INFEKSI KECACINGAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Infeksi kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit (berupa cacing) kedalam tubuh manusia, parasit ini mempunyai tubuh yang simestris bilateral dan tersusun dari banyak sel (multi seluler). Jenis cacing yang sering ditemukan dapat menimbulkan infeksi adalah cacing ascaris lumbricoides (A. lumbricoides), cacing Trichuris trichiura (T. trichiura) dan cacing tambang Necator americanus (N. americanus) dan Ancylostoma duodenalle (A. duodenalle) dan cacing Strongyloides stercoralis (S. stercoralis) dimana cara penularanya melalui tanah atau yang disebut dengan Soil Transmitted Helminths atau STH (Anonim, 2008). STH adalah kelompok cacing golongan nematoda, yang dalam perkembanganya memerlukan tanah untuk berkembang menjadi bentuk infektif (Tjitra, E., 1991).

Citation preview

INFEKSI KECACINGAN

disusun oleh:Ni Komang Mira Yanti(P07134012031)

disampaikan kepada :Dosen Pembimbing Mata Kuliah Promosi Kesehatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASARJURUSAN ANALIS KESEHATAN2013

INFEKSI KECACINGAN1.1. Latar BelakangBerdasarkan penelitian 90% anak Indonesia terinfeksi penyakit cacingan, namun hal ini masih dianggap hal sepele dan angin lalu oleh masyarakat dan pemerintah. Padahal , infeksi cacingan dapat mengakibatkan hal yang fatal apabila tidak ditangani dengan cepat dan juga tepat. Infeksi ini sangat rentan terjadi pada anak dan balita,. Infeksi ini dapat mengganggu tumbuh kembang anak baik secara fisik maupun mental segingga mengakibatkan prestasi di bidang akademis maupum non akademis menurun. Penyakit ini timbul karena kurangnya rasa kepedulian masyarakat terhadap diri sendiri dan juga lingkungan sekitar. Oleh karena itu untuk menanggulangi dan memperbesar kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyakit ini , maka dilakukan penyuluhan tentang infeksi kecacingan dan dengan adanya penyuluhan ini diharapkan angka anak yang terinfeksi cacingan di Indonesia dapat menurun.

1.2. Definisi Infeksi KecacinganInfeksi kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit (berupa cacing) kedalam tubuh manusia, parasit ini mempunyai tubuh yang simestris bilateral dan tersusun dari banyak sel (multi seluler). Jenis cacing yang sering ditemukan dapat menimbulkan infeksi adalah cacing ascaris lumbricoides (A. lumbricoides), cacing Trichuris trichiura (T. trichiura) dan cacing tambang Necator americanus (N. americanus) dan Ancylostoma duodenalle (A. duodenalle) dan cacing Strongyloides stercoralis (S. stercoralis) dimana cara penularanya melalui tanah atau yang disebut dengan Soil Transmitted Helminths atau STH (Anonim, 2008). STH adalah kelompok cacing golongan nematoda, yang dalam perkembanganya memerlukan tanah untuk berkembang menjadi bentuk infektif (Tjitra, E., 1991).

1.3. Penyebab dan Cara Penularan Kebersihan lingkunganDi Indonesia seharusnya tidak lagi menggunakan septictank untuk keperluan buang air besar. Ketika seorang anak yang cacingan buang air besar di lantai, maka telur atau sporanya bisa tahan berhari-hari, meskipun sudah dipel. Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar (menetas). Begitu masuk ke usus, baru ia akan keluar. Telur cacing keluar dari perut manusia bersama feses. Jika limbah manusia itu dialirkan ke sungai atau got, maka setiap tetes air akan terkontaminasi telur cacing. Meskipun seseorang buang air besar di WC, ia tetap saja bisa menyebarkan telur ini bila kakusnya meluber saat musim banjir. Kebiasaan yang burukTelur lainnya terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang tangan manusia. Lewat interaksi sehari-hari, mereka bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Mereka akan masuk ke dalam perut jika biasa makan tanpa cuci tangan. Jika orang orang selalu menggaruk-garuk lubang pantatnya saat sedang tidur, bisa jadi ia terserang cacing kremi. Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan kukunya. Sebagian lagi menempel di seprei, bantal, guling, dan pakaiannya. Lewat kontak langsung, telur menular ke orang-orang yang tinggal serumah dengannya. Lalu, siklus cacingan pun dimulai lagi Makanan yang tercemar oleh larva cacing.Jika air yang telah tercemar dipakai untuk menyirami tanaman atau aspal jalan, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Saking kecilnya telur-telur itu tak akan pecah, meskipun dilindas ban mobil atau sepeda motor. Bersama debu, telur itu tertiup angin, lalu mencemari gorengan atau es doger yang dijual terbuka di pinggir-pinggir jalan. Karena menular lewat makanan, korban cacingan umumnya anak-anak yang biasa jajan di pinggir jalan. Mereka juga bisa menelan telur cacing dari sayuran mentah yang dicuci kurang bersih. Misalnya, hanya dicelup-celup di baskom tanpa dibilas dengan air mengalir. Buang air besar sembarangan juga berbahaya. Prosesnya kotoran yang mengandung telur cacing mencemari tanah lalu telur cacing menempel di tangan atau kuku lalu masuk ke mulut bersama makanan. Kotoran yang dikerumuni lalat kemudian lalat hinggap di makanan, juga bisa masuk melalui mulut. Tanah yang mengandung larva cacingTanah yang mengandung larva cacing dan masuk melalui pori pori tubuh. Selain melalui makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke tubuh manusia melalui kulit (pori-pori). Dari tanah, misalnya lewat kaki anak telanjang yang menginjak larva atau telur. Bisa juga larva cacing masuk melalui pori-pori, yang biasanya ditandai dengan munculnya rasa gatal.1.4 Akibat Penyakit Cacingan

