira‟atul Kutub (MQK)
sebagai perwakilan Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri Banjarbaru. Ini terbukti dari
beberapa santriwati Al-Falah Puteri menjuarai
perlombaan MQK tingkat Nasional.
123
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Implementasi metode Amtsilati dalam
meningkatkan kemampuan membaca kitab kuning
di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru,
penulis menyimpulkan:
1. Program Amtsilati adalah program nonformal
yang telah lama diterapkan di pondok Pesantren
Al-Falah Puteri yaitu dimulai pada tahun 2004.
Program ini merupakan bentuk ikhtiar para
pengajar dalam membimbing para santriwati
untuk membaca dan memahami kitab kuning
dengan cepat.
2. Adapun dalam pelaksanaannya, pembelajaran ini
berlangsung setelah shalat shubuh, magrib
(kadang-kadang), dan Isya. Selain itu para
santriwati diwajibkan menghafal Qaidati dan bait
Khulashah Alfiyah beserta artinya dengan
nada/irama yang telah ditentukan kemudian
124
hafalan mereka disetorkan kepada
senior/pembimbing Amtsilati.
3. Pada pengaplikasiannya dalam pembelajaran
program formal yaitu sekolah pondok, metode
Amtsilati digunakan untuk mengi’rab Al-Qur’an,
ini merupakan terobosan baru dalam
pengaplikasiannya karena berbeda dari tahun-
tahun sebelumnya yang hanya digunakan dalam
membaca kitab kuning saja.
4. Dari berbagai teori yang menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran Amtsilati penulis telah
melihat langsung di pondok pesantren Al-Falah
puteri Banjarbaru telah menjalankan
pembelajaran Amtsilati sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan.
5. Adapun manfaat Amtsilati ini sangat banyak,
salah satunya bagi pesantren tidak sulit lagi
mencari kader yang paham dan bisa membaca
kitab kuning sedangkan untuk santriwatinya
sangat memudahkan dalam pemahaman
pembelajaran di kelas formal.
125
B. SARAN
Implementasi metode Amtsilati merupakan
suatu bentuk upaya yang dilakukan oleh pihak
pondok pesantren untuk meningkatkan kemampuan
para peserta didik dalam mempelajari kitab kuning.
Maka dari itu, kepada:
1. Peserta didik, diharapkan selalu aktif bertanya
jika ada materi yang belum dikuasai atau belum
dimengerti. Setelah belajar Amtsilati, diharapkan
untuk terus berlatih dan mempelajari ilmu-ilmu
yang lain karena Amtsilati hanya sebagai pondasi
atau basic dalam pembelajaran gramatikal bahasa
Arab, maka diperlukan untuk terus belajar
sebagai bentuk pengembangan dari ilmu yang
telah didapat sebelumnya.
2. Pengajar, diharapkan pengajar menggunakan
berbagai macam metode dalam penyampaian,
agar tercipta suasana kelas yang menyenangkan.
Tidak hanya itu, para pengajar harus memiliki
pola komunikasi yang baik antar sesama pengajar
maupun kepada santriwatinya.
126
3. Pihak pesantren, diharapkan pihak pesantren
lebih mendukung dalam kegiatan pembelajaran
Amtsilati, seperti menyediakan beberapa asrama
khusus untuk Amtsilati dan mewajibkan seluruh
santriwatinya untuk mengikuti pembelajaran
Amtsilati lebih mendalam lagi.
123
DAFTAR PUSTAKA
Andika, Dodi. Pendidikan di Tengah Gelombang
Perubahan, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.
2007
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers. 2002
Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam (Tinjauan Teoritis
Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner), Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. 2006
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan
Modernisasi Menuju Millenium Baru. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu. 2002
Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2014
Basrowi dan Suwardi, Memahami Penelitian Kualitatif,
Jakarta: Rineka Cipta. 2008
Bawani, Imam. Tradisionalisme dalam pendidikan
Islam, Surabaya : Al-Ikhlas. 1990
Bulletin Al-Falah, Banjarbaru: Penerbit Pondok
Pesantren Al Falah. 2008
124
Darwis, Amri. Metode Penelitian Pendidikan Islam:
Pengembangan Ilmu Paradigma Islami, Depok:
PT Rajagrafindo Persada. 2014
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 2002
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren (Studi Tentang
Pandangan Hidup Kyai), Jakarta: LP3ES. 1983
Djamarah, Syaiful Bahri. Rahasia Sukses Belajar,
Jakarta: PT Rineka Cipta. 2002
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Startegi
Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006
Furhan, Arif. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan,
Surabaya: Usaha Nasional.1982
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2013
Hakim, Taufiq. Amtsilati jilid 1, 2, 3,4,5, Jepara: Al-
Falah Offset. 2003
______, Shorfiyyah, Jepara: Al-Falah Offset. 2003
______, Qo’idati (Rumus Qoidah), Jepara: Al-Falah
Offset. 2003
______, Tatimmah 1 dan 2, Jepara: Al-Falah Offset.
2003
______, Khulashoh Alfiyah Ibnu Malik, Jepara: Al-Falah
Offset. 2003
125
Ibrahim, R dan Nana Syaodih S, Perencanaan
Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta. 2010
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT
Rosdakarya. 2016
Minarti, Sri. Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoretis-
Filosofis dan Aplikatif-Normatif, Jakarta: Amzah.
