Upload
repanda-sayoga
View
218
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pembelajaran salah satu mata kuliah program studi pendidikan matematika
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu dasar peningkatan
pendididkan secara keseluruhan. Mutu pendidikan sangat tergantung kepada kualitas
guru dan pembelajarannya, sehingga peningkatan pembelajaran merupakan isu
mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara rasional.
Pembelajaran yang bernilai edukatif diwarnai dengan interaksi yang terjadi
antara guru dan anak didik. Interaksi guru dan anak didik tersebut perlu mendapat
dukungan dari media intruksional atau pendidikan secara luas, tepat, dan efektif. Di
era globalisasi seperti sekarang ini, disadari atau tidak pengaruhnya semakin terasa
dengan semakin banyaknya saluran informasi dalam berbagai bentuk media. Media
telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita, meskipun dalam derajat yang
berbeda-beda. Di negara maju, media telah mempengaruhi kehidupan hampir
sepanjang waktu. Waktu terpanjang yang paling berpengaruh itu adalah waktu yang
digunakan di dunia pendidikan khususnya untuk sekolah.
Dalam hal itu para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang
dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat
tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya
dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan
dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 1
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah tentang materi “Metode dan Teknik Pembelajaran
Matematika’’ adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika.
2. Untuk lebih memahami tentang materi pembelajaran khususnya tentang “Metode
dan Teknik Pembelajaran Matematika”.
3. Agar Mahasiswa mampu mengembangkan konsep “Metode dan Teknik
Pembelajaran Matematika”.
1.3 Manfaat
Mengetahui Media Pembelajaran Matematika
Mengetahui Pengelolaan Kelas dan Interaksi
Menelaah Kasus-Kasus Pembelajaran di Kelas dan Upaya Strategi
Pembelajarannya.
1.4 Rumusan Masalah
Bagaimana Media Pembelajaran Matematika ?
Bagaimana Pengelolaan Kelas dan Interaksi?
Bagaimana Menelaah Kasus-Kasus Pembelajaran di Kelas dan Upaya Strategi
Pembelajarannya?
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendekatan Pembelajaran
Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat
dua jenis pendekatan, yaitu:
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach)
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru
(teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin
Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap
usaha, yaitu :
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out
put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)
yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 3
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan
ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
(achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur
tersebut adalah:
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,
metode dan teknik pembelajaran.
Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
2.2. Metode Pembelajaran
Dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa
metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran, diantaranya:
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 4
Ceramah
Demonstrasi
Diskusi
Simulasi
Laboratorium
Pengalaman lapangan
Brainstorming
Debat
Simposium
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan
gaya pembelajaran.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Media Pembelajaran Matematika
A. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah
kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”. Association of
Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media
sebagai segala sesuatu yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan atau
informasi.
Heinich, dkk mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang
mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto,
radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan
sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-
pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-
maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.
Ciri-ciri umum yang terkandung pada media yaitu :
1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal
sebagai hardware (perangkat keras) yaitu, sesuatu benda yang dapat
dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera.
2. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai
software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 6
perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada
siswa.
3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik
di dalam maupun di luar kelas.
5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru
dan siswa dalam proses pembelajaran.
6. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio,
televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide,
video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio
tape/kaset, video recorder).
7. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan pendidikan dari pengirim pesan atau guru kepada
penerima pesan (siswa) dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan minat serta perhatian siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar yang
mempermudah siswa dalam memahami pesan.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 7
B. Proses Pembelajaran Sebagai Proses Komunikasi
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau
media tertentu. Dalam pembelajaran, pesan atau informasi yang disampaikan
dapat berupa pengetahuan, keahlian, ide, pengalaman, dan sebagainya.
Melalui proses komunikasi, agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
penyampaian pesan, perlu digunakan sarana yang dapat membantu proses
komunikasi. Dalam pembelajaran di kelas, sarana/fasilitas yang digunakan
untuk memperlancar proses pembelajaran disebut dengan media
pembelajaran.
Komponen yang terdapat dalam proses komunikasi dalam proses
pembelajaran sebagai berikut.
1. Pesan, dalam proses pembelajaran adalah guru
2. Sumber pesan, dalam proses pembelajaran berupa materi pembelajaran
3. Saluran atau media, alat bantu pembelajaran
4. Penerima pesan, siswa (pembelajar)
Dalam proses pembelajaran, pengajar perlu mengetahui dasar
komunikasi dan keterampilan dasar mengajar. Ada delapan keterampilan
dasar mengajar, yaittu:
1. Keterampilan bertanya
2. Memberi penguatan
3. Mengadakan variasi
4. Menjelaskan
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 8
5. Membuka dan menutup pelajaran
6. Membimbing diskusi kelompok kecil
7. Mengelola kelas
8. Mengajar kelompok kecil dan individual
C. Prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Media pembelajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu harus
diperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya yang antara lain :
1. Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang
integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu
yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan
hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan.
2. Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yang
digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses
belajar mengajar.
3. Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatu media
pengajaran yang digunakan.
4. Guru seharusnya memperhitungkan untung-ruginya pemanfaatan suatu
media pembelajaran.
5. Penggunaan media pembelajaran harus diorganisir secara sistematis bukan
sembarang menggunakannya.
6. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media,
maka guru dapat memanfaatkan multimedia yang menguntungkan dan
memperlancar proses belajar mengajar dan juga dapat merangsang siswa
dalam belajar.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 9
Adapun beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam
pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu :
1. Media pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Media pembelajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau
didengar.
3. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.
4. Media pengajaran juga harus sesuai dengan kondisi individu siswa.
5. Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam proses
pembelajaran siswa.
D. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum media pengajaran mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas,
sehingga mempermudah siswa dalam memahami pesan tersebut.
2. Mengatasi keterbatasan ruang waktu dan daya indera.
3. Menarik perhatian siswa dalam proses belajar mengajar.
4. Menimbulkan gairah belajar pada siswa.
5. Memungkinkan terjadinya interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan.
6. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan minatnya.
7. Mempersamakan pengalaman dan persepsi antar siswa dalam menerima
pesan.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 10
Menurut Oemar Hamalik, manfaat dari penggunaan media dalam
proses belajar mengajar adalah:
1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret dalam berfikir dan mengurangi
verbalisme
2. Memperbesar perhatian siswa dalam proses belajar mengajar
3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan proses belajar
mengajar dan membuat pelajaran yang mantap
4. Menumbuhkan pemikiran yang teratur, lentur dan kontinue terutama
melalui gambar hidup membantu tumbuhnya pengertian yang dapat
membantu perkembangan kemampuan berbahasa
5. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain
dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
E. Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran
Setiap jenis media memiliki karakteristik masing- masing dan
menampilkan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses belajar
peserta didik. Agar peran dan sumber media belajar tersebut menunjukkan
pada suatu jenis media tertentu, maka media- media belajar itu perlu
diklasifikasikan menurut suatu metode tertentu dengan sifat dan fungsinya
terhadap pembelajaran.
1. Klasifikasi Media pembelajaran
Media maupun sumber belajar secara garis besarnya, terdiri atas dua
jenis yaitu :
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 11
a. Media atau sumber belajar yang dirancang, yaitu media dan sumber
belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai
komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar
yang terarah dan bersifat formal.
b. Media atau sumber belajar yang dimanfaatkan, yaitu media dan
sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keprluan
pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis,
tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya
liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. Dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam :
1) Media Auditif
2) Media visual
3) Media audio visual
b. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi kedalam :
1) Media dengan daya liput luas dan serentak.
