Upload
accomakkaraengicloud
View
267
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Isi Daftar Pustaka
Citation preview
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 1
Skenario 2
Judul Skenario : Alkalosis Respiratorik
Serang laki-laki 15 tahun merupakan seorang pendaki gunung, ditemukan tak
sadarkan diri oleh tim SAR saat mendaki gunung. Saat tiba di UGD X pasien mulai
sadar. Dari hasil pemeriksaan dkter UGD didapatkan pasien gelisah, hiperventilasi,
anemia, tekanan darah 90/60. Setelah dilakukan penanganan awal, dokter yang
bertugas meminta pemeriksaan analisis gas darah (AGD). Hasil AGD Alkolosis
Respiratory
Step 1
Identifikasi Kata Sukar :
1. Hiperventilasi : Frekuensi pernapasan yang meningkat.
2. Alkolosis Respiratory : PH dalam darah menurun (Basah).
3. Anemia : Kondisi dimana seseorang kekurangan darah.
4. AGD : Pemeriksaan kadar O2 dan CO2 dalam darah.
Identifikasi Kata / Kalimat Kunci :
1. Pria 15 tahun.
2. Pedaki gunung
3. Ditemukan tak sadarkan diri.
4. Tekanan darah 90/60
5. Gelisah, hiperventilasi, anemia
6. AGD: Alkolosis Respiratory
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 2
Step 2
Identifikasi Masalah dan Pertanyaan.
1. Bagaimana mekanisme pertukaran gas dalam paru-paru?
2. Apa faktor penyebab terjadinya hiperventilasi?
3. Jelaskan anatomi yang berkaitan dengan skenario?
4. Jelaskan erbedaan tekanan atmosfir pada daratan rendah dan daratan tinggi?
5. Jelaskan mengenai konpensasi PH?
6. Apa yang menyebab alkolosis respiratory?
7. Jelaskan histologi sistem pernapasan?
8. Apa hubungan mendaki gunung dengan keluhan utama dan penyerta?
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 3
Step 3
Jawaban Atas Pertanyaan Step 2
1. Bagaimana mekanisme pertukaran gas dalam paru-paru?
Ada empat:
- Pertukaran antara udara atmosfir dengan udara yang berada pada
kantung udra
- Pertukaran O2 dengan CO2 antara alveolus dan darah di kapiler
- Transport O2 dan CO2 antara paru dan jaringan
- Transpor O2 dan CO2 antara darah di kapiler dengan jaringan
Bergantung pada tekanan parsial, dan luas permukaan.
2. Apa faktor yang dapat menyebabkan hiperventilasi?
Pendaking gung yang capek dapat menyebabkan pernapasannya cepat, dan
tekanan udara rendah dan oksigen rendah. Tekanan udara yang rendah
dibandingkan di dalam tubuh membuat tubuh menjadi meningkatkan
pernapasan dalam tubuh untuk menyeimbanginya.
3. Jelaskan anatomi yang berkaitan dengan skenario!
Anatomi yang berkaitan mulai dari Konduksi: Nasal, Pharynx, Larynx,
Trakea, Bronkus, dan Bronkiolus Terminalis. Respirasi: Bonkiolus
Respiratorius, Ductus Alveolar, dan Alveolus.
- Nasi: cavum nasi, konka nasalis (superior, mdia, inferior) diantara
konka ada meatus nasi (superior, inferior dan media),
- Pharyng: Nasopharyng, Oropharyng, Laryngopharyng.
- Epiglotis: Plica vestibularis, plica vocalis, dan ventriculus laryngeus
- Trakea: karilago trakealis, ligamentum trakealis
- Bronkus: principalis dextra, dan sinistra
- Bronkiolus: Lobaris, Segmentalis
4. Sama Seperti Masalah Nomer 8
5. Ada 3:
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 4
- Sistem buffer: mengikat dan melepaskan H+ dalam darah, apabila diikat
maka H+ sedikit menyebabkan asidosis, begitu juga sebaliknya.
- Sistem respirasi:
- Mekanisme ginjal: Ginjal akan menyerap HCO3- dan mengeluarkan
H+, sehingga mengakibatkan alkalosis respiratory.
Ketiga bekerja saling berhubungan dengan urutan. Dalam skenario
6. CO2 terlalu banyak, saat naik gunung CO2 dilepaskan akibatnya
hiperventilasi sehingga membutuhkan O2. Penyebabnya 3:
- Hiperventelasi
- Gelisah/cemas
- Berada pada ketinggian karena kurangnya tekanan O2
7. Histologi pernapasan:
- Konduksi: Nasal, Pharynx, Larynx, Trakea, Bronkus, dan Bronkiolus
Terminalis.
- Respirasi: Bonkiolus Respiratorius, Ductus Alveolar, dan Alveolus.
8. Tekanan pada gunung atmosfirnya rendah, sehingga ketersediaan O2 sangat
rendah, padahal manusia sangat membutuhkan O2 untuk memberi makan
jaringan tubuh. Ketersediaan O2 sangat minim mengakibatkan otak tidak
mendapat suplai O2, apalagi saat mendaki O2 sangat dibutuhkan oleh tubuh,
khususnya ektremitas bawah tidak mendapatkan suplai dengan baik.
Syarat untuk bisa masuk O2 dalam paru-aru tekanan O2 di luar harus lebih
tinggi daripada dalam tubuh. Akut montain sicknes, terkena hipoksi
hipoksia akibat rendahnya tekanan O2 hingga sulit bernafas. Sehingga
pasien gelisah dan keuhan lainnya.
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 5
Step 4
Mind Mapping
Gelisah
Hiperventilasi
Pingsan
Fisiologi yang
Berkaitan dengan
Skenario
Biokimia yang
Berkaitan dengan
Skenario
Histologi yang
Berkaitan dengan
Skenario
Anatomi yang
Berkaitan dengan
Skenario
Laki-Laki 15
Tahun
Alkalosis Respiratorik
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 6
Step 5
Learning Objectives
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Anatomi dari Sistem Respirsi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Histologi dari Sistem Respirasi.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Biokimia dari Sistem Respirasi.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme Pernapasan.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Kompensasi pH.
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 7
Step 6
Belajar Mandiri
( Hasil dari belajar mandiri nantinya akan dibahas pada Step 7 yaitu
Jawaban Learning Objectives )
Step 7
Jawaban Learning Objectives
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 8
1. Mahasiswa/i mampu menjelaskan Anatomi dari Sistem Respirasi.
1) HIDUNG
Hidung terdiri atas hidung luar dan cavum nasi. Cavum nasi dibagi oleh septum
nasi menjadi dua bagian yaitu bagian kanan dan bagian kiri.
a. Hidung Luar
Hidung luar memiliki dua lubang berbentuk lonjong disebut nares, yang
dipisahkan satu dengan yang lain oleh septum nasi. Pinggir lateral, ala nasi,
berbentuk bulat dan dapat digerakkan. Rangka hidung luar dibentuk oleh os
nasale, processus frontalis maxillaris, dan pars nasalis ossis frontalis. Di
bawah, rangka hidung dibentuk oleh lempeng-lempeng tulang rawan hialin.
Gambar 1.1 : Dinding Pemisah Hidung, Septum Nasi ; Tampak Lateral
sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2
Perdarahan dari kulit hidung luar mendapatkan darah dari cabang-cabang
arteria ophthalmica dan arteria maxillaris. Kulit alanasi dan bagian bawah
septum mendapatkan darah dari cabang-cabang arteri facialis. Persarafan
hidung luar oleh Nervus infratrochlearis dan rami nasales externae nervus
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 9
ophthalmicus (Nervus cranialis V) dan ramus infraorbitalis nervus maxillaries
(Nervus cranialis V).
b. Cavum Nasi
Cavum nasi terbentang dari nares di depan sampai ke aperture nasalis
posterior atau choanae di belakang, di mana hidung bermuara ke dalam
nasopharyng. Vestibulum nasi adalah area di dalam cavum nasi yang terletak
tepat di belakang nares. Cavum nasi dibagi menjadi dua bagian kiri dan kanan
oleh septum nasi . Septum nasi dibentuk oleh cartilago septi nasi, lamina
verticalis osis ethmoidalis, dan vomer. Setiap belahan cavum nasi mempunyai
dasar, atap, dinding lateral dan dinding medial atau dinding septum. Bagian
dasar dibentuk oleh processus palatinus os maxilla dan lamina horizontalis
ossis palatini. Bagian atap yang sempit dan dibentuk di sebelah anterior mulai
dari bagian bawah batang hidung oleh os nasale dan os frontale, di tengah oleh
lamina cribrosa ossis ethmoidalis, terletak di bawah fossa cranii anterior, dan
di sebelah posterior oleh bagian miring ke bawah corpus ossis sphenoidalis.
Sementara itu, dinding lateral mempunyai tiga tonjolan tulang disebut concha
nasalis superior, media, dan inferior. Area di bawah setiap concha disebut
meatus. Pada bagian hidung juga terdapat Recessus sphenoethmoidalis yang
merupakan sebuah daerah kecil yang terletak di atas concha nasalis superior.
Di daerah ini terdapat muara sinus sphenoidalis. Meatus Nasi Superior terletak
di bawah concha nasalis superior disini terdapat muara sinus ethmoidales
posterior. Meatus Nasi Media terletak di bawah concha nasalis media. Meatus
ini mempunyai tonjolan bulat disebut bulla ethmoidalis yang dibentuk oleh
sinus ethmoidales medii yang bermuara pada pinggir atasnya. Sebuah celah
meiengkung, disebut hiatus semilunaris, terletak tepat di bawah bulla. Ujung
anterior hiatus yang menuju ke dalam sebuah saluran berbentuk corong disebut
infundibulum, yang akan berhubungan dengan sinus frontalis. Sinus maxillaris
bermuara ke dalam meatus nasi media Mleatus nasi inferior terletak di bawah
concha nasalis inferior dan merupakan tempat muara dari ujung bawah ductus
nasolacrimalis, yang dilindungi oleh sebuah lipatan membrana mucosa.
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 10
Dinding medial dibentuk oleh septum nasi. Bagian atas dibentuk oleh lamina
verticalis ossis ethmoidalis dan os vomer.
Gambar 1.2 : Dinding Lateral Cavum Nasi Sinistra
sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 11
Gambar 1.3 : Dinding Lateral Cavum Nasi Kanan Bagian Profunda
sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 12
c. Innervasi dan Vascularisasi hidung
- Innervasi hidung
Hidung dipersarafi oleh Nervus olfactorius yang berasal dari
membrana mucosa olfactorius berjalan ke atas melalui lamina
cribrosa os ethmoidale menuiu ke bulbus olfactorius. Saraf untuk
sensasi umum merupakan cabang-cabang nervus ophthalmicus (N.Vl)
dan nervus maxillaris (N.V2) divisi nervus trigeminus.
Gambar 1.4 : Dinding Lateral Cavum Nasi ( Persarafan Sensorik Membrana Mucosa)
sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 13
- Vascularisasi hidung
Perdarahan hidung berasal dari cabang-cabang arteri maxillaris, yang
merupakan salah satu cabang terminal arteri carotis externa. Cabang
yang terpenting adalah arteri sphenopalatina. Arteria sphenopalatina
beranastomosis dengan ramus septalis arteria labialis superior yang
merupakan cabang dari arteria facialis di daerah vestibulum. Darah
di dalam anyaman vena submucosa dialirkan oleh vena-vena yang
menyertai arteri.
