33
Batuan Karbonat 1 BAB I PENDAHULUAN a) Latar Belakang Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang berbeda satu sama lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses terbentuknya. Batuan karbonat sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan karbonat ini. Secara sederhana adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986). Batuan karbonat didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers 1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi REijers & Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat merupakan batugamping.. Dalam prakteknya adalah terutama gamping (limestone) dan dolomit. Sedimen karbonat dihasilkan dari proses organik biokimia pada llingkungan laut bersih, hangat, shallow water. Daerah tropikal dan subtropikal dapat mencerminkan kondisi tersebut. Keadaan tertentu dapat ditunjukan sebagai faktor sedimen karbonat, misalkan karena adanya produksi sedimen yang tinggi dan akumulasi kalsium karbonat dari cangkang organisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimen karbonat adalah :

Isi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Karbontan

Citation preview

Page 1: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

1

BAB I

PENDAHULUAN

a) Latar Belakang

Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana bagian lautan lebih besar

daripada bagian daratan. Akan tetapi daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat

diamati langsung dengan dekat, maka banyak hal-hal yang dapat diketahui secara cepat dan

jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh jenis batuan yang

berbeda satu sama lain dan berbeda-beda materi penyusun serta berbeda pula dalam proses

terbentuknya. Batuan karbonat sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam

kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara

mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-beluk

mengenai batuan karbonat ini. Secara sederhana adalah batuan dengan kandungan material

karbonat lebih dari 50 % yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau

karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986). Batuan karbonat

didefinisikan sebagai batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 % yang

tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil

presipitasi langsung (Reijers 1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat

sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat keseluruhan

lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping, menurut definisi REijers & Hsu (1986) adalah

batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan

karbonat merupakan batugamping.. Dalam prakteknya adalah terutama gamping (limestone)

dan dolomit. Sedimen karbonat dihasilkan dari proses organik biokimia pada llingkungan laut

bersih, hangat, shallow water. Daerah tropikal dan subtropikal dapat mencerminkan kondisi

tersebut. Keadaan tertentu dapat ditunjukan sebagai faktor sedimen karbonat, misalkan

karena adanya produksi sedimen yang tinggi dan akumulasi kalsium karbonat dari cangkang

organisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimen karbonat adalah :

Page 2: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

2

1. Garis lintang dan iklim

Karbonat yang terbentuk pada air hangat neritik (0 – 200 m) terakumulasi pada garis lintang

300 utara dan selatan equator. Biasanya terbentuk dari pecahan organisme seperti koral,

dengan pertumbuhan terbaik pada kedalaman kurang dari 30 m. Sedimen planktonik

terbentuk pada kedalaman yang lebih dalam dengan garis lintang 400 utara dan selatan.

Endapan pada air dingin neritik terletak pada garis lintang 200 – 40

0 , terbentuk dari bryozoa,

moluska dan foraminifera. Iklim dapat mengontrol rata-rata evaporasi atau hujan,

mempengaruhi komposisi air laut dekat batas kontinental dan restricted basin.

2. Penetrasi cahaya

Penetrasi cahaya berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman air, tingginya garis

lintang dan berkurangnya kejernihan air. Karbonat tumbuh pada zona shallow neritik ,

diatas 10 – 20 m dari permukaan laut. Batas terendah penetrasi cahaya berkisar antara 100

– 150 m yang merupakan batas zona euphotic, zona dimana fotosintetik organisme terjadi.

3. Salinitas

Keanekaragaman dan kelimpahan organisme laut terdapat pada salinitas normal marine

yaitu 30 – 40 ppt (normal air laut sekitar 32 – 36 ppt).

b) Batasan Masalah

Pada kesempatan kali ini pembahasan topik atau batasan masalah hanyalah sebatas

pengenalan batuan karbonat secara umum saja, mengingat masih dangkalnya pengetahuan

penyusun terhadap masalah yang akan dibahas. Namun, apa yang disajikan pada kesempatan

kali ini adalah hasil maksimal penyusun dalam mencoba memahami dan menjabarkan

masalah.

c) Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membatasi dengan hanya mengkaji masalah -

masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan batuan karbonat?

2. Bagaimana batuan karbonat terbentuk?

3. Apa saja mineralogi yang membentuk batuan karbonat?

4. Bagaimanakah tekstur batuan karbonat?

Page 3: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

3

BAB II

ISI

a) Petrologi Batuan Karbonat

Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 %

yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil

presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan

karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat

keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping menurut definisi Reijers &Hsu (1986)

adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95 %. Sehingga tidak semua

batuan karbonat adalah batugamping.

Singkapan batugamping berumur kapur

Secara umum batuan karbonat ini mengandung fase primer, sekunder dan butiran

reworked. Fase primer ini merupakan mineral presipitasi yang dihasilkan oleh organisme,

sementara mineral karbonat sekunder dihasilkan oleh presipitasi alami non organik yang

terjadi saat proses diagenesis berlangsung. Material reworked ini sama dengan mekanisme

yang terjadi pada batuan terigen klastik yaitu hasil abrasi pelapukan batuan sebelumnya.

Page 4: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

4

lime mud merupakan istilah untuk material karbonat dengan butiran yang sangat halus

lebih kecil dari ukuran pasir (kurang lebih kayak matrik or lempung versi karbonatlah) dibagi

dua jenis yaitu micrite yaitu butiran karbonat berukuran <0.004 mm dan microsparite

berukuran atnara 0.004 dan 0.06 mm (Raymond, 2002). Komponen - komponen lainnya ada

juga semen karbonat yang genetiknya lebih kearah diagenesis (sementasi) karbonat dan

fragmen yang lebih kasar dalam batuan karbonat dikenal sebagai allochem (memliki jenis

yang macam-macam. Secara umum dibagi dua , yaitu: yang berasal dari cangkang fosil atau

skeletal grain dan fragmen yang bukan dari tubuh fosil atau murni hasil presipitasi).

a.1) Jenis-Jenis Batuan Karbonat

Pada umumnya batuan karbonat dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:

1. Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)

2. Batuan karbonat yang bersifat klastik

3. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus

4. Batuan karbonat yang bersifat dolomit dan kristalin

a. Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)

Tipe batuan ini paling banyak didapatkan dalam batuan karbonat Tersier di Indonesia.

