Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ISSN 0852 1077
Jurnal IImu Pertanian
AGRIUM April 2013
PRODUKTIVITAS KLON KARET PADA BERBAGAI KONDISI LINGKUNGAN DI
PERKEBUNAN
Aidi Daslin 1
KAJIAN KANDUNGAN SENYAWA PHENOL DAN SENYAWA PAH PADA ASAP CAIR
CANGKANG KELAPA SAWIT (ACCKS) REDESTILASI YANG DIHASILKAN PADA
TEMPERATUR TINGGI .
Desi Ardilla dkk 7
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP
PEMBERIAN PUPUKKANDANG AYAM DAN PUPUK ORGANIK CAIRPLUS
Hadriman Khair dkk 13
PENGARUH LIMBAH PADAT (SLUDGE) DAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TERUNG UNGU (Solanum melongenaL.)
Irnasyofia dkk 23
EKSTRAK TUNAS BAMBU (REBUNG) DAN KOMPOS MENINGKATKAN PERTUMBUHAN
BIBIT KELAPASAWIT (Elaeis quineensisjacq)DI MAIN NURSERY
Rahmi Zulhida dkk 32
PERANAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)
TERHADAPPENINGKATAN PENDAPATAN PETANI
Sasmita Siregardkk 37
ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot utilissima)
Muhammad Thamrin dkk 47
MODIFlKASI PROSES PEMBUATAN KARET ALAM SIKLIS (CYCLICNATURAL RUBBER)
MELALUI REAKSI PEMUTUSAN RANTAI (CHAIN SCISSION) DAN SIKLISASI
Eddyanto dkk 55
MODEL PEMBIAYAAN USAHATANI MELON DI KABUPATENDELI SERDANG
Desi N ovita 62
PEMBUATAN PATI DARI BIJI DURIAN MELALUI PENAMBAHAN NATRIUM METABISULFIT
DANLAMA PERENDAMAN
Budi Suarti dkk 69
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI JAGUNG
Akbar Habib ' 79
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH CAIR TAHU DAN PUPUK UREA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.(Merill)
Efrida Lubis 88
PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN PEMBENAH TANAH TERHADAP INFEKTIVITAS
BAKTERI RHIZOBIUM YANG BERSIMBIOSIS DENGAN KEDELAI PADA GAMBUT
Nurhayati dan Razali 96
OPTIMASI KALIUM SULFAT(K2S04) DAN PUP UK KANDANG TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAl MERAH (Capsicum annuum LJ
Suryawaty .,..., .,., .,102
ISSN 0852 1077 Jurnal IImu Pertanian
AGRIUM : Satya Negara Lubis
Zulkifli Lubis
DharmaBakti Nasution
Rafiqi Tantowi
Basuki Wfrjoselltono·
Pinipinan Umum : Hadriman Khair
Pimpinan Redaksi : Muhammad Said Siregar
Sekretaris : Misril Fuadi
Bendahara : Gustina Siregar
Redaksi Pelaksana : Muhammad Thamrin
Rita Mawarni
Produksi/Pemasaran : Irna Sofia
Efrida Lubis
Sasmita Siregar
Sri Utami
NurSamsi
Syakir Naim Siregar
: Akbar Habib
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Jln Kapt. Mukhtar Basri, B A No.3 Medan 20238
Telp. 061-6622400 Ext 25 & 26 Fax 061-6625474,6631003
Website:http//www.jurnal.umsu.ac.id .'
Email: [email protected];[email protected]
Penerbit : Fakultas Pertanian Uriiversitas Muhammadiyah Sumatera Utara
PRODUKTIVITAS KLON KARET PADA
BERBAGAI KONDISI tiNGKUNGAN Dl PERKEBUNAN
Aidi-Daslin
Pene1iti Utama, Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet
Sungei Putih, Galang-Deli Serdang, PO.Box 1415 Medan 20001.
email: aididaslin@yaJ:lOo.com
Abstract
Planting of superior clones in plantations have a significant impact in improving productivity.
