76
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu dasar peningkatan pendididkan secara keseluruhan. Mutu pendidikan sangat tergantung kepada kualitas guru dan pembelajarannya, sehingga peningkatan pembelajaran merupakan isu mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara rasional. Pembelajaran yang bernilai edukatif diwarnai dengan interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi guru dan anak didik tersebut perlu mendapat dukungan dari media intruksional atau pendidikan secara luas, tepat, dan efektif. Di era globalisasi seperti sekarang ini, disadari atau tidak pengaruhnya semakin terasa dengan semakin banyaknya saluran informasi dalam berbagai bentuk media. Media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. Di negara maju, media telah mempengaruhi kehidupan hampir sepanjang waktu. Waktu terpanjang yang paling berpengaruh itu adalah waktu yang digunakan di dunia pendidikan khususnya untuk sekolah. Metode dan Teknik Pembelajaran Matematika Page 1

Isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pembelajaran salah satu mata kuliah program studi pendidikan matematika

Citation preview

Page 1: Isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu dasar peningkatan

pendididkan secara keseluruhan. Mutu pendidikan sangat tergantung kepada kualitas

guru dan pembelajarannya, sehingga peningkatan pembelajaran merupakan isu

mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara rasional.

Pembelajaran yang bernilai edukatif diwarnai dengan interaksi yang terjadi

antara guru dan anak didik. Interaksi guru dan anak didik tersebut perlu mendapat

dukungan dari media intruksional atau pendidikan secara luas, tepat, dan efektif. Di

era globalisasi seperti sekarang ini, disadari atau tidak pengaruhnya semakin terasa

dengan semakin banyaknya saluran informasi dalam berbagai bentuk media. Media

telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita, meskipun dalam derajat yang

berbeda-beda. Di negara maju, media telah mempengaruhi kehidupan hampir

sepanjang waktu. Waktu terpanjang yang paling berpengaruh itu adalah waktu yang

digunakan di dunia pendidikan khususnya untuk sekolah.

Dalam hal itu para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang

dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat

tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya

dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan

dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 1

Page 2: Isi

1.2 Tujuan

Tujuan penyusunan makalah tentang materi “Metode dan Teknik Pembelajaran

Matematika’’ adalah:

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika.

2. Untuk lebih memahami tentang materi pembelajaran khususnya tentang “Metode

dan Teknik Pembelajaran Matematika”.

3. Agar Mahasiswa mampu mengembangkan konsep “Metode dan Teknik

Pembelajaran Matematika”.

1.3 Manfaat

Mengetahui Media Pembelajaran Matematika

Mengetahui Pengelolaan Kelas dan Interaksi

Menelaah Kasus-Kasus Pembelajaran di Kelas dan Upaya Strategi

Pembelajarannya.

1.4 Rumusan Masalah

Bagaimana Media Pembelajaran Matematika ?

Bagaimana Pengelolaan Kelas dan Interaksi?

Bagaimana Menelaah Kasus-Kasus Pembelajaran di Kelas dan Upaya Strategi

Pembelajarannya?

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 2

Page 3: Isi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendekatan Pembelajaran

Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap

proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu

proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,

menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan

cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat

dua jenis pendekatan, yaitu:

Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa

(student centered approach)

Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru

(teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya

diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin

Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap

usaha, yaitu :

Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out

put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan

aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)

yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 3

Page 4: Isi

Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan

dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan

ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan

(achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur

tersebut adalah:

Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni

perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang

dipandang paling efektif.

Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,

metode dan teknik pembelajaran.

Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau

kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

2.2. Metode Pembelajaran

Dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan

nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa

metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan

strategi pembelajaran, diantaranya:

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 4

Page 5: Isi

Ceramah

Demonstrasi

Diskusi

Simulasi

Laboratorium

Pengalaman lapangan

Brainstorming

Debat

Simposium

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan

gaya pembelajaran.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 5

Page 6: Isi

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Media Pembelajaran Matematika

A. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah

kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Association of

Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media

sebagai segala sesuatu yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan atau

informasi.

Heinich, dkk mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang

mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto,

radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan

sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-

pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-

maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.

Ciri-ciri umum yang terkandung pada media yaitu :

1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal

sebagai hardware (perangkat keras) yaitu, sesuatu benda yang dapat

dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera.

2. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai

software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 6

Page 7: Isi

perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada

siswa.

3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.

4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik

di dalam maupun di luar kelas.

5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru

dan siswa dalam proses pembelajaran.

6. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio,

televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide,

video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio

tape/kaset, video recorder).

7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan

dengan penerapan suatu ilmu.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan pendidikan dari pengirim pesan atau guru kepada

penerima pesan (siswa) dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,

dan minat serta perhatian siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar yang

mempermudah siswa dalam memahami pesan.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 7

Page 8: Isi

B. Proses Pembelajaran Sebagai Proses Komunikasi

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses

penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau

media tertentu. Dalam pembelajaran, pesan atau informasi yang disampaikan

dapat berupa pengetahuan, keahlian, ide, pengalaman, dan sebagainya.

Melalui proses komunikasi, agar tidak terjadi kesalahan dalam proses

penyampaian pesan, perlu digunakan sarana yang dapat membantu proses

komunikasi. Dalam pembelajaran di kelas, sarana/fasilitas yang digunakan

untuk memperlancar proses pembelajaran disebut dengan media

pembelajaran.

Komponen yang terdapat dalam proses komunikasi dalam proses

pembelajaran sebagai berikut.

1. Pesan, dalam proses pembelajaran adalah guru

2. Sumber pesan, dalam proses pembelajaran berupa materi pembelajaran

3. Saluran atau media, alat bantu pembelajaran

4. Penerima pesan, siswa (pembelajar)

Dalam proses pembelajaran, pengajar perlu mengetahui dasar

komunikasi dan keterampilan dasar mengajar. Ada delapan keterampilan

dasar mengajar, yaittu:

1. Keterampilan bertanya

2. Memberi penguatan

3. Mengadakan variasi

4. Menjelaskan

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 8

Page 9: Isi

5. Membuka dan menutup pelajaran

6. Membimbing diskusi kelompok kecil

7. Mengelola kelas

8. Mengajar kelompok kecil dan individual

C. Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran

Media pembelajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau

mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu harus

diperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya yang antara lain :

1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang

integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu

yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan

hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan.

2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang

digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses

belajar mengajar.

3. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media

pengajaran yang digunakan.

4. Guru seharusnya memperhitungkan untung-ruginya pemanfaatan suatu

media pembelajaran.

5. Penggunaan media pembelajaran harus diorganisir secara sistematis bukan

sembarang menggunakannya.

6. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media,

maka guru dapat memanfaatkan multimedia yang menguntungkan dan

memperlancar proses belajar mengajar dan juga dapat merangsang siswa

dalam belajar.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 9

Page 10: Isi

Adapun beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam

pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu :

1. Media pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan.

2. Media pembelajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau

didengar.

3. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.

4. Media pengajaran juga harus sesuai dengan kondisi individu siswa.

5. Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam proses

pembelajaran siswa.

D. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Secara umum media pengajaran mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas,

sehingga mempermudah siswa dalam memahami pesan tersebut.

2. Mengatasi keterbatasan ruang waktu dan daya indera.

3. Menarik perhatian siswa dalam proses belajar mengajar.

4. Menimbulkan gairah belajar pada siswa.

5. Memungkinkan terjadinya interaksi yang lebih langsung antara anak didik

dengan lingkungan dan kenyataan.

6. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan

dan minatnya.

