Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ISBN : 978-602-98841-0-4
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding
Disusun Oleh :
Panitia Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
2010
Diterbitkan Oleh :
Ikatan Surveyor Indonesia
Komisariat Wilayah Riau
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page i
KATA PENGANTAR Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development adalah proses pembangunan yang berprinsip pada pemenuhan kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Intensitas pembangunan dewasa ini kerapkali mengesampingkan aspek kelestarian lingkungan dalam pelaksanaannya. Kerusakan hutan akibat pembalakan, kegiatan penambangan, atau untuk keperluan pertanian dan perkebunan bukan hanya menjadi masalah bagi Indonesia, tetapi juga menjadi isu internasional saat ini. Selain isu di atas, Indonesia juga termasuk kawasan dengan tingkat rawan bencana alam yang cukup tinggi dan bervariasi dari mulai banjir, longsor, kebakaran hutan dllsb. Posisi indonesia yang diapit oleh lempeng geologi yang dinamis mengakibatkan kawasan Indonesia memiliki tingkat resiko bencana gunung api, kegempaan, dan tsunami yang juga cukup tinggi. Penyebarluasan informasi mitigasi bencana yang akurat dan cepat akan sangat membantu meminimalisasi dampak bencana-bencana tersebut. Pada masa pemerintahan sentralistis, pemerintah daerah tidak memiliki peran besar dan juga tidak pernah mendapatkan keuntungan yang besar atas segala potensi yang ada di wilayahnya. Kondisi tersebut kemudian berubah drastis ketika era otonomi daerah mulai diberlakukan. Pemerintah daerah terutama kabupaten berpeluang untuk memperolah bagian atas kekayaan alam yang ada di daerahnya, sehingga mulai muncul saling klaim atas kawasan yang sama antara wilayah yang saling berbatasan dan rawan terjadinya konflik perbatasan. Disinilah penetapan batas wilayah menjadi penting sekali ditinjau dari berbagai aspek baik dari segi ekonom, sosial, maupun keamanan dalam negeri. Masalah-masalah tersebut di atas akan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien, antara lain apabila ketersediaan dan pendayagunaan data geospasial (d/h peta) sudah terintegrasi di dalam tatakelola pemerintahan dan pengembangan lainnya. Peta tidak hanya dapat difungsikan sebagai tool untuk memudahkan proses komunikasi antara stakeholder terkait, namun lebih dari itu, peta dapat difungsikan untuk menunjang proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan penentuan kebijakan. Sayangnya, selama ini peta masih banyak diposisikan sebagai output proses saja dan belum dioptimalkan menjadi piranti pendukung perencanaan dan pengambilan keputusan untuk merespon permasalahan yang cukup kompleks. Forum Ilmiah Tahunan (FIT) Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) merupakan forum tahunan yang mempublikasikan karya ilmiah serta tekonologi terbaru dibidang Informasi Geospasial dan Geomatika yang mempertemukan para surveyor, pengusaha, peneliti, praktisi, serta pengguna peta dan informasi geospasial di baik di level pemerintahan maupun swasta. Pada Tahun 2010 ini FIT ISI dirangkaikan dengan kegiatan seminar nasional dan workshop yang diselenggarakan oleh ISI Komisariat Wilayah Riau. Dan salah satu hasil dari FIT ISI 2010 ini adalah Buku Prosiding. Prosiding ini disusun dari sejumlah makalah yang disampaikan pada acara Forum Ilmiah Tahunan (FIT) Tahunan 2010 dengan mengambil tema “Optimalisasi Penggunaan Informasi Geospasial Dalam Perencanaan Pembangunan Nasional Untuk Peningkatan Kinerja Pembangunan Perekonomian Daerah Yang Berwawasan Lingkungan” yang diselenggarakan di Pekanbaru - Riau pada tanggal 10-11 Nopember 2010. Acara ini terselenggara atas kerjasama antara Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) dengan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Selain itu sejumlah seponsor terutama dari beberapa perusahaan survey & pemetaan dan sejumlah vendor peralatan dan perangkat lunak terkait dengan Geodesi & Geomatika ikut juga berpartisipasi untuk mensukseskan acara FIT ISI 2010 ini.
