14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan suatu penyakit kulit kelompok dermatosis eritroskuamosa bersifat kronik residif yang ditandai dengan menebalnya kulit disertai timbulnya bercak- bercak merah ditutupi sisik-sisik putih kasar. 1 Psoriasis sering dijumpai di negara-negara barat dan sebagian di Asia. Penyakit ini dapat mengenai seluruh kelompok umur, walaupun pada bayi dan anak-anak jarang. Tidak ada perbedaan pada laki-laki dan wanita. Umur rata-rata pada waktu gejala pertama timbul pada laki-laki 29 tahun dan wanita 27 tahun. 2 Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3 - 7%, di Amerika Serikat 1 -2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa Indian di Amerika. 2 Penelitian yang ada menyebutkan prevalensi kasus psoriasis di negara Indonesia juga termasuk masih banyak ditemukan. Jenis psoriasis vulgaris merupakan bentuk yang paling lazim ditemukan, kira-kira 90% dari seluruh penderita psoriasis. 2 Pada 10 Rumah Sakit di Indonesia tahun 1996-1998, prevalens psoriasis 0,59%-0,92%. Di RS Dr. M. Djamil Padang tahun 2000- 2003 berkisar 1,6% – 2,6%. 3 1

Isi Psoriasis

  • Upload
    dapi253

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isi Psoriasis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psoriasis merupakan suatu penyakit kulit kelompok dermatosis eritroskuamosa bersifat

kronik residif yang ditandai dengan menebalnya kulit disertai timbulnya bercak-bercak merah

ditutupi sisik-sisik putih kasar.1

Psoriasis sering dijumpai di negara-negara barat dan sebagian di Asia. Penyakit ini

dapat mengenai seluruh kelompok umur, walaupun pada bayi dan anak-anak jarang. Tidak

ada perbedaan pada laki-laki dan wanita. Umur rata-rata pada waktu gejala pertama timbul

pada laki-laki 29 tahun dan wanita 27 tahun.2

Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di

Eropa dilaporkan sebanyak 3 - 7%, di Amerika Serikat 1 -2%, sedangkan di Jepang 0,6%.

Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian pula bangsa

Indian di Amerika.2

Penelitian yang ada menyebutkan prevalensi kasus psoriasis di negara Indonesia juga

termasuk masih banyak ditemukan. Jenis psoriasis vulgaris merupakan bentuk yang paling

lazim ditemukan, kira-kira 90% dari seluruh penderita psoriasis.2 Pada 10 Rumah Sakit di

Indonesia tahun 1996-1998, prevalens psoriasis 0,59%-0,92%. Di RS Dr. M. Djamil Padang

tahun 2000-2003 berkisar 1,6% – 2,6%.3

Kami mengambil psoriasis sebagai laporan kasus kami karena memperhatikan masih

tingginya jumlah kasus psoriasis di Indonesia. Selain itu, psoriasis menjadi suatu masalah

karena kebanyakan penderita psoriasis memiliki lesi yang tak hilang seumur hidupnya.

Meskipun tidak menyebabkan kematian tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, juga

mempengaruhi kualitas hidup penderita. Penyebab pasti yang masih belum jelas membuat

pengobatan psoriasis belum memuaskan sehingga mengakibatkan beban sosial dan ekonomi

bagi penderita.

1

Page 2: Isi Psoriasis

BAB II

KASUS

2.1 Identitas

Nama penderita : Ny.Sumiarti

No. RM : 146573

Umur : 34 tahun

Alamat : Triwung Kidul

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tanggal pemeriksaan : 19-12-2012

2.2 Anamnesa

Keluhan Utama : gatal diseluruh tubuh

Riwayat Penyakit Sekarang:

Gatal di seluruh tubuh dirasakan sejak kurang lebih 5 bulan lalu. Gatal terasa hilang timbul

dan sangat mengganggu pasien. Bila gatal muncul pasien biasanya akan menggaruknya

sehingga memperparah luka.

Awalnya luka berupa bercak kecil berwarna merah timbul di lengan kiri, lama-kelamaan

bercaknya melebar dan menyebar ke lengan kanan lalu perut dan kedua paha disertai

munculnya sisik berwarna putih yang menutupi bercak merah tersebut.

Pasien tidak mengeluh giginya berlubang. pilek dan demam.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien tidak menderita kencing manis.

Riwayat keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang mendderita penyakit yang sama.

Riwayat sosial:

Pasien tidak mengalami stres.

Riwayat pengobatan:

Pasien pernah diberi obat dari puskesmas tetapi lupa nama obatnya, juga diberi bedak

salisilat. Pasien sering mengkonsumsi obat yang meningkatkan nafsu makan dan menaikkan

berat badannya yang dibeli sendiri di apotek selama 5 bulan terakhir tetapi bercaknya tidak

sembuh malah tambah banyak dan menyebar.