Some clones could show optimal yield when planted in a certain environments but have low productivity
in other environments. Indonesia has a wide diversity of environments in order requiring suitable clones
for a certain environment. The study was conducted to determine the productivity of some clones in three
different environmental conditions on the plantation, which consists of five conventional rubber clones
(GT 1, AVROS 2037, RRIM 600, PB 235, PB 260) were planted 1990, six clones of1RR 100 series (IRR
100, 1RR 108, 1RR 110, 1RR 111, 1RR 112. 1RR 118), and six clones of 1RR 200 series 1RR (IRR 207, 1RR
208, 1RR 209, 1RR 21 I, 1RR 216, 1RR 220) were planted 2004 respectively. The trials were arranged in a
randomized block three replication, planting distance of 3.0 x 6.5 m and each plot of 600 trees (12 rows
x 50 trees). Observation of latex yield measured in dry rubber productivity (tonnes/hectare). The result
showed, there are the differences of clonal response at three locations with different environments in the
plantation. The clones of PB 235 and PE 260 have the highest .productivity and suitable for the
environment I (the low rainfall areas) with yield per hectare cumulative offifteen tapping years are 30. J
and 29.2 tonnes respectively. Clone lRR 112 had the best cumulative productivity overfive tapping
years of 8.4 to 9.2 tonnes/hectare and 1RR 118 of 7.2-7. 6 tonnes/hectare suitable for the environment I
and II and 1RR 110 had the highest productivity are 8.0 tonnes/hectares is suitable for environment 11
(optimal condition). Clones 1RR 208 and 1RR 211 provide the best yield (7.0 to 7.8 tonnes) and suitable
for environment I and II, while clones of 1RR 209, 1RR 216 and 1RR 220 is 'suitable for environment 111
(high rain fall areas) with productivity 8.0 to 8.5 tannes. Development of these clones in appropriate
planting environment, will increase the productivity of rubber plantations and agribusiness profits.
Keywords: Hevea brasiliensis, rubber, productivity, environment, superior clones
Abstrak
Penanaman klon karet unggul di perkebunan telah memberikan dampak yang nyata didalam
meningkatkan produktiv,itas tanaman. Beberapa klon unggul memperlihatkan hasil yang optimal jika di
tanam pada suatu kondisi /ingkungan, namun memberikan produktivitas yang rendah pada lingkungan
lain. Indonesia memi/iki keragaman lingkungan yang luas sehingga diperiukan klon unggul yang sesuai
ditanam untuk lingkungan tertentu. Penelitian dilakukan untuk mengetahui produktivitas beberapa k!on
karet pada tiga kOndisi lingkungan yang herbeda di perkebzman, yang terdiri dari lima klon karet
konvensional (GT I, AVROS 2037, RR1M 600, PE 235, PE 260) ditanam tahun 1990, enam klon 1RR seri
100 (1RR 100, 1RR 108, 1RR 110, 1RR 111. IRR J 12, 1RR 118), dan enam klon 1RR seri 200 (1RR 207,
IRR 208, 1RR 209, 1RR 211, 1RR 216, lRR 220) masing-masing ditanam tahun 2004. Penelitian
dibangun secara acak kelompok dengan tiga ulangan, jarak tanam 3,0 x 6,5 m, tiap plot sebanyak 12
baris x 50 pohon. Observasi hasi/ lateks diukur dalam bentuk produktivitas karet kering (ton/ha). Hasi/
studi menunjukkan adanya perbedaan respon klon pada tiga lokasi dengan lingkungan yang berbeda di
perkebunan. Klon PE 235 dan PE 260 memiliki produktivitas tertinggi dan sesuai untuk lingkungan I
(daerah curah hujan rendoh) dengan produksi per hektar kumulatif 15 tahun sadap, masing-masing 30,1
dan 29,2 ton/ha. Klon IRR 112 memiliki produktivitas kumulatifterbaik lima tahun sadap sebesar 8,4-9,2
ton/ha dan 1RR 118 sebesar 7,2-7,6 ton/ha sesuai untuk /ingkungan I dan II _ dan 1RR 110 dengan
produksi tertinggi sehesar 8,0 ton/ha sesuai untuk lingkungan 11 (kondisi optimal). Klon IRR 208 dan IRR
21 J memberikan produksi terbaik (7,0-7,8 tQI)) dan sesuai untuk lingkungan I dan IL sedangkan k/on
IRR 209, IRR 216 dan IRR 220 sesuai di /okasi lingkungan 111 (daerah curah hujan tinggi) dengan
produktivitas 8,0-8,5 ton. Pengembangan klon-klon tersebut pada lingkungan penanaman yang sesuai,
akan meningkatkan produktivitas kebun dan keuntungan agribisnis ka.~et.
