51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup dominan dan perlu mendapatkan perhatian, sebab angka prevalensi yang tinggi dan juga karena akibat jangka panjang yang ditimbulkan mempunyai konsekuensi tertentu. Penyakit hipertensi seringkali tidak mempunyai tanda atau gejala atau sering juga disebut “silent killer” atau penyakit yang membunuh secara diam-diam atau terselubung. Masyarakat tidak menyadari kalau mereka menderita hipertensi sampai terjadi gangguan pada jantung , otak atau ginjal (Susalit, 2001). Belakangan ini semakin berkembang produk-produk suplemen oral dan enteral yang bisa dibeli di toko-toko kesehatan (healt stroke) atau melalui multilevel marketing. Suplemen tersebut adalah (1) karbohidrat, misalnya suplemen glukosa, fruktosa; (2) protein, misalnya, suplemen asam amino esensial atau asam amino dalam siklus Krebs seperti ornitin, ornitin, arganin serta sitrulin; (3) lemak, misalnya, suplemen asam lemak omega-3 atau asam gama-lenolenat; (4) vitamin serta mineral yang | 1

isi.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan

yang cukup dominan dan perlu mendapatkan perhatian, sebab angka prevalensi yang

tinggi dan juga karena akibat jangka panjang yang ditimbulkan mempunyai

konsekuensi tertentu.  Penyakit hipertensi seringkali tidak mempunyai tanda atau

gejala atau sering juga disebut “silent killer” atau penyakit yang membunuh secara

diam-diam atau terselubung. Masyarakat tidak menyadari kalau mereka menderita

hipertensi sampai terjadi gangguan pada jantung , otak atau ginjal (Susalit, 2001).     

Belakangan ini semakin berkembang produk-produk suplemen  oral dan

enteral yang bisa dibeli di toko-toko kesehatan (healt stroke) atau melalui multilevel

marketing. Suplemen tersebut adalah (1) karbohidrat, misalnya suplemen glukosa,

fruktosa; (2) protein, misalnya, suplemen asam amino esensial atau asam amino

dalam siklus Krebs seperti ornitin, ornitin, arganin serta sitrulin; (3) lemak, misalnya,

suplemen asam lemak omega-3 atau asam gama-lenolenat; (4) vitamin serta mineral

yang bersifat antioksidan,misalnya suplemen kombinasi beta-karoten, vitamin E, C,

seng serta selenium; dan bahkan (5) sera makanan (dietary fiber), misalnya apple

pectin serta psyllium (Sediaoetama, 2004).

Dalam masyarakat luas, produk suplemen makanan di atas kadang-kadang

secara keliru dan berlebihan diiklankan sebagai obat yang dapat menyembuhkan

berbagai penyakit. Kini semakin banyak orang dalam masyarakat modern yang

mengkonsumsi produk suplemen makanan bila dibandingkan satu atau dua dasawarsa

sebelumnya. Kenyataan ini mungkin berkaitan pula dengan publikasi hasil-hasil

penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa makanan sesungguhnya mempunyai

peranan yang penting dalam pencegahan dan pengobatan sejumlah penyakit,

khususnya penyaki-penyakit degeneratife, metabolic, vaskuler serta jenis-jenis kanker

tertentu yang insidensinya sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas

| 1

semakin meningkat dalam masyarakat modern. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa

perbaikkan diet khususnya penurunan asupan lemak serta peningkatan konsumsi buah

serta sayur-sayuran merupakan cara yang paling efektif untuk memperbaiki kesehatan

dan mengurangi risiko penyakit. Dan bagi mereka yang tidak suka makanan sayuran

dan buah, suplemen di atas kemudian dijadikan pengganti (Sediaoetama, 2004).

Teori yang sejalan antara lain, Dr. Yekti Susilo (2014), pada umumnya orang

yang menyukai makanan asin dan gurih, terutama makanan-makanan cepat saji yang

banyak mengandung lemak jenuh serta garam dengan kadar tinggi. Mereka yang

senang makan-makanan asin dan gurih berpeluang besar terkena hipertensi.

Kandungan Na (Natrium) dalam garam yang berlebihan dapat menahan air (retensi)

sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja keras

memompa darah dan tekanan darah menjadi naik.

Selain itu pola gaya hidup seseorang, mempunyai peranan  yang sangat

penting dalam terjadinya penyakit hipertensi. Faktor ketidakseimbangan makanan,

baik kualitas maupun kuantitasnya akibat gaya hidup seseorang merupakan faktor

terjadinya resiko penyakit degeneratif termasuk hipertensi. Pola konsumsi yang salah

seperti banyak makan dengan pemilihan menu makan yang banyak mengandung

lemak, kolesterol hal itu merupakan kebiasaan yang buruk dilakukan di rumah,

restoran, pertemuan-pertemuan, maupun di pesta. Perilaku demikian dapat berakibat

terjadinya penumpukan lemak tubuh yang merupakan faktor risiko terjadinya

hipertensi (Nurochmah, 2001).

Seiring dengan perubahan zaman, terjadi transisi epidemologis dari penyakit

infeksi dan parasit menuju ke penyakit degeneratif. Peningkatan insiden penyakit

sistem sirkulasi memunculkan dugaan bahwa bukan tidak mungkin suatu saat di

Indonesia, penyakit sistem sirkulasi menduduki tempat pertama penyebab kematian

umum menurut pola penyakit utama, menggantikan posisi penyakit infeksi dan

parasit (Raflizar, 2000).

