39
LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN AKUAKULTUR PAYAU DISUSUN OLEH: MAMLUATUL HIKMAH 10/305499/PN/12230 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN LABORATORIUM AKUAKULTUR JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

indokorrr,,,.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

prak

Citation preview

Page 1: indokorrr,,,.docx

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN AKUAKULTUR PAYAU

DISUSUN OLEH:

MAMLUATUL HIKMAH

10/305499/PN/12230

PROGRAM STUDI

BUDIDAYA PERIKANAN

LABORATORIUM AKUAKULTUR

JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: indokorrr,,,.docx

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perairan payau atau brackish water merupakan perairan campuran antara air

asin (laut) dan air tawar. Salinitas pada perairan payau sangat berfluktuatif

tergantung dari pemasukan air asin dan air tawar sehingga salinitas terkadang bisa

lebih rendah atau lebih tinggi. Perairan payau (brackish water) dapat dikatakan

lingkungan perairan yang memiliki karakteristik unik, karena air yang terdapat di

dalamnya merupakan hasil percampuran antara air asin dengan air tawar. kadar

garam yang dikandung dalam satu liter air adalah antara 0,5 sampai 30 gram.

Salinitas air payau pada umumnya relatif rendah (10-20 ppt) dan kadang-kadang bisa

lebih rendah atau bahkan lebih tinggi (Novianto, 2009).

Budidaya air payau, selama ini dikenal melalui ikan bandeng dan udangnya

saja. Padahal masih banyak sekali jenis-jenis udang, ikan dan komoditas lainnya

yang telah dapat dibudidayakan dengan baik di perairan payau Indonesia. Budidaya

air payau merupakan salah satu subsektor perikanan budidaya yang sebagian besar

komoditasnya memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan merupakan komoditas ekspor

seperti udang dan ikan kerapu. Pengembangan perikanan budidaya air payau dengan

media tambak telah dikembangkan hampir disetiap provinsi di Indonesia. Beberapa

komoditas yang saat ini menjadi andalan para pembudidaya Indonesia dalam

berbudidaya seperti bandeng, belanak, kakap, kepiting, kerapu, mujair, nila,

rajungan, rebon, rumput laut, sidat, udang putih, udang rostris, udang api-api, udang

windu, udang vannamei dan beberapa jenis rumput laut seperti Gracillaria sp.

(Dahuri, 2011).

Dahuri (2011) menyatakan potensi luas lahan pesisir di seluruh wilayah

nusantara yang cocok untuk usaha perikanan budidaya sekitar 1,2 juta ha. Jika itu

mampu diusahakan 300.000 ha (25 % total luas) untuk budidaya udang vannamei

dengan produktivitas 20 ton/ha/tahun (setengah dari rata-rata produktivitas nasional

saat ini), maka akan dihasilkan 6.000.0000 ton/tahun. Jika dikalkulasi, dengan harga

jual on-farm (di lokasi tambak) saat ini US$ 5/kg, maka akan diperoleh US$ 30

miliar/tahun. Dan, bila setengahnya saja kita ekspor, maka akan menghasilkan devisa

US$ 15 miliar/tahun atau dua kali lipat dari total ekspor minyak sawit Indonesia saat

ini. 

Page 3: indokorrr,,,.docx

Pemilihan lokasi (site selection) tambak yang tepat merupakan salah satu faktor

kunci yang sangat penting dalam keberhasilan usaha budidaya udang di tambak.

Apabila dalam tahap pemilihan lokasi sudah benar dan memenuhi semua persyaratan

yang diperlukan untuk kehidupan dan pertumbuhan udangmaka usaha budidaya

udang di tambak dapat berhasil dan menguntunkan (Pantjara et al, 2008).

B. TUJUAN

1. Melatih mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman dalam kegiatan praktikum

Manajemen Akuakultur payau.

2. Memberikan pengetahuan mengenai budidaya komoditas payau.

3. Mahasiswa dapat mengetahui masalah-masalah yang dihadapi pada budidaya

payau dan laut.

4. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang Usaha Budidaya Udang

Vannamei di PT. Indokor Bangun Desa, Kuwaru, Poncosari, Srandakan, Bantul.

5. Memberikan wawasan dan pengenalan kepada mahasiswa mengenai teknologi

dan manajemen budidaya yang digunakan di PT. Indokor Bangun Desa, Kuwaru,

Poncosari, Srandakan, Bantul.

C. MANFAAT

Kegiatan kunjungan praktikum Manajemen Akuakultur Payau diharapkan

dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan praktikan mengenai teknik,

teknologi dan manajemen yang diterapkan dalam usaha budidaya di perairan payau,

mulai dari tahap persiapan budidaya hingga pengelolaan pasca panen di PT. Indokor

Bangun Desa, Kuwaru, Poncosari, Srandakan, Bantul. Serta Untuk memenuhi

persyaratan mata kuliah Manajemen Akuakultur Payau Jurusan Perikanan dan

Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

D. WAKTU DAN TEMPAT

Waktu : Sabtu, 1 Juni 2013

Tempat : PT. INDOKOR BANGUN DESA, Kuwaru – Poncosari – Srandakan –

Bantul.

Page 4: indokorrr,,,.docx

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Budidaya Air Payau

Menurut Undang-Undang Perikanan No.45 tahun 2009, yang dimaksud dengan

budidaya ikan adalah kegiatan untuk memellihara, membesarkan dan/atau

mengembangbiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol,

termasuk kegiatan menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,

mendinginkan, menangani, mengolah dan/atau mengawetkan ikan. Dalam Undang-

Undang Perikanan yang berlaku sebelumnya, budidaya ikan terbatas hanya proses

produksi, akan tetapi sekarang didefinisikan secara lebih luas menyangkut penanganan

hasil, pengangkutan, pengolahan dan pengawetan.

