Upload
shafira-noor-latifah
View
106
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah IMKG
Citation preview
IRREVERSIBLE HYDROCOLLOID
Kelompok 10
Tutor: Sri Yogyarti, drg., MS.
Adil Rachmawan 021311133150Erin Imaniar Basar 021311133151Dea Ivana Yulesta Putri 021311133152Rizky Noor Adha 021311133153Okso Brillian Pribadi 021311133154Aditya Sonarya 021311133155Sonya Liani Ramadayanti 021311133156Anindita Nofarida 021311133157Ayudatia Nuraziza 021311133158Farris Zakki Giffari 021311133159Shafira Noor Latifah 021311133160Sarah Fitria Romadhoni 021311133161Alvita Wibowo 021311133162Chairilita Widya Amalia 021311133163Rofillah Putri Andhini 021311133164Marsecall Dhira Brata Moffan 021311133165
DEPARTEMEN ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGIFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang bertemakan irreversible
Hydrocolloid. Dalam rangka tugas mata kuliah Ilmu Material Kedokteran Gigi 1 dengan tepat
waktu.
Kami selaku tim penyusun mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada Sri
Yogyarti, drg., Ms. Selaku tutor kelompok 11 atas bimbingannya sejak awal proses
pembuatan makalah. Ucapan trimakasih juga kami haturkan kepada orangtua kami dan
teman-teman FKG UA 2013 atas dukungannya selama ini. Tak lupa kami berterimakasih
pada semua pihak yang telah berterimakasih dalam pembuatan makalah.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat dimasa yang
akan datang.
Surabaya, 14 Oktober 2013
Tim Penyusun
DAFTAR ISIii
HALAMAN JUDUL...…………………………………………………………....i
KATA PENGANTAR………………..……………......………………………….ii
DAFTAR ISI………...……………………………......…………………………..iii
IRREVERSIBLE HYDROCOLLOID
1. Introduksi
1.1 Sejarah.......................................................................................1
1.2 Definisi......................................................................................1
1.3 Kelebihan dan kekurangan........................................................2
2. Komposisi................................................................................................3
3. Manipulasi
3.1 Cara Mencampur........................................................................3
3.2 Reaksi mulai pencampuran sampai setting................................4
3.3 Pengaruh terhadap reaksi setting dan ekspansi serta cara
Pengukurannya..........................................................................5
3.4 Modifikasi cara manipulasi........................................................5
4. Sifat Alginat
4.1 Sifat fisik....................................................................................6
4.2 Sifat mekanik.............................................................................7
4.3 Sifat biologis..............................................................................7
5. Fungsi Alginat.........................................................................................8
6. Bidang Entrepreneur................................................................................8
7. Kesimpulan............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
iii
1. INTRODUKSI ALGINAT
1.1. Sejarah
Pada Akhir abad yang lalu, seorang ahli kima dari Skotlandia memperhatikan
bahwa rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae) bisa menghasilkan suatu
ekstrak lendir yang aneh. Ia menamakannya algin. Substansi alam ini kemudian
diidentifikasikan sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam
karboksil dan dinamakan asam alginik. Asam alginik serta kebanyakan garam
anorganik tidak larut dalam air, tetapi garam yang diperoleh dengan natrium, kalium,
dan amonium larut dalam air.
Ketika bahan cetak agar menjadi langka karena Perang Dunia II (Jepang adalah
sumber agar utama), penelitian untuk menemukan bahan pengganti yang cocok
semakin dipercepat. Hasilnya sudah tentu, hidrokoloid ireversibel, ataubahan cetak
alginat. Penggunaan umum bahan irreversible hydrocoloid ini jauh melampaui
penggunaan bahan cetak lain yang ada. Faktor utama penyebab keberhasilan bahan
cetak jenis ini adalah manipulasi mudah, nyaman bagi pasien, dan relatif tidak mahal,
karena tidak memerlukan banyak peralatan. (Kenneth J. Anusavice, 2003)
1.2. Definisi
Alginat berasal dari alga coklat yang merupakan tumbuhan laut. Alginat juga
merupakan turunan rumput laut, tetapi diedarkan dalam bentuk bubuk. Alginat ini
didasarkan pada asam alginat, yang berasal dari tanaman laut. Struktur dari asam
alginat cukup kompleks. Beberapa molekul hidrogen pada gugus karboksil diganti
dengan natrium, sehingga membentuk suatu garam larut dalam air, dengan berat
molekul dari 20000-200000.
