Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SDIT
AL-KAUTSAR BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Oleh:
Rima Rahmawati
NIM: 1113018300034
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
Rima Rahmawati (NIM: 1113018300034). Implementasi Pendidikan
Karakter di SDIT Al-Kautsar Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang bagaimana implementasi
pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar. Metode yang digunakan adalah
deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan situasi-
situasi atau kejadian yang secara alami dan nyata terjadi di lingkungan objek
penelitian.
Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa implementasi pendidikan
karakter di SDIT Al-Kautsar sudah terlaksana dengan cukup baik karena aspek
nilai-nilai yang dituju tercapai dan diimplemantasikan oleh siswa baik dalam
kegiatan belajar maupun diluar kegiatan belajar. Pendidikan karakter di SDIT Al-
Kautsar diimplementasikan melalui kegiatan (1) Integrasi ke dalam mata
pelajaran, (2) kegiatan olah hati yakni kegiatan mengelola aspek spiritual siswa
sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, (3) kegiatan olah pikir diantaranya kids
preneur, wisata ilmiah, pendalaman materi, keputraan dan keputrian, (4) kegiatan
olah raga diantaranya kepramukaan, outbound dan ektrakurikuler, (5) olah karsa
yakni kepedulian terhadap lingkungan serta berakhlakul karimah dalam pergaulan
terhadap teman guru dan orang tua.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terutama yang
berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan
dasar dan menjadi sumber informasi bagi penyedia layanan maupun pengguna
layanan pendidikan.
Kata Kunci: Pendidikan, Karakter
ii
ABSTRACT
Rima Rahmawati (NIM: 1113018300034). Implementation of Character
Education in Integrated Islamic Elementary Schools Al-Kautsar Bogor.
This study aims to explain how character education is implemented in SDIT
Al-Kautsar. The method used is descriptive analysis with a qualitative approach to
describe situations or events that naturally occur in the environment and the real
object of study.
The results of this study describe that implementation of character education
in SDIT Al-Kautsar already performing quite well as aspects of the target values
achieved communicated and implemented by students both inside and outside
learning activities and learning activities. SDIT character education in Al-Kautsar
implemented through activities (1)Integration into subjects, (2) activities of the
liver if the activities of managing the spiritual aspects of students according to Al-
Qu'ran and Sunnah, (3) if the activities of thought among kids preneur , scientific
tourism, deepening of the material, sonship (4) sports activities including
scouting, outbound and ektrakurikuler, (5) if the intention that concern for the
environment as well as berakhlakul karimah in the association of the friends of
teachers and parents.
This research is expected to provide knowledge, especially with regard to
the implementation of character education at the basic education level and be a
source of information for service providers and users of educational services.
Keyword: Education; Character
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Kautsar”.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari adanya doa, bantuan, bimbingan,
dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi
ini, antara lain:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dra. Eni Rosyda Syarbaini, M.Psi., selaku dosen pembimbing
akademik yang selalu memberikan nasehat, bimbingan, apresiasi, dan
semangat agar dapat menjadi mahasiswa yang dapat memberikan
manfaat untuk orang lain.
6. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
memberikan bimbingan, arahan, dan semangat agar saya bisa
menyelesaikan skripsi, serta selalu mengingatkan untuk bersyukur dan
meniatkan segala sesuatu dengan ikhlas.
iv
7. Segenap dosen PGMI, terima kasih atas ilmu, nasehat, motivasi, serta
tugas-tugas yang selama ini telah mendewasakan saya, berkat mereka,
saya mendapatkan banyak ilmu mengenai pengajaran.
8. Saepurohman, S.Pd., Kepala SDIT Al-Kautsar yang dengan tangan
terbuka menerima saya untuk melakukan penelitian.
9. Dewan guru Kepala SDIT Al-Kautsar, yang telah memberikan banyak
contoh, teladan, pengalaman, dan memberi kesempatan untuk belajar
lebih banyak, serta tak lupa untuk siswa-siswa SDIT Al-Kautsar yang
selalu menyambut saya dengan suka cita.
10. Orangtua saya, H. D. Apendi dan Hj. Siti Holisoh. Tiada kata yang
tepat untuk menggambarkan kasih sayang dan perhatian beliau.
Terima kasih atas semangat, kasih sayang, dan doa-doa beliau yang
selalu ada, bahkan jauh sebelum saya ada. Terima kasih juga telah
mengajarkan kemandirian, kerja keras, dan bersyukur terhadap segala
sesuatu yang saya miliki.
11. Ahmad Jajuli, kakak lelaki yang selalu menularkan semangat belajar
dan membaca, membantu dalam urusan finansial, serta memberi
semangat agar saya dapat lulus. Untuk adik perempuan satu-satunya,
Siti Solihat yang selalu mendengarkan keluh-kesah saya,
mengingatkan, dan menyemangati.
12. Teman-teman PGMI A UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, selama ini
telah berbagi ilmu, pengalaman, dan cerita yang tak pernah bisa terbeli
dengan apapun. Khususnya untuk Nurlailiya Hanif, Siti Maesyaroh,
Dhea Novianty Chairunnisa, Firda Farihatul Ulya, dan Nisa Auliya,
kalian sahabat yang luar biasa.
13. Teman-teman Pramuka UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013, begitu
banyak ilmu yang saya dapatkan dari kalian, terlebih tentang
perjuangan dalam meraih cita-cita, materi bukan penghalang besar
jika kita mau berusaha.
v
14. Seseorang yang namanya selalu terselip dalam doa, yang kelak
menjadi Imam, suami, sahabat, teman, dan menjadi penyemangat
hidup saya.
Demikian ucapan terima kasih yang dapat saya sampaikan dan iringan doa
selalu semoga segala amal yang kalian berikan akan mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Penulis sadar, meskipun usaha telah maksimal tetapi sebagai manusia
pastilah terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis
menerima saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis sangat
berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan juga bagi
pengembangan pendidikan.
Ciputat, 12 April 2019
Penulis,
Rima Rahmawati
NIM. 1113018300034
vi
DAFTAR ISI
hal.
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 6
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
E. Kegunaan Penulisan .................................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 8
A. Landasan Teoritis ...................................................................................... 8
1. Pendidikan Karakter ............................................................................ 8
a. Pengertian Karakter ....................................................................... 8
b. Pengertian Pendidikan Karakter .................................................... 10
c. Tujuan Pendidikan Karakter ......................................................... 11
d. Nilai-nilai Pendidikan Karakter .................................................... 12
e. Dimensi dan Substansi Pendidikan Karakter ................................ 21
2. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Karakter .......... 24
vii
a. Nilai Karakter Utama Pada Jenjang Sekolah Dasar ...................... 24
b. Tahapan Implementasi Pendidikan Karakter ................................ 25
3. Karakteristik Siswa MI/SD ................................................................. 28
a. Psikologi Perkembangan Siswa MI/SD ........................................ 28
b. Sifat-sifat Khas Siswa MI/SD ....................................................... 29
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 33
B. Metode Penelitian...................................................................................... 33
C. Sumber Data .............................................................................................. 34
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 34
E. Teknik Analisa Data .................................................................................. 39
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 41
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 41
1. Profil SDIT Al-Kautsar ....................................................................... 41
2. Visi, Misi, Tujuan dan Strategi SDIT Al-Kautsar ............................... 43
3. Deskripsi Guru .................................................................................... 44
4. Deskripsi Siswa .................................................................................. 45
5. Standar Kompetensi Lulusan ............................................................. 47
6. Kegiatan Ekstrakurikuler ..................................................................... 47
7. Kurikulum SDIT Al-Kautsar ............................................................... 48
B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 50
1. Bentuk Pendidikan Karakter di SDIT Al-Kautsar .............................. 50
2. Usaha Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-
Kautsar ............................................................................................... 62
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter
di SDIT Al-Kautsar ............................................................................ 69
viii
4. Upaya-upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan
Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Kautsar .................70
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................72
A. Kesimpulan .............................................................................................72
B. Implikasi .................................................................................................73
C. Saran ........................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................75
LAMPIRAN – LAMPIRAN .............................................................................76
BIODATA PENULIS
ix
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 2. 1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter .................................................... 15
Tabel 2. 2 Ringkasan Karakter Pada Setiap Dimensi ..................................... 19
Tabel 2.3 Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 28
Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Observasi ....................................................... 32
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Sarana dan Prasarana Sekolah ...... 33
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen Wawancara .................................................... 34
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi ................................................... 35
Tabel 4. 1 Daftar Siswa SDIT Al-Kautsar ...................................................... 42
Tabel 4. 2 Struktur Kurikulum SDIT Al-Kautsar ........................................... 46
x
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 4. 1 Siswi mengambil wudhu bersama dengan guru ........................... 51
Gambar 4. 2 Salat berjamaah ............................................................................. 52
Gambar 4 .3 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru ..................... 53
Gambar 4. 4 Siswa berbaris rapi sebelum masuk kelas ..................................... 56
Gambar 4. 5 Upacara senin pagi berjalan dengan tertib ..................................... 57
Gambar 4. 6 Sebagian siswa membawa bekal makan dari rumah ..................... 57
Gambar 4. 7 Siswa menyetorkan hafalan kepada guru Tahfidz ......................... 64
Gambar 4. 8 Keceriaan saat kids preneur ........................................................... 67
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum
Lampiran 3 Hasil Wawancara dengan Koordinator Tahfidz
Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Kordinator Ubudiyah
Lampiran 5 Hasil Observasi Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-
Kautsar
Lampiran 6 Hasil Observasi Studi Dokumen
Lampiran 7 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 8 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah
Lampiran 10 Lembar Uji Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling
sempurna dengan memiliki banyak sekali kelebihan dibanding dengan
makhluk lainnya. Salah satu kesempurnaan itu terletak pada akal dan hati
yang Allah berikan. Dengan akal dan hati yang Allah SWT berikan manusia
dapat mengontrol kemauan, perasaan dan lainnya sehingga dapat membentuk
karakter yang kuat dalam diri sebagai kontrol perbuatannya. Karakter
merupakan dasar yang paling utama untuk manusia berkualitas.
Dalam masyarakat berbangsa, karakter menjadi salah satu instrumen
penting yang mempengaruhi maju mundurnya suatu bangsa. Suatu bangsa
dapat dikatakan maju bukan karena umur dan lamanya merdeka, bukan juga
karena jumlah penduduk serta kekayaan alam, tetapi lebih disebabkan oleh
karakter yang dimiliki bangsa tersebut.1 Hal ini menunjukkan bahwa karakter
menjadi sesuatu yang fundamental bagi kehidupan bangsa.
Dalam hadis Nabi yang artinya “Setiap anak yang dilahirkan dalam
keadaan (membawa) fitrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada
kebenaran), maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi
Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR.Bukhori).2 Dalam hadis tersebut
dikatakan bahwa pada dasarnya manusia terlahir dengan fitrahnya yaitu sifat
yang cenderung terhadap kebenaran namun aktualisasi dari sifat itu sendiri
dapat dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Sifat atau karakter
yang benar tersebut dapat dibentuk melalui media pendidikan, karena
pendidikan merupakan alat yang paling efektif untuk menyadarkan individu
dalam jati diri kemanusiaannya. Dengan pendidikan akan dihasilkan kualitas
1 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 6. 2 Abuddin Nata, Akhlak dan Tasawuf dan Karakter Mulia edisi Revisi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014), h. 145.
2
manusia yang memiliki kehalusan budi dan jiwa, memiliki kecemerlangan
pikir, kecekatan raga dan memiliki kesadaran penciptaan dirinya.3 Pendidikan
dapat membantu manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin
yang ditunjuk Allah SWT untuk mengelola bumi beserta isinya.
Pendidikan juga merupakan media yang sangat ampuh dalam
membangun kecerdasan sekaligus kepribadian manusia yang bertakwa dan
beriman kepada Tuhan yang Maha Esa serta memiliki akhlak mulia. Hal ini
sejalan dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-undang No
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi “Tujuan
pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.4 Untuk mencapai tujuan
yang mulia tersebut pendidikan senantiasa selalu dievaluasi dan diperbaiki.
Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah munculnya gagasan
mengenai pendidikan karakter yang dicanangkan oleh pemerintah pada
tanggal 02 Mei 2010 dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional.
Dengan bertumpu pada tujuan pendidikan nasional maka dapat
dikatakan pendidikan karakter bertujuan agar generasi bangsa memiliki
keimanan serta ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa serta berkepribadian
yang mulia sehingga diharapkan generasi bangsa memiliki bekal yang cukup
untuk menghadapi zaman yang terbuka dan semakin dinamis ini. Keadaan
zaman yang demikian sedikit banyak telah merubah cara hidup manusia,
dengan mudahnya seseorang dapat mengakses berbagai informasi dari
berbagai media sehingga peluang untuk mengikuti tren sangatlah besar. Hal
ini juga menyebabkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang konsumtif.
Film, buku-buku, tempat- tempat hiburan yang menyuguhkan adegan maksiat
3 Zubaedi, op. cit., h. 13. 4 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal III
3
juga banyak. Demikian pula produk obat-obat terlarang, minuman keras dan
pola hidup hedonistik dan materialistik semakin menggejala.5
Pendidikan karakter merupakan pendidikan akhlak yang tujuannya
untuk membentuk kepribadian yang utuh dalam diri seseorang agar ia dapat
menjalankan amanahnya sebagai pemimpin. Kepribadian yang utuh
mencakup tiga ranah yaitu cerdas dalam akal, cerdas dalam bersikap, serta
cerdas dalam berperilaku. Oleh karena itu pendidikan karakter yang
diterapkan di sekolah harus memenuhi ke tiga ranah tersebut. Namun pada
kenyataannya implementasi pendidikan karakter di sekolah hanya sampai
pada tercapainya ranah kognitif (pengetahuan). Nilai-nilai kebaikan yang
diajarkan kepada siswa hanya sebatas ilmu pengetahuan yang diajarkan di
dalam ruang kelas itu pun dengan cara menghafal, apa itu jujur, bagaimana
ciri orang jujur, dan sebagainya.
Salah satu peristiwa pada tanggal 16 Mei 2011 lalu, dalam kasus contek
massal yang terjadi di SDN Gadel II Surabaya Jawa Timur merupakan salah
satu contoh kasus tentang buruknya implementasi pendidikan karakter pada
sebagian sekolah-sekolah, karena nilai-nilai tersebut hanya diajarkan dan
diujikan sebatas pengetahuan di atas kertas hasilnya saat ujian sekolah masih
banyak siswa yang mencontek, masih banyak kasus-kasus ketidakjujuran
dalam kehidupan sehari-hari yang pelakunya adalah manusia-manusia
terpelajar.6 Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang diterapkan pada saat
ini dirasa belum optimal dalam membentuk manusia berkarakter. Berdasarkan
yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter di
Indonesia belum berjalan dengan maksimal.
Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab semua pihak yang
berdekatan dengan generasi penerus bangsa. Baik itu pihak pemerintah,
sekolah, keluarga ataupun masyarakat. Pendidikan karakter di sekolah adalah
tanggung jawab semua warga sekolah, yaitu tenaga pendidik, tenaga
kependidikan, kepala sekolah, seluruh guru, staff administrasi, petugas
5 Abuddin Nata, op. cit., h. 135 6 M. Jafar Anwar dan M. A. Salam, Membumikan Pendidikan Karakter Implementasi
Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral, (Jakarta: Suri Tatu’uw, 2015), h. 6.
4
kebersihan, petugas kantin serta masyarakat yang tinggal di sekitar
lingkungan sekolah. Warga sekolah yang harus memberikan teladan,
pembiasaan, penerapan peraturan, menciptakan iklim dan budaya sekolah
serta motivasi yang tinggi bagi terbentuknya karakter siswa-siswi yang
notabenenya adalah generasi penerus bangsa.
Tujuan implementasi pendidikan karakter pada jenjang pendidikan
dasar yaitu membentuk pondasi yang kokoh untuk terbentuknya karakter
mulia dalam setiap diri generasi muda bangsa Indonesia. Pembentukan
karakter tersebut harus ditanamkan sejak usia anak memasuki masa
keemasan. Pada anak usia sekolah antara 6 s/d 9 tahun adalah mulai
berkembangya kepribadian yang nyata pada anak, serta mulai bertambahnya
pengetahuan tentang aturan-aturan akhlak.7 Apabila kepribadian serta akhlak
seorang anak sudah terbentuk sejak dini, ketika dewasa tidak akan berubah
meski banyak problematika yang akan dihadapinya nanti. Ia juga akan
menjadi manusia yang bertanggung jawab dan bermartabat.
Dalam Islam pendidikan karakter menjadi hal yang sangat diutamakan.
Allah mengutus Rasulullah SAW sebagai figur yang sempurna akhlaknya
dan menjadikannya panutan adalah hal yang sangat dianjurkan. Seperti dalam
firman Allah yang berbunyi:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah” QS. Al-
Ahzab : 33 ayat 21.
Oleh karenanya jika anak sejak kecil sudah dikenalkan dan dibiasakan
untuk mengenal karakter mulia dengan figur Rasullah dan sunnahnya maka
ketika dewasa ia akan tumbuh menjadi generasi yang tangguh, cerdas, jujur,
amanah, bertanggung jawab dan berkarakter kuat. Lembaga pendidikan di
Indonesia mulai memberikan respon positif terhadap tantangan dan tanggung
jawab tersebut. Banyak bermunculan sistem pendidikan yang mengacu pada
7 Abu Amr Ahmad Sulaiman diterjemahkan oleh Luqman hakim, Metode Pendidikan Anak
Muslim Usia 6 s/d 9 tahun, Jilid II, (Jakarta: Darul Haq, 2005), h. 145.
5
pendidikan karakter, seperti yang diterapkan oleh SDIT Al-Kautsar yang
terletak di Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor.
Sekolah ini sangat memperhatikan pembinaan karakter bagi siswa
dalam seluruh kegiatan di sekolah. Kurikulum SDIT Al-Kautsar berpedoman
pada kurikulum pendidikan nasional yang dipadukan dengan kurikulum
sekolah Islam terpadu diolah sesuai dengan visi, misi SDIT Al-Kautsar.
Berdo’a bersama dan muroja’ah yaumiyah (sebelum) kegiatan pembelajaran
dimulai menjadi salah satu kebiasaan yang ditanamkan kepada peserta didik.
Shalat dhuha setiap pagi, shalat dzuhur berjama’ah, kegiatan keputraan dan
keputriaan setiap minggunya, penerapan pembelajaran fiqh, al- qur’an dan
hadis merupakan rutinitas yang diterapkan oleh SDIT Al-Kautsar sebagai
upaya pembentukan karakter yang kuat bagi siswanya.8
Setiap anak mendapatkan bimbingan tahfidz, menghafalkan Al-Qur’an
yang ditargetkan setelah lulus mereka dapat menghafal minimal 2 juz Al-
Qur’an, terutama juz ke-30 dan juz 29. Kegiatan di luar jam pembelajaran
guna pembentukan karakter siswa selalu ditingkatkan oleh SDIT Al-Kautsar
kegiatan-kegiatan itu meliputi: Pramuka, Pesantren Ramadhan, Peringatan
Hari Besar Islam, Perjusami, Outbond, Outing Class (Wisata Ilmiah) yang
dilakukan setiap semesternya untuk menanamkan nilai-nilai yang tidak di
dapat dalam proses KBM serta lebih mengenalkan tata cara ibadah yaumiyah
kepada peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui lebih detail mengenai
bagaimana implementasi pendidikan karakter bagi siswa di SDIT Al-Kautsar
dan apa saja faktor yang mempengaruhinya, maka perlu adanya penelitian
yang lebih lanjut. Oleh sebab itu penulis bermaksud melaksanakan penelitian
mengenai “Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Kautsar Bogor”
menjadi judul penelitian penulis.
8 Hasil wawancara dengan Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Kautsar pada tanggal 16
Oktober 2017 pukul 08.30 WIB.
6
B. Identifikasi Masalah
Merujuk pada pemaparan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah, yaitu:
1. Permasalahan karakter yang terjadi dikalangan anak bangsa.
2. Pengelolaan dalam pelaksanaan implementasi pendidikan karakter di
sekolah.
3. Efektivitas pada proses pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.
4. Implementasi pendidikan karakter hanya tercapai pada ranah kognitif
5. Metode atau model dalam implementasi pendidikan karakter
6. Evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pendidikan karakter
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan yang dipaparkan penulis dapat terfokus dan tidak
meluas pada hal-hal yang seharusnya tidak dibahas, maka penulis membatasi
permasalahan yang akan diteliti hanya pada pelaksanaan pendidikan karakter
bagi siswa-siswi di SDIT Al-Kautsar Bogor.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah ditulis di
atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter bagi siswa-siswi SDIT Al-
Kautsar Bogor?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan
karakter di SDIT Al-Kautsar Bogor?
