Upload
gistadestian
View
156
Download
65
Embed Size (px)
DESCRIPTION
interaksi obat
Citation preview
MAKALAH
INTERAKSI OBAT SEWAKTU TRANSPORT DALAM DARAH
Disusun Oleh :
Azizah marizannah siregar 10334039
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat kemurahan-Nya tugas
interaksi obat dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini membahas
fungsi ginjal.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan - kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan referensi yang saya miliki serta
singkatnya intensitas waktu saya untuk menyusun makalah ini. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini..
Demikian makalah ini saya buat semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan.
Jakarta, Oktober 2013
Penyusun
2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2
1.3 Ruang lingkup Masalah ............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ......................................................................................................................... 3
2.2 Penatalaksanaan Interaksi Obat ............................................................................... 3
2.3Tahap Distribusi .......................................................................................................... 4
2.4Interaksi Obat Dalam Proses Distribusi .................................................................... 4
2.5 Contoh Interaksi Obat Waktu Transport Dalam Darah ........................................ 7
2.6 Prinsip Interaksi Obat Waktu Transport Dalam Darah ........................................ 9
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 16
BAB IV KESIMPULAN .............................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 21
3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi respon tubuh terhadap
pengobatan terdapat faktor interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan makanan ,
zat kimia yang masuk dari lingkungan , atau dengan obat lain.
Interaksi antara obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Interaksi yg
menguntungkan, misalnya :
1. Penisilin dengan probenesid: probenesid mengahambat sekresi penisilin di tubuh
ginjal sehingga meningkatkan kadar penisilin dalam plasma dan dengan demikian
meningkatkan efektivitasnya dalam terapi gonore.
2. Kombinasi obat anti hipertensi: meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek
samping.
3. Kombinasi obat anti asma: meningkatkan efektivitas.
4. Kombinasi obat anti HIV, juga untuk memperlambat timbulnya resistensi virus
terhadap obat.
Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi), kebiasaan para
dokter, memudahkan terjadinya interaksi obat. Suatu survey yang dilaporkan pada
tahun 1977 pengenai polifarmasi pada pasien yang dirawat dirumah sakit menunjukan
bahwa insiden efek samping pada pasien yang mendapat 0-5 macam obat adalah
3,5%, sedangkan yang mendapat 16-macam obat adalah 54%. Peningkatan insiden
efek samping yang jauh melebihi peningkatan jumlah obat yang diberikan bersama ini
diperkirakan akibat terjadinya interaksi obat yang juga makin meningkat.
Interaksi obat dianggap penting secara klinik jika berakibat meningkatkan
toksisitas dan mengurangi aktifitas obat yang berinteraksi, jadi terutama jika
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah atau
slope log DEC yang curam), misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat
sitostatik. Demikian juga interaksi yang menyangkut obat –obat yang bias digunakan
atau yang sering diberikan bersama tentu lebih penting daripada obat yang jarang
dipakai. Mekanisme interaksi obat secara garis besar dapat dibedakan atas 3
mekanisme, yaitu: interaksi farmasetik atau inkomtabilitas, interaski farmakokinetik,
dan interaski farmakodinamik.
4
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
menambah pengetahuan serta pemahaman mahasiswa mengenai interaksi obat terutama
interaksi obat dalam darah.
1.3 Ruang lingkup Masalah
Ruang lingkup yang menjadi topik makalah ini adalah mekanisme, interaksi dan efek yang ditimbulkan dan penanganan interaksi obat dalam darah.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai modifikasi efek suatu obat akibat
obat lain yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan; atau bila dua atau
lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas suatu obat
berubah.
Interaksi obat biasanya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
komplikasi seperti halnya malaria. Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi parasit yang ditimbulkan oleh satu dari empat spesies dari genus plasmodium:
P.vivax, P.falciparum, P. ovale dan P. malariae.manusia dapet terinfeksi oleh salah
satu strain plasmodium pasca gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi.
2.2 Penatalaksanaan Interaksi Obat
Langkah pertama dalam penatalaksanaan interaksi obat adalah waspada
terhadap pasien yang memperoleh obat-obat yang mungkin dapat berinteraksi dengan
obat lain. Kemudian dinilai apakah interaksi yang terjadi bermakna klinis dan
ditemukan kelompok-kelompok pasien yang beresiko mengalami interaksi obat.
Langkah berikutnya adalah memberitahu dokter dan mendiskusikan berbagai langkah
yang dapat diambil untuk meminimalkan berbagai efek samping yang mungkin
terjadi.
Startegi penatalaksanaan interaksi obat dapat dilakukan dengan cara:
Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi
Jika resiko terjadinya interaksi obat lebih besar dari manfaatnya, maka harus
dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti.