Budidaya tambak diawali dengan pemeliharaan bandeng yang dilakukan secara

ekstensif hingga semi-intensif. Pemeliharaan bandeng sebanyak 1500 benih tokolan/ha

dipupuk dengan pupuk organik, setelah dipelihara selama 4-6 bulan dapat menghasilkan

300-1.000 kg/ha/tahun, sedangkan dengan pemberian pakan tambahan dapat

menghasilkan 2.168 kg/ha/tahun (Chong et al, 1984). Ikan bandeng juga dapat

dipelihara bersama-sama dengan udang windu, masing-masing dapat menghasilkan 600

kg dan 100-300 kg/ha/tahun. Sebenarnya budidaya bandeng sangat produktif karena

bandeng memiliki rantai makanan yang pendek sehingga dengan pengelolaan yang

semi-intensif dapat lebih menguntungkan. Akan tetapi karena pembudidaya lebih

tertarik pada budidaya udang dengan harapan mendapatkan keuntungan yang lebih

besar namun investasinya tinggi dan bila mengalami kegagalan panen akibat serangan

penyakit, mereka kembali mengusahakan bandeng (Rustadi, 2011).

Lahan pasir merupakan lahan yang memiliki sifat porus dan tidak mampu

menahan air. Lahan pasir kurang baik jika dijadikan sebagai lahan budidaya. Poernomo

(1992) menyatakan bahwa tekstur tanah tambak yang cocok untuk budidaya udang

secara ekstensif adalah lempungan hingga liat berpasir. Hal ini karena budidaya udang

yang ekstensif sangat membutuhkan pakan alami seperti kelekap yang hanya dapat

tumbuh pada tekstur tanah yang demikian. Sedangkan tekstur tanah yang cocok untuk

tambak intensif adalah lempung berpasir. Pembuatan tambak pada lahan berpasir pantai

memerlukan rekayasakonstruksi agar kegiatan budidaya udang dapat berjalan dengan

semestinya. Rekayasa yang dilakukan meliputi rekayasa pematang dan dasar tambak.

Adapun rekayasa yang dilakukan adalah dengan menerapkan konstruksi biocrete.

Page 5: indokorrr,,,.docx

Konstruksi ini diterapkan agar tanah lahan pasir (yang semula tidak dapat menahan air)

menjadi mampu dan berfungsi dalam menahan air sebagai wadah budidaya.

B. Biocrete

Biocrete (bio : hidup, crete: beton) merupakan teknologi konstruksi kolam yang

berupa lapisan beton yang berkerangka kayu. Pematang kolam biocrete terdiri atas

beton biocrete itu sendiri yang disandarkan pada kerangka kayu berbentuk segi tiga

siku-siku. Penggunaan biocrete berfungsi untuk membuat pematang yang kokoh namun

memiliki elastisitas yang mampu menahan bentuk kolam tetap akibat pergeseran tanah.

Pematang tambak dapat terbentuk karena beton biocrete mampu menahan tanah pasir

pantai yang sifatnya mudah longsor dan labil yang pada dasarnya tidak dapat digunakan

sebagai pematang (Triyatmo, 2010). Beton biocrete hanya dapat digunakan sebagai

pematang tambak, sehingga dasar tambak memerlukan rekayasa tersendiri agar tambak

mampu menahan air dengan baik sebagai wadah budidaya udang. Adapun teknologi

yang digunakan yaitu plastik PE (Poly Ethilene). Plastik ini dipasang mulai dari bagian

dasar beton pematang kemudian memanjang menuju bagian dasar tambak. Dan untuk

menumbuhkan pakan alami dalam tambak dasar tambak dibuat seperti alami dengan

menambahkan 10 cm pasir diatas plastik PE yang telah dipasang tersebut.

C. Udang Vaname

Berbeda dengan budidaya bandeng, pengelolaan budidaya udang bervariasi

dari ekstensif hingga super-intensif. Teknologi budidaya tersebut membutuhka

persyaratan khusus dalam hal: desain tambak (bentuk dan luas), kuantitas dan kualitas

benih, pakan, pengendalian hama dan penyakit, penggunaan obat-obatan, kuantitas dan

kualitas air serta penanganan hasilnya. Hasil panen udang windu tiap ha per musim

tanam di tambak berdasarkan pengelolaannya adalah sebagai berikut:

Ekstensif 0,6-1,0 ton (kepadatan benih 3-4 PL/m2, SR 65%)

Semi-intensif 2,5-6,0 ton (kepadatan 10-25 PL/m2, SR 70%)

Intensif 6,5-10,0 ton (kepadatan 30-40 PL/m2, SR 70%).

Hasil yang jauh lebih tinggi dicapai udang vannamei dengan pengelolaan super-intensif

berkisar 24-37 ton/ha/musim tanam (kepadatan 170-244 PL/m2)(Poernomo, 2004).

Harga udang windu pada saat ini cenderung naik, yang biasanya berkisar Rp.

35.000-Rp. 40.000/kg menjadi Rp. 60.000-Rp. 65.000, padahal biaya produksi tiap Kg-

Page 6: indokorrr,,,.docx

nya berkisar Rp. 25.000-Rp. 30.000 sehingga lebih menguntungkan daripada budidaya

ikan. Sedangkan harga udang vannamei berkisar Rp. 45.000-Rp. 50.000 (on-farm).

budidaya udang ditambak juga dapat dilakukan secaara polikultur bersama rumput laut

dan bandeng. Budidaya pilokultur rumput laut (Euchema spp. Dan Gracillaria spp.)

dengan udang dan bandeng cukup berhasil karena setiap ha. Tambak dapat

menghasilkan rumput laut kering 2-5 ton/tahun, udang 1-2 kwintal/siklus dan bandeng 1

kwintal/siklus budidaya (Poernomo, 2004)

Budidaya udang Vannamei semakin digemari dan permintaannya terus

meningkat hal ini disebabkan udang vaname ini memiliki banyak keunggulan

dibandingkan dengan udang windu. Keunggulan yang dimiliki udang vaname antara

lain, tahan terhadap penyakit bercak putih (White Spot Syndrome Virus), padat tebar

tinggi, pertumbuhan cepat, memiliki kisaran suhu dan salinitas yang luas. Komoditas ini

cepat melesat di pasaran karena keunggulannya yang lebih mudah ditangani. Selain itu

udang putih memiliki nilai jual yang tinggi, walaupun belum setinggi udang windu,

namun budidaya udang ini menjadi perhatian besar bagi para petani udang dan

pengusaha tambak sebagai salah satu komoditas yang menjanjikan, baik untuk pasar

lokal maupun internasional

1. Biologi Komoditas

Secara umum tubuh udang penaeid dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian

kepala yang menyatu dengan bagian dada (Cephalothorax) dan bagian tubuh sampai

ekor (Abdomen). Bagian cephalothorax terlindung oleh kulit chitin yang disebut

carapace. Bagian ujung cephalotorax meruncing dan bergerigi yang disebut rostrume.

