Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
JURNAL BAKTI SARASWATI
Media Publikasi Penelitian dan Penerapan Ipteks Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 (September 2017) ISSN : 2088-2149
SUSUNAN ORGANISASI PENGELOLA
Pelindung : Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd.
Penanggung Jawab : Dr. Ir. I Ketut Widnyana, M.Si.
Pemimpin Redaksi : Dr. I Wayan Gde Wiryawan, SH., MH.
Sekretaris Redaksi : I Nyoman Adi Susrawan, S.Pd., M.Pd.
Redaksi Pelaksana
: Dr. Drs. I Made Wena, M.Si.
Dr. Anik Yuesti, SE., MM.
Dr. Ir. I Made Tamba, MP.
Drs. I Made Diarta, M.Si.
Drs. I Ketut Suwija, M.Si.
Tjok Istri Praganingrum, ST., MT.
Drg. I Dewa Made Wedagama, Sp.KG
Ida Bagus Ari Arjaya,S.Pd.,M.Pd.
Tata Usaha
: Anak Agung Made Surya Adnyana, ST
I Gusti Ngurah Rai
I Wayan Kertiyasa
Ni Putu Diah Rahmawati, SE.
Alamat Redaksi dan Tata Usaha : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat
(LP2M) Universitas Mahasaraswati Denpasar, Jalan Kamboja 11A Denpasar Bali Telp/Fax
(0361) 227019 website : http://www.lppm-unmas.net. e-mail : [email protected]
JURNAL BAKTI SARASWATI (JBS), dikelola dan diterbitkan sejak 8 Maret 2011 oleh
Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Mahasaraswati Denpasar
Penulisan Naskah JBS, Redaksi menerima sumbangan tulisan hasil penelitian atau
pengabdian masyarakat yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik
sesuai dengan format yang tercantum pada halaman belakang. Naskah yang masuk dievaluasi
kelayakannya dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya.
ii
PENGANTAR REDAKSI
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa / Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat Asung Kerta Wara Nugraha-Nya kami dapat mewujudkan
keinginan kami untuk menerbitkan sebuah majalah atau jurnal ilmiah yang kami berinama
“Jurnal Bakti Saraswati”.
Majalah atau Jurnal Ilmiah ini telah mendapatkan International Standard Serial Number
(ISSN) dari Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(PDII-LIPI) dengan nomor ISSN : 2088-2149 tertanggal 8 Maret 2011. Jurnal ini dikelola
oleh Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) Universitas Mahasaraswati
Denpasar merupakan media untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian, baik penelitian
murni maupun terapan dan ulasan (review) penerapan IPTEKS bagi masyarakat, serta
pemikiran-pemikiran kritis IPTEKS. Kehadiran majalah ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi IPTEKS bagi siapa saja, baik kalangan akademisi maupun masyarakat luas. Jurnal
ini sekaligus sebagai wahana untuk memotivasi dosen, peneliti, praktisi, dan civitas
akademika maupun siapa saja dapat ikut menyumbangkan hasil penelitian ataupun buah
pemikirannya. Disamping diperuntukkan bagi civitas akademika Universitas mahasaraswati
Denpasar (Unmas Denpasar), juga senantiasa dalam setiap terbitan akan menerima artikel,
hasil penelitian, atau buah pikiran dari para peneliti dari civitas akademika dari luar Unmas
Denpasar.
Kami atas nama redaksi menghaturkan terimakasih yang setinggi-tingginya atas
sumbangan artikel dari semua pihak yang telah membantu terbitnya jurnal Bakti Saraswati
Vol. 06, No. 02 Periode September 2017.
Akhirnya kami mohon saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak demi
penyempurnaan jurnal ini. Kami berharap semoga “Jurnal Bakti Saraswati” dapat memenuhi
kebutuhan informasi para akademisi, praktisi, dan masyarakat dalam bidang penelitian dan
penerapan Ipteks.
