ISI.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar BelakangPada tahun 1999 telah didirikan sebuah herbarium di Universitas Tadulako Palu dengan nama Herbarium Celebense (CEB) yang sebelumnya bernama Herbarium Universitas Tadulako. Tahun 2001, Herbarium ini dikembangkan melalui dukungan proyek STORMA (Stability of Rain Forest Margin) sebuah proyek penelitian kerjasama antara 4 universitas. Pada tahun 2002 Herbarium Celebense telah terdaftar secara resmi dalam International Index Herbariorum (New York) dengan akronim CEB. Pada awal tahun 2008, Herbarium Celebense (CEB) telah menjadi bagian dari Jurusan-Prodi Biologi FMIPA Untad sebagai Laboratorium Ekotaksonomi Tumbuhan yang berada pada Jurusan-Prodi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan pada tanggal 21 November 2012 berkenaan dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2012 tentang Organisasi, dan Tata Kerja Universitas Tadulako, didirikan UPT Sumber Daya Hayati Sulawesi yang menaungi Herbarium Celebense (CEB), dimana di dalamnya mencakup tentang pelestarian keanekaragaman flora dan fauna serta konservasi di Sulawesi. (Pitopang, R., dkk., 2012).UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi saat ini memegang sekitar 15.000 spesimen tanaman, terutama dari Sulawesi Tengah seperti ; rotan, pohon, ramuan, anggrek, rumput, pakis, bryophytes, artefak ethnobotanical dan koleksi carpological. Beberapa koleksi adalah jenis spesimen seperti Nepenthes pitopangii Lee, Artabotrys trichophilia, Begonia zotrix, dan lain-lain, tetapi publikasi tentang flora Sulawesi tertutama jenis tumbuhan berbunga masih sangat terbatas (Pitopang, R., dkk., 2012). UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi selain mempunyai tugasmelaksanakan pengelolaan dan perlindungan keanekaragaman hayati tumbuhan khas Sulawesi, juga melakukan pelayanan penelitian dan identifikasi tumbuhan khususnya penelitian yang dilakukan berobjek tumbuhan, oleh sebab itu mayoritas pengunjung dan yang mengenal UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi hingga sekarang adalah hanya dari kalangan mahasiswa dan dosen yang melakukan penelitian.Anak-anak yang duduk dibangku sekolah dasar dalam kurikulumnya mempelajari tentang keanekaragaman hayati secara umum, namun hanya bersifat teoritis dan kurang mendalam. Menurut penelitian dalam sistem pembelajaran anak sekolah dasar, lebih efektif jika melalui pengalaman, karena dengan pengalaman, anak dapat memahami lebih baik dibandingkan teori yang tidak disertai praktik. Inilah yang melatarbelakangi dilakukannya kegiatan pengenalan sekaligus pemanfaatan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Sumber Daya Hayati Sulawesi, untuk memudahkan anak sekolah dasar belajar mengenai tumbuh-tumbuhan dan hewan terkhusus didaerah Sulawesi, baik secara teori maupun praktek serta mengajak anak-anak tersebut untuk membuat taman obat keluarga disekolah.I.2 Rumusan MasalahAdapun permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah Anak Sekolah Dasar Model Terpadu Madani mengenal UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi sebagai tempat pelestarian keanekaragaman hayati tumbuhan dan hewan yang berada di Sulawesi ?

I.3 TujuanMelihat uraian permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkenalkan dan memanfaatkan UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi sebagai media belajar mengenai keanekaragaman hayati tumbuhan dan hewan yang berada di Sulawesi pada anak Sekolah Dasar Negeri Model Terpadu Madani.

I.4 Manfaat Adapun manfaat yang bisa diperoleh melalui penelitian ini adalah :1. Manfaat Instusi dan MahasiswaUPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi tidak hanya diketahui oleh kalangan mahasiswa maupun dosen, tetapi dapat diketahui juga oleh kalangan anak sekolah dasar sebagai sumber pengetahuan mengenai keanekaragaman hayati tumbuhan dan hewan yang berada di Sulawesi dan melalui pengenalan UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi ini oleh mahasiswa KKN diharapkan dapat dijadikan pertimbangan sebagai salah satu media belajar anak baik secara teoritis maupun praktik.2. Manfaat IlmiahMeningkatkan pengetahuan dan wawasan anak sekolah dasar mengenai keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang berada di daerah asal (Sulawesi) melalui pengenalan secara langsung di sumber lokasi pemeliharaan tumbuhan dan hewan tersebut.