Udang putih (Litopenaeus vannamei) memiliki 2 gigi di bagian ventral rostrum

sedangkan di bagian dorsalnya memiliki 8 sampai 9 gigi (Wyban dan Sweene, 1991).

Karakteristik udang penaeid adalah tubuhnya beruas-ruas dan tiap ruasnya terdapat

sepasang anggota badan yang umumnya bercabang dua atau biramus. Jumlah

keseluruhan ruas badan udang penaeid umumnya sebanyak 20 buah. Ruas pada

cephalotorax terdiri dari 3 ruas. Ruas I terdapat mata bertangkai, sedangkan pada ruas II

dan III terdapat antenna dan antennules yang berguna sebagai alat peraba dan pencium.

Selain itu, pada ruas ke III juga terdapat mandibula, yang berfungsi sebagai alat untuk

menghancurkan makanan sehingga dapat masuk ke dalam mulut. Bagian dada udang

Page 7: indokorrr,,,.docx

penaeid terdapat 8 ruas yang masing-masing ruas terdiri dari anggota badan yang biasa

disebut thoracopoda. Thoracopoda I-III dinamakan maxiliped yang berfungsi sebagai

pembantu mulut dalam memegang makanan. Thoracopoda IV-VIII berfungsi sebagai

kaki jalan (pereiopoda). Udang penaeid memiliki ciri khas yaitu capitnya kecil. Bagian

perut udang penaeid terdapat 6 ruas. Ruas I-V merupakan bagian kaki renang

(pleopoda), sedangkan pada ruas VI berbentuk pipih dan melebar yang dinamakan

uropoda yang bersama-sama dengan telson berfungsi sebagai kemudi. Anus terdapat di

pangkal ujung ekor (FAO, 2012). Klasifikasi vaname (Litopenaeus vannamei) menurut

Wyban dan Sweeney (1991) adalah sebagai berikut:

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Subkelas : Malacostraca

Seri : Eumalacostraca

Superordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobranchiata

Infraordo : Penaidea

Superfamili : Penaeoidea

Famili : Penaidae

Genus : Penaeus

Subgenus : Litopenaeus

Spesies : L. Vannamei

Habitat udang Penaeid usia muda adalah air payau, seperti muara sungai dan

pantai. Semakin dewasa udang jenis ini semakin suka hidup di laut. Ukuran udang

menunjukkan tingkatan usia. Dalam habitatnya, udang dewasa mencapai umur 1,5

tahun. Pada waktu musim kawin tiba, udang dewasa yang sudah matang telur atau calon

spawner berbondong-bondong ke tengah laut yang dalamnya sekitar 50 meter untuk

melakukan perkawinan. Udang dewasa biasanya berkelompok dan melakukan

perkawinan, setelah udang betina berganti cangkang (Briggs et al, 2004).

Siklus hidup udang penaeid sejak telur mengalami fertilisasi dan lepas dari

tubuh induk betina menurut Setyadi (2007), akan mengalami berbagai macam tahap,

yaitu :

Page 8: indokorrr,,,.docx

a. Nauplius

Stadia Nauplius terbagi atas 6 tahapan yang lamanya berkisar 46-50 jam untuk

Litopenaeus vannamei, belum memerlukan pakan karena masih mempunyai kandungan

kuning telur.

b. Zoea

Stadia zoea terbagi atas 3 tahapan, berlangsung selama kira-kira 4 hari. Stadia

zoea sangat peka terhadap perubahan lingkungan terutama kadar garam dan suhu air.

Zoea mulai membutuhkan pakan berupa fitoplankton (Skeletonema sp.).

c. Mysis

Stadia mysis terbagi atas 3 tahapan, yang lamanya 4-5 hari. Bentuk udang

stadia mysis mirip udang dewasa, bersifat planktonis dan bergerak mundur dengan cara

membengkokkan badannya. Udang stadia mysis mulai menggemari pakan berupa

zooplankton, misalnya Artemia salina.

d. Post Larva

Stadia larva ditandai dengan tumbuhnya pleopoda yang berambut (setae) untuk

renang. Stadia larva bersifat bentik atau organisme penghuni dasar perairan, dengan

pakan yang disenangi berupa zooplankton.

Page 9: indokorrr,,,.docx

2. KEADAAN UMUM

A. SEJARAH

PT. Indokor Bangun Desa merupakan suatu anak perusahaan yang dimiliki oleh

PT. Indokor Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta yang bergerak di bidang

perdagangan udang (Udang Putih segar berukuran 50-100 ekor/kg yang siap

dikonsumsi). PT. Indokor Bangun Desa merupakan sebuah perusahaan budidaya udang

yang memiliki luas lahan 20 Ha dengan lahan produktif sekitar 7,5 Ha. Usaha ini baru

dibangun pada tahun 1999 dan mulai beroperasi tahun 2000. Hasil panen pertama

perusahaan ini tercatat pada bulan November 2000. Perusahaan Indokor Bangun Desa

merupakan perusahaan yang pada awalnya bergerak dalam bidang pembenihan dan

pembesaran udang windu (Penaeus monodon), namun saat ini perusahaan tersebut

hanya bergerak dalam usaha pembesaran udang vanname (Litopenaeus vannamei) saja.

Produksi saat ini mampu menghasilkan rerata 7,1 ton/petak/siklus yang setara dengan

2,1 ton/ha/siklus budidaya.

Sejarah pemilihan lokasi budidaya payau (udang) oleh PT. Indokor Bangun

Desa berawal pada pemberian kesempatan oleh Sultan Hamengku Buwono X kepada

bapak Toni yang merupakan rekan dari Sultan. Kesempatan tersebut berupa

pemanfaatan lahan sultan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan lahan yang

belum termanfaatkan. Didorong pula semangat untuk membantu warga sekitar yang

pendapatan ekonominya masih relatif rendah akhirnya didirikanlah usaha budidaya

udang PT. Indokor Bangun Desa ini. Namun dalam penentuan lokasinya, survey yang

dilakukan oleh pemrakarsa meliputi daerah pesisir pantai selatan jawa mulai dari

Pangandaran di Jawa Barat hingga Pacitan di Jawa Timur dan dipilihlah lokasi usaha

budidaya udang yang dianggap paling cocok dan memenuhi kriteria yang berdiri dan

beroperasi hingga saat ini. Sebelumnya PT. Indokor Bangun Desa juga membuat kolam

percobaan di daerah pantai Glagah, Kulonprogo.

