Upload
phungkhanh
View
225
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
INDUSTRI KERAJINAN KERAMIK ELVIE DI DUKUH
SAYANGAN DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI
KABUPATEN KLATEN
SKRIPSI
Oleh:
DESE PURNAMASARI
K3208028
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Dese Purnamasari
NIM : K3208028
Jurusan/ Program Studi : PBS/ Pendidikan Seni Rupa
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ INDUSTRI KERAJINAN
KERAMIK ELVIE DI DUKUH SAYANGAN DESA MELIKAN
KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN” ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Januari 2013
Yang membuat pernyataan
Dese Purnamasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
INDUSTRI KERAJINAN KERAMIK ELVIE DI DUKUH
SAYANGAN DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI
KABUPATEN KLATEN
Oleh
DESE PURNAMASARI
NIM. K3208028
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Januari 2013
Pembimbing I
Dra. M.Y. Ning Yuliastuti, M. Pd
NIP: 19580705 198702 2 001
Pembimbing II
Drs. Margana, M. Sn
NIP: 19600612 199103 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 21 Januari 2013
Tim Penguji Skripsi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Rencanakanlah yang anda akan lakukan, dan lakukanlah yang telah anda
rencanakan” (Mario Teguh)
“Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis” (Aristoteles)
“Sebelum menolong orang lain, saya harus dapat menolong diri sendiri. Sebelum
menguatkan orang lain, saya harus bisa menguatkan diri sendiri dahulu” (Petrus
Claver)
“Sebelum menulis, belajarlah berpikir dulu” (Boileau)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini kepada:
“Ibunda dan Ayahanda Tercinta”
Terimakasih atas doa yang tiada terputus, kerja keras yang tiada henti,
pengorbanan dan kasih sayang yang tak terbatas. Tiada kasih sayang yang
seindah dan seabadi kasih sayangmu.
“Kakak-kakakku, Adikku serta Keponakanku Tersayang”
Terimakasih karena senantiasa disampingku, mendorong langkahku dengan
perhatian dan semangat disaat ku tegar berdiri maupun saat ku jatuh dan terluka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Dese Purnamasari. INDUSTRI KERAJINAN KERAMIK ELVIE DI
DUKUH SAYANGAN DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI
KABUPATEN KLATEN. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Latar belakang
berdirinya industri kerajinan keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan
Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. (2) Proses produksi kerajinan keramik Elvie
di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. (3) Jenis-
jenis produk yang dihasilkan Elvie Keramik di Dukuh Sayangan Desa Melikan
Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten.
Penelitian ini dilaksanakan di Elvie Keramik yang terletak di Dukuh
Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten mulai bulan Agustus
sampai dengan bulan November 2012. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus tunggal terpancang.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dengan sumber
data berupa informan, dokumen, dan kepustakaan. Teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan
triangulasi data dan review informan. Teknik analisis data menggunakan analisis
model mengalir.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Latar belakang
berdirinya Elvie Keramik adalah karena industri ini merupakan warisan turun-
temurun dan keterbatasan modal yang dimiliki sedangkan sumber daya manusia
yang memadai. (2) Proses produksi kerajinan keramik Elvie dilaksanakan melalui
tahap persiapan (desain, alat, bahan, teknik), tahap proses (proses pembentukan,
pengeringan, dan proses pembakaran), dan tahap finishing (cat dan kelambu). (3)
Jenis produk yang dihasilkan berupa alat rumah tangga (Gentho, Wajan, Piring,
Layah, Empluk, Mangkok dan Lepek, Mangkok Ronde), benda-benda hias (vas
bunga), dan benda-benda praktek anak sekolah
Kata kunci: Industri, Kerajinan, Keramik, Elvie
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Dese Purnamasari. ELVIE CERAMIC INDUSTRIAL CRAFT IN
SAYANGAN HAMLET MELIKAN VILLAGE WEDI SUBDISTRICT
KLATEN REGENCY. Thesis, Surakarta: Theacher Training and Education
Faculty. Sebelas March University Surakarta, January 2013.
The aim of this research is to know: (1) Historycal of Elvie Ceramic
Industrial Craft at Sayangan Hamlet Melikan Village Wedi Subdistrict Klaten
Regency. (2) Elvie Ceramic production process at Sayangan Hamlet Melikan
Village Wedi Subdistrict Klaten Regency. (3) Kinds of Elvie Ceramic Production
at Sayangan Hamlet Melikan Village Wedi Subdistrict Klaten Regency.
This research was done at Elvie Ceramics that is located at Sayangan
Hamlet Melikan Village Wedi Subdistrict Klaten Regency began August until
November 2012. This research used qualitative descriptive method with embedded
research strategy. The data of this research was used qualitative data with
informant, document, and literature as a data source. The sample is gained by
using purposive sampling technique. To collect data was used observation,
interview, and documentation with data triangulation and informant review as a
data validity and data analysis technique was used flow model of analysis.
Based on the result of research, it can concluded that: (1) Elvie Ceramics
history is the industry are passed on from their parents and financial limidness
while sufficient anough of human ruce source. (2) production process of Elvie
Ceramics was done by pass through preparation stage (design, tool, material,
technique), process (making process, drying, and burning process), and finishing
stage (acrylic paint and kelambu). (3) The kinds of commodity result is household
tool (Gentho, Wok, Plate, Mortar, Empluk, bowl and dranched, Ronde bowl),
decorate things (flower vase), and student practice things.
Key word: Industry, Craft, Ceramic, Elvie
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………..……………………………… i
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………….. ii
HALAMAN PENGAJUAN ……………...…………………………………… iii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………... iv
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… v
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………… vi
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….... vii
HALAMAN ABSTRAK …………………………………………………....... viii
DAFTAR ISI …………………………..……………………………………… ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….. xiii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. xiv
DAFTAR BAGAN …………………………………………………………… xx
DAFTAR LAMPIRAN .……………………………………………………… xxi
KATA PENGANTAR ...……………………………………………………... xxii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...…………………………………….. 1
B. Perumusan Masalah ...………………………………………... 2
C. Tujuan Penelitian ...………………………………………........ 3
D. Manfaat Penelitian ...………………………………………….. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Industri .....………………...…………….………..…. 4
1. Pengertian Industri ………………………………………... 4
2. Klasifikasi Industri …….……………….….…. .…………. 5
B. Tinjauan Kerajinan ……………………………………………. 7
C. Tinjauan Keramik ...………..…………………………….……. 8
1. Pengertian Keramik ...…………….…………….…………. 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Jenis Keramik ...…………………………………………… 9
3. Alat dan Bahan ...………….………………….…………… 11
4. Teknik Pembuatan Keramik …………………………..…... 14
D. Kerangka Pemikiran …………….…….……………………..... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian …….……………..……………. 23
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian …………….…………..…….. 23
C. Data dan Sumber Data ………………………………………... 25
D. Teknik Pengambilan Sampel ………………………………….. 26
E. Pengumpulan Data …..………………………………………... 27
F. Uji Validitas Data ……………………………………………... 29
G. Analisis Data ………………………………………………….. 30
H. Prosedur Penelitian ………………………………………….... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Desa Melikan ………………………………. 34
B. Latar Belakang Berdirinya Industri Kerajinan Keramik
Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan
Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten ………………………….. 37
C. Proses Produksi Kerajinan Keramik Elvie di Dukuh Sayangan
Desa Melikan Kecamatan Wedi
Kabupaten Klaten ………………………..……………………. 42
1. Persiapan ………………………………………………….. 42
a. Desain …………………………………………………. 42
b. Alat ……………………………………………………. 46
c. Bahan ………………………………………………..... 52
d. Teknik ……………………………………………….... 56
2. Proses ……………………………………………………... 57
a. Mbodi …………………………………………………. 58
b. Mbubut ………………………………………………... 76
c. Mblabur ……………………………………………….. 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
d. Ngelus ………………………………………………… 82
e. Nglambu ………………………………………………. 86
3. Finishing…………………………………………………… 90
a. Motif Tembaga ………………………………………... 90
b. Motif Batu …………………………………………….. 92
c. Motif Marmer …………………………………………. 93
d. Motif Lurik ……………………………………………. 93
e. Motif Bunga (Lukis) ………………………………….. 94
D. Jenis Produk Yang Dihasilkan Elvie Keramik di Dukuh
Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi
Kabupaten Klaten …………………………….……………….. 95
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Simpulan ……………………………………………………… 105
B. Implikasi ………………………………………………………. 107
C. Saran …………………………………………………………... 107
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….... 109
LAMPIRAN …………………………………………………………………... 111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan benda keramik ……… 11
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Melikan berdasarkan Kelompok
Usia Tenaga Kerja ………………………………………………….. 35
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa melikan Menurut Jenis Mata Pencaharian ... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Pilin …………….. 14
Gambar 2.2 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Pijit Jari …………. 15
Gambar 2.3 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Slab ……………... 16
Gambar 2.4 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Putar …………….. 17
Gambar 2.5 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Cetak Tekan …….. 18
Gambar 2.6 Pembentukan Benda Keramik dengan Teknik Cetak Tuang ……. 19
Gambar 4.1 Peta Desa Melikan …..………………………………………….... 34
Gambar 4.2 Desain Air Mancur ………………………………………………. 43
Gambar 4.3 Desain Guci ……………………………………………………… 44
Gambar 4.5 Desain Guci ……………………………………………………… 44
Gambar 4.6 Skrap ……………………………………………………………... 46
Gambar 4.7 Besi Janur ..………………………………………………………. 47
Gambar 4.8 Botol Bekas Handbody ..…………………………………………. 48
Gambar 4.9 Botol Bekas Infus …..……………………………………………. 48
Gambar 4.10 Kain Kelambu ………………………………………………….. 49
Gambar 4.11 Meja Putar Tegak/Datar ………………………………………... 49
Gambar 4.12 Meja Putar Miring …………………………………………….... 50
Gambar 4.13 Contoh Cetakan dari Gips …………………………………........ 50
Gambar 4.14 Tungku Pembakaran Keramik ………………………………….. 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Gambar 4.15 Tungku Pembakaran Keramik ………………………………….. 51
Gambar 4.16 Tanah Liat Hitam ………………………………………………. 52
Gambar 4.17 Tanah Liat Merah ………………………………………………. 53
Gambar 4.18 Pasir …………………………………………………………….. 53
Gambar 4.19 Mesin Penggiling ………………………………………………. 55
Gambar 4.20 Penyimpanan Tanah Liat ……………………………………….. 55
Gambar 4.21 Kayu Bakar ……………………………………………………... 56
Gambar 4.22 Ngeplok ……………………………………………………........ 58
Gambar 4.23 Proses Center …………………………………………………… 59
Gambar 4.24 Plotot …………………………………………………………… 59
Gambar 4.25 Membentuk Tanah Liat menjadi bulat memanjang
(foto kiri) ……………………………………….……………... 60
Penambahan Tanah Liat (foto kanan) ………………………… 60
Gambar 4.26 Hasil Penambahan Tanah Liat ………………………………….. 60
Gambar 4.27 Proses Ngurat …………………………………………………... 61
Gambar 4.28 Pengukuran ……………………………………………………... 62
Gambar 4.29 Proses Pembasahan …………………………………………….. 63
Gambar 4.30 Proses natap bagian atas (foto kiri) …………………………….. 63
Proses natap bagian bawah (foto kanan) ……………………… 63
Gambar 4.31 Hasil Akhir Proses Natap Putaran Datar ……………………….. 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Gambar 4.32 Plotot …………………………………………………………… 65
Gambar 4.33 Ngurat …………………………………………………………... 66
Gambar 4.34 Proses Awal Natap ……………………………………………... 66
Gambar 4.35 Proses Mengurangi Ukuran …………………………………….. 67
Gambar 4.36 Meratakan Badan Keramik ……………………………………... 67
Gambar 4.37 Hasil Akhir Proses Natap Putaran Miring ……………………… 68
Gambar 4.38 Tanah Liat hasil proses Ngeplok ……………………………….. 69
Gambar 4.39 Proses mengurangi tanah liat (foto kiri) ………………………... 69
Tanah liat sesuai ukuran (foto kanan) ……………………….... 69
Gambar 4.40 Proses pemotongan tanah liat (foto kiri) ……………………….. 70
Pengambilan tanah liat hasil pemotongan (foto kanan) ………. 70
Gambar 4.41 Abu Gosok …………………………………………………….. 71
Gambar 4.42 Proses pemberian abu gosok ………………………………........ 71
Gambar 4.43 Proses menutup pori-pori tanah ………………………………… 72
Gambar 4.44 Meletakkan tanah liat diatas cetakan ………………………........ 72
Gambar 4.45 Membentuk kaki benda keramik dengan cara menekan
permukaan atas ………………………………………………... 73
Gambar 4.46 Proses pemotongan ……………………………………………... 73
Gambar 4.47 Menutup permukaan tanah liat yang sebelumnya di tekan …….. 74
Gambar 4.48 Menghaluskan permukaan tanah liat dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
tangan (foto kiri) ……………………………………………… 74
Menghaluskan permukaan tanah liat dengan menggunakan
plastik (foto kanan) …………………………………………… 74
Gambar 4.49 Pemberian penopang dari tanah liat (foto kiri) …………………. 75
Penutupan dengan papan kayu (foto kanan) ………………….. 75
Gambar 4.50 Proses pengambilan cetakan ……………………………………. 75
Gambar 4.51 Hasil setelah cetakan gips diangkat …………………………….. 76
Gambar 4.52 Pemberian tanah liat pada meja putar sebagai alas
dalam proses mbubut (foto kiri) ………………………………. 76
Penutupan tanah liat dengan menggunakan kain (foto kanan) ... 76
Gambar 4.53 Proses mbubut benda keramik tanpa tangkai ………………….. 77
Gambar 4.54 Alas proses mbubut benda tangkai ……………………………... 77
Gambar 4.55 Meletakkan benda keramik …………………………………….. 78
Gambar 4.56 Prose ngerok ……………………………………………………. 79
Gambar 4.57 Hasil ngerok ……………………………………………………. 79
Gambar 4.58 Menghaluskan ………………………………………………….. 80
Gambar 4.59 Saringan ………………………………………………………… 81
Gambar 4.60 Tanah liat merah ………………………………………………... 81
Gambar 4.61 Benda keramik sebelum di blabur (foto kiri) …………………... 82
Benda keramik setelah di blabur (foto kanan) ………………... 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Gambar 4.62 Benda keramik ………………………………………………….. 82
Gambar 4.63 Ngelus permukaan bagian dalam ……………………………….. 83
Gambar 4.64 Ngelus permukaan benda keramik bagian luar ……………….... 84
Gambar 4.65 Ngelus permukaan bawah ………………………………………. 85
Gambar 4.66 Hasil setelah di lus …………………………………………….... 85
Gambar 4.67 Proses nglambu ……………………………………………….... 86
Gambar 4.68 Hasil proses nglambu ………………………………………....... 87
Gambar 4.69 Proses pengeringan benda keramik …………………………….. 88
Gambar 4.70 Daun Munggur …………………………………………………. 89
Gambar 4.71 Motif Tembaga …………………………………………………. 91
Gambar 4.72 Motif Batu ……………………………………………………… 92
Gambar 4.73 Motif Marmer …………………………………………………... 93
Gambar 4.74 Motif Lurik …………………………………………………….. 94
Gambar 4.75 Motif Bunga (Lukis) ..………………………………………….. 95
Gambar 4.76 Wajan dengan tangkai ………………………………………….. 96
Gambar 4.77 Wajan Serabi atau Baskom …………………………………….. 97
Gambar 4.78 Piring Makan ………………………………………………….... 98
Gambar 4.79 Piring Daun Pisang ……………………………………………... 98
Gambar 4.80 Piring Talas …………………………………………………….. 99
Gambar 4.81 Piring Pincuk ………………………………………………….... 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Gambar 4.82 Piring Pare ……………………………………………………… 100
Gambar 4.83 Layah …………………………………………………………… 101
Gambar 4.84 Empluk ………………………………………………………….. 102
Gambar 4.85 Mangkuk Sup dan Lepek ….……………………………………. 102
Gambar 4.86 Mangkuk Ronde ………………………………………………... 103
Gambar 4.87 Benda Hias ……………………………………………………... 104
Gambar 4.88 Benda Praktek anak sekolah ……………………………………. 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Skema Kerangka Berpikir ………………………………………….. 22
Bagan 3.1 Analisis Data Model Mengalir …………………………………...... 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Ijin Research/ Try Out ...…………………………… 112
Lampiran 2 Surat Izin Menyusun Skripsi …………………………………….. 113
Lampiran 3 Surat Keputusan Dekan FKIP.……………………………………. 114
Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian ……………………………….. 115
Lampiran 5 Surat Keterangan dari Desa Melikan …………………………….. 117
Lampiran 6 Surat Keterangan dari Elvie Keramik ……………………………. 118
Lampiran 7 Data Monografi Desa Melikan …………………………………... 119
Lampiran 8 Daftar Pertanyaan dengan Bapak Triyono ……………………….. 123
Lampiran 9 Daftar Pertanyaan dengan Ibu Suparni ………………………….. 125
Lampiran 10 Daftar Pertanyaan dengan Mas Erwin ………………………….. 126
Lampiran 11 Daftar Pertanyaan dengan Mbak Mujiati ……………………...... 127
Lampiran 12 Daftar Pertanyaan dengan Mbak Endang ……...……………….. 128
Lampiran 13 Daftar Pertanyaan dengan Mbak Danik ………………………… 129
Lampiran 14 Daftar Pertanyaan dengan Mas Suharno ……………………….. 130
Lampiran 15 Wawancara dengan Bapak Triyono …………………………….. 131
Lampiran 16 Wawancara dengan Ibu Suparni ………………………………... 131
Lampiran 17 Wawancara dengan Mas Erwin ………………………………… 132
Lampiran 18 Wawancara dengan Mbak Mujiati ……………………………… 132
Lampiran 19 Wawancara dengan Mbak Endang ……...……………………… 133
Lampiran 20 Wawancara dengan Mbak Danik ……………………………….. 133
Lampiran 21 Wawancara dengan Mas Suharno ……………………………..... 134
Lampiran 22 Elvie Keramik ……………………..…………………………..... 134
Lampiran 23 Suasana Bengkel Kerja Elvie Keramik ...........………………..... 135
Lampiran 24 Kayu untuk meletakkan keramik sebelum dibakar ..…………..... 136
Lampiran 25 Benda-benda Produksi Elvie Keramik ………………………..... 136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberikan ilmu, inspirasi dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “ INDUSTRI KERAJINAN KERAMIK
ELVIE DI DUKUH SAYANGAN DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI
KABUPATEN KLATEN”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni Rupa, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta
3. Ketua Pogram Pendidikan Seni Rupa Jurusan pendidikan Bahasa dan Seni
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Dra. M.Y.Ning Yuliastuti, M. Pd selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan
5. Drs. Margana, M.Sn, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
6. Drs. Sudarsoso, M. Hum (Alm) yang telah memberikan banyak masukan
dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
7. Pemilik Elvie Keramik, yang telah memberikan kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian
8. Bapak Triyono, Ibu Suparni, Mas Erwin, Mbak Endang, Mbak Danik,
Mbak Mujiati, dan Mas Suharso atas kerjasamanya dalam pengumpulan
data observasi maupun wawancara.