3. Apa saja upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi hambatan yang
muncul dalam implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar
Bogor?
7
E. Kegunaan Penulisan
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menerapkan konsep-konsep
ilmu pendidikan, yakni dalam lingkup wilayah kajian Pendidikan Karakter.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi guru
Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada guru di sekolahan
dalam memberikan wawasan pendidikan karakter baik di sekolah maupun
di rumah.
b. Bagi sekolah
Sesuai dengan kurikulum yang dibuat sekolah dengan adanya
pendidikan karakter dalam sekolah ini dapat memberi masukan terhadap
sekolah tentang implementasi pendidikan karakter yang baik dan
mempengaruhi karakter siswa.
c. Bagi siswa
Menjadikan siswa melakukan kebiasaan dalam kegiatan pembelajaran
di sekolah, sehingga memiliki karakter yang positif.
d. Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti mengenai pendidikan karakter di SDIT
Al-Kautsar Bogor.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teoritis
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Karakter
Karakter secara etimologis berasal dari bahasa Latin yaitu
kharakter, kharassaein dan kharax, dalam bahasa Yunani dari kata
charassein yang berarti membuat tajam dan membuat dalam. Dalam
bahasa Inggris character dan dalam bahasa Indonesia lazim digunakan
istilah karakter.1Pengertian karakter menurut kamus besar bahasa
Indonesia (KBBI) “karakter” diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
yang lain, dan watak.2
Sebagai format dasar, karakter berarti apa yang dibawa
seseorang sejak lahir ke dunia. Karakter menjadi pembeda antara
manusia yang tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku. Dalam
jurnalnya, Kamaruddin menjelaskan:
In terminology, meaning the character forward by Thomas
Lickona. He said the character is "areliable inner disposition to
respond to situations in a morally good way.3
Bagi Doni Koesuma, karakter sama dengan kepribadian.
Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau
sifat khas dari diri seorang yang bersumber dari bentukan-bentukan
yang diterima lingkungan, misalnya keluarga pada saat masa kecil,
atau juga bawaan sejak lahir.4
1Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta,
2012) h. 1. 2Departemen Pendidikan Nasional, op. cit,. h. 623. 3SA Kamaruddin, Character Education and Students Social Behavior. (Journal of
Education and Learning, 2012). Vol.6 (4), h. 225. 4Ibid, h. 80.
9
Dari sekumpulan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa arti
dari pembentukan karakter adalah sebuah proses berkelanjutan yang
dilakukan dalam pendidikan untuk membentuk nilai-nilai
dasar/karakter pada diri seseorang untuk membangun kepribadian
orang tersebut, baik itu nilai-nilai karakter terhadap tuhan atau nilai-
nilai karakter terhadap sesama manusia.
Menurut Asep Zaenal, karakter adalah kecenderungan hati
(sikap, attitude) dalam mereaksi sesuatu serta bentuk perilaku
(behavior). Jadi maksudnya apabila ditindak lanjuti oleh perbuatan
maka itulah yang disebut karakter. Dalam bahasa agama karakter itu
hakikatnya adalah akhlak, karakter baik disebut akhlak al-karimah,
sedangkan karakter buruk akhlak al-madzmumah5.
Al-Ghazali mempunyai keyakinan bahwa akhlak atau karakter
seseorang dapat diluruskan melalui pendidikan budi pekerti. Ia sangat
mengkritik terhadap aliran yang mengatakan bahwa tabiat seseorang
itu tidak dapat diubah oleh lingkungannnya. Sebagaimana pendapat
nativisme bahwa tabiat individu itu dibawa sejak lahir.6 Begitu pula ia
tidak sependapat terhadap paham yang mengatakan bahwa tabiat itu
tergantung pada lingkungannya, sedang dasar tidak berperan sama
sekali, sebagaimana dikemukakan oleh John Locke dengan empirisme-
nya. Posisi al-Ghazali dalam hal ini adalah seperti yang
diucapkannya:“sekiranya akhlak (tingkah laku) itu tidak
menerima perubahan, niscaya fatwa, nasehat dan pendidikan itu adalah
hampa”.7
Jadi, dari perolehan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa
karakter adalah sesuatu yang dapat dibentuk, tinggal bagaimana
keadaan dan dukungan lingkungan yang mempengaruhi pembentukan
5Asep Zaenal Ausop, Islamic Character Buiding: Membangun Insan Kamil, Cendekia
Berakhlak Qurani, (Bandung: Salamadani. 2014) Cet. I, h. 2. 6M. Miftahul Ulum, Konsep Pendidikan Anak Menurut Al-Ghazali dan Relevansinya
dengan Arah dan Tujuan Pendikan Nasional di Indonesia, (http://ejournal.unida.gontor.ac.id/), h.
328. 7Ibid, h. 328.
10
karakter tersebut serta terwujud dalam sikap, watak, dan perilaku pada
seseorang sehingga memiliki kepribadian.
b. Pengertian Pendidikan Karakter
Megawangi mendefinisikan pendidikan karakter sebagai sebuah
usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
denga bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada
lingkungannya.8
Definisi lain dikemukakan oleh Fakry Gaffar: “Sebuah proses
tranformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan
orang tersebut.”9
Menurut Scerenko menyatakan bahwa pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri
kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui
keteladanan, kajian (sejarah dan biografi para bijak dan pemikir besar),
serta praktik elmusi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah
dari apa-apa yang diamati dan dipelajari).10
Buchori mengemukakan bahwa pendidikan karakter seharusnya
membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif,
penghayatan nilai secara afektif, dan pengamalan nilai secara nyata.11
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter merupakan proses pemberian tuntutan yang positif
kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter dalam
mengolah hati, pikiran, raga, serta rasa. Pendidikan karakter dapat
8 M. Jafar Anwar dan M. A. Salam, Membumikan Pendidikan Karakter Implementasi
Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral, (Jakarta: Suri Tatu’uw, 2015), h. 32. 9Dharma Kesuma, dkk., Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,
(Bandung: PT Rosda Karya, 2012), Cet. III, h. 5. 10Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 45. 11E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), Cet. 3,
h.8-9.
11
dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan
watak yang mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
memelihara yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
pengamalan kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
c. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dalam perspektif Islam telah ada sejak
diutusnya Nabi Muhammad Saw, Sang Nabi terakhir dalam ajaran
Islam mempertegas bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia
adalah untuk memperbaiki atau menyempurnakan pembentukan
karakter yang baik (goo character).12
Mulyasa mengatakan bahwa tujuan dari pendidikan karakter
yaitu, untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang
mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik
secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi
lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter
siswa dapat mengembangkan sikap mandiri untuk meningkatkan dan
menggunakan pengetahuan yang dimiliki, mempelajari dan memahami
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga dapat terwujud dalam
perilaku sehari-hari.13
Menurut Foerster Pendidikan karakter bertujuan terwujudnya
kesatuan esensial subjek dengan perilaku dan sikap/nilai hidup yang
dimilikinya.14 Sedangkan menurut Dharma Kesuma dkk. tujuan
pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan
nilai-nilai tertentu sehingga terwaujud dalam perilaku anak, baik ketika
proses sekolah maupun setelah proses sekolah.15
Dalam sebuah jurnalJacques S. Benninga menyatakan bahwa :
12 Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT
Rosda Karya, 2011, h. 30. 13 Mulyasa, op. cit., h. 9. 14Adisusilo, Sutarjo. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012. h. 78. 15Muchlas Samani dan Hariyanto., op. cit., h. 9
12
“quality character education is good academic education is
bolstered by findings that educational interventions with
character-related the produce a range of effects that are linked
to effective schooling. Although these findings generally are from
programs that do not claim to be character education programs,
for the most part their focus is on enhancing interpersonal
understanding and prosocial behavior.”16
Menurut Jacques S. Benninga menyatakan pendidikan karakter
yang berkualitas adalah pendidikan akademik yang baik didukung oleh
temuan bahwa intervensi pendidikan dengan karakter yang
berhubungan dengan menghasilkan berbagai efek yang terkait dengan
sekolah yang efektif. Meskipun temuan ini umumnya berasal dari
program yang tidak mengaku sebagai program pendidikan karakter,
untuk sebagian besar fokus mereka adalah pada peningkatan
pemahaman interpersonal dan perilaku prososial.
Dengan demikian tujuan adanya pendidikan karakter yaitu
sebagai bentuk pengembangan nilai-nilai perilaku positif yang
diwujudkan dalam proses pembelajaran di sekolah yang berdampak di
luar sekolah.
d. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang dikembangkan dari
berbagai pihak serta dapat diidentifikasi sebagai nilai-nilai yang
diimplementasikan pada kehidupan.
Dalam perspektif Islam, bahwa nilai karakter yang terkenal dan
melekat pada Nabi Muhammad Saw, yaitu Shidiq (benar), Amanah
(jujur atau terpercaya), Tabligh (komunikatif), dan Fathonah (cerdas).17
16Jacques S. Benninga, The Relationship of Character Education Implementation and
Academic Achievement in Elementary Schools, Journal of Research in Character Education Vol. 1,
No.1, 2003, (http://www.csufresno.edu/kremen/bonnercenter/documents/Character_Education.pdf)
diakses pada tanggal 15 januari 2017 pukul 14.00 WIB. 17Dharma Kesuma, op. cit., h. 11
13
Megawangi pencetus Pendidikan Karakter di Indonesia telah
menyusun merumuskan sembilan karakter mulia yang selayaknya
menjadi acuan dalam pendidikan karakter yaitu:
1) Cinta kepada Allah dan kebenaran
2) Tanggung jawab, disiplin dan mandiri
3) Jujur
4) Hormat dan santun
5) Kasih sayang, peduli dan kerja sama
6) Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah
7) Keadilan dan kepemimpinan
8) Baik dan rendah hati
9) Toleransi dan cinta damai18
Daniel Goleman (dalam buku Pembelajaran Nilai-Karakter)
menyebutkan bahwa pendidikan karakter mencakup nilai dasar yang
saling terkait yaitu:
1) responsibility (tanggung jawab)
2) respect (rasa hormat)
3) fairness (keadilan)
4) courage(keberanian)
5) honest (jujur)
6) citizenship (rasa kebangsaan)
7) self-discipline (disiplin diri)
8) caring (peduli)
9) perseverance (ketekunan)19
Sedangkan menurut Adisusilo nilai-nilai yang dapat memberi
karakter khas tidak lain adalah nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai-nilai:
religius, humanitas, nasionalitas, demokratis, dan berkeadilan sosial.20
18 E. Mulyasa, op. cit., h.5. 19 Adisusilo, op. cit., h.79-80 20Ibid, h. 80.
14
Kemudian Ari Ginanjar dengan teori ESQ, merangkum dalam
tujuh karakter dasar, yaitu: jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner,
adil, peduli dan keerja sama.21 Pada draf Grand Desaign Pendidikan
Karakter diungkapkan nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya
satuan pendidikan formal dan nonformal, yaitu:
1) jujur, menyatakan apa adanya.
2) tanggung jawab, melakukan tugas sepenuh hati.
3) cerdas, berpikir sacara cermat dan tepat.
4) sehat dan bersih, menghargai ketertiban, keteraturan menghargai diri
dan lingkungan, menerapkan pola hidup seimbang.
5) peduli, melakukan orang lain dengan sopan santun dan toleran
terhadap perbedaan.
6) kreatif, mampu menyelesaikan masalah secara inovatif, luwes, dan
memiliki ide baru.
7) gotong royong, mau bekerja sama dengan baik, dan tidak egois.22
Sementara Character Count menyatakan nilai-nilai dalam
kurikulum Pendidikan Karakter sekolah dasar yaitu:
1) trustworthy (dapat dipercaya)
2) respect (menghormati/menghargai)
3) responsibility (penuh tanggung jawab)
4) fairness (adil, jujur, sportif )
5) caring (peduli)
6) citizenship (kewarganegaraan)23
21Abdul Majid dan Dian Andayani, op. cit., h. 43 22 Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit., h 51. 23Ibid., h 55-57.
15
Mulai tahun pelajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di
Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter. 18 nilai-nilai
yang terkandung dalam pendidikan berkarakter, yaitu:
Tabel 2.124
No Nilai karakter Uraian
1. Religius Sikap dan perilaku yang ptuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain. Religius adalah proses
mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi,
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dan manusia serta lingkungannya.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelaikana tugas-tugasnya.
24 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, (Jakarta:
Erlangga, 2012), h. 5-8.
16
8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat
kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi dan politik bangsa.
12. Menghargai
prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
13. Bersahabat/ko
munikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta damai Sikap, pekataan dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
budaya), negara.
15. Gemar
membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli
lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung
jawab
Sikap dan tindakan seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
17
terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan
sekitar.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai karakter
bukanlah merupakan nilai-nilai yang bersifat tetap, tetapi akan terus
berkembang. Produk dari character building tidak bersifat permanen. Ia
akan terus tumbuh dan berkembang. Sangat mungkin seseorang awalnya
memiliki karakter yang baik, tetapi pada akhirnya kehilangan
karakternya.25 Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa nilai-nilai
karakter tersebut merupakan nilai-nilai yang terus dikembangkan, terlebih
dalam tahap pembentukan. Karakter bukanlah sesuatu yang dapat dibentuk
dengan instan, dengan kata lain memerlukan proses yang terus-menerus
berkelanjutan, agar nilai-nilai karakter ini akan senantiasa terus
ditanamkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Karakter Religius
Religius merupakan suatu bentuk hubungan manusia dengan
penciptanya melalui ajaran agama yang sudah diinternalisasi dalam diri
sesorang dan tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari. Sikap dan
perilaku yang ptuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain.26
Dari pengertian mengenai religius, maka indikator karakter menurut
Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu:
a. Menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya
b. Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah.
c. Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunia-
Nya
25Ngainun Naim, Character Building, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 58. 26 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter; Landasan, Pilar, dan Implementasi, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), h. 88.
18
Selain itu, Indikator lainnya yang dapat dikembangkan adalah sebagai
berikut:
a. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran
b. Mengikuti shalat zuhur berjamaah di masjid sekolah
c. Melaksanakan program BTQ
2. Karakter Jujur
Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang
ada.jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka
dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta.27
Jujur merupakan suatu kesesuaian antara yang lahir dan yang batin.
Jujur adalah perilaku seseorang yang menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka makna kejujuran
mengandung pengertian sebagai berikut:
a. Kesesuaian antara yang lahir dan yang batin
b. Perkataan, tindakan, dan pekerjaan dapat dipercaya
c. Perbuatan tulus, ikhlas, benar, setia, adil, dan lurus
d. Pikiran, perasaan, dan perbuatan yang benar
e. Sesuatu yang benar yang dikemukakan dengan kesadaran dari dalam
hati.28
Dari pengertian mengenai kejujuran, maka Indikator yang dapat
dikembangkan adalah sebagai berikut:
a. Mengatakan sesuatu yang benar walaupun itu pahit
b. Menghindari perbuatan menipu, menyontek, plagiat, atau mencuri
c. Memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu yang benar
d. Dapat dipercaya; melakukan sesuatu yang dikatakan
e. Menjaga reputasi dan martabat yang baik dan terpuji29
27Mohamad Mustari, Nilai Karakter; Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press),
h.13. 28Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter; Landasan, Pilar, dan Implementasi, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), h. 88.
19
Sementara itu, indikator karakter menurut Kementerian Pendidikan
Nasional, yaitu:
a. Tidak meniru jawaban teman (mencontek) ketika ulangan ataupun
mengerjakan tugas di kelas
b. Mengatakan dengan sesungguhnya sesuatu yang telah terjadi atau
sesuatu yang dialaminya dengan apa adanya
c. Mau bercerita tentang kesulitan dan mau menerima pendapat temannya
d. Mau menyatakan tentang ketidaknyamanan suasana belajar di kelas
e. Menjawab pertanyaan guru tentang sesuatu berdasarkan apa yang
diketahui30
Kejujuran dalam konteks pembangunan karakter di sekolah, menjadi
sangat penting untuk menjadikan karakter peserta didik saat ini sebagai
bekal mengarungi kehidupan di masa yang akan datang.
3. Karakter Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan perarturan yang berlaku. Disiplin adalah
pengontrolan diri untuk mendorong dan mengarahkan seluruh daya dan
upaya dalam menghasilkan sesuatu tanpa ada yang menyuruh untuk
melakukan.31
Disiplin diri merupakan pengganti untuk motivasi. Disiplin diperlukan
dalam rangka menggunakan pemikiran sehat untuk menentukan jalannya
tindakan yang terbaik yang menentang hal-hal yang lebih dikehendaki.
Di sekolah, disiplin berarti taat pada peraturan sekolah. Seorang murid
dikatakan berdisiplin apabila ia mengikuti peraturan yang ada di sekolah.
Hal ini berarti pihak sekolah harus memiliki peraturan sekolah yang
wajib ditaati oleh seluruh siswa dan menerapkan sanksi bila siswa
melakukan pelanggaran. Kepala sekolah maupun guru harus mampu
29Ibid, h. 89. 30Ira Puspita, Pendidikan Karakter Jujur di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang,
(http://eprints.walisongo.ac.id), h. 2. 31Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter; Landasan, Pilar, dan Implementasi, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), h. 92.
20
melaksanakannya secara adil dan tidak memihak. Jika disiplin secara
sosial tetap dipertahankan, lama-lama tiap siswa dapat menginternalisasi
disiplin itu untuk dirinya sendiri.
Berikut ini merupakan beberapa ciri-ciri yang melambangkan karakter
disiplin, yaitu:
a. Menetapkan tujuan dan melakukan apa yang diperlukan untuk
memperolehnya
b. Mengontrol diri sehingga dorongan tidak memengaruhi keseluruhan
tujuan
c. Menggambarkan apa yang akan terjadi jika telah mencapai tujuan
d. Menghindari orang-orang yang mungkin mengalihkan perhatian dari
apa yang ingin dicapai
e. Menetapkan rutinitas yang dapat membantu mengontrol prilaku32
Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang
disiplin merupakan orang yang memiliki arah dan tujuan hidup yang jelas,
konsisten untuk tetap melakukannya, serta mewujudkannya dalam bentuk
kegiatan rutinitas. Ada indikator ketercapaian disiplin dalam diri siswa,
diantaranya disiplin siswa dalam masuk sekolah, yaitu keaktifan,
kepatuhan, dan ketaatan siswa dalam masuk sekolah. Artinya, seorang
siswa dikatakan disiplin jika ia selalu aktif masuk sekolah pada waktunya,
tidak pernah terlambat, serta tidak pernah membolos setiap harinya,
disiplin siswa dalam mengerjakan tugas, dan disiplin siswa dalam
mengikuti pelajaran di sekolah
Dari ciri-ciri karakter disiplin yang telah dijelaskan, Kementerian
Pendidikan Nasional menggolongkan kedisiplinan siswa ke dalam
beberapa indikator, antara lain:
a. Membiasakan hadir tepat waktu
b. Membiasakan mematuhii aturan
c. Menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan33
32Ibid, h. 93.
21
Selain itu, Indikator lainnya yang dapat dikembangkan adalah sebagai
berikut:
d. Datang ke sekolah dan pulang sekolah tepat waktu
e. Patuh pada tata tertib dan aturan sekolah
f. Mengerjakan setiap tugas yang diberikan
g. Mengumpulkan tugas tepat waktu
h. Memakai seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku
i. Membawa perlengkapan belajar sesuai dengan mata pelajaran34
Dari indikator-indikator di atas dapat dikembangkan lagi sesuai dengan
peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah.
e. Dimensi Pendidikan Karakter
Proses pembentukan karakter dalam diri individu merupakan
fungsi dari seluruh potensi yang dimilikinya (kognitif, afektif,
psikomotorik) yang berinteraksi dengan lingkungannya (keluarga,
sekolah dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.35
Mencermati konsep pendidikan karakter yang dikembangkan
Kemendiknas sejak tahun 2010, tampaklah empat dimensi pendidikan
karakter yang meliputi: olah pikir, olah hati, olah raga dan olah karsa.
Keempat dimensi ini memiliki keterikatan satu sama lain yang
digambarkan dalam empat lingkaran yang saling mengikat. Lihat
gambar 2.1 dalam gambar tersebut keempat dimensi tidaklah saling
memisah, namun saling bersinggungan dan berpotongan pada satu
bidang, bidang yang berpotongan itulah yang merupakan kristalisasi
nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter yang menjadi tujuan
pendidikan karakter. Hal ini bermakna karakter individu dinyatakan
33Alfian Budi Prasetya, Penerapan Pendidikan Karakter Nilai Disiplin dan Nilai Tanggung
Jawab dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan(PJOK) di Kelas 1
dan 4 SD Negeri Percobaan 3, (http://eprints.uny.ac.id/), h. 16. 34Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Model Penilaian Pencapaian Kompetensi
Peserta Didik SMP, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar), h. 7. 35 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Alfabeta: Bandung,
2012), h. 23.
