21
DI SUSUN OLEH : ANDI BANGSAWAN M. ( O11111121 ) BAHTIAR ( O11113003 ) ALPIAN DARMAWAN ( O11113004 ) JASTI RAHAYU ( O11113006 ) NUHRAH SINGKERRU ( O11113007 ) HASMIRAH ARDIYANTI ( O11113008 ) KIKI LESTARI AMIR ( O11113016 ) AFNI TASARI ( O11113017 ) RINI ULFI BUTZAINA ( O11113018 ) A. IKA. H. A. IMRAN A. B. ( O11113020 ) EDWIN ( O11113511 ) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSSAR

Isi Makalah Topeng Monyet 23

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Isi Makalah Topeng Monyet 23

DI SUSUN OLEH :

ANDI BANGSAWAN M. ( O11111121 )

BAHTIAR ( O11113003 )

ALPIAN DARMAWAN ( O11113004 )

JASTI RAHAYU ( O11113006 )

NUHRAH SINGKERRU ( O11113007 )

HASMIRAH ARDIYANTI ( O11113008 )

KIKI LESTARI AMIR ( O11113016 )

AFNI TASARI ( O11113017 )

RINI ULFI BUTZAINA ( O11113018 )

A. IKA. H. A. IMRAN A. B. ( O11113020 )

EDWIN ( O11113511 )

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSSAR

Page 2: Isi Makalah Topeng Monyet 23

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Seperti yang telah di ketahui, Topeng monyet merupakan sebuah hiburan tradisional

Indonesia yang banyak digemari oleh anak-anak bahkan sampai orang dewasa. Dengan

keunikannya, hiburan ini merupakan salah satu yang paling menarik, tidak hanya masyarakat

lokal bahkan turis mancanegarapun senang jika melihat topeng monyet. Hiburan topeng monyet

sekarang mudah untuk di lihat, seperti dipinggiran jalan ataupun di lorong – lorong.. Ada

beberapa hal yang menarik dari hiburan ini. Sebagai masyarakat awam, biasanya masyarakat

hanya melihat dengan tujuan menghibur diri mereka tetapi tidak mengetahui bagaimana cara

berkomunikasi dari pelatih dengan monyet.

Di balik kelucuan yang ada pada topeng monyet sebenarnya monyet tersebut tidak

mendapatkan kesejahreran dan kesehatan yang seharusnya yang merupakan hak dari monyet

tersebut. Biasanya segala macam cara di lakukan oleh para pelatih agar monyet tersebut dapat

mengikuti semua yang di perintahkan. Cara – cara yang di gunakan pelatih tersebut bahkan

melanggar kaidah – kaidah yang seharusnya di berikan pada monyet tersebut, bahkan hampir

tidak ada kata kesejahteraan pada saat hewan tersebut di latih.

Berdasarkan banyaknya simpang siur mengenai kasus kesejahteran pada monyet yang

dilatih untuk melakukan atraksi topeng monyet, maka kami melakukan wawancara dan

membuat makalah tentang kesejahteran yang ada pada monyet tersebut.

I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil berdasarkan latar belakang di atas yaitu :

Bagaimanakah penerapan kesejahteraan hewan dibalik pertunjukan atraksi topeng monyet?

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 2

Page 3: Isi Makalah Topeng Monyet 23

I.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan ini yaitu:

1. Mengetahui serta memahami penerapan kesejahteraan hewan yang ada dibalik pertunjukan

atraksi topeng monyet.

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 3

Page 4: Isi Makalah Topeng Monyet 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kesrawan dan Five Freedoms

Penerapan kesejahteraan hewan atau animal welfare adalah sebuah upaya

memperlakukan hewan dengan memperhatikan kenyamanan dan perilaku natural ternak

tersebut. Kata ‘sejahterah’ dalam kesejahteraan hewan (animal welfare) berarti kualitas

hidup yang meliputi berbagai elemen yang berbeda-beda seperti kesehatan, kebahagiaan

dan panjang umur yang untuk masing-masing orang mempunyai tingkatan yang berbeda

dalam memberikannya. Menurut Undang Undang No. 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-

ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan definisi kesejahteraan hewan ialah

usaha manusia memelihara hewan, yang meliputi pemeliharaan lestari hidupnya hewan

dengan pemeliharaan dan perlindungan yang wajar. Menurut Undang-Undang No. 18 tahun

2009, Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik

dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan

ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap

hewan yang dimanfaatkan manusia. Menurut laporan Brambell Committee, setiap hewan

direkomendasikan memiliki cukup kebebasan untuk dapat bergerak, menyarankan bahwa

setiap hewan harus memiliki kebebasan untuk bergerak yang cukup tanpa adanya

kesusahan untuk berbalik, berputar, merawat dirinya, bangun, berbaring, meregangkan

tubuh ataupun anggota badannya. Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk mewujudkan

kesejahteraan hewan ada dua macam, yaitu mengusahakan hewan hidup sealami mungkin

atau membiarkan hewan hidup dengan perjalanan fungsi biologisnya (Etika,2013). 

Menurut Dallas (2006) kesejahteraan hewan (animal welfare) dapat diukur dengan

indikator Lima Kebebasan (five freedoms), yaitu (Dallas,2006):

a. Bebas dari Rasa Lapar dan Haus (Freedom from Hunger and Thirst)

Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pertama dalam hidup. Kebebasan dari

rasa haus dan lapar ini ditempatkan di urutan pertama karena ini sangat mendasar,

primitif dan tidak dapat ditolerir. Lapar adalah saat-saat hewan terstimulasi untuk makan.

Hewan memerlukan akses yang mudah terhadap makanan dan minuman untuk menjaga

kesehatan dan kebugaran.

Untuk mencegah hewan dari rasa lapar dan haus, makanan yang layak, bergizi dan

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 4

Page 5: Isi Makalah Topeng Monyet 23

juga akses langsung terhadap air bersih perlu disediakan. Dengan menyediakan tempat

makanan dan minuman yang memadai akan dapat mengurangi terjadinya penindasan

dan kompetisi diantara mereka.

b. Bebas dari Rasa Tidak Nyaman (Freedoms from Discomfort)

Ketidaknyamanan disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak sesuai pada

hewan. Bebas dari rasa tidak nyaman dapat diwujudkan dengan menyediakan tempat

yang sesuai seperti penyediaan kandang/tempat berlindung yang nyaman (ventilasi

memadai, suhu dan kelembaban yang cukup, adanya lantai, tempat tidur dan

sebagainya). Hewan akan merasa nyaman pada lingkungan yang tepat, termasuk

perkandangan dan area beristirahat yang nyaman.

c. Bebas dari Rasa Sakit, Luka dan Penyakit (Freedom from Pain, Injury and Disease)

Secara sangat sederhana, sehat pada hewan secara individu dapat didefinisikan

sebagai ‘tidak adanya symptom penyakit’. Penyakit yang sering timbul di peternakan

adalah penyakit produksi. Penyakit ini adalah penyakit akibat kekeliruan manajemen

ternak atau akibat sistem yang diberlakukan di peternakan. Penyakit produksi meliputi

malnutrisi, trauma dan infeksi yang diderita hewan selama hewan dipelihara oleh

manusia. Kebebasan ini dapat diwujudkan dengan pencegahan diagnosa yang tepat dan

perawatan.

d. Bebas Mengekpresikan Perilaku Normal (Freedom to Express Normal Behavior)

Hewan mempunyai kebiasaan atau perilaku yang khas untuk masing-masing jenis.

Dalam perawatan manusia, hewan mungkin memiliki lebih sedikit kesempatan untuk

mengekspresikan perilaku normalnya. Pada kondisi ekstrim, hal yang mungkin terjadi

justru hewan menunjukkan perilaku menyimpang. Penyediaan ruang yang cukup,

fasilitas yang benar dan teman bagi hewan dari sejenisnya akan membantu hewan

mendapat kebebasan menunjukkan perilaku normalnya.

e. Bebas dari Rasa Takut dan Stres (Freedom from Fear or Distress)

Stress berpengaruh terhadap kesejahteraan hewan tergantung besar kecilnya

kerugian biologis akibat stres tersebut. Stres tidak hanya merupakan keadaan saat hewan

harus beradaptasi melebihi kemampuannya, tetapi juga pada saat hewan mempunyai

respons yang lemah bahkan terhadap rangsangan ‘normal’ sehari-hari (Dallas,2006).

