Upload
davi-tantra
View
268
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
1/55
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sabuk Timah Asia Tenggara adalah wilayah sebaran timah yang membentang
sepanjang ±2800 km dengan lebar ±400 km melewati negara-negara Myanmar, Thailand,
semenanjung Malaysia dan pulau-pulau timah Indonesia. Sebesar 9,6 juta ton timah atau
setara dengan 54% produksi timah dunia dihasilkan dari wilayah ini. Kesadaran akan
kayanya kandungan mineral logam di bumi pertiwi serta amanat dari Undang-undang
Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 mendorong industri pertambangan untuk mengeksploitasi dan
memanfaatkan sumber daya alam tersebut secara efisien untuk kesejahteraan bangsa.
Pertambangan menurut Undang-undang nomor 4 tahun 2009 adalah sebagian atauseluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral
atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang.
Melihat potensi cadangan mineral timah di daerah Kepulauan Riau yang melimpah
dan reputasi PT Timah sebagai salah satu produsen timah terbesar yang telah mendapat
pengakuan dunia akan kualitas timah yang diproduksi, menarik minat saya selaku
mahasiswa Teknik Pertambangan untuk mempelajari penambangan timah dari hulu ke
hilir yang dilakukan PT Timah. Ditambah lagi metode dan lingkungan penambangan
yang tidak lazim yakni penambangan lepas pantai ( offshore mining ) menggunakan alat
berat berupa Kapal Keruk (KK) dan Kapal Isap Produksi (KIP) dapat menambah
pengetahuan serta memberi pengalaman kerja yang luar biasa sebagai calon sarjana
Teknik Pertambangan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tahapan penentuan rencana penambangan untuk alat penambangan
Kapal Isap Produksi (KIP) dan Kapal Keruk (KK) serta faktor-faktor apa saja yang
perlu menjadi perhatian?
2. Bagaimana tahapan penambangan bijih timah menggunakan alat berat Kapal Isap
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
2/55
2
3. Produksi (KIP) dan Kapal Keruk (KK) serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi
proses penambangan?
4. Bagaimana tahapan proses pencucian bijih timah di kapal dan di Pusat Pengolahan
Bijih Timah (PPBT) hingga didapatkan konsentrat timah?
5. Bagaimana proses peleburan dan pemurnian konsentrat timah hingga mencapai
logam timah murni?
1.3 Batasan Masalah
Kerja praktek ini dilakukan di PT Timah (Persero) Tbk Unit Penambangan
Kepulauan Riau dan Riau di Pulau Kundur, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan
Riau. Dimulai tanggal 10 Agustus 2015 hingga 6 September 2015.Selama kegiatan Kerja Praktek berlangsung, pengamatan dilakukan di :
● Bidang Geologi & Evaluasi Penambangan
● Kapal Isap Produksi (KIP) Timah VI
● KIP Timah XVIII
● Bidang Teknik Pencucian
● Kapal Keruk (KK) 19 Bangka II
● Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT)● Gudang Bijih Timah (GBT)
● Pusat Peleburan Timah (Smelter)
Yang menjadi bahan pengamatan adalah tahapan proses, variabel yang
mempengaruhi, dan kiat dalam memanfaatkan atau mengatasi variabel yang
mempengaruhi.
1.4 Tujuan dan Manfaat
Tujuan pelaksanaan Kerja Praktek ini, yaitu
1. Mengamati secara langsung penggunaan teori-teori dasar yang telah diajarkan selama
proses perkuliahan di lapangan.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
3/55
3
2. Mengetahui konsep dan ikut mengamati tahapan estimasi cadangan, pembuatan peta
Rencana Kerja alat penambangan Kapal Isap Produksi dan Kapal Keruk serta
evaluasi penambangan.
3. Mengetahui konsep dan mengikuti operasi penambangan timah lepas pantai ( offshore)
dengan menggunakan Kapal Keruk (KK) dan Kapal Isap Produksi (KIP) di PT
Timah Unit Kepulauan Riau dan Riau, Kabupaten Karimun.
4. Mengetahui dan mengamati langsung alur dan proses pencucian bijih timah di Kapal
Isap Produksi, Kapal Keruk dan Pusat Pengolahan Bijih Timah hingga menjadi
konsentrat timah.
5. Mengetahui dan mengamati langsung proses-proses peleburan dan pemurnian
konsentrat timah hingga menjadi logam timah murni.
6. Sebagai salah satu syarat kelulusan mahasiswa dari Program Studi Teknik
Pertambangan Universitas Trisakti.
Manfaat yang didapat dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah :
1. Menjalin hubungan dan kerja sama yang saling menguntungkan antara pihak
universitas dengan pihak industri atau penyedia lapangan kerja.
2. Mahasiswa mendapat pengetahuan mengenai kegiatan penambangan yang
berlangsung dan juga pengalaman terlibat dalam prosesnya.
3. Perusahaan mendapat masukan dari hasil pengamatan mahasiswa terhadap proses
penambangan dan pengolahan yang dilakukan.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
4/55
4
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Kesampaian Wilayah
Lokasi kantor operasional PT Timah Unit Kundur berada di Desa Prayun, Kecamatan
Kundur Barat, Pulau Kundur, sebelah barat Kota Tanjung Batu. Sementara Wilayah Izin
Usaha Pertambangan PT Timah (Persero) Tbk Unit Kundur berada di perairan pulau
Karimun-Kundur. Untuk menuju lokasi dari Kota Batam harus menempuh perjalanan laut
selama satu setengah jam melalui Pelabuhan Sekupang atau Pelabuhan Harbour Bay
menuju Pelabuhan Tanjung Balai di Pulau Karimun. Kemudian menelusuri Jalan
Pelabuhan selama 10 menit menuju pelabuhan antar pulau yakni Pelabuhan KPK, dari
Pelabuhan KPK menggunakan jalur laut dengan lama perjalanan 20 menit menuju pelabuhan utama PT Timah yakni Pelabuhan Sekumbang di Pulau Kundur.
Gambar 1. Lokasi Perusahaan di Pulau Kundur
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
5/55
5
Operasi penambangan bijih timah di perairan Pulau Karimun-Kundur menempati
wilayah IUP Operasi Produksi yang umumnya mempunyai masa berlaku 30 tahun. Izin
Usaha Pertambangan Operasi dan Produksi diterbitkan bupati Kabupaten Karimun,
sehingga secara administrasi jalur endapan bijih timah perairan Pulau Karimun-Kundur
tercakup kedalam Kecamatan Kundur, Kecamatan Kundur barat, Kecamatan Meral,
Kecamatan Karimun dan Kabupaten Karimun. Dari sudut geologi, sumber timah perairan
tersebut merupakan bagian jalur timah Asia Tenggara. Di indonesia jalur timah ini 2/3
berada pada zona lautan, sedangkan zona daratan berupa deretan pulau-pulau dari arah
barat laut, Pulau Karimun, Kundur, Singkep, Bangka sampai Belitung dan jejak granit
bertimah terakhir berada di pulau Karimata di timur Belitung.
