Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI PROGRAM KAMPUNG SIAGA BENCANA DI
KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI
KOTA TANJUNGPINANG
TAHUN 2012
Naskah Publikasi
Oleh:
DODI PRANATA
NIM. 110565201060
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
ABSTRAK
Kelurahan Tanjung Unggat Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang
merupakan salah satu kawasan yang rawan akan terjadinya suatu bencana untuk
itu perlu melaksanakan berbagai kegiatan mengatasi bencana salah satunya
kegiatan penanggulangan bencana berbasis masyarakat yang di wacanakan oleh
Kementerian Sosial Republik Indonesia melalui PERMENSOS No.128 Tahun
2011 Tentang Kampung Siaga Bencana. Maksud Peraturan Kementrian Sosial
Republik Indonesia ini adalah untuk memberikan perlindungan kepada
masyarakat dari ancaman dan risiko bencana dengan cara menyelenggarakan
kegiatan pencegahan dan penanggulangan bencana berbasis masyarakat melalui
pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang ada pada lingkungan setempat.
Untuk itu Pemberdayaan terhadap masyarakat dalam penanggulangan bencana
merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh Pemerintah
Daerah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, data untuk analisis didapat
dari sumber data primer dan data sekunder dengan metode observasi lapangan,
wawancara mendalam dengan informan dan responden, serta melalui kajian
pustaka dan dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang bagaimana implementasi Program Kampung Siaga Bencana Di Kelurahan
Tanjung Unggat Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi Program Kampung
Siaga Bencana Di Kelurahan Tanjung Unggat Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang sudah berjalan cukup baik. Hanya saja Pemerintah harus
memperhatikan lagi dalam pengawasan berjalannya program dan peningkatan
keberhasilan Program Kampung Siaga Bencana Di Kelurahan Tanjung Unggat
Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang.
Kata kunci: Implementasi, Kebijakan, Program Kampung Siaga Bencana.
ABSTRACT
Village of Tanjung Unggat District of Bukit Bestari Tanjungpinang is one
area that is prone to the occurrence of a disaster it is necessary to carry out
various activities to overcome the disaster one community-based disaster
management activities are in wacanakan by the Ministry of Social Affairs of the
Republic of Indonesia through Permensos 128 Year 2011 about Kampung
Disaster Preparedness. Regulation of the Ministry of Social Affairs intention of
the Republic of Indonesia is to protect the people from the threats and risks by
way of conducting disaster prevention and community based disaster management
through the utilization of natural and human resources that exist on the local
environment. For the empowerment of the community disaster management is one
very important thing to be noticed by the local government.
The research is a qualitative research, data for analysis were found from
both primary and secondary sources. Data were collected on field observation
and by indeepth interview with both informan and respondent and documentary
study. This study aims to provide an overview of how the implementation of the
Programme Kampung Tanjung Preparedness in Sub District of Bukit Bestari
Unggat Tanjungpinang.
These results indicate that the implementation of the Programme
Kampung Tanjung Preparedness in Sub District of Bukit Bestari Unggat
Tanjungpinang is good enough. It's just that the Government should pay attention
again in the supervision of the program and increase the success of Disaster
Preparedness Programme Kampung Tanjung Unggat In the Village District of
Bukit Bestari Tanjungpinang.
Keywords: Implementation, Policy, Program Kampung Disaster Preparedness
I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana adalah rangkaian
peristiwa yang mengancam dan
menggangu kehidupan masyarakat
yang disebabkan oleh faktor alam,
faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga dapat
mengakibatkan timbulnya korban
jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis.
Kementerian Sosial Republik
Indonesia mempunyai tugas dalam
pemerintahan untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara yakni
menyelenggarakan urusan di bidang
sosial. Urusan di bidang sosial
meliputi rehabilitasi sosial,
perlindungan dan jaminan sosial dan
pemberdayaan sosial serta
penanggulangan kemiskinan.
Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial Kementerian
Sosial memiliki tugas dan tanggung
jawab terkait kesejahteraan sosial
seluruh rakyat Indonesia. Guna
melindungi kesejahteraan sosial yang
disebabkan oleh bencana, untuk itu
Kementrian Sosial menerapkan
sebuah kebijakan penanggulangan
bencana berupa Peraturan Mentri
Sosial Republik Indonesia Nomor.
128 Tahun 2011 Tentang Kampung
Siaga Bencana, dibentuk dengan
maksud untuk memberikan
perlindungan kepada masyarakat dari
ancaman dan risiko bencana dengan
cara menyelenggarakan kegiatan
pencegahan dan penanggulangan
bencana berbasis masyarakat melalui
pemanfaatan sumber daya alam dan
manusia yang ada pada lingkungan
setempat.