9. Intan, Mbak Tia, Tiara, Nureka, Naning, Wien, Yeni, dan teman-teman
Pendidikan Seni Rupa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
semangat, perjuangan dan kerjasamanya
10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara agraris. Namun, tanah yang merupakan
sumber utama masyarakat semakin menyempit. Luas tanah yang semakin
berkurang membuat petani berpikir untuk bekerja di bidang lain. Salah satu
pilihan yang tepat bagi masyarakat ialah dengan bekerja di bidang industri kecil
dan kerajinan rakyat.
Industri kecil dan kerajinan rumah tangga menjadi bagian yang sangat
penting bagi masyarakat sebagai mata pencaharian hidup untuk mencukupi
kekurangan pendapatan keluarga. Berdirinya industri kecil mendorong terjadinya
pola kehidupan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya, sehingga muncul
ide-ide pembaharuan dan modernisasi.
Di Indonesia industri kecil dan kerajinan rumah tangga jumlahnya sangat
banyak dan menjadi sektor penempung tenaga kerja paling banyak, salah satunya
ialah industri kerajinan keramik. Keramik merupakan salah satu dari karya seni
yang memiliki nilai estetika, yang sudah dikenal dari jaman prasejarah, dan
sampai masa kini manusia tidak dapat dipisahkan dengan produk keramik. Semula
keramik hanya digunakan untuk kepentingan upacara adat atau religius, akan
tetapi saat ini berkembang untuk benda-benda guna seperti peralatan rumah
tangga sampai benda-benda hias atau seni (Ponimin, 2011:1).
Demikian pula yang terjadi di Desa Melikan, Kecamatan Wedi,
Kabupaten Klaten, kerajinan keramik ini sudah ada sejak dari jaman nenek
moyang, yang kepandaiannya didapatkan masyarakat secara turun-temurun.
Semula kerajinan keramik di Desa Melikan hanya dikerjakan oleh para wanita
saja, sedangkan bahan (tanah liatnya) diambil dari desa tersebut juga yang
pengambilannya dilakukan oleh para pria. Namun sekarang baik pria maupun
wanita keduanya mengerjakan kegiatan membuat kerajinan keramik, dan Desa
Melikan terkenal sebagia salah satu desa wisata kerajinan keramik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Keramik Desa Melikan mengalami perkembangan dari waktu kewaktu
mulai dari desain yang bervariasai dan unik, teknik pembuatan, teknik
pembakaran yang disertai pengasapan, sampai pada pemasaran yang tidak lagi
hanya menjangkau kota-kota besar disekitar klaten saja melainkan sudah
menjangkau mancanegara.
Dukuh Sayangan merupakan salah satu sentra kerajinan keramik yang
terletak di Desa Melikan, yang sebagian besar warganya terjun ke dalam industri
kerajinan keramik, baik itu sebagai pengusaha maupun buruh. Akan tetapi tidak
banyak dari para pengrajin yang telah memiliki nama usaha sendiri. Salah satu
yang telah memiliki nama usaha ialah Elvie Keramik.
Elvie Keramik, walaupun letaknya tidak berada dipinggir jalan dan tidak
mempunyai show-room untuk memajang hasil produksinya, namun ternyata
banyak yang telah mengenalnya, mulai dari konsumen keramik kelompok lain
sampai tamu dari kelurahan yang sebagian besar merupakan kunjungan kerja dari
instansi pendidikan yang ingin belajar secara langsung pembuatan keramik dari
pengrajin. Elvie Keramik juga telah berhasil memasarkan hasil produksinya
keluar negeri seperti Australia.
Dengan melihat latar belakang tersebut diatas, penulisan ilmiah ini ingin
mengungkapkan tentang “Industri Kerajinan Keramik Elvie di Dukuh Sayangan,
Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian seperti pada latar belakang masalah diatas, dapat
dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah latar belakang berdirinya industri kerajinan keramik Elvie
di Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten?
2. Bagaimanakah proses produksi kerajinan keramik Elvie di Dukuh
Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten?
3. Jenis-jenis produk keramik apa saja yang dihasilkan Elvie Keramik di
Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan kemuingkinan–
kemungkinan yang dapat dicapai dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya industri kerajinan keramik
Elvie di Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten
Klaten.
2. Untuk mengetahui proses produksi kerajinan keramik Elvie di Dukuh
Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis produk keramik yang dihasilkan Elvie
Keramik di Dukuh Sayangan, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten
Klaten.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pertimbangan dan permasalahan diatas, diharapkan dapat
memberikan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan sebagai masukan dalam bidang kesenirupaan.
2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
pengetahuan bagi masyarakat umum serta mengembangkan dan
melestarikan seni kerajinan keramik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap
pengetahuan ilmiah yang ada. Sedangkan yang dikaji berupa teori-teori yang ada
hubungannya dengan fenomena-fenomena yang akan diteliti. Masalah-masalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain: (1) Tinjauan tentang industri (2)
Tinjauan tentang kerajinan (3) Tinjauan tentang keramik.
A. Tinjauan Industri
1. Pengertian Industri
Industri identik dengan semua kegiatan mengolah barang mentah atau
bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sehingga bernilai lebih
dengan maksud untuk dijual. Kristanto (2002: 166) berpendapat bahwa “Industri
merupakan suatu kegiatan mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output)”.
Dalam kegiatan memproses atau mengolah barang tersebut dengan menggunakan
sarana dan peralatan.
Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu “industria” yang artinya
buruh atau tenaga kerja, sedangkan dalam bahasa inggris “industrious” ialah
bidang mata pencaharian yang menggunakan keterampilan dan ketekunan kerja.
Industri menurut Oxlay (2011) adalah “Semua kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup”.
Kegiatan industri yang telah ada sejak lama dalam tingkat yang sangat
sederhana, seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dimiliki manusia, kemudian tumbuh dan berkembang semakin
kompleks. Jumlah dan macam industri berbeda-beda pada tiap daerah tergantung
pada tingkat perkembangan perindustrian di daerah tersebut, makin banyak
jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Walaupun industri kecil dan kerajinan rakyat sifatnya hanya merupakan
pekerjaan sambilan, tetapi keberadaannya dapat dipakai sebagai salah satu
pemecehan masalah lapangan pekerjaan, dimana terjadi persaingan dan tantangan
bagi para tenaga kerja yang mengharuskan adanya peningkatan mutu produk dan
kualitas pekerjaan tenaga kerja.
2. Klasifikasi Industri
Pengelompokan industri secara sederhana dapat dibagi kedalam 3
kelompok (Kristanto, 2002: 157), yaitu:
a. Industri primer
Industri primer merupakan industri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan setengah jadi, yang biasanya akan digunakan untuk
industri yang lain.
b. Industri sekunder
Industri sekunder merupakan industri yang mengolah bahan
setengah jadi menjadi barang jadi, sehingga barang yang dihasilkan
dapat langsung digunakan oleh konsumen.
c. Industri tersier
Industri tersier merupakan industri yang mengolah bahan industri
sekunder yang sebagian besar merupakan industri jasa dan industri
perdagangan.
Masih menurut Kristanto yang menyebutkan bahwa salah satu klasifikasi
dalam konsep industri adalah industri kecil, dimana dalam penggunaan maupun
proses produksinya masih sederhana dan bersifat padat karya. Sedangkan menurut
Saleh (1986: 4) industri kecil didefinisikan sebagai unit usaha industri yang
mepekerjakan antara 5 sampai 19 orang tenaga kerja. Tenaga kerja biasanya
berasal dari lingkungan sekitar, baik dari anggota keluarga maupun tetangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Terkait dengan industri kecil ini terdapat pengklasifikasian kembali,
menurut Saleh (1986: 50-51) berdasarkan eksistensi dinamikanya industri kecil di
Indonesia dibagi kedalam 3 kelompok yaitu:
1) Industri lokal
Indusri lokal merupakan kelompok jenis industri yang
menggantungkan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas serta
lokasinya tersebar. Industri berskala sangat kecil ini memiliki target
pemasaran yang sangat terbatas dan dalam pemasaran hasil
produksinya ditangani sendiri, sehingga tidak memerlukan jasa
perantara.
2) Industri sentra
Industri sentra merupakan satuan usaha berskala kecil yang
membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri
dari unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Dalam proses
pemasaran industri sentra membutuhkan peranan dari pedagang
perantara, karena jangkauan pasar yang lebih luas dibandingkan
industri lokal.
3) Industri mandiri
Industri mandiri pada dasarnya merupakan kelompok jenis industri
yang mempunyai sifat industri kecil, namun industri mandiri telah
mampu untuk mengadaptasi teknologi produksi yang canggih dan
dalam pemasaran pun tidak bergantung pada peran pedagang
perantara.
Dari beberapa teori diatas, industri kerajinan keramik termasuk kedalam
industri berskala kecil dengan modal yang relatif kecil pula dimana tenaga
kerjanya rata-rata berjumlah dibawah 20 orang. Dilihat dari modal yang terbatas
menyebabkan terhambatnya perkembangan industri krajinan keramik. Industri
kerajinan keramik di desa Melikan merupakan tumpuan hidup masyarakat yang
tidak hanya mampu menyerap banyak tenaga kerja, namun juga turut
berkontribusi dalam proses pembangunan pedesaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Tinjauan Kerajinan
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki beraneka ragam
kesenian daerah. Tiap daerah memperlihatkan corak dan jenis seni yang berbeda
dengan daerah lain. Kekayaan seni kerajinan Indonesia mencerminkan bermacam-
macam kebudayaan etnik yang tersebar di kepulauan Nusantara. Tiap daerah di
setiap jaman menghasilkan karya seni kerajinan dengan watak tertentu karena
pengaruh kebudayaan yang selalu berkembang.
Kerajinan berasal dari suku kata “rajin” yang berarti suka bekerja, dan
“kerajinan” itu sendiri merupakan barang yang dihasilkan melalui keterampilan
tangan. Sedangkan dalam bahasa Inggris “craft” mempunyai arti energi atau
kekuatan. Menurut Soegeng Toekio M (2004: 7) “kerajinan dapat diartikan
sabagai suatu tindakan yang hanya memerlukan rutinitas atau hanya sekedar kerja
tangan atau motorik”. Meskipun demikian, kerajian merupakan karya seni karena
didalamnya telah tercurah ide, pikiran, dan juga gagasan dari para pengrajin.
Kerajinan merupakan bagian dari seni kriya. Seni kriya adalah seni tinggi
yang bisa menghasilkan karya yang mempunyai nilai estetika dan filosofi tinggi.
Kriya berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya perbuatan atau pekerjaan atau
membuat. Walaupun demikian, antara kriya dan kerajinan mempunyai beberapa
perbedaan. Kriya dijalani oleh seseorang yang disebut empu. Empu menghasilkan
senjata, perhiasan, dan pernak-pernik bagi semua kalangan istana dengan bertapa
serta mensucikan diri terlebih dahulu. Sedangkan kerajinan dilakukan oleh pandhe
yang menghasilkan sabit, cangkul, pikulan, gerobak, gerabah, dan perlengkapan
rakyat lainnya dengan besimbah peluh sepanjang hari. Seperti diungkapkan SP
Gustami bahwa kriya berbasis budaya keraton yang halus, ngremit, mengandung
makna filosofis dan mempunyai mitos-mitos tertentu, sedangkan kerajinan
berbasis budaya pedesaan yang kasar dan vulgar (2007: 146).
Akan tetapi dalam masa sekarang kerajinan sangat berperan penting erat
kaitannya dengan komoditi perdagangan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Kerajinan sekarang tidak lagi merupakan benda utama untuk bekerja namun sudah
menjadi benda pelengkap dalam kehidupan yang modern. Kerajinan sebagai
hiasan dan barang pajangan, seperti cangkul atau sabit yang dulu dipakai bertani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
sekarang sudah digantikan dengan alat modern sehingga cangkul dan sabit
menjadi barang antik yang bagus jika digantung di dinding rumah. Sehingga
kerajinan mendapatkan tempat sebagai penghasil devisa negara.
C. Tinjauan Keramik
1. Pengertian Keramik
Jika kita berbicara mengenai keramik maka yang terbayang adalah alat-
alat rumah tangga, bahan bangunan atau guci keramik. Keramik sebenarnya
merupakan bentuk aktivitas dan sekaligus produk kebudayaan yang paling tua
yang teknologi pembuatannya dibawa oleh nenek moyang bangsa Austronesia dan
China Selatan pada saat zaman Neolitikum (Guntur, 2005: 102).
Pada zaman Neolitikum pula, di Indonesia ditemukan pecahan-pecahan
kecil tembikar di bukit kulit kerang di Sumatera, meskipun pecahan tersebut kecil
dan berkeping-keping namun sudah terlihat adanya usaha untuk membuat suatu
wadah dengan cara menekan keras pada saat tembikar atau keramik masih dalam
keadaan basah (Suwardono, 2002: 12).
