Upload
adie-brian
View
215
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan
yang cukup dominan dan perlu mendapatkan perhatian, sebab angka prevalensi yang
tinggi dan juga karena akibat jangka panjang yang ditimbulkan mempunyai
konsekuensi tertentu. Penyakit hipertensi seringkali tidak mempunyai tanda atau
gejala atau sering juga disebut “silent killer” atau penyakit yang membunuh secara
diam-diam atau terselubung. Masyarakat tidak menyadari kalau mereka menderita
hipertensi sampai terjadi gangguan pada jantung , otak atau ginjal (Susalit, 2001).
Belakangan ini semakin berkembang produk-produk suplemen oral dan
enteral yang bisa dibeli di toko-toko kesehatan (healt stroke) atau melalui multilevel
marketing. Suplemen tersebut adalah (1) karbohidrat, misalnya suplemen glukosa,
fruktosa; (2) protein, misalnya, suplemen asam amino esensial atau asam amino
dalam siklus Krebs seperti ornitin, ornitin, arganin serta sitrulin; (3) lemak, misalnya,
suplemen asam lemak omega-3 atau asam gama-lenolenat; (4) vitamin serta mineral
yang bersifat antioksidan,misalnya suplemen kombinasi beta-karoten, vitamin E, C,
seng serta selenium; dan bahkan (5) sera makanan (dietary fiber), misalnya apple
pectin serta psyllium (Sediaoetama, 2004).
Dalam masyarakat luas, produk suplemen makanan di atas kadang-kadang
secara keliru dan berlebihan diiklankan sebagai obat yang dapat menyembuhkan
berbagai penyakit. Kini semakin banyak orang dalam masyarakat modern yang
mengkonsumsi produk suplemen makanan bila dibandingkan satu atau dua dasawarsa
sebelumnya. Kenyataan ini mungkin berkaitan pula dengan publikasi hasil-hasil
penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa makanan sesungguhnya mempunyai
peranan yang penting dalam pencegahan dan pengobatan sejumlah penyakit,
khususnya penyaki-penyakit degeneratife, metabolic, vaskuler serta jenis-jenis kanker
tertentu yang insidensinya sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas
| 1
semakin meningkat dalam masyarakat modern. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa
perbaikkan diet khususnya penurunan asupan lemak serta peningkatan konsumsi buah
serta sayur-sayuran merupakan cara yang paling efektif untuk memperbaiki kesehatan
dan mengurangi risiko penyakit. Dan bagi mereka yang tidak suka makanan sayuran
dan buah, suplemen di atas kemudian dijadikan pengganti (Sediaoetama, 2004).
Teori yang sejalan antara lain, Dr. Yekti Susilo (2014), pada umumnya orang
yang menyukai makanan asin dan gurih, terutama makanan-makanan cepat saji yang
banyak mengandung lemak jenuh serta garam dengan kadar tinggi. Mereka yang
senang makan-makanan asin dan gurih berpeluang besar terkena hipertensi.
Kandungan Na (Natrium) dalam garam yang berlebihan dapat menahan air (retensi)
sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja keras
memompa darah dan tekanan darah menjadi naik.
Selain itu pola gaya hidup seseorang, mempunyai peranan yang sangat
penting dalam terjadinya penyakit hipertensi. Faktor ketidakseimbangan makanan,
baik kualitas maupun kuantitasnya akibat gaya hidup seseorang merupakan faktor
terjadinya resiko penyakit degeneratif termasuk hipertensi. Pola konsumsi yang salah
seperti banyak makan dengan pemilihan menu makan yang banyak mengandung
lemak, kolesterol hal itu merupakan kebiasaan yang buruk dilakukan di rumah,
restoran, pertemuan-pertemuan, maupun di pesta. Perilaku demikian dapat berakibat
terjadinya penumpukan lemak tubuh yang merupakan faktor risiko terjadinya
hipertensi (Nurochmah, 2001).
Seiring dengan perubahan zaman, terjadi transisi epidemologis dari penyakit
infeksi dan parasit menuju ke penyakit degeneratif. Peningkatan insiden penyakit
sistem sirkulasi memunculkan dugaan bahwa bukan tidak mungkin suatu saat di
Indonesia, penyakit sistem sirkulasi menduduki tempat pertama penyebab kematian
umum menurut pola penyakit utama, menggantikan posisi penyakit infeksi dan
parasit (Raflizar, 2000).
Di negara berkembang, salah satunya Negara Indonesia walaupun penyakit
hipertensi merupakan penyakit yang dikenal luas dikalangan masyarakat umum,
| 2
namun kurang dipahami, dan penderita cenderung mengabaikan faktor resiko yang
ditimbulkan. Penyakit hipertensi seringkali tidak mempunyai tanda atau gejala atau
sering juga disebut “silent killer” atau penyakit yang membunuh secara diam-diam
atau terselubung. Masyarakat tidak menyadari kalau mereka menderita hipertensi
sampai terjadi gangguan pada jantung , otak atau ginjal (Susalit, 2001).