Pada kasus ringan cacingan memang tidak menimbulkan gejala nyata, tetapi pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Cacing dapat bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan infeksi pada usus dan dapat berakhir pada kematian.Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit lain termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Dampaknya dapat dilihat dari terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, komplikasi kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kerusakan tubuh secara signifikan hingga kecacatan, kebutaan, stigma sosial, serta produktivitas ekonomi dan pendapatan rumah tangga yang menurun. Bisa juga terjadi erratic, yakni, cacing keluar keluar lewat hidung atau mulut.Cacingan menyebabkan anemia sehingga membuat anak mudah sakit karena tidak punya daya tahan. Anak juga akan kehilangan berat badan, dan prestasi belajar turun. Dari pertumbuhan fisik yang terhambat, hingga IQ loss (penurunan kemampuan mental). Dalam perjalanannya, anak bisa jadi batuk seperti TBC, berdahak seperti asma.

1.5 Daur Hidup Cacing yang Sering Menginfeksi Manusia

1.5.1 Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang)Pada tinja penderita askariasis yangmembuang air besar tidak pada tempatnya dapat mengandung telur askariasis yang telah dubuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21 hari. Bila terdapat orang lain yang memegang tanah yang telah tercemar telurAscaris dan tidak mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telurAscaris .Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadilarvapada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran, yaknihati,jantungdan kemudian diparu-paru.Pada paru-paru, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian dilaring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing dewasa.Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya.

Gambar 1 : siklus hidup Ascaris lumbricoides

1.5.2 Cacing tambangTelur cacing tambang yang berada di tanah mengandung ovum yang akan berkembang pada suhu 23oC-33oC menjadi 2,4,8 lobus. Telur ini di tanah pada suhu 0oC , dapat hidup dalam watu 7 hari dan dapat hidup beberapa hari pada suhu 45oC sedang pada suhu 23oC-33oC dalam waktu 24-48 jam telur akan menetas dan keluar larva rhabditiform yang makan dari bahan sisa organik yang ada di sekitarnya. Cacing ini mempunyai mulut terbuka. Dalam waktu 3-5 hari , larva menjadi lebih panjang dan kurus dengan mulut tertutup dan runcing. Larva ini disebut larva filariform yang infektif dan dapat hidup di tanah dengan suhu optimum dalam waktu 2 minggudan larva ini akan mati bila kemarau, kena panas langsung, atau banjir. Larva filariform ini dapat menembus kulit manusia kapiler darah jantung kanan paru-paru bronkus trakea laring usus halus, lalu menjadi dewasa.

1.5.3 Enterobius vermiculraris (Cacing Kremi)Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang disebut juga enterobiasis atau oksiuriasis. Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah.Dalam siklus hidupnya di dalam tubuh manusia, cacing kremi selalu berpindah-pindah. Sejak berbentuk telur hingga menetas, cacing ini tinggal di usus 12 jari kemudian setelah berubah menjadi larva akan berpindah ke usus tengah yang merupakan bagian atas sistem penyerapan nutrisi.Setelah dewasa, cacing ini akan bermigrasi ke bagian anus kemudian bergerombol dan menyebabkan rasa gatal di bagian tersebut. Sebagian di antaranya juga akan keluar bersama feses atau tinja dan umumnya bisa diamati dengan mata telanjang, berupa cacing putih yang bergerak-gerak.Dalam pengembaraannya menuju anus inilah, cacing dewasa sering tersesat lalu bersarang di bagian-bagian yang tidak seharusnya kemudian bersarang di sana untuk bertelur. Salah satunya adalah vagina, yang sering menjadi tempat bersarang cacing kremi dewasa khususnya yang betina. Di vagina, cacing kremi bisa menyebabkan gatal atau bahkan radang yang pada tingkat keparahan tertentu bisa disertai koreng. Infeksinya bahkan bisa lebih jauh lagi, cacing-cacing itu kadang menyebar hingga saluran telur sehingga bisa mengganggu sistem reproduksi.Daur hidup cacing ini bekisar antara 2 minggu sampai 2 bulan. Cacing dewasa dari usus halus pergi ke usus besar kemudian ke anus karena telur telur cacing itu hanya menetas kalau ada oksigen, sehingga diberi nama Oxyuris OK. Di malam hari cacing kremi yang mendekam di usus penderita, biasanya turun ke kawasan dubur untuk bertelur.

