18
IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SOSIAL SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 ALALAK AGUS SUWARNI ISYRA SMA Negeri 1 Alalak [email protected] Abstract Applying social awareness to others in everyday life can be interpreted as humans social beings. People who care with each other, interact with each other, respect for others in terms of differences of opinion, ethnicity, race, language and religion. In the context of learning required a strategy planned by teachers by promoting activity or creativity of learners in learning activities in order to shape the character of social awareness by learning model Problem Based Learning (PBL) using pictures as a medium. This type of research is used in a classroom action research (PTK). The study design refers to the model Kemmis & Mc. Taggart system uses a spiral of self- reflection that starts from the plan (plan), action (act), observation (Observe), reflection (Reflect), and re-planning is the basis for troubleshooting steps. The results show if the activity of the teacher in the learning process of 75% to 93.75%, Activities of students from 77.5% to 80.55%, and the provision of learning outcomes from 63.34% to 100%. Application of Problem Based Learning using media images can raise awareness of social class XI IPS in SMA Negeri 1 1 Alalak, with an indication of the value of the learning outcomes of> 70% above. Increased social awareness of learning needs to be realized in the form of student attitudes in interaction with fellow students, the teachers and staff employees at the school. Keywords: Problem-based learning, media image, social awareness Abstrak Kesadaran sosial terhadap orang lain dalam kehidupan sehari-hari bisa dimaknai manusia sebagai makhluk sosial, yaitu manusia yang peduli dengan sesama, saling berinteraksi, menghargai orang lain dalam hal perbedaan pendapat, suku, ras, bahasa dan agama. Dalam konteks pembelajaran dituntut suatu strategi yang direncanakan oleh guru dengan mengedepankan keaktifan atau kreativitas peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar untuk bisa membentuk karakter kesadaran sosial dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menggunakan gambar sebagai media. Jenis penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain penelitian mengacu pada model Kemmis & Mc. Taggart yang menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), refleksi (reflect), dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk langkah pemecahan masalah.

IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN

MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SOSIAL

SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 ALALAK

AGUS SUWARNI ISYRA

SMA Negeri 1 Alalak

[email protected]

Abstract

Applying social awareness to others in everyday life can be interpreted as humans

social beings. People who care with each other, interact with each other, respect

for others in terms of differences of opinion, ethnicity, race, language and

religion. In the context of learning required a strategy planned by teachers by

promoting activity or creativity of learners in learning activities in order to shape

the character of social awareness by learning model Problem Based Learning

(PBL) using pictures as a medium.

This type of research is used in a classroom action research (PTK). The study

design refers to the model Kemmis & Mc. Taggart system uses a spiral of self-

reflection that starts from the plan (plan), action (act), observation (Observe),

reflection (Reflect), and re-planning is the basis for troubleshooting steps.

The results show if the activity of the teacher in the learning process of 75% to

93.75%, Activities of students from 77.5% to 80.55%, and the provision of

learning outcomes from 63.34% to 100%. Application of Problem Based Learning

using media images can raise awareness of social class XI IPS in SMA Negeri 1 1

Alalak, with an indication of the value of the learning outcomes of> 70% above.

Increased social awareness of learning needs to be realized in the form of student

attitudes in interaction with fellow students, the teachers and staff employees at

the school.

Keywords: Problem-based learning, media image, social awareness

Abstrak Kesadaran sosial terhadap orang lain dalam kehidupan sehari-hari bisa dimaknai

manusia sebagai makhluk sosial, yaitu manusia yang peduli dengan sesama, saling

berinteraksi, menghargai orang lain dalam hal perbedaan pendapat, suku, ras,

bahasa dan agama. Dalam konteks pembelajaran dituntut suatu strategi yang

direncanakan oleh guru dengan mengedepankan keaktifan atau kreativitas peserta

didik dalam kegiatan belajar mengajar untuk bisa membentuk karakter kesadaran

sosial dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menggunakan

gambar sebagai media.

