Upload
others
View
91
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
INDIVIDUAL DEVELOPMENT PLAN (IDP)
EXECUTIVE EDUCATION (EE) II BATCH 3 TAHUN 2021
STRATEGI PERCEPATAN PENYAJIAN DATA POTENSI PENARIKAN PINJAMAN
MELALUI DIGITALISASI BRIDGING FINANCE MONITORING DI PT. PLN (PERSERO)
Nama : INTAN STIASTUTI
NIP : 8408347Z
Jabatan : MANAJER PENGELUARAN INVESTASI 1
DIVISI PERBENDAHARAAN
PT PLN (PERSERO) KANTOR PUSAT
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah rahmat dan karunia-Nya
seluruh rangkaian kegiatan dalam Diklat Executive Education-2 (EE-2) Batch 3 Tahun 2021 PT. PLN
(Persero) ini dapat diselesaikan dengan baik, ditandai dengan selesainya penyusunan laporan
Individual Development Program (IDP) ini. Adapun pengembangan kompetensi individu penulis
menggunakan sarana Project Assignment dengan judul “STRATEGI PERCEPATAN PENYAJIAN
DATA POTENSI PENARIKAN PINJAMAN MELALUI DIGITALISASI BRIDGING FINANCE
MONITORING DI PT. PLN (PERSERO))”.
Selama penyusunan dan pelaksanaan Individual Development Program ini, Penulis banyak
mendapatkan dukungan dan masukan dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini ijinkan Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Iskandar Executive Vice President Divisi Perbendaharaan PT PLN (Persero) Kantor
Pusat selaku mentor pelaksanaan kegiatan Individual Development Program, EE II Batch 3
Tahun 2021.
2. Bapak Akhmad Bustami Vice President Bidang Pengeluaran Investasi Divisi
Perbendaharaan PT PLN (Persero) Kantor Pusat selaku co-mentor pelaksanaan kegiatan
Individual Development Program, EE II Batch 3 Tahun 2021.
3. Ibu Yenni Djajalaksana coach dari SBMITB selaku coach dan pembimbing Individual
Development
4. GM PLN Corporate University (Pusdiklat PLN), dan seluruh jajaran Pusdiklat yang telah
memfasilitasi seluruh program kegiatan EE II Batch 3 Tahun 2021.
5. Manager Udiklat Jakarta dan seluruh jajaran Udiklat Jakarta yang telah memfasilitasi seluruh
rangkaian program EE II Batch 3 Tahun 2021 dengan sangat baik.
6. Bidang Pengeluaran Investasi Divisi Perbendaharaan PT. PLN (Persero) Kantor Pusat
sebagai Mitra Kerja yang telah mendukung keberhasilan pelaksanaan IDP ini.
7. Rekan-rekan Tim Pengembang dari DIV STI & Developer PT Akhdani Reka Solusi, dan para
pihak lainnya yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu penyelesaian IDP ini
yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari Laporan Individual Development Program ini masih perlu disempurnakan lagi,
sehingga semua masukan dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan laporan ini. Akhir kata
semoga laporan ini selain dapat memberikan manfaat kepada penulis secara pribadi, juga dapat
memberikan kontribusi ke perusahaan menuju “PLN Terbaik”.
Jakarta, 8 Oktober 2021
3
EXECUTIVE SUMMARY
Individual Development Program merupakan salah satu rangkaian program Executive Education II
untuk Manajemen Menengah PLN, yang bertujuan untuk meningkatkan soft competency peserta
melalui sebuah Project Assignment. Kompetensi yang perlu ditingkatkan melalui Project Assignment
ini adalah kompetensi Cultivating Network & partnership, Strategic Analysis, Execution merupakan
kompetensi mendasar yang harus dikuasai dan dimiliki Penulis dalam rangka meningkatkan kinerja
Bidang Keuangan PT PLN (Persero) Kantor Pusat guna mendukung kesehatan keuangan
perusahaan melalui Project “Strategi Percepatan Penyajian Data Potensi Penarikan Pinjaman
Melalui Digitalisasi Bridging Finance Monitoring di PT. PLN (Persero)”.
Dalam project tersebut yang menjadi sasaran fokus penulis adalah pengelolaan pinjaman investasi
dedicated project atau biasa disebut project loan khususnya penyediaan data potensi penarikan
pinjaman. Setiap penarikan pinjaman menimbulkan beban bunga pinjaman. Rate beban bunga
pinjaman loan dedicated project umumnya lebih kecil dibanding pinjaman lainnya seperti Kredit Modal
Kerja (KMK), kredit CAPEX, atau kredit TLF oleh karena itu penarikan pinjaman loan dedicated
project diutamakan penggunaanya
PLN dalam mendanai kegiatan investasi menggunakan pinjaman, salah satu sumber dana pinjaman
yaitu dari lender B2B berupa Loan Export Credit Agency (ECA), Pinjaman Sindikasi bank lokal
dengan jaminan pemerintah yang merupakan loan dedicated project / khusus peruntukannya pada
suatu proyek tertentu. Mekanisme penarikan dana loan dedicated project yaitu direct lending dimana
lender melakukan pembayaran invoice ke vendor PLN secara langsung dan mekanisme reimburse
dimana PLN membayar terlebih dahulu invoice vendor kemudian nilai yang dibayarkan diajukan
permohonan reimburse ke Lender. Adapun aktifitas PLN melakukan pembayaran terlebih dahulu
menggunakan likuiditas PLN pada mekanisme reimburse umumnya disebut bridging finance.
Aktifitas bridging finance dicatat sebagai data nilai potensi penarikan pinjaman. Data tersebut menjadi
sangat penting untuk dapat disajikan dalam waktu yang cepat, real time dan akurat terutama pada
saat evaluasi rencana pemenuhan kebutuhan likuiditas perusahaan. Dengan adanya berbagai
sumber dana di PLN, untuk menentukan penarikan pinjaman apa dan nilai berapa yang paling
optimal dengan nilai beban bunga termurah dan pertimbangan lainnya maka data potensi penarikan
pinjaman dari bridging finance menjadi salah satu komponen yang perlu diperhitungkan.
Saat ini data potensi penarikan pinjaman masih dikelola secara manual menggunakan aplikasi excel
sederhana dan dilaporkan setiap awal bulan berikutnya sehingga data tersebut tidak dapat disajikan
secara cepat, real time dan akurat. Dengan memperhatikan pentingnya data tersebut bagi
perusahaan maka diusulkan improvement pengelolaan data sesuai PA Pegawai yaitu “Strategi
Percepatan Penyajian Data Potensi Penarikan Pinjaman Melalui Digitalisasi Bridging Finance
Monitoring di PT. PLN (Persero)”
4
Dalam melakukan program IDP, tahapan-tahapan yang dilakukan oleh penulis adalah:
1. Melakukan pengumpulan data & pemetaan masalah
Dalam tahap ini perlu dilakukan koordinasi dengan Divisi Keuangan (DIV KEU) untuk
mendapatkan gambaran rate beban bunga masing-masing jenis pinjaman yang ada di
PLN, data ini diperlukan untuk menunjukan urgency dari project ini.
Selain itu dilakukan simulasi alternatif pemenuhan dana dengan penarikan project loan
dikaitkan dengan kondisi likuiditas perusahaan. Hasil simulasi penarikan pinjaman saat
likuiditas PLN mengalami kelebihan likuiditas / likuiditas di atas mínimum cash balance
menunjukan inefisiensi beban bunga, dan pilihan keputusan pemenuhan likuiditas yang
terbaik saat itu adalah menahan penarikan pinjaman.
Kemudian dalam pemetaan masalah dilakukan brainstorming dengan internal Bidang
Pengeluaran Investasi untuk mencari akar permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan
data potensi penarikan pinjaman yang ada saat ini menggunakan Tools SWOT Analysis.
Adapun hasil pemetaan masalah melalui SWOT Analysis didapatkan permasalahan utama
yaitu belum ada system digital pelaporan yang dapat digunakan. Pengelolaan data potensi
penarikan masing dilakukan secara manual dimana data bulan H diolah pada awal periode
bulan berikutnya kurang lebih 3 hari kerja untuk mendapatkan nilai potensi penarikan
bulan sebelumnya. Proses pengolahan data dilakukan pada bulan berikutnya karena
terdapat proses compile data dari PIC masing-masing verifikator pembayaran project atau
dokumen pembayaran hard copy yang di-entry kedalam file excel.
Pada tahap ini aktifitas-aktifitas yang dilakukan menunjukan pengembangan kompetensi
Cultivating Network & partnership, prilaku kunci memperluas pemikiran dan
kompetensi.
2. Membuat Alternatif Solusi
Dalam tahap ini dilakukan Desain Thinking menggunakan SWOT-TOWS Strategy untuk
mendapatkan alternatif solusi dan menetapkan solusi terbaik.
Adapun hasil pengembangan alternatif solusi tersebut didapatkan pilihan strategi
mengembangkan Aplikasi Financial Integration Execution (Aplikasi FIX) yang telah ada di
PLN untuk mempercepat penyajian data bridging finance monitoring.
Bersamaan dengan penyusunan alternatif strategi, dilakukan koordinasi dengan staff
pengelola Aplikasi FIX di Divisi Sistem Teknologi Informasi (DIV STI) untuk memastikan
kemungkinan bahwa aplikasi tersebut dapat dikembangkan untuk kebutuhan data potensi
penarikan pinjaman.
Pemilihan strategi pengembangan Aplikasi FIX kemudian ditindaklanjuti dengan
penyampaian Nota Dinas Change Request Aplikasi FIX untuk mendapatkan data potensi
penarikan pinjaman melalui Aplikasi tersebut.
5
Pada tahap ini aktifitas-aktifitas yang dilakukan menunjukan pengembangan kompetensi
Cultivating Network & partnership dengan prilaku kunci memperluas pemikiran,
kompetensi Cultivating Network & partnership dengan prilaku kunci menetapkan tujuan
dan mengembangkan solusi, kompetensi Strategic Analysis dengan prilaku kunci
menentukan prioritas strategi.
3. Merancang PROBIS ToBe & membuat desain Aplikasi
Dalam tahap ini dilakukan rapat koordinasi mingguan dengan tim pengembangan aplikasi
untuk membuat design proses bisnis to be untuk mendapatkan gambaran tahapan-
tahapan aktifitas dalam pengolahan data di system FIX yang akan dilakukan oleh user
nantinya. Design aplikasi baik features maupun dashboard yang akan dikembangkan juga
disusun sesuai kebutuhan user.
Pada tahap ini aktifitas-aktifitas yang dilakukan menunjukan pengembangan kompetensi
Cultivating Network & partnership dengan prilaku kunci memperluas pemikiran,
kompetensi Execution dengan prilaku kunci mengukur kemajuan dan hasil, Execution
dengan prilaku kunci memastikan akuntabilitas.
4. Melaksanakan Implementasi
Pada tahap ini dilakukan proses Pengujian, UAT, Training User, dan Go live. Proses
pengujian dilakukan untuk menguji features dengan melakukan simulasi aktifitas mapping
loan, mapping invoice loan, entry realisasi pembayaran, entry usulan penarikan pinjaman,
dan entry data Notice of Disbursement (NOD) / bukti dari lender bahwa loan sudah ditarik
kemudian mengecek kesesuaian perubahan data direkap data loan setelah masing-
masing step/aktifitas tersebut sudah dilakukan. Kegiatan ini dilakukan pada Aplikasi FIX
versi training.
User Acceptance Testing (UAT) dilakukan untuk menguji lebih lanjut Aplikasi FIX dengan
design & features final / yang akan digunakan oleh user. Tahapan selanjutnya adalah
Training User baik di Unit maupun User di PLN Pusat. Kemudian tahap terakhir adalah Go
Live Aplikasi.
Pada tahap ini aktifitas-aktifitas yang dilakukan menunjukan pengembangan kompetensi
Execution dengan prilaku kunci mengukur kemajuan dan hasil, Execution dengan prilaku
kunci memastikan akuntabilitas.
Tahapan-tahapan pelaksanaan Project Assignment Program IDP tersebut di atas dibuatkan sebuah
kajian risiko untuk memitigasi risiko-risiko yang mungkin muncul saat pelaksanaan project dan
menurunkan dampaknya jika terjadi sehingga Project Assigment tersebut dapat dilaksanakan dengan
lancar. Adapun aktifitas penyusunan kajian risiko yang dilakukan menunjukan pengembangan
komepetensi Strategic Analysis dengan prilaku kunci memperhitungkan risiko.
Pelaksanaan program IDP melalui project “Strategi Percepatan Penyajian Data Potensi Penarikan
Pinjaman Melalui Digitalisasi Bridging Finance Monitoring di PT. PLN (Persero)” ini dapat digunakan
sebagai wahana untuk meningkatkan dan mendemonstrasikan soft competency Cultivating Network
& partnership, Strategic Analysis, Execution, yang merupakan tujuan utama dari Individual
6
Development Program yang merupakan bagian akhir dan penting dari program pendidikan Executive
Education II untuk para Manajemen Menengah.
