6
23 ANATOMI DAN FISIOLOGI TUBA EUSTACHIUS Ronaldi K. Jusri, Sri Harmadji Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya PENDAHULUAN Tuba Eustachius merupakan struktur unik yang merupakan suatu saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring yang antara lain berfungsi sebagai alat ventilasi kavum timpani. 1-5 Fungsi yang abnormal dari tuba Eustachius seperti gangguan membuka atau menutupnya tuba ataupun gangguan dari transpor mukosilier dapat menyebabkan perubahan patologis telinga tengah yang akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pendengaran, terjadinya otitis media dengan komplikasinya. 1,2,4,5 Tujuan dari makalah ini adalah membahas beberapa hal yang berhubungan dengan anatomi dan fisiologi tuba Eustachius serta berbagai faktor yang mempengaruhi fungsi tuba Eustachius. Anatomi Tuba Eustachius Tuba Eustachius atau tuba auditorius merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Dari orifisium nasofaringeal tuba Eustachius berjalan kearah latero-postero-superior menuju orifisium timpanal. Dengan demikian orifisium timpanal lebih tinggi 2-2,5 cm dibandingkan level orifisium nasofaringeal dengan membentuk sudut 40 0 -45 0 dengan bidang horizontal. 1,3,6 Panjang tuba Eustachius pada orang dewasa sekitar 31-38 mm. 1,3 Tuba Eustachius pada bayi dan anak relatif lebih lebar, pendek dan horizontal dengan membentuk sudut 10 0 dengan bidang horizontal. Keadaan seperti ini dapat memudahkan terjadinya penjalaran radang atau infeksi dari nasofaring ke kavum timpani pada bayi. 6 Gambar 1. Anatomi tuba Eustachius. 1 Tuba Eustachius terdiri dari dua bagian yaitu pars oseus dan pars kartilaginus. Pars oseus bermuara ke kavum timpani dan pars kartilaginus bermuara ke nasofaring. Lumen dari kedua bagian tuba Eustachius ini berbentuk kerucut, kedua puncaknya bertemu pada suatu bagian yang sempit disebut ismus. 1,2,3,6,7 Lumen pars oseus berbentuk segitiga dengan tinggi 2-3 mm dan dasar 3-4 mm, pada ismus tinggi 2 mm dan leber 1 mm, kemudian pada pars kartilaginus meleber dimana pada orifisium faringeal berukuran tinggi 8-10 mm dan lebar 1-2 mm. 1,2,4

Isi materi-September-Desember 2008--siap cetak (01)journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkl13565a752e2full.pdf · $1$720, '$1 ),6,2/2*, 78%$ (867$&+,86 5rqdogl . -xvul 6ul +dupdgml

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isi materi-September-Desember 2008--siap cetak (01)journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkl13565a752e2full.pdf · $1$720, '$1 ),6,2/2*, 78%$ (867$&+,86 5rqdogl . -xvul 6ul +dupdgml

23

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUBA EUSTACHIUS

Ronaldi K. Jusri, Sri Harmadji

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya PENDAHULUAN Tuba Eustachius merupakan struktur unik yang merupakan suatu saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring yang antara lain berfungsi sebagai alat ventilasi kavum timpani.1-5 Fungsi yang abnormal dari tuba Eustachius seperti gangguan membuka atau menutupnya tuba ataupun gangguan dari transpor mukosilier dapat menyebabkan perubahan patologis telinga tengah yang akhirnya dapat mengakibatkan gangguan pendengaran, terjadinya otitis media dengan komplikasinya.1,2,4,5