Jenis penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain

penelitian mengacu pada model Kemmis & Mc. Taggart yang menggunakan

sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana (plan), tindakan (act),

pengamatan (observe), refleksi (reflect), dan perencanaan kembali yang

merupakan dasar untuk langkah pemecahan masalah.

Page 2: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

Hasil penelitian menunjukkan jika aktivitas guru dalam proses pembelajaran dari

75% menjadi 93,75%, Aktivitas siswa dari 77,5% menjadi 80,55%, dan ketentuan

hasil belajar dari 63,34% menjadi 100%. Penerapan Problem Based Learning

menggunakan media gambar dapat meningkatkan kesadaran sosial siswa kelas XI

IPS 1 di SMA Negeri 1 Alalak, dengan indikasi nilai hasil belajar > 70% di atas

KKM. Peningkatan kesadaran sosial dalam pembelajaran perlu diwujudkan dalam

bentuk sikap siswa dalam berinteraksi dengan sesama siswa, dewan guru serta staf

karyawan di sekolah.

Kata Kunci : Problem based learning, media gambar, kesadaran sosial

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai sebuah negara harus dibangun dalam pondasi pendidikan,

konsekuensi ini sejalan dengan landasan yuridis konstitusional dalam amanat

yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV yang berbunyi

:“Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa”, ini merupakan tujuan nasional pendidikan.

Kurangnya kesadaran sosial atau kepekaan sosial terhadap orang lain dalam

kehidupan sehari-hari dikarenakan peserta didik belum bisa memaknai arti

manusia sebagai makhluk sosial, yaitu manusia yang perduli dengan sesama,

saling berinteraksi, menghargai orang lain dalam hal perbedaan pendapat, suku,

ras, bahasa dan agama.

Menurut Dalyono (2008), rendahnya kesadaran sosial anak disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah misalnya faktor sosial budaya (social

cultur). Faktor sosial budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa

persepsi/pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan. Peserta didik selalu melakukan

kontak dengan masyarakat. Pengaruh-pengaruh budaya yang negatif dan salah

terhadap dunia pendidikan akan turut berpengaruh terhadap perkembangan dan

pertumbuhan anak. Peserta didik yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak

sekolah atau putus sekolah akan terpengaruh dengan mereka. Oleh karena itu,

berbagai upaya telah ditempuh untuk melakukan pembaharuan sebagai upaya

untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dengan melakukan

pembaharuan kurikulum.

Page 3: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

Fathurrahman (2007:15) berpendapat ada tiga aspek yang menentukan

berhasil tidaknya sebuah pembelajaran, pertama aspek guru. Kedua aspek

metode, dan ketiga aspek media. Dalam proses pembelajaran maka media

mempunyai fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Sehubungan dengan

hal tersebut di atas, maka penggunaan gambar sebagai media merupakan aspek

yang sangat strategis dalam pencapaian prestasi belajar siswa di sekolah. Hamalik

(1986) mengemukakan bahwa pemakaian gambar sebagai media pembelajaran

dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang

baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan

membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Berdasarkan pengamatan (hasil observasi di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1

Alalak, hari Jum’at tanggal 12 Februari 2016 jam pelajaran 1 sampai dengan 2)

yang terjadi di lapangan guru lebih cenderung menggunakan model pembelajaran

konvensional, seperti ceramah, tanya jawab atau mencatat. Kurangnya

penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran yang membuat

suasana pembelajaran kurang menarik. Selain itu juga dari hasil wawancara

dengan guru BK dan beberapa orang wali kelas ditemukan sebagian siswa masih

kurangnya kepekaan sosial terhadap lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar.

