Upload
cahyo-utomo-putro
View
3
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tugas Karbontan
Citation preview
B a t u a n K a r b o n a t
1
BAB I
PENDAHULUAN
a) Latar Belakang
Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar
daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat
diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan
jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang
berbeda satu sama lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses
terbentuknya. Batuan karbonat sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam
kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara
mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-beluk
mengenai batuan karbonat ini. Secara sederhana adalah batuan dengan kandungan material
karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau
karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986). Batuan karbonat
didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang
tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil
presipitasi langsung (Reijers 1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat
sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan
lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi REijers & Hsu (1986) adalah
batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan
karbonat merupakan batugamping.. Dalam prakteknya adalah terutama gamping (limestone)
dan dolomit. Sedimen karbonat dihasilkan dari proses organik biokimia pada llingkungan laut
bersih, hangat, shallow water. Daerah tropikal dan subtropikal dapat mencerminkan kondisi
tersebut. Keadaan tertentu dapat ditunjukan sebagai faktor sedimen karbonat, misalkan
karena adanya produksi sedimen yang tinggi dan akumulasi kalsium karbonat dari cangkang
organisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimen karbonat adalah :
B a t u a n K a r b o n a t
2
1. Garis lintang dan iklim
Karbonat yang terbentuk pada air hangat neritik (0 – 200 m) terakumulasi pada garis lintang
300 utara dan selatan equator. Biasanya terbentuk dari pecahan organisme seperti koral,
dengan pertumbuhan terbaik pada kedalaman kurang dari 30 m. Sedimen planktonik
terbentuk pada kedalaman yang lebih dalam dengan garis lintang 400 utara dan selatan.
Endapan pada air dingin neritik terletak pada garis lintang 200 – 40
0 , terbentuk dari bryozoa,
moluska dan foraminifera. Iklim dapat mengontrol rata-rata evaporasi atau hujan,
mempengaruhi komposisi air laut dekat batas kontinental dan restricted basin.
2. Penetrasi cahaya
Penetrasi cahaya berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman air, tingginya garis
lintang dan berkurangnya kejernihan air. Karbonat tumbuh pada zona shallow neritik ,
diatas 10 – 20 m dari permukaan laut. Batas terendah penetrasi cahaya berkisar antara 100
– 150 m yang merupakan batas zona euphotic, zona dimana fotosintetik organisme terjadi.
3. Salinitas
Keanekaragaman dan kelimpahan organisme laut terdapat pada salinitas normal marine
yaitu 30 – 40 ppt (normal air laut sekitar 32 – 36 ppt).
b) Batasan Masalah
Pada kesempatan kali ini pembahasan topik atau batasan masalah hanyalah sebatas
pengenalan batuan karbonat secara umum saja, mengingat masih dangkalnya pengetahuan
penyusun terhadap masalah yang akan dibahas. Namun, apa yang disajikan pada kesempatan
kali ini adalah hasil maksimal penyusun dalam mencoba memahami dan menjabarkan
masalah.
c) Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membatasi dengan hanya mengkaji masalah -
masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan batuan karbonat?
2. Bagaimana batuan karbonat terbentuk?
3. Apa saja mineralogi yang membentuk batuan karbonat?
4. Bagaimanakah tekstur batuan karbonat?
B a t u a n K a r b o n a t
3
BAB II
ISI
a) Petrologi Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 %
yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil
presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan
karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat
keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping menurut definisi Reijers &Hsu (1986)
adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua
batuan karbonat adalah batugamping.
Singkapan batugamping berumur kapur
Secara umum batuan karbonat ini mengandung fase primer, sekunder dan butiran
reworked. Fase primer ini merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan oleh organisme,
sementara mineral karbonat sekunder dihasilkan oleh presipitasi alami non organik yang
terjadi saat proses diagenesis berlangsung. Material reworked ini sama dengan mekanisme
yang terjadi pada batuan terigen klastik yaitu hasil abrasi pelapukan batuan sebelumnya.
B a t u a n K a r b o n a t
4
lime mud merupakan istilah untuk material karbonat dengan butiran yang sangat halus
lebih kecil dari ukuran pasir (kurang lebih kayak matrik or lempung versi karbonatlah) dibagi
dua jenis yaitu micrite yaitu butiran karbonat berukuran <0.004 mm dan microsparite
berukuran atnara 0.004 dan 0.06 mm (Raymond, 2002). Komponen - komponen lainnya ada
juga semen karbonat yang genetiknya lebih kearah diagenesis (sementasi) karbonat dan
fragmen yang lebih kasar dalam batuan karbonat dikenal sebagai allochem (memliki jenis
yang macam-macam. Secara umum dibagi dua , yaitu: yang berasal dari cangkang fosil atau
skeletal grain dan fragmen yang bukan dari tubuh fosil atau murni hasil presipitasi).
a.1) Jenis-Jenis Batuan Karbonat
Pada umumnya batuan karbonat dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1. Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)
2. Batuan karbonat yang bersifat klastik
3. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus
4. Batuan karbonat yang bersifat dolomit dan kristalin
a. Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)
Tipe batuan ini paling banyak didapatkan dalam batuan karbonat Tersier di Indonesia.
Tipe ini sering membentuk tebing terjal pada singkapan, masif tak berlapis atau perlapisan
buruk yang hanya kelihatan dari jauh.
Tipe gamping terumbu ini sering disebut “Boundstone” oleh Dunham, sedangkan
berdasarkan terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka atau pecahan-pecahan kerangka
Embrie dan Klovan membuat klasifikasi : Framestone, Bindstone, Bafflestone, Rudstone dan
Floatstone.