Penanggulangan bencana
oleh Kementerian Sosial Republik
Indonesia sebagai upaya untuk
memberikan perlindungan sosial bagi
korban bencana. Perlindungan sosial
itu sendiri diartikan sebagai upaya
yang diarahkan untuk mencegah dan
menangani resiko dari guncangan
dan kerentanan sosial dan pembuatan
kebijakan kampung siaga bencana
oleh Kementrian Sosial adalah
pelaksanaan tugas untuk mencegah
dan menangani resiko dari
guncangan dan kerentanan sosial
yang disebabkan oleh bencana.
Pemberdayaan terhadap
masyarakat dalam program ini sangat
utamakan guna memberikan
perlindungan kepada masyarakat dari
ancaman dan risiko bencana dengan
cara menyelenggarakan berupa
kegiatan pencegahan dan
penanggulangan bencana berbasis
masyarakat melalui pemanfaatan
sumber daya alam dan manusia yang
ada pada lingkungan setempat, atau
dengan kata lain pemberdayaan
dalam penanggulangan bencana ini
merupakan salah satu upaya untuk
membangun daya masyarakat dengan
mendorong memberikan motivasi
dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimilikinya.
Pemerintah Daerah Kota
Tanjungpinng adalah Pemerintah
Kota Tanjungpinang yang terdiri dari
Walikota beserta Perangkat Otonom
yang lain sebagai Badan Eksekutif
Daerah, dalam menyelenggarakan
pemerintahannya Walikota dibantu
oleh perangkat daerah yang terdiri
dari Sekretariat Daerah, Sekretariat
DPRD, Dinas Daerah, Lembaga
Teknis Daerah, Kecamatan dan
Kelurahan.
Kelurahan Tanjung Unggat
sebagai salah satu kelurahan yang
ada dalam wilayah Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang,
Kelurahan ini merupakan salah satu
daerah yang berpenduduk padat dan
sangat rawan serta rentan akan
bencana. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 1. 1 berikut:
Tabel. 1. 1
Identifikasi Sejarah
Bencana
IDENTIFIKASI SEJARAH DAN DAMPAK BENCANA
DI KELURAHAN TANJUNG UNGGAT
Bencana Lokasi Sejarah
(th) Dampakbencana Musim Bulankejadianhujan Ancaman Ket
Banjir RW 01-
RW09 2005 Kerusakanlingkunganwarga Penghujan September - januari Banjirgenangan
RW 01-RW
09 2006
Kerusakanlingkunganwarga,
rusaknyahartabendawarga Penghujan September - februari Banjirbesar
RW 01-RW
09 2007 Kerusakanlingkungan Penghujan
September -
desember Banirgenangan
RW 01-
RW09 2008 Kerusakanlingkungan Penghujan
September -
desember Banjirgenangan
RW 01-RW
09 2009 Kerusakanlingkungan Penghujan
September -
desember Banjirgenangan
RW 01-RW
09 2010 Kerusakanlingkungan Penghujan
September -
desember Banjirgenangan
RW 01-RW
09 2011 Kerusakanlingkungan Penghujan
September -
desember Banjirgenangan
RW 01-RW
09 2012 Kerusakanlingkungan Penghujan
September -
desember Banjirgenangan
RW 01-RW
09 2013 Kerusakanlingkungan Penghujan
September -
desember Banjirgenangan
RW 01-RW
09 2014 Kerusakan Lingkungan Penghujan
September-
Desember
Banjir
Genangan
RW 01-RW
09 2015 Kerusakan Lingkungan Penghujan
September-
Desember
Banjir
Genangan
Kebakaran
Pemukiman
RW 03-
RW07
2015
KerusakanRumah Kemarau Mei - juni Kekeringan
Sumber: Kantor Kelurahan Tanjung Unggat, 2015
Pada tabel diatas menunjukan
bahwa pada kampung-kampung yang
terdapat pada Kelurahan Tanjung
Unggat Kecamtan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang. Jika kita amati
Kelurahan Tanjung Unggat ini
sangat rawan akan terjadinya
bencana seperti adanya bencana
kebakaran, banjir, dan angin puting
beliung. Untuk itu sangat perlu
dibentuk Kampung Siaga Bencana
(KSB) di lingkungan tersebut,
sebagai salah satu langkah antisipasi
akan datangnya suatu bencana.
Penanggulangan bencana di
Kelurahan Tanjung Unggat perlu
untuk terus di benahi agar tujuan
pemerintah untuk melindungi
masyarakat dari resiko dan dampak
akan bencana dapat terlaksana.
1. 2 Perumusan Masalah
Kelurahan Tanjung Unggat
sebagai salah satu kelurahan yang
ada dalam wilayah Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang, dimana
Kelurahan ini merupakan salah satu
daerah yang berpenduduk padat dan
sangat rawan serta rentan akan
bencana kebakaran, banjir,
gelombang pasang dan angin puting
beliung. Untuk itu sangat perlu
dibentuk Kampung Siaga Bencana di
lingkungan tersebut, sebagai salah
satu langkah antisipasi akan
datangnya suatu bencana.
