15
SIH 20122:2015 SIH Standar Industri Hijau INDUSTRI PUPUK BUATAN TUNGGAL HARA MAKRO PRIMER

INDUSTRI PUPUK BUATAN TUNGGAL HARA MAKRO …bppi.kemenperin.go.id/modules/blog/datafiles/FILE_CEBBF4-6F2AC8-4… · 4 Simbol dan singkatan istilah ... 8 Diagram Alir ... 3.1 Industri

  • Upload
    lenga

  • View
    239

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

SIH 20122:2015

SIH Standar Industri Hijau

INDUSTRI PUPUK BUATAN TUNGGAL HARA MAKRO PRIMER

1| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

Daftar isi

Daftar isi ........................................................................................................................... 1

Prakata ............................................................................................................................. 2

1 Ruang Lingkup ............................................................................................................ 3

2 Acuan ......................................................................................................................... 3

3 Definisi ....................................................................................................................... 3

4 Simbol dan singkatan istilah ......................................................................................... 5

5 Persyaratan Teknis ...................................................................................................... 6

6 Persyaratan Manajemen ............................................................................................. 10

7 Bibliografi ................................................................................................................. 12

8 Diagram Alir .............................................................................................................. 12

2| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

Prakata

Standar Industri Hijau (SIH) Industri Pupuk Buatan Tunggal Hara Makro Primer disusun dengan maksud untuk menunjang pengembangan industri pupuk di Indonesia yang berdaya saing handal dan berkelanjutan. Standar ini disusun dan dirumuskan oleh Tim Teknis Pupuk Buatan Tunggal Hara Makro Primer melalui proses telaahan yang melibatkan stake holder, diantaranya wakil-wakil dari pihak produsen, asosiasi, dan instansi pemerintah, serta merupakan hasil konsensus bersama.

3| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

Industri Pupuk Buatan Tunggal Hara Makro Primer

1 Ruang Lingkup

Standar ini menguraikan definisi, persyaratan kriteria, batasan, metode verifikasi, serta

persyaratan manajemen bagi industri pupuk, khususnya pupuk buatan tunggal hara makro

primer.

Ruang lingkup Standar Industri Hijau untuk industri pupuk buatan tunggal hara makro primer

mencakup aspek-aspek:

A. Persyaratan Teknis

1. Bahan baku

2. Bahan penolong

3. Energi

4. Air

5. Proses produksi

6. Produk

7. Kemasan

8. Limbah

9. Emisi CO2

B. Persyaratan Manajemen

1. Kebijakan dan organisasi

2. Perencanaan strategis

3. Pelaksanaan dan pemantauan

4. Tinjauan Manajemen

2 Acuan

• SNI 2801-2010 Pupuk Urea atau revisinya

• SNI 02-3769-2005 Pupuk Super Fosfat (SP-36) atau revisinya

• SNI 02-1760-2005 Pupuk Amonium Sulfat (ZA) atau revisinya

• SNI ISO 9001:2008 Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan atau revisinya

• SNI 1SO 14001:2004 Sistem Manajemen Lingkungan – Persyaratan dan panduan

penggunaan atau revisinya

• SNI ISO 50001:2012 Sistem Manajemen Energi atau revisinya

3 Definisi

3.1 Industri Hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat.

4| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

3.2 Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsesus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

3.3 Standar Industri Hijau adalah standar untuk mewujudkan Industri Hijau yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

3.4 Perusahaan industri adalah setiap orang yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri yang berkedudukan di Indonesia.

3.5 Pupuk adalah suatu bahan organik atau anorganik, mengandung satu atau lebih jenis unsur hara, yang ditambahkan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud untuk menambah unsur hara yang diperlukannya dan meningkatkan produksi.

3.6 Pupuk Hara Makro Tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu jenis unsur hara dari empat unsur hara N (nitrogen), P (phosfat), K (kalium) dan Mg (magnesium).

