Upload
nuhraherrushink
View
104
Download
24
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
DI SUSUN OLEH :
ANDI BANGSAWAN M. ( O11111121 )
BAHTIAR ( O11113003 )
ALPIAN DARMAWAN ( O11113004 )
JASTI RAHAYU ( O11113006 )
NUHRAH SINGKERRU ( O11113007 )
HASMIRAH ARDIYANTI ( O11113008 )
KIKI LESTARI AMIR ( O11113016 )
AFNI TASARI ( O11113017 )
RINI ULFI BUTZAINA ( O11113018 )
A. IKA. H. A. IMRAN A. B. ( O11113020 )
EDWIN ( O11113511 )
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSSAR
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Seperti yang telah di ketahui, Topeng monyet merupakan sebuah hiburan tradisional
Indonesia yang banyak digemari oleh anak-anak bahkan sampai orang dewasa. Dengan
keunikannya, hiburan ini merupakan salah satu yang paling menarik, tidak hanya masyarakat
lokal bahkan turis mancanegarapun senang jika melihat topeng monyet. Hiburan topeng monyet
sekarang mudah untuk di lihat, seperti dipinggiran jalan ataupun di lorong – lorong.. Ada
beberapa hal yang menarik dari hiburan ini. Sebagai masyarakat awam, biasanya masyarakat
hanya melihat dengan tujuan menghibur diri mereka tetapi tidak mengetahui bagaimana cara
berkomunikasi dari pelatih dengan monyet.
Di balik kelucuan yang ada pada topeng monyet sebenarnya monyet tersebut tidak
mendapatkan kesejahreran dan kesehatan yang seharusnya yang merupakan hak dari monyet
tersebut. Biasanya segala macam cara di lakukan oleh para pelatih agar monyet tersebut dapat
mengikuti semua yang di perintahkan. Cara – cara yang di gunakan pelatih tersebut bahkan
melanggar kaidah – kaidah yang seharusnya di berikan pada monyet tersebut, bahkan hampir
tidak ada kata kesejahteraan pada saat hewan tersebut di latih.
Berdasarkan banyaknya simpang siur mengenai kasus kesejahteran pada monyet yang
dilatih untuk melakukan atraksi topeng monyet, maka kami melakukan wawancara dan
membuat makalah tentang kesejahteran yang ada pada monyet tersebut.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil berdasarkan latar belakang di atas yaitu :
Bagaimanakah penerapan kesejahteraan hewan dibalik pertunjukan atraksi topeng monyet?
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 2
I.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan ini yaitu:
1. Mengetahui serta memahami penerapan kesejahteraan hewan yang ada dibalik pertunjukan
atraksi topeng monyet.
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kesrawan dan Five Freedoms
Penerapan kesejahteraan hewan atau animal welfare adalah sebuah upaya
memperlakukan hewan dengan memperhatikan kenyamanan dan perilaku natural ternak
tersebut. Kata ‘sejahterah’ dalam kesejahteraan hewan (animal welfare) berarti kualitas
hidup yang meliputi berbagai elemen yang berbeda-beda seperti kesehatan, kebahagiaan
dan panjang umur yang untuk masing-masing orang mempunyai tingkatan yang berbeda
dalam memberikannya. Menurut Undang Undang No. 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan definisi kesejahteraan hewan ialah
usaha manusia memelihara hewan, yang meliputi pemeliharaan lestari hidupnya hewan
dengan pemeliharaan dan perlindungan yang wajar. Menurut Undang-Undang No. 18 tahun
2009, Kesejahteraan Hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik
dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan
ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap
hewan yang dimanfaatkan manusia. Menurut laporan Brambell Committee, setiap hewan
direkomendasikan memiliki cukup kebebasan untuk dapat bergerak, menyarankan bahwa
setiap hewan harus memiliki kebebasan untuk bergerak yang cukup tanpa adanya
kesusahan untuk berbalik, berputar, merawat dirinya, bangun, berbaring, meregangkan
tubuh ataupun anggota badannya. Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk mewujudkan
kesejahteraan hewan ada dua macam, yaitu mengusahakan hewan hidup sealami mungkin
atau membiarkan hewan hidup dengan perjalanan fungsi biologisnya (Etika,2013).