Data Joint National Committee on Prevention detection, Evaluation, and
Treatment on High Blood Pressure 7 (JNC 7) mengungkap, penderita hipertensi di
seluruh dunia mendekati angka 1 miliar. Artinya, 1 dari 4 orang dewasa menderita
tekanan darah tinggi. Lebih dari separuh atau sekitar 600 juta penderita, tersebar di
Negara berkembang, termasuk Negara Indonesia. Angka ini menunjukkan, hipertensi
bukan hanya masalah Negara-negara maju. Banyaknya penderita hipertensi
diperkirakan sebesar 15 juta bangsa Indonesia tetapi hanya 4% yang controlled
hypertension. Yang dimaksud dengan hipertensi terekendali adalah mereka yang
menderita hipertensi dan tahu bahwa mereka menderita hipertensi dan sedang berobat
untuk itu (Bustan, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan
yang cukup dominan dan perlu mendapatkan perhatian, sebab angka prevalensi yang
tinggi dan juga karena akibat jangka panjang yang ditimbulkan mempunyai
konsekuensi tertentu (Soeparman, 2001).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi hipertensi di
Indonesia adalah 8.3% (pengkuran standart WHO yaitu pada batas tekanan darah
normal 160/90 mmHg). Pada tahun 2000 prevalensi penderita hipertensi di indonesia
mencapai 21% (pengukuran standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal
139 / 89 mmHg). Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat menjadi 37 % pada
tahun 2015 dan menjadi 42 % pada tahun 2025 (Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT), 1995).
Menurut data yang diperoleh dari dinas kesehatan kota bandar lampung jumlah
penderita hipertensi tahun 2013 sebanyak 28.681 jiwa, sedangkan tahun 2014
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebanyak 30.173 penderita
| 3
hipertensi, dan terbanyak di puskesmas olak kemang dengan jumlah penderita ditahun
2014 sebanyak 3.827 penderita. Kemudian disusul puskesmas Rawa Sari dengan
jumlah penderita 3.740 jiwa per tahun ( Dinkes Kota bandar lampung, ).
Berdasarkan survei awal pada bulan Maret di puskesmas kedaton, hipertensi
menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbesar, Sejak tahun 2013 penderita
hipertensi yang berobat berjumlah 3.574 penderita. Dan Pada tahun 2014 mengalami
peningkatan, penderita hipertensi yang berobat berjumlah 3.827 penderitan, tetapi
pada awal penderita hipertensi yang berkunjung mengalami peningkatan
( Puskesmas Kedaton, ).
Berdasarkan pengamatan peneliti telah banyak upaya-upaya yang dilakukan
oleh Puskesmas Kedaton, pada kenyataannya masih ditemukan masalah yang
berkaitan dengan konsumsi makanan atau nutrisi yang tidak sesuai dengan program
diet yang ditetapkan, yaitu program diet "rendah garam dan pembatasan lemak".
Maka berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang
adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Diet Hipertensi Pada
Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Tahun 2015.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya “Apakah
Ada Hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan diet hipertensi pada lansia”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan Tingkat pengetahuan keluarga dengan diet
hipertensi pada lansia di wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Tahun 2015 .
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan keluarga dengan diet hipertensi pada
lansia di wilayah kerja puskesmas Kedaton .
| 4
b. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan diet hipertensi pada
lansia di wilayah kerja puskesmas Kedaton .
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota bandar lampung
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka
meningkatkan upaya-upaya pencegahan terhadap penderita hipertensi berdasarkan
pertimbagan, perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan evaluasi.
2. Bagi Puskesmas Kedaton
Di harapkan menambah informasi dan masukan bagi petugas kesehatan
khususnya di puskesmas Kedaton kota bandar lampung agar dapat
meningkatkan upaya pemulihan bagi penderita hipertensi.
3. Bagi institusi pendidikan
Untuk menambah referensi perpustakaan dan wawasan mahasiswa universitas
malahayati jurusan keperawatan tentang hubungan tingkat pengetahuan keluarga
dengan diet hipertensi pada lansia.
4. Bagi Penderita Hipertensi
Informasi bagi responden tentang kondisi saat ini dan sebagai upaya pencegahan
terhadap komplikasi yang mungkin terjadi jika mengetahui bahwa peningkatan
tekanan darah dipengaruhi oleh banyak faktor.
5. Bagi Peneliti Lain
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sebagai acuan untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
E. Ruang lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Kuantitatif dengan desain Cross
Sectional untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Diet
Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Tahun 2015 2015.
Pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi. Pengambilan sampel
| 5
ini dilakukan dengan tekhnik Accidental sampling (dilakukan dengan mengambil
kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan
konteks penelitian). Penelitian ini akan dilakukan pada tahun yang bertempatan di
wilayah kerja puskesmas Kedaton Kota bandar lampung.
| 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORITIS
1. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertetensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung
koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan /left ventricle
hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke,
hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi
(Bustan, 2007).
Hipertensi adalah faktor penyebab timbulnya penyakit berat seperti serangan
jantung, gagal ginjal, dan stroke. Apalagi di masa sekarang ini, pola makan
masyarakat Indonesia yang sangat menyukai makanan berlemak dan yang berasa asin
atau gurih, terutama makanan cepat saji yang memicu timbulnya kolesterol tinggi.
Kolesterol tinggi juga sering dituduh sebagai penyebab utama penyakit hipertensi di
samping karena adanya faktor keturunan (Yekti Susilo, 2011).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita masyarakat.
Hingga saat ini, penderitanya di dunia hampir mencapai 1 miliar orang. Umumnya
mereka yang menderita penyakit ini tidak menyadari kondisi penyakitnya (Budi
Sutomo, 2009).
