9
Jurnal Bioteknologi Pertanian, Vol. 7, No. 2, 2002, pp. 62-70 ABSTRACT Genetically characterized isozyme is useful for taxonomy studies. The objective of this research was to know banding pattern variabilities of some pineapple accessions based on isozyme analyses. The research was conducted in September- November 2001 on 30 pineapple accessions. Polyacrylamide gel with vertical type was used to electrophoresis with six enzymes: peroxidase (PER), phosphoglucomutase (PGM), al- cohol dehydrogenase (ADH), malate dehydrogenase (MDH), shikimate dehydrogenase (SKDH), and glucose phosphate isomerase (GPI). The results showed that PER, PGM, ADH, MDH, and SKDH were polymorphic and had 6, 3, 3, 5, and 3 banding patterns, respectively, whereas, GPI was mono- morphic. Dendogram based on PER, PGM, ADM, MDH, and SKDH enzyme analyses on 30 pineapple accessions could be grouped into four clusters at 0.63 coefficient of similarity. [ Keywords: Ananas comosus, pineapple, isoenzymes, poly- acrylamide] ABSTRAK Karakterisasi secara genetik berdasarkan isozim sangat ber- guna dalam bidang taksonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman pola pita beberapa aksesi nenas ber- dasarkan analisis isozim. Penelitian dilakukan pada bulan September-November 2001 terhadap 30 aksesi nenas. Me- tode analisis yang digunakan adalah elektroforesis gel poli- akrilamid tipe vertikal dengan enam sistem enzim, yaitu peroksidase (PER), phosphoglucomutase (PGM), alcohol dehydrogenase (ADH), malate dehydrogenase (MDH), shikimate dehydrogenase (SKDH), dan glucose phosphate isomerase (GPI). Hasil analisis menunjukkan bahwa sistem enzim PER, PGM, ADH, MDH, dan SKDH adalah polimorfik dan masing-masing mempunyai berturut-turut 6, 3, 3, 5, dan 3 pola pita, sedangkan GPI adalah monomorfik. Dendogram berdasarkan enzim PER, PGM, ADM, MDH, dan SKDH pada 30 aksesi yang diuji terbagi menjadi empat kelompok pada kemiripan genetik 0,63. [Kata kunci: Ananas comosus, nenas, isoenzim, poliakrilamid] PENDAHULUAN Langkah awal dalam pemuliaan nenas adalah mengoleksi genotipe dari populasi yang terdapat di masyarakat atau petani, kemudian mengkarakterisasi dan mengidentifikasinya. Hasilnya dapat digunakan sebagai tetua persilangan, evaluasi terhadap kultivar yang memiliki karakter yang diinginkan, serta untuk perbanyakan berbagai tanaman. Di Indonesia terdapat berbagai kultivar nenas dengan nama daerah yang berbeda-beda dan klasifikasi botani yang belum jelas. Hume dan Miller (1904) dalam Aradya et al. (1994) membagi kultivar nenas ke dalam tiga kelompok, yaitu Cayenne, Queen, dan Spanish. Pembagian tersebut didasarkan pada kesamaan morfologi daun, ada/tidaknya duri daun, warna bunga, serta bentuk dan ukuran buah. Py et al. (1987) mengelompokkan nenas ke dalam lima kelompok dengan menambahkan pada kelompok yang sudah ada dengan Abacaxi atau Pernambuco dan Perola. Sementara Pracaya (1982) dan Muljohardjo (1984) membagi Cayenne menjadi dua subkelompok, yaitu Hilo dan Hawaian Smooth Cayenne. Hilo tidak mempunyai tunas tangkai buah, tetapi Hawaian Smooth Cayenne mempunyai tunas tangkai buah. Klasifikasi berdasarkan karakter morfologi mem- punyai beberapa kelemahan, antara lain penampilan karakternya sering rancu karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karakter yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi fase vegetatif sedikit, dan waktu yang dibutuhkan sampai tanaman mencapai dewasa cukup lama. Penanda biokimia seperti isozim merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meng- karakterisasi dan mengklasifikasi koleksi plasma nutfah, karena isozim relatif stabil terhadap ling- kungan dan umumnya polimorfik (Aradya et al., 1994). Isozim memiliki beberapa karakteristik dan keuntungan Keragaman pola pita beberapa aksesi nenas berdasarkan analisis isozim Banding pattern variabilities of some pineapple accessions based on isozyme analyses Sri Hadiati 1 dan Deden Sukmadjaja 2 1 Balai Penelitian Tanaman Buah, Jalan Raya Solok-Aripan km. 8, Solok, Sumatera Barat, Indonesia 2 Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jalan Tentara Pelajar No. 3A, Bogor 16111, Indonesia