Tujuan dari makalah ini adalah membahas beberapa hal yang berhubungan dengan anatomi dan fisiologi tuba Eustachius serta berbagai faktor yang mempengaruhi fungsi tuba Eustachius. Anatomi Tuba Eustachius Tuba Eustachius atau tuba auditorius merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Dari orifisium nasofaringeal tuba Eustachius berjalan kearah latero-postero-superior menuju orifisium timpanal. Dengan demikian orifisium timpanal lebih tinggi 2-2,5 cm dibandingkan level orifisium nasofaringeal dengan membentuk sudut 400-450 dengan bidang horizontal.1,3,6 Panjang tuba Eustachius pada orang dewasa sekitar 31-38 mm.1,3 Tuba Eustachius pada bayi dan anak relatif lebih lebar, pendek dan

horizontal dengan membentuk sudut 100 dengan bidang horizontal. Keadaan seperti ini dapat memudahkan terjadinya penjalaran radang atau infeksi dari nasofaring ke kavum timpani pada bayi.6

Gambar 1. Anatomi tuba Eustachius.1

Tuba Eustachius terdiri dari dua bagian yaitu pars oseus dan pars kartilaginus. Pars oseus bermuara ke kavum timpani dan pars kartilaginus bermuara ke nasofaring. Lumen dari kedua bagian tuba Eustachius ini berbentuk kerucut, kedua puncaknya bertemu pada suatu bagian yang sempit disebut ismus.1,2,3,6,7 Lumen pars oseus berbentuk segitiga dengan tinggi 2-3 mm dan dasar 3-4 mm, pada ismus tinggi 2 mm dan leber 1 mm, kemudian pada pars kartilaginus meleber dimana pada orifisium faringeal berukuran tinggi 8-10 mm dan lebar 1-2 mm.1,2,4

Page 2: Isi materi-September-Desember 2008--siap cetak (01)journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkl13565a752e2full.pdf · $1$720, '$1 ),6,2/2*, 78%$ (867$&+,86 5rqdogl . -xvul 6ul +dupdgml

24

Pars Oseus (protimpanum) Merupakan sepertiga posterior

panjang tuba Eustachius (11-14 mm) yang bermuara ke kavum timpani di dinding anterior, dan bagian ini selalu terbuka.1,2,3,6,8 Secara histologis sebagian ujung pars kartilageneus masuk kedalam pars osseus, sehingga hubungan kedua bagian tersebut tidak membentuk mekanisme persendian. Orifisium timpanal terletak lebih tinggi dari hipotimpanum, keadaan ini mengakibatkan tuba Eustachius tidak dapat melakukan drainase secara pasif dari telinga tengah jika terjadi efusi sewaktu kepala berdiri tegak.1,2,9,10,11 Pars Kartilaginus

Bagian ini merupakan dua pertiga anterior panjang tuba Eustachius yang terdiri dari membran dan kartilago, berbentuk terompet dengan panjang 20-25 mm.

Bagian medial berupa tulang rawan yang melengkung dan bagian latero inferior berupa membrane dimana melekat otot tensor veli palatini. Bagian tulang rawan terdiri dari 3 sampai 4 segmen yang dapat menggeser satu sama lain sehingga dapat bergerak melingkar mengikuti gerakan menelan.1,2,9,10

Pars kartilaginus lebih banyak dalam keadaan tertutup akibat tekanan otot dan jaringan lemak (Ostman fatty pad’s) di lateral membran dan baru terbuka jika membran tertarik ke lateral oleh kontraksi otot tensor veli palatini pada waktu mengunyah atau menelan.1,4,9,10

Gambar 2. Potongan koronal dan tranversal dari tuba Eustachius.1

Muskulus Ada 3 otot yang memegang peranan penting dalam mekanisme pembukaan tuba

secara aktif yaitu m. tensor veli paltini, m. levator veli paltini, m. salpingofaringeus. Namun otot-otot yang berhubungan dengan tuba Eustachius pada dasarnya ada 4 yaitu selain 3 otot diatas juga ada m. tensor timpanum.1,2,9,10

Muskulus tensor veli palatine melekat pada fosa skapoidea os spenoid dan bagian lateral membrane pars kartilagineus. Tendon otot ini melingkari bagian lateral humulus pterigoideus kemudian ke medial melekat pada bagian posterior palatum derum.1,4,10 Kontraksi otot ini terjadi saat menelan, mengunyah atau menguap. Pada keadaan ini membran pars kartilagineus di tarik ke lateral oleh m.