Secara implisit RTRW Kabupaten Karimun (2001-2002) menunjukkan bahwa
perairan tersebut tergolong strategi umum pola pengembangan potensi jalur endapan bijihtimah, sehingga lokasi tersebut diterapkan peruntukannya sebagai kawasan pertambangan
dengan kriteria lokasi untuk potensi bahan tambang bernilai tinggi.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
6/55
6
Gambar 2. Peta WIUP PT Timah (Persero) Tbk Wilayah Kepri dan Riau
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
7/55
7
2.2 Keadaan Metereologi Regional
Berdasarkan data BMKG Tanjung Balai Karimun, dengan periode pencatatan tahun
bulan Agustus - September 2015 dapat diketahui komponen iklim:
● Curah hujan di perairan P. Karimun-Kundur adalah 0-20 mm.
● Suhu udara terendah adalah 25°C sementara suhu udara tertinggi adalah 32°C.
● Angin bertiup dari tenggara ke arah barat daya dengan kecepatan antara 5-10 knot.
● Arus bergerak dari arah tenggara menuju arah barat daya dengan kecepatan 0-5 cm/s.
Gambar 3. Tabel Arus Pasang Surut Perairan Kundur
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
8/55
8
2.3 Geologi
2.3.1 Stratigrafi
Keadaan geologi P. Karimun tidak dapat dipisahkan dengan geologi P. Kundur
dibagian selatannya, maka pembahasan geologinya selalu dikaitkan antar keduanya.
Berdasarkan peta Geologi (Cameron, et. al, 1992) stratigrafi daerah Karimun - Kundur
secara umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok batuan, yaitu: batuan berumur Pra
Tersier dan Kuarter.
A. BATUAN PRA-TERSIER
Batuan Pra-Tersier yang dijumpai di daerah ini berupa batuan sedimen/metasedimen
dan batuan intrusif. Sebagian besar batuan sedimen yang ditemukan di daerah ini telah berubah menjadi metasedimen, seperti serpih hornfels dan batupasir hornfels.
1. Batuan Sedimen/Metasedimen
Batuan sedimen/metasedimen Pra-Tersier yang terdapat di Lembar Bengkalis dan
Siak Sri Indrapura (Cameron, et. al., 1982) diwakili olah formasi Malarco, Formasi Papan
dan Formasi Bintang.
Formasi Malarco terdapat di P. Karimun, terdiri dari serpih hornfels, batupasir, rijang,
konglomerat, batugamping dan batuan gunungapi riodasitik berumur Karbon - Trias
Akhir. Formasi ini memperlihatkan kemiripan litologi dengan Formasi Papan di P.
Kundur. Hanya saja dalam Formasi Malarco berkembang batuan volkanik
riodasitik.Raadshoven dan Swar (1942), Gobbert (1973) dan Haile et. al (1977)
memperkirakan bahwa formasi ini setara dengan Kelompok Raub (Cameron et. al, 1982).
Formasi Papan, yang terdapat di P. Kundur, tersusun atas serpih, batupasir dan
konglomerat kuarsa yang menjadi hornfels pada kontak denga granit dan berumur Trias
Tengah - Trias Akhir. Formasi ini sangat mirip dengan Formasi Kualu yang terletak di
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
9/55
9
Pematang Siantar, Formasi Bangka, serta Formasi Semanggol di Malaysia barat laut. jika
korelasi ini benar, maka Formasi Papan merupakan bagian dari Kelompok Peusangan
yang berumur Perm Akhir - Tria Akhir.
Formasi Bintang
merupakan batuan Pra-Tersier yang tersingkap di P. Sanglar Besar (di sebelah tenggara P.
Kundur) dan terdiri atas serpih, batupasir, konglomerat dan bongkah konglomerat alas.
bagian bawah formasi ini berumur Rhaetian (Trias Akhir) dan bagian atasnya berumur
Jura.
2. Batuan intrusif
Batuan intrusif banyak dijumpai dikepulauan ini, terdiri dari granit dan gabro. Granit
dapat dibedakan menjadi Granit Karimun, Granit Kundur, dan Granit Tak Terpisahkan.
Sedangkan gabro hanya ditemukan dalam Komplek Merak.
Granit Kundur berwarna abu-abu, umumnya berukuran kasar dengan megakristal
ortoklas/mikrolin. Granit ini dijumpai di bagian tengah P. Kundur dan P.Kanipaan,
sedangkan Granit Karimun berwarna merah muda dan jarang ditemukan megakristal
muskovit dan K-Felspar, ditemukan di P. Karimun Kecil. Kedua granit ini diperkirakan berumur Trias Tengah - Trias Akhir. Cameron et. al., 1982 menyatakan Granit Karimun
memperlihatkan kemiripan dengan granit jalur Timur (Trengganu dan Belitung), terletak
di bagian timur Bentong-Raub Suture, sedangkan Granit Kundur mirip granit pada Jalur
utama (Kinta Valley dan Bangka).
Granit Tak Terpisahkan
terdapat di P. Rabi, P. tulang dan P. parit dan hubungannya dengan kedua granit terdahulu
tidak dapat dipastikan. Germeeraad (1941) memperkirakan granit tak terpisahkan ini
adalah granit porfiritik yang teralterasi dan merupakan roof pendant (batuan lebih tua
yang terdapat di bagian atas tubuh batolit dari Granit Karimun.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
10/55
10
Komplek Merak
terdiri atas metagabro hornblenda, amfibolit dan sekis hornblenda dan diperkirakan
berumur lebih tua dari Granit Kundur, Granit karimun, dan Granit Tak Terpisahkan.
Komplek Merak ini dijumpai di P. Merak, P. Tulang, P. Tembelas bagian selatan dan
Tanjung Melolo di bagian barat P. Karimun. Komplek ini diperkirakan merupakan indika
si adanya Bentong - Raub Suture yang diperkirakan berumur Trias Tengah - Trias Akhir.
B. KUARTER
Aluvium pada daerah selidikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Endapan Permukaan
Tua dan Endapan Permukaan Muda.
Endapan Permukaan Tua tersebar luas di P. Kundur, P. Karimun dan pulau-pulausekitarnya. Endapan ini terdiri atas lempung, lanau, kerikil lempungan, sisa-sisa
tumbuhan dan pasir granit. Satuan ini merupakan endapan fluviatil dan berumur Plistosen
Atas.
Endapan Permukaan Muda terletak tidak selaras di atas Endapan Permukaan Tua terdiri
atas lempung, lanau, kerikil licin, sisa-sisa tumbuhan rawa, gambut, dan terumbu koral.
Satuan ini diendapkan di lingkungan inner sublitoral
dan berumur Holosen
2.3.2 Struktur Geologi
Pengamatan foto udara menunjukkan adanya struktur berarah baratlaut - tenggara
pada singkapan Formasi Papan dan Formasi Malarco.
Komplek Merak yang merupakan dismembered ophiolite dari Bentong - Raub Suture,
memperlihatkan kelurusan berarah Timur Tenggara di antara P. Karimun dan P. Kundur.
Kedua arah di atas merupakan struktur Pra-Tersier yang terlihat paling jelas di daerah ini.
