Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
INSTITUT TEKNOLOGI – PLN
PROYEK AKHIR
PENGUJIAN TAN DELTA (TD) DALAM RANGKA
PEMELIHARAAN PADA SALURAN KABEL TEGANGAN
MENENGAH (SKTM) 20 KV DI PT HALEYORA POWER.
Disusun Oleh :
OGI TRI ANDIKA
2017-71-059
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LISTRIK
FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI
TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
JAKARTA, 2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
Proyek Akhir dengan Judul
PENGUJIAN TAN DELTA (TD) DALAM RANGKA
PEMELIHARAAN PADA SALURAN KABEL TEGANGAN
MENENGAH (SKTM) 20 KV DI PT HALEYORA POWER
Disusun oleh :
OGI TRI ANDIKA
NIM : 2017-71-059
Diajukan Untuk Memenuhi
Persyaratan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI LISTRIK
FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
Jakarta, 20 Juli 2020
Mengetahui, Disetujui,
Kepala Program Studi Dosen Pembimbing Utama
D-III Teknologi Listrik
(Retno Aita Diantari, ST., MT.) (Retno Aita Diantari, ST., MT.)
Dosen Pembimbing Kedua
(Rinna Hariyati, ST., MT.)
ii
Pawenary, Ir., MT
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Nama : Ogi Tri Andika
NIM : 2017-71-059
Program Studi : D-III Teknologi Listrik
Judul : Pengujian Tan Delta (TD) Dalam Rangka Pemeliharaan
Pada Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 20 kV
Di PT. Haleyora Power.
Telah disidangkan dan dinyatakan lulus Sidang Proyek Akhir pada Program
Diploma III, Program Studi Teknologi Listrik Institut Teknologi – PLN pada
tanggal 20 Agustus 2020.
Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan
1. Erlina, ST., MT Ketua Penguji
Digitally signed by Erlina, ST., MT
DN: C=ID, OU=Fakultas
Ketenagalistrikan & Energi
Terbarukan, O=ITPLN, CN="Erlina,
ST., MT", [email protected]
Location: Jakarta
Date: 2020-08-15 10:33:43
2. Dr.Ir. Pawenary, M.T., IPM., MPM. Sekretaris
3. Suwarno, Ir., MT Anggota
Digitally signed by Suwarno, Ir, MT
DN: C=ID, OU=Teknik Elektro, O=Institut Teknologi PLN, CN="Suwarno, Ir, MT", [email protected] Reason: I have reviewed this document Location:
Date: 2020-08-14 14:39:43
Mengetahui :
Kepala Program Studi D-III
Teknologi Listrik
(Retno Aita Diantari, ST., MT.)
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan ini saya menyampaikan perhargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
Retno Aita Diantari, ST., MT. Selaku Pembimbing I
Rinna Hariyati, ST., MT. Selaku Pembimbing II
Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya sehingga
Proyek Akhir ini dapat terselesaikan.
Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada :
1. Bapak Rosa Pamuji
2. Bapak Rano Satrio Harso
3. Bapak Rizky
Yang telah mengijinkan melakukan penelitian di PT. Haleyora Power dan
telah membimbing serta memberikan ilmu yang sangat berharga sehingga
Proyek Akhir ini dapat terselesaikan.
Jakarta, 20 Juli 2020
OGI TRI ANDIKA
NIM : 2017-71-059
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Institut Teknologi – PLN, saya yang bertanda
tangan dibawah ini :
Nama : OGI TRI ANDIKA
NIM : 2017-71-059
Program Studi : D-III Teknologi Listrik
Fakultas : Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Jenis Karya : Proyek Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Institut Teknologi – PLN Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-
exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGUJIAN TAN DELTA (TD) DALAM RANGKA PEMELIHARAAN PADA
SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 20 KV.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non eksklusif ini Institut Teknologi – PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan Tugas AKhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 20 Juli 2020
Yang menyatakan
Ogi Tri Andika
vi
Pengujian Tan Delta (TD) Dalam Rangka Pemeliharaan Pada
Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 20 kV Di PT.
Haleyora Power.
Ogi Tri Andika, 2017-71-059
dibawah bimbingan Retno Aita Diantari, ST.,MT
dan Rina Hariyati, ST.,MT
ABSTRAK
Semakin meningkatnya penggunaan sistem kabel dalam distribusi tenaga
listrik di daerah perkotaan menyebabkan kebutuhan akan sistem kabel yang
handal juga mengalami peningkatan. Kabel ketika didalam pemakaian akan
mengalami suhu operasi yang berbeda-beda. Disamping itu juga karena
faktor lingkungan yang bisa menyebabkan deformasi pada kabel sehingga
kemungkinan akan mempengaruhi kondisi dielektrikpada kabel. Untuk
mendeteksi dan menjamin kehandalan sistem kabel tersebut agar tidak
terjadi gangguan secara tiba-tiba tanpa bisa dideteksi maka dibutuhkan
suatu sistem diagnostik kondisi kabel yang dapat mengakses kondisi kabel di
lapangan. Tan Delta (TD) merupakan sebuah parameter yang dapat diukur
pada saat mendiagnostik kondisi isolasi kabel pada jalurnya di lapangan.
Berdasarkan pengukuran tersebut maka kondisi kabel dapat ditentukan
apakah dalam keadaan baik, perlu perawatan secara berkala, atau buruk.
Pada hasil pengujiannya pada penyulang sedap nilai rata-rata Tan Delta
pada saat tegangan kerja di fasa R adalah 1,0 , fasa S 2,5 dan fasa T adalah
1,0. Untuk nilai perubahan Tan Delta di fasa R adalah 0, fasa S adalah 14
dan fasa T adalah 0. Sedangkan untuk nilai deviasi Tan Delta pada saat
tegangan kerja di fasa R adalah 0, fasa S adalah 0,1 dan fasa T adalah 0.
Sedangkan Pada penyulang Sahara nilai rata-rata Tan Delta pada saat
tegangan kerja di fasa R adalah 47,8 , fasa S 409,5 dan fasa T adalah 81,57.
Untuk nilai perubahan Tan Delta di fasa R adalah 20,8, fasa S adalah 219,3
dan fasa T adalah 9,1. Sedangkan untuk nilai deviasi Tan Delta pada saat
tegangan kerja di fasa R adalah 3,33 , fasa S adalah 21,40 dan fasa T
adalah 1,49. Dari data yang didapatkan bisa disimpulkan bahwa menurut
standar IEEE 400.2 bahwa pada penyulang sedap berada pada tahap
pemeliharaan lebih lanjut dan pada penyulang sahara perlu adanya tindakan
yaitu pergantian kabel.
Kata Kunci : Tan Delta (TD), Deformasi, Isolasi.
vii
Tan Delta Testing (TD) in the context of Maintenance of 20 kV
Medium Voltage Cable Channels at PT. Haleyora Power.
Ogi Tri Andika, 2017-71-059
Under the guidance of Retno Aita Diantari, ST., MT
And Rinna Hariyati, ST., MT
ABSTRACT
The increasing use of cable systems in the distribution of electricity in urban
areas has led to an increase in the need for reliable cable systems. The
cable when in use will experience different operating temperatures. Besides
that, it is also due to environmental factors that can cause deformation of the
cable so that it is likely to affect the dielectric condition of the cable. To detect
and ensure the reliability of the cable system so that interference does not
occur suddenly without detection, a cable condition diagnostic system is
needed that can access the cable conditions in the field. Tan Delta (TD) is a
parameter that can be measured when diagnosing cable insulation conditions
on its path in the field. Based on these measurements, the condition of the
cable can be determined whether it is in good condition, needs regular
maintenance, or is bad. In the test results in the Sedap feeder the average
value of Tan Delta when the working voltage in the R phase is 1,0, the S
phase is 2,5 and the T phase is 1,0. For the value of the Tan Delta change in
phase R is 0, phase S is 14 and phase T is 0. As for the deviation value of
Tan Delta when the working voltage in phase R is 0, phase S is 0,1 and
phase T is 0. Meanwhile In the Sahara feeder the average value of Tan Delta
when the working voltage in the R phase is 47,8, the S phase is 409,5 and
the T phase is 81,57. For the Tan Delta change value in the R phase is 20,8,
the S phase is 219,3 and the T phase is 9,1. Meanwhile, the Tan Delta
deviation value when the working voltage in the R phase is 3,33, the S phase
is 21,40 and the T phase is 1,49. From the data obtained, it can be
concluded that according to the IEEE 400.2 standard that the Sedap feeders
are at a further maintenance stage and the Sahara feeders need action,
namely cable replacement.
