7
192 Keberadaan Bakteri Listeria monocytogenes pada Keju Gouda Produksi Lokal dan Impor (PRESENCE OF LISTERIA MONOCYTOGENES IN LOCAL AND IMPORTED GOUDA CHEESES) Debby Fadhilah Pazra 1 , Trioso Purnawarman 2 , Denny Widaya Lukman 2 1 Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner, Institut Pertanian Bogor Jln. Raya Darmaga No. 51, Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680 2 Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB Jl. Agatis Kampus IPB Dramaga, Bogor Email: [email protected], Telepon: (0251) 8625588 ABSTRAK Listeria monocytogenes merupakan foodborne pathogen yang dikaitkan dengan sejumlah wabah listeriosis pada manusia terutama pada kelompok yang berisiko tinggi. Bakteri L. monocytogenes dapat ditemukan pada keju Gouda terutama disebabkan karena buruknya penerapan higiene dan sanitasi. Selain itu, bakteri ini dapat bertahan selama proses pembuatan keju serta selama proses pemeraman keju. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan L. monocytogenes pada keju Gouda produksi lokal dan impor serta bagaimana tingkat keamanan keju Gouda produksi lokal dan impor terhadap kontaminasi L. monocytogenes. Penelitian ini menggunakan metode konvensional yang mengacu pada pada Bacteriological Analytical Manual (BAM), Food and Drug Administration (FDA) dan Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology untuk mendeteksi keberadaan L. monocytogenes pada 15 sampel keju Gouda produksi lokal dan 15 sampel keju Gouda impor yang dijual di pasar swalayan daerah Jakarta dan Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan keberadaan L. monocytogenes pada 15 sampel keju Gouda produksi lokal (0%) dan 15 sampel keju Gouda impor (0%). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semua sampel keju Gouda yang diuji tidak ditemukan keberadaan L. monocytogenes dan keju tersebut relatif aman dari cemaran L. monocytogenes serta telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Kata-kata kunci : keju Gouda produksi lokal dan impor, Listeria monocytogenes ABSTRACT Listeria monocytogenes is included in the foodborne pathogen, which has been associated with several outbreaks of human listeriosis especially in high risk groups. Listeria monocytogenes could be found in Gouda cheeses because of poor hygienic and sanitation practices. In addition, this bacteria could survive during the making of cheese and cheese ripening process. The purpose of this study was to identify the presence of L. monocytogenes in local and imported Gouda cheeses and how the safety level of the Gouda cheese against contamination of L. monocytogenes. This study used the conventional method in accordance with the Bacteriological Analytical Manual, US Food and Drug Administration and Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology to detect the presence of L. monocytogenes at 15 samples of local Gouda cheese and 15 samples of imported Gouda cheese sold in supermarkets in Jakarta and Bogor. The results of this study showed that was not found L. monocytogenes in local and imported Gouda cheese. It could be concluded that is Gouda cheese relatively safe from L. monocytogenes and meets Indonesian National Standard. Keywords : Local and imported Gouda cheeses, Listeria monocytogenes Jurnal Veteriner Juni 2014 Vol. 15 No. 2 : 192-198 ISSN : 1411 - 8327

ipi174392

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kurang enak dilihat

Citation preview

  • 192

    Keberadaan Bakteri Listeria monocytogenespada Keju Gouda Produksi Lokal dan Impor

    (PRESENCE OF LISTERIA MONOCYTOGENESIN LOCAL AND IMPORTED GOUDA CHEESES)

    Debby Fadhilah Pazra1, Trioso Purnawarman2, Denny Widaya Lukman2

    1Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner,Institut Pertanian Bogor Jln. Raya Darmaga No. 51,

    Dramaga, Bogor, Jawa Barat 166802Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB

    Jl. Agatis Kampus IPB Dramaga, BogorEmail: [email protected], Telepon: (0251) 8625588