Pekanbaru, Nopember 2010
Editor
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
1. Penyediaan Tanah untuk Pemukiman di Kab. Kendal Studi Kasus
Pengkaplingan Tanah Kel. Langenharjo
Oleh Irawan Sumarto, Priyono Nugroho, Aryono Prihandito……………………… A
2. SWEPOS, Sebuah Contoh Manajemen GPS CORS di Swedia
Oleh Zamilul Muttaqien ………………………………………………………...… B
3. Metode Agregasi Sistem GRID Emisi Gas Rumah Kaca Untuk
Kota Bandung
Oleh Intan Sofiyanti, Ahmad Riqqi, R. Driejana..……………..……………………..C
4. Permodelan Prediksi Lokasi Tutupan Lahan Berbasis Proyeksi
Alokasi Tutupan Lahan Metode MARKOV ( Wilayah Bandung)
Oleh R. Akbar Muttaqin, Albertus Deliar, Agung Budi Harto ………………….….. D
5. Kajian Akurasi Geometrik Citra SPOT Hasil Orthorektifikasi dengan
Titik Kontrol Hasil Triangulasi Citra Satelit
Oleh Sarif Hidayat, Agung Budi Harto, Saptomo Handoro Mertotaruno …...…….... E
6. Penerapan Teknis Differential Interferometric Synthetic Aperture
Radar (DlnSAR) untuk Kajian Pemantauan dan Pengukuran Penurunan
Muka Tanah (Studi Kasus : Lembang Bandung)
Oleh Yoga Prasetyo, A.Janisa ……………………………………………….…… F
7. Pengaturan Pemanfaatan Ruang di Atas Tanah Dalam Penerapaan
Kadaster 3 Dimensi
Oleh Hendriatiningsih, Bambang Edhi Leksono, Wisang Wisudanar ……………..G
8. Analisis Korelasi Jumlah Penduduk dengan Tutupan Lahan
Berbasis SIG (Area Studi Wilayah Bandung)
Oleh Riantini Virtriana, Albertus Deliar, Agung Budi Harto ………………………...H
9. Survey Pemetaan Bangunan Rumah Susun untuk Pendaftaran
Hak Milik Dalam Sistem Kadaster 3 Dimensi
Oleh S Hendriatiningsih …………………………………………………………….I
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page iii
10. Penggunaan Analytical Hierarchy Process untuk Menentukan
Prioritas Syarat Lokasi Pendaftaran Tanah Sistematik Ajudikasi LMPDP
(studi Kasus Kabupaten Kulon Progo, DIY)
Oleh Dody Hendriono, Prijono Nugroho, Yulaikhah ……..……..…………………..J
11. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Bandar udara di Indonesia
Berbasis Spasial
Oleh Yofri Furqoni Hakim, Dimas Hanityawan S, Suryanto, Edwin Hendrayana ......K
12. Pembuatan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Analisis dalam
Pemberian Izin Tinggi Bangunan Di sekitar Bandara Ngurah Rai - Bali
Oleh Suryanto, Yofri Furqoni Hakim, Dimas Hanityawan S, Edwin Hendrayana .......L
13. Kajian Penggunaan Citra Satelit Quickbird untuk Pemetaan
Penggunaan Tanah Kelurahan Kutoarjo. Kec. Kutoarjo, Kab. Purworejo
Oleh Sutrisno, Harintaka, Slamet Basuki ...........................................................M
14. Aplikasi SIG untuk Penghitungan Volume Galian Bukit Kerbau
Terkait Kajian KKOP Pada Bandara Pattimura Ambon
Oleh, Dimas Hanityawan S, Suryanto, Yofri Furqoni Hakim, Edwin Hendrayana .....N
15. Peranan Geomatika dalam Delimitasi, Demarkasi dan Managemen
Batas Daerah di Darat
Oleh Sumaryo, Subaryono, Sobar Sutisna, Djurdjani...........................................O
16. Sejarah dan Perkembangan Penginderaan Jauh di Indonesia
Oleh Bangun Muljo Sukojo ………………………..………………………….........P
17. Perlukah Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) IV ?
Oleh Teguh Fayakun Alif, Khafid …………...……………………….…………......Q
18. Peta Dasar Zonasi Tingkat Peringatan Tsunami
Oleh Eva Novita, Arry Agung Hanatyo ………………………..…….…………...…R
19. Aplikasi LIDAR, IFSAR dan Citra Hiperspektral dalam Pengelolaan Hutan
HujanTropis di Indonesia
Oleh Bobby Santoso D, Yan Mandari, Bambang Abednego……………….….……S
20. Kajian Awal Untuk Membangun Sistem Informasi Pertanahan Desa
di Cimahi Jawa Barat
Oleh Didik W, S , Hendriatiningsih, Marisa Mei Ling, Andri Hernandi……..….....T
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page iiii
21. Studi Awal Penentuan Kemiringan Objek Bangunan Menggunakan
Metode Survey Terestrial
Oleh Andri Hernandi, Agoes S Soedomo, Marisa Mei Ling, Brawira F. Gazayana…U
22. Pembuatan Peta Zona Nilai Tanah di Kota Oksibil Kabupaten Pegunungan
Bintang Provinsi Papua
Oleh Goyandi Dwi Ammar, dkk……………………………………..……………….V
23. Pengembangan Sistem Basis Data Batas Laut Daerah
Oleh Eka Djunarsjah, Irfan Khosirun, Riki Oktapiana,Angga Trysa Yuherdha……..W
24. Updating Zona Nilai Tanah Metode INDEKS
Oleh Dian Novytasari…………………………………………………………....…..X
25. Aplikasi GIS untuk Sistem Peringatan Dini Bahaya Kebakaran
(Fire Early Warning system)
Oleh Amir Sabri…………………….………………………………………………..Y
26. Pengembangan GNSS CORS Network Untuk Penyediaan Data Geospasial
Oleh Farid Hendro Adiyanto……………………………………….……………...Z
27. Pengelolaan Data Pertanahan Menjelang 2014
Oleh Irawan Sumarto, Suyus Windayana……………………………………...AA