Dapat disimpulkan bahwa keramik merupakan kerajinan tangan yang
dibantu dengan peralatan yang masih sederhana dan menjadi salah satu sarana dan
produk budaya yang memiliki peranan penting dalam hubungan manusia dengan
masa lalu. Keramik yang dulunya dibuat untuk memenuhi kebutuhan religius
seperti tempat penguburan, bekal kubur, dan alat upacara adat, kini seiring
perkembangan jaman mulai berkembang sebagai benda hias atau seni dan ekspresi
yang memprioritaskan nilai-nilai estetika dan artistik.
Kata keramik sendiri berasal dari bahasa Yunani “keramos” yang berarti
periuk atau belanga yang terbuat dari tanah liat. Secara sederhana keramik adalah
suatu benda atau barang yang terbuat dari tanah liat atau lempung yang
mengalami proses pengerasan dengan pembakaran suhu tinggi.
Secara sederhana keramik adalah suatu benda atau barang yang terbuat
dari tanah liat atau lempung yang diproses sedemikian rupa dan kemudian
dibakar, sesuai dengan pendapat Agus Mulyadi Utomo (2012) yang
mengungkapkan bahwa keramik merupakan tanah liat yang mengalami proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
panas (pembakaran) sehingga mengeras. Hal ini menunjukkan bahwa keramik itu
hanya dapat dibuat dari tanah liat atau lempung, padahal saat ini tidak semua
keramik berasal dari tanah liat, melainkan mencakup semua bahan bukan logam
dan anorganik yang berbentuk padat yang bersifat tradisional sampai modern atau
canggih sesuai dengan perkembangan teknologi.
Hartomo A.J menyatakan bahwa:
Pembuatan antara gerabah-keramik tradisional dengan keramik modern
atau canggih tidak terlalu berbeda, karena keramik canggih juga dibuat
dengan proses kalsinasi pada suhu tinggi, yang melibatkan tahap sintering
yaitu suatu cara memadatkan-kompakkan bubuk oksida, karbida atau
nitrida halus dengan sintesis berbahan baku lempung kuarsa, kaolin, dan
feldspar selaku basisnya (1992: 1).
Secara keseluruhan, keramik merupakan seni industri atau kelompok seni
yang menghasilkan objek yang benar-benar bermanfaat dan dekoratif. Pada
umumnya keramik banyak digunakan sebagai perabot rumah tangga. Selain itu
banyak pula yang menggunakan keramik sebagai barang seni hias dan dekorasi
serta untuk bahan-bahan bangunan.
2. Jenis Keramik
Sampai saat ini, telah bermacam-macam keramik yang dihasilkan sesuai
dengan perkembangan teknologi yang ada. Berdasarkan teknik pembuatannya
(2010), keramik dibedakan atas dua jenis, yaitu :
a. Keramik kuno
Keramik jenis ini biasanya berupa peralatan rumah tangga yang
dibuat dengan teknik yang sederhana dan tradisional dengan bahan
baku tanah liat.
b. Keramik Modern atau canggih (Fine Ceramics)
Keramik modern secara teknis diproses untuk keperluan teknologi
tinggi seperti konstruksi dan elektronika dengan bahan tertentu selain
tanah liat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Berdasarkan suhu bakarnya (Fahbasna,2011), keramik dapat digolongkan
menjadi 3 macam, yaitu :
1. Gerabah (Earthenwar)
Earthenware merupakan jenis keramik yang memiliki suhu matang
antara 900–1100 °C. Keramik jenis ini bersifat rapuh, kasar dan
berpori.
2. Keramik Batu (Stoneware)
Stoneware memiliki sifat halus dan kokoh seperti batu, dengan
suhu matang sekitar 1200 °C.
3. Porselen (porcelain)
Keramik jenis porselen memiliki suhu matang yang tinggi yaitu
sekitar 1260 °C. Bahan ini banyak digunakan untuk bahan industry
bangunan karena kekerasan dan kestabilannya. Walaupun tampak
begitu rapuh, porselen memiliki struktur dan tekstur yang rapat dank
keras.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3. Alat dan Bahan
a. Alat Pembentuk Keramik
Dalam proses pembuatan bahan keramik, dibutuhkan beberapa peralatan
yang bisa mempermudah pengerjaannya. Alat-alat tersebut digunakan baik
dalam pembentukan maupun dekorasi benda keramik, seperti ditunjukkan
pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan benda keramik
No Nama Bahan Fungsi Gambar
1 Butsir Kawat Kawat stainless steel merapikan, menghaluskan
(Wire modelling Tangkai kayu sawo mengerok, membentuk
Tools) detail, dan membuat
tekstur benda keramik
2 Butsir Kayu Kayu sawo menghaluskan, membentuk
(Wood modeling detail, merapikan, membuat
Tools) dekorasi, dan menghaluskan
benda keramik
3 Ribbon Tolls Stainless steel mengerok, menghaluskan,
Tangkai kayu dan merapikan benda
keramik
4 Kawat Kawat stainless steel memotong ujung bibir,
Pemotong dasar benda keramik, dan
(wire cutter) memotong tanah liat
Plastis
5 Pisau memotong, mengiris
Pemotong lempengan tanah liat
6 Potter Rib kayu, plat stailess, menghaluskan dan
Karet membentuk permukaan
luar benda kerja
7 Spon busa menyerap kandungan air,
menghaluskan benda kerja,
dan membersihkan handtool
serta cetakan gips
8 Sponge Stick Sponge stick menghaluskan bagian dalam
benda kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
No Nama Bahan Fungsi Gambar
9 Jarum Jarum memotong bibir, menusuk
Gelembung udara, dan
Menggores benda kerja
10 Throwing Stick kayu membentuk, menghaluskan,
Merapikan bagian dalam
Benda keramik
11 Kaliper alumunium, mengukur diameter benda
plastik, keramik
12 Rol Kayu kayu membuat lempengan
tanah
13 Putar Tangan besi, alumuniun membentuk benda
Atau semen keramik dengan teknik
putar
14 Alat Putar Kaki membentuk benda
keramik dengan teknik
putar
(Sumber gambar: Budiyanto, 2008: 205-208)
b. Bahan
Bahan keramik secara garis besar digolongkan kedalam dua
kategori, yaitu bahan lunak yang terdiri dari tanah dan bahan keras yang
terdiri dari batu-batuan. Tanah liat atau lempung sebagai bahan pokok
dalam pembuatan keramik merupakan salah satu bahan yang kegunaannya
sangat menguntungkan bagi manusia karena bahannya yang mudah
didapat dimana sebagian besar dari kulit bumi terdiri dari batuan yang
merupakan sumber tanah liat, dan biasanya masyarakat memanfaatkan
tanah liat atau lempung sebagi bahan bakupembuatan keramik.
Hugo J & Horn J menyatakan bahwa “Tanah liat merupakan
beberapa anasir yang berasal dari erosi bumi, yang berkembang menjadi
partikel-partikel kecil dalam berbagai ukuran”(1986: 15).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Sedangkan menurut Saraswati, tanah liat merupakan semacam
produk dari batu, yang disebabkan oleh pengaruh cuaca menjadi
kehilangan sifat litanya dan menjadi padat (2011: 8).
Tanah liat memiliki sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah
mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering menjadi keras,
sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat. Tanah liat
dikategorikan kedalam dua jenis yaitu tanah liat residu (tanah liat primer)
dan tanah liat endapan (tanah liat sekunder).
Dalam membuat benda keramik, tanah liat sebagai bahan harus
memenuhi persyaratan agar benda keramik yang dibuat tidak mengalami
kesuliatan, persyaratan tersebut seperti diungkapkan Budiyanto(2008: 216)
diantaranya adalah:
1) Plastisitas
Plastisitas tanah liat sangat mempengaruhi proses
pembentukan benda keramik dan mencegah terjadinya
perubahan bentuk, retak maupun runtuh.
2) Homogen
Tingkat plastisitas tanah liat yang akan digunakan haruslah
homogen (seragam), dalam arti merata dan tidak ada yang
keras atau lembek.
3) Bebas dari gelembung udara
Tanah liat yang bebas dari gelembung udara meminimalisir
terjadinya retak atau pecah saat proses pembakaran
berlangsung.
4) Memiliki kemampuan bentuk
Yang dimaksud tanah memiliki kemampuan bentuk disini
adalah saat proses pembentukan sapai selesai, benda keramik
tidak mengalami perubahan bentuk, yang berarti tanah
berfungsi sebagai penyangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
4. Teknik Pembuatan Keramik
Secara umum proses produksi keramik dilakukan secara bertahap dan
tidak bisa dilakukan secara berasamaan. Tahapan tersebut adalah tahap
pembentukan, tahap pengeringan, dan tahap pembakaran. Ada beberapan cara
atau teknik pembentukan keramik (Ponimin, 2008: 56-61), yaitu :
a. Teknik Coiling (Lilit Pilin)
Keramik dibuat dari susunan pilinan-pilinan yang disambung.
Ketebalan pilinan yang digunakan disesuaikan dengan ketebalan benda
yang akan dibuat. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah ketika
menyambung pilinan, permukaan pilinan yang akan disambung
hendakknya dibasahi dengan air atau „dilem‟ memakai lumpur tanah
liat, dan diberi goresan lebih dahulu agar lebih kuat.
Gambar 2.1 Pembentukan benda keramik dengan teknik pilin
(Sumber: Budiyanto, 2008: 228-230)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Teknik Pijit Jari
Pembentukan dengan tangan (handbuilding) merupakan salah satu
keteknikan di dalam pembuatan keramik dimana benda langsung
dibentuk dengan tangan. Teknik ini merupakan keteknikan bagi
pemula dalam membentuk sebuah benda keramik.
Gambar 2.2 Pembentukan benda keramik dengan teknik pijit jari
(Sumber: Budiyanto, 2008: 222)
c. Teknik Slab (Lempengan)
Cara pembentukan dengan teknik lempengan merupakan teknik
pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-
bentuk yang diinginkan dan tidak selalu simetris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Gambar 2.3 Pembentukan benda keramik dengan teknik slab
(Sumber: Budiyanto, 2008: 235-238)
d. Teknik Putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan bentuk
yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan
dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-
sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan
alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 2.4 Pembentukan benda keramik dengan teknik putar
(Sumber: Budiyanto, 2008: 250-252)
e. Teknik Cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang
dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk
dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah
berupa gips. Pembentukan teknik cetak digolongkan menjadi dua yaitu
teknik tekan (pres plastis) dan teknik tuang (slip).
Teknik cetak tekan dilakukan dengan cata menekan-nekankan
tanah liat pada cetakan gips.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Gambar 2.5 Pembentukan benda keramik dengan teknik cetak tekan
(Sumber: Budiyanto, 2008: 237-239)
Sedangkan untuk teknik pembentukan dengan teknik cetak tuang
dilakukan dengan cara menuangkan adonan tanah liat kedalam cetakan
gips seperti pada gambar 2.6 dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Gambar 2.6 Pembentukan benda keramik dengan teknik cetak tuang
(Sumber: Budiyanto, 2008: 338-339)
Setelah melalui tahap pembentukan, keramik harus melalui tahap
pengeringan terlebih dulu, karena jika masih basah memungkinkan terjadinya
ledakan uap air saat dibakar sehingga menimbulkan keratakan. Keretakan bisa
pula disebabkan oleh tingkat kering yang tidak merata pada bagian-bagian
keramik. Pengeringan dilakukan agar kandungan air pada benda keramik tersebut
menguap. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam proses pengeringan barang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
barang keramik adalah penguapan air dan difusi air dari barang-barang basah
(Razak, 1992: 105). Cara pengeringannya cukup sederhana yaitu cukup disimpan
di atas rak terbuka dan diangin-anginkan. Pada umumnya, pengeringan zat padat
berarti pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lainnya dari bahan padat,
sehingga mengurangi kadar zat cair di dalam zat padat. Dalam proses pengeringan
ini biasanya diikuti pula dengan proses penyusutan benda keramik, maka dari itu
saat proses pengeringan, kadar air dalam benda keramik tidak boleh berlebihan
karena dapat mengakibatkan benda keramik melengkung.
Setelah kering, barulah keramik akan melalui tahap selanjutnya, yaitu
tahap pembakaran. Budiyanto (2008: 485), menyatakan bahwa
Membakar benda keramik merupakan tahapan cukup kritis namun
menyenangkan dimana merupakan salah satu tahapan yang sangat penting
pada proses pembuatan benda keramik, karena tanpa melalui proses
pembakaran maka benda keramik belum dapat disebut produk keramik.
Temperatur kematangan untuk suatu tanah liat berbeda-beda sesuai dengan
jenis tanah liatnya.
Dalam proses pembakaran ini tanah liat akan mengalami perubahan fisik
dan kimiawi menjadi keramik yang keras, kuat, dan padat yang tidak lagi bisa
hancur oleh air. Proses membakar benda yang terbuat dari tanah liat tidaklah
mudah, untuk melakukan kegiatan ini dibutuhkan teknik dan media yang tepat.
Hal ini dilakukan pada keramik atau gerabah yang telah dibuat agar tidak
mengalami keretakan atau bahkan pecah dan rusak. Proses pembakaran tersebut
dapat dilakukan dengan cara langsung ataupun menggunakan alat lain berupa
tungku (oven/ kiln).
Tungku keramik bervariasi tipe dan bahan bakarnya. Masing-masing
tungku memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun tipe tungku keramik menurut
Suwardono (2002: 97-104), yaitu:
(1) Tipe tungku ladang
Tipe tungku ladang merupakan tipe tungku dimana saat akan
melakukan proses pembakaran benda keramik, benda-benda tersebut
hanya diletakkan diatas tanah dan kemudian ditimbun dengan
dedaunan kering ataupun ranting-ranting pohon lalu dibakar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(2) Tipe tungku bak
Tipe tungku bak berbentuk segi empat dengan dinding terbuat dari
bata merah atau lempung yang pada kedua sisi dinding biasanya dibuat
lubang untuk membakar bahan bakar.
(3) Tipe tungku botol
Tipe tungku botol mempunyai bentuk silindris menyerupai boto
yang pada bagian tertentu terdapat lubang untuk bakan bakar.
(4) Tipe tungku api berbalik
Tipe tungkuapi terbalik ada yang berbentuk bulat dan ada juga
yang berbentuk segi empat. Tungku api terbalik ini merupakan tipe
tungku yang paling baik untuk industri keramik.
Karena begitu bervariasinya tungku pembakaran keramik, maka bahan
bakar yang digunakan pun bervariasi. Ada yang berbahan bakar listrik, minyak
tanah, kayu bakar, bahkan bahan bakar gas. Para perajin keramik tradisional di
desa Melikan biasa menggunakan tipe tungku bak pada saat proses pembakaran
benda keramik dengan menggunakan bahan bakar kayu, karena ketersediaan kayu
yang cukup banyak dan harganya pun relatif murah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
D. Kerangka Berpikir
Industri kerajinan merupakan salah satu alternatif mata pencaharian
masyarakat dukuh Sayangan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Keramik
sabagai salah satu benda peninggalan nenek moyang terus dikembangkan mulai
dari fungsi maupun bentuknya. Semula penggunaan keramik hanya untuk
keperluan upacara adat atau religius, akan tetapi saat ini mulai berkembang
keramik untuk benda-benda peralatan rumah tangga, bahkan sampai benda-benda
hiasan atau seni. Dari segi bentuk juga mengalami perkembangan, yaitu dari
bentuk tradisional menjadi bentuk yang lebih modern.
Bagan 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Latar Belakang
Proses
Elvie Keramik
Produk
Jenis Barang
Finishing
Bahan
Desain/ Bentuk
Teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi berasal dari kata “metode” yang berarti cara yang tepat untuk
melakukan sesuatu, dan “logos” yang berari ilmu atau pengetahuan. Jadi,
metodologi yaitu ilmu mengenai cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, yang
dimaksud dengan tepat adalah dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian merupakan kegiatan mencari
kebenaran. Jadi metodologi penelitian adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
bagaimana cara mencari kebenaran, yaitu dapat dilakukan dengan cara mencari,
mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya berdasarkan
fakta-fakta yang ada.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Elvie Keramik yang terletak di dukuh
Sayangan, desa Melikan, kecamatan Wedi, kabupaten Klaten, dimana Elvie
Keramik terletak di Desa Melikan merupakan desa yang terkenal sebagai desa
wisata kerajinan keramik yang berkualitas baik dengan produk yang variatif dan
unik.