22
lengkap jika keempat dimensi ini tumbuh dan berkembang dalam diri
seseorang.
Gambar 2.1
Keterpaduan empat dimensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai
berikut. Olah hati berkenaan dengan perasaan, sikap, dan keyakinan.
Olah pikir berkenaan dengan proses penalaran guna mencari dan
menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif dan inovatif. Olah raga
berkenaan dengan proses, kesiapan, peniruan, manipulasi dan
penciptaan aktivitas baru disertai dengan sportivitas. Olah karsa/rasa
berkenaan dengan kemauan, motivasi dan kreatifitas yang tercermin
dalam kepedulian, citra, dan penciptaan kebaruan.36
Muhammad Yaumin dalam bukunya memaparkan karakter yang
dapat dikembangkan dari keempat dimensi pendidikan karakter di atas,
yaitu:37
Tabel 2.2
Dimensi Pendidikan Karakter
Olah Pikir Cerdas (cerdas kata,cerdas gambar, music, mengatur diri,
berhubungan dengan orang lain, flora dan fauna dan
36 Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit., h. 24. 37Muhammad Yaumin, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar dan Implementasi, (Prenada
media: Jakarta, 2014), h. 59.
Olah Pikir Olah Hati
Olah Raga
Nilai-nilai luhur
dan perilaku
berkarakter
Olah Rasa
23
eksistensial), kritis (ingin tahu, reflektif, terbuka), kreatif
(produktif, inovatif, dan ber-iptek)
Olah Rasa Ramah, apresiatif, suka menolong, sederhana, rendah hati,
tidak sombong, bijak, pemaaf, mudah kerja sama, gotong
royong, peduli, mengutamakan kepentingan umum, beradab,
sopan santun, nasionalis.
Olah Hati Beragama, alim, jujur, amanah, adil, bertanggungjawab,
integritas, loyal, tulus, ikhlas, empati, murah hati, berjiwa
besar, teguh pendirian.
Olah Raga Disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, ceria, gigih,
bekerja keras dan berdaya saing.
Tabel 2.1. Ringkasan Karakter pada Setiap Dimensi
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai karakter
bukanlah merupakan nilai-nilai yang bersifat tetap, tetapi akan terus
berkembang dan dalam pembentukannya dibutuhkan waktu yang terus-
menerus.
Produk dari character building tidak bersifat permanen. Ia akan terus
tumbuh dan berkembang. Sangat mungkin seseorang awalnya memiliki
karakter yang baik, tetapi pada akhirnya kehilangan karakternya.38 Oleh
karena itu, dapat diasumsikan bahwa nilai-nilai karakter tersebut
merupakan nilai-nilai yang terus dikembangkan, terlebih dalam tahap
pembentukan. Karakter bukanlah sesuatu yang dapat dibentuk dengan
instan, dengan kata lain memerlukan proses yang terus-menerus
berkelanjutan, agar nilai-nilai karakter ini akan senantiasa terus
ditanamkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
38Ngainun Naim, Character Building, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 58.
24
2. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pendidikan Dasar
a. Nilai Karakter Utama Pada Jenjang Sekolah Dasar
Pembinaan nilai moral dan karakter anak harus dilakukan sejak
dini. Orang tua dan keluarga memiliki peran utama dalam menanamkan
nilai- nilai karakter yang mulia terhadap anak. Selain orang tua dan
keluarga sekolah juga berperan sangat penting dalam menanamkam
pendidikan karakter.
Sekolah dasar merupakan periode pendidikan yang sangat penting
untuk pembinaan moralitas individu. Dalam pendidikan nasional,
sekolah dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama yang
menentukan arah pengembangan potensi peserta didik. Jika terjadi
kesalahan dalam penanaman nilai di sekolah dasar akan berdampak
pada kehidupan individu.
Penanaman nilai-nilai moral bertujuan menanamkan nilai-nilai
moral yang mulai luntur di lingkungan anak-anak akibat pengaruh
buruk yang mereka dapatkan dari lingkungan sekitar. Paul Suparno dkk
mengatakan adapun nilai-nilai moralitas dan budi pekerti yang perlu
ditanamkan pada jenjang Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:39
1) Nilai religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Serta toleran
terhadap pelaksaan ibadah agama lain
2) Nilai sosial yakni sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
3) Nilai gender yakni sikap dan perilaku yang tidak membeda-
bedakan antara laki-laki dan perempuan, keduanya memiliki
kesempatan yang sama.
4) Nilai keadilan yakni sikap dan perilaku yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dengan orang lain
39 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan,
(Malang: Bumi Aksara, 2007), h. 46-50.
25
5) Nilai kejujuran yakni perilaku yang pada upaya menjadikan dirinya
sebagai oaring yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan dan pekerjaan.
6) Nilai kemandirian yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang laindalam menyelesaikan tugas
7) Nilai daya juang yakni perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan dalam
belajar
8) Nilai tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya dilakukannya
terhadap diri sendiri, lingkungan, masyarakat, Negara dan Tuhan
yang maha Esa.
9) Nilai penghargaan terhadap lingkungan yakni sikap dan tindakan
yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam
di sekitarnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) 2017, Muhajir
Effendy menyatakan bahwa nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam
pendidikan karakter pada jenjang sekolah dasar adalah (1) karakter
personal diantaranya hidup jujur dan memiliki budaya antre, (2)
karakter social yakni memiliki tanggung jawab sosial dan menghargai
perbedaan serta pendapat orang lain, dan menumbuhkan sikap
nasionalisme.40
b. Tahapan Implementasi Pendidikan Karakter
Karakter seperti juga kualitas diri lainnya tidak berkembang
dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu
dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan yang
berlangsung sepanjang hayat. Karakter dikembangkan melalui tahap
pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), menuju kebiasaan
40 Muhajir Effendy, SD-SMP Segera Terapkan Pendidikan Karakter, 2017,
(www.radarbangka.co.id)
26
(habit).41 Perkembangan karakter seseorang tidak sebatas pada
pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang belum
tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya jika ia tidak
terlatih untuk melakukan kebaikan. Hal tersebut dikarenakan karakter
lebih kepada kebiasaan diri seseorang.
Proses implementasi pendidikan karakter memiliki prinsip dalam
internlisasi nilai-nilai yang digunakan, yaitu mengusahakan agar peserta
didik mengenal dan menerima nilai-nilai sebagai meilil mereka sendiri
dan harus bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya. Hal
tersebut melalui tahap mengenal pilihan, menentukan pendirian dan
selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan dirinya.
Dengan melaksanakan ketiga tahapan tersebut peserta didikbelajar
melalui proses berpikir, bersikap dan berbuat.42
Proses internalisasi nilai-nilai dilakukan dengan tahapan-tahapan
berjenjang mulai dari penanaman, penumbuhan, pengembangan dan
pemantapan.
1) Tahap penanaman nilai
Tahap penanaman nilai merupakan tahap ditanamkannya nilai-
nilai kebaikan agar menjadi kebiasaan. Pada tahap ini anak
dibiasakan berbuat baik. Tahap ini sangat memerlukan
keteladanan dari orang- orang yang dekat dengan peserta didik.
Faktor keteladanan ini menjadi landasan fundamental bagi anak
dalam internalisasi nilai- nilai yang sedang atau telah diterima
dari lingkungan.
2) Tahap penumbuhan nilai
Pada tahap penumbuhan nilai-nilai telah ditanamkan kepada anak
ditumbuhkan secaa maksimal. Tahap penumbuhan nilai dilakukan
dengan memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai dengan
41 Zubaedi, op. cit., h. 110. 42 Deni Damayanti, Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta:
Araksa, 2014), h. 54.
27
tahapan usianya. Dengan begitu nilai-nilai yang ditanamkan dapat
tumbuh dan melekat dalam dirinya sebagai jati diri yang kuat.
3) Tahap pengembangan nilai
Nilai-nilai yang telah ditanamkan dan ditumbuhkan pada anak
perlu dikembangkan menjadi nilai-nilai diri. Nilai-nilai yang
sudah ada menjadi satu dalam diri anak dan harus tercermin
dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
4) Tahap pemantapan nilai
Nilai-nilai yang sudah ditanamkan, ditumbuhkan dan
dikembangka kemudian dimantapkan. Pada tahapan ini anak
diberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk melakukan
kegiatan yang berhibungan langsung dengan kehidupan dalam
masyarakat. Dengan pemntapan ini diharapkan anak-anak sudah
siap untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.43
Dengan prinsip-prinsip tersebut dapat dilakukan strategi
implementasi pendidikan karakter berkelanjutan sebagai berikut.44
Strategi implementasi pendidikan karakter dimulai dengan pengajaran
makna nilai. Nilai-nilai yang telah diajarkan ditanamkan melalui
pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan nilai-nilai dapat
melalui keteladanan dari orang tua ataupun guru. Selain dengan
keteladanan, nilai-nilai yang telah diajarkan ditumbuhkan dengan
penguatan dalam kegiatan yang memuat nilai-nilai yang diajarkan.
Setelah diberikan keteladanan dan penguatan nilai, kemudian
dimantapkan dengan melakukan pengontrolan. Jika yang dilakukan
anak sesuai dengan nilai yang sudah diajarkan maka anak perlu
diberikan penghargaan. Tahap ini dilakukan sebagai penguatan nilai.
Jika perilaku yang dilakukan anak tidak sesuai dengan nilai atau
menyimpang maka perlu diberi hukuman atau pembinaan. Setelah
43 Ibid., 59-61 44 Kusnaedi, Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Panduan untuk Orang Tua
dan Guru, (Bekasi: Duta Media Tama, 2013), h. 137.
28
dilakukan hukuman anak perlu dikembalikan pada tahapan pengajaran
makna nilai.
Strategi tersebut perlu dikembangkan dalam implementasi
pendidikan di sekolah, dengan diterapkannya strategi di atas diharapkan
implementasi pendidikan karakter di sekolah akan efektif dan mampu
menjadikan siswa-siswi memiliki karakter yang mulia bukan sebatas
pengetahuan saja melainkan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
dan menjadi sesuatu yang tertanam kokoh dalam diri sebagai bekal bagi
kehidupannya.
3. Karakteristik Siswa MI/SD
a. Psikologi Perkembangan Siswa MI/SD
Jean Piaget menyebutkan bahwa masa anak-anak berada pada
fase perkembangan operasi konkrit.45 Pada masa keserasian bersekolah
ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa
sebelumnya maupun sesudahnya, karena anak lebih siap mendapatkan
pendidikan dan keinginannya sendiri untuk belajar.46
Akan tetapi, pada masa ini juga biasa disebut “masa yang
menyulitkan”, karena anak lebih banyak dipengaruhi teman-teman
sebayanya daripada orang tuanya sehingga sulit untuk menuruti
perintah orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang
memperhatikan dan kurang bertanggung jawab terhadap pakaian dan
benda-benda yang dimilikinya. Pada masa ini anak-anak juga sering
kelihatan saling mengejek dan bertengkar.47
Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena
pada rentang usia ini (6-12 tahun), anak bersekolah di sekolah dasar.
Di sekolah dasar, anak diharapkan memperolah dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk
45Nafia Wafiqni & Asep Ediana Latip, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD,
(Jakarta: UIN PRESS, 2015), h. 23. 46Ibid, h. 24. 47Ibid, h. 25.
29
keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam
kehidupannya kelak.
b. Sifat-sifat Khas Siswa MI/SD
Anak-anak usia sekolah memiliki karakteristik yang berbeda
dengan anak-anak yang lebih muda. Ia senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau
melakukan sesuatu secara langsung. Menurut Desmita, masa usia
sekolah ini dapat dirinci menjadi 2 fase, yaitu:
a) Masa kelas rendah sekolah dasar (6/7 – 9/10 th)
Masa ini ditandai dengan sifat-sifat khas sebagai berikut:
1) Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan jasmani (postur,
keterampilan, kesehatan) dengan prestasi sekolah. Ini
menunjukkan perlunya kebutuhan-kebutuhan biologis terpenuhi
secara baik
2) Adanya sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang
tradisional
3) Adanya kecenderungan untuk memuji diri sendiri
4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak-anak lain,
kalau hal itu menguntungkan dirinya; dalam hal ini ada
hubungannya dengan meremehkan anak lain.
5) Apabila anak tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau soal,
maka soal tersebut dianggapnya tidak penting
6) Pada masa ini terutama bagi anak-anak umur 6-8 tahun
menginginkan nilai yang baik.48
b) Masa kelas tinggi sekolah dasar (9/10 – 12/13 th)49
1) Anak tertarik perhatiannya kepada kehidupan sehari-hari yang
konkret
2) Anak bersifat realistik, ingin tahu, ingin belajar, ingin bisa
48Ibid, h. 31. 49Ibid, h. 31.
30
3) Menjelang akhir masa ini anak-anak manaruh minat kepada hal-
hal dan mata pelajaran tertentu yang mereka minati
4) Sampai umur 11, anak-anak masih sering menunggu bantuan guru
atau orang dewasa dalam menyelesaikan tugas-tugas atau dalam
memenuhi keinginan-keinginannya, tetapi setelah melewati umur
itu, anak-anak dengan bebas dan berusaha untuk
menyelesaikannya sendiri
5) Pada masa ini anak-anak gemar membentuk kelompok-kelompok
untuk bermain bersama-sama, dalam kelompok permainan ini
anak-anak tidak lagi menggunakan peraturan-peraturan yang
tradisional, melainkan mereka membuat peraturannya sendiri.50
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian dari Iis Sulastri (2014), lulusan S1 Jurusan Manajemen
Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tentang Peran Kepemimpinan Kepala
Sekolah dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter di MIN 09
Petukangan Selatan Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa peran kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan
pendidikan karakter di MIN 09 Petukangan Selatan dapat dilihat dari
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pengembangan
pendidikan karakter. Penerapan pendidikan karakter melibatkan semua
pihak yang terkait (stake holder) sekolah dalam prosesnya. Semua guru
dan karyawan merasa terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program sekolah.51
2. Penelitian dari M Zainul Labib (2014), lulusan S1 jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tentang Implementasi Pendidikan
50Ibid, h. 32. 51Iis Sulastri, “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Pendidikan
Karakter di MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta,” Skiripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, (Jakarta: tidak dipublikasikan, 2014).
31
Karakter dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Akademik Siswa Kelas VI
SD Negeri 1 Jombang Ciputat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui implementasi pendidikan karakter yang diterapkan di SD
Negeri Jombang 1 Ciputat dan mengetahui bagaimana pengaruhnya
terhadap perilaku akademik siswa kelas VI, dari hasil penelitian
menunjukkan terdapat pengaruh yang kuat atau tinggi implementasi
pendidikan karakter terhadap perilaku akademik siswa dengan angka
korelasi sebesar 0,812 dan koefisien determinasi sebesar 67%. Faktor
keterkaitan yang diberikan dalam kategori sedang dan masih terdapat 33%
faktor-faktor lain yang memiliki keterkaitan dengan perilaku akademik
siswa SD Negeri Jombang 1. Dari 33% faktor-faktor lain tersebut adalah
pengaruh dalam keluarga, pengaruh lingkungan masyarakat dan pengaruh
sifat bawaan atau keturunan.52
3. Penelitian Albertin Dwi Astuti (2015), lulusan S1 Jurusan Pendidikan
Teknik Boga, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, tentang
Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Pendidikan Karakter Siswa Kelas X
Jurusan Tata Boga SMK N 3 Klaten. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
Mengetahui keadaan budaya sekolah SMK N 3 Klaten, (2) Mengetahui
karakter siswa jurusan tata boga SMK N 3 Klaten, (3) Mengetahui
pengaruh budaya sekolah terhadap karakter siswa SMK N 3 Klaten. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Variabel keadaan budaya sekolah
pada siswa kelas X jurusan tata boga SMK N 3 Klaten sebesar 45%
termasuk dalam kategori cukup. Disebabkan oleh budaya membaca yang
rendah yaitu sebesar 2%, budaya saling percaya yaitu sebesar 4%, budaya
jujur sebesar 4%, budaya kerja sama sebesar 5%, budaya memberi
penghargaan sebesar 6%, budaya berprestasi sebesar 7%, budaya bersih
sebesar 8%, dan budaya disiplin sebesar 9%. (2) Variabel karakter siswa
pada kelas X jurusan tata boga SMK N 3 Klaten sebesar 46% termasuk
dalam kategori cukup. Rendahnya karakter gemar membaca yaitu sebesar
52M Zainul Labib, “Implementasi Pendidikan Karakter dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku
Akademik Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Jombang Ciputat,” Skiripsi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Tidak dipublikasikan, 2014).
32
0,70%, karakter semangat kebangsaan yaitu sebesar 0,85 %, karkater
demokratis yaitu sebesar 0,90%, karakter cinta tanah air yaitu sebesar
0,90%, karakter kerja keras yaitu sebesar 0,95%, karakter tanggung jawab
yaitu sebesar 1%, karakter mandiri yaitu 1%, karakter menghargai prestasi
yaitu 1,27%, karakter jujur sebesar 1,50%, karakter kreatif yaitu sebesar
2%, karakter peduli sosial yaitu sebesar 2,50%, karakter bersahabat
sebesar 2,55%, karakter cinta damai yaitu sebesar 2,80%, karakter rasa
ingin tahu sebesar 3%, karakter toleransi sebesar 4%, karakter religious
sebesar 6%, karakter peduli lingkungan sebesar 6 % dan karakter disiplin
sebesar 6%. (3) Berdasarkan hasil uji hipotesis pada penelitian ini
ditemukan hasil 30,2% yang termasuk dalam kategori cukup sehingga
bisa disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara
budaya sekolah terhadap karakter siswa kelas X jurusan boga SMK N 3
Klaten.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDIT Al Kautsar yang berlokasi di Jl. Raya
Wika No.2, Kp. Lebak Pasar RT04/RW02 Desa Nambo Kecamatan
Klapanunggal Kabupaten Bogor. Waktu penelitian terhitung sejak Agustus
sampai dengan November 2017.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu metode
interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi
terhadap data yang ditemukan di lapangan dalam bentuk metode deskriptif .1
Menurut Bugin, metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan,
meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas
social dengan yang ada di masyarakat yang menjadi objek penilaian, dan
berupaya menarik realitas tersebut ke permukaan sebagai ciri karakter, sifat,
model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena
tertentu.2 Maka metode deskriptif dalam penulisan skripsi ini diarahkan untuk
menganalisis kondisi dan situasi yang terdapat pada implementasi pendidikan
karakter di SDIT Al-Kautsar Bogor.
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009)
h.7- 8 2Pedoman Penulisan skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 62-63
34
C. Sumber Data
Ada tiga jenis sumber data, yaitu : place (tempat), person (orang), paper
(kertas). Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah
subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari
dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, berikut
penjelasannya:
1. Data primer adalah data yang bersumber dari informan secara langsung
yang ditemui di lapangan atau lokasi penelitian.3 Dalam penelitian ini
sumber data berasal dari key information berupa dokumen-dokumen dan
wawancara di SDIT Al-Kautsar, yakni sebagai berikut:
a. Dokumen-dokumen sekolah (data tenaga pendidik, dan kependidikan,
buku rencana tahunan, laporan prestasi akademik dan non akademik
sekolah)
b. Hasil wawancara dari kepala SDIT Al-Kautsar, Wakasek bid.
Kurikulum SDIT Al-Kautsar, guru bidang studi.
c. Hasil observasi (lingkungan sekolah, lingkungan kelas, pelaksanaan
program sekolah dan fasilitas)
2. Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan
data/informasi kepada peneliti yang diperoleh dari pihak lain selain dari
sumber primer, dan berfungsi sebagai data pendukung penelitian.4
Adapun data sekunder dari penelitian ini adalah berasal dari buku dan
jurnal yang terkait dengan pendidikan karakter.
D. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan
penelitian. Hal ini dilakukan untuk menanyakan atau mengamati informan
3 Sugiyono, op. cit., h. 225. 4 Ibid.
35
sehingga diperoleh suatu informasi. Untuk memperoleh data yang signifikan,
maka penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.5
Pengumpulan data dengan teknik observasi dimaksudkan untuk
mengamati objek yang diteliti untuk mendapatkan data di lapangan.
Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung ke SDIT Al-
Kautsar dalam rangka memperoleh data mengenai lingkungan sekolah,
pelaksanaan program sekolah, kegiatan ekstrskulikuler dan fasilitas
sekolah. Di bawah ini merupakan kisi-kisi instrument observasi yang
penulis gunakan.
5 Sudaryono, Educational Research Methodology, (Lentera Ilmu Cendikia: Jakarta, 2014), H.
97.
36
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Oberservasi Sarana dan Prasarana Sekolah
No Sarana dan
prasarana sekolah
Status Keadaan Ket
Ada Tidak
ada Baik Sedang
Tidak
baik
1 Ruang kelas Penulis melakukan pengamatan
langsung terhadap sarana dan prasarana
yang ada disekolah dan melaksanakan
penelitian
2 Tempat ibadah
3 Sarana olahraga
4 Perpustakaan
Tabel 3. 1
Kisi-kisi Instrumen Observasi
No. Aspek yang diamati Ada Tidak Keterangan
1. Kegiatan merencanakan program-
program implementasi pendidikan
karakter
2. Pelaksanaan program pendidikan
karakter untuk mengoptimalkan
potensi kognitif siswa
3. Pelaksanaan program pendidikan
karakter untuk mengoptimalkan
potensi afektif siswa
4. Pelaksanaan program pendidikan
karakter untuk mengoptimalkan
potensi psikomotorik siswa
5. Intervensi semua pihak terkait
implementasi pendidikan karakter di
SDIT Al-Kautsar
6. Evaluasi program implementasi
pendidikan karakter
37
5 Lab. Komputer
6 UKS
7 Alat kesenian
8 Alat olahraga
9 Kantin
10 Tempat sampah
11 Rak sepatu
12 Loker siswa
13 Gudang
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi antara
pewawancara dengan informan secara langsung.6 Penulis melakukan
wawancara dengan menggunakan teknik wawancara mendalam. Metode
ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai implementasi
pendidikan karakter di sekolah secara mendalam. Berikut kisi- kisi
instrument wawancara yang penulis gunakan.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Wawancara
Interviewee Dimensi Indikator
Kepala Sekolah
SDIT Al-
Kautsar
Perencanaan dan
pengontrolan program
penanaman karakter
1. Visi, misi dan tujuan
sekolah
2. Penanaman karakter siswa
3. Peran serta orang tua
siswa
4. Pembinaan karakter yang
telah dibentuk
6 Ibid., h. 91.
38
5. Nilai karakter yang
diutamakan
Wakasek
Bid.Kurikulum
Pengorganisasian
program penanaman
karakter
1. Kegiatan ko- kurikuler
dan ekstrakurikuler
2. Prestasi siswa dibidang
akademik maupun non-
akademik
3. Standar Kompetensi
Lulusan SDIT Al-Kautsar
4. Proses rekrutmen guru
dan siswa
5. Kurikulum yang
digunakan
6. Kondisi guru dan staff
sekolah
7. Kebiasaan serta program
penanaman karakter siswa
8. Faktor pendukung dan
pengambat implementasi
pendidikan karakter
9. Cara mengatasi hambatan
Koordinator
tahfidz
Pelaksanaan program
penanaman karakter
1. hakikat pendidikan
karakter
2. Standar kelulusan tahfidz
di SDIT
3. Pelaksanaan pembelajaran
tahfidz
4. Faktor pendukung
implementasi pendidikan
karakter
39
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.7 Dengan
adanya dokumen-dokumen dalam penelitian untuk memperkuat data-data
yang menjadi kelengkapan dari hasil penelitian. Data dari dokumen ini
berkaitan dengan data pendidik/tenaga kependidikan, buku rencana kerja
tahunan, dan laporan hasil prestasi akademik dan non akademik. Adapun
penjelasan kisi-kisi pedoman studi dokumen dapat dilihat pada table
dibawah ini:
Tabel 3.4
Kisi-kisi Pedoman Studi Dokumen
No. Dimensi Sumber Dokumen Keterangan
1. Organisasi Profil SDIT, Visi, Misi dan
tujuan SDIT.
2. Kegiatan
implementasi
Petunjuk teknik pelaksanaan
program implementasi
pendidikan karakter
E. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain
sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain.8
Setelah semua data terkumpul, penulis akan mengolah data tersebut
dengan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu teknik yang
menggambarkan dan menginterpretasikan arti data yang terkumpul dalam
sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan atau kualitas.
7 Sugiyono, op. cit., h. 240. 8 Ibid., h. 224.
40
Dalam teknik analisa data kualitatif, penulis mengemukakan tiga proses
analisis data yakni sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.9 Penulis
melakukan reduksi terhadap segala informasi yang diperoleh dengan cara
merangkum, memilih data yang penting, kemudian mengkategorikan data
sesuai dengan fokus penelitian. Data yang direduksi tersebut akan
memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai implementasi
pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar.
2. Penyajian Data
Setelah melakukan reduksi data maka dilakukan penyajian data. Dalam
penyajian data kualitatif data disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori dan sejenisnya.10 Hal ini akan memudahkan penulis
untuk memahami apa yang terjadi berdasarkan fakta dan data yang
ditemukan.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam kesimpulan
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang seiring
pengumpulan data.11
9 Ibid., h.247. 10 Ibid., h. 249. 11 Ibid., h. 252.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SDIT Al-Kautsar
1. Profil SDIT Al-Kautsar
Pendidikan merupakan sebuah indikator dalam menentukan
keberhasilan suatu negara untuk mencapai kemajuannya, dalam proses
pendidikan juga diharapkan dapat membentuk manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT, karena maju mundurnya suatu bangsa dapat
dilihat berdasarkan pendidikan masyarakatnya. Menyadari hal tersebut serta
berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal pembentukan akhlaqul
karimah dan pendidikan bernuansa Islami bagi anak-anak di kecamatan
klapanunggal dan sekitarnya, ditambah dengan menurunnya akhlaq dan moral
yang semakin memprihatinkan, sehingga mengetuk hati para tokoh
masyarakat untuk mendirikan Sekolah Dasar Islam Terpadu yang memiliki
visi “Menjadi SDIT unggulan, kebanggaan ummat dan mampu melahirkan
tunas bangsa dengan kepribadian Islam yang memiliki : Aqidah yang shohih,
Akhlak Karimah, Akal yang cerdas dan Tubuh yang Kuat”. SDIT Al-Kautsar
berdiri dibawah naungan Yayasan Al-Kautsar. Selain SDIT Al-Kautsar,
yayasan tersebut juga menaungi lembaga-lembaga pendidikan islam lainnya
diantaranya RA Al-Kautsar, SMPIT Al-Kautsar dan SMAIT Al-Kautsar.1
Sejak tahun 2006 Yayasan Al-Kautsar mendirikan SDIT Al-Kautsar
bertujuan untuk menyelenggaran pendidikan berlandaskan islam sebagai
usaha untuk mengenalkan dan menumbuhkan nilai-nilai positif pada perilaku
anak sejak dini sebagai generasi penerus bangsa, sehingga dalam
perkembangannya nanti dapat menjadi dasar bagi anak untuk hidup dengan
berpegang teguh pada nilai-nilai agama islam.2
1 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT Al-Kautsar pada tanggal 16 Oktober 2017. 2 Ibid.,
42
Bangunan sekolah berdiri diatas tanah seluas ±12.000 m2 dengan luas
bangunan ±2.850 m2. Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Kautsar berlokasi di
Jl. Lebak Pasar RT04/RW02, Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor.3
Siswa SDIT Al-Kautsar yang berawal dari 20 siswa pada tahun 2006.
Sedangkan jumlah setiap tahunnya mengalami penambahan yang signifikan,
sehingga menjadikan SDIT Al-Kautsar sebagai sekolah favorit. Gedungnya
terdiri dari dua lantai yakni terdiri dari 29 ruangan yakni 21 ruang kelas
berukuran 4x4 meter, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang
perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang TU, 1 ruang gudang, 1 ruang serba guna,
1 ruang laboratorium komputer, serta masjid yang berada di samping
bangunan sekolah.4
Jumlah siswa yang ada di SDIT Al-Kautsar 558 yang terdiri dari kelas 1
berjumlah 84, kelas 2 berjumlah 81, kelas 3 berjumlah 83, kelas 4 berjumlah
110, kelas 5 berjumlah 98, kelas 6 berjumlah 102.5 Hampir semua siswa yang
berada di SDIT adalah hasil seleksi yang ketat sehingga siswa siswinya
memiliki daya saing yang sangat tinggi. Rata-rata siswa yang masuk di SDIT
Al-Kautsar 30% berasal dari RA Al-Kautsar dan 70% dari luar. Para siswa
SDIT Al-Kautsar rata-rata mempunyai prestasi akademik yang bagus
sehingga daya saing mereka lebih tinggi. Selain berprestasi dalam bidang
akademik, siswa siswi juga mampu membaca dan menghafal Al- Qur‟an
standar minimal yang ditetapkan sekolah adalah juz 29 dan juz 30. Sehingga
menjadikan sekolah ini diminati oleh para orang tua dan ingin
menyekolahkan anak mereka di SDIT Al-Kautsar.
3 Dokumen SDIT Al-Kautsar 4 Ibid., 5 Ibid.,
43
2. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi SDIT Al-Kautsar
a. Visi
Menjadi SDIT unggulan, kebanggaan ummat dan mampu melahirkan
tunas bangsa dengan kepribadian Islam yang memiliki : Aqidah yang
shohih, Akhlak Karimah, Akal yang cerdas dan Tubuh yang Kuat.
b. Misi
1) Mengupayakan terwujudnya siswa yang memiliki keunggulan.
2) Membentuk siswa agar mengetahui cara belajar dan mengajari
dirinya sendiri.
3) Membentuk siswa agar mengetahui dan membiasakan cara hidup
sehat dan mencintai kebersihan diri serta lingkungan sebagai pangkal
kesehatan dan ketenangan dalam belajar.
4) Membentuk siswa agar menjadi insan ‘abid yang shaleh dalam
seluruh aspek termasuk keindahan (estetika).
5) Memberikan bekal pengetahuan, dan menumbuhkan kehendak siswa
untuk senantiasa memilih yang haq dan yang baik.
6) Memaparkan semua akhlaq Al-Quran secara integral dan
menyeluruh kepada siswa disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
7) Membentuk perilaku dalam diri siswa untuk menerapkan Aqidah
Islamiyah dalam kehidupan sehingga terbentuk pribadi yang sehat
jasmani, sehat rohani dan sehat lingkungan.
8) Memberikan layanan pendidikan yang terbaik bagi siswa dan
orangtua.
9) Menerapkan sistem manajemen yang professional, partisipatif dan
transparan.
10) Menyelenggarakan dan mengembangkan program pendidikan yang
inovatif, berkarakter dan berbasis alam.
11) Mengupayakan dengan mengedepankan peningkatan kualitas SDM
dan mengembangkan pengelolaan yang bersahabat, kreatif, berjiwa
pembelajar serta dapat menjadi teladan.
44
12) Mengembangkan usaha-usaha pendukung yang relevan dengan visi
lembaga berdasarkan potensi yang dimiliki lembaga.
c. Tujuan
Adapun Tujuan Sekolah adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan perilaku akhlak mulia bagi siswa.
2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan
minat dan bakat siswa.
3) Mengembangkan kepribadian manusia yang utuh bagi siswa.
4) Mempersiapkan siswa sebagai bagian dari anggota masyarakat yang
mandiri dan berguna.
d. Strategi
Strategi Pendidikan SDIT Al Kautsar diselaraskan dengan tujuan
pendidikan dalam konsep Islam dan tujuan pendidikan nasional.
Tujuan Pendidikan Islam :
1) Melihat dari Keteladanan Rosulullah SAW
2) Melihat dari keteladanan Shohabat Rosul
3) Mengembangkan Budaya/Tradisi yang baik berlandaskan aqidah
yang shahih dan menjauhi Tahayul dan Kesyirikan.
Tujuan Pendidikan Nasional :
1) Ikut Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
2) Mengambil selalu azas manfaat dari segala perbuatan6
3. Deskripsi Guru
Tugas utama guru adalah mendidik dan mengarahkan siswa untuk
menjadi seseorang yang berakhlak mulia yang berpedoman pada Al-
Qur’an dan hadits nabi. Disamping itu guru juga bertanggung jawab atas
pengamalan-pengamalan nilai-nilai karakter siswa yang ada di sekolah.
Guru pengajar di SDIT Al-Kautsar lulusan S1 dan S2 dari jurusan
ilmu kependidikan yang berasal dari berbagai universitas. Dengan modal
6 Ibid.,
45
ilmu pendidikan dan keguruan yang dimiliki tidak mengherankan mereka
memiliki sifat pendidik yang mampu menjadi teladan dan dapat menggali
potensi yang dimiliki siswa secara optimal. Untuk menjadi guru di SDIT
Al-Kautsar memiliki daya saing yang tinggi, hal ini dilihat dari proses
seleksi penerimaan yang ketat dengan melalui beberapa tahapan tes, yaitu
test hafalan Al-Qur’an dengan kriteria minimal 1 juz untuk guru bidang
studi dan minimal 2 juz untuk guru tahfidz, tes membaca Al-Qur’an
dengan tartil, tes micro teaching serta wawancara dengan kepala sekolah
dan yayasan Al-Kautsar, tentu saja guru-guru yang diterima adalah
lulusan S1.7 Jumlah guru yang ada di SDIT Al-Kautsar adalah 31 orang.
Guru-guru tersebut terpilih dari hasil rapat guru dan yayasan yang
diadakan setiap tahun di awal semester.8
4. Deskripsi Siswa-siswi SDIT Al-Kautsar
Peneliti dalam hal ini meneliti perilaku dan sikap siswa-siswi di
SDIT Al-Kautsar yang berasal dari latar belakang pendidikan keluarga
yang berbeda serta suku dan budaya yang berbeda, secara keseluruhan
siswa-siswi tersebut terbagi menjadi enam level kelas, dan setiap
levelnya terbagi menjadi 3 dan 4 kelas, berikut data siswa-siswi SDIT
Al-Kautsar:
Tabel 4.1
Daftar Siswa SDIT Al-Kautsar9
NO KELAS L P JUMLAH
1 I A 14 14 28
2 I B 14 14 28
3 I C 13 15 28
7 Wawancara dengan Wakasek Bid. Kurikulum SDIT Al-Kautsar pada tanggal 16 Oktober
2017. 8 Ibid,. 9 Dokumen SDIT Al-Kautsar
46
Jumlah 41 43 84
4 II A 11 16 27
5 II B 13 14 27
6 II C 14 13 27
Jumlah 38 43 81
7 III A 16 12 28
8 III B 16 12 28
9 III C 15 12 27
Jumlah 47 36 83
10 IV A 16 12 28
11 IV B 15 12 27
12 IV C 16 11 27
13 IV D 17 11 28
Jumlah 64 46 110
14 V A 14 11 25
15 V B 13 12 25
16 V C 14 10 24
17 V D 14 10 24
Jumlah 55 43 98
18 VI A 15 11 26
47
19 VI B 14 11 25
20 VI C 15 10 25
21 VI D 15 11 26
Jumlah 59 43 102
Jumlah seluruh siswa 304 254 558
5. Standar Kompetensi Lulusan SDIT Al-Kautsar
a. Hafal 2 juz Al-Qur’an (juz 30 dan juz 29)
b. Berakhlaqul karimah
c. Salimul Aqidah
d. Shohihul Ibadah
e. Berbakti kepada orang tua dan guru
f. Gemar membaca
g. Disiplin dan bertanggung jawab.10
6. Kegiatan Ekstrakurikuler
1) Pramuka 10) Membatik
2) Marawis 11) Panah
3) Seni Lukis 12) Karate
4) Seni Tari 13) Syufu
5) Seni Musik 15) Kreatifitas
6) Math Club 16) Futsal
7) English Club 17) Volly
8) Sains Club 18) Angklung11
9) Tahfidz
10 Wawancara Wakasek bid.Kurikulum pada tanggal 16 Oktober 2017. 11 Dokumen SDIT Al-Kautsar
48
7. Kurikulum SDIT Al-Kautsar
Kurikulum yang diimplementasikan di SDIT Al-Kautsar adalah
kurikulum pendidikan nasional yang di padukan dengan kurikulum
sekolah islam terpadu serta diolah sesuai dengan visi dan misi SDIT Al-
Kautsar.12 Dengan demikian siswa-siswinya akan mendapat porsi
pendidikan agama seperti siswa madrasah dan mendapatkan pelajaran
umum seperti siswa pada sekolah dasar (sekolah umum).
Dengan implementasi kurikulum yang dipadukan itulah diharapkan
lulusan SDIT Al-Kautsar akan mendapatkan ilmu pengetahuan serta ilmu
agama yang berimbang (menguasai ilmu pengetahuan yang luas serta
dekat kepada Allah SWT). Program-program penanaman dan penguatan
nilai-nilai karakter islami sejak dini sudah diterapkan dan senantiasa terus
ditingkatkan. Kegiatan ini dengan dilakukan dengan cara-cara antara lain:
mengucapkan salam setiap bertemu dengan guru, membaca doa setiap
sebelum melaksanakan aktivitas, melakukan muroja’ah hafalan setiap
sebelum melaksanakan pembelajaran, berwudhu dengan tertib dan
sempurna, melaksanakan sholat wajib dan sunnah, membiasakan shalat
diawal waktu, shalat dhuha, pelaksanaan shalat berjamaah, membiasakan
makan dan minum tidak dengan berdiri, menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, adab terhadap guru, adab terhadap orang tua serta adab
terhadap teman sebaya, serta praktek ibadah lainnya yang terdapat dalam
al-qur’an dan sunnah.13 Dengan pembiasaan yang terus dilakukan secara
kontinyu diharapkan anak akan terbiasa dan terlatih untuk melaksanakan
ibadah dengan kesadaran serta tidak menjadikan ibadah sebagai
kebutuhan bukan beban.
12 Wawancara Wakasek.bid.Kurikulum pada tanggal 16 Oktober 2017.
13 Ibid.,
49
Tabel 4.2
Struktur Kurikulum SDIT Al-Kautsar14
NO Komponen
Alokasi Waktu / Minggu
Kelas
I II III IV V VI
A Mata Pelajaran
1 Pendidikan Agama Islam 2 2 2 2 2 2
2 Pendidikan Kewarganegaraan
TEMATIK
2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4
4 Matematika 5 5 5
5 Ilmu Pengatahuan Alam 4 4 4
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2
7 Seni Budaya dan Keterampilan 2 2 2 2 2 2
8 Penjas,Orkes 2 2 2 2 2 2
B Mulok
1 TIK - - - 2 2 2
2 Qur’an/Tahfidz 8 8 8 8 8 8
3 Tahsin 8 8 8 8 8 8
4 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
14 Dokumen SDIT Al-Kautsar
50
5 Bahasa Arab 2 2 2 2 2 2
6 Do’a dan Hadits 1 1 1 - - -
7 Praktik Ibadah 1 1 1 - - -
D Pengembangan Diri
1 Ektra Kurikuler 2 2 2 2 2 2
2 Pramuka 2 2 2 2 2 2
JUMLAH 49 49 49 49 49 49
B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian
1. Bentuk Pendidikan Karakter di SDIT Al-Kautsar
Pada hakikatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan
perwujudan dari keseluruhan potensi manusia (kognitif, afektif dan
psikomotorik) dalam konteks interaksinya dalam keluarga, satuan
pendidikan dan masyarakat yang berlangsung sepanjang hayat.
Berbicara mengenai karakter, ada 18 nilai-nilai karakter yang
ditetapkan pemerintah untuk dikembangkan di sekolah. Pada bab 2 telah
dijelaskan definisi singkat dari setiap nilai karakter dan peneliti
membatasi tiga nilai karakter yang hendak diteliti, yaitu religius, jujur,
dan disiplin.
a. Karakter Religius
Religius adalah nilai yang bersumber dari ajaran agama yang dianut
seseorang yang dilakasanakan dalam kehidupan sehar-hari. Karakter
religius siswa di sekolah dapat diamati dalam hal melaksanakan ibadah,
mengikuti program keagamaan, dan
51
Berdasarkan hasil informasi yang diperoleh untuk karakter religius
bahwa:
1) Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran
2) Siswa mengikuti shalat zuhur berjamaah di masjid sekolah
3) Siswa mengikuti program BTQ
Hasil observasi, Setiap hari, siswa rutin berdoa sebelum dan sesudah
pelajaran. seluruh siswa mengikuti pembiasaan tersebut dengan tenang,
guru menegur siswa jika ada siswa yang mulai tidak memperhatikan atau
tidak ikut membaca hapalan do’a dan Al-Qur’an. Pada pukul 12.00 siswa
istirahat dan melaksanakan salat dzuhur berjamaah di mesjid atas
bimbingan dewan guru serta kepala sekolah. Ada dua buah tempat wudhu
yang diperuntukkan siswa laki-laki dan perempuan. Guru mengawasi
siswa ketika mengambil wudhu agar mereka tidak bercanda serta agar
guru dapat memastikan bahwa siswa telah berwudhu dengan benar.
