Upload
others
View
30
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI
DALAM PROSES PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS 8 SMP N 5 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH
NURWINDA KARTINI
NIM : 23010150124
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI
DALAM PROSES PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS 8 SMP N 5 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH
NURWINDA KARTINI
NIM : 23010150124
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
iv
v
vi
vii
MOTTO
الا لف الله ن افسا إل وسعاها يكا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya”
(Qs. Al-Baqarah (2) ayat 286)
Bahwa Allah tak akan memberikan suatu permasalahan atau kabar bahagia
melebihi kadar kemampuan manusia dalam menjalaninya dan menerimanya.
Setiap apa yang diberikan sudah sesuai dengan kapasitas diri setiap manusia.
Belajar untuk memahami setiap permasalahan yang ada, menghargai setiap saran
dan kritik yang disampaikan oleh orang lain. Selalu memahami bahwa Allah SWT
tidak akan pernah meninggalkan hamba-hambaNya.
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,
sebuah karya kecil ini penulis persembahkan kepada:
1. Ibundaku tersayang Ismiati dan Papaku tercinta Harsono yang senantiasa
mendoakan, merawat, mendidik, mencurahkan kasih sayang, mendukung dan
memberikan motivasi dalam kehidupanku. Semoga Allah swt. senantiasa
memberikan keberkahan, kebahagiaan, kesehatan, umur panjang, rezeki yang
barokah dan manfaat untuk beliau.
2. Kakakku tercinta Ridho Hidayat yang senantiasa memotivasiku dan
melangitkan doa-doanya untukku.
3. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberi arahan serta motivasi sehingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak Muhammad Arif selaku guru kolaborator dalam penelitian ini
5. Kepala Sekolah, dewan guru dan staff SMP Negeri 5 Salatiga yang membantu
kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu guru mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA yang senantiasa
mengajarkan berbagai ilmu dan sudah mengantarkan sampai kuliah ini.
7. Sahabat-sahabatku tercinta, Kisti, Intan, Wati, Maulida, Ilma, Syifa, Wulan,
Aini, Wiwin, Halimah, Enggin, Afif, Ilyas dan Latif yang telah setia menemani
langkah ini dan menerima segala kekurangan yang ada pada diri ini serta
terimakasih untuk persahabatan kita selama ini semoga kita akan tetap dan
terus menyemangati satu sama lain serta dapat menjadi sahabat dunia dan
akhirat.
ix
8. Sahabat-sahabatku Bikodfam, widya, hera, natasha, ananda, anissa, erwin,
dan nandya yang senantiasa mendoakan dan memotivasiku untuk
menyelesaikan skripsi ini serta terimakasih untuk persahabatan kita selama
ini.
9. Teman teman wisma muslimah salatiga dan ustadzah wisma yang telah
menjadi tempat untuk bercerita dan bertumbuh, yang senantiasa memberikan
semangat serta melangitkan doa-doanya.
10. Teman teman KAMMI Salatiga yang telah memberikan dukungan dan
semangat untukku.
11. Bapak/ibu guru SD PTQ Annida yang senantiasa memberikan semangat serta
memotivasiku.
12. Teman-teman PAI, PPL dan KKN angkatan 2015 yang senantiasa memberikan
doa dan semangat.
13. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan berjasa dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
x
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرمحن الرحيم
Alhamdulillah, rasa syukur penulis ucapkan kepada Allah swt. karena
nikmat serta karunia-Nya yang senantiasa dilimpahkan. Sholawat serta salam
selalu tercurahkan kepada uswah khasanah suri tauladan terbaik sepanjang masa
Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Implementasi Nilai Nilai Demokrasi dalam Proses Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga Tahun Pelajaran
2019/2020. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari pihak
pihak yang telah berkenan membantu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih dengan setulus hati kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Agselaku rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag S selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam
(PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga
4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi dan
pembimbing akademik yang dengan ikhlas membimbing dan mengarahkan
serta meluangkan waktunya.
xi
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, staff
akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) dan staff
perpustakaan yang telah memberikan layanan yang baik serta bantuan untuk
penulis
6. Segenap tim penguji skripsi yang berkenan meluangkan waktunya untuk
menilai serta menguji kelayakan skripsi yang telah penulis buat untuk
menyelesaikan studi strata 1 (S1) Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Salatiga.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna dan banyak kekurangan di dalamnya. Untuk itu, dengan ketulusan hati
penulis memohon saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
xii
ABSTRAK
Nurwinda Kartini. 2019. Implementasi Nilai Nilai Demokrasi Dalam Proses
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga
Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Prodi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si.
Kata kunci: Nilai-nilai demokrasi, proses pembelajaran, pendidikan agama
islam
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai nilai demokrasi
sudah diterapkan pada proses pembelajaran pendidikan agama Islam kelas 8
SMP Negeri 5 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik
kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga sebanyak 15% dari jumlah peserta didik
yang ada yaitu 36 peserta didik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Bertujuan untuk mencari data apakah nilai nilai demokrasi sudah atau belum
diterapkan dalam proses pembelajaran PAI. Peneliti menggunakan angket
yang dibagikan kepada peserta didik untuk dijawab sejujur-jujurnya.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
yang berbentuk naratif.
Dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 fokus penelitian diantaranya 1)
bagaimanakah implementasi nilai nilai demokrasi dalam proses
pembelajaran pendidikan agama islam kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga tahun
pelajaran 2019/2020. 2) apa sajakah faktor pendukung implementasi nilai
nilai demokrasi dalam proses pembelajaran pendidikan agama islam kelas 8
SMP Negeri 5 Salatiga tahun pelajaran 2019/2020. 3) apa sajakah faktor
penghambat implementasi nilai nilai demokrasi dalam proses pembelajaran
pendidikan agama islam kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga tahun pelajaran
2019/2020.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai nilai
demokrasi telah diimplementasikan dengan baik dalam proses pembelajaran
PAI. Dengan terciptanya nilai 1) kebebasan berpendapat. 2) toleransi. 3)
kebebasan berkelompok. 4) percaya diri. 5) kerjasama (teamwork). Faktor
pendorong implementasi nilai nilai demokrasi dalam proses pembelajaran
PAI adalah 1) sarana prasaran. 2) pendidik. 3) budaya sekolah. faktor
penghambat implementasi nilai nilai demokrasi dalam proses pembelajaran
PAI adalah 1) kurangnya motivasi dalam diri. 2) alokasi waktu. Cara
mengatasi adanya hambatan tersebut adalah 1) memotivasi peserta didik. 2)
memaksimalkan waktu pelajaran.
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR BERLOGO....................................................................................i
SAMPUL ......................................................................................................ii
LEMBAR BERLOGO .................................................................................iii
PERSETUJUAN PEBIMBING ....................................................................iv
LEMBAR PENGUJI......................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .... ..............................................vi
MOTTO .......................................................................................................vii
PERSEMBAHAN ......................................................................................viii
KATA PENGANTAR ABSTRAK ..............................................................x
ABSTRAK..................................................................................................xii
DAFTAR ISI ..............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................8
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................9
xiv
D. Manfaat Penelitian .........................................................................9
E. Penegasan Istilah............................................................................10
F. Sistematika Penulisan.....................................................................12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ...............................................................................14
1. Nilai Demokrasi dalam Islam ...................................................14
a. Nilai Demokrasi dalam Al-Quran .......................................14
b. Nilai Demokrasi dalam Hadits ............................................26
2. Demokrasi Pendidikan ..............................................................33
3. Nilai Demokrasi Dalam Proses Pembelajaran .........................36
4. Pengertian dan Upaya Implementasi Nilai Demokrasi ...........38
a. Pengertian Implementasi Nilai Demokrasi ......................38
b. Upaya Implementasi Nilai Demokrasi .............................40
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Nilai
Demokrasi .................................................................................48
B. Kajian Pustaka ................................................................................50
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...............................................................................53
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................54
C. Sumber Data ...................................................................................56
D. Prosedur Pengumpulan Data ...........................................................57
E. Analisis Data....................................................................................60
xv
F. Pengecekan Keabsahan Data..........................................................61
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data...................................................................................65
1. Profil SMP Negeri 5 Salatiga....................................................65
2. Visi dan Misi Sekolah...............................................................65
B. Analisis Data...................................................................................69
1. Implementasi Nilai Nilai Demokrasi dalam Proses
Pembelajaran..............................................................................69
2. Implementasi Nilai Nilai Demokrasi dalam Rancangan
Pembelajaran..............................................................................83
3. Implementasi Nilai Nilai Demokrasi dalam Kurikulum ..........84
4. Faktor-Faktor Pendorong Dan Penghambat Implementasi Nilai
Nilai Demokrasi Dalam Proses Pembelajaran...........................85
5. Cara Mengatasi Hambatan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam...........................................................92
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan....................................................................................100
B. Saran..............................................................................................102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Peserta Didik
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Guru
Lampiran 3 Foto Kegiatan
Lampiran 4 RPP Guru
Lampiran 5 Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian SMP Negeri 5 Salatiga
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Kesbangpol
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 9 Daftar Nilai SKK
Lampiran 10 Lembar Konsultasi
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama adalah suatu proses hubungan manusia yang dirasakan
terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi daripada
manusia (Daradjat, 2005: 10).Agama merupakan suatu kepercayaan bagi
orang orang yang berpegang teguh padanya, agama juga mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya. Beragama menjadikan manusia
merasa tenang, damai dan disiplin dalam bertindak karena agama
memberikan suau aturan bagi setiap pengikutnya.
Islam adalah agama yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya
guna diajarkan kepada manusia. Islam dibawa secara kontinium dari suatu
generasi ke generasi selanjutnya. Islam adalah rahmat, hidayah, dan
petunjuk bagi manusia yang berkelana dalam kehidupan duniawi, sebagai
perwujudan dari sifat rahman dan rahim Allah. Islam juga merupakan
agama yang telah sempurna (penyempurna) terhadap agama-agama
(syariat-syariat) yang ada sebelumnya (Sodiqin, 2003: 14). Maka dari itu,
islam adalah agama yang paripurna dan sempurna yang membahas dan
mengatur semua bagian dalam kehidupan dan menjunjung tinggi nilai nilai
kehidupan. Islam memiliki kitab yang senantiasa menjadi panutan dan
pedoman dalam hidup serta penyempurna kitab-kitab sebelumnya, yaitu
Al-Quran.
2
Islam mengatur setiap sendi-sendi dalam kehidupan, salah satunya
adalah pendidikan. Melalui pendidikan setiap manusia memiliki
kesempatan untuk mencapai apa yang diinginkan sesuai yang dicita-
citakan. Maka dari itu, pendidikan adalah proses kegiatan yang dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan, seirama dengan perkembangan
subjek didik (Achmadi, 1992: 16). Pendidikan bersifat kontinu, serta
ditandai dengan adanya perkembangan peserta didik dan adanya
peningkatan kapasitas ilmu pengetahuan dari peserta didik dan guru sesuai
dengan perkembangan zaman.
Pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman dan
mencakup semua aspek kehidupan adalah pendidikan islam. Pendidikan
islam ialah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah
manusia serta sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya
manusia yang seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma islam
(Achmadi, 1992: 20). Pendidikan islam tentunya juga berlandaskan pada
Al-Quran dan Al-Hadist.Setiap muslim harus mengetahui tentang
pendidikan islam, agar mengerti bagaimana seorang muslim
mengembangkan serta memelihara fitrahnya sebagai Khalifah di muka
bumi.
Setiap manusia memiliki hak serta kewajiban yang harus
ditunaikan kepada Allah SWT, sebagai makhluk Allah. Manusia adalah
makhluk Allah yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Allah karuniakan hati untuk merasakan dan akal untuk berpikir
3
serta tercipta tindakan berdasarkan apa yang dipikirkan. Al-Quran
memandang bahwa manusia adalah makhluk biologis, psikologis, dan
sosial. Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan
makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan
hembusan ilahi atau roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih
untuk tunduk atau menentang takdir Allah (Rachman, 2005: 57).
Ibn Khaldun, dalam kitab Muqaddimahnya juga membicarakan
tentang manusia, dan hakikat manusia dapat dilihat dari beberapa segi,
yaitu manusia sebagai makhluk berpikir, manusia sebagai makhluk
berkepribadian utuh, manusia sebagai khalifah Allah fi al-ardhi, manusia
sebagai makhluk individu dan sosial (Kosim, 2012: 42). Manusia memiliki
tugas sebagai khalifah berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan bumi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban islam, sedangkan manusia
sebagai abdullah (hamba Allah)berkewajiban untuk beribadah kepada
Allah. Kedua hal tersebut tidak terlepas dari peran manusia sebagai
makhluk sosial untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil
„alamin).Maka dari itu manusia merupakan ciptaan Allah SWT yang
memiliki kebebasan dalam berpikir, bertindak, dan berkehendak sesuai
dengan yang diinginkan dan aturan yang ada.
Namun pada realitanya, manusia sebagai objek dan subjek dalam
pendidikan islam masih belum bisa mengoptimalkan perannya dalam
pendidikan islam. Kondisi pendidikan islam menghadapi berbagai
persoalan dan kesenjangan dalam berbagai aspek yang lebih kompleks,
4
yaitu: berupa persoalan dikotomi pendidikan, kurikulum, tujuan, sumber
daya, serta manajemen pendidikan islam. upaya perbaikannya belum
dilakukan secara mendasar, sehingga terkesan seadanya saja. Usaha
pembaruan dan peningkatan pendidikan islam sering bersifat sepotong
sepotong atau tidak komprehensif dan menyeluruh serta sebagian besar
sistem dan lembaga pendidikan islam belum dikelola secara profesional
(Sanaky, 2003: 9). Oleh karena itu, dibutuhkan perbaikan yang
menyeluruh dalam segala bidang pendidikan serta dibutuhkan kerjasama
dan keterbukaan antar elemen di sekolah.
Manusia sebagai masyarakat dan makhluk sosial merupakan
konsep yang ideal untuk membentuk dan memiliki pendidikan yang maju
dan demokratis. Peradaban pendidikan yang sesuai dengan perkembangan
zaman saat ini. Hal ini selaras dengan suatu konsep masyarakat di zaman
Rasulullah, yaitu masyarakat Madinah. Kini dikenal dengan masyarakat
madani. Konsep masyarakat madani adalah sebuah tatanan komunitas
masyarakat yang mengedepankan toleransi, demokrasi, dan keadaban serta
menghargai akan adanya pluralisme (kemajemukan) (Rachman, 2005:
217).Nilai nilai masyarakat madani sangat tepat diterapkan di era sekarang
untuk membentuk sebuah tatanan masyarakat yang damai dan aman di
tengah hiruk pikuk masyarakat saat ini. Salah satu nilai yang dijunjung
tinggi adalah nilai demokrasi.Demokrasi merupakan salah satu nilai yang
mengedepankan kepentingan bersama.
5
Demokrasi sangatlah penting saat ini untuk mendengar,
menghargai dan menerima aspirasi serta pendapat orang lain. Sistem
demokrasi initidak hanya bisa diterapkan dalam lingkungan masyarakat,
tetapi juga bisa diterapkan dalam lingkungan keluarga dan sekolah. Nilai
nilai demokrasi yang bisa diterapkan dalam lingkungan keluarga, misal
orang tua mendengarkan penjelasan atau alasan seorang anak berbuat
suatu hal yang salah, kemudian orang tua memberikan pengertian dan
mengarahkan, serta meluruskannya.Nilai nilai demokasijuga dapat
diterapkan dalam kehidupan di sekolah agar tercipta konsep pendidikan
yang demokratis dan pembelajaran yang ideal.
Pendidikan demokrasi adalah suatu proses dimana siswa
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi
kehidupan sekolah. Lewat partisipasi ini para siswa akan berinteraksi
dengan guru dan pendidik yang lain untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang lebih baik (Zamroni, 2011: 25). Oleh karena itu, nilai-
nilai demokrasi sangat penting untuk diterapkan dalam lingkungan sekolah
untuk menciptakan kerjasama yang baik antar elemen yang ada di sekolah.
Islam, secara normatif memang tidak menjelaskan bagaimana
bentuk demokrasi yang dianut. Namun, ajaran islam mengandung prinsip
dan kaedah yang merupakan kata kunci dari isu demokrasi, yang pertama
adalah ta‟arufbahwa demokrasi terkait dengan interaksi sesama manusia,
dan dalam keterkaitan itu terdapat saling memahami atau mengenal sesuai
karakter manusia sebagai homo-social. Kedua, kaedah
6
syura‟(musyawarah) membutuhkan sikap toleran dan arif (tasamuh)
antarpihak yang bermusyawarah. Ketiga, kaedah ta‟awun (kerja sama)
dalam pandangan islam dilakukan berdasarkan mutual cooperation, di
samping dalam rangka kebajikan dan taqwa bukan perbuatan dosa dan
permusuhan. Keempat, mashlahah atau menguntungkan masyarakat.
Kelima, kaidah „adil atau adil. Perlakuan adil terhadap sesama adalah
prinsip yang dibangun islam, dan itu merupakan pilar demokrasi. Keenam,
kaidah taghyir atau perubahan. Demokrasi bersumber dari rakyat,
sementara rakyat itu sendiri berkembang, berbeda, dan berubah. Maka
demokrasi itupun mengikuti perubahan, dinamis(Rachman, 2005: 80-81).
Agama islam mengajarkan prinsip-prinsip tersebut untuk
diterapkan dalam segala aspek kehidupan. Begitu juga dalam hal
pendidikan, pendidikan agama islam juga mengedepankan adanya prinsip
demokrasi dalam pembelajaran di sekolah. Pembelajaran pada dasarnya
merupakan kegiatan terencana yang merangsang seseorang agar belajar
dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran (Abdul, 2012: 110).
Proses demokrasi harus diterapkan dalam proses pembelajaran di dalam
kelas, karena penting untuk menanamkan nilai nilai demokrasi dalam diri
seorang peserta didik berkaitan dengan kaidah demokrasi menurut islam.
Fenomena pendidikan saat ini banyak sekali kecurangan dan
ketidakjujuran dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa demi
mendapatkan nilai baik dan lulus dalam sekolahnya. Menghadapi
problema tersebut, sekolah bisa memberikan kelas intensif bagi peserta
7
didik yang sedang dalam ujian. Pendidikan yang demokratis melibatkan
guru dan siswa,guru saat ini menjadi subjek dalam proses belajar
mengajar, pada kenyataannya masih banyak guru yang menempatkan
dirinya sebagai subjek sekaligus objek dalam pembelajaran.Padahal,
kondisi siswa dan sekolah, khususnya guru serta fasilitas yang ada dalam
sekolah maupun kelas sangat mempengaruhi implementasi kehidupan
demokrasi di sekolah.
Guru sebagai panutan bagi siswanya harus meningkatkan
kemampuan profesional diri ecara efisien dan efektif. Melalui guru pula,
peserta didik akan menjadi seorang agen perubahan di masyarakat
(Zamroni, 2011: 198). Menjadi seorang agen perubahan, guru harus
menanamkan nilai nilai demokrasi sejak dini kepada peserta didik. Kelak,
peserta didik dapat menerapkan konsep dan kaidah demokrasi menurut
islam, sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan
demokratis. Perihal konsep masyarakat madani yang mengedepankan
tentang demokrasi dan toleransi seharusnya juga bisa diterapkan dalam
pembelajaran di dalam kelas termasuk pembelajaran pendidikan agama
islam, karena nilai demokrasi akan membentuk manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan yang mengembangkan seluruh peserta didik,
pendidikan yang menghargai kemuliaan manusia (dignity), individualitas
dan kebebasan (academis), pendidikan yang mengakui adanya perbedaan,
penghargaan, dan perbedaan serta keanekaragaman serta pendidikan yang
8
mengakui adanya persamaan hak (equalitarianism), dan pendidikan yang
berupaya mengembangkan segenap potensi peserta didik secara optimal
(Siyamto, 2015: 4). Disinilah pentingnya implementasi nilai nilai
demokrasi dalam pendidikan dan proses belajar mengajar.
Maka dari itu, SMP N 5 Salatiga sebagai lembaga pendidikan
formal mencoba untuk menerapkan nilai nilai demokrasi dalam proses
pembelajaran pendidikan agama islam di kelas 8. Sekolah berharap bisa
mencetak pemuda islam yang memiliki nilai demokrasi, toleransi terhadap
sesama, dan berakhlaq mulia serta menjunjung tinggi nilai nilai islam.
Dengan melihat latar belakang tersebut penulis tertarik untuk
meneliti dengan judul IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI
DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM KELAS 8 SMP N 5 SALATIGA TAHUN PELAJARAN
2019/2020.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran
Pendidikan Agama islam di SMP N 5 Salatiga?
2. Apakah faktor pendukung dalam implementasi nilai-nilai demokrasi
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 5 Salatiga?
3. Apakah faktor penghambat dalam implementasi nilai-nilai demokrasi
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 5 Salatiga
dan bagaimana cara mengatasi hambatan dalam proses pembelajaran
PAI yang kurang demokratis?
9
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai demokrasi dalam
pembelajaran Pendidikan Agama islam di SMP N 5 Salatiga
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam implementasi nilai-nilai
demokrasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 5
Salatiga
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam implementasi nilai-nilai
demokrasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 5
Salatiga dan cara mengatasi hambatan dalam proses pembelajaran PAI
yang kurang demokratis
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah wawasan ilmu
pengetahuan bagi pembaca serta menunjukkan bahwa nilai-nilai
demokrasi dapat diterapkan dalam proses pembelajaran pendidikan
agama islam di SMP N 5 Salatiga.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini berguna menambah wawasan serta
pengalaman tentang implmentasi nilai-nilai demokrasi dalam
proses pembelajaran pendidikan agama islam
10
b. Bagi guru
Penelitian ini berguna sebagai masukan bagi guru dalam
menentukan kebijakan lebih lanjut bagi SMP N 5 Salatiga
mengenai penerapan nilai-nilai demokrasi dalam proses
pembelaran pendidikan agama islam.
c. Bagi siswa
Penelitian ini berguna untuk membentuk nilai nilai
demokrasi yang ada pada peserta didik untuk diterapkan pada
kehidupan sosial dan beragama.
E. Penegasan Istilah
1. Implementasi
Pengertian implementasi dalam penelitan ini adalah proses
pelaksanaan atau realisasi atau penerapan suatu nilai dalam pendidikan
agama islam.
2. Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata demos berarti rakyat dan kratos berarti
pemerintahan atau kedaulatan, jadi dari segi bahasa demokrasi berarti
suatu sistem pemerintahan yang mana rakyat diikutsertakan dalam
pemerintahan negara (Farkhan, 2006: 70). Demokrasi dalam
pembelajaran atau proses pendidikan di dalam kelas berarti seluruh
warga kelas ikut serta dalam pemerintahan di dalam kelas, yang
diwarnai dengan musyawarah dan persetujuan warga kelas. Demokrasi
merupakan konsep yang dinamis dan multi interpretatif, yang mana dia
11
dapat berkembang maknanya sesuai dengan konteks dan kondisi sosio-
historis dimana konsep demokratis lahir dan berkembang (Farkhan,
2006: 70).
Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan
konsep-konsep islami yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah
(syuro‘), persetujuan (ijma‘), dan penilaian interpretatif yang mandiri
(ijtihad). Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik
kekhalifahan manusia. Masalah musyawarah ini dengan jelas
disebutkan dalam QS Asy-Syuura: 38
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan
sebagian rizki yang kami berikan kepada mereka.”
2. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses belajar yang diwarnai dengan
metode, model pembelajaran, media, strategi serta pendekatan dalam
proses belajar agar siswa dapat mengerti dengan apa yang disampaikan.
3. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan
terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan
dapat memahami apa yang terkandung dalam islam secara keseluruhan,
menghayati makna dan maksud serta tujuannya yang pada akhirnya
dapat megamalkan dan menjadikan ajaan agama islam yang dianutnya
12
itu sebagai pandangan hidupnya, dapat mendatangkan keselamata di
dunia dan di akhirat (Samrin, 2015: 105-106)
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini diawali dengan halaman formalitas, yang
terdiri dari: halaman sampul luar, lembar berlogo IAIN, halaman sampul
dalam, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan,
halaman penyataan keaslian penelitian halaman motto dan persembahan,
kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, lampiran, dan
abstrak. Dalam pembahasan skripsi penulis membagi menjadi beberapa
bagian-bagian, setiap bagian terdiri dari beberapa bab, dan setiap bab
terdiri dari beberapa sub bab.