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 5

Page 6: Isi Makalah Topeng Monyet 23

Kelima poin di atas merupakan daftar kontrol status kesejahteraan hewan secara

umum saja. Penjabaran kesejahteraan hewan ke dalam lima aspek kebebasan tidaklah

mutlak terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Aspek yang satu mungkin berpengaruh pada

aspek lainnya sehingga sulit untuk dibedakan. Bahkan satu problem dapat merupakan

cakupan beberapa poin di atas. Susunan yang berurutan pun tidak mutlak mencerminkan

prioritas (Etika,2013).

II.2 Topeng Monyet

Topeng monyet atau biasa dikenal “Sarimin” adalah kesenian tradisional yang sejak

dahulu sangat dikenal di Indonesia, terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kalau

di Jakarta atraksi ini dikenal dengan nama topeng monyet, sedangkan di daerah Jawa

dikenal sebagai ledhek kethek. Pelaku kesenian topeng monyet pada umumnya berjalan

berkeliling kompleks perumahan dari tempat yang satu ke tempat yang lain di daerah

kawasan permukiman padat penduduk. Alat musik ditabuh untuk menarik perhatian anak-

anak agar hadir menyaksikan dan memberikan uang ala kadarnya. Penonton topeng monyet

ini kebanyakan anak-anak. Oleh karena itu kedatangan rombongan topeng monyet selalu

disambut gembira oleh anak-anak (Hendri,2014).

Menurut Matthew Isaac Cohen, seorang professor budaya teater Indonesia dari Royal

Holoway University of London, pertunjukan yang menampilkan monyet direproduksi di

Indonesia. Miniatur sirkus ini merupakan salah satu hiburan mengamen paling umum di

pasar, jalan-jalan pedesaan, dan perkotaan di seluruh barat Indonesia. Pertunjukan akrobatik

ini menjadi umum pada awal 1890-an. Cohen juga menjelaskan bahwa atraksi monyet dan

anjing terkait dengan perkembangan seni pertunjukan komersial di Hindia Belanda pada

akhir abad ke-19. Pertunjukan topeng monyet terutama dinikmati oleh anak-anak, baik

pribumi maupun Belanda dan Eropa. Hal ini bisa dilihat dari foto koleksi Tropenmuseum

Amsterdam, Belanda. Foto pada tahun 1900-1920 ini memperlihatkan seorang dalang Arab

dengan dua monyetnya yang dirantai. Foto diambil oleh Charles Breijer anggota de

Ondergedoken Camera atau persatuan juru foto Amsterdam yang bekerja sebagai juru

kamera di Indonesia dari 1947 sampai 1953. Dahulu pertunjukan topeng monyet memang

banyak disukai oleh anak-anak, baik pribumi maupun Belanda dan Eropa. Konon, atraksi

ini bertahan terus hingga era 70-an. Bahkan, karena sangat terkenal, atraksi itu dapat

dimainkan berkali-kali dalam sehari (Hendri,2014). 

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 6

Page 7: Isi Makalah Topeng Monyet 23

Pertunjukan topeng monyet semakin hari semakin unik karena ada saja atraksi aneh

dan menarik yang diakukan oleh si monyet. Kita bisa melihat sendiri betapa lihainya

mereka dalam melakukan berbagai atraksi seperti naik motor motoran, jungkir balik,

melakukan ibadah solat, bahkan memainkan engkrang yang panjangnya bisa jauh lebih

tinggi dari ukuran badan si monyet itu. Dibalik pertunjukan topeng monyet yang

menghibur, ada penyiksaan binatang yang dilakukan sang pawang atau pemilik monyet.

Monyet untuk atraksi topeng monyet biasanya berusia muda sekitar delapan atau sembilan

bulan. Monyet muda ini dilatih dengan cara disiksa oleh pemilik dalam waktu yang lama.

