Upload
yevi-putri-agustia
View
221
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PDAM berdiri dari tahun 1903 hingga sekarang dan dibagi menjadi
beberapa plant untuk masing-masing instalasi. PDAM Karang Pilang
terbagi menjadi PDAM Karang Pilang I, II dan III dengan masing-masing
plant yang berbeda. Pada pembahasan ini hanya dibahas PDAM Karang
Pilang III dimana terdiri dari 2 plant masing-masing menggunakan 6 unit
instalasi. PDAM Karang Pilang III mampu mengolah 10.830 L/s dan
mampu mendistribusikan 9300 L/s untuk pelanggan. Jumlah pelanggan
mencapai 463.740 sambungan sehingga persentase pelayanannya
mencapai 84,24 %. Disamping itu, PDAM Karang Pilang III mengalami
kebocoran sebesar 34 % karena kebocoran pipa yang sudah tua maupun
kesalahan teknis. Jarak yang dapat disuplai air bersih oleh PDAM Karang
Pilang III sepanjang 5200 km. PDAM Karang Pilang III telah tersertifikasi
melalui ISO 9001 tahun 2008.
Air baku yang diolah pada instalasi PDAM Karang Pilang III termasuk air
kelas 2 sesuai dengan SK Gub No 45 tahun 2002. Air baku didapatkan
dari membeli kepada Perum Jasa Tirta Rp. 82,5/m³ sehingga modal yang
dibutuhkan PDAM Karang Pilang III untuk mendapatkan air baku dari
kali Surabaya sebesar 2M/bulan.
Instalasi di PDAM Karang Pilang III menggunakan sistem gravitasi dan
pemompaan diawal plant. Unit-unit pengolahan yang digunakan antara
lain Intake, Sumur Pembagi, Rumah Pompa, Aerator, Prasedimentasi,
Chemical Injection, Clearator, Filter, Klorinasi, Reservoar. Berikut ini
adalah detail penjelasan setiap unit sebagai berikut :
1. Intake
Bangunan intake berfungsi sebagai penyadap atau penangkap air
baku yang berasal dari Kali Surabay. Sungai mempunyai parameter
yang sangat kompleks yang akan menjadi dasar desain intake.
Adapun faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
intake, adalah (Razif,1986):
Dipilih aliran yang tidak deras karena dapat menyebabkan
terputusnya aliran air baku untuk air minum.
Tanah disekitar intake diusahakan cukup stabil sehingga tidak
mudah tererosi.
Dipilih aliran air yang bebas dari hambatan dan gangguan.
Terletak cukup jauh dari sumber kontaminan.
Sebaiknya diletakkan dibagian hulu.
Intake sebaiknya dibawah permukaan sungai (untuk mencegah
masuknya benda-benda terapung) dan sebaiknya inlet juga terletak
cukup di atas dari dasar air (untuk mencegah masuknya suspended
matter/lumpur yang ada di dasar).
Untuk muka air yang berfluktuasi, inlet yang ke sumur pengumpul
sebaiknya dibuat beberapa level.
Sebaiknya dilengkapi dengan screen dan ujung pipa pengambil air
yang berhubungan dengan pompa sebaiknya diberi saringan
(strainer).
Jika fluktuasi muka air antara musim hujan dan musim kemarau
besar, maka air dapat ditampung dengan membuat weir kecil
memotong sungai untuk menghadapi musim kemarau.
Jika permukaan air sungai selalu konstan dan tebing sungai
terendam, maka intake dapat dibuat di dekat sungai. Pada
keadaan ini air dialirkan dari sungai melalui pipa yang diletakkan
secara horizontal
PDAM Karang Pilang III menggunakan Indirect Intake jenis River
Intake. River Intake menggunakan pipa penyadap dalam bentuk
sumur pengumpul dan berlanjut ke sumur penyeimbang. Intake dibuat
dengan mempertimbangkan perbedaan level muka air pada musim
hujan dan musim kemarau sehingga kontinuitas air tetap terjaga.
Intake PDAM Karang Pilang III dilengkapi dengan bar screen mekanis
dan pelampung untuk menahan sampah agar tidak masuk ke instalasi
pengolahan.
2. Sumur Pembagi
Sumur pembagi/Penyeimbang diletakkan setelah bangunan intake
untuk mengumpulkan air baku dan dibagi ke beberapa bak
penyeimbang. Bak penyeimbang berfungsi untuk meratakan debit air
yang masuk ke instalasi sehingga bebean pemompaan air ke intalasi
menjadi sama dan seimbang. Terdapat 1 sumur pengumpul dan 3
sumur pembagi yang akan menuju ke rumah pompa.