2

Page 3: Isi Psoriasis

2.3 Pemeriksaan klinis

Gambar 1: lokasi tangan Gambar 2: lokasi tangan

Gambar 3: Lokasi perut

Gambar 4: lokasi kaki

Gambar 5:Lokasi dada bagian atas

3

Page 4: Isi Psoriasis

a. Lokasi: Tangan, kaki dan perut

Distribusi : tersebar

Ruam: plak eritematous multipel dengan ukuran bervariasi antara 1,5-3 cm ditutupi skuama

tebal berlapis-lapis berwarna putih, ada juga yang transparan. Di sekeliling ruam terdapat

ekskoriasis. Terdapat fenomena tetesan lilin dan Auspit sign.

b. Lokasi: leher dan dada bagian atas

Distribusi: menyebar

Ruam: papul eritematous multipel dengan ukuran bervariasi antara 0,1-0,3 cm. Ditemukan

komedo tertutup berwarna putih di atas kulit eritematous.

Gambar 6: tes auspitz Gambar 7: bintik pendarahan (tanda Auspitz)

2.4 Diagnosa banding:

a. Psoriasis vulgaris + Erupsi acneiformis

b. Tinea korporis + Erupsi acneiformis

c. Pityriasis rosea + Erupsi acneiformis

2.5 Pemeriksaan lab/penunjang:

Tidak dilakukan

2.6 Diagnosis:

Psoriasis vulgaris + Erupsi acneiformis

4

Page 5: Isi Psoriasis

2.7 Terapi:

Prometasin 10 mg 2x1 prn

Clobetasol propionat 0,05% oinment (Dermovat salep 10 g)

2.8 Saran:

Jangan menggaruk luka pada daerah yang gatal

Hentikan mengkonsumsi obat yang selama ini dibeli sendiri oleh pasien

5

Page 6: Isi Psoriasis

BAB III

PEMBAHASAN

Psoriasis adalah penyakit kulit yang diduga autoimun, bersifat kronik dan residitif,

ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis-

lapis dan transparan, disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.4

Pada kasus ini, didapatkan psoriasis yang bersifat kronis sejak 5 bulan lalu dan sering

kambuh-kambuhan. Ruam yang didapatkan adalah plak eritematous multipel dengan ukuran

bervariasi antara 1,5-3 cm ditutupi skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih, ada juga yang

transparan. Di sekeliling ruam terdapat ekskoriasis. Terdapat fenomena tetesan lilin dan

Auspit sign.

Insiden pada kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa

dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika Serikat 1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada

bangsa kulit hitam seperti di Afrika jarang dilaporkan, demikian pula bangsa Indian di

Amerika.4 Jenis psoriasis vulgaris merupakan bentuk yang paling lazim ditemukan, kira-kira

90% dari seluruh penderita psoriasis.2 Pada kasus ini, ditemukan psoriasis vulgaris.

Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Ada beberapa hal yang berperan

yaitu:4

1. Faktor genetik, bila orang tua tidak menderita psoriasis risiko mendapatkan psoriasis

12%, sedangkan jika salah satu seorang orangtuanya menderita psoriasis risikonya

mencapai 34-39%.

2. Faktor imunologi, defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari

tiga jenis sel yakni limfosit T, sel penyaji antigen atau keratinosit. Keratinosit psoriasis

membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi psoriasis matang umumnya penuh

dengan serbukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4

dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi baru

umumnya leebih banyak didominasi oleh limfosit T CD8. pada psoriasis pembentukkan

epidermasi (turn over time) lebih cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal

lamanya 28 hari.

Pada kasus, tidak ditemukan faktor genetik. Kami menduga psoriasis pada pasien

timbul karena proses autoimun dalam tubuh pasien.

6

Page 7: Isi Psoriasis

Berbagai faktor pencetus diantaranya stres psikis, infeksi fokal, trauma, endokrin,

gangguan metabolik, obat, alkohol dan rokok. Contoh obat yang dapat menyebabkan residif

adalah beta bloker, litium, antimalaria, dan kortikosteroid sistemik.4 Faktor pencetus yang

didapatkan pada pasien adalah riwayat penggunaan kortikosteroid sistemik yang lama.

Secara klinis, keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi

eritroderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan.4 Lesi kulit yang pertama kali timbul

biasanya pada tempat-tempat yang mudah terkena trauma antara lain: siku, lutut, sakrum,

kepala, genitalia.6 Pada pasien, tidak didapat gangguan keadaan umum tetapi ada keluhan

gatal. Lesi pertama kali muncul di daerah ekstensor dekat siku tangan kiri.

Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama

di atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema

yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan

berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikular, numular

atau plakat, dapat berkonfluensi.4

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Kedua fenomena

yang disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir tak khas, hanya kira-kira

47% yang positif dan didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka

vulgaris.4

Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah warnanya menjadi putih warnanya

pada goresan seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara

menggores dapat dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah

berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Cara mengerjakannya demikian:

skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah

skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak

akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik, melainkan perdarahan yang merata. Trauma

pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama

dengan kelainan psoriasis dan disebut fenomen Koebner yang timbul kira-kira setelah 3

minggu.4

Ruam yang didapatkan pada kasus adalah plak eritematous multipel dengan ukuran

bervariasi antara 1,5-3 cm ditutupi skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih, ada juga yang

transparan. Disekeliling ruam terdapat ekskoriasis. Terdapat fenomena tetesan lilin dan

Auspit sign. Tidak didapat fenomena Koebner.