Agar bisa berjalan tegak, tangan monyet diikat ke belakang, digantung dan dipaksa duduk

berjam-jam di jalan. Agar monyet terus berlatih, seringkali pemilik sengaja tidak

memberikan makan. Salah seorang pelatih monyet ini mengaku separuh monyet yang

dilatihnya mati karena tidak kuat. Monyet yang telah pintar kemudian akan dijual atau

disewakan oleh pemilik kepada pelaku topeng monyet. Karena adanya penyiksaan inilah

maka banyak organisasi yang menyerukan penghapusan topeng monyet baik dari dalam

maupun luar negeri (Anggie,2013).

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 7

Page 8: Isi Makalah Topeng Monyet 23

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil

Berikut hasil wawancara kelompok kami dengan narasumber yaitu pelatih atraksi topeng

monyet yang bernama Andre, Husein, dan Andi pada hari Rabu, 18 Februari 2015 pukul 10.00

WITA bertempat di daerah Workshop, kampus UNHAS Tamalanrea Makassar.

Monyet tersebut bernama si Madun. Monyet ini telah bekerja bersama tuannya selama 3

tahun terakhir. Seperti yang telah dipaparkan oleh narasumber, si Madun sudah mulai belajar

beratraksi pada usia 3 bulan dan masa pelatihan yaitu selama 8 bulan. Tempat pelatihan si

Madun sebelum diimigrasikan ke Sulawesi yaitu di Jawa Barat tepatnya di daerah Cirebon.

Cara si Madun diperoleh, cara pelatihan serta profil pelatih si Madun hingga bisa beratraksi

tidak ingin dipublikasikan oleh narasumber. Mereka hanya mengatakan bahwa mereka

mendapatkan monyet tersebut dari Bos dan monyetnya sudah terlatih saat kami diberikan.

Selain di Makassar, si Madun sering dibawa oleh sang pelatih ke luar daerah misalnya di Palu,

Kendari, Toraja dan Gorontalo.

Dalam hal perawatan si Madun, sang pelatih memandikannya sekali dalam 3 hari dengan

memakai shampoo dan sabun layaknya manusia. Makanan yang sering diberikan pada si

Madun adalah makanan sebagaimana yang di makan oleh sang pelatih. “Jadi kalau kami

makan nasi padang, si Madun juga ikut makan.” kata Andi. Selain nasi terkadang si Madun

diberikan pisang. Sakit yang sering dialami si Madun menurut sang pelatih adalah sakit

kepala, sakit gigi, dan sakit mata. Obat yang diberikan adalah obat – obatan yang umumnya

dikomsumsi oleh manusia, tanpa resep dari dokter hewan.

Atraksi topeng monyet ini mulai bekerja pada jam 08.00 – 17.00 WITA pada hari Selasa,

Rabu, Kamis, Jumat, dan Minggu. Hari Senin merupakan hari libur mereka. Ketika si Madun

tidak bekerja atau libur, maka dia akan dikandangkan dengan alasan supaya si Madun tidak

lepas. Hasil kerja mereka berkisar Rp 30.000,00 per hari.

Berdasarkan pemaparan dari narasumber, pada usia 8 tahun monyet atraksi pada topeng

monyet akan dinyatakan pensiun dan mereka akan dikembalikan ke asalnya di Cirebon, Jawa

Barat. Setelah monyetnya sampai di sana, maka mereka akan dikawinkan kemudian

dilepaskan ke alam liar.

Adapun situasi dan kondisi yang kami dapatkan di lapangan selain dari hasil wawancara

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 8

Page 9: Isi Makalah Topeng Monyet 23

bersama narasumber, si Madun di rantai pada bagian leher, ikatannya terlihat sedikit longgar

hanya untuk memungkinkan monyetnya bisa bernafas dan sedikit memutar kepalanya. Rambut

yang dimiliki agak kusam. Sifat alami si Madun sebagai monyet tidak terekspresi dalam

tingkah lakunya. Monyet ini hanya bisa menuruti kata sang pelatihnya, dan apabila si Madun

tidak menurut terkadang sang pelatih menarik dengan paksa rantai yang ada pada leher si

Madun agar menurutinya.