7
DAFTAR ISI
EXECUTIVE SUMMARY ..................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... 7
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................. 8
DAFTAR TABEL .................................................................................................................................. 9
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................... 10
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 10
1.1.1 Pengembangan Kompetensi ............................................................................................ 10
1.1.1.1 Kompentensi dan Prilaku Kunci Sasaran ...................................................................... 10
1.1.1.2 Kekuatan dan Dukungan .............................................................................................. 12
1.1.1.3 Situasi Organisasi ........................................................................................................... 13
1.1.2 Pembelajaran Mandiri ...................................................................................................... 15
1.1.3 Program ........................................................................................................................... 16
1.2 Tujuan Dan Sasaran .................................................................................................................... 22
1.2.1 Tujuan ................................................................................................................................... 22
1.2.2 Sasaran ................................................................................................................................. 22
1.3 Manfaat........................................................................................................................................ 23
1.3.1 Manfaat Personal ............................................................................................................. 23
1.3.2 Manfaat Bagi Organisasi .................................................................................................. 23
BAB II. PELAKSANAAN PROGRAM ................................................................................................ 29
2.1. Hasil Pembelajaran Mandiri ................................................................................................. 29
2.2. Pelaksanaan Program ......................................................................................................... 43
2.2.1. Menyusun Program Kerja ............................................................................................. 43
2.2.2. Pelaksanaan Tahapan Program ................................................................................... 43
BAB III. PENUTUP ............................................................................................................................ 55
3.1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 55
3.2. Rekomendasi ....................................................................................................................... 56
8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sumber Pendaan PLN ...................................................................................................... 16
Gambar 2. Mothly Cash Balance 2020-2021 ...................................................................................... 17
Gambar 3. Program Individual Development Program ....................................................................... 23
Gambar 4. Worksheet Perumusan WIG ............................................................................................. 32
Gambar 5. SWOT-TOWS Strategi ..................................................................................................... 35
Gambar 6. Design Thinking Infographics ........................................................................................... 36
Gambar 7. Proses Manjemen Risiko dalam ISO 31000: 2018 ........................................................... 39
Gambar 8. Alur Proses Project ........................................................................................................... 40
Gambar 9. Peta Risiko Bridging Finance Monitoring sebelum Mitigasi Risk ....................................... 41
Gambar 10. Peta Risiko Bridging Finance Monitoring setelah Mitigasi Risk ....................................... 42
Gambar 11. Contoh Nota Dinas Permintaan Data & Undangan Rapat terkait Pinjaman .................... 44
Gambar 12. Contoh Nota Dinas Koordinasi Antar Bidang di Divisi Perbendaharaan Terkait Pinjaman
.......................................................................................................................................................... 44
Gambar 13. Penyampaian Laporan Saldo Bridging........................................................................... 45
Gambar 14. Perkembangan Aplikasi FIX ........................................................................................... 46
Gambar 15. ND CR Aplikasi FIX ........................................................................................................ 47
Gambar 16. Rancangan Produk ......................................................................................................... 47
Gambar 17. Rapat Koordinasi Awal Bersama Tim ............................................................................. 48
Gambar 18. Desain Aplikasi Fix-Modul Loan Management ................................................................ 48
Gambar 19. Dashbord Aplikasi FIX - Master Loan ............................................................................. 49
Gambar 20. Surat Undangan Sosialiasai & Training Aplikasi FIX Fungsi Loan Management ............. 51
Gambar 21. Dokumentasi pelaksanaan Sosialisasi & Training Aplikasi FIX Fungsi Loan Management
.......................................................................................................................................................... 52
Gambar 22. Surat Perihal Implementasi Fungsi Loan Management pada Aplikasi FIX ...................... 54
9
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Evaluasi Diri & Evaluasi Situasi Organisasi .......................................................................... 13
Tabel 2. Rencana Pembelajaran Mandiri............................................................................................ 15
Tabel 3. Contoh Simulasi Perhitungan Efisiensi Beban Bunga ........................................................... 18
Tabel 4. KPI Direktorat Keuangan & Manajemen Risiko PT PLN (Persero) ....................................... 21
Tabel 5. Ringkasan Program .............................................................................................................. 24
Tabel 6. Timeline Program ................................................................................................................. 26
Tabel 7. Kriteria Tingkat Kemungkinan Risiko korporat ...................................................................... 40
Tabel 8. Identifikasi Risiko .................................................................................................................. 41
Tabel 9. Kontrol Risiko ....................................................................................................................... 42
Tabel 10. Deskripsi Risiko .................................................................................................................. 43
Tabel 11. Program Kerja .................................................................................................................... 43
Tabel 12. Daftar Hadir Peserta Sosialisasi & Training ........................................................................ 53
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PLN dalam mendanai kegiatan investasi menggunakan pinjaman, salah satu sumber dana
pinjaman yaitu dari lender B2B berupa Loan Export Credit Agency (ECA), Pinjaman Sindikasi
bank lokal dengan jaminan pemerintah yang merupakan loan dedicated project / khusus
peruntukannya pada suatu proyek tertentu. Mekanisme penarikan dana loan dedicated project
yaitu direct lending dimana lender melakukan pembayaran invoice ke vendor PLN secara
langsung dan mekanisme reimburse dimana PLN membayar terlebih dahulu invoice vendor
kemudian nilai yang dibayarkan diajukan permohonan reimburse ke Lender. Adapun aktifitas PLN
melakukan pembayaran terlebih dahulu menggunakan likuiditas PLN pada mekanisme reimburse
biasa disebut bridging finance.
Aktifitas bridging finance dicatat sebagai data nilai potensi penarikan pinjaman. Data tersebut
menjadi sangat penting untuk dapat disajikan dalam waktu yang cepat, real time dan akurat
terutama pada saat evaluasi rencana pemenuhan kebutuhan likuiditas perusahaan. Dengan
adanya berbagai sumber pendanaan di PLN, untuk menentukan penarikan pinjaman apa dan nilai
berapa yang paling optimal dengan nilai beban bunga termurah dan pertimbangan lainnya maka
data potensi penarikan pinjaman dari bridging finance menjadi salah satu komponen perlu yang
diperhitungkan.
Saat ini data potensi penarikan pinjaman masih dikelola secara manual menggunakan aplikasi
excel sederhana sehingga data tersebut tidak dapat disajikan secara cepat, real time dan akurat.
Dengan memperhatikan pentingnya data tersebut bagi perusahaan maka diusulkan improvement
pengelolaan data sesuai PA Pegawai yaitu “Strategi Perpercepatan Penyajian Data Potensi
Penarikan Pinjaman melalui Digitalisasi Bridging Finance Monitoring di PT. PLN (Persero)”
1.1.1 Pengembangan Kompetensi
1.1.1.1 Kompentensi dan Prilaku Kunci Sasaran
Berdasarkan hasil assessment pada 18 kompentensi peran yang harus dipenuhi pegawai
untuk menduduki level jabatan Manajemen Menengah, terdapat 3 kompetensi peran yang
score-nya belum memenuhi yaitu kompetensi Cultivating Network & partnership, Strategic
Analysis, Execution.
11
Dalam program pengembangan IDP pegawai disyaratkan untuk memilih 3 kompentensi yang
akan dikembangkan. Adapun 3 kompentensi peran yang akan dikembangkan adalah
kompetensi Cultivating Network & partnership, Strategic Analysis, Execution dengan masing-
masing prilaku kunci / key behavior (keybe) sebagai berikut:
1. Kompetensi Cultivating Network & partnership.
Kompetensi Cultivating Network & partnership sesuai Direktori Kompetensi adalah
kemampuan menginisiasi dan menjaga hubungan kemitraan strategis dengan
pemangku kepentingan dan calon mitra di dalam dan luar organisasi (contoh:
pelanggan, rekan kerja, mitra lintas fungsi, vendor eksternal, mitra aliansi) yang
bersedia dan mampu untuk bertukar informasi, ide, keahlian, dan/atau pengaruh yang
dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman akan isu-isu bisnis dan mencapai tujuan
bisnis.
a. Keybe: Memperluas pemikiran.
Mengajukan sudut pandang organisasi yang lebih luas yang melampaui tujuan dari
unit bisnis atau peran kerja secara langsung; mempertanyakan tentang kondisi
kemitraan yang ada; menampilkan fleksibilitas ketika membangun dan
menyesuaikan kembali kemitraan untuk mencapai tujuan yang lebih luas;
menunjukkan kesediaan untuk bekerja melampaui lingkup yang ada.
b. Keybe: Menetapkan tujuan dan mengembangkan solusi.
Menetapkan tujuan dari suatu hubungan kemitraan strategis dan mengembangkan
solusi untuk mencapai tujuan bisnis bersama.
2. Kompetensi Strategic Analysis.
Kompetensi Strategic Analysis sesuai Direktori Kompetensi adalah menetapkan dan
berkomitmen pada fokus bisnis jangka panjang yang merupakan hasil dari analisis
terhadap informasi yang sistematis serta pertimbangan terhadap sumber daya, faktor
pendorong pasar, nilai-nilai organisasi, pertumbuhan ekonomi, kemajuan teknologi dan
regulasi yang terkait.
a. Keybe: Menentukan prioritas strategi.
Menghasilkan sejumlah opsi untuk mencapai sasaran jangka panjang atau visi;
mengembangkan kriteria untuk pembuatan keputusan, mempertimbangkan faktor-
faktor yang relevan dan dampak dari strategi yang dipilih terhadap bisnis
organisasi; fokus kepada upaya dan sumber daya dari prioritas strategi yang
memiliki potensi terbesar untuk menghasilkan dampak yang positif.
b. Keybe: Memperhitungkan resiko.
Memperhitungkan risiko atas keputusan strategis yang diambil.
12
3. Kompetensi Execution.
Kompetensi Execution sesuai Direktori Kompetensi adalah Memastikan orang lain
berkontribusi terhadap strategi organisasi dengan memfokuskan mereka pada
prioritas yang paling penting, mengukur kemajuan dan memastikan akuntabilitas
terhadap ukuran-ukuran yang telah ditetapkan.
a. Keybe: Mengukur kemajuan dan hasil.
Mengidentifikasi sasaran, tindak lanjut, serta kemajuan dan hasil yang telah
diukur secara kuantitatif; memantau dan menyampaikan kemajuan dan
pencapaian.
b. Keybe: Memastikan akuntabilitas.
Menetapkan prioritas dan memperkuat tanggung jawab individu untuk setiap
kemajuan yang terukur; mengomunikasikan konsekuensi tentang tercapainya
atau tidak tercapainya ekspektasi; mengidentifikasi pengukuran agar tetap pada
jalurnya dan hal-hal yang paling berisiko; memenunjukkan kesenjangan
keterampilan.
Pengembangan ketiga soft competency tersebut beserta dengan perilaku kuncinya akan
membantu penulis untuk dapat melaksanakan tugas untuk menjalankan Manajemen
Keuangan yang baik pada saat ini maupun untuk ke depannya.
1.1.1.2 Kekuatan dan Dukungan
Dalam mendukung pengembangan kompetensi yang dipilih terdapat kekuatan-kekuatan
personal (personal strength) dan dukungan-dukungan organisasi dimiliki saat ini
(professional/ organizational strength) sebagai berikut:
Kekuatan-kekuatan personal:
1. Memahami proses bisnis.
2. Mampu beradaptasi.
3. Teliti.
4. Anggota tim yang mumpuni.
5. Koordinasi tim yang baik.
Dukungan organisasi:
1. Pimpinan mendukung agar pegawai dapat mengurangi pekerjaan manual yang
menghabiskan banyak waktu dan memperbanyak aktivitas pekerjaan yang bersifat
analisis.
2. Adanya Divisi Sistem dan Teknologi Informasi Bidang Aplikasi Layanan Korporat yang
bertanggung jawab menganalisis kebutuhan teknologi informasi berdasarkan strategi
perusahaan dan kebutuhan pemilik proses bisnis (demand driven) agar dapat
terotomatisasi.
13
1.1.1.3 Situasi Organisasi
Untuk melihat situasi Organisasi saat ini dapat dilihat dari sisi internal perusahaan maupun
external perusahan sebagai berikut:
• Strength (internal)
1) PLN mendapat dukungan Pemerintah berupa Jaminan atas pinjaman PLN pada
Bank dalam negeri sehingga rate pinjaman menjadi lebih murah.
2) PLN mendapatkan sumber dana lain dalam kegiatan investasi berupa pinjaman
Business to Business (B2B) Loan Export Credit Agency (ECA) khusus proyek
tertentu (dedicated project) sehingga tidak perlu meminjam ke Lembaga
Keuangan yang memerlukan jaminan anggunan/ collacteral.
• Weakness (internal)
Pengelolaan data potensi penarikan pinjaman di PLN masih manual menggunakan
aplikasi Excel.
• Opportunities:
1) Terdapat Aplikasi Financial Integration Execution (FIX) yang mengelola data
anggaran, invoice dan realisasi pembayaran.
2) Nilai Perusahaan Adaptive pada AKHLAK. Manajemen PLN mendukung
improvement pekerjaan melalui digitalisasi proses pekerjaan.
• Threat
Bunga pinjaman atas pendanaan kegiatan investasi dapat mempengaruhi
sustainability keuangan perusahan.
Hasil refleksi dan evaluasi atas ketiga poin di atas dapat diringkas dalam Tabel 1.
Tabel 1.