Garam asam alginat (diperoleh dari rumput laut) jika dicampur dengan air dalam
proporsinya yang tepat akan membentuk irreversible hydrocoloid, suatu gel yang
dipergunakan dalam pencetakan gigi geligi. Cetakan alginat harus dibuang dalam
waktu 15– 30 menit, karena selama penyimpanan lebih lanjut cetakan pasti menyusut
karena penguapan air dari gel alginat. Asam alginat tidak larut dalam air, karenanya
yang biasa digunakan dalam industri adalah natrium alginat.
Bahan cetak alginat digunakan secara rutin oleh praktisi gigi dan mewakili bahan
cetak yang paling umum digunakan dalam kedokteran gigi. Bahan cetak alginat
banyak digunakan untuk membentuk model studi yang digunakan untuk
merencanakan perawatan. Porositas dalam bahan cetak dapat mempengaruhi akurasi
dari cetakan yang dihasilkan. Beberapa studi melaporkan bahwa bahan cetak porositas
telah dikurangi dengan menggunakan perangkat pencampuran mekanis.
1.3. Kelebihan dan kekurangan
Alginat ini tidak memerlukan perlakuan khusus serta mudah digunakan dan
harganya yang murah sehingga popular digunakan untuk mencetak yang tingkat
kesulitannya tidak tinggi. Kelebihan alginat antara lain dapat digunakan pada
lingkungan lembab, bersih dan menyenangkan, bersifat hidrofilik, waktu
penyimpanan lama, harganya murah. Sementara kekurangan dari alginat ini antara
lain adalah kurang akurat, kasar, mudah sobek, langsung diisi, dan dapat
memperlambat pengerasan stone. (Kenneth J. Anusavice, 2004)
2. KOMPOSISI ALGINAT
Di dalam alginat, terdapat 12% garam alginic acid larut yang bereaksi dengan ion
Ca menjadi gel CaAlg. Garam alginic acid larut itu merupakan material cetak utama,
dan bisa juga digantikan dengan Na, K, NH3. Kemudian, di dalam alginat terdapat
juga garam Ca larut lambat sebanyak 12% yang berfungsi untuk melepas ion kalsium
untuk bereaksi dengan alginat dengan catatan CaSO4H2O sebagai reaktor. Lalu,
didalam alginat 2%nya terdapat trisodium fosfat yang berfungsi sebagai zat yang
memperlambat pembentukan gel, trisodium fosfat juga berfungsi untuk berreaksi
dengan ion kalsium agar menjadi Ca3(PO4)2.
Komposisi Banyak Fungsi
Garam Alginic acid* 12% Reaksi dengan Ca2+→gel CaAlg
Garam Ca larut
lambat**
12% Lepas Ca2+bereaksi dengan Alg
Trisodium Fosfat 2% Reaksi dengan Ca2+→Ca2(PO4)2,
pembentukan gel lambat
Filler
(diatomaceous earth)
70% Kohesi kekuatan gel→Meningkatkan
permukaan halus→Tidak lengket
Silico Fluoride (SiF) Sedikit Permukaan gips baik, tidak jelek
Flavouring Agent Sedikit Rasa yang dapat diterima pasien
Indikator kimia Sedikit Indikator perubahan warna
Di dalam alginat terdapat suatu zat yang sangat penting yaitu filler
(diatomaceous earth). Di dalam komposisi alginat sendiri, zat atau unsur yang paling
banyak adalah filler yaitu 70%. Fungsi dari filler sendiri adalah sebagai kohesi
kekuatan gel, meningkatkan permukaan agar menjadi halus, dan juga agar alginat
menjadi tidak lengket jika ditempelkan ke dalam mulut pasien.