Di negara berkembang, salah satunya Negara Indonesia walaupun penyakit

hipertensi merupakan penyakit yang dikenal luas dikalangan masyarakat umum,

| 2

namun kurang dipahami, dan penderita cenderung mengabaikan faktor resiko yang

ditimbulkan. Penyakit hipertensi seringkali tidak mempunyai tanda atau gejala atau

sering juga disebut “silent killer” atau penyakit yang membunuh secara diam-diam

atau terselubung. Masyarakat tidak menyadari kalau mereka menderita hipertensi

sampai terjadi gangguan pada jantung , otak atau ginjal (Susalit, 2001).    

Data Joint National Committee on Prevention detection, Evaluation, and

Treatment on High Blood Pressure 7 (JNC 7) mengungkap, penderita hipertensi di

seluruh dunia mendekati angka 1 miliar. Artinya, 1 dari 4 orang dewasa menderita

tekanan darah tinggi. Lebih dari separuh atau sekitar 600 juta penderita, tersebar di

Negara berkembang, termasuk Negara Indonesia. Angka ini menunjukkan, hipertensi

bukan hanya masalah Negara-negara maju. Banyaknya penderita hipertensi

diperkirakan sebesar 15 juta bangsa Indonesia tetapi hanya 4% yang controlled

hypertension. Yang dimaksud dengan hipertensi terekendali adalah mereka yang

menderita hipertensi dan tahu bahwa mereka menderita hipertensi dan sedang berobat

untuk itu (Bustan, 2007).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan

yang cukup dominan dan perlu mendapatkan perhatian, sebab angka prevalensi yang

tinggi dan juga karena akibat jangka panjang yang ditimbulkan mempunyai

konsekuensi tertentu (Soeparman, 2001).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi hipertensi di

Indonesia adalah 8.3% (pengkuran standart WHO yaitu pada batas tekanan darah

normal 160/90 mmHg). Pada tahun 2000 prevalensi penderita hipertensi di indonesia

mencapai 21% (pengukuran standart Depkes yaitu pada batas tekanan darah normal

139 / 89 mmHg). Selanjutnya akan diestimasi akan meningkat menjadi 37 % pada

tahun 2015 dan menjadi 42 % pada tahun 2025 (Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT), 1995).

Menurut data yang diperoleh dari dinas kesehatan kota bandar lampung jumlah

penderita hipertensi tahun 2013 sebanyak  28.681 jiwa,  sedangkan tahun 2014

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebanyak 30.173 penderita

| 3

hipertensi, dan terbanyak di puskesmas olak kemang dengan jumlah penderita ditahun

2014 sebanyak 3.827 penderita. Kemudian disusul puskesmas Rawa Sari dengan

jumlah penderita 3.740 jiwa per tahun ( Dinkes Kota bandar lampung, ).

Berdasarkan survei awal pada bulan Maret di puskesmas kedaton, hipertensi

menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbesar, Sejak tahun 2013 penderita

hipertensi yang berobat berjumlah 3.574 penderita. Dan Pada tahun 2014 mengalami

peningkatan, penderita hipertensi yang berobat berjumlah 3.827 penderitan, tetapi

pada awal penderita hipertensi yang berkunjung mengalami peningkatan

( Puskesmas Kedaton, ).

Berdasarkan pengamatan peneliti telah banyak upaya-upaya yang dilakukan

oleh Puskesmas Kedaton, pada kenyataannya masih ditemukan masalah yang

berkaitan dengan konsumsi makanan atau nutrisi yang tidak sesuai dengan program

diet yang ditetapkan, yaitu program diet "rendah garam dan pembatasan lemak".

Maka berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang

adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Diet Hipertensi Pada

Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Tahun 2015.

B.   Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya “Apakah

Ada Hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan diet hipertensi pada lansia”

C.   Tujuan Penelitian

1.    Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan Tingkat pengetahuan keluarga dengan diet

hipertensi pada lansia di wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Tahun 2015 .

2.    Tujuan Khusus

a.    Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan keluarga dengan diet hipertensi pada

lansia di wilayah kerja puskesmas Kedaton .

| 4

b.    Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan diet hipertensi pada

lansia di wilayah kerja puskesmas Kedaton .

D.   Manfaat penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota bandar lampung

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka

meningkatkan upaya-upaya pencegahan terhadap penderita hipertensi berdasarkan

pertimbagan, perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan evaluasi.

2. Bagi Puskesmas Kedaton

Di harapkan menambah informasi dan masukan bagi petugas kesehatan

khususnya di puskesmas Kedaton  kota bandar lampung  agar dapat

meningkatkan upaya pemulihan bagi penderita hipertensi. 

3. Bagi institusi pendidikan

Untuk menambah referensi perpustakaan dan wawasan  mahasiswa universitas

malahayati jurusan keperawatan tentang hubungan tingkat pengetahuan keluarga

dengan diet hipertensi pada lansia.

4. Bagi Penderita Hipertensi

Informasi bagi responden tentang kondisi saat ini dan sebagai upaya pencegahan

terhadap komplikasi yang mungkin terjadi jika mengetahui bahwa peningkatan

tekanan darah dipengaruhi oleh banyak faktor.

5. Bagi Peneliti Lain

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sebagai acuan untuk melakukan

penelitian selanjutnya.

E.   Ruang lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Kuantitatif dengan desain Cross

Sectional untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Diet

Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedaton Tahun 2015 2015.

Pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi. Pengambilan sampel

| 5

ini dilakukan dengan tekhnik Accidental sampling (dilakukan dengan mengambil

kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan

konteks penelitian). Penelitian ini akan dilakukan pada tahun yang bertempatan di

wilayah kerja puskesmas Kedaton Kota bandar lampung.

| 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   TINJAUAN TEORITIS

1.    Hipertensi

a.    Pengertian

Hipertetensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala

yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung

koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan /left ventricle

hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke,

hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi

(Bustan, 2007).