Denpasar, September 2017
Dewan Redaksi
iii
JURNAL BAKTI SARASWATI
Media Publikasi Penelitian dan Penerapan Ipteks Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 (September 2017) ISSN : 2088-2149
DAFTAR ISI
halaman
PENGARUH METODE PELATIHAN DAN SIMULASI TERHADAP PENGAJARAN GURU-GURU BAHASA ASING SMK PARIWISATA
Ni Luh Sukanadi, I Ketut Wardana
83 – 91
STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI BANK SAMPAH NURI LESTARI SERASI)
Ida Bagus Suryatmaja, Ni Gst.Ag. Gde Eka Martiningsih, I Made Nada
92 – 97
ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN SEBAGAI PERENCANAAN STRATEGI BISNIS PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)
DI KOTA DENPASAR Ni Putu Yeni Astiti dan I Gusti Ngurah Bagus Gunadi
98 – 105
PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP MARKA JALAN “YELLOW BOX
JUNCTION” DI KOTA DENPASAR Cokorda Putra Wirasutama, Tjokorda Istri Praganingrum
106 – 110
EKSISTENSI ARSITEKTUR BALI DALAM ARSITEKTUR KEKINIAN
STUDI KASUS : KUTA CENTRAL PARK Tjokorda Istri Praganingrum, Ida Bagus Suryatmaja
111 – 123
PENGARUH PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL TERHADAP
SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERSAMA (AJB) BUMI PUTRA 1912 KANTOR CABANG UBUNG DENPASAR Ni Made Satya Utami, Sapta Rini Widyawati
124 – 130
UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN USAHA PADA USAHA MIKRO KACANG DISCO KECAK MAMA Ni Made Dwi Puspitawati, Ida Ayu Putu Utami Paramita, Tjokorda Istri
Praganingrum
131 – 139
PENGEMBANGAN TES BAHASA INGGRIS KOMUNIKATIF UNTUK SMK PARIWISATA DI BALI
I Nengah Astawa., Ida Bagus Nyoman Mantra, Ida Ayu Made Sri Widiastuti
140 – 149
PENGARUH KEADILAN PROSEDURAL, BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
Ni Putu Ayu Sintya Saraswati
150 – 161
UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA GARMEN SUBHAN DAN SABLON BUDI
Ni Nyoman Ayu Suryandari, Siluh Putu Natha Primadewi, Ni Luh Gde Novitasari
162 – 176
PERILAKU MENGAJAR GURU BIOLOGI PASCA SERTIFIKASI DI KOTA DENPASAR
Ida Bagus Ari Arjaya, Kadek Rahayu Puspadewi
177-191
iv
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA APLIKASI SISTEM ABSENSI ONLINE DI STMIK STIKOM BALI
I Gusti Ngurah Satria Wijaya
192-202
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
83
PENGARUH METODE PELATIHAN DAN SIMULASI TERHADAP
PENGAJARAN GURU-GURU BAHASA ASING SMK PARIWISATA
Ni Luh Sukanadi, I Ketut Wardana
Universitas Mahasaraswati Denpasar, [email protected]
ABSTRAK
Permasalahan pokok guru-guru bahasa Inggris dan bahasa Jepang yang mengajar di SMK
Pariwisata Mengwi Tani dan SMK PGRI 3 Badung adalah esensi penguasaan bahasa asing,
pemberdayaan peserta didik dan daya dukung media pembelajaran. Tujuan pelaksanaan
program ini adalah untuk memberdayakan guru-guru bahasa asing dalam peningkatan kualitas
pengajaran. Untuk mencapai target luaran, metode Ipteks yang diterapkan adalah teknologi
transfer berupa workshop, simulasi, dan, pendampingan. Pelaksanaan program telah
dilaksanakan berupa workshop tiga hari tentang penerapan teori bihavioristik, humanism,
kognitif, CTL dan pengajaran bahasa asing berbasis multimedia. Kegiatan ini melibatkan 15
guru bahasa asing dari dua sekolah. Penerapan metode praeksperimental untuk mengetahui
pengaruh tindakan yang diberikan dengan membandingkan keadaan dan kuantitas sebelum
diberikan tindakan. Model yang digunakan adalah pretes-postes subjek tunggal, tanpa
kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis uji t sampel berpasangan dengan menggunakan
software SPSS 17 for Windows dengan diperoleh nilai p = 0.000 (t = -8.386,df=14)<α = 0.05
menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Sementara analisis data dari pretes dan
postes, t-observed untuk df 14 pada t-table yaitu 2.03 dengan tingkat signifikan pada 0.05. Ini
menunjukan bahwa t-observed 4.36 lebih besar dari t-table, yaitu: 2.03. Dapat disimpulkan
bahwa workshop tentang pendekatan pengajaran komunikatif memiliki pengaruh signifikan
terhadap kemampuan guru bahasa Asing pada kedua sekolah SMK Pariwisata mitra. Dari
kegiatan ini, usaha penguatan, perberdayaan dan peningkatan kemahiran para guru ini dapat
menjadi inspirasi bagi peningkatan kemampuan peserta didik dalam menggunakan bahasa
Asing.
Kata Kunci: Pemberdayaan, model pembelajaran, pemanfaatan hard skill
ABSTRACT
The main issues of English and Japanese teachers who teach at SMK Tourism Mengwi Tani
and SMK PGRI 3 Badung is the essence of mastery of foreign languages, the empowerment of
learners and the carrying capacity of instructional media. The purpose of this program is to
empower foreign language teachers in improving the quality of teaching. To achieve the target
outcome, the method of science applied is transfer technology in the form of workshop,
simulation, and, mentoring. Implementation of the program has been implemented in the form
of three-day workshop on the application of bihavioristik theory, humanism, cognitive, CTL
and multimedia-based foreign language teaching. This activity involves 15 foreign language
teachers from two schools. Implementation of pre experimental methods to determine the effect
of the action given by comparing the conditions and quantities before the action is given. The
model used is a single subject pretest subject, without a control group. Based on the result of
paired sample t test analysis using SPSS 17 for Windows software obtained p = 0.000 (t = -
8.386, df = 14) <α = 0.05 indicates that Ho is rejected and H1 accepted. While data analysis
of pretest and postes, t-observed for df 14 on t-table is 2.03 with a significant level of 0.05. This
shows that t-observed 4.36 is bigger than t-table, ie: 2.03. It can be concluded that the
workshop on communicative teaching approaches has a significant influence on the ability of
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
84
foreign language teachers in both partner SMK Tourism schools. From this activity, efforts to
strengthen, empower and improve the skills of these teachers can be an inspiration for
improving the ability of learners in using foreign language.
