281
Penerbit: YAYASAN NUSANTARA BANGUN JAYA Membangun Manajemen SDM Indonesia Yang Bermoral PANCASILA Dr. Eko Purnomo, S.IP, SE, MM Dr. Herlina JR Saragih, M.Si

Indonesia Yang Bermoral PANCASILA - opac.lib.idu.ac.idopac.lib.idu.ac.id/unhan-ebook/assets/uploads/files/6c422-buku... · pada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila

  • Upload
    trannhu

  • View
    245

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

Penerbit:

YAYASAN NUSANTARA BANGUN JAYA

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang Bermoral

PANCASILA

Dr. Eko Purnomo, S.IP, SE, MM

Dr. Herlina JR Saragih, M.Si

Hak Cipta © 2016 pada Penerbit YAYASAN NUSANTARA BANGUN JAYA Penulis : Dr. Eko Purnomo, S.IP, SE, MM Dr. Herlina JR Saragih M.Si Editor : Sinta Puspitasari Putripertiwi Editor Ahli : Adi Sujaya, S.Pd, MM Buku ini diterbitkan oleh bagian produksi Penerbit YAYASAN NUSANTARA BANGUN JAYA kerjasama dengan Paguyuban Nusantara Bangkit. Design Sampul : E. Purnomo Design dan layout : Bagian Produksi Percetakan : YAYASAN NUSANTARA BANGUN JAYA ©Hak Cipta diliindungi Undang-Undang

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah

YMK , yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita bersama, sehingga kami dapat menyelesaikan dalam menyusun Buku dengan judul MEMBANGUN MANAJEMEN SDM INDONESIA YANG BERMORAL PANCASILA

Penyusunan buku ini dalam rangka untuk memberikan gambaran, wawasan dan pandangan kepada bangsa Indonesia pada umumnya dan para mahasiswa pada khususnya sebagai salah satu buku pegangan atau bacaan dalam memahami pada mata kuliah Manajemen SDM dan Pancasila.

Dalam kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: Peneribit YAYASAN NUSANTARA BANGUN JAYA yang telah menampung aspirasi dan kreasi kami dalam menyusun buku dan semua pihak yang telah membantu demi terselesainya penyusunan buku ini

Penulis sangat sadar dan memahami, bahwa

buku inii masih sangat terbatas dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mohon

bimbingan demi perbaikan dan sempurnanya buku ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi bangsa Indonesia utamanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan pengembangan kajian ilmu pengetahuan di dimasa yang akan datang.

Jakarta, 25 November 2016 Penulis,

Daftar Isi

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………….Halaman Balik Halaman Judul………………………. Kata Pengantar…… …………..…………. i Daftar Isi……………… …………..………... ii BAB I PENDAHULUAN……….…………… 1

1.1. Pembinaan Karakter Bangsa……. 8 1.2. Pancasila sebagai Landasan

Pembangunan…………………….. 14 1.3. Pancasila Sebagai Landasan

Pembangunan Politik Indonesia… 16 1.4. Pancasila Sebagai Landasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia 18 1.5. Pancasila Sebagai Landasan

Pembangunan Sosial Budaya…… 19 1.6. Pancasila Sebagai Landasan

Pembangunan Pertahanan Keamanan Indonesia……………… 20

1.7. Pembangun Kemandirian Bangsa 22 1.8. Peran Generasi Muda dalam

Pembangunan Bangsa Mandiri…. 26

Daftar Isi

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

iv

BAB II MEMBANGUN MANAJEMEN DI INDONESIA…………………………… 32

BAB III MEMBANGUN KARAKTER

BANGSA, MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH 39

3.1. Mendidik Dengan Hati…………… 53 3.2. Membangkitkan Motivasi Siswa Untuk Belajar/ Bekerja Keras, Guna Mewujudkan Cita-Citanya 64 3.3. Pembentukan Karakter Melalui Pembelajaran Di Sekolah 71

BAB IV KUALITAS SDM DALAM

PERSPEKTIF PENDIDIKAN MORAL 74 BAB V PROGRAM MEMPERKOKOH

KARAKTER DAN JATIDIRI BANGSA 79 5.1. Memperkokoh Karakter dan Jati–diri Bangsa………………….. 81 5.2. Pengertian Karakter……………… 82 5.3. Pengertian Jatidiri Bangsa……… 86 5.4. Pengertian Nilai dan Norma……. 88 5.5. Kaitan Karakter, Jatidiri, Nilai dan Norma Kehidupan…………… 90

Daftar Isi

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

v

5.6. Paradigma Membangun Karakter Dan Jatidiri Bangsa ………………. 93 5.7. Jatidiri Manusia Pancasila sebagai Pribadi………………………………. 97 5.8. Jatidiri Manusia Pancasila sebagai Warga-negara…………………….. 102 5.9. Jatidiri Manusia Pancasila sebagai 5.10. Tenaga Pembangunan…………… 104 5.11. Program Memperkokoh Karakter Dan Jatidiri Bangsa……………….. 105 5.12. Tujuan program Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa…… 106 5.13. Lembaga implementasi program Memperko-koh Karakter dan Jatidiri Bangsa…………………… 110 5.14. Tenaga program Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa….. 111 5.15. Penjadualan……………………… 112

BAB VI MAMAHAMI FUNGSI DAN TUJUAN

PANCASILA…………………………… 114 BAB VII PANCASILA MEMBENTUK

KARAKTER BANGSA……………….. 126

Daftar Isi

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

vi

7.1. Pancasila Sebagai Dasar Kemajuan Bangsa……………….. 126

7.2. Sosialisasi Pancasila secara Menyeluruh………………. 127

BAB VIII MENUJU INDONESIA BERDIKARI 131 BAB IX FILSAFAT ILMU MERUPAKAN DASAR PEMAHAMAN PANCASILA SEBAGAI FILOSOFI BANGSA…………………… 138

9.1. Ilmu dan Filsafat……….………… 149 9.2. Pengertian dan Dasar - dasar

Pengetahuan……………..……… 153 9.3. Sumber Pengetahuan……………. 158 9.4. Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah……..……………… 158 9.5. Statistika…………………...………. 160 9.6. Logika……………..……………….. 162

BAB X DASAR-DASAR PENGETAHUAN 165

10.1. Hakikat Penalaran…….………… 165 10.2. Kriteria Kebenaran………….….. 171

BAB XI ONTOLOGI (HAKIKAT APA YANG

DIKAJI)……………………………… 173

Daftar Isi

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

vii

11.1. Pengertian Ontologi dalam Filsafat Ilmu…….……..………. 176

11.2. Sudut Pandang dan Aliran-aliran Ontologi dalam Filsafat Ilmu………….………… 184

11.3. Beberapa cakupan Ontologi 186 11.3.1.Metafisika…………… 186 11.3.2. Asumsi………………. 188 11.3.3. Peluang……………… 189 11.3.4. Batas-Batas Penjelajahan

Ilmu ………………….. 192 11.3.5. Pembelajaran dalam ilmu 192

BAB XII EPISTIMOLOGI: CARAMENDAPAT- KAN PENGETAHUAN YANG BENAR 194

12.1. Pengertian dan Persoalan Epistimologi …………………… 194

12.2. Jenis-jenis Epistemologi………. 196 12.3. Jarum Sejarah Pengetahuan … 199 12.4 Pengetahuan…………………… 214 12.5. Cara Memperoleh Pengetahuan/

Terjadinya Pengetahuan………… 215 12.6 Kebenaran Pengetahuan……… 220 12.7. Jenis-jenis Pengetahuan………. 223

Daftar Isi

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

viii

12.8 Langkah-langkah Metode Ilmiah ……………………………. 225 12.9. Struktur Pengetahuan Ilmiah …. 226

BAB XIII AKSIOLOGI………………………. 233

13.1. Pengertian Aksiologi………… 234 13.2. Pengertian Ilmu dan Moral … 238 13.3. Kategori Dasar Aksiologi …… 243 13.4. Nilai Kegunaan Ilmu…………. 247 13.5. Tanggung Jawab Sosial Keilmuwan………………………. 251 13.6. Fakta……………………………… 253 13.7. Teori……………………………… 256 13.8. Hukum………………………….... 259 13.9. Teknologi ……………………….. 262 13.10.Kesimpulan……………………. 264

Daftar Pustaka Daftar Riwayat Hidup / Bio Data Penulis

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

1

BAB I PENDAHULUAN

alam buku ini akan dibahas mengenai kerangka pemikirn dan pengkajian konsep membangun

Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia yang bermoral Pancasila.

Buku ini juga merupakan sumbang saran pemikiran dan mengingatkan kepada bangsa Indonesia untuk senantiasa kembali kepada jati diri bangsa Indonesia yakni Pancasila sebagai dasar filsafat, pandangan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Fenomena globalisasi merupakan dinamika yang paling strategis dan membawa pengaruh terhadap perkembangan proses perubahan peradaban manusia.

Globalisasi juga membawa dampak pada semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), namun juga berdampak pada iman dan taqwa (IMTAQ). Selain itu, globalisasi memungkinkan terjadinya perubahan

D

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

2

lingkungan strategis yang berdampak luas terhadap eksistensi dan kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dari aspek internal, kondisi objektif bangsa Indonesia sejak diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan negara dengan bangsa yang dibangun di atas keragaman dan perbedaan, yaitu perbedaan suku, agama, ras, etnis, budaya, bahasa dan lain-lain.

Keragaman dan perdedaan tersebut apabila dikelola dengan baik, maka keragaman itu akan menimbulkan keindahan dan harmoni dalam berbangsa dan bernegara, tetapi apabila keragaman dan perbedaan tersebut tidak dapat dikelola dengan baik maka akan berpotensi menimbulkan perselisihan dan sengketa yang dapat menyebabkan perpecahan atau bahkan disintegrasi bangsa Indonesia.

Apabila ditinjau dari aspek eksternal, globalisasi menyebabkan pertemuan antar budaya (cultur encounter) bagi seluruh bangsa di dunia, termasuk bagi bangsa Indonesia. Sehingga, globalisasi tersebut berdampak pada terjadinya perubahan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

3

sosial (social change) secara besar-besaran pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan sosial yang terjadi tersebut belum tentu “kongruen” dengan kemajuan sosial (social progress) suatu bangsa.

Sehingga bangsa Indonesia juga harus memiliki antisipasi untuk mengatasi dampak dari perubahan sosial yang tidak kongruen dengan bangsa Indonesia yang disebabkan oleh globalisasi yaitu dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila.

Pancasila sebagai sebuah ideologi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia, semestinya diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi landasan nilai dan prinsip yang terus mengalir bagi setiap generasi.

Namun dalam perjalanannya, pembangunan karakter bangsa Indonesia yang telah dilaksanakan sejak lama sering mengalami hambatan-hambatan dengan adanya sejumlah kasus yang melibatkan kehidupan antar umat beragama sekaligus masih banyaknya kekerasan atas nama

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

4

golongan dan kelompok tertentu di Indonesia.

Terlepas dari masalah tersebut, penulis berpendapat bahwa Pancasila masih memiliki relavansi dan kesaktian sebagai landasan pembangunan karakter bangsa Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa mandiri di era globalisasi. Bahkan berdasarkan pidato Bung Karno yang menyatakan bahwa Indonesia akan menjadi mercusuar dunia dimasa yang akan datang.

Penulis menggunakan globalisasi sebagai acuan untuk mengkaji pembangunan karakter bangsa terutama bagi generasi muda Indonesia penerus bangsa, untuk menuju kepada kemandirian bangsa dengan berlandaskan pada Pancasila untuk menghadapi derasnya arus globalisasi.

Dalam proses membangun karakter suatu bangsa, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah pendidikan baik itu secara formal maupun non formal, sehingga pengaruh negatif dari globalisasi dapat dikurangi (filterisasi) terutama bagi

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

5

generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang menentukan masa depan.

Generasi muda sekaligus sebagai generasi yang paling rentan terkena dampak negatif dari globalisasi. sehingga peran pendidikan karakter bangsa serta pembangunan karakter bangsa dengan berlandaskan Pancasila menjadi suatu hal yang sangat penting untuk menjadikan bangsa Indonesia mandiri di era globalisasi.

Pada awal 1960-an sosiologi pembangunan berkembang pesat dan sangat dipengaruhi oleh pemikiran para ahli sosiologi klasik seperti Marx Weber dan Durkheim.

Sosiologi pembangunan juga membawa dampak pada lahirnya dimensi-dimensi baru dalam konsep pembangunan. Pembangunan adalah suatu bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.

Dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah mencantumkan tujuan pembangunan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

6

nasional bangsa Indonesia. Kesejahteraan masyarakat adalah suatu keadaan yang selalu menjadi cita-cita seluruh bangsa di dunia ini termasuk juga bangsa Indonesia.

Penulis menggunakan pendekatan sosiologi pembangunan untuk menganalisa pembangunan karakter bangsa Indonesia yang berfokus pada pembangunan karakter generasi muda Indonesia dengan berlandaskan pada nilai-nilai dasar pancasila.

Sosiologi pembangunan adalah suatu cara untuk menggerakkan masyarakat supaya mendukung pembangunan dan masyarakat itu sendiri sebagai tenaga pembangunan, sekaligus sebagai dampak dari pembangunan yang dilaksanakan.

Dalam teori sosilogi, pembangunan karakter bangsa merupakan salah satu unsur penting karena dengan karakter yang bagus maka bangsa tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang besar dan kuat.

Hal tersebut juga dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dalam pembangunan karakter generasi muda bangsa Indonesia

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

7

menuju pada kemandirian di era globalisasi yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan kuat.

Setiap bangsa yang melaksanakan pembangunan selalu menginginkan perubahan yang mengarah pada kemajuan bangsanya. Dan keberhasilan pembangunan tersebut tidak akan terlaksana tanpa adanya semangat juang dari seluruh komponen bangsa untuk maju bersama-sama.

Seperti misalnya semangat perubahan Cina dan India yang dapat sukses membangun negaranya berdasarkan pada pembangunan nasional yang kuat.

Cina dengan reformasi ekonomi gaya Deng Xiaoping, India dengan perpaduan serasi antara agama dengan kasta serta meritrokasi.

Semangat juang tersebut seharusnya ditiru oleh bangsa Indonesia dengan pembangun karakter bangsa yang berdasarkan pada Pancasila.

Pembangunan karakter suatu bangsa tidak cukup dalam esensi pembangunan fisik saja tetapi dibutuhkan suatu orientasi

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

8

yang lebih kuat yaitu suatu landasan dasar atau pondasi pembangunan karakter bangsa tersebut.

Sehingga esensi fisik dari pembangunan berawal pada internalisasi nilai-nilai untuk menuju pada pembangunan tata nilai atau sebaliknya pembangunan yang berorientasi pada tatanan fisik tersebut dijiwai oleh semangat peningkatan tata nilai sosio-kemasyarakatan dan budaya.

Dalam hal ini Indonesia memiliki landasan Pancasila sebagai dasar untuk melakukan pembangunan karakter bangsa Indonesia.

1.1. Pembinaan Karakter Bangsa

Ketika suatu bangsa mulai membangun, maka yang pertama kali menjadi korban adalah kelembagaan keluarga berikut seluruh tatanan nilai kekeluargaan yang ada di dalamnya.

Maksud dari penyataan diatas adalah pembangunan yang dilakukan oleh suatu bangsa seringkali membutuhkan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

9

pengorbanan yang sangat besar termasuk mengorbankan keluarga atau bahkan kebersamaan dalam keluarga.

Bukti nyata yang dapat kita lihat terutama berada di negara - negara industri maju, dimana fenomena hilangnya kohesivitas keluarga terlihat sangat jelas sejalan dengan semakin meningkatnya modernisasi di negara-negara maju tersebut.

Pembangunan yang baik tentu tidak harus mengorbankan keluarga atau bahkan bangsanya sendiri. Sehingga dalam melaksanakan pembangunan dan pembinaan karakter suatu bangsa dibutuhkan pemahaman yang lebih baik, khususnya dalam menjadikan pembangunan fisik suatu bangsa sebagai salah satu instrumen dalam pembinaan karakter bangsanya agar menjadi lebih baik pula dengan berlandaskan pada suatu nilai.

Aspek lain yang tidak kalah penting untuk diperhitungkan dalam melakukan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

10

pembinaan karakter bangsa adalah pengaruh dari kemajuan kapasitas berpikir manusia itu sendiri yang pada umumnya diartikulasikan dalam bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu teknologi informasi dan telekomunikasi.

Kedua jenis teknologi tersebut secara radikal telah mengakselerasi proses interaksi antar manusia dari berbagai bangsa dan memberikan dampak adanya amalgamasi berbagai kepentingan lintas bangsa (globalisasi).

Salah satu unsur yang ada dalam proses amalgamasi kepentingan antar manusia adalah daya saing atau competitiveness. Pentingnya kemampuan daya saing bagi suatu bangsa untuk dapat menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi tersebut sehingga dibutuhkan suatu pembinaan karakter bangsa termasuk juga bagi bangsa Indonesia.

Menurut Michael Porter (1999), dalam bukunya Daya Saing sebuah Bangsa (The

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

11

Competitiveness of A Nation), pemahaman daya saing sebagai salah satu keunggulan yang dimiliki suatu entitas dibandingkan dengan entitas lainnya.

Keunggulan yang dimaksud dapat berkembang ke berbagai pengertian maupun penerapan. Keunggulan tersebut dapat diartikan sebagai keunggulan ekonomi, keunggulan politik, keunggulan militer dan lain-lain.

Sedangkan, daya saing pada esensinya dapat diartikan sebagai sebuah rantai dari suatu nilai proses yang dapat dikendalikan dengan proses pembelajaran kontinyu atau continuous learning. Sehingga, arti dan makna pembinaan karakter bangsa di era globalisasi yang sarat dengan daya saing adalah menyangkut tiga hal pokok yaitu:

1. Artikulasi karakter bangsa adalah mengacu pada tingkat peningkatan kapasitas pengetahuan dari bangsa tersebut untuk terus melakukan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

12

pembelajaran agar semakin meningkat daya saingnya di era globalisasi.

2. Pembinaan karakter bangsa akan diarahkan agar kapasitas pengetahuan yang terbangun dapat meningkatkan daya saing suatu bangsa, dengan kondisi dimana daya saing tersebut akan memungkinkan adanya kemajuan kolektif atau kemajuan bersama bagi bangsa Indonesia.

3. Pemaknaan dari karakter positif bangsa seharusnya diarahkan untuk mencapai dua hal pokok di atas.

Sebenarnya bangsa Indonesia telah memiliki karakter positif bangsa yang seharusnya terus ditumbuh-kembangkan untuk menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi ini. Karakter positif yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut antara lain adalah karakter pejuang yang juga telah diakui oleh masyarakat internasional karena Indonesia mendaparkan kemerdekaannya melalui

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

13

perjuangan tumpah darah bangsa Indonesia. selain itu, bangsa Indonesia juga memiliki karakter pemberani dan sejumlah karakter positif lainnya yang harus ditumbuh-kembangkan sebagai bekal untuk menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan mandiri di era globalisasi.

Seluruh karakter positif yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut harus dimaknai dalam konteks peningkatan daya saing untuk menghadapi globalisasi. Sehingga pembinaan karakter positif bangsa dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam era globalisasi.

Namun disisi lain, bangsa Indonesia masih didera oleh sejumlah permasalahan dalam pembinaan karakter bangsa bahkan yang paling kritis justru yang menyangkut masalah daya saing bangsa Indonesia, sebuah parameter yang semakin meningkat nilai pentingnya di era globalisasi saat ini.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

14

Meskipun demikian, pembinaan karakter bangsa Indonesia terus dilaksanakan secara terus-menerus demi terciptanya generasi muda penerus bangsa yang memiliki mental saing kuat dalam menghadapi globalisasi.

Pembinaan karakter bangsa Indonesia juga dilandasi oleh nilai-nilai dasar pancasila yang akan penulis kaji dalam pembahasan berikutnya.

1.2. Pancasila sebagai Landasan Pembangunan

Pancasila sebagai landasan pembangunan berarti nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia.

Hal ini sebagai konsekuensi logis terhadap pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

15

Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia termasuk dalam melaksanakan pembangunan karakter bangsa. Nilai-nilai dasar Pancasila dikembangkan atas dasar hakikat manusia.

Sedangkan Pembangunan nasional Indonesia diarahkan pada upaya peningkattan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan.

Sehingga, pembangunan nasional bangsa Indonesia dapat dimaknai sebagai upaya peningkatan harkat dan martabat manusia secara total atau menyeluruh berdasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam pancasila.

Dalam melaksanakan pembangunan sosial berdasarkan pancasila maka pembangunan sosial tersebut harus bertujuan untuk mengembangkan harkat dan martabat manusia secara total.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

16

Oleh karena itu, pembangunan yang berdasarkan pancasila harus dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.

Pembangunan dengan berlandaskan pada pancasila tersebut meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Penulis akan menjelaskan mengenai Pancasila sebagai landasan pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sesuai dengan aspek-aspek yang telah disebutkan sebelumnya pada pembahasan berikutnya.

1.3. Pancasila Sebagai Landasan Pembangunan Politik Indonesia

Pembangunan politik yang berdasarkan pada pancasila harus dapat meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia dan meningkatkan harkat dan martabat manusia tersebut adalah dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

17

Sehingga, sistem politik Indonesia harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat yang sesuai dengan pancasila yaitu sistem politik demokrasi (kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat).

Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan.

Sebagai konsekuensi logis dari sistem politik demokrasi yang berlandaskan pada moral pancasila maka perilaku politik, baik perilaku politik warga negara maupun penyelenggara negara dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

18

1.4. Pancasila Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

Sistem dan pembangunan ekonomi yang sesuai dengan pancasila yaitu berlandaskan pada nilai moral dari pancasila itu sendiri. Secara khusus, sistem ekonomi pancasila harus didasari oleh moralitas ketuhanan dan kemanusiaan. Sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas dan kemanusiaan (humanistis) akan menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan.

Sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik sebagai makhluk individu, sosial, makhluk pribadi maupun makhluk Tuhan adalah sistem ekonomi pancasila.

Sistem ekonomi pancasila harus dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

19

Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan.

Pembangunan ekonomi bangsa Indonesia harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan bebas, monopoli dan bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan bagi rakyat Indonesia.

1.5. Pancasila Sebagai Landasan Pembangunan Sosial Budaya

Pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu meningkatkan derajat kemanusiaannya.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

20

Berdasarkan sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya di seluruh Indonesia menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa Indonesia.

Dengan kata lain, pembangunan sosial budaya berdasarkan pada pancasila tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.

1.6. Pancasila Sebagai Landasan Pembangunan Pertahanan Keamanan Indonesia

Sistem pertahanan dan keamanan sesuai pancasila adalah mengikut sertakan seluruh komponen bangsa untuk melindungi seluruh tumpah darah Indonesia. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata).

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

21

Sistem pertahanan yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.

Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada kekuatan bangsa sendiri. Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan dari rakyat memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan negara dan bela negara.

UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara sangat sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

22

menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

1.7. Pembangun Kemandirian Bangsa

“ The core of any army is its soldiers, no matter how sophisticated its equipment, its performance is solely dependent on its soldiers.”

-Douglas MacArthur, General, US Army, 1945-.

Penggalan kalimat di atas memberikan esensi pada peran Sumber Daya Manusia sebagai unsur yang paling kritis dalam setiap proses pengembangan suatu entitas tertentu. Penggalan kalimat tersebut ikut menekankan pentingnya faktor manusia atau SDM sebagai komponen terpenting dalam setiap proses atau rantai nilai apapun juga.

Dalam kasus pembangunan karakter bangsa Indonesia, Sumber Daya Manusia

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

23

terutama generasi muda Indonesia juga merupakan komponen penting bagi keberhasilan pembangunan karakter bangsa itu sendiri dengan mengngimple-mentasikan rantai nilai dari Pancasila.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu hal yang sangat krusial, sekaligus potensi bangsa yang paling strategis yang harus dimobilisir dan dikembangkan. Ralph S. Larsen (2004), CEO dari Johnson & Johnson mengatakan bahwa, tingkat kedewasaan suatu organisasi ditentukan dari persepsinya terhadap Sumber Daya Manusia yang dimilikinya.

Permasalahan utama bagi pembangunan karakter bangsa Indonesia adalah bagaimana mendorong agar pengembangan sumber daya manusia tersebut dapat menghasilkan suatu pencapaian yaitu tingkat kemandirian yang berkesinambungan.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

24

Era globalisasi menuntut adanya parameter daya saing sebagai satu hal penting untuk menjamin suatu kemandirian bangsa. Sehingga, pembinaan karakter yang menuju pada mentalitas daya saing juga menuntut adanya sejumlah prasyarat pokok yang harus dijadikan acuan dalam setiap proses pembangunan sesuai dengan rantai nilai dalam pancasila.

Sejalan dengan hal tersebut, maka unsur pokok pembangunan kemandirian bangsa terfokus pada tiga aspek penting yaitu:

1. Peran kritis sumber daya manusia sebagai sumber daya yang terus terbarukan untuk melakukan pembangunan bangsa yang berkesinambungan.

2. Peningkatan daya saing dari sumber daya manusia tersebut, sebagai jaminan dari kemandirian bangsa yang berkesinambungan.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

25

3. Pemahaman mengenai pentingnya mencetak mentalitas daya saing yang berdasarkan pada suatu rantai nilai (pancasila) dengan tatanan dan urutan tertentu. Sehingga keberhasilan pembangunannya tergantung dari tingkat pemenuhan kriteria dan persyaratan tersebut.