7. Mempersamakan pengalaman dan persepsi antar siswa dalam menerima

pesan.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 10

Page 11: Isi

Menurut Oemar Hamalik, manfaat dari penggunaan media dalam

proses belajar mengajar adalah:

1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret dalam berfikir dan mengurangi

verbalisme

2. Memperbesar perhatian siswa dalam proses belajar mengajar

3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan proses belajar

mengajar dan membuat pelajaran yang mantap

4. Menumbuhkan pemikiran yang teratur, lentur dan kontinue terutama

melalui gambar hidup membantu tumbuhnya pengertian yang dapat

membantu perkembangan kemampuan berbahasa

5. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain

dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

E. Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran

Setiap jenis media memiliki karakteristik masing- masing dan

menampilkan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses belajar

peserta didik. Agar peran dan sumber media belajar tersebut menunjukkan

pada suatu jenis media tertentu, maka media- media belajar itu perlu

diklasifikasikan menurut suatu metode tertentu dengan sifat dan fungsinya

terhadap pembelajaran.

1. Klasifikasi Media pembelajaran

Media maupun sumber belajar secara garis besarnya, terdiri atas dua

jenis yaitu :

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 11

Page 12: Isi

a. Media atau sumber belajar yang dirancang, yaitu media dan sumber

belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai

komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar

yang terarah dan bersifat formal.

b. Media atau sumber belajar yang dimanfaatkan, yaitu media dan

sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keprluan

pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan

dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis,

tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya

liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. Dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam :

1) Media Auditif

2) Media visual

3) Media audio visual

b. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi kedalam :

1) Media dengan daya liput luas dan serentak.

Contoh : radio dan televise

2) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat.

Contoh : film dan sound slide.

3) Media untuk pengajaran individual.

Contoh : modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.

c. Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi ke dalam  :

1) Media sederhana, media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan

harganya murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaanya tidak

sulit.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 12

Page 13: Isi

2) Media kompleks, yaitu media yang bahan dan alat pembuatanya sulit

diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya dan penggunaanya

memerlukan keterampilan yang memadai.

2. Karakteristik Media Pembelajaran

Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari

segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaanya.

Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan

kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan

keterampilan pemilihan media pengajaran. Di samping itu, memberikan

kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media

pengajaran secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami

karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan

cenderung bersikap spekulatif.

Menurut Gerlach & Ely ada tiga ciri media yang dapat membantu

proses kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu :

1. Ciri Fiksatif

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,

menyimpan, melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau

objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali

dengan media seperti fotografi, video tape, disket komputer dan film.

Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian

yang terjadi pada satu waktu tertentu ditrsanportasikan tanpa mengenal

waktu. Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian yang telah

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 13

Page 14: Isi

direkam atau disimpan dengan format media dapat digunakan setiap

saat.

2. Ciri Manipulatif

Transformasi suatu kejadian dimungkinkan karena media

memilki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari

dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan

teknik pengambilan gambar time- lapse recording. Disamping dapat

dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat penayangan

kembali hasil suatu rekaman video.

Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil

rekaman dapat menghemat waktu. Kemampuan media dari ciri

manipulatif memerlukan perhatian sungguh-sungguh karena apabila

terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau

pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula

kesalahan penafsiran yang tentu saja akan membingungkan dan bahkan

menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka kearah yang tidak

diinginkan.

3. Ciri Distributif

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau

kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan

kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan

stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali

informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat direproduksi

seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan di berbagai

tempat atau digunakan secara berulang-ulang disuatu tempat.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 14

Page 15: Isi

Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama dengan

yang aslinya.

F. Pemilihan Media Pembelajaran

Kegiatan pemilihan media pembelajaran merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari keseluruhan proses penggunaan media pembelajaran sebab,

apabila salah dalam memilih media pengajarannya, keberhasilan proses

berikutnya akan terpengaruh. Memilih media pembelajaran harus dikaitkan

dengan tujuan intruksional, strategi belajar mengajar yang akan digunakan

dan sistem evaluasi yang akan digunakan. Media pembelajaran sangat banyak

ragamnya, dari yang sederhana sampai yang kompleks, dari yang murah

sampai yang termahal.

Sekarang yang perlu dipikirkan adalah patokan-patokan apa yang

dapat dijadikan sebagai pegangan oleh guru di dalam memilih media

pembelajaran sehingga kesalahan-kesalahan dalam pemilihan tersebut dapat

dihindari. Sementara itu dalam buku Ilmu Pendidikan Sudirman (1987: 212)

memberikan patokan-patokan dalam memilih media pembelajaran. Diantara

patokan-patokan tersebut adalah :

1. Prinsip-prinsip Pemilihan Media Pembelajaran.

Prinsip - prinsip pemilihan media pembelajaran ini ialah sebagai

berikut :

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 15

Page 16: Isi

a. Tujuan Pemilihan.

b. Karakteristik Media Pembelajaran

c. Altenatif Pilihan

2. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Menurut Gerlach dan Ely dalam buku Teknologi Intruksional

yang dikutip oleh Mudhoffir (1996: 61-62) mengatakan bahwa Konsep

“Pendekatan sistem dalam perencanaan pengajaran” terdiri dari 10

komponen atau sub sistem. Komponen-komponen tersebut merupakan

unsur-unsur yang bekerja sama dalam satu sistem yang tidak dapat

dipisah-pisahkan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Spesifikasi isi pokok bahasan (Specification of Content).

b. Spesifikasi tujuan pengajaran (Specification of Objectives).

c. Pengumpulan dan penyaringan data tentang siswa (Assessement of

entering Behaviors).

d. Penentuan cara pendekatan, metode dan teknik mengajar (Determation

of Strategy).

e. Pengelompokan siswa (Organization of Groups).

f. Penyediaan waktu (Allocation of Time).

g. Pengaturan ruangan (Allocation of Space).

h. Pemilihan media (Allocation of Resources).

i. Evaluasi ( Evalution of Performance)

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 16

Page 17: Isi

j. Analisis umpan balik (Analysis of Feedback).

Sementara itu supaya media pembelajaran yang dipilih itu tepat,

disamping memenuhi prinsip-prinsip pemilihan Sudjana (2001: 4-5)

memberikan beberapa kriteria yang harus diperhatikan . Kriteria tersebut

antara lain :

1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, artinya media pembelajaran

dipilih atas dasar tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapkan.

Tujuan-tujuan intruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media

pembelajaran.

2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang

sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan

bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.

3) Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah

diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat guru tanpa biaya yang

mahal, disamping sederhana dan praktis penggunaannya.

4) Keterampilan guru dalam menggunakannnya, apapun jenis media yang

diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam

proses belajar mengajar. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan

pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat

terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya.

5) Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut

dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 17

Page 18: Isi

6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa, memilih media untuk pendidikan

harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang

terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.

Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih

mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu

mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam

proses pembelajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru,

tapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan

pengajaran. Oleh karena itu media bukan keharusan tetapi sebagai

pelengkap jika dipandang perlu untuk meningkatkan kualitas belajar dan

mengajar.

G. Alat Peraga Pembelajaran Matematika

Alat peraga adalah segala sesuatu yang dipergunakan oleh guru dari

berbagai alat untuk membantunya memberikan pengertian kepada anak didik,

bagi sesuatu pelajaran baru yang sulit pemahamannya.

Pada dasarnya anak belajar melalui benda konkrit. Untuk memahami

konsep abstrak anak memerlukan benda-benda konkrit (riil) sebagai perantara

atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat-tingkat belajar

yang berbeda-beda. Bahkan, orang dewasapun yang pada umumnya sudah

dapat memahami konsep abstrak pada keadaan tertentu sering memerlukan

visualisasi.

Belajar anak akan meningkat bila ada motivasi. Karena itu dalam

pengajaran diperlukan faktor-faktor yang dapat memotivasi anak belajar,

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 18

Page 19: Isi

bahkan untuk pengajar. Misalnya : pengajaran yang menarik dapat

menimbulkan minat, sikap guru dan penilaian baik, suasana sekolah bagi guru

menyenangkan, ada imbalan bagi guru yang baik, dan lain-lain. Selanjutnya

konsep abstrak yang baru dipahami siswa itu akan mengendap, melekat, dan

tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti siswa,

bukan hanya melalui mengingat-ingat fakta.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika kita sering

menggunakan alat peraga. Dengan menggunakan alat peraga maka :

1. Proses belajar mengajar termotivasi baik siswa maupun guru, terutama

siswa minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik, dan

karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran matematika.