Data evaluasi terakhir mata pelajaran Sosiologi (ulangan umum semester 2 tahun

ajaran 2014-2015) dengan Standar Kompetensi (SK) menganalisis kelompok

sosial dalam dampak masyarakat multikultural dilihat berdasarkan prosentasi hasil

ketuntasan belajar adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa

No Kompetensi Dasar Prosentasi

T TT

1 Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial

alam masyarakat multikultural. 71,86 28,13

2 Menganalisis perkembangan kelompok sosial

dalam masyarakat multikultural. 65,53 34,38

3 Menganalisis keanekaragaman kelompok

sosial dalam masyarakat multikultural 56,25 43,75

Page 4: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

Berdasarkan uraian permasalahan di atas dan dituntutnya siswa untuk

melakukan pemecahan masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi,

dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada maka dipilih dan

dilaksanakanlah suatu desain pembelajaran yaitu dengan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) menggunakan gambar sebagai media dan

sekaligus alat peraga dalam proses pembelajaran mata pelajaran Sosiologi.

Penerapan model PBL dalam proses pembelajaran siswa mampu mengkaitkan

materi yang diajarkan di kelas dengan masalah-masalah yang ada dalam

kehidupan sehari-hari.

KAJIAN PUSTAKA

A. Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Pendapat Tan (M. Taufiq Amir, 2010:12). Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan

penyajian masalah yang dirancang dalam konteks yang relevan dengan materi

yang dipelajari. Pembelajaran berbasis masalah menggunakan berbagi macam

kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan

dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan

kompleksitas yang ada Rumusan dari Dutch (M. Taufiq Amir, 2010:21)

berikut ini akan membantu kita untuk lebih memahami lagi apa itu PBL.

PBL merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar

“belajar untuk belajar,” bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi

bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa

keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi

pelajaran. PBL mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan

untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.

Dari beberapa definisi tersebut di atas, terlihat bahwa materi

pembelajaran terutama bercirikan ada masalah. Dalam proses PBL “masalah”

yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata.

Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada

peningkatan kecakapan belajar siswa. Dari masalah yang diberikan siswa

Page 5: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

belajar bekerja sama dalam kelompok, mencoba memecahkannya dengan

pengetahuan yang mereka miliki, dan sekaligus mencari informasi-informasi

baru yang relevan untuk solusinya.

1. Langkah-langkah Proses PBL

Tabel 2 Langkah-langkah Proses PBL

No Langkah Kegiatan

1 Pertama Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

2 Kedua Merumuskan masalah

3 Ketiga Menganalisis masalah

4 Keempat Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan

dalam

5 Kelima Memformasikan tujuan pembelajaran

6 Keenam Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar

diskusi kelompok)

7 Ketujuh Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan

membuat laporan untuk kelas.

B. Media Gambar

1. Pengertian Media Gambar

Menurut (I Made Tegeh, 2008) yang dimaksud media gambar

dilihar dari pandangan media grafis adalah gambar gambar hasil lukisan

tangan, hasil cetakan, dan hasil karya seni fotografi. Penyajian obyek

dalam bentuk gambar dapat disajikan melalui bentuk nyata maupun

kreasi khayalan belaka sesuia dengan bentuk yang pernah dilihat oleh

orang yang menggambarnya.

2. Fungsi Media Gambar

Secara garis besar fungsi utama penggunaan media gambar

meliputi fungsi edukatif, kemudian fungsi sosial. Fungsi lain adalah

ekonomi, fungsi politis, serta fungsi seni budaya dan telekomunikasi,

yang mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha

penciptaan teknologi kemediaan yang modern (Hamalik, 1994: 12).

C. Tinjauan Mata Pelajaran Sosiologi

1. Mata Pelajaran Sosiologi

Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai ilmu

pengetahuan murni (purescience) bukan ilmu pengetahuan terapan

(applied science). Pembelajaran sosiologi dimaksudkan untuk

Page 6: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

mengembangkan kemampuan pemahaman fenomena kehidupan sehari-

hari. Materi pelajaran mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan,

metode, dan teknik analisis dalam pengkajian berbagai fenomena dan

permasalahan yang ditemui dalam kehidupan nyata di masyarakat. Mata

pelajaran Sosiologi diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai

bagian integral dari IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah

diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.