7

Page 8: Isi Psoriasis

Selain itu, pada pasien terdapat erupsi akneformis di daerah sekitar leher dan dada

bagian atas karena penggunaan kortikosteroid sistemik jangka panjang.

Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak kira-kira 50%, yang

agak khas ialah yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar. Kelainan

yang tak khas ialah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat karena terdapat lapisan

tanduk di bawahnya (hiperkeratosis subungual) dan onikolisis.4 Pada kasus, tidak dilakukan

pemeriksaan pada kuku pasien.

Kejadian psoriasis vulgaris dan psoriasis artritis meningkat pada pasien HIV. Lesi

psoriatik bisa mendahului atau terjadi setelah infeksi HIV Psoriasis yang mendahului pada

individu dengan resiko tinggi HIV sebaiknya dilakukan tes serologi untuk HIV. Pemberian

retinoid singkat seperti isotretinoid atau acetretin biasanya aman.6

Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis, yaitu: 4 Psoriasis vulgaris, Psoriasis gutata,

Psoriasis inversa, Psoriasis eksudativa, Psoriasis seboroik, Psoriasis pustulosa, Eritroderma

psoriatik

Pada pasien didapatkan psoriasis vulgaris yaitu penyakit kulit yang ditandai oleh adanya

makula yang eritematous, bentuknya bulat atau lonjong tertutup skuama tebal, transparan

atau putih keabu-abuan.7

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah histopatologi memberikan

gambaran yang khas:6

a) Akantosis dengan disertai pemanjangan dari rete ridges

b) Pemanjangan dan pembesaran papila dermis

c) Hiperkeratosis dan parakeratosis

d) Penipisan sampai hilangnya stratum granulosum

e) Peningkatan mitosis pada stratum basalis

f) Edema dermis disertai infiltrasi limfosit dan monosit

g) Pada stratum korneum terdapat kelompo leukosit yang disebut abses Munro. Selain itu

terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.

Pada kasus, tidak dilakukan pemeriksaan histopatologi.

8

Page 9: Isi Psoriasis

Dalam penatalaksanaan Psoriasis perlu diperhatikan mengenai: Luasnya lesi kulit,

lokalisasi lesi kulit, umur penderita, ada tidaknya kontraindikasi terhadap obat yang akan kita

berikan.8

Pengobatan kausal belum dapat diberikan sehingga pengobatan ditujukan untuk:7

- Menghilangkan faktor-faktor yang dianggap sebagai pencetus timbulnya psoriasis

antara lain: stres, fokal infeksi yang dapat berupa tonsilitis, gigi karies, investasi parasit

dan obat-obatan seperti kortikosteroid sistemik.

Pada kasus, faktor pencetus yang ada ialah konsumsi kortikosteroid sistemik sehingga

pasien disarankan untuk menghentikan pemakaian obat itu lagi.

- Menekan atau menghilangkan lesi psoriasis yang telah ada meliputi:7

1. Pengobatan topikal

Biasanya digunakan salep/krim yang mengandung steroid, tar (salep LCD

5%), Kalsipotriol atau Takrolimus. Dalam kasus ini diberikan terapi

Clobetasol propionat 0,05% ointment (Dermovat salep 10 g )

2. Pengobatan sistemik:

a. Antihistamin untuk menekan rasa gatalnya.

b. Untuk lesi yang luas digunakan Methotrexate

c. Pengobatan kombinasi

- Psoralen sistemik dengan penyinaran ultra violet (PUVA)

- Kombinasi obat topikal dan sistemik.

Dalam kasus ini digunakan Prometasin 10 mg 2 x 1 sebagai pengobatan sistemik, bila

timbul gatal.

9

Page 10: Isi Psoriasis

DAFTAR PUSTAKA

1. Yunita. Tri, 2010. Tinjauan Pustaka Psorisis. Sumatera : Universitas Sumatra Utara.

2. Sekar. Adriani, 2002. Hubungan Derajat Keparahan Psoriasis Vulgaris terhadap

Kualitas Hidup Penderita. Semarang: Universitas Diponogoro.

3. Deny.Fitra dkk, 2004. Psoriasis. Dalam Majalah Kedokteran Andalas no.2 vol.28 hal.

82.

4. Djuanda.Adhi, 2007. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

5. Djuanda.Adhi, 2007. Pengobatan dengan Kortikosterois Sistemik dalam Bidang

Dermato-vebereologi. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI.

6. Martodihardjo. Sunarko dkk, 2005. Psoriasis Vulgaris. Dalam Pedoman Diagnosa dan

Terapi Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketiga. Surabaya: Airlangga

University Press, hal 94-97.

7. Murtiastutik, Dwi. 2008. Infeksi Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University

Press, hal. 255-256.

8. Murtiastutik, Dwi dkk. 2022. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi kedua.

Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair, hal. 232-232.

10