Upload
giovani-tarega
View
121
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SINOPSIS
Citation preview
PROPOSAL TESIS
PENGARUH PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF SERTA
MENYENANGKAN (PAKEM) DAN KEDISIPLINAN GURU TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM ( S K I ) DI MADRASAH TSANAWIYAH
ASSAKINAH BANDUNG BARAT
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran pada dasarnya membahas pertanyaan apa, siapa,
mengapa, bagaimana dan seberapa baik tentang pembelajaran. Pertanyaan "
apa " berkaitan dengan sisi atau materi pembelajaran. Pertanyaan " siapa "
berkaitan dengan guru dan siswa sebagai subyek dari kegiatan pembelajaran.
Bagaimana kualifikasi, kompetensi dan prilaku seorang guru yang lebih baik.
Bagaimana cara memotivasi siswa untuk belajar. Bagaimana guru
membangkitkan partisipasi siswa sehingga dapat mengembangkan potensi
individunya secara optimal. Pertanyaan " mengapa " berkaitan dengan
penyebab atau alasan dilakukannya proses pembelajaran. Bagaimana proses
pembelajaran untuk semua mata pelajaran harus dilakukan. Pertanyaan "
bagaimana " berkaitan dengan proses pembelajaran yang lebih baik.
Bagaimana guru menciptakan proses pembelajaran yang relevan dengan
kehidupan siswa di masa kini dan masa mendatang. Bagaimana strategi,
metode dan tekhnik pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk belajar
lebih baik. Pertanyaan " seberapa baik " berkaitan dengan penilaian proses
pembelajaran, yaitu sejauh mana siswa belajar dan guru mengajar. Kegiatan
ini meliputi tekhnik penilaian untuk menilai kompetensi siswa. Seberapa
mampu guru merencanakan dan mengimplementasikan proses pembelajaran
dikelas dan mendapatkan umpan baliknya berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran1.
1 Sumiati, Metode Pembelajaran,( Bandung : CV Wahana Prima ) 2008. hlm,xi1
Berkaitan dengan posisi guru sebagai figur sentral pelaksana
pendidikan, akan memunculkan suatu tanggung jawab professional agar dapat
mengefektifkan kegiatan pembelajaran dan agar dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara optimal. Dengan demikian, guru dituntut untuk mau
dan mampu menganalisis secara konseptual mengenai hakikat pembelajaran
dalam kerangka pencapaian tujuan yang ditetapkan. Analisis proses ini
diartikan sebagai salah satu upaya pemecahan masalah (problem solving)
untuk mencari beberapa kemungkinan pelaksanaan proses pembelajaran
secara efektif dan efisien2.
Dengan kata lain, bagaimana proses pembelajaran itu dilaksanakan
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara oftimal. Dengan proses
analisis tersebut, guru sebagai pelaksana dapat menentukan berbagai strategi
dan pendekatan ( approach ), metode ( method ) dan tehnik yang mana yang
baik dan tepat digunakan, serta dipandang efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan pendidikan, yang kemudian diaplikasikannya dalam
perencenaan pengajaran ( lesson plan ) 3.
Di tengah-tengah pesatnya inovasi pendidikan tertutama dalam
konteks pengembangan proses pembelajaran sering kali guru SKI merasakan
kebingungan dalam memnghadapinya apalagi inovasi pendidikan tersebut
cenderung top down dengan strategi power coersive atau strategi pemaksaan
dan atas (pusat) yang berkuasa. Inovasi ini sengaja diciptakan oleh atasan
sebagai usaha untuk meningkatkan mutu SKI atau meningkatkan efisiensi
serta efektifitas pembelajaran pada mata pelajaran SKI dan sebagainya,
Inovasi seperti ini, dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara
mengajak, menganjurkan bahkan memaksakan apa yang menurut penguasa
itu baik untuk kepentingan bawahannya4.