28. Pemanfaatan Citra Satelit Landsat Untuk Analisis Pola Perubahan Lahan
1994-2001 di Wilayah Bandung
Oleh Albertus Deliar, D Muhally H, Agung Budiharto…………………….…..AB
29. Kajian Ketelitian Pembuatan Digital Elevation Model (DEM) Menggunakan
Foto Udara Non Metrik
Oleh Bobby S.Dipokusumo, Ishak H Ismullah, Soni D, Miim W...................AC
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page A-1
Penyediaan Tanah Untuk Pemukiman Di Kabupaten Kendal Studi Kasus Pengkaplingan
Tanah Di Kelurahan Langenharjo
Sumarto1
, Prijono Nugroho2
, Aryono Prihandito3
Program Studi Teknik Geomatika Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Abstract
The increased number of population is always related to the effort of pro-viding of settlement
and the increased need for land. The activity of land parceling as an effort to provide land for
settlement is inevitable as the consequence of the meeting of need for settlement. It is expected that
the land parceling activity will make order in land use and land ownership. The land parceling has
been done in Langenharjo Village in Kendal Regency since Local Regulation Number 15 Year 1995
on First Ammandemant on Local Regulation of Number 8 Year 1987 on the Area Plan of Kendal
Subdistrict was issued. Based on the Local Regulation, the function of the land parceling in
Langenharjo Village is to be determined as a settlement area. In the parceled land, many lands are
still not built and used to date in accordance with its original purpose, left or even neglected.
Therefore, the purpose of the study is to find out factors influencing the owner of parceled
land not to build the land, implications of the neglected of parceled land on land development, and
the suitability to acheive good land administration system. This study used primary data collected
using questionnaires, interview to the parceled land owners and officials in relevant institution, and
field observation to find out the actual conditions of parceled lands. The data were analyzed using a
descriptive qualitative approach assisted by the SPSS software to find out frequency distribution and
to make analysis to be easier.
The result of the study indicates that from 50 respondents selected using a purposive
sampling technique, 90% have left and neglected the land. Based on the result of analysis, it can be
recognized that there were three factors influencing the land owner to not build the land namely
physical factor related to the situation and condition of parceled land, institutional or regulatory
factor related to the absence of sanction, and economic factor indicated by the background of land
owner and the purpose of the landownership. Neglected the land have implications of restraining the
land development and violating of the regulation on the land use it can be cosidered as neglected
land. The land parceling as an effort provide land for settlement did not contribute to land taxation,
which is one of the benefits of good land administration system. It can be seen from the fact that 98%
of the respondents don’t have Tax Due Notification Letter of Land and Building Taxes on the name
owner itself and it is still combined with the name of previous land owner. Thus, the owner of land
did practically not pay the Land and Building Tax annually.
Keywords : Providing Settlement Land, Land Parceling, Neglected Land
1 Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Jakarta. (email : [email protected])
2 Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
3 Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page A-2
PENGANTAR
Tanah merupakan salah satu unsur utama untuk dapat terlaksananya pembangunan termasuk
pemukiman. Peningkatan jumlah kebutuhan terhadap permukiman akan mengakibatkan peningkatan
kebutuhan tanah. Ini berarti peningkatan jumlah penduduk selalu terkait langsung dengan penyediaan
permukiman, dan penyediaan permukiman berhubungan dengan masalah tanah. Sebagai salah satu
wilayah Kabupaten/Kota yang terletak di jalur utama pantai utara pulau jawa yang didukung oleh
sarana transportasi yang memadai, serta berbatasan langsung dengan Kota Semarang sebagai Ibukota
Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama
dalam hal pertumbuhan penduduk. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk
dari tahun ke tahun yang cukup signifikan. Dengan perkembangan ini, kebutuhan akan ruang (lahan)
untuk pemukiman semakin meningkat. Hal demikian berdampak kepada pemanfaatan lahan pertanian
(walaupun produktif), yaitu akan memicu terjadinya konversi lahan pertanian ke kegiatan non
pertanian.