Isoenzim FP UNUD

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bioteknologi PertanianIsoenzim

Citation preview

  • 62 Sri Hadiati dan Deden SukmadjajaJurnal Bioteknologi Pertanian, Vol. 7, No. 2, 2002, pp. 62-70

    ABSTRACT

    Genetically characterized isozyme is useful for taxonomystudies. The objective of this research was to know bandingpattern variabilities of some pineapple accessions based onisozyme analyses. The research was conducted in September-November 2001 on 30 pineapple accessions. Polyacrylamidegel with vertical type was used to electrophoresis with sixenzymes: peroxidase (PER), phosphoglucomutase (PGM), al-cohol dehydrogenase (ADH), malate dehydrogenase (MDH),shikimate dehydrogenase (SKDH), and glucose phosphateisomerase (GPI). The results showed that PER, PGM, ADH,MDH, and SKDH were polymorphic and had 6, 3, 3, 5, and 3banding patterns, respectively, whereas, GPI was mono-morphic. Dendogram based on PER, PGM, ADM, MDH, andSKDH enzyme analyses on 30 pineapple accessions could begrouped into four clusters at 0.63 coefficient of similarity.

    [Keywords: Ananas comosus, pineapple, isoenzymes, poly-acrylamide]

    ABSTRAK

    Karakterisasi secara genetik berdasarkan isozim sangat ber-guna dalam bidang taksonomi. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui keragaman pola pita beberapa aksesi nenas ber-dasarkan analisis isozim. Penelitian dilakukan pada bulanSeptember-November 2001 terhadap 30 aksesi nenas. Me-tode analisis yang digunakan adalah elektroforesis gel poli-akrilamid tipe vertikal dengan enam sistem enzim, yaituperoksidase (PER), phosphoglucomutase (PGM), alcoholdehydrogenase (ADH), malate dehydrogenase (MDH),shikimate dehydrogenase (SKDH), dan glucose phosphateisomerase (GPI). Hasil analisis menunjukkan bahwa sistemenzim PER, PGM, ADH, MDH, dan SKDH adalah polimorfikdan masing-masing mempunyai berturut-turut 6, 3, 3, 5, dan3 pola pita, sedangkan GPI adalah monomorfik. Dendogramberdasarkan enzim PER, PGM, ADM, MDH, dan SKDH pada30 aksesi yang diuji terbagi menjadi empat kelompok padakemiripan genetik 0,63.

    [Kata kunci: Ananas comosus, nenas, isoenzim, poliakrilamid]

    PENDAHULUAN

    Langkah awal dalam pemuliaan nenas adalahmengoleksi genotipe dari populasi yang terdapat dimasyarakat atau petani, kemudian mengkarakterisasidan mengidentifikasinya. Hasilnya dapat digunakansebagai tetua persilangan, evaluasi terhadap kultivaryang memiliki karakter yang diinginkan, serta untukperbanyakan berbagai tanaman.

    Di Indonesia terdapat berbagai kultivar nenasdengan nama daerah yang berbeda-beda danklasifikasi botani yang belum jelas. Hume dan Miller(1904) dalam Aradya et al. (1994) membagi kultivarnenas ke dalam tiga kelompok, yaitu Cayenne, Queen,dan Spanish. Pembagian tersebut didasarkan padakesamaan morfologi daun, ada/tidaknya duri daun,warna bunga, serta bentuk dan ukuran buah. Py et al.(1987) mengelompokkan nenas ke dalam lima kelompokdengan menambahkan pada kelompok yang sudahada dengan Abacaxi atau Pernambuco dan Perola.Sementara Pracaya (1982) dan Muljohardjo (1984)membagi Cayenne menjadi dua subkelompok, yaituHilo dan Hawaian Smooth Cayenne. Hilo tidakmempunyai tunas tangkai buah, tetapi HawaianSmooth Cayenne mempunyai tunas tangkai buah.Klasifikasi berdasarkan karakter morfologi mem-punyai beberapa kelemahan, antara lain penampilankarakternya sering rancu karena dipengaruhi olehfaktor lingkungan, karakter yang dapat digunakanuntuk mengidentifikasi fase vegetatif sedikit, danwaktu yang dibutuhkan sampai tanaman mencapaidewasa cukup lama.