Berdasarkan uraian dalam
latar belakang diatas maka penulis
menyimpulkan rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
Bagaimana Implementasi Program
Kampung Siaga Bencana Di
Kelurahan Tanjung Unggat
Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang Tahun 2012?
1. 3 Tujuan dan Manfaat
Penelitian
1. 3. 1 Tujuan
Secara umum tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk dapat melihat
bagaimana keterkaitan kebijakan
penanggulangan bencana yang
dilakukan oleh pemerintah telah
memberikan dampak menurunkan
ancaman akan terjadinya suatu
bencana serta melakukan
pemberdayaan terhadap masyarakat
dalam menanggulangi bencana.
1. 3. 2 Manfaat Penelitian
Secara praktis bahwa hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan informasi dan masukan serta
referensi bagi pemerintah, pihak
kelurahan, masyarakat di Kelurahan
Tanjung Unggat, dan Peneliti tentang
penilaian program Kampung Siaga
Bencana (KSB) di Kelurahan
Tanjung Unggat Kota
Tanjungpinang.
5 Konsep Operasional
Untuk memudahkan analisa
data dan menghindari salah
pengertian dalam menafsirkan
istilah-istilah yang terdapat pada
penulisan ini maka harus
dioperasionalkan agar benar-benar
mengarah kepada fenomena atau
fokus penelitian. Pada konsep
operasional yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah implementasi
program Kampung siaga Bencana.
Penelitian ini dapat
menggunakan teori implementasi
kebijakan yang dikemukakan oleh
Grindle (1980), dalam hal ini
terdapat variabel-variabel yang
dijadikan konsep penelitian yang
terdiri dari:
1. Isi Kebijakan (content of policy)
Dalam konteks ini
menjelaskan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan isi
kebijakanyang mengacu kepada
target, salah satunya adalah
kriteria dari sasaran yang akan
ditetapkan, bagaimana
menentukannya, alasan
menentukannya dan siapa yang
memiliki kewenangan dalam
menentukan sasaran atau target,
yang meliputi:
a. Pihak penerima kebijakan
b. Jenis manfaat yang
diperoleh
c. Pelaksana program
d. Sumber daya yang
dilibatkan
2. Lingkungan Implementasi
(context of implementation)
Mengenai hal dimana dan
oleh siapa kebijakan tersebut
diimplementasikan juga akan
dapat mempengaruhi tingkat
keberhasilan dari tujuan
implementasi karena hasil dari
implementasi yang diraih tetap
bergantung kepada implementator
dan faktor-faktor pendukung
lainnya yang dapat membantu
dalam jalannya program. Karakter
dari pelaksana akan dapat
berpengaruh dalam tindakan
pengimplementasian kebijakan.
Adapun pelaksana yang terlibat
dalam implementasi program ini
antara lain:
a. Peran Pemerintah,
b. Instansi-instansi yang
memiliki kepentingan yang
terlibat.
3. Hasil Kebijakan
Keberhasilan dari
pelaksanaan program akan dapat
dilihat dari dampak, yang terdiri
atas dampak positif dan dampak
negatif. Dampak positif
menunjukan bahwa keberhasilan
dari program dan dampak negatif
menunjukan adanya masalah yang
terjadi.
1. 6 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan
keseluruhan dari cara penelitian yang
didasarkan pada pendekatan tertentu
sementara metode penelitian lebih
merupakan rincian teknik-teknik
yang dilakukan dalam sebuah
penelitian. Berikut metode penelitian
terdiri dari:
1. 6. 1 Jenis Penelitian
Metode Penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah Deskriftif Kualitatif, yakni
penelitian yang dilakukan secara
langsung digambarkan dari hasil
penelitian yang berdasarkan kepada
pengamatan penulis di lapangan dan
juga dari jawaban responden tentang
Program Kampung Siaga Bencana di
Kelurahan Tanjungunggat
Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang.
Menurut Sugiono (2005 : 11)
penelitian deskriptif Kualitatif
bertujuan menggambarkan fakta-
fakta dan karakteristik populasi
secara faktual dan cermat dengan
mengklasifikasikan dan
menginterprestasikan fenomena-
fenomena yang ada.
Adapun alasan peneliti
menggunakan jenis penelitian
deskriptif karena peneliti ingin
mengungkapkan fenomena yang ada
dengan menceritakan dalam bentuk
kata-kata yang sesuai dengan
kenyataan dilapangan.
1. 6. 2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
Kelurahan Tanjung Unggat
Kecamatan Bukit Bestari. Alasan
penulis memilih lokasi penelitian
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Karena Kelurahan Tanjung
Unggat merupakan salah
satu daerah sasaran
Program Kampung Siaga
Bencana (KSB).