2013
Mochtar, Affandi. Membedah Diskursus Pendidikan
Islam, Ciputat: Penerbit Kalimah. 2001
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif
Kualitatif, Ciputat: Referensi. 2013
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir, Surabaya:
Pustaka Progressif. 1997
Nafi’, M.Dian, dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren,
Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara. 2007
Nizar, Samsul. Sejarah Sosial & Dinamika Intelektual
Pendidikan Islam di Nusantara, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2013
Prasetyo, Irawan, dkk, Metode Penelitian. Jakarta:
Universitas Terbuka. 2009
Putra, Aminudur Yusuf Putra.“Penerapan Metode
Amtsilati Dalam Pembentukan Karakter Islami
Siswa di P.P Darul Falah Bangsri Jepara,”
Skripsi, (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah. 2014
126
Qomar, Mujamil. Menggagas Pendidikan Islam,
Bandung: PT Rosda Karya. 2014
Saridjo, Marwan. Pendidikan Islam dari Masa ke Masa,
Jakarta: Yayasan Ngali Aksara & Penamadani.
2010
Sugiarto, Eko. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif
Skripsi dan Tesis. Yogyakarta:Suaka Media. 2015
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
dan R dan D, Bandung: Alfabeta. 2010
Sukardi, Metodologi Penelitian: Pendidikan Kompetensi
dan Praktiknya. Yogyakarta: PT Bumi Aksara.
2003
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
2005
______, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2010
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2012
Umar, Bukhari. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah.
2011
Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran
Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers. 2002
Tanzah, Ahmad. Metodologi Penelitian Praktis,
Yogyakarta: Teras. 2011
127
Thalib, Muhammad. Sistem Cepat Pengajaran Bahasa
Arab. Bandung: Gema Risalah. 1997
Wiyani, Novan Ardy & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2012
Yanggo, Huzaimah T, dkk., Pedoman Penulisan Skripsi,
Tesis dan Disertasi. Tangerang: IIQ Press. 2011
Website :
http://www.nu.or.id/post/read/40297/amtsilati-metode-
baru-ngaji-nahwu
http://www.amtsilati.com/2017/03/kilas-karakteristik-
amtsilati.html
http://www.areabaca.com/2015/12/pengertian-implementasi-
menurut-para.html
http://immtarbiyahpwt.blogspot.co.id/2011/08/metode-
membaca-alquran-dengan-amtsilati.html
LAMPIRAN
DOKUMENTASI PENELITIAN
LAMPIRAN WAWANCARA
Gambar 1. Bersama Pimpinan Pondok Pesantren Al-Falah
Puteri Banjarbaru, Dr. Hj. Habibah Djunaidi, MA
ketika Selesai Wawancara.
Gambar 2. Bersama Pengajar Amstilati Ustadzah Hj. Munirah,
S.Pd.I Ketika Selesai Wawancara
Gambar 3. Bersama pembimbing Amtsilati Ustadzah Annisa
Maulida ketika selesai wawancara
Gambar 4. Wawancara Bersama Santriwati yang mengikuti
Pembelajaran Amtsilati
Gambar 5. Bersama Santriwati yang megikuti pembelajaran
Amtsilati, ketika selesai wawancara
Gambar 6. Proses pembelajaran Amstilati di lokal, ketika
mengerjakan tes berupa memberi harakat yang
diberikan oleh pembimbing
Gambar 7. Prosees pembelajaran Amtsilati di Asrama Khusus
Amtsilati
Gambar 8. Mushalla Pondok Pesantren Al-Falah Puteri yang
Baru Dibangun, Tempat Kegiatan Ibadah dan
sekaligus Pendidikan.
Gambar 9. Piala Penghargaan Prestasi Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri Banjarbaru.
Gambar 10. Asrama Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru
Gambar 11. Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
Gambar 12. Bersama Santriwati kelas 3 Tsanawi Ketika Jam
Istirahat Sekolah Pagi (Formal)
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Dr. Hj. Habibah Djunaidi, MA
Jabatan : Pimpinan Pesantren (Mudirah)
Tempat Wawancara : Kantor Pesantren
Tanggal Wawancara : 05 Juli 2017
1. Tanya : Sejak kapan penerapan metode Amtsilati di
PondokPesantren Al-Falah Puteri?
Jawab : Metode Amtsilati ini telah diterapkan sejak tahun 2004
sampai sekarang
2. Tanya : Apakah pengajar Amtsilati telah memenuhi kriteria
pendidik yang baik?
Jawab : Apabila dilihat dari hasil pembelajarannya, Metode
Amstilati ini sangat bagus hasilnya, dari situ kita tahu bahwa
pengajaran yang disampaikan dapat dipahami dengan baik
meskipun ada yang belum maksimal.
3. Tanya : Bagaimana kelancaran santriwati setelah mempelajari
Amtsilati dalam meningkatkan kemampuan membaca kitab
kuning?
Jawab : Apabila dilihat dari hasil pembelajarannya, Metode
Amstilati ini sangat bagus hasilnya. Akan tetapi setelah
mempelajari Amtsilati ini perlu melakukan latihan-latihan lagi
sebanyak mungkin alias perlu belajar lebih lanjut lagi. Karena
ilmu apa saja kalau hanya dipelajari, dipraktekkan sesaat,
kemudian setelah itu dilupakan tanpa ada pengulangan lagi maka
tidak akan efektif dan maksimal. Jadi, setelah mempelajari
Amtsilati ini harus ada tindak lanjutnya. Di pondok ini juga
menyediakan kelas tahsin dan tahfidz, dengan pembelajaran
Amtsilati juga sangat mempengaruhi kualitas bacaan Al-Qur’an
para santriwati. Tidak hanya itu untuk nahwu-sharaf bentuk
aplikasi dari pembelajaran Amtsilati, kita mencoba mengi’rab
Al-Qur’an dan itu adalah program ekstra yang baru saja
diadakan. Dari latihan mengi’rab Al-Qur’an dapat kita lihat,
orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui, seperti
yang Allah firmankan dalam surah Az-Zumar ayat 9, yaitu
.....