Tipe ini sering membentuk tebing terjal pada singkapan, masif tak berlapis atau perlapisan

buruk yang hanya kelihatan dari jauh.

Tipe gamping terumbu ini sering disebut “Boundstone” oleh Dunham, sedangkan

berdasarkan terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka atau pecahan-pecahan kerangka

Embrie dan Klovan membuat klasifikasi : Framestone, Bindstone, Bafflestone, Rudstone dan

Floatstone.

Terdapat beberapa klasifikasi batugamping yang dapat digunakan, tetapi dalam industri

minyak, klasifikasi Dunham (1962) yang dimodifikasi oleh Embry dan Klovan merupakan

klasifikasi yang biasa digunakan. Klasifikasi Dunham didasarkan pada tekstur pengendapan

awal. Faktor utama dalam dalam klasifikasi ini yang perlu diamati adalah :

Page 5: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

5

Jika tekstur pengendapannya tidak dapat dikenali, maka klasifikasi Dunham tidak dapat

digunakan, batuan harus dideskripsi berdasarkan ciri fisik atau diagenesis

Batugamping Kerangka

Jika tekstur pengendapannya dapat dikenali, maka klasifikasi Dunham dapat

digunakan dengan pembagian sebagai berikut :

butiran kurang dari 10% dari seluruh batuan maka disebut mudstone. Mudstone terdapat

dalam lingkungan carbonate platform dan cekungan. Calcareous mudstone berasal dari

hancurnya calcareous alga hijau, pemisahan partikel-partikel skelatal besar, dan

kemungkinan penyerapan inorganik dari air laut. Mudstone pada lingkungan cekungan

dan slope berasal dari winnowed platform muds (periplatform ooze) atau berasal dari

cangkang-cangkang nannoplankton coccoliths (nannofosil ooze). Mudstone berakumulasi

pada lingkungan energi rendah.

butiran lebih dari 10% dengan tetap didominasi oleh lumpur disebut wackestone,

sedangkan bila butiran tidak didukung lumpur tetapi dengan matriks disebut packstone.

Wackestone dan packstone diendapkan pada lingkungan energi transisi dimana arus tidak

dapat memindahkan seluruh lumpur dari area tersebut dan tidak dapat memisahkannya

dari butiran pasir. Area tersebut juga merupakan lingkungan energi rendah seperti pada

mudstone hanya saja lebih dekat pada tempat dimana butiran-butiran pasir diendapkan,

Page 6: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

6

atau persentasi butiran-butiran pasir lebih tinggi diproduksi pada tempat pengendapan

tersebut.

Batuan seluruhnya berupa butiran disebut grainstone. Grainstone terbentuk dari butiran

skeletal dan non skeletal; bioclast, ooids dan peloids. Umumnya terbentuk pada

lingkungan energi tinggi seperti beaches, shoals atau nearby reefs.

Jika butiran diikat pada waktu pengendapan oleh binding, baffling dan aktivitas

framebuilding pada terumbu-pembangunan organisme disebut boundstone.

Floatstone dan rudstone, ditambahkan pada klasifikasi Dunham untuk menggambarkan

terumbu yang kasar-diperoleh dari endapan skeletal. Muddy floatstone adalah butiran

skeletal dalam matriks lumpur; sandy floatstone mengandung matriks calcareous sand.

Rudstone mungkin bersih, tanpa matriks, atau dengan pasir atau matrik lumpur antara

tekstur yang didukung butiran.

Framestone dan bafflestone terbentuk oleh pembangun terumbu skleletal robulus, seperti

corals, stone red algae, bryozoa. Bindstone biasa sebagai komponen pada reef flat.

Stromatolite alga merupakan bentuk tipe dari tekstur bindstone.

Batugamping terumbu adalah jenis sedimen biologi, yang merupakan suatu susunan

dari rangka-rangka organisma yang terdiri atas Algae, Koral, Moluska dan Foraminifera.

Ditinjau dari segi ekologinya, organisma pembentuk terumbu dapat berkembang

dengan baik dan mempunyai penyebaran pada daerah neritik yang dangkal dengan

kedalaman maksimum 60m. Selain itu organisma pembangun terumbu memerlukan pula

syarat untuk kelancaran hidupnya, yaitu sebagai berikut :

1. Sirkulasi air yang baik, berguna untuk membawa makanan dan pergantian oksigen.

2. Air laut yang bersih dan tidak dikotori sedimen, karena hal ini akan memudahkan

masuknya sinar matahari untuk dapat diterima oleh organisma.

3. Salinitas yang normal, berkisar antara 27-38 perseribu.

4. Temperatur air yang agak hangat, antara 20-300C.

b. Batuan karbonat yang bersifat klastik

Tipe klastik ini dapat dibagi lagi menjadi :

a. Bioklastik

b. Interklast/fragmenter

c. Chemiklastik

Page 7: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

7

Gamping Tipe Bioklastik

Tipe gamping ini terdiri seluruhnya dari cangkang-cangkang atau fragmen-fragmen

kerangka organisme. Biasanya dicirikan bahwa fragmen/cangkang pernah lepas, terutama

jika ditransport.

Coquina

Lingkungan Pengendapan

Lingkungan pengendapannya terdiri dari :

1. Sering merupakan laut yang beragitasi “shoal”, bagian-bagian dangkal dekat pantai

(litoral) terutama jika bertekstur grainstone-packstone dengan partikel-partikel

terabrasi.

2. Dapat pula dibagian-bagian teduh dekat suatu reef, dilagoon, difore reef; merupakan

lembaran-lembaran dari reef yang dipecah-pecah gelombang kebagian air tenang,

terutama jika bertektur packstone ataupun wackstone, dengan butiran yang

terabrasi. Di fore reef biasanya merupakan breksi-talus runtuhan dari reef, terdiri

dari pecahan-pecahan cangkang koral.

