47
1 INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN BANTEN DAKSINA OLEH: PANDE KETUT SUTARA NIP : 195208191984031001 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR BALI 2016

INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

1

INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN

YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN BANTEN DAKSINA

OLEH:

PANDE KETUT SUTARA

NIP : 195208191984031001

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR – BALI

2016

Page 2: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

2

KATA PENGANTAR

Om Swatyastu.

Puji syukur penulis haturkan kehadapan ida Hayng Widhi, Tuhan Ynag Maha Esa,

karena berkat-Nya lah, sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat terselesaikan .

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, banyak pihak telah memberikan bantuan

kepada penulis. Melalui kesempatan ini kamu penulis menyampaikan penghargaan dan

ucapan banyak terima kasih yang tak terhingga.

1. Kepada teman-teman yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

2. Kepada semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

Semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis, dapat balasan dari

Tuhan Yang Maha Esa.

Om, Cantih, Cantih, Cantih Om.

Gianyar, Juni 2016

Penulis

ii

Page 3: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

3

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

INTISARI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian . ..................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

BAB II MATERI DAN METODE ............................................................... 11

2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 11

2.3. Metode Penelitian .................................................................... 11

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 12

2.1 Hasil Penelitian .......................................................................... 13

3.2. Pembahasan dan Foto-foto Tumbuhan ..................................... 16

BAB IV KESIMPULAN................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

4

INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN

YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN BANTEN DAKSINA

Pande Ketut Sutara

Lab. Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi F. MIPA UNUD.

INTISARI

Melaksanakan upacara bagi umat Hindu di Bali, selalu memakai banten (sesajen)

sebagai sarananya. Banten Daksine merupakan salah satu jenis banten yang sering digunakan

untuk upacara.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan dan fungsinya dalam

pembuatan Banten Daksina. Inventarisasi tumbuhan yang dilakukan untuk Banten Daksina,

dilakukan dengan melihat langsung pada saat pembuatannya, di Desa Beng, Gianyar, Bali.

Dalam pembuatan Banten Daksina, menggunakan tumbuhan yang tergolong dalam

19 suku, yang terdiri dari 25 jenis. Diantara jenis tumbuhan tersebut, terdapat jenis-jenis

tumbuhan yang dikategorikan langka seperti, Aleurites moluccana Wild., Pangium edule

Reinw., dan Coix lacryma jobi L.

(Kata Kunci : inventarisasi, tumbuhan, banten Daksina)

iv

Page 5: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

5

ABSTRACT

For religion purpose, Balinese commonly use banten as offrings for God. Banten

Daksina is one type of the offering.

The objective of the study was to identify plant spcies and their function on the

making of banten Daksina. Plant inventarisation was condaucted in Desa Beng, Gianyar,

Bali, where banten Daksina was prepared.

Nineteen (19) familit with 25 species were identified. Among those species, few

were categorized rare, such as Aleurites moluccana Wild., Pangium edule Reinw., dan Coix

lacryma jobi L.

(Key Words: inventarisation, plant, banten Daksina).

Page 6: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

6

BAB I. PENDAHULUAN

Pengalaman agama bagi umat Hindu terutama di Bali dapat terlihat dengan jelas

melalui pelaksanaan upacara. Upacara keagamaan merupakan salah satu kerangka agama

Hindu berupa rangkaian kegiatan-kegiatan, dalam upaya mendekatkan diri kehadapan Sang

Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Setiap pelaksanaan upacara disertai dengan

upakara / banten (sesajen) sebagai sarananya. Mengenai bahan banten untuk persembahan

atau yadnya (korban suci), dapat dibedakan menjadi tiga jenis : 1. Mataya sesuatu yang

tumbuh. Bahan-bahan ini terdiri dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan . 2. Mantiga adalah

yang lahir dua kali seperti telur, itik, ayam, angsa dan sejenisnya. 3. Maharya yang lahir

sekali langsung menjadi binatang seperti kerbau, kambing, babi dan lainnya yang sejenis

(Mas Putra, 1982; Sri Arwati, 1997).

Dalam kehidupan beragama Hindu di Bali, setiap pelaksanaan upacara, selalu

mempergunakn banten yang dibuat dari berbagai jenis materi atau bahan-bahan yang telah

tersedia. Diatur sedemikian rupa sehingga membentuk persembahan yang indah untuk dilihat,

mempunyai arti simboliss dan makna filosofis keagamaan sesuai dengan fungsinya masing-

masing, misalnya banten Daksina merupakan simbul dari tapakan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa atau sebagai upasaksi dalam upacara kegamaan bagi umat Hindu (Surayin, 1992; Sri

Arwati, 1997).

Menurut Surayin (1992), ada empat jenis Daksina.

1. Daksina alit, banten ini banyak kegunaannya baik menyertai banten yang lainnya

merupakan pelngkap maupun digunakan sendiri, seperti Daksina Lepas.

2. Daksina perkala-kalaan, isi Daksina ini dilipat dua kali dengan penambahan dua kemiri

dan dua pangi. Digunakan pada saat ada perkawinan atau pada saat upacara penyepihan

bayi.

3. Daksina Krepa merupakan Daksina yang isinya kelipatan tiga kali. Fungsinya untuk

penebosan otonan (hari lahir).

4. Daksina Gede, isinya kelipatan lima kali, dasar tempat Daksina tersebut sebuah sok

(wadah) yang berisi cerobong dan pada dasarnya di beri taledan (tempat yang dibuat

sedemikian rupa bahannya dari daun kelapa).