Keywords: Tan Delta (TD), Deformation, Isolation.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ......................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK AKHIR ................................................. iii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR RUMUS ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Permasalahan Penelitian .......................................................................... 2
1.2.1 Identifikasi Masalah ..................................................................... 2
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah .............................................................. 2
1.2.3 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.3.2 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 4
2.2 Landasan Teori ......................................................................................... 5
2.2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik .................................................. 5
2.2.2 Komponen Sistem Jaringan Distribusi ......................................... 6
2.2.3 Kabel Tanah ................................................................................ 9
2.2.4 Konstruksi Kabel Tanah ............................................................ 10
ix
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Perancangan Penelitian ......................................................................... 15
3.2 Teknik Analisis ........................................................................................ 17
3.2.1 Tan Delta ................................................................................... 17
3.2.2 Degradasi XLPE ........................................................................ 21
3.2.3 Tegangan Very Low Frequency (VLF) ....................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 23
4.1 Data Kabel Uji ...................................................................................... 23
4.2 Hasil Pengujian Tan Delta (TD) ........................................................... 23
4.2.1 Hasil Pengujian Tan Delta Pada Penyulang Sedap................... 23
4.2.2 Hasil Pengujian Tan Delta Pada Penyulang Sahara ................. 25
4.3 Perhitungan Sesuai Data Hasil Pengujian ........................................... 27
4.3.1 Perhitungan Rata-rata Tan Delta semua level tegangan uji ...... 27
4.3.2 Perhitungan Perubahan Tan Delta ........................................... 28
4.4 Analisa Kondisi Kabel .......................................................................... 29
4.5 Analisa Hasil Pengujian Pada Penyulang Sedap Dan Sahara ............ 31
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 36
5.1 Simpulan .............................................................................................. 36
5.2 Saran ................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 37
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 38
LAMPIRAN ...................................................................................................... 39
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kelebihan dan kekurangan diagnostik Tangen Delta...............20
Tabel 4.1 Data Kabel Dan Penyulang......................................................23
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sedap Di Fasa R.................23
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sedap Di Fasa S.................24
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sedap Di Fasa T.................24
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sahara Di Fasa R...............25
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sahara Di Fasa S...............26
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sahara Di Fasa T...............26
Tabel 4.8 Standar Pengujian Tan Delta...................................................30
Tabel 4.9 Tingkat Pengulangan Berdasarkan Kondisi Kabel...................30
Tabel 4.10 Tabel Hasil Perhitungan dari Pengujian.................................31
Tabel 4.11 Kondisi Pada Saat Sebelum Dan Sesudah Pengujian Serta
Hasil Yang Didapatkan............................................................36
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik ..................................................................... 5
Gambar 2.2 Jenis Konfigurasi Sistem Radial ..................................................... 7
Gambar 2.3 Jenis Konfigurasi Sistem Loop ....................................................... 7
Gambar 2.4 Jenis Konfigurasi Sistem Spindel ................................................... 8
Gambar 2.5 Bentuk konstruksi penghantar kabel. ........................................... 10
Gambar 2.6 Kabel Tegangan Menengah 3 Inti. ............................................... 14
Gambar 2.7 Kabel Tegangan Menengah 1 Inti. ............................................... 14
Gambar 3.1 Flowchart Penelitian. .................................................................... 15
Gambar 3.2 Bentuk Gelombang Tegangan Terhadap Arus ............................. 18
Gambar 3.3 Diagram Phasor Kondisi Isolasi Kabel ......................................... 19
Gambar 3.4 Rangkaian Pengukuran Tan Delta ............................................... 20
Gambar 4.1 Grafik Penyulang Sedap Fasa R .................................................. 32
Gambar 4.2 Grafik Penyulang Sedap Fasa S .................................................. 33
Gambar 4.3 Grafik Penyulang Sedap Fasa T .................................................. 33
Gambar 4.4 Grafik Penyulang Sahara Fasa R ................................................. 34
Gambar 4.5 Grafik Penyulang Sahara Fasa S ................................................. 34
Gambar 4.6 Grafik Penyulang Sahara Fasa T. ................................................ 35
xii
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1 Faktor disipasi .......................................................................18
Rumus 3.2 Mean Tan Delta......................................................................18
Rumus 3.1 Differential Tan Delta..............................................................18
Rumus 3.2 Stability Tan Delta...................................................................18
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Lembar Bimbingan Tugas Akhir ................................................. A1-A2
Lampiran B Data Hasil Pengujian Tan Delta Penyulang Sedap .................... B1-B9
Lampiran C Data Hasil Pengujian Tan Delta Penyulang Sahara ................... C1-C9
Lampiran D Single Line Diagram ........................................................................ D1
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada
ketersediaan energi. Penyaluran energi yang efisien untuk diterapkan adalah
dengan mengubah energi tersebut menjadi energi listrik yang nantinya akan
bisa dikonversikan menjadi energi lain. Energi listrik disalurkan dari suatu
pembangkit menuju ke pusat beban melalui saluran udara dan saluran kabel
bawah tanah. Penggunaan saluran udara lebih disukai daripada penggunaan
kabel bawah tanah karena alasan ekonomis. Selain itu kabel bawah tanah juga
dibatasi oleh kapasitas termal dari kabel itu sendiri. Namun dalam sistem
penyaluran yang semakin baik penggunaan kabel tanah sudah banyak
digunakan akan tetapi penggunaannya dibatasi hanya dalam beberapa tempat.
Semakin meningkatnya penggunaan sistem kabel dalam distribusi tenaga
listrik menyebabkan kebutuhan akan sistem kabel yang handal juga meningkat.
Namun dalam penyediaannya juga diperlukan upaya-upaya agar kebutuhan
bisa terpenuhi.
Kabel ketika didalam pemakaian akan mengalami suhu operasi yang
berbeda-beda. Disamping itu juga karena faktor lingkungan yang bisa
menyebabkan deformasi pada kabel sehingga kemungkinan akan
mempengaruhi kondisi dielektrik pada kabel. Dalam upaya pemeliharaannya,
agar kabel baru maupun kabel yang telah lama beroperasi memiliki kehandalan
yang tinggi maka kabel-kabel tersebut harus diakses secara berkala. Pada
dasarnya kabel dimisalkan sebagai kapasitor yang memiliki perbedaan fasa
tegangan dan arus sebesar 90 derajat dan arus yang melalui isolasi kabel
tersebut merupakan arus kapasitif. Apabila terdapat kotoran pada isolasi atau
kondisi isolasi kabel yang memburuk seperti adanya cacat dalam isolasi, pohon
air, pohon listrik, kelembaban dan kantong udara, maka resistansi isolasi akan
menurun yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan arus resistif yang
melalui isolasi.
2
Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap pendistribusian sistem
tenaga listrik. Beberapa peralatan diagnostik telah dikembangkan untuk dapat
mengakses kabel tersebut. Salah satu diagnosa ini adalah pengukuran Tan
Delta (TD). Pengujian Tan Delta (TD) merupakan uji diagnostik yang
menunjukkan tingkat degradasi isolasi suatu sistem kabel. Pengujian ini
dilakukan untuk memprediksi harapan hidup yang tersisa dari kabel tersebut.
1.2 Permasalahan Penelitian
1.2.1 Identifikasi Masalah
Dengan berkembangnya kebutuhan tenaga listrik untuk masyarakat
khususnya di ibukota Jakarta maka kebutuhan energi listrik semakin meningkat.
PT. HALEYORA sebagai anak perusahaan PLN harus memiliki kemajuan
dalam inovasi penyediaan dan pemeliharaan tenaga listrik, sehingga akan
tercipta sistem distribusi dengan tingkat keandalan yang tinggi untuk
meningkatkan kualitas dalam penyaluran listrik ke konsumen yang lebih baik.
Namun, berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka dapat diidentifikasi bahwa sering terjadiny gangguan pada
kabel tanah yang disebabkan kondisi kelembapan kabel. Gangguan yang
terjadi dapat mengakibatkan kerugian baik materiil maupun non-materiil dan
menurunnya tingkat kehandalan dari kabel tanah yang digunakan tersebut.
Sehingga perlu dilakukan pengujian Tan Delta untuk mengetahui kondisi kabel
tanah yang akan digunakan dalam sistem penyaluran tenaga listrik ke
konsumen.
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah
Agar pembahasan proyek akhir ini sesuai dan terarah maka penulis
merumuskan ruang lingkup masalah hanya pada pengujian Tan Delta (TD)
pada Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 20 kV pada penyulang
sedap dan penyulang sahara di daerah Cengkareng.
3
1.2.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dijabarkan ialah:
1. Bagaimana kondisi kabel yang didapatkan dari pengujian tan delta (TD)?
2. Bagaimana dampak kenaikan sudut Tan Delta (TD) pada pengukuran?
3. Bagaimana hasil analisa pengujian yang dilakukan pada kabel tanah
dengan waktu operasi kabel yang berbeda?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari Tugas Akhir ini yaitu:
1. Memahami kondisi kabel setelah dilakukan pengujian agar dapat
dilakukan proses pemeliharaan selanjutnya.
2. Memahami dampak kenaikan sudut Tan Delta (TD) dari pengukuran
3. Memahami perbandingan hasil analisa pengujian pada kabel tanah
dengan waktu operasi kabel yang berbeda.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Dapat membuka wawasan bagi pembaca untuk dapat memahami cara
pengujian Tan Delta pada PT. Haleyora Power.
2. Dapat memberikan referensi bagi pembaca untuk mengetahui pentingnya
pengujian pada kabel tanah yang dilakukan secara teratur.
3. Dapat menurunkan angka gangguan secara tiba-tiba pada kabel tanah di
PT. Haleyora Power.
4. Dapat memberikan gambaran tentang kondisi kabel beserta lingkungan
sekitar jalur kabel tanah.
4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Untuk membantu pembuatan Proposal Proyek Akhir ini, dibutuhkan
adanya beberapa referensi yang dapat menjadi acuan penulis dalam
melakukan penelitian. Berikut ini terdapat beberapa tinjauan pustaka yang
berhubungan dengan pengujian Tan Delta pada kabel tanah.
1. PT. PLN PUSLITBANG (2010). Dalam laporan penelitian No.15.LIT.2010.
Studi Assesmen Kondisi Kabel 20 KV. Menjelaskan tentang Tan Delta dan
metode assesmen kabel lainnya serta tentang analisa pengukurannya
dengan menggunakan metode Very Low Frequency (VLF).
