Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
INDUSTRI KARAGINAN
Disusun Oleh :
Dyah Putri Fuji Lestari (135030200111009)
Rendy Agung Permana (135030200111021)
Kartiko Renaldy R. H. U. (135030200111028)
PRODI ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
Juni 2014
I. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 13.600
pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hampir dua pertiga dari luas
negara Republik Indonesia terdiri dari laut, sehingga negara RI dikatakan
sebagai negara maritim. Kondisi perairan Indonesia yang luas dan subur
mencerminkan potensi hasil laut yang cukup tinggi. Disamping fauna laut
yang beraneka ragam, dijumpai juga flora laut seperti algae yang dapat
dimanfaatkan untuk makanan, obat-obatan dan bahan baku farmasi lainnya.
Berbagai keunggulan komparatif ini bisa menjadikan rumput laut
sebagai komoditas andalan. Pemanfaatan rumput laut dalam industri
pengolahan pangan maupaun non pangan pun semakin beragam. Diharapkan
dengan didirikannya pabrik karaginan dapat memenuhi kebutuhan karaginan
di dalam negeri maupun di pasar dunia, serta untuk menambah devisa negara
dari sektor industri rumput laut.
Proses pembuatan karaginan ada 3 macam, yaitu Proses Freeze
Thaw, Proses Gel Press, Proses Alcohol Precipitation. Jenis produk yang
dihasilkan adalah berupa ekstraksi dari rumput laut berupa tepung karaginan.
Karaginan ini dapat digunakan di industry makanan, farmasi, cat, kosmetika,
dll. Target pemasaran produk merupakan masyarakat dunia yang mana
karaginan ini berguna untuk berbagai macam obat maupun bahan baku
industri. Pemasaran produk ini akan dikemas per satuan kilogram untuk
memudahkan pihak konsumen dalam membeli karaginan. Dan akan
digunakan pihak distributor untuk pemasarannya.
Modal yang digunakan untuk membangun industry karaginan ini
didapat dari investor, dana pribadi dan kelompok, serta bantuan langsung dari
pihak kelautan yang berwenang membudidayakan atau melestarikan SDA
rumput laut. Dengan modal yang didapat akan digunakan untuk
mengembangkan bisnis karaginan ini. Bisnis karaginan ini tidak hanya untuk
menambah devisa Negara dengan karaginan yang diekspor, melainkan
industry karaginan ini juga mengurangi angka pengangguran yang ada di
Indonesia mengingat banyaknya angka pengangguran dan banyaknya Sumber
Daya Manusia yangdiperlukan dalam mengembangkan industri karaginan.
II. RINGKASAN INDUSTRI
Dewasa ini kebutuhan akan karaginan terus mengalami
peningkatan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan industri sebagai
bahan dalam industri makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, dan industri
lainnya.
Karaginan, telah dikenal sejak abad 19 dan semula dikembangkan
dari rumput laut merah kecil Irish Moss yang biasa tumbuh di perairan dingin.
Industri karaginan berkembang pesat dengan ditemukannya berbagai jenis
rumput laut lain yang mengandung karaginan tinggi dan dapat dibudidayakan
di perairan tropis dengan biaya relatif murah. Volume pasar sekitar 15.000-
20.000 ton / tahun dengan penyebaran Eropa (35 %), Asia Pasifik (25 %),
Amerika Utara (25 %) dan Amerika Selatan (15 %). Penggunaan karaginan
mayoritas untuk industri makanan dan kosmetika.
Industri karaginan di Indonesia didirikan sejak tahun 1988.
Menurut Asosiasi Pengusaha Budaya dan Industri Rumput Laut Indonesia
(APBIRI), sampai pada tahun 1994 jumlah industri karaginan sebanyak 8
perusahaan yang memproduksi karaginan jenis refined maupun jenis semi
refined dengan kapasitas terpasang 2.245 ton/tahun untuk semi refined dan 410
ton/tahun untuk jenis refined karaginan. Data industri karaginan yang terdapat
di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1:
Nama Perusahaan Produksi Semi Refined Produksi Refined Bahan Baku
(ton) (ton) (ton)
Bantimurung 5/powder - 20
Galic 1200/powder - 4200
Seamatech 600/cheeps - 3600
Phoenix 100/cheeps - 300
Karaginan murni - 10 35
S I A - 180 960
Centram 240/cheeps 120 1800
Indoking 100/powder 100 800
Jumlah 2245 410 11715
(Purwoto, H, Jurnal BPPT)
Di Indonesia industri pengolahan karaginan murni sudah mulai
dikembangkan di Lombok dan Sulawesi Selatan, yang hasil produknya sebagian
diekspor dan sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Produksi karaginan di Indonesia sekitar 4000 - 4500 ton, untuk ekspor sekitar
3200 - 3500 ton dan sisanya dipasarkan di dalam dalam negeri. Kebutuhan dalam
negeri masih kurang dan selama ini dipenuhi dari impor (Teknologi Pemanfaatan
Rumput Laut, Dept.Kelautan dan Perikanan). Dibandingkan dengan negara-
negara lain penghasil rumput laut yang mengandung karaginan, maka rumput laut
yang mengandung karaginan di Indonesia termasuk kedua terbesar setelah
Filipina.
Industri karagenan ini sangat cocok dikembangkan di daerah
Indonesia bagian utara maupun selatan, karena perairan Indonesia sangat kaya
untuk pembudidayaan rumput laut terutama rumput laut untuk bahan baku
karagenan. Bahan yang dihasilkan dari karaginan ini berupa ekstraksi dari rumput
laut sehingga menghasilkan tepung karagenan yang berfungsi di berbagai industri
seperti industry makanan, kosmetika, farmasi, dan lain-lain. Untuk tempat
pengembangan industry ini diletakkan dengan bahan baku karena bahan baku
yang segar dan baik dapat menghasilkan karagenan yang berkualitas baik.