Salah satu upaya penyediaan tanah untuk pemukiman adalah melalui usaha pengkaplingan
tanah yang telah banyak dilaksanakan di beberapa wilayah di Kabupaten Kendal termasuk diantaranya
adalah di Kelurahan Langenharjo. Namun demikian pelaksanaan pengkaplingan tanah tersebut justru
menimbulkan permasalahan karena banyak tanah kapling yang tidak dipergunakan dan dimanfaatkan
sesuai dengan peruntukannya. Tanah-tanah kapling yang merupakan sumber daya tanah tersebut
sampai saat ini masih banyak yang berupa tanah kosong, kumuh, tidak dikelola dan dimanfaatkan oleh
pemiliknya, dibiarkan dan ditelantarkan, sehingga dalam pembangunannya terkesan lambat dan lama,
padahal sebelumnya merupakan lahan pertanian yang menghasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan tidak
dibangunnya tanah-tanah kapling oleh pemilik tanah, implikasi pembiaran tanah kapling terhadap
pembangunan tanah dan memberikan saran sebagai kontribusi terhadap kebijakan pengkaplingan tanah
sebagai upaya penyediaan tanah untuk pemukiman di Kabupaten Kendal.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian tentang alih fungsi tanah pertanian ke non pertanian maupun perubahan penggunaan
tanah sudah banyak dilakukan, namun penelitian yang spesifik mengenai pengkaplingan tanah sebagai
upaya penyediaan tanah untuk pemukiman belum pernah ada dan penelitian ini diharapkan dapat
melengkapinya.
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page A-3
Setiawan (2008) meneliti mengenai alih fungsi tanah pertanian menjadi non pertanian di
Kecamatan Karangmalang Kabupaten Sragen. Studi implementasinya adalah mengkaji mengenai alih
fungsi tanah pertanian ke non pertanian tersebut apakan telah sesuai dengan tata guna tanah dan tata
ruang pemerintah daerah setempat atau belum.
Setiadi (2007), dalam penelitiannya mengkaji tentang perubahan penggunaan lahan dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. Tujuan dari penelitiannya
adalah untuk mengetahui perkembangan perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan
Umbulharjo, meliputi kecenderungan perubahan penggunaan lahan dan daya pengaruh aktivitas
perubahan penggunaan lahan serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga
hasilnya dapat dijadikan pedoman untuk antisipasi pengendalian pembangunan kota.
CARA PENELITIAN
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pemilik tanah kapling di Kelurahan
Langenharjo yang tidak membangun tanahnya dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif.
Metode yang digunakan meliputi kuisioner dan wawancara. Untuk memudahkan dalam menganalisis
secara kualitatif dilakukan dengan program SPSS 17.0. Program ini digunakan untuk mengetahui
distribusi frekuensi serta kerapatan setiap jawaban yang diberikan oleh responden terhadap
pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner, sehingga data mudah dijelaskan dan diuraikan lebih lanjut.
Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu :
a. Tahap Persiapan. Kegiatan yang dilakukan adalah studi pustaka berupa buku-buku, referensi
dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan materi penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan. Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data yang terkait dengan jenis
dan sumber data yang berupa data primer dan data sekunder yang relevan untuk penelitian.
Pemilihan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah sampel
sebanyak 50 orang. Dari data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis untuk
kemudian dibuat kesimpulan dan saran. Analisis menggunakan pendekatan deskriptif analitis
dilakukan untuk semua data yang diperoleh guna tercapainya tujuan penelitian.
c. Tahap Penyelesaian. Tahap ini merupakan tahap penyusunan dan pembuatan laporan dalam
bentuk tertulis dari hasil pelaksanaan penelitian.
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page A-4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Deskripsi Daerah Penelitian.
Kelurahan Langenharjo terletak di wilayah Kecamatan Kota Kendal yang merupakan
ibukota Kabupaten Kendal dengan luas wilayah 1450 ha. Wilayah Kelurahan Langenharjo berada
di sisi selatan dan barat alun-alun kota Kendal dan berjarak 2 km dari pusat pemerintahan
Kabupaten Kendal, terdiri dari areal pemukiman padat penduduk dan persawahan yang berada di
ketinggian tanah sekitar ± 4 m dari permukaan air laut.
Kebijakan pengkaplingan tanah di Kelurahan Langenharjo didasarkan pada Peraturan
Daerah (Perda) Kabupaten Kendal Nomor 8 Tahun 1987 tentang Rencana Bagian Wilayah
Kecamatan Kendal yang telah diubah dengan Perda Nomor 15 tahun 1995 tentang Perubahan
Pertama Peraturan daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal Nomor 8 Tahun 1987 tentang
Rencana Bagian Wilayah Kecamatan Kendal. Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut lahan
pertanian yang berada di Kelurahan Langenharjo sebelah utara telah diubah fungsinya menjadi
kawasan pemukiman karena dianggap kurang produktif. Kawasan tersebut kemudian
dipergunakan untuk lokasi pengkaplingan tanah sebagai upaya penyediaan tanah untuk
pemukiman.
b. Pembangunan Tanah Kapling dan Faktor Yang Mempengaruhi.
Terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan dalam pembangunan tanah, yaitu factor fisik,
instritusi dan ekonomi. Demikian pula pembangunan tanah kapling di Kelurahan Langenharjo
dipengaruhi oleh tiga faktor tersebut.