Terdapat beberapa klasifikasi batugamping yang dapat digunakan, tetapi dalam industri
minyak, klasifikasi Dunham (1962) yang dimodifikasi oleh Embry dan Klovan merupakan
klasifikasi yang biasa digunakan. Klasifikasi Dunham didasarkan pada tekstur pengendapan
awal. Faktor utama dalam dalam klasifikasi ini yang perlu diamati adalah :
B a t u a n K a r b o n a t
5
Jika tekstur pengendapannya tidak dapat dikenali, maka klasifikasi Dunham tidak dapat
digunakan, batuan harus dideskripsi berdasarkan ciri fisik atau diagenesis
Batugamping Kerangka
Jika tekstur pengendapannya dapat dikenali, maka klasifikasi Dunham dapat
digunakan dengan pembagian sebagai berikut :
butiran kurang dari 10% dari seluruh batuan maka disebut mudstone. Mudstone terdapat
dalam lingkungan carbonate platform dan cekungan. Calcareous mudstone berasal dari
hancurnya calcareous alga hijau, pemisahan partikel-partikel skelatal besar, dan
kemungkinan penyerapan inorganik dari air laut. Mudstone pada lingkungan cekungan
dan slope berasal dari winnowed platform muds (periplatform ooze) atau berasal dari
cangkang-cangkang nannoplankton coccoliths (nannofosil ooze). Mudstone berakumulasi
pada lingkungan energi rendah.
butiran lebih dari 10% dengan tetap didominasi oleh lumpur disebut wackestone,
sedangkan bila butiran tidak didukung lumpur tetapi dengan matriks disebut packstone.
Wackestone dan packstone diendapkan pada lingkungan energi transisi dimana arus tidak
dapat memindahkan seluruh lumpur dari area tersebut dan tidak dapat memisahkannya
dari butiran pasir. Area tersebut juga merupakan lingkungan energi rendah seperti pada
mudstone hanya saja lebih dekat pada tempat dimana butiran-butiran pasir diendapkan,
B a t u a n K a r b o n a t
6
atau persentasi butiran-butiran pasir lebih tinggi diproduksi pada tempat pengendapan
tersebut.
Batuan seluruhnya berupa butiran disebut grainstone. Grainstone terbentuk dari butiran
skeletal dan non skeletal; bioclast, ooids dan peloids. Umumnya terbentuk pada
lingkungan energi tinggi seperti beaches, shoals atau nearby reefs.
Jika butiran diikat pada waktu pengendapan oleh binding, baffling dan aktivitas
framebuilding pada terumbu-pembangunan organisme disebut boundstone.
Floatstone dan rudstone, ditambahkan pada klasifikasi Dunham untuk menggambarkan
terumbu yang kasar-diperoleh dari endapan skeletal. Muddy floatstone adalah butiran
skeletal dalam matriks lumpur; sandy floatstone mengandung matriks calcareous sand.
Rudstone mungkin bersih, tanpa matriks, atau dengan pasir atau matrik lumpur antara
tekstur yang didukung butiran.
Framestone dan bafflestone terbentuk oleh pembangun terumbu skleletal robulus, seperti
corals, stone red algae, bryozoa. Bindstone biasa sebagai komponen pada reef flat.
Stromatolite alga merupakan bentuk tipe dari tekstur bindstone.
Batugamping terumbu adalah jenis sedimen biologi, yang merupakan suatu susunan
dari rangka-rangka organisma yang terdiri atas Algae, Koral, Moluska dan Foraminifera.
Ditinjau dari segi ekologinya, organisma pembentuk terumbu dapat berkembang
dengan baik dan mempunyai penyebaran pada daerah neritik yang dangkal dengan
kedalaman maksimum 60m. Selain itu organisma pembangun terumbu memerlukan pula
syarat untuk kelancaran hidupnya, yaitu sebagai berikut :
1. Sirkulasi air yang baik, berguna untuk membawa makanan dan pergantian oksigen.
2. Air laut yang bersih dan tidak dikotori sedimen, karena hal ini akan memudahkan
masuknya sinar matahari untuk dapat diterima oleh organisma.
3. Salinitas yang normal, berkisar antara 27-38 perseribu.
4. Temperatur air yang agak hangat, antara 20-300C.
b. Batuan karbonat yang bersifat klastik
Tipe klastik ini dapat dibagi lagi menjadi :
a. Bioklastik
b. Interklast/fragmenter
c. Chemiklastik
B a t u a n K a r b o n a t
7
Gamping Tipe Bioklastik
Tipe gamping ini terdiri seluruhnya dari cangkang-cangkang atau fragmen-fragmen
kerangka organisme. Biasanya dicirikan bahwa fragmen/cangkang pernah lepas, terutama
jika ditransport.
Coquina
Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapannya terdiri dari :
1. Sering merupakan laut yang beragitasi “shoal”, bagian-bagian dangkal dekat pantai
(litoral) terutama jika bertekstur grainstone-packstone dengan partikel-partikel
terabrasi.
2. Dapat pula dibagian-bagian teduh dekat suatu reef, dilagoon, difore reef; merupakan
lembaran-lembaran dari reef yang dipecah-pecah gelombang kebagian air tenang,
terutama jika bertektur packstone ataupun wackstone, dengan butiran yang
terabrasi. Di fore reef biasanya merupakan breksi-talus runtuhan dari reef, terdiri
dari pecahan-pecahan cangkang koral.
3. Sering pula neritik; misalnya jika terdiri dari organisme benthos, tanpa adanya
abrasi, misalnya gamping foraminifera besar yang membentuk “bank” atau
“biostrome”
B a t u a n K a r b o n a t
8
Termasuk kedalam tipe bioklastik adalah gamping pelagis : terutamater diri dari
globigerina dan textularia yang menghujani dasar laut dan sering membentuk kapur/chalk.
Terdapatnya gamping bioklastik; sering membentuk “biostrome” atau “bank” tetapi
dapat pula sebagai “bioherm”.
Gamping Klastik Tipe Fragmenter (Bioklastik Maupun Chemical)
Jenis ini sering pula disebut “dendrital limestone” (Pettijohn, 1957, p. 401) namun
istilah ini tak dianjurkan untuk dipakai. Tipe klastik fragmenter terdiri dari fragmen-fragmen
yang asalnya tak jelas, dan dapat merupakan campuran. Istilah yang sering dipakai:
calcarenite (<2 mm) dan calcirudite (> 2 mm) juga Grainy Limestone, Granular Limestone.