B. KEADAAN LOKASI

PT. Indokor Bangun Desa berlokasi di pesisir pantai selatan yogyakarta dan

berjarak ± 35 km dari kota Yogyakarta ke arah selatan, yaitu tepatnya di Dusun

Kuwaru, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul. Sebelah selatan

berbatasan langsung dengan pantai Samudera Indonesia, sebelah barat dan utara

Page 10: indokorrr,,,.docx

berbatasan dengan Dusun Kuwaru, sebelah timur berbatasan dengan Dusun

Cangkringan dan sebelah utara tambak terdapat sungai yang pada waktu musim hujan

terisi air dan pada waktu musim kemarau merupakan lahan tanaman. Lokasi tambak

berjarak 200 meter dari garis pantai dengan elevasi ± 5 meter dari permukaan air laut.

Kawasan tambak terdapat dalam daerah coastal supratidal dengan sekeliling tambak

berupa gundukan pasir dan tumbuhan. Di sepanjang sisi tambak ditanami pohon cemara

udang dan gamal sebagai sabuk hijau  yang membuat nyaman suasana sekaligus

berfungsi sebagai vegetasi konservasi lahan. 

C. STRUKTUR ORGANISASI

PT. Indokor Bangun Desa secara struktural dikepalai oleh seorang direktur yang

dibantu oleh manajer personalia dan umum, produksi (Bapak Indrawan) serta keuangan

(Ibu Lisa). Setiap manajer dibantu pula oleh beberapa staf yang terbagi sesuai divisi

yang ada. Adapun jumlah keseluruhan karyawan yang bekerja pada PT. Indokor

Bangun Desa Bantul berjumlah 61 orang ( bagan struktur organisasi terlampir).

D. SARANA DAN PRASARANA

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di PT.Indokor Bangun Desa,

Bantul antara lain gedung kantor, gudang logistik, bengkel mekanik dan elektrik,

hatchery dengan 8 petak tambak beton outdor ukuran 5x6x1,2 m, hatchery indoor (2

kolam bulat diameter 6 m), tambak pembesaran ada20 petak tambak besar (biocrete)

ukuran 60 x 60 meter dan 8 petak petak kecil dengan ukuran 12 x 21 meter, dan 4 petak

yang baru ditambahkan tahun ini . Sarana lain terdapat kolam reservoir dan kolam

sedimentasi, pos keamanan, laboratorium untuk hatchery, mess untuk manajer dan

karyawan, serta sumber air berupa 5 sumur resapan dan 2 sumur bor, serta beberapa

sarana prasarana teknis budidaya lainnya. PT. Indokor Bangun Desa juga memiliki

gudang beku (refrigerator) yang berada di jalan Ring Road Selatan DIY, namun

keadaannya belum termanfaatkan.

Page 11: indokorrr,,,.docx

3. PEMBAHASAN

A. Site Selection

Lahan yang digunakan untuk usaha tambak merupakan tanah pasir yang

merupakan Sultan Ground (SG) yang sebelumnya duianfaatkan oleh penduduk untuk

pertanian. Lahan garapan penduduk yang sekarang dipakai perusahaan, diberi ganti

rugi dari perusahaan atau disebut magersari (sebesar 10 % laba panen setiap tahunnya

untuk bendahara desa dan keluarga yang tergusur tanah garapannya). Perusahaan

melakukan rekayasa konstruksi tambak dalam mengolah tanah berpasir untuk menjadi

petak tambak sehingga air tidak meresap ke dalam pasir.

Sumber air pada budidaya udang di PT. Indokor Bangun Desa berasal dari 5

sumur resapan dan 2 sumur bor. Sumur resapan di tepi pantai sebagai sumber air

asin/payau sedangkan sumur bor sebagai sumber air yang lebih tawar (salinitas ± 2 ppt).

Air laut diambil menggunakan pompa sentrifugal dengan kekuatan 7,5 HP. Sumur

resapan sebagai sumber air laut berjumlah 5 buah dan sedang dibuat 3 sumur resapan

lagi untuk memenuhi kebutuhan air di tambak PT. Indokor Bangun Desa ini. Pompa

sentrifugal berada ± 10 meter ke arah utara dari sumur resapan dan ditempatkan pada

rumah pompa. Tercatat terdapat 4 pompa yang tedapat pada rumah tersebut dan pompa-

pompa tersebut bekerja 24 jam non-stop untuk memenuhi kebutuhan air tambak. Setiap

pompa memiliki kekuatan untuk menyedot air dari sumur sekitar 0,8 m3/menit. Sumur

resapan memiliki kedalaman sekitar 12 meter. Salinitas air yang dapat diambil dari

sumur resapan yaitu berkisar antara 24-30 ppt. Air hasil pengangkatan oleh pompa

kemudian dialirkan di saliran inlet utama yang sebelumnya telah dicampurkan dengan

air tawar sehingga diperoleh salinitas yang berkisar 10-15 ppt.

Sumber air tawar berasal dari sumur bor dalam di dekat pantai dengan

kedalaman 60 meter. Sumur bor dalam yang dimiliki PT. Indokor Bangun Desa

sebanyak 2 buah, satu di sebelah timur rumah pompa resapan dan satu lagi di barat

rumah pompa resapan. Pompa untuk sumur bor menggunakan pompa yang dipasang di

kedalaman 40 meter (20 m diatas sumber air). air yang dihasilkanoleh kekuatan pompa

ini sekitar 22L/detik dengan salinitas 0-5 ppt. Air hasil penyedotan kemudian langsung

dialirkan ke saluran inlet dan bercampur dengan air asin dari sumur resapan. Setelah air

masuk ke bak inlet kemudian air dialirkan menuju 2 kolam reservoar air laut, yaitu

Page 12: indokorrr,,,.docx

kolam selatan yang ukurannya 15 x 40 m dan kolam utara yang ukurannya 50 x 75 m.