BAB IITINJAUAN TEORITISII.1Keanekaragaman Hayati SulawesiSulawesi merupakan salah satu pulau besar dan penting di Indonesia, karena secara biogeografi termasuk dalam kawasan Wallacea, suatu kawasan yang terdiri atas pulau Sulawesi, sebagian Maluku, kepulauan Banda, dan kepulauan Nusa Tenggara Barat, dengan luas keseluruhan sekitar 346.782 km2. Wilayah ini sangat unik karena merupakan tempat bercampurnya tumbuhan, hewan, dan hidupan lain dari Asia dan Australia, serta merupakan kawasan peralihan ekologi (ekoton) antara kedua benua tersebut (Mittermeier et al., 1999).

Berdasarkan data base yang ada, diperkirakan di Sulawesi terdapat lebih dari 2100 jenis tumbuhan berkayu yang terdiri atas family Meliaceae, Euphorbiaceae, Rubiaceae, Myrtaceae, Ebenaceae, Moraceae, Magnoliaceae, Burseraceae, Araucariaceae, dan lain-lain (Kessler et.al., 2002). Diantaranya merupakan tumbuhan yang tergolong pohon (dbh > 10 cm) yang mempunyai nilai ekonomi, estetika dan konservasi yang sangat baik.Sulawesi memiliki keanekaragaman hayati dengan tingkat endemisitas yang tinggi. Diperkirakan 15% dari tumbuhan berbunga di Sulawesi adalah endemik (Whitten et al. 1987 : Ramadhanil Pitopang, 2006). Van Balgooy et al. (1996) melaporkan 933 tumbuhan asli dari Sulawesi dimana 112 adalah endemik Sulawesi. Endemisitas tumbuhan berbunga di Sulawesi sangat bervariasi diantara kelompok takson, Sebagai contoh pada Palm (Arecaceae) dan Anggrek (Orchidaceae) dari total 817 spesies anggrek dari Sulawesi dan Maluku (128 genera) 149 merupakan endemik (Thomas and Schuiteman, 2002).Menurut Mogea (2002) Sulawesi memiliki tingkat endemisitas palem yang tinggi (72%), dimana 68% spesies dan 58% genus palem yang tumbuh di bioregion ini adalah asli Sulawesi. Di antara jenis-jenis palem yang ada dua di antaranya endemik untuk Sulawesi Tengah, yaitu Gronophyllum sarasinorum dan Pinanga sp. nov (longirachilla). Beberapa spesies palem Sulawesi lainnya yang endemik adalah Pigafetta elata Becc., Licuala celebica Miq., serta beberapa spesies rotan seperti taimanu (Korthalsia celebica), tohiti (Calamus inops Becc. ex. celebicus Becc.), batang (Calamus zollingerii Becc), Calamus minahassae, dan lain-lain.