Cara terdapatnya jenis gamping ini adalah berlapis baik sering menyerupai batupasir
dan dengan struktur sedimen silang siur, gelebur-gelombang dan sebagainya.
Gamping Tipe Peralihan
Peralihan ke gamping bioklastik adalah biasa, sehingga menimbulkan persoalan
klasifikasi. Sebaiknya didiskripsi yang baik. Juga peralihan/pencampuran oolite/pellet sering
terjadi. Klasifikasi Dunham(1961) dipergunakan dalam diagran klasifikasi ini.
Tipe lain adalah Interklast : hasil perombakan/ erosi lapisan yang baru diendapkan.
Biasanya berbutir kasar, sehingga sering merupakan breksi atau konglomerat.
Lingkungan Pengendapan
Gamping jenis ini pada umumnya, terutama yang bertekstur grainstone, diendapkan
secara mekanis oleh arus laut. Konsep rezim aliran berlaku pula untuk tipe batuan ini, dan
semua sturktur sedimen termasuk urutan-urutan turbidit dapat diharapkan. Misalnya :
dibagian luar suatu shelf (platform) dimana banyak arus.
Contoh : Bagian bayangan angin dari terumbu pulau Seribu (Umbgrovw 1929) terdiri
dari klastik rombakan dari terumbu. Jika butir-butir rombakan ini banyak mengandung matrix
(packstone), maka sering dibagian yang terlindung dari arus gelombang (backreef), beralih
pada tipe gelombang aphanitic (wackstone).
B a t u a n K a r b o n a t
9
Gamping Tipe Chemiclastic atau Klastik Non Fragmenter
Tipe gamping ini jarang didapatkan di Indonesia, tetapi batuan ini merupakan reservoir
minyak yang penting. Pengendapan dapat diamati di Kepulauan Bahama dan Great Salt Lake
(USA).
Tipe batuan ini sering bergradasi ke tipe bioklastik dan tipe klastik fragmenter, malah
campuran dari ketiga unsur sering terdapat bersama-sama.
Lingkungan Pengendapan dan Proses Pembentukkan
Agassiz (1896), oolit adalah pengendapan eolian, sedangkan penulis-penulis lain
menyatakan sebagai marine. Masalah lain adalah apakah oolit diendapkan secara fisika-
kimiawi (Vaughn, 1914), colloid gelatin atau atas bantuan ganggang cyanophycea (Rothpletz,
1892 dan wethered 1895). Menurut Bradley 1929, Bucher 1918, Eardly 1938, berdasarkan
pengamatan di Great Salt Lake dan Green River Formasi, oolite dibentuk dalan air yag
diombang-ambing (diagitasi) secara kuat/keras, dekat garis pantai, terlihat sering berasosiasi
dengan struktur lapisaan silang-siur (cross bedding).
Illings (1954) menyatakan bahwa oolit terjadi di laut dangkal yang “supersaturated”
akan kalsium karbonat, dan dimana terjadi aliran-aliran marine yang cukup kuat.
Eardly (1938) menyatakan bahwa karbonat diendapkan dipermukaan air sebagai kristal
kecil (< 2 micron) yang kurang larut daripada butir-butir yang lebih besar. Setidaknya jatuh
didasar laut dan waktu yang sama sejumlah molekul yang sama keluar dari larutan
mengendap pada butir yang lebih besar. Butir ini tumbuh secara oolitis, karena akresi dan
juga “corrosion” menjadi bundar, sewaktu diombang-ambing oleh arus.
c. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus
Gamping jenis ini terdiri dari butir-butir < 0,005 mm, tidak dapat diketahui
apakah terdiri dari fragmen-fragmen halus (pecahan-pecahan gamping) atau kristal-kristal
halus.
Cara Pembentukkan
Cara pembentukkannya yaitu :
B a t u a n K a r b o n a t
10
Batugamping Halus
1. Dari penggerusan gamping yang telah ada, pengancuran terumbu oleh gelombang
(micro-granuler-clastics).
2. Dari pengendapan langsung secara kimiawi dari air laut yang telah kelewat jenuh
akan CaC03, sebagai jarum-jarum aragonit.
3. Dari pengendapan dengan bantuan ganggang hijau (chlorophycea) sebagai jarum-
jarum aragonit.
Lingkungan Pembentukkan
Lingkungan pembentukkannya yaitu :
1. Diendapkan didaerah dangkal yang terlindung lagoon dibelakang terumbu.
2. Penguapan yang kuat, temperatur tinggi/tropis/subtropis
3. Dengan bantuan ganggang.
Biasanya kaya akan zat organik dan diacak-acak oleh binatang, sehingga tidak
memperlihatkan perlapisan.
B a t u a n K a r b o n a t
11
d. Tipe Batugamping Kristalin
Gamping kristalin kasar tidak dibentuk secara langsung dari endapan, tetapi biasanya
dari hasil rekristalisasi dari gamping yang lain, dan gamping klastik ataupun gamping
terumbu maupun afanitik. Proses ini terjadi pada diagenesa dapat disebut neomorphosme.
Gamping kristalin kasar mungkin juga diendapkan secara langsung dalam asosiasi dengan
pengendapan evaporit. Dolomit biasanya terdapat selalu secara kristalin, berbentuk anhedral,
bertekstur mosaik dan sukrosik.
Batugamping Kristalin
Cara terbentuknya batuan ini, terbagi menjadi tiga yaitu pertama pengendapan
langsung dalam supratidal atau evaporit. Kedua pengendapan dalam pori-pori gamping
klastik di daerah supratidal, sebagai hablur kemudian partikel kalsit terlarut. Ketiga proses
ubahan (replacement) suatu terumbu yang terangkat ke daerah supratidal dengan proses
seepage reflux.