    ABSTRAK

    Listeria monocytogenes merupakan foodborne pathogen yang dikaitkan dengan sejumlah wabahlisteriosis pada manusia terutama pada kelompok yang berisiko tinggi. Bakteri L. monocytogenes dapatditemukan pada keju Gouda terutama disebabkan karena buruknya penerapan higiene dan sanitasi.Selain itu, bakteri ini dapat bertahan selama proses pembuatan keju serta selama proses pemeramankeju. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan L. monocytogenes pada keju Goudaproduksi lokal dan impor serta bagaimana tingkat keamanan keju Gouda produksi lokal dan importerhadap kontaminasi L. monocytogenes. Penelitian ini menggunakan metode konvensional yang mengacupada pada Bacteriological Analytical Manual (BAM), Food and Drug Administration (FDA) dan BergeysManual of Determinative Bacteriology untuk mendeteksi keberadaan L. monocytogenes pada 15 sampelkeju Gouda produksi lokal dan 15 sampel keju Gouda impor yang dijual di pasar swalayan daerah Jakartadan Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan keberadaan L. monocytogenes pada15 sampel keju Gouda produksi lokal (0%) dan 15 sampel keju Gouda impor (0%). Penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa semua sampel keju Gouda yang diuji tidak ditemukan keberadaan L. monocytogenesdan keju tersebut relatif aman dari cemaran L. monocytogenes serta telah memenuhi Standar NasionalIndonesia (SNI).

    Kata-kata kunci : keju Gouda produksi lokal dan impor, Listeria monocytogenes

    ABSTRACT

    Listeria monocytogenes is included in the foodborne pathogen, which has been associated with severaloutbreaks of human listeriosis especially in high risk groups. Listeria monocytogenes could be found inGouda cheeses because of poor hygienic and sanitation practices. In addition, this bacteria could surviveduring the making of cheese and cheese ripening process. The purpose of this study was to identify thepresence of L. monocytogenes in local and imported Gouda cheeses and how the safety level of the Goudacheese against contamination of L. monocytogenes. This study used the conventional method in accordancewith the Bacteriological Analytical Manual, US Food and Drug Administration and Bergeys Manual ofDeterminative Bacteriology to detect the presence of L. monocytogenes at 15 samples of local Gouda cheeseand 15 samples of imported Gouda cheese sold in supermarkets in Jakarta and Bogor. The results of thisstudy showed that was not found L. monocytogenes in local and imported Gouda cheese. It could be concludedthat is Gouda cheese relatively safe from L. monocytogenes and meets Indonesian National Standard.

    Keywords : Local and imported Gouda cheeses, Listeria monocytogenes

    Jurnal Veteriner Juni 2014 Vol. 15 No. 2 : 192-198ISSN : 1411 - 8327

  • 193

    PENDAHULUAN

    Listeria monocytogenes merupakan bakteriGram positif, berbentuk batang, merupakanpatogen intraseluler, serta bersifat fakultatifanaerob sampai mikroaerofilik (Vazquez-Bolandet al., 2001; Sukhadeo dan Trinad, 2009).Bakteri L. monocytogenes termasuk dalamfoodborne pathogen yang dapat menyebabkanlisteriosis terutama pada kelompok yang berisikotinggi seperti bayi, orang lanjut usia (lansia),wanita hamil, dan penderita immuno-compromised. Infeksi yang disebabkan oleh L.monocytogenes terutama dapat menyebabkanseptikemia dan maningitis dengan tingkatmortalitas yang tinggi (highly mortality rate)(Kathariou, 2002; McLauchlin et al., 2004;Lomonaco et al., 2009). Beberapa penelitianmenyatakan bahwa sebagian besar infeksiL. monocytogenes bersumber dari makananyang terkontaminasi (Ueda et al., 2006).

    Keju terutama keju lunak, sering dikaitkandengan sejumlah wabah listeriosis di beberapanegara. Wabah listeriosis yang disebabkankarena mengonsumsi keju telah dilaporkan diJepang pada tahun 2001. Sebanyak 86 orangtelah terinfeksi L. monocytogenes dan 38 orangdi antaranya menunjukkan gejala gastroen-teritis atau gejala seperti flu (flue like syndrome)setelah mengonsumsi keju (Makino et al., 2005).Sebanyak 119 kasus listeriosis juga terjadi diChili pada tahun 2008 setelah mengonsumsikeju Brie dan Camembert (Gilmour et al., 2010),sedangkan di Indonesia belum tersedia datamaupun laporan yang mencatat kejadianlisteriosis. Hal ini cukup menyulitkan dalammenentukan prevalensi listeriosis di Indonesia.

    Infeksi L. monocytogenes melalui makananpada manusia terutama berkaitan denganmakanan siap saji (ready to eat) salah satunyayaitu keju (Lunden et al., 2004; Reij dan DenAantrekker, 2004; Lomonaco et al., 2009). KejuGouda merupakan salah satu jenis keju yangdikenal di Indonesia. Keju Gouda merupakankeju semi keras yang berasal dari Belanda.Pemenuhan kebutuhan keju Gouda di Indonesiatidak hanya melalui impor tetapi sudah dapatdiproduksi di dalam negeri sejak tahun 1999.