Menurut Nala (2004), Pemilihan bahan upacara yang terdiri tanaman, binatang, logam

atau bahan lainnya, selalu dipilih dari bahan yang mudah diperoleh, praktis dan efisien sesuai

dengan makna filosofis yang terkandung dalam dalam bahan tersebut yang akan

dipergunakan dalam satu upacara. Beberapa tanaman yang sering dimanfaatkan dalam

Page 7: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

7

upacara panca yadnya di Bali, sesuai desa-kala-patra, ditinjau dari daun, bunga buah, biji,

umbi, batang, rimpang dan akar, adalah sebagai berikut:

Daun

Daun terutama merupakan lambang utpatti (srsti atau tumbuh) dari Bhatar atau

Dewa Brahma. Dapat pula daun ini berfungsi sebagai lambang Sthiti (kehidupan) dari Bhatara

atau Dewa Wisnu, bila ditinjau dari warna daunnya, daun dapat pula berfungsi sebagai

lambang pralina atau udara dari Bhatara atau Dewa Iswara kalau dikaitkan dengan baunya

yang harum.

Setiap alas, wadah, dasar atau aled senagai bagian terbawah dari sebuah banten akan

mempergunakan daun sebagai kekuatan dasar untuk tumbuh (mentik). Daun kelapa muda

(janur Cocos nucifera), daun kelapa hijau tua (slepan), daun rontal (ental) , ron (daun enau,

Arenga pinata), daun pisang (musa paradisiaca), merupakan pilihan utama sebagai desa-

kala-patra (daerah, zaman, tersurat) sebagai bahan dasar untuk alas sebuah banten.bagian

dari banten yang merupakan alasa berasal dari daun kelapa muda (janur, warna putih kuning)

atau daun kelapa tua (slepan, warna hijau tua) adalah celemik (berbentuk segi tiga dari janur

tanpa lidi) ituk-ituk ( bentuk segitiga dari janur dengan lidinya), kekojong (bentuk kerucut),

tangkih (bentuk satu sudut), tetampak ( silang), taledan (segi empat besar). Sedangkan yang

mempergunakan janur, slepan, ron atau daun rontal adalah taledan bundar, taledan sesayut

(bundar, ditengah-tengahnya ada uresan, lambang perputaran swastika), ceper (segi empat

kecil), bedogan (slinder) dan tamas (bundar). Bentuk segi tiga, mengambil sifat api yang

menyala membentuk segi tiga merupakan lambang kekuatan Bhatara atau Dewa Brahma,

bentuk segi empat seperti sifat air yang selalu mendatar sebagai lambang kekuatan Bhatara

atau Dewa Wisnu dan bentuk bundar, sifat udara yang selalu memenuhi segenap penjuru

ruang merupakan lambang Bhatara atau Dewa Siwa.

Selain itu warna daun dimanfaatkan pula sebagai lambang kesaktian dari para

Bhatara atau Dewa, yang merupakan sinar suci dari Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Kuasa

(lontr Yadnya Prakerti). Misalnya:

1. Daun manggis (Garsinia manggostana L. yang berwarna merah dipergunakan sebagai

simbol keperkasaan Bhatara atau Dewa Brahma.

2. Daun mangga (Mangifera indica L.) yang berwarna hijau tua dimanfaatkan sebagai

lambang kekuatan Bhatara atau Dewa Wisnu.

3. Daun durian ( Dorio zibethinus L) yang berwana putih, dipergunakan sebagai niasa

kemahakuasaan Bhatara atau Dewa Iswara.

Page 8: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

8

4. Daun ceroring (Lansium deomesticum Corr) yang berwana kuning dipergunakan sebagai

simbol kekuatan Bhatara atau Dewa Siwa.

5. Daun salak (Salacca edulis L.) yang berwarna campuran dimanfaatkan sebagai lambang

kemahakuasaan Bhatara atau Dewa Siwa.

Kadang-kadang daun itu disimbolkan sebagau kemahakuasaan Bhatara atau Dewa

Wisnu, bukan Bhatara atau Dewa Brahma kerena dilihat dari warnanya. Salah satu dari daun

yang dipergunakan sebagai lambang sthiti, tumbuh dan berkembang dari Bhatara atau Dewa

Wisnu adalah kakap (piper betle L.) yakni daun sirih tua berwana hijau tua kehitaman.

Berdasarkan atas warnanya ini daun sirih menduduki peranan penting dalam beberapa banten.

Porosan yang terbuat dari daun sirih tua (hijau kehitaman, lambang Bhatara/Dewa Wisnu)

serta pinang (merah, lambang Bhatara/Dewa Brahma) dan kapur (putih, lambang

Bhatara/Dewa Iswara) merupakan inti pada setiap canang (canang genten, buratwangi,

tubungan, sari, pangrawes, pasucian, raka) dan kawangen (ka + wangi + an). Porosan di

dalam kawangen terdiri dari dua buah daun sirih, yang satu tampak tundun ( punggung,

bagian kasar daun) dan yang satu tampak basang ( perut, bagian halus daun), lambang

purusha dan pradana yang menyatu sehingga porosan jenis ini disebut porosan silih asih,

lambang kasih dari Hyang Widhi kepada umatNya. Tanpa adanya porosan ini canang atau

kwangen itu tidak ada artinya karena tidak bernilai religius, walaupun sudah beralaskan plawa

(berbagai daun) serta berisi beraneka bunga warn awarni dan sampian urasari, lambang

padma astadala (lontar Aji Kembang).