Hipertensi adalah faktor penyebab timbulnya penyakit berat seperti serangan

jantung, gagal ginjal, dan stroke. Apalagi di masa sekarang ini, pola makan

masyarakat Indonesia yang sangat menyukai makanan berlemak dan yang berasa asin

atau gurih, terutama makanan cepat saji yang memicu timbulnya kolesterol tinggi.

Kolesterol tinggi juga sering dituduh sebagai penyebab utama penyakit hipertensi di

samping karena adanya faktor keturunan (Yekti Susilo, 2011).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita masyarakat.

Hingga saat ini, penderitanya di dunia hampir mencapai 1 miliar orang. Umumnya

mereka yang menderita penyakit ini tidak menyadari kondisi penyakitnya (Budi

Sutomo, 2009).

WHO, (2009) menggolongkan hipertensi berdasarkan usia, penggolongannya

adalah :

1)    Kelompok usia 20 - 29 tahun, tekanan darah >150/90 mm Hg,

2)    Kleompok usia 30 – 64 tahun, tekanan darah 160/95 mm Hgm,

3)    Kelompok usia > 65 tahun, tekanan darah > 170/95 mm Hg.

Data Joint National Committee on Prevention detection, Evaluation, and

Treatment on High Blood Pressure 7 mengungkap, penderita hipertensi di seluruh

| 7

dunia mendekati angka 1 miliar. Artinya, 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan

darah tinggi. Lebih dari separuh atau sekitar 600 juta penderita, tersebar di Negara

berkembang, termasuk Negara Indonesia. Angka ini menunjukkan, hipertensi bukan

hanya masalah Negara-negara maju.

Data WHO menyebutkan, dari setengah penderita hipertensi yang diketahui

hanya seperempatnya (25%) yang mendapat pengobatan. Sementara hipertensi yang

diobati dengan baik dengan hanya 12,5 persen. Padahal, hipertensi menyebabkan

rusaknya organ-organ tubuh seperti ginjal, jantung, hati, mata kelumpuhan organ-

organ gerak.

Hipertensi baru bias diketahui dari hasil pengukuran tekanan darah. Tekanan

darah dinyatakandalam dua angka, yaitu sistolik dan diastolic. Angka sistolik (atas)

menggambarkan tekanan dalam pembuluh darah arteri saat jantung berkontraksi dan

memompa darah ke dalam aorta, sedangkan angka diastolic (bawah) menunjukkan

tekanan dalam pembuluh darah saat jantung istirahat di antara dua denyutan dan terisi

darah. Pencatatan hasil pengukuran tekanan darah angka sistolik di atas angka

diastolic. Tekanan darah normal bila angka sistolik kurang dari 120 mmHg dan angka

diastolic di bawah 80 mmHg (Budi Sutomo, 2009).

Hipertensi diklasifikasikan dalam beberapa kategori. World Health

Organization (1991-1999) mengklasifikasikan hipertensi menjadi 3 kelompok, yakni

hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat. Karena ketiga kelompok

tersebut memiliki risiko komplikasi sama besar, maka kategori WHO tidak lagi

digunakan. panduan tentang hipertensi didasarkan pada criteria Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment 7 (JNC 7)

| 8

Table 1. Klasifikasi JNC 7 (2004)

Kategori Tekanan Darah (mmHg)

Optimal

Normal

Borderline

Hipertensi

Stadium 1

Stadium 2

Stadium 3

<120/80

120-129/80-84

130-139/85-89

≥140/90

140-159/90-99

160-179/100-109

≥180/110

Sumber : Joint National Committee on Prevention detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure 7.

JNC mengeluarkan klasifikasi terbaru JNC 7 di tahun 2004 yang saat ini

digunakan di Amerika serikat. Kategorinya lebih dipersempit dan dimasukkan satu

kategori baru, yaitu prehipertensi. Tekanan darah dengan sistolik 120-139 mmHg dan

diastolic 80-89 mmHg digolongkan prehipertensi. Seseorang yang masuk dalam

kategori ini belum termasuk hipertensi. Klasifikasi ini menunjukkan seseorang

berisiko tinggi menjadi penderita hipertensi. Prehipertensi merupakan peringatan agar

calon penderita hipertensi segera mengubah gaya hidup agar tekanan darah menurun

sehingga perkembangan penyakit bisa di cegah atau diperlambat

b.    Penyebab Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.

Peda kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial aatu

hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat dikontrol. Kelompok lain dari

populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal

sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun

| 9

eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada

pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Depkes RI,2006).

Menurut Prof. Dr. Kebo (2008), 95% penderita hipertensi tergolong yang

primer.

1)    Yang tidak jelas penyebabnya, penyebab hipertensi primer (esensial) sampai saat ini

masih spekulatif, termasuk di dalamnya adalah :

1)    Aktifitas saraf simpatis yang berlebihan,

2)    Obesitas (kegemukan),

3)    Makan tinggi garam (termasuk mono-sodium glumate),

4)    Makanan yang diawetkan,

5)    Stress,

6)    Rokok, kopi, dan minuman berakohol,

7)    Makanan yang bersifat panas, seperti daging kambing dan durian,

8)    Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh, kolesterol tinggi,

9)    Kehidupan sedentary (kurang bergerak),

10) Faktor genetis (riwayat keluarga) dan usia.

Faktor genetik dan usia tidak bias diubah, sedangkan faktor lainnya dapat

diubah. Penyakit ini menyebabkan jantung koroner dan stroke.

2)    Yang diketahui penyebabnya, atau yang disebut hipertensi primer. Penyebeb

hipertensi sekunder, antara lain penyakit ginjal, tumor kelenjar suprarenalis, kelainan

hormonal, atau pembuluh darah. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi

adalah hipertensia esensial, penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan

kependerita hipertensi esensial.