1. Faktor fisik.
Faktor fisik yang mempengaruhi pembangunan tanah-tanah kapling di Kelurahan Langenharjo
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen
meliputi kondisi tanah dan topografi kawasan pengkaplingan tanah. Sebagian besar (74%) tanah
kapling saat perolehan dalam kondisi sudah urugan, akan tetapi masih terdapat tanah-tanah
kapling yang belum urugan, diurug sebagian, dan masih berupa sawah. Hal ini menunjukkan
bahwa secara fisik, keadaan tanah kapling terutama yang masih berupa tanah sawah merupakan
faktor yang mempengaruhi pembangunan tanah kapling di kawasan ini. Keadaan topografi bukan
merupakan faktor yang mempengaruhi tidak dibangunnya tanah-tanah kapling oleh pemilik
tanah, karena secara umum topografi tanah di kawasan pengkaplingan tanah di Kelurahan
Langenharjo relatif datar dengan kemiringan lereng 0 – 2°, dan ketinggian tanah antara 0 – 4 m.
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page A-5
Faktor eksogen meliputi luas tanah kapling, akses jalan, penggunaan tanah berdampingan dan
tersedianya fasilitas umum. Pada kawasan pengkaplingan tanah tidak terdapat penggunaan
tanah yang membahayakan seperti industri kimia atau sejenisnya yang dapat mencemari tanah-
tanah sekitarnya. Keadaan penggunaan tanah yang demikian bukan merupakan faktor yang
mempengaruhi pemilik tanah kapling untuk membangun tanahnya.
Pada lokasi pengkaplingan tanah di Kelurahan Langenharjo sebagian besar tidak terdapat akses
jalan sehingga kesulitan dalam melakukan pembangunan. Fasilitas umum seperti jaringan
listrik, telepon dan air juga tidak tersedia. Tidak adanya akses jalan untuk membangun serta
fasilitas umum berupa jaringan listrik, air maupun telepon di lokasi pengkaplingan tanah
merupakan faktor yang mempengaruhi pemilik tanah kapling tidak membangun tanahnya.
Dari bentuk dan ukuran, tanah-tanah kapling di Kelurahan Langenharjo mempunyai bentuk
yang teratur dengan luas antara 100 m² hingga 400 m². Sebanyak 90% tanah kapling dibiarkan
oleh pemiliknya, sedangkan 10% dikelola dengan ditanami. Dalam hal untuk dibangun rumah
luasan tanah tersebut bukan termasuk faktor yang mempengaruhi sikap pemilik tanah kapling
tidak membangun tanahnya.
Akan tetapi untuk pembangunan dalam bentuk yang lain seperti mengelola dan mengusahakan
dengan menanaminya, luasan tanah yang relatif kecil dapat mempengaruhi pemilik tanah tidak
membangun tanahnya. Selain faktor kesibukan pekerjaan dan domisili pemilik yang jauh dari
lokasi tanah kapling, luasan tanah yang relatif kecil dianggap tidak produktif untuk ditanami.
2. Faktor institusi atau peraturan
Secara yuridis penyediaan tanah untuk pemukiman melalui pengkaplingan tanah di Kelurahan
Langenharjo telah sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu Perda Kabupaten Kendal
Nomor 15 tahun 1995. Namun demikian masih terdapat beberapa peraturan yang dilihat dari
isi maupun pelaksanaannya dapat mempengaruhi sikap pemilik tanah kapling tidak
membangun tanahnya.
a. SK Bupati tentang Ijin Perubahan Penggunaan Tanah.
Keputusan Bupati Kendal tentang Pemberian izin Perubahan Penggunaan Tanah Pertanian ke
Non Pertanian sebagai dasar untuk melakukan pengkaplingan tanah, hanya mengatur tentang
kewajiban pemegang izin (penyedia tanah kapling), sedangkan kewajiban dari pemilik-pemilik
tanah kapling yang berkaitan dengan pembangunan tanah kapling dan sanksi yang dikenakan
apabila pemilik tanah kapling tidak membangun tanahnya tidak diatur. Dengan demikian
pemilik tanah kapling dapat dengan bebas memperlakukan tanah kapling miliknya termasuk
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page A-6
membiarkannya karena tidak adanya aturan yang mengikat, terutama pemilikan tanah kapling
dengan tujuan spekulasi dan investasi serta domisili pemilik tanah yang jauh dari lokasi
pengkaplingan tanah.
b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960.
Sesuai dengan pasal 15 Undang-undang nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria, setiap orang, Badan Hukum atau Instansi Pemerintah yang mempunyai
hubungan hukum dengan tanah mempunyai kewajiban untuk memelihara, menambah
kesuburan serta mencegah kerusakan tanahnya dan apabila tidak di lakukan maka dapat
diberikan sanksi sebagaimana pasal 52. Akan tetapi mekanisme untuk penerapan sanksi kepada
pemegang hak belum pernah diatur secara tegas serta tidak ada mekanisme yang jelas. Belum
adanya pengenaan sangksi kepada pemilik tanah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tidak dibangunnya tanah kapling oleh pemiliknya.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010.