2 Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam persefektif Islam, ( Bandung: Remaja Rosda Karya)2004, hlm.45
3 Uzer Usman Moh. Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: Sinar Baru) 1989 hlm 24 Setiawati lilis, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, ( Bandung: Remaja Rosda
Karya ) 1992, hlm. 52
Dari pemaparan tersebut muncul sebuah pemahaman, bahwa yang
dimaksud dengan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang integrative
yaitu belajar mengajar. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap
jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang
dialami siswa baik ketika ia berada disekolah maupun di lingkungan rumah
atau keluarganya sendiri5. Upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran,
merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh setiap orang yang
berkecimpung dalam profesi keguruan dan kependidikan. Banyak upaya
yang telah dilakukan, banyak pula keberhasilan telah dicapai, meskipun
disadari bahwa apa yang telah dicapai belum sepenuhnya memberikan
kepuasan sehingga menuntut renungan, pemikiran dan kerja keras untuk
memecahkan masalah yang dihadapi, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam ( SKI ) sering dianggap siswa sebagai mata pelajaran yang
membosankan. Untuk menghilangkan kesan membosankan, maka dianggap
perlu adanya modifikasi sistem pembelajaran. Menganalisa upaya
meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran, pada intinya tertumpu pada
suatu persoalan, yaitu bagaimana guru memberikan pembelajaran yang
memungkinkan bagi siswa terjadi proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan ( PAKEM )6. PAKEM ( Pembelajaran Aktif,
Kreatif dan Menyenangkan ) salah satu model pembelajaran yang banyak
dikembangkan pada saat ini terutama di satuan pendidikan tingkat Menengah
( SMP/MTs ).
Aktif dimaksud adalah dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya,
mempertanyakan dan mengemukakan gagasan dan mencari data dan
informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah. Belajar 5 Syah Muhibbin, Psikologi belajar , ( Jakarta : PT RajaGrafindo Persada ) 2010. hlm.636 Haris Abdul Strategi dan model-model Paikem, ( Jakarta : Ditjen Pendais Kemenag RI )
2011,hlm.383
memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam
membangung pengetahuannya, bukan poses pasif yang hanya menerima
kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran
tidak memberikan kesempatan aktif dari siswa untuk berperan aktif, maka
pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar7. Peran aktif dari
siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang
mampu mengahsilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Guru Kreatif dimaksud adalah guru yang mampu menciptakan atau
mencetuskan sesuatu yang baru dan unik. Dalam Proses Pembelajaran, Guru
Kreatif dapat mengkondisikan siswa untuk belajar dengan cara-cara yang
unik dan menarik. Pembelajarannya terasa segar dan merangsang karena ia
senantias menggunakan cara-cara yang baru dan unik. Guru kreatif mampu
mengemukakan dan menghasilkan berbagai cara, strategi, dan karya yang
sangat bermanfaat untuk keperluan pendidikan. Oleh sebab itu, guru kreatif
biasanya inovatif. Guru Kreatif kaya akan gagasan dan cara dalam
mengahadapi setiap persoalan. Ditangan guru kreatif, pembelajaran selalu
terasa menarik dan menggairahkan. Setiap keburukan yang menimpa
dijadikannya sebagai peluang untuk mencapai kebaikan. Ia melahirkan
banyak gagasan dan karya baru yang unik8 .
Guru Menyenangkan ditopang oleh dua faktor utama, yakni
kepribadian dan Kompetensi. Pribadi guru menyenangkan adalah pribadi
positif , yaitu pribadi yang memancarkan sikap positif dalam proses
pembelajaran. Sedangkan Kompetensi Guru menyenangkan adalah
kompetensi yang memenuhi standar pembelajaran dengan penguasaan ilmu
pengetahuan dan ilmu didaktik yang benar.9
Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan tidaklah cukup jika proses
pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai
7 Ditpais, Kemenag RI, Strateti dan Model- Model Pakem ( Jakarta : Kemenag RI ) 2011 hlm. 31
8 Sukadi, Guru malas Guru Rajin ( Bandung : MQS Publishing ) 2010, hlm. 74.9 Ibid hlm.76
4
siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki
sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya
aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak
ubahnya seperti bermain biasa10.