    Penanda biokimia seperti isozim merupakan salahsatu alternatif yang dapat digunakan untuk meng-karakterisasi dan mengklasifikasi koleksi plasmanutfah, karena isozim relatif stabil terhadap ling-kungan dan umumnya polimorfik (Aradya et al., 1994).Isozim memiliki beberapa karakteristik dan keuntungan

    Keragaman pola pita beberapa aksesi nenas berdasarkan analisis isozim

    Banding pattern variabilities of some pineapple accessions based on isozyme analyses

    Sri Hadiati1 dan Deden Sukmadjaja2

    1Balai Penelitian Tanaman Buah, Jalan Raya Solok-Aripan km. 8, Solok, Sumatera Barat, Indonesia2Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jalan Tentara Pelajar No. 3A, Bogor 16111, Indonesia

  • Keragaman pola pita beberapa aksesi nenas 63

    (Brown dan Weir, 1983; Pasteur et al., 1988; Brar, 1992),antara lain: (1) produk dari alel yang berbeda bergerakpada posisi yang berbeda dalam gel, (2) alel yangberbeda biasanya diwariskan secara kodominan,bebas dari epistasis, sehingga individu homozigotdapat dibedakan dari heterozigot, (3) sering kali posisipita merupakan produk dari suatu lokus sehingga me-mungkinkan untuk mendeteksi jumlah gen yangmengkode suatu enzim dengan menganalisis pola pitadari enzim tersebut, (4) peralatan dan bahan yangdiperlukan relatif murah dan percobaan dapat di-lakukan dengan mudah di laboratorium, (5) jumlahsampel yang banyak dapat dianalisis dalam waktusingkat, serta (6) dapat dilakukan pada fase bibitsehingga menghemat waktu, tempat, dan biaya.

    Berdasarkan karakteristik tersebut maka isozim telahbanyak digunakan untuk mengidentifikasi danmengklasifikasi beberapa spesies tanaman, sepertiidentifikasi triploid pada jeruk dengan empat sistemenzim (MDH, 6-PGD, SKDH, dan PGI) (King et al.,1996), identifikasi kultivar nenas dengan enzimphosphoglucomutase (PGM) dan peroksidase (PER)(de Wald et al., 1988), serta karakterisasi, klasifikasi,dan hubungan kekerabatan plasma nutfah nenas diHawai (ADH, GPI, PGM, SKDH, TPI, UGPP) (Aradyaet al., 1994).

    Kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Buah,Solok, mempunyai koleksi beberapa aksesi nenas yangberasal dari hasil eksplorasi di beberapa daerah diJawa dan Sumatera. Koleksi nenas tersebut mem-punyai penampilan fenotipik yang beragam. Tepidaun bervariasi mulai tidak berduri sampai berduri,panjang tangkai buah 15-35 cm, warna daun hijausampai hijau kemerahan, bentuk buah silindris hinggabulat, warna kulit buah kuning kehijauan sampaikuning keemasan, dan sebagainya. Perbedaanfenotipik tersebut kemungkinan disebabkan olehperbedaan genetik, adanya mutasi, dan perbedaandaya adaptasi pada lingkungan tumbuh yang baru.Menurut Collins (1968), walaupun tanaman nenasdiperbanyak secara vegetatif, tetapi terdapat ke-ragaman karakter yang disebabkan oleh mutasi.Broertjes dan Harten (1988) telah menemukan 30mutan dari kultivar Cayenne. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui keragaman pola pita beberapanomor aksesi nenas berdasarkan analisis isozim.

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian TanamanBuah pada bulan September-November 2001. Bahan

    tanaman yang digunakan adalah daun muda dari 30nomor aksesi nenas yang diambil sebelum tanamanmemasuki fase generatif. Berdasarkan data deskripsidan pengamatan morfologi, aksesi tersebut di-kelompokkan menjadi lima, yaitu Merah (no. 10, 33, 35,44), Hijau (no. 3, 30, 32, 46), Merah Pagar (no. 1, 45),Queen (no. 2, 7, 11, 16, 17, 18, 22, 24, 28, 31), danCayenne (no. 4, 5, 8, 20, 26, 27, 34, 37, 38, 39) (Lampiran1).

    Elektroforesis isozim dilakukan dengan mengguna-kan dua lapis gel poliakrilamid, yaitu stacking gel (4%akrilamid, 0,5 M Tris-HCl pH 6,8, amonium persulfat,TEMED) dan separating gel (6-7,5% akrilamid, 1,5 MTris-HCl pH 8,8) (Triest dan Kabir, 2000). Buferelektroda yang digunakan adalah Tris-glicine pH 8,3.