Evaluasi Diri & Evaluasi Situasi Organisasi
No. Kompetensi
Sasaran
Perilaku Kunci
Sasaran
Kekuatan
Personal
Dukungan
Organisasi
Situasi Organisasi Rumusan
Permasalahan
1 CNP
(Cultivating
Network &
partnership)
Memperluas
pemikiran.
Menetapkan
tujuan dan
mengembangkan
solusi
● Memahami
proses bisnis.
● Mampu
beradaptasi.
● Teliti.
● Anggota tim
yang mumpuni.
● Koordinasi tim
baik.
Pimpinan
mendukung agar
pegawai dapat
mengurangi
pekerjaan manual
yang
menghabiskan
banyak waktu dan
memperbanyak
● Strength (internal)
1. PLN mendapat
dukungan Pemerintah
berupa Jaminan atas
pinjaman PLN pada
Bank dalam negeri
sehingga rate
pinjaman menjadi
lebih murah.
Data potensi
penarikan
pinjaman
dedicated Project
tidak dapat
dipenuhi secara
cepat, real time
dan akurat
14
aktivitas
pekerjaan yang
bersifat analisis.
Adanya Divisi
Sistem dan
Teknologi
Informasi Bidang
Aplikasi
Layanan
Korporat yang
bertanggung
jawab
menganalisis
kebutuhan
teknologi
informasi
berdasarkan
strategi
perusahaan dan
kebutuhan pemilik
proses bisnis
(demand driven)
agar dapat
terotomatisasi.
2. PLN mendapatkan
sumber dana lain
dalam kegiatan
investasi berupa
pinjaman Business
to Business (B2B)
Loan Export Credit
Agency (ECA)
khusus proyek
tertentu (dedicated
project) sehingga
tidak perlu
meminjam ke
Lembaga
Keuangan yang
memerlukan
jaminan anggunan/
collacteral.
● Weakness (internal)
Pengelolaan data
potensi penarikan
pinjaman di PLN
masih manual
menggunakan
aplikasi Excel.
● Opportunities:
1. Terdapat Aplikasi
Financial Integration
Execution (FIX) yang
mengelola data
anggaran, hingga
realisasinya yang
masih bisa
dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan
data potensi
penarikan pinjaman.
2. Nilai Perusahaan
Adaptive pada
AKHLAK. Manajemen
PLN mendukung
improvement
pekerjaan melalui
digitalisasi proses
pekerjaan.
sehingga
keputusan
pemenuhan
likuiditas
perusahaan
menjadi kurang
optimal.
15
● Threat:
Bunga pinjaman atas
pendanaan kegiatan
investasi dapat
mempengaruhi
sustainability keuangan
perusahan.
2 SAN-Strategic
Analysis Menentukan
prioritas strategi.
Memperhitungkan
resiko.
3 EXE-
Execution Mengukur
kemajuan dan
hasil.
Memastikan
akuntabilitas.
1.1.2 Pembelajaran Mandiri
Tabel 2.
Rencana Pembelajaran Mandiri
No. Rencana Materi Pembelajaran Mandiri Timeline
1. The 4 Disciplines of Execution untuk meningkatkan
kompetensi Execution
5 Juli s/d 30 Juli 2021
2. The Performance Prism untuk meningkatkan
kompetensi Cultivating Network & Partnership.
5 Juli s/d 30 Juli 2021
3. Good Strategy Bad Strategy untuk meningkatkan
kompetensi Strategy Analysis.
5 Juli s/d 9 Juli 2021
4. Materi Diklat Manajemen Risiko.
5 Juli s/d 16 Juli 2021
16
1.1.3 Program
Nama program: Individu Develoment Program melalui Project Assignment berupa
“Strategi Percepatan Penyajian Data Potensi Penarikan Pinjaman Melalui Digitalisasi Bridging
Finance Monitoring di PT. PLN (Persero).”
Sumber Pendanaan di PLN sebagai berikut:
Gambar 1.
Sumber Pendaan PLN
Dapat dijelaskan per sumber dana sebagai berikut:
1) Penyertaan Modal Negara (PMN): Injeksi Modal ke PLN secara tunai untuk mendanai
kegiatan investasi PLN.
2) Penerusan Pinjaman (SLA): Pinjaman yang diteruskan dari pinjaman
mulilateral/bilateral yang akan dilakukan antara Negara Donor/Bank dengan
Pemerintah RI yang selanjutnya diteruskan ke PLN.
3) Pinjaman Dalam Negeri: Pinjaman Komersial Bank Dalam Negeri dengan /tanpa
Jaminan Pemerintah.
4) Pinjaman Luar Negeri: Pinjaman Langsung Luar Negeri dengan/tanpa jaminan
pemerintah (ECA, Multilateral Agency, Development Bank, Bank Komersial).
Adapun keterbatasan dalam pendanaan Luar Negeri sebagai berikut:
1) Sangat terpengaruh pada issue coal related di PLN, membatasi likuiditas money
market yang dapat diakses oleh PLN dalam pasar konvensional.
2) Dalam masa pademi covid spread atas pembiayaan menjadi lebih tinggi seiring
naiknya risiko berinvestasi di Indonesia.
3) Currency Mismatch, karena penerimaan PLN seluruhnya dalam denominasi Rupiah.
17
4) Sangat mempengaruhi profit dan loss PLN yang ditrigger oleh perubahan kurs.
5) Portfolio pinjaman PLN dalam Valas sudah sangat besar, sehingga pinjaman baru
denominasi foreign currency perlu diminimalisir.
6) Kebutuhan PLN dalam valas sangat besar, sehingga transaksi PLN dalam valas perlu
dipertimbangkan secara matang, sebab tidak hanya mempengaruhi portfolio PLN
tetapi juga akan berdampak pada devisi negara.
Keterbatasan Pendanaan Domestik di PLN sebagai berikut:
1) Bank domestik sebagai sumber pendaan terbesar nasional mempunyai keterbatasan
penyaluran kredit, yaitu batas maksimum pemberian kredit (BMPK) yang dihitung dari
30% jumlah ekuitas.
2) Currency Mismatch, sabagian besar investasi PLN dibiayai dengan valas, sehingga
ada potensi currency mismacth dalam pendanaanya terutama jika mata uang rupiah
melemah dibandingkan dengan nilai tukar mata uang asing.
3) Cost of fund Bank/Investor domestic yang tinggi, karena keterbatasan likuiditas di
dalam negeri memicu bank / investor menaikkan suku bunga depositonya untuk
menarik dana pihak ketiga sehinggga akan memicu pula kenaikan suku bunga
pinjaman kredit ke PLN.
4) Volatilitas suku bunga sangat besar tergantung pada kondisi market global yang mana
parameternya tidak dapat dikendalillan oleh Pemerintah Indonesia berpotensi
membawa efek yang kurang baik dalam memperoleh pendanaan dari pasar lokal.
Jenis-jenis pendanaan di PLN dengan berbagai keterbatasan yang dihadapi untuk
mendapatkannya mempengaruhi keputusan pemenuhan kebutuhan likuiditas dengan tujuan
mendapatkan dana paling optimal yaitu paling murah / rate biaya bunga terendah dengan
pertimbangan lain seperti jangka waktu pengembalian, mekanisme pembayaran bunga dan
pokok, gentlement agreement yang ada dalam suatu pinjaman dan target kinerja lainnya
contohnya penyerapan pinjaman yang mendapatkan Jaminan Pemerintah.
Adapun Kondisi likuiditas PLN sejak tahun 2020 sampai dengan tahun 2021 sebagai berikut:
Gambar 2.
Mothly Cash Balance 2020-2021
18
Pada saat likuiditas diatas saldo minimal / kelebihan likuiditas maka PLN dapat melakukan
penundaan penarikan kredit. Dikarenakan dana dari penarikan kredit pada saat likuiditas
tinggi hanya akan ditempakan pada rekening giro optimal yang mana rate pendapatan bunga
giro optimal lebih rendah dibanding rate / beban biaya pinjaman.
Tabel di bawah ini merupakan salah satu contoh efisiensi beban bunga dengan penundaan
penarikan pinjaman melalui reimburse pinjaman domestik dengan jaminan pemerintah
sebagai berikut:
Tabel 3.
Contoh Simulasi Perhitungan Efisiensi Beban Bunga
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa beban bunga yang akan timbul apabila PLN rutin
melakukan penarikan pinjaman melalui reimburse kegiatan pembiayaan investasi setiap
bulannya untuk Project yang didanai pinjaman tersebut, maka dari Juni 2020 sampai dengan
Juni 2021 terjadi biaya bunga sebesar 36 Milyar Rupiah. Kemudian apabila PLN
menempatkan dana atas penarikan pinjaman tersebut ke salah satu rekening PLN dengan
pendapatan bungan yang paling besar (giro optimal) maka pendapatan yang diterima PLN
selama periode tersebut 19 Milyar Rupiah. Dengan melakukan penundaan penarikan
pinjaman maka terjadi efisiensi beban bunga sebesar 17M.
Kembali ke Gambar 2. Mothly Cash Balance 2020-2021, dapat dilihat bahwa pada akhir TW
IV tahun 2021 saldo kas menipis dibawah saldo minimum sehingga PLN perlu menarik
pinjaman untuk memenuhi kebutuhan likuditas yang diantaranya dari Project Loan melalui
reimbursement nilai potensi penarikan yang dikelola Sub Bidang Pengeluaran Investasi.
Dalam rangka menjalankan kompetensi bidang Manajemen Keuangan, untuk berperan aktif
dalam mendukung keuangan secara korporasi dalam hal percepatan penyediaan data potensi
penarikan untuk kebutuhan pemenuhan likuiditas perusahaan. maka diperlukan soft
competency yang bisa mendukung penulis yang saat ini berperan sebagai Manajer Sub
Bidang Pengeluaran Investasi 1.
19
Berdasarkan hasil assesment yang telah dilakukan oleh Assessment Centre PLN, maka ada 3
soft competency yang harus dikembangkan oleh penulis yaitu kompetensi Cultivating Network
& partnership, Strategic Analysis, Execution. Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya project
IDP penulis dikaitkan dengan ketiga soft competency tersebut di atas yaitu:
1. Untuk menjalankan project penulis harus memiliki kemampuan Cultivating Network &
partnership terutama untuk melihat siapa saja pemangku kepentingan dan manfaat
apa saja yang dapat diberikan dari output project yang akan dihasilkan.
Dari pengalaman hubungan kerja yang ada ditemui bahwa data bridging finance
monitoring yang selama ini dikelola tidak hanya bermanfaat bagi internal bidang
penulis yaitu Bidang Pengeluaran Investasi, melainkan lintas bidang yaitu Bidang
Pengelolaan Likuiditas.
Untuk Bidang Pengeluaran Investasi sendiri monitoring bridging digunakan untuk
kroscek nilai usulan penarikan pinjaman yang diusulkan staff verifikator bidang agar
tidak terjadi penarikan pinjaman dengan underlying yang sudah pernah digunakan
untuk penarikan pinjaman / loan lain sebelumnya. Kemudian untuk Bidang
Pengelolaan Likudias digunakan sebagai pendukung evaluasi pemenuhan likuiditas
perusahaan apakah perlu atau tidak dilakukan penarikan suatu pinjaman dengan
memperhatikan kondisi likuiditas yang ada pada suatu waktu tertentu dan dari
pinjaman mana kebutuhan likuditas akan dipenuhi.
Selain lintas bidang, data bridging finance juga digunakan lintas Divisi antara lain Divisi
PMO & Divisi Keuangan. Untuk Divisi PMO data tersebut digunakan sebagai data
pendukung evaluasi progress Loan suatu Project Investasi. Realisasi Anggaran Kas
Investasi (AKI) Loan dicatat saat invoice progress pekerjaan vendor terbayar bukan
saat Loan ditarik, sehingga Divisi PMO memerlukan data realisasi bridging finance
tersebut sebagai data pendukung. Tindak lanjut dari evaluasi progress loan oleh Divisi
PMO biasanya berupa rekomposisi AKI Loan Unit apabila progress tidak cukup baik
yang kemudian dialikan ke Project Lain di Unit yang sama atau Unit yang lain yang
memerlukan tambahan AKI Loan.
Selain Divisi PMO, data bridging finance digunakan oleh Divisi Keuangan sebagai
data pendukung evaluasi usulan perpanjangan loan dari Unit. Dimana DIVKEU perlu
mengetahui berapa jumlah nilai yang mampu diserap dari loan tersebut apabila loan
akan diperpanjang. Kemudian data bridging finance juga digunakan DIVKEU untuk
membuat perhitungan estimasi beban bunga apabila DIV PBH melakukan penarikan
pinjaman dari potensi penarikan yang ada.
Dalam menjalankan project penulis melakukan diskusi non formal dengan internal
Bidang Pengeluaran Investasi, Bidang Pengelolaan Likuiditas, Divisi Keuangan dan
DIV PMO untuk memahami kebutuhan dari masing-masing Bidang dan Divisi serta
menentukan solusi yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan bidang serta Divisi
tersebut yaitu digitalisasi bridging finance monitoring menggunakan aplikasi FIX yang
nantinya masing-masing bidang maupun divisi terkait dapat mengakses aplikasi
tersebut dengan user masing-masing sehingga tidak ada jeda waktu tunggu untuk
20
mendapatkan data yang selama ini diolah terlebih dahulu oleh Bidang Pengeluaran
Investasi secara manual.