Page 3: Isi materi-September-Desember 2008--siap cetak (01)journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkl13565a752e2full.pdf · $1$720, '$1 ),6,2/2*, 78%$ (867$&+,86 5rqdogl . -xvul 6ul +dupdgml

25

tensor veli paltini sehingga lumen tuba Eustachius terbuka. Otot ini diinervasi oleh cabang mandibula saraf trigeminus.1,4,9,10

Gambar 3. Perlekatan m. tensor veli

palatini pada dinding tuba Eustachius. Mukosa

Mukosa yang melapisi lumen dari tuba eustachius terdiri dari dari epitel torak bersilia yang sama dengan traktus respiratorius bagian atas yang bermodifikasi, hanya ujung faringeal saja yang betul-betul merupakan saluran nafas atas.1,7,9,10,12

Sel Goblet dan sel bersilia banyak terdapat di mukosa pars kartilagineus, sedangkan pada pars osseus sel Goblet dan bersilia hanya terdapat pada mukosa di dasar lumennya saja.

Kelenjar mukus dan sel Goblet ini meghasilkan sekresi yang akan membentuk suatu mucous blanket yang bersama sel bersilia membentuk suatu mucociliary transportation system.1,9,10

Vaskularisasi dan System Limfatik

Vaskularisasi tuba Eustachius berasal dari cabang-cabang a. maksilaris interna, a.

faringealis asendens dan a. palatina asendens. Aliran vena berasal dari pleksus venosus pada lapisan submukosa tuba Eustachius menuju Pleksus Pterigoideus. Pleksus venosus mukosa tuba Eustachius juga menerima aliran darah dari sistem vena kavum timpani.4,10 Pleksus limfatikus terutama terdapat pada sekitar orifisium tuba Eustachius. Dari sini aliran limfe menuju limfonodi retrofaring, limfonodi jugularis dan limfonodi parotis.4,10 Tuba Eustachius pada Bayi dan Anak-Anak

Pada bayi dan anak-anak panjang tuba Eustachius kurang lebih separuh dari dewasa, panjangnya rata-rata 18 mm. Panjang pars kartiloginus kurang dari dua pertiga tuba Eustachius sehingga pars oseus pada bayi relatif lebih panjang dan lebar diameternya dibanding dewasa. Diameter ismus pada bayi dan anak-anak juga lebih kecil sekitar 2,4 mm – 0,8 mm dibanding dewasa 4,3 mm – 1,7 mm.1,9,10

Arah dari tuba Eustachius amat bervariasi dari mendatar hingga membentuk sudut kurang lebih 10 derajat terhadap bidang horizontal. Tuba Eustachius tidak membentuk sudut pada istmus tetapi hanya menyempit saja.1,9,10

Oleh karena itu sekresi dari telinga tengah tidak mengalir dengan baik dan sekresi cairan dari nasifaring dapat lebih mudah masuk ke dalam tuba Eustachius. Hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya otitis media pada bayi.10

Page 4: Isi materi-September-Desember 2008--siap cetak (01)journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkl13565a752e2full.pdf · $1$720, '$1 ),6,2/2*, 78%$ (867$&+,86 5rqdogl . -xvul 6ul +dupdgml

26

Gambar 4. Perbedaan tuba Eustachius

bayi dan dewasa.1

Fisiologi Tuba Eustachius Telah diketahui ada 3 fungsi

dari tuba Eustachius dalam memelihara fungsi telinga tengah yaitu fungsi ventilasi, fungsi drainase dan fungsi proteksi.1,4,9,10

Fungsi Ventilasi

Fungsi ini adalah dimana tuba eustachius mempertahankan tekanan udara (1 atm) didalam cavum timpani sama dengan tekanan udara luar atau sama dengan tekanan atmosfir.1,4,9,10