2. Waktu Penelitian
Aktivitas penelitian mengenai Industri Kerajinan Keramik Elvie ini secara
keseluruhan dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan
November 2012.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian mengenai Industri Kerajinan
Keramik Elvie ini ialah pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif jenis
temuan penelitian tidak berupa statistik atau bentuk hitungan lainnya, melainkan
berupa ungkapan dalm bentuk kata-kata. Bogdan dan Taylor mendefinisikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
penelitian kualitatif sebagai prosedur-prosedur penelitian yang menghasilkan data
kualitatif berupa ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau tingkah laku mereka
yang terobservasi (1993: 30).
Karena mempunyai objek tunggal, maka pendekatan dilakukan dengan
strategi studi kasus tunggal terpancang (embedded research). Disebut dengan
tunggal karena penelitian diadakan pada satu lokasi saja, sedangkan disebut
terpancang karena sebelum diadakan penelitian sudah direncanakan. Sesuai
dengan pendapat Sutopo (2002: 112) yang menyatakan bahwa, “Penelitian
terpancang merupakan suatu langkah sebelum melakukan penelitian harus
memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya namun tetap
terbuka dengan sifat interaktif dan variabel utamanya”.
2. Jenis Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang ada dan agar penelitian ini berjalan
dengan lancar maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis penelitian deskriptif. Dimana dalam penelitian deskriptif peneliti diharapkan
pandai menerangkan atau menjelaskan mengenai fenomena-fenomena yang telah
ditemukan. Penelitian deskriptif menurut Narbuko dan Achmadi yaitu penelitian
yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis data, dan
menginterpretasikan data yang bertujuan untuk memecahkan masalah secara
sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat populasi (2003: 44). Jadi,
deskriptif merupakan jenis penelitian yang digunakan menjelaskan keadaan objek
yang diteliti pada saat sekarang sebagaimana adanya saat penelitian dilakukan
berdasarkan fakta yang ada dan mencoba untuk menganalisis kebenarannya
berdasarkan data yang diperoleh dilapangan
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data merupakan segala informasi baik lisan maupun tulisan, bahkan bisa
berupa gambar atau foto yang berperan dalam penelitian untuk menjawab
permasalaham yang telah dinyatakan dalam rumusan masalah, yaitu mengenai
latar belakang berdirinya Elvie Keramik, proses produksi keramik, dan jenis
barang yang dihasilkan Elvie Keramik. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang tidak
berupa angka, melainkan berupa penjabaran-penjabaran yang rinci dan jelas
sehingga dapat ditarik kesimpulan.
2. Sumber Data
Sumber data merupakan hal yang paling penting dalam suatu penelitian.
Sumber data dalam penelitian kualitatif menurut Lofland dan Lofland ialah berupa
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain (Moleong, 2000: 112)
Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Informan
Informan merupakan aktor atau pelaku yang ikut menentukan berhasil
tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang diberikannya.
Maka dari itu peneliti harus pandai dalam memilih informan yang benar-
benar mengerti mengenai masalah yang diteliti, karena bila terjadi
kesalahan dalam memilih informan mengakibatkan informasi atau data
tidak lengkap. Informan dalam penelitian ini terdiri dari pihak Elvie
Keramik, yaitu Bapak Triyono beserta Ibu Suparni selaku pemilik usaha
dan para karyawan.. Untuk melengkapi data peneliti harus pandai dalam
menggali informasi dengan membangun kepercayaan, keakraban, dan
kerjasama sehingga didapat data yang benar-benar dibutuhkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Dokumen
Dokumen merupakan semua sumber data, baik sumber tertulis maupun
sumber lisan yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktivitas yang
terjadi dimasa silam yang bisa mendukung proses penelitian ini, yaitu
tentang latar belakang berdirinya Elvie Keramik, proses produksi keramik
Elvie, dan jenis barang yang dihasilkan Elvie keramik.
Nasution (1988: 85-86) menyatakan bahwa:
Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang yang
lebih luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan bahan
triangulasi untuk mengecek kesesuaian data, dan merupakan bahan
utama dalam penelitiann historis. Dokumen itu sendiri terdiri atas
tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi.
3. Kepustakaan
Kepustakaan yaitu buku-buku yang berhubungan tentang keramik dan
buku-buku acuan lainnya.
D. Teknik Pengambilan Sampel (Cuplikan)
Sampel menurut Prof. Sutrisno Hadi, MA, adalah sebagian individu yang
diselidiki dari keseluruhan individu penelitian (Narbuko & Achmadi, 2003: 7).
Sedangkan cuplikan atau sampling menurut Sutopo merupakan suatu bentuk
khusus atau suatu proses yang umum dalam pemusatan atau pemilihan dalam riset
yang mengarah pada seleksi (1988: 21).
Teknik sampling (cuplikan) merupakan proses pemilihan atau penentuan
sampel untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam
sumber untuk merinci kekhususan yang ada kedalam konteks yang unik sehingga
menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul (Bungin (2003), Moleong
(2000)).
Taknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah
teknik non random sampling, dimana dalam pengambilan sampel, tidak semua
anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan
jenis sampling yang digunakan adalah purposive sampling yang cenderung
memilih informan berdasarkan tujuan penelitian. Proses pemilihan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pembatasan ini dimaksudkan untuk memilih informan yang dipandang paling
mengetahui masalah yang diteliti secara dalam, dan dapat dipercaya untuk
menjadi sumber data yang mantap, pilihannya dapat berkembang sesuai dengan
kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam mengumpulkan data, sehingga
mendapatkan data yang selengkap-lengkapnya dari sumber informasi dalam
penelitian .
Seperti pendapat Patton dalam Sutopo (2007: 64) yang mengatakan
bahwa:
Teknik sampling dengan menggunakan purposive sampling memiliki
kecenderungan peneliti untuk memilih informannya berdasarkan posisi
dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan
dengan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk
menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan
pengumpulan data sesuai dengan sifat penelitian yang lentur dan terbuka,
pilihan informan dan jumlahnya dapat berkembang sesuai dengan
kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data.
Pemilihan sampel ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu
mengetahui: latar belakang berdirinya industri kerajinan keramik Elvie, proses
produksi keramik Elvie, dan jenis-jenis barang keramik yang dihasilkan di Elvie
keramik.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan penelitian. Untuk mengumpulkan data
dari sampel penelitian tersebut dapat dilaksanakan dengan berbagai teknik dan
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan metode pengumpulan data dimana
peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka
saksikan selama penelitian (Gulo, 2003: 116). Dalam kegiatan observasi,
informasi tidak hanya didapat dari penglihatan peneliti, melainkan juga dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pndengaran maupun penciuman dalam rangka mencari bukti untuk menjawab
masalah penelitia.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan selama beberapa waktu tanpa
mempengaruhi objek yang diobservasi dengan cara mencatat, merekam, dan
bahkan memotret. Pencatatan dilakukan secara mendetail mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan penelitian, sehingga dapat memperoleh data-data
dari objek yang diteliti dan juga mendapatkan data yang otentik, sehingga
dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi observasi
partisipasi pasif dimana peneliti tidak terlibat dalam peran apapun, namun
kehadiran peneliti dilokasi penelitian diketahui oleh yang diamati. Penelitian
ini akan dilaksanakan di Elvie Keramik, Dukuh Sayangan, Desa Melikan,
Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.
2. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif, wawancara merupakan metode pengumpulan
data memiliki peranan penting, karena sebagian besar data diperoleh melalui
wawancara. Wawancara adalah percakapan antara dua belah pihak dengan
maksud tertentu (Moleong: 135). Proses percakapan dilakukan dengan cara
tanya jawab antara peneliti dan informan. Wawancara dilakukan dengan cara
yang luwes, akrab, dan terbuka. Seperti diungkapkan Herdiansyah (2010:
117), bahwa “Wawancara tidak melulu harus berlatar formal, tetapi dapat
dilakukan dalam latar apapun dan dengan siapapun”. Dalam melakukan
wawancara juga tidak melulu harus dengan tatap muka, melainkan dengan
memanfaatkan media telekomunikasi yang ada.
Penelitian ini menggunakan wawancara secara mendalam (in-depth
interview), dimana wawancara mendalam dapat dilakukan berkali-kali sesuai
dengan keperluan peneliti dalam waktu dan konteks yang dianggap tepat
untuk mengungkapkan dan mendapatkan data yang rinci, jujur, dan mendalam
dari informan dengan cara tanya jawab secara bebas dalam artian meskipun
ada pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya, tetapi tidak
dilakukan dengan struktur pertanyaan yang ketat melainkan terbuka dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
semakin memfokus sehingga informasi yang diperoleh semakin lengkap dan
mendalam. Dari wawancara yang dilakukan diperoleh data tentang latar
belakang berdirinya Elvie Keramik, proses produksi Elvie Keramik, dan juga
jenis barang yang dihasilkan Elvie Keramik.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kumpulan informasi atau data, baik berupa foto,
gambar, maupun catatan yang diperoleh, yang ada kaitannya dengan penelitian
yang akan dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek
yang bersangkutan melalui suatu media. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan foto, gambar, dan catatan dilapangan. Foto dan catatan
dilapangan diambil saat penelitian berlangsung, baik itu saat observasi
maupun saat wawancara. Gambar diambil dari buku-buku yang berhubungan
dengan masalah penelitian.
F. Uji Validitas Data
Validitas data dalam penelitian ini sangat diperlukan, agar hasil penelitian
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Seperti yang diungkapkan Nasution
(1988: 105) mengemukakan bahwa “validitas membuktikan bahwa apa yang
diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia
kenyataan dan sesuai dengan yang sebenarnya ada atau terjadi”.
Agar data-data dari penelitian ini benar-benar valid, maka pemeriksaan keabsahan
data dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut:
1. Triangulasi Data
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber sabagai cara
mempertinggi kebenaran data, dimana peneliti membandingkan atau
mengecek data yang diperoleh dari beberapa sumber yang berbeda akan
tetapi mengenai masalah yang sama sehingga data akan saling melengkapi,
seperti diungkapkan Patton (1984), dalam triangulasi data peneliti
menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama
(Sutopo, 1988: 31).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2. Review Informant (Recheck)
Review informant (Recheck) merupakan upaya meneliti atau
memeriksa kembali data hasil wawancara dari informan. Review informan
menurut Sutopo bertujuan untuk mengetahui apakah yang ditulis
merupakan sesuatu yang dapat disetujui mereka (1988: 32). Dengan kata
lain review informan digunakan untuk memperoleh tingkat kebenaran dan
perbaikan data dari informan yang telah dimintai informasi, jika memang
ada kesalahan atau ketidaklengkapan hasil informasi sebelumnya maka
wajib adanya perbaikan.
G. Analisis Data
Setelah data yang telah di kumpulkan di edit, maka langkah selanjutnya
adalah analisis terhadap hasil-hasil yang telah diperoleh. Analisis data adalah
proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan dan merupakan langkah pemikiran
lebih lanjut dari peneliti untuk mencari jawaban dan kesimpulan dari berbagai
data yang diperoleh sehingga mendapatkan data yang valid. Secara keseluruhan
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
mengalir (flow model of analysis) yang saling berkaitan antara tiga komponen
pokok yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan
verifikasinya, serta pengumpulan data di lapangan.
1. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi semua jenis informasi yang tertulis lengkap
di dalam catatan lapangan. Menurut Sutopo (2006: 114) “Reduksi data
adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek,
membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data
sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan”.
Proses reduksi data berlangsung secara terus menerus sepanjang
pelaksanaan penelitian, bahkan prosesnya sudah diawali sebelum
pelaksanaan pengumpulan data dilapangan. Reduksi data sudah
berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan (meski mungkin tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
disadari sepenuhnya), yaitu seleksi, memfokuskan, menyederhanakan, dan
membuang data-data yang tidak perlu, sehingga diperoleh data yang sesuai
dengan rumusan masalah.
2. Sajian Data (Display)
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam bentuk narasi lengkap yang memungkinkan simpulan penelitian
dapat dilakukan (Sutopo, 2006: 114). Dalam mendeskripsikan informasi
yang diperoleh disajikan dengan menggunakan kalimat yang disusun
secara logis dan sistematis sehingga mempermudah dalam menarik
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi data
Penarikan kesimpulan atau verifikasi data merupakan salah satu
langkah terakhir dalam menganalisis data. Dalam tahap ini peneliti
ditekankan memeriksa kembali kesimpulan-kesimpulan awal sejak
pengumpulan data sampai merumuskan kesimpulan akhir. Kesimpulan
yang mulanya masih sangat kabur dan diragukan akan menjadi lebih
mendasar dan jelas dengan bertambahnya data, karena verifikasi dapat
dilakukan dengan cara mencari data baru ataupun lebih mendalami
penelitian.
Komponen analisis model mengalir (flow model of analysis) tersebut
menurut Miles & Huberman digambarkan sabagai berikut:
masa pengumpulan data
REDUKSI DATA
Antisipasi Selama Pasca
PENYAJIAN DATA
Selama Pasca = ANALISIS
PENARIKAN KESIMPULAN/ VERIFIKASI
Selama Pasca
Bagan 3.1 Analisis data model mengalir
(Sumber: Miles & Huberman, 1992: 18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian berfungsi untuk mempermudah dalam penulisan
laporan penelitian yang dilakukan penulis, atau disebut juga tahap-tahap atau
langkah-langkah yang ditempuh dalam suatu penelitian. Untuk memperleh hasil
penelitian yang diharapkan maka peneliti menggunakan prosedur penelitian
sebagai berikut:
1. Tahap Pra Lapangan atau Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan tahap persiapan sebelum terjun ke
lapangan dan membuat rencana penelitian dan mempersiapkan semua alat dan
materi yang akan dibutuhkan dalam penelitian. Pada tahap ini peneliti
berkunjung ke Perusahaan yang akan dipilih sebagai tempat melaksanakan
penelitian, yaitu Elvie Keramik yang terletak di dukuh Sayangan, desa
Melikan, kecamatan Wedi, kabupaten Klaten dan menemui pemilik Elvie
Keramik bapak Triyono. Peneliti meminta ijin kapada bapak Triyono untuk
mengadakan penelitian di Elvie Keramik. Pada tahap ini peneliti juga
menemui para karyawan untuk mempersiapkan survei awal untuk membangun
keakraban.
2. Tahap Observasi
Pada tahap ini peneliti meliput segala aktivitas di lapangan, untuk
mengetahui keadaan objek penelitian secara langsung. Selain itu, peneliti juga
melakukan wawancara dengan pengrajin dengan maksud:
a. memahami latar belakang penelitian serta persiapan diri
b. mendapatkan data yang lengkap dan akurat dengan cara melibatkan secara
langsung dalam penelitian tersebut.
3. Tahap Analisis Data
Pada proses pencarian data sebelumnya meliputi, observasi lapangan
dilanjutkan dengan analisis data yang diperoleh setelah data secara global dan
masih mentah dikumpulkan dari lapangan, dan pada tahap berikutnya adalah
pengolahan data tersebut kemudian akan dianalisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian
a. Menyusun laporan awal, pada tahap ini peneliti menyususn laporan
dari semua kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian
b. Review laporan
c. Perbaikan laporan serta menyusun laporan akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Dekripsi Lokasi Desa Melikan
Kabupaten Klaten terbagi menjadi 23 Kecamatan. Desa Melikan
merupakan salah satu desa di Kecamatan Wedi yang terletak ± 13 kilometer
sebelah tenggara dari Kabupaten Klaten. Desa Melikan merupakan desa paling
timur di kecamatan Wedi yang terletak di kaki pegunungan Jabalkat. Luas
wilayah Desa Melikan mencapai 167,6280 Hektar yang terbagi kedalam 15
pedukuhan. Luas desa tersebut dibatasi oleh desa-desa yang ada disekitarnya.