Contoh : radio dan televise
2) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat.
Contoh : film dan sound slide.
3) Media untuk pengajaran individual.
Contoh : modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
c. Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi ke dalam :
1) Media sederhana, media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan
harganya murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaanya tidak
sulit.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 12
2) Media kompleks, yaitu media yang bahan dan alat pembuatanya sulit
diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya dan penggunaanya
memerlukan keterampilan yang memadai.
2. Karakteristik Media Pembelajaran
Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari
segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaanya.
Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan
keterampilan pemilihan media pengajaran. Di samping itu, memberikan
kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media
pengajaran secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami
karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan
cenderung bersikap spekulatif.
Menurut Gerlach & Ely ada tiga ciri media yang dapat membantu
proses kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu :
1. Ciri Fiksatif
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,
menyimpan, melestarikan dan merekonstruksi suatu peristiwa atau
objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali
dengan media seperti fotografi, video tape, disket komputer dan film.
Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian
yang terjadi pada satu waktu tertentu ditrsanportasikan tanpa mengenal
waktu. Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian yang telah
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 13
direkam atau disimpan dengan format media dapat digunakan setiap
saat.
2. Ciri Manipulatif
Transformasi suatu kejadian dimungkinkan karena media
memilki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari
dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan
teknik pengambilan gambar time- lapse recording. Disamping dapat
dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat penayangan
kembali hasil suatu rekaman video.
Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil
rekaman dapat menghemat waktu. Kemampuan media dari ciri
manipulatif memerlukan perhatian sungguh-sungguh karena apabila
terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau
pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula
kesalahan penafsiran yang tentu saja akan membingungkan dan bahkan
menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka kearah yang tidak
diinginkan.
3. Ciri Distributif
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan
kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan
stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali
informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat direproduksi
seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan di berbagai
tempat atau digunakan secara berulang-ulang disuatu tempat.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 14
Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama dengan
yang aslinya.
F. Pemilihan Media Pembelajaran
Kegiatan pemilihan media pembelajaran merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari keseluruhan proses penggunaan media pembelajaran sebab,
apabila salah dalam memilih media pengajarannya, keberhasilan proses
berikutnya akan terpengaruh. Memilih media pembelajaran harus dikaitkan
dengan tujuan intruksional, strategi belajar mengajar yang akan digunakan
dan sistem evaluasi yang akan digunakan. Media pembelajaran sangat banyak
ragamnya, dari yang sederhana sampai yang kompleks, dari yang murah
sampai yang termahal.
Sekarang yang perlu dipikirkan adalah patokan-patokan apa yang
dapat dijadikan sebagai pegangan oleh guru di dalam memilih media
pembelajaran sehingga kesalahan-kesalahan dalam pemilihan tersebut dapat
dihindari. Sementara itu dalam buku Ilmu Pendidikan Sudirman (1987: 212)
memberikan patokan-patokan dalam memilih media pembelajaran. Diantara
patokan-patokan tersebut adalah :
1. Prinsip-prinsip Pemilihan Media Pembelajaran.
Prinsip - prinsip pemilihan media pembelajaran ini ialah sebagai
berikut :
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 15
a. Tujuan Pemilihan.
b. Karakteristik Media Pembelajaran
c. Altenatif Pilihan
2. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Menurut Gerlach dan Ely dalam buku Teknologi Intruksional
yang dikutip oleh Mudhoffir (1996: 61-62) mengatakan bahwa Konsep
“Pendekatan sistem dalam perencanaan pengajaran” terdiri dari 10
komponen atau sub sistem. Komponen-komponen tersebut merupakan
unsur-unsur yang bekerja sama dalam satu sistem yang tidak dapat
dipisah-pisahkan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Spesifikasi isi pokok bahasan (Specification of Content).
b. Spesifikasi tujuan pengajaran (Specification of Objectives).
c. Pengumpulan dan penyaringan data tentang siswa (Assessement of
entering Behaviors).
d. Penentuan cara pendekatan, metode dan teknik mengajar (Determation
of Strategy).
e. Pengelompokan siswa (Organization of Groups).
f. Penyediaan waktu (Allocation of Time).
g. Pengaturan ruangan (Allocation of Space).
h. Pemilihan media (Allocation of Resources).
i. Evaluasi ( Evalution of Performance)
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 16
j. Analisis umpan balik (Analysis of Feedback).
Sementara itu supaya media pembelajaran yang dipilih itu tepat,
disamping memenuhi prinsip-prinsip pemilihan Sudjana (2001: 4-5)
memberikan beberapa kriteria yang harus diperhatikan . Kriteria tersebut
antara lain :
1) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, artinya media pembelajaran
dipilih atas dasar tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapkan.
Tujuan-tujuan intruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media
pembelajaran.
2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang
sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan
bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
3) Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah
diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat guru tanpa biaya yang
mahal, disamping sederhana dan praktis penggunaannya.
4) Keterampilan guru dalam menggunakannnya, apapun jenis media yang
diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam
proses belajar mengajar. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan
pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat
terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya.
5) Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut
dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 17
6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa, memilih media untuk pendidikan
harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang
terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.
Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih
mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu
mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam
proses pembelajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru,
tapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan
pengajaran. Oleh karena itu media bukan keharusan tetapi sebagai
pelengkap jika dipandang perlu untuk meningkatkan kualitas belajar dan
mengajar.
G. Alat Peraga Pembelajaran Matematika
Alat peraga adalah segala sesuatu yang dipergunakan oleh guru dari
berbagai alat untuk membantunya memberikan pengertian kepada anak didik,
bagi sesuatu pelajaran baru yang sulit pemahamannya.
Pada dasarnya anak belajar melalui benda konkrit. Untuk memahami
konsep abstrak anak memerlukan benda-benda konkrit (riil) sebagai perantara
atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat-tingkat belajar
yang berbeda-beda. Bahkan, orang dewasapun yang pada umumnya sudah
dapat memahami konsep abstrak pada keadaan tertentu sering memerlukan
visualisasi.
Belajar anak akan meningkat bila ada motivasi. Karena itu dalam
pengajaran diperlukan faktor-faktor yang dapat memotivasi anak belajar,
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 18
bahkan untuk pengajar. Misalnya : pengajaran yang menarik dapat
menimbulkan minat, sikap guru dan penilaian baik, suasana sekolah bagi guru
menyenangkan, ada imbalan bagi guru yang baik, dan lain-lain. Selanjutnya
konsep abstrak yang baru dipahami siswa itu akan mengendap, melekat, dan
tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti siswa,
bukan hanya melalui mengingat-ingat fakta.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika kita sering
menggunakan alat peraga. Dengan menggunakan alat peraga maka :
1. Proses belajar mengajar termotivasi baik siswa maupun guru, terutama
siswa minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik, dan
karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran matematika.
2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk kongkrit dan karena
itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada
tingkat-tingkat yang lebih rendah.
3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam
sekitar akan dapat dipahami.
4. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam
bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai objek penelitian
maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi
bertambah banyak.
Selain dari fungsi tersebut diatas, penggunaan alat peraga itu dapat
dikaitkan dengan salah satu atau beberapa dari :
1. Pembentukan konsep
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 19
2. Pemahaman konsep
3. Latihan dan penguatan
4. Pelayanan terhadap perbedaan individual, termasuk pelayanan terhadap
anak lemah dan anak berbakat
5. Pengukuran, alat peraga dipakai sebagai alat ukur
6. Pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi baru serta
penyimpulannya secara umum, alat peraga sebagai obyek penelitian
maupun sebagai alat untuk meneliti
7. Pemecahan masalah pada umumnya
8. Pengundangan untuk berfikir
9. Pengundangan untuk berdiskusi
10. Pengundangan partisipasi aktif
Alat peraga itu dapat berupa benda riil, gambar atau diagram.