Adapun sistematika penulisan :
BAB I Pendahuluan, membahas tentang latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara teoretis dan
praktis, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
BAB IIKajian Pustaka, membahas tentang landasan teori (telaah
teoretik terhadap pokok permasalahan / variabel penelitian). Landasan
teori pada skripsi ini membahas tentang implementasi nilai nilai demokrasi
dan proses pembelajaran PAI yang terdiri dari pengertian dan tujuan.
Kajian pustaka juga membahas tentang kajian penelitian terdahulu.
BAB III Metode Penelitian, membahas tentang jenis penelitian,
lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
analisis data, dan pengecekan keabsahan data.
13
BAB IV Paparan dan Analisis Data, membahas tentang paparan
data hasil penelitian implementasi nilai-nilai demokrasi dalam proses
pembelaran PAI dan cara untuk menerapkan nilai-nilai demokrasi tersebut.
BAB V Penutup, membahas tentang daftar pustaka, lampiran,
daftar riwayat hidup.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Nilai Demokrasi dalam Islam
a. Nilai demokrasi di dalam Al-Quran
Islam mengajarkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan
sehari-hari. Hal tersebut juga tertera dalam Al-Quran sebagai
kitab paripurna dan penyempurna kitab sebelumnya. Demokrasi
memiliki beberapa nilai yang dapat dijabarkan dalam Al-Quran.
Demokrasi identik dengan sistem musyawarah mufakat, maka
dari itu konsep demokrasi di dalam Al-Quran tidak telepas
dengan sistem musyawarahnya. Al-Quran menjelaskan makna
demokrasi dalam Qs. Asy-Syura ayat 38 :
ا رزق ناىم ي ن هم ومم نفقون والذين استجابوا لربهم وأقاموا الصلة وأمرىم شورى ب ي
Artinya:
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka.”
Ayat di atas terdapat dalam surah yang dinamai dengan al-
Syura (Musyawarah), sebagai penghargaan akan kedudukannya.
Ayat tersebut terdapat dalam surat Makkiah (diturunkan di
15
Makkah), yang dapat dimaknai suatu sifat rakyat yang baik, dan
menyatakan bahwa musyawarah adalah termasuk di antara ciri
khas dan keistimewaannya (Sohrah, 2015: 201)
Allah mewajibkan di dalam Al-Quran untuk
bermusyawarah dalam segala bentuk urusan duniawi.
musyawarah dapat menyelesaikan problema problema yang
menjadi kepentingan bersama. Permasalahan akan lebih ringan
untuk diselesaikan secara berrsama sama, karena Allah telah
memberi petunjuk yang lebih baik di dalam musyawarah tersebut.
Permasalahan yang dimusyawarahkan, biasanya perihal
permasalahan sosial serta pemerintahan atau hal hal yang bersifat
keduniawian.
Untuk menyelsaikan segala urusan umat islam
musyawarah, terutama yang menyangkut urusan publik. Dengan
demikian tidak akan terjadi kewenang-wenangan dari seorang
pemimpin terhadap rakyat yang dipimpinnya. Oleh karena itu,
perwakilan rakyat dalam sebuah negara islam tercermin terutama
dalam doktin musyawarah (syuro). Hal ini disebabkan dalam
ajaran islam, setiap muslim yang dewaa dan berakal sehat, baik
pria maupun wanita merupakan khalifah Allah di muka bumi.
Dalam bidang politik umat islam mendelegasikan kekuasaan
mereka kepada penguasa dan pendapat mereka harus diperhatikan
dalam menangani masalah negara (Fakhan, 2006: 71).
16
Musyawarah penting untuk dilakukan, karena dengan
musyawarah dapat mengetahui dan menghargai pendapat orang
lain hingga mendapatkan kata mufakat. Musyawarah seharusnya
menjadi sebuah budaya di lingkungan sekolah agar tercipta
sekolah yang demokratis. Musyawarah adalah upaya bersama
untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan saling
menghargai pendapat satu sama lain tanpa mementingkan atau
memaksakan pendapat orang lain untuk mencapai kata mufakat.
Sehingga budaya musyawarah dapat tertanam dalam pribadi
peserta didik.
Musyawarah haruslah menggunakan perkataan dan
perbuatan yang lemah lembut agar tidak menyakiti hati orang
lain, serta bersikap rendah hati dan berlapang dada. Maka ketika
tida ada kelapangan dada dari orang orang yang bermusyawarah
maka musyawarah tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang
diinginkan. Allah berfirman dalam Al-Quran untuk menegaskan
tentang kewajiban musyawarah. Hal tersebut tertera di dalm Al-
Quran, di dalam Qs. Ali Imran 159 :
17
ولو كنت فظا غليظ القلب لن فضوا من حولك فبما رحمة من اللو لنت لهم
هم واست غفر لهم وشاورىم في المر ل على اللو فاعف عن إن فإذا عزمت ف ت وك
لين اللو يحب المت وك
Artinya :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Ayat diatas, secara redaksional ditujukan kepada Nabi
Muhammad, Saw. agar memusyawarahkan persoalan-persoalan
terrtentu dnegan sahabat atau anggota masyarakatnya. Akan
tetapi, ayat itu juga merupakan petunjuk kepada setiap muslim,
khususnya kepada seorang pemimpin agar bermusyawarah
dengan anggota anggotanya (Sohrah, 2015: 202).
Musyawarah adalah salah satu ciri dari demokrasi. Al-
Quran mewajibkan untuk menyelesaikan masalah dengan
bermusyawarah dengan bersikap rendah hati. Tanpa memaksakan
kehendak satu sama lain, agar tidak terjadi suatu ketimpangan
dalam masyarakat.
Ngainun Naim yang dikutip dari Kuntowijoyo (1997, 91-
94) Musyawarah diwajibkan dalam islam, karena itu
18
komitmennya pada demokrasi tidak diragukan lagi. Musyawarah
harus dilakukan dengan catatan tidak boleh melanggar hak Tuhan
dan Rasul-Nya. Di Indonesia tradisi musyawarah masih sangat
muda karena baru dimulai tahun 1918 sehingga wajar jika
perjalanannya masih tertatih tatih (Naim, 2014: 149).
Komitmen musyawarah dalam demokrasi tidak diragukan
lagi, karena Allah telah berfirman di dalam Al-Quran. Di dalam
Al-Quran terdapat nilai nilai inti demokrasi selain musyawarah,
diantaranya nilai keadilan, nilai kebebasan, nilai persamaan, nilai
pluralitas, dan nilai toleransi (Siyamto, 2016: 18). Berikut
beberapa ayat Al-Quran yang menyatakan nilai-nilai demokrasi
tersebut :
1. Nilai Keadilan
Salah satu ciri dari suatu proses demokrasi adalah
keadilan yang diciptakan oleh seluruh pelaksana demokrasi.
Pembelajaran memerlukan suatu proses demokrasi yang adil,
yaitu tidak memihak satu sama lain tetapi mendapatkan hak
sesuai dengan apa yang dilaksanakannya atau tidak
diskriminatif. Melihat sesuatu hal secara objektif merupakan
salah satu cara untuk berbuat adil. Keadilan harus ditegakkan
dan diterapkan dalam diri seorang peserta didik untuk
membangun budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari.
19
Allah berfirman dalam Al-Quran tentang perilaku adil,
yaitu dalam Qs. Al-Maidah ayat 8 :
يا أي ها الذين آمنوا كونوا ق وامين للو شهداء بالقسط ول يجرمنكم شنآن ق وم
قوى وات قوا اللو إن اللو خبير بما ت عملون على أل ت عدلوا اعدلوا ىو أق رب للت
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, Jadilah kamu para
penegak keadilan karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu golongan
mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
karena keadilan itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan manusia
sebagai khalifah di muka bumi untuk menegakkan keadilan
dan menjadi saksi yang adil. Berlaku objektif dalam segala
hal, bahkan tidak diperbolehkan untuk tidak berlaku adil
ketika membenci suatu golongan. Perilaku adil menjadikan
manusia untuk lebih dekat dengan takwa karena Allah selalu
melihat apa yang hamba-Nya kerjakan.
Oleh karena perintah untuk berbuat adil tertera jelas di
dalam Al-Quran, maka setiap manusia wajib berbuat adil
untuk dilakukan dalam segala hal dan kepada siapapun itu.
Ketika perilaku adil menjadi sebuah kebiasaan maka
demokrasi yang adil pun menjadi suatu budaya dalam setiap
diri manusia. Proses pembelajaran membutuhkan suatu
20
budaya demokrasi yang baik, yaitu salah satunya menerapkan
budaya adil terhadap semua peserta didik, agar tidak terjadi
subjektifitas guru terhadap peserta didik.
2. Nilai Kebebasan
Kebebasan merupakan salah satu ciri dari konsep
demokrasi. Proses demokrasi tidak pernah memaksakan
kehendak, setiap orang bebas dalam berpendapat dan bebas
memilih. Temasuk dalam hal beragama, kebebasan yang
benar ada dalam agama Allah yaitu islam adalah agama yang
paling benar di sisi-Nya. Allah berfirman dalam Qs. Ali
Imran ayat 64 :
نكم أل ن عبد إل اللو ول نشر ن نا وب ي ك ل يا أىل الكتاب ت عالوا إلى كلمة سواء ب ي
فإن ت ولوا ف قولوا اشهدوا ضا أربابا من دون اللو بو شيئا ول ي تخذ ب عضنا ب ع
بأنا مسلمون
Artinya :
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada
suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara
kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak
(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai
tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah
kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-
orang yang berserah diri (kepada Allah)".
21
Ayat tersebut menjelaskan bahwa, islam tidak
memaksakan kehendak dan memberi kebebasan kepada
setiap manusia untuk memilih apa yang memang benar dan
berpegang teguh padanya. Namun, ketika Allah telah
mengingatkan dan mereka tetap berpaling maka berserah
dirilah kepada Allah sebagai Rabb pencipta seluruh alam
semesta.
Kebebasan bukan berarti bertindak sesuka hati tanpa
memperhatikan nilai nilai yang ada. Kebebasan bukan berarti
dilihat dari kemampuan seseorang untuk mewujudkan apa
yang diinginkan dengan segala cara yang dapat ditempuh.
Namun, kini di masyarakat kebebasan dianggap sebagai salah
satu nilai dalam demokrasi. Sehingga, kebebasan menjadi
salah satu perhatian dalam masyarakat, gitu juga dalam
lingkungan sekolah.
Analogi kebebasan dalam proses pembelajaran yaitu
guru memberikan kebebasan peserta didik untuk berpendapat
dan memilih apa yang memang benar, serta menghargai
setiap pilihan peserta didik. Kebebasan sangat penting
ditanamkan dalam diri peserta didik untuk membentuk
budaya demokrasi di kelas dalam proses pembelajaran.
22
3. Nilai persamaan
Allah berfirman dalam kitab suci Al-Quran tentang
nilai persamaan. Persamaan merupakan penyetaraan antara
hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan. Tidak terdapat
diskriminasi dalam segala hal, ras, suku, agama, jenis
kelamin, dan hal lainnya. Sama dihadapan hukum, politik,
bahkan dalam hal demokrasi. Maka dari itu di dalam Al-
Quran terdapat ayat yang menjelaskan tentang nilai
persamaan. Yaitu, Qs. Al-Hujurat ayat 13 :
إن يا أي ها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوبا وق بائل لت عارفوا
إن اللو عليم خبير أكرمكم عند اللو أت قاكم
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal”
Pada ayat tersebut, Allah Swt. berfirman bahwa Allah
Swt. telah menciptakan manusia dari perbedaan jenis
kelaminnya, perbedaan bangsa dan suku ataupun ras agar
manusia saling mengenal atu sama lain. Yang membedakan
dihadapan Allah Swt. hanyalah keimanan dan ketaqwaan di
hadapan Allah Swt.
23
Dalam proses pembelajaran, nilai persamaan dijunjung
tinggi. Persamaan hak peserta didik di dalam kelas harus
diterapkan, untuk menciptakan kelas yang demokratis.
Peserta didik tidak iri satu sama lain, begitupun juga guru
sebagai subjek pembelajaran dapat berlaku adil. Kelas yang
demokratis tidak menciptakan diskriminasi dalam kelas,
tetapi menciptakan kenyamanan bagi setiap anggota kelas.
4. Nilai pluralitas
Pluralitas adalah kenaekaragaman dalam berbagai
bidang kehidupan serta struktur masyarakat yang terdiri atas
berbagai suku dan agama (Naim, 2014: 7). Pluralitas
menghargai setiap perbedaan yang ada dalam lingkungan
masyarakat. Pluralitas merupakan kemajemukan untuk
mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Hal tersebut,
termaktub dalam Al-Quran, yaitu Qs. Al-Hujurat ayat 13 :
إن يا أي ها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوبا وق بائل لت عارفوا
إن اللو عليم خبير أكرمكم عند اللو أت قاكم
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
24
Pada ayat diatas terdapat nilai pluralitas yang patut
diterapkan dalam kehidupan berdemokrasi. Peserta didik yang
plural mampu mntransformasikan dirinya dalam konsep
pembelajaran demokratis, karena peserta didik tersebut
memahami kemajemukan yang ada di sekitarnya. Adanya
pluralitas dalam masyarakat dapat mengajarkan manusia
untuk menjadi seorang manusia yang bijaksana dan dapat
mengkomunikasikan serta menghargai pendapat satu sama
lain.
5. Nilai toleransi
Toleransi merupakan nilai demokrasi yang
mencerminkan sikap saling menghargai sesama manusia
sebagai khalifah Allah Swt. di muka bumi. Allah Swt.
berfirman dalam Qs. Al-An‘am ayat 108 :
لك زي نا ف يسبوا اللو عدوا بغير علم ول تسبوا الذين يدعون من دون اللو كذ
لكل أمة عملهم ثم إلى ربهم مرجعهم ف ي نبئ هم بما كانوا ي عملون
Artinya :
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik
pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan.”
25
Toleransi tidak pernah mengajarkan untuk memaksakan
kehendak seserorang dalam beragama. Bahkan dalam ayat
tersebut Allah tidak memperbolehkan sesama manusia untuk
memaki sembahan yang disembah selain Allah Swt. karena
mereka akan memaki Allah tanpa ilmu pengetahuan. Maka
dari itu, sesama umat beragama dilarang untuk untuk
mengklaim bahwa agama sendiri yang paling benar dengan
menghakimi agama orang lain yang keliru atau bahkan salah.
Pada dasarnya toleransi merupakan persoalan ajaran
dan kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi
menghasilkan adanya tata cara pergaulan yang ―enak‖ antara
berbagai kelompok yang berbeda-beda, maka hasil itu harus
dipahami sebagai ―hikmah‖ atau ―manfaat‖ dari pelaksanaan
suara ajaran yang benar. Hikmah atau manfaat itu adalah
sekunder nilainya, sedangkan yang primer ialah ajaran ynag
benar itu. Maka sebagai yang primer, toleransi harus kita
laksanakan dan wujudkan dalam masyarakat, sekalipun untuk
kelompok tertentu, bisa jadi untuk kita sendiri, pelakanaan
toleransi secara konsekuen itu mungkin tidak menghasilkan
sesuatu yang ―enak‖ (Naim, 2014: 183)
Proses pembelajaran yang diwarnai dengan nilai
toleransi akan menciptakan pembelajaran yang demokratis.
Tidak ada penghakiman satu sama lain dalam proses
26
pembelajaran, bahwa peserta didik A yang paling pintar atau
peserta didik B yang paling bodoh. Seluruh peserta didik
dapat berproses dengan menumbuhkan budaya demokrasi di
lingkungan sekolah maupun lingkungan kelas.
Nilai nilai inti dalam demokrasi yang dapat ditanamkan
dalam diri peserta didik akan senantiasa menjadi sebuah
budaya ketika hal tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Pendidikan agama islam memberikan nilai nilai yang
positif yang harus senantiasa dijaga dan diterapkan dalam
kehidupan. Nilai nilai tersebut berasal dari firman Allah Swt.
yang harus manusia yakini tanpa memaksakan kehendak
orang lain.
Maka dari itu dari pendapat tersebut, untuk menerapkan
nilai nilai demokrasi pada setiap diri peserta didik, Pendidikan
Agama Islam (PAI) membawa pada suatu proses
pembelajaran yang mengacu pada kehidupan di masyarakat.
Menerapkan nilai nilai demokrasi di dalam kelas, sebagai
upaya memberikan pengertian serta pemahaman peserta didik
mengenai nilai nilai demokrasi dalam proses pembelajaran.
b. Nilai demokrasi di dalam Hadits
Konsep demokrasi telah diterapkan sejak zaman Rasulullah
Saw. dalam menyelesaikan masalah pada masa itu. Konsep
demokrasi yang digunakan Rasulullah adalah musyawarah. Beliau
27
dan para sahabat terbuka dalam mendengarkan serta menerima
perbedaan pendapat yang ada diantara sahabat. Rasulullah adalah
seorang yang memilik kepedulian yang tinggi terhadap seluruh
umat manusia termasuk kepada orang yang memiliki keyakinan
selain islam serta peduli terhadap urusan ummat.
Contoh musyawarah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.
dan para sahabat yaitu ketika menghadapi perang uhud, pada waktu
itu banyak isu yang berkembang bahwa penyebab kekalahan dari
perang uhud salah satunya karena para sahabat lebih mementingkan
musyawarah atau syura daripada pendapat Rasulullah Saw.
sehingga muncullah anggapan bahwa karena musyawarahlah
penyebab kekalahan perang uhud pada waktu itu (Abdurrahim,
2005: 11).
Allah menurunkan suatu ayat Al-Quran yang bertolak
belakang dengan isu dalam perang uhud tersebut. Yaitu Qs. Ali
Imran ayat 159, sebagai berikut :
28
ولو كنت فظا غليظ القلب لن فضوا من حولك فبما رحمة من اللو لنت لهم
هم واست غفر لهم وشاورىم في المر ل على اللو فاعف عن إن فإذا عزمت ف ت وك
لين اللو يحب المت وك
Artinya :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Ayat tersebut memiliki makna bahwa Allah memerintahkan
Rasulullah untuk melibatkan umat muslim dalam pengambilan
keputusan dalam musyawarah dengan segala hasil manis atau pahit
sekalipun. Dengan musyawarah tersebut islam ingin mengajarkan
bahwa islam ingin membangun suatu umat dengan mendidiknya
dan mempersiapkan untuk memimpin seluruh umat manusia.
Menurut Zhilal dalam (Abdurrahim, 2015: 12) kerugian yang
dideita tidaklah seberapa, jika menghasilkan umat yang terlatih,
yang mengetahui dan mampu memikul bebannya. Memperpendek
kesalahan, kekeliruan, dan memperkecil kerugian dalam hidup
umat tidaklah memberi keuntungan apa apa, jika menghasilkan
umat yang seperti anak kecil, yang tidak pernah dilatih orangtuanya
29
untuk berjalan, dengan alasan agar tidak terjatuh, namun pada
akhirnya anak kecil itu benar-benar tidak mampu berjalan.
تكم الذين تحبون هم ويحبونكم، وتصلون عليهم ويصلون عليكم، وشرار خيار أئمتكم الذين ت بغضون هم وي بغضونكم ، وت لعنون هم وي لعنونكم ، قالوا: ق لنا: يا رسول اهلل، أئم
أفل ن نابذىم عند ذلك؟ قال: ل، ما أقاموا فيكم الصلة، ل، ما أقاموا فيكم الصلة، من معصية اهلل، ف ليكره ما يأتي من معصية اهلل، أل من ولي عليو وال، ف رآه يأتي شيئا
ول ي نزعن يدا من طاعة
Artinya :
"Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang
kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian, kalian
mendo‟akan mereka dan mereka mendo›akan kalian. Sedangkan
sejelek-jelek pemimpin kalian adalah kalian membenci mereka dan
mereka membenci kalian, kalian mengutuk mereka dan mereka pun
mengutuk kalian." Mereka berkata, "Kemudian kami bertanya,
Wahai Rasulullah, tidakkah kami memerangi mereka ketika itu?"
beliau menjawab: "Tidak, selagi mereka mendirikan shalat
bersama kalian, tidak selagi mereka masih mendirikan shalat
bersama kalian. Dan barangsiapa dipimpin oleh seorang
pemimpin, kemudian dia melihat pemimpinnya bermaksiat kepada
Allah, hendaknya ia membenci dari perbuatannya dan janganlah ia
melepas dari ketaatan kepadanya." (HR. Muslim)
Membangun umat dengan seorang dipimpin seorang
pemimpin yang adil. Baik buruknya seorang pemimpin tidaklah
berhak seseorang untuk mengutuk atau membenci seorang
pemimpin. Tetapi yang harus dibenci dari pemimpin yang tidak
adil adalah perbuatannya bukan individunya. Begitu mulia
Rasulullah mengajarkan atau menjelaskan perihal tersebut, karena
pemimpin dan rakyat sangatlah erat kaitannya dalam sistem
pemerintahan.
30
Proses pembelajaran pun harus menanamkan perilaku yang
adil, jujur, lagi baik. Kelas merupakan suatu ruangan yang
digunakan untuk proses pembelajaran. Layaknya sistem
pemerintahan, di dalam kelas juga terdapat seorang pemimpin yang
sering disebut dengan ketua kelas. Dari lingkungan kelas atau
sekolah, guru dapat mengajarkan peserta didik untuk berdemokrasi.
Misalnya, dengan adanya pemilihan ketua kelas yang dilaksanakan
secara demokrasi. Semua anggota kelas berhak memilih serta
mengemukakan pendapat dan alasannya dalam proses demokrasi
tersebut.
عة يظلهم اهلل في عن أبي ىري رة رضي اهلل عنو عن النب ي صلى اهلل عليو وسلم قال : سب مام العادل، وشاب نشأ بعبادة اهلل ، ورجل ق لبو معل ق في ظلو ي وم ل ظل إل ظلو: ال
اجتمعا عليو وت فرقا عليو ، ورجل دعتو امرأة ذات ال مساجد ، ورجلن تحابا في اهلل ق بصدقة فأخفاىا حتى ل ت علم منصب وجمال ، ف قال : إني أخاف اهلل ، ورجل تصد
نو ، ورجل ذكر اهلل ناه شمالو ما ت نفق يمي خاليا ف فاضت عي
Artinya :
“Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Muhammad SAW, ia
bersabda, „Ada tujuh kelompok orang yang dinaungi oleh Allah
pada hari tiada naungan selain naungan-Nya, yaitu pemimpin
yang adil, pemuda yang mengisi hari-harinya dengan ibadah,
seseorang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang
saling mencintai karena Allah di mana keduanya bertemu dan
berpisah karena Allah, seorang yang dibujuk berzina oleh lawan
jenis yang berpangkat dan rupawan lalu menjawab, „Aku takut
kepada Allah,‟ seseorang yang bersedekah diam-diam sehingga
tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan tangan
kanannya, dan seseorang yang berzikir di kesunyian dengan
menitikkan air mata,‟” (HR Bukhari dan Muslim).
31
Pemimpin yang adil merupakan poin pertama dalam hadits
tersebut. Bukan tanpa sebab pemimpin yang adil menjadi poin
pertama, hal tersebut menunjukkan bahwa keadilan merupakan
suatu nilai yang penting, utamanya bagi seorang pemimpin.
Seorang pemimpin dinilai dari peran serta kehadirannya ditengah
ummat atau masyarakatnya. Begitu juga dengan cara seorang
pemimpin dalam menyelesaikan permasalahan di tengah
masyarakat.
Sekolah merupakan salah satu tempat pembentuk karakter
peserta didik, dan guru memiliki tugas besar dalam membangun
karakter peserta didik. Maka dari itu nilai keadilan yang diterapkan
guru kepada peserta didik berdampak besar terhadap perilaku
peserta didik untuk membentuk pribadi yang demokratis.