    Daun muda sebanyak 0,5 g digerus pada kondisidingin, kemudian ditambahkan 1 ml bufer ekstraksimenurut Wendel dan Weeden (1989). Ekstrak sampeldisentrifuse dalam suhu dingin pada 10 000 rpm,kemudian pelet dibuang dan supernatan siap di-gunakan untuk elektroforesis. Elektroforesis di-lakukan pada suhu 4 -10o C, voltase 125-175 V, dan arus18-34 mA selama 4-5 jam. Selesai elektroforesis,gel dipindahkan ke baki dan diberi larutan pewarnasesuai dengan sistem enzim yang akan dianalisis.Pewarnaan dilakukan di atas shaker pada suhu ruangselama 30-60 menit. Komposisi larutan pewarna dibuatmenurut prosedur Arulsekar dan Parfitt (1986) sertaWendel dan Weeden (1989) dengan beberapamodifikasi. Enzim yang dianalisis adalah peroksidase(PER : EC 1.11.1.7), phosphoglucomutase (PGM : EC2.7.2.1), alcohol dehydrogenase (ADH : EC 1.1.1.1),malate dehydrogenase (MDH: EC 1.1.1.37), shikimatedehydrogenase (SKDH: EC 1.1.1.25), dan glucosephosphate isomerase (GPI : EC 5.3.1.9).

    Pola pita yang terbentuk digambar sebagaizimogram. Polimorfisme dari pola pita yang terbentukdiukur kemiripan genetiknya berdasarkan ada tidak-nya pita. Rumus kemiripan genetik yang digunakanadalah kemiripan genetik Dice (Sakal dan Sneath,1963. dalam Lamadji, 1998), kemudian dibuat matrikdata untuk analisis kelompok dengan menggunakanprogram NTSys. Tingkat kepercayaan dari dendo-gram ditentukan melalui analisis bootstrap dengan pe-ngulangan 200 kali dengan program win boot.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil analisis terhadap enam sistem enzim pada 30nomor aksesi nenas menunjukkan bahwa tidak semuaenzim mempunyai keragaman pola pita. Enzim yang

  • 64 Sri Hadiati dan Deden Sukmadjaja

    menunjukkan keragaman pola pita adalah PER, PGM,ADH, MDH, dan SKDH, sedangkan GPI tidak me-nunjukkan keragaman pola pita (Gambar 1 dan 2).

    Pada sistem enzim PER, terdapat tiga daerah aktifyang dikendalikan oleh tiga lokus (Gambar 1). Hasilpenelitian de Wald et al. (1988; 1992) juga mem-

    perlihatkan bahwa enzim PER mempunyai tiga daerahaktif, tetapi hanya dua daerah aktif yang jelas dandapat digunakan untuk identifikasi nenas. Ketigadaerah aktif tersebut digambar pola pitanya, danterdapat enam pola pita (Gambar 3). Pola pita satuditemukan pada klon Merah (no. 10, 33, 35, 44) dan

    Gambar 1. Variasi pola pita isozim peroksidase (PER), phosphoglucomutase (PGM), dan alcohol dehydrogenase (ADH) padabeberapa aksesi nenas.Fig 1. Variation of isozyme banding pattern of peroxidase (PER), phosphoglucomutase (PGM), and alcohol dehydrogenase (ADH)of some pineapple accesions.

    Alcohol dehydrogenase (ADH)

    10

    +

    Peroksidase (PER)

    26 27 222 28 31 10 33 35 1 45 3 32 37 38 39 18 24 11Phosphoglucomutase (PGM)

    33 35 44 1 45 3 30 32 46 11 28 7 31 22 2 8 5 37 38 26

    33 35 44 1 45 30 32 46 7 31 3937582720422

    +

  • Keragaman pola pita beberapa aksesi nenas 65

    Malate dehydrogenase (MDH)

    +

    Shikimate dehydrogenase (SKDH)

    Gambar 2. Variasi pola pita isozim malate dehydrogenase (MDH), shikimate dehydrogenase (SKDH), dan glucosephosphate isomerase (GPI) pada beberapa aksesi nenas.Fig 2. Variation of isozyme banding pattern of malate dehydrogenase (MDH), shikimate dehydrogenase (SKDH), andglucose phosphate isomerase (GPI) of some pineapple accesions.

    10 33 1 45 3 30 17 2 34 27

    10 33 1 45 3 30 16 17 18 24 11 28 4 20 26 27

    +34

    Glucose phosphate isomerase (GPI)

    10 33 1 3 30 16 17 28 7 22 2 4 20 34 8 5

    +

    Hijau (no. 3, 30, 32, 46), dan pola pita dua pada klonMerah Pagar (no. 1, 45). Enzim PER mampu mem-bedakan klon Cayenne menjadi dua kelompok, yaituaksesi yang mempunyai pola pita tiga (no. 5, 8, 20, 26,27, 34, 39) dan yang mempunyai pola pita empat (no.4, 37, 38). Enzim PER juga membedakan klon Queenmenjadi dua kelompok, yaitu aksesi yang mempunyai

    pola pita lima (no. 2, 16, 17, 18, 22, 24, 28, 31) dan yangberpola pita enam (no. 11, 7) (Tabel 1).