3. Sering pula neritik; misalnya jika terdiri dari organisme benthos, tanpa adanya

abrasi, misalnya gamping foraminifera besar yang membentuk “bank” atau

“biostrome”

Page 8: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

8

Termasuk kedalam tipe bioklastik adalah gamping pelagis : terutamater diri dari

globigerina dan textularia yang menghujani dasar laut dan sering membentuk kapur/chalk.

Terdapatnya gamping bioklastik; sering membentuk “biostrome” atau “bank” tetapi

dapat pula sebagai “bioherm”.

Gamping Klastik Tipe Fragmenter (Bioklastik Maupun Chemical)

Jenis ini sering pula disebut “dendrital limestone” (Pettijohn, 1957, p. 401) namun

istilah ini tak dianjurkan untuk dipakai. Tipe klastik fragmenter terdiri dari fragmen-fragmen

yang asalnya tak jelas, dan dapat merupakan campuran. Istilah yang sering dipakai:

calcarenite (<2 mm) dan calcirudite (> 2 mm) juga Grainy Limestone, Granular Limestone.

Cara terdapatnya jenis gamping ini adalah berlapis baik sering menyerupai batupasir

dan dengan struktur sedimen silang siur, gelebur-gelombang dan sebagainya.

Gamping Tipe Peralihan

Peralihan ke gamping bioklastik adalah biasa, sehingga menimbulkan persoalan

klasifikasi. Sebaiknya didiskripsi yang baik. Juga peralihan/pencampuran oolite/pellet sering

terjadi. Klasifikasi Dunham(1961) dipergunakan dalam diagran klasifikasi ini.

Tipe lain adalah Interklast : hasil perombakan/ erosi lapisan yang baru diendapkan.

Biasanya berbutir kasar, sehingga sering merupakan breksi atau konglomerat.

Lingkungan Pengendapan

Gamping jenis ini pada umumnya, terutama yang bertekstur grainstone, diendapkan

secara mekanis oleh arus laut. Konsep rezim aliran berlaku pula untuk tipe batuan ini, dan

semua sturktur sedimen termasuk urutan-urutan turbidit dapat diharapkan. Misalnya :

dibagian luar suatu shelf (platform) dimana banyak arus.

Contoh : Bagian bayangan angin dari terumbu pulau Seribu (Umbgrovw 1929) terdiri

dari klastik rombakan dari terumbu. Jika butir-butir rombakan ini banyak mengandung matrix

(packstone), maka sering dibagian yang terlindung dari arus gelombang (backreef), beralih

pada tipe gelombang aphanitic (wackstone).

Page 9: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

9

Gamping Tipe Chemiclastic atau Klastik Non Fragmenter

Tipe gamping ini jarang didapatkan di Indonesia, tetapi batuan ini merupakan reservoir

minyak yang penting. Pengendapan dapat diamati di Kepulauan Bahama dan Great Salt Lake

(USA).

Tipe batuan ini sering bergradasi ke tipe bioklastik dan tipe klastik fragmenter, malah

campuran dari ketiga unsur sering terdapat bersama-sama.

Lingkungan Pengendapan dan Proses Pembentukkan

Agassiz (1896), oolit adalah pengendapan eolian, sedangkan penulis-penulis lain

menyatakan sebagai marine. Masalah lain adalah apakah oolit diendapkan secara fisika-

kimiawi (Vaughn, 1914), colloid gelatin atau atas bantuan ganggang cyanophycea (Rothpletz,

1892 dan wethered 1895). Menurut Bradley 1929, Bucher 1918, Eardly 1938, berdasarkan

pengamatan di Great Salt Lake dan Green River Formasi, oolite dibentuk dalan air yag

diombang-ambing (diagitasi) secara kuat/keras, dekat garis pantai, terlihat sering berasosiasi

dengan struktur lapisaan silang-siur (cross bedding).

Illings (1954) menyatakan bahwa oolit terjadi di laut dangkal yang “supersaturated”

akan kalsium karbonat, dan dimana terjadi aliran-aliran marine yang cukup kuat.

Eardly (1938) menyatakan bahwa karbonat diendapkan dipermukaan air sebagai kristal

kecil (< 2 micron) yang kurang larut daripada butir-butir yang lebih besar. Setidaknya jatuh

didasar laut dan waktu yang sama sejumlah molekul yang sama keluar dari larutan

mengendap pada butir yang lebih besar. Butir ini tumbuh secara oolitis, karena akresi dan

juga “corrosion” menjadi bundar, sewaktu diombang-ambing oleh arus.

c. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus

Gamping jenis ini terdiri dari butir-butir < 0,005 mm, tidak dapat diketahui

apakah terdiri dari fragmen-fragmen halus (pecahan-pecahan gamping) atau kristal-kristal

halus.

Cara Pembentukkan

Cara pembentukkannya yaitu :

Page 10: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

10

Batugamping Halus

1. Dari penggerusan gamping yang telah ada, pengancuran terumbu oleh gelombang

(micro-granuler-clastics).

2. Dari pengendapan langsung secara kimiawi dari air laut yang telah kelewat jenuh

akan CaC03, sebagai jarum-jarum aragonit.

3. Dari pengendapan dengan bantuan ganggang hijau (chlorophycea) sebagai jarum-

jarum aragonit.

Lingkungan Pembentukkan

Lingkungan pembentukkannya yaitu :

1. Diendapkan didaerah dangkal yang terlindung lagoon dibelakang terumbu.

2. Penguapan yang kuat, temperatur tinggi/tropis/subtropis

3. Dengan bantuan ganggang.

Biasanya kaya akan zat organik dan diacak-acak oleh binatang, sehingga tidak

memperlihatkan perlapisan.

Page 11: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

11

d. Tipe Batugamping Kristalin

Gamping kristalin kasar tidak dibentuk secara langsung dari endapan, tetapi biasanya

dari hasil rekristalisasi dari gamping yang lain, dan gamping klastik ataupun gamping

terumbu maupun afanitik. Proses ini terjadi pada diagenesa dapat disebut neomorphosme.

Gamping kristalin kasar mungkin juga diendapkan secara langsung dalam asosiasi dengan

pengendapan evaporit. Dolomit biasanya terdapat selalu secara kristalin, berbentuk anhedral,

bertekstur mosaik dan sukrosik.

