Upload
vino-g-albert
View
143
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan dengan rasa lega, pada akhirnya
tugas makalah ini dapat selesai pada waktunya sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Obgyn RSU. Dr. RM. Djoelham
Binjai.
Makalah ini menyajikan salah satu penyakit yang sering di jumpai pada praktek dokter
sehari-hari dan rumah sakit. Di sini diuraikan secara singkat gambaran INDUKSI
PERSALINAN dan penatalaksanaannya.
Pada kesempatan ini juga kami mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing
yaitu, dr. Anwar, Sp.OG atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di SMF ahli kandungan RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai serta dalam penyusunan tugas
ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan baik dari
kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan dimasa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
Binjai, 22 November 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................ 2
Definisi ....................................................................................................... 3
Pelvic Score ............................................................................................... 3
Indikasi ....................................................................................................... 4
Kontraindikasi ............................................................................................ 4
Komplikasi ................................................................................................. 5
Oksitosin .................................................................................................... 6
BAB III. KESIMPULAN ...................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 28
PERSALINAN INDUKSI
PENDAHULUAN
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan pervaginam dengan
merangsangtimbulnya his. MenurutNational Center for Death Statistics, dari 3,9 juta persalinan
di AmerikaSerikat pada tahun 1995, 34 % melibatkan induksi atau augmentasi persalinan.
Indikasi umumuntuk induksi antara lain adalah pecahnya selaput ketuban tanpa awitan
persalinan spontan,hipertensi ibu, status janin tidak meyakinkan dan kehamilan post matur, juga
ada beberapaindikasi lainnya. Selain itu harus diperhatikan juga kontraindikasi dan syarat-syarat
dalammelakukan induksi persalinan, karena dapat menyebabkan bebagai komplikasi.
DEFINISI
Induksi partus adalah satu upaya agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah
kelahiran cukup bulan dengan jalan merangsang (stimulasi) timbulnya his.
Dalam ilmu kebidanan ada kalanya satu kehamilan terpaksa diakhiri karena adanya
sesuatu indikasi. Indikasi dapat datang dari sudut kepentingan hidup ibu dan atau janin. Hasil
induksi partus bergantung pula pada keadaan serviks, sebaliknya induksi partus dilakukan pada
serviks yang sudah atau mulai matang (Ripe atau favourable) dimana serviks sudah lembek,
dengan effacement sekurang-kurangnya 50% dan pembukaan serviks satu jari.
(Rustam mochtar-1998)
NILAI PELVIS (PELVIC SCORE)
Sebelum melakukan induksi hendaknya lakukan terlebih dahulu pemeriksaan dalam guna
memberikan kesan tentang keadaan serviks, bagian terbawah janin dan panggul. Hasil
pemeriksaan dicatat dan disimpulkan dalam suatu tabel nilai pelvis.
Selanjutnya dapat kita ikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Apabila skor di atas 5, pertama-tama lakukan amniotomi. Bila 4 jam kemudian tidak terjadi
kemajuan persalinan, berikan infus oksitosin.
2. Apabila skor di bawah 5, ketuban dibiarkan intak, berikan infuse oksitosin. Setelah beberapa
lama perjalanan, nilai pelvis dinilai kembali.
a. Bila skor di atas 5, lakukan amniotomi
b. Bila skor di bawah 5, oksitosin tetes di ulangi
c. Bila setelah 2-3 kali, serviks belum juga matang segera lakukan amniotomi
(Rustam.M -1998)
INDIKASI
1. Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk pre-eklamsi dan eklamsi
2. Postmaturitas
3. Ketuban pecah dini
4. Kematian janin dalam kandungan
5. Diabetes melitus, pada kehamilan 3 minggu
6. Rhesus antagonismus
7. penyakit ginjal berat
8. Hidramnion yang besar (berat)
9. cacat bawaan seperti anensefalus
10. keadaan gawat janin atau gangguan pertumbuhan janin
11. Primigravida
12. Perdarahan ante partum
13. Indikasi non medis : sosial dan ekonomi dan sebagainya
(Harry Oxorn - 1996)
KONTRA INDIKASI
1. Disproporsi sefalo-pelvik
2. Ibu menderita penyakit jantung berat
3. Hati-hati pada bekas operasi atau uterus yang cacat seperti pada bekas seksio sesarea,
miomektomi yang luas dengan ekstensif.
(Harry Oxorn - 1998)
CARA INDUKSI PARTUS
Indikasi partus dapat dilakukan dengan cara:
1. Cara kimiawi ( chemical)
2. Cara mekanis
3. Cara kombinasi mekanis dan kimiawi
(Harry Oxorn - 1998)
CARA KIMIAWI
Yaitu dengan cara memberikan obat-obatan yang merangsang timbulnya his.