2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk kongkrit dan karena

itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada

tingkat-tingkat yang lebih rendah.

3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam

sekitar akan dapat dipahami.

4. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam

bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai objek penelitian

maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi

bertambah banyak.

Selain dari fungsi tersebut diatas, penggunaan alat peraga itu dapat

dikaitkan dengan salah satu atau beberapa dari :

1. Pembentukan konsep

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 19

Page 20: Isi

2. Pemahaman konsep

3. Latihan dan penguatan

4. Pelayanan terhadap perbedaan individual, termasuk pelayanan terhadap

anak lemah dan anak berbakat

5. Pengukuran, alat peraga dipakai sebagai alat ukur

6. Pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi baru serta

penyimpulannya secara umum, alat peraga sebagai obyek penelitian

maupun sebagai alat untuk meneliti

7. Pemecahan masalah pada umumnya

8. Pengundangan untuk berfikir

9. Pengundangan untuk berdiskusi

10. Pengundangan partisipasi aktif

Alat peraga itu dapat berupa benda riil, gambar atau diagram.

Keuntungan alat peraga benda riil adalah benda-benda itu dapat dipindah-

pindahkan (dimanipulasikan), sedangkan kelemahannya tidak dapat disajikan

dalam buku (tulisan). Oleh karena itu untuk bentuk tulisannya kita buat

gambar atau diagramnya, tetapi kelemahannya ialah tidak dapat

dimanipulasikan.

Bila akan membuat alat peraga, sebaiknya diperhatikan agar alat

peraga itu :

1. Tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat)

2. Bentuk dan warnanya menarik

3. Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit)

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 20

Page 21: Isi

4. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak

5. Dapat menyajikan (dalam bentuk riil, gambar atau diagram) konsep

matematika

6. Sesuai dengan konsep (catatan : bila anda membuat alat peraga seperti :

segitiga berdaerah atau bola massif, mungkin anak beranggapan segitiga

itu bukan hanya rusuk-rusuknya saja tetapi berdaerah, bahwa bola itu

massif, bukan hanya kulitnya saja; jelas ini tidak sesuai dengan konsep

segitiga dan konsep bola).

7. Dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas

8. Peragaan itu merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak

9. Bila kita mengharapkan agar siswa belajar aktif (sendiri atau

berkelompok), alat peraga itu sebaiknya dapat dimanipulasikan, yaitu

dapat diraba, dipegang, dipindahkan dan diutak-atik, atau dipasangkan dan

dicopot, dan lain-lain.

10. Jika bisa mempunyai berbagai fungsi.

Dengan demikian, penggunaan alat peraga itu gagal jika, misalnya :

generalisasi konsep abstrak dari representasi konkrit itu tidak tercapai, hanya

sekedar sajian yang tidak memiliki nilai-nilai ( konsep-konsep ) matematika,

tidak disajikan pada saat yang tepat, memboroskan waktu, diberikan kepada

anak yang sebenarnya tidak memerlukannya, tidak menarik, rumit, mudah

rusak, dan lain-lain.

Macam-Macam Alat Peraga Pembelajaran Matematika

1. Alat Peraga Kekekalan Luas

Luas daerah persegi panjang, luas daerah bujursangkar, luas daerah

jajaran genjang, luas daerah segitiga, luas daerah trapesium, luas daerah

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 21

Page 22: Isi

belah ketupat, luas daerah layang-layang, luas daerah segienam beraturan,

luas daerah lingkaran, dalil phytagoras, luas permukaan kubus, luas

permukaan balok, luas permukaan limas luas permukaan prisma, luas

permukaan kerucut, luas permukaan tabung, luas permukaan bola, uraian

a(b+c), uraian (x + a) (x + b), uraian (a+b)2, uraian a2 – b2, jumlah ukuran

sudut dalam segitiga, jumlah ukuran sudut dalam segiempat, jumlah

ukuran sudut dalam segi-n, tanggram, linggram mini, pentamino, dan

kartu nilai tempat.

2. Alat Peraga Kekekalan Panjang

Tangga garis bilangan, pita garis bilangan, neraca bilangan,

mistar hitung, dan batang Cuisenaire.

3. Alat Peraga Kekekalan Volume

Uraian (a+b)3, blok Dienes, volume kubus, volume balok, volume

prisma segitiga, volume tabung, volume limas segiempat beraturan,

volume kerucut, dan volume bola.

4. Alat Peraga Kekekalan Banyak

Abacus biji (Romawi, Rusia dan Cina/Jepang) lidi, dan kartu nilai

tempat.

5. Alat Peraga untuk Percobaan dalam Teori Kemungkinan

Uang logam, dadu (bermata dan berwarna), bidang empat

( bermata dan berwarna) bidang delapan (bermata dan berwarna),

gangsingan (segitiga, bujursangkar, segilima, segienam, dan segi-n), paku

payung, kartu (domino dan bridge), bola berwarna dan distribusi Galton

(sesatan Hexagon)

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 22

Page 23: Isi

6. Alat Peraga untuk Pengukuran dalam Matekatika

Meteran, busur derajat, roda meteran, kapak tomahawk, jepit bola,

sperometer, jangka sorong (segmat), hypsometer, dan klinometer.

7. Bangun-bangun Geometri

Macam-macam daerah segitiga, macam-macam daerah segiempat,

pengubahan daerah segibanyak, daerah ellips, pengubinan daerah segitiga,

pengubinan daerah segiempat, pengubinan daerah segi banyak,

pengubinan daerah lingkaran, pengubinan daerah ellips, pengubinan huruf

abjad latin, kerangka benda ruang, dan benda-benda ruang.

8. Alat Peraga untuk Permainan dalam Matematika

Mesin fungsi, saringan Eratosthenes, bujursangkar ajaib, menara

Hanoi, mobiles, perkalian tulang Napier (bermacam – macam basis)

nomograf, kartu domino, pita mobius, aritmetika jam, blok logic, kode

rahasia, menyusun kartu, kartu penebak angka, kartu penebak bulan,

kartu penebak “hati”, alat kalkulasi, pita gulung dan perkalian dengan jari

(untuk fakta dasar 9, untuk perkalian dua bilangan antara 6 dan 10, dan

untuk perkalian bilangan puluhan dengan angka 9).

3.2. Pengelolaan Kelas dan Interaksi

A. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas merupakan salah satu kompetensi yang harus

dimiliki oleh seorang guru sebagaimana tercantum dalam daftar   kompetensi

profesional yang harus dimiliki oleh guru yang telah ditetapkan oleh

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 23

Page 24: Isi

Depdiknas. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Adam dan Decey dalam

Usman (2005 : 9) bahwa peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar-

mengajar sangat banyak, di antaranya adalah sebagai pemimpin kelas,

pembimbing, dan pengatur lingkungan.

Menurut Hamiseno dalam Arikunto (1997 : 8) pengelolaan adalah

subtansi dari mengelola, sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang

dimulai dari menyusun data, merencana, mengorganisasi, melaksanakan

sampai mengawasi dan menilai. Pengelolaan kelas menurut Hadi (2005 : 11)

adalah kegiatan-kegiatan menciptakan, mempertahankan, dan

mengembalikan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajarmengajar

secara efektif. Hasibuan (2004 : 82) menyatakan bahwa keterampilan

mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi

belajar optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan

ataupun melakukan kegiatan remedial.

Berdasarkan berbagai definisi pengelolaan kelas di atas dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha sadar

untuk mengatur kegiatan proses belajar dan mengajar secara sistematis.

Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, mewujudkan situasi

atau kondisi proses belajar-mengajar dan pengaturan waktu, sehingga proses

belajar-mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikulum dapat tercapai.

Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan

menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan

mengajar agar mencapai hasil yang baik. Tujuan khususnya adalah

mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat

belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 24

Page 25: Isi

belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan

(Usman, 2005 : 10).

Kemampuan mengelola kelas harus dimiliki oleh setiap guru, karena

guru adalah pihak yang berhubungan secara langsung dengan siswa. Guru

harus mengetahui kondisi dan kekhususan masing-masing kelas, baik yang

menyangkut siswa maupun yang menyangkut lingkungan fisiknya. Tindakan

pengelolaan kelas akan efektif apabila guru dapat mengidentifikasi dengan

tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi sehingga pada gilirannya guru

dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula. Tindakan yang dapat

diambil oleh guru tersebut dapat berupa (1) pencegahan, (2) korektif atau

tindakan, atau (3) kuratif atau penanggulangan disesuaikan dengan masalah

yang terjadi.

Kemampuan mengelola kelas merupakan salah satu bagian dari

keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini disebabkan

oleh tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan siswa

dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang

optimal tersebut akan dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan

sarana dan prasarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana

yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Apabila guru

tidak mampu menyediakan kondisi belajar yang maksimal maka proses

belajar-mengajar akan berlangsung secara tidak efektif, sehingga hasil dari

proses belajar-mengajar juga tidak akan optimal. Ketidakberhasilan tersebut

dapat dikatakan sebagai akibat dari tidak profesionalnya guru. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa guru tidak kompeten atau tidak memiliki

kompetensi profesional.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 25

Page 26: Isi

Kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam bagian pengelolaan kelas

antara lain adalah :

1. Penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas,

2. Pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas siswa, dan

3. Penetapan norma kelompok yang produktif (Usman, 2005 : 97).

Dengan demikian, pengelolaan kelas bukan semata-mata bagaimana

cara mengatur ruang kelas dengan segala sarana dan prasarananya, tetapi

juga menyangkut bagaimana interaksi dan pribadi-pribadi di dalamnya.

Pengelolaan kelas lebih ditekankan pada bagaimana interaksi antar pribadi-

pribadi di dalam kelas. Interaksi di dalam kelas merupakan satu hal yang

amat penting bagi keberhasilan pembelajaran, karena kehidupan pribadi

siswa seringkali diwarnai oleh situasi kondisi interaksinya dengan pendidik

dan juga dengan teman-teman di kelasnya.

Menurut Jensen dalam Riyanto (2002 : 44) terdapat tiga keuntungan

dalam suatu interaksi kelas yang efektif, yaitu (1) setiap pribadi semakin

memiliki rasa percaya diri yang kuat dan sehat, (2) masing-masing pribadi

memperoleh kepuasan dalam berinteraksi, dan (3) mereka semakin dekat satu

sama lain dan saling melengkapi. Riyanto (2002 : 45) mengemukakan tiga

cara untuk menciptakan dan membangun suasana kelas yang kondusif untuk

mendorong terciptanya interaksi dan struktur kelas yang sehat dan efektif,

yaitu : (1) membuat kesepakatan, (2) mencari waktu luang untuk berinteraksi

dengan siswa, dan (3) membagi pengalaman, gagasan, dan sikap pribadi.

Berdasarkan pada penjelasan di atas diketahui bahwa pengelolaan

kelas tersebut tidak hanya berwujud pengaturan ruangan dan tempat duduk,

tetapi juga dalam bentuk interaksi yang baik dengan siswa, dan penciptaan

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 26

Page 27: Isi

hubungan guru dan siswa, dan hubungan antara siswa yang baik. Perwujudan

pengelolaan kelas yang baik adalah terciptanya kondisi yang optimal untuk

proses belajar-mengajar yang efektif.

B. Hal-hal yang Berpengaruh terhadap Pengelolaan Kelas

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas,

agar pengelolaan kelas dapat diusahakan secara maksimal dan membantu

dalam proses pendidikan. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Pribadi pendidik

Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui oleh guru agar guru

dapat mempergunakan seluruh kemampuannya dalam mengelola kelas, di

antaranya adalah bahwa guru harus mengenal diri sendiri dan mengenal

siswa. Hadi (2005 : 23) menyatakan bahwa tidak setiap guru memiliki

sifat-sifat yang dibutuhkan oleh profesi keguruan misalnya disiplin diri.

Oleh karena itu guru perlu berusaha untuk mengenal dirinya sendiri dan

selanjutnya membina kepribadian yang baik sebagai guru. Kepribadian-

kepribadaian yang selayaknya dibina dan dikembangkan oleh guru

misalnya adalah kepribadian yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha

Esa, kepribadian yang memiliki sifat-sifat terpuji seperti sabar,

demokratis, menghargai pendapat orang lain, sopan santun dan tanggap

terhadap pembaharuan.

Pengenalan siswa juga merupakan satu hal yang mutlak dimiliki

oleh guru. Apabila guru tidak mengenal siswa maka proses pembelajaran

yang berlangsung tidak akan berhasil dijalankan karena guru cenderung

menyamaratakan semua siswa. Masing-masing siswa memiliki

perbedaan-perbedan dan juga persamaan-persamaan. Oleh karena itu

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 27

Page 28: Isi

guru hendaknya dapat mengenali setiap siswanya, baik kemampuannya,

minatnya, maupun latar belakang lainnya. Pengenalan terhadap siswa

akan memudahkan guru dalam pengelolaan kelas, misalnya dalam

pengaturan tempat duduk, pemilihan pasangan tempat duduk untuk siswa

sesuai dengan besar kecilnya, kemampuan pendengaran ataupun

kemampuan penglihatan masing-masing siswa.

2. Disiplin kelas

Disiplin kelas merupakan keadaan tertib di mana guru dan siswa

yang tergabung dalam suatu kelas tunduk pada peraturanperaturan yang

telah ditetapkan dengan senang hati. Suasana tertib di dalam kelas

merupakan salah satu syarat penting bagi berjalannya proses belajar-

mengajar yang efektif.

a. Teknik pembinaan disiplin kelas

Disiplin kelas yang baik adalah pengendalian dan pengarahan

segala perasaan dan tindakan orang dalam suatu kelas untuk

menciptakan dan memelihara suatu suasana belajar-mengajar yang

efektif. Tujuan yang ingin dicapai adalah perkembangan dan

pertumbuhan secara maksimal dari setiap siswa yang menjadi

tanggung jawab sekolah yang bersangkutan. Teknik pembinaan

disiplin di antaranya adalah :

1) Teknik “inner control”. Maksud teknik inner control adalah

bahwa kontrol perilaku berasal dari dalam diri siswa sendiri.

Kepekaan akan disiplin harus tumbuh dan berkembang dari

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 28

Page 29: Isi

dalam diri siswa sendiri. Kesadaran akan norma-norma,

peraturan-peraturan, tata tertib yang diterapkan akan membuat

siswa dapat mengendalikan dirinya sendiri.

2) Teknik “External control”. Maksud dari external control adalah

bahwa pengendalian berasal dari luar diri siswa dan hal ini dapat

berupa bimbingan dan konseling. Pengendalian diri dapat juga

berupa pengawasan tetapi yang bersifat hukuman. Pemakaian

teknik ini harus disesuaikan dengan perkembangan siswa.

Misalnya teknik inner control lebih sesuai untuk siswa

pendidikan menengah dan tinggi, sedangkan untuk siswa

pendidikan rendah lebih sesuai dengan teknik external control.

