Upload
lenhi
View
235
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP
INGATAN
Disusun oleh : HaulaNoor 0071020108
F AKUL TAS PSIKOLOGI
UIN SY ARIF HIDAY ATULLAH JAKARTA
1425 H/2004 M
PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP INGAT AN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai 'Gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I
Oleh: Haula Noor 0071020108
Di bawah bimbingan
\ Pembimbin·· .. ·.g II
~ ') Dr. Lily Suravva Ekaputri Drs. Ase ;~ ru~ni Psi
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah
Jakarta 1425 H/2004 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP INGATAN",
telah diujikan dalam Sidang Skripsi Fakultas Psikologi UTN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 09 September 2004. skripsi ini telah di terima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) pada Fakultas
Psikologi.
. D an/
Ketua Me ngkap Anggota I
Dra. ff. Net -Iartati M. Si NIP. 1sz 15 938
~
Sidang skripsi
Jakarta, 09 September 2004
Pembantu Dekan/ Sekretaris Mer gimp Anggota
Dra. ff. Zahrotu NIP. 15
Anggota
Ors. Sofiandy Zakaria, M. Psi. i:: '\ Dr. Lily Surayya Ekaputri Penguji II Penguji T
Dr. Lily Surawa Ekaputri Pembimbing I
~J~~\( Ors. Asen Haerul Gani, Psi
Pembimbing ll
UN'l'UKi Jil.\Jlio\H ~o\N6 'f iDo\Ki PE&No\H HiLo\N6 Dt\&i
iNG.\'fo\N
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahirabbil'alamiin terucap syukur tak terhingga kepada penguasa manusia Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam tetap terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan kita secercah cahaya untuk mengarungi hidup hingga saat ini.
Penelitian ini bertujuan agar masyarakat dapat menanggulangi stres lingkungan yang diakibatkan kebisingan dan agar masyarakat mengetahui pengaruhnya terhadap ingatan. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi perkembangan Psikologi khususnya Psikologi Kognitif dan Lingkungan.
Untuk dua orang yang teramat istimewa, Ayah dan Umi tersayang, ucapan terima kasih takkan cukup untuk tiap tetes keringat dan do'anya, untuk perhatian dan dorongan yang akan selalu penulis ingat.
Teriring ucapan terima kasih yang amat dalam kepada kedua dosen pembimbing lbu Dr. Lily Surayya Ekaputri (Pembimbing I) dan Bapak D1·s. Asep Haerul Gaui,Psi (Pembimbing II) yang telah memberikan bimbingan berupa kritik serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Bersama ini pula izinkan penulis berterima kasih kepada : 1. lbu Dra. Hj. Netty Hartati M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN
SyarifHidayatullah. 2. Bapak Drs. Akhmad Baidun l\'I. Si, selaku dosen Pembimbing Akademik.
Terima kasih atas bimbingannya. 3. Para dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan bekal berupa ilmu yang
bermanfaat kepada Penulis. 4. Bapak Ir. Wisnu Eka Y, atas izin dan masukan-masukannya yang sangat
membantu dan para staf Laboratorium Kebisingan dan Getaran Pusarpedal khususnya Bang Zoe! "terima kasih banyak semua".
5. Adik-adikku tersayang, Anas "terima kasih atas tawaran ngetiknya". Maulida "terima kasih udah mau nemenin Teteh begadang". Both 1>fyou always make me happy.
6. Sahabat sekaligus Saudara "Ai" terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada Penulis.
7. Tidak pernah lupa untuk Tuwan Pntri yang selalu bersedia menyerahkan "anak"nya untuk dianiaya. Winy, yang selalu memberi semangat, K Bowo atas bantuannya, Syahid "Kapan nyusul?", Zee atas kebaikannya, temanteman Gang Bacang yang sama-sama tegang tetapi tetap bersemangat, Teh
Aas "Terus berjuang dan jangan pernah menyerah" dan seluruh teman-teman angkatan 2000 "I miss you all!".
8. Master Saeho dan keluarga, terima kasih atas kebaikan yang diberikan selama ini "Master, akhirnya Lola selesai!". K Yanto, untuk penginapannya.
9. Teman-teman Fakultas Sains dan Teknologi yang sudah bersedia direpotkan untuk menjadi sampel.
I 0. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Skripsi ini banyak memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya walaupun memang tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semoga bermanfaat.
Jazakumullah khairan katsira
Jakarta, 3 0 Agustus 2004
Penulis
ABSTRAK
(C)Haula Noor
(A) Fakultas Psikologi (B) Agustus 2004
(D)PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP INGA TAN (E) ix+83 halaman (F) Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pernyataan bahwa ada sebagian orang yang
merasa terganggu apabila belajar di lingkungan yang bising dan ada sebagian orang lagi yang tidak merasa terganggu apabila belajar dalam keadaan bising.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan, apakah kebisingan dapat mempengaruhi ingatan?
Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Kimia tingkat I kelas A dan B. Dari populasi tersebut diambil sampel sebanyak 32 orang dengan menggunakan tekhnik probability sampling yaitu earn pengambilan sampel berdasarkan probabilitas atau peluang artinya bahwa setiap anggota populasi yang tennasuk dalam sampel mempunyai peluang yang sama. Selanjutnya sampel tersebut dibagi ke dalam 4 kelompok eksperimen.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kebisingan Pusarpedal Puspiptek Serpong Tangerang. Penelitian dilaksanakan selama dua hari. Kebisingan yang dipergunakan adalah pure tone yaitu nada tunggal yang dihasilkan oleh Omny Source Speaker (sumber suara) dan alat-alat lainnya yang telah ada di laboratorium sendiri, selain itu peneliti juga menggunakan instrumen penelitian berupa nonsense syllables yaitu kumpulan hurufyang tidak bennakna untuk diingat dan kertas folio kosong yang dijadikan untuk media untuk menulis (recall) apa yang sudah mereka ingat.
Penelitian ini masih banyak memiliki kekurangan-kekurangan seperti kurangnya kontrol pada variabel-variabel yang dapat mempengaruhi basil penelitian, seperti kesadaran subjek sedang dalam penelitian, inteligensi, tempat tinggal, kebiasaan belajar subjek, dan faktor eksternal serta internal lain yang terdapat dalam diri subjek.
Adapun kontrol pada variabel-variabel yang dapat mempengaruhi basil penelitian adalah: I. Suara-suara selain kebisingan yang diberikan yang hadir ketika penelitian
dikontrol dengan eliminasi. 2. Kebiasaan subjek menghafal dalam keadaan bising dikontrol dengan
differential selection yaitu pemisahan secara random. 3. l:n1osi subjek dikontrol dengan randon1isasi.
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan dengan menggunakan Analisa Varians (Anova), hasil penelitian menunjukkan nilai F sebesar 2,862 lebih besar dari pada harga F table sebesar 2,72 (F hitung > F table) pada tarafsignifikansi a 0.05, artinya terdapat pengaruh kebisingan terhadap ingatan.
(G) Bahan Bacaan: 46 (1947-2004)
DAFTARISI
KATA PENGANTAR' ......................................................................... .
ABSTRAK ............................................................................................ IV
DAFTAR ISi ....... . . .......................... ....... ....... v
DAFTAR TABEL ........... .
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
1.2. Pembatasan masalah ......... .
1. 3. Perumusan masalah .. .
14.
1.5.
1.6.
Tujuan dan manfaat penelitian .............. .
Sistematika penulisan ............................................. .
Teknik penulisan ................................................... .
Vlll
IX
1
I
5
6
6
7
7
BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................. 8
2. I. lngatan 8
2.2.
2. I. I. Penelitian pertama mengenai ingatan . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.1.2. Definisi ingatan .. . .. . .. . ... . .. . .. . .. ... ... . .. . ... . .. . 9
2.1.3. Model-model ingatan manusia ............... 10
2.1.4. Proses ingatan ............................................ .
2.1.5. Lupa pada ingatan ................................... .
2.1.6. Meningkatkan daya ingat .
2. 1. 7. Memori Konstruktif ........... .
2.1.8. Memori implisit
Kebisingan .
2.2.1. Definisi kebisingan
2.2.2. Sumber-sumber kebisingan .......... .
2.2.3. Ragam dan jenis kebisingan .
16
20
24
27
29
32
32
34
36
2.2.4. Skala desibel .......................................................... 39
2.2.5. Karakteristik bising ............................................... 40
2.2.6. Pengaruh kebisil).gan terhadap manusia ................ 41
2.2.7. Usaha pengendalian kebisingan ............................ 49
2.2.8. Temuan Para Ahli ................................................. 56
2.3. Dugaan pengaruh kebisingan terhadap ingatan ................ 59
2.4. Hipotesa ............................................................................. 60
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 61
3.1. Subjek penelitian ............................................................... 61
3.1.1. Kriteria subjek penelitian ...................................... 61
3.1.2. Sampling ............................................................... 61
3.1.3. Teknik penentuan kelompok ................................. 62
3.2. Variabel-variabel penelitian .............................................. 62
3 .2.1. V ariabel be bas (Independent Variabel) ... ...... ... ..... 62
3 .2.2. Variabel terpengaruh (Dependent V ariabel) ... ...... 62
3.2.3. Variabel Ekstraneous ............................................ 63
3.2.4. Kontrol .................................................................. 63
3.3. Rancangan eksperimen ...................................................... 64
3.4. Aparatus penelitian ................................................ 64
3.5. Denah eksperimen ................................................. 65
3.6. Prosedur penelitian ................................................ 66
3.7. Teknik analisa statistik .......................................... 72
BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................ 73
4.1. Gambaran umum responden ............................................. 73
4.1.1. Identitas responden................................................. 73
4.1.2. Penyebaran nilai responden.................................... 75
4.2. Hasil utama penelitian ....................................................... 79
BAB 5 PENUTUP .....•.•.••.••.•.••.•..••.•.....•.•..••.•..•.••.•.•.••.•..•..••.•..•.••.•.....•....• 80
5.1. Kesimpulan ........................................................................... 80
5 .2. Diskusi .................................................................................. 80
5.3. Saran...................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMP IRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tipe-tipe kebisingan lingkungan ............................................... 34
Tabel 2.2 Beberapa akibat kebisingan ...................................................... 46
Tabel 2.3 Intensitas kebisingan yang diperbolehkan dalam jam ............... 55
Tabel 2.4 Baku tingkat kebisingan ............................................................ 55
Tabel 3.1 Prosedur penelitian .................................................................... 71
Tabel 4.1 Identitas responden ................................................................... 73
Tabel 4.2 Penyebaran nilai kelompok eksperimen 1 ................................ 75
Tabel 4.3 Penyebaran nilai kelompok eksperimen 2 ................................ 75
Tabel 4.4 Penyebaran nilai kelompok eksperimen 3 ................................ 76
Tabel 4.5 Penyebaran nilai kelompok eksperimen 4 ................................ 77
Tabel 4.6 Penyebaran nilai setiap kelompok ............................................. 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses ingatan........................................................................ 17
Gambar 2.2 Tiga komponen ingatan......................................................... 17
Garn bar 2.3 Proses ingatan Munro............................................................ 18
Gambar 2.4 Proses ingatan Atkinson-Shiffrin .......................................... 19
Gambar 2.5 Proses ingatan Baddeley........................................................ 19
Gambar 2.6 Perkiraan pengukuran decibel .............................................. 40
Gambar 3.1 Rancangan Counterbalanced design ................................... 64
Gambar 3.2 Denah eksperimen ................................................................ 65
BABl
PENDAHULUAN
1.1. LAT AR BELAK.ANG l\1ASALAH
Kebisingan merupakan salah satu pencemar yang berasal dari penerapan
teknologi. Sumber kebisingan bennacam-macam, misalnya mesin pabrik, pesawat
1erbang, lalu-Iintas jalan raya, kereta api, peralatan kantor, dan peralatan rumah
tangga yang digunakan sehari-hari. Burrows (dalam Sanders & McCormick, 1987)
mendefiniskan kebisingan sebagai suatu stimuli auditori yang tidak berhubungan
dengan aktivitas yang sedang dilakukan. Kebisingan mempengaruhi penampilan
seseorang sesuai dengan tingkat paparan yang diterima. Pada tingkat paparan yang
berlebihan kebisingan dapat mengakibatkan penurunan perfonnans (Broadbent dalam
Hartley & Adams, 1974), sedangkan tingkat paparan yang moderat kebisingan justru
dapat meningkatkan performans (Davies & Hockey dalam Hartley & Adams, 1974 ).
Sebagai kebisingan, suara dipandang menjengkelkan dan mengganggu
apabila datang secara tidak terduga dan tidak pada tempatnya. Oleh karena itu,
kebisingan yang mengganggu penduduk kota bukan berasal dari kantor, toko, atau
pabrik, sebab di tempat umum seperti itu orang memang sudah menduga suara-suara
semacam itu. Suara yang menimbulkan ketegangan paling berat adalah kebisingan
yang memasuki benteng terakbir kebebasan individu yang runtuh dalam dunia yang
penuh sesak, yaitu rumah tinggal (Tanner, 1976).
Intensitas suara mencerminkan tinggi rendahnya gelombang suara yang
memukul telinga. Oleh karena itu energi suara yang dapat didengar oleh telinga
manusia mempunyai kisaran yang sangat besar, yaitu 0,00002-200 Pascal, maka
dibuatlah skala logaritma untuk menggambarkan intensitas suara tersebut yang
dikenal dengan decibel (dB). Dengan skala ini kisaran intensitas suara yang dapat
di den gar oleh telinga manusia adalah 0-140 dB (Davis & Cornwell, 1985).
2
Gangguan yang dapat ditimbulkan oleh kebisingan adalah sesuai dengan
tingkat paparan terhadap intensitas kebisingan. Suara yang secara fisik maupun
psikologis membahayakan, yang untuk selanjutnya disebut kebisingan, menurut
Bailey ( 1982) adalah intensitas di atas 100 dB. Suara bi sing lebih banyak bersumber
dari lingkungan buatan daripada lingkungan alamiah. Ledakan gunung meletus,
gempa bumi atau suara angin puyuh adalah beberapa contoh dari kebisingan alamiah.
Kebisingan dari lingkungan buatan lebih banyak lagi jenisnya.
Kebisingan dari lingkungan buatan yang sudah banyak diteliti karena
dianggap banyak menimbulkan gangguan pada manusia adalah kebisingan lalu lintas
(kendaraan bennotor di jalan raya yang padat, kereta api ekspres, pesawat udara
jumbo jet) dan tempat kerja (mesin-mesin pabrik, ledakan-ledakan di pertambangan).
Raloff ( 1982), misalnya, tel ah mencatat bahwa karyawan dalam bi dang konstruksi
harus mendengar suara sampai 100 dB, mekanik pesawat udara 88-120 dB, dan
pekerja tam bang batu bara 94-104 dB. Semuanya itu bi la terjadi berkepanjangan akan
mengakibatkan gangguan pendengaran (Fisher et al, 1984: I 03 dalam Sarlito,
1995:96).
3
Akan tetapi suara memperingatkan kita tentang apa yang terjadi. Ketika kita
hendak tidur, persepsi suara kita merupakan pintu yang ditutup paling akhir, dan
pertama terbuka saat kita terjaga. Bahkan saat kita tidur, otak akan terjaga oleh suara
suara kunci tertentu. Seorang ibu terbangun ketika bayinya menangis. Orang-orang
pada umumnya cepat terjaga oleh suara yang menyebut namanya (Russel, 2003).
Pada umumnya, adalah suatu hal yang wajar bila kita menyukai kedamaian
dan ketenangan dalam mengerjakan sesuatu khususnya belajar karena ada sebagian
orang menyukai belajar di lingkungan yang tenang dan sebai,>ian lagi menyukai
belajar di lingkungan yang ramai. Secara umum belajar adalah setiap perubahan
tingkah laku yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau
pengalaman yang berlangsung dalam waktu yang lama dan tidak berhubungan
dengan kemasakan, motivasi, kelelahan, adaptasi, dan sensitivitas organisme.
Pembicaraan masalah belajar tidak dapat terlepas dari masalah memori, karena
konsepsi belajar dan memori saling berkaitan erat, dan hasil belajar haruslah dapat
disimpan dan dipelihara dalam memori agar kelak dapat digunakan atau
dimanfaatkan.
Sistem memori manusia dapat dijelaskan oleh model paradii,>ma Atkinson dan
Shiffrin yang telah disempumakan oleh Tulving dan Madigan (Sol so, 1991 ). Dalam
model ini, terdapat tiga sistem penyimpanan, yaitu register sensori, memori jangka
pendek dan memori jangka panjang. Input yang baru masuk diterima dalam register
4
sensori dalam beberapa saat, kemudian diteruskan ke memori jangka pendek. Agar
informasi tersebut bisa ditahan lebih lama lagi, maka dilakukan pengulangan dan
elaborasi melalui proses yang lebih dalam lagi. Setelah di proses dalam memori
jangka pendek, informasi dikeluarkan dalam wujud respons atau kemungkinan
diteruskan ke dalam memori jangka panjang. Dalam proses ini terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi, antara lain faktor-faktor jasmani, usia, emosi, dan afeksi.
Bebunyian frekuensi tinggi menyusun harmonik tinggi yaitu timbre ( warna
suara). Suara yang kaya atau miskin pada frekuensi tinggi, tidak sama -karena itu
jangan sampai dikacaukan pengertiannya -dengan yang bernada tinggi atau rendah.
Pengalaman yang tidak menyenangkan saat terpapar oleh suara bernada tinggi yang
menyakitkan dan "tak layak dengar" (unlistenable) mungkin membuat kita tidak suka
dengan semua bebunyian (frekuensi) tinggi. Kita harus paham bahwa suara yang
sangat mengganggu itu adalah karena terlalu "sempif', atau miskin frekuensi rendah
maupun tinggi. Paradoksnya, suara-suara itu terdengar berbunyi tinggi justru karena
(frekuensinya) tidak cukup tinggi (Madaule, 2002).
Suara-suara bernada rendah dengan kandungan frekuensi tinggi yang sedikit,
terdengar tidak hidup, membosankan, dan monoton -bukannya terdengar rendah.
Suara-suara ini hanya sedikit "mengisi baterai'' otak, dan malah mengonsumsi energi
lebih banyak daripada yang diberikannya sehingga melelahkan pembicaranya. Bagi
pendengar, suara jenis ini juga hanya memberi sedikit energi untuk membantu telinga
dan otak memproses informasi verbal tersebut. Akibatnya, pendengar merasa lelah
dan mungkin bahkan tertidur (Madaule, 2002).
