Upload
nispi-hariyani
View
247
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas kelompok Fisika Instrumentasi bersama Ita dan Kak Rifdah
Citation preview
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai waktunya.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala
bantuan yang telah diberikan, kepada:
1. Ibu Misbah, M.Pd selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Fisika
Instrumentasi
2. Semua pihak yang telah membantu baik sengaja atau tidak selama
penyusunan makalah ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan sebagai bahan
masukan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri dan para pembaca. Amin.
Banjarmasin, Maret 2013
Penulis
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR………………………………………………...……..………i
DAFTAR ISI………………………………………………………..…………..…...ii
Bab I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………..……..….1
2. Rumusan Masalah………………………………………………………...…1
3. Tujuan Penulisan…………………………………………………….………1
4. Batasan Masalah……………………………………………….……….........2
Bab II PEMBAHASAN
1. Ohmmeter……………………………………………………………….........3
2. Osiloskop……………………………………………………………………..6
3. Magnetic Stirrer…………………………………………………………..…12
4. Densitometer………………………………………………………………..15
Bab III PENUTUP
1. Kesimpulan ………………………………………………………………....18
2. Saran ………………………………………………………………………..18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….....19
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam dunia kelistrikan untuk mengetahui besaran-besaran dalam listrik
seperti besaran arus, resistansi dan daya dapat menggunakan alat ukur listrik.
Pada awalnya digunakan alat ukur yang berbentuk analog dengan menggunakan
jarum sebagai pembacaan skala. Namun pada saat ini sudah digunakan alat ukur
yang lebih praktis yaitu alat ukur digital yang hasilnya sudah otomatis tertera
pada layar. Alat ukur digital lebih mudah digunakan dari pada analog karena alat
ukur digital lebih efisien dalam pengukuran.
Selain dalam hal pengukuran, instrumen elektronika semakin berkembang
seiring perkembangan zaman, hingga instrumen tersebut dapat dimanfaatkan
untuk bidang keilmuan yang lain. Demi mewujudkan itu semua, maka perlu
adanya proses pengenalan terhadap semua instrumen elektronika yang dimaksud.
Pengenalan di sini diharapkan nantinya agar mahasiswa sebagai calon guru
nantinya di sekolah tidak lagi gagap untuk mengiringi kemajuan teknologi
dewasa ini.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dapat diketahui dari ohmmeter, osiloskop, magnetic stirrer, dan
densitometer.
b. Bagaimana menjelaskan fungsi dari ohmmeter, osiloskop, magnetic stirrer,
dan densitometer sebagai instrumen elektronika.
c. Bagaimana menjelaskan prinsip kerja dari ohmmeter, osiloskop, magnetic
stirrer, dan densitometer.
3. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui, mengenali, dan dapat menentukan bagian-bagian dari ohmmeter,
osiloskop, magnetic stirrer, dan densitometer.
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
iv
b. Menjelaskan bagaimana fungsi dari ohmmeter, osiloskop, magnetic stirrer,
dan densitometer sebagai instrumen elektronika.
c. Menjelaskan bagaimana prinsip kerja dari ohmmeter, osiloskop, magnetic
stirrer, dan densitometer.
4. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai, maka dalam
makalah ini hanyalah akan membahas tentang pengenalan bentuk dan bagian-
bagian dari ohmmeter, osiloskop, magnetic stirrer, dan densitometer, serta fungsi
dan prinsip kerja dari keempat instrumen tersebut.
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
v
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ohmmeter
a. Pengertian Ohmmeter
Ohmmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik
yang merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor.
Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam Ohm. Alat
Ohmmeter ini menggunakan galvanometer untuk mengukur besarnya arus listrik
yang lewat pada suatu hambatan listrik (R) kemudian dikalibrasi ke satuan Ohm.
b. Bagian-bagian Ohmmeter
Ohmmeter terbagi dua jenis yaitu Ohmmeter analog dan Ohmmeter
digital. Contoh Ohmmeter analog dapat dilihat dari gambar berikut ini:
Pada umumnya ohmmeter tidak berdiri
sendiri. Amperemeter untuk mengukur ampere
(kuat arus listrik), voltmeter untuk mengukur volt
(besar tegangan listrik) dan ohm meter untuk
mengukur ohm (hambatan listrik)
menggabungkan fungsi mejadi satu kesatuan
yang disebut Avometer (ampere volt meter) atau
disebut juga Multimeter. Multimeter ada dua jenis
yaitu multimeter analog dan multimeter digital.