    Bakteri L. monocytogenes dapat ditemukanpada keju Gouda karena dipengaruhi berbagaifaktor di antaranya proses pasteurisasi susuyang tidak sempurna, perlakuan ataukontaminasi setelah pasteurisasi, prosedursanitasi yang tidak benar, pengembangan

    resistensi bahan kimia yang secara rutindigunakan untuk sanitasi, serta kemampuanbakteri ini membentuk biofilm jugamengakibatkan resisten terhadapdesinfektan. Selain itu, beberapa sifat dariL. monocytogenes seperti tahan terhadap pHrendah (sampai pH 4,4), tahan terhadapkonsentrasi garam yang tinggi, dankemampuan untuk tumbuh pada suhu dinginmemungkinkan bakteri ini dapat bertahanhidup selama proses pembuatan keju dan padaproses pemeraman keju (Bottarelli et al., 1999;Lomonaco et al., 2009). Laporan dari Centersfor Disease Control and Prevention (CDC) (2010),menyatakan bahwa L. monocytogenes telahdideteksi pada keju Gouda. Pengujian terhadapkeju Gouda telah dilakukan oleh Departmentof Food and Agriculture California terkaitdengan terjadinya wabah penyakit di beberapanegara bagian Amerika Serikat akibat darimengonsumsi keju. Berdasarkan hal tersebut,maka diperlukan pengujian terhadapkeberadaan L. monocytogenes pada keju Goudaproduksi lokal dan impor yang beredar diIndonesia.

    Penelitian ini bertujuan untukmengidentifikasi keberadaan L. monocytogenespada keju Gouda produksi lokal dan impor sertabagaimana tingkat keamanan keju Goudatersebut terhadap cemaran L. monocytogenes.Penelitian ini diharapkan dapat memberikangambaran keamanan keju Gouda produksi lokaldan impor terhadap keberadaan L.monocytogenes. Selain itu, diharapkan dapatsebagai bahan pertimbangan terhadap kebijakanteknis kegiatan importasi untuk mencegahpeluang masuk L. monocytogenes melalui mediapembawa keju.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilaksanakan di Labora-torium Kesehatan Masyarakat Veteriner,Depertemen Ilmu Penyakit Hewan danKesehatan Masyarakat Veteriner, FKH IPB,pada bulan Februari sampai dengan April 2013.Penelitian ini menggunakan sampel keju Goudaproduksi lokal dan impor yang dijual di pasarswalayan di daerah Jakarta dan Bogor dengantotal sampel sebanyak 30 sampel, yang terdiriatas 15 sampel keju Gouda produksi lokal dan15 sampel keju Gouda impor. Sampel kejuGouda lokal diproduksi di Sukabumi dan sampel

    Debby Fadhilah et al Jurnal Veteriner

  • 194

    yang mencirikan L. monocytogenes pada mediaOxford agar berupa koloni kecil berdiameter 1mm berwarna hitam dengan pusat yang cekungdan halo berwarna hitam.

    Tahap identifikasi diawali denganmenumbuhkan koloni yang mencirikanL. monocytogenes pada media trypticase soyagar dengan yeast extract (TSAye), kemudiandiinkubasi pada temperatur 37C selama 24-48jam. Selanjutnya dilakukan uji biokimia yangterdiri dari uji kalium hidroksida (KOH) 3%,uji katalase, uji gula-gula, mikroskopis(pewarnaan Gram), uji motilitas serta ujikonfirmasi aktivitas hemolitik dengan ujiChristie Atkins Munch-Petersen (CAMP).Sebelum dilakukan uji gula-gula, koloni yangdiduga L. monocytogenes dibiakan terlebihdahulu pada tryptone soya broth dengan yeastextract (TSBye). Interpretasi hasil uji L.monocytogenes disajikan pada Tabel 1.Penelitian ini menggunakan analisis data secaradeskriptif.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil penelitian menunjukkan bahwasebanyak 30 sampel keju Gouda yang terdiriatas 15 sampel keju Gouda produksi lokal dan15 sampel keju Gouda impor tidak ditemukankeberadaan L. monocytogenes (Tabel 2). Hal ini

    keju Gouda impor merupakan keju yang diimpordari Belanda. Sampel keju Gouda yang diambilmemperhatikan kode produksi yang berbedapada setiap sampel dan tanggal kadaluarsa.

    Pengambilan sampel dilakukan secaraaseptis. Kemudian dimasukkan ke dalamkantong plastik steril yang telah diberi labelkode sampel dan disimpan dalam kondisi dinginuntuk ditransportasikan.