5
Pendapat mengenai batas intensitas kebisingan yang berdampak negatif, yaitu
suara yang menimbulkan ketidaknyamanan, rasa terganggu, dan rasa tidak senang
sangat bervariasi. Aspek kognitif yang terpengaruh meliputi timbulnya gangguan
konsentrasi, berpikir dan mengingat. Terganggunya aspek memori nampak dalam
bentuk menurunnya kemampuan mengingat, menjadi bingung dan lupa, sedangkan
menurunnya penampilan ke~ja ditandai dengan proses kerja yang lebih lamban.
Akan tetapi akibat kelebihan beban ini, kita belajar mengabaikan banyak
suara di sekeiiling kita, dan kehilangan banyak ha! yang dapat memberi kita
kesenangan dan informasi. lni memang terlalu buruk-sebab terdapat kebijakan dalam
mendengar yang kita perlukan. Bertitik tolak dari ha! ini peneliti te1iarik untuk
mengetabui apakah ada pengaruh kebisingan terhadap ingatan.
1.2. PEMBA T ASAN MASALAH
1.2.1. Kebisingan
Kebisingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suara-suara keras
berupa pure tone (nada tunggal) berfrekuensi 125 Hz, 1000 Hz dan 4000 Hz dengan
jenis bising terns menerus ( continoues noise).
1.2.2. Ingatan
Ingatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan subjek untuk
mengulang kembali nonsense .1yllables yang sudah diingat sebelumnya.
1.3. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah ada Pengaruh
Kebisingan Terhadap lngatan Seseorang".
1.4. TU.JUAN DAN MANFAAT PENELlTIAN
1.4.1. Tujuan Penelitian
6
Sesuai dengan permasalahan, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah kebisingan memiliki pengaruh terhadap ingatan seseorang.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :
a. Secara teoritis, penulis berharap bahwa dari penelitian yang penulis lakukan:
1. Pengembangan pengetahuan mengenai ingatan dan kebisingan dalam
kajian psikologi khususnya di Fakultas Psikologi UIN SyarifHidayatullah
Jakarta.
2. Dapat dijadikan langkah awal atau motivasi bagi penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan.
b. Secara praktis, penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat membann1
institusi pendidikan dan para pelajar sebagai informasi yang berguna sehingga dapat
memahami hal - hal yang berkaitan dengan ingatan dan kebisingan.
7
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BABI
BAB II
BAB III
BAB IV
BABV
Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang permasalahan,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
sistematika penulisan dan teknik penulisan.
Landasan teori, akan membahas mengenai konsep yang menjadi dasar
teoritis dari penelitian ini. Pada bab ini akan diuraikan tentang
kebisingan dan ingatan.
Metode penelitian, menguraikan tentang metode dan prosedur
penelitian yang meliputi subyek penelitian.
Berisikan tentang hasil penelitian yang dilakukan, yang diantaranya
meliputi gambaran umum subyek, hasil utama penelitian dan diskusi.
Penutup merupakan langkah terakhir dari suatu penyusunan dari laporan
penelitian, yang meliputi : kesimpulan yaitu ringkasan dari hasil
penelitian dan saran adalah saran yang dikemukakan peneliti untuk para
pembaca tentang penelitian yang dilakukan.
1.6. TEKNIK PENULISAN
Pada laporan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penulisan AP A
(American Psychology Association). Metode penulisan ini bisa qigunakan untuk
penelitian lapangan dan juga digunakan untuk ilmu pengetalrnan sosial secara umum.
\
BAB2
LANDASAN TEORI
2.1. INGAT AN
2.1.1. Penelitian Pertama Mengenai Jngatan
Seorang ahli Filosof Jennan dan sekaligus Psikolog, bernama Hermann
Ebbinghaus ( 1850-1909), menerbitkan penelitian sistematis pertama mengenai
ingatan manusia dan mempubliksikan hasil karyanya yang berjudul 'Uber das
Oedachtnis · (mengenai ingatan) pada tahun 1913. Pada tahun 1886, dia membuka (
Laboratorium Psikologi di Universitas Berlin. Setelah itu ia mulai mempelajari
penglihatan (Vision), dan mempublikasikan teori penglihatan-warna pada tahun 1893.
Di Breslau, Ebbinghaus juga mendirikan Laboratorium ( 1894) dan mempublikasikan
metode baru untuk menguji kemampuan mental pada anak usia sekolah (Zusne
(1984).
Ebbinghaus menjadikan dirinya sendiri sebagai subjek dalam penelitiannya.
Dia menguji dirinya untuk menghafal nonsense syllables yaitu suku kata yang terdiri
dari tiga hurufkonsonan-vokal-konsonan sebanyak 20-300 suku kata (Zusne, 1984),
seperti DAX, BUP dan LOC. Menurutnya nonsense syllables merupakan alat yang
paling baik dalam penelitiannya karena suku kata tersebut tidak
8
memiliki arti sehingga sulit untuk dipelajari apalagi diingat, karena sulit mencari dan
menentukan asosiasinya.
9
Pada salah satu percobaan, Ebbinghaus mempelajari 13 syllables sampai ia
mampu mengulanginya tanpa menemukan kesalahan. Selanjutnya ia mencoba untuk
mengingat kembali daftar tersebut setelah beberapa kali penundaan. Dia memastikan
berapa waktu yang ia butuhkan untuk mempelajari daftar terse but. pada percobaan
,Yang pertama, ia membutuhkan sekitar 1156 detik untuk mempelajarinya dan hanya
467 detik waktu untuk mempelajarinya kembali. Sehingga ia dapat menghemat waktu
sebanyak 1156-467 = 689 detik atau 64,3% (Anderson, 1947).
Pada percobaan.selanjutnya, Ebbinghaus mencoba mengingat kembali daftar
tersebut setelah 20 menit, 1 jam, 8-9 jam, 1 hari, 2 hari, 6 hari, dan 31 hari. Teknik
teknik Ebbinghaus ini menjadi standar dalam penelitian-penelitian psikologi
mengenai ingatan sepanjang tahun (Solso, 1991).
2.1.2. Definisi Ingatan
lngatan adalah hasil dari pengalaman yang sebelumnya didahului oleh suatu
perhatian (Kro, 1995). Ingatan merupakan kunci bagi kelancaran belajar dan
mengajar seperti sekop merupakan alat penting bagi tukang kebun. Begitu pula
ingatan merupakan peralatan pen ting bagi pelaj ar. Akan tetapi proses memori
seringkali tidak dipahami dengan baik dalam proses pengajaran. I-!asilnya, kita sering
kali mengajar sesuatu yang sudah dipelajari dan para pelajar tidak dapat mengingat
10
apa yang telah kita ajarkan dan terkadang kita sering tidak mengikut sertakan proses
ingatan dalam system pengajaran kita (Munro, tanpa tahun).
Semua sistem ingatan, termasukjuga komputer, perpustakaan, manusia dan
tikus membutuhkan satu tempat untuk menyimpan. Penyimpanan pada hewan
terdapat di dalam otak. Si stem ingatan juga memerlukan satu prosedur tertentu guna
memasukkan dan mengambil kembali infonnasi.
Definisi lainjuga dikemukakan oleh Schlessinger dan Groves (1976:352)
dalam Jalaludin (2000) bahwa memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang
menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.
Dalam Al-qur'an ingatan lebih dikenal dengan peringatan dan mengambil
pelajaran. Daya ingat (at-tazakkur) juga mempunyai kedudukan penting dari sudut
agama. Sebab manusia yang selalu ingat kepada Allah SWT, Karunia dan Nikmat
Nya yang telah diberikan kepadanya dalam kehidupan, juga selalu ingat akan akhirat,
hari perhitungan, pahala dan siksa, semua itu akan mendorongnya untuk senantiasa
bertaqwa, beramal saleh dan berakhlak mulia. Banyak Al-qur' an yang
memerintahkan untuk selalu ingat kepada Allah dan tanda-tanda kekuasaan-Nya
(Najati, 2001: 165).
2.1.3. Model-model Ingatan Manusia
Pada dasarnya ingatan manusia tidaklah terdiri dari beberapa bagian yang
terpisah-pisah. Ingatan manusia merupakan satu kesatuan yang utuh dimana di
dalamnya dapat ditemui tiga macam model ingatan yang tiap kali bekerja bersama
sama dengan saling mengisi.
Ketiga model ingatan tersebut adalah :
2.1.3.1.Memori Sensoris
Memori Sensoris adalah proses penyimpanan infonnasi yang jangka
waktunya sangat cepat (Kro, 1995). Bagian ini menerima stimulus dalam jangka
waktu yang sangat pendek sebelum kita sempat untuk memprosesnya atau
menganalisanya dalam pikiran kita. Disini terdapat memori sensori pada masing
masing indera yang kita miliki. Memori sensori tersebut ada ketika kita melihat,
ketika kita mendengar dan ketika kita menyentuh (Munro, tanpa tahun).
11
Neisser (1976) menyebut proses ini sebagai ingatan echoic yaitu ingatan
untuk stimulus auditor dan ingatan iconic yaitu ingatan untuk stimulus visual.
Sperling (1960) dalam penelitiannya mengatakan bahwa lamanya infonnasi bertahan
dalam memori sensori adalah 1/.i detik sampai 1 detik (250 milisecond-1000
milisecond). Perpindahan kepada ingatan jangka pendek berlaku apabila kita
memberi perhatian kepada informasi yang telah diindrai melalui perhatian yang telah
diseleksi (selective attention) karena tidak semua infonnasi dapat disimpan dalam
ingatan jangka pendek (http://psyshslassic.yorku.ca ).
Memori sensoris mempunyai kemampuan menyimpan data-data yang masuk
melalui alat-alat indra manusia seperti, indra penglihatan, pendengaran, perabaan dan
sebagainya. Apabila kita telah mengindrai suatu stimulus akan tetapi kita belum
menganalisanya maka sensasi terakhir dari stimulus tersebut masih tertinggal dalam
12
ingatan kita dengan jangka waktu yang sangat pendek, contohnya : ketika kita berada
dalam ruangan gelap sambil menonton slide lalu ketika proyektor slide tersebut
dimatikan maka kita masih menyimpan dan merasakan sensasi yang diakibatkan
cahaya slide tersebut. Begitu pula ketika seseorang mengagetkan kita atau kita
mendengar suara berisik maka ketika stimulus-stimulus tersebut berhenti kita masih
merasakan sensasi suara atau perasaaan kaget yang masih tertinggal. Proses ini
merupakan bagian dari Sensori Memori (Munro, tanpa tahun).
Dibawah ini akan disebutkan beberapa karakteristik memori sensoris yang
dapat membedakannya dari aspek-aspek ingatan yang lain (Devi, 1982:12), yaitu:
a. Memori sensoris berisikan karakteristik fisik dari rangsang yang masuk
yang meninggalkanjejak-jejak ingatan pada ingatan manusia. Misalnya,
bila kita memejamkan mata, lalu membukanya dalam sekejap dan
menutupnya kembali, maka akan terbayangjelas pada kita semua benda
benda yang terlihat pada saat membuka mata tadi. Bayangan ini lama
kelamaan akan mengabur dan akhimya menghilang dari ingatan kita.
b. Memori sensoris memiliki kapasitas yang tidak terbatas. Dari contoh
diatas, maka banyak sekali benda-benda yang akan dapat kita indrai pada
saat membuka mata tadi.
c. Karakteristik ketiga dari memori sensoris adalah singkatnya waktu
penyimpanan, yaitu berkisar antara satu sampai lima detik.
13
2.1.3.2.lngatan Jangka Pendck (Short Term Memory)
Ingatan-ingatan dalam memori sensori yang diberi perhatian selanjutnya akan
disimpan dalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek adalah kapasitas yang
kecil sekali tetapi sangat penting pengamhnya, ingatan jangka pendek terlihat lebih
jelas daripada sistem ingatan yang lain di mana stimulus-stimulus lingkungan
pertama kali diorganisasikan dalam sistem ingatan ini (Solso, 1991 ).
lngatan jangka pendek mempunyai kemampuan untuk menyimpan informasi
dalam jangka waktu yang lebih lama dari pada memori sensoris, yaitu berkisar antara
beberapa detik sampai beberapa menit. Seperti seorang sekretaris yang mampu
menekan nomor telephone tanpa hams melihat nomor-nomor yang sudah ditekan
sebelumnya, pada proses ketiga tanpa hams melihat kembali ke proses kedua dan
begitu selanjutnya (http://psyshslassic.yorku.ca).
Untuk menyimpan pengetahuan dalam ingatan jangka pendek, kita dapat
mengolah ide-ide dengan membahnya kedalam kata-kata dan kedalam imajinasi kita
dengan berbagai cara sebagai berikut (Munro, tanpa tahun) :
1. visualisasi
2. berlatih secara phonem
3. membagi ide tersebut menjadi 2 atau 3 bagian dan melatih tiap bagian
terse but
4. mencari pola yang berarti dalam informasi dan menggunakannya untuk
dihubungkan dengan ide-ide.
14
Ingatan jangka pendek ini pun memiliki beberapa karakteristik khusus (Devi,
1982: 13 ), yaitu :
a. Agar suatu informasi dapat masuk ke dalam ingatan jangka pendek, maka
informasi tersebut harus sudah mendapat perhatian terlebih dahulu. Proses
ini dapat pula berlaku terhadap informasi dalam memori sensoris, yaitu
karena bekerjanya sistem seleksi perhatian (selective a/ten/ion) pada alat
penginderaan kita sehingga hanya benda-benda yang menjadi pusat
perhatian kita saja yang akan masuk ke dalam ingatan jangka pendek dari
sekian banyak benda-benda yang kita inderai.
b. Ingatanjangka pendek memiliki kapasitas yang terbatas, yaitu hanya
mampu menyimpan sekitar 7 (± 2) item saja.
c. Agar infonnasi yang berada dalam ingatan jangka pendek itu dapat
bertahan lama, maka harus dilakukan proses "rehearsal", yaitu
mengulang-ulang informasi tersebut agar informasi tetap berada dalam
pusat perhatian kita sehingga tidak mengalami proses "lupa".
Jenis informasi yang dapat disimpan dalam ingatan jangka pendek ada
bermacam-macam, seperti suara, gambaran penglihatan, kata-kata, kalimat maupun
angka-angka.
Ingatan jangka pendek ini mempunyai kegunaan yang besar dalam kehidupan
sehari-hari terutama dalam ha! mengingat yang sifatnya sementara.
15
2.1.3.3.Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Ingatanjangka panjang adalah ingatan yang memiliki kemampuan
menyimpan informasi lebih lama dan panjang (Kro, 1995). Freud mengatakan bahwa
semua pengalaman kita sejak lahir sudah disimpan dalam ingatanjangka panjang, ini
membuktikan bahwa kita dapat mengingat pengalaman-pengalaman masa kecil kita
dan pengalaman-pengalaman tersebut tidak hilang hanya saja sukar untuk diingat
kembali (http://psyshslassic.yorku.ca). Ingatanjangka panjang lebih mampu
membedakan kode-kode dari luar, terstruktur, memiliki kapasitas lebih lama dan
permanen (Solso, 1991 ). Pada level ini, semua yang diketahui oleh seseorang ten tang
yang ada di dunia ini disimpan dalam ingatan jangka panjang mereka (Munro, tan pa
tahun).
Munro juga menjelaskan bagaimana pengetahuan dapat dipertahankan dalam
ingatanjangka panjang, yaitu sebagai berikut:
1. mengorganisasikan pengetahuan secara semantic
2. menghubungkan imajinasi visual dengan imajinasi yang sudah dimiliki
3. menjadikan ide-ide menjadi sebuah rentetan peristiwa
4. memperhatikan perasaan atau emosi yang berhubungan dengan ide-ide.
Seperti kedua aspek ingatan yang telah disebut sebelumnya, maka ingatan
jangka panjang juga memiliki beberapa karakteristik tertentu (Devi, 1982: 15), yaitu :
a. Pada ingatanjangka panjang, infonnasi yang masuk akan mengalami
pengorganisasian sehingga dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang
lama.
16
b. Lama penyimpanan informasi pada ingatanjangka panjang berkisar
antara beberapa hari, minggu, bulan, bahkan dapat berlangsung bertahun
tahun.
c. Kapasitas penyimpanan informasi dalam ingatan jangka panjang adalah
sangat besar dan tak terbatas. Berbagai informasi dapat kita simpan dalam
ingatan jangka panjang, termasuk informasi yang sebelumnya ada dalam
ingatan jangka pendek yang tel ah mengalami rehearsal.
d. Jenis informasi yang dapat disimpan dalam ingatan jangka panjang ada
bermacam-macam seperti kata-kata yang bermakna, kalimat, ide-ide,
konsep-konsep serta berbagai pengalaman, pengetahuan, kemampuan
untuk berbahasa dan sebagainya.
2.1.4. Proses lngatan
Proses adalah bagaimana kita menyimpan pengetahuan pada setiap level dan
bagaimana mentransfer pengetalman tersebut diantara dua level yang berbeda
(Munro, tanpa tahun).
Berikut ini penulis akan mencoba menjelaskan beberapa proses ingatan
manusia menurut Kro ( 1995), Munro, Model Atkinson-Shiffrin dan Model Baddeley.
2.1.4.1.Proses ingatan menurut Kro (1995) dalam bukunya yang berjudul
"Theories of Huma11 Leaming", sebagai berikut :
lnformasi yang berkesan pertama kali masuk ke dalam ingatan sensori
(ingatan iconic atau echoic) apabila mendapatkan pengulangan maka ingatan tersebut
17
akan masuk ke dalam ingatan jangka pendek. Selanjutnya apabila informasi tersebut
dibutuhkan dan telah mendapat kode-kode tersendiri maka informasi tersebut akan
bertahan dalam ingatan jangka panjang. Apabila informasi yang sudah ada tidak
diulang maka akan terjadi proses lupa. Seperti gambar 2.1 yang terlihat di bawah ini :
Gb.2.1 Proses ingatan
~-------------- Pengkodean I Input I _..,.I Kesan I __..,. Kata atau nama (persepsi) yang ---l» ----
dipertahankan melalui pengulangan Konsep
i ... Lu pa Lu pa
Perlu diingat bahwa ketiga komponen ini tidak memiliki tempat yang berbeda
dalam otak atau bagian lain dalam sistem ingatan.
