Upload
others
View
17
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI FOTOSINTETIK
ANOKSIGENIK PADA HUTAN MANGROVE HANURA
LAMPUNG SEBAGAI KANDIDAT AGEN
BIOREMEDIASI DAN PROBIOTIK
(Tesis)
Oleh
Desfika Ardia Putri
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Desfika Ardia Putri
ABSTRACT
ISOLATION AND CHARACTERIZATION OF ANOXYGENIC
PHOTOSYNTHETIC BACTERIA IN THE HANURA LAMPUNG
AS A CANDIDATE FOR BIOREMEDIATION AND PROBIOTIC.
By
Desfika Ardia Putri
The purpose of this study was to determine the ability of anoxigenic
photosynthetic bacteria (BFA) as candidates for bioremediation agents in reducing
ammonia compounds and as candidates for probiotic agents in competition with
Vibrio sp. Bacterial isolates were isolated from the Hanura Lampung mangrove
forest. Bacterial isolates were characterized based on differences in pH and NaCl
then decreased H2S and ammonia compounds, antibiotic activity tests and
competition tests between BFA and Vibrio sp. The results of isolation and BFA
characterization showed that there were 8 Gram negative isolates and 2 Gram
positive isolates with stem colonies. From the results of the pH and NaCl selection
test, all isolates could not grow at pH 4 but grew well at pH 7 and 10. The results
of the NaCl test of all isolates could grow except B2DM isolates which could not
grow at 0% NaCl concentration. In the ammonia reduction test, it was found that
BFA isolate which could reduce the highest ammonia compound was L1 isolate
by 62% while the lowest B2DM isolate was 12%. BFA B and L1 isolates have the
ability to compete in suppressing the growth of Vibrio sp. in the competition test
Desfika Ardia Putri
each of 2.6 and 1.9 log ∑ cells. BFA L2 isolates are sensitive to 5 types of
antibiotics including ampicillin, streptomycin, nalidixic acid, chloramphenicol and
trimethoprim.
Keywords: ammonia, bioremediation agents, probiotic agents, photosynthetic
bacteria anoxigenic, Vibrio sp.
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI FOTOSINTETIK
ANOKSIGENIK PADA HUTAN MANGROVE HANURA
LAMPUNG SEBAGAI KANDIDAT AGEN
BIOREMEDIASI DAN PROBIOTIK
Oleh
Desfika Ardia Putri
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan bakteri fotosintetik
anoksigenik (BFA) sebagai kandidat agen bioremediasi dalam menurunkan senyawa
ammonia dan sebagai kandidat agen probiotik dalam kompetisi dengan bakteri Vibrio
sp. Isolat bakteri diisolasi dari hutan mangrove Hanura Lampung. Isolat bakteri
dikarakterisasi berdasarkan perbedaan pH dan NaCl, selanjutnya dilakukan uji
penurunan senyawa H2S dan ammonia, uji aktivitas antibiotik dan uji kompetisi antara
BFA dan Vibrio sp. Hasil uji isolasi dan karakterisasi BFA didapatkan 8 isolat bersifat
Gram negatif dan 2 isolat Gram positif dengan bentuk koloni batang. Dari hasil uji
seleksi pH dan NaCl, seluruh isolat tidak dapat tumbuh pada pH 4 namun tumbuh baik
pada pH 7 dan 10. Hasil uji NaCl semua isolat dapat tumbuh kecuali isolat B2DM yang
tidak dapat tumbuh pada konsentrasi NaCl 0%. Pada uji penurunan amonia didapatkan
ABSTRAK
isolat BFA yang dapat menurunkan senyawa ammonia tertinggi adalah isolat L1
sebesar 62% sedangkan terendah isolat B2DM sebesar 12%. Isolat BFA B dan L1
memiliki kemampuan kompetisi dalam menekan pertumbuhan bakteri Vibrio sp. pada
uji kompetisi masing-masing sebesar 2,6 dan 1,9 log ∑ sel. Isolat BFA L2 sensitif
terhadap 5 jenis antibotik antara lain ampisilin, streptomisin, asam nalidiksat,
kloramfenikol dan trimetoprim.
Kata kunci : Bakteri fotosintetik anoksigenik,Vibrio sp. agen probiotik, agen
bioremediasi.
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI FOTOSINTETIK
ANOKSIGENIK PADA HUTAN MANGROVE HANURA
LAMPUNG SEBAGAI KANDIDAT AGEN
BIOREMEDIASI DAN PROBIOTIK
(Tesis)
Oleh
Desfika Ardia Putri
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER SAINS
Pada
Program Studi Magister Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Judul : ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI
FOTOSINTETIK ANOKSIGENIK PADA HUTAN
MANGROVE HANURA LAMPUNG SEBAGAI
KANDIDAT AGEN BIOREMEDIASI DAN
PROBIOTIK
Nama Mahasiswa : Desfika Ardia Putri
Nomor Pokok Mahasiswa : 1727021008
Program Studi : Magister Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing 1
Dr. Sumardi, M.Si
NIP. 1965 0325 1991 031003
Pembimbing II
Rochmah Agustrina, Ph.D
NIP. 1961 0803 1989 032002
2. Ketua Program Studi
Dr. Sumardi, M.Si
NIP. 1965 0325 1991 031003
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Sumardi, M.Si ………………….
Sekretaris : Rochmah Agustrina, Ph.D ………………….
Tim Penguji
Bukan Pembimbing 1 : Dr. Bambang Irawan, M.Sc ………………….
Bukan Pembimbing 2 : Drs. Tugiyono, Ph.D ………………….
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Drs. Suratman, M.Sc
NIP.196406041990031002
3. Direktur Program Pascasa
Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph.D
NIP. 19570101 1984031020
4. Tanggal Lulus Ujian : 24 Juli 2019
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Desfika Ardia Putri
NPM : 1727021008
Dengan ini menyatakan bahwa apa yang tertulis dalam karya ilmiah ini adalah hasil
karya sendiri berdasarkan pengetahuan dan informasi yang telah saya dapatkan.
Karya ilmiah ini tidak berisi material yang telah dipublikasikan sebelumnya atau
dengan kata lain bukan hasil plagiat karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dan dapat dipertanggungjawabkan. Apabila
dikemudian hari terdapat kecurangan dalam karya ilmiah ini, maka saya siap
mempertanggung jawabkannya.
Bandar lampung, Juli 2019
Pembuat pernyataan
Desfika Ardia Putri
1727021008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 17 Desember
1992, sebagai anak pertama dari lima bersaudara, dari Bapak
Asparidi dan Ibu Herawati. Penulis menyelesaikan pendidikan
Sekolah Dasar Negeri (SD) 1 Bangun rejo – Tanggamus tahun
2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri
7 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2007. Pada tahun yang
sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Mande – Cianjur dan lulus pada tahun
2010, dan penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Surakarta pada
Jurusan Pendidikan Biologi dan menyelesaikan pendidikan strata-1 pada tahun 2014. Selama
menjadi mahasiswi jurusan Pendidikan Biologi UMS, saya pernah menjadi asisten praktikum pada
mata kuliah Histologi, Fisologi Hewan, Mikrobiologi dan Genetika. Kemudian pada tahun 2017
penulis melanjutkan pendidikan program studi Pascasarjana Biologi FMIPA Universitas Lampung
dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2019. Selama menjadi mahasiswi Pascasarjana Biologi
FMIPA Unila, penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Bioteknologi.
“…ALLAH SWT AKAN MENINGGIKAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN DIANTARAMU
DAN ORANG-ORANG YANG DIBERI ILMU PENGETAHUAN BEBERAPA DERAJAT…”
(Q.S AL MUJADILAH(58): 11)
Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman.
Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali
sehari, sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu.
(Anonim)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahhirobbil’alamiin puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
hidayah-Nya dan sholawat serta salam selalu dijunjungkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan dan pemberian sya’atnya di hari akhir.
Kupersembahkan sebuah karya dengan penuh cinta dan perjuangan sebagai kasih sayang
dan baktiku kepada kedua orang tuaku
Ayah Asparidi dan Mama Herawati
Terima kasih atas segenap ketulusan cinta & kasih sayang, doa, nasihat, pendidikan,
perjuangan dan pengorbanan yang tidak pernah berhenti untuk ananda selama ini.
Semoga dapat sedikit mengobati rasa lelah ayahanda dan ibunda dalam membesarkan dan
mendidik ananda selama ini.
Adik-adikku
Febrian Citra Astuti, A.Md., Julian Aziz Syafera, Nanda Kartika Maulani dan
Mirzan Ragah Ramdo
atas kasih sayang, semangat, dan waktu terindah selama ini.
Keluarga Besar
Alm. Among H. Ahmad Basri & Alm. Abah Tua H. M. Zailani Nur
Atas nasehat, motivasi dan doa nya untuk Ananda.
Kepada segenap guru dan dosen, kuucapkan terima kasih tak terhingga untuk segala ilmu
berharga yang diajarkan sebagai wawasan dan pengalaman.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul
“Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Fotosintetik Anoksigenik pada Hutan
Mangrove Hanura Lampung sebagai Kandidat Agen Bioremediasi dan
Probiotik ”.
Penelitian ini bagian dari Proyek Penelitian tim Bapak Dr. Sumardi, M.Si
berdasarkan surat penugasan Penelitian Pascasarjana Unila No. Kontrak :
1572/UN26.21/PP/2018, tanggal 9 juli 2018.
Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah membantu penulis, dalam
kesempatan ini menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Drs. Suratman, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku Kepala Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Sumardi, M.Si selaku Kepala Program Study, pembimbing I dan
pembimbing akademik atas semua ilmu, bimbingan, nasehat, saran dan
pengarahan, baik selama perkuliahan, penelitian maupun dalam penyusunan
tesis.