3. Rumah Pompa
Rumah pompa berisi pompa untuk memompa air dari sumur
penyeimbang ke instalasi pengolahan. Terdapat 4 pompa dengan
kapasitas pemompaan 1100 L/s dimana dioperasikan secara
bergantian setiap seminggu sekali dan setiap seminggu digunakan 2
pompa saja yang aktif. Untuk pengoperasian dan pengontrolan pompa
dilakukan secara otomatis sehingga lebih mudah dan efisien.
Perawatan pompa dilakukan 6 bulan- 1 tahun sekali sesuai dengan
kebutuhan.
4. Aerator
Aerator merupakan alat untuk aerasi yang digunakan untuk
menyisihkan gas yang terlarut di air permukaan atau untuk
menambah oksigen ke air untuk mengubah substansi yang di
permukaan menjadi suatu oksida. Dalam keadaan teroksidasi, besi
dan mangan terlarut di air. Bentuk senyawa dengan larutan ion,
keduanya terlarut pada bilangan oksidasi +2, yaitu Fe+2 dan Mn+2.
Ketika kontak dengan oksigen atau oksidator lain, besi dan mangan
akan teroksidasi menjadi valensi yang lebih tinggi, bentuk ion
kompleks baru yang tidak larut ke tingkat yang cukup besar. Oleh
karena itu, mangan dan besi dihilangkan dengan pengendapan setelah
aerasi. Ada empat tipe aerator yang sering digunakan, yaitu gravity
aerator, spray aerator, air diffuser, dan mechanical aerator. Fungsi
dari proses aerasi adalah menyisihkan methana (CH4), menyisihkan
karbon dioksida (CO2), menyisihkan H2S, menyisihkan bau dan rasa,
menyisihkan gas-gas lain (Fair, 1968). Aerasi dilakukan karena
kualitas air baku Sungai Surabaya sangat rendah sehingga dilakukan
aerasi untuk memaksimalkan proses pengolahan. Aerasi yang
digunakan pada instalasi PDAM Karang Pilang III memiliki prinsip
seperti air mancur dimana air baku dipompa keatas kemudian
dilewatkan stage-stage yang disusun keatas kemudian pada
ketinggian tertentu air jatuh kebawah dan terdapat proses masuknya
oksigen. Aerator berbentuk bulat dengan dimensi diameter 12 m,
kedalaman 2 meter dan terdapat 3 stage bertingkat dibagian tengah
dengan ketinggian masing-masing stage 0,75 m. Desain aerator dibuat
agar air tejatuh dan membentur stage sehingga proses aerasi dapat
berlangsung berkali-kali sehingga dapat menaikkan nilai DO yang
awalnya 1-2 ppm menjadi 5-6 ppm.
5. Prasedimentasi
Kekeruhan pada air baku yang berasal dari Sungai Surabaya
mempunyai fluktuasi, dimana kekeruhan yang tinggi dapat terjadi
pada saat musim hujan yang berasal dari aliran air yang membawa
lumpur. Kekeruhan ini dapat diminimalisasi dengan menggunakan
bantuan bangunan prasedimentasi.
Bak Prasedimentasi berfungsi sebagai tempat pengendapan partikel
diskrit, seperti lempung, pasir, dan zat padat lainnya yang dapat
mengendap secara gravitasi (memiliki spesific gravity ≥ 1,2 dan
diameter ≤ 0,05 mm). Partikel diskrit adalah partikel yang selama
proses pengendapannya tidak berubah ukuran, bentuk, dan beratnya.
Dalam pengoperasiannya, Prasedimentasi dapat mengurangi zat padat
(SS) sampai sebesar 50 – 75 %.
Dalam pengoperasiannya, terjadi pemisahan dimana zat padat
tersuspensi sebagian akan menjadi lumpur dan sebagian lagi menjadi
fluida yang sudah terklarifikasi . Unit Prasedimentasi dapat dibagi ke
dalam empat zone, yaitu:
Inlet Zone
Sebagai tempat untuk memperkecil pengaruh transisi aliran dari
influen ke aliran steady yang terjadi di settling zone. Fungsi dari
inlet zone ini agar proses settling yang terjadi di settling zone
tidak terganggu.
Settling Zone
Sebagai tempat terjadinya pengendapan partikel diskrit
sehingga terpisah dari air baku.