Gambar 1.5 : Vascularisasi Hidung Pada Bagian Lateral
sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3
d. Sinus Paranasalis
Sinus paranasalis adalah rongga-rongga yang terdapat di dalam os
maxilla,os frontale, os sphenoidale, dan os ethmoidale. Sinus-sinus ini
dilapisi oleh mucoperiosterum dan terisi udara, berhubungan dengan
cavum nasi melalui aperture yang relatif kecil. Sinus maxillaris dan
sphenoidalis pada waktu lahir terdapat dalam bentuk yang rudimenter,
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 14
setelah usia delapan tahun menjadi lumayan besar, dan pada masa remaja
telah berbentuk sempurna.
- Sinus maxillaris
Sinus maxillaris berbentuk piramid dan terletak di dalam corpus
maxillaris di belakang pipi. Atap dibentuk oleh dasar orbita,
sedangkan dasar berhubungan dengan akar gigi premolar dan molar.
Sinus maxillaris bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui
hiatus semilunaris
- Sinus Frontalis
Sinus frontalis ada dua buah, terdapat di dalam os frontale dan
dipisahkan satu dengan yang lain oleh septum tulang. Setiap sinus
berbentuk segitiga, meluas ke atas di atas ujung medial alis mata dan
ke belakang sampai ke bagian medial atap orbita. Masing-masing
sinus frontalis bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui
infundibulum
- Sinus sphenoidalis
Sinus sphenoidalis ada dua buah, terletak di dalam corpus ossis
sphenoidalis. Setiap sinus bermuara ke dalam recessus
sphenoethmoidalis di atas concha nasalis superior.
- Sinus Ethmoidalis
Sinus ethmoidalis terletak di anterior, medius, dan posterior, serta
terdapat di dalam os ethmoidale, di antara hidung dan orbita. Sinus ini
dipisahkan dari orbita oleh selapis tipis tulang, sehingga infeksi
dengan mudah dapat menjalar dari sinus ke dalam orbita. Sinus
ethmoidalis kelompok anterior bermuara ke dalam infundibulum,
kelompok media bermuara ke dalam meatus nasi medius, pada atau di
atas bulla ethmoidalis dan kelompok posterior bermuara ke dalam
meatus nasi superior. Variasi dari sinus dan muaranya ke dalam
rongga hidung.
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 15
Tabel 1.1 : Tabel Letak Muara Sinus Paranasalis
sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 16
Gambar 1.7 : Letak Muara Sinus Paranasalis
sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 17
2) Pharynx.3
Gambar 1.8 : Bagian Pharynx
sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3
Pharynx terletak di belakang cavum nasi, cavum oris, dan laryng dan
dibagi menjadi bagian-bagian nasopharynx, oropharyngx dan laryngopharynx.
Pharynx berbentuk seperti corong, dengan bagian atasnya yang lebar, terletak
di bawah cranium dan bagian bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai
oesophagus setinggi vertebra cervicalis ke enam. Pharynx mempunyai dinding
musculo membranosa yang tidak sempurna di bagian depan. Di tempat ini,
jaringan musculo membranosa diganti oleh apertura nasalis posterior
(choanae), isthmus fauceum (pembukaan ke rongga mulut), dan aditus
laryngis. Melalui tuba auditiva, membrana mucosa juga berhubungan dengan
membrane mucosa dari cavitas tympani.
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 18
a. Otot- otot Pharynx
`Otot-otot dinding pharynx terdiri dari musculus constrictor pharyngis
superior, medius, dan inferior, yang serabut-serabutnya berjalan hampir
melingkar, dan musculus glosopharyngeus serta musculus
salphingopharyngeus yang serabut-serabutnya berjalan dalam arah hampir
longitudinal. Ketiga otot-otot constrictor mengelilingi dinding pharynx
untuk berinsersi pada sebuah pita fibrosa atau raphe yang terbentang dari
tuberculum pharyngeus pars basilaris os occipitale ke bawah sampai ke
oesophagus. Ketiga otot-otot ini saling tumpang tindih, sehingga musculus
constrictor pharyngis medius terletak di sisi luar bagian bawah musculus
constrictor pharyngis superior dan musculus constrictor pharyngis inferior
terletak di luar bagian bawah.
Bagian bawah musculus constrictor pharyngis inferior yang berasal
dari cartilago cricoidea, disebut musculus cricopharyngeus. Serabut-
serabut musculus cricopharyngeus ini berjalan horizontal di sekeliling
bagian paling bawah dan paling sempit pharyrrx, dan berfungsi sebagai
sphincter. Killian's dehiscence adalah area pada dinding posterior pharynx
diantara bagian atas musculus constrictor pharyngis inferior yang tertekan
dan bagian sphincter di sebelah bawah musculus cricopharlngeus.
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 19
Gambar 1.8 : Musculus Constrictor pada Pharynx
sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 20
Gambar 1.9 : Otot Pharynx Bagian Posterior
sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 21
b. Bagian- bagian pharynx.
- Nasopharynx
Nasopharynx terletak di atas palatum molle dan di belakang rongga
hidung.Di dalam submucosa atap terdapat kumpulan jaringan limfoid
yang disebut tonsilla pharyngea. Isthmus pharyngeus adalah lubang
di dasar nasopharynx di antara pinggir bebas palatum molle dan
dinding posterior pharynx. Pada dinding lateral terdapat muara tuba
auditiva, berbentuk elevasi yang disebut elevasi tuba. Recessus
pharyngeus adalah lekukan kecil pada dinding pharynx di belakang
elevasi tuba. Plica salpingopharyngea adalah lipatan vertikal
membrana mucosa yang menutupi M.salphingopharyngeus.
- Oropharynx
Oropharynx terletak dibelakang cavum oris . Dasar dibentuk oleh
sepertiga posterior lidah dan celah antara lidah dan epiglottis. Pada
garis tengah terdapat plica glossoepiglottica mediana dan plica
glossoepigloftica lateralis pada masing-masing sisi. Lekukan kanan
dan kiri dari plica glossoepiglottica mediana disebut vallecula. Pada
kedua sisi dinding lateral terdapat arcus atau arcus palatoglossus dan
palatofaringeus dengan tonsila palatina di antaranya. Arcus
palatoglossus adalah lipatan membrana mucosa yang menutupi
musculus palatoglossus. Celah di antara kedua arcus palatoglossus
disebut isthmus fauceum dan merupakan batas antara rongga mulut
dan pharynx. Arcus palatophaqmgeus adalah lipatan rnembrana
mucosa yang menutupi musculus palatopharyngeus. Recessus di
antara arcus palatoglossus dan palatopharyngeus diisi oleh tonsilla
palatina.
- Laryngopharynx
Laryngopharynx terletak di belakang aditus laryngis. Dinding lateral
dibentuk oleh cartilago thyroidea dan membrana thyrohyoidea.
Recessus piriformis, merupakan cekungan pada membrana mucosa
yang terletak di kanan dan kiri aditus laryngis.
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 22
c. Persarafan sensoris Pharynx
- Nasopharynx oleh nervus maxillaris (V2)
- Oropharynx oleh nervus glossopharyngeus
- Laryngopharynx (di sekitar aditus laryngis) oleh ramus laryrrgeus
internus dari nervus vagus
d. Vaskularisasi Pharynx
Pharynx mendapatkan darah dari arteri pharyngica ascendens, cabang-
cabang tonsilar arteri facialis, cabang-cabang arteri maxillaris, dan arteri
lingualis.
3) Larynx.3
Larynx adalah organ yang berperan sebagai sphincter pelindung pada pintu
masuk jalan nafas dan berperan dalam pembentukan suara. Larynx terletak dl
bawah lidah dan os hyold, di antara pembuluh-pembuluh besar leher, dan terletak
setinggi vertebra cervicalis keempat, kelima, dan keenam. Ke atas, larynx terbuka
ke laryngopharynx, ke bawah larynx berlanjut sebagai trachea. Di depan, larynx
ditutupi oleh ikatan otot-otot infrahyoid dan di lateral oleh glandula thyroidea.
Kerangka larynx dibentuk oleh beberapa cartilago, yang dihubungkan oleh
membrana dan ligamentum, dan digerakan oleh otot. Larynx dilapisi oleh
membrana mucosa.
a. Cartilago penyusun larynx
- Cartilago tunggal, terdiri dari :
Cartilago epiglottica: Cartilago elastic berbentuk daun terletak di
posterior dari radix linguae. Berhubungan dengan corpus ossis
hyoidea di anterior nya dan cartilage thyroidea di posterior nya. Sisi
epiglottis akan berhubungan dengan cartilage arytenoidea melalui
plica aryepiglottica. Sedangkan di superiornya bebas dan membrane
mucosa nya melipat ke depan dan berlanjut meliputi permukaan
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 23
posterior lidah sebagai plica glossoepiglottica mediana et lateralis.
Dimana diantaranya terdapat cekungan yg disebut dengan valecullae.
Cartilago thyroidea: Terdiri atas 2 lamina cartilago hyaline yg
bertemu di linea mediana anterior 1menjadi sebuah tonjolan sudut V
yang disebut dengan Adams apple/ commum adamum/ prominentia
piriformis (jakun). Bagian pinggir posterior tiap lamina menjorok ke
atas membentuk cornu superior dan ke bawah membentuk cornu
inferior. Pada permukaan luar lamina terdapat line oblique sebagai
tempat melekatnya m. sternothyroideus, m. thyrohyoideeus, dan m.
constrictor pharyngis inferior.
Cartilago cricoidea: Merupakan cartilago yg berbentuk cincin utuh
dan terletak di bawah dari cartilago thyroidea. Cartilago ini
mempunyai arcus anterior yang sempit dan lamina posterior yang
lebar. Pada bagian lateral nya ada facies articularis sirkular yang akan
bersendian dengan. Sedangkan di bagian atasnya terdapat facies
articularis yang akan bersendian dengan basis cartilago arytenoidea.
- Cartilago berjumlah sepasang, terdiri dari :
Cartilago arytenoidea: Merupakan cartilago kecil berbentuk pyramid
yg terletak di belakang dari larynx pada bagiam pinggir atas lamina
cartilago cricoidea. Masing-masing cartilago memiliki apex di bagian
atas dan basis di bagian bawahnya. Dimana bagian apex nya ini akan
menyangga dari cartilago corniculata, sedangkan pada bagian basis
nya bersendian dengan cartilago cricoidea. Pada basis nya terdapat 2
tonjolan yaitu proc. Vocalis yg menonjol horizontal ke depan
merupakan perlekatan dari lig. Vocale, dan proc. Muscularis yang
menonjol ke lateral dan merupakan perlekatan dari m.
crycoarytenoideus lateralis et posterior.
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 24
Cartilago cuneiformis: Merupakan cartilago kecil berbentuk batang
yang terdapat di dalam 1 plica aryepiglottica yang berfungsi untuk
menyokong plica tersebut.
Cartilago corniculata: Merupakan 2 buah nodulus kecil yang
bersendian dengan apex cartilago arytenoidea dan merupakan tempat
melekatnya plica aryepiglottica sehingga menyebabkan bagian
pinggir atas plica aryepiglottica dextra et sinistra agak meninggi.