Keuntungan alat peraga benda riil adalah benda-benda itu dapat dipindah-
pindahkan (dimanipulasikan), sedangkan kelemahannya tidak dapat disajikan
dalam buku (tulisan). Oleh karena itu untuk bentuk tulisannya kita buat
gambar atau diagramnya, tetapi kelemahannya ialah tidak dapat
dimanipulasikan.
Bila akan membuat alat peraga, sebaiknya diperhatikan agar alat
peraga itu :
1. Tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat)
2. Bentuk dan warnanya menarik
3. Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit)
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 20
4. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak
5. Dapat menyajikan (dalam bentuk riil, gambar atau diagram) konsep
matematika
6. Sesuai dengan konsep (catatan : bila anda membuat alat peraga seperti :
segitiga berdaerah atau bola massif, mungkin anak beranggapan segitiga
itu bukan hanya rusuk-rusuknya saja tetapi berdaerah, bahwa bola itu
massif, bukan hanya kulitnya saja; jelas ini tidak sesuai dengan konsep
segitiga dan konsep bola).
7. Dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas
8. Peragaan itu merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak
9. Bila kita mengharapkan agar siswa belajar aktif (sendiri atau
berkelompok), alat peraga itu sebaiknya dapat dimanipulasikan, yaitu
dapat diraba, dipegang, dipindahkan dan diutak-atik, atau dipasangkan dan
dicopot, dan lain-lain.
10. Jika bisa mempunyai berbagai fungsi.
Dengan demikian, penggunaan alat peraga itu gagal jika, misalnya :
generalisasi konsep abstrak dari representasi konkrit itu tidak tercapai, hanya
sekedar sajian yang tidak memiliki nilai-nilai ( konsep-konsep ) matematika,
tidak disajikan pada saat yang tepat, memboroskan waktu, diberikan kepada
anak yang sebenarnya tidak memerlukannya, tidak menarik, rumit, mudah
rusak, dan lain-lain.
Macam-Macam Alat Peraga Pembelajaran Matematika
1. Alat Peraga Kekekalan Luas
Luas daerah persegi panjang, luas daerah bujursangkar, luas daerah
jajaran genjang, luas daerah segitiga, luas daerah trapesium, luas daerah
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 21
belah ketupat, luas daerah layang-layang, luas daerah segienam beraturan,
luas daerah lingkaran, dalil phytagoras, luas permukaan kubus, luas
permukaan balok, luas permukaan limas luas permukaan prisma, luas
permukaan kerucut, luas permukaan tabung, luas permukaan bola, uraian
a(b+c), uraian (x + a) (x + b), uraian (a+b)2, uraian a2 – b2, jumlah ukuran
sudut dalam segitiga, jumlah ukuran sudut dalam segiempat, jumlah
ukuran sudut dalam segi-n, tanggram, linggram mini, pentamino, dan
kartu nilai tempat.
2. Alat Peraga Kekekalan Panjang
Tangga garis bilangan, pita garis bilangan, neraca bilangan,
mistar hitung, dan batang Cuisenaire.
3. Alat Peraga Kekekalan Volume
Uraian (a+b)3, blok Dienes, volume kubus, volume balok, volume
prisma segitiga, volume tabung, volume limas segiempat beraturan,
volume kerucut, dan volume bola.
4. Alat Peraga Kekekalan Banyak
Abacus biji (Romawi, Rusia dan Cina/Jepang) lidi, dan kartu nilai
tempat.
5. Alat Peraga untuk Percobaan dalam Teori Kemungkinan
Uang logam, dadu (bermata dan berwarna), bidang empat
( bermata dan berwarna) bidang delapan (bermata dan berwarna),
gangsingan (segitiga, bujursangkar, segilima, segienam, dan segi-n), paku
payung, kartu (domino dan bridge), bola berwarna dan distribusi Galton
(sesatan Hexagon)
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 22
6. Alat Peraga untuk Pengukuran dalam Matekatika
Meteran, busur derajat, roda meteran, kapak tomahawk, jepit bola,
sperometer, jangka sorong (segmat), hypsometer, dan klinometer.
7. Bangun-bangun Geometri
Macam-macam daerah segitiga, macam-macam daerah segiempat,
pengubahan daerah segibanyak, daerah ellips, pengubinan daerah segitiga,
pengubinan daerah segiempat, pengubinan daerah segi banyak,
pengubinan daerah lingkaran, pengubinan daerah ellips, pengubinan huruf
abjad latin, kerangka benda ruang, dan benda-benda ruang.
8. Alat Peraga untuk Permainan dalam Matematika
Mesin fungsi, saringan Eratosthenes, bujursangkar ajaib, menara
Hanoi, mobiles, perkalian tulang Napier (bermacam – macam basis)
nomograf, kartu domino, pita mobius, aritmetika jam, blok logic, kode
rahasia, menyusun kartu, kartu penebak angka, kartu penebak bulan,
kartu penebak “hati”, alat kalkulasi, pita gulung dan perkalian dengan jari
(untuk fakta dasar 9, untuk perkalian dua bilangan antara 6 dan 10, dan
untuk perkalian bilangan puluhan dengan angka 9).
3.2. Pengelolaan Kelas dan Interaksi
A. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas merupakan salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru sebagaimana tercantum dalam daftar kompetensi
profesional yang harus dimiliki oleh guru yang telah ditetapkan oleh
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 23
Depdiknas. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Adam dan Decey dalam
Usman (2005 : 9) bahwa peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar-
mengajar sangat banyak, di antaranya adalah sebagai pemimpin kelas,
pembimbing, dan pengatur lingkungan.
Menurut Hamiseno dalam Arikunto (1997 : 8) pengelolaan adalah
subtansi dari mengelola, sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang
dimulai dari menyusun data, merencana, mengorganisasi, melaksanakan
sampai mengawasi dan menilai. Pengelolaan kelas menurut Hadi (2005 : 11)
adalah kegiatan-kegiatan menciptakan, mempertahankan, dan
mengembalikan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajarmengajar
secara efektif. Hasibuan (2004 : 82) menyatakan bahwa keterampilan
mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi
belajar optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan
ataupun melakukan kegiatan remedial.
Berdasarkan berbagai definisi pengelolaan kelas di atas dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha sadar
untuk mengatur kegiatan proses belajar dan mengajar secara sistematis.
Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, mewujudkan situasi
atau kondisi proses belajar-mengajar dan pengaturan waktu, sehingga proses
belajar-mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikulum dapat tercapai.
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan
mengajar agar mencapai hasil yang baik. Tujuan khususnya adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 24
belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan
(Usman, 2005 : 10).
Kemampuan mengelola kelas harus dimiliki oleh setiap guru, karena
guru adalah pihak yang berhubungan secara langsung dengan siswa. Guru
harus mengetahui kondisi dan kekhususan masing-masing kelas, baik yang
menyangkut siswa maupun yang menyangkut lingkungan fisiknya. Tindakan
pengelolaan kelas akan efektif apabila guru dapat mengidentifikasi dengan
tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi sehingga pada gilirannya guru
dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula. Tindakan yang dapat
diambil oleh guru tersebut dapat berupa (1) pencegahan, (2) korektif atau
tindakan, atau (3) kuratif atau penanggulangan disesuaikan dengan masalah
yang terjadi.