Sedangkan kelas menjadi tempat yang tepat untuk peserta didik
dalam mengimplementasikan nilai nilai demokrasi, kelas memiliki
ruang lingkup yang lebih mengkerucut sehingga memudahkan guru
untuk menerapkan nilai nilai demokrasi di dalam kelas. Nilai nilai
kebebasan dalam hadits, sebagai berikut:
32
د عش ما شئت فإنك ميت وأحبب من إلى النبي صلى اهلل عليو وسلم فقال: يا محم
د شرف المؤمن شئت فإنك مفارقو واعمل ما شئت فإنك مجزي بو ثم قال: يا محم
قيامو بالليل وعزه استغناؤه عن الناس
Artinya:
“Rasulullah bersabda, "Telah datang kepadaku Malaikat
Jibril dan berkata, 'Hai Muhammad, hiduplah sesuka hatimu, maka
sesungguhnya engkau akan mati. Dan cintailah apa yang engkau
cintai, sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengan
kecintaanmu itu. Dan, beramallah apa yang engkau kehendaki
karena sesungguhnya engkau akan mendapatkan balasan. Lalu,
ketahuilah bahwa semulia-mulianya orang mukmin ialah orang
yang melaksanakan Tahajud dan manusia yang terhormat adalah
orang yang tidak meminta-minta kepada orang lain'."”(HR
Baihaqi dari Jabir).
Nilai nilai persamaan dalam hadits,
انظر فإنك ليس بخير من أحمر ول أسود إل أن تفضلو بتقوى
Artinya:
“Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang
berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli
mereka dengan takwa.” (HR. Ahmad)
Hadits hadits tersebut memberikan pengertian bahwa nilai
nilai tersebut merupakan pembentuk konsep demokrasi. Bermula
dari pemimpin yang adil, kebebasan dalam berpendapat, persamaan
posisi seseorang dengan orang lainnya. Hal tersebut mengajarkan
peserta didik untuk dapat hidup bermasyarakat serta bekerjasama
satu sama lain. Dalam proses belajar mengajarpun terdapat suatu
metode, model, serta strategi pembelajaran untuk menciptakan
33
kelas yang demokratis. Mengelompokkan peserta didik dalam
pembelajaran adalah salah satu cara agar peserta didik dapat
berbaur serta bekerjama satu sama lain.
2. Demokrasi Pendidikan
Demokrasi sering dimaknai dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat,
kalimat tersebut lebih sering digunakan dalam sistem pemerintahan.
Namun sebenarnya kalimat tersebut juga tepat ketika diterapkan dalam
proses belajar mengajar. Dimana proses belajar mengajar menggunakan
kurikulum 2013 ini menuntun siswa untuk dapat berpikir kreatif dalam
menyelesaikan suatu permasalahan atau soal dalam proses belajar
mengajar dengan dituntun oleh guru, maka dari itu bahwa proses belajar
mengajar berasal dari siswa, untuk siswa, dan oleh siswa.
Terminologi demokrasi dari bahasa Yunani (demokratia) ―role of
the people‖, yang merupakan paduan dua kata yang satu (demos) ―people‖
dan (kratos) ―power‖ yang ada pada abad pertengahan sekitar abad ke 5-4
sebelum Masehi untuk menunjukkan suatu bentuk sistem politik yang ada
di beberapa kota di Yunani, seperti Arthena. Demokrasi secara umum
memiliki arti sebagai suatu bentuk politik pemerintahan yang ditentukan
oleh rakyat (Zamroni, 2011: 14).
John Dewey menyatakan ide pokok demokrasi adalah pandangan
hidup yang dicerminkan dengan perlunya partisipasi dari setiap warga
yang sudah dewasa dalam membentuk nilai-nilai yang mengatur
kehidupan. Menurut Wahyono, adalah suatu pola kehidupan masyarakat
34
yang sesuai dengan keinginan ataupun pandangan hidup manusia yang
berkelompok tersebut (Yuniarto, 2018 : 19-20)
Maka demokrasi tidak hanya berbicara perihal sistem
pemerintahan dan sistem politik, melainkan adalah kehidupan bersama
dalam lingkungan masyarakat dalam beragama, berbangsa, dan bernegara.
Nilai nilai demokrasi akan tertanam kokoh dalam diri masyarakat ketika
seluruh mayarakat menerapkan nilai nilai tersebuat dalam kehidupan
sehari hari sehingga terbentuklah masyarakat yang demokratis. Sikap dan
perilaku seseorang harus mencerminkan nilai nilai demokrasi, untuk
mengetahui bahwa nilai nilai tersebuat telah dihayati serta diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Demokrasi pemerintahan dapat diimplementasikan dalam sistem
pendidikan, agar tercipta demokrasi dalam pendidikan. Konsep demokrasi
dalam pemerintahan bersifat fleksibel, maksudnya dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari hari. Karena demokrasi tidak terus menerus tentang
sistem politik atau pemerintahan. Konsep demokrasi terbuka dan dapat
diimplementasikan dalam segala aspek kehidupan. Demokrasi bertujuan
untuk kebebasan seseorang dalam berkomunikasi, mengemukakan
pendapat, serta berinisiasi dengan ide ide yang dimiliki. Memiliki
hubungan sosial yang baik sesama masyarakat merupakan konsep
demokrasi yang diinginkan.
Demokrasi pendidikan menurut pandangan H.A.R Tilaar adalah
pendidikan yang menempatkan rakyat sebagai poros kebijakannya,
35
pendidikan ada pada kekuasaan rakyat, yang mengakui bahwa pendidikan
merupakan hak setiap warga negara, pendidikan terbuka, mandiri dan
kreatif, hilangnya proses stupidifikasi, dan hilangnya budaya korporasi
(Muklasin, 2014: 51). Seperti tujuan pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa untuk membentuk pribadi yang kreatif
dan mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. Proses stupidifikasi dalam
pendidikan yang harus ditiadakan, karena guru harus mengetahui bahwa
peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda dalam dirinya.
Demokrasi pendidikan sebagai sebuah proses atau instrumen yang
digunakan untuk menciptakan masyarakat yang demokratis (Siyamto,
2016: 38). Masyarakat yang demokratis akan terbentuk ketika nilai nilai
dalam demokrasi, seperti, musyawarah, kebebasan, keadilan, pluralisme,
dan toleransi dapat diterapkan secara baik, benar dan utuh dalam
kehidupan bermasyarakat. Demokratisasi dalam pendidikan merupakan
salah satu cara untuk mewujudkan suatu lingkungan yang madani, saling
menghargai satu sama lain.
Demokratisasi pendidikan merupakan suatu gagasan yang didasari
oleh pertimbangan yang sederhana, yakni memperbesar partisipasi
masyarakat dalam pendidikan, tidak sekedar dalam hal retribusi uang
pendidikan, tetapi justru dalam pembahasan dan kajian untuk
mengidentifikasi berbagai permintaan stakeholder dan user sekolah
tentang kompetensi siswa yang akan dihasilkan (Pramudia, 2014: 4).
36
Jadi menurut uraian di atas, bahwa demokrasi pendidikan yaitu
menempatkan rakyat sebagai poros dalam pendidikan, mengingat bahwa
pendidikan merupakan hak seluruh masyarakat untuk mendapatkannnya.
Sehingga masyarakat memiliki peranan yang lebih besar serta partisipasi
yang lebih konkret dalam pelaksanaan pendidikan demi kemajuan
pendidikan di Indonesia.
3. Nilai Demokrasi dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh peserta didik dan guru. Pembelajaran bertujuan untuk
membentuk pola pikir peserta didik dengan berpikir kreatif supaya dapat
menerima serta mengolah pengetahuan baru sesuai dengan tujuan suatu
pembelajaran. Perlunya mengetahui pemahaman peserta didik dalam
mendalami dan mengolah materi yang diberikan oleh guru dalam setiap
proses pembelajaran. Seorang guru memiliki peranan yang besar dalam
meningkatkan pemahaman peserta didik, mendidik serta mengarahkan
peserta didik untuk menjadi seorang pribadi yang lebih baik dari dirinya
saat ini.
Pembelajaran tidak terlepas dari peran besar seorang guru,
interaksi yang baik antara peserta didik dan guru merupakan salah satu
kunci keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran. Sumber belajar
dalam proses pembelajaran juga menjadi faktor pendukung keberhasilan
lainnya, termasuk metode yang digunakan guru dalam mengajar, model
pembelajaran, strategi, dan pendekatan yang digunakan. Beberapa hal
37
tersebut menjadi faktor faktor pendukung dalam proses pembelajaran.
Peserta didik dan guru harus memiliki kerjasama yang baik dalam
mewujudkan tujuan pembelajaran supaya sesuai dengan apa yang
diinginkan.
Dalam mewujudakan pembelajaran, ada beberapa nilai nilai yang
ditanamkan guru dalam diri peserta didik. Diantara berbagai nilai yang
diterapkan dalam proses belajar, demokrasi menjadi suatu nilai yang
memadai dan meyakinkan untuk terlaksananya interaksi serta kerjasama
antara guru dan peserta didik, maupun peserta didik dengan peserta didik.
Menurut Kovacs (2008) demokrasi merupakan suatu bentuk kehidupan
bersama yang mengembangkan individu melalui partisipasi mereka dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Zamroni, 2011: 16)
Nilai nilai dalam proses pembelajaran adalah nilai nilai yang
ditanamkan serta diterapkan dalam diri peserta didik selama proses
pembelajaran. Nilai demokrasi merupakan salah satu nilai yang tepat untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran. Nilai demokrasi memiliki tempat
yang sesuai dalam proses pembelajaran, karena proses pembelajaran
memerlukan suasana dan lingkungan yang demokratis. Nilai nilai
demokrasi dapat diterapkan dalam proses pembelajaran diantaranya adalah
musyawarah, toleransi, keadilan, kebebasan, dan pluralisme.
Nilai nilai tersebut jika diterapkan dalam proses pembelajaran akan
menciptakan kelas yang demokratis dan saling menghargai satu sama lain.
Guru menjadi teladan bagi peserta didik dalam menerapkan nilai-nilai
38
demokrasi. Nilai nilai demokrasi menjadi salah satu nilai yang penting
untuk menanamkan serta menerapkan nilai tersebut di sekolah. Indonesia
merupakan salah satu negara yang menerapkan sistem demokrasi dalam
politik maupun pemerintahan. Maka dari itu, nilai nilai demokrasi
ditanamkan sejak dini bahkan dalam lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat.
4. Pengertian dan Upaya Implementasi Nilai Demokrasi
a. Pengertian implementasi nilai demokrasi
Implementasi adalah suatu proses penerapan, realisasi, atau
pelaksanaan suatu nilai untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Agustino, implementasi merupakan suatu proses yang
dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau
kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang
sesuai dengan sasaran dan tujuan kebijakan itu sendiri (Agostiono,
2010: 139).
Implementasi merupakan perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang
efektif (Setiawan, 2004: 39). Maka dari itu, implementasi dapat
diartikan sebagai proses penerapan suatu nilai dengan
mengkomunikasikan dan berinteraksi dengan orang orang sekitar guna
mencapai tujuan yang diinginkan atau yang telah ditetapkan.
39
Nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat
kebiasaan, aturan agama, dan rujukan lainnya yang memiliki harga
dan dirasakan berharga bagi seseorang. Nilai bersifat abstrak, berada
dibalik fakta, memunculkan tindakan, terdapat dalam moral seseorang,
muncul sebagai ujung proses psikologis, dan berkembang kearah yang
lebih kompleks (Hidayat, 2006: 7). Nilai merupakan suatu patokan
dan pijakan seseorang untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari,
dalam kehidupan beragama, berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Nilai adalah hal hal yang penting atau bermanfaat bagi manusia
atau kemanusiaan yang menjadi sumber ukuran dalam karya sastra.
Menilai berarti menimbang, sesuatu dikatakan bernilai apabila
sesuatu itu berguna bagi manusia atau kemanusiaan. Nilai menjadi
suatu penghargaan atau kualitas terhadap sesuatu yang mendasar
penentu tingkah laku seseorang , menarik, berguna, menguntungkan,
atau merupakan sistem keyakinan (Gusal, 2015: 4). Menilai
memerlukan sebuah tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana
penilaian tersebut.
Maka dari itu, nilai adalah kadar pencapaian yang telah dicapai
oleh seseorang. Nilai menjadi patokan seseorang dalam melakukan
suatu hal. Dalam hal ini, nilai demokrasi adalah suatu kadar
pencapaian seseorang dalam berdemokrasi. Makna dari demokrasi
merupakan konsep yang dinamis dan multi interpretatif, yang mana
dia dapat berkembang maknanya sesuai dengan konteks sosio historis
40
dimana konsep demokrasi lahir dan berkembang (Farkhan, 2006: 70).
Demokrasi disesuaikan dengan lingkungan dimana seseorang tinggal
dan menetap.
Demokasi yang sehat dan ideal mensyaratkan adanya mekanisme
untuk mnghambat adanya kecurangan kecurangan yang terjadi. Jika
sampai terjadi kecurangan yang mengakibatkan pelanggaran hak
terhadap individu ataupun kelompok berarti proses semacam itu bukan
termasuk demokrasi. Tujuan demokrasi adalah untuk menjamin hak
individu ataupun kelompok untuk mengaktualisasikan diri dengan
tanpa unsur yang represif dan intimidatif (Naim, 2014: 145).
Penerapan sistem demokrasi secara sehat dan ideal akan menciptakan
suatu masyarakat yang demokratis, layaknya masyarakat madani.
Oleh karena itu implementasi nilai demokrasi adalah penerapan
kadar pencapaian atau tolak ukur dari suatu konsep yang dinamis dan
interpretatif guna membentuk suatu konsep yang demokratis. Nilai
demokrasi perlu diimplementasikan untuk menciptakan kepedulian,
rasa tanggungjawab, keadilan, serta toleransi terhadap sesama
manusia.
b. Upaya implementasi nilai demokrasi
Dibutuhkan model pendidikan demokrasi yang baru dala dunia
persekolahan kita. idealnya membumikan nilai nilai demokrasi tidak
hanya dibebankan kepada mata pelajaran tertentu, yaitu pendidikan
kewarganegaraan (PKn). Akan tetapi, perlu ada kesamaan visi untuk
41
menjadikan prinsip prinsip demokrasi sebagai ―ruh‖ yang mewarnai
kegiatan pembelajaran dengan mata pelajaran apapun. Substansi
pembumian nilai nilai demokrasi bukan lagi dilakukan secara
dogmatis dan indoktrinasi melalui ceramah, melainkan sudah dalam
bentuk perilaku nyata sebagai perwujudan budaya demokrasi yang
sesungguhnya (Yuniarto, 2018: 5).
Pendidikan demokratis dalam proses pembelajaran menuntut
adanya hubungan yang baik dan saling menguntungkan antara peserta
didik dan guru maupun peserta didik dengan peserta didik. Interaksi
dan komunikasi yang baik antara keduanya dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran
mmbutuhkan suatu media, metode, strategi, dan pendekatan untuk
mewujudkan tujuan pembelajaran agar peserta didik dapat mengerti
serta menerima dengan baik apa yang disampaikan oleh guru.
Interaksi yang baik merupakan salah satu keberhasilan dalam suatu
pendidikan ataupun proses belajar mengajar. diperlukan interaksi
edukatif antara siswa dan guru, sebagai interaksi yang bernilai
normatif, maka interaksi edukatif mempunyai ciri ciri sebagai berikut
(Djamarah, 2000: 15-16):
1. Interaksi edukatif mempunyai tujuan
2. Mempunyai prosedur yang direncanakan untuk mencapai
tujuan
3. Interaksi edukatif ditandai penggarapan materi khusus.
42
4. Ditandai dengan aktivitas peserta didik
5. Guru berperan sebagai pembimbing
6. Interaksi edukatif membutuhkan disiplin
7. Mempunyai batas waktu
8. Diakhiri dengan evaluasi
Maka dari itu guru memiliki peranan yang besar dalam
mengupayakan kelas yang demokratis dan interaksi yang baik serta
nyaman antara guru dengan peserta didik maupun peserta didik
dengan peserta didik. Guru harus selalu memotivasi siswa untuk
menjadi lebih baik dan melakukan suatu hal yang baik pula. Sehingga
terciptalah kelas yang kondusif dan demokratis.
Rochmad dan Gunawan (2016) mengartikan guru dalam arti sempit
dan luas. Dalam arti sempit guru adalah mereka yang bekerja di
sekolah atau madrasah, mengajar, membimbing, melatih siswa agar
memiliki kemampuan dan keterampilan untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, juga dapat menjalani kehidupan dengan
baik. Sedangkan dalam arti luas, guru adalah orang yang mengajari
orang lain atau kelompok orang, baik di lembaga pendidikan formal
maupun lembaga pendidikan non-formal (Prayitno, dkk, 2017: 23-24).
Guru merupakan seorang pengajar sekaligus pendidik peserta didik
dalam suatu lembaga. Menjadi guru dalam suatu lembaga formal
menurut panggilan hati nurani tidaklah mudah, pengabdian yang besar
dibutuhkan dalam diri seorang guru dalam mendidik peserta didik.
43
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab
untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual
maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah (Djamarah, 2000:
32). Tugas seorang guru salah satunya adalah membimbing anak didik
untuk mancapai apa yag diinginkan. Membangun suatu interaksi yang
baik antara guru dan peserta didik sehingga terwujudnya tujuan
pembelajaran sangat diperlukan. Proses pembelajaran guru menjadi
salah seorang yang berperan dalam diri peserta didik dalam
mengembangkan kualitas serta potensi dalam dirinya.
Dalam mewujudkan kelas dan pembelajaran yang demokratis maka
guru tak hanya menjadi seorang pendidik, tetapi juga pembimbing,
fasilitator, kreator, motivator, mediator, serta konselor bagi peserta
didik. Begitu mulia tugas seorang guru jika seluruh peran tersebut
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik. Guru juga harus
membuat beberapa komponen dalam pembelajaran agar terwujudnya
tujuan yang ingin dicapai. Beberapa komponen tersebut adalah bahan
ajar, desain pembelajaran, metode, alat/media, sumber pelajaran, dan
evaluasi dalam pembelajaran.
1. Bahan ajar
Bahan ajar dapat diartikan bahan bahan atau materi
pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan
prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran (Sungkono, 2009: 2). Bahan ajar
44
selalu dibutuhkan seorang guru dalam proses pembelajaran, bahan
ajar bersifat urut atau sistematis guna memudahkan siswa dalam
memahami serta memudahkan guru dalam menjelaskan.
2. Desain pembelajaran
Desain pembelajaran adalah sebuah konsep pembelajaran
yang tersusun secara sistematis seluruh kegiatan dalam
pembelajaran tersebut. Desain pembelajaran diperlukan seorang
guru dalam proses pembelajaran, karena termasuk dalam
menyusun kerangka pembelajaran.
3. Metode
Metode adalah cara sistematis dan terpikir dengan baik
untuk dilaksanakan dalam mencapai tujuan. Ada beberapa metode
yang digunakan dalam menciptakan kelas yang demokratis,
diantaranya adalah :
a. Jigsaw learning
Metode pembelajaran yang terbagi menjadi beberapa
segmen materi. Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok dengan adil. Setiap kelompok memiliki tuga untuk
membaca dan memahami materi yang berbeda dengan baik.
Lalu, setiap kelompok mengirim satu anggotanya ke
kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka
pahami di kelompok. Setiap anggota kelompok yang dikirim
kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian guru
45
menanyakan sekiranya ada persoalan persoalan yang tidak
terpecahkan dalam kelompok. Guru memberi peserta didik
beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka
terhadap materi.
Metode jigsaw ini menjadikan peserta didik lebih berani
untuk berbicara dan berpendapat diantara teman temannya.
Meningkatkan pemahaman peserta didik melalui penjelasan
yang disampaikan oleh teman kelompok lain.
b. Student Teams Achievement Divisions
Tim siswa kelompok beprestasi memiliki langkah langkah
pembelajaran sebagai berikut, guru membentuk siswa
menjadi beberapa kelompok dan diacak, satu kelompoknya
diisi sekitar 4-5 anggota. Guru menyajikan pelajaran kepada
semua peserta didik. Kemudian guru memberikan tugas
kepada kelompok untuk dikerjakan oleh setiap anggota
kelompok. Anggota yang sudah tahu menjelaskan kepada
anggota yang belum tahu. Lalu, guru memberikan kuis
kepada seluruh peserta didik, dan peserta didik tidak boleh
saling membantu dalam mengerjakan kuis. Kemudian, guru
memberikan evaluasi berupa dicocokkannya kuis tersebut
dan memberikan review sedikit terhadap kuis yang diberikan.
Terakhir, guru menyimpulkan pembelajaran pada hari
tersebut.
46
c. Course Review Horay
Guru menyampaikan pelajaran terlebih dahulu, bisa
mendemonstrasikan materi dengan tanya jawab peserta didik
dengan guru. Setelah menjelaskan, guru membagi peserta
didik menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompok diisi
dengan 4-5 anggota. Kemudian guru membagikan kartu
(kertas lipat/ origami berwarna), guru membacakan soal dan
jawaban ditulis oleh peserta didik di kertas yang disebutkan
oleh guru. Bagi siswa yang benar maka langsung menuliskan
bintang dan berteriak horay atau menyanyikan yel yelnya.
Nilai siswa dihitung dari setiap jawaban benar yang
diberikannya. Kemudian bagi kelompok dengan nilai
tertinggi, guru memberikan reward.
4. Alat/media
Media adalah suatu alat bantu yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran guna mendukung terlaksananya tujuan
pembelajaran. Tujuan adanya media pembelajaran adalah untuk
meningkatkan keefektifan penyampaian materi pembelajaran,
dengan media pembelajaran dapat membuat peserta didik tidak
jenuh selama pembelajaran.
Media pembelajaran terdiri atas dua unsur penting, yaitu
unsur peralatan atau perangjat keras dan unsur pesan yang
dibawanya. Media pembelajaran memerlukan peralatan untuk
47
menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu,
tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media
tersebut. Perangkat lunak adalah informasi atau bahan ajar itu
sendiri yang akan disampaikan kepada siswa sedangkan
perangkat keras sarana atau peralatan yang digunakan untuk
menyajikan pesan atau bahan ajar tersebut (Susilana, 2017: 6).
Ada beberapa jenis media pembelajaran diantaranya, media
pembelajaran audio visual, audio, dan visual. Sedangkan macam
macam media pembelajaran yang sering digunakan dalam proses
pembelajaran adalah laptop, lcd, kertas buffalo, kertas origami
dan lain lain. Media pembelajaran juga disesuaikan dengan
metode pembejaran yang digunakan, karena media pembelajaran
merupakan pendukung dari proses pembelajaran.
5. Sumber pelajaran
Sumber pelajaran berasal dari buku pegangan peserta didik
yang diberikan oleh guru atau bersumber dari orang lain. Saat ini
banyak sekolah yang menggunakan sumber belajar kurikulum
2013. Sehingga proses pembelajaran pun menyesuaikan dengan
tujuan kurikulum 2013.
6. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran adalah suatu penilaian di akhir
proses pembelajaran yang disusun secara sistematis guna
mengetahui sejauh mana pencapaian serta pemahaman siswa
48
tentang materi yang telah disampaikan atau didiskusikan secara
bersama. Evaluasi bisa dikemas menggunakan suatu tes dengan
beberapa pertanyaan menggunakan kertas atau dengan beberapa
pertanyaan yang disampaikan oleh guru, kemudian guru melihat
sejauh mana respon siswa dalam menjawab beberapa pertanyaan.
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Nilai Demokrasi
Implementasi nilai nilai demokrasi dalam lingkup pembelajaran
adalah penerapan suatu nilai demokrasi untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang demokratis, layaknya sebuah masyarakat di zaman
Rasulullah yaitu masyarakat madani. Ada beberapa faktor pendukung
keberhasilan suatu proses pembelajaran yang demokratis dan menerapkan
nilai-nilai demokarsi :
1. Pendidik
Pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung jawab dan
mempengaruhi jiwa serta rohani seseorang yakni dari segi
pertumbuhan jasmaniah, pengetahuan, keterampilan, serta aspek
spiritual dalam upaya perkembangan seluruh potensi yang dimiliki
oleh seseorang tersebut sesuai dengan prinsip dan nilai ajaran islam
sehingga menjadi insan yang berakhlaqul karimah (Ramli, 2015: 63).