Kedalaman masing-masing kolam 150 cm. Salinitas air yang terdapat dalam bak

reservoar tersebut merupakan salinitas campuran antara hasil sumur bor dalam dengan

sumur resapan.

B. Tata Letak

C. Desain dan Konstruksi

Pembuatan konstruksi tambak juga memperhatikan sifat korosif air laut,

sehingga teknik konstruksi yang digunakan dalam membuat petak tambak yaitu

konstruksi Biocrete. Konstruksi

tersebut memadukan antara semen dan

bambu. Bambu digunakan sebagai

kerangka yang kemudian di beri

semen sehingga menjadi beton dan

digunakan sebagai dinding tambak.

Bagian dasar tambak dan lapisan

dinding tambak menggunakan plastik

PE (Polyethilen) sehingga tidak terjadi

peresapan air laut ke darat.

Kawasan tambak dibuat

sedemikian rupa sehingga usaha berjalan lancar. Pembuatan Green Belt di selatan

tambak dimaksudkan untuk mencegah erosi air laut dan angin yang membawa pasir

sehingga dapat mengakibatkan pendangkalan tambak. Pembuatan Green Belt dilakukan

dengan kerjasama antara PT. Indokor Bangu Desa dan Fakultas Kehutanan UGM.

Perusahaan menanam 600 pohon cemara udang sebagai Green Belt. Selain Green Belt

di sebelah selatan tambak juga dibuat parit sepanjang kawasan tambak dengan

kedalaman ± 5 meter yang berjarak 150 meter dari laut yang berfungsi sebagi pelindung

dari ombak besar dan angin yang membawa pasir sehingga pendangkalan tidak terjadi

di petak tambak. Area perusahaan juga ditanami tumbuhan pandan dan semak serta

dipasang pagar bambu sehingga kawasan tambak aman dari pencurian maupun hewan

Page 13: indokorrr,,,.docx

pemangsa lainnya. Jalan masuk ke area tambak berupa jalan pasir berbatu yang dibuat

perusahaan sehingga mempermudah dalam aksesibilitas.

D. Teknik Budidaya

1. Persiapan Tambak

Tahap persiapan tambak dilakukan beriringan dengan tahap aklimatisasi benur

yang baru datang dari suplier, sehingga ketika benur telah siap tebar tambak juga sudah

siap dengan persyaratan yang telah disesuaikan. Persiapan tambak pembesaran udang

meliputi banyak kegiatan, mulai dari pengeringan dan pencucian dasar tambak untuk

membersihkan dari sampah-sampah dan limbah oranik, evaluasi kondisi plastik dasar

tambak yang meliputi pemeriksaan dan perbaikan kebocoran plastik serta pematang

yang bocor, penyiangan tumbuhan dasar tambak, perataan dasar tambak agar plastik

tidak tersingkap, pemeriksaan dan perbaikan central drain, pemasangan skat balk,

persiapan kincir, pengisian air pada petak tambak, pemupukan, pengapuran, pemberian

fermentasi probiotik dan enzim, serta pengoperasian kincir air.

Pengisian air ke tambak pembesaran memerlukan waktu yang cukup lama,

berkisar 1-2 hari tergantung debit air yang mengalir dari reservoar. Pemupukan

dilakukan dengan menggunakan berbagai macam pupuk kimia yang tersedia di pasar,

seperti pupuk Urea, KCL, NPK, TSP-46, Nutriflake, EDTA dan enzim. Pupuk-pupuk

tersebut diberikan kepada tambak dengan tujuan untuk menumbuhkan pakan alami bagi

benur. Selain itu pemupukan juga dapat meningkatkan pH perairan dan dapat

mengurangi keasaman perairan karena limbah budidaya sebelumnya. Pemupukan biasa

dilakukan 2-3 hari sebelum benur ditebar ke tambak pembesaran. Pengapuran dilakukan

dengan menggunakan kapur dolomit untuk meningkatkan pH air juga untuk membunuh

organisme parasit yang terdapat pada perairan.

Setelah tahap persiapan selesai air dicek kualitasnya. Jika sudah cocok dan

sesuai dengan kriteria yang diinginkan untuk pertumbuhan dan perkembangan udang

maka tambak siap ditebari benur yang telah diaklimatisasi di divisi hatchery.

2. Penyediaan dan Penebaran Benur

Penyediaan benur pada PT. Indokor Bangun Desa Bantul tidak dilakukan

secara mandiri, sekarang ini, oleh perusahaan melainkan dengan bekerja sama dengan

Page 14: indokorrr,,,.docx

perusahaan penyedia benih benur udang. Namun pada awal mula berdirinya penyediaan

benih dapat dilakukan secara mandiri oleh perusahaan. Seiring berjalannya waktu

terjadi penurunan kualitas perairan yang hampir menimbulkan konflik di daerah

perusahaan berdiri dan adanya kejadian kapal tenggelam (kapal Kalla Lines) yang

membawa aspal di perairan selatan turut menjadikan sebab meningkatnya kadar logam

berat di perairan sehingga tidak mendukung untuk dilakukan penyediaan benur secara

mandiri. Beberapa perusahaan penyedia benih benur yang bekerja sama dengan PT.

Indokor Bangun Desa yaitu;

1) STP (Suri Tani Pemuka)

2) CPP (Central Proteina Prima) Anyer

3) Hatchery di Situbondo

4) Prima Larva

5) Dewi Windu

6) Perusahaan pembenihan Biru Laut Katulistiwa, Lampung.

Benur dari berbagai perusahaan penyedia tersebut dikirim melalui bandara Adi

Sucipto Yogyakarta dengan dikemas dalam plastik dan ditempatkan pada wadah

sterofoam. Ukuran benur yang biasa dipesan adalah benur yang telah mencapai ukuran

PL 10-20 dengan berat 0,01-0,02 gram dan benur tersebut perlu diaklimatisasi terlebih

dahulu selama 7-8 hari dalam bak aklimatisasi. Aklimatisasi dimaksudkan agar benur

tidak mengalami shock sehingga benur tidak terlalu mengalami stress yang dapat

mengakibatkan kematian. Aklimatisasi bertujuan untuk menyesuaikan suhu dan

salinitas media hidup benur dari tempat pembenihan ke tempat pembesaran. Waktu

aklimatisasi dapat bervariasi. Aklimatisasi dapat cukup dilakukan 3 hari jika salinitas

bak aklimatisasi telah mencapai kesamaan dengan salinitas di tambak pembesaran.