Gambar 1.10 : Larynx dari Berbagai Aspek
sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 25
b. Aditus Laryngis
Merupakan suatu pintu masuk larynx yang menghadap ke dorso
cranial dan menghadap ke laryngopharynx. Bagian ventral pada pinggir
atas epiglottis pada bagian lateral dengan plica aryepiglottica. Dan bagian
dorsocaudal dengan membrane mucosa antar cartilage arytenoidea.
c. Otot-Otot Intrinsik Larynx
Otot yang perlekatan di bagian larynx. Otot ini memiliki peranan
untuk mengubah panjang dan ketegangan plica vocalis dalam produksi
suara dan mengubah ukuran rima glottis untuk masuknya udara ke paru.
Otot-otot yang termasuk dan innervasinya yakni adalah :
- M. Cricothyroideus (R.externus n. laryngeus superior
- M. Cricoarytenoidea posterior (Safety Muscle) (R.Posterior n.
laryngeus inferior)
- M. Cricoarytenoidea lateral (R. anterior n. laryngeus inferior)
- M. Arytenoidea transversus (R. Posterior n. Laryngeus inferior)
- M. Arytenoidea obliquus (R. anterior n. laryngeus inferior)
- M. Thyroarytenoidea (R. anterior n. laryngeus inferior)
d. Otot-Otot Ekstrinsik Larynx
Merupakan otot-otot di sekitar larynx yang mempunyai salah satu
perlekatan pada larynx atau os.hyoideus. Berfungsi untuk menggerakkan
larynx secara keseluruhan.
Otot ekstrinsik larynx terbagi atas :
- Otot-otot Depressor : M. omohyoideus, M. sternohyoideus, M.
sternothyroideus.
- Otot-otot Elevator : Mylohyoideus, Stylohyoideus, Thyrohyoideus,
Stylopharyngeus, Palatopharyngeus, constrictor pharyngeus medius,
constrictor pharyngeus inferior
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 26
e. Innervasi Larynx
Di atas dari plica vocalis dinnervasi oleh N. laryngis internus cabang
dari N. laryngis superior cabang dari N. vagus (X). Sedangkan di
bawahnya diinnervasi oleh N. laryngis recurrens, kecuali M.
crycothyroideus yang diinnervasi oleh R. laryngeus externus N. laryngeus
superior.
f. Vascularisasi Larynx
Suplai arteri berasal dari R. laryngeus superior a. thyroidea superior.
Dan bagian bawah divaskularisasi oleh R. laryngeus inferior a. thyroidea
inferior. Sedangkan aliran limfe nya bermuara ke nodus lymphoidei
cervicales profunda
4) Trachea
Trachea adalah sebuah tabung cartilaginosa dan membranosa yang dapat
bergerak. Dimulai sebagai lanjutan larynx dari pinggir bawah cartilago cricoidea
setinggi corpus vertebrae cervicalis VI. Berjalan turun ke bawah di garis tengah
leher. Di dalam rongga thorax, trachea berakhir pada catina dengan cara membelah
menjadi bronchus principalis dexter dan sinister setinggi angulus sterni (di depan
discus antara vertebra thoracica IV dan V), terletak sedikit agak ke kanan dari garis
tengah. Pada eksplrasi, bifurcatlo trachea naik sekitar satu vertebra, dan selama
inspirasi dalam bifurcatio dapat turun sampai setinggi vertebra thoracica VI.
Jaraknya sekitar 3 cm.3
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 27
Gambar 1.12 : Tenggorokan, Larynx; Trakea dan Bronkus; dilihat dari Dorsal
sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2
Pada orang dewasa, panjang trachea sekitar 11.25 cm dan diameter 2.5 cm.
Pada bayi, panjang trachea sekitar 4-5 cm dan diameter sekitar 3 mm. Selama
pertumbuhan anak-anak, diameter trachea bertambah sekitar 1 mm setiap tahurmya.
Tabung fibroelastika dipertahankan utuh dengan adanya cartilago hyaline
berbentuk U (cincin) di dalam dindingnya. Ujung posterior cartilago yang bebas
dihubungkan oleh otot polos, Musculus trachealis.3
Membrana mucosa trachea dilapisi oleh epitel silinder bertingkat semu bersilia
serta mengandung banyak sel goblet dan glandula mucosa tubular.3
a. Batas-Batas Trachea
- Batas batas trachea di dalam leher.3
Anterior : Kulit, fascia, isthmus glandula thyroidea (di depan cincin
kedua, ketiga, dan keempat), vena thyroidea inferior, arcus jugularis,
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 28
arteria thyroidea ima (jika ada), dan venabra chiocephalica kiri pada
anak-anak, ditutupi oleh musculus sternocleidomastoideus dan
musculus sternohyoideus. Posterior : nervus laryngeus recurrens
kanan dan kiri serta oesophagus. Lateral : Lobus glandula thyroidea
dan sarung carotis beserta isinya.
- Batas batas trachea di dalam Mediastinum Superior Thorax1
Anterior : Sternum, thymus, vena brachiocephalica sinister, pangkal
arteria brachiocephalica dan carotis communis sinister, dan arcus
aortae.
Posterior : Oesophagus, nervus laryngeus recurrens sinister.
Dextra : vena azygos, nervus vagus dexter, dan pleura.
Sinistra : Arcus aortae, arteria carotis communis sinister, arteria
subclavia sinister, nervus vagus sinister dan nervus phrenicus sinister,
dan pleura.
b. Inervasi dan Vascularisasi Trachea
- Inervasi Trachea
Inervasi sensoris trachea berasal dari nervus vagus dan nervus
laryngeus recurrens.3
- Vaskularisasi Trachea
Dua pertiga bagian atas trachea mendapat darah dari arteri thyroidea
inferior, dan sepertiga bagian bawah mendapat darah dari arteri
bronchiales.3
5) Bronkus Dan Bronkiolus
Trachea bercabang dua di belakang arcus aortae menjadi bronchus principalis
dexter dan sinister (primer atau utama). Bronchus principalis dexter meninggalkan
trachea dengan membentuk sudut sebesar 25 derajat dengan garis vertikal. Bronkus
principalis sinister meninggalkan trachea dengan membentuk sudut 45 derajat
dengan garis vertikal. Pada anak-anak dengan usia lebih kecil dari 3 tahun, kedua
bronchus meninggalkan trachea dengan membentuk sudut yang hampir sama.
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 29
Bronkus terus-menerus bercabang dua sehingga akhirnva membentuk jutaan
bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis mempunyai kantong kantong lembut
pada dindingnya. Pertukaran gas yang terjadi antara darah dan udara terjadi pada
kantong kantong tersebut, oleh karena itu kantong kantong lembut dinamakan
Bronkiolus Respiratorius. Diamater bronkiolus respiratorius sekitar 0,5 mm.
Bronkiolus respiratorius berakhir dengan bercabang sebagai ductus alveolaris yang
menuju ke arah pembuluh pembuluh berbentuk kantong dengan dinding yang tipis
disebut saccus alveolaris. Saccus alveolaris terdiri atas beberapa alveoli yang
terbuka ke satu ruangan. Masing masing alveolus dikelilingi oleh jaringan kapiler
yang padat. Pertukaran gas terjadi antara udara yang terdapat di dalam lumen
alveoli, melalui dinding alveoli ke dalam darah yang ada di dalam kapiler
sekitarnya.3
Gambar 1.13 : Trakea, bronkus, bronkiolus, ductus alveolaris, dan alveoli
sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 30
Gambar 1.14 : Vaskularisasi Bronkus dan Bronkiolus
sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2
6) Pulmo (Paru-Paru)
Pada pulmo dexter dan sinister berbentuk seperti pons, lunak, dan sangat
elastis. Pada anak anak, paru berwarna merah muda tetapi dengan bertambahnya
usia pulmo menjadi gelap dan berbintik bintik akibat inhalasi partikel partikel
debu yang akan terperangkap di dalam fagosit pulmo. Pulmo terletak di samping
sinister dan dexter mediastinum. Oleh sebab itu, pulmo satu dengan yang lain
dipisahkan oleh jantung dan pembuluh pembuluh besar serta struktur lain di
dalam mediastinum. Masing masing pulmo berbentuk kerucut dan diliputi oleh
pleura visceralis, dan terdapat bebas di dalam cavitas pleuralisnya masing masing,
hanya dilekatkan pada mediastinum oleh radix pulmonalis.3
Masing masing pulmo mempunyai apex pulmonalis yang tumpul, yang
menonjol ke atas ke dalam leher sekitar 1,1 inci (2,5 cm) di atas clavicula; basis
pulmonis yang konkaf tempat terdapat diaphragma; facies costalis yang konveks
yang disebabkan oleh dinding thorax yang konkaf; facies mediastinalis yang konkaf
yang merupakan cetakan pericardium dan struktur mediastinum lainnya. Sekitar
pertengahan facies mediastinalis ini terdapat hilum pulmonalis, yaitu cekungan
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 31
tempat bronkus, pembuluh darah, dan saraf yang membentuk radix pulmonalis
masuk dan keluar dari pulmo.3
Gambar 1.15 : Pulmo Dexter, Potongan Sagittal Pada Bagian Hilum
sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 32
Gambar 1.16 : Pulmo Sinister, Potongan Sagital Pada Bidang Hilum
sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2
Margo anterior paru tipis dan meliputi jantung; pada margo anterior pulmo
sinister terdapat incisura cardiaca pulmonis sinistri. Pinggir posterior tebal dan
terletak di samping columna vertebralis.3
Pulmo dexter sedikit lebih besar dari pulmo sinister dan dibagi oleh fissura
obliqua dan fissura horizontalis pulmonis dextra menjadi tiga lobus; lobus superior,
lobus medius, dan lobus inferior. Fissura obliqua berjalan dari pinggir inferior ke
atas dan ke belakang menyilang permukaan medial dan costalis sampai memotong
pinggir posterior sekitar 21/2 inci (6,25 cm) di bawah apex pulmonis. Fissura
horizontalis berjalan horizontal menyilang permukaan costalis setinggi cartilago
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 33
costalis IV dan bertemu dengan fissura obliqua pada linea axillaris media. Lobus
medius merupakan lobus kecil berbentuk segitiga yang dibatasi oleh fissura
horizontalis dan fissura obliqua. Sedangkan Pulmo sinister dibagi oleh fissura
obliqua dengan cara yang sama menjadi dua lobus, lobus superior dan lobus
inferior. Pada pulmo sinister tidak ada fissura horizontalis.3
Pada pulmo juga ada terdapat struktur yang dibagi secara anatomi, fungsi, dan
pembedahan yang disebut segmenta bronchopulmonalia. Setiap bronchus lobaris
(sekunder) yang berjalan ke lobus pulmo mempercabangkan bronchi segmentales
(tersier). Setiap bronchus segmentalis masuk ke unit pulmo yang secara struktur
dan fungsi adalah independen dan disebut segmenta bronchopulmonalia, dan
dikelilingi oleh jaringan ikat. Bronchus segmentalis diikuti oleh sebuah cabang
arteria pulmonalis, tetapi pembuluh-pembuluh balik ke vena pulmonalis berjalan di
dalam jaringan ikat di antara segmenta bronchopulmonalia yang berdekatan.
Masing-masing segmen mempunyai pembuluh Iimfe dan persarafan otonom
sendiri. Setelah masuk segmenta bronchopulmonaris, bronchus segmentalis segera
membelah, pada saat bronchi menjadi lebih kecil, cartilago berbentuk U yang
ditemui mulai dari trachea perlahan - lahan diganti dengan cartilago irreguler yang
lebih kecil dan lebih sedikit jumlahnya.