III.2 Pembahasan

III.2.1 Kesejahteraan hewan dalam Topeng Monyet

Topeng monyet, selama ini dikenal masyarakat sebagai sebuah atraksi menghibur. Tanpa

diketahui masyarakat umum, bahwa dibelakang atraksi tersebut tidak ada kata kesejahteraan

pada monyet tersebut.Monyet yang digunakan pada atraksi topeng monyet merupakan monyet

dari spesies Macaca fascilurarisyang paling banyak ditemukan di Indonesia. Berikut

taksonominya (Patrisius,2012):

Kingdom: Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Primata

Family : Cercopithecidae

Genus : Macaca

Spesies : Macaca fascicularis (Patrisius,2012).

Topeng monyet sangat berpotensi meningkatkan kepunahan jenis satwa di Indonesia.

Monyet telah terdaftar satwa appendix 2 yakni harus memiliki sertifikasi legal ketika keluar

dari penangkaran, perlakuannya tetap harus sesuai prosedur. Dilapangan monyet dilatih untuk

atraksi, masih banyak sekali laporan yang memperlakukan monyet dengan tidak benar.

Tangannya diikat ke belakang, dipaksa berdiri dengan dua kaki, bahkan tidak diberi makan.

Topeng monyet menjadi salah satu pekerjaan fenomenal yang ada di Indonesia. Monyet

tersebut kebanyakan diambil dari Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Tanpa

mengantongi sertifikat legal, monyet itupun dijual bebas dan dibeli oleh pelaku topeng monyet

dan pelaku kejahatan lainnya. Diketahui bahwa topeng monyet adalah suatu isu kesejahteraan

hewan yang belum tuntas sampai sekarang. Atraksi tersebut mempertontonkan aspek

kekejaman dan kesadisan terhadap satwa (Sebastianus 2012).

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 9

Page 10: Isi Makalah Topeng Monyet 23

Berdasarkan pemaparan hasil wawancara di atas, penerapan kesejahteraan hewan atau

lebih dikenal dengan Animal Welfare pada topeng monyet masih tergolong sangat minim. Hal

ini disebabkan karena:

1. Monyet tersebut tidak mendapat kebebasan dari rasa lapar dan haus (Freedom from

Hunger and Thirst), karena pemberian makanan dari sang pelatih hanya pada ketika

sang pelatih makan bukan pada saat monyet tersebut kelaparan. Artinya monyet ini

tidak memiliki akses yang mudah dalam mendapatkan makanan dan minuman dalam

menjaga kesehatannya.

2. Monyet tersebut tidak memiliki kebebasan dari rasa tidak nyaman (Freedoms from

Discomfort). Hal ini demikian adanya karena lingkungan monyet yang seharusnya

ada di alam liar, malah dipelihara dan berada di sekitar lingkungan manusia, dan juga

monyet tersebut tidak di biarkan bergerak secara bebas ketika di kandangkan

maupun dalam beratraksi karena rantai yang melilit leher mereka. Semua yang

dilakukan monyet berasal dari keinginan pelatih dan kesemuanya harus dituruti oleh

monyet tersebut.

3. Walaupun monyet tersebut sering dimandikan dan ketika sakit monyet tersebut di

beri obat yang dikomsumsi manusia, hal ini tidak memungkinkan bahwa monyet

tersebut memiliki kebebasan dari rasa sakit, luka dan penyakit (Freedom from Pain,

Injury and Disease). Seharusnya sang pelatih dari monyet membawa ke dokter

hewan supaya rasa sakit, luka dan penyakit hewan tersebut dapat diketahui pasti dan

terobati.

4. Karena monyet tersebut telah lama berinteraksi dengan manusia maka kebebasan dia

dalam mengekspresikan perilaku normal itu bisa dikatakan tidak terpenuhi. Perilaku

normal monyet yang ada pada hewan liar berbeda dengan monyet yang ada pada

atraksi topeng monyet. Monyet pada topeng monyet yang dirawat oleh manusia lebih

dominan mengikuti cara hidup manusia di banding dengan cara hidup di alam liar

yang sesungguhnya sehingga monyet tersebut terkadang berperilaku menyimpang.

5. Dalam hal kebebasan dari rasa takut dan stress, terkadang monyet yang ada pada

topeng monyet tidak merasakan hal tersebut. Jika dilihat secara sekilas topeng

monyet tersebut menampilkan monyet yang sangat lihai memerankan apa yang

diperintahkan pelatihnya, tetapi ketika monyet tersebut tidak menurut maka rantai

yang ada pada lehernya akan di tarik dengan kencang sehingga monyet tersebut

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 10

Page 11: Isi Makalah Topeng Monyet 23

ketakutan dan melakukan apa diinginkan pelatih.