Bagian-bagian multimeter analog dapat dilihat dari gambar berikut ini:
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
Gambar 1. Ohmmeter analog
vi
Gambar 2. Multimeter Analog
Keterangan gambar:
1. Papan skala
2. Jarum penunjuk skala
3. Pengatur jarum skala
4. Knop pengatur nol ohm
5. Batas ukur ohmmeter
6. Batas ukur DC Volt (dcv)
7. Batas ukur AC Volt (acv)
8. Batas ukur amperemeter DC
9. Saklar pemilih (dcv,
acv, Ohm, Ampere dc)
10. Test pin positif (+)
11. Test pin negatif (-)
Contoh multimeter digital:
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
vii
Gambar 3. Multimeter Digital 1 Gambar 4. Multimeter Digital 2
Gambar 5. Multimeter digital 3
c. Prinsip Kerja Ohmmeter
Telah diketahui bahwa tahanan arus listrik suatu benda baru dapat diukur
bila dialirkan arus listrik ke benda tersebut. Pada Ohmmeter prinsipnya adalah
benda dialiri listrik dan diukur tahanan listriknya. Sedangkan pada Amperemeter,
yang digunakan untuk mengukur besar kuat arus, tidak diperlukan sumber arus
listrik karena sumbernya adalah benda yang diukur tersebut.
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
viii
Langkah-langkah pengujian resistor dengan multimeter analog adalah
sebagai berikut:
1) Putar saklar pemilih pada posisi Ohmmeter.
2) Tempelkan probe masing-masing pada kawat resistor. Pengukuran jangan
sampai tangan menyentuh kawat (salah satu kawat boleh tersentuh asal tidak
keduanya).
3) Perhatikan jarum pada papan skala. Jika bergerak berarti resistor baik, jika
diam berarti resistor putus.
Pada prinsipnya, cara tersebut di atas juga dapat digunakan pada
multimeter digital.
2. Osiloskop
a. Pengertian Osiloskop
Osiloskop adalah alat ukur yang digunakan untuk memetakan atau
membaca sinyal listrik maupun frekuensi. Secara sederhana osiloskop dapat
menunjukkan bentuk dari suatu sinyal listrik dan sinyal listrik ini dinamakan
dengan bentuk gelombang sinyal. Osiloskop digunakan dalam pengukuran
rangkaian elektronik seperti stasiun pemancar radio, TV, atau dalam kegunaan
memonitor frekuensi elektronik seperti di rumah sakit dan untuk kegunaan-
kegunaan lainnya.
Osiloskop memiliki sebuah layar serupa dengan sebuah layar televisi dan
hanya jauh lebih kecil. Osiloskop tersebut menampilkan suatu garis yang terang
yang menunjukkan perubahan-perubahan tegangan untuk perioda waktu garis
yang terletak pada layar. Contoh-contoh tipe tampilan ini terlihat pada setiap
televisi rumah sakit yang digunakan untuk menunjukkan aktivitas denyut
jantung.
Layar osiloskop memiliki suatu garis-garis kisi horizontal dan vertical
yang diberi spasi 1 cm dan garis kisi-kisi ini mengizinkan kepada kita untuk
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
ix
melakukan pembacaan tegangan dan waktu. Garis-garis tersebut dinamakan
garis-garis graticule.
Nama lengkap dari osiloskop adalah Osiloskop Sinar Katoda (Cathode
Ray Oscilloscope) dan singkatan umumnya adalah CRO. Para teknisi sering
menyebutnya dengan perkataan “ telah melihat bentuk gelombang pada CRO”.