2. Tujuan

Mata pelajaran sosiologi bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut : 1) Memahami konsep-konsep sosiologi

seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial,

perubahan sosial, dan konflik sampai dengan terciptanya integrasi sosial,

2) Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat, 3)

Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam kehidupan

bermasyarakat.

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran Sosiologi meliputi aspek-aspek sebagai

berikut : (1) Struktur Sosial; (2) Proses Sosial; (3) Perubahan Sosial; (4)

Tipe-tipe lembaga sosial.

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Tabel 3 Program Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas XI, Semester 2

Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Menganalisis

kelompok sosial

dalam dampak

masyarakat

1.1. Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial alam

masyarakat multikultural.

1.2 Menganalisis perkembangan kelompok sosial

dalam masyarakat multikultural.

1.3 Menganalisis keanekaragaman kelompok sosial

dalam masyarakat multikultural

(Sumber Data: Buku Paket SMA kelas XI)

Page 7: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

D. Kesadaran sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesadaran sosial adalah

kesadaran seseorang secara penuh akan hak dan kewajiban sebagai anggota

masyarakat (Tim Penyusun KBBI, 1988: 765). Berdasarkan pengertian ini,

konsep kesadaran sosial memiliki dua keutamaan hidup manusia yang tidak

dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, yakni hak dan kewajiban

seorang pribadi manusia sosial.

Kesadaran sosial adalah proses dimana seseorang memahami dan

mengerti akan suatu keadaaan yang menjadikan individu itu sendiri sadar dan

paham betul dengan apa yang terjadi, dan apa yang akan terjadi. Kesadaran

sosial adalah bentuk kesadaran diri mengenali kepribadian kita lalu

menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan

interaksi kita dengan orang lain. (Rahayu, 2006: 67). Ada 3 (tiga) indikator

keberhasilan seseorang dapat dikatakan mempunyai kesadaran sosial, yaitu :

1) Menyesuaikan diri, 2) Berintegrasi, dan 3) Peningkatan Status (Gunawan,

2014).

E. Kerangka Pemikiran

Gambar 1: Bagan alur kerangka pemikiran

PROSES KEGIATAN

BELAJAR MENGAJAR

GURU SISWA

MODEL PBL

HASIL BELAJAR

SISWA

FASILITATOR

DAN BIMBINGAN

PERAN SERTA DAN

KEAKTIFAN

KESADARAN

SOSIAL SISWA

Page 8: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

F. Hipotesis Penelitian

Melalui pelajaran Sosiologi materi masyarakat multikultural dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ke dalam media gambar,

maka kesadaran sosial melalui hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA

Negeri 1 Alalak akan meningkat.

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian tindakan yang dipilih adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Penelitian ini disebut penelitian tindakan kelas karena

peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian, mulai dari awal sampai

akhir penelitian. Keterlibatan ini meliputi dari menyusun rencana

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sampai pelaporan data.

2. Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Desain penelitian ini mengacu pada model Kemmis & Mc

Taggart yang menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari

rencana (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), refleksi (reflect),

dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk langkah

pemecahan masalah.

Tahap-tahap penelitian berdasarkan desain penelitian yang

digunakan ada empat macam komponen yaitu meliputi rencanaan,

tindakan, pengamatan dan refleksi. Untuk pertemuan dalam siklus 1

adalah sebagai berikut: a) Perencanaan (Plan), b) Tindakan (Act), c)

Observasi (Observe), dan d) Refleksi (Reflect).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Alalak,

Jalan Brigjend. Hasan Basri km. 11, pada semester 2 Tahun Pelajaran

2015/2016. Subyek Penelitian sebanyak 30 orang siswa.