Keywords: Empowerment, learning model, hard skill utilization
PENDAHULUAN
Guru-guru bahasa Inggris dan
bahasa Jepang mitra yang mengajar di
SMK Pariwisata Mengwitani dan SMK
PGRI 3 Badung memiliki tanggung jawab
yang besar dalam mengasilkan lulusan
yang mampu berkomunikasi bahasa asing
sehingga dapat memenangkan persaingan
di dunia kerja. Namun dalam proses
pembelajaran, peserta didik mitra tidak
menyadari betapa pentingnya bahasa asing
dalam meningkatkan jenjang karier mereka
sehingga motivasi dan kesadaran belajar
mereka sangat rendah. Berdasarkan
pengamatan, guru mitra menemukan
beberapa kendala, seperti: esensi
penguasaan bahasa Asing, pemberdayaan
peserta didik dan daya dukung media
pembelajaran.
Dalam pembelajaran bahasa, guru
semestinya mempertimbangkan beberapa
faktor yang mempengaruhi kemahiran
berbahasa, seperti: bakat, kesadaran belajar
dan metode belajar yang efektif. Karena
peserta didik tidak memiliki bakat
berbahasa asing maka mereka tidak
memiliki kesadaran belajar sehingga
penguasaan bahasa tidak optimal. Para guru
belum memiliki terobosan baru dalam
pemberdayaan peserta didik. Sehingga
mereka tidak ada perubahan atau dampak
dari proses belajar. Dalam teori belajar,
pembelajaran merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan rensponse
(Slavin, 2000: 143). Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukan perubahan perilakunya.
Selama ini guru house keeping hanya
menjelaskan bagaimana menyiapkan
kamar, tanpa mengkordinasikan dengan
guru bahasa asing untuk mengajarkan
ungkapan bahasa yang digunakan dalam
pelayanan tamu. Dengan keadaan ini, tim
IbM yang dibiayai oleh Universitas
Mahasarasawati Denpasar melalui LPPM
telah merancang dan melaksanakan
program peningkatan kualitas
pembelajaran. Tim telah bekerjasama
dengan kedua mitra yang melibatkan guru-
guru bahasa Inggris dan bahasa Jepang
melaksanakan kegiatan workshop,
pelatihan dan simulasi untuk meningkatkan
kualitas bahasa Asing para siswa. Berikut
adalah gambar yang menunjkkan kordinasi
pelaksanaan program.
Gambar 1.
Koordinasi ketua tim dengan Kepala SMK
Mengwitani
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
85
Gambar 2.
Koordinasi ketua tim dengan Kepala SMK
Mengwitani
Untuk dapat memberikan
pemecahan permasalahan di kedua sekolah
dalam bidang penguasaann metode
pengajaran bahasa asing, perlu
diidentifikasi faktor-faktor penyebab
permasalahannya sehingga solusi yang
diberikan tepat guna. Dari gambaran
fenomena yang ditemukan, ada beberapa
faktor penyebab permasalahannya, yaitu
kemampuan guru dalam mengajar bahasa
asing, pemberdayaan siswa, dan pemanfaat
lingkungan pariwisata sebagai media
belajar otentik. Solusi pemecahan masalah
kemampuan paru guru bahasa asing mitra
akan difokuskan pada penerapan metode
pembelajaran untuk memecahkan
kelemahan atau kesulitan bahasa berbahasa
Inggris dan Jepang. Permasalah sturktural
bahasa yang harus ditingkatkan guru adalah
pengucapan, pelafalan, tatabahasa, makna
kata serta ungkapan bahasa sehari-hari.
Para guru akan bina dalam teknik
pengajaran bahasa lisan tulis yang berkaitan
pembentukan kebiasaan sehingga mereka
dapat merespon e-mail, membalas surat
atau mengirim short message (SMS), and
selfie dengan tamu.
Permasalahan kedua yaitu
pemberdayaan peserta didik melalui target
kegunaan bahasa. Misalnya melibatkan
mereka dalam percakapan di hotel,
restauran atau dalam dunia pariwisata.
Sehingga mereka juga harus diajarkan
pengetahuan tentang budaya daerah
setempat, sejarah atau informasi yang
terkait wawasan berpikir sejarah. Masalah
ini semestinya didiskusikan tentang
bagaimana teknik dan metode
berkomunikasi bahasa asing. Salah satunya
dengan pelatihan oleh ahli pariwisata,
praktisi hotel/restoran dan praktisi guide
profesional. Dari kegiatan ini perlu
dirancang sebuah modul penggunaan
ungkapan sehari- dalam bahasa Inggris dan
bahasa Jepang.
Gambar 3.