Di dalam mitos, umat Hindu percaya tentang keberadaan panca wriksha, yakni lima

jenis pohon yang tumbuh di surga. Tanaman tersebut adalah beringin (Ficus benyamina L),

ancak (ara jawi-jawi, Fiscus rumphii BL), pisang (Musa sapientum L), uduh (Caryita mitis)

dan peji (Dryomophloeus olivaeformis Mart). Umat Hindu di Bali sewaktu melaksanakan

yadnya atau upacara tertentu membangun sanggar tawang, sanggar tutuwan atau panggungan

yang dianggap sebagai simbol parhyangan, surga tempat bersthana para Dewa. Surga di

niskala yang tidak tampak dihadirkan atau diturunkan ke bumi menjadi surga di sekala

sehingga menjadi tampak. Wajarlah kalau pada upacara tersebut dilibatkan tanmana panca

wriksha, terutama dalam bentuk daun sebagai pohon surga.

Identik dengan jalan pikiran ini maka pelinggih atau bangunan suci di Pura,

disimbolkan sebagai sthana atau istana para Bhatara atau Dewa. Oleh sebab itu tanaman

surga sering pula merupakan salah satu bahan upakara yang dihadirkan di tempat tersebut.

Malahan phon beringin sering kali tumbuh subur di halaman sebuah Pura.

Page 9: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

9

Bunga

Fungsi utama adalah sebagai lamban sthiti, simbol hidup dan berkembang dari

Bhatara/ Dewa Wisnu. Tetapi karena bunga itu warna warni maka sudah wajar bila warna

bunga ini dipergunakan pula sebagai simbol kemahakuasaan para Bhatara atau Dewa, bukan

hanya untuk Bhatara/Dewa Wisnu saja. Bunga yang berwarna merah dipergunakan sebagai

lambang kemahakuasaan Bhatara/Dewa Brahma. Bunga yang berwarna biru atau hijau

dipergunakan sebagai simbol kemahakuasaan Bhatara/Dewa Wisnu. Bunga yang berwarna

putih sebagai lambang kemahakuasaan Bhatara/Dewa Iswara. Bunga yang berwarna kuning

dipergunakan sebagai simbol kemahakuasaan Bhatara/Dewa Mahadewa. Disamping itu bau

harum dari bunga merupakan faktor utama dalam pemilihan bunga. Selain dilihat dari

keindahan warna, bau bunga dapat dipergunakan untuk melambangkan unsur udara sebagai

simbol kemahakuasaan Bhatara/Dewa Iswara.

Menurut isi lontar Aji Kembang dan Siwa Pakarana, bunga tunjung atau teratai

(Nymphaea sp.) merupakan lambang Dewata Nawasanga, Bhatara/Dewa yang berada

disembilan arah mata angin sebagai pangider-ider bhuana. Bungan tujung atau teratai

merupakan simbol utama dalam ajaran Siwa. Hal ini disebabkan tumbuhan ini mampu

melambangkan kehidupan tri bhuana, tiga alam jagat. Pertama, akarnya berada di tanah.

Kedua, batangnya terendam serta daunnya melayang di air. Ketiga, bunganya menyembul di

udara. Selain itu warna bunganya dapat pula dipergunakan sebagai simbol kemahakuasaan

para Bhatara/Dewa. Teratai berwarna putih lambang kesaktian Bhatara/Dewa Iswara, teratai

merah lambang kesaktian Bhatara/Dewa Brahma, teratai biru tua simbol kesaktian

Bhatara/Dewa Wisnu, teratai kuning lambang kesaktian Bhatara/Dewa Mahadewa dan

seterusnya. Di dalam lontar Jiwatman disebutkan bahwa bunga tunjung sebagai lambang

jiwatman manusia.

Di samping bunga teratai, bunga ratna (Gomphrena globosa L) juga mempunyai

kedudukan yang cukup penting dalam kepercayaan umat Hindu Siwa Siddhanta di Bali.

Diceritakan dalam kitab Adiparwa, Bhatara/Dewa Brahma melalui Dewa Wiswakarma

menciptakan seorang dewi yang amat cantik dengan sarana bunga ratna. Tujuannya adalah

memusnahkan dua orang raksasa kembar yang mata sakti dan tekun bersemadi. Para Dewa

khawatir akan kesaktian kedua raksasa ini yang semakin hari akan semakin meningkat,

karena bertapa dan bersemadi dengan tekun sehingga kelak akan membahayakan kedamaian

kahyangan. Dewi ciptaan yang diberinama Dewi Tilotama ini ternyata mampu mengadu

domba dua orang raksasa kembar dan sakti tersebut, yang bernama Sunda dan Aupasunda

sehingga keduanya tewas dalam perang tanding. Untuk mengenang jasa dari bunga ratna

Page 10: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

10

maka bunga ini diberi anugerah (tirobhawa) dapat diperbunakan sebagaisarana

persembahyangan sejajar kedudukannya dengan bunga teratai.

Bunga yang paling tepat dipergunakan untuk memuja Bhatara/Dewa Siwa menurut

lontar Siwaratri Kalpa adalah bunga angsoka, cempaka, gambir gajah, kecubung, kenyeri,

kutat, medori putih, menuh, nagarsari, seroja (biru, merah dan putih), sulasih (selasih, sarana

terbaik untuk memuja di pagi hari) dan tenguli bakula. Semua bunga ini hendaknya sengaja

dipetik dari pohonnya untuk sarana pemujaan dan tanpa ada cacat karena dimakan serangga.

Bunga yang telah jatuh dengan sendirinya sebaiknya jangan sipergunakan sebagai sarana

persembahyangan.