3) Teknik “Cooperative control”. Maksud dari cooperative control

adalah kerjasama antara guru dan siswa. Teknik ini berangkat

dari pendapat bahwa disiplin kelas yang baik mengandung

adanya kesadaran kerjasama guru dan siswa secara harmonis,

respektif, efektif, dan produktif. Oleh karena itu, harus ada

kerjasama antara guru dan siswa. Bentukbentuk kerjasama guru

dengan siswa di antaranya adalah: (1) mengadakan perencanaan

secara kooperatif dengan siswa, (2) mengembangkan

kepemimpinan dan tanggng jawab pada siswa, (3) membina

organisasi dan prosedur kelas secara demokratis, (4) memberikan

kesempatan untuk berdiri sendiri, berpikir sendiri, terutama

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 29

Page 30: Isi

dalam mengemukakan dan menerima pendapat orang lain, (5)

memberi kesempatan berpartisipasi secara luas sesuai dengan

taraf kesanggupan siswa, (6) menciptakan

kesempatankesempatan untuk mengembangkan sikap-sikap yang

diinginkan : sosial, psikologis, biologis.

b. Sumber pelanggaran disiplin

Sumber-sumber pelanggaran disiplin di dalam kelas, di

antaranya adalah sebagai berikut.

1) Tipe kepemimpinan guru yang otoriter

2) Pengurangan hak sebagian siswa

3) Adanya kelompok minoritas yang kurang diperhatikan oleh guru

4) Siswa kurang dilibatkan dalam tanggung jawab sekolah

5) Kurang kerjasama dengan orang tua siswa

6) Kebosanan di dalam kelas

7) Perasaan kecewa atau tertekan karena siswa dituntut untuk

bertingkah laku yang kurang wajar sebagai anak

8) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian pengenalan atau

status (Hadi, 2005 : 62)

Pembahasan di atas menunjukkan bahwa pengelolaan kelas

berkaitan dengan guru dan siswa. Guru hendaknya mengenal dan

memahami perbedaan masing-masing siswa. Sifat dan pembawaan

siswa yang berbeda-beda mempengaruhi perilaku siswa di dalam

kelas, termasuk dalam hal kedisiplinan siswa. Perilaku siswa yang

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 30

Page 31: Isi

berbeda-beda tersebut membutuhkan cara penanganan yang berbeda

pula. Pemahaman dan pengetahuan tentang siswa dapat dijadikan

dasar dalam menangani masing-masing siswa sesuai dengan sifat dan

kemampuan siswa. Pemahaman ini akan membantu guru dalam

mengelola interaksi antara siswa dengan siswa dan antara guru dengan

siswa dalam proses belajarmengajar di kelas.

 

C. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Menurut Usman (2005: 97-99) terdapat beberapa prinsip yang harus

diketahui dan digunakan oleh guru dalam mengelola kelas. Prinsip tersebut

adalah :

1. Kehangatan dan keantusiasan

Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya

iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi

kegiatan belajar-mengajar yang optimal.

2. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan

meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi

kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

3. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar-mengajar

yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang

efektif dan menghindari kejenuhan.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 31

Page 32: Isi

4. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi

mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa

serta menciptakan iklim belajar-mengajar yang efektif.

5. Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya di dalam mengajar dan mendidik, guru harus

menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian

siswa pada hal-hal yang negatif.

6. Penanaman disiplin diri

Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan

akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu mendorong siswa

untuk melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya

menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan

tanggung jawab.

D. Hal-Hal yang Harus Dihindari dalam Pengelolaan Kelas

Berkaitan dengan upaya untuk mengelola kelas secara efektif, terdapat

beberapa hal yang harus dihindari oleh guru, yaitu:

1. Campur tangan yang berlebihan

Komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang diberikan secara

mendadak pada waktu siswa sedang asyik mengerjakan sesuatu akan

menyebabkan kegiatan tersebut menjadi terputus atau terganggu. Campur

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 32

Page 33: Isi

tangan tersebut perlu dihindari oleh guru, sehingga kegiatan belajar-

mengajar di dalam kelas berjalan dengan efektif.

2. Kelenyapan

Kelenyapan adalah suatu kondisi guru gagal melengkapi suatu

instruksi, penjelasan, petunjuk atau komentar secara jelas, atau juga bisa

terjadi jika guru diam terlalu lama dan siswa tidak memiliki kegiatan apa-

apa sehingga pikiran siswa melantur dan tidak terkonsentrasi pada satu

hal. Hal ini menyebabkan proses belajarmengajar berjalan secara tidak

efektif, karena banyak waktu yang terbuang secara tidak berguna.

3. Ketidaktepatan dalam memulai dan mengakhiri kegiatan

Kegiatan-kegiatan di dalam kelas harus dimulai dan diakhiri dengan

tepat. ketidaktepatan dalam memulai dan atau mengakhiri kegiatan secara

tidak tepat dapat menyebabkan proses belajar-mengajar menjadi tidak

efektif, misalnya guru tidak mengakhiri suatu kegiaan kemudian langsung

memulai kegiatan baru dan selanjutnya kembali lagi ke kegiatan pertama,

dan demikian seterusnya secara berulangulang. Hal tersebut dapat

menyebabkan perhatian siswa menjadi tidak terfokus, guru juga tidak

terfokus, sehingga kegiatan belajar menjadi tidak lancar.

4. Penyimpangan

Penyimpangan dapat menyebabkan kegiatan belajar menjadi tidak

berjalan lancar. Hal ini bisa saja disebabkan oleh guru yang terlalu asyik

dengan satu kegiatan atau bahan tertentu sehingga akhirnya menjadi

menyimpang dari pokok kegiatan atau dari pokok bahasan.

5. Bertele-tele

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 33

Page 34: Isi

Apabila guru terlalu asyik dengan satu kegiatan atau satu bahan

tertentu, maka dapat menyebabkan tindakan bertele-tele. Misalnya guru

mengulang-ulang satu hal tertentu atau pokok bahasan tertentu,

memperpanjang keterangan tentang satu hal, mengubah teguran

yang sederhana kepada siswa menjadi ocehan yang panjang atau

penjelasan yang panjang lebar. Tindakan mengulang-ulang atau bertele-

tele dapat menyebabkan kegiatan belajar-mengajar menjadi tidak efektif.

E. Indikator Keterampilan Pengelolaan Kelas

Keterampilan pengelolaan kelas dapat dinilai berdasarkan beberapa

indikator, yaitu pengelolaan ruang kelas dan fasilitas, pengelolaan hubungan

atau interaksi siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Indikator

pengelolaan ruang kelas dan interaksi dalam kelas dalam penelitian ini dilihat

dari beberapa deskriptor yang disusun berdasarkan pendapat Hasibuan (2004:

83) yang menyatakan bahwa keterampilan pengelolaan kelas terdiri dari dua

keterampilan, yaitu:

1. Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi

belajar yang optimal. Keterampilan ini meliputi beberapa tindakan

seperti : (1) menunjukkan sikap tanggap sehingga siswa merasakan bahwa

guru hair bersama dengan mereka dan tahu apa yang sedang mereka

perbuat, (2) membagi perhatian, (3) memusatkan perhatian kelompok, (4)

memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, (5) menegur, dan (6) memberi

penguatan.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 34

Page 35: Isi

2. Keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang

optimal. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk

mengembalikan kondisi yang optimal adalah:

Memodifikasi tingkah laku, dapat dilakukan dengan beberapa cara: (1)

Merinci tingkah laku yang menimbulkan gangguan, (2) Memilih

norma yang realistis untuk tingkah laku yang menjadi tujuan dalam

program remedial, (3) Bekerjasama dengan rekan atau konselor, (4)

Memilih tingkah laku yang akan diperbaiki, (5) Mewariskan pola

penguatan yang tersedia misalnya dengan cara meningkatkan tingkah

laku yang diinginkan, mengajarkan tingkah laku baru, mengurangi dan

menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan dengan teknik

tertentu, misalnya penghapusan penguatan, memberi hukuman,

membatalkan kesempatan, dan mengurangi hak.