Sludge Zone
Tempat penampungan sementara dari material yang diendapkan
di settling zone.
Outlet Zone
Sebagai tempat memperkecil pengaruh transisi aliran dari
settling zone ke aliran efluen.
Bangunan Prasedimentasi PDAM Karang Pilang III mempunyai
dimensi 80 m x 16 m x 4 m. Dimana untuk mengendapkan partikel
diskrit dibutuhkan waktu detensi 2,1 jam. Lumpur yang dihasilkan
dari unit prasedimentasi merupakan lumpur kasar yang akan dibuang
di sludge drying bed. Lumpur yang dihasilkan sebanyak 160 m³/bulan.
Pengurasan dilakukan setiap satu bulan sekali dngan memperhatikan
gelembung-gelembung yang muncul dari dasar bak. Untuk
pengumpulan lumpur digunakan scrapper yang terpasang di dasar
saluran dengan kecepatan 1rpm sehingga lumpur lebh mudah
terkumpul ke zona lumpur. Pada zona inlet terdapat perforated baffle
untuk meratakan dan meminimalkan aliran turbulen air.
6. Chemical Injection
Chemical Injection dilakukan setelah proses prasedimentasi, bahan
kimia yang diinjeksikan adalah Larutan Aluminium Sulfat Alum atau
alum {Al2(SO4)3.14H2O}(tawas) dengan konsentrasi 8%. Chemical
Injection/Koagulasi merupakan proses destabilisasi koloid dan partikel
dalam air dengan menggunakan bahan kimia (disebut koagulan) yang
menyebabkan pembentukan inti gumpalan (presipitat). Pada koagulasi
akan terjadi :
Penurunan tegangan permukaan (zeta potensial) melalui proses
netralisasi muatan dan adsorpsi.
Presipitasi dari koagulan akan menyapu koloid.
Adsorpsi dan pembentukan jembatan antar partikel. (Slamet,
2002)
Massa jenis alum adalah 480 kg/m3, dengan kadar air 11-17%. Dosis
alum dapat dikurangi dengan cara (a) Penurunan kekeruhan, (b)
Filtrasi langsung untuk kekeruhan < 50 NTU, (c) penambahan
polimer, dan (d) penyesuaian pH optimum (6,0-8,0).
Bangunan Chemical Injection pada PDAM Karang Pilang III
menggunakan sistem hidrolis dengan desain perputaran air sehingga
aliran semakin turbulen dan koagulan mudah bercampur.
Pembubuhan koagulan menggunakan pipa yang dilubangi sehingga
koagulan akan jatuh menetes ke air yang diolah kemudian air akan
bergerak melinglkar dan masuk kedalam clerator. Gradien kecepatan
bangunan koagulasi PDAM Karang Pilang III sebesar 700/s sehingga
koagulan cepat bercampur dengan air.
7. Clearator
Bangunan Clearator di PDAM Karang Pilang III memiliki dimensi
diameter 12 m dan kedalaman 7 m. Clearator berfungsi sebagai
tempat pemisahan antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih
sebagai effluent (hasil olahan). Hasil clearator dilengkapi dengan
agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter.
Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat
ketebalannya secara otomatis.
Clearator PDAM Karang Pilang III ini terbuat dari beton berbentuk
bulat dengan lantai kerucut yang dilengkapi sekat-sekat pemisah
untuk proses-proses sebagai berikut:
1. Primary Reaction Zone
2. Secondary Reaction Zone
3. Return Reaction Zone
4. Clarification Reaction Zone
5. Concentrator.
Pada clearator dilengkapi dengan tube settler yang dipasang miring
60° setebal 2m diatas permukaan air bak. Tube settler tersusun atas
paket-paket filter yang terbuat dari plastik dimana masing-masing
media plastik dengan ketebalan 0,7 cm dan dimensi 20 x 40 cm. Tube
settler dipasang untuk menyaring effluent yang sudah mengalami
pengendapan di clearator terlebih dahulu. Sehingga sebelum effluent
tersebut menuju outlet, air dapat menjadi lebih jernih. Clearator
dibagi menjadi 22 sekat diman setiap sekat dibatasi oleh V notch dan
saluran outlet yang berfungsi untuk meratakan beban air yang ada
pada bak. Pada Clearator juga ditambahkan koagulan lain yaitu PAC
sesuai dengan kebutuhan dan kualitas air baku.