Pendidik atau guru memiliki peranan yang penting dalam proses
pembelajaran untuk menerapkan nilai nilai demokrasi. Guru
merupakan salah satu teladan bagi peserta didik di sekolah. Guru
49
berperan besar dalam membentuk siswa yang berakhlakul karimah
serta demokratis.
2. Lingkungan
Sekolah dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar,
bergaul, dan beradaptasi dengan lingkungan seperti bergaul sesama
teman yang berbeda jenis kelamin, suku, bangsa, agama, status sosialn
dan kecakapan (Ramli, 2015: 69).
Lingkungan adalah salah satu pembentuk pribadi siswa dalam
mengimplementasikan nilai nilai demokrasi. Lingkungan yang baik
akan menciptakan pribadi yang baik pula. Keluarga menjadi
lingkungan yang utama dalam pembentukan karakter peserta didik.
3. Sarana prasarana
Sarana adalah alat langsung mencapai tujuan pendidikan, misalnya
ruangan, buku, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya. Prasarana
adalah fasilitas yang secara tidak langung menunjang jalannya proses
pendidikan (Nurabadi, 2014: 1). Sarana prasarana merupakan faktor
pendukung yang sangat dibutuhkan oleh guru sebagai peserta didik.
Karena sarana prasarana yang baik, akan menunjang pembelajaran
serta pengimplementasian nilai nilai demokrasi dengan baik. Sehingga
akan memunculkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran.
Selain faktor pendukung adapula faktor penghambat demokrasi
dalam pembelajaran, diantaranya adalah keluarga atau orangtua yang
tidak menerapkan nilai nilai demokrasi di lingkungan keluarga,
50
alokasi waktu dalam pembelajaran yang terlampau sedikit sehingga
guru kurang bisa menerapkan atau mengimplementasikan nilai nilai
demokrasi dalam proses pembelajaran, dan peserta didik yang kurang
atau bahkan tidak memiliki semangat dalam proses belajar mengajar
sehingga desain pembelajaran yang ingin guru sampaikan tidak
sepenuhnya tersampaikan.
B. Kajian Pustaka
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan penelitian
sebelumnya sebagai bahan perbandingan, baik kekurangan atau kelebihan
yang sudah ada dalam penelitian sebelumnya. Selain itu peneliti juga
menggali informasi dari buku buku maupun skripsi dalam rangka
mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang
berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landaan teori
ilmiah.
1. Skripsi Rochmat Siyamto, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN
Salatiga tahun 2016 dengan judul ―Internalisasi Nilai-Nilai Demokrasi
dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII
MTs Negeri Ngablak Kabupaten Magelang.‖
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif. Dengan
teknik pengumpulan data yaitu observasi dan interview dengan 3 guru
Pendidikan Agama Islam dan 1 kepala sekolah. Data hasil penelitian
dianalisis dengan menjelaskan internalisasi nilai demokrai yang ada di
kelas. Adanya dialog terbuka antara siswa dan guru, pembelajaran
51
PAI dijalankan dengan sistem berkelompok, dikusi, tanya jawab,
saling menghargai dengan adanya kemajemukan mereka di kelas.
Dalam menginternalisasikan nilai nilai demokrasi guru menggunakan
metode variatif dan demokratis yang disesuaikan dengan materi
pokok. Metode teladan juga diterapkan dalam sekolah tersebut, karena
guru merupakan uswatun hasanah bagi peserta didik. Perencanaan
belajar serta proses pembelajaran sangat berpengaruh dalam
internalisasi nilai nilai demokrasi. Kurikulum yang ada pada sekolah
tersebut sudah mencakup beberapa mata pelajaran termasuk pelajaran
PAI, guna membentuk manusia yang beriman dan brtaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlaq mulia. Ada beberapa faktor
pendukung serta faktor penghambat dalam internalisasi demokrasi.
Guru, Wakil Kepala Sekolah, sarana prasarana, dan orang tua wali
murid yang saling bekerjasama dengan pihak sekolah serta
mendukung berjalannya proses internalisasi nilai nilai demokrasi.
Sedangkan faktor penghambatnya adalah, alokasi waktu yang kurang,
kurang antusiasnya siswa dalam proses pembelajaran, kurang telitinya
guru menyesuaikan materi. Upaya yang dilakukan diantaranya adalah
guru datang tepat waktu dalam proses pembelajaran, guru yang
bertidak sebagai motivator dan bertindak kreatif terhadap peserta
didik, mengembangkan media pembelajaran, menciptakan kelas yang
kompetitif positif, serta memiliki inovasi dalam menarik minat belajar
peserta didik.
52
2. Skripsi Rini Yuliana, Mahasiswa Universitas Negeri Semarang tahun
ajaran 2013 dengan judul ―Implementasi Nilai Nilai Demokrasi dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 3
Gringsing Batang.‖
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa nilai demokrasi telah diterapkan
dengan baik di sekolah tersebut. Bahkan peserta didiknya berkata jika
mereka selalu diberikan pengertian tentang menghormati dan
menghargai sesama teman. Kurikulum dengan adanya pendidikan
karakter dapat memiliki dampak positif terhadap pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan. Dampak positif yang terdapat dalam
implementasi nilai nilai demokrasi adalah kurikulum yang berdampak
positif terhadap proses pembelajaran PKn d SMP Negeri 3 Gringsing
Batang, sarana dan prasarana yang mendukung, budaya sekolah yang
baik, kepemimpinan yang baik dari kepala sekolah. kurangnya
dukungan orangtua, lingkungan rumah yang negatif, keterbatasan
biaya sekolah, perbedaan individu dan kemampuan.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengambil
judul implementasi nilai nilai demokrasi dalam proses pembelajaran
pendidikan agama islam kelas 8 di SMP Negeri 5 Salatiga tahun pelajaran
2019/2020. Penelitian kualitatif merupakan penelitian ilmiah yang
menghasilkan data kualitatif berupa kata kata yang tertulis, atau dari lisan
orang, atau dari pengamatan yang terjadi di lapangan (yuliana, 2013: 27).
Creswell (2008) dalam Raco (2010: 6) mendefinisikannya sebagai
suatu pendekatan atau penelusuran yang mengeksplorasi dan dan
memahami suatu gejala sentral. Untuk mengetahui gejala sentral tersebut
peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan
pertanyaan yang agak umum dan luas (Raco, 2010:6).
Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami gejala
fenomena sosial dengan cara memberikan pemaparan berupa
penggambaran yang jelas tentang fenomena atau gejala sosial tersebut
dalam bentuk rangkaian kata yang pada akhirnya akan menghasilkan
sebuah teori (Sujarweni, 2014: 20).
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang didasarkan pada
observasi serta wawancara dilapangan secara langsung. Penelitian
kualitatif menghasilkan suatu tulisan tulisan naratif ilmiah dan terdapat
54
suatu teori di dalamnya. Alasan menggunakan pendekatan kualitatif dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif menjadikan
peneliti bersikap objektif terhadap apa yang diamati. Terdapat teori
teori yang aposteriori artinya setelah diketahui secara langsung
melalui penyelidikan dan pengamatan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya dimana peneliti melakukan penelitian tersebut.
2. Penelitian dapat dilakukan secara langsung dan terbukti kebenarannya
ketika seorang peneliti terjun di dalam lapangan. Dalam hal ini
peneliti mengamati pelaksanaan implementasi nilai nilai demokrasi
dalam proses pembelajaran kelas 8 di SMP Negeri 5 Salatiga.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ditetapkan dan dipilih berdasarkan keluasan
wilayah Salatiga tanpa mengurangi gambaran umum yang terjadi di
Salatiga, maka peneliti memilih SMP Negeri 5 Salatiga yang berlokasi di
Jalan Bima No. 10, Dukuh, Kec. Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah
50722, sebagai tempat penelitian, karena diharapkan bahwa implementasi
nilai nilai demokrasi di SMP Negeri 5 Salatiga dapat diterapkan oleh guru
dan peserta didik dalam proses pembelajaran dan dalam lingkup yang lebih
luas yaitu dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Sehingga peserta
didik memiliki rasa percaya diri dan saling menghargai satu sama lain.
Menerapkan nilai keadilan, nilai toleransi, nilai kebebasan, nilai
pluralisme, serta membudayakan musyawarah.
55
Waktu penelitian dalam penelitian ini yaitu berlangsung sesuai
dengan surat pengajuan penelitian dan waktu yang diberikan oleh sekolah
yaitu pada Bulan Agustus 2019.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat
diperoleh. Apabila penliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam
pengumpulan datanya, maka sumber data disebut reponden, yaitu orang
yang merespon atau menjawab pertanyaan pertanyaan peneliti, baik
pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2010: 172).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
data yang diperoleh dari observasi peneliti secara langsung di dalam kelas
serta informan-informan yang terdiri dari :
1. Guru Pendidikan Agama Islam kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga
2. Peserta didik kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga sebagai sampel penelitian.
Sumber data disesuaikan dengan judul yang diangkat oleh peneliti,
yaitu bahwa kelas 8 menjadi objek penelitian. Menurut Arikunto (2006:
112) dalam skripsi Sulistiyono (2013: 19-20) mengatakan bahwa,
apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua,
sehingga penelitiannya merupakan populasi. Tetapi jika jumlah subjek
besar, dapat diambil 10%-15% atau 15%-25%.
Dari keseluruhan populasi siswa kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga
yaitu berjumlah 240 peserta didik, maka sesuai dengan pendapat di atas,
jumlah sampel dalam penelitian ini dapat diambil 15% dari keseluruhan
56
jumlah populasi yang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa jumlah
sampel yang akan digunakan sebanyak 36 peserta didik.
Dalam penelitian pendidikan, seorang peneliti ingin mengetahui
tentang implementasi nilai demokrasi dalam proses pembelajaran
pendidikan agama islam kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga. Berdasarkan
penelitian tersebut, maka yang dimaksud dengan objek penelitian atau
variabel penelitian adalah implementasi nilai demokrasi dalam proses
pembelajaran pendidikan agama islam, sedangkan subjek penelitiannya
adalah peserta didik kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga, dan sebagai sumber
data peneliti yaitu adalah peserta didik kelas 8 dan guru pendidikan
agama islam yang mengetahui proses implementasi nilai demokrasi
dalam proses pembelajaran di ruang kelas.
Dalam penelitian ini menggunakan sampel kelompok atau cluster
sample. Dalam hal pendidikan, sering dijumpai adanya kelompok
sekolah dari SD-SMP-SMA. Peneliti menggunakan sampel kelompok
sekolah tingkat SMP kelas 8.
Peneliti juga menggunakan sumber data melalui buku buku, jurnal,
serta karya ilmiah lain yang relevan dengan zaman serta judul yang
diangkat oleh peneliti dan materi yang ada pada skripsi tersebut untuk
dijadikan informasi penunjang dalam mengimplementasikan nilai nilai
demokrasi dalam proses pembelajaran kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga
tahun pelajaran 2019/2020.
57
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data adalah metode menyelesaikan
permasalahan melalui beberapa tahapan dalam mengumpulkan data pada
sebuah penelitian. Prosedur pengumpulan data yang benar akan
menghasilkan kredibilitas tinggi. Maka dari itu , prosedur pengumpulan
data harus dilakukan dengan cermat sesuai dengan tahap tahap penelitian
kualitatif. Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
ini adalah:
1. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi
secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam
penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya
(Sujarweni, 2014: 31).
Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara
lisan pula. Ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan
tatap muka (face to face relationship) antara si pencari informasi
dengan sumber informasi. Secara sederhana interview diartikan sebagai
alat pengumpul data dengan mempergunakan tanya jawab antara
pencari informasi dan sumber informasi (Nawawi, 1995: 111).
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dalam penelitian
melalui percakapan antara dua orang atau lebih guna membicarakan
58
keperluan yang sama dalam mencapai suatu tujuan untuk mencari
informasi serta memberikan informasi. Wawancara dilakukan dengan
efektif dan komunikatif guna memperoleh data sesuai dengan yang
diinginkan oleh peneliti, ciri ciri wawancara yang efektif yaitu:
a. Peneliti memperkenalkan diri
b. Peneliti menjelaskan maksud dari penelitiannya
c. Peneliti menjelaskan materi yang akan disampaikan dalam proses
wawancara
d. Peneliti menanyakan atau terdapat komunikasi yang komunikatif
antara peneliti dan informan
2. Observasi
Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data
yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar.
Hampir semua metode mempunyai tujuan untuk memperoleh ukuran
tentang variabel. Kemudian tujuan yang pokok dari observasi adalah
mengadakan pengukuran terhadap variabel (Arikunto, 2010: 265).
Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk menyajikan gambaran riil suatu peristiwa atau
kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian, untuk membantu
mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan
pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap
pengukuran tersebut (Sujarweni, 2014: 32).
59
Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi,
1995: 100). Observasi adalah suatu aktivitas pengamatan tehadap suatu
objek guna merasakan dan memahami pengetahuan dari objek yang
diamati melalui suatu gagasan dan ide yang telah diketahui sebelumnya.
Pada penelitian ini observasi dilakukan di kelas 8 SMP Negeri 5
Salatiga sesuai dengan judul yang diangkat oleh peneliti. Observasi atau
pengamatan dilakukan di dalam kelas, peneliti mengamati tentang
implementasi nilai nilai demokrasi yang ada pada proses pembelajaran
pendidikan agama islam. Maka dari itu, observasi ini juga dilakukan
ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas. Peneliti akan
melihat serta menganalisa apakah nilai nilai demokrasi diterapkan
selama proses pemmbelajaran.
3. Studi Dokumen (Dokumentasi)
Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data kualitatif
sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi (Sujarweni, 2014: 33). Dokumentasi adalah sebuah
prosedur pengumpulan data dengan mengumpulkan dokumen sebagai
bukti yang akurat, bisa menggunakan foto, sebuah tulisan, dan lain lain.
Prosedur pengumpulan data menggunakan studi dokumen yaitu tidak
terbatas oleh ruang dan waktu karena dokumen dapat berasal dari masa
silam.
4. Studi Pustaka
60
Studi pustaka merupakan prosedur penelitian yang menggunakan
beberapa karya ilmiah, jurnal, atau skripi, serta buku buku yang sesuai
dengan judul yang diinginkan untuk menambah validitas data yang
dimiliki. Studi pustaka disesuaikan dengan judul yang diangkat oleh
peneliti.
E. Analisis Data
Analisis data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia
kemudian diolah dengan statistik dan dapat digunakan untuk mnjawab
rumusan masalah dalam penelitian. Dengan denikian, teknik analisis data
dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan
tujuan mengolah data tersebut untuk menjawab rumusan masalah
(Sujarweni, 2014: 103).
Analisis data memiliki tujuan, yaitu:
a. Mendeskripsikan data
b. Membuat induksi atau menarik kesimpulan tentang karakteristik
populasi
Analisis data yang diambil oleh peneliti dalam penelitian kali ini
adalah menggunakan metode diskriptif analitik yaitu menganalisa data
data yang sudah diperoleh kemudian mendiskripsikannya dalam bentuk
tulisan kualitatif narasi. Menurut Sujarweni (2014: 104), adapun beberapa
tahapan dalam analisis data, sebagai berikut:
1. Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen
pengumpulan data.
61
2. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian
instrumen pengumpulan data.
3. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap
pertanyaan yang terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut
variabel variabel yang diteliti.
4. Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel
induk penelitian.
5. Tahap pengujian kualitas data, yaitu menguji validitas dan realibilitas
instrumen pengumpulan data.
6. Tahap mendekripsikan data, yaitu tabel frekuensi atau diagram, serta
berbagai ukuran tendensi sentral, maupun ukuran dispersi, tujuannya
memahami karakteristik data sampel penelitian.
7. Tahap pengujian hipotesis, yaitu tahap pengujian terhadap proposisi
proposisi yang dibuat apakah proposisi tersebut ditolak atau diterima,
serta bermakna atau tidak. Atas dasar pengujian hipotesis inilah
selajutnya keputusan dibuat.
Tahapan-tahapan tersebut yang harus dilalui dalam penelitian
kualitatif.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data perlu diuji validitasnya sebagai penelitian ilmiah.
Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang
dilakukan benar-benar penelitian ilmiah sekaligus untuk mengui data yang
diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kulitatif meliputi uji
62
kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, konfirmabilitas (sugiyono,
2007: 270).
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif biasanya
menggunakan (Setyowati, 2011: 70).
1. uji kredibilitas data
Uji kredibilitas data adalah uji kepercayaan terhadap suatu data
penelitian untuk membuktikan bahwa karya yang telah dibuat merupakan
karya ilmiah.
a. Melakukan perpanjangan dalam pengamatan
Perpanjangan data digunakan untuk menguji kepercayaan
suatu data. Peneliti melaukan penelitian kembali ke lapangan atau
tempat penelitian untuk mewawancarai sumber informasi dan
melakukan pengamatan kembali.
b. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian
Meningkatkan kecermatan dilakukan dengan menyusuri
kembali sumber data yang diperoleh untuk mengetahui bahwa data
sudah mencapai kredibilitasnya.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah suatu cara untuk mendapatkan data yang
benar benar absah dengan menggunakan pendekatan metode ganda.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sendiri, untuk
63
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu
(Bachri, 2010: 56).
1) Triangulasi sumber berarti membandingkan atau mengecek
ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan
hasil pengamatan dan hasil wawancara
2) Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang
berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku
manusia mengalami perubaha dari waktu ke waktu.
3) Triangulasi teori adalah memanfaatkan dua teori atau lebih
untuk diadu dan dipadu. Untuk itu diperlukan rancangan
penelitian pengumpulan data dan analisis data yang lebih
lengkap.
Triangulasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah triangulasi sumber, dimana peneliti membandingkan
antara hasil pengamatan atau observasi di lapangan yang dilakukan
dan hasil wawancara dengan guru serta peserta didik. Triangulasi
sumber dapat digunakan sebagai pembanding dan memperkuat data
yang telah ada.
d. Analisis kasus negatif
Analisis kasus negatifadalah peneliti melakukan pencarian
data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan.
64
e. Menggunakan bahan referensi atau pendukung
Bahan referensi aatau pendukung dalam penelitian dapat
berupa foto, karya ilmiah, ataupun dokumen.
2. uji transferabilitas
Uji transferabilitas menurut Sugiyono merupakan validitas
eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan
ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana
sampel tersebut diambil (Setyowati, 2011: 74).
3. uji dependabilitas
Pengujian dependabilitas dengan cara menggunakan audit terhadap
seluruh proses penelitian. Dengan cara auditor yang independen atau
pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan aktivitas yang
dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
4. uji konfirmabilitas
Berarti menguji hasil penlitian yang dikaitkan dengan proses yang
telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
hasil penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar konfirmabilitas.
65
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Profil SMP Negeri 5 Salatiga
1. Nama Sekolah :SMP Negeri 5 Salatiga
2. No. Statistik Sekolah / NPSN : 201036203005 / 20328438
3. Tipe Sekolah : -
4. Alamat Sekolah : Jalan Bima Nomor 10
: (Kecamatan) Sidomukti
:(Kabupaten/Kota) Salatiga
:(Propinsi) Jawa Tengah
5.Telepon/HP/Fax :(0298) 321972
6.Status Sekolah :Negeri
7. Nilai Akreditasi : 94 ( A )
2. Visi Dan Misi Sekolah
a. Visi Sekolah
Visi SMP Negeri 5 Salatiga adalah membentuk generasi
muda yang PASTI BISA: Pandai, ber-Akhlak mulia,
66
Santun, Terampil, ber- Iman kepada Tuhan Yang Maha
Esa, Bersih, Indah, Sehat dan Aman dan berwawasan
lingkungan.
Visi sekolah ini sekaligus yel – yel dari seluruh warga
SMP Negeri 5 Salatiga dalam upaya untuk memupuk rasa cinta
dan bangga kepada almamaternya ―SMP Negeri 5 Salatiga
........................ P A S T I B I S A!”
Adapun indikator dalam mewujudkan visi sekolah antara
lain:
1. Meningkatnya prestasi siswa.
2. Meningkatnya etika dan estetika siswa .
3. Meningkatnya kedisiplinan siswa .
4. Meningkatnya kejuaraan di bidang olahraga danseni .
5. Meningkatnya keimanan siswa .
6. Membudayanya pola hidup bersih, indah, sehat, aman,
mencintai dan melestarikan lingkungan.
Sebelum Visi Sekolah ‖ PASTI BISA‖ , SMP Negeri 5
Salatiga telah mempunyai slogan yang selalu menjiwai dan
menyemangati perwujudan Visi Sekolah . Adapun Slogan atau
‖ sesanti ‖ SMP Negeri 5 Salatiga adalah ‖ SANYATA ‖,
sebagai singkatan dari ‖ Sansaya Asri Nengsemake Yen kadulu
Ambabar Tentrem lan Adil ‖ .Sesanti ini terpampang dalam
67
Tugu SMP Negeri 5 Salatiga yang dibangun dihalaman
sekolah .
Apabila dimaknai kata per kata slogan tersebut tidak akan
bermakna dengan benar, karena merupakan filosofi yang luas.
‖Sansaya Asri‖ berarti semakin indah. Indah mempunyai
makna yang sangat luas. Indah bisa berarti sejuk, sejuk
karena lingkungan, sejuk karena berkepribadian baik, sejuk
karena ketertibannya, dan sejuk karena etos kerja yang tinggi,
sejuk karena kerukunannya dan masih banyak pengertian lain
dari sejuk, asri atau indah tersebut.‖Nengsemake‖ berarti
lingkungannya yang sejuk & kondusif , kepribadian warga
sekolah yang baik , ketertiban yang selalu diwujudkan ,
kerukunannya , etos kerja yang tinggi menyenangkan hati atau
membuat orang ‖ kesengsem ‖ .‖Yen kadulu ambabar tentrem
lan adil ‖ artinya apabila dilihat menimbulkan suasana tentram,
tenang , menyenangkan dan adil bermakna tidak terbeda-
bedakan satu dengan yang lainnya yang akan menumbuhkan
belajar yang nyaman untuk para siswa dan kerja bagi bapak
dan ibu guru serta karyawan SMP Negeri 5 Salatiga.Slogan / ‖
sesanti ‖ / Semboyan SMP Negeri 5 Salatiga SANYATA
selain dalam bentuk bangunan Tugu , juga dibuat sebuah lagu
dalam karawitan SMP N 5 Salatiga , dengan judul ‖ SMP 5
Sanyata ‖ .
68
b. Misi Sekolah
1. Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan
ajaran agama sebagai landasan untuk mewujudkan insan
yang beriman dan bertakwa.
2. Melaksanakan pembelajaran yang efektif dan penilaian
secara menyeluruh dan berkesinambungan untuk
mengoptimalkan prestasi akademis siswa.
3. Menanamkan norma dan tata nilai yang sesuai dengan
budaya bangsa Indonesia.
4. Mendayagunakan seluruh potensi sekolah demi
terwujudnya Wawasan Wiyata Mandala, utamanya
optimalisasi pembinaan SDM.
5. Mendorong dan membantu siswa untuk dapat mengenali
potensi dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal.
6. Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, indah, sehat,
dan aman.
c. Tujuan Sekolah
Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan dalam
kurun waktu 4 tahun kedepan, tujuan yang diharapkan tercapai
oleh sekolah pada tahun 2019/2020 adalah :
1) Perolehan Nilai Ujian Nasional rata-rata naik setiap
tahunnya.
69
2) Memiliki kegiatan ekstra kurikuler yang maju dan
berprestasi di segala bidang secara berjenjang.
3) Terwujudnya disiplin yang tinggi dari seluruh warga
sekolah.
4) Terciptanya suasana pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), tanpa takut
salah, dan demokratis.
5) Terwujudnya suasana pergaulan sehari-hari yang
berlandaskan kekeluargaan,keimanan dan ketaqwaan.
6) Terwujudnya manajemen sekolah yang transparan dan
partisipatif, melibatkan seluruh warga sekolah dan
kelompok kepentingan yang terkait.
7) Terciptanya budaya gemar membaca, rasa ingin tahu,
bertoleransi, demokratis,bekerjasama, saling menghargai,
disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, dan mandiri.
8) Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, indah, asri,
aman dan nyaman
B. Analisis Data
1. Implementasi nilai nilai demokrasi dalam proses pembelajaran
Nilai nilai demokrasi adalah nilai yang dibutuhkan dalam
segala aktifitas kehidupan. nilai yang menyetarakan antara hak dan
kewajiban seseorang. Kebebasan setiap manusia untuk berpendapat
dan saling menghargai sesama. Berdasarkan nilai-nilai tersebut,
70
maka dari itu pembelajaran pendidikan agama islam dapat berjalan
dengan baik serta nilai demokrasi diterapkan dengan maksimal.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan Guru kelas 8
Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 5 Salatiga Bapak
Muhammad Arif S.Pd.i, sebagai berikut:
―sebagai seorang pendidik, pengajar, dan pembimbing
sangat diperlukan untuk menerapkan nilai demokrasi di dalam
proses pembelajaran, semua itu dimulai dari diri kita sebagai
seorang guru, karena guru dalam bahasa jawa bisa bermakna
digugu lan ditiru artinya bahwa seorang guru menjadi panutan serta
contoh bagi siswa siswinya dalam bertingkah laku maupun bertutur
kata. Maka dari itu, besar harapan bahwa saya pribadi bisa menjadi
seorang teladan yang baik bagi siswa siswi saya. Menciptakan
kelas yang menyenangkan dan aktif sangat mudah ketika siswa
merasa nyaman dengan guru, dengan begitu pembelajaran bisa
berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran. (wawancara
dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2019).‖
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa guru
Pendidikan Agama Islam kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga berusaha
untuk terus memperbaiki diri agar dapat menjadi contoh yang baik
bagi peserta didiknya sehingga dalam proses pembelajaran tercipta
kelas yang kondusif sesuai dengan apa yang diinginkan atau sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang direncanakan. Kelas yang aktif
menjadi keinginan bagi setiap guru dalam proses pembelajaran.
Maka dari itu penting bagi seorang guru menciptakan pembelajaran
yang nyaman.
Implementasi nilai nilai demokrasi dalam proses
pembelajaran tidak terlepas dari peran besar seorang guru yang
dengan sabar dan tekun dalam mendidik peserta didiknya.
71
Tercapainya tujuan pembelajaran sangat bergantung pada
kemampuan guru dalam mengemas suatu pembelajaran menjadi
pembelajaran yang efektif dan komunikatif. Menciptakan susana
belajar yang nyaman sehingga peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik dan memahami materi yang
disampaikan oleh guru.
Berdasarkan wawancara dengan peserta didik kelas 8 G
SMP Negeri 5 Salatiga yang bernama dengan Zulfa A.M,
menyatakan bahwa :
―Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam suka
bercanda dan baik sehingga pembelajaran sangat menyenangkan,
walaupun suka bercanda, materi pembelajaran dapat tersampaikan
dengan baik. Beliau mengemas pembelajaran dengan memberikan
gambaran tentang kehidupan sehingga dapat menjadi motivasi bagi
kita dalam belajar. Beliau juga menggunakan metode pembelajaran
tanya jawab, diskusi, ceramah, dan pernah juga menggunakan peta
konsep. Sehingga pembelajaran tidak membosankan dan terasa
berlalu dengan cepat. Beliau mengajarkan arti kebersamaan atau
kerjasama dalam proses pembelajaran dengan metode diskusi. Guru
Pendidikan Agama Islam juga memberi kebebasan dalam
brpendapat dan bersikap adil rangka dalam berdiskusi. (wawancara
dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2019).‖
Dari pernyataan tersebut bahwa guru Pendidikan Agama
Islam dalam mengajar sering menggunakan metode tanya jawab,
diskusi, dan ceramah. Guru PAI kelas 8 SMP N 5 Salatiga
merupakan guru yang humoris, sehingga peserta didik tidak merasa
bosan dengan proses pembelajaran. Walaupun menggunakan
metode ceramah, beliau juga mengemasnya dengan
menganalogikan dalam kehidupan nyata, sehingga memotivasi
72
siswa dalam belajar dan memantik rasa penasaran siswa terhadap
setiap materi yang akan disampaikan.
Guru PAI juga menggunakan metode tanya jawab serta
diskusi dalam proses pembelajaran. Dengan metode tanya jawab
dapat menumbuhkan keinginan peserta didik dalam menjawab dan
juga melatih kepercayaan diri peserta didik. Metode tanya jawab
terdapat nilai demokrasi yaitu kebebasan peserta didik dalam
berbicara tetapi juga secara tanggung jawab, maksudnya setiap
jawaban yang dikeluarkan atau diucapkan wajib
dipertanggungjawabkan.
Guru PAI menerapkan metode diskusi guna menciptakan
kerjasama antar peserta didik. Sikap saling menghargai antara
jawaban satu dan yang lainnya, sehingga terbentuklah hasil yang
maksimal dari sebuah tim. Diskusi menjadi metode yang cukup
sering dilakukan oleh guru PAI dalam proses pembelajaran.
Metode metode tersebut sudah merupakan bagian dari
implementasi nilai demokrasi dalam proses pembelajaran
pendidikan agama islam.
Wawancara dengan peserta didik dengan nama Ineza Ayu
kelas 8 A SMP Negeri 5 Salatiga, sebagai berikut:
―menurut saya guru Pendidikan Agama Islam sudah
menerapkan nilai nilai demokrasi dalam proses pembelajaran,
karena guru bersifat adil atau tidak membeda-bedakan antara siswa
yang laki laki atau perempuan, guru juga menghargai pendapat
setiap siswanya, kalaupun ada kesalahan tidak semena-mena di
salahkan, tetapi diluruskan jawabannya.‖
73
Wawancara dengan peserta didik dengan nama La D‘raz
Arrauf Mamora kelas 8 G, sebagai berikut :
―guru Pendidikan Agama Islam dalam menyampaikan
materi selama proses pembelajaran telah menerapkan nilai nilai
demokrasi karena beliau selalu terbuka atas semua pertanyaan dan
jawaban yang dilontarkan oleh siswa siswinya, kami juga jadi
bebas berpendapat, dengan seperti itu nilai demokrasi diterapkan
dengan baik oleh bapak guru. Metode yang digunakan pun juga
menyenangkan, kita jadi lebih fokus dengan pembelajaran. Sesekali
beliau cerita tentang kisah nyata yang beliau alami, jadi kita juga
diperkenankan untuk bertanya tentang setiap kisah yang beliau
ceritakan. (wawancara dilaksanakan pada jumat, 23 Agustus
2019).‖
Dari wawancara terhadap siswa, dapat dikatakan bahwa
proses pembelajaranyang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas
sudah mengandung nilai nilai demokrasi. Guru Pendidikan Agama
Islam bersifat terbuka terhadap setiap pertanyaan dan jawaban yang
diberikan oleh setiap peserta didik. Sehingga peserta didik lebih
percaya diri dan bertanggung jawab terhadap setiap hal yang
dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Peserta didik merasa
bebas dalam berpendapat tetapi tetap bertanggung jawab dan guru
juga bersikap adil terhadap setiap peserta didik dalam proses
diskusi.
Guru pendidikan agama islam memiliki pembawaan yang
humoris dan menyenangkan, sehingga peserta didik merasa
nyaman dengan proses pembelajaran begitu juga dengan gurunya.
Peserta didik tidak merasa ada pemaksaan selama proses
pembelajaran, peserta didik merasa jika pembelajaran Pendidikan
74
Agama Islam berlalu dengan cepat. Peserta didik memiliki kesan
terhadap guru Pendidikan Agama Islam selama proses
pembelajaran berlangsung, penyampaian yang komunikatif dari
guru Pendidikan Agama Islam menjadikan peserta didik paham
akan materi yang disampaikan.
Guru berusaha untuk menjadi seorang suri teladan yang
baik bagi peserta didik. Maka dari itu guru berusaha untuk selalu
memperbaiki diri selama proses pembelajaran. Guru pendidikan
Agama Islam selalu mengajarkan perbuatan yang baik terhadap
peserta didik dengan memberikan contoh contoh sesuai dengan
materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa guru Pendidikan Agama Islam telah
mengimplementasikan nilai nilai demokrasi dengan baik selama
proses pembelajaran berlangsung.
Selama proses pembelajaran implementasi nilai nilai
demokrasi dapat dijabarkan dengan beberapa hal, sebagai berikut :
a. Menghormati pendapat (kebebasan berpendapat)
Kebebasan berpendapat sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran, bahwa setiap orang berhak untuk berbicara dan
menyampaikan pendapatnya. Kebebasan berpendapat harus
berdampingan dengan tanggung jawab yang tinggi atas setiap
jawaban serta pertanyaan yang diajukan. Kebebasan
berpendapat menjadi salah satu implementasi dari nilai nilai
75
demokrasi yang diterapkan oleh guru dalam mengajar.
Berpendapat menjadikan peserta didik memahami bagaimana
sebuah nilai demokrasi dapat berjalan dengan baik, karena
dengan berpendapat peserta didik dapat memahami karakter,
belajar mengahargai, serta menerima perbedaan antara satu dan
yang lainnya.
Kebebasan berpendapat bukan berarti menyalahkan atau
menjudgeseseorang dalam berpendapat. Setiap pendapat yang
benar harus diterima dan diakui kebenarannya, dan setiap
pendapat yang salah dapat diluruskan. Sehingga dengan seperti
itu tercipta kata mufakat antar sesama dalam berpendapat.
Kebebasan berpendapat saat ini perlu dikedepankan dengan
tanggung jawab yang dipikul atas setiap pendapat yang
disampaikan. Untuk membentuk kepercayaan diri seseorang
dalam berpendapat. Maka dari itu, kebebasan berpendapat
menjadi salah satu implementasi nilai nilai demokrasi dalam
proses pembelajaran.
Hasil wawancara dengan siswa kelas 8 B SMP Negeri 5
Salatiga yang bernama Tiara Adhy Putri, sebagai berikut :
―Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
guru menghargai setiap pendapat yang saya atau teman teman
sampaikan, bahkan kita juga bebas dalam berpendapat,
kalaupun kita menjawabnya salah pasti guru akan
meluruskannya. Guru tidak pernah bilang salah terhadap
jawaban yang kita sampaikan, tetapi guru selalu bilang bahwa
jawaban tersebut kurang tepat. Melalui metode tanya jawab,
kita jadi memiliki kesempatan untuk menyampaikan
76
pertanyaan atau menjawab pertanyaan yang beliau berikan.
(wawancara dilaksanakan pada 22 Agustus 2019).‖
Hasil wawancara dengan peserta didik yang bernama Esti
Adelia Rezalfa kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga, sebagai berikut:
―Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam guru
selalu memberikan kesempatan serta kebebasan berpendapat
bagi setiap siswanya, guru Pendidikan Agama Islam
menghargai jika ada jawaban yang salah atau tidak tepatt. Guru
Pendidikan Agama Islam memberikan kesempatan yang luas
setiap siswanya untuk menyampaikan setiap saran dan kritik
terhadap pembelajaran, bahkan jika kita merasa bosan beliau
juga dapat memahami hal tersebut, kemudian beliau merubah
pembelajaran dengan pembelajaran yang menyenangkan.
(wawancara dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2019).‖
Hasil wawancara dengan guru pendidikan Agama Islam
bapak Muhammad Arif, S.Pd.I, sebagai berikut :
―proses pembelajaran yang berlangsung selalu berlangsung
terbuka, maksudnya saya berusaha memberikan kesempatan
terhadap siswa untuk berpendapat dalam setiap materi yang
saya berikan. Metode yang saya berikan juga mengedepankan
pendapat pendapat dari anak anak, dengan tanya jawab dan
memperbanyak diskusi diantara mereka. Setiap pendapat yang
dilontarkan oleh siswa tidak sepenuhnya salah, hanya saja
terkadang kurang tepat, sehingga disitulah tugas saya untuk
meluruskannya. Tidak hanya dalam proses pembelajaran
dengan saya saja, namun juga ketika anak anak sedang
berdiskusi dengan teman temannya, saya selalu mengingatkan
untuk menghargai pendapat serta hasil dari diskusi tersebut.
(wawancara dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2019).‖
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam selalu memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk menyampaikan
pendapatnya dan bertanya, ini merupakan bagian dari
kebebasan berpendapat dalam implementasi nilai nilai
77
demokrasi dalam proses pembelajaran. Saling menghargai
pendapat antara peserta didik satu dengan yang lainnya guna
membangun komunikasi yang baik antar teman. Kebebasan
berpendapat akan membentuk rasa tanggung jawab dan
pervaya diri peserta didik dalam menyatakan pendapatnya.
Guru tidak melakukan judgement terhadap pendapat yang
salah atau kurang tepat dari peserta didik. Tetapi guru berusaha
meluruskan pendapat tersebut, dengan seperti itu peserta didik
merasa nyaman dan terbuka dengan setiap apa yang ingin
disampaikan.
b. Toleransi
Toleransi merupakan suatu sikap yang harus diterapkan
dalam segala dan sisi dalam kehidupan. Toleransi menjunjung
tinggi hak hak sesama manusia, yaitu hak untuk belajar, hak
berpendapat, hak untuk beragama, hak mendapat kasih sayang,
hak mendapat perlakuan yang adil dan hak hak yang lainnya.
Toleransi memiliki makna yang lebih luas. Toleransi juga
sering dikaitkan dengan toleransi dalam beragama. Tetapi
toleransi tidak hanya perihal agama, tetapi juga toleransi dalam
kehidupan sehari hari. Dalam demokrasi, toleransi menjadi
salah satu nilai yang penting untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran, agar tercipta kelas yang demokratis.
78
Hasil wawancara dengan peserta didik yang bernama Hugo
Afif A kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga, sebagai berikut:
―proses pembelajaran sangat enak, guru Pendidikan Agama
Islam tidak pernah membeda bedakan kami siswa pintar atau
bodoh, atau siswa laki laki dan perempuan. Jadi saya juga tidak
pernah memilih milih dalam berteman dan tidak membeda
bedakannya antara laki laki serta perempuan. (wawancara
dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2019).‖
Hasil wawancara dengan peserta didik yang bernama Sindi
Anggraeni kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga, sebagai berikut :
―guru Pendidikan Agama Islam tidak pernah membeda
bedakan siswa yang pintar dan bodoh, semua diperlakukan
sama oleh guru Pendidikan Agama Islam. (wawancara
dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2019).‖
Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam
kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga bapak Muhammad Arif, S.Pd.I,
sebagai berikut :
―Dalam proses pembelajaran saya tidak membeda bedakan
antara siswa yang laki laki ataupun perempuan, yang pintar
ataupun bodoh. Karena saya merasa bahwa mereka sekolah di
SMP Negeri 5 Salatiga ini dititipkan kepada kita yaitu guru,
jadi tugas kita untuk mendidiknya dan menjadi orang tuanya
ketika di sekolah. Bahkan mereka yang berbeda agama pun
tetap menjadi tanggung jawab kita sebagai seorang guru.
Ketika di kelas seorang guru haruslah objektif dalam
memandang siswa siswinya, jadi yang kita amati adalah
bagaimana sikap, tingkah laku, serta tutur katanya. (wawancara
dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2019).‖
Jadi dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa nilai toleransi menjadi salah satu nilai yang penting
dalam proses pembelajaran. Penanaman nilai toleransi
menjadikan peserta didik dapat menghargai antar sesama
79
teman dalam bergaul, berbicara, berdiskusi, ataupun dalam
kegiatan yang lain. Peserta didik merupakan titipan dari orang
tua yang diberikan kepada sekolah dengan bantuan guru untuk
dididik, dibimbing, dan diarahkan agar menjadi pribadi yang
lebih baik lagi dari sebelumnya. Dengan seperti itu, guru
memiliki kewajiban untuk menanamkan nilai toleransi
terhadap setiap peserta didik, agar nilai demokrasi dapat
diterapkan dengan baik dalam proses pembelajaran.
c. Kebebasan berkelompok
Kebebasan berkelompok merupakan hak bagi setiap orang.
Manusia adalah makhluk sosial, mereka memiliki naluri untuk
hidup secara berkelompok sebagai makhluk sosial. Kebebasan
berkelompok diterapkan dalam lingkup keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Hasil wawancara dengan peserta didik yang bernama
Sukma Mardanil S kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga, sebagai
berikut :
―Selama proses pembelajaran, guru memberikan kami
kesempatan untuk berkelompok dan berdiskusi dengan teman
teman yang lain perihal materi yang disampaikan oleh guru,
tetapi masih dalam pengawasan guru di dalam kelas.
(wawancara dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2019).‖
Hasil wawancara dengan peserta didik yang bernama
Syahid Al Aziz kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga, sebagai
berikut:
80
―Guru memberikan arahan kepada kami untuk berkelompok
dengan teman teman yang lain melalui arahan yang diberikan
secara adil. (wawancara dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus
2019).‖
Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam
SMP Negeri 5 Salatiga bapak Muhammad Arif, S.Pd.I, sebagai
berikut :
―saya memberikan kesempatan bagi semua siswa untuk
membentuk kelompok ketika berdiskusi sesuai dengan mereka
yang diinginkan, tetapi tetap dalam pengawasan saya. Dan
saya selalu ingatkan mereka untuk adil kepada setiap teman
temannya. Jika ada yang tidak memperoleh kelompok maka
saya akan berusaha mengarahkannya untuk masuk ke
kelompok lain. (wawancara dilaksanakan pada tanggal 22
Agustus 2019).‖
Dapat disimpulkan bahwa guru memberikan kebebasan
penuh kepada siswa untuk berkelompok secara adil dan tidak
membeda bedakan antara teman yang satu dan yang lainnya.
Agar setiap peserta didik merasakan hal yang sama. Kebebasan
berkelompok merupakan nilai demokrasi yang harus
dikedepankan dalam implementasi nilai demokrasi agar
terbentuk kelas yang demokratis.
d. Percaya diri
Percaya diri merupakan sikap yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat dan dilatih dalam kehidupan
sehari-hari. Kepercayaan diri dalam proses pembelajaran
sangat penting guna mengurangi ketergantungan pada orang
lain. Kepercayaan diri yang sudah terbentuk kokoh dalam diri
81
seseorang akan menjadikan seseorang yakin dalam setiap
tindakan yang dilakukannya.
Hasil wawancara dengan peserta didik kelas 8 SMP Negeri
5 Salatiga yang bernama Febry Valentine, sebagai berikut :
―Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
guru sering memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menjawab setiap pertanyaan yang diberikan atau soal soal.
(wawancara dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2019).‖
Hasil wawancara dengan peserta didik yang bernama
Yuliana kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga, sebagai berikut :
―Selama proses pembelajaran kami diberi kepercayaan
untuk membentuk kelompok, berdiskusi, dan menyampaikan
hasil diskusi di depan kelas. Hal tersebut dapat menumbuhkan
rasa kepercayaan diri kami sebagai peserta didik. (wawancara
dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2019).‖
Hasil wawancara dengan guru pendidikan Agama Islam
SMP Negeri 5 Salatiga bapak Muhammad Arif, S.Pd.I, sebagai
berikut :
―saya sebagai seorang pendidik memiliki tugas untuk
menumbuhkan kepercayaan diri siswa, yaitu saya sering
meminta mereka untuk presentasi ke depan atau menjawab
setiap pertanyaan yang saya ajukan.‖
Jadi kesimpulan dari wawancara tersebut adalah bahwa
guru berusaha untuk menumbuhkan kepercayaan diri peserta
didik, dengan berdiskusi, menjawab setiap soal dan
pertanyaan. Memecahkan masalah yang hadir dalam setiap
proses pembelajaran. Hal tersebut dapat membentuk
kepercayaan diri peserta didik dalam belajar.
82
e. Kerjasama dengan sesama
Kerjasama (teamwork) adalah proses berdiskusi, belajar
bersama, atau mengerjakan sesuatu secara bersama sama
secara adil.
Hasil wawancara dengan peserta didik yang bernama Diana
Rizal Suryadewi kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga, sebagai
berikut :
―Guru selalu memberi kami kesempatan untuk kerjasama
dengan teman-teman yang lainnya dalam materi, atau
bermusyawarah. (wawancara dilaksanakan pada tanggal 22
Agustus 2019).‖
Hasil wawancara dengan peserta didik yang bernama Anifa
Nisa Kirani kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga, sebagai berikut :
―saat pembelajaran kami sering berdiskusi untuk
menyelesaikan serta memahami materi yang diberikan, kami
juga membagi tugas kami di dalam kelompok tersebut.
(wawancara dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2019)‖
Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam
SMP Negeri 5 Salatiga bapak Muhammad Arif, S.Pd.I, sebagai
berikut :
―Dalam memperdalam materi, saya sering meminta siswa
untuk berdiskusi dengan teman yang lainnya, untuk
membentuk kelompok, dan bekerjasama dalam menyelesaikan
tugas yang saya berikan. (wawancara dilaksanakan pada
tanggal 22 Agustus 2019).‖
Jadi peneliti menyimpulkan bahwa proses belajar mengajar
tercipta kerjasama yang bagus antar peserta didik. Dengan
adanya kerjasama yang bagus dari setiap peserta didik
83
diharapkan akan terwujud pula tujuan pembelajaran sesuai apa
yang diinginkan.
2. Implementasi Nilai Nilai Demokrasi dalam Rancangan
Pembelajaran
Berdasarkan hasil observasi terhadap perangkat
pembelajaran yang dibuat oleh guru Pendidikan Agama Islam kelas
8 SMP Negeri 5 Salatiga yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Dilihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bahwa nilai nilai
demokrasi dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
telah menerapkannya serta dapat ditunjukkan dari desain
pembelajaran yang ada di kelas, metode dan cara guru
menyampaikan materi guna memahamkan peserta didik. Guru
sering menggunakan metode tanya jawab dan diskusi, dimana
kedua metode ini memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
berkembang, dan berusaha mempersiapkan diri dengan jawaban
jawaban atau pertanyaan yang diajukan. Metode diskusi
mendorong peserta didik untuk lebih percaya diri dalam
bekerjasama dan menyampaikan pendapatnya.
Guru menggunakan metode yang bervariasi dalam
mendesain sebuah proses pembelajaran, diantaranya ceramah,
diskusi, tanya jawab, peta konsep (mind mapping), dan penugasan.
Dari beberapa metode tersebut mencerminkan nilai nilai demokrasi.
Membentuk kepercayaan diri peserta didik melalui metode diskusi
84
dan tanya jawab. Peserta didik belajar untuk menghargai pendapat
orang lain dan bekerjasama melalui metode diskusi. Menghormati
orang lain melalui metode ceramah ketika guru sedang menjelaskan
di depan. Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan percaya
diri akan jawabannya serta menumbuhkan toleransi peserta didik
melalui metode penugasan.
Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam kelas 8
SMP Negeri 5 Salatiga bapak Muhammad Arif, S.Pd.I, sebagai
berikut :
―setiap metode atau pun desain pembelajaran yang saya
gunakan berusaha tetap untuk mencantumkan juga menerapkan
nilai nilai demokrasi di dalamnya. Karena begitu penting nilai
demokrasi diterapkan pada anak anak seusia mereka agar mereka
dapat menghargai dan menghormati orang lain juga. (wawancara
dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2019).‖
Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa dari rencana
pelaksanaan pembelajaran guru pendidikan Agama Islam telah
menerapkan nilai nilai demokrasi di dalamnya. Guru selalu
menggunakan metode yang variatif dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran. Selanjutnya, guru akan menerapkan apa yang telah
direncanakan untuk pembelajaran dengan menerapkan nilai nilai
demokrasi dalam proses pembelajaran.
3. Implementasi nilai-nilai demokrasi dalam kurikulum Pendidikan
Agama Islam
Menurut Arifin kurikulum adalah sebagai seluruh bahan
pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam
85
suatu sistem institusional pendidikan (Nurmadiah, 2014 :43).
Kurikulum pendidikan agama islam secara khusus dijabarkan
dalam KI dan KD yang kemudian diturunkan dalam bentuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Kurikulum pendidikan agama islam juga memuat
pendidikan demokrasi di dalamnya. Kurikulum 2013 mengajarkan
adanya interaksi dalam proses pembelajaran sehingga manusia
sebagai makhluk sosial yang tidak bisa jauh dari manusia yang lain.
Nilai demokrasi akan terbentuk dalam kehidupan sosial tersebut
dan dalam pergaulan sesama. Bentuk demokrasi yang diajarkan
dalam kurikulum 2013 adalah gotong royong, kerjasama, serta
toleransi terhadap sesama, dan damai yang dimaknai dengan
peduli.
