Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANTIKORUPSI
(Studi Kasus MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta)
Oleh :
Ahmad Hasan As’ari
NIM. 12010160027
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
ii
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANTIKORUPSI
(Studi Kasus MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta)
Oleh :
Ahmad Hasan As’ari
NIM : 12010160027
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 20 Februari 2020
Prof. Dr. Phil. Widiyanto, M.A.
PEMBIMBING
iii
KEMENTRIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PROGRAM PASCASARJANA
Jl. Lingkar Salatiga Km. 02 Pulutan, Sidorejo, Salatiga
Website: http:/www.pps.iainsalatiga.ac.id
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama : Ahmad Hasan As‟ari
NIM : 12010160027
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Tanggal Ujian : Rabu, 11 Maret 2020
Judul Tesis : IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAM ISLAM
DALAM MEMBENTUK KARAKTER
ANTIKORUPSI ( Studi Kasus MAN Salatiga dan
MAN 1 Surakarta)
Panitia Penguji Munaqosah Tesis
Ketua Sidang : Prof. Dr. Phil. Widiyanto, M.A
Sekretaris : Dr. Ruwandi, M.A
Penguji I : Dr. Fatchurrohman, M.Pd
Penguji II : Dr. Rifqi Aulia Erlangga, M.Hum
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
DAN
KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN
Nama : Ahmad Hasan As’ari
NIM : 12010160027
Jurusan : Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Tesis : IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MEMBENTUK KARAKTER
ANTIKORUPSI (Studi Kasus MAN Salatiga dan
MAN 1 Surakarta)
Menyatakan bahwa tesis yang saya tulis ini merupakan karya saya sendiri, bukan
jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat
dalam tesis ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Tesis ini diperbolehkan
untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN SALATIGA.
Salatiga, 20 Februari 2020
Yang menyatakan,
Ahmad Hasan As’ari, S.Pd.I
v
NOTA DINAS PEMBIMBING
Kepada Yth.
Direktur Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri
Salatiga
Assalamua‟alaikum Wr.Wb.
Setelah melakukan arahan, bimbingan, dan koreksi terhadap penulis tesis
yang berjudul:
“IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MEMBENTUK KARAKTER ANTIKORUPSI (STUDI KASUS MAN
SALATIGA DAN MAN 1 SURAKARTA)”
Yang ditulis oleh:
Nama : Ahmad Hasan As’ari
NIM : 12010160027
Jenjang : Magister (S2)
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya berpendapat bahwa tesis tersebut sudah dapat diajukan kepada
Program Magister (S2) Pascasarjana IAIN Salatiga untuk diujikan dalam rangka
memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.
Salatiga, 20 Februari 2020
Pembimbing,
Prof. Dr. Phil. Widiyanto, M.A.
vi
ABSTRAK
Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter
Antikorupsi (studi kasus di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta). Tesis
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana, Institut
Agama Islam Negeri Salatiga, 2020, Pembimbing Prof. Dr. Phil. Widiyanto,
M.A.
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk mengetahui
gambaran tingkah laku siswa MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta saat di
sekolah, untuk menjelaskan Implementasi Pendidikan Agama Islam yang
dilaksanakan MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta dalam membentuk
karakter antikorupsi, untuk menjelaskan hasil Implementasi Pendidikan
Agama Islam dalam membentuk karakter antikorupsi. (studi kasus MAN
Salatiga dan MAN 1 Surakarta)
Penelitian ini termasuk jenis deskriptif lapangan. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif naturalitatif.
Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter
antikorupsi, dilakukan dengan menyusun program keagamaan harian,
mingguan, bulanan, dan tahunan agar siswa terbiasa untuk menanamkan nilai-
nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari.. Disinilah, peran Pendidikan
Agama Islam itu sendiri sangat penting dalam membentuk perilaku (Akhlak)
setiap siswa sebagai pencegahan serta menanamkan nilai-nilai antikorupsi
kepada siswa.
Hasil Implementasi Pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter
antikorupsi dalam penelitian ini adalah terwujudnya sikap siswa yang
mencerminkan tentang nilai-nilai antikorupsi yaitu kejujuran, kepedulian,
kemandirian, kedisiplinan, tanggung- jawab, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, dan keadilan yang sudah tertanam dalam diri siswa.
Kata Kunci: Pendidikan Antikorupsi, Pendidikan Agama Islam
vii
ABSTRACT
Implementation Of Islamic Teaching And Education In Building Anti-
Corruption Character (in MAN Salatiga and MAN 1 Surakarta) Tesis
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Program Pascasarjana,
Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2020, Pembimbing Prof. Dr. Phil.
Widiyanto, M.A.
This study has several objectives, namely to find out the behavior
description of MAN Salatiga and MAN 1 Surakarta students while at school,
to explain the Implementation of Islamic Religious Education implemented by
MAN Salatiga and MAN 1 Surakarta in shaping anticorruption characters, to
explain the results of Islamic Religious Education Implementation in shaping
anti-corruption character. (case study of MAN Salatiga and MAN 1
Surakarta)
This research is a type of descriptive field. The approach used
qualitative and naturalitative. Implementation of Islamic Teaching and
Education in building anti-corruption character is carried out by planning
and inserting anti-corruption values into syllabus and RPP (teaching plan).
Here, the role of Islamic Teaching and Education is very important in
building student behavior as prevention and application of anti-corruption
values, ( honesty, caring, independent, discipline, responsinility, hard
working, low profile, brave, and fair).
The results of the implementation of Islamic religious education in
shaping anti-corruption character in this study is the realization of students'
attitudes that reflect anti-corruption values, namely honesty, caring,
independence, discipline, responsibility, hard work, simplicity, courage, and
justice that have been embedded in themselves the student.
Keywords: Islamic Teaching and Education, Anti-Corruption Education
viii
MOTTO
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allâh” [al-Ahzâb/33:21]
ix
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan hidayah, taufiq serta rahman rahim kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
Penelitian dengan judul “Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam
Membentuk Karakter Antikorupsi (Studi Kasus di MAN Salatiga dan MAN 1
Surakarta)” ini disusun untuk membentuk perilaku (Akhlak) setiap siswa sebagai
pencegahan serta menanamkan nilai-nilai antikorupsi yaitu jujur, peduli, mandiri,
disiplin, tanggung- jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil di MAN
Salatiga dan MAN 1 Surakarta.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
rasa terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.A. selaku Direktur Pascasarjana
IAIN Salatiga
3. Bapak Dr. Ruwandi, M.Ag selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana IAIN Salatiga
4. Bapak Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, M.A. selaku Dosen Pembimbing yang
selalu memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan.
x
5. Segenap dosen yang penulis pernah belajar bersama dengan mereka, beliau
adalah bapak Prof. Zaky, Prof. Mansur, Prof. Zulfa (alm), Prof. Zuhri, Prof.
Asfa Widiyanto, Prof. Saerozi, Dr. Imam Sutomo, Dr. Ruwandi, Dr. Adang,
Dr. Rahmat, Dr. Irfan Helmi, Dr. Nursikin, Dr. Winarno, seluruh staff
pascasarjana dan perpustakaan IAIN Salatiga dan Karyawan Program
Pascasarjana IAIN Salatiga.
6. Segenap tenaga pendidik dan kependidikan MAN Salatiga dan MAN 1
Surakarta.
7. Orang tua kami tercinta yang tidak pernah lelah memberikan do‟a dan
motivasi.
8. Istriku tercinta, Anggun Pratiwi, S.Fis dan Ahmad Rafif Al Khaleef yang
selalu mendo‟akan dan memberi semangat kepada penulis.
9. Kangmas, Mbakyu, dan Adikku sekeluarga yang senantiasa mendo‟akan dan
memberi semangat.
10. Sahabat seperjuangan Mas Hasan Hakim, Mas Rohim Habibi, Mas Syamsul
Huda, Mbak Mustaghfiroh, Pak Syaiful, Pak Banjari, Mas Hasanuddin, Mas
Mucharor, Mas Saka, Mas Sadullah, Mas Sidiq, Mas Sandi, Mas Fikri, Mas
Chamim, Mas Sugik, Mas Tony, Mbak Mulyani, beserta seluruh kelas A dan
C.
11. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan tesis ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Semoga amal baik kalian tercatat sebagai „amalan maqbulan „indallah
dan anjahakumullah waftahlakum futuhal „arifin. Amien. Kekurangan ataupun
xi
keterbatasan dalam penelitian ini murni dari penulis sebagai manusia biasa. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang konstruktif penulis harapkan demi perbaikan lebih
lanjut. Penulis berharap tesis ini memberi manfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca.
Salatiga, 20 Februari 2020
Penulis,
Ahmad Hasan As’ari ,S.Pd.I
xii
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini saya persembahkan khusus untuk
Bp. Samhari (Bapak), Ibu. Riati (Ibu),
Bp. Moh. Rifai(Bapak mertua), Ibu. Barokah (Ibu mertua),
Anggun Pratiwi (Istriku), Ahmad Rafif Al Khaleef (Anak)
Dan
Kakakku, Adikku, serta Keponakanku. Semoga karya
sederhana ini menjadi karya yang manfaat bagi semua orang
dan dapat memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa
dan negara Indonesiaku tercinta ini.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
NOTA DINAS PEMBIMBING ....................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
MOTTO ……………………………………………………………………... viii
PRAKATA ....................................................................................................... ix
PERSEMBAHAN ............................................................................................ xii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 2
C. Fokus Penelitian ................................................................................. 3
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 3
F. Kajian Pustaka ................................................................................... 5
G. Metode Penelitian .............................................................................. 7
H. Sistematika Penulisan ………………………………………………. 10
BAB II KEBIJAKAN SEKOLAH ................................................................. 11
A. Profil Sekolah..................................................................................... 11
1. Profil MAN Salatiga...................................................................... 11
2. Profil MAN 1 Surakarta ................................................................ 11
B. Pengertian Kebijakan.………………… ...................................... ….. 13
C. Kebijakan Kepala Sekolah ………………………………………….. 13
1. Kebijakan Kepala Sekolah MAN Salatiga .................................... 13
2. Kebijakan Kepala Sekolah MAN 1 Surakarta …………………… 16
xiv
D. Efektifitas Peran Kepala Sekolah …………………………………… 19
1. Indikator Strategi Inklusif ………………………………………… 21
2. Indikator Strategi Eksklusif ……………………………………….. 22
BAB III STRATEGI PEMBELAJARAN PAI DALAM MEMBENTUK
KARAKTER ANTIKORUPSI .......................................................... 23
A. Program Kegiatan Siswa .................................................................... 23
1. Membuat Program Harian ............................................................. 24
2. Membuat Program Mingguan .................................................. ..... 25
3. Membuat Program Bulanan .................................................... ...... 26
4. Membuat Program Tahunan .................................................... ..... 26
B. Penanaman Nilai Karakter Antikorupsi ............................................ 27
BAB IV IMPLEMENTASI PAI DAN HASIL PENDIDIKAN
ANTIKORUPSI.... ............................................................................. 32
A. Hasil Penerapan Nilai-nilai Antikorupsi dalam Pembelajaran PAI ... 32
1. Kejujuran ....................................................................................... 32
2. Kepedulian ............................................................................ ........ 34
3. Kemandirian ......................................................................... ......... 35
4. Kedisiplinan .......................................................................... ........ 36
5. Tanggung Jawab ................................................................... ........ 38
6. Kerja Keras .................................................................................... 39
7. Sederhana ............................................................................. ......... 40
8. Keberanian ............................................................................ ........ 41
9. Keadilan ............................................................................... ......... 41
B. Realisasi PAI dalam Membentuk Karakter Antikorupsi ................... 42
1. Faktor Pendukung .................................................................. ....... 44
2. Faktor Penghambat ................................................................ ....... 46
xv
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 48
A. Kesimpulan ........................................................................................ 48
B. Saran ................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini masyarakat Indonesia telah mengalami berbagai ketimpangan
hasil pendidikan. Budaya yang cenderung negatif akan mempengaruhi tingkah
laku mereka, misalnya berbohong terhadap guru dan orang tua.1 Pendidikan
maupun program yang mengarah pada karakter benar-benar sangat diperlukan.2
Masih banyak siswa-siswi dan terbiasa untuk tidak berperilaku jujur, peduli,
mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, adil dari setiap
individu.3 Apabila nilai-nilai tersebut tidak dimiliki oleh setiap siswa, maka
tindakan korupsi akan terus berkembang dan memunculkan bibit baru.4
Pada saat ini kita menyaksikan kasus-kasus korupsi yang kian marak,
meluas dan beragam. Hal ini disebabkan karena pencegahan antikorupsi sejak dini
tidak di intensifkan. Kita sudah merasa puas apabila Komisi pemberantasan
korupsi menangkap banyak koruptor. Padahal ada korelasi antara pencegahan dan
pemberantasan korupsi di negeri kita tercinta ini. Kegelisahan peneliti pada
penelitian ini muncul karena kurangnya keseimbangan antara pencegahan dengan
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Pada hari antikorupsi sedunia tanggal 9 Desember 2019, pemerintah yang
diwakili tiga menterinya menampilkan drama tentang antikorupsi pada tingkat
1 Ahmad Yasser Mansyur, Personal Prophetic Leadership Sebagai Model Pendidikan
Karakter Intrinsik Atasi Korupsi, Jurnal, Volume 2, Number 1, 2013, 3-4. 2 Ajat Sudrajat, Mengapa Pendidikan Karakter? Jurnal, Volume 3, Number 1, 2011, 7-8.
3 Maria Montessori, Pendidikan Antikorupsi Sebagai Pendidikan Karakter Di Sekolah,
Jurnal Internasional, Volume 11, Number 1, 2012, 5-6. 4 Agus Wibowo, Pendidikan Antikorupsi di Sekolah Strategi Internalisasi Pendidikan
Antikorupsi di Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, 5-6.
2
SMA sederajat. Pemeran sebagian besar memakai seragam SMA.5 Dari hal
tersebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa korupsi dapat dicegah di bangku
sekolah. Dan pencegahan tersebut akan lebih efektif apabila diterapkan pada
tingkat SMA sederajat.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil studi kasus di MAN
Salatiga dan MAN 1 Surakarta. Peneliti akan menerapkan pencegahan
Pendidikan antikorupsi berbasis agama dengan fokus agama Islam. Agama Islam
merupakan agama mayoritas penduduk Indonesia yang dapat menjadi tolak ukur
dalam upaya pencegahan korupsi. Peneliti akan berupaya melihat sejauh mana
religiusitas siswa-siswi MAN Salatiga yang notabennya bukan boarding school,
dan religiusitas siswa-siswi MAN 1 Surakarta yang notabennya adalah boarding
school dalam membentuk karakter antikorupsi siswa.
Sebagai agama mayoritas, peran pendidikan agama Islam sangat penting
dalam membentuk perilaku (Akhlak) setiap siswa sebagai upaya pencegahan serta
menanamkan nilai-nilai antikorupsi yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin,
tanggung- jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil. Maka dari itu, peneliti
merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER
ANTIKORUPSI” (Studi Kasus MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta).
B. Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
5 Prestasi tanpa korupsi, https://www.youtube.com/watch?v=9xm8-wT72kI, 9 desember
2019
3
1. Kurangnya keseimbangan antara pencegahan dengan pemberantasan korupsi di
Indonesia.
2. Pendidikan Agama Islam yang seharusnya merupakan pendidikan yang
dianjurkan oleh Islam sebagai upaya untuk membentengi krisis moral, tetapi
pada kenyataannya hanya formalitas saja.
3. Masih banyak siswa-siswi berperilaku menyimpang di yang tidak sesuai
dengan anjuran Islam, diantaranya terbiasa untuk tidak berperilaku jujur,
peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, adil
dari setiap individu.
4. Kasus-kasus korupsi yang kian marak, meluas, dan beragam serta budaya
antikorupsi yang semakin hilang dari setiap individu.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif
naturalitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan
dan mana yang tidak relevan. Pembatasan dalam penelitian kualitatif ini lebih
didasarkan pada tingkat kepentingan/urgensi dari masalah yang dihadapi dalam
penelitian ini. Penelitian ini akan difokuskan pada “IMPLEMENTASI MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK
KARAKTER ANTIKORUPSI” yang objek utamanya merupakan siswa-siswi
MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang
akan menjadi pembahasan dalam makalah ini, diantaranya sebagai berikut:
4
1. Apa kebijakan sekolah dalam implementasi Pendidikan antikorupsi siswa MAN
Salatiga dan MAN 1 Surakarta saat di sekolah?
2. Bagaimana Strategi Pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta dalam membentuk karakter antikorupsi
Siswa?
3. Bagaimana Implementasi Pendidikan Agama Islam dan hasil Pendidikan
antikorupsi di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta sebagai upaya
pembentukan karakter antikorupsi siswa?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari beberapa rumusan masalah diatas, maka signifikansi penelitian ini
terdiri atas tujuan dan manfaat penelitian yakni :
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui gambaran tingkah laku siswa MAN Salatiga dan MAN
1 Surakarta saat di sekolah.
b. Untuk menjelaskan Implementasi Pendidikan Agama Islam yang
dilaksanakan MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta dalam membentuk
karakter antikorupsi.
c. Untuk menjelaskan hasil Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam
membentuk karakter antikorupsi. (studi kasus MAN Salatiga dan MAN 1
Surakarta)
5
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Memberikan informasi akademis pada Implementasi Pendidikan
Agama Islam dalam membentuk karakter antikorupsi siswa.
2) Bahan kajian untuk mendalai dan mengembangkan konsep tentang
Implementasi Pendidikan Agama Islam, Pendidikan karakter
antikorupsi.
3) Memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan tentang
berbagai upaya mengatasi problematika dalam pendidikan karakter
untuk mencegah korupsi sejak dini.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi siswa dapat menanamkan nilai-nilai antikorupsi pada setiap
masing-masing individu.
2) Bagi guru dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk
mengembangkan Pendidikan Agama Islam untuk membentuk karakter
antikorupsi siswa.
3) Manfaat bagi sekolah dapat digunakan sebagai acuan kurikulum
sekolah untuk meningkatkan strategi pembelajaran yang lebih kreatif
dan inovatif.
F. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Jurnal Karya Lukman Hakim Berjudul “Model Integrasi Pendidikan
antikorupsi dalam Kurikulum Pendidikan Islam”. Upaya pencegahan prilaku
6
korupsi bisa dilakukan dengan dua langkah, yaitu langkah represif dan
preventif. Langkah represif dilakukan dengan cara menjalankan penegakan
hukum yang tegas oleh para aparat penegak hukum. Pendidikan Islam bisa
dijadikan sebagai sarana upaya preventif dan antisipatif dalam
mengembangkan nilai antikorupsi untuk pencegahan dan pemberantasan
korupsi.6 Penelitian ini menggunakan model integrasi Pendidikan Agama
Islam secara menyeluruh. Sedangkan penelitian yang peneliti buat fokus
pada mata pelajaran aqidah akhlak.
Jurnal karya Fitri Fauziyah, “Nilai-Nilai Pendidikan antikorupsi
Dalam Al-Qur‟an Kejujuran, Tanggung Jawab Dan Kesederhanaan”. Al-
Qur‟an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, memuat nilai-nilai
moral yang menjamin kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. diantaranya
adalah kejujuran,tanggung jawab, kemandirian, kepedulian, disiplin,
keberanian, kerja keras, keadilan, kesederhanaan. Nilai-nilai tersebut disebut
nilai-nilai antikorupsi. Artinya, pribadi yang punya kualitas moral tersebut
adalah sosok yang punya integritas moral tinggi dan kebal tehadap godaan
korupsi.7
Jurnal Karya Rosida Tiurma Manurung “Pendidikan antikorupsi
Sebagai Satuan Pembelajaran Berkarakter dan Humanistik”. Jika
pendidikan antikorupsi dan humanistik sudah menjadi orientasi dan tujuan
pembelajaran, tentu sekolah akan menjadi tempat penyemaian budaya
kejujuran. Bukan hanya melahirkan generasi penerus yang pandai secara
6 Lukman Hakim, “Model Integrasi Pendidikan Anti Korupsi dalam Kurikulum
Pendidikan Islam”, Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta‟lim, Volume 10, Number 2, (2012), 154. 7 Fitri Fauziyah, Nilai-Nilai Pendidikan Antikorupsi Dalam Al-Qur‟an Kejujuran,
Tanggung Jawab Dan Kesederhanaan. Tesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015, 12.
7
intelektual, emosional, dan spiritual, tetapi juga memiliki kepribadian yang
berkarakter, berintegritas, dan bertanggung jawab.8
Jurnal karya Vinod Paravala dan Kanchan K. Malik “Religion and
Attitudes Towards Corruption in India: a collective action problems?”.
Jurnal ini berpendapat bahwa agama dapat memengaruhi cara orang berpikir,
berbicara, dan bertindak untuk melakukan korupsi. Apabila nilai-nilai agama
tidak lakssiswaan dalam kehidupan sehari-hari, maka korupsi akan terus
berkembang di India.9
Jurnal Karya Mevliyar Er “Corruption from the Islamic perspective”.
Pendidikan antikorupsi dalam masyarakat Muslim tampaknya lebih mudah
direalisasikan daripada di masyarakat Barat. Karena anjuran dalam agama
Islam sesuai dengan nilai-nilai antikorupsi yang ada.10
2. Kerangka Teori
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran
yang dilakukan oleh seseorang atau instansi pendidikan yang memberikan
materi mengenai agama islam kepada orang yang ingin mengetahui lebih
dalam tentang agama Islam baik dari segi materi akademis maupun dari segi
praktik yang dapat dilakukan sehari hari. Agama Islam di Indonesia
merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduknya, maka dari itu
8 Rosida Tiurma Manurung, “Pendidikan Antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran
Berkarakter dan Humanistik”, Jurnal, Volume 11, Number 27, 2012, 23. 9 Vinod Paravala dan Kanchan K. Malik, “Religion and Attitudes Towards Corruption in
India: a collective action problems?”, Journal, Volume 24, Number 7, 2014, 50-54. 10
Mevliyar Er, “Corruption from the Islamic perspective”, Journal, Volume 1, Number
1, 2008, 31-51.
8
pasti di setiap instansi pendidikan manapun memberikan pelajaran
pendidikan agama Islam di dalamnya.11
Ada 5 langkah yang efektif dalam Pendidikan agama Islam yaitu12
:
1) Mendidik dengan keteladanan
Seorang guru secara ideal akan dipandang sebagai pusat
percontohan layaknya artis atau orang yang dikagumi.
2) Mendidik dengan adat kebiasaan
Untuk menciptakan kebiasaan butuh waktu jangka panjang dan
tenaga yang tak sedikit dalam membentuk dan menanamkan sesuatu yang
dilakukan sejak dini.
3) Mendidik dengan nasihat
Menggunakan cara yang menyenangkan dan kelembutan dengan
upaya pencegahan sering di gunakan oleh para nabi saat menyampaiakan
pendidikan akhlak.
4) Mendidik dengan evaluasi pengawasan
Membenarkan dengan menjelaskan ulang jika anak melakukan
kesalahan dalam melakukan sesuatu.
5) Mendidik dengan hukuman
Hukuman sebagai wadah untuk melangsungkan dalam
menyampaikan unsur penjera sekaligus sanksi kepada anak. Namun
dalam menghukum tidaklah dibenarkan jika menggunakan kekerasan.
11
Zuhaerini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, 27-
28. 12
Najib, Agus Moh dkk., Membangun Keluarga Sakinah dan Maslahah,(PSW UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, IIESP-CIDA, 2006), hal 42.
9
b. Pengertian Pendidikan antikorupsi
Arti kata korupsi telah diterima dalam perbendaharaan dalam “Kamus
Umum Bahasa Indonesia “. Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti
pengertian penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya.
Nilai-nilai antikorupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran, kepedulian,
kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan mendukung prinsip-
prinsip antikorupsi untuk dapat dijalankan dengan baik.13
Korupsi tidak hanya membahas soal menggelapkan uang negara,
namun ada beberapa bentuk-bentuk korupsi yang ada di indonesia. Berikut
dipaparkan berbagai bentuk korupsi yang diambil dari Buku Saku yang
dikeluarkan oleh KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi14
yaitu:
1) Kerugian keuangan negara 7) Gratifikasi
2) Suap menyuap
3) Penggelapan dalam jabatan
4) Pemerasan
5) Perbuatan curang
6) Benturan kepentingan dalam pengadaan
13
Oktavia Adhi Suciptaningsih,Pendidikan Antikorupsi Bagi Siswa Sekolah Dasar di
Kecamatan Gunung Pati, Jurnal, Universitas PGRI Semarang, Volume 4, Number 2, 2014, 3. 14
Nanang T. Puspito., Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan Anti
Korupsi untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian., 2011) hal 25
10
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis deskriptif lapangan. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif naturalistik.
Penelitian kualitatif naturalitatif sebagai suatu konsep keseluruhan untuk
mengungkap rahasia Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk
Karakter antikorupsi.
2. Lokasi/Setting Penelitian
Lokasi yang menjadi tempat penelitian peneliti adalah di MAN Salatiga
dan MAN 1 Surakarta. Dilakukan di lembaga ini, karena lembaga ini telah
menggunakan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, dengan asumsi bahwa kurikulum ini merupakan salah satu alternatif
pilihan untuk menanamkan nilai-nilai antikorupsi kepada siswa.
3. Tahap-Tahap Penelitian
Mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan materi penelitian.
Kemudian data-data tersebut peneliti analisis dan selanjutnya peneliti
simpulkan. Dan hasil penelitian ini kemudian peneliti jadikan pedoman untuk
melakukan strategi pembelajaran.
4. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang akan peneliti gunakan dengan
menggunakan tiga metode yakni yang pertama wawancara. Wawancara atau
interview yang dilakukan selama observasi kepada orang-orang yang
11
bersangkutan bersifat berstruktur dan tidak berstruktur.15
Wawancara ini nanti
nya dilakukan kepada WAKA Kesiswaan, kurikulum, guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan siswa-siswi di MAN Salatiga dan MAN 1
Surakarta.
Kedua observasi, metode observasi ini sebagai upaya mengetahui
kondisi riil yang terjadi di lapangan serta mampu menangkap gejala terhadap
suatu fenomena sebanyak mungkin mengenai apa yang akan diteliti.16
Peneliti
melakukan observasi pada pembelajaran pendidikan agama Islam untuk
mengetahui strategi dan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam
menanamkan nilai-nilai antikorupsi kepada siswa.
Ketiga dokumetasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya.17
Menerangkan tentang kondisi secara umum MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta
serta keadaan siswa, bukti-bukti pelaksanaan strategi pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru bidang studi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
5. Analisis Data
Peneliti dalam menganalisa menggunakan analisis kualitatif naturalistik.
Menurut Miles dan Hubermen sebagaimana dikutip oleh Sugiyono, Analisa
penelitian harus melalui proses data reduction, display, dan verification.18
Menurut Miles dan Hubermen19
, langkah- langkah yang dimaksud
sebagai berikut:
15
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: Dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005, 72. 16
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Grafindo Pustaka
Utama, 1997, 109. 17
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002,
206 18
Sugiyono, Memehami Penelitian…,147.
12
a. Reduksi data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.20
Setelah
data penelitian lapangan terkumpul, proses reduksi data dilakukan dengan
cara memisahkan catatan antara data yang sesuai dengan data yang tidak
sesuai.
b. Display data
Peneliti berusaha menyajikan data melalui ringkasan-ringkasan
penting dari data yang telah direduksi. Data yang terpilih kemudian
disajikan sesuai dengan kondisi dan urutan yang runtut terkait dengan
Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter
antikorupsi yang diterapkan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta.
c. Penarikan kesimpulan
Melalui pemahaman peneliti hasil penelitian ini diupayakan untuk
mengetahui bagaimana Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam
Membentuk Karakter antikorupsi di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta
serta dikatahui pula kendala-kendala yang dihadapi selama ini untuk
kemudian diketahui solusi pemecahannya.
H. Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian penelitian ini meliputi bagian awal berisi: halaman
judul, abstraksi penelitian, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto,
19
Harun Rasyid, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu Sosial dan Agama, Pontisiswa:
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pontisiswa, 2000, 123. 20
Sugiyono, Memehami Penelitian…,147.
13
persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran. Bagian Inti, berisi
lima bab dengan perincian sebagai berikut:
Bab satu merupakan pendahuluan. Pada bab ini dibagi menjadi beberapa
sub bab, yaitu: latar belakang masalah, identifikasi masalah, fokus penelitian,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode
penelitian, dan sistematika penelitian.
Pada Bab dua membahas kebijakan sekolah dalam Implementasi
Pendidikan antikorupsi siswa MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta saat di
sekolah, khususnya siswa yang beragama Islam.
Pada bab tiga membahas Strategi Pembelajaran mata pelajaran mata
pelajaran Aqidah Akhlak di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta dalam
membentuk karakter antikorupsi Siswa.
Pada bab empat membahas Implementasi Pendidikan Agama Islam dan
hasil Pendidikan antikorupsi di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta sebagai
upaya pembentukan karakter antikorupsi siswa.
Pada bab lima merupakan penutup yaitu berisi: kesimpulan, saran-saran
dan penutup.
Bagian Akhir terdiri dari: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar
riwayat hidup.
14
BAB II
KEBIJAKAN SEKOLAH
A. Profil Sekolah
1. MAN Salatiga
MAN SALATIGA adalah merupakan sekolah yang berasal dari
Pendidikan Guru Agama, kemudian pada tahun 1990 berdasarkan keputusan
Menteri Agama Republik Indonesia No. 64 / 1990 berubah status menjadi
MAN SALATIGA. Berdiri di wilayah Salatiga dengan luas tanah 2.882 m2
Hak milik No. 49, dengan luas bagunan 5.113 m2 di jalan K.H. Wahid
Hasyim No. 12 Telp. (0298) 323031.