Bunga medori putih (widuri, Calotropis gugantea D) dan bambu buluh (Bambusa

sp) dapat dipergunakan dalam upacara Pitra Yadnya atma wedhana (nyekah, nyekar), sebagai

bahan atau sarana membuat puspa lingga yakni badan tempat atma bersthana (lontar

Brahmokta Widisastra). Sebagai lambang wujud dari suksma sarisa (badan halus) atau sekah

dalam upacara atma wedhana, dipergunakan bunga medori putih (Calotropis gigantea D),

sulasih (Ocimum bacilicum L), pudak (Pandanus sp), padma, tunjung (Nymphaea sp), serta

dilengkapi dengan daun beringin dan daun medori. Sekah (sekar = bunga) ini dibakar untuk

memperceoat proses kembalinga atma ke tempat asalnya, menyatu pada Sang Hyang

Paramatma (lontar Ligya, dan Yama Purana Tattwa).

Dalam lontar Kusuma Dewa Indik Tatandingan ditulis bahwa banten sesayut

kusumajati hanya boleh mempergunakan satu warna bunga yakni bunga yang berwarna putih

tetapi berasal dari lima jenis bunga. Sedangkan sesayut purba subha hanya boleh

menggunakan dua macam warna bunga yaitu bunga putih dan kuning. Kedua sesayut itu

dipersembahkan di Pura Kawitan (Pura asal keluarga besar) untuk memuja Bhatara atau

Dewa Pitara leluhur.

Bunga dapat pula dipergunakan sebagai lambang keperwiraan. Dalam lontar

Dasanama bunga pucuk bang (kembang sepatu merah, Hibiscus rosa-sinensis) dianggap

sebagai simbol wirakusuma, lambang sifat yang gagak berani. Para prajurit atau teruna

senang sekali menyumpangkang bunga ini di atas daun telinganya agar tampak gagah.

Bunga yang mekar dan harum baunya merupakan lambang aksara suci wijaksara

(bijaksara) yang mampu membentengi tubuh manusia dari degala mara bahaya yang akan

mengganggu dan masuk ke dalam dirinya. Oleh sebab itu umat Hindu di Bali sering sekali

menyelipkan bunga diatas daun telinganya sebagai lambang penolak bahaya.

Page 11: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

11

Bunga yang Tidak Diperkenankan dalam Upacara

Ada juga bunga yang menurut lontar Siwagama tidak diperkenankan dipergunakan

sebagai sarana untuk memuja Hyang Widhi. Bunga tersebut adalah turuk umung (turukmung,

keduduk, kedukduk; Melastoma afine D.Don). Berdasarkan mitologi bunga ini tumbuh

berqasla dari kain tapih (pakaian dalam) dari Bhatari/Dewa Uma yang penuh darah ketika

melahirkan, karena itu tidak baik dipergunakan untuk memuja Bhatar atau Dewa.

Berdasarkan lontar Aji Janantaka, bunga jempiring alit (tulud nyuh) dan sarikonta

(salikonta) tidak diperkenankan dipergunakan dalam upacara panglukatan. Alasannya karena

bunga ini tidak mau dilukat (dibersihkan) oleh Bhatara/Dewa Siwa sewaktu beliau turun di

kerajaan Janantaka untuk membasmi wabah oenyakit gering agung (kusta, lepara). Tetapi

menurut lontar Wariga Gemet, kedua bunga ini dapat sipergunakan sebagai sarana penebus

atma dalam upacara Pitra Yadnya.

Bunga bekas dililit binatang (ulat, belalang), cacat, bunga yang jatuh dari pohonnya

tanpa dipetik, bungan yang telah layu dianggap tidak memenuhi syarat dan disebut bunga

camah. Bunga yang demikian ini tidak baik dipergunakan sebagai sarana persembahyangan

atau upakara (lontar Yama Purana Tattwa).

Ada pula kepercayaan sebagian masyarakat bahwa bunga gumitir atau kemitir tidak

boleh dipergunakan sebagai warana untuk persembahyangan tetapi boleh dipergunakan untuk

bahan upakara (banten) suatu upacara. Alasan filosofisnya belum penulis temukan.

Buah

Buah merupakan lambang pralina atau kematian dari Bhatara/Dewa Iswara. Contoh

lambang ini adalah pohon pisang setelah berbuah akan mati. Padi setelah berbuah akan mati.

Warna buahlun dimanfaatkan pula untuk meperlihatkan kemahakuasaan dari para Bhatara atu

Dewa, yang merupakan manifestasi dari Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa. Buah yang

berwarna merah (jambu merah, kepundung merah, delima merah), lambang kemahakuaaan

Bhatara/Dewa Brahma. Buah berwarna hijau (srikaya, jerungga), lambang kemahakuasaan

Bhatara/Dewa Wisnu. Buah yang berwarna putih (jambu putih, kepundung putih, delima

putih) lambang kemahkuasaan Bhatara/Dewa Iswara. Buah yang berwarna kuning (jambu

atau sotong masak, mentimun kuning) lambang kemahkuasaan Bhatara/Dewa Mahadewa.

Buah yang warnanay campuran (manggis, nenas, salak, sawo) melambangkan kemahkuasaan

dari Bhatara/Dewa Siwa.

Buah kelapa (Cococ nucifera) berdasarkan warnanya capat pula dipergunakan

sebagai lambang kemahkuasaan Panca Dewata (5 dewa) atau Dewata Nawasanga (9 dewa).