3.7 Bahan baku adalah bahan mentah, barang setengah jadi, atau barang jadi yang dapat diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.

3.8 Bahan penolong (auxiliaries) adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi yang sifatnya hanya membantu atau mendukung kelancaran proses produksi.

3.9 Bahan bakar fosil adalah bahan bakar tradisional berbasis karbon yang tak terbarukan yang digunakan di industri, misalnya gas bumi, batubara, dan minyak bumi.

3.10 Bahan bakar alternatif adalah substitusi bahan bakar fosil dengan bahan lain termasuk limbah.

3.11 COA (Certificate of Analysis) adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pihak berwenang atau lembaga terakreditasi yang menjelaskan keaslian dan kualitas dari suatu barang atau produk.

3.12 SDS (Safety Data Sheet) adalah lembar data keselamatan (LDK) yang berisi informasi mengenai sifat-sifat zat kimia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan zat kimia, pertolongan apabila terjadi kecelakaan, penanganan zat yang berbahaya dan merupakan protokol keselamatan dan keamanan kerja, digunakan secara luas di dalam laboratorium, industri, serta pihak-pihak yang bekerja dengan bahan kimia.

3.13 Air demin (air demineralisasi) adalah air bebas mineral yang dihasilkan dari proses demineralisasi air baku, yang dipergunakan sebagai umpan ke boiler untuk menghasilkan steam.

3.14 OEE (Overall Equipment Effectiveness) adalah metode pengukuran terhadap performance yang berhubungan dengan ketersediaan (availability) proses, produktivitas dan kualitas yang berfungsi untuk mengetahui efektivitas penggunaan mesin, peralatan, waktu serta material dalam sebuah sistem operasi di industri.

3.15 Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan limbah pada sumbernya.

3.16 Reuse (penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.

3.17 Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan fisika, kimia, dan biologi.

5| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

3.18 Recovery (ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia dan biologi.

3.19 Bahan Kimia Berbahaya adalah bahan kimia baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi.

3.20 Verifikasi adalah proses atau prosedur konfirmasi melalui penyediaan bukti obyektif, bahwa persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi.

3.21 Package Boiler adalah pembangkit steam yang bekerja dengan menggunakan panas pembakaran sendiri

3.22 Waste Heat Boiler adalah pembangkit steam yang bekerja dengan memanfaatkan panas buang

4 Simbol dan singkatan istilah

BDP : Best Demonstrated Production

BML : Baku Mutu Lingkungan

CoA : Certificate of Analysis

CO2 : Karbon Dioksida

GRK : Gas Rumah Kaca

GTG : Gas Turbin Generator

H2SO4 : Asam Sulfat

IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah

IPLC : Izin Pembuangan Limbah Cair

kWh : kiloWatt hour

KPI : Key Performance Indicator

Limbah B3 : Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

MJ : Mega Joule

mmbtu : millions metric British Thermal Unit

NaOH : Natrium Hidroksida

NH3 : Amoniak

OEE : Overall Equipment Effectiveness

SDS : Safety Data Sheet

WHB : Waste Heat Boiler

6| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

5 Persyaratan Teknis

No Aspek Kriteria Batasan Metode Verifikasi

1. Bahan Baku 1.1. Sumber bahan baku

1.1.1. Internal (produksi sendiri) 1.1.2. Eksternal

1.2. Spesifikasi bahan baku 1.3. Penanganan bahan baku

Bahan baku diproduksi sendiri dengan menjalankan praktek terbaik (best available technique) dalam proses produksi. Pihak eksternal (pemasok) menyediaan bahan baku sesuai dengan persyaratan proses dan kualitas pabrik. Spesifikasi bahan baku diketahui. Prosedur penanganan bahan baku.