Sebagai lembaga pendidikan formal yang berciri khas Islam di samping
membuka jurusan I.P.A, I.P.S dan Bahasa juga muatan lokal Bahasa Jawa dan
IT, serta pengemabangan diri unggulan Otomotif dan Tata Busana. Dalam
menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan sekolah umum, pihak
manajemen MAN SALATIGA harus menciptakan program pendidikan
dengan bertujuan meningkatkan pelayanan kepada pihak stakeholders.
Perkembangan Pendidikan pada masa kini dan masa depan semakin
mendapatkan tantangan yang ketat, hal ini karena era globalisasi, informasi
dan tehnologi yang terus berkembang pesat, sehingga manusia yang tidak
menguasai informasi dan tehnologi akan tersingkirkan. Guna menghadapi hal
tersebut dunia pendidikan dituntut untuk menciptakan manusia yang memiliki
IMTAQ serta IPTEK dan juga memiliki keahlian yang dapat digunakan untuk
kehidupan secara mandiri.
15
2. MAN 1 Surakarta
Madrasah Aliyah negeri 1 Surakarta awal mulanya adalah Madrasah
Aliyah Al-Islam Surakarta di bawah Yayasan Al-Islam pada tahun lima
puluh-an. Karena keinginan pemerintah untuk mendirikan Madrasah Aliyah
Negeri, maka pemerintah meminta kepada Yayasan Al-Islam untuk
mengangkat status madrasah tersebut dari swasta menjadi negeri.
Dengan adanya negosiasi dan telah dicapainya kesepakatan diantara kedua
belah pihak, Yayasan Al-Islam merelakan sebagian siswa-siswinya
dimasukkan ke Madrasah Aliyah Negeri. Penegerian Madrasah ini didasarkan
surat keputusan menteri Agama RINo.180 Tahun 1967 tanggal 21 Juli 1967
dengan nama Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri ( MAAIN ) Surakarta.
Sejak tahun 1990 MAN 1 Surakarta dipercaya oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan Madrasah Aliyah Program Khusus ( MAPK ) yang
kemudian berubah nama menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan ( MAK ).
Hal ini berdasarkan Surat keputusan Menteri Agama RI No. 138 tahun 1990.
Tahun 2001, dengan bantuan dari IDB (Islamic Development Bank) MAN 1
Surakarta membuka program Workshop yang menempati lokal 3 di Jl.
Sumpah Pemuda No. 29.
Pada tahun 2006 MAN 1 Surakarta mengembangkan program
pendidikannya dengan membuka Program Boarding School yakni program
berasrama bagi peserta didik yang berkosentrasi pada pengembangan
akademik tinggi untuk siap bersaing di berbagai event lomba akademis.
16
B. Kebijakan Kepala Sekolah
1. Kebijakan Kepala Sekolah MAN Salatiga
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak Handono,
beliau mengatakan bahwa MAN Salatiga notabennya merupakan sekolah
piloting KPK (komisi Pemberantasan Korupsi). Tetapi, Pendidikan antikorupsi
belum di sosialisasikan dan di tekankan kepada siswa maupun tenaga pendidik
di MAN Salatiga. Oleh sebab itu, Kepala Sekolah selalu mensosialisasikan
nilai-nilai antikorupsi dan bahaya korupsi kepada siswa maupun tenaga
pendidik. Kepala Sekolah juga menjalin kerjasama dengan instansi terkait
diantaranya Kemenag, KPK, dll.21
Dari hasil wawancara yang peneliti dapatkan, Kepala Sekolah MAN
Salatiga mempunyai kebijakan untuk menanamkan nilai-nilai antikorupsi
kepada siswa yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tenggung jawab, kerja keras,
sederhana, berani, dan adil. Diantaranya sebagai berikut22
:
a. Membuat kantin kejujuran untuk siswa.
b. Mengadakan lomba pembuatan poster bertema antikorupsi pada saat jeda
semester.
c. Mendelegasikan perwakilan siswa untuk mengikuti kegiatan seminar
antikorupsi.
d. Melatih siswa untuk merencanakan, mengatur anggaran, dan membuat
laporan pertanggung jawaban pada kegiatan iternal disekolah.
21
Handono, Kepala Sekolah MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 9 Januari 2020. 22
Wawancara dan diskusi antara peneliti dengan kepala sekolah berkaitan dengan
implementasi Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter anti korupsi, hari rabu
08/01/2020, 1-10.
17
e. Membiasakan siswa untuk datang ke sekolah tepat waktu.
f. Membuat parenting klub antara guru dan wali murid untuk meningkatkan
penanaman nilai-nilai antikorupsi kepada siswa.
Berdasarkan hasil dari wawancara yang peneliti peroleh dari bapak kepala
sekolah MAN Salatiga, beliau mengatakan bahwa ada beberapa kebijakan yang
harus dilaksanakan oleh guru dalam membentuk karakter antikorupsi siswa,
diantaranya adalah:23
a. Seorang pendidik seharusnya mampu membekali peserta didik dengan
keterampilan atau kompetensi yang bisa mendorong mereka menjadi pribadi
yang antikorupsi, karena problem korupsi saat ini menjadi problem yang
menuntut adanya upaya pemecahan secara mendesak. Sehingga penting bagi
guru untuk menjadikan pendidikan antikorupsi tidak saja terintegrasi dalam
pembelajaran melalui Hidden Curriculum, tetapi menyuratkan dalam ideal
kurikulum, minimal dalam silabus atau dalam bahan ajar.
b. Seorang pendidik harus mampu menjadi patner sekaligus fasilitator yang
baik bagi peserta didik agar pembelajaran dapat berjalan secara
komunikatif-interaktif. Sesuai dengan hasil pengamatan peneliti saat
dilapangan, suasana dalam pembelajaran akan menjadi lebih hidup dan tidak
membosankan ketika guru mengajak dialog peserta didik tentang problem-
problem kontemporer serta pemecahannya.
c. Seorang pendidik diharapkan mampu mendorong dan memotivasi peserta
didik agar bisa mengaplikasikan ilmu agamanya kedalam kehidupan pribadi
dan masyarakat.
23
Handono, Kepala Sekolah MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 9 Januari 2020.
18
d. Kepada pihak guru untuk meningkatkan metode pembelajaran dan evaluasi
yang digunakan agar lebih kreatif, inovatif dan mudah ditangkap oleh
peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak Handono,
beliau mengatakan bahwa Kepala sekolah sebagai atasan langsung dari guru-
guru dalam mengambil langkah-langkah kebijakan yang mengacu kepada
kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh tingkat pusat, tingkat daerah maupun
dari tingkat kota dalam pelaksanaan peningkatan profesionalisme guru-guru
kelas dan guru bidang studi lainnya. Kepala sekolah juga
mengimplementasikan kebijakan Pendidikan antikorupsi diantaranya dengan
melakukan peningkatan profesionalisme pada guru-guru yang berada dalam
kepemimpinannya.24
Untuk melihat apakah guru sudah berhasil atau belum dalam meningkatkan
profesionalismenya dalam implementasi Pendidikan antikorupsi, maka harus
diadakan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan oleh guru tersebut.
Evaluasi penilaian atau penafsiran terhadap apa yang akan dicapai guna
perbaikan selanjutnya. Evaluasi terhadap seluruh hasil kinerja lembaga untuk
dikelola dengan baik agar kelemahan dari segala aspeknya dapat ditanggulangi
dengan baik dan benar.25
Kelemahan sekolah dapat terjadi pada guru-guru, pada pola kepemimpinan
kepala sekolah, pada permodalan, pada mekanisme kerja, dan pada
24
Handono, Kepala Sekolah MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 9 Januari 2020. 25
Handono, Kepala Sekolah MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 9 Januari 2020.
19
manajemennya, oleh sebab itu evaluasi harus dilaksanakan dan ditindak lanjuti
dengan pemecahan masalah sehingga masalah terpecahkan.26
Beberapa kebijakan tersebut merupakan upaya Kepala Sekolah MAN
Salatiga dalam memerangi korupsi sejak dini. Selain itu, Kepala Sekolah MAN
Salatiga sangat mendukung dalam penelitian tesis kami yang sesuai dengan
harapan Kepala Sekolah MAN Salatiga untuk mencegah lahirnya koruptor,
bukan menghakimi koruptor.
2. Kebijakan Kepala Sekolah MAN 1 Surakarta
MAN 1 Surakarta merupakan sekolah unggulan berbasis Agama Islam
yang sudah tidak di ragukan lagi kualitas dan mutu pendidikannya. Percakapan
menggunakan bahasa inggris dan bahasa arab selalu terlintas dalam aktivitas
sekolah. Implementasi nilai-nilai antikorupsi kepada siswa sudah dilaksanakan
sejak dulu. Bahkan sudah menjadi kebiasaan siswa untuk selalu melaksanakan
nilai-nilai antikorupsi tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak Budiyono,
beliau mengatakan bahwa definisi kepala sekolah adalah peran utama kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah menciptakan situasi belajar
mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar
dengan baik.27
26
Handono, Kepala Sekolah MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 9 Januari 2020. 27
Budiyono, Kepala Sekolah MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
20
Dari hasil wawancara yang peneliti dapatkan, Kepala Sekolah MAN 1
Surakarta mempunyai kebijakan nilai-nilai antikorupsi yang harus tertanam
kepada setiap siswa yaitu, Jupe Mandi, Tangker Kebedil yang artinya28
:
a. Ju artinya jujur. Setiap siswa harus mempunyai sikap jujur. Untuk melatih
sikap jujur, sekolah selalu meningkatkan kejujuran siswa dengan membuat
kantin kejujuran.
b. Pe artinya peduli. Setiap siswa harus mempunyai rasa peduli terhadap guru
atau sesama teman. Maka dari itu, sekolah membudayakan salam, senyum,
sapa, disekolah.
c. Man artinya mandiri. Setiap siswa harus bisa mengurus dirinya sendiri.
Karena di MAN 1 Surakarta berbabis asrama dan lepas dari orang tua.
d. Di artinya disiplin. Setiap siswa dilatih untuk disiplin dalam mematuhi
peraturan yang berlaku. Sekolah selalu melibatkan siswa untuk memberikan
usulan dalam membuat peraturan di sekolah. Konsekuensinya siswa juga
harus mematuhi peraturan yang dibuatnya.
e. Tang artinya tanggung jawab. Setiap siswa harus memiliki sikap tanggung
jawab dalam melaksanakan segala sesuatu. Sekolah memberikan tugas
kepada siswa untuk mengelola keuangan di asrama maupun keuangan
kegiatan sekolah yang di pantau oleh Kepala Sekolah secara langsung untuk
melatih tanggung jawab siswa.
f. Ker artinya kerja keras. Siswa dilatih untuk kerja keras dalam melaksanakan
suatu kegiatan sekolah. Supaya kegiatan tersebut berjalan dengan maksimal.
28 Budiyono, Kepala Sekolah MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
21
g. Ke artinya kesederhanaan. Siswa dilatih untuk menjalani hidup yang
sederhana. Karena hidup bermewah-mewahan dapat memicu korupsi.
h. Be artinya berani. Siswa dilatih untuk berani mengeluarkan pendapat,
usulan, ide, gagasan, yang positif untuk kemajuan sekolah.
i. Dil artinya keadilan. Siswa dilatih untuk adil apabila diberi kewenangan oleh
sekolah. Misalnya waktu di tunjuk menjadi ketua organisasi sekolah (OSIS,
PMR, OPBS, OPPK) dan lainnya.
Beberapa kebijakan tersebut merupakan upaya Kepala Sekolah MAN 1
Surakarta dalam memerangi korupsi sejak dini. Kepala Sekolah MAN 1
Surakarta juga sangat mendukung dalam penelitian tesis kami. Kepala Sekolah
MAN 1 Surakarta berharap penelitian ini berlanjut dan dapat memberikan
sumbang sih kepada negeri dalam memerangi korupsi.
C. Efektifitas Peran Kepala Sekolah
Dalam Pencegahan korupsi dalam lembaga pendidikan formal, kepala
sekolah dapat melakukan melalui dua pendekatan. Pertama, menjadikan peserta
didik sebagai target dalam bentuk peningkatan moral dan kepribadian peserta
didik, sehingga tidak hanya mencetak manusia yang cerdas secara intelektual,
tetapi juga baik secara moral. Kedua, menggunakan peserta didik untuk
menekan lingkungan agar tidak permissive dan mudah melakukan korupsi,
dengan memberikan materi-materi pengayaan yang dapat mendorong peserta
didik untuk menjadi pelaku pencegahan korupsi.29
29
Chapman, David, Corruption and the Education Sector. Sectoral Perspectives on
Corruption, Prepared by MSI. Sponsored by USAID, DCHAIDG, 2002, 15.
22
Untuk itu, kepala sekolah harus mempunyai kebijakan untuk mengolah
materi pendidikan karakter dan anti korupsi secara menarik serta dilakukan
kerja sama dengan Pusat Kurikulum - Kementerian Pendidikan Nasional.
Sementara pendidik berperan sebagai penyampai materi kurikulum termasuk
didalamnya nilai-nilai yang baik kepada peserta didik. Hal itu akan lebih
efektif apabila disertai dengan keteladanan karena merupakan contoh langsung
yang dapat diserap.30
Peran kepala sekolah untuk membuat kebijakan dalam pendidikan (formal)
untuk mengurangi dan mencegah tindakan korupsi juga semakin strategis, karena
saat ini telah mendapat dukungan pemerintah. Sesuai dengan Instruksi Presiden
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, semua
Departemen/Lembaga Negara mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan
percepatan pemberantasan korupsi. Tugas khusus yang menjadi tanggungjawab
Departemen Pendidikan Nasional adalah menyelenggarakan pendidikan yang
berisikan penanaman semangat anti korupsi pada semua jenjang pendidikan.31
Ada dua indikator kebijakan kepala sekolah dalam implementasi
Pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter antikorupsi diantaranya
adalah:
1. Indikator Strategi Inklusif
Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MAN Salatiga dan MAN 1
Surakarta dapat disimpulkan bahwa sekolah tersebut telah melaksanakan strategi
inklusif dalam menanamkan jiwa antikorupsi kepada siswa. Ini dibuktikan dengan
30
Pope, Jeremy, Strategi Memberantas Korupsi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2002,77. 31
Titik Handayani, Korupsi dan Pembengunan Pendidikan di Indonesia, Jurnal, 2009,
Vol. IV, Nomor 2.
23
adanya ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh kepala sekolah mengenai rencana
kebijakan untuk kegiatan menanamkan nilai-nilai antikorupsi kepada siswa,
ketentuan itu terintegrasi di dalam tata tertib sekolah yang mengatur tentang
prilaku siswa yang di dalamnya juga mengatur tentang korupsi di dalam sekolah.32
Selain itu, ada upaya yang dilakukan oleh Kepala sekolah MAN Salatiga dan
MAN 1 Surakarta dalam menyisipkan materi tentang nilai-nilai antikorupsi
kepada siswa yaitu dengan memasukkan nilai-nilai antikorupsi itu ke dalam nalai
karakter yang dikembangkan masing-masing mata pelajaran. Sekolah juga
melakukan pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat dalam
menanamkan jiwa antikorupsi kepada siswanya.