    Enzim PGM hanya memperlihatkan satu daerah aktifdengan tiga alel (Gambar 1). Aradya et al. (1994)mendapatkan dua daerah aktif pada tanaman nenas,tetapi hanya satu daerah aktif yang jelas, yaitu padapita yang migrasinya lambat. Variasi jumlah daerah

  • 66 Sri Hadiati dan Deden Sukmadjaja

    Gambar 3. Keragaman pola pita isozim peroksidase (PER), phosphoglucomutase (PGM), alcohol dehydrogenase (ADH),malate dehydrogenase (MDH), shikimate dehydrogenase (SKDH), dan glucose phosphate isomerase (GPI).Fig. 3. Variabilities of isozyme banding pattern of peroxidase (PER), phosphoglucomutase (PGM), alcohol dehydrogenase (ADH),malate dehydrogenase (MDH), shikimate dehydrogenase (SKDH), and glucose phosphate isomerase (GPI).

    0,3

    0,4

    0,6

    Rf

    +

    1 2 3 4 5 6

    0,3

    0,4

    Rf

    +

    1 2 3

    Rf

    +

    0,4

    1 2 3

    Rf

    +

    0,4

    1 2 3

    Rf

    +

    0,3

    0,4

    1 32 4 5

    Rf+

    0,2

    0,1

    1 1 1

    PER PGM

    ADH MDH

    SKDH GPI

    aktif/lokus ini sangat dipengaruhi oleh pH (Soltis etal., 1983). Seluruh nomor aksesi dapat digambarkanmenjadi tiga pola pita (Gambar 3 ). Pola pita satuditemukan pada klon Merah (no. 10, 33, 35, 44 ) danHijau (no. 3, 30, 32, 46), pola pita dua pada klonCayenne (no. 4, 5, 8, 20, 26, 27, 34, 37, 38, 39), serta polapita tiga pada klon Merah Pagar (no. 1, 45) dan klonQueen (no. 2, 7, 11, 16, 17, 18, 22, 24, 28, 31) (Tabel 1).

    Enzim PGM belum mampu membedakan antara klonMerah dan Hijau dan antara klon Merah Pagar danQueen. Dengan menggunakan enzim PGM ini,keragaman pola pita dalam klon tidak terlihat.

    Alcohol dehydrogenase (ADH) mempunyai duadaerah aktif (Gambar 1) dan dari kedua daerahtersebut diperoleh tiga pola pita (Gambar 3). Pola pitasatu ditemukan pada klon Cayenne (no. 4, 5, 8, 20,

  • Keragaman pola pita beberapa aksesi nenas 67

    (Tabel 1). Enzim MDH belum dapat membedakanantara klon Merah dan Hijau.

    Shikimate dehydrogenase (SKDH) mempunyai satudaerah aktif dengan satu sampai dua alel (Gambar 2).Dari seluruh aksesi dapat diperoleh tiga pola pita(Gambar 3). Pola pita satu ditemukan pada klon Queen(no. 2, 7, 11, 16, 17, 18, 22, 24, 28, 31), pola pita dua padaklon Merah Pagar (no. 1, 45), dan pola pita tiga padaklon Hijau (no. 3, 30, 32, 46), Merah (no. 10, 33, 35, 44),dan Cayenne ( no. 4, 5, 8, 20, 26, 27, 34, 37, 38, 39) (Tabel1).

    Glucose phosphate isomerase (GPI) mempunyai duadaerah aktif (Gambar 2). Pada daerah aktif pertama,yaitu pita yang migrasinya cepat, pola pitanya tidakjelas sehingga sulit dalam melakukan penyekoran.Pada daerah aktif kedua, yaitu pita yang migrasinyalambat, pola pita terdiri atas tiga alel dan tidakmenunjukkan keragaman dalam klon maupun antar-klon atau monomorfik. Di Hawai, dari 161 aksesi nenasyang diamati, 128 aksesi mempunyai pola pita GPIyang sama dan 33 aksesi mempunyai enam pola pitaGPI yang berbeda (Aradya et al., 1994). Perbedaanhasil tersebut disebabkan jumlah spesies dan aksesiyang digunakan di Hawai lebih banyak dibandingkandengan yang digunakan dalam penelitian ini. Selainitu, tidak munculnya polimorfisme pola pita isozimpada aksesi yang dideteksi dengan elektroforesisdisebabkan pola pita yang terdeteksi hanya didasar-kan pada perbedaan muatan pada protein terlarut saja.Padahal dari 30% protein yang terlarut pada seltanaman, hanya 25% yang memiliki muatan berbedayang dapat terdeteksi dengan elektroforesis (Weir,1990).

