Upload
aci-lusiana
View
1.929
Download
23
Embed Size (px)
Citation preview
ISOLASI ASAM USNAT DARI KAYU ANGIN
Usnea sp
I. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui mekanisme isolasi asam usnat dari Kayu Angin (Usnea sp)
2. Mengetahui senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam Kayu Angin
(Usnea sp)
3. Mengetahui khasiat dan kegunaan dari senyawa asam usnat
1.2 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara besar yang terdiri dari daratan dan lautan yang
luas. Daratan Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang menduduki bagian wilayah
Indonesia sedang daratan mencakup samudera, laut, sungai, danau, rawa. Semuanya
merupakan aspek penyusun negara Indonesia. Daratan maupun lautan di Indonesia
memiliki kekayaan alam tersendiri yang menjadi tulang punggung kehidupan
negara. Namun sayang kekayaan alam tersebut masih banyak yang terbengkalai.
Pada dasarnya keanekaragaman hayati di Indonesia khususnya di daratan
mengandung berbagai macam potensi yang besar bagi kehidupan. Tumbuh-
tumbuhan yang hidup di daratan mengandung banyak manfaat. Salah satunya adalah
dunia Thallophyta atau dunia lumut. Tumbuhan lumut banyak berperan dalam dunia
kesehatan karena memiliki potensi dalam pengobatan.
Kayu angin merupakan kelompok lumut kerak dimana lichen ini tumbuhnya
berupa talus yang terdiri dari benang-benang hifa. Punya warna hijau kekuningan..
Kayu angin hidup secara epifit pada pepohonan. Oleh karena itu banyak para ahli
melakukan penelitian terhadap tumbuhan ini. Salah satu lumut yang banyak
digunakan untuk penelitian adalah lumut jenis Usnea sp. Berdasarkan hal tersebut,
maka diadakan prakikum KBA yang mencoba mengisolasi tanaman Usnea sp.
Usnea mengandung zat warna kuning yang di sebut dengan asam usnat yang
berfungsi sebagai anti mikroba. Produk yang mengandung salaf usno, usniplanta
atau binan.
Usnea sp. (Usneaceae) secara tradisional digunakan sebagai bahan obat
karena kandungan asam usnatnya yang memiliki aktivitas antimikroba. Usnea sp.
atau kayu angin mengandung asam usnat yang bermanfaat selain sebagai anti
bakteri atau anti mikroba, juga bermanfaat sebagai astringen, dan pelembut kulit.
Dalam penelitian ini diisolasi asam usnat menggunakan petroleum eter dan
premium. Serbuk simplisia dimaserasi menggunakan kedua pelarut tersebut
kemudian isolat dimurnikan menggunakan aseton, menghasilkan kristal ortorombis
berwarna kuning dengan titik leleh 203-205oC. Isolat diidentifikasi secara
spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak dan inframerah. Rendemen asam usnat
yang dimaserasi dalam petroleum eter adalah 0,49-0,78%.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Botani
2.1.1 Klasifikasi
Berdasarkan taksonomi, tumbuhan Usnea sp Linn. dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycotina
Kelas : Ascolichens
Ordo : Lecanorales
Famili : Parmeliaceae
Genus : Usnea
Species : Usnea sp
2.1.2 Nama Daerah
Pada daerah Jawa Tengah: kayu angina, Madura: tea angin, Bali: Jenggutan
resi, Batak: Janggut rabion, Minangkabau: Cirik angina, Melayu: Tahi angina.
2.1.3 Morfologi Tanaman
Secara umum lichen termasuk jenis tanaman dari suku rendah bukan tanaman
berkayu, dan merupakan tanaman yang unik karena lichen terdiri dari 2
mikroorganisme yang berlainan dalam bentuk simbiosis mutualistik antara jamur
dan ganggang. Secara umum suatu jenis jamur lebih menyukai membantuk
simbiosis mutualisme dengan jenis ganggang tertentu juga. Talusnya akan tumbuh
bila jamur dari jenis tertentu bersimbiosis dengan jenis ganggang lain maka akan
terbentuk spesies lichen yang lain juga.
Kayu angin merupakan kelompok lumut kerak dimana lichen ini tumbuhnya
berupa talus yang terdiri dari benang-benang hifa. Apotesium tumbuh kea rah sisi,
berbentuk perisai. Punya warna hijau kekuningan.. Kayu angin hidup secara epifit
pada pepohonan.
.
2.1.4 Jalur Biosintesa Tanaman Lichen
Jalur biosintesa yang dapat dihasilkan oleh tanaman lichen, secara umum
dibedakan atas 3 jalur sintesis yang pada dasarnya dimulai dari asetil-SCoA
kemudian dilanjutkan menjadi Asetoasetil-SCoA ataupun Malonil-SCoA.
Jalur Biosintesa:
a. Jalur Shikimat.