Penyusupan kerak samudera ke arah timur di bawah Zona Benioff pada Zaman karbon
menyebabkan terjadinya volkanisme felsik, pluton granit dan sedimentasi endapan flysch
(Formasi Malarco di P. Karimun). Belum diketahui secara pasti kapan tumbukan terjadi,
tetapi Bentong - Raub Suture telah ada sebelum terbentuknya granit Main Range di
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
11/55
11
Malaysia barat pada Trias Tengah/Akhir. Berdasarkan penelitian Hamilton (1979), granit
ini mempunyai kandungan strontium tinggi. Sebelum dan selama pembentukan pluton ini,
Formasi Papan dan formasi yang seumur diendapkan di cekungan yang terletak di sebelah
barat. Timah primer ditemukan pada urat kuarsa dan greisen yang berdekatan dengan
kontak antara granit dan Formasi Papan. Urat-urat ini berarah 105° dengan kemiringan
hampir tegak. Tidak ada laporan mengenai keberadaan timah di Formasi Malarco. Tetapi
Cameron et. al., memperkirakan adanya potensi timah placer di sepanjang margin granit
Gambar 4. Peta geologi daerah P. Karimun Besar dan sekitarnya
2.4 Endapan Timah
Endapan timah di Indonesia terletak pada jalur timah terkaya di dunia, yang
membujur mulai dari Cina selatan, Birma, Muangthai, Malaysia dan berlanjut ke
Indonesia. Jalur di Indonesia mengarah dari utara ke selatan yaitu dari pulau Karimun, P.
Kundur, P. Singkep, P. Bangka, Bangkinang (Sumatera bagian tengah) serta terdapat
tanda-tanda di kepulauan Anambas, Natuna dan Karimata. Sampai ini ada dua jenis utama
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
12/55
12
timah yang berdasarkan proses terbentuknya yaitu timah primer dan timah sekunder,
kedua timah jenis tersebut dibedakan atas dasar proses terbentuknya (genesa).
Endapan timah primer pada umumnya terdapat pada batuan granit atau sumber
terbentuknya (intrusi magma yang sudah membeku dan tersingkap), sedangkan endapan
timah sekunder kebanyakan terdapat pada sungai-sungai tua dan dasar lembah baik yang
terdapat di darat maupun di laut (batuan sumber yang telah mengalami transgresi dan
regresi).
Produksi delapan puluh persen dari endapan timah sekunder yang merupakan hasil
proses pelapukan endapan timah primer, sedangkan sisanya ada dua puluh persen berasal
dari endapan timah primer itu sendiri. Penyebaran cadangan timah terdapat di
Negara-negara yang berada di jalur mineralisasi, seperti Negara-negara tersebut di atas.
Di Indonesia bahan tambang timah merupakan komoditi andalan untuk ekspor, selainminyak bumi dan batu bara, dan kemungkinan masih cukup banyak endapan timah yang
masih belum ditemukan.
Bentuk - Bentuk Pengendapan Timah menurut Batchelor. D, (1980), dan Worojati.
D, (1994), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk pengendapan (depositional form) yang
potensial terhadap konsentrasi endapan timah dibagi kedalam 5 (lima) kelompok :
a. Pengendapan eluvial dan kolovial
Gejala pengendapan eluvial dan kolovial di lapangan dapat dikenali
dengan memperhatikan perubahan secara berangsur-angsur pada interval bawah
hingga ke atas tanpa dipisahkan oleh bidang erosi.
b . Kipas Aluvial (Aluvial fan)
Secara umum model kipas aluvial dibagi atas :
1. Bagian Proksimal (dekat dengan sumber), tersusun atas batupasir kasar
yang mempunyai struktur masif dan berlapis.
2. Bagian tengah kipas aluvial (mid fan) terusun atas batupasir kasar hingga sedang.
3. Bagian ujung kipas aluvial (distal fan) tersusun atas batupasir berukuran
sedang hingga batu lempung.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
13/55
13
c . Braided Stream
Merupakan pola pengaliran yang bancuh / simpang siur, yang
menghasilkan banyak point bar.
d . Meandering Stream
Merupakan pengendapan yang dibagi atas endapan dasar sungai dan
endapan point bar.
e . Endapan pantai
Fasies endapan pantai secara umum mempunyai nilai ekonomi terhadap kandungan
mineral bijih.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
14/55
14
BAB III
LANDASAN TEORI
Gambar 5. Skema Mata Rantai Produksi Timah
3.1 Endapan Timah AlluvialEndapan timah alluvial ( placer ) adalah endapan timah yang terbentuk akibat proses
pelapukan pada endapan primer yang kemudian tertransportasi dan terendapkan di tempat
lain sebagai endapan sekunder (alluvial) dengan variasi ukuran 20 – 150 mesh pada
lingkungan pengendapan tertentu yang mempunyai nilai ekonomis. Endapan placer terdiri
dari endapan eluvial dan endapan alluvial.
Pelapukan dan konsentrasi mekanik membentuk endapan alluvial yang di Indonesia
dikenal dengan endapan bijih kulit yang dinamai dengan kaksa dimana terjadi akibat
proses erosi selektif dimana mineral berat ( cassiterite ) terendapkan sedangkan mineral
yang ringan terbawa jauh. Endapan ini dicirikan lokasi terdapatnya di lembah – lembah
dan di atas bed rock serta butirannya tidak semua besar.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
15/55
15
Penambangan timah alluvial adalah penambangan timah dengan metoda yang
sedemikian rupa sesuai dengan kondisi fisik dari endapan timah alluvial tersebut agar
menghasilkan hasil produksi yang efisien.
Cassiterite (SnO 2 ) merupakan mineral utama yang mengandung unsur Sn. Dalam
pembentukannya, mineral ini disertai dengan beberapa mineral berat berharga serta
sekelompok mineral pengganggu. Endapan bijih timah didalam Cassiterite pada
umumnya berasal dari magma granitik, yaitu magma dari larutan yang bersifat asam dan
menerobos batuan untuk mencapai permukaan (pembentukan granit), sehingga
keterdapatan endapan bijih Timah berhubungan erat dengan terdapatnya batuan granit.
Kandungan rata-rata kadar Sn dalam batuan sebagai indikasi pegangan eksplorasi mineral
dalam menentukan nilai latar belakang yang diberikan oleh Hawkess dan Webb (1962).
Harga rata-rata ini untuk batuan beku adalah 32 ppm Sn, dengan kandungan Sn yangkecil sebesar 6 ppm pada batuan beku mafik dan dengan maksimum 45 ppm pada batuan
fesilik, sedangkan untuk batuan sedimen serpih dapat mencapai 40 ppm. Nilai rata-rata
yang digunakan ditentukan oleh Onishi dan Sandell (1957) dan Hamaguchi (1964)
dengan kisaran nilai yang dikumpulkan oleh Wedepohl (1974) dan Durasova (1967).
1. Mineral berat berharga.
a . Mineral Utama
Mineral utama yang diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) UnitKundur adalah kasiterit (SnO 2 ). Warna kasiterit ini bermacam-macam yaitu
kuning coklat, kuning kemerahan, coklat kehitaman dan coklat tua dengan berat
jenis 6,8 – 7,1. Mineral kasiterit permukaannya mengkilap dan berminyak.
Umumnya tidak tembus cahaya, tetapi lapisan permukaan kristalnya berkilau.
Keberadaannya ada yang primer ada pula yang aluvial. Dengan sistem kristal
tetragonal 4/m 2/m 2/m. Mineral mineral bersifat konduktor.
b . Mineral ikutan berharga
Secara umum mineral berharga yang terbawa oleh mineral kasiterit, dan mineral
ikutan berharga yang diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) Unit
Kundur antara lain:
1) Ilmenit (FeTiO 3 )
Umumnya ilmenit berwarna hitam besi atau hitam keabu-abuan, memiliki
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
16/55
16
berat jenis 4,5 – 5 dan bersifat konduktor dan sifat magnetik kuat. Biasa
digunakan sebagai rutil (TiO 2 ) untuk industri keramik pigmen dan
konsentrat titanium.