Menurut Dr. Yekti Susilo dan Ari Wulandari (2011) yang menyebakan

terjadinya hipertensi secara umum. Salah satu saja mengenai tubuh kita maka dengan

mudah kita akan menderita hipertensi, yaitu :

a)    Toksin

Toksin adalah zat-zat sisa pembuangan yang seharusnya dibuang karena bersifat

racun. Dalam keadaan biasa, hati kita akan mengeluarkan sisa-sisa pembuangan

| 10

melalui saluran usus dan kulit. Sementara ginjal mengeluarkan sisa-sisa pembuangan

melalui saluran kencing atau kantong kencing. Penyakit yang paling biasa diderita

akibat penumpukan toksin dalam tubuh adalh filek, flu, dan bronchitis. Penumpukan

toksin pada bagian yang berlainan pada tubuh akan menyebabkan penyakit-penyakit

yang berbeda-beda, termasuk hipertensi. Hal tesebut menyebabkan pembesaran

jantung dan selanjutnya mengakibatkan penyakit jantung. Sementara itu, tekanan

yang dilakukan terhadap saluran darah akan mengakibatkan tekanan darah tinggi.

b)    Faktor genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut

mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi

mempunyai risiko dua kalilebih besar untuk menderita hipertensi dari pada individu

yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Ada baiknya kita mulai

sekarang kita memeriksa riwayat kesehatan keluarga sehingga kita dapat melakukan

antisipasi dan pencegahan.

c)    Umur

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan betambahnya umur

seseorang. Individu yang berumur di atas 60 athu, 50-60% mempunyai tekanan darah

lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi

yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.

d)    Jenis kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda. Demikian

juga pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan dengan hipertensi, laki-laki mempunyai

risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai

risiko yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskiluer.

Sedangkan pada perempuan, biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka

sudah berumur di atas 50 tahun. Sangatlah penting bagi kita untuk menjaga kesehatan

sejak dini. Terutama mereka yang memiliki sejarah keluarga terkena penyakit.

e)    Etnis

| 11

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang kulit hitam dari pada yang berkulit putih.

Belum diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi pada orang kuli hitam ditemukan

kadar rennin yang lbih rendah dan sensitivitas terhadap vasopressin yang lebih besar.

b)    Stress

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung

sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Stres merupakan respon tubuh

yang sifatnya non- spesifik terhadap setiap tuntunan beban atasnya. Terdapat

beberapa jenis penyakit yang berhubungan dengan stres yang dialami seseorang,

diantaranya hipertensi atau peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg

dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Stres yang dialami seseorang akan

membangkitkan saraf simpatetis yang akan memicu kerja jantung dan menyebabkan

peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, bagi mereka yang sudah memiliki

riwayat sejarah kesehatan penderita hipertensi, disarankan untuk berlatih

mengendalikan stres dalam hidupnya.

c)    Kegemukan (obesitas)

Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

timbulnya berbagai macam penyakit berat, salah satunya hipertensi. Penelitian

epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat badan dengan tekanan

darah baik pada pasien hipertensi maupun normotensi. Yang sangat mempengaruhi

tekanan darah adalah kegemukkan pada tubuh bagian atas dengan peningkatan

jumlah lemak pada bagian perut atau kegemukan terpusat (obesitas sentral).

d)    Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi primer. Asupan garam tinggi

akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon natriouretik yang secara

tidak langsung akan menigkatkan tekanan darah. Asupan garam tinggi dapat

menimbulkan perubahan tekanan darah yang dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14 gram

per hari atau jika dikonversi ke dalam takaran sendok makan adalah lebih dari 2

sendok makan. Bukan berarti kita makan garam 2 sendok makan setiap hari tetapi

| 12

garam tersebut terdapat dalm makanan-makanan asin atau gurih yang kita makan

setiap hari.

e)    Merokok

Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan dalm upaya

melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara

umum di Indonesia.

f)     Narkoba

Mengkonsumsi narkoba jelas tidak sehat. Karena narkoba tidak ada sedikitpun

kebaikannya. Penyakit kecanduan narkoba kelihatannya sepele tetapi sangat

mematikan. Efek buruk yang ditimbulkannya sangatlah besar. Itulah sebabnya

mendeteksi keberadaan hipertensi sejak dini sangat diperlukan. Tentu saja juga harus

diimbangi dengan pola hidup sehat.

g)    Alkohol

Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu tekanan darah seseorang.

Menghentikan kebiasaan mengkonsumsi alkohol sangatlah baik, tidak hanya bagi

hipertensi kita tetapi juga untuk kesehatan kita secara keseluruhan.

h)    Kafein

Kandungan kafein selain tidak baik pada tekanan darah dalam jangka panjang, pada

orang-orang tertentu juga menimbulkan juga menimbulkan efek yang tidak seperti

tidak bisa tidur, jantung berdebar-debar, sesak nafas, dan lain-lain.

i)     Kurang Olahraga

Dengana adanya kesibukan yang luar biasa, manusia pun merasa tidak punya waktu

lagi untuk berolahraga. Akibatnya, kita menjadi kurang gerak dan kurang olahraga.

Kondisi inilah yang memicu kolesterol tinggi dan juga adanya tekanan darah yang

terus menguat sehingga memunculkan hipertensi.

j)      Kolesterol Tinggi

Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan timbunan

kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah

menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.

| 13

c.    Patofisiologi

Dimulai dengan atheroklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah peripher

yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah disertai

dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat

gangguan peredaran darah peripher. Kekakuan dan kelambanan aliran darah

menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan

peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan

tekanan darah dalm sistem sirkulasi (Bustan, 2007).

d.    Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan

mempecepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ

tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah

faktor risiko utama untuk penyakit serebrovaskuler (stroke, transient ischemic

attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan

atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor risiko

kardiovaskularlain, maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat

gangguan kardiovaskulernya tersebut. Menurut studi Framingham, pasien dengan

hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang bermakna untuk penyakit koroner,

stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung (Depkes RI, 2006).

| 14

Tabel 2. Faktor-faktor Risiko kardiovaskular menurut Departemen Kesehatan RI, 2006  adalah :

   

 

 

 

 

 

 

 

               

Sumber : faktor-faktor risiko kardiovaskular menurut Depkes RI, 2006.