4. Faktor Faktor Dendorong Dan Penghambat Dalam Implementasi
Nilai Nilai Demokrasi Dalam Proses Pembelajaran
a. Faktor pendorong
Berdasarkan hasil penelitian bahwa faktor yang
mendorong implementasi nilai nilai demokrasi dalam
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 5 Salatiga tahun pelajaran 2019/2020, meliputi :
1) Sarana Prasarana
Dalam setiap proses pembelajaran tidak terlepas
dari peran seorang guru yang kreatif, inovatif, dan
86
komunikatif dalam mengemas pembelajaran. Dibalik
peran guru salah satunya ada sarana prasarana yang
mendukung guru untuk mengemas pembelajaran.
Sarana prasana menjadi hal yang penting guna
mengoptimalkan penyampaian materi oleh guru. Tetapi
bukan berarti tanpa sarana prasarana, seorang guru
tidak dapat melaksanakan pembelajaran, karena
seorang guru haruslah profesional dalam bidangnya.
Menurut hasil wawancara dengan guru Pendidikan
Agama Islam SMP Negeri 5 Salatiga bapak
Muhammad Arif, S.Pd.I, sebagai berikut :
―sarana prasarana yang ada dalam sekolah ini sangat
mendukung saya dan anak anak dalam proses
pembelajaran. Sekolah memiliki sarana prasarana yang
lengkap, sehingga memudahkan dalam proses
pembelajaran. Apalagi dengan adanya kemajuan
zaman, sarana prasarana pun ikut berkembang sesuai
dengan zaman. (wawancara dilaksanakan pada tanggal
22 Agustus 2019).‖
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sarana prasarana yang ada di
sekolah sangat mendukung pembelajaran, dengan
kemajuan zaman sarana prasarana pun ikut
berkembang. Guru berusaha menjadi kreatif sesuai
dengan sarana prasarana yang ada dan materi yang
disampaikan. Sarana prasarana yang sering digunakan
adalah papan tulis dan spidol, buku paket sebagai
87
pedoman serta referensi dalam proses pembelajaran.
Metode yang digunakan oleh guru dapat tersalurkan
melalui sarana prasaran yang ada. Sehingga
pembelajaran menjadi menyenangkan dan peserta didik
merasa nyaman selama proses pembelajaran.
2) Pendidik
Pendidik atau guru adalah seorang yang berjasa
dalam pembelajaran atau secara lingkup umum
pendidikan. Pendidik menjadi faktor terbesar peserta
didik dalam memahami materi atau dalam proses
pembelajaran. Pendidik diharuskan kreatif, inovatif,
dan komunikatif dalam pembelajaran. Dengan begitu
peserta didik merasa aman dan nyaman terhadap guru.
Hasil wawancara dengan peserta didik kelas 8 SMP
Negeri 5 Salatiga yang bernama Daffa Ilhamsyah,
sebagai berikut :
―guru Pendidikan Agama Islam asyik,
menyenangkan. Guru tidak terlalu galak dan tidak
lemah lembut pula dalam proses pembelajaran.
(wawancara dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus
2019).‖
Hasil wawancara dengan peserta didik kelas 8 SMP
Negeri 5 Salatiga yang bernama Zendy Musfi
Ramadhan, sebagai berikut :
―guru Pendidikan Agama Islam cukup ramah dan
lucu dalam mengajar. sehingga saya tidak bosan dalam
88
proses pembelajaran. (wawancara pada tanggal 22
Agustus 2019).‖
Berdasarkan wawancara tersebut, dapat disimpulkan
humoris bahwa guru Pendidikan Agama Islam
memiliki sifat dalam pembelajaran, sehingga peserta
didik merasa nyaman dan tidak bosan selama proses
pembelajaran. Walaupun guru memiliki sifat yang
humoris, guru tetap bersikap tegas dalam proses
pembelajaran. Sehingga peserta didik tidak
menyepelekan pelajaran.
3) Budaya di sekolah
Budaya di sekolah suatu kebiasaan yang
dilaksanakan secara berulang ulang. Budaya tersebut
menjadi suatu budaya yang baik. Adanya interaksi yang
baik antar peserta didik ataupun guru dengan peserta
didik. Sekolah sebagai rumah belajar bagi anak harus
menciptakan lingungan yang kondusif yang nyaman
bagi anak dan untuk setiap anggota sekolah.
Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam
kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga bapak Muhammad Arif,
S.Pd.I, sebagai berikut :
―Budaya yang diangkat oleh SMP Negeri 5 Salatiga
adalah budaya adil dan jujur, setiap sikap yang baik
dapat dijadikan pedoman serta menjadi karakter bagi
anak anak. Disiplin yang tinggi sangat diperlukan guna
89
membentuk karakters siswa. (wawancara dilaksanakan
pada tanggal 22 Agustus 2019).‖
Budaya sekolah merupakan suatu yang baik yang
diangkat di dalam sekolah. sekolah memiliki suatu
budaya yang menjadi ciri khas dalam bertindak dan
bertutur kata. Budaya sekolah yang baik akan
menciptakan proses pembelajaran yang kondusif serta
efektif.
b. Faktor penghambat
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di
SMP Negeri 5 Salatiga mengenai implementasi nilai nilai
demokrasi dalam proses pembelajaran pendidikan Agama
Islam, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
beberapa faktor penghambat dari penerapan implementasi
nilai-nilai demokrasi, diantaranya adalah :
1) Kurangnya motivasi belajar dalam diri siswa
Motivasi belajar hadir karena diri sendiri bisa juga
karena motivasi dari orang lain. Motivasi belajar sangat
diperlukan oleh peserta didik guna menambah
semangat dalam belajar atau menuntut ilmu. Motivasi
belajar terbesar memang ada dalam diri pribadi, oleh
karena itu membangun keinginan dalam belajar sangat
dibutuhkan.
90
Wawancara dengan peserta didik kelas 8 SMP
Negeri 5 Salatiga yang bernama Ghiran Aerul Nur
Akbar, sebagai berikut:
―Terkadang saya jika sedang pelajaran tidak fokus
karena mengantuk, sehingga tidak ada motivasi belajar
dalam diri saya. Walaupun guru terkadang sudah
memotivasi saya untuk terus belajar. (wawancara yang
dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2019).‖
Wawancara dengan peserta didik kelas 8 SMP
Negeri 5 Salatiga yang bernama Febrian Firdaussyah,
sebagai berikut :
―Jika sedang belajar terkadang saya malas dan tidak
memiliki motivasi untuk belajar. Karena saya laper
ketika di kelas. Dan kelas Pendidikan Agama Islam ada
di jam terakhir, jadi juga perut sudah tidak
terkondisikan. (wawancara dilaksanakan pada tanggal
23 Agustus 2019).‖
Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam
kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga bapak Muhammad Arif,
S.Pd.I, sebagai berikut :
―Siswa terkadang tidak memiliki motivasi untuk
belajar karena jam jam Pendidikan Agama Islam berada
di akhir pelajaran. Mereka juga mengeluh ngantuk
ketika saya sedang menjelaskan, padahal ada beberapa
materi yang seharusnya memang dikemas dengan
bercerita. Saya juga mengatasinya dengan memberikan
ice breaking dan membukanya dengan cerita cerita
yang sekiranya menarik bagi mereka. (wawancara
dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2019).‖
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar terbesar berada pada diri peserta didik,
tetapi membangun motivasi peserta didik untuk belajar
91
merupakan tugas dari seorang guru. Guru tidak habis
habisnya berusaha untuk membangun dan memberikan
motivasi belajar kepada peserta didik. Agar peserta
didik dapat tertarik mendengar materi dan memahami
materi yang disampaikan oleh guru.
2) Alokasi waktu pembelajaran
Alokasi waktu pembelajaran sangat dibutuhkan oleh
guru dalam mengatur dan mendesain sebuah
pembelajaran. Setiap mata pelajaran yang disampaikan
oleh guru harus sesuai dengan alokasi waktu yang
diberikan oleh pihak sekolah untuk setiap mata
pelajaran.
Wawancara dengan peserta didik kelas 8 SMP
Negeri 5 Salatiga yang bernama Ahmad Fadillah,
sebagai berikut :
―waktu pelajaran Pendidikan Agama Islam
sebenarnya ada 3 jam tetapi terkadang saya merasa
kekurangan waktu untuk belajar, karena waktu berlalu
begitu cepat dan terkadang terjadi pemindahan kelas
dari kelas asal ke masjid sebagai tempat pembelajaran.
(wawancara dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus
2019).‖
Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama
Islam kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga bapak
Muhammad Arif, S.Pd.I, sebagai berikut :
―Waktu pembelajaran Pendidikan Agama Islam
sebenarnya ada 3 jam pelajaran setiap pekannya tetapi
untuk event atau tanggal tanggal peringatan biasanya
92
jam kelas akan dipotong. Terkadang juga ada beberapa
kelas yang mengalami perpindahan dari kelas asal ke
masjid. Tetapi saya berusaha memaksimalkan pelajaran
dari waktu yang sedikit berkurang tersebut. (wawancara
dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2019).‖
Jadi kesimpulan dari wawancara diatas adalah
bahwa tidak maksimalnya pembelajaran karena alokasi
waktu kurang. Peserta didik terkadang harus
memindahkan kelasnya untuk setiap pelajaran PAI.
Guru selalu memiliki cara untuk memaksimalkan
pembelajaran dari waktu yang sedikit tersebut.
5. Cara Mengatasi Hambatan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
a. Memotivasi siswa
Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam
kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga bapak Muhammad Arif, S.Pd.I,
sebagai berikut :
―Setiap pembelajaran yang berlangsung saya berusaha
memberikan motivasi sebagai semangat yang positif untuk
membentuk pribadi siswa dalam belajar. Terkadang dengan
memberikan kisah kisah nyata yang lucu juga untuk
membangun mood siswa dalam belajar. (wawancara
dilaksanakan pada 22 Agustus 2019).‖
Berdasarkan pada wawancara di atas peserta didik merasa
bersemangat ketika guru menceritakan kisah nyata. Guru juga
harus bersifat humoris guna membangun semangat peserta
didik dalam belajar. Dengan adanya motivasi belajar dan
93
berdasarkan kisah nyata, maka peserta didik akan merasakan
semangatnya pula ketika belajar.
b. Memaksimalkan pembelajaran
Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam
kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga bapak Muhammad Arif, S.Pd.I,
sebagai berikut :
―saya berusaha untuk memaksimalkan pembelajaran
seberapapun waktu yang diberikan atau yang ada. Dengan
menggunakan metode dan media yang ada dan sesuai
dengan jam pelajaran yang ada. Terkadang saya juga
memberikan tugas untuk mengembangkan kemapuan anak
dalam mengerjakan soal pada materi tersebut. (wawancara
dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2019).‖
Jadi berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwa, guru selalu berusaha memaksimalkan waktu dengan
jam pelajaran yang ada. Dengan memberikan metode yang
sesuai dan media yang ada. Guru juga memberikan tugas
sebagai tambahan pemahaman peserta didik mengenai
materi yang telah disampaikan.
Pembahasan
1. Implementasi Nilai-Nilai Demokrasi Dalam Proses Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Implementasi nilai nilai demokrasi dalam proses
pembelajaran pendidikan agama islam berjalan dengan maksimal
karena beberapa faktor pendukung yang ada. Implementasi nilai
nilai demokrasi yang ada dalam SMP Negeri 5 Salatiga diantaranya
94
adalah 1) kebebasan berpendapat. Yaitu setiap peserta didik
memiliki hak untuk berpendapat dan bertanya. Dengan
menyampaikan penndapatnya setiap peserta didik memiliki
tanggung jawab atas segala pertanyaan dan jawaban yang
diberikan. 2) toleransi. Setiap peserta didik belajar untuk
bertoleransi dengan perbedaan yang ada di antara teman temannya.
Toleransi dalam perbedaan, tidak membeda bedakan yang berkulit
putih dengan hitam, yang pintar dan yang bodoh. Begitupun guru,
guru bersikap adil dan memberikan contoh yang baik dalam
memperlakukan peserta didiknya. 3) kebebasan berkelompok.
Setiap peserta didik bebas dalam memilih kelompok dalam
berdiskusi tetapi tetap dalam pengawasan dan arahan yang
diberikan oleh guru. Guru menghargai setiap kelompok yang
dibentuk oleh peserta didik. 4) percaya diri. Percaya diri salah
satunya dibentuk melalui metode yang diberikan oleh guru di
dalam kelas. Guru tidak menyalahkan setiap jawaban yang
diberikan oleh peserta didik, dengan begitu kepercayaan diri
seorang peserta didik akan terbentuk dengan sendirinya. 5)
kerjasama (timwork). Dapat dibentuk melalui metode diskusi
bagaimana peserta didik membagi tugas dengan temannya.
Bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Nilai nilai demokrasi perlu dikembangkan di sekolah untuk
mewariskan nilai nilai positif guna menghadapi tantangan zaman
95
saat ini. Budaya yang senantiasa keluar masuk pada era globalisasi,
mengharuskan sekolah sebagai lembaga pendidikan untuk
menguatkan karakter peserta didik dengan menerapkan nilai nilai
demokrasi. Sekolah menjadi lembaga pendidikan yang melahirkan
manusia manusia yang profesional dan kuat guna menghadapi
tantangan zaman.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mengemban
tugas untuk menerapkan nilai nilai demokrasi dalam lingkungan
sekolah dan proses pembelajaran. Demokrasi dilingkungan sekolah
dan lingkup pemerintahan tidaklah sama, hanya secara esensinya
saja yang sama. Makna demokrasi pada lingkungan sekolah yaitu
membawa semangat serta nilai nilai demokrasi pada proses
pembelajaran, pengelolaan, serta evaluasi dalam lingkup sekolah.
Demokrasi juga terkait dengan proses pembelajaran yang ada pada
lingkup sekolah, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar serta
kualitas dalam diri peserta didik.
2. Faktor Pendorong Dan Faktor Penghambat Dalam Implementasi
Nilai Nilai Demokrasi Dan Cara Mengatasi Hambatan Dalam
Pelaksanaan Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Sekolah merupakan sarana bagi peserta didik dalam
menimba ilmu. Sekolah bisa menjadi perantara bagi peserta didik
dan guru dalam menerapkan nilai-nilai demokrasi di lingkungan
sekolah. lebih dari itu, ada tempat yang lebih khusus untuk
96
menerapkan nilai nilai demokrasi, yaitu kelas. Kelas merupakan
suatu tempat dan sarana dimana peserta didik dapat menerapkan
nilai nilai demokrasi secara khusus dalam sebuah proses
pembelajaran.
Kelas yang baik untuk menerapkan nilai demokrasi adalah
kelas yang ketika kenyamanan kelas, kejujuran di dalam kelas,
pendapat di dalam kelas, persahabatan antar peserta didik, dan
pembelajaran di dalam kelas berjalan dengan efektif dan kondusif.
Membangun hubungan antara peserta didik dan peserta didik, guru
dengan peserta didik, dan guru dengan guru, guna membentuk
komunikasi dan interaksi yang baik.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa fakor yang
mendukung implementasi nilai nilai demokrasi di sekolah di
antaranya adalah 1) sarana prasarana. Sarana prasarana merupakan
salah satu hal yang mendukung proses pembelajaran di dalam
kelas. Sarana prasarana yang baik juga akan mendukung
pembelajaran menjadi baik dan menarik. Sarana prasarana yang
ada yaitu diantaranya, peta konsep, papan tulis, dan spidol yang
sering digunakan oleh guru di dalam kelas. Guru menjadi kreatif
dan inovatif dalam menyajikan pembelajaran. Sehingga peserta
didik tidak merasa jenuh dengan proses pembelajaran yang
dikemas oleh guru. 2) Pendidik. Guru merupakan seorang
pendidik, keberhasilan sebuah proses pembelajaran tidak jauh dari
97
peran seorang guru. Bagaimana guru mengemas suatu
pembelajaran, memberikan motivasi terhadap peserta didik. Guru
menjadi suri tauladan bagi peserta didik yang lainnya. Guru yang
humoris dan menyenangkan akan membuat peserta didik betah
berlama lama selama proses pembelajaran. 3) Budaya sekolah.
Budaya yang dianut oleh di SMP Negeri 5 Salatiga menekankan
pada budaya adil, jujur, dan kedisiplinan terhadap sesama. Adil
merupakan sikap yang harus ditaati oleh setiap anggota sekolah,
guna membangun karakter peserta didik. Jujur diterapkan pula
pada setiap anggota sekolah, untuk membentuk sifat peserta didik
dalam bertindak dan bertutur kata. Kedisiplinan adalah salah satu
sikap yang ditekankan pada peserta didik untuk membentuk
kepribadian peserta didik. Guru harus memberikan teladan yang
baik bagi setiap peserta didik.
Sedangkan faktor penghambat implementasi nilai nilai
demokrasi antara lain 1) Motivasi belajar yang kurang dalam diri.
Motivasi belajar hadir dalam diri peserta didik. Guru memiliki
tugas untuk membentuk motivasi peserta didik dalam belajar.
Peserta didik dapat termotivasi dalam belajar ketika guru
menceritakan kisah kisah nyata yang sesuai dengan materi yang
disampaikan. Pembawaan guru yang humoris dan menyenangkan
mambuat peserta didik juga semangat dalam belajar. 2) alokasi
waktu. Waktu pembelajaran sudah ditentukan dari sekolah 3 jam
98
pelajaran setiap pekannya. Alokasi waktu yang tidak banyak
menjadikan guru berusaha memaksimalkan setiap pembelajaran
yang dilakukan. Alokasi waktu dapat menjadi faktor penghambat
dikarenakan, waktu pembelajaran pendidikan agama islam
terpotong dengan kegiatan kegiatan yang ada di sekolah dan
perpindahan ruang belajar, dari ruang kelas asal ke masjid.
Menerapkan nilai nilai demokrasi tidak hanya dilakukan
dalam proses pembelajaran saja, tetapi juga dalam lingkungan
sekolah secara umum. Budaya demokrasi Bangsa Indonesia perlu
untuk diwariskan kepada generasi muda, agar paham bagaimana
harus bertindak dan bertutur kata dengan sikap demokratis saat ini.
Pada zaman modern juga harus menerapkan nilai nilai demokrasi
guna membekali diri untuk tetap melestarikan budaya budaya baik
yang ada pada nilai demokrasi ini. Sekolah sebagai tempat belajar
bagi peserta didik wajib memberikan dan menerapkan budaya
demokrasi kepada peserta didik.
Guru sebagai seorang pendidik memiliki tugas untuk
memberikan yang terbaik bagi peserta didik, perihal bertutur kata
juga dalam berperilaku atau bertindak. Untuk itu, sebagai seorang
guru harus senantiasa memperbaiki diri ke arah yang lebih baik,
karena figur seorang guru akan menjadi contoh atau menjadi suri
teladan yang baik bagi peserta didiknya. Memposisikan diri untuk
memandang objektif kepada seluruh peserta didik, karena seorang
99
guru haruslah bersikap adil kepada seluruh peserta didiknya.
Memberikan reward dan punishmentyang sesuai dan adil terhadap
peserta didik, sebagai proses pembelajaran yang baik bagi peserta
didik.
100
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Nilai nilai demokrasi yang diterapkan dalam proses pembelajaran PAI
kelas 8 SMP Negeri 5 Salatiga tahun pelajaran 2019/2020, diantaranya
adalah nilai nilai kebebasan berpendapat, toleransi, percaya diri,
kebebasan berkelompok, kerjasama (teamwork). Metode yang
digunakan adaah metode diskusi, tanya jawab, ceramah, penugasan,
dan peta konsep. Metode pembelajaran yang diterapkan memberikan
kesempatan untuk anak mengembangkan kemampuan dirinya
memperluas pengetahuan tentang materi yang disampaikan oleh guru.
2. Faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam implementasi nilai
nilai demokrasi dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMP Negeri 5 Salatiga serta cara mengatasi hambatan yang ada
dalam proses pembelajaran, yaitu :
a. Faktor pendorong
Faktor pendorong nilai imlementasi nilai nilai demokrasi dalam
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu: 1) sarana
prasarana. Sarana prasarana yang mendukung guru dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu spidol, papan tulis,
buku referensi, dan peta konsep menggunakan kertas lipat. 2)
101
pendidik. Guru adalah seorang pendidik, yang menjadi contoh
bagi peserta didik. Menjadi guru haruslah kreatif dan inovatif. 3)
budaya sekolah. Budaya yang ditanamkan di SMP Negeri SMP N
5 Salatiga adalah budaya adil, jujur, dan disiplin yang tinggi.
b. Faktor penghambat
Faktor penghambat implementasi nilai nilai demokrasi dalam
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu 1)
kurangnya motivasi dalam diri. Motivasi yang kurang dari peserta
didik karena peserta didik merasa tidak fokus dengan keadaan
jam pelajaran yang diakhirkan. 2) alokasi waktu. Alokasi waktu
yang sering terpotong dengan kegiatan kegiatan sekolah dan
perpindahan kelas dari kelas asal ke masjid menjadikan proses
pembelajaran yang kurang maksimal.
c. Cara mengatasi hambatan
Cara mengatasi hambatan implementasi nilai demokrasi dalam
proses pembelajaran, 1) guru memberikan motivasi peserta didik
dengan menciptakan pembelajaran yang kisah hidup yang
membangkitkan semangat. 2) Guru berusaha untuk maksimal
waktu dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode
yang sesuai dengan materi dan jam pelajaran yang ada.
102
B. Saran
Saran yang dapat peneliti berikan terkait dengan hasil penelitian
terbagi menjadi 3 hal, yaitu:
1. Guru Pendidikan Agama Islam
Proses pembelajaran hendaknya dilakukan dengan metode dan
media yang lebih variatif, terlebih sarana prasaran dari sekolah juga
memadai untuk mendesain proses pembelajaran sehingga anak merasa
tidak bosan selama proses pembelajaran berlangsung. Guru
Pendidikan Agama Islam memberikan kesempatan kepada peserta
didik yang kurang aktif untuk ikut andil dalam diskusi pada proses
pembelajaran. Dan guru memberikan reward kepada peserta didik
yang telah memberanikan diri untuk aktif di dalam kelas. Guru
Pendidikan Agama Islam memaksimalkan waktu yang ada untuk
menyampaikan materi kepada peserta didik dengan alokasi waktu
yang ada menggunakan metode yang sesuai dengan materi.
2. Sekolah
Sekolah menjalin kerjasama yang baik dengan keluarga peserta
didik (orang tua) untuk menumbuhkan dan menerapkan nilai nilai
demokrasi dalam keluarga. Karena pembelajaran yang pertama adalah
dari keluarga. Keberhasilan implementasi nilai nilai demokrasi dalam
proses pembelajaran tidak terlepas dari peran orangtua yang
membantu peserta didik untuk terus mengerti dan menerapkan nilai
nilai demokrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agostiono, Implementasi Kebijakan Publik Model Van Meter dan Van Horn.
http//kertyawirtaradyawordpress, diakeses pada tanggal 20 Agustus 2019.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT
Rineka Cipta: Jakarta.
Assegaf, Abd. Rachman. 2005. Studi Islam Kontekstual, Elaborasi Paradigma
Baru Muslim Kaffah. Yogyakarta: Gama Media.
Bachri, Bachtiar S. 2010. Meyakinkan Validitas Melalui Triangulasi Data Pada
Penelitian Kualitatif. Vol 10. No.1. Jurnal Teknologi Pendidikan.
Daradjat, Zakiyah. 2005. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
PT Rineka Cipta: Jakarta.
Farkhan, M. 2006. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi. Surakarta:
UNS Press.
Gusal, La Ode. 2015. Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Sulawesi
Tenggara Karya La Ode Sidu. Vol 3. No. 15. Jurnal Humanika.
Hidayat, Dudung Rahmat. 2006. Hakikat dan Makna Nilai. Tidak diterbitkan:
Bandung.
Kosim, Muhammad. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Khaldun, Kritis,
Humanis, dan Religius. Jakarta: Rineka Cipta.
Musyaffa, Abdurrahim. 2005. Membangun Ruh Baru. Harakatuna Publishing:
Bandung.
Muklasin. 2014. Demokrasi Pendidikan Dalam Kerangka Pendidikan Nasional
(Telaah Pemikiran H.A.R. Tilaar). Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga:
Yogyakarta.