Page 9: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

C. Sumber Data

1. Semua temuan dari hasil proses penelitian pada lembar observasi

kegiatan dan lembar hasil nilai tes formatif yang dilaksanakan pada

setiap siklus.

2. Data diperoleh dari kegiatan guru dalam menerapkan model Problem

Based Learning yang dilaksanakan pada setiap siklus dan kegiatan siswa

yang mengikuti secara aktif proses pembelajaran yang menerapkan

model Problem Based Learning.

D. Instrumen Penelitian

1. Alat Pengumpulan Data

a. Lembar observasi kegiatan guru

b. Lembar observasi kegiatan siswa

c. Soal test formatif

d. Lembar Kuesioner

Tabel 4 Operasional kesadaran sosial

Variabel Subvariabel Items

Kesadaran

Sosial

a. Menyadarkan bahwa Manusia adalah

Mahluk Sosial

2, 4, 12, 17,

19,27

b. Menyadarkan Manusia akan Norma

yang Berlaku di Masyarakat

1, 13, 20, 21, 22,

23

c. Menyadarkan Manusia untuk

Menciptakan Keseimbangan,

Keserasian dan Keharmonisan dalam

Hidup Bermasyarakat

6, 9, 10, 14, 15,

18

d. Menyadarkan Manusia akan Status

dan Perannya

7, 11, 16, 24, 25

e. Memberi Pandangan dalam

Mengambil

3, 5, 8, 26

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

b. Lembar Kerja Siswa

c. Dokumen data

Page 10: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

3. Teknik Pengambilan Data

a. Data kuantitatif tentang hasil belajar siswa yang dianalisis dengan

analisis deskriptif kuantitatif dengan persentase ketuntasan belajar

baik secara klasikal maupun perorangan. Dengan rumus sebagai

berikut :

Jumlah skor yang diperoleh

Ketuntasan perorangan = ________________________ X 100%

Jumlah skor maksimal

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Ketuntasan klasikal = ________________________ X 100%

Jumlah peserta tes

b. Data kuantitatif perolehan nilai hasil belajar siswa yang digolongkan

dalam kriteria dan kategori kesadaran sosial.

E. Teknik Analisa Data

Teknik yang digunakan dalah analisa data kualitatif. Menurut Miles dan

Hubermen (Wahyu, 2006: 60) tahap-tahap kegiatan analisa data meliputi: 1)

Mereduksi data, 2) Menyajikan Data, dan 3) Menarik kesimpulan dan

verifikasi.

F. Indikator Keberhasilan

1. Jika hasil belajar siswa (individu) melalui tes formatif setiap siklus yang

mendapat nilai rata-rata di atas 77 dan ketuntasan secara klasikal 80%,

maka sudah dikatakan berhasil.

2. Jika hasil persentasi kuesioner kesadaran sosial siswa secara klasikal 80%

masuk dalam kategori baik, maka kesadaran sosial siswa sudah dikatakan

berhasil.

Page 11: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan pertemuan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 2 Mei 2016, pukul

11.00 – 12.30 WITA. Pada pertemuan ini rancangan pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaran berbasis masalah dengan materi pembelajaran Masyarakat

Multikultural (konsep dan faktor penyebabnya). Alokasi waktu pertemuan adalah dua

jam pelajaran ( 2 x 45 menit). Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

a. Pra Kegiatan Pembelajaran (±5 menit )

b. Kegiatan Pendahuluan (±10 menit)

c. Kegiatan Inti (±70 menit)

1) Eksplorasi

2) Elaborasi

Tabel 5 Tahapan Elaborasi

No Langkah Kegiatan

1 Pertama Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

2 Kedua Merumuskan masalah

3 Ketiga Menganalisis masalah

4 Keempat Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya

dengan dalam

5 Kelima Memformasikan tujuan pembelajaran

6 Keenam Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di

luar diskusi kelompok)

7 Ketujuh Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi

baru, dan membuat laporan untuk kelas.