Berdasarkan Pasal 3 huruf a PP Nomor 11 Tahun 2010 tanah-tanah kapling yang dibiarkan
oleh pemiliknya di Kelurahan Langenharjo dapat diindikasikan sebagai tanah terlantar. Tanah-
tanah kapling tersebut bukan “tidak sengaja tidak dipergunakan sesuai dengan keadaan atau
sifat dan tujuan pemberian haknya” melainkan dengan sengaja tidak dipergunakan sesuai
dengan keadaan atau sifat dan tujuan pemberian haknya oleh pemiliknya, karena pemilik-
pemilik tanah kapling tersebut memiliki kemampuan dari segi ekonomi untuk mengusahakan,
mempergunakan, atau memanfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan
pemberian haknya. Namun sampai saat ini belum pernah dilakukan identifikasi tanah-tanah
terlantar yang berstatus Hak Milik dan Hak Guna Bangunan atas nama perorangan dan baru
terbatas pada tanah-tanah Hak Guna Usaha dengan ukuran yang relatif luas.
3. Faktor ekonomi.
Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pembangunan tanah adalah faktor ekonomi.
Faktor ekonomi dalam penelitian ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu latar belakang pemilik
tanah dan tujuan pemilikan tanah.
a. Latar belakang pemilik tanah.
Sikap pemilik tanah kapling yang tidak membangun tanahnya dipengaruhi oleh latar belakang
mereka. Sebagian responden/pemilik tanah (64%) bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dengan penghasilan (98%) diatas Rp. 1.000.000,-. Pendapatan tersebut diatas Upah Minimum
Regional (UMR) Kabupaten Kendal tahun 2010 sebesar Rp. 780.000,-.
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page A-7
Sebagian besar responden (96%) mempunyai satu sampai empat orang anggota keluarga,
selebihnya mempunyai lebih dari empat tanggungan/anggota keluarga. maka pendapatan tersebut
mencukupi untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Sebanyak 82% responden mempunyai
tempat tinggal dengan status milik sendiri dan sisanya berstatus milik orang tua, sewaan/kontrakan
dan lainnya. Jumlah rumah yang dimiliki, sebanyak 22% responden memiliki rumah lebih dari
satu. Kondisi demikian mencerminkan bahwa status ekonomi pemilik tanah kapling bukan
termasuk golongan ekonomi lemah.
Jenis pekerjaan dan pendapatan yang melebihi Upah Minimum Regional Kabupaten
Kendal serta banyaknya jumlah rumah yang dimiliki menunjukkan adanya kemampuan sebagian
besar pemilik tanah kapling untuk membangun tanahnya bagi kegunaan yang lebih
menguntungkan, akan tetapi kemampuan tanpa diikuti dengan kemauan tidak akan terlaksana
pembangunan.
b. Tujuan pemilikan tanah
Dari data kuisioner diperoleh sebanyak (66%) responden tidak membangun tanahnya
dengan alasan tujuan memiliki tanah kapling adalah untuk investasi, 18% belum cukup dana untuk
membangun, 10% tidak ada akses membangun, dan 6% dengan tujuan spekulasi. Ada beberapa
alasan mengapa pemilik tanah kapling cenderung memiliki tanah kapling untuk investasi sebagai
berikut :
(1) Adanya anggapan bahwa investasi dalam bentuk tanah lebih banyak menguntungkan dan
tidak akan pernah rugi.
(2) Aset berharga yang dapat diagunkan untuk memperoleh kredit dari bank.
(3) Sebagai tabungan yang disediakan untuk keluarga di masa datang.
Alasan lain pemilik tanah kapling tidak membangun tanahnya adalah belum cukup dana untuk
membangun. Sebagian pemilik tanah kapling beralasan tidak membangun tanahnya karena
memang belum mempunyai tempat tinggal milik sendiri. Namun alasan belum cukup dana juga
berlaku bagi pemilik tanah yang sudah mempunyai rumah/tempat tinggal dengan status milik
sendiri. Hal ini karena pemilikan tanahnya bermuara pada tujuan investasi. Selain itu, spekulasi
juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemilik tanah kapling tidak membangun tanahnya
karena tujuan pemilikan tanahnya adalah untuk dijual kembali setelah harganya naik.
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page A-8
c. Implikasi Pembiaran Tanah Kapling Terhadap Pembangunan Tanah.
Pembiaran tanah-tanah kapling oleh pemilik tanah di Kelurahan Langenharjo berimplikasi
pada ketidaksesuaian terhadap tujuan pembangunan tanah dan penatagunaan tanah, antara
lain :
1 Pembiaran tanah kapling berimplikasi terhadap pembangunan tanah yang tidak terarah karena
akan menyebabkan tanah-tanah kosong, kumuh dan tidak terawat, sehingga mengakibatkan
penurunan kualitas lingkungan serta dapat diindikasikan sebagai tanah terlantar.
2 Pembiaran terhadap tanah-tanah kapling berimplikasi pada penurunan efisiensi dan
produktifitas penggunaan tanah karena tidak dikelola dan diusahakan dengan baik sesuai dengan
peruntukan dan pemberian haknya.