Penyesuaian dosis
Jika hasil interaksi obat meningkatkan atau menurunkan efek obat, maka perlu
dilaukan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk mengimbangi
kenaikan atau penurunan efek obat tersebut. Penyesuaian dosis diperlukan pada
saat mulai atau menghentikan penggunaan obat yang menyebabkan interaksi.
Memantau pasien
6
Keputusan dari memantau atau tidak memantau tergantung dari berbagai factor,
seperti karakteristik pasien, penyakit lain yang diderita pasien, waktu mulai
menggunakan obat yang menyebabkan interaksi, dan waktu timbulnya reaksi
interaksi obat.
Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya dengan modifikasi
Jika kombnasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan yang
optimal, atau bila interaksi tersebut tidak bermakna secara klinis.
2.3 Tahap Distribusi
Distribusi obat adalah distribusi obat dari dan kedarah dan beberapa jaringan
tubuh (misalnya lemak, otot, dan jaringan otak) dan proporsi relatif obat didalam
jaringan. Setelah suatu obat di absorpsi kedalam aliran darah maka obat akan
bersirkulasi dengan cepat keseluruh tubuh, waktu sirkulasi darah rata-rata adalah 1
menit. Saat darah bersirkulasi obat bergerak dari aliran darah dan masuk ke jaringan-
jaringan tubuh.
Obat-obat yang larut didalam lemak seperti obat anestesi halotan cenderung
berkonsentrasi di dalam jaringan lemak. Obat-obat lainnya lebih banyak
berkonsentrasi di satu bagian tubuh saja (misalnya yodium hanya berkonsentrasi
didalam kelenjar tiroid) karena jaringan memiliki afinitas tertentu dan kemampuan
menahan obat.obat masuk kejaringan yang berbeda dengan kecepatan yang berbeda
pula, tergantung pada kemampuan obat untuk menembus membran. Beberapa obat
meninggalakan aliaran darah dengan sangat lambat karena obat tersebut berikatkan
kuat dengan protein yang bersikulasi didalam darah. Bagian yang terikat dengan
protein umumnya tidak aktif. Saat obat yang tidak terikat didistribusikan kejaringan-
jaringan tubuh maka kadarnya didalam aliran darah akan turun dan protein secara
perlahan melepaskan obat yang di ikat. Jadi obat yang terikat didalam aliran darah
dapat berfungsi sebagai cadangan.
2.4 Interaksi Obat Dalam Proses Distribusi
A. Transpor obat didalam aliran darah
Pengikatan bahan kimia endogen pada protein darah (serum) merupakan suatu
proses fisik yang normal yang melarutkan dan mengikat hormon serta metabolit
sehingga melepaskannya secara perlahan –lahan dan konstan pada tempat-tempat
7
reseptor dan eksresi. Proses ini juga berperan dalam mengangkut obat yang relatif
tidak larut di dalam cairan tubuh pada pH 7,4 (pH fisiologis). Obat-obat ini diangkut
di dalam aliran darah ke berbagai tempat yakni tempat aksi (reseptor), tempat
metabolisme (hati), dan tempat ekskresi (ginjal), sebagai kompleks yang lemah yang
terikat pada protein plasma.
Sebagian obat lebih mudah terikat daripada yang lainnya. Obat yang terikat
itu, secara farmakologi tidak aktif karena aksi obat tergantung pada absorbsi
(penyerapan) obat bebas pada sisi reseptor yang aktif. Pengikatan obat dapat terjadi
pada beberapa tempat selain aliran darah, seperti jaringan penghubung, adiposa, ruang
antar sel, dan lain-lain. Obat yang terikat ini berperan sebagai cadangan dan bila obat
bebas telah termetabolisme, terakumulasi dalam jaringan lain atau terekresi, maka
tambahan atau pasokan obat berasal dari pelepasan ikatan tersebut. Dengan demikian
terjadi proses ke-setimbangan dinamik yang terus menerus dengan bagian obat yang
tetap berada dalam keadaan bebas.
B. Interaksi dalam ikatan protein plasma
Banyak obat terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam terutama
pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam α1-glikoprotein. Oleh
karena jumlah protein plasma terbatas, maka terjadi kompotisi antara obat –obat yang
bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang sama. Tergantung dari kadar obat
dan afinitasnya terhadap protein plasma, maka suatu obat dapat digeser dari ikatanya
dengan protein plasma oleh obat lain, dan peningkatan kadar obat bebas menimbulkan
peningkatatan efek farmakologiknya. Akan tetapi keadaan ini hanya berlangsung
sementara karena peningkatan kadar obat bebas juga meningkatkan eliminasinya
sehingga akhirnya tercapai keadaan mantap yang baru dimana kadar obat total
menurun tetapi kadar obat bebas kembali seperti sebelumnya (mekanisme
kompensasi).