Batugamping Kristalin

Cara terbentuknya batuan ini, terbagi menjadi tiga yaitu pertama pengendapan

langsung dalam supratidal atau evaporit. Kedua pengendapan dalam pori-pori gamping

klastik di daerah supratidal, sebagai hablur kemudian partikel kalsit terlarut. Ketiga proses

ubahan (replacement) suatu terumbu yang terangkat ke daerah supratidal dengan proses

seepage reflux.

Pada pembentukan dolomit harus memenuhi syarat dimana konsentrasi Mg/Ca ratio

= 5 : 1, sehingga diperlukan penguapan yang luar biasa. Hal ini dapat terjadi di daerah gurun

atau daerah tropis yang kering.

Page 12: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

12

b) Tekstur Batuan Karbonat

Kalsit bisa hadir dalam tiga bentuk tekstural:

1. Butiran karbonat (carbonate grain) seperti ooid dan skeletal grain, yang berukuran silt

sampai yang kasar berupa agregat kristal kalsit,

2. Mikrokistalin kalsit atau carbonate mudy ang secara tekstural analog dengan mud di

batuan sedimen silisiklastik namun lebih kecil lagi,

3. Sparry calcite, yang mengandung kristal kalsit yang lebih ‘kasar’ hanya terlihat dibawah

mikroskop.

Geologis pada awalnya menganggap batugamping merupakan batuan kristalin dengan

kandungan foisil dan garam karbonat hasil presipitasi dalam air laut. Sekarang kita tahu

bahwa batuan karbonat itu tidak hanya bertekstur ‘kristalin’ tapi juga berupa agregat karbonat

yang terikat semen karbonat hasil presiptasi. Disamping butiran yang mengalami transport

mekanis seperti sebelum diendapkan (klastik). Folk (1959) menggunakan istilah allochem

(baca: alokem) untuk jenis butiran karbonat yang tidak mengalami persipitasi kimia normal

bersama tubuh batuan. Seperti batuan sedimen lainnya butiran karbonat juga bervariasi ada

yang brukuran silt kasar (0.02 mm), sand (lebih dari 2 mm). Karbonat grain dapat dibagi

dalam epat jenis, tiap jenis mencirikan bentuk, struktur internal, dan mode dari originnya:

klas karbonat, ooid, peloid, dan butiran agregat (Boggs, 2006).

Klas Karbonat Atau Carbonate Clast (Lithoclast)

Merupakan fragmen batuan karbonat yang berasal dari hasil erosi batugamping, di

darat atau erosi secara pasial dan sempurna dari sediemn karbonat yang terlitifikasi di dalam

cekungan pengendapan (Boggs, 2006). jika klas karbonat berasal dari batugamping lebih tua

yang hadir di darat dan sourcenya berasal dari luar cekungan pengendapan (depositional

basin), maka dikenal sebagai extraclast. Jika berasal dari dalam basin karena erosi dari

semiconsolidated arbonate sediment di lantai laut, atau tidal flat yang berdekatan, atau

carbonate beach (beachrock) maka dikenal dengan intraclast. Perbedaan antara ekstraklas dan

intraklas memiliki implikasi yang penting terhadap interpretasi dari sejarah transport dan

pengendapan dari batugaming. Ekstraklas biasanya mengandung iron-stained rim (pengotor

besi) yang dibawa saat pelapukan terjadi, yang dapat hadir dalam bentuk urat. tapi tetap saja

distingsi (perbedaan) ini cukup sulit untuk diamati.

Page 13: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

13

Litoklast memiliki range dari sangat halus sampai ukuran pasir dan gravel, namun

fragmen yang umum hadir seukuran pasir, menunjukan tekstur yang sama dengan butiran

klas (litik) lainny tapi butiran subangular bahkan angular mengidikasikan sejarah transport

dan kematangan dan sebagainya. beberapa klas menunjukan struktur dan tekstur internal

seperti laminasi, klas yang lebih tua, butiran siliisklastik, fosil, ooid, atau pellet, tapi

kebanyakan homogen secara internal. litoklas ini tidak melimpah jumlahnya dalam batuan

karbonat jika dibandingkan dengan komponen karbonat lainnya.

Dari penjelasan diatas kurang lebih litoklas (intraklas dan ekstraklas) analog dengan

lithic fragmen di batuan sedimen kasar silisiklastik. yaitu berasal dari hasil pelapukan batuan

karbonat sebelumnya.

B. Skeletal Grain (butiran cangkang)

Butiran ini berasal dari fragmen tubuh (cangkang) fosil organisme. Menurut beberapa

penulis (Nichols, Raymond, Boggs, dan Tucker) cangkang pada batuan karbonat kebanyakan

disusun oleh aragonit (polymorf dari kalsit) yang mana menurut dunham dapat berubah

menjadi kalsit selama proses diagenesis terjadi.

Butiran cangkang

Page 14: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

14

C. Non skeletal grain (butiran non-cangkang)

Ini adalah fragmen non cangkang (non fosil). Tekstur ini termasuk jenis yang banyak

dijumpai dalam fragmen karbonat. Tekstur ini memiliki jenis yang bermacam-macam,

menurut Folk (1959, dalam Tucker 1990) dibagi kedalam: coated grain (ooid, oncoid, pisoid,

dan lain lain) dan non-coated grain (peloid, aggregate, dan clast) atau dalam boggs (2006)

seperti dijelaskan diatas ada lithoclast (intra dan ekstraklas), ooid, peloid, dan aggregate

grains. Menurut Tucker (1990) Ooid merupakan tipe non skeletal yang coated grain

(butirannya diselimuti laminasi atau lapisan tipis karbonat). menurut Boggs butiran ini

menyerupai nucleous (inti) yang diselimuti oleh laminasi tipis karbonat. nucleous ini isinya

bisa berupa material terigen (butir pasir), cangkang fosil, butiran karbonat, atau apa saja.