2. Indikator Strategi Ekslusif
Penanaman nilai antikorupsi di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta sudah
terintergrasi atau sudah tergabung dalam tata tertib sekolah dan tidak ada mata
pelajaran khusus yang mengajarkan tentang antikorupsi, tapi setiap mata pelajaran
punya nilai karakter tersendiri dalam pembelajarannya, termasuk juga nilai
antikorupsi. Sehingga dapat kita ambil kesimpulan bahwa MAN Salatiga dan
MAN 1 Surakarta belum melaksanakan strategi eksklusif dalam penanaman jiwa
antikorupsi kepada siswa, namun sekolah sudah melaksanakan strategi inklusif
dalam menanamkan jiwa antikorupsi kepada siswa. Strategi inklusif yang bersifat
integral merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh sekolah dengan
menyisipkan nilai-nilai antikorupsi ke dalam mata pelajaran yang berkaitan
dengan nilai-nilai antikorupsi.33
32
Andhika Pratama dan Sumaryati, Jurnal…, 2015, Vol. 4 No. 2. 33
E. Handoyo, Pendidikan Antikorupsi, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013, 56.
24
BAB III
STRATEGI PEMBELAJARAN PAI DALAM MEMBENTUK
KARAKTER ANTIKORUPSI
A. Program Kegiatan Siswa
Sebelum diuraikan tentang proses penerapan strategi Implementasi
Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter antikorupsi maka peneliti
terlebih dahulu mendeskripsikan pelaksanaan strategi Implementasi Pendidikan
Agama Islam dalam Membentuk Karakter antikorupsi. Aulia Putri
mengemukakan pelaksanaan strategi pembelajaran guru akidah akhlak dalam
membentuk karakter antikorupsi peserta didik sangat bagus, karena strategi
pembelajaran tersebut dia dan teman-teman lainnya semakin rajin mengikuti
kegiatan-kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai antikorupsi.34
Berdasarkan hasil
wawancara yang peneliti peroleh dari bapak Handono mengatakan bahwa
pelaksanaan atau penerapan strategi pembelajaran guru akidah akhlak di MAN
Salatiga selama ini, berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang telah
direncsiswaan atau diprogramkan.35
Berdasarkan dari hasil wawancara yang peneliti peroleh dari guru akidah
akhlak di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta, ada beberapa hal penting yang
peneliti identifikasikan untuk kemudian dideskripsikan sebagai bentuk strategi
yang dilakukan oleh guru akidah akhlak dalam membentuk karakter antikorupsi
di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta yaitu:
34
Aulia Putri, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1 Surakarta
tanggal 24 Januari 2020. 35
Handono, Kepala Sekolah MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 9 Januari 2020.
25
1. Membuat Program Harian
Dalam program ini, isinya memuat tentang anjuran guru akidah akhlak dan
karyawan untuk melaksanakan salat berjamaah zuhur bersama-sama siswa dan
salat berjamaah azar sebelum pulang sekolah serta datang dan pulang tepat
waktu. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menanamkan sikap kedisiplinan
terhadap peserta didik dengan melalui metode pembiasaan dan metode
keteladanan. Sebagaimana halnya dengan guru yang memberikan keteladanan
tentang sikap kedisiplinan dalam melaksanakan tugas dan salat berjamaah,
peserta didik juga dibiasakan melakukan hal yang serupa.36
Selain itu, di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta, guru akidah akhlak juga
berupaya untuk membiasakan peserta didik disiplin dalam menyelesaikan tugas
dikelas. Diantaranya dalam mengerjakan soal-soal ulangan maupun tugas yang
lainnya di dalam kelas. Teknik pelaksanaannya bahwa pemberian tugas dikelas
mempunyai batas waktu maksimal. Pelaksanaan kegiatan ini dikoordinir
langsung oleh guru mata pelajaran. Tujuannya adalah untuk melatih peserta
didik terbiasa dalam menyelesiakan tugas tepat waktu.37
Selain itu, juga dibuka kantin kejujuran yang tujuan utamanya adalah untuk
menanamkan dan membiasakan peserta didik berperilaku jujur. Dalam strategi
ini, guru akidah akhlak menggunakan metode pembiasaan. Adapun bentuk
penerapan strategi ini sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Umi Hamimah yaitu
ketika menjual es, terlebih dahulu dihitung baik jumlahnya, kemudian
disampaikan secara umum kepada peserta didik bahwa jumlah es yang ada di
36
Djamaludin, Guru Akhidah Akhlak MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di
MAN Salatiga tanggal 8 Januari 2020. 37
Sugiyono, Guru Akhidah Akhlak MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di
MAN 1 Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
26
dalam tempat ini sekian dengan harga keselurahan sekian. Disamping itu ada
seorang satpam yang diberi tugas untuk mengontrolnya dari jauh yang tidak
diketahui oleh peserta didik dan dalam setiap lima orang peserta didik yang
sudah berbelanja, seorang satpam datang menghitungnya dengan cara tidak
terang-terangan. Strategi ini dilakukan dengan maksud apabila ada peserta didik
yang tidak membayar, akan mudah diketahui karena hanya lima orang yang
diperiksa. Demikian salah satu bentuk strategi yang dilakukan oleh guru akidah
akhlak dalam membina dan menanamkan sikap kejujuran kepada peserta didik.38
Dari hasil wawancara yang peneliti peroleh dari guru akidah akhlak, maka
ditarik suatu kesimpulan bahwa untuk menanamkan sikap jujur, peduli,
mandiri, disiplin, tanggung- jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil
terhadap peserta didik, maka seorang guru harus menerapkan metode
pembiasaan dan keteladanan.39
2. Membuat Program Mingguan
Program mingguan ini, diistilahkan dengan kegiatan Jumat ibadah.
Berdasarkan hasil wawancara dari ibu Sri Suliani, beliau mengungkapkan
bahwa inti dari kegiatan ini adalah menanamkan sikap jujur, peduli, mandiri,
disiplin, tanggung- jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil peserta didik
melalui metode keteladanan, pembiasaan, ceramah, tanya jawab, demonstrasi
dan resitasi atau pemberian tugas.40
38
Umi Hamimah, Guru Akhidah Akhlak MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di
MAN Salatiga tanggal 8 Januari 2020. 39
Djamaludin, Guru Akhidah Akhlak MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di
MAN Salatiga tanggal 8 Januari 2020. 40
Sri Suliani, Guru Akhidah Akhlak MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di
MAN 1 Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
27
Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan Jumat ibadah di MAN Salatiga dan
MAN 1 Surakarta dikordinir langsung oleh siawa dan diawasi oleh guru bidang
studi akidah akhlak. Kegiatan ini bersifat umum, yaitu dilaksanakan oleh seluruh
peserta didik di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta. Waktu pelaksanaan
kegiatan Jumat ibadah ini dimulai jam 06.45-07.45 di luar jam pelajaran. Khusus
hari Jumat, jam pelajaran dimulai pukul 07.45. Menurut bapak Budiyono bahwa
adanya penjadwalan seperti itu adalah untuk memberikan kesempatan kepada
seluruh peserta didik dalam upaya implementasi nilai-nilai antikorupsi yaitu
jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung- jawab, kerja keras, sederhana, berani,
dan adil. Dalam kegiatan ini, setiap hari Jumat semua peserta didik yang masuk
pagi diharuskan memakai pakaian muslim dan datang di sekolah paling lambat
satu jam sebelum masuk waktu jam pelajaran di dalam kelas, begitu pula dengan
guru akidah akhlak yang diberi tugas atau amanah untuk membina peserta didik
dalam melaksanakan kegiatan Jumat ibadah, diharuskan datang lebih awal. 41
3. Membuat Program Bulanan
Dalam program ini, setiap bulan guru akidah akhlak mengadakan meeting
atau petemuan dengan tujuan untuk berbagi pengalaman tentang bagaimana
metode mengajar yang efektif dan efisien khususnya dalam pembinaan akhlak
mulia peserta didik. Dalam pertemuan ini dihadiri oleh bapak kepala sekolah
untuk melihat apa kendala-kendala yang dialami oleh guru akidah akhlak dalam
pembinaan akhlak mulia peserta didik. Dari uraian tersebut peneliti mengambil
41
Budiyono, Kepala Sekokah MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
28
suatu konklusi bahwa program bulanan ini sangat penting dilakukan dalam rangka
berbagi pengalaman mengajar yang efektif dan efisien.42
4. Membuat Program Tahunan
Program tahunan ini, Dilaksanakan dalam bentuk kegiatan buka puasa
bersama dan kegiatan pesantren kilat. Kegiatan ini diprogramkan sekali setahun
pada bulan suci Ramadhan dengan penanggung jawab semua guru yang ada di
MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta ditambah dengan kepala Madrasah dan
orang tua peserta didik yang bertempat tinggal di sekitar madrasah tersebut.
Teknik pelaksanaannya, guru membentuk panitia khusus yang diberi tugas
masing-masing untuk dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan. Untuk buka
puasanya diundang seluruh warga sekolah, warga masyarakat yang bertempat
tinggal di sekitar madrasah dan seluruh orang tua peserta didik. Tujuan kegiatan
ini, disamping untuk melakukan dan memperbaiki silaturrahim antara guru orang
tua peserta didik dan warga masyarakat juga untuk pembinaan rohani dan sikap
jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung- jawab, kerja keras, sederhana, berani,
dan adil yang diberikan oleh ustadz yang membawakan ceramah sebelum berbuka
puasa.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari guru akidah akhlak
dan siswa di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta peneliti berkesimpulan bahwa
salah satu strategi yang paling efektif untuk menanamkan nilai antikorupsi yaitu
jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung- jawab, kerja keras, sederhana, berani,
dan adil kepada siswa adalah dengan mengoptimalkan program harian, mingguan,
42
Budiyono, Kepala Sekokah MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
29
bulanan, dan tahunan agar siswa terbiasa untuk menanamkan nilai-nilai
antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari.
B. Penanaman Nilai Karakter Antikorupsi
Dari hasil penelitian di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta banyak
persoalan-persoalan yang menarik untuk dicermati. Mungkin bila dilihat dari
teori maupun srateginya sulit untuk diaplikasikan dalam Pelaksanaan Pendidikan
antikorupsi. Namun ternyata dalam implementasi di lapangan ditemukan banyak
kemudahan dan tidak sulit yang dibayangkan oleh peneliti.
Dari beberapa strategi diatas, peneliti menggaris bawahi ada dua hal
Strategi Implementaasi Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk karakter
antikorupsi yaitu43
:
1. Pendidikan formal, yaitu memadukan tema-tema antikorupsi ke dalam
pendidikan agama atau pendidikan moral bagi siswa di sekolah.
2. Pelatihan untuk membekali para generasi muda dari berbagai kelompok
agama dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam
menjalankan gerakan antikorupsi (taining of trainer). Dengan demikian,
mereka memahami apa, mengapa, dan bagimana korupsi dapat terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dari sudut hukum dan agama.
Program ini mempermudah guru untuk mendidik akhlak siswa. Sebab,
tugas guru tidak hanya melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas, tetapi
lebih dari itu guru turut bertanggung jawab dalam membina kepribadian siswa.44
43
Fuad Fachrudin, Agama dan Pendidikan DemokrasiPengelaman Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama, trj. Tufel Najib Musyadad, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006, 179, 181. 44
Fuad Fachrudin, Agama…,2006,179.
30
Selain itu, tugas guru tidak hanya mengajarkan materi saja, tetapi berupaya
semaksimal mungkin untuk membentuk kepribadian peserta didik yang
sempurna. Selain itu, orang tua siswa MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta
selalu memberikan motivasi dan pembinaan siswa-siswanya berperilaku jujur di
sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat. Dengan adanya kerjasama
yang baik antara orang tua, sekolah, pemerintah, dan masyarakat sekitar MAN
Salatiga dan MAN 1 Surakarta mampu mendidik generasi muda berperilaku
jujur dan berakhlak mulia sebagai modal utama untuk membangun bangsa yang
berperadaban tinggi bebas dari korupsi.
Oleh karenan itu program utama dan perjuangan pokok segala usaha ialah
akhlak mulia. Ia harus ditanamkan da ditegakan kepada seluruh lapisan dan
tingkatan masyarakat, mulai dari tingkatan atas sampai lapisan masyarakat
terbawah. Dan pada lapisan atas itulah yang pertama-tama wajib memberikan
teladan yang baik kepada masyarakat dan rakyat. Akan tetapi msiswaalah para
pemimpin berani meberikan contoh-contoh yang buruk, maka akan beralalu
pepatah “Kalau guru kencing berdiri, murid akan kencing berlari”. Adaikan
terjadi, justru guru kencing berlari, niscaya murid-murid kencing menari-nari.
Dalam upaya mengimplementasikan pendidikan antikorupsi di sekolah
dapat dipilih tiga strategi, yaitu strategi inklusif, strategi eksklusif dan strategi
studi kasus. Dengan mempertimbangkan kematangan berpikir dan emosional
siswa serta padatnya jam pelajaran, strategi inklusif dapat dipilih dengan cara
menyisipkan nilai-nilai antikorupsi ke dalam sejumlah mata pelajaran yang
terkait. Salah satunya dalam mata pelajaran akhidah akhlak. Strategi eksklusif
dapat digunakan untuk jenjang pendidikan menengah, yakni dengan cara
31
memasukkan pendidikan antikorupsi ke dalam kurikulum lokal (muatan lokal)
atau melalui ekstra-kurikuler. Strategi studi kasus yaitu membatasi pendekatan
studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu
kasus secara intensif dan rinci.
Adapun strategi penyampaian nilai-nilai anti korupsi bahwa dalam
menanamkan nilai-nilai anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam sebaiknya menggunakan cara yang demokratis, pencarian bersama,
aktivitas bersama, menggunakan metode keteladanan, pengalaman langsung atau
simulasi, live in serta melakukan klarifikasi nilai.
Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan
nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan siswa untuk menemukan nilai-nilai
tersebut dalam pendampingan dan pengarahan guru. Siswa diberi kesempatan
untuk memberikan tanggapan, pendapat, dan penilaian terhadap nilai-nilai yang
ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi satu-satunya dalam
menemukan nilai-nilai anti korupsi yang dihayatinya. Guru berperan sebagai
penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut. Metode ini
dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai diantaranya keterbukaan,
kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati
dan toleransi. Melalui metode ini siswa diajak untuk mulai berani
mengungkapkan gagasan, pendapat, maupun perasaannya.
Sedangkan metode pencarian bersama menekankan pada pencarian
bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi
pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat, di mana proses ini
diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis, sistematis, argumentatif
32
untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama.
Melalui metode ini siswa diajak aktif mencari dan menemukan tema yang
sedang berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan menemukan
permasalahan, mengkritisi dan mengolahnya, siswa diharapkan dapat mengambil
nilai-nilai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Metode siswa aktif atau aktivitas bersama menekankan pada proses yang
melibatkan siswa sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok bahasan
dan siswa dalam kelompok mencari dan mengembangkan proses selanjutnya.