    Pengujian untuk mengidentifikasikeberadaan L. monocytogenes mengacu padaBacteriological Analytical Manual (BAM), Foodand Drug Administration (FDA) (2011), danBergeys Manual of Determinative Bacteriology(1994). Tahap awal dilakukan preparasi sampeldan pengayaan (enrichment) menggunakansampel keju Gouda sebanyak 25 g danditambahkan 225 mL Listeria Enrichment Broth(LEB), kemudian dihomogenisasi denganmenggunakan stomacher selama tiga menit dandiinkubasi pada suhu 30C selama 24 jam, 48jam, dan tujuh hari. Selanjutnya dilakukanisolasi pada media agar selektif (Oxford agar)secara duplo, diinkubasi selama 24-48 jam 2jam pada suhu 37C secara aerobik dananaerobik. Penelitian ini menggunakan kontrolpositif (L. monocytogenes isolat lapang) denganmenginokulasikan koloni L. monocytogenessebanyak dua se ke dalam 225 mL LEB,kemudian diinkubasi bersamaan dengan sampelyang akan diuji. Pertumbuhan koloni kuman

    Tabel 1 Interpretasi hasil uji L. monocytogenes

    No. Jenis uji Hasil uji Keterangan

    1. Pewarnaa Gram Positif Batang pendek, Gram positif2. Motilitas Positif Terdapat pertumbuhan bakteri di sepanjang tusukan

    dan menyebar seperti payung (umbrella motility)sekitar 0.5 cm di bawah permukaan media SIM

    3. Mannitol Negatif Berwarna ungu4. Rhamnosa Positif Berwarna kuning5. Xylosa Negatif Berwarna ungu6. KOH 3% Negatif Tidak terbentuk benang kental7. Uji katalase Positif Terbentuk gelembung gas8. CAMP test Positif Zona hemolisis di sekitar goresan Staphylococcus

    aureus yang membentuk mata anak panah

    Tabel 2. Persentase L. monocytogenes pada keju Gouda produksi lokal dan impor

    Hasil pengujianJenis sampel Kode sampel

    Positif Persentase (%)

    Keju Gouda impor 1-15 Tidak ada 0Keju Gouda produksi lokal 16-30 Tidak ada 0

    Jurnal Veteriner Juni 2014 Vol. 15 No. 2 : 192-1978

  • 195

    ditandai dengan tidak ditemukan pertumbuhankoloni yang mencirikan L. monocytogenes padamedia agar selektif (Oxford agar).

    Hal ini berbeda dengan laporan dariCDC (2010) yang menyatakan bahwaL.monocytogenes dideteksi pada keju Gouda.Pengujian terhadap keju Gouda dilakukan olehDepartment of Food and Agriculture Californiaterkait dengan terjadinya wabah penyakit dibeberapa negara bagian Amerika Serikat akibatdari mengonsumsi keju. Keju Gouda yang diujimerupakan keju yang terbuat dari susu yangtidak dipasteurisasi. Selain L. monocytogenes,Escherichia coli O157:H7 juga dideteksi padakeju Gouda yang mengakibatkan 38 orangterinfeksi dan 15 orang dirawat di rumah sakit,sedangkan kasus penyakit akibat dari infeksiL. monocytogenes tidak dilaporkan.Nwachukwu et al., (2009) juga telah mendeteksikeberadaan L. monocytogenes pada keju Goudayang diproduksi di Nigeria.

    Penelitian yang dilakukan olehWemmenhove et al., (2013) dengan mengi-nokulasikan tiga strain L. monocytogenes (ScottA, 2F, 6E) pada susu yang telah dipasteurisasisebagai bahan baku untuk pembuatan kejuGouda. Hasil penelitian tersebut menunjukkanbahwa tidak ada pertumbuhan ketiga strain L.monocytogenes pada keju Gouda selama delapanminggu pemeraman dan terjadi penurunanpertumbuhan pada ketiga strainL. monocytogenes secara signifikan setelah 8-52 minggu pemeraman sebesar 1 - 7 log.