Kemampuan mengelola kelas merupakan salah satu bagian dari
keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini disebabkan
oleh tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan siswa
dengan menyediakan kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang
optimal tersebut akan dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan
sarana dan prasarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana
yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Apabila guru
tidak mampu menyediakan kondisi belajar yang maksimal maka proses
belajar-mengajar akan berlangsung secara tidak efektif, sehingga hasil dari
proses belajar-mengajar juga tidak akan optimal. Ketidakberhasilan tersebut
dapat dikatakan sebagai akibat dari tidak profesionalnya guru. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa guru tidak kompeten atau tidak memiliki
kompetensi profesional.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 25
Kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam bagian pengelolaan kelas
antara lain adalah :
1. Penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas,
2. Pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas siswa, dan
3. Penetapan norma kelompok yang produktif (Usman, 2005 : 97).
Dengan demikian, pengelolaan kelas bukan semata-mata bagaimana
cara mengatur ruang kelas dengan segala sarana dan prasarananya, tetapi
juga menyangkut bagaimana interaksi dan pribadi-pribadi di dalamnya.
Pengelolaan kelas lebih ditekankan pada bagaimana interaksi antar pribadi-
pribadi di dalam kelas. Interaksi di dalam kelas merupakan satu hal yang
amat penting bagi keberhasilan pembelajaran, karena kehidupan pribadi
siswa seringkali diwarnai oleh situasi kondisi interaksinya dengan pendidik
dan juga dengan teman-teman di kelasnya.
Menurut Jensen dalam Riyanto (2002 : 44) terdapat tiga keuntungan
dalam suatu interaksi kelas yang efektif, yaitu (1) setiap pribadi semakin
memiliki rasa percaya diri yang kuat dan sehat, (2) masing-masing pribadi
memperoleh kepuasan dalam berinteraksi, dan (3) mereka semakin dekat satu
sama lain dan saling melengkapi. Riyanto (2002 : 45) mengemukakan tiga
cara untuk menciptakan dan membangun suasana kelas yang kondusif untuk
mendorong terciptanya interaksi dan struktur kelas yang sehat dan efektif,
yaitu : (1) membuat kesepakatan, (2) mencari waktu luang untuk berinteraksi
dengan siswa, dan (3) membagi pengalaman, gagasan, dan sikap pribadi.
Berdasarkan pada penjelasan di atas diketahui bahwa pengelolaan
kelas tersebut tidak hanya berwujud pengaturan ruangan dan tempat duduk,
tetapi juga dalam bentuk interaksi yang baik dengan siswa, dan penciptaan
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 26
hubungan guru dan siswa, dan hubungan antara siswa yang baik. Perwujudan
pengelolaan kelas yang baik adalah terciptanya kondisi yang optimal untuk
proses belajar-mengajar yang efektif.
B. Hal-hal yang Berpengaruh terhadap Pengelolaan Kelas
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas,
agar pengelolaan kelas dapat diusahakan secara maksimal dan membantu
dalam proses pendidikan. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Pribadi pendidik
Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui oleh guru agar guru
dapat mempergunakan seluruh kemampuannya dalam mengelola kelas, di
antaranya adalah bahwa guru harus mengenal diri sendiri dan mengenal
siswa. Hadi (2005 : 23) menyatakan bahwa tidak setiap guru memiliki
sifat-sifat yang dibutuhkan oleh profesi keguruan misalnya disiplin diri.
Oleh karena itu guru perlu berusaha untuk mengenal dirinya sendiri dan
selanjutnya membina kepribadian yang baik sebagai guru. Kepribadian-
kepribadaian yang selayaknya dibina dan dikembangkan oleh guru
misalnya adalah kepribadian yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, kepribadian yang memiliki sifat-sifat terpuji seperti sabar,
demokratis, menghargai pendapat orang lain, sopan santun dan tanggap
terhadap pembaharuan.
Pengenalan siswa juga merupakan satu hal yang mutlak dimiliki
oleh guru. Apabila guru tidak mengenal siswa maka proses pembelajaran
yang berlangsung tidak akan berhasil dijalankan karena guru cenderung
menyamaratakan semua siswa. Masing-masing siswa memiliki
perbedaan-perbedan dan juga persamaan-persamaan. Oleh karena itu
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 27
guru hendaknya dapat mengenali setiap siswanya, baik kemampuannya,
minatnya, maupun latar belakang lainnya. Pengenalan terhadap siswa
akan memudahkan guru dalam pengelolaan kelas, misalnya dalam
pengaturan tempat duduk, pemilihan pasangan tempat duduk untuk siswa
sesuai dengan besar kecilnya, kemampuan pendengaran ataupun
kemampuan penglihatan masing-masing siswa.
2. Disiplin kelas
Disiplin kelas merupakan keadaan tertib di mana guru dan siswa
yang tergabung dalam suatu kelas tunduk pada peraturanperaturan yang
telah ditetapkan dengan senang hati. Suasana tertib di dalam kelas
merupakan salah satu syarat penting bagi berjalannya proses belajar-
mengajar yang efektif.
a. Teknik pembinaan disiplin kelas
Disiplin kelas yang baik adalah pengendalian dan pengarahan
segala perasaan dan tindakan orang dalam suatu kelas untuk
menciptakan dan memelihara suatu suasana belajar-mengajar yang
efektif. Tujuan yang ingin dicapai adalah perkembangan dan
pertumbuhan secara maksimal dari setiap siswa yang menjadi
tanggung jawab sekolah yang bersangkutan. Teknik pembinaan
disiplin di antaranya adalah :
1) Teknik “inner control”. Maksud teknik inner control adalah
bahwa kontrol perilaku berasal dari dalam diri siswa sendiri.
Kepekaan akan disiplin harus tumbuh dan berkembang dari
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 28
dalam diri siswa sendiri. Kesadaran akan norma-norma,
peraturan-peraturan, tata tertib yang diterapkan akan membuat
siswa dapat mengendalikan dirinya sendiri.
2) Teknik “External control”. Maksud dari external control adalah
bahwa pengendalian berasal dari luar diri siswa dan hal ini dapat
berupa bimbingan dan konseling. Pengendalian diri dapat juga
berupa pengawasan tetapi yang bersifat hukuman. Pemakaian
teknik ini harus disesuaikan dengan perkembangan siswa.
Misalnya teknik inner control lebih sesuai untuk siswa
pendidikan menengah dan tinggi, sedangkan untuk siswa
pendidikan rendah lebih sesuai dengan teknik external control.
3) Teknik “Cooperative control”. Maksud dari cooperative control
adalah kerjasama antara guru dan siswa. Teknik ini berangkat
dari pendapat bahwa disiplin kelas yang baik mengandung
adanya kesadaran kerjasama guru dan siswa secara harmonis,
respektif, efektif, dan produktif. Oleh karena itu, harus ada
kerjasama antara guru dan siswa. Bentukbentuk kerjasama guru
dengan siswa di antaranya adalah: (1) mengadakan perencanaan
secara kooperatif dengan siswa, (2) mengembangkan
kepemimpinan dan tanggng jawab pada siswa, (3) membina
organisasi dan prosedur kelas secara demokratis, (4) memberikan
kesempatan untuk berdiri sendiri, berpikir sendiri, terutama
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 29
dalam mengemukakan dan menerima pendapat orang lain, (5)
memberi kesempatan berpartisipasi secara luas sesuai dengan
taraf kesanggupan siswa, (6) menciptakan
kesempatankesempatan untuk mengembangkan sikap-sikap yang
diinginkan : sosial, psikologis, biologis.
b. Sumber pelanggaran disiplin
Sumber-sumber pelanggaran disiplin di dalam kelas, di
antaranya adalah sebagai berikut.