WHO, (2009) menggolongkan hipertensi berdasarkan usia, penggolongannya
adalah :
1) Kelompok usia 20 - 29 tahun, tekanan darah >150/90 mm Hg,
2) Kleompok usia 30 – 64 tahun, tekanan darah 160/95 mm Hgm,
3) Kelompok usia > 65 tahun, tekanan darah > 170/95 mm Hg.
Data Joint National Committee on Prevention detection, Evaluation, and
Treatment on High Blood Pressure 7 mengungkap, penderita hipertensi di seluruh
| 7
dunia mendekati angka 1 miliar. Artinya, 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan
darah tinggi. Lebih dari separuh atau sekitar 600 juta penderita, tersebar di Negara
berkembang, termasuk Negara Indonesia. Angka ini menunjukkan, hipertensi bukan
hanya masalah Negara-negara maju.
Data WHO menyebutkan, dari setengah penderita hipertensi yang diketahui
hanya seperempatnya (25%) yang mendapat pengobatan. Sementara hipertensi yang
diobati dengan baik dengan hanya 12,5 persen. Padahal, hipertensi menyebabkan
rusaknya organ-organ tubuh seperti ginjal, jantung, hati, mata kelumpuhan organ-
organ gerak.
Hipertensi baru bias diketahui dari hasil pengukuran tekanan darah. Tekanan
darah dinyatakandalam dua angka, yaitu sistolik dan diastolic. Angka sistolik (atas)
menggambarkan tekanan dalam pembuluh darah arteri saat jantung berkontraksi dan
memompa darah ke dalam aorta, sedangkan angka diastolic (bawah) menunjukkan
tekanan dalam pembuluh darah saat jantung istirahat di antara dua denyutan dan terisi
darah. Pencatatan hasil pengukuran tekanan darah angka sistolik di atas angka
diastolic. Tekanan darah normal bila angka sistolik kurang dari 120 mmHg dan angka
diastolic di bawah 80 mmHg (Budi Sutomo, 2009).
Hipertensi diklasifikasikan dalam beberapa kategori. World Health
Organization (1991-1999) mengklasifikasikan hipertensi menjadi 3 kelompok, yakni
hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat. Karena ketiga kelompok
tersebut memiliki risiko komplikasi sama besar, maka kategori WHO tidak lagi
digunakan. panduan tentang hipertensi didasarkan pada criteria Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment 7 (JNC 7)
| 8
Table 1. Klasifikasi JNC 7 (2004)
Kategori Tekanan Darah (mmHg)
Optimal
Normal
Borderline
Hipertensi
Stadium 1
Stadium 2
Stadium 3
<120/80
120-129/80-84
130-139/85-89
≥140/90
140-159/90-99
160-179/100-109
≥180/110
Sumber : Joint National Committee on Prevention detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure 7.
JNC mengeluarkan klasifikasi terbaru JNC 7 di tahun 2004 yang saat ini
digunakan di Amerika serikat. Kategorinya lebih dipersempit dan dimasukkan satu
kategori baru, yaitu prehipertensi. Tekanan darah dengan sistolik 120-139 mmHg dan
diastolic 80-89 mmHg digolongkan prehipertensi. Seseorang yang masuk dalam
kategori ini belum termasuk hipertensi. Klasifikasi ini menunjukkan seseorang
berisiko tinggi menjadi penderita hipertensi. Prehipertensi merupakan peringatan agar
calon penderita hipertensi segera mengubah gaya hidup agar tekanan darah menurun
sehingga perkembangan penyakit bisa di cegah atau diperlambat
b. Penyebab Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.
Peda kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial aatu
hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat dikontrol. Kelompok lain dari
populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal
sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun
| 9
eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada
pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Depkes RI,2006).
Menurut Prof. Dr. Kebo (2008), 95% penderita hipertensi tergolong yang
primer.
1) Yang tidak jelas penyebabnya, penyebab hipertensi primer (esensial) sampai saat ini
masih spekulatif, termasuk di dalamnya adalah :
1) Aktifitas saraf simpatis yang berlebihan,
2) Obesitas (kegemukan),
3) Makan tinggi garam (termasuk mono-sodium glumate),
4) Makanan yang diawetkan,
5) Stress,
6) Rokok, kopi, dan minuman berakohol,
7) Makanan yang bersifat panas, seperti daging kambing dan durian,
8) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh, kolesterol tinggi,
9) Kehidupan sedentary (kurang bergerak),
10) Faktor genetis (riwayat keluarga) dan usia.
Faktor genetik dan usia tidak bias diubah, sedangkan faktor lainnya dapat
diubah. Penyakit ini menyebabkan jantung koroner dan stroke.
2) Yang diketahui penyebabnya, atau yang disebut hipertensi primer. Penyebeb
hipertensi sekunder, antara lain penyakit ginjal, tumor kelenjar suprarenalis, kelainan
hormonal, atau pembuluh darah. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi
adalah hipertensia esensial, penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan
kependerita hipertensi esensial.