Menurut boggs (2006), coated grain ini terbentuk akibat saturasi larutan karbonat

dalam air (laut or danau or dimana aje) dimana bottom current (arus bawah) yang kuat terjadi

menyebabkan agitasi dan saturasi yang tinggi dari larutan ion karbonat dalam fluida

memugkinkan presipitasi karbonat (kalsit atau aragonit) membungkus material (nucleous)

tadi dan tadaaaa… terbentuklah coated grain (ooid). batuan karbonat yang dibentuk dari

fragmen fragmen ooid ini terkadang dikenal oolite (makanya ada istilah oolitic grainstone,

wackestone dan lain lain).

Kenampakan ooid dilapangan

Page 15: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

15

c) Mineralogi Batuan Karbonat

Dalam dunia karbonat, ada beberapa mineral penting dan umum didapati dalam batuan

karbonat, atau dalam bahasa lainnya batugamping. Mineral ini sangat penting untuk dipelajari

kalau Anda sekalian ingin mendalami dunia karbonat. Atau setidaknya akan berhadapan

dengan karbonat di lapangan baik dalam studi kuliah lapangan ataupun pemetaan geologi.

Mineral dalam batuan karbonat

1. Aragonite (CaCO3)

Kristal Orthorombik, mineral karbonat yang paling labil, berbentuk jarum atau serabut,

umumnya diendapkan secara kimiawi langsung dari presipitasi air laut.

2. Kalsit (CaCO3)

Kristal Hexagonal, mineral batuan karbonat yang lebih stabil, biasanya merupakan hablur

kristal yang bagus dan jelas. Dijumpai sebagai hasil dari rekristalisasi Aragonite, serta

Page 16: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

16

sebagai semen pengisi ruang antar butir dan rekahan. Sangat umum dijumpai dalam

batugamping.

Mineral aragonit dan kalsit

3. Dolomit (CaMg (CO3)2)

Mineral ini mirip banget sama mineral kalsit, namun secara petrografis memiliki indeks

refraksi yang berbeda. Mineral ini bisa terjadi langsung karena presipitasi air laut, tepi lebih

seringnya karena replacement mineral kalsit.

Mineral dolomit

Page 17: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

17

4. Magnesit (MgCO3)

Kristal Hexagonal, dapat terjadi akibat pergantian mineral kalsit dan dolomit, namun sering

terjadi akibat dari rombakan batuan yang memiliki kandungan magnesiun silikat.

Terdapat mineral-mineral karbonat lainnya yang sengaja tidak dijelaskan karena kurang

memiliki arti penting, yaitu: Siderit, Ankerit, Rodokrosit, dan sebagainya.

KARAKTERISTIK KOMPONEN BATUAN KARBONAT MIKROFASIES

Menurut Tucker (1991) komponen penyusun batugamping dibedakan atas non skeletal

grain, skeletal grain, matrix, dan cement.

1). Non Skeletal Grain, terdiri dari : a. Ooid

dan Pisolid

Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang mempunyai satu

atau lebih struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya

partikel karbonat atau butiran kuarsa. Ooid memliki ukuran butir < 2 mm dan apabila

memiliki ukuran > 2 mm disebut pisoid.

Ooid

Page 18: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

18

b. Peloid

Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau meruncing yang tersusun

oleh micrite dan tanpa struktur internaL Ukuran dari peloid antara 0,1 - 0,5 mm.

Peleoid

Page 19: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

19

Page 20: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

20

Page 21: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

21

c. Pellet

Pellet merupakan partikel berukuran < 1mm berbentuk spheris atau elips dengan komposisi

CaCO3. Secara genetic pellet merupakan kotoran dari organisme.

d. Agregat dan Intraklas

Agregat merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat yang tersemen

bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat material organik. Sedangkan

intraklas ialah fragmen dari sedimen yang sudah terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang

terjadi akibat pelepasan air lumpur pada daerah pasang surut/ tidal flat.

2). Skeletal Grain

Merupakan butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh

mikrofosil, butiran fosil ataupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan

allochem yang paling umum dijumpai dalam batugamping.

3). Lumpur Karbonat dan Micrite.

Micrite adalah matriks yang biasanya berwarna gelap. Pada batugamping hadir sebagai

butir yang sangat halus. Micrite memilliki ukuran butir kurang dari 4 um. Micrite

dapat

mengalamai alterasi dan dapat tergantikan oleh mosaik mikrospar yang kasar.

4). Semen

Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga

pori yang terendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika,

sulfat atau oksida besi.

Page 22: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

22

d) Geokimia Batuan Karbonat

Batuan karbonat tersusun oleh ion kalsium (Ca2+), ion Magnesium (Mg2+), dan tentu saja

karbonat (CO3-). kalsium adalah logam umum yang dijumpai pada hampir semua batuan

karbonat (baik batugamping maupun dolomit) dan magnesium merupakan komponen yang

penting dalam dolomit. Kadar SiO2nya rendah. Kelimpahan silika yang banyak pada batuan

karbonat tergantung pada kandungan lempung silisiklastik yang ikut terendapkan bersama

butiran karbonat yang mengakibatkan kadar besi, silikat, dan alumina juga meningkat saat

dianalisis kandungan kimianya.

Banyak juga unsur lain yang hadir sebagai komponen minor atau elemen jejak.

Elemen-lemen jejak ini seperti: B, Be, Ba, Sr, Br, Cl, Co, Cr, Cu, Ga, Ge, dan Li. Konsetnrasi

elemen jejak ini dikontrol bukan hanya oleh mineralogi dari batuan tapi juga oleh tipe dari

kelimpahan relatif dari butiran fosil skeletal dalam batuan. Banyak konsetnrat organisme dan

unsur jejak yang ikt terbawa oleh fosil konsentrat ini diantaranya Ba, Sr, dan Mg dalam

struktur sekeltalnya.

Pada batuan karbonat secara umum komposisi mineral utamanya adalah aragonite.

