6
PERBANDINGAN ANTARA COMPOSTING DENGAN INCENERATOR Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah padat yang dihasilkan dalam industri minyak sawit. Jumlah TKKS ini cukup besar karena hampir sama dengan jumlah produksi minyak sawit mentah. Limbah tersebut belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Komponen terbesar dari TKKS adalah selulosa (40-60 %), disamping komponen lain yang jumlahnya lebih kecil seperti hemiselulosa (20-30 %), dan lignin (15-30 %). Diantara alternatif pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai pupuk organik dengan melakukan pengomposan dan pembakaran (Incenerator) yaitu abu. Pada PKS kapasitas 30 T. TBS/Jam akan menghasilkan tandan kosong sebanyak 23% x 30 T. TBS/Jam x 20 Jam operasi sehari = 23% x 30 x 20 = 138 Ton Janjangan Kosong. Slurry / bubur Limbah dari minyak mentah Non Deluted Decanter menghasilkan Raw Oil dan bubur limbah / slurry bukan solid sebanyak 6,9 T/Jam x 20 Jam sehari = 6,9 x 20 = 138 Ton slurry / hari. Setelah kami analisa ternyata cara pembuatan Composting alur prosesnya menggunakan mekanisme Empty Bunch Press. Dalam Empty Bunch Press telah kami utaran sebelumnya, bahwa pembuatan Empty Bunch Press biayanya sangat mahal. Begitu juga biaya Maintenancenya. Berikut adalah alur proses Empty Bunch Press sampai ke Composting TKKS keluar dari Thresser melalui Horizontal Empty Bunch Conveyor, lalu masuk ke Bunch Elevator. Dari Bunch Elevator ini masuk ke Screder (mesin pencincang janjangan kosong). Di Screder ini TKKS di cincang dengan pisau Screder sampai menjadi Fiber. Dari Screder kemudian TKKS yang sudah menjadi Fiber di masukkan ke Bunch Press untuk di press. Sesuai dengan pengalaman kami yang pernah menggunakan Empty Bunch Press, hasil minyak yang didapat dari pressan Fiber ini hanya 0.2 % minyak yang masih kotor (Sludge + Pasir + Fiber + Air + oil). Kemudian dari Bunch Press Fiber yang telah di press tersebut jatuh ke Screfer Fiber Conveyor untuk kemudian jatuh ke Inclined Empty Bunch Conveyor. Fiber yang jatuh dari hoper Inclinet Conveyor kemudian di pindahkan ke tempat penumpukan fiber yang telah di sediakan dengan menggunakan Loader atau Dump Truck yang disediakan untuk alat pemindah Fiber. Kemudian bahan yang telah dicacah ditumpuk memanjang dengan

incenerator & Composting.pdf

  • Upload
    byond80

  • View
    27

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

informasi seputar inceneterator

Citation preview

Page 1: incenerator & Composting.pdf

PERBANDINGAN ANTARA COMPOSTING DENGAN INCENERATOR

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah padat yang

dihasilkan dalam industri minyak sawit. Jumlah TKKS ini cukup besar karena hampir sama

dengan jumlah produksi minyak sawit mentah. Limbah tersebut belum banyak dimanfaatkan

secara optimal. Komponen terbesar dari TKKS adalah selulosa (40-60 %), disamping

komponen lain yang jumlahnya lebih kecil seperti hemiselulosa (20-30 %), dan lignin (15-30

%). Diantara alternatif pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai pupuk

organik dengan melakukan pengomposan dan pembakaran (Incenerator) yaitu abu.

Pada PKS kapasitas 30 T. TBS/Jam akan menghasilkan tandan kosong sebanyak 23% x 30 T.

TBS/Jam x 20 Jam operasi sehari = 23% x 30 x 20 = 138 Ton Janjangan Kosong.

Slurry / bubur Limbah dari minyak mentah Non Deluted Decanter menghasilkan Raw Oil dan

bubur limbah / slurry bukan solid sebanyak 6,9 T/Jam x 20 Jam sehari = 6,9 x 20 = 138 Ton

slurry / hari.