Menurut Dr. Yekti Susilo dan Ari Wulandari (2011) yang menyebakan
terjadinya hipertensi secara umum. Salah satu saja mengenai tubuh kita maka dengan
mudah kita akan menderita hipertensi, yaitu :
a) Toksin
Toksin adalah zat-zat sisa pembuangan yang seharusnya dibuang karena bersifat
racun. Dalam keadaan biasa, hati kita akan mengeluarkan sisa-sisa pembuangan
| 10
melalui saluran usus dan kulit. Sementara ginjal mengeluarkan sisa-sisa pembuangan
melalui saluran kencing atau kantong kencing. Penyakit yang paling biasa diderita
akibat penumpukan toksin dalam tubuh adalh filek, flu, dan bronchitis. Penumpukan
toksin pada bagian yang berlainan pada tubuh akan menyebabkan penyakit-penyakit
yang berbeda-beda, termasuk hipertensi. Hal tesebut menyebabkan pembesaran
jantung dan selanjutnya mengakibatkan penyakit jantung. Sementara itu, tekanan
yang dilakukan terhadap saluran darah akan mengakibatkan tekanan darah tinggi.
b) Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut
mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi
mempunyai risiko dua kalilebih besar untuk menderita hipertensi dari pada individu
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Ada baiknya kita mulai
sekarang kita memeriksa riwayat kesehatan keluarga sehingga kita dapat melakukan
antisipasi dan pencegahan.
c) Umur
Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan betambahnya umur
seseorang. Individu yang berumur di atas 60 athu, 50-60% mempunyai tekanan darah
lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi
yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
d) Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda. Demikian
juga pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan dengan hipertensi, laki-laki mempunyai
risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai
risiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskiluer.
Sedangkan pada perempuan, biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka
sudah berumur di atas 50 tahun. Sangatlah penting bagi kita untuk menjaga kesehatan
sejak dini. Terutama mereka yang memiliki sejarah keluarga terkena penyakit.
e) Etnis
| 11
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang kulit hitam dari pada yang berkulit putih.
Belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi pada orang kuli hitam ditemukan
kadar rennin yang lbih rendah dan sensitivitas terhadap vasopressin yang lebih besar.
b) Stress
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Stres merupakan respon tubuh
yang sifatnya non- spesifik terhadap setiap tuntunan beban atasnya. Terdapat
beberapa jenis penyakit yang berhubungan dengan stres yang dialami seseorang,
diantaranya hipertensi atau peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Stres yang dialami seseorang akan
membangkitkan saraf simpatetis yang akan memicu kerja jantung dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, bagi mereka yang sudah memiliki
riwayat sejarah kesehatan penderita hipertensi, disarankan untuk berlatih
mengendalikan stres dalam hidupnya.
c) Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
timbulnya berbagai macam penyakit berat, salah satunya hipertensi. Penelitian
epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan tekanan
darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Yang sangat mempengaruhi
tekanan darah adalah kegemukkan pada tubuh bagian atas dengan peningkatan
jumlah lemak pada bagian perut atau kegemukan terpusat (obesitas sentral).
d) Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi primer. Asupan garam tinggi
akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara
tidak langsung akan menigkatkan tekanan darah. Asupan garam tinggi dapat
menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14 gram
per hari atau jika dikonversi ke dalam takaran sendok makan adalah lebih dari 2
sendok makan. Bukan berarti kita makan garam 2 sendok makan setiap hari tetapi
| 12
garam tersebut terdapat dalm makanan-makanan asin atau gurih yang kita makan
setiap hari.
e) Merokok
Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan dalm upaya
melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara
umum di Indonesia.
f) Narkoba
Mengkonsumsi narkoba jelas tidak sehat. Karena narkoba tidak ada sedikitpun
kebaikannya. Penyakit kecanduan narkoba kelihatannya sepele tetapi sangat
mematikan. Efek buruk yang ditimbulkannya sangatlah besar. Itulah sebabnya
mendeteksi keberadaan hipertensi sejak dini sangat diperlukan. Tentu saja juga harus
diimbangi dengan pola hidup sehat.
g) Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu tekanan darah seseorang.
Menghentikan kebiasaan mengkonsumsi alkohol sangatlah baik, tidak hanya bagi
hipertensi kita tetapi juga untuk kesehatan kita secara keseluruhan.
h) Kafein
Kandungan kafein selain tidak baik pada tekanan darah dalam jangka panjang, pada
orang-orang tertentu juga menimbulkan juga menimbulkan efek yang tidak seperti
tidak bisa tidur, jantung berdebar-debar, sesak nafas, dan lain-lain.
i) Kurang Olahraga
Dengana adanya kesibukan yang luar biasa, manusia pun merasa tidak punya waktu
lagi untuk berolahraga. Akibatnya, kita menjadi kurang gerak dan kurang olahraga.
Kondisi inilah yang memicu kolesterol tinggi dan juga adanya tekanan darah yang
terus menguat sehingga memunculkan hipertensi.
j) Kolesterol Tinggi
Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan timbunan
kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah
menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.
| 13
c. Patofisiologi
Dimulai dengan atheroklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah peripher
yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah disertai
dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat
gangguan peredaran darah peripher. Kekakuan dan kelambanan aliran darah
menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan
peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan
tekanan darah dalm sistem sirkulasi (Bustan, 2007).
d. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan
mempecepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ
tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah
faktor risiko utama untuk penyakit serebrovaskuler (stroke, transient ischemic
attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan
atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor risiko
kardiovaskularlain, maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat
gangguan kardiovaskulernya tersebut. Menurut studi Framingham, pasien dengan
hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang bermakna untuk penyakit koroner,
stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung (Depkes RI, 2006).
| 14
Tabel 2. Faktor-faktor Risiko kardiovaskular menurut Departemen Kesehatan RI, 2006 adalah :
Sumber : faktor-faktor risiko kardiovaskular menurut Depkes RI, 2006.