II.2 HerbariumHerbarium merupakan tempat penyimpanan contoh tumbuhan yang telah diawetkan, baik secara kering maupun basah, dan disebut material herbarium. Material herbarium yang baik selalu disertai identitas pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan nomor koleksi) serta dilengkapi keterangan lokasi asal material dan keterangan tumbuhan tersebut dari lapangan. Para pakar botani, kehutanan dan pertanian yang hamper setiap waktu berurusan dengan tumbuh-tumbuhan biasanya mengumpulkan yang suatu saat dianggapnya akan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Tumbuhan yang dikumpulkan berbeda menurut tujuan pengumpulannya. Pakar botani yang menekuni bidang taksonomi, misalnya mengumpulkan tumbuhan secara lengkap (daun, bunga, dan buah), sedangkan yang menekuni bidang ekologi, hanya mengumpulkan contoh tumbuhan sebagai specimen bukti (voucher specimen) (Djarwaningsih, Tutie, dkk., 2002).Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk mentakrifkan takson tumbuhan; ia mempunyai holotype untuk tumbuhan tersebut. Herbarium juga dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk para ahli bunga atau ahli taksonomi, untuk mendukung studi ilmiah lainnya seperti survey ekologi, studi fitokimia, penghitungan kromosom, melakukan analisa perbandingan biologi dan berperan dalam mengungkap kajian evolusi. Kebermanfaatan herbarium yang sangat besar ini menuntut perawatan dan pengelolaan spesimen harus dilakukan dengan baik dan benar.II.2.1Herbarium KeringHerbarium kering adalah adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan, namun tetap terlihat ciri-ciri morfologinya sehingga masih bias diamati dan dijadikan perbandingan pada saat determinasi selanjutnya (Ardiawan, 1990).Menurut Pitopang R., dkk., (2011), dalam pembuatan dan pengoleksian specimen terdapat beberapa langkah kerja yang harus diikuti yaitu :1) Pengkoleksian (Collecting)a. Untuk pengkoleksian specimen tumbuhan sebaiknya dikoleksi specimen yang fertile (memilik bunga da buah), menggunakan gunting stek. Untuk tumbuhan tingkat pohon bagian tumbuhan yang diperlukan adalah ranting yang berbunga atau berbuah sebanyak 7 duplikat.b. Untuk tumbuhan kecil, misalnya rumput, semanggi dan sebagainya dapat diambil dengan akarnya, setelah dicuci dapat diawetkan dengan jumlah sebanyak 7 duplikat juga.c. Lakukan pencatatan terhadap informasi lapangan tempat specimen tersebut dikoleksi pada buku lapangan misalnya : altitude, latitude, longitude, habitat tempat tumbuh, lokasi tempat koleksi (misalnya : Dusun, Desa, Kecamatan, Kabupaten, Pulau, Propinsi, dll), deskripsi tumbuhan misalnya ada atau tidaknya getah, warna getah, bau, warna bunga, informasi etnobotani dan lain-lain.d. Setiap specimen diberi label gantung yang bertuliskan nama kolektor (cukup inisial), nomor koleksi, tanggal, dan lain-lain.e. Contoh tumbuhan tadi dikumpulkan dalam karung beras untuk selanjutnya dibawa ke basecamp.f. Selanjutnya specimen tadi diatur dengan rapi diatas kertas koran terlipat, ditutup dengan kertas koran lain, dan dibungkus dengan koran dan disimpan dalam plastic besar dan diberi spiritus.g. Selanjutnya dilaboratorium atau diherbarium specimen disusun lagi diantara kertas koran dan dilapisi oleh sponge pada kedua sisinya dan dikeringkan pada alat electric stove.h. Apabila tidak memiliki electric stove dan sponge dapat juga specimen secara langsung diatur dengan rapi diatas kertas koran terlipat, ditutup dengan kertas koran lain, dijepit dengan dua papan tripleks, kemudian diikat dengan tali katun.i. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan pengeringan lebih cepat, pada tripleks tadi dibuat lubang-lubang secukupnya, misalnya 12 lubang berdiameter +/- 2 cm. Satu pasang tripleks tadi dapat dipakai untuk membuat beberapa contoh herbarium sekaligus, yaitu tumbuhan yang telah diatur diantara dua koran tadi ditumpuk. Simpan ditempat yang kering selama beberapa hari, tiap 2 hari sekali kertas koran diganti yang kering, dan dijaga tumbuhan tadi tidak berjemur. Setelah contoh tumbuhan kering, dapat ditempelkan pada kertas karton putih ukuran folio, dan diberi label.2) Pengepresan dan Pengeringan (Pressing and Drying)Cara kerja :a. Spesimen tumbuhan yang berasal dari lapangan (sebelumnya telah diawetkan dengan alcohol 70% atau spiritus) disusun kembali untuk proses pengepresan dan pengeringan.b. Pada proses pengepresan specimen tumbuhan disusun (diatas kerta koran) dan diusahakan rata dengan permukaan kertas koran.c. Specimen tumbuhan yang telah ditutup dengan koran tersebut diletakkan secara berhimpitan diatas kertas koran yang berisi specimen lain dan setiap specimen dilapisi dengan kertas kardus atau triplek.d. Setelah semua specimen disusun atau diikat menggunakan sabuk pengikat, diberi label berisi informasi tentang tanggal mulai dikeringkan dan kolektor, kemudian dimasukkan ke dalam oven dalam posisi berdiri.e. Pengeringan dilakukan dalam oven yang suhunya 50-60C selama 2-3 hari, atau boleh juga menggunakan tungku arang yang telah dibuat khusus untuk pengeringan herbarium. Setiap 1 hari ikatan specimen tersebutdibalik sedangkan untuk specimen yang banyak mengandung air (family Musaceae, Zingiberaceae, Araceae, dan lain-lain) kertas koran pelapis sebaiknya diganti dengan kertas koran yang kering dan baru.Di Herbarium Celebense (CEB) Universitas Tadulako proses pengeringan menggunakan alat electric stove, dan specimen herbarium disusun diantara kertas koran dan dilapisi dengan sponge.3) Pengeplakan (Mounting Specimen)Proses pengeplakan (mounting) bertujuan untuk melekatkan specimen tumbuhan yang telah kering pada kertas plak menggunakan kertas yang bebas asam (acid free) dengan ukuran 43 X 30 cm. apabila specimen agak berat dan besar menggunakan kertas plak yang tebal (600 g/m) sedangkan untuk specimen yang ringan menggunakan kertas plak yang tipis (400 g/m). selanjtnya pengeplakan dapat juga dilakukan setelah specimen dideterminasi atau diidentifikasi.a. Kertas plak yang digunakan untuk menempel specimen terlebih dahulu diberi nomor CEB menggunakan alat.b. Specimen diletakkan secara hati-hati diatas kertas plak, disusun sedemikian rupa sehingga kelihatan simetris dan rapi.c. Specimen dilekatkan rata dengan kertas plak, disusun sedemikian rupa sehingga kelihatan simetris dan rapi.d. Specimen diletakkan rata dengan kertas plak menggunakan selotip yang bebas asam dan apabila organ specimen tersebut besar dan tebal seperti buah, batang dan akar harus dijahit menggunakan benang Goodyear.e. Selanjutnya dilakukan penempelan label pada sudut kanan bawah menggunakan lem yang bebas asam.f. Specimen yang berlembar ganda (Multiple sheet) ditempatkan pada kertas plak yang berbeda.4) Pembekuan (Freezing)a. Specimen yang sudah didata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastic berklip (zipper plastic bag) dengan ukuran 44 X 55 cm.b. Dimasukkan kedalam freezer atau lemari pendingin dan dibekukan sampai pada suhu -18 C sampai -20 C selama 48 hari-72 jam- atau 5-7 hari. Diharapkan pada suhu tersebut semua tahap perubahan serangga (metamorphosis) dan organisme perusak lain sudah mati.c. Setelah itu dikeluarkan dari freezer dan diaklimatisasi selama 1-2 hari untuk kembali ke suhu ruangan.d. Guna menghindari segala kemungkinan buruk seperti masuknya kembali serangga dalam specimen, diupayakan agar tidak mengganti kantong plastic yang digunakan pada saat pembekuan.e. Guna menghindari segala kemungkinan buruk seperti masuknya serangga dalam specimen, diupayakan agar tidak mengganti kantong plastic yang digunakan pada saat pembekuan.5) Penyelipan (Inserting)Setelah proses aklimatisasi selama beberapa hari specimen diseleksi kembali dan dipilah-pilah berdasarkan taksanya seperti suku, marga dan jenis serta lokasi tempat pengambilan (pula) yang diurut secara alfabetis.