Kerja sama tim dengan pihak sekolah
Masalah yang terakhir adalah
ketersedian media dan pemanfaatan hasil
belajar. Media multimedia sangat penting
diberikan kepada siswa karena melalui
gambar, vidio, tayangan percakapan bahasa
asing mereka dapat mengasosiasikan
penalarannya dengan hal nyata dan tujuan
akhir berbahasa. Penguasaan hardskill dan
soft skill dapat memberikan dampak
lulusan yang siap bekerja dan bersaing di
dunia kerja pariwisata.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
86
TARGET DAN LUARAN
Tingkat pencapaian dari sebuah
aktivitas penerapan IPTEKS tepat guna
adalah sejauh mana solusi dan target luaran
berupa indikator dari pemecahan masalah
tercapai. Target luaran dari pelaksanaan
program ini secara umum adalah
keberhasilan mitra untuk bersama-sama
meningkatkan SDM, pemberdayaan peserta
didik. Penjabaran aspek pelaksanaan
program, luaran serta target dari kegiatan
IbM telah dilaksanakan dapat disajikan
dalam tabel berikut.
Target Pencapaian
Workshop,
Pendampingan,
Simulasi
Hasil dan
Dampak
Pelatihan
pelatihan dalam
penggunaan bahasa
Inggris praktis dan
komunikatif
80% Guru dapat
menstranfer
pengetahuan
dengan metode
komunikatif
sehingga siswa
mampu
menggunakan
bahasa Inggris
dengan percaya
diri
Pelatihan tentang
penilaian pendidikan
dalam menyusun soal
komunikatif
80 % Para guru
mitra dapat
mengukur
ketrampilan
bahasa asing
siswa secara
objektif dan
variatif
pelatihan tentang
penerapan metode
pembelajaran bahasa.
100% guru
dapat menggali
pengetahuan
siswa menjadi
ketrampilan
kongkrit
Pelatihan pembelajaran
kontekstual
Bekerja sama
dengan pakar
memberikan
pelatihan
pembelajaran
kontekstual
Pelatihan tentang
pembelajaran otentik
Para guru dapat
memotivasi
siswa untuk
menggunakan
bahasa Inggris
dan Jepang
secara
langsung di
luar kelas
Pelatihan tentang
media multi media
tentang pariwisata
Para guru
bahasa asing
dapat
menyajikan
pembelajaran
berbasis multi
media
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
87
Pelatihan penbuatan
mudul untuk
komunikasi lisan
Semua guru
dapat
meningkatkan
ketrampilan
dan prestasi
siswa.
Pelatihan tentang
CCU: menguasai
informasi budaya
negara lain
80 % dapat
memberikan
informasi
tendang budaya
Inggris dan
Jepang
METODE PELAKSANAAN
Untuk melaksanakan program
sesuai target pengabdian maka dirancang
beberapa metode. Kegiatan penerapan
ipteks bagi masyarakat (IbM) ini meliputi
aspek pengetahuan/SDM, Pemberdayaan
dan media belajar. Solusi dari permasalahn
pembelajaran bahasa Asing akan
dilaksanakan melalui pelatihan, simulasi
dan pendampingan penguatan ketrampilan.
Pendampingan ini bertujuan untuk
mendukung program pendekatan
pembelajaran komunikatif berbasis
kontekstual. Keberhasilan target
pencapaian dapat di ukur dalam program
jangka panjang melalui beberapa indikator
keberhasilan Ipteks melalui metode:
Knowledge Transfer, dan technology
transfer, yaitu:
1. Pengetahuan guru mitra
diindikasikan menguasai model
pembelajaran komunikatif sehingga
peserta didik dapat berinisiatif
untuk mengajukan dan merespon
pernyataan secara spontan.
2. Guru mitra dapat melibatkan
peserta didik dalam komunikasi
aktif baik lisan maupun tulisan
sesuai dengan target kerja dan
kepentingan stickholder.
3. Guru mitra dapat menggunakan
multimedia dalam proses
pembelajaran sehingga proses
belajar tidak membosankan yang
pada akhirnya motivasi belajar
meningkat
4. Secara luas masyarakat akan
mempercayakan putra putri meraka
untuk belajar di sekolah ini.
Pelaksanaan Kegiatan
Sebuah pencapaian memerlukan
langkah-langkah kegiatan yang berkaitan
dengan tujuan. Tujuan utama dari
penelitian ipteks bagi masyarakat ini adalah
untuk pelestarian dan pengembangan
program kelompok seni anak-anak mitra.
Untuk mengetahui bagaimana hasil luarann
pelaksanaan penelitian, pemberian
teknologi dikelompokan menjadi tiga
kegiatan yaitu:
1.Pelatihan penerapan model pembelajaran
2. Simulasi pemberdayaan peserta didik.
3.Pendampingan penggunaan media belajar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan program IbM Guru-
guru bahasa Asing di SMK Pariwisata ini
untuk meningkatkan ketrampilan metode
mengajar kontekstual para guru-guru
bahasa Asing di kedua sekolah mitra telah
berjalan sesuai rencana. Pelatihan
dilaksanakan oleh praktisi dan kerja sama
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
88
dengan lembaga pelatihan selama beberapa
periode. Dalam pelaksanaan setiap
kegiatan, terdapat lima program yang telah
dilaksanakan dan ketercapaiannya
beragam, aada yang sudah 100% dan
sisanya baru mencapai ketuntasan 70%.