2. Karena Kelurahan Tanjung
Unggat adalah salah satu
derah yang berpenduduk
padat dan rapat.
3. Karena Kelurahan Tanjung
Unggat adalah termasuk
daerah yang rawan akan
bencana, karena berada di
pesisir pantai.
1. 6. 3 Sumber Dan Jenis Data
1. 6. 3. 1 Data Primer
Yaitu data yang langsung
diperoleh dari responden yang
melalui daftar pertanyaan dan
wawancara meliputi data tentang
program Kampung Siaga Bencana
(KSB) tahun 2012 di Kelurahan
Tanjung Unggat Kecamatan Bukit
Bestari, yaitu menyangkut
Implementasi Program Kampung
Siaga Bencana Di Kelurahan
Tanjung Unggat Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang.
1. 6. 3. 2 Data
Sekunder
Yaitu data yang diperoleh
melalui informasi dan keterangan
baik dari buku-buku, jurnal, laporan-
laporan, dokumen-dokumen, catatan-
catatan, kutipan-kutipan yang
berkaitan dengan penelitian ini,
disamping itu juga data
bersumberkan pada Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, dan
Peraturan Mentri Sosial Nomor 128
Tahun 2011 tentang Kampung siaga
Bencana.
1. 6. 4 Informan
Sugiono (2005: 216) dalam
penelitian kualitatif tidak
menggunakan populasi, karena
penelitian kualitatif berangkat dari
kasus tertentu yang ada pada
situasi sosial tertentu dan hasil
kajiannya tidak akan diberlakukan ke
populasi, Sampel dalam penelitian
kualitatif bukan dinamakan
responden, tetapi sebagai
narasumber, atau partisipan,
informan, teman dan guru dalam
penelitian.
Tabel. 1. 4
Daftar Informan
NO INFORMAN JABATAN ALASAN
1 KEY
INFORMAN
Ketua
Pengurus KSB
sebanyak 1
orang
Merupakan
orang yang
membidangi
program
Kampung
Siaga
Bencana
2 INFORMAN
1
Dinas Sosial
Kota
Tanjungpinang
sebanyak 1
orang
Merupakan
Supervisor
Kota sebagai
pengurus
KSB
3 INFORMAN
2
BPBD
Provinsi Kepri
sebanyak 1
orang
Merupakan
Koordinator
apabila
terjadi
bencana.
4 INFORMAN
3
Anggota
TAGANA
Kota
Tanjungpinang
sebanyak 2
orang
Merupakan
praktisi
sebagai
pengurus
KSB
5 INFORMAN
4
Sekretaris
Kelurahan Tg.
Unggat 1
orang
Merupakan
lembaga
Pemerintah
di Kelurahan
Tanjung
Unggat.
6 INFORMAN
5
Warga
Kelurahan Tg.
Unggat
sebanyak 8
orang
Merupakan
yang
menerima
dan
merasakan
manfaat dan
dampak dari
terlaksananya
program
Sumber: Data Olahan Penelitian, 2015
1. 6. 5 Teknik dan Alat
Pengumpul Data
Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data yaitu:
1. 6. 5. 1 Observasi
Yaitu suatu teknik
pengumpulan data yang digunakan
dengan cara mengamati secara
langsung gejala-gejala atau masalah
yang ada dilapangan. Alat
pengumpulan datanya berupa daftar
check list dan catatan harian.
1. 6. 5. 2 Wawancara
Yaitu suatu teknik
pengumpulan data yang digunakan
dengan cara tanya jawab kepada
masyarakat atau nara sumber yang
tujuannya adalah memperoleh
informasi dan bukannya memperoleh
pendapat atau tanggapan. Alat yang
dipakai berupa daftar pertanyaan
sebagai pedoman untuk tanya jawab
secara langsung mengenai
permasalahan yang diteliti.
1. 6. 6 Teknik Analisa Data
Analisa data merupakan
bagian yang sangat penting dalam
metode penelitian karena dengan
analisa data tersebut dapat diberi arti
dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah penelitian.
Data yang diperoleh akan dianalisa
melalui deskriptif kualitatif, yaitu
data yang diperoleh dilukiskan atau
digambarkan secara sistematis
sehingga diperoleh suatu
kesimpulan.
II. KERANGKA TEORI
Dalam kerangka teori uraian-
uraian tentang konsep-konsep dan
teori-teori yang akan dicapai dalam
memecahkan permasalahan dalam
penelitian ini. Studi tentang
pengimplementasian kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah sebagai
aparatur Negara sangatlah kompeten
untuk dikaji secara seksama, karena
ini menyangkut output dari kebijakan
yang secara langsung dirasakan oleh
masyarakat.