Ketiga aspek pembangunan kemandirian bangsa tersebut tentu membutuhkan suatu agents yang dapat mengimplementasikan hal tersebut diatas. Dan agents itu adalah generasi muda yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Generasi muda yang umumnya masih berusia produktif diharapkan dapat memiliki kemampuan yang tanggap khususnya dalam mengakselerasi proses internalisasi pengetahuan dan menjadi motor penggerak perubahan atau generator of change sesuai dengan cita-cita pembangunan berdasarkan pada pancasila.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

26

1.8. Peran Generasi Muda dalam Pembangunan Bangsa Mandiri

Pembentukan karakter generasi muda bangsa merupakan hal yang sangat penting bagi suatu bangsa dan bahkan menentukan nasib bangsa itu di masa depan termasuk juga Indonesia.

Namun pada kenyataannya, di era globalisasi yang telah menempatkan generasi muda Indonesia pada derasnya arus informasi yang semakin bebas, sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi sebagai akibat dari globalisasi.

Akibat dari globalisasi tersebut, nilai-nilai asing secara disadari maupun tidak disadari telah memberi pengaruh langsung maupun tidak langsung kepada generasi muda Indonesia.

Sehingga upaya strategis yang harus dilakukan oleh generasi muda Indonesia untuk menghadapi globalisasi adalah

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

27

dengan melakukan sebuah koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan yang diarahkan terutama pada penguatan ketahanan masyarakat dan bangsa terhadap segenap upaya nihilisasi dari pihak luar terhadap nilai-nilai budaya bangsa. Berikut 3 peran penting generasi muda dalam melaksanakan koordinasi gerakan revitalisasi kebangsaan:

1. Generasi muda sebagai pembangun-kembali karakter bangsa (character builder). Di era globalisasi ini, peran generasi muda adalah membangun kembali karakter positif bangsa seperti misalnya meningkatkan dan melestarikan karakter bangsa yang positif sehingga pembangunan kemandirian bangsa sesuai pancasila dapat tercapai sekaligus dapat bertahan ditengah hantaman globalisasi.

2. Generasi muda sebagai pemberdaya karakter (character enabler). Pembangunan kembali karakter bangsa

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

28

tentu tidak cukup, jika tidak dilakukan pemberdayaan secara terus menerus. Sehingga generasi muda juga dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya karakter atau character enabler. Misalnya dengan kemauan yang kuat dan semangat juang dari generasi muda untuk menjadi role model dari pengembangan dan pembangunan karakter bangsa Indonesia yang positif di masa depan agar menjadi bangsa yang mandiri.

3. Generasi muda sebagai perekayasa karakter (character engineer) sejalan dengan dibutuhkannya adaptifitas daya saing generasi muda untuk memperkuat ketahanan bangsa Indonesia. Character engineer menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran. Pengembangan dan pembangunan karakter positif generasi muda bangsa juga menuntut adanya modifikasi dan rekayasa yang sesuai dengan perkembangan dunia. Contohnya

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

29

adalah karakter pejuang dan patriotism yang tidak harus diartikulasikan dalam konteks fisik, tetapi dapat dalam konteks lainnya yang bersifat non-fisik. Esensinya adalah peran genarasi muda dalam pemberdayaan karakter tersebut.

Generasi muda Indonesia memiliki tugas yang berat untuk dapat melaksanakan ketiga peran tersebut secara simultan dan interaktif. Tetapi hal tersebut bukan suatu hal yang tidak mungkin sebab generasi muda mendapatkan dukungan dan bantuan dari pemerintah dan seluruh komponen bangsa lainnya untuk mrngaktualisasikan peran tersebut di era globalisasi ini.

Demarkasi atau garis pembatas yang tegas untuk menghadapi dampak globalisasi adalah daya saing bangsa (national competitiveness) yang kuat untuk menjadi bangsa yang mandiri dengan berlandaskan pada Pancasila.

Pembangunan berdasarkan pancasila yang dilakukan oleh bangsa Indonesia

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

30

melalui pembangunan di bidang ekonomi, politik, sosial-budaya dan pertahanan-keamanan dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi.

Namun untuk mencapai daya saing yang kuat tersebut dibutuhkan upaya besar dan peran aktif seluruh komponen bangsa Indonesia beserta pemerintah.

Salah satu komponen yang berperan penting dalam upaya besar tersebut adalah pembinaan karakter generasi muda bangsa Indonesia sesuai dengan Pancasila, khususnya karakter positif bangsa yang harus terus ditumbuh-kembangkan untuk memperkuat kemampuan adaptif dari daya saing bangsa sehingga dapat menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi.

Dalam upaya untuk mengaktualisasikan kemandirian tersebut, maka dituntut peran penting dari generasi muda Indonesia sebagai character enabler, character builders dan character engineer.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

31

Meskipun untuk menjalankan ketiga peran tersebut, generasi muda masih membutuhkan dukungan serta bantuan dari seluruh elemen bangsa termasuk pemerintah, namun esensi utama dari pembangunan karakter bangsa Indonesia menuju bangsa mandiri adalah pentingnya peran generasi muda sebagai komponen bangsa yang paling strategis posisinya dalam memainkan proses transformasi karakter dan tata nilai pancasila di era globalisasi.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

32

BAB II MEMBANGUN MANAJEMEN DI

INDONESIA

i Indonesia Kebanyakan para pelaku usaha dalam menjalankan bisnis usahanya hanya berdasarkan pengalaman tanpa didasari oleh sebuah sistem manajemen yang baik dalam

pengelolaan sistem dan menjalankan operasional bisnisnya.

Maka tidak heran jika banyak perusahaan di Indonesia bertahan hanya beberapa tahun saja, seandaikan perusahaan itu bisa besar, besarnya itu hanya seperti balon yang bisa besar namun kosong isinya, ini dikarenakan kebanyakan perusahaan tidak dibangun oleh sebuah sistem namun hanya dibangun berorientasikan dan atau mengejar keuntungan semata.

Jika sudah begini bagaimana pelaku usaha bisa bersaing dengan para kompetitor yang mereka kuat karna sistem

D

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

33

yang baik yang dimilikinya kalau dari sisi sistem manajemennya saja sudah tidak kuat.

Para pelaku usaha biasanya akan menyadari pentingnya sebuah sistem manajemen ketika sebuah proses bisnis mengalami hambatan serta gejala-gelaja yang bisa menghambat produktifitas kerja seperti banyak reject, banyak keluhan pelangan, biaya produksi tinggi, proses produksi lama dan tidak efektif serta efisien.

Lalu apa yang sebaiknya dilakukan jika hal ini terjadi? Jawabnya tidak ada jalan lain kecuali bersama berkomitmen membangun sebuah sistem manajemen yang baik serta segera melakukan tindakan perbaikan yang nyata dari manajemen. Lalu dari mana memulainya?

Berikut langkah – langkah dasar yang mudah dan tepat dalam memperbaiki serta mambangun sistem manajemen yang baik. Diantaranya : 1. Menetapkan / Review Business Proses

Manajemen Business Proses Manajemen

merupakan metode serta langkah yang

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

34

tepat dalam melakukan perbaikan berkesinambungan / Continual Improvement karna Business Proses manajemen merupakan cara yang sistematis dalam menyelaraskan serta menyederhanakan sebuah proses bisnis agar lebih efektif dan efisien dalam pengelolaan alur bisnis dari Input-Proses sampai Output sehingga proses bisnis mudah dikendalikan dan di kontrol. Dengan menata ulang kembali Business Process akan membantu manajemen mengetahui proses pekerjaan mana yang selama ini menghambat produktifitas kerja serta dengan secepatnya memperbaiki sistem business process yang baik sehingga proses bisnis menjadi lebih efektif dan efisien serta adaptif yang hasilnya sesuai dengan keinginan dan harapan yang mampu meminimalkan sumber daya yang dibutuhkan serta mengikis hal – hal yang selama ini hanya membuang waktu dan biaya. Kurangnya pemahaman manajemen dalam pengelolaan sistem yang baik

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

35

untuk membangun sebuah usaha yang kokoh menyebabkan proses bisnis menjadi belibet dan ribet sehingga banyak membuang waktu serta biaya dan tentunya hal ini akan menghambat produktifitas kerja serta dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan, dimana produk disini diartikan sebagai produk jasa maupun barang.

2. Review Struktur Organisasi Setelah melakukan perbaikan terhadap

Business Prosess selanjutnya melakukan pembenahan dalam struktur organisasi. Biasanya perusahaan yang tidak dibangun dengan sistem yang baik tidak mempunyai struktur organisasi yang baik pula, hal ini tentunya akan menyebabkan ketidakjelasan tugas wewenang dan tanggungjawab terhadap sumber daya yang dimiliki. Banyak para pelaku bisnis menganggap struktur organisasi hanyaperlu dimiliki oleh perusahaan besar saja, padahal struktur organisasi

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

36

ini sangat penting dan banyak manfaatnya diantaranya: Dengan mempunyai struktur organisasi berarti sebuah berusahaan telah berimajinasi seperti apa bisnis dimasa yang akan datang, dengan Struktur Organisasi manajemen bisa mengetahui pos- pos manasaja yang nantinya membutuhkan SDM yang menunjang proses bisnis perusahaan serta menjadi motivasi tersendiri untuk pengembangan karirnya, yang ketiga struktur organisasi sebagi fungsi delegasi yaitu dengan struktur organisasi manajemen bisa dengan mudah memisahkan fungsi delegasi antar setiap fungsi dan bagian meskipun terkadang untuk yang baru memulai usaha ada keterbtasan SDM yang mengakibatkan rangkap jabatan namun setidaknya bisa diketahui pada posisi mana yang tepat manajemen mendelegasikan tugas kepada karyawannya. Kebanyakan hal yang menghambat produktifitas kerja adalah ketidak tepatan manajemen dalam mendelegasikan tugas kepada orang

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

37

yang tidak sesuai dengan kopetensi sehingga hal ini justru akan menjadi hambatan serta akhirnya pekerjaan tidak maksimal bahkan menjadi kacau.

3. Membangun SOP (Standard Operating

Procedure ) SOP atau biasa diterjemahkan sebagai

Prosedur Standar operasi merupakan sistem yang disusun untuk memudahkan, merapikan dan menertipkan suatu pekerjaan. SOP berisikan urutan proses dalam melakukan pekerjaan dari input-proses sampai output. SOP merupakan acuan dan prosedur baku yang harus di ikuti oleh semua karyawan dalam melaksanakan tugas wewenang dan tangungjawabnya. Tujuan dibuatnya Standard Operasional Prosedur (SOP) antara lain supaya Karyawan selalu bisa menjaga Konsistensi dalam setiap menjalankan pekerjaan sehari-hari, adanya acuan kerja yang jelas. Selain itu juga dengan adanya SOP Karyawan akan tahu dengan jelas Peran &

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

38

Tanggungjawabnya karna dalam SOP sudah menerangkan dengan jelas alur tugas masing – masing. Dengan dibuatnya SOP yang baku maka Tugas/ pekerjaan karyawan akan lebih lancar karena masing‐masing sudah ada pedoman & acuannya, selain itu juga ketika ada kasus penyelewengan/ penyalahgunaan wewenang, SOP ini juga bisa dijadikan sebagai dasar hukum yang kuat.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

39

BAB III

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA, MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN

BERBASIS SEKOLAH

elaksanaan Otonomi Daerah memiliki implikasi luas terhadap pembangunan nasional, khususnya

upaya percepatan pembangunan daerah, yang selama ini sering terjadi ketimpangan-ketimpangan dalam pemerataan pembangunan.

Salah satu tujuan dari pelaksanaan otonomi daerah yaitu dalam upaya mendekatkan proses pengambilan keputusan dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Salah satu sektor pembangunan nasional yang penting dan mendapatkan porsi APBN terbesar adalah sektor pendidikan.

Pendidikan Dasar 9 tahun merupakan program wajib belajar (wajar dikdas) bagi seluruh warga Negara Indonesia. Artinya

P

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

40

semua warga Negara Indonesia yang berusia 6 sampai dengan 15 tahun, wajib sekolah di SD dan SMP atau yang sederajat. Upaya ini dimaksudkan agar semua warga Negara Indonesia memiliki pengetahuan dasar untuk landasan hidup yang merata, yang mampu membekali hidupnya secara layak.

Tujuan lain dari wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas) adalah agar Bangsa Indonesia terbebas dari buta huruf/aksara. Harapan selanjutnya, dengan kemampuan baca yang baik bagi seluruh warga negara, maka proses transfer pengetahuan di masyarakat dapat berlangsung dengan berbagai media bacaan yang tersedia.

Kemampuan membaca yang baik bagi seluruh warga masyarakat Indonesia, akan mempercepat kemajuan pembangunan dengan baik, karena masyarakat mampu menterjemahkan berbagai kebijakan yang tertuang didalam berbagai peraturan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

41

perundangan, sehingga pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik.

Wajar dikdas 9 tahun, merupakan salah satu program nasional dalam bidang pendidikan. Pendidikan dasar meliputi SD dan SMP dan bentuk lain yang sederajat. Fokus layanan yang akan dibahas adalah bagaimana upaya meningkatkan layanan pendidikan yang lebih baik di SD dan SMP, secara merata, dan terkoordinasi dengan baik, sehingga menghasilkan tamatan SD dan SMP yang berkualitas dan merata secara nasional.

Sebenarnya, kalau sekarang masih membahas tentang upaya layanan yang baik di SD, sesuatu yang sudah basi, kuno, tertinggal, out of date dan seharusnya bukan lagi isu yang menarik untuk dibahas. Namun fakta menunjukkan, bahwa ditingkat nasional, kualitas penyelenggaraan pendidikan dasar beserta out-putnya masih jauh dari harapan.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

42

Otonomi daerah yang sedianya adalah untuk mendekatkan proses pengambilan keputusan yang terkait dengan pembangunan pendidikan di daerah, ternyata banyak yang tidak sesuai dengan tujuan awal. Bahkan banyak implikasi negatif yang dirasakan selama ini, akibat dari gagalnya pelaksanaan otonomi daerah yang efektif dan efisien.

Otonomi justru menampilkan proses pemerintahan berbiaya tinggi, akibat terjadinya inkonsistensi dari maksud awal dilaksanakannya otonomi tersebut. Hal itu terjadi karena banyak sektor yang keliru ditafsirkan oleh para pejabatnya, sehingga menjadikan program-program pembangunan berjalan tidak efisien, bahkan menjadi sumber pemborosan yang luar biasa.

Sebagai ilustrasi, tidak efiien dan tidak efektifnya layanan pendidikan, dijelaskan sebagai berikut.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

43

Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, maka ditetapkan bahwa guru, minimal harus berpendidikan S1 atau D-IV. Implikasi dari kebijakan ini, maka para guru beramai-ramai berusaha kuliah lagi untuk mendapatkan gelar S1 atau D-IV.

Maksudnya sebenarnya bagus, artinya bahwa guru harus lebih cerdas dengan strata pendidikan yang lebih tinggi. Namun apa yang terjadi?

Dengan kebijakan itu, banyal lembaga pendidikan tinggi dari yang terbaik sampai dengan yang „abal-abal‟ berlomba menawarkan pendidikan lanjut kepada para guru untuk mendapatkan gelar S1 atau D-IV.

Ternyata yang bermain di dalam pendidikan guru ini, varian kualitasnya sangat beragam, dari yang sangat bagus sampai yang abu-abu, samar-samar, dan ada juga yang tidak jelas.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

44

Celakanya, semua ijazahnya diakui sama oleh pemerintah maupun pengguna guru tersebut. Bahkan ada dinas pendidikan yang sengaja memilih lembaga pendidikan guru yang nyaris tidak jelas dan tidak berkualitas, hanya karena ingin murah dan cepat mendapatkan ijazah S1 bagi para guru di wilayahnya, dan sama sekali tidak memperhatikan kualitas pendidikan.

Disini telah terjadi pemborosan keuangan Negara dan dana masyarakat, karena banyak guru lulusan S1, tetapi kualitasnya sangat rendah, bahkan tidak berbeda dengan sebelum S1.

Ini terbukti ketika diadakan UKA dan UKG, banyak sekali guru yang tidak lulus. Pemborosan lainnya, adalah pemberian tunjangan profesi kepada guru yang sebenarnya tidak menunjukkan kinerja yang baik. Ini semua telah terjadi, tinggal treatment apa lagi yang mau kita lakukan untuk perbaikan.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

45

Tidak perlu disesali, toh semua sudah terjadi. Selanjutnya apa yang akan dilakukan ke depan, karena 12 tahun otonomi daerah, belum menghasilkan kemajuan yang signifikan, khususnya dalam pembangunan bidang pendidikan.

Guru profesional tidak dapat dihasilkan seperti bermain „sulap‟. Dibutuhkan proses panjang dengan sangat serius, untuk menjadi seorang profesional. Harus ada pembinaan secara serius dengan memilih jenis keterampilan atau kemampuan tertentu yang dibina atau dilatihkan secara bersungguh-sungguh, dengan evaluasi yang cermat, dengan tahapan-tahapan yang ditetapkan, sehingga kemampuan guru sangat terukur.

Pada saatnya, ketika tahapan demi tahapan berhasil dilalui dengan baik, maka akan dihasilkan guru profesional tersebut. Disamping itu usaha sendiri/mandiri para guru juga terus didorong untuk mendampingi proses formal yang dilakukan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

46

pemerintah, demi bertumbuh menuju guru profesional tersebut.

Langkah-langkah ini kurang dipahami, atau, kalau lah Dinas Pendidikan itu paham, tetapi tidak/belum dilakukan dengan sungguh-sungguh. Sehingga perkembangan guru menuju profesional, menjadi lamban atau bahkan mandeg. Akhirnya sering dianggap bahwa kualitas guru ya „begitu-begitu‟ saja. Ini artinya terjadi pemborosan waktu dan biaya yang sangat besar, dan kualitas guru tidak meningkat secara signifikan.

Masyarakat Indonesia memiliki ciri unik, yakni selalu „senang‟ dengan hal-hal baru, senang dengan semua yang serba instant dan mudah melupakannya, tanpa mengingat kualitasnya. Untuk perbaikan guru SD dan SMP/SMA, Indonesia memiliki Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang digunakan sebagai wadah atau ajang bertukar pengalaman selama mereka berpraktek mengajar.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

47

Pertemuan mingguan KKG & MGMP yang menjadi ajang bertukar pengalaman dan saling membelajarkan antar guru, ternyata tidak pernah dikelola dengan baik.

Pemerintah maupun masyarakat guru kurang bisa menghargai serta memilah mana lembaga yang baik untuk guru. Lebih senang membentuk baru, walaupun hanya akan seumur jagung.

Padahal kalau saja dinas pendidikan dan para pengelola sekolah sadar bahwa kedua lembaga ini sebenarnya sangat efektif untuk mencerdaskan guru, tinggal dikelola dengan baik, maka akan bergulir dengan mudah, karena kedua lembaga ini pernah berjalan dengan baik, dan memiliki pengalaman yang cukup panjang sebagai mesin penggerak guru.

„Penyesalan‟ memberikan tunjangan profesi kepada para guru mulai terdengar. Seperti „celetukan‟ anggota dewan tentang guru yang belum profesional pada hal sudah mendapatkan tunjangan profesi.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

48

Banyak orang atau pejabat beranggapan, bahwa pembayaran tunjangan akan secara otomatis membuat guru profesional. Itu jelas pandangan keliru. Atau bahkan ada anggapan bahwa setelah guru mengikuti program sertifikasi guru, akan secara otomatis menjadi guru profesional. Ini jelas „mimpi‟ yang tidak rasional.

Proses sertifikasi yang hanya mengumpulkan dokumen pengalaman mengajar atau mengikuti pelatihan PLPG 9 hari, kok tiba-tiba „disuruh‟ profesional. Sesuatu yang tidak mungkin. Mesti ada proses berkesinambungan pasca sertifikasi guru, melalui pembinaan dan pembelajaran yang berkelanjutan.

Anggaplah, sertifikat guru sebagai pintu masuk menyejahterakan guru. Pembinaan dan pelatihan guru yang berkesinambungan adalah hal lain yang harus dilakukan menuju guru profesional.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

49

Menjadi tanggung jawab pemerintah (dinas pendidikan maupun depdikbud) untuk melakukan pembinaan secara berkesinambungan agar guru benar-benar menjadi profesional.

Tidak ada sesuatu yang instan, tidak ada yang mudah, semuanya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Kalau selama ini manajemen sekolah dilakukan oleh dinas pendidikan, maka sudah saatnya sekolah (kepala sekolah dan para guru) diberi kewenangan untuk mengelola sekolahnya menjadi sekolah terbaik, yang mereka bisa lakukan secara optimal dan maksimal melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Ini harus dimulai dengan otonomi dalam arti luas. Kalaulah tidak mungkin lagi, maka pemahaman tentang otonomi harus dalam pengertian luas dan jelas, bukan terkotak-kotak seperti saat ini.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

50

Membahas MBS, harus ada pemahaman yang sama antara pemerintah Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota, dan sekolah, di seluruh Indonesia. Sekolah perlu pemahaman yang lengkap, mana konten bersifat nasional, konten bersifat regional, konten bersifat lokal.

Pemahaman ini sangat penting, agar sekolah memiliki ciri-ciri dan keunggulan yang bervariasi, sesuai dengan kekuatan masing-masing. Mungkin saja sekolah akan muncul dengan keunggulan kontel nasional, mungkin dapat muncul dengan konten regional, atau mungkin mereka akan unggul dengan konten lokalnya. Yang penting mereka dapat tampil dengan keunggulan yang dimilikinya.

Oleh karena itu, ketika MBS dipahami sebagai kemampuan mengelola sekolah dengan kekuatan terbaiknya, maka masing-masing sekolah akan berupaya sekuat tenaga melalui kelebihan dan keunggulannya, sehingga sekolah tersebut

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

51

bangga dengan cara yang dilakukannya dan prestasinya.

Pemerataan dalam MBS dapat dilakukan dengan cara masing-masing sekolah memulai mendata keunggulan-keunggulan yang dimiliki, atau potensi keunggulan yang mungkin dicapai. Ini dengan asumsi bahwa setiap sekolah sudah mampu mencapai standar minimal mutu sekolah yang diharapkan oleh Negara.

Kalau ada sekolah yang belum mencapai standar minimalnya, maka menjadi kewajiban pemerintah untuk memfasilitasi agar grade/standar minimal nasional dapat dicapai.

Dinas pendidikan berkewajiban membina dan menyiapkan fasilitas yang dibutuhkan sekolah, agar semua sekolah di negeri tercinta ini memenuhi standar minimal.

Kerjasama sekolah dengan masyarakat melalui Komite Sekolah, atau

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

52

POMG untuk menyusun program sekolah menjadi penting. Keputusan yang dibuat bersama terhadap program sekolah, merupakan kehendak bersama. Program sekolah yang telah disetujui oleh para orangtua/komite sebagai representasi masyarakat, akan mendapat dukungan penuh, sehingga untuk mewujudkan keberhasilan program menjadi tanggungjawab bersama, dan akan saling mendukung.

Saat dicapainya kesepakatan tentang program sekolah, ini sudah menggambarkan titik terang dari keberhasilan program sekolah tersebut. Ini pula pertanda MBS berjalan sesuai harapan.

Apabila kondisi seperti ini dapat diciptakan di setiap sekolah, seperti apapun sekolah itu, pasti target keberhasilan sekolah yang juga menjadi target bersama, akan dilakukan upaya-upaya keras untuk mencapainya.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

53

Oleh karena itu, sinergi sekolah dengan masyarakat melalui komite sekolah menjadi sangat penting dan utama, dalam mewujudkan keberhasilan sekolah.

3.1. Mendidik Dengan Hati

Pendidikan pada dasarnya upaya yang dilakukan oleh para pendidik, baik itu orangtua, para guru, para pembimbing, para tutor, para instruktur, para Pembina dan sebutan lainnya untuk membimbing dan membina pertumbuhan dan perkembangan anak/siswa agar berkembang dan bertumbuh secara optimal, sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Dari berbagai literature yang dapat ditelusuri, ternyata kecerdasan otak manusia memberikan sumbangan sekitar 20% dari seluruh keberhasilan dalam kehidupan manusia.

Ini menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual bukan satu-satunya penentu keberhasilan dalam kehidupan seseorang,

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

54

tetapi masih banyak faktor lain yang harus dibina secara simultan dalam proses pendidikan di sekolah.

Oleh sebab itu, porsi 80% faktor lain bagi penentu keberhasilan dalam pendidikan, harus dibina dengan cermat dan smart/cerdas serta sistemik. Menurut berbagai sumber, salah satu penentu terbesar dalam keberhasilan pendidikan dan bahkan kehidupan seseorang adalah sikap.

Konon sikap seseorang memiliki kontribusi hampir 80% terhadap keberhasilan kehidupannya. Jika demikian, maka pendidikan yang menekankan pembangunan dan pembentukan sikap positif seiring dengan pembinaan inteligensinya menjadi sangat penting.

Pembentukan sikap positif pada setiap peserta didik harus simultan dengan membangun kecerdasan spiritual, untuk mambangun moral dan sikap akhlaqul karimah.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

55

Oleh karena itu kajian tentang spiritual quotient (kecerdasan spiritual) saat ini mulai berkembang dengan pesat. Peningkatan kecerdasan spiritual mampu membuat seseorang menjadi tenang dan cerdas dalam bertenggangrasa, rasa hormat kepada sesama, memiliki integritas tinggi, memiliki energy yang tangguh dalam beraktifitas, inspiratif di dalam bekerja, memiliki keberanian sekaligus kearifan, demikian menurut Muwafik Saleh meneruskan penjelasan di dalam bukunya yang berjudul „Bekerja dengan Hati Nurani‟.

Mungkinkah sikap-sikap seperti itu ditumbuhkan selama pendidikan di sekolah? Jawabannya, sangat mungkin. Persoalannya hanya pada kemauan untuk mengubah pendekatan dan orientasi pembelajaran yang dilakukan di sekolah.