Aragonit ini akan berubah menjadi kalsit dan dolomit. Kalsit (CaCO3) juga mengandung

magnesium dalam formulanya. Pada kristal rombohedral kalsit kalsium dapat diganti oleh

magnesium yang mampu ‘mempertahankan’ struktur yang sama ketika kalsium ini larut

dalam air untuk membentuk polimorf dolomit. Ion magnesium dan ionkalsium ini

mempunyai ukuran yang sama. Maka, kita mengenal istilah low-magnesium calcite (atau

disebut kalsit) nilai MGCO3nya kurang dari 4% dan high magnesian calcite mengandung

MgCO3 lebih dari 4%. Kandungan kalsit yang tinggi ini menjadikan batugamping berubah

menjadi dolomit. Dikenal juga istilah stoichiometric dolomite, merupakan jenis dolomite

dengan perbandingan mol massa Mg dan Ca dalam dolomite 50% dan susunan ioannya

teratur, beberapa sumber lain menyebutkan (wikipedia dimana lagi) bahwa suhu yang tinggi

(mencapai 100 deg C) mampu mempercepat pertukaran ion Mg dan Ca dalam struktur yang

teratur maka produknya disebut stoichiometric dolomite tadi.

Mineralogi dan kimia dari sedimen karbonat dapat secara kuat dipengaruhi oleh

komposisi fosil organisme kalkareous yang hadir, sebagai contoh, banyak moluska seperti

pelecypoda, gastropoda, pteropoda, chotons, dan chepalopoda, alga hijau, stromatoporoid,

scleractinian corals, dan annelida (skeletal grain semua) membentuk cangkang aragonit.

Echinoid, crinoid, foram bentik, dan corallin alga merah secara umum kaya akan magnesium

Page 23: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

23

kalsit. Beberapa organisme lain yang mensekresi karbonat seperti foram planktonik,

coccolith, dan brachiopoda, memiliki low-magnesian calcite pada cangkangnya.

Beberapa studi elemen jejak telah dilakukan pada mienral karbonat (Parekh et al

1977., Tlig dan M’RAbet 1985; Thomas, 1993). Secara umum nilai elemen rendah, karena

kebanyakan unsur jejak tidak mengganti secara langsung unsur unsur lain dalam mineral

karbonat (originnya gak bareng sama keterbentukan karbonat itu sendiri). Sebagai contoh

dolostone dan batugamping (induk) yang berhubungan di Tunisia memiliki kelimpahan REE

yang rendah (Tlig dan M’RAbet, 1985). lebih jauh lagi, kerja Tlig dan M’Rabet ini

menunjukan bahwa dolomitisasi tidak menghasilkan perubhan radikal dari bentuk pola REE

yang hadir tapi menurunkan nilai REE secara umum. maka, jika pola REE terntentu

menggambarkan provenance atau kondisi lingkungan pengendapan, pola ini dapat

terpreservasi selama proses diagensis.

Analisis isotop dari material karbonat lebih umum dipakai dalam aspek geokimia

karbonat dibandingkan studi unsur jejak. Studi-studi isotop yang digunakan, dimanfaatkan

untuk menunjukan nature (ciri alami) dan jumlah relatif dari kehadiran air selama

pengendapan atau diagenesis (Land, 1980). isotop stabil yang dipakai disini adalah hidrogen,

karbon, dan oksigen (rasio oksigen 18 dan 16 sering dipake disini).

Mekanisme dasar bagaimana presipitasi karbonat ini terbentuk secara kimiawi

Ketika karbon dioksida (CO2) larut dalam air akan menghasilkan asam karbonat

(carbonic acid), selanjutnya asam karbonat ini akan terdisosiasi (terurai) ketika berada dalam

air melepaskan ion hidrogen (H+) dan ion asam bikarbonat (HCO3-). Terlepasnya ion

Hidrogen dari terurainya (terdisosiasi) asam bikarbonat (HCO3-) meningkatkan keasaman

larutan (nilai pH menurun) rekasi terkahir (6.3) diatas menunjukan bahwa ion karbonat

(CO3-) yang lepas inilah yang akan berikatan dengan kation-kation logam lain pembentuk

mineral karbonat. menurut Boggs, penambahan CO2 pada reaksi ini menyebabkan disolusi

(pelarutan) dari ion karbonat yang akan menurunkan pH (atau meningkatnya keasaman

penyebab terlepasnya ion H dalam air pada reaksi pertama).

Jika kristal kalsit atau aragonit dapat bereaksi dengan larutan asam karbonat (carbonic

acid) H2CO3 maka mineral mienral ini akan mudah larut (dissolved), reaksinya bisa

disingkat seperti dibawah:

Page 24: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

24

Presipitasi Karbonat Secara Anorganik

Kehilangan karbon dioksida yang signifikan melalui berbagai mekanisme mesti

memicu terjadinya perseiptasi mineral kalsium karbonat. Dari data rekaman geologi yang

diketahui air dekat permukaan di laut kelewat jenuh oleh larutan karbonat (diperkirakan enam

kali disumbangkan oleh kalsit terlarut dan empat kali aragonit) (Morse dan Mckenzie, 1990).

indikasi kelewat jenuh (oversaturasi) ini mengindikasikan keengganan (reluktansi) kalsium

karbonat untuk mengendap. Ada dua alasan kenapa mineral kalsium karbonat ini tidak

terpresipitasi di luat seperti pada persamaan 6.4 diatas.

Pertama, magnitud perubahan pH yang hadir pada laut terbuka karena hilangnya

karbon dioksida secara relatif kecil, hal ini disebabkan oleh air laut adalah larutan buffer yang

baik. Bufferingi ini terjadi karena porsi cukup dari karbon dioksida trlaurt dalam air laut

membentuk disoisasi H2CO3 daripada harus melepas ion H+ (yang akan membuat larutan

semakin asam), HCO3-, dan CO3- yaitu membentuk persamaan persamaan 6.2 dan 6.3

diatas. Reaksi buffer ini disebabkan oleh tingginya alkalinitas dari ari laut; maka, onsentrasi

besar dari ion karbonat dan bikarbonat yang sudah ada sebelumnya di permukaan air di laut

ini mencegah rusaknya (terurai or disosiasi) dari H2CO3 untuk membentuk ion ion tadi.

Menurut beberapa penulis, pH yang dipertahankan oleh air laut ini berkisar antara 7.8-8.4

(Bathurst, 1975) (jadi air laut itu sifatnya larutan penyangga basa).