2) Zircon
Memiliki warna merah pucat atau orange dengan berat jenis 4,2 – 4,7.
zircon bersifat non konduktor dan non magnetik digunakan sebagai bahan
zirkonia untuk industri keramik.
3) Monazit [(Ce, La, Y, Th)PO 4 ]
Umunya memiliki warna kuning atau jaring-jaring hijau. Berat jenis
monazite antar 4,6 – 5,3 dan bersifat non konduktor dan megnetik lemah.
Mineral ini dijual secara berkala tergantung pesanan konsumen.
2. Mineral ikutan lainnya.
Mineral – mineral lainnya yang sangat berpengaruh dalam bijih timah, yang
memiliki perbedaan warna, kekerasan, berat jenis, sifat kelistrikan dan sifat magnetic .
Dari hasil kondisi lapangan, pada penambangan kapal isap produksi Timah diperoleh
beberapa mineral ikutan yang utama antara lain: Pyrite / Marcasite, ilmenit, zircone,
anatase, turmalin, siderit dan mineral pengotor utama pasir kuarsa.
3.2 Metoda Penambangan Timah Alluvial Lepas Pantai
Ada beberapa hal spesifik yang perlu diperhatikan dalam penentuan metoda
penambangan yang sesuai untuk endapan alluvial lepas pantai, antara lain:
a . Keterdapatan endapan bijih timah yang relatif horizontal terhadap bidang perlapisan.
b . Bentuk material endapan bijih timah yang umumnya berbentuk pasir, dimana
keterdapatannya juga berada dalam suatu lapisan yang sudah terliberasi sempurna.
c . Sifat fisik material bijih/ mineral timah yang cenderung lebih berat dibandingkandengan mineral pengikut lainnya.
d . Lapisan endapan timah umumnya berada pada kedalaman tertentu dimana lapisan
tanah diatasnya disebut lapisan tanah penutup ( overburden ).
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
17/55
17
Dengan pertimbangan hal – hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa metoda yang
sesuai untuk melakukan penambangan timah alluvial lepas pantai adalah dengan metoda
penambangan menggunakan kapal keruk (KK) dan kapal isap produksi (KIP).
Penambangan dilakukan dengan melakukan penggalian pada tanah penutup
(overburden ) sampai pada kedalaman tertentu dan selanjutnya melakukan penambangan
pada lapisan pasir yang mengandung bijih timah (kaksa).
3.3 Sumberdaya dan Cadangan
3.3.1 Klasifikasi Sumberdaya Mineral
Menurut Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI, 2011), Sumberdaya adalah
potensi hasil kegiatan eksplorasi yang dapat diketahui perkiraan dimensi, jumlah dankualitasnya, dengan derajat keyakinan geologi tertentu sesuai dengan standar yang
berlaku.
Bila ditinjau dari dari sudut geologi, sumber daya mineral dibedakan atas tiga
kelompok, yaitu :
a ) Sumberdaya tereka (inferred resource) adalah jumlah bahan galian di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data
yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap prospeksi.b ) Sumberdaya terunjuk (indicated resource) adalah jumlah bahan galian di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data
yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
) Sumberdaya terukur (measured resource) adalah jumlah bahan galian di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data
yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
3.3.2 Klasifikasi Cadangan
Cadangan (Reserve) menurut Komite Cadangan Mineral Indonesia (KCMI,
2011), yang dimaksud dengan Cadangan adalah bagian dari sumberdaya dengan derajat
keyakinan geologi tertinggi setelah dievaluasi secara ekonomis, teknis, lingkungan dan
hukum dinyatakan layak tambang.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
18/55
18
Cadangan juga dibagi kedalam beberapa kategori antara lain;
a ) Cadangan tereka (probable reserve) adalah sumberdaya bahan galian terunjuk dan
sebagian sumberdaya bahan galian terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan
semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan tidak dapat
dilakukan secara layak.
b ) Cadangan terbukti (proven reserve) adalah sumberdaya bahan galian terukur yang
berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga
penambangan dapat dilakukan secara layak.
3.3.3 Perhitungan Cadangan
Istilah-istilah yang digunakan dalam perhitungan cadangan/kekayaan dalam
pembuatan Rencana Kerja (RK) penambangan di PT Timah (Persero) Tbk adalah sebagai
berikut:
LDH : Luas dihitung (m²) adalah luas dari RK
DDH : Kedalaman dihitung (m) adalah ketebalan lapisan kaksa
IDH : Isi atau volum dihitung (m³) adalah LDH × DDH
TDH : Timah dihitung (Kg/M 3)
PDH : Produksi dihitung (IDH × TDH)
ISB : Isi sebenarnya (m³)
TSB : Timah sebenarnya (Kg/M 3)
PSB : Produksi sebenarnya (ISB × TSB)
KH : Koefisien Hasil (PSB ÷ PDH)
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
19/55
19
3.4 Alat-alat Penggalian
3.4.1 Kapal Isap Poduksi
Kapal isap produksi (KIP) adalah suatu alat berat pemindahan tanah mekanis yang
digunakan untuk menggali lapisan tanah di bawah permukaan air. KIP dilengkapi ponton
sebagai pengapung, alat-alat pembongkar tanah (cutter, ladder, dll) dan installasi
pencucian yang terdiri atas saring putar, jig dan sluice box. Hasil penggalian berbentuk
kerucut terpancung dan kapal berpindah-pindah dengan arah membentuk lingkaran 360°
dimana mengandalkan propeler sebagai penggerak utama.
Gambar 6. Kapal Isap Produksi
Kapal Isap Produksi (KIP) memiliki bagian-bagian sebagai berikut :
a ) Konstruksi Bawah Ponton ( alat apung)
Ponton adalah bagian dasar/kumpulan dari beberapa tangki atau kompartemen yang
membentuk suatu badan kapal, ponton berbentuk tabung berdiameter 1,8 meter. Selain
sebagai alat apung, ponton juga berfungsi untuk menyimpan HSD ( bahan bakar solar)
dan air tawar.
b ) Konstruksi Atas Kapal
Merupakan bangunan yang ditempatkan diatas ponton terdiri dari peralatan gali,
mesin, pencucian bijih timah, ruang komando, ruang ABK, dan bangunan yang
menunjang penambangan.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
20/55
20
Gambar 7. Sketsa Konstruksi Kapal Isap
3.4.1.1 Peralatan Penggalian Kapal Isap Produksi
) Cutter
Berfungsi untuk memberai dan membongkar lapisan tanah. Sisi bagian luar cutter
dipasangi kuku dari besi baja untuk mencengkram material. Cutter berada di ujung ladder
yang bersinggungan dengan tanah penggalian.
Gambar 8. Cutter
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
21/55
21
b ) Ladder
Berfungsi sebagai lengan tempat menempelnya cutter , pompa tanah, pipa isap dan pipa
press. Panjang ladder sangat menentukan kedalaman gali, kapal isap produksi memiliki
panjang ladder yang berbeda-beda. Ladder ini digerakkan oleh winch dengan system
hidrolik.
Gambar 9. Ladder
c ) Ladder Lier
Berfungsi untuk menarik atau mengulur kawat ladder sehingga secara tidak langsung
merupakan alat pengatur kedalaman penggalian.