Desa-desa yang membatasinya antara lain: sebelah utara Desa Paseban
(Kecamatan Bayat), sebelah selatan Desa Kaligayam (Kecamatan Wedi), sebelah
barat Desa Brangkal (Kecamatan Wedi), sebelah timur Desa Paseban (Kecamatan
Bayat).
Gambar 4.1 Peta Desa Melikan
(Sumber: Dokumentasi Intan Kusuma W, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Dilihat dari kondisi geografisnya, Desa Melikan merupakan dataran
rendah yang terletak pada ketinggian ±126 meter dari permukaan laut, dengan
suhu rata-rata yang melingkupi Desa Melikan berkisar antara 22°C – 32°C.
Berdasarkan data monografi desa Melikan, kecamatan Wedi, kabupaten
Klaten pada tahun 2012 tercatat jumlah penduduk sebanyak 3.604 orang yang
terdiri dari 1.782 orang laki-laki dan 1.822 orang perempuan yang secara
keseluruhan terbagi menjadi 1.055 kepala keluaga. Khusus mengenai jumlah
penduduk berdasarkan kelompok tenaga kerja yang ada di Desa Melikan pada
tahun 2012 dapat dilihat pada table 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Melikan berdasarkan Kelompok Usia Tenaga
Kerja
No USIA (TAHUN) JUMLAH (ORANG)
1 10 – 14 3
2 15 – 19 25
3 20 – 26 268
4 27 – 40 354
5 41 – 56 162
6 57 – keatas 39
Sumber: Monografi Desa Melikan
Jumlah penduduk menurut kelompok usia kerja di Desa Melikan memang
cukup besar, akan tetapi tidak semua penduduk usia kerja tersebut bekerja
dikarenakan masih harus menyelesaikan sekolahnya. Sebaliknya, penduduk Desa
Melikan yang tidak termasuk usia produktif yaitu usia kurang dari 14 tahun dan
lebih dari 60 tahun tersebut bekerja dikarenakan kesulitan di bidang ekonomi
sehingga memaksa mereka untuk bekerja demi mencukupi kebutuhan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel 4.2 Komposisi Jumlah Penduduk menurut Jenis Mata Pencaharian Desa
Melikan
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah
1 Karyawan
a. PNS 38
b. Swasta 39
2 Wiraswasta 189
3 Tani 186
4 Pertukangan 79
5 Buruh Tani 350
6 Pensiunan 36
7 Pemulung 1
8 Jasa 27
Sumber: Monografi Desa Melikan Tahun 2012
Berdasarkan pada tabel 4.2 diatas keberadaan industri kerajinan keramik
tidak diterangkan lebih rinci melainkan dimasukkan dalam kategori wiraswasta.
Di Desa Melikan industri kerajinan keramik merupakan salah satu mata
pencaharian penunjang kehidupan sehari-hari karena tersedianya sumber daya
manusia yang terampil dalam pembuatan keramik, sehingga menjadi hal yang
wajar apabila masyarakat memilih bekerja di bidang industri kerajinan keramik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Latar Belakang Berdirinya Industri Kerajinan Keramik Elvie di
Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten
Industri merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari manusia. Dimana dalam kegiatan industri tersebut
terjadi pemindahan barang dari tangan produsen ke tangan konsumen dengan
menggunakan alat tukar yang sah. Keberadaan industri sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup mastarakat khususnya di Desa Melikan yang
tidak semua warganya mempunyai lahan untuk pertanian. Maka dari itu
menjadi hal yang sangat wajar apabila masyarakat Desa Melikan memilih
terjun kedalam bidang industri kerajinan keramik karena sumber daya
manusia yang cukup memadai dimana keterampilan atau kepandaian yang
dimiliki masyarakat didapatkan secara turun-temurun.
Keramik merupakan salah satu bentuk aktivitas dan sekaligus produk
kebudayaan manusia yang paling tua, dimana terjadi proses mengolah bahan
baku (tanah liat) menjadi produk jadi (benda keramik).
Desa Melikan terkenal dengan produk keramiknya yang khas yaitu
berwarna merah kehitaman. Warna tersebut bukan karena di cat, melainkan
warna asli yang didapat dari proses pengasapan. Sedangkan untuk munculnya
keramik tradisional pertama kali di desa Melikan, Bapak Triyono tidak
mengetahui secara pasti, akan tetapi beliau menuturkan bahwa kerajinan
keramik ini didapat secara turun-temurun dari nenek moyang. Adanya
kerajinan keramik di Desa Melikan tidak dapat dilepaskan dari cerita
mengenai Sunan Pandanaran atau yang sering juga disebut sebagai Sunan
Tembayat atau Pangeran Mangkubumi, yang merupakan tokoh penyebar
agama Islam yang dalam pengembaraannya, sampailah beliau di daerah Wedi
tepatnya di desa Melikan dan membangun sebuah masjid sebagai wujud syiar
Islam. Dalam masjid tersebut beliau tempatkan sebuah tempat yang terbuat
dari tanah liat untuk menampung air wudhu yang disebut genthong. Dari
bentuk genthong tersebut kemudian berkembang menjadi bentuk-bentuk lain.
Dahulu keramik tradisional atau sering disebut gerabah hanya
memproduksi kendi dan celengan. Barulah pada sekitar tahun 1990
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
ditemukan proses baru dengan bakaran hitam. Produk yang dihasilkan pun
bervariasi tidak hanya kendi dan celengan saja, melainkan alat rumah tangga
dan souvenir-souvenir (wawancara dengan Bapak Triyono tanggal 31 oktober
2012).
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa kerajinnan keramik
didapat secara turun-temurun, begitu pula Elvie Keramik yang berdiri sejak
tahun 2000, yang sebenarnya merupakan warisan dari orang tua Ibu Suparni.
Ibu Suparni telah belajar membuat kerajinan keramik sajak duduk dibangku
kelas III SD yang kemudian menikah dengan Bapak Triyono. Setelah Ibu
Suparni menikah dengan Bapak Triyono, usaha kerajinan keramik yang telah
dirintis oleh orang tua ibu Suparni mulai diteruskan bersama Bapak Triyono.
Bapak Triyono berasal dari daerah Pedan yang merupakan lulusan
STM, jenjang pendidikan yang sangat jauh dari profesi pengrajin keramik.
Akan tetapi karena kecintaan beliau pada kesenian membuat beliau setelah
lulus memilih bekerja sebagai pengrajin keramik untuk menyalurkan
bakatnya. Bapak Triyono dulu bekerja pada sebuah Industri Kerajinan
Keramik yang pemiliknya merupakan Sarjana dibidang kesenirupaan. Begitu
pula dengan Bapak Triyono yang telah mendapatkan banyak pengalaman
mengenai keramik dari tempat dulu beliau bekerja.
Karena tuntutan ekonomi yang semakin melambung tinggi dan
keterbatasan modal yang dimiliki, setelah menikah Bapak Triyono memilih
keluar dari tempat kerja sebelumnya dan meneruskan usaha orang tua ibu
Suparni yaitu Industri Kerajinan Keramik sebagai langkah awal
meningkatkan taraf hidup keluarga, dimana keterampilan dalam membuat
keramik sudah tidak dapat diragukan lagi karena pengalaman mereka yang
sudah cukup banyak.
Dengan bermodalkan pengalaman serta kepandaian yang didapat
sebelumnya untuk mengelola dan mengembangkan usaha yang diberi nama
Elvie Keramik. Elvie merupakan nama anak dari Bapak Triyono dan Ibu
Suparni yang nantinya diharapkan akan menjadi penerus usaha, sehingga
sudah dikenal masyarakat dan memiliki pelanggan tetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Elvie Keramik terletak di Dukuh Sayangan Rt. 01 Rw. 01 Desa
Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten. Elvie Keramik tidak terletak
dipinggir jalan, melainkan harus memasuki gang.
Bangunan atau bengkel kerja Elvie Keramik berada terpisah dengan
rumah utama akan tetapi masih dalam satu pekarangan yang terletak tepat
didepan rumah utama, dimana bengkel kerja berbentuk rumah limasan tanpa
sekat atau batas-batas dinding didalamnya sehingga tampak lebih luas dan
cukup memadai sebagai tempat pembuatan benda keramik. Karena telah
mamiliki bengkel kerja sendiri, maka semua kegiatan produksi benda keramik
mulai dari pengolahan bahan baku, proses pembuatan benda keramik, proses
pengeringan, sampai dengan proses pembakaran benda keramik dilakukan
dibengkel tersebut.
Walaupun tidak ada penyekat berupa dinding, akan tetapi bangunan
tersebut terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama merupakan tempat yang
digunakan untuk membuat badan keramik dan penyimpanan tanah liat,
sedangkan pada bagian kedua digunakan sebagai tempat untuk proses
selanjutnya yaitu mulai dari mbubut (penyempurnaan badan), blabur
(pemberian warna), ngelus (menghaluskan), nglambu (menghaluskan dengan
kain klambu), pengeringan sampai dengan tahap pembakaran. Dalam
melaksanakan proses produksi keramik di Elvie Keramik, adanya tempat atau
bengkel kerja merupakan faktor yang sangatlah penting. Bengkel kerja
berfungsi sebagai tempat dimana perajin membuat atau memproduksi benda
keramik.
Pada tahun 2003 Elvie Keramik mulai mempekerjakan tenaga kerja.
Saat ini jumlah tenaga kerja sebanyak 5 orang tenaga kerja tetap yang
merupakan tenaga kerja yang berhubungan langsung dalam pelaksanaan
pembuatan benda keramik. Tenaga kerja tersebut berasal dari latar belakang
pendidikan yang berbeda dan bekerja pada tiap bagian masing-masing
diantaranya pembuatan mbodi (membuat badan keramik), mbubut
(menyempurnakan badan keramik), mblabur (memberi warna), ngelus
(menghaluskan), nglambu (menghaluskan dengan kain klambu). Setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
tenaga kerja yang masuk Elvie Keramik terlebih dahulu wajib untuk
diberikan training selama 1 sampai 2 minggu. Elvie Keramik memiliki jam
kerja yang harus ditepati yaitu masuk mulai dari pukul 08.00 pagi sampai
dengan pukul 16.00 sore dengan jeda istirahat selama satu jam dari pukul
12.00 sampai dengan pukul 13.00 yang biasanya dimanfaatkan untuk sholat
dan makan siang. Walaupun terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi,
hubungan antara tenaga kerja dan pemilik (majikan) tetap bersifat luwes dan
akrab serta adanya kepercayaan diantara mereka.
Selain tenaga kerja tetap, Elvie Keramik juga memiliki tenaga kerja
tidak tetap yang dalam melaksanakan pekerjaannya tidak dilakukan setiap
hari dan bekerja berpindah-pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain
tergantung perusahaan mana yang sedang membutuhkan jasa. Tenaga kerja
tidak tetap biasanya merupakan orang yang menjual bahan baku, ataupun
orang yang membantu mengolah tanah secara masinal dengan menggunakan
mesin molen, karena Elvie Keramik tidak memiliki mesin penggiling sendiri.
Dalam hal upah Elvie Keramik menggunakan 2 sistem upah, yaitu
upah harian untuk tenaga kerja tidak tetap dan upah borongan untuk tenaga
kerja tetap. Untuk upah harian tenaga kerja tidak tetap dalam penyediaan
bahan baku tanah adalah Rp 130.000, ngluluh (mengaduk atau mencampur
tanah) Rp 200.000 dan untuk nyelep (menggiling) menggunakan mesin molen
Rp 570.000.
Sedangkan untuk tenaga kerja tetap digunakan sistem upah
borongan, dimana dalam sistem upah borongan tenaga kerja mendapatkan
upah berdasarkan kemampuan menghasilkan suatu barang dalam waktu
sebulan. Upah yang didapat tiap bulan antara tenaga kerja satu dan yang lain
berbeda-beda jumlahnya tergantung pada bagian masing-masing tenaga kerja.
Adapun besar kecilnya upah yang didapat tiap tenaga kerja didasarkan pada
mudah atau susahnya bagian yang dikerjakan. Upah tiap satu barang untuk
bagian mbodi dihargai Rp 1250, nangkai (member tangkai) Rp 400, mbubut
(menyempurnakan badan) Rp 250- Rp 300, blabur (pemberian warna merah)
Rp 200- Rp 250, ngelus (menghaluskan) bagian dalam Rp 400 dan ngelus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
bagian luar Rp 200, sedangkan untuk bagian ngerok Rp 250. Upah tersebut
akan diberikan antara tanggal 1 sampai dengan tanggal 5 tiap bulannya.
Dalam hal modal yang digunakan dalam usaha Industri Kerajinan
keramik Elvie dapat dibagi kedalam dua kelompok modal, yaitu modal tetap
dan modal lancar. Modal tetap merupakan modal yang tidak habis dipakai,
yaitu berupa alat-alat produksi yang digunakan dalam proses produksi benda
keramik, yang sejak permulaan hingga sekarang telah mengalami
perkembangan karena adanya kemajuan tekhnologi. Modal tetap yang
dimiliki Elvie Keramik pada tahun 1997 hanyalah sebuah perbot datar dengan
harga berkisar Rp 50.000- Rp 75.000, akan tetapi sekarang telah bertambah
menjadi 10 buah perbot dengan harga Rp 200.000- Rp 300.000. Dari 10
perbot tersebut salah satunya merupakan perbot miring. Selain perbot adapun
blabak (papan kayu) yang berfungsi sebagai alas dalam menata benda-benda
keramik yang telah selesai dibentuk dan selanjutnya diletakkan pada rak-rak
yang telah tersedia guna diangin-anginkan. Dalam proses pembuatan benda
keramik dibutuhkan pula alat bantu seperti cangkul yang digunakan untuk
mengaduk tanah, barbagai bentuk besi janur, plastik-plastik bekas, kain
kelambu, dan skrap. Dalam proses pembakaran benda keramik alat yang
digunakan yaitu tungku bakar. Tungku bakar yang digunakan berbentuk segi
empat yang terbuat dari batu-bata.
Sedangkan modal lancar merupakan modal yang terus berjalan
seiring proses produksi keramik, yaitu berupa uang. Uang tersebut digunakan
untuk membeli bahan baku, bahan bakar, serta upah tenaga kerja. Dalam
memperoleh uang tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan uang
sedikit demi sedikit dari hasil pemasaran (penjualan) benda keramik.
Pemasaran merupakan kegiatan memindahkan barang dari tangan
produsen ke tangan konsumen yang terjadi karena produsen telah
menyediakan barang produksi untuk diperjualbelikan. Kegiatan pemasaran
dapat dilakukan dengan jalur pemesanan. Pemesan biasanya merupakan
pemilik showroom yang ada dipinggir jalan yang mendapatkan pesanan benda
keramik dari para konsumennya. Tak jarang pula konsumen dari berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
daerah datang sendiri ke Elvie Keramik untuk sekedar memesan barang.
Pemesanan bisa dilakukan setiap hari dengan ataupun tanpa uang muka.
C. Proses Produksi Kerajinan Keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa
Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten
Untuk memperoleh sebuah produk keramik ada tiga tahap yang harus
dilalui yaitu persiapan, proses pembentukan, dan yang terakhir adalah finishing
dimana ketiganya akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Persiapan
Dalam proses produksi benda keramik ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan, antara lain: bahan, desain, dan teknik
a. Desain
Dalam proses persiapan, desain keramik juga tak kalah penting.
Adanya desain akan sangat membantu pengrajin dalam proses
pembentukan benda keramik. Benda keramik yang dihasilkan di Elvie
Keramik berdasarkan desain yang dibuat oleh Bapak Triyono. Beliau
menuturkan bahwa desain merupakan hal yang sangatlah penting, dimana
dalam proses pembuatan benda keramik pengrajin haruslah tahu
bagaimana bentuk dan ukuran yang diingankan konsumen melalui desain.
Adapun desain yang dibuat merupakan modifikasi dari desain yang telah
ada sebelumnya, ataupun rekomendasi dari pihak konsumen.
Desain produk keramik yang paling diminati saat ini adalah alat
rumah tangga dan piring hias yang biasa dipesan dari hotel-hotel dan
rumah makan.