Kata kunci : Hevea brasiliensis, karet, produktivitas, /ingkungan, klon unggul
A. PENDAHULUAN sejak tahun 1910 dan menghasilkan sejumlah
Kegiatan pemuliaan tanaman karet di klon unggul dengan peningkatan produktivitas Indonesia
telah berjalan selama empat generasi lima kali lebih tinggi dari bahan tanaman asal
semaian (seedling) dengan, rata-rata tanaman karet adalah 1.800-2.500 mm/th,
produktivitas hanya 300-500 kg/ha/th. Klon·· dengan 115-150 hari hujan, serta bulan kering
konvensional GT 1, AVROS 2037, RRIM 600, «130 mm) 5-6 bulan dan bulan basah (>150
PB 235, PB 260, dan klon unggul baru IRR 112 mm) selama 5-6 bulan.s Kisaran suhu optimum
dan IRR 118 merupakan bahan tanaman anjuran yang baik untuk pertumbuhan dan produktivitas
skala komersial, dan disamping itu terdapat tanaman karet adalah 25-280 C9•
sejumlah klon harapan lRR seri 100 dan 200 Ketinggian tempat (elevasi) berpengaruh yang masih dalam tahap uji adaptasL1 Adopsi negatif terhadap produktivitas karet, pada penanaman klon-klon karet unggul di ketinggian >700 m dpl, sudah memberikan efek perkebunan cukup menggembirakan, namun yang buruk bagi pertumbuhan dan produksi pencapaian produktivitas optimal selalu karet. 10 Bentuk muka lahan (topografi) dengan bervariasi dan bahkan tidak tercapai. Perbedaan kemiringan 17-40% harns memperhatikan
produktivitas tersebut dapat terjadi karena kesesuaian klon untuk daerah tersebut. Untuk adanya
perbedaan respon klon pada berbagai daerah berbukit, dengan kemiringan lebih dari lingkungan
(agroekosistem) wilayah 40% sudah memberikan resiko yang besar untuk penanaman2
• tanaman karet.1I Disamping berbagai faktor Produktivitas klon unggul ditentukan diatas, kemungkinan dapat terjadi perubahan
oleh faktor genetik, Iingkungan dan interaksi iklim karena pemanasan global yang dapat keduanya. Kendala lingkungan sangat bervariasi mempengaruhi daerah optimum untuk budidaya menurut kondisi agroekosistem penanaman, tanamanl2 Dari beberapa fakta di atas, sehingga jenis klon yang memiliki karakteristik memperlihatkan bahwa faktor lingkungan berbeda akan membutuhkan kondisi lingkungan sangat mempengaruhi produktivitas karet. (agroekosistem) yang sesuai guna mewujudkan Penanaman klon-klon tertentu pada suatu tingkat
produktivitas yang optimal. Hasil lingkungan (agroekosistem) akan menjadi penelitian menunjukkan bahwa beberapa pertimbangan penting, agar diperoleh kultivar
tanaman karet dapat beradaptasi pada produktivitas klon yang optimal. Indonesia berbagai daerah dengan agroekosistem yang '..dengan keragaman lingkungan yang luas, luas ataupun pada lingkungan yang spesifik. 3 memerlukan altematif pilihan berbagai jenis Indonesia memiliki kisaran iklim yang luas klon unggul yang sesuai untuk lingkungan yaitu dari tropika basah hingga semi-arid dan tertentu. Makalah ini bertujuan untuk curah hujan merupakan unsur utama iklim yang menentukan klon-klon karet dengan bervariasi pada berbagai wilayah. Sebahagian produktivitas terbaik pada berbagai kondisi besar perkebunan karet di Indonesia terletak di lingkuugan yang berbeda di perkcbunan. Sumatera dan Kalimantan dengan kisaran curah
