38
BAB I PENDAHULUAN Azoospermia, didefinisikan sebagai tidak adanya sperma dalam ejakulasi, diidentifikasi terjadi pada sekitar 1% dari semua pria dan 10 sampai 15% dari pria yang tidak subur. Sebuah diagnosis yang tepat untuk azoospermia dan evaluasi yang sistematis pada pasien diperlukan untuk menetapkan etiologi penyakit sehingga dapat membantu dalam menentukan pilihan tatalaksana yang tepat dan juga untuk menentukan biaya, manfaat, risiko dan prognosis untuk keberhasilan pengobatan. Tiga modalitas pencitraan utama yang digunakan untuk investigasi dari sistem reproduksi laki-laki adalah USG, MRI dan teknik invasif seperti venography dan vasography. USG hampir selalu menjadi pemeriksaan pencitraan awal pada infertilitas pria. Penilaian ditujukan untuk mengevaluasi morfologi testis, patensi duktus eferen dan anomali prostat. Disfungsi ereksi juga dapat dinilai. USG tetap menjadi andalan karena bersifat non-invasif, aman dan tersedia secara luas, dan mampu menentukan banyak kelainan yang relevan dengan infertilitas pria. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana gambaran hasil USG pada pria dengan kelainan azoospermia sehingga dapat membantu pemilihan 1

Isi Referat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat Radiologi

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Azoospermia, didefinisikan sebagai tidak adanya sperma dalam ejakulasi, diidentifikasi terjadi pada sekitar 1% dari semua pria dan 10 sampai 15% dari pria yang tidak subur. Sebuah diagnosis yang tepat untuk azoospermia dan evaluasi yang sistematis pada pasien diperlukan untuk menetapkan etiologi penyakit sehingga dapat membantu dalam menentukan pilihan tatalaksana yang tepat dan juga untuk menentukan biaya, manfaat, risiko dan prognosis untuk keberhasilan pengobatan.Tiga modalitas pencitraan utama yang digunakan untuk investigasi dari sistem reproduksi laki-laki adalah USG, MRI dan teknik invasif seperti venography dan vasography. USG hampir selalu menjadi pemeriksaan pencitraan awal pada infertilitas pria. Penilaian ditujukan untuk mengevaluasi morfologi testis, patensi duktus eferen dan anomali prostat. Disfungsi ereksi juga dapat dinilai. USG tetap menjadi andalan karena bersifat non-invasif, aman dan tersedia secara luas, dan mampu menentukan banyak kelainan yang relevan dengan infertilitas pria.Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana gambaran hasil USG pada pria dengan kelainan azoospermia sehingga dapat membantu pemilihan penatalaksanaannya agar sesuai dengan penyebab terjadinya azoospermia tersebut.

BAB IIPEMBAHASAN

II.1. Anatomi Organ Reproduksi Laki-laki

Gambar 1. Genitalia Maskulina

1) PenisPenis dapat dibagi atas korpus dan glans. Korpus penis terdiri atas: Jaringan erektil korpus kavernosum penis, uretra yang dikelilingi oleh korpus kavernosum uretrae,muskuli bulbo-kavernosus dan retraktor penis. Ujung penis disebut gland penis, dimanapada beberapa spesies tidak begitu jelas.12) SkrotumSkrotum merupakan sebuah kantung dengan dua ruang, terdiri dari kulit berpigmen, jaringan ikat dan jaringan fibrosa yang berisi testes, epididimis dan selaput-selaput yang menyelubunginya. 1Kulit skrotum tipis, berpigmen, berlipat-lipat ditandai oleh raphae median longitudinal. Jaringan subcutaneus tidak mengandung jaringan lemak, tetapi mengandung otot polos yaitu m. dartos. Scrotum terletak di bawah symphysis pubis di depan bagian atas paha dan di bawah penis. 13) TestisTestis terdiri dari 200-300 lobulus yang masing-masing mengandung satu hingga tiga tubulus seminiferus. Diantara tubulus ini terdapat sel-sel interstitial (sel Leydig) yang menghasilkan hormon testosteron saat pubertas. Setiap tubulus panjangnya sekitar 62 cm (2 kaki) ketika direntangkan dan tubulus-tubulus ini tergulung serta terbungkus dalam testis. Tubulus-tubulus ini akan beranastomosis ke posterior menuju ke suatu plexus yang disebut dengan rete testis, kira-kira selusin tubulus kemudian akan menjadi ductus efferens, menembus tunica albuginea pada bagian atas dari testis dan melewati caput epididymis. Ductus efferen bersatu untuk membentuk satu saluran yang berbelit-belit yang merupakan corpus dan cauda epididymis. 1