Bronchi yang paling kecil membelah dua menjadi bronchioli, yang diameternya
kurang dari 1 mm. Bronchioli tidak mempunyai cartilago di dalam dindingnya dan
dibatasi oleh epitel silinder bersilia. Jaringan submucosa mempunyai lapisan
serabut otot polos melingkar yang utuh.3
Ciri utama segmenta bronchopulmonalia dapat disimpulkan sebagai berikut : 3
- Merupakan subdivisi lobus Paru.
- Berbentuk piramid dengan apex menghadap ke atas ke arah radix
Pulmonis,
- Dikelilingi oleh jaringan ikat,
- Mempunyai satu bronchus segmentalis, satu arteri segmentalis, pembuluh
limfe, dan saraf otonom.
- Vena segmentales terletak di dalam jaringan ikat di antara segmenta
bronchopulmonalia yang berdekatan.
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 34
- Sebuah penyakit segmenta bronchopulmonalia dapat dibuang dengan
pembedahan karena segmenta bronchopulrnonolia merupakan sebuah unit
structural
Segmenta bronchopulmonalia utama adalah sebagai berikut ini :
a. Pulmo dexter 3
Lobus superior :
- segmentum apicale
- segmentum Posterius
- segmentum anterius
Lobus medius
- segmentum laterale
- segmentum mediale
Lobus inferior
- segmentum superius
- segmentum basale mediale
- segmentum basale
- segmentum basale Iaterale
- segmentum basale posterius
b. Pulmo sinister 3
Lobus superior
- segmentum apicoposterius
- segmentum anterius
- segmentum lingulare superius
- segmentum Iingulare inferius
- segmentum superius
Lobus Inferior
- segmentum basale mediale
- segmentum basale anterius
- segmentum basale Iaterale
- segmentum basale posterius
- postero-basal
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 35
Walaupun susunan umum segmenta bronchopulmonalia penting dalam klinik,
tidak perlu mengingatnya secara terinci, kecuali bermaksud mengambil spesiallsasi
paru atau bedah paru.3
Gambar 1.17 : Pulmo Desxter Dan Pulmo Sinister, Dilihat Dari Lateral
sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2
Radix pulmonis dibentuk oleh alat-alat yang masuk dan keluar pulmo. Alat-
alat tersebut adalah bronchi, arteri dan vena pulmonalis, pembuluh Limfatik, arteri
dan vena bronchialis, dan saraf-saraf. Radix pulmonis dikelilingi oleh selubung
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 36
pleura yang menghubrungkan pleura parietalis pars mediastinalis dengan pleura
visceralis yang membungkus Pulmo.3
c. Vascularisasi dan Inervasi Pulmo
- Vascularisasi pulmo
Bronchi, jaringan ikat pulmo, dan pleura visceralis menerima darah
dari arteri bronchiales yang merupakan cabang aorta descendens. Vena
bronchiales (yang berhubungan dengan venae pulmonales) mengalirkan
darahnya ke vena azygos dan vena hemiazygos. 3
Gambar 1.18 : Pembuluh Darah, pulmo sinister
sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2
Alveoli menerima darah terdeoksigenasi dari cabang - cabang
terminal arteri pulmonales. Darah yang teroksigenasi meninggalkan
kapiler-kapiler alveoli. Masuk ke cabang-cabang vena pulmonales yang
mengikuti jaringan ikat septa intersegmentalis ke radix pulmonis. Dua
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 37
venae pulmonales meninggalkan setiap radix pulmonis untuk bermuara ke
dalam atrium sinistrum cor.3
- Innervasi Paru
Pada radix setiap paru terdapat plexus pulmonalis yang terdiri atas
serabut eferen dan aferen saraf otonom. Plexus dibentuk dari cabang-
cabang truncus symphaticus dan menerima serabut-serabut parasimpatis
dari nervus vagus.3
Serabut-serabut eferen simpatis mengakibatkan bronchodilatasi dan
vasokonstriksi. Serabut-serabut eferen parasimpatis mengakibatkan
bronkokonstriksi, vasodilatasi, dan peningkatan sekresi kelenjar. lmpuls
aferen yang berasal dari mukosa bronchus dan dari receptor regang pada
dinding alveoli berjalan ke susunan saraf pusatdalam saraf simpatis dan
parasimpatis.3
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 38
2. Mahasiswa/i mampu menjelaskan Histologi dari Sistem Respirasi
Sistem pernapasan terbagi menjadi 2 bagian:4
- Bagian Konduksi
Merupakan serangkaian saluran yang menghubungkan pulmo dengan
lingkungan luar. Biasanya bersifat kaku dan tetap terbuka, misalnya : cavitas
nasalis, faring, laring, trakea, bronkus.4
a. Daerah ekstrapulmonal dari bagian konduksi
Daerah ekstrapulmonal dari bagian konduksi mengubah udara yang dihirup
dengan melembabkan, membersihkan dan menyesuaikan suhu udara. Kerja
membersihkan dan melembabkan dilakukan oleh mukosa saluran
pemapasan. Mukosa saluran pernapasan terdiri atas epitel bertingkat torak
bersilia (epitel respiratori) dengan sejumlah sel-sel goblet dan sarung
jaringan ikat di bawahnya yang ditempati kelenjar seromukosa. Perubahan
temperature udara pemapasan dicapai melalui adanya pembuluh darah yang
banyak dalam jaringan ikat tepat di sebelah dalam epitel respirasi. Pada
daerah tertentu rongga hidung mukosanya berubah menjadi daerah
olfaktoris, dan merujuk ke mukosa olfaktorius. Kelenjar dalam lamina
propria dari mukosa ini menghasilkan sekret mukus yang tipis yang
melarutkan zat-zat berupa bau. Sel olfaktoris yang berupa epitel torak
bertingkat terletak dalam epitel olfaktoris yang menerima rangsangan
sensoris. Selain sel olfaktoris, ada dua jenis sel lainnya yang menyusun
epitel olfaktoris, yaitu sel penyokong dan sel basal. Sel penyokong sama
sekali tidak mempunyai fungsi sensoris. Sel ini membentuk pigmen coklat
kekuningan yang memberi warna mukosa olfaktoris. Sel-sel ini
memisahkan dan menyokong sel olfaktoris. Sel basal kecil, gelap, terletak
pada membrane basalis dan mungkin bedungsi untuk regenerasi. Akson sel
olfaktoris berkumpul menjadi berkas saraf yang kecil yang berjalan melalui
lempeng kribriformis tulang etmoid sebagai saraf kranial pertama yaitu
nervus olfaktorius. Jadi, perlu diingat bahwa badan sel dari nervus
olfaktorius (saraf kranial I) terletak pada tempat yang agak rawan, pada
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 39
epitel permukaan yang membatasi rongga hidung. Bagian konduksi sistem
respirasi disokong oleh suatu rangka yang terdiri atas tulang dan/atau tulang
rawan agar dapat mempertahankan lumen tetap terbuka. Diameter lumen ini
dikendalikan oleh sel otot polos yang letaknya pada dinding bangunan ini.
Larings yaitu suatu daerah dari bagian konduksi, diperuntukkan mencegah
makanan, cairan dan benda asing masuk ke dalamnya dan untuk
pembentukan suara. Larings terdiri atas sembilan tulang rawan, tiga di
antaranya berpasangan, sejumlah otot ekstrinsik dan intrinsik dan beberapa
ligamen. Kerja otot ini pada tulang rawan dan ligamen mengubah tegangan
dan kedudukan pita suara, jadi memungkinkan variasi nada suara yang
dihasilkannya. Lumen larings dibagi menjadi tiga kompartemen :
vestibulum, ventrikel dan ruang infraglotis. Ruang infraglotis adalah
kontinyu dengan lumen trakea, suatu struktur yang disokong oleh cincin-C
15-20 segmen tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda. Lumen trakea
dibatasi oleh epitel respirasi yang terdiri atas berbagaijenis sel, yaitu sel
goblet, sel-sel basal, sel bersilia, sel sikat dan mungkin sel DNES penghasil
hormon. Trakea bercabang menjadi dua bronkus primer yang menuju ke
paru kanan dan kiri.4
b. Daerah lntrapulmonal
Daerah intrapulmonal terdiri atas bronkus intrapulmonal (bronkus
sekunder), yang dindingnya disokong oleh lempeng tulang rawan hialin
yang tidak beraturan. Setiap bronkus infrapulmonal mempercabangkan
beberapa bronkiolus, diameter saluran yang makin berkurang yang tidak
mempunyai rangka tulang rawan sebagai penyokong. Epitel yang
membatasi bronkiolus yang lebih besar bersilia dengan sedikit sel goblet,
tetapi untuk cabang yang lebih kecil menjadi selapis kolumnar, dengan sel
goblet digantikan oleh sel Clara. Selanjutnya, ketebalan dindingnya juga
berkurang, juga diameter lumennya. Daerah paling akhir dari bagian
konduksi terdiri atas bronkiolus terminalis yang mukosanya makin menurun
ketebalannya dan strukturnya makin sederhana. Agar saluran udara ini tetap
terbuka dimana dindingnya tidak mempunyai sokongan tulang rawan maka
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 40
dipertahankan oleh serat elastin yang memancar dari bagian tepinya dan
bersatu dengan serat elastin yang terdapat pada struktur yang berdekatan.4
- Bagian respirasi
Respirasi yaitu tempat menyelenggarakan fungsi pertukaran gas, misalnya
: bronkiolus respirasi, duktus alveoli, dan alveolus.
Bagian respirasi mulai dengan percabangan bronkiolus terminalis, disebut
bronkiolus respiratorius Saluran ini menyerupai bronkiolus terminalis kecuali
saluran ini mempunyai kantong-kantong kecil yang menonjol keluar yang
dikenal sebagai alveoli, yang berdinding tipis memungkinkan terjadinya
pertukaran gas. Bronkiolus respiratorius seterusnya menuju ke duktus
alveolaris yang berakhir pada daerah yang melebar yaitu sakus alveolaris,
dengan setiap sakus terdiri atas sejumlah alveoli. Epitel sakus alveolaris dan
alveoli terdiri atas dua jenis sel: pneumosit tipe I yang sangat tipis, yang
menyusun dinding alveolus dan sakus alveolaris; dan pneumosit tipe II, sel
yang membentuk surfaktan, suatu fosfolipid yang menurunkan tegangan
permukaan. Berkaitan dengan bagian respirasi paru adalah suatu jala-jala
kapiler yang sangat banyak, dialirkan melalui arteria pulmonalis dan
dikosongkan melalui vena pulmonalis. Kapiler memperdarahi setiap alveolus
dan kapiler kontinyu yang sangat tipis ini, sel endotel yang kontinyu sangat
dekat dengan pneumosit tipe I. Ternyata, pada banyak lamina basalis kedua
dinding melebur menjadi satu lamina basalis, sehingga sawar udara-darah
minimal, j adi memudahkan pertukaran gas. Karena itu, sawar darah-udara
(blood-air barrier) terdiri atas sel endotel kapiler yang tipis, dua lamina basalis
yang menyatu, pneumosit tipe I yang tipis dan surfaktan serta cairan yang
melapisi alveolus. Karena paru mengandung sejumlah besar alveoli 300 juta
dengan total area permukaan 75 m', ruangruang kecil ini yang berkelompok
satu sama lain dipisahkan satu dari yang lain oleh dinding dengan ketebalan
yang berbeda, dikenal sebagai septa interalveolaris. Bagian yang paling tipis
ini sering ada hubungan melalui porus alveolaris, dimana udara dapat lewat
antar alveoli. Bila septum sedikit agak tebal mungkin ada jaringan ikat yang
tipis seperti kapiler dengan lamina basalisnya atau mungkin mempunyai serat
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 41
kolagen dan serat elastin, juga serat otot polos dan sel jaringan ikat. Makrofag
yang dikenal sebagai sel debu (dust cell) sering ada di septum interalveolaris.