Benur yang diaklimatisasi pada bak/ petak aklimatisasi ditebar dengan

kepadatan 100.000 ekor/m3. Selama proses aklimatisasi benur diberi pakan 1 kali sehari

untuk hari pertama dan 3-5 kali sehari pada hari berikutnya. Adapun pakan yang

diberikan berupa pakan nutriflake dan pakan tipe 581 dengan perbandingan 1:1.

Pemberian pakan kepada benur dilakukan tidak dengan cara menebar pakan pada

perairan, namun dengan melarutkan terlebih dahulu pakan pada air, kemudian pakan

tersebut dimasukkan pada kantong/ saringan yang memiliki ukuran mesh tertentu.

Page 15: indokorrr,,,.docx

Ukuran mesh kantong disesuaikan dengan umur benur. Saringan dengan ukuran 150

mesh (105 ) digunakan jika benur adalah PL 1-10, sedangkan ukuran 100 mesh (149 )

digunakan jika benur adalah PL 11-13.

Kegiatan pemanenan benur berkaitan dengan penebaran benur pada tambak

pembesaran karena benur pasca aklimatisasi akan dipanen dan dikemas langsung akan

diangkut menuju tambak pembesaran untuk segera ditebar. Panen benur dilakukan pada

pagi atau sore hari untuk mengurangu resiko kematian benur secara massal akibat shock

suhu.

Benur yang telah dikemas dalam kantong plastik dan siap tebar diangkut

menuju tambak pembesaran dengan menggunakan alat transportasi. Benur yang siap

tebar merupakan benur ukuran PL-17 hingga PL-28. Benur tersebut ditebar dengan

padat tebar berbeda tergantung dengan jumlah benur yang dipanen. Adapun padat tebar

udang yang biasa digunakan adalah 450.000 ekor/tambak (tambak ukuran 60x60 m)

yang setara dengan 125 ekor benur/ m2. Rencananya akan dilakukan peningkatan padat

tebar menjadi 500.000 benur/petak (145 benur/m2) untuk peningkatan produksi udang.

Penebaran benur dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat cuaca tidak sedang hujan.

Mula-mula plastik diletakkan di tambak dan didiamkan selama ± 5 menit. Kemudian

plastik kemasan dibuka tanpa mengeluarkan benur dari kemasan dan didiamkan selama

± 5 menit lagi sambil memercikkan air tambak kedalam kemasan secara perlahan.

Terakhir plastik kemasan secara tepat dengan posisi mulut kemasan terletak di bawah

sehingga dengan cepat pula benur dapat keluar dari kemasan.

3. Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan kepada udang merupakan pakan komersil dari PT. CP

Prima (Central Proteinaprima) dengan merk dagang Irawan. Pakan yang biasa

digunakan memiliki beberapa tipe. Berikut beberrapa tipe pakan yang digunakan beserta

spesifikasinya.

Tabel 1. Tipe pakan dan spesifikasinya yang diberikan kepada udang di tambak

PT.Indokor Bangun Desa

kode Bentuk

Pakan

Ukuran Pakan Berat

Udang (g)

Pemberian

Pakan

Frekuens

i

(kali/hari

Page 16: indokorrr,,,.docx

(% biomassa) )

681 VCrumbel

(remahan)

0,425x0,71

mmPL 13-1,0 10,0-8,0 3

682 VCrumbel

(remahan)0.71x1.0 mm 1,0-2,0 8,0-7,5 4

683 VCrumbel

(remahan)1.0x2,3 mm 2,0-5,0 7,5-4,5 4

683-SP

VPellet 1,8x2,0 mm 5,0-14,0 4,5-2,5 4

684-S V Pellet 1,8x4,0 mm 14,0-22,0 2,5-1,7 4

6684 V Pellet 2,0x5,0 mm 22,0-panen <1,7 5

Pemberian pakan kepada udang dilakukan dengan berbagai metode dan

interval yang beragam tergantung pada umur udang. Pada udang yang baru ditebar

dilakukan pemberian pakan dengan metode Full Feeding. Metode ini berupa pemberian

pakan berdasarkan program yang diberikan oleh manajer produksi yang didasarkan pada

data-data produksi sebelumnya dan data prediksi biomassa pada tambak. Program Full

Feeding dilakukan pada 1 bulan pertama dan setelah itu dilakukan program yang serupa

dengan BWA (Body Weight Average), yaitu program pemberian pakan berdasarkan

prediksi biomassa yang terdapat pada tambak budidaya.

Interval pemberian pakan juga beragam bergantung pada umur udang. Untuk

udang yang baru ditebar biasanya diberi pakan 2 kali/hari dan secara bertahap akan

bertambah menjadi 5-6 kali/hari hingga waktu panen. Jadwal pemberian pakan biasanya

dilakukan pada jam 05.00, 09.00, 13.00, 17.00, 21.00 dan 01.00 WIB. Periodisasi

pemberian pakan ditetapkan berdasarkan pertumbuhan dan umur udang. Pertumbuhan

udang dapat diketahui berdasarkan sampling yang dilakukan seminggu sekali (atau

sesuai kebutuhan), sehingga sampling sangat menentukan langkah manajemen

pemberian pakan pada tahap pemeliharaan selanjutnya. Sampling pertumbuhan dan

prediksi biomassa udang dilakukan menggunakan anco yang ditempatkan dalam

perairan. Anco dapat diamati 1 hingga 2 jam setelah pemberian pakan. Penilaian

terhadap hasil pengamatan berkisar 0,1 dan 2. Nilai 0 menunjukkan bahwa pakan yang

diberikan telah habis dan dapat ditingkatkan dosis pakan untuk tahap selanjutnya. Nilai

Page 17: indokorrr,,,.docx

1 menunjukkan bahwa pakan masih bersisa namun sedikit dan dapat hilang tebawa arus

drainase. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan masih mencukupi kebutuhan

udang dan tidak perlu penambahan dosis pakan. Nilai 2 menunjukkan bahwa pakan

masih tersisa banyak dan perlu pengurangan dosis pakan untuk kedepannya.