Gambar 10. Pemutar kawat
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
22/55
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
23/55
23
3.4.1.2 Peralatan Pencucian
a . Saring Putar
Berfungsi untuk memisahkan material yang digali berdasarkan ukuran butir. Material
berdiameter >10mm (bongkahan batu, kerikil) menjadi oversize/tailing sementara
material
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
24/55
24
Gambar 14. Jig Pan America
c . Sakan (Sluice Box)
Tahapan terakhir dalam proses pencucian di KIP dimana konsentrat dari jig disemprot air
(dicuci) untuk menghilangkan pengotor yang masih tersisa. Dimensi sakan = 3650 mm ×
680 mm dengan kemiringan ±1°.
Gambar 15. Sakan
3.4.2 KAPAL KERUK
Kapal Keruk (KK) adalah alat penambangan yang digunakan untuk mengeruk
endapan mineral dibawah permukaan air, kemudian hasil yang dikeruk langsung diproses
di instalasi pencucian untuk mendapat konsentrat mineral sebagai hasil akhir (PT.
Tambang Timah , 1996).
Pada umumnya Kapal Keruk beroperasi disekitar pantai (near shore, lepas pantai (off
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
25/55
25
shore) sungai dan danau buatan di daratan yang disebut kolong KK.
Gambar 16. Kapal Keruk
Kapal keruk umumnya terdiri atas ponton-ponton sebagai alat apung dan
penyimpanan bahan bakar, platform sebagai tempat meletakkan mesin-mesin, kantor dan
fasilitas pencucian, serta ladder sebagai lengan penggalian yang dilengkapi bucket-bucket
untuk menggali lapisan tanah.
Faktor yang harus diperhatikan dalam pengoperasian KK yaitu antara lain sebagai
berikut :
Kemampuan KK itu sendiri (Kapasitas).
Kondisi geologi lapisan tanah yang akan dikeruk.
Tata cara Teknik Pengerukan yang tepat untuk dilakukan.
Kondisi cuaca disekitar lapangan.
Sasaran penambangan dengan kapal keruk ialah “ Pemindahan tanah yang
sebanyak-banyaknya dengan kemungkinan kehilangan bijih timah yang sekecil mungkin ” .
Agar sasaran dapat dicapai ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan sebagai
berikut:
1. Keadaan Cadangan
a . Situasi lapangan kerja, meliputi Arus/gelombang untuk KK laut, kedalaman dan
kekeruhan air kerja.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
26/55
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
27/55
27
3.4.2.2 Peralatan Pencucian
a . Saring Putar
Berfungsi untuk memisahkan material halus (undersize) dari material kasar (clay,
kerang-kerangan, border) sebagai oversize.
Gambar 18. Saring Putar
b . Splitter & Spinne Kop Distributor
Fungsinya untuk membagi rata / mendistribusikan material undersize saring putar
keseluruh permukaan bed jig Primer.
Gambar 19. Spinne Kop Distributor
c . Jig
Fungsi jig memisahkan mineral-mineral berdasarkan perbedaan berat jenis. Jika di KIP
menggunakan jig tipe Pan America, di KK menggunakan jig tipe Yuba namun secara
garis besar proses pemisahannya sama.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
28/55
28
Gambar 20. JIG Yuba
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
29/55
29
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penyusunan laporan seminar tambang ini metode penulisan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau
permasalahan yang ditemukan. Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari
literatur-literatur yang berkaitan dengan perencanaan cadangan, peta rencana kerja, proses
penambangan timah dengan menggunakan Kapal Keruk (KK) dan Kapal Isap Produksi
(KIP), proses pencucian bijih timah di Pusat Pencucian Bijih Timah (PPBT) dan juga
referensi-referensi lain yang berhubungan dengan penyusunan laporan kerja praktek ini.
2. Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk melihat secara
langsung kondisi dilapangan untuk gambaran global mengenai perencanaan cadangan,
peta rencana kerja, proses penambangan timah dengan menggunakan Kapal Keruk (KK)
dan Kapal Isap Produksi (KIP), proses pencucian bijih timah di Pusat Pencucian Bijih
Timah (PPBT) dan juga di pusat peleburan timah (Smelter).
3. Diskusi
Metode ini melibatkan langsung mahasiswa untuk berdiskusi dengan rekan mahasiswa,
pembimbing lapangan, Ka. Satker, Kabid, Kuasa KIP dan KK, Kapten Harian, Kapten
Aplus, Mandor Umum dan juga Karyawan PT Timah (Persero ) Unit Kundur.
4. Pengumpulan Data Hasil PengamatanMetode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mencatat semua hal yang
diamati selama melakukan Kerja Praktek dilapangan.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
30/55
30
BAB V
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Perencanaan & Evaluasi Penambangan
Satuan Kerja Geologi Tambang melakukan perencanaan penambangan,
pengukuran ,serta evaluasi penambangan Kapal Keruk dan Kapal Isap Produksi. Tujuan
dari kegiatan perencanaan dan evaluasi ialah untuk mencapai target produksi sesuai
dengan Rencana Kerja Tahunan dan tetap menjaga ketersediaan (konservasi) cadangan
untuk rencana jangka panjang perusahaan.
Perencanaan penambangan dilakukan untuk setiap KIP dan KK yang akan
melakukan kegiatan penambangan, hasil dari perencanaan sering disebut Rencana Kerja
(RK). Sedangkan evaluasi penambangan dilakukan untuk membandingkan pencapaian produksi dengan rencana kerja yang telah ada.
Perencanaan merupakan suatu kegiatan untuk merencanakan kegiatan penambangan,
meliputi lokasi dan metoda penggalian sesuai dengan data bor yang ada. Beberapa hal
yang menjadi pertimbangan dalam pembuatan peta rencana kerja diantaranya :
1. Rencana Kerja operasi 500 jam per bulan untuk KIP dan 550 jam per bulan untuk
KK sesuai rekomendasi dari bidang keteknikan dan sarana.
2. Dengan memperhitungkan biaya operasional, penyusutan dan harga jual logam timahsaat ini, dibuat Break Even Point (BEP) 25 ton timah per bulan untuk KIP dan 35 ton
timah per bulan untuk KK 14-18 cuft serta 55 ton timah per bulan untuk KK diatas
18 cuft serta BWD.
3. Berdasarkan rencana kerja 500 jam per bulan, dan dengan memperhitungkan laju
pemindahan tanah yang dapat dilakukan maka diperhitungkan daerah dengan kadar
dan kekayaan yang sesuai yang disebut Break Even Grade (BEG).
4. Diperhitungkan Faktor teknis (kemampuan gali, panjang ladder, spesifikasi kapal,dsb)
5. Dan juga memperhitungkan kondisi geologi (lapisan batuan, kekayaan timah,
kekerasan batuan, arus, dsb)
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
31/55
31
Sementara tahapan yang dilakukan dalam pembuatan peta rencana kerja (RK) adalah :
1. Memilih lokasi dan melakukan perhitungan cadangan.
2. Cadangan dipilah berdasarkan kemampuan alat gali.
3. Untuk area yang sudah pernah digali dilakukan evaluasi dan dilihat sejarah penambangannya.
Apabila terjadi permasalahan dalam penggalian maka tim perencanaan tambang akan
melakukan perencanaan ulang atau membuat perencanaan baru. Selain itu, tim
pengukuran dari GT akan melakukan pengukuran dan sounding (pemetaan permukaan
dasar laut) untuk mengetahui lokasi dan kondisi lubang penggalian.