2. Diet Hipertensi
a. pengertian
Diet hipertensi merupakan pengurangan konsumsi natrium, tinggi serat,
kolesterol, agar penurunan tekanan darah lebih optimal. Yang dimaksud diet ini
adalah memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan produk susu
| 15
faktor risiko mayor hipertensi merokok obesitas (BMI = 30) immobilitas dislipidemia diabetes mellitusmikroalbuminura atau perkiraan GFR<60 ml/min umur (>55 tahun untuk laki-laki, >65 tahun untuk perempuan)Riwayat keluarga untuk penyakit kardiovaskular prematur (laki-laki <55 tahun atau perempuan <65 tahun)
Kerusakan organ targetJantung : Left ventricular hypertrophy Angina atau sudah pernah infark miokard Sudah pernah revaskularisasi koroner Gagal jantungOtak : stroke atau TIAPenyakit ginjal kronisPenyakit arteri periferRetinopathy
BMI = Body Mass Index; GFR = Glomerular Filtration Rate; TIA = Transient Ischemic Attack.
rendah lemak untuk menurunkan tekanan darah. Makanan yang dikonsumsi pun lebih
kaya serat dan mineral yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah (kalium,
magnesium, dan kalsium). Kalium bekerja mengatur keseimbangan jumlah natrium
dalm sel. Kalsium dan magnesium bermanfaat secara tidak langsung untuk membantu
mengendalikan hipertensi (Budi Sutomo, 2009).
Menurut Ir. Padmiarso M. Wijoyo untuk mencegah hipertensi yang perlu
dilakukan adalah melalui pengontrolan gaya hidup, antara lain :
1. Mengatur pola makan
Perbanyaklah minum air putih. Cara makan yang baik adalah sedikit-sedikit tapi
sering, bukan makanan banyak tetapi jarang. Kandungan zat dalam menu makanan
juga harus diperhatikan, meliputi :
a) Diet rendah garam
Asupan garam yang diperlukan pada orang sehat sekitar 3-5 gram (setara 1
sendok the) per hari. Jika tubuh banyak berkeringat, sering buang air kecil serta diare,
memerlukan asupan garam yang lebih. Kelbihan garam dapat menyebabkan
hipertensi, risiko dehidrasi dank ram, darah mengental (penyebab penyakit jantung
dan stroke), mengikat cairan yang banyak serta dapat mengendap di pergelangan kaki
dan daerah tengah tubuh.
Diet rendah garam diperlukan terutama pada orang yang punya potensi tinggi
hipertensi, dapat dilakukan dengan cara:
1) Gunakan garam sebagai bumbu masakan secukupnya saja, perbanyak rempah dan
kurangi garam.
2) Jangan menambah garam pada hidangan yang siap santap. Jauhakn garam dari meja
makan.
3) Kurangai minuman bersoda, minuman kaleng dan botol. Minuman bersoda dan
pengawet banyak mengandung sodium (Natrium).
4) Kurangi makan daging, ikan, kerang, kepiting, dan susu, camilan/snack yang asin
dan gurih.
| 16
5) Hindari makan makanan ikan asin, telur asin, otak, vetsin (monosodium
glutamate/MSG), soda kue, jeroan, sarden, udang, dan cumi-cumi.
6) Konsumsi makanan yang dianjurkan, seperti sayuran segar, buah segar, tempe, tahu,
kacang-kacangan, ayam, dan telur.
b) Diet rendah kolesterol
Makanan yang dimakan sebaiknya mengadung lemak jahat seperti kolesterol
(menerunkan HDL). Diet rendah kolesterol dapat dilakukan dengan cara:
1) Kurangi makan makanan yang mengandung gula murni, daging, ayam, kuning telur,
dan sarden.
2) Hindari makan makanan seafood, otak, jeroan, lemak hewani, mentega, susu full
cream.
3) Makanan yang dianjurkan meliputi sayuran, buah, minyak nabati (kecuali minyak
kelapa), putih telur, iakn, kacang - vkacangan dan minyak zaitun. Jika sudah
mencapai berat badan ideal, jangan melakukan diet terlalu keras. Imbangi dengan
pola makan sehat, mengandung sumber energy, pembangun tubuh, pelindung serta
pengatur tubuh. Sumber energi ideal adalah 12-15% lemak dan 50-60% karbohidrat.
3. Konsep Lansia
1. Pengertian
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No23 Tahun 1992 tentang
kesehata).Pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun1998 tentang lansia sebagai berikut :
a) Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
b) Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
c) Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.
| 17
2. Batasan Lansia
a) Pra Usia Lanjut (presenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b) Usia lanjut
Seorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahap perkembangan
masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun keatas). Sedangkan lanjut usia
adalah sudah berumur atau tua.
c) Usia Lanjut Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan.
d) Usia Lanjut Potensial
Usia lanjur yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa.
e) Usia Lanjut Tidak Potensial
Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain.