Setelah kami analisa ternyata cara pembuatan Composting alur prosesnya

menggunakan mekanisme Empty Bunch Press.

Dalam Empty Bunch Press telah kami utaran sebelumnya, bahwa pembuatan Empty Bunch

Press biayanya sangat mahal. Begitu juga biaya Maintenancenya.

Berikut adalah alur proses Empty Bunch Press sampai ke Composting

TKKS keluar dari Thresser melalui Horizontal Empty Bunch Conveyor, lalu masuk ke Bunch

Elevator. Dari Bunch Elevator ini masuk ke Screder (mesin pencincang janjangan kosong).

Di Screder ini TKKS di cincang dengan pisau Screder sampai menjadi Fiber. Dari Screder

kemudian TKKS yang sudah menjadi Fiber di masukkan ke Bunch Press untuk di press.

Sesuai dengan pengalaman kami yang pernah menggunakan Empty Bunch Press, hasil

minyak yang didapat dari pressan Fiber ini hanya 0.2 % minyak yang masih kotor (Sludge +

Pasir + Fiber + Air + oil). Kemudian dari Bunch Press Fiber yang telah di press tersebut jatuh

ke Screfer Fiber Conveyor untuk kemudian jatuh ke Inclined Empty Bunch Conveyor. Fiber

yang jatuh dari hoper Inclinet Conveyor kemudian di pindahkan ke tempat penumpukan fiber

yang telah di sediakan dengan menggunakan Loader atau Dump Truck yang disediakan untuk

alat pemindah Fiber. Kemudian bahan yang telah dicacah ditumpuk memanjang dengan

Page 2: incenerator & Composting.pdf

ukuran lebar sekitar 2,5 meter dan tinggi 1 meter. Selama proses pengomposan tumpukan

tersebut disiram dengan limbah cair yang berasal dari pabrik kelapa sawit berkapasitas 30

ton. Proses pengomposan akan berlangsung dalam waktu 1,5 – 3 bulan. Kompos yang sudah

matang dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:

1. Terjadi perubahan warna menjadi coklat kehitaman

2. Suhu sudah turun dan mendekati suhu pada awal proses pengomposan

3. Jika diremas, TKKS mudah dihancurkan atau mudah putus serat-seratnya

Sebuah areal pengomposan harus memiliki sistem drainase yang memungkinkan air mengalir

dengan lancar sehingga tidak terdapat genangan air pada areal pengomposan. Ketersediaan

air sangat menentukan dalam proses pengomposan untuk memenuhi kelembaban yang

dibutuhkan dalam proses pengomposan, yaitu 50 – 60%.

Proses Pemeraman.

Campuran Cacahan Janjangan Kosong dan Bubur Limbah (Slurry) digelar dilapangan terbuka

dalam barisan berukuran lebar 2,5 m tinggi 1,5 m panjang 50 m. barisan kompos ditutup

dengan plastik oleh mesin Pembalik (Turning Machine) yang dilengkapi dengan rol

penggulung plastik.

Pengadukan Kompos dan Pematangan Kompos.

Apabila suhu kompos naik sampai lewat 60°C maka diaduk oleh mesin pembalik sambil

disemprot dengan limbah Condensat Rebusan. Kegiatan membuka plastik, mengaduk,

menyemprot, menutup kembali dengan plastik dilakukan 1 – 2 kali seminggu. Kompos akan

matang setelah diproses selama 50 hari tanpa tambahan additive (Aktivator untuk

mempercepat pembusukan yang banyak beredar dipasaran yaitu : Stardex, EM4 dan lain -

lain).

Penggudangan dan Pengepakan Kompos

Kompos yang sudah masak di muat ke Dump Truck oleh Loader dan digudangkan dalam

bangunan berlantai beton, beratap seng, dinding setengah terbuka berukuran lebar 8 m

panjang 80 m. Di dalam gudang tersebut dilakukan pengayakkan dengan saringan pasir dan

digonikan untuk selanjutnya dipasarkan.

Page 3: incenerator & Composting.pdf

Luas Lapangan Pemeraman.