3 Pembiaran terhadap tanah-tanah kapling merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 8
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
4 Pembiaran terhadap tanah-tanah kapling bertentangan dengan tujuan pedoman teknis
penggunaan tanah yang lestari, optimal, serasi dan seimbang (LOSS) di wilayah pedesaan serta
aman, tertib, lancar dan sehat (ATLAS) di wilayah perkotaan. Pembiaran tanah-tanah kapling
berdampak pada lingkungan kumuh yang tidak sehat.
5. Pembiaran tanah-tanah kapling oleh pemiliknya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip perencanaan
tata guna tanah, yaitu :
(1) Prinsip penggunaan maksimum (principle of maximum production. karena pengkaplingan
tanah bukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang mendesak.
(2) Prinsip penggunaan optimum(principle of optimum use). Tanah-tanah kapling yang
dibiarkan tidak memberikan keuntungan ekonomis yang sebesar-besarnya karean tidak
digunakan dan diusahakan untuk peningkatan hasil yang lebih baik.
d. Kesesuaian Penyediaan Tanah Untuk Pemukiman Melalui Pengkaplingan Tanah
Terhadap Sistem Administrasi Pertanahan Yang Baik.
Sistem administrasi pertanahan yang baik akan menghasilkan manfaat yang baik walaupun
tidak dapat diukur secara langsung. Manfaat-manfaat ini antara lain : menjamin kepemilikan
dan keamanan penguasaan tanah, dukungan untuk perpajakan tanah dan properti,
memberikan keamanan kredit, mengembangkan dan memantau pasar tanah, Perlindungan
tanah oleh negara, mengurangi sengketa tanah, memfasilitasi upaya landreform,
meningkatkan perencanaan perkotaan dan pembangunan infrastruktur, dan menghasilkan
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page A-9
data statistik.
Terdapat dua hal terkait penyediaan tanah untuk pemukiman melalui pengkaplingan
tanah di Kelurahan Langenharjo dengan manfaat-manfaat tersebut diatas :
1 Bidang-bidang tanah kapling di Kelurahan Langenharjo seluruhnya telah bersertipikat Hak
Milik. Dengan demikian pengkaplingan tanah di kelurahan Langenharjo telah dapat memenuhi
maanfaat menjamin kepemilikan dan keamanan penguasaan tanah, memberikan keamanan kredit
(dapat dibebani hak tanggungan), mengurangi sengketa tanah, perlindungan oleh negara (kecuali
yang dibiarkan karena terindikasi tanah terlantar), serta dapat menghasilkan data statistik.
2 Penyediaan tanah untuk pemukiman melalui usaha pengkaplingan tanah di Kelurahan
Langenharjo belum memberikan dukungan terhadap perpajakan tanah dan properti. Sebagian
besar (98%) responden menyatakan belum memiliki SPPT PBB atas nama sendiri. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pemilik tanah kapling tidak membayar pajak bumi dan
bangunan pada setiap tahunnya.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1 Penyediaan tanah untuk pemukiman melalui pengkaplingan tanah di Kelurahan Langenharjo
telah sesuai dengan RTRW Kabupaten Kendal.
2. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilik tanah kapling tidak membangun tanahnya, antara
lain :
a. Faktor fisik, masih adanya tanah-tanah kapling yang belum diurug dan masih berupa tanah
sawah pada saat perolehan, terbatasnya akses jalan untuk membangun serta tidak adanya fasilitas
umum seperti jaringan listrik, air dan telepon di lokasi pengkaplingan tanah.
b. Faktor institusi, belum adanya aturan yang mengikat serta sanksi yang jelas terhadap
pembiaran dan penelantaran tanah kapling oleh pemilik tanah.
c. Faktor Ekonomi, sebagian besar pemilik tanah kapling memiliki tanah dengan tujuan untuk
investasi bukan untuk dibangun, sehingga ada kecenderungan untuk membiarkan tanahnya.
3. Penyediaan tanah untuk pemukiman melalui pengkaplingan tanah di Kelurahan Langenharjo
belum mendukung peningkatan perpajakan.
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page A-10
DAFTAR PUSTAKA.
Anonim, 1960, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria.
Anonim, 1995, Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 5 Tahun 1995 tentang Perubahan
Peraturan Daerah kabupaten Kendal Nomor 8 Tahun 1987 Rencana Bagian Wilayah
Kecamatan Kendal.
Anonim, 1996, Land Administration Guidelines With Special Reference to Countries in Transition,
United Nations, New York and Geneva.
Anonim, 1997, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Anonim, 2004, Undang-undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang Penataan Ruang.
Anonim, 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
Anonim, 2007, Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kendal Nomor 23 Tahun 2007 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kendal.
Anonim, 2009, Kendal Dalam Angka Tahun 2008, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal.
Anonim, 2009, Laporan Akhir Penyusunan Revisi Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Perkotaan
Kendal Kabupaten Kendal, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kendal.