Konsep atau yang
dikemukakan antara lain adalah
Implementasi Program Kampung
Siaga Bencana (KSB), dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. 4. 1 Implementasi
Daniel A. Mazmanian dan
Paul Sabatier sebagaiamana dikutip
dalam buku Solihin Abdul Wahab
(1997: 65), mengatakan bahwa
“Implementasi adalah memahami
apa yang senyatanya terjadi sesudah
suatu program dinyatakan berlaku
atau dirumuskan merupakan focus
perhatian implementasi
kebijaksanaan yakni kejadian-
kejadian dan kegiatan-kegiatan yang
timbul sesudah disahkannya
pedoman-pedoman kebijaksanaan
Negara yang mencakup baik usaha-
usaha untuk
mengadministrasikannya maupun
untuk menimbulkan akibat/dampak
nyata pada masyarakat atau
kejadian-kejadian.
1. 4. 2 Fungsi Pemerintah
Lalobo (2006: 26) menerangkan
pengertian tentang fungsi pemerintah
bahwa:
“fungsi pemerintahan adalah
fungsi pengaturan, pelayanan,
pemberdayaan, dan
pembangunan. Pelaksanaan
fungsi pengaturan, yang
lazim dikenal dengan fungsi
legislasi dengan segala
bentuknya, dimaksudkan
sebagai usaha untuk
menciptakan kondisi yang
tepat sehingga menjadi
kondusif bagi berlangsungnya
berbagai aktivitas, selain
terciptanya tatanan sosial
yang baik diberbagai
kehidupan masyarakat.
1. 4. 3 Bencana
Bencana adalah rangkaian
peristiwa yang mengancam dan
menggangu kehidupan masyarakat
yang disebabkan oleh faktor alam
maupun faktor non alam sehingga
dapat mengakibatkan timbulnya
korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak
psikologis.
Heru Sri Haryanto (dalam
Hadi Purnomo (2010: 35)
Mengemukakan bahwa bencana
adalah terjadinya kerusakan pada
pola pola kehidupan normal, bersipat
merugikan kehidupan manusia,
struktur sosial serta munculnya
kebutuhan masyarakat.
1. 4. 4 Penanggulangan Bencana
Penanggulangan Bencana
adalah keseluruhan aspek
perencanaan kebijakan pembangunan
yang berisiko terjadinya bencana
yang meliputi pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan yang
mencakup kegiatan sebelum, pada
saat, dan setelah terjadinya bencana
yang terdiri dari:
a. Mitigasi adalah
serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko
bencana, baik melalui
pembangunan fisik
maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman
bencana.
b. Kesiapsiagaan adalah
serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk
mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian
sefta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya
guna.
c. Tanggap Darurat
merupakan operasi pada
bidang penyelamatan
korban dari situasi tidak
aman ke tempat yang lebih
aman.
d. Pasca bencana meliputi
upaya penguatan dan
pemulihan sosial korban
bencana.
e. Dalam implementasi suatu
kebijakan ada faktor-faktor
yang mempengaruhi
berhasi tidaknya kebijakan
itu terlaksana. Fakto-faktor
yang dimaksud ada yang
bersifat mendukung dan
ada yang bersifat
penghambat.
1. 4. 5 Program Kampung Siaga
Bencana (KSB)
Joan L. Herman & Cs, 1978,
Evaluator’s Handbook, (dalam
Tayibnapis 2008:9) “Program adalah
segala sesuatu yang dicoba lakukan
seseorang dengan harapan akan
mendatangkan hasil atau pengaruh”.
Program Kampung Siaga
Bencana adalah program yang telah
dirumuskan oleh Kementrian Sosial
Republik Indonesia melalui
Direktorat Jendral Perlindungan dan
Jaminan Sosial (LINJAMSOS),
Bidang Bantuan Sosial Korban
Bencana Alam (BSKBA), bertujuan
untuk peningkatan kemampuan
masyarakat dalam penanggulangan
bencana, antara lain berbentuk
program dan kegiatan
Penanggulangan Bencana Berbasis
Masyarakat (Community Based
Disaster Management),
III. PEMBAHASAN
Implementasi Program Kampung
Siaga Bencana Di Kelurahan
Tanjung Unggat Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang
Tahun 2012
Peraturan Mentri Sosial
Nomor 128 Tahun 2011 Tentang
Kampung Siaga Bencana
sebagaimana yang diwacanakan oleh
Kementerian Sosial Republik
Indonesia telah diatur secara rinci
dan sangat jelas tentang langkah-
langkah yang akan dilaksanakan oleh
Pemerintah dalam memberikan
pembinaan melalui pemberdayaan
yang dilakukan terhadap masyarakat
dalam penanggulangan bencana.