Gambar 4.1 Siswi mengambil wudhu bersama dengan guru
Seluruh siswa berbaris dan bergantian mengambil air wudhu, guru
melakukan pengawasan dan mengingatkan agar siswa menghemat
penggunaan air. Air tidak boleh dibuang percuma, selain untuk berwudhu
guru menegur siswa jika ada yang bermain air.
52
Gambar 4.2 Salat berjamaah diimami oleh guru dan doa yang dipimpin
oleh siswa secara bergantian
Selama salat berjamaah, peneliti tidak menemukan siswa yang tidak
tertib atau bercanda selama salat berlangsung. Ketika selesai salat pun,
siswa membaca dzikir dan doa bersama dengan tenang, setiap siswa
ditugaskan secara bergantian untuk memimpin teman-teman yang lain
berdoa. Pelaksanaan shalat dzuhur untuk kelas 1-3 dilaksanakan dikelas
masing-masing secara berjamaah, sedangkan kelas 4-6 dilaksanakan di
masjid Al-Kautsar bersamaan dengan jamaah yang lain dan diawasi oleh
wali kelas dan guru laki-laki bidang studi.
b. Aspek Kejujuran Siswa
Jujur adalah perilaku seseorang yang menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan. Aspek kejujuran siswa di sekolah dapat diamati dalam hal
mengerjakan tugas dengan kemampuan sendiri, mengerjakan ulangan
sendiri, mengatakan sesuatu yang sebenarnya, mengakui kesalahan,
melapor pada guru jika menemukan sesuatu di sekolah, bercerita yang
sebenarnya, dan lain-lain.
53
Berdasarkan observasi dapat diperoleh informasi bahwa:
1) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan
kemampuan sendiri
2) Siswa mengerjakan soal ulangan tanpa bertanya pada teman
3) Siswa mengatakan sesuatu yang sebenarnya
4) Mengakui kesalahan yang dilakukan terhadap teman dan guru
5) Melaporkan pada guru jika menemukan uang di sekolah
Mayoritas siswa memilih untuk mengerjakan tugas sendiri, hal ini
membuktikan bahwa kejujuran siswa cukup tinggi. Untuk memperkuat
pernyataan ini peneliti juga melakukan observasi dengan mengamati
keseharian siswa secara langsung, ternyata dalam pembelajaran
ditemukan bahwa siswa dengan jujur mengerjakan tugas sesuai dengan
kemampuan sendiri.
Gambar 4.3 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru
sesuai kemampuan
Tidak hanya ketika mengerjakan tugas, siswa juga membiasakan
untuk mengerjakan ulangan dengan kemampuan siswa sendiri.
Berdasarkan observasi siswa dengan jujur mengerjakan soal ulangan
sendiri tanpa bertanya pada teman meskipun siswa merasa kesulitan,
mereka memilih bertanya pada guru.
54
Kejujuran siswa juga tampak dengan sikap siswa yang berkata segala
sesuatu dengan sebenarnya baik terhadap teman atau pun guru. Sebagian
siswa mengatakan bahwa mereka mengatakan yang sebenarnya,
meskipun ada beberapa siswa yang masih kurang terbuka untuk
mengatakan yang mereka rasakan atau pikirkan tentang sesuatu hal.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas 3 C, peneliti mendapat
informasi bahwa siswa dan siswi SDIT Al-Kautsar Bogor selalu
mengatakan yang sebenarnya jika ada sesuatu dan melapor jika
menemukan uang di sekolah.
“Kalo ada suatu masalah yang terjadi oleh siswa mereka bercerita
keadaan yang sebenarnya terjadi , ada beberapa siswa yang kurang
terbuka. Dan kalau siswa nemu uang langsung di kasih ke guru
kelas, terus guru kelas konfirmasi ke anak-anak nanya itu milik
siapa, gitu. Anak-anak jujur sih kalo masalah uang. Kalo sedang
bukan jam pelajaran guru kelas mereka bilang ke guru lain atau ke
ruang guru”15
Kejujuran siswa juga dapat tercermin dari sikap mereka ketika
memiliki masalah, sebagian siswa bersikap terbuka dalam
mengemukakan masalah mereka terhadap guru dan teman. Ketika
melakukan sebuah kesalahan, mayoritas siswa mengakui kesalahan yang
mereka perbuat. Berdasarkan informasi twersebut mengenai karakter
kejujuran siswa, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kejujuran siswa
dalam hal belajar, mengerjakan tugas, jujur ketika menemukan uang di
sekolah, dan yang lainnya sudah sangat baik.
c. Aspek Kedisiplinan Siswa
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan perarturan yang berlaku. Di sekolah,
kedisiplinan siswa dapat tercermin dari kepatuhan siswa terhadap aturan
dan tata tertib yang ada di sekolah. Kepatuhan tersebut dapat diwujudkan
dengan tertibnya diantaranya
15Siti Mahsusiatin, Hasil wawancara dengan wali kelas 3 C MI Pembangunan UIN
Jakarta, 11 April 2017 pukul 12.30 WIB.
55
waktu datang dan pulang sekolah, berbaris rapi, mengikuti upacara
bendera dengan tertib, memakan bekal makanan pada jam istirahat,
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik,
mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tepat waktu,
memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan,
dan membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
1) Siswa datang dan pulang sekolah tepat waktu
2) Siswa berbaris rapi sebelum memulai pelajaran
3) Siswa mengikuti upacara bendera dengan tertib
4) Siswa memakan bekal makanan pada jam istirahat
5) Siswa mengikuti upacara bendera dengan tertib
6) Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik
7) Siswa mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru
tepat waktu.
8) Siswa memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan
9) Siswa membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan
Siswa disiplin waktu berangkat dan pulang sekolah, berdasarkan
observasi hanya beberapa siswa yang kadang-kadang datang terlambat atau
pulang telat karena menunggu jemputan. Kedisiplinan juga tampak pada
saat siswa-siswi berbaris rapi sebelum masuk ke dalam kelas.
56
Gambar 4.4 Siswa berbaris rapi sebelum masuk kelas
Berdasarkan observasi, diketahui bahwa guru kelas memimpin siswa
untuk berbaris setiap pagi. Pukul 07.00 bel masuk sekolah berdering, siswa
yang tengah berada di dalam kelas atau pun yang sedang bermain di
lapangan langsung berbaris di depan kelas tanpa menunggu perintah guru.
Mereka membagi ke dalam dua kelompok, satu baris laki-laki dan satu
baris perempuan. Mereka berbaris dengan tertib, sesekali ada 1-2 siswa
yang mengobrol tapi langsung ditegur oleh guru kelas dan kembali berbaris
dengan tertib.
Kedisiplinan siswa juga tercermin dari upacara senin pagi yang
dilaksanakan di halaman sekolah dengan tertib. Upacara dilaksanakan untuk
menumbuhkan rasa nasionalisme, menghargai jasa para pahlawan, dan
sebagai kegiatan dalam mendisiplinkan siswa.
Berdasarkan observasi, peneliti mengamati kegiatan upacara setiap
hari senin pagi yang berjalan dengan tertib, hanya ada satu-dua siswa yang
mengobrol, itu pun langsung mendapat teguran dari guru.
Ketika upacara berlangsung, siswa diwajibkan menggunakan pakaian
seragam lengkap dengan topi dan dasi bagi laki-laki, serta jilbab berwarna
putih bagi perempuan. Siswa tidak diperkenankan menggunakan sepatu
selain hitam, baju kemeja dimasukkan ke dalam celama/rok.
57
Gambar 4.5 Upacara senin pagi bejalan dengan tertib
Kedisiplinan siswa yang selanjutnya adalah disiplin saat jam istirahat.
Siswa diperbolehkan makan hanya pada saat jam istirahat.
Gambar 4.6 Sebagian membawa siswa membawa bekal makan dari rumah
Tidak semua siswa membawa bekal makan dari rumah, untuk itu di
SDIT Al-Kautsar Bogor disediakan kantin yang bersih dan nyaman dengan
banyak pilihan menu makanan. Kantin tersebut diperuntukkan siswa, guru,
serta seluruh warga sekolah.
Selain itu guru juga rutin memberikan pekerjaan rumah terhadap
siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, sebagian besar siswa
mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik dan dikumpulkan pada saat
pelajaran tersebut berlangsung, tapi masih ada siswa yang tidak tepat waktu
dalam mengumpulkan tugas karena mengaku bukunya tertinggal di rumah.
58
Di sekolah, ada peraturan mengenai penggunaan seragam setiap
harinya. Siswa wajib menaati aturan tersebut, siswa tidak diperkenankan
memakai seragam selain seragam yang telah ditentukan. Peneliti juga
melihat bahwa seluruh siswa menggunakan seragam yang telah
dijadwalkan oleh pihak sekolah, selama peneliti mengobservasi memang
tidak ditemukan siswa yang menggunakan seragam tidak sesuai jadwal.
Selain peraturan menggunakan seragam sesuai dengan jadwal,
pihak sekolah juga menentukan jadwal pelajaran, setiap siswa diwajibkan
membawa buku pelajaran serta buku catatan dari rumah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan,
peneliti dapat menarik simpulan bahwa karakter kedisiplinan siswa sudah
cukup tinggi, siswa mematuhi aturan yang ada di sekolah dengan baik.
Untuk selanjutnya, penanaman nilai-nilai karakter kedisiplinan harus tetap
secara intensif dilakukan, sebab dalam membentuk karakter siswa menjadi
disiplin bukan hal yang instan dilakukan, sehingga harus ada penanaman
nilai yang berkelanjutan agar kedisiplinan siswa di sekolah terus terjaga.
Perwujudan tersebut dapat dikelompokan ke dalam empat elemen,
yaitu: Olah hati (Spiritual and Emotional development), Olah pikir
(Intellectual development), Olah raga (Physical and Kinesthetic
development), dan Olah karsa (Affective and Creativity development).
Keempat elemen tersebut secara keseluruhan saling memiliki keterkaitan
dan saling melengkapi dan menuju pada pembentukan karakter yang
menjadi perwujudan nilai-nilai luhur.
Untuk mengoptimalkan potensi siswa SDIT Al-Kautsar
mengimplementasikan pendidikan karakter kedalam setiap kegiatan yang
diprogramkan, baik kegiatan kurikuler siswa maupun non kurikuler.
Kegiatan kurikuler merupakan kegiatan yang dimasukkan kedalam
kurikulum dan ada dalam jadwal pelajaran sekolah, di antara kegiatan
kurikuler yang dilaksanakan siswa-siswi SDIT Al-Kautsar adalah:
59
a. Pelajaran Umum (Matematika, IPA, IPS, Bahasa, PJOK,
Keterampilan)
b. Hafalan 2 Juz Al-Qur’an (Tahfidz)
c. Pendidikan Agama Islam
d. Doa dan Hadits
e. Praktik Ibadah
Sedangkan program non kurikuler adalah program yang
diimplementasikan oleh sekolah, namun tidak dimasukkan secara khusus
ke dalam KBM hanya saja menjadi kebiasaan (Hidden Curriculum) yang
selalu dilakukan sehingga menjadi budaya yang akan membentuk
karakter seluruh warga sekolah terutama siswa siswi SDIT. Program non
kurikuler terhadap pendidikan karakter, meliputi:
1. Olah Hati (Spiritual and Emotional development)
Menurut pandangan agama, hati merupakan segumpal daging
yang ada dalam diri manusia serta merupakan tempat bermuaranya
segala kebaikan dan keburukan. Olah hati merupakan upaya
mengelola aspek- aspek spiritual yang dapat membentuk karakter
seseorang. Diantara olah hati yang di implementasikan di SDIT Al-
Kautsar, yaitu:
a. Membiasakan wudhu dengan tertib dan sempurna
b. Membiasakan sholat wajib dan Sunnah
c. Membiasakan shalat diawal waktu
d. Membiasakan berdoa setiap akan melaksanakan kegiatan
e. Membiasakan menjaga kebersihan dan kerapihan diri dan
lingkungan
f. Membiasakan makan makanan yang halal
g. Adab makan dan minum
h. Adab terhadap guru, teman dan orang tua16
Olah hati yang di implementasikan di SDIT mengajarkan kepada
siswa untuk menyadari pentingnya hati yang bersih dalam
16 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum SDIT Al-Kautsar pada tanggal 16 Oktober 2017.
60
kehidupan, dan untuk mendapatkan hati yang bersih seseorang harus
dekat dengan Tuhannya yaitu dengan cara-cara yang diajarkan oleh
rasulullah SAW. Dari pengamatan yang penulis lakukan sejak bulan
Oktober sampai November penulis melihat siswa sudah terbiasa
dengan rutinitas keagamaan di sekolah, seperti halnya ketika jam
09.00 sudah memasuki waktu istirahat siswa lebih memilih untuk
mengerjakan shalat sunnah dhuha baru kemudian istirahat. Ini
merupakan satu hal yang sangat baik bahwa siswa terbiasa dengan
hal-hal yang sunnah, begitu juga dengan shalat dzuhur, sebelum
adzan berkumandang siswa kelas atas berbondong-bondong pergi ke
masjid sedangkan kelas bawah melaksanakan shalat di kelas. Dapat
dikatakan SDIT Al-Kautsar telah berhasil menanamkan sikap
religius pada siswa-siswinya melalui pembiasaan-pembiasan yang
terus menerus dilakukan secara kontinyu.
2. Olah Pikir (Intellectual development)
Berpikir merupakan aktivitas intelektual seseorang yang
melibatkan kesadaran subjektif individu yang menghasilkan suatu
konsep, ide-ide, atau gagasan. Diantara olah pikir yang di
implementasikan di SDIT Al-Kautsar adalah:
a. Kegiatan Kids Preneur
b. Kunjungan Edukatif
c. Pendalaman Materi
d. Keputraan dan Keputrian
e. Lomba-lomba (menulis cerpen, tahfidz, ceramah dll)17
Kegiatan olah pikir yang dilaksanakan di SDIT Al-Kautsar
bertujuan untuk menanamkan karakter rasa ingin tahu, kemandirian,
cerdas serta kreatif. Hal tersebut terlihat saat penulis melakukan
observasi pada kegiatan Kids Preneur siswa kelas bawah. Para siswa
tidak hanya berjualan makanan dan minuman. Barang yang ingin
dijual ditentukan sendiri oleh siswa serta penjualnya juga mereka,
17 Ibid,.
61
walaupun masih kelas satu tapi tidak terlihat rasa takut dalam wajah
mereka melayani pembeli yaitu kakak-kakak kelas mereka.
3. Olah Raga (Physical and Kinesthetic development)
Olah raga merupakan pembelajaran untuk jasadiyah (tubuh)
manusia yang terencana dan terstruktur bertujuan untuk
meningkatkan kebugaran tubuh. Olah raga bukan hanya melibatkan
aktivitas fisik (psikomotorik) saja, olah raga juga melibatkan
aktivitas kognisi dan afeksi seseorang. Diantara olah raga yang di
implementasikan di SDIT Al-Kautsar adalah:
a. Kepramukaan
b. Outbond
c. Ekstrakurikuler (Tari, Karate, Syufu, Futsal, Volly, Panah dan
Marawis)18
Bentuk pendidikan karakter yang di implementasikan di SDIT
Al-Kautsar bertujuan untuk menanamkan sifat disiplin yang didapat
dari kegiatan kepramukaan, berdaya tahan tubuh yang kuat di dapat
dari kegiatan outbond, sedangkan sifat lain seperti sportif, tangguh,
ceria, gigih dan bekerja keras terlihat dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Hal ini dapat penulis simpulkan dari hasil observasi para siswa
dengan tekun dan semangat saat melaksanakan latihan disekolah.
Selain berlatih para siswa yang mengikuti ekskul juga sering
diikutsertakan dalam lomba-lomba kejuaran. Sedangkan untuk
melatih keberanian mereka tim ekskul terkadang diminta untuk
tampil saat murojaah usbuiyah di depan seluruh warga sekolah.
4. Olah Karsa (Affective and Creativity development)
Olah karsa atau olah rasa merupakan kekuatan seseorang untuk
mengelola kekuatan perasaan. Dalam pendidikan karakter olah karsa
melibatkan aspek kognitif dan aspek afektif siswa dengan kata lain
siswa bukan saja mengetahui tentang karakter-karakter yang baik
18 Ibid,.
62
namun juga memiliki kesadaran untuk melaksanakannya. Diantara
olah karsa yang di implementasikan di SDIT Al-Kautsar, ialah:
a. Kepedulian terhadap lingkungan
b. Berakhlaqul karimah dalam pergaulan19
Itulah bentuk pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT Al-
Kautsar dalam mengoptimalkan keseluruhan potensi yang ada dalam
diri siswa serta menjaga kualitas dan output sekolah. Secara
keseluruhan siswa-siswi SDIT sudah menerapkan bentuk-bentuk
pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT, seperti yang penulis
lihat saat observasi pada waktu istirahat jika ada temannya yang
makan sambil berdiri yang lain tidak segan untuk mengingatkan
dengan hadits yang telah diajarkan. Ketika setelah istirahat siswa
merapihkan sendiri tempat makan dan sampah sisa-sisa makanan.
Secara keseluruhan bentuk-bentuk implementasi pendidikan karakter
di SDIT Al-Kautsar sudah terlaksana dengan baik namun evaluasi
serta pengawasan tetap harus dilakukan guna menigkatkan kualitas
siswa dan sekolah.
2. Usaha Sekolah dalam Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-
Kautsar
SDIT Al-Kautsar adalah lembaga pendidikan yang hakikatnya
adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan islam
berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan memadukan pendidikan
Aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah.20 Dengan ketiga konsep pendidikan
tersebut berarti SDIT Al-Kautsar berupaya mendidik siswa menjadi anak
yang berkembang kemampuan akal intelektualnya, meningkatkan
kualitas iman dan taqwa kepada Allah SWT, terbinanya akhlaqul
karimah serta memiliki kesehatan dan kebugaran jasmani serta terampil
dalam kehidupan sehari-harinya.
19 Ibid,.
20 Wawancara Kepala Sekolah SDIT Al-Kautsar pada Tanggal 16 Oktober 2017.
63
Untuk mencapai tujuan dan menghasilkan output yang diharapkan
sekolah, SDIT Al-Kautsar menyusun beberapa kegiatan dalam
pembentukan karakter siswa untuk diimplementasikan dan dilaksanakan
oleh semua warga sekolah (siswa, kepala sekolah, guru, serta seluruh
staff dan karyawan sekolah) diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Shalat Dhuha
Setiap hari siswa dilatih dan dibiasakan untuk shalat berjamaah baik
sholat dhuha maupun shalat dzuhur. Pelaksanaan shalat dhuha dilakukan
dikelas masing-masing secara berjamaah didampingi wali kelas dan
asisten kelas. Waktu shalat dhuha pukul 08:45-09:00 sebelum istirahat
pertama. Kegiatan shalat dhuha bertujuan untuk membiasakan siswa
melaksanakan sunnah-sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW. Sama
halnya dengan shalat dhuha dilaksanakan berjamaah didampingi oleh
wali kelas dan asisten yang akan membimbing, mengarahkan dan
membina siswa agar melaksanakan shalat dengan benar, tertib dan
khusyu. Jika ada siswa yang tidak khusyu dalam shalat dan dzikirnya
maka pendamping mengarahkan siswa tersebut untuk mengulang lagi
shalat atau dzikirnya.
Sebelum pelaksanaan shalat berjamaah dikelas 1, wali kelas
memberikan pengajaran tentang kesempurnaan dalam gerakan shalat.
Siswa dengan seksama memperhatikan dan mempraktekkan gerakan
yang diajarkan oleh wali kelasnya.21 Pada gambar dibawah kelas 3
sedang melaksanakan shalat dzuhur berjamaah dikelasnya yang dipimpin
oleh teman mereka sendiri.22 Kebiasaan shalat berjamaah diajarkan untuk
memperkenalkan kepada siswa bahwa shalat berjamaah akan
mendapatkan pahala yang lebih banyak dibandingkan dengan shalat
sendiri, selain itu dalam shalat berjamaah siswa diajarkan agar patuh
pada imam atau pemimpin.