Pengelolaan kelompok : pendekatan pemecahan masalah kelompok

dapat dikerjakan oleh guru sebagai salah satu alternatif dalam

mengatasi masalah-masalah pengelolaan kelas. Keterampilan yang

diperlukan dalam pengelolaan kelompok adalah: memperlancar tugas

dan memelihara kegiatan kelompok.

3.3. Menelaah Kasus-kasus Pembelajaran di Kelas dan Upaya Strategi

Pembelajarannya

A. Permasalahan Pembelajaran Matematika

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 35

Page 36: Isi

Masalah pembelajaran matematika sebenarnya dapat bersumber dari

komponen-komponen yang membentuk suatu sistem pembelajaran tersebut.

Soedjadi (2000) menggambarkan komponen tersebut meliputi masukan

(input/peserta didik), masukan instrumental (pendidik, kurikulum, materi ajar,

sarana/prasarana, metode/model/strategi pembelajaran), lingkungan

(dukungan/keikutsertaan orang tua atau masyarakat sekitar), dan keluaran

(output). Proses pembelajaran di sini diidentikkan dengan proses kerja suatu

industri dengan peserta didik sebagai masukan atau bahan mentah. Melalui

proses yang dilakukan oleh masukan instrumental dan dengan dukungan

lingkungan akhirnya menjadi output (lulusan) yang diharapkan. Dengan

demikian masalah pembelajaran dapat bersumber dari peserta didik, pendidik,

kurikulum, materi ajar/matematika, sarana dan prasarana, strategi/model

pembelajaran, dan dukungan orang tua/masyarakat.

Romberg dalam Anderson, et.al (2005) menunjukkan hubungan

elemen dalam pengajaran matematika sebagai berikut.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 36

Isi matematik (Mathematical

Content)

Keyakinan Pendidik

Performa Peserta didik

Pelaksanaan di kelas

Perencanaan

Page 37: Isi

Dengan demikian permasalahan dapat muncul bersumber dari isi

matematika/materi, keyakinan pendidik, perencanaan yang dibuat, kondisi

pelaksanaan di kelas, dan performa peserta didik.

Pandangan yang menggambarkan keyakinan pendidik dan proses

pembelajaran di kelas dikemukakan oleh Raymond (dalam Goos, et.al, 2007).

Berdasar diagram yang dibuat memungkinkan komponen-komponen yang

terlibat tersebut memunculkan berbagai masalah pembelajaran.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 37

Page 38: Isi

Keyakinan terhadap matematika: tentang ilmu matematika dan pedagogi

matematik

Praktek pengajaran matematika: tugas-tugas matematik, pengajaran,

lingkungan, dan evaluasi

Situasi kelas yang terjadi: peserta didik (kemampuan, sikap, dan tingkah

laku), kendala waktu, topik matematika yang dipelajari

Norma sosial pengajaran: filosofi sekolah, adminstrator, tes standar,

kurikulum, buku teks, pendidik lain, sumber daya

Kehidupan pendidik: kejadian harian, sumber lain dari stres pendidik

Kehidupan peserta didik: lingkungan rumah, keyakinan orang tua (tentang

anak-anak, sekolah, dan matematika)

Program pendidikan pendidik: isi mata kuliah matematika, pengalaman di

lapangan, pengajaran terhadap peserta didik

Pengalaman di sekolah masa lalu: kesuksesan dalam matematika sebagai

peserta didik, pendidik-pendidik yang pernah mengajar

Pengalaman awal keluarga: pandangan orang tua terhadap matematika, latar

belakang pendidikan orang tua, interaksi dengan orang tua (dalam hal ini yang

menyangkut matematika)

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 38

Page 39: Isi

Ciri-ciri Kepribadian: percaya diri, kreativitas, humor, keterbukaan terhadap

perubahan.

Memperhatikan komponen-komponen pembelajaran yang terkait

dengan strategi pembelajaran secara langsung, maka permasalahan

pembelajaran dapat bersumber dari peserta didik, pendidik, kurikulum, materi

ajar/matematika, dan tes paper and pencil, bukan penilaian alternatif atau

penilaian berbasis kelas dengan berbagai variasi teknik penilaian. Masalah

lain seperti keyakinan pendidik terhadap matematika, peserta didik, atau

strategi pembelajaran yang efektif. Keyakinan pendidik yang masih

memandang matematika sebagai alat, akan menempatkan peserta didik

sebagai individu tanpa pengetahuan awal atau nir pengalaman, sehingga

strategi pembelajaran yang dilakukan cukup instruksi-instruksi informatif.

Masalah klasik lain adalah kompetensi pedagogik dan profesional yang masih

rendah. Kondisi ini mempengaruhi fleksibilitas dalam memilih suatu strategi

pembelajaran yang efektif. Masalah yang muncul dari aspek pedagogis adalah

kemampuan menyusun rencana pembelajaran dengan strategi pembelajaran

yang variatif dan efektif masih kurang.

Masalah lain adalah kepribadian dan norma-norma yang dianut yang

tidak mendukung pembelajaran efektif. Ketiga, masalah terkait dengan

kurikulum. Kurikulum umumnya memuat harapan-harapan dan tujuan tujuan

pendidikan jangka panjang serta bersifat nasional/global. Misalkan pada

kurikulum disebutkan bahwa pelajaran matematika perlu diberikan kepada

semua peserta didik dengan membekali peserta didik kemampuan berpikir

logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama”.

Apakah pendidik memahami cara membekali peserta didik dengan

kemampuan itu? Pendidik perlu memahami pengertian praktis dari

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 39

Page 40: Isi

kemampuan-kemampuan itu dan mewujudkan dalam praktek

pembelajarannya. Hal lain adalah pemahaman tentang pendekatan pemecahan

masalah sebagai fokus pembelajaran, masalah kontekstual, penalaran,

pembuktian, komunikasi ide atau gagasan, sikap menghargai terhadap

kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,

perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan

percaya diri dalam pemecahan masalah.

Rambu-rambu yang terdapat pada kurikulum ini masih belum banyak

dipahami pendidik, terbukti masih banyak pendidik dalam mengajar masih

menekankan pada pemahaman konsep semata, sehingga proses

pembelajarannya pasif, berorientasi pada ketuntasan materi, dan

pembelajarannya berpusat pada pendidik. Pada kurikulum 2013, misalkan

digunakan pembelajaran dengan pendekatan sainstifik. Hasil observasi masih

banyak pendidik yang belum mampu merancang strategi pembelajaran

tersebut bahkan tidak tahu apa arti pendekatan itu dan bagaimana

menerapkannya. Sumber masalah keempat adalah aspek

matematika/materinya. Sistematika materi yang ditetapkan pada kurikulum,

buku sumber, atau pengetahuan/pemahaman pendidik belum mantap dan

kadang tidak sesuai dengan urutan logis keilmuan matematika. Apalagi jika

dipaksakan mengikuti urutan keilmuan lain seperti pendekatan sainstifik yang

merupakan epistemologis dari ilmu IPA. Kondisi ini akan menyebabkan

kesulitan-kesulitan dalam perencanaan maupun implementasi di kelas.

Masalah lain terkait dengan strategi pembelajaran itu sendiri. Pendidik

kadangkala tidak memahami apa itu strategi pembelajaran, strategi belajar,

dan apa perbedaan masing-masing.

Kapan berbagai jenis strategi pembelajaran dapat diterapkan,

bagaimana cara penerapannya, apakah mungkin dapat dikombinasikan?

Masalah lain adalah alasan-alasan menerapkan strategi itu dan diterapkan

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 40

Page 41: Isi

pada siapa dan oleh siapa? Di tingkat sekolah mana penerapan yang lebih

efektif? Masalah-masalah yang dikemukakan tersebut mungkin hanya

sebagian saja, sebab banyak aspek lain yang terjadi di kelas.