Sensori Iconic atau echoic
Gambar 2.2. Tiga komponen ingatan
STM ~ nrima~·
Sensori yang dipertahankan __..,. melalui pengulangan
18
2.1.4.2. Proses dari ketiga tipe memori menurut Munro
Inf01masi stimulus lnfonnasi mengajar
Gb.2.3 : Tiga tipe memori
Penyirnpanan senson
- visual - auditory - haptic
rnernon bertahan di SITil
Inforrnasi dibawa STWM
I>-
STWM : ruang pikir diatur oleh mekanisme kontrol. ini merupakan 'jendela dunia'. Informasi akan diingat sebentar kecuali diolah dengan cara tertentu. Sepe1ti memberikan kode pada setiap informasi dengan berbagai macam cara :
visualisasi latihan secara fenome112 memecah ide ke dalam : atau 3 bagian mengorganisasikan secara semantik.
Untuk rnenyirnpan infonnasi dalarn ingatan jangka panjang kita dapat rnengolahnya dengan cara tertentu:
1. rnenghubungkan dengan sesuatu yang kita paharni
2. rnernvisualisasikan 3. rnenjadikannya
sebagai rentetan peristiwa
Penyirnpanan ingatanjangka panjang- pengetahuan yang menetap Konsep Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan pengetahuan yang episodik prosedur rnenyatu abstrak dengan pelajar
2.1.4.2.Proses ingatan menurut model Atkinson-Shiffrin
Infonnasi yang masuk langsung disimpan dalam STSS (Short Term Sensory
Storage) atau penyimpanan sensori jangka pendek. Infonnasi tersebut disimpan
selama 1 detik selanjutnya informasi diberi kode didalam STWM (Short Term
Working Memmy) dan disimpan lebih dari 1 menit setelah itu informasi disimpan
dalam L TM (Long Term Memory) selama seumur hidup. Seperti pada gambar 2.4
berikut ini :
Gb.2.4 : proses ingatan model Atkinson-Shiffrin
lnformasi masuk ~ ~ I STWM I
2.1.4.3.Model proses ingatan menurut Baddeley
19
Pada proses ini, infonnasi yang masuk langsung disimpan dalam tempat
penyimpanan selanjutnya infonnasi tersebut dilatih, diorganisasikan dan divisualisasi
secara semantik menjadi satu rentetan waktu selanjutnya disimpan dalam ingatan
jangka panjang. Seperti dalam gambar 2.5 berikut ini :
Gb.2.5. proses ingatan model Baddeley
Informasi masuk I STWM [ __... ~
Secara garis besar Hilgard dkk (1975:222-224) dalam Irwanto (1997:154)
menyebutkan tiga jenis proses mengingat :
20
I. Recall (pengingatan), yaitu proses mengingat informasi yang dipelajari di
masa lalu tanpa petunjuk yang dihadapkan pada organisme.
Pengingatan adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan
informasi secara verbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yangjelas
(Sarlito, 1996).
2. Recognition (pengena/an), yaitu proses mengingat informasi yang sudah
dipelajari melalui suatu petunjuk yang dihadapkan pada organisme.
3. Redintegralive, proses mengingat dengan mengingat dengan
menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu konsep atau cerita
yang cukup komplek. Bisa juga dikatakan bahwa redintegrasi ialah
merekonstruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil.
Sarli to ( 1996:64) menambahkan satu proses mengingat dalam ingatan
manusia, yaitu Relearning (be/ajar /agi), menguasai kembali pelajaran yang sudah
kita peroleh termasuk pekerjaan memori.
2.1.S. Lupa Pada Ingatan
Apabila belajar dianalogikan dengan koin yang terdiri dari dua sisi, ingatan
merupakan sisi yang satu dan lupa merupakan sisi yang lainnya (Kro,1995). Lupa
adalah kegagalan mengingat kembali suatu butir dari infonnasi dengan tepat
(http:/ /psyshslassic. york u. ca).
21
Gordon H. Bower mengatakan "lupa adalah sifat dasar pikiran dan cemas
pada lupa adalah sifat dasar manusia. Seorang peneliti memperkirakan bahwa
kapasitas penyimpanan otak sebanyak satu kuatrilium bit informasi yaitu satu juta
kali satu milyar. Dengan kapasitas seperti itu, John Merrit dari Universitas Harvard
mengatakan "Tak seorang pun pemah memenuhi pundi tersebut sampai luber." Tidak
mengherankanjika kita kadang-kadang lupa; yang menakjubkan adalah bahwa kita
mampu menyimpan dan mengingat kembali begitu banyak (Russel, 2003).
Pembahasan mengenai lupa selalu akan berkaitan erat dengan ingatan, karena
orang yang lupa adalah orang yang gaga! mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya.
Kita mungkin mengingat tujuh butir secara singkat, tetapi pada sebagian besar kasus
mereka segera dilupakan. Lupa terjadi karena butir-butir itu tergeser (displaced) oleh
butir yang barn atau karena mengalami peluruhan (decay) dengan berjalannya waktu.
Sehingga dapat dikatakan bahwa lupa adalah arti negatif dari ingatan.
Al-qur'an menyebutkan lupa dalam berbagai ayat, dan bila ayat-ayat itu kita
pelajari kandungannya, maka kita akan mendapatkan bahwa lupa (an-nisyan) dalam
ayat-ayat tersebut mempunyai pengertian yang berbeda, yang secara garis besamya
adalah sebagai berikut :
I. Lupa yang menimpa pikiran mengenai berbagai peristiwa, nama-nama
orang, dan berbagai infonnasi yang diperoleh seseorang sebelumnya.
Lupa seperti ini adalah ha! biasa yang menimpa seseorang akibat
tertumpuknya berbagai infonnasi.
22
2. Lupa yang mengandung arti lalai (as-sahwu). Misalnya orang lupa
sesuatu di suatu tempat.
3. Lupa dengan arti hilangnya perhatian terhadap sesuatu hal. Misalnya
firman Allah :
" ... mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka .. "(Q.S, a/-taubah 9:67) (Najati, 2001: 166 ).
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka disini akan dibahas mengenai
teori-teori lupa dalam ingatan (Kro, 1995), antara lain :
I. Teori Pemudaran
Teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melupakan sesuatu yang dirasa
tidak penting dan akan hilang seiring berjalannya waktu. Seperti seorang wanita yang
mungkin saja dapat mengingat berapa baju yang menggantung di lemarinya saat itu.
Tetapi ia tidak akan mengingat baju-baju tersebut pada masa selanjutnya. Akan tetapi
apabila ia selalu mengulang secara periodic apa saja yang terdapat dalam lemarinya
saat itu, dia akan mengingatnya dengan lebih baik lagi. Sebaliknya informasi tersebut
tidak pemah digunakan maka informasi tersebut akan hilang.
2. Teori Distorsi
Fakta-fakta yang kita ulang lebih cepat memungkinkan bagi kita untuk
memanggilnya kembali dari ingatanjangka panjang dengan mudah. Ketika seseorang
mengingat informasi yang pemah masuk ke dalam ingatannya maka informasi-
informasi tersebut akan bertambah dan membuat rincian-rincian di dalamnya
sehingga informasi tersebut memudar.
23
3. Teori Tekanan
Teori ini berasal dari Freud yang mengatakan bahwa kadang-kadang
seseorang menekan (melupakan secara tidak sadar) pengalaman-pengalaman yang
menimbulkan cemas dan traumatic. Lupa yang diakibatkan tekanan ini tidak dapat
didemonstrasikan secara eksperimen tetapi dapat diketahui melalui observasi secara
berkala dalam situasi klinis. Karena pengalaman traumatic tersebut disimpan dalam
bawah sadar atau direpresi; dan dapat diambil hanyajika emosi yang berkaitan
dengannya dipisahkan. Dengan demikian represi merupakan kegagalan pengambilan
akhir atau akses ke memori dihambat secara aktif.
4. Teori Interference
Interference yaitu adanya informasi tertentu yang mengacaukan kemampuan
daya ingat terhadap informasi yang telah dipelajari. Jnfonnasi yang telah disimpan
dalam memori jangka panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami
keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu mengganggu
proses mengingat informasi yang lama, tetapi juga bisa terjadi sebaliknya.
Seperti percobaan yang dilakukan oleh Banburry,S., et. al. (2001) dalam
"Auditory distraction: Phenomena, models and practical implications", bahwa suara
suara yang tidak relevan merupakan inte1ference dan cenderung merusak ingatan kita.
Akan tetapi interference tersebut tidak merusak selama pengkodean berlangsung
dalam memori kita.
Interference dapat berbentuk sebagai :
1. Proactive Interference, dimana infonnasi yang masuk lebih dahulu,
mengacaukan ingatan terhadap infonnasi yang datang kemudian.
2. Retroactive Interference, di mana infonnasi yang datang kemudian,
mengacaukan ingatan terhadap infonnasi yang datang terlebih dahulu.
2.1.6. Meningkatlmn Daya Ingat
Para pakar Psikologi tel ah mengidentifikasikan tiga strategi untuk
mengefektifkan pemindahan materi dari ingatanjangka pendek ke dalam ingatan
jangka panjang. Tiga strategi tersebut adalah rehearse/ (mengulang), elaboration
(perluasan) dan organization (mengatur) (Kro, 1995).
2. 1.6. 1. Rehearse/ (mengulang)
24
Rehearse/ adalah mengulang-ulang infonnasi yang didapat (seperti ""namanya
adalah Greta, namanya adalah Greta, Greta, Greta ..... "). Pengulangan merupakan
prinsip penting untuk memelihara infonnasi dalam ingatan jangka pendek, ia juga
penting bagi informasi yang akan dikirim ke dalam ingatan jangka panjang.
Munro menuturkan beberapa strategi memori dalam rehearsal (pengulangan)
dengan berbagai cara berikut ini :
1. melatih infonnasi dengan mengucapkannya
2. mengorganisasikan infonnasi dengan cara tertentu
3. menyatukan infonnasi
25
2.1.6.2. Elaboration (Perluasan)
Mengelaborasi berarti memperluas atau menambah. Memperluas adalah
mengasosiasikan sesuatu yang harus dipelajari dengan kesan mental atau
mengasosiasikan materi baru dengan materi yang sudah dipelajari. Bradshaw dan
Anderson (1982) membuat suatu percobaan dengan meminta subjek untuk mengingat
sebuah kalimat "The Fatman read the sign" kalimat tersebut diperluas dengan
kalimat "The Fatman read the sign warning of thin ice" dan ketika memanggil
kembali, hasilnya jauh lebih berhasil dari pada kalimat yang tidak diperluas.
Mnemonics verbal dan Mnemonics visual. Mnemonics verbal dan visual bekerja
dengan prinsip mengelaborasikan pengetahuan untuk diingat. Mnemonics terdiri dari
beberapa kumpulan dari gambaran-gambaran visual dan auditori. Untuk
menggunakan mnemonics pertama kali kita harus mengenali ide-ide untuk diingat
dan kemudian menghubungkan tiap ide dengan salah satu gambaran.
Metode Loci. Merupakanjenis lain dari mnemonics. Ia melibatkan penggunaan
kumpulan bahan yang sudah pasti dan yang sudah dikenal. Kita menggunakan
mnemonic dengan menghubungkan aitem-aitem untuk diingat pada masing-masing
bayangan, contohnya, kita membayangkan potongan pertama dari pengetahuan untuk
diberi ingatan ten tang kamar pertama yang kita masuki atau penunjuk jalan pertama
menuju kerumah kita, potongan kedua pada kamar kedua dan penunjukjalan yang
kedua, dan seterusnya.
Metode kata kunci. Adalah tipe ketiga dari mnemonic. Untuk mengingat kata-kata
yang tidak dikenal kita bisa menghubungkannya dengan kata yang dikenal lain yang
semuanya hampir sama dan kemudian divisualisasikan dalam bayangan. Metode ini
berguna untuk menghubungkan antara dua kata dalam bahasa asing dengan inggris,
contohnya quartorze dalam bahasa perancis berartifourteen (14) (Munro, tanpa
tahun).
2.1.6.3. Organization
26
Mengorganisasikan berarti mengatur sesuai dengan sistem. Chunking adalah
menempatkan apa yang sudah dipelajari menjadi satu kesatuan yang saling
berhubungan. Dengan adanya proses chunking maka apabila kesatuan tersebut
memiliki arti akan dapat dilihat sebagai satu unit. Beberapa eksperimen telah
mempelajari cara pengorganisasian yang dapat digunakan untuk mempelajari banyak
butir yang tidak berhubungan. Dalam salah satu penelitian, subjek diperintahakan
mengingat daftar kata ke dalam sebuah cerita pendek, kemudian saat diuji untuk 12
daftar semacam itu (total 120 kata), subjek mengingat lebih dari 90 persen kata.
2.1.6.4. Konteks dan Pengingatan
Karena konteks merupakan isyarat pengingatan yang kuat, kita dapat
meningkatkan daya ingat kita dengan mengulang konteks di mana belajar terjadi. Jika
kuliah psikologi anda selalu dilakukan di salah satu ruang, pengingatan anda akan
materi kuliah akan lebih baikjika anda berada di ruang itu dibandingkan di ruang
yang berbeda, karena konteks ruang merupakan isyarat pengambilan untuk materi
kuliah.
27
2.1.6.5. Metoda PQRST
Salah satu teknik yang paling dikenal untuk meningkatkan daya ingat, yang
dinamakan metoda PQRST, dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
untuk mempelajari dan mengingat materi yang dipresentasikan dalam sebuah buku
teks (Thomas & Robinson, 1982). Metoda ini mengambil nama dari singkatan lima
tahapnya: Preview (Peninjauan), Question (Pertanyaan), Read (Membaca), Self
Recitation (menceritakan kembali untuk diri sendiri), dan Test (Ujian) (Atkinson,
1999).
2.1.7. Memori Konstruktif
Dalam proses pengingatan terdapat proses bottom-up dan top-down. Dimana
proses bottom-up didorong oleh masukan (input), sedangkan proses top-down
didorong oleh pengetahuan dan harapan seseorang. Jadi persepsi suatu objek
didasarkan sebagiannya pada karakteristik fisik objek masukan (proses bottom-up)
dan sebagian lagi pada harapan pengamat (proses top-down). Perbedaan tersebut
dapat diterapkan pada memori pula. Proses bottom-up bekerja hanya pada informasi
masukan, butir aktual yang harus diingat, sedangkan proses top-down membawa
pengetahuan lain untuk diterapkan pada tugas. Proses top-down menambahkan
informasi kepada masukan dan menghasilkan apa yang dinamakan memori
konstruktif.
2.1.7.1. Pengambilan Keputusan
Seringkali kita membaca suatu kalimat kita menarik kesimpulan darinya dan
menyimpan kesimpulan itu bersama kalimat. Kecenderungan ini terutama kuat saat
28
membaca teks nyata karena kesimpulan seringkali diperlukan untuk menghubungkan
kalimat-kalimat yang berbeda. Pengambilan kesimpulan juga dapat mempengaruhi
memori untuk pemandangan visual.
2.1. 7 .2. Stereotipe
Cara lain kita mengisi, atau mengkonstruksi memori adalah melalui
pemakaian stcrcotipc sosial. Stereotipe adalah paket-paket kesimpulan tentang trait
(sifat) kepribadian atau atribut fisik seluruh kelas manusia. Kita mungkin, misalnya
memiliki stereotipe tentang orang Jerman tipikal (cerdas, teliti, serius) atau orang !tali
tipikal (artistik, bebas, penggembira). Deskripsi ini jarang berlaku pada sebagian
orang dalam kelas tersebut dan seringkali dapat menjadi pedoman yang menyesatkan
dalam interaksi sosial.
Stereotipe juga dapat bekerja secara retroaktifpada memori. Kita mungkin
mendengar deskripsi yang relatif netral tentang seseorang, selanjutnya mengetahui
bahwa orang itu masuk ke kategori tertentu, dan kemudian menggunakan stereotipe
kita tentang kategori itu untuk memperkuat memori tentang deskripsi awal.
2.1.7.3. skemata
Ahli Psikologi menggunakan istilah skema (bentuk jamak: skemata) untuk
mengacu pada representasi mental tentang suatu kelas orang, objek, peristiwa, atau
situasi. Dengan demikian stereotipe merupakan sejenis skema karena mereka
mewakili kelas orang (sebagai contohnya, orang itali, wanita, gays). Demikian pula,
kategori umum seperti anjing dan meja adalahjenis skema lain lagi karena mewakili
29
kelas benda. Skemata juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan pengetahuan kita
sebel umnya tetang bagaimana bertindak disituasi tertentu.
Skemata tampaknya mempengaruhi tahap penyandian dan pengambilan dari
memori jangka panjang. Jika skema tertentu sedang aktif saat kita membaca suatu
cerita, kita cenderung menyandikan terutama fakta yang berhubungan dengan skema.
2.1.8. Memori Implisit
Bila kita memperhatikan teruatama situasi dimana orang mengingat fakta
pribadi. Pada kasus tersebut, memori adalah masalah pengingatan masa lalu secara
sadar, dan dikatakan diekspresikan secara eksplisit. Tetapi tampaknya ada memori
jenis lain, yang sering kali dimanifestasikan sebagai kecakapan yang menunjukkan
kemajuan dalam tugas perseptual, motorik, atau kognitif, tanpa pengingatan sadar
pengalaman yang menyebabkan kemajuan itu. Disini, memori diekspresikan secara
implisit
2.1.8.1. Memori pada amnesia
Sebagian besar yang kita ketahui tentang memori implisit kita dapatkan dari
penelitian terhadap penderita amnesia. Amnesia berarti kehilangan memori parsial.
Keadaan ini dapat terjadi karena berbagai penyebab, termasuk cedera otak akibat
kecelakaan, stroke, ansefalitis, alkoholisme, kejutan elektrokonvulsif, dan prosedur
bedah (sebagai contohnya, pengangkatan hipokampus untuk mengurangi epilepsi).
Apa pun penyebabnya, gejala utama amnesia adalah ketidakmampuan yang jelas
30
dalam mengambil informasi faktual yang baru atau untuk mengingat peristiwa sehari
hari; ini dinamakan Amnesia Anterograd, dan dapat sangat luas.
Gejala sekunder dari amnesia adalah ketidak:mampuan untuk mengingat
peristiwa yang terjadi sebelum cedera atau panyakit. Beratnya amnesia retrograd
berbeda dari satu pasien dengan pasien lainnya. Selain kehilangan memori retro grad
dan anterograd, penderita amnesia tipikal tampak normal : ia memiliki
perbendaharaan yang normal, pengetahuan yang biasa tentang dunia, dan pada
umumnya tidak menunjukkan penurunan inteligensia.