Sel ini berasal dari monosit dan masuk ke jaringan paru melalui aliran darah.
Di sini makrofag menjadi matang dan menjadi benar-benar pembersih yang
efisien. Diduga sel debu paling banyak dari semuajenis selsel, meski sel ini
dibuang darijaringan paru dengan kecepatan 50 juta per hari. Meskipun tidak
diketahui apakah sel debu secara aktif bermigrasi ke bronkiolus atau mencapai
bronkiolus melalui aliran cairan, diketahui bahwa sel-sel itu dibawa dari sana
dalam lapisan lendir, melalui getaran silia epitel respiratoris, ke dalam farings.
Saat mencapai farings, selsel ini dibatukkan keluar atau ditelan.4
1) NASUS
Mukosa olfaktorius dari nasus
a. Mukosa olfaktoris jika dilihat dalam pembesaran 270x rongga hidung
terdiri atas epitel olfaktoris yang tebal (OE) dan lamina propria (LP) yang
kaya dengan pembuluh darah (BV), pembuluh limf (L\D, dan serat saraf
(NF) sering berkumpul menjadi berkas. Lamina propria juga mengandung
kelenjar Bowman (BG) yang menhasilkan lendir cair dan dilepaskan ke
permukaan epitel bersilia melalui saluran keluar yang pendek. Daerah
kotak diperlihatkan dengan pembesaran kuat dalam Gambar 1.1 (gambar
1)4
b. Mukosa olfaktorius Ini adalah pembesaran kuat daerah kotak dari gambar
sebelumnya (gambar 1.1). Epitel (OE) adalah bertingkat torak bersilia,
silianya tampak jelas. Meskipun pulasan hematoksilin dan eosin mewarnai
jaringan tidak dapat membedakan berbagai jenis sel, kedudukan inti dapat
diperkirakan untuk dikenali. Sel basal (BC) tampak pendek, dan intinya
dekat membrane basalis. Inti sel olfaktoris (OC) letaknya di tengah,
sedangkan inti sel sustentakular (SC) letaknya dekat apeks sel.Gambar 1.1
(gambar 2)4
c. Epitel rongga hidung tampak kecil adanya kelenjar intraepitelial (IG).
Perhatikan struktur ini berbatas jelas dari epitel di sekelilingnya. Hasil
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 42
sekresi dilepaskan ke dalam ruangan (bintang) yang kontinyu dengan
rongga hidung (NC). Jaringan ikat (CT) subepitelial mendapat banyak dara
dengan pembuluh darah (BV) dan pembuluh limf (L\). Perhatikan sel
plasma (PC), khas untuk jaringan ikat subepitelial sistem repirasi, yang
juga memperlihatkan adanya kelenjar (GI). Gambar 1.2 (gambar 3)4
Gambar 2.1. Mikroskopik Hidung4
(Sumber: Atlas Berwarna Histologi, 5th Ed)
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 43
Gambar 2.2. Mikroskopik Hidung4
(Sumber: Atlas Berwarna Histologi, 5th Ed)
2) LARYNX
Pada gambar terlihat Larings setengah kanan, setinggi ventrikel (V)
diperlihatkan dalam fotomikroskopik ini. Ventrikel dibatasi sebelah superior oleh
lipat ventricular (pita suara palsu) (VF) dan sebelah inferior dibatasi oleh lipat
vokalis (VoF). Ruang di atas lipat ventricular adalah awal vestibulum (Ve) dan yang
di bawah lipat vokalis adalah awal ruang infraglotis (IC). Muskulus vokalis (\M)
mengatur ligamentum vokalis yang ada di lipat vokalis. Asinus kelenjar mukosa
dan kelenjar seromukosa (GI) tersebar di dalam jaringan ikat subepitelial. Tulang
rawan larings (LC) juga tampak di sini.4
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 44
Gambar 2.3. Mikroskopik Larynx.4
(Sumber: Atlas Berwarna Histologi, 5th Ed)
3) TRAKEA
Gambar fotomikroskopik ini memperlihatkan potongan memanjang trakea (Tr)
dan esogafus (Es). Perhatikan lumen (LT) trakea tetap terbuka, karena adanya
tulang rawan yang tidak kontinyu berbentuk cincin-C (CR) pada dindingnya.
Cincin- C pada trakea lebih tebal di bagian anterior daripada sisi posterior, dan
dipisahkan satu sama lain oleh jaringan ikat fibrosa (panah) yang tebal dan kontinyr
dengan perikondrium cincin-C. Tunika adventisia trakea melekat pada esofagus
melalui jaringan ikat (CT) longgar, yang sering mengandung jaringan lemak.
Perhatikan lumen (LE) esophagus biasanya kolaps.4
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 45
Gambar 2.4. Mikroskopik Trakea.4
(Sumber: Atlas Berwarna Histologi, 5th Ed)
Trakea dilapisi oleh epitel (E) bertingkat torak bersilia, yang ditempati
sejumlah sel goblet (GC) yang secara aktif mensekresi substansia mukus. Lamina
propria (LP) relatif tipis, sedangkan sub' mukosa (SM) tebal dan berisi kelenjar
mukosa dan kelenjar seromukosa (GI) yang sekretnya dialirkan ke permukaan
epitel melalui saluran keluar yang menembus lamina propria. Perikondrium (Pc)
tulang rawan hialin berbentuk cincin-C (CR) menyatu dengan jaringan ikat
submukosa. Perhatikan potongan melintang pembuluh darah (BV), menandakan
banyaknya aliran pembuluh darah.4
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 46
Gambar 2.5. Mikroskopik Trakea.4
(Sumber: Atlas Berwarna Histologi, 5th Ed)
Gambar fotomikroskopik ini adalah pembesaran kuat suatu daerah serupa
dengan daerah kotak dalam Gambar. Epitel (E) bertingkat torak bersilia melekat
pada membrana basalis yang memisahkannya dari lamina propria di bawah nya.
Sisi luar lamina propria dibatasi oleh suatu lamina elastika (panah), sebelah dalam
adalah submukosa (SM) di dalamnya ada banyak pembuluh darah (BV). Cincin-C
(CR) dengan bantuan perikondrium (Pc), men)'usun seluruh dinding trakea. Tunika
adventisia trakea, beberapa ahli mengikutkan cincin-C, terdiri atas jaringan ikat
jarang, di dalam nya ada beberapa sel lemak (AC), saraf (N) dan pembuluh darah
(BV). Berkas serat kolagen tunika adventisia untuk melekatkan trakea ke struktur
disekitarnya.4
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 47
Gambar 2.6. Mikroskopik Trakea.4
(Sumber: Atlas Berwarna Histologi, 5th Ed)
4) BRONKUS
Trakea bercabang di luar paru-paru dan membentuk bronkus primer atau
ekstrapulmonal. Setiap bronkus primer bercabang-cabang dengan setiap cabang
yang mengecil sehingga tercapai diameter sekitar 5 mm. Mukosa bronkus besar
secara struktural mirip dengan mukosa trakea, kecuali pada susunan kartilago dan
otot polosnya . Di bronkus primer, kebanyakan cincin kartilago sepenuhnya
mengelilingi lumen bronkus, tetapi seiring dengan mengecilnya diameter bronkus,
cincin kartilago secara perlahan digantikan lempeng kartilago hialin. Sejumlah
besar kelenjar mukosa dan serosa juga ditemukan dengan saluran yang bermuara
ke dalam lumen bronkus. Di lamina propria bronkus, terdapat berkas menyilang
otot polos yang tersusun spiral, yang menjadi lebih jelas terlihat di cabang bronkus
yang lebih kecil. Lamina propria juga mengandung serat elastin dan memiliki
banyak kelenjar serosa dan mukosa, dengan saluran yang bermuara ke dalam lumen
bronkus. Banyak limfosit ditemukan baik di dalam lamina propria dan di antara sel-
sel epitel. Terdapat kelenjar getah bening dan terutama banyak dijumpai di tempat
percabangan bronkus. Serat elastin, otot polos dan MALT relatif bertambah banyak
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 48
seiring dengan mengecilnva bronkus dan berkurangnya kartilago dan jaringan ikat
lain. 5,6
Ketika masuk ke paru, bronkus primer bercabang dan membentuk serangkaian
bronkus intrapulmonal yang lebih kecil. Bronkus intrapulmonal dilapisi oleh epitel
bronkus bertingkat semu silindris bersilia yang ditunjang oleh lapisan tipis lamina
propria jaringan ikat halus dengan serat elastik (tidak tampak) dan beberapa
limfosit. Selapis tipis otot polos mengelilingi lamina propria dan memisahkannya
dari submukosa. Submukosa mengandung banyak kelenjar bronkialis seromukosa.
Sebuah duktus ekskretorius dari kelenjar bronkialis berjalan melalui lamina propria
untuk bermuara ke dalam lumen bronkus. Pada kelenjar bronkialis seromukosa,
semiluna serosa mungkin terlihat. 5,6
Di paru, cincin tulang rawan hialin trakea diganti oleh lempeng tulang rawan
hialin yang mengelilingi bronkus. Jaringan ikat perikondrium menutupi masing-
masing lempeng tulang rawan. Lempeng tulang rawan hialin makin kecil dan
terletak lebih berjauhan satu sama lain seiring dengan bercabangnya bronkus
menjadi saluran yang lebih kecil. Di antara lempeng tulang rawan, submukosa
menyatu dengan adventisia. Kelenjar bronkialis dan sel adiposa terdapat di
submukosa bronkus yang lebih besar. Pembuluh darah bronkus dan arteriol bronkus
terlihat di jaringan ikat di sekitar bronkus. Bronkus juga disertai oleh vena besar
dan arteri. Bronkus intrapulmonal, jaringan ikatnya, dan lempeng tulang rawan
hialin dikelilingi oleh alveoli paru. 5,6
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 49
Gambar 2.7. Bronkus Intrapulmonal.6
(Sumber: Atlas Histologi Difiore. Ed 44. Jakarta : EGC, 2004.)
5) BRONKIOLUS
Bronkiolus, yaitu jalan napas intralobular berdiameter 5 mm atau kurang,
terbentuk setelah generasi kesepuluh percabangan dan tidak memiliki kartilago
maupun kelenjar dalam mukosanya. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya
masih epitel bertingkat silindris bersilia, tetapi semakin memendek dan sederhana
sampai menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid di bronchiolus
terminalis yang lebih kecil. Sel goblet menghilang selama peralihan ini, tetapi epitel
bronchiolus terminalis juga mengandung sejumlah besar sel kolumnar lain: sel
bronkiolar eksokrin, yang lazim disebut sel Clara. Sel yang aktif bermitosis ini
menyekresi komponen surfaktan dan memiliki berbagai fungsi pertahanan yang
penting. Sebaran sel neuroendokrin juga dijumpai, yang menghasilkan serotonin
dan peptida lain vang membantu mengatur tonus otot polos setempat. Kelompok
sel serupa, yang disebut badan neuroepitel, dijumpai di sejumlah bronkiolus dan
pada tingkat yang lebih tinggi di percabangan bronkus. Badan ini dipersarafi oleh
serabut saraf sensoris dan autonom serta sejumlah sel tampaknya berfungsi sebagai
reseptor kemosensorik dalam memantau kadar O2. Sel punca epitelial juga dijumpai
pada kelompok sel-sel tersebut. Lamina propria bronkiolus sebagian besar terdiri
atas otot polos dan serat elastin.5
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 50
Gambar 2.8. Bronkus.5
(Sumber: Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Ed. 12. Jakarta: EGC; 2011.)
a. Bronkiolus terminalis
Bronkiolus bercabang menjadi bronkiolus terminalis yang lebih kecil,
yang berdiameter sekitar 1 mm atau kurang. Bronkiolus terminalis dilapisi
oleh epitel selapis silindris. Di bronkiolus terkecil, epitelnya mungkin
selapis kuboid. Bronkiolus terminalis tidak mengandung lempeng tulang
rawan, kelenjar bronkialis, dan sel goblet. Bronkiolus terminalis
merupakan saluran terkecil untuk menghantarkan udara. Karena adanya
kontraksi otot polos, maka lipatan mukosa lebih menonjol di bronkiolus.