Berdasar pengalaman seperti terangkum pada Siswono (2004) tercatat

ada beberapa masalah yang terkait dengan proses pembelajaran, antara lain:

1. Bagaimana merancang proses pembelajaran yang membimbing peserta

didik untuk mengkonstruk atau menemukan kembali (reinvent) suatu

konsep matematika? Pandangan dalam pendidikan yang bergeser dari

teori belajar tingkah laku (behaviorisme) pada teori belajar kognitif yang

menekankan pada prinsip konstruktivis menuntut pendidik memiliki

kompetensi dalam merancang suatu strategi pembelajaran yang

mengakibatkan peserta didik dapat mengkonstruk atau menemukan

kembali konsep-konsep matematika. Pengetahuan dan pengalaman itu

perlu dimiliki pendidik agar dalam prakteknya dapat dimanfaatkan

peserta didik dengan segera.

2. Bagaimana mengimplementasikan penilaian autentik atau penilaian

alternatif dalam proses belajar mengajar? Pemahaman tentang penilaian

yang kurang akan berdampak pada motivasi peserta didik maupun

informasi tentang peserta didik yang rendah, sehingga dalam

pengambilan keputusan apakah seorang peserta didik telah mencapai

tujuan atau kompetensi tertentu dapat terjadi bias.

3. Bagaimana mengelola kelas yang peserta didiknya terdiri dari berbagai

tingkat kemampuan? Pemahaman tentang karakteristik peserta didik

mutlak perlu dimiliki oleh seorang pendidik yang profesional, karena

karakteristik peserta didik yang berbeda termasuk gaya belajar, latar

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 41

Page 42: Isi

belakang pengetahuan, atau lingkungan asalnya digunakan sebagai

pertimbangan pemilihan suatu model pembelajaran.

4. Bagaimana mengelola proses pembelajaran yang efektif, karena

penggunaan beberapa metode baru dianggap memakan waktu?

Pemahaman suatu strategi pembelajaran tentang tujuan spesifiknya,

landasan teoritisnya, sarana dan prasarana yang diperlukan termasuk

kelebihan dan kekurangannya akan mengantarkan pembelajaran yang

efektif dan efisien, tidak membuang waktu yang percuma.

5. Bagaimana mengelola pembelajaran yang peserta didiknya mayoritas

belum menguasai pengetahuan prasayarat? Pemahaman tentang

pengelolaan yang kurang dapat mengakibatkan penanganan yang salah

seperti bila sebagian besar peserta didik belum mengetahui materi

prasyarat, maka apa yang perlu dilakukan pendidik? Apakah melanjutkan

materi karena materi yang sudah padat dan harus selesai atau

mengajarkan materi-materi prasyarat itu lebih dahulu? Pengambilan

keputusan perlu dipertimbangkan dengan berbagai hal sehingga diperoleh

solusi yang tepat.

6. Bagaimana mengimplementasikan kurikulum yang menuntut penggunaan

media atau multimedia, seperti komputer atau media pembelajaran?

Dengan perkembangan teknologi dan informasi maka pendidik

matematika perlu menguasai berbagai media manual maupun yang

komputer (multimedia). Pendidik perlu terus menjadi pembelajar

mengupayakan kemampuan mengembangkan atau menggunakan

berbagai media tersebut, termasuk pemanfaatan internet. Selain itu,

karena berbagai program pemerintah yang dimasukkan dalam pendidikan

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 42

Page 43: Isi

seperti pendidikan karakter, anti korupsi, wawasan lingkungan, atau pun

kewirausahaan, maka pendidik perlu bijaksana dan memahami

bagaimana program-program tersebut dimasukkan dalam proses

pembelajaran tanpa menambah jam pelajaran maupun menguranginya.

Bila pendidik tidak memiliki kompetensi pedagogik akan memasukkan

semuanya dalam pembelajaran sebagai bidang studi baru atau bagian

materi mata pelajaran yang diajarkan terpisah-pisah. Hal tersebut akan

menyebabkan tidak terinternalisasinya materi-materi tersebut.

Berbagai permasalahan yang diutarakan sebenarnya terjadi setiap

waktu dan sampai kapan pun bukan karena pengaruh munculnya kurikulum

baru. Penerapan kurikulum baru merupakan salah satu pemicu saja. Hal ini

wajar karena pemangku kebijakan akan memiliki suatu pandangan ke depan

sesuai idealismenya sedang pendidik sebagai eksekutor di lapangan

berhadapan dengan realitas yang mungkin berbenturan dengan idealisme

tersebut. Untuk itu diperlukan suatu upaya mengatasi masalah terkait dengan

proses pembelajaran tersebut.

B. Upaya Mengatasi Masalah Pembelajaran Matematika

Cara umum mengatasi masalah pembelajaran adalah memberikan

bekal pengetahuan, pemahaman dan pengalaman terhadap aktor yang

menjalankan proses pembelajaran tersebut. Upaya yang dapat dilakukan

adalah melalui pelatihan, workshop, seminar, pembinaan pendidik melalui

MGMP atau peningkatan jenjang kualifikasi akademik dari S1 menjadi S2.

Program- program tersebut dapat mengubah keyakinan dan pandangan

pendidik terhadap sifat alami matematika maupun matematika sekolah

(pendidikan), melalui bukti-bukti operasional yang praktis dalam

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 43

Page 44: Isi

implementasinya, sekaligus mengatasi kelemahan penguasaan dan

pemahaman terhadap materi matematika.

Apabila diasumsikan bahwa komponen-komponen pembelajaran lain

merupakan suatu kondisi yang tetap atau ditetapkan apa adanya, maka

komponen yang dapat berubah dan bertanggungjawab terhadap proses itu

adalah pendidik. Pendidik lah yang perlu berbenah dan memperbaiki diri serta

berusaha mengubahnya. Pendidik merupakan agen perubahan di dalam kelas.

Dengan 7 demikian upaya mengatasinya pertama kali adalah mengubah

yakinan pendidik terhadap matematika dan pembelajaran yang seharusnya.

Keyakinan pendidik terhadap matematika maupun praktek

pembelajaran akan mempengaruhi pada performa peserta didik selanjutnya.

Hubungan keyakinan antara matematika dan pengajaran serta

pembelajarannya dijelaskan Goos,et.al (2007) berikut.

Keyakinan terhadap

Matematika

Keyakinan terhadap

Pengajaran matematika

Keyakinan terhadap

pembelajaran

matematika

Instrumentalis:

Matematika sebagai suatu

seperangkat alat dari fakta-

fakta, aturan-aturan, dan

keterampilan –

Menfokuskan isi dengan

penekanan pada kinerja

Ketuntasan keterampilan,

penerimaan yang pasif

terhadap pengetahuan

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 44

Page 45: Isi

keterampilan

Platonis:

Matematika sebagai suatu

bodi statis yang absolut

dan pengetahuan yang

pasti dan abstrak.

Menfokuskan isi dengan

menekankan pada

pemahaman

Konstruksi aktif dari

pemahaman

Pemecahan masalah:

Matematika sebagai

sesuatu yang dinamis dan

hasil kreasi manusia

Menfokuskan pada

pebelajar

Eksplorasi otonom dari

keinginan/minat sendiri.

Bagaimana pendidik memandang matematika akan berdampak pada

raktek pembelajarannya. Dengan demikian upaya perbaikan dengan berbagai

cara perlu menyadarkan pendidik terhadap pandangan atau keyakinannya

terhadap matematika tersebut.

Hasil penelitian Anderson, et.al (2005) terhadap 20 pendidik yang

kategorinya pendidik kontemporer dan 23 pendidik tradisional mendapatkan

fakta bahwa 95% pendidik kontemporer menyakini bahwa peserta didik dapat

belajar banyak konsep matematika dengan belajar sendiri dan memecahkan

masalah yang tidak familiar dan masalah-masalah yang open-ended.