2. Firman Jurjani (2016). Dalam penelitiannya tentang “Analisis Dan Resiko
Partial Discharge Pada Kabel Tegangan Menengah”. Penelitian ini terbit
dalam ejournal kajian teknik elektro universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
Dalam jurnal ini menjelaskan tentang terjadinya gangguan pada kabel
yang dan resikonya berdasarkan kondisi kabel tanah yang digunakan.
3. Abdul Syakur dkk. (2009). Dalam penelitiannya tentang “Pengujian Tan
Delta Pada Kabel Tegangan Menengah”. Penelitian ini terbit dalam jurnal
teknik elektro, Volume 11, Nomor 2, juni 2009. Jurnal ini menjelaskan
tentang tahapan pengujian Tan Delta yang dilakukan, alat yang digunakan
dalam pengujiannya serta prosedur dalam melakukan pengujian.
4. Imran Ridzki (2016). Dalam penelitiannya tentang “Prediksi Degradasi
Isolasi Kabel XLPE”. Penelitian ini menjelaskan tentang jenis-jenis
degradasi yang tejadi pada kabel XLPE baik secara instrinsik maupun
secara ekstrinsik. Selain itu pada penelitian ini juga membahas tentang
metode diagnostik yang bertujuan untuk mendeteksi kondisi aktual isolasi
atau mendeteksi perubahan struktur isolasi.
5
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Sistem Distribusi Tenaga Listrik dibangkitkan oleh pusat pembangkit
tenaga listrik. Maka tenaga listrik tersebut harus disalurkan agar dapat
digunakan konsumen. Sistem penyaluran tenaga listrik terdiri dari tiga unsur,
yaitu:
a. Pusat Pembangkit Tenaga Listrik biasanya terletak jauh dari pusat-
pusat beban dimana energi listrik digunakan.
b. Saluran Transmisi merupakan proses energi listrik yang dibangkitkan
dari pembangkit listrik yang jauh disalurkan melalui kawat-kawat atau
saluran transmisi menuju gardu induk (GI).
c. Sistem Distribusi merupakan proses energi listrik dari gardu-gardu
induk akan disalurkan oleh sistem distribusi sampai kepada konsumen.
Ketiga bagian utama tersebut menjadi bagian penting dan harus saling
mendukung untuk mencapai tujuan utama sistem tenaga listrik yaitu penyaluran
energi listrik kepada konsumen seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik
6
2.2.2 Komponen Sistem Jaringan Distribusi
Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga
listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar
(gardu induk) dengan konsumen. Secara umum yang termasuk ke dalam
sistem distribusi antara lain Gardu Induk (GI), jaringan distribusi primer, jaringan
distribusi sekunder dan Gardu Distribusi.
2.2.2.1 Gardu Induk (GI)
Pada Gardu Induk ( GI ) sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. Sistem distribusi langsung yaitu sistem
distribusi dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik ke pusat-pusat beban
(konsumen) yang dilakukan dengan jaringan distribusi primer dan jaringan
distribusi sekunder.
2.2.2.2 Jaringan Distribusi Primer
Sistem distribusi primer disebut juga sistem distribusi teganan menengah
yang menpunyai tegangan kerja diatas 1 kV dan setinggi – tingginya 35 kV.
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu
induk (GI) distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan
saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat
keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran
distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik
sampai ke pusat beban. Ada beberapa jenis konfigurasi sistem distribusi dan
setiap jenisnya mempunyai tingkat keandalan operasi yang berbeda. Berikut
dijelaskan mengenai konfigurasi sistem distribusi, yaitu:
1. Sistem Radial
Sistem radial merupakan sistem yang paling sederhana yang memiliki
beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi untuk
konsumen. Keandalan sistem ini lebih rendah dibandingkan dengan sistem
lainnya, karena hanya terdapat satu jalur utama yang menyupai gardu distribusi
sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami gangguan maka seluruh
gardu akan ikut padam.
7
Gambar 2.2 Jenis Konfigurasi Sistem Radial
2. Sistem Ring (Loop)
Sistem ring (loop) merupakan suatu jaringan distribusi tertutup yang
dimulai dari suatu sumber daya GI melewati beberapa pusat beban (Gardu
distribusi) dan kemudian kembali lagi ke sumber semula. Keistimewaan sistem
ini adalah penyulang yang terganggu diisolir sehingga penyulang daya ke gardu
distribusi tidak akan terputus selama kabel yang terganggu sedang diperbaiki.
Hal ini dimungkinkan karena sistem ini mempunyai dua titik suplai tegangan
yang bisa disambungkan secara bergantian atau bersamaan.
Gambar 2. 3 Jenis Konfigurasi Sistem Loop
PMT 150 KV PMT 20 KV PMT 20 KV
20 KV
TRAFO DAYA
TRAFO
DISTRIBUSI
TRAFO
DISTRIBUSI
TRAFO
DISTRIBUSI TRAFO
DISTRIBUSI
TRAFO
DISTRIBUSI TRAFO
DISTRIBUSI
8
3. Sistem Spindel
Sistem spindel merupakan gabungan dari sistem radial dan ring (loop)
yang dimodifikasi sehingga merupakan suatu sistem yang memiliki keandalan
cukup tinggi dan ekonomis. Sistem ini ditandai dengan adanya susunan
beberapa buah penyulang (feeder) yang keluar dari suatu gardu induk untuk
kemudian bertemu kembali pada suatu gardu refleksi atau biasa disebut gardu
hubung. Disamping itu ada sebuah penyulang khusus yang tidak dibebani
dengan gardu distribusi dan menghubungkan gardu induk dengan gardu
hubung. Kabel ini disebut penyulang langsung (express feeder) yang berfungsi
sebagai cadangan jika terjadi gangguan.
Gambar 2.4 Jenis Konfigurasi Sistem Spindel
Jaringan tegangan menengah (JTM) dengan konfigurasi spindel dapat
dilihat pada Gambar 2.4 dalam keadaan normal semua PMT dan PMS dari
setiap penyulang yang keluar dari GI dalam keadaan msauk kecuali PMT dan
PMS penyulang yang ada di GH. Hanya PMT dan PMS dari penyulang ekspres
di GH yang dalam keadaan masuk.
Sistem spindel ini biasanya menggunakan kabel tanah dan mempunyai
kontinyuitas pelayanan yang baik, karena gengguan yang tejadi dapat dilokasir
dan beban dari penyulang yang terganggu dapat dipindahkan ke penyulang
ekspress yang selalu dalam keadaan siap (stand by).
GARDU DISTRIBUSI GARDU INDUK GARDU HUBUNG
PENYULANG EKSPRESS
9
2.2.2.3 Jaringan Distribusi Sekunder
Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan rendah
merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
konsumen. Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi
sekunder ini adalah 230 V dan 230/400 V untuk sistem lama, atau 380/220 V
untuk sistem baru. Tegangan 230 V dan 220 V merupakan tegangan antara
fasa dengan netral, sedangkan tegangan 400 atau 380 V merupakan tegangan
fasa dengan fasa.
2.2.2.4 Gardu Distribusi
Gardu distribusi merupakan pusat penyaluran tenaga listrik langsung
kepada konsumen. Gardu distribusi merubah tegangan menengah menjadi
tegangan rendah yang dibutuhkan pelanggan, sebesar 380 V tegangan fasa-
fasa, dan 220 V tegangan fasa ke netral.
Sistem SCADA diterapkan pada konfigurasi jaringan sistem spindel di
Gardu Distribusi yang merupakan titik tengah beban atau titik tengah penyulang
distribusi yang dipantau dan bisa dioperasikan dari pusat kontrol.
2.2.3 Kabel Tanah
Kabel tanah terdiri atas satu atau beberapa konduktor yang diisolasi
sehingga tahan terhadap tegangan tertentu antara satu penghantar dengan
penghantar lainnya, maupun penghantar dengan tanah. Agar dapat tahan
terhadap pengaruh luar maka kabel tanah diisolasi dengan bahan pelindung.
Dalam jaringan yang merupakan bagian dari sistem penyaluran tenaga listrik,
terdapat peralatan–peralatan yang menunjang kelangsungan penyaluran daya.
Semua komponen–komponen untuk sistem distribusi bawah tanah harus
mampu beroperasi walaupun semua kabel terendam air, baik untuk sementara
maupun terus–menerus, karena itu diperlukan persyaratan isolasi khusus untuk
melindungi peralatan tersebut. Penggunaan kabel tegangan menengah dan
tegangan tinggi memerlukan pengetahuan teknik yang cukup tinggi, agar tidak
menimbulkan gangguan dikemudian hari khususnya dalam masalah
penyambungan (jointing).
10
Sambungan kabel merupakan area yang paling rawan dan mudah terjadi
gangguan, hal ini disebabkan karena proses penyambungannya menggunakan
tangan manusia dan dilakukan dilapangan yang terpengaruh oleh kondisi
cuaca. Secara perhitungan, kejadiannya mencapai 80% dari jumlah gangguan
yang terjadi pada sistem jaringan kabel.
2.2.4 Konstruksi Kabel Tanah
1. Penghantar (Conductor)
Dilihat dari inti kabel (core cable) maka kabel dapat juga dibedakan
dengan kabel yang mempunyai satu inti (single core), tiga inti (three core) dan
sebagainya. Setiap inti kabel merupakan penghantar, bentuk dari penghantar
dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhannya. Bahan penghantar yang
banyak dipakai untuk kabel tenaga listrik adalah:
a. Tembaga, dengan kemurnian 99,99%, yaitu:
1) Kawat tembaga polos (plain wire) tanpa lapisan
2) Kawat tembaga berlapis timah putih (tinned cooper wire)
b. Aluminium, dengan kemurnian 99,3%.