4. Ibu Rochmah Agustrina selaku pembimbing II yang telah membimbing,
mengarahkan, memberikan ilmu, dan nasehat kepada penulis dalam
penyusunan tesis.
5. Bapak Dr. Bambang Irawan, M.Sc., selaku Pembahas I yang telah
memberikan ilmu, saran dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.
6. Bapak Drs. Tugiyono, Ph.D., selaku Pembahas II yang telah memberikan
ilmu, saran dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
7. Bapak Salman Farizi, M.Si., selaku Kepala Laboratorium Mikrobiologi yang
telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di
Laboratorium tersebut.
8. Ibu Oni Astuti, S.Si., selaku laboran Laboratorium Mikrobiologi dan Ibu
Nunung, A.Md., selaku laboran Laboratorium Biologi Molekuler yang telah
membantu dan memberikan semangat kepada penulis dalam melaksanakan
penelitian di Laboratorium.
9. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pasca Sarjana Biologi FMIPA Universitas
Lampung atas ilmu yang diberikan selama perkuliahan.
10. Ayah, Mama, Adik Febrian Citra, Julian Aziz, Nanda Kartika dan Mirzan
Ragah Ramdo yang tak pernah berhenti memberikan doa, kasih sayang,
dukungan baik moril maupun materil dan semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
11. Teman-teman seperjuangan selama perkulian Tika, Yogi, Kak Novri, Mba
Rizka, Pak Yo, Evi dan Mba Wulan atas kebersamaan, semangat, dukungan,
canda dan tawa dan kerjasamanya selama masa perkuliahan.
12. Teman dan adik-adik seperjuangan di Laboratorium Mikrobiologi antara lain:
Siti Mardiana, S.Si., Sundari Ayu O, S.Si., Yunita, S.Si., Edelyn, S.Si., Cahya
Intan L, S.Si., Eka Rahmawati S.Si., M. Iqbal, S.Si., dan Nofita Septiana,
S.Si., yang telah banyak membantu dan menghibur selama penelitian dan
menulis thesis. Terima kasih atas kerjasama yang baik.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan penulis dukungan, semangat, kritik dan saran.
14. Serta almamater Universitas Lampung yang tercinta.
Semoga ALLAH SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah kalian
berikan. Demikianlah, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi diri Penulis secara
pribadi maupun mereka yang telah menyediakan waktu dan kesempatan untuk
membacanya.
Bandar Lampung, Juli 2019
Penulis
Desfika Ardia Putri
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 4
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................................. 5
E. Hipotesis ................................................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Bakteri Fotosintetik Anoksigenik (BFA) .......................................... 8
B. Hutan Mangrove ..................................................................................................... 12
C. Senyawa H2S .......................................................................................................... 15
D. Senyawa Ammonia (NH3) ..................................................................................... 18
E. Bakteri Patogen Vibrio sp. ..................................................................................... 19
F. Probiotik ................................................................................................................. 20
G. Antibiotik ............................................................................................................... 22
III. METODE PENELITIAN
........................................................................................................ 26
A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................................... 26
1. Tempat Penelitian ........................................................................................... 26
2. Waktu Penelitian .............................................................................................. 26
B Alat dan Bahan
C. Prosedur Penelitian ................................................................................................ 27
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan ..................................................................................... 34
1. Isolasi dan Karakterisasi Morfologi Bakteri Fotosintetik Anoksigenik
(BFA) ................................................................................................... 34
2. Seleksi BFA Menggunakan Cekaman pH dan NaCl ........................... 35
3. Hasil Pola Spektra BFA ....................................................................... 38
B. Hasil Uji Penurunan Senyawa H2S .................................................................. 42
C. Hasil Uji Penurunan Senyawa Ammonia ......................................................... 45
D. Hasil Uji Kompetisi BFA dan Vibrio sp. ......................................................... 47
E. Hasil Uji Aktivitas Antibiotik Isolat BFA ....................................................... 50
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................................... 54
B. Saran ................................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 56
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil Karakterisasi Morfologi Isolat BFA dan Uji Seleksi pH dan NaCl ................ 35
Tabel 2. Hasil Pola Spektra Spektrofotometer Pigmen Isolat BFA ....................................... 39
Tabel 3. Hasil Uji Kompetisi antara BFA dan Vibrio sp. ....................................................... 48
Tabel 4. Hasil Uji Antibiotik terhadap Bakteri Fotosintetik Anoksigenik ............................. 51
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Fosforilasi Siklik Pada Bakteri Ungu dan Hijau Belerang ................................. 10
Gambar 2. Morfologi Vibrio sp. ........................................................................................... 19
Gambar 3. Hasil Pola Spektra Isolat BFA menggunakan Pelarut Aseton Alkohol .............. 40
Gambar 4. Hasil Pola Spektra Isolat BFA menggunakan Pelarut Aseton Alkohol .............. 42
Gambar 5. Hasil Uji Penurunan Konsentrasi Senyawa H2S oleh isolat BFA ...................... 43
Gambar 6. Hasil Uji Penurunan Konsentrasi Senyawa Ammonia oleh isolat BFA ........... 45
Gambar 7. Hasil Karakterisasi Bakteri Fotosintesis Anoksigenik (BFA) ............................ 64
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman flora dan
fauna. Kawasan hutan mangrove adalah salah satu kekayaan flora
Indonesia yang mudah dijumpai di pesisir Indonesia khususnya
Provinsi Lampung. Hutan mangrove menyimpan banyak manfaat
antara lain sebagai penahan abrasi pantai, gelombang pasang, dan
tsunami. Selain itu, hutan mangrove juga menyimpan banyak potensi
pada bidang mikrobiologi salah satunya sebagai habitat bakteri
fotosintetik anoksigenik (BFA).
Secara ekologis, BFA mampu hidup pada daerah perairan baik laut,
payau, sungai, atau danau. BFA juga dapat tumbuh pada lingkungan
yang tercemar akibat kegiatan manusia. BFA bersifat fototropik yaitu
mampu memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energi.
Terdapat satu ciri yang membedakan bakteri fotosintesis dengan
bakteri lainnya, yaitu pigmen atau zat warna yang membantu proses
fotosintetik. Aktivitas fotosintetik pada BFA tidak menggunakan air
sebagai donor elektronnya, sehingga tidak dihasilkan oksigen dalam
2
proses fotosintetik tersebut. Sebagai gantinya, BFA menggunakan
senyawa organik dan senyawa anorganik seperti, H₂S, Nitrit, FeS, dan
amonia untuk donor elektron (Widiyanto, 2001).
Pada sistem budidaya tambak terdapat akumulasi senyawa metabolit
toksik yang merupakan hasil dekomposisi senyawa organik sisa pakan
dan feces mikroorganisme. Akumulasi senyawa metabolit toksik
terjadi terutama pada lingkungan yang kandungan oksigen yang
rendah atau karena adanya mineralisasi yang berlangsung tidak
sempurna (Putra, 2014). Kondisi tersebut banyak terjadi pada sistem
budidaya perairan yang tidak mengindahkan daya dukung lingkungan
dan memaksakan target produksi. Akibatnya timbul permasalahan
seperti penurunan kualitas air dan munculnya penyakit vibriosis yang
disebabkan oleh bakteri patogen Vibrio sp yang menyerang hasil
budidaya tambak.
Bakteri Vibrio sp. bersifat oportunistik, yaitu bersifat saprofit bila
organisme target atau inang berada dalam kondisi lingkungan
pemeliharaan normal dan berubah menjadi patogenik bila kondisi
lingkungan pemeliharaan inang memburuk. Organisme tambak dapat
terserang penyakit epizootic yang menyebabkan bentuk morfologi
tidak normal dan warna tubuh berubah seperti munculnya bercak-
bercak merah dan coklat, kemudian pertumbuhannya mengalami
pelambatan (Kamiso et al., 2005). Agen probiotik yang berupa
3
mikroorganisme sangat diperlukan untuk dapat mengurangi dampak
akibat aktivitas Vibrio sp. Salah satu organisme yang dapat berperan
sebagai probiotik adalah BFA.
Pendekatan bioremediasi dengan memanfaatkan bakteri probiotik
menjadi salah satu alternatif yang perlu dikembangkan untuk
menurunkan senyawa metabolit toksik seperti H2S dan ammonia.
Pada proses bioremediasi akan terjadi biotransformasi dan
biodegradasi juga adanya aktivitas enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme yang mampu memodifikasi polutan toksik dengan
cara mengubah struktur kimia polutan menjadi senyawa yang tidak
berbahaya melalui proses oksidasi-reduksi (Madigan et al., 2001).
Saat ini BFA banyak digunakan sebagai agen penyubur tanaman
(Elbadry dan Elbanna, 1999), agen biokontrol pada perairan budidaya
tambak seperti udang dan ikan kerapu (Yuhana, 2010) serta agen
biokontrol karena dapat menurunkan senyawa H2S sebesar 60% dan
30 % (Widiyanto et al., 1998).
Pada penelitian ini akan dilakukan upaya untuk mendapatkan kandidat
isolat BFA dari hutan mangrove Hanura sebagai agen bioremediasi
yang mampu mendegradasi senyawa H2S dan ammonia. Selain itu
juga isolat BFA yang diperoleh akan di uji potensinya sebagai
4
kandidat agen probiotik melalui uji kompetisi terhadap bakteri Vibrio
sp.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. memperoleh isolat BFA dari hutan mangrove Hanura.
2. mengidentifikasi isolat BFA yang diperoleh berdasarkan perbedaan
pH dan NaCl.
3. menguji kemampuan BFA yang teridentifikasi dalam menurunkan
kandungan senyawa H2S dan Amonia sebagai kandidat agen
bioremediasi.