Siswa membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai proses penyimpulan
atas kegiatan mereka. Metode ini mendorong siswa untuk mempunyai
kreativitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama,
kejujuran, dan daya juang.
Dalam dunia pendidikan, apa yang terjadi dan tertangkap oleh siswa bisa
jadi tanpa disaring akan langsung dilakukan. Proses pembentukan kepribadian
pada siswa akan dimulai dengan melihat orang yang akan diteladani. Guru dapat
menjadi tokoh idola dan panutan bagi siswa. Dengan keteladanan guru dapat
membimbing siswa untuk membentuk sikap yang kokoh. Keselarasan antara kata
dan tindakan dari guru akan amat berarti bagi seorang siswa, demikian pula
apabila terjadi ketidakcocokan antara kata dan tindakan guru maka perilaku siswa
juga akan tidak benar. Dalam hal ini guru dituntut memiliki ketulusan, keteguhan,
kekonsistenan hidup. Proses penanaman nilai-nilai anti korupsi kepada siswa
melalui proses keteladanan pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun
siswa perlu diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan. Misalnya, guru perlu
menjelaskan mengapa kita tidak boleh korupsi; menjelaskan bahaya dari tindakan
33
korupsi atau mengapa kita harus jujur, tidak mencontek pada waktu ulangan. Hal
ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu
keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.
Selain itu, metode Live in juga harus diterapkan dalam proses pembelajaran.
Metode tersebut harus diterapkan agar siswa mempunyai pengalaman hidup
bersama orang lain langsung dengan situasi yang sangat berbeda dari kehidupan
sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung siswa dapat mengenal lingkungan
hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan, termasuk
tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara periodik.
Dengan cara ini siswa diajak untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lebih baik
dari orang lain, tumbuh sikap toleran dan sosial yang lebih tinggi pada kehidupan
bersama. Siswa perlu mendapat bimbingan untuk merefleksikan pengalaman
tersebut, baik secara rasional intelektual maupun dari segi batin rohaninya. Hal ini
perlu dijaga jangan sampai siswa menanggapi pengalaman ini berlebihan, tetapi
haruslah secara wajar dan seimbang.
Pendidikan antikorupsi di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta menjadi
sebuah langkah strategis bagi pencegahan korupsi. Karena selama ini korupsi
terus langgeng antara lain karena rendahnya tingkat pemahaman mengenai
korupsi yang tidak saja menyebabkan kesalah pahaman mengenai bentuk-bentuk
korupsi, namun juga menyeret seseorang terperangkap kedalam sistem yang
mengakomodir perilaku korupsi tersebut. Pendidikan selama ini diyakini belum
memberi penyadaran mengenai korupsi. Dengan demikian, sudah saatnya
Pendidikan antikorupsi diterapkan di semua Lembaga pendidikan sebagai strategi
awal bagi pencegahan korupsi di Indonesia sedini mungkin.
34
BAB IV
IMPLEMENTASI PAI DAN HASIL PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
A. Hasil Penerapan Nilai-nilai Antikorupsi dalam Pembelajaran PAI
Pembentukan akhlak mulia merupakan tumpuan perhatian pertama dalam
Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW
yang utama adalah menyempurnakan akhlak yang mulia. Peran Pendidikan
Agama Islam itu sendiri sangat penting dalam membentuk perilaku (Akhlak)
setiap siswa sebagai pencegahan serta menanamkan nilai-nilai antikorupsi yaitu:
1. Kejujuran
Sikap jujur merupakan salah satu modal utama dalam membentuk karakter
antikorupsi. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak
Ahmad Ridhowi, beliau berkata bahwa hal yang pertama ditanamkan unutuk
menenamkan sikap kejujuran kepada peserta didik adalah memberikan
pemahaman tentang akhlak kepada Allah swt melalui ihsan. Keyakinan bahwa
Allah Maha Melihat apapun yang dilakukan makhluknya, akan memberikan
motivasi bagi peserta didik untuk senantiasa melakukan yang terbaik dalam
hidupnya. Peserta didik diajak untuk mensyukuri berbagai nikmat yang
diberikan Allah swt, misalnya kesehatan. Dengan fisik yang sehat, mereka
mampu melakukan berbagai aktifitas sebagai khalifah di muka bumi,
memakmurkannya dan tidak membuat kerusakan di atasnya.45
Inilah salah satu
upaya menumbuhkan sikap jujur dari dalam diri peserta didik dengan
memberikan penjelasan tentang Maha Kuasanya Allah swt. Kesadaran ini
45
Ahmad Ridhowi, Guru MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
35
penting agar dalam beraktivitas senantiasa dilandasi dengan pengabdian
terhadap Sang Pencipta.46
Di sekolah, kantin kejujuran dapat melatih siswa untuk selalu berperilaku
jujur. Hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak Handono tentang kantin
kejujuran, beliau berkata bahwa kantin kejujuran ini tujuan pentingnya adalah
untuk menanamkan kebiasaan jujur siswa. Pelaksanaan kantin kejujuran sesuai
dengan penekanan karakter yang ditanamkan di sekolah ini, salah satunya yaitu
nilai kejujuran. Meskipun terkadang rugi tetapi sekolah konsisten melaksanakan
kantin kejujuran demi tertanamnya nilai kejujuran dalam diri.47
Sedangkan
Syaiful Bahri berpendapat bahwa kantin kejujuran di sekolahnya masih terus
berjalan meskipun ada beberapa temannya yang masih tidak bayar saat
mengambil barang di kantin tersebut.48
Dari beberapa hasil wawancara diatas, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa nilai kejujuran sudah diimplementasikan kepada semua siswa di MAN
Salatiga dan MAN 1 Surakarta. Meskipun belum memperoleh hasil yang
maksimal, sekolah tetap berusaha untuk menanamkan nilai kejujuran kepada
siswa. Karena kejujuran merupakan nilai penting dalam pembentukan
karakter antikorupsi siswa.
2. Kepedulian
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak Budiyono,
beliau berkata bahwa kepeduliaan adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin
46
Djamaludin, Guru Akhidah Akhlak MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di
MAN Salatiga tanggal 8 Januari 2020. 47
Handono, Kepala Sekolah MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 8 Januari 2020. 48
Syaiful Bahri, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga
tanggal 8 Januari 2020.
36
memberi bantuan pada orang lain yang membutuhkan. Setiap siswa harus
mempunyai rasa peduli terhadap siapapun. Karena sebagai makhluk sosial
kita harus berinteraksi dan berkomunikasi untuk saling tolong-menolong
kepada sesama.49
Pada era sekarang ini, adakalanya sebagai individu, mereka justru
menentang nilai-nilai yang dianut oleh orang tua dan orang dewasa lainnya.
Kondisi tersebut menjadikan guru akidah akhlak MAN Salatiga dan MAN 1
Surakarta berupaya menanamkan nilai-nilai anti korupsi kepada peserta didik
untuk melaksanakan akhlak mulia kepada teman-temannya.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Najwa Shabila,
dia mengatakan bahwa rasa kepedulian terhadap teman sudah terwujud.
Diantaranya sopan terhadap guru, menghargai pendapat teman, membantu
apabila adata teman yang kesusahan.50
Sama hal nya dengan Muhammad
Akbar, dia mengakatan bahwa kepedulian antar siswa sudah terwujud. Salah
satunya adalah bertakziah apabila ada orangtua siswa yang meninggal dunia.
Biasanya semua siswa memberikan infaq seikhlasnya untuk membantu teman
yang sedang terkena musibah.51
Karena dalam pembelajaran akhidah akhlak
dijelaskan bahwa membantu orang yang sedang kesusahan merupakan akhlak
yang terpuji dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Kepedulian antar
siswa juga sudah terwujud dengan adanya belajar kelompok. Dalam belajar
49
Budiyono, Kepala Sekolah MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020. 50
Najwa Shabila, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020. 51 Muhammad Akbar, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga
tanggal 8 Januari 2020.
37
kelompok ini, siswa yang sudah bisa mengajari siswa lain yang belum bisa
dalam menyelesaikan soal-soal mata pelajaran.52
Hasil dari wawancara diatas, peneliti mengetahui bahwa rasa kepeduliaan
antar siswa di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta sudah terwujud.
Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter
antikorupsi akan memperoleh hasil maksimal apabila setiap siswa
mempunyai kesadaran untuk selalu menanamkan rasa kepedulian terhadap
sesama baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
3. Kemandirian
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak Handono,
beliau mengatakan bahwa kemandirian adalah suatu sikap yang
memungkinkan siswa untuk berbuat bebas melakukan sesuatu atas dorongan
diri sendiri untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan, serta
berkeinginan untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain dengan di
dasari rasa tanggungjawab.53
Hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Ammar Ma‟ruf, dia mengatakan
bahwa ketatnya persaingan nilai menjadikan setiap siswa berlomba-lomba untuk
memperoleh nilai terbaik dengan belajar sungguh-sungguh secara mandiri.54
Banyak juga siswa yang melakukan bimbingan belajar diluar jam pelajaran
52 Khoirunnisa, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020. 53 Handono, Kepala Sekolah MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga
tanggal 8 Januari 2020. 54
Ammar Ma‟ruf, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga
tanggal 8 Januari 2020.
38
sekolah agar dapat bersaing dengan siswa yang lainnya dalam mengikuti
pembelajaran.55
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Ubaidillah, dia
berkata bahwa persaingan yang dilakukan siswa untuk memperoleh prestasi
yang diinginkan sangat positif dan fair. Karena dapat memotivasi siswa agar
lebih semangat untuk belajar.56
Dari beberapa hasil wawancara diatas, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa kemandirian siswa sudah dilatih untuk semua siswa di MAN Salatiga
dan MAN 1 Surakarta dengan menerapkan kompetisi siswa dalam proses
pembelajaran. Kemandirian merupakan nilai yang harus dimiliki oleh setiap
siswa dalam menjalani kehidupan. Dengan kemandirian, siswa akan
termotivasi untuk memperbaiki pemikiran dan akhlaknya agar menjadi lebih
baik lagi sesuai dengan apa yang Allah perintah dan apa yang Allah larang.
4. Kedisiplinan
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak Harno,
beliau mengatakan bahwa kedisiplinan adalah suatu sikap yang menunjukkan
kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, tata
tertib, peraturan, nilai serta kaidah yang berlaku. Setiap siswa harus disiplin
dalam segala hal.57
Guru akidah akhlak MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta memberikan
teladan baik dalam perkataan maupun perbuatan. Kedisiplinan yang
55
Kholid, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1 Surakarta
tanggal 15 Januari 2020. 56
Ubaidillah, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1 Surakarta
tanggal 15 Januari 2020. 57
Harno, Waka Kesiswaan MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
39
dicontohkan oleh guru untuk diteladani adalah selalu hadir dengan on time
(tepat waktu) dalam setiap kegiatan dan bukan hadir dengan in time (tidak
tepat waktu). Kalaupun terlambat atau tidak hadir tentu dikomunikasikan
dengan baik.58
Hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Ahmad Fikri, dia mengatakan
bahwa kebanyakan siswa datang ke sekolah tepat waktu dan selalu mematuhi
peraturan-peraturan yang berlaku.59
Karena kedisiplinan sudah menjadi
budaya disekolah, maka setiap siswa tidak merasa terbebani dalam
menegakkan peraturan-peraturan yang ada.60
Hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Muhammad Hikam, dia
berkata bahwa kemarin, sekarang, dan besok akan terus disiplin disekolah.
Karena banyak temannya untuk selalu disiplin.61
Budaya disiplin yang sudah
ada di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta menjadi poin tersendiri dalam
proses implementasi Pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter
antikorupsi. Karena dengan kedisiplinan, siswa tidak akan mudah untuk
berbuat korupsi mulai dari hal kecil salah satunya korupsi waktu. Dalam
pendidikan akhidah akhak, siswa juga selalu di ajarkan untuk disiplin.
Diantaranya disiplin dalam beribadah.
58
Ahmad Ridhowi, Guru Akhidah Akhlak MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti
di MAN 1 Surakarta tanggal 15 Januari 2020. 59
Ahmad Fikri, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga
tanggal 8 Januari 2020. 60
Hassan, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1 Surakarta
tanggal 15 Januari 2020. 61
Muhammad Hikam, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
40
5. Tanggung Jawab
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak Budiyono,
beliau mengatakan bahwa tanggung jawab adalah berkewajiban menanggung,
memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta
menanggung akibatnya. Setiap siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab
dalam melakukan segala seuatu.62
Hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Khoirul Umam, dia berkata
bahwa banyak siswa yang bertanggung jawab melaksanakan tugasnya. Salah
satunya dalam melaksanakan piket kelas.63
Selain itu Ani Maskuroh juga
berkata bahwa siswa selalu dilatih untuk merencanakan, melaksanakan, dan
melaporkan kegiatan-kegiatan yang ada disekolah.64
Dari hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa di MAN
Salatiga dan MAN 1 Surakarta selalu melatih siswanya untuk melaksanakan
tugas serta tanggung jawabnya. Dengan demikian, rasa tanggung jawab akan
mudah tertanam dalam diri siswa. Seperti apa yang kita lakukan di dunia ini,
pasti kita akan mempertanggung jawabkan perbuatan kita di akhirat kelak.
6. Kerja Keras
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak Handono,
beliau mengatakan bahwa kerja keras dapat diartikan sebagai sikap
bersungguh-sungguh. Kerja keras menjadi hal yang mendasar dalam segala
aspek kehidupan. Mengapa demikian? Siswa balita tidak akan dapat berjalan
62
Budiyono, Kepala Sekolah MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020. 63
Khoirul Umam, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga
tanggal 8 Januari 2020. 64
Ani Maskuroh, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
41
tanpa adanya kemauan dan kesungguhan. Seorang pengusaha sukses tidaka
akan bisa kaya tanpa adanya kerja keras. Begitu pula seorang siswa yang
pintar tidak akan memperoleh prestasi yang tinggi tanpa adanya sikap kerja
keras tersebut.65
Hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Syarif Hidayatullah, dia
mengatakan bahwa kebanyakan siswa selalu mengerjakan semua tugas kelas
dengan sugguh-sungguh. Dan menggunakan sebagian waktu dikelas untuk
belajar. Karena siswa selalu di didik oleh guru untuk bekerja keras dan
menyelesaikan tugas tepat waktu.66
Sementara hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Fitrianingrum, dia
berkata bahwa banyak siswa yang menyelesaikan tugas tepat pada waktunya
serta selalu mencari sumber pengetahuan terbaru diluar buku pelajaran. Siswa
selalu bekerja keras untuk perfikir kreatif dan inofatif untuk menemukan
suatu pengetahuan baru.67
Hasil dari wawancara diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa di
MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta mempunyai semangat untuk terus maju
melalui kerja keras yang telah di lakukan. Dengan semangat kerja keras,
orang tidak akan berfikir untuk melakukan korupsi. Dalam pembelajaran
akhidah akhlak juga disampaikan agar kita selalu ikhtiar dan tawakkal.