3. Proses Menua
Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak
dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses
menghilangnya sacara perlahan-lahan kemampuan jarinagan untuk memperbaiki diri
ayau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secra normal, kethanan
terhadap injury termasuk adanya infeksi (constantinedes, 1994). Proses penuaan
sudah mulai berlangsung sejak seorang mencapai dewasa,misalnya dengan terjadinya
kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh 'mati'
sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada usia berapa
kondisi kesehatan seseorang memulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi
| 18
fisiologis alat tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi
tersebut maupun saat menurunnya. Umumnya fungsi pisiologis tubuh hal. Pencapai
puncakna pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan
berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi
sedikit sesuai bertambahnya usia (mubarak, 2009 : 146).
4. Teori penuaan
a. Teori Biologis
pada tahun 1993, Mary. Ann Christ et al. (lihat Hardywinoto dan Toni
Setiabudi, 1999) menyatakan bahwa penuaan merupaaln proses berangsur-angsur
yang mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan yang
berakhir dengan kematian, Penuaan juga menyangkut perubahan struktur sel, akibat
interaksi sel dengan Iingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan
generatif. Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan
ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan ynng timbul akibat penyebab di dalam sel
sendiri, sedang teori ekstrinsik menjelasktrn bahwa perubahan yang terjadi
diakibatkan pengaruh lingkungan, Penuaan menurut teori biologis di antaranya adalah
sebagai berikut.(mubarak, 2009)
1) Teori Genetik Clock
Meurut teori ini menua telah terpogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu.
Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar
menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan
replikasi tersebut. Jadi, menurut konsep ini bila jam kita ini berhenti kita akan
meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan. lingkungan atau penyakit.
Secara teoretis dapat dimungkinkan memutar jam ini lagi meski hanya beberapa
waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa Peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dengan obat-obatan, atau dengan tindakan tertentu.
2) Teori Mutiisi Somatik (Error Catastrophe Theory)
| 19
Menurut teori ini penuaan disebabkan oleh kesalahan yang beruntun dalarn jangka
waktu lama melalui trankripsi dan translasi. Kesalahan tersebut menyebabkan
terbentuknya enzim yang salah dan berakibat pada metabolisme yang salah, sehingga
mengurangi fungsional sel. Meskipun dalam batas-batas tertentu, kesalahan dalam
pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan memperbaiki diri terbatas
pada transkripsi, yang tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim,
sehingga menimbulkan metabolit berbahaya. Sernakin banyak kesiilahan pada
translasi, maka kesalahan yang terjadi juga akan semakin banyak.
3) Teori Autoimun ( Auto Immune theory)
Menurut teori ini proses metaboiisme tubuh suatu saat akan memproduksi zat khusus.
Ada jaringan tubuh terterrtu yang tidak tahan terhadap suatu zat, sehingga jaringan
tubuh rnerjadi lemah dan sakit Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang
pada usia dewasa akan berinvolusi kemudian semenjak itu terjadilah kelainan
autoimun (Godteris & Brocklehurst, 1989).
4) Teori Radikal Bebas
Menurut teori ini penuaan disebabkan adanya radikal bebas dalam tubuh. Radikal
bebas dapat terbentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
yang masuk ke dalam tubuh akan mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan
organik, seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini akan menyebabkan sel tidak
dapat beregenerasi. Radikal bebas yang ada di dalam tubuh bersifat merusak juga
dapat dinetralkan dalarn tubuh oleh enzim atau senyawa non-enzim, misalnya vitamin
C betakorotirn dan vitamin E.
5) Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh rusak.
6) Teori virus yang Perlahan-lahan Menyerang sistem kekebalan Tubuh (immunology
slow Virus Theory)
Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat dari sistem imun yang kurang efektif
seiring dengan bertambahnya usia. Masuknya virus ke dalam tubuh dapat
menyebababkan kerusakan pada organ tubuh.
| 20
7) Teori Stres
Menurut teori ini penuaan terjadi akibat hilangnya se1-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertirhankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
8) Teori Rantai Silang
Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat adanya rearksi kimia sel-sel yang tua
atau yang telah usang menghasilkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
Ikatan ini menyebabkan jarigan menjadi kurangnya elastis, kaku, dan hilangnya
fungsi.
9) Teori Program
Menurut teori ini penuaan terjadi karena kemampuan organisme untuk menetapkan
jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati
b. Teori Kejiwaan Sosial
Berikut ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung teori
kejiwaan sosial.
1) Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)
a) Teori aktivitas, menurut Hiivighusrst dan Albrecht (1953) barpendapat bahwa sangat
penting bagi lansia untuk tetap beraktivitas dan mencapai kepuasan hidup.
b) ketentuan akan meningkatnya penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini
menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut dalam
banyak kegiatan sosial.
c) Ukuran optimal (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari
usia pertengahan ke usia lanjut.
| 21
2) Teori kepribadian Berlanjut ( continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada usia lanjut. Teori ini
merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seseorang yang berusia lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe
kepribadian yang dimliki.
3) Teori Pembebasan (Disengagem ent Theory)
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah "teori
pembebasan atau disengagement theory". Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik
secara kuantitas maupun kualitas, sehingga seringg terjadi kehilangan ganda (tripple
loss). Definisi kehilangan ganda adalah sebagai berikut :
a) kehilalangan peran (loss of role).
b) Hambatan kontak sosial (restraction of contacts and relationships).
c) Berkurang nl,a komitmen (social mores and values).
c. Teori Psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah satu
teori yang ada. Teori tugas perkembangan yang diungkapkan oleh Hanghurst (1972)
adalah bahwa setiap individu harus meperhatikan tugas perkembangan yang spesifik
pada tiap tahap kehidupan yang akan meniberikan Perasaan bahagia dan sukses.