Periksa laporan hasil produksi bahan baku, proses produksi, tata letak pabrik, serta diagram alir proses produksi bahan baku. Periksa laporan penerimaan bahan baku dari pemasok, sertifikat bahan baku (seperti CoA, SDS, dll), serta izin terkait seperti izin impor jika bahan baku berasal dari luar negeri. Periksa spesifikasi bahan baku berdasarkan dokumen atau sertifikat bahan baku (CoA dan SDS). Periksa dokumen prosedur penanganan bahan baku (prosedur penerimaan, penyimpanan, pengangkutan dan pemakaian).

1.4. Penggunaan bahan baku (utama) untuk produksi pupuk

a. Urea

Maksimum 0,62 ton amoniak/ ton urea,

maksimum 0,8 ton CO2 / ton urea.

b. SP 36 Maksimum 0,8 ton fosfat alam/ ton SP36

c. ZA - Proses Cair:

Maksimum 0,32 ton amoniak/ton ZA

Periksa kebenaran perhitungan penggunaan bahan baku terhadap produk pupuk periode satu tahun terakhir. Periksa perhitungannya sesuai dengan lampiran dokumen ini.

7| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

No Aspek Kriteria Batasan Metode Verifikasi

Maksimum 0,83 ton asam sulfat/ton ZA

- Proses Padat

Maksimum 1,5 ton gypsum/ton ZA

2. Bahan Penolong

Bahan tambahan yang dibutuhkan dalam proses produksi (Katalis, Asam Sulfat, dan Natrium Hidroksida)

Penggunaan bahan penolong sesuai dengan ketentuan (persyaratan atau formula) yang ditetapkan perusahaan.

a. Penggunaan berdasarkan umur teknis katalis.

b. Kebutuhan maksimum 0,75 kg H2SO4 /m

3 air demin.

c. Kebutuhan maksimum 1,3 kg NaOH/m3 air demin.

Periksa dokumen (realisasi) penggunaan bahan penolong (katalis, asam sulfat, natrium hidroksida) dan ketentuan yang dipersyaratkan.

3. Energi

3.1. Konsumsi Energi

a. Urea Maksimum 37 mmbtu/ ton urea (mulai berproduksi sebelum tahun 1995)

b. Urea Maksimum 33 mmbtu/ ton urea (mulai berproduksi setelah tahun 1995)

c. SP 36 Maksimum 1,2 mmbtu/ ton SP 36.

d. ZA - Proses Cair:

Maksimum 16 mmbtu/ ton ZA.

- Proses Padat: Maksimum 4,5 mmbtu /ton ZA.

Periksa laporan perhitungan pemakaian gas untuk produksi masing-masing pupuk periode satu tahun terakhir sesuai dengan Lampiran pada dokumen ini.

8| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

No Aspek Kriteria Batasan Metode Verifikasi

3.2. Pemanfaatan Panas di Utilitas

3.2.1. Konsumsi gas/steam 3.2.2. Pemanfaatan WHB

a. Package boiler:

Maksimum 3,3 mmbtu/ ton steam.

b. WHB: Maksimum 2,3 mmbtu/ ton steam.

Pemanfaatan WHB disetarakan dengan penggunaan gas bumi minimum sebesar 1 mmbtu/ton steam

Periksa dokumen pemanfaatan gas buang dari GTG yang dimanfaatkan untuk WHB

Periksa dokumen pemanfaatan WHB dari GTG

4. Air Total konsumsi air per total berat produk pupuk

a. Urea Maksimum 5,5 m3/ ton urea.

b. SP 36 Maksimum 4,5 m3/ ton SP 36.

c. ZA - Proses Cair:

Maksimum 3,8 m3/ ton ZA

- Proses Padat: Maksimum 2,6 m3 /ton ZA

Periksa laporan perhitungan pemakaian air (air demin) untuk proses produksi pupuk periode satu tahun terakhir sesuai dengan lampiran dokumen ini.