II.2.2Herbarium BasahHerbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi yang sudah diidentifikasi dan ditanam bukan lagi dihabitat aslinya. Specimen tumbuhan yang telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari komponen macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda (Tjitrosoepomo, 2005).Koleksi basah biasa digunakan untuk spesimen-spesimen yang lunak seperti : Cucurbitaceae, Zingiberaceae, Musaceae, Araceae, Rafflesiaceae, Orchidaceae, atau juga untuk jamur yang lunak.Menurut Pitopang R., dkk., (2011), dalam pembuatan dan pengoleksian specimen kering terdapat beberapa langkah kerja yang harus diikuti yaitu :Cara Kerja :a. Specimen yang berasal dari lapangan yang difiksasi dengan alcohol beserta label yang telah ditulis degan pensil 2 B dipindahkan kedalam larutan alcohol 70%, kemudian ditutup rapat dan ditempel label serta diregistrasi.b. Larutan alcohol (ethanol) 70 % dibuat dengan cara mengencerkan larutan onduk (alcohol absolut) dengan akuades. Khusus untuk bunga tumbuhan dari suku anggrek (Orchidaceae) biasa ditambahkan gliserin agar jaringan bunga anggrek tidak tegang dan rapuh agar specimen tidak mudah patah bila digunakan dalam penelitian.c. Formulasi bahan pengawet untuk suku Orchidaceae adalah 3100 cc alcohol 96 %, akuades 1650 cc, dan gliserin 250 cc.Dalam penyimpanan dan perawatan specimen koleksi basah yang akan diawetkan terlebih dahulu diregistrasi dalam buku register (buku yang memuat data koleksi). Data yang diperlukan adalah sebagai berikut :Nama Suku(Famili)Nama Jenis(Spesies)Kolektor(Nama orang yang mengoleksi)No. Koleksi (Nomor koleksi dari kolektor)Lokasi(Lokasi tempat pengambilan specimen)Tanggal KoleksiDalam penyimpanan koleksi specimen, biasanya menggunakan tempat yang terdiri atas botol. Ukuran botol yang digunakan pada keperluan (untuk koleksi yang besar seperti Rafflesia atau Amorphophallus dapat digunakan botol asinan yang besar).Pada perawatan specimen basahnya ditambahkan alcohol 70% kedalam botol bagi specimen yang kurang alkoholnya. Ganti larutan apabila larutannya keruh dan kotor. Untuk koleksi yang kering direndam terlebih dahulu dengan ammoniak selama satu hari untuk menghindari kerusakan saat pemindahan. Tutup botol dengan kaca penutup yang sebelumnya telah diolesi dengan paraffin. Untuk menghindari kebocoran penutup olesi sekeliling penutup dengan paraffin yang cair, apabila paraffin telah padat test (coba) apakah ada kemungkinan kebocoran botol dengan cara membalikan botol, apabila ada yang bocor oleskan lagi paraffin cair menggunakan kuas (Pitopang R., dkk., 2011).II.2.3Koleksi Kalpologi (Carpologicsl Collection)Koleksi karpologi pada umumnya merupakan bagian dari koleksi umum karena ukurannya terlalu besar sehingga sulit untuk diplak. Koleksi karpologi berasal dari koleksi buah kering tetapi juga batang, kulit, bunga, akar dan umbi serta jamur Basidiomisetes seperti Fomes, Polyporus dan Ganoderma. Koleksi karpologi disimpan didalam lemari yang disusun secara alfabetis menurut suku, marga, jenis dan pulau. Untuk mengurangi kerusakan koleksi akibat serangga, setiap kantong plastic koleksi diberikan satu butir kepur barus.II.2.4Koleksi Tumbuhan Rendah (Cryptogamie)Koleksi tumbuhan tingkat rendah meliputi jamur (Ascomisetes), Algae (Chrysophyta, Chlorophyta, dan lain-lain), lumut (Hepaticae dan Musci) serta lumut kerak (Lichenes).Specimen tersebut dikeringanginkan dan disimpan dalam kertas koran. Setelah sampai digedung herbarium dilanjutkan pengeringan secara alami (kering anginkan). Specimen yang telah kering dideterminasi dan diidentifikasi untuk menentukan nama jenis dan sukunya. Masukan specimen kedalam amplop pembungkus yang terdiri atas dua macam yaitu : amplop bagian luar yang terbuat dari kertas tebal dan bagian dalam terbuat dari kertas biasa. Label nama diganti dengan label yang baru dan dilengkapi nama jenis, kolektor, suku dan takson specimen tersebut. Penulisan memakai tinta hitam permanen. Sebelum disimpan terlebih dahulu diregistrasi dalam buku registrasi kemudian disimpan dalam lemari koleksi secara alfabethis.II.3 PERANAN DAN FUNGSI HERBARIUM