Sehingga proses produksi pun harus dilakukan dekat dengan bahan baku. Begitu
juga dengan proses pengepakan produk, dilakukan di tempat pemrosesan, karena
hasil industry ini berupa tepung ekstraksi, maka penempatan pengepakan yang
dekat dengan proses yang lain akan lebih memudahkan dan akan mengurangi
resiko kerusakan yang terjadi pada tepung ekstraksi. Oleh karena itu, industry ini
memerlukan lahan yang luas, sekitar 1,7 ha.
Industri ini akan memakan waktu yang sangat lama apabila
dikerjakan secara manual saja, sehingga perlu adanya mesin berat atau mesin
pembantu yang memudahkan proses ekstraksi sehingga karagenan yang
dihasilkan akan lebih banyak dan lebih baik dalam hal ini diperlukan juga sumber
daya manusia yang paham akan ilmu quality control. Dalam industri ini
diperlukan sumber daya alam dam sumber daya manusia yang seimbang, sehingga
industry ini dapat berjalan dengan baik dan efisien, serta menghasilkan profit yang
tinggi
III. PRODUK DAN DESKRIPSI PELAYANAN
3.1 Karaginan
Karaginan merupakan polisakarida yang diekstraksi dari rumput
laut merah dari genus Chondrus, Eucheuma, Gigartina, Hypnea, Iradea dan
Phyllophora. Polisakarida ini merupakan galaktan yang mengandung ester
asam sulfat antara 20-30% dan saling berikatan dengan ikatan α(1,3) dan
β(1,4) glikosidik secara berselang seling. Karaginan dibedakan dengan agar
berdasarkan kandungan sulfatnya, karaginan mengandung minimal 18% sulfat
sedang agar-agar hanya mengandung sulfat 3-4% (Food Chemical Codex,
1974).
Menurut Hellebust dan Cragie (1978), karaginan terdapat dalam
dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan karaginan merupakan
bagian penyusun yang besar dari berat kering rumput laut dibandingkan
dengan komponen yang lain. Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-
macam polisakarida Rhodophyceae, seperti yang tercantum dalam Federal
Register, polisakarida tersebut harus mengandung 20 % sulfat berdasarkan
berat kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan. Berat molekul
karaginan tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100 - 800 ribu (deMan,1989).
Dalam dunia perdagangan karginan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
kappa, iota dan lamda karaginan.Kappa karaginan dihasilkan dari rumput laut
jenis Eucheuma cottonii, iota karaginan dihasilkan dari Eucheuma spinosum,
sedangkan lambda karaginan dari Chondrus crispus.
Secara khusus, karaginan memiliki sifat-sifat yang sangat mendominasi dan
karena sifat-sifat tersebut karaginan banyak digunakan dalam berbagai industri
terutama dalam aplikasi pangan. Sifat-sifat tersebut antara lain :
a. Kelarutan
Kelarutan karaginan dalam air tergantung dari jenis karaginan,suhu, pH,
kandungan ion, dan bahan terlarut lain. Suryaningrum (1988) menyatakan
bahwa karaginan dapat membentuk gel secara reversibel artinya dapat
membentuk gel pada saat pendinginan dan kembali cair pada saat dipanaskan.
Pembentukan gel disebabkan karena terbentuknya struktur heliks rangkap yang
tidak terjadi pada suhu tinggi. Kelarutan kappa-karaginan dalam berbagai
medium dapat dilihat pada tabel 2.1:
Tabel 2.1Kelarutan Kappa-Karaginan pada Berbagai Medium
Medium Kappa-Karaginan
Air panas Larut di atas 60 0C
Air dingin Larut dalam garam Na+
Susu panas Larut
Susu dingin Kental
Susu dingin (Tetrasodium pyrophosphate) Mengental atau membentuk gel
Larutan gula pekat Larut dalam keadaan panas
Larutan garam pekat Tidak larut
Pelarut organic Tidak larut
b. Viskositas dan Berat Molekul
Viskositas karaginan bergantung pada konsentrasi, suhu, adanya zat terlarut
yang lain, tipe karaginan, serta berat molekulnya.Karaginan yang dijual secara
komersial umumnya mempunyai viskositas antara 5 sampai 800 cps.
Gambar 2.1 Perbandingan antara berat molekul dan viskositas
Keterangan : A. Karaginan dengan kandungan utama garam natrium
B. Karaginan dengan kandungan utama garam kalsium
(FAO Team, 1990)
c. Gelling dan Melting Temperature
Kappa-karaginan dan iota-karaginan merupakan fraksi yang mampu
membentuk gel dalam air dan bersifat reversible yaitu meleleh jika dipanaskan
dan membentuk gel kembali jika didinginkan. Proses pemanasan dengan suhu
yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan polimer
karaginan dalam larutan menjadi random coil (acak). Bila suhu diturunkan,
maka polimer akan membentuk struktur double helix (pilinan ganda) dan
apabila penurunan suhu terus dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat
silang secara kuat dan dengan makin bertambahnya bentuk heliks akan
terbentuk agregat yang bertanggung jawab terhadap terbentuknya gel yang kuat
(Glicksman, 1969). Jika diteruskan, ada kemungkinan proses pembentukan
agregat terus terjadi dan gel akan mengerut sambil melepaskan air. Proses
terakhir ini disebut sineresis (Fardiaz, 1989). Gelling temperature dari κ-
karaginan dan iota- karaginan dapat dilihat pada Gambar 2.2:
Gambar 2.2Gelling temperature dari κ-karaginan dan iota- karaginan
Konsistensi gel dipengaruhi beberapa faktor antara lain: jenis dan tipe
karaginan, konsistensi, adanya ion-ion serta pelarut yang menghambat
pembentukan hidrokoloid (Towle, 1973).
d. Stabilitas pH
Karaginan dalam larutan memiliki stabilitas maksimum pada pH 9
dan akan terhidrolisis pada pH dibawah 3,5. Pada pH 6 atau lebih umumnya
larutan karaginan dapat mempertahankan kondisi proses produksi karaginan.