Page 12: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

12

Buah kepala yaitu nyuh bulan, berwarna putih lambang kemahkuasaan Bhatara/Dewa Iswara

(timur), nyuh udang (merah) simbol kemahkuasaan Bhatara/Dewa Brahma (selatan), nyuh

gading (kuning) lambang kemahkuasaan Bhatara/Dewa Mahadewa, nyuh gadang (hijau tua)

lambang kemahkuasaan Bhatara/Dewa Wisnu, dan nyuh sudamala (warna campuran)

lambang kemahkuasaan Bhatara/Dewa Siwa (tengah, pusat). Kemudian ditambah dengan

nyuh surya (dadu) lambang kekuatan Bhatara/Dewa Maheswara, nyuh bingin (jingga)

lambang kekuatan Bhatara/Dewa Rudra, nyuh bojog (hijau) lambang kekuatan Bhatara/Dewa

Sangkara, nyuh be julit (biru) lambang kekuatan Bhatara/Dewa Sambhu. dipercayai dan

diyakini bahw aair kelapa tersebut mengandung kekuatan para Bhatara atau dewa sehingga

buahnya dipergunakan dalam upacara panglukatan, panyucian, pabersihan, padudusan,

pangenteg, panyegjeg, caru dan sejenisnya yang secara simbolis niskala dianggap mampu

membersihkan sthula sarira dan suksma sarira sehingga badan jasmani dan rohani umat yang

diupacarai menjadi bersih.

Biji

Biji sebagai benih (wija, bija) memiliki kekuatan untuk tumkbuh (mentik) karena

itu dipergunakan sebagai perlambang kekuatan Bhatara/Dewa Brahma.

Banten daksina yang merupakan lambang kemahakuasaan srsti atau utpatti

Bhatara/Dewa Brahma isinya adalah kacang kara (Phaseolus lunatus), komak (Phaseolus sp),

undis, jagung (Zea mays L), selain butiran kelapa (Cococs nucifera), telur, batang tebu

(Saccharum sp) dan lain-lainnya yang dapat tumbuh, hidup dan berkembang biak. Bentuk

banten daksina mengambil simbol dari tunas yang siap untuk tumbuh dan berkembang,

disesuaikan pula dengan tugas Bhatara/Dewa Brahma sebagai lambang tumbuh, mentik.

Selain itu biji ini dimanfaatkan pula sebagai simbol warna, lambang

kemahakuasaan dari para Bhatara atau Dewa yang disebut bujararus dan terdiri atas:

1. Biji jagung nasi (Zea mays L) yang berwarna merah atau beras merah melambangkan

kemahakuasaan Bhatara/Dewa Brahma.

2. Biji godem yang berwarna hitam atau injin melambangkan kekuatan dari

Bhatara/Dewa Wisnu.

3. Biji jawa yang berwarna putih, kacang komak (Phaseolus sp) atau ketan

melambangkan kedigjayaan dari Bhatara/Dewa Iswara.

4. Biji jagung yang berwarna kuning merupaka simbol kemahkuasaan dari

Bhatara/Dewa Mahadewa.

5. Biji jali atai jali-jali (Coix lacrima-jobi L) yang berwarna campuran (keabu-abuan,

brumbun) melambangkan kemahkuasaan dari Bhatara/Dewa Siwa.

Page 13: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

13

Semua biji yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat dipergunakan sebagai sarana

upakara adal memenuhi syarat yang dikehendaki serta mudah diperoleh.

Batang Akar, Umbi dan Bagian Lain Tumbuh-Tumbuhan

Selain daun, bunga, buah serta biji, bagian lain dari tanaman sering pula

dimanfaatkan oleh umat Hindu di Bali sebagai sarana dan prasarana dalam upaya

mengejawantahkan kekuatan dan kemahakuasaan dari para Bhatara atau Dewa. Upaya ini

dilakukan agar umat lebih meresap dalam memahami serta menghayati keberadaan Hyang

Widhi beserta ajarannya di dalam alam pikiran dan hati sanubarinya.

Batang pohon cendana (Santalum album) dipergunakan karena baunya yang arum

untuk mengharumkan bahan banten. Dimanfaatkan pula sebagai adegan, badan jiwatma

ketika dilaksanakan upacara Atma Wedhana Pitra Yadnya. Batang pohon menyan

dipergunakan sebagai lambing Bhatara/Dewa Siwa, mejegau (Dysoxylum densifloru)

sibolisasi Bhatara/Dewa Sadasiwa dan cendana (Santaium album) niasa Bhatara/Dewa

Paramasiwa.

Batang bamboo (Bambusa sp). Yang masih ada ruasnya dipergunakan sebagai

tatimpug yang ketika dikabar mengeluarkan suara ledakan. Suara ini sebagai simbolis

pemanggilan terhadap bhuta kala untuk menghindari upacara yang sedang digelar, untuk

diberi “tatadahan” agar terjadi somia sehingga upacara berjalan lancar, harmonis, tanpa ada

gangguan apapun. Bunyi ledakan dapat pula dipergunakan sebagai simbolisasi kekuatan

Bhatara Siwa.

Batang tebu ireng (hitam, Saccharum sp.) dipergunakan sebagai padangal pada

upacara mapandes Manusia Yadnya. Selain sebagai simbol adanya kekuatan dari

Bhatara/Dewa Wisnu, diduga rasa manis (salah satu dari sad rasa, enam rasa) batang tebu

merupakan pilihan sebagai simbol agar senyumnya selalu manis (termasuk hatinya) setelah

upacar ini dilaksanakan. Secara kurang tepat masyarakat menyebut pada hal tujuannya bukan

memotong giginya tetapi memotong sifat sad ripunya, enam musuh utama atau sifat jelek

yang ada dalam diri manusia.