Pada pembentukan dolomit harus memenuhi syarat dimana konsentrasi Mg/Ca ratio
= 5 : 1, sehingga diperlukan penguapan yang luar biasa. Hal ini dapat terjadi di daerah gurun
atau daerah tropis yang kering.
B a t u a n K a r b o n a t
12
b) Tekstur Batuan Karbonat
Kalsit bisa hadir dalam tiga bentuk tekstural:
1. Butiran karbonat (carbonate grain) seperti ooid dan skeletal grain, yang berukuran silt
sampai yang kasar berupa agregat kristal kalsit,
2. Mikrokistalin kalsit atau carbonate mudy ang secara tekstural analog dengan mud di
batuan sedimen silisiklastik namun lebih kecil lagi,
3. Sparry calcite, yang mengandung kristal kalsit yang lebih ‘kasar’ hanya terlihat dibawah
mikroskop.
Geologis pada awalnya menganggap batugamping merupakan batuan kristalin dengan
kandungan foisil dan garam karbonat hasil presipitasi dalam air laut. Sekarang kita tahu
bahwa batuan karbonat itu tidak hanya bertekstur ‘kristalin’ tapi juga berupa agregat karbonat
yang terikat semen karbonat hasil presiptasi. Disamping butiran yang mengalami transport
mekanis seperti sebelum diendapkan (klastik). Folk (1959) menggunakan istilah allochem
(baca: alokem) untuk jenis butiran karbonat yang tidak mengalami persipitasi kimia normal
bersama tubuh batuan. Seperti batuan sedimen lainnya butiran karbonat juga bervariasi ada
yang brukuran silt kasar (0.02 mm), sand (lebih dari 2 mm). Karbonat grain dapat dibagi
dalam epat jenis, tiap jenis mencirikan bentuk, struktur internal, dan mode dari originnya:
klas karbonat, ooid, peloid, dan butiran agregat (Boggs, 2006).
Klas Karbonat Atau Carbonate Clast (Lithoclast)
Merupakan fragmen batuan karbonat yang berasal dari hasil erosi batugamping, di
darat atau erosi secara pasial dan sempurna dari sediemn karbonat yang terlitifikasi di dalam
cekungan pengendapan (Boggs, 2006). jika klas karbonat berasal dari batugamping lebih tua
yang hadir di darat dan sourcenya berasal dari luar cekungan pengendapan (depositional
basin), maka dikenal sebagai extraclast. Jika berasal dari dalam basin karena erosi dari
semiconsolidated arbonate sediment di lantai laut, atau tidal flat yang berdekatan, atau
carbonate beach (beachrock) maka dikenal dengan intraclast. Perbedaan antara ekstraklas dan
intraklas memiliki implikasi yang penting terhadap interpretasi dari sejarah transport dan
pengendapan dari batugaming. Ekstraklas biasanya mengandung iron-stained rim (pengotor
besi) yang dibawa saat pelapukan terjadi, yang dapat hadir dalam bentuk urat. tapi tetap saja
distingsi (perbedaan) ini cukup sulit untuk diamati.
B a t u a n K a r b o n a t
13
Litoklast memiliki range dari sangat halus sampai ukuran pasir dan gravel, namun
fragmen yang umum hadir seukuran pasir, menunjukan tekstur yang sama dengan butiran
klas (litik) lainny tapi butiran subangular bahkan angular mengidikasikan sejarah transport
dan kematangan dan sebagainya. beberapa klas menunjukan struktur dan tekstur internal
seperti laminasi, klas yang lebih tua, butiran siliisklastik, fosil, ooid, atau pellet, tapi
kebanyakan homogen secara internal. litoklas ini tidak melimpah jumlahnya dalam batuan
karbonat jika dibandingkan dengan komponen karbonat lainnya.
Dari penjelasan diatas kurang lebih litoklas (intraklas dan ekstraklas) analog dengan
lithic fragmen di batuan sedimen kasar silisiklastik. yaitu berasal dari hasil pelapukan batuan
karbonat sebelumnya.
B. Skeletal Grain (butiran cangkang)
Butiran ini berasal dari fragmen tubuh (cangkang) fosil organisme. Menurut beberapa
penulis (Nichols, Raymond, Boggs, dan Tucker) cangkang pada batuan karbonat kebanyakan
disusun oleh aragonit (polymorf dari kalsit) yang mana menurut dunham dapat berubah
menjadi kalsit selama proses diagenesis terjadi.
Butiran cangkang
B a t u a n K a r b o n a t
14
C. Non skeletal grain (butiran non-cangkang)
Ini adalah fragmen non cangkang (non fosil). Tekstur ini termasuk jenis yang banyak
dijumpai dalam fragmen karbonat. Tekstur ini memiliki jenis yang bermacam-macam,
menurut Folk (1959, dalam Tucker 1990) dibagi kedalam: coated grain (ooid, oncoid, pisoid,
dan lain lain) dan non-coated grain (peloid, aggregate, dan clast) atau dalam boggs (2006)
seperti dijelaskan diatas ada lithoclast (intra dan ekstraklas), ooid, peloid, dan aggregate
grains. Menurut Tucker (1990) Ooid merupakan tipe non skeletal yang coated grain
(butirannya diselimuti laminasi atau lapisan tipis karbonat). menurut Boggs butiran ini
menyerupai nucleous (inti) yang diselimuti oleh laminasi tipis karbonat. nucleous ini isinya
bisa berupa material terigen (butir pasir), cangkang fosil, butiran karbonat, atau apa saja.
Menurut boggs (2006), coated grain ini terbentuk akibat saturasi larutan karbonat
dalam air (laut or danau or dimana aje) dimana bottom current (arus bawah) yang kuat terjadi
menyebabkan agitasi dan saturasi yang tinggi dari larutan ion karbonat dalam fluida
memugkinkan presipitasi karbonat (kalsit atau aragonit) membungkus material (nucleous)
tadi dan tadaaaa… terbentuklah coated grain (ooid). batuan karbonat yang dibentuk dari
fragmen fragmen ooid ini terkadang dikenal oolite (makanya ada istilah oolitic grainstone,
wackestone dan lain lain).