Adapun beberapa contoh desain keramik yang dibuat oleh Bapak
Triyono dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 4.2 Desain Air Mancur
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Desain air mancur dibuat 4 tingkat dengan ukuran masing-masing
tempat penampungan air (baskom) yang berbeda. Baskom pada tingkat
pertama (paling bawah) berukuran 100 x 40 cm, baskom tingkat kedua
berukuran 60 x 30 cm, sedangkan baskom pada tingkat ketiga berukuran
30 x 20 cm, dan baskom keempat (paling atas) berukuran paling kecil
yaitu 20 x 10 cm. Pada bagian bawah air mancur terdapat motif daun dan
disetiap bibir penampung air (baskom) dibuat permukaan yang
bergelombang seperti gelombang pada daun sehingga terjadi
keseimbangan bentuk dan kesatuan diantara keduanya dan menghasilkan
desain yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 4.3 Desain Guci
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Guci dengan diameter terluar berukuran 79 cm ini dibuat dengan
desain yang sudah sangat umum dibuat pengrajin keramik Desa Melikan,
dimana tidak terdapat motif sama sekali pada permukaan benda sehingga
benda keramik terlihat sederhana.
Selain desain dari Bapak Triyono seperti gambar diatas, adapun
desain yang telah dibawa oleh konsumen. Desain-desain tersebut menurut
Bapak Triyono terkadang tidak diketahui secara pasti nama dan fungsinya.
Dibawah ini merupakan contoh gambar desain guci dengan berbagai
macam bentuk dan ukuran yang diperoleh dari konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Gambar 4.4 Guci
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Guci dengan ukuran diameter terluar 27 cm dan tinggi 45 cm ini
dibuat dengan desain yang sangat tidak biasa, dengan permukaan bawah
yang terkesan terpotong begitu saja menjadikan guci terlihat tidak
seimbang antara kedua bagiannya (atas dan bawah).
Gambar 4.5 Guci
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Desain guci pada gambar 4.5 dengan ukuran diameter terluar 20
cm dan tinggi 30 cm ini dibuat dengan desain yang sederhana, akan tetapi
pada desain kedua ini keseimbangan bentuk jelas terlihat diantara bagian-
bagiannya bila dibandingkan dengan desain guci sebelumnya.
Walaupun demikian, dengan desain yang tidak umum sekalipun,
Bapak Triyono menuturkan bahwa yang penting adalah adanya ukuran
pasti yang tercamtum dalam gambar desain tersebut sehingga perajin lebih
mudah dalam pengerjaannya.
b. Alat
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi yang ada di Elvie
Keramik merupakan peralatan sederhana yang dibuat sendiri dari barang-
barang bekas antara lain:
1) Skrap
Skrap merupakan suatu alat yang terbuat dari besi dengan tangkai
kayu. Skrap digunakan sebagai alat untuk membersihkan tanah liat
yang menempel pada alat putar.
Gambar 4.6 Skrap
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2) Senar Pancing
Senar pancing digunakan untuk memotong atau mengiris tanah liat
dan umtuk memisahkan benda keramik dari meja putar.
3) Besi Janur
Besi janur biasa digunakan sebagai alat dalam proses mbubut
(penyempurnaan badan) yang berfungsi untuk ngerok (mengurangi)
benda keramik sehingga menjadi benda keramik sesuai ukuran yang
diinginkan. Besi janur tersebut dibuat dengan berbagai macam ukuran
yang dalam penggunaannya sesuai dengan badan keramik.
Gambar 4.7 Besi Janur
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
4) Plastik
Plastik biasanya dibuat dari potongan-potongan plastik botol bekas
handbody dan botol bekas infus. Plastik ini digunakan untuk
menghaluskan benda keramik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 4.8 Botol bekas Handbody
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.9 Botol bekas Infus
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
5) Kain Kelambu
Kain kelambu merupakan kain yang biasa digunakan sebagai kain
penutup tempat tidur. Dalam proses pembuatan benda keramik, kain
kelambu digunakan untuk mengkilapkan benda keramik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Gambar 4.10 Kain Kelambu
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
6) Meja Putar
Ada dua jenis meja putar yang digunakan yaitu meja putar tegak
atau datar dan meja putar miring, yang keduanya berbahan semen
yang di cor. Fungsi meja putar tegak maupun meja putar miring adalah
sama yaitu untuk membuat badan keramik.
Gambar 4.11 Meja Putar Tegak/Datar
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 4.12 Meja putar miring
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
7) Alat Cetak
Alat cetak terbuat dari gips, yang digunakan dalam pembuatan
benda keramik dengan cara dicetak.
Gambar 4.13 Contoh cetakan dari gips
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
8) Tungku Bakar
Tungku bakar merupakan suatu tempat atau ruangan yang dibuat
guna membakar benda keramik. Tungku bakar yang digunakan adalah
tungku yeng terbuat dari batu bata dengan bentuk segi empat dan
tungku berbentuk silinder. Tungku bakar berbentuk segi empat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
digunakan dalam pembakaran jumlah banyak, sedangkan tungku bakar
berbentuk silinder digunakan dalam keadaan darurat dimana benda
keramik yang akan dibakar sedikit jumlahnya akan tetapi harus segera
dibakar karena keterkaitan deadline.
Gambar 4.14 Tungku Pembakaran Keramik
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.15 Tungku Pembakaran Keramik
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
c. Bahan
Dalam proses produksi benda keramik, adanya ketersediaan bahan
merupakan hal yang paling utama yang harus dipersiapkan. Bahan yang
maksud disini ialah tanah liat atau sering disebut lempung. Tanah liat atau
lempung merupakan bahan baku utama dalam pembuatan benda keramik.
Adapun tanah liat yang digunakan Elvie Keramik ada dua macam,
yaitu:
1) Tanah liat hitam
Tanah liat hitam merupakan tanah liat yang berwana hitam. Tanah
liat hitam bersifat liat (lembut dan lengket) akan tetapi tidak terlalu
kuat. Apabila dalam membuat benda keramik hanya mempergunakan
tanah jenis ini, dikhawatirkan benda keramik mudah retak.
Gambar 4.16 Tanah Liat Hitam
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
2) Tanah liat merah
Tanah liat merah merupakan tanah liat berwana merah, yang
tingkat keliatannya dibawah tanah liat hitam. Akan tetapi untuk tingkat
kekuatan, tanah liat merah ini lebih unggul daripada tanah liat hitam.
Tekstur tanah liat merah cenderung lebih kasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 4.17 Tanah Liat Merah
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Sebelum digunakan sebagai bahan baku, tanah liat harus diolah
dahulu sampai plastis sehingga mudah dibentuk. Selain tanah liat, adapun
bahan lain yang biasa digunakan sebagai campuran ialah pasir yang
digunakan sebagai pengikat.
Gambar 4.18 Pasir
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Bahan baku tanah liat didapat dari kas desa, sedangkan untuk pasir
didapat dari sungai yang berada didekat desa. Bahan-bahan baku tersebut
didapat dengan cara membeli dengan ukuran tiap satu gerobak. Harga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
tanah liat satu gerobak antara satu pengrajin dengan pengrajin lain
berbeda, tergantung pada jarak yang harus ditempuh penjual dari tempat
pengambilan tanah ke rumah-rumah para pengrajin. Untuk Elvie Keramik
sendiri tanah liat maupun pasir, satu gerobak didapat dengan harga Rp
12.500.
Dalam kegiatan membuat benda keramik, antara bahan baku
maupun bahan pengikat akan melalui proses pengolahan atau
pencampuran sehingga menjadi plastis dan halus yang kemudian siap
digunakan. Dalam pengolahan bahan tersebut, Elvie Keramik
menggunakan dua teknik pengolahan, yaitu teknik manual kemudian
dilanjutkan dengan teknik masinal. Adapun proses pengolahan bahan
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Teknik Manual
Teknik manual dilakukan dengan tangan maupun kaki dengan
tujuan untuk memisahkan kotoran atau batu-batuan kerikil dari tanah.
Perbandingan yang digunakan antara tanah liat dan pasir adalah 10: 2,
yaitu 10 gerobak untuk tanah liat dan pasir 2 gerobak. 10 gerobak
tanah liat tersebut terdiri dari 5 gerobak tanah liat berwarna hitam dan
5 gerobak tanah liat warna merah.
Langkah pertama dalam proses tanah liat dengan teknik manual
yaitu meratakan tanah liat 10 gerobak tersebut di atas permukaan rata
kemudian diberi air secukupnya, barulah masukkan pasir 2 gerobak
kemudian diinjak-injak dan diaduk dengan menggunakan cangkul
sampai merata. Setelah campuran tersebut merata dan gelembung
udara telah hilang kemudian diberi air secukupnya agar tanah menjadi
ulet, tidak boleh terlalu banyak dan tidak boleh terlalu sedikit.
b) Teknik Masinal
Teknik masinal ialah teknik pengolahan tanah dengan
menggunakan bantuan mesin. Mesin penggiling tersebut sering disebut
dengan mesin molen. Teknik masinal dilakukan setelah tahapan pada
teknik manual telah selesai dimana tanah telah menjadi ulet. Tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
tersebut kemudian digiling menggunakan mesin molen sebanyak 4 kali
penggilingan sampai halus.
Gambar 4.19 Mesin Penggiling (molen)
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Setelah tanah melaui dua proses pengolahan manual maupun
masinal, maka tanah liat tersebut siap digunakan ataupun disimpan. Dalam
penyimpanan tanah liat dibentuk bulat seperti bola dan kemudian
dibungkus atau ditutup dengan menggunakan plastik agar tanah liat
tersebut tetap terjaga keplastisannya dan tidak cepat kering.
Gambar 4.20 Penyimpanan Tanah Liat
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Selain bahan baku diperlukan pula bahan bakar untuk proses
pembakaran. Bahan bakar yang digunakan Elvie Keramik adalah kayu
bakar, karena dalam proses pembakaran menggunakan tungku bakar. Kayu
bakar tersebut biasanya terdiri dari jenis kayu jati, kayu akasia, dan kayu
mangga.
Gambar 4.21 Kayu Bakar
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
d. Teknik
Dalam proses pembentukan barang keramik di Elvie Keramik
menggunakan dua macam teknik yaitu teknik pembentukan dengan alat
putaran atau perbot dan dengan teknik cetakan. Teknik putaran merupakan
teknik pembuatan benda keramik dengan menggunakan alat bantu berupa
meja putar. Ada dua jenis meja putar yang dipakai yaitu meja putar tegak
(teknik putar datar) dan meja putar miring (teknik putar miring).
1) Teknik Putar Tegak atau Datar
Teknik putar datar merupakan teknik putar dimana meja putar
terletak datar sejajar garis tanah. Proses pembuatan benda keramik
menggunakan teknik putar tegak biasa digunakan untuk membuat
benda keramik berukuran besar antara lain berupa vas bunga dan guci
dengan ukuran ketinggian diatas 15 centimeter dan lebar lebih dari 20
centimeter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2) Teknik Putar Miring
Teknik putar miring merupakan teknik pembuatan benda keramik
yang dikhususkan bagi perajin keramik wanita. Bisa dilihat dari desain
alat meja putar yang dimiringkan yang dimaksudkan agar pada saat
perajin wanita dalam berproses membuat benda keramik posisi kaki
tidak dalam keadaan membuka paha. Karena wanita dalam posisi
tersebut dianggap tidak sopan. Karena alat putar miring dikhususkan
untuk perajin wanita maka barang yang dihasilkan pun relatif kecil
dengan ukuran maksimal 20cm. ukuran yang kecil tersebut
dimaksudkan agar beban dan diampu kaki si perajin tidak terlalu berat.
Contoh benda keramik yang dihasilkan dengan menggunakan teknik
putar miring seperti piring, mangkok dan tempat buah.
Selain kedua teknik putar tersebut adapun satu teknik lagi yang
dipakai Elvie Keramik dalam proses produksi benda keramik, yaitu
dengan menggunakan teknik cetak. Teknik cetak ialah teknik pembuatan
benda keramik dimana sebelumnya perajin harus membuat negatif atau
cetakan bentuk yang diinginkan dengan menggunakan gips.
Ada dua macam teknik cetak yaitu teknik cetak tekan dan teknik
cetak tuang. Akan tetapi hanya satu yang dipakai disini yaitu teknik cetak
tekan. Teknik cetak tekan merupakan teknik pembuatan benda keramik
dengan cara menekan-nekan tanah liat kedalam cetakan (gips) yang telah
dibuat sebelumnya. Keunggulan menggunakan teknik cetak adalah dari
segi ukuran benda yang dihasilkan pasti sama dan bisa menghasilkan
benda keramik dengan bentuk non bulat. Untuk di Elvie Keramik, teknik
cetak tekan ini biasa digunakan dalam pembuatan piring-piring hias
dengan bentuk-bentuk yang menarik.
2. Proses
Proses disini meliputi proses pembuatan, proses pengeringan, sampai
proses pembakaran dan pengasapan. Karena dalam proses pengeringan
maupun pembakaran benda keramik akan mengalami penyusutan, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
ukuran benda keramik yang akan dibuat dalam proses pembentukan produk
biasanya lebih 1centimeter dari ukuran yang diinginkan atau ukuran yang
tertera pada desain. Oleh sebab itu adanya desain sangat berpengaruh
terhadap kinerja pengrajin dan hasil produksinya. Secara umum, untuk
menjadikan sebuah produk keramik dalam pembuatannya harus melalui lima
tahapan antara lain proses mbodi, mbubut, mblabur, ngelus, dan nglambu.
a. Mbodi
Mbodi merupakan tahap pertama pembuatan produk keramik.
Yang dimaksud dengan mbodi adalah suatu proses membentuk badan
keramik mulai dari tanah liat sampai menjadi benda keramik sesuai bentuk
yang diinginkan. Dalam proses mbodi ini digunakan tiga macam teknik
yaitu:
1) Teknik Putaran Tegak atau Datar
Pembentukan badan keramik menggunakan teknik putaran
datar ada 4 proses yaitu:
a) Ngeplok
Ngeplok merupakan suatu proses dari pengambilan tanah
liat yang kemudian dibentuk bulat seperti bola.
Gambar 4.22 Ngeplok
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Proses pembentukan bulat seperti bola ini dimaksudkan
agar benda keramik yang dibuat bisa center (tepat pada titik
tengah)
Gambar 4.23 Proses Center
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
b) Plotot
Plotot merupakan tahap pembentukan setelah proses center.
Tanah yang berbentuk bulat tersebut di plotot atau ditekan
sehingga membentuk dasar benda keramik yang kemudian akan
tambah tanah liat lagi.
Gambar 4.24 Plotot
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Dalam proses penambahan tanah liat, sebelumnya tanah liat
dibuat bulat memanjang kemudian barulah ditambahkan dari arah
dalam seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.25 Membentuk tanah liat menjadi bulat
memanjang (foto kiri)
Penambahan tanah liat (foto kanan)
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.26 Hasil penambahan tanah liat
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
c) Ngurat
Ngurat adalah proses selanjutnya dimana tangan mulai
menipiskan tanah liat agar bisa beranjak naik. Dalam proses ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
bibantu dengan peralatan berupa kain yang dibasahi dengan air
yang bertujuan mempermudah proses ngurat.
Gambar 4.27 Proses Ngurat
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Setelah tanah hasil dari proses ngurat tersebut meninggi,
barulah kemudian diukur sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Apabila pada proses ngurat ketinggian melebihi ukuran yang
diinginkan, biasanya pengrajin akan mengurangi ketinggian
dengan cara menekan tanah liat ke arah bawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 4.28 Pengukuran
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
d) Natap
Natap adalah membentuk keseluruhan badan keramik,
walaupun pada tahap selanjutnya badan keramik tersebut masih
harus melalui proses penyempurnaan. Pada proses natap,
pertamakali yang harus dilakukan adalah menghaluskan bagian
atas benda keramik dengan menggunakan kain yang telah dibasahi
dengan air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Gambar 4.29 Proses Pembasahan
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Setelah permukaan bagian atas dibasahi, barulah dimulai
proses natap atau pembentukan badan. Pembentukan badan
keramik bagian atas dan bawah dilakukan dengan bantuan kedua
tangan, kain basah, dan plastik untuk mengurangi tanah sedikit
demi sedikit.