Dalam pelatihan ini, kompetensi
yang difokuskan untuk dikuasai peserta
adalah kompetensi melibatkan siswa dalam
penggunaan bahasa sesuai konteks
pekerjaaan. Pelaksanaan ini dilakukan
selama 3 bulan, yaitu dari 5 Januari- 29
Maret 2017. Tujuan dari pelatihan ini
adalah para guru dapat memahami hakekat
pemmbelajaran bahasa dalam penguasaan
bahasa Asing. Pelaksanaan workshop
dilaksanakan selama 3 hari dengan topik
yang berbeda dari Maret 2017. Sementara
simulasi dilaksanakan selama satu dua
bulan. Masing-masing guru menyajikan
pembelajaran dengan metode dan teknik
yang diperoleh dari workshop. Untuk
mengetahui efektivitas metode yang
diberikan , para guru dievaluasi melalui
penilaian oleh tim dalam menyajikan
pengajaran bahasa berbasis kontekstual dan
multimedia.
Dengan demikian hasil pengabdian
IbM ini tidak hanya dalam bentuk
penjabaran hasil melalui rangkaian kalimat
saja, tetapi juga disajikan dalam bentuk
kuantitas, yaitu berupa angka-angka yang
mengukur dan menunjukkan tingkat
keberhasilan sebuah program yang telah
dilaksanakan. Penerapan metode
praeksperimental untuk mengetahui
pengaruh tindakan yang diberikan dengan
membandingkan keadaan kuantitas
sebelum diberikan tindakan. Model yang
digunakan adalah pretes-postes subjek
tunggal, tanpa kelolmpok kontrol. Berikut
adalah gambar pelaksanaan pelatihan yang
telah dirancang dalam kegiatan ini.
Gambar 4. Pelaksanaan workshop dan
simulasi metode pembelajaran bahasa Asing
berbasis konteks dan multimedia
Penilaian guru dalam simulasi
berdasarkan beberapa kreteria dengan
penialaian acuan patokan dengan
penjabaran berupa kesesuaian
pembelajaran dengan RPP, metode
mengajar dan teknik penilian pembelajaran
bahasa. Waktu yang diberikan dalam
simulasi hanya satu jam. Semua hasil pretes
dan postes guru-guru SMK Pariwisata mitra
dapat disajikan dan dianalisis dalam bentuk
tabel berikut:
NO
Peserta
Pre-test
Score (O1)
Post-test
Score
(O2)
D D2
1 60 80 20 400
2 65 82 17 289
3 55 78 23 529
4 75 85 16 256
5 60 87 27 729
6 55 80 25 625
7 75 85 13 169
8 35 75 40 1,600
9 70 80 10 100
10 40 75 35 1,225
11 30 70 40 1,600
12 60 78 18 324
13 70 80 10 100
14 50 75 25 625
15 55 80 25 625
∑ 1556 1840 733 9,196
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
89
Pengukuran efektivitas workshop
menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan T-test untuk
mengetahui tingkat pengaruh perlakuan
(workshop tentang penerapan metode
mengajar, penyusunan soal bahasa,dan
pengajaran berbasis multimedia) terhadap
guru-guru di kedua mitra, sebagai berikut
t-observed =
)1(
)( 22
NN
N
DD
Dx
Setelah perbedaan nilai diperoleh dari
analisis di atas , berikut data yang ada di
tabel akan dikalkulasi dengan rumus nilai
berikut.
t-observed =
)115(15
15
)733(9196
33.22
2
=
)115(15
)8,35(9196
33.22
=
210
8,359196
33.22
210
9160
33.22
t-observed = 4.36
Analisis Data:
Berdasarkan hasil analisis uji t
sampel berpasangan dengan menggunakan
software SPSS 17 for Windows dengan
diperoleh nilai p=0.000 (t= -
8.386,df=14)<α = 0.05 sehingga bahwa Ho
ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian
terdapat perbedaan yang signifikan antara
Skor Pretes dan posttest guru-guru bahasa
Asing SMK Pariwisata. Berdasarkan
analisis data di atas, t-observed untuk df 14
pada t-table yaitu 2.03 (Sugiyono, 2007:
372) dengan tingkat signifikan pada 0.05.
ini menunjukan bahwa t-observed 4.36
lebih besar dari t-table, yaitu: 2.03. Dapat
disimpulkan bahwa workshop tentang
pendekatan pengajaran memiliki pengaruh
signifikan terhadap kemampuan guru
bahasa Asing pada kedua sekolah SMK
Pariwisata mitra.
Selain metode tes dan butiran soal
sebagai alat pengumpulan data, penelitian
ini juga menggunakan metode observasi
dengan menggunakan angket sebagai alat
pengumpulan data. Angket berfungsi untuk
mengetahui dampak psikologis melalui
respon mereka terhadap proses tindakan
pelatihan yang diberikan. Dalam angket ini,
terdapat 10 pernyataan yang menyangkut
pendekatan pengajaran bahasa yang sesuai
prinsip-prinsip penguasaan bahasa.
Tabel 5. Skor dari Response Guru-guru
Pembahasan
Berdasarkan permasalahan yang
ditemukan warga, tim pelaksana program
IbM telah memberikan solusi melalui
pelatihan penerapan teori pembelajaran
bahasa asing berbasis IT sehingga
berdampak positif bagi peserta didik.