1) Tipe kepemimpinan guru yang otoriter
2) Pengurangan hak sebagian siswa
3) Adanya kelompok minoritas yang kurang diperhatikan oleh guru
4) Siswa kurang dilibatkan dalam tanggung jawab sekolah
5) Kurang kerjasama dengan orang tua siswa
6) Kebosanan di dalam kelas
7) Perasaan kecewa atau tertekan karena siswa dituntut untuk
bertingkah laku yang kurang wajar sebagai anak
8) Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian pengenalan atau
status (Hadi, 2005 : 62)
Pembahasan di atas menunjukkan bahwa pengelolaan kelas
berkaitan dengan guru dan siswa. Guru hendaknya mengenal dan
memahami perbedaan masing-masing siswa. Sifat dan pembawaan
siswa yang berbeda-beda mempengaruhi perilaku siswa di dalam
kelas, termasuk dalam hal kedisiplinan siswa. Perilaku siswa yang
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 30
berbeda-beda tersebut membutuhkan cara penanganan yang berbeda
pula. Pemahaman dan pengetahuan tentang siswa dapat dijadikan
dasar dalam menangani masing-masing siswa sesuai dengan sifat dan
kemampuan siswa. Pemahaman ini akan membantu guru dalam
mengelola interaksi antara siswa dengan siswa dan antara guru dengan
siswa dalam proses belajarmengajar di kelas.
C. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Menurut Usman (2005: 97-99) terdapat beberapa prinsip yang harus
diketahui dan digunakan oleh guru dalam mengelola kelas. Prinsip tersebut
adalah :
1. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya
iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi
kegiatan belajar-mengajar yang optimal.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi
kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar-mengajar
yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang
efektif dan menghindari kejenuhan.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 31
4. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa
serta menciptakan iklim belajar-mengajar yang efektif.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya di dalam mengajar dan mendidik, guru harus
menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian
siswa pada hal-hal yang negatif.
6. Penanaman disiplin diri
Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan
akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu mendorong siswa
untuk melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya
menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan
tanggung jawab.
D. Hal-Hal yang Harus Dihindari dalam Pengelolaan Kelas
Berkaitan dengan upaya untuk mengelola kelas secara efektif, terdapat
beberapa hal yang harus dihindari oleh guru, yaitu:
1. Campur tangan yang berlebihan
Komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang diberikan secara
mendadak pada waktu siswa sedang asyik mengerjakan sesuatu akan
menyebabkan kegiatan tersebut menjadi terputus atau terganggu. Campur
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 32
tangan tersebut perlu dihindari oleh guru, sehingga kegiatan belajar-
mengajar di dalam kelas berjalan dengan efektif.
2. Kelenyapan
Kelenyapan adalah suatu kondisi guru gagal melengkapi suatu
instruksi, penjelasan, petunjuk atau komentar secara jelas, atau juga bisa
terjadi jika guru diam terlalu lama dan siswa tidak memiliki kegiatan apa-
apa sehingga pikiran siswa melantur dan tidak terkonsentrasi pada satu
hal. Hal ini menyebabkan proses belajarmengajar berjalan secara tidak
efektif, karena banyak waktu yang terbuang secara tidak berguna.
3. Ketidaktepatan dalam memulai dan mengakhiri kegiatan
Kegiatan-kegiatan di dalam kelas harus dimulai dan diakhiri dengan
tepat. ketidaktepatan dalam memulai dan atau mengakhiri kegiatan secara
tidak tepat dapat menyebabkan proses belajar-mengajar menjadi tidak
efektif, misalnya guru tidak mengakhiri suatu kegiaan kemudian langsung
memulai kegiatan baru dan selanjutnya kembali lagi ke kegiatan pertama,
dan demikian seterusnya secara berulangulang. Hal tersebut dapat
menyebabkan perhatian siswa menjadi tidak terfokus, guru juga tidak
terfokus, sehingga kegiatan belajar menjadi tidak lancar.
4. Penyimpangan
Penyimpangan dapat menyebabkan kegiatan belajar menjadi tidak
berjalan lancar. Hal ini bisa saja disebabkan oleh guru yang terlalu asyik
dengan satu kegiatan atau bahan tertentu sehingga akhirnya menjadi
menyimpang dari pokok kegiatan atau dari pokok bahasan.
5. Bertele-tele
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 33
Apabila guru terlalu asyik dengan satu kegiatan atau satu bahan
tertentu, maka dapat menyebabkan tindakan bertele-tele. Misalnya guru
mengulang-ulang satu hal tertentu atau pokok bahasan tertentu,
memperpanjang keterangan tentang satu hal, mengubah teguran
yang sederhana kepada siswa menjadi ocehan yang panjang atau
penjelasan yang panjang lebar. Tindakan mengulang-ulang atau bertele-
tele dapat menyebabkan kegiatan belajar-mengajar menjadi tidak efektif.
E. Indikator Keterampilan Pengelolaan Kelas
Keterampilan pengelolaan kelas dapat dinilai berdasarkan beberapa
indikator, yaitu pengelolaan ruang kelas dan fasilitas, pengelolaan hubungan
atau interaksi siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Indikator
pengelolaan ruang kelas dan interaksi dalam kelas dalam penelitian ini dilihat
dari beberapa deskriptor yang disusun berdasarkan pendapat Hasibuan (2004:
83) yang menyatakan bahwa keterampilan pengelolaan kelas terdiri dari dua
keterampilan, yaitu:
1. Keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal. Keterampilan ini meliputi beberapa tindakan
seperti : (1) menunjukkan sikap tanggap sehingga siswa merasakan bahwa
guru hair bersama dengan mereka dan tahu apa yang sedang mereka
perbuat, (2) membagi perhatian, (3) memusatkan perhatian kelompok, (4)
memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, (5) menegur, dan (6) memberi
penguatan.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 34
2. Keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang
optimal. Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk
mengembalikan kondisi yang optimal adalah:
Memodifikasi tingkah laku, dapat dilakukan dengan beberapa cara: (1)
Merinci tingkah laku yang menimbulkan gangguan, (2) Memilih
norma yang realistis untuk tingkah laku yang menjadi tujuan dalam
program remedial, (3) Bekerjasama dengan rekan atau konselor, (4)
Memilih tingkah laku yang akan diperbaiki, (5) Mewariskan pola
penguatan yang tersedia misalnya dengan cara meningkatkan tingkah
laku yang diinginkan, mengajarkan tingkah laku baru, mengurangi dan
menghilangkan tingkah laku yang tidak diinginkan dengan teknik
tertentu, misalnya penghapusan penguatan, memberi hukuman,
membatalkan kesempatan, dan mengurangi hak.
Pengelolaan kelompok : pendekatan pemecahan masalah kelompok
dapat dikerjakan oleh guru sebagai salah satu alternatif dalam
mengatasi masalah-masalah pengelolaan kelas. Keterampilan yang
diperlukan dalam pengelolaan kelompok adalah: memperlancar tugas
dan memelihara kegiatan kelompok.
3.3. Menelaah Kasus-kasus Pembelajaran di Kelas dan Upaya Strategi
Pembelajarannya
A. Permasalahan Pembelajaran Matematika
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 35
Masalah pembelajaran matematika sebenarnya dapat bersumber dari
komponen-komponen yang membentuk suatu sistem pembelajaran tersebut.