2.    Diet Hipertensi

a.    pengertian

Diet hipertensi merupakan pengurangan konsumsi natrium, tinggi serat,

kolesterol,  agar penurunan tekanan darah lebih optimal. Yang dimaksud diet ini

adalah memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan produk susu

| 15

faktor risiko mayor            hipertensi            merokok            obesitas (BMI = 30)            immobilitas            dislipidemia            diabetes mellitusmikroalbuminura atau perkiraan GFR<60 ml/min umur (>55 tahun untuk laki-laki, >65 tahun untuk perempuan)Riwayat keluarga untuk penyakit kardiovaskular prematur (laki-laki <55 tahun atau perempuan <65 tahun)

Kerusakan organ targetJantung :           Left ventricular hypertrophy                        Angina atau sudah pernah infark miokard                        Sudah pernah revaskularisasi koroner                        Gagal jantungOtak :               stroke atau TIAPenyakit ginjal kronisPenyakit arteri periferRetinopathy

BMI = Body Mass Index; GFR = Glomerular Filtration Rate; TIA = Transient Ischemic Attack.

rendah lemak untuk menurunkan tekanan darah. Makanan yang dikonsumsi pun lebih

kaya serat dan mineral yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah (kalium,

magnesium, dan kalsium). Kalium bekerja mengatur keseimbangan jumlah natrium

dalm sel. Kalsium dan magnesium bermanfaat secara tidak langsung untuk membantu

mengendalikan hipertensi (Budi Sutomo, 2009).

Menurut Ir. Padmiarso M. Wijoyo untuk mencegah hipertensi yang perlu

dilakukan adalah melalui pengontrolan gaya hidup, antara lain :

1.    Mengatur pola makan

Perbanyaklah minum air putih. Cara makan yang baik adalah sedikit-sedikit tapi

sering, bukan makanan banyak tetapi jarang. Kandungan zat dalam menu makanan

juga harus diperhatikan, meliputi :

a)    Diet rendah garam

Asupan garam yang diperlukan pada orang sehat sekitar 3-5 gram (setara 1

sendok the) per hari. Jika tubuh banyak berkeringat, sering buang air kecil serta diare,

memerlukan asupan garam yang lebih. Kelbihan garam dapat menyebabkan

hipertensi, risiko dehidrasi dank ram, darah mengental (penyebab penyakit jantung

dan stroke), mengikat cairan yang banyak serta dapat mengendap di pergelangan kaki

dan daerah tengah tubuh.

Diet rendah garam diperlukan terutama pada orang yang punya potensi tinggi

hipertensi, dapat dilakukan dengan cara:

1)    Gunakan garam sebagai bumbu masakan secukupnya saja, perbanyak rempah dan

kurangi garam.

2)    Jangan menambah garam pada hidangan yang siap santap. Jauhakn garam dari meja

makan.

3)    Kurangai minuman bersoda, minuman kaleng dan botol. Minuman bersoda dan

pengawet banyak mengandung sodium (Natrium).

4)    Kurangi makan daging, ikan, kerang, kepiting, dan susu, camilan/snack yang asin

dan gurih.

| 16

5)    Hindari makan makanan ikan asin, telur asin, otak, vetsin (monosodium

glutamate/MSG), soda kue, jeroan, sarden, udang, dan cumi-cumi.

6)    Konsumsi makanan yang dianjurkan, seperti sayuran segar, buah segar, tempe, tahu,

kacang-kacangan, ayam, dan telur.

b)    Diet rendah kolesterol

Makanan yang dimakan sebaiknya mengadung lemak jahat seperti kolesterol

(menerunkan HDL).  Diet rendah kolesterol dapat dilakukan dengan cara:

1)    Kurangi makan makanan yang mengandung gula murni, daging, ayam, kuning telur,

dan sarden.

2)    Hindari makan makanan seafood, otak, jeroan, lemak hewani, mentega, susu full

cream.

3)    Makanan yang dianjurkan meliputi sayuran, buah, minyak nabati (kecuali minyak

kelapa), putih telur, iakn, kacang - vkacangan dan minyak zaitun. Jika sudah

mencapai berat badan ideal, jangan melakukan diet terlalu keras. Imbangi dengan

pola makan sehat, mengandung sumber energy, pembangun tubuh, pelindung serta

pengatur tubuh. Sumber energi ideal adalah 12-15% lemak dan 50-60% karbohidrat.

3.    Konsep Lansia

1.    Pengertian

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami

perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (UU No23 Tahun 1992 tentang

kesehata).Pengertian dan pengelolaan lansia menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun1998 tentang lansia sebagai berikut :

a)    Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.

b)    Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

c)    Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga

hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.

| 17

2.    Batasan Lansia

a)    Pra Usia Lanjut (presenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b)    Usia lanjut

Seorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahap perkembangan

masa tua dalam perkembangan individu (usia 60 tahun keatas). Sedangkan lanjut usia

adalah sudah berumur atau tua.

c)    Usia Lanjut Resiko Tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih dengan masalah kesehatan.

d)    Usia Lanjut Potensial

Usia lanjur yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang/jasa.

e)    Usia Lanjut Tidak Potensial

Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada

bantuan orang lain.