Lapangan pemeraman kompos akan memerlukan luas 3 – 4 Ha. Berisi 115 jalur kompos

ukuran lebar 2,5 tinggi 1,5 m panjang 80 m. Apabila disekitar pabrik tidak ada lapangan

kosong, maka pemeraman dapat dilakukan dibawah pohon sawit dewasa tanpa penumbangan.

Penimbunan kompos tersebut ditempatkan pada gawangan mati. Satu hektar (Ha) tanaman

sawit dewasa dapat diisi 9 jalur kompos di gawangan mati. Luas tanaman sawit dewasa untuk

ditempati jalur kompos dengan siklus pemeraman 50 Hari = 22 - 25 Ha.

Urutan Kegiatan dilapangan sebagai berikut :

Kegiatan Minggu Pertama (Ke – 1)

Hasil bahan kompos dari cincangan janjangan kosong + slurry diletakkan pada areal

pengomposan yang terbagi dalam beberapa Blok A s/d S dan setiap blok mempunyai jalur

bervariasi dan rata-rata ada 5 Jalur.

Setelah salah satu jalur sudah terisi oleh bahan kompos, maka dilaksanakan penutupan

dengan plastik (mulai pemeraman) dan sebelum ditutup plastik bahan kompos terlebih dahulu

disiram dengan air limbah kondensat rebusan untuk mempertahankan bahan kompos tetap

basah selama masa pemeraman dan suhu bahan kompos lebih terjaga dalam keadaan stabil

ialah 40 – 50°C, (pencatatan suhu bahan kompos tetap dilakukan).

Kegiatan Miggu Ke 2 s/d Minggu ke 6.

Minggu ke 2 (mulai hari ke 7) bahan kompos yang sudah diperam selama 6 hari dan suhu

naik sampai 60°C maka dilaksanakan pembalikan dan penyiraman dengan air limbah

kondensat rebusan dan ditutup kembali (pencatatan tetap dilakukan).

Kegiatan yang sama seperti tersebut diatas dilakukan berdasarkan pencatatan suhu bahan

kompos setiap harinya dan yang sudah lebih 60°C dilaksanakan pembalikan (setiap

pembalikan dilakukan juga penyiraman dengan kondensat rebusan) dan dilaksanakan selama

5 minggu (Minggu ke 2 s/d Minggu ke 6).

Sebelum dilaksanakan pembalikan terlebih dahulu jalur jalur yang akan dibalik dibuka

plastiknya dengan menggunakan mesin pembalik (Turning Machine), penyiraman

disesuaikan dengan kondisi kelembaban bahan kompos.

Minggu Ke 7 s/d Minggu ke 8.

Bahan kompos yang sudah mengalami pemeraman selama 6 minggu, maka pada minggu ke 7

s/d minggu ke 8 ialah masa pengeringan bahan kompos (menjadi seperti tanah), dimana

Page 4: incenerator & Composting.pdf

pencatatan suhu terus dilakukan dan apabila suhu lebih 60°C segera dilakukan pembalikan

tanpa penyiraman. Untuk mempercepat pengeringan dan penyempurnaan bentuk bahan

kompos maka pembalikan dilakukan (4-7) kali seminggu dan semakin sering semakin baik.

Catatan : Pada masa pengeringan dan pembentukan bahan kompos akan terjadi penyesuaian

PH dari 8 – 9 menjadi PH 6 – 7,5 pembentukan warna menjadi hitam kecoklat-coklatan.

Jumlah Kompos Yang Dihasilkan.

Jumlah kompos yang dihasilkan ± 20% dari bahan. Jumlah bahan kompos = 138 T + 138 T =

276 Ton / Hari = 20% x 276 T = 55,2 T. Kompos / hari. Satu tahun hasil kompos = 55,2 x 25

x 12 = 16.560 T. Kompos Organik / tahun.

Kandungan Nutrisi dalam Kompos TKKS Nilai (%) Air 45-50 Abu 12,60 N 2 – 3 C 35,10 P 0,2 – 0,4 K 4 – 6 Ca 1 – 2 Mg 0,8 – 1,0 C/N 15,03 Bahan Organik >50%

Berikut adalah alur proses Incenerator sampai menjadi Compos

TKKS keluar dari Thresser melalui Horizontal Empty Bunch Conveyor lalu masuk Inclinet

Empty Bunch Conveyor kemudian dari hoper TKKS di masukkan ke dalam Incenerator

untuk di bakar .