Menurut Dallas (2006) kesejahteraan hewan (animal welfare) dapat diukur dengan
indikator Lima Kebebasan (five freedoms), yaitu (Dallas,2006):
a. Bebas dari Rasa Lapar dan Haus (Freedom from Hunger and Thirst)
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pertama dalam hidup. Kebebasan dari
rasa haus dan lapar ini ditempatkan di urutan pertama karena ini sangat mendasar,
primitif dan tidak dapat ditolerir. Lapar adalah saat-saat hewan terstimulasi untuk makan.
Hewan memerlukan akses yang mudah terhadap makanan dan minuman untuk menjaga
kesehatan dan kebugaran.
Untuk mencegah hewan dari rasa lapar dan haus, makanan yang layak, bergizi dan
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 4
juga akses langsung terhadap air bersih perlu disediakan. Dengan menyediakan tempat
makanan dan minuman yang memadai akan dapat mengurangi terjadinya penindasan
dan kompetisi diantara mereka.
b. Bebas dari Rasa Tidak Nyaman (Freedoms from Discomfort)
Ketidaknyamanan disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak sesuai pada
hewan. Bebas dari rasa tidak nyaman dapat diwujudkan dengan menyediakan tempat
yang sesuai seperti penyediaan kandang/tempat berlindung yang nyaman (ventilasi
memadai, suhu dan kelembaban yang cukup, adanya lantai, tempat tidur dan
sebagainya). Hewan akan merasa nyaman pada lingkungan yang tepat, termasuk
perkandangan dan area beristirahat yang nyaman.
c. Bebas dari Rasa Sakit, Luka dan Penyakit (Freedom from Pain, Injury and Disease)
Secara sangat sederhana, sehat pada hewan secara individu dapat didefinisikan
sebagai ‘tidak adanya symptom penyakit’. Penyakit yang sering timbul di peternakan
adalah penyakit produksi. Penyakit ini adalah penyakit akibat kekeliruan manajemen
ternak atau akibat sistem yang diberlakukan di peternakan. Penyakit produksi meliputi
malnutrisi, trauma dan infeksi yang diderita hewan selama hewan dipelihara oleh
manusia. Kebebasan ini dapat diwujudkan dengan pencegahan diagnosa yang tepat dan
perawatan.
d. Bebas Mengekpresikan Perilaku Normal (Freedom to Express Normal Behavior)
Hewan mempunyai kebiasaan atau perilaku yang khas untuk masing-masing jenis.
Dalam perawatan manusia, hewan mungkin memiliki lebih sedikit kesempatan untuk
mengekspresikan perilaku normalnya. Pada kondisi ekstrim, hal yang mungkin terjadi
justru hewan menunjukkan perilaku menyimpang. Penyediaan ruang yang cukup,
fasilitas yang benar dan teman bagi hewan dari sejenisnya akan membantu hewan
mendapat kebebasan menunjukkan perilaku normalnya.
e. Bebas dari Rasa Takut dan Stres (Freedom from Fear or Distress)
Stress berpengaruh terhadap kesejahteraan hewan tergantung besar kecilnya
kerugian biologis akibat stres tersebut. Stres tidak hanya merupakan keadaan saat hewan
harus beradaptasi melebihi kemampuannya, tetapi juga pada saat hewan mempunyai
respons yang lemah bahkan terhadap rangsangan ‘normal’ sehari-hari (Dallas,2006).
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 5
Kelima poin di atas merupakan daftar kontrol status kesejahteraan hewan secara
umum saja. Penjabaran kesejahteraan hewan ke dalam lima aspek kebebasan tidaklah
mutlak terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Aspek yang satu mungkin berpengaruh pada
aspek lainnya sehingga sulit untuk dibedakan. Bahkan satu problem dapat merupakan
cakupan beberapa poin di atas. Susunan yang berurutan pun tidak mutlak mencerminkan
prioritas (Etika,2013).