    Semua enzim yang digunakan, yaitu PER, PGM,ADH, MDH, SKDH, dan GPI, tidak dapat membedakanklon Merah (no. 10, 33, 35, 44) dengan klon Hijau (no.3, 30, 32, 46). Menurut asal usulnya, diduga nenasHijau merupakan hasil mutasi dari nenas Merah. Hal inidiperkuat oleh Leal dan Coppens (1996), bahwa GreenSelangor dan Green Spanish merupakan mutan yangterjadi dari Red Spanish. Hal serupa juga terjadi padamutan kaktus. Mutan Dark Marie mempunyai pola pitayang sama dengan Marie sebagai tetuanya berdasar-kan enzim GPI, MDH, PGM, SKDH, TPI, dan LAP,padahal kedua kultivar tersebut mempunyai bungadan pigmen phylloclade yang berbeda (Leary danBoyle, 2000). Agar diperoleh keragaman pola pitayang dapat membedakan klon Merah dan Hijau, makaperlu dilakukan penambahan jenis enzim lainnya.Menurut Purnomo (1994), untuk menelaah perbedaanindividu dalam populasi, disarankan paling sedikitmenggunakan delapan macam enzim.

    Tabel 1. Keragaman pola pita isozim pada 30 nomoraksesi nenas.Table 1. Variabilities of isozyme banding pattern of 30pineapple accesions.

    No. Aksesi Nomor pola pita/Number of banding patternNo. Accesions PER PGM ADH MDH SKDH

    10 M 1 1 3 4 333 M 1 1 3 4 335 M 1 1 3 4 344 M 1 1 3 4 31 M P 2 3 3 5 245 M P 2 3 3 5 23 H 1 1 3 4 330 H 1 1 3 4 332 H 1 1 3 4 346 H 1 1 3 4 32 Q 5 3 2 2 17 Q 6 3 2 2 111 Q 6 3 2 2 116 Q 5 3 2 2 117 Q 5 3 2 1 118 Q 5 3 2 2 122 Q 5 3 2 2 124 Q 5 3 2 2 128 Q 5 3 2 2 131 Q 5 3 2 2 14 C 4 2 1 3 35 C 3 2 1 3 38 C 3 2 1 3 320 C 3 2 1 3 326 C 3 2 1 3 327 C 3 2 1 3 334 C 3 2 1 3 337 C 4 2 1 3 338 C 4 2 1 3 339 C 3 2 1 3 3

    Keterangan: M = Merah; MP = Merah Pagar; H = Hijau; Q =Queen; C = Cayenne; Nomor pola pita sesuai dengan Gambar3.Notes: M = Merah; MP = Merah pagar; H = Hijau; Q = Queen;C = Cayenne; The band number of banding pattern is sameas the Figure 3.

    26, 27, 34, 37, 38, 39), pola pita dua pada klon Queen(no. 2, 7, 11, 16,17, 18, 22, 24, 28, 31) dan pola pita tigapada klon Merah (no. 10, 33, 35, 44 ), Hijau (no. 3, 30,32, 46), dan Merah Pagar (no. 1, 45) (Tabel 1).

    Malate dehydrogenase (MDH) mempunyai tigadaerah aktif dengan lima pola pita (Gambar 2). EnzimMDH dapat membedakan klon Queen menjadi duakelompok, yaitu yang berpola pita satu (no. 17) danyang berpola pita dua (no. 2, 7, 11, 16, 18, 22, 24, 28, 31).Pola pita tiga ditemukan pada klon Cayenne (no. 4, 5,8, 20, 26, 27, 34, 37, 38, 39), pola pita empat pada klonMerah (no. 10, 33, 35, 44) dan Hijau (no. 3, 30, 32, 46),serta pola pita lima pada klon Merah Pagar (no. 1, 45)

  • 68 Sri Hadiati dan Deden Sukmadjaja

    yang digunakan hanya sesuai untuk pengelompokanantarklon, sedangkan untuk pengelompokan dalamklon memerlukan jumlah enzim yang lebih banyak lagi.