Pada saat ini sekolah-sekolah di Indonesia selalu berorientasi kepada kemampuan akademik dalam pengertian yang sempit, dan lebih sempit lagi yakni

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

56

menyiapkan anak hanya untuk menempuh ujian nasional.

Sehingga proses pembelajaran nyaris mengabaikan hal-hal yang tidak terkait langsung dengan ujian nasional. Pada hal di atas sudah disinggung bahwa sehebat apapun kemampuan akademik seseorang hanya akan memberikan sumbangan dalam kesuksesan hidupnya sebesar 20%, karena yang 80% ditentukan oleh sikap positif yang mampu dibangun oleh seseorang dalam hidupnya.

Penanaman dasar nilai-nilai spiritual yang akan menjadi landasan pembentukan sikap positif seseorang, harus dimulai dengan „mendidik dengan hati‟.

Mendidik dengan hati, akan mengutamakan pembentukan sikap positif seperti jujur, amanah, sabar, toleran, saling asah dan asuh, pemaaf, mendahulukan musyawarah untuk mufakat, optimis, menumbuh-kan rasa percaya diri,

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

57

membangun keuletan dan kesabaran, cermat dalam berkata dan bertindak

Semua guru yang mengajar dan mendidik di sekolah, diharapkan mendidik dengan hati dalam rangka membentuk sikap positif siswanya.

Guru dilatih untuk dapat mendisain sendiri rancangan pembelajarannya, sehingga apa yang terpikir secara baik oleh guru, dapat segera diajar-latihkan kepada para muridnya, agar siswa memiliki dasar-dasar sikap positif untuk melanjutkan pendidikannya.

Beberapa kalimat bijak dapat digunakan sebagai pijakan di dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah maupun di masyarakat. Contoh-contoh kalimat bijak yang dapat digunakan sebagai dasar pembangunan sikap positif sebagai berikut.

Kalimat bijak tersebut biasanya sebagai pancingan untuk membangun sikap

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

58

positif yang lebih besar. Di setiap daerah memiliki kalamat-kalimat bijak, yang kalau tidak diungkapkan kembali, sering dilupakan orang. Padahal kandungan makna dalam kalimat tersebut sangat tinggi bahkan luhur. Contoh-contoh kalimat bijak tersebut, sebagai berikut:

Ajining diri gumantung ing lathi: maknanya, bahwa harga diri seseorang terletak di „tutur-kata‟nya. Guru dan anak-anak berlatih selalu berbicara dengan kata-kata dan kalimat yang baik dan sopan, karena hal itu akan mencerminkan harga diri dan kehormatan seseorang.

Orang lain akan sangat menghormati atau sebaliknya, tergantung dari tutur bahasa seseorang. Maka dalam proses pendidikan, berbahasa dengan dan sopan menjadi keharusan dan sangat penting.

Bejo-ciloko gumantung trap lan pangucap: maknanya, bahwa selamat atau tidaknya hidup seseorang akan sangat tergantung daripada sikap, perilaku,

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

59

tindakan dan ucapan (kata-kata) yang digunakan dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Oleh karena itu, semua siswa dan anggota masyarakat pada umumnya, harus dibiasanya berkomunikasi dengan bahasa dan perilaku yang sopan. Kesopanan berbicara dan bersikap dalam pergaulan dengan orang lain, akan menjaga kehormatan dan keselamatan seseorang dimata orang lain.

Manungso bakal ngundhuh wohing pakarti, maknanya bahwa sebenarnya manusia hanya akan memetik atau memanen apa yang dilakukan sepanjang hidupnya.

Oleh karena itu di dalam proses pembelajaran harus selalu diingatkan dan dilatihkan bahwa setiap orang selama hidupnya akan merasakan apa saja yang telah dilakukannya.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

60

Apabila yang dilakukan lebih banya kebaikan, maka yang akan diperoleh dalam hidupnya adalah kebaikan. Sebaliknya kalau selama hidupkan banyak melakukan hal-hal yang kurang baik, maka sepanjang hidupnya juga akan memetik hal-hal yang kurang menyenangkan.

Rukun agawe santoso, maknanya bahwa hidup di dalam kerukunan akan membuat diri dan keluarga kita menjadi kokoh atau kuat.

Sebaliknya apabila selama perjalanan hidup tidak mau bersatu dengan yang lain, kurang menjalin persahabatan, maka hidupnya akan rentan dan mudah putus asa apabila menemui kesulitan.

Konsep kepemimpinan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantoro (lahir di Jogyakarta, 2 Mei 1889) yang menjadi landasan kepemimpinan di Sekolah Taman Siswa:

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

61

Ing ngarso asung tulodho: Di depan memberikan contoh/teladan kepada masyarakat, pengikut, maupun para anggotanya. Para guru dan orangtua harus dapat memberikan keteladanan dan dapat dicontoh oleh peserta didik baik di sekolah maupun di rumah.

Oleh karena itu perilaku, tutur kata dan sikapnya harus dapat diteladani oleh anak-anak dan generasi muda pada umumnya.

Ing madyo amangun karso: Di tengah membangun semangat dan inisiatif (prakarsa) agar para siswa dan generasi muda dapat mengikuti dan melaksanakan kegiatan atau ajaran yang diberikan oleh para guru maupun orangtua, yang bersama-sama mereka melakukan apa saja yang dipandang baik dan bermanfaat bagi orang banyak.

Tut wuri handayani: dibelakang memberikan dorongan atau motivasi agar

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

62

para siswa dan pemuda mampu belajar dan bekerja dengan semangat yang tangguh.

Kalimat bijak dari daerah Sumatera Barat, seperti:

Duduak sorang basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang, maknanya bahwa manusia harus hidup berbarengan secara damai dengan orang atau kelompok lainnya agar dapat bertukar pikiran, berdiskusi, berembug, bermusyawarah, untuk membahas kepentingan bersama maupun yang terkait dengan kehidupan prIbadi yang selaras dengan kehidupan masyarakatnya.

Bapantang kusuik nan tak salasai, maknanya ketika seseorang atau sekelompok orang sudah melakukan aktifitas, apapun masalah atau tantangannya harus dapat diselesaikan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

63

Sekali langkah diayun, pantang untuk kembali, maknanya apabila kita sudah memulai program atau kegiatan, harus sampai selesai, apapun hasilnya. Ini memiliki implikasi terhadap kebisaan bekerja seseorang, yakni tidak akan pernah berhenti sebelum sampai ke tujuan.

Beberapa kata bijak diatas, sebaiknya disampaikan guru ditengah-tengah proses belajar-mengajar, yang dikemas di dalam mata ajar apapun. Artinya setiap belajar bidang studi apapun selalu diselipkan nilai-nilai positif untuk membentuk sikap positif siswa.

Para guru harus memahami hal-hal keutamaan yang bersifat filosofis, dan hal itu hanya dapat dicerna dengan pikiran dan hati yang bersih serta tulus.

Oleh karena itu, berbicara kebenaran hakiki hanya dapat dilihat dan rasakan dengan hati dan pikiran yang jernih, bebas dari berbagai kepentingan jangka pendek.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

64

Dengan demikian, kata-kata dan kalimat yang memiliki nilai-nilai filsafat kehidupan, hanya mampu diberikan oleh guru yang benar-benar memahaminya dengan kejernihan pikiran dan hati, untuk dapat mencapai kebenaran hakiki.

Kalimat bijak yang bersifat filosofis tersebut harus sering diperdengarkan dan menjadi hal penting, mengingat kecenderungan saat ini, masyarakat sering dipenuhi oleh kepentingan yang sangat pragmatis yang terkadang tercerabut dari etika dan kaidah-kaidah kebaikan. Tugas para guru-lah membangkitkan kembali roh dan spirit moral, demi membangun etika pergaulan di sekolah/masyarakat.

3.2. Membangkitkan Motivasi Siswa Untuk Belajar/ Bekerja Keras, Guna Mewujudkan Cita-Citanya

Kejenuhan di kelas seringkali dialami oleh banyak siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hal itu sering disebabkan oleh interaksi yang monoton dan searah,

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

65

sehingga menimbulkan kebosanan dan melelahkan siswa..

Bahasa yang monoton dan datar, membuat anak-anak mengantuk dan membosankan. Atau bisa juga topik pelajaran yang cukup sulit dengan penjelasan yang tidak bergairah, sehingga menimbulkan kebosanan dan ketidakjelasan pada diri siswa.

Dalam kondisi seperti ini, diperlukan guru-guru yang pandai memberikan motivasi, spirit untuk belajar mandiri dan dorongan lainnya, sehingga para siswa tidak merasa bosan, dan tetap memiliki energy untuk mendengarkan penjelasan guru.

Materi ajar yang sekiranya membuat bosan siswa, harus dapat dikemas dalam bentuk yang lebih menarik, dengan gaya mengajar yang cair dan akrab dengan para murid. Bahkan dapat diseling dengan kalimat-kalimat motivatif sebagai bentuk

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

66

pengetahuan lain, yang mendampingi materi pokok.

Misalnya ditengah proses pembelajaran, diselipkan kalimat yang dapat memotivasi siswa, seperti: „kehidupan yang besar selalu dimulai dengan impian-impian besar‟.

Di sini siswa diajari dan diajak merancang cita-cita atau impian mereka tentang masa depannya, serta menjelaskan betapa pentingnya belajar. Cita-cita atau impian mereka dapat dituliskan di buku khusus yang digunakan untuk menuliskan berbagai keinginan atau cita-cita yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Perlu diberitahukan kepada para siswa, bahwa tidak ada batasan yang dapat mereka capai dalam kehidupan mereka nanti, kecuali batasan itu dibuat sendiri oleh pikiran anak tersebut.

Guru perlu menjelaskan bahwa, Hidup dan berusaha bagaikan mendaki gunung.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

67

Keberhasilan dicapai melalui usaha keras tak kenal lelah untuk terus mendaki menuju puncak. Kesejukan udara puncak (kesuksesan) hanya dapat dirasakan oleh pendakinya/pelakunya. Puncak pendakian hanya bisa dicapai oleh mereka yang mampu mengatasi segala kesulitan, sekalipun berat, dan tetap melangkah sampai puncak.

Guru juga penting untuk menjelaskan bahwa cita-cita hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang mau bekerja dan belajar keras, sanggup dan berani menghadapi tantangan, tahan menghadapi kesulitan. Dan ada tipe-tipe manusia yang mudah menyerah dan putus asa, tetapi sebaliknya ada tipe manusia yang sangat gigih mewujudkan cita-citanya sampai menjadi kenyataan.

Selanjutnya guru dapat menjelaskan tipe-tipe manusia menurut cara-cara mereka mewujudkan cita-citanya, agar para siswa terdorong untuk menjadi manusia yang tangguh.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

68

Misalnya seperti berikut ini: Ada orang yang mudah menyerah ketika mulai menghadapi kesulitan dalam berusaha (quitters). Kebanyakan orang berhenti berusaha sebelum tenaga dan batas kemampuan mereka benar-benar teruji (campers). Sebagian lagi terus berusaha mengatasi tantangan, sampai berhasil (climbers).

Hal seperti ini sangat penting, agar para siswa tahu bahwa ada manusia yang mudah menyerah, tetapi sebaliknya ada tipe manusia tangguh dan tidak kenal menyerah, dan mereka inilah yang berhasil mewujudkan impiannya yakni hidup yang sejahtera lahir batin.

Guru juga harus mampu menjelaskan betapa gaya hidup yang sederhana disertai belajar dan bekerja keras, akan memberi hasil sukses yang menakjubkan di saat mereka dewasa nantinya.

Selanjutnya guru dapat menjelaskan tipe manusia Quitters (yang gampang

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

69

menyerah), yaitu mereka menjalani kehidupan yang tidak menyenangkan. Mereka meninggalkan impian-impiannya, selalu memilih jalan yang dianggap mudah, dan mengabaikan potensinya.

Sedangkan tipe Campers (cepat puas), mengisi hidupnya dengan hal-hal yang membuatnya nyaman, dengan mengorbankan hal-hal yang masih mungkin terjadi dan dicapai. Mereka sudah puas. Selanjutnya tipe Climbers (pendaki), akan terus berusaha dan menghitung kekuatannya untuk melanjutkan pendakian. Mereka akan sampai kepuncak cita-cita atau impian.

Didalam meramu isi mata pelajaran dengan kalimat yang memotivasi, guru harus mampu meyakinkan, bahwa setiap siswa memiliki kelebihan-kelebihan di samping kekurangan yang bersifat manusiawi.

Hal ini menjadi penting, agar siswa yang merasa memiliki kekurangan, tidak

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

70

terjebak dalam keputus-asaan akibat kelemahan tersebut.

Dengan kesadaran bahwa setiap orang juga memiliki kelebihan dan keunggulan serta kekuatan masing-masing, mereka dituntun dan diyakinkan bahwa dengan kelebihannya mereka pasti dapat berhasil disetiap yang diusahakannya.

Oleh karena itu, kalimat-kalimat seperti berikut ini menjadi sangat penting. Hidup ibarat kunci kombinasi, tugas diri kita adalah menemukan angka-angka yang tepat, dalam urutan yang tepat, sehingga dapat membuka pintu sukses apapun yang kita inginkan. Tidak ada formula khusus dalam sukses, yang ada hanya usaha. Kita memiliki cadangan potensi yang besar yang belum termanfaatkan di dalam diri. Tugas kita adalah untuk mengeluarkannya. Harta kita yang paling berharga adalah keinginan kita untuk mau bertahan lebih lama daripada orang lain, dan bekerja keras untuk mewujudkan keinginan kita. Jalani hidup dengan antusiasme, keceriaan,

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

71

ketulusan, kejujuran, ketekunan, kreativitas, dinamis, dan produktif.

Dengan berbagai kalimat yang mampu memberikan motivasi kepada para siswa, maka diharapkan pikiran, sikap, cita-citanya berubah menjadi makin baik.

Pada saat para siswa sudah memulai berpikir positif terhadap semua hal yang dihadapi, maka sesulit apapun materi pelajaran yang dihadapi, mereka akan merespon secara positif. Dengan respon positif tersebut, berarti sebagian persoalan belajar telah teratasi.

3.3. Pembentukan Karakter Melalui Pembelajaran Di Sekolah

Siswa didorong untuk berada di lingkaran positif motivasi yang disampikan guru sepanjang proses pembelajaran. Masing-masing guru pasti memiliki keunggulan-keunggulan didalam memberikan motivasi kepada para siswanya.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

72

Pada dasarnya semua guru pasti menginginkan para siswanya berhasil dalam belajar, sebagai awal kesuksesan dalam kehidupan anak-anak tersebut.

Pembentukan karakter siswa sebagaimana dijelaskan diatas, berjalan sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Di dalam setiap proses belajar, selalu diselipkan muatan nilai-nilai kejujuran, keberanian, ketekunan dan keuletan, sikap percaya diri, rajin belajar dan bekerja, rasa hormat kepada guru dan orangtua, menghormati dan menyayangi sesama, sikap positif kepada siapapun, dan tidak kenal kata menyerah. Rajin belajar dan bekerja merupakan sikap dasar untuk mencapai keberhasilan dalam hidup.

Kegagalan merupakan arena belajar untuk sabar, menjadi lebih tekun. Kegagalan bukan untuk disesali, tetapi harus mau melakukan dan mencoba lagi, sampai berhasil. Tidak ada kata menyerah dalam menjalani kehidupan.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

73

Kesabaran dan ketekunan, keuletan, focus pada tujuan, keberanian mengambil resiko, menjadi manusia pendaki (climber) yang pantang menyerah. Ini semua merupakan cirri langkah-langkah orang yang memiliki karakter tangguh.

Para siswa juga sangat melihat dan menghargai para pemimpinnya, gurunya, dan lainnya yang mampu mendidik dengan bekerja keras. Ini semua perilaku-perilaku berkarakter.

Apabila semua ciri-ciri positif sebagaimana dikemukan diatas, dapat dilakukan di tengah masyarakat, maka secara sistemik, pelan tapi pasti pembentukan karakter warga masyarakat dilakukan dengan sangat baik.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

74

BAB IV KUALITAS SDM DALAM PERSPEKTIF

PENDIDIKAN MORAL

ndonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar urutan ke-4 di dunia,di samping itu Indonesia juga

memiliki kapasitas Sumber Daya alam yang melimpah jumlahmya.

Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah “Mengapa Negara kita dengan jumlah SDA yang melimpah kita gagal mengelolanya dengan bijak ?”.

Maju mundurnya sebuah negara ditentukan oleh kualitas SDM yang dimiliki tiap warga negaranya.Apabila negara memiliki kualitas SDM yang berkualitas maka akan mampu mengelola SDA dengan bijak & kesejahteraan bangsa akan terjamin.

Begitu pula dengan sebaliknya, apabila SDM nya rendah dipastikan negara itu akan gagal mengelola SDA yang tentunya akan membuat negara akan sulit

I

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

75

bangkit dan bersaing di sebuah era kompetisi global.

Inilah permasalahan klasik yang sedang dihadapi negara kita bagaimana membangun sebuah peradaban bangsa yang memiliki SDM berkualitas.SDM dikatakan berkualitas apabila cerdas dalam 2 hal.yaitu:Cerdas Akademik & Cerdas Moral.

Seseorang dikatakan cerdas akademik apabila mampu menguasai ranah kognitif & psikomotorik.Sedangkan dianggap cerdas Moral apabila seseorang mampu menguasai ranah Afektif.

Permasalahan bangsa Indonesia sendiri sebenarnya terletak pada krisis moral,yang berarti banyak orang cerdas secara akademik tetapi nol besar dalam hal moral.Banyaknya kasus korupsi menjadi salah satu indikator vital yang memvisualisasikan bagaimana bobroknya moral bangsa kita.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

76

Tentunya dalam membangun sebuah negara maka yang harus diperbaiki terlebih dahulu adalah moralnya dulu,baru nanti kita bicara soal keahlian / skill,seperti dalam syair lagu Indonesia Raya „Bangunlah Jiwanya.Bangunlah Badannya”.

Dalam hal ini pendidikan memegang peran utama dalam membentuk SDM yang berkualitas (Cerdas akademik & moral).Akan tetapi kualitas pendidikan negara kita pun masih banyak hal yang perlu dibenahi baik dari segi fisik maupun segi mindset.

Dari segi fisik masih banyak kondisi sekolah di daerah perbatasan yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah,bangunan sekolah yang tidak layak,jumlah pendidik yang kurang,maupun akses ke sekolah yang masih sulit ditempuh para siswanya.

Dari segi mindset sendiri Pendidikan kita masih membanggakan aspek kuantitatif dibanding aspek kualitatif.Siswa dituntut

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

77

meraih setinggi-tingginya jika ingin diberi predikat pandai oleh gurunya.

Dengan mindset yang salah kaprah seperti ini maka orientasi siswa adalah bagaimana cara meraih nilai baik dan mengesampingkan aspek moral dengan menghalalkan segala cara.Jika kecurangan UN tiap tahun meningkat maka hal tersebut adalah hal lumrah apabila mindsetnya saja tidak segera diubah.

Oleh sebab itu di sini Pemerintah harus lebih menggalakkan kembali pendidikan moral pada generasi muda dalam hal ini adalah mata pelajaran PPKn dan Pend.Agama.

Selain itu setiap anak sejak dini harus dibiasakan bersikap jujur,saling menghargai dan bertanggung jawab.Begitu juga kurikulum pendidikan juga harus memuat aspek moral dimana didalamnya harus memuat 50 % pengetahuan & 50 % akhlak/moral

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

78

Dalam pengaplikasiannya nanti setiap sekolah dalam sistem penilaiannya tidak hanya diukur dari sisi kognitif saja,tetapi juga sisi Afektif.Banyak indikator yang bisa dijadikan acuan sekolah dalam menilai siswanya dalam hal afektif,seperti:Gaya berpakaian,sopan santun,dan sikap menghargai orang lain,selain itu masih banyak lagi

Dengan begitu akan tercipta sebuah generasi muda yang memiliki kapabilitas SDM yang berkualitas yang cerdas baik secara akademiik maupun cerdas secara moral.Selain itu sebagai guru seharusnya memberikan keteladanan bagi para siswanya karena bagaimanapun guru juga akan membentuk watak & kepribadian siswanya.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

79

BAB V PROGRAM MEMPERKOKOH KARAKTER

DAN JATIDIRI BANGSA

ealitas menunjukkan bahwa kesadaran kebangsaan rakyat Indonesia dewasa ini mengalami

kemunduran. Hal ini dapat dilihat pada fenomena yang berkembang dalam masyarakat seperti:

Berkembangnya emosi kedaerahan, yang dipicu oleh kesalah fahaman dalam memaknai dan penerapan kearifan lokal dalam rangka implementasi otonomi daer-ah.

Penerapan otonomi daerah belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berakibat timbulnya kekecewaan rakyat di daerah.

Perilaku para elit politik yang dinilai kurang proporsional dalam menjabarkan kebija-kan yang menyimpang dari tujuan yang tertera dalam Pembukaan UUD 1945,

R

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

80

mengakibatkan sifat keacuhan masyarakat terhadap pembangunan, utamanya dalam memperkokoh wawasan kebangsaan.

Globalisasi yang mengusung nilai kebebasan yang individualistik mendorong berkembangnya sikap pragmatik, kon-sumeristik, materialistik, hedonistik, yang mengabaikan nilai-nilai luhur bangsa seperti gotong royong, kekeluargaan, kerukunan dan kebersamaan sebagai pencerminan wawasan kebangsaan.

Tidak merasa bangga terhadap prestasi anak bangsa dalam berbagai segi, seperti di bidang olah raga, pendidikan, karya teknologi, dsb.

Daerah perbatasan yang kurang men-dapat perhatian dari pusat maupun daerah yang mengakibatkan perbedaan kesejah-teraan yang sangat tidak seimbang.

Pencurian kekayaan alam baik di darat maupun di laut yang sangat merugikan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

81

masyarakat yang berakibat merosotnya pendapatan masyarakat.

Keadilan di berbagai bidang kehidupan yang menjadi dambaan masyarakat belum dapat terwujud sebagai akibat belum terseleng-garanya penegakan hukum dengan semestinya.

Fenomena tersebut di atas menunjukkan bahwa kemunduran wawasan kebangsaan sudah merupakan realitas dan perlu penanganan segera dengan kesungguhan hati agar dapat membangkitkan kembali wawasan kebangsaan masyarakat dengan Program

5.1. Memperkokoh Karakter dan Jati–diri Bangsa.

Focus Group Discussion yang diselenggara-kan oleh Badan Penelitian dan Pengembang-an Departemen Dalam Negeri, yang diseleng-garakan pada tanggal 10 November 2009, menyusun rekomendasi bahwa perlu adanya lembaga yang

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

82

menangani masalah imple-mentasi program Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa berdasar Pancasila.

Lembaga tersebut tiada lain adalah Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri. Sedang aktualisasinya dikerjakan oleh Badan Kesbangpol Propinsi, Kabupaten dan Kota, untuk itu diperlukan strategi, sistem dan struktur implementasi Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa (MKJB).

Sebelum kita menguraikan lebih lanjut mengenai strategi, sistem dan struktur program MKJB, perlu kita fahami lebih dahulu pengertian-pengertian yang berkaitan dengan aktualisasi program Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa.

5.2. Pengertian Karakter

Karakter sering diberi padanan kata watak, tabiat, perangai atau akhlak. Dalam bahasa Inggris character diberi arti a

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

83

distinctive differentiating mark, tanda yang membedakan secara khusus.

Karakter adalah keakuan rohaniah, het geestelijk ik, yang nampak dalam keseluruhan sikap dan perilaku, yang dipengaruhi oleh bakat, atau potensi dalam diri dan lingkungan.

Karakter juga diberi makna the stable and distinctive qualities built into an individual‟s life which determines his response regardless of circumstances.

Dengan demikian karakter adalah suatu kualitas yang mantap dan khusus, sebagai pembeda, yang terbentuk dalam kehidu–pan individu yang menentukan sik–ap dalam mengadakan reaksi terhadap rang–sangan dengan tanpa terpengaruh oleh situasi lingkungan sewaktu.

Karakter terbentuk oleh faktor endogeen atau dalam diri dan faktor exogeen atau luar diri. Sebagai contoh rakyat Indonesia semula dikenal bersikap

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

84

ramah, memiliki hospitalitas yang tinggi, suka membantu dan peduli terhadap lingkungan, dan sikap baik yang lain; dewasa ini telah luntur tergerus arus global, berubah menjadi sikap yang kurang terpuji, seperti egois, mementingkan diri sendiri, mencaci maki pihak lain, mencari kesalahan pihak lain, tidak bersahabat dan sebagainya.

Hal ini mungkin saja didorong oleh keinginan untuk bersaing sebagai salah satu kompetensi yang harus dikembangkan dalam era globalisasi. Karakter dapat berubah akibat pengaruh lingkungan, oleh karena itu perlu usaha membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan dan menjerumuskan.

Ada ahli yang berpendapat bahwa manusia bersifat unik, tercipta dalam perbedaan individual, nampak dalam tingkat kecerdasan, dalam kemampuan ungkapan emosional dan manifestasi kemauan.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

85

Manusia juga dibekali oleh Tuhan dengan kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, meski ukuran benar-salah dan baik-buruk mengalami perkembangan sesuai dengan pertumbuhan yang dialami oleh manusia dan tantangan zamannya.

Dengan demikian moral dan karakter pada manusia melekat secara kodrati, namun selalu mengalami per-kembangan sesuai dengan pertumbuhan dan tantangan yang dihadapi.

Karakter mem-bentuk ciri khas individu atau entitas, suatu kualitas yang menentukan suatu individu atau entitas, sedemikian rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang mem–bedakan dengan individu atau entitas lain.