Dosis pakan yang diberikan ke udang pada berbagai tambak tiap harinya

disiapkan oleh divisi logistik. Divisi logistik tiap harinya menyiapkan pakan untuk tiap

tambak berdasarkan data yang diberikan oleh divisi produksi. Jadi tiap tambak tiap hari

telah diberikan dosis yang telah disesuaikan dengan keadaan tambak dan udang.

4. Perawatan Budidaya

a. Sampling

Manajemen pembesaran udang dilakukan dengan melakukan pengamatan secara

periodik terhadap pertumbuhan udang. Pengamatan dilakukan dengan cara sampling

menggunakan bantuan anco. Sampling pertama baru dapat dilakukan setelah udang

dipelihara selama 30 hari dan selesai masa full feeding. Sampling pertumbuhan udang

bertujuan untuk mengetahui petumbuhan udang. Hasil sampling itu nantinyadigunakan

untuk menduga populasi, biomassa dan menentukan jumlah pakan yang akan diberikan

pada tahap pemeliharaan selanjutnya. Selain menggunakan anco sampling pertumbuhan

dapat pula dilakukan dengan menggunakan jaring dengan ukuran mata jaring tertentu.

Sampling dilakukan pada bberapa titik pada tambak untuk mendapatkan data yang

seakurat mungkin. Adapun langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan sampling

adalah dengan menangkap udang pada beberapa titik. Kemudian menghitung jumlah

udang yang tertangkap dan menimbang berat total udang yang tertangkap. Setelah itu

udang dikembalikan ke tambak dan dilakukan penghitungan berat rerata udang serta

menduga populasi keseluruhan dari udang yang ada di tambak. Perlu diperhatikan

bahwa SR rerata yang tercatat adalah 71%.

b. Manajemen Kualitas Air

Manajemen kualitas air meliputi pengamatan semua parameter kualitas air

yang memiliki pengaruh penting terhadap kelangsungan hidup udang. Parameter

kualitas air tersebut adalah suhu, pH, Oksigen (DO), salinitas, kecerahan dan plankton.

Pengecekan parameter kualitas air tesebut bervariasi dalam hal periodenya tergantung

tingkat kepentingannya. Untuk parameter suhu, pH, Oksigen (DO), salinitas diamati

Page 18: indokorrr,,,.docx

sebanyak 2 kali/hari pada waktu pagi dan sore, kecerahan diamati setiap hari, sedangkan

plankton diamati seminggu sekali.

Adapun perlakuan-perlakuan yang diberikan kepada tambak dapat berupa

pemberian tepung zeolit untuk mengendalikan amonia, dolomit untuk pengapuran,

kaptan, probio dan molase untuk bioremediasi menggunakan mikrobia, peroksida atau

H2O2, pupuk kimia untuk pemupukan lanjutan, pergantian air dan penyiponan untuk

menjaga kualitas air, penggunaan kincir, hingga flushing jika dirasa perlu.

Penyiponan dilakukan dengan membuka central drain yang memiliki 10 buah

pipa satu per satu untuk menyedot sisa pakan dan limbah budidaya lain seperti fases dan

dibuang melalui drain. Pembukaan pipa tersebut dilakukan 4 jam setelah pemberian

pakan. Bagian ini dibuka jika limbah sudah banyak terkumpul di daerah tengah akibat

gerakan air oleh kincir air. jika air sudah agak bening pipa dalam central drain ditutup

kembali dan diganti membuka pipa lainnya. Langkah ini dilakukan hingga semua pipa

sedah mengalirkan air yang jernih atau bening. Hal itu menunjukkan bahwa limbah

budidaya telah berhasil dikeluarkan dari tambak.

Penggunaan kincir air bertujuan untuk menjaga kandungan oksigen dalam

perairan. Oksigen merupakan kebutuhan pokok untuk semua organisme tanpa terkecuali

udang. Penggunaan kincir pada awal tahap budidaya kurang begitu dibutuhkan, namun

seiring bertambahnya waktu secara bertahap kincir air dioperasikan bahkan mencapai

10 kincir tiap tambak. Penambahan kincir yang beroperasi secara bertahap dilakukan.

Penambahan jumlah kincir biasanya didasarkan jika DO air dibawah 3 dalam waktu 2

hari berturut-turut. Jika itu terjadi penambahan kincir untuk dioperasikan dilakukan.

Flushing pada dasarnya juga merupakan pergantian air, akan tetapi pergantian

air yang dimaksud adalah dengan cara membuang air tambak diiringi dengan pengisian

air ke dalam tambak sehingga air dalam keadaan mengalir dan tergantikan air yang

baru. Flushing dilakukan pada kasus-kasus tertentu, misalnya jika terjadi kematian

udang dan diduga disebabakan oleh kualitas air yang buruk. Flushing akan mengurangi

kemungkinan terjadinya tekanan secara fisiologis bagi udang.

c. Hama penyakit

Hama penyakit yang mewabah pada tambak budidaya udang PT. Indokor

Bangun Desa Bantul belum tercatat selama ini. Namun sempat diduga terjadi serangan

Page 19: indokorrr,,,.docx

virus MIO dan WSSV (white spot syndrom virus) dengan gejala badan udang yang

banyak muncul bercak putih. Setelah dilakukan analisis laboratorium ternyata itu

bukanlah serangan virus namun merupakan kram yang dialami udang akibat kadar

oksigen yang turun/rendah. Adapun hama yang dapat dijumpai pada tambak udang

antara lain biawak, ular, ikan nila dan bandeng yang berada pada reservoar yang lolos

penyaringan hingga dapat masuk ke tambak pembesaran

d. Pemanenan

Panen udang vannamei dilakukan setelah masa pemeliharaan 90-120 hari (3-4

bulan) sesuai dengan permintaan pasar dalam hal ukuran dan kebutuhan keuangan

perusahaan. Adapun size (ukuran) udang yang sudah bisa dipanen adalah ukuran 50

ekor/kg (@20 gram) atau 40 ekor/kg (@25 gram) sesuai permintaan pasar. Kegiatan

panen berlangsung 4-6 jam. Metode panen yang digunakan adalah dengan

menggunakan kantong penampungan udang yang dipasang pada pintu canal pemanenan

yang terhubung dengan central drain. Setelah kantong dipasang skatbalk pada central

drain dibuka (3-5 pipa diangkat). Kemudian ditunggu hingga level air mencapai ± 40

cm. Setelah itu udang digiring ke arah caren dan menuju outlet dengan menggunakan

jaring. Setelah udang masuk ke outlet tinggal menunggu udang masuk kantong semua.