    Tidak ditemukannya L. monocytogenespada sampel keju Gouda produksi lokal danimpor yang diuji disebabkan karena kombinasidari faktor-faktor preservatif (penghambat) padakeju Gouda seperti proses pasteurisasi sususebagai bahan baku pembuatan keju Gouda,penurunan pH akibat dari penambahan kulturstarter bakteri asam laktat (BAL), danterjadinya penurunan aktivitas air selamaproses pemeraman keju Gouda. Kombinasi darifaktor-faktor presevatif ini dapat menghambatpertumbuhan L. monocytogenes bahkan dapatmenginaktifkan L. monocytogenes. Menu-rut Ryser dan Marth (2007), inaktivasiL. monocytogenes dapat terjadi akibat darikombinasi efek antilisteria yang ada pada kejuseperti pH rendah, aktivitas air yang rendah,serta suhu pada pemrosesan. Kombinasi darifaktor-faktor preservatif tersebut selama prosespembuatan keju dikenal dengan multiple hurdletechnology. Menurut Leistner (2000), multiplehurdle technology merupakan konsep preservasi

    pada bahan makanan dengan menerapkankombinasi faktor-faktor preservatif seperti suhu,aktivitas air, pH, potensial redoks, dan bahanpreservasi. Penerapan multiple hurdletechnology pada bahan makanan dapatmengeliminasi, menginaktifkan atau setidaknyadapat menghambat pertumbuhan mikrob yangtidak diinginkan karena tidak dapat mengatasihambatan tersebut.

    Sampel keju Gouda produksi lokal danimpor yang diuji terbuat dari susu yangdipasteurisasi terlebih dahulu sehingga mampumengeliminasi L. monocytogenes. Selain itu,tidak terjadinya kontaminasi bakteri ini setelahproses pasteurisasi susu maupun selama prosespengolahan susu hingga menjadi keju. Suhupasteurisasi susu yang digunakan pada kejuGouda produksi lokal yaitu 65C selama 30menit, suhu ini mampu menginaktifkan L.monocytogenes, sedangkan untuk keju Goudaimpor tidak diketahui berapa suhu pasteurisasisusu yang digunakan. Menurut Ryser dan Marth(2007), L. monocytogenes sensitif terhadap suhupasteurisasi (71,7C selama 15 detik atau 62,8Cselama 30 menit). Suhu tinggi dapatmenyebabkan kerusakan sel yang irreversibledari Listeria spp yang dapat mengakibatkankematian sel.

    Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian,pada keju yang dibuat dari susu tanpapasteurisasi lebih sering ditemukan keberadaanL. monocytogenes dibandingkan dengan kejuyang dibuat dari susu yang dipasteurisasi(Kasalica et al., 2011). Sebanyak 333 sampel darikeju lunak (soft cheese) dan keju semi lunak(semi-soft cheese) yang dikumpulkan dari tokoeceran di Swedia, L. monocytogenes diisolasisebanyak 6% dari sampel keju lunak dan kejusemi lunak yang dibuat dari susu tanpapasteurisasi, serta hanya 2% L. monocytogenesdiisolasi dari keju lunak dan keju semi lunakyang dibuat dari susu yang dipasteurisasi(Loncarevic et al., 1995). Tingginya kejadian L.monocytogenes pada susu segar menyebabkankeju yang terbuat dari susu yang tidakdipasteurisasi dapat menjadi faktor risikoterhadap kontaminasi L. monocytogenes padakeju (Meyer-Broseta et al., 2003).

    Tidak adanya pertumbuhan ataumenurunnya pertumbuhan L. monocytogenespada keju Gouda dapat disebabkan karenakandungan asam laktat dan terjadinyapenurunan aktivitas air selama prosespemeraman keju Gouda . Asam laktatmerupakan asam organik yang dominan

    Debby Fadhilah et al Jurnal Veteriner

  • 196

    terdapat pada keju Gouda (13,9 g/kg). Setelahterbentuk, konsentrasi asam laktat tidakberubah secara signifikan selama prosespemeraman keju Gouda. Asam laktat yangterkandung pada keju Gouda dalam bentuktidak terdisosiasi (tidak terurai) dapatmenghambat pertumbuhan L. monocytogenes.Bakteri asam laktat yang ditambahkan padaproses pembuatan keju Gouda akanmemfermentasi laktosa pada susu menjadi asamlaktat sehingga dapat menurunkan pH. Kondisiini yang mengakibatkan terhambatnyapertumbuhan L. monocytogenes. Keju Goudayang diperam selama lebih dari dua minggumemiliki pH berkisar antara 5,3-5,5 dan setelahenam bulan pemeraman, pH keju Gouda tidakmengalami peningkatan secara signifikan.Kisaran pH keju Gouda tersebut masih lebihrendah dari kisaran pH pertumbuhan dari L.monocytogenes (Wemmenhove et al., 2013).Bakteri L. monocytogenes dapat tumbuh padakisaran pH 5,6-9,6 (Doyle et al., 2001) serta tidakadanya pertumbuhan dan penurunankelangsungan hidup sel L. monocytogenes(viabilitas) dapat diamati pada pH 5,5, ketikakondisi lingkungan lainnya (suhu) tidak optimaluntuk kelangsungan hidup L. monocytogenes(Ryser dan Marth, 2007).