Kualitas yang menggambarkan suatu karakter bersifat unik, khas, yang mencerminkan pri-badi individu atau entitas dimaksud, yang akan selalu nampak secara konsisten dalam sikap dan perilaku individu

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

86

atau entitas dalam menghadapi setiap permasalahan.

5.3. Pengertian Jatidiri Bangsa

Jatidiri yang dalam bahasa Inggris disebut identity adalah suatu kualitas yang menentu–kan suatu individu atau entitas sedemikian rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan dengan individu atau entitas yang lain.

Kualitas yang meng-gambarkan suatu jatidiri bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi individu atau entitas dimaksud. Jatidiri merupakan pen-cerminan individu atau suatu entitas yang mempribadi dalam diri individu atau entitas yang selalu nampak dengan konsisten dalam sikap dan perilaku individu atau entitas yang bersangkutan dalam menghadapi setiap permasalahan.

Ada sementara pihak yang membedakan antara pengertian identitas diri dan jatidiri. Identitas diri lebih

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

87

menggambarkan pe-nampilan lahiriah dalam bentuk sikap dan perilaku yang membaku dan mempribadi seperti ramah, pemarah, introvert, extravert, optimistik, pesimistik, dan sebagainya.

Sedang jatidiri adalah kualitas yang menggambarkan integritas individu atau suatu entitas, sebagai karunia Tuhan, yang mencerminkan harkat dan martabat individu atau entitas dimaksud secara utuh.

Jatidiri mengandung nilai-nilai dasar yang akan memberikan corak terhadap jatidiri bagi pendukungnya. Jatidiri suatu bangsa yang menganut faham individualistik liberalistik akan berbeda dengan jatidiri suatu bangsa yang menganut faham kolektivistik, sosialistik atau kegotong royongan. Demikian pendapat mereka.

Jatidiri bangsa akan nampak dalam karakter bangsa yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur bangsa terdapat dalam dasar negara

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

88

Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang merupakan pengejawantahan dari konsep religiositas, humanitas, nasionalitas, sove–reinitas dan sosialitas. Membangun jatidiri bangsa Indonesia berarti membangun jatidiri setiap manusia Indonesia, yang tiada lain adalah membangun Manusia Pancasila.

5.4. Pengertian Nilai dan Norma

Nilai adalah kualitas yang melekat pada suatu hal ihwal, perkara atau subyek tertentu yang berakibat dipilih atau tidaknya hal ihwal, perkara atau subyek tersebut dalam kehidupan masyarakat.

Suatu pemerintahan yang adil selalu menjadi dambaan rakyat. Lukisan yang indah selalu diburu oleh para kolektor lukisan. Orang yang jujur selalu dihargai oleh masyarakatnya, dan sebagai-nya. Apabila nilai idaman dapat terwujud, maka akan menimbulkan rasa puas diri pada masyarakat, yang bemuara pada rasa tent-ram, nyaman, sejahtera dan bahagia.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

89

Nilai yang dipergunakan sebagai ukuran untuk menentukan atau menilai suatu tingkah laku manusia disebut norma. Norma adalah berasal dari bahasa Latin yang artinya siku-siku, suatu alat untuk mengukur apakah suatu obyek tegak lurus atau miring.

Demikian pula halnya dengan norma kehidupan, diperguna-kan manusia sebagai pegangan atau ukuran dalam bersikap dan bertindak; apakah sikap dan tingkah lakunya menyimpang atau tidak menyimpang dari nilai yang telah ditetapkan.

Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dikenal berbagai norma, seperti norma agama, norma adat, norma moral, norma hukum dan sebagainya.

Perkembang-an nilai menjadi norma sangat tergantung dari masyarakat masing-masing serta tantangan zaman. Masing-

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

90

masing mendukung nilai sesuai dengan bidangnya.

5.5. Kaitan Karakter, Jatidiri, Nilai dan Norma Kehidupan

Karakter, jatidiri, nilai dan norma kehidupan perlu didudukkan secara tepat dan proporsi-onal agar tidak terjadi kerancuan dan kakacauan dalam memanfaatkan dan me-nerapkannya baik dalam wacana maupun dalam praktek kehidupan.

Setiap subyek, individu, atau entitas untuk dapat diakui eksistensinya perlu memiliki identitas atau ciri khusus yang membedakan-nya dengan subyek, individu atau entitas lain. Identitas atau ciri khusus yang telah mem-pribadi, menyatu dengan subyek, individu atau entitas tersebut disebut jatidiri

Jatidiri ini akan menampakkan wajahnya dalam bentuk sikap dan perilaku

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

91

subyek, individu atau entitas terhadap tantangan yang terkena pada dirinya.

Apabila perilaku ini telah membaku sehingga tidak peduli pada situasi dan kondisi yang meliputinya, maka sikap dan perilaku tersebut berkembang menjadi karakter.

Dengan demikian jatidiri suatu subyek, individu atau suatu entitas akan menampak-kan dalam karakter, yang akan termanifestasi dalam sikap dan perilaku dalam menganti-sipasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi.

Kita kenal individu yang berkarakter teguh dan konsisten, ada yang memiliki karakter selalu berubah setiap saat, sehingga sukar sekali ditebak dan diperhitungkan.

Yang pertama sering disebut berkarakter baja, sedang yang kedua berkarakter bunglon, atau tidak memiliki pendirian.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

92

Karakter merupakan perpaduan antara faktor intern yang terdapat dalan diri individu dan faktor ekstern yakni lingkungan tempat individu berhubungan. Sebagai konsekuensi-nya, karakter mengandung nilai-nilai tertentu, yang biasanya bersumber dari nilai yang berkembang dalam masyarakat tempat individu hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagai akibat karakter akan mengalami perubahan, sedang jatidiri pada hakikatnya bersifat tetap. Meskipun per-kembangan karakter tidak dibenarkan menyi-mpang dari nilai dasar yang menjadi ciri khas jatidiri.

Dari uraian tersebut nampak jelas bahwa setiap individu atau entitas perlu memiliki jatidiri yang merupakan ciri khas yang membedakan dengan individu atau entitas yang lain. Jatidiri individu atau suatu entitas akan nampak dalam karakter individu atau entitas dimaksud.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

93

Karakter berisi nilai-nilai terpilih yang dipegang oleh individu atau entitas dalam menghadapi segala perma-salahan.

Nilai-nilai terpilih tersebut kemudian dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku sehingga menjadi faktor pengukur sikap dan perilaku individu atau entitas.

Demikian gambaran secara singkat kaitan antara jatidiri, karakter, nilai dan norma kehidupan.

5.6. Paradigma Membangun Karakter Dan Jatidiri Bangsa

Jatidiri bangsa merupakan hal ihwal atau perkara yang sangat esensial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehi-langan jatidiri bangsa sama saja dengan kehilangan segalanya, bahkan akan berakibat tereliminasinya negara-bangsa.

Oleh karena itu bila kita tetap menghendaki berdaulat dan dihargai sebagai negara-bangsa dalam percaturan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

94

internasional, perlu menjaga eksistensi dan kokohnya jatidiri bangsa.

Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa hanya bangsa yang memiliki karakter yang kokoh dan tangguh mampu mengatasi krisis yang dihadapi oleh negara-bangsa dengan berhasil baik.

Jatidiri bangsa akan nampak dalam karakter bangsa yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur bangsa . Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur bangsa terdapat dalam dasar negara Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yakni Ketuhanan Yang Maha Esa,

Kemanusiaan yang adil dan beradab, Per-satuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusya-waratan/perwakilan serta dengan mewujud-kan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

95

Membangun jatidiri bangsa Indonesia berarti membangun jatidiri setiap manusia Indonesia, yang tiada lain adalah membangun Manusia Pancasila.

Dalam rangka membangun jatidiri Manusia Pancasila, setiap manusia Indonesia wajib memahami konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila, untuk difahami, didalami, serta diimplementasikan dalam kehidupan yang nyata, baik dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam.

Membangun karakter bangsa yang merupa-kan pencerminan jatidiri bangsa merupakan suatu kerja terus menerus tanpa henti. Oleh karena itu perlu di rancang suatu program yang mantap, berkesinambungan, dan terpadu mengenai Program Memperko-koh Karakter dan Jatidiri Bangsa.

Program tersebut meliputi: (a) tujuan yang hendak diwujudkan, (b) materi yang diperlukan dalam pembangunan karakter dan jatidiri bangsa, (c) organisasi atau

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

96

lembaga penyelenggara, (d) pelaksana, (e) sarana dan prasarana, serta (f) pendanaan pendukungnya.

Mengingat begitu mendasarnya masalah pembinaan karakter bangsa, maka harus ditangani oleh lembaga pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan Nasional dan kementerian lain terkait.

Sasaran utama dalam pembangunan karakter dan jatidiri bangsa adalah para pendidik, tenaga kependidikan dan para pemimpin masyarakat.

Bila para pendidik, tenaga kependidikan dan para pimpinan masyarakat telah memiliki karakter dan jatidiri seperti yang diharapkan maka masyarakat luas akan segera mengikutinya. Suatu realitas me-nunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih bersifat ikutan.

Di atas telah dikemukakan bahwa pendekatan yang ditempuh dalam rangka

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

97

membina karakter bangsa dengan cara membangun karakter setiap manusia Indonesia.

Dalam rangka membangun jatidiri manusia Indonesia akan menyentuh tiga dimensi yakni dimensi pribadi, dimensi warganegara, dan dimensi tenaga pembangunan dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya, yakni Manusia Pancasila.

Untuk itulah perlu difahami karakter manusia sebagai pribadi, sebagai warganegara dan sebagai tenaga pembangunan. Pembangunan karakter bangsa diarahkan untuk mewujudkan karak-ter tiga dimensi tersebut.

5.7. Jatidiri Manusia Pancasila sebagai Pribadi

Manusia Pancasila sebagai pribadi bertitik tolak dari suatu gagasan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan,

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

98

wajib beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Manusia Pancasila meyakini akan kodrat yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga selalu rela menerima ketentuanNya, ber–syukur terhadap segala nikmat karuniaNya dan selalu bersikap sabar terhadap cobaan-Nya.

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, manusia Pancasila dibekali dengan berbagai nafsu, baik yang dapat merusak maupun membangun diri sendiri dan pihak lain.

Adapun nafsu yang merusak seperti sifat jahil, iri, dengki, pendendam, serakah, malas, mudah tersinggung, gampang marah, beringas, dan sebagainya; Sedangkan sifat yang baik adalah cinta dan kasih sayang, simpati, empati, memiliki ciri tenang, lembut, lembah manah, suka melayani, berbakti dan sebagainya.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

99

Manusia Pancasila mampu mengendalikan diri terhadap nafsu yang bersifat merusak, serta menyalurkan secara tepat nafsu yang bersifat membangun.

Manusia Pancasila adalah makhluk mono–dualis, yang bermakna sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial, makhluk jasmani sekaligus makhluk rokhani.

Hal ini merupakan kodrat yang ditentukan oleh Tuhan, maka manusia tidak mungkin hidup seorang diri, tetapi selalu terikat dalam kelompok manusia yang disebut komunitas, baik itu namanya keluarga, masyarakat, ataupun negara-bangsa.

Manusia Pancasila menyadari dan meyakini bahwa kehidupan di dunia ini hanya berlangsung sementara dan berlangsung dalam rangkaian dengan kehidupan lebih lanjut di akhirat. Manusia tidak hanya terdiri atas materi yang nampak, tetapi menyatu dengan zat yang tidak

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

100

nampak yang menyebabkan manusia dapat hidup.

Manusia Pancasila menyadari bahwa dirinya sebagai mikrokosmos menyatu dengan alam semesta sebagai makrokosmos.

Sebagai konsekuensi dari pandangan monodualistik ini, maka manusia Pancasila tidak dapat melepas-kan diri dari lingkungan dan alam sekitarnya, serta dari kehidupannya di masa yang akan datang. Ia tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri pada masa kini, tetapi juga memper-hitungkan kehidupan setelah hidup di dunia ini.

Manusia Pancasila juga bersifat monopluralis. Ia adalah makhluk pribadi yang hidup dalam kondisi kemajemukan dilihat dari keaneka-ragaman agama yang dipeluk dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat, keanekaragaman adat budaya, suku dan sebagainya.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

101

Sehingga pola hidup manusia Pancasila bersifat inklusif, tidak merasa dirinya yang paling benar, paling hebat dan sebagainya. Kebenaran dapat saja terjadi pada pihak lain.

Manusia Pancasila dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai kemampuan dasar seperti kemampuan berfikir, perasaan, kema-uan, budi nurani dan berkarya.

Untuk dapat memanifestasikan kemampuan dasar tersebut, Tuhan mengaruniai kepada manusia suatu bekal berupa kebebasan, yang merupakan hak untuk memilih dan menentukan sikap dan pendiriannya. Penerapan kebebasan tersebut harus diselenggarakan secara etis dan ber-tanggung jawab.

Manusia Pancasila dalam berhubungan dengan sesama manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat dan kesetaraanya, tanpa membedakan suku, agama, ras, keturunan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

102

dan antar golongan sehingga tidak terjadi diskriminasi dan eksploi-tasi antar sesama manusia. Dengan demikian manusia diperlakukan secara adil dan ber–adab.

5.8. Jatidiri Manusia Pancasila sebagai Warga-negara

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seorang manusia tidak hanya berkedudukan sebagai pribadi, tetapi juga sebagai seorang warganegara dari suatu negara-bangsa.

Sebagai seorang warganegara, manusia Pancasila wajib memahami hak dan kewaji–bannya, serta fungsinya dalam hidup berbangsa dan bernegara. Ia harus mema-hami dasar negara yang dijadikan landasan (a) mengatur tata hubungan sesama warganegara, (b) mengatur tata hubungan warganegara dengan lembaga-lembaga negara, (c) tata cara memperjuangkan haknya serta melaksanakan segala kewajiban dan fungsinya sebagai warganegara.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

103

Seorang warganegara terikat pada segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan tidak dapat menghindari serta mengingkari terhadap hukum positif yang sah dan berlaku.

Penyimpangan dari ketentuan hukum akan dikenai sanksi hukum. Sesuai dengan ketentu-an, bahwa norma hukum bersifat memaksa, harus dipatuhi oleh setiap warganegara tanpa kecuali.

Kepatuhan dan ketaatan warga-negara terhadap segala peraturan perundang-undangan yang berlaku merupakan sasaran pembinaan karakter yang harus dikembangkan.

Seorang warganegara terikat pada negara-bangsanya. Ia harus merasa dirinya sebagai warga dari suatu negara-bangsa, bangga terhadap negara-bangsanya, cinta dan rela berkorban demi negara-bangsanya. Seorang warganegara adalah seorang patriot bangsa, selalu menjaga persatuan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

104

Dengan demikian wawasan kebangsaan merupakan sasaran pembinaan karakter warganegara.

5.9. Jatidiri Manusia Pancasila sebagai Tenaga Pembangunan

Sebagai tenaga pembangunan, manusia Pancasila harus memiliki profesionalitas serta ketrampilan yang diperlukan dalam berproduksi atau memberikan pelayanan.

Seorang tenaga kerja Pancasila memiliki semangat juang yang tinggi demi negara bangsanya dan untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Ia adalah pekerja yang jujur, tangguh, handal, tekun, rajin, pantang menyerah, bertanggung jawab serta memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai sukses.

Sehingga manusia Panca-sila sebagai tenaga pembangunan adalah tenaga kerja yang berani dan mampu bersaing dengan tenaga kerja dari manapun jua.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

105

Dari gambaran di atas nampak bahwa karakter yang perlu dikembangkan dalam membentuk jatidiri manusia Indonesia tiada lain adalah karakter yang bermuatan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila baik Pancasila sebagai pandangan hidup dalam membentuk manusia yang berakhlak mulia, Pancasila sebagai dasar negara yang bermuatan konsep dan prinsip yang dipergunakan sebagai acuan dalam bersikap dan bertingkah laku sebagai seorang warganegara dengan baik, sehingga memahami serta mampu menerap-kan hak dan kewajibannya, serta berwawasan kebangsaan maupun Pancasila sebagai ideologi nasional yang memberikan arahan dalam melaksanakan pembangunan.

5.10. Program Memperkokoh Karakter Dan Jatidiri Bangsa

Di atas telah dikemukakan bahwa dalam menyusun program Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa perlu dirumuskan tujuan yang hendak

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

106

diwujudkan, materi yang dimanfaatkan dalam proses memperkokoh karakter dan jatidiri, tenaga pelaksana dan sebagainya. Berikut disampaikan uraian mengenai hal-hal tersebut.

5.11. Tujuan program Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa

Program Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa diarahkan pada pembangunan jatidiri bangsa Indonesia. Sesuai dengan pendeka-tan tersebut di atas maka tujuan membangun karakter bangsa adalah mengembangkan karakter manusia baik sebagai manusia pribadi, sebagai warganegara maupun sebagai tenaga pembangunan.

Dengan berorientasi pada pemikiran ini maka tujuan pembangunan karakter bangsa adalah sebagai berikut:

1. Membangun individu yang memiliki keimanan dan ketakwaan prima terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

107

sehingga menjadi manusia yang taat dan patuh terhadap perintah dan laranganNya sesuai dengan ajaran agama dan kepecayaan masing-masing. Mensyukuri nikmat yang dianugerahkanNya serta sabar dalam menerima segala ujianNya.

2. Membangun individu yang mampu mengendalikan diri terhadap nafsu dengan jalan menghindari perilaku yang tercela seperti riya, jahil, iri hati, dengki, dendam, serakah, sombong, congkak, mudah tersinggung, pemarah, serta dengan mengembangkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama, jujur, disertai sikap pengabdian diri dengan ikhlas, ramah dan sopan santun, serta saling asah asih asuh.

3. Membangun individu yang bersikap inklusif, dengan jalan menerima realitas kehidupan plural ditinjau dari keanekaan ras,

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

108

suku, agama, antar golongan dan adat budaya, tidak merasa dirinya yang paling benar dan paling penting dalam hidup bersama; dengan cara menghindari sikap eksklusif.

4. Membangun warganegara yang memahami hak, kewajiban dan fungsinya sesuai dengan segala peraturan per-undang-undangan yang berlaku, ber-dasarkan Pembukaan UUD 1945, mampu dan mau untuk mengimple-mentasikan dalam segala aspek dan dimensi kehidupan.

5. Membangun warganegara yang bangga terhadap negara bangsanya, setia dan rela berkorban demi negara bangsanya, berusaha untuk berprestasi dalam ber-bagai kegiatan baik nasional maupun global dalam rangka menjunjung tinggi negara-bangsanya.

6. Membangun tenaga pembangunan yang cerdas, terampil, profesional,

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

109

beretos kerja tinggi, pantang menyerah, bekerja keras, bertanggung jawab, berprestasi dan mampu bersaing baik di dalam maupun di luar negeri dalam memasuki era globalisasi.

Materi program Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa

1. Dalam rangka membangun manusia Pancasila sebagai pribadi perlu dikembangkan nilai-nilai yang terkan-dung dalam Pancasila sebagai pandangan hidup; dalam rangka mem-bangun manusia Pancasila sebagai warganegara perlu dikembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar negara, sedangkan untuk membangun manusia Pancasila sebagai tenaga pembangunan perlu dikembangkan nilai-nilai yang terkan-dung dalam Pancasila sebagai Ideologi nasional.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

110

2. Sebagai konsekuensi maka dalam membangun karakter dan jatidiri manu-sia Indonesia digunakan materi seba-gai berikut:

Pancasila sebagai Dasar Negara; Pancasila sebagai Ideologi Nasional Pancasila sebagai Pandangan Hidup; Pancasila sebagai Perekat Bangsa Wawasan Kebangsaan dan Bhinneka

Tunggal Ika Pancasila sebagai Jatidiri Bangsa.

5.12. Lembaga implementasi program Memperko-koh Karakter dan Jatidiri Bangsa

Memperkokoh karakter dan jatidiri bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, maka baik pemerintah maupun masyarakat wajib ber-partisipasi aktif dalam membangun karakter dan jatidiri bangsanya.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

111

Untuk itu perlu dibentuk Tim Pelaksana Program MKJB (Tim P2MKJB) di tingkat pusat, propinsi, dan kabupaten/kota untuk memberikan bimbingan dan arahan pelaksanaan program MKJB.

Dalam melaksanakan tugasnya Tim P2MKJB didukung oleh tenaga ahli, administrasi, perencana, pelaksana dalam berbagai bidang disiplin ilmu dan kegiatan. Struktur organisasi Tim diusulkan sebagai berikut: Tim P2MKJB mendapatkan bimbingan dan pengarahan langsung dari Wakil Presiden.

5.13. Tenaga program Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa

Dalam rangka implementasi program Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa diperlukan berbagai tenaga seperti fasilitator yang mendapat tugas membimbing masyarakat dalam mengadakan diskusi dan dialog mengenai upaya memperkokoh karakter dan jatidiri bangsa.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

112

Para fasilitator ini perlu mendapatkan arahan dan petunjuk pelaksanaan memperkokoh karakter dan jatidiri bangsa. Untuk itu perlu diselenggara-kan training of fasilitator yang diselenggara-kan oleh Kementerian Dalam Negeri.

5.14. Penjadualan

Tahun 2010 dipergunakan untuk menyusun program terinci ”Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa,” Menyiapkan materi yang diperlukan dan menyelenggarakan training of fasilitators, serta peraturan perundangan yang diperlukan

Tahun 2011 dan seterusnya adalah implementasi ”Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa” Pendanaan disediakan oleh Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah.

Program Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa merupakan program utama yang harus segera diselenggarakan, karena

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

113

akan menentukan negara-bangsa dalam menghadapi era globalisasi.

Kegagalan dalam membangun karakter dan jatidiri bangsa akan dapat saja leburnya wawasan kebangsaan dan dapat bermuara pada leburnya negara-bangsa Indonesia.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

114

BAB VI MAMAHAMI FUNGSI DAN TUJUAN

PANCASILA

uatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tanpa dasar negara yang kuat dan tidak dapat

mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tanpa Pandangan Hidup.

Dengan adanya Dasar Negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar. Sudah menjadi kesepakatan bersama, bahwa Pancasila ditetapkan sebagai Dasar Negara RI oleh para Pendiri Negara. Untuk itu Pancasila mempunyai fungsi dan tujuan yang mengatur sendi-sendi kehidupan bangsa.

Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai Dasar Negara yang merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk di

S

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

115

dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan rakyat.

Pancasila dalam kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan negara Republik Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.

Hal ini menempatkan Pancasila sebagai dasar negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

116

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara.

Pancasila Sebagai Dasar Negara tentunya memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi Pancasila adalah sebagai berikut:

(a) Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, sikap hdup yang diyakini kebenarannya tersebut bernama Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal dari budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dari nilai-nilai budaya Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa Indonesia. Cita-cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman, pegangan atau

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

117

kekuatan rohaniah kepada bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(b) Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia. Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa punya jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai jiwa Bangsa Indonesia lahir bersamaan dengan adanya Bangsa Indonesia sendiri yaitu sejak jaman dahulu kala. Menurut Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo bahwa Pancasila itu sendiri telah ada sejak adanya Bangsa Indonesia. karena Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

118

bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

(c) Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dapat dijadikan dasar dalam motivasi dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, untuk mencapai tujuan nasional, yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pancasila sebagai pedoman dan pegangan dalam pembangunan bangsa

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

119

dan Negara agar dapat berdiri dengan kokoh. Selain itu, pancasila sabagai identitas diri bangsa akan terus melekat pada di jiwa bangsa Indonesia. Pancasila bukan hanya di gali dari masa lampau atau di jadikan kepribadian bangsa waktu itu, tetatapi juga diidealkan sebagai kepribadian bangsa sepanjang masa.

(d) Perjanjian Luhur artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara tanggal 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia).

(e) Sumber dari segala sumber tertib hukum artinya; bahwa segala peraturan perundang- undangan yang berlaku di Indonesia harus bersumberkan Pancasila atau tidak bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

120

meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD1945, serta hukum positif lainnya.

(f) Cita- cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual yang berdasarkan Pancasila. Dalamhal ini hendak diwujudkan oleh bangsa Indonesia adalah masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah NKRI yang merdeka, bersatu,berdaulatan rakyat dalam suasana peri-kehidupan bangsa yang aman, tenteram,tertib dan dinamis, serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka,bersahabat dan tentram. “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

121

kehidupan bangsa …” pada kutipan alenia dapat disimpulkan bahwa tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia adalah.

1. Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Melindungi segenap bangsa artinya adalah pemerintah berupaya untuk melindungi seluruh bangsanya, dari segi internal maupun eksternal.

2. Tujuan nasional bangsa yang kedua adalah memajukan kesejateraan umum/bersama. Negara Indonesia menginginkan situasi dan kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil, dan sentosa.

3. Tujuan Indonesia menurut UUD 1945 yang ketiga adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebuah bangsa akan maju bila didukung oleh rakyatnya yang

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

122

memiliki pengetahuan luas, pintar, dan intelek.

4. Tujuan nasional Indonesia yang terakhir adalah ikut berperan aktif dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial.

(g) Pancasila sebagai falsafah hidup yang mempersatukan Bangsa Indonesia. Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. karena Pancasila adalah palsafah hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang oleh Bangsa Indonesia diyakini paling benar, adil, bijaksana dan tepat untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.

(h) Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia. Ideologi dapat diartikan sebagai Ilmu tentang ide atau gagasan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

123

yang bersifat mendasar. Ideologi ialah seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa dan digunakan untuk menata masyarakatnya. Pancasila sebagai ideologi nasional merupakan kumpulan nilai yang diyakini kebenarannya oleh Bangsa Indonesia dan digunakan untuk menata masyarakat. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya( cultural bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat Indo nesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu. Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara, yaitu :

1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

124

2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.

3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.

4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaaan bangsa dan Negara.