Penanggulangan bencana
harapan dari program Kampung
Siaga Bencana tersebut adalah
supaya masyarakat di kawasan
Kelurahan Tanjung Unggat
mendapat pelatihan
penanggulanagan bencana dan
memiliki rasa kepedulian terhadap
kebencanaan. Adapun alasan
ditetapkannya Program Kampung
Siaga Bencana Di Kelurahan
Tanjung Unggat Kecamatan Bukit
Bestari adalah karena wilayah
Kelurahan Tanjung Unggat tersebut
merupakan wilayah yang rawan
bencana, sering terjadi bencana,
berpenduduk padat dan mayoritas
berada dibawah garis kemiskinan,
serta terletak di pesisir pantai.
Selain telah ditetapkannya
sasaran kebijakan di Kelurahan
Tanjung Unggat adapun salah satu
tujuan dari kebijakan tersebut adalah
melatih masyarakat dalam
menanggulangi bencana. Adapun
pelaksanaan Program Kampung
Siaga Bencana yang dilakukan Dinas
sosial dan Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang yaitu:
1. Pelatihan
penanggulangan bencana,
2. Praktek pelaksanaan
dapur umum,
3. Penyuluhan tentang:
a. Penanggulangan
bencana
b. Dampak bencana
c. Pencegahan bencana
4. Praktek
penanggulangan
bencana/simulasi,
5. Pembangunan
prasarana
penanggulangan
bencana seperti: a.
Pembangunan Gardu
Sosial (sekretariat
ataupusat informasi
PUSDALOPS KSB), b.
Pembangunan
Lumbung Sosial
(gudang tempat
penyimpanan peralatan
penanggulanagan
bencana dan Buffer
stock Logistik).
Upaya dalam hal pemberdayaan
masyarakat secara dini untuk
mengantisipasi bencana yang telah
dan mungkin akan terjadi dengan
melakukan beberapa langkah sebagai
berikut:
IV. 2. 2 Pra Pembentukan
Kampung Siaga Bencana
Kegiatan pra pembentukan
merupakan kegiatan penyebaran
informasi pada tingkat pembuat
kebijakan serta para instansi atau
pihak yang memiliki kepentingan
dalam penanggulangan bencana.
Langkah awal untuk
pemberdayaan masyarakat dalam
penanggulangan bencana adalah
melaksanakan sosialisasi yang
dilakukan oleh pihak berkepentingan
dalam penanggulangan bencana dan
langkah selanjutnya pihak tersebut
melakukan penetapan lokasi untuk
diselenggarakan Kampung Siaga
Bencana Kelurahan Tanjung Unggat
Kecamatan Bukit Bestari Kota
Tanjungpinang.
IV. 2. 3 Pembentukan
Kampung Siaga Bencana
Pembinaan awal yang di
lakukan oleh Pemerintah Kota
Tanjungpinang khususnya untuk
awal tahun 2012 dalam persiapan
pembentukan Kampung Siaga
Bencana Di Kelurahan Tanjung
Unggat Kecamatan Bukit Bestari
Kota Tanjungpinang pemerintah
Kota Tanjungpinang dalam hal ini
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang, dihari pertama
persiapan pembentukan Kampung
Siaga Bencana yakni mengadakan
penyuluhan kepada Tokoh adat,
tokoh agama dan tokoh masyarakat
yang selanjutnya akan menjadi
pengurus atau tim kampung siaga
bencana.
Selanjutnya yang dilakukan
pemerintah kota Tanjungpinang
pembentukan Kampung Siaga
Bencana di Kelurahan Tanjung
Unggat Kecamatan Bukit Bestari
Kota Tanjungpinang adalah
melaksanakan pengenalan skill
penanggulangan bencana kepada
masyarakat sebanyak 69 orang.
Kegiatan selanjutnya
pembentukan Kampung Siaga
Bencana di Kelurahan Tanjung
Unggat Kecamatan Bukit Bestari
Kota Tanjungpinang yang dilakukan
Pemerintah kota Tanjungpinang
melalui Dinas Sosial dan Tenaga
Kerja Kota Tanjungpinang yang
bekerjasama dengan instansi terkait
seperti Tagana, Damkar, Dinkes
setelah melakukan pelatihan
penanggulangan bencana beserta
masyarakat yang berada di wilayah
rawan bencana yakni masyarakat
Kelurahan Tanjung Unggat.
Selanjutnya Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja bersama praktis
tersebut melaksanakan praktek
penanggulangan bencana atau
simulasi hal ini dilakukan agar
masyarakat yang telah diberi
penyuluhan tentang pengenalan
bencana, dampak bencana,
pencegahan bencana serta skill atau
cara menangani bencana dapat
benar-benar memahami hal tersebut
melalui praktek atau simulasi dalam
penanggulangan bencana.