hujall antara 1.500 - 4.000 mm/th dan rata-rata B. METODE PENELITIAN
bulan kering 0-4 bulan per tahun4• Penelitian terdiri dari tiga kegiatan yang
Dari beberapa hasil penelitian masing-masing terdapat pada tiga lokasi dengan menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang lingkungan yang berbeda. Kegiatan pertama secara signifikan dapat mempengaruhi menggunakan lima klon karet anjuran
produktivitas tanaman karet adalah curah hujan konvensional (GT 1, AVROS 2037, RRlM 600, Gumlah dan frekuensinya), ketinggian temp at, PB 235, PB 260) ditanam tahun 1990. Kegiatan topografi, dan sifat-sifat fisik tanah.5 Penurunan kedua terdiri dari enam klon IRR seri 100 (IRR
produksi akibat kesalahan penanaman klon yang 100, IRR 108, IRR 110, IRR Ill, IRR 112, IRR tidak sesuai pada daerah basah (curah hujan 118), dan kegiatan ketiga terdiri enam klon IRR >3.000 mm/th tanpa bulan kering) dapat seri 200 (IRR 207, IRR 208, IRR 209, IRR 211, mencapai 7-40%, karena tanaman terserang IRR 216, IRR 220) masing-masing ditanam penyakit gugur daun seC31'a berkepanjangan. 6 tahun 2004. Penelitian dirancang secara acak Hasil penelitian lainnya memperlihatkan bahwa kelompok dengan tiga ulangan pada lokasi yang terjadi penurunan populasi tanaman dan berbeda, jarak tanam 3,0 x 6,5 In, tiap plot terlambatnya buka sadap dari beberapa klon sebanyak 12 baris x 50 pohon. Observasi hasil yang ditanam pada daerah dengan agroklimat Iateks dalam bentuk produksi. karet kering basah (cilrah hujan >2.500 mm/th, dengan 5-6 (ton/ha). Karakteristik lingkungan penelitian bulan basah) dibandingkan dengan daerah yan~ disajikan pada Tabell. lebih kering. 7 Curah hujan rata-rata per tahrin
yang terbaik untuk mendukung produktivitas
a e ar enst mg 19anpa a tlga 0 aSI pene ltIan
No. Keterangan Lingkungan
Ll L2 L3
1. Ketinggian 15 III dpl 60 mdpl 200 mdol
2. Topografi datar datar bergelombang
3 pHtanah 4,0-6,0 4,0-6,5 4,0-6,5
4. Tekstur lempung berpasir lempung liat bemasir lempung liat berpasir
5. Kedalarnan efektif <100 em > 100 em >100 em
6. Temperatur 27-330 C 26-320 C 25-300 C
7. Rata-rata
1.200-1.500 rnmIth 1.800-2.200 2.800-3.600
eurah hujan mm/th mm/th 8. Harihujan 70-90 hari/th 100-140 hari/th 120-180 hari/th
9. Bulan kering 2-4 bulan/th 2-4 bulan/th 0-2 bulan/th
c. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada lingkungan I yang memiliki
Klon Anjuran Konvensional karakteristik iklim yang lebih kering (eurah
Data produksi karet kering per hektar hujan rendah), tampaknya tidak selalu
kumulatif 15 tahun sadap, lima klon karet memberikan pengaruh yang buruk terhadap
konvensional yaitu GT 1, AVROS 2037, RRlM produktivitas karet. Hasil yang sarna diperoleh
600, PB 235 dan PB 260 pada berbagai dari observasi berbagai klon karet anjuran pada
lingkungan disajikan pada Tabel 2. Hasil lokasi dengan tingkat eurah hujan yang lebih
analisis statistika menunjukkan terdapat rendahl4• Dari hasil penelitian diketahui bahwa
perbedaan produktivitas yang nyata diantara eurah hujan rata-rata 1500 mm/thn dengan
klon dan lingkungan. Klon terbaik pada lokasi jumlah bulan kering berturut-turut tidak
lingkungan I (daerah eurah hujan rendah) .melebihi empat bulan, belum menjadi faktor
adalah PB 235 dan PB 260 dengan pembatas yang serius bagi produktivitas
produktivitas masing-masing 30,1 dan 29,2 tanaman karet. Penelitian di India
ton/ha, pada lingkungan IT klon PB 260 (24,3 memperlihatkan merosotnya produktivitas karet
ton/ha) dan pada lingkungan III klon GT 1 dan di daerah penanarnan dengan tujuh bulan kering
PB 260 masing-masing 20,2 dan 21,2 ton/ha. .15 Sedangkan di daerah lingkungan penanarnan
Klon GT 1 tampak paling stabil pada tiga yang basah, selalu terjadi gangguan penyakit
kondisi lingkungan tetapi potensi hasilnya gugur daun karena jumlah hari hujan yang lebih
dibawah PB 235 dan PB 260. Klon AVROS tinggi, sehingga klon-klon yang rentan
2037 dan RRIM 600 lebih sesuai untuk terganggu produksinya.16 Kondisi di atas·
1ingkungan I dengan produktivitas masing- mengindikasikan bila usaha perkebunan karet di
masing 20,2 ton/ha dan 23,8 ton/ha. Klon PB kembangkan pada lingkungan sub-optimal, akan
260 memberikan hasil yang lebih stabil di tiga lebih kondusif di daerah yang lebih kering,
1ingkungan (21,2-29,2 ton/ha), sedangkan PB walaupun terbuka kemungkinan pengembangan
235 lebih spesifik dan terbaik di lingkungan I pada agroklimat yang lebih basah dengan
dengan produktivitas 30,1 ton/ha. Hasil yang menanarn klon-klon tertentu yang spesifik
sarna menunjukkan bahwa PI3 260 merupakan lokasi untuk daerah curah hujan tiIiggi. Pada
klon penghasillateks tinggi diberbagai wilayah Gambar 1 dapat dilihat respons klon pada tiga
pertanaman karet di India, sedangkan PB 235 kondisi lingkungan dari produksi kumulatif 10
lebih spesifik untuk daerah penanarnan dengan tahun dan IS tahun penyadapan.
. kondisi agroklimat yang lebih kering seperti
lingkungan 113•
Tabel2. Produksi karet kering dari berbagai klon konvensional pacta berbagai lingkungan
Produksi kumulatif 15 tahun sadap
(ton/1m) pada lingkungan
II
GT 1 21,9 0' 20,1 20,2 20,7 ab
AVROS 2037 20,2 15,8 17,1 17,7 a
RRlM 600 23,8 18,2 15,1 19,0 a
PB 235 30,1 21,1 15,8 22,3 ab
PB 260 29,2 24,3 21,2 24,9b
Rata-rata 25,0 a 19,9b 17,9b
Angka pada kolom/baris yang diikuti hurufyang sarna, tidak berbeda nyata pada uji LSD 0,05
Produktivitas klon umumnya menurun pad a lingkungan I clan II clengan procluksi kUll1ulatif
lingkungan III dibanding I dan II. Faktor per hektar selama lima tahun saclap, berkisar
lingkungan yang basah dengan elevasi yang 8,4-9,2 ton/ha, clemikian juga klon IRR I 18
lebih tinggi mempengaruhi produktivitas klon lebih stabil clan terbaik pada lokasi lingkungan
pada lingkungan III. Oalam jangka panjang I clan II clengan produkti vitas 7,2-7,6 ton/ha.