Tujuan dari Pancasila

Tujuan dari Pancasila adalah sebagai berikut :

1. Menghendaki bangsa yang religius yang taat kepada Tuhan

2. Menjadi bangsa yang menghargai Hak Asasi Manusia (Ham)

3. Menghendaki menjadi bangsa yang nasionalis yang mencintai tanah air Indonesia

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

125

4. Menghendaki bangsa yang demkratis 5. Menjadi bangsa yang adil secara

sosial ekonomi

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

126

BAB VII PANCASILA MEMBENTUK KARAKTER

BANGSA

angsa Indonesia harus kembali mengembangkan nilai-nilai ideal Pancasila sebagai karakter bangsa.

Untuk itu, penyelenggara Negara dan warga mesti mensosialisasikan dasar Negara secara lebih kreatif sehingga menghasilkan pikiran, sikap, dan tindakan sesuai kelima sila itu.

7.1. Pancasila Sebagai Dasar Kemajuan Bangsa

Ketua Eksekutif Pusat Studi Pancasila Universitas Pancasila (UP) Yudi Latif menyampaikan seruan itu dalam orasi ilmiah “Karakter Pancasila Sebagai Dasar Kemajuan Bangsa” pada Wisuda UP di Jakarta beberapa waku lalu.

Yudi Latif menjelaskan, setiap bangsa harus memiliki karakter atau cetakan dasar kepribadian yang tumbuh dari pengalaman

B

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

127

bersama. Bagi bangsa Indonesia, karakter itu bertumpu pada Pancasila sebagai dasar kelima sila, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan, adalah pandangan dunia yang visioner dan tahan banting.

Namun, nilai-nilai itu sekarang terabaikan. Karena itu, kita harus kembali mencetak nilai-nilai ideal itu menjadi karakter kebangsaan dengan mendalami, meyakini, dan mengamalkannya dalam kehidupan nyata.

7.2. Sosialisasi Pancasila secara Menyeluruh

Menurut Yudi, diperlukan sosialisasi Pancasila secara lebih kreatif dan menyeluruh dalam pemikiran, penjiwaan, dan tindakan. Kelima sila itu harus diamalkan dengan dasar ketaatan pada hukum, kesusilaan, keagamaan, dan kodrat hidup bersama.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

128

“Kuncinya, para penyelenggara Negara dan warga harus serius menjunjung tinggi nilai-nilai keadaban publik berdasarkan Pancasila. Kekayaan alam harus memberi kemakmuran, kekayaan budaya jadi sumber kemajuan, dan keberagaman memberi landasan hidup rukun”, katanya.

Pancasila jangan hanya menjadi retorika, tetapi juga dasar falsafah Negara, wacana ilmiah, dasar produk perundangan, dan berkaitan dengan kenyataan. “Jadikan Pancasila sebagai karya, kebanggaan, dan komitmen bersama”, kata Yudi, yang juga menjadi Direktur Reform Institute.

Karakter bangsa, dapat ditumbuhkan melalui proses internalisasi dalam budaya di masyarakat. Misalnya, melalui keteladanan tokoh, cerita-cerita kearifan local, dan melalui media komunikasi. Kearifan lokal sebenarnya mengajarkan banyak nilai karakter bangsa.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

129

Misalnya, perbahasa “tak ada rotan, akar pun jadi”. Peribahasa itu memiliki makna atau mengajarkan sikap untuk selalu kreatif dan kerja keras. Persoalannya, ketika diajarkan di sekolah-sekolah, peribahasa seperti itu cenderung hanya menjadi hafalan dan kurang diinternalisasi dan diterapkan.

Terkait keteladanan, keteladanan tokoh, apalagi tokoh pejabat publik, sudah tidak memberikan inspirasi dalam pembangunan karakter bangsa. Lihat saja caleg-caleg, politisi, dan pejabat publik. Semua sibuk mempertahankan kekuasaan. Sayangnya dalam mempertahankan dan mencari kekuasaan, kekuatan uang menjadi sangat dominan dan berpengaruh.

Karena itu, bangsa Indonesia membutuhkan tokoh-tokoh yang mampu memberikan keteladanan dalam menumbuhkan karakter bangsa. Contoh kongkrit, atau keteladanan tokoh itu melebihi semua teori.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

130

Bung Karno berupaya membangun karakter bangsa. Misalnya, dengan menekankan kemandirian dalam ekonomi, berkepribadian dalam budaya, dan berdaulat dalam politik. Bung Karno juga menekankan pembangunan nasionalisme dan kebangsaan yang kuat.

Penanaman karakter bangsa yang ideal harus dilakukan pada usia dini, misalnya pada tingkat Skolah Dasar (SD) sehingga anak sudah terbiasakan semenjak kecil.

Disinilah peran orang tua, sekolah dan lingkungan masyarakat lebih aktif dan dinamis. Meski demikian tetap harus dilakukan program yang terukur dan sistemis agar pembentukan moral dan karakter Pancasila dapat berjalan sesuai rencana. (DP/ berbagai sumber)

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

131

BAB VIII MENUJU INDONESIA BERDIKARI

arapan kita bersama bahwa kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia menuju ke arah

yang lebih baik, merupakan dambaan dan idaman seluruh rakyat. Hal ini terutama dalam masalah kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sebab, keduanya merupakan hal vital yang harus dicapai oleh rakyat.

Jika kesejahteraan dan kemakmuran sudah dirasakan rakyat, maka dapat menjadi tolok ukur atau indikator keberhasilan dalam memimpin Indonesia.

Karena keduanya merupakan dua komponen yang tidak kuasa dipisahkan untuk menyongsong kemajuan Indonesia, maka kebijakan dan tindak konkret harus direalisasikan.

Sebagai contoh, pemberdayaan sumber daya manusia (SDM), ekonomi kreatif, kepastian hukum, demokrasi yang

H

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

132

dihelat secara bersih, dan masih banyak lagi yang bersifat positif. Jika semua itu telah dilakukan, tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi negara berdikari.

Berdikari adalah mampu berpijak kuat dan kokoh yang disertai pendirian teguh tanpa ada rasa ketergantungan terhadap pihak lain (stand on your own two feet). Namun, berdikari bukan berarti menolak kerjasama sosial yang saling menguntungkan, melainkan mandiri dalam hal apa pun.

Sebab, ketergantungan menunjukkan ketidakmandirian sebuah negara. Karena itu, berdikari merupakan salah satu destinasi negara yang wajib diwujudkan.

Sebagaimana prinsip berdikari yang ditegaskan pendiri bangsa Indonesia (Founding Fathers) saat proklamasi, Sukarno, berdikari tidak mengurangi, melainkan memperluas hubungan internasional dengan cara memberdayakan potensi lokal tanpa ada rasa ketergantungan.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

133

Dengan tidak bergantung, rakyat akan merasa „fine-fine‟ saja, jika suatu saat negara kawan menjadi lawan.

Dalam konteks ini, untuk mewujudkan Indonesia berdikari dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, revolusi mental. Rakyat Indonesia harus memiliki mental kuat, dan berpandangan ke depan, bahwa Indonesia adalah negara tangguh yang tidak mudah gentar.

Kegigihan mental secara responsif akan meminimalisir, bahkan membumihanguskan mentalitas budak, yang kita ketahui saat ini tengah mewabah di Indonesia. Sekalipun membutuhkan waktu yang relatif lama, tidak menutup kemungkinan mentalitas budak akan terkikis secara perlahan.

Kedua, pendidikan karakter. Setelah bermental baja, jika tidak disertai dengan karakter baik, maka tidak mungkin ada gerakan sosial (social movement), sebagaimana ungkapan Jalaluddin Rahmat.

Tentu kita sepakat, bahwa esensi tanpa eksistensi tidak akan berpengaruh, karena yang memberi efek adalah

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

134

eksistensi. Dalam konteks ini, harus ada pengewajantahan setelah mengalami revolusi mental dengan berkarakter baik. Sebab, karakter menunjukkan kepribadian dan kewibawaan seseorang, terlebih citra negara.

Ketiga, pembangunan yang merata. Sebab, pembangunan dapat menjadi sarana menyejahterahkan rakyat. Dengan finansial yang memadai, angka kemiskinan akan terkurangi, kesenjangan sosial akan terminimalisir, dan rakyat tidak lagi merasa tertindas, menderita, dan sengsara. Bahkan, tidak akan ada lagi di antara rakyat kita yang tinggal di kolong jembatan dan dengan pekerjaan meminta-minta di pinggir jalan.

Keempat, kepastian hukum. Indonesia sebagai negara hukum yang sangat menjunjung tinggi nilai demokrasi, tentu penegakan hukum secara adil merupakan hal urgent yang harus direalisasikan.

Hukum harus tajam di atas, bukan di genggaman. Siapa yang melanggar, dialah yang pantas mendapat hukuman. Antara hukum dan penegak hukum harus ada

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

135

sinergi dan komitmen tinggi untuk menegakkan keadilan.

Jangan pernah memandang bulu, sekalipun teman sejawat, sahabat, bahkan pejabat jika terbukti bersalah harus dijatuhi hukuman agar jera dan tidak berpotensi mengulangi kesalahan yang sama.

Kelima, pengabdian pemimpin terhadap rakyat. Seorang pemimpin harus mengabdikan segenap jiwa dan raga kepada rakyat. Jangan sampai status dijadikan sarana untuk berbuat sewenang-wenang, tanpa memerhatikan kemaslahatan bersama.

Pemimpin haruslah tunduk kepada rakyat, tegas dalam menentukan kebijakan, dan amanah dalam mengemban tugas serta tanggungjawab. Pemimpin harus berani melindungi, mengayomi, dan mendengar aspirasi rakyat.

Apa yang menjadi keluhan dan kegelisahan rakyat, tidak boleh diabaikan. Pasalnya, pemimpin ideal adalah dekat dan merakyat tanpa ada sekat pandangan martabat.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

136

Cara di atas memang cukup rumit dalam pengaplikasiannya. Namun yakinlah, jika sesuatu yang kerjakan dengan bersungguh-sungguh penuh keseriusan, maka akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan.

Mengutip Alexander Gerchenkron, “Late comers get advantages from the incumbent developed Countries.” Kalimat ini bermakna, menuju keberhasilan tidak harus mereplikasi tahap atau proses yang dilakukan oleh negara maju, melainkan mengambil hikmah masalah yang pernah melanda serta menjadikan bahan telaah kritis agar tidak mengalami masalah yang sama.

Jika lima tahap di atas dapat ditempuh, tidak menutup kemungkinan Indonesia menjadi negara berdikari yang siap menjamin keselamatan, ketentraman, keamanan, kenyaman, kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat. Indonesia akan mampu berdiri diatas kaki sendiri dengan berbagai jalan kreatif dan produktif tanpa ada rasa bergantung kepada negara tetangga.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

137

Dalam merajut impian tersebut, harus diiringi dengan usaha dan keseriusan. Maka, secara perlahan Indonesia menjadi negara bangkit yang siap saing di dunia Internasional.

Semoga hajatan demokrasi lima tahuanan (pemilu) ini menghasilkan pemimpin yang benar-benar berkomitmen mengubah Indonesia, bukan hanya karena „gila‟ kekuasaan. Pasalnya, masa depan Indonesia berada di genggaman seorang pemimpin.

Jika pemimpin baik, maka negara juga baik. Begitupun sebaliknya. Namun bukan berarti pemimpin harus bekerja sendirian, melainkan setiap lini lapisan masyarakat juga harus ikut berkecipung menuju Indonesia berdikari.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

138

BAB IX FILSAFAT ILMU SEBAGAI DASAR

PEMAHAMAN PANCASILA SEBAGAI FILOSOFI BANGSA

alam kaitan-kaitan ini akan dikaji pula tentang hakikat beberapa saran berpikir ilmiah yakni, bahasa, logika,

matematika dan statistika. Setelah itu dibahas beberapa aspek yang berkaitan erat dengan kegiatan keilmuan seperti aspek moral, sosial, pendidikan dan kebudayaan. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri, apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah cirri-cirinya yang

D

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

139

hakiki yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Dsb. Filsafat: Peneratas Pengetahuan. Disini berarti bahwa filsafat merupakan langkah awal untuk mengetahui segala pengetahuan. Sekiranya kita sadar bahwa filsafat adalah marinir bukan pionir karena bukan pengetahuan yang bersifat merinci. Bidang Telaah Filsafat. Filsafat menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok, terjawab masalah yang satu diapun mulai merambah pertanyaan lain. Cabang Cabang Filsafat. Adalah Epistimologi (Filsafat Pengetahuan), Etika (Filsafat Moral), Etestika (Filsafat Seni), Metafisika, Politik (Filsafat Pemerintahan), Filsafat Agama, Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah dan Filsafat Matematika. Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistimologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

140

Bertanyalah seorang awam kepada ahli filsafat yang arif bijaksana, ”bagaimana caranya agar saya mendapat pengetahuan yang benar?. ”mudah saja”, jawab filsuf itu,” ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu”.

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kapastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui apa yang telah kita ketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas ini.

Akal adalah potensi rohaniah yang

memiliki berbagai kesanggupan seperti

kemampuan berfikir, menyadari,

menghayati, mengerti dan memahami. Hal

ini sesuai dengan manajemen langit / wahyu

ilahi / Al Quran : (Q.S. 30:21);

Artinya : “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

141

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. 30:21);

Dari ayat diatas Allah menganjurkan kepada manusia untuk berpikir (yatafakkarun) entang penciptaanNya, seperti isi alam jagat raya. Karena pemikiran merupakan hasil (buah) yakni buah kajian dan perasaan otak yang sangat berharga sekali. Berma'rifat dengan akal pikiran ini sering disebut dengan berbicara dalam batin (suara hati).

Berpikir adalah suatu jalan menuju kepada Allah Ta'ala lewat berfikir, manusia akan teratur dan tersalurkan ilmunya dan ini disebut juga bertafakkur; jadi lewat bertafakkur manusia akan dekat dengan Tuhannya. Berpikir sejenak lebih utama dari sekedar mengingat Allah, sebab jangkauan tafakkur dan zikir atau mengingat Allah,

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

142

sungguhpun demikian zikir itu lebih utama dalam hati manusia.

Hal inilah yang dikatakan pemikiran merupakan hasil buah dan hasil dari akal yakni berpikir. Bertafakkur sesaat lebih baik dari pada beribadah setahun, yaitu menambah rasa cinta dan rindu kepada Allah SWT.

Berpikir tentang hasil ciptaan Allah akan menambah keimanan dan ketakwaan manusia kepada Sang Khalik dan bertambah dekat kepada-Nya.

Jadi jelaslah bahwa pengertian ayat tersebut kita semua diperintahkan untuk menggunakan akal pikiran untuk menyelidiki segala yang telah diciptakan Allah SWT dilangit dan bumi ini.

Jadi pemikiran kesadaran, penghayatan, pengertian dan pemahaman semuanya merupakan istilah yang berarti bahwa kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelegensi (sifat kecerdasan jiwa).

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

143

Berpikir di maksudkan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui dengan kata lain bahwa kebenaranlah yang menjadi tujuan utamanya, dari proses berpikirnya yang mengatakan pengorganisasian dan pembudian pengalaman-pengalamannya secara empiris dan eksperimen di maksudkan dapat mencapai pengetahuan, tetapi apakah pengetahuan yang diperoleh adalah benar dan apa yang dimaksud kebenaran dalam ilmu pengetahuan?

Al-Qur'an yang mulia menghendaki akal pikiran itu selalu bergerak (dinamis), bekerja dan melepaskan diri dari kekangan yang selalu mengekang manusia untuk merenung (bertafakur) dan berpikir akan ciptaan Sang Pencipta.

Allah SWT menghendaki agar akal pikiran dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu berpikir (memikirkan) segala sesuatu. Kalau tidak dikembangkan akal itu, manusia akan menjadi bodoh (tolol), maka Allah Ta'ala menganggap (manusia) seperti binatang ternak saja, tak

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

144

beda sedikitpun dan bahkan lebih jelek (buruk) dari hewan tersebut.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-A‟raf:179:

Artinya: “Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

145

mereka Itulah orang-orang yang lalai”.(QS.Al-A‟raf:179)

Akal pikiran memang salah satu cara untuk mengetahui dan mengenal Sang Pencipta alam, tetapi jangkauannya sangatlah terbatas, hanya dapat memikirkan hasil ciptaan-Nya saja. Sedangkan hakikat penciptaan Allah, tidak dapat dipikirkan secara pasti dari mana asal usul kejadiannya, kecuali beberapa makhluk saja, seperti jin dan manusia.

Al-Qur'an sangat menganjurkan kepada ummat manusia supaya untuk selalu berpikir segala yang telah diciptakan Allah Swt, dan melarang manusia berpikir tentang Zat Tuhan itu sendiri, yang tidak sanggup dijangkau akal. Hal ini dalam Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 186 yang bunyinya:

Artinya : "Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadaMu (wahai Muhammad)

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

146

tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku perkenankan do'a orang yang meminta pada diri-Ku, maka ia haras mengikuti perintah-Ku, serta beriman kepada-Ku,agar mereka memperoleh kebenaran".(QS.Al-Baqarah:186).

Jadi maksud ayat diatas kalau sekiranya manusia mau melaksanakan seruan Allah tersebut, maka manusia akan memahami rahasia-rahasia alam dan mampu memfaatkannya.

Begitu pula apabila manusia ada yang mengingkari kenikmatan akal dan tidak suka menggunakannya untuk sesuatu yang semestinya dikerjakan akal pikiran, bahkan melalaikan nash-nash dan bukti-bukti tentang adaNya Allah SWT.

KemahakuasaanNya Allah SWT, maka orang-orang semacam ini patut sekali mendapat cemoohan dan hinaan. Al-Qur'an sebagai petunjuk yang nyata bagi manusia untuk mendapat apa yang dicarinya, yaitu kebenaran hakiki.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

147

Apabila manusia mengkaji lebih dalam tentang isi kandungan Al-Qur'an tersebut. Al-Qur'an sangat mengharapkan kepada manusia supaya menggunakan akal pikiran untuk bertafakur dan berpikir tentang segala sesuatu, baik tentang dunia ini, dirinya, tuhan-Nya maupun tentang hari akhir yang akan datang ma'rifat Allah SWT dengan akal pikiran, akan menghasilkan kebenaran yang selanjutnya mendapat petunjuk kepada kebenaran yang hakiki.

Sedangkan cara yang kedua yaitu mema'rifati nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta'ala yang mulia dan tinggi, Cara inipun manusia bisa memperoleh kebenaran yang sebenarnya yakni ma'rifatullah dan cara ini dianggap sebagai pembuka mata hati manusia untuk mengenal Sang Penguasa secara pasti dan lebih dekat kepada-Nya.

Berma'rifat dengan cara ini, manusia dapat menemukan hakikat-hakikat yang dicarinya, dan salah satu pembuka jalan rahasia-rahasia yang terselubung oleh tirai dalam dunia ini, untuk mencapai akhirat nanti.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

148

Semua yang belum terungkap (tersembunyi) oleh kajian sains dan mata kepala akan dapat dicapai dengan cara berma'rifat terhadap Allah Swt, orang-orang yang sudah dapat mencapai tingkat ini, seolah-olah ia telah memandang Dzat Allah. Hal ini akan memberi kenikmatan, kepuasan, jiwa yang luar biasa.

Kebenaran adalah adanya korespondensi, koherensi dan konsistensi antara subjek dan objek secara pragmatis, jadi ada dua kebenaran yang ingin di capai yaitu mutlak dan relative.

Dikatakan relative karena kebenaran ini merupakan hasil pemikiran manusia dalam teori pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri bukanlah sesuatu yang sudah selesai terpikirkan, tetapi sesuatu hal yang tidak pernah mutlak sebab ia masih selalu membuka diri untuk pemikiran kembali atau peninjauan ulang.

Oleh karen itu, untuk mencapai kebenaran yanh hakiki, maka perlu kita mengkaji firman Allah berikut ini:

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

149

Artinya : "dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. ".(QS.Al-Baqarah:186

9.1. Ilmu dan Filsafat

Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak di bangku sekolah sampai pada pendidikan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri; Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu?, Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar?

Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

150

ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi sudut pandang ilmu itu sendiri.

Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya, misalnya ; Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Selain itu membongkar tempat berpijak secara fundamental, inilah karakteristik yang kedua dari berpikir filsafat yaitu mendasar.

Apakah yang sebenarnya ditelaah filsafat? Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia, mempersoalkan hal-hal yang pokok; terjawab masalah yang satu, diapun mulai merambah pertanyaan lainnya.

Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan apa yang disebut dengan salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika) dan apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).

Ketiga cabang ini kemudian berkembang luas hingga saat ini yang melahirkan berbagai cabang kajian filsafat

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

151

yang kita jumpai seperti filsafat politik, pendidikan dan agama.

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah).

Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti; Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi denga daya tangkap indera manusia yang membuahkan pengetahuan?.

Untuk membedakan janis pengetahuan yang satu dari pengetahuan yang lain, maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi)? Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologi)? Serta untuk apa pengetahuan termaksud dipergunakan (aksiologi)?

Dengan mengetahui ketiga pertanyaan itu maka dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

152

yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia. 9.2. Pengertian dan Dasar - Dasar

Pengetahuan 1.2.1. Pengertian Pengetahuan

Dalam mencari pengertian pengetahuan maka dapat Mendefinisikan bahwa pengetahuan merupakan kajian panjang sehingga terjadi pergulatan sejarah pemikiran filsafati dalam menemukan pengertian pengetahuan.

Hal ini wajar karena “keistimewaan” filsafat adalah perselisihan, pergumulan pemikirannya itu berlangsung terus selamanya.

Suatu produk pemikiran filsafat selalu ada yang menguatkan, mengkritik, melemahkan bahkan akan ada yang merobohkan pemikiran itu. Kelakpun akan dijumpai yang satu menegaskan sedang yang lain mengingkari.

Begitulah seterusnya akan selalu berada dalam bingkai dialektika.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

153

Sedangkan Ilmu merupakan pengetahuan yang terorganisasi dan diperoleh melalui proses keilmuan. Sedangkan proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara sistematsi tentang suatu sistem.

Perolehan sistematis ini biasanya atau pada umunya berupa metode ilmiyah. Dari proses metode ilmiah itu melahirkan “science”.

Science atau tepatnya Ilmu pengetahuan memilki arti spesifik bila digandengkan dengan ilmu pengetahuan yaitu sebagai kajian keilmuan yang tersistematis sehingga menjadi teori ilmiah-obyektif ( dapat dibuktikan secara empiris ) dan prediktif ( menduga hasil empiris yang bisa diperiksa sehingga bisa jadi hasilnya bersesuaian atau bertentangan dengan realita empiris).

Pengetahuan dalam pandangan Rasionalis bersumber dari “Idea”. Tokoh awalnya adalah Plato (427-347). Menurutnya alam idea itu kekal, tidak berubah-ubah.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

154

Manusia semenjak lahir sudah membawa idea bawaan sehingga tinggal mengingatnya kembali untuk menganalisa sesuatu itu.

Istilah yang digunakan Rene Descartes (1596-1650) sebagai tokoh rasionalis dengan nama “innete idea”. Penganut rasionalis tidak percaya dengan inderawi karena inderawi memiliki keterbatasan dan dapat berubah-ubah.

Sesuatu yang tidak mengalami perubahan itulah yang dapat dijadikan pedoman sebagai sumber ilmu pengetahuan. Aristatoles dan para penganut Empirisme - Realisme menyangggah yang disampaikan oleh kaum Rasionalis. Mereka berdalih bahwa ide-ide bawaan itu tidak ada. Hukum-hukum dan pemahaman yang universal bukan hasil bawaan tetapi diperoleh melalui proses panjang pengamatan empiric manusia.

Aristatoles berkesimpulan bahwa ide-ide dan hukum yang universal itu muncul dirumuskan akal melalui

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

155

proses pengamatan dan pengalaman inderawi.

Pengetahuan yang tidak bisa diukur dan dibuktikan dengan empiric-realitas - material merupakan pengetahuan yang hayali, tahayul dan bohong (mitos). Aliran empirisme menyatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh melalui pengalaman-pengalaman yang konkrit.

Sedangkan aliran rasionalis berpendapat bahwa pengetahuan manusia didapatkan melalui penalaran rasional. Kedua pendekatan ini merupakan cikal bakal lahirnya positivisme modern dalam kajian keilmuan.

9.2.2. Dasar-dasar Pengetahuan

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

156

Sikap dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang didapat melalui kegiatan merasa atau berpikir.

Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.

Penalaran mempunyai ciri, yaitu: merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu dan sifat analitik dari proses berpikirnya.

Menyandarkan diri pada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut aalah logika penalaran yang bersangkutan, artinya kegiatan berpikir analisis adalah berdasarkan langkah-langka tertentu. Tidak semua kegiatan berpikir mendasarkan pada penalaran seperti perasaan dan intuisi.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

157

Ditinjau dari hakikat usahanya, maka dalam rangka menemukan kebenaran, kita dapat bedakan jenis pengetahuan.

Pertama, pengetahuan yang didapatkan melalui usaha aktif dari manusia untuk menemukan kebenaran, baik secara nalar maupun lewat kegiatan lain seperti perasaan dan intusi.

Kedua, pengetahuan yang didapat tidak dari kegiatan aktif menusia melainkan ditawarkan atau diberikan seperti ajaran agama.

Untuk melakukan kagiatan analisis maka kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan yang berasal dari sumber kebenaran yaitu dari rasio (paham rasionalisme) dan fakta (paham empirisme).

Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan penalaran deduktif (terkait dengan rasionalisme) dan induktif (terkait dengan empirisme).

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

158

Penalaran merupakan proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu.

Penarikan kesimpulan dianggap benar jika penarikan kseimpulan dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika.