Apabila kedua hal tersebut dilakukan terapkan dan dilaksanakan dalam
kehidupan, insyaAllah segala keinginan akan dikabulkan Allah SWT.
65
Handono, Kepala Sekolah MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 8 Januari 2020. 66
Syarif Hidayatullah, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020. 67
Fitrianingrum, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga
tanggal 8 Januari 2020.
42
7. Sederhana
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak Fahrurozi,
beliau mengatakan bahwa sederhana adalah perilaku sehari-hari yang
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta tidak
mencerminkan sikap yang berlebihan atau mengandung unsur kemewahan.
Sederhana ditekankan pada unsur materi dan kemampuan keuangan yaitu
berupa pakaian, makanan, dan tempat tinggal.68
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Andira Septiani,
dia mengatakan jika siswa tidak memakai pakaian yang mewah serta
makanan yang berkelas tinggi disekolah. Karena pakaian sudah diseragamkan
dan makanan ala kadarnya sesuai yang ada dikantin. Tetapi kalau masalah
uang saku berbeda-beda. Ada yang berlebihan juga ada yang biasa-biasa
saja.69
Dari beberapa hasil wawancara diatas, ternyata banyak siswa yang
menerapkan pola hidup sederhana. Tetapi juga ada yang menerapkan pola
hidup berlebih-lebihan. Hal disebabkan karena adanya perbedaan srata
ekonomi keluarga dari masing-masing siswa. Dengan pembelajaran akhidah
akhlak, pola hidup sederhana harus ditekankan kepada siswa. Karena Allah
SWT juga memerintahkan kepada kita untuk tidak hidup boros atau
bermewah-mewahan. Hidup bermewah-mewahan juga dapat memicu untuk
melakukan tindak korupsi.
68
Fahrurozi, Waka Kesiswaan MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 8 Januari 2020. 69
Andira Septiani, MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1 Surakarta
tanggal 15 Januari 2020.
43
8. Keberanian
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak Budiyono,
beliau mengatakan bahwa sikap berani pada siswa biasanya selalu berkaitan
dengan kemampuan siswa untuk tampil percaya diri terutama dalam
bersosialisasi dengan lingkungannya. Ketika siswa berani tampil di depan
banyak orang, berani mengomunikasikan kemauannya dan berani mencoba
hal yang baru, hal inilah yang akan menandai siswa tersebut berani.70
Hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Fathan, dia mengatakan bahwa
banyak siswa yang mempunyai ide yang baik atau positif. Dan guru selalu
memberi dukungan dan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide-
idenya dikelas . Siswa dilatih untuk belajar dari pengalaman dan kesalahan.71
Sedangkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Anas Maulana, dia
berkata bahwa setiap diskusi banyak siswa yang aktif dalam menyampaikan
pendapat ataupun pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing kemampuan
siswa untuk berfikir kritis.72
Hasil dari wawancara diatas, peneliti dapat mengambil poin penting bahwa
siswa-siswi di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta sudah terlatih untuk berani
mengemukakan pendapat atau usulan dikelas. Sikap berani benar, berani jujur
berani bertanggung jawab harus tertanam pada diri siswa. Karena sikap tersebut
dapat mencegah tindakan korupsi.
70
Budiyono, Kepala Sekolah MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020. 71
Fathan, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1 Surakarta
tanggal 15 Januari 2020. 72
Anas Maulana, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga
tanggal 8 Januari 2020.
44
9. Keadilan
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak Handono,
beliau mengatakan bahwa keadilan adalah salah satu sifat terpuji yang
menetapkan sebuah perilaku kebenaran yang di gunakan dalam menghadapi
bebrapa masalah atau banyak masalah yang harus di pecahkan dan di ambil
keputusan terbaik dengan beberapa aturan yang telah di tentukan dan di terapkan
jauh sebelumnya. Dimana perilaku adil ini akan berkaitan dengan cara
mengemukakan pendapat yang memihak pada kebenaran tidak mementingkan
kepentingan pribadi atau hawa nafsu semata.73
Hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Dewi Mufidah, dia mengatakan
bahwa setiap ketua kelas selalu adil dalam memberikan tugas piket dikelas. Tidak
pilih-pilih teman untuk ditugaskan di hari-hari tertentu. Selain itu, ketua kelas
juga adil dalam penarikan uang kas kelas dengan jumlah nominal yang sama dan
merata.74
Selain itu, hasil wawancara yang peneliti peroleh dari Raihan Akbar, dia
mengatakan bahwa ketua OSIS memilih pengurus OSIS sesuai dengan kapasitas
dan kemampuannya. Misalnya dalam memilih sekretaris, bendahara, humas, dan
seksi-seksi yang lainnya.75
Dari hasil wawancara tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
sistem keadilan di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta sudah tertanam pada diri
73
Handono, Kepala Sekolah MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 8 Januari 2020. 74
Dewi Mufidah, MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga tanggal 8
Januari 2020. 75
Raihan Akbar, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
45
siswa. Apabila hal tersebut selalu di pegang teguh oleh siswa, maka tindakan
korupsi kolusi dan nepotisme tidak akan merebak di negara tercinta ini. Misalnya
jual beli jabatan dan lainnya.
B. Realisasi PAI dalam Membentuk Karakter Antikorupsi
Pelaksanaan pendidikan karakter dalam membentuk karakter antikorupsi
di atas, dilihat dari segi bentuk kegiatannya menurut peneliti bahwa sebenarnya
ada beberapa pelaksanaan pendidikan karakter dalam membentuk karakter
antikorupsi yang sudah ada sebelum MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta
ditunjuk sebagai sekolah piloting pendidikan karakter antikorupsi.76
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari bapak
Djamaludin, beliau mengatakan bahwa dengan adanya pendidikan karakter
dalam membentuk karakter antikorupsi, menimbulkan dampak yang positif bagi
peserta didik. Semakin tinggi kelasnya maka akan terlihat karakternya semakin
baik, diantaranya: 77
a. Lebih disiplin dalam berseragam maupun saat mengikuti pelajaran. Mudah
dididik, tidak perlu menunggu diperintah. Peserta didik secara otomatis akan
melaksanakan tata tertib dan kebiasaan yang sering diajarkan.
b. Lebih bertanggung jawab dan lebih sopan. Seperti selalu mengerjakan tugas
tepat waktu, menyapa dan berjabat tangan ketika bertemu dengan guru atau
pegawai.
c. Semakin mandiri dengan membawa peralatan sekolah masing-masing.
76 Handono, Kepala Sekolah MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga
tanggal 8 Januari 2020. 77
Djamaludin, Guru Akhidah Akhlak MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di
MAN Salatiga tanggal 8 Januari 2020.
46
d. Lebih religius, pada jenjang kelas yang lebih tinggi rata-rata peserta didik
sudah hafal dengan asmaul husna serta selalu melaksanakan salat duhur
berjamaah.
Hal ini menunjukkan pelaksanaan implementasi pendidikan agama Islam
dalam mambentuk karakter antikorupsi di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta
terbilang bagus karena mampu membentuk karakter peserta didik.
Untuk memperjelas faktor-faktor yang mempengaruhi dalam implementasi
Pendidikan Agama Islam di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta, maka peneliti
menguraikannya ke dalam beberapa item sebagai berikut:
1. Faktor pendukung
Adapun faktor pendukung dalam implementasi Pendidikan Agama Islam di
MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta di antaranya adalah kualitas dan
keprofesionalan yang dimiliki oleh guru akidah akhlak, kurikulum, sarana dan
prasarana, serta keluarga.
a. Kualitas dan keprofesionalan guru
Peningkatan kualitas dan keprofesionalan guru, merupakan salah
satu hal yang sangat urgen. Apabila kualitas dan keprofesionalan guru bagus
maka tentu akan beimplikasi pada peserta didik. Peningkatan kualitas dan
keprofesionalan guru, dilakukan melalui kualifikasi guru, pelatihan
Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Workshop.
b. Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam sistem
pendidikan. Selain itu, kurikulum juga merupakan pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
47
c. Sarana dan prasarana
Selain dari kurikulum, sarana dan prasarana juga merupakan
komponen sistem pembelajaran yang sangat penting karena apabila
pembelajaran ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lengkap maka
tentu akan berpengaruh dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran MAN
Salatiga dan MAN 1 Surakarta memiliki sarana dan prasarana yang cukup
lengkap sehingga menunjang kegiatan pembelajaran.
d. Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan diantara
anggotanya bersifat khas, yaitu pergaulan diantara anggota keluarga yang
didasari rasa kasih sayang. Dalam lingkungan keluarga tanamkan nilai-
nilai pendidikan antikorupsi. Dengan sendirinya nilai-nilai tersebut akan
akan diikuti oleh semua anggota keluarga.
2. Faktor penghambat
Faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan pada diri
seseorang adalah faktor internal yaitu pembawaan si siswa dan faktor eksternal
yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
dalam implementasi Pendidikan Agama Islam di MAN Salatiga dan MAN 1
Surakarta diantaranya:
1. Faktor internal
Adapun faktor internal yang mempengaruhi dalam implementasi
Pendidikan Agama Islam di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta yaitu faktor
pembawaan selain itu juga dipengarui oleh minimnya pengawasan orang tua
48
terhadap siswanya, alokasi waktu pembelajaran akidah akhlak yang hanya
dua jam pelajaran dalam seminggu, sehingga perlu tindak lanjut oleh lembaga
pendidikan supaya ketuntasan materi pembelajaran dapat tercapai sesuai
dengan tujuan yang telah digariskan.
2. Faktor eksternal
Faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang
adalah faktor eksternal atau dari luar yaitu lingkungan sosial, termasuk
pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan
yang diberikan kepada siswa itu baik maka baiklah siswa itu. Demikian pula
sebaliknya jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada siswa itu
buruk, maka buruklah siswa itu. Adapun faktor eksternal yang menghambat
pembinaan akhlak mulia peserta didik di MAN Salatiga dan MAN 1
Surakarta yaitu adanya kegoncangan suasana dalam masyarakat seperti
pengaruh lingkungan, dan perkembangan tekhnologi pada saat ini.
Dari segi pelaksanaan, implementasi pendidikan agama Islam dalam
membentuk karakter antikorupsi di MAN Salatiga dan MAN 1 Surakarta
tidak berbeda dengan pelaksanaan pembelajaran pada umumnya atau sebelum
adanya program pendidikan karakter. Perbedaannya terletak pada
perencanaan pembelajaran, yaitu terdapat satu kolom yang disediakan untuk
nilai karakter yang akan dikembangkan. Implementasi Pendidikan Agama
Islam dalam membentuk karakter antikorupsi di MAN Salatiga dan MAN 1
Surakarta terbilang bagus karena menghasilkan dampak yang positif bagi
karakter peserta didik.
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, peneliti dapat
mengemukakan kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah mempunyai kebijakan bahwa sekolah telah menanamkan
nilai-nilai antikorupsi kepada siswa yaitu dengan memasukkan nilai-nilai
Jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggungjawab, kerja keras, kesederhanaan,
berani, adil kepada siswa. Sekolah juga melakukan pengawasan terhadap
kebijakan-kebijakan yang dibuat dalam menanamkan jiwa antikorupsi
kepada siswanya.
2. Salah satu strategi yang paling efektif untuk menanamkan nilai antikorupsi
yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung- jawab, kerja keras,
sederhana, berani, dan adil kepada siswa adalah dengan meningkatkan
program harian, mingguan, bulanan, dan tahunan agar siswa terbiasa untuk
menanamkan nilai-nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Hasil Implementasi Pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter
antikorupsi dalam penelitian ini adalah terwujudnya sikap siswa yang
mencerminkan tentang nilai-nilai antikorupsi yaitu kejujuran, kepedulian,
kemandirian, kedisiplinan, tanggung- jawab, kerja keras, kesederhanaan,
keberanian, dan keadilan yang sudah tertanam dalam diri siswa.
50
B. Saran
Adapun saran dari hasil penelitian ini diantara lain adalah:
1. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan terkait dengan sejauh mana hasil implementasi Pendidikan
agama Islam dalam membentuk karakter anti korupsi ditingkat SMA
sederajat.
2. Penelitian ini juga dapat menjadi sebuah referensi bagi Kemendikbud
dalam pencegahan tindakan korupsi mulai dari bangku sekolah. Semoga
penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi negara dalam
pemberantasan tindak korupsi di Indonesia tercinta ini.
3. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif naturalitatif dengan
pendekatan studi kasus. Keterbatasan penelitian meliputi subyektivitas yang
ada pada peneliti. Penelitian ini tergantung kepada interpretasi peneliti yang
tersirat dalam wawancara sehingga kecenderungan untuk bias masih tetap
ada. Untuk mengurangi bias maka dapat dilakukan dengan pendekatan
metode yang lain seperti trianggulasi sumber dan metode. Triangulasi
sumber dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari informasi
yang berbeda dan dari hasil penelitian lainya.
51
DAFTAR PUSTAKA
A Sahertian, Piet, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi akademik, Jakarta: Bineka
Cipta, 2000, 1-2.
Adhi Suciptaningsih, Oktavia, Pendidikan antikorupsi Bagi Siswa Sekolah Dasar
di Kecamatan Gunung Pati, Jurnal, Universitas PGRI Semarang, Volume
4, Number 2, 2014, 3.
Ainiyah, Nur, Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam, Jurnal
Internasional, Volume 13, Number 1, 2013, 3-2.
Anshori, Ari, Gerakan antikorupsi : Kesepakatan Muhammadiyah dan NU, Jurnal
Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah, Surakarta: LSI (LembagaStudi
Islam) Universitas Muhammadiyah Surakarta, Vol 1, No. 2 2003, 33.
Black D, Sociological justice, New York: Oxford University Press, 1989.
Bramel T, Education as Power, New York: Holt Rinehalt and Winston, 1985.
Brigham, J. C, Social Psychology. New York: Harper Collins Publisher, 1991.
Brody, P.R, Scondary Education and Political Attitudes: Examining the effect on
political Tolerance of the We the people…Curriculum, Calabas, CA:
Center Civic for education, 1994.
Brunner, J.S, Thowad a Theory of Instruction, New York: Norton, 1966.
Cantwel, S.W, Modern Islam in India: A Social Analysis, New Dehli: Swaran
Printing Press, 1979.
Chapman, David, Corruption and the Education Sector. Sectoral Perspectives on
Corruption, Prepared by MSI. Sponsored by USAID, DCHAIDG, 2002,
15.
Conklin, J.K, Criminology, New York: Mcmillan Publishing Company, 1989.
Dwiningtyas Sulistyorini, Ni Luh Made, Strategi Persuasi Nilai-Nilai
antikorupsi Terhadap Remaja, Jurnal Internasional, Volume 11,
Number 1, 2015, 2-3.
E. Handoyo, Pendidikan Antikorupsi, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013, 56.
Fachrudin, Fuad, Agama dan Pendidikan Demokrasi Pengelaman Muhammadiyah
dan Nahdlatul Ulama, trj. Tufel Najib Musyadad, Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2006, 179.