3.    Proses Menua

Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak

dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses

menghilangnya sacara perlahan-lahan kemampuan jarinagan untuk memperbaiki diri

ayau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secra normal, kethanan

terhadap injury termasuk adanya infeksi (constantinedes, 1994). Proses penuaan

sudah mulai berlangsung sejak seorang mencapai dewasa,misalnya dengan terjadinya

kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh 'mati'

sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada usia berapa

kondisi kesehatan seseorang memulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi

| 18

fisiologis alat tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi

tersebut maupun saat menurunnya. Umumnya fungsi pisiologis tubuh hal. Pencapai

puncakna pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan

berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi

sedikit sesuai bertambahnya usia (mubarak, 2009 : 146).

4.    Teori penuaan

a.    Teori Biologis

pada tahun 1993, Mary. Ann Christ et al. (lihat Hardywinoto dan Toni

Setiabudi, 1999) menyatakan bahwa penuaan merupaaln proses berangsur-angsur

yang mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan yang

berakhir dengan kematian, Penuaan juga menyangkut perubahan struktur sel, akibat

interaksi sel dengan Iingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan

generatif. Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan

ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan ynng timbul akibat penyebab di dalam sel

sendiri, sedang teori ekstrinsik menjelasktrn bahwa perubahan yang terjadi

diakibatkan pengaruh lingkungan, Penuaan menurut teori biologis di antaranya adalah

sebagai berikut.(mubarak, 2009)

1)    Teori Genetik Clock

Meurut teori ini menua telah terpogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu.

Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar

menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan

replikasi tersebut. Jadi, menurut konsep ini bila jam kita ini berhenti kita akan

meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan. lingkungan atau penyakit.

Secara teoretis dapat dimungkinkan memutar jam ini  lagi meski hanya beberapa

waktu dengan pengaruh-pengaruh dari luar, berupa Peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit dengan obat-obatan, atau dengan tindakan tertentu.

2)    Teori Mutiisi Somatik (Error Catastrophe Theory)

| 19

Menurut teori ini penuaan disebabkan oleh kesalahan yang beruntun dalarn jangka

waktu lama melalui trankripsi dan translasi. Kesalahan  tersebut menyebabkan

terbentuknya enzim yang salah dan berakibat pada metabolisme yang salah, sehingga

mengurangi fungsional sel. Meskipun dalam batas-batas tertentu, kesalahan dalam

pembentukan RNA dapat diperbaiki, namun kemampuan memperbaiki diri terbatas

pada transkripsi, yang tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim,

sehingga menimbulkan metabolit berbahaya. Sernakin banyak kesiilahan pada

translasi, maka kesalahan yang terjadi juga akan semakin banyak.

3)    Teori Autoimun ( Auto Immune theory)

Menurut teori ini proses metaboiisme tubuh suatu saat akan memproduksi zat khusus.

Ada jaringan tubuh terterrtu yang tidak  tahan terhadap suatu zat, sehingga jaringan

tubuh rnerjadi lemah dan sakit Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang

pada usia dewasa akan berinvolusi kemudian semenjak itu terjadilah kelainan

autoimun (Godteris & Brocklehurst, 1989).

4)    Teori  Radikal Bebas

Menurut teori ini penuaan disebabkan adanya radikal bebas dalam tubuh. Radikal

bebas dapat terbentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)

yang masuk ke dalam tubuh akan mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan

organik, seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini akan menyebabkan sel tidak

dapat beregenerasi. Radikal bebas yang ada di dalam tubuh bersifat merusak juga

dapat dinetralkan dalarn tubuh oleh enzim atau senyawa non-enzim, misalnya vitamin

C betakorotirn dan vitamin E.

5)    Pemakaian dan Rusak

Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh rusak.

6)    Teori virus yang Perlahan-lahan Menyerang sistem kekebalan Tubuh (immunology

slow Virus Theory)

Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat dari sistem imun yang kurang efektif

seiring dengan bertambahnya usia. Masuknya virus ke dalam tubuh dapat 

menyebababkan kerusakan pada organ tubuh.

| 20

7)    Teori Stres

Menurut teori ini penuaan terjadi akibat hilangnya se1-sel yang biasa digunakan

tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertirhankan kestabilan lingkungan

internal, kelebihan usaha, dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

8)    Teori Rantai Silang

Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat adanya rearksi kimia sel-sel yang tua

atau yang telah usang menghasilkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.

Ikatan  ini menyebabkan  jarigan menjadi kurangnya elastis, kaku, dan hilangnya

fungsi.

9)    Teori Program

Menurut teori ini penuaan terjadi karena kemampuan organisme untuk menetapkan

jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati

b.    Teori Kejiwaan Sosial

Berikut ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang mendukung teori

kejiwaan sosial.

1)    Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)

a)    Teori aktivitas, menurut Hiivighusrst dan Albrecht (1953) barpendapat bahwa sangat

penting bagi lansia untuk tetap beraktivitas dan mencapai kepuasan hidup.

b)    ketentuan akan meningkatnya penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini

menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut dalam

banyak kegiatan sosial.

c)    Ukuran optimal (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.

d)    Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari

usia pertengahan ke usia lanjut.

| 21

2)    Teori kepribadian Berlanjut  ( continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada usia lanjut. Teori ini

merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan

yang terjadi pada seseorang yang berusia lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe

kepribadian yang dimliki.

3)    Teori Pembebasan (Disengagem ent Theory)

Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah "teori

pembebasan atau disengagement theory". Teori ini menyatakan bahwa dengan

bertambahnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari

kehidupan sosialnya. keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik

secara kuantitas maupun kualitas, sehingga seringg terjadi kehilangan ganda (tripple

loss). Definisi kehilangan ganda adalah sebagai berikut :

a)    kehilalangan peran (loss of role).

b)    Hambatan kontak sosial (restraction of contacts and relationships).

c)    Berkurang nl,a komitmen (social mores and values).

c.    Teori Psikologi

Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah satu

teori yang ada. Teori tugas perkembangan yang diungkapkan oleh Hanghurst (1972)

adalah bahwa setiap individu harus meperhatikan tugas perkembangan yang spesifik

pada tiap tahap kehidupan yang akan meniberikan Perasaan bahagia dan sukses.