Gambar 4.30 Proses natap bagian atas (foto kiri)
Proses natap bagian bawah (foto kanan)
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Proses natap selesai setelah badan keramik terbentuk sesuai
benda yang diinginkan dan dengan ukuran yang telah ditentukan.
Gambar 4.31 Hasil Akhir Proses Natap Putaran Datar
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
2) Teknik Putaran Miring
Pembuatan teknik putaran miring sama dengan pembuatan
teknik putaran datar yang harus melalui 4 proses yaitu ngeplok, plotot,
ngurat, dan natap. Teknik putaran miring digunakan untuk
membentuk benda keramik dengan ukuran kecil seperti lepek, berikut
uraiannya:
a) Ngeplok
Proses ngeplok (membuat tanah liat menjadi bulat bola)
pada teknik putar miring sama persis dengan proses ngeplok pada
teknik putar datar dimana tanah dibuat bulat bola agar bisa
menemui titik tengan yang akan mempermudah proses selanjutnya
menggunakan kedua tangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b) Plotot
Kegiatan mlotot pada teknik putaran miring dilakukan
dengan menekan tanah liat dengan tujuan agar tanah liat bisa
berbentuk memanjang keatas
Gambar 4.32 Plotot
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
c) Ngurat
Ngurat adalah menipiskan tanah liat agar bisa naik, seperti
gambar dibawah ini ngurat dilakukan dengan kedua jempol
menekan bagian tengah tanah liat dan jari-jari yang lain mulai
menipiskan tanah liat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Gambar 4.33 Ngurat
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
d) Natap
Natap merupakan proses terakhirdalam pembuatan sebuah
benda keramik, dimana pada proses natap merupakan kegiatan
untuk membentuk badan keramik.
Gambar 4.34 Proses Awal Natap
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Pada proses awal natap badan keramik harus diukur sesuai
dengan ukuran yang telah ditetapkan. Apabila melebihi ukuran
maka harus dikurangi dengan menggunakan senar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Gambar 4.35 Proses Mengurangi Ukuran
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Setelah ukuran sesuai, maka permukaan yang telah
dikurangi harus dihaluskan atau diratakan dengan menggunakan
tangan yang telah dibasahi dengan air.
Gambar 4.36 Meratakan Badan Keramik
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Gambar 4.37 Hasil Akhir Proses Natap Putaran Miring
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
3) Teknik Cetak Tekan
Pada teknik cetak tekan, proses pembentukan badan keramik
agak sedikit berbeda. Walaupun begitu terdapat pula teknik ngeplok
tanah yang apabila pada teknik putaran datar dan putaran miring
beratri membuat tanah liat menjadi bulat bola, akan tetapi pada teknik
cetak tekan ini yang dimaksud dengan ngeplok adalah membentuk
tanah liat menjadi bulat memanjang (silindir) keatas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Gambar 4.38 Tanah Liat Hasil Proses Ngeplok
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Setelah proses ngeplok kemudian tanah dikurangi dengan
mengguanakan papan kayu sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan.
Gambar 4.39 Proses Mengurangi Tanah liat (foto kiri)
Tanah liat sesuai ukuran (foto kanan)
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Setelah ukuran tanah liat sesuai, maka dimulai tahap
selanjutnya yaitu memotong atau mengiris tanah liat tersebut dengan
ukuran ketebalan 1 centimeter menggunakan bantuan senar.
Gambar 4.40 Proses Pemotongan Tanah liat (foto kiri)
Pengambilan tanah liat hasil pemotongan (foto kanan)
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Setelah proses pemotongan tanah liat selesai barulah memulai
proses mencetak. Langkah pertama yaitu menyiapkan cetakan pada
meja putar dan kemudian pada permukaan cetakan tersebut dibubuhi
atau ditaburi dengan abu gosok atau pasir dengan tujuan agar tanah
liat tidak lengket pada cetakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 4.41 Abu Gosok
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.42 Proses Pemberian Abu Gosok
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Setelah cetakan diberi abu gosok barulah kemudian langkah
kedua yaitu mengambil tanah liat yang telah dipotong untuk di cetak
dengan cara ditekan-tekan. Akan tetapi sebelumnya permukaan tanah
liat tersebut harus dihaluskan menggunakan plastik dengan tujuan
menutup pori-pori tanah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 4.43 Proses Menutup Pori-Pori Tanah
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Proses pencetakan diawali dengan meletakkan potongan tanah
liat diatas permukaan cetakan, kemudian pada bagian tengah di tekan
agar membentuk kaki benda yang di cetak.
Gambar 4.44 Meletakkan tanah liat diatas cetakan
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 4.45 Membentuk kaki benda keramik dengan cara
menekan permukaan atas
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Setelah proses awal mencetak kemudian permukaan pinggir
tanah liat dipotong sesuai dengan ukuran cetakan dengan
menggunakan senat pancing.
Gambar 4.46 Proses Pemotongan
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Pada tahap ketiga, setelah dipotong bagian tanah liat yang
sebelumnya di tekan ditutup kembali dengan tanah liat agar
ketebalannya sama kemudian diratakan dengan tangan dan dihaluskan
dengan plastik. Tahapannya akan diuraikan pada gambar berikut ini:
Gambar 4.47 Menutup permukaan tanah liat yang
sebelumnya ditekan
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.48 Menghaluskan permukaan tanah liat dengan
menggunakan tangan (foto kiri)
Menghaluskan permukaan tanah liat dengan
mengguanakan plastik (foto kanan)
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Pada tahap terakhir proses pembuatan badan keramik dengan
teknik cetak tekan adalah memisahkan tanah liat dari cetakan.
Sebelum diambil pada badan tanah liat terlebih dahulu diberikan
penopang dari tanah liat dengan tujuan agar tidak jatuh saat cetakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
dibalik karena tanah maasih dalam keadaan basah. Setelah diberi
penopang barulah cetakan tersebut ditutup menggunakan papan kayu
untuk kemudian digunakan sebagai dasar saat cetakan dibalik.
Gambar 4.49 Pemberian penopang dari tanah liat (foto kiri)
Penutupan dengan papan kayu (foto kanan)
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Proses pemisahan atau pengambilan cetakan dari tanah liat
dilakukan dengan cara melepaskan satu persatu bagian dari cetakan
tersebut.
Gambar 4.50 Proses pengambilan cetakan
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Gambar 4.51 Hasil setelah cetakan gips diangkat
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
b. Mbubut
Mbubut merupakan proses menyempurnakan badan keramik.
proses penyempurnaan ini dilakukan dengan cara mengerok badan
keramik dengan menggunakan besi janur. Pada tahap ini benda keramik
diletakkan diatas meja putar yang sebelumnya telah diberi alas tanah yang
kemudian ditutup dengan kain.
Gambar 4.52 Pemberian tanah liat pada alat putar sebagai alas
dalam proses mbubut (foto kiri)
Penutupan tanah liat dengan menggunakan kain (foto kanan)
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Gambar 4.53 Proses Mbubut Benda Keramik tanpa Tangkai
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Sedangkan untuk mbubut benda keramik yang bertangkai alas yang
digunakan lebih tinggi.
Gambar 4.54 Alas Proses mbubut Benda bertangkai
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tahapan proses mbubut pada benda keramik bertangkai adalah
sebagai berikut:
1) Meletakkan benda keramik yang akan disempurnakan badannya pada
alas yang telah disediakan.
Gambar 4.55 Meletakkan benda Keramik
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
2) Mulai mengurangi benda keramik dengan menggunakan besi janur
sampai badan keramik tersebut sempurna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Gambar 4.56 Proses Ngerok
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.57 Hasil Ngerok
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
3) Menghaluskan benda keramik hasik pengurangan (pengerokan)
Gambar 4.58 Menghaluskan
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
c. Mblabur
Mblabur adalah proses pemberian warna merah pada benda
keramik. Proses ini bertujuan agar benda keramik setelah dibakar
berwarna kemerahan. Pada proses pemberian warna, warna yang
digunakan berasal dari tanah liat merah yang telah disaring dan diberi air.
Proses mblabur tersebut dilakukan dengan cara menguaskan
saringan tanah liat merah pada seluruh permukaan benda keramik atau
dengan cara mencelupkan benda keramik kedalam bak yang telah berisi
adonan tanah liat merah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Gambar 4.59 Saringan
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.60 Tanah liat merah
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Gambar 4.61 Benda keramik sebelum di blabur (foto kiri)
Benda keramik sesudah di blabur (foto kanan)
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
d. Ngelus
Ngelus merupakan proses menghaluskan benda keramik. pada
tahap ngelus, yang dihaluskan mulai dari permukaan dalam sampai
permukaan luar benda keramik. sebelum proses ngelus dimulai, terlebih
dahulu disiapkan alas sama dengan alas yang digunakan saat proses
mbubut, yaitu meja putar yang diatasnya telah diberi tanah liat dan
kemudian ditutup dengan kain.
Adapun langkah-langkah ngelus adalah sebagai berikut:
1) Meletakkan benda keramik pada alas yang telah tersedia
Gambar 4.62 Benda Keramik
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
2) Memutar meja putar sambil menghaluskan lekukan benda keramik
bagian luar dan kemudian diteruskan menghaluskan bagian dalam.
Pada proses ngelus digunakan alat bantu berupa plastik bekas botol
infuse dengan berbagai ukuran disesuaikan dengan bentuk benda
keramik.
Gambar 4.63 Ngelus permukaan bagian dalam
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
3) Ngelus permukaan luar benda keramik, dimana pada permukaan
bagian dalam telah selesai di haluskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Gambar 4.64 Ngelus permukaan badan keramik bagian luar
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
4) Ngelus permukaan bawah benda keramik.
Gambar 4.65 Ngelus permukaan bawah
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Gambar 4.66 Hasil Setelah di Lus
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
e. Nglambu
Nglambu merupakan proses mengkilapkan benda keramik yang
telah dihaluskan dengan menggunakan kain kelambu. Proses nglambu
dilakukan dengan cara menggosok-gosokkan kain kelambu pada seluruh
permukaan benda keramik sampai mengkilap.
Gambar 4.67 Proses Nglambu
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Hasil dari proses nglambu kemudian dikeringkan untuk selanjutnya
akan dibakar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Gambar 4.68 Hasil Proses Nglambu
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Setelah proses pembentukan atau pembuatan benda keramik selesai,
maka tibalah saatnya dimulai proses pengeringan. Proses pengeringan
merupakan salah satu tahapan yang sangat penting karena dapat
mempengaruhi berhasil tidaknya proses pembakaran. Dimana dalam proses
pengeringan ini diusahakan benda-benda keramik tidak terkena sinar matahari
secara langsung karena dikhawatirkan akan menyebabkan benda keramik
pecah.
Pengeringan benda keramik sebaiknya dilakukan dengan cara
diangin-anginkan dengan waktu pengeringan kira-kira 4 hari sampai dengan 1
minggu tergantung pada cuaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Gambar 4.69 Proses pengeringan benda keramik
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Setelah benda keramik benar-benar kering, barulah akan
dilaksanakan proses pembakaran. Untuk melaksanakan proses pembakaran
terlebih dahulu harus disiapkan bahan bakar dan tungku bakar. Ada empat
tahap dalam pembakaran benda keramik yang didalamnya termasuk pula
tahap pengasapan, dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Penyusunan atau penataan
Penyusunan atau penataan benda keramik harus dilakukan
sebelumnya agar tidak kesulitan dalam pembongkaran.
b. Ngintir (api kecil)
Ngintir yaitu pembakaran dengan menggunakan api kecil yang
dilakukan selama 6 jam sampai 9 jam yang dimaksudkan supaya
kandungan air yang masih tersisa saat proses pengeringan menjadi habis.
c. Api besar
Pembakaran dengan menggunakan api besar dilakukan saat setelah
ngintir. Tujuan pembakaran ini adalah membuat benda keramik menjadi
keras, kuat dan padat sehingga tidak hancur jika terkena air, karena sifat
tanah liat yang akan lembek jika tekena air. Proses pembakaran dengan api
besar biasanya dilakukan selama 2 jam sampai 3 jam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
d. Pengasapan
Tahap pengasapan merupakan tahap akhir dalam pembakaran
benda keramik sebelum pembongkaran. Adanya tahap pengasapan
dimaksudkan untuk memberi warna merah kehitaman pada benda keramik.
Dalam proses pengasapan ini dibutuhkan waktu 2 jam sampai 3 jam pula
layaknya proses pembakaran api besar. Bahan yang digunakan dalam
proses ini adalah daun munggur.
Daun munggur merupakan sejenis daun dari pohon trembesi yang
banyak terdapat dihutan. Selain daun munggur, daun pisang dan daun
kelapa bisa juga digunakan dalam proses pengasapan akan tetapi karena
lebih boros maka Elvie Keramik menggunakan daun munggur sebagai
bahan bakar dalam proses pengasapan.
Gambar 4.70 Daun Munggur
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Setelah langkah-langkah dalam tahap pembakaran selesai, maka
saatnya untuk proses pembongkaran. Proses pembongkaran benda keramik
dilakukan setelah benda keramik menjadi dingin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
3. Finishing
Finishing merupakan tahapan terakhir dalam pembuatan benda
keramik. Dalam tahap ini biasa digunakan cat ataupun glasir, akan tetapi di
Industri Kerajinan Keramik Elvie finishing dilakukan dengan menggunakan
cat, dimana tahap finishing ini akan dilaksanakan apabila memperoleh
pesanan khusus dari konsumen yang menginginkan finishing cat. Selain
karena ada permintaan khusus, finishing cat merupakan siatat dalam menutupi
kerusakan pada benda keramik sehingga benda keramik tersebut tetap bisa
dipasarkan.
Adapun cat yang biasa digunakan adalah cat akrilik. Yang dimaksud
dengan cat akrilik disini adalah tembok dengan air sebagai bahan
pencampurnya karena harga cat tembok jauh lebih murah dibandingkan
dengan cat akrilik. Antara cat dan air tidak ditentukan perbandingan secara
tepat, jadi tingkat kekentalan maupun keenceran hanya diperkirakan sesuai
dengan kebutuhan. Dalam finishing cat, benda keramik dibakar tanpa melalui
proses nglambu yang mengakibatkan cat tidak bisa lengket dan tanpa melalui
pengasapan karena akan mempengaruhi hasil pewarnaan. Ada beberapa motif
finishing yang biasa dibuat diantaranya motif tembaga, motif batu, motif
marmer, dan motif lurik.
a. Motif Tembaga
Untuk menghasilkan benda keramik dengan finishing motif
tembaga, dibutuhkan cat mobil dengan langkah sebagai berikut:
1) Setelah benda keramik matang (dibakar), benda keramik tersebut
dibuat bertekstur kasar dengan menggunakan campuran lem dan
semen.
2) Diberi warna dasar hitam.
3) Dikuas secara pelan-pelan dengan warna cat yang diinginkan, dengan
tujuan agar hanya pada bagian tekstur yang timbul yang terkena warna.
4) Agar warna cat lebih kuat dan tahan lama langkah terakhir adalah
dimelamin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Gambar 4.71 Motif Tembaga
(Sumber: Dokumentasi Tiara AP, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
b. Motif Batu
Untuk menghasilkan finishing cat dengan motif batu dilakukan
dengan cara mengamplas terlebih dahulu benda keramik yang telah
dibakar, barulah diberi warna dasar abu-abu, kemudian dipercikkan secara
perlahan cat warna hitam dengan menggunakan kompresor atau sikat gigi
sehingga membentuk bintik-bintik. Selanjutnya dipercikkan lagi cat warna
putih dan bila dirasa belum sesuai dengan benda yang diinginkan bisa
ditambahkan lagi cat sesuai warna yang diinginkan. Setelah pengecatan
selesai barulah di beri melamin.
Gambar 4.72 Motif Batu
(Sumber: Dokumentasi Tiara AP, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
c. Motif Marmer
Cat yang diperlukan dalam finishing motif marmer adalah cat
akrilik (cat tembok).