Hidrolisis asam akan terjadi jika karaginan berada dalam bentuk larutan,
hidrolisis akan meningkat sesuai dengan peningkatan suhu. Larutan karaginan
akan menurun viskositasnya jika pHnya diturunkan dibawah 4,3 (Imeson,
2003).
Kappa dan iota karaginan dapat digunakan sebagai pembentuk gel pada
pH rendah, tetapi tidak mudah terhidrolisis sehingga tidak dapat digunakan
dalam pengolahan pangan.Penurunan pH menyebabkan terjadinya hidrolisis
dari ikatan glikosidik yang mengakibatkan kehilangan viskositas.Hidrolisis
dipengaruhi oleh pH, temperatur dan waktu.Hidrolisis dipercepat oleh panas
pada pH rendah.(Moirano, 1977).
Rumus bangun karaginan sebagai berikut :
Gambar
I.4Struktur
karaginan
Tabel 2.3Komposisi Komponen Penyusun Karaginan dan Sifat Umum Karaginan
Tabel 2.4 Beberapa Sifat Umum dari Karaginan
Komponen penyusun Komposisi (%)
Air 8 – 12
Viskositas 33.3
Kadar sulfat 22 – 32
Kadar abu tak larut asam 1 – 2
Abu 18 – 23
SIFAT-SIFAT KAPPA IOTA LAMBDA
Kelarutan
Air panas Larut suhu > 70oC Larut suhu > 70
oC Larut
Air dingin Larut garam Na
+ Larut garam Na
+
Larut semua
garam
Susu panas Larut Larut Larut
Susu dingin Kental Kental Lebih kental
Larutan gula Larut (panas) Susah larut Larut (panas)
Larutan
garam Tidak larut Larut (panas) Larut (panas)
Larutan
organic Tidak larut Tidak larut Tidak larut
Pembentukan Gel
Efek kation membentuk gel
kuat dengan
adanya K+
membentuk gel
kuat dengan
adanya Ca2+
Tidak
membentuk gel
Tipe Gel
Stabilitas
pH netral dan
alkali Stabil Stabil Stabil
pH asam Terhidrolisis
(panas) Stabil (gel) Terhidrolisis
3. 2 Macam Proses Produksi
Ada beberapa macam proses pembuatan karaginan yang umum
digunakan saat ini, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pemilihan
proses. Pemilihan proses dilakukan guna memperoleh proses yang efisien
dengan produk terbaik. Proses yang terpilih diharapkan adalah proses yang
paling efisien dan ekonomis.
Secara garis besar karaginan dapat diekstrak dari rumput laut
dengan dua cara. Cara yang pertama adalah dengan melarutkan karaginan
hingga menjadi larutan encer, sedangkan residu yang berupa selulosa dan
komponen tak larut lainnya dipisahkan dengan penyaringan. Karaginan
dalam larutan kemudian direcovery secara bertahap sehingga didapatkan
produk akhir berupa solid kering yang mengandung sedikit sekali komponen
selain karaginan. Produk yang dihasilkan melalui metode ini dikenal dengan
nama Full Refined Carrageenan (FRC).
Pada metode kedua, karaginan tidak diekstraksi dari rumput laut.
Prinsipnya adalah mengeluarkan atau menghilangkan semua zat (selain
karaginan) yang terkandung di dalam rumput laut. Zat-zat tersebut akan
terurai atau terlepas dalam basa dan air. Residu yang tidak terlarut
mengandung sejumlah besar karaginan dan sebagian selulosa. Residu tersebut
kemudian dikeringkan dan dijual sebagai Semi Refined Carrageenan (SRC).
(Jana T. Anggadiredja, 2006)
Ada 3 macam proses pembuatan karaginan dengan menggunakan metode Full
Refined Carrageenan (FRC), yaitu :
1. Proses Freeze Thaw
2. Proses Gel Press
3. Proses Alcohol Precipitation
1. Proses Freeze Thaw
Bahan baku yang digunakan adalah rumput laut dengan jenis
Eucheuma cottonii. Prosesmya adalah rumput laut dikeringkan, kemudian
dilakukan alkali modification dengan menambahkan 5-10% larutan NaOH
pada suhu 80-90oC selama beberapa menit berdasarkan kualitas dari
rumput laut yang digunakan. Melakukan pencucian untuk menetralkan dan
memperkecil jumlah asam yang digunakan sebagai sarana netralisasi.
Selanjutnya dilakukan ekstraksi, dimana rumput laut diekstraksi
menggunakan air panas dengan suhu 95-100oC. Setelah proses ekstraksi
selesai, dilakukan filtrasi dengan filter press, hal ini untuk memisahkan
filtrat dengan residu rumput laut. Kemudian dilakukan tahap pembentukan
gel, yaitu filtrat dimasukkan ke tempat pembentukan gel dan didinginkan
pada temperatur ruangan sehingga terbentuk gel. Gel dipotong, kemudian
masuk ke freezing chamber untuk dibekukan. Berikutnya dilakukan proses
thawing, yaitu gel yang sudah dibekukan dicairkan dengan air segar, dan
dikeringkan kembali dalam drying chamber sehingga terbentuk karaginan
batang kering.
Euchema cottonii
Cutting of stick or
fillusGelling
Washing Hot Extraction Filtration
Alkali ModificationSun Bleaching
Carrageenan StickSun Drying or
Drying Chamber
Thawing with
water
Freezing Chamber
Gambar II.1 Blok Diagram Proses Freeze Thaw
(Jana T. Anggadiredja, 2006)
2. Proses Gel Press
Perbedaan antara proses Freeze Thaw dengan proses Gel Press
adalah proses setelah pembentukan gel. Tahapan prosesnya adalah rumput
laut dikeringkan, kemudian dilakukan alkali modification dengan
menambahkan 5-10% larutan NaOH pada suhu 80-90oC selama beberapa
menit berdasarkan kualitas dari rumput laut yang digunakan. Melakukan
pencucian untuk menetralkan dan memperkecil jumlah asam yang
digunakan sebagai sarana netralisasi.