II.2 Topeng Monyet
Topeng monyet atau biasa dikenal “Sarimin” adalah kesenian tradisional yang sejak
dahulu sangat dikenal di Indonesia, terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kalau
di Jakarta atraksi ini dikenal dengan nama topeng monyet, sedangkan di daerah Jawa
dikenal sebagai ledhek kethek. Pelaku kesenian topeng monyet pada umumnya berjalan
berkeliling kompleks perumahan dari tempat yang satu ke tempat yang lain di daerah
kawasan permukiman padat penduduk. Alat musik ditabuh untuk menarik perhatian anak-
anak agar hadir menyaksikan dan memberikan uang ala kadarnya. Penonton topeng monyet
ini kebanyakan anak-anak. Oleh karena itu kedatangan rombongan topeng monyet selalu
disambut gembira oleh anak-anak (Hendri,2014).
Menurut Matthew Isaac Cohen, seorang professor budaya teater Indonesia dari Royal
Holoway University of London, pertunjukan yang menampilkan monyet direproduksi di
Indonesia. Miniatur sirkus ini merupakan salah satu hiburan mengamen paling umum di
pasar, jalan-jalan pedesaan, dan perkotaan di seluruh barat Indonesia. Pertunjukan akrobatik
ini menjadi umum pada awal 1890-an. Cohen juga menjelaskan bahwa atraksi monyet dan
anjing terkait dengan perkembangan seni pertunjukan komersial di Hindia Belanda pada
akhir abad ke-19. Pertunjukan topeng monyet terutama dinikmati oleh anak-anak, baik
pribumi maupun Belanda dan Eropa. Hal ini bisa dilihat dari foto koleksi Tropenmuseum
Amsterdam, Belanda. Foto pada tahun 1900-1920 ini memperlihatkan seorang dalang Arab
dengan dua monyetnya yang dirantai. Foto diambil oleh Charles Breijer anggota de
Ondergedoken Camera atau persatuan juru foto Amsterdam yang bekerja sebagai juru
kamera di Indonesia dari 1947 sampai 1953. Dahulu pertunjukan topeng monyet memang
banyak disukai oleh anak-anak, baik pribumi maupun Belanda dan Eropa. Konon, atraksi
ini bertahan terus hingga era 70-an. Bahkan, karena sangat terkenal, atraksi itu dapat
dimainkan berkali-kali dalam sehari (Hendri,2014).
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 6
Pertunjukan topeng monyet semakin hari semakin unik karena ada saja atraksi aneh
dan menarik yang diakukan oleh si monyet. Kita bisa melihat sendiri betapa lihainya
mereka dalam melakukan berbagai atraksi seperti naik motor motoran, jungkir balik,
melakukan ibadah solat, bahkan memainkan engkrang yang panjangnya bisa jauh lebih
tinggi dari ukuran badan si monyet itu. Dibalik pertunjukan topeng monyet yang
menghibur, ada penyiksaan binatang yang dilakukan sang pawang atau pemilik monyet.
Monyet untuk atraksi topeng monyet biasanya berusia muda sekitar delapan atau sembilan
bulan. Monyet muda ini dilatih dengan cara disiksa oleh pemilik dalam waktu yang lama.
Agar bisa berjalan tegak, tangan monyet diikat ke belakang, digantung dan dipaksa duduk
berjam-jam di jalan. Agar monyet terus berlatih, seringkali pemilik sengaja tidak
memberikan makan. Salah seorang pelatih monyet ini mengaku separuh monyet yang
dilatihnya mati karena tidak kuat. Monyet yang telah pintar kemudian akan dijual atau
disewakan oleh pemilik kepada pelaku topeng monyet. Karena adanya penyiksaan inilah
maka banyak organisasi yang menyerukan penghapusan topeng monyet baik dari dalam
maupun luar negeri (Anggie,2013).