Dalam keadaan normal, telinga tengah merupakan suatu ruang tertutup dan penuh berisi udara. Mukosa telinga tengah secara perlahan-lahan akan mengabsorbsi udara dan nitrogen dari telinga tengah sehingga akhirnya tekanan udara dalam telinga tengah akan menurun. Pada orang dewasa, kecepatan absorbsi udara ini sekitar 1 ml/24 jam.1,8,9,10,12 Dengan terbukanya tuba Eustachius secara periodik maka udara akan masuk untuk

menyeimbangkan lagi tekanan di telinga tengah.1,8,9,10

Pembukaan lumen tuba Eustachius dapat terjadi baik secara aktif dan pasif. Pembukaan secara aktif terjadi oleh kontraksi muskulus tensor veli palatine pada saat menelan, menguap atau mengunyah.1,4,9,10,13 Pada orang dewasa gerakan menelan dapat terjadi beberapa kali dalam 1 menit dan dalam keadaan tidur terjadi sekali dalam 5 menit.1

Pembukaan tuba Eustachius pada bayi dan anak-anak frekwensinya terjadi lebih sering dibanding dewasa, sehingga bayi dan anak-anak mendapatkan kesulitan dalam mempertahankan tekanan udara ditelinga tengah.10

Pembukaan secara pasif terjadi jika tekanan didalam kavum timpani lebih tinggi dari pada tekanan atmosfir.

Tuba Eustachius bekerja paling efisien bila dalam posisi tegak. Efisiensi tuba Eustachius akan menurun seiring dengan semakin rebahnya tubuh. Menurut Ingelstedt dkk (1967), yang dikutip dari bluestone.1 Volume udara yang melewati tuba Eustachius akan berkurang 1/3 bila tubuh kita membentuk sudut 200 terhadap bidang horizontal dan berkurang 2/3 bila kita berbaring.1,9 Fungsi Drainase

Mukosa kavum timpani dan tuba Eustachius memiliki sel-sel yang yang menghasilakn sekret. Tuba Eustachius mengalirkan secret ini dari kavum timpani kearah nasofaring dengan suatu transpor mukosiliar. Fungsi drainase secret oleh tuba Eustachius dipengaruhi oleh aktifitas sel-sel bersilia, grafitasi, gradasi tekanan udara sepanjang tuba Eustachius dan viskositas secret itu sendiri.1,9,10

Page 5: Isi materi-September-Desember 2008--siap cetak (01)journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkl13565a752e2full.pdf · $1$720, '$1 ),6,2/2*, 78%$ (867$&+,86 5rqdogl . -xvul 6ul +dupdgml

27

Fungsi Proteksi Pada keadaan normal tuba

eustachius selalu dalam keadaan tertutup sewaktu istirahat.1,4,9 Dengan demikian dapat menghalangi sekret dan kuman dari nasofaring masuk kedalam kavum timpani. Bluestone1 menganalogikan fungsi proteksi dari tuba Eustachius, kavum timpani dan sel-sel mastoid sebagai labu Erlenmeyer dengan leher yang panjang dan sempit. Mulut labu diumpamakan sebagai orifisium nasofaring, leher labu sebagai ismus tuba Eustachius, dan bulbus labu sebagai kavum timpani dan mastoid.1,9,10

Gambar 6. Fungsi tuba

Eustachius dalam memelihara telinga tengah.1

Gambar 7. Model labu yang dianalogikan sebagai tuba Eustachius kavum timpani-mastoid.1