Sekolah / Madrasah adalah sebuah lembaga yang dapat membentuk
prilaku, hal ini menjadi suatu yang sangat penting untuk dikaji, terutama
terkait bagaimana pembelajaran Sejarah kebudayaan Islam di MTs
Assakinah. MTs Assakinah adalah sebuah lembaga pendidikan tingkat
Menengah yang berlokasi di daerah Ngamprah Bandung Barat, lembaga
tersebut terletak di Jalan H. Gofur RT 01 RW 07 Kp. Rawa Tengah Desa
Tani Mulya Kec. Ngamprah Kabupaten Bandung Barat yang didirikan pada
1 Juli 2009.
Salah satu alasan penulis untuk melakukan penelitian di MTs
Assakinah Ngamprah Bandung Barat adalah bahwa lembaga ini masih baru,
sehingga merasa perlu diteliti sejauh mana tingkat keberhasilan mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tersebut untuk dijadikan dasar atau
acuan di masa yang akan datang.
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan serta melihat
fenomena diatas, tampaknya menarik untuk lebih lanjut diteliti sejauh mana
PENGARUH PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF,
MENYENANGKAN (PAKEM) DAN KEDISIPLINAN GURU
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA
PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH
TSANAWIYAH ASSAKINAH BANDUNG BARAT.
B. Rumusan Masalah
10 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), hlm. 22
5
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Assakinah?
2. Bagaimana kedisiplinan guru Sejarah Kebudayaan Islam di MTs
Assakinah Kabupaten Bandung Barat?
3. Bagaimana prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MTs Assakinah Kabupaten Bandung Barat?
4. Bagaimana pengaruh pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan terhadap kedisiplinan guru dan prestasi belajar siswa dalam
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Assakinah Kabupaten
Bandung Barat?
Adapun model penelitian sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya tujuan penelitian ini diarahkan pada penyusunan suatu
deskripsi yang mengungkap hasil dilapangan. Dengan mengacu pada rincian
permasalahan diatas, maka deskripsi hasil penelitian ini untuk mengetahui :
1. Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Assakinah?6
Pembelajaran
PAKEM
Kedisiplinan
Guru
Prestasi Belajar
Siswa
2. Kedisiplnan guru Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Assakinah Kabupaten
Bandung Barat?
3. Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
MTs Assakinah Kabupaten Bandung Barat?
4. Pengaruh pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan terhadap
kedisiplinan guru dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MTs Assakinah Kabupaten Bandung Barat?
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi, baik secara
teoritis maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini untuk
mengembangkan teori pembelajaran, khususnya tentang pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan ( PAKEM ), sedangkan secara
praktis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai berikut :
1. Memberi informasi bagi pengelola pendidikan dalam upaya
memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Assakinah
Bandung Barat.
2. Dapat dijadikan suatu pola dan strategi untuk mencapai prestasi
belajar siswa dan kedisiplinan guru mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Assakinah Bandung
Barat.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis nol (Ho) yaitu
tidak adanya pengaruh pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan terhadap kedisiplinan guru mata pelajaran SKI dan Prestasi
Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah Assakinah, sedangkan
alternatifnya ( Ha) adalah pengaruhnya pembelajaran aktif, kreatif, efektif 7
dan menyenangkan terhadap kedisiplinan guru dan prestasi siswa dalam
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) Pendidikan Agama
Islam di Madrasah Tsanawiyah Assakinah Bandung Barat.
Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk
menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya dalam dunia
pendidikan digunakan istilah proses belajar mengajar dan pengajaran.
Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction11.
Menurut Gagne, Briggs dan Wager pembelajaran adalah serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar
pada siswa. Istilah pembelajaran mengacu pada kegiatan yang berpengaruh
langsung terhadap proses belajar siswa12.