Selain itu, ada juga Silico Fluoride (SiF) dalam jumlah yang sedikit, mungkin
maksimal hanya 1%. Kadar Silico Fluoride dalam alginat hanya sedikit karena ada
penelitian yang menyatakan bahwa orang yang sering meminum air dengan
kandungan SiF 1 ppm, seperti di negara-negara maju yang sudah mem-fluoridasi air
kerannya, memiliki kadar lead (timbal) di dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan orang biasa ; lead bersifat toksik. Fungsi Silico Fluoride ini untuk memastikan
agar permukaan gypsum, hasil cetakan dari alginat, menjadi baik dan sama persis
seperti mulut pasien. Selain itu ada flavoring agent, paling banyak hanya 2%
kadarnya. Flavoring agent berfungsi sebagai perasa, agar pasien setidaknya merasa
nyaman pada saat alginat ber-setting di dalam mulut dia.
Terakhir dari komposisi alginat adalah indikator kimia dengan kadar
maksimalnya 1%. Fungsi dari indikator kimia ini adalah sebagai indikator warna agar
kita tahu kapan untuk mengaduk, menaruh di dalam mulut pasien, dan mengeluarkan
dari mulut pasien; ungu pada tahap pengadukan, merah muda pada saat di mulut
pasien(setting), dan putih pada saat setting sudah selesai dan bisa dikeluarkan dari
mulut pasien. Perlu diketahui juga bahwa komposisi pada alginat tidak harus
mengikuti komposisi yang ada di dalam makalah ini, setiap alginat yang digunakan
berbagai dokter gigi pasti ada perbedaan dalam komposisinya.
3. MANIPULASI ALGINAT
3.1. Cara Mencampur
a. Perbandingan bubuk alginat dengan air
Bubuk alginat dan air hendaknya diukur sesuai dengan yang dianjurkan oleh pabrik
yang tertera dalam kemasan alginat.
b. Waktu dan cara pengadukan
Pengadukan dilakukan dengan cepat dan terus menerus serta spatula bersinggungan
sempurna dengan dinding rubber bowl. Namun, pengadukan dengan menggunakan
mesin akan lebih bagus. (Phillips, 1996)
Bila pengadukan tidak sempurna, kekuatan gel akan berkurang sampi dengan 50%.
Demikian juga bila pengadukan terlalu lama, gel akan rusak dan kekuatannya akan
menurun. Waktu pengadukan yang umum adalah 30 detik sampi dengan 1 menit,
tergantung pada tipe alginat yang digunakan. (Combe, 1986)
Waktu pencampuran alginat dengan tipe pengerasan normal adalah selama 1 menit.
Sedangkan waktu pencampuran alginat dengan tipe pengerasan cepat adalah selama 45
detik. Waktu pencampuran ini sangat penting untuk diperhatikan dalam pemanipulasian
alginat karena dengan pengadukan yang tepat dapat menghilangkan butiran-butiran
pada campuran cetakan alginat. (O’Brien, 1989)
c. Suhu air
Untuk menghindari waktu pengerasan yang terlalu cepat, sebaiknya digunakan air
dengan suhu antara 18oC – 24oC, semakin tinggi suhu, semakin cepat setting terjadi,
begitupun sebaliknya.
3.2. Reaksi mulai pencampuran sampai setting
Pembentukan kalsium alginat yang elastic terjadi dalam dua reaksi. Reaksi yang
pertama :
2 Na3PO4 + 3 CaSO4 → Ca3(PO4)2 + 3 Na2SO4
Pada reaksi ini ion kalsium dari kalsium sulfat yang soluble akan bereaksi dengan
ion fosfat dari sodium fosfat dan akan menghasilkan insoluble Kalsium Fosfat. Dimana
kalsium fosfat dibentuk lebih cepat dari kalsiumalginat oleh karena kalsium fosfat
memiliki solubilitas yang rendah dank arena alasan inilah maka sodium fosfat disebut
sebagai retarder.