Istilah sinar katoda muncul dari nama lengkap layar yang disebut Cathode Ray
Tube atau CRT. Jadi CRT adalah bagian dari CRO. Tabung gambar televisi juga
dinamakan CRT.
b. Bagian-bagian Osiloskop
Gambar 6. Skema Tampilan Osiloskop
Beberapa tombol pengatur yang penting:
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
x
1) Intensitas digunakan untuk mengatur intensitas (“keterangan”) cahaya pada
layar. Sebaiknya dijaga agar tombol intensitas ini tidak pada kedudukan
maksimum.
2) Focus digunakan untuk mengatur ketajaman gambar yang terjadi pada layar.
3) Horizontal dan vertikal digunakan untuk mengatur kedudukan gambar dalam
arah horizontal dan vertikal.
4) Volt/ Div (atau Volts/cm), ada 2 tombol yang konsentris. Tombol
ditempatkan pada kedudukan maksimum ke kanan (searah dengan jarum
jam) menyatakan osiloskop dalam keadaan terkalibrasi untuk pengukuran.
Kedudukan tombol di luar menyatakan besar tegangan yang tergambar pada
layar per kotak (per cm) dalam arah vertikal.
5) Time/Div (atau Time/cm), ada 2 tombol yang konsentris. Tombol di tengah
pada kedudukan maksimum ke kanan (searah dengan jarum jam)
menyatakan osiloskop dalam keadaan terkalibrasi untuk pengukuran.
Kedudukan tombol diluar menyatakan faktor pengali untuk waktu dari
gambar pada layar dalam arah horizontal.
6) Sinkronisasi digunakan untuk mengatur supaya pada layar diperoleh gambar
yang tidak bergerak.
7) Slope digunakan untuk mengatur saat trigger dilakukan, yaitu pada waktu
sinyal naik (+) atau pada waktu sinyal turun (-).
8) Kopling digunakan untuk menunjukan hubungan dengan sinyal searah atau
bolak-balik.
9) Trigger “Ext” atau “Int”: “Exit” adalah Trigger yang dikendalikan oleh
rangkaian di luar osiloskop. Pada kedudukan ini fungsi tombol
“sinkronisasi”, “slope” dan “kopling” tidak dapat dipergunakan. “Int” adalah
Trigger yang dikendalikan oleh rangkaian di dalam osiloskop. Pada
kedudukan ini fungsi tombol “simkronisasi”, “slope” dan “kopling” dapat
dipergunakan.
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
xi
c. Fungsi Osiloskop
Beberapa fungsi osiloskop antara lain untuk:
1) Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
2) Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
3) Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik.
4) Membedakan arus AC dengan arus DC.
5) Mengetahui noise pada sebuah rangkaian listrik.
Berikut gambar-gambar dari osiloskop:
Gambar 7. Osiloskop 1 Gambar 8. Osiloskop 2
d. Prinsip Kerja Osiloskop Analog
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
Gambar 9. Analog Oscilloscope Block diagram
xii
1) Saat mengkoneksikan probe ke sebuah rangkaian, Sinyal tegangan mengalir
dari probe menuju ke pengaturan vertikal dari sebuah sistem osiloskop
[Vertical System] (Lihat Skema). Sebuah Attenuator akan melemahkan sinyal
tegangan masukan sedangkan Amplifier akan menguatkan sinyal tegangan
masukan. Pengaturan ini ditentukan saat menggerakkan kenop "Volt/Div"
pada user interface Osiloskop.
2) Tegangan yang keluar dari sistem vertikal lalu diteruskan menuju Pelat
Defleksi vertikal pada sebuah CRT [Catode Ray Tube], sinyal tegangan yang
dimasukkan ke pelat ini nantinya akan digunakan oleh CRT untuk
menggerakkan berkas-berkas elektron secara bidang vertikal saja (ke atas atau
ke bawah). Sampai point ini dapat disimpulkan bahwa Vertical System pada
osiloskop analog adalah untuk mengatur penampakan amplitudo dari sinyal
yang diamati.