Cara yang dulu di pakai, sekarang tidak di kerjakan lagi, hanya untuk diketahui yaitu:
1). Pemberian kina : obat yang diberikan adalah tablet kina bisulfat 0,2 gr diberikan 1
tablet setiap jam dengan dosis 5-6 tablet
2). Pengobatan steinse : yaitu pemberian tablet kina dan pituitrin
Cara sekarang banyak di pakai, yaitu:
1. Oksitosin drip: kemasan yang dipakai adalah pitosin, sintosno, pemberiannya dapat secara
suntikan intramuskuler, intravena, dan infuse tetes dan secara bukal yang paling baik dan aman
adalah pemberian infuse tetes (drip) karena dapat diukur dan di awasi efek kerjanya:
Cara:
a) Kandung kemih dan rectum terlebih dahulu di kosongkan
b) Ke dalam 500 cc dekstrosa 5% dimasukkan 5 satuan oksitosin dan diberikan per infus dengan
kecepatan pertama 10 tetes/menit.
c) Kecepatan dapat dinaikkan 5 tetes setiap 15 menit sampai tetes maksimal 4-60 tetes per menit
d) Oksitosin drip akan lebih berhasil bila nilai pelviks diatas 5 dan dilakukan amniotomi.
2. Injeksi larut Hipertonik
Hal ini telah di bicarakan pada abortus buatan
3. Pemberian Prostagalandin
(Rustam - 1998)
Tehnik Farmakologis
1.1. Prostaglandin E2Aplikasi local gel prostaglandin E2 (dinoproston) banyak digunakan untuk
mematangkan serviks. Perubahan histologis yang terjadi mencakup pelarutan serabutkolagen
dan peningkatan kandungan air submukosa. Perubahan-perubahan pada jaringanikat serviks
aterm ini serupa dengan yang ditemukan pada awal persalinan.Prostaglandin adalah senyawa
yang mengandung 20 atom karbon yang dibentuk oleh kerja enzim sintase prostaglandin
yang yang terdapat pada kebanyakan sel.Prostaglandin E1, E2, dan F2a dikeluarkan dari sel-
sel desidua dan miometrium
Prostaglandin bekerja pada reseptor khusus untuk mengganggu atau menghambat
pekerjaan adenilsiklase selanjutnya menghambat pembentukan cAMP (adenosine 3’5’
siklik monofosfat) sampai menimbulkan perubahan pada tonus otot polos dan pengaturan kerja hormon
Proses pematangan serviks yang dipicu oleh prostaglandin sering mencakup inisiasi persalinan.
Pemakaian prostaglandin E2 dosis rendah meningkatkan kemungkinan keberhasilan induksi, mengurangi
insidensi persalinan yang berkepanjangan, dan mengurangi dosis oksitosin maksimal dan total.
Prostaglandin E2 tersedia dalam bentuk intraservikal dengan dosis 0,3-0,5 mg dan intravaginal 3-5 mg.
Rute intraservikal memiliki keunggulan berupa tidak banyak meningkatkan aktivitas uterus dan efektivitasnya
lebih besar pada wanita yang serviksnya sangat tidak matang. Sedangkan keunggulan preparat sisip vagina yaitu
obat sisipan ini dapat dikeluarkan apabila terjadi hiperstimulasi.
Skor bishop 4 atau kurang dianggap menunjukkan serviks yang tidak layak sehingga merupakan indikasi
pemberian prostaglandin E2 untuk pematangan serviks. Persyaratan lain untuk pasien yang akan menggunakan
prostaglandin E2 antara lain pasien tidak boleh dalam keadaan demam atau mengalami perdarahan pervaginam,
denyut jantung janin yang baik, belum ada his yang regular (tiap 5 menit atau kurang). Pemberian dianjurkan
dekat atau di kamar bersalin, tempat dimana dapat dilakukan pemantauan kontinu atas aktifitas uterus dan
frekuensi denyut jantung janin. Pasien diharapkan tetap dalam posisi terlentang sekurang-kurangnya selama 30
menit dan kemudian boleh dipindahkan bila tidak ada his.
Permulaan timbulnya his biasanya tidak teratur dan jarang, serupa dengan persalinan spontan. Variasi
yang berbeda dari his dapat diterangkan atas dasar perbedaan respon individual, paritas, dosis, absorbsi, ukuran
serviks semula dan keadaan selaput ketuban. His biasanya jelas dalam 1 jam pertama, mencapai aktivitas puncak
dalam 4 jam pertama, dan memulai partus pada lebih kurang separuh jumlah kasus (berkisar 25-76 %). Bilamana
ada his yang teratur, monitoring elektronik diteruskan dan tanda-tanda vital ibu harus direkam sekurangnya setiap
jam selama 4 jam pertama.