3) Konfirmasi

4) Kegiatan Penutup (±10 menit)

2. Observasi

a. Kegiatan Guru

Data hasil pengamatan observer yang berpedoman pada lembar pengamatan

keterampilan guru, maka data hasil observasi keterampilan guru untuk

Page 12: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

pertemuan siklus I di atas termasuk dalam kategori Cukup Baik (CB),

dikarenakan total skor hasil 60 kemudian dibagi dengan skor maksimal

mendapatkan hasil hitungan 75 atau dipersentasekan adalah 75%.

Berdasarkan ketentuan dari aktivitas guru pabila diperoleh persentase antara

51% - 76% termasuk kriteria Cukup Baik.

b. Kegiatan Siswa

Dari hasil pengamatan observer yang berpedoman pada lembar aktivitas

siswa yang mengamati sikap, wawasan dan kerjasama, maka data hasil

observasi aktivitas siswa pertemuan pertama siklus 1 di atas, ditunjukkan

bahwa dari 30 siswa yang aktif mengikuti pembelajaran sebanyak 21 siswa

(70%) dan cukup aktif sebanyak 9 siswa (30%). Total skor adalah 279 dan

persentase yang diperoleh adalah 77,5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa

aktivitas siswa masuk dalam kategori aktif (A)

c. Hasil Belajar

Tabel 6 Hasil Belajar

Interval nilai Jumlah Siswa Persentase Kualifikasi

90 - 99 4 13,33% Tuntas

80 - 89 5 16,66% Tuntas

70 - 79 10 33,33% Tuntas

60 - 69 11 36,66% Tidak Tuntas

Jumlah 30 100%

Nilai rata-rata 68,6

Persentase Ketuntasan klasikal 63,32%

Data tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa sebesar

63,34%. Hal ini berarti target indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu

sebesar 80% dari hasil belajar klasikal siswa belum tercapai, sehingga

penelitian akan dilanjutkan pada siklus II.

Page 13: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

d. Hasil kuesioner

Tabel 7 Hasil Kuesioner Kesadaran Sosial Siklus I

No Kriteria F Katagori P

1 2,05 - 2,37 0 Sangat Baik 0

2 1,72 - 2,04 8 Baik 27%

3 1,39 - 1,71 19 Cukup Baik 63%

4 1,06 - 1,38 3 Kurang Baik 10%

5 0,74 - 1,05 0 Tidak Baik 0

3. Refleksi

a. Berdasarkan hasil pengamatan observer guru masih kurang dalam

memberikan cara menganalisa sebuah permasalahan kepada siswa,

b. Perhatian guru pada saat kegiatan diskusi dan penyelidikan masalah dalam

kelompok menurut pengamatan observer masih kurang,

c. Kurangnya pembimbingan kepada siswa dalam hal aturan maupun norma

bertindak dan bersikap dalam berdiskusi kelompok antar kelompok ataupun

dengan kelompok lain.

Hasil ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 63,34%, yaitu dari 30

siswa terdapat 19 siswa yang nilainya diatas KKM yang ditentukan (≥ 77). Dan

sisanya 11 siswa atau sebesar 36,66% belum mengalami ketuntasan dalam

belajar,

B. Pelaksanaan Siklus II

1. Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 11 Mei 2016,

pukul 11.00 – 12.30 WITA. Pada pertemuan ini rancangan pembelajaran

dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan materi :

Akibat dari adanya masyarakat multikultural. Alokasi waktu pertemuan adalah

dua jam pelajaran (2 x 45 menit). Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

1) Pra Kegiatan Pembelajaran (±5 menit )

2) Kegiatan Pendahuluan (±10 menit)

3) Kegiatan Inti (±70 menit)

Page 14: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

(a) Eksplorasi

(b) Elaborasi

(c) Konfirmasi

4) Kegiatan Penutup (±10 menit)

2. Observasi

1) Kegiatan Guru

Dari paparan data pada tabel kegiatan guru untuk siklus II di atas,

ditunjukkan bahwa total skor adalah 70 dan persentase yang diperoleh

adalah 87,50%, sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan guru masuk

dalam kategori Baik (B).