9.3. Sumber Pengetahuan

1. Koordinator kegiatan masyarakat 2. Penetapan pikiran dan

pengungkapan 3. Penyampaian pikiran dan perasaan 4. Penyenangan jiwa 5. Pengurangan kegoncangan jiwa

9.4. Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah

Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kriteria maupun langkah-langkah dalam

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

159

kegiatan ilmiah, dengan menguasai hal tersebut tujuan yang akan dicapai akan terwujud.

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif.

Dengan kata lain kegiatan berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa, menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir belum tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang tidak baik dan benar.

Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungisnya untuk komunikasi disifatkan dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah, komunikasi ilmiah ini merupakan proses penyampaian informasi berupa pengetahuan.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

160

9.5. Statistika

Disadari atau tidak, statistika telah banyak digunakan dalam kehidupan sehari- hari, pertanyaan-pertanyaan seperti; Tiap bulan habis ± Rp. 50.000,- untuk keperluan rumah tangga, ada 60% penduduk yang memerlukan perumahan permanen, 10% anak-anak SD mengalami putus sekolah tiap tahun dan sebagainya.

Dunia penelitian atau riset, dimanapun dilakukan bukan saja telah mendapat manfaat yang baik dari statistika tetapi sering harus menggunakannya, untuk mengetahui apakah cara yang baru ditemukan lebih baik dari pada cara yang lama, melalui riset yang dilakukan di laboratorium atau penelitian yang dilakukan di lapangan.

Dalam kamus ilmiah populer, kata statistika berarti table, grafik, daftar informasi, angka-angka. Sedangkan statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis-analisis dan klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

161

Banyak persoalan Apakah itu hasil penelitian riset atapun pengamatan, baik yang dilakukan khusus ataupun berbentuk laporan dinyatakan atau dicatat dalam bentuk bilangan atau angka-angka kumpulan angka-angka itu sering disusun diatur disajikan dalam bentuk table atau daftar sering pula disertai dengan gambar-gambar yang biasa disebut diagram atau grafik supaya lebih dapat menjelaskan lagi tentang persoalan yang sedang dipelajari.

Jadi ringkasnya bisa kita katakan bahwa statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan data, pengelolaan dan penarikan kesimpulannya berdasarkan kumpulan data dan analisa yang dilakukan.

Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah, sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, statistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karasteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

162

9.6. Logika Logika adalah sarana berpikir

sistematis, valit dan dapat dipertanggung jawabkan, karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu.

Kata Logika dapat diartikan sebagai penalaran karena penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu.

Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dan dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara benar.

Terdapat dua cara penarikan kesimpulan yakni; Logika Induktif dan Logika Deduktif logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.

Sedangkan logika deduktif yang membantu kita dalam menarik kesimpulan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

163

dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus).

Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien tepat dan teratur mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.

Dari uraian pembahasan diatas, penulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik berpikir filsafat yang

pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi sudut pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya, misalnya Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Selain itu membongkar tempat berpijak secara fundamental, inilah karakteristik yang keua dari berpikir filsafat yaitu mendasar.

2. Pengetahuan dalam bahasa Inggris barasal dari kata “Knowledge” yang berarti pengetahuan. Pengetahuan manusia yang maju mengenai hal-hal yang empiric disebut ilmu ( science ).

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

164

3. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

4. Sumber ilmu pengetahuan untuk mengatahui hakekat segala sesuatu bagi masyarakat relegius tidak cukup dengan menggunakan panca indera dan akal saja tetapi ada dua unsur lain yaitu ” wahyu ( revelation) dan ilham (intuisi) Sarana Berpikir Ilmiah Untuk memperoleh Pengetahuan

5. Sarana-sarana yang dipakai untuk berpikir ilmiah adalah bahasa, matematika, statistika dan logika

6. Proses berfikir ilmiah adalah merupakan sekumpulan Langkah-langkah berpikir yang bersifat objektif, rasional, sistematis dan generalisasi.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

165

BAB X DASAR-DASAR PENGETAHUAN enalaran adalah berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Dengan penalaran inilah manusia

mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap. 10.1. Hakikat Penalaran.

Penalaran mempunyai ciri-ciri: proses berpikir logis dan analitis. Logika didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.

Sumber Pengetahuan, pada dasarnya terdapat dua cara kita mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu mendasarkan diri pada rasio atau disebut rasionalisme dan mendasarkan diri pda pengalaman atau disebut empirisme, namun masih terdapat cara lain.

Intusi yaitu (pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu) dan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan

P

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

166

kepada manusia lewat perantara nabi-nabi yang diutusnya).

Hal ini berdasarkan dalil wahyu ilahi, bahwasannya Allah SWT Maha Pendidik (Q.S. Al 'Alaq: 1-5) Meyakini Allah sebagai Tuhan berarti meyakini bahwa Allah lah yang mendidik manusia. Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak tahu apa-apa/ lupa (Q.S. 16:78) sebagaimana Firman Allah SWT:

Artinya: “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” . (Q.S. 16:78)

Bingung/ sesat sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S. Adh-Dhuha: 7 , yang berbunyi:

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

167

Artinya: “dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk”. Q.S. Adh-Dhuha: Ayat 7.

Bingung di sini ialah kebingungan

untuk mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad S.A.W. sebagai jalan untuk memimpin ummat menuju keselamatan dunia dan akhirat.

Lalu Allah mengutus nabi dan rasul sebagai rahmat (Q.S. 21:107) sebagaimana Firman Allah SWT:

Artinya: „dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam‟. (Q.S. 21:107)

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

168

Yang mengajarkan tentang tauhid (Q.S. 3: 164), sebagaimana Firman Allah SWT:

Artinya: “sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Q.S. 3: 164),

Firman Allah SWT dalam (Q.S. 2:151) yang berbunyi:

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

169

Artinya: “sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (Q.S. 2:151)

Menjadi saksi, menyampaikan kabar gembira tentang surga dan peringatan terhadap neraka, sebagaimana Firman Allah SWT (Q.S. 4:165):

Artinya: “mereka Kami utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

170

pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. 4:165):

Firman Allah SWT dalam (Q.S. 33:45):

Artinya: “Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan”, (Q.S. 33:45):

Ayat tersebut berarti meyakini bahwa manusia tidak akan mungkin bisa bertauhid tanpa diajarkan, baik langsung oleh Allah (para Nabi dan Rasul) atau tidak langsung melalui Nabi dan Rasul serta penerusnya.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

171

10.2. Kriteria Kebenaran: 1. Teori Koherensi yaitu suatu pernyataan

dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya bila kita menganggap bahwa, “semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan benar maka pernyataan bahwa, “si polan adalah seorang manusia dan si polan pasti akan mati” adalah benar pula karena kedua pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.

2. Teori Korespondensi yang ditemukan

oleh Bertrand Russell (1872-1970). Suatu pernyataan dalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Misalnya jika seseorang mengatakan bahwa ibukota republik Indonesia adalah Jakarta maka pernyataan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

172

tersebut adalah benar sebab pernyataan itu dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta yang memang menjadi ibukota republik Indonesia.

3. Teori Pragmatis dicetuskan oleh Charles

S. Pierce (1839-1914). Suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

173

BAB IX ONTOLOGI:

HAKIKAT APA YANG DIKAJI

ilsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik bersifat abstrak ataupun riil

meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk memahami masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.

Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian yaitu; epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang guna pengetahuan. Mempelajari ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam

F

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

174

memahami filsafat yang begitu luas ruang lingkup dan pembahansannya.

Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat,hanya saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula.

Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain.

Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji,bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan pengetahuan di atas,klasifikasi,tujuan dan perkembangannya.

Di antara ketiga teori disebut ontologi dikenal sebagai satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.

Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

175

masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan.

Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Thales berpenderian bahwa segala sesuatu tidak berdiri dengan sendirinya melainkan adanya saling keterkaitan dan keetergantungan satu dengan lainnya.

Ontologi secara ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta.

Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realita.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

176

11.1. Pengertian Ontologi dalam Filsafat Ilmu

Ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada, menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab-akibat.

Yaitu, ada manusia, ada alam, dan ada causa prima dalam suatu hubungan menyeluruh, teratur dan tertib dalam keharmonisan. Jadi, dari aspek ontologi, segala sesuatu yang ada ini berada dalam tatanan hubungan estetis yang diliputi dengan warna nilai keindahan.

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles.

Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

177

bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.

Thales merupakan orang pertama yang berpendirian sangat berbeda di tengah-tengah pandangan umum yang berlaku saat itu. Di sinilah letak pentingnya tokoh tersebut. Kecuali dirinya, semua orang waktu itu memandang segala sesuatu sebagaimana keadaannya yang wajar.

Apabila mereka menjumpai kayu, besi, air, daging, dan sebagainya, hal-hal tersebut dipandang sebagai substansi-substansi (yang terdiri sendiri-sendiri).

Dengan kata lain, bagi kebanyakan orang tidaklah ada pemilihan antara kenampakan (appearance) dengan kenyataan (reality). Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).

Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud (being) dan logos berarti ilmu.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

178

Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kausa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan.

Ontologi dapat pula diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Obyek ilmu atau keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang dapat dijangkau pancaindera. Dengan demikian, obyek ilmu adalah pengalaman inderawi.

Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika semata. Pengertian ini didukung pula oleh pernyataan Runes bahwa “ontology is the theory of being qua being”, artinya ontologi adalah teori tentang wujud.

Hakikat Manusia Sebagai Subjek Pendidikan (Pendidik dan Peserta Didik) Kajian tentang manusia sejak zaman dahulu

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

179

sampai zaman sekarang belum juga berakhir dan tidak akan berakhir.

Manusia merupakan makhluk yang sangat unik dengan segala kesempurnaannya. Manusia dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, baik secara historis, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang spesial dari pada makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah, ayat 30:

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

180

Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Manusia dalam kajian kali ini lebih difokuskan kepada subjek pendidikan, bahwa dalam dunia pendidikan manusialah yang banyak berperan.

Karena dilakukannya pendidikan itu tidak lain diperuntukan bagi manusia, agar tidak timbul kerusakan di bumi ini. Dalam pendidikan bahwa manusia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sebagai pendidik dan peserta didik.

Menurut Al-Aziz, pendidik adalah orang yang bertanggungjawab dalam menginternalisasikan nilai-nilai religius dan berupaya menciptakan individu yang memiliki pola pikir ilmiah dan pribadi yang sempurna.

Masing-masing definisi tersebut, mengisyaratkan bahwa peran, tugas dan tanggungjawab sebagai seorang pendidik tidaklah gampang, karena dalam diri anak didik harus terjadi perkembangan baik secara afektif, kognitif maupun psikomotor.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

181

Dalam setiap individu terdidik harus terdapat perubahan ke arah yang lebih baik. Jika dalam ajaran Islam anak didik harus mampu menginternalisasikan ajaran-ajaran dalam dirinya, sehingga mampu menjadi pribadi yang bertaqwa dan berakhlakul karimah yang akan bahagia baik di dunia dan di akhirat.

Sedangkan anak didik (peserta didik) adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.

Pengertian tersebut berbeda apabila anak didik (peserta didik) sudah bukan lagi anak-anak, maka usaha untuk menumbuhkembangkannya sesuai kebutuhan peserta didik, tentu saja hal ini tidak bisa diperlakukan sebagaimana perlakuan pendidik kepada peserta didik (anak didik) yang masih anak-anak. Maka dalam hal ini dibutuhkan pendidik yang

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

182

benar-benar dewasa dalam sikap maupun kemampuannya.

Dalam pandangan modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan, dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.

Dengan demikian bahwa peserta didik adalah orang yang memerlukan pengetahuan, ilmu, bimbingan dan pengarahan. Islam berpandangan bahwa hakikat ilmu berasal dari Allah, sedangkan proses memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada guru.

Karena ilmu itu berasal dari Allah, maka membawa konsekuensi perlunya seorang peserta didik mendekatkan diri kepada Allah atau menghiasi diri dengan akhlak yang mulai yang disukai Allah, dan sedapat mungkin menjauhi perbuatan yang tidak disukai Allah.

Bertolak dari hal itu, sehingga muncul suatu aturan normatif tentang perlunya

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

183

kesucian jiwa sebagai seorang yang menuntut ilmu, karena ia sedang mengharapkan ilmu yang merupakan anugerah Allah. Ini menunjukkan pentingnya akhlak dalam proses pendidikan, di samping pendidikan sendiri adalah upaya untuk membina manusia agar menjadi manusia yang berakhlakul karimah dan bermanfaat bagi seluruh alam.

Pada akhirnya, dengan memahami ontologi pendidikan tersebut, maka diharapkan bisa menumbuhkan kesadaran para pendidik dan peserta didik untuk menjalankan peran dan fungsinya dalam keberlangsungan pendidikan di tengah-tengah peradaban manusia yang dari waktu ke waktu semakin berkembang.

Tentu pendidikan tidak akan mengalami perkembangan yang berarti dan signifikan jika tidak dibarengi oleh perkembangan manusianya. Namun, tanpa manusia, maka sistem dan pola pendidikan tidak akan pernah terwujud.

Oleh sebab itu, pendidikan sebagai produk dan manusia sebagai creator-nya

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

184

tidak bisa, bahkan tidak akan pernah bisa dipisahkan. Ibarat dua sisi mata uang, maka jika satu sisi saja tidak ada, maka sisi yang lain pun jadi tidak berarti.

Sehingga kedua unsur ini (manusia dan pendidikan) harus selaras, sejalan dan seiring dalam gerak dan laju yang harmonis, sehingga menciptakan sebuah “irama” yang indah sekaligus menginspirasi.

11.2. Sudut Pandang dan Aliran-aliran Ontologi dalam Filsafat Ilmu

Ontologi merupakan pembahasan tentang bagaimana cara memandang hakekat sesuatu, apakah dipahami sebagai sesuatu yang tunggal dan bisa dipisah dari sesuatu yang lain atau bernuansa jamak, terikat dengan sesuatu yang lain, sehingga harus dipahami sebagai suatu kebulatan (holistik).

Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

185

filsafat yang mencoba mencari hakikat dari sesuatu.

Sebuah ontologi memberikan pengertian untuk penjelasan secara eksplisit dari konsep terhadap representasi pengetahuan pada sebuah knowledge base.

Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebuah struktur hirarki dari istilah untuk menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan untuk sebuah knowledge base”.

Dengan demikian, ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek, property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu domain pengetahuan.

Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada. Hakekat kenyataan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

186

atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut

1

11.3. Beberapa cakupan :

1. Metafisika 2. Asumsi 3. Peluang 4. Batas – batas asumsi dalam ilmu 5. Pembelajaran dalam ilmu

11.3.1. Metafisika

Metafisika adalah bidang telaah filsafati yang merupakan tempat brpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah.

Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Pemikiran di ibaratkan roket yang meluncur ke bintang-bintang menembus galaksi , maka metafisika adalah landasan peluncurannya.

1 http://tugasyuliastiika.blogspot.co.id/2015/11/aksiologi-sains.html

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

187

Acuan berfikir : apakah hakekat kenyataan ini sebenar-benarnya ? Beberapa tafsiran metafisika :

Di ala mini terdapat ujud – ujud yang bersifat gaib (supernatural) dan ujud-ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa bila dibandingkan dengan alam yang ada.

Contoh pemikiran supernatural : Kepercayaan “animisme” manusia percaya terhadap roh-roh yang bersifat gaib yang terdapat di dalam benda-benda seperti batu, pohon-pohonan , air terjun dll. Pantisme -- > serba Tuhan.

Lawan dari “supernaturalisme“ adalah paham “naturalisme” , yang menolak pemdapat bahwa terdapat ujud-ujud yang bersifat supernatural ini.

Menurut naturalisme gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib , melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

188

Naturalisme / materialisme : Dikembangkan oleh Democritos (460-370 SM) mengembangkan teori tentang atom yang di pelajari dari gurunya bernama Leucippus. Hanya atom dan kehampaan itu bersifat nyata.

Indentik paham naturalisme adalah

paham : 1. Mekanistik : gejala alam dapat didekati

dari segi proses kimia fisika. 2. Vitalistik : hidup adalah sesuatu yang

unik yang berbeda secara subtantif dengan proses tersebut.

3. Monistik : tidak ada perbedaan antara pikiran dengan zat , mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama.

11.3.2. Asumsi

Asumsi adalah anggapan berdasar pengetahuan yang ada yang merupakan praduga atau anggapan semetara (yang kebenarannya masih perlu dibuktikan).

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

189

Timbulnya asumsi karena adanya permasalahan yang belum jelas, seperti belum jelasnya hakekat ala mini, yakni apakah gejala ala mini tunduk kepada determinisme, yakni hukum alam yang bersifat universal ataukah hukum semacam itu tidak terdapat sebab setiap gejala merupakan akibat pilihan bebas ataukah keumuman memang ada namun berupa peluang , sekedar tangkapan probalistik (kemungkinan sesuatu hal untuk terjadi).

Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Tomas Hubes (1588-1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak universal.

4.3.3. Peluang

Sifat asumsi : Tidak muthlak atau pasti sebagaimana ilmu yang tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang bersifat muthlak. Jadi asumsi bukanlah suatu keputusan muthlak.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

190

Kedudukan ilmu dalam asumsi Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan , karena keputusan harus didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relative.

Resiko asumsi : Apa yang diasumsikan akan mengandung resiko secara menyeluruh. Seseorang yang mengasumsikan usahanya akan berhasil maka direncanakan akan diadakan pesta keberhasilannya. Secara tiba- tiba usahanya dinyatakan tidak berhasil. Resikonya menggagalkan pelaksanaan pestanya.

Beberapa asumsi dalam ilmu Akan terjadi perbedaan pandang suatu masalah bila ditinjau dari berbagai kacamata ilmu begitu juga asumsi. Ilmu sekedar merupakan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis yang dapat membantu kehidupan manusia secara pragmtis. Pragmatis -- > sesuatu yang mengandung manfaat.

Asumsi-asumsi dalam ilmu contohnya ilmu fisika yakni ilmu yang paling maju bila

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

191

di bandingkan dengan ilmu-ilmu lain. Fisika merupakan ilmu teoritis yang di bangun atas system penalaran deduktif yang meyakinkan serta pembutktian induktif yang sangat mengesankan.

Fisika terdapat celah-celah perbedaan yang terletak di dalam pondasi dimana dibangun teori ilmiah diatas yakni dalam asumsi tentang dunia fisiknya. (zat, gerak, ruang dan waktu).

Beberapa perbedaan asumsi : 1. Newton dalam bukunya Philosipiae

Naturalis Principia mathematika (1686) berasumsi bahwa keempat komponen bersifat absolut. Zat bersifat absolut dengan demikian berbeda secara subtantif dengan energi.

2. Einstien belaianan asumsi dengan Newton di dalam bukunya : The Special Theory Of Relativity (1905) berasumsi bahwa keempat komponen (zat,gerak,ruang dan waktu) bersifat relatif. Tidak mungkin dapat mengukur gerak secara absolute.

3. Eudides (300 sebelum M ) seorang ahli matematika yunani di iskandariyah

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

192

Mesir. Terkenal karena menulis buku-buku tentang dasar ilmu ukur yang diuraikan berdasarkan aksioma aksioma (kebenaran yang tak perlu lagi diragukan lagi akan kebenarannya). Dalam masalah tertentu akan cenderung dengan teori relativitas (Einstien).

11.3.4. Batas-Batas Penjelajahan Ilmu Batas-Batas Penjelajahan Ilmu adalah

pengalaman manusia dan pengetahuan yang secara empiris telah diuji kebenarannya.

11.3.5. Pembelajaran dalam ilmu

Cabang-Cabang Ilmu. Dua cabang utamanya yaitu: 1. Filsafat alam yang kemudian menjadi

ilmu-ilmu alam (the natural science) 2. Filsafat moral yang kmudian menjadi

ilmu-ilmu sosial (the social science) Kesimpulan : 1. Sebuah asumsi aalah sebuah

ketidakpastian.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

193

2. Asumsi perlu dirumuskan berdasarkan ilmu pengetahuan.

3. Timbulnya asumsi karena adanya sesuatu kejadian / kenyataan.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

194

BAB XII EPISTIMOLOGI:

CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

pistemologi bersangkutan dengan pertanyaan - pertanyaan tentang pengetahuan. Sebelum dapat

menjawab pertanyaan - pertanyaan kefilsafatan, perlu diperhatikan bagaimana dan dengan sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan.

Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat diketahui. Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi. 12.1. Pengertian dan Persoalan

Epistimologi Istilah epistemologi berasal dari kata

Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Dalam Epistemologi, pertanyaan pokoknya adalah “apa yang

E

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

195

dapat saya ketahui”? Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah: 1). Bagaimanakah manusia dapat

mengetahui sesuatu?; 2). Dari mana pengetahuan itu dapat

diperoleh?; 3). Bagaimanakah validitas pengetahuan

apriori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan aposteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2003, hal.32).

Epistemologi juga disebut logika yaitu

ilmu tentang pikiran. Akan tetapi, logika dibagi menjadi dua logika minor dan logika mayor. Logika minor memepelajari struktur berfikir dan dalil-dalilnya seperti silogisme. Sedangkan logika mayor mempelajari hal pengetahuan, kebenaran dan kepastian yang sama dengan ruang lingkup epistemologi.

Epistemologi juga dikaitkan bahkan disamakan dengan suatu disiplin yang disebut Critica, yaitu pengetahuan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

196

sistematik mengenai kriteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan yang tidak benar. Batasan-batasan diatas nampak jelas hal yang ingin diselesaikan epistemologi adalah bagaimana cara mendapatkan pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas pengetahuan dan kebenaran pengetahuan. Adapun cakupan bahasan epistemologi: 1. Jarum sejarah pengetahuan 2. Pengetahuan 3. Metode ilmiah 4. Struktur pengetahuan ilmiah 12.2. Jenis-jenis Epistemologi

Jenis-jenis epistemologi dapat bedakan berdasarkan :

12.2.1. Metode Pendekatan

a. Epistimologi Metafisis Merupakan epistemologi yang

mendekati gejala pengetahuan dengan bertitik tolak dari pengandaian

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

197

metafisika tertentu. Epistemologi macam ini berangkat dari suatu paham tertentu tentang kenyataan, lalu membahas tentang bagaimana manusia mengetahui kenyataan itu.

Kelemahannya adalah : (a)Epistimolog secara tidak kritis

begitu saja mengandaikan bahwa kita dapat mengetahui kenyataan yang ada , dialami dan dipikirkan,

(b)Hanya menyibukkan diri dengan uraian tentang seperti apa pengetahuan macam itu dan bagaimana diperoleh,

(c)Metafisika atau pandangan dasar tentang kenyataan secara menyeluruh yang diandaikan oleh epistimolog metafisis sebagai titik tolak, merupakan pengetahuan yang kontroversial.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

198

b. Epistimologi Skeptis Jenis epistemologi yang mempunyai pendekatan dengan membuktikan terlebih dahulu apa yang kita ketahui sebagai sesuatu yang sungguh nyata atau benar-benar tidak dapat diragukan lagi dengan menganggap tidak nyata segala sesuatu yang kebenarannya masih dapat diragukan. Kelemahannhya, bersifat skeptis

c. Epistimologi Kritis

Epistemologi ini berangkat dari asumsi, prosedur dan kesimpulan pemikiran akal sehat atau kesimpulan pemikiran ilmiah sebagaimana kita temukan dalam kehidupan, lalu dicoba untuk ditanggapi secara kritis akan asumsi, prosedur dan kesimpulan tersebut.

12.2. 2. Objek Yang Dikaji a. Epistemologi individual

Epistemologi ini mengkaji struktur pemikiran (status kognitif, proses pemerolehan) manusia sebagai individu yang

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

199

bekerja dalam proses mengetahui

b. Epistemologi sosial Merupakan kajian filosofis terhadap pengetahuan sebagai data sosiologis. Hubungan sosial, kepentingan sosial dan lembaga sosial merupakan faktor yang menentukan dalam proses, cara, maupun pemerolehan pengetahuan

12.3. Jarum sejarah pengetahuan

Pada awalnya, berbagai pengetahuan tidak memiliki pembedaan yang jelas. Pengetahuan hanya didasarkan pada kriteria kesamaan sebagai konsep dasarnya, bukan pembedaan atau diferensiasi antara pengetahuan yang satu dengan yang lainnya. Semuanya menyatu dalam kesatuan yang batas-batasnya kabur dan mengambang (Jujun S. 2007:101).

Konsep ini baru mengalami perkembangan pada Abad Penalaran (The Age of Reason, pertengahan abad17). Yang konsekuensinya mengubah

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

200

pengetahuan dengan konsep dasar kesamaan menjadi pembedaan, dan kemudian melahirkan berbagai spesialisasi pekerjaan yang merubah struktur kemasyarakatan.

Pengetahuan mulai dibedakan paling tidak berdasarkan: (a) apa yang diketahui, (b) bagaimana cara mengetahui, dan (c) untuk apa pengetahuan itu digunakan. Jarum sejarah pengetahuan : 1. Zaman primitive :

a. perbedaan antara berbagai organisasi kemsyarakatan belum ada.

b. Belum ada pembagian pekerjaan c. Seorang ketua adapt multi jabatan d. Status sosial tetap e. Organisasi kemsyarakatan hanya

Satu f. Criteria kesamaan menjadi

konsepdasar pada waktu dulu g. Tidak terdapat jarak yang jelas antara

obyek yang satu dengan yang lain.

2. Abad penalaran (The Age of Reason)

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

201

a. adanya perubahan konsep dasar dari kesamaan kepada pembedaan.

b. Terdapat pembedaan yang jelas antara berbagai pengetahuan yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan dan kosenkuensinya mengubah struktur kemasyarakatan.

c. Pohon pengetahuan mulai dibeda-bedakan paling tidak berdasarkan apa yang diketahui , bagaimana cara mengetahui dan untuk apa ilmu pengetahuan itu digunakan.

d. Diferensiasi dalam bidang ilmu dengan cepat terjadi

e. Sekarang diperkirakan berkembang lebih dari 650 rating disiplin keilmuan.

Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yangs secara langsung / tidak langsung turut memperkaya kehidupan manusia. Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

202

Terminologi pengetahuan pada hakekatnya adalah merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia , disamping seni dan agama

Setiap jenis pengetahuan mempunyai cirri yang spesifik mengenai apa ( Ontologi ) bagaimana (epistimologi) dan untuk apa (aksiologi) ketiga landasan itu saling berkaitan.

2

Pengetahuan pada hakekatmya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Setiap jenis pengetahuan mempunyai cirri-ciri spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut,disusun.

Metode Ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu, langakah-langkahnya adalah sebagai berikut:

2 http://myant2526.blogspot.co.id/2010/05/ontologi-hakekat-yang-

dikaji.html

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

203

1. Perumusan Masalah 2. Penyusunan kerangka berpikir 3. Perumusan hipotesis 4. Pengujian hipotesis 5. Penarikan kesimpulan.

Struktur Pengetahuan Ilmiah: 1. Teori yang merupakan pengetahuan

ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.

2. Hukum yang merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.

3. Prinsip yang dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi.

4. Postulat yang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya.

Manusia adalah merupakan makhluk

Tuhan yang tergolong sangat istimewa,

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

204

dimana ia diberikan suatu sifat yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lainnya, yakni sifat selalu dan serba ingin tahu.

Dengan keistimewaan itu pula manusia disebut sebagai satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh.

Makhluk lain seperti binatang juga mempunyai pengetahuan, akan tetapi pengetahuan yang ada padanya hanya terbatas pada kelangsungan hidupnya semata.

Sedang manusiam mengembangkan pengetahuannya itu untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya dan tidak henti-hentinya memikirkan hal-hal baru, karena manusia hidup sebenarnya tidak sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu.

Dalam hidup dan kehidupannya, manusia mengembangkan kebudayaan, memberi makna kepada kehidupannya serta berusaha memanusiakan diri dalam hidupnya.

Pada dasarnya semua itu menunjukkan bahwa manusia dalam hidupnya memiliki

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

205

tujuan-tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar untuk kelangsungan hidupnya.

Pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu, yang biasa disebut dengan “penalaran” (suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan berupa pengetahuan).

Sebelum berajak ke pembahasan-pebahasan yang lebih rumit tentang sub-sub filsafat sains terlebih dahulu kita membincangkan tentang dasar-dasar pengetahuan sebagai langkah menuju ke pemahaman yang lebih sistematis dan komprehensif. Di dalamnya akan dibahas beberapa term yang berkaitan dengan pengetahuan itu sendiri.

Dengan membicarakan topik ini diharapkan kita mampu memahami unsur-unsur yang dapat membantu manusia untuk memiliki pengetahuan dalam hidupnya. Maka, di sini akan dibahas pengalaman, ingatan, kesaksian, minat dan rasa ingin

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

206

tahu, pikiran dan penalaran, logika, bahasa, serta kebutuhan hidup manusia.

Hal yang pertama dan paling utama yang mendasarkan pengetahuan adalah pengalaman. Pengalaman adalah keseluruhan peristiwa yang terjadi dalam diri manusia dalam interaksinya dengan alam, lingkungan dan kenyataan, termasuk Yang Ilahi.

Pengalaman terbagi menjadi dua: (1) Pengalaman primer, yaitu pengalaman

langsung akan persentuhan indrawi dengan benda-benda konkret di luar manusia dan peristiwa yang disaksikan sendiri;

(2) Pengalaman sekunder, yaitu pengalaman tak langsung atau reflektif mengenai pengalaman primer. Sekedar contoh, saya dapat melihat

teman-teman dengan kedua mata saya dan saya dapat mendengar komentar teman-teman dengan kedua telinga saya. Inilah pengalaman primer.

Adapun pengalaman sekunder, saya sadar akan apa yang saya lihat dengan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

207

kedua mata saya dan sadar akan apa yang saya dengar dengan kedua telinga saya.

Paling tidak, ada tiga cirri pokok pengalaman manusia. 1. Pertama, pengalaman manusia yang

beraneka ragam. 2. Kedua, pengalaman yang berkaitan

dengan objek-objek tertentu di luar diri kita sebagai subjek.

3. Dan ketiga, pengalaman manusia selalu bertambah seiring dengan pertambahan usia, kesempatan, dan kedewasaan. Pengtahuan manusia juga didasarkan

pada ingatan sebagai kelanjutan dari pengalaman.

Tanpa ingatan, pengalaman indrawi tidak akan bertumbuh menjadi pengetahuan. Ingatan mengandalkan pengalaman indrawi sebagai sandaran ataupun rujukan.

Kita hanya dapat mengingat apa yang sebelumnya telah kita alami. Kendati ingatan sering kabur dan tidak tepat, namun kita dalam kehidupan sehari-hari selalu

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

208

mendasarkan pengetahuan kita pada ingatan baik secara teoritis dan praktis.

Seandainya ingatan tak dapat kita andalkan maka kita tak dapat melakukan tugas sehari-hari seperti mengenal sahabat, pacar, dan lain-lain.

Tanpa ingatan, kegiatan penalaran kita menjadi mustahil. Karena untuk bernalar dan menarik kesimpulan dalam premis-premisnya kita menggunakan nalar. Ingatan tidak selalu benar dan karenanya tidak selalu merupakan bentuk pengetahuan.

Agar ingatan dapat dijadikan rujukan dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya bagi pengetahuan, setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi yakni: (1) kesaksian dan (2) konsisten.

“Kesaksian” dimaksudkan untuk

penegasan sesuatu sebagai benar oleh seorang saksi kejadian atau peristiwa, dan diajukan kepada orang lain untuk dipercaya. “Percaya” dimaksudkan untuk menerima sesuatu sebagai benar yang didasarkan pada keyakinan dan kewenangan atau

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

209

jaminan otoritas orang yang memberi kesaksian.

Dalam mempercayai suatu kesaksian, kita tidak memiliki cukup bukti intrinsik untuk kebenarannya. Yang kita miliki hanyalah bukti ekstrinsik.

Menurut Descartes, beberapa pemikir menolak kesaksian sebagai salah satu dasar dan sumber pengetahuan karena kesaksian bisa keliru dan bersifat menipu. Walaupun demikian, ada beberapa pengetahuan yang kebenarannya dirujukkan kepada kesaksian seperti sejarah, hukum, dan agama secara metodologis.

Minat dan Rasa Ingin Tahu. Tidak semua pengalaman dapat dijadikan pengetahuan atau tidak semua pengalaman berkembang menjadi pengetahuan. Untuk berkembang menjadi pengetahuan subjek yang mengalami harus memiliki minat dan rasa ingin tahu.

Minat mengarahkan perhatian ke hal-hal yang dialami dan dianggap penting untuk diperhatikan. Ini berarti bahwa dalam

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

210

kegiatan mengetahui terdapat unsur penilaian.

Orang akan memperhatikan dan mengetahui apa apa yang ia anggap bernilai. Dan rasa ingin tahu mendorong untuk bertanya dan menyelidiki apa yang dialaminya dan menarik minatnya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Rasa ingin tahu terkait erat dengan pengalaman mengagumkan dan mengesankan dengan keheranan yang dialami. Mengajukan pertanyaan yang tepat mengandaikan bahwa orang tahu di mana ia tahu dan di mana ia tidak tahu. Maka, mengajukan pertanyaan yang tepat adalah langkah pertama untuk memperoleh jawaban yang tepat.

Kegiatan pokok pikiran dalam mencari kebenaran dalam pengetahuan adalah penalaran. Bagi seorang guru, nalar adalah latihan intelektual untuk meningkatkan akal budi anak didik.

Bagi seorang advokat, nalar adalah cara membela dan menyanggah kesaksian. Bagi ekonom, nalar adalah sarana membagi

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

211

sumber daya untuk meningkatkan efisiensi, daya guna, dan kemakmuran. Sedang, bagi ilmuwan, nalar adalah metode merancang percobaan untuk memeriksa hipotesis. Nalar dalam kehidupan kita sehari-hari selalu diartikan rasionalitas.

Nicholas Rescher mengatakan, “Bersikap rasional berarti menggunakan kecerdasan untuk menentukan tindakan terbaik dalam suatu keadaan.” Ini definisi kasar, tapi berguna sebagai landasan untuk membangun suatu argumen.

Penalaran adalah proses penarikan kesimpulan dari hal-hal yang telah diketahui sebelumnya. Setidaknya ada tiga metode dalam proses penalaran. Pertama, induksi yakni penalaran yang menarik kesimpulan umum (universal) dari kasus-kasus tertentu (partikular).

Kedua, deduksi yakni penalaran untuk merumuskan sebuah hipotesis berupa pernyataan umum yang kemungkinan pernyataannya masih perlu untuk diuji coba.

Dalam logika, ada tiga rumus yang menjadi dasar-dasar pengetahuan. Pertama, silogisme kategoris yakni

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

212

silogisme yang terdiri dari proposisi-proposisi yang bersifat kategoris, yaitu proposisi yang berbentuk S itu P atau S itu bukan P.

Contoh: Semua manusia dapat mati Ken Arok adalah manusia Ken Arok dapat mati Contoh di atas adalah silogisme

kategoris yang bersifat yang bersifat positif. Tapi silogisme kategoris juga bisa bersifat negatif. Maka, secara umum ada empat silogisme kategoris sejajar dengan empat jenis proposisi kategoris. 1. Afirmatif universal (A) : Semua manusia

dapat mati 2. Negatif universal (B) : Semua manusia

tidak dapat hidup terus 3. Afirmatif universal (I) : Beberapa orang

dapat berenang 4. Negatif partikular (O) : Beberapa orang

tidak dapat berenang Kedua, silogisme hipotetis yakni

silogisme dalam proposisi bersyarat. (1) Modus ponens: Kalau p – q

Tetapi p

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

213

Maka q (2) Modus tollens: Kalau p – q

Tetapi q Maka q Bentuk-bentuk silogisme hipotetis lain

tidak sahih. Dan ketiga, silogisme disjungtif adalah

silogisme yang sahih hanya dalam salah satu kemungkinan yang menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan lain.

Contoh: Atau p, atau q, atau r Tapi bukan p dan bukan r Maka r Di samping logika penalaran juga

mengandaikan bahasa. Tanpa bahasa manusia tidak dapat mengungkapkan pengetahuannya. Dalam eksperimen antara bayi dan anak kera yang lahir secara bersama waktunya, pada awalnya keduanya berkembang hampir sejajar.

Tapi seorang anak mulai bisa berbahasa, daya nalarnya menjadi amat berekembang dan pengetahuan tentang diri

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

214

sendiri serta lingkungannya menjadi jauh melampaui kera seusianya.

Dalam interaksinya dengan dunia dan

lingkungannya manusia membutuhkan pengetahuan. Maka, kebutuhan manusia juga dapat mendasari dan mendorong manusia untuk mengembangkan pengetahuannya.

Berbeda dengan binatang, manusia memperoleh pengetahuan tidak hanya didasarkan pada instingtif tapi juga kreatif. Manusia adalah makhluk yang mampu menciptakan alat, memiliki strategi, dan kebijaksanaan dalam bertindak.

Walaupun kebutuhan manusia yang mendasari pengetahuan termasuk ke dalam dimensi pragmatis pengetahuan tapi juga terdorong oleh rasa keingintahuan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. 12.4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan hasil pengalaman seseorang tentang sesuatu. Dalam tindakan mengetahui selalu

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

215

kita temukan dua unsur utama yaitu subyek yang mengetahui dan obyek atau sesuatu yang diketahui.

Ahmad tafsir dalam Filsafat Ilmu (2007:5) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui manusia. Sementara Jujun S dalam Filsafat Ilmu: sebuah pengantar populer (2007:104) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. 12.5. Cara Memperoleh Pengetahuan/

Terjadinya Pengetahuan Menurut John Hospers yang dikutip

oleh Surajino, mengatakan bahwa ada enam hal penting sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan. Enam hal itu antara lain : 1. Pengalaman Inderawi ( Sense

experience ) : sarana paling vital dalam memperoleh pengetahuan. Melalui indera-indera kita dapat berhubungan dengan berbagai macam obyek di luar diri kita. Kesalahan bisa terjadi kalau

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

216

tidak ada ketidakharmonisan dalam semua peralatan indera itu.

2. Penalaran ( reasoning ). Penalaran merupakan karya akal yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk memperoleh pengetahuan baru.

3. Otoritas ( authority ) : kewibawaan atau kekuasaan yang sah yang dimiliki seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Ia dilihat sebagai salah satu sumber pengetahuan karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang memiliki kewibawaan dalam pengetahuannya.

4. Intuisi ( Intution ) : Pengetahuan intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau lewat kenyataan karena tidak ada pengetahuan yang mendahuluinya.

5. Wahyu ( Revelation ) : Pengetahuan yang diperoleh dari yang Ilahi lewat para nabi dan utusan-Nya demi kepentingan umat-Nya. Dasar pengetahuan adalah kepercayaan akan sesuatu yang disampaikan oleh sumber wahyu itu

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

217

sendiri. Dari kepercayaan ini muncul keyakinan.

6. Keyakinan ( faith ) : Keyakinan mendasarkan diri pada dogma-dogma atau ajaran-ajaran agama yang diungkapkan lewat norma-norma dan aturan-aturan agama. Akal sehat dan cara coba-coba

mempunyai peranan penting bagi manusia untuk menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala alam. Tiap peradaban betapapun primitifnya mempunyai kumpulan pengetahuan yang berupa akal sehat sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan.

Karakteristik akal sehat diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Karena Landasannya yang berdasar

pada adat dan tradisi maka akal sehat cenderung bersifat kebiasaan dan pengulangan.

2. Karena landasannya yang berakar kurang kuat maka maka akal sehat

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

218

cenderung bersifat kabur dan samar-samar.

3. Kesimpulan yang ditarik sering berdasarkan asumsi yang tidak di kaji lebih lanjut. Dengan demikian amat masuk akal

jika setelah beberapa kali mengalami terbit dan terbenamnya matahari untuk menyimpulkan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi.

Asal usul memperoleh pengetahuan antara lain : 1. Rasionalisme

Rasionalisme adalah aliran berpikir yang berpendapat bahwa pengetahuan yang benar mengandalkan akal yang menjadi dasar pengetahuan ilmiah. Salah satu tokoh adalah Leibniz.

2. Empirisme. Sumber pengetahuan satu-satunya adalah pengalaman dan pengamatan inderawi. Data dan fakta yang ditangkap oleh panca indera kita adalah

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

219

sumber pengetahuan. Salah satu tokohnya adalah John Locke.

3. Kritisme Untuk bisa menangkap sesuatu sudah di andaikan bahwa kita memiliki konsep atau pemahaman tertentu,juga tidak benar bahwa sejak kelahiran seorang manusia sudah memiliki pengetahuandalam benaknya. Ia justru tahu tentang bena lewat pengalaman dan pengajaran dari orang lain. Salah satu tokohnya adalah Kant

4. Postivisme Positivisme selalu berpangkal pada apa yang telah diketahui, yang factual dan positif. Semua yang diketahui secara positif adalah semua gejala atau sesuatu yang tampak, karena itu mereka menolak metafisika. Yang paling penting adalah pengetahuan tentang kenyataan dan menyelidiki hubungan-hubungan antar kenyataan untuk bisa memprediksi apa yang akan terjadi dikemudian hari, dan bukannya mempelajari hakikat atau makna dari semua kenyataan itu.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

220

12.6. Kebenaran Pengetahuan

Menurut ahli epostemologi dan filsafat, pada umumnya untuk membuktikan bahwa pengetahuan bernilai benar, seseorang menganalisis terlebih dahulu cara, sikap dan sarana yang digunakan untuk membangun suatu pengetahuan. Ada beberapa yang menjelaskan tentang kebenaran (Surajino, 2005) antara sebagai berikut : 1. The correspondence theory of truth (teori

kebenaran saling berkesinambungan). Berdasarkan teori pengetahuan Aristoteles yang menyatakan bahwa kebenaran itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa sungguh merupakan halnya atau faktanya.

2. The semantic theory of truth (teori kebenaran berdasarkan arti). Berdasarkan teori kebenaran sematiknya Bertrand Russell, bahwa kebenaran itu ditinjau dari arti segi atau maknanya.

3. The consistence theory of truth (teori kebenaran berdasarkan konsisten).

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

221

Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar

4. The pragmatic theory of truth (teori kebenaran berdasarkan pragmatik). Yang dimaksud dengan teori ini ialah benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil atau teori semata-mata bergantung kepada berfaedahnya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya.

5. The coherence theory of truth (teori kebenaran berdasarkan koheren). Berdasarkan teori koherennya kattsoff (1986) dalam bukunya element of philosopy, bahwa suatu prosisis itu benar, apabila berhubungan dengan ide-ide dari proposisi terdahulu yang telah dan benar.

6. The logical superfluity of truth (teori kebenaran logis yang berlebihan). Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Ayer, bahwa problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

222

saja dan bersifat pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat yang sama yang sama-sama saling melingkupi.

7. Teori skeptivisme, suatu kebenaran dicari ilmiah dan tidak ada kebenaran yang lengkap

8. Teori kebenaran nondeskripsi. Teori yang dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme, yang menyatakan bahwa suatu stetment atau pernyataan mempunyai nilai benar amat tergantung peran dan fungsi daripada pernyataan itu.

Kebenaran dapat dibuktikan secara : 1. Radikal (individu) 2. rasional (objektif) 3. sistematik (ilmiah) 4. semesta (universal)

Sedangkan nilai kebenaran itu

bertingkat-tingkat, sebagaimana yang diuraikan oleh Anshari ada empat tingkatan kebenaran:

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

223

1. Kebenaran wahyu 2. Kebenaran spekulatif filsafat 3. Kebenaran positif ilmu pengetahuan 4. Kebenaran pengetahuan biasa.

12.7. Jenis-jenis Pengetahuan Berdasarkan cara kerja yang dipakai

dalam memperoleh dan mempertanggung- jawabkan kebenarannya serta berdasarkan perbedaan objek yang yang menjadi bahan kajiannya, pengetahuan dibedakan menjadi: a. Pengetahuan ilmiah/ilmu Merupakan pengetahuan yang diperoleh

dan dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah atau dengan menerapkan cara kerja ilmiah atau metode ilmiah.

b. Pengetahuan Moral Dalam pengetahuan ini, tidak ada klaim kebenaran yang absah. Penilaian dan putusan moral pada dasarnya berakar pada latar belakang budaya seseorang. Terdapat dua penilaian kebenaran dalam pengetahuan moral; - Relativisme , penerimaan kebenaran

penilaian dan putusan moral yang

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

224

bersifat relatif terhadap kebudayaan tempat penilaian dan putusan moral itu dibuat

- Nonkognitivisme, penilian dan putusan moral tidak termasuk wacana yang mau menegaskan benar-salah , tetapi bermaksud mengungkapkan perasaan atau sikap penilai maupun pendengar terhadap kebudayaan tempat orang lahir dan dibesarkan.

c. Pengetahuan Religius

Pengetahuan yang kebenarannya tidak dapat ditentukan benar-salahnya baik secara apriori (pengetahuan pra pengalaman) berdasarkan penalaran logis maupun secara aposteriori (pengetahuan purna pengalaman) berdasarakan pengalaman. Kebenaran pengetahuan ini di luar lingkup pengetahuan manusia.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

225

12.8. Langkah-langkah Metode Ilmiah Alur berpikir yang tercakup dalam

metode ilmiah (logico-hypothetico-verifikasi) dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah, langkah-langkah tersebut adalah: a. Perumusan masalah

Pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait didalamnya

b. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis. Argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin ada antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan

c. Perumusan hipotesis. Jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan, materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

226

d. Pengujian hipotesis. Pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan ada/tidaknya hubungan antara fakta-fakta yang mendukung hipotesis.

e. Penarikan kesimpulan. Penilaian apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Hipotesis yang diterima dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah, karena telah memenuhi persyaratan keilmuan: (a) Kerangka penjelasan yang konsisten

dan (b) Teruji kebenarannya (secara

pragmatis).

12.9. Struktur Pengetahuan Ilmiah Secara umum ilmu pengetahuan

ilmiah berfungsi untuk: 12.9.1. Menjelaskan

a. Deduktif Mempergunakan cara berpikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan menarik kesimpulan secara logis dari

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

227

premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya

b. Probabilistik Penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus yang dengan demikian tidak memberikan kepastian seperti penjelasan deduktif

c. Fungsional Penjelasan yang meletakan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik /arah perkembangan tertentu

d. Genetik Mempergunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya dalam menjelaskan gejala yang muncul kemudian

12.9.2. Meramalkan

Meramalkan probabilitas yang akan terjadi dengan memperhatikan faktor-faktor atau data yang telah ada

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

228

yang berkaitan dengan gejala yang diamati

12.9.3. Mengontrol

Dengan memanfaatkan data dan fakta yang ada, pengetahuan ilmiah bisa melakukan pengontrolan terhadap gejala alam

Struktur pengetahuan ilmiah terdiri

dari : 1. Hukum

Hukum merupakan suatu pernyataan yang menyatakan hubungan sebab-akibat dan bentuk hubungan yang bukan sebab-akibat yang telah teruji kebenarannya. Pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitaan sebab akibat a. Sifat ; bersifat universal, dapat

digunakan untuk meramalkan, berlaku pada kondisi terbatas (berlaku jika kondisi terpenuhi)

b. Fungsi (dalam ilmu alam)

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

229

- Mengungkapkan suatu kenyataan tentang hubungan antara fakta dan gejala alam

- Untuk meramalkan gejala alam 2. Teori

Kerlinger (1973) dalam Hedi Sutomo (2009) mengatakan bahwa teori seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi (usul) yang saling berkaitan yang menyajikan suatu pandangan yang sistematis dari fenomena dengan mengungkapkan adanya hubungan yang spesifik antar variabel dengan tujuan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena tersebut.

Pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan, terdiri dari hukum-hukum a. Fungsi:

- Menjelaskan - Memahamkan - Meramalkan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

230

b. Perbedaan hukum dan teori - Hukum bertolak dari suatu

kenyataan, sedangkan teori dapat “melayang” di atas kenyataan dengan menggunakan logika deduksi. Teori dapat menambah keterangan yang diungkapkan hukum

- Hukum merupakan suatu kenyataan, sedangkan teori menjelaskan mengapa kenyataan itu terjadi

- Hukum bukan suatu penjelasan dn tidak bertujuan untuk menjelaskan, sedangkan teori bertujuan untuk menjelaskan

3. Postulat atau Asumsi

Adalah anggapan dasar yang sudah dianggap benar, sehingga kebenaran tersebut tidak dipertanyakan lagi. Suatu pernyataan dapat diterima sekiranya bertumpu kepada postulat , kebenarannya dapat dibuktikan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

231

4. Prinsip atau Azas

Prinsip merupakan suatu pernyataan yang mengandung kebenaran yang bersifat mendasar dan berlaku umum. Prinsip melandasi kebenaran suatu hukum.

Pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi. Menjelaskan pengertian efisiensi dan mengembangkan berbagai tekhnik untuk meningkatkan efisiensi

12.10. Kesimpulan

a. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari cara mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar

b. Metode ilmiah adalah langkah-langkah/ prosedur yang digunakan dalam mendapatkan ilmu, yang berupa: - Perumusan masalah - Perumusan kerangka berpikir

dalam menyusun hipotesis - Pengajuan hipotesis

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

232

- Pengujian hipotesis - Penarikan kesimpulan

c. Struktur pengetahuan terdiri dari :

- Hukum - Teori - Postulat - Prinsip

3

3 http://maarif7sunandrajat.blogspot.co.id/2015/03/epistimologi-cara-

mendapatkan.html

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

233

BAB XIII

AKSIOLOGI

anusia adalah makhluk Tuhan yang mempunyai kelebihan dari makhluk-makhluk ciptaan yang lain karena kita

diberikan akal untuk berfikir dan hati untuk mengatur emosi kita. Pada saat kita tumbuh berkembang dari anak-anak sampai dewasa kita mencari tempat yang baik untuk dirinya maupun anak-anaknya baik pendidikan formal dari SD sampai tingkat lanjutan atas dan perguruan tinggi maupun pendidikan nonformal. Usaha untuk mendapatkan pendididkan yang baik inilah yang menjadi usaha untuk mendapatkan ilmu. Menurut Jujun S, Suriasumantri (1990) ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Sehingga ilmu yang kita dapat setelah melalui tahapan pendidikan menjadi alat untuk memperbaharui hidup, mencapai

M

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

234

suatu keinginan dan membawa ketujuan hidup yaitu kebahagiaan. Pada dasarnya ilmu yang kita pelajari bersifat netral karena ilmu tidak mengenal sifat baik maupun buruk dalam ilmu itu sendiri tetapi tergantung pada orang yang memiliki ilmu tersebut, bagaimana dia memanfaatkan ilmu yang telah didapatkannya dan bergunakah ilmu yang telah dipelajarinya untuk kehidupan sosialnya. Dalam hal ini ilmu yang berkaitan dengan kegunaannya akan di bahas dalam kajian filsafat yang ketiga yaitu aksiologi. Karena, pada hakikatnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan nilai atau etika, kodrat dan martabat manusia. 13.1. Pengertian Aksiologi

Menurut Suriasumantri (2007:231) “Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang nilai (value)”. Menurut Wibisono (dalam Surajiyo, 2009:152)

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

235

aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Dan definisi aksiologi menurut Bramel (dalam Amsal, 2009:163) aksiologi terbagi menjadi tiga bagian: 1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral,

bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.