3) Lalu sinyal masuk ke dalam Pelat Defleksi vertikal. Sinyal tegangan yang
teraplikasikan disini menyebabkan berkas-berkas elektron bergerak. Tegangan
positif mengakibatkan berkas elektron bergerak keatas, sedangkan tegangan
negatif menyebabkan elektron terdorong kebawah.
4) Sinyal yang keluar dari Vertikal Sytem tadi juga diarahkan ke Trigger System
untuk memicu sweep generator dalam menciptakan apa yang disebut dengan
"Horizontal Sweep" [pergerakan elektron secara sweep dalam dimensi
horizontal, atau dengan kata lain adalah sebuah ungkapan untuk aksi yang
menyebabkan elektron untuk bergerak menyebrangi layar dalam suatu interval
waktu tertentu, pergerakan yang super cepat dari elektron yang dapat
mencapai 500.000 kali per detik inilah yang menyebabkan elektron tampak
seperti garis pada layar].
5) Pengaturan berapa kali elektron bergerak menyebrangi layar inilah yang dapat
kita anggap sebagai pengaturan periode/ frekuensi yang tampak pada layar,
bentuk konkretnya adalah saat kita menggerakkan kenop Time/ Div pada
Osiloskop. Bersama, pengaturan bidang vertikal dan horizontal ahirnya dapat
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
xiii
merepresentasikan sinyal tegangan yang diamati kedalam bentuk grafik yang
dikenal sampai saat ini.
e. Cara Penggunaan Osiloskop
Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop
perlu disetel dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Langkah
awal pemakaian yaitu pengkalibrasian. Yang pertama kali harus muncul di layar
adalah garis lurus mendatar jika tidak ada sinyal masukan. Yang perlu disetel
adalah fokus, intensitas, kemiringan, x position, dan y position. Dengan
menggunakan tegangan referensi yang terdapat di osiloskop maka dapat
dilakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa
dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1
KHz. Setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe pada terminal
tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Jika yang
dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak
vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke
puncak sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal
mewakili waktu 1 ms) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak. Jika
masih belum tepat maka perlu disetel dengan potensio yang terdapat di tengah-
tengah knob pengganti Volt/div dan time/div. Atau kalau pada gambar osiloskop
diatas berupa potensio dengan label "var".
Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
1) Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan),
disamping untuk kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi
radio atau jala-jala.
2) Memastikan probe dalam keadaan baik.
3) Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
xiv
4) Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div
pada posisi tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar,
gunakan skala Volt/Div yang besar. Jika sulit memperkirakan besarnya
tegangan masukan, gunakan attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe atau
skala Volt/Div dipasang pada posisi paling besar.
5) Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.
6) Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran
yang stabil.
7) Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
8) Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.
3. Magnetic Stirrer
a. Pengertian Magnetic Stirrer
Pengaduk magnetik atau Magnetic
stirrers (nama lainnya adalah Magnetic
mixer) merupakan salah satu perangkat
laboratorium yang menggunakan putaran
medan magnet untuk memutar stir bars
(juga disebut "flea") yang direndam dalam
cairan yang juga berputar, dengan kata lain
stirrer adalah alat pengaduk beberapa
cairan didalam sebuah bejana (cuvet).
b. Bagian-bagian Magnetic Stirrer
Sistem ini terdiri dari sebuah sensor temperatur, sebuah
microcontroller sebagai pengolah data, actuator berupa motor sebagai
pemutar pengaduk, magnet sebagai pengaduk, dan heater yang dirancang
berbentuk hot plate sebagai pemanas, dan display hasil dari pendeteksian
tersebut.
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
Gambar 10. Magnetic stirrer
xv
c. Fungsi Magnetic Stirrer
Dalam bidang Kimia dan
Biologi perangkat ini biasa digunakan
untuk mencampur (menghomogenkan)
larutan-larutan yang ingin diteliti,
yaitu dengan cara mengaduk larutan
tersebut.
d. Prinsip Kerja Magnetic Stirrer
Medan perputaran dapat dihasilkan oleh perputaran magnet atau satu
set elektromagnet stasioner, yang diletakkan di bawah bejana cairan. Sejak
kaca diketahui tidak mempengaruhi medan magnetik, serta kebanyakan dari
reaksi kimia menggunakan tempat yang terbuat dari tempat kaca, maka
diketahui bahwa magnetik stir bar sangat baik bekerja di bejana kaca tersebut.
