Upload
heri-supriyono
View
223
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Sosial
Citation preview
7/17/2019 ISBD
http://slidepdf.com/reader/full/isbd563db8de550346aa9a97b985 1/5
Rangkuman
Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum
1.
Pengertian Nilai, Moral dan Hukum
Nilai
Nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Pada hakekatnya nilai adalah suatu sifat atau kualitas yang melekat
pada suatu objek, bukan objek itu sendiri dimana di dalam nilai terkandung cita-cita,
harapan-harapan, dambaan-dambaan dan keharusan.
Terdapat batasan nilai (tentatif) dari beberapa pendapat mengenai konsep nilai
yaitu nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala
sesuatu yang baik atau segala sesuatu yang buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau
maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat.Notonagoro membagi nilai menjadi 3 (tiga) macam dalam susunan hierarkhi nilai
yaitu nilai material, nilai vital, nilai kerokhanian (nilai kebenaran, nilai keindahan atau nilai
estetis, nilai kebaikan atau nilai moral, nilai religious).
Moral secara istilah adalah nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan moralitas
adalah sifat moral atau keseluruhan asas/ pilar dan nilai yang berkenaan dengan baik dan
buruk. Norma moral adalah tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan
seseorang. Hukum moral merupakan kewajiban. Keharusan moral didasarkan pada
kenyataan bahwa manusia mengatur tingkah lakunya menurut kaidah-kaidah atau norma-
norma itu.
Lawrence Kohlberg mengatakan bahwa orientasi moral seseorang yang dijadikan
dasar pertimbangan nuraninya berbeda-beda bagi setiap orang dimana orientasi moral
dibagi menjadi 4 yaitu orientasi normative, orientasi kejujuran, orientasi utilitarisme,
orientasi perpeksionisme.
Hukum
Pemahaman mengenai hubungan manusia dengan hukum yaitu bahwa setiap saat
manusia dikuasai oleh hukum. Hukum mencampuri urusan manusia sebelum ia lahir dan
masih mencampurinya sesudah manusia meninggal. Bahkan jika dipikirkan lebih lanjut
maka terasalah bahwa hukum itu tidak terbatas melainkan terdapat dimana-mana.
Hukum itu sungguh-sungguh merupakan hukum apabila benar-benar dikehendaki
diterima oleh kita sebagai anggota masyarakat.
Hukum sebagai kaidah sosial, tidak lepas dari nilai (values) yang berlaku pada suatu
masyarakat. Selanjutnya Mochtar Kususmaatmadja mengatakan “Hukum yang baik adalah
hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat, yang
tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat tersebut”. Oleh karena itu hukum kemudian dapat juga diartikan sebagai
7/17/2019 ISBD
http://slidepdf.com/reader/full/isbd563db8de550346aa9a97b985 2/5
serumpun peraturan yang bersifat memaksa, yang diadakan untuk melindungi
kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat. Hukum tidak lain hanyalah merupakan
sarana bagi penyelenggara hukum untuk mengerahkan cara berfikir dan bertindak dalam
rangka kebijakan (policy) tujuan nasional.
2. Fungsi Nilai, Moral dan Hukum dalam Kehidupan Manusia
Pada dasarnya nilai, moral dan hukum mempunyai fungsi yaitu untuk melayani
manusia. Namun, setidaknya ada tiga fungsi eksplisitnya dalam kehidupan manusia, yaitu:
1. Mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan
sesama sebagai bagian dari masyarakat.
2. Menarik perhatian pada permasalahan-permasalahan moral yang kurang
ditanggapi manusia. Hal ini menunjuk dimensi moral dari permasalahan yang
sedang dihadapi masyarakat. Terjadinya kekacauan atau ketidakberesan dalam
masyarakat selalu berhubungan dengan longgarnya penerapan moralitas dan
hukum.3.
Dapat menjadi penarik perhatian manusia kepada gejala “ pembiasaan
emosional “. Maksudnya, dapat menggiring manusia kepada faktor-faktor
emosional sehingga manusia dapat saja salah atau keliru pada saat memilih
sesuatu.