Kegiatan tersebut di atas sesuai dengan Keybe: Memperluas pemikiran, Key behavior:
Menetapkan tujuan dan mengembangkan solusi.
2. Untuk meningkatkan kompetensi Strategic Analysis Key behavior: Menentukan
prioritas strategi, Key behavior: Memperhitungkan resiko dalam menjalankan Project
Assignment (PA) Program IDP penulis menggunakan tools SWOT Analysis dan TOWS
Strategi untuk mendalami dan mengetahui permasalahan yang ada dan menentukan
prioritas strategi yang akan dijalankan.
Selain itu penulis juga melakukan kajian risiko atas pelaksanaan program kerja pada
setiap tahap pelaksanan PA.
Pemetaan risiko untuk setiap tahapan pelaksanaan PA pada Program IDP dilakukan
untuk memitigasi risiko-risiko yang mungkin muncul saat pelaksanaan project dan
menurunkan dampaknya jika terjadi sehingga PA tersebut dapat dilaksanakan dengan
lancar.
3. Untuk meningkatkan kompetensi Execution dengan Key behavior: Mengukur kemajuan
dan hasil serta Key behavior: Memastikan akuntabilitas penulis melakukan monitoring
pelaksanan program kerja di setiap periode minggu pelaksanaan PA dengan
mengidentifikasi pencapaian sasaran program kerja serta melakukan tindak lanjut atas
hasil setiap tahapan pelaksanaan PA.
Selain itu untuk key behavior memastikan akuntabilitas dilakukan dengan menginisiasi
dan melaksanakan rapat mingguan yang dilakukan 2 kali seminggu pada hari selasa
dan hari jumat dengan tim pengembangan Aplikasi.
Dalam rapat progress pengembangan aplikasi FIX-Fungsi Loan Management penulis
memastikan proses bisnis yang akan dijalankan oleh user sesuai dengan tupoksi serta
tanggung jawab masing-masing user, kemudian output aplikasi yang dihasilkan sesuai
dengan kebutuhan yaitu adanya monitoring master data loan yang menampilkan data
id loan tersebut, nama lender, Availability Priod / masa akhir penarikan loan, nilai pagu
loan, nilai realisasi dan nilai potensi penarikan dari aktifitas bridging finance PLN serta
saldo akhir dari pagu loan.
Penulis juga melakukan pengecekan kebenaran atas data yang ditampilkan, dengan
membandingkan data manual yang ada dengan data yang Output Aplikasi FIX.
21
1.1.4 KPI Target Terkait Program
Tabel 4.
KPI Direktorat Keuangan & Manajemen Risiko PT PLN (Persero)
Dari tabel di atas terdapat KPI Direktorat Keuangan & Manajemen Risiko No. 11 yaitu
Pemenuhan Covenant : Pengelolaan Consolidated Interest Coverage Ratio (CICR).
Project ini secara tindak langsung ikut mendukung pengelolaan loan yang mana
penyediaan data potensi penarikan pinjaman akan digunakan untuk kegiatan
pemenuhan likuiditas dengan mempertimbangkan rate / interest atas beban bunga
loan tersebut.
Pengelolaan loan yang baik akan meminimalisir interest yang ditanggung PLN
sehingga KPI No.11 tersebut dapat tercapai dengan baik.
22
1.2 Tujuan Dan Sasaran
1.2.1 Tujuan
Tujuan Personal:
Program IDP dengan Project Assignment berupa Strategi Percepatan Penyajian Data Potensi
Penarikan Pinjaman Melalui Digitalisasi Bridging Finance Monitoring di PT. PLN (Persero)
bertujuan sebagai wahana pengembangan kompetensi Cultivating Network & partnership,
Strategic Analysis, Execution yang harus dimiliki penulis / dipersyaratkan untuk dimiliki
individu dalam suatu organisasi agar dapat berhasil dalam suatu posisi, peran dan level
jabatan yang spesifik (Manajemen Menengah)
Tujuan Profesional:
1. Aplikasi FIX berbasis web sehingga dapat diakses dimana saja kapan saja yang dapat
mempermudah proses kerja serta menghilangkan duplikasi pekerjaan.
2. Output program menghasilkan data potensi penarikan pinjaman (saldo bridging)
secara cepat real time & akurat yang dibutuhkan perusahan untuk membuat keputusan
pemenuhan likuditas maupun kegiatan lainnya di internal bidang maupun lintas bidang
dan lintas Divisi.
1.2.2 Sasaran
Sasaran Program Strategi Percepatan Penyajian Data Potensi Penarikan Pinjaman Melalui
Digitalisasi Bridging Finance Monitoring di PT. PLN (Persero) yaitu mempercepat penyajian
data potensi penarikan pinjaman dari 3 hari kerja awal bulan berikutnya (H+3) setiap akhir
bulan berjalan / setiap waktu jika ada kebutuhan data.
Ada 3 aspek yang menjadi sasaran Program pengembangan yaitu:
1. Pembelajaran mandiri: mampu menerapkan dan mengaitkan hasil pembelajaran
mandiri dengan upaya peningkatan kompetensi Customer Focus dan Building
Partnership.
2. Project Assignment: dapat menerapkan hasil pembelajaran mandiri dalam serangkaian
aktivitas Project Assignment untuk dapat menguji dan mengasah soft competency
sesuai hasil assesment yang harus ditingkatkan.
3. Implementasi Pekerjaan: dapat memberikan solusi nyata dari permasalahan di
pekerjaan yang dijadikan topik dari Project Assignment.
23
Gambar 3.
Program Individual Development Program
1.3 Manfaat
Manfaat dari Individual Development Program ini mencakup manfaat untuk
organisasi/perusahaan maupun untuk individu serta mitra. Dengan Project Strategi
Percepatan Penyajian Data Potensi Penarikan Pinjaman Melalui Digitalisasi Bridging Finance
Monitoring di PT. PLN (Persero), maka semua materi yang diberikan selama program
pengembangan ini dapat memberikan awareness penulis terhadap bagaimana meningkatkan
kerjasama dengan stakeholder terkait dan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk
kegiatan pekerjaan sehari-hari.
1.3.1 Manfaat Personal
Manfaat personal sebagai berikut:
Mengembangkan kompetensi Cultivating Network & partnership, Strategic Analysis,
Execution.
1.3.2 Manfaat Bagi Organisasi
Manfaat bagi organisasi sebagai berikut:
1. Mendapatkan data saldo potensi penarikan secara cepat, real time & akurat sebagai
alat bantu keputusan pemenuhan likuiditas PT. PLN (Persero). 2. Implementasi GCG dalam menjalankan PROBIS Pengelolaan Keuangan Perusahaan.
3. Mendapatkan data realisasi penarikan pinjaman untuk melakukan perhitungan bunga
pinjaman.
4. Mendapatkan informasi Rencana Disburse/Penarikan Pinjaman (Proyeksi Progress
Project Loan) untuk evaluasi Usulan Amandemen Perpanjangan Project Loan pada
DIVKEU.
5. Mendapatan data pendukung untuk laporan realisasi Progress Loan DIVPMO.
6. Mendapatkan data pendukung untuk evaluasi Rekomposisi Disburse Loan pada Surat
Kuasa Anggaran Investasi (SKAI) Unit-unit pada tahun berjalan.
24
Tabel 5.
Ringkasan Program
Nama
Program Strategi percepatan penyajian data potensi penarikan pinjaman
melalui digitalisasi bridging finance monitoring di PT. PLN (Persero).
Latar
Belakang PLN dalam mendanai kegiatan investasi menggunakan pinjaman,
salah satu sumber pinjaman yaitu dari lender B2B berupa Loan Export
Credit Agency (ECA), Sindikasi bank lokal dengan jaminan pemerintah
yang merupakan loan dedicated project / khusus peruntukannya pada
suatu proyek tertentu.
Mekanisme penarikan dana loan dedicated project yaitu direct lending
(lender langsung melakukan pembayaran invoice pekerjaan ke vendor
PLN) dan mekanisme reimburse (PLN membayar ke vendor kemudian
direimburse ke Lender).
Setiap penarikan pinjaman menimbulkan beban bunga pinjaman.
Rate beban bunga pinjaman / loan dedicated project umumnya lebih
kecil dibanding pinjaman Kredit Modal Kerja (KMK) oleh karena itu
penarikan pinjaman tersebut diutamakan dari pada penarikan
pinjaman KMK.
Data nilai potensi penarikan (potensi reimburse) pinjaman menjadi
sangat penting untuk dapat disajikan dalam waktu yang cepat, real
time dengan nilai yang akurat, sehingga apabila diperlukan penarikan
pinjaman KMK untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan
maka jumlah nilai yang akan ditarik telah memperhitungkan nilai
potensi penarikan saat itu dengan tujuan agar didapatkan jumlah
yang tepat sesuai kebutuhan dan beban bunga yang paling efisien
bagi perusahaan.
Saat ini data potensi penarikan pinjaman masih dikelola secara
manual menggunakan aplikasi excel sederhana sehingga data
tersebut tidak dapat disajikan secara cepat, real time dan akurat.
Dengan memperhatikan pentingnya data tersebut bagi perusahaan
maka diusulkan improvement pengelolaan data sesuai PA Pegawai
25
yaitu “Percepatan Penyajian Data Potensi Penarikan Pinjaman
Melalui Digitalisasi Bridging Finance Monitoring di PT. PLN (Persero).”
Tujuan • Aplikasi FIX mempermudah proses kerja dengan
menghilangkan duplikasi pekerjaan
• Berbasis web sehingga dapat diakses dimana saja kapan saja
• Dihasilkan data potensi penarikan pinjaman (saldo bridging)
secara cepat, real time & akurat.
Sasaran Mempercepat penyajian data potensi penarikan pinjaman dari 3 hari
kerja awal bulan berikutnya (H+3) setiap akhir bulan berjalan / setiap
waktu jika ada kebutuhan data.
Manfaat Bagi perusahaan:
• Mendapatkan data saldo potensi penarikan secara cepat, real
time & akurat sebagai alat bantu keputusan pemenuhan
liquiditas PT. PLN (Persero).
• Implementasi GCG dalam menjalankan probis pengelolaan
Keuangan perusahaan.
Bagi Pribadi:
• Mengembangkan kompetensi Cultivating Network & partnership,
Strategic Analysis, Execution
26
Tabel 6.
Timeline Program
No. Target Waktu
(Mingguan)
Rencana Tindakan Kompetensi & Perilaku Kunci
yang Dikembangkan
Indikator Keberhasilan
1
28 Juni - 2
Juli
• Brainstorming dengan tim di
Pengeluaran Investasi
• Menyusun proposal PA &
koordinasi dengan mentor
untuk mendapatkan
pengesahan.
• CNP = Memperluas
pemikiran.
• CNP = Menetapkan
tujuan dan
mengembangkan
solusi.
• Brainstorming
dilaksanakan &
didapatkan alternatif
solusi
permasalahan.
• Proposal disetujui
mentor.
2
5 Juli-9 Juli • Koordinasi dengan Divisi
keuangan untuk
mendapatkan data kartu
monitoring loan, dan
memastikan rate masing-
masing pinjaman.
● Melakukan review
perbandingan rate
bunga masing-
masing pinjaman.
• EXE = Memastikan
akuntabilitas.
• CNP = Memperluas
pemikiran.
• CNP = Menetapkan
tujuan dan
mengembangkan
solusi
• Terdapat daftar
perbandingan rate
bunga masing-
masing jenis
pinjaman.
3
12 Juli-16
Juli
• Menyiapkan Nota Dinas
Change Request aplikasi
FIX.
• Brainstorming FDG dengan
Divisi STI bidang Aplikasi
Layanan Korporat.
• SAN = Menentukan
prioritas strategi.
• CNP = Menetapkan
tujuan dan
mengembangkan
solusi
Nota Dinas Change
Request aplikasi FIX.
4
19 Juli-23
Juli
• Brainstorming / FGD
dengan Tim untuk
mengidentifikasi risiko-risiko
atas penugasan yang
diterima dan bersama-sama
menentukan Langkah yang
efektif untuk mencapai
sasaran tugas.
• Menyiapkan data-data yang
dibutuhkan untuk
pengembangan aplikasi.
• SAN =
Memperhitungkan
risiko.
• EXE = Memastikan
akuntabilitas.
• CNP = Memperluas
pemikiran.
• CNP = Menetapkan
tujuan dan
mengembangkan
solusi
Notulen FGD yang
disepakati.
27
5
26 Juli-30
Juli
• Rapat koordinasi Tim
evaluasi progress
pengembangan aplikasi
FIX.
• Menyampaikan data
susulan jika dibutuhkan.
• EXE = Mengukur
kemajuan & hasil
• CNP = Memperluas
pemikiran.
Notulen rapat progress
pekerjaan mingguan
yang disepakati.
6
2 Agst - 6
Agst
• Rapat koordinasi Tim
progress pengembangan
aplikasi FIX.
• Menyampaikan data
susulan jika dibutuhkan.
• EXE = Mengukur
kemajuan & hasil
• CNP = Memperluas
pemikiran.