Anonim, 2010, Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan
Tanah Terlantar.
Alhalik, 2006, Efektifitas Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) Sebagai Instrumen
Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, Tesis,
Magister Teknik Perencanaan Wilayah Kota, Universitas Diponegoro, Semarang.
Bachriadi, Dianto, 2001, Merampas Tanah Rakyat Kasus Tapos dan Cimacan, KPG (Kepustakaan
Populer Gramedia), Jakarta,
http://books.google.com/books?id=tt2XAn3VdFsC&pg=PA152&lpg=PA152&dq=s
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page A-11
pekulasi+tanah&source=bl&ots=fxJgjUKKm0&sig=-YgqEjvshBp2IA1yoVL-
7SgDQ10&hl=en&ei=WEk9TJCkHsKXccOW-
aEB&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=9&ved=0CDgQ6AEwCA#v=onep
age&q=spekulasi%20tanah&f=true, download tanggal 8 Juli 2010.
Djam’an, Komariah, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.
Djurdjani, Omar, I, 2008, Perubahan Penggunaan Tanah : Analisis Dari Ekonomi Institusi (Suatu
Tinjauan Teoritis), Aspec of Land Management And Development a Compilation, UTM,
Malaysia.
Djurdjani, 2009, Suplai Tanah Untuk Pembangunan Suatu Tinjauan Teoritis, Prosiding Forum Ilmiah
Tahunan, Ikatan Surveyor Indonesia, Semarang.
Efendi, Taufik, 2008, Analisis Perubahan Penggunaan Tanah Terhadap Rencana Umum Tata Ruang
Kota Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang Tahun 2002-2011, Tesis, Magister
Teknik Geomatikan Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Enemark, Stig, 2009, Land Administration Systems - managing rights, restrictions and responsibilities
in land, Map World Forum, Hyedrabad, India.
Jayadinata, Johara T, 1999, Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah,
Penerbit ITB Bandung.
Mertokusumo, Sudikno, dkk, 1998, Materi Pokok Hukum dan Politik Agraria, Depdikbud, Universitas
Terbuka.
Nawawi, H, 2007, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Nur Faizah, L, 2007, Alih Fungsi Tanah Pertanian Menjadi Tanah Non Pertanian (Studi Komparatif
Indonesia dan Amerika Serikat), Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Prijono, 2008, Pendekatan Neoklasik Dalam Menghurai Halangan Penawaran Tanah Di Bandar,
Tesis doktor Falsafah, Fakultas Kejuruteraan dan Sains Geoinformasi Universiti Teknologi
Malaysia, Kualalumpur.
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page A-12
Prijono, 2009, Materi Kuliah Land Development Angkatan X Magister Teknik Geomatika, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rohmadiani, Linda, D, 2008, Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Petani (Studi Kasus : Jalur Pantura Kecamatan Pamanukan, Tesis, Istitut Teknologi
Bandung, Bandung.
Setiadi, Y, 2007, Kajian Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya di
Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta, Skripsi, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Setiawan, Aries, 2008, Alih Fungsi Tanah Pertanian Menjadi Non Pertanian di Kecamatan
Karangmalang Kabupaten Sragen, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Silalahi, 2006, Perkembangan Penggunaan dan Kebijakan Penyediaan Tanah Mendukung Ketahanan
Pangan, Prosiding "Revitalisasi Ketahanan Pangan: Membangun Kemandirian Pangan
Berbasis Pedesaan" 2006, Departemen Pertanian, http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/
ProsSilalahi 06.pdf, download tanggal 16 Februari 2010.
Subaryono, 1999, Pengantar Manajemen Informasi Pertanahan, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas
Teknik UGM.
Sudjito, 1999, Kajian Yuridis Administratif Implementasi Program Konsolidasi Tanah Perkotaan di
Ungaran, Mimbar Jurnal Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, yogyakarta,
http://i-lib.ugm.ac.id/ jurnal/detail.php?dataId=2110, download tanggal 21 Juli 2010.
Sugiyono, 2009, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung.
Suhariningsih, 2009, Tanah Terlantar Asas dan Pembaharuan Konsep Menuju Penertiban, Prestasi
Pustakaraya, Jakarta.
Sulipan, 2009, Penelitian Deskriptif Analitis Berorientasi Pemecahan Masalah,
www.ktiguru.org/file.php/1/moddata/data/3/9/46/Penelitian_Deskriptif_Analitis.pdf,
download tanggal 14 April 2010.
Forum Ilmiah Tahunan
Ikatan Surveyor Indonesia
Pekanbaru, 10-11 November 2010
Prosiding Page A-13
Sumardjono, Maria, 2001, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Kompas,
Jakarta.
Sumardjono, Maria, 2008, Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Kompas,
Jakarta.
http://tatagunatanah.blogspot.com/2008/08/tujuan-tata-guna-tanah.html, download tanggal 9 April
2010.
http://www.candilaras.co.cc/2008/05/validitas-dan-realibilitas-penelitian.html, download tanggal 18
Maret 2010.