Untuk mengetahui dan mengawasi kinerja alat penggalian, maka dilakukan evaluasi
untuk cross-check antar data kekayaan di RK dengan hasil produksi kapal di lokasi. Tata
usaha (TU Produksi) secara rutin meminta laporan dari KIP dan KK terkait dengan jam
jalan, produksi per aplus ( shift kerja), kedalaman gali, pemakaian BBM, koordinat, dll.
5.2 Penambangan Menggunakan KK
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengoperasian KK yaitu sebagai berikut:
a . Kemampuan/kapasitas Kapal Keruk itu sendiri.
b . Kondisi geologi tanah yang akan dikeruk.
. Tata cara pengerukan yang tepat untuk dilakukan.
d . Kodisi cuaca disekitar lapangan kerja yang meliputi arus laut, pasang-surut.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
32/55
32
Gambar 21. Contoh RK dan Profil Bor KK Bangka II
Tahapan penambangan yang dilakukan Kapal Keruk (KK) :
1. Ruang komando KK menerima RK yang dibuat GT
2. KK melakukan mobilisasi ke koordinat RK dengan dibantu tug boat
3. Pemasangan jangkar-jangkar.
4. KK membuat Werkput (WP) atau lereng kerja
5. KK melakukan penggalian
6. KK membuat talut untuk mencegah longsoran yang dapat menimpa ladder dan
membahayakan kapal
Dalam teknik pengerukan dengan Kapal Keruk ada istilah Trap (mirip seperti kolom,kemajuan tiap x meter) dan Snee (dapat dianggap baris, satu snee = 10 meter) yang
dijadikan sebagai acuan dalam pengerukan guna memindahkan tanah yang
sebanyak-banyaknya dengan melaksanakan penggalian secara selektif pada dareah kerja.
Trap merupakan kemajuan penggalian sedangkan snee merupakan lebar penggalian.
Jadi dalam pengerukannya kapal keruk akan mengupas lapisan tanah atas kemudian
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
33/55
33
dilanjutkan dengan pengupasan lapisan kaksa. Kapal keruk bergerak maju, ke kiri dan ke
kanan untuk mengeruk endapan dan membuang tailing keburitan kapal.
Gambar 22. Penambangan Menggunakan Kapal Keruk
Pertama-tama mesin akan memutar sevenkhant sehingga bucket-bucket yang saling
sambung seperti rantai akan bergerak naik dan membawa material dari dasar laut naik ke
atas kapal, bucket berisi material yang sudah sampai di sevenkhant akan dibalik sehingga
material tertumpah di store bak. Material yang jatuh di store bak kemudian disemprot
pompa dan dibagi kedua jalur yang sama-sama berujung di saringan putar.
Di dalam saringan putar, material disemprot oleh air dari pipa monitor dan pipa
pancar, aliran air dari pipa monitor membawa material undersize untuk lolos dari saringan
dan material oversize keluar dari saringan ke bandar tailing setelah sebelumnya dicoba
untuk dihancurkan oleh semburan air dari pipa semprot.
Penambangan menggunakan kapal keruk di PT Timah (Persero) Tbk unit Kepri dan
Riau menggunakan metode short face dimana kapal menggali per 3 snee. Sementara
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
34/55
34
sistem yang digunakan adalah sistem kombinasi dimana penggalian dilakukan maju
sambil menekan kebawah.
5.3 Pencucian di Kapal Keruk
Pencucian di KK menggunakan alat yakni saringan putar dan Jig. Saringan putar
memisahkan material berdasarkan ukuran butir sementara Jig berdasarkan berat partikel.
Membran jig akan memberi pukulan (pulsion) dan hisapan (suction), mineral ringan akan
terpukul naik saat suction dan terbawa arus horizontal (cross flow) sementara mineral
berat akan masuk melewati lapisan bed (pemisah) yang memiliki berat jenis diantara
mineral pengotor dan berharga yakni hematite.
Undersize yang lolos dari saringan putar akan menjadi feed untuk jig, jalur pencucian
dapat dilihat di gambar di bawah ini :
Gambar 23. Skema Pencucian di Kapal Keruk
Keterangan: Konsentrat A dari jig primer diolah pada jig clean up.
Konsentrat BC dari jig primer diolah pada jig sekunder.
Konsentrat A dari jig sekunder diolah pada jig clean up
Konsentrat BC dari jig sekunder diolah pada jig tertier
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
35/55
35
Proses pencucian di KK menghasilkan konsentrat berkadar 20-40% Sn. Meskipun
proses pencucian lebih panjang dibanding di KIP namun konsentrat yang dihasilkan
memiliki kadar lebih rendah sehingga diperlukan proses pemurnian yang lebih panjang.
5.4 Penambangan Menggunakan KIP
Penambangan timah dengan menggunakan Kapal Isap Produksi biasanya dilakukan
pada lahan bekas penggalian Kapal Keruk atau di lahan antara kolong kapal keruk, pada
intinya di lahan yang tidak ekonomis ditambang dengan kapal keruk.
Untuk melakukan penggalian, Kapal Isap Produksi menggunakan cutter untuk
memberai lapisan tanah dan pompa tanah untuk memberi energi tarik sehingga
melemahkan lapisan dan sebagai alat transport material dari dasar laut ke instalasi pencucian di atas kapal.
Penambangan dengan menggunakan kapal isap produksi dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut:
1. Menyiapkan peta Rencana Kerja yang telah didapat dari Satuan Kerja Geologi
Tambang.
2. Mobilisasi kapal menuju lokasi kerja yang tertera dalam RK tersebut.
3. memposisikan kapal tepat pada koordinat yang telah ditentukan dalam rencana kerja.
4. Membuka ruang operasi Kapal Isap Produksi yang berupa kolong kerja ( werk put)
dengan menggunakan cutter dan pompa isap tanah.
5. Memperdalam kolong sesuai dengan data pada profil bor hingga seterusnya akan
mendapatkan material yang mengandung mineral timah.
Penambangan dengan Kapal Isap bersifat mobile atau dapat bepindah untuk mencari
timah selama masih berada di koordinat kerja karena kapal isap memiliki penggerak
sendiri (propeler), umumnya penambangan dilakukan berlawanan arah arus sehingga
kapal tidak hanyut dan dapat memanfaatkan tenaga propeller untuk menyodok dinding
kolong sehingga membantu kerja cutter.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
36/55
36
Gambar 24. Proses Pembuatan Werk Put KIP
5.5 Pencucian di Kapal Isap Produksi
Feed dari lapisan kaksa yang telah diberai oleh cutter akan diisap oleh pompa tanah
sentrifugal, diberi tekanan dan kemudian dipompakan ke saring putar. Saring putar
memisahkan material berdasarkan perbedaan ukuran butir, butir kecil lolos menjadi feed
untuk jig primer sementara oversize yang tidak lolos dikeluarkan ke saluran tailing.
Di jig primary, mineral akan dipisahkan berdasarkan berat jenis. Adanya pulsion dan
suction dari jig menarik mineral-mineral berat masuk menembus lapisan hematite (bed)dan terus masuk ke saluran spigot untuk dialirkan ke jig sekunder.