4. menguji kemampuan BFA yang teridentifikasi dalam
berkompetisi dengan bakteri Vibrio sp. sebagai kandidat agen
probiotik.
5. menguji kemampuan aktivitas antibiotik terhadap isolat BFA.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai keberadaan dan karakteristik isolat BFA dari hutan
mangrove Hanura dan kemampuan isolat BFA dalam :
1. menurunkan kandungan senyawa H2S dan ammonia sebagai
kandidat agen bioremediasi.
2. berkompetisi dengan bakteri patogen Vibrio sp. sebagai kandidat
agen probiotik.
5
3. aktivitas antibiotik terhadap isolat BFA.
D. Kerangka Pemikiran
Keberadaan hutan mangrove menyimpan banyak manfaat baik secara
fisik, ekonomi dan biologis. Banyak masyarakat yang hidup di daerah
pesisir pantai memanfaatkan lahan tersebut sebagai tempat budidaya
ikan dan udang termasuk di Hanura, Lampung. Semakin
berkembangnya budidaya tersebut memunculkan berbagai masalah
lingkungan antara lain serangan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri patogen maupun penurunuan kualitas air yang menyebabkan
kematian udang atau ikan dan menurunkan hasil budidaya. Upaya
untuk mengatasi kondisi tersebut tidak jarang para petambak
menggunakan antibiotik sebagai obat untuk menanggulangi
penyebaran penyakit. Namun, penggunaan antibiotik dalam jangka
waktu lama akan berdampak buruk karena menyebabkan
menumpuknya senyawa metabolit toksik yang justru akan
menurunkan kualitas air.
Penurunan senyawa-senyawa toksik akan memunculkan potensi isolat
BFA sebagai agen bioremediasi. Selain agen bioremediasi, isolat BFA
juga berpotensi sebagai agen probiotik karna mampu menghambat
aktivitas bakteri Vibrio sp. yang aktif pada limbah perairan.
Bioremediasi merupakan proses penguraian limbah organik dan
anorganik polutan oleh bakteri karena enzim yang diproduksi oleh
6
mikroorganisme dapat memodifikasi polutan beracun dengan
mengubah struktur kimia polutan tersebut sehingga kurang beracun.
Pada mekanisme proses bioremediasi, biotransformasi dan
biodegradasi berlangsung melalui reaksi oksidasi-reduksi. BFA
diduga memiliki enzim respirasi yang mampu mengoksidasi H2S
melalui sistem sitokromnya. Enzim yang dimaksud antara lain adalah
sulfida oksidase dan adenilat kinase. Senyawa H2S dioksidasi menjadi
sulfit (SO32-), dan kemudian diubah menjadi sulfat oleh enzim
adenilfosfosulfat reductase (APS reductase) dan
adenilfosfosulfurilase. Selain itu, BFA mampu berfotosintesis dengan
memanfaatkan donor hidrogen dari senyawa-senyawa yang tereduksi
lebih kuat seperti H2S dan ammonia sebagai pengganti H2O.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah diperoleh :
1. terdapat isolat bakteri fotosintetik anoksigenik di hutan mangrove
Hanura.
2. terdapat isolat BFA yang terkarakterisasi berdasarkan uji pH dan
konsentrasi NaCl.
3. terdapat isolat BFA yang paling baik untuk menurunkan
konsentrasi senyawa H2S dan ammonia sebagai kandidat agen
bioremediasi.
7
4. terdapat isolat BFA yang memiliki daya kompetisi tinggi terhadap
bakteri Vibrio sp. sebagai kandidat agen probiotik.
5. terdapat perbedaan aktivitas dari masing-masing antibiotik
terhadap isolat BFA.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Bakteri Fotosintesis Anoksigenik (BFA)
Secara morfologi, BFA adalah bakteri bersel tunggal, mayoritas memiliki empat
bentuk dasar yakni batang, spiral, bulat dan koma. BFA bersifat gram negatif dan
memiliki flagel sebagai alat geraknya berwarna merah, jingga atau hijau yang
disebabkan oleh adanya kandungan foto pigmen bakterioklorofil-a dari senyawa
karotenoid antara lain lycopene, spirilloxantin, okenon dan hidroksisferoidenon
(Schlegel, 1994). Selain itu BFA juga mengandung protein, vitamin B2, vitamin B6,
vitamin B12 dan vitamin E (Malik, 1999). Di alam, BFA terdistribusi luas pada
perairan dan tanah, serta mampu tumbuh pada lingkungan yang tercemar akibat
kegiatan manusia.
Bakteri fotosintetik anoksigenik (BFA) dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok
yaitu bakteri hijau dan bakteri ungu. Bakteri ungu terdiri dari tiga family yaitu :
Chromatiaceae (bakteri ungu sulfur), Ectothiorodospirillaceae dan Rhodospirilaceae
(bakteri ungu non sulfur). Sedangkan bakteri hijau terdiri dari dua family, yaitu
Chlorobiaceae (bakteri hijau sulfur) dan Chloroflexaceae (bakteri hijau berfilamen
multiseluller) (Pfening dan Truper, 1989).
9
Bakteri fotosintetik anoksigenik (BFA) bersifat fototrofik, mampu hidup pada
kandungan rendah oksigen dan memanfaatkan gelombang sinar infra merah untuk
mengeksitasi membran fotosistem dalam proses fotosintesisnya (Widiyanto, 2001).
BFA adalah kelompok bakteri yang mampu melakukan fotosintesis dengan
memanfaatkan donor hidrogen dari senyawa-senyawa yang tereduksi lebih kuat
seperti H₂S, nitrit, dan amonia atau senyawa-senyawa organik sebagai pengganti
H₂O, sehingga pada proses fotosintesisnya bakteri tidak menghasilkan oksigen
(Schlegel dan Schmidt, 1994). BFA tidak memiliki fotosistem II, yang berfungsi
untuk menghidrolisis air menjadi ion hidrogen dan oksigen (Brock dan Madigan,
1991). Ketidakberadaan fotosistem II pada BFA menyebabkan hanya terdapat satu
sistem reaksi cahaya yang berperan sehingga reaksi fosforilasi yang berlangsung
dalam BFA dikenal dengan fosforilasi siklik.
Fosforilasi siklik pada fotosintesis BFA hanya menghasilkan ATP tetapi tidak
menghasilkan NADPH. Pengertian siklik yaitu elektron mengalami perputaran
kembali ke pusat reaksi. Elektron-elektron yang dikumpulkan oleh reaksi fosforilasi
siklik ini tidak akan bisa mereduksi NADP⁺ karena untuk mereduksi NADP⁺
dibutuhkan donor elektron dari luar dan donor hidrogen dari H₂S. Hidrogen sulfida
akan dioksidasi menjadi sulfat dengan bantuan enzim sulfida oksidase dan adenilat
kinase, proses ini analog dengan proses fotosintesis pada tanaman.
10
Gambar 1. Fosforilasi Siklik Pada Bakteri Ungu dan Hijau Belerang
(Campbell et al., 2011).
Berikut ini adalah reaksi yang melibatkan sinar matahari dalam reaksi fotosintetis
digambarkan secara sederhana pada bakteri dan tumbuhan :
Bakteri
Cahaya
CO₂ + H₂S (CH₂O ) + H₂O + 2S
Tumbuhan
Cahaya
CO₂ + H₂O (CH₂O ) + O₂
klorofil
11
BFA memiliki ketahanan yang tinggi terhadap oksianion logam tanah yang langka
seperti arsenat, kromat, dan selinat yang beracun menjadi logam yang tidak beracun
diakumulasi kemudian disimpan dalam selnya sehingga lingkungan menjadi kurang
beracun. BFA dapat tumbuh relatif cepat pada media yang mengandung sumber C
dan dapat mengubah senyawa organik komplek menjadi polisakarida kompleks
(Hirashi et al., 1995). Dalam lumpur aktif, BFA terdapat dalam jumlah yang lebih
sedikit dibandingkan dengan bakteri kemoheterotrof aerobik (Hirashi et al., 1995).
Umumnya BFA mampu menfiksasi karbondioksida dan molekul nitrogen, dengan
menggunakan cahaya sebagai sumber energi (Kobayashi dan Kobayashi, 1995).
Bakteri fotosintetik Synechococcus sp. dapat meningkatkan produksi tanaman
kedelai sebesar 25,78 %. Asosiasi antara bakteri dengan tanaman kedelai diduga
karena bakteri dapat menginduksi tanaman kedelai untuk memproduksi senyawa
auksin yaitu Indole Acetic Acid (IAA), hormon pemacu tumbuh (Wahyudi, 2016).
BFA juga dapat digunakan sebagai pupuk hayati pada tanaman padi karena dapat
meningkatkan pertumbuhan padi bila diberi campuran BFA dan bakteri P.
azotofixans dan B. polymyxa (Suryani, 1998). Selain itu, BFA juga mampu
menghasilkan produk sampingan dari limbah pertanian karena BFA mampu lebih
banyak menguraikan dinding sel serasah tumbuhan yang kaya akan vitamin, protein
dan karoten (Kim dan Lee, 2000).
12
Bioremediasi adalah salah satu langkah untuk mendegradasi senyawa metabolit
toksik menjadi tidak berbahaya bagi organisme. BFA memiliki kemampuan
melakukan hal tersebut dimana kemampuannya menggunakan senyawa metabolit
toksik sebagai sumber makanannya sehingga menghasilkan senyawa yang tidak
berbahaya. Selain itu BFA juga mampu menekan pertumbuhan bakteri Vibrio sp.
sebesar 30-60 % karena terjadinya kompetisi untuk mendapatkan makanan dan ruang
secara in vitro (Widiyanto, 1998).