penanalllan di daerah basah berpengaruh kepada Klon IRR 110 sesuai untuk lingkungan II
produksi klon Illelalui penurunan populasi. Laju dengan produktivitas yang tinggi sebesar 8,0 penurunan kerapatan pohon sangat cepat di ton/l13. Beberapa hasil penelitian lain
daerah basah, dari 69% pada ulllur 8 tahun menunjukkan klon IRR 118 dapat
Illenjadi 54% pad a ulllur 14 tahun, yang dikelllbangkan pad a agroklimat yang lebih
disebabkan Illeningkatnya serangan penyakit kering 18, sedangkan IRR 112 lebih stabil.19
jamur akar putih dan penyakit gugur daun Klan lainnya IRR 100, IRR 108 dan IRR III
karena kelembaban yang tinggi.17 juga lebih sesuai di lingkungan II, tetapi
procluktivitasnya lebih rendah clibancling IRR
110, IRRII2 clan IRR 118. Selain faktor
Iingkungan, adanya perbedaan respon klon '2' 30.0 C' terhaclap lingkungan dapat juga dipengaruhi i"t 25.0 oleh karakteristik kanopi tanaman.20
-"'-GTl
-.- AVROS2037 Perbeclaan respon klon IRR seri 100 pacla
"~ RRlIvIoOO tiga lingkungan terlihat pada GambaI' 2. Secm'a ii1 15.0 ;; umum memperlihatkan respon k]on terbaik cli
il" 10.0 Iingkungan' II (kondisi yang optimal untuk .,;
£ 50 karet) dan menurun pacla lingkungan III (daerah
sub-optimal dengan elevasi dan curah hujan yang tinggi). Klan IRR 112 memiliki
produktivitas terbaik dengan tren produksi yang
,.~' meningkat dari lingkungan III (7,4 ton/ha), ~ ]00 lingkungan I (8,4 ton/ha) dan lingkungan II (9,2 .)
~~' ton/ha). -"" .; \5.0 ___ AVROS2031
'"~ RRlIvI600 Klan IRR Seri-200 ~ 10.0 I-Iasil analisis statistika pada klon IRR
-~" seri 200, menunjukkan tidak terdapat perbedaan
.,;
~ 5.0 produksi yang nyata diantara klon clan
lingkungan. (Tabel 4). Pada lingkungan I
(claerah curah hujan renclah) clan lingkungan II
(agroklimat optimal), klon IRR 208
memberikan procluksi tertinggi dengan
GambaI' I.Respon klon karet konvensional produktivitas kumulatif lima tahun saclap
selama 10 danl5 talltm sadap sebesar 7,8 ton/ha, menyusul IRR 211 clengan
pad a berbagai lingkungan produktivitas 7,0-7,5 ton/ha. Pacla Iingkungan
III (claerah sub-optimal clengan elevasi clan
Klon IRR Seri-IOO curah hujan tinggi), klon IRR 209 menghasilkan
Produksi karet kering per hektar procluktivitas terbaik (8,5 ton/ha), menyusul
kumulatif lima tahun sadap, enam klon IRR IRR 216 (8,2 ton/ha) dan IRR 220 (8,0 ton/ha). seri-
IOO (IRRIOO, IRR 108, IRR 110, IRR Potensi hasil yang tinggi juga clitunjukkan klon
III, IRR 112 dan IRR 1(8) pada berbagai IRR 208, IRR 211, IRR 220 pada uji plot
lingkungan clisajikan pacla Tabel 3. Oari hasil proll1osi cli lokasi kebun percobaan Sungei
analisis statistik memperlihatkan adanya Plitih, SumMera Utara.21 Perbeclaan respon klon
pengaruh klon dan lingkungan yang nyata pacla berbagai lingkungan clapat dilihat secm'a
terhadap procluktivitas. jelas pacla GambaI' 2. Klan IRR 209, IRR 216
Oari respon tiap klon melllperlihatkan clan IRR 220 memperlihatkan respon yang baik
sebagian besar klon IRR seri 100 memiliki cli lingkungan III (kondisi curah hujan tinggi),
procluktivitas yang rendah cli lingkungan III. seclangkan klon IRR 207, IRR 208 clan IRR 211
Klon IRR 112 memiliki produksi tertinggi sebaliknya, di lingkungan I clengan kondisi
dibancling klon-klon lainnya dan sesuai untuk cllrah hlljan renclah.