Kenampakan ooid dilapangan
B a t u a n K a r b o n a t
15
c) Mineralogi Batuan Karbonat
Dalam dunia karbonat, ada beberapa mineral penting dan umum didapati dalam batuan
karbonat, atau dalam bahasa lainnya batugamping. Mineral ini sangat penting untuk dipelajari
kalau Anda sekalian ingin mendalami dunia karbonat. Atau setidaknya akan berhadapan
dengan karbonat di lapangan baik dalam studi kuliah lapangan ataupun pemetaan geologi.
Mineral dalam batuan karbonat
1. Aragonite (CaCO3)
Kristal Orthorombik, mineral karbonat yang paling labil, berbentuk jarum atau serabut,
umumnya diendapkan secara kimiawi langsung dari presipitasi air laut.
2. Kalsit (CaCO3)
Kristal Hexagonal, mineral batuan karbonat yang lebih stabil, biasanya merupakan hablur
kristal yang bagus dan jelas. Dijumpai sebagai hasil dari rekristalisasi Aragonite, serta
B a t u a n K a r b o n a t
16
sebagai semen pengisi ruang antar butir dan rekahan. Sangat umum dijumpai dalam
batugamping.
Mineral aragonit dan kalsit
3. Dolomit (CaMg (CO3)2)
Mineral ini mirip banget sama mineral kalsit, namun secara petrografis memiliki indeks
refraksi yang berbeda. Mineral ini bisa terjadi langsung karena presipitasi air laut, tepi lebih
seringnya karena replacement mineral kalsit.
Mineral dolomit
B a t u a n K a r b o n a t
17
4. Magnesit (MgCO3)
Kristal Hexagonal, dapat terjadi akibat pergantian mineral kalsit dan dolomit, namun sering
terjadi akibat dari rombakan batuan yang memiliki kandungan magnesiun silikat.
Terdapat mineral-mineral karbonat lainnya yang sengaja tidak dijelaskan karena kurang
memiliki arti penting, yaitu: Siderit, Ankerit, Rodokrosit, dan sebagainya.
KARAKTERISTIK KOMPONEN BATUAN KARBONAT MIKROFASIES
Menurut Tucker (1991) komponen penyusun batugamping dibedakan atas non skeletal
grain, skeletal grain, matrix, dan cement.
1). Non Skeletal Grain, terdiri dari : a. Ooid
dan Pisolid
Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang mempunyai satu
atau lebih struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya
partikel karbonat atau butiran kuarsa. Ooid memliki ukuran butir < 2 mm dan apabila
memiliki ukuran > 2 mm disebut pisoid.
Ooid
B a t u a n K a r b o n a t
18
b. Peloid
Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau meruncing yang tersusun
oleh micrite dan tanpa struktur internaL Ukuran dari peloid antara 0,1 - 0,5 mm.
Peleoid
B a t u a n K a r b o n a t
19
B a t u a n K a r b o n a t
20
B a t u a n K a r b o n a t
21
c. Pellet
Pellet merupakan partikel berukuran < 1mm berbentuk spheris atau elips dengan komposisi
CaCO3. Secara genetic pellet merupakan kotoran dari organisme.
d. Agregat dan Intraklas
Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemen
bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan
intraklas ialah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang
terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut/ tidal flat.
2). Skeletal Grain
Merupakan butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh
mikrofosil, butiran fosil ataupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan
allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping.
3). Lumpur Karbonat dan Micrite.
Micrite adalah matriks yang biasanya berwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai
butir yang sangat halus. Micrite memilliki ukuran butir kurang dari 4 um. Micrite
dapat
mengalamai alterasi dan dapat tergantikan oleh mosaik mikrospar yang kasar.
4). Semen
Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga
pori yang terendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika,
sulfat atau oksida besi.
B a t u a n K a r b o n a t
22
d) Geokimia Batuan Karbonat
Batuan karbonat tersusun oleh ion kalsium (Ca2+), ion Magnesium (Mg2+), dan tentu saja
karbonat (CO3-). kalsium adalah logam umum yang dijumpai pada hampir semua batuan
karbonat (baik batugamping maupun dolomit) dan magnesium merupakan komponen yang
penting dalam dolomit. Kadar SiO2nya rendah. Kelimpahan silika yang banyak pada batuan
karbonat tergantung pada kandungan lempung silisiklastik yang ikut terendapkan bersama
butiran karbonat yang mengakibatkan kadar besi, silikat, dan alumina juga meningkat saat
dianalisis kandungan kimianya.
Banyak juga unsur lain yang hadir sebagai komponen minor atau elemen jejak.
Elemen-lemen jejak ini seperti: B, Be, Ba, Sr, Br, Cl, Co, Cr, Cu, Ga, Ge, dan Li. Konsetnrasi
elemen jejak ini dikontrol bukan hanya oleh mineralogi dari batuan tapi juga oleh tipe dari
kelimpahan relatif dari butiran fosil skeletal dalam batuan. Banyak konsetnrat organisme dan
unsur jejak yang ikt terbawa oleh fosil konsentrat ini diantaranya Ba, Sr, dan Mg dalam
struktur sekeltalnya.
Pada batuan karbonat secara umum komposisi mineral utamanya adalah aragonite.