2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan.

3. Socio-political life, yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan filsafat social politik.

Menurut bahasa Yunani, aksiologi

berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi.

Menurut Suriasumantri (1987:234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

236

peroleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.

Jadi Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and and).

Dalam Encyslopedia of philosophy dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation: 1. Nilai digunakan sebagai kata benda

abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.

2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

237

untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.

3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.

Dari definisi aksiologi di atas, terlihat

dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.

Aksiologi merupakan bagian ketiga dari kajian filsafat setelah ontologi dan epistomologi. Jika dalam kajian entologi mempertanyakan tentang objek apa yang akan ditelaah dan pada kajian epistomologi berkaitan dengan bagaimana asal, sifat dan jenis pengetahuan, sedangkan aksiologi merupakan cabang filsafat yang memepertanyakan bagaimana manusia menggunakan dan memanfaatkan ilmunya.

Dalam kajian aksiologi ini pertanyaan yang sering digunakan untuk membedakan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

238

antara aksiologi dan kajian filsafat yang lainnya yaitu: 1. untuk apa pengetahuan itu digunakan?, 2. Bagaimana kaitan antara cara

penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?,

3. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral.

13.2. Pengertian Ilmu dan Moral

Menurut kamus besar bahasa indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu dibidang pengetahuan ilmu. Ilmu bukan sekedar pengetahuan tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang tertentu.

Sedangkan kata moral berasal dari bahasa latin yaitu, mos yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

239

yaitu, moralitas adalah istilah manusia menyebut manusia atau orangl lainnya dalam tindakan yang memepunyai nilai positif.

Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman. Sedangkan manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral. Yang tidak memiliki nilai positif dimata manusia lainnya sehingga moral adalah mutlak yang harus dimiliki manusia.

Asal usul yang melatar belakangi filsafat moral adalah istilah etika yang dipakai aristoteles. Etika bersal dari bahasa yunani kuno etika yaitu etos sedangkan jamaknya taeta. Etos mempunyai banyak arti yaitu tempat tinggal yang biasa, kebiasaan atau adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berfikir. Sedangkan arti dari taeta yaitu adat kebiasaan.

Ilmu merupakan unsur dari pengetahuan manusia karena dengan ilmu manusia dapat memenuhi kebutuhannya

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

240

secara praktis sehingga ilmu merupakan alat atau sarana untuk menulong hidup manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.

Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dapat diartikan sebagai penerapan konsep ilmiah dalam memecahkan masalah praktis baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak.

Dalam tahap ini ilmu tidak hanya menjelaskan gejala alam untuk tujuan pengertian atau pemahaman namun lebih jauh lagi memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi.

Disinilah masalah moral muncul kembali namun dal;am kaitannya dengan faktor lain, kalau dalam kontempolasi moral berkaitan dengan metafisika maka dalam tahap manipulasi ini masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan ilmu pengetahuan atau secara filsafati dalam

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

241

tahap penerapan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuan.

Ilmu pengetahuan merupakan lanjutan konsepsional dari ciri “ingin tahu” sebagai kodrat manusiawi. Tetapi ilmu pengetahuan itu menuntut persyaratan-persyaratan khusus dalam pengaturannya (Bakker, 1990)

Teori tentang nilai dalam filsafat membahas tentang etika dan estetika dimana makna etika mempunyai dua rati yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai untuk emmebedakan perbuatan tingkah laku atau yang lainnya.

Nilai atau value dapat bersifat objektif kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tersebut tidak bergantung pada sabjek atau kesadaran yang menilai. Salah satu nilai kegunaan ilmu yaitu dapat bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Tugas filsafat ilmu pengetahuan adalah membuka pikiran kita untuk mempelajari dengan serius proses

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

242

logis dan imajinatif dalam kerja ilmu pengetahuan (Keraf, 2011).

Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dapat diartikan sebagai penerapan konsep ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah praktis baik yang berupa perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software).

Dalam tahap ini ilmu tidak hanya menjelaskan gejala alam untuk tujuan pengertian dan pemahaman, namun lebih jauh lagi memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi.

Di sinilah masalah moral muncul kembali namun dalam kaitannya dengan faktor lain. Kalau dalam tahap kontempolasi moral berkaitan dengan metafisika maka dalam tahap manipulasi ini masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan ilmu pengetahuan. Atau secara filsafati dalam tahap penerapan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuwan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

243

Menurut Bakhtiar (2010) bahwa Berdasarkan sejarah tradisi islam ilmu tidaklah berkembang pada arahyang tak terkendai, tetapi ia harus bergerak pada arah maknawi dan umat berkuasa untuk mengendalikannya.

Kekuasaan anusia atas ilmu pengetahuan harus mendapat tempat yang utuh, eksistensi ilmu pengetahuan bukan “melulu” untuk mendesak kemanusiaan, tetapi kemanusiaanlah yang menggenggam ilmu pengetahuan untuk kepentingan dirinya dalam rangka penghambaan diri kepada sang pencipta. 13.3. Kategori Dasar Aksiologi

Terdapat dua kategori dasar aksiologi : 1. Objectivism, yaitu penilaian

terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan objek yang dinilai.

2. Subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat unsur intuisi (perasaan).

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

244

Dari sini muncul empat pendekatan

etika, yaitu : 1. Teori nilai intuitif 2. Teori nilai rasional 3. Teori nilai alamiah 4. Teori nilai emotif

Teori nilai intuitif dan teori nilai

rasional beraliran obyectivis sedangkan teori nilai alamiah dan teori nilai emotif beraliran subyektivis. 1. Teori Nilai intuitif (The Intuitive theory of

value) Teori ini berpandangan bahwa

sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut.

Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang absolute itu eksis dalam tatanan yang bersifat obyektif. Nilai ditemukan melalui intuisi karena ada tatanan moral yang bersifat baku.

Mereka menegaskan bahwa nilai eksis sebagai piranti obyek atau

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

245

menyatu dalam hubungan antar obyek, dan validitas dari nilai tidak bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia. Sekali seseorang menemukan dan mengakui nilai tersebut melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk mengatur perilaku individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi moralnya.

2. Teori nilai rasional (The rational theory of value)

Bagi mereka janganlah percaya padanilai yang bersifat obyektif dan murni independent dari manusia. Nilai tersebut ditemukan sebagai hasil dari penalaran manusia.

Fakta bahwa seseorang melakukan suatu yang benar ketika ia tahu degan nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta bahwa hanyaorang jahat atu yang lalai ynag melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak atau wahyu tuhan. Jadi dengan nalar atau peran tuhan nilai ultimo, obyektif, absolut yang seharusnya mengarahkan perilakunya.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

246

3. Teori nilai alamiah (The naturalistic

theory of value) Nilai menurutnya diciptakan

manusia bersama dengan kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai adalah produk biososial, artefak manusia, yang diciptakan , dipakai, diuji oleh individu dan masyarakat untuk melayani tujuan membimbing perilaku manusia.

Pendekatan naturalis mencakup teori nilai instrumental dimana keputusan nilai tidak absolute tetapi bersifat relative. Nilai secara umum hakikatnya bersifat subyektif, bergantung pada kondisi manusia.

4. Teori nilai emotif (The emotive theory of

value) Jika tiga aliran sebelumnya

menentukan konsep nilai dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa konsep moral dan etika bukanlah keputusan factual tetapi hanya merupakan ekspresi emosi dan tingkah

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

247

laku. Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverivikasi, sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi bagian penting dari tindakan manusia (Poedjawijatna, 2004)

13.4. Nilai Kegunaan Ilmu Dalam kamus besar bahasa Indonesia

ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem atau berhubungan menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu pula.

Dalam aksiologi, hal yang paling dipermasalahkan ialah nilai. Disini nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Selanjutnya, aksiologi dijelaskan sebagai kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia.

Teori tentang nilai dalam filsafat dibagi menjadi permasalahan etika dan estetika. Menurut (Rahmat , 2011) bahwa ilmu pengetahuan diperoleh secara sahih dan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

248

andal dengan suatu penyelidikan ilmiah, yaitu penelitian, maka ia merupakan sebuah proposisi yang timbul sebagai hasil dari kesimpulan suatu proses pencarian pengetahuan yang sistematis dan terkontrol.

Etika dimaknai sebagai suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Etika menilai perbuatan manusia yang berkaitan erat dengan norma-norma kesusilaan manusia atau diartikan untuk mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik didalam suatu kondisi yang normatif, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma.

Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Dalam filsafat estetika dapat dilihat pada sudut indah dan jeleknya.

Nilai subjektif dapat bersifat subjektif dan objektif. Nilai dapat bersifat subjektif jika selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

249

Hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Misalnya, seorang melihat matahari yang sedang terbenam disore hari.

Akibat yang dimunculkannya adalah menimbulkan rasa senang karena melihat betapa indahnya matahari terbenam itu. Ini merupakan nilai yang subjektif dari seseorang dengan orang lain memiliki kualitas yang berbeda. Sedangkan Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme.

Objektivisme ini didasarkan suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas benar-benar ada. Misalnya, kebenaran tidak tergantung pada pendapat individu, melainkan pada objektivitas fakta.

Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu: 1. Filsafat sebagai kumpulan teori

digunakan memahami dan mereaksi

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

250

dunia pemikiran. Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.

2. Filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.

3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

251

rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.

13.5. Tanggung Jawab Sosial Keilmuwan

Ilmu merupakan hasil karya ilmuwan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Jika hasil karyanya itu memenuhi syarat – syarat keilmuwan maka pasti akan diterima dan disunakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial yang besar.

Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberikan perspektif yang benar: untung dan rugi, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan.

Hal ini dikarenakan dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup manusia. Ilmuwan juga meniliki fungsi untuk ikut bertanggung jawab agar produk

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

252

keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Sikap sosial seorang ilmuan adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan. Ilmuwan juga harus berusaha mempengaruhi opini masyarakat berdasarkan pemikirannya. Ilmuwan juga mempunyai cara berpilir yang berbeda dari masyarakat awam.

Masyarakat awam biasanya terpukau oleh jalan pikiran yang cerdas. Kelebihan seorang ilmuwan juga nampak dalam cara berpikir yang cermat dan teratur yang menyebabkan dia mempunyai tanggung jawab sosial.

Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberikan perspektif yang benar: untung dan rugi, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan. Dibidang etika tanggungjawab sosial seseorang ilmuwan bukan lagi memberi informasi namun memberi contoh.

Seorang ilmuwan juga harus bersifat obyektif, terbuka, menerima kritik dan pendapat orang lain, kukuh dalam

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

253

pendiriannya, dan berani mengakui kesalahannya.

Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penelitian atau penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan bangsanya sendiri. 13.6. Fakta

Menurut Vardiansyah (2008:3) pengertian fakta (bahasa Latin: factus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia. Catatan atas pengumpulan fakta disebut data.

Di sisi lain, Lorens Bagus (1990) memberikan penjelasan tentang fakta objektif dan fakta ilmiah. Fakta objektif yaitu peristiwa, fenomena atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia.

Sedangkan fakta ilmiah merupakanrefleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manuasia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsifakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bagunan teoritis.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

254

Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan oleh bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmia membentuksuatu deskripsi ilmiah.

Fakta sering kali digunakan oleh para ilmuwan untuk merujuk pada data-data eksperimen ataupun pengamatan objektif yang dapat diverifikasi. "Fakta" juga dapat digunakan secara lebih luas untuk merujuk pada hipotesis apapun yang memiliki bukti-bukti yang sangat banyak dan kuat.

Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya.

Para ilmuwan sering kali menggunakan kata "fakta" untuk menjelaskan sebuah pengamatan. Tetapi, para ilmuwan juga dapat menggunakan fakta untuk memaksudkan sesuatu yang telah diuji ataupun terpantau berkali-kali sedemikiannya tidak terdapat lagi alasan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

255

yang kuat untuk terus-menerus menguji ataupun mencari-cari contoh.

Dalam istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil observasi yang obyektif dan dapat dilakukan verifikasi oleh siapapun. Diluar lingkup keilmuan fakta sering pula dihubungkan dengan:

Suatu hasil pengamatan jujur yang diakui oleh pengamat yang diakui secara luas

- Galat biasa terjadi pada proses interpretasi makna dari suatu observasi.

- Kekuasaan kadang digunakan untuk memaksakan interpretasi politis yang benar dari suatu pengamatan.

Suatu kebiasaan yang diamati secara berulang; satu pengamatan terhadap fenomena apapun tidak menjadikan itu sebagai suatu fakta. Hasil pengamatan yang berulang biasanya dibutuhkan dengan menggunakan prosedur atau definisi cara kerja suatu fenomena.

Sesuatu yang dianggap aktual sebagai lawan dari dibuat

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

256

Sesuatu yang nyata, yang digunakan sebagai bahan interpretasi lanjutan informasi mengenai subyek tertentu

Sesuatu yang dipercaya sebagai penyebab atau makna

13.7. Teori

Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.

Menurut Creswell (2009) Teori merupakan pengetahuan ilmiah mencakup penjelasan mengenai suatu sektor tertentu dari suatu disiplin ilmu, dan dianggap benar. Teori adalah pengetahuan ilmiah yang memberi penjelasan mengapa suatu gejala terjadi. Teori memerlukan tingkat keumuman yang tinggi, yaitu bersifat universal supaya lebih berfungsi sebagai teori ilmiah.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

257

Ada 3 hal pokok yang diungkap dalam definisi teori: a. Elemen teori terdiri dari variabel, definisi,

dan dalil; b. Elemen teori memberikan gambaran

sistematis mengenai fenomena melalui penentuan hubungan antar variabel;

c. Tujuan teori adalah untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena alamiah.

Ada tiga tipe teori, yaitu :

Teori Formal, yaitu mencoba menghasilkan suatu skema konsep dan pernyataan dalam masyarakat atau interaksi keseluruhan manusia yang dapat dijelaskan. Berusaha menciptakan agenda keseluruhan untuk praktik teoritis masa depan terhadap klaim paradigma yang berlawanan, atau juga berusaha mempunyai karakter yang fundasional, yaitu mencoba untuk mengidentifikasi seperangkat prinsip tunggal yang merupakan landasan puncak untuk kehidupan dan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

258

bagaimana semuanya dapat diterangkan.

Teori Substantif, yaitu mencoba untuk tidak menjelaskan secara keseluruhan tetapi lebih kepada menjelaskan hal-hal khusus, misalnya hak pekerja, dominasi politik, perilaku menyimpang.

Teori Positivistik, yaitu mencoba untuk menjelaskan hubungan empiris antara variabel dengan menunjukkan bahwa variabel-variabel itu dapat disimpulkan dari pernyataan-pernyataan teoritis yang lebih abstrak.

Sedangkan kegunanaan teori yaitu :

Menjelaskan Teori hukum dilaksanakan dengan cara menafsirkan sesuatu arti/pengertian, sesuatu syarat atau unsur sahnya suatu peristiwa hukum, dan hirarkhi kekuatan peraturan hukum.

Menilai Teori hukum digunakan untuk menilai suatu peristiwa hukum.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

259

Memprediksi Teori hukum digunakan untuk membuat perkiraan tentang sesuatu yang akan terjadi.

13.8. Hukum

Hukum merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat sehingga memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi sebagai akibat suatu kejadian. Misalnya, apa yang akan terjadi bila harga suatu barang naik dihubungkan dengan permintaan atau penawaran.

Menurut Rahardjo (2009) pengertian hukum tersebut dibahas dari perspektif filsafati dan bersifat normatif yang dilahirkan dari kehendak manusia atau masyarakat untuk menciptakan keadilan.

“Hukum adalah karya manusia berupa norma-norma yang berisikan petunjuk-petunjuk tingkah laku. Hukum merupakan pencerminan dari kehendak manusia tentang bagaimana seharusnya masyarakat dibina dan kemana harus diarahkan. Oleh

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

260

karena itu pertama-tama, hukum mengandung rekaman dari ide-ide yang dipilih oleh masyarakat tempat hukum diciptakan. Ide-ide tersebut berupa ide mengenai keadilan.”

Menurut E. Utrecht, Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah atau larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah dari masyarakat itu.” E. Utrecht mengartikan keberadaan hukum ini yaitu, “hukum sebagai alat daripada penguasa yang dapat memberi atau memaksakan sanksi terhadap pelanggar hukum karena dalam penegakan hukum jika terjadi pelanggaran menjadi monopoli penguasa

Sedangkan menurut Van Kan, Hukum sebagai seluruh peraturan hidup manusia yang bersifat memaksa demi melindungi kepentingan manusia yang ada di dalam masyarakat, tujuan hukum yakni menjaga ketertiban dan perdamaian.” Didirikannya Peraturan hukum membuat orang akan dapat memenuhi kebutuhan dan

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

261

kepentingan hidup manusia dengan cara yang tertib. sehingga tercapai tujuan kedamaian dalam hidup bermasyarakat.

Dari berbagai definisi hukum yang dikemukakan di atas bisa ditarik kesimpulan pengertian hukum, merupakan sebuah sistem yang dibuat manusia untuk membatasi perilaku manusia agar tingkah laku manusia ini dapat terkontrol dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum adalah aspek paling penting dalam pelaksanaan sebuah rangkaian kekuasaan kelembagaan seperti kehidupan bernegara.

Hukum secara tugas akan menjamin adanya kepastian peraturan dalam masyarakat. Maka dari itu, di setiap masyarakat akan memiliki hak untuk mendapat pembelaan di mata hukum. Sehingga hukum dapat diartikan sebagai peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis dan tidak tertulis yang bertujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi yang melakukan pelanggaran. Hal ini mungkin berbeda dengan hukum karma yang mungkin tidak memiliki efek secara langsung. Namun

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

262

hukum buatan manusia tentu harus kita patuhi, jika tidak akan langsung berdampak pada sangsi.

13.9. Teknologi Menurut Sukardi (2003:35) secara

epimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni. Pendapat lainnya dikemukakan oleh David L. Goetch (2000 : 50) : “People tools, resources, to solve problems or to extend their capabilities”, Arnold Pacey “The application on scientific and other knowledge to practical task by ordered systems, that involve people and organizations, living things and machines” dan Jujun S. Suriasumantri (2007:12) “teknologi adalah penerapan konsep ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah praktis baik yang berupa perangkat keras

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

263

(hardware) maupun perangkat lunak (software).

Beberapa pengertian teknologi yang dikaitkan dengan dimensi pengetahuan. a. Teknologi adalah penerapan dari

pengetahuan ilmiah kealaman (natural science).(Brinkmann, 1971:125)

b. Teknologi merupakan pengetahuan sistematis tentang seni industrial atau sebutan singkatnya sebagai ilmu industrial. (The Liang Gie, 1982:82)

c. Bunge menyatakan teknologi adalah ilmu terapan yang dipilah menjadi cabang yakni: teknologi fisik, teknologi biologis, teknologi sosial dan teknologi pikir. (The Liang Gie, 1982:84)

d. Feibleman memandang teknologi sebagai pertengahan antara ilmu murni dan ilmu terapan, atau merujuk pada makna teknologi sebagai keahlian atau skil. (The Liang Gie, 1982:84)

e. Layton memahami teknologi sebagai pengetahuan. (The Liang Gie, 1982:84)

f. Karl Mark menggunakan istilah teknologi dalam tiga makna yang berbeda, yakni sebagai alat kerja, pengajaran praktis

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang

Bermoral Pancasila

264

dari sekolah industrial, dan ilmu tentang teknik. (The Liang Gie, 1982:84)

13.10. Kesimpulan

Seorang ilmuwan mempunyai tanggungjawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.

Dalam menggunakan ilmu kita harus menggunakannya untuk kepentingan bersama karena ilmu merupakan alat untuk meningkatkan taraf hidup dan bermanfaat bagi setiap orang apabila ilmu yang kita dapat digunakan berdasarkan nilai atau etika, kodrat dan martabat manusia. Maka dari itu kegunaan dan manfaat dari ilmu itu sendiri dikaji dalam aksiologi.

Dimana, Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Ilmu menghasilkan teknologi yang diterapkan dan dikembangkan pada masyarakat.

Teknologi dalam perkembangannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga dapat menjadi bencana bagi manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Membangun Manajemen

SDM Yang Bermoral

Pancasila

1

DAFTAR PUSTAKA

A.S Hornby,1957. A Leaner’s Dictionary of Curennt English. Hlm 828

Achmadi,asmoro,2012. Filsafat umum. PT. Raja grafindo persada, jakarta. Hal 118-119

Ahmad tafsir, 2009. filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra. Remaja Rosdakarya, Bandung.hal 23

Ahmad Tafsir,2009. Filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Hal 24-28

Ahmad Tafsir. Prof. Dr. 2006. Filsafat ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Al-Habsy, Kamus Al-Kautsarϖ Lengkap, Bangil : Yayasan Pesantren Islam (YAPPI), 1987

Ani. Aspek Ontologi dalam Filsafat Ilmu. 2011.

Arifin, S. Budiman, A. Pengantar Filsafat (Pendekatan Sistematis). Malang: UMM Press 2004.

DAFTAR PUSTAKA

Membangun Manajemen

SDM Yang Bermoral

Pancasila

2

Bakhtiar, amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali pers.

Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsifat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bakker, Anton, dkk. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Bakker, Anton, dkk. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Burhanuddin, Arif. – Pengetahuan Sains dan Tinjauan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi.

Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu (dari Hakikat menuju Nilai), Bandung: Pustaka

Dr.Zaprulkhan,M.Si.,2012. Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada

Endrotomo. 2004. Ilmu dan Teknologi. Information System ITS.

Farina Anis. Ontologi Islam. 2007. Fauziarti, Benni Farida. Dimensi aksiologi

dalam filsafat. Diambil dari internet.

DAFTAR PUSTAKA

Membangun Manajemen

SDM Yang Bermoral

Pancasila

3

Fauziarti, Benni Farida. Dimensi aksiologi dalam filsafat. Diambil dari internet.

Hakim, M.A. dan Drs. Bani Ahmad Saebani, M.Si. 2008. filsafat umum dari metologi sampai teofilosofi. Pustaka Setia, Bandung. Hal 206

Hesthifajri.blogspot.com/2013/08/Epistimologi.html (Sunday, 08.03 p.m)

Keraf, A. Sonny, dkk. 2001. Ilmu Pengetahuan sebuah tinjauan filosofis.

Nasution, Harun, Filsafat Agama. Jakarta O’neil, William, 2008. Ideologi-Ideologi

Pendidikan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar Poedjawijatna. 2004. Tahu dan

Pengetahuan. Jakarta : Rineka Cipta. Rahardjo, Mudjia . dkk . 2009 . Filsafat Ilmu

. Malang : UIN-MALANG PRESS Rahmat, aceng dkk. 2011. Filsafat Ilmu

Lanjutan. Jakarta: Kenca Predana Media Group.

S. Suriasumantri, Jujun.1996. Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

DAFTAR PUSTAKA

Membangun Manajemen

SDM Yang Bermoral

Pancasila

4

Soyomukti, Nurani. 2008. Pendidikan Berperspektif Globalisasi, Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Sudarsono, 2001. Ilmu Filsafat. Jakarta:PT.Rineka Cipta

Sumarna, Cecep, Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai.

Surajiyo. 2007. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suriasumantri , Jujun S. Pengantar Ilmu dalam Perspektif.

Suriasumantri, Jujun S. 2003. Ilmu Dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakikat Ilmu. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Susanto, A . 2011 . Filsafat Ilmu : Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis . Jakarta : Bumi Aksara

Tafsir, Ahmad . 2010 . Filsafat Ilmu . Bandung : ROSDA KARYA

Tafsir,Ahmad,2009.Filsafat Ilmu.Bandung:PT.Remaja Rosdakarya Yogyakarta: Kanisius.

DAFTAR PUSTAKA

Membangun Manajemen

SDM Yang Bermoral

Pancasila

5

http://www.kompasiana.com/diahayuintansari/pembangunan-karakter-bangsa-indonesia-berdasarkan-pancasila-menuju-bangsa-mandiri-di-era-globalisasi_55184fc3a333117e07b66447

http://jasakonsultanmanajemenbisnis.blogspot.com/2013/04/memahami-3-aspek-penting-membangun.html

http://bedjosujanto.com/index.php/artikel/104-membangun-karakter-bangsa-melalui-penerapan-manajemen-berbasis-sekolah

http://www.kompasiana.com/barjo/kualitas-sdm-dalam-perspektif-pendidikan-moral_54f367fb7455137d2b6c7370

https://lppkb.wordpress.com/2011/03/28/program-memperkokoh-karakter-dan-jatidiri-bangsa/

http://www.pusakaindonesia.org/mamahami-fungsi-dan-tujuan-pancasila/

http://www.pusakaindonesia.org/pancasila-membentuk-karakter-bangsa/

http://news.okezone.com/read/2014/07/08/367/1009676/menuju-indonesia-berdikari

DAFTAR PUSTAKA

Membangun Manajemen

SDM Yang Bermoral

Pancasila

6

1

Globalisasi merupakan dinamika yang paling strategis dan membawa pengaruh terhadap perkembangan proses perubahan peradaban manusia, yang berdampak pada semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan terjadinya perubahan lingkungan strategis yang berdampak luas terhadap eksistensi dan kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dari aspek internal, kondisi objektif bangsa Indonesia sejak diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan negara dengan bangsa yang dibangun di atas keragaman dan perbedaan, yaitu perbedaan suku, agama, ras, etnis, budaya, bahasa dan lain-lain.

Semoga buku ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan umumnya kepada para mahasiswa serta para pembaca pada umumnya dalam kaitannya dengan pengembangab ilmu pengetahuan untuk dikaji kembali secara lebih mendalam. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Membangun Manajemen

SDM Indonesia Yang Bermoral

PANCASILA