Sehingga pada akhirnya indikator pembelajaran yang efektif dapat
dijelaskan sebagai berikut : (1) penekanan terhadap belajar, (2) Ekspektasi
dalam pembelajaran yang tinggi,(3) perhatian terhadap ekspektasi guru,
(4) komunikasi antara guru dan murid sebagai bagian yang saling mengisi
bukan antara subyek dengan obyek, dan (5) evaluasi terus menerus
terhadap hasil yang dicapai oleh para siswa pada proses belajar mengajar13.
Disiplin adalah berkaitan dengan mental seorang individu yang
dalam hal ini adalah guru sebagai pendidik untuk focus pada satu arah
dalam mencapai tujuan tanpa terjadi penyimpangan- penyimpangan dari
tujuan yang lainnya14. Dalam pandangan lain kedisiplinan dapat diartikan
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran
terhadap ketentuan-ketentuan yang telah disepakati bersama dalam
melaksanakan kegiatan atau aktivitas, agar pemberian sanksi dapat
dihindari15. Disiplin yang berdayaguna bermaksud untuk menumbuhkan
11 Hery Noer Alif, Watak Pendidikan Islam, ( Jakarta : Friska Agung Islami ) 2008, hlm.1112 Sumiati, Metode Pembelajaran, ( Bandung : CV Wacana Prima ) 2008, hlm. 213 Ad Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses, ( Jakarta : Gramedia) 1984, hlm. 9714 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta,
1995.hlm.7415 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 1995,
hlm 838
dinamika pekerjaan, dan berbagai macam aktivitas. Dari disiplin bekerja
inilah guru yang berfungsi dan bertugas sebagai ujung tombak pendidikan
dapat melaksanakan pekerjaan nya dengan baik. Namun sebagian kecil
terkadang masih terdapat para guru juga belum melaksanakan disiplin
pekerjaan di tempat dinasnya. Dalam hal ini pula masalah disiplin bekerja
mendapatkan perhatian untuk ditingkatkan16.
Prestasi adalah suatu hasil atau nilai yang didapatkan setelah
melakukan sesuatu usaha yang dalam hal ini adalah karena belajar. Jika
dihubungkan dengan belajar maka akan tampak adanya perbedaan antara
kemampuan seseorang dengan orang lain setelah mengalami proses
belajar. Berhasil atau tidaknya seorang dalam belajar, akan mempengaruhi
terhadap prestasi belajar. Jadi prestasi belajar merupakan wujud akhir atau
hasil akhir dari proses belajar17.
Menurut Prof. Muhibbin syah, faktor- faktor yang mempengaruhi
belajar siswa adalah18 :
1. Faktor internal ( faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa
2. Faktor Ekstrnal ( Faktor dari luar siswa). Yakni kondisi lingkungan
di sekitar siswa
3. Faktor pendekatan belajar siswa ( approach to learnig ), yakni
jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi, metode yang
digunakan siswa untuk kegiatan pembelajaran siswa.
F. Hipotesis
16 Jl Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, ( Bandung : Remaja Rosdakarya) 1986, hlm. 6917 Depag, Pembelajaran Yang Efektif, (Jakarta : Dirjen Binbaga Agama Islam) 2001, hlm. 18718 Syah Muhibbin, Psikologi Belajar. ( Jakarta: Rajawali Pers) 2009, hlm.127.
9
Menurut Dalen, Mc. Milan dan Schumacher, yang dikutip oleh Ibnu
Hajar,19 yang dimaksud hipotesis adalah pemecahan sementara atas masalah
penelitian. Ia merupakan pernyataan sementara tentang hubungan yang
diharapkan antara dua variabel atau lebih.