Gambar 2. Testis

Lapisan Testis1) Tunika vaginalisBerupa membran ganda membentuk lapisan luar testes dan berasal dari peritoneum pelvis dan abdominal. Saat akhir perkembangan fetus, testes berada dalam cavum abdomen sedikit di bawah ginjal kemudian turun ke scrotum bersama-sama peritoneum, pembuluh darah, limfe, saraf dan ductus deferens. Turunnya testes ke scrotum lengkap pada 8 bulan umur fetus. 12) Tunika albugineaAnyaman fibrosa di bawah tunika vaginalis yang menyelimuti testes. Lapisan ini membentuk septa-septa yang membagi testes menjadi lobulus-lobulus. 13) Tunika vasculosaBerisi anyaman kapiler di dukung oleh jaringan ikat longgar. 1

Vaskularisasi TestisArteri testicularis berasal dari aorta setinggi a.v. renalis (VL-1). A. testicularis ber-anastomose dengan arteri yang menuju ke vas deferens untuk memperdarahi vas deferens dan epididymis yang berasal dari a. vesicalis inferior cabang dari a. iliaca interna. Hubungan silang ini berarti jika dilakukan ligasi a. testicularis tidak menyebabkan atropi testis. 1Plexus venosus pampiniformis akhirnya menjadi satu vena pada daerah annulus inguinalis superficialis. Pada sisi kanan vena ini mengalirkan darah ke v. cava inferior dan sisi kiri ke v. renalis. 1

Aliran Limfatik TestisAliran limfatik testis mengikuti ketentuan umum aliran limfatik. Alirannya bersama-sama aliran vena dan menuju nodus limfaticus para-aorticus setinggi a.v. renalis. Hubungan bebas terjadi antara aliran limfatik kiri dan kanan, juga terjadi anastomosis dengan nodus limfaticus intrathoracis-para aorticus dan akhirnya dengan nodus limfaticus cervicalis, sehingga tidak jarang keganasan pada testis akhirnya dapat menjalar ke leher. 1

Innervasi TestisSerabut-serabut simpatis T-10 melalui plexus renalis dan plexus aorticus. 1

II.2. AzoospermiaAzoospermia didefinisikan sebagai tidak adanya sperma dalam ejakulasi. Diagnosis ini harus dikonfirmasi oleh sentrifugasi dari spesimen air mani selama 15 menit pada suhu kamar dengan pemeriksaan mikroskopis bertenaga tinggi pelet dan kecepatan sentrifugasi minimal 3.000 g. Analisis semen harus dilakukan sesuai dengan pedoman WHO 2010, dan setidaknya dua sampel semen diperoleh lebih dari dua minggu terpisah harus diperiksa.2Meskipun ada banyak penyebab azoospermia, etiologi dari gangguan ini jatuh ke dalam tiga kategori umum: pretesticular, testicular dan post-testicular. Penyebab azoospermia pretesticular adalah kelainan endokrin yang mempengaruhi spermatogenesis. Sedangkan azoospermia testicular melibatkan gangguan intrinsik dari spermatogenesis dalam testis dan azoospermia post-testicular yaitu obstruksi dari sistem duktus pada setiap lokasi saluran reproduksi laki-laki. 2Penyebab terjadinya azoospermia juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu obstruktif atau non-obstruktif. Untuk azoospermia obstruktif, yakni di antaranya tidak adanya vas deferens bilateral bawaan (Congenital Bilateral Absence Of Vas Deferens/CBAVD), obstruksi vas deferens, ectasia tubular dari rete testis atau epididymis, lesi inflamasi dari epididimis atau vas deferens, obstruksi inflamasi saluran ejakulasi, cedera iatrogenik (vasektomi, perbaikan hernia dll), dan varikokel. Sedangkan untuk azoospermia non-obstruktif (kegagalan testis primer), yaitu sindrom Klinefelter, mikrodelesi Y, dan kegagalan testis yang tidak dapat dijelaskan.3