Soedjadi (2000) menggambarkan komponen tersebut meliputi masukan
(input/peserta didik), masukan instrumental (pendidik, kurikulum, materi ajar,
sarana/prasarana, metode/model/strategi pembelajaran), lingkungan
(dukungan/keikutsertaan orang tua atau masyarakat sekitar), dan keluaran
(output). Proses pembelajaran di sini diidentikkan dengan proses kerja suatu
industri dengan peserta didik sebagai masukan atau bahan mentah. Melalui
proses yang dilakukan oleh masukan instrumental dan dengan dukungan
lingkungan akhirnya menjadi output (lulusan) yang diharapkan. Dengan
demikian masalah pembelajaran dapat bersumber dari peserta didik, pendidik,
kurikulum, materi ajar/matematika, sarana dan prasarana, strategi/model
pembelajaran, dan dukungan orang tua/masyarakat.
Romberg dalam Anderson, et.al (2005) menunjukkan hubungan
elemen dalam pengajaran matematika sebagai berikut.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 36
Isi matematik (Mathematical
Content)
Keyakinan Pendidik
Performa Peserta didik
Pelaksanaan di kelas
Perencanaan
Dengan demikian permasalahan dapat muncul bersumber dari isi
matematika/materi, keyakinan pendidik, perencanaan yang dibuat, kondisi
pelaksanaan di kelas, dan performa peserta didik.
Pandangan yang menggambarkan keyakinan pendidik dan proses
pembelajaran di kelas dikemukakan oleh Raymond (dalam Goos, et.al, 2007).
Berdasar diagram yang dibuat memungkinkan komponen-komponen yang
terlibat tersebut memunculkan berbagai masalah pembelajaran.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 37
Keyakinan terhadap matematika: tentang ilmu matematika dan pedagogi
matematik
Praktek pengajaran matematika: tugas-tugas matematik, pengajaran,
lingkungan, dan evaluasi
Situasi kelas yang terjadi: peserta didik (kemampuan, sikap, dan tingkah
laku), kendala waktu, topik matematika yang dipelajari
Norma sosial pengajaran: filosofi sekolah, adminstrator, tes standar,
kurikulum, buku teks, pendidik lain, sumber daya
Kehidupan pendidik: kejadian harian, sumber lain dari stres pendidik
Kehidupan peserta didik: lingkungan rumah, keyakinan orang tua (tentang
anak-anak, sekolah, dan matematika)
Program pendidikan pendidik: isi mata kuliah matematika, pengalaman di
lapangan, pengajaran terhadap peserta didik
Pengalaman di sekolah masa lalu: kesuksesan dalam matematika sebagai
peserta didik, pendidik-pendidik yang pernah mengajar
Pengalaman awal keluarga: pandangan orang tua terhadap matematika, latar
belakang pendidikan orang tua, interaksi dengan orang tua (dalam hal ini yang
menyangkut matematika)
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 38
Ciri-ciri Kepribadian: percaya diri, kreativitas, humor, keterbukaan terhadap
perubahan.
Memperhatikan komponen-komponen pembelajaran yang terkait
dengan strategi pembelajaran secara langsung, maka permasalahan
pembelajaran dapat bersumber dari peserta didik, pendidik, kurikulum, materi
ajar/matematika, dan tes paper and pencil, bukan penilaian alternatif atau
penilaian berbasis kelas dengan berbagai variasi teknik penilaian. Masalah
lain seperti keyakinan pendidik terhadap matematika, peserta didik, atau
strategi pembelajaran yang efektif. Keyakinan pendidik yang masih
memandang matematika sebagai alat, akan menempatkan peserta didik
sebagai individu tanpa pengetahuan awal atau nir pengalaman, sehingga
strategi pembelajaran yang dilakukan cukup instruksi-instruksi informatif.
Masalah klasik lain adalah kompetensi pedagogik dan profesional yang masih
rendah. Kondisi ini mempengaruhi fleksibilitas dalam memilih suatu strategi
pembelajaran yang efektif. Masalah yang muncul dari aspek pedagogis adalah
kemampuan menyusun rencana pembelajaran dengan strategi pembelajaran
yang variatif dan efektif masih kurang.
Masalah lain adalah kepribadian dan norma-norma yang dianut yang
tidak mendukung pembelajaran efektif. Ketiga, masalah terkait dengan
kurikulum. Kurikulum umumnya memuat harapan-harapan dan tujuan tujuan
pendidikan jangka panjang serta bersifat nasional/global. Misalkan pada
kurikulum disebutkan bahwa pelajaran matematika perlu diberikan kepada
semua peserta didik dengan membekali peserta didik kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama”.
Apakah pendidik memahami cara membekali peserta didik dengan
kemampuan itu? Pendidik perlu memahami pengertian praktis dari
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 39
kemampuan-kemampuan itu dan mewujudkan dalam praktek
pembelajarannya. Hal lain adalah pemahaman tentang pendekatan pemecahan
masalah sebagai fokus pembelajaran, masalah kontekstual, penalaran,
pembuktian, komunikasi ide atau gagasan, sikap menghargai terhadap
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
Rambu-rambu yang terdapat pada kurikulum ini masih belum banyak
dipahami pendidik, terbukti masih banyak pendidik dalam mengajar masih
menekankan pada pemahaman konsep semata, sehingga proses
pembelajarannya pasif, berorientasi pada ketuntasan materi, dan
pembelajarannya berpusat pada pendidik. Pada kurikulum 2013, misalkan
digunakan pembelajaran dengan pendekatan sainstifik. Hasil observasi masih
banyak pendidik yang belum mampu merancang strategi pembelajaran
tersebut bahkan tidak tahu apa arti pendekatan itu dan bagaimana
menerapkannya. Sumber masalah keempat adalah aspek
matematika/materinya. Sistematika materi yang ditetapkan pada kurikulum,
buku sumber, atau pengetahuan/pemahaman pendidik belum mantap dan
kadang tidak sesuai dengan urutan logis keilmuan matematika. Apalagi jika
dipaksakan mengikuti urutan keilmuan lain seperti pendekatan sainstifik yang
merupakan epistemologis dari ilmu IPA. Kondisi ini akan menyebabkan
kesulitan-kesulitan dalam perencanaan maupun implementasi di kelas.
Masalah lain terkait dengan strategi pembelajaran itu sendiri. Pendidik
kadangkala tidak memahami apa itu strategi pembelajaran, strategi belajar,
dan apa perbedaan masing-masing.
Kapan berbagai jenis strategi pembelajaran dapat diterapkan,
bagaimana cara penerapannya, apakah mungkin dapat dikombinasikan?
Masalah lain adalah alasan-alasan menerapkan strategi itu dan diterapkan
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 40
pada siapa dan oleh siapa? Di tingkat sekolah mana penerapan yang lebih
efektif? Masalah-masalah yang dikemukakan tersebut mungkin hanya
sebagian saja, sebab banyak aspek lain yang terjadi di kelas.
Berdasar pengalaman seperti terangkum pada Siswono (2004) tercatat
ada beberapa masalah yang terkait dengan proses pembelajaran, antara lain:
1. Bagaimana merancang proses pembelajaran yang membimbing peserta
didik untuk mengkonstruk atau menemukan kembali (reinvent) suatu
konsep matematika? Pandangan dalam pendidikan yang bergeser dari
teori belajar tingkah laku (behaviorisme) pada teori belajar kognitif yang
menekankan pada prinsip konstruktivis menuntut pendidik memiliki
kompetensi dalam merancang suatu strategi pembelajaran yang
mengakibatkan peserta didik dapat mengkonstruk atau menemukan
kembali konsep-konsep matematika. Pengetahuan dan pengalaman itu
perlu dimiliki pendidik agar dalam prakteknya dapat dimanfaatkan
peserta didik dengan segera.