Akar tanaman yang harum baunya dipergunakan sebagai pengharum minyak pada

canang burat wangi atau lenga wangi. Umbi-umbi disebut pala bungkah karena harus

membungkah tanah untuk mengambilnya. Sedangkan buah-buahan disebut pala gantung

karena letaknya bergantung di pohonnya. Umbi atau rimpang jahe (Zingiber officinale Roxb),

isen (lengkuas, languas galangal L.) kunyit (kunir, Curcuma domestica Val), cekuh (kencur,

Page 14: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

14

Kaempferia galangal L.), bawang (Bawang merah, Allium cepa L.) dan kesuna (bawang

putih, Allium sativum L,) merupakan pala bungkah.

Dan masih banyak lagi batang, umbi dan akar yang dimanfaatkan sebagai simbol

Hyang Widhi, manusia atau bhuana dalam upacar yadnya oleh umat hindu di Bali yang perlu

digali makna filosofisnya.

Tafsir Non-Filosofis Religius

Hendaknya disadari bahwa di dalam mencari dasar makna suatu upacara di Bali

tidak selalu dipergunakan dasar tatwa berdasarkan kitab suci, tetapi sering dipergunakan

sebagai cara penafsiran non-filosofis religious. Unsure tanaman yang dipergunakan dalam

upacara sering tidak sesuai dengan apa yang tersurat dan tersirat di dalam lontar Yadnya

Prakerti, yakni melambangkan pinaka Hyang Widhi (tuhan), pinaka raganta (manusia) atau

pinaka bhuana (jagat, alam raya beserta isinya), tetapi atas dasar yang lain. Misalnya :

1 Penanaman pohon kunyit (kunir, Curcuma longa L) dan andong (Cordyline

fructicosa) di belakang pelinggih kemulan oleh mempelai pada upacara perkawinan

Manusia Yadnya. Setelah selesai mempelai natab banten paka-kalaan dilanjutkan

dengan upacar menanam kedua pohon tersebut. aktivitas ini diartikan sebagai mara

ngejengit suba ngaledong, baru membuka bibir tampak gigi (kunyit) sudah

mengandung (andong). Ngajengit dianggap sebagai suatu pekerjaan yang relatif

amat mudah serta singkat tetapi misalnya cepat dan luar biasa, berupa anak

(Supartha, 1998).

2 Pada upacara Pitra yadnya, ketika dilaksanakan upacara nyiramang layon (

memandikan jenazah) pada setiap bagian tubuh jenazah diletakan sesuatu berupa

bagian tanaman atau benda lainnya. Maksudnya bagian tanaman tersebut sebagai

simbol harapan disertai permohonan agar nantinya bagian tubuh itu bentuk serta

fungsinya menjadi lebih baik, takala mengalami punarbhawa (reinkarnasi) kelak di

kemudian hari. Misalnya daun intaran (Azedaracthta indica juss) yang diletakkan di

mata diharapkan agar agar bentuk alisnya indah, bunga teleng (Clitoria ternatea L)

diletakan di mata diharapkan agar mata mampu melihat dengan tajam terang jelas,

daun delem (Pogostemon bartensis Back) diletakan di telinga dengan harapan agar

daun telinga bentuknya indah serta tajam pendengarannya, kuncup bunga melati

(jasminum sambac Ait.) diletakan di hidung diharapkan agar bentuk hidung

mancung serta tajam pembauannya, bunga rijasa (Elacocarpus grandiflora Smith)

dimaksudkan supaya gusi kelihatan merah menarik, daun layah umbuh (Ficus callosa

Page 15: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

15

Willd) merupakan harapan agar lidahnya menjadi lebih sempurna dalam bentuk dan

berbicara. Umbi gadung ( Ficus callosa Willd) merupakan harapan agar lidahnya

menjadi lebih sempurna dalam bentuk berbicara. Umbi gandung (Sikapa, Dioscorea

hispida Roxb) dipergunakan untuk mengusap tubuh jenazah agar kulitnya mulus

kuning gading, kuncup cempaka putih (Michelia alba DC) dangulungan daun sirih

(Piper betle L) diletakan di jeriji tangan diharapkan agar jari tangannya lentik dan

cekatan, daun jangu (Acorus calamus) diletakan di jari kaki dengan harapan agar

supaya jari kakinya bagus bentuknya. Dau terong (Salamum mamosum) untuk

menutup kemaluan jenazah laki-laki dengan harapan agar palus atau zakarnya seperti

lingga, kekar dan kukuh dalam melakukan fungsinya berproduksi, daun teratai untuk

menutup kemaluan pada jenazah wanita diharapkan agar bhaga atau vaginanya

seperti yoni mampu berfungsi dengan prima (Nala, 2001).

3 Makna yang dipadankan pada nama tanaman bersangkutan. Contohnya daun uduh

(caryota mitis) lambing harapan agar kauduhang O(diperintahkan, dibutuhkan), dau

peji (Dryomophloeus olivaeformis Mart) lambing harapan selalu dipuji, pandang

lepas atau pandang kasna (Gnaphalium infoluce=ratum Forst) simbol harapan agar

dapat melepaskan diri dari belenggu kesengsaraan, atau atma lepas dari ikatan sthula

sarira (badan kasar) tubuh manusia dan daun kayu sugih (Pleomele angustifolia)

lambing harapan agar kaya (supartha 1998).

Masih banyak lagi tanaman upakara yang belum dapat ditentukan makna atau

filosofinya, sehingga sering umat member penafsiran sendiri yang tentu saja ada beberapa

penyimpangan dari makna sebenarnya menurut tatwa sastra.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka kalau ditinjau dari segi Etnobotani

sangat perlu untuk menginventarisasi dan mengetahui fungsi masing-masing tumbuhan yang

digunakan untuk banten Daksina.