2) Kegiatan Siswa

Dari hasil pengamatan observer yang berpedoman pada lembar aktivitas

siswa, maka data hasil observasi aktivitas siswa dapat ditunjukkan pada

tabel berikut:

Tabel 8 Hasil observasi kegiatan siswa

No Aspek yang

diamati

Katagori Jumlah

KA CA A SA

1 Sikap 1 20 9 30

2 Wawasan 5 21 4 30

3 Kerjasama 3 15 12 30

Dari paparan data pada tabel aktivitas siswa siklus II di atas, ditunjukkan

bahwa dari 30 siswa yang aktif mengikuti pembelajaran sebanyak 27

siswa (90%) dan cukup aktif sebanyak 3 siswa (10%). Total skor adalah

289 dan persentase yang diperoleh adalah 80,27%, sehingga dapat

disimpulkan bahwa aktivitas siswa masuk dalam kategori aktif (A).

3) Hasil Belajar

Perolehan data hasil penelitian pada siklus II dalam pembelajaran

Sosiologi melalui model Problem Based Learning dalam tabel distribusi

frekuensi adalah sebagai berikut:

Page 15: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa

Interval nilai Jumlah Siswa Persentase Kualifikasi

90 - 99 8 26,67% Tuntas

80 - 89 10 33,33% Tuntas

70 - 79 12 40% Tuntas

60- 69 - - -

Jumlah 30 100%

Nilai rata-rata 78,67

Persentase Ketuntasan klasikal 100%

Data tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa sebesar

100%. Hal ini berarti target indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu

sebesar 80% dari hasil belajar klasikal siswa sudah tercapai.

4) Hasil kuesioner

Tabel 10 Hasil kuesioner siklus II

No Kriteria F Katagori P

1 2,05 - 2,37 0 Sangat Baik 0

2 1,72 - 2,04 22 Baik 73%

3 1,39 - 1,71 8 Cukup Baik 27%

4 1,06 - 1,38 0 Kurang Baik 0%

5 0,74 - 1,05 0 Tidak Baik 0

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil kuesioner sikap kesadaran sosial

yang diperoleh dari 30 siswa, 22 (73%) orang bersikap baik dan 8 (27%)

orang bersikap cukup baik.

3. Refleksi

a) Kegiatan guru pada siklus II ini sudah terlaksana dengan baik dimana

permasalahan pada siklus I sudah tidak muncul lagi, guru sudah bisa

memperbaiki penampilan dalam proses belajar mengajar di kelas.

b) Kegiatan aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dimana aktivitas

siswa pada siklus I hanya mencapai 70%, pada siklus II ini menjadi 90%.

c) Hasil ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 100%, yaitu dari

30 siswa terdapat 8 siswa (26,67%) mendapat nilai 90-99, 10 siswa

(33,33%) mendapat nilai 80-89, dan 12 siswa (40%) mendapat nilai 70-

79.

Page 16: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Siklus I Siklus II Siklus III

d) Target indikator keberhasilan minimal 80% yang ditetapkan untuk

ketuntasan klasikal dapat tercapai dan berhasil sesuai harapan.

PEMBAHASAN

A. Kegiatan Guru

Menurut Suparman (dalam Warsita, 2008: 208) secara garis besar, komponen

kegiatan guru dalam pembelajaran dikelompokkan menjadi: a) Mengurutkan kegiatan

pembelajaran, b) Penggunaan metode dan taktik yang tepat sesuai kebutuhan, c)

Penggunaan Media pembelajaran, d) Pemanfaatan/penggunaan alokasi waktu yang telah

disediakan dengan baik, e) Pengelolaan kelas.