    KESIMPULAN

    Hasil analisis isozim terhadap 30 nomor aksesi nenasmenunjukkan bahwa sistem enzim PER, PGM, ADH,MDH, dan SKDH adalah polimorfik dengan jumlahpola pita masing-masing sebanyak 6, 3, 3, 5, dan 3 polapita. Enzim GPI tidak menunjukkan pola pita yangberbeda atau monomorfik. Pada kemiripan genetik 0,63,dendogram terdiri atas empat kelompok, yaitu (I) klonMerah dan klon Hijau, (II) klon Merah Pagar, (III) klonQueen, dan (IV) klon Cayenne.

    Dendogram pada Gambar 4 menunjukkan penge-lompokan dan kemiripan genetik dari semua aksesiyang dianalisis berdasarkan variasi pola pita dari enzimPER, PGM, ADH, MDH, dan SKDH. Dari dendogramtersebut, pada kemiripan 0,63 (63%) 30 aksesi nenasterbagi menjadi empat kelompok, yaitu (I) klon Merahdan klon Hijau, (II) klon Merah Pagar, (III) klon Queen,dan (IV) klon Cayenne.

    Analisis bootstrap dilakukan untuk mengetahuitingkat kepercayaan pengelompokan. Hasil analisismenunjukkan bahwa keempat kelompok mempunyaitingkat kepercayaan yang tinggi, yaitu masing-masing100%, sedangkan pengelompokan aksesi di dalamkelompok Queen dan Cayenne mempunyai tingkatkepercayaan yang rendah, yaitu di bawah 90%(Gambar 4). Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah enzim

    50,1

    90,1

    0,50 0,75

    100

    100

    87,2

    87,2

    87,8

    61,5

    1MP45MP16Q18Q24Q28Q31Q22Q2Q17Q11Q7Q

    20C26C27C34C8C5C39C

    4C

    38C37C

    Koefisien kemiripan/Coefficient of similarity

    0,25 1,00

    10M33M35M44M3H30H32H46H

    100

    100

    54,5

    Gambar 4. Dendogram 30 nomor aksesi nenas berdasarkan analisis enzim PER, PGM, ADH, MDH, dan SKDH. Angka-angkapada garpu merupakan persentase tingkat ketelitian hasil analisis bootstrap 2000 kali.Fig 4. Dendogram of 30 pineapple accessions based on PER, PGM, ADH, MDH, and SKDH analysis. Numbers in the fork arepercentage of signifance of the bootstrap analysis at 2000 times.

    I

    II

    I I I

    IV

    0,63

  • Keragaman pola pita beberapa aksesi nenas 69

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir.Murdaningsih Haeruman Karmana, M.Sc, Prof. Ir.Achmad Baihaki, MSc, PhD, dan Dr. Ir. Neni Rostini,MSc atas segala saran-saran dalam penelitian maupunpenulisan ini, serta kepada Kartono, SP yang telahmembantu dalam penyediaan materi penelitian.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aradya, K.M., F. Zee, and R.M. Manshardt. 1994. Isozymevariation in cultivated and wild pineapple. Euphytica 79:87-99.

    Arulsekar, S. and D.E. Parfitt. 1986. Isozyme analysis proceduresfor stone fruits, almond, grape, walnut, pistachio and fig. Hort.Sci. 21 (4): 928-933.

    Brar, D.S. 1992. Isozyme: Technique and aplications in riceimprovement. Third Rice Biotechnology Training Course,Los Banos, 5 October-27 November 1992. 18 p.

    Broertjes, C. and A.M. van Harten. 1988. Applied mutationbreeding for vegetatively propagated crops. Developmentin Crops Science 12. Elsevier, London. p. 286-287.

    Brown, A.D.H. and B.S. Weir. 1983. Measuring geneticvariability in plant population. p. 219-240. In S.D.Tanksley and T.J. Orton (Eds.). Isozymes in Plant Geneticsand Breeding. Part A. Elsevier, Amsterdam.

    Collins, J.L. 1968. The pineapple, botany, cultivation andutilization. Leonard Hill, London. 293 p.

    De Wald, M., G.A. Moore, and W.B. Sherman. 1988.Identification of pineapple cultivars by isozyme genotype.J. Amer. Soc. Hort. Sci. 113 (6): 935-938.

    De Wald, M., G.A. Moore, and W.B. Sherman. 1992. Isozymesin Ananas (pineapple): Genetics and usefulness in taxonomy.J. Amer. Soc. Hort. 117 (3): 491-496.

    King, B.J., L.S. Lee, and P.T. Scott. 1996. Identification oftriploid Citrus by isozyme analysis. Euphytica 99: 223-231.