Notulen rapat Progress
pekerjaan mingguan
yang disepakati.
7
9 Agst - 13
Agst
• Rapat koordinasi progress
pengembangan aplikasi
FIX.
• Menyampaikan data
susulan jika dibutuhkan
• EXE = Mengukur
kemajuan & hasil.
• CNP = Memperluas
pemikiran.
Notulen rapat Progress
pekerjaan mingguan
yang disepakati.
8
16 Agst – 20
Agst
• Rapat koordinasi progress
pengembangan aplikasi
FIX.
• Menyampaikan data
susulan jika dibutuhkan
• EXE = Mengukur
kemajuan & hasil.
• CNP = Memperluas
pemikiran.
Notulen rapat Progress
pekerjaan mingguan
yang disepakati.
9
23 Agst - 27
Agst
• memUji coba aplikasi FIX,
memastikan modul dalam
aplikasi sesuai kebutuhan
• EXE = Mengukur
kemajuan & hasil.
• CNP = Memperluas
pemikiran.
Modul data potensi
penarikan sudah
terbentuk di aplikasi
yang disepakati.
10
30 Agst - 3
Sep
• Rapat koordinasi progress
pengembangan aplikasi
FIX.
• Koreksi data jika
dibutuhkan.
• EXE = Mengukur
kemajuan & hasil.
• EXE = Memastikan
akuntabilitas.
• CNP = Memperluas
pemikiran.
Notulen rapat Progress
pekerjaan mingguan
yang disepakati.
11
6 Sep - 10
Sep
• Uji coba aplikasi FIX,
memastikan data cut off
sebelum penggunaan
aplikasi sudah tercatat di
aplikasi & mengecek
keseuaian nilai.
• EXE = Memastikan
akuntabilitas.
• EXE = Mengukur
kemajuan & hasil.
• CNP = Memperluas
pemikiran.
Output data sudah saldo
bridging cut off periode
tertentu sudah ada.
28
12
13 Sep - 17
Sep
• Mempersiapkan materi
untuk persiapan uji &
persiapan go no go project
IDP.
• EXE = Memastikan
akuntabilitas.
Bahan Persentasi siap
persentasi.
29
BAB II. PELAKSANAAN PROGRAM
2.1. Hasil Pembelajaran Mandiri
Agar seluruh rangkaian aktivitas dalam Individual Development Program melalui Project
Assignment ini berjalan dengan baik, diperlukan kegiatan pembelajaran mandiri yang
berfokus pada gap kompetensi yang ada, dalam hal ini Cultivating Network & Partnership,
Strategy Analysis dan Execution untuk dapat menuntaskan aktivitas dalam Project
Assignment.
Pembelajaran Mandiri yang telah dilaksanakan meliputi:
1. Mempelajari Buku :
a. The Performance Prism untuk meningkatkan kompetensi Cultivating Network &
Partnership.
b. Good Strategy Bad Strategy untuk meningkatkan kompetensi Strategy Analysis.
c. The 4 Disciplines of Execution untuk meningkatkan kompetensi Execution.
2. Mempelajari Analisa SWOT untuk dapat menganalisis akar permasalahan dan SWOT-
TOWS Strategy untuk mendapatkan stategi solusi penyelesaian masalah.
3. Mempelajari materi Diklat Manajemen Risiko untuk melakukan analisis kajian risiko
dari project yang dipilih.
2.1.1 The Performance Prism
Sistem pengukuran kinerja model Performance Prism selain didasari oleh strategi
tetapi juga memperhatikan kepuasan dan kontribusi stakeholder, proses, dan
kapabilitas perusahaan.
Menggambarkan kinerja organisasi sebagai bangun tiga dimensi yang memiliki lima
bidang sisi, yaitu dari sisi kepuasan stakeholder, strategi, proses, kapabilitas, dan
kontribusi stakeholder.
Hasil Pembelajaran:
1. Mengidentifikasi stakeholder dari goal project
2. Memastikan strategi yang dipilih dapat memuaskan para stakeholder
3. Mengidentifikasi apa saja yang bisa kita butuhkan & didapatkan dari para
stakeholder
4. Mengidentifikasi teknologi/ infrastruktur, prosedur kerja / probis yang akan
dijalankan.
Stakeholder dari goal project:
1) Divisi Perbendaharaan (DIV PBH)
2) Divisi Keuangan (DIV KEU)
3) Divisi Project Management Office (DIV PMO)
Harapan dari Stakeholder:
1) DIV PBH : Kecepatan pemenuhan data Potensi Penarikan Pinjaman
2) DIVKEU: Didapatkan data penarikan pinjaman untuk menghitung bunga
pinjaman, serta data potensi penarikan untuk evaluasi waktu perpanjangan dan
nilai loan yang akan diperpanjang.
30
3) DIVPMO: mendapatkan gambaran progress project dari disbursement serta
data untuk evaluasi alokasi anggaran project / rekomposisi anggaran.
Yang kita butuhkan dari stakeholder:
a. DIVKEU : Data rate pinjaman
b. DIVPMO: update progress project yang terkendala.
Infrastruktur: Aplikasi FIX untuk memenuhi kebutuhan dan harapan para stakeholder
2.1.2 Good Strategy Bad Strategy
Ide mendasar dari strategi adalah memberdayakan kekuatan dan potensi. Misalnya
apabila Anda merupakan first mover dalam suatu bidang atau industri, Anda dan
perusahaan memiliki potensi besar dalam skala dan cakupan, network effects,
reputasi, paten, brand dan banyak lagi.
Pimpinan organisasi yang lemah dalam good strategy, bisa jadi memandang strategi
sebagai sesuatu yang kurang penting. ebab lemahnya good strategy berhubungan
dengan hadirnya bad strategy. Pemimpin yang melakukan bad strategy tak hanya
memilih tujuan yang salah, tetapi juga implementasi error. Ini bisa muncul karena
mereka keliru dalam cara pandangnya tentang apa itu strategi dan bagaimana strategi
itu bekerja.
Perbedaan antara good strategy dan bad strategy:
Bad strategy:
• Terjadi ketika kita memiliki tujuan yang saling bertentangan dan mengarahkan
sumber daya untuk target yang tidak terhubung, bahkan mengakomodasi
kepentingan yang tidak sesuai.
• Bad strategy gagal mengidentifikasi karakteristik tantangan
• Bad strategy tidak memiliki tindakan untuk diambil, hanya rincian
“implementasi” dan daftar “prioritas” yang tidak saling terhubung.
Good strategy:
• Sederhana dan jelas, mampu mengidentifikasi tantangan utama yang harus
diatasi.
• Bagaimana suatu organisasi akan bergerak maju dan melakukan tindakan.
Bagaimana menemukan kekuatan dalam merancang good strategy:
1) Yang pertama, memiliki coherent strategy yaitu sesuatu yang menghubungkan
dan mengkoordinasikan kebijakan dan tindakan.
2) Sumber kedua, yakni berasal dari insight menuju sumber kekuatan yang baru.
3) Formulasi good strategy pastilah koheren, mencakup tindakan yang
terkoordinasi, kebijakan, dan sumber daya untuk mencapai tujuan akhir yang
penting.
4) Merancang strategi yang koheren dan saling menguatkan adalah langkah
besar ke depan dalam menyusun good strategy. Para pemimpin harus
melakukan ini dengan mengoordinasikan tindakan lintas departemen.
31
Perlunya memahami kernel (inti) dari strategi.
Struktur penting yang disebut kernel, terdiri dari 3 elemen: diagnosis, guiding policy,
coherent action. Diagnosis menggambarkan situasi yang sedang dihadapi. Guiding
policy menentukan pendekatan-pendekatan dalam berhadapan dengan rintangan
yang terdapat pada tahap diagnosis. Coherent actions merupakan tindakan yang
dapat dijalankan berdasarkan guiding policy yang disusun.
Apa saja sumber-sumberkekuatanu ntuk menyusun good strategy: leverage, proximate
objectives, chain-link systems, design, focus, growth, advantage, dynamics, inertiadan
entrop.
Hasil Pembelajaran:
Memberdayakan, mengkoordinasikan kekuatan serta potensi (sumber daya), dan
memilih strategi yang merupakan problem solving.
Menggunakan Tools SWOT Analysis / Tows Strategy, dilakukan analisis atas kondisi
internal (Kekuatan, Kelemahan) dan kondisi eksternal (Ancaman, Peluang) ditemukan
beberapa alternatif solusi dalam menangani permasalahan yang ada.
2.1.3 The 4 Disciplines of Execution
Permasalahan terbesar dalam proses melaksanakan planning kita, yaitu pekerjaan kita
sehari-hari. Goal yang telah kita rencanakan untuk bergerak maju sangatlah penting,
namun saat berbenturan dengan hal yang mendesak dan penting.
Buku yang ditulis oleh Chris McChesney, Sean Covey, dan Jim Huling berjudul The 4
Disciplines of Execution, atau biasa disebut sebagai 4DX mengungkapkan
betapa whirlwind, pusaran angin yang sebenarnya adalah hal-hal yang mendesak,
membuat kita luar biasa terganggu konsentrasinya untuk menyelesaikan hal-hal yang
sifatnya lebih penting.
Secara sederhana, konsep 4DX ini didasarkan pada
prinsip focus, leverage, engagement, dan accountability, terlihat dari 4 prinsip
berikut:
1) Focus on the Wildly Important (Fokus pada yang sangat penting)
2) Act on the Lead Measures (Bertindak berdasarkan Lead Measures)
3) Keep a Compelling Scorecard (Gunakan scoreboard yang memotivasi)
4) Create a Cadence of Accountability (Ciptakan Irama Akuntabilitas)
32
1. Fokus pada Widly Important Goal (WIG)
Secara sederhana, gunakan format “from X to Y by When” dalam
merumuskan WIG, di mana:
• X adalah kondisi sekarang
• Y adalah hasil yang ingin dicapai
• When adalah tenggat waktu kapan Y akan tercapai
Dengan format “from X to Y by When” ini, maka WIG akan memiliki pengukuran
yang jelas sehingga kita mengerti benar bahwa WIG telah tercapai. Misalnya,
kita menetapkan WIG sebagai berikut:
Meningkatkan omzet penjualan bulanan dari Rp 100.000.000 menjadi Rp
120.000.000 pada periode Desember 2016”
Perlu dingat bahwa manusia hanya mampu melakukan satu hal dalam satu
waktu dengan excellence. Semakin sedikit goal yang dicanangkan, semakin
tinggi kemungkinan mencapai goal tersebut dengan excellence. Franklin Covey
menyarankan jumlah goal yang dikejar maksimal 3 saja, namun haruslah
benar-benar penting (wildly important). Inilah yang dikenal sebagai The Law of
Diminishing Return.
Cara membedakan goal yang penting dan yang benar-benar penting dicermati
bahwa Wildly Important Goals membawa konsekuensi, yaitu bila WIG gagal
dicapai, maka hal ini akan mengakibatkan semua pencapaian lainnya menjadi
terabaikan.
Gambar 4.
Worksheet Perumusan WIG
33
2. Bertindak Pada Lead Measures
“A good lead measure has 2 basic characteristics: It is predictive of achieving
the goal and it can be influenced by the team members”
Kebanyakan kita cenderung berfokus pada “Lag Measures” atau pengukuran
seberapa baik kita mencapai goal di masa lalu. Lag Measures sangatlah
mudah diukur, namun dalam konsep 4DX ditekankan bahwa kita justru
haruslah bertindak/berfokus pada Lead Measures karena inilah salah satu
kunci penting keberhasilan eksekusi. Lead Measures justru memiliki dua
karakteristik:
1) Terprediksi, artinya jika Lead Measures bergerak, maka Goal / Lag
Measures akan bergerak pula.
2) Dapat dipengaruhi, artinya kita memiliki kontrol sepenuhnya di tangan
kita.
Misalnya, turun berat badan 5 kilogram pada akhir tahun 2016 adalah Goal
(Lag Measures), sementara berolahraga 30 menit dan berjalan cepat 3
kilometer per-hari adalah Lead Measures.
3. Gunakan scoreboard yang memotivasi
4DX Disiplin ke-3 menekankan pentingnya menggunakan Scoreboard yang
memotivasi.
Dalam suatu pertandingan ada 3 prinsip penting yang harus dimengerti:
1) Kinerja pemain akan jauh berbeda jika menggunakan skor (karena jika
tidak menggunakan skor, itu namanya latihan).
2) Scoreboard untuk pemain sangatlah sederhana,
sedangkan scoreboard untuk pelatih jauh lebih kompleks.
3) Penggunaan Scoreboard adalah untuk memotivasi para pemain untuk
menang.
Adapun kriteria / karakteristik Scoreboard yang memotivasi:
1) Sederhana.
2) Mudah dilihat oleh seluruh anggota team.
3) Sebaiknya menunjukkan baik lead dan lag measurement.
4) Dalam waktu kurang dari 5 detik, harus bisa menunjukkan apakah kita
menang atau kalah.
34
4. Ciptakan Irama Accountability
4DX mengharuskan kita melakukan WIG session, dengan satu tujuan:
membuat team fokus kembali ke WIG walaupun ada sekian banyak kesibukan
(whirlwind) yang melanda setiap harinya. WIG session seharusnya diadakan
secara teratur, minimal seminggu sekali atau lebih sering.