Bentuk konstruksi penghantar kabel ditunjukan pada gambar 2.1:
Gambar 2.5 Bentuk konstruksi penghantar kabel.
11
a. Padat bulat (round solid).
b. Dipilin bulat (round stranded).
c. Dipilin bulat dipadatkan (round compacted).
d. Dipilin bentuk sektor (round sector).
e. Dipilin bulat bentuk segmen dipadatkan (round segmental).
2. Isolasi
Isolasi pada kabel bertujuan untuk mencegah terjadinya aliran listrik dari
penghantar beroperasi ke tanah atau penghantar lainnya yang berdekatan dan
juga agar tahan terhadap tegangan tertentu antara satu penghantar dengan
penghantar lainnya. Isolasi harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Ketahanan dielektrik (dielectric strength) tinggi.
b. Tahanan jenis (resistivity) yang tinggi.
c. Dapat bekerja dalam temperatur rendah atau temperature tinggi.
d. Tidak menghisap air/uap air (non hygroskopis).
e. Mudah dibengkokkan (fleksibel).
f. Tidak mudah terbakar.
g. Sanggup menahan tegangan impuls listrik yang tinggi.
Jenis-jenis isolasi yang banyak digunakan adalah:
a) Kertas yang diimpregnasi dengan minyak (oil impregnated paper tapes).
b) XLPE (cross linked polyethylene).
c) Karet (Rubber).
d) PVC (Polyvinyle Chloride).
e) PE (Polyethyline).
Saat ini isolasi XLPE merupakan jenis isolasi yang sangat luas
pemakaiannya karena memiliki sifat mekanis yang cukup baik dan tidak
menghisap air.
Keuntungan XLPE adalah sebagai berikut:
a. Tahan terhadap panas, sehingga tidak mudah meleleh.
b. Temperatur kerja tinggi (900C).
c. Tahanan isolasi tinggi.
d. Umur kabel lebih lama.
12
Kekurangan XLPE adalah:
a. Bila dipakai pada tegangan tinggi, proses penuaan yang mengurangi umur
kabel lebih cepat terjadi.
b. Bila terdapat gelembung udara atau partikel di dalam isolasi XLPE,maka
akan mengakibatkan gejala treeing sehingga akan menimbulkan kegagalan
isolasi.
3. Tabir (Screen)
Untuk tegangan kerja yang tinggi, setiap inti kabel dilengkapi dengan
suatu lapisan yang disebut tabir (screen). Tabir ini berfungsi untuk meratakan
distribusi tegangan, oleh karena itu tabir harus dibuat dari bahan semikonduktor
seperti kertas berlapis logam atau pita-pita kertas berlapis karbon. Pemasangan
tabir adalah antara selubung (sheath) dan isolasi, tetapi untuk kabel sintetis
dipasang juga antara isolasi dan penghantar.
Fungsi pemasangan tabir (screen) adalah:
a. Untuk mendapatkan distribusi medan listrik yang radial dan seragam,
sehingga tidak terjadi penumpukkan tegangan.
b. Untuk melindungi/mengamankan manusia terhadap bahaya listrik.
c. Mencegah interferensi gelombang elektromagnetis dengan kabel
telekomunikasi yang berada di dekatnya.
4. Selubung ( Sheath )
Selubung berfungsi untuk melindungi inti kabel dari pengaruh luar dan
juga berfungsi sebagai:
a. Pelindung terhadap korosi.
b. Penahan gaya mekanis.
c. Pelindung/pengaman terhadap gaya listrik.
d. Mencegah keluarnya minyak pada kabel kertas yang diresapi minyak
(impregnated paper) dan mencegah masuknya uap air/cairan ke dalam
kabel.
13
5. Bantalan (Bedding)
Bantalan berfungsi untuk kedudukan perisai (armour) dan mencegah
proses elektrolisa, sehingga tidak merusak bagian dalamnya. Beberapa bahan
dari bantalan diantaranya pita kapas (cotton tape), pita kertas (paper tape), jute.
Sebelum dipasang, bahan bantalan harus dikeringkan dan direndam dalam
minyak atau kompon kedap air. Adanya kompon kedap air, maka bantalan akan
mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Tidak bereaksi dengan selubung dan perisai.
b. Tidak mudah berubah dengan adanya perubahan temperatur.
c. Melekat dengan sempurna pada selubung dan perisai.
d. Tidak mudah sobek jika terkena getaran.
6. Bahan pengisi (Filler)
Untuk konstruksi kabel berinti tiga atau lebih (multi-core) bila setelah
pemasangan ketiga intinya maka ada ruang/celah yang tertinggal sehingga
diperlukan suatu bahan yang dapat mengisi ruangan tersebut, sehingga
didapatkan bentuk kabel yang bulat. Bahan yang mengisi celah ini dinamakan
bahan pengisi (filler).
7. Perisai (Armour)
Karena bahan isolasi mempunyai sifat mekanis yang kurang sempurna
sehingga diperlukan suatu lapisan yang berfungsi melindungi bahan dari
kerusakan mekanis lapisan ini dinamakan perisai (armour). Berdasarkan
bentuknya perisai dapat digolongkan menjadi tiga jenis:
a. Perisai pita baja (steel tape armour).
b. Perisai kawat baja (steel wire armour).
c. Perisai alumunium (alumunium armour).
8. Pelindung luar (Serving)
Pelindung luar dipasang di atas perisai (armour) yang berfungsi sebagai
bantalan bagi perisai, dan juga sebagai komponen yang berhubungan langsung
dengan tanah.
14
Bentuk konstruksi Kabel Tegangan Menengah ditunjukan pada gambar 2.6 dan
2.7 di bawah ini.
Gambar 2.6 Kabel Tegangan Menengah 3 Inti
Gambar 2.7 Kabel Tegangan Menengah 1 Inti
15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Perancangan Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu observasi. Dimana
peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk
mengetahui kondisi yang sebenarnya. Dalam hal ini, pengamatan akan
dilakukan pada penyulang sedap dan penyulang sahara.
Diagram alir penelitian yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
Tidak
Ya
Gambar 3.1 Flowchart Penelitian
Pengambilan Data
• Spesifikasi Kabel
• Panjang Kabel
• SLD
Pengujian Tan Delta
Analisa Pengujian
Selesai
Mulai
Studi Literatur
Sesuai
standar IEEE
400.2
Pemeriksaan pengawatan
dan komponen tambahan Penggantian kabel
16
Berdasarkan kerangka kerja penelitian yang telah digambarkan di atas,
maka dapat diuraikan pembahasan masing-masing tahap dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan pencarian landasan-landasan teori yang
diperoleh dari berbagai buku, jurnal dan lain-lain untuk melengkapi
perbendaharaan konsep dan teori, sehingga memiliki landasan dan
keilmuan yang baik dan sesuai dengan yang diinginkan.
2. Pengambilan Data
Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data sebelum dilakukan
pengujian di lapangan. Data yang diperlukan pada tahapan ini seperti
spesifikasi kabel yang meliputi panjang kabel, jenis kabel yang akan
diukur, diameter kabel, dan nama penyulang.
3. Pemeriksaan pengawatan dan komponen peralatan
Pada tahap ini sebelum dilakukan pengujian, maka dilakukan
pemeriksaan pengawatan terlebih dahulu dan alat yang akan digunakan
untuk proses pengujian. Hasil tidak akan terbaca apabila dalam proses
pengawatan ada kesalahan.
4. Pengujian Tan Delta
Proses pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat pengujian untuk
mengetahui kondisi kesehatan kabel tanah yang telah digunakan.
5. Sesuai dengan standar IEEE 400.2
Pada tahap ini merupakan hasil pengujian yang telah dilakukan dilihat
standar yang digunakan. Apabila hasil pengujian sesuai dengan standar
yang diinginkan maka akan dilanjutkan proses analisa.
Akan tetapi apabila pada hasil pengujian ini kondisi kabel yang didapatkan
sangat buruk atau tidak layak sama sekali maka dilakukan penggantian
kabel karena sewaktu-waktu dapat terjadi gangguan pada kabel tanah
yang digunakan.
17
6. Analisa Pengujian
Pada tahapan ini dilakukan analisa terhadap pengujian yang telah
dilakukan. Dari hasil analisa yang didapatkan maka dapat diketahui
kondisi kabel yang digunakan. Apakah kabel dalam kondisi yang baik,
waspada atau dalam kondisi buruk. Selain itu juga dapat dilakukan
pemeliharaan secara berkala.
3.2 Teknik Analisis
Setelah melakukan studi literature dan telah mendapatkan data yang
dibutuhkan untuk kemudian data-data tersebut masuk ke tahap pengolahan
data. Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis data-data yang
didapatkan setelah melakukan pengujian pada kabel.
3.2.1. Tan Delta
Tan Delta, juga disebut pergeseran sudut atau faktor disipasi, adalah
parameter dari bahan dielektrik yang menunjukkan sifat disipasi energi
elektromagnetik dari bahan dielektrik tersebut. Istilah ini mengacu pada sudut
pada bilangan kompleks antara resistif (lossy) komponen medan
elektromagnetik dan reaktifnya (lossless) komponen. Selain itu pengukuran tan
delta pada suatu sistem kabel adalah suatu metode untuk menguji kualitas
isolasi kabel tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan sisa umur kabel
dan menentukan prioritas penggantian kabel.