CELEBENSE UNTADSecara umum keberadaan Herbarium Celebense (CEB), laboratorium Ekotaksonomi tumbuhan FMIPA untad mempunyai peranan sebagai berikut:1. Mendukung penelitian keanekaragaman hayati tumbuhan, taksonomi, ekologi dan konservasinya.2. Mendukung konservasi flora Sulawesi/ Wallacea umumnya.3. Menyediakan fasilitas pendidikan dan penelitian bagi mahasiswa Universitas Tadulako terutama untuk Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam4. Memberikan jasa pelayanan identifikasi dan determinasi tumbuhan kepada mahasiswa ataupun pihak yang memerlukannya.5. Memberikan pelatihan kepada unit kegiatan mahasiswa ataupun siswa sekolah menengah Umum di Palu.6. Sebagai sarana pendidikan dan rekreasi bagi masyarakat7. Sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya koleksi, pemeliharaan dan perbanyakan jenis tumbuhan dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru.8. Sebagai sarana pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB IIIGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III.1Sejarah Singkat UPT. Sumber Daya Hayati SulawesiHerbarium Celebense UNTAD berada di wilayah Kelurahan Tondo Kecamatan Palu Timur. Kata Tondo itu sendiri berasal dari kalimat Petondo-tondo mangalabaku nemo mangala baku ntona. Dari kata Petondo inilah asal nama Kampung Tondo. Saat ini Kelurahan Tondo termasuk salah Kelurahan di Kecamatan Palu Timur Kota Palu, dengan luas wilayah daratan 55,16 Ha dan terbagi dalam 14 RW dan 36 RT.Pada tahun 1999 telah didirikan sebuah herbarium di Universitas Tadulako Palu dengan nama Herbarium Celebense (CEB) yang sebelumnya bernama Herbarium Universitas Tadulako. Tahun 2001, Herbarium ini dikembangkan melalui dukungan proyek STORMA (Stability of Rain Forest Margin) sebuah proyek penelitian kerjasama antara 4 universitas, yaitu Universitas Gttingen dan Kassel University (dari Jerman), serta Universitas Tadulako dan Institut Pertanian Bogor dari Indonesia. Pendirian dan pengembangan lembaga ini telah melibatkan dan dukungan dari beberapa ahli sistimatik botani seperti: Prof. S. Robert Gradstein (Department of Systematic Botany, Gttingen, Germany), Dr. Paul J.A. Keler (Nationaal Herbarium Nederland, Universiteit Leiden, Nederlands), Dr. Johanis P. Mogea, LIPI-Indonesia), Prof. Dr. Edi Guhardja, M.Sc. Selama perkembangannya CEB juga menjalin kerjasama dengan beberapa herbarium baik dari dalam maupun luar negeri, seperti Herbarium Bogoriense (BO), Herbarium Biotrop (BIOT), Herbarium Gttingen (GOET), National Herbarium of the Netherlands di Leiden (L), Herbarium Wanariset (WAN), Herbarium Universitas Andalas (ANDA) dan National Herbarium of Australia di Canberra. Kehadiran herbarium ini di kawasan Sulawesi sangat penting untuk mempelajari dan mengkoleksi seluruh spesimen tumbuhan dari Indonesia, khususnya flora Wallacea. Pada tahun 2002 Herbarium Celebense telah terdaftar secara resmi dalam International Index Herbariorum (New York) dengan akronim CEB. Pada saat ini CEB telah aktif melakukan koleksi botani dan menyimpan lebih dari 12.000 spesimen tumbuhan Sulawesi yang didatabasekan dalam BRAHM SYSTEM. Di antara koleksi terdapat juga Specimen Type yang pertama sekali di deskripsi dari Sulawesi (jenis baru). Kebanyakan spesimen herbarium tersebut terdiri atas tumbuhan tingkat tinggi (spermatophyta) yang tergolong ke dalam dikotiledon seperti pohon dan Monokotiledon (rotan, anggrek, dan rumput) serta beberapa merupakan tumbuhan tingkat rendah yang terdiri dari paku-pakuan dan lumut, artifak etnobotani dan koleksi karpologi.Pada awal tahun 2008, Herbarium Celebense (CEB) telah menjadi bagian dari Jurusan-Prodi Biologi FMIPA Untad sebagai Laboratorium Ekotaksonomi Tumbuhan yang berada pada Jurusan-Prodi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Pada tanggal 21 November 2012 berkenaan dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2012 tentang Organisasi, dan Tata Kerja Universitas Tadulako, didirikan UPT Sumber Daya Hayati Sulawesi yang menaungi Herbarium Celebense (CEB), dimana di dalamnya mencakup tentang pelestarian keanekaragaman flora dan fauna serta konservasi di Sulawesi.