“Hipotesis harus dibuktikan, tidak hanya menjadi praduga dan
persangkaan belaka. Bila tidak dibuktikan dan diuji, tentu tidak dapat diketahui
sejauh mana kebenaran ilmiahnya”20. Hal ini bersesuaian dengan firman Allah
Ta’ala :
�ْغ�ِن�ي �ُع�وَّن إاَل� الَّظ�َّن� َوإَّن� الَّظ�َّن� اَل ُي �ِب �َّت � إَّن� ُي �ٍم ْل �ِه� ِم�َّن� ِع� ُه�ٍم� ِب َوِما ل�ئا ْي ِم�َّن الَحِّق$ َش
”Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan sedang Sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah
sedikitpun terhadap kebenaran“. (QS. An-Najm [54] : 28)
Dan firman-Nya :
'و�َّن َّظ�ِن � إَّن� ُه�ٍم� إاَل� ُي �ٍم ْل �َك ِم�َّن� ِع� �َذال ُه�ٍم� ِب .....َوِما ل “………dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain
hanya menduga-duga saja” (QS. Al-Jatsiyah [45] : 24).
“Kata persangkaan dan duga-duga dalam ayat di atas berarti hipotesa, yang
harus diuji dan dibuktikan kebenaran ilmiahnya.”21
Sesuai dengan kerangka berpikir di atas, hipotesis yang penulis ajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jika pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan berjalan
dengan baik dan kedisiplinan guru juga baik, maka prestasi siswa dalam
mata pelajaran SKI di Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Bandung Barat
akan tinggi.
2. Semakin baik pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan
semakin baik kedisiplinan guru, semakin tinggi prestasi siswa dalam mata
19 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metode Penelitian Kwantitatif, ( Jakarta: Raja Grafindo. 1999), hlm. 61.
20 Inu Kencana Syafi’i, Al-Qur’an Sumber Segala Disiplin Ilmu, (Gema Insani Press: Jakarta. 1994), hlm. 18.
21 I b i d, hlm. 19.10
pelajaran SKI di Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Bandung Barat akan
tinggi.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran aktif, kreatif,
efektif, serta menyenangkan dan kedisiplinan guru terhadap prestasi siswa
dalam mata pelajaran SKI di Madrasah Tsanawiyah Kabupaten Bandung
Barat.
D. Langkah-langkah Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian yang diusulkan ini akan dilaksanakan di Madrasah
Tsanawiyah Assakinah Kabupaten Bandung Barat. Penulis beranggapan,
bahwa di sekolah tersebut cukup tersedia sumber data yang diperlukan, yang
ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
" Populasi adalah sekelompok subyek, baik manusia, gejala nilai
test, benda-benda atau peristiwa."22. "Yang dimaksud dengan subyek
adalah individu yang ikut serta dalam penelitian, dari mana data akan
dikumpulkan. Sedangkan populasi adalah kelompok besar individu yang
memiliki karakter yang sama".23
Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka yang akan dijadikan
populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa Madrasah Tsanawiyah
Kabupaten Bandung Barat, yang berjumlah 155 orang.
b. Sampel
22 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Tarsito: Bandung. 1994), hlm. 93.23 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metode Penelitian Kwantitatif, hlm. 133.
11
"Sampel adalah kelompok kecil yang dilibatkan langsung dalam
penelitian, yang dipilih dari kelompok yang lebih besar (populasi), di mana
pemahaman dari hasil penelitian akan diberlakukan".24 "Sampel dikatakan
representative dari populasi, bila subyek yang dipilih mempunyai karakter
yang mencerminkan semua karakter yang dimiliki oleh populasi".25
Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah
sebanyak 100 orang, yaitu 20% dari jumlah populasi, dengan perhitungan
sebagai berikut : 455 x 20% = 91 dibulatkan menjadi 100. Angka 100
berada di antara 20% - 25% dari jumlah populasi. Hal ini didasarkan pada
pendapat Suharsimi Arikunto dan Winarno Surakhmad. Menurut
Suharsimi Arikunto, "Bila subyek penelitian berjumlah besar, maka
diambil sample antara 10-15% atau 20-25% atau lebih dari jumlah
populasi. Apabila jumlah populasi kurang dari 100, maka semuanya
dijadikan sampel (total sampling)".26 Sedangkan menurut Winarno
Surakhmad27, "Apabila populasi berjumlah di bawah 100, dapat
dipergunakan sampel sebesar 50%, dan di atas 1000 sebesar 15%.
3. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan korelasional. "Metode deskriptif adalah metode penelitian yang
tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang"28. Tujuan
utama penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang jelas
dan akurat tentang material atau fenomena yang diselidiki dan berfungsi
sebagai dasar pijakan bagi penelitian lain, dalam hal ini penelitian koresional.
Dijelaskan oleh Nana Syaodih Sukmadinata, bahwa penelitian
deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang
24 I b i d, hlm. 133.25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta. 1993), hlm. 102.26 I b i d, hlm. 107.27 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, hlm. 100.28 I b i d, hlm. 139.
12
ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak
mengadakan manipulasi atau pengubahan variabel-variabel bebas, tetapi
menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa
individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka.29
Penelitian korelasional berusaha menghubungkan suatu variabel
dengan variabel yang lain untuk memahami suatu fenomena dengan cara
menentukan tingkat atau derajat hubungan di antara variabel-variabel
tersebut. Tingkat atau derajat hubungan tersebut ditentukan oleh koefisien
korelasi (angka indeks korelasi) yang berfungsi sebagai alat untuk
membandingkan variabilitas hasil pengukuran terhadap variabel-variabel
tersebut (Borg & Gall).30 Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak
berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu variabel
terhadap variabel yang lainnya. Korelasi positif berarti nilai yang tinggi
dalam suatu variabel berhubungan dengan nilai yang tinggi pada variabel
lainnya. Korelasi negatif berarti nilai yang tinggi dalam satu variabel
berhubungan dengan nilai yang rendah dalam variabel lain.31
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, akan
digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Yakni teknik pengumpulan data, di mana peneliti mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subyek yang
diselidiki”32
b. Interview
29 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009), cet. ke-5, hlm. 54.
30 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metode Penelitian Kwantitatif, hlm. 277.31 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 56.32 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, hlm. 162.
13
Interview atau wawancara adalah teknik komunikasi langsung
antara peneliti dengan subyek atau sampel secara langsung.33. Interview
merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak
yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan
penelitian.
c. Angket
Angket adalah cara pengumpulan data melalui daftar pertanyaan
tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau
keterangan dari sumber data yang berupa orang.34 Cara ini dapat juga
dipandang sebagai interview tertulis, dengan beberapa perbedaan. Pada
angket, yang disebut juga quesioner, sampel dihubungi melalui daftar
pertanyaan tertulis.
5. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dan dilakukan pensekoran, data akan dianalisa
melalui dua tahap. Yaitu analisis parsial dan koresional.
a. Analisis Parsial
Tahap ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dari realitas
kondisi masing-masing variabel, baik variabel X1 dan X2 maupun
variabel Y.
b. Analisis Korelasional
Analisis ini bertujuan untuk mencari besarnya pengaruh antara dua
variabel bebas, yaitu variabel X1 (Pembelajaran Paikem) dan variabel X2
(Kedisiplinan Guru) secara simultan, terhadap variabel terikat Y (Prestasi
Siswa Dalam Mata Pelajaran SKI), dengan menggunakan teknik korelasi
Product Moment (Product Moment Correlation), dengan langkah-langkah
33 I b i d, hlm. 174.34 Faisal Sanafiah, Dasar dan Teknik Menyusun Angket, (Jakarta: Usaha Nasional. 1981),
hlm. 2.14
sebagaimana yang dikemukakan oleh Anas Sudijono35 dan Riduan36
sebagai berikut :
Langkah 1: Membuat H1 dan H0 dalam bentuk kalimat:
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pembelajaran
Paikem dan Kedisiplinan Guru terhadap Prestasi Siswa
Dalam Mata Pelajaran SKI di Madrasah Tsanawiyah
Assakinah Kabupaten Bandung Barat.