Page 16: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

16

BAB II. MATERI DAN METODE

Untuk mengetahui tumbuhan yang dipakai dalam banten Daksina dilakukan

penelitian, pada bulan Mei 2016, di Desa Beng, Kabupaten Gianyar, Bali yang dipergunakan

adalah wawancarai para tukang banten dan pengamatn langsung pada saat pembuatan banten

tersebut. Dengan cara mencatat semua jenis tumbuhan yang dipergunakan untuk pembuatan

Banten Daksina dan mengambil beberapa specimen tumbuhan yang belum diketahui bahas

ilmiahnya. Kemudian dilakukan identifikasi dengan mempergunakan buku-buku Flora of

Java (Backer&Bakhuizen van den Brink 1965), Tumbuhan Berguna Indonesia (Heyne, 1987),

Aglossary of Indonesian Plant- Names (Sharma, 1985), di Lab. Taksonomi Tumbuhan,

Jurusan Biologi, F MIPA Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

Page 17: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

17

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian ini bahwa tumbuhan yang dipergunakan untuk Pembuat Banten

Daksina terdapat 25 jenis dengan 19 suku (Tabel 1), sedangkan organ tumbuhan yang

dipergunakan meliputi : daun, Bunga, buah, biji, dan akar. Bagian organ tumbuhan yang

dipergunakan pada pembuatan banten daksina ini sesuai dengan sebuah kalimat yang

tercantum didalam Bhagavad Gita yaitu:

Patiram puspam phalam to yam.

Yo me bhaktya prayachchati.

Tad aham bhaktyupahritam.

Asnami prayatatmanah. (B.G.IX.26).

Artinya, siapa yang sujud kepada Ku dengan persembahan setangkai daun, sekuntum

bunga, sebiji buah-buahan atau seteguk air. Aku terima sebagai bakti persembahan dari orang

yang berhati suci. Berdasarkan bait tersebut diatas betapa pentingnya hampir semua organ

tumbuhan untuk persembahan kehadapan Nya (Pandit, 1989).

Page 18: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

18

JENIS-JENIS TUMBUHAN

YANG DIPERGUNAKAN UNTUK BANTEN DAKSINA

NO TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN

BAGIAN

YANG

DIGUNAKAN

KETERANGAN

SEBAGAI

NAMA

DAERAH

NAMA

INDONESIA

NAMA

ILMIAH

SUKU

1 2 3 4 5 6 7

1 Nyuh Kelapa Cocos

nucifera

Arecaceae Daun, Buah Wakul

Canang wangi

Isi Daksina

2 Padi Padi Oryza sativa

L.

Gramineae Biji Jumputan

3 Tingkih Kemiri Aleurites

moluccana

Wild

Euphorbiaceae Biji Hidung

4 Pangi Pangi Pangium

edule Reinw.

Flacourtlceae Biji Dagu

5 Biyu Pisang Musa sp. Musaceae Buah Jeriji

6 Kapas Kapas Gossypium sp Malvaceae Rambut biji Perut

7 Godem Otek Panicum

viride Linn.

Gramineae Biji Bije ratus

8 Jagung Jagung Zea mays Gramineae Biji Bije ratus

9 Jali-jali Jali Coix lacryma

-jobi linn.

Poaceae Biji Bije ratus

10 Bawang Bawamg

merah

Allium cepa fa

ascalonium L.

Amaryllidaceae Umbi lapis Gegantusan

11 Kunyit Kunir Curcuma

domestica

Val.

Zingiberaceae Akar rimpang Gegantusan

12 Tabya Cabai Capsicum

fruktescens L.

Solanaceae Buah Gegantusan

13 Jae Jahe Zingiber

officinale

Rosc.

Zingiberaceae Akar rimpang Gegantusan

14 Cekuh Kencur Kaempferia

galangu L.

Zingiberaceae Akar rimpang Gegantusan

15 Duren Durian Durio

zibetthinus L.

Bombacaceae Daun Plawa Peselan

16 Manggis Manggis Garcinia Guttiferae Daun Plawa Peselan

Page 19: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

19

mangostana L

17 Ceroring Duku Lansium

domesticum

Correa.

Meliaceae Daun Plawa Peselan

18 Poh Mangga Mangifera

indica L.

anacardiaceae Dau Plawa Peselan

19 Salak Salak Salacca edulis

Reinw.

Palmae Daun Plawa Peselan

20 Base Sirih Piper betle L. Piperaceae Daun Base Tampel

21 Buah Pinang Areca cathecu arecaceae Buah Base Tampel

22 Jepun Kamboja Plumeria

acuminata

Roxb

apocynaceae Bunga Canang wangi

23 Pandan

Arum

Pandan wangi Pandanus

tectorius

Soland

Pandanaceae Daun Canang wangi

24 Sandat Kenanga Cananga

odorata Baill.

Annonaceae Bunga Canang wangi

25 Cempaka Cempaka Michelia

champaca L.

magnoliaceae Bunga Canang wangi

Page 20: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

20

Pada dasarnya isi Daksina dibagi menjadi 4 jenis: 1. Jenis daun-daunan (plawa

peselan). 2. Jenis buah-buahan (beras, kelapa, bije ratus dll). 3. Janis bunga (bunga pada

canang sari). 4. Air (air pada kelapa) (Mas Putra, 1982).