II.3. Pemeriksaan USG Pada AzoospermiaII.3.1. Gambaran USG Pada Azoospermia Secara UmumA. USG SkrotumUSG skrotum sangat baik untuk evaluasi awal pada skrotum dan langsung dapat menunjukkan kelainan dalam testis dan struktur peritesticular, seperti varikokel dan kelainan epididimis, serta memvisualisasikan perubahan sekunder yang disebabkan oleh obstruksi duktus genitalia distal.4Pemeriksaan ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (7-12 MHz) linear-array transducer dengan panjang yang memadai untuk pengukuran longitudinal testis. Pasien diperiksa dalam posisi terlentang. Testis harus diperiksa di transversal ortogonal dan longitudinal planes, serta evaluasi warna Doppler dan volume pengukuran harus dilakukan secara rutin. Pengukuran volume biasanya dihitung sebagai panjang lebar tinggi 0,51. Total volume (kedua testis) > 30 ml dan volume testis tunggal 12-15 ml umumnya dianggap normal. 4

Gambar 3. Testis Normal pada USG SkrotumKet: (a) Gambar USG testis longitudinal normal, menunjukkan tekstur seragam dan reflektifitas dengan panjang 5,0 cm (normal 3,5-5,0 cm). (b) Gambar USG longitudinal dari testis kecil (panjang 2,5 cm) dengan tekstur yang abnormal dan reflektifitas pada pasien yang sedang diselidiki untuk infertilitas.

Sedangkan gambaran USG Skrotum yang mungkin tampak pada azoospermia meliputi:3 Ectasia rete testis: struktur tubular anechoic di mediastinum testis.11 Gambar 4. Ectasia Tubular Rete Testis Ectasia tubular dari epididimis: beberapa struktur tubular anechoic di kepala epididimis. (diagnosis pembanding untuk keadaan ini termasuk spermatokel dan kista epididimis) Inflamasi masa epididimis: pembesaran kepala epididimis heterogen. Volume testis: Testis berukuran kecil ( 13 cc) di azoospermia obstruktif

B. USG TransrektalUSG transrektal memungkinkan pencitraan resolusi tinggi dari prostat, vesikula seminalis dan vas deferens dan merupakan modalitas pilihan dalam mendiagnosis kelainan bawaan dan kelainan yang diperoleh yang berhubungan sebagai penyebab azoospermia obstruktif. 4Pasien diposisikan dalam posisi dekubitus lateral kiri. Frekuensi tinggi transduser endorektal harus digunakan dengan penutup kondom. Evaluasi yang sistematis dari terminal vas deferens, vesikula seminalis, saluran ejakulasi dan prostat dilakukan di aksial dan sagital. 4

Gambar 5. USG normal dari vesikula seminalis dan vas deferens.Ket: Gambar melintang dari gambar USG transrektal, terlihat dari atas prostat, menunjukkan vesikula seminalis simetris (panah pendek) dan vas deferens yang teletak lebih medial (panah panjang).