III.2.2 Peraturan Pemerintah tentang Topeng Monyet

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan

Hewan (Keswan) pada Pasal 66 ayat 1 dinyatakan bahwa untuk kepentingan kesejahteraan

hewan dilakukan tindakan yang berkaitan dengan penangkapan dan penanganan; penempatan

dan pengandangan; pemeliharaan dan perawatan; pengangkutan; pemotongan dan

pembunuhan; serta perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan sedangkan ayat

2  menyatakan Ketentuan mengenai Kesejahteraan Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan secara manusia yang meliputi (Etika,2013) :  

1. Penangkapan dan penanganan satwa dari habitatnya harus sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangan-undangan di bidang konservasi;

2.   Penempatan dan pengandangan dilkukan dengan sebaik-baiknya sehingga

memungkinkan hewan dapat mengekspresikan perilaku alaminya;

3.   Pemeliharaan, pengamanan, perawatan, dan pengayoman hewan dilakukan dengan

sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan

dan penyalahgunaan, serta rasa takut dan tertekan;

4.   Pengangkutan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa

takut dan tertekan serta bebas dari penganiayaan;

5.   Penggunaan dan pemamfaatan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga

hewan bebas dari penganiayaan dan penyalahgunaan;

6.   Pemotongan dan pembunuhan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan

bebas dari rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiayaan, dan penyalahgunaan; dan

7.   Perlakuan terhadap hewan harus dihindari dari tindakan penganiyaan dan

penyalahgunaan (Etika,2013).

Adapun hukuman yang telah ditetapkan untuk sang penyiksa binatang tertulis dalam

KUHP Pasal 302, yang isinya adalah sebagai berikut (Etika,2013) :

1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak

empat ribu lima ratus rupiah karena melakukan penganiayaan ringan terhadap hewan:

setelah direvisi maka denda tersebut mulai Rp 5.000.000,00 – 10.000.000,00

(a) Barang siapa tanpa tujuan yang patut atau secara melampaui batas, dengan sengaja

menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya;

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 11

Page 12: Isi Makalah Topeng Monyet 23

(b) Barang siapa tanpa tujuan yang patut atau dengan melampaui batas yang diperlukan

untuk mencapai tujuan itu, dengan sengaja tidak memberi makanan yang diperlukan

untuk hidup kepada hewan, yang seluruhnya atau sebagian menjadi kepunyaannya

dan ada di bawah pengawasannya, atau kepada hewan yang wajib dipeliharanya.

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan sakit lebih dari seminggu, atau cacat atau menderita

luka-luka berat lainnya, atau mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling

lama sembilan bulan, atau pidana denda paling banyak tiga ratus rupiah, karena

penganiayaan hewan.

3) Jika hewan itu milik yang bersalah, maka hewan itu dapat dirampas.

4) Percobaan melakukan kejahatan tersebut tidak dipidana.

Pada kenyataan sebenarnya peraturan dalam perundang undangan ini hanyalah sebuah

aksesori yang tertulis di kertas. Mengapa demikian, hal ini dikarenakan peraturan ini bisa

dikatakan masih belum terlaksana dengan baik. Buktinya, dengan masih banyaknya atraksi

topeng monyet yang ada di seluruh Indonesia.

III.2.3 Peran Masayarakat terhadap Monyet

Monyet adalah binatang hutan yang tidak boleh dimiliki perseorangan apalagi

diperjualbelikan. Salah satu alasan mengapa sangat banyak monyet yang ada di jalanan adalah

karena harga monyet bisa dikatakan murah dan terjangkau. Oleh karena itu banyak sekali

masyarakat yang membeli monyet dengan mudah lalu mereka jual belikan kembali atau

mereka jadikan sebagai “mesin uang” dengan cara menjual atraksi mereka di jalanan.