Kedua, kehadiarn ion Mg2+ pada konsetrasi yang dijumpai dalam air laut telah

ditunjukan berdasarkan eksperimen cukup kuat mencegah presipitasi dari kalsit (CaCO3).

Eksperimen oleh Berner (1975) menunjukan bahwa Mg2+ ini akan langsung menyerap

permukaan dari kristal kalsit dan masuk kedalam struktur keristalnya. menurut Berner,

adanya konsenrasi kation Mg di laut ini akan mencegah nukleasi pertumbuhan kalsit dan

meningkatkan kelarutan kristal kalsit, karena stabilitas kristal kalsit menjadi menurun.

Aragonit yang juga teridiri dari rumus kimia CaCO3 tapi memiliki struktur kristal yang

berbeda (ortorombik) dengan kalsit (rombohedral). ion Mg y ang hadir akan menyerap nuclei

aragonit dan mengganggu pertumbuhan kristal. maka, aragonit tidak terpesipitasi sempurna

secara bebas di air laut, meskipun permukaan air jenuh dengan kalsium karbonat,

kemungkinan juga organophospathic coating (selubung organofosfatik) yang tipis pada

aragonit menjadi benih dari nuclei ini juga menghalangi pertumbuhan kristal (Berner, 1978).

Meskipun kalsit tidak terpresitpitasi secara bebas di laut modern karena kelimpahan

ion Mg2+, akumulasi bukti terbentuknya presipitasi kalsit dan aragonit di laut purba dapat

terjadi dengan menurnnya konsentrasi ion Mg2+ (Sandberg, 1983). Stanley dan Hardie

Page 25: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

25

menghubungkan nama nama dari prespitasi kalsit terhadap tingkat pergerakan dari

pemekaran lantai samudra (rate of spreading). dimana pada fase ini terjadi penyerapan Mg di

air laut oleh basalt di lantai samudra. maka karbonat seletal dan onskeletal terendapkan

selama kamrian awal sampai missisippian tengah dan jurasik tengah dan tersier akhir secara

dominan kalsitnya adalah low magnesian calcite, sementara pada missisipian tengah-jurasik

tengah dan tersier akhir-kuarter secara dominan aragonit dan hihg-magnesian calcite

Presipitasi Karbonat Secara Organik

Presipitasi karbonat yang dibantu oleh organisme ada berbagai jenis mekanisme: bisa

langsung dari ekstraksi CaCO3 yang terlarut dalam air, bisa lewat fotosintesis dari bakteri

atau hewan laut yang bisa melakukan fotosintesis (kayak cyaobacteria) yang mengekstraksi

CO2 di air buat biin karbohidrat, atau melalui mediasi bakteri, organic decay (matinya

organisme yang mensekresi CO2, serta yang terkahir generasi pellet (peloid).

1. Ekstraksi Langsung CaCo3 Dair Air Untuk Membentuk Elemen Skeletal.

Peranan yang paling penting dari organisme dalam menghasilkan karbonat adalah

mengambil kandungan karbonat terlarut dalam air untuk membangun struktur cangkannya.

Semua jenis sel hewan laut kebanyakan terbentuk melalui mekanisme ini. bentonik,

planktonik, alga, coral, moluska, dan echinodermata mampu menyerap saturasi CaCO3 di air

laut khususnya di daerah tropis.

Kebanyakan organisme yang membangung material cangkang (skeletal) terbentuk

dari kalsit magnesian rendah (low magnesian calcite), Sementara ada juga cangkang hewan

yang tersusun dari hihg-magnesian calcite atau aragonit. Di dasar laut ditutupi oleh

calcareous ooze yang secara dominan merupakan cangkang foraminifera, ada yang

menyebutnya coccolithophores alga dan pteropods.

2. Mediasi Bakteri Untuk Presipitasi Karbonat

Bakteri dapat memerankan peranan tidak langsng dalam presipitasi beberapa sedimen

karbonat. Sebagai contoh Chafetz (1986) beranggapkan bahwa beberapa peloid marine

berasal dari prespitasi kalsit atau magnesian kalsit halus disekitar gumpalan aktif produk

aktifitas bakteri. Menyebabkan litifikasi dari microbial mats membentuk stromatolit

(Buczynski dan Chafetz, 1993). Presipitasi kalsium karbonat melalui media mikroba

berhubungan juga dengan fotosintesis dan transportasi ion melalui dinding sel. kalsifikasi

hadir dibagian luar dari dindingn sel dalam lingkungan mikro alkalin ini, yang akan

melepaskan Ca2+ yang diangkut dari sel dan akan terjadi pertukaran dengan mengangkur

Page 26: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

26

2H+. kalsifikasi dihasilkan dari diserapnya CO2 (microalga) atau HCO3- (cyanobacteria).

Melimpahnya karbon organik dalam dinding sel akan diserap dari sel ke lingkungan

microalkaline, menyediakan sumber tambahan dari karbon untuk laksifikasi (Yates dan

Robbins, 2001).

3. Membusuknya Organisme Yang Mati (Decay Of Dead Organism)

Decay (pembusukan) akan melepaskan berbagai asam organik dan karbon dioksida ke

air, menyebabkan keasaman bertambah (pH menurun). dengan kata lain, beberapa produk

dari pembusukan dapat berupa alkaline (pH menurun) alkalinitias dapat meningkat karena

material organik, berkaitan dengan reduksi sulfat oleh bakteri. meningkatnya alkainitas ini

akan membantu presipitasi CaCO3.

e)Klasifikasi Batuan Karbonat

Berbicara klasifikasi karbonat berbeda dengan klasifikasi batuan sedimen silisiklastik

lainnya. Perbedaannya terletak pada pada material komposisi karena batuan karbonat itu

cenderung satu jenis yang dominan (mineral karbonat saja) maka penamaan yang dipakai

lebih ke arah tekstural pada batuan (kalo batuan silisiklatik kan dominasi kristal yang hadir

serta komposisi matriknya untuk pasir dan konglomerat) dikarbonat kombinasi komponen

berbanding kombinasi persen matrik dan semen menjadi faktor utama penamaan batuan,

ditambah mekanisme kenampakan genetis matrik yang mengikat fragmen (untuk yang

biogenik).