2. Bagaimana mengimplementasikan penilaian autentik atau penilaian
alternatif dalam proses belajar mengajar? Pemahaman tentang penilaian
yang kurang akan berdampak pada motivasi peserta didik maupun
informasi tentang peserta didik yang rendah, sehingga dalam
pengambilan keputusan apakah seorang peserta didik telah mencapai
tujuan atau kompetensi tertentu dapat terjadi bias.
3. Bagaimana mengelola kelas yang peserta didiknya terdiri dari berbagai
tingkat kemampuan? Pemahaman tentang karakteristik peserta didik
mutlak perlu dimiliki oleh seorang pendidik yang profesional, karena
karakteristik peserta didik yang berbeda termasuk gaya belajar, latar
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 41
belakang pengetahuan, atau lingkungan asalnya digunakan sebagai
pertimbangan pemilihan suatu model pembelajaran.
4. Bagaimana mengelola proses pembelajaran yang efektif, karena
penggunaan beberapa metode baru dianggap memakan waktu?
Pemahaman suatu strategi pembelajaran tentang tujuan spesifiknya,
landasan teoritisnya, sarana dan prasarana yang diperlukan termasuk
kelebihan dan kekurangannya akan mengantarkan pembelajaran yang
efektif dan efisien, tidak membuang waktu yang percuma.
5. Bagaimana mengelola pembelajaran yang peserta didiknya mayoritas
belum menguasai pengetahuan prasayarat? Pemahaman tentang
pengelolaan yang kurang dapat mengakibatkan penanganan yang salah
seperti bila sebagian besar peserta didik belum mengetahui materi
prasyarat, maka apa yang perlu dilakukan pendidik? Apakah melanjutkan
materi karena materi yang sudah padat dan harus selesai atau
mengajarkan materi-materi prasyarat itu lebih dahulu? Pengambilan
keputusan perlu dipertimbangkan dengan berbagai hal sehingga diperoleh
solusi yang tepat.
6. Bagaimana mengimplementasikan kurikulum yang menuntut penggunaan
media atau multimedia, seperti komputer atau media pembelajaran?
Dengan perkembangan teknologi dan informasi maka pendidik
matematika perlu menguasai berbagai media manual maupun yang
komputer (multimedia). Pendidik perlu terus menjadi pembelajar
mengupayakan kemampuan mengembangkan atau menggunakan
berbagai media tersebut, termasuk pemanfaatan internet. Selain itu,
karena berbagai program pemerintah yang dimasukkan dalam pendidikan
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 42
seperti pendidikan karakter, anti korupsi, wawasan lingkungan, atau pun
kewirausahaan, maka pendidik perlu bijaksana dan memahami
bagaimana program-program tersebut dimasukkan dalam proses
pembelajaran tanpa menambah jam pelajaran maupun menguranginya.
Bila pendidik tidak memiliki kompetensi pedagogik akan memasukkan
semuanya dalam pembelajaran sebagai bidang studi baru atau bagian
materi mata pelajaran yang diajarkan terpisah-pisah. Hal tersebut akan
menyebabkan tidak terinternalisasinya materi-materi tersebut.
Berbagai permasalahan yang diutarakan sebenarnya terjadi setiap
waktu dan sampai kapan pun bukan karena pengaruh munculnya kurikulum
baru. Penerapan kurikulum baru merupakan salah satu pemicu saja. Hal ini
wajar karena pemangku kebijakan akan memiliki suatu pandangan ke depan
sesuai idealismenya sedang pendidik sebagai eksekutor di lapangan
berhadapan dengan realitas yang mungkin berbenturan dengan idealisme
tersebut. Untuk itu diperlukan suatu upaya mengatasi masalah terkait dengan
proses pembelajaran tersebut.
B. Upaya Mengatasi Masalah Pembelajaran Matematika
Cara umum mengatasi masalah pembelajaran adalah memberikan
bekal pengetahuan, pemahaman dan pengalaman terhadap aktor yang
menjalankan proses pembelajaran tersebut. Upaya yang dapat dilakukan
adalah melalui pelatihan, workshop, seminar, pembinaan pendidik melalui
MGMP atau peningkatan jenjang kualifikasi akademik dari S1 menjadi S2.
Program- program tersebut dapat mengubah keyakinan dan pandangan
pendidik terhadap sifat alami matematika maupun matematika sekolah
(pendidikan), melalui bukti-bukti operasional yang praktis dalam
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 43
implementasinya, sekaligus mengatasi kelemahan penguasaan dan
pemahaman terhadap materi matematika.
Apabila diasumsikan bahwa komponen-komponen pembelajaran lain
merupakan suatu kondisi yang tetap atau ditetapkan apa adanya, maka
komponen yang dapat berubah dan bertanggungjawab terhadap proses itu
adalah pendidik. Pendidik lah yang perlu berbenah dan memperbaiki diri serta
berusaha mengubahnya. Pendidik merupakan agen perubahan di dalam kelas.
Dengan 7 demikian upaya mengatasinya pertama kali adalah mengubah
yakinan pendidik terhadap matematika dan pembelajaran yang seharusnya.
Keyakinan pendidik terhadap matematika maupun praktek
pembelajaran akan mempengaruhi pada performa peserta didik selanjutnya.
Hubungan keyakinan antara matematika dan pengajaran serta
pembelajarannya dijelaskan Goos,et.al (2007) berikut.
Keyakinan terhadap
Matematika
Keyakinan terhadap
Pengajaran matematika
Keyakinan terhadap
pembelajaran
matematika
Instrumentalis:
Matematika sebagai suatu
seperangkat alat dari fakta-
fakta, aturan-aturan, dan
keterampilan –
Menfokuskan isi dengan
penekanan pada kinerja
Ketuntasan keterampilan,
penerimaan yang pasif
terhadap pengetahuan
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 44
keterampilan
Platonis:
Matematika sebagai suatu
bodi statis yang absolut
dan pengetahuan yang
pasti dan abstrak.
Menfokuskan isi dengan
menekankan pada
pemahaman
Konstruksi aktif dari
pemahaman
Pemecahan masalah:
Matematika sebagai
sesuatu yang dinamis dan
hasil kreasi manusia
Menfokuskan pada
pebelajar
Eksplorasi otonom dari
keinginan/minat sendiri.
Bagaimana pendidik memandang matematika akan berdampak pada
raktek pembelajarannya. Dengan demikian upaya perbaikan dengan berbagai
cara perlu menyadarkan pendidik terhadap pandangan atau keyakinannya
terhadap matematika tersebut.
Hasil penelitian Anderson, et.al (2005) terhadap 20 pendidik yang
kategorinya pendidik kontemporer dan 23 pendidik tradisional mendapatkan
fakta bahwa 95% pendidik kontemporer menyakini bahwa peserta didik dapat
belajar banyak konsep matematika dengan belajar sendiri dan memecahkan
masalah yang tidak familiar dan masalah-masalah yang open-ended.