Lapisan otot polos yang berkembang baik mengelilingi lamina propria
tipis, yang selanjutnya dikelilingi oleh adventisia.
Di dekat bronkiolus terdapat sebuah cabang kecil arteri pulmonalis.
Bronkiolus terminalis dikelilingi oleh alveoli paru. Alveoli dikelilingi oleh
septum interalveolare tipis dengan kapiler.6
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 51
Gambar 2.9. Bronkiolus terminalis.6
(Sumber: Atlas Histologi Difiore. Ed 44. Jakarta : EGC, 2004.)
b. Bronchiolus Respiratorius
Setiap bronchiolus terminalis bercabang menjadi dua atau lebih
bronchiolus respiratorius yang berfungsi sebagai daerah peralihan antara
bagian konduksi dan bagian respiratorik sistem pernapasan. Mukosa
bronchiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa
bronchiolus terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak
alveolus tempat terjadinya pertukaran gas. Bagian bronchiolus
respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada
tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus
gepeng (sel alveolus tipe I). Semakin ke distal di sepanjang bronkiolus ini,
jumlah alveolusnya semakin banyak, dan jarak di antaranya semakin
pendek. Di antara alveolus, epitel bronkiolusnya terdiri atas epitel kuboid
bersilia, meskipun silia dapat tidak dijumpai di bagian yang lebih distal.
Otot polos dan jaringan ikat elastis terdapat di bawah epitel bronchiolus
respiratorius.5
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 52
Gambar 2.10. Bronkiolus respiratorius dan ductus alveolaris.5
(Sumber: Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Ed. 12. Jakarta: EGC; 2011.)
Gambar 2.11. Bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris, dan alveoli paru.6
(Sumber: Atlas Histologi Difiore. Ed 44. Jakarta : EGC, 2004.)
6) DUCTUS ALVEOLARIS
Semakin ke distal pada bronkiolus respiratorius, jumlah muara alveolus ke
dalam dinding bronkiolus semakin banyak. Bronkiolus respiratorius bercabang
menjadi saluran yang disebut ductus alveolaris yang sepenuhnya dilapisi oleh
muara alveoli. Ductus alveolaris dan alveolus dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang
sangat halus. Di lamina propria yang mengelilingi tepian alveolus terdapat anyaman
sel otot polos, yang menghilang di ujung distal ductus alveolaris. Sejumlah besar
matriks serat elastin dan kolagen memberikan sokongan pada duktus dan
alveolusnya. Duktus alveolaris bermuara ke dalam atrium di dua saccus alveolaris
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 53
atau lebih. Serat elastin dan reticular membentuk jalinan rumit yang mengelilingi
muara atrium, saccus alveolaris, dan alveoli. Serat-serat elastin memungkinkan
alveolus mengembang sewaktu inspirasi dan berkontraksi secara pasif selama
ekspirasi. Serat-serat retikular berfungsi sebagai penunjang yang mencegah
pengembangan berlebih dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa alveolar
yang tipis. Kedua serabut tersebut menunjang jaringan ikat yang menampung
jalinan kapiler di sekitar setiap alveolus. 5
7) ALVEOLUS
Alveolus merupakan evaginasi mirip kantong (berdiameter sekitar 200 m) di
bronchiolus respiratorius, ciuctus alveolaris, dan saccus alveolaris. Alveoli
bertanggung jawab atas terbentuknya struktur berongga dalam paru. Secara
struktural, alveolus menyerupai kantong kecil yang terbuka pada satu sisinya, yang
mirip dengan sarang lebah. Di dalam struktur mirip mangkuk ini, berlangsung
Pertukaran O2, dan CO2, antara udara dan darah. Struktur dinding alveolus
dikhususkan untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara lingkungan luar
dan dalam. Setiap dinding terletak di antara dua alveolus yang bersebelahan
sehingga disebut sebagai septum interalveolus. Satu septum interalveolar memiliki
sel dan matriks ekstrasel jaringan ikat, terutama serat elastin dan kolagen yang
dipendarahi oleh sejumlah besar jalinan kapiler tubuh. Udara dalam alveolus
dipisahkan dari darah kapiler oleh tiga komponen yang secara kolektif disebut
sebagai membran respiratorik atau sawar darah-udara:
a. Lapisan permukaan dan sitoplasma sel alveolus,
b. Lamina basal yang menyatu dari sel alveolus dan sel endotel kapiler, dan
c. Sitoplasma sel endotel.
Tebal keseluruhan ketiga lapisan ini bervariasi dari 0,1 sampai 1,5 m. Di
dalam septum interalveolus, anastomosis kapiler paru ditunjang oleh jalinan serat
retikular dan elastin, yang merupakan penyangga struktural utama alveolus.
Makrofag dan leukosit lain dapat juga ditemukan di dalam interstisium septum.
Lamina basal sel endotel kapiler dan sel epitel (alveolar) bersatu sebagai satu
struktur bermembran. Pori berdiameter 10-15 m dijumpai pada septum
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 54
interalveolus dan menghubungkan alveolus yang berdekatan dan bermuara ke
berbagai bronkiolus. 5
Sel endotel kapiler sangat tipis. Lapisan endotel kapiler bersifat kontinu dan
tidak bertingkat. Berkumpulnya inti dan organel lain menyebabkan sisa daerah sel
menjadi sangat tipis sehingga efisiensi pertukaran gas meningkat. Ciri utama
sitoplasma di bagian sel yang tipis adalah banyaknya vesikel pinositotik.5
Sel alveolus tipe I (juga disebut pneumosit tipe I atau sel alveolar skuamosa)
merupakan se1 yang sangat tipis yang melapisi permukaan alveolus. Sel tipe I
menempati 97% dari permukaan alveolus (sisanya ditempati sel tipe II). Sel-sel ini
Sangat tipis (kadang-kadang hanya setebal 25 nm).5
Organel-organel seperti retikulum endoplasma, apparatus golgi, dan
mitokondria berkumpul di sekitar inti sehingga sebagian besar daerah sitoplasma
hampir bebas dari organel dan mengurangi ketebalan sawar darah-udara.
Sitoplasma di bagian tipis mengandung banyak vesikel pinositotik, yang dapat
berperan pada pergantian surfaktan dan pembuangan partikel kontaminan kecil dari
permukaan luar. Selain desmosom, semua sel epitel tipe I memiliki taut kedap yang
berfungsi mencegah perembesan cairan jaringan ke dalam ruang udara alveolus.
Fungsi utama sel ini adalah membentuk sawar dengan ketebalan minimal yang
dapat dilalui gas dengan mudah. 5
Sel alveolus tipe II (pneumosit tipe II) tersebar di antara sel-sel alveolus tipe I
dengan taut kedap dan desmosom yang menghubungkannya dengan sel tersebut.
Se1 tipe II berbentuk bundar yang biasanya berkelompok dengan jumlah dua atau
tiga di sepanjang permukaan alveolus di tempat pertemuan dinding alveolus. Sel ini
berada di membran basal dan merupakan bagian dari epitel, dan memiliki asal yang
sama dengan sel tipe I yang melapisi dinding alveolus. Sel-sel ini membelah dengan
cara mitosis untuk mengganti populasinya sendiri dan juga mengganti populasi sel
tipe I.5
Pada sediaan histologi, sel-sel tipe II menampilkan ciri sitoplasma bervesikel
yang khas atau berbusa. Vesikel ini disebabkan adanya badan lamela. Badan
lamela, yang berdiameter rerata 7-2 m, mengandung lamela konsentris atau paralel
yang dibatasi oleh suatu membran unit. Badan-badan ini mengandung fosfolipid,
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 55
glikosaminoglikan, dan proteim diproduksi secara kontinu dan dilepaskan di
permukaan apikal sel. Badan berlamel menghasilkan materi yang menyebar di atas
permukaan alveolus berupa surfaktan membentuk lapisan ekstrasel yang
menurunkan tegangan permukaan.5
Lapisan surfaktan terdiri atas suatu hipofase aquosa berprotein yang ditutupi
oleh selapis tipis fosfolipid monomolekular, yang terutama terdiri atas
fosfatidilkolin dipal' mitoil dan fosfatidilgliserol. Surfaktan iuga mengandung
beberapa protein spesifik. Surfaktan paru memiliki beberapa fungsi penting dalam
efisiensi paru, tetapi terutama bekerja mengurangi tegangan permukaan di alveolus.
Pengurangan tegangan permukaan berarti bahwa lebih sedikit daya inspirasi yang
diperlukan untuk mengisi alveolus sehingga mempermudah kerja Pernapasan.
Tanpa adanya surfaktan alveolus cenderung kolaps selama ekspirasi. Lapisan
surfaktan tidak bersifat statis tetapi diganti secara terus menerus. Lipoprotein secara
berangsur dihilangkan dari permukaan melalui pinositosis di kedua tipe sel alveolus
dan oleh makrofag. Vaskular ke dalam jaringan paru, tempat sel ini memfagositosis
eritrosit yang hilang akibat kerusakan kapiler dan partikel udara yang telah
memasuki alveolus. Sejumlah debris dalam sel-sel ini sangat mungkin berasal dari
lumen alveolus dan masuk ke dalam interstisium setelah sel alveolus tipe I
melakukan pinositosis. Makrofag aktif dalam paru sering tampak sedikit lebih gelap
karena kandungan debu dan karbon dari udara serta kompleks besi (hemosiderin)
dari eritrosit. Makrofag yang sudah terisi dapat mengalami berbagai nasib,
kebanyakan bermigrasi ke dalam bronkiolus tempat sel ini menggerakkan eskalator
mukosiliar untuk pembuangannya di faring; makrofag lain meninggalkan paru
melalui aliran limfe, sementara yang lain tetap di jaringan ikat septum interalveolus
selama bertahun-tahun. Cairan pelapis alveolus juga dihilangkan melalui saluran
konduksi akibat adanya aktivitas silia. Sewaktu sekret berpindah ke atas melalui
jalan napas, cairan tersebut bergabung dengan mukus bronkus, yang membentuk
cairan bronkoalveolar, yang membantu pengeluaran partikel halus dan komponen
berbahaya yang berasal dari udara inspirasi. Cairan bronkoalveolar mengandung
sejumlah enzim litik (misalnya, Iisozim, kolagenase, B glukuronidase) yang berasal
dari se1 Clara, sel tipe II, dan makrofag alveolus. 1
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 56
Gambar 2.12. Alveolus dan sawar darah udara.5
(Sumber: Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Ed. 12. Jakarta: EGC; 2011.)