Interval waktu antara pemberian jeli prostaglandin dengan memulai oksitosin belum dapat ditentukan.
Pengaruh prostaglandin E2 bisa berlebihan dengan oksitosin, jadi harus ada waktu observasi sekurangnya 4-6 jam
setelah pemberian jeli prostaglandin.
Bilaterjadi perubahan serviks atau his yang tidak memadai, pilihan lain bisa diberikan prostaglandin E2
dosis kedua. Bila setelah seri kedua tidak terjadi kontraksi yang tidak memadai untuk persalinan, atau tidak
tercapai skor Bishop >5 maka induksi dianggap gagal. Langkah yang dilakukan adalah sesar berencana/ elektif
(bila tidak ada kegawatan ibu atau janin) atau sesar segera (bila ada kegawatan). Efek samping dari pemberian
prostaglandin E2 adalah hiperstimulasi (6 atau lebih kontraksi dalam 10 menit untuk total20 menit) pada 1 %
untuk gel intraservikal dan 5 % untuk gel intravaginal.
11.2. Prostaglandin E1
Misoprostol (cytotec) adalah prostaglandin E1sintetik dan saat ini tersedia dalam sediaan tablet 100 µg
untuk mencegah ulkus peptikum. Obat ini digunakan ‘off label’ (tidak diindikasikan secara resmi) sebagai
pematangan serviks prainduksi dan induksi persalinan.
Penggunaan misoprostol tidak direkomendasikan pada pematangan serviks atau induksi persalinan pada
wanita yang pernah mengalami persalinan dengan seksio sesaria atau operasi uterus mayor karena kemungkinan
terjadinya ruptur uteri. Wanita yang diterapi dengan misoprostol untuk pematangan serviks atau induksi
persalinan harus dimonitor denyut jantung janin dan aktivitas uterusnya di rumah sakit sampai penelitian lebih
lanjut mampu mengevaluasi dan membuktikan keamanan terapi pada pasien. Ujiklinis menunjukkan bahwa
dosis optimal dan pemberian interval dosis 25 mcg intravagina setiap empat sampai enam jam. Dosis yang lebih
tinggi atau interval dosis yang lebih pendek dihubungkan dengan insidensi efek samping yang lebih tinggi,
khususnya sindroma hiperstimulasi, yang didefinisikan sebagai kontraksi yang berakhir lebih dari 90 detik atau
lebih dari lima kontraksi dalam 10 menit selama dua periode .10menit berurutan, dan hipersistole, suatu kontraksi
tunggal selama minimal dua menit.
CARA MEKANIS
1. Melepaskan selaput ketuban (stripping of the membrane). Dengan jari yang dapat masuk
ke dalam kanalis servikalis selaput ketuban yang melekat dilepaskan dari dinding uterus
sekitar ostium uteri internum. Cara ini akan lebih berhasil jika bila servik sudah terbuka
dan kepala sudah turun. Dianggap bahwa dengan bersamaan dengan turunnya kepala dan
lepasnya selaput ketuban maka selaput ini akan lebih menonjol dan karenanya akan
menekan pleksus frankenhauser yang akan merangsang timbulnya his dan terbukanya
serviks.
2. Memecahkan ketuban (amniotomi)
a. Serviks sedah matang atau skor pelvis di atas 5
b. Pembukaan kira-kira 4-5 cm
c. Kepala sudah memasuki panggul
biasanya setelah1-2 jam pemecahan ketuban di harapkan his akan timbul dan menjadi
lebih kuat. Adapun cara amniotomi adalah sebagai berikut: lakukan dulu stripping dari selaput
ketuban, lalu pecahkan ketuban dengan memakai setengah kocher atau alat khusus pemecahan
ketuban. Kepala janin disorong masuk pintu atas panggul.
3. Dilatasi serviks uteri
Dilator Serviks Higroskopis Inisiasi pembukaan serviks dengan dilator serviks osmotic higroskopik telah
lama diterima sebagai metode yang efektif sebelum dilakukan terminasi kehamilan. Pada induksi persalinan
dengan janin hidup, masih sedikit informasi yang ada mengenai dilatorhigroskopik untuk memperbaiki serviks
yang belum matang. Dilator higroskopik secara cepat memperbaiki status serviks. Namun, yang penting adalah
tidak ada efek menguntungkan terhadap angka seksio sesarea atau interval pemberian sampai pelahiran.1
Gambar 1. Dilator Serviks Higroskopis
Dilatasi serviks uteri dapat dikerjakan memakai gagang laminaria, atau dilatator (busi) hegar.