H0: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pembelajaran
Paikem dan Kedisiplinan Guru terhadap Prestasi Siswa
Dalam Mata Pelajaran SKI di Madrasah Tsanawiyah
Assakinah Kabupaten Bandung Barat.
Langkah 2: Membuat H1 dan H0 dalam bentuk statistik:
H1 : r ≠ 0
H0: r = 0
Langkah 3: Membuat tabel kerja atau tabel perhitungan (proses tabulasi)
Langkah 4: Mencari angka indeks korelasi "r" Product Moment antara
variabel X1 dengan variabel Y (yaitu rx1y), dengan rumus :
rx1.y = Angka indeks korelasi antara variabel X1 dengan
variabel Y.
n = Jumlah sampel
Σx12 = Jumlah deviasi skor X1 setelah terlebih dahulu
dikuadratkan.
35 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo. 1996), hlm.19136 Riduan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, (Bandung: Alfabeta. 2008), hlm. 142.
15
Σy2 = Jumlah deviasi skor Y setelah terlebih dahulu
dikuadratkan.
Langkah 5: Mencari angka indeks korelasi "r" Product Moment antara
variabel X2 dengan variabel Y (yaitu rx2y), dengan rumus :
= Angka indeks korelasi antara variable X2 dengan
variabel Y.
n = Jumlah sampel
Σx22 = Jumlah deviasi skor X2 setelah terlebih dahulu
dikuadratkan.
Σy2 = Jumlah deviasi skor Y setelah terlebih dahulu
dikuadratkan.
Langkah 6: Mencari angka indeks korelasi "r" Product Moment antara
variabel X1 dengan variabel X2 (yaitu rx1x2), dengan rumus :
Langkah 7: Mencari angka indeks korelasi antar variabel dan korelasi
ganda dengan rumus :
Langkah 8: Menguji signifikansi dengan kaidah pengujian signifikansi:
16
Jika robservasi rtabel, maka hipotesis kerja (H1) diterima atau
terbukti kebenarannya. Artinya ada korelasi yang signifikan
antara variabel X1 dan X2 dengan variabel Y. Sebaliknya jika
robservasi rtabel, maka hipotesis nihil (H0) ditolak. Artinya tidak
ada korelasi yang signifikan antara variabel X1 dan X2
dengan variabel Y .
Langkah 9: Memberikan interpretasi terhadap rx1x2y atau robservasi, dapat
dilakukan dengan cara sederhana atau dilakukan dengan
berkonsultasi pada nilai "r" Product Moment, serta menarik
kesimpulannya.
Untuk analisis data, sesuai dengan pendapat Nana Syaodah
Sukmadinata, berlansung dalam lingkaran yang saling tumpang tindih,
teknik yang digunakan fleksibel, tergantung pada strategi terdahulu yang
digunakan dan data yang diperoleh.37 Adapun analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini : (1) Pengumpulan data dan pengamatan dokumen
dengan cara triangulasi, yaitu data pada pertemuan pertama belum dicatat,
tetapi data pada pertemuan-pertemuan selanjutnya dicatat, disusun,
dikelompokan secara intensif kemudian diberi kode. (b) Sementara
pengumpulan data terus berjalan, analis data mulai dilakukan dan
keduanya dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru lagi.