Setelah reaksi ini trisodium fosfat perlahan-lahan akan habis, sehingga ion kalsium
dari kalsium sulfat mulai bereaksi denfan potassium alginat yang larut untuk
menghasilkan kalsium alginat gel dengan reaksi :
KnAlg + n/2 CaSO4 → n/2 K2SO4 + Ca n/2 Alg
Reaksi yang terjadi ini tidak memperbesar sifat elastik bahan gel kalsium alginat
yang terbentuk sampai seluruh trisodium fosfat terpakai. Dengan demikian pabrik dapat
mengontrol waktu pengerassan produknya dengan mengatur jumlah ketentuan
produknya. (Craig, 1980)
3.3. Pengaruh terhadap reaksi setting dan ekspansi serta cara pengukurannya
Air dingin dapat memperlambat waktu pengerasan, sehingga air dingin juga
digunakan untuk memperlambat reaksi. Dengan demikian campuran air dingin dengan
bahan cetak alginat dapat mencegah terjadinya pengerasan yang terlalu cepat. Untuk
menghindari premature setting maka temperature air yang seharusnya digunakan
sebagai pencampur alginat adalah 21,1˚C atau kurang.
Menurut Craig RG (1980) air hangat dapat memperpendek waktu pengerasan.
Tetapi ia juga tidak menyarankan penggunaan air dengan suhu lebih rendah dari 18˚C
dan lebih tinggi dari 24˚C karena menurutnya reaksi pengerasan merupakan suatu
reaksi yang khas dimana laju reaksi tersebut diperkirakan menjadi dua kali lipat lebih
cepat setiap peningkatan suhu air sebesar 10˚C. (Craig et al, 1992)
3.4. Modifikasi cara manipulasi
Waktu setting diukur mulai dari pengadukan sampai terjadinya gelasi
(pengerasan), waktu bagi dokter gigi untuk mengaduk bahan, mengisi sendok cetak,
dan meletakkannya di dalam mulut pasien harus efektif. Metode praktis untuk
menentukan waktu gelasi bagi dokter gigi adalah dengan mengamati waktu dari mulai
pengadukan sampai bahan tidak lagi kasar atau lengket bila disentuh dengan ujung jari
yang bersih, kering dan bersarung tangan.
Waktu gelasi optimal adalah antara 3 dan 4 menit pada temperatur ruangan. Dalam
keadaan klinis, modifikasi dalam mengubah waktu setting dilakukan dengan mengganti
rasio air terhadap bubuk atau waktu pengadukan. Hal ini dapat memberikan efek yang
terlihat pada hasilcetakan, mempengaruhi kekuatan terhadap robekan, dan elastisitas.
Pengubahan temperatur juga dapat dilakukan dalam keadaan klinis. Semakin tinggi
temperatur, semakin pendek waktu gelasi. Pada cuaca panas, tindakan khusus yang
harus dilakukan adalah mengaduk dengan menggunakan air dingin, sehingga setting
tidak terjadi. Bahkan ada kemungkinan mangkok pengaduk beserta spatula harus
didinginkan lebih dulu, khususnya bila bahan cetak yang digunakan hanya sedikit
(Kenneth J. Anusavice, 2004).
4. SIFAT ALGINAT
4.1. Sifat fisik
Faktor-faktor fisik yang mempegaruhi sifat-sifat larutan alginat adalah suhu,
konsentrasi dan ukuran polimer. Karakeristik fisik garam alginat yaitu berupa tepung
atau serat, berwarna putih sampai dengan kekuningan, hampir tidak berbau, dan
berasa. Asam alginat tidak larut dalam air dingin, namun sedikit larut dalam air panas,
larut dalam alkohol, eter dan gliserol. Garam-garam (K, Na, NH4+, dn Ca2-) dan
propilen glikol alginat larut dalam air dingin maupun panas, tapi garam kalsiumnya
tidak dapat larut dalam kondisi pH>7. Larutan garam alginat yang larut dalam air
akan membentuk gel pada larutan asam atau karena adanya ion kalsium dan kation
logam plovalen lainnya.