Workshop tentang pendekatan pengajaran
memiliki pengaruh signifikan terhadap
kemampuan guru bahasa Asing pada kedua
sekolah SMK Pariwisata mitra. Dari
prosentase perbandingan respon mereka,
menunjukan bahwa guru-guru memiliki
respon positif dan mendukung pelaksanaan
workshop penusunan soal dengan
No SS S R
R
TS ST
S
Total
Tota
l
286 268 33 24 2 613
% 47
%
44
%
5
%
4
%
0.0
%
100%
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
90
pendekatan soal. Disamping itu, para guru
dan pihak sekolah berpartisipasi dalam
pelaksanaan program ini. Ini dapat dilihat
dari penyiapan tempat workshop dan
kehadiran para guru dalam setiap waktu
pelatihan. Ini merupakan indikator
keberhasilan tim pelaksana dalam
melaksanakan program. Hasil yang telah
dicapai adalah berupa luaran produk yaitu
ketrampilan mengajar bahasa Asing dengan
metode yang tepat. Diharapkan mitra
mampu berkembang menjadi sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi yang
kreatif, inovatif, dan berdaya saing dalam
lingkup yang lebih luas.
SIMPULAN
Pelaksanaan program IbM Guru-guru
Bahasa Asing SMK Pariwisata telah berjalan
sesuai rencana dan tujuan awal yaitu
membantu kedua institusi sekolah; SMK
PGRI 3 Badung dan SMK Mengwitani dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran
bahasa Asing. Kegiatan yang dirangkum
dalam seminar dan simulasi tentang standar
proses, teori belajar dan model pembelajaran
berpengaruh positif terhadap kualitas guru
dan peserta didik. Sementara luaran produk
dan dokumentasi berupa sertifikat, artikel dan
bahan ajar dapat memberikan masukan yang
signifikan terhadap kelangsungan
pendidikan. Dari kegiatan pendampingan ini,
dapat disimpulkan bahwa kegiatan workshop
telah mencapai target dimana guru-guru di
kedua SMK mitra telah dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam berbahasa Asing.
UCAPAN TERIMAKASIH
Berhasilnya pelaksanaan kegiatan
ini, tidak terlepas dari adanya kerjasama
yang baik antara tim dengan mitra sasaran
dari pihak lain yang telah berkontribusi.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada
UNMAS Denpasar yang telah mendanai
program ini. Terimakasih juga ditujukan
kepada ketua mitra: SMK PGRI3 Badung
dan SMK Mengwitani. Rasa terimakasih
juga ditujukan pada nara sumber.
Selanjutnya, kami berterimakasih pada
Rektor Universitas Mahasaraswati
Denpasar, Bapak Dr. Drs. I Made
Sukamerta, M.Pd. dan ketua LPPM Unmas
Denpasar Dr.Ir.I Ketut Widnyana, M.P
yang telah mendukung dan memonitor
kegitan ini.
DAPTAR PUSTAKA
Alex, Inkeles. 1980. Modernlsasi Dinamika
Pertumhuhan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Alisyahbana. 1986. Transfonnasi
Masyarakat Indonesia. Jakarta:
Kelompok Studi Proklamasi, The
Asia Foundition.
Andre Gunder Frank. 1976. Sociology of
Development and Under
Development of Sociology. Pluto
Press (Terjemahan oleh Yiss)
Pustaka Pulsar.
Bintarto, Tjokroamidjojo. 1982. Pengantar
Pemikiran tentang Teori dan
Strategi Pembangunan NasionaL
Jakarta: Gunung Agung.
Briant and White. 1987. Manajemen
Pemhangunan. Jakarta: LP3ES
Cemea, Michael. M. 1988. Mengutamakan
Manusia di dalam Pemhangunan.
Jakarta: Ul Press.
Chamber Robert 1983. Pembangunan
Desa. Jakarta: LP3ES
Desai AR. 1983. Sosiologi Sebuah
Pengantar Kepada Penataan
Kembali Pedesaan dalam Hak dan
Keutuhan Desa. Jakarta: Lembaga
Studi Pembangunan,
Eka Martinngsih NGAG, dkk. 2009.
Usulan Program Ib.W Desa
Angkah dan desa Bengkelsari
Kecamatan Selemadeg Timur
Tabanan Bali 2010/2012. LP2M
Unmas Denpasar.
Legawa, Made, dkk. 2012 Usulan Program
IbW Desa Melaya dan Desa
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
91
Tukadaya Kecamatan Melaya
Kabupaten Jembrana Propinsi
Bali, 2013 – 2015. LP2M Unmas
Denpasar.
Sumodiningrat, Gunawan. 1998.
Pembangunan Perekonomian
Rakyat. Yogyakarta Pustaka
Pelajar.
Suwarsono dan Alvin Y So. 1994.
Perubahan Sosial dan
Pembangunan. Jakarta: LP3ES
Tri Djoko S dkk. 2006. Usulan Program
Sibermas Empat Desa Kecamatan
Marga Tabanan Bali
Tahu2007/2009. LP2M Unmas
Denpasar.