    Menurut Wemmenhove et al., (2013),aktivitas air pada keju Gouda akan semakinmenurun dengan semakin lama waktupemeraman. Aktivitas air setelah delapanminggu pemeraman pada keju Gouda yaitu0,98, setelah tujuh bulan pemeraman menurunmenjadi 0,92 dan satu tahun pemeramanaktivitas air menjadi 0,84. Aktivitas air yangrendah setelah tujuh bulan dan satu tahunpemeraman dapat menghambat pertumbuhanL. monocytogenes. Menurut Doyle et al., (2001),L. monocytogenes tumbuh optimum padaaktivitas air 0,97 dan sebagian besar strainL. monocytogenes tumbuh pada aktivitas airminimum 0,93. Menurut Ryser dan Marth(2007), aktivitas air yang rendah (osmolaritastinggi) dapat mengakibatkan tekanan osmotikpada sel bakteri meningkat karena tersedot keluar air yang ada di dalam sel sehinggamengakibatkan sel kekurangan air dan dapatmengakibatkan penghambatan pertumbuhanbahkan dapat mengakibatkan kematian.

    Faktor lain yang dapat memengaruhiketiadaan L. monocytogenes pada sampel kejuGouda yang diuji yaitu jumlah L.monocytogenes pada sampel masih di bawahlimit deteksi dari metode konvensional yang

    digunakan pada penelitian ini. Menurut Ryserdan Marth (2007), limit deteksi dari metodekonvensional yang mengacu pada FDA yaitu1 cfu/25 g.

    Tidak ditemukannya L. monocytogenespada semua sampel keju Gouda produksi lokalmaupun impor, menunjukkan bahwa sampelkeju Gouda tersebut relatif aman dari cemaranL. monocytogenes. Menurut SNI 7388:2009tentang batas maksimum cemaran mikrobadalam pangan, menyatakan bahwa batasmaksimum cemaran L. monocytogenes padakeju yaitu 0 cfu/25 g. Hasil penelitian ini jugamenunjukkan bahwa batas maksimumcemaran L. monocytogenes pada sampel kejuGouda yang diuji telah memenuhi standar yangditetapkan oleh SNI 7388:2009.

    Menurut Swaminathan dan Gerner-Smidt(2007), keju (terutama keju lunak) dikaitkandengan sejumlah wabah listeriosis di beberapanegara dan dianggap produk yang berisiko.Berdasarkan penilaian risiko L. monocytogenespada keju di Amerika Serikat, keju dikate-gorikan sebagai makanan yang berisiko rendah.Hal ini berdasarkan pada temuan jumlah kasuslisteriosis berada di bawah satu kasus per tahun.

    Risiko tertinggi terjadi penularan L.monocytogenes adalah ketika terjadipertumbuhan bakteri ini dalam bahanmakanan, pada saat sebelum dikonsumsi olehpopulasi yang rentan (Tompkin, 2002). Dosisinfektif L. monocytogenes adalah 100-1.000 selterutama bagi kelompok yang rentan (Ryser danMarth, 2007). Keju Gouda yang tercemar L.monocytogenes dapat menjadi ancaman bagikesehatan masyarakat. Terdapat dua bentukgejala klinis yang diakibatkan oleh infeksi L.monocytogenes yaitu listerial gastroenteritis(listeriosis bentuk saluran pencernaan) daninvasive listeriosis (listeriosis bentuk invasif).Gejala klinis yang ditimbulkan oleh listeriosisbentuk saluran pencernaan di antaranya mual,muntah, kram perut, dan diare. Listeriosisbentuk invasif diakui sebagai foodborne diseaseyang serius karena tingkat keparahan gejala dantingkat kematian yang tinggi yaitu 20-30%(Garrido et al., 2008). Gejala klinis yangditimbulkan oleh listeriosis bentuk invasif yaitumeningitis, meningoensefalitis, dan septikemia,serta pada wanita hamil dapat mengakibatkankluron/abortus, kematian pada bayi yang barulahir atau persalinan prematur (Delgado, 2008;Disson et al., 2008).