“.....Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Q.S.
Az-Zumar [39]:9)
Tidak sama orang yang pernah belajar Amtsilati dengan orang
yang tidak pernah belajar sama sekali. Jadi memang dari situ
kelihatan, Amtsilati ini agak menonjol, lebih cepat dalam
menjawabnya dan juga kecermatannya dalam mengi’rab itu. Dan
itu lumayan berhasil.
4. Tanya : Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam
pembelajarannya?
Jawab : Faktor penghambatnya adalah kapaitas tempat dan
alokasi waktu. Karena Sekolah formal nya dimulai dari pagi dan
sore setelah itu antara magrib dan isya ada pengajian, bahkan
setelah shubuh juga ada meskipun ada pengecualian bagi yang
belajar Amtsilati untuk tidak mengikuti beberapa pengajian
tertentu karena alokasi waktunya digunakan untuk mempelajari
Amsilati. Jadi, sisa-sisa waktu itulah yang digunakan para santri
untuk mempelajari Amtsilati. Sedangkan untuk pengajarnya
yang lebih mengetahui adalah ustadzah Munirah selaku
koordinator pembelajaran Amstilati.
5. Tanya : Apa manfaat terbesar mempelajari Amtsilati ini?
Jawab : Dilihat dari kemampuan para santriwati dalam
menjawab pertanyaan di kelas, kebanyakan dari mereka yang
mempelajari Amstilati dapat menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan terutama tentang Nahwu-Sharaf. Selain itu kebanyakan
dari mereka juga dipilih untuk mengikuti perlombaan
Musaabaqah Qiraatul Kutub (MQK) karena kemampuan
mereka dalam membaca kitab kuning lumayan bagus.
Banjarbaru, 05 Juli 2017
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Hj. Munirah, S. Pd.I
Jabatan : Koordinator dan Pengajar Amtsilati
Tempat Wawancara : Ruang pengajar asrama Amtsilati
Tanggal Wawancara : 06 Juli 2017
1. Tanya : Apakah Ustadzah melakukan perencanaan sebelum
mengajar kitab Amtsilati?
Jawab: Sebelum saya mengajar, terlebih dahulu saya
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, namun
dalam hal ini pada pembelajaran Amtsilati di pondok pesantren
Al-Falah Puteri Landasan Ulin Banjarbaru, saya selaku guru
yang bersangkutan tidak membuatnya dalam bentuk RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) seperti pada umumnya,
melainkan hanya mengacu kepada buku paket Amtsilati
perjilidnya yang dilaksanakan, bisa 3-4 lembar pada setiap
pertemuan, sehingga dalam seminggu bisa menyelesaikan 1
jilid. Kemudian saya mempelajari materi yang akan saya
sampaikan sebelum proses pembelajaran dimulai. Selain itu
saya juga menargetkan waktu yang digunakan dalam
penyampaian materi, agar ketika waktu yang tersedia telah
habis maka habis pula perencanaan materi yang disampaikan.
Setelah itu, saya merencanakan dan memformat langkah-
langkah yang ingin saya laksanakan dalam penyampaian
materi, baik yang terkait dengan penggunaan strategi dengan
harapan para siswa dapat menerima dan memahami Amtsilati
secara maksimal serta menyiapkan teknik untuk mewujudkan
suasana belajar yang aktif, efektif dan efesien.
2. Tanya : Apa saja materi pembelajaran Amstilati yang
diajarkan?
Jawab : Sebelum mempelajari kitab Amtsilati, perlu diketahui
terlebih dulu tentang pembagian penggunaan kitab amtsilati.
Dimulai dari 1 paket kitab Amtsilati yang terdiri dari 10 jilid.
Adapun prosedur penggunaan jilidnya yaitu; 5 jilid Amtsilati
dipakai secara bertahap atau berurutan, setelah jilid 1 selesai,
baru kemudian naik ke jilid 2, dan seterusnya sampai pada jilid
5. Akan tetapi untuk naik ke jilid yang selanjutnya, peserta
didik harus melalui serangkaian tes tertulis terlebih dahulu,
yang berupa pengisian soal-soal jilid yang sudah dipelajari.
Selama mempelajari dan mendalami Amtsilati dari jilid 1-5,
harus diiringi dengan pemahaman Rumus Qaidah yang
terdapat di dalam jilid Qa’idati, serta penghafalan dalil-dalil
dari ringkasan Alfiyah Ibnu Malik yang terdapat pada jilid
khulashah Alfiyah Ibnu Malik, dan terakhir adalah sesi tes,
evaluasi, atau praktek yang menggunakan 2 jilid Tatimmah,
adapun penggunaan Sharfiyah yakni pada saat peserta didik
mulai pada jilid ke-4 Amtsilati. Pondok pesantren Al-Falah
Puteri Banjarbaru, telah menerapkan metode Amtsilati sebagai
cara untuk mendalami Al-Qur’an dan kitab kuning yang mana
program pembelajaran ini termasuk dalam program kegiatan
nonformal. Program ini dimulai sejak tahun 2004 sampai
sekarang.