Usman, Sunyoto. 1998. Pembangunan
dan Pemberdayaan Masyarakat.
Yogya-karta: Pustaka Pelajar
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
92
STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT
(STUDI KASUS DI BANK SAMPAH NURI LESTARI SERASI)
Ida Bagus Suryatmaja, Ni Gst.Ag. Gde Eka Martiningsih, I Made Nada
Dosen Universitas Mahasaraswati Denpasar
email:[email protected]
ABSTRAK
Pengelolaan sampah secara mandiri sangat diharapkan dapat menjadi salah satu cara
nyata untuk mengatasi permasalahan sampah. Sampah dewasa ini masih menjadi masalah
nasional. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat sangat rendah terhadap
permasalahan sampah. Titik awal pengelolaan sampah yang baik dan tepat adalah berawal
dari rumah tangga, karena sampah rumah tangga setiap hari dihasilkan secara kontinu.
Sampah lainnya dalah sampah pasar, yang memerlukan keaadaran pedagang dalam
pengelolaannya. Dari hasil analisis situasi yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran
atau peta petunjuk lokasi dan batas wilayah IPTEKS Bagi Wilayah (IbW) serta tentang uraian
kondisi eksisting wilayah yang relevan dengan permasalahan yang akan ditangani. Wilayah
IbW terletak di Kabupaten Tabanan yang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Bali
disamping tujuh kabupaten dan satu kota lain, yaitu Kabupaten Jembrana, Kabupaten
Buleleng, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bangli, Kabupaten
Gianyar, Kabupaten Badung, dan Kota Denpasar. Berdasarkan hasil audiensi dengan
Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) maka arah pembangunan Kabupaten Tabanan adalah keseimbangan antara
upaya keberlanjutan fungsi lingkungan hidup dengan upaya pemanfaatan sumber daya alam
guna mencapai kesejahteraan bagi masyarakat Kabupaten Tabanan khususnya. Ketersediaan
sumber daya alam yang terbatas dan tidak merata di kabupaten ini baik kuantitas maupun
kualitasnya mendorong Pemerintah di Kabuptaen Tabanan sangat mempertimbangkan
pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Dengan pengelolaan sampah secara berkelompok
diharapkan mampu membangun pendapatan (income generating) bagi masyarakat sehingga
secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kata Kunci: pengelolaan, income generating, Ipteks, Bappeda
ABSTRACT
Independently waste management is expected to be one real way to solve the garbage
problem. Garbage today remains a national problem. This is due to very low public
awareness of the litter problem. The starting point of good waste management and the right
is originated from households, as household waste is generated every day continuously.
Other garbage bins dalah market, which requires merchants keaadaran management. From
the analysis of the situation which is intended to provide a picture or map of clues to the
location and boundaries of science and technology For Region (IBW) and the description of
the existing condition of the area relevant to the issues to be addressed. IBW region located
in Tabanan regency which is one of the districts in the province of Bali in addition to seven
counties and one city to another, namely Jembrana, Buleleng, Karangasem, Klungkung,
Bangli, Gianyar, Badung and Denpasar. Based on the results of hearings with Tabanan
District Government through the Regional Development Planning Board (Bappeda), the
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
93
direction of development of Tabanan is a balance between environmental sustainability
efforts functions with efforts to use natural resources in order to achieve prosperity for the
people of Tabanan particular. Availability of natural resources are limited and uneven in the
district both quantity and quality to encourage the Government in Tabanan Kabuptaen
strongly consider the use of natural resources. With waste management as a group is
expected to build revenue (income generating) for the community that can indirectly improve
the welfare of the community.
Keywords: management, income generating, science and technology, Bappeda
PENDAHULUAN
Pemda Tabanan sejak tahun 2010
telah memiliki grand desain dalam
pengelolaan sampah terpadu melalui
program LahSaDu (Pengolahan Sampah
Terpadu). Program ini merupakan
kerjasama antara Lembaga Swadaya
Masyarakat dengan Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SKPD) Pekerjaan
Umum. Instalasi pengolahan dibangun di
Banjar Dukuh Desa Beraban Kabupaten
Kediri.