Aragonit ini akan berubah menjadi kalsit dan dolomit. Kalsit (CaCO3) juga mengandung
magnesium dalam formulanya. Pada kristal rombohedral kalsit kalsium dapat diganti oleh
magnesium yang mampu ‘mempertahankan’ struktur yang sama ketika kalsium ini larut
dalam air untuk membentuk polimorf dolomit. Ion magnesium dan ionkalsium ini
mempunyai ukuran yang sama. Maka, kita mengenal istilah low-magnesium calcite (atau
disebut kalsit) nilai MGCO3nya kurang dari 4% dan high magnesian calcite mengandung
MgCO3 lebih dari 4%. Kandungan kalsit yang tinggi ini menjadikan batugamping berubah
menjadi dolomit. Dikenal juga istilah stoichiometric dolomite, merupakan jenis dolomite
dengan perbandingan mol massa Mg dan Ca dalam dolomite 50% dan susunan ioannya
teratur, beberapa sumber lain menyebutkan (wikipedia dimana lagi) bahwa suhu yang tinggi
(mencapai 100 deg C) mampu mempercepat pertukaran ion Mg dan Ca dalam struktur yang
teratur maka produknya disebut stoichiometric dolomite tadi.
Mineralogi dan kimia dari sedimen karbonat dapat secara kuat dipengaruhi oleh
komposisi fosil organisme kalkareous yang hadir, sebagai contoh, banyak moluska seperti
pelecypoda, gastropoda, pteropoda, chotons, dan chepalopoda, alga hijau, stromatoporoid,
scleractinian corals, dan annelida (skeletal grain semua) membentuk cangkang aragonit.
Echinoid, crinoid, foram bentik, dan corallin alga merah secara umum kaya akan magnesium
B a t u a n K a r b o n a t
23
kalsit. Beberapa organisme lain yang mensekresi karbonat seperti foram planktonik,
coccolith, dan brachiopoda, memiliki low-magnesian calcite pada cangkangnya.
Beberapa studi elemen jejak telah dilakukan pada mienral karbonat (Parekh et al
1977., Tlig dan M’RAbet 1985; Thomas, 1993). Secara umum nilai elemen rendah, karena
kebanyakan unsur jejak tidak mengganti secara langsung unsur unsur lain dalam mineral
karbonat (originnya gak bareng sama keterbentukan karbonat itu sendiri). Sebagai contoh
dolostone dan batugamping (induk) yang berhubungan di Tunisia memiliki kelimpahan REE
yang rendah (Tlig dan M’RAbet, 1985). lebih jauh lagi, kerja Tlig dan M’Rabet ini
menunjukan bahwa dolomitisasi tidak menghasilkan perubhan radikal dari bentuk pola REE
yang hadir tapi menurunkan nilai REE secara umum. maka, jika pola REE terntentu
menggambarkan provenance atau kondisi lingkungan pengendapan, pola ini dapat
terpreservasi selama proses diagensis.
Analisis isotop dari material karbonat lebih umum dipakai dalam aspek geokimia
karbonat dibandingkan studi unsur jejak. Studi-studi isotop yang digunakan, dimanfaatkan
untuk menunjukan nature (ciri alami) dan jumlah relatif dari kehadiran air selama
pengendapan atau diagenesis (Land, 1980). isotop stabil yang dipakai disini adalah hidrogen,
karbon, dan oksigen (rasio oksigen 18 dan 16 sering dipake disini).
Mekanisme dasar bagaimana presipitasi karbonat ini terbentuk secara kimiawi
Ketika karbon dioksida (CO2) larut dalam air akan menghasilkan asam karbonat
(carbonic acid), selanjutnya asam karbonat ini akan terdisosiasi (terurai) ketika berada dalam
air melepaskan ion hidrogen (H+) dan ion asam bikarbonat (HCO3-). Terlepasnya ion
Hidrogen dari terurainya (terdisosiasi) asam bikarbonat (HCO3-) meningkatkan keasaman
larutan (nilai pH menurun) rekasi terkahir (6.3) diatas menunjukan bahwa ion karbonat
(CO3-) yang lepas inilah yang akan berikatan dengan kation-kation logam lain pembentuk
mineral karbonat. menurut Boggs, penambahan CO2 pada reaksi ini menyebabkan disolusi
(pelarutan) dari ion karbonat yang akan menurunkan pH (atau meningkatnya keasaman
penyebab terlepasnya ion H dalam air pada reaksi pertama).
Jika kristal kalsit atau aragonit dapat bereaksi dengan larutan asam karbonat (carbonic
acid) H2CO3 maka mineral mienral ini akan mudah larut (dissolved), reaksinya bisa
disingkat seperti dibawah:
B a t u a n K a r b o n a t
24
Presipitasi Karbonat Secara Anorganik
Kehilangan karbon dioksida yang signifikan melalui berbagai mekanisme mesti
memicu terjadinya perseiptasi mineral kalsium karbonat. Dari data rekaman geologi yang
diketahui air dekat permukaan di laut kelewat jenuh oleh larutan karbonat (diperkirakan enam
kali disumbangkan oleh kalsit terlarut dan empat kali aragonit) (Morse dan Mckenzie, 1990).
indikasi kelewat jenuh (oversaturasi) ini mengindikasikan keengganan (reluktansi) kalsium
karbonat untuk mengendap. Ada dua alasan kenapa mineral kalsium karbonat ini tidak
terpresipitasi di luat seperti pada persamaan 6.4 diatas.
Pertama, magnitud perubahan pH yang hadir pada laut terbuka karena hilangnya
karbon dioksida secara relatif kecil, hal ini disebabkan oleh air laut adalah larutan buffer yang
baik. Bufferingi ini terjadi karena porsi cukup dari karbon dioksida trlaurt dalam air laut
membentuk disoisasi H2CO3 daripada harus melepas ion H+ (yang akan membuat larutan
semakin asam), HCO3-, dan CO3- yaitu membentuk persamaan persamaan 6.2 dan 6.3
diatas. Reaksi buffer ini disebabkan oleh tingginya alkalinitas dari ari laut; maka, onsentrasi
besar dari ion karbonat dan bikarbonat yang sudah ada sebelumnya di permukaan air di laut
ini mencegah rusaknya (terurai or disosiasi) dari H2CO3 untuk membentuk ion ion tadi.
Menurut beberapa penulis, pH yang dipertahankan oleh air laut ini berkisar antara 7.8-8.4
(Bathurst, 1975) (jadi air laut itu sifatnya larutan penyangga basa).