52
Fauziyah, Fitri, Nilai-Nilai Pendidikan antikorupsi Dalam Al-Qur‟an Kejujuran,
Tanggung Jawab Dan Kesederhanaan. Tesis, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2015, 12.
Fishbein, M., & Ajzein, I, Belief, Attitude, Intention and Behavior: An
Introduction to Theory and Research, Sydney: Addison-Wesley
Publishing, 1975.
Gravetter, F. J., & Forzano, L. A, Research Methods for The Behavioral
Sciences, 4th Editions. Belmont: Wadsworth, 2012.
Hakim, Lukman, “Model Integrasi Pendidikan antikorupsi dalam Kurikulum
Pendidikan Islam”, Jurnal Internasional, Volume 10, Number 2, (2012),
154.
Handoyo, Eko, Subagyo Subagyo, Martien Herna Susanti, Andi Suhardiyanto,
Penanaman Nilai-Nilai Kejujuran Melalui Pendidikan antikorupsi, Jurnal
Internasional, Volume 14, Number 2, 2010, 9-10.
Harto, Kasinyo, Pendidikan antikorupsi Berbasis Agama, Jurnal Internasional,
Volume 20, Number 1, 2014, 2-3.
Klitgaard, Robert dkk, Penuntun Pemberantasan Korupsi dalam Pemerintah
Daerah, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, 30.
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Grafindo
Pustaka Utama, 1997: 109.
Laura Malau Gurning, Nuriani, Implementasi Pendidikan antikorupsi Melalui
Warung Kejujuran Di Smp, Jurnal Internasional, Volume 2, Number 1,
2014, 7-8.
Mevliyar Er, “Corruption from the Islamic perspective”, Journal Internasional,
Volume 1, Number 1, 2008, 31-51.
Montessori, Maria, Pendidikan antikorupsi Sebagai Pendidikan Karakter Di
Sekolah, Jurnal Internasional, Volume 11, Number 1, 2012, 5-6.
Najib, Agus Moh dkk., Membangun Keluarga Sakinah dan Maslahah,(PSW UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, IIESP-CIDA, 2006), hal 42.
Nanang T. Puspito., Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan Anti
Korupsi untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan RI Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Bagian Hukum
Kepegawaian., 2011) hal 25
53
Paravala, Vinod, Kanchan K. Malik, “Religion and Attitudes Towards Corruption
in India: a collective action problems?”, Journal Internasional, Volume
24, Number 7, 2014, 50-54.
Pope, Jeremy, Strategi Memberantas Korupsi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2002,77.
Rasyid, Harun, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu Sosial dan Agama, Pontisiswa:
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pontisiswa, 2000, 123.
Soemanto, Pemahaman Masyarakat Tentang KoruPSI, Jurnal Internasional,
Volume 03, Number 01, 5.
Sudrajat, Ajat, Mengapa Pendidikan Karakter? Jurnal Internasional, Volume 3,
Number 1, 2011, 7-8.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: Dilengkapi dengan Contoh Proposal
dan Laporan Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005, 72.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002,
206
T. Ramli, Pendidikan Karakter, Bandung : Angkasa, 2003, 2-3.
Titik Handayani, Korupsi dan Pembangunan Pendidikan, Jurnal Internasional,
2009, Vol. IV, Nomor 2.
Tiurma Manurung, Rosida, “Pendidikan antikorupsi Sebagai Satuan Pembelajaran
Berkarakter dan Humanistik”, Jurnal Internasional, Volume 11, Number
27, 2012, 23.
Wibowo, Agus, Pendidikan antikorupsi di Sekolah Strategi Internalisasi
Pendidikan antikorupsi di Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, 5-
6.
Yasser Mansyur, Ahmad, Personal Prophetic Leadership Sebagai Model
Pendidikan Karakter Intrinsik Atasi Korupsi, Jurnal Internasional,
Volume 2, Number 1, 2013, 3-4.
Zuhaerini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983,
27-28.
Adesti Indriana, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 8 Januari 2020.
Ahmad Fikri, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga
tanggal 8 Januari 2020.
Ahmad Ridhowi, Guru Akhidah Akhlak MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan
peneliti di MAN 1 Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
54
Ammar Ma‟ruf, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 8 Januari 2020.
Anas Maulana, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 8 Januari 2020.
Andira Septiani, MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Ani Maskuroh, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Anya Safira, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga
tanggal 8 Januari 2020.
Aprilia Soraya, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 8 Januari 2020.
Aulia Putri, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 24 Januari 2020.
Budiyono, Kepala Sekolah MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di
MAN 1 Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Dewi Mufidah, MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga
tanggal 8 Januari 2020.
Djamaludin, Guru Akhidah Akhlak MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di
MAN Salatiga tanggal 8 Januari 2020.
Fahrurozi, Waka Kesiswaan MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 8 Januari 2020.
Fathan, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1 Surakarta
tanggal 15 Januari 2020.
Fitrianingrum, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 8 Januari 2020.
Handono, Kepala Sekolah MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 9 Januari 2020.
Harno, Waka Kesiswaan MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN
1 Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Hassan, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
55
Khoirul Umam, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 8 Januari 2020.
Khoirunnisa, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Kholid, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Muhammad Akbar, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 8 Januari 2020.
Muhammad Hikam, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di
MAN 1 Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Najwa Shabila, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Raihan Akbar, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Rendi Saputra, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Sri Suliani, Guru Akhidah Akhlak MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti
di MAN 1 Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Sugiyono, Guru Akhidah Akhlak MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti
di MAN 1 Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Surya Nasrullah, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN
Salatiga tanggal 8 Januari 2020.
Syaiful Bahri, Siswa MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti di MAN Salatiga
tanggal 8 Januari 2020.
Syarif Hidayatullah, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di
MAN 1 Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Ubaidillah, Siswa MAN 1 Surakarta, Wawancara dengan peneliti di MAN 1
Surakarta tanggal 15 Januari 2020.
Umi Hamimah, Guru Akhidah Akhlak MAN Salatiga, Wawancara dengan peneliti
di MAN Salatiga tanggal 8 Januari 2020.
56
BIOGRAFI PENELITI
Berikut ini adalah biografi penyusun tesis secara singkat:
Nama : Ahmad Hasan As‟ari, S.Pd.I
NIM : 12010160027
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Bisma No. 17, Ngemplak RT001 / 002, Kel. Dukuh,
Kec. Sidomukti, Kota Salatiga
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Email : [email protected]
Biografi Pendidikan:
1. SD Negeri Rowoboni 01 : Lulus Tahun 2002
2. SMP Negeri Banyubiru 02 : Lulus Tahun 2005
3. MAN 1 Salatiga : Lulus Tahun 2008
4. S1 IAIN Salatiga : Lulus Tahun 2015
5. S2 IAIN Salatiga : Masuk Tahun 2016
Demikian biografi dan riwayat hidup peneliti, semoga dapat menjadi awal
perkenalan yang baik dan dapat menjadikan hubungan Ukhuwah Islamiyah bagi
peneliti dan pembaca tesis ini.
Salatiga, 20 Februari 2020
Peneliti,
Ahmad Hasan As’ari, S.Pd.I
Lampiran 1
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Informan : Handono, M.Pd
Identitas Informan : Kepala Sekolah MAN Salatiga
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 8 Januari 2020
Waktu Wawancara : 08.00 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Kepala Sekolah
Wawancara di deskripsikan pukul : 13.00-15.00 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah telah dilakukan implementasi Pendidikan agama Islam dalam membentuk
karakter anti korupsi di MAN Salatiga?
Informan
Sudah dilakukan, karena MAN Salatiga notabennya merupakan sekolah piloting
KPK (komisi Pemberantasan Korupsi). Tetapi, Pendidikan antikorupsi belum di
sosialisasikan dan di tekankan kepada siswa maupun tenaga pendidik di MAN
Salatiga. Oleh sebab itu, Kepala Sekolah selalu mensosialisasikan nilai-nilai
antikorupsi dan bahaya korupsi kepada siswa maupun tenaga pendidik. Kepala
Sekolah juga menjalin kerjasama dengan instansi terkait diantaranya Kemenag,
KPK, dll.
Peneliti Bagaimana upaya kepala sekolah dalam membentuk karakter anti korupsi di MAN
Salatiga?
Informan
Upaya kepala sekolah dalam membentuk karakter antikorupsi pada siswa
diantaranya adalah membuat kantin kejujuran untuk siswa, mengadakan lomba
pembuatan poster bertema antikorupsi pada saat jeda semester, mendelegasikan
perwakilan siswa untuk mengikuti kegiatan seminar antikorupsi, melatih siswa
untuk merencanakan, mengatur anggaran, dan membuat laporan pertanggung
jawaban pada kegiatan iternal disekolah, membiasakan siswa untuk datang ke
sekolah tepat waktu, membuat parenting klub antara guru dan wali murid untuk
meningkatkan penanaman nilai-nilai antikorupsi kepada siswa.
Peneliti Kebijakan apa saja yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mendukung
Pendidikan anti korupsi?
Informan
Kepala Sekolah MAN Salatiga mempunyai kebijakan untuk menanamkan nilai-
nilai antikorupsi kepada siswa yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tenggung
jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil. Selain itu, ada beberapa kebijakan
yang juga harus dilaksanakan oleh guru dalam membentuk karakter antikorupsi
siswa, diantaranya adalah Seorang pendidik seharusnya mampu membekali peserta
didik dengan keterampilan atau kompetensi yang bisa mendorong mereka menjadi
pribadi yang antikorupsi, Seorang pendidik harus mampu menjadi patner sekaligus
fasilitator yang baik bagi peserta didik agar pembelajaran dapat berjalan secara
komunikatif-interaktif, Seorang pendidik diharapkan mampu mendorong dan
memotivasi peserta didik agar bisa mengaplikasikan ilmu agamanya kedalam
kehidupan pribadi dan masyarakat, Kepada pihak guru untuk meningkatkan
metode pembelajaran dan evaluasi yang digunakan agar lebih kreatif, inovatif dan
mudah ditangkap oleh peserta didik.
Lampiran 2
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Informan : Budiyono, M.Pd
Identitas Informan : Kepala Sekolah MAN 1 Surakarta
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 15 Januari 2020
Waktu Wawancara : 10.00 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Kepala Sekolah
Wawancara di deskripsikan pukul : 14.00-16.00 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah telah dilakukan implementasi Pendidikan agama Islam dalam membentuk
karakter anti korupsi di MAN 1 Surakarta?
Informan
Implementasi nilai-nilai antikorupsi kepada siswa sudah dilaksanakan sejak dulu.
Bahkan sudah menjadi kebiasaan siswa untuk selalu melaksanakan nilai-nilai
antikorupsi tersebut.
Peneliti Bagaimana upaya kepala sekolah dalam membentuk karakter anti korupsi di MAN
1 Surakarta?
Informan
Upaya kepala sekolah dalam membentuk karakter antikorupsi pada siswa
diantaranya adalah melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi
belajar mengajar yang baik, dan melaksanakan supervisi sehingga guru-guru
bertambah dalam menjalankan tugas-tugas pengajaran dan dalam membimbing
pertumbuhan murid-murid. Kepala sekolah harus mampu menciptakan situasi
belajar mengajar yang baik. Ini berarti bahwa ia harus mampu mengelola “school
plant”, pelayanan-pelayanan khusus sekolah, dan fasilitas-fasilitas pendidikan
sehingga guru-guru dan murid-murid memperoleh kepuasan menikmati kondisi-
kondisi kerja, mengelola personalia pengajar dan murid, membina kurikulum yang
memenuhi kebutuhan anak, dan mengelola catatancatatan pendidikan. Semuanya
ini diharapkan, agar ia dapat memajukan program pengajaran di sekolahnya dalam
mendidik karakter antikorupsi siswa.
Peneliti Kebijakan apa saja yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mendukung
Pendidikan anti korupsi?
Informan
Dalam membentuk karakter antikorupsi kepala sekolah harus mempunyai peran
diantaranya adalah Kepala sekolah sebagai edukator (pendidik) meliputi
pembinaan mental pembinaan moral dan pembinaan fisik bagi tenaga pendidik
untuk memberikan keteladanan dalam membentuk karakter anti korupsi, kepala
sekolah sebagai manajer yang pada hakekatnya merupakan suatu proses
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan
usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya
organisasi dalam rangka mengimplementasikan Pendidikan agama Islam dalam
membentuk karakter antikorupsi, kepala sekolah sebagai administrator dan
memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan
administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh
program sekolah yang mendukung dalam Pendidikan karakter antikorupsi siswa,
kepala sekolah sebagai supervisor harus mampu melakukan berbagai pengawasan
dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dalam
mewujudkan budaya antikorupsi disekolah, kepala sekolah sebagai leader harus
mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga
kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasi tugas yang
berkaitan dengan Pendidikan anti korupsi, kepala sekolah sebagai inovator harus
memiliki strategi yang mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan,
memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan disekolah dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang berkaitan dengan Pendidikan
antikorupsi, kepala sekolah sebagai motivator harus memiliki strategi yang tepat
untuk memotivasi para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan
fungsinya dalam mengembangkan Pendidikan antikorupsi disekolah. Selain itu,
kepala Sekolah MAN 1 Surakarta juga mempunyai kebijakan nilai-nilai
antikorupsi yang harus tertanam kepada setiap siswa yaitu, Jupe Mandi, Tangker
Kebedil yang artinya jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggungjawab, kerja keras,
kesederhanaan, berani, dan keadilan.
Lampiran 3
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Informan : Fahrurrozi, S.Pd
Identitas Informan : Waka Keisiwaan MAN Salatiga
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 8 Januari 2020
Waktu Wawancara : 09.15 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Wakil Kepala Sekolah
Wawancara di deskripsikan pukul : 13.00-15.00 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Bagaimana pelaksanaan atau penerapan strategi pembelajaran guru akidah akhlak
di MAN Salatiga selama ini?
Informan
Pelaksanaan atau penerapan strategi pembelajaran guru akidah akhlak di MAN
Salatiga selama ini berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang telah
direncanakan atau diprogramkan.
Peneliti Bagaimana dampak pembelajaran Pendidikan agama Islam terhadap sikap dan
moralitas peserta didik?
Informan
Pelaksanaan strategi pembelajaran guru Pendidikan agama Islam khususnya mata
pelajaran akhidah akhlak dalam menanamkan nilai antikorupsi cukup bagus,
karena dengan strategi pembelajaran yang diterapkan tersebut siswa-siswi di MAN
Salatiga semakin termotivasi dalam nenanamkan nilai-nilai antikorupsi dalam
kehidupan sehari-hari.
Peneliti
Hal-hal apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan implementasi
Pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter anti korupsi di MAN
Salatiga?
Informan
Alhamdulillah tidak ada kendala. Hanya belum ada sosialisasi dari pihak terkait
yaitu KPK untuk mensosialisasikan program Pendidikan antikorupsi di MAN
Salatiga secara langsung. Apabila sosialisasi tersebut dilakukan, kemungkinan
Pendidikan antikorupsi di MAN Salatiga akan lebih maksimal.