Prinsip kerja stirrer ini menggunakan sebuah batang berputar yang berfungsi
untuk mengaduk cairan, perputaran batang tersebut digerakan oleh sebuah
motor DC dengan kecepatan putaran konstan 2400rpm. Waktu pengadukan
ditetapkan selama 15 detik yang dibangkitkan oleh sebuah monostabil
multivibrator. Dua buah cuvet disediakan untuk menampung cairan yang akan
diaduk secara bergantian sehingga diperoleh kapasitas hasil yang lebih besar.
Hasil percobaan menunjukan bahwa campuran menjadi homogen setelah
diaduk 5 kali dengan masing-masing 15 detik.
Pada tahun 2001 telah dilakukan kegiatan aplikasi magnet permanen
buatan P3IB pada sebuahmotor dc sebagai komponen penggerak instrumen
pendukung litbang yang dikenal dengan magnetic stirrer. Sepasang kutub
magnet yang dibuat di P3IB dipasang sebagai medan stator pada sebuah motor
dc, kemudian motor tersebut digunakan sebagai komponen penggerak pada
pembuatan alat magnetic stirrer yang juga dilengkapi dengan sistem pemanas.
Untuk mengetahui karakteristik motor dan tegangan masukan atau putaran
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
Gambar 11. Stir bars atau batang pengaduk
xvi
optimumnya telah dilakukan pengukuran kecepatan putar motor pada
tegangan masukan yang bervariasi dan pengamatan putaran kapsul magnet di
dalam larutan garam dengan kadar garam yang berbeda-beda. Sedangkan
untuk mengetahui suhu maksimum yang dapat dicapai oleh alat, juga telah
dilakukan pengukuran suhu pada dudukan gelas dan pada larutan untuk harga
setting suhu yang bervariasi.
e. Kelebihan dan Kekurangan dari Magnetic Stirrer
1) Kelebihan
Dalam bidang Kimia dan Biologi, alat ini lebih banyak dipilih
dibandingkan pengaduk mesin (motorized stirrers) karena hal-hal berikut,
antara lain: a) lebih tenang, lebih efisien, dan memiliki bagian luar yang
tidak mudah rusak atau berubah jadi aus (selain magnet batang itu
sendiri); b) karena ukurannya kecil, batang pengaduk ini lebih mudah
dibersihkan dan disterilkan daripada pengaduk jenis lainnya; c) ia tidak
membutuhkan pelumas yang dapat mencemari bejana reaksi dan produk;
d) dapat digunakan dalam tempat atau sistem yang kedap udara tanpa
memerlukan segel yang rumit; dan e) magnetic stirrer dapat juga
menyertakan hot plate atau perangkat lainnya untuk memanaskan cairan.
2) Kekurangan
Berdasarkan percobaan, batas ukuran magnetik stirrer untuk mengaduk
hanya dapat digunakan untuk eksperimen yang relative kecil (di bawah 4
liter). Alat ini sulit digunakan pada cairan yang kental atau pada suspense
yang kental. Jadi untuk volume yang besar dan cairan yang kental
dibutuhkan beberapa macam pengaduk magnetik.
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
xvii
4. Densitometer
a. Pengertian Densitometer
Densitometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur Density suatu
benda yang memantulkan cahaya (reflection densitometer) atau yang
meneruskan cahaya (transmission densitometer); di dalam industri grafika
densitometer digunakan antara lain:
1) Mengukur kepekatan film separasi
2) Mengukur kepekatan tinta cetakan, nilai density ini memiliki korelasi
dengan ketebalan tinta tetapi tidak sepenuhnya porposional
Nilai-nilai dibawah ini merupakan contoh anjuran status T salah
satu pabrik tinta
Bahan Cetakan / Methode Cetak Cyan Magenta Yellow BlackKertas Coated /
Offset Lithography Lembaran1,40 1,50 1,10 1,70
Kertas Coated /
Offset Lithography Gulungan (heatset)1,30 1,40 1,00 1,55
Kertas Koran /
Offset Lithography Gulungan (non-heatset)0,90 0,90 0,85 1,05
Densitometer tidak dapat dipakai untuk mengukur warna, karena nilai
yang dipresentasikan berdasarkan panjang gelombang cahaya tertentu (lihat
fungsi diagram kepekatan); Sekarang ini pengukuran kepekatan warna
(density) digunakan alat pengukur warna seperti Spectrophotometer yang
mengukur data spektral warna, nilai density merupakan hasil perhitungan dari
data spektral tersebut.