Gambar 2 : Siklus Hidup Enterobius vermiculraris

1.6 Gejala Penyakit Cacingan1.6.1 Gejala umum Perut buncit, badan kurus, rambut seperti rambut jagung, lemas dan cepat lelah, muka pucat, serta mata belekan. sakit perut, diare berulang dan kembung, kolik yang tidak jelas dan berulang.1.6.2 Gejala khusus Cacing GelangSering kembung, mual, dan muntah-muntah. Kehilangan nafsu makan dibarengi diare, akibat ketidakberesan di saluran pencernaan. Pada kasus yang berat, penderita mengalami kekurangan gizi. Cacing gelang yang jumlahnya banyak, akan menggumpal dan berbentuk seperti bola, sehingga menyebabkan terjadinya sumbatan di saluran pencernaan.-Cacing TambangCacing tambang menetas di luar tubuh manusia, larvanya masuk kedalam tubuh melalui kulit. Cacing tambang yang hidup menempel di usus halus menghisap darah si penderita. Gejala yang biasa muncul adalah lesu, pucat, dan anemia berat. Cacing KremiTelur cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu bersarang di usus besar. Setelah dewasa, cacing berpindah ke anus. Dalam jumlah banyak, cacing ini bisa menimbulkan gatal-gatal di malam hari. Tidak heran bila si kecil nampak rewel akibat gatal-gatal yang tidak dapat ditahan. Olesi daerah anusnya dengan baby oil dan pisahkan semua peralatan yang bisa menjadi media penyebar, seperti handuk, celana, pakaian.

1.7 Diagnosis Infeksi Cacingan yang Sering Menginfeksi Manusia

1.7.1 Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang)Infeksi oleh cacing dewasa biasanya didiagnosis berdasarkan adanya telur di dalam contoh tinja. Kadang di dalam tinja atau muntahan penderita ditemukan cacing dewasa dan di dalam dahak ditemukan larva. Jumlah eosinofil di dalam darah bisa meningkat. Tanda-tanda adanya perpindahan parasit bisa terlihat pada foto rontgen dada.1.7.2 Cacing TambangDiagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur di dalam tinja segar dan larva pada tinja yang sudah lama. Telur kedua spesies cacing tambang tidak dapat dibedakan, untuk memedakan spesies , telur dibiakkan menjadi larva dengan salah satu cara yaitu Harada-Mori.1.7.3 Enterobius vermicularis (Cacing kremi)Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut, yang aktif bergerak. Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop. Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar anus pada waktu malam hari. Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Telur cacing dapat diambil dengan mudah dengan alat anal swab yang ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat. Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkan scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan 3 hari berturut-turut.

1.8 PengobatanSetiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu usia 0 sampai sekitar usia 15 tahun, anak diberi obat cacing. Jangka waktu enam bulan ini untuk memotong siklus kehidupan cacing.

1.9 PencegahanA. Menjaga Kebersihan Perorangan1. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan menggunakan air dan sabun.2. Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacing.3. Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya. Selalu pakaikan sandal atau sepatu setiap kali anak bermain di luar rumah.4. Bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa detik ke dalam air mendidih.5. Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka6. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi :7. Memasak air untuk minum8. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan;9. Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari;10. Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah;11. Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari makanan tersebut; B. Menjaga Kebersihan Lingkungan1. Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori lingkungan.2. Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai.3. tidak menyiram jalanan dengan air got4. Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.5. Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan lipas.6. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.DAFTAR PUSTAKAAndre, 2012, Ascaris Lumbricoides, 2012, Ascaris Lumbricoides, online,http://andre4088.blogspot.com/2012/05/ascaris-lumbricoides.html. (diakses 21 Juli 2013)Indahwati, Selly, 2012, Enterobius Vermikularis, online, http://selly23.blogspot.com/2012_12_01_archive.html, (diakses 21 Juli 2013)Rasti. 2010. Penyuluhan Penyakit Cacingan. Online.http://rastirainia.wordpress. com/2010/02/08/satuan-acara-penyuluhan-penyakit-cacingan/. (diakses 21 Juli 2013)Rahman, Qomaruzzaman, 2013, Cacing Kremi atau Enterobius Vermikularis, online, http://seputarcacing.blogspot.com/2013/01/cacing-kremi.html, (diakses 21 Juli 2013)Safar, Rosdiana. 2009. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Yrama widya.Shine, Maghzum, 2012, Ascaris Lumbricoides, online, http://maksumprocedure.blogspot.com/2012/04/ascaris-lumbricoides.html. (diakses 21 Juli 2013)