21 Hasil observasi pada tanggal 25 Oktober 2017 22 Ibid,.
64
b. Hafalan Quran, hadits serta doa sehari-hari
Standar Kelulusan SDIT Al-Kautsar menetapkan bahwa setiap
siswa-siswinya minimal menghafalkan 2 juz dari 30 juz Al-quran, yaitu
juz 29 dan juz 30.23 Hafalan Al-quran, hadits dan doa sehari-hari
dimasukkan kedalam mata pelajaran sehari-hari, yaitu Tahfidz dan
Pendidikan Agama Islam. Untuk memperkuat hafalan-hafalan siswa
setiap pagi sebelum KBM dimulai diadakan Muroja’ah (pengulangan).
Kegiatan Muroja’ah terbagi menjadi dua, yaitu muroja’ah yaumiyah atau
muroja’ah harian (senin-kamis) yang dilakukan dikelas masing-masing
dipimpin oleh wali kelas dan Muroja’ah Usbu’iyah atau muroja’ah
mingguan (Jumat) dipimpin oleh kepala sekolah atau wakil kepala
sekolah bagian kesiswaan. Muroja’ah usbu’iyah di ikuti oleh seluruh
siswa dan guru-guru bertempat dilapangan sekolah. Setelah kegiatan
Muroja’ah usbu’iyah siswa-siswi diberikan nasehat-nasehat mengenai
adab-adab dalam islam yang berlandaskan hadits nabi, misalnya adab
saat makan dan minum, adab bergaul kepada teman sebaya dan guru,
adab dalam marah, adab dalam berpakaian, adab dalam menjaga
kebersihan,kepribadian seorang muslim, dan sebagainya.24
Gambar 4.7 Siswa menyetorkan hafalan kepada guru Tahfidz
23 Hasil wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Kautsar 16 Oktober 2017. 24 Hasil observasi pada tanggal 03 November 2017.
65
Gambar diatas menunjukkan seorang siswa menyetorkan hafalannya
kepada guru tahfidznya. Setoran hafalan ini dilaksanakan setiap
seminggu sekali. Alokasi waktu untuk pembelajaran tahfidz dalam
seminggu yaitu 8x35 menit dan setiap minggunya siswa wajib
menyetorkan hafalannya yang telah dihafal pada pertemuan sebelumnya.
Berkaitan dengan cara menanamkan karakter mulia kepada anak
melalui hafalan al-Quran, Doa dan hadits, Bapak Daiman, M.Pd
mengatakan bahwa:
Menghafal Al-quran berpengaruh dalam pembentukan karakter
mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan
kandungan-kandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di hafal,
dengan memahami isinya akan menjadi konsep diri anak dalam
bergaul dengan teman, guru, orang tua dan lingkungan yang akan
menjadi karakter-karakter mulia dalam diri nya. Begitu juga dengan
hadits-hadits dan doa-doa pilihan yang di ajarkan di SDIT Al-
Kautsar. Sengaja di pilih hadits yang pendek dan mudah dipahami
anak agar anak mudah mempraktekkan nya dalam kehidupan.25
Gambar diatas menunjukan kegiatan murojaah Usbuiyah atau
murojaah mingguan yang diikuti oleh seluruh siswa dan dewan guru
SDIT Al-Kautsar. Selain murojaah atau mengulang kembali hafalan juga
diadakan penyampaian hadis-hadis yang berkenaan dengan akhlaqul
karimah, misalnya adab dalam berbicara, adab dalam makan dan minum,
adab pergaulan antara sesama.
c. Pembiasaan Akhlaqul karimah
SDIT Al-Kautsar menjadikan Akhlaqul karimah sebagai budaya
yang wajib diterapkan dan dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah dari
mulai kepala sekolah, guru, siswa-siswi, para staff kepegawaian, komite
serta wali murid dalam pergaulan sehari-hari terutama saat berada dalam
lingkungan sekolah. Diantara peraturan-peraturan untuk menumbuhkan
budaya dan kebiasaan tersebut menyebutkan dalam berperilaku social di
SDIT harus menerapkan:
25 Hasil wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Kautsar 16 Oktober 2017.
66
1) Membiasakan mengetuk pintu dan mengucapkan salam sebelum
masuk dan keluar kantor, ruang guru atau ruang kelas
2) Membiasakan mengucap salam dan berjabat tangan (salaman) jika
bertemu dengan guru
3) Membiasakan izin kepada guru jika ingin keluar kelas
4) Membiasakan sopan dan santun dalam berperilaku kepada guru
maupun teman sebaya
5) Membiasakan tidak berkata jorok dan mengolok-olok teman.
6) Bersikap baik terhadap teman (tidak main dengan kasar dan
memaksa)
7) Tidak boleh makan dan minum sambil berdiri dan jalan-jalan
8) Makan dan minum secukupnya dan menggunakan tangan kanan
9) Makan dan minum dengan rapi dan tertib
10) Membiasakan menyisihkan uang jajannya untuk amal jariyah
11) Membiasakan bersikap mandiri dan bertanggung jawab
12) Membiasakan membuang sampah pada tempatnya26
d. Outbond dan Wisata Ilmiah
Kegiatan Outbond dan Wisata Ilmiah dilaksanakan oleh SDIT Al-
Kautsar selama satu tahun sekali. Outbond dilaksanakan setiap awal
semester ganjil, sedangkan wisata ilmiah dilaksanakan setiap awal
semester genap. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih psikomotorik
serta sensorik anak agar mereka memiliki pengalaman langsung dalam
belajar. Selain itu kegiatan outbond dan wisata ilmiah juga dapat
membentuk karakter disiplin, tangguh, kerjasama bekerja keras dan
menumbuhkan daya saing yang positif.27
26 Observasi pada tanggal 15 November 2017. 27 Dokumen SDIT Al-Kautsar.
67
e. Kids Preneur
Kegiatan Kids Preneur bertujuan untuk mengenalkan kepada siswa
tentang nilai mata uang, selain itu kegiatan ini bertujuan membangun
jiwa wirausaha yang ada dalam diri siswa. Kids Preneur diagendakan
terlaksana setiap hari Jumat pada minggu ke-1 dan ke-3 dalam setiap
bulannya, yang persertanya adalah seluruh siswa-siswi SDIT Al-Kautsar
digilir berdasarkan level kelas.
Gambar 4.8 Keceriaan saat kids preneur
Suasana ceria saat pelaksanaan kids preneur di hari jumat terlihat
jelas pada gambar diatas. Selain mengajarkan nilai mata uang kepada
siswa-siswi SDIT Al-Kautsar kegiatan ini berhasil membangun jiwa
wirausaha yang ada dalam diri siswa. Hal ini terbukti dengan kepiawaian
siswa dalam melayani pembeli. Selain itu diharapkan siswa juga dapat
menghargai setiap jerih payah orangtuanya dalam mencari uang sehingga
mereka akan lebih menghargai dan menjaga yang mereka miliki.28
f. Keputraan dan Keputrian
Kegiatan keputraan dan keputrian diterapkan untuk siswa kelas 4
sampai 6 dengan cara mengelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Hal
ini dilakukan untuk mempersiapkan diri dalam bergaul antara laki-laki
28 Observasi pada tanggal 16 November 2017.
68
dan perempuan ketika mereka sudah baligh nanti, diharapkan mereka
dapat menjaga kesucian diri dalam pergaulannya. Setiap kelas
mendapatkan jadwal keputraan dan keputrian sekali dalam satu minggu,
keputraan kelas 4 hari selasa, kelas 5 hari rabu dan kelas 6 hari kamis,
sedangkan keputrian dilaksanakan setiap hari jumat saat para siswa
sedang melaksanakan shalat jumat. Materi yang diberikan adalah
pendalaman materi agama islam dengan materi Aqidah, Fiqh, dan
Akhlaq, diantara materinya adalah Rukun Iman, Kaifiyah wudhu,
kaifiyah shalat fardhu dan shalat berjamaah, adab di masjid, adab kepada
orang tua, guru dan sesama.29 Program keputraan dan keputrian
mendapatkan support penuh dari pihak atasan namun sangat disayangkan
ada beberapa kendala yang muncul selama pelaksanaannya. Seperti yang
di paparkan oleh koordinator ubudiyah bahwa:
Kendala adalah kurangnya dukungan dari guru-guru yang dimintai
untuk menjadi narasumber dengan alasan waktu kegiatan tersebut
bentrok dengan jam mengajar, selain itu waktu yang terbatas juga
menjadi kendala khususnya pada program keputrian yang hanya
memiliki durasi sekitar 30 menit saat shalat jumat belum lagi dipotong
dengan shalat dzuhur berjamaah.30
3. Faktor Pendukung dan Penghmbat Implementasi Pendidikan
Karakter Di SDIT Al-Kautsar
Berikut ini merupakan pemaparan mengenai factor prndukung dan
penghambat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar serta
upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi hambatan implementasi
pendidikan karakter.
a. Faktor-faktor pendukung pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar
Diantara faktor pendukung dalam implementasi pendidikan karakter
di SDIT Al-Kautsar menurut koordinator tahfidz Daiman, M.Pd beliau
mengatakan bahwa:31
29 Hasil wawancara Koordinator Ubudiyah pada Tanggal 18 Oktober 2017. 30 Ibid., 31 Wawancara Koordinator Tahfidz SDIT Al-Kautsar 16 Oktober 2017.
69
Pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang mengedepankan
perbaikan karakter dengan menanamkan karakter islami, karena dalam
islam semua sudah jelas aturannya, bagaimana seorang muslim harus
bersikap baik pada diri sendiri, dengan orang lain bahkan pada
lingkungannya. Seperti misalnya bersikap pada diri sendiri dengan
menjaga kehormatan dirinya dengan tidak memperlihatkan auratnya,
tidak membanggakan bentuk tubuhnya, hal-hal seperti itu yang harus
diperbaiki oleh pendidikan.
Pendidikan tidak hanya mendidik anak menjadi cerdas dalam
pengetahuan melainkan secara cerdas secara sikap dan perilaku. Untuk
melaksanakan pendidikan seperti itu tidak bisa dilakukan oleh satu pihak
saja (sekolah) tapi membutuhkan kerjasama semua pihak terutama
keluarga dan lingkungan masyarakat. Ketika disekolah anak akan
berpanutan pada guru nya di sekolah sedangkan ketika anak berada
dirumah orang tua nya lah yang menjadi panutan, oleh sebab itu karakter
orang tua juga harus dibina, sebab orang tua yang baik akan memberikan
pengaruh dalam pendidikan anak.
Sedangkan saat wawancara dengan Wakasek bidang kurikulum Dwi
Suci Suryanto, S.Pd berkaitan dengan faktor pendukung implementasi
pendidikan karakter anak di SDIT Al-Kautsar, beliau mengatakan:32
Mencetak generasi muslim yang berakhlaq Imtaq (Iman dan Taqwa)
dan berwawasan iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan visi
SDIT Al-Kautsar. Sehingga diharapkan setelah lulus siswa dapat
mengemban amanahnya sebagai kholifah fil ardh. Untuk semua itu SDIT
Al-Kautsar menerapkan konsep full day school sehingga diharapkan
dapat dengan leluasa mengembangkan kurikulumnya. Dalam konsep
pembelajaran SDIT tidak mengenal istirahat. Waktu yang biasa kita
gunakan untuk istirahat sebenarnya adalah pembiasaan-pembiasaan yang
kita tanamkan untuk anak, yaitu pembiasaan makan dengan baik, makan
tidak menggunakan tangan kiri, makan dan minum tidak sambil berdiri
serta pembiasaan bergaul yang baik terhadap teman. Karakter islami serta
berkepribadian yang kokoh dapat menjadi bekal utama dalam hidup
bermasyarakat yang sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi. Oleh karena itu
disekolah, baik guru, siswa, karyawan, maupun orang tua yang
mengantar dan menjemput anak harus membiasakan dan mempraktekkan
karakter-karakter islami. Oleh karena itu SDIT selalu berupaya untuk
menanamkan pembiasaan karakter islami dalam setiap kegiatan. Guru-
guru SDIT juga selalu dibina agar dapat memberikan suri tauladan yang
baik bagi siswa maupun orang tua siswa. Pemberian contoh ini dibarengi
dengan pelaksanaan program-program yang tersusun rapi untuk
menanamkan nilai-nilai karakter islami dilingkungan sekolah.
32 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum pada tanggal 16 Oktober 2017.
70
b. Faktor penghambat implementasi pendidikan karakter.
Pada saat wawancara dengan wakasek bid. Kurikulum mengenai
faktor penghambat dalam implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-
Kautsar, beliau menyampaikan:33
Faktor yang menghambat implementasi pendidikan karakter di SDIT
Al-Kautsar diantaranya ada dua faktor yaitu: faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yaitu ada dalam diri guru, misalnya terkadang
berbicara kasar, berlebihan dalam bercanda dengan teman seprofesinya.
Hal ini yang terus kita lakukan pembinaan dan perbaikan dengan
menegur guru yang bersangkutan. Faktor internal juga dapat muncul dari
diri orang tua dirumah, misalnya orang tuanya suka berbicara kasar,
berbicara bohong dengan maksud meng- iming imingi anak namun tidak
dilaksanakan, hal ini dapat berdampak buruk bagi pembentukan karakter
anak. Kedua faktor ekternal yaitu lingkungan masyarakat tempat anak itu
bergaul, gaya bicara masyarakat sekitarnya, serta tayangan-tayangan
televisi yang setiap hari ia lihat.
4. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan
implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar.
Wakasek bid. Kurikulum saat diwawancarai mengenai upaya yang
dilakukan sekolah dalam mengatasi masalah dalam implementasi
pendidikan karakter mengatakan:
Dalam mengatasi hambatan internal sekolah selalu berupaya untuk
menyusun program-program penanaman karakter baik bagi guru maupun
siswa dengan rapi serta dilakukan perbaikan secara kontinyu, seperti
yang diungkapkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib bahwasanya
“kebenaran yang tidak terorganisir akan kalah dengan kebathilan yang
terorganisir”. oleh sebab itu kerapihan dalam menyusun program-
program penanaman karakter menjadi hal yang sangat urgent dibicarakan
dalam setiap rapat, upaya-upaya perbaikan pun selalu terus dilakukan
serta yang tidak kalah pentingnya yaitu saling menegur jika ada guru
yang berbuat salah juga merupakan sarana dalam memperbaiki
implementasi pendidikan karakter. SDIT Al-Kautsar juga telah
mempunyai mekanisme yang telah disepakati bersama antara pihak
sekolah dengan orang tua siswa, diantaranya yaitu:
1) Aturan-aturan yang harus disepakati dan diterapkan oleh semua
warga sekolah,
2) Menjalin komunikasi dengan orang tua melalui buku penghubung
dan via telp,
33 Ibid,.
71
3) Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan,
4) Home Visit (kunjungan guru atau wali kelas ke rumah).
SDIT Al-Kautsar juga dengan tangan terbuka menerima masukan
dari orang tua siswa yang disampaikan langsung ke wali kelas atau pihak
sekolah sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas individu baik
guru maupun pihak sekolah.34
34 Wawancara Wakasek bid. Kurikulum pada tanggal 16 Oktober 2017.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. SDIT Al-Kautsar Bogor mengimplementasikan pendidikan karakter ke
dalam setiap kegiatan pembelajaran, baik kegiatan kurikuler maupun non
kurikuler. Program kurikuler dimasukkan kedalam pelajaran umum
(Matematika, IPA, IPS, Bahasa, PJOK, Keterampilan) serta pendidikan
agama islam yang mampu menanamkan karakter dalam diri siswa-
siswinya. Untuk program kegiatan non kurikuler meliputi: a) Olah hati
berupa kebiasaan wudhu dengan tertib, sholat wajib dan sholat sunnah,
sholat diawal waktu, berdo’a setiap akan melaksanakan kegiatan, menjaga
kebersihan dan kerapihan diri serta lingkungan, beradab terhadap guru,
orang tua dan sesama. b) Olah pikir berupa kegiatan kids preneur, wisata
ilmiah, pendalaman materi, kegiatan keputraan dan keputrian serta lomba-
lomba ilmiah yang diadakan setiap peringatan hari besar Negara maupun
hari besar islam.c) Olah raga berupa kegiatan outbond, kepramukaan serta
kegiatan ekstrakurikuler (tari, karate, syufu, futsal, volly, panah dan
marawis). d) Olah karsa berupa kepedulian terhadap lingkungan serta
berakhlaqul karimah dalam pergaulan terhadap guru, orang tua dan teman.
2. Faktor pendukung implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar
Bogor meliputi keterpaduan antara kurikulum pendidikan umum dan
pendidikan agama dengan menggunakan konsep full day school sehingga
SDIT dapat dengan leluasa mengatur dan mengembangkan kurikulumnya,
program-program yang dilaksanakan secara kontinyu dengan terus
melakukan evaluasi serta perbaikan, dan dukungan penuh serta partisipasi
aktif dari seluruh warga sekolah baik itu yayasan, komite sekolah, guru
dan staff sekolah serta orang tua siswa- siswi SDIT Al-Kautsar. Faktor
penghambat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar
73
meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari guru
dan orang tua siswa yang terkadang memberikan contoh kurang baik, dari
ucapan maupun perbuatan. Faktor eksternal yaitu lingkungan masyarakat
tempat siswa-siswi tinggal, serta tayangan-tayangan televisi yang setiap
hari ditonton.
3. Untuk mengatasi hambatan yang muncul dalam implementasi pendidikan
karakter, SDIT Al-Kautsar Bogor melakukan usaha-usaha sebagai berikut
: 1). Melakukan evaluasi secara kontinyu, 2). Saling mengingatkan dalam
kebaikan dan tidak segan untuk menegur yang berbuat salah, 3). Membuat
kesepakatan antara pihak sekolah dan wali murid berkenaan aturan yang
ditetapkan di SDIT Al-Kautsar, 4). Menjalin komunikasi dengan wali
murid melalui buku penghubung atau pun via telepon, 5). Pertemuan
dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 6). Home visit
(kunjungan guru atau wali kelas ke rumah), 7). Menerima saran dan
masukan dari berbagai pihak sebagai upaya perbaikan dan peningkatan
kualitas individu baik guru maupun sekolah.
B. Implikasi
Berdasarkan pada hasil penelitian yang sudah dijabarkan pada BAB IV,
maka implikasi yang diuraikan sebagai berikut:
1. Adanya pengembangan kurikulum pendidikan karakter secara
terintegritas dan terencana, maka hal ini perlu dilakukan agar strategi
pendidikan karakter dapat lebih maksimal lagi di sekolah.
2. Pembinaan secara intensif kepada guru sebagai pendidik yang terjun
langsung dalam proses pembelajaran pada siswa.
3. Pengawasan dari kepala sekolah, maka dilakukan secara intensif yang
khusus dalam memantau pendidikan karakter siswa.
74
C. Saran
Berdasarkan analisis dan pembahasan implementasi pendidikan karakter
di SDIT Al-Kautsar Bogor, maka saran yang direkomendasikan penulis
antara lain sebagai berikut:
1. Kepada kepala sekolah, hendaknya dalam melakukan perekrutan serta
pembinaan guru, akhlaqul karimah dapat dijadikan sebagai orientasi
utama dengan tidak mengabaikan kompetensinya.
2. Kepada para guru hendaknya selalu meningkatkan suri teladan yang baik
di hadapan siswa-siswinya serta meningkatkan kompetensinya untuk
meningkatkan kualitas SDIT Al-Kautsar serta Guru lebih aplikatif dalam
menerapkan nilai-nilai karakter pada pembelajaran sehingga dapat
menjadi karakter yang positif untuk siswa.
3. Para orang tua diharapkan untuk mempertahankan komunikasi serta kerja
sama yang baik kepada SDIT Al-Kautsar dalam mendidik anak- anak nya,
serta membimbing dan memberi contoh yang baik dalam kehidupan
sehari-hari di rumah.
4. Kepada para siswa-siswi SDIT Al-Kautsar kalian adalah genarasi penerus
bangsa yang nantinya akan memimpin bangsa. Masa depan bangsa ada di
tangan kalian. Ketika kalian memiliki karakter yang mulia dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari kalian akan mampu
mengeksplorasi potensi yang kalian miliki dengan menjaga nilai-nilai
yang tidak melanggar agama.
75
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. Jafar dan M. A. Salam. Membumikan Pendidikan Karakter
Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral. Jakarta: Suri Tatu’uw,
2015.
Ausop, Asep Zaenal. Islamic Character Buiding: Membangun Insan Kamil,
Cendekia Berakhlak Qurani. Bandung: Salamadani, 2014.
Benninga, Jacques S. The Relationship of Character Education Implementation
and Academic Achievement in Elementary Schools. Journal of Research in
Character Education Vol. 1. 2003. Sumber:
http://www.csufresno.edu/kremen/bonnercenter/documents/Character_Educ
ation.pdf) diakses pada tanggal 15 Juni 2017 pukul 14.00 WIB.