B. Hutan Mangrove
Hutan mangrove atau sering disebut dengan hutan bakau merupakan hutan dengan
jenis tumbuhan penyusunnya pohon bakau. Kata mangrove berasal dari kombinasi
kata Mangue (Bahasa Portugis) yang berarti tumbuhan dan kata Grove (Bahasa
Inggris) yang berarti hutan kecil atau belukar. Bakau merupakan tumbuhan subtropik
yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut. Hutan bakau banyak dijumpai pada pesisir pantai landai yang
terlindungi dari gempuran ombak. Hutan bakau tumbuh optimal di wilayah pesisir
yang mengandung banyak lumpur. Endapan lumpur membentuk substrat (media)
bagi pertumbuhan bakau (Dahuri, 1996).
Tumbuhan mangrove memiliki adaptasi fisiologis secara khusus untuk menyesuaikan
diri dengan garam yang ada di dalam jaringannya. Mangrove memiliki adaptasi
13
melalui sistem perakarannya untuk menyokong dan menancapkan dirinya pada
sedimen lumpur yang halus dan menstransportasikan oksigen dari atmosfer ke akar
(Kusmana, 1997). Menurut Sukarjo dan Gufran (2012) ada lima faktor yang
mempengaruhi zonasi hutan bakau yaitu :
1. Gelombang air laut
2. Salinitas, kadar garam yang mempengaruhi tekanan osmosis lingkungan tempat
tumbuhnya mangrove di hutan mangrove
3. Substrat sebagai media tumbuh
4. Aliran air (tawar) yang masuk dan rembesan air tawar
5. Keterbukaan terhadap gelombang yang menentukan jumlah substrat yang dapat
dimanfaatkan.
Berdasarkan fungsi dan manfaatnya, ekosistem hutan bakau dibagi menjadi tiga yaitu
1) fungsi fisik sebagai pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, sebagai
perangkap zat-zat pencemar limbah dan sebagai penghasil energi serta hara. 2) fungsi
biologis sebagai tempat bertelurnya dan tempat berkembangbiaknya biota serta jasad
renik dan 3) fungsi ekonomis sebagai sumber bahan bakar, obat-obatan, serta
sumber pendapatan masyarakat dengan memanfaatkannya sebagai tempat rekreasi
dan edukasi (Haerul, 2016).
Vegetasi mangrove juga dapat menyerap dan mengurangi pencemaran (polutan).
Jaringan anatomi tumbuhan mangrove mampu menyerap bahan polutan, misalnya
vegetasi jenis Rhizopora mucronata diketahui dapat menyerap 300 ppm Mn, 20 ppm
14
Zn, 15 ppm Cu. Daun Avicennia marina diketahui mengandung Pb 15 ppm, Cd 0,5
ppm serta Ni 2,4 ppm (Mukhtasor, 2007). Mangrove juga dikenal sebagai salah satu
tanaman yang dapat bersimbiosis dengan mikroorganisme yang dapat mengubah zat
polutan menjadi kurang atau tidak berbahaya. Proses penurunan bahaya polusi
dalam sistem hutan mangrove berlangsung secara alami melalui enam tahapan yang
secara berurutan sebagai berikut:
1. Phytoacumulation (phytoextraction)
Proses penarikan zat polutan dari media (substrat) di sekitarnya oleh tumbuhan
sehingga terakumulasi di sekitar akar tumbuhan mangrove.
2. Rhizofiltration (rhizo : akar)
Proses adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan oleh akar agar menempel pada
akar.
3. Phytostabilization
Penempelan zat-zat kontaminan tertentu pada akar namun tidak diserap masuk ke
dalam batang tubuh tumbuhan sehingga zat-zat tersebut tidak terbawa oleh aliran
air.
4. Rhyzodegradation
Penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas mikroba yang berada di sekitar akar
tumbuhan, misal ragi, fungi dan bakteri.
5. Phytodegradation
Tumbuhan mangrove mengekskresikan enzim khusus yang dapat mempercepat
degradasi polutan pada akar, daun dan batang. Enzim-enzim tersebut menguraikan
zat-zat polutan yang mempunyai rantai molekul kompleks menjadi bahan yang
15
tidak berbahaya dengan susunan molekul yang lebih sederhana dan berguna bagi
pertumbuhan tumbuhan itu sendiri.
Menurut Tuwo (2011), hutan mangrove kaya akan bahan-bahan organik yang
mendukung pertumbuhan berbagai macam bakteri. Ada 6 kelompok bakteri yang
dapat hidup di ekosistem mangrove yaitu bakteri penambat nitrogen (BPN)
meliputi genus Azospirillum, Azotobacter, Pseudomonas dan Streptomyces;
bakteri pelarut fosfat (BPF) meliputi genus Bacillus, Micrococcus, dan
Pseudomonas; bakteri pelarut sulfur (BPS); bakteri fotosintetik anoksigenik
(BFA) meliputi genus: Rhodopseudomonas, Rhodobacter, Rhodobium,
Rhodospirillum, Rhodocyclus, Rhodoferax, Rhodomicrobium, dan Rhodopila;
bakteri metanogenik (BM); dan bakteri produksi enzim (BPE) khusunya enzim
ekstraseluler seperti protease, amylase dan selulase yaitu bakteri dengan genus
Bacillus.
C. Senyawa H₂S
Menurut Djokosetiyanto (2006) terdapat dua jenis bahan senyawa di alam yaitu
senyawa organik dan anorganik. Salah satu sumber senyawa organik dan
anorganik pada lingkungan perairan berasal dari akumulasi sisa hasil
metabolisme, sisa pakan dan hasil limbah di dasar perairan serta proses
mineralisasi yang berlangsung tidak sempurna dari bakteri pereduksi sulfat (Boyd
16
dan Fast, 1992). Akibat terakumulasinya senyawa anorganik tersebut
mengakibatkan meningkatnya konsentrasi senyawa beracun seperti H2S.
Hidrogen sulfida dapat dijadikan salah satu parameter kualitas air yang dalam
konsentrasi rendah sudah sangat berbahaya bagi organisme akuatik yang bersifat
anaerobik karena H2S dapat menurunkan nilai pH lingkungan (Desiyana, 2000).
Lingkungan yang asam mengandung banyak FeS. Unsur-unsur yang diperlukan
dalam membentuk pyrite (FeS2) adalah sulfat, besi hasil metabolisme bahan
organik. Kondisi tersebut sangat memungkinkan terbentuknya hydrogen sulfida
pada perairan budidaya terutama tambak ( Munir dkk., 2010).
Hidrogen sulfida adalah salah satu senyawa anorganik beracun yang menjadi
masalah di perairan dan dapat menyebabkan kematian pada udang dan ikan meski
dalam konsetrasi sangat rendah 0,1 mg/L (Firmansyah dkk., 2016). Menurut Tsai
(1989) organisme tambak seperti udang kehilangan keseimbangan bila
konsentrasi H2S lingkungan perairan mencapai sekitar 0,1-0,2 ppm dan pada
konsentrasi H2S 1 ppm menyebabkan kematian. Kandungan H2S perairan untuk
tambak udang putih (Penaeus vannamei Boone) menurut Standar baku mutu
kualitas adalah 0 ppm H2S batas maksimum 0,0025 ppm (Triani dkk., 2004).
Konsentrasi H2S lingkungan perairan dapat diukur dengan menggunakan metode
biru metilen. Pengukuran kadar H2S menggunakan metode metilen blue dilakukan
dengan cara menambahkan N.N-dimetil-P-fenilandiamin Sulfat (NED) ke dalam
17
supernatan bakteri yang kemudian akan membentuk senyawa 3-merkapto-N,N-
dimetil-pifenilediamin yang berwarna ungu gelap. Kemudian kedalam larutan
pengukuran H2S tersebut ,ditambahkan FeCl3, sehingga terbentuk senyawa biru
metilen jernih. Pembentukan senyawa biru metilen jernih akan memudahkan
dalam absorbansi cahaya pada uji penurunan senyawa H2S. Berikut ini adalah
reaksi yang terjadi pada metode biru metilen pengukuran uji H2S perairan:
+ FeCl3
3-merkapto-N,N-Dimetil-pifenilediamin Methylthionini Chloridum
(Susilawati dkk., 2013).
H3C
N
CH3
NH2.H2SO4
+
N
N3
C
C
H3
5H
NH
N
N3C CH3
5H
NH3
H3C
CH3
N
CH3
CH3
S N+
3-merkapto-N,N-Dimetil-pifenilediamin
Sampel
18
D. Senyawa Ammonia (NH3)
Amonia adalah senyawa yang stabil dan berfungsi sebagai bahan awal untuk
produksi banyak senyawa nitrogen yang penting secara komersial. Penggunaan
utama amonia adalah sebagai pupuk. Amonia dapat diterapkan secara langsung atau
dalam bentuk garam-garam amonium, seperti amonium nitrat, NH4NO3, amonium
sulfat, (NH4)2SO4, dan berbagai amonium fosfat (Djokosetianto, 2006).
Pada tambak, amonia dapat digunakan sebagai sumber energi oleh kelompok bakteri
autrotrof aerobik. Namun demikian, akumulasi ammonia dapat menimbulkan
terbentuknya metabolit toksik antara nitrit yang menyebabkan rendahnya konsumsi
oksigen udang, menghambat pertumbuhan, bahkan kematian pada udang (Widiyanto,
2001). Pada keadaan aerob, ammonia akan diubah menjadi nitrit dan nitrat.
Menurut (Fitriadi dkk., 2016) uji ammonia dapat dilakukan secara kolometri dengan
menggunakan larutan basa merkuri (II) iodide dalam Kalium Tetraiodomekurat
(K2HgI4) atau pereaksi Nessler untuk mengukur senyawa ammonia secara kolometri.