Tugas perkembangan yang spesifik ini bergantug pada maturasi fisik, pengharapan
kultural, masyarakat, nilai aspirasi individu. Tugas perkembangan pada dewasa tua
meliputi: penerimaan adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan
masa pension dan penurunan pendapatan, respons penerimaan adanya kematian
pasangan atau orang-orang yang berarti bagi dirinya, mempertahankan hubungan
dengan kelompok yang sesuai, adopsi dan adaptasi dengan peran sosial secara
fleksibel, serta mempertahankan kehidupan secara memuaskan. (chayatin, 2009 :
148)
| 22
d. Teori Kesalahan Genetik
Menutut dr. Afgel bahwa proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel
genetik DNA di mana sel genetik memperbanyak diri (ada yang memperbanyak diri
sebelum pembelahan sel), sehingga mengakibiitkan kesalahan-kesalahan yang
berakibat pula pada terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga
mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak
menjadi tua. (chayatin, 2009 : 148)
e. Teori Rusaknya Sistem lmun Tubuh
Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem imun
untuk mengenali dirinya berkurang (self recognitlon), sehingga mengakibatkan
kelainan pada sel karena dianggap sel asing yang membuat hancurnya kekebalan
tubuh. Inilah yang disebut dengan peristiwa autoimun.
f. Teori Penuaan Akibat Metabolisme
Teori penuaan akibat metabolisme menjelaskan bagaimana proses menua
terjadi.
1) Datang dengan sendirinya, merupakan "karunia' yang tidak bisa dihindari/ditolak.
2) Usaha dalam memperlambat menjadi awet tua.
3) WHO (1982) usia lanjut yang berguna, bahagia, dan sejahtera (Mubarak,
2009 :149 ).
5. Perubahan yang terjadi pada lansia
a. Perubahan Kondisi Fisik
Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi: perubahan dari tingkat sel
sampai ke semua sistem organ tubuh, di antaranya sistem pernapasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskular, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen.
Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia di antaranya
lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental akut, nyeri pada dada, berdebar-
debar, sesak napas pada saat melakukan aktivitas atau kerja fisik, pembengkakan
pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur,
| 23
sering pusing, berat badan mednuruun, gangguan pada fungsi penglihatan,
pendengaran, dan sulit menahan kencing.
b. Perubahan Kondisi Mental
Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
perubahan- perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik,
keadaan kesehatan tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan situasi lingkungan.
Intelegensi diduga secara umum makin mundur terutama faktor penolakan abstrak,
mului lupa terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian masalalu dari segi
mental dan emosional sering muncur perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak
aman dan cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya
suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya
Perasaan kurang mampu untuk mandiri serta cenderung bersifat introvert.
c. Perubahan Psikososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan ini
sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Orang
yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja, mendadak dihadapkan untuk
menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun.
Perubahan psikososial yang lain adalah merasakan atau sirdar akan kematian,
perubahan cara hidup mernasuki rumah perawatan, penghasilan menurun, biaya
hidup meningkat, tambahan biaya pengobatan penyakit kronis, ketidak mampuan,
kesepian akibat pengasingan diri dari lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan
teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri,
serta kematian pasangan hidup.
Perubahan yang menjadikan dalam kehidupan akan membuat mereka merasa
kurang melakukan kegiatan yang berguna, perubahan yang mereka alami di antaranya
adalah sebagai berikut :
1) Minat. Pada umumnya pada masa usia lanjut minat seseorang akan berubah dalam
kuantitas maupun kualitasnya. Lazimnya minat dalam aktivitas fisik cenderung
menurun dengan bertambahnya usia. Perubahan minat pada lansia jelas berhubungan
| 24
dengan menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosia1.
2) Isolasi dan kesepian. Banyak faktor bergabung, sehingga nrembuat orang berusia
lanjut terisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti
aktivitas yang melibatkan usaha. Makin menurunnya kuaalitas organ indra yang
mengakibatkan ketulian, penglihatan yang makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya
membuat lansia merasa terputus dari hubungan dengan orang-orang 1ain. Faktor lain
yang membuat isolasi semakin menjadi lebih parah adalah perubahan sosial, terutama
meregangnya ikatan kekeluargaan. Bila lansia tinggal bersama sanak saudaranya,
mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi jaraang rnenghormatinya. Lebih
sering terjadi lansia menjadi terisolasi dalam arti kata yang sebenarnya, karena ia
hidup sendiri. Semakin 1anjut usianya, kemampuan mengendalikan perasaan dengan
akal akan melemah, dan orang cenderung kurang dapat mengekang dari dalam
perilakunya. Frustrasi kecil pada tahap usia yang lebih muda tidak rnenimbulkan
masalah, pada tahap ini membangkitkan luapan emosi dan mereka mungkin bereaksi
dengan ledakan amarah atau sangat tersinggung terhadap peristiwa-peristiwa yang
menurut kita sepele.