Gambar 4.73 Motif Marmer
(Sumber: Dokumentasi Tiara AP, 2012)
d. Motif Lurik (Shampo)
Untuk membuat benda keramik dengan finishing motif lurik
digunakan campuran antara cat akrilik (cat tembok) dengan detergen atau
shampoo (yang menghasilkan busa) yang sebelumnya benda keramik yang
telah matang dihaluskan dengan menggunakan amplas dan diberi warna
dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Gambar 4.74 Motif Lurik
(Sumber: Dokumentasi Tiara AP, 2012)
e. Motif Bunga (Lukis)
Finishing cat dengan motif bunga seperti terlihat pada gambar 4.78
merupakan teknik finishing cat yang paling mudah, dimana dilakukan
dengan cara melukis motif yang kita inginkan pada permukaan benda
keramik dengan menggunakan cat akrilik (cat tembok) kemudian divernis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Gambar 4.75 Motif Bunga (Lukis)
(Sumber: Dokumentasi Tiara Angginadi P, 2012)
Sedangkan untuk benda keramik tanpa finishing cat biasanya hanya
di gosok-gosok menggunakan kain kelambu saat belum dibakar yaitu pada
proses nglambu, sehingga setelah proses pembakaran benda keramik akan
menjadi mengkilap.
D. Jenis Produk Yang Dihasilkan Elvie Keramik di Dukuh Sayangan
Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten
Jenis produk yang dihasilkan Elvie Keramik belakangan ini lebih banyak
berupa alat-alat rumah tangga, sedangkan untuk benda-benda hias seperti vas
tidak lagi diproduksi secara kecuali ada pemesanan khusus dengan harga yang
cocok. Alasan produksi barang hias dihentikan menurut penuturan ibu Suparni
adalah karena harga dipasaran yang tidak sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan
saat proses pembuatan sehingga sering membuat Elvie keramik merugi.
Sedangkan untuk jenis produk berupa peralatan rumah tangga masih
diproduksi karena permintaan dari konsumen yang cukup banyak dengan harga
yang sesuai. Produk tersebut adalah:
1. Gentho
Gentho dibuat dengan teknik putar tegak atau datar dengan finishing
tanpa cat dengan warna merah kehitaman, dimana berfungsi sebagai tempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
dawet. Gentho dibuat kedalam tiga ukuran (diameter x tinggi) yaitu ukuran
besar (38 x 28) cm, ukuran sedang (32 x 25) cm, dan ukuran kecil (27 x 22)
cm. Gentho ini dijual dengan harga tiap tiga satuan yaitu Rp 45.000.
2. Wajan
Wajan merupakan sebuah peralatan rumah tangga dimana berfungsi
sebagai alat penggorengan. Ada dua jenis wajan yang diproduksi Elvie
keramik yaitu Wajan dengan tangkai dan wajan serabi.
a. Wajan dengan tangkai
Wajan dengan tangkai ini terdiri dari tiga ukuran (diameter) yaitu
ukuran besar (38 cm), sedang (32 cm), dan ukuran kecil (25 cm). Untuk
ukuran besar dan ukuran sedang dibuat dengan menggunakan teknik
putar datar, sedangkan wajan dengan ukuran paling kecil dibuat dengan
teknik putar mirin, akan tetapi ketiganya menggunakan teknik finishing
yang sama yaitu finishing tanpa cat sahingga berwarna merah kehitaman.
Fungsi dari produk ini sendiri biasanya digunakan sebagai tempat
penyajian makanan di rumah makan, sehingga terlihat lebih alami. Harga
satuan wajan berbeda antara satu dengan yang lain tergantung pada
ukuran. Wajan ukuran besar dijual dengan harga Rp 13.000, wajan
ukuran sedang dijual dengan harga Rp 11.000, dan wajan berukuran kecil
adalah Rp 6.000
Gambar 4.76 Wajan dengan tangkai
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
b. Wajan Serabi
Wajan serabi berfungsi untuk membuat serabi. Bentuk wajan
serabi yang diproduksi Elvie keramik lebih menyerupai baskom yang
dibuat dalam dua ukuran (diameter) yaitu, ukuran besar ( 32 cm) dan
ukuran kecil (25 cm). Wajan Serabi ini dibuat dengan menggunakan
teknik putar datar dengan teknik finishing tanpa cat dan berwarna merah
kehitaman. Harga wajan serabi ukuran besar adalah Rp 10.000 sedangkan
wajan serabi ukuran kecil adalah Rp 7.000
Gambar 4.77 Wajan Serabi atau Baskom
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
3. Piring
Ada beberapa bentuk piring yang diproduksi Elvie keramik dengan
teknik yang berbeda, yaitu:
a. Piring Makan
Piring makan dibuat dengan teknik putar miring dengan teknik
finishing tanpa cat dimana warna yang dihasilkan adalah merah
kehitaman. Piring makan dibuat dengan ukuran diameter 24 cm, yang
dijual dengan harga Rp 3.000 untuk sebuah piring. Sesuai dengan nama
produk, fungsi dari piring ini yaitu piring untuk makan, yang dibuat
sangat sederhana tanpa terdapat detail motif pada permukaan benda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Gambar 4.78 Piring Makan
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
b. Piring Daun Pisang
Piring daun pisang dibuat dengan teknik cetak tekan dengan bentuk
cetakan menyerupai bentuk daun pisang. Piring daun pisang berwarna
merah kehitaman yang dibuat dengan teknik finishing tanpa cat. Piring
ini biasa digunakan sebagai tempat lauk pauk ataupun tempat buah.
Dengan ukuran 33 x 23 cm, harga sebuah piring daun pisang ini adalah
Rp 8.000
Gambar 4.79 Piring Daun Pisang
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
c. Piring Talas
Proses pembuatan piring talas ini sama dengan proses pada
pembuatan piring daun pisang yaitu dengan menggunakan teknik cetak
tekan, dimana cetakan yang digunakan berbentuk daun talas. Piring daun
talas berwarna merah kehitaman dengan teknik finishing tanpa cat
dengan ukuran 33 x 24 cm. Piring daunt alas dijual dengan harga Rp
7.000 tiap buah. Piring ini berfungsi sebagai tempat penyajian lauk pauk
dan buah.
Gambar 4.80 Piring Talas
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
d. Piring Pincuk
Piring pincuk dibuat dengan teknik cetak tekan, dengan bentuk
cetakan menyerupai pincukan daun pisang. Ada dua ukuran piring pincuk
(panjang x labar) cm, yaitu ukuran besar (32 x 30) cm, dan ukuran kecil
(24 x 22) cm. Piring pincuk dibuat dengan menggunakan teknik finishing
tanpa cat sehingga berwarna merah kehitaman. Harga piring pincuk
ukuran besar adalah Rp 11.000, sedangkan piring pincuk ukuran kecul
Rp 7.000. Fungsi dari piring ini biasanya digunakan untuk penyajian
makanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Gambar 4.81 Piring Pincuk
(Sumber: Dokumentasi Tiara A P, 2012)
e. Piring Pare
Piring pare merupakan piring dengan motif daun pare pada
permukaan atasnya yang dibuat dengan cara di gambar sesuai dengan
ukuran daun pare yang telah tersedia, kemudian pada sisi-sisinya diberi
tekstur titik-titik. Piring pare dibuat dengan teknik putar datar dengan
teknik finishing tanpa cat, sehingga piring berwarna merah kehitaman.
Piring pare tersedia dalam dua ukuran, yaitu ukuran besar dengan
diameter 38 cm, dan ukuran sedang dengan diameter 32 cm. Piring pare
biasa berfungsi sebagai tempat buah.
Gambar 4.82 Piring Pare
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
4. Layah
Layah atau cobek diberfungsi untuk menghaluskan bumbu masak.
Layah dibuat dengan teknik cetak tekan dengan warna merah kehitaman
karena menggunakan teknik finishing tanpa cat . Bentuk dari layah ini lebih
menyerupai piring dengan ukuran diameter 24 cm yang dijual dengan harga
Rp 2.000 tiap sebuah layah.
Gambar 4.83 Layah
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
5. Empluk
Empluk berfungsi sebagai wadah atau tempat gudeg yang
pembuatannya dengan menggunakan teknik putar miring, sedangkan finishing
menggunakan teknik finishing tanpa cat sehingga berwarna merah kehitaman.
Satu set empluk yang berisi tiga ukuran (diameter x tinggi) yaitu ukuran besar
(21 x 20) cm yang dijual dengan harga Rp 8.500, ukuran sedang (18 x 15) cm
dijual dengan harga Rp 6.000, dan ukuran paling kecil (16 x 12) cm dijual
dengan harga Rp 4.000.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Gambar 4.84 Empluk
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
6. Mangkuk Sup dan Lepek
Mangkuk sup beserta lepek dibuat dengan menggunakan teknik
putaran miring dengan bentuk sederhana tanpa motif pada permukaannya.
Mangkuk dengan ukuran diameter 14 cm dan tinggi 7 cm ini berfungsi
sebagai penyaji sup ataupun sayur yang berkuah. Mangkuk sup berwarna
merah kehitaman yang dibuat dengan teknik finishing tanpa cat. Harga sebuah
mangkuk sup beserta lepek adalah Rp 7.500.
Gambar 4.85 Mangkuk Sup
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
7. Mangkuk Ronde
Mangkuk ronde beserta tutupnya dibuat dengan teknik putaran
miring dengan warna merah kehitaman yang dihasilkan melelui teknik
finishing tanpa cat. Mangkuk ronde biasanyadigunakan sebagai tempat
menyajikan wedang ronde (minuman hangat khas jawa). Mangkuk ini dibuat
dengan ukuran diameter 11 cm da tinggi 6 cm yang dijual dengan harga Rp
5.000 tiap buah.
Gambar 4.86 Mangkuk Ronde
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Sedangkan untuk benda-benda hias yang diproduksi berupa vas-vas bunga
dengan berbagai bentuk dan ukuran dengan berbagai macam motif finishing cat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Gambar 4.87 Benda hias
(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)
Selain dari bendahias diatas adapula benda-benda hias yang biasa
digunakan untuk praktek dari sekolah-sekolah yang mengunjungi Elvie Keramik.
benda-benda ini biasanya dibakar tanpa melalui finishing kelambu maupun cat.
Gambar 4.88 Benda praktek anak sekolah
(Sumber: Dokumentasi Desa Purnamasari, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai latar
belakang berdirinya Industri Kerajinan Keramik Elvie, proses produksi
kerajinan keramik Elvie, dan jenis produk yang dihasilkan Elvie Keramik,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Keramik merupakan suatu benda atau barang yang terbuat dari tanah
liat atau lempung yang kemudian mengalami proses pengerasan
melalui pembakaran suhu tinggi. Kerajinan keramik merupakan
produk budaya yang memiliki peranan penting dalam hubungan
manusia dengan masa lalu, yang mana telah ada sejak jaman
neolitikum. Elvie Keramik yang terletak di Dukuh Sayangan Rt.01
Rw. 01 Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten telah berdiri
pada tahun 2000 yang merupkan warisan turun-temurun dari orang tua
Ibu Suparni yang kemudian dilanjutkan bersama sang suami yaitu
Bapak Triyono. Berdirinya Elvie Keramik dilatarbelakangi oleh
keterbatasan modal yang dimiliki dan adanya sumber daya manusia
yang cukup memadai, disamping itu kecintaan Bapak Triyono pada
kesenian juga merupakan hal utama yang melatarbelakangi berdirinya
Elvie Keramik sehingga melahirkan ide-ide baru dan keramik dengan
kualitas yang baik. Elvie itu sendiri diperoleh dari nama sang anak
yang diharapkan kelak dapat mewarisi industri kerajinan ini.
2. Proses produksi keramik di Elvie Keramik melalui beberapa tahap
yaitu tahap persiapan, proses, dan tahap finishing. Tahap persiapan
meliputi persiapan desain, alat, bahan, dan persiapan teknik. Desain
biasanya merupakan kreativitas dari bapak Triyono ataupun
rekomendasi dari konsumen, persiapan alat meliputi skrap, senar
pancing, besi janur, plastik, kain kelambu, dan meja putar (datar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
miring) serta alat cetakan yang terbuat dari gips dan tungku bakar.
Persiapan bahan berupa campuran tanah liat (merah dan hitam) serta
pasir yang diolah melalui teknik manual dan teknik masinal. Yang
terakhir adalah persiapan teknik yang akan digunakan dalam proses
produksi keramik yaitu teknik putar tegak atau datar dan teknik putar
miring serta teknik cetak tekan.
Pada tahap proses, yaitu proses pembuatan, proses pengeringan sampai
proses pembakaran. Proses pembuatan produk baik itu teknik putar
tegak atau datar, teknik putar miring maupun teknik cetak tekan harus
melalui lima proses yaitu: Mbodi, Mbubut, Mblabur, Ngelus, dan
Nglambu. Pada proses mbodi dengan menggunakan teknik putaran
datar dan putaran miring dilakukan dalam 4 tahap yaitu: ngeplok,
plotot, ngurat, dan natap, sedangkan untuk cetak tekan ngeplok
disesuaikan dengan pola cetakan yang kemudian diiris dan siap ditekan
dalam cetakan tertentu.
Setelah benda keramik selesai dibuat maka tahap selanjutnya adalah
tahap pengeringan yang dilakukan dengan cara diangin-anginkan
selama 4 sampai 7 hari. Lama tidaknya proses pengeringan
dipengaruhi oleh cuaca.
Setelah benada keramik benar-benar kering, barulah siap dibakar
dengan menggunakan tungku pembakaran berbahan bakar kayu
melalui proses penyusunan atau penataan, ngintir (api kecil) api besar,
dan pengasapan dengan menggunakan daun munggur.
Tahapan terakhir dalam proses produksi adalah finishing yang
biasanya dilakukan menggunakan finishing cat (bila memperoleh
pesanan khusus dari konsumen.) dan finishing kelambu (tanpa cat)
3. Jenis produk yang dihasilkan di Elvie Keramik meliputi produk
peralatan rumah tangga, benda hias, dan benda yang biasanya dibuat
untuk praktek kunjungan dari sekolah-sekolah. Produk peralatan
rumah tangga yang dihasilkan yaitu: Gentho (wadah atau tempat
dawet), Wajan dengan tangkai, Wajan serabi(baskom), Piring Makan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Piring Daun Pisang, Piring Talas, Piring Pincuk, Piring Pare, Layah
(Cobek), Empluk (tempat gudeg), Mangkuk Sup beserta Lepek, dan
Mangkuk Ronde. Sedangkan produk benda hias yang dihasilkan
adalah berupa vas-vas bunga dengan berbagai bentuk dan ukuran.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adanya Industri Kerajinan
Keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi
Kabupaten Klaten dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk terus
menggali potensi daerahnya yang harus dikembangkan.
C. SARAN
Berdasarkan implikasi dari penelitian mengenai Industri Kerajinan
Keramik Elvie di Dukuh Sayangan Desa Melikan Kecamatan Wedi
Kabupaten Klaten diatas maka dapat diberikan saran yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Pengrajin
a. Perlu menjaga keseimbangan produk dengan membuat strategi
produksi antara produk dengan desain konvensional dengan desain
baru
b. Perlu mencantumkan label perusahaan pada produk keramik.
c. Perlu menambah strategi pemasaran dengan memanfaatkan
kecanggihan teknologi sebagai terobosan baru seperti pemanfaatan
website sebagai media pemasaran secara online.
2. Bagi Pemerintah
a. Perlu adanya bantuan baik teknis maupun manajemen untuk
meningkatkan permodalan, manajemen, produktivitas pengrajin
keramik di Desa Melikan.
b. Perlu mengadakan pelatihan yang kontinyu mengenai
pengembangan desain dan teknik pembuatan keramik sehingga
dapat menghasilkan desain yang lebih variatif dengan kualitas
produk yang dapat dipercaya sekaligus marketable.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
3. Bagi Sekolah
a. Perlu memasukkan mata pelajaran keramik sebagai kegiatan
apresiasi anak.
b. Perlu mengadakan kunjungan yang kontinyu ke pengrajin untuk
belajar teknik pembuatan keramik secara langsung.