5. Proses produksi

Kinerja Peralatan yang dinyatakan dalam OEE

Minimum 70%

Periksa kinerja peralatan / operasional yang disediakan oleh perusahaan industri periode satu tahun terakhir sesuai dengan lampiran dokumen ini.

6. Produk Pupuk Spesifikasi produk pupuk

Sesuai spesifikasi SNI: Mutu produk memenuhi standar produk kimia untuk Pupuk • SNI 2801-2010

Pupuk Urea atau revisinya

• SNI 02-3769-2005 Pupuk Super Fosfat (SP-36) atau revisinya

Periksa mutu produk berdasarkan laporan hasil uji laboratorium yang terakreditasi, berdasarkan standar SNI atau revisinya serta standar lainnya dan bandingkan dengan standar yang diacu.

9| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

No Aspek Kriteria Batasan Metode Verifikasi

• SNI 02-1760-2005 Pupuk Amonium Sulfat (ZA) atau revisinya

7. Kemasan Spesifikasi mutu kemasan produk

Mutu kemasan produk yang digunakan memenuhi standar SNI, atau revisinya serta standar lainnya.

Periksa mutu kemasan produk berdasarkan laporan hasil uji laboratorium yang terakreditasi, berdasarkan standar SNI atau revisinya serta standar lainnya dan bandingkan dengan standar yang diacu

8. Limbah

Pengelolaan limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri pupuk meliputi: 8.1. Pengelolaan limbah cair 8.2. Pengelolaan limbah padat (Limbah B3 dan Limbah non B3) 8.3. Pengelolaan limbah gas

Memenuhi baku mutu lingkungan dan perijinan sesuai ketentuan perundang-undangan. Memiliki IPAL dan izin pembuangan limbah cair. Mengacu pada rencana pengelolaan limbah padat yang tertuang dalam dokumen lingkungan yang telah disetujui Mengacu pada rencana pengelolaan kualitas udara (udara ambient dan emisi gas buang) sebagaimana tertuang dalam dokumen lingkungan hidup, dan memastikan parameter kualitas udara sesuai BML.

Periksa baku mutu lingkungan berdasarkan hasil uji laboratorium yang terakreditasi, serta dokumen Pengelolaan dan/atau Pemantauan limbah periode satu tahun terakhir dan bandingkan dengan standar yang diacu. Periksa keberadaan IPAL, kondisi operasional IPAL (berfungsi atau tidak), serta bukti kepemilikan izin pembuangan limbah cair periode satu tahun terakhir. Periksa cara pengelolaan limbah padat dan ketentuan yang tertuang dalam dokumen pengelolaan lingkungan periode satu tahun terakhir. Periksa implementasi program dan data hasil pemantauan kualitas udara (ambient dan emisi), bandingkan dengan peraturan yang berlaku.

10| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

No Aspek Kriteria Batasan Metode Verifikasi

9. Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

Tingkat emisi CO2 equivalent (CO2 eq) pada proses pembuatan pupuk

Tingkat emisi CO2

maksimum 1,6 ton CO2 eq /ton urea.

Periksa hasil perhitungan emisi CO2, dan/atau laporan pengukuran atau pemantauan emisi GRK sesuai dengan lampiran dokumen ini.

6 Persyaratan Manajemen

No Aspek Kriteria Batasan Metode Verifikasi

1. Kebijakan dan Organisasi

1.1. Kebijakan Industri Hijau

Perusahaan wajib memiliki kebijakan tertulis Penerapan Industri Hijau

Periksa dokumen kebijakan penerapan industri hijau yang ditandatangani oleh pimpinan puncak

1.2. Organisasi Industri Hijau

a. Keberadaan organisasi dan tim pelaksana penerapan industri hijau di perusahaan

b. Program pelatihan/ peningkatan kapasitas SDM tentang industri hijau

Periksa dokumen penetapan organisasi dan tim pelaksana penerapan industri hijau yang ditandatangani oleh pimpinan puncak