Gambar 2.13. Dinding alveolus dan sel alveolus.6
(Sumber: Atlas Histologi Difiore. Ed 44. Jakarta : EGC, 2004.)
8) PLEURA
Permukaan luar paru dan dinding internal rongga toraks dilapisi oleh suatu
membran serosa yang disebut pleura. Membran yang melekat pada jaringan paru
disebut pleura viseralis dan membran yang melapisi dinding toraks adalah pleura
parietalis. Kedua membran tersebut menyatu di hilum dan keduanya terdiri atas sel-
sel mesotel skuamosa selapis yang berada pada lapisan jaringan ikat tipis yang
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 57
mengandung serat kolagen dan elastin. Serat-serat elastin pleura viseral menyatu
dengan serat elastin parenkim paru. Rongga pleura yang sempit di antara lapisan
parietal dan viseral seluruhnya dilapisi sel-sel mesotel yang normalnya membentuk
suatu lapisan cairan serosa tipis yang bekerja sebagai pelumas, yang memudahkan
pergeseran antar permukaan pleura selama gerakan Pernapasan. 5
Gambar 2.14. Pleura.5
(Sumber: Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Ed. 12. Jakarta: EGC; 2011.)
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 58
3. Mahasiswa/i mampu menjelaskan Biokimia dari Sistem Respirasi
Fungsi utama respirasi (pernapasan) adalah memperoleh O2 untuk digunakan
oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh sel. Proses
bernapas berlangsung secara kontinyu memasok O2 untuk diserap oleh darah dan
mengeluarkan CO2 dari darah. Darah bekerja sebagai sistem transpor untuk O2 dan
CO2 antara paru dan jaringan, dengan sel jaringan mengekstraksi O2 dari dar:ah dan
mengeliminasi CO2 ke dalamnya.
1) SEBAGIAN BESAR O2 DALAM DARAH DIANGKUT DALAM
KEADAAN TERIKAT KE HEMOGLOBIN
Oksigen terdapat dalam darah dalam dua bentuk: larut secara fisik dan secara
kimiawi berikatan dengan hemoglobin (Tabel 1).
a. O2 yang larut secara fisik
Sangat sedikit O, yang larut secara fisik dalam cairan plasma, karena
O2 kurang larut dalam cairan tubuh. Jumlah yang larut berbanding lurus
dengan PO2 darah. Semakin tinggi PO2, semakin banyak O2 yang larut. Pada
PO2 arteri normal sebesar 100 mmHg, hanya 3 ml O2 dapat larut dalam 1
liter darah. Karena itu, hanya 15 ml O2/mnt yang dapat larut dalam aliran
darah paru normal 5 liter/mnt (curah jantung istirahat). Bahkan daiam
keadaan istirahat, sel-sel menggunakan 250 ml O2/mnt, dan konsumsi dapat
meningkat hingga 25 kali lipat selama olahraga berat. Untuk menyalurkan
O2 yang dibutuhkan oleh jaringan bahkan dalam keadaan istirahat, curah
jantung harus sebesar 83,3 liter/mnt jika O2. Hanya dapat diangkut dalam
bentuk larut. Jelaslah, harus ada mekanisme lain untuk mengangkut O2 ke
jaringan. Mekanisme ini adalah hemoglobin (Hb). Hanya l,5% O2 dalam
darah yang larut; sisa 98,5% nya diangkut dalam ikatan dengan Hb. O2 yang
terikat ke Hb tidak ikut membentuk PO2 darah; karena itu, Po2 darah bukan
ukuran kandungan O2 total darah tetapi hanya ukuran bagian O, yang larut.
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 59
Tabel 1. Metode transpor gas dalam darah7
(Sumber: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, 2011)
Gas Metode transpor dalam darah Persentase yang dibawa
dalam bentuk ini (%)
O2
Larut secara fisik 1,5
Berikatan dengan Hemoglobin 98,5
CO2
Larut secara fisik 10
Berikatan dengan Hemoglobin 30
Sebagai bikarbonat (HCO3-) 60
b. Oksigen yang terikat ke hemoglobin
Hemoglobin, suatu molekul protein yang mengandung besi dan
terdapat di dalam sel darah merah, dapat membentuk ikatan yang longgar
dan reversibel dengan O2. Ketika tidak berikatan dengan O2, Hb disebut
sebagai hemoglobin tereduksi, atau deoksihemoglobin; ketika berikatan
dengan O2 disebut oksihemoglobin (HbO2):
Hb + O2 HbO2
Hemoglobin tereduksi Oksihemoglobin
c. PO2 adalah faktor utama yang menentukan persen saturasi
hemoglobin
Masing-masing dari keempat atom besi di dalam bagian hem sebuah
molekul hemoglobin dapat berikatan dengan satu molekul O2, sehingga
setiap molekul Hb dapat membawa hingga empat molekul O2.
Hemoglobin dianggap jenuh ketika semua Hb yang ada membawa O2-nya
secara maksimal. Persen saturasi hemoglobin (%Hb), suatu ukuran
seberapa banyak Hb yang ada berikatan dengan O2 dapat bervariasi dari
0% sampai 100%.
Faktor terpenting yang menentukan % saturasi Hb adalah PO2 darah,
yang berkaitan dengan konsenrrasi O2 yang secara fisik larut dalam darah.
Menurut hukum aksi massa, jika konsentrasi satu bahan yang terlibat
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 60
dalam suatu reaksi reversibel meningkat maka reaksi terdorong ke arah
yang berlawanan. Sebaliknya, jika konsentrasi satu bahan berkurang maka
reaksi terdorong ke arah sisi tersebut. Dengan menerapkan hukum ini ke
reaksi reversibel yang melibatkan Hb dan O2 (Hb + O2 HbO2), ketika
PO2 darah meningkat, seperti di kapiler paru, reaksi bergerak ke arah sisi
kanan persamaan, meningkatkan pembentukan HbO2 (peningkatan %
saturasi Hb). Ketika PO2 darah turun, seperri di kapiler sisremik, reaksi
terdorong ke arah sisi kiri persamaan dan oksigen dibebaskan dari Hb
karena HbO2 berdisosiasi (penurunan % saturasi Hb). Karena itu, akibat
perbedaan PO2 di paru dan jaringan lain, maka Hb secara otomatis
"mengambil" O2 di paru, tempat ventilasi secara terus-menerus
menyediakan pasokan segar O, dan "melepaskannya' di jaringan yang
secara terus-menerus menggunakan O2.
2) HEMOGLOBIN MENDORONG PERPINDAHAN NETTO O2 DI
TINGKAT ALVEOLUS DAN JARINGAN
Hb berperan penring mengijinkan pemindahan O2 dalam jumlah besar sebelum
PO2 darah seimbang dengan jaringan sekitar.
a. Peran hemoglobin di tingkat alveolus
Hemoglobin bekerja sebagai "depo penyimpanan" untuk O2,
memindahkan O2 dari larutan segera setelah molekul ini masuk ke darah
dari alveolus. Karena hanya O2 larut yang berperan membentuk PO2, maka
O2 yang tersimpan di Hb tidak dapat ikut membentuk PO2 darah. Ketika
darah vena sistemik masuk ke kapiler paru, PO2 nya jauh lebih rendah
daripada PO2 alveolus, sehingga O2 segar berdifusi ke dalam darah,
meningkat PO2 darah. Segera setelah PO2 darah naik, persentase Hb yang
dapat berikatan dengan O2 juga meningkat, seperti ditunjukkan oleh kurva
O2- Hb. Karena itu, sebagian besar O2 yang telah berdifusi ke dalam darah
berikatan dengan Hb dan tidak lagi berperan menentukan PO2. Karena O2
dikeluarkan dari larutan karena berikatan dengan Hb, PO2 turun ke tingkat
yang hampir sama dengan ketika darah masuk ke paru, meskipun jumlah
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 61
total O2 dalam darah sebenarnya telah bertambah. Karena Po, darah
kembali lebih rendah daripada PO2 alveolus maka lebih banyak O2 yang
berdifusi dari alveolus ke dalam darah, hanya untuk kembali diserap oleh
Hb.
Difusi netto O2 dari alveolus ke darah sebenarnya terjadi secara terus-
menerus sampai Hb mengalami saturasi lengkap oleh O2 sesuai dengan
yang dimungkinkan oleh PO2 tersebut. Pada PO2 normal 100 mmHg, Hb
mengalami saturasi 97,5%. Karena itu, dengan menyerap O2, Hb menjaga
PO2 darah rendah dan memperlama eksistensi gradien tekanan parsial
sehingga dapat terjadi pemindahan netto O2 dalam jumlah besar ke daiam
darah. Barulah setelah Hb tidak lagi dapat menyimpan O2 tambahan (yaitu,
Hb telah mengalami saturasi sesuai PO2 tersebut) semua O2 yang
dipindahkan ke dalam darah tetap larut dan langsung berkontribusi untuk
PO2. Saat ini barulah PO2 darah cepat seimbang dengan PO2 alveolus, dan
menyebabkan pemindahan O, lebih lanjut terhenti, tetapi tirik ini belum
tercapai sampai Hb telah mengangkut O2 nya secara maksimal. Setelah
PO2 darah seimbang dengan PO2 alveolus maka tidak ada lagi pemindahan
O2, seberapa pun O2 total yang telah dipindahkan.
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 62
Gambar 3.1. Hemoglobin mempermudah pemindahan netto O2 dalam jumlah besar dengan
bekerja sebagai depo penyimpanan agar PO2 tetap rendah.7
(Sumber: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, 2012)
b. Peran hemoglobin di tingkat jaringan
Situasi kebalikannya terjadi di tingkat jaringan. Karena PO2 darah
yang masuk ke kapiler sistemik jauh lebih besar daripada PO2 jaringan
sekitar maka O2 segera berdifusi dari darah ke jaringan sehingga PO2 darah
turun. Ketika PO2 darah turun, Hb harus melepaskan sebagian dari O2 yang
dibawanya, karena % saturasi Hb berkurang. Sewaktu O2 yang dibebaskan
dari Hb larut dalam darah, PO2 darah meningkat dan kembali melebihi PO2
jaringan sekitar. Hal ini mendorong perpindahan lebih lanjut O2 dari darah,
meskipun jumlah total O2 dalam darah telah turun. Hanya ketika Hb tidak
lagi dapat membebaskan O2 (ketika Hb telah membebaskan O2 nya
semaksimal mungkin sesuai PO2 di kapiler sistemik) barulah PO2 darah
turun hingga serendah PO2 jaringan sekitar. Pada waktu ini, tidak ada lagi
pemindahan O2. Hemoglobin, karena menyimpan O2 dalam jumlah besar
yang dapat dibebaskan jika terjadi penurunan kecil PO2 di tingkat kapiler
sistemik, memungkinkan pemindahan O2 dari darah ke sel dalam jumlah
yang jauh lebih besar daripada seandainya Hb tidak ada. Karena itu, Hb
berperan penting dalam jumlah total O2 yang dapat diangkut oleh darah di
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 63
paru dan dibebaskan ke jaringan. Jika kadar Hb turun menjadi separuh
normal, seperti pada pasien dengan anemia berat, maka kapasitas darah
mengangkut O2 turun sebesar 50% meskipun PO2 arteri normal 100 mmHg
dengan saturasi Hb 97,5%. Hanya separuh Hb yang tersedia untuk
dijenuhkan oleh O2, yang kembali menekankan betapa pentingnya Hb
dalam menentukan berapa banyak O2 yang dapat diserap di paru dan
disediakan ke jaringan.