Damayanti, Deni. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Araksa,2014.
Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasi. Bandung :
Alfabeta, 2012.
Kamaruddin, SA. Character Education and Students Social Behavior, 2012.
(Journal of Education and Learning, 2012). Vol.6 (4)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Model Penilaian Pencapaian
Kompetensi Peserta Didik SMP. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar.
Kesuma, Dharma dkk. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: PT Rosda Karya, 2012.
Kusnaedi, Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Panduan untuk Orang
Tua dan Guru. Bekasi: Duta Media Tama, 2013.
Labib, M Zainul. “Implementasi Pendidikan Karakter dan Pengaruhnya Terhadap
Perilaku Akademik Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Jombang Ciputat”. Jakarta:
Skiripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014. tidak
dipublikasikan.
Listyarti, Retno. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif.
Jakarta: Esensi, 2012.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: PT Rosda Karya, 2011.
76
Mulyasa, E. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2013.Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya
dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, 2011.
Mustari, Mohamadi, Nilai Karakter; Refleksi untuk Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Press.
Naim, Ngainun, Character Building. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Nata , Abuddin. khlak dan Tasawuf dan Karakter Mulia edisi Revisi.Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014.
Pedoman Penulisan skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015.
Prasetya, Alfian Budi. Penerapan Pendidikan Karakter Nilai Disiplin dan Nilai
Tanggung Jawab dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan(PJOK) di Kelas 1 dan 4 SD Negeri Percobaan 3,
(http://eprints.uny.ac.id/)
Puspita, Ira. Pendidikan Karakter Jujur di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang,
(http://eprints.walisongo.ac.id)
Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Sekretariat Negara RI, Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
PendidikanNasional BAB 1 Pasal 1 ayat 1. (http://www.setneg.go.id)
Sudaryono, Educational Research Methodology, Lentera Ilmu Cendikia: Jakarta,
2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta, 2006.
Sulaiman, Abu Amr Ahmad. Diterjemahkan oleh Luqman hakim, Metode
Pendidikan Anak Muslim Usia 6 s/d 9 tahun, Jilid II, Jakarta: Darul Haq,
2005.
Sulastri, Iis. “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan
Pendidikan Karakter di MIN 09 Petukangan Selatan Jakarta”. Jakarta:
Skiripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014. tidak
dipublikasikan.
Sutarjo, Adisusilo. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012.
Ulum, M. Miftahul. Konsep Pendidikan Anak Menurut Al-Ghazali dan
Relevansinya dengan Arah dan Tujuan Pendikan Nasional di Indonesia,
2016.
77
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/article/download/592/529,
diakses pada tanggal 16 Juni 2017 pukul 01.01 WIB
Wafiqni, Nafia & Asep Ediana Latip. Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD.
Jakarta: UIN PRESS, 2015.
Yaumi, Muhammad. Pendidikan karakter; Landasan, Pilar dan Implementasi.
Jakarta: Prenadamedia Grop, 2014.
Zubaedi. Desain Pendidikan karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2011.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2007.
Lampiran 1
Transkip Wawancara
Narasumber : Saepurohman, S.Pd
Jabatan : Kepala SDIT Al-Kautsar
Waktu : 16 Oktober 2017
Pewawancara : Bagaimana latar belakang berdirinya SDIT Al-Kautsar?
Narasumber : SDIT berdiri tahun 2006. Dilatarbelakangi oleh antusias wali murid
RA yang ingin melanjutkan sekolah anaknya di sekolah islam. Selain itu melihat
kondisi moral dan akhlaq anak-anak dilingkungan sekitar juga memprihatinkan,
sehingga muncul kesadaran Yayasan Al-Kautsar untuk membangun SDIT. Pada
awal berdirinya SDIT Al-Kautsar dilingkungan klapanunggal belum ada, maka
dari pembangunan SDIT mendapat dukungan yang lumayan bagus dari
masyarakat sekitar.
Pewawancara: Apa visi, misi, serta tujuan SDIT Al-Kautsar?
Narasumber : Visi SDIT Al-Kautsar “Menjadi SDIT unggulan, kebanggaan
ummat dan mampu melahirkan tunas bangsa dengan kepribadian Islam yang
memiliki : Aqidah yang shohih, Akhlak Karimah, Akal yang cerdas dan tubuh
yang kuat”, sedangkan beberapa misi nya “Menyelenggarakan dan
mengembangkan program pendidikan yang inovatif, berkarakter dan berbasis
alam. Serta membentuk perilaku dalam diri siswa untuk menerapkan Aqidah
Islamiyah dalam kehidupan sehingga terbentuk pribadi yang sehat jasmani, sehat
rohani dan sehat lingkungan”. SDIT Al-Kautsar bertujuan Meningkatkan perilaku
akhlak mulia bagi siswa, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang
sesuai dengan minat dan bakat siswa. Mengembangkan kepribadian manusia yang
utuh bagi siswa.
Pewanwancara : Konsep apa yang diterapkan di SDIT pada keseluruhan proses
pembelajaran?
Narasumber : SDIT merupakan sekolah dasar islam yang mengimplementasikan
konsep pendidikan islam berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan
memadukan antara pendidikan Aqliyah, ruhiyah dan Jasadiyah. Diharapkan agar
keseluruhan potensi yang ada dalam diri siswa berkembang, baik akal
intelektualnya, perilaku serta kualitas iman dan takwanya kepada Allah SWT.
Sesuai dengan visi SDIT Al-Kautsar.
Pewawancara : Bagaimana sekolah memperkenalkan dan menanamkan karakter
pada siswa?
Narasumber : Mengenalkan karakter-karakter yang baik itu pertama dengan
menyampaikan hadits-hadits yang berkaitan dengan adab seorang muslim baik
dalam bergaul maupun dalam kesehariannya. Kedua dengan mengenalkan
karakter-karakter rosul serta para sahabat. Kedua cara ini disampaikan kepada
seluruh siswa saat muroja’ah usbuiyyah atau muroja’ah mingguan setiap hari
jum’at dilapangan. Untuk lebih mendalam lagi biasanya guru menyampaikan
kembali ke anak-anak saat mengajar di kelas. Untuk nilai-nilai karakter yang ingin
ditanamkan kepada anak adalah nilai-nilai karakter islami, kenapa karakter islami
yang diutamakan. Karena dalam Islam semua sudah ada aturannya, dari seseorang
bangun tidur sampai tidur lagi semua ada aturannya. Nah penanaman karakter-
karakternya sendiri dengan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik sesuai
aturan al-qur’an dan sunnah. Misalnya mengucapkan salam, makan dan minum
dengan tangan kanan dan tidak sambil beridiri, menjalankan ibadah sunnah seperti
shalat dhuha, sholat di awal waktu, wudhu dengan tertib dan sebagainya.
Kebiasaan-kebiasaan seperti itu yang kami harapkan dapat ternaman dalam diri
siswa sehingga nantinya akan menjadi karakter yang melekat.
Pewawancara : Bagaimana peran serta orang tua dalam implementasi pendidikan
karakter di SDIT Al-Kautsar?
Narasumber : Selama ini orang tua siswa selalu mendukung apa yang
diprogramkan sekolah walaupun kadang ada kendala, tapi lebih banyak yang
mendukung karena mereka sadar bahwa yang dilakukan sekolah untuk kebaikan
anak-anaknya. Misalnya, setiap anak dari kelas 1-6 diberikan form pembiasaan
sholat 5 waktu dan pembiasaan mengaji yang harus diawasi dan di tanda tangani
orang tua, selama ini tidak ada yang mengeluhkan masalah itu malah banyak
orang tua yang berterimakasih karena dengan kedua form tersebut anak mereka
jadi rajin shalat dan mengaji dirumah. Jika ada anak yang sulit diatur oleh orang
tuanya mereka malah mengadu ke pihak sekolah (wali kelas) minta agar anaknya
dinasehati, setelah itu anak ada perubahan, yang tadinya suka melawan jadi
berkurang, yang malas shalat jadi rajin. Intinya orang tua siswa selalu menjalin
komunikasi yang baik dengan pihak sekolah terkait dengan perkembangan
anaknya dirumah.
Pewawancara : Nilai karakter apa yang diutamakan dalam implementasi
pendidikan karakter?
Narasumber: Nilai yang diutamakan diterapkan tentunya nilai-nilai karakter
islami. Karena saat kita bicara karakter islami semua itu sudah ada aturannya.
Mulai dari adab pergaulan, kebersihan, adab makan dan minum dll. Diharapkan
dengan mengenalkan karakter islami pada anak sejak dini akan dapat menjadi
pedoman dan bekal hidup untuk anak saat ia dewasa nanti agar berpegang teguh
pada nilai-nilai agama yang dianutnya, yaitu agama islam.
Berdasarkan analisis yang ada, beberapa kesimpulan yang dapat di ambil dari
wawancara di atas adalah, SDIT Al-Kautsar merupakan sekolah dasar islam yang
menjadikan Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai landasan dalam setiap proses
pembelajarannya dengan memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah.
Ketiga aspek tersebut diharapkan dapat berkembang dalam diri peserta didik
sehingga bukan hanya intelektualnya saja yang matang, namun akhlaq serta iman
dan ketakwaan nya kepada Allah SWT juga meningkat.
Pendidikan karakter merupakan tujuan utama SDIT Al-Kautsar, nilai-nilai
karakter yang diterapkan adalah nilai-nilai karakter islami yang berpedoman pada
al-qur’an dan sunnah. Cara yang ditempuh untuk mengenalkan karakter islami
dengan mendengarkan hadits-hadits singkat pada setiap hari jum’at (muroja’ah
yaumiyah) serta menceritakan kepada anak kisah-kisah teladan pada zaman rosul
dan sahabat, kedua cara ini diperkuat dengan pengulangan oleh wali kelas dan
guru yang mengajar. Karakter islami dipilih sebagai dasar dalam implementasi
pendidikan karakter karena nilai-nilai yang terkandung sudah mencakup
keseluruhan aspek kehidupan manusia. jika dibandingkan dengan 18 nilai karakter
dari pemerintah karakter islami sudah sangat lengkap.
Lampiran 2
Transkip Wawancara
Narasumber : Dwi Suci Suryanto , S.Pd
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Waktu : 16 Oktober 2017
Pewawancara : Kurikulum yang digunakan SDIT Al-Kautsar?
Narasumber : Kurikulum yang digunakan di SDIT adalah kurikulum pendidikan
nasional yang dipadukan dengan kurikulum sekolah islam terpadu serta diolah
sesuai dengan visi dan misi SDIT Al-Kautsar. Dengan menggunakan model
fullday school atau sekolah sehari penuh agar siswa mendapat porsi yang
seimbang antara pendidikan agama serta pendidikan umum seperti sekolah dasar.
Pewawancara : Bagaimana implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-
Kautsar? Apakah ada buku pedoman dalam implementasi pendidikan karakter?
Narasumber : Pendidikan karakter yang diterapkan di SDIT sudah terintegrasi
kedalam seluruh mata pelajaran serta kegiatan sekolah, Ada juga pelajaran yang
dikhususkan untuk pendidikan karakter (kurikuler) diantaranya Tahfidz, Tahsin,
dan Pendidikan Agama Islam. Ekstrakurikuler juga termasuk program untuk
membentuk karakter anak. Diantaranya ekskul yang terdapat di SDIT ialah:
marawis, tari daerah, pramuka, karate, syufu, panah, dan futsal. Untuk siswa-siswi
kelas 4-5 setiap minggunya ada program keputraan dan keputrian, program ini
mengkaji tentang materi-materi fiqh serta tata cara bergaul sesama muslim. Hal
ini dianggap penting karena untuk mempersiapkan siswa- siswi terjun ke dalam
masyarakat. Selain ekskul dan kegiatan keputrian serta keputraan untuk
menanamkan karakter islami dalam diri siswa juga SDIT mengadakan MABIT
(malam bina iman dan taqwa), pesantren romadhon yang dibarengi dengan
santunan anak yatim serta peringatan hari besar islam. Sedangkan untuk
membentuk karakter kerja sama, cinta lingkungan serta cinta tanah air SDIT
mangadakan outbond serta wisata ilmiah. Untuk menanamkan karakter mandiri
serta entrepreneurship dalam diri siswa diadakan kis preneur setiap hari jum’at di
minggu pertama dan ketiga.
Pewawancara : Kegiatan ko-kurikuler dan non-kurikuler apa saja di SDIT Al-
Kautsar yang menunjang implementasi pendidikan karakter?
Narasumber : Kegiatan kurikuler yaitu kegiatan yang masuk dalam proses belajar
mengajar, diantaranya pelajaran umum, tahfidz, pendidikan agama islam dan
tahsin. Sedangkan non-kurikuler diantaranya seluruh kegiatan yang dilaksanakan
sekolah dan sudah menjadi kebiasaan sehingga menjadi budaya sekolah yang
islami, seperti berdo’a sebelum melaksanakan aktifitas, adab terhadap sesama dan
lingkungan, adab makan dan minum serta kegiatan-kegiatan ibadah yang
dilaksanakan di SDIT Al-Kautsar, termasuk juga peringatan hari besar islam atau
peringatan 17 Agustus.
Pewawancara : Standar kompetensi lulusan yang diharapkan sekolah?
Narasumber : Standar kompetensi lulsan yang diharapkan diantaranya hafal 2 Juz
(Juz 30 dan 29) jika hafal akan diberikan sertifikat sebagai tanda bukti, lalu
berakhlakul karimah, salimil aqidah serta shohibul ibadah, berbakti kepada orang
tua, gemar membaca, memiliki disiplin serta tanggung jawab yang tinggi
menguasai ilmu pengetahuan.
Pewawancara : Nilai-nilai apa saja yang di terapkan dalam implementasi
pendidikan karakter di SDIT?
Narasumber : nilai-nilai yang diterapkan dalam implementasi pendidikan karakter
tentunya nilai-nilai karakter islami, seperti mengajarkan kepada anak untuk
berwudhu sebelum shalat dengan wudhu yang sempurna, melaksanakan shalat
berjama’ah baik sunnah maupun shalat wajib, adab makan dan minum, adab
terhadap guru, orang tua dan teman, kewajiban untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan.
Pewawancara : Bagaimana proses rekrtumen guru dan penerimaan siswa?
Narasumber : Guru serta seluruh staf dan stake holder sekolah dijadikan role
model bagi terbinanya karakter dalam diri anak, oleh sebab itu dalam proses
rekruitmen guru dilakukan seleksi yang sangat ketat, diantaranya tahapan-tahapan
seleksi nya adalah, seleksi berkas, tes tahfidz dan tahsin (min. guru harus hafal juz
30 sedangkan guru tahfidz harus hafal minimal 2 juz) tes microteaching, tes
wawancara dengan pihak sekolah dan yayasan. Setelah dinyatakan lulus akan
diadakan proses penilaian kinerja guru dalam setiap bulannya termasuk akhlak
serta komitmen yang ditampilkan guru dalam kesehariannya. Sedangkan
penerimaan siswa melalui seleksi Tes Potensi Akademik (TPA). Hal ini
mejadikan daya saing yang tinggi dalam penerimaan siswa baru. Siswa banyak
berasal dari RA Al-Kautsar dan dari TK sekitar yang memiliki daya saing yang
tinggi juga.
Pewawancara : Kondisi guru dan siswa SDIT?
Narasumber : Jumlah guru di SDIT 31 orang secara keseluruhan adalah lulusan S1
bidang pendidikan dari universitas dalam dan luar negeri. Sedangkan siswa
berjumlah kurang lebih 558 siswa dengan latar belakang keluarga dan kondisi
ekonomi yang berbeda-beda.
Pewawancara : Faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan
karakter?
Narasumber : Mencetak generasi muslim yang berakhlaq Imtaq (Iman dan Taqwa)
dan berwawasan iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) merupakan visi SDIT
Al-Kautsar. Sehingga diharapkan setelah lulus siswa dapat mengemban
amanahnya sebagai kholifah fil ardh. Untuk semua itu SDIT Al-Kautsar
menerapkan konsep full day school sehingga diharapkan dapat dengan leluasa
mengembangkan kurikulumnya. Dalam konsep pembelajaran SDIT tidak
mengenal istirahat. Waktu yang biasa kita gunakan untuk istirahat sebenarnya
adalah pembiasaan-pembiasaan yang kita tanamkan untuk anak, yaitu pembiasaan
makan dengan baik, makan tidak menggunakan tangan kiri, makan dan minum
tidak sambil berdiri serta pembiasaan bergaul yang baik terhadap teman. Karakter
islami serta berkepribadian yang kokoh dapat menjadi bekal utama dalam hidup
bermasyarakat yang sangat dibutuhkan oleh siswa-siswi. Oleh karena itu
disekolah, baik guru, siswa, karyawan, maupun orang tua yang mengantar dan
menjemput anak harus membiasakan dan mempraktekkan karakter-karakter
islami. Oleh karena itu SDIT selalu berupaya untuk menanamkan pembiasaan
karakter islami dalam setiap kegiatan. Guru-guru SDIT juga selalu dibina agar
dapat memberikan suri tauladan yang baik bagi siswa maupun orang tua siswa.
Pemberian contoh ini dibarengi dengan pelaksanaan program-program yang
tersusun rapi untuk menanamkan nilai-nilai karakter islami dilingkungan sekolah.
Faktor yang menghambat implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-Kautsar
diantaranya ada dua factor yaitu: faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yaitu ada dalam diri guru, misalnya terkadang berbicara kasar, berlebihan dalam
bercanda dengan teman seprofesinya. Hal ini yang terus kita lakukan pembinaan
dan perbaikan dengan menegur guru yang bersangkutan. Faktor internal juga
dapat muncul dari diri orang tua dirumah, misalnya orng tua nya suka berbicara
kasar, berbicara bohong dengan maksud meng-iming imingi anak namun tidak
dilaksanakan, hal ini dapat berdampak buruk bagi pembentukan karakter anak.
Kedua faktor eksternal yaitu lingkungan masyarakat tempat anak itu bergaul, gaya
bicara masyarakat sekitarnya, serta tayangan-tayangan televisi yang setiap hari ia
lihat.
Pewawancara : Cara mengatasi hambatan yang muncul dalam implementasi
pendidikan karakter?
Narasumber : Dalam mengatasi hambatan internal sekolah selalu berupaya untuk
menyusun program-program penanaman karakter baik bagi guru maupun siswa
dengan rapi serta dilakukan perbaikan secara kontinyu, seperti yang diungkapkan
oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib bahwasanya “kebenaran yang tidak terorganisir
akan kalah dengan kebathilan yang terorganisir”. oleh sebab itu kerapihan dalam
menyusun program-program penanaman karakter menjadi hal yang sangat urgent
dibicarakan dalam setiap rapat, upaya-upaya perbaikan pun selalu terus dilakukan
serta yang tidak kalah pentingnya yaitu saling menegur jika ada guru yang berbuat
salah juga merupakan saranan dalam memperbaiki implementasi pendidikan
karakter.
SDIT Al-Kautsar juga telah mempunyai mekanisme yang telah disepakati
bersama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa, diantaranya yaitu: 1)
Aturan-aturan yang harus disepakati dan diterapkan oleh semua warga sekolah, 2)
Menjalin komunikasi dengan orang tua melalui buku penghubung dan via telp, 3)
Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 4) Home Visit
(kunjungan guru atau wali kelas ke rumah). SDIT Al-Kautsar juga dengan tangan
terbuka menerima masukan dari orang tua siswa yang disampaikan langsung ke
wali kelas atau pihak sekolah sebagai uapaya perbaikan dan peningkatan kualitas
individu baik guru maupun pihak sekolah.
Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
wawancara diatas adalah, kurikulum yang digunakan SDIT Al-Kautsar adalah
kurikulum dari pendidikan nasional yang dipadukan dengan kurikulum sekolah
islam terpadu serta diolah sesuai dengan visi, misi SDIT Al-Kautsar. Dalam
implementasi pendidikan karakter ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh
SDIT Al-Kautsar, yaitu kegiatan kurikuler dan non kurikuler. Kegiatan kurikuler
diantaranya, kegiatan belajar mengajar dikelas yang terbagi menjadi beberapa
mata pelajaran yaitu pelajaran umum seperti matematika, bahasa Indonesia,
bahasa inggris, IPA, IPS, PKN dan SBK. Pendidikan agama islam serta pelajaran
tahfidz dan tahsin dengan metode qiro’ati. Sedangkan kegiatan non-kurikuler
yaitu kebiasaan-kebiasan yang telah dilaksanakan secara terus menerus sehingga
menjadi budaya sekolah yang religius, seperti berdo’a sebelum melaksanakan
aktifitas, muroja’ah yaumiyah dan muroja’ah usbu’iyah, membiasakan shalat
sunnah dan shalat wajib, membiasakan makan dan minum yang halal dan makan
tidak dengan berdiri serta menggunakan tangan kanan, sikap menghormati guru,
bergaul yang baik dengan teman, kewajiban menjaga kebersihan diri serta
kebersihan lingkungan.