Kedua, kehadiarn ion Mg2+ pada konsetrasi yang dijumpai dalam air laut telah
ditunjukan berdasarkan eksperimen cukup kuat mencegah presipitasi dari kalsit (CaCO3).
Eksperimen oleh Berner (1975) menunjukan bahwa Mg2+ ini akan langsung menyerap
permukaan dari kristal kalsit dan masuk kedalam struktur keristalnya. menurut Berner,
adanya konsenrasi kation Mg di laut ini akan mencegah nukleasi pertumbuhan kalsit dan
meningkatkan kelarutan kristal kalsit, karena stabilitas kristal kalsit menjadi menurun.
Aragonit yang juga teridiri dari rumus kimia CaCO3 tapi memiliki struktur kristal yang
berbeda (ortorombik) dengan kalsit (rombohedral). ion Mg y ang hadir akan menyerap nuclei
aragonit dan mengganggu pertumbuhan kristal. maka, aragonit tidak terpesipitasi sempurna
secara bebas di air laut, meskipun permukaan air jenuh dengan kalsium karbonat,
kemungkinan juga organophospathic coating (selubung organofosfatik) yang tipis pada
aragonit menjadi benih dari nuclei ini juga menghalangi pertumbuhan kristal (Berner, 1978).
Meskipun kalsit tidak terpresitpitasi secara bebas di laut modern karena kelimpahan
ion Mg2+, akumulasi bukti terbentuknya presipitasi kalsit dan aragonit di laut purba dapat
terjadi dengan menurnnya konsentrasi ion Mg2+ (Sandberg, 1983). Stanley dan Hardie
B a t u a n K a r b o n a t
25
menghubungkan nama nama dari prespitasi kalsit terhadap tingkat pergerakan dari
pemekaran lantai samudra (rate of spreading). dimana pada fase ini terjadi penyerapan Mg di
air laut oleh basalt di lantai samudra. maka karbonat seletal dan onskeletal terendapkan
selama kamrian awal sampai missisippian tengah dan jurasik tengah dan tersier akhir secara
dominan kalsitnya adalah low magnesian calcite, sementara pada missisipian tengah-jurasik
tengah dan tersier akhir-kuarter secara dominan aragonit dan hihg-magnesian calcite
Presipitasi Karbonat Secara Organik
Presipitasi karbonat yang dibantu oleh organisme ada berbagai jenis mekanisme: bisa
langsung dari ekstraksi CaCO3 yang terlarut dalam air, bisa lewat fotosintesis dari bakteri
atau hewan laut yang bisa melakukan fotosintesis (kayak cyaobacteria) yang mengekstraksi
CO2 di air buat biin karbohidrat, atau melalui mediasi bakteri, organic decay (matinya
organisme yang mensekresi CO2, serta yang terkahir generasi pellet (peloid).
1. Ekstraksi Langsung CaCo3 Dair Air Untuk Membentuk Elemen Skeletal.
Peranan yang paling penting dari organisme dalam menghasilkan karbonat adalah
mengambil kandungan karbonat terlarut dalam air untuk membangun struktur cangkannya.
Semua jenis sel hewan laut kebanyakan terbentuk melalui mekanisme ini. bentonik,
planktonik, alga, coral, moluska, dan echinodermata mampu menyerap saturasi CaCO3 di air
laut khususnya di daerah tropis.
Kebanyakan organisme yang membangung material cangkang (skeletal) terbentuk
dari kalsit magnesian rendah (low magnesian calcite), Sementara ada juga cangkang hewan
yang tersusun dari hihg-magnesian calcite atau aragonit. Di dasar laut ditutupi oleh
calcareous ooze yang secara dominan merupakan cangkang foraminifera, ada yang
menyebutnya coccolithophores alga dan pteropods.
2. Mediasi Bakteri Untuk Presipitasi Karbonat
Bakteri dapat memerankan peranan tidak langsng dalam presipitasi beberapa sedimen
karbonat. Sebagai contoh Chafetz (1986) beranggapkan bahwa beberapa peloid marine
berasal dari prespitasi kalsit atau magnesian kalsit halus disekitar gumpalan aktif produk
aktifitas bakteri. Menyebabkan litifikasi dari microbial mats membentuk stromatolit
(Buczynski dan Chafetz, 1993). Presipitasi kalsium karbonat melalui media mikroba
berhubungan juga dengan fotosintesis dan transportasi ion melalui dinding sel. kalsifikasi
hadir dibagian luar dari dindingn sel dalam lingkungan mikro alkalin ini, yang akan
melepaskan Ca2+ yang diangkut dari sel dan akan terjadi pertukaran dengan mengangkur
B a t u a n K a r b o n a t
26
2H+. kalsifikasi dihasilkan dari diserapnya CO2 (microalga) atau HCO3- (cyanobacteria).
Melimpahnya karbon organik dalam dinding sel akan diserap dari sel ke lingkungan
microalkaline, menyediakan sumber tambahan dari karbon untuk laksifikasi (Yates dan
Robbins, 2001).
3. Membusuknya Organisme Yang Mati (Decay Of Dead Organism)
Decay (pembusukan) akan melepaskan berbagai asam organik dan karbon dioksida ke
air, menyebabkan keasaman bertambah (pH menurun). dengan kata lain, beberapa produk
dari pembusukan dapat berupa alkaline (pH menurun) alkalinitias dapat meningkat karena
material organik, berkaitan dengan reduksi sulfat oleh bakteri. meningkatnya alkainitas ini
akan membantu presipitasi CaCO3.
e)Klasifikasi Batuan Karbonat
Berbicara klasifikasi karbonat berbeda dengan klasifikasi batuan sedimen silisiklastik
lainnya. Perbedaannya terletak pada pada material komposisi karena batuan karbonat itu
cenderung satu jenis yang dominan (mineral karbonat saja) maka penamaan yang dipakai
lebih ke arah tekstural pada batuan (kalo batuan silisiklatik kan dominasi kristal yang hadir
serta komposisi matriknya untuk pasir dan konglomerat) dikarbonat kombinasi komponen
berbanding kombinasi persen matrik dan semen menjadi faktor utama penamaan batuan,
ditambah mekanisme kenampakan genetis matrik yang mengikat fragmen (untuk yang
biogenik).