    Praktik higiene dan sanitasi dalam industripembuatan keju Gouda hendaknya harus tetap

    Jurnal Veteriner Juni 2014 Vol. 15 No. 2 : 192-1978

  • 197

    dipertahankan. Hal ini disebabkan karenakeberadaan L. monocytogenes yang tersebarluas di alam dan lingkungan membuatkontaminasi keju Gouda oleh L. monocytogenessulit untuk dihindarkan (Wagner et al., 2005;Sauders et al., 2006) serta kemampuan L.monocytogenes untuk membentuk biofilm padapermukaan peralatan pengolahan dan dilingkungan pengolahan mengakibatkan bakteriini lebih resisten terhadap desinfektan (Donlandan Costerton, 2000; Moltz dan Martin, 2005).

    SIMPULAN

    Penelitian ini dapat disimpulkan bahwakeju Gouda produksi lokal dan impor tidakditemukannya keberadaan L. monocytogenes.Keju Gouda tersebut aman dari cemaran L.monocytogenes dan telah memenuhi standaryang ditetapkan oleh SNI 7388:2009 tentangbatas maksimum cemaran mikrob dalampangan.

    SARAN

    Perlunya dilakukan analisis risiko terhadapcemaran L. monocytogenes pada makanan siapsaji khususnya keju Gouda produksi lokal danimpor yang beredar di Indonesia. Diharapkanhasil dari analisis risiko tersebut dapatditerapkan dalam menjamin keamananmakanan siap saji khususnya keju Goudaproduksi lokal maupun impor yangdilalulintaskan melalui perdaganganinternasional.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Ucapan terimakasih disampaikan kepadaPT Bukit Baros Cempaka, Sukabumi, terimakasih juga kepada staf Laboratorium BagianKesehatan Masyarakat Veteriner, DepertemenIlmu Penyakit Hewan dan KesehatanMasyarakat Veteriner, FKH IPB atas bantuandan fasilitas yang telah diberikan selamapenelitian serta kepada semua pihak terkait yangtelah membantu sehingga penelitian ini dapatterselenggara.

    DAFTAR PUSTAKA

    Bergey D. 1994. Bergeys Manual ofDeterminative Bacteriology. Baltimore(US): Waverly Press.

    Bottarelli A, Bonardi S, Bentley S. 1999.Presence of Listeria spp in short-ripenedcheeses. Ann Fac Vet Med 19 : 293-296.

    [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009.Standar Nasional Indonesia (SNI)7388:2009 tentang Batas MaksimumCemaran Mikroba dalam Pangan. Jakarta(ID): BSN.

    [CDC] Centers for Disease Control andPrevention. 2010. Investigation update:multistate outbreak of E.coli O157:H7infections associated with cheese. http://www.cdc.gov/ecoli/2010/cheese0157/index.html. [10 Februari 2013].

    Delgado AR. 2008. Listeriosis in Pregnancy. JMid Womens Health 53 : 255-259.

    Disson O, Grayo S, Huillet E, Nikitas G, Langa-Vives F, Dussurget O, Ragon M, Le MonnierA, Babinet C, Cossart P. 2008. Conjugatedaction of two species-specific invasionproteins for fetoplacental listeriosis. Nature455 : 1114-1118.

    Donlan RM, Costerton JW. 2002. Biofilm:survival mechanisms of clinically relevantmicroorganisms. Clin Microbiol Rev 15 :167-193.

    Doyle MP, Beuchat LR, Montville TJ. 2001.Food Microbiology: Fundamental andFrontiers. 2nd ed. Woshington DC (US): ASMPress.

    [FDA] Food and Drug Administration. 2011.Bacteriological Analytical Manual:Detection and Enumeration of Listeriamonocytogenes. http://www.fda.gov/Food/FoodScienceResearch/LaboratoryMethods/ucm071400.htm. [14 Januari 2013].

    Garrido V, Torroba L, Garcia-Jalon I, Vitas AI.2008. Surveillance of listeriosis in Navarre,Spain, 1995-2005-epidemiological patternsand characterisation of clinical and foodisolates. Euro Surveillance 13 : 19058.

    Gilmour MW, Graham M, Van Domselaar G,Tyler S, Kent H, Trout-Yakel KM, LariosO, Allen V, Lee B, Nadon C. 2010. High-throughput genome sequencing of twoListeria monocytogenes clinical isolatesduring a large foodborne outbreak. BMCGenomics 11: 120.

    Debby Fadhilah et al Jurnal Veteriner

  • 198

    Kasalica A, Vukovi V, Vranje A, Memii N.2011. Listeria monocytogenes in milk anddairy products. Biotechnol Anim Husband27(3) : 1067-1082.