Selain itu fungsi dari nilai, moral dan hukum yaitu dalam rangka untuk
pengendalian dan pengaturan. Pengendalian dan pengaturan dilakukan berdasarkan
sistem hukum. Pentingnya sistem hukum ialah sebagai perlindungan bagi kepentingan-
kepentingan yang telah dilindungi kaidah agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan.
3.Proses terbentuknya Nilai, Moral dan Hukum Dalam Masyarakat dan Negara
Permasalahan-permasalahan sosial semakin marak terjadi karena disebabkan
olehnmasalah pertumbuhan kependudukan yang tidak terartur, revolusi industri, dan
perkembangan teknologi serta modernisasi. Untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan ini dibutuhkan moralitas dan hukum, baik dalam artian masing-masing
maupun sebagai satu kesatuan. Moralitas dan dan hukum sebagai satu kesatuan
dinamakan Hukum Moral sebagai ‘’tatanan pengarah’’ kegiatan manusia untuk mencapai
tujuan yaitu ketertiban dan keadilan.
Supaya Hubungan manusia dalam masyarakat dan negara terlaksana secara baik
dan sesuai dengan yang diharapkan, maka diciptakan norma yang bersumber pada nilai-
nilai dan moral melalui tahapan :
1. Cara (Usage) yaitu menunjuk pada suatu kegiatan
2. Kebiasaan (folkways) yaitu perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk sama
3. Tata kelakuan (mores) yaitu kebiasaan yang dianggap sebagai cara berperilaku dan
diterima norma-norma pengatur
7/17/2019 ISBD
http://slidepdf.com/reader/full/isbd563db8de550346aa9a97b985 3/5
4. Adat istiadat (custom) yaitu tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya
dengan sangksi tertentu
Dalam rangka pembentukan sebagai lembaga kemasyarakatan, norma akan mengalami
proses yaitu :
1. Institusionalisasi yaitu proses dimana norma itu dikenal,diakui,dihargai dan ditaati
dan secara resmi dilembagakan yang berbentuk hukum tertulis dalam kenegaraan
2. Internalisasi yaitu suatu proses dimana norma tersebut telah mendarah daging
dalam masyarakat
4. Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara.
Dapat diartikan sebagai kesadaran hukum dalam masyarakat yang dikaitkan
dengan ketaatan hukum atau efektivitas hukum. Hipotesis Berl Kutchinsky
mengemukakan bahwa kesetiaan dan kesadaran hukum menjadi penyebab lemah dan
kuatnya ketaatan masyarakat. Kesadaran hukum berbeda dengan perasaan hukum.
Perasaan timbul dari masyarakat dalam masalah keadilan. Sedangkan kesadaran hukum
ditekankan pada nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan fungsi
apa yang hendaknya dijalankan oleh hukum.
Faktor yang menyebabkan masyarakat mematuhi hukum :
1. Complience
2. Identification
3. Internalization
4. Society interest
Kesadaran hukum berkaitan dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang
dalam suatu masyarakat. Terdapat 4 (empat) indikator kesadaran hukum, yang masing-
masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya yaitu :
1. Pengetahuan Hukum
2. Pemahaman Hukum
3. Sikap Hukum
4. Pola perilaku Hukum
Pengetahuan hukum adalah pengetahuan seseorang mengenai beberapa perilaku
tertentu yang sudah diatur oleh hokum. Hukum yang dimaksud adalah hukum tertulis
(hukum formal) dan hukum tidak tertulis (norma-norma atau aturan-aturan dalam
masyarakat. Pemahaman hukum adalah suatu pengertian terhadap isi dan tujuan dari
suatu peratuaran dalam suatu hukum tertentu, tertulis maupun tidak tertulis.