Selanjutnya dilakukan ekstraksi, dimana rumput laut diekstraksi
menggunakan air panas dengan suhu 95-100oC. Setelah proses ekstraksi
selesai, dilakukan filtrasi dengan filter press, hal ini untuk memisahkan
filtrat dengan residu rumput laut. Kemudian dilakukan tahap pembentukan
gel, yaitu filtrat dimasukkan ke tempat pembentukan gel dan didinginkan
pada temperatur ruangan sehingga terbentuk gel. Gel yang dingin dipotong
kemudian dengan hidraulyc press. Karaginan kemudian dikeringkan di
dalam drying chamber, dilanjutkan dengan proses penumbukan sehingga
terbentuk karaginan powder dan siap untuk dikemas.
Euchema cottonii
Cutting of stick or
fillusGelling
Washing Hot Extraction Filtration
Alkali ModificationSun Bleaching
Carrageenan
PowderMilling
Sun Drying or
Drying Chamber
Hydraulic Press
Gambar II.2 Blok Diagram Proses Gel Press
(Jana T. Anggadiredja, 2006)
3. Proses Alcohol Precipitation
Pada proses Alcohol Precipitation ini, perlakuan awal rumput
laut sama dengan proses Freeze Thaw, yaitu rumput laut dikeringkan,
kemudian dilakukan alkali modification dengan menambahkan 5-10%
larutan NaOH pada suhu 80-90oC selama beberapa menit berdasarkan
kualitas dari rumput laut yang digunakan. Melakukan pencucian untuk
menetralkan dan memperkecil jumlah asam yang digunakan sebagai
sarana netralisasi.
Selanjutnya dilakukan ekstraksi, dimana rumput laut diekstraksi
menggunakan air panas dengan suhu 95-100oC. Setelah proses ekstraksi
selesai, dilakukan filtrasi dengan filter press, hal ini untuk memisahkan
filtrat dengan residu rumput laut. Filtrat yang dihasilkan, dimasukkan
dalam evaporator untuk memekatkan filtrat, kemudian dari evaporator
dimasukkan dalam tangki presipitasi dengan menambahkan alcohol. Gel
yang dihasilkan dicuci dan di press. Setelah itu dipotong-potong dan
dikeringkan di dalam rotary dryer, lalu ditumbuk sehingga terbentuk
karaginan powder dan siap untuk dikemas.
Euchema cottonii
Alcohol
PresipitatationEvaporation
Washing Hot Extraction Filtration
Alkali ModificationSun Bleaching
Carrageenan
PowderMillingWashing
Press
Dryer
Gambar II.3 Blok Diagram Proses Alcohol Precipitation
(Jana T. Anggadiredja, 2006)
Pemilihan Proses
Pemilihan proses dilakukan guna memperoleh proses yang efisien dengan produk
terbaik. Proses yang dipilih diharapkan merupakan proses yang paling efisien dan
ekonomis. Penentuan proses yang digunakan dalam pembuatan karaginan harus
mempertimbangkan beberapa aspek, terutama aspek teknik dan aspek ekonomi.
Berdasarkan jenis bahan baku yang akan digunakan dalam pabrik ini adalah
Eucheuma cottonii, dimana kandungan terbanyaknya adalah κ-karaginan. Selain
itu dapat juga dilihat berdasarkan tabel perbandingan kelebihan dan kekurangan
masing-masing metode. Berikut ini perbandingan ketiga metode tersebut :
Tabel II.1 Perbandingan Metode Freeze Thaw, Gel Press, dan Alcohol
Precipitation
Aspek Proses Freeze
Thaw Proses Gel Press
Proses Alcohol
Precipitation
Kelebihan
Sesuai untuk
menghasilkan
iota karaginan
dari Eucheuma.
Peralatan yang
digunakan lebih
sederhana.
Dapat digunakan
untuk
menghasilkan
tipe kappa
karaginan.
Dapat digunakan
untuk
menghasilkan
berbagai tipe
karaginan.
Hasil yang
diperoleh lebih
murni.
Aspek Proses Freeze
Thaw Proses Gel Press
Proses Alcohol
Precipitation
Kekurangan
Memerlukan
refrigerant yang
harganyaa
mahal.
Kebutuhan air
lebih besar.
Membutuhkan
alkohol dalam
jumlah yang
banyak.
Agar lebih
ekonomis, alkohol
bisa direcovery
baik dari liquid
atau dryer dan
direcycle.
Biaya produksi
cukup tinggi,
sehingga jarang
digunakan dalam
industri.
(Jana T. Anggadiredja, 2006)
Berdasarkan tabel diatas, metode yang dipilih untuk proses pembuatan
kappa-karaginan dengan peralatan yang ekonomis adalah metode Gel Press.
Sedangkan pada proses pencucian awal dilakukan dengan penambahan KOH 5-
10%, karena rendemen yang dihasilkan dengan KOH lebih tinggi dibandingkan
dengan menggunakan NaOH.
3.2 Penggunaan Karaginan
Karaginan memiliki banyak kegunaan, diantaranya sebagai bahan
pembentuk gel, pengemulsi, bahan pengental, penstabil, dan bahan pengikat.
Selain kegunaan dalam industri makanan, karaginan juga digunakan dalam
manufaktur keramik, dalam farmasi, dan pupuk.
1. Industri makanan
Produk pangan yang dihasilkan meliputi cokelat, bakso, sosis, kue, biskuit,
roti, mie, es krim, saus, kecap, serta daging olahan tanpa tulang (nugget).
- Beer/wine/vinega : Mempercepat dan memperbaiki kejernihan.
- Chocolate milk drink : Stabilizer dan memperbaiki viskositas.
- Ice cream : Mencegah pembentukan kristal es dan memperbaiki rasa.
- Sauces, dressing : Mengentalkan dan memperbaiki viskositas.
- Daging dan unggas: Penstabil emulsi air/minyak selama proses
preparasi, pemasakan dan penyimpanan serta mencegah denaturasi
protein.