Gambaran USG Transrektal yang mungkin tampak pada azoospermia meliputi: 3 Tidak adanya vas deferens. Dilatasi vas deferens (diameter> 1,5 mm). Hipoplasia vesikula seminalis (diameter transversal 25 mm). Kista inflamasi di saluran ejakulasi.

II.3.2 Gambaran USG Pada Azoospermia Berdasarkan PenyebabA. VarikokelVarikokel adalah pelebaran abnormal (varises) dari pleksus pampiniformis vena yang mengalirkan darah ke setiap testis. Varikokel dapat teraba 10% pada laki-laki pada populasi umum, dan 30% pada laki-laki infertil. Mekanisme yang menghubungkannya dengan infertilitas tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan peninggian suhu, karena salah satu dari fungsi pleksus pamfiniformis adalah untuk menjada suhu testes 1 atau 2F lebih rendah dari suhu tubuh guna memberikan keadaan yang optimal untuk produksi sperma.5Saat ini, ada bukti yang meyakinkan dalam literatur bahwa varikokel menghasilkan efek berbahaya progresif pada testis, dan varicocelectomy telah terbukti untuk mencegah penurunan progresif fungsi testis dan membalikkan kerusakan. Selain itu, perbaikan varikokel telah didokumentasikan untuk meningkatkan angka kehamilan dan hasil ART. 2Azoospermia berkaitan dengan varikokel terjadi antara 5-10% dari laki-laki. Tulloch, pada tahun 1955, adalah orang pertama yang melaporkan pemulihan sperma dalam ejakulasi dan juga kehamilan berikutnya setelah varicocelectomy pada pasien terutama azoospermia. Pada saat itu, temuan ini menimbulkan perhatian baru untuk pengobatan varikokel. Namun, masih belum diketahui mengapa varikokel dapat memiliki dampak buruk, menyebabkan azoospermia, pada beberapa pasien, sementara 75% dari laki-laki yang mengalami varikokel memiliki temuan air mani yang normal.2Berdasarkan pembagian dari klasifikasi Sarteschi, gambaran USG varikokel dibagi menjadi:

a. Derajat I

Gambar 6. Varikokel (A) dengan refluks dalam pembuluh kanalis inguinalis terlihat hanya selama valsava manuver dan (B) tidak adanya varises pada pemeriksaan USG standar (A).b. Derajat II

Gambar 7. Varikokel dengan varises kecil (A) yang tampak refluks hanya selama valsava manuver (B, C).c. Derajat III

Gambar 8. Varikokel dengan vena membesar (A) yang diameter meningkat selama valsalva manuver (B).d. Derajat IV

Gambar 9. Varikokel dengan vena membesar (A) yang diameter tidak meningkat selama valsalva manuver (B).

Gambaran pemeriksaan USG pada kasus varikokel dapat dijelaskan, sebagai berikut:6 Dilatasi pembuluh darah pleksus pampiniformis > 2-3 mm, diameter. Khas memiliki tampilan serpentine. Bisa ditemukan adanya aliran reversal dengan valsava manuver. USG Doppler dapat digunakan untuk menilai tingkatan refluks.

Gambar 10. Diameter vena sebesar 4,4 mm menandakan Derajat IV varikokel.

B. UDT (Undescensus Testiculorum) / KriptorkidismePada masa gestasi sekitar 32 minggu, testis turun ke dalam skrotum di bawah pengaruh testosterone. Kriptorkidisme adalah kegagalan satu atau ke dua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum. Testis yang tidak turun biasanya lebih kecil dari normal, tidak menghasilkan sperma dengan baik, dan rentan terhadap perubahan keganasan.5Meskipun sebagian besar orang dengan riwayat testis unilateral kriptorkidisme masih mampu mempunyai anak, volume testis dan usia dilakukannya orchiopexy sebagai tatalaksana, adalah prediktor independen dari potensi kesuburan dan pengambilan sperma pada pria dengan riwayat kriptorkismus. Insiden azoospermia kriptorkidisme ditatalaksana yaitu sekitar sekitar 13 dan 34% pada unilateral dan bilateral kriptorkidisme. Namun, 30-80% kejadian azoospermia terjadi pada unilateral dan bilateral kriptorkidisme yang tidak ditatalaksana.2USG memiliki sensitivitas 45%, 78% spesifisitas, dan akurasi 88% untuk lokalisasi dari UDT dan lebih akurat dibandingkan pemeriksaan klinis. Gambaran pemeriksaan USG pada kasus varikokel dapat dijelaskan, sebagai berikut:7