Kabel dimisalkan sebagai kapasitor yang memiliki perbedaan fasa
tegangan dan arus sebesar 90 derajat (gambar 3.2). Arus yang melalui isolasi
kabel adalah arus kapasitif. Jika terdapat kotoran pada isolasi atau kondisi
isolasi kabel yang memburuk seperti adanya cacat dalam isolasi, pohon air
(water trees), pohon listrik (electrical trees), kelembaban dan kantong udara,dll,
maka resistansi isolas menurun yang menyebabkan terjadinya peningkatan
arus resistif yang melalui isolasi. Sejauh mana pergeseran fasa kurang dari 90
derajat merupakan petunjuk dari tingkat pencemaran isolasi dan kondisi isolasi
kabel itu sendiri.
Jika nilai sudut pergeseran fasa meningkat berarti terjadi peningkatan
pencemaran atau terjadi penurunan kualitas isolasi dari kabel itu sendiri.
18
Untuk menentukan besarnya faktor disipasi adalah sebagai berikut :
Gambar 3.2 Bentuk Gelombang Tegangan Terhadap Arus
𝐷𝐹 = 𝑇𝑎𝑛(𝛿) =𝐼𝑅
𝐼𝐶=
𝑉 / 𝑅
𝑉/(1/𝜔𝐶)=
1
𝜔𝑅𝐶.............................................................. 3.1
Dimana :
DF : Faktor disipasi (Derajat)
IR : Arus Resistif (Ω)
IC : Arus Charging Kapasitansi Kabel (Ω)
V : Tegangan Input (Volt)
R : Hambatan (Ω)
C : Kapasitansi (F)
Ada 3 kriteria evaluasi dalam pengukuran Tan Delta diantaranya :
1. Mean Tan Delta (Tan Delta Rata-rata)
𝑇𝐷 =∑ 𝑇𝑎𝑛 𝛿1
𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁 ................................................................................ 3.2
2. Differential Tan Delta ( Perubahan Tan Delta)
∆ 𝑇𝑎𝑛 𝛿 = 𝑇𝐷 1.5 𝑈0 − 𝑇𝐷
0.5 𝑈0.......................................................... 3.3
3. Stability Tan Delta (Deviasi TD terhadap Standar)
𝑆𝑇𝐷𝐸𝑉 = √∑ (𝑇𝑎𝑛 𝛿1−𝑇𝐷 )2𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁−1.............................................................. 3.4
Keterangan Rumus :
N : Jumlah Tan Delta yang diukur
U0 : Tegangan kerja phasa ground (Volt)
19
Dibawah ini adalah representasi dari kabel (gambar 3.3). Tangen dari
sudut δ diukur yang akan menunjukkan nilai tahanan dalam isolasi. Dengan
mengukur IR / IC (tangen), kita dapat menentukan kualitas isolasi kabel. Dalam
sebuah kabel sempurna, sudut akan mendekati nol. Sebuah sudut meningkat
menunjukkan peningkatan arus resistif melalui isolasi, yang berarti kontaminasi.
Semakin besar sudut kabel berarti keadaan kabel semakin buruk.
Gambar 3.3 Diagram Phasor Kondisi Isolasi Kabel
Pohon Air adalah saluran berbentuk pohon kecil yang ditemukan dalam
isolasi kabel, disebabkan oleh adanya kelembaban. Mereka sangat menonjol
dalam kabel XLPE yang telah lama beroperasi serta dalam kabel dengan
dielektrik padat lainnya seperti PE dan kabel EPR. Pohon ini berbentuk saluran
air yang dengan adanya medan listrik akan menyebabkan terjadinya PD. Hal
tersebut akan mengarah pada pembentukan pohon listrik, yang akhirnya dapat
tumbuh ke titik di mana akan menyebabkan terjadinya kegagalan isolasi. Uji
tangen delta menunjukkan tingkat kerusakan akibat adanya pohon air di kabel.
Sumber tegangan diperlukan dalam pengukuran tangen delta kabel dan
kabel tersebut sendiri harus dilepaskan terlebih dahulu dari sistem jaringan.
Sumber tegangan eksternal yang biasanya dipergunakan dalam pengukuran
tangen delta kabel adalah:
1. Tegangan Continuous 50 (60) Hz AC
2. Tegangan Damped AC 20-300 Hz (DAC)
3. Tegangan Very Low Frequency (VLF)
20
Gambar 3.4 Rangkaian Pengukuran Tan Delta
Tabel 3.1 Kelebihan dan Kekurangan diagnostik Tangen Delta
KELEBIHAN KEKURANGAN
a. Dapat melakukan assesment
isolasi kabel. b. Dapat melakukan monitor pada
saat pengujian diantaranya melihat tingkah laku kabel dan ketahanan isolasinya.
c. Dapat mendeteksi adanya Water Tree, celah pada isolator, dan arus bocor.
d. Mendapatkan informasi kondisi isolator kabel dari tabel dan grafik trending dari langkah uji.
a. Tidak dapat memperlihatkan lokasi titik kerusakan isolasi kabel.
21
3.2.2 Degradasi XLPE
Proses degradasi isolasi XLPE dapat dikategorikan menjadi dua kelompok
utama yaitu ekstrinsik dan instrinsik. Degradasi ekstrinsik disebabkan oleh
gelembung udara (void), kontaminan, ketidaksempurnaan fisik atau komponen
yang kurang tersebar merata. Degradasi instrinsik disebabkan oleh perubahan
fisik atau perubahan kimia atau muatan-muatan yang terperangkap.
Proses degradasi instrinsik dapat mempengaruhi volume besar isolasi,
misalnya degradasi termal bahan isolasi. Degradasi instrinsik biasanya
menyebabkan perubahan lokal bahan isolasi seragam.
Degradasi fisik, kimia, dan listrik adalah mekanisme kerusakan utama yang
mempengaruhi isolasi polimer. Polimer tidak akan mencapai struktur kristal
akhir setelah proses manufaktur. Proses curing akhir struktur isolasi akan
terjadi selama beberapa tahun, karena proses curing adalah proses yang
lamban dimana lubang-lubang kecil dan area padat dapat terbentuk di dalam
isolasi. Struktur isolasi yang tidak merata akan meningkatkan efek degradasi
listrik dan resiko tembus atau kegagalan listrik.
3.2.3 Tegangan Very Low Frequency (VLF)
Very Low Frequency (VLF) system adalah salah satu metode off-line
diagnostik kabel. Sistem ini membangkitkan tegangan AC dan arus pada
frekuensi 0.1 Hz – 0.01 Hz. Tegangan ini masih merupakan tegangan AC
dengan polaritas sinusoidal yang berubah setiap setengah siklus. Peralatan
VLF ini digunakan untuk menghasilkan hasil berupa go/no-go atau pass/fail dari
test ketahanan. Peralatan VLF ini juga dapat digunakan sebagai sumber
tegangan untuk melakukan pengukuran diagnostik Tan Delta kabel. Alat test
VLF ini digunakan untuk pengetesan lapangan beban kapasitif yang besar
seperti kabel dan motor. Semakin rendah frekuensi dari sumber tegangan AC,
semakin rendah arus dan daya yang dibutuhkan untuk memberikan tegangan
pada beban kapasitif seperti kabel. Pada frekuensi 0.1 Hz, dibutuhkan 600 lebih
kecil daya daripada pengetesan kabel dengan frekuensi 60 Hz. Selain itu
pengetesan dengan VLF juga dapat menghindari terjadinya gejala space
charge yang timbul ketika melakukan pengetesan dengan tegangan DC.
22
Prinsip kerja VLF adalah mengetes medium dan high voltage kabel
berpelindung. Kabel yang panjang memiliki kapasitansi dalam ukuran
microfarads. Untuk pengetesan tegangan tinggi AC maka kabel membutuhkan
teknologi VLF ini. Pengetesan tegangan AC adalah cara terbaik untuk
memastikan integritas kabel AC. Jika kabel tidak dapat menahan 2 – 3 kali
tegangan normal, maka kabel tersebut dalam keadaan tidak sehat dan
kemungkinan gangguan pada kemudian hari dapat terjadi. VLF kemudian
digunakan untuk menyebabkan gangguan pada kabel yang kemudian dilakukan
perbaikan atau penggantian. VLF ini sendiri dapat digunakan sebagai sumber
tegangan untuk pengukuran PD dan Tan Delta.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Kabel Uji
Pada pengambilan data terkait pengujian Tan Delta kabel tegangan
menengah 20 kV di PT. Haleyora Power yang dilakukan dengan menggunakan
alat TD 45, maka dapat diperoleh data kabel dan penyulang sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Kabel Dan Penyulang
No Nama Penyulang Segmen Kabel Panjang kabel
Tipe kabel
1. Sedap
DK 242 P ke GI
Duri Kosambi 614 m
XLPE (cross linked
polyethylene)
2. Sahara MK 274 ke TA 79 684 m
XLPE (cross linked
polyethylene)
4.2 Hasil Pengujian Tan Delta (TD)
Hasil pengujian Tan Delta (TD) yang telah dilakukan pada kabel XLPE
dengan waktu pemakaian kabel yang berbeda adalah sebagai berikut :
4.2.1 Hasil Pengujian Tan Delta Pada Penyulang Sedap
Pada penyulang ini lama pemakaian kabel dalam waktu 1,5 tahun.