Pada prinsip kerja metode Nessler adalah perekasi Nessler direaksikan dengan
ammonia dalam bentuk larutan basa akan membentuk koloid yang tersebar berwarna
kuning kecoklatan. Reaksi tersebut dapat dilakukan pada persamaan reaksi sebagai
berikut:
19
2K2HI4 + NH3 + 3KO O + 7KI + 2H2O
Berwarna kuning coklat (Hutagalung, 2006).
E. Bakteri Patogen Vibrio sp.
Vibrio sp. adalah bakteri Gram negatif yang bersifat anaerob fakultatif berbentuk
bulat, lurus atau bengkok, dan tidak berspora. Vibrio sp. bergerak menggunakan
flagel monotrik yang ada pada ujung sel bakteri. Bakteri Vibrio sp. dapat tumbuh
baik pada suhu optimum 37 °C, pH optimum 8,5 – 9,5 dan medium yang
mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen serta
menghasilkan enzim katalase dan oksidase.
Gambar 2. Morfologi Vibrio sp. (Breed et al. (1957)
I
Hg
NH2
Hg
20
Klasifikasi Vibrio sp. menurut Breed et al. (1957) :
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Familia : Sprillaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio sp.
Vibriosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. yang menyerang
organisme budidaya air payau seperti udang, kerapu, dan bandeng. Vibrio sp.
merupakan patogen oportunistik yang dapat hidup di bagian tubuh organisme inang
baik di luar tubuh dengan cara menempel maupun pada organ tubuh seperti hepar,
usus dan sebagainya (Hidayat dan Syarif, 2013).
Berbagai cara dilakukan oleh pembudidaya untuk menanggulangi penyakit bakteri
patogen antara lain dengan menggunakan antibiotik. Namun penggunaan antibiotik
yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping yaitu menjadikan patogen
resisten (Kurniastuty, 2006).
F. Probiotik
Probiotik berasal dari Bahasa Yunani yang berarti hidup. Probiotik adalah
mikroorganisme hidup non patogenik, yang jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu
akan memberikan keuntungan pada inangnya (WHO, 2001). Suatu probiotik
21
dikatakan bermanfaat jika memenuhi beberapa kriteria, seperti teknologi produksinya
menggunakan metode pengolahan yang baik sehingga dapat ditambahkan ke dalam
suatu produk tanpa menghilangkan fungsi, rasa, tekstur produk dan viabilitas
probiotiknya. Probiotik saat ini tersedia dalam berbagai jenis macam produk seperti
makanan, obat-obatan, dan suplemen makanan. Probiotik dapat digunakan untuk
mengatasi berbagai gangguan kesehatan antara lain diare, infeksi Helicobacter pylori
(penyebab penyakit gastritis tipe B, tukak lambung dan kanker lambung), kanker,
gejala IBS (Irritable Bowel Sindrom), konstipasi, meningkatkan imunitas saluran
cerna, alergi, sistem kardiovaskuler, intoleran laktosa dan bakteri vaginosis (WHO,
2001).
Probiotik memiliki sifat-sifat antara lain :
1. tidak kehilangan sifat aslinya selama masa penyimpanan.
2. tidak menimbulkan reaksi berbahaya (tidak patogen) terhadap sistem imun atau
bahaya lainnya.
3. resisten terhadap antibiotik.
4. dapat dikelola dalam dosis yang cukup dan memiliki rasio efikasi biaya yang tepat
dan seimbang (Malago et al., 2001).
Ada beberapa mekanisme probiotik dalam melindungi atau memperbaiki kondisi
kesehatan inangnya antara lain dengan menghambat pertumbuhan bakteri patogen
melalui beberapa cara sebagai berikut:
1. memproduksi substansi-substansi penghambat. Probiotik mampu memproduksi
zat-zat penghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun negatif. Zat-zat ini
22
termasuk asam organik, hydrogen peroksidase (H2O2), bakteriosin yang mampu
menghambat tidak hanya bakteri hidup namun juga memproduksi toksin.
2. mampuan untuk mendegradasi prokarsinogenik, senyawa antimutagenik,
memodulasi enzim karsinogenik dalam usus serta menekan tumor dengan
mekanisme respon imun.
3. memperbaiki respon imun melalui peningkatan ekspresi dari limfosit B dan
sekresi imonuglobin A baik secara lokal maupun sistemik.
4. menghambat pertumbuhan bakteri patogen dengan cara kompetisi dengan
mengadakan perlekatan dengan bakteri lain.
5. mampu berkompetisi untuk mendapatkan nutrisi. Bakteri-bakteri yang
menguntungkan (probiotik) akan berkompetisi dengan bakteri patogen dalam hal
memperebutkan nutrisi pada lingkungan yang sama (Simadibrata, 2011).
G. Antibiotik
Antibiotik adalah obat untuk mencegah dan mengobati infeksi yang disebabkan oleh
bakteri. Antibiotik merupakan bahan kimia yang dihasilkan oleh organisme seperti
bakteri dan jamur, yang dapat menghambat pertumbuhan dan bahkan membunuh
mikroorganisme lain. Metabolit yang dapat membunuh bakteri disebut bakterisidal
sebaliknya metabolit yang dapat mengahambat pertumbuhan bakteri disebut
bakteriostatik. Antibiotik saat ini tidak saja dapat digunakan untuk keperluan
pengobatan dan terapi manusia, tetapi juga digunakan untuk keperluan dalam
bidang peternakan, pertambakan dan pertanian. Dampak dari penggunakan antibiotik
23
yang berlebihan akan menyebabkan terbentuknya bakteri yang resisten terhadap
antibiotik dan terjadi transfer dari satu jenis bakteri ke bakteri lain (Qi et al., 2009).
Secara umum mekanisme kerja antibiotik pada sel bakteri dapat terjadi melalui
beberapa cara sebagai berikut :
a. Menghambat sintesis diding sel bakteri.
b. Menghambat fungsi membran plasma.
c. Menghambat sintesis asam nukleat.
d. Menghambat sintesis protein melalui penghambatan pada tahap translasi dan
traskripsi material genetik.
e. Menghambat metabolism folat (Bezoen et al., 2001).
Menurut (Maharani, 2015) antibiotik dibagi menjadi dua kelompok golongan
berdasarkan kegiatannya yaitu antibiotik yang memiliki batas luas (broad spectrum)
dan batas sempit (narrow spectrum). Antibiotik dengan broad spectrum mampu
membunuh bakteri Gram positif dan negatif, virus tertentu, serta protozoa seperti
Tetracycline dan derivatnya, Chloramfenikol, serta Ampicillin. Golongan kedua
adalah antibiotik yang memiliki narrow spectrum dimana antibiotik golongan ini
hanya aktif terhadap beberapa jenis bakteri antara lain penisilin, streptomisin,
neomisin, basitrasina dan polimisin B (Enne et al., 2001).
24
a. Steptomisin
Streptomisin adalah antibakteri golongan amoniglikosida yang turunan semi
sintetisnya mengandung dua atau tiga gula amino, yang saling terikat secara
glukosidis di dalam molekulnya. Antibiotik broad spectrum yang bersifat bakteriosid
menyerang bakteri dengan cara menembus dinding sel bakteri target dan mengikatkan
diri pada ribosom. Streptomisin umunya menghambat bakteri aerob Gram negatif
(Maharani dkk., 2015).
b. Ampisilin
Antibiotik ampisilin merupakan salah satu golongan penisilin. Penisilin merupakan
bakterisidal yang mekanisme kerjanya dengan cara menghambat pembentukan
dinding sel dan permeabilitas membran sel. Ampisilin merupakan penisilin
semisintetik yang stabil terhadap asam atau amidase tetapi tidak tahan terhadap enzim
B-laktamase (Godman dan Gilman, 1965). Ampisilin efektif melawan bakeri Gram
positif dan negatif serta merupakan antibiotik dengan batas spectrum luas (Brander et
al., 1991).
c. Kloramfenikol
Kloramfenikol termasuk antibiotik yang bersifat bakteriostatik yang batas
antibakterinya luas, meliputi bakteri Gram negatif dan positif, bersifat aerobik atau
anaerobik. Mikroorganisme lain yang termasuk juga bersifat bakteriostatik adalah
Ricketsia, Mikoplasma dan Klamidia. Menurut ( Dzen, 2006) mekanisme kerja
antibotik kloramfenikol yaitu dengan cara menghambat sintesis protein ribosom sub
unit 50s. Kloramfenikol mempengaruhi reseptor penerima tRNA pada ribosom.
25
Kloramfenikol tidak langsung menghambat penyusunan peptida atau tahap
translokasi, tetapi menghambat terminasi rantai peptida pada kodon terminasi.
Resistensi BFA terhadap kloramfenikol disebabkan karena bakteri BFA diduga
menghasilkan enzim kloramfenikol asetiltransferase yang dapat merusak aktivitas
obat. Pembentukan enzim ini berada di bawah kontrol plasmid. Menurut ( Kasatpibal
et al., 2006) Kloramfenikol bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter dan S.
aureus karena menghambat sintesis polipetide bakteri dan bersifat bakteriosid
terhadap S. pneumonia, N. meningitides dan H. influenza.
d. Asam Nalidiksat
Antibiotik jenis asam nalidiksat masuk ke dalam golongan flouroquinolon yaitu
golongan antibiotik yang mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat.