Adapun bentuk praktek atau
simulasi yang dilakukan pada
kegiatan tersebut seperti praktek
pelaksanaan dapur umum yang
dilakukan bersama masyarakat
Kelurahan Tanjung Unggat
Kecamatan Bukit yang bertujuan
untuk pemenuhan kebutuhan
makanan pada saat terjadi bencana,
praktek lainnya adalah praktek
pemasangan tenda yang bertujuan
untuk pemasangan tenda bagi para
pengungsi pada saat terjadi bencana
serta praktek evakuasi korban
bencana.
IV. 2. 4 Pasca Pembentukan
Kampung Siaga Bencana
Berdasarkan Peraturan
Mentri Sosial Nomor 128 Tahun
2011 Tentang Kampung Siaga
Bencana bahwa setelah Kampung
Siaga Bencana telah ditetapkan maka
wilayah KSB tersebut harus
mempunyai kelengkapan berupa
sarana dan prasarana
penanggulangan bencana seperti:
a. Pembangunan Gardu
Sosial (bangunan permanen sebagai
sekretariat KSB yang dilengkapi
dengan papan nama berukuran
minimal 1x1 Meter yang bertuliskan
identitas Gardu Sosial Kampung
Siaga Bencana setempat dan Logo
Kementerian Sosial serta Pemerintah
Daerah.),
b. Pembangunan Lumbung
Sosial Lumbung Sosial yang
merupakan bangunan permanen
sebagai tempat penyimpanan dan
persediaan barang-barang
kesiapsiagaan penanggulangan
bencana yang dilengkapi dengan
papan nama berukuran minimal 1x1
meter yang bertuliskan Lumbung
Sosial Penanggulangan Bencana
disertai dengan Logo Kementerian
Sosial dan Pemerintah Daerah.
IV. 3 Faktor Pendukung
IV.3.1 Terjalinnya kerjasama
antara Pemerintah Daerah
Kota Tanjungpinang dan
Masyarakat
Peran Pemerintah tidak lepas
dari tuntutan untuk terus
memberikan dukungan terhadap
masyarakat, karena masyarakat
merupakan suatu aset berharga yang
harus dilindungi dan perlu untuk
terus dikembangkan.
Masyarakat yang ada di
sekitar Kelurahan Tanjung Unggat
telah bekerjasama dengan baik dalam
penangulangan bencana. Ini terlihat
ketika terjadi bencana masyarakat
bersama pemerintah bahu membahu
membantu warga lain yang terkena
bencana. Bekal tersebut didapat dari
hasil sosialisasi pemerintah untuk
mengantisipasi datangnya bencana
seperti banjir, kebakaran dan
bencana lainnya, sehingga ketika
terjadi bencana masyarakat sudah
tahu langkah yang akan dilakukan
untuk meyelamatakan diri dan bahu
membahu menolong warga lain yang
terkena dampak bencana.
IV.3.2 Tersedianya sarana dan
prasarana yang mendukung
program Kampung Siaga
Bencana Di Kelurahan Tanjung
Unggat.
Suatu kebijakan akan
terimplementasikan dengan baik jika
sarana dan prasarananya yang
menunjang keberhasilan program
tersebut tersedia. Persiapan
penanggulangan bencana pada
program Kampung Siaga Bencana
(KSB) yakni di Kelurahan Tanjung
Unggat Kecamatan Bukit Bestari
telah dipersiapkan dengan baik.
Pernyataan tersebut didasari
dengan adanya atau dibangunnya
Pembangunan Gardu Sosial yang
merupakan sekretariat atau pusat
informasi Kampung Siaga Bencana
serta pembangunan Lumbung Sosial
yang dijadikan gudang tempat
penyimpanan peralatan
penanggulangan bencana dan Buffer
stock Logistik sarana dan prasarana
tersebut merupakan alat yang tujukan
untuk melaksanakan keberlanjutan
dari Kampung Siaga Bencana (KSB).
IV. 4 Faktor Penghambat
IV.4.1 Kondisi sosial
Kondisi sosial juga
berpengaruh dalam perjalanan
Kampung Siaga Bencana atau KSB
dimana masih saja ada masyarakat
yang acuh tak acuh dalam
meminimalisir agar tidak terjadi
bencana seperti masih banyaknya
masyarakat Kelurahan Tanjung
Unggat yang membuang sampah
sembarangan sehingga
mengakibatkan tersumbatanya
drainase dan memudahkan terjadinya
banjir. Serta masih adanya
masyarakat yang menimbun tanah
untuk dijadikan pemukiman sehingga
menyebabkan kurangnnya drainase
air atau tanah resapan air. Tanah
resapan air sangat perlu untuk
diperhatikan baik dari pemerintah
maupun dari masyarakat hal ini
didasari oleh wilayah Kelurahan
Tanjung Unggat yang berada di
bawah wilayah Hutan Lindung dan
berada di Pesisir pantai.