Gambar 11. Testis Kanan dari UDT Tidak adanya testis dalam kantung skrotum. UDT berstruktur bulat telur hypoechoic homogen, mirip dengan testis kontralateral, dengan mediastinum testis echogenic. Testis yang ektopik biasanya berada tinggi di atas skrotum atau dalam kanalis inguinalis (39%). USG terbatas pada intra-abdomen, panggul atau retroperitoneal/testis ektopik (20%). USG kurang dapat mengevaluasi atrofi testis (41%), di mana sulit untuk membedakan antara kelenjar getah bening atau pars infravaginalis gubernacula.

Gambar 12. Testis Kiri berada di Inguinal

C. Torsio TestisTestis dapat terputar dalam kantong skrotum (torsio) akibat perkembangan abnormal dari tunika vaginalis dan funikulus spermatikus dalam masa perkembangan janin. Insersi abnormal yang tinggi dari tunika vaginalis pada struktur funikulus akan mengakibatkan testis kurang melekat pada tunika vaginalis viseralis. Testis yang demikian mudah memuntir dan memutar funikulus spermatikus.5Komplikasi yang paling signifikan dari torsio testis adalah hilangnya testis, yang dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Oligospermia berat atau azoospermia jarang terjadi pada torsio testis unilateral; Namun, kondisi ini mungkin terjadi pada torsio testis kontralateral yang memang telah mengalami kelainan sebelumnya, seperti setelah tindakan orchiopexy untuk UDT.2USG adalah modalitas pilihan untuk mengevaluasi testis yang berpotensi torsio (terpuntir). Hal ini sekaligus dapat menilai struktur testis serta vaskularisasinya. Pemeriksaan ini juga memungkinkan ahli radiologi untuk menilai klinis pasien dan menggali riwayat yang berkaitan.8Bagian yang paling penting dari pemeriksaan adalah perbandingan ke sisi yang normal. Temuan yang didapat pada torsio testis meliputi:8 Korda spermatika terputar, yang mencerminkan mekanisme patologis dan kemungkinan temuan yang paling spesifik dan sensitive baik pada torsi lengkap maupun tidak lengkap. Teknik grayscale dinamis optimal dengan gerakan transduser ke bawah menghasilkan tanda pusaran air (Whirpool Sign).

Gambar 13. Whirpool Sign Perubahan aliran darah: Torsio tidak lengkap. Indeks resistif tinggi (RI> 0.75). Aliran darah bolak-balik (to and fro flow). Torsio lengkap. Tidak adanya aliran darah di kedua testis dan epididymis. Peningkatan ukuran testis dan epididymis. Echotekstur homogen: Temuan awal, sebelum terjadinya nekrosis. Echotekstur heterogen: Temuan akhir (setelah 24 jam), yang berarti nekrosis. Daerah hypoechoic mewakili nekrosis. Daerah hyperechoic mewakili perdarahan. Hidrokel reaktif. Penebalan reaktif dari kulit skrotum dengan hiperemi dan peningkatan aliran warna pada pemeriksaan Doppler. Neovasikuler perifer testis. Hanya terlihat setelah beberapa hari dan merupakan pembesaran aliran darah perifer kolateral kecil. Hanya bagian perifer dan beberapa bagian testis yang dialiri.