Tugas perkembangan yang spesifik ini bergantug pada maturasi fisik, pengharapan

kultural, masyarakat, nilai aspirasi individu. Tugas perkembangan pada dewasa tua

meliputi: penerimaan adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan

masa pension dan penurunan pendapatan, respons penerimaan adanya kematian

pasangan atau orang-orang yang berarti bagi dirinya, mempertahankan hubungan

dengan kelompok yang sesuai, adopsi dan adaptasi dengan peran sosial secara

fleksibel, serta mempertahankan kehidupan secara memuaskan. (chayatin, 2009 :

148)

| 22

d.    Teori Kesalahan Genetik

Menutut dr. Afgel bahwa proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel

genetik DNA di mana sel genetik memperbanyak diri (ada yang memperbanyak diri

sebelum pembelahan sel), sehingga mengakibiitkan kesalahan-kesalahan yang

berakibat pula pada terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga

mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak

menjadi tua.  (chayatin, 2009 : 148)

e.    Teori Rusaknya  Sistem lmun Tubuh

Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem imun

untuk mengenali dirinya berkurang (self recognitlon), sehingga mengakibatkan

kelainan pada sel karena dianggap sel asing yang membuat hancurnya kekebalan

tubuh. Inilah yang disebut dengan peristiwa autoimun.

f.      Teori Penuaan Akibat Metabolisme

Teori penuaan akibat metabolisme menjelaskan bagaimana proses menua

terjadi.

1)    Datang dengan sendirinya, merupakan "karunia' yang tidak bisa dihindari/ditolak.

2)    Usaha dalam memperlambat menjadi awet tua.

3)    WHO (1982) usia lanjut yang berguna, bahagia, dan sejahtera (Mubarak,

2009 :149 ).

5.    Perubahan yang terjadi pada lansia

a.    Perubahan Kondisi Fisik

Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi: perubahan dari tingkat sel

sampai ke semua sistem organ tubuh, di antaranya sistem pernapasan, pendengaran,

penglihatan, kardiovaskular, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,

gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen.

Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia di antaranya

lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental akut, nyeri pada dada, berdebar-

debar, sesak napas pada saat melakukan aktivitas atau kerja fisik, pembengkakan

pada kaki bawah, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur,

| 23

sering pusing, berat badan mednuruun, gangguan  pada fungsi penglihatan,

pendengaran, dan sulit menahan kencing.

b.    Perubahan Kondisi Mental

Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.

perubahan-  perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik,

keadaan kesehatan tingkat pendidikan atau pengetahuan, dan situasi lingkungan.

Intelegensi diduga secara umum makin mundur terutama faktor penolakan abstrak,

mului lupa terhadap kejadian baru, masih terekam  baik kejadian masalalu  dari segi

mental dan emosional sering muncur perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak

aman dan cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya

suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya

Perasaan kurang mampu untuk mandiri serta cenderung bersifat introvert.

c.    Perubahan  Psikososial

Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap perubahan ini

sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Orang

yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja, mendadak dihadapkan untuk

menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun.

Perubahan psikososial yang lain adalah merasakan atau sirdar akan kematian,

perubahan cara hidup mernasuki rumah  perawatan, penghasilan menurun, biaya

hidup meningkat, tambahan biaya pengobatan penyakit kronis, ketidak mampuan,

kesepian akibat pengasingan diri dari lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan

teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri,

serta kematian pasangan hidup.

Perubahan yang menjadikan dalam kehidupan akan membuat mereka merasa

kurang melakukan kegiatan yang berguna, perubahan yang mereka alami di antaranya

adalah sebagai berikut :

1)      Minat. Pada umumnya pada masa usia lanjut minat seseorang akan berubah dalam

kuantitas maupun kualitasnya. Lazimnya  minat dalam aktivitas fisik cenderung

menurun dengan bertambahnya usia. Perubahan minat pada lansia jelas berhubungan

| 24

dengan menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal tersebut

dipengaruhi oleh faktor-faktor sosia1.

2)      Isolasi dan kesepian. Banyak  faktor bergabung, sehingga nrembuat orang berusia

lanjut terisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti

aktivitas yang melibatkan  usaha. Makin menurunnya kuaalitas organ indra yang

mengakibatkan ketulian, penglihatan yang makin kabur, dan  sebagainya. Selanjutnya

membuat lansia merasa terputus dari hubungan dengan orang-orang 1ain. Faktor lain

yang membuat isolasi semakin menjadi lebih parah adalah perubahan sosial, terutama

meregangnya ikatan kekeluargaan. Bila lansia tinggal bersama sanak saudaranya,

mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi jaraang rnenghormatinya. Lebih

sering terjadi lansia menjadi terisolasi dalam arti kata yang sebenarnya, karena ia

hidup sendiri. Semakin 1anjut usianya, kemampuan mengendalikan perasaan dengan

akal akan melemah, dan orang cenderung kurang dapat mengekang dari dalam

perilakunya. Frustrasi kecil pada tahap usia yang lebih muda tidak rnenimbulkan

masalah, pada tahap ini membangkitkan luapan emosi dan mereka mungkin bereaksi

dengan ledakan amarah atau sangat tersinggung terhadap peristiwa-peristiwa yang

menurut kita sepele.