Suatu aspek yang menarik dari amnesia adalah tidak semuajenis memori
terganggu. Jadi, walaupun penderita amnesia pada umumnya tidak mampu rnengingat
fakta lama tentang kehidupan mereka atau untuk mempelajari fakta baru, mereka
tidak mengalarni kesulitan dalam mengingat dan rnempelajari kecakapan persatuan
perseptual dan motorik. Hal ini menyatakan bahwa terdapat memori yang berbeda
untuk fakta dan untuk kecakapan. Secara lebih umurn, hal ini menyatakan bahwa
rnemori eksplisit dan implisit (yang masing-masing menyandikan fakta dan
kecakapan) adalah sistem yang berbeda.
Terdapat kecakapan yang dipertahankan dalam amnesia termasuk kecakapan
rnotorik, seperti mengikat tali sepatu atau mengendarai sepeda dan kecakapan
perseptual, secara membaca normal atau membaca kata yang diproyeksikan ke
cermm.
Pola yang serupa ditemukan pada apa yang dinamakan kecakapan kognitip,
seperti yang terlibat dalam melengkapi penggalan kata untuk membentuk sebuah
kata.
2.1.8.2. Memori Implisit pada subjek normal
Penelitian yang melibatkan subjek normal sajajuga menyatakan adanya
tempat penyimpanan yang terpisah untuk memori eksplisit dan implisit. Malahan,
penelitian tersebut menyatakan bahwa kita semua memiliki sedikit pembelahan
kepribadian, atau sekurangnya pembelahan sistem memori.
31
Penelitian lain mendukung pendapat adanya dua sistem memori dengan
menunjukan bahwa suatu variabel indefendent yang mempengaruhi memori eksplisit
tidak memiliki pengaruh pada memori implisit, dan demikian pula sebaiknya. Salah
satu variabel tersebut adalah apakah subjek memperluas makna suatu butir. Bila mana
perluasan makna berarti meningkatkan pengingatan selanjutnya, perluasan itu tidak
memiliki pengaruh pada apakah pragment yang diambil dari kata tersebut akan
dilengkapi (graff dan mandlera, 1984).
2.1.8.3. Perbedaan penyimpanan dan pengambilan.
Beberapa peneliti yang mengajukan dua sistem memori menyatakan bahwa
memori eksplisit dan implisit datang dalam berbagai bentuk. Perbedaan dasar adalah
antara memori eksplisit dan implisit. Berkaitan dengan memori implisit, perbedaan
lebih lanjut adalah antara kecakapan perseptual-motorik.
32
2.2. KEBISINGAN
2.2.1 Definisi Kebisingan
Menurut Murrel (1986) "noise can best be described as unwanted sound',
yakni bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan. Adapun
menurut Oburne sebagai berikut : bising sering didefinisikan sebagai suara yang tidak
diinginkan, sebuah definisi yang memungkinkan sumber suara dianggap sebagai
suatu kebisingan yang didasarkan atas reaksi pendengar terhadapnya.
Bising umumnya diartikan sebagai unwanted sound atau bunyi yang tidak
dikehendaki kehadirannya (Mackenzie & David, 1991 ). Secara um um, bunyi dapat
dikatakan sensasi pendengaran yang melewati telinga yang diakibatkan oleh
penyimpangan udara. Penyimpangan bisa disebabkan oleh benda bergetar seperti
senar gitar, benda yang di pukul dan lain-lain (Harris, 1957).
Walaupun kebisingan umumnya diartikan sebagai bunyi yang tidak
diinginkan, suatu definisi yang agak lebih tepat yang diusulkan oleh Borrow (1960)
yang kebisingan dilihat dari sudut atau konteks infonnasi, sebagai berikut :
kebisingan adalah suatu rangsangan stimulus atau rangsangan dalam bentuk bunyi
yang tidak mempunyai hubungan informasi terhadap kehadiran atau kelengkapan
suatu tugas yang harus segera diselesaikan.
Istilah "suara" sering digunakan dalam artian suara yang tidak dikehendaki.
Dalam kaitannya secara khusus dengan perfonnanse tugas, suara diidentifikasikan
dengan rangsangan auditoris yang "tidak memiliki" hubungan infonnasional dengan
adanya atau penyelesaian suatu tugas saat itu (Borrow, 1960) tanpa memperhatikan
sifat-sifat fisiknya, suara dalam konteks ini biasanya menunjuk pada suara yang
merugikan, mengacaukan dan membahayakan (Annastasi, 1989).
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
No. 48/MEN.LH/II/I 996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan yang
dihasilkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
(www.menlh.go.id).
33
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan
konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap
kenyamanan dan kesehatan manusia, berupa terhentinya atau terganggunya aktifitas
komunikasi, pekerjaan, istirahat dan tidur. Sedangkan secara fisik, bising adalah
sejenis energi yang dipancarkan oleh suatu sumber bunyi (Karatawira, I 979).
Menurut Harris ( 1957), bising adalah sensasi pendengaran yang melewati
telinga yang diakibatkan oleh penyimpangan udara. Kebisingan (noise) dapat pula
didefinisikan sebagai bunyi yang tersusun dari banyaknya frekuensi yang tidak
mempunyai hubungan yang harmonis antara satu dengan yang Jain.
Hnviromental Pollution Control Center, Osaka Prefecture .!epang membuat
kategori kebisingan setelah mengintroduksi tingkat tekanan suara yang berbobot A
yang sepadan dan kontinyu. Kategori kebisingan tersebut adalah:
34
Tabel 2.1. Tipe-tipe kebisingan lingkungan
Tipe-tipe kebisingan lingkungan Jumlah Semua kebisingan di suatu tern pat tertentu dan suatu waktu kebisingan tertentu Kebisingan Kebisingan di antara jumlah kebisingan yang dpaat dengan jelas spesifik dibedakan untuk alasan-alasan akustik. Seringkali sumber
kebisingan dapat diidentifikasikan. Kebisingan Kebisingan yang tertinggal sesudah penghapusan seluruh residual kebisingan spesifik dari jumlah kebisingan di suatu tern pat
tertentu dan suatu waktu tertentu. Kebisingan latar Semua kebisingan lainnya ketika memutuskan perhatian pada belakang suatu kebisingan tertentu. Penting untuk membedakan antara
kebisingan residual dengan kebisingan latar belakang . .
Semua bunyi yan mengalihkan perhatian, mengganggu, atau berbahaya bagi
kegiatan sehari-hari (kerja, istirahat, hiburan, atau belajar) dianggap sebagai bising.
Sebagai definisi standar tiap bunyi yang tak dinginkan oleh penerima dianggap
sebagai bising. Jadi, pembicaraan atau musik akan diangap sebagai bising bila mereka
tak dinginkan. Apakah bunyi diinginkan atau tidak oleh seseorang tidak hanya akan
tergantung pada kekerasan bunyi tetapi juga pada frekuensi, kesinambungan, waktu
terjadinya dan isi informasi, dan juga pada aspek subyektif seperti asal bunyi,
keadaan pikiran dan tempramen penerima.
2.2.2.Sumber kebisingan
Doelle (1993) membuat klasifikasi sumber bising utama dalam pengendalian
bising lingkungan antara lain :
35
1. Bising Interior, berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga, atau mesin
mesin gedung.
Sumber bising yang paling sering dibuat oleh manusia dan yang harus
dipertanggungjawabkan adalah yang disebabkan oleh radio dan televisi, alat-alat
musik, bantingan pintu, pembicaraan yang keras, dan lalu lintas di tangga. Selain itu
dapat pula ditarnbahkan bunyi orang-orang yang pindah, anak-anak yang bennain,
tangis bayi, dan lain-Ian.
Bising bangunan dihasilkan oleh mesin dan alat rumah tangga, seperti kipas
angin, motor, kompresor, pendingin, pencuci piring, penghancur sampah, rnesin cuci,
pengering, pembersih vakurn, pengkondisi udara, penghancur makanan, pembuka
kaleng, pembuat kilap lantai, pencukur listrik, pengering rambut dan lain-lain.
Mereka rnenggambarkan surnber-sumber pengganggu yang serius, karena mereka
terus menerus diganti oleh unit-unit yang lebih mutakhir dengan keluaran yang lebih
besar, kecepatan lebih tinggi, dan dengan sendirinya bising yang bertambah. Tingkat
bising yang sangat tinggi diproduksi dalam beberapa bangunan industri oleh proses
pabrik atau produksi.
2. Bising luar (out door), berasal dari lalulintas, transfortasi, industri, alat
alat mekanis yang terlihat dalam gedung, tempat pembangunan gedung
gedung, perbaikanjalan, kegiatan olahraga dan lain-lain diluar gedung,
dan iklan (Advertising).
Bising yang paling mengganggu dari kategori ini dihasilkan oleh kendaraan,
transportasi rel, transportasi air, dan transp011asi udara, tennasuk truk, bus, mobil-
36
mobil balap, sepeda motor, kereta rel, mesin-mesin diesel, kapal motor, kapal
penyeret, dan pesawat udara komersial serta pesawat militer. Sumber-sumber bising
luar lainnya dapat ditemuan di alat-alat mekanis yang tampak (exposed) dalam
bangunan menara pendingin, pengkondisi udara, (kompresor) dan alat-alat yang
bergerak di darat (earth-moving) dan konstruksi (pemancang udara/air hammers,
sekop dan lain-lain).
3. Bising Pesawat Udara.
Bising pesawat udara merupakan ancaman yang belum pernah terjadi
sebelumnya pada lingkungan kita karena ia mempengaruhi jumlah orang yang selalu
bertambah. Bising yang diciptakan oleh pesawat jet berbeda dari bising yang
dihasilkan oleh pesawat udara berbaling-baling dengan mesin pompa. Karakteristik
bising pesawat udara yang berbeda juga berubah dengan kondisi daya yang berbeda.
Untuk menilai reaksi orang terhadap bising dan gangguan pesawat udara,
bermacam-macam skala dan diagram dikembangkan sebagai hasil penelitian yang
sangat banyak untuk mencerminkan tanggapan subyektifmanusia.
Pesawat terbang lain yang juga menyebabkan bising yang tak diinginkan
dalam daerah kota yang berpenduduk banyak adalah pesawat yang tinggal landas dan
mendarat secara vertikal (VTOL), misalnya helicopter.
2.2.3. Ragam dan Jenis Kebisingan
Skala kebisingan yang dikemukakan oleh Silalahi (1992) yang membuat
kategori tingkat kebisingan, sebagai berikut :
1. 0-60 db adalah rendah
2. 60-80 db adalah sedang
3. 80 db ke atas termasuk tinggi
Menurut Wilson (1989), berdasarkan sumber utamanya kebisingan dapat
diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Kebisingan statis, yaitu kebisingan yang dihasilkan oleh benda tidak
bergerak. Misal : pabrik, mesin konstruksi, radio tape dan lain-lain.
b. Kebisingan dinamis, yaitu kebisingan yang dihasilkan oleh alat
transportasi, misal : mobil yang bergerak, pesawat yang akan tinggal
landas, kapal laut dan lain-lain.
Murrel (1986) menyatakan bahwa ada tigajenis bising yang mempengaruhi
efisiensi, yakni :
1.bising yang terns menerus (continous noise)
2. bising yang sebentar dan tak diduga-duga (intermittent noise-unexpected)
3. bising yang sebentar dan berulang-ulang (intermittent noise-repetitive)
37
Sifat dari bunyi merupakan suatu variabel signifikan yang lain. Bunyi yang
didengar secara kontinyu terasa kurang mengganggu daripada bunyi yang tidak ajeg.
Bunyi yang tidak diduga dan tak dapat diramalkan paling besar kemungkinannya
untuk mengganggu performansi (Finkelman&Glass, 1970;
Glass&Singer,1972;Theologus dkk, 1961).
David 0. Sears dkk (1994:239-243), memberikan duajenis dari kebisingan
berupa, sebagai berikut :
38
1. Kebisingan Jangka Pendek
Kebisingan jangka pendek dihasilkan oleh ledakan suara sesaat yang sangat
keras - bunyi ledakan dinamit yang berasal dari tempat pembangunan di sebelah
rumah atau longlongan anjing tetangga. Reaksi pertama kita terhadap kebisingan
tersebut adalah refleks terkejut. Salah satu penemuan yang paling penting dari
penelitian ten tang kebisingan j angka pendek adalah bahwa orang dapat beradaptasi
dengan sangat cepat. Dalam waktu beberapa menit, reaksi fisiologis akan menghilang
dan penampilan akan kembali normal.
2. Kebisingan Jangka Panjang
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa timbulnya kebisingan jangka
panjang yang luas di kota New York dibangun di samping jalan raya dan karena
raneangan bangunannya, tingkat kebisingan di dalam apartemen itu sangat tinggi.
Lantai yang lebih rendah hampir selalu lebih bising dibandingkan lantai yang lebih
tinggi. Meskipun orang dapat beradaptasi dengan kebisingan jangka pendek, mereka
tidak dapat beradaptasi terhadap kebisingan jangka panjang, seperti yang dialami oleh
orang yang tinggal di dekat bandara yang sesak (Cohen & Weinstein, 1981 dalam
David 0. Sears, 1994:243).
Adapun tingkat bising di tiap posisi dalam ruang dibentuk oleh dua bagian :
I. Bunyi yang diterima secara langsung dari sumber
2. Bunyi dengung (atau yang dipantulkan) yang mencapai posisi
tertentu sctelah pemantuan berulang-ulang dari permukaan
permukaan batas ruang.
39
Berikut ini adalah jenis-jenis bising utama yang biasanya timbul di perkotaan
(Doelle, 1993):
1. Bising lalu-lintas dan transportasi (mobil, truk, sepeda motor, keretajalan,
kereta api, mesin diesel, kereta bawah tanah, pesawat air, pesawat udara, dan
lain-lain).
2. Bising industri (pabrik, bengkel, proyek pembangunan/plant, menara
pendingin, pengkondisi udara, dan lain-lain).
3. Bising yang dihasilkan manusia ( olahraga dan kegiatan lainnya di luar,
pertunjukan di udara terbuka, dan lain-lain).
2.2.4. Skala Desi be! (dB)
Satuan dasar untuk mengukur bising adalah "decibel (dB)" yang artinya
sepersepuluh bel, sesuai dengan nama penemunya Alexander Graham Bell (Atkinson,
1999), yang secara tekhnis mengukur tingkat-tingkat tekanan suara dan mempunyai 3
skala : A, B, C. Satu desibel adalah besamya tekanan suara di tingkat ambang
pendengaran (hearing threshold), pada frekuensi 1000 herzt atau sama dengan 1000
cycle/detik, yaitu tekanan minimal yang masih dapat didengarkan sebagai bisikan
lembut.
Perkiraan kasar tentang apa yang diukur decibel ditentukan oleh skala yang
dikenal yang diperlihatkan pada gambar 2.6 (Atkinson, 1999) :
~- Pengeling pneumatic besar 120 •-AMBANG BUNYI YANG MENYAKITKAN TELINGA MANUSIA
<- Bunyi pesawat jet 500 kaki di atas kepala
100 ~ bunyi kereta api sejarak 200 kaki ~ bunyi truk yang sarat sejarak 25 kaki ~MULA! HlLANY A PEND EN GARAN SECARA TETAP
80 ~ Bunyi di dalam mobil pada kecepatan 50 km/jam
60 ......._ Percakapan sehari-hari ~ Bunyi A.C. jendela
40 ~- Kantor yang tenang
20 ~ Bisikan sejarak 5 kaki
0 ~ AMBANG PENDENGARAN
40
Gb. 2.6 : Loudness (kekerasan suara) dan beberapa suara yang sudah dikenal diskalakan dalam decibel. Lepas landasnya roket Saturn V ke bulan yang diukur pada alas peluncurannya kurang lebih 180 db. Untuk tikus-tikus percobaan, skala suara 150 db dalam waktu yang cukup lama menyebabkan kematian (Atkinson, 1999).
2.2.5 Karakteristik Bising
Frekuensi, tekanan bunyi, daya bunyi merupakan faktor penting dalam
evaluasi pengaruh bising terhadap pendengaran manusia.
2.2.5.1. Frekuensi
Frekuensi merupakan nilai variasi tekanan bunyi per detik yang dinyatakan
dalam Hertz atau cycle per second (cps). Pada telinga manusia, tinggi rendahnya Hz
ditangkap sebagai suara tinggi (sopran) atau suara rendah (bas) yang dinamakan
pitch. Suara yang dapat didengar oleh manusia terdiri dari beberapa frekuensi yang
berlainan. Berdasarkan pada kriteria pendengaran manusia, umumnya spektrum
frekuensi suara yang diklasifikasikan dalam 3 pita frekuensi, antara lain :
I. Frekuensi infra sonik : Frekuensi yang terlalu rendah untuk dapat
membangkitkan sensasi pendengaran.
2. Frekuensi ultra sonik : Frekuensi yang sangat tinggi.
3. Frekuensi sonik: Frekuensi pembicaraan yang dapat didengar.
2.2.5.2. Tingkat Tekanan Bunyi (Sound Pressure Level)
41
Menurut Sasongko (2000), tingkat bunyi adalah jumlah perubahan bunyi yang
diciptakan oleh sumber bunyi. Rambatan suara di udara akan menimbulkan gangguan
terhadap kondisi keseimbangan tekanan udara (tekanan atmosfer). Besarnya
gangguan ini dinyatakan dalam besaran fisis tekanan bunyi (Sound pressure). Ukuran
tingkat kebisingan dinyatakan dalam skala tekanan suara dengan satuan decibel (dB).
2.2.5.3. Tingkat Daya Bunyi (Sound Power Level)
Satuan daya dinyatakan dalam watt (W). dayanya tersebar pada suatu interval
waktu disebut daya suara puncak (peak power) sedangkan besaran daya yang lain
adalah daya suara rerata (average power) yang merupakan nilai rerata selama interval
waktu tertentu dan nilainya lebih kecil dari daya puncak (Sasongko,2000).
2.2.6. Pengaruh Kebisingan Terhadap Manusia
Pengaruh dari kebisingan pertama sekali tentunya akan mengganggu alat
pendengaran. Gangguan ini bersifat sementara maupun permanen. Penyelidikan di
42
Eropa dan Amerika Serikat memperlihatkan bahwa para pekerja pabrik yang terns
menerns menderita kebisingan tingkat tinggi akan kehilangan pendengaran untuk
selamanya (Tanner, 1976).