Gambar 14. Torsio Testis Kiri

Penting untuk menyadari bahwa epididymo-orchitis erat dapat terlihat mirip dengan tampilan torsio testis serta torsio testis spontan. Satu-satunya cara untuk membedakan torsio testis dari diagnosis pembanding adalah jika perubahan sepenuhnya terbatas pada epididimis namun testis tetap normal.8

D. Orkitis dan Epididymo-orkitisMeskipun tidak adanya data epidemiologis konklusif, infeksi dan radang pada saluran genital dianggap penyebab paling sering berkurangnya fertilitas pria. Kedua bukti klinis dan patologis ada untuk mendukung teori bahwa kondisi peradangan kronis dari testis mengganggu spermatogenesis dan secara ireversibel mengubah jumlah dan kualitas sperma. Epididimitis kronis dan epididymo-orchitis juga dapat mengakibatkan atrofi testis. Orchitis murni paling sering dikaitkan dengan virus mumps. Epididimitis juga dapat mengakibatkan obstruksi pasca-inflamasi pada epididimis penyebab azoospermia obstruksi.4Orkitis mumps pada pubertas terjadi secara unilateral pada 67% pasien dan 33% bilateral. Atrofi testis terjadi pada 36% dari mereka yang mengalami orkitis mumps bilateral, sedangkan infertilitas terjadi hanya 13%. Bagaimanapun, orkitis mumps prapubertas tetap memiliki sedikit efek pada kesuburan masa depan.2USG merupakan pemeriksaan gold standard pada kasus ini. Bila dibandingkan dengan testis lain, gambaran orkitis kebanyak sebagai berikut: Hypoechogenicity: fokal atau difus Hypervascularity: fokal atau difus Pembengkakan Penebalan dinding skrotumGambaran USG yang tampak, sangat mirip dengan keadaan torsio testis. Sehingga perlu dibedakan dengan temuan klinisnya. Keganasan testis primer perlu dipertimbangkan terutama bila ditemui adanya perubahan fokal.2 Gambar 15. Orkitis

Gambar 16. Sebuah testis dengan orkitis berat, menunjukkan reflektifitas yang tercampur dengan kantong reflektifitas tinggi kemungkinan menandakan daerah infark dan perdarahan.

E. Obstruksi EpididymisInfeksi merupakan penyebab umum dari obstruksi di mana saja di sepanjang perjalanan dari saluran reproduksi laki-laki, terutama epididymis.4

Gambar 17. USG skrotum menunjukkan penebalan dan pembesaran tubuh epididimis (panah) dalam kasus epididimitis infektif. Testis terhindar dari proses infeksi.

Gambar 18. Lesi inflamasi seperti masa tehubung dengan ectasia tubular epididymis tipis seperti jaring pada pria 31 tahun dengan inflamasi terkait azoospermia obstruktif. Gambaran USG longitudinal citra menunjukkan nodul hyperechoic di ekor epididimis (panah terbuka) dan ectasia tubular epididimis tipis seperti jaring dalam tubuh epididimis (panah padat).

Gambar 19. Gambaran USG transrektal pada pria 30 tahun yang terbukti mengalami obstruksi inflamasi saluran ejakulasi. Gambaran USG transrektal transverse menunjukkan beberapa kalsifikasi pada dinding kista (panah), kemungkinan kista inflamasi.