    Lamadji, S. 1998. Pemberdayaan sifat morfologi untukanalisis kekerabatan plasma nutfah tebu. Buletin P3GI 148:17-31.

    Leal, F. and G. Coppens. 1996. Pineapple. p. 515-557. In J.Janick and J.N. Moore (Eds.). Fruit Breeding Volume I. Treeand Tropical Fruit. John Wiley and Son Inc., New York.

    Leary, M.C.O. and T.H. Boyle. 2000. Diversity and distributionof isozymes in a Schlumbergera (Cactaceae) clonal germ-plasm collection. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 125 (1): 81-85.

    Muljohardjo, M. 1984. Nenas dan teknologi pengolahannya(Ananas comosus). Penerbit Liberty, Yogyakarta. hlm. 12-30.

    Pasteur, N., G. Pasteur, F. Bonhomme, J. Catalan, and J.Britton-Davidian. 1988. Practical isozyme genetics. EllisHorwood Limited, England. 212 p.

    Pracaya. 1982. Bertanam nenas. Penebar Swadaya, Jakarta. 94hlm.

    Purnomo, S. 1994. Kaitan aktivitas beberapa enzim dengansifat buah dan pola pewarisannya pada persilangan dialilsalak Bali dan Pondoh. Disertasi. Universitas Padjadjaran,Bandung.

    Py, C., J.J. Lacoeuilhe, and C. Teisson. 1987. The pineapple,cultivation and uses. G.P. Maisonneuve and Larose, Paris.568 p.

    Soltis, D.E., C.H. Haufler, D.C. Darrow, and G.J. Gastory.1983. Starch gel electrophoresis of ferns: A compilation ofgrinding buffers, gels and electrode buffers, and stainingschedules. Amer. Fern J. 73: 9-27.

    Triest, L. and S.M.G. Kabir. 2000. The use of allozymes at threelife stages influences genetic variation analysis and clusteringin Cicer arietinum germplasm collections. Euphytica 112:109-115.

    Weir. 1990. Genetic data analysis: Methods for discretepopulation genetic data. Sunderland, Massachusetts. p. 1-20 .

    Wendel, J.F. and N.F. Weeden. 1989. Visualization andinterpretation of plant isozymes. In D.E. Soltis and P.S.Soltis. Isozymes in Plant Biology. Dioscorides Press,Portland, Oregon, vol. 4: 5-45.

  • 70 Sri Hadiati dan Deden Sukmadjaja

    Lampiran 1. Daftar aksesi tanaman nenas yang digunakan dalam penelitian.Appendix 1. List of pineapple accessions used in the study.

    Nomor aksesi/Klon/Clone Nama/Name Asal/Origin

    Accesion number

    10 M Merah Nenas Merah 2 Deli Serdang33 M Merah Nenas Merah 3 Paninjauan1 MP Merah pagar Merah -1 Aripan - Solok45 MP Merah pagar Merah-2 Payakumbuh3 H Hijau Nenas Hijau Aripan - Solok32 H Hijau Nenas Hijau Panjaran30 H Hijau Nenas Hijau Kiliranjau16 Q Queen Nenas Palembang 4 Sukananti - Ogan Komering Ilir17 Q Queen Nenas Palembang 1 Tbg Kelekar - Muara Enim18 Q Queen Nenas Palembang 2 Tbg Kelekar - Muara Enim24 Q Queen Nenas Palembang 6 Fitotek - Lampung11 Q Queen Nenas Palembang 3 Sekayu - Palembang28 Q Queen Nenas berduri Kiliranjau7 Q Queen Nenas Bangkinang 1 Bangkinang - Pekanbaru31 Q Queen Nenas Bangkinang 3 Bangkinang - Pekanbaru22 Q Queen Nenas Blitar Blitar2 Q Queen Bangka Bangka4 C Cayenne Nenas Smooth Cayenne Payakumbuh20 C Cayenne Nenas Smooth Cayenne 1 Terbanggi Besar- Lampung26 C Cayenne Nenas Smooth Cayenne Paninjauan27 C Cayenne Nenas Smooth Cayenne Payakumbuh34 C Cayenne Nenas Smooth Cayenne Pariaman8 C Cayenne Nenas Smooth Cayenne 4 Simalungun5 C Cayenne Nenas Smooth Cayenne Bogor37 C Cayenne Nenas Smooth Cayenne Subang38 C Cayenne Nenas SC Bogor Subang39 C Cayenne Nenas Hutan Tiga Tanah Karo44 M Merah Nenas Merah 4 Aripan - Solok35 M Merah Pariaman Pariaman46 H Hijau Hijau Aripan-2