Agenda WIG session dimulai dengan masing-masing anggota team
melaporkan hasil komitmen minggu lalu berikut hasil pencapaiannya.Lalu
WIG session dilanjutkan dengan melakukan review atas scoreboard yang ada.
Di sini, sang Leader harus jeli dalam tahap melakukan review.
WIG session diakhiri dengan masing-masing anggota team menyatakan
komitmennya untuk minggu berikutnya. Sang Leader bisa membantu
anggota team untuk memilah-milah komitmen mana yang akan
memberikan impact terbesar bagi pencapaian WIG.
Kunci keberhasilan WIG session adalah:
1) Tetapkan jadwal yang teratur dan konsisten
2) Jagalah agar durasi WIG session tetap singkat (maksimal 20-30 menit)
3) Sebagai Leader, berikan contoh dengan langsung melaporkan
komitmen dan pencapaian kita
4) Perbaharui scoreboard
5) Rayakan keberhasilan mencapai komitmen
6) Bagikan review tentang apa yang membuat berhasil dan yang gagal
7) Jangan biarkan whirlwind mengacaukan 4DX kita
8) Tetap lakukan lead measures walaupun whirlwind sedang deras-
derasnya
Hasil Pembelajaran:
Digunakan saat merumuskan kerangka pikir.
X= Kondisi Saat ini: Lap Bridging 3 hari kerja awal bulan berikutnya.
Y= Kondisi yang ingin dicapai: Lap Bridging 0 hari kerja / setiap saat terupdate.
When = Target Akhir bulan September 2021
Karakteristik Lead Measure digunakan untuk menentukan Aktifitas/terobosan yang kita
lakukan untuk mencapai Goal, dimana terobosan digambarkan harus memiliki
karakteristik terprediksi & dalam kontrol kita.
Pengembangan Aplikasi FIX untuk pengelolaan data bridging dapat di prediksi
penyelesaiannya sesuai Goal IDP yaitu kurang lebih 3 bulan atau paling lambat sd
Akhir tahun 2021.
Sebagai Business Process Owner, desain aplikasi dapat disesuaikan sesuai tujuan
dan harapan dan dapat diminimalisir pengaruh dari pihak lain pada keberhasilan
project tersebut
35
2.1.4 SWOT-TOWS STRATEGY
• Analilsis SWOT pertama kali diperkenalkan oleh Albert S Humphrey pada
tahun 1960-an dalam memimpin project riset di Stanford Reseaech Institute
yang menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.
• Analisis SWOT sendiri merupakan suatu teknik perencanaan strategi yang
bermanfaat untuk mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang (opportunities), dan ancamanan (threats) dalam suatu project.
• Metode analisis SWOT merupakan alat yang tepat untuk menemukan masalah
dari 4 (empat) sisi berbeda, dimana aplikasinya adalah:
• Bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan dari sebuah
peluang (opportunities) yang ada.
• Bagaiman cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah
keuntungan.
• Bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman yang ada.
• Bagaimana mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat
ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
• Dengan saling berhubungannya 4 faktor tersebut, maka membuat analisis ini
memberikan kemudahan untuk mewujudkan visi dan misi suatu perusahaan.
• Adapun analisis SWOT dan TOWS strategi atas permasalahan yang ada
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5.
SWOT-TOWS Strategi
36
2.1.5 Design Thinking
Design thinking adalah metode atau pendekatan yang digunakan untuk pemecahan
masalah secara praktis dan kreatif dengan fokus utama pada users atau pengguna.
Jadi, dalam pemecahan masalah, tim akan berusaha memahami apa kebutuhan users
(manusia) dan menghasilkan solusi paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Design thinking ini penting untuk dilakukan karena keputusan dibuat berdasarkan apa
yang benar-benar diinginkan oleh pelanggan, bukan hanya dari data historis maupun
asumsi. Dengan demikian, designer dapat menghasilkan sebuah produk atau layanan
yang disukai oleh lebih banyak users.
Tahap dalam design thinking dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 6.
Design Thinking Infographics
1) Tahap Empathize
Tahapan pertama adalah empathize atau empati dengan pengguna. Artinya,
pada tahapan ini kita harus mengenal dan memahami keinginan, kebutuhan,
serta apa tujuan users ketika menggunakan sebuah produk. Selama fase ini,
harus bisa mengesampingkan asumsi untuk mengumpulkan insight sebanyak
mungkin tentang users.
2) Tahap Define
Tahap kedua adalah Define yaitu mendefinisikan masalah. Pada tahap Define
ini, Kita akan mengumpulkan semua informasi yang sudah diperoleh dari tahap
sebelumnya kemudian melakukan pengamatan untuk mengetahui apa
kebutuhan users.
37
Perlu diketahui bahwa ketika mendefinisikan sebuah masalah, Anda harus
tetap fokus pada users bukan kepada business goals. Sebagai contoh:
o Pemikiran yang fokus pada business goals: website E-commerce yang
dikembangkan harus menghasilkan keuntungan yang tinggi.
o Pemikiran yang fokus pada users: website E-commerce harus bisa
memudahkan pengguna untuk bisa berbelanja dimana saja dan kapan
saja.
3) Tahap Ideate
Pada tahap ini Kita menghasilkan ide-ide solutif yang dapat digunakan untuk
mengatasi berbagai masalah yang sudah didefinisikan sebelumnya. Tahapan
ini juga perlu dilakukan untuk menghasilkan sebanyak mungkin sudut pandang
serta ide-ide baru.
Dari banyaknya ide yang dikumpulan, pada akhir tahap ini Anda perlu
mengevaluasi masing-masing ide tersebut untuk menemukan gagasan terbaik.
4) Tahap Prototype
Secara garis besar, prototype merupakan produk yang Anda kembangkan
dengan versi yang diperkecil, atau juga bisa dikatakan sebagai versi simulasi
atau sampel. Biasanya designer akan membuat prototype dalam bentuk
sketsa, digital mockup, paper mockup, atau yang lain. Dengan prototype ini
designer dapat menguji ide dan desain yang dibuat.
Selain itu, pembuatan prototype juga akan memberikan Anda beberapa
keuntungan lain, yaitu:
o Memperoleh pandangan bagaimana users akan berinteraksi dengan
produk yang Anda kembangkan.
o Dapat mengidentifikasi apakah ada masalah pada fungsi atau design
produk.
o Lebih mudah untuk mengetahui design seperti apa yang dapat
berfungsi dengan baik.
5) Tahap Test
Akhirnya pada tahap kelima ini, test atau pengujian akan dilakukan. Selama
proses pengujian ini, Anda akan melihat bagaimana target users Anda
berinteraksi dengan prototype yang sudah Anda buat sebelumnya. Selain itu,
tahap pengujian juga akan menghasilkan feedback yang berharga untuk
meningkatkan performa dari produk tersebut.
Pengujian ini perlu dilakukan untuk mendeteksi kesalahan dan masalah
kegunaan sejak awal. Meskipun demikian, perlu Anda ketahui bahwa tahap
pengujian ini tidak selalu menjadi tahap terakhir dalam design thinking. Hal
tersebut terjadi karena setelah melalui proses pengujian, Anda dapat
mengidentifikasi masalah-masalah yang tidak terpikirkan sebelumnya sehingga
Anda harus kembali lagi ke tahap-tahap sebelumnya.
38
Pada dasarnya, tim akan terus melakukan proses ini untuk menyelesaikan
masalah yang ditemukan dan produk yang dikembangkan sesuai dengan apa
yang diharapkan. Dengan demikian, ketika produk yang Anda rilis ke publik,
produk sudah terbebas dari bug serta sesuai dengan ekspektasi target users
Anda.
Hasil Pembelajaran:
• Tahap 1 : Empaty, data potensi penarikan yang dibutuhkan tidak dapat
cepat disajikan.
• Tahap 2 : Define, data potensi penarikan diperoleh dari suatu proses
kerja manual di awal bulan berikutnya, dilakukan berulang oleh staff dan
manajer bidang yang saling mencatat data tersebut sehingga harus dilakukan
rekonsiliasi agar data menjadi akurat.
• Tahap 3 : Ideate, menggunakan aplikasi terintegrasi.
• Tahap 4 Prototype, produk berupa aplikasi FIX fungsi loan.
• Tahap 5 : Test, produk berupa aplikasi FIX fungsi loan yang sudah
dikembangkan dicoba pada website Training.
2.1.6 RISK MANAGEMENT
Menurut ISO 31000:2018 dan Peraturan Direksi PT PLN (Persero) nomor
117.P/DIR/2019, definisi Manajemen Risiko adalah aktivitas terkoordinasi untuk
mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam kaitannya dengan risiko.
Manajemen risiko adalah proses terstruktur untuk mengelola risiko (positif dan negatif)
yang dihadapi perusahaan dalam mencapai sasaran berupa proses sistematis dan
berkesinambungan.
Tujuan Manajemen Risiko sebagai berikut:
1) Untuk mengidentifikasi dan mengukur tingkat risiko.
2) Untuk menentukan tindakan terbaik dalam mengurangi kemungkinan terjadinya
risiko, memperkecil dampak yang ditimbulkannya (atau kedua-duanya).
3) Guna memastikan / menciptakan keyakinan bahwa sasaran perusahaan akan
dapat dicapai.
Manfaat Manajemen Risiko sebagai berikut:
Menerapkan manajemen risiko akan memaksa kita untuk memahami tujuan kita
dengan mendefinisikan tujuan kita secara lebih baik.
1) Organisasi yang dapat mengelola risiko secara efektif dan efisien, memiliki
peluang dan keyakinan yang lebih besar dalam mencapai sasarannya, dan
secara keseluruhan mengeluarkan biaya yang lebih rendah. (AS/NZS
4360:2004)
2) Manajemen risiko dapat memfasilitasi pembangunan komitmen segenap
business owner dalam keselarasan langkah dalam pencapaian tujuan/sasaran.
3) Pergeseran paradigma: dari manajemen krisis ke manajemen risiko.
4) Manajemen risiko menciptakan peluang (High gain low risk).
39
Gambar 7.
Proses Manjemen Risiko dalam ISO 31000: 2018
Identifikasi dan memahami stakeholder dalam Manajemen Risiko.
Stakeholders adalah semua pihak yang memiliki hubungan kepentingan terhadap
perusahaan. Semua pihak yang mempunyaihubungan kepentingan dengan kegiatan
atau kajian risiko harus diidentifikasi. Analisis stakeholders akan membantu proses
identifikasi risiko.
Tanggung jawab dan peran stakeholder dalam manajemen risiko digambarkan dalam
RASCI Matrix (R: Responsible, A: Accountable, S: Support, C: Consulted, I: Informed).
• R (Responsible) adalah pihak yang melaksanakan kegiatan (misal kegiatan A)
• A (Accountable) adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap kegiatan A
• S (Support) adalah pihak yang mendukung kegiatan A
• C (Consult) adalah pihak yang dikonsultasikan untuk kegiatan A
• I (Inform) adalah pihak yang diinformasikan terhadap perkembangan kegiatan
A
Alur proses bisnis (sequence of work) menggambarkan end-to-end kegiatan yang akan
dikaji risikonya, yang dapat dilakukan secara mendetail maupun secara garis besar
disesuaikan lingkup dan signifikansi kegiatan yang akan dikaji guna menemukan sub-
proses yang critical dan memudahkan proses identifikasi risiko.
40
Alur proses bisnis yang akan dikaji sesuai project pada Program IDP ini adalah proses
/ tahapan pelaksanaan program kerja antara lain sebagai berikut:
Gambar 8.
Alur Proses Project
Penetapan Kriteria Kemungkinan & Dampak
Sebelum mengidentifikasi risiko terlebih dahulu menentukan kriteria kemungkinan dan
dampak yang akan digunakan sebagai parameter dalam pengukuran (analisis) risiko.
Kriteria dalam analisis risiko:
1. Kriteria kemungkinan (likelihood).
2. Kriteria dampak (impact).
Kriteria Tingkat Kemungkinan Risiko Korporat
Tabel 7.
Kriteria Tingkat Kemungkinan Risiko korporat
41
Adapun Identifikasi Risiko & Risk Matrix atas pelaksanaan PA ini sendiri sebagai
berikut:
Tabel 8.
Identifikasi Risiko
Gambar 9.
Peta Risiko Bridging Finance Monitoring sebelum Mitigasi Risk
Menampilkan:
E.1 E.2 E.3 E.4 E.5
3
D.1 D.2 D.3 D.4 D.5
4 1 2
C.1 C.2 C.3 C.4 C.5
B.1 B.2 B.3 B.4 B.5
A.1 A.2 A.3 A.4 A.5
TIN
GK
AT
KE
MU
NG
KIN
AN
KAJIAN RISIKO PERSETUJUAN DIGITALISASI BRIDGING FINANCE MONITORING (BFM) UNTUK MEMPERCEPAT PENYAJIAN DATA POTENSI PENARIKAN PINJAMAN DI
PT. PLN (PERSERO) MELALUI PENGEMBANGAN APLIKASI FIX
PETA RISIKO
Tingkat Risiko Residual
Sangat
Kecil
Kecil
Sedang
Besar
Sangat
Besar
A
B
C
D
E
42
Tabel 9.