Pengujian dilakukan dari Gardu DK 242 P Ke Arah GI Duri Kosambi.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sedap Di Fasa R
Voltage 5,8 kV 11,5 kV 17,3 kV
Factor U0 0,5 1 1,5
Capacitance 184 nF 184 nF 184 nF
Resistance 100 MΩ 100 MΩ 100 MΩ
Mean (10e-3) 1,0 1,0 1,0
Deviation (10e-3) 0,00 0,00 0,00
Tan δ (10e-3) 1,0;1,0; 1,0;1,0; 1,0;1,0;
24
1,0;1,0;1,0 1,0;1,0;1,0 1,0;1,0;1,0
Data diatas menunjukan kondisi hasil pengujian pada fasa R dalam
beberapa parameter yang digunakan berupa tegangan, faktor tegangan.
Kapasiatansi yang terukur pada fasa ini nilainya sama yaitu 184 nF sedangkan
untuk resistansinya 100 MΩ. Rata-rata Tan Delta pada masing-masing
tegangan uji nilainya sama yaitu 1,0 dan deviasi yang didapatkan adalah 0,00.
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sedap Di Fasa S
Voltage 5,8 kV 11,5 kV 17,3 kV
Factor U0 0,5 1 1,5
Capacitance 187 nF 187 nF 187 nF
Resistance 100 MΩ 100 MΩ 100 MΩ
Mean (10e-3) 1,0 2,5 15,0
Deviation (10e-3) 0,00 0,10 1,37
Tan δ (10e-3) 1,0;1,0;
1,0;1,0;1,0
2,3;2,4;
2,5;2,5;2,6
12,9;14,1;
15,0;16,0;16,8
Data diatas menunjukan kondisi hasil pengujian pada fasa S dalam
beberapa parameter yang digunakan berupa tegangan, faktor tegangan.
Kapasiatansi yang terukur pada fasa ini nilainya sama yaitu 187 nF sedangkan
untuk resistansinya 100 MΩ. Rata-rata Tan Delta pada masing-masing
tegangan uji nilainya berbeda sesuai kenaikan level tegangan uji yaitu pertama
1,0 kedua 2,5 dan ketiga 15,0 serta deviasi yang didapatkan pada level uji
pertama 0,00 kedua 0,10 dan ketiga 1,37.
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sedap Di Fasa T
Voltage 5,8 kV 11,5 kV 17,3 kV
Factor U0 0,5 1 1,5
Capacitance 186 nF 186 nF 186 nF
Resistance 100 MΩ 100 MΩ 100 MΩ
Mean (10e-3) 1,0 1,0 1,0
Deviation (10e-3) 0,00 0,00 0,00
25
Tan δ (10e-3) 1,0;1,0;
1,0;1,0;1,0
1,0;1,0;
1,0;1,0;1,0
1,0;1,0;
1,0;1,0;1,0
Data diatas menunjukan kondisi hasil pengujian pada fasa T dalam
beberapa parameter yang digunakan berupa tegangan, faktor tegangan.
Kapasiatansi yang terukur pada fasa ini nilainya sama yaitu 186 nF sedangkan
untuk resistansinya 100 MΩ. Rata-rata Tan Delta pada masing-masing
tegangan uji nilainya sama yaitu 1,0 dan deviasi yang didapatkan adalah 0,00.
4.2.2 Hasil Pengujian Tan Delta Pada Penyulang Sahara
Pada penyulang ini lama pemakaian kabel dalam waktu 4 tahun.
Pengujian dilakukan dari Gardu MK 274 Ke Arah TA 79.
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sahara Di Fasa R
Voltage 5,8 kV 11,5 kV 17,3 kV
Factor U0 0,5 1 1,5
Capacitance 187 nF 187 nF 187 nF
Resistance 100 MΩ 100 MΩ 100 MΩ
Mean (10e-3) 53,9 47,8 33,1
Deviation (10e-3) 3,19 3,33 2,97
Tan δ (10e-3) 59,6;55,0;
52,7;51,4;50,8
53,3;49,4;
47,3;45,3;43,8
38,2;34,4;
32,3;30,9;29,8
Data diatas menunjukan kondisi hasil pengujian pada fasa R dalam
beberapa parameter yang digunakan berupa tegangan, faktor tegangan.
Kapasiatansi yang terukur pada fasa ini nilainya sama yaitu 187 nF sedangkan
untuk resistansinya 100 MΩ. Rata-rata Tan Delta pada masing-masing
tegangan uji nilainya berbeda sesuai kenaikan level tegangan uji yaitu yang
pertama 53,9 kedua 47,8 dan ketiga 33,1 serta deviasi yang didapatkan
berdasarkan level tegangan uji yang pertama 3,19 kedua 3,33 dan ketiga 2,97.
26
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sahara Di Fasa S
Voltage 5,8 kV 11,5 kV 17,3 kV
Factor U0 0,5 1 1,5
Capacitance 189 nF 189 nF 189 nF
Resistance 10,9 MΩ 10,9 MΩ 10,9 MΩ
Mean (10e-3) 514,9 409,5 295,6
Deviation (10e-3) 28,75 21,40 18,13
Tan δ (10e-3) 564,2;526,2;
508,8;493,4;
482,1
442,9;423,6;
405,0;391,6;
384,3
325,4;305,4;
291,0;282,2;
274,2
Data diatas menunjukan kondisi hasil pengujian pada fasa S dalam
beberapa parameter yang digunakan berupa tegangan, faktor tegangan.
Kapasiatansi yang terukur pada fasa ini nilainya sama yaitu 189 nF sedangkan
untuk resistansinya 10,9 MΩ. Rata-rata Tan Delta pada masing-masing
tegangan uji nilainya berbeda sesuai kenaikan level tegangan uji yaitu yang
pertama 514,9 kedua 409,5 dan ketiga 295,6 serta deviasi yang didapatkan
berdasarkan level tegangan uji yaitu pertama 28,75 kedua 21,40 dan ketiga
18,13.
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Pada Penyulang Sahara Di Fasa T
Voltage 8,2 kV 16,3 kV 24,4 kV
Factor U0 0,5 1 1,5
Capacitance 187 nF 187 nF 187 nF
Resistance 95,8 MΩ 95,8 MΩ 95,8 MΩ
Mean (10e-3) 80,8 74,0 89,9
Deviation (10e-3) 2,00 1,49 0,97
Tan δ (10e-3) 83,2;82,9;80,7;
78,9;78,3
75,5;74,9;74,4;
73,8;71,2
91,8;89,4;89,8;
89,5;89,1
27
Data diatas menunjukan kondisi hasil pengujian pada fasa T dalam
beberapa parameter yang digunakan berupa tegangan, faktor tegangan.
Kapasiatansi yang terukur pada fasa ini nilainya sama yaitu 187 nF sedangkan
untuk resistansinya 95,8 MΩ. Rata-rata Tan Delta pada masing-masing
tegangan uji nilainya berbeda sesuai kenaikan level tegangan uji yaitu pertama
80,8 kedua 74,0 dan ketiga 89,9 serta deviasi yang didapatkan berdasarkan
level tegangan uji yang pertama 2,00 kedua1,49 dan ketiga 0,97.
4.3 Perhitungan Sesuai Data Hasil Pengujian
Dari persamaan rumus kriteria evaluasi dalam pengujian Tan Delta
maka akan diketahui baik atau buruknya kabel dan tindakan yang harus
dilakukan pada kabel tersebut. Dari persamaan 3.2, dan 3.3 maka dapat
dilakukan perhitungan sebagai berikut :
4.3.1 Perhitungan rata-rata Tan Delta semua level tegangan uji.
1. Rata-rata Tan Delta Pada Penyulang Sedap
a. Pada Fasa R (L1)
𝑇𝐷 =∑ 𝑇𝑎𝑛 𝛿1
𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁
𝑇𝐷 =1,0 + 1,0 + 1,0
3
= 1,0
b. Pada Fasa S (L2)
𝑇𝐷 =∑ 𝑇𝑎𝑛 𝛿1
𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁
𝑇𝐷 =1,0 + 2,5 + 15,0
3
= 6,167
c. Pada Fasa T (L3)
𝑇𝐷 =∑ 𝑇𝑎𝑛 𝛿1
𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁
𝑇𝐷 =1,0 + 1,0 + 1,0
3
= 1,0
28
2. Rata-rata Tan Delta Pada Penyulang Sahara
a. Pada Fasa R (L1)
𝑇𝐷 =∑ 𝑇𝑎𝑛 𝛿1
𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁
𝑇𝐷 =53,9 + 47,8 + 33,1
3
= 44,933
b. Pada Fasa S (L2)
𝑇𝐷 =∑ 𝑇𝑎𝑛 𝛿1
𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁
𝑇𝐷 =514,9 + 409,5 + 295,6
3
= 406,67
c. Pada Fasa T (L3)
𝑇𝐷 =∑ 𝑇𝑎𝑛 𝛿1
𝑖=𝑁𝑖=1
𝑁
𝑇𝐷 =80,8 + 74,0 + 89,9
3
= 81,57
4.3.2 Perhitungan Perubahan Tan Delta
1. Perubahan Tan Delta Pada Penyulang Sedap
a. Pada Fasa R (L1)
∆ 𝑇𝑎𝑛 𝛿 = 𝑇𝐷 1.5 𝑈0 − 𝑇𝐷
0.5 𝑈0
= 1,0 − 1,0
= 0
b. Pada Fasa S (L2)
∆ 𝑇𝑎𝑛 𝛿 = 𝑇𝐷 1.5 𝑈0 − 𝑇𝐷
0.5 𝑈0
= 15,0 − 1,0
= 14,0
c. Pada Fasa T (L3)
∆ 𝑇𝑎𝑛 𝛿 = 𝑇𝐷 1.5 𝑈0 − 𝑇𝐷
0.5 𝑈0
= 1,0 − 1,0
= 0
29
2. Perubahan Tan Delta Pada Penyulang Sahara
a. Pada Fasa R (L1)
∆ 𝑇𝑎𝑛 𝛿 = 𝑇𝐷 1.5 𝑈0 − 𝑇𝐷
0.5 𝑈0
= 33,1 − 53,9
= −20,8
b. Pada Fasa S (L2)
∆ 𝑇𝑎𝑛 𝛿 = 𝑇𝐷 1.5 𝑈0 − 𝑇𝐷
0.5 𝑈0
= 295,6 − 514,9
= −219,3
c. Pada Fasa T (L3)
∆ 𝑇𝑎𝑛 𝛿 = 𝑇𝐷 1.5 𝑈0 − 𝑇𝐷
0.5 𝑈0
= 89,9 − 80,8
= 9,1
4.4 Analisa Kondisi Kabel
Parameter Tangen Delta pada sistem kabel yang diperoleh dari hasil
pengukurannya menggunakan alat TD 45 sebagai berikut :
1. Mean Tan Delta merupakan hasil rata-rata pengukuran dari level tegangan
uji yang berbeda.