1. Klasifikasi menurut Folk

Page 27: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

27

Folk membuat klasifikasi berdasarkan apa yang dilihatnya melalui mikroskop atau lebih

bersifat deskriptif, sedangkan Dunham lebih melihat batuan karbonat dari aspek deskriptif

dan genesis, sehingga dalam klasifikasinya tidak hanya mempertimbangkan kenampakan

dibawah mikroskop tetapi juga kenampakan lapangan (field observation).

Klasifikasi Folk menuntun kita untuk mendeskripsi batuan karbonat tentang apa yang dilihat

dan hanya sedikit untuk dapat menginterpretasikan apa yang dideskripsi tersebut. Sebenarnya

batuan karbonat merupakan batuan yang mudah mengalami perubahan (diagenesis) oleh

karena itu studi tentang batuan karbonat tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika

tidak mengetahui proses-proses yang terjadi pada saat dan setelah batuan tersebut terbentuk.

Kelemahan klasifikasi Folk tersebut diperbaiki oleh Dunham dan membuat klasifikasi baru

dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Kelebihan klasifikasi Dunham (1962) adalah

adanya perpaduan antara deskriptif dan genetik dalam pengklasifikasian batuan karbonat.

2. Klasifikasi menurut Dunham (1962)

Klasifkasi menurut Dunham

Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena menurut

Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar

dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).

Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain

supported bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi

didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut

dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan

jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di

Page 28: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

28

dalam matriks lumpur karbonat disebut mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung

butiran yang tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya apabila antar

butirannya saling bersinggungan disebut packstone / grainstone.

Mudstone

Packstone mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud. Dunham punya istilah

Boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul

komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi.

Packstone

Page 29: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

29

Wackestone

Grainstone

Page 30: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

30

Boundstone

Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan kesulitan. Kemudahannya tidak perlu

menentukan jenis butiran dengan detail karena tidak menentukan dasar nama batuan.

Kesulitannya adalah di dalam sayatan petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi kadang

tidak selalu terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan 2 dimensi,

oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk 3 dimensi batuannya agar tidak salah

tafsir. Pada klasifikasi Dunham (1962) istilah-istilah yang muncul adalah grain dan mud.

Nama-nama yang dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan antara butir seperti

mudstone, packstone, grainstone, wackestone dan sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam

Folk (1959) dan Dunham (1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai semen dan sama-

sama berasal dari presipitasi kimia tetapi arti waktu pembentukannya berbeda.

Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai

pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran ternedapkan.

Bila kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat

mengisi grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai oleh Dunham

untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud

supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunham beranggapan

lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang. Sebaliknya grain

supported hanya terbentuk pada lingkungan dengan energi gelombang kuat sehingga hanya

komponen butiran yang dapat mengendap.

Page 31: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

31

3. Klasifikasi Menurut Embry & Klovan (1971)

Klasifikasi batuan karbonat menurut Embry dan klovan ini merupakan modifikasi dari

klasifikasi yang diusulkan oleh Dunham (1962).

4. Klasifikasi Menurut Mount (1985)

Klasifikasi Mount (1985) merupakan klasifikasi deskriptif. Menurutnya

sedimen campuran memiliki empat komponen :

(1) Silisiclastic sand (kuarsa, feldspar yang berukuran pasir),

(2) Mud campuran silt dan clay),

(3) Allochem butiran karbonat seperti pelloid, ooid, bioklas, dan intraklas yang

berukuran >20 µm), dan lumpur karbonat atau mikrit (berukuran <20 µm).

Komponen-komponen tersebut suatu tetrahedral yang memiliki pembagian delapan kelas

umum dari sedimen campuran. Nama-nama tiap kelas menggambarkan baik tipe butir

dominan maupun komponen antitetik yang melimpah sebagai contoh : batuan yang

mengandung material silisiklastik >50 % berukuran pasir dengan sedikit allochem maka

disebut allochemical sandstone.

Page 32: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

32

BAB III

PENUTUP

a) Kesimpulan

Batuan karbonat adalah batuan dengan kandungan material karbonat lebih dari 50 %

yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang tersemenkan atau karbonat kristalin hasil

presipitasi langsung (Rejers & Hsu, 1986).Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan

karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan berat

keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batuan karbonat yang kandungan material

karbonatnya lebih dari 90% adalah batugamping. Pengklasifikasian bukan dari komposisi

mineral, tetapi lebih berat kepada tekstur daripada batuan karbonat tersebut.

b) Kritik dan Saran

Semoga kedepan Pak Hill lebih fokus kepada pengajaran kampus, mengingat materi

yang diberikan langsung oleh Bapak lebih berharga daripada (mungkin) para mahasiswa

belajar dari internet selama sebulan. Lebih dari apapun, mengingat Bapak yang paling

menguasai petrologi, kami para mahasiswa Sttnas mampu mendeterminasi batuan secara

teoritis dan praktis. Mungkin nilai UTS dan UAS kami tak pernah memuaskan Bapak,

sebagai bahan koreksi Bapak dalam mengajar. Tapi fakta dilapangan berbicara, ketika kami

mempunyai konsep dasar yang mengakar, maka apapun batuannya, maka pasti bisa

terdeterminasi dengan baik. Semoga.

Page 33: Isi

B a t u a n K a r b o n a t

33

DAFTAR PUSTAKA

http://geologiterapan.blogspot.com/2011/12/klasifikasi-batuan karbonat.html#H7hU6Vwr4Q

Sedimentary Geology. Dept. Geoscience Taiwan.2001

http://www.eos.ubc.ca/courses/eos221/sed/carb/classification.html

http://www.eps.mcgill.ca/~courses/c186-425/carbonates.pdf

Buku Panduan Praktikum Batuan Karbonat UGM. elisa.ugm.ac.id / user/ archive / ...

/ca49df431397092cc65ffd0a8faad454

http://mandeleyev-rapuan.blogspot.com/2012/10/batuan-karbonat.html