- Mie : Meningkatkan daya tahan akibat over cooking dan dapat
mengurangi jumlah pemakaian telur tanpa penurunan kualitas.
(http://iinparlina.wordpress.com)
2. Industri Farmasi
Mencegah kanker.
Mengkonsumsi rumput laut yang kaya akan kandungan serat,
selenium dan seng dapat mereduksi estrogen. Disinyalir level estrogen
yang terlalu tinggi dapat mendorong timbulnya kanker. Penelitian yang
dilakukan terhadap penderita kanker di Amerika menunjukkan bahwa
wanita yang melakukan diet ketat dengan mengkonsumsi serat tinggi
dan mengurangi asupan lemak dari daging dan susu mempunyai level
estrogen yang rendah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Harvard
School of Public Health Amerika telah membuktikan bahwa pola
konsumsi wanita Jepang yang selalu menambahkan rumput laut dalam
menu makannya, menyebabkan wanita premenopause di Jepang
mempunyai peluang tiga kali lebih kecil terkena kanker payudara
dibandingkan dengan wanita Amerika.
Mencegah penyakit stroke.
Mengkonsumsi rumput laut dapat menyerap kelebihan garam pada
tubuh sehingga dapat mengurangi tekanan darah tinggi pada seseorang.
Mencegah terjadinya penurunan kecerdasan.
Kandungan vitamin, mineral, asam amino dan enzym dalam rumput
laut sangat potensial sebagai anti oksidan yang berperan dalam
penyembuhan dan peremajaan kulit. Vitamin A (beta carotene) dan
vitamin C bekerja sama dalam memelihara kolagen, sedangkan
kandungan protein dari rumput laut penting untuk membentuk jaringan
baru pada kulit.
Mencegah terjadinya penuaan dini dan menjaga kesehatan kulit.
Kandungan iodium pada rumput laut yang sangat tinggi dapat
mengatasi defisiensi iodium pada tubuh yang berdampak pada
penurunan kecerdasan seseorang.
Sebagai makanan diet.
Serat pada rumput laut bersifat mengenyangkan dan kandungan
karbohidratnya sukar dicerna sehingga akan menyebabkan rasa kenyang
lebih lama. Disamping itu, serat pada rumput laut juga dapat membantu
memperlancar proses metabolisme lemak sehingga akan mengurangi
resiko obesitas, menurunkan kolesterol darah dan gula darah.
Sebagai antioksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Kandungan klorofil dan vitamin C pada rumput laut (ganggang hijau)
berfungsi sebagai anti oksidan sehingga dapat membantu
membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang sangat berbahaya
sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Sistem
kekebalan tubuh yang kuat akan dapat menguruangi gejala alergi.
Mencegah gejala osteoporosis.
Rumput laut mengandung kalsium sepuluh kali lebih tinggi
dibandingkan dengan susu, sehingga rumput laut sangat tepat
dikonsumsi untuk mengurangi dan mencegah gejala osteoporosis.
Mencegah penyakit gangguan pencernaan.
Rumput laut juga membantu pengobatan tukak lambung, radang usus
besar, susah buang air besar dan gangguan pencernaan lainnya.
3. Industri-industri Lain
Dalam industry suspense dan slurry, karaginan berinteraksi sangat baik
dengan pigmen seperti kalsium karbonat, dikalsium fosfat, silica, dan
alumina. Dalam kenyataannya, iota karaginan akan berfungsi seperti
dispersan pada pigmen-pigmen kalsium dengan kadar solid yag tinggi (72 –
79%), sehingga merupakan dispersan yang lebih efektif daripada dispersan
lain yang sudah dipakai di industri.
Dalam industri anti-icer, ethylene glycol dan polyol lain telah lama
digunakan untuk menghilangkan akumulasi es dan salju dari peralatan. Tanpa
adanya polimer thickening, larutan glikol akan cepat mongering sehingga
proteksi yang dihasilkan juga akan berkurang. Karaginan sangat larut dalam
air panas atau campuran glikol sehingga sangat efektif dipakai.Karaginan
berinteraksi dengan glikol sehingga bisa berperan sebagai thickener untuk
berbagai jenis fluida.Untuk sistem anti-icers, sistem hendaknya tidak beracun
dan aman terhadap lingkungan, sehingga penggunaan polimer thickening
sangatlah terbatas. Karaginan sendiri bersifat tidak beracun, food grade, dana
aman untuk lingkungan.
Dalam industri kertas, karaginan bisa digunakan untuk memperkuat
serat selulosa sehingga meningkatkan kualitas produk kertas.Selain itu
karaginan juga bisa dipakai dalam industry tekstil dan karpet, boikatalis, air
freshener, dan sebagainya.
Penggunaan karaginan akan bertambah makin meluas dan makin
banyak di masa yang akan datang, sehingga permintaan terhadap hasil
pengolahan rumput laut ini akan terus meningkat di masa mendatang.
Prosentasi penggunaan karaginan dalam industri bisa dilihat pada Tabel I.6:
Tabel I.6 Persentase Penggunaan Karaginan dalam Industri
Aplikasi Ton %
Dairy 110.000 33
Meat and poultry 50.000 15
Water gels 50.000 15
PES food grade 80.000 25
Toothpaste 20.000 6
Lain-lain 20.000 6
Total 330.000 100
3.4 Standar Mutu Karaginan
Standar mutu karaginan merupakan ketetapan atau persyaratan
yang menjadi acuan dalam industri pengolahan karaginan.Indonesia belum
mempunyai standar mutu karaginan tetapi secara internasional telah
dikeluarkan spesifikasi mutu karaginan sebagai persyaratan minimum yang
diperlukan bagi suatu industri pengolahan baik dari segi teknologi maupun
dari segi ekonomi yang meliputi kualitas hasil ekstraksi rumput laut (Doty,
1986 dalam Sodikin, 2010). Menurut Agricultur Organization (FAO), Food
Chemicals Codex (FCC), dan European Economic Community (EEC), standar
mutu karaginan yang baik yaitu memiliki kadar air maksimal 12 %, kekuatan
gel 685,50 ± 13,43 dyne/cm (gel karaginan komersial) dan kadar abu sebesar
15-40 (FAO;EEC) dan 18-40 (FCC) (A/S Kobenhvsn Pektinfabrik, 1978).
Untuk lebih jelasnya standar mutu karaginan menurut FAO, FCC dan EEC
dapat dilihat pada tabel I.7 :
Tabel I.7 Spesifikasi Mutu Karaginan
Spesifikasi FAO FCC EEC
Zat volatil (%) Maks. 12 Maks. 12 Maks. 12
Sulfat (%) 15-40 18-40 15-40
Kadar abu (%) 15-40 Maks. 35 15-40
Viskositas (cP) Min. 5 - -
Kadar Abu Tidak Larut Maks. 1 Maks. 1 Maks. 2
Logam Berat :
Pb (ppm) Maks. 10 Maks. 10 Maks. 10
As (ppm) Maks. 3 Maks. 3 Maks. 3
Cu (ppm) - - Maks. 50
Zn (ppm) - - Maks. 25
Kehilangan karena pengeringan
(%)
Maks. 12 Maks. 12 -
Sumber : A/S Kobenhvns Pektifabrik (1978)
3.5 Deskripsi Pelayanan
Untuk masalah pelayanan yang akan dikembangkan dari industry karagenan
ini adalah bagaimana kita memenuhi seluruh permintaan pasar, yaitu dengan
menggunakan jaringan distributor yang mana akan dapat membantu
memasarkan produk dariindustri karagenan ini. Untuk menjamin keselamatan
para pekerja juka diadakan jaminan pekerja dan standarisasi upah yang setara
dengan pekerjaan yang mereka kerjakan. Mengacu pada Upah Minimum
Regional yang terdapat di daerah tempat berdirinya industry karagenan
tersebut.
IV. ANALISIS PASAR
Karaginan merupakan produk olahan rumput laut yang menjadi
komoditas perdagangan dunia dan permintaan pasarnya semakin meningkat.
Ironisnya, pemenuhan kebutuhan karaginan dalam negeri sampai saat ini
dilakukan dengan cara mengimpor. Besarnya nilai impor karaginan Indonesia
dari tahun ke tahun terus meningkat.Pada tahun 2008 impor karaginan
mencapai 755,305 ton senilai 5.732.593 US $, dan tahun 2009 impor karaginan
mencapai 735,260 ton senilai 4.860.549 US $. Pada periode Januari-April 2010
impor karaginan mencapai angka 265,780 ton dengan nilai 1.927.416 US $
(Biro Pusat Statistik).
Di pasar dunia,harga tepung karaginan satu bulan terakhir ini
melonjak sampai 12 dollar-14 dollar AS per kilogram dari harga normal 8
dollar AS per kg (Kompas, 25 Oktober 2010). Namun, dalam bentuk SRC
(semi refined carrageenan) berharga 6 dollar AS/kg dan menjadi 10 dollar
AS/kg dalam bentuk jadi sebagai bubuk karaginan (Kompas, 23 Juli 2010).
Data kebutuhan karaginan diambil dari data Dinas Perikanan dan Kelautan antara
tahun 2003 sampai 2009 yaitu sebagai berikut:
Tabel I.8 Data Dinas Perikanan dan Kelautan terhadap Kebutuhan Karaginan
TAHUN EKSPOR IMPOR KONSUMSI PRODUKSI
2003 27286 15133 - 59850
2004 33786 18729 - 59700
2005 43168 42400 - 1543502
2006 57443 34593 238000 49350
2007 62998 42400 256600 32000
2008 69324 78473 276800 24300
2009 63772 59686 298700 570920
2010 - - 322500 -
Tabel I.9Perhitungan Ekspor Karaginan Tahun 2014
TAHUN EKSPOR I
2003 27286 0,2382
2004 33786 0,2777
2005 43168 0,3307
2006 57443 0,0967
2007 62998 0,1004
2008 69324 -0,0801
2009 63772
i rata-rata = 0,1606
Tabel I.10Perhitungan Impor Karaginan Tahun 2014
TAHUN IMPOR I
2003 15133 0,2376
2004 18729 1,2639
2005 42400 -0,1841
2006 34593 0,2257
2007 42400 0,8508
2008 78473 -0,2394
2009 59686
i rata-rata = 0,3591
Tabel I.11Perhitungan Produksi Karaginan Tahun 2014
TAHUN PRODUKSI i
2003 59850 -0,0025
2004 59700 -0,0896
2005 54350 -0,0920
2006 49350 -0,3516
2007 32000 -0,2406
2008 24300 1,3495
2009 57092
i rata-rata = 0,0955
Tabel I.12Perhitungan Konsumsi Karaginan Tahun 2014
TAHUN KONSUMSI I
2006 238000 0,0782
2007 256600 0,0787
2008 276800 0,0791
2009 298700 0,0797
2010 322500
i rata-rata = 0,0789
Pabrik direncanakan beroperasi pada tahun 2014, sehingga prediksi peluang
kapasitas untuk tahun tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut :
V' = V ( 1 + i)N
Keterangan:
V’ = Volume produk pada tahun 2014
V = Volume produk pada tahun 2009
i = Pertumbuhan rata-rata produk pada tahun 2003-2009
N = Selang waktu dari tahun 2003-2009
Dari persamaan diatas didapatkan prediksi produksi, ekspor, impor dan konsumsi
Karaginan tahun 2014 sebagai berikut :
Produksi tahun 2014 = 90.092,258 ton/tahun
Ekspor tahun 2014 = 134.292,05 ton/tahun
Impor tahun 2014 = 276.746,25 ton/tahun
Konsumsi tahun 2014 = 437.001,28 ton/tahun
Dari data prediksi produksi, ekspor, impor dan konsumsi diatas dapat
dihitung perkiraan kapasitas pabrik yang didirikan pada tahun 2014 sebagai
berikut :
Perkiraan kapasitas = (Konsumsi + Ekspor) - (Produksi + Impor)
= 204.454,822 ton/tahun
Dari perhitungan di atas diperkirakan bahwa kebutuhan karaginan di
Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar 204.454,882 ton/tahun. Kapasitas
pabrik yang akan didirikan adalah 10% dari kebutuhan total di Indonesia yaitu
2100 ton/tahun.