Sebagian besar sifat-sifat alginat tergantung pada tingkat polimerisasi dan
perbandingan komposisi asam guluronat dan manuronat dalam molekul. Menurut An
Ullman’s (1998) dalam Rasyid (2003), ikatan glikosidik antara asam manuronat dan
guluronat kurang stabil terhadap hidrolisis asam dibandingkan ikatan dua asam
manuronat atau dua asam guluronat.
Alginat membentuk garam yang larut dalam air dengan kation monovalen, serta
amin dengan berat molekul rendah, dan ion magnesium. Alginat merupakan molekul
linier dengan berat molekul tinggi, sehingga alginat mudah sekali menyerap air.
Berdasarkan hal tersebut, maka alginat memiliki fungsi yang sangat baik sebagai
bahan pengental (Winarno, 1996).
Alginat dalam perdagangannya sebagian besar berupa natrium alginat, yaitu suatu
garam alginat yang larut dalam air. Jenis lain yang larut dalam air adalah kalium atau
ammonium alginat, sedangkan alginat yang tidak larut dalam air adalah kalsium
alginat dan asam alginat (Winarno,1996).
Viskositas yang tinggi merupakan salah satu sifat yang penting dari alginat. Sifat
ini sering dijadikan sebagai ukuran kualitas alginat yang diperdagangkan (Rasyid,
2003). Sifat ini sangat dipengaruhi oleh penambahan sejumlah kecil NaCl, Na2SO4,
Na2CO3, dan garam-garam natrium ammonia. Salah satu hal yang terpenting yaitu
jumlah asam alginat yang bereaksi dengan ion logam polivalen untuk membentuk gel
atau larutan yang viskositasnya tinggi. Ion divalen yang penting dan umum digunakan
untuk tujuan tersebut adalah kalsium. Peningkatan konsentrasi kalsium akan
menyebabkan alginat menjadi sangat viskos hingga akhirnya mengendap (Chapman &
Chapman, 1980 dalam Rasyid, 2003).
4.2. Sifat Mekanik
1. Hasil cetakan sangat detail.
2. Sebelum setting, alginat tidak boleh digoyang.
3. Karena sifat elastisnya, alginat dapat cetak undercut.
4. Kurang stabil dalam penyimpanan karena penguapan.
5. Kompatibel dengan plester/dental store.
6. Tidak toksik dan tidak iritasi, rasa dan bau dapat diterima
7. Setting time tergantung komposisi dan temperatur pencampuran.
8. Bubuk alginat tidak stabil pada penyimpanan karena kelembaban/kondisi
lebih panas diatas temperatur ruang, ada tanggal kadaluarsa.
4.3. Sifat Biologis
1. Alginat adalah suatu karbohidrat koloid hidrofilik yang diekstrak dari
berbagai spesies ganggang cokelat,pada umumnya Sargassum sp.
2. Gangang cokelat sendiri tidak memiliki sifat toksik bagi manusia,sehingga
bila alginat bersentuhan langsung dengan jaringan di mulut hal itu tidak akan
menyebabkan iritasi,contoh iritasi diantaranya adalah lesi,ruam/kemerahan,
pembengkakan, dan rasa sakit. Dalam pengaplikasian material kedokteran
gigi, material harus non-iritatif, tidak menyebabkan iritasi baik pada pasien
maupun pada tenaga medis.
3. Alginat juga memenuhi sifat biokampatibilitas karena memiliki sifat sebagai
berikut:
a. Alginat tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak
b. Alginat tidak mengandung substansi toksik yang larut dalam air,yang
dapat dilepaskan dan diserap ke dalam sistem sirkulasi sehingga
menyebabkan respons toksik sistemik
c. Alginat bebas dari bahan yang berpotensi menimbulkan sensitivitas
yang dapat menyebabkan suatu respons alergi
d. Alginat tidak memiliki potensi karsinogenik
5. FUNGSI ALGINAT
Alginat bahan cetak yang banyak digunakan untuk berbagai aplikasi. Dalam
prostodontik, alginat digunakan untuk merekam tayangan dari lengkungan edentulous
dan sebagian dentate. Dalam orthodonsi, alginat digunakan untuk merekam cetakan
sebelum konstruksi applience dan digunakan untuk extendsively tayangan rekaman
untuk konstruksi model pembelajaran. Alginat jarang digunakan untuk pekerjaan
mahkota dan jembatan karena ketahanan sobek buruk dan menjadi kerugian serius
ketika mempertimbangkan apllication ini. (McCabe&Angus, 2008)
Alginat murah dan mudah digunakan, tetapi tidak memiliki akurasi untuk
restorasi yang tepat. Pencampuran dan penanganan yang tepat akan menghasilkan
modelyang baik. Alginat digunakan secara ekstensif untuk mempersiapkan model
studi baik lengkungan gigi seluruh atau segmen itu. Alginat juga digunakan untuk
menyiapkan model gipsum untuk persiapan pelindung mulut atletik. Alginat tidak
dianjurkan untuk membuat tayangan persiapan rongga.