Dari jalur biosintesa ini akan dapat dihasilkan senyawa-senyawa dari golongan
diketopiperazin, terfenikuinon, turunan asam pulvinat.
b. Jalur Asam mevalonat.
Dari jalur biosintesa ini akan didapat senyawa golongan diterpen, sesterpen,
triterpen, karoten, sterol.
c. Jalur Poliketida.
Dari jalur ini didapat senyawa dari 4 golongan yaitu: asam alifatik dan ester;
despida, depsipon dan depson ; asam usnat ; khroman, santon, anthrokuinon, dan
anthron.
2.1.5 Jenis tanaman Lichen
a. Lichen Fruticosa
Talusnya berbentuk tabung atau pipa seperti benang atau jenggot dan
menggantung pada dahan pepohonan tergantung dari umurnya maka panjangnya
bias mencapai 5 m.
b. Lichen Foliosa
Talusnya berbentuk pipih seperti kertas crep dan biasanya seluruh talusnya
menempel pada inangnya sulit sekali dilepaskan.
c. Lichen Crustaceae
Bentuknya mirip jamur kayu, hidup bisa menempel pada pepohonan, batu atau
diatas tanah.
2.1.6 Kegunaan Lichen
Lichenes menghasilkan saenyawa metabolit yang tidak dihasilkan oleh alga
dan jamur yang hidup terpisah sebagai bahan makanan.
Kegunaan lichenes:
a. Lichenes sebagai bahan makanan.
Saat makanan sulit didapat orang-orang memggunakan lichens sebagai sumber
karbohidrat dan mencampurkannya dengan tepung. Di Jepang, Lichenes
Umbilicaria dari jenis foliose dapat digoreng atau dimakan mentah.
b. Lichenes sebagai obat-obatan.
Usnea filipendula yang dihaluskan dapat digunakan sebagai obat luka dan
terbukti baessifat antibakteri. Usnea hlepharea dan Lexuoso digunakan untuk
mengurangi aktivitas bakteri penyebab bau badan.
c. Lichenes sebagai antibiotic.
Senyawa asam usnat ini telah banyak digunakan pada salep antibiotic,
deodorant dan herbal tincture. Pigmen kuning asam usnat digunakan sebagai
antibotika yang mampu menghalangi pertumbuham Mycobacterium. Tanaman
lichens banyak digunakan sebagai jamu, ini karena tanaman ini juga berkhasiat
astrigen dan antibiotik. Secara tradisional digunakan sebagai obat batuk,
disentri, mencret, perut kembung, sari awan, dan pelembut kulit.
2.2 Kandungan kimia
Kayu angin nengandung zat warna kuning yang disebut dengan asam usnat.
2.3 Metoda Ekstaksi dan Isolasi.
Ekstraksi
Ekstraksi dari bahan alam dapat dilakukan dengan menggunakan bahan segar
atau yang telah dikeringkan. Bila bahan segar digunakan pemanasan dan pada bahan
yang dikeringkan, bahan dipotong halus dan dicelupkan pada alkohol. Ekstraksi
tumbuhaan menggunakan perkolar yan dapat dilakukan dengan berbagai metoda
antara lain:
1. Maserasi
Merupakan proses ekstraksi yang sederhana dengan merendam bahan pelarut
dalam waktu tertentu sampai bahan menjadi lunak sehingga senyawa yang
dikandungnya ditarik oleh pelarut yang digunakan.
2. Perkolasi
Dengan menggunakan perkolar yang terbuat dari kaca tebal dan diujung alat
terdapat kapas atau kertas saring.
3. Digestasi.
Proses penyaringan yang sama deengan meserasi yakni menggunakan
pemanasan pada suhu 30°-40° C.
4. Infusa
Suatu cara yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati pada suhu 90°
C selama 15 menit.
5. Decokta.
Penyarian dengan merebus simplisia dengan air 100 bagian pada suhu 90° C
selama 30 menit
6. Sokletasi.
Merupakan suatu cara ekstraksi dengan alat soklet. Pada cara ini pelarut
organik dan tempat simplisia terpisah. Prinsipnya adalah penyarian berulang-
ulang sehingga penyarian lebih sempurna dengan pelarut yang lebih sedikit.
2.5 Metoda Pemisahan dan Pemurnian
Untuk pemisahan komponen-komponen campuran rumit dapat digunakan
teknik kromatografi. Dimana metoda ini didasarkan pada distribusi komponen
diantara dua fase yang tidak bercampur, fase diam dan fase gerak.
Mekanisme terdistribusinya komponen-komponen dapat disebabkan oleh
peristiwa partisi, reaksi penukar ion dan difusi komponen kedalam pori-pori fase
diam, komponen cairan akan bergerak dengan kecepatan berbeda sehingga terjadi
pemisahan. Beberapa teknik kromatografi yang digunakan dalam pemisahan adalah
KLT, Kromatografi Kolom, dan Kromatografi Gas.