Selain itu mereka meyakini bahwa hal yang esensial adalah peserta
didik harus mengeksplorasi caranya sendiri sebelum menggunakan metode
yang diajarkan pendidik. Pendidik yang termasuk tradisional tidak meyakini
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 45
itu atau 0% yang mengatakan itu. Sebaliknya mereka 100% menyakini bahwa
peserta didik belajar algoritma sebelum mengerjakan soal aplikasi dan
masalah yang tidak familiar. Dalam pengajaran 87% pendidik tradisional
memberikan latihan-latihan untuk mempraktekkan keterampilannya sedang
pendidik kontemporer 45%. Kemudian 35% pendidik tradisional yang
mendorong peserta didik menggunakan prosedur dan metode sendiri untuk
memecahkan masalah sedangkan pendidik kontemporer 80%. Data ini
menunjukan adanya hubungan antara keyakinan dan praktek. Pendidik yang
cenderung meyakini matematika sebagai seperangkat alat yang berisi fakta-
fakta, aturan-aturan, maupun keterampilan-keterampilan, akan mengarahkan
pembelajaran yang cenderung berpusat pada pendidik bukan peserta didik.
Pendidik berdasarkan keyakinannya terhadap matematika menurut
Carpenter, et.al dalam Barkatsas & Malone (2005) dapat dikategorikan
menjadi level A (pendidik meyakini bahwa peserta didik akan belajar dengan
sangat baik bila dijelaskan bagaimana bekerja dalam matematika), level B
(pendidik bertanyatanya gagasan bahwa peserta didik perlu ditunjukkan
bagaimana bekerja dalam matematika, tetapi mengalami konflik keyakinan),
level C (pendidik mengajarkan bahwa peserta didik akan belajar matematika
selama memecahkan masalah dan mendiskusikan solusinya), dan level D
(pendidik meyakini dan menerima gagasan bahwa peserta didik akan
memecahkan masalah tanpa pengajaran langsung dan kurikulum matematika
harus berdasar pada kemampuan peserta didik). Dimanakah posisi kita? Bila
meyakini pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah, maka
perlu mengubah atau memperbaiki keyakinannya kita yang masih tradisional.
Kompetensi pendidik akan meningkat jika waktu yang digunakan
untuk mempersiapkan materi-materi pembelajaran lebih banyak daripada
waktu yang digunakan untuk “mengajar” di kelas. Hasil penelitian terhadap
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 46
200 pendidik di US seperti dilaporkan Mc Night, et.al dalam Brooks &
Suydam (1993) menunjukkan bahwa 40% dari waktu di sekolah digunakan
untuk mengembangkan material baru, 20% untuk membahas materi awal yang
sudah diajarkan, 10% untuk tugas-tugas administratif atau managemen, dan
30% untuk mensupervisi tugas-tugas peserta didik dan memberikan tes. Hasil
penelitian ini menunjukkan hal yang berbeda pada tahun sebelumnya yang
disebutkan bahwa waktu yang lebih sedikit untuk pengembangan material
pembelajaran. Kondisi ini mungkin berbeda dengan kondisi pendidik di
Indonesia yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk tugas-tugas
administratif, seperti pembuatan RPP tidak ada waktu untuk membahas materi
yang sudah diajarkan (refleksi).
Upaya mengatasi yang lain adalah memperbaiki pemahaman terhadap
strategi pembelajaran dan keterampilan menerapkannya. Harmin & Toth
(2012) menjelaskan strategi-strategi pembelajaran aktif yang menginspirasi.
Strategi tersebut meliputi bagaimana menciptakan pembelajaran aktf yang
inspiratif, bagaimana membangun iklim peserta didik berpartisipasi penuh,
bagaimana membangun iklim kerjasama tingkat tinggi, bagaimana menyusun
waktu belajar di kelas yang efisien, bagaimana memanfaatkan kelompok-
kelompok kecil dengan efisien, dan bagaimana mencegah timbulnya masalah
kedisiplinan. Silver, Strong, dan Perini (2012) menjelaskan bagaimana
memilih strategi-strategi berbasis penelitian yang tepat untuk setiap pelajaran.
Dalam bukunya dijelaskan strategi penguasaan (meliputi perkuliahan baru,
pengajaran langsung, kesukaran tergradasi, dan tim-pertandingan-turnamen),
strategi pemahaman(meliputi membandingkan dan mengontraskan, membaca
bermakna, pemerolehan konsep, misteri), strategi ekspresi diri (meliputi
pembelajaran induktif, ekspresi metafora, menyusun pola, mata pikiran),
strategi antar pribadi (pembelajaran resiprokal, pengambilan keputusan,
pemisahan-penyatuan,lingkaran komunitas), dan strategi empat gaya (catatan
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 47
jendela, perkumpulan pengetahuan, apakah kamu mendengar apa yang saya
dengar, rotasi tugas). Pemahaman terhadap berbagai jenis strategi dan
manfaatnya akan memberikan pilihan-pilihan strategi yang efektif untuk suatu
materi pelajaran.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi
edukatif antara guru dan anak didik dapat berlangsung secara efektif dan efesien
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 48
sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dicita-citakan. Dalam Suatu proses
belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media
pembelajaran.
Pengelolaan kelas merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru sebagaimana tercantum dalam daftar kompetensi profesional yang
harus dimiliki oleh guru yang telah ditetapkan oleh Depdiknas. Hal tersebut seperti
diungkapkan oleh Adam dan Decey dalam Usman (2005 : 9) bahwa peranan dan
kompetensi guru dalam proses belajar-mengajar sangat banyak, di antaranya adalah
sebagai pemimpin kelas, pembimbing, dan pengatur lingkungan.
Permasalahan yang terkait pembelajaran matematika sangat kompleks dan
dapat bersumber dari berbagai komponen. Komponen yang mempengaruhi terutama
dari peserta didik, pendidik, kurikulum, materi, dan strategi/model pembelajaran.
Komponen peserta didik, kurikulum, dan materi umumnya bersifat tetap/ditetapkan
yang tidak memungkinkan dimanipulasi. Komponen yang dapat mengatasi berbagai
masalah tersebut perpangkal dari pendidik yang memainkan strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang dipentingkan bukan sekedar strategi yang terbaru, tetapi
strategi yang paling efektif dan efisien untuk membekali pengetahuan, keterampilan,
dan kompetensi peserta didik.
Cara utama mengatasi berbagai masalah tersebut adalah meningkatkan
keyakinan, pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan pendidik terhadap
matematika dan aspek-aspek pedagogis lainnya. Upaya tersebut dapat dilakukan
dengan melanjutkan studi S2 yang linear dengan jenjang S1-nya.
4.2 Saran
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 49
Media pembelajaran sangat membantu pendidik guna mempermudah
penyampaiaan materi. Agar peserta didik nyaman dan dapat menerima materi,
seorang pendidik haruslah berkreasi menyajikan materinya dengan bentuk yang unik
serta manarik minat dan penasaran para peserta didiknya dan menyesuaikannya
dengan tiap-tiap peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers.
Asnawir. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers.
Bahri Djamarah,Syaiful, dkk, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Danim,Sudarwan. 1997. Media Komunikasi dan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamalik,Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 50
Hamdan. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Listyo Prabowo,Sugeng. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : UIN Maliki
Press.
Muhammad,Abubakar. 1981. Pedoman Pendidikan & Pengajaran. Surabaya : Usaha
Nasional.
Sanjaya,Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta :
Kencana.
S.Sadiman,Arief dkk. 2011. Media Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Soekartawi. 1995. Meningkatkan Efektivitas Mengajar. Jakarta : PT. Dunia Pustaka
Jaya
Suherman,Erman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :
JICA.
.
Metode dan Teknik Pembelajaran MatematikaPage 51