Interaksi dalam ikatan protein ini, meskipun banyak terjadi, tetapi yang
menimbulkan masalah dalam klinik hanyalah yang menyangkut obat degan sifat
berikut untuk obat yang di geser:
1. Mempunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma (minimal 85%) dan
volume distribusi yang kecil (≤ 0,15 L/kg) sehingga pergeseran sedikit saja
akan meningkatkan kadar obat bebas secara bermakna; ini berlaku terutama
8
untuk obat bersifat asam, karena kebanyakan obat berifat basa volume
distribusi sangat luas.
2. Mempunyai batas keamanan yang sempit sehingga peningkatan kadar obat
bebas tersebut dapat mencapai kadar toksik
Efek toksik yang serius telah terjadi sebelum kompensasi diatas tersebut terjadi,
misalnya terjadi perdarahan pada antikoagulan oral, hipoglikemia pada anti diabetic
oral; atau eliminasinya mengalami kejenuhan, misalnya penitoin, salisilat dan
dikumarol, sehingga peningkatan kadar obat bebas tidak segera disertai dengan
peningkatan kecepatan eliminasinya. Interaksi ini lebih nyata dengan
hipoalbuminemia, gagal ginjal atau penyakit yang berat akibat berkurangnya albumin
plasma ikatan obat bersifatasam dengan albumi, serta menurunya eliminasi obat .
Bagi obat penggeser yang dapat menimbulkan pergeseran protein yang
bermakna adalah yang bersifat sebagai berikut:
1. Berikatan dengan albumin di tempat ikatan yang sama dengan obat yang
digeser (site I atau site II) dengan ikatan yang kuat.
2. Pada dosis terapi kadarnya cukup tinggi untuk mulai menjenuhkan tempat
ikatanya pada albumin sebagai contoh, fenilbutazon akan menggeser warfarin
(ikatan protein 99%, Vd=0,14 L/kg) dan tolbutamid (ikatan protein 96%,
Vd=0,12 L/kg).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi protein plasma :
• Sintesis protein
• Katabolisme protein
• Distribusi albumin antara ruang intra dan ekstra vaskuler
• Eliminasi protein plasma yang berlebih terutama albumin
• Perubahan kualitas protein plasma → afinitas obat terhadap protein berubah
Contoh penyakit hati/ginjal → kualitas protein plasma berubah → kapasitas
protein plasma terhadap obat berubah.
Obat terikat protein plasma :
• Suatu komplek yang besar
• Tidak dapat lewat membran sel
9
• Distribusi terbatas
• Tidak aktif secara terapeutik
Obat bebas :
• Dapat lewat membran sel secara bebas
• Distribusi luas
• Aktif secara terapeutik
Faktor –faktor yang mempengaruhi ikatan protein plasma :
• Sifat fisikokimia obat
• Konsentrasi obat dalam tubuh
• Jumlah protein plasma
• Afinitas antara obat dengan protein
• Kompetisi obat dengan zat lain pada ikatan protein
• Kondisi patofisiologis penderita
2.5 Contoh Interaksi Obat Waktu Transport Dalam Darah
No Obat objek
(A)
Obat praesipitasi
(B)
Mekanisme interaksi Efek yang
ditimbulkan
Penanganan
interaksi
1 Warfarin Fenilbutazon Kedua obat ini terikat
kuat pada protein
plasma. Namun,
fenilbutazon memiliki
afinitas yang lebih
besar, sehingga
mampu menggeser
warfarin dan
meningkatkan jumlah
atau kadar warfarin
bebas. Dalam keadaan
ini aktivitas
antikoagulan
meningkat.
Perdarahan Pemberian
Warfarin dengan
fenilbutazon
diberikan dengan
interval waktu.
10
2 Warfarin kloralhidrat Metabolit utama dari
kloralhidrat , yaitu
asam trikloroasetat
sangat kuat terikat
pada protein plasma,
sehingga dapat
mendesak warfarin
dari ikatan protein.
Antikoagulan
meningkat
Pemberian
warfarin dengan
kloralhidrat
diberikan dengan
interval waktu.
3 Fenitoin Asam valproat Asam valproat
mendesak fenitoin dari
ikatan protein plasma.
Efek fenitoin
meningkat
terjadi reaksi
samping.