8. Filter
Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses
penyaringan flok – flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak
bertahan (lolos) dari clearator. Filter yang dipakai dengan pengolahan
air di Instalasi PDAM Karang Pilang III menggunakan sistem
penyaringan permukaan (surface filter). Media filter tersebut
berjumlah 12 unit yang prosesnya berlangsung secara paralel,
menggunakan jenis saringan cepat (rapid sand filter) berupa pasir
silika, koral an antrasit. Filter ini berfungsi untuk menyaring turbidity
melalui pelekatan pada media filter. Dimensi tiap filter yaitu 10 m x 6
m x 2 m serta tebal media filter 40 cm, dengan susunan lapisan sebagi
berikut :
1. Pasir silika dengan ketebalan 20 cm
2. Antrasit dengan ketebalan 10 cm
3. Kerikil sedang dengan ketebalan 20cm
Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh
flok yang masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian
permukaan air diatas media filter sebanding dengan berlangsungnya
penyumbatan (clogging) media filter oleh flok-flok. Selanjutnya
dilakukan proses backwash, yaitu pencucian media filter dengan
menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air yang di
supply dari pompa reservoir. Proses ini bertujuan untuk
mengoptimalkan kembali fungsi filter. Proses backwash dilakukan 1
jam sekali secara bergantian tergantung pada lancar tidaknya
penyaringan.
9. Klorinasi
Desinfeksi berfungsi untuk mematikan organisme patogen.
Mikroorganisme dihilangkan dalam berbagai tingkatan selama proses
pengendapan, penambahan bahan kimia dan filtrasi akan tetapi agar
air aman dikonsumsi oleh manusia maka air yang telah melalui
beberapa pengolahan tersebut haruslah didesinfeksi terlebih dahulu.
Gas klor dan senyawa klor relatif murah dan umumnya digunakan
sebagai desinfektan. Selain itu, klor mempunyai kemampuan
membunuh kuman juga mematikan atau merusak penghasil rasa dan
bau , algae serta membantu meremoval besi, mangan dan H2S.
Desinfeksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Physical
Desinfeksi secara fisik adalah dengan memanaskan air atau
dengan sinar UV. Air mendidih dapat membunuh organisme
penyakit dalam waktu 15 – 20 menit, meskipun untuk amannya air
harus dipanaskan dalam waktu lebih lama. Sinar matahari
merupakan desinfektan alamiah karena sinar matahari
mengandung sinar UV (ultraviolet) yang mampu bertindak sebagai
desinfektan.
Chemical
Desinfeksi chemical adalah desinfeksi dengan menambahkan zat-
zat kimia untuk mematikan mikroorganisme dalam air. Klor, brom
dan iodida merupakan kelompok hidrogen yang efektif untuk
desinfektan. Agen pengoksidasi pottasium permanganat, klorin
dioksida dan ozon juga dapat digunakan sebagai desinfektan.
Pada proses desinfeksi menggunakan klor, klor bekerja dalam bentuk
hypoklorit atau klor bebas. Desinfeksi dengan klor atau yang biasa
dikenal sebagai klorinasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Preklorinasi
Klor ditambahkan langsung pada air sebelum diolah. Bakteri
terbunuh selama preklorinasi akan memperkecil kemungkinan
digunakannya filter bed. Preklorinasi memperbaiki koagulasi dan
mereduksi rasa dan bau karena oksidasi bahan organik.
Post klorinasi
Klor ditambahkan pada air yang telah diolah. Dosis klor tegantung
air baku dan lama kontak yang diperlukan.
Pada Instalasi PDAM Karang Pilang III, desinfeksi dilakukan secara
kimia dengan menambahkan klor (klorinasi dan ditambahkan ketika
air akan masuk ke sistem distribusi. Tersedia 4 tabung larutan klorida
yang masing-masing berisi 1 ton larutan dan setiap 1 tabung dapat
digunakan selama 4 hari berturut-turut. Larutan klorida yang
diinjeksikan dibuat dengan konsentrasi 1 ppm.
10. Reservoar
Reservoir merupakan bangunan beton yang berfungsi untuk
menampung air minum (air olahan) setelah melewati media filter.
IPAM Karang Pilang III memiliki 2 buah reservoir (R1 dan R2) untuk
menjaga ketersediaan air yang merata. Reservoir berfungsi untuk
menampung air bersih yang telah disaring melalui filter dan juga
berfungsi tempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari
filter ke reservoir diinjeksikan klorin cair disebut postchlorination
yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen.
Sedangkan penambahan larutan kapur jenuh bertujuan untuk
menetralisasi pH air.