Bila sedikit cairan dimasukkan di leher labu maka cairan tersebut akan

terhenti di leher labu sebagai akibat adanya tekanan pasitif dalam bejana tersebut.1,9 Cairan nasofaring dapat masuk ke tuba Eustachius bila diberi suatu tekanan positif kuat. Bersin sewaktu hidung buntu, menangis, menelan sambil menutup hidung, menyelam atau lepas landasnya pesawat terbang dapat meningkatkan tekanan nasofaring yang dapat menyebabkan kegagalan dari fungsi proteksi tuba.1,4,9,10 Sedangkan pada anak-anak, model labu tersebut sedikit berbeda. Model labu pada anak-anak mempunyai leher labu yang lebih pendek. Hal ini dianalogikan dengan lebih pendeknya tuba Eustachius pada anak-anak dibanding orang dewasa. Karena leher labu yang lebih pendek tersebut maka kemungkinan terjadinya refluks sekresi nasofaring ke telinga tengah pada anak-anak lebih besar dibanding dewasa.1,9,10 RINGKASAN Secara ringkas telah disampaikan beberapa hal mengenai tuba Eustachius. Tuba Eustachius merupakan saluran yang menghubungkan nasofaring dengan kavum timpani dan dibagi menjadi dua bagian yaitu pars osseus dan pars kartilagenous. Secara anatomi terdapat perbedaan anatomi antara anak dan dewasa yang berpengaruh terhadap fungsi dari tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius antara lain meliputi fungsi ventilasi yang merupakan alat untuk menyeimbangkan tekanan udara dalam kavum timpani terhadap tekanan atmosfir, fungsi drainase yang merupakan sarana untuk mengalirkan mukus dari dalam kavum timpani ke nasofaring dan fungsi proteksi yang melindungi kavum timpani dari pengaruh dunia luar.

Page 6: Isi materi-September-Desember 2008--siap cetak (01)journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkl13565a752e2full.pdf · $1$720, '$1 ),6,2/2*, 78%$ (867$&+,86 5rqdogl . -xvul 6ul +dupdgml

28

DAFTAR PUSTAKA 1. Bluestone CD. Anatomy and

physiology of the Eustachian tube system. In : Bailey BJ, editor. Head & Neck Surgery Otolaryngology. 6th edition. Philadelphia, JB Lippincot Company; 1993. p. 1253-62.

2. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam : Iskandar N, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi 5, Jakarta, FKUI, 2001. hal. 49-50.

3. Liston SL dan Duvall AJ. Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga. Dalam : Boies, editor. Buku ajar penyakit THT. Edisi 6, penerbit buku kedokteran EGC, 1994. hal. 33.

4. Anatomy of the Eustachian tube. Available at: http://www.emedicine.com/esp/dictionary. Accessed August 21st, 2007.

5. Eustachian tube. Available at: http://www.whonamedit.com/doctor.cfm/1433.html. Accessed August 21st, 2007.

6. Lee K.J. Eustachian tube. In: Lee K.J, editor. Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. 8th edition. McGraw-Hill Medical Publishing Divition. p.9-10.

7. Bordley JE, Brookhouser PE, Tucker Jr GF. The Ear : otitis media & mastoid disease. In: nose & throat disorder in children. Raven Press. p. 65-97.

8. Cohn AM. Clinical assessment of Eustachian tube ventilatory function. Laryngoscope 1977 Aug; 87 : 1336-1358.

9. Bluestone CD. Physiology of the middle ear and Eustachian tube. In Paparella, editor. Otolaryngology – Head & Neck. 3th edition. Philadelphia, WB Saunders Company; 1991.p.163-83.

10. Bluestone CD and Klein JO. Otitis media & Eustachian tube dysfunction. In : Pediatric Otolaryngology. 4th edition.Volume 1. Saunders P.497-517.

11. David F. Anatomi dan Embriologi. Dalam Ballenger JJ,editor. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Jilid Dua. Edisi 13, Alih bahasa Staf ahli bagian THT RSCM – FKUI Indonesia, Binarupa Aksara. hal. 101-51.

12. Penyakit Kataral Telinga Tengah. Dalam Ballenger JJ, editor. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Jilid Dua. Edisi 13, Alih bahasa Staf ahli bagian THT RSCM – FKUI Indonesia, Binarupa Aksara. hal.366-83.

13. Ganong F.W. Pendengaran & Keseimbangan. Dalam : Djauhari Widjajakusumah, editor. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 17, Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. Hal : 165-66.