III.2Kondisi GeografisDilihat dari segi geografis, areal Herbarium UNTAD terletak di Kelurahan Tondo Wilayah Palu Timur. Khusus areal Herbarium terletak daikawasan Kampus Bumi Tadulako Tondo, hasil pengukuran dengan alat GPS terletak pada koordinator 050 LS dan 11953 BT dengan ketinggian 70 mdpl.Secara geografis, gedung herbarium terletak di pojok Barat Daya dari areal Kampus UNTAD Kelurahan Tondo Kecamatan Palu Timur Kota Palu. Areal Herbarium Celebense UNTAD berbatasn dengan :1. Sebelah Utara, berbatasan dengan sumur suntik dan pintu utam UNTAD2. Sebelah Timur, berbatasan denagan Fakultas Teknik3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Perumahan Dosen UNTAD4. Sebelah barat, berbatasan dengan jalan Soekarno-Hatta

III.3Kondisi DemografisIklim di areal Herbarium tergolong kering, dengan curah hujan rendah kurang dari 1.000 mm/tahun, kondisi tanah dominan berstruktur pasir dengan struktur remah. Lahan di areal Herbarium telah di tumbuhi tumbuhan lokal seperti kaktus, Roviga, Jarak merah. Dan beberapa tanaman yang telah menua seperti asam dan johar, yang berusia tahunan seperti jati, trambesi, Kemiri, dan Tanaman lainnya.