Pemahaman hukum tidak diisyaratkan seseorang harus terlebih dahulu mengetahui
adanya aturan tertulis. Sikap Hukum adalah suatu kecenderungan untuk menerima hukum
karena adanya penghargaan terhadap hukum sebagi sesuatu yang bermanfaat atau
menguntungkan jika hukum itu ditaati. Pola perilaku hukum merupakan hal yang utama
dalam kesadaran hukum, karena di sini dapat dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau
tidak dalam masyarakat.
7/17/2019 ISBD
http://slidepdf.com/reader/full/isbd563db8de550346aa9a97b985 4/5
Perwujudan nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan negara adalah jika
masyarakat tidak memiliki kesadaran hukum atau melanggar hukum, maka dapat
dikatakan bahwa seseorang itu telah melanggar nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Hukuman adalah akibat mutlak dari suatu tindakan atau balasan dari kejahatan yang
dilakukan oleh seseorang. Macam-macam hukuman dapat terdiri dari hukuman tahanan(sifatnya hukuman fisik). Dapat juga berupa kompensasi yang biasanya dalam bentuk ganti
rugi.
5. Keadilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan Masyarakat Sebagai Wujud Masyarakat
yang Bermoral dan Mentaati Hukum.
Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak
mungkin menggambarkan hidupnya manusia tanpa diluar masyarakat. Maka, manusia,
masyarakat dan hukum merupakan pengertian yang tidak dapat dipisahkan,sehingga
pameo”Ubi Societas Ibi Ius”(dimana ada masyarakat disana ada hukum adalah tepat.
Hokum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda, ada yang menyatakan bahwa tujuan
hokum adalah keadilan, ada juga yang menyatakan kegunaan, ada yang menyatakankepastian hukum, dll. Aka tetapi dalam kaitan dengan masyarakat, tujan hukum yang
utama dapat direduksi untuk ketertiban (oerder). Mochtar Kusumaatmadja mengatakan
“ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama dari segala hukum, kebutuhan terhadap
ketertiban ini merupakan syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarkat
manusia teratur, ketertiban sebagai tujuan utama hukum, merupaka fakta objektif yang
berlaku bagi segala masyarakat manusia dalam segala bentuknya.
Anatara hukum dan moral terdapat hubungan yang sangat erat. Apa arti undang-
undang kalau tidak ada moralitas?. Dengan demikian hukum tidak akan berarti tanpa
dijiwai moralitas. Disisi lain,moral juga membutuhkan hukum, sebab moral tanpa hukum
hanya angan-angan saja, kalau tidak diundangkan atau dilembagakan slam masyarakat.Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namu hukum dan moral tetep
berbeda, sebab dalam kenyataan mungkin ada hukum yang bertentangan dengan moral
atau ada undang-undang yang immoral, yang berarti terdapat ketidak cocokan anatara
hukum dan moral. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas
kehendak negara. Meskipun hukum tidak langsung berasal dari negara seperti hukum
adat, namun hukum itu harus diakui oleh negara supaya berlaku sebagai hukum. Moralitas
berdasarkan pada norma-norma moral yang melebihi para individu dan masyarakat.
Dengan cara demokratis atau dengan cara lain masyarakat dapat merubah hukum, tapi
tidak pernah masyarakat dapat mengubah atau membatalkan suatu norma moral. Moral
menilai hukum dan tidak sebaliknya.
Menarik lagi adalah fenomena hukum di Jepang, dimana kalau tersangka mengakui
kejahatan yang didakwakan terhadap dirinya, biasanya tersangka itu tidak ditahan, karena
dianggap telah menunjukkan “rasa penyesalannya”, tetapi meskipun sudah mengaku, jika
nilai kejahatannya melebihi 300 juta Yen, biasanya tersangka tetap ditahan.
7/17/2019 ISBD
http://slidepdf.com/reader/full/isbd563db8de550346aa9a97b985 5/5
Alasan hukum untuk menahan seorang tersangka di Jepang hampir sama di
Indonesia, yaitu (1). Tersangka dianggap dapat merusak atau menghilangkan alat bukti.
(2). Tersangka dikhawatirkan melarikan diri. (3). Tersangka mempersulit pemeriksaan.