a. Alginat digunakan untuk merekam tayangan dari lengkungan dentulous dalam
persiapan mahkota dan jembatan, gigi palsu parsial untuk batas tertentu
b. Untuk merekam cetakan awal dalam persiapan gigi palsu lengkap
c. Untuk merekam cetakan di ortodonthia untuk mempersiapkan model studi
d. Untuk merekam cetakan untuk membangun pelindung mulut atletik
e. Untuk menduplikasi cor dan model (Shama&Nandish, 2011)
6. BIDANG ENTREPENEUR
Alginat digunakan di berbagai bidang, contohnya adalah pada pembuatan
bahan makanan, bahan tekstil, pada bidang farmasi, dan bahan kosmetik. Alginat
biasa dipergunakan sebagai bahan pengental, pensuspensi, penstabil, pembentuk film,
pembentuk gel, emulsifying agent, disintegrating agent, moistourising agent, dan
bahan pengemulsi.
• Bahan Makanan
Pemanfaatan alginat digunakan pada pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue,
permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup dan pudding.
• Bahan Tekstil
Alginat dalam bahan tekstil bisa dipergunakan dalam pembuatan kertas, keramik,
fotografi, insektisida, pestisida, bahan pengawet kayu, dan dalam pembuatan sutra.
dapat disubstitusi oleh alginat. Selama ini perekat yang digunakan adalah perekat
sintetis PVA (Poly Vinyl Alcohol).
• .Bidang Farmasi
Dalam bidang farmasi, alginat biasanya digunakan sebagai coating, contohnya adalah
dalam pembuatan tablet, salep, kapsul, plaster, dan filter.
• Bahan Kosmetik
Pada pembuatan bahan kosmetik dalam pembuatan masker, alginat digunakan sebagai
pengemulsi, penmbuat gel, dan penstabil. Alginat digunakan sebagai bahan pembuat
krim, losion, sampo, cat rambut, dan masker. Alginat masker adalah perawatan
kecantikan alami yang menyediakan cepat dan mengesankan hasil, menghapus
kerutan halus, mengencangkan kulit, meningkatkan elastisitas, meninggalkan segar,
lentur dan bercahaya.
Sebenarnya alginat banyak diperlukan untuk industri tekstil, ironisnya
Indonesia menjadi pengimpor alginat 70 % untuk industri tekstil karena alginat
menjadi salah satu bahan yang dapat berfungsi sebagai bahan pengental, pengatur
keseimbangan, pengemulsi dan pembentuk lapisan tipis tahan terhadap minyak. Di
Indonesia sendiri terdapat 15 jenis Sargassum. (Trobos,2013). Sebetulnya potensi
produksi Sargassum di Indonesia bisa mencapai 482.400 ton per tahun. Sayangnya,
salah satu komoditas yang tergolong dalam rumput laut ini masih kalah tenar
dibanding rumput laut lain yang sudah dibudidayakan seperti Eucheuma sp. Dan
Gracilaria sp. Apabila Indonesia dapat membudidayakan alginat, Indonesia dapat
menghemat sebanyak 60 milyar per tahun (Trobos,2013). Selain itu, pengolahan hasil
alginat produksi dalam negeri sebenarnya tidak kalah kualitasnya dengan impor.