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil
Berikut hasil wawancara kelompok kami dengan narasumber yaitu pelatih atraksi topeng
monyet yang bernama Andre, Husein, dan Andi pada hari Rabu, 18 Februari 2015 pukul 10.00
WITA bertempat di daerah Workshop, kampus UNHAS Tamalanrea Makassar.
Monyet tersebut bernama si Madun. Monyet ini telah bekerja bersama tuannya selama 3
tahun terakhir. Seperti yang telah dipaparkan oleh narasumber, si Madun sudah mulai belajar
beratraksi pada usia 3 bulan dan masa pelatihan yaitu selama 8 bulan. Tempat pelatihan si
Madun sebelum diimigrasikan ke Sulawesi yaitu di Jawa Barat tepatnya di daerah Cirebon.
Cara si Madun diperoleh, cara pelatihan serta profil pelatih si Madun hingga bisa beratraksi
tidak ingin dipublikasikan oleh narasumber. Mereka hanya mengatakan bahwa mereka
mendapatkan monyet tersebut dari Bos dan monyetnya sudah terlatih saat kami diberikan.
Selain di Makassar, si Madun sering dibawa oleh sang pelatih ke luar daerah misalnya di Palu,
Kendari, Toraja dan Gorontalo.
Dalam hal perawatan si Madun, sang pelatih memandikannya sekali dalam 3 hari dengan
memakai shampoo dan sabun layaknya manusia. Makanan yang sering diberikan pada si
Madun adalah makanan sebagaimana yang di makan oleh sang pelatih. “Jadi kalau kami
makan nasi padang, si Madun juga ikut makan.” kata Andi. Selain nasi terkadang si Madun
diberikan pisang. Sakit yang sering dialami si Madun menurut sang pelatih adalah sakit
kepala, sakit gigi, dan sakit mata. Obat yang diberikan adalah obat – obatan yang umumnya
dikomsumsi oleh manusia, tanpa resep dari dokter hewan.
Atraksi topeng monyet ini mulai bekerja pada jam 08.00 – 17.00 WITA pada hari Selasa,
Rabu, Kamis, Jumat, dan Minggu. Hari Senin merupakan hari libur mereka. Ketika si Madun
tidak bekerja atau libur, maka dia akan dikandangkan dengan alasan supaya si Madun tidak
lepas. Hasil kerja mereka berkisar Rp 30.000,00 per hari.
Berdasarkan pemaparan dari narasumber, pada usia 8 tahun monyet atraksi pada topeng
monyet akan dinyatakan pensiun dan mereka akan dikembalikan ke asalnya di Cirebon, Jawa
Barat. Setelah monyetnya sampai di sana, maka mereka akan dikawinkan kemudian
dilepaskan ke alam liar.
Adapun situasi dan kondisi yang kami dapatkan di lapangan selain dari hasil wawancara
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 8
bersama narasumber, si Madun di rantai pada bagian leher, ikatannya terlihat sedikit longgar
hanya untuk memungkinkan monyetnya bisa bernafas dan sedikit memutar kepalanya. Rambut
yang dimiliki agak kusam. Sifat alami si Madun sebagai monyet tidak terekspresi dalam
tingkah lakunya. Monyet ini hanya bisa menuruti kata sang pelatihnya, dan apabila si Madun
tidak menurut terkadang sang pelatih menarik dengan paksa rantai yang ada pada leher si
Madun agar menurutinya.
III.2 Pembahasan
III.2.1 Kesejahteraan hewan dalam Topeng Monyet
Topeng monyet, selama ini dikenal masyarakat sebagai sebuah atraksi menghibur. Tanpa
diketahui masyarakat umum, bahwa dibelakang atraksi tersebut tidak ada kata kesejahteraan
pada monyet tersebut.Monyet yang digunakan pada atraksi topeng monyet merupakan monyet
dari spesies Macaca fascilurarisyang paling banyak ditemukan di Indonesia. Berikut
taksonominya (Patrisius,2012):
Kingdom: Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Cercopithecidae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca fascicularis (Patrisius,2012).