Selain itu mereka meyakini bahwa hal yang esensial adalah peserta

didik harus mengeksplorasi caranya sendiri sebelum menggunakan metode

yang diajarkan pendidik. Pendidik yang termasuk tradisional tidak meyakini

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 45

Page 46: Isi

itu atau 0% yang mengatakan itu. Sebaliknya mereka 100% menyakini bahwa

peserta didik belajar algoritma sebelum mengerjakan soal aplikasi dan

masalah yang tidak familiar. Dalam pengajaran 87% pendidik tradisional

memberikan latihan-latihan untuk mempraktekkan keterampilannya sedang

pendidik kontemporer 45%. Kemudian 35% pendidik tradisional yang

mendorong peserta didik menggunakan prosedur dan metode sendiri untuk

memecahkan masalah sedangkan pendidik kontemporer 80%. Data ini

menunjukan adanya hubungan antara keyakinan dan praktek. Pendidik yang

cenderung meyakini matematika sebagai seperangkat alat yang berisi fakta-

fakta, aturan-aturan, maupun keterampilan-keterampilan, akan mengarahkan

pembelajaran yang cenderung berpusat pada pendidik bukan peserta didik.

Pendidik berdasarkan keyakinannya terhadap matematika menurut

Carpenter, et.al dalam Barkatsas & Malone (2005) dapat dikategorikan

menjadi level A (pendidik meyakini bahwa peserta didik akan belajar dengan

sangat baik bila dijelaskan bagaimana bekerja dalam matematika), level B

(pendidik bertanyatanya gagasan bahwa peserta didik perlu ditunjukkan

bagaimana bekerja dalam matematika, tetapi mengalami konflik keyakinan),

level C (pendidik mengajarkan bahwa peserta didik akan belajar matematika

selama memecahkan masalah dan mendiskusikan solusinya), dan level D

(pendidik meyakini dan menerima gagasan bahwa peserta didik akan

memecahkan masalah tanpa pengajaran langsung dan kurikulum matematika

harus berdasar pada kemampuan peserta didik). Dimanakah posisi kita? Bila

meyakini pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah, maka

perlu mengubah atau memperbaiki keyakinannya kita yang masih tradisional.

Kompetensi pendidik akan meningkat jika waktu yang digunakan

untuk mempersiapkan materi-materi pembelajaran lebih banyak daripada

waktu yang digunakan untuk “mengajar” di kelas. Hasil penelitian terhadap

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 46

Page 47: Isi

200 pendidik di US seperti dilaporkan Mc Night, et.al dalam Brooks &

Suydam (1993) menunjukkan bahwa 40% dari waktu di sekolah digunakan

untuk mengembangkan material baru, 20% untuk membahas materi awal yang

sudah diajarkan, 10% untuk tugas-tugas administratif atau managemen, dan

30% untuk mensupervisi tugas-tugas peserta didik dan memberikan tes. Hasil

penelitian ini menunjukkan hal yang berbeda pada tahun sebelumnya yang

disebutkan bahwa waktu yang lebih sedikit untuk pengembangan material

pembelajaran. Kondisi ini mungkin berbeda dengan kondisi pendidik di

Indonesia yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk tugas-tugas

administratif, seperti pembuatan RPP tidak ada waktu untuk membahas materi

yang sudah diajarkan (refleksi).

Upaya mengatasi yang lain adalah memperbaiki pemahaman terhadap

strategi pembelajaran dan keterampilan menerapkannya. Harmin & Toth

(2012) menjelaskan strategi-strategi pembelajaran aktif yang menginspirasi.

Strategi tersebut meliputi bagaimana menciptakan pembelajaran aktf yang

inspiratif, bagaimana membangun iklim peserta didik berpartisipasi penuh,

bagaimana membangun iklim kerjasama tingkat tinggi, bagaimana menyusun

waktu belajar di kelas yang efisien, bagaimana memanfaatkan kelompok-

kelompok kecil dengan efisien, dan bagaimana mencegah timbulnya masalah

kedisiplinan. Silver, Strong, dan Perini (2012) menjelaskan bagaimana

memilih strategi-strategi berbasis penelitian yang tepat untuk setiap pelajaran.

Dalam bukunya dijelaskan strategi penguasaan (meliputi perkuliahan baru,

pengajaran langsung, kesukaran tergradasi, dan tim-pertandingan-turnamen),

strategi pemahaman(meliputi membandingkan dan mengontraskan, membaca

bermakna, pemerolehan konsep, misteri), strategi ekspresi diri (meliputi

pembelajaran induktif, ekspresi metafora, menyusun pola, mata pikiran),

strategi antar pribadi (pembelajaran resiprokal, pengambilan keputusan,

pemisahan-penyatuan,lingkaran komunitas), dan strategi empat gaya (catatan

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 47

Page 48: Isi

jendela, perkumpulan pengetahuan, apakah kamu mendengar apa yang saya

dengar, rotasi tugas). Pemahaman terhadap berbagai jenis strategi dan

manfaatnya akan memberikan pilihan-pilihan strategi yang efektif untuk suatu

materi pelajaran.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan

dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi

edukatif antara guru dan anak didik dapat berlangsung secara efektif dan efesien

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 48

Page 49: Isi

sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dicita-citakan. Dalam Suatu proses

belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media

pembelajaran.

Pengelolaan kelas merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang guru sebagaimana tercantum dalam daftar   kompetensi profesional yang

harus dimiliki oleh guru yang telah ditetapkan oleh Depdiknas. Hal tersebut seperti

diungkapkan oleh Adam dan Decey dalam Usman (2005 : 9) bahwa peranan dan

kompetensi guru dalam proses belajar-mengajar sangat banyak, di antaranya adalah

sebagai pemimpin kelas, pembimbing, dan pengatur lingkungan.

Permasalahan yang terkait pembelajaran matematika sangat kompleks dan

dapat bersumber dari berbagai komponen. Komponen yang mempengaruhi terutama

dari peserta didik, pendidik, kurikulum, materi, dan strategi/model pembelajaran.

Komponen peserta didik, kurikulum, dan materi umumnya bersifat tetap/ditetapkan

yang tidak memungkinkan dimanipulasi. Komponen yang dapat mengatasi berbagai

masalah tersebut perpangkal dari pendidik yang memainkan strategi pembelajaran.

Strategi pembelajaran yang dipentingkan bukan sekedar strategi yang terbaru, tetapi

strategi yang paling efektif dan efisien untuk membekali pengetahuan, keterampilan,

dan kompetensi peserta didik.

Cara utama mengatasi berbagai masalah tersebut adalah meningkatkan

keyakinan, pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan pendidik terhadap

matematika dan aspek-aspek pedagogis lainnya. Upaya tersebut dapat dilakukan

dengan melanjutkan studi S2 yang linear dengan jenjang S1-nya.

4.2 Saran

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 49

Page 50: Isi

Media pembelajaran sangat membantu pendidik guna mempermudah

penyampaiaan materi. Agar peserta didik nyaman dan dapat menerima materi,

seorang pendidik haruslah berkreasi menyajikan materinya dengan bentuk yang unik

serta manarik minat dan penasaran para peserta didiknya dan menyesuaikannya

dengan tiap-tiap peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad,Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers.

Asnawir. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers.

Bahri Djamarah,Syaiful, dkk, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Danim,Sudarwan. 1997. Media Komunikasi dan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Hamalik,Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 50

Page 51: Isi

Hamdan. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.

Listyo Prabowo,Sugeng. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : UIN Maliki

Press.

Muhammad,Abubakar. 1981. Pedoman Pendidikan & Pengajaran. Surabaya : Usaha

Nasional.

Sanjaya,Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta :

Kencana.

S.Sadiman,Arief dkk. 2011. Media Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.

Soekartawi. 1995. Meningkatkan Efektivitas Mengajar. Jakarta : PT. Dunia Pustaka

Jaya

Suherman,Erman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :

JICA.

.

Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 51