Setelah itu kantong diangkat dan udang dapat dimasukkan pada tong atau sterofoam

yang telah berisi es. Perbandingan antara es dan udang yaitu 1:1. Kemudian udang hasil

panen disortasi pada divisi pasca panen. Hasil panen udang vannamei tiap petak ± 7,1

ton.

e. Pasca panen dan pemasaran

Pasca panen merupakan tahap akhir dari kegiatan usaha pembesaran udang

vannamei. Hasil panen dari tambak pembesaran selanjutnya dibawa menuju bagian

pasca panen untuk dicuci, kemudian udang-udang yang telah bersih ditempatkan pada

keranjang-keranjang dan siap ditimbang beratnya. Penimbangan berat udang diawasi

langsung oleh petugas dari pihak perusahaan dan diperlihatkan kepada pembeli yang

sudah datang ke lokasi. Udang yang sudah ditimbang kemudian disortasi berdasarkan

ukuran tertentu. Setelah semua telah selesaiudang dipacking dalam wadah tong atau

Sterofoam yang berisi es. Adapun perbandingan antara es dengan udang yaitu 1:1.

Namun jika perjalanan melebihi 3 hari maka jumalah es diperbanyak.

Page 20: indokorrr,,,.docx

E. Kendala Dalam Produksi

.

4. PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. PT. Indokor Bangun Desa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

budidaya udang di tambak.

2. Komoditas yang diusahakan semula adalah udang windu (P. monodon) namun

sejak 2003 beralih ke udang vannamei (P.vannamei)

3. Sistem budidaya yang diterapkan merupakan sistem semi-closed water system

atau semi-zero water exchange.

4. Produksi tiap petak tambak mencapai 7,1 ton/petak/siklus yang setara dengan 21

ton/ha/siklus.

5. Permasalahan yang biasa dijumpai adalah kualitas air yang masih tergantung

pada alam, kedisiplinan pegawai dalam pemberian pakan hingga suplai listrik

yang kadang terganggu.

B. SARAN

Perlu dikembangkannya usaha budidaya yang lebih produktif agar diperoleh

hasil yang lebih bagus dan meningkat. Penerapan teknologi baru juga diperlukan

untuk meningkatkan produktifitas. Sistem terpadu dan terintegrasi dengan sektor lain

dapat pula diaplikasikan dalam usaha budidaya. Wawasan terhadap lingkungan juga

tetap harus diperhatikan. Manajemen yang baik turut menjadikan bisnis budidaya

udang menjadi lebih menguntungkan. Untuk praktikum selanjutnya supaya dilakukan

rute kunjungan yang lebih baik agar tidak terkesan serabutan dan tidak teratur.

Page 21: indokorrr,,,.docx

DAFTAR PUSTAKA

Briggs, M., Funge-Smith, S., Subasinghe, R. & Phillips, M. 2004. Introductions and

movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and the Pacific.

Page 22: indokorrr,,,.docx

FAO Regional Office for Asia and the Pacific. RAP Publication 2004/10:1–12.

Chong, K.C., A. Poernomo dan F. Kasryno. 1984. Economic an Technical Aspect of the

Indonesian Milkfish Industry. In : Advances in Milkfish Biology. Island

Pub.House, Inc., Manila. 199-213 pp.

Dahuri, R. 2011. Tambak Produktif, Efisien dan Berkelanjutan. Majalah Trobos. Edisi

Desember 2011.

Novianto, B.R. 2009. Perkembangan Budidaya Payau di Indonesia. Fakultas Perikanan

dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya.

FAO. 2012. Litopennaeus vannamei. En-whiteleg Shrimp . dalam http://www.fao.org.

Diakses pada 14 Mei 2012.

Pantjara, B., Utojo, Aliman dan M. Mangampa. 2008. Kesesuaian Lahan Budidaya

Tambak di Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Jurnal Riset Akuakultur 3 (1) : 123-135.

Poernomo, A. 1992. Pemilihan Lokasi Tambak Udang Berwawasan Lingkungan. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Perikanan-Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Jakarta.

Poernomo, A. 2004. Sejarah Perkembangan dan Pilihan Teknologi Budidaya Udang di

Tambak. Paper the Nat. Symp. On Dev. And Scient. And Techn. Innovation in

Aquaculture, semarang. Januari 27-29, 2004.

Rustadi, 2011. Peranan dan Potensi Budidaya Perikanan dalam Pembangunan Perikanan

Berkelanjutan. Bahan kulah pembangunan perikanan. Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Setyadi, A. 2007. Budidaya Udang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Triyatmo, B. 2010. Teknik Budidaya Udang dalam Tambak BIOCRETE (Studi

Lapangan di Tambak Udang Pantai Selatan Yogyakarta). Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

Widodo R. H. dan Dian A.S. , 2007. Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wyban, J.A. dan Sweeney, J.N. 1991. Intensive shrimp production technology. High

Health Aquaculture, Hawaii, USA. 158 pp.

Page 23: indokorrr,,,.docx
Page 24: indokorrr,,,.docx

LAMPIRAN

Gambar 1. Bangunan kantor perusahaan Gambar 2. Divisi logistik

Gambar 3. Divisi mekanik dan elektrik Gambar 4. Divisi panen dan pasca panen

Page 25: indokorrr,,,.docx

Gambar 5. Sumur bor dalam Gambar 6. Divisi hatchery

Gambar 7. Petakan bak aklimatisasi Gambar 8. Tambak pembesaran (tambak biocrete)

Gambar 9. Pompa air Gambar 10. Kincir air

Gambar 11. Stok pakan udang Gambar 12. Stok kapur

Page 26: indokorrr,,,.docx

Gambar 13. Rumah pompa air

Gambar 15. Sumur resapan (sumber air asin) Gambar 16. Anco.