Pada jig sekunder, metode pemisahan mineral hampir sama dengan pemisahan pada
jig primer. Bedanya fungsi jig sekunder untuk meningkatkan kadar sedangkan jig primer
untuk menampung mineral yang sebanyak-banyaknya dengan losses seminimal mungkin
dan perbedaan komponennya terletak pada ukuran batuan hematit, ukuran diameter
rubber screen dan jumlah pukulan pada karet membran. Mineral dari jig sekunder ini
akan disalurkan ke bak penampungan.
Mineral dalam bak penampungan akan diolah secara manual pada sakan (sluice box)
oleh petugas pencucian. Konsentrat akhir dari sakan ini akan diperoleh Sn ±40-60% dan
akan dikemas dalam karung berkemasan 55kg (1 kampil) untuk dikirim ke darat.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
37/55
37
Gambar 25. Alir Pencucian pada KIP
5.6 Pengolahan bijih timah di Pusat Pengolahan Bijih Timah
Konsentrat yang dikirim dari KK dan KIP adalah konsentrat dengan kadar timah
yang rendah (15-30% Sn untuk KK, 40-60% Sn untuk KIP Timah dan ±70% Sn untuk
KIP mitra) sehingga tidak memenuhi ketentuan kadar minimal dilakukannya peleburan
yakni ≥ 68% Sn sehingga konsentrat yang kadarnya tidak mencukupi harus mengalami
pencucian lagi di pusat pengolahan bijih timah (PPBT).
Proses yang terjadi di PPBT adalah sebagai berikut : Tahap proses basah, bijih dari
KK atau KIP yang masuk ke PPBT ditampung dalam ore bin, menggunakan gaya
gravitasi bijih tadi masuk ke Jig Harz dengan 8 kompartemen (A1, A2, B1, B2, C1, C2,
D1 dan D2), bijih yang lolos melalui kompartemen A dan B akan langsung dialirkan ke
bak penampungan, ditampung dalam drum-drum kemudian ditumpahkan di indeker untuk
mengurangi kadar airnya, sesudah itu dilanjutkan pengeringan menggunakan rotary dryer sebelum akhirnya disampling dan disimpan di Gudang Bijih Timah (GBT).
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
38/55
38
Gambar 26. Ore Bin
Gambar 27. Jig Harz
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
39/55
39
Gambar 28. Bak Penampung dan Drum Transport
Gambar 29. Penuangan Konsentrat ke Indeker
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
40/55
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
41/55
41
Proses kering dialami oleh bijih yang melalui jig sekunder, pertama bijih akan
dimasukkan ke vibro screen 40mesh, undersize yang lolos kemudian dibawa oleh bucket
conveyor ke bandar feed untuk pemisahan menggunakan magnetic separator. Kasiterit
yang nirmagnetis dipisahkan dari ilmenit yang magnetis, kemudian kasiterit halus yang
sudah lolos dari magnetic separator akan memasuki proses tabling menggunakan air table.
Memanfaatkan prinsip berat jenis, kasiterit yang berat akan bergerak naik di air table
yang bergoyang sementara ilmenit yang ringan akan bergerak turun, kasiterit yang lolos
dari air table akan ditampung dan dibawa ke GBT sementara ilmenit dibawa sebagai
midling. Oversize dari vibro screen 40 mesh akan masuk ke Vibro screen berukuran 30
mesh, undersize akan lolos dan dibawa oleh bucket conveyor ke bandar feed untuk
magnetic separator kemudian dipisahkan berdasarkan sifat kemagnetannya, timah yang
nirmagnetik dipisahkan dengan mineral besi (pyrite, ilmenit) yang magnetis dimanaselanjutnya timah akan disimpan di GBT sedangkan ilmenite disimpan di gudang ilmenit.
Sementara oversize akan di simpan sebagai middling.
Gambar 32. Vibro Screen dan Magnetic Separator
5.7 Peleburan dan Pemurnian Bijih Timah di Smelter
Selepas proses pemurnian di PPBT, konsentrat bijih timah yang merupakan mineral
oksida disimpan di GBT akan dimurnikan hingga kadar Sn 99% di pusat peleburan.
Peleburan bertujuan untuk memurnikan kadar timah dari konsentrat timah dimana SnO2
akan direduksi sehingga menjadi Sn murni. 5 Syarat utama peleburan adalah sebagai
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
42/55
42
berikut :
1. Bahan baku atau bijih timah dengan kadar minimal 69-70%
2. Reduktor, dalam kasus ini menggunakan Batubara Antrasit
3. Flux atau pengikat pengotor, dalam kasus ini menggunakan batu kapur 4. Bahan bakar, di pusat peleburan timah menggunakan MFO (Marine Fuel Oil) sebagai
5. Tanur/furnace, yang digunakan adalah tanur dengan alas bata tahan api berbahan
alumina yang tahan terhadap reaksi dan dinding tahan api berbahan bauksit untuk
memantulkan panas.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
43/55
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
44/55
44
Gambar 34. Bunker
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
45/55
45
Gambar 35. Buckle
Material dalam bunker dituangkan dalam buckle berukuran 2,5 ton yang digunakan
untuk memindahkan material ke hopper tanur. Tanur tetap memiliki 12 hopper dimana
untuk charging material menggunakan 10 hopper. Dalam 1 kali peleburan ( 1
kampanye=19 jam) terdapat dua kali proses pengisian material ke dalam tanur (charge A
dan B) dimana untuk charge A adalah sebanyak 25 ton dan charge B adalah sebanyak 15
ton. Sementara untuk proses pengeluaran material (tapping) dilakukan 3 kali, yakni
tapping A, tapping B dan tapping C. Selain charging dan tapping, material dalam tanur
harus rutin digemburkan atau diaduk agar pemanasan merata, proses penggemburan ini
disebut dengan rabbling. Proses charging, tapping dan rabbling dijadwalkan sebagai
berikut :
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
46/55
46
Gambar 36. Jadwal Charging, Tapping dan Rabbling
Smelting tahap I yaitu peleburan hasil mixing di tanur tetap untuk menghasilkan
cairan timah (crude tin) dari tapping A dan B serta slag 1 yang dikeluarkan dari tapping C
( slag I mengandung timah ±20%). Cairan timah dari smelting 1 akan diproses diketel III
(Refining I) pada suhu ±270 °C melalui proses polling atau pembuihan untuk
menghilangkan material pengotor, caranya adalah dengan penambahan agen yakni
aluminum dengan tujuan menghilangkan arsen (As) dan unsur lainnya serta serbuk
gergaji untuk menggumpalkan pengotor yang berafinitas dengan aluminum tadi. Pengotor
akan dikeluarkan sebagai dross (13-18% Sn) yang akan dilebur kembali di flame oven.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
47/55
47
Gambar 37. Tanur Tetap
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
48/55
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
49/55
49
Gambar 39. Penirisan Dross
Smelting tahap II ialah pembakaran slag I di tanur sehingga menghasilkan produk
berupa Hardhead (Timah Besi/TB) dan Slag II yang terdiri atas oksida besi, silika dan
tanpa kandungan timah sama sekali sehingga slag II banyak dimanfaatkan sebagai pelapis
saluran panjang dan float saat tapping agar hasil tapping tidak melekat dan mudah
dibersihkan. Hardhead ini akan dilebur kembali di flame oven dan slag II akan ditampung
sebagai tailing peleburan.
Selama peleburan di tanur berlangsung asap dan debu pembakaran akan disaring
(filter) sehingga udara yang keluar dari cerobong asap tidak mencemari lingkungan.
Sementara debu hasil filtrasi akan dicetak seperti bata dan dilebur kembali dengan slag I
karena masih mengandung timah.