Disinilah peran pemerintah sangat dibutuhkan karena akar dari permasalahan ini berasal dari

tidak adanya hukum yang tegas mengenai penangkapan binatang hutan khususnya binatang

yang dilindungi. Mungkin sebagian orang berpendapat lain, manusia mempekerjakan binatang

dalam rangka mencari sesuap nasi. Selain itu juga topeng monyet dipercaya adalah bagian dari

budaya Indonesia yang tidak bisa dihilangkan. Akan tetapi apakah manusia setuju dengan

adanya kegiatan mengeksploitasi binatang secara berlebihan, tidak wajar dan tidak sesuai

dengan hak asasi yang dimiliki binatang. Mungkin banyak sekali di dunia ini pengekspoitasian

binatang secara brutal. Bukan hanya topeng monyet, kita tahu bahwa banyak sekali dan

mungkin terlalu banyak kejadian-kejadian memprihatinkan yang dialami oleh para binatang.

Sebagai khalifah di muka bumi ini dan sebagai makhluk yang memiliki akal serta perasaan

sudah seharusnya manusia hidup di dunia ini untuk menjaga lingkungan sekitarnya, salah

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 12

Page 13: Isi Makalah Topeng Monyet 23

satunya yaitu peduli pada alam. Tumbuhan dan binatang merupakan ciptaan Tuhan yang

keberadaannya harus kita jaga. Topeng monyet mungkin adalah salah satu sumber mata

pencaharian yang dimiliki oleh sebagian orang dalam menyambung hidup, namun saya yakini

bahwa masih banyak cara lain untuk mencari sesuap nasi tanpa harus mengorbankan binatang

secara tidak wajar apalagi melakukan penyiksaan khususnya monyet pada kegiatan topeng

monyet (Anggie,2013).

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 13

Page 14: Isi Makalah Topeng Monyet 23

BAB IV

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Topeng monyet yang selama ini dikenal masyarakat sebagai sebuah atraksi menghibur,

ternyata merupakan bentuk kekerasan terhadap satwa. Penerapan konsep kesejahteraan hewan

pada topeng monyet bisa dikatakan masih sangat minim hal ini disebabkan karena aturan yang

mengatur tentang kesejahteraan hewan itu sendiri masih belum terlaksana dengan baik, begitu

pula dengan edukasi masyarakat itu sendiri. Maka dari itu diperlukan pemahaman serta

aplikasi dari kesadaran masyarakat tentang kesejahteraan hewan khususnya pada topeng

monyet yang masih banyak berkeliaran di sekitar atau lingkungan kita.

III.2 Saran

Dalam makalah ini, penulis berkeinginan agar pembaca memberikan saran kepada

penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat

kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut

peduli dalam mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari dan memahami tentang

Kesrawan pada topeng monyet, semoga dengan makalah ini, para pembaca mendapatkan atau

dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuannya.

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 14

Page 15: Isi Makalah Topeng Monyet 23

DAFTAR PUSTAKA

Dallas, S. 2006. Animal Biology and Care. 2nd ed. Blackwell Science. US.

Farista, Etika.2013. Makalah Penerapan Kesrawan di RPH.http://etikafarista.blogspot.com

/2013/01/makalah-penerapan-kesrawan-di-rph.html. Diakses pada hari Jumat, 27 Februari

2015.

Isnaeni, Hendri F.2014. Perjalanan sejarah topeng monyet Indonesia.http://indones iaindo

nesia.com/f/113865-perjalanan-sejarah-topeng-monyet-indonesia/. Diakses pada hari

Jumat, 27 Februari 2015.

Olaf, Sebastianus. 2012. Perancangan komunikasi visual film animasi pendek "dance of the ape".

http://thesis.binus.ac.id/doc/Lain-lain/2012-2-01901-DS%20WorkingPaper001.pdf.

Diakses pada hari Jumat, 27 Februari 2015.

Soniawati,Anggie. 2013. Topeng Monyet: Usut tindakan kekerasan pada monyet yang dilakukan

oleh manusia. https://www.change.org/p/topeng-monyet-usut-tindakan- kekerasan-pada-

monyet-yang-dilakukan-oleh-manusia. Diakses pada hari Jumat, 27 Februari 2015.

Tae, Patrisius F.2012.http://bescemp.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-macaca-

fascicularis.html. Diakses pada hari Jumat, 27 Februari 2015.

MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 15