BAB IVMETODE PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilakukan pada Tanggal 13 September 2014, bertempat di Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Sumber Daya Hayati Sulawesi, Desa/Kelurahan Tondo, Kota Palu.Alasan penulis memilih lokasi penelitian tersebut karena pada lokasi tersebut penulis dapat memperoleh data sekaligus melakukan studi literatur untuk keperluan penelitian.III.2 Objek PenelitianObjek penelitian yaitu Anak Sekolah Dasar Model Terpadu Madani Kelas 1 sampai 3.III.3 Cara Kerja1. Dilakukan observasi Observasi bertujuan untuk menemukan masalah dilokasi penelitian (UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi).2. Dilakukan diskusi dengan Kepala UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi3. Dilakukan diskusi dengan Kepala Sekolah SDN Model Terpadu Madani4. Dilakukan penyuratan kepada UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi dan Sekolah mengenai Tanggal dan Waktu kunjungan.5. Dilakukan kunjungan di UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi dan pengenalan Sumber Daya Alam Hayati kepada Anak Sekolah Dasar SDN Model Terpadu Madani.

BAB VPEMBAHASAN

Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh tumbuhan yang telah diawetkan, baik secara kering maupun basah, dan disebut material herbarium. Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk mentakrifkan takson tumbuhan; ia mempunyai holotype untuk tumbuhan tersebut. Herbarium juga dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk para ahli bunga atau ahli taksonomi, untuk mendukung studi ilmiah lainnya seperti survey ekologi, studi fitokimia, penghitungan kromosom, melakukan analisa perbandingan biologi dan berperan dalam mengungkap kajian evolusi.UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi selain mempunyai tugasmelaksanakan pengelolaan dan perlindungan keanekaragaman hayati tumbuhan khas Sulawesi, juga melakukan pelayanan penelitian dan identifikasi tumbuhan, oleh sebab itu mayoritas pengunjung dan yang mengenal UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi hingga sekarang adalah hanya dari kalangan mahasiswa dan dosen yang melakukan penelitian. Melihat masalah lembaga ini, maka dilakukanlah penelitian mengenai Pengenalan dan Pemanfaatan UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi Sebagai Media Belajar Mengenai Keanekaragaman Tumbuhan Dan Hewan Pada Anak Sekolah Dasar, dimana menurut penelitian dalam sistem pembelajaran anak sekolah dasar, lebih efektif jika melalui pengalaman, karena dengan pengalaman, anak dapat memahami lebih baik dibandingkan teori yang tidak disertai praktik.Kunjungan di UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi ini dilakukan pada Tanggal 13 September 2014. Dalam kunjungan tersebut, pertama-tama anak-anak sekolah dasar akan menerima teori sekaligus diskusi mengenai keanekaragaman hayati sulawesi yang akan dibawakan oleh Bapak I Nengah Suastika, M.Sc., PhD selaku Kepala UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi. Dalam diskusi tersebut, benar bahwa kalangan anak-anak sekolah dasar tidak mengenal atau mengetahui adanya UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi sebagai tempat pelestarian keanekaragaman hayati.Setelah menerima teori dari kepala UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi, anak-anak sekolah dasar akan mempelajari keanekaragaman hayati Sulawesi yang ada di Herbarium secara praktik, dimana anak-anak sekolah dasar dapat melihat secara langsung koleksi herbarium baik herbarium basah, herbarium kering, koleksi karpologi, maupun koleksi tumbuhan rendah yang hanya akan ditemukan di UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi. Adapun contoh-contoh koleksi herbarium yang ada di UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi :No.Nama TumbuhanFoto Tumbuhan

1.Nama Resmi :Antidesma bunius (L.) SprengNama Lokal :Wuni, Barune (Sunda), Aropi (Sulawesi ; kaili, Muma, Uma)

2.Nama Resmi :Arenga pinnata (Wurmb) Merr.Nama Lokal :Sulawesi : Ngkonau (Kaili), Saguer (Minahasa, Sulawesi Utara)

3.Nama Resmi :Diospyros celebica BakhNama Lokal :Eben, ebon, kayu hitam, kayu arang (Sulawesi Tengah).