Kontrol Risiko
Gambar 10.
Peta Risiko Bridging Finance Monitoring setelah Mitigasi Risk
Tingkat
Kemungk
inan
Tingkat
dampak
Tingkat
Risiko
Inheren
Program / Alat Kendali Saat Ini
Efektivitas
Pengendal
ian
Tingkat
Kemungk
inan
Tingkat
Dampak
Tingkat
Risiko
Residu1 2 5 11 12 13 15 16 17 18 19
Pengumpulan data dan
pemetaan masalah
Pesertujuan Proposal
PA
1 Sedang Sangat
Signifikan
Sangat
Tinggi
Kontrol Penyebab:
Menyesuaikan proposal PA sesuai arahan Co
Mentor / VP Pengeluaran Investasi dengan
membuat analisis perbandingan rate biaya
bunga pinjaman
Koordinasi dengan pengelola Aplikasi FIX untuk
memastikan aplikasi tersebut dapat
dikebangkan sesuai kebutuhan.
Kontrol Dampak:
Mengajukan revisi proposal sesuai arahan co
Mentor & Mentor.
Efektif Kecil Medium Moderat
Pembuatan Alternatif
Solusi
Nota Dinas CR Aplikasi
FIX
2 Sedang Sangat
Signifikan
Sangat
Tinggi
Kontrol Penyebab:
Memberikan penjelasan kebutuhan project untuk
kepentingan perusahaan.
Kontrol Dampak:
Mengajukan revisi CR sesuai arahan pimpinan.
Efektif Kecil Minor Rendah
Merancang Probis dan
Membuat Desain Aplikasi
Probis FIX & Desain
Aplikasi
3 Besar Medium Tinggi Kontrol Penyebab:
Simplifikasi desain aplikasi, memastikan tidak
terjadi duplikasi kegiatan entry data yang dapat
membebani unit.
Kontrol Dampak:
Penggunaan data cutt off time untuk
menghindari pekerjaan mudur, sehingga
penggunanaan aplikasi berfokus pada invoice
saat mulai implementasi.
Efektif Kecil Medium Moderat
Implementasi Go live 4 Sedang Medium Tinggi Kontrol Penyebab:
Koordinasi dengan DIV STI memastikan
keandalan perangkat lunas dengan adanya data
tambahan.
Kontrol Dampak:
Dipastikan data tidak terlalu besar sehingga
memberatkan server.
Membatasi ukuran file soft copy NOD yang akan
di upload.
Sebagian
Efektif
Kecil Medium Moderat
IDENT
Sasaran/ Usulan
Kegiatan/ Keputusan
PEMETAAN SUMBER RISIKO ANALISIS RISIKO
No/ ID
RiskSub Sasaran
Kontrol EksistingTingkat Risiko Inheren Tingkat Risiko Residu
Menampilkan:
E.1 E.2 E.3 E.4 E.5
D.1 D.2 D.3 D.4 D.5
C.1 C.2 C.3 C.4 C.5
2 1 3 4
B.1 B.2 B.3 B.4 B.5
A.1 A.2 A.3 A.4 A.5
TIN
GK
AT
KE
MU
NG
KIN
AN
KAJIAN RISIKO PERSETUJUAN DIGITALISASI BRIDGING FINANCE MONITORING (BFM) UNTUK MEMPERCEPAT PENYAJIAN DATA POTENSI PENARIKAN PINJAMAN DI
PT. PLN (PERSERO) MELALUI PENGEMBANGAN APLIKASI FIX
PETA RISIKO
Tingkat Risiko Residual
Sangat
Kecil
Kecil
Sedang
Besar
Sangat
Besar
A
B
C
D
E
TINGKAT DAMPAK
Sangat SignifikanSignifikanMediumMinorTidak Signifikan
5431 2
43
Tabel 10.
Deskripsi Risiko
2.2. Pelaksanaan Program
2.2.1. Menyusun Program Kerja
Tabel 11.
Program Kerja
2.2.2. Pelaksanaan Tahapan Program
1. Pengumpulan Data dan Pemetaan Masalah
Dalam rangka kebutuhan data untuk program Project Assignment, Penulis
melakukan koordinasi dengan Rekan kerja di Divisi keuangan untuk
mendapatkan gambaran rate / biaya bunga masing-masing jenis pendanaan di
PLN sebagai pendukung usulan Project Assignment kepada Mentor. Selain itu
penulis juga mempelajari kebutuhan internal Divisi Perbendaharaan terkait data
No/ ID
Risk
5
1
2
3
4 Adanya kendala sistem atau operasional pada saat implementasi. Tinggi (C3) Moderat (B3)
Deskripsi Risiko
6
Proposal PA tidak disetujui
ND CR Fix tidak disetujui.
Terjadi duplikasi perkerjaan di unit untuk entry data yang sama.
Tingkat Risiko
Residu
Tingkat Risiko
Inheren
1913
Sangat Tinggi (C5)
Sangat Tinggi (C5)
Tinggi (D3)
Moderat (B3)
Rendah (B2)
Moderat (B3)
44
potensi penarikan pinjaman yang dapat dilihar dari Nota Dinas Internal PLN
Kantor Pusat dari Divisi Keuangan & Divisi Project Management Office.
Gambar 11.
Contoh Nota Dinas Permintaan Data & Undangan Rapat terkait Pinjaman
Dari Nota Dinas di atas dapat dilihat bahwa data potensi penarikan pinjaman
menjadi penting untuk PLN secara Korporat seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Selain itu kebutuhan data potensi penarikan pinjaman di internal
Divisi Perbendaharaan diperlukan sebagai salah satu sumber pemenuhan
likuditas. Berikut contoh Nota Dinas Internal DIV PBH.
Gambar 12.
Contoh Nota Dinas Koordinasi Antar Bidang di Divisi Perbendaharaan Terkait
Pinjaman
45
Adapun permasalahan yang dihadapi saat ini adalah data potensi penarikan
pinjaman dikelola PLN dilakukan secara manual sehingga tidak dapat dipenuhi
secara cepat, tidak real time dan kurang akurat. Data tersebut disusun secara
manual dengan entry data pada aplikasi Excel dan dilaporkan kepada DIV MRO
dan Sub Bidang Bisnis dan Manajemen Perbendaharaan setiap maksimal 3 hari
kerja pada awal bulan berikutnya untuk suatu periode bulan transaksi.
Berikut historis email penyampaian Laporan Bridging setiap bulan:
Gambar 13.
Penyampaian Laporan Saldo Bridging
Memperhatikan likuditas PLN yang semakin menipis di TW IV Tahun 2021 ini,
data potensi penarikan pinjaman / saldo bridging turut menjadi perhatian
Pimpinan dikarenakan data tersebut merupakan salah satu sumber pemenuhan
likuditas, dan diminta untuk dapat dilaporkan pada rapat mingguan internal divisi
setiap hari Senin.
Dengan adanya kebutuhan data potensi penarikan pinjaman setiap minggunya
apabila dilakukan manual seperti saat ini maka berpotensi informasi yang
dilaporkan menjadi kurang valid seperti terjadinya kesalahan pencatatan / human
error karena data harus dipenuhi dalam waktu singkat sehingga diperlukan
terobosan percepatan pemenuhan data penarikan pinjaman.
2. Pembuatan Alternatif Solusi
Sesuai Gambar 5 SWOT-TOWS Strategi untuk menyelesaikan permasalahan
data potensi penarikan pinjaman yang saat ini tidak dapat dipenuhi secara cepat,
tidak real time dan kurang akurat dilipih alternatif Digitalisasi Bridging Finance
Monitoring dengan Tools Aplikasi Financial Integration Execution (FIX) yang
telah ada di PLN.
Adapun tujuan dan manfaat penggunaan aplikasi FIX di PLN saat ini yaitu
sebagai aplikasi pengendalian Keuangan dan penyajian data Anggaran, Tagihan
46
Oustanding, Dropping Permintaan Limit dan Realisasi Pembayaran yang
terintegrasi (single source of truth).
Aplikasi ini sendiri baru diimplementasikan pada Bulan November 2020, sehingga
terbilang baru dan terobosan untuk pemecahan masalah pengelolaan data
potensi penarikan pinjaman diusulkan penulis pada Juli 2021, dimana hasil
evaluasi penulis sebagai user pengguna dinilai sudah berjalan baik selama
hampir 1 tahun implementasi dan dianggap mampu untuk menunjang pekerjaan
lainnya seperti pengelolaan data potensi penarikan.
Penggunaan Aplikasi FIX untuk pengelolaan data potensi penarikan juga
dianggap efektif dikarenakan data-data terkait sudah tersedia pada aplikasi
tersebut, dan penggunaan single aplikasi mempermudah user baik di PLN Unit
maupun di PLN Kantor Pusat karena telah familiar menggunakan aplikasi
tersebut dibandingkan menggunakan aplikasi baru. Perkembangan Aplikasi FIX
itu sendiri dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 14.
Perkembangan Aplikasi FIX
Berikut Permintaan Nota Dinas permintaan Change Request Aplikasi FIX yang
disampaikan EVP Perbendaharaan kepada EVP STI:
47
Gambar 15.
ND CR Aplikasi FIX
Gambar 16.
Rancangan Produk
3. Merancang Probis To Be dan Membuat Desain Aplikasi
Untuk membangun program sesuai kebutuhan, pertama-tama yang dilakukan
adalah memberi pemaparan proses bisnis pengelolaan pinjaman yang ada di
PLN melalui rapat koordinasi dengan DIV STI & Vendor Pengembang Aplikasi.
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan wawasan terkait pengelolaan pinjaman
yang menentukan akan didesain seperti apa aplikasi FIX dalam mengelola data
pinjaman termasuk potensi penarikannya.
48
Gambar 17.
Rapat Koordinasi Awal Bersama Tim
Selanjutnya penulis memberikan data-data dan contoh-contoh dokumen untuk
dapat dipelajari Tim Pengembang yang di-compile pada Google drive dan dapat
diakses tim.
Gambar 18.
Desain Aplikasi Fix-Modul Loan Management
Tahapan-tahapan pada aplikasi FIX untuk mendapatkan data potensi penarikan
pinjaman sebagai berikut:
1. Membuat master loan.
2. Melakukan mapping master kontrak dengan master loan.
3. Melakukan mapping Invoice dengan master loan.
4. Melakukan mapping realisasi invoice dengan nilai loan untuk invoice
tersebut.
5. Melakukan pengecekan potensi reimburse sesuai invoice loan yang
terbayar.
6. Mengajukan Reimbursement ke Lender (request NOD).
7. Proses Entry NOD saat dana dan NOD diterima.
49
Untuk mendapatkan data potensi penarikan pinjaman dilakukan tahap 1 sampai
dngan tahap 5. Untuk tahap 6 dilakukan apabila akan dilakukan penarikan atas
pinjaman tersebut ke lender, dan tahap 7 dilakukan apabila dana atas penarikan
pinjaman diterima PLN dan saldo sisa pagu loan diupdate.
4. Implementasi
a. Pengujian
Pengujian dilakukan melalui pemaparan tim pengembang aplikasi melalui
zoom meeting untuk memaparkan progres pengembangan aplikasi
kepada user, apabila ada proses atau tampilan output yang tidak sesuai
maka akan dilakukan perbaikan dan dipaparkan pada rapat berikutnya.
b. User Acceptance Test (UAT)
Kegiatan UAT merupakan serangkain kegiatan pengecekan fitur dan
fungsi serta output data yang dihasilkan dari setiap tahapan proses.
Kegiatan UAT dilakukan pada aplikasi FIX Training / non produksi dengan
alamat website trn.fix.pln.co.id agar tidak menggangu kegiatan yang
berlangsung pada FIX Production yang sedang berjalan.
Berikut output data master loan yang menunjukan informasi nilai potensi
penarikan pinjaman:
Gambar 19.
Dashbord Aplikasi FIX - Master Loan
50
Dari data yang ditampilkan pada aplikasi FIX dilakukan pengecekan
kesesuainnya dengan data manual yang ada saat ini.
Adapun kesesuian data yang ingin dihasilkan antara lain:
1) Nama Lender: Nama pemberi pinjaman.
2) Nama Loan: Identitas pinjaman atau dapat diisi dengan nama
Project yang didanai pinjaman tersebut, contohnya:
Pembangunan PLTU X.
3) Availability Loan: Yaitu masa berlaku loan untuk dapat
dilakukan penarikan pinjaman. Informasi ini sangat penting
untuk memastikan penarikan pinjaman dapat dioptimalkan dan
tidak terlambat dalam mengajukan penarikan.
4) Sumber Dana: Jenis Pinjaman (Loan/PMN). Disini ada
keterangan PMN sebagai pilihan sumber dana pinjaman
dikarenakan sumber dana PMN memiliki mekanisme penarikan
yang sejenis dengan loan dedicated project melalui
reimbursement maka pengelolaan sumber dana PMN nantinya
juga akan dilakukan melalui aplikasi FIX.
5) Mata Uang: Mata Uang pinjaman yang akan diberikan lender
sesuai perjanjian pemberian pinjaman.
6) Nilai/Pagu Kredit: Nilat batasan penarikan pinjaman yang dapat
dilakukan.