Lampiran 4
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Informan : Harno, M.Pd
Identitas Informan : Waka Keisiwaan MAN 1 Surakarta
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 15 Januari 2020
Waktu Wawancara : 11.00 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Wakil Kepala Sekolah
Wawancara di deskripsikan pukul : 14.00-16.00 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Bagaimana pelaksanaan atau penerapan strategi pembelajaran guru akidah akhlak
di MAN 1 Surakarta selama ini?
Informan
Ada beberapa bentuk strategi yang dilakukan oleh guru akidah akhlak dalam
membentuk karakter antikorupsi yaitu dengan membiasakan siswa untuk selalu
bersikap jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggungjawab, kerja keras, sederhana,
dan adil baik didalam kelas maupun diluar kelas.
Peneliti Bagaimana dampak pembelajaran Pendidikan agama Islam terhadap sikap dan
moralitas peserta didik?
Informan
Pelaksanaan strategi pembelajaran guru akidah akhlak dalam membentuk karakter
antikorupsi peserta didik sangat bagus, karena strategi pembelajaran tersebut
siswa-siswi MAN 1 Surakarta semakin rajin mengikuti kegiatan-kegiatan yang
terkait dengan nilai-nilai antikorupsi.
Peneliti
Hal-hal apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan implementasi
Pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter anti korupsi di MAN 1
Surakarta?
Informan
Alhamdulillah tidak ada kendala. Karena di MAN 1 Surakarta sudah
membudayakan nilai-nilai antikorupsi sejak dulu, baik di lingkungan sekolah
maupun di asrama.
Lampiran 5
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Informan : Djamaludin, S.Pd.I
Identitas Informan : Guru Akhidah Akhlak MAN Salatiga
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 8 Januari 2020
Waktu Wawancara : 10.00 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Guru
Wawancara di deskripsikan pukul : 13.00-15.00 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apa saja program yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak dalam upaya
melaksanakan Pendidikan anti korupsi di MAN Salatiga?
Informan
Ada beberapa program yang dilakukan oleh guru akidah akhlak dalam membentuk
karakter antikorupsi yaitu dengan membuat program harian, mingguan, bulanan,
dan tahunan kepada siswa.
Peneliti Bagaimana strategi yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak dalam upaya
melaksanakan Pendidikan anti korupsi di MAN Salatiga?
Informan
Melatih peserta didik terbiasa dalam melaksanakan shalat berjamaah di masjid,
Selain program kegiatan salat berjamaah, juga dibuka kantin kejujuran yang tujuan
utamanya adalah untuk menanamkan dan membiasakan peserta didik berperilaku
jujur.
Peneliti Apa saja kendala guru Aqidah Akhlak dalam upaya melaksanakan Pendidikan anti
korupsi di MAN Salatiga?
Informan Alhamdulillah tidak ada kendala. Karena Pendidikan antikorupsi sesuai dengan
tema mata pelajaran akhidah akhlak.
Lampiran 6
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Informan : Sri Suliani, S.Pd.I
Identitas Informan : Guru Akhidah Akhlak MAN 1 Surakarta
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 15 Januari 2020
Waktu Wawancara : 12.30 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Guru
Wawancara di deskripsikan pukul : 14.00-16.00 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apa saja program yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak dalam upaya
melaksanakan Pendidikan anti korupsi di MAN 1 Surakarta?
Informan
Ada beberapa program yang dilakukan oleh guru akidah akhlak dalam membentuk
karakter antikorupsi yaitu dengan membuat program harian, mingguan, bulanan,
dan tahunan kepada siswa.
Peneliti Bagaimana strategi yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak dalam upaya
melaksanakan Pendidikan anti korupsi di MAN 1 Surakarta?
Informan
Melaksanakan kegiatan jum‟at ibadah untuk menanamkan sikap jujur, peduli,
mandiri, disiplin, tanggung- jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil peserta
didik melalui metode keteladanan, pembiasaan, ceramah, tanya jawab, demonstrasi
dan resitasi atau pemberian tugas.
Peneliti Apa saja kendala guru Aqidah Akhlak dalam upaya melaksanakan Pendidikan anti
korupsi di MAN 1 Surakarta?
Informan
Alhamdulillah tidak ada kendala. Karena Pendidikan antikorupsi sesuai dengan
tema mata pelajaran akhidah akhlak yang mengutamakan akhlaqul karimah siswa
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Lampiran 7
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Informan : Umi Hamimah, S.Pd.I
Identitas Informan : Guru Akhidah Akhlak MAN Salatiga
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 8 Januari 2020
Waktu Wawancara : 10.30 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Guru
Wawancara di deskripsikan pukul : 13.00-15.00 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apa saja program yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak dalam upaya
melaksanakan Pendidikan anti korupsi di MAN Salatiga?
Informan
Ada beberapa program yang dilakukan oleh guru akidah akhlak dalam membentuk
karakter antikorupsi yaitu dengan membuat program harian, mingguan, bulanan,
dan tahunan kepada siswa.
Peneliti Bagaimana strategi yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak dalam upaya
melaksanakan Pendidikan anti korupsi di MAN Salatiga?
Informan
Guru akidah akhlak mengadakan meeting atau petemuan dengan tujuan untuk
berbagi pengalaman tentang bagaimana metode mengajar yang efektif dan efisien
khususnya dalam pembinaan akhlak mulia peserta didik. Dalam pertemuan ini
dihadiri oleh bapak Kepala Sekolah untuk melihat apa kendala-kendala yang
dialami oleh guru akidah akhlak dalam pembinaan akhlak mulia peserta didik. Dari
uraian tersebut penulis mengambil suatu konklusi bahwa program bulanan ini
sangat penting dilakukan dalam rangka berbagi pengalaman mengajar yang efektif
dan efisien.
Peneliti Apa saja kendala guru Aqidah Akhlak dalam upaya melaksanakan Pendidikan anti
korupsi di MAN Salatiga?
Informan Alhamdulillah tidak ada kendala. Karena Pendidikan antikorupsi sesuai dengan
tema mata pelajaran akhidah akhlak.
Lampiran 8
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Informan : Ahmad Ridhowi, S.Pd.I
Identitas Informan : Guru Akhidah Akhlak MAN 1 Surakarta
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 15 Januari 2020
Waktu Wawancara : 13.00 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Guru
Wawancara di deskripsikan pukul : 14.00-16.00 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apa saja program yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak dalam upaya
melaksanakan Pendidikan anti korupsi di MAN 1 Surakarta?
Informan
Ada beberapa program yang dilakukan oleh guru akidah akhlak dalam membentuk
karakter antikorupsi yaitu dengan membuat program harian, mingguan, bulanan,
dan tahunan kepada siswa.
Peneliti Bagaimana strategi yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak dalam upaya
melaksanakan Pendidikan anti korupsi di MAN 1 Surakarta?
Informan
Melaksanakan kegiatan buka puasa bersama dan kegiatan pesantren kilat. Kegiatan
ini diprogramkan sekali setahun pada bulan suci Ramadhan dengan penanggung
jawab semua guru yang ada di MAN 1 Surakarta ditambah dengan kepala
Madrasah dan orang tua peserta didik yang bertempat tinggal di sekitar madrasah
tersebut.
Peneliti Apa saja kendala guru Aqidah Akhlak dalam upaya melaksanakan Pendidikan anti
korupsi di MAN 1 Surakarta?
Informan Alhamdulillah tidak ada kendala. Karena Pendidikan antikorupsi sesuai dengan
tema mata pelajaran akhidah akhlak.
Lampiran 9
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Informan : Sugiyono, M.Pd.
Identitas Informan : Guru Akhidah Akhlak MAN 1 Surakarta
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 15 Januari 2020
Waktu Wawancara : 13.30 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Guru
Wawancara di deskripsikan pukul : 14.00-16.00 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apa saja program yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak dalam upaya
melaksanakan Pendidikan anti korupsi di MAN 1 Surakarta?
Informan
Ada beberapa program yang dilakukan oleh guru akidah akhlak dalam membentuk
karakter antikorupsi yaitu dengan membuat program harian, mingguan, bulanan,
dan tahunan kepada siswa.
Peneliti Bagaimana strategi yang dilakukan oleh guru Aqidah Akhlak dalam upaya
melaksanakan Pendidikan anti korupsi di MAN 1 Surakarta?
Informan
Memadukan tema-tema antikorupsi ke dalam pendidikan agama atau pendidikan
moral bagi siswa di sekolah, pelatihan untuk membekali para generasi muda dari
berbagai kelompok agama dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
dalam menjalankan gerakan antikorupsi (taining of trainer). Dengan demikian,
mereka memahami apa, mengapa, dan bagimana korupsi dapat terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dari sudut hukum dan agama.
Peneliti Apa saja kendala guru Aqidah Akhlak dalam upaya melaksanakan Pendidikan anti
korupsi di MAN 1 Surakarta?
Informan
Alhamdulillah tidak ada kendala. Karena Pendidikan antikorupsi sesuai dengan
tema mata pelajaran akhidah akhlak. Sangat mudah dalam memasukkan nilai-nilai
antikorupsi ke dalam rancangan pembelajaran akhidah akhlak.
Lampiran 10
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Informan : Adesti, Akbar, Ma‟ruf, Fikri, Umam, Fitri, Anya, Anas, Dewi
Identitas Informan : Siswa MAN Salatiga
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 8 Januari 2020
Waktu Wawancara : 12.00 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Perpustakaan
Wawancara di deskripsikan pukul : 13.00-15.00 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN Salatiga sudah memiliki nilai kejujuran?
Informan Setiap ulangan masih ada ditemukan siswa yang tidak jujur atau menyontek,
namun hanya sebagian kecil saja tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN Salatiga sudah memiliki nilai kepedulian?
Informan
Kepedulian antar siswa sudah terwujud. Salah satunya adalah bertakziah apabila
ada orangtua siswa yang meninggal dunia. Biasanya semua siswa memberikan
infaq seikhlasnya untuk membantu teman yang sedang terkena musibah. Karena
dalam pembelajaran akhidah akhlak dijelaskan bahwa membantu orang yang
sedang kesusahan merupakan akhlak yang terpuji dan mendapatkan pahala dari
Allah SWT.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN Salatiga sudah memiliki nilai kemandirian?
Informan Ketatnya persaingan nilai menjadikan setiap siswa berlomba-lomba untuk
memperoleh nilai terbaik dengan belajar sungguh-sungguh secara mandiri.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN Salatiga sudah memiliki nilai kedisiplinan?
Informan Kebanyakan siswa datang ke sekolah tepat waktu dan selalu mematuhi peraturan-
peraturan yang berlaku.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN Salatiga sudah memiliki nilai tanggungjawab?
Informan Banyak siswa yang bertanggung jawab melaksanakan tugasnya. Salah satunya
dalam melaksanakan piket kelas.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN Salatiga sudah memiliki nilai kerja keras?
Informan
Banyak siswa yang menyelesaikan tugas tepat pada waktunya serta selalu mencari
sumber pengetahuan terbaru diluar buku pelajaran. Siswa selalu bekerja keras
untuk perfikir kreatif dan inofatif untuk menemukan suatu pengetahuan baru.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN Salatiga sudah memiliki nilai kesederhanaan?
Informan
Tidak ada siswa yang memakai perhiasan waktu berada di sekolah khususnya
siswa perempuan. Tetapi saya masih melihat siswa yang memakai sepatu dan tas
mahal. Karena saya pernah melihat merk dari barang tersebut. Tetapi saya tidak
mengetahui entah barang itu asli apa palsu.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN Salatiga sudah memiliki nilai keberanian?
Informan
Setiap diskusi banyak siswa yang aktif dalam menyampaikan pendapat ataupun
pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing kemampuan siswa untuk berfikir
kritis.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN Salatiga sudah memiliki nilai keadilan?
Informan
setiap ketua kelas selalu adil dalam memberikan tugas piket dikelas. Tidak pilih-
pilih teman untuk ditugaskan di hari-hari tertentu. Selain itu, ketua kelas juga adil
dalam penarikan uang kas kelas dengan jumlah nominal yang sama dan merata
Lampiran 11
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Informan : Rendi, Najwa, Ubaid, Hikam, Ani, Syarif, Dira, Fathan, Raihan
Identitas Informan : Siswa MAN 1 Surakarta
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 15 Januari 2020
Waktu Wawancara : 12.00 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Perpustakaan
Wawancara di deskripsikan pukul : 14.00-19.00 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN 1 Surakarta sudah memiliki nilai kejujuran?
Informan
Pada saat guru memberi ulangan, jarang ditemukan peserta didik yang menyontek
pekerjaan temannya tidak sama tahun-tahun sebelumnya. Mungkin banyak siswa
yang takut dosa. Karena dalam pembelajaran akhidah akhlak dijelaskan bahwa
berbohong merupakan perbuatan dosa dan tidak disukai Allah SWT.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN 1 Surakarta sudah memiliki nilai kepedulian?
Informan
Rasa kepedulian terhadap teman sudah terwujud. Diantaranya sopan terhadap
guru, menghargai pendapat teman, membantu apabila adata teman yang
kesusahan.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN 1 Surakarta sudah memiliki nilai kemandirian?
Informan
Persaingan yang dilakukan siswa untuk memperoleh prestasi yang diinginkan
sangat positif dan fair. Karena dapat memotivasi siswa agar lebih semangat untuk
belajar.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN Salatiga sudah memiliki nilai kedisiplinan?
Informan Kemarin, sekarang, dan besok akan terus disiplin disekolah. Karena banyak
temannya untuk selalu disiplin.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN 1 Surakarta sudah memiliki nilai tanggungjawab?
Informan Siswa selalu dilatih untuk merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan
kegiatan-kegiatan yang ada disekolah.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN 1 Surakarta sudah memiliki nilai kerja keras?
Informan
Kebanyakan siswa selalu mengerjakan semua tugas kelas dengan sugguh-sungguh.
Dan menggunakan sebagian waktu dikelas untuk belajar. Karena siswa selalu di
didik oleh guru untuk bekerja keras dan menyelesaikan tugas tepat waktu
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN 1 Surakarta sudah memiliki nilai kesederhanaan?
Informan
Siswa tidak memakai pakaian yang mewah serta makanan yang berkelas tinggi
disekolah. Karena pakaian sudah diseragamkan dan makanan ala kadarnya sesuai
yang ada dikantin. Tetapi kalau masalah uang saku berbeda-beda. Ada yang
berlebihan juga ada yang biasa-biasa saja.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN 1 Surakarta sudah memiliki nilai keberanian?
Informan
Banyak siswa yang mempunyai ide yang baik atau positif. Dan guru selalu
memberi dukungan dan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide-idenya
dikelas . Siswa dilatih untuk belajar dari pengalaman dan kesalahan.
Peneliti Apakah siswa-siswi MAN 1 Surakarta sudah memiliki nilai keadilan?
Informan
Ketua OSIS memilih pengurus OSIS dengan adil sesuai dengan kapasitas dan
kemampuannya. Misalnya dalam memilih sekretaris, bendahara, humas, dan seksi-
seksi yang lainnya.
Lampiran 12
Foto Profil MAN Salatiga
Foto Profil MAN 1 Surakarta