3)      Peranan iman. Menurut  proses fisik dan mental, pada usia lanjut memungkinkan

orang yang suhah tuli tidak begitu membenci dan merasa khawatir dalam memandang

akhir kehidupan dibanding orang yang lebih muda. Namun demikian, hampir tidak

dapat disangkal bahwa iman yang teguh adalah senjata yang paling ampuh untuk

melawan rasa takut terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan masa di mana

kesadaran religius dibangkitkan dan diperkuat. Keyakinan  iman yang menunjukkan

bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi merupakan permulaan yang baru

memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan dengan tenang dan tentram.

d.    Perubahan Kognitif.

Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran pada tugas-

tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka

pendek, kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran, dan kemampuan

| 25

verbal dalarn bidang vocabulary (kosa kata) akan menetap bila tidak ada penyakit

yang meryertai.

e.    Perubahan spiritual.

Perubahan yang terjadi pada aspek spiritual lansia adalah sebagai berikut.

1)    Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970).

2)    Usia lanjut makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam cara

berpikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).

3)    Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler adalah universalizing,

perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan

cara memberikan contoh cara mencintai dan bersikap adil.

f.      Faktor yang Mempengaruhi Penuaan dan Penyakit Yang Sering Dijumpai

a.    Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan dan penyakit yang

sering terjadi pada lansia.

1)    Hereditas atau keturunan genetik

2)    Nutris atau makan

3)    Status perkawinan

4)    Pengalaman hidup

5)    Lingkungan dan,

6)    Stres

b.    Penyakit yang sering dijumpai pada usia lanjut

Menurut the tational old people’s welfare council, penyakit lansia, yaitu :

1)    Depresi mental

2)    Gangguan pendengaran

3)    Brinkhitis kronis

4)    Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan

5)    Gangguan pada koksa atau sendi panggul

6)    Anemia

7)    Dimensia

| 26

4.    Konsep Keluarga

a.    Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang

masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak ibu, adik,

kakak dan nenek (Raisner, 1980).

Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen

yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 1979).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam rumah tangga

karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi

satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah

satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988).

b.    Tipe Keluarga

                  Ada tipe keluarga menurut jhonson. L dan Lenny. R, 2013 yaitu:

1)    Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak.

2)    Keluarga conjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak

mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu dua pihak orang tua.

3)    Selain itu terdapat juga keluarga luas yang tertarik atas dasar garis keturunan di atas

keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga

kakek, dan keluarga nenek.

c.    Tugas keluarga

1)    Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang untuk dapat mencapai tujuan

asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam

pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara (Freeman, 1981),

yaitu :

| 27

a)    Mengenal masalah kesehatan tiap anggotanya untuk mengetahui kemampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan.

b)    Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, sejauh

mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah

masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.

c)    Memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit, cacat atau usia yang terlalu

muda, untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit.

d)    Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e)    Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga kesehatan.

2)    Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok menurut, jhonson. R dan

Lenny. L sebagai berikut :

a)    Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b)    Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

c)    Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-

masing.

d)    Sosialisasi antar anggota keluarga.

e)    Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f)     Pengaturan jumlah anggota keluarga.

g)    Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

h)    Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

3)    Fungsi keluarga

Dalam kehidupan sehari-hari fungsi keluarga dapat kita lihat dan sekaligus

sudah dapat diterapkan oleh masyarakat atau kelompok keluarga. Adapun fungsi yang

dijalankan keluarga adalaha sebagai berikut :

b)    Fungsi pendidikan, dilihat dari bagaimana keluarga memndidik dan menyekolahkan

anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.

| 28

c)    Fungsi sosialisasi, anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak

menjadi anggota masyarakat yang baik.

d)    Fungsi perasaan, dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan

dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar

sesame anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam

menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.

e)    Fungsi perlindungan, dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi

anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.

f)     Fungsi agama, dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak

dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang

mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.

g)    Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan,

mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-

kebutuhan keluarga.

h)    Fungsi rekreatif, dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan

dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman

masing-masing, dan lainnya.

i)     Fungsi biologis, dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai

generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diantara

keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga (Lenny. R, 2010

:9)

5.    Pengetahuan

            Pengetahuan adalah kesan di dalam fikiran-fikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul dan

penerangan yang keliru (Soekanto, 2000 ).

            Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu yaitu melalui panca indera

manusia, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar

| 29

pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003 ).

            Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk mengubah perilaku seseorang

yang disengaja. Menurut teori Sigmund Freud, salah satu aspek perkembangan

manusia adalah perkembangan kognitif. Hal ini merujuk pada proses internal dari

produk pikiran manusia yang mengarah pada konsep mengetahui termasuk di

dalamnya semua aktifitas mental seperti mengingat, menghubungkan,

mengklasifikasi, memberi simbol, mengimajinasi, pemecahan masalah, penalaran

persepsi, berkreasi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru

(Effendi, 1998).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat

menurut Bloom cit Notoatmodjo (2003), yaitu:

a.    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan dan sebagainya.

b.    Paham diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek

yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi harus harus dapat

menjelaskannya.

c.    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi nyata.

d.    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke

dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut

dan masih terkait satu sama lain. Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

| 30

e.    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi.

Pengetahuan merupakan dasar konseptual dan rasional terhadap metode pendekatan

yang dipilih untuk mencapai tujuan keperawatan yang spesifik dan tepat

(Notoatmodjo, 2003)

B.    Kerangka Teori

Menurut Dr. Yekti Susilo dan Ari Wulandari (2014) yang menyebakan

terjadinya hipertensi secara umum. Salah satu saja mengenai tubuh kita maka dengan

mudah kita akan menderita hipertensi, dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini :

C.  Hipotesis

Ada hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan diet hipertensi pada

lansia di wilayah Kerja Puskesmas Kedaton kota Bandar lampung

| 31