3. Tanya : Bisakah anda menceritakan pelaksanaan Amtsilati ini
secara detailnya?
Jawab : Iya bisa, Pada semester pertama ajaran baru seluruh
peserta didik yang baru diwajibkan mengikuti pembelajaran
kitab Amtsilati sedangkan peserta didik yang lama hanya
dianjurkan saja untuk mengikuti pembelajaran Amtsilati. Pada
mulanya pembelajaran ini dibimbing oleh para santriwati lama
yang telah menyelesaikan pembelajaran Amtsilati dan telah
diwisuda. Karena Amstilati ini juga mengandung teknik Every
One is Teacher yang mana hal ini dilakukan agar ilmu yang
telah mereka dapatkan bisa tersalurkan kepada yang lain dan
dapat melatih mereka dalam hal mengajar. Kegiatan ini
dilaksanakan setiap hari kecuali hari jum’at dengan durasi
waktu sekitar 2 jam setelah sholat shubuh dan 30 menit setelah
sholat magrib. Dalam waktu 1 minggu sampai 10 hari
diusahakan peserta didik menyelesaikan 1 jilid. Jika ada
peserta didik yang susah menyelesaikan Amtsilati dalam 1 jilid
maka sebaiknya anak tersebut ditinggal terlebih dahulu,
maksudnya anak tersebut tetap mempelajari sampai dia
menyelesaikan Amtsilati pada jilid yang dia pelajari. Dalam 1
kali pertemuan membutuhkan waktu 60-90 menit, dengan
rincian 15 menit pertama untuk mengulang Rumus Qa’idah
pelajaran sebelumnya yang termuat dalam jilid Qa’idati,
kemudian dalam 40-70 menit selanjutnya untuk mempelajari
materi baru, dan 15 menit setelahnya berupa kesimpulan dan
waktu untuk menghafal rumus Qa’idah yang telah dipelajari.
Dalam 1 hari terdapat 2 kali pertemuan. Para peserta didik
yang telah menyelesaikan jilid 3 terlebih dahulu, maka diberi
kesempatan untuk mengikuti serangkaian tes tertulis dan lisan.
Bagi yang lulus maka memiliki kesempatan untuk mengikuti
program kelas khusus Amtsilati, yang mana program ini
berjalan selama 6 bulan dalam menyelasaikan pembelajaran
kitab Amtsilati. Program ini terbuka juga untuk para peserta
didik yang lama. Bagi para peserat didik yang belum lulus dan
belum menyelesaikan jilid 3, maka tetap mengikuti pelajaran
kitab amtsilati di kelas biasa sampai mereka dapat
menyelesaikannya dengan waktu yang tak terbatas. Berbeda
dengan kelas khusus yang harus menyelesaikan
pembelajarannya dalam waktu 6 bulan. Tes dalam Amtsilati
dilakukan setelah peserta didik menyelesaikan tiap-tiap jilid
Amtsilati yang semuanya berjumlah 5 jilid, dan tes tersebut
dilakukan dengan tes tertulis. Peserta didik dinyatakan “lulus”
apabila, nilai dari tes yang telah ia kerjakan mencapai nilai
9,01, sebaliknya apabila nilainya kurang dari sembilan maka
dinyatakan tidak lulus dan harus melakukan tes hingga ia
dinyatakan lulus. Setelah semua pembelajaran Amtsilati
selesai, maka dilakukan tes akhir. Tes dilakukan secara tertulis
dan lisan atau praktek dengan materi ayat-ayat al-Qur’an dan
Hadits serta membaca kitab kuning, dengan cara menempatkan
harakat, kedudukan kaidah dan makna dari materi tersebut.
4. Tanya : Faktor apa saja yang mempengaruhi pembelajaran
Amtsilati?
Jawab : faktornya itu berupa terbatasnya waktu yang ada.
Selain itu ada juga faktor dari santrinya karena
Kehadiran,keaktifan dan minat seorang peserta didik sangat
berperan penting dalam proses belajar mengajar ini. Apabila
lebih dari 2 kali pertemuan tidak dihadiri, maka akan tertinggal
jauh dalam pemahaman. 5. Tanya : Bagaimana kelancaran santriwati ketika diadakan tes
memabaca kitab kuning?
Jawab : untuk tes akhir dan membaca kitab kuning yang
menguji langsung adalah saya sendiri. Kemampuan mereka
sangat berbeda sekali dibandingkan dengan sebelum
mempelajari Amstilati. Mereka ketika diuji lebih mengetahui
kedudukan dan makna pada harokat yang ditempatkan. Karena
ketika ptoses pembelajaran kecermatan dan ketepatan sangat
diutamakan. Dan ini terbukti banyaknya santriwati yang dipilih
untuk mewakili pondok dalam Musabaqah Qiraatul Kutub.
Banjarbaru, 05 Juli 2017
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Annisa Maulida
Jabatan : Pembimbing Amtsilati
Tempat Wawancara : asrama Amstilati
Tanggal Wawancara : 07 Juli 2017
1. Tanya : Apakah Ustadzah melakukan perencanaan sebelum
mengajar kitab Amtsilati?