Akut Gonococcus atau infeksi klamidia subakut dapat menyebabkan jaringan parut dan obstruksi berikutnya. Obstruksi epididimis iatrogenik dapat timbul setelah operasi pengangkatan kista epididimis. Obstruksi epididimis diperlakukan pembedahan untuk penatalaksanaannya. Vasoepididymostomy adalah teknik bedah mikro di mana epididimis dianastomosis ke vas deferens melewati bagian yang terjadi obstruksi.4 F. Obstruksi Vas DeferensPenyebab kongenital paling umum dari obstruksi vas deferens adalah Congenital Bilateral Absence of Vas Deferens (CBAVD), yang terlihat pada 2% dari pasien dalam penyelidikan untuk infertilitas. Hingga 82% dari pasien dengan CBAVD memiliki setidaknya satu mutasi dalam gen cystic fibrosis. Oleh karena itu, pasien dengan CBAVD harus dipertimbangkan untuk penyaringan cystic fibrosis dan konseling genetik sebelum pengambilan sperma / pengobatan injeksi sperma intracytoplasmic.4Pada pasien dengan CBAVD, USG skrotum menunjukkan dilatasi duktus eferen dengan epididimis berhenti tiba-tiba di persimpangan tubuh dan ekor dan tidak ditemukan adanya vas deferens. USG Transrektal dari persimpangan ekor vas deferens dan vesikula seminalis menunjukkan adanya ampula vas deferens.4CBAVD hampir selalu dikaitkan dengan kelainan vesikula seminalis dan duktus ejakulasi. Agenesis vas deferens diketahui terkait dengan anomali ginjal, termasuk agenesis, cross-fused ectopia dan lokasi panggul ektopik. Karena hal-hal tersebut, USG ginjal dianjurkan bila didiagnosis adanya agenesis vas deferens. Dalam cara yang sama dengan obstruksi epididimis, obstruksi vas deferens juga mungkin dapat ditatalaksana dengan rekonstruksi mikro.4 Gambar 20. CBAVD (1)

Ectasia tubular epididimis pada azoospermia obstruktif pria berusia 26 tahun yang terbukti mengalami CBAVD. Gambaran USG longitudinal menunjukkan beberapa bagian echogenic (panah) dalam epididimis (bergerak dalam tubular epididymis yang melebar pada real-time scanning), kemungkinan mewakili gerakan deposit garam kalsium yang terutama terdiri dari akumulasi sel epitel nekrotik dan sperma yang mati.10

Gambar 21. CBVAD (2)Tidak adanya sebagian dari epididimis pada pria 27 tahun dengan azoospermia obstruktif dengan CBAVD. Gambar melalui corpus epididimis berbentuk lonjong (panah) pada bagian middle-to-distal dari corpus epididimis, dan terlihat ekor epididimis tidak ada.10

Gambar 21. CBVAD (3)

Kelainan skrotum vas deferens pada pria usia 28 tahun dengan azoospermia obstruktif dengan CBAVD. Gambaran USG longitudinal menunjukkan vas deferens nyata membesar dan sebagian vas deferens tidak tampak (panah padat) di dekat cincin internal kanalis inguinalis kiri. Penebalan lokal dari dinding otot dan lumen yang melebar (panah terbuka) terlihat di bagian distal dari vas deferens skrotum.10

G. Atrofi TestisAtrofi testis dikaitkan dengan penurunan spermatogenesis dan penurunan kesuburan. Atrofi dapat terjadi setelah peradangan sebelumnya, sirosis hati, pengobatan estrogen, gangguan hypopituitary dan penuaan. Pada USG, ada pengurangan global dalam volume testis. Penurunan reflektifitas dan vaskularisasi kedua testis biasanya ditemukan. Epididimis biasanya tampak normal.4

Gambar 22. Gambar USG skrotum menunjukkan penurunan global volume testis dan reflektifitas di sebelah kanan (panah) pada gambaran kedua testis.