4.Nama Resmi :Dillenia serrata Hoogl.Nama Lokal :Dengen bolusu, dengilo, dongi-dongi (Uma, Napu)

5.Nama Resmi :Durio zibethinus Merr.Nama Lokal :Durian

BAB VIPENUTUP

VI.1 KesimpulanKesimpulan dari hasil penelitian ini adalah anak-anak sekolah dasar SDN Model Terpadu Madani belum mengetahui dan mengenal UPT. Sumber Daya Hayati Palu sebagai tempat pelestarian keanekaragaman hayati Sulawesi.

VI.2 SaranPengenalan dan pemanfaatan UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi Tengah sangat baik bagi model pembelajaran bagi anak-anak sekolah dasar baik secara langsung maupun praktik, oleh sebab itu pengenalan dan pemanfaatan ini, perlu diadakan dan dijadwalkan dengan baik agar anak-anak sekolah dasar lainnya dapat mengenal dan mengetahui UPT. SUmber Daya Hayati Palu sebagai tempat pelestarian Tumbuhan dan Hewan khususnya yang berada disulawesi.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiawan, 1990, Diakses dari http://ardiawan-1990.blogspot.com/2010/10 koleksi-membuat-herbarium.html. Pada tangga 07 April 2013.Djarwaningsih, Tutie, dkk., 2002, Panduan Pengolahan dan Pengelolaan Material Herbarium serta Pengendalian Hama Terpadu Di Herbarium Bogoriense, Puslit Biologi LIPI, Bogor.Kessler et.al., 2002, Checklist Of Woody Plants of Sulawesi, Indonesia, Blumea Suplement 14 : 1-160.Mittermeier et al., 1999, Hotspot. Earths Biologically Richest and Most Endangered Terresterial Ecoregions, CEMEX, S.A. Mexico City. Printed in Japan. By Toppan Company.Mogea, J.P., 2002, Preliminary Studi On the Palm Flora of the Lore Lindu National Park, Central Sulawesi, Indonesia, Biotropia No. 18 : 120.Pitopang, R., dkk., 2012, Ten years of the Herbarium Celebense (CEB) Tadulako University, Proc Soc Indon Biodiv Intl Conf, vol.1, pp. 244-249.Pitopang R., dkk., 2011, Profil Herbarium Celebense Universitas Tadulako dan Deskripsi 100 Jenis Pohon Khas Sulawesi, UNTAD-Press, Palu.Ramadhanil Pitopang, 2006, Structure and Composition os Six Land Use Types Differing in Use Intensity in the Lore Lindu National Park National Park, Central Sulawesi, Indonesia. PhD Disertation, Post Graduate Program, Bogor Agricultural University, Bogor.Thomas and Schuiteman, 2002, Orchids of Sulawesi and Maluku : A Preliminary Cataloque. Linleyana 17(1) : 1-72.2002.Van Balgooy et al. 1996, Phytogeography of the Pasificfloristicand historical distribution pattern plant. In The Origin and evolution of pacific island biotas. New Guineato eastern Polynesia ; pattrn and process, Pp. 191-213, Edited by Keast A, Miller SA, SPB Acadmic Publishing bv. Amsterdam.Wibowo, A., et Muhammad Abdullah, 2007, Desain XML Sebagai Mekanisme Petukaran Data Dalam Herbarium Virtual, Jurnal Matematika Vol. 10, No.2, Agustus 2007:51-55 , ISSN: 1410-8518.Whitten et al., 1987, The Ecology of Sulawesi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

LAMPIRAN

Gambar 1. Penerimaan Materi Oleh Kepala UPT. SDHS

Gambar 2. Pengenalan Keanekaragaman Hewani kepada Anak Sekolah Dasar

Gambar 3. Pengenalan Keanekaragaman Tumbuhan dan Hewani pada Anak Sekolah Dasar

Gambar 4. Pengenalan Keanekaragaman Hewani pada Anak Sekolah Dasar

Gambar 5. Kunjungan Anak Sekolah Dasar di UPT. Sumber Daya Hayati Sulawesi2