2. Differential Tan Delta merupakan selisih atau perubahan dari level
tegangan uji tertinggi dan level tegangan uji terendah.
3. Stability Tan Delta merupakan deviasi yang terjadi terhadap standar.
Untuk standar pengujian Tan Delta ini tidak mencakup keseluruhan dari
level tegangan uji yang diinput pada kabel, akan tetapi untuk standar baik atau
buruknya kabel lebih dominan diambil ketika input tegangan yang diberikan
sesuai dengan tegangan kerja kabel atau tegangan kerja fasa ground.
30
Berikut ini adalah standar yang pengujian Tan Delta berdasarkan IEEE 400.2 :
Tabel 4.8 Standar Pengujian Tan Delta
Kondisi Kabel Deviasi Tan Delta pada
U0 [10-3]
Perubahan Tan Delta
antara 0,5 U0
[10-3] dan 1,5 U0 [10-3]
Rata- rata Tan Delta pada U0
[10-3]
Tidak Perlu Tindakan < 0,1 Dan < 5 Dan < 4
Pemeliharaan Lebih
Lanjut 0,1-0,5 Atau 5-80 Atau 4-50
Perlu Tindakan > 0,5 Atau > 80 Atau > 50
Tabel 4.9 Tingkat Pengulangan Berdasarkan Kondisi Kabel
Kondisi Kabel Tingkat Pengulangan
Tidak Perlu Tindakan 5 Tahun
Pemeliharaan Lebih Lanjut 1 Tahun
Perlu Tindakan Penggantian Kabel
Berdasarkan standar hasil pengujian menurut IEEE 400.2 maka dapat
diketahui bahwa ketika nilai deviasi tan delta pada kabel yang diuji kurang dari
0,1 dan perubahan tan delta kurang dari 5 serta rata-rata tan delta kurang dari 4
menandakan bahwa kabel masih dalam kondisi baik atau tidak perlu adanya
tindakan. Ketika kondisi kabel dalam keadaan baik maka tingkat pengulangan
pengujian selanjutnya pada kabel tersebut dalam jangka waktu 5 tahun.
Jika nilai deviasi tan delta berada pada kisaran 0,1-0,5 atau perubahan
tan delta 5-80 atau rata-rata tan delta 4-50, maka perlu pemeliharaan lebih
lanjut pada kabel tersebut. Pemeliharaan lebih lanjut ini dalam rentang waktu 1
Tahun. Pada kondisi ini walaupun hanya salah satu dari parameter yang
nilainya dalam rentang tersebut maka kabel termasuk ke dalam kategori
pemeliharaan lebih lanjut. Ababila nilai deviasi tan delta melebihi 0,5 atau
perubahan tan delta melebihi 80 atau rata-rata tan delta melebihi 50 maka
kabel tersebut berada dalam kategori perlu adanya tindakan seperti pergantian
kabel maupun potong sambung.
31
4.5 Analisa Hasil Pengujian Pada Penyulang Sedap Dan Sahara
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada penyulang sedap
dan penyulang sahara dengan segmen gardu DK 242 P ke GI Duri Kosambi
dan MK 274 ke TA 79 maka didapatkan perbandingan kondisi kabel dan dasar
pemeliharaan yang akan dilakukan selanjutnya.
Dalam proses pengujian Tan Delta mempunyai standar sistem untuk
menentukan status pada kabel tersebut. Keputusan yang direkomendasikan
adalah hasil perhitungan dan pembacaan alat TD 45. Standar tersebut sudah
menjadi kebijakan PT. Haleyora Power untuk merekomendasikan kapan
pemeliharaan kabel SKTM 20 kV selanjutnya akan dilaksanakan.
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan pada pengujian di penyulang
sedap dan penyulang sahara :
Tabel 4.10 Tabel Hasil Perhitungan Dan Pengujian
Parameter Penyulang Sedap Penyulang Sahara
Fasa R Fasa S Fasa T Fasa R Fasa S Fasa T
Rata-Rata TD
pada U0 [10-3] 1,0 2,5 1,0 47,8 409,5 81,57
Perubahan TD
antara 0,5 U0
[10-3] dan 1,5
U0 [10-3]
0 14 0 20,8 219,3 9,1
Deviasi TD
pada U0 [10-3] 0 0,10 0 3,33 21,40 1,49
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa besarnya rata-rata tan delta di
penyulang sedap dan sahara mengalami perbedaan. Pada penyulang sedap
nilai rata-rata tan delta pada saat tegangan kerja di fasa R 1,0, fasa S 25,5 dan
fasa T 1,0.
32
Sedangkan pada penyulang sahara nilai rata-rata tan delta pada saat
tegangan kerja di fasa R 47,8 , fasa S 409,5 dan fasa T 81,57. Untuk
perubahan tan delta yang terjadi pada penyulang sedap di fasa R 0, fasa S 14
dan fasa T 0, sedangkan pada penyulang sahara nilai perubahan tan delta di
fasa R -20,8 fasa S -219,3 dan fasa T 9,1. Parameter yang ketiga adalah
deviasi tan delta. Pada penyulang sedap nilai deviasi tan delta pada saat
tegangan kerja di fasa R 0, fasa S 0,10 dan fasa T 0 sedangkan pada
penyulang sahara nilai deviasi tan delta pada saat tegangan kerja di fasa R
3,33, fasa S 21,40 dan fasa T 1,49.
Gambar 4.1 Grafik Penyulang Sedap Fasa R
33
Gambar 4.2 Grafik Penyulang Sedap Fasa S
Gambar 4.3 Grafik Penyulang Sedap Fasa T
34
Berdasarkan standar hasil pengujian menurut IEEE 400.2 pada tabel 4.8
maka kondisi kabel secara keseluruhan pada penyulang sedap berada pada
tahap pemeliharaan lebih lanjut. Hal tersebut dikarenakan nilai deviasi pada
saat tegangan kerja, dan perubahan tan delta pada fasa S berada di dalam
kategori kedua yaitu pemeliharaan lebih lanjut. Akan tetapi pada fasa R dan T
kondisinya masih dalam keadaan baik. Untuk tahap pengujian selanjutnya
dilakukan dalam satu tahun berikutnya.
Gambar 4.4 Grafik Penyulang Sahara Fasa R
Gambar 4.5 Grafik Penyulang Sahara Fasa S
35
Gambar 4.6 Grafik Penyulang Sahara Fasa T
Kondisi kabel pada penyulang sahara berdasarkan tabel 4.8 berada dalam
kategori perlu adanya tindakan pada kabel tersebut. Hal ini ditandakan dengan
nilai deviasi, rata-rata dan perubahan tan delta yang terjadi berada diatas
standar yang ditetapkan. Besarnya tan delta yang terjadi dapat dilihat dari
penyimpangan pada gambar grafik diatas. Pada penyulang ini menurut hasil
pengujian maka seharusnya dilakukan pergantian kabel karena kondisi kabel
dalam ketiga fasanya dalam keadaan buruk.
Dari hasil pengujian dan perhitungan yang didapatkan diketahui bahwa
ketika umur pemakaian kabel dalam waktu 1,5 tahun masih dalam keadaan
normal. Ketika kabel yang digunakan sudah dalam waktu 4 tahun maka
keadaan kabel dalam kondisi yang perlu adanya tindakan. Hal ini dibuktikan
dalam pengujian yang dilakukan dan data hasil pengujian yang didapatkan.
Semua fasa pada kabel tersebut sudah dalam keadaan buruk dan perlu sebuah
tidakan dan perlu adanya pergantian kabel. Dari data hasil pengujian diatas
maka didapatkan perbandingan bahwa semakin lama umur pemakaian kabel
maka Tan Delta pada kabel tersebut akan semakin buruk.
36
Tabel 4.11 Kondisi Pada Saat Sebelum Dan Sesudah Pengujian Serta Hasil Yang Didapatkan
NO KONDISI SEBELUM
PENGUJIAN KONDISI SESUDAH
PENGUJIAN HASIL
1. Sebelum melakukan pengujian Tan Delta kondisi tanah tempat jalur lintasan kabel pada penyulang Sedap dalam keadaan kering dan melewati tanah yang berpasir. Sedangkan pada penyulang Sahara tanah dalam kondisi kering akan tetapi ada beberapa jalur lintasan kabel yang melewati tanah dalam keadaan lembab.