    Kathariou S. 2002. Listeria monocytogenesvirulence and pathogenicity, a food safetyperspective. J Food Prot 65 : 1811-1829.

    Leistner L. 2000. Basic aspects of foodpreservation by hurdle technology. Int JFood Microbiol 55 : 181-186.

    Lomonaco S, Decastelli L, Nucera D, Gallina S,Bianchi DM, Civera T. 2009. Listeriamonocytogenes in Gorgonzola: subtypes,diversity and persistence over time. Int J ofFood Microb 128 : 516-520.

    Loncarevic S, Danielsson-Tham ML, Tham W.1995. Occurrence of Listeria monocytogenesin soft and semi-soft cheeses in retail outletsin Sweden. Int J Food Microbiol 26 : 245-250.

    Lunden J, Tolvanen R, Korkeala H. 2004.Human listeriosis outbreaks linked to dairyproducts in Europe. J Dairy Sci 87 : E6E11.

    Makino SI, Kawamoto K, Takeshi K, Okada Y,Yamasaki M, Yamamoto S, Igimi S. 2005.An outbreak of food-borne Listeriosis due tocheese in Japan, during 2001. Int J FoodMicrobiol 104 : 189-196.

    McLauchlin J, Mitchell RT, Smerdon WJ, JewellK. 2004. Listeria monocytogenes andlisteriosis: a review of hazardcharacterization for use in microbiologicalrisk assessment of foods. Int J FoodMicrobiol 92 : 15-33.

    Meyer-Broseta S, Diot A, Bastian S, Riviere J,Cerf O. 2003. Estimation of low bacterialconcentration: Listeria monocytogenes inraw-milk. Int J Food Microbiol 80 : 1-15.

    Moltz AG, Martin SE. 2005. Formation of biofilmby Listeria monocytogenes under variousgrowth conditions. J Food Prot 68 (1) : 92-97.

    Nwachukwu NC, Orji FA, Amaike JI. 2009.Isolasi and characterization of Listeriamonocytogenes from Kunu, a locallyproduced beaverage marketed in defferentmarkets in Abia State of Nigeria. Aust JBasic Appl Sci 3(4) : 4432-4436.

    Reij MW, Den Aantrekker ED. 2004.Recontamination as a source of pathogensin processed foods. Int J Food Microbiol 91: 1-11.

    Ryser ET, Marth EH 2007. Listeria, Listeriosis,and Food Safety. 3rd ed. Boca Raton (FL):CRC.

    Sauders BD, Durak MZ, Fortes E, Windham K,Schukken Y, Lembo AJ, Jr, Akey B,Nightingale KK, Wiedmann M. 2006.Molecular characterization of Listeriamonocytogenes from natural and urbanenvironments. J Food Prot 69 : 93-105.

    Sukhadeo BB, Trinad C. 2009. Molecularmechanisms of bacterial infection via thegut. Cur Topics Microbiol Immunol 337 :173-195.

    Swaminathan B, Gerner-Smidt P. 2007. Theepidemiology of human listeriosis. Microbesand Inf/Ins Pas 9 : 1236-1243.

    Tompkin RB. 2002. Control of Listeriamonocytogenes in the food-processingenvironment. J Food Prot 65 : 709-725.

    Ueda F, Ogasawara K, Hondo R. 2006.Characteristics of Listeria monocytogenesisolated from imported meat in Japan. JpnJ Infect Dis 59 : 54-56.

    Vazquez-Boland JA, Kuhn M, Berche P,Chakraborty T, Domnguez-Bernal G,Goebel W, Gonzlez-Zorn B, Wehland J,Kreft J. 2001. Listeria pathogenesis andmolecular virulence determinants. ClinMicrobiol Rev 14 : 584-640.

    Wagner M, Melzner D, Bago Z, Winter P,Egerbacher M, Schilcher F, Zangana A,Schoder D. 2005. Outbreak of clinicallisteriosis in sheep: evaluation from possiblecontamination routes from feed to rawproduce and humans. J Vet Med 52 : 278-283.

    Wemmenhove E, Stampelou I, Van-HooijdonkACM, Zwietering MH, Wells-Bennik MHJ.2013. Fate of Listeria monocytogenes inGouda microcheese: No growth, andsubstantial inactivation after extendedripening times. Int Dairy J 32 : 192-198.

    Jurnal Veteriner Juni 2014 Vol. 15 No. 2 : 192-1978