Klon Proclllksi kllrnlliatif 5 tahun saclap
(ton/ha) pacla lingkllngan Rata-rata
I II III
IRR 100 4,8 ._-_.. 6,3 4,8 Da
IRR 108 5,1 6,0 4,7 5,3 a
IRR 110 6,6 8,0 6,0 6,9 b
IRR III 5,9 7,5 6,2 6,5 b
IRR 112 8,4 9,') 7,4 8,3 c
IRR 118 7,6 7,7 6,7 7,') b
Rata-rata 6,4 a 7,4 b 6,0 a
Klon Procluksi kllmulati f 5 tahun saclap
(ton/ha) pada lingkungan Rata-rata
I II III
IRR 207 6,5 6,8 4,8 6,0
IRR 208 • 7,8 7,8 5,0 ! 6,9
IRR 209 5,6 4,5 8,5 l 6,7 IRR211 7,0 7,5 5,4
i
6,6 I IRR 216 5,2 6,3 _____ .?12 _. __ . i 5,6 .__ .
!
IRR 2')0 4,7 7,1 8,0 i 6,6
Rata-rata 6,1 6,7 6,7 !
,,"'10.0 '? 2.0
~ 9.0 o "'3" 7.0 -IRR207 b g.o
.B 7.0 -+-IRRI00 <::- IRR203
IRRI08 -c 0.0
IRR209 £i
I~'i 6.0 IRR110 .." 5.0 -1fi'.H.211
11 5.0 _IRRlll ~~ 4.0
IRR216
~ 4.0 JRR112
" IRR120
~ 30 IRRl18 ] 3.0
-ci 2.0 ~
-g 20 o
10 p~ 1.0
.:r: 00
D. KESIMPULAN elevasi tinggi) dengan procluktivitas berkisar
Terdapat perbedaan respon klon pada 8,0-8,5 ton/ha.
berbagai kondisi lingkungan yang berbecla cli Pengembangan klon-klon tersebul pada
perkebllnan. Klon PB 235 clan PB 260 lingkungan penanaman yang ses~ai, akan
Illerupakan klon terbaik clan sesuai men ingkatkan produktivitas kebun dan
clikembangkan pada lingkllngan I (agroklimat keuntungan agribisnis karet dalam salu siklus
kering, datm·an renclah) clengan procluktivitas penyadapan yang mencapai 25-30 tahun.
kUllllllatif lima belas tahun sadap, masing-
masing 30,1 dan 29,2 ton/ha. Klon IRR 112 dan DAFTAR PUSTAKA
IRR 118 sesuai untuk lingkllngan I dan II I. Aidi-Daslin, S.Woelan, M.Lasminingsih
(claerah curah hujan rendah dan kondisi dan H. I-Iadi. 2009. Kemajuan pemuliann
optrimal) dengan produktivitas tertinggi lillla dan seleksi tanaman karet di Indonesia.
tahun sadap masing-masing 8,4-9,2 ton/ha dan Pros. Lok Nas. Pell1llliaan Tanaman Karel 7,2-
7,6 ton/ha. Klon IRR 110 lebih spesifik 2005, hal : 50-59.
pacla lingkungan II (kondisi optimal) dengan 2. Aidi-Daslin, L Suhendry and R. Azwar.
produklivitas 8,0 ton/ha. Klon IRR 208 dan 2000. Growth characteristic and yield
IRR 2] I merupakan klon terbaik yang sesuai performance of recommended clones in
dikembangkan pad a lingkungan I dan II commercial planting. Proc. [ndone.l'iol7
dengan produktivilas 7,0-7,8 ton/ha, sedangkan Ruhb. Conj.' and fRRDB Symp. 2000, hal :
klon IRR 209, IRR 2]6 dan JRR 220 sesuai 150-158.
untuk lingkungan III (agroklimat basah clan 3. Withanage, S.P., D. Attanayake ancl
K.B.A.Karunasekara. 2005. Adaptability
of recently recommended rubber clones for 13. Vinod KK., Suryakumar M., agro-climatic variability of Sri Lanka.·· Chandrasekhar T.R, Nazeer M.A. 2010.