Ketika sesudah melakukan pengujian kondisi tanah dalam keadaan yang sama dan tidak ada perubahan jalur kabel dalam tanah.
Penyulang Sedap :
Pada penyulang sedap nilai rata-rata Tan Delta pada saat tegangan kerja di fasa R adalah 1,0 , fasa S 2,5 dan fasa T adalah 1,0. Untuk nilai perubahan Tan Delta di fasa R adalah 0, fasa S adalah 14 dan fasa T adalah 0. Sedangkan untuk nilai deviasi Tan Delta pada saat tegangan kerja di fasa R adalah 0, fasa S adalah 0,1 dan fasa T adalah 0. Penyulang Sahara :
Pada penyulang Sahara nilai rata-rata Tan Delta pada saat tegangan kerja di fasa R adalah 47,8 , fasa S 409,5 dan fasa T adalah 81,57. Untuk nilai perubahan Tan Delta di fasa R adalah 20,8, fasa S adalah 219,3 dan fasa T adalah 9,1. Sedangkan untuk nilai deviasi Tan Delta pada saat tegangan kerja di fasa R adalah 3,33 , fasa S adalah 21,40 dan fasa T adalah 1,49.
2. Sebelum melakukan pengukuran gardu dalam keadaan aktif dan beroperasi. Dan pada saat pengukuran gardu dalam keadaan mati atau tidak beroperasi.
Sesudah melakukan pengujian gardu diaktifkan kembali untuk beroperasi.
3. Kabel pada penyulang sedap merupakan kabel yang telah beroperasi selama 1,5 tahun sedangkan pada penyulang sahara kabel telah beroperasi selama 4 tahun.
Kondisi sesudah pengujian sama dengan kondisi sebelum pengujian.
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari hasil pembahasan dan perhitungan pada bab-bab sebelumnya
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kondisi kabel pada penyulang Sedap berada pada tahap pemeliharaan
lebih lanjut. Hal ini dapat dilihat dari data yang didapatkan bahwa di fasa
S perubahan Tan Delta nilainya 14 dan deviasi Tan Delta nilainya 0,10
yang berdasarkan standar berapa pada tahap pemeliharaan lebih lanjut.
Pada penyulang sahara kondisi kabel memerlukan tindakan yaitu
melakukan pergantian kabel.
2. Kenaikan sudut Tan Delta sangat berpebgaruh pada kondisi kabel.
Kenaikan sudut ini dipengaruhi oleh keadaan kabel yang semakin buruk.
Apabila kabel dalam keadaan kotor maka itulah yang menjadi hambatan
resistif pada kabel yang dapat meningkatkan nilai Tan Delta.
3. Berdasarkan kriteria hasil pengujian diketahui bahwa, semakin lama
umur pemakaian kabel maka kondisi Tan Delta akan semakin buruk. Hal
ini ditunjukkan dari data yang didapatkan bahwa nilai rata-rata,
perubahan, dan deviasi Tan Delta pada penyulang sedap nilainya kecil
dan pada penyulang sahara nilainya besar dan diatas standar.
5.2 Saran
Selama melakukan penelitian di PT. Haleyora Power, maka penulis
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Sebelum menggunakan alat pengujian sebaiknya alat dikalibrasi terlebih
dahulu agar hasil pengujian yang didapatkan lebih akurat.
2. Pemeliharaan yang dilakukan agar sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan dan sesuai rekomendasi yang telah ditetapkan.
38
DAFTAR PUSTAKA
[1]. PT. PLN PUSLITBANG.2010. Penelitian No.15.LIT.2010. Studi Assesmen
Kondisi Kabel 20 KV. Jakarta Selatan: PT PLN (PERSERO).
[2]. Jurjani, Firman. 2016. Analisis Dan Resiko Partial Discharge Pada Kabel
Tegangan Menengah. Jakarta : Jurnal.
[3]. Syakur, Abdul. 2009. Pengujian Tan Delta Pada Kabel Tegangan Menengah.
Jawa Tengah : Jurnal Teknik Elektro
[4]. Ridzki, Imran. 2016. Tentang Prediksi Degradasi Isolasi Kabel XLPE. Malang
: Jurnal.
[5]. PT. PLN (Persero). 2010. Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan Gardu
Hubung Tenaga Listrik. Jakarta.
[6]. PT. Haleyora Power. 2015. Buku Pedoman Pelaksanaan Assesment Kabel.
Jakarta.
[7]. IEEE std 400.2.2013.Power And Energy Society.
[8]. PT. PLN (Persero). 2014. Buku Pedoman Pemeliharaan Saluran Kabel
Tegangan Tinggi (SKTT/SKLT). Jakarta.
[9]. Faturochman, Febri.2018. Pengujian Tingkat Isolasi Transformator Daya
Tegangan 150/20 kV kapasitas 600MVA Pada GI Dengan Metode Tangen
Delta. Universitas Tidar : Skripsi
[10]. PT. Haleyora Power. 2016. Prosedur Pengujian Tan Delta Pada Saluran
Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 20 kV. Jakarta.
39
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Personal
NIM : 2017-71-059
Nama : Ogi Tri Andika
Tempat / TanggalLahir : Balai Tangah, 07 Desember 1998
JenisKelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Kawin
Program Studi : D-III Teknologi Listrik
Alamat Rumah : Jorong Tanjuang Modang, Nagari Tanjuang Bonai,
Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah
Datar.
KodePos : 27292
Telp / Hp : +6281296724151
Email : [email protected]
Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD SDN 51 Lareh Nan Panjang - 2011
MTsN MTsN Padang Panjang - 2014
MAN MAN 1 Model Bukittinggi IPA 2017
Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jakarta, 20 Juli 2020
Mahasiswa
Ogi Tri Andika
40
LAMPIRAN
A1
Lampiran A Lembar Bimbingan Tugas Akhir
INSTITUT TEKNOLOGI – PLN
LEMBAR BIMBINGAN PROYEK AKHIR
Nama : Ogi Tri Andika
NIM : 2017-71-059
Program Studi : Teknologi Listrik
Jenjang : Diploma
Pembimbing Utama (Materi) : Retno Aita Diantari, ST., M.T.
Judul Tugas Akhir : Pengujian Tan Delta (TD) Dalam Rangka
Pemeliharaan Pada Saluran Kabel
Tegangan Menengah (SKTM) 20 KV Di
PT. Haleyora Power.
Tanggal Materi Bimbingan Paraf
Pembimbing
10-02-2020 Pembahasan judul yang akan diambil dan
penulisan proposal tugas akhir.
20-02-2020 Revisi penulisan proposal proyek akhir
tentang flowchart.
13-03-2020 Pembahasan penulisan proposal proyek
akhir tentang teknik analisa pada bab 3
03-04-2020 Pembahasan sidang proposal dan ppt
sidang proposal tugas akhir.
22-04-2020 Pembahasan revisian sidang proposal tugas
akhir pada latar belakang dan judul.
13-05-2020 Penulisan data hasil pengujian dan
pembahasan
11-06-2020 Perbaikan susunan data dan grafik
29-06-2020 Konsultasi pembahasan data
03-07-2020 Pembahasan keterkaitan data dan
perhitungan yang dilakukan untuk dianalisa
07-07-2020 Konsultasi tentang perhitungan data dari
kriteria hasil pengujian
13-07-2020 Konsultasi mengenai simpulan dan saran
19-07-2020 Revisi data dan penulisan proyek akhir dan
menjelaskan isi laporan
A2
INSTITUT TEKNOLOGI – PLN
LEMBAR BIMBINGAN PROYEK AKHIR
Nama : Ogi Tri Andika
NIM : 2017-71-059
Program Studi : Teknologi Listrik
Jenjang : Diploma
Pembimbing kedua (penulisan) : Rinna Hariyati, ST., M.T.
Judul Tugas Akhir : Pengujian Tan Delta (TD) Dalam Rangka
Pemeliharaan Pada Saluran Kabel
Tegangan Menengah (SKTM) 20 KV Di
PT. Haleyora Power.
Tanggal Materi Bimbingan Paraf
Pembimbing
20-03-2020 Pengumpulan proposal proyek akhir.
29-03-2020 Revisi penulisan proposal proyek akhir
tentang pada latar belakang.
03-04-2020 Pembahasan penulisan proposal proyek
akhir tentang teknik analisa pada bab 3
04-04-2020 Pembahasan sidang proposal dan ppt
sidang proposal tugas akhir melalui teams.
13-04-2020 Pembahasan penulisan revisian sidang
proposal tugas akhir pada latar belakang
dan judul.
07-05-2020 Konsultasi Penulisan data hasil pengujian
dan pembahasan pada bab 4
15-05-2020 Perbaikan penulisan susunan data dan
grafik diperjelas
12-06-2020 Konsultasi penyusunan data hasil pengujian
dan pembuatan tabel.
20-06-2020 Penulisan keterkaitan data dan perhitungan
yang dilakukan untuk dianalisa
07-07-2020 Revisi penulisan perhitungan data dari
kriteria hasil pengujian
10-07-2020 Konsultasi mengenai penulisan simpulan
dan saran
17-07-2020 Revisi data dan penulisan proyek akhir
B1
Lampiran B Data Hasil Pengujian Tan Delta Penyulang Sedap
B2
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
C1
Lampiran C Data Hasil Pengujian Tan Delta Penyulang Sahara
C2
C3
C4
C5
C6
C7
C8
C9