7) Realisasi Penarikan Kredit: Jumlah pinjaman yang telah
ditarik.
8) %: Persentase realisasi penarikan kredit dari pagu kredit.
9) Sisa Pagu Kredit: Sisa Pagu pinjaman yang dapa ditarik
selama availability period.
10) Potensi Penarikan Pinjaman: Jumlah nilai pinjaman yang
sudah dapat ditarik dari nilai invoice yang telah dibayarkan PLN
terlebih dahulu dan sudah dilaporkan dalam FIX serta telah final
laporan relisasi investasi Unit tersebut pada periode mingguan.
Finalisasi laporan dilakukan oleh GM Unit sebagai Pengguna
Anggaran.
11) Proses Reimburse: Yaitu nilai penarikan pinjaman yang telah
diajukan ke lender dan dalam proses penacairan oleh lender.
c. Training User
Training User FIX untuk Digitalisasi Bridging Finance Monitoring
dilaksanakan dengan mengundang Unit terkait sebagai direksi pekerjaan
project investasi yang didanai pinjaman dedicated project yang akan
kegiatan dalam aplikasi FIX sebagai berikut:
1) Melakukan mapping data kontrak pekerjaan dalam aplikasi FIX
dengan data master loan,
2) Melakukan mapping realisasi invoice yang dibayarkan di Unit
dengan master loan,
3) Melakukan finalisasi laporan realisasi Anggaran Kas Investasi
periode mingguan.
51
Selain itu pada saat Training User juga diundang PIC Verifikator invoice
pembayaran tagihan terpusat yang nantinya akan melakukan kegiatan
dalam aplikasi FIX sebagai berikut:
1) Membuatan Master Loan,
2) Melakukan entry realisasi invoice tagihan terpusat,
3) Melakukan mapping realisasi dengan master loan,
4) Melakukan pengecekan nilai potensi penarikan,
5) Mengajukan Usulan Penarikan Pinjaman,
6) Melakukan Update data realisasi penarikan pinjaman.
Berikut Surat Undangan Sosialisasi & Training Aplikasi FIX-Fungsi Loan
Management.
Gambar 20.
Surat Undangan Sosialiasai & Training Aplikasi FIX Fungsi Loan
Management
52
Berikut Dokumentasi pelaksanaan Sosialisasi & Training Aplikasi FIX
Fungsi Loan Management:
Gambar 21.
Dokumentasi pelaksanaan Sosialisasi & Training Aplikasi FIX Fungsi Loan
Management
53
Daftar hadir peserta Sosialisasi & Training:
Tabel 12.
Daftar Hadir Peserta Sosialisasi & Training
d. Go Live
Go live Aplikasi direncanakan pada 1 Oktober 2021 dengan Unit Induk
pembangunan untuk Loan Dedicated Project yang selanjutnya akan di
aplikasikan dengan Unit selain Unit Induk bersamaan dengan rencana
penggunaan Aplikasi FIX untuk potensi penarikan sumber dana PMN.
Berikut Surat ke Unit-unit terkait implementasi Aplikasi FIX Fungsi Loan
Management.
No. Timestamp Nama Email Nomor telepon Instansi
1 10/1/2021 8:29:31 Ahmad Bustami [email protected] 081251542767 DIVPBH
2 10/1/2021 8:33:50 Yudha Abimanyu [email protected] 087771098263 UIP3B SUMATERA
3 10/1/2021 8:33:58 Rahayu [email protected] 081328765211 UIP3B Sumatera
4 10/1/2021 8:37:54 MUHAMMAD RIFQI IRFANDI [email protected] 082226533711 PLN UIP Kalbagtim
5 10/1/2021 8:40:24 Rahayu Arimbi [email protected] 08121204747 PLN UIP JBB
6 10/1/2021 8:41:25 AZKA RIZA KURNIAWAN [email protected] 08111335753 PLN UIP SULAWESI
7 10/1/2021 8:48:37 M. Ridwan [email protected] 085365601650 UIP3B Sumatera
8 10/1/2021 8:50:12 Pachrul RIvani [email protected] 085219094527 PT PLN (PERSERO) DIV PBH
9 10/1/2021 8:51:04 WINANDA SURYA NINGRUM [email protected] 082166449021
Anggaran UIW Maluku dan
Maluku Utara
10 10/1/2021 8:51:05 Riki Nurindah [email protected] 085267016000 PLN UIP Sumbagsel
11 10/1/2021 9:09:36 Adinda Nadhifa Khasana [email protected] 081330646269 DIV PBH
12 10/1/2021 9:09:39 BUDI YUDOTOMO [email protected] PLN UIP NUSRA
13 10/1/2021 9:09:55 Rizky Tri Sumantya [email protected] 085296099731 UIP Sumbagut
14 10/1/2021 9:09:57 Angga Indra Brata [email protected] 081802204400 PT Akhdani Reka Solusi
15 10/1/2021 9:10:10 Bagat Guntara [email protected] 085793540460 UIP JBT
16 10/1/2021 9:10:15 Marini Riyana Sari [email protected] 085226100407 PLN UIP KALBAGTIM
17 10/1/2021 9:10:23 Melinda Sari [email protected] 08127342012
PT PLN (PERSERO) UIP
SUMBAGSEL
18 10/1/2021 9:10:32 Muhammad Dzul Fadhli [email protected] 08114824648 PLN UIP MPA
19 10/1/2021 9:10:32 Kasyful Warits [email protected] +6287818945249 UIP JBT
20 10/1/2021 9:10:35 DIO DIMAZ PUTRA [email protected] 085729925299 UIP2B
21 10/1/2021 9:11:07 M.Haris Permana [email protected] 081366214821 Divisi Anggaran
22 10/1/2021 9:11:07 Gatra Widhi Sasongko [email protected] 081347494532 UKLB
23 10/1/2021 9:12:03 Teresa Gloria Runtunuwu [email protected] 081286519581 UIP Sulawesi
24 10/1/2021 9:14:04 Suryani Oktaviyanti [email protected] 081333344962 UIPJBTB
25 10/1/2021 9:14:18 AL AZHARDI [email protected] 081374464631 UIP SBT
26 10/1/2021 9:14:37 Rendy Prasetya R [email protected] 081359117645 UIP Maluku dan Papua
27 10/1/2021 9:17:46 Angela Putriny Mangeka [email protected] 082261097710 PLN DIVKEU
28 10/1/2021 9:18:39 Ahdiyah Listy Utami [email protected] 085640007431 PLN DIVKEU
29 10/1/2021 9:39:10 Freddy Richard Putra Hulu [email protected] 085797123886
PLN - DIVSTI
30 10/1/2021 9:43:27 ATENG SIHOMBING [email protected] 08114824779 PLN UIP MPA
31 10/1/2021 10:17:18 Gladys Dara Nazariah [email protected] 085261852280 PT. Akhdani Reka Solusi
32 10/1/2021 10:23:43 Tika Eksari [email protected] 082283591600 UIP SBT
33 10/1/2021 10:33:48 Intan Stiastuti [email protected] 081390390947 PLN DIV PBH Kantor Pusat
34 10/1/2021 10:43:48 Agus [email protected] 081312134968 DIV PBH
35 10/1/2021 10:52:08 FANDY MASRIL [email protected] 082277256372 PLN UIP SUMBAGSEL
36 10/1/2021 11:06:25 Heru Pramudito [email protected] 085892211641 DIVPBH
37 10/1/2021 11:06:25 RIANI AMALIAH [email protected] 087829868963 UIP3BS
38 10/1/2021 11:06:38 M.Rizky [email protected] PLN Pusat
39 10/1/2021 11:06:43 angga arya pradana [email protected] 082193489695 UIP MPA
40 10/1/2021 11:06:52 Lianasari [email protected] 085234122088 UIP Nusa Tenggara
41 10/1/2021 11:07:14 MADE DEWI LARASANTI [email protected] PLN PUSAT DIVISI PBH
42 10/1/2021 11:07:26 Reine Novita [email protected] 081381070807 PLN DIV PBH
55
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari serangkaian aktivitas yang dilakukan dalam melakukan project Individual Development
Program (IDP) yang merupakan bagian akhir dari pendidikan Executive Education II ini, dari
mulai melakukan koordinasi dengan internal Sub Bidang, koordinasi dengan Divisi
Keuangan, koordinasi dengan Divisi STI maupun dengan Vendor Pengembang Aplikasi
membantu penulis meningkatkan soft competency yang dirasa masih kurang dimiliki oleh
penulis yaitu Cultivating Network & partnership (CNP), Strategic Analysis (SAN), Execution
(EXE).
Manfaat untuk Organisasi yaitu:
1. Mendapatkan data saldo potensi penarikan secara cepat, real time & akurat sebagai
alat bantu keputusan pemenuhan likuiditas PT. PLN (Persero).
2. Implementasi GCG dalam menjalankan PROBIS Pengelolaan Keuangan
Perusahaan.
3. Mendapatkan data realisasi penarikan pinjaman untuk melakukan perhitungan bunga
pinjaman.
4. Mendapatkan informasi Rencana Disburse/Penarikan Pinjaman (Proyeksi Progress
Project Loan) untuk evaluasi Usulan Amandemen Perpanjangan Project Loan pada
DIVKEU.
5. Mendapatan data pendukung untuk laporan realisasi Progress Loan DIVPMO.
6. Mendapatkan data pendukung untuk evaluasi Rekomposisi Disburse Loan pada
Surat Kuasa Anggaran Investasi (SKAI) Unit-unit pada tahun berjalan.
Manfaat untuk diri sendiri:
Mengembangkan kompetensi Cultivating Network & partnership, Strategic Analysis,
Execution.
Hasil Pembelajaran:
Adapun pembelajaran mandiri dan pelaksanaan program dapat membantu Penulis dalam
meningkatkan kompetensi dan perilaku kunci sasaran dijelaskan sebagai berikut:
A. The Performance Prism
1. Mengidentifikasi stakeholder dari goal project
2. Memastikan strategi yang dipilih dapat memuaskan para stakeholder
3. Mengidentifikasi apa saja yang bisa kita butuhkan & didapatkan dari para stakeholder
4. Mengidentifikasi teknologi/ infrastruktur, prosedur kerja / probis yang akan dijalankan.
56
B. Good Strategy Bad Strategy
Memberdayakan, mengkoordinasikan kekuatan serta potensi (sumber daya), dan
memilih strategi yang merupakan problem solving.
MenggunakanTools SWOT Analysis / Tows Strategy, dilakukan analisis atas
kondisiinternal (Kekuatan, Kelemahan) dan kondisi eksternal (Ancaman, Peluang)
ditemukan beberapa alternatif solusidalam menangani permasalahanyang ada
C. The 4 Disciplines of Execution
Digunakan saat merumuskan kerangka pikir.
X= Kondisi Saat ini: Lap Bridging 3 hari kerja awal bulan berikutnya.
Y= Kondisi yang ingin dicapai: Lap Bridging 0 hari kerja / setiap saat terupdate.
When = Target Akhir bulan September 2021
Karakteristik Lead Measure digunakan untuk menentukan Aktifitas/terobosan yang kita
lakukan untuk mencapai Goal, dimana terobosan digambarkan harus memiliki
karakteristik terprediksi & dalam kontrol kita.
Pengembangan Aplikasi FIX untuk pengelolaan data bridging dapat di prediksi
penyelesaiannya sesuai Goal IDP yaitu kurang lebih 3 bulan atau paling lambat sd Akhir
tahun 2021.
D. Materi Diklat Risk Management
Materi diklat tersebut membantu penulis dalam penyusunan peta risko dari pelaksanaan
project yang dipilih. Adapun kajian risiko sesuai alur proses bisnis (sequence of work)
menggambarkan end-to-end guna menemukan sub-proses yang critical dan
memudahkan proses identifikasi risiko
3.2 Rekomendasi
1) Pengelolaan pinjaman melalui Aplikasi FIX / FIX Fungsi Loan Management dapat
dimasukan dalam Perubahan Peraturan Direksi tekait pembayaran di PT. PLN
(Persero) dan menjadi SOP tersendiri.
2) Direkomendasikan mengembangkan kembali Aplikasi FIX untuk meningkatkan
efektifitas dan validitas pengelolaan dana investasi lainnya selain sumber dana
pinjaman dedicated project. Misalnya pengelolaan data potensi penarikan dana
PMN yang saat ini proses pengecekan usulan invoice-invoice yang akan dilakukan
reimbursement masih dilakukan secara manual.
Contoh lainnya yaitu pengelolaan data underlying untuk pertanggungjawaban
penggunaan dana Obligasi atau pinjaman lainnya seperti CAPEX yang juga masih
dilakukan secara manual.
57
Kendala yang mungkin dihadapi dalam pengembangan kedepannya adalah
terbatasnya sumber daya pada DIV STI yang menangani pengelolaan aplikasi
keuangan terutama Aplikasi FIX. Dengan banyaknya permintaan change request
dari para user sehingga rekomendasi yang disebutkan sebelumnya belum dapat
dijalankan dalam waktu dekat.
Solusi yang disarankan atas kendala tersebut adalah menambah sumber daya /
pengawai yang menangani pekerjaan pengelolaan aplikasi keuangan.