4. Accouchement force
a) Kalau bagian terbawah janin adalah kaki, maka kaki ini di ikat dengan kain kasa steril
yang melalui katrol dan diberi beban seperti pada versi Braxton hicks.
b) Bila bagian terbawah janin adalah kepala, maka kulit kepala di jepit dengan cunam.
Muzeuk yang kemudian di ikat dengan kain kasa melalui katrol diberi beban: seperti pada cara
wilet-gauz.
(Rustam -1998)
5. Insersi Kateter Foley
insersi Foley Chateter intrauterine, yakni dengan memasukan Foley catheter no24 atau no 26 ke dalam
kavum uteri (sebelah bawah) kemudian balon diisi sebanyak 40-50cc lalu dibiarkan selama 12-24 jam. Setelah itu
jika skor Bishop > 5 dapat dilanjutkan dengan drip Oksitosin. Teknik ini banyak digunakan untuk mengakhiri
kehamilan yang mengalami komplikasi seperti preeklamsia berat atau eklams
CARA KOMBINASI KIMIAWI
Adalah pemakaian cara kombinasi antara cara kimiawi diikuti dengan cara mekanis, misalnya
amniotomi dengan pemberian oksitosin drip atau pemecahan ketuban dan pemberian
prostaglandin per oral dan sebagainya.
Pada umumnya cara kombinasi akan lebih berhasil. Kalau induksi partus gagal sedangkan
ketuban sudah pecah sedangkan pembukaan serviks tidak melalui syarat untuk pertolongan
operatif pervaginam, satu-satunya jalan adalah mengakhiri kehamilan dengan seksio sesarea.
(Rustam-1998)
KOMPLIKASI
1. Terhadap ibu
a. Kegagalan induksi
b. Kelelahan ibu dan partus lama
c. Inersia uteri dan partus lama
d. Tetania uteri (tamultous labor) yang dapat menyebabkan solusio placenta ruptura uteri,
dan laserasi jalan lahir lainnya.
e. Infeksi intra uteri
2. Terhadap janin
a. Trauma pada janin oleh tindakan
b. Prolapsus tali pusat
c. Infeksi intrapartal pada janin
(Rustam- 1998)
OKSITOSIN
1. Pengertian
Oksitosin adalah obat yang merangsang kontraksi uterus, banyak obat memperlihatkan efek
Oksitosin, tetapi hanya beberapa saja yang kerjanya cukup selektif dan dapat berguna dalam
praktek kebidanan.
(Sulistia -1995)
Bersama dengan faktor-faktor lainnya, Oksitosin memainkan peranan penting dalam
persalinan dan ejeksi ASI
Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk menyebabkan :
a. Kontraksi uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung pada otot polos
maupun lewat peningkatan produksi prostaglandin
b. Kontraksi pembuluh darah umbilicus
c. Konstriksi sel-sel mioepitel (reflek ejeksi ASI)
Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH) untuk menyebabkan :
a. Peningkatan atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah (khususnya diastolik)
karena terjadinya fasodilatasi
b. Retensi air
c. Persalinan
2. Penggunaan Klinik
Indikasi Oksitosik adalah :
a. Induksi partus aterm
b. Mengontrol perdarahan pasca persalinan
c. Menginduksi abortus terapeutik sesudah trimester 1 kelahiran
d. Uji oksitosin
e. Menghilangkan pembengkakan mamae
(Sulistia - 1995)
3. Efek Samping Oksitosin
Bila Oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan bertambah sehingga dapat
timbul efek samping berbahaya: efek samping tersebut dapat di kelompokkan menjadi :
a. Stimulasi berlebih pada uterus
b. Kotraksi pembuluh darah tali pusat
c. Kerja anti diuretic
d. Kerja pada pembuluh darah (kontraksi dan dilatasi)
e. Mual
f. Reaksi hipersensitivitasi
(Sulistia - 1995)
4. Penggunaan Klinik Pada Induksi Partus Aterm
(Suejordan - 2004)
Dalam hal ini oksitosin merupakan obat terpilih
10 unit oksitosin dilarutkan kedalam 1 liter dekstrosa 5% sehingga diperoleh larutan
dengan kekuatan 10 mili unit/ml. cara pemberiannya adalah secara infuse. Infuse dimulai dengan
lambat yaitu 0,2 ml/menit sampai maksimal 2 ml/menit Jika tidak ada respon selama 15 menit
tetesan dapat ditingkatkan perlahan 0,1-0,2 ml/menit sampai maksimal 2 ml/menit. Posisi total
yang di berikan / diperlukan untuk induksi parts berkisar antara 600-1200 miliunit dengan rata-
rata 4000 miliunit
Selama pemberian berlangsung, keadaan uterus harus diawasi dengan cermat kadang-
kadang dapat terjadi kontraksi yang menetap dan akan mengganggu sirkulasi placenta , untuk
mengatasi kontraksi tetani uterus, infuse oksitosin segera di hentikan dan di berikan obat
anastesi umum.