Timah yang sudah murni dengan kadar Sn 99,82% kemudian dipompakan ke Ketel
IV yang merupakan ketel untuk pencetakan (casting) balok timah atau ingot. Timah cair
dipompakan ke cetakan-cetakan dan dibiarkan menjadi padat kemudian dicap sebagai
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
50/55
50
identitas, masing-masing ingot memiliki berat 25kg dan dibawa ke gudang untuk di
kemas per ton (40 balok) dan disimpan sebelum di kapalkan untuk dijual.
Gambar 40. Pencetakan Logam
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
51/55
51
Gambar 41. Ingot Timah
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
52/55
52
Tahapan peleburan timah secara singkat digambarkan dalam alur berikut :
Gambar 42. Alur Peleburan Timah
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
53/55
53
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Kapal keruk (KK) dan kapal isap produksi (KIP) adalah alat penambangan yang
masih ekonomis dan cakap secara teknis untuk melakukan penggalian timah alluvial
lepas pantai.
2. Penggunaan KK dan KIP sebagai alat penggalian perlu didukung dengan pengukuran,
evaluasi yang rutin untuk membantu dalam mencapai produksi yang baik dan
ekonomis.
3. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pengoperasian kapal keruk dan Kapal
isap yaitu :
Kondisi lapisan tanah yang akan dikeruk.
Tata cara teknik pengerukan/penggalian yang tepat untuk dilakukan.
Kondisi cuaca disekitar lapangan .
Kondisi pasang surut air yang harus diperhatikan.
Kondisi peralatan
4. Instalasi pencucian harus selalu di monitor, di evaluasi dan disesuaikan dengan sifatmaterial yang ingin dipisahkan sehingga dapat diupayakan proses pencucian yang
efektif dengan recovery yang tinggi dan biaya serendah-rendahnya.
5. Pusat Pengolahan Bijih Timah merupakan tahapan akhir untuk meningkatkan kadar
(grade) Sn dari Kapal Keruk dan Kapal Isap Produksi menjadi 70% Sn sehingga
memenuhi persyaratan untuk dilebur ( smelting).
6. Peleburan pada prinsipnya adalah untuk mengekstraksi unsur Sn (stannum) dari SnO 2
(cassiterite) sehingga didapatkan timah murni. Maka bijih timah dilebur bersama
antrasit sebagai reduktor dan batu kapur sebagai pengikat pengotor.
6.2 Saran
1. Eksplorasi perlu ditingkatkan agar diketahui persebaran bijih timah sehingga dapat
dilakukan selective mining.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
54/55
54
2. Alat-alat yang berperan dalam proses penambangan seharusnya diperhatikan dan
dirawat sebaik-baiknya agar availability dan produksi tinggi dan tidak terus
kehilangan spot-spot timah, selain itu mengurangi keperluan penggantian spare part
dan alat baru yang mahal.
3. Operator yang mengendalikan KIP seharusnya diberi pemahaman geologis mengenai
persebaran timah, stratigrafi, prosedur penggalian dan proses pencucian di kapal
sehingga lebih cakap dalam penggalian.
4. Mekanik/masinis yang bertanggung jawab atas kinerja mesin-mesin di atas kapal
sebaiknya diberi pemahaman lebih mengenai mesin-mesin diatas kapal sehingga
apabila terjadi kerusakan atau anomali dapat melakukan diagnosa dan perbaikan
yang tepat dan cepat.
5. Perputaran cutter seharusnya lebih cepat sehingga dihasilkan potongan batuan yang
berukuran lebih kecil, meminimalkan resiko penyumbatan pada pipa isap dan pompa
tanah.
6. Instalasi pencucian di kapal seharusnya di atur sedemikian rupa sesuai rekomendasi
dari teknik pencucian yang sudah memperhitungkan pengaturan sesuai sifat bijih
timah yang ditambang sehingga saringan putar dan jig dapat bekerja maksimal, tidak
tersumbat, dan recovery tinggi.
7. Bijih timah banyak terdapat dalam lapisan kerikil-pasir, untuk menghemat energi
sebaiknya dibuat sistem yang dapat mem bypass overburden langsung ke bandar
tailing sehingga tidak perlu melewati instalasi pencucian.
8. Jarak celah antar kisi pada saringan putar sebaiknya diperkecil atau dijaga agar kisi
tidak ada yang jebol untuk meminimalisir mineral kasar dan berat lolos dan
mengganggu kinerja jig.
9. Bed (lapisan hematite) dalam jig seharusnya tidak berbentuk pipih karena lapisan
batu pipih akan saling mengunci sehingga menyulitkan bijih timah untuk lolos (tidak
terdapat celah) dan juga meminimalisir efek pukulan dari jig.
10. Pukulan jig seharusnya lebih kuat sehingga bed dapat terangkat dan membuka
cukup celah untuk masuknya bijih, selain itu mineral pengotor seperti pasir kuarsa
akan terlempar sehingga tidak dapat masuk ke celah bed.
8/18/2019 Internship Report at PT Timah (TIN)
55/55
11. Kebutuhan onderwater harus tercukupi atau sedikit dilebihkan agar material yang
terbawa crossflow tidak mengalami kecenderungan mendesak masuk ke dalam bed
karena kekurangan onderwater dan lemahnya pukulan.
12. Bed dan screen harus sering dirawat, dibersihkan dan digemburkan sehingga
kinerja jig maksimal, tidak tersumbat dan tidak mengalami banyak losses.
13. Prestasi kapal akan meningkat sesuai dengan kinerja staff kapal, sangat disarankan
untuk memberi pengetahuan dan memperhatikan aspirasi, keluhan serta motivasi
staff sehingga semua dapat bekerja dengan senang, semangat dan kreatif.
14. Operasional kapal keruk tidak murah, sangat disayangkan apabila bijih timah yang
dihasilkan memiliki kadar yang rendah karena akan butuh biaya banyak untuk
memurnikannya sesuai spesifikasi yang dibutuhkan untuk peleburan
(keekonomisan).
15. Perlunya peremajaan kapal keruk untuk menjaga kinerja alat-alat penggalian dan
juga demi keselamatan para pekerja karena konstruksi kapal yang sudah rapuh.
16. Pusat Pengolahan Bijih Timah (PPBT) menjadi hilir dari semua hasil produksi KK
dan KIP yang melakukan aktivitas penambangan sehingga diperlukan desain
pencucian yang sederhana namun efisien dalam memisahkan mineral pengotor
seperti ilmenit yang sulit dipisahkan dan arsen yang menjadi musuh di smelter.
17. Pekerjaan di PPBT dan pusat peleburan (smelter) tidak mungkin jauh dari panas,
asap dan debu. Ada baiknya pekerja dibekali dengan alat pelindung yang sesuai
untuk menghindari resiko gangguan saluran pernafasan, luka bakar atau alergi kulit
karena yang dihadapi tidak hanya debu tapi juga gas yang tidak tersaring masker
biasa.
18. Daerah kerja di pusat peleburan seharusnya dapat lebih bersih dan teratur agar
tercipta suasana kerja yang nyaman.
19. Salah satu elemen yang penting dalam peleburan adalah panas, panas dihasilkan
dari generator, pembakaran bahan bakar dan juga pembakaran batubara sebagai
reduktor Maka sebaiknya digunakan batubara antrasit tulen yang selain memiliki