Topeng monyet sangat berpotensi meningkatkan kepunahan jenis satwa di Indonesia.
Monyet telah terdaftar satwa appendix 2 yakni harus memiliki sertifikasi legal ketika keluar
dari penangkaran, perlakuannya tetap harus sesuai prosedur. Dilapangan monyet dilatih untuk
atraksi, masih banyak sekali laporan yang memperlakukan monyet dengan tidak benar.
Tangannya diikat ke belakang, dipaksa berdiri dengan dua kaki, bahkan tidak diberi makan.
Topeng monyet menjadi salah satu pekerjaan fenomenal yang ada di Indonesia. Monyet
tersebut kebanyakan diambil dari Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Tanpa
mengantongi sertifikat legal, monyet itupun dijual bebas dan dibeli oleh pelaku topeng monyet
dan pelaku kejahatan lainnya. Diketahui bahwa topeng monyet adalah suatu isu kesejahteraan
hewan yang belum tuntas sampai sekarang. Atraksi tersebut mempertontonkan aspek
kekejaman dan kesadisan terhadap satwa (Sebastianus 2012).
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 9
Berdasarkan pemaparan hasil wawancara di atas, penerapan kesejahteraan hewan atau
lebih dikenal dengan Animal Welfare pada topeng monyet masih tergolong sangat minim. Hal
ini disebabkan karena:
1. Monyet tersebut tidak mendapat kebebasan dari rasa lapar dan haus (Freedom from
Hunger and Thirst), karena pemberian makanan dari sang pelatih hanya pada ketika
sang pelatih makan bukan pada saat monyet tersebut kelaparan. Artinya monyet ini
tidak memiliki akses yang mudah dalam mendapatkan makanan dan minuman dalam
menjaga kesehatannya.
2. Monyet tersebut tidak memiliki kebebasan dari rasa tidak nyaman (Freedoms from
Discomfort). Hal ini demikian adanya karena lingkungan monyet yang seharusnya
ada di alam liar, malah dipelihara dan berada di sekitar lingkungan manusia, dan juga
monyet tersebut tidak di biarkan bergerak secara bebas ketika di kandangkan
maupun dalam beratraksi karena rantai yang melilit leher mereka. Semua yang
dilakukan monyet berasal dari keinginan pelatih dan kesemuanya harus dituruti oleh
monyet tersebut.
3. Walaupun monyet tersebut sering dimandikan dan ketika sakit monyet tersebut di
beri obat yang dikomsumsi manusia, hal ini tidak memungkinkan bahwa monyet
tersebut memiliki kebebasan dari rasa sakit, luka dan penyakit (Freedom from Pain,
Injury and Disease). Seharusnya sang pelatih dari monyet membawa ke dokter
hewan supaya rasa sakit, luka dan penyakit hewan tersebut dapat diketahui pasti dan
terobati.
4. Karena monyet tersebut telah lama berinteraksi dengan manusia maka kebebasan dia
dalam mengekspresikan perilaku normal itu bisa dikatakan tidak terpenuhi. Perilaku
normal monyet yang ada pada hewan liar berbeda dengan monyet yang ada pada
atraksi topeng monyet. Monyet pada topeng monyet yang dirawat oleh manusia lebih
dominan mengikuti cara hidup manusia di banding dengan cara hidup di alam liar
yang sesungguhnya sehingga monyet tersebut terkadang berperilaku menyimpang.
5. Dalam hal kebebasan dari rasa takut dan stress, terkadang monyet yang ada pada
topeng monyet tidak merasakan hal tersebut. Jika dilihat secara sekilas topeng
monyet tersebut menampilkan monyet yang sangat lihai memerankan apa yang
diperintahkan pelatihnya, tetapi ketika monyet tersebut tidak menurut maka rantai
yang ada pada lehernya akan di tarik dengan kencang sehingga monyet tersebut
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 10
ketakutan dan melakukan apa diinginkan pelatih.