Jawab : Sebelum saya menjawab pertanyaan, saya akan
menjelaskan tugas saya di sini sebagai pembimbing para
santriwati yang mempelajari Amtsilati dan membantu ustadzah
Munirah dalam segala proses pelaksanaannya. Sebelum
pembelajaran dimulai saya terlebih dahulu mempelajari ulang
mengenai materi yang akan saya sampaikan. Dengan
mengajarkan mereka saya kembali mereview pembelajaran
Amtsilati. Tidak hanya itu, saya juga memperhitungkan waktu
yang saya gunakan dalam menyampaikan materi kemudian saya
menyusun serangkaian kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan
setelah penyampaian materi, dan itu bisa berupa tanya jawab
atau latihan-latihan.
2. Tanya : Bagaimana langkah-langkah pembelajaran Amstilati?
Jawab : Sebelum ustadzah memulai pembelajaran, beliau
menanyakan kesiapan para santriwati terlebih dahulu. Setelah
itu, yang dilakukan ustadzah yaitu membuka pembelajaran
dengan doa dan tawassul untuk para guru, Rasulullah, sahabat
dan lain-lain. Selanjutnya ustadzah menjelaskan tentang materi
yang akan disampaikan kepada santriwati, dengan menggunakan
kitab Amtsilati. Ustadzah membacakan materi yang berupa ayat
Al-Qur’an secara berulang-ulang kemudian diikuti oleh
santriwatinya. Pada kegiatan akhir, ustadzah membimbing
santriwatinya untuk membuat rangkuman materi dan melakukan
penugasan serta penilaian. Lalu pembelajaran ditutup dengan
kalimat Hamdalah.
3. Tanya : Faktor apa saja yang mempengaruhi pembelajaran
Amtsilati ini?
Jawab : Pertama faktor lingkungan, kegiatan pembelajaran
Amstilati ini sengaja dikhususkan, agar peserta didiknya lebih
terfokus dan tidak terganggu dengan teman yang tidak mengikuti
pembelajaran. Selain itu ada faktor penggunaan waktu yang
dilakukan peserta didik. Mereka harus pandai dalam mengatur
waktu keseharian mereka.
4. Tanya : Bagaimana kemampuan santriwati dalam membaca kitab
Kuning?
Jawab : Seperti yang saya pantau dari pembelajaran mereka di
kelas formal yang notabene sumber pembelajarannya
menggunakan kitab kuning, ketika disuruh untuk membaca dan
mengkaji kitab kuning, mereka bisa membaca dan memahami
kitab tersebut dengan baik. Meskipun kadang ada beberapa
penempatan harakat yang salah, hal ini wajar saja mengingat
amtsilati hanya pembelajaran dasar dari gramatikal bahasa Arab.
Banjarbaru, 07 Juli 2017
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Muzaynatun Thayyibah
Kelas : 1 A Aliyah
Tempat Wawancara : Asrama
Tanggal Wawancara : 05 Juli 2017
1. Tanya : Apakah anda suka dengan pembelajaran Amtsilati
Jawab : iya suka.
2. Tanya : Apakah penngajarnya sudah menguasai Amstilati
dengan baik?
Jawab : Iya sudah, karena apa yang ustadzah ajarkan dapat
saya pahami dengan baik.
3. Tanya : Apakah anda sering bertanya di kelas jika ada yang
tidak dipahami?
Jawab : Iya sering, karena jika saya tidak bertanya, saya akan
bingung untuk memahami pembelajaran selanjutnya.
4. Tanya : Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung
dalam pembelajaran Amtsilati ini?
Jawab : Waktu. Saya merasa kekurangan waktu dalam
mempelajarinya
5. Tanya: Apa manfaat terbesar anda mempelajari Amstilati?
Jawab : Lebih mudah menjawab pertanyaan ustadzah ketika
pelajaran di kelas formal, terus bisa membaca kitab kuning,
meskipun belum terlalu ahli, tapi saya memahami kandungan
kitabnya. Manfaat besar lainnya juga nanti selesai mempelajari
Amtsilati kita akan diwisuda, acara ini nanti dihadiri oleh
pengarang kitab Amstilati nya itu KH. Taufiqul Hakim dari
Jepara dan juga dihadiri oleh para orang tua kami. Nanti ada
diantara kami yang dipilih oleh pak Kyai untuk diberi
pertanyaan mengenai seputar pembelajaran Amtsilati diikuti
oleh orang tuanya. Setelah itu pak Kyai memberikan wejangan
dan pengarahan kepada para orang tua, para Santri dan
santriwati tentang pendidikan anak, kemudian diadakan sesi
sungkeman. Nah di acara inilah kami para santri dan santriwati
memohon maaf dan terimakasih kepada orang tu atas didikan
serta kasih sayang yang diberikan. Sesi ini lah yang
membedakan dari tahun-tahun sebelumnya.
Banjarbaru, 07 Juli 2017
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Khadijatun Nisa Aulia
Kelas : 1 Aliyah
Tempat Wawancara : Asrama
Tanggal Wawancara : 11 Juli 2017
1. Tanya : apakah anda suka dengan pembelajaran Amtsilati?
Jawab : Iya suka.
2. Apakah penngajarnya sudah menguasai Amstilati dengan baik?
Jawab : Iya sudah, apa yang beliau ajarkan. Saya bisa
memahaminya.
3. Tanya : Apakah anda sering bertanya di kelas jika ada yang tidak
dipahami?
Jawab : Iya sering, karena saya senang bertanya jika tidak
mengerti
4. Tanya : Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung
dalam pembelajaran Amtsilati ini?
Jawab : Waktu, pengaruh teman-teman, kadang malas
menghafal.