1. Klasifikasi menurut Folk
B a t u a n K a r b o n a t
27
Folk membuat klasifikasi berdasarkan apa yang dilihatnya melalui mikroskop atau lebih
bersifat deskriptif, sedangkan Dunham lebih melihat batuan karbonat dari aspek deskriptif
dan genesis, sehingga dalam klasifikasinya tidak hanya mempertimbangkan kenampakan
dibawah mikroskop tetapi juga kenampakan lapangan (field observation).
Klasifikasi Folk menuntun kita untuk mendeskripsi batuan karbonat tentang apa yang dilihat
dan hanya sedikit untuk dapat menginterpretasikan apa yang dideskripsi tersebut. Sebenarnya
batuan karbonat merupakan batuan yang mudah mengalami perubahan (diagenesis) oleh
karena itu studi tentang batuan karbonat tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika
tidak mengetahui proses-proses yang terjadi pada saat dan setelah batuan tersebut terbentuk.
Kelemahan klasifikasi Folk tersebut diperbaiki oleh Dunham dan membuat klasifikasi baru
dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Kelebihan klasifikasi Dunham (1962) adalah
adanya perpaduan antara deskriptif dan genetik dalam pengklasifikasian batuan karbonat.
2. Klasifikasi menurut Dunham (1962)
Klasifkasi menurut Dunham
Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena menurut
Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar
dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).
Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain
supported bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi
didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut
dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan
jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di
B a t u a n K a r b o n a t
28
dalam matriks lumpur karbonat disebut mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung
butiran yang tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya apabila antar
butirannya saling bersinggungan disebut packstone / grainstone.
Mudstone
Packstone mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud. Dunham punya istilah
Boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul
komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.
Packstone
B a t u a n K a r b o n a t
29
Wackestone
Grainstone
B a t u a n K a r b o n a t
30
Boundstone
Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya tidak perlu
menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan dasar nama batuan.
Kesulitannya adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi kadang
tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan 2 dimensi,
oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk 3 dimensi batuannya agar tidak salah
tafsir. Pada klasifikasi Dunham (1962) istilah-istilah yang muncul adalah grain dan mud.
Nama-nama yang dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan antara butir seperti
mudstone, packstone, grainstone, wackestone dan sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam
Folk (1959) dan Dunham (1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan sama-
sama berasal dari presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda.
Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai
pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran ternedapkan.
Bila kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat
mengisi grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai oleh Dunham
untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud
supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunham beranggapan
lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang. Sebaliknya grain
supported hanya terbentuk pada lingkungan dengan energi gelombang kuat sehingga hanya
komponen butiran yang dapat mengendap.
B a t u a n K a r b o n a t
31
3. Klasifikasi Menurut Embry & Klovan (1971)
Klasifikasi batuan karbonat menurut Embry dan klovan ini merupakan modifikasi dari
klasifikasi yang diusulkan oleh Dunham (1962).
4. Klasifikasi Menurut Mount (1985)
Klasifikasi Mount (1985) merupakan klasifikasi deskriptif. Menurutnya
sedimen campuran memiliki empat komponen :
(1) Silisiclastic sand (kuarsa, feldspar yang berukuran pasir),
(2) Mud campuran silt dan clay),
(3) Allochem butiran karbonat seperti pelloid, ooid, bioklas, dan intraklas yang
berukuran >20 µm), dan lumpur karbonat atau mikrit (berukuran <20 µm).
Komponen-komponen tersebut suatu tetrahedral yang memiliki pembagian delapan kelas
umum dari sedimen campuran. Nama-nama tiap kelas menggambarkan baik tipe butir
dominan maupun komponen antitetik yang melimpah sebagai contoh : batuan yang
mengandung material silisiklastik >50 % berukuran pasir dengan sedikit allochem maka
disebut allochemical sandstone.
B a t u a n K a r b o n a t
32
BAB III
PENUTUP
a) Kesimpulan
Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 %
yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil
presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan
karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat
keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batuan karbonat yang kandungan material
karbonatnya lebih dari 90% adalah batugamping. Pengklasifikasian bukan dari komposisi
mineral, tetapi lebih berat kepada tekstur daripada batuan karbonat tersebut.
b) Kritik dan Saran
Semoga kedepan Pak Hill lebih fokus kepada pengajaran kampus, mengingat materi
yang diberikan langsung oleh Bapak lebih berharga daripada (mungkin) para mahasiswa
belajar dari internet selama sebulan. Lebih dari apapun, mengingat Bapak yang paling
menguasai petrologi, kami para mahasiswa Sttnas mampu mendeterminasi batuan secara
teoritis dan praktis. Mungkin nilai UTS dan UAS kami tak pernah memuaskan Bapak,
sebagai bahan koreksi Bapak dalam mengajar. Tapi fakta dilapangan berbicara, ketika kami
mempunyai konsep dasar yang mengakar, maka apapun batuannya, maka pasti bisa
terdeterminasi dengan baik. Semoga.
B a t u a n K a r b o n a t
33
DAFTAR PUSTAKA
http://geologiterapan.blogspot.com/2011/12/klasifikasi-batuan karbonat.html#H7hU6Vwr4Q
Sedimentary Geology. Dept. Geoscience Taiwan.2001
http://www.eos.ubc.ca/courses/eos221/sed/carb/classification.html
http://www.eps.mcgill.ca/~courses/c186-425/carbonates.pdf
Buku Panduan Praktikum Batuan Karbonat UGM. elisa.ugm.ac.id / user/ archive / ...
/ca49df431397092cc65ffd0a8faad454
http://mandeleyev-rapuan.blogspot.com/2012/10/batuan-karbonat.html