Selain berdampak terhadap pendengaran, kebisingan juga dapat memberikan
dampak psikologis, diantaranya gangguan emosional dan gangguan gaya hidup.
2.2.6.1. Pendengaran dan Tclinga Manusia
Dampak dari kebisingan pertama sekali tentunya akan mengganggu alat
pendengaran. Gangguan ini bersifat sementara maupun permanen. Penyelidikan di
Eropa dan Amerika Serikat memperlihatkan bahwa para pekerja pabrik yang terns
menerns menderita kebisingan tingkat tinggi akan kehilangan pendengaran untuk
selamanya (Tanner, 1976: 62). Pendengaran mernpakan saluran utama pengalaman,
sebuah stimulus yang lebih penting dibanding penglihatan. Pendengaranjuga
mernpakan indera penj aga. Karena tidak ada suara yang timbul tanpa ad an ya suatu
gerakan yang terjadi, suara memperingatkan kita tentang apa yang terjadi (Russel,
2003).
Manusia mempunyai organ pendengaran yang biasa disebut dengan telinga.
Telinga di bagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar dan
telinga tengah penuh dengan udara dan berfungsi sebagai penghantar dan penguat
(amplifier) getaran bunyi sebelum getaran tersebut mencapai telinga dalam. Telinga
manusia mernpakan mekanisme yang menakjubkan. Walaupun bagian-bagian yang
beroperasi di dalamnya menempati kurang dari tiga cm3, telinga mampu
43
membedakan 300.000 sampai 400.000 variasi nada dan tinggi suara (Russel, 2003).
Telinga manusia biasanya peka terhadap suara antara 20 - 20.000 hertz dan 0,0002 -
1.000 microbars. Dalam ha! amplitudo, suara dengan volume 1.000 microbars akan
lebih menimbulkan rasa sakit pada telinga daripada kesan bunyi (Sarlito, 1995).
Kebisingan dengan intensitas tinggi akan merusak sel rambut di bagian dalam
telinga dan mengurangi kemampuan telinga untuk mendengar dan menghantarkan
infonnasi ke otak. Jika sel rambut ini rusak, tidak dapat diperbaiki, maka kehilangan
pendengaran yang te1jadi akan permanen (Sarlito, l 995).
Frekuensi telinga di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
I. Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas daun telinga yang berfungsi sebagai alat untuk
mengumpulkan getaran bunyi di udara dan melanjutkannya ke dalam Jiang telinga
(meatus akustikus eksternus). Dengan memiliki sepasang daun telinga di kiri dan
kanan, telinga dapat berfungsi melokalisasi arah datangnya bunyi. Setelah melewati
Jiang telinga (membran tympani) tanpa mengalami distorsi.
2. Telinga Tengah
Telinga tengah berupa rongga yang terdapat di bagian luar tulang temporalis
terisi dengan udara melalui suatu saluran yang disebut tuba eustachii yang
menghubungkan telinga tengah dengan rongga faring.
Ketika terpapar bunyi yang sangat keras, telinga melindungi diri dengan
bantuan dua otot kecil yang berlokasi di telinga bagian tengah. Otot-otot tersebut
adalah martil, atau sensor tympani, dan otot sanggurdi, atau stapedius. Apabila
bebunyian (yang datang) sangat keras dan membahayakan, otot martil melunakkan
getaran gendang telinga, sementara otot sanggurdi berusaha beraksi di jendela oval
untuk mengurangi intensitas getaran bebunyian tersebut (Madaule, 2002).
3. Telinga Dalam
44
Telinga bagian dalam terbungkus seluruhnya di dalam tulang, labirin telinga
bagian dalam tersusun atas dua bagian. Pertama adalah rumah siput (koklea),
berbentuk seperti siput, berisi sel-sel corti. Fungsinya adalah mempersepsi bunyi.
Bagian kedua adalah sistem vestibular, yang tersusun atas dua rongga dan tiga
tabung. Kedua rongga sistem vestibular disebut sacculus dan utriculus. Bagian dalam
sistem vestibular ditutupi oleh sel-sel rambut penginderaan (sensoris) dan berisi
cairan sehingga ketika kita bergerak maka cairan ini akan mengikuti gerakan tersebut
dengan kecepatan yang berbeda.
Karena fungsinya berbeda -rumah siput menerima bunyi dan sistem
vestibular mencatat gerakan -kedua mekanisme ini kerap dipandang sebagai dua
entitas yang berbeda. Rumah siput dan sistem vestibular jarang sekali disatukan
sebagaimana keadaan mereka di dalam tubuh (Madaule, 2002).
2.2.6.2. Dampak Kebisingan Secara Fisiologis
Secara fisiologis (ilmu faal), gelombang suara itu kemudian diterangkan
sebagai proses penginderaan bunyi. Mula-mula gelombang-gelombang suara itu
menggetarkan selaput gendang telinga (membrane tympani) yang pada gilirannya
akan merangsang organ-organ pendengaran lain dalam telinga dan menyalurkannya
melalui syaraf pendengaran untuk diteruskan ke pusat pendengaran di bagian otak
yang disebut lobus temporalis. Tahap terakhir dari proses pendengaran ini adalah
persepsi tentang bunyi, dimana manusia menginterpretasikan bunyi yang
ditangkapnya (Sarlito, 1995).
45
Pengaruh utama kebisingan pada tubuh manusia adalah berupa gangguan
terhadap indera pendengar yang bisa menimbulkan ketulian. Efek yang ditimbulkan
bergantung pada intensitas bunyinya, frekuensi dan lama berlangsungnya bunyi itu
didengar. Bising yang cukup keras, diatas sekitar 70 dB, dapat menyebabkan
kegelisahan (nervousness), kurang enak badan, kejenuhan mendengar, sakit lambung
dan masalah peredaran darah. Bising yang sangat keras, di alas 85 dB, dapat
menyebabkan kemunduran yang serius pada kondisi kesehatan seseorang pada
umumnya; dan bila berlangsung lama, kehilangan pendengaran sementara atau
permanen dapat terjadi. Bising yang berlebihan dan berkepanjangan terlihat dalam
masalah-masalah kelainan seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan luka
perut (Doelle, 1993).
Akibat-akibat kebisingan sering terjadi pada masyarakat sekitar tempat
dimana kebisingan sering terjadi, misalnya di sekitar lapangan terbang, pabrik-pabrik,
dan lain-lain. Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor psikologis
dan emosional, ada kasus-kasus di mana akibat-akibat serius seperti kehilangan
pendengaran terj adi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan
suara berbobot A atau karena lamanya telinga terpasang terhadap kebisingan tersebut,
seperti tabel di bawah ini (www.menlh.go.id).
46
Tabel 2.2 Beberapa akibat kebisingan
Tipe Uraian Kehilangan Perubahan ambang batas sementara akibat
Akibat-akibat pendengaran kebisingan. Peruabahan ambang batas permanen
badaniah akibat kebisingan.
Akibat-akibat Rasa tidak nyaman atau stres meningkat, tekanan fisiologis darah meningkat, saki t kepala, bunyi dering. Gangguan Kejengkelan, kebingungan emosional
Akibat-akibat Gangguan Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi · psikologis gaya hidup waktu bekerja, membaca, dsb
Gangguan Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, pendengaran percakapan, telphone, dsb
Penelitian menunjukkan bahwa pada orang-orang yang mendengar bising
pada tingkat 95-110 db te1jadi penyempitan pembuluh darah, perubahan detak
jantung, pembesaran pupil mata. Penyempitan pembuluh darah akan tetap
berlangsung beberapa waktu setelah kondisi tidak bising lagi dan mengubah
persediaaan darah untuk seluruh tubuh. Suatu keterbukaan (exposure) yang
berkesinambungan terhadap bising yang keras dapat meningkatkan tekanan darah dan
dapat ikut mengakibatkan sakit jantung dan meningkatkan ketegangan otot.
2.2.6.3. Dampak Kebisingan secara Psikologis
Ada tiga factor yang menyebabkan sebuah suara secara psikologik dianggap
sebagai bising, yaitu volume (dB atau phone), perkiraan, dan pengendalian.
Dari factor volume, jelas bahwa suara yang makin keras akan dirasakan
makin mengganggu. Suara-suara dalam ruang perpustakaan yang tenang (35 dB)
tentunya sama sekali tidak dirasakan sebagai gangguan. Narnun, suara kendaraan di
jalan raya dari jarak 17 m (70 dB) sudah mulai mengganggu pembicaraan melalui
telepon dan suara truk pengaduk semen dari jarak yang sama (90 dB) tentunya akan
lebih mengganggu lagi. Jika kita sedang berbicara dengan orang lain, gangguan
bising itu menyebabkan kita tidak bisa mendengar suara lawan bicara kita sehingga
menimbulkan stress (Sarlito, 1995).
Dalam hal tingkah laku sosial, Matthews, Cannon dan Alexander (1974)
menemukan bahwa di lingkungan yang bising, jarak personal space lebih lebar
daripada di tempat yang tidak bising. Apple dan Lintell (1972) mendapatkan dari
penelitiannya bahwa hubungan informal antartetangga makin berkurangjika suara
bising lalu lintas di sekitar tempat pemukiman meningkat. Kebisingan juga bersifat
meningkatkan agresivitas manusia (Green dan O'Neal, 1969 dalam Fisher, et
al,1984:110 dalam Sarlito, 1995:96).
47
Dampak lain dari kebisingan adalah terhadap prestasi kerja (Glass & singer,
1972 dalam Fisher et.al, 1984: 107). Dalam telaah mereka dimana para subjek
diperdengarkan deru kebisingan pada saat mereka mengerjakan tugasnya, beberapa
subjek mendengar suara bising yang amat keras dan subjek lain mendengar suara
bising yang tidak begitu keras. Untuk beberapa subjek, deru kebisingan kebisingan
tersebut berjarak I menit (kebisingan yang dapat diramalkan); subjek lain, mendengar
kebisingan yang jumlahnya sama banyaknya, tetapi suara gad uh itu terjadi dengan
interval yang acak (kebisingan yang tidak dapat diramalkan). Para subjek melaporkan
bahwa baik kebisingan yang dapat atau tidak dapat diramalkan sama
menggang_gunya, dan semua subjek berprestasi pada tingkat yang kurang lebih sama
48
selama terjadinya kebisingan dalam percobaan itu. Akan tetapi, kondisi kebisingan
yang berbeda menimbulkan dampak sesudah (after effect) yang sangat berbeda ketika
diminta untuk membaca materi tertulis dalam kondisi tanpa adanya kebisingan.
Kebisingan yang tidak dapat diramalkan mengakibatkan kesalahan yang lebih banyak
dalam tugas pembuktian membaca dibandingkan dengan kebisingan yang dapat
diramalkan, dan kebisingan yang lemah yang tidak dapat diramalkan sebenarnya
mengakibatkan kesalahan yang sedikit lebih banyak pada tugas ini dibandingkan
dengan kebisingan yang keras yang dapat diramal. Rupanya kebisingan yang tidak
dapat diramalkan menghasilkan kepenatan yang lebih besar daripada kebisingan yang
dapat diramalkan, tetapi hanya dibutuhkan waktu yang sedikit untuk menimbulkan
kepenatan tersebut.
Pengaruh bising yang merusak pada efisiensi kerja dan produksi telah
dibuktikan secara statistik dalam beberapa bidang industri. Produksi turun dan
pekerja-pekerja membuat lebih banyak kesalahan bila dipengaruhi oleh bising dengan
tingkat tinggi, di atas sekitar 80 dB untuk waktu yang lama, tetapi ini tidak berarti
bahwa manusia bekerja paling efisien dalam ruang yang tak tembus suara.
Sebaliknya, juga diamati bahwa jika lingkungan akustik suatu ruang kerja terlampau
sunyi, produksi turun dan pekerja-pekerja melakukan lebih banyak kesalahan. Ini
membuktikan bahwa bising dalam jumlah tertentu mudah ditolerir dan sebenarnya
sejumlah bising dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatanjiwa (Doelle, 1993).
49
2.2.7. Usaha Pengendalian Kebisingan
"Daya tangkap" terhadap bunyi untuk setiap individu juga mempengaruhi
kekuatan bunyi itu dalam mengalihkan perhatian (McBAin, 1961). Bunyi yang
mempunyai arti kecil bagi seseorang kurang dapat mengalihkan perhatian dari tugas
yang dihadapi. Hipotesa ini membantu menjelaskan mengapa siswa yang berbisik
bisik di seberang meja bisa lebih mengganggu daripada bunyi orang dan mesin pada
pelaksanaan perbaikan jalan, atau mengapa suatu pidato politik lewat radio lebih
mengganggu perhatian daripada musik. Sejumlah peneliti telah mengajukan bukti
eksperimental bahwa efek dari bunyi terasa kurang mengganggu bila individu dapat
mengendalikan bunyi (Glass&Singer, 1972 dalam Annastasi, 1989).
Factor pengendalian erat hubungannya dengan factor perkiraan. Tidak adanya
kendali pada kebisingan ini menimbulkan stress yangjika berlangsung lama pada
akhirnya bisa menimbulkan reaksi learned helplessness (ketidak berdayaan yang
dipelajari). Artinya, orang menjadi tidak berdaya dan membiarkan saja bising itu
walaupun stresnya bertambah besar (Sarlito, 1995).
Penyesuaian ada batasnya, dan suara ramai yang keras menjadi lebih
mengganggu bila orang tersebut hams berkonsentrasi dalam lebih dari satu tugas.
Misalnya, tingkatan keramaian yang tinggi mengganggu prestasi para subjek yang
diharuskan memantau tiga angka pada satu saat -suatu tugas yang tidak berbeda dari
tugas pilot pesawat atau pengontrol lalu lintas udara (Broadbent, 1957). Begitu pula,
suara gaduh tidak mempengaruhi kemampuan subjek mengendarai kendaraannya,
50
tetapi hal itu mengganggu kemampuan subjek untuk mengulangi angka ketika sedang
memegang setir (Finkleman&Glass, 1970).
Adapun beberapa Metoda Pengendalian Bising Lingkungan yang
disampaikan oleh Leslie L, Doelle, antara lain :
1. Penekanan Bising di Sumbemya.
Tindakan pengendalian bising yang paling ekonomis adalah menekan bising
tepat di sumbemya dengan memilih mesin-mesin dan peralatan yang relatif tenang
dan dengan memakai proses-proses pabrik atau metoda ke1ja yang tidak
menyebabkan tingkat bising yang mengganggu.
Bising langkah kaki dapat direduksi dengan mudah di sumbemya dengan
memasang lapisan lantai yang lembut seperti karpet, gabus, lantai karet, atau lantai
vinyl.
2. Perencanaan Kota
Ada sejumlah cara pengendalian bising kota :
1) Dengan mengikuti cara-cara perencanaan kota dan penataan masyarakat
dengan suatu pemikiran pengurangan bising dalam deraj at yang
diinginkan.
2) Dengan membentuk dan memaksakan peraturan penetapan wilayah
(zoning) dan anti bising lewat hukum dan membatasi tingkat bising
maksimum yang dibolehkan, terutama di daerah pemukiman.
51
3) Dengan mengharuskan pengusaha pabrik yang menggunakan peralatan
mekanik dan elektrik yang bising untuk mencoba produksi mereka dan
memberikan penilaian bising bagi mereka.
4) Dengan mendidik anggota pengurus (pembuat undang-undang, anggota
dewan kota, karyawan, dan lain-lain) untuk mengamati dasar-dasar
pengendalian bising.
5) Dengan mendorong masyarakat untuk melaporkan bising-bising yang
tak dapat diterima lewat semua jalur komunikasi yang mungkin.
6) Dengan mendidik masyarakat untuk sadar bahwa sejumlah sumber
bising yang dapat menyebabkan gangguan dan tekanan yang hebat
dapat ditiadakan dengan perencanaan dan peramalan yang teliti dan
secara manusiawi dengan sopan dan menghargai.
3. Perencanaan Tempat (Site Planning)
Pengalaman menunjukkan bahwa sekali suatu sumber bising di luar ada di
suatu daerah, maka sulit untuk menghilangkannya. Karena itu acuan penting bahwa
gedung-gedung yang membutuhkan lingkungan bunyi yang tenang (sekolah, rumah
sakit, lembaga penelitian, dan lain-lain) diletakkan pada tempat-tempat yang tenang,
jauh dari jalan raya, daerah industri dan bandar udara.
4. Rancangan Arsitektur
Rancangan arsitektur yang baik dengan memperhatikan kebutuhan akan
pengendalian bunyi adalah pendekatan yang paling ekonomis dalam mengendalikan
bising yang efektif dalam bangunan.
5. Rancangan Struktural/Bangunan
Teknisi bangunan sering hams menggabungkan langkah-langkah
pengendalian bising bangunan dalam gambar bangunan.
6. Rancangan Mekanik dan Elektrik
Peralatan dan instalasi yang biasanya ditetapkan oleh teknisi mekanik dan
listrik dapat merupakan sumber bising yang serius. Maka perlu diperhatikannya
rancangan mekanik serta elektriknya.
4. Organisasi
52
Bila bising yang ada tak dapat dikendalikan, atau bila langkah-langkah
koreksi untuk mereduksi bising tidak ekonomis, situasi sering dapat diperbaiki lewat
organisasi. Sebagai contoh, ruang-ruang tertentu yang terlampau dipengaruhi bising
yang berlebihan dapat dikelompokkan kembali atau dilokasikan kembali.
5. Penyerapan Bunyi
Tingkat bising dalam ruang penerima disebabkan oleh bunyi langsung dan
bunyi pantul atau bunyi dengung. Tingkat bising bunyi dengung dapat direduksi
sampai batas tertentu lewat usaha penyerapan bunyi.
6. Penyelimutan (Masking) Bising
Dalam banyak situasi, masalah-masalah pengendalian bising dapat
dipecahkan dengan menenggelamkan (atau menyelimuti) bising yang tak diinginkan
lewat bising latar belakang yang dibuat secara elektronik. Proses ini menekan
perembesan kecil yang dapat mengganggu privacy penerima.
53
7. Konstruksi Bangunan Penginsulasi Bunyi
Bila metoda pengendalian bising yang di bahas sejauh ini tak dapat diikuti
untuk mengadakan lingkungan akustik yang disukai dalam suatu bangunan, maka
masih ada satu pemecahan: penyungkup pengisolasi bunyi yang sesuai harus
digunakan.
Mengingat kebisingan berpengaruh kurang baik terhadap lingkungan, maka
perlu adanya cara-cara penanggulangan dan pengendalian kebisingan agar tidak lagi
mengganggu.