Terdapat banyak sumber bahan baku pembuat alginat di perairan Indonesia.
a) Perairan Indonesia Bagian Barat
Di perairan Indonesia Bagian Barat terdapat 3-7 jenis Sargassum. Di perairan
Laut Jawa yang berada di Kepulauan Seribu ada 6 jenis. Di Selat Sunda dan Teluk
Lampung diperoleh 7 jenis. Di Kepulauan Anambas, Natuna dan Batam ada 4 jenis.
Kehadiran ini juga diperoleh dari perairan selatan Pulau Jawa di Binuangeun,
Pameungpeuk, Pangandaran 6 jenis di perairan pantai Wonosari Krakal terdapat 3
jenis. (Achmad Kadi, 2006)
b) Perairan Indonesia Bagian Tengah
Perairan pantai di beberapa pulau di Indonesia bagian tengah mempunyai
paparan terumbu pendek dan terjal (drop off), kondisi ombak besar dan arus deras.
Kehadiran algae Sargassum yang diperoleh berkisar 2 - 4 jenis, terdapat di paparan
terumbu di Tanjung Benoa Bali 4 jenis dan di perairan pulau-pulau Sulawesi Selatan
dan Tenggara sebanyak 3 jenis. (Achmad Kadi, 2006)
c) Perairan Indonesia Bagian Timur
Kondisi lingkungan di Indonesia Bagian Timur lebih banyak dipengaruhi oleh
perairan Samudera Pasifik. Algae Sargassum yang tumbuh sebagian jenisnya berasal
dari Samudera Pasifik. Di perairan Maluku terdapat 4 jenis Sargassum yang berbeda
dengan jenis yang berada di perairan Samudera Hindia maupun Laut China Selatan.
(Achmad Kadi, 2006)
7. KESIMPULAN
Alginat adalah contoh dari irreversible hydrocolloid, yang tidak dapat kembali
kebentuk semula. Alginat mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam manipulasi
alginat, harus memperhatikan takaran bubuk alginat dan air yang digunakan. Alginat
mempunyai sifat fisik, mekanis, dan biologis. Alginat dapat dipergunakan dalam
berbagai macam bidang. Alginat banyak digunakan untuk bahan prostetik dan
ortodontik. Alginat berpotensi untuk di produksi di Indonesia dikarenakan wilayah
perarian Indonesia yang luas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. “Limpahan Alginat yang Terabaikan”. Trobos, Januari 2013.
Anusavice KJ. Phillip’s. Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi edisi ke-10. Alih
bahasa: Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: EGC; 2004. h. 103-109.
Combe E.C., Notes On Dental Material, 5th ed., Edinburgh : Churchill Livingstone,
1986 : 211 –214.
Craig, RG ; Peyton, FA 1980 , Restorative Dental Material, 6th ed ., Saint Louis the
C. VMosby Company.; 179-186
Dykes, JE, BT Hone, MJ Coplan, and RD Masters. "Result Filters." National Center
for Biotechnology Information. U.S. National Library of Medicine, 21 Dec. 2000.
Web. 10 Oct. 2013.
John F.Mc Cabe, Angus W.G.Walls 2008, Applied Dental Materials:
ElasticImpression Materials 9, p.154.
Kaban J, Bangun H, Dawolo AK, Daniel. Pembuatan membran kompleks
polielektrolit alginat kitosan. Jurnal Sains Kimia. [serial online]. 2006(10).h.10
Kadi, A. 2006. Beberapa Catatan Kehadiran Marga di Perairan Indonesia.Jurnal
Oseana,4: 19-29.
O’Brien, WJ : Dental Material Properties and Selection 1st ed . Quintessence
Publishing Co., Illinois, 1989 ;184-186.
Phillips, R.W., Skinner’s Science of Dental Materials, 10thed., Philadelphia : W.B.
Saunders, 1996 : p.123 – 135.
Prof. V. Shama Bhat and Asst. Prof: B.T. Nandish 2011, Science of DentalMaterials
(Clinical Applications) CBS Publishers&Distributors PVT. LTD.