Incenerator dibuat bersisi segi delapan, setiap sisinya dilengkapi dengan pintu untuk

mengatur angin. Dinding bagian dalam dan luar dilapisi batu bata press mesin yang tahan api,

dilengkapi dengan pipa pembuangan hawa. Atap dibuat berbentuk kerucut dari baja lunak

yang dilengkapi dengan corong.

TKKS yang sudah tebakar dan menjadi abu kemudian di keluarkan dari pintu Main Hole dan

di digudangkan dalam bangunan berlantai beton, beratap seng, dinding setengah terbuka

berukuran lebar 8 m panjang 50 m.

Page 5: incenerator & Composting.pdf

Di dalam gudang tersebut dilakukan pengayakkan dengan saringan pasir dan digonikan untuk

selanjutnya dipasarkan.

Hasil abu yang di peroleh adalah = 10.8 % dari Capasitas .

Maka 10.8 % x 138 T = 13.8 T abu/hari = 13.8 x 25 x 12 = 4.140 T abu/tahun

Dalam proses pembakaran TKKS ini akan menghasilkan abu janjangan dengan unsur unsur

sebagai berikut :

- K. 20 = 30 - 40 %

- P205 = 7%

- Ca O = 9 %

- Mg O = 3 %

Unsur Hara Mikro

- Fe = 1200 ppm

- Co = 100 ppm

- Mn = 100 ppm

- Zn = 100 ppm

Kesimpulan:

A. Composting

1. Biaya pembuatan dari Composting sangat tinggi (berkisar : 14 – 20 Miliar)

2. Banyaknya peralatan yang digunakan mengakibatkan tingginya biaya Maintenance

Contoh. Harga 1 buah scruw pressnya ± 500 – 700 juta.

HM pemakaian 1500 jam

Recondisi 2 kali

HM pemakaian rekondisi 700 jam

Belum lagi pisau pencincangnya yang harganya juga mahal. Dan conveyor,

Truss bearing, as press, press cage dll.

Selain itu dalam proses Composting juga harus menyediakan:

- 1 unit Loader sebagai alat untuk memuat Fiber ke Dump Truck.

- 1 unit Dump Truck sebagai alat transpostasi pengangkutan fiber dari Hoper

Inclinet ke tempat penjemuran dan dari penjemuran ke gudang

Page 6: incenerator & Composting.pdf

- 1 unit mesin Pembalik (Turning Machine) yang dilengkapi dengan rol

penggulung plastik yang bertujuan untuk membalikkan fiber yang sedang di

jemur.

- 1 unit Pompa dan motoran untuk alat memompakan air limah ke fiber.

- Banyak menggunakan plastik sebagai penutup fiber.

3. Lamanya Rotasi dalam proses composting yaitu berkisar antara 1.5 – 3 bulan,

mengakibatkan akan menggunakan lahan yang sangat luas untuk tempat penjemuran

dan proses pembuatan compos.

4. Memerlukan gudang yang sangat besar.

B. Incenerator

1. Biaya pembuatan Incenerator murah (berkisar : 500 juta – 1.5 Miliar)

2. Tidak ada menggunakan alat mekanikal sehingga untuk biaya Maintenance

mekanikalnya tidak ada.

3. Tidak ada menggunakan alat transport.

4. Memerlukan gudang yang kecil.

5. Untuk mendapatkan izin pembuatan Incenerator sulit.

Saran:

Besarnya biaya pembuatan dan perawatan, serta banyaknya mengunakan lahan dan

banyaknya menggunakan peralatan membuat pertimbangan kami untuk menyarankan

tidak menggunakan Composting.

Sebagai alternatif dan antisifasi limbah TKKS kami menganjurkan untuk membuat

Incenerator.

PT. ANUGERAH LANGKAT MAKMUR

Medan, 30 Mei 2011

Teknik & Teknologi