Naim, Ngainun. 2014. Islam dan Pluralisme Agama. Aura Pustaka: Yogyakarta.
Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. GADJAH MADA
UNIVERSITY PRESS: Yogyakarta.
Nurabadi, Ahmad. 2014. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Fakulitas Ilmu Penddikan Universitas Negeri Malang: Malang
Nurmadiah. 2014. Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Vol 3. No 2. Jurnal Al-
Afkar.
Raco, J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya. PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta.
Rahman, Fazlur. 2017. Tema-Tema Pokok Al-Quran. Bandung: Mizan Pustaka.
Ramli, M. 2015. Hakikat Pendidik dan Peserta Didik. Vol. 5. No. 1. Jurnal
Tarbiyah Islamiyah.
Rini Y. 2013. Imlementasi nilai nilai demokrasi dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan di SMP Negeri 3 Gringsing Batang. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang: Semarang
Samrin. 2015. Pendidikan Agama Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia. Vol 8. No . Jurnal At-Ta‘dib.
Sanaky, Hujair. 2003. Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Safiria Insania
Press.
Setiawan, guntur. 2004. Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan. PT.
Remaja Rosdakarya: Bandung.
Shodiqin, Abuy. 2003. Konsep Agama dan Islam. Jurnal Al—Qalam. Vol. 20
No.97.
Siti Rohyani, Ema. 2015. Pemikiran Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif
Prof Achmadi. Vol 7. Jurnal Mudarrisa: Kajian Pendidikan Islam.
Siyamto, Rochmat. 2016. Internalisasi Nilai Nilai Demokrasi Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII MTs Negeri Ngablak
Kab. Magelang.Skripsi.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&. Bandung:
Alfabeta.
Sujarweni, V Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. PUSTAKABARUPRESS:
Yogyakarta.
Sohrah. 2015. Konsep Syuro Dan Gagasan Demokrasi (Telaah Ayat Ayat Al-
Quran). Vol.4. No.1. Jurnal Al Daulah.
Sungkono. 2009. Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam
Proses Pembelajaran. Tidak Diterbitkan: Yogyakarta.
Yuniarto, Bambang. 2018. Pendidikan Demokrasi dan Budaya Demokrasi
Konstitusional. Deepublish: Yogyakarta.
Zamroni. 2011. Pendidikan Demokrasi Masyarakat Multikultural. Yogyakarta:
Gavin Kalam Utama.
LAMPIRAN
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
(PESERTA DIDIK)
NAMA : .............................................................
KELAS : 8 .....
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN/LAKI LAKI
JABATAN : .............................................................
HARI/TANGGAL/WAKTU : .............................................................
JUDUL : IMPLEMENTASI NILAI NILAI
DEMOKRASI DALAM PROSES
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM KELAS 8 SMP NEGERI 5
SALATIGA TAHUN PELAJARAN
2019/2020
1. APAKAH METODE YANG DIGUNAKAN OLEH GURU DALAM
PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
2. BAGAIMANAKAH METODE PEMBELAJARAN YANG
DIGUNAKAN OLEH GURU DI DALAM KELAS, APAKAH NILAI
NILAI DEMOKRASI DIIMPLEMENTASIKAN DALAM METODE
PEMBELAJARAN DI DALAM KELAS DENGAN BAIK?
A. SANGAT BAIK
B. BAIK
C. CUKUP BAIK
D. KURANG BAIK
E. TIDAK BAIK
3. BAGAIMANAKAH MENURUT ANDA TENTANG PROSES
DEMOKRASI DI DALAM KELAS, APAKAH SUDAH TERLAKSANA
DENGAN BAIK ?
A. SANGAT BAIK
B. BAIK
C. CUKUP BAIK
D. KURANG BAIK
E. TIDAK BAIK
4. CONTOH NILAI DEMOKRASI DI DALAM KELAS YANG
DITERAPKAN OLEH GURU KETIKA PEMBELAJARAN?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
5. APAKAH MEDIA YANG DIGUNAKAN OLEH GURU DALAM
PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
DALAM KELAS ?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
6. APAKAH ANDA TERTARIK DENGAN MEDIA YANG DIGUNAKAN
OLEH GURU DI DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI DALAM KELAS?
A. SANGAT TERTARIK
B. TERTARIK
C. CUKUP TERTARIK
D. KURANG TERTARIK
E. TIDAK TERTARIK
7. APAKAH ANDA MEMILIKI ANTUSIAS TINGGI TERHADAP
SETIAP MATERI YANG DISAMPAIKAN OLEH BAPAK/IBU GURU
DI DALAM PROSES PEMBELAJARAN? MENGAPA?
A. SANGAT ANTUSIAS
B. ANTUSIAS
C. CUKUP ANTUSIAS
D. KURANG ANTUSIAS
E. TIDAK ANTUSIAS
KARENA,.....................................................................................................
........................................................................................................................
8. APAKAH ANDA SERING BERMUSYAWARAH DENGAN TEMAN
MENGENAI MATERI YANG DISAMPAIKAN OLEH BAPAK/IBU
GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN?
A. SANGAT SERING
B. SERING
C. CUKUP SERING
D. KURANG SERING
E. TIDAK SERING
9. MENURUT ANDA APAKAH FAKTOR PENDUKUNG
IMPLEMENTASI (PENERAPAN) NILAI NILAI DEMOKRASI
DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
10. MENURUT ANDA APAKAH FAKTOR PENGHAMBAT
IMPLEMENTASI (PENERAPAN) NILAI NILAI DEMOKRASI
DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
................................................................................................................
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
(GURU)
NAMA : .............................................................
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN/LAKI LAKI
JABATAN : .............................................................
HARI/TANGGAL/WAKTU : .............................................................
JUDUL : IMPLEMENTASI NILAI NILAI DEMOKRASI
DALAM PROSES PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS 8 SMP
NEGERI 5 SALATIGA TAHUN PELAJARAN
2019/2020
1. APAKAH BAPAK/IBU MERASA PERLU MENANAMKAN NILAI
DEMOKRASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN PNDIDIKAN
AGAMA ISLAM? APA ALASANNYA?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
................................................................................................................
2. APA SAJAKAH NILAI NILAI DEMOKRASI YANG BAPAK/IBU
TANAMKAN PADA SISWA?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................................................................................................
3. APAKAH METODE PEMBELAJARAN YANG BAPAK/IBU
TERAPKAN DALAM PROSES PEMBEJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM?
........................................................................................................................
....................................................................................................................
MENGAPA?
..................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
................................................................................................................
4. APAKAH MEDIA YANG BAPAK/IBU GUNAKAN DALAM PROSES
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
................................................................................................................
5. APAKAH MEDIA YANG BAPAK/IBU GUNAKAN DALAM
MENERAPKAN NILAI NILAI DEMOKRASI DI DALAM KELAS?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
................................................................................................................
6. MENURUT BAPAK/IBU APAKAH SK/KD TELAH MENGANDUNG
NILAI NILAI DEMOKRASI?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
................................................................................................................
7. APAKAH MATERI YANG DIGUNAKAN BAPAK/IBU UNTUK
MENANAMKAN NILAI NILAI DEMOKRASI SESUAI DENGAN
SK/KD ?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
................................................................................................................
8. PENDEKATAN APAKAH YANG BAPAK/IBU GUNAKAN DALAM
MENERAPKAN NILAI NILAI DEMOKRASI DALAM PROSES
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM?
........................................................................................................................
.................................................................................................................
9. MENURUT BAPAK/IBU APAKAH FAKTOR PENUNJANG DAN
PENGHAMBAT DALAM PENYAMPAIAN MATERI TERKAIT
PENERAPAN NILAI NILAI DEMOKRASI DI DALAM PROSES
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM?
........................................................................................................................
.................................................................................................................
10. MENURUT BAPAK/IBU APAKAH FAKTOR PENUNJANG DAN
PENGHAMBAT DALAM PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
TERKAIT PENERAPAN NILAI NILAI DEMOKRASI DI DALAM
PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM?
........................................................................................................................
.................................................................................................................
11. BAGAIMANAKAH ANTUSIAS SISWA SELAMA PROSES
PEMBELAJARAN BERLANGSUNG?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
................................................................................................................
Lampiran 3 : Foto Kegiatan Penelitian
Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam, Bapak Muhammad Arif,
S.Pd.I
Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan menyenangkan
Guru mendampingi serta memantau peserta didik berdiskusi dengan kelompoknya
(kebebasan berkelompok, kerjasama)
Guru menerapkan metode tanya jawab dengan peserta didik
(kebebasan berpendapat)
Guru memberikan menyampaikan materi dengan metode ceramah
(toleransi)
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
(percaya diri)
Peserta didik bergantian mempresentasikan hasil diskusi dan peserta didik lain
menanggapi
Setelah wawancara dengan guru pendidikan Agama Islam, bapak Muhammad
Arif, S.Pd.I
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 5 Salatiga
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester : VIII D / Ganjil
Tahun Pelajaran : 2019 / 2020
Materi Pokok : Rendah Hati, Hemat, dan Sederhana
Membuat Hidup Lebih Mulia
Alokasi Waktu : 3 x 40 menit
A. Kompetensi Inti
KI.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, reponsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatka
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI.3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya mengenai
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI.4 Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai
dengan kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator
1.5.Terbiasa membaca Al-
Quran dengan meyakini
bahwa rendah hati, hemat,
dan hidup sederhana adalah
perintah agama.
1.5.1 Mematuhi ajaran agama islam
dengan membiasakan diri untuk
membaca Al-Quran dapat tercipta
rendah hati, hemat, dan hidup
sederhana.
1.5.2 Mematuhi ajaran agama islam
bahwa dengan membiasakan diri
membaca Al-Quran dapat
mendekatkan diri dengan Allah.
2.5.Menghayati perilaku
rendah hati, hema t, dan
hidup sederhana sebagai
implementasi Q.S al-
Furqon/25 : 63, Q.S al-
Isra‘/17 : 26-27, dan hadits
terkait.
2.5.1 Membiasakan diri untuk rendah
hati, hemat, dan hidup sederhana
sesuai dengan Q.S al-Furqon/25 :
63, Q.S al-Isra‘/17 : 26-27, dan
hadits terkaitakan berpengaruh
pada perilaku di lingkungan
rumah
2.5.2 Membiasakan diri untuk rendah
hati, hemat, dan hidup sederhana
sesuai dengan Q.S al-Furqon/25 :
63, Q.S al-Isra‘/17 : 26-27, dan
hadits terkait akan berpengaruh
pada perilaku di lingkungan
sekolah
3.5.Memahami makna Q.S al-
Furqon/25 : 63, Q.S al-
3.5.1 Menjelaskan definisi rendah
hati, hemat, dan hidup
Isra‘/17 : 26-27, serta
hadits terkait tentang
rendah hati, hemat, dan
hidup sederhana.
sederhana.
3.5.2 Menjelaskan ayat Q.S al-
Furqon/25 : 63, Q.S al-Isra‘/17 :
26-27, serta hadits terkait
tentang rendah hati, hemat, dan
hidup sederhana.
3.5.3 Memberikan contoh rendah hati,
hemat, dan hidup sederhana
dalam kehidupan sehari-hari
beserta hikmahnya.
4.5.Membaca Q.S al-Furqon/25
: 63, Q.S al-Isra‘/17 : 26-27
dengan tartil.
4.6. Menunjukkan hafalan Q.S
al-Furqon/25 : 63, Q.S al-
Isra‘/17 : 26-27, serta
hadits terkait dengan
lancar
4.7. Menyajikan keterkaitan
tentang rendah hati,
hemat, dan hidup
sederhana dengan pesan
Q.S al-Furqon/25 : 63,
Q.S al-Isra‘/17 : 26-27
4.1.1.1 Membaca Q.S. Al-
Furqan/25:63 dan Q.S. Al-
Isra‘/17:27 dengan tartil.
4.1.1.2 Mengartikan Q.S. Al-
Furqan/25:63 dan Q.S. Al-
Isra‘/17:27.
4.1.1.3 Menjelaskan macam-macam
bacaan mad.
4.1.1.4 Mempraktikkan bacaan mad
dalam Q.S. Al-Furqan/25:63
dan Q.S. Al-Isra‘/17:27.
4.1.2.1 Menghafalkan Q.S. Al-
Furqan/25:63 dan Q.S. Al-
Isra‘/17:27.
4.1.2.2 Mengartikan perkata dari Q.S.
Al-Furqan/25:63 dan Q.S. Al-
Isra‘/17:27.
4.1.3.1 Menjelaskan pesan dari Q.S. Al-
Furqan/25:63 dan Q.S. Al-
Isra‘/17:27.
4.1.3.2 Menjelaskan keterkaitan antara
rendah hati, hemat dan hidup
sederhana sesuai dengan Q.S.
Al-Furqan/25:63 dan Q.S. Al-
Isra‘/17:27.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
KD : 1.1
1.1.1 Mematuhi perintah agama dengan membaca Al-Qur‘an.
1.1.2 Mematuhi perintah agama bahwa rendah hati, hemat, dan hidup
sederhana dapat mendekatkan diri kepada Allah.
KD : 2.1
2.1.1 Membiasakan diri dengan perilaku rendah hati, hemat, dan hidup
sederhana di lingkungan rumah.
2.1.2 Membiasakan diri dengan perilaku rendah hati, hemat, dan hidup
sederhana di lingkungan sekolah.
KD: 3.1
3.1.1 Menjelaskan pengertian rendah hati.
3.1.2 Menjelaskan pengertian hemat.
3.1.3 Menjelaskan pengertian hidup sederhana.
3.1.4 Menjelaskan cara menghindari perilaku sombong, boros, dan
berfoya-foya.
3.1.5 Mengamalkan perilaku rendah hati, hemat, dan hidup sederhana.
KD: 4.1.1
4.1.1.1 Membaca Q.S. Al-Furqan/25:63 dan Q.S. Al-Isra‘/17:27 dengan
tartil.
4.1.1.2 Mengartikan Q.S. Al-Furqan/25:63 dan Q.S. Al-Isra‘/17:27.
4.1.1.3 Menjelaskan macam-macam bacaan mad.
4.1.1.4 Mempraktikkan bacaan mad dalam Q.S. Al-Furqan/25:63 dan Q.S.
Al-Isra‘/17:27.
KD:4.1.2
4.1.2.1 Menghafalkan Q.S. Al-Furqan/25:63 dan Q.S. Al-Isra‘/17:27.
4.1.2.2 Mengartikan perkata dari Q.S. Al-Furqan/25:63 dan Q.S. Al-
Isra‘/17:27.
KD:4.1.3
4.1.3.1 Menjelaskan pesan dari Q.S. Al-Furqan/25:63 dan Q.S. Al-
Isra‘/17:27.
4.1.3.2 Menjelaskan keterkaitan antara rendah hati, hemat dan hidup
sederhana sesuai dengan Q.S. Al-Furqan/25:63 dan Q.S. Al-
Isra‘/17:27.
D. Materi Pembelajaran
1. Materi reguler
a. Pengertian rendah hati, hemat, dan hidup sederhana.
b. Dalil tentang rendah hati, hemat, dan hidup sederhana.
c. Mengamalkan perilaku rendah hati, hemat, dan hidup sederhana.
d. Macam-macam bacaan mad.
2. Materi pengayaan
Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk
perluasan dan/atau pendalaman materi (kompetensi) antara lain dalam
bentuk tugas mengerjakan soal-soal dengan tingkat kesulitan lebih
tinggi, meringkas buku-buku referensi dan mewawancarai
narasumber.
3. Materi remedial
Pembelajaran remedial antara lain dalam bentuk:
a. pembelajaran ulang
b.bimbingan perorangan
c. belajar kelompok
d.pemanfaatan tutor sebaya
Bagi siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai
hasil analisis penilaian. Format kegiatan pembelajaran dan hasil
penilaian remedial.
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode : ceramah, mind mapping
F. Media dan Bahan
1. Media
a. Whiteboard/Blackboard
2. Bahan
a. Pensil/Spidol
b. Kertas
c. Bolpoin
G. Sumber Belajar
1. Muhammad Ahsan, Sumiyati, dan Mustahdi. 2016. Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti. Jakarta. Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemdikbud. (hlm. 112-126)
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama (3 x 40 menit)
a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Guru :
1) Orientasi
- Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa
bersama dipimpin oleh seorang peserta didik (ketua kelas)
dengan penuh khidmat
- Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
- Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali
kegiatan pembelajaran.
2) Apersepsi
- Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan
materi/tema/kegiatan sebelumnya.
- Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
- Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan
pelajaran yang akan dilakukan.
- Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran
yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
3) Motivasi
- Apabila materi tema/projek ini dikerjakan dengan baik dan
sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik
diharapkan dapat menjelaskan tentang materi rendah hati,
hemat, dan sederhana membuat hidup lebih mulia.
- Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
- Mengajukan pertanyaan
4) Pemberian Acuan
- Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan saat itu.
- Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator, dan KKM pada pertemuan yang berlangsung.
- Pembagian kelompok belajar.
b. Kegiatan Inti (90 menit)
1) Mengamati
a) Menyimak dan membaca penjelasan mengenai perilaku
rendah hati, hemat, dan hidup sederhana.
2) Menanyakan
a) Dengan dimotivasi oleh guru mengajukan pertanyaan cara
menumbuhkan rendah hati, hemat, dan hidup sederhana.
b) Mengajukan pertanyaan mengenai perilaku jujur dan
manfaatnya
3) Mengeksplor dan mengasosiasi
Metode ―mind mapping‖, dengan cara :
a) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
b) Kelompok diberikan kesempatan untuk melakukan diskusi
mengenai permasalahan yang diberikan oleh guru
c) Tiap kelompok diarahkan untuk mencatat seluruh alternatif
jawaban yang diperoleh dari hasil diskusi
4) Mengkomunikasikan
a) Masing-masing kelompok secara acak diberi kesempatan
untuk membacakan hasil diskusinya, pada kesempatan ini
guru mencatat di papan tulis dan mengelompokkan jawaban
tersebut menjadi beberapa kriteria.
b) Siswa dan guru, membuat kesimpulan dari data yang telah
dituliskan oleh guru di papan tulis.
c. Kegiatan Penutup (15 menit)
1) Dengan bantuan guru, peserta didik membuat kesimpulan
tentang materi rendah hati, hemat, dan hidup sederhana.
2) Bersama sama melakukan refleksi terhadap pelajaran yang
telah dilakukan.
3) Menutup pelajaran dengan berdoa.
I. PENILAIAN
1. Aspek Sikap
a. Penilaian diri
Nama Siswa
Kelas / Semester
:
:
..........................................
VIII D / Gasal
TeknikPenilaian : Penilaiandiri.
Penilai : Lembar penilaian diri
No PERNYATAAN
PILIHAN JAWABAN
SKOR Sangat
Setuju Setuju
Ragu-
Ragu
Tidak
Setuju
1 Islam mengajarkan
pemeluk-Nya untuk
selalu rendah hati, hemat,
dan hidup sederhana
2 Bahwa berperilaku
rendah hati, hemat, dan
hidup sederhana di
perintahkan di dalam Al-
Quran
3 Bahwa umat Islam tidak
boleh berlaku boros dan
sombong
4 Bahwa umat islam wajib
memanajemen kebutuhan
pribadi agar tidak berlaku
foya-foya
5 Bahwa Allah akan
menolong hamba-Nya
yang senantiasa rendah
hati, hemat, dan hidup
sederhana di jalan-Nya
b. Observasi
Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik observasi oleh
guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam pelajaran),
guru bimbingan konseling (BK), dan wali kelas (selama siswa di luar jam
pelajaran) yang ditulis dalam buku jurnal (yang selanjutnya disebut
jurnal).
Nama Sekolah : .................................................
Kelas/Semester : ................................................
Tahun Pelajaran : .................................................
No Waktu Nama
Siswa
Catatan
Perilaku
Butir Sikap Keterangan
(spiritual/sosial)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
2. Aspek Pengetahuan
Nama :
Kelas / semester : VIII D / ganjil
Teknik Penilaian : Tes
No Pernyataan A Pernyataan B
1. Bacaan mad wajib
muttasil
Tawadu‟
2. Bacaan mad jaiz
munfashil
زا كف
3. Bacaan mad aridl
lissukun
يغفس مه يشآء
4. Bacaan mad ‗iwadh في جيدا
5. Dengan rendah hati ن تفهح
6. Orang-orang yang
pemboros
ن با يـتىآ انى فسع
7. Sangat ingkar Darah
8. Bacaan mad thabi‘i مع انعسسيسساان
9. Lawan kata dari
rendah hati
وا
10. Kata lain dari rendah
hati
زيه انمبر
3. Aspek keterampilan
Nama :
Kelas / semester : VIIID / ganjil
Teknik Penilaian : performance
Penilai : guru
Hafalan Bunyi
Q.S Al-Furqan/25 ayat 63 ي الري وشىى عل الزض حو وعباد الس
هىا وإذا خاطبهن الجاهلىى قالىا سلها
Q.S Al-Isra‟/7 ayat 27
اطي وكاى زي كاىا إخىاى الش إى الوبر
طاى لسبه كفىزاالش
Salatiga, 27 Agustus 2018
Mengetahui,
Guru Pamong Kepala SMP Negeri 5 Salatiga
Muhammad Arif, S.Pd.I. Dwi Hartati, S.Si., M.Pd.
NIP.- NIP. 196301231985012001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 5 Salatiga
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester : VIII G / I
Tahun Pelajaran : 2019/2020
Materi pokok : Menghindari minuman keras, judi, dan
pertengkaran
Alokasi Waktu : 2 x 80 menit
A. Kompetensi Inti
KI.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, reponsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatka
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI.3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya mengenai
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI.4 Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai
dengan kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator
1.5. Meyakini bahwa minuman
keras, judi dan pertengkaran
adalah dilarang oleh Allah
SWT
1.5.1 Mematuhi apa yang telah
dilarang oleh Allah SWT yaitu
minuman keras, judi, dan
pertengkaran.
1.5.2 Mematuhi ajaran agama islam
bahwa menjauhi minuman
keras, judi, dan pertengkaran
dapat mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
2.5. Menunjukkan perilaku
menghindari minuman keras,
judi, dan pertengkaran dalam
kehidupan sehari-hari
2.5.1 Meyakini bahwa dengan
menjauhi minuman keras, judi,
dan pertengkaran dapat
mendekatkan diri kepada Allah
dalam kehidupan sehari-hari
2.5.2 Meyakini bahwa Allah
mencintai hamba-hambanya
yang menjauhi minuman keras,
judi, dan pertengkaran.
3.5. Memahami bahaya
mengonsumsi minuman keras,
judi, dan pertengkaran
3.5.4 Menjelaskan pengertian
minuman keras, judi, dan
pertengkaran.
3.5.5 Menerangkan ayat Al-Quran
dan Hadits yang berkaitan
dengan minuman keras, judi,
dan pertengkaran
3.5.6 Memberikan contoh akibat dari
mengonsumsi minuman keras,
judi, dan pertengkaran.
4.5. Menyajikan dampak bahaya
mengonsumsi minuman keras,
judi, dan pertengkaran
1.5.1 Menyajikan video dampak
bahya mengonsumsi minuman
keras, berjudi, dan
pertengkaran.
1.5.2 Mendemonstrasikan ayat Al-
Quran atau hadits yang
berkaitan dengan minuman
keras, judi, dan pertengkaran.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran, diharapkan peserta didik
dapat :
KD 1.5
1.5.1. Mematuhi apa yang telah dilarang oleh Allah dalam Al-Quran mengenai
mengonsumsi minuman keras, judi, dan pertengkaran.