3) Peranan iman. Menurut proses fisik dan mental, pada usia lanjut memungkinkan
orang yang suhah tuli tidak begitu membenci dan merasa khawatir dalam memandang
akhir kehidupan dibanding orang yang lebih muda. Namun demikian, hampir tidak
dapat disangkal bahwa iman yang teguh adalah senjata yang paling ampuh untuk
melawan rasa takut terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan masa di mana
kesadaran religius dibangkitkan dan diperkuat. Keyakinan iman yang menunjukkan
bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi merupakan permulaan yang baru
memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan dengan tenang dan tentram.
d. Perubahan Kognitif.
Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran pada tugas-
tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka
pendek, kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran, dan kemampuan
| 25
verbal dalarn bidang vocabulary (kosa kata) akan menetap bila tidak ada penyakit
yang meryertai.
e. Perubahan spiritual.
Perubahan yang terjadi pada aspek spiritual lansia adalah sebagai berikut.
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970).
2) Usia lanjut makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam cara
berpikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).
3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler adalah universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan
cara memberikan contoh cara mencintai dan bersikap adil.
f. Faktor yang Mempengaruhi Penuaan dan Penyakit Yang Sering Dijumpai
a. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan dan penyakit yang
sering terjadi pada lansia.
1) Hereditas atau keturunan genetik
2) Nutris atau makan
3) Status perkawinan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan dan,
6) Stres
b. Penyakit yang sering dijumpai pada usia lanjut
Menurut the tational old people’s welfare council, penyakit lansia, yaitu :
1) Depresi mental
2) Gangguan pendengaran
3) Brinkhitis kronis
4) Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan
5) Gangguan pada koksa atau sendi panggul
6) Anemia
7) Dimensia
| 26
4. Konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak ibu, adik,
kakak dan nenek (Raisner, 1980).
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen
yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 1979).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi
satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988).
b. Tipe Keluarga
Ada tipe keluarga menurut jhonson. L dan Lenny. R, 2013 yaitu:
1) Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak.
2) Keluarga conjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak
mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu dua pihak orang tua.
3) Selain itu terdapat juga keluarga luas yang tertarik atas dasar garis keturunan di atas
keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga
kakek, dan keluarga nenek.
c. Tugas keluarga
1) Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang untuk dapat mencapai tujuan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam
pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara (Freeman, 1981),
yaitu :
| 27
a) Mengenal masalah kesehatan tiap anggotanya untuk mengetahui kemampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan.
b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, sejauh
mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah
masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.
c) Memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit, cacat atau usia yang terlalu
muda, untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit.
d) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e) Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga kesehatan.
2) Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok menurut, jhonson. R dan
Lenny. L sebagai berikut :
a) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
c) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing.
d) Sosialisasi antar anggota keluarga.
e) Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f) Pengaturan jumlah anggota keluarga.
g) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
h) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
3) Fungsi keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari fungsi keluarga dapat kita lihat dan sekaligus
sudah dapat diterapkan oleh masyarakat atau kelompok keluarga. Adapun fungsi yang
dijalankan keluarga adalaha sebagai berikut :
b) Fungsi pendidikan, dilihat dari bagaimana keluarga memndidik dan menyekolahkan
anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
| 28
c) Fungsi sosialisasi, anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak
menjadi anggota masyarakat yang baik.
d) Fungsi perasaan, dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan
dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar
sesame anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
e) Fungsi perlindungan, dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi
anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
f) Fungsi agama, dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak
dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang
mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
g) Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan,
mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan keluarga.
h) Fungsi rekreatif, dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan
dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman
masing-masing, dan lainnya.
i) Fungsi biologis, dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai
generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diantara
keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga (Lenny. R, 2010
:9)
5. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan di dalam fikiran-fikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul dan
penerangan yang keliru (Soekanto, 2000 ).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu yaitu melalui panca indera
manusia, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar
| 29
pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003 ).
Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk mengubah perilaku seseorang
yang disengaja. Menurut teori Sigmund Freud, salah satu aspek perkembangan
manusia adalah perkembangan kognitif. Hal ini merujuk pada proses internal dari
produk pikiran manusia yang mengarah pada konsep mengetahui termasuk di
dalamnya semua aktifitas mental seperti mengingat, menghubungkan,
mengklasifikasi, memberi simbol, mengimajinasi, pemecahan masalah, penalaran
persepsi, berkreasi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru
(Effendi, 1998).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat
menurut Bloom cit Notoatmodjo (2003), yaitu:
a. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan dan sebagainya.
b. Paham diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi harus harus dapat
menjelaskannya.
c. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi nyata.
d. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut
dan masih terkait satu sama lain. Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
| 30
e. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi.
Pengetahuan merupakan dasar konseptual dan rasional terhadap metode pendekatan
yang dipilih untuk mencapai tujuan keperawatan yang spesifik dan tepat
(Notoatmodjo, 2003)
B. Kerangka Teori
Menurut Dr. Yekti Susilo dan Ari Wulandari (2014) yang menyebakan
terjadinya hipertensi secara umum. Salah satu saja mengenai tubuh kita maka dengan
mudah kita akan menderita hipertensi, dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini :
C. Hipotesis
Ada hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan diet hipertensi pada
lansia di wilayah Kerja Puskesmas Kedaton kota Bandar lampung
| 31