4 Rifampicin Antasida, opiat, dan
obat antikolinergik
Menurunkan
bioavailabilitas
rifampicin
Kadar obat
dalam darah
menurun
Rifampicin
diberikan
beberapa jam
sebelum sediaan
tersebut
5 Amlodipine Antasid Tidak terjadi interaksi Tdk
mengubah
farmakokineti
k amlodipine
-
6 Cetirizine HCl Simetidine Tidak terjadi interaksi Konsentrasi
cetirize HCl
plasma tidak
terpengaruh
-
7 Cetirizine HCl Diazepam Tidak terjadi interaksi Tdk terjadi
reaksi
-
8 Digoxin Diclofenak sodium Meningkatkan
bioavailabilitas digoxin
Kadar obat
dalam darah
meningkat
11
9 Obat diuretik Obat NSAID Menghambat aktivitas
diuretic
Efek diuretik Hindari
penggunaan obat
secara bersamaan
10 Methotrexate Obat NSAID Meningkatkan kadar
methotrexate
Toksisitas Harus berhati-hati
jika methotrexate
diberikan dalam 24
jam setelah obat
NSAID
11 Lithium Diclofenak sodium Mengurangi ekskresi
ginjal
Meningkatkan
konsentrasi
lithium plasma
2.6 Prinsip Interaksi Obat Waktu Transport Dalam Darah
Di dalam darah senyawa obat berinteraksi dengan protein plasma. Seyawa yang asam akan
berikatan dengan albumin dan yang basa akan berikatan dengan α1-glikoprotein. Jika 2 obat
atau lebih diberikan maka dalam darah akan bersaing untuk berikatan dengan protein
plasma,sehingga proses distribusi terganggu (terjadi peingkatan salah satu distribusi obat
kejaringan).
12
BAB III
PEMBAHASAN
Banyak obat yang terikat protein plasma sehingga hanya obat dalam bentuk bebas
didalam plasma yang menghasilkan efek farmakologi. Biasanya obat terikat albumin namun
sebagian obat (seperti kuinin) terikat ke α-globulin dan asam glikoprotein. Obat-obat yang
bersifat asam seperti walfarin dan analgetik non steroin (NSAID) memiliki afinitas yang
tinggi terhadap albumin plasma, namun sebagian obat basa seperti antidepresan dapat
berikatan juga. Sebagian besar obat aktif aktif secara farmakologi dengan konsentrasi yang
tidak menjenuhkan tempat ikatan protein plasma, jadi sebagian obat yang terikat tidak
tergantung pada konsentrasi obat. Namun tempat ikatan beberapa jenis obat seperti
tolbutamid dan beberapa sulfonamide hampir jenuh pada konsentrasi terapi sehingga
penambahan lebih banyak obat akan meningkatkan konsentrasi obat bebas dengan jumlah
yang lebih besar dari yang diharapkan. Karena banyak obat yang memiliki afinitas terhadap
tempat ikatan albumin maka kompetisinya dianggap sebagai interaksi obat yang penting.
Meskipun obat-obatan berikatan dengan banyak makro-molekul, pengikatan ke
protein plasma lazim terjadi. Dari protein plasma ini albumin yang terdiri dari 5% total
protein mengikat paling banyak jenis obat. Obat-obat yang bersifat asam biasanya mengikat
albumin, sementara obat-obatan yang bersifat basa berikatan dengan α-glikoprotein dan
lipoprotein. Banyak senyawa endogen steroid, vitamin dan ion mineral berikatan dengan
globulin.
13
BAB IV
KESIMPULAN
Distribusi merupakan perjalanan obat ke seluruh tubuh. Proses ini dipengaruhi oleh :
Pengikatan protein plasma, kelarutan obat dalam lipid (yaitu, apakah obat tersebut larut
dalam jaringan lemak), sifat-keterikatan obat, aliran darah ke dalam organ dan keadaan
sirkulasi, stadium dalam siklus kehidupan, misalnya kehamilan, masa bayi, kondisi penyakit,
misalnya preeklampsia atau gagal jantung.
Obat akan terikat dengan protein plasma dalam taraf yang bervariasi. Sebagian obat
(mis. warfarin, nifedipin, antidepresan trisiklik), sebagian hormon dan bilirubin yang beredar
dalam darah terutama terikat dengan protein plasma, khususnya albumin. Normalnya, bentuk
bebas dan bentuk terikat berada dalam keadaan seimbang atau ekuilibrium. Hanya obat bebas
yang aktif secara biologis. Obat terikat berfungsi sebagai suatu tempat simpanan.
Keberadaan protein untuk pengikatan obat akan berkurang pada kehamilan, neonatus,
malnutrisi dan luka bakar yang luas. Hal ini akan meningkatkan efek sebagian obat seperti
obat-obat anti-epilepsi dan juga efek sampingnya. Pengikatan protein merupakan sumber
interaksi obat. Sebagian obat, misalnya aspirin, akan menggeser bilirubin dari tempat
pengikatannya pada albumin plasma.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000.
Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2000
2. Departemen farmakologi dan Terapeutik. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta : Fakultas
kedokteran-Universitas Indonesia. 2007
3. Prof. Dr. Elin Yulinah Sukandar, Apt, dkk. Iso Farmakoterapi. PT ISFI Penerbitan : Jakarta
4. Harkness Richard, R. PH. Interaksi Obat. Penerbit ITB : Bandung
5. Syamsudin. Interaksi Obat Konsep Dasar dan Klinis. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta
15