Asam nalidiksat menghambat sebagian besar Enterobacteriaceae. Golongan
flouroquinolon saat ini masih direkomendasikan sebagai antibiotik profilaksis yaitu
antimikroba yang digunakan untuk mencegah infeksi sebelum infeksi bergejala
infeksi saluran kemih karena memiliki daya antibakteri yang kuat terhadap E. Coli,
Klebsiella, Proteus,Salmonella, Serratia, H. influenza, N. Meningitidisdan N.
gonorrhoeae (Kasatpibal et al., 2006).
26
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Sampel untuk pengambilan isolat di ambil di hutan mangrove Hanura
BBPBL. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2018 – April 2019.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah anaerobic jar,
inkubator, lampu tuntsen 40 watt, spektofotometer, pipet volumetric,
tabung reaksi berulir, cawan petri, bunsen, erlenmeyer, timbangan
digital, ose, autoklaf, sprayer, kamera, mikropipet, mikroskop, objeck
glass, box penyimpanan sample dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gaspak,
media Sea Water Complete (SWC), Na₂S.7H₂O, alkohol 70%, Garam
27
dapur, Tissue, Sukrosa, Agar seperangkat bahan untuk pewarnaan
Gram, Gaspak, FeCl₃, N.N-dimetil p-phenylenediamine, medium
Thiosulfat Citrat Bile Sucrose Agar (TCBSA), dan sampel lumpur
laut, lumpur mangrove, akar mangrove, daun serasah mangrove,
rajungan, dan keong.
C. Prosedur Penelitian
Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar dibawah ini :
Gambar 3. Tahapan penelitian
Pengambilan sampel bakteri fotosintetik anoksigenik di hutan mangrove
Hanura-Lampung berupa lumpur, air bakau, daun bakau (di lumpur), akar
bakau, bunga bakau, rajungan dan keong.
Isolasi bakteri fotosintetik anoksigenik dan kulturisasi bakteri Vibrio sp. di
Laboratorium Mikrobiologi Unila
Seleksi pH ( 4, 7, dan 10) dan salinitas (0%, 3 %, dan 6%) pada BFA
Karakterisasi morfologi dan pola spektra BFA menggunakan
spektofotometer
Uji Penurunan Konsentrasi dan pertumbuhan bakteri :
1. Senyawa HS (indikator bioremediasi)
2. Senyawa Ammonia (indikator bioremediasi)
3. Uji Kompetisi BFA dengan Vibrio sp. (indikator probiotik)
4. Aktivitas antibiotik BFA
Analisis Data
28
Tahap I
Sampel sumber isolat bakteri fotosintetik anoksigenik (BFA) dari hutan
mangrove Hanura diambil dari lumpur mangrove (L1 dan L2), akar mangrove
(AM), akar serabut mangrove (AS), serasah daun mangrove (D), serasah daun
mangrove isolat merah (B2DM), serasah bunga mangrove (B), dan keong (K).
Sampel kemudian dimasukan ke dalam plastik tahan panas dan diletakkan
dalam ice box sampai dilakukan pengambilan isolat BFA.
Tahap II
1. Isolasi Bakteri Fotosintetik Anoksigenik
Masing-masing sampel diambil sebanyak kurang lebih 1 gram bila sumber
sampel berbentuk padatan dan 1 ml air bila sampeil berbentuk cairan. Sampel
kemudian diinokulasi pada media sea water complete (SWC) dengan
komposisi media SWC adalah: 5 g bakto pepton, 1 g ekstrak yeast, 3 ml
gliserol, 250 ml aquades, 750 air laut dan 15 gram agar (media cair tanpa agar)
(Widiyanto,2001). Kultur cair di masukkan ke dalam tabung reaksi berulir
sampai leher tabung atau sampai penuh sehingga tidak terdapat rongaa udara
dalam tabung ulir. Selanjutnya kultur diinkubasi pada suhu 29-31ºC selama 4-
6 hari di depan lampu tungsten 40 watt dengan jarak 30-40 cm. Kultur yang
mengandung BFA kemudian diisolasi pada media agar dalam cawan petri
menggunakan ose dan metode gores kuadran. Setelah itu cawan-cawan petri
tersebut diinkubasi secara anaerobik fotosintetik di dalam anaerobic jar pada
temperatur 29-31 ºC dan selama 4-6 hari. Koloni isolat yang tumbuh diambil
menggunakan ose, kemudian dipisahkan dengan menanamnya kembali pada
29
cawan petri yang berbeda untuk setiap koloni yang berbeda (Widiyanto,
1996). Perbedaan koloni tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan warna,
tepi, permukaan dan bentuk koloni.
2. Pemurnian Bakteri Fotosintesis Anoksigenik (BFA)
Sebanyak 1 ose isolat BFA diinokulasi dengan metode streak pada media
agar SWC miring kemudian diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu ruang
dalam anaerobic jar di depan lampu tuntsten dengan jarak 30-40 cm.
3. Pemurnian Bakteri Vibrio sp.
Isolat bakteri Vibrio sp. diambil dari koleksi Laboratorium Mikrobiologi
FMIPA Unila. Isolat bakteri diambil menggunakan ose kemudian digoreskan
pada medium Thiosulfate citrate bile sucrose agar TCBSA ( Bonang dan
Koeswardono, 1982).
Tahap III
1. Pengujian Cekaman pH
Koloni yang diperoleh pada tahap pemurnian kemudian diambil menggunakan
ose steril dan diinokulasi kembali dengan metode titik dalam cawan petri
yang berisi media SWC agar dengan pH berbeda yaitu pH 4, 7 dan 10. Isolat
BFA hasil seleksi yang tahan terhadap pH ditentukan dengan melihat BFA
yang tumbuh pada ketiga media dengan pH yang berbeda tersebut (Triyanto et
al., 2009).
30
2. Uji Cekaman NaCl
Koloni yang diperoleh dari tahap pemurnian kemudian diambil
menggunakan ose steril dan diinokulasi dengan metode titik dalam cawan
petri yang berisi media SWC agar dengan konsentrasi NaCl berbeda yaitu
0%, 3% dan 6%. Seleksi BFA yang tahan terhadap konsnetrasi NaCl
ditentukan dengan melihat BFA yang tumbuh pada ketiga media dengan
konsentrasi NaCl yang berbeda tersebut (Triyanto et al., 2009).
3. Pengamatan Morfologi dan Karakterisasi BFA
Karakterisasi morfologi koloni ditentukan dengan cara mengamati
morfologi koloni sedangkan karakterisasi sel BFA dilakukan dengan
pengecatan Gram (Yulvizar, 2013).
4. Karakterisasi Pola Spektra Bakterioklorofil dari BFA
Pola spektra diukur dengan cara mengambil 3 ml supernatan isolat BFA.
Kemudian ditambahkan 1 ml pelarut aseton alkohol (50:50) dan aseton
metanol kedalam isolat BFA. Larutan sampel kemudian dibiarkan selama
20 menit, setelah itu diukur pola spektranya menggunakan
spektofotometer pada panjang gelombang 200 sampai 900d nm
(Golterman, 1978).
31
Tahap IV.
1. Uji Penurunan Konsentrasi H₂S
Ke dalam 5 ml media cair SWC ditambahkan H₂S dengan konsentrasi
sebanyak 0,1 M dengan cara menambahkan 2 mg/L larutan Na₂S.7H₂O.
Media cair SWC dimasukkan ke dalam tabung reaksi berulir sampai penuh,
kemudian diinokulasikan isolat BFA dengan kepadatan 10 sel/mL. Tabung-
tabung media tersebut diinkubasi pada temperatur 29-31ºC selama 5 hari
secara fotosintetik anaerobik (Widiyanto, 1996).
Penurunan konsentrasi H2S diukur menggunakan spektrofotometer
berdasarkan metode phenylenediamine. Sebanyak 5 ml sampel dimasukkan ke
dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 0,4 mL campuran reagen yang
terdiri atas N.N- dimetil p-phenylenediamine (0,1 M) dan FeCl3 (0,1 M)
dengan perbandingan 1:1. Tabung reaksi yang berisi campuran tersebut
kemudian ditutup dan diamkan selama 20 menit, setelah itu diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 670 nm (Golterman, 1978).
2. Uji Penurunan Konsentrasi Senyawa Ammonia
Sebanyak 5 ml media cair SWC dimasukkan ke dalam tabung ulir kemudian
ditambahkan 1 ose isolat BFA. Setelah itu tabung ulir divortex sebelum di
tambahkan kembali media SWC cair pada sampel tabung ulir penuh.
Selajutnya tabung-tabung ulir berisi isolat BFA tersebut kemudian diinkubasi
pada suhu ruang selama 5 hari secara fotosintetik anaerobic. Selesai diinkubas,
32
tabung berisi isolat BFA disentrifuge selama 10 menit pada kecepatan 1000
rpm dan suhu 4°C (Widiyanto, 1996).
Sebanyak 6 ml supernatan BFA dari tabung ulir dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan tambahkan 1 tetes garam Seignette ( 15 gr dalam 30 ml aquades)
kemudian homogenkan dan diamkan selama 2 menit. Setelah itu pada tabung
reaksi tersebut tambahkan pelarut Nessler (K2HgI4) sebanyak 0,25 ml dan
homogenkan kembali dan biarkan selama 15 menit. Uji penurunan ammonia
dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis Shimadzu pada panjang
gelombang 420 nm (Saputra dkk., 2016).
3. Uji Kompetisi Isolat BFA terhadap Vibrio sp.
Sebanyak 14 ml media cair SWC diinokulasi dengan isolat BFA kemudian
diinkubasi selama 3 hari dalam tabung reaksi berulir secara fotosintetik
anoksigenik. Sebanyak 10 ml isolat Vibrio sp. diinkubasi pada media Nutrient
Broth (NB) kemudian di homogenkan menggunakan shaker selama 1 x 24
jam. Kedua isolat BFA dan Vibrio sp. di cat gram sebelum dilakukan
penghitungan untuk menentukan kepadatan populasi masing-masing sel isolat
isolat bakteri.