5. Tanya: Apa manfaat terbesar anda mempelajari Amstilati?
Jawab : Saya bisa membaca kitab kuning, bisa menjawab
pertanyaan ustadzah apalagi seputar Nahwu-Sharaf, dan
Alhamdulillah tahun ini saya terpilih untuk mengikuti lomba
MQK tingkat kecamatan. Nanti jika saya lolos, saya akan
mewakili pondok pada tingkat Nasional yang diadakan di pulau
Jawa.
Banjarbaru, 07 Juli 2017
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Zulfa Salsabila
Kelas : 2 tsanawiyah
Tempat Wawancara : Asrama
Tanggal Wawancara : 11 Juli 2017
1. Tanya : apakah anda suka dengan pembelajaran Amtsilati?
Jawab : Iya suka.
2. Tanya : Apakah penngajarnya sudah menguasai Amstilati
dengan baik?
Jawab : iya sudah, saya dapat memahami pembelajaran dengan
mudah.
3. Tanya : Apakah anda sering bertanya di kelas jika ada yang tidak
dipahami?
Jawab : Lumayan sering, kadang saya bertanya jika tidak
memahami
4. Tanya : Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung
dalam pembelajaran Amtsilati ini?
Jawab : Kurangnya waktu, mood yang berubah-ubah, pengaruh
teman-teman
5. Tanya: Apa manfaat terbesar anda mempelajari Amstilati?
Jawab : Memudahkan saya belajar di kelas dan bisa
membahagiakan orang tua. Sebagian yang dipelajari di kelas
sudah saya pelajari di kelas Amtsilati dan ini sangat membantu
saya dalam mengerjakan soal-soal.
Banjarbaru, 07 Juli 2017
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Makiah
Kelas : 2 tsanawiyah
Tempat Wawancara : Asrama
Tanggal Wawancara : 11 Juli 2017
1. Tanya : Apakah anda suka dengan pembelajaran Amtsilati?
Jawab : Iya suka.
2. Tanya : Apakah penngajarnya sudah menguasai Amstilati
dengan baik?
Jawab : iyaa sudah.
3. Tanya : Apakah anda sering bertanya di kelas jika ada yang tidak
dipahami?
Jawab : Kadang-kadang
4. Tanya : Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung
dalam pembelajaran Amtsilati ini?
Jawab :Waktu nya terbatas jadi saya merasa kekurangan waktu
untuk menghafalnya.
5. Tanya: Apa manfaat terbesar anda mempelajari Amstilati?
Jawab : Ketika saya di kelas pondok (formal), saya senang bisa
menjawab pertanyaan dari ustadzah apalagi pertayaan tentang
Nahwu-Sharaf. Saya jadi bisa membaca kitab kuning sedikit-
sedikit.
Banjarbaru, 07 Juli 2017
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “ Implementasi Metode Amtsilati dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning”
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru
Kalimantan Selatan), yang disusun oleh Maulidia Nomor Induk
Mahasiswa : 13311242 telah diperiksa dan disetujui untuk
diujikan ke sidang munaqasyah.
Jakarta, 24 Juli 2017
Pembimbing,
Dr. KH. Ahmad Dimyati Badruzzaman, MA
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Implementasi Metode Amtsilati dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning” Oleh
Maulidia dengan NIM 13311242 telah diujikan pada sidang
Munaqasyah Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)
Jakarta pada tanggal 07 Agustus 2017. Skripsi telah diterima
sabagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd).
Jakarta, 07 Agustus 2017
Dekan Fakultas Tarbiyah
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr.Hj.Umi Khusnul Khotimah, M.Ag Wasmini
Penguji I Penguji II
Dr. Hj. Umi Khusnul Kotimah, M.Ag Dr.Hj. Romlah Widayati, M.Ag
Pembimbing
Dr. KH. Ahmad Dimyati Badruzzaman, MA
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Maulidia
NIM : 13311242
Tempat/Tanggal Lahir : Landasan Ulin, 10 Agustus 1994
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Implementasi
Metode Amtsilati dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Kitab Kuning” (Studi Kasus di Pondok Pesantren
Al-Falah Puteri Banjarbaru Kalimantan Selatan), adalah benar-
benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah
disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 24 Juli 2017
Maulidia
iv
MOTTO
“Proses tidak akan pernah mengkhianati
hasilnya. Maka teruslah berproses sebab
itulah bentuk ikhtiar seorang hamba”
“If you think you can, you can. If you think you can’t, you ‘re right”
“jika kamu berpikir kamu bisa, kamu bisa. Jika kamu berpikir tidak bisa, kamu benar
(tidak bisa)”
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa penulis
panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Rasulullah SAW, beserta keluarga dan sahabatnya serta kepada
kita semua selaku umatnya, mudah-mudahan kita semua
mendapatkan syafa‟at beliau di hari akhir nanti (amien).
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
tidak sedikit hambatan, rintangan serta kesulitan yang
dihadapi.Namun berkat rahmat dan kebesaran-Nya, berkat
bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Ibu Prof. Dr.
Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta,
Ibu Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag.
vi
3. Bapak Dr. KH. Ahmad Dimyati Badruzzaman,MA,
sebagai Dosen Pembimbing yang telah menyediakan
waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan
bimbingan kepada penulis dan senantiasa sabar dalam
membimbing penyusunan skripsi ini.
4. Kepala Perpustakaan beserta segenap Civitas Institut Ilmu
Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta terutama Dosen dan Staf Fakultas
Tarbiyah, yang telah banyak memberikan fasilitas dan
memberikan bekal ilmu pengetahuan selama di bangku
perkuliahan.