Periksa sertifikat/bukti pelatihan/peningkatan kapasitas SDM tentang industri hijau

1.3. Sosialisasi Kebijakan dan Organisasi Industri Hijau

Terdapat kegiatan sosialisasi kebijakan dan organisasi industri hijau di perusahaan

Periksa bukti kehadiran atau dokumentasi atau fotokopi media sosialisasi tentang kebijakan dan organisasi industri hijau di perusahaan

2. Perencanaan Strategis

2.1. Tujuan dan Sarasan Industri Hijau

Perusahaan memiliki Rencana strategis (Renstra) dan program untuk mencapai tujuan dan sasaran dari kebijakan penerapan Industri Hijau

Periksa dokumen tujuan dan sasaran penerapan Industri Hijau di perusahaan

2.2. Perencanaan Strategis dan Program

Perusahaan memiliki Rencana strategis (Renstra) dan program untuk mencapai tujuan dan sasaran dari kebijakan penerapan Industri Hijau

Periksa dokumen Renstra dan Program yang mencakup :

- Efisiensi penggunaan bahan baku

- Efisiensi penggunaan energi

11| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

No Aspek Kriteria Batasan Metode Verifikasi

- Efisiensi penggunaan air;

- Konservasi energi - Konservasi air - Pengurangan emisi

GRK - Pengurangan limbah

(B3 dan Non B3) - Jadwal pelaksanaan,

penanggung jawab, dan alokasi dana

Dokumen Renstra dan Program ditandatangani oleh pimpinan puncak

3. Pelaksanaan dan pemantauan

3.1. Pelaksanaan Program

Program dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan dilaporkan secara berkala kepada manajemen serta mendapatkan persetujuan dari manajemen puncak

Periksa bukti pelaksanaan program:

- Dokumentasi pelaksanaan program Efisiensi

penggunaan bahan baku,

Efisiensi penggunaan energi

Efisiensi penggunaan air

Konservasi energi Konservasi air

Pengurangan emisi GRK

Pengurangan limbah (B3 dan Non B3)

- Dokumentasi realisasi alokasi anggaran untuk pelaksanaan program yang telah direncanakan

- Bukti persetujuan pelaksanaan program dari manajemen puncak

3.2. Pemantauan Program

Pemantauan program dilaksanakan secara berkala dan hasilnya dilaporkan sebagai bahan tinjauan manajemen puncak dan masukan dalam melakukan perbaikan berkelanjutan

Periksa laporan hasil pemantauan program dan bukti pendukung baik yang dilakukan secara internal maupun eksternal. Laporan yang dilakukan secara internal, divalidasi oleh manajemen puncak.

12| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

7 Bibliografi

Undang - Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian.

Undang - Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.

Undang - Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun 2009 tentang Konservasi Energi.

EU IPPC Reference Document on Best Available Techniques for the Manufacture of Large Volume Inorganic Chemicals - Ammonia, Acids and Fertilisers (2006)

European Fertilizer Manufacturers Association (EFMA) (2000)

International Energy Agency (IEA): Tracking Industrial Energy Efficiency and CO2 Emissions in Support of the G8 Plan of Actions (2007)

Kementerian Lingkungan Hidup, Metodologi Penghitungan Tingkat Emisi GRK Proses Industri, dan Pengunaan Produk

Kementerian Perindustrian, Petunjuk Teknis Perhitungan Emisi GRK Sektor Industri, 2012.

8 Diagram Alir

8.1. Diagram alir proses produksi ammoniak (sumber: PT. Petrokimia Gresik)

13| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

8.2. Diagram alir proses produksi urea (sumber: PT. Petrokimia Gresik)

8.3. Diagram alir proses produksi ZA (sumber: PT. Petrokimia Gresik)

(a). Produksi ZA I/III

14| S I H P u p u k B u a t a n T u n g g a l H a r a M a k r o P r i m e r

SIH 20122:2015

(b). Produksi ZA II