Kebisingan dapat juga dikendalikan dengan jalan :
a. Pengurangan kebisingan pada sumbemya
Hal ini bisa dilakukan dengan menempatkan alat peredam suara pada alat
yang bersangkutan. Saat ini dengan penelitan dan perencanaan yang disertai
tekhnologi modem, mesin-mesin baru yang mutakhir tidak lagi menimbulkan
kebisingan. Suara yang ditimbulkannya sudah tidak lagi mengganggu dan
membahayakan lingkungan.
b. Penempatan penghalang pada jalan transmisi.
Usaha ini dilakukan denganjalan mengadakan isolasi ruangan atau alat-alat
penyebab kebisingan denganjalan menempatkan bahan-bahan yang mampu
menyerap suara, sehingga suara-suara yang keluar tidak lagi merupakan gangguan
bagi lingkungan.
c. Pemakaian sumbat atau tutup telinga
Cara ini terutama dianjurkan kepada orang-orang yang berada di sekitar
sumber kebisingan yang tidak dapat dikendalikan, seperti misalnya akibat ledakan
ledakan. Alat penutup telinga ini bisa mengurangi intensitas kebisingan sebesar
kurang lebih 25 dB. Selain itu bagi orang-orang yang bekerja di ruangan dengan
kebisingan diatas I 00 dB, diharuskan memakai tutup telinga ini (Supardi, 1985).
54
Jika tingkat kebisingan di alas 85 dBA untuk shift 8 jam, 40 jam per minggu,
hukum mengharuskan perusahaan untuk mengurangi tingkat kebisingan yang ada.
Pengendalian teknik di sumber suara adalah cara yang paling efektif untuk
mengurangi tingkat kebisingan, yang hams dikendalikan pertarna-tarna adalah sumber
suara terkeras. Pengendalian teknik yang dilakukan adalah (Davis, 1985) :
1. Mendesain kembali peralatan untuk mengurangi kecepatan atau benturan dari
bagian yang bergerak, memasang peredam pada lubang pemasukan dan
pembuangan; mengganti peralatan yang lama dengan peralatan barn yang
mempunyai desain lebih baik.
2. Merawat peralatan dengan baik, mengganti bagian yang aus dan memberikan
pelumas pada sernua bagian yang bergerak.
3. Mengisolasi peralatan dengan menjauhkannya dari pekerja atau menutupinya.
4. Memasang peredam getaran dengan rnenggunakan bantalan karet agar bunyi
yang ditirnbulkan oleh getaran dan bagian logarn dapat dikurangi; dengan
mengurangi ketinggian dari tempat barang yang jatuh ke bak atau ban
be1:jalan.
55
5. Bahan penyerap bunyi dapat digantung di tempat kerja untuk menyerap bunyi
di tempat tersebut.
Berikut ini Supardi dalam bukunya yang berjudul "Lingkungan Hidup dan
Kelestariannya" menjelaskan berapa lama seseorang bisa tinggal di daerah bising
dengan intensitas tertentu agar tidak merusak pendengaran seperti yang dinyatakan
dalam Walsh-Healey Public Contracts Act United States adalah:
Table 2.3. Intensitas yang diperbolehkan dalamjam
Intcnsitas (dB) Durasi, ner hari dalam iam 90 8 jam 92 6 jam 95 4 Jam 97 3 jam 100 2jam 102 1 Yz jam 105 1 jam 110 Yzjam 115 '14 jam atau kurang
Sesuai dengan Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta
Nomor 551/2001 Tanggal 7 Pebruari 2001 dalam Kumpulan Peraturan tentang
Pengendalian Pencemaran Udara di Propinsi DK! Jakarta menetapkan Baku Tingkat
Kebisingan Lingkungan dan Baku Tingkat Kebisingan Kejut, yaitu :
Table 2.4 Baku Tingkat Kebisingan
A. Bairn Tingkat Kebisingan Lingkungan
No Peruntukan Kawasan/Lingkungau Kegaitan Tingkat Kebisingan dB(A) A. Peruntukan Kawasan 1. Perumahan dan Permukiman 55 2. Perdagangan dan Jasa 70
56
3. Kawasan Niaga Terpadu 65 4. Perkantoran 65 5. Ruang Terbuka Hijau 50 6. Kawasan lndustri 70 7. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60 8. Rekreasi 70 9. Khusus:
a. Bandar Udara * b. Stasiun Kereta Api * c. Terminal 70 d. Pelabuhan laut 70 e. Cagar budaya 60
B. Lingkungan Kegiatan I. Rumah sakit atau sejenisnya 55 2. Sekolah atau sejenisnya 55 -3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55 4. Fasilitas sosial atau sejenisnya 55 * : Mengacu kepada keputusan Menteri Perhubungan
B. Balm Tingkat Kebisingan Kejut
Peruntukan Kawasan/Lingkungan Tingkat Kebisingan Ls/Lm, dB (A)
kegiatan Semuajenis peruntukan dan atau Siang hari : 20 dB (A) di atas Baku lingkungan klegiatan Tingkat Kebisingan
Malam hari : 15 dB(A) di atas Baku Tingkat Kebisingan
2.2.8. Temuan Para Ahli
Kebisingan rnerupakan pernbangkit stress bagi kehidupan manusia baik
kehidupan fisiologis ataupun psikologisnya. Walaupun kebisingan sifatnya adalah
subjektiftetap saja kebisingan yang memiliki frekuensi tinggi lebih mengganggu dari
pada kebisingan berfrekuensi rendah (Broadbent, 1957). Kebisingan tidak saja
berpengaruh terhadap kesehatan seseorang (www.menlh.go.id), akan tetapi
kebisingan juga dapat mempengaruhi kognisi dan performancenya (Baker, 1993).
57
Kebisingan tidak hanya berupa suara-suara yang berfrekuensi tinggi,
pembicaraan yang berarti tetapi tidak relevan pun merupakan kebisingan jika
kehadirannya tidak dikehendaki malah pengaruhnya lebih merusak dibandingkan
kebisingan murni (white noise)(Lundberg&Frankenhaeuser, 1978). Kebisingan yang
dirasa paling mengganggu adalah kebisingan yang diakibatkan oleh maskapai
penerbangan. Hal ini telah diteliti oleh Gary Evans dan koleganya terhadap 326 anak
anak. Menurutnya, anak-anak tersebut terganggu dalam ha! kemampuan membacanya
(Evans, 2002). Pengaruh kebisingan maskapai terhadap kognisi dan ingatanjangka
panjang anak-anak juga diteliti di San Diego, California (2000) yang menyimpulkan
bahwa ada pengaruh kebisingan yang merusak terhadap recall jangka panjang,
keduanya berasal dari kebisingan yang parah dan kronis, pengaruh kebisingan
terhadap proses recognisi jangka panjang memiliki pengaruh lebih kecil daripada
proses recall. Pengaruh kebisingan tidak diperantarai oleh perhatian dan kebisingan
maskapai lebih merusak daripada kebisingan jalan raya dan pembicaraan yang tidak
relevan. Di Jepang, prates terhadap kebisingan yang diakibatkan markas militer US
telah dilakukan dan mereka menuntut kepada pemerintah jepang untuk
menanggulangi hal tersebut (Evans, 2002).
Kebisingan tidak saja terjadi di area luar akan tetapi dalam ruangan kantor
sekalipun kebisingan bisa terjadi. Suara-suara yang tidak relevan dan tidak diundang
cenderung lebih merusak (Banbury, et.al, 200 I) akan tetapi kebisingan hal tersebut
bisa diabaikan apabila kebisingan tersebut berlangsung lebih dari 20 menit (Banbury,
et. Al, 1997). Kebisingan yang diperdengarkan lebih dari tujuh menit pun akan terjadi
58
penyesuaian dan kadang-kadang tidak mempengaruhi performance seseorang
(Lunberg & Frankenheuser, 1978). Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa
kebisingan yang tidak berperiode, berfrekuensi tinggi dengan durasi yang singkat dan
suara yang terus menerus dapat berpengaruh terhadap performance daripada
kebisingan frekuensi rendah berdurasi lama intensitas suaranya rendah.
Jenis kelamin dan waktu terjadinya kebisingan merupakan variable yang
mempengaruhi apakah kebisingan tersebut berakibat buruk atau tidak.
Mullin&Corcoran (1977) menemukan bahwa performance yang relatifmembutuhkan
suasana sunyi adalah waktu pagi dan sore hari. Penurunan performance yang
disebabkan kebisingan hanya terjadi di pagi hari dan itu pun hanya pada laki-laki
(Loeb, Holding&Baker, 1982) pada penelitian yang lain (Baker, Holding&Loeb,
1984) menunjukkan interaksi yang lebih kompleks dari jenis kelamin, laki-laki
ditemukan kerusakannya lebih rendah dalam keadaan sunyi dibandingkan di tes
kebisingan pada sore hari sedangkan pada wanita performancenya lebih baik dalam
keadaan bising apabila diperdengarkan di pagi hari. Akan tetapi pada umumnya
bising di pagi hari dapat mempercepat performance laki-laki dan dapat
memperlambat performance wanita, begitu pula sebaliknya pada sore hari.
2.3. DUGAAN PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP
INGA TAN
59
Dunia kita dipenuhi suara-suara yang tak pernah kita dengar jarak
pendengaran manusia terbatas untuk menahannya artinya jika kita mampu mendengar
suara-suara yang lebih rendah dari 20 getaran per detik, kita akan dibuat gila oleh
suara otot-otot, usus dan detak jantung kita yang gaduh dan tidak karuan; setiap
langkah kaki kita akan menimbulkan suara sepe1ii sebuah ledakan.
Segala sesuatu yang bergerak menimbulkan suara, dengan demikian semua
suara merupakan kesaksian dari berbagai peristiwa. Karena itu suara merupakan suatu
bentuk dimensi keempat, yang menyatakan kepada kita apa yang sedang terjadi, yang
mengungkapkan nuansa dan kompleksitas yang tak dapat ditembus oleh penglihatan
semata. Jika perabaan adalah sensasi paling pribadi, maka pendengaran merupakan
sensai paling sosial -sebuah perluasan dari sensasi peraba, suatu cara perabaan jarak
jauh yang sangat khusus (Russel, 2003).
Pada umumnya, adalah suatu hal yang wajar bila kita menyukai kedamaian
dan ketenangan dalam mengerjakan sesuatu khususnya dalam mengingat karena ada
sebagian orang menyukai belajar dan menghafal di lingkungan yang tenang dan
sebagian lagi menyukai belajar di lingkungan yang ramai.
Lingkungan fisik sangat mempengaruhi perasaan dan interaksi sosial kita.
Salah satu faktor penting adalah tingkat stres yang ditimbulkan oleh lingkungan fisik,
seperti misalnya kebisingan yang mampu mengubah lingkungan manusia secara
60
dramatis. Ketika kebisingan mempengaruhi psikologis seseorang, maka faktor
emosionalah yang akan mendominasinya sehingga apa yang sedang dilakukan dan
hasil dari yang dilakukan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kebisingan juga
merupakan interference yang juga dapat mengacaukan day a ingat terhadap informasi
yang telah dipelajari.
Cara seseorang menyerap, mengatur dan mengolah informasi dipengaruhi
oleh gaya belajar mereka. Karena gaya belajar merupakan kunci untuk
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar
pribadi. Rita Dunn telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara
belajar seseorang, ini mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan
lingkungan sebagian orang (DePorter&Hernacki, 2000).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebisingan sifatnya sangat
subjektif sehingga dampaknya bagi individu sangat dipengaruhi oleh tingkat
subjektifitas individu itu sendiri. Apakah kebisingan berpengaruh terhadap
ingatannya atau mungkin sebaliknya.
2.4. HIPOTESA
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti mengambil hipotesa sebagai berikut:
HO : Kebisingan tidak berpengaruh terhadap ingatan
Hl : Kebisingan berpengaruh terhadap ingatan
~ ..... 8YAJ1JF H'i:i~~w\.\Ji~ , ... ~ JAKARTA
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. SUB.JEK PENELlTIAN
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka pada penelitian ini yang menjadi
populasi penelitian adalah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Saint dan
Teknologi Jurusan Kimia tingkat I kelas Adan B vang berjumlah 60 orang.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 32 orang yang dibagi menjadi empat
kelompok eksperirnen, masing-masing kelompok berj um I ah 8 orang. Responden
merupakan mahasiswa aktifpada fakultas tersebut dan kelas yang dipilih sebanyak 2
kelas yang merupakan hasil dari proses random yang telah dijelaskan diatas.
3.1.1. Kriteria Subjek Penclitian
Beberapa ciri-ciri subjek dalarn eksperirnen ini adalah :
a. Mahasiswa UJN SyarifHidayatullah Fakultas Sains dan Teknologi
b. Jarang dalam menghafal abjad-abjad
c. Tingkat I pada fakultas tersebut
3.1.2. Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik
probability sampling yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan probabilitas atau
peluang artinya bahwa setiap anggota populasi yang termasuk dalam sampel
mempunyai peluang yang sama.
3.1.3. Teknik Penentuan Kelompok
62
Dari 32 sampel yang dijadikan eksperimen kemudian di bagi menjadi 4
kelompok yakni kelompok eksperimen 1, 2, 3 dan 4. Pembagian kelompok ditentukan
dengan earn randomisasi menggunakan teknik gasal genap, di mana angka-angka
gasal ditujukan bagi kelompok 1 dan kelompok eksperimen 2 sedangkan angka genap
ditujukan bagi kelompok eksperimen 3 dan 4.
3.2. V ARIAREL-V ARIABEL PENELlTIAN
3.2.1. IV (Independent Variabel) : Kebisingan
Definisi Operasional : kebisingan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pure lone (nada tunggal) dengan frekuensi 0 Hertz 0 dB untuk kelompok eksperimen
l, 125 Hertz untuk kelompok eksperimen 2, 1000 Hertz untuk kelompok eksperimen
3 dan 4000 l-1.ertz untuk kelompok eksperimen 4. Tinggi desibel adalah 70 dB dengan
jenis bising yang terns menerus (conti11oues noise).
3.2.2. DV (Dependent Variabel) : Ingatan
Definisi Operasional : lngatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
ingatan berupa kemampuan individu untuk mengulang kembali nonsense sv!fab/es
yaitu beberapa kombinasi huruf-huruf yang tidak bennakna yang sudah dihafal
sebelumnya seperti misalnya Joi, dis, bif, koc, jem yang tidak jelas artinya.
63
Cara mengukur DV: responden diberikan beberapa kombinasi hurufmati dan
hidup yang tidak jelas artinya untuk dihafal kemudian mereka diperintahkan untuk
mengulang dengan menuliskannya pada selembar kertas. Banyaknya jawaban yang
benar itulah yang dihitung.
3.2.3. EV (Extraneous Variabe/) adalah variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian, antara lain : emosi responden ketika menghafal,
kebiasaan individu menghafal dalarn keadaan bising, dan suara-suara yang hadir
selain kebisingan yang dipergunakan dalam penelitian.
3.2.4. Kontrol
Dari beberapa Extraneous Variabel di alas peneliti rnengontrolnya dengan
cara:
3 .2.3. I. Elirninasi dilakukan untuk mengontrol suara-suara yang hadir dalarn
ruangan selain kebisingan-kebisingan yang diberikan peneliti.
3.2.3.2. Kebiasaan individu rnenghafal dalarn keadaan bising dikontrol dengan
cara differential selection yakni pernisahan secara randornisasi.
3 .2.3 .3. Ernosi responden dikontrol dengan randomisasi terhadap variabel
sekunder dengan menganggap perbedaan individu yang terdapat pada
masing-masing kelompok tersebar merata.
64
3.3. RANCANGAN EKSPERIMEN
Rancangan yang digunakan pada penelitian eksperimen ini adalah
Counterbalanced design. Dengan rancangan ini terdapat empat kelompok
eksperimen, subyek dipilih secara random dan diobservasi sebanyak tiga kali (post
tes) (http://www.fammed.ouhsc.edu/tutor/times. htm). Adapun bentuknya :
Gambar 3. l Rancangan Co11111erhala11ced design
Keterangan :
Group A
Group B
Group C
Group D
X 1 0 dan seterusnya
Kelompok eksperimen 1 diberikan kebisingan OHz OdB
Kelompok eksperimen 2 diberikan kebisingan 125Hz 70dB
Kelompok eksperimen 3 diberikan kebisingan I OOOHz 70dB
Kelompok eksperimen 4 diberikan kebisingan 4000Hz 70dB
perlakuan dan observasi masing-masing kelompok pada tiap
ulangan
3.4. APARATUS PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di ruangan semi bebas gema (hemianechoic room)
Laboratorium Kebisingan dan Getaran Pusarpedal Bapedal Puspiptek Serpong
Tangerang. Ruangan tersebut berukuran 4,2111x3,1 m x 2111.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Ffi (Fast Fourier 11-ansport) yaitu alat penganalisa spektrum frekuensi.
2. FG (Function Generator) yaitu alat pembangkit sinyal suara
3. Omny Source Speaker yaitu sumber suara berupa pure tone
4. Kalibrator adalah alat untuk membuat meteran tingkat kebisingan
5. Pengatur waktu (Stop>1'atch)
6. Kertas folio berisikan nonsense svl!ab!es yaitu kombinasi huruf~hurufyang
tidak bennakna.
7. Kertas folio kosong
8. Alat tulis
3.5. DENAH EKSPERIMEN
65
Adapun denah eksperimen yang meliputi posisi subjek dan instrumcn. dapat
dilihat pada gambar 3.2 berikut ini.
Gambar 3.2 Denah Eksperimen
~ @]
@] @ @]
IT]
Keterangan :
I. S yaitu Subjek
2. Fft (Fast Fourier fransport) yaitu alat penganalisa spektrum frekuensi.
3. FG (Function Generator) yaitu alat pembangkit sinyal suara
4. Omny Source Speaker yaitu sumber suara berupa pure tone
5. Jarak antara subjek dengan sumber suara (OSS) sejauh I meter (ISO,
3745)
3.6. PROSEDliR PENELITlAN
66
Pada penelitian ini penulis mencoba rnernberikan urutan prosedur penelitian
mulai dari persiapan dan pelaksanaan penelitian kontrol yang dilakukan pada variable
yang harus dikontrol.