Surayin (1992) menyatakan bahwa, masing-masing tumbuhan dari bahan Daksina

tersebut mempunyai arti masing-masing arti misalnya, pinang, melambangkan Hyang

Brahma. Sirih, melambangkan Hyang Wisnu, dan terdapat juga kapur (di dalam bungkusan

sirih) melambangkan Hyang Ciwa. Kelapa merupakan buah yang serba guna dan

melambangkan Kepala atau Bumi. Beras (padi), merupakan sumber pokok kehidupan dan

warnanya kuning melambangkan kemakmuran. Kemiri, kalau ditinjau dari segi warnanya

putih berarti suci, kalau ditinjau dari bentuknya untuk tetandingan (pembuatan) banten

melambangkan hidung. Pangi, warnanya adalah merah, ditinjau dari bentuknya seperti dagu.

Pisang yang dipakai dipilih yang masih mentah, diharapkan warnannya masih hijau. Pisang

dalam tetandingan (pembuatan) banten melambangkan jari tangan. Kapas (benang),

merupakan alat pengikat, dalam tetandingan dilambangkan sebagai usus. Pada gegantusan,

berisi bermacam-macam bahan, diharapkan supaya dapat mewakili berbagai kehidupan baik

darat maupun laut. Wakil kehidupan darat adalah beberapa tumbuhan yang dapat

dipergunakan sebagai bumbu masak (tabel 1.) sedangkan yang mewakili kehidupan dilaut

yaitu, ikan teri.

Pelawa-peselan, plawa melambangkan ketenangan dan kesucian hati, sedangkan

peselan melambangkan satu kesatuan (persatuan), mempergunakan lima jenis daun yang

berwarna-warni merupakan lambang pengider-ider yaitu tata letak arah mata angin,

menyangkut beberapa aspek kepentingan kehidupan termasuk mengenai arah letak para dewa,

misalnya warna putih diwakili oleh daun durian dan pada saat pembuatan (Tetandingan)

Banten Daksina, diletakkan pada posisi sebelah timur. Warna merah diletakkan diposisi

sebelah selatan yang mewakili oleh daun manggis. Daun duku warnannya kuning diletakkan

diposisi sebelah barat, sedangkan warna hitam diletakkan diposisi utara diwakili oleh daun

mangga. Terakhir diposisi tengah yaitu warna campuran yang mewakili adalah daun salak

(Mas Putra, 1982; Surayin, 1992).

Page 21: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

21

GAMBAR JENIS-JENIS TUMBUHAN YANG DIPERGUNAKAN UNTUK BANTEN

DAKSINA:

1.KELAPA

Sumber: internet

Page 22: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

22

2.PADI

Sumber: internet

Page 23: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

23

3.KEMIRI

Sumber: internet

Page 24: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

24

4.PANGI

Sumber: internet

Page 25: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

25

5.PISANG

Sumber: internet

Page 26: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

26

6. KAPAS

Sumber: internet

Page 27: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

27

7. OTEK

Sumber: internet

Page 28: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

28

8. JAGUNG

Sumber: internet

Page 29: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

29

9. JALI

Sumber: internet

Page 30: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

30

10. BAWANG MERAH

Sumber: internet

Page 31: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

31

11. KUNIR

Sumber: internet

Page 32: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

32

12. CABAI

Sumber: internet

Page 33: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

33

13. JAHE

Sumber: internet

Page 34: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

34

14. KENCUR

Sumber: internet

Page 35: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

35

15. DURIAN

Sumber: internet

Page 36: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

36

16. MANGIS

Sumber: internet

Page 37: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

37

17. DUKU

Sumber: internet

Page 38: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

38

18. MANGGA

Sumber: internet

Page 39: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

39

19. SALAK

Sumber: internet

Page 40: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

40

20. SIRIH

Sumber: internet

Page 41: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

41

21. PINANG

Sumber: internet

Page 42: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

42

22. KAMBOJA

Sumber: internet

Page 43: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

43

23. PANDAN WANGI

Sumber: internet

Page 44: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

44

24. KENANGAN

Sumber: internet

Page 45: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

45

25. CEMPAKA

Sumber: internet

Page 46: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

46

BAB IV. KESIMPULAN

Dalam pembuatan banten Daksina dipergunakan 25 jenis tumbuhan yang tergolong

dalam 19 suku diantaranya terdapat jenis-jenis tumbuhan yang dikatagorikan langka seperti,

kemiri (Aleurites moluccana Wild.), Pangi (Pangium edule Reinw.), dan jali (Coix lacryma

jobi L.).

Setiap jenis tumbuh-tumbuhan yang dipakai untuk pembuatan banten Daksina,

mempunyai arti dan fungsi masing-masing.

Page 47: INVENTARISASI DAN FUNGSI TUMBUH-TUMBUHAN YANG …

47

KEPUSTAKAAN

Backer, C.A.& R.C. Bakhuizen van den Brink.1965. Flora of Java. The Auspices of The

Ruksherbarium, Leyden.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna indonesi. Yayasan Wana Jaya, Jakarta.

Mas Putra, I.G.A. 1982. Upakara yadnya. Dinas Agama Hindu dan Buddha Kabupaten

Badung.

Nala,N (2004), Prosiding Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu UPT

Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” LIPI. Bali, 7 Oktober 2004. 9-28.

Pendit, N.S. 1989. Bhagawadgita. Yayasan Dharma sarathi, Jakarta.

Sharma, S. 1985. Aglossary of Indonesia Plant-Names. Udayana University, Denpasar.

Sri Arwati, N.M. 1997. Upacara Upakar. Upada Sastra, Denpasar.

Surayin, I.A.P.1992. Melangkah Kearah Persiapan Upakara-Upacara Yadnya. Upada Sastra,

Denpasar.