3) SEBAGIAN BESAR CO2 DIANGKUT DALAM DARAH SEBAGAI
BIKARBONAT.
Ketika darah arteri mengalir melalui kapiler jaringan, CO, berdifusi menuruni
gradien tekanan parsialnya dari sel jaringan ke dalam darah. Karbon dioksida
diangkut oleh darah dalam tiga cara :
a. Larut secara fisik. Seperti O2 yang larut, jumlah CO2 yang larut secara
fisik dalam darah bergantung pada PCO2. Karena CO2 lebih larut daripada
O2 dalam cairan plasma maka proporsi CO2 yang larut secara fisik dalam
darah lebih besar daripada O2. Meskipun demikian, hanya 10% dari
kandungan CO2 total darah yang terangkut dengan cara ini pada tingkat
PCO2 vena sistemik normal.
b. Terikat ke hemoglobin. Sebanyak 30% dari CO2 berikatan dengan Hb
untuk membentuk karbaminohemoglobin (HbCO2). Karbondioksida
berikatan dengan bagian globin Hb, berbeda dari O2 yang berikatan dengan
bagian hem. Hb tereduksi memiliki afinitas lebih besar terhadap CO2
daripada HbO2. Karena itu, dibebaskannya O2 dari Hb di kapiler jaringan
mempermudah penyerapan CO2 oleh Hb.
c. Sebagai bikarbonat. Sejauh ini cara yang paling penting untuk
mengangkut CO2 adalah sebagai bikarbonat (HCO3-), dengan 60% CO2
diubah menjadi HCO3- oleh reaksi kimia berikut, yang berlangsung di
dalam sel darah merah karbonat anhidrase
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 64
Carbonik anhdrase
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-
Dalam reaksi pertama, CO2 berikatan dengan H2O untuk membentuk
asam karbonat (H2CO3). Reaksi ini dapat terjadi sangat lambat di plasma,
tetapi berlangsung sangar cepat di dalam sel darah merah karena adanya enzim
eritrosit karbonat anhidrase, yang mengatalisis (mempercepat) reaksi. Sesuai
sifat asam, sebagian dari molekul asam karbonar secara spontan terurai menjadi
ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO3). Karena itu, satu atom karbon
dan dua atom oksigen molekul CO2 asli terdapat dalam darah sebagai bagian
integral dari HCO3-. Hal ini menguntungkan karena HCO3 lebih larut dalam
darah daripada CO2.
Gambar 3. 2. Transportasi gas O2 dan CO2 di alveolus dan sel jaringan
(Sumber: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, 2012)
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 65
4. Mahasiswa/i mampu menjelaskan Mekanisme Pernapasan.
1) MEKANISME PERNAPASAN.
a. Inspirasi.
Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot inspirasi akan
meningkatkan volume intratoraks. Tekanan intrapleura di bagian basis
paru akan turun dari nilai normal -2,5 mmHg (relative terhadap tekanan
atmosfer) pada awal inspirasi, menjadi -6 mmHg. Jaringan paru akan
semakin teregang. Tekanan dalam saluran udara menjadi sedikit lebih
negatif dan udara mengalir ke dalam paru. Pada akhir inspirasi, daya recoil
paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi, sampai
tercapainya keseimbangan kembali antara daya recoil jaringan paru dan
dinding dada.
Pada inspirasi kuat tekanan intrapleura turun dan menyebabkan
pengembangan jaringan paru menjadi lebih besar. Bila ventilasi
meningkat, derajat pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan oleh
kontraksi aktif otot ekspirasi yang menurunkan volume intratoraks.9
b. Ekspirasi.
Tekanan di saluran udara menjadi sedikit lebih positif dan udara
mengalir meninggalkan paru. Selama pernapasan tenang, ekspirasi
merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk
menurunkan volume intratoraks. Namun, pada awal ekspirasi, sedikit
kontraksi otot inspirasi masih terjadi. Kontraksi ini berfungsi sebagai
peredam daya recoil paru dan memperlambat ekspirasi.9
2) VENTILASI PARU.
Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernapas karena
berpindah mengikuti gradien rekanan antara alveolus dan atmosfer yang berbalik
arah secara bergantian dan ditimbulkan oleh aktivitas siklik otot pernapasan.
Terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam ventilasi.7,9
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 66
1. Tekanan atmosfer (barometrik)
Gambar 4.1. Tekanan yang penting pada ventilasi.7
(sumber : Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6)
a. Tekanan Atmosfer
Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara
di atmosfer pada benda di permukaan bumi. Pada ketinggian permukaan
laut tekanan ini sama dengan 760 mm Hg. Tekanan atmosfer berkurang
seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut karena
lapisan-lapisan udara di atas permukaan bumi juga semakin menipis. Pada
setiap ketinggian terjadi perubahan minor tekanan atmosfer karena
perubahan kondisi cuaca (yaitu, tekanan barometrik naik atau turun).7
b. Tekanan intra-alveolus
Tekanan intra-alveolus yang juga dikenal sebagai tekanan intraparu,
adalah tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan
atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara cepat mengalir
menuruni gradien tekanannya setiap tekanan intra-alveolus berbeda dari
tekanan atmosfer, udara terus mengalir sampai kedua tekanan seimbang
(ekuilibrium).7
c. Tekanan intrapleura
Tekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan
ini, yang juga dikenal sebagai tekanan intrathoraks, adalah tekanan yang
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 67
ditimbulkan di Iuar paru di dalam rongga thoraks. Tekanan intrapleura
biasanya lebih rendah daripada tekanan atmosfer, rerata 756 mm Hg saat
istirahat. Seperti tekanan darah yang dicatat dengan menggunakan tekanan
atmosfer sebagai titik referensi (yaitu, tekanan darah sistolik 120 mm Hg
adalah 120 mm Hg lebih besar daripada tekanan atmosfer 750 mm Hg atau,
dalam kenyataan, 880 mm Hg).7
3) Respirasi Eksternal
Istilah respirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian kejadian dalam
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Respirasi
eksternal memiliki beberapa tahap yaitu: 7
a. Udara secara bergantian dimasukkan ke dan dikeluarkan dari paru sehingga
udara dapat dipertukarkan antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung
udara (alveolus) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh tindakan mekanis
bernapas atau ventilasi. Kecepatan ventilasi diatur untuk menyesuaikan aliran
udara antara atmosfer dan alveolus sesuai kebutuhan metabolik tubuh akan
penyerapan O2 dan pengeluaran CO2.
b. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam
kapiler paru melalui proses difusi.
c. Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan.
d. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui proses difusi
menembus kapiler sistemik (jaringan).
Sistem respirasi tidak melaksanakan semua tahap atau langkah respirasi tetapi
sistem ini hanya berperan dalam ventilasi dan pertukaran O2 dan CO2 antara paru
dan darah. Yang akan melanjutkannya yaitu sistem sirkulasi yang melaksanakan
tahap-tahap selanjutnya.7
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 68
Gambar 4.2. Respirasi External dan Resprasi Internal.7
(Sumber : Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6)
4) Respirasi Internal
Istilah respirasi internal atau respirasi sel meru.iuk kepada proses-proses
metabolik intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria, yang menggunakan O, dan
menghasilkan CO, selagi mengambil energi dari molekul nurrien Respirator
Quotient (RQ) , rasio CO, Iang dihasilkan terhadap O, yang dikonsumsi. 7
Bervariasi bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi. Jika karbohidrat
yang digunakan maka RQ adalah 1; yaitu, untuk setiap molekul O, yang
dikonsumsi, satu molekul CO, diproduksi. Untuk lemak, RQ adalah 0,7; untuk
protein, RQnya adalah 0,8.7
5) Transpor Gas
a. Transpor Oksigen.
Sistem pengangkut O2 di tubuh terdiri dari paru dan sistem
kardiovaskular. Pengangkut O2 menuju jaringan tertentu bergantung pada
jumlah oksigen yang masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas di paru
yang adekuat, aliran darah yang menuju jaringan, dan kapasitas darah
untuk mengangkut oksigen aliran darah bergantung pada derajat kontriksi
jaringan vaskular di jaringan serta curah jantung. Jumlah oksigen di dalam
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 69
darah di tentukan oleh jumlah oksigen yang larut, jumlah hemoglobin
dalam darah, dan afinitas hemoglobin terhadap oksigen.9
Oksigen yang terikat dengan hemoglobin. Hemoglobin, suatu molekul
protein yang mengandung besi dan terdapat di dalam sel darah merah,
dapat membentuk ikatan yang longgar dan reversibel dengan oksigen
Ketika tidak berikatan dengan Oksigen, Hb disebut sebagai hemoglobin
tereduksi, atau deoksihemoglobin, ketika berikatan dengan oksigen disebut
oksihemoglobin (HbO2).9
b. Transpor Karbondioksida
Pada saat kondisi istirahat dibawah normal setiap seratus milliliter dari
deoksigenasi darah mengandung perbandingan 53 mL dari gas CO2
dimana ditransport dari darah melalui tiga bentuk, yaitu :8
- Penyerapan CO2. Presentase kecil sekitar 7% diserap melalui plasma
darah yang telah mencapai paru-paru, kemudian difusi masuk ke
dalam alveolus dan diekspirasikan.
- Ikatan karbominohemoglobin. Dari beberapa presentase yang tinggi
sekitar 23% merupakan gabungan gugus amino dari asam amino dan
protein dari darah menjadi bentuk ikatan-gabungan karbamino.
Karena banyak prevalensi dari darah yaitu hemoglobin (di dalam sel
darah merah), kebanyakan dari karbondioksida ditransportkan ada
beberapa yang berikatan dengan hemoglobin. Sisi dari ikatan CO2 ini
merupakan terminal dari asam amino dalam bentuk 2 alpha dan 2
betarantai globiin. Hemoglobin yang telah mengikat co2 biasan
dikenal sebagai karbominglobin (Hb-CO2).8
Bentuk dari karbominoglobin sangat besar pengaruhnya dari PCO2.
Contohnya, dalam jaringan kapiler PCO2 relatif tinggi dimana dia
akan mendukung pembentukan dari karbominohemoglobin. Akan
tetapi dalam kapiler pulmonari PCO2 relatif rendah dan bagian dari
CO2 langsung lewat dari globin dan masuk ke alveolus melalui difusi.8
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 70
- Ion bikarbonat. Presentase CO2 terbesar sekitar 70% yang
ditransport masuk ke dalam plasma darah sebagai ion bikarbonat.
Sebagian CO2 yang difusi ke dalam sistem kapiler dan masuk ke
dalam sel darah merah. Ion ini akan bereaksi dengan air karena
adanya enzim dari karbonik anhidrase (Ca) ke dalam bentuk asam
karbonat. Dimana akan diurai lagi menjadi H+ dan HCO3-.
Dari hasil pengambilan CO2 dari darah, merupakan akumulasi dari
sel darah merah. Beberapa HCO3- keluar dari plasma darah karena
konsentrasi gradien rendah. Dalam pertukaran ion klorida berpindah
dari plasma kedalam sel darah merah. Ion negatif dalam pertukaran
ini akan menghasilkan keseimbangan elektrik antara plasma darah
dan sitosol sel darah merah yang dikenal sebagai chloride shift. Efek
dari sekian reaksi yaitu perpindahan CO2 dari dalam sel jaringan dan
ditransport ke dalam plasma darah sebagai HCO3-.Sebagai