5. Ibu Wasmini dan Ibu Yuyun Siti Zainab, S. Pd.I yang telah
banyak memberikan fasilitas, kemudahan dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Instruktur Tahfidz Institut Ilmu al-Qur‟an (IIQ)
Jakarta yang telah banyak memberikan dukungan spiritual
dan semangat kepada penulis.
7. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Falah Puteri Ibu Dr. Hj.
Habibah Djunaidi, MA yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian, serta kepada segenap staf dan guru-
guru terkait khususnya Ustadzah Munirah, Ustadzah
Annisa Maulida dan para santriwati, yang telah berkenan
memberikan data dan informasi yang diperlukan, dalam
rangka pengumpulan data sehingga proses penelitian dan
vii
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai panduan
yang ditetapkan.
8. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orangtuaku
Abah Abdul Wahab dan Mama Harliani, Kakak-kakakku
tercinta Khairil Anwar, Listiyani, Muhammad Rid‟an,
keponakan-keponakanku Laila, Salsa dan seluruh keluarga,
mereka senantiasa mengiringi derap langkah penulis dalam
menggapai cita-cita dengan do‟a yang tulus dan ikhlas.
9. Seluruh sahabat-sahabat Fakultas Tarbiyah, khususnya
kelas Tarbiyah A dan B Angkatan 2013 yang telah bekerja
sama berjuang melewati hari-hari perkuliahan dalam
warna suka dan duka. Dan terkhusus lagi kepada Witri,
Khansa, Mamak Fikri, Zizwa, Mbak Iil, dan saudariku
sanak 5 Borneo Anisah, Fitria, Ipunk, ka Mewed.
10. Terima kasih banyak kepada ka Merri yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan selama proses pembuatan
skripsi ini dan kepada keluargaku di KAHFI BBC
Motivator School khususnya ka Tsani, ka Bayu, ka Hilmi,
Nisa dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per
satu baik dari anggota Hillah, PMQ Borneo, dan PMKS
yang telah memberi dukungan dan semangat kepada
penulis.
viii
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Hanya harapan dan do‟a, semoga Allah SWT.
memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak
yang telah berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini. Dan mudah-mudahan karya yang sederhana ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
Jakarta, 24 Juli 2017
Penulis,
Maulidia
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................. ii
PERNYATAAN PENULIS ................................................. iii
MOTTO ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................ xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................... xv
ABSTRAKSI ....................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ............................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................... 11
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........... 12
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................. 13
E. Manfaat Penelitian ........................................ 13
F. Tinjauan Pustaka ......................................... 14
G. Sistematika Penulisan ................................... 22
BAB II KAJIAN TEORI ............................................. 27
A. Metode Pendidikan ....................................... 27
1. Pengertian Metode .................................. 27
x
2. Metode dalam Pendidikan Islam ............. 33
3. Metode Pengajaran di Pesantren .............. 37
B. Metode Amtsilati .......................................... 41
1. Pengertian Metode Amtsilati ................... 41
2. Kitab Amtsilati......................................... 43
3. Metode Pembelajaran Amtsilati .............. 47
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Amstilati .................................................. 51
C. Kitab Kuning ................................................ 54
1. Pengertian Kitab Kuning ......................... 54
2. Urgensi Kitab Kuning .............................. 57
3. Macam-macam Kitab Kuning.................. 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................... 67
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................ 67
B. Metode Penelitian ......................................... 67
C. Sumber Penelitian ......................................... 69
D. Teknik Pengumpulan Data ........................... 70
E. Teknik Analisis Data .................................... 74
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................... 79
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren
Al-Falah Puteri ............................................. 79
1. Profil Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru................................................ 79
xi
2. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri ........ 79
3. Visi, Misi,Tujuan,dan Strategi ................ 84
4. Struktur Organisasi ................................. 87
5. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa ..... 91
6. Sarana Prasarana ...................................... 97
B. Deskripsi Data .............................................. 99
1. Implementasi Metode Amstilati dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca
Kitab Kuning ........................................... 99
2. Langkah-langkah Implementasi Metode
Amtsilati .................................................. 103
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pembelajaran Amstilati ............................ 110
4. Hasil dari pembelajaran Amstilati dalam
Kemampuan Membaca Kitab kuning ...... 113
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................ 118
1. Proses Pelaksanaan Metode Amtsilati di
Pondok Pesantren Al-Falah Puteri
Banjarbaru................................................ 118
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
selama Pembelajaran Berlangsung .......... 120
3. Hasil Pembelajaran Amtsilati dalam
Kemampuan Membaca Kitab Kuning ..... 121
xii
BAB V PENUTUP ........................................................ 123
A. Kesimpulan ................................................... 123
B. Saran-Saran .................................................. 125
DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 127
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Guru Aliyah Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri Banjarbaru .................................. 92
Tabel 4.2 Daftar Guru Tsanawiyah Pondok Pesantren
Al-Falah Puteri Banjarbaru ............................. 93
Tabel 4.3 Daftar Guru Tajhizi Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri Banjarbaru .................................. 94
Tabel 4.4 Daftar Jumlah Karyawan Lingkungan Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru ............ 95
Tabel 4.5 Daftar Keadaan Siswa Pondok Pesantren Al-
Falah Puteri Banjarbaru .................................. 96
Tabel 4.6 Daftar Sarana Prasarana Pondok Pesantren
Al-Falah Puteri Banjarbaru ............................. 98
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Wawancara
Lampiran 2 : Surat Permohonan Pembimbing
Lampiran 3 : Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 4 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5 : Dokumentasi Penelitian
xv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari
abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di
IIQ, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini :
1. Konsonan
th : ط a : ا
zh : ظ b : ة
„ : ع t : ث
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h: ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
m : و dz : ذ
n : ن r : ز
w : و z : ش
h : ي s : س
„ : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
xvi
2. Vokal
Vokal tunggal vokal panjang vokal rangkap
Fathah : a أ : â ي... : ai
Kasrah : i ي : î : au : ...و
Dhammah : u و : û
3. Kata sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال)qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam(ال)
qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan
bunyinya. Contoh :
al-Madînah : انمد يىت al-Baqarah : انبقسة
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam(ال)
syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال)
syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan
yang digariskan di depan dan sesuai dengan
bunyinya. Contoh :
as-Sayidah : انسيد ة ar-Rajul : انسجم
ad-Dârimî : اندازمي asy-Syams : انشمس
c. Syaddah (Tasydîd)
xvii
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab
digunakan lambang ( ), sedangkan untuk alih
aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang
berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang
terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh
huruf-huruf syamsiyah. Contoh :
فهبء Âmannâ Billâhi:أمىب ببلل -Âmana as : أمه انس
Sufahâ‟u
كع inna al-Ladzîna : إن انر ي ه wa ar-Rukka’i : وانس
d. Ta Marbûthah ( ة )
Ta Marbûthah ( ة ) apabila berdiri sendiri, waqaf
atau diikuti oleh kata sifat (na’at), maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”.