IV.4.2 Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang terjadi
apabila ada masyarakat yang sudah
mulai melupakan konsep
penaggulangan bencana. Perubahan
sosial adalah suatu kondisi yang bisa
terjadi di semua lini, sebagai akibat
adanya pergeseran/perubahan dalam
masyarakat, dengan norma, sistem
nilai (value system), kebiasaan (adat
istiadat), pola interaksi, pola
komunikasi, struktur dan hal-hal lain
yang ada di dalamnya, yang turut
berubah seiring dengan perubahan
yang terjadi.
Menanamkan budi pekerti
yang luhur seperti bagaimana
menghormati kebiasaan turun
temurun, menanamkan tata krama
dan membentuk prilaku yang baik
terhadap masyarakat dalam menjaga
lingkungannya adalah pekerjaan
yang tidak mudah namun dengan
adanya upaya dari pemerintah ini
diharapkan masyarakat telah paham
akan pentingnnya dalam menjaga
lingkungannya.
IV.PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan
pembahasan penelitian ini ,
maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Dalam pelaksanaan
Program Kampung Siaga
Bencana Pemerintah Kota
Tanjungpinang telah
berupaya melakukan
kegiatan-kegiatan
pemberdayaan kepada
masyarakat untuk
penanggulangan bencana
berupa penyuluhan
masalah kebencanaan,
pelatihan penanggulangan
bencana, serta praktek
penanggulangan bencana
atau simulasi.
2. Untuk menunjang
keberhasilan pelaksanaan
Program Kampung Siaga
Bencana yang selanjutnya
disebut KSB Pemerintah
Kota Tanjungpinang
melalui Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang telah
melakukan kerja sama
dengan lembaga lainya
guna keberhasilan
program seperti Tagana,
Damkar, Dinkes, dan
BPBD.
3. Faktor penghambat antara
lain yaitu kondisi sosial
dan perubahan sosial, hal-
hal seperti ini sering
terjadi dalam
perkembangan kehidupan
masyarakat ada hal yang
lebih baru hal yang lama
sedikit demi sedikit akan
memudar, ditambah lagi
oleh minimnya fasilitas-
Fasilitas penanggulangan
bencana yang dapat
menghambat
perkembangan
masyarakat.
V.2 Saran
1. Pemberian fasilitas
penanggulangan yang
layak
Masyarakat adalah
sasaran pihak pertama
yang langsung
berhadapan dengan
bencana karena itu
kesiapan masyarakat
menentukan besar
kecilnya dampak bencana
selain itu masyarakat
adalah pelaku penting
untuk mengurangi
kerentanan dengan
meningkatkan
kemampuan diri dalam
menangani bencana,
untuk itu Pemerintah
harus memfasilitasi
keterampilan, sarana dan
prasarana yang
memumpuni bagi mereka
agar masyarakat terus
mampu dalam
menjalankan tugas untuk
penanggulangan bencana.
2. Peningkatan kesadaran
masyarakat.
Program penanggulangan
bencana yang berbasis
masyarakat ini
diharapkan bisa
memberikan kesadaran
penuh kepada masyarakat
dalam menjaga alam dan
kondisi lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik.: Cv Alfabetha;
Bandung.
Arikunto, Suharsini. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek.: Rineka Cipta; Jakarta
Dunn, Wiliam. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Edisi
Kedua).: Gadjah Mada University Press; Yogyakarta
Grindle, Merilee. 1980. Politics and Policy Implementation in the Third
World.: University Press; New Jersey
Labolo, Muhadam.2006. Memahami Ilmu Pemerintahan : Suatu Kajian,
Teori, Konsep, dan Pengembangannya,: PT Raja Grafindo Persada;
Jakarta
Purnomo, Hadi. 2010. Manajemen Bencana, Respon dan Tindakan
Terhadap Bencana.: Media Pressindo; Yogyakarta.
Soehartono, Irawan. 2002. Metode Penelitian Sosial.: Remaja Rosdakarya;
Jakarta
Sugiono. 2005. Metode Penelitian Administratif. : PT. Alfabeta; Bandung
Sumodiningrat, Gunawan, 2002. Membangun Perekonomian Rakyat. :
Pustaka Pela; Yogyakarta
Syafeii. Inu Kencana, 2004. Manajemen Pemerintahan.: PT Pertija;
Jakarta
Wahab, Solichin Abdul. 1997. Analisis Kebijaksanaan.: Bumi Aksara;
Jakarta
Wasistiono, Sadu, 2004. Transparansi Paradigma Pembredayaan
Masyarakat.: STPD; Jatinangor
Widodo, Joko. 2013. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja.: Bayu
Media Publishing; Malang Jawa Timur
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik Teori dan Proses.: PT. Buku Kita;
Jakarta
Dokumen:
Peraturan Mentri Sosial Republik Indonesia Nomor. 128 Tahun 2011
Tentang Kampung Siaga Bencana;
Buku Saku Kampung Siaga Bencana (KSB)
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, Direktorat Jendral
dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia;