Upload
doanlien
View
242
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK PEGAGAN(CENTELLA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH (WISTAR) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK
INEKE SUNARJO
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2012
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH (WISTAR) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK
INEKE SUNARJO NIM 09907610014
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2012
i
PEMBERIAN EKSTRAK PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH (WISTAR) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
INEKE SUNARJO NIM 09907610014
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2012
iI
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 26 MARET 2012
Pembimbing I Pembimbing II
ProfDrdrWimpie Pangkahila SpAnd FAACS ProfDrdrAlex PangkahilaMScSpAnd NIP 19461213 197107 1 001 NIP 194402011964091001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana
Prof Drdr Wimpie PangkahilaSpAndFAACS Prof Dr drAARaka Sudewi Sp S (K) NIP 19461213 197107 1 001 NIP 19590215 198510 2 001
iiI
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
Oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Pada Tanggal 26 Maret 2012
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No 0144 UN 144 HK 2012
Tanggal 16 Januari 2012
Panitia Penguji Tesis adalah
Ketua Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS
Anggota
1 Prof Drdr Alex PangkahilaMSc SpAnd 2 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK 3 Prof Dr dr AA Gede BudhiartaSpPD-KEMD 4 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas karuniaNya tesis yang berjudul
ldquoPemberian Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) menurunkan kadar MDA
tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokokrdquo dapat diselesaikan dalam
rangka menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh Gelar Magister pada
Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik kekhususan Anti Aging
Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana
Selama penelitian ini penulis mendapat banyak pengalaman yang dapat
memperkaya wawasan serta menjadi pengalaman berharga dalam proses
pembelajaran hidup penulis baik dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial
Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang
senantiasa mendukung dan selalu ada pada saat-saat yang sulit Pada kesempatan
ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat penghargaan dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada
1 ProfDrdr AA Raka SudewiSpS(K) selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Udayana ProfDr Made Budiarsa MA selaku Asdir I dan Prof
Dr Ir Ketut Budi Susrusa MS sekalu Asdir II
2 Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku pembimbing I
dan juga selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas
Udayana yang dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan
dorongan bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan
manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini
3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah
dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah
terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan
bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta
pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah
banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan
yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini
6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat
dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini
7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama
melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan
masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi
penulis dalam menyusun tesis ini
9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah
membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis
10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan
Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman
v
mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine
atas doa semangat dan dorongannya
11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta
(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan
pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh
pendidikan ini
Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak
yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak
yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis
sekeluarga
Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua
Denpasar Maret 2012
Penulis
vii
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP
ROKOK
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus
viii
ABSTRACT
PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i
PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii
LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv
UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii
ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
BAB I PENDAHULUAN
11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1
12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5
13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
x
212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13
23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15
231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28
254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30
255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35
2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
xi
31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39
33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43
433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
xii
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH (WISTAR) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK
INEKE SUNARJO NIM 09907610014
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2012
i
PEMBERIAN EKSTRAK PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH (WISTAR) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
INEKE SUNARJO NIM 09907610014
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2012
iI
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 26 MARET 2012
Pembimbing I Pembimbing II
ProfDrdrWimpie Pangkahila SpAnd FAACS ProfDrdrAlex PangkahilaMScSpAnd NIP 19461213 197107 1 001 NIP 194402011964091001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana
Prof Drdr Wimpie PangkahilaSpAndFAACS Prof Dr drAARaka Sudewi Sp S (K) NIP 19461213 197107 1 001 NIP 19590215 198510 2 001
iiI
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
Oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Pada Tanggal 26 Maret 2012
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No 0144 UN 144 HK 2012
Tanggal 16 Januari 2012
Panitia Penguji Tesis adalah
Ketua Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS
Anggota
1 Prof Drdr Alex PangkahilaMSc SpAnd 2 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK 3 Prof Dr dr AA Gede BudhiartaSpPD-KEMD 4 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas karuniaNya tesis yang berjudul
ldquoPemberian Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) menurunkan kadar MDA
tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokokrdquo dapat diselesaikan dalam
rangka menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh Gelar Magister pada
Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik kekhususan Anti Aging
Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana
Selama penelitian ini penulis mendapat banyak pengalaman yang dapat
memperkaya wawasan serta menjadi pengalaman berharga dalam proses
pembelajaran hidup penulis baik dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial
Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang
senantiasa mendukung dan selalu ada pada saat-saat yang sulit Pada kesempatan
ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat penghargaan dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada
1 ProfDrdr AA Raka SudewiSpS(K) selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Udayana ProfDr Made Budiarsa MA selaku Asdir I dan Prof
Dr Ir Ketut Budi Susrusa MS sekalu Asdir II
2 Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku pembimbing I
dan juga selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas
Udayana yang dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan
dorongan bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan
manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini
3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah
dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah
terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan
bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta
pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah
banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan
yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini
6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat
dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini
7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama
melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan
masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi
penulis dalam menyusun tesis ini
9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah
membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis
10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan
Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman
v
mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine
atas doa semangat dan dorongannya
11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta
(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan
pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh
pendidikan ini
Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak
yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak
yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis
sekeluarga
Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua
Denpasar Maret 2012
Penulis
vii
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP
ROKOK
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus
viii
ABSTRACT
PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i
PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii
LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv
UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii
ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
BAB I PENDAHULUAN
11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1
12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5
13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
x
212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13
23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15
231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28
254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30
255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35
2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
xi
31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39
33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43
433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
xii
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
PEMBERIAN EKSTRAK PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH (WISTAR) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
INEKE SUNARJO NIM 09907610014
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2012
iI
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 26 MARET 2012
Pembimbing I Pembimbing II
ProfDrdrWimpie Pangkahila SpAnd FAACS ProfDrdrAlex PangkahilaMScSpAnd NIP 19461213 197107 1 001 NIP 194402011964091001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana
Prof Drdr Wimpie PangkahilaSpAndFAACS Prof Dr drAARaka Sudewi Sp S (K) NIP 19461213 197107 1 001 NIP 19590215 198510 2 001
iiI
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
Oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Pada Tanggal 26 Maret 2012
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No 0144 UN 144 HK 2012
Tanggal 16 Januari 2012
Panitia Penguji Tesis adalah
Ketua Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS
Anggota
1 Prof Drdr Alex PangkahilaMSc SpAnd 2 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK 3 Prof Dr dr AA Gede BudhiartaSpPD-KEMD 4 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas karuniaNya tesis yang berjudul
ldquoPemberian Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) menurunkan kadar MDA
tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokokrdquo dapat diselesaikan dalam
rangka menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh Gelar Magister pada
Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik kekhususan Anti Aging
Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana
Selama penelitian ini penulis mendapat banyak pengalaman yang dapat
memperkaya wawasan serta menjadi pengalaman berharga dalam proses
pembelajaran hidup penulis baik dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial
Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang
senantiasa mendukung dan selalu ada pada saat-saat yang sulit Pada kesempatan
ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat penghargaan dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada
1 ProfDrdr AA Raka SudewiSpS(K) selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Udayana ProfDr Made Budiarsa MA selaku Asdir I dan Prof
Dr Ir Ketut Budi Susrusa MS sekalu Asdir II
2 Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku pembimbing I
dan juga selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas
Udayana yang dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan
dorongan bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan
manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini
3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah
dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah
terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan
bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta
pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah
banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan
yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini
6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat
dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini
7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama
melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan
masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi
penulis dalam menyusun tesis ini
9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah
membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis
10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan
Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman
v
mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine
atas doa semangat dan dorongannya
11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta
(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan
pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh
pendidikan ini
Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak
yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak
yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis
sekeluarga
Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua
Denpasar Maret 2012
Penulis
vii
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP
ROKOK
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus
viii
ABSTRACT
PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i
PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii
LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv
UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii
ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
BAB I PENDAHULUAN
11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1
12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5
13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
x
212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13
23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15
231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28
254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30
255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35
2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
xi
31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39
33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43
433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
xii
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 26 MARET 2012
Pembimbing I Pembimbing II
ProfDrdrWimpie Pangkahila SpAnd FAACS ProfDrdrAlex PangkahilaMScSpAnd NIP 19461213 197107 1 001 NIP 194402011964091001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana
Prof Drdr Wimpie PangkahilaSpAndFAACS Prof Dr drAARaka Sudewi Sp S (K) NIP 19461213 197107 1 001 NIP 19590215 198510 2 001
iiI
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
Oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Pada Tanggal 26 Maret 2012
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No 0144 UN 144 HK 2012
Tanggal 16 Januari 2012
Panitia Penguji Tesis adalah
Ketua Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS
Anggota
1 Prof Drdr Alex PangkahilaMSc SpAnd 2 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK 3 Prof Dr dr AA Gede BudhiartaSpPD-KEMD 4 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas karuniaNya tesis yang berjudul
ldquoPemberian Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) menurunkan kadar MDA
tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokokrdquo dapat diselesaikan dalam
rangka menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh Gelar Magister pada
Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik kekhususan Anti Aging
Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana
Selama penelitian ini penulis mendapat banyak pengalaman yang dapat
memperkaya wawasan serta menjadi pengalaman berharga dalam proses
pembelajaran hidup penulis baik dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial
Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang
senantiasa mendukung dan selalu ada pada saat-saat yang sulit Pada kesempatan
ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat penghargaan dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada
1 ProfDrdr AA Raka SudewiSpS(K) selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Udayana ProfDr Made Budiarsa MA selaku Asdir I dan Prof
Dr Ir Ketut Budi Susrusa MS sekalu Asdir II
2 Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku pembimbing I
dan juga selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas
Udayana yang dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan
dorongan bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan
manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini
3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah
dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah
terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan
bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta
pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah
banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan
yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini
6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat
dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini
7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama
melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan
masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi
penulis dalam menyusun tesis ini
9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah
membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis
10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan
Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman
v
mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine
atas doa semangat dan dorongannya
11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta
(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan
pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh
pendidikan ini
Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak
yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak
yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis
sekeluarga
Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua
Denpasar Maret 2012
Penulis
vii
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP
ROKOK
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus
viii
ABSTRACT
PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i
PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii
LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv
UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii
ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
BAB I PENDAHULUAN
11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1
12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5
13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
x
212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13
23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15
231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28
254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30
255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35
2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
xi
31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39
33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43
433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
xii
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
Oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Pada Tanggal 26 Maret 2012
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No 0144 UN 144 HK 2012
Tanggal 16 Januari 2012
Panitia Penguji Tesis adalah
Ketua Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS
Anggota
1 Prof Drdr Alex PangkahilaMSc SpAnd 2 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK 3 Prof Dr dr AA Gede BudhiartaSpPD-KEMD 4 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas karuniaNya tesis yang berjudul
ldquoPemberian Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) menurunkan kadar MDA
tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokokrdquo dapat diselesaikan dalam
rangka menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh Gelar Magister pada
Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik kekhususan Anti Aging
Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana
Selama penelitian ini penulis mendapat banyak pengalaman yang dapat
memperkaya wawasan serta menjadi pengalaman berharga dalam proses
pembelajaran hidup penulis baik dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial
Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang
senantiasa mendukung dan selalu ada pada saat-saat yang sulit Pada kesempatan
ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat penghargaan dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada
1 ProfDrdr AA Raka SudewiSpS(K) selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Udayana ProfDr Made Budiarsa MA selaku Asdir I dan Prof
Dr Ir Ketut Budi Susrusa MS sekalu Asdir II
2 Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku pembimbing I
dan juga selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas
Udayana yang dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan
dorongan bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan
manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini
3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah
dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah
terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan
bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta
pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah
banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan
yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini
6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat
dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini
7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama
melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan
masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi
penulis dalam menyusun tesis ini
9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah
membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis
10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan
Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman
v
mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine
atas doa semangat dan dorongannya
11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta
(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan
pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh
pendidikan ini
Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak
yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak
yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis
sekeluarga
Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua
Denpasar Maret 2012
Penulis
vii
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP
ROKOK
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus
viii
ABSTRACT
PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i
PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii
LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv
UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii
ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
BAB I PENDAHULUAN
11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1
12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5
13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
x
212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13
23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15
231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28
254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30
255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35
2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
xi
31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39
33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43
433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
xii
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas karuniaNya tesis yang berjudul
ldquoPemberian Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) menurunkan kadar MDA
tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokokrdquo dapat diselesaikan dalam
rangka menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh Gelar Magister pada
Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik kekhususan Anti Aging
Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana
Selama penelitian ini penulis mendapat banyak pengalaman yang dapat
memperkaya wawasan serta menjadi pengalaman berharga dalam proses
pembelajaran hidup penulis baik dari segi ilmiah maupun aspek nilai sosial
Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang
senantiasa mendukung dan selalu ada pada saat-saat yang sulit Pada kesempatan
ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat penghargaan dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada
1 ProfDrdr AA Raka SudewiSpS(K) selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Udayana ProfDr Made Budiarsa MA selaku Asdir I dan Prof
Dr Ir Ketut Budi Susrusa MS sekalu Asdir II
2 Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku pembimbing I
dan juga selaku ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas
Udayana yang dengan penuh perhatian telah banyak sekali memberikan
dorongan bimbingan dan masukan yang teliti dan sangat dirasakan
manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini
3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah
dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah
terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan
bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta
pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah
banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan
yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini
6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat
dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini
7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama
melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan
masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi
penulis dalam menyusun tesis ini
9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah
membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis
10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan
Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman
v
mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine
atas doa semangat dan dorongannya
11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta
(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan
pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh
pendidikan ini
Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak
yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak
yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis
sekeluarga
Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua
Denpasar Maret 2012
Penulis
vii
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP
ROKOK
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus
viii
ABSTRACT
PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i
PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii
LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv
UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii
ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
BAB I PENDAHULUAN
11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1
12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5
13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
x
212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13
23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15
231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28
254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30
255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35
2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
xi
31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39
33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43
433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
xii
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
3 ProfDrdr Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing II yang telah
dengan sabar memberikan dorongan semangat masukan dan saran ilmiah
terutama metode penelitian kepada penulis selama penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan
bersemangat membimbing dan banyak sekali memberi masukan serta
pengajaran yang sangat dirasakan manfaatnya pada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Prof Dr dr AA Gede Budhiarta SpPD-KEMD selaku penguji yang telah
banyak memberikan perhatian yang begitu besar bimbingan dan masukan
yang sangat teliti kepada penulis selama penyusunan tesis ini
6 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan member masukan yang kritis serta pengajaran yang sangat
dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyususnan tesis ini
7 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah banyak membantu selama
melakukan penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
8 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah banyak membantu memberikan
masukan dan saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi
penulis dalam menyusun tesis ini
9 Bapak Khamdan bagian Bioteknologi Universitas Udayana yang telah
membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan bagi penulis
10 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi dan
Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-teman
v
mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine
atas doa semangat dan dorongannya
11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta
(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan
pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh
pendidikan ini
Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak
yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak
yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis
sekeluarga
Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua
Denpasar Maret 2012
Penulis
vii
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP
ROKOK
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus
viii
ABSTRACT
PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i
PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii
LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv
UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii
ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
BAB I PENDAHULUAN
11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1
12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5
13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
x
212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13
23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15
231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28
254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30
255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35
2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
xi
31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39
33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43
433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
xii
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine
atas doa semangat dan dorongannya
11 Keluarga besar tercinta suami (Surjadi Widjaya) putra putri tercinta
(Audrey Andrew dan Ashley) orang tua serta mertua atas doa dukungan
pengertian dan selalu memberikan dorongan selama penulis menempuh
pendidikan ini
Penulis juga sangat berterima kasih kepada teman-teman dan semua pihak
yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada semua pihak
yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis
sekeluarga
Akhir kata semoga hasil penelitian ini akan banyak bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan Semoga Tuhan memberkati kita semua
Denpasar Maret 2012
Penulis
vii
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP
ROKOK
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus
viii
ABSTRACT
PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i
PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii
LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv
UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii
ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
BAB I PENDAHULUAN
11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1
12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5
13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
x
212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13
23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15
231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28
254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30
255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35
2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
xi
31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39
33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43
433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
xii
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL PEGAGAN (CENTELA ASIATICA) MENURUNKAN KADAR MDA TIKUS PUTIH YANG DIPAPAR ASAP
ROKOK
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh mahluk hidup Pada penuaan terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu sehingga dapat menyebabkan kerusakan gangguan sampai kematian sel Senyawa radikal bebas mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Pada keadaan stress oksidatif diperlukan antioksidan yang cukup dan optimal kedalam tubuh Rokok dapat menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Penelitian ini menggunakan ekstrak pegagan (Centella Asiatica) yang merupakan antioksidan dimana didalamnya terdapat kandungan triterpenoid saponin polifenol dan alkaloid yang dapat memperbaiki peroksidasi lipid yang ditimbulkan oleh asap rokok Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Oktober-November 2011 Penelitian menggunakan tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok Dalam penelitian ini digunakan 14 ekor tikus putih sebagai sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang dipapar asap rokok dan diberikan aquabides Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yaitu dipapar asap rokok dan diberikan ekstrak pegagan 300 mgkg bb Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat penurunan kadar MDA dari 600mmollplusmn062 menjadi 552mmollplusmn047 atau 05 sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat penurunan kadar MDA dari 597mmollplusmn053 menjadi 319mmolplusmn034 atau sebesar 4203 Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak pegagan menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia Kata kunci ekstrak pegagan kadar MDA asap rokok tikus
viii
ABSTRACT
PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i
PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii
LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv
UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii
ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
BAB I PENDAHULUAN
11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1
12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5
13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
x
212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13
23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15
231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28
254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30
255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35
2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
xi
31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39
33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43
433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
xii
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
ABSTRACT
PEGAGAN EXTRACT (CENTELLA ASIATICA) DECREASE MDA LEVEL OF ALBINO RATS EXPOSED CIGARETTE SMOKE Aging is a physiological process that will be experienced by all living organisms In aging the accumulation of damage by free radicals in the cell all the time so as to cause damage disruption to cell death Free radical will attack cell membrane which is contain lipid bilayer (lipid peroxidation) In the state of oxidative stress is necessary and sufficient optimal antioxidants into the body Smoking can cause ROS that can cause oxidative stress through the mechanism of cell membrane lipid destruction In this study used extracts of Pegagan (Centella Asiatica) which is the antioxidant content in which there are triterpenoid saponins polyphenols and alkaloids that can improve the lipid peroxidation induced by cigarette smoke This study aims to determine the decrease in MDA levels in albino rats exposed to cigarette smoke This experimental study has been conducted as pre-post test control group design at Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in October-November 2011 The research using albino rats (Wistar) are exposed to cigarette smoke This study using 14 white rats as a sample that is divided into 2 groups Group 1 was the control group which were exposed to cigarette smoke and administered aquabides Group 2 is the treatment group is exposed to secondhand smoke and pegagan extracts administered 300 mg kg bw The results showed that in the control group there were decreased levels of MDA of 600mmoll plusmn 062 to 552mmoll plusmn 047 or 05 while in the treated group there were decreased levels of MDA of 597mmoll plusmn 053 to 319mmoll plusmn 034 or by 4203 This means statistically evaluated that the decrease of MDA in the treated group was significantly different (p lt005) This study concluded that administration of Centella asiatica extract can lower levels of MDA in the rat is exposed to cigarette smoke It is recommended to perform further in vivo studies in experimental animals and in humans Keywords pegagan extract MDA levels cigarette smoke rats
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i
PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii
LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv
UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii
ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
BAB I PENDAHULUAN
11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1
12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5
13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
x
212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13
23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15
231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28
254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30
255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35
2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
xi
31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39
33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43
433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
xii
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAMhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip i
PRASYARAT GELARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ii
LEMBAR PENGESAHANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJIhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip iv
UCAPAN TERIMA KASIHhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip v
ABSTRAKhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip viii
ABSTRACT helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR TABELhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR SINGKATANhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
BAB I PENDAHULUAN
11Latar Belakanghelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 1
12Rumusan Masalahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 5
13Tujuan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
14 Manfaat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
141 Manfaat Ilmiahhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
142 Manfaat Praktishelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 7
211 Teori Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 8
x
212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13
23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15
231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28
254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30
255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35
2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
xi
31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39
33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43
433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
xii
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
212 Faktor-faktor Penuaanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 9
22 Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 11
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 12
222 Sifat Radikal Bebashelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 13
23 Rokok hellip helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 15
231 Kandungan Kimia Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
24 Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 18
241 Rokok dan Stress Oksidatifhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 19
242 Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
243 Malondialdehid (MDA)helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 24
25 Antioksidan helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
251 Definisi Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 26
252 Efek Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 27
253 Jenis-jenis Antioksidanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 28
254 Polifenolhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip hellip 30
255 Flavonoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 31
256 Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
2561 Deskripsi Tanamanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 33
2562 Kandungan Kimiahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
2563 Kandungan Nutrien Pegaganhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 35
2564 Aktivitas Antioksidan pada Centella Asiaticahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 36
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
xi
31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39
33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43
433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
xii
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
31 Kerangka Berpikirhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 37
32 Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip helliphelliphellip 39
33 Hipotesis Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 40
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
42 Tempat dan Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
421Tempat Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
422 Waktu Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
43 Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
431 Kriteria Sampel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 42
432 Besar Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 43
433 Tehnik Pengambilan Sampelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
44 Variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
441 Identifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
442 Klasifikasi Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 44
443 Hubungan Antar Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
444 Definisi Operasional Variabelhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
45 Alat dan Bahanhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
451 Alat untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
452 Bahan untuk Pembuatan Asap Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
453 Alat Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 46
454 Bahan Pemeriksaan MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
455 Bahan Lainhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
xii
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
46 Prosedur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
461 Persiapan Hewan Cobahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 47
462 Jalannya Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 48
463 Prosedur Pengukuran MDAhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 49
464 Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
47 Cara Pengumpulan datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
48 Analisis Datahelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 51
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Data antar kelompok 54
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisis Efek Perlakuan 55
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Paparan Asap Rokok Merupakan penyebab meningkatnya MDA 59
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan kadar MDA 60
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Anatomi Rokokhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 16
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 20
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segarhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 32
Gambar 24 Struktur Kimia Triterpenoidhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 39
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 41
Gambar 42 Hubungan antar variabel Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 45
Gambar 43 Bagan Alur Penelitianhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 50
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA 58
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
DAFTAR TABEL
Tabel 22 Tabel Kandungan Nutrien Pegagan 35
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data MDA 53
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas Antar Kelompok Data MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sebelum Diberikan
Perlakuan 55
Tabel 54 Tabel Rerata MDA Antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan 56
Tabel 55 Tabel Hasil uji T Test helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip 57
xv
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
DAFTAR SINGKATAN
BHA Butil Hidroksi Anisol
BHT Butil Hidtoksi Toluen
Cat Catalase
DHEA Dihidroepyandrosteron
DNA Deoxyribonucleic Acid
DPPH 11diphenyl 2 picryl hydrazyl
FSH Follicle Stimulating Hormone
GH Growth Hormone
GPx Gluthathion Peroxidase
H2O2 Hidrogen Peroksida
IGF Insulin Growth Factor
LH Luteineizing Hormone
MDA Malondialdehide
NADHNADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
xvi
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
ROS Reactive Oxygen Species
RNS Reactive Nitrogen Species
RSS Reactive Sulfur Species
TBHQ Ter-butyl hidroksi quinon
TBARS Thiobarbituric acid reactive substances
WHO World Health Organization
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penuaan atau proses ldquoagingrdquo adalah proses alami yang akan dialami oleh
seluruh mahluk hidup di dunia ini Usia yang semakin bertambah membuat
banyak orang khawatir dan menginginkan kondisi seperti masa mudanya dulu
Hal ini dapat terjadi pada semua orang tidak dapat dihindari dan berlangsung
seiring dengan bertambahnya waktu
Dengan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi
organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik baik tingkat seluler organ maupun
sistem karena proses penuaan (Baskoro dan Konthen 2008)
Atas dasar hal tersebut maka pada tahun 1993 dcetuskan konsep Anti Aging
Medicine dimana konsep ini menganggap dan memperlakukan penuaan sebagai
suatu penyakit yang dapat dicegah dihindari dan diobati sehingga dapat kembali
ke keadaan semula Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan
begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan bila perlu
mendapatkan pengobatan atau perawatan yang belum tentu berhasil (Pangkahila
2007)
Tujuan Anti Aging adalah mencegah penuaan dini mencegah penyakit
degeneratif seperti jantung paru stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan
sehat (Immanuel 2008)
1
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua Salah satu teori
penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas Teori ini
menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas akan
merusak molekul yang elektron-elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel bahkan kematian sel
Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA
(deoxyribo nucleid acid) lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Reaksi
oksidatif sering menyebabkan kerusakan oksidatif yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau kematian sel Hal ini terjadi karena senyawa radikal bebas
mengoksidasi dan menyerang komponen lipid membran sel Molekul atau
penyusun sel lainnya yang dirusak adalah DNA (deoxyribo nucleic acid)
lipoprotein dan protein (Simanjuntak 2006 Winarsi 2007) Famili radikal bebas
antara lain ROS (reactive oxygen species) RNS (reactive nitrogen species) dan
RSS (reactive sulfur species) (Finaud et al 2006)
Merokok sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita Bahaya merokok
terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti Rokok
juga merupakan penyumbang radikal bebas terbesar terkait dengan berbagai
patologi yang ditimbulkannya Asap rokok merupakan campuran senyawa yang
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dimana 200 lebih bahan bersifat racun
dan 40 lebih bahan bersifat karsinogen atau menyebabkan kematian (Fowles
2000) Rokok juga banyak menimbulkan ROS sehingga dapat menyebabkan stress
oksidatif melalui mekanisme perusakan lipid membran dari sel Radikal lipid
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi lipid
dan lipid peroksida serta malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat
dideteksi dalam darah (Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan
kadar MDA pada tikus yang dipapar asap rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida amoniak asam
hidrosianat nitrogen oksida dan formalin Partikelnya berupa tar indol nikotin
karbarzol dan kresol Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan
radikal bebas menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan
seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan Tingginya kadar radikal
bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang
berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai
penyakit pada seorang perokok seperti emfisema dan kanker paru (KPAI 2009)
Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan Namun sejalan dengan
bertambahnya usia kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun
akan semakin berkurang Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stress oksidatif
yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel
tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih
banyak Stress oksidatif berperan pada kerusakan membran lipid DNA protein
dan organ seluler yang berkontribusi pada pertumbuhan cancer penuaan dini
penyakit kardiovaskuler penyakit degeneratif dan penyakit neurogenik (Bagiada
2005)
4
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Antioksidan dapat berasal dari alam maupun dibuat secara sintetik Sekarang
banyak orang beralih ke antioksidan alami yang didapatkan dari ekstrak sayuran
buah maupun tanaman obat yang dapat mencegah kerusakan oksidatif dan
meningkatkan daya tahan tubuh Beberapa fungsi dari antioksidan adalah sebagai
zat pereduksi dan penangkap radikal bebas Dengan kata lain antioksidan dapat
menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat adanya radikal bebas
Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman hayati berupa ratusan
bahkan ribuan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat Salah satunya adalah
Pegagan Pegagan (Centella Asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh
di perkebunan ladang tepi jalan serta pematang sawah Tanaman ini berasal dari
daerah Asia tropik tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia India RRC
Jepang dan Australia yang kemudian menyebar ke negara-negara lain
Centella Asiatica yang dikenal juga sebagai Gotu Kola di Brazil disebut
cairucu-asiatico atau Pegagan dalam bahasa Indonesia telah digunakan selama
berabad-abad sebagai obat herbal yang juga dapat digunakan sebagai
penyembuhan luka peningkatan daya ingat memperbaiki jaringan ikat luka
bakar dan skar arthritis dan rheumatism (Brinkhaus 2000) Masyarakat di Jawa
Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu jenis lalapan
Banyak penelitian tentang peranan radikal bebas dan antioksidan dalam
menimbulkan kerusakan sel atau jaringan umumnya tidak langsung dikaitkan
dalam patofisiologi kerusakan jaringan Adanya komponen antioksidan
triterpenoid saponin asiaticoside madecassoside asiatic acid dan madecassic
acid phenol dan alkaloid (Brinkhaus 2000) yang terdapat pada Pegagan dapat
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap rokok sehingga
dapat menurunkan kadar MDA
MDA adalah produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan
merupakan metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka
konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam
membran sel Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007)
Dari kandungan antioksidan yang tinggi dan mengandung zat aktif
triterpenoid phenol dan flavonoid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk
menghilangkan radikal bebas yang dapat dilihat dari penurunan kadar MDA
Maka untuk memperoleh jawaban dari permasalahan kerusakan lipid diatas
dilakukan penelitian efek ekstrak Pegagan dengan menggunakan tikus putih yang
dipapar asap rokok sebagai model percobaan Berdasarkan penelitian pendahuluan
yang telah dilakukan dosis yang digunakan adalah 300 mgkg BB
Parameter yang diukur dalam penelitian adalah produk peroksidasi lipid yaitu
malondialdehid (MDA) menurut metode TBARS
12Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Apakah pemberian ekstrak etanol Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg
bb dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol Pegagan dapat menurunkan
kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
14 Manfaat Penelitian
131 Manfaat Ilmiah
Memberi informasi tentang potensi antioksidan ekstrak Pegagan dalam
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok serta dosis
yang dapat menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan asap rokok
132 Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari yaitu diharapkan
ekstrak Pegagan dapat digunakan sebagai suplemen antioksidan dengan mencegah
mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan salah satunya
pada perokok
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Setiap orang pasti akan menjadi tua Hal ini adalah proses yang tidak dapat
dihindari Setelah mencapai usia dewasa secara alamiah seluruh komponen tubuh
tidak dapat berkembang lagi Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses
penuaan
Ada dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis Usia
kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran sedangkan usia
fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh Maka usia
kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis
Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikisproses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila 2007 )
1 Tahap subklinik (usia 25 ndash 35 tahun)
Pada tahap ini sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun yaitu
hormon testosteron growth hormon dan hormon estrogen Pembentukan
radikal bebas yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar Karena itu pada usia ini
dianggap usia muda dan normal
2 Tahap transisi (usia 35 ndash 45 tahun)
7
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahun Pada tahap ini orang mulai merasa tidak
muda lagi dan tampak lebih tua Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker radang
sendi berkurangnya memori penyakit jantung koroner dan diabetes
3 Tahap klinik (usia 45 tahun keatas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormon terus berlanjut yang meliputi
DHEA melatonin growth hormon testosteron estrogen dan juga hormon
tiroid Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan vitamin dan mineral Penyakit kronis menjadi lebih nyata sistem
organ tubuh mulai mengalami kegagalan
211Teori Penuaan
Teori pokok dari aging terdiri dari 4 teori (Goldman dan Klatz 2007) yaitu
1 Teori rdquo wear and tear ldquo
Teori ini mengemukakan bahwa tubuh dan sel mengalami kerusakan karena
sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse) Kerusakan ini
tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel
2 Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
Pertambahan usia menyebabkan penurunan produksi hormon pada organ
tubuh yang berakibat terganggunya berbagai sistim tubuh
3 Teori Kontrol Genetik
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Teori ini berfokus pada genetik yang memprogram sandi sepanjang DNA
Setiap orang memiliki kode genetik yang unik yang memungkinkan fungsi
fisik dan mental tertentu Penurunan genetik tersebut menentukan umur dan
kecepatan proses penuaan
4 Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena akumulasi kerusakan
oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan
menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
oleh karena hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain
Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal
bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel gangguan fungsi sel
bahkan kematian sel Molekul utama di dalam tubuh yang dirusak oleh
radikal bebas adalah DNA lemak dan protein (Suryohusodo 2000) Dengan
bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas
semakin mengambil peranan sehingga mengganggu metabolism sel juga
merangsang mutasi sel yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian
212 Faktor-faktor yang mempercepat penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo 2003)
yaitu
1 Faktor lingkungan
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
a Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia
sebagai hasil pembakaran pabrik otomotif dan rumah tangga
b Pencemaran lingkungan berwujud suara bising yang akan meningkatkan
kadar hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan
tubuh
c Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih
menyebabkan peningkatan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan
kekebalan
d Pemakaian obat-obatjamu yang tidak terkontrol pemakaiannya dan
merokok
e Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit
dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit
2 Faktor dietmakanan
Kecukupan akan nutrisi jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet pewarna perasa dari bahan kimia terlarang Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh terutama
kerusakan organ hati
3 Faktor Genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya tetapi faktor
genetik dapat berubah karena infeksi virus radiasi dan zat racun dalam
makananminumankulit yang diserap oleh tubuh
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
4 Faktor Psikis
Faktor psikis seperti stress memicu proses apoptosis di berbagai
organjaringan tubuh
5 Faktor Organik
Secara umum faktor organic adalah rendahnya kebugaranfitness pola makan
kurang sehat penurunan Growth Hormone (GH) dan Insulin Growth Factor1
(IGF-1) penurunan testosteron penurunan melatonin secara konstan setelah
usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circadian clock (ritme harian) dan
gangguan tidur peningkatan prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi
dan stress perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH)
22 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul (kumpulan atom) yang memiliki satu
atau lebih elektron yang tidak berpasangan (unpaired electron) pada orbit luarnya
(Suryohusodo 2000 Finaud et al 2006 Halliwel dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi karena kecenderungan menarik
electron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena
hilangnya atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain (Suryohusodo
2000)
Radikal bebas oksigen merupakan bentuk senyawa oksigen reaktif yang
dikelompokkan ke dalam senyawa ROS yang mempunyai ukuran yang sangat
kecil dalam fisiologi sel Radikal bebas ROS berasal dari respirasi mitokondria
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
sitokrom P450 xantin oksidase dan NADHNADPH oksidase Reactive Oxygen
Species merupakan radikal bebas oksigen yang berbahaya bagi tubuh
(Simanjuntak 2006) Famili radikal bebas selain ROS adalah reactive nitrogen
species (RNS) dan reactive sulfur species (RSS) ROS merupakan radikal bebas
yang berperan penting dalam menimbulkan stress oksidatif serta kerusakan
oksidatif dengan mengubah lipid protein serta DNA (Finaud et al 2006)
Dalam kepustakaan kedokteran pengertian oksidan dan radikal bebas (free
radicals) sering dibaurkan karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip
Aktivitas keduanya sering menghasilkan akibat yang sama walaupun prosesnya
berbeda Oksidan dan radikal bebas dibedakan dari sudut kimia yaitu oksidan
dalam pengertian ilmu kimia adalah senyawa penerima electron (electron
acceptor) Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel
baik struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran) maupun
komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA) Oksidan
yang dapat merusak sel berasal dari berbagai sumber (Halliwel dan Gutteridge
2007) yaitu yang berasal dari asap rokok polutan radiasi ultra violet obat-obatan
dan pestisida
221 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas
Sumber radikal bebas baik endogen maupun eksogen terjadi melalui
sederetan mekanisme reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Cu
RH + O2 R + HO2
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R + R R R
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
222 Sifat Radikal bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat (Halliwel dan Gutteridge 2007) yaitu
1 Reaktivitas tinggi karena kecenderungannya menarik electron
2 Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya
untuk menarik elektron Jadi sama halnya dengan oksidan radikal bebas adalah
penerima elektron Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas
digolongkan dalam oksidan Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah
oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohusodo 2000
Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan oksidan yang bukan
radikal Hal ini disebabkan karena kedua sifat radikal bebas diatas memiliki
reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal baru yang pada
gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru
lagi sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) Diantara senyawa-senyawa
oksigen reaktif radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya
karena reaktivitasnya sangat tinggi (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Radikal bebas lainnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah
menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh Namun bila radikal bebas
sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda maka merupakan
awal dari kerusakan-kerusakan sel yang antara lain berupa (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
1 Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA) pada inti sel
2 Kerusakan membran sel
3 Kerusakan protein
4 Kerusakan lipid peroksida
5 Proses penuaan
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Dalam keadaan normal tubuh kita memiliki mekanisme pertahanan terhadap
perusakan oleh radikal bebas yang beragam efisien dan tersebar di berbagai
tempat dalam sel Menurut konsep radikal bebas kerusakan sel akibat molekul
radikal baru dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah
dilampaui atau menurun (Halliwell dan Gutteridge 2007)
23 Rokok
Merokok adalah kegiatan menghisap asap dari pembakaran tembakau pada
rokok
Perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat tertentu biasanya
dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya ataupun untuk
mengurangi stress
Perokok berat adalah bila sudah terjadi ketergantungan secara fisik pada rokok
(WHO 2002)
Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup
reaktif dalam hitungan menit (WHO 2008) Pryor dan Stone melaporkan bahwa
komponen gas dan asap rokok mengandung banyak radikal bebas pada setiap kali
hisapan
Asap rokok dibedakan menjadi 2 yaitu asap rokok aktif dan asap pasif Asap
aktif adalah asap rokok yang dihirup dan dihembuskan oleh perokok Asap pasif
adalah asap yang terbentuk dari rokok yang menyala tetapi tidak dihirup oleh
perokok Asap pasif dikenal juga sebagai asap rokok lingkungan yang merupakan
gabungan bentuk asap yang dihirup langsung maupun yang tak dihirup oleh
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
perokok Seseorang bukan perokok yang terekspos asap pasif disebut sebagai
perokok pasif (Anonim 2006)
231 Kandungan Kimia dari Rokok
Gambar 21 rokok dengan beberapa kandungan kimianya
(Sumber Anonim 2006)
Rokok terdiri dari gabungan bahan kimia yang sangat kompleks yaitu bahan
kimia non spesifik dari pembakaran bahan-bahan organik dan bahan kimia yang
spesifik dari pembakaran tembakau dan komponen lain dari rokok seperti
nitrosamine spesifik tembakau (Fowles and Bates 2000)
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Telah diperkirakan bahwa ada 4000 kandungan kimia dalam asap tembakau Ada
sekitar 400 telah diukur dalam asap utama dan sampingan Dari sekitar 400
senyawa ada sekitar 100 yang bersifat toksik (Fowles and Bates 2000 Anonim
2006)
Kandungan zat beracun dalam rokok
1 Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang karena
nikotin dapat meracuni saraf tubuh meningkatkan tekanan darah
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk
merokok
2 Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 05microg sebungkus
rokok yang habis dihisap dalam 1 hari menghasilkan 10 microg Pb Sementara
ambang batas timah hitam yang masuk ke tubuh adalah 20microghari (WHO
2002)
3 Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan haemoglobin dalam sel-sel darah merah Seharusnya Hb ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernafasan sel-sel tubuh
tetapi karena afinitas gas CO terhadap Hb lebih kuat daripada O2 sehingga
akan terbentuk haemoglobin CO lebih banyak
4 Tar adalah komponen dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen-
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen Pada saat rokok dihisap
tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap Setelah dingin akan menjadi
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi saluran
pernafasan dan paru-paru Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg
perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg
Paru-paru sebagai organ pernafasan pada manusia berfungsi sebagai
pertukaran gas antar jaringan tubuh dan lingkungan luar sehingga paru-paru terus
menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari Paru-paru selalu
terpapar oleh asap rokok pembuangan asap kendaraan bermotor asap pabrik
herbisida dan partikel debu yang akan menghasilkan Reactive Oxygen Species
(ROS) dalam paru-paru
24 Stress Oksidatif
Stress oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan
antioksidan dimana dalam hal ini jumlah prooksidan di dalam tubuh melebihi
kapasitas tubuh untuk menetralisirnya sehingga secara potensial dapat
menimbulkan kerusakan yang dikenal sebagai kerusakan oksidatif (Halliwell dan
Gutteridge 2007)
Jadi stress oksidatif dapat dipandang sebagai gangguan keseimbangan antara
produksi oksidan dan pertahanan antioksidan atau dstruksi oleh ROS seperti anion
superoksida (O2-) radikal hidroksil (OH-) hydrogen peroksida (H2O2) radikal
nitrit oksida (NO) dan peroksinitrit (ONOO-) Ketidakseimbangan oksidan-
antioksidan ini dapat menyebabkan oksidasi makromolekul yang meliputi lipid
karbohidrat asam amino protein dan DNA diikuti dengan kerusakan seluler dan
jaringan
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Pada prinsipnya stress oksidatif dapat diakibatkan oleh (Halliwel dan
Gutteridge 2007)
1 Berkurangnya antioksidan Misalnya mutasi yang menurunkan pertahanan
antioksidan seperti GSH atau MnSOD diet yang kurang akan antioksidan
dan unsur-unsur penting lainnya seperti zat besi Zn magnesium dan
copper defisiensi protein seperti kwashiorkor dapat menurunkan kadar
GSH dan kelebihan zat besi sehingga tidak mampu membuat transferrin
secara cukup
2 Peningkatan produksi spesies reaktif Misalnya paparan terhadap oksigen
yang meningkat adanya toksin-toksin yang menghasilkan spesies reaktif
dan aktivasi berlebih dari sistem ldquonaturalrdquo penghasil spesies reaktif seperti
aktivasi yang tidak tepat dari sel-sel fagosit pada penyakit-penyakit
inflamasi kronis
Kondisi stress oksidatif yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
proliferasi adaptasi kerusakan sel penuaan (senescence) dan bahkan sampai
pada kematian sel dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan
Stress oksidatif mempunyai peranan yang penting dalam etiologi terjadinya
berbagai penyakit kardiovascular neurologis obesitas diabetes kanker dan juga
inflamasi dari proses aging ( Halliwell dan Gutteridge 2007 Garelnabi dkk
2008)
241 Rokok dan Stress Oksidatif
Telah diketahui bahwa asap rokok dan tar mengandung banyak komponen
yang telah teroksidasi ROS dan karsinogen yang dapat merusak DNA membran
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
dan makromolekul sel-sel Merokok dapat meningkatkan stress oksidatif bukan
hanya melalui produksi ROS dalam tar rokok dan asap tetapi juga melalui
penurunan sistem pertahanan antioksidan Merokok menyebabkan
ketidakseimbangan prooksidan dan antioksidan sehingga meningkatkan stress
oksidatif yang diikuti oleh kenaikan peroksidasi lipid kerusakan DNA oksidatif
dan gangguan pertahanan antioksidan enzimatik Sudah terbukti bahwa stress
oksidatif adalah kejadian yang penting dalam penyakit yang berhubungan dengan
penyakit seperti kanker paru kanker mulut dan penyakit paru obstruktif kronik
(Burlakova dkk 2010)
Karena itustress oksidatif merupakan faktor penting dalam kesehatan dan
penyakit sehingga pengukuran stress oksidatif kini menjadi sangat penting dalam
kedokteran pencegahan termasuk kedokteran anti penuaan (Garelnabi dkk 2008
Palmieri dan Sblendorio 2010)
242 Peroksidasi Lipid
Gambar 22 Mekanisme Peroksidasi Lipid (Baynes dan Dominiczac 2005)
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi berantai yang menghasilkan radikal
bebas secara terus menerus dan peroksidasi lebih lanjut Peroksidasi
(autooksidasi) lipid yang terpajan oleh oksigen bertanggung jawab tidak saja
terhadap pembusukan makanan tetapi juga kerusakan jaringan in vivo
Peroksidasi dapat menyebabkan kanker penyakit peradangan aterosklerosis dan
penuaan Efek merugikan diperkirakan disebabkan oleh radikal bebas (ROObull
RObull OHbull) yang dihasilkan sewaktu terbentuknya peroksida dari asam lemak yang
mengandung ikatan rangkap yang diselingi metilen yaitu radikal bebas asam
lemak yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh ganda alami (Murray 2009 )
Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal
peroksi lipid dan lipid peroksida serta malondyaldehid (MDA) yang larut dalam
air dan dapat dideteksi dalam darah Hal penting dari peroksidasi lipid adalah
meningkatnya permeabilitas membran dan mengganggu distribusi ion-ion yang
mengakibatkan kerusakan fungsi sel dan organ (Devlin 2002)
Kerusakan oksidatif pada senyawa lipid terjadi ketika senyawa radikal bebas
bereaksi dengan senyawa PUFA (Poly Unsaturated fatty acid) (Winarsi 2007)
yang mengandung sedikitnya tiga ikatan rangkap Reaksi ini dapat terjadi secara
alami di dalam tubuh yang diakibatkan oleh pembentukan radikal bebas secara
endogen dari proses metabolism di dalam tubuh (Halliwell dan Gutteridge 2007)
Peroksidasi lipid merupakan proses yang kompleks dimana tampak pada
tampilan oksigen dan transisi ion metal atau enzim Biasanya proses oksidasi ini
memiliki tiga tahapan yaitu
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
1 Tahap inisiasi yaitu reaksi ini terjadi diantara PUFA dengan radikal
hidroksil Terbentuknya atom hydrogen dari grup metilen (-CH2-) dalam
PUFA dari spesies reaktif seperti radikal hidroksi (OHbull) meninggalkan
electron bebas dari karbon (-CH- atau radikal lipid) Radikal karbon
distabilisasi dengan penyusunan kembali molekul untuk membentuk diena
konjugasi yang dapat berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk
radikal peroksi ROObull atau RO2bull
RH Rbull + Hbull
2 Tahap Propagasi dimana radikal peroksil dapat menarik gugus H lain dari
molekul lipid yang lain dan memulai terjadinya reaksi rantai autocatalytic
dengan proses oksidasi lipid Radikal peroksi dapat berkombinasi dengan
gugus H dimana gugus ini membentuk lipid peroksid dan peroksid cyclic
Sejak pemisahan gugus H yang dapat terjadi pada reaksi berbeda dari ikatan
karbon peroksidasi dari asam arakhidonat sebagai contoh dilaporkan dapat
memberikan hidroperoksid lipid
Rbull + O2 RO2
RO2bull+ RH ROOH + R
Produk sekunder
Hidroksiperoksid merupakan produk molekul primer yang tidak stabil dan dapat
melemah dan pecah menjadi beberapa produk sekunder termasuk hydroxyl fatty
acid produk-produk epoxides dan produk scission seperti aldehydes (termasuk
malondialdehid) keton dan lakton dimana banyak terdapat produk-produk yang
bersifat toksik (Halliwell dan Gutteridge 2007) Degradasi dari hidrokperoksidasi
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
lipid dapat dipicu oleh adanya ion-ion metal transisi termasuk kandungan dari besi
dan garam tembaga Ion-ion metal menyebabkan pemecahan atom dari ikatan O-O
dan menyebabkan pembentukan gugus radikal alkoksi RObull dan juga radikal
peroksi RO2bull Pada tampilan thiols atau agen reducing lain seperti asam ascorbat
O2 dapat direduksi menjadi superoxide anion (O2-bull) yang kemudian bermutasi
menjadi H2O2 atau merubah Fe3+ menjadi Fe2+ Radikal hidroksi (OHbull) diproduksi
melalui reaksi Fenton antara Fe2+ dan H2O2 dan dapat memicu reaksi beruntun
selanjutnya Reaksi dari besi yang terkandung didalam myoglobin ikan dan
peroksidasi lipid dapat menghasilkan produk-produk yang beraneka ragam
misalnya gas pentane dapat diproduksi dari linoleic acid dan arachidonic acid dan
juga gas ethane dan ethylene diproduksi oleh reaksi b-scission yang sama dari
asam linoleat dengan hadirnya Fe2+
3 Taraf Terminasi
Radikal bebas yang dihasilkan dapat bergabung satu sama lain atau lebih besar
kemungkinannya bergabung dengan molekul-molekul protein dan akan
menghentikan reaksi beruntun Reaksi berikutnya yang dapat menyebabkan
cross-linking dan kerusakan berat pada protein dapat dijabarkan seperti dibawah
ini
R + Rbull R - R
nRO2bull (RO2)
RO2 + Rbull RO2R
Faktor-faktor dan kondisi yang dapat ikut berperan pada oksidasi lipid
(Trilaksani 2003) adalah
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
a Panas setiap peningkatan suhu sebesar 10ordmC laju kecepatan meningkat dua
kali
b Cahaya terutama ultraviolet yang merupakan inisiator dan katalisator kuat
c Logam berat logam terlarut seperti Fe dan Cu yang merupakan katalisator
kuat meski dalam jumlah kecil
d Kondisi alkali dan kondisi basah ion alkali merangsang radikal bebas
e Tingkat ketidakjenuhan jumlah dan posisi ikatan rangkap pada molekul
lipida berhubungan langsung dengan kerentanan terhadap oksidasi sebagai
contoh asam linoleat lebih rentan dibanding asam oleat ketersediaan oksigen
243 Malondialdehid (MDA)
MDA terbentuk dari kerusakan membran sel akibat adanya ROS pada fase
stress oksidatif Rangkaian proses peroksidasi yang diawali dengan terjadinya
fragmentasi PUFA akan menghasilkan berbagai bentuk aldehid alkena dan
hidroalkena seperti malondialdehid dan 4-hidroksio-2nonenal Malondialdehid
sebagian besar terbentuk dari peroksidari PUFA yang mengandung lebih dari satu
ikatan ganda seperti asam linoleat arachidonat dan dokosaheksanoat meskipun
sebagian terbentuk pada proses enzimatik metabolism eikosanoid Tingginya
kadar MDA dipengaruhi oleh kadar peroksidasi lipid yang secara tidak langsung
menunjukkan tingginya jumlah radikal bebas (Halliwell dan Gutteridge 2007
Smith et al 2005) dan menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan kadar MDA
(Winarsi 2007)
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
MDA dapat bereaksi dengan komponen nukleofilik atau elektrofilik dan
dapat berikatan dengan berbagai molekul biologis seperti protein asam nukleat
dan aminofosfolipid secara kovalen MDA dapat menghasilkan polimer dalam
berbagai berat molekul dan polaritas Efek negatif senyawa radikal maupun
metabolit elektrolit ini dapat diredam oleh antioksidan baik yang berupa zat gizi
seperti vitamin AC E dan albumin ataupun antioksidan nongizi seperti flavonoid
dan gingerol (Winarsi 2007)
Malondialdehid merupakan pusat perhatian pada peroksidasi lipid selama
bertahun-tahun karena secara umum diketahui menggunakan metode assay
thiobarbituric acid (TBA) (Halliwell dan Gutterigde 2007) MDA adalah senyawa
dialdehida yang merupakan produk akhir bperoksidasi lipid di dalam tubuh
Malondialdehid ini dilaporkan sangat toksik sekali terhadap membran sel karena
dianggap sebagai inisiator suatu reaksi pelengkap karsinogen maupun sebagai
senyawa mutagen
Senyawa dialdehid ini memiliki tiga rantai karbon dengan rumus molekul
C3H4O2 MDA juga merupakan produk yang dihasilkan oleh radikal bebas
melalui reaksi ionisasi dalam tubuh dan produk samping biosintesis prostaglandin
yang merupakan produk akhir oksidasi lipid membran (Winarsi2007)
Di sisi lain tingginya kadar MDA plasma juga membuktikan kerentanan
membran sel terhadap reaksi oksidasi akibatnya sel terutama membran sel akan
mengalami kerusakan dan berakibat timbulnya penyakit-penyakit degeneratif
kanker proses penuaan dan lain-lain (Winarsi 2007)
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
25 Antioksidan
251 Definisi Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda memperlambat dan
mencegah peroksidasi lipid Sedangkan dalam arti khusus antioksidan adalah zat
yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas
dalam oksidasi lipid (Trilaksani2003)
Antioksidan dapat menghambatmemperlambat proses oksidasi Oksidasi
adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan
hidrogen atau pelepasan electron Proses oksidasi adalah proses alami yang
terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita
(Halliwell dan Gutteridge 2007)
Dalam pengertian kimia senyawa-senyawa antioksidan adalah pemberi
electron (electron donors) tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih
luas lagi yaitu semua senyawa-senyawa yang dapat meredam dampak negatif
oksidan (radikal bebas) termasuk enzim-enzim dan protein pengikat logam
(Pangkahila 2007)
Jika di suatu tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut
menghasilkan hasil samping berupa radikal bebas (OH) maka tanpa adanya
antioksidan radikal bebas ini akan menyerang molekul-molekul lain disekitarnya
Hasil reaksi ini akan dapat menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap
menyerang molekul yang lainnya lagi Akhirnya akan membentuk reaksi berantai
yang membahayakan Berbeda halnya bila terdapat antioksidan radikal bebas
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
akan segera bereaksi dengan antioksidan membentuk molekul yang stabil dan
tidak berbahaya Reaksi pun berhenti sampai disini
Antioksidan cenderung bereaksi dengan radikal bebas terlebih dahulu
dibandingkan dengan molekul yang lain karena antioksidan bersifat sangat mudah
teroksidasi atau bersifat reduktor kuat dibanding dengan molekul yang lain Jadi
keefektifan antioksidan bergantung dari seberapa kuat daya oksidasinya dibanding
dengan molekul yang lain Semakin mudah teroksidasi maka semakin efektif
antioksidan tersebut (Halliwell dan Gutteridge 2007)
252 Efek Antioksidan
Antioksidan dapat memperlambat oksidasi lipid melalui ikatan oksigen yang
bersaingan penghambatan dari langkah permulaan memblok langkah
perkembangan dengan menghancurkan atau mengikat radikal bebas
penghambatan katalis atau stabilisasi hidroperoksid (Halliwell dan Gutteridge
2007) Antioksidan dapat menetralkan (scavenge) bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif untuk reaksi
selanjutnya atau membentuk produk-produk non radikal (Howell dan Saeed
1999)
Antioksidan dalam keadaan tertentu juga dapat menjadi prooksidan sehingga
mempunyai efek negatif dengan menyebabkan oksidasi di dalam tubuh Beberapa
antioksidan yang dapat menjadi prooksidan (Howes 2006) adalah
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
1 Vitamin C E
2 Carotenoid β carotene
3 Polyphenolics
4 Gallic Acid
5 Asam urat
6 Human serum ultrafiltrates
7 Teh hijau
8 Captopril
9 Pyridoxine Thiamine B1
10 Carnitine
11 Α lipoic acid (bentuk oksidasi)
12 Dihydro-lipoic acid
13 Coenzyme Q ubiquinone
14 NAD(P)H
15 Curcumin (polyphenolic)
16 Melatonin
17 Lycopene
18 Zeaxanthin
19 Zinc
253 Jenis-jenis Antioksidan
Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray 2009) yaitu
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
a) Antioksidan pencegah
Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil
yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh Yang termasuk ke dalam
antioksidan pencegah adalah
1 Super Oxide Distimutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia yaitu
yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)
2 Katalase (Catalase) dalam sitoplasma dapat mengkatalisir H2O2 menjadi H2O
dan O2 Komponen katalase adalah Fe
3 Bermacam-macam enzim peroksidase seperti glutation peroksidase yang
dapat merendam H2O2 menjadi H2O melalui sistim siklus redoks glutation
4 Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation sistein kaptopril)
dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan mengkatalisir menjadi
H2O
b) Antioksidan pemutus rantai
Yaitu zat yang dapat memutuskan rantai reaksi pembentukan radikal bebas
asam lemak pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid
Antioksidan pemutus rantai dapat digolongkan menjadi
1 Golongan antioksidan eksogen
Yang termasuk ke dalam golongan eksogen yaitu vitamin C vitamin E
betakaroten
2 Golongan antioksidan endogen
Yang termasuk golongan endogen adalah glutation sistein
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Sedangkan berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok
(Abuja dan Albertini 2001) yaitu
i) Antioksidan sintetik merupakan senyawa antioksidan yang diperoleh dari
hasil sintetis dalam industri secara besar-besaran Contohnya adalah BHA
(Butil Hidroksi Anisol) BHT (Butil Hidroksi Toluen) propel galat ter-butil
hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol
ii) Antioksidan alami berasal dari isolasi bahan alam seperti tumbuhan yang
pada umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa
golongan flavonoid turunan asam sinamat kumarin tokoferol asam-asam
organic polifungsional juga vitamin C vitamin E karotenoid dan berbagai
trace element (seperti Se Zn Cu dan Mn)
254 Polifenol
Polifenol (polyphenols) adalah mikronutrien yang banyak ditemukan dalam
tanaman obat Ribuan molekul telah teridentifikasi dalam tanaman yang memiliki
struktur polifenol (yaitu adanya beberapa gugus hidroksil pada cincin-cincin
aromatic) Molekul-molekul tersebut merupakan metabolit sekunder dari tanaman
dan pada umumnya terlibat dalam mekanisme pertahanan terhadap radiasi
ultraviolet atau agregasi dari patogen-patogen (Manach et al 2004)
Polifenol dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai fungsi dari jumlah
cincin fenolnya dan elemen-elemen struktural yang mengikat cincin-cincin
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
tersebut satu sama lain yaitu sebagai kelompok asam fenolik (phenolic acid)
flavonoids stillbenes dan lignans (Manach et al 2004)
Polifenol telah lama dikenal memiliki beberapa peran dan efek terhadap
kesehatan antara lain sebagai antioksidan anti alergi anti inflamasi anti virus
antineurodegenerasi dan antikarsinogenik sehingga berperan dalam pencegahan
terjadinya penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular maupun
penyakit kanker Disamping itu polifenol juga berperan dalam memodulasi
aktivitas berbagai enzim dan reseptor sel (Manach et al 2004 )
255 Flavonoid
Flavonoid adalah satu kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
berbagai tanaman termasuk buah-buahan sayuran tanaman herbal teh anggur
kacang-kacangan dan biji-bijian dalam berbagai konsentrasi (Prior 2003
Manach dkk 2004)
Flavonoid dapat dibagi menjadi enam subklas yaitu flavonols flavones
isoflavones anthocyanidins dan flavanols (catechins dan proanthocyanidins)
(Manach dkk 2004 Prior 2004)
Secara invitro senyawa flavonoid telah terbukti mempunyai efek biologis
yang sangat kuat Sebagai antioksidan flavonoid dapat menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah merangsang produksi nitrit oksida yang
dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Disamping berpotensi sebagai antioksidan dan pembasmi radikal
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
bebas (free radical scavenger) flavonoid juga memiliki beberapa sifat seperti
hepatoprotektif anti trombotik anti inflamasi anti mikroba anti virus dan anti
tumor (Prior 2003)
256 Centella Asiatica
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Gambar 23 Daun Pegagan dalam keadaan segar
(Sumber Anonim 2010)
2561 Deskripsi Tanaman
Centella Asiatica adalah tanaman herbal yang telah dikenal sejak berabad-
abad yang lalu Di Brazil dikenal sebagai Cairucu Asiatico atau Gotukola atau
Pegagan di Indonesia Centella asiatica yang termasuk famili Apiaceae
(Umbelliferae) berasal dari India China Indonesia Australia dan Madagaskar
(Anonim 2010)
Tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan
Ayurvedic untuk mengobati beberapa penyakit seperti insanity asthma leprosy
ulcers eczema dan untuk penyembuhan luka (Brinkhaus 2000 Pitella et al
2009)
Pegagan adalah tanaman perennial dengan ukuran 01 ndash 08 m Batang pendek
percabangan batang merayap atau stolon Daun tunggal dalam susunan roset atau
spiral 2-10 daun bentuk ginjal dengan pangkal yang melekuk ke dalam lebar
tepi beringgit-bergigi 5-9 cm tangkai daun 1-50 cm panjangnya pada pangkal
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
berbentuk pelepah Bunga tersusun dalam susunan payung tunggal atau majemuk
terdiri dari 2-3 berhadapan dengan daun bertangkai 05-5 cm semula tegak
kemudian membengkok ke bawah daun pembalut 2-3 tangkai bunga sangat
pendek (Anonim 2010)
2562 Kandungan Kimia (Shakir 2006)
- Terpenoid triterpen asiatikosid sentelosid madekasosid brahmosid
brahminosid asam asiatisentoat asam madekasat asam brahmat asam asiatat
thankunisid isothankunisid asam madasiatat asam senelat asam betulinat asam
indosentat centellasaponin B C dan D
Gambar 24 Struktur kimia dari Triterpenoid
(Sumber Anonim2007)
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
- Flavonoid kuersetin kaemferol macam-macam glikosida katekin rutin
naringin
- Minyak atsiri β-kariofilen trans-β-farnasen dan germakren D sebagai
komponen utama α-pinen dan β-pinen
- Asam Amino alanin dan serin (aminobutirat aspartat glutamate histidin lisin
dan treonin)
- kandungan lain hidrokotilin (alkaloid) valerian asam lemak (asam linoleat
asam linolenat lignosen asam oleat asam palmitat asam stearat) fitostenol
polisakarida polyne-alkene alkaloid sterol karotenoid tannin klorofil pectin
garam anorganik dll
2563 Kandungan nutrient pegagan (Kormin2005)
Tabel 21 Kandungan Nutrien dari Pegagan
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
2564 Aktivitas antioksidan pada Centella Asiatica
Pegagan telah lama dikenal memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
Kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan batang
Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin dan rutin juga
didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography (TLC) Flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan superoxide anion
scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dalam melawan
peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan glutathione
(Kormin 2005)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Pegagan juga dapat mencegah kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa
kelainan neuropatologis termasuk stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat
memperbaiki keadaan neurological antioksidan yang berhubungan dengan
penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Penuaan adalah proses yang alami dimana terjadi perubahan morfologis dan
biochemical sehingga organ tubuh menjadi rapuh dan mudah terserang penyakit
sampai menyebabkan kematian Berdasarkan hipotesis dari stress oxsidative pada
penuaan senyawa radikal bebas menyebabkan kerusakan dari komponen selular
seperti protein lipid dan DNA
Organisme aerob memproduksi sistem pertahanan antioksidan yang melindungi
sel dari kerusakan oksidativf yang disebabkan oleh oksidan Antioksidan utama
seperti superoxide dismutase (SOD) catalase glutathione ascorbic acid dan
tocopherol penting untuk proteksi selular karena kemampuannya untuk
menghilangkan radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS)
Saat ini jumlah perokok semakin meningkat dan apabila dibiarkan maka
akan semakin banyak jumlah perokok mulai dari anak-anak sampai orang dewasa
Asap rokok mengandung banyak komponen yang telah teroksidasi ROS dan zat-
zat karsinogen lainnya yang dapat merusak DNA membran dan makromolekul
sel-sel Merokok dapat meningkatkan stres oksidatif bukan hanya melalui
produksi ROS tetapi juga melalui penurunan sistem pertahanan antioksidan
Saat ini banyak diteliti mengenai antioksidan yang terkandung dalam buah-
buahan sayuran maupun tanaman kesehatan lainnya yang mana dapat mencegah
37
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
kerusakan oksidatif dan meningkatkan kesehatan Kandungan phenol dalam
tanaman dapat meningkatkan aktivitas antioksidan
Antioksidan adalah setiap bahan yang dapat memperlambat mencegah atau
menyingkirkan kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target oksidasi adalah
jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen pelepasan hidrogen atau
pelepasan elektron Proses oksidasi adalah peristiwa alami yang terjadi di alam
dan dapat terjadi dimana-mana tak terkecuali di dalam tubuh kita Jika di suatu
tempat terjadi reaksi oksidasi dimana reaksi tersebut menghasilkan hasil samping
berupa radikal bebas (OH+) maka tanpa adanya antioksidan radikal bebas ini
akan menyerang molekul-molekul lain di sekitarnya Hasil reaksi ini akan dapat
menghasilkan radikal bebas yang lain yang siap menyerang molekul yang lainnya
lagi Akhirnya akan terbentuk reaksi berantai yang sangat membahayakanlain
halnya jika terdapat antioksidan radikal bebas akan segera bereaksi dengan
antioksidan membentuk molekul yang stabil dan tidak berbahaya Inilah sistem
pertahanan tubuh yang dikenal dengan pertahanan oksidatif
Centella asiatica atau yang dikenal dengan nama Pegagan mengandung
berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida diantaranya adalah
asiaticoside madecassoside Asiatic acid madecacosside acid Selain senyawa
triterpenoid glikosida senyawa lain yang dikandung oleh pegagan yaitu riboflavin
(vitamin B2) tiamin (vitamin B1) piridoksin ( vitamin B6) yang dapat digunakan
kan untuk meningkatkan energi Juga didapatkan kandungan senyawa flavonoid
yang terbukti mempunyai efek biologis yang sangat kuat
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Ekstrak centella asiatica bekerja dengan menetralkan bentuk oksigen aktif yang
terlibat dalam langkah permulaan oksidasi atau dapat menghentikan reaksi
oksidasi beruntun dengan cara bereaksi dengan fatty acid peroxy radicals untuk
membentuk radikal antioksidan yang stabil yang tidak terlalu reaktif yang dapat
dilihat dari penurunan kadar MDA
Berdasarkan rumusan masalah tinjauan pustaka dan kerangka berpikir maka
dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut
32 Konsep Penelitian
fF
Gambar 31 Konsep Penelitian
Ekstrak
Centella Asiatica
FAKTOR INTERNAL
Genetik bull Hormonal
FAKTOR EKSTERNAL
bull Makanan
bull Asap rokok
bull Stress
Tikus Wistar yang dipapar asap rokok
Kadar MDA
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
33 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan kerangka konsep diatas dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dengan dosis 300 mgkg berat badan dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang dipapar asap rokok
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-
post test control group design (Pocock 2008) Skema rancangan penelitian adalah
sebagai berikut
P0
O1 O2
P1
O3 O4
Gambar 41 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi pre test kelompok kontrol (setelah dipapar asap rokok)
O3 = Observasi pre test kelompok perlakuan (setelah dipapar asap rokok)
O2 =Observasi post test kelompok kontrol setelah dipapar asap rokok dan
placebo
O4 = Observasi post test kelompok perlakuan setelah dipapar asap rokok dan
ekstrak pegagan 300 mgkg BB
P0 = Plasebo dengan pemberian aquabidest
P S
41
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
P1 = Perlakuan dengan pemberian ekstrak Centella Asiatica 300 mg per kg BB
perhari
42 Tempat dan Waktu Penelitian
421 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Farmakologi Universitas Udayana Bali
422 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ndash November 2011
43 Sampel Penelitian
431 Kriteria Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut
Kriteria Inklusi
Tikus Wistar jantan yang dipapar asap rokok
Umur 3 bulan
Berat badan antara 120 ndash 150 gram
Sehat
Kadar MDA gt 5 mmoll
Kriteria Drop out
Tikus sakit karena tidak mau makan atau mati pada saat penelitian sedang
berlangsung
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
432 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
2 σ sup2
n = x f ( α β )
( micro2 - micro1 )sup2
Keterangan
n = Besar sampel
micro2 = Rerata hasil pada kelompok post test
micro1 = Rerata hasil pada kelompok pre test
σ = Simpangan baku kontrol
α = 005
β = 01
f(αβ) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock ( 105 )
Berdasarkan data penelitian pendahuluan (Sunarjo 2011) terhadap 4 sampel pada
setiap kelompok didapatkan rerata kelompok pre test = micro1 = 505 dan SD = 102
rerata kelompok post test = micro2 = 317 (Sunarjo 2011)
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
2 (102)sup2
n= x 105
(505 ndash 317)2
= 618
Pada penelitian ini jumlah sampel dibulatkan menjadi 7 sampel perkelompok
433 Tehnik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi maka diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1
44 Variabel Penelitian
441 Identifikasi variabel
Variable penelitian yang akan diukur adalah kadar MDA dalam darah tikus Wistar
jantan yang diberikan asap rokok
442 Klasifikasi variabel
a Variabel bebas Ekstrak CentellaAsiatica
b Variabel tergantung Kadar MDA
c Variabel kendali jenis kelamin ventilasi makanan
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
443 Hubungan antar variabel
Gambar 42 Hubungan Antar Variabel Penelitian
444 Definisi Operasional Variabel
1 Ekstrak Centella asiatica adalah ekstrak etanol dari daun Centella Asiatica
atau Pegagan yang diambil zat aktifnya dengan cara ekstraksi (Brinkhaus
2000) Dosis yang digunakan adalah 300mgkg berat badan Disini digunakan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian pada tikus
2 MDA adalah salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada membran sel dan
merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan oleh radikal bebas (Mc
Kee 2003) Pengukuran kadar MDA menggunakan metode TBARS
Variabel bebas
Ekstrak centella asiatica
Variabel tergantung
Kadar MDA
Variabel kendali
Jenis kelamin bull Ventilasi bull Makanan
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
3 Tikus Wistar adalah tikus dewasa berumur 3 bulan dengan berat badan rata-
rata 120 ndash 150 gram dengan kondisi fisik sehat
4 Asap rokok adalah asap yang dihasilkan oleh alat yg dibuat secara khusus
Rokok disambungkan ke selang aerator yang dimasukkan ke dalam kandang
terbuat dari kayu Kandang dibuat sedemikian rupa sehingga asap terus
mengepul dan tidak bocor Terdapat senyawa yang bersifat toksik dan
karsinogenik dalam asap rokok Sehingga asap rokok merupakan radikal
bebas yang kuat Pemberian asap rokok pada kandang tikus dan membiarkan
tikus secara langsung menghirup asap rokok Pemaparan asap rokok
dilakukan selama 3 jam setiap hari selama 14 hari Rokok yang dipakai
adalah rokok kretek dengan kandungan nikotin 23 gram perbatang
(Widiantara 2010)
45 Alat dan Bahan
451 Alat untuk pembuatan asap rokok
1 Kandang dari kardus untuk pemaparan asap rokok
2 Selang aerator
452 Bahan untuk pembuatan asap rokok
1 Rokok kretek
453 Alat untuk pengukuran MDA
1 Tabung Erlenmeyer ( labu didih ) 50 ml 100 ml
2 Tabung pyrex 10 ml
3 Rak tabung
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
4 Vortex labinco L 46
5 Mikropipet 5 ndash 50 microl 100 ndash 1000 microl pipet Pasteur pipet tetes
6 Alat gelas
7 Centrifuge ( high speed refrigerated centrifuge rotor JA 20 hitachi )
8 Balans
9 Spektrofotometer
454 Bahan untuk pemeriksaan MDA
1 Serum
2 Larutan asam Trikloroasetat ( TCA ) 20
3 Larutan asam Tiobarbiturat ( TBA ) 067
4 Larutan standar tetramethoxypropan 99 malonaldehyde bis ( dimetyl
asetat ) 99
455 Bahan-bahan lain yang digunakan
1 Antioksidan ekstrak etanol Centella Asiatica
46 Prosedur Penelitian
461 Persiapan Hewan Coba
Tikus Wistar dewasa jantan usia 3 bulan dengan berat antara 120 sampai
150 gram sehat dilakukan aklimatisasi selama tiga hari di tempat penelitian
untuk penyesuaian dengan lingkungan Selama proses adaptasi tikus tetap diberi
makan dan minum Kemudian tikus dimasukkan ke dalam kandang pengasapan
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
rokok Untuk kandang tempat pemaparan asap rokok disediakan kandang dengan
ukuran 40 cm x 20 cm x 25 cm kandang tersebut terbuat dari kayu dengan tutup
kawat jaring 1 cm yang dibungkus plastik Kandang dilubangi pada bagian
samping untuk memasukkan rokok dan satu lagi sebagai ventilasi Supaya asap
rokok tetap stabil maka rokok dihubungkan dengan selang aerator yang memiliki
diameter sesuai diameter rokok
Selama penelitian nantinya hewan coba diberikan makan dan minum secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang juga harus selalu dijaga
462 Jalannya Penelitian
Setelah dilakukan persiapan hewan coba maka dilakukan penelitian dengan
urutan kerja ( protokol penelitian ) seperti di bawah ini
1 Pada minggu pertama tikus diaklimatisasi dengan tetap diberikan makan dan
minum
2 Selanjutnya tikus dimasukkan ke kandang yang telah disiapkan khusus untuk
diberikan paparan asap rokok Pemberian asap rokok dilakukan selama 3 jam
setiap harinya selama 14 hari
3 Pada hari ke 15 tikus diambil darah Darah diambil lewat medial canthus dari
sinus orbitalis menggunakan pipet kapiler hematokrit non EDTA Darah
ditampung menggunakan evendof volume 15 cc yang sudah mengandung
EDTA sebanyak 35microl Untuk mendapatkan plasma selanjutnya darah
disentrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit Plasma yang sudah
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
terpisah diambil melalui mikropipet Plasma ditampung menggunakan
evendof dan siap untuk diperiksa MDA
4 Setelah itu masing-masing tikus pada tiap kelompok diberikan perlakuan
sesuai dengan kelompoknya
5 Tikus pada kelompok kontrol diberikan aquabidest steril sebanyak 1 cc pada
kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak pegagan sebanyak 300 mgkg bb
dilarutkan dalam 1 cc aquadest diberikan selama 14 hari
6 Setelah itu dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan metode
spektrofotometri pada masing-masing kelompok dengan prosedur yang sama
463 Prosedur Pengukuran MDA
1 Membuat larutan stock MDA dari standar MDA dengan pengenceran
400000 kali
2 Setiap kali pemeriksaan dibuat 8 larutan standar (masing-masing 2 buah)
sebagai kurva kalibrasi
3 Aquabidestilata sebanyak 1800microL dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan menggunakan pipet mikro (masing-masing 2 buah) ditambahkan
200microL sampel 1000microL TCA dan 2000microL TBA
4 Semua tabung dimasukkan ke dalam rak tabung kemudian dimasukkan ke
dalam penangas air dengan suhu 100ordmC selama 10 menit
5 Setiap isi tabung kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifus dengan
kecepatan 3000rpm selama 10 menit
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
6 Isi tabung dipindahkan ke kuvet dan diukur dengan spektrofotometer
gelombang vis dengan panjang gelombang 530 nm
7 Pada layar akan terlihat angka yang akan dikonversi ke dalam rumus untuk
mendapatkan kadar MDA (nmolmicroL)
Perhitungan
A Uji
Kadar peroksidasi lipid (MDA) = x Kadar Standar (nmolmicroL)
A standar
464 Alur Penelitian
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
Tikus
Kontrol Perlakuan 1
Asap Rokok +Aquabides Steril
Selama 14 hari
Asap Rokok+Ekstrak Pegagan 300 mgKg bb selama 14 hari
Kadar MDA
Post tes
Paparan Asap Rokok 14 hari
Kadar MDA gt 5 mmoll
Pretes
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
47 Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari
Hasil pengukuran kadar MDA dari pre test dan posttest dari masing-masing
kelompok
48 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut
1 Analisis deskriptif untuk data kadar MDA dalam darah tikus Wistar yang
diinduksi dengan diberikan paparan asap rokok
2 Analisis normalitas dilakukan dengan Uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi
data normal
3 Uji homogenitas varian dilakukan dengan Uji Levene didapatkan varian data
sebelum dan sesudah diberikan ekstrak pegagan homogen
4 Analisis Komparasi
Karena data menyebar normal dan homogen maka digunakan Uji T-
Independent untuk mengetahui perbedaan antar kelompok sebelum
pemberian ekstrak Pegagan
5 Uji Efek Perlakuan
Karena data menyebar normal dan homogen digunakan Uji T-Independent
dan T-PairTest untuk mengetahui penurunan kadar MDA antara sebelum dan
sesudah pemberian ektrak Pegagan
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
6 Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau dinyatakan
berbeda bila plt005
7 Data diolah dengan program SPSS Version 16 for windows
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar yang berumur 3 bulan berat
badan antara 120 ndash 150 gram dan sehat sebagai sampel yang terbagi menjadi 2
kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok kontrol (aqua) dan
kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg BB) Dalam
pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data uji homogenitas data uji
komparabilitas dan uji efek perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan pada
masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-
Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005) disajikan pada
Tabel 51
Tabel 51
Hasil Uji Normalitas Data MDA masing-masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
MDA Kontrol pre
MDA ekstrak Pegagan pre
MDA Kontrol post
MDA ekstrak Pegagan post
7
7
7
7
0353
0112
0669
0496
Normal
Normal
Normal
Normal
53
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test Hasilnya
menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52
Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data MDA Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
MDA pre
MDA post
0557
0508
0470
0490
Homogen
Homogen
53 MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata MDA antar
kelompok sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan
berupa ekstrak pegagan Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
disajikan pada Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Tabel 53
Rerata MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
600
552
062
047 167 0122
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 600 mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
552mmoll047 Analisis kemaknaan dengan uji T-Independent menunjukkan
bahwa nilai t = 167 dan nilai p = 0122 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan paparan asap rokok dan sebelum diberikan perlakuan berupa
ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata MDA antar kelompok
sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan dan aquadest Hasil analisis
kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54 berikut
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Tabel 54
Rerata MDA antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata MDA SB T p
Aquades Ekstrak Pegagan
7 7
597
319
053
034
1173 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata MDA kelompok kontrol
(aquades) adalah 597053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah
319034 Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa
nilai t = 1173 dan nilai p = 0001 Hal ini berarti bahwa perbandingan kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan rerata MDAnya berbeda secara bermakna
(p lt 005) Hal ini juga ditunjukkan pada grafik penurunan kadar MDA (gambar
51)
Uji T-Pair juga dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-masing
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Analisis kemaknaan dengan
uji T-Pair pada tabel 55 menunjukkan bahwa nilai t = 1667 dan p = 0147 pada
kelompok kontrol Hal ini berarti nilai p gt 005 tidak bermakna Analisis
kemaknaan dengan uji T-Pair pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t =
18543 dan nilai p = 0000 Hal ini berarti plt005 berbeda secara bermakna
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
000
200
400
600
Aqua Ekstrak Pegagan
600552
597
320
Kadar MDA
Pre
Post
Tabel 55 Hasil Uji T-Pair Test
Gambar 51 Grafik Penurunan Kadar MDA setelah pemberian paparan asap rokok dan ekstrak Pegagan
Dari uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat grafik penurunan kadar MDA
setelah pemberian paparan asap rokok didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan
sebanyak 05 pada kelompok kontrol dan terjadi penurunan sebanyak 4203
pada kelompok pegagan
Kelompok Subjek
n Rerata MDA sblm perlakuan
Rerata MDA stlh perlakuan
SB t p Interpretasi
Kel Kontrol 7 600 597 005 1667 0147 Tidak bermakna
Kel Pegagan 7 552 319 033 18543 0000 Berbeda bermakna
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji pemberian ekstrak pegagan terhadap penurunan MDA
darah tikus digunakan tikus wistar jantan yang berumur 3 bulan berat badan
antara 120 ndash 150 gram kadar MDA gt 5mmoll dan sehat sebagai sampel yang
terbagi menjadi 2 kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor yaitu kelompok
kontrol (aqua) dan kelompok ekstrak pegagan (Centella Asiatica 300 mg per kg
BB)
62 Paparan Asap Rokok merupakan salah satu penyebab meningkatnya
kadar MDA
Berdasarkan hasil penelitian ini tikus Wistar yang diberikan paparan asap
rokok 3 jam perhari selama 14 hari menunjukkan peningkatan kadar MDA
Rokok merupakan penyumbang radikal bebas terbesar karena kandungan senyawa
yang terdapat dalam asap rokok (Fowles 2000) Rokok juga banyak menimbulkan
ROS sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif melalui mekanisme perusakan
lipid membran dari sel Radikal lipid yang terbentuk akan bereaksi dengan
oksigen membentuk radikal peroksi lipid dan lipid peroksida serta
malondialdehyd (MDA) yang larut dalam air dan dapat dideteksi dalam darah
(Devlin 2000) Maka dalam hal ini terjadi peningkatan kadar MDA pada tikus
yang dipapar asap rokok
58
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
63 Ekstrak Pegagan Menurunkan Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data MDA darah pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji normalitas (Uji Shapiro Wilk)
dan homogenitas (Levenersquos test) untuk kelompok pre-test dan post-test masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan antara kedua kelompok
menggunakan uji t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
600mmoll062 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 552mmoll047
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna MDA darah antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDAnya tidak berbeda secara
bermakna
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak pegagan antara kedua kelompok
menggunakan t-independent Rerata MDA kelompok kontrol (aquades) adalah
597mmoll053 dan rerata kelompok ekstrak pegagan adalah 319mmoll034
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan secara bermakna MDA antara kedua kelompok sesudah diberikan
ekstrak pegagan (plt005) Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa ekstrak pegagan rerata MDA berbeda secara
bermakna Uji T-Pair yang dilakukan untuk melihat perbedaan hasil masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Analisis kemaknaan dengan uji
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
T-Pair didapat nilai t = 1667 dan p = 0147 pada kelompok kontrol Nilai pgt005
tidak bermakna Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai t = 18543
dan nilai p = 0000 Nilai plt005 berbeda secara bermakna Hal ini disebabkan
karena pegagan mengandung antioksidan triterpenoid saponin asiaticoside
madecassoside asiatic acid dan madecassic acid phenol dan alkaloid
(Brinkhaus 2000) yang menyatakan bahwa antioksidan yang terdapat pada
pegagan dapat menurunkan kadar radikal bebas yang banyak terdapat pada asap
rokok sehingga dapat menurunkan kadar MDA Diketahui bahwa MDA adalah
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh oleh radikal bebas dan merupakan
metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas maka konsentrasi
MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi dalam membran sel
(Devlin 2000) Status antioksidan yang tinggi biasanya diikuti oleh penurunan
kadar MDA (Winarsi 2007) Kandungan antioksidan yang tinggi dan unsur
alkaloid dalam Centella asiatica yang berperanan untuk menghilangkan radikal
bebas dapat juga menurunkan kadar MDA dalam darah Lebih lanjut didapatkan
bahwa kandungan poliphenol ditemukan di pegagan mulai dari daun akar dan
batang Adanya kandungan polifenol yang tinggi pada pegagan memiliki efek
antiinflamasi dan antioksidan yang kuat (Kormin 2005)
Demikian juga kandungan flavonoid termasuk apigenin kaemferol quercetin
dan rutin juga didapatkan dengan menggunakan Thin layer Chromatography
(TLC) Flavonoid memiliki fungsi sebagai antioksidan primer chelators dan
superoxide anion scavengers serta memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat
dalam melawan peroxy radicals dibandingkan dengan vitamin E vitamin C dan
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
glutathione (Kormin 2005) Struktur flavonoid yang memiliki gugus hidroksil dan
bertindak sebagai hydrogen donator yang dapat menangkap radikal bebas (Pitella
et al 2009)
Mekanisme kerja ekstrak pegagan sebagai antioksidan dapat melalui 3 jalan
berikut ini superoxide free radical scavenging activity inhibition of linoleic acid
peroxidation and radical scavenging activity DPPH (Vimala et al 2003)
Aktivitas antioksidan dari pegagan dapat dilihat dari kemampuannya untuk
menangkap DPPH (11 diphenyl 2 picryl hydrazyl) radikal bebas Aktivitas
penangkapan radikal bebas ini dapat dilihat dengan tertangkapnya elektron yang
tidak berpasangan dari DPPH (Pitella et al 2009) Pegagan juga dapat mencegah
kerusakan oksidatif yang ada pada beberapa kelainan neuropatologis termasuk
stroke Parkinson dan Alzheimer serta dapat memperbaiki keadaan neurological
antioksidan yang berhubungan dengan penuaan (Pitella et al 2009)
Asiaticoside yang terdapat dalam pegagan dapat meningkatkan level
antioksidan pada tahap awal penyembuhan luka (Kormin 2005)
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
71 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan
Pemberian ekstrak Centella Asiatica dapat menurunkan kadar MDA pada tikus
putih yang dipapar asap rokok
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak
pegagan yang lebih detail dan dosis optimal ekstrak pegagan untuk
menetralisir kerusakan oksidatif yang terjadi pada proses penuaan
khususnya pada perokok
62
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
DAFTAR PUSTAKA
Abuja P M dan Albertini R 2001 Method for Monitoring Oxidative Stress
Lipid Peroxidation and Oxidation Resistance of Lipoproteins Clin Chim
Acta 306(1-2)1-17
Anonim 2000 Adakah Rokok yang benar-benar Mild Available at httpwww
rokok Accessed Agst 1 2011
Anonim 2006 Rokok Available at httpwww2kompascomkesehatannews
040606105403htm Accessed Agst 1 2011
Anonim 2007 Centella Asiatica Available at httpwwwcentella-asiaticazzl
orgkimiahtml Accessed Agst 8 2011
Anonim 2010 Centella asiatica (L)Urban Pegagankaki kuda Available at
httpwwwobtrandofileswordpresscom20100912b1310 Accessed
Agst 8 2011
Bagiada A Arcana Mahasucipta 2005 Peran Antioksidan untuk Mencegah
beberapa Kelainan Jaringan Tubuh Majalah Kedokteran Indonesia
Volume 5 No 6 455-458
Baskoro A dan Konthen P G 2008 Basic Immunology of Aging Process
Naskah lengkap pada 5th bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and
Geriatric Update Symposium Bali 11-13 April 2008
Baynes J Dominiczak M 2005 Medical Biochemistry Second Edition British
Elsevier Mosbyp 500-501
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Brinkhaus B Lindner M Schuppan D and Hahn E G 2000 Chemical
Pharmacological and Clinical profile of The East Asian Medical Plant
Centella Asiatica Review article Phytomedicine 7 (5) 427-448
Burlakova E B Zhizhina G P Garevich S M Fatkulina L D 2010
Biomarkers of Oxidative Stress and Smoking in Cancer Patients Russia J
Cancer Res Ther Vol 6 47
Devlin M T 2002 Bioenergetics and Oxidative Metabolism in Biochemistry
with Clinical Correlations 5th ed Wiley-liss Canadap590-592
Finaud J Lac G Filaire E 2006 Oxidative Stress Relationship with Exercise
and Training Sports Medicine Volume 36 No 4 327-358
Fowles J dan Bates M 2000 The Chemical Constituents in Cigarettes and
Cigarettes Smoke Prirites for Harm reduction Epidemiology and
Toxicology Group ESR Kenepuru Science Center Porirua New Zealand
Garelnabi M O Brown WV Le N A 2008 Evaluation of A Novel
Colorimetric Assay for free Oxygen Radicals as A Marker of Oxidative
Stress Atlanta J Clinical Biochemistry Vo 41 1250-1254
Goldman R dan Klatz R 2007 The New Anti Aging Revolution Malaysia
Printmate Sdn Bhdp 19-25
Halliwell B and Gutteridge J M C 2007 Free Radicals in Biology and
Medicine New York Oxford University Pressp19-633
Howes H R M 2006 Hydrogen Peroxide and Antioxidant vitamin A C amp E
Edisi 1 LA The Pundit Publishing Companyp9-270
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Immanuel S 2008 Pemeriksaan Laboratorium dalam Anti Aging Medicine
Cermin Dunia Kedokteran Volume 35 No 2 82-83
Kormin S 2005 The effect of Heat Processing on Triterpene Glycosides and
Antioxidant Activity of Herbal Pegaga (Centella Asiatica L Urban) Drink
(Tesis) Kuala Lumpur Universiti Teknologi Malaysia
KPAI 2009 Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada Anak
Available at URLhttpwwwkpaigoid-Perlindungan dan Pencegahan
Bahaya Merokok pada Anakhtm Accessed Agst 20 2011
Manach C Scalbert A Morand C Remesy C Jimenez L 2004
Polyphenols Food Sources and Bioavailability France Am J Clin Nutr
Vol 79727-747
Mc Kee T Mc Kee J R 2003 Aerobic Metabolism II Electron Transport and
Oxidative Phosphorylation in Biochemistry the Molecular Basis of Life
3rd ed Mc Graw-Hill NY 10020p319-326
Murray R K 2009 Harperrsquos Illustrated Biochemistry USA Mac Graw hill
Company 28 101
Palmieri dan Sblendorio 2010 Current Status of Measuring Oxidative Stress
Humana Press 1-16
Pangkahila W 2007 Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup
Anti Aging Medicine Cetakan ke-1 Jakarta Penerbit Buku
Kompashal133-144
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Pitella F Dutra R C Junior DD Lopes M T P Barbosa N R 2009
Antioxidant Activity and Citotoxic of Centella Asiatica International
Journal of Molecular Sciences 10 3713-3721`
Pocock S J 2008 Clinical Trials A Practical Approach John Willey amp Sons
Incp123-127
Prior R 2003 Fruits and Vegetables in The Prevention of Cellular Oxidative
Damage Arkansas Am J Clin Nutr Vol 78 570S-8S
Sen S Chakraborty R Sridhar C Reddy YSR 2010 Free radicals
Antioxidants Diseases and Phytomedicines July-August Available
fromwwwglobalresearchonlinenet Accessed August 312011
Shakir Jamil S Qudsia Nizami and Mehboobus Salam 2007 Centella asiatica
article review Natural Product Radiance Vol 6 (2)158-170
Simanjuntak K 2006 Peningkatan Radikal Bebas akibat Aktivitas Xantin
Oksidase Volume 6 Nomor 1 Jakarta Profesi Medika 23-29
Sunarjo I 2011 Pemberian ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dapat
menurunkan kadar MDA tikus putih (Wistar) yang dipapar asap rokok
Penelitian Pendahuluan
Suryohusodo P 2000 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas dalam Kapita
Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Jakarta CV Infomedika 31-47
Trilaksani W 2003 Antioksidan Jenis Sumber Mekanisme kerja dan Peran
terhadap Kesehatan Available from httpwwwrudyctcomPPS 702-
ipb06223wini_trilaksanihtm Accessed Agst 3 2011
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Vimala S Mohd Ilhan Adenan Abdul RashinAhmad and Rohana Shahdan
2003 Naturersquos Choice to Wellness Antioxidant VegetablesUlam Siri
Alam dan Rimba no 7 Kuala Lumpur FRIM 90-92
Wibowo S 2003 Andropause Keluhan Diagnosis dan Penanganannya Dalam
The Concepts of anti Aging and How to Make Without Disorder Jakarta
FKUI 11-17
Widhiantara I Gede 2010 Terapi Testosteron dan LH (Luteinizing Hormone)
meningkatkan jumlah sel leydig mencit (Mus musculus) yang menurun
akibat paparan asap rokok (Tesis) Denpasar Universitas Udayana
Winarsi H M S 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Cetakan 5
Yogyakarta Penerbit Kanisiusp11-37 49-58 77-81
WHO 2002 Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults aged over 15
years Available at URL httpwwwwhointwhoisindicators
compendium20082ptuenindexhtml Accessed Agst 3 2011
WHO 2008 WHO Report on Tobacco Eepidemic Available at
httpwwwintentitytobacco Accessed Agst 3 2011
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Aqua 201 7 200 904 7 353
Ekstrak Pegagan 280 7 103 846 7 112 Post Aqua 170 7 200 943 7 669
Ekstrak Pegagan 179 7 200 923 7 496 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Lampiran 2 Uji t-independent
Group Statistics Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean
Pre Aqua 7 60057 62010 23438 Ekstrak Pegagan 7 55171 46611 17617
Post Aqua 7 59714 52711 19923 Ekstrak Pegagan 7 31971 33654 12720
Independent Samples Test Levenes Test
for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df Sig (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Pre Equal
variances assumed
557 470 1666 12 122 48857 29321 -15027 11274
1
Equal variances not
assumed
1666
11139 123 48857 29321 -15579 11329
3
Post
Equal variances assumed
508 490 11737 12 000 27742
9 23637 225927
328930
Equal variances not
assumed
11737
10195 000 27742
9 23637 224897
329960
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Lampiran 3
T-Test kelompok kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 60000 7 12610 04766
posttest 59700 7 09037 03416
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 957 001
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 03000 04761 01799 -01403 07403 1667 6 147
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097
Lampiran 4
T-Test kelompok perlakuan
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig
Pair 1 pretest amp posttest 7 279 544
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig (2-
tailed)
Mean
Std
Deviation
Std Error
Mean
95 Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
pretest -
posttest 233429 33306 12588 202626 264231 18543 6 000
Paired Samples Statistics
Mean N Std Deviation Std Error Mean
Pair 1 pretest 55243 7 11208 04236
posttest 31900 7 34651 13097