(c) Setelah data tersusun peneliti membuat diagram-diagram, tabel, dan
bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya. Hasil analisis data, diagram,bagan,
dan tabel tersebut dinterpertasikan, dikembangkan menjadi proposisi dan
prinsip-prinsip. (d) Kesimpulan pada dasarnya merupakan generalisasi dari
hasil interpretasi terhadap temuan-temuan penelitian, yaitu menemukan
37 Nana Syaodah Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Remaja Rosda Karya, Thn 2007), hlm.114.
17
hal-hal yang esensial atau prinsipil dari suatu deskripsi.38 Interpretasi
dalam penelitian kualitatif mencakup : melihat hubungan antar unsur, segi,
aspek, bagian, variabel, atau komponen, dan menarik makna dari adanya
hubungan-hubungan tersebut.39
H. Telaah Pustaka
Penulis menyadari, telah banyak tulisan-tulisan yang mengkaji tentang
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
( PAKEM ), tetapi yang membahas tentang Pengaruh Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, Menyenangkan (Pakem) dan Kedisiplinan Guru Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
belum banyak yang membahasnya. Oleh sebab itu penulis merasa perlu untuk
meniliti tentang konsep Pengaruh Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
Menyenangkan ( Pakem ) Dan Kedisiplinan Guru Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan. Untuk menjaga keaslian
serta menghindari penggandaan dalam penelitian tesis ini, penulis terlebih
dahulu memaparkan beberapa tulisan yang berkaitan dengan judul diatas ,
diantaranya adalah :
1. Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional guru
terhadap Kualitas Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) yang
ditulis oleh Nurhabibah, Tesis UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tahun
2009.
2. Pendekatan Contextual teaching and learning dalam pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam ( SKI ) yang ditulis oleh Abdullah Zuhri,
Tesis UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tahun 2009.
3. Pengaruh disiplin belajar dan kepribadian siswa terhadap prestasi belajar
siswa dalam bidan studi PAI, yang ditulis oleh Hanida Sa’diyah, Tesis
UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tahun.
38 Ibid., hlm.290.39 Ibid., hlm.303.
18
4. Pengaruh disiplin belajar dan partisipasi mentoring keagamaan. yang
ditulis oleh Caswanda, Tesis UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
5. Pengaruh disiplin dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar dalam
bidang Studi Al-Qur an hadits, yang ditulis oleh Eulis Nurliyah, Tesis
UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
6. Pengaruh kegiatan ekstrakurikuler terhadap disiplin belajar dan prestasi
belajar siswa, yang ditulis T. Kurniati, Tesis UIN Sunan Gunung Djati
Bandung .
Dalam tesis ini penulis lebih menekankan pada Pengaruh
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan (Pakem) Dan
Kedisiplinan Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
19
DAFTAR PUSTAKA
Ad Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses, ( Jakarta : Gramedia) 1984,
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Raja Geafindo
Persada) 2002
Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan
Skripsi Bidang Ilmu Agama Islam, (Jakarta ; Logos, 1999), Cet. Ke-2.
Depag, Pembelajaran Yang Efektif, (Jakarta : Dirjen Binbaga Agama Islam)
2001
Ditpais, Kemenag RI, Strateti dan Model- Model Pakem ( Jakarta :
Kemenag RI ) 2011 .
Hasibuan Jl, Proses Belajar Mengajar, ( Bandung : Remaja Rosdakarya)
1986,
Hery Noer Alif, Watak Pendidikan Islam, ( Jakarta : Friska Agung Islami )
2008,
Haris Abdul Strategi dan model-model Paikem, ( Jakarta : Ditjen Pendais
Kemenag RI ) 2011.
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung : Mandar
Maju, 1990), Cet.KE-6.
Lexi J.Meleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2004).
Nana Syaodah Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung :
Remaja Rosda Karya, Thn 2007).
Syah Muhibbin, Psikologi Belajar. ( Jakarta: Rajawali Pers) 2009.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta :
Rineka Cipta, 1995.
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1990).
20
Sukadi, Guru malas Guru Rajin ( Bandung : MQS Publishing ) 2010,
Setiawati lilis, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, ( Bandung:
Remaja Rosda Karya ) 1992.
Sumiati, Metode Pembelajaran,( Bandung : CV Wahana Prima ) 2008.
Witherington, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1991),
Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam persefektif Islam, ( Bandung: Remaja
Rosda Karya)2004
Uzer Usman Moh. Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: Sinar Baru) 1989.
21