H. Tumor testis primerKanker testis mendominasi sebagai kanker yang banyak ditemukan pada laki-laki muda berusia 15-34 tahun. Diyakini juga bahwa laki-laki dengan infertilitas memiliki peningkatan risiko kanker testis, bahkan setelah mengesampingkan faktor risiko umum untuk kanker testis dan infertilitas, seperti riwayat UDT dan penyimpangan kromosom. Demikian pula pasien dengan tumor testis primer sering mengalami penurunan kualitas semen dan mengurangi kesuburan yang tampaknya khusus terjadi pada tumor sel germinal. Peterson et al, menggunakan pasien dengan limfoma testis sebagai kelompok kontrol, menunjukkan penurunan kesuburan pada pasien dengan tumor sel germinal dibandingkan dengan pada kelompok kontrol. USG skrotum adalah modalitas pilihan untuk penilaian tumor testis. Fitur keganasan testis yang bervariasi tetapi kebanyakan tumor yang homogen dan reflektifitas rendah bila dibandingkan dengan parenkim testis sekitarnya. Peningkatan vaskularisasi juga tampak. Karena kanker testis biasanya mempengaruhi laki-laki muda, pelestarian air mani sebelum terapi (baik pembedahan atau radioterapi) adalah suatu pertimbangan penting, dan air mani kriopreservasi dapat diindikasikan.4

Gambar 23. Gambar USG longitudinal menunjukkan peningkatan aliran Doppler pada lesi; seminoma yang telah terbukti secara histologi.

BAB IIIKESIMPULAN

Azoospermia, didefinisikan sebagai tidak adanya sperma dalam ejakulasi, diidentifikasi terjadi pada sekitar 1% dari semua pria dan 10 sampai 15% dari pria yang tidak subur.Etiologi dari gangguan ini jatuh ke dalam tiga kategori umum: pretesticular, testicular dan post-testicular. Penyebab terjadinya azoospermia juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu obstruktif atau non-obstruktif.USG hampir selalu menjadi pemeriksaan pencitraan awal pada infertilitas pria. Penilaian ditujukan untuk mengevaluasi morfologi testis, patensi duktus eferen dan anomali prostat. Disfungsi ereksi juga dapat dinilai. USG tetap menjadi andalan karena bersifat non-invasif, aman dan tersedia secara luas, dan mampu menentukan banyak kelainan yang relevan dengan infertilitas pria.Untuk penatalaksanaannya, pasien dengan kegagalan testis primer (azoospermia non-obstruktif) dilakukan injeksi sperma intracytoplasmic. Sedangkan untuk pasien azoospermia obstruktif, ditatalaksana dengan koreksi bedah seperti vasoepididymostomy. Juga, kita dapat memperoleh sperma langsung dari epididimis atau vesikula seminalis, dalam kasus-kasus azoospermia obstruktif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC.2. Coccuza, M., Alvarenga, C dan Pagani, R. 2013. The Epidemiology and Etiology of Azoospermia (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3583160/, diakses 12 Mei 2015)3. Goel, A, dan Jha, P. 2012. Azoospermia. (http://radiopaedia.org/articles/azoospermia-1, diakses 13 Mei 2015).4. Ammar, T., Sidhu, P danWilkins, C.J. 2012. Male Infertility: The Role Of Imaging In Diagnosis And Management (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3746399/, diakses 12 Mei 2015).5. Price, S.A. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.6. Morgan, M, dan Souza, D. 2012. Varicocoele. (http://radiopaedia.org/articles/varicocoele, diakses 13 Mei 2015).7. Knipe, H, dan Jha, P. 2012. Crypthorchidism. (http://radiopaedia.org/articles/cryptorchidism, diakses 13 Mei 2015).8. Goel, A, dan Gaillard, F. 2012. Testicular Tortion. (http://radiopaedia.org/articles/testicular-torsion, diakses 13 Mei 2015).9. Bickle, I. 2012. Orchitis. (http://radiopaedia.org/articles/orchitis, diakses 13 Mei 2015)..10. Du, J., dkk. 2010. Differential Diagnosis of Azoospermia and Etiological Classification of Obstructive Azoospermia: Role of Scrotal and Transrectal US. (http://pubs.rsna.org/doi/suppl/10.1148/radiol.10091578, diakses 12 Mei 2015).11. Mistry, K, dan Radswiki. 2012. Tubular Ectasia of Rete Testis. (http://radiopaedia.org/articles/tubular-ectasia-of-rete-testis, diakses 13 Mei 2015).1