III.2.2 Peraturan Pemerintah tentang Topeng Monyet
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan (Keswan) pada Pasal 66 ayat 1 dinyatakan bahwa untuk kepentingan kesejahteraan
hewan dilakukan tindakan yang berkaitan dengan penangkapan dan penanganan; penempatan
dan pengandangan; pemeliharaan dan perawatan; pengangkutan; pemotongan dan
pembunuhan; serta perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan sedangkan ayat
2 menyatakan Ketentuan mengenai Kesejahteraan Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan secara manusia yang meliputi (Etika,2013) :
1. Penangkapan dan penanganan satwa dari habitatnya harus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan di bidang konservasi;
2. Penempatan dan pengandangan dilkukan dengan sebaik-baiknya sehingga
memungkinkan hewan dapat mengekspresikan perilaku alaminya;
3. Pemeliharaan, pengamanan, perawatan, dan pengayoman hewan dilakukan dengan
sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan
dan penyalahgunaan, serta rasa takut dan tertekan;
4. Pengangkutan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa
takut dan tertekan serta bebas dari penganiayaan;
5. Penggunaan dan pemamfaatan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga
hewan bebas dari penganiayaan dan penyalahgunaan;
6. Pemotongan dan pembunuhan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan
bebas dari rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiayaan, dan penyalahgunaan; dan
7. Perlakuan terhadap hewan harus dihindari dari tindakan penganiyaan dan
penyalahgunaan (Etika,2013).
Adapun hukuman yang telah ditetapkan untuk sang penyiksa binatang tertulis dalam
KUHP Pasal 302, yang isinya adalah sebagai berikut (Etika,2013) :
1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah karena melakukan penganiayaan ringan terhadap hewan:
setelah direvisi maka denda tersebut mulai Rp 5.000.000,00 – 10.000.000,00
(a) Barang siapa tanpa tujuan yang patut atau secara melampaui batas, dengan sengaja
menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya;
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 11
(b) Barang siapa tanpa tujuan yang patut atau dengan melampaui batas yang diperlukan
untuk mencapai tujuan itu, dengan sengaja tidak memberi makanan yang diperlukan
untuk hidup kepada hewan, yang seluruhnya atau sebagian menjadi kepunyaannya
dan ada di bawah pengawasannya, atau kepada hewan yang wajib dipeliharanya.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan sakit lebih dari seminggu, atau cacat atau menderita
luka-luka berat lainnya, atau mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan, atau pidana denda paling banyak tiga ratus rupiah, karena
penganiayaan hewan.
3) Jika hewan itu milik yang bersalah, maka hewan itu dapat dirampas.
4) Percobaan melakukan kejahatan tersebut tidak dipidana.
Pada kenyataan sebenarnya peraturan dalam perundang undangan ini hanyalah sebuah
aksesori yang tertulis di kertas. Mengapa demikian, hal ini dikarenakan peraturan ini bisa
dikatakan masih belum terlaksana dengan baik. Buktinya, dengan masih banyaknya atraksi
topeng monyet yang ada di seluruh Indonesia.
III.2.3 Peran Masayarakat terhadap Monyet
Monyet adalah binatang hutan yang tidak boleh dimiliki perseorangan apalagi
diperjualbelikan. Salah satu alasan mengapa sangat banyak monyet yang ada di jalanan adalah
karena harga monyet bisa dikatakan murah dan terjangkau. Oleh karena itu banyak sekali
masyarakat yang membeli monyet dengan mudah lalu mereka jual belikan kembali atau
mereka jadikan sebagai “mesin uang” dengan cara menjual atraksi mereka di jalanan.