Apabila partus sudah mulai, infuse di hentikan atau dosis nya di turunkan sesuai dengan
kebutuhan untuk memperhatikan proses persalinan yang adekuat bila digunakan pada kehamilan
aterm. Oksitosin dapat menginduksi partus pada sebagian besar kasus. Jika ketuban di pecahkan,
hasilnya mencapai 80-90 % PEG2 dan PGF2 telah di coba sebagai oksitosik pada kehamilan
aterm, ternyata respon penderita sangat berbeda secara individual dan lag periode sebelum
timbulnya efek lebih lama dari pada oksitosin.. guna mencegah timbulnya efek toksin kumulatif
maka penambahan kecepatan infuse harus dikerjakan dengan sangat hati-hati telah di kemukakan
bahwa fefktifiatas PGE2 dan PGF2 sukar di bedakan dengan efektivitas oksitosin. Kadang-
kadang dengan DGF2 terjdai hipertoniuterus.
Oksitosin tidak boleh digunakan selama stadium I dan II bila persalinan dapat
berlangsung meskipun lambat. Jika oksitosin diberikan kontraksi uterus akan bertambah kuat dan
lama, ini dapat mengganggu keselamatan ibu dan anak. Pada stadium I terjadi pembukaan
serviks, jika diberi oksitosin akan terjadi hal-hal berikut:
1) Bagian tubuh bayi akan terdorong keluar lewat serviks yang belum sempurna membuka,
sehingga timbul timbul bahaya laserasi serviks dengan trauma terhadap bayi
2) Dapat terjadi ruptura uteri
3) Konsistensi tetanik yang terjadi kuat akan menyebabkan asfiksia bayi.
5. Kewaspadaan dan Kontra Indikasi
(Suejordan - 2004)
a. Memberikan oksitosin merupakan kontra indikasi jika uterus sudah berkontraksi dengan
kuat bila terdapat obstruksi mekanisme yang menghalangi kelahiran anak seperti placenta
previa / disproporsi sevalo pelvik jika keadaan serviks masih belum siap, pematang
serviks, harus dilakukan sebelum pemberian oksitosin.
b. Meskipun sudah lazim digunakan di banyak klinik bersalin atau bagian obstetric rumah
sakit, solusio placenta oksitosin dalam mengganggu keseimbangan cairan dan tekanan
darah membuat obat ini tidak tepat untuk digunakan ada ibu hamil dengan
preeklamsia/penyakit kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia diatas 35 tahun.
c. Memberi infus oksitosin merupakan kontra indikasi pada ibu hamil yang menghadapi
resiko karena melahirkan pervaginam, misalnya kasus dengan mal presentasi / solusio
placenta atau dengan resiko ruptur uteri yang tinggi pemberian infus oksitosin yang
terus-menerus pada kasus dengan resistensi dengan inersia uterus merupakan kontra
indikasi.
d. Uterus yang starvasi, kontra indikasi otot uterus merupakan glukosa maupun oksigen jika
pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang berkontraksi tersebut dan keadaan ini
mungkin terjadi karena starvasi/pasokan darah yang tidak memadai maka respon yang
timbul terhadap pemberian oksitosin tidak akan adekuat sehingga pemberian oksitosin
secara sedikit demi sedikit tidak akan efektif, situasi ini lebih cenderung di jumpai pada
persalinan yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
Cuningham,F Gary. Obstetri Williams edisi 21. USA : McGRAW-HILL. 2001
Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan edisi ketiga cetakan ke delapan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka. 2006A
chadiat, Crisdiono. Prosedur Tetap Osbtetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC. 2003
INDUKSI PERSALINAN
Makalah ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti
Kepaniteraan klinik Senior di bagian Obstetri & Ginekologi
RSUD Dr. RM. Djoelham Binjai
Disusun oleh :
ADE NUR AWAR (03310004)
Pembimbing :
dr. Anwar Affandi Hrp, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR OBSTETRI & GINEKOLOGI
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
RSUD. DR. RM. DJOELHAM BINJAI