Pemisahan secara kromatografi akan didapat fraksi yang memiliki satu noda
pada KLT dan selanjutnya lakukan proses pemurnian. Proses pemurnian dilakukan
dengan jalan rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan metoda pemisahan senyawa
padat, yang didasarkan pada perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan
dengan pengotor dalam pelarut tunggal atau pelarut campuran.
2.6 Metoda Identifikasi
Untuk mengidentifikasi zat dapat dilakukan dengan cara penentuan titik lebur
dan nilai Rf, yakni nilai perbandingan antara jarak pelarut dengan jarak noda.
III. PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam isolasi asam usnat ini, antara lain:
Timbangan Analitik; Botol infuse 500 ml; Corong; Rotary evaporator; Pipet tetes;
dan Vial.
3.1.2 Bahan
Sedangkan bahan-bahannya, antara lain: Usnea (lada hitam) 10 gram; N-
heksane; Air suling; dan Kertas saring; Etil asetat.
3.2 Cara Kerja
Sortir simplisia kayu angin yang telah kering dari pengotor, kemudian
rajang halus, lalu timbang seberat 10 gram. Lakukan maserasi dengan n-heksan
sampai sampel terendam seluruhnya sebanyak 3x3 hari, sambil dikocok setiap
harinya. Maserat yang didapatkan disaring dengan kertas saring, lalu filtratnya
dirotary sampai kental. Setelah kental, pindahkan ke dalam botol vial lalu tutup
dengan alumunium voil. Agar pelarutnya cepat menguap, lubangi alumunium voil
dengan jarum. Setelah pelarutnya menguap, lakukan rekristalisasi dengan
menambahkan etil asetat dan heksan. Tutup kembali vial dengan alumunium voil,
lalu biarkan pelarutnya menguap atau hingga terbentuk kristal. Hitung berat
rendemen asam usnat yang didapatkan. Lalu lakukan KLT dengan menggunakan
eluen heksan : etil asetat = 4 : 1. Tentukan nilai Rf.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Warna kristal : kuning
Berat Usnea : 10 gram
Berat asam usnat : 0,1414 gram
Jarak pelarut : 4,4
Jarak noda : 2,6
= 2,6
2,4
= 0,5909
= 0,1414 X 100%
10
= 1,414 %
4.2 Pembahasan
Asam usnat merupakan kandungan kimia dari Usnea sp. Pada isolasi asam
usnat, pertama kali sampel dirajang halus untuk memperbesar luas permukaan
sehingga daya kontak zat dengan pelarut lebih besar dan kandungan senyawanya
yang tertarik lebih banyak Kemudian lakukan maserasi dengan menggunakan
pelarut n-heksan karena senyawa tersebut non polar, jadi harus di larutkan dalam
pelarut non polar juga, lalu saring. Guna pelarut n-heksan yaitu untuk mengikat
senyawa aktif. Hasil maserasi dirotary sampai menghasilkan kristal. Kristal diambil
dengan cara melarutkannya dengan etil asetat. Setelah itu kristal dipindahkan ke
dalam vial lalu pisahkan kristalnya dengan etil asetat dengan cara menguapkan etil
asetat.
Apabila kristal yang ada di labu rotary langsung diambil dengan cara
pengerokan, kristal yang didapat akan berbentuk amorf. Kemudian kristal di KLT
untuk menentukan kemurnian kristal. Dari hasil KLT kristal asam usnat didapat
rendemen sebesar 1,1414%. Perolehan ini menunjukkan bahwa Usnea yang
digunakan dalam praktikum cukup banyak mengandung asam usnat. Pada waktu
dilakukan KLT pada asam usnat didapat noda yang jika dilihat dibawah sinar UV
menunjukkan warna ungu karena terjadi fluoresensi, hal ini menunjukkan bahwa zat
tersebut adalah asam usnat yang memiliki Rf 0,5909. Hasil ini sedikit melebihi
harga Rf berdasarkan literature yaitu 0,5.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dari Usnea sp 10 gram didapatkan amorf sebanyak 0,1414gram.
2. Rendemen yang didapatkan adalah sebesar 1,414.
3. Rf yang didapat adalah 0,5909.
5.2 Saran
Untuk praktikan selanjutnya disarankan agar :
1. Praktikan lebih memahami prosedur kerja dengan membaca dan memahami
terlebih dahulu.
2. Praktikan selanjutnya agar lebih berhati-hati dalam bekerja ( terutama dalam
pemurnian dan rekristalisasi) agar didapatkan hasil yang lebih sempurna.
3. Kristal yang ada didalam labu rotary jangan langsung dikerok tetapi
dilarutkan menggunakan pelarut yang sesuai.
4. Gunakan eluen yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Besari, Ismail, dkk. Kimia Organik Universitas.Bandung: PT Armico. 1995
Departemen Kesehatan Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: 1979
Djamal, Rusdji. Prinsip-prinsip Dasar Bekerja dalam Bidang KBA. Padang:
Unand. 1988