Masing-masing isolat bakteri BFA dan Vibrio sp. diambil sebanyak 1 ml
kemudian keduanya dimasukkan ke dalam tabung reaksi berulir yang sama
yang berisi media cair NB dengan kepadatan masing-masing 104 dan 102.
Tabung kultur diinkubasi selama 2 hari secara fotosintetik anoksigenik.
Setelah itu diinkubasi populasi BFA dengan menumbuhkannya pada media
33
agar SWC menggunakan metode pour secara anaerobik fotosintetik,
sedangkan untuk mendeteksi populasi bakteri Vibrio sp. ditumbuhkan dalam
media TCBSA pada cawan petri dan diinkubasi pada suhu ruang (Widiyanto,
1998).
4. Uji Antibiotik
Ke dalam media cair SWC dalam tabung reaksi ulir di inkubasi isolat BFA
selama 3 x 24 jam secara fotosintetik anaerobik pada suhu ruang (Widiyanto,
1996). Kemudian dengan menggunakan metode difusi agar, diambil sebanyak
0,1 ml suspensi BFA di streak diatas permukaan media SWC agar dan
letakkan kertas cakram antibiotik antara lain kloramphenikol, asam nalidiksat ,
trimetoprim, ampicilin, dan streptomicin. Setelah itu diinkubasi selama 3 x 24
jam secara anaerobik fotosintetik lalu diukur zona hambatnya berupa zona
jernih disekitar kertas cakram antibiotik dengan menggunakan jangka sorong
(Hamtimi, 2014).
54
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Ada 7 isolat BFA yang ditemukan dari hutan mangrove Hanura
Lampung yaitu B, D, L1, L2, AM, AS dan B2DM.
2. Isolat BFA dikarakterisasi yakni tahan terhadap pH 7 dan 10
sedangkan pada pH rendah (pH 4) tidak dapat tumbuh. Pada uji
NaCl seluruh isolat BFA dapat tumbuh pada semua uji kecuali
isolat B2DM yang tidak mampu tumbuh pada NaCl 0%.
3. Isolat BFA yang berpotensi sebagai kandidat agen bioremediasi
yaitu isolat B2DM dapat menurunkan senyawa H2S sebesar 94%
dan isolat L1 dapat menurunkan senyawa ammonia sebesar 62%
4. Isolat BFA berpotensi sebagai agen probiotik yaitu isolat B (log ∑
sel adalah 2,6) dan L1 (log ∑ sel adalah 1,9) yang dapat menekan
pertumbuhan bakteri patogen Vibrio sp.
5. isolat BFA L2 sensitif terhadap 5 jenis antibotik yaitu ampisilin,
kloramfenikol, asam nalidiksat, streptomisin dan trimetoprim.
Isolat BFA L2 juga berpotensi sebagai agen probiotik.
55
B. Saran
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya untuk dapat di lakukan uji
lebih lanjut dengan menggunakan uji hemolisis dan compatibilitas
terhadap isolat BFA.
56
54
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Andi. Yogyakarta.
Amalia, Dwijayanti R. dan Haitami. 2016. Daya Hambat NaCl
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Medical
Laboratory Technology Journal. 2 (2) : 42-45.
Agistiyani D., Imamuddin H., Faridah E. dan Oedjijono. 2004. Pengaruh Ph
dan Substrat Organik Terhadap Pertumbuhan dan Aktivotas Bakteri
Pengoksidasi Amonia. Biodiversitas. 2 (2) : 43-47.
Arlita, Nurul Ria. Ocky Karna Radjasa, Adi Santoso. 2013. Identifikasi
Pigmen Karotenoidpada Bakteri Simbion Rumput Laut Claulerpa
cupressoides (Vahl) C. Agardh. Journal of Marine Research. Vol. 2
No. 3 : (68-77). Semarang.
Badan Standar Nasional. 2009. SNI 06-6989.30-2009. Cara Uji Kadar
Ammonia dengan Spektrofotometer secara fenat Bagian 30.
Blankership MT, Madigan MT, Bauer CE. 1995. Anoxygenic Photosynthetic
Bacteria. Kluwer Academic Publisher. Hlm 1269-1282. Netherland.
Bezoen A., van Haren W., Hanekamp J.C. 2001. Antibiotics: Use and
Resistence Mechanisms. Human Health and Antibiotic Growth
Promoters (AGPs). Geidelberg Appel Nederland.
Boyd C.E. and Fast A.W. 1992. Marine Shrimps Culture-Principles and
Practices. Elsevier. Amsterdam. Hlm 497-513.
Breed, E. G. D., Murray, and Nathan R. S. 1957. Bergey’s Manual of
Determinate Bacteriology (International Code of Bacteriology
Nomenclature). 7th ed. The Williams & Wilkins Company. Baltimore.
Brock, T.D. and M.T. Madigan. 1991. Biology of Microorganism. Prentice
Hall. New Jersey.
57
Bryant, N., Pfening and J.G. Holt. 2010. Bergeys Manual of Systematic
Bacteriology. William and Wilkins. Baltimore.
Brander, G., Pugh D. R., Jenkins W. 1991. Veterinary Applied Pharmacolog
and Therapeutics 5th Edn. Baillere Tindal. London. 484-488.
Cambell, N.A., J.B. Reece, L.A. Urry, M.L Chain, S.A. Wssserman, P.V.
Minorsky, and R.B. Jackson. 2011. Campbell Biology. 9th Edition.
Benjamin Cummings. San Francisco.
Connel D, Miller G. 1995. Kimia & Ekotoksikologi Pencemaran. UI Press.
Jakarta
Dahuri. 1996. Pengolahan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Desiyana. 2000. Isolasi Bakteri Fotosintetik Anoksigenik (BFA) dari Perairan
Pantai di Lampung Selatan dan Uji Kemampuannya Menurunkan H2S.
Universitas Lampung.
Dzen. 2006. Kuman Penyebab Infeksi Saluran Kemih dan Kepekaaanya
terhadap Antibiotik. Lab. Mikrobiologi FK Unibraw. Medika.
12(10):944-949. Malang.
Enne VI, Livermore DM, Stephens P. Hall LM. Persistence of
sulphonamide resistance in Escherichia coli in the UK despite
national prescribing restriction. Lancet. 2001;357:1325–1328.
Elbadry, M., Elbanna, K.H. 1999. Effect of Rhodobacter capsulatus
Inoculation in Combination with Graded Levels of Nitrogen
Fertilizer on Growth and Yield of Rice in Pots and Lysimeter
Experiment. World Journal of Microbiolgy and Technology. 15:3
(393-395).
Erbabley, Nally. 2011. Pengujian Sensitivitas dan Efektivitas Antibiotik
Terhadap Penyakit Vibriosis pada Kerapu Tikus Chromileptes
altivelis. Jurnal Sumberdaya Perairan. Universitas Pattimura Ambon.
7 (1): 1-65 ISSN 1693-
6493.
Fajriani, Budiharjo dan Pujiyanto. 2018. Isolasi dan Identifikasi Molekuler
Bakteri Antagonis Terhadap Vibrio pparahaemolyticus Patogen Pada
Udang Litopenaeus vannamei Dari Produk Probiotik dan Sedimen
Mangrove di Rembang. Jurnal Biologi, Vol 7 No. 1:52-63.
58
Firmasnyah, F., Sadi, N.H., dan Komala O. 2016. Isolasi dan Uji Aktivitas
Bakteri Ungu Sulfur Penurunan Kadar Senyawa Hidrogen Sulfida
di Perairan Tawar. Biologi. Universitas Pakuan. Bogor.
Feng dan Y. Wang. 2007. Biosorption and Bioreduction of Trivalent Aurum by
Photosynthetic Bacteria Rhodobacter capsulantus. Curr Microbiol. 55 :
402-408.
Golterman, H.L.; R.S. Clymo; M.A.M Ohnstad. 1978. Method for
Physical and Chemical Analysis of Fresh Waters. Second edition.
Blackwell Scientific Publications. London.
Haerul. 2016. Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas
Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat (Studi Kasus
Pesisir Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan). Thesis.
Institut Pertanian Bogor.
Hendrawati, Prihadi T. dan Rohmah N. 2007. Analisis Kadar Phosfat dan
N- Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau Akibat
Rembesan Lumpur Lapindodi Sidoarjo, Jawa Timur. Jurnal Ilmiah
Biologi.
Hidayat dan Syarif. 2013. Karakterisasi Bakteri Genus Vibrio Dari Ikan
Kerapu (Plectropomus sp.). Jurnal Ilmiah Biologi. UIN Alauddin
Makassar. 1(2):141-143.
Hiraishi A., Shin K. Y., and Sugiyama J. 1995. Brachymonas Denitrificans
Gen. Nov., sp. Np., Anaerobic Chemoorganotrophic Bacterium Which
Contains Rhodoquinones and Evloutionary Relationships of
Rhodoquinone Producers to Bacterial Species With Various Quinone
Classes. J. Gen. Appl. Micribiol. 41:99-117.
Hutagalung, H. Dan Razak A. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan
Biota. Buku Kedua. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.
Imron, M. dan Purwanti I. 2016. Uji Kemampuan Bakteri Azotobacter S8 dan
Bacillus subtilis untuk Menyisihkan Trivalent Chromium (Cr₃⁺) pada
Limbah Cair. Jurnal Teknik ITS, 5(1):2337-3539.
Jagadesswari. 2010. Isolation and Characterization of Bacteriocin
Producing Lactobacillus sp. From Traditional Fermented Food.
Electronic Journal of Environmental Agricultural and Food
Chemistry. 9(3):575-581.