Persiapan Penelitian
Pada tahap ini penulis mencoba mencari ternpat yang akan dijadikan tempat
melaksanakan penelitian eksperimen ini. Kemudian tempat yang telah di pilih,
penulis datangi untuk meminta izin. Sebelum dilakukan penelitian, operator
Laboratorium meletakkan alat-alat di dalam ruangan semi bebas gema setelah itu alat
alat tersebut dikalibrasi dengan menggunakan kalibrator. Sernentara penulis
mempersiapkan persoalan-persoalan hafalan dan alat tulis yang akan digunakan
dlaam eksperimen ini.
Pelaksanaan l'enelitian
Pada penelitian ini terdapat 4 kelompok, antara lain kelornpok eksperimen 1,
2, 3, dan 4. Setiap kelompok akan dilakukan pengulangan berupa mereca!l persoalan-
persoalan yang sudah mereka hafalkan sebanyak 3 kali ulangan dengan subyek
penelitian yang sama.
67
Penelitian dilaksanakan selama 2 hari dengan perincian kelompok eksperimen
1 dan kelompok eksperimen 2 pada hari pertama sedangkan kelompok eksperimen 3
dan eksperimen 4 pada hari kedua. Seluruh kelompok diberikan waktu untuk
menghafal selarna 2,5 menit dan merecall selama 2,5 rnenit Jeda waktu antara
perlakuan adalah 2,5 men it dan jeda waktu antara ulangan l dengan ulangan 2 adalah
selarna I jam sedangkan jeda waktu antara ulangan 2 dengan ulangan 3 adalah selama
2jam.
I. Hari pertama
Pada tahap ini, semua instrumen yang telah dipersiapkan diatas kemudian
dibawa dan diletakkan di tempat pelaksanaan eksperimen, dan digunakan sesuai
dengan fungsinya.
Pelaksanaan yang pertama adalah pada kelompok eksperimen I. Responden
pada kelompok ini sebanyak 4 orang dipersilahkan masuk dan duduk. Setelah itu
peneliti memberikan instruksi penelitian terlebih dahulu dan mulai membagikan 2
kertas folio ( 1 I em bar berisikan nonsense syllables dan l lembar lainnya kosong)
dalam keadaan terbalik. Setelah masing-rnasing responden mendapatkan kertas,
peneliti memberikan aba-aba kepada responden untuk mulai menghafal selama 2,5
menit Setelah 2,5 menit berlalu, seluruh responden diperintahkan untuk berhenti
menghafal dan mulai menulis apa yang sudah di hafal sebelumnya selama 2,5 menit
juga. Sctelah 2,5 menit berlalu responden diperintahkan berhenti dan meletakkan alat
68
tulis di atas meja mereka. Kemudian empat orang lagi dipersilahkan masuk dan
duduk, instruksi serta proses penelitian sama seperti empat orang sebelumnya. Proses
tersebut di atas adalah proses ulangan pertama pada kelompok eksperimen 1.
Setelah proses ulangan pertama pada kelompok eksperimen 1 berakhir. Proses
selanjutnya adalah kelompok eksperimen 2 yang mana Jnstruksi serta proses
penelitian dalam kelompok ini sama seperti pada ulangan pertama kelompok
eksperimen 1 hanya saja pada kelompok ini kebisingan-kebisingan sebanyak 125
Hertz 70 dB diperdengarkan selama 5 menit atau ketika mcrcka mulai menghafal
hingga proses penelitian berakhir. Proses ini adalah proses ulangan pertama pada
kelompok eksperimen 2.
Setelah itu responden pada kelompok eksperimen l dipanggil kembali dan
dipersilahkan masuk serta duduk di dalam ruangan. Pada proses ini responden hanya
diperintahkan untuk merecall atau mengisi lembar folio kosong dengan persoalan
yang sudah mereka hafal pada ulangan pertama sebelumnya. Proses ini berlangsung
selama 2,5 menit dan merupakan ulangan kedua pada kelompok eksperimen I.
Setelah proses tersebut di atas berakhir, kemudian responden pada kelompok
eksperimen 2 dipanggil kembali dan dipersilahkan untuk masuk serta duduk di
ruangan penelitian. Pelaksanaan proses ini sama dengan proses ulangan kedua pada
kelompok eksperimen 1 hanya saja kebisingan-kebisingan tetap diberikan selama 2,5
menit atau ketika mereka mulai mengisi folio. Proses ini disebut dengan ulangan
kedua pada kelompok eksperimen 2.
Begitu pula pada ulangan ketiga kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2, instruksi dan proses pelaksanaan sama dengan proses ulangan kedua
pada kelompok-kelompok tersebut.
2. Hari Kedua
69
Pelaksanaan pertama pada hari kedua adalah kelompok eksperimen 3 yaitu
kelornpok yang diberikan kebisingan sebanyak I 000 Hertz 70 dB. Responden pada
kelornpok ini sebanyak 4 orang dipersilahkan masuk dan duduk. Setelah itu peneliti
memberikan instruksi penelitian tcrlebih dahulu dan mulai membagikan 2 kertas folio
(I lembar berisikan nonsense syllables dan I lembar lainnya kosong) dalam keadaan
terbalik. Setelah masing-rnasing responden mendapatkan kertas, peneliti rnemberikan
aba-aba kepada responden untuk mulai menghafal selama 2,5 rnenit dan pada saat itu
pula kebisingan mulai diperdengarkan. Setelah 2,5 menit berlalu, seluruh responden
diperintahkan untuk berhenti menghafal dan mulai menulis apa yang sudah di hafal
sebelumnya selarna 2,5 menitjuga. Setelah 2,5 mcnit berlalu responden diperintahkan
berhenti dan meletakkan alat tulis di atas meja mereka dan kebisingan pun berakhir.
Kernudian empa! orang lagi dipersilahkan masuk dan duduk, instruksi serta proses
penelitian sama seperti empa! orang sebelumnya. Proses !ersebut di alas adalah proses
ulangan pertama pada kelompok eksperimen 3.
Setelah proses ulangan pertama pada kelompok eksperimen 3 berakhir. Proses
selanjutnya adalah kelompok eksperimen 4 yang mana lnstruksi serta proses
penelitian dalam kelompok ini sama seperti pada ulangan pe1iama kelompok
eksperimen 3 hanya saja pada kelo_mpok ini kebisingan dipcrdengarkan sebanyak
4000 Hertz 70 dB dan diperdengarkan selama 5 menit atau ketika mereka mulai
menghafal hingga proses penelitian berakhir. Proses ini adalah proses ulangan
pertama pada kelompok eksperimen 4.
70
Setelah itu responden pada kelompok eksperimen 3 dipanggil kembali dan
dipersilahkan masuk serta duduk di dalam ruangan. Pada proses ini responden hanya
diperintahkan untuk merccall atau mengisi lembar folio kosong dengan persoalan
yang sudah mereka hafal pada ulangan pertama sebelumnya dan kebisingan pun tetap
diperdengarkan selama proses recall. Proses ini berlangsung selama 2,5 menit dan
merupakan ulangan kedua pada kelompok eksperimen 3.
Setelah proses tcrsebut di atas berakhir, kemudian responden pada kelompok
eksperimen 4 dipanggil kembali dan dipersilahkan untuk masuk serta duduk di
ruangan penelitian. Pelaksanaan proses ini sama dengan proses ulangan kedua pada
kelompok eksperimen 3. Proses ini disebut dengan ulangan kedua pada kelompok
eksperimen 4.
Begitu pula pada ulangan ketiga kelompok eksperimen 3 dan kelompok
eksperimen 4, instruksi dan proses pelaksanaan sama dengan proses ulangan kedua
pada kelompok-kelompok tersebut.
Jika digambarkan dalam table 3.1. Prosedur penelitian tersebut di atas adalah :
Table 3.1 Prosedur penelitian
Hari I
No I Waktu Kelompok ··-·---r--............................... _
Responden i Frek dan dB ULANGANl
I I 10.00-10.15 Eksperimen 1 4 orang I 0 Hz 0 dB I 2. I 10.15-10.30 Eksperimen I 4 orang 0 Hz 0 dB '
' I l~c-.l~~~!-~~ ~ t~~-Eksperimen 2 4 orang i 125 l-Jz 70 dB Eksoerimen 2 4 orang 125 l-lz 70 dB
'-·······--·-·-···-········-····--··--------
1-s. --ril_o_0-1115 Eksper~;;~~GAN; oran_g_ CJ Hz o dB I ' ~ , 6. 11.15-11.30 Eksperimen I 4 orang 0 Hz 0 dB \ 7. i l l .30-1 l .45 Eksperimen 2 4 orang 125 Hz 70 dB 1
I _8.:.... : 11.45~1_2.0Q.__ Eksperimen 2 4 orang . 125 Hz 70 dB i r9 I 12.00-14.00 r1sHO~~ANGAN 3 rn=~-----··---·-·--·---~=1 ; IO 1 14.00-14.15 --T Eks_p_e-riccm=ec=nc..1c.=.=,--..4-o_ra_n_g ____ (_l _H_z_O dB . ]
111 \'14.15-14.30 Eksperimenl 4orang ,OHzOdB I I 12 14.30-14.45 Eksperimen 2 4 orang , 125 Hz 70 dBj' Lll_U4.45-15.00 Eksperimen 2 4 on111_g_ .! 125 l-lz 70 dB
Hari II
rN o---rwaktu
I 14.00-14.15 2. 14.15-14.30 " 14.30-14.45 ~.
4. 14.45-15.00
5. 115.00-15.15 6. i 15.15-15.30 7. i 15.30-15.45 8. : 15.45-16.00 9. I 16.00-17.00
1
10 17.00-17.15 11 17.15-17.30
I 12 17.30-17.45 I 13 • 17.45-18.00 ~-----------------
Kelomook Resnonden _,, __ ULANGANl
Eksperimen 3 4 orang Eksperimen 3 4 orang Eksperimen 4 4 orang Eksperimen 4 4 orang
ULANGAN2 Eksperimen 3 4 orang Eksperimen 3 4 orang Eksperimen 4 4 orang Eksperimen 4 4 orang --JSHOMA
ULANGAN3 Eksperimen 3 Eksperimen 3
I Eksperimen 4 J Eksperimen 4
4 orang 4 orang
14 orang 1 4 orang __
i Frek dan dB
--·--i 1 Kl-lz 70 dB ! 1KHz70 dB i 4 KHz 70 dB ! 4 KHz 70 dB ' ·---·~
1KHz70 dB i 1KHz70 dB
-+ Kl-lz 70 dB -+KHz 70 dB
71
3. 7. TEKNIK ANALISA STATISTIK
Pengolahan data dilakukan dengan analisa statistik, yakni menggunakan
teknik Analisa Varians (ANOVA) satujalur yang selanjutnya akan dilakukan uji F
dengan taraf signifikansi a 0.05.
72
BAB4
HASIL PENELITIAN
4.1. GAMBARAN UMUM RESPONDEN
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang yang dibagi ke dalarn
empat kelornpok dan masing-masing kelompok berjumlah 8 orang yaitu 8 orang
untuk kelompok eksperimen 1, 8 orang untuk kelompok eksperimen 2, 8 orang untuk
kelompok eksperimen 3 dan 8 orang lagi untuk kelompok ekperimen 4.
4. I . 1. Identitas Responden
ldentitas responden dalam penelitian inin dapat dilihat pada table 4.1. berikut ini :
Tabel 4.1. Identitas responden
Kelompok Eksperimen 1
. -- --·-·-----· .. -_N o.Responde11_ .. Jk Fak/Jur Semester IP --· _,_·~--~-
I Lk Sainstek/kimia IV 2.95 2 Lk Sainstek/kimia JV 3,00 3 Lk Sainstek/kimia IV 2,7 4 Lk Sainstek/kimia IV 3,4 5 Pr Sainstek/kimia JV 3,37 6 Pr Sainstek/kimia JV 3,58 7 Pr Sainstek/kimia JV 3,32 8 Pr Sainstek/kimia IV 3,00 .------- ·--
73
Kelompok Eksperimen 2
No.Resoonden -- --Ji- -----F:ili!J~! =--~I Semester IP 1 Lk Sainstek/kimia i IV 3,32 2 Lk Sainstek/kimia IV 2,79 3 Lk Sainstek/kimia IV 2,7 4 Lk Sainstek/kimia IV 3, 10 5 Pr Sainstek/kimia IV 2,7 6 Pr Sainstek/kimia IV 3,30 1
7 Pr I Sainstekikimia IV 2 98 ' 8 Pr Sainstekikimia IV · 3'47 I
~-------~-"-'--L---···---·-·-·-·-.. www---------- ------------ ------ :_ _ _2____'____'___
No.Responden 1 2 3 4 5
Kclompok Ekspcrimen 3
Jk Fak/Jur Lk Sainstek/kimia Lk Sainstek/kimia Lk Sainstel;; kimia Lk Sajnstek/kimia Pr Sainstekikimia
6 Pr Sainstek/kimia
L_ ___ ~ _____ j ~~ I ~::~:l:~~r::;l: Kelompok Eksperimen 4
No.Resnonden I Jk I<ak/Jur - -·~-·-
1 I Lk Sainstek!kimia 2 I Lk Sainstek;kimia "
I Lk Sainstek/kimia ~
4 Lk Sainstekikimia 5
I
Pr Sainstek1kimia I I
6 i Pr Sainstek kimia 7 Pr Sainstekikimia
I I
8 I Pr Sainstekiki rnia --.. ~---
I --1--
I I ' i i . i 1
I
Semester IV IV IV IV lV IV IV IV
IP 3,00 3,00 3,47 2,7 3,4
2,95 3,4
2,95
Semeste IV
r!ll>--j --1-
1 2,84 I , "~6 I I ~'~1
IV IV JV IV IV IV IV
1 .) ,.)
2,93 3,00 2,95 3,00
t 3,l - ··--·--···-"'-
74
75
4.1.2. Penyebaran nilai rcsponden
Data penyebaran nilai responden seperti terlihal pada label berikut ini :
Tabel 4.2. kelompok eksperimen I
Responden
I 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Rata-rata
Recall 1 4 I I 7 5 5 I I 5 6 54 6.75
Recall 2 2 9 8 3 2 8 2 4 38 4.75
Rccall 3 2 10 9 4 4 8 2 3 42 5.25
,---- --------------.. ---- --------------.. ,_. ___ -----·-·-i
8 r ···----"·-------- ---··-··---
: ~-~~--- _ [ - sec,,.1]! 2 ---- ---
1 -~- --- ------
11 ° recall-1 - recall 2 reca~ L_ -·-----
Terlihal pada label dan gambar di alas, kelompok eksperimen 1 pada recall
pertama menunjukkan rala-rala nilai sebesar 6.75 dan mengalami penurunan pada
recall kedua dengan rala-rala menjadi 4.75 selanjutnya mengalami kenaikan rata-rata
menjadi 5.25 pada recall keliga.
Tabel 4.3. kelompok eksperimen 2
Respondcn
I 2 3 4 5 6 7 8 Jurnlah Rata-rata
Recall l 8 4 7 5 3 6 8 4 45 5.625
H.ccall 2 7 2 5 5 3 5 7 2 36 4.5
Recall 3 9 5 7 6 I 5 7 3 43 5.375
6
5~ 4 +---------------3 +--------------2
1 .
0 reca!l 1 recall 2 reca!l3
Pada tabel selanjutnya, kelompok eksperimen 2 pada recall pertama
memiliki rata-rata sebesar 5.625, pada recall kedua mengalami penurunan rata-rata
rnenjadi 4.5 dan pada recall ketiga kelompok ini mengalami kenaikan rata-rata
menjadi 5.375.
Tabel 4.4. kelompok eksperimen 3
Responden
l 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Rata-rata
Recall 1 4 4 8 6 5 3 j 7 42 5.25
Recall 2 3 5 7 3 3 6 5 6 38 4.75
Recall 3 3 4 7 4 5 7 4 5 39 4.875
l 6 -----~--
5 4 .
-------------
3 r=se;ies1 1
2
1
0 recall 1 recall 2 recall 3
Pada tabel berikutnya, kelompok eksperimen 3 memiliki rata-rata sebesar
76
5.25, pada recall kedua mengalami penurunan rata-rata menjadi 4.75 dan pada recall
ketiga mengalami kenaikan rata-rata menjadi 4.875.
i
"
I 2
Recall 1 9 7
Recall 2 6 9
Recall 3 7 9
Tabel 4.5. kelompok eksperimen 4
3 4 5
11 10 9
12 II 7
14 II 7
recall 1 recal!2
Respondcn
6 7
4 4
4 3
4 3
recall 3
8 Ju1nlah
4
2
I
I
··················· J
58
54
56
77
Rata-rata
7.25
6.75
7
Kelompok eksperimen 4 pada recall pertama memiliki rata-rata sebesar 7.25,
pada recall keduajuga mengalami penurunan rata·rata rnenjadi 6,75 dan pada recall
ketiga mengalami kenaikan rata-rata menjadi 7.
Selanjutnya perbandingan penyebaran nilai responden antara kelompok
eksperimen 1. 2, 3 dan 4 dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
Tabel 4.6 Penyebaran nilai setiap kelompok
KELOMPOK RECALL I II III
EKSPERIMEN 1 6.75 4.75 5.25 EKSPERIMEN 2 5.625 4.5 5.375 EKSPERIMEN 3 5.25 4.75 4.875 EKSPERIMEN 4 7.25 6.75 7
7,5 ·-----------------
7 ··f------.----~~=:::::::====-·--1 ---==-
6,5 ·l----'~;----------··-··--····--
6
5,5 ·+--~-~-""c---------="' __ _ 5+-----=::::~~~;::::::=-"'~~~---············
4,5 ~-···--·-·-·-·-····------~----------4 +--------------------
recall 1 recall2 recall 3
~-------------------···
-+- eksperimen 1
i ·-··%1li--eksperimen2
II eksperimen3
eksperimen4 !
Terlihat dalarn grafik pada setiap ulangan, kelornpok eksperimen 4 yang
diberikan kebisingan sebanyak 4000 Hertz rnerniliki prosentase yang lebih tinggi
dibandingkan kelompok lainnya ini menunjukkan bahwa dalarn keadaan tertekan
karena kebisingan subjek cenderung menjaga performance mereka pada tingkat
normal dengan berusaha lebih kuat dalam berkonsentrasi. Sedangkan subjek yang
78
diberikan kebisingan sebanyak 125 Hertz dan 1000 Hertz tidak memiliki prosentase
yang tinggi, ini disebabkan karena kebisingan yang diberikan tidak begitu
berpengaruh terhadap subjek sehingga subjek tidak mengerahkan seluruh
kemampuannya untuk menghafal. Begitu pula pada kelompok yang tidak diberikan
kebisingan sama sekali, subjek tidak termotivasi untuk mengoptimalkan
kemampuannya dalam menghafal. Sehingga ketika ulangan terjadi, prosentase yang
lebih menurun adalah kelompok yang diberikan kebisingan sebesar 0 Hertz. Dalam
grafik ini juga dapat diketahui bahwa semakin banyak jeda waktu yang diberikan
maka semakin banyak pula item-item yang diingat.