Contoh:
لامي al-Af’idah : الأف ئدة تان جبمعت الإس : al-Jâmiah al-
Islâmiyyah.
Sedangkan Ta Marbûthah ( ة ) yang diikuti atau
disambungkan (di-washal) dengan kata benda
(isim), maka dialih aksarakan menjadi huruf “ t” .
Contoh:
xviii
ب سى .Âmilatun Nâshibah : عبمهت وبصبت -al : الأيت ان ك
Âyat al-Kubrâ.
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf
kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan
maka berlaku ketentuan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti
penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat,
nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Ketentuan
yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih
aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak
tebal (bold) dan ketentuan lainnya.adapun untuk
nama diri dan yang diawali dengan kata sandang,
maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama
diri, bukan kata sandangnya. Contoh : „Âlî Hasan
al-Âridh, al-„Âsqallânî, al-Farmawî dan seterusnya.
Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama
nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh:
Al-Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
xix
ABSTRAK
Maulidia (NIM: 13311242). Skripsi dengan judul
“Implementasi Metode Amtsilati dalam Meninkatkan
Kemampuan Membaca Kitab Kuning” ( Studi Kasus di Pondok
Pesantren Al-Falah Puteri Banjarbaru Kalimantan Selatan)”,
diaukan untuk salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd), Fakultas Tarbiyah, Institut Ilmu Al-Qur‟an
(IIQ) Jakarta.
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan temuan
banyaknya metode yang diciptakan untuk bisa membaca dan
memahami kitab kuning. Salah satu metode alternatif yang
dapat digunakan untuk memberdayakan siswa atau santri aktif
dalam proses pembelajaran kitab kuning ialah dengan
melaksanakan metode Amtsilati.
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif, dalam pengumpulan datanya menggunakan metode
observasi, dokumentasi dan wawancara dengan menggunakan
analisis reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.
Penelitian ini juga melakukan pengecekan keabsahan data
melalui triangulasi metode dan sumber.
Adapun hasilnya adalah bahwa sebelum memulai
kegiatan pembelajaran Amtsilati pengajar dan pembimbing
terlebih dahulu mempelajari ulang materi yang akan
disampaikan. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan bukan
berupa RPP akan tetapi hanya mengacu kepada buku paket
Amtsilati perjilidnya yang dilaksanakan, bisa 3-4 lembar pada
setiap pertemuan, sehingga dalam seminggu bisa
menyelesaikan 1 jilid. Dalam proses pengajarannya pertama-
tama ustadzah membuka pembelajaran dengan doa dan tawassul
untuk para guru, Rasulullah, sahabat dan lain-lain. Kemudian
ustadzah menjelaskan tentang materi yang akan disampaikan
xx
kepada santriwati, dengan menggunakan kitab Amtsilati. Setelah
itu beliau membacakan materi yang berupa ayat Al-Qur‟an secara
berulang-ulang kemudian diikuti oleh santriwatinya. Pada sesi
akhir ustadzah membimbing untuk membuat rangkuman materi
dan melakukan penugasan serta penilaian. Lalu pembelajaran
ditutup dengan kalimat Hamdalah. Hambatan yang dihadapi
dalam penerapan metode Amtsilati di pondok pesantren Al-
falah Puteri Banjarbaru adalah terbatasnya waktu pembelajaran
Amtsilati serta adanya sistem pembelajaran berbasis kelas
sehingga menuntut para siswa untuk pandai dalam mengatur
waktu. Penerapan metode Amtsilati di pondok pesantren Al-
falah Puteri efektif dalam membantu siswa terutama dalam
proses belajar membaca kita kuning dan kaidah-kaidah bahasa
Arab. Terbukti dengan prestasi yang diraih para santriwati
dalam menjuarai beberapa lomba pada Musabaqah Qira’atul
Kutub (MQK) tingkat Nasional.
Kata kunci : Amtsilati, Membaca Kitab Kuning