Penentuan Lokasi
Berdasarkan pertimbangan tertentu, maka pabrik ditetapkan akan didirikan
di daerah Madura, Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep yang merupakan salah
satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang potensial untuk pengembangan
rumput laut.Dalam menetapkan lokasi atau letak suatu pabrik ada beberapa faktor
yang harus dipertimbangkan, antara lain:
1. Faktor transportasi
Pemilihan lokasi pabrik diusahakan dekat dengan sarana transportasi yang
memadai seperti jalan utama dan pelabuhan sehingga transportasi untuk
perolehan bahan baku maupun pendistribusinya tidak menjadi suatu masalah.
Sarana perhubungan darat yang ada di Kabupaten Sumenep adalah:
a. Jalan negara : 48,830 km
b. Jalan provinsi : 69,900 km
c. Jalan kabupaten : 1.421,6 km
d. Jalan desa : 208,30 km
e. Jembatan dengan panjang keseluruhan 1.538 m dan berjumlah 227 buah
Dengan kondisi aspal/hotmix sepanjang 1.600,43 km, kerikil/berbatu
sepanjang 59,1 km dan tanah sepanjang 49,4 km.
Sarana perhubungan laut yang ada di Kabupaten Sumenep adalah:
a. Pelabuhan yang bisa disandari kapal sebanyak 11 buah yang berlokasi
Kec.Kalianget, Kec. Sapeken, Kec. Gayam,Kec. Nonggunong, Kec. Arjasa,
dan Kec. Raas.
b. Pelabuhan tradisional
Prasarana pendukung transportasi udara, yaitu:
a. Bandara/Lapangan Udara Perintis sebanyak 1 unit yang berlokasi di Kec.
Sumenep.
b. Bandara khusus sebanyak 2 unit yang berlokasi di Kec. Sapeken (Bekas
Pertamina).
2. Faktor bahan baku
Bahan baku utama yang berupa Eucheuma cottoniimudah didapada
dari pembudidayaan di kabupaten Sumenep karena dekat dengan sumber
ganggang laut dan ditunjang oleh mudahnya transportasi. Dimana budidaya
rumput laut di daerah Bluto adalah seluas 32.180 ha dengan pemanenan
sekitar 30-40 hari (data sekunder Dinas Kelautan dan Perikanan Sumenep).
Sumenep sudah dikenal diluar daerah Sumenep juga dikenal
sebagai penghasil rumput laut terbesar di Propinsi Jawa Timur dengan kualitas
bagus. Kecamatan Bluto sangat potensi untuk pengembangan budidaya
rumput laut. Jenis yang biasa dibudidayakan E. spinosium dan E. cottonii. Ini
dikarenakan harga yang bersaing dan banyak dari pembeli yang membutuhkan
terutama dari jenis E. cottonii. Harga kering dari E. cottonii basah sekitar Rp.
1.200,00/kg, harga kering sekitar Rp. 4.500,00/kg.
3. Faktor pemasaran
Transportasi yang menunjang membuat hasil produk perusahaan ini dapat
dipasarkan dengan mudah dan diusahakan lokasi pabrik dekat dengan daerah
pemasaran.
4. Faktor persediaan daya (power)
Tersedianya fasilitas tenaga listrik dari PLN yang memadai dan murah di
daerah ini sangat mendukung proses produksi.
5. Faktor tenaga kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mendukung proses cukup banyak. Tenaga
kerja ini dengan mudah dapat diperoleh karena lokasi pabrik tidaklah terlalu
jauh dari pemukiman penduduk.
6. Faktor persediaan air
Tersedia air yang memadai diperlukan baik untuk sanitasi, maupun untuk
kebutuhan proses atau utilitas.
VI. Rencana Keuangan
Break Even Point (BEP)
Analisa Break Even Point digunakan untuk mengetahui besarnya
kapasitas produksi dimana biaya produksi total sama dengan hasil penjualan.
Biaya tetap (FC), biaya variabel (VC), biaya semi variabel (SVC) dan biaya
total dipengaruhi oleh kapasitas produksi. Dari perhitungan Appendiks D
didapatkan bahwa BEP sebesar 23.2 %.
Laba
Pabrik direncanakan beroperasi pada tahun 2014, sehingga prediksi
peluang kapasitas untuk tahun tersebut dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
V' = V ( 1 + i)N
Keterangan:
V’ = Volume produk pada tahun 2014
V = Volume produk pada tahun 2009
i = Pertumbuhan rata-rata produk pada tahun 2003-2009
N = Selang waktu dari tahun 2003-2009
Dari persamaan diatas didapatkan prediksi produksi, ekspor, impor dan
konsumsi Karaginan tahun 2014 sebagai berikut :
Produksi tahun 2014 = 90.092,258 ton/tahun
Ekspor tahun 2014 = 134.292,05 ton/tahun
Impor tahun 2014 = 276.746,25 ton/tahun
Konsumsi tahun 2014 = 437.001,28 ton/tahun
Dari data prediksi produksi, ekspor, impor dan konsumsi diatas dapat
dihitung perkiraan kapasitas pabrik yang didirikan pada tahun 2014 sebagai
berikut :
Perkiraan kapasitas = (Konsumsi + Ekspor) - (Produksi + Impor)
= 204.454,822 ton/tahun
Dari perhitungan di atas diperkirakan bahwa kebutuhan karaginan di
Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar 204.454,882 ton/tahun. Kapasitas
pabrik yang akan didirikan adalah 10% dari kebutuhan total di Indonesia yaitu
2100 ton/tahun. Dimana harga karaginan tiap kemasan akan dipasarkan dengan
harga Rp 25.000,00-Rp 30.000,00 per Kilogramnya. Sehingga keuntungan yang
diperoleh per tahun dengan asumsi kebutuhan total di indonesia dengan harga per
kemasan (1kg) adalah Rp 30.000,00 menghasilkan laba kotor 630M.