59
Lim, C. dan D. S. Suanta. 1993. Budidaya Tambak Udang Intensif. PT.
Dipasena Citra Darmaja, Lampung.
Kasatbipal, N., Norgaad, M., Sorensen, H., Schonheyder, H.C., Jamulitrat,
S., and Chongsuvivatwong V. 2006. Risk of Surgical Site Infection
and Afficacy of Antibiotic Prophylaxis: a Cohort Study of
Appendectomy Patients in Thailand. Biomed Central. 6:111.
Kamiso, H.N., Alim S., Triyanto., Murdjani M., dan Lili S. 2005. Efektivitas
Vaksin Polivalen Pengendalian Vibriosis pada Kerapu Tikus (
Cromilepes altivelis). Jurnal Perikanan. VII (2):95-100.
Kurniastuty, T., Tusihadi, dan Hartono P. 2004. Hama dan Penyakit Ikan Dalam Pembenihan Ikan Kerapu. DKP, Dirjen Perikanan Budidaya,
Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hal. 56-58.
Kusmarwati A., Yusma Y. dan Ninoek I. 2017. Resistensi Antimikroba pada
Vibrio parahaemolyticusn dari Udang Vaname Asal Pantai Utara Jawa
untuk Pasar Ekspor. JPB Kelautan dan Perikanan. 12:2 (91-106).
Kusmana, C. 1997. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Fakultas Kehutanan. Intitute Pertanian Bogor. Bogor.
Kobayashi M. and Kobayashi M. 1995. Waste Remediation and Treatment
Using Anokxygenic Phototrophic Bacteria. Kluwer Academi
Publisher. Japan. 1269-1282.
Madigan M.T., Martinko J.M., dan Parker J. 2001. Brock Biology of Microorganisms. 9th Edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey.
Maharani, Cahyani N. dan Kartika S. 2015. Uji Kepekaan Beberapa Jenis
Antibiotik Terhadap Penyakit Penyebab Endometritis Pada Peternakan
Babi Desa Sukapura Kabupaten Probolinggo. Fakultas Kedokteran
Hewan. Universits Airlangga. Surabaya.
Malago, J. J., Koninkx, J.F.J.G., Logar R.M. 2001. Probiotic Bacteria and
Enteric Infections. Springer Dordrecth Hedelberg. London. New York.
Mardhiah B. 2009. Pembuatan Pakan Ikan dari Protein Sel Tunggal Bakteri
Fotosintetik Anoksigenik Dengan Memanfaatkan Limbah Cair Tepung
Tapioka Yang Diuji Pada Ikan Nila ( Oreochromi niloticus). Medan.
Universitas Sumatera Utara.
60
Malik, A. 1999. Kajian Metode Flokulasi dan Pengendapan Bakteri
Fotosintetik Anoksigenik (BFA). Fakultas Teknologi Pertanian.
Intitute Pertanian Bogor. Bogor.
Mirdat, Yosep S Patadungan, Isrun. 2013. Status Logam Berat Merkuri (Hg)
dalam Tanah pada Kawasan Pengolahan Tambang Emas di Kelurahan
Poboya, Kota Palu. E-Journal Agrotekbis. 1 (2) : 127 – 134.
Munir M., Haryanto K., Novarina., Marlena B., dan Indrati S. Pemulihan Sulfur
dari Gas yang Mengandung Hidrogen Sulfida dari Kegiatan PLTP
dengan Proses Bio Disulfurisasi. Jurnal Riset Industri. IV(3): 123-126.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta. PT. Pradnya
Paramita.
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksisitas Logam Berat. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Pfenning N dan Truper H.G. 1989. Anoxygenic phototrophic bacteria. In. J.T.
Staley, M. P.
Putra, Mustofa dan Widyorini N. 2014. Analisis Hubungan Bahan Organik
dengan Total Bakteri pada Tambak Udang Intensif Sistem Semibioflok
di BBPBAP Jepara. Management of Aquatic Resources. Vol 3 No. 3
(121-129). Semarang.
Rusnam E. 2009. Teknik Bioremidiasi Pengendalian Pencemaran Air Danau
Maninjau Sumatera Barat. Artikel Penelitian Hibah Strategi Nasional
Tahun Anggaran 2009. Universitas Andalas.
Sadi, Hermayani N., Maghfiroh M dan Widiyanto T. 2006. Potential Use of
Purple Bacteria as Carotenoid Source in Ornamental Fish Feed. Jurnal
Aqua Kultur. Bogor. Vol 9 (1) : 16-20.
Saputra, Alfian D., Haeruddin, dan Widyorini N. 2016. Efektivitas
Kombinasi Mikroorganisme dan Tumbuhan Air Lemma minor
sebagai Bioremediator dalam Mereduksi Senyawa Amoniak, Nitrit,
dan Nitrat Pada Limbah Pencucian Ikan. Diponegoro Journal of
Maquares. Vol.5 No. 3 : (80-90). Semarang.
Sutrisna R., Ekowati N., dan Rahmawati D. 2012. Uji Daya Hambat Isolat
Bakteri Asam Laktat Usus Itik (Anas Domestica) pada Bakteri Gram
Positif dan Pola Pertumbuhan Isolat Bakteri Usus Itik pada Media Mrs
Broth. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol. 3 No. 1:(52-59). Unila. Bandar Lampung.
61
Suyanto, D dan Suwanto A. 2000. Seleksi dan Isolasi Bakteri Pengurai Senyawa Mikroba Aromatik. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. Vol 5. 2:39-42.
Schlegel, H. G, dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi ke-6.
Gadjahmada University Press. Yogyakarta.
Setiabudi, S. T. 2005. Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas
di Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D. I. Yogyakarta.
Simadibrata, M. 2011. The Effect of L-ornithine L-aspartate and Branch Chain
Amino Acids on Encephalopaty and Nutitional Status in Liver Cirrhosis
with malnutrition. Medician Indonesia Journal. 43(1):18-22.
Sudigdoadi, Sunarjati. 2015. Mekanisme Timbulnya Resistensi Antibiotik pada
Infeksi Bakteri. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran. Universitas
Padjajaran. Bandung.
Suhendrayatna. 2001. Bioremoval Logam Berat dengan Menggunakan
Mikroorganisme: Suatu Kajian Kepustakaan. Seminar On-Air
Bioteknologi Untuk Indonesia Abad 21. E-Journal Agrotekbis. 2 (5)
: 55 – 58.
Suwanto, A. 2001. Petunjuk Praktikum Biologi Molekuler. Program studi
Bioteknologi Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
Susilawati, T., Abduh S.M., Mulyani, S. 2013. Reduksi Bakteri dan Biru
Metilen, serta Perubahan Intensitas Pencoklatan dan pH Susu Akibat
Pemanasan pada Suhu 80 ֯ C dalam Periode yang Bervariasi. Animal
Agriculture Journal. 2(3):112-113.
Suryani, S.I. 1998. Pengaruh Pemakaian Bakteri Fotosintetik Anoksigenik
terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi. Biologi Fakultas MIPA. IPB.
Bogor.
Triyanto, Isnansetyo, A., Prijambada, I.D., Widada, J., dan Kembaren D.D.
2008. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Pendenitrifikasi yang Diisolasi
Dari Lumpur Kawasan Mangrove. Jurnal Perikanan. X(1): 1-10.
Triyanto, Isnansetyo, A., Prijambada, I.D., Widada, J., dan Tarmiawati, A.
2009. Isolasi, Karakterisasi dan Uji Infeksi Bakteri Proteolitik Dari
Lumpur Kawasan Hutan Bakau. Jurnal Perikanan. XI(1):13-18.
62
Triani, W., Pangastuti, A., Astirin, O.P. 2004. Populasi Bakteri Pengoksidasi
Sulfur dan Kadar H2S di Tambak Udang Putih (Penaeus vannamei
Boone) Sistem Intensif. Jurnal Biosmart. Vol 7(1):23-26.
Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Brilian Internasional. Surabaya.
Wahyudi. 2016. Pemanfaatan Bakteri Pelarut Fosfat Penginduksi Hormon
IAA (Indol Acetic Acid) untuk Peningkatan Pertumbuhan Kedelai
(Glycine max). Journal of Agricultural Science and Biotechnology.
Vol 7 (1).
Widiyanto, T. 2001. Pendekatan Biokondisioner dengan Bakteri
Fotosintetik Anoksigenik (BFA) untuk Pengendalian Senyawa
Metabolik Toksik di Tambak Udang. Disertasi. Program
Pascasarjana/S3. IPB. Bogor.
Widiyanto. 1998. Bakteri Fotosintetik Anoksigenik Sebagai Biokondisioner di
Tambak Udang: Pengurangan Produksi H₂S dan Pengaruhnya pada
Pertumbuhan Vibrio harveiy. Thesis. Program Pasca Sarjana IPB.
Bogor.
Widyowati, Wahyu. dan Astiana Sastiono. 2008. Efek Toksik Logam :
Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta.
Wijanarka, Sudarno dan Pratama N. 2017. Pertumbuhan Bakteri Anammox
pada Berbagai Salinitas. Prosiding Sains dan Enterpreneurship. Hal
557-568.
World Health Organization (WHO). 2001. International Classification of
Functioning , Disability and Health. Geneva. ISBN 92 4 154542 9.
Yuhana, M. 2010. Agen Biokontrol Dalam Akuakultur : Produksi dan
Aplikasinya. Jurnal akuakultur Indonesia. IPB. Bogor. 9 (1) : 16-20.
Qi, Z., Zhang, X-H., Boon, N. and Bossier, P. 2009. Probiotics in Aquaculture
of China-Current State, Problems and Prospect. Aquaculture 290:15-21.