1.5.2. Mematuhi ajaran agama islam bahwa menjauhi minuman keras, judi, dan
pertengkaran dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
KD 2.5
2.5.1. Meningkatkan diri untuk mendekat kepada Allah agar terjauh dari
minuman keras, judi, dan pertengkaran di lingkungan rumah
2.5.2. Meningkatkan diri untuk mendekat kepada Allah agar terjauh dari
minuman keras, judi, dan pertengkaran di lingkungan rumah
KD 3.5
3.5.1. Menjelaskan pengertian minuman keras, judi, dan pertengkaran
3.5.2. Menjelaskan dalil tentang minuman keras, judi, dan pertengkaran
3.5.3. Menjelaskan tentang contoh dari minuman keras, judi, dan pertengkaran
serta hikmah menjauhinya
KD 4.5
4.5.1. mempresentasikan perilaku yang menjauhi minuman keras, judi, dan
pertengkaran
4.5.2. Mempresentasikan dalil tentang minuman keras, judi, dan pertengkaran
D. Materi Pembelajaran
1. Materi Reguler
a. Pengertian dari minuman keras, judi, dan pertengkaran
b. Dalil tentang minuman keras, judi, dan pertengkaran
c. Contoh dampak dari mengonsumsi minuman keras, judi, dan
pertengkaran
2. Materi Pengayaan
Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk
perluasan dan/atau pendalaman materi (kompetensi) antara lain dalam
bentuk tugas mengerjakan soal-soal dengan tingkat kesulitan lebih tinggi,
meringkas buku-buku referensi dan mewawancarai narasumber.
3. Materi Remedial
Pembelajaran remedial antara lain dalam bentuk:
a. pembelajaran ulang
b. bimbingan perorangan
c. belajar kelompok
d. pemanfaatan tutor sebaya
Bagi siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil
analisis penilaian. Format kegiatan pembelajaran dan hasil penilaian
remedial.
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Ceramah, tanya jawab, dan diskusi
F. Media dan Bahan
2. Media
a. Whiteboard/Blackboard
3. Bahan
a. Pensil/Spidol
b. Kertas
d. Bolpoin
G. Sumber Belajar
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti SMP/MTs Kelas VIII (Buku Siswa) Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Guru :
1) Orientasi
- Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama
dipimpin oleh seorang peserta didik (ketua kelas) dengan penuh
khidmat.
- Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
- Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
2) Apersepsi
- Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan
sebelumnya.
- Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
- Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran
yang akan dilakukan.
- Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang
akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
3) Motivasi
- Apabila materi tema/projek ini dikerjakan dengan baik dan sungguh-
sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan
dapat menjelaskan tentang materi Iman kepada Kitab-Kitab Allah
SWT.
- Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
- Mengajukan pertanyaan
4) Pemberian Acuan
- Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan
saat itu.
- Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator,
dan KKM pada pertemuan yang berlangsung.
- Pembagian kelompok belajar.
b. Kegiatan Inti (50 menit)
1) Mengamati
a) Menyimak dan membaca penjelasan serta ayat Al-Quran
mengenai minuman keras, judi, dan pertengkaran
b) Menyimak video tentang minuman keras, judi, dan pertengkaran
2) Menanyakan
a) Dengan dimotivasi oleh guru mengajukan pertanyaan cara
menumbuhkan istiqomah dalam diri masing-masing
b) Mengajukan pertanyaan mengenai minuman keras, judi, dan
pertengkaran serta dampaknya
3) Mengeksplor dan mengasosiasi
a) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen
b) Guru memberi tugas kepada siswa untuk didiskusikan dalam
kelompok
4) Mengkomunikasikan
a) Kelompok mempresentasikan hasil diskusi
c. Kegiatan Penutup (15 menit)
1) Dengan bantuan guru, peserta didik membuat kesimpulan tentang
materi minuman keras, judi, dan pertengkaran
2) Bersama sama melakukan refleksi terhadap pelajaran yang telah
dilakukan.
3) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
4) Menutup pelajaran dengan berdoa
I. Penilaian
1. Sikap Spiritual
a. Penilaian Diri
Nama Siswa : .....................................
Kelas / Semester : VIII / Ganjil
Teknik Penilaian : Penilaian diri
NO. PERNYATAAN
PILIHAN JAWABAN
SKOR Sangat
Setuju Setuju
Ragu-
Ragu
Tidak
Setuju
1 Menjauhi apa yang dilarang
oleh Allah Swt, seperti
meminum minumam keras
2 Tidak bertengkar dengan
teman sekelas karena
masalah sepele
3 Bahwa umat Islam wajib
menjauhi minuman keras,
judi, dan pertengkaran
4 Menyelesaikan permasalahan
dengan damai dan
musyawarah
5 Bahwa umat islam harus
saling mengingatkan agar
tidak terjerumus kedalam hal
yang tidak diinginkan
b. Observasi
Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik
observasi oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran
pada jam pelajaran), guru bimbingan konseling (BK), dan wali
kelas (selama siswa di luar jam pelajaran) yang ditulis dalam buku
jurnal (yang selanjutnya disebut jurnal).
Nama Sekolah : .................................................
Kelas/Semester : ................................................
Tahun Pelajaran : .................................................
No Waktu Nama
Siswa
Catatan
Perilaku
Butir Sikap Keterangan
(spiritual/sosial)
1
2
3
4
5
JUMLAH SKOR
KETERANGAN NILAI NILAI AKHIR
Sangat
Setuju
Setuju
Ragu-Ragu
Tidak Setuju
= Skor 4
= Skor 3
= Skor 2
= Skor 1
Skor yang diperoleh
------------------------- X
100 = ---------
Skormaksimal
2. Aspek Pengetahuan
Nama :
Kelas / semester : VIII / ganjil
Teknik Penilaian : Tes
1. Dalam hadits riwayat Muslim, “Setiap yang memabukkan adalah ...
dan setiap yang memabukkan adalah ...”
c. Khamr, haram
d. Judi, halal
e. Judi, haram
f. Khamr, halal
2. Contoh larangan Allah Swt. adalah, kecuali ...
a. Larangan mengonsumsi darah
b. Larangan mengonsumsi daging babi
c. Larangan mengonsumsi khamr
d. Larangan mengonsumsi daging unta
3. Surat Al-Maidah ayat 90 menerangkan tentang, kecuali...
a. Berjudi
b. Mengonsumsi daging unta
c. Mengundi nasib dengan anak panah
d. Mengonsumsi minuman keras
4. Termasuk dalam perbuatan keji dan munkar adalah, kecuali ...
a. Mengonsumsi minuman dan makanan yang diharamkan
b. Membunuh seseorang
c. Menghormati orang yang lebih tua
d. Mengundi nasib dengan anak panah
5. Pertengkaran akan memutus ...
a. Rantai makanan
b. Tali silaturahim
c. Tali perjanjian
d. Ikatan keluarga
6. Kegiatan meramal disebut dengan ...
a. Mengundi nasib
b. Meninggikan derajat
c. Menumbuhkan silaturahim
d. Menyembah berhala
7. Kegiatan yang dilarang adalah ...
a. Membaca Al-Quran
b. Belajar kelompok
c. Menumbuhkan silaturahim
d. Mengundi nasib
8. Segala bentuk minuman berbau khamr ...
a. Keji
b. Halal
c. Mubah
d. Sunnah
9. Tindakan membunuh (menghilangkan nyawa) seseorang ...
a. Seperti mematikan tumbuhan
b. Seperti membunuh hewan
c. Seperti mengikhlaskan orang lain
d. Seperti membunuh semua manusia
10. Sebagai pelajar, perbuatan judi akan melalaikan ...
a. Membantu teman
b. Menonton televisi
c. Belajar
d. Membantu orang tua
Kunci jawaban :
1. A
2. D
3. B
4. C
5. B
6. A
7. D
8. A
9. D
10. C
3. Aspek keterampilan
Nama :
Kelas / semester : VIII / ganjil
Teknik Penilaian : performance
Penilai : guru
No. Indikator Instrumen
1. Membaca QS. Al-
Maidah/5 : 90-91
Artikan QS. Al-Maidah/5 : 90-91 berikutini !
ا ؤي ا انريه ي انميسس انخمس إوما ءامى الوصاب
م الشن ه زجس ه عمم م يط نعهكم فاجتىبي انش
﴾٩﴿انمائدة: تفهحن
ه يسيد إوما يط ة بيىكم يقع أن انش انبغضاء انعد
انميسس انخمس فى كم يصد ذكس عه ـعه انه
ة ه ىتن أوتم فم انص ﴾٩﴿انمائدة: م
2. MembacaH.R. Ibnu
Majah
Artikan H.R. Ibnu Majah berikutini!
ويا ال اند مه قتم مؤمه بغيس حق نص ن عهى للا أ
RUBRIK PENILAIAN
NO. NAMA SURAT
KRITERIA
SKOR FASIH
(4)
TARTIL
(3)
KURANG
TARTIL
(2)
TIDAK
TARTIL
(1)
1 QS. Al-Maidah/5 :
90-91
2 H.R. Ibnu Majah
JUMLAH SKOR
Salatiga, 27 Agustus 2018
Mengetahui,
Guru Pamong Kepala SMP Negeri 5 Salatiga
Muhammad Arif, S.Pd.I. Dwi Hartati, S.Si., M.Pd.
NIP.- NIP. 196301231985012001
RENCANA PELAKSANAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 5 Salatiga
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester : VIII B / Ganjil
Tahun Pelajaran : 2019 / 2020
Materi pokok : Mengutamakan Kejujuran dan Menegakkan
Keadilan
Alokasi Waktu : 2 x 80 menit
A. Kompetensi Inti
KI.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, reponsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatka
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI.3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa keingintahuannya mengenai
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI.4 Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai
dengan kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator
5.5. Meyakini bahwa perilaku
jujur dan adil adalah ajaran
pokok agama
1.5.1 Mematuhi ajaran agama islam
tentang perilaku jujur dan adil
1.5.2 Mematuhi ajaran agama islam
tentang perilaku jujur dan adil
dapat mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
6.5. Menghayati perilaku jujur dan
adil dalam kehidupan sehari-
hari
2.5.1 Membiasakan diri untuk
berperilaku jujur dan adil dalam
lingkungan rumah
2.5.2 Membiasakan diri untuk
berperilaku jujur dan adil dalam
lingkungan sekolah
7.5. Memahami cara menerapkan
perilaku jujur dan adil
3.5.7 Menjelaskan pengertian perilaku
jujur dan adil.
3.5.8 Menerangkan ayat Al-Quran
dan Hadits yang berkaitan
dengan perilaku jujur dan adil
3.5.9 Memberikan contoh dan
penerapan perilaku jujur dan
adil
8.5. Menyajikan cara menerapkan
perilaku jujur dan adil
1.5.3 Menyajikan video tentang
perilaku jujur dan adil
1.5.4 Mendemonstrasikan ayat Al-
Quran atau hadits yang
berkaitan dengan perilaku jujur
dan adil
C. Tujuan Pembelajaran
KD 1.5
1.5.1 Mematuhi apa yang telah diperintahkan oleh Allah dalam Al-
Quran mengenai perilaku jujur dan adil
1.5.2 Mematuhi ajaran agama islam bahwa perilaku jujur dan adil dapat
mendekatkan diri kepada Allah SWT
KD 2.5
2.5.1. Meningkatkan diri untuk mendekat kepada Allah agar selalu
berperilaku jujur dan adil dalam lingkungan rumah
2.5.2. Meningkatkan diri untuk mendekat kepada Allah agar selalu
berperilaku jujur dan adil dalam lingkungan sekolah
KD 3.5
3.5.1. Menjelaskan pengertian perilaku jujur dan adil
3.5.2. Menjelaskan dalil tentang perilaku jujur dan adil
3.5.3. Menjelaskan tentang contoh dan penerapan perilaku jujur dan adil
KD 4.5
4.5.1. Mempresentasikan perilaku perilaku jujur dan adil
4.5.2. Mempresentasikan dalil tentang perilaku jujur dan adil
D. Materi Pembelajaran
4. Materi reguler
e. Pengertian perilaku jujur dan adil
f. Dalil tentang jujur dan adil
g. Contoh serta penerapan perilaku jujur dan adil
5. Materi pengayaan
Berdasarkan hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk
perluasan dan/atau pendalaman materi (kompetensi) antara lain dalam
bentuk tugas mengerjakan soal-soal dengan tingkat kesulitan lebih tinggi,
meringkas buku-buku referensi dan mewawancarai narasumber.
6. Materi remedial
Pembelajaran remedial antara lain dalam bentuk:
e. Pembelajaran ulang
f. Bimbingan perorangan
g. Belajar kelompok
h. Pemanfaatan tutor sebaya
Bagi siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil
analisis penilaian. Format kegiatan pembelajaran dan hasil penilaian
remedial.
E. Metode Pembelajaran
3. Pendekatan : Saintifik
4. Metode : Ceramah, Diskusi
F. Media dan Bahan
3. Media
b. Papan tulis
4. Bahan
d. Pensil / Spidol
e. kertas
G. Sumber Belajar
2. Muhammad Ahsan, Sumiyati, dan Mustahdi. 2016. Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti untuk SMP/MTs kelas VIII. Jakarta. Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. (hlm. 37-51)
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
d. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Guru :
5) Orientasi
- Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama
dipimpin oleh seorang peserta didik (ketua kelas) dengan penuh
khidmat
- Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
- Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali
kegiatan pembelajaran.
6) Apersepsi
- Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan
sebelumnya.
- Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
- Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran
yang akan dilakukan.
- Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang
akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
7) Motivasi
- Apabila materi tema/projek ini dikerjakan dengan baik dan
sungguh-sungguh ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik
diharapkan dapat menjelaskan tentang materi tentang mengutamakan
kejujuran dan menegakkan keadilan.
- Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang
berlangsung
- Mengajukan pertanyaan
8) Pemberian Acuan
- Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan saat itu.
- Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator, dan KKM pada pertemuan yang berlangsung.
- Pembagian kelompok belajar.
e. Kegiatan Inti (50 menit)
5) Mengamati
b) Menyimak dan membaca penjelasan mengenai perilaku jujur
dan adil
c) Menyimak penjelasan dari guru tentang materi tersebut
6) Menanyakan
c) Dengan dimotivasi oleh guru mengajukan pertanyaan cara
menumbuhkan jujur dan adil
d) Mengajukan pertanyaan mengenai perilaku jujur dan adil serta
manfaatnya
7) Mengeksplor dan mengasosiasi
d) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok heterogen
e) Untuk menguji pemahaman siswa, guru memberi tugas siswa
untuk berdikusi tentang materi dan membuat rangkuman materi
tersebut
f) Guru memberikan kesempatan siswa untuk mempreentasikan
hasil kerja kelompok
8) Mengkomunikasikan
c) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis
(evaluasi) tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan
penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing
kelompok.
f. Kegiatan Penutup (15 menit)
4) Dengan bantuan guru, peserta didik membuat kesimpulan tentang
materi adil dan jujur
5) Bersama sama melakukan refleksi terhadap pelajaran yang telah
dilakukan.
6) Guru memberikan reward pada yang memperoleh nilai tinggi
7) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya,
yaitu tentang perilaku amanah
8) Menutup pelajaran dengan berdoa
I. Penilaian
4. Aspek Sikap
c. Penilaian diri
Nama Siswa
Kelas / Semester
:
:
..........................................
VIII B / Ganjil
TeknikPenilaian : Penilaian diri.
Penilai : Lembar penilaian diri
No PERNYATAAN
PILIHAN JAWABAN
SKOR Sangat
Setuju Setuju
Ragu-
Ragu
Tidak
Setuju
1 Bahwa setiap muslim
wajib berperilaku jujur
dan adil
2 Bahwa berperilaku jujur
dan adil di perintahkan di
dalam Al-Quran
3 Bahwa setiap orang harus
berpihak terhadap
kebenaran
4 Bahwa setiap muslim
wajib menegakkan
keadilan dalam posisi
apapun
5 Bahwa Allah akan
menolong hamba-Nya
yang senantiasa berbuat
jujur dan adil
JUMLAH SKOR
KETERANGAN NILAI NILAI
AKHIR
Ss : skor 4
S : skor 3
Rr : skor 2
Ts :kor 1
Skor yang diperoleh
------------------------- X
100 = ---------
Skormaksimal
d. Observasi
Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik
observasi oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran
pada jam pelajaran), guru bimbingan konseling (BK), dan wali
kelas (selama siswa di luar jam pelajaran) yang ditulis dalam buku
jurnal (yang selanjutnya disebut jurnal).
Nama Sekolah : SMP N 5 Salatiga
Kelas/Semester : VIII B / I
Tahun Pelajaran : 2019/2020
No Waktu Nama
Siswa
Catatan
Perilaku
Butir Sikap Keterangan
(spiritual/sosial)
1
2
3
4
5
5. Aspek Pengetahuan
Kelas / semester : VIII B / ganjil
Teknik Penilaian : Tes
1. Orang yang berpihak kepada kebenaran, bukan berpihak karena
pertemanan, persamaan suku, maupun bangsa adalah orang yang ...
a. Benar
b. Adil
c. Mulia
d. Sukses
2. Kejujuran perlu dijunjung tinggi, agar ...
a. Hidup rukun dan damai
b. Hidup susah
c. Hidup merugi
d. Hidup penuh konflik
3. Jika antar anggota keluarga saling menghargai dan berperilaku jujur
maka ...
a. Keluarga akan berantakan
b. Keluarga akan harmonis
c. Keluarga akan saling mengadili
d. Keluarga akan susah
4. Yang terjadi jika masing-masing keluarga tidak jujur adalah, kecuali
...
a. Pertengkaran
b. Perselisisah
c. Permusuhan
d. Perdamaian
5. Dalil naqli tentang perilaku jujur dan adil ...
a. QS. Al-Maidah/5 : 8
b. QS. Ali Imran/3 : 8
c. QS. Al-Maidah/5 : 9
d. QS. Ali Imran/3 : 9
6. Dalam hadits riwayat Ahmad, ada 3 orang yang doa mereka tidak
terhalang, kecuali ...
a. Imam (pemimpin) yang adil
b. Orang yang berpuasa hingga ia berbuka
c. Orang yang selalu jujur
d. Doa orang yang di dholimi
7. Hendaklah kalian bersikap jujur karena, karena kejujuran itu akan
membawa kepada ..., sedangkan kebaikan itu akan membawa kepada
...
a. Kebaikan, surga
b. Kebaikan, akhirat
c. Keburukan, surga
d. Keburukan, akhirat
8. Perilaku jujur dan adil harus dibiasakan sejak ...
a. 12 tahun
b. 15 tahun
c. Sejak dini
d. 5 tahun
9. Seorang siswa seharusnya berlaku jujur kepada ...
a. Bapak dan ibu guru
b. Bapak dan ibu guru, karyawan, dan teman
c. Bapak, ibu, dan kakak
d. Teman, karyawan, dan penjaga kantin
10. Penerapan perilaku adil bisa diterapkan di...
a. Rumah
b. Sekolah
c. Masyarakat
d. Keluarga
Jawaban :
1. B 6. C
2. A 7. A
3. B 8. C
4. D 9. B
5. A 10. D
7. Aspek keterampilan
Kelas / semester : VIII B / ganjil
Teknik Penilaian : performance
Penilai : guru
No. Indikator Instrumen
1. Membaca QS. Al-
Maidah/5: 8
Artikan QS. Al-Maidah/5: 8 berikutini !
شهداء بالقسط ول جسهكن اهي لل ا أها الري آهىا كىىا قى
إى للا أل تعدلىا اعدلىا هى أقسب للتقىي واتقىا للا شآى قىم عل
تعولىى خبس بوا
2. Membaca
HR.Tirmidzi
Artikan QS. HR.Tirmidzi berikutini!
ه قال : قال زسىل للا صل للا للا ع عي عبد للا بي هسعىد زض
إل البس ، وإى البس دق هد دق ، فإى الص كن بالص ه وسلن : عل عل
إل الجة هد
RUBRIK PENILAIAN
NO. NAMA SURAT
KRITERIA
SKOR FASIH
(4)
TARTIL
(3)
KURANG
TARTIL
(2)
TIDAK
TARTIL
(1)
1 QS. Al-Maidah/5: 8
2 QS.HR. Tirmidzi
Salatiga, 27 Agustus 2018
Mengetahui,
Guru Pamong Kepala SMP Negeri 5 Salatiga
Muhammad Arif, S.Pd.I. Dwi Hartati, S.Si., M.Pd.
NIP.- NIP. 196301231985012001
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Nurwinda Kartini Jurusan : Pendidikan Agama
Islam
NIM : 23010-15-0124 Dosen P. A. : Drs. Abdul Syukur,
M.Si
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1.
Orientasi Pengenalan Akademik
dan Kemahasiswaan (OPAK)
―Penguatan Nilai-nilai Islam
Indonesia Menuju Negara yang
Aman dan Damai‖ oleh Dewan
Mahasiswa (DEMA) IAIN
Salatiga.
14 Agustus 2015 Peserta 3
2. SIBA oleh Unit Pelaksana Teknis
Pengembangan Bahasa (UPTPB)
IAIN Salatiga.
10 Februari - 20
Juni 2016 Peserta
4
3. SIBI oleh Unit Pelaksana Teknis
Pengembangan Bahasa (UPTPB)
IAIN Salatiga
22 April - 10
Juni 2016 Peserta 4
4. PELATIHAN KEPRAMUKAAN
oleh Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.
19 – 21 Juli 2018 Peserta 3
5. Surat Keterangan sebagai
Pengurus KAMMI Komisariat
Sudirman Salatiga Tahun 2016-
2017
2016-2017 Pengurus 4
6. Surat Keterangan sebagai
Pengurus KAMMI Komisariat
Sudirman Salatiga Tahun 2018-
2019
2018-2019 Pangurus 4
7. ―LIBRARY USER EDUCATION 21 Agustus 2015 Peserta 2
(Pendidikan Pemustaka)‖ oleh
UPT Perpustakaan IAIN Salatiga.
8. Seminar Nasional Edupreneurship
―Strategi Marketing Kunci Sukses
Wirausaha‖ IAIN Salatiga.
13 November
2016 Peserta 8
9. Seminar Nasional ―Love Story
From Allah‖ oleh Tazkia IAIN
Salatiga
6 Oktober 2018 Peserta 8
10. Training kader (TEKAD)
1‖Peneguhan Karakter Dakwah
Mewujudkan Generasi Rabbani‖
oleh LDK Fathir Ar Rasyid IAIN
Salatiga.
1-2 April 2016 Peserta 3
11. Workshop Manajemen Dakwah
dalam rangka Milad LDK FA XV
―Fastabiqul Khairat‖ oleh LDK
Fathir Ar Rasyid IAIN Salatiga
28 April 2017 Peserta 3
12. Dauroh Marhalah 1 ―Optimalisasi
Peran Mahasiswa dalam
Membentuk Karakter Pemimpin
dan Religius‖ oleh PK KAMMI
Salatiga
22-24 September
2017 Panitia 4
13. Islamic Leadership Training II
―Aktualisasi Peran Pemuda dalam
Upaya Mewujudkan Indonesia
Jaya 2045‖ oleh KAMMI Daerah
Semarang
17-21 Mei 2017 Peserta 6
14. Islamic Leadership Training I
―Kepemimpinan Berkarakter
Muslim Negarawan Menuju
Generasi Emas 2045‖ oleh PK
KAMMI Sudirman
28-30 September
2018 Panitia 4
15. Seminar Nasional ―Talkshow
Mahasiswa Kekinian: Jangan Mau
3 November
2015 Peserta 8
Jadi Mahasiswa Biasa‖ oleh
KAMMI Kota Salatiga
16. Seminar Nasional ―Sukses Kuliah
Bersama KAMMI: Karena Kuliah
Tidak Cuma Ngampus‖ oleh
KAMMI Kota Salatiga
26 Mei 2016 Peserta 8
17. Seminar Nasional ―Wonderful
Ramadhan‖ oleh Komunitas
Muslim Cendekia (KOMIKA)
Salatiga
17 Desember
2016 Peserta 8
18. Seminar Nasional ―Pemuda,
Peradaban Islam, dan
Kemandirian‖ oleh KARIMA
2 September
2015 Peserta 8
19. Seminar Kepenulisan oleh Forum
Penulis Salatiga
29 Oktober 2017 Panitia 3
20. Seminar Nasional ―Pra Nikah:
Tips dan Trik Memilih Jodoh‖
oleh Komunitas Rumah Jodoh
2 Oktober 2016 Peserta 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nurwinda Kartini
Tempat, Tanggal Lahir : Dili, 21 April 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Tambong Wetan Rt. 03/07, Tambong Wetan,
Kalikotes, Klaten
HP : 082135235734
Latar belakang pendidikan :
TK : TK ABA 01 Kalikotes Lulus Tahun 2003
SD/MI : SDN 02 Kalikotes Lulus Tahun 2009
SMP/MTs : SMP Muhammadiyah 1 Klaten Lulus Tahun 2012
SMA/MA : SMA N 3 Klaten Lulus Tahun 2015