4.2. HASIL UT AMA PENELITIAN
Sebelum dilakukan uji F, penulis menguji kenormalan penyebaran data dan
hasilnya adalah data menyebar secara normal.
79
Hasil analisa data diperoleh harga F sebesar 2,862 lebih besar dari pada harga
F label sebesar 2.72 (F hitung > F label) pada laraf signifikansi a 0.05, artinya ada
pengaruh kebisingan terhadap ingatan.
Setelah dikelahui adanya pengaruh kebisingan lerhadap ingatan, selanjutnya
diadakan uji lanjut dan dari data tersebut didapalkan, yailu :
I. Kelompok eksperimen I hasil ingatannya lidak berbeda nyata dengan
hasil ingatan kelompok eksperimen 2, 3, dan 4.
2. Sedangkan kelompok eksperimen 2 hasil ingatannya berbeda nyata
dengan hasil ingatan pada kelompok eksperimen 4.
3. Kelompok eksperimen 3 hasil ingatannya berbeda nyata dengan hasil
ingatan pada kelompok eksperimen 4.
4. Begitu pula pada kelompok eksperimen 4 hasil ingatannya berbeda nyata
dengan kelompok eksperimen 2 dan 3.
BABS
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang
dapat diambil adalah kebisingan mempengaruhi ingatan seseorang, pengaruhnya
berupa banyaknya persoalan-persoalan yang diingat artinya intensitas frekuensi
kebisingan yang tinggi mengakibatkan subjek lebih berkonsentrasi sehingga semakin
banyak persoalan yang diingat. Ini membuktikan bahwa dalam keadaan tertekan
seseorang akan mempertahankan performansinya sehingga kemampuan yang dimiliki
dikerahkan seluruhnya untuk berkonsentrasi dan menyelesaikan tugasnya.
5.2. DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ada pengaruh
kebisingan terhadap ingatan akan tetapi pengaruh tersebut mengakibatkan banyaknya
persoalan-persoalan yang diingat. Sehingga kelompok yang diberikan frekuensi
paling tinggi lebih banyak mengingat, namun stimulus yang frekuensinya sama atau
lebih kecil dari I 000 Hertz tidak mengakibatkan pengaruh yang berarti.
Basil penelitian ini mendukung pernyataan bahwa dalam keadaan tertekan
karena kebisingan subjek cenderung menjaga performance mereka pada tingkat
no1mal dengan berusaha lebih kuat dalam berkonsentrasi sehingga dalam kondisi
demikian subjek menjadi lebih perhatian terhadap tugas, berhati-hati dan
80
81
memanfaatkan kapasitas mereka secara penuh dalam mengolah info1masi (Anastasi,
1989). Meskipun demikian, sesuai dengan hasil penelitian ini, stimulus kebisingan
yang frekuensinya sama atau kurang dari 1000 Hertz tidak mengakibatkan pengaruh
yang berarti.
Hasil penelitian ini mendukung teori yang menyatakan bahwa ada keterkaitan
antara sumber stres dengan kapasitas diri untuk menentukan reaksi stres. Jika sumber
stres lebih besar daripada kapasitas diri maka stres negatif akan muncul, sebaliknya
jika sumber tekanan sama dengan atau kurang sedikit dari kapasitas diri maka stres
positif akan muncul (Helmi, 1999). Di mana secara psikologis kebisingan merupakan
penimbul stres (stressor) karena sifatnya yang mengganggu.
Hal ini berkaitan dengan daya tangkap terhadap bunyi untuk setiap individu
juga mempengaruhi kekuatan bunyi itu dalam mengalihkan perhatian (McBAin,
1961 ). Bunyi yang mempunyai arti kecil bagi seseorang kurang dapat mengalihkan
perhatian dari tugas yang dihadapi. Hipotesa ini membantu menjelaskan mengapa
siswa yang berbisik-bisik di seberang meja bisa lebih mengganggu daripada bunyi
orang dan mesin pada pelaksanaan perbaikan jalan, atau mengapa suatu pidato politik
lewat radio lebih mengganggu perhatian daripada musik. Sejumlah peneliti telah
mengajukan bukti eksperimental bahwa efek dari bunyi terasa kurang mengganggu
bila individu dapat mengendalikan bunyi (Glass&Singer seperti dikutip oleh
Annastasi, 1989). Sehingga pada penelitian ini kebisingan dirasa tidak mengganggu
konsentrasi subjek sebaliknya kebisingan menjadi suatu pemicu kine1:ja subjek dalarn
proses mengingat.
82
Pengaruh suara bising dengan intensitas 70 dB terhadap performans
intelektual telah dilaporkan oleh Weinstein (1974), sedangkan Smith (1985) mengkaji
pengaruh beberapa tipe kebisingan (dengan intensitas 55-85 dB) terhadap proses
semantik dan syntactic reasoning. McKennel ( dalan1 Graeven, 197 5) menemukan
bal1wa beberapa aspek kognitif, yaitu kepentingan, kontrol, dan prediktibilitas suara
bising lebih dominan pengaruhnya daripada tingkat intensitas kebisingannya. Aspek
aspek kognitif ini tercermin dalam kegiatan sehari-hari yang banyak dilakukan oleh
sebagian besar masyarakat, yaitu belajar, baik yang dilakukan secara formal di
sekolah-sekolah maupun secara informal di tempat-tempat kursus, atau bahkan di
rumah.
Penelitian ini menolak dugaan bahwa kebisingan dapat menurunkan memori
seperti penelitian yang dilakukan oleh Poulton (1976,1977), ia menegaskan bahwa
pada beberapa tugas yang telah didemonstrasikan atau dieksperimenkan, te~jadi efek
yang merusak dari kebisingan terhadap sebagian besar komponen ingatan jangka
pendek (Short Term Memory), berkurangnya empat digit nomor yang sudah diingat,
berupa menghitung dan mengingat dalam jumlah total yang terpisah dan sejenisnya.
Menurutnya lingkungan yang bising dapat mempengaruhi ingatan meskipun dalam
hal ini tidak jelas betul apakah hal itu terjadi hanya pada tahap "input memorizing
atau pada output retrivel atau pada keduanya" (Meity, 1982).
83
5.3. SARAN
Penelitian ini masih banyak memiliki kekurangan-kekurangan dan masih dalam
lingkup yang terbatas, oleh karena itu peneliti memberikan beberapa saran, yaitu :
5.2.1. Sebelum dilakukannya penelitian diharapkan untuk mengukur tingkat
subyektifitas subjek dan pada ambang berapakah subyek merasa terganggu
dengan menggunakan audiometri.
5.2.2. Untuk lebih memperhatikan latar belakang subjek seperti Jntelegensi, tempat
tinggal, kesehatan dan kebiasaan subjek dalam menghafal.
5.2.3. Persoalan-persoalan yang lebih menarik.
5.2.4. Menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi yang telah
dipergunakan dalam penelitian ini.
5.2.5. Diharapkan subjek penelitian tidak menyadari bahwa mereka merupakan
bagian dari penelitian.
5.2.6. Bagi institusi pendidikan untuk mendirikan Jembaga pendidikan di
lingkungan bunyi yang tenang, jauh dari jalan raya, daerah industri dan bandar
udara.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Anastasi, Anne. (J 989). Bidang-bidang Psikologi Terapan. Jakarta:Rajawali Pers.
Anderson, John R. (1947). Learning andA1emmy "An Integrated Approach··. John Willy & Sons, lnc : United States of America.
Anonim, ISO 3745. Accoustic Determination <~[Sound Power Levels [![Noise Sources Anechoic and Semi Anechoic Rooms. Geneve : International Organization for Standarization
Atkinson, Rita L, Richard C & Ernest R. Hilgard (1999). Pengalllar Psikologi. Jilid l & 2. Jakarta : Erlangga.
Bennet, N. B. Silalahi (l 984). Mamifemen Pengendalian Semesra Kemgian. Jakarta
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Propinsi DKI Jakarta (2000). Kumpulan Peraturan tentang Pengendalian Pencemaran Udara di Propinsi DK! Jakarta.
Davis, M. L. & Cornwell, D. A. (1985). Introduction to Environmental Angineering. Boston : PWS Engineering.
DePorter, B. & Bernacki, M. (2000 ). Quantum Leaming J..1emhiasakan Be/ajar Nyaman & Menyenangkan. Bandung : Kaifa.
Doelle, Leslie L. (1993). Akustik Lingkungan. Jakarta:Erlangga.
Fisher, et.al. (1984). Environme/1/af Psychology. New York: Hort, Rinehart, & Wiston.
Freedman, Jonathan L & David 0. Sears, & L. Anne Peplau. Alih bahasa Michael Adryanto (1994). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.
Harris, CM. (1957). Handbook of Noise Control. Sydney: McGraw-Hill Book Company.
Irwanto ( 1997). Psikologi Um um Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Kro. (1995). J/?eoris ofHuman Leaming. Kro's Report.
Madaule, Paul. (2002). Harobic. Bandung: Kaifa.
Najati, Muhammad Usman. (2002). Af-qur'an dan Ps1kofogi . .Jakarta: Arns Pustaka.
Rahmat, .Jalaludin. (2000). Psikofogi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Kary a.
Russel, Bertrand., et. Al. (2003). Mmd Power "Me1yela1uh Kek11ata11 l'ikira11 '". Bandung : Nuansa.
Sanders, M. S. & McConnick, E. J. ( 1987). Human Fae/ors m /o"ngineering and /J<!s1g11. New York: McGraw-Hill.
Sarwono, Sarli to Wirawan ( 1995 ). l'.11kolog1 U11gk1111gun . .Jakarta : Rasindo.
Saf\vono, Sarli to Wirawan ( 1996 ). l'engantar Umum !'s1kofog1 . .Jakarta: Bulan Bintang.
Sasongko. (2000). /o"kofogi Pencemaran U11gk1mga11. Semarang: Satyawacana.
Supardi, I. ( 1985). Ungkungan Hidup dan Ke/eslarwnnya. Bandung:Penerbit Alumni Bandung.
Solso, Robert L. ( 1991 ). Cog11ilive l\vchofogy. United States of America : Allyn and Bacon.
Tanner, Ogden. ( 1976 ). Ketegangan "Perifaku Manusw ". Jakarta: Tira Pustaka.
Wilson, C. E. ( 1989 ). Noise ( 'ontrof : Measuremnent, A11alvs1s and Control oj"Sound and Vibration. New York: Harper and Raw Publisher Inc.
2. Skripsi
Kusumayanthi, Ayu. (2003). Pengkajian Efektil'ilas Sekat Pencegah Kebisi11gan berdasarka11 Variasi Lebar Celah dan Tinggi dalam Skala Laboratorium. Jakarta : Fakultas Arsitektur Lansekap & Teknologi Lingkungan Trisakti.
Rabitha, Daniel. (2004). Ffek A1etode Berbicara di A1uka Cermin Terhadap Self Co1!fidence Berpidato di A.fuka Cermin. Ciputat : Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.
3. Jurnal
Banburry, S. et. al. (1997). Habituation and Dishabi111ation ro Speech and Office noise. Jouma! of Experiment Psychology: Applied, 3 (3), 1-16.
Banburry, S. et. al. (2001). Audilhory Distraction: Phenomena, A1ode!s and Practical Implications. Human factors, 43, 12-29.
Devi, Meity Farida Sita (1982). Suatu Penelitian Mengenai Proactive dan Retroactive, terhadap Ingatan Jangka Pendek. Sebuah Penelitian Psikologi, 12- 22.
Graeven, D. B. (1975). Necessity, Colllrol, and Predictability of Noise as Determinants of Noise Annoyance. Journal of Social Psychology, 95, 85-90.
Hartley.LR & Adams, R. G. (1974). Effect (.)fl\loise 011 lhe Stroop Tes!. Joumal (.)f Psychology, 101(2),255-261.
Helmi, Alvin Fadilla. (1999). Beberapa Stres Lingkungan. Yogyakarta: Buletin Psikologi UGM.
Karatawiria, J. (1979). Kriteria Kualitas Udara Bising. Pusat Penelitian Masalah Perkotaan dan Lingkungan.
Raloff, J. (1982). Occupational Noise: The Subtle Po!!ulal//. Science News, 121, 347-350.
Smith, A P (1985). The E,'jfecl (.)f Different Types ojNoise 011 Sema/1/ic Processing and Synratic Reasoning. Acta Psychologica, 58, 263-273.
Weinstein, N. D. (1974). Effect (.)[Noise on Jnte!ecwa! Perfomance. Journal <!f Applied Psychology, 59 (5), 548-554.
4. Artikel
Fi can Symposium. (2000). lojfect o/Noise on Children's ( 'og111tio11 and f,ong Term Memmy San Diego,m California.
Munro, John. (tanpa tahun). Mem01:i1 is a Key Unk in /,eaming !'svcholof!y of" Etcepl ional /,earning.
5. Internet
Baker, M. N. ( 1993). The Effect of Noise and Speech on Cognitive Task Performance. http://wW\V.findarticles.com1p/a1iicles/mi 1112-1!15. Is n3_\_L~O.a 1 _ _L-;_~r)-11i_1,1~12
rinl. Diambil tanggal 19 Agustus 2004.
Airport Noise Damages Shildren's Reading. !illJ;i://www.newsscientisl.com/news/news. jsp''id ns99992944& I. Diam bi I tanggal l 9 Agustus 2004.
True and Quasi Experimental Design. http://www.fammed.ouhsc.edu/tutor/times.htm. diambil tanggal 03 September 2004.
Zusne, Leonard. ( 1984). Biographical dictionarv ufj>sychology. Westport, CT: Greenwood Press. www.artsci. wustl.edui· philos Mj11dDicucbbingliaus.htm_L Diambil tanggal 05 Juli 2004.
http://psvchclassic.yorku.ca/ebbinghaus/memorv. Diambil tanggal 05 Juli 2004.
Osaka Prefecture. Environmental Pollution Control Center. Japan. www.menlh.go.id/apec vc/osaka/easjava.inoise id/2/. Diambil tanggal 23 Juni 2004.
DAFT AR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daf1ar Nonsense Syllable
Lampiran 2 : Hasil output perhitungan SPSS tabel ANOV A
Lampiran 3 : Hasil output perhitungan SPSS Uji Kenormalan
Lampiran ti : Hasil output perhitungan SPSS Uji Lanjut
Lampiran 5 : Surat kesediaan menjadi responden
Lampiran <S : Surat permohonan peminjaman Laboratorium
'\)' <'.;fl
Lampiran I
HDV
ACK
JGB
NSW
KRL
TCW
DAFT AR NONSENSE SYLLABLES
JSK QUI VRT BDU
ZPM XRB IZB KCE
SJK KXW LEN BZC
XOQ TFM MNO DCW
YZB OXD DBW ELQ
LQM ZBC WFX OID
Lampiran2
Hasil output pcrhitungan SPSS table ANOVA
Oneway
ANOVA
1nqatan
Sum of Squares df Mean Souare F Sia.
Between Groups 60.865 3 20.288 2.862 .041 Within Groups 652.125 92 7.088 Total 712.990 95
Lampiran 3
Hasil output perhitungan SPSS Uji kenormalan
"" w ~
"' w i '" ~ "'
" " 00'
~''""0" 5~77M 00cv.2739S5 !49<;
Norma! Probability Plot
iflg8lan
l I I I I I I I
r.;-~01odl,.<•n" ~"'""'"' Te>t 0•-0D77 0· OD~~ 0 0!!77 k>l>f¢,.ml> f'V>',.o>O >5
qi
Lampiran4
Hasil output perhitungan SPSS U ji Lanjut
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
ingatan
Duncan6
Subset for alpha = .05
kelompok N 1 2 eksperimen2 24 4.9583 eksperimen 1 24 5.1667
kontrol 24 5.5833 5.5833 eksperimen3 24 7.0000
Sig. .448 .069
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size= 24.000.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Fak/Jur
Bersedia ikut serta dalam Penelitian Eksperimen yang dilakukan oleh Sdr. Haula Noor
Fak. Psikologi Smt. VIII untuk kepentingan penulisan skripsi yang be1judul
"Pengaruh Kebisingan Terhadap Ingatan", yang akan dilaksanakan pada :
Hari
Tanggal
Waktu
Tern pat
: jam I 0.00 WIB - selesai
: PUSARPEDAL Puspiptek Serpong
Ttd. Respond en
( nama j el as )
Jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini sesuai dengan diri ancla !
1. Apakah anda memiliki gangguan/penyakit pada telinga anda ? A. Ada B. Ticlak Ada
2. Apakah ancla senang menghafal dalam keadaan bising/ramai ? A. Senang B. Tidak Senang C. Biasa Saja
3. Bagaimanakah cam ancla menghafal ? A. Dilafalkan clengan suara keras B. Dilafalkan clengan suara pelan C. Dilafalkan clalam hati
4. Apakah anda sering menghafal? A. Sering B. Jarang
5. Seberapa seringkah ancla menghafal? A. Satu kali sehari B. clua kali sehari
C. Ticlak pernah
C. ··············
No : Istimewa Hal : Pcrmohonan Peminjaman Laboratorium
Kepada Yth, Kepala Laboratorium Kebisingan dan Getaran Pusarpedal Puspiptek Serpong Tangerang
Di,Tempat
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam silaturahmi saya sampaikan semoga Bapak senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT serta selalu dilimpahi rahmat dan hidayah-Nya. Amien.
Sehubw1gan dengan adanya kewajiban penyusunan skripsi sebagai bentuk tugas akhir dalam rangka mencapai gelar k1~saijanaan (SI), maka dengan ini saya :
Nama : Haula Noor NIM : 0071020108 Fak/Semester : PsikologilVIll Berkaitan dengan skripsi saya yang berjudul Pengaruh Kebisingan Terhadap
Ingatan, maka saya bermaksud meminta izin meminjam tempat untuk melakukan penelitian di Laboratorium Kebisingan dan Getaran yang Bapak pimpin.
Demikianlah surat permohonan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Terima kasih atas perhatian dan kesediannya.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Ciputat, 10 Juni 2004 Pemohon
Haula Noor