VII. Pembagian Tugas
Pembagian tugas adalah urutan tentang tata kerja yang diberikan
kepada setiap karyawan dengan tujuan agar setiap karyawan mengetahui
tugasnya masing-masing dan bertanggung jawab atas tugasnya tersebut,
sehingga dengan adanya pembagian tugas yang jelas, dapat dihindari adanya
pemborosan tenaga kerja dan penempatan karyawan sesuai dengan keahliannya
mudah dilakukan.
1. Pemegang saham
Tugas dan wewenang pemegang saham adalah:
Memilih, mengangkat dan memberhentikan pimpinan perusahaan.
Mengesahkan rencana kerja, rencangan dan perhitungan laba rugi dalam
setahun.
Meminta pertanggungjawaban Dewan Komisaris.
Mengadakan rapat umum setidaknya setahun sekali
2. Dewan Komisaris
Merupakan wakil dari pemegang saham dan juga pemilik saham perusahaan.
Semua keputusan ditentukan oleh rapat persero, dan biasanya yang menjadi
ketua rapat adalah dewan komisaris. Dewan komisaris adalah ketua dari
pemegang saham dan dipilih dari rapat umum pemegang saham. Tugas dan
wewenang Dewan Komisaris adalah:
Memilih Direktur Utama dan menetapkan kebijakan perusahaan.
Menyetujui atau menolak rencana yang diajukan oleh Direktur Utama.
Mengadakan evaluasi mengenai hasil yang diperoleh oleh perusahaan.
Memberikan masukan kepada direktur tentang perubahan-perubahan yang
akan dilakukan pada perusahaan.
3. Direktur Utama
Direktur utama adalah orang yang dipilih dewan komisaris untuk memimpin
perusahaan dan bertanggung jawab atas kelangsungan perusahaan.
Tugas dan wewenang direktur utama adalah:
Bertanggung jawab kepada dewan komisaris.
Menetapkan kebijaksanaan perusahaan baik kedalam maupun keluar.
Mengawasi jalannya perusahaan.
Mengatur dan mengawasi keuangan perusahaan.
Bertanggung jawab atas kelancaran perusahaan.
4. Direktur Produksi
Tugas dan kewajiban direktur produksi adalah:
Bertanggung jawab atas kelancaran dan pengawasan produksi serta
peralatan pabrik.
Bertanggung jawab dalam pengaturan dan pemeliharaan, pengawasan serta
peralatan pabrik.
Bertanggung jawab dalam pengaturan dan pemeliharaan, pengawasan serta
perbaikan peralatan industri.
Direktur produksi membawahi kepala bagian produksi dan teknik.
5. Direktur Administrasi dan Keuangan
Tugas dan kewajiban :
Mengatur dan mengawasi keuangan perusahaan.
Bertanggung jawab atas kelancaran administrasi perusahaan.
Mengatur dan mengawasi pemasaran produksi dan pembelian bahan baku.
Direktur administrasi dan keuangan ini membawahi kepala bagian
perdagangan, dan umum.
6. Kepala Bagian
Kepala bagian bertugas membantu kepala pabrik dalam perencanaan dan
pelaksanaan dalam masing-masing bagiannya. Tugas ini dapat diperinci
sebagai berikut:
Mengkoordinasikan masing-masing bagian dibawahnya serta bertanggung
jawab kepada bidangnya masing-masing.
Memberikan laporan secara periodik tentang kegiatan-kegiatn serta hasil-
hasil yang telah dicapai oleh bagian masing-masing kepada pabrik.
Membantu kepala pabrik dalam menyiapkan dan menyusun laporan-
laporannya.
Secara terperinci tugas masing-masing beberapa kepala bagian dapat
diuraiakan sebagai berikut:
a. Kepala Bagian Produksi
- Bertanggung jawab atas kelancaran proses produksi.
- Mengontrol bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses produksi.
- Menjaga kualitas hasil produksi sesuai dengan standart yang ada.
Kepala bagian produksi membawahi kepala seksi proses produksi,
penelitian dan pengembangan.
b. Kepala Bagian Teknik
Kepala bagian teknik bertanggung jawab atas pengawasan utilitas dan
peralatan proses produksi.
Kepala bagian ini membawahi kepala seksi utilitas dan perawatan.
c. Kepala Bagian Keuangan
Kepala bagian keuangan ini bertugas mengawasi, mengatur dan menjaga
pencatatan seluruh transaksi perusahaan yang digunakan untuk menyusun
neraca rugi-laba perusahaan.
7. Kepala Seksi
Kepala seksi adalah orang yang mengatur dan mengkoordinasikan tugas
masing-masing seksi sesuai dengan perencanaan yang diberikan oleh kepala
bagian.
Tugas dan wewenang :
Memimpin dan melaksanakan tugas dan pekerjaan masing-masing seksi.
Memberikan saran dan pertimbangan mengenai seleksi kepada kepala
bagian masing-masing.
Menciptakan kerjasama yang baik antara karyawan serta menjamin
keselamatan kerja para karyawan.
Mengajukan saran-saran kepala bagian masing-masing yang membawahi
serta membuat laporan berkala.
8. Seksi-seksi
Umumnya merupakan tenaga pelaksana. Tugas dan wewenangnya adalah:
Melaksanakan pekerjaan operasional sesuai dengan bidangnya.
Bertanggung jawab pada kelancaran kerja, produksi, peralatan yang ada
dalam masing-masing seksi tersebut.
Memimpin pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditetapkan oleh
pimpinannya masing-masing.