b. Prinsip Pengukuran dengan Densitometer
Status T atau Status E
Dalam praktek sehari-hari status pengukuran di percetakan dikenal 2
macam status pengukuran yaitu Status T dan Status E. Status T banyak
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
xviii
dipergunakan di Amerika sedangkan Status E dipergunakan di sebagian besar
negara di Eropa.
Gambar 12.
Gambar 13.
Perbedaan kedua status pengukuran hanya pada filter biru yang
dipergunakan untuk pengukuran density Yellow; pada status puncak T
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
xix
pemindaian warna Yellow (filter biru) ada di panjang gelombang 460 nm dan
berakhir pada panjang gelombang
560 nm sedangkan pada status puncak E pemindaian tersebut berada di
panjang gelombang 440 nm dan berakhir pada 540 nm. Oleh karena itu
apabila kita mengukur density dengan status T atau status E, perbedaan yang
signifikan hanya pada warna Yellow saja. Sedangkan baik filter hijau yang
mengukur density Magenta maupun filter merah yang mengukur density Cyan
sama atau sangat mirip.
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
xx
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah disampaikan di bab sebelumnya ada
beberapa hal yang dapat disimpulkan, antara lain:
a. Ohmmter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik yang
merupakan besarnya suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada
konduktor.
b. Osiloskop adalah adalah alat ukur yang digunakan untuk memetakan atau
membaca sinyal listrik maupun frekuensi. Secara sederhana osiloskop dapat
menunjukkan bentuk dari suatu sinyal listrik dan sinyal listrik ini dinamakan
dengan bentuk gelombang sinyal.
c. Magnetic Stirrer adalah salah satu perangkat laboratorium yang menggunakan
putaran medan magnet untuk memutar stir bars yang direndam dalam cairan
yang berputar, dengan kata lain stirrer adalah alat pengaduk beberapa cairan
didalam sebuah bejana (cuvet).
d. Densitometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur Density suatu benda
yang memantulkan cahaya (reflection densitometer) atau yang meneruskan
cahaya (transmission densitometer)
2. SARAN
Diharapkan, untuk terus menambah referensi dengan mencari artikel
terkait di internet terutama bagaimana perkembangan dari instrumen-instrumen
ini yang tentunya terus mengalami penyempurnaan seiring berkembangnya
teknologi pada setiap waktunya.
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2
xxi
DAFTAR PUSTAKA
http://elektronikaindustri.com/pengertian-osiloskop/ (diakses pada tanggal 3 Maret
2013 pukul 00.08)
http://en.wikipedia.org/wiki/Magnetic_stirrer (diakses pada tanggal 3 Maret 2013
pukul 00.20)
http://kelompok8tekniklab.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 3 Maret 2013 pukul
00.13)
http://komputerizam.blogspot.com/2012/06/pengertian-dan-fungsi-amperemeter.html
diakses pada tanggal 1 Maret 2013 pukul 04.28)
http://osiloskop-vivie.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 1 Maret 2013 pukul 03.57)
http://www.sisilain.net/2010/10/pengertian-osiloskop.html (diakses pada tanggal 3
Maret 2013 pukul 04.47)
www.gunadarma.ac.id/library/.../Artikel_11400127.pdf (diakses pada tanggal 15
Maret 2013 pukul 02.43)
Kelompok 6 | INSTRUMEN ELEKTRONIKA 2