Selain kegiatan kurikuler dan non-kurikuler ada juga kegiatan yang
dijadwalkan oleh SDIT Al-Kautsar seperti kegiatan Market day, outing class
(outbond dan wisata ilmiah), peringatan hari besar nasional dan hari besar islam,
kegiatan keputraan dan keputrian. Iselain itu juga ada kegiatan ektrakurikuler
yang dapat menanamkan nilai-nilai karakter positif dalam diri siswa, seperti
kepramukaan, marawis, tari, karate, syufu, dan futsal.
Proses implementasi pendidikan karakter di SDIT sangat bergantung dengan
komitmen yang kuat dari seluruh guru. Guru menjadi contoh sekaligus pengawas
dalam implementasi pendidikan karakter. Oleh sebab itu yang dilakukan guru
harus sesuai dengan peraturan serta program sekolah. Maka dari itu proses
rekruitmen guru dilakukan seleksi yang sangat ketat, diantaranya tahapan-tahapan
seleksi nya adalah, seleksi berkas, tes tahfidz dan tahsin (min. guru harus hafal juz
30 sedangkan guru tahfidz harus hafal minimal 2 juz) tes microteaching, tes
wawancara dengan pihak sekolah dan yayasan. Setelah dinyatakan lulus akan
diadakan proses penilaian kinerja guru dalam setiap bulannya termasuk akhlak
serta komitmen yang ditampilkan guru dalam kesehariannya. Begitu juga dengan
siswa siswi SDIT. Sebelum di terima menjadi siswa-siswa SDIT terlebih dulu
melaksanakan Tes Potensi Akademik (TPA).
Adapun faktor pendukung implementasi pendidikan karakter di SDIT Al-
Kautsar adalah komitmen yang kuat dari guru dan orang tua siswa. Kedua pihak
harus saling kerjasama dan menjalin komunikasi untuk keberhasilan implementasi
pendidikan karakter. Apa yang sudah diajarkan di sekolah harus di terapkan juga
dirumah tentunya dengan pengawasan orang tua. Sedangkan yang menjadi
penghambat iaah lingkungan tempat anak tinggal dan dibesarkan. Karena sekolah
menyadari pengaruh lingkungan sangat besar dalam proses implementasi
pendidikan karakter yang telah di ajarkan maka sekolah melakukan beberapa
upaya untuk mengatasinya, diantaranya yaitu: 1) Menerapkan aturan-aturan yang
harus disepakati dan diterapkan oleh semua warga sekolah, 2) Menjalin
komunikasi dengan orang tua melalui buku penghubung dan via telp, 3)
Pertemuan dengan wali kelas yang didampingi oleh pihak atasan, 4) Home Visit
(kunjungan guru atau wali kelas ke rumah). SDIT Al-Kautsar juga dengan tangan
terbuka menerima kritik dan saran dari orang tua siswa maupun pihak lain yang
dapat disampaikan kepada wali kelas atau pihak sekolah sebagai upaya perbaikan
dan peningkatan kualitas sekolah.
Lampiran 3
Transkip Wawancara
Narasumber : H. Daiman, M.Pd
Jabatan : Koordinator Tahfidz
Waktu : 16 Oktober 2017
Pewawancara : Hakikat pendidikan karakter?
Narasumber : Pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang mengedepankan
perbaikan karakter dengan menanamkan karakter islami. Karena dalam islam
semua sudah jelas aturannya,. Islam mengatur bagaimana seseorang harus
bersikap baik pada diri, dengan orang lain bahkan lingkungan. Seperti misalnya
bersikap baik pada diri sendiri dengan menjaga kehormatan diri dengan tidak
memperlihatkan auratnya, tidak membanggakan bentuk tubuhnya, hal hal seperti
itu yang harus diperbaiki oleh pendidikan. Karena pendidikan tidak hanya
mendidik anak menjadi cerdas dalam pengetahuan melainkan cerdas secara sikap
dan perilaku.
Pewanwancara: Standar kelulusan tahfidz di SDIT Al-Kautsar?
Narasumber : SDIT menentapkan standar kelulusan untuk tahfidz yaitu 2 Juz ( juz
29 dan juz 30) yang akan di tes saat kelas 6 yaitu menjelang kelulusan. Jika siswa
sudah mampu menghafal 2 juz maka ia berhak mendapat surat keterangan
(semacam sertifikat) hafal 2 Juz. Alhamdulilah banyak dari siswa-siswi SDIT
sebelum kelas 6 sdh hampir menyelesaikan hafalan 2 Juz, dengan begitu saat lulus
bias lebih dari 2 Juz.
Pewawancara : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tahfidz?
Narasumber : Pembelajaran tahfidz setiap minggunya dialokasikan waktu 3-4 kali
tatap muka (8x35 menit). Selain pembelajaran dikelas ayat-ayat yang sudah
dihafal siswa akan di muroja’ah (diulang) setiap harinya pada awal sebelum KBM
di mulai yaitu 07.00 sampai 07.30. Sedangkan saat hari jum’at diadakan
Muroja’ah Usbu’iyah atau muroja’ah mingguan, tempatnya dilapangan. Jadi pada
hari jum’at setiap siswa berkumpul dilapangan untuk muroja’ah hafalan yang
telah dihafalkannya selama satu minggu, selain hafalan ayat al-qur’an saat
muroja’ah Usbu’iyah siswa diberikan hafalan hadits-hadits pendenk berkaitan
dengan akhlak, misalnya larangan makan dan minum sambil berdiri, menutup
aurat, adab terhadap orang tua dan teman dll. Selain itu terkadang juga ada kisah
inspiratif para tabi’in.
Pewawancara : Mengapa pelajaran tahfidz menjadi pelajaran pokok da nada di
dalam KBM?
Narasumber : Menghafal Al-qur’an berpengaruh dalam pembentukan karakter
mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan kandungan-
kandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di hafal, dengan memahami isinya
akan menjadi konsep diri anak dalam bergaul dengan teman, guru, orang tua dan
lingkungan yang akan menjadi karakter-karakter mulia dalam diri nya. Begitu
juga dengan hadits-hadits dan do’a-do’a pilihan yang di ajarkan di SDIT Al-
Muhajirin. Sengaja di pilih hadits yang pendek dan mudah dipahami anak agar
anak mudah mempraktekkan nya dalam kehidupan
Pewawancara : Faktor pendukung dalam implementasi pendidikan karakter?
Narasumber : Pendidikan yang sempurna bukan hanya mengajarkan anak untuk
cerdas dalam pengetahuan, namun haurs cerdas dalam sikap dan perilaku.
Keberhasilan pendidikan yang seperti itu tidak akan dapat dicapai jika hanya
dilaksanakan oleh pihak sekolah saja, tapi membutuhkankerja sama semua pihak
terutama keluarga dan lingkungan masyarakat. Saat disekolah anak akan
mencontoh pada gurunya, sedangkan saat anak dirumah orang tua nya yang akan
menjadi contoh, oleh sebab itu karakter orang tua juga harus dibina, sebab orang
tua yang baik akan memberikan pengaruh baik dalam pendidikan anak
Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
wawancara diatas adalah, pendidikan yang sempurna adalah pendidikan yang
mengedepankan perbaikan karakter dengan menjadikan karakter islami sebagai
landasannya. Karena islam sudah mengatur semua aspek kehidupan manusia,
hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, hubungan
manusia dengan lingkungan semua sudah ada aturannya.
Ketentuan standar kelulusan tahfidz yaitu 2 juz, diantaranya juz 30 dan juz
29 yang diajarkan dari kelas 1 sampai kelas 6 dan di tes pada saat kelulusan kelas
6. Jika sudah tercapai target hafalannya maka akan diberikan sertifikat dari
sekolah sebagai bukti telah menyelesaikan dan memenuhi persyaratan untuk lulus
tahfidz. Pembelajaran tahfidz dilaksanakan seminggu 8 jam (8x35 menit) dan
waktunya 3- 4 hari. Selain menghafal saat pelajaran tahfidz, ayat-ayat yang
diajarkan di ulang setiap pagi hari pada kegiatan muroja’ah yaumiyah (harian) dan
usbu’iyah (mingguan). Menghafal Al-qur’an berpengaruh dalam pembentukan
karakter mulia dalam diri anak, karena selain menghafal anak diperkenalkan
kandungan- kandungan yang terdapat dalam ayat yang akan di hafal, dengan
memahami isinya akan menjadi konsep diri anak dalam bergaul dengan teman,
guru, orang tua dan lingkungan yang akan menjadi karakter-karakter mulia dalam
diri nya.
Lampiran 4
Transkip Wawancara
Narasumber : Lika Hanifah, S.Pd
Jabatan : Kordinator Ubudiyah
Waktu : 18 Oktober 2017
Pewawancara : Apa tujuan pelaksanaan kegiatan keputraan dan keputrian?
Narasumber : Tujuannya adalah pendalaman materi agama islam bagi siswa
dengan materi aqidah, fiqh ibadah,akhlak.1l
Pewawancara : Bagaimana prosedur pelaksanaan kegiatan tersebut?
Narasumber : Prosedur keputraan adalah siswa kelas 4, 5 dan 6. Setiap kelas
mendapat giliran satu kali pertemuan dalam satu minggu. Kelas 4 hari selasa,
kelas 5 hari rabu dan kelas 6 hari kamis. Sedangkan keputrian dilaksanakan setiap
hari jum’at saat siswa ikhwan melaksanakan shalat jum’at
Pewawancara : Materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan tersebut?
Narasumber : Diantara materinya adalah kaifiyah wudhu, rukun iman, rukun
islam, kaifiyah shalat fardhu dan shalat berjama’ah, adab di masjid, adab terhadap
guru, orang tua, sesama dan lingkungan
Pewawancara : Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan
tersebut?
Narasumber : Faktor pendukungnya ialah support penuh dari pimpinan sekolah
serta antusias tinggi dari anak-anak. Sedangkan factor penghambatnya ialah
kurang nya dukungan dari guru yang guru dimintai menjadi narasumber serta
waktu yang terbatas.
Berdasarkan analisis yang ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
wawancara diatas adalah kegiatan keputraan dan keputrian dilaksanakan setiap
seminggu sekali. Siswa yang menjadi target pelaksanaan adalah siswa kelas 4-6
dengan jadwal sebagai berikut, kegiatan keputraan kelas 4 hari selasa, kelas 5 hari
rabu, dan kelas 6 hari kamis. Sedangkan kegiatan keutrian dilaksanakan setiap
hari jum’at saat siswa ikhwan sedang melaksanakan shalat jum’at.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah pendalaman materi pendidikan
agama islam untuk siswa-siswi kelas 4-6 dengan materi sebagai berikut (aqidah,
fiqh dan akhlak) kaifiyah wudhu, rukun iman, rukun islam, kaifiyah shalat fardhu
dan shalat berjama’ah, adab di masjid, adab terhadap guru, orang tua, sesama dan
lingkungan. Selama kegiatan tersebut berlangsung terdapat beberapa hambatan
yaitu kurang nya dukungan dari guru yang dimintai menjadi narasumber serta
waktu yang terbatas. Selain hambatan kegiatan keputraan dan keputrian ini
emndapat dukungan yang peuh dari pimpinan sekolah dan antusias yang tinggi
dari para siswa-siswi SDIT Al-Kautsar.
Lampiran 5
Hasil Observasi Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Al-Kautsar
No. Aspek yang diamati Ada Tidak Keterangan
1. Kegiatan merencanakan
program-program
implementasi pendidikan
karakter
√ Kegiatan merencanakan
program-progam penanaman
karakter dilakukan setiap awal
semester II tahun ajaran
sebelumnya pada RAKER
(rapat kerja). Gunanya agar
sekolah sudah benar-benar siap
dalam pelaksanaan program-
program serta kegiatan
penenaman karakter siswa.
Diantara yang menjadi
pembahasan pokok adalah;
kurikulum, keagamaan, sarana
dan prasarana, ekstrakurikuler,
serta keuangan. Rapat kerja
dihadiri oleh pihak yayasan,
komite serta seluruh guru
SDIT Al-Kautsar.
2. Pelaksanaan program
pendidikan karakter
untuk mengoptimalkan
potensi olah pikir
√ Pelaksanaan program untuk
mengoptimalkan potensi olah
pikir terdiri dari kegiatan
belajar mengajar di kelas
(KBM), kegiatan Pendalaman
materi (PM) untuk kelas 6 dan
remedial bagi siswa-siswi yang
dalam pembelajaran dirasa
belum memenuhi syarat KKM
3. Pelaksanaan program
pendidikan karakter
untuk mengoptimalkan
potensi olah hati
√ Pelaksanaan progam untuk
mengoptimalkan olah hati
siswa terdiri pembiasaan
akhlakul karimah siswa dalam
setiap kegiatan, diantaranya
pembiasaan adab yang
terhadap guru dan orang tua,
adab terhadap teman sebaya,
adab terhadap adik kelas dan
kaka kelas, adab makan dan
minum. Keberhasilan program
dapat dilihat salah satu nya
pada waktu istirahat, penulis
melihat siswa-siswi menegur
teman nya yang makan dan
minum sambil berdiri dengan
mengucapkan salah satu hadits
“Laa yasrobanna ahadukum
qooiman”, lalu saat ada teman
yang rambut nya terlihat
mereka berkata “Al haya u
minal iman” dan teman yang
diingatkan tidak marah mereka
langsung menuruti teman yang
mengingatkan.
4. Pelaksanaan program
pendidikan karakter
untuk mengoptimalkan
potensi olah raga
√ Pelaksanaan program untuk
mengoptimalkan potensi olah
raga anak terdiri dari mata
pelajaran seni budaya dan
keterampilan, penjasorkes,
serta kegiatan outing class
(outbond dan wisata ilmiah)
serta market day setiap hari
jum’at. Penulis melihat saat
kegiatan Market Day mereka
sangat terampil dan penuh
antusia dalam melayani
pembeli yang terdiri dari
siswa-siswi dan guru SDIT.
5. Pelaksanaan program
pendidikan karakter
untuk mengoptimalkan
potensi olah karsa
√ Pelaksanaan program untuk
mengoptimalkan potensi olah
karsa siswa terdiri dari
pembiasaan berakhlakul
karimah terhadap guru, orang
tua, dan teman. Hal ini terlihat
dari adanya peraturan-
peraturan kelas yang dibuat
oleh wali kelas dan disepakati
bersama dan harus ditaati oleh
seluruh siswa, diantara
peraturannya adalah, izin jika
ingin keluar kelas,
mengucapkan salam ketika
masuk, tidak bertengkar
dengan teman, berbicara
dengan teman menggunakan
bahasa yang baik dan lembut,
tidak bermain kasar, dll. Selain
itu kewajiban menjaga
kebersihan lingkungan juga
diterapkan dengan baik, hal ini
terlihat adanya kelompok piket
setiap harinya serta masing-
masing siswa sudah
bertanggung jawab
merapihkan serta membuang
sampah atau sisa-sisa
makanannya sendiri.
6. Intervensi semua pihak
terkait implementasi
pendidikan karakter di
SDIT Al-Kautsar
√ Intervensi semua pihak terkait
tentu ada. Hal ini dibuktikan
dengan turut andil nya semua
guru dalam merencanakan,
pelakasanaan serta evaluasi
program pendidikan karakter.
7. Evaluasi program
implementasi pendidikan
karakter
√ Bentuk evaluasi program
implementasi pendidikan
karakter berupa buku catatan
siswa, serta evaluasi setiap
program yang dilaksanakan.
Semua itu akan dibahas saat
rapat KBM yang diadakan
setiap satu minggu sekali yaitu
pada hari kamis pukul
14.30.rapat ini dihadiri oleh
seluruh guru SDIT
Lampiran 6
Hasil Observasi Studi Dokumen
No. Dimensi Sumber Dokumen Keterangan
1. Organisasi Profil SDIT, visi, misi dan
tujuan SDIT.
Ada
2. Kegiatan
implementasi
Petunjuk teknik
pelaksanaan program
implementasi pendidikan
karakter
Tidak Ada. SDIT tidak
memiliki petunjuk teknis
pelaksanaan setiap program
pendidikan karakter,
pelaksanaan kegiatan
dilaksanakan berdasarkan
hasil raker dan teknisnya
telah menjadi budaya yang
dilakukan secara terus
menerus.
3. Siswa Catatan kejadian penting Ada. Catatan jadian penting
setiap siswa di buat oelh wali
kelas masing-masing siswa
serta guru Pendidikan Agama
Islam dan guru Bimbingan
Konseling
Lampiran 7
Hasil Observasi Sarana Prasarana SDIT Al-Kautsar
No.
Sarana dan
Prasarana
Sekolah
Status Keadaan
Ket Ada
Tidak
Ada Baik Sedang
Tidak
Baik
1. Ruang Kelas √ √ Terdapat 21
ruang kelas
cukup untuk
keseluruhan
jumlah
siswa. Setiap
kelas
dilengkapi
AC
2. Tempat Ibadah √ √ Masjid Al-
Muhajirin
terdiri dari
dua lantai
dengan
kondisi yang
sangat baik
dan fasilitas
yang lengkap
cukup untuk
menampung
jama’ah dari
siswa SDIT,
Mts, Aliyah,
serta warga
sekitar.
3. Sarana
Olahraga
√ √ Kondisi
lapangan
sangat baik
dan
dilengkapi
dengan
gawang bola,
ring basket
serta net.
Luas
lapangan
cukup untuk
menampung
seluruh
siswa.
4. Perpustakaan √ √ Letak
perpustakaan
di lantai 2
gedung
sekolah.
Kondisinya
baik dan
koleksi
bukunya
lengkap.
Tapi masih
sedikit untuk
koleksi buku
pengetahuan
umum.
5. Lab.
Komputer
√ √ Letaknya
dilantai satu.
Digunakan
secara
bergiliran.
Computer
yang tersedia
cukup untuk
siswa. Tapi
ada beberapa
computer
yang mati
dan masih
dalam
perbaikan.
6. UKS √ √ UKS belum
memiliki
ruagan
khusus.
Letak UKS
didalam
ruang guru
dan disekat
menggunaka
n lemari.
Namun kasur
serta obat-
obatan
lainnya
sudah
tersedia.
7. Alat Kesenian √ √ Alat
kesenian
berupa alat-
alat marawis,
marching
band dan
property tari.
8. Alat Olahraga √ √ Alat olahraga
tersedia
dalam
jumlah yang
cukup.
Seperti bola
basket, bola
sepak, net
badminton,
pembatas
lapangan,
matras dan
sarung
tangan dan
jaket untuk
taekwondo.
9. Kantin √ √ Terdapat dua
kantin di
SDIT Al-
Kautsar, satu
letaknya
dibelakang
dan satu lagi
di depan.
10. Tong Sampah √ √ Tong sampah
tersedia di
setiap kelas
dan
dilapangan
dengan
kondisi baik
dan ukuran
yang besar.
11. Rak sepatu √ √ Setiap kelas
di berikan
rak sepatu
yang
diletakkan di
depan kelas
masing-
masing.
12. Loker siswa √ √ Setiap siswa
mendapatkan
satu loker
untuk
menyimpan
buku-
bukunya.
Kondisinya
ada beberapa
loker yang
pintunya
rusak.
13. Gudang √ √ Letak
gudang di
bawah
tangga
sekolah
dengan
kondisi yang
baik
BIODATA PENULIS
Rima Rahmawati, lahir di Bogor pada 07 Maret
1994 adalah anak ke-3 dari 4 bersaudara dari
pasangan Bapak H. D. Apendi dan Ibu Hj. Siti
Holisoh yang saat ini bertempat tinggal di Jl.
Mercedes Benz, Desa Cicadas RT02/RW04, Kec.
Gunung Putri, Kab. Bogor. Pada tahun 2000-2001
mengawali pendidikannya di TK Assu’ada,
kemudian penulis melanjutkan pendidikan dasar di
SDN Cicadas 04 hingga selesai pada tahun 2006.
Penulis melanjutkan sekolah kejenjang berikutnya di
MTs Gunung putri pada tahun 2007-2009.
Kemudian melanjutkan sekolahnya di MA Daarul
Uluum Lido pada tahun 2010-2013. Lulus dari Madrasah Aliyah penulis
melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dalam kesehariannya penulis berkegiatan mengajar
privat.