Journal of the Rubber Research Institute of Temporal stability of growth and yield Sri
Lanka 87: 1-6. among Hevea genotypes introduced to a 4. Thomas, W., A.Situmorang dan non-traditional rubber growing region of
M.Lasminingsih. 2009. Pemilihan klon peninsular India. Ann. For. Res. 53(2):
karet untuk provinsi Lampung berdasarkan 107-115. kondisi agroklimat. Warta Perkaretan 14. Aidi-Daslin, 1. Suhendry, dan R. Azwar.
28(1) : 19-27. 1997. Produktivitas perkebunan karet
5. Hadi, H., A.D.Wahyudi and K.Anwar. dalam hubungannya dengan jenis klon dan 2007. Performance of the promoting agroklimat. Kumpulan Makalah Apresiasi
clones of Hevea rubber planted on dry Teknologi Peningkatan Produktivitas
climate area. Proc. International Rubber Lahan Perkebunan Karet. hal: 201-215.
Conference & Exhibition 2007. hal : 379- 15. Devakumar,A.S.,M.Sathik, J.Jacob,
383. KAnnamalainathan, G.P .Prakash and
6. Basuki, S. Pawirosoemardjo, U. Nasution, KRVijayakumar. 1998. Effect of
Sutardi, W. Sinulingga dan A. Situmorang. atmospheric and soil drought on growth
1990. PenyalrJt gugur daun Colletotrichum and development of Hevea brasiliensis.
pada tanaman karet di Indonesia. Potensi, Journal of Rubber Research 1 : 190-198.
penyebaran dan penanggulangannya. 16. Pawirosoemardjo, S dan H. Suryaningtyas.
Pros. Lok. Nas. Pemuliaan Tanaman Karet 2008. Strategi pengendalian penyakit
1990. hal: 268-295. gugur daLU1 dan pencegahan penyakit
7. Suhendry, 1., Aidi-Daslin dan Zahari hawar daun Amerika Selatan pada tanaman
Husny. 1999. Optimasi produktivitas karet di Indonesia. Pros. Lok. Nas.
tanaman karet. Jurnal Penelitian Karet Agribisnis Karel 2008. hal : 194 - 212. 18(103): 52.63. 17. Suhendry, 1. 2001. Pertun1buhan clan
8. Darmandono. 1995. Pengaruh komponen produktivitas tanaman karet pada beberapa
hujan terhadap produktivitas karet. Jurnal tipe iklim. Jumal Penelitian Karet 19(1-
Penelitian Karet 13(3): 223-238. 3): 18-31.
9. Thomas, W., P.Grist and KMenz. 1995. 18. Setiono dan H.Hadi. 2006. Adaptabilitas
Modelling rubber growth as a function of dan stabilitas beberapa l<1onkaret di daerah
climate and soils. Imperata Project Centre beriklim kering. Pros. Lok. Nas. Budidaya
for Resource and Environmental Studies. Tanaman Karet 2006. hal: 62-70.
The Australian National University. 19. Aidi-Daslin, Sayurandi and Sekar Woelan.
10. Darmandono. 1996. Pengaruh elevasi 2007, Adaptability and stability of IRR
terhadap produktivitas karet. Jurnal 100-series rubber clones. Proc ..
Penelitian Karel 14(1) : 56-69. International Rubber Conference &
11. Sugiyanto, Y., H. Sihombing dan Exhibition 2007, hal : 385-392.
Darmandono. 1998. Pemetaan agroklimat 20. Leong, W., R.Lemeur and P.K.Yoon. dan tingkat kesesuaian lahan perkebunan 1982. Characterisation of leaf area index
karet. Pros. Lok. Pemuliaan Karet 1998 & and canopy light penetration of Hevea
Diskusi Prosepek Karet Alam Abad 21. hal brasiliensis MueH. Arg. By hemisp,herical
: 201-222. photography. J. Rubb. Res. Inst. Malaysia
12. Mearns, L.G. 2000. Clin1ate change and 30(2) : 80-90.
variability. In Reddy, KR and Hodges, 21. Aidi-Daslin, S.Woelan and S.A.Pasaribu.
H.F (Ed.). Climate Change and Global 2012. High latex yielding and disease
Crop Productivity. CAB International. 7- resistance of rubber clones IRR 200 series.
35 Indonesian Journal of Agricultural Science 13(2),2012: 80-85