Disinilah peran pemerintah sangat dibutuhkan karena akar dari permasalahan ini berasal dari
tidak adanya hukum yang tegas mengenai penangkapan binatang hutan khususnya binatang
yang dilindungi. Mungkin sebagian orang berpendapat lain, manusia mempekerjakan binatang
dalam rangka mencari sesuap nasi. Selain itu juga topeng monyet dipercaya adalah bagian dari
budaya Indonesia yang tidak bisa dihilangkan. Akan tetapi apakah manusia setuju dengan
adanya kegiatan mengeksploitasi binatang secara berlebihan, tidak wajar dan tidak sesuai
dengan hak asasi yang dimiliki binatang. Mungkin banyak sekali di dunia ini pengekspoitasian
binatang secara brutal. Bukan hanya topeng monyet, kita tahu bahwa banyak sekali dan
mungkin terlalu banyak kejadian-kejadian memprihatinkan yang dialami oleh para binatang.
Sebagai khalifah di muka bumi ini dan sebagai makhluk yang memiliki akal serta perasaan
sudah seharusnya manusia hidup di dunia ini untuk menjaga lingkungan sekitarnya, salah
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 12
satunya yaitu peduli pada alam. Tumbuhan dan binatang merupakan ciptaan Tuhan yang
keberadaannya harus kita jaga. Topeng monyet mungkin adalah salah satu sumber mata
pencaharian yang dimiliki oleh sebagian orang dalam menyambung hidup, namun saya yakini
bahwa masih banyak cara lain untuk mencari sesuap nasi tanpa harus mengorbankan binatang
secara tidak wajar apalagi melakukan penyiksaan khususnya monyet pada kegiatan topeng
monyet (Anggie,2013).
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 13
BAB IV
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Topeng monyet yang selama ini dikenal masyarakat sebagai sebuah atraksi menghibur,
ternyata merupakan bentuk kekerasan terhadap satwa. Penerapan konsep kesejahteraan hewan
pada topeng monyet bisa dikatakan masih sangat minim hal ini disebabkan karena aturan yang
mengatur tentang kesejahteraan hewan itu sendiri masih belum terlaksana dengan baik, begitu
pula dengan edukasi masyarakat itu sendiri. Maka dari itu diperlukan pemahaman serta
aplikasi dari kesadaran masyarakat tentang kesejahteraan hewan khususnya pada topeng
monyet yang masih banyak berkeliaran di sekitar atau lingkungan kita.
III.2 Saran
Dalam makalah ini, penulis berkeinginan agar pembaca memberikan saran kepada
penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan baik dari bentuk maupun isinya. Penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut
peduli dalam mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari dan memahami tentang
Kesrawan pada topeng monyet, semoga dengan makalah ini, para pembaca mendapatkan atau
dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuannya.
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 14
DAFTAR PUSTAKA
Dallas, S. 2006. Animal Biology and Care. 2nd ed. Blackwell Science. US.
Farista, Etika.2013. Makalah Penerapan Kesrawan di RPH.http://etikafarista.blogspot.com
/2013/01/makalah-penerapan-kesrawan-di-rph.html. Diakses pada hari Jumat, 27 Februari
2015.
Isnaeni, Hendri F.2014. Perjalanan sejarah topeng monyet Indonesia.http://indones iaindo
nesia.com/f/113865-perjalanan-sejarah-topeng-monyet-indonesia/. Diakses pada hari
Jumat, 27 Februari 2015.
Olaf, Sebastianus. 2012. Perancangan komunikasi visual film animasi pendek "dance of the ape".
http://thesis.binus.ac.id/doc/Lain-lain/2012-2-01901-DS%20WorkingPaper001.pdf.
Diakses pada hari Jumat, 27 Februari 2015.
Soniawati,Anggie. 2013. Topeng Monyet: Usut tindakan kekerasan pada monyet yang dilakukan
oleh manusia. https://www.change.org/p/topeng-monyet-usut-tindakan- kekerasan-pada-
monyet-yang-dilakukan-oleh-manusia. Diakses pada hari Jumat, 27 Februari 2015.
Tae, Patrisius F.2012.http://bescemp.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-macaca-
fascicularis.html. Diakses pada hari Jumat, 27 Februari 2015.
MAKALAH KESRAWAN DAN KESMAVET 15