Gambar 2 Perbandingan Kegiatan Guru per siklus

Berdasarkan gambar di atas didapatkan data bahwa terjadi peningkatan pada setiap

siklus yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Hasil temuan yang

dipaparkan oleh observer itu kemudian didiskusikan dengan observer dan juga dosen

pembimbing untuk dicarikan jalan keluarnya. Setelah ditemukan solusinya berdasarkan

hasil refleksi dan diskusi temuan-temuan pada siklus I itu kemudian diperbaiki pada

pelaksanaan siklus II.

b. Kegiatan Siswa

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat perbandingan aktivitas belajar siswa pada

setiap siklus yang terdapat pada gambar di bawah ini:

Page 17: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

279 289 290

77.50 80.27 80.55

Siklus I Siklus II Siklus III

Jlh. Skor Persen

Siklus I Siklus II Siklus III

N. Rata2 68.60 78.67 81.33

K. Klasikal 63.32 100 100

0.00

50.00

100.00

150.00

Gambar 3 Perbandingan Aktifivitas Belajar Siswa Tiap Siklus

c. Hasil Belajar

Gambar 4 Perbandingan Hasil Belajar Persiklus

d. Kesadaran Sosial

Perbandingan hasil rekapitulasi kuesioner kesadaran sosial pada siswa

dalam setiap siklusnya dapat digambarkan pada grafik di bawah ini:

Gambar 5 Perbandingan Hasil Kuesioner Kesadaran Sosial

SIMPULAN

Kegiatan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL

untuk meningkatkan sikap kesadaran sosial peserta didik berhasil. Indikasi keberhasilan

itu didasarkan pada terjadinya peningkatan aktivitas guru dari siklus I (75%), II

(87,50%) dan III (93,75%). Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran melalui model

f % f % f %

siklus I siklus II siklus III

SB

B 8 27 22 73 30 100

CB 19 63 8 27

KB 3 10

TB

020406080100120

Page 18: IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN …

PBL dengan menggunakan gambar untuk meningkatkan sikap kesadaran sosial

cenderung meningkat. Indikasinya, selalu terjadi peningkatan prosentase aktivitas yang

diperoleh melalui lembar pengamat darisetiap siklus. Hasil belajar siswa dengan

menggunakan model PBL untuk meningkatkan kesadaran sosial meningkat. Indikasi

peningkatan itu, yakni pada siklus I (63,34%), II (100%) dan III (100%). Hasil

kuesioner kesadaran sosial peserta didik melalui pelajaran sosiologi meningkat, indikasi

pengingkatan itu, yakni pada siklus I katagori baik (27%), siklus II katagori baik (73%),

dan siklus III (100%) katagori baik.

SARAN

Dalam paparan saran kali ini peneliti mengharapkan guru dapat memanfaatkan

model, metode dan media yang tepat agar dapat memotivasi siswa dalam belajar.

Penggunaan model PBL dalam pembelajaran sangat efektif sehingga guru dapat

meningkatkan pembelajaran dengan menggunakan PBL. Adapun fungsi Kepala

Sekolah, hendaknya terus memotivasi guru dalam menggunakan model-model

pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan aktivitas belajar. Di samping itu, Dinas

Pendidikan, agar menyediakan sarana media pembelajaran untuk mendukung proses

pembelajaran yang lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Supridjono, 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. (Cetakan ke-13). Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

BSNP, 2006. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Jakarta.

Dalyono. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Daniel Goleman, 2007. Social Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Eka Gunawan, 2009. Interaksi dan Kesadaran Sosial Dalam Masyarakat.

Semarang: Kumpulan artikel Sosiologi

Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry M., 200. Strategi Belajar Mengajar Melalui

Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama

Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Kun Maryati dan Juju Surayanati, 2013. Sosiologi SMA. Jakarta: Aneka Ilmu.

Kunandar, 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan

Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Chang, 2001. (http://kesadaransosial.wordpress.com) di akses 31 Mei 2015.