Gambar 1. Lokasi LahSahDu
Dalam perjalanan pengelolaannya
ternyata arah pengembangan LahSaDu
tidak sesuai dengan grand desain awal
yaitu mengolah sampah organik menjadi
produk bernilai ekonomis dan memilah
sampah anorganik agar tidak mencemari
lingkungan. LahSaDu justru hanya
berfungsi sebagai pemilah sampah
anorganik tanpa ada pemberdayaan
masyarakat disekirtarnya. Menyiasati
masalah tersebut maka Pemda Tabanan
melalui Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Tabanan merevitalisasi
kerjasama tersebut dengan melibatkan
masyarakat melalui kelompok ibu PKK di
setiap banjar dengan mendirikan fasilitas
Bank Sampah. Desa yang dipilih sebagai
pilot project pendirian bank sampah adalah
desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan. Di
desa Dauh Peken telah terbentuk 6 (enam)
kelompok bank Sampah yang masing-
masing berlokasi di Banjar Tegal Baleran,
Banjar Tegal Belodan, Banjar Jambe
Belodan, Banjar Dauh Pala dan Banjar
Tunggal Sari. Ke eanam bank Sampah ini
telah memiliki AD/ART dan jadwal
kegiatan yang mandiri dan telah dilakukan
secara reguler. Salah satu contoh adalah
mereka melaksanakan penimbangan
sampah anorganik setipa bulan sambil
melaksanakan kegiatan arisan. Di sela-
sela waktu luang tersebut, mereka juga
melaksanakan pembinaan dan pelatihan-
pelayihan yang mampu mendukung dan
meingkatkan life skill mereka. Hal ini
sangat bermanfaat untuk mulai
membangun peningkatan pendapatan
(income generating) yang secara tidak
langsung akan mampu mendongkrak
pendapatan rumah tangga. Menurut
Martiningsih (2013) pemberdayaan
masyarakat akan berhasil apabila
dilakukan secara berkesinambungan dan
melibatkan secara aktif masyarakat
sasaran. Pembinaan yang dilakukan pada
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
94
Bank Sampah Nuri Lestari yang berlokasi
di banjar Jambe Belodan merupakan salah
satu kegiatan yang mendasari tulisan ini.
SUMBER INSPIRASI
Di desa Dauh Peken telah berdiri 6
(enam) kelompok bank sampah yang
dikelola oleh masing-masing banjar dinas
di lingkungan desa Dauh Peken. Salah
satu kelompok yang sudah melaksanakan
program penanganan sampah baik organik
maupun anorganik adalah kelompok Bank
Sampah Nuri Lesatri Serasi yang berlokai
di Banjar jambe Belodan desa Dauh
Peken. Kelompok ini terdiri dari 8
kelompok kecil yang masing-masing
beranggotakan 10 orang. Sehingga total
anggota bank sampah Nuri Lestari serasi
adalah sekitar 80 orang ibu-ibu rumah
tangga. Kegitan pemilahan sampah
anorganik dilakukan di masing-masing
rumah tangga, kemudian setiap 1 (satu)
bulan sekali sampah-sampah anorganik
baik berupa kaleng, plastik dan kaca
dikumpulkan di rumah sampah dan
sekaligus dibeli oleh bank Sampah. Dari
kegiatan ini omzet bank Sampah Nuri
Lestari setiap bulannya hampir mencapai
Rp.6.000.000,-. Akan tetapi penanganan
sampah organik masih belum efektif
dilaksanakan. Tim IbW Unmas Denpasar
pada tahun 2015 ini melaksanakan
program pemberdayaan bank sampah Nuri
Lestari Serasi dalam hal pengolahan
sampah organik menjadi kompos dan
pupuk cair berbahan lokal (MOL).
METODE
Dalam pemberdayaan masyarakat
hal terpenting yang harus dilakukan adalah
keberlanjutan program. Keberlanjutan
akan terjadi kalau masyarakat yang
didampingi dapat menjadi masyarakat
madani (mandiri dan mampu menghidupi
diri sendiri). Beberapa pendekatan yang
sering dilakukan adalah melalui
Participatory Research Action (PRA).
Metode ini merupakan metode umum yang
sering dipakai dalam pemberdayaan
masyarakat. Dalam PRA ini pelaksana
kegiatan ikut terlibat secara langsung
dalam pemberdayaan dan ikut menjadi
aktor (subyek) kegiatan dan juga obyek
kegiatan. Dengan strategi ini diharapkan
pelaksana kegiatan akan merasakan secara
langsung kendala-kendala yang dihadapi di
lapangan pada saat kegiatan berlangsung.
Dari sisi masyarakat yang diberdayakan
akan lebih merasakan kedekatan dengan
pelaksana sehingga batas antara pelaksana
dan masyarakat akan samar, hal ini sering
mengakibatkan pelaksanaan pemberdayaan
lebih mudah. Selain metode PRA
pendekatan diskusi juga sangat bermanfaat
dalam kesuksesan sebuah pemberdayaan.
Dengan metode FGD (Focus Group
Discussion) maka masyarakat akan lebih
terbuka dengan permasalahan yang
dihadari dan akan berusaha memamahami
masalah orang lain dan secara bersama
mencari solusi untuk pemecahan masalah
secara bersama. Pendekatan berikutnya
adalah monitoring dan evaluasi (monev)
untuk melihat keberhasilan dari setiap
kegiatan yang dilakukan. Monev
dilakukan dengan menggunakan beberapa
indikator sesuai dengan jenis kegiatan
yang diberikan dan luaran yang
diharapkan. Seperti misalnya indikator
keterlibatan masyarakat sasaran terhadap
kegiatan yang dilaksanakan dilakukan
dengan melihat absensi atau jumlah
kedatangan pada setiap kegiatan,
antusiasme dan semangat dari masyarakat
sasaran, umpan balik yang diberikan oleh
masyarakat sasaran terhadap ide-ide yang
dilontarkan dalam setiap kegiatan.
Indikator berikutnya adalah keseriusan
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
95
dalam mengikuti kegiatan, yang ditandai
dengan kuantitas dan kualitas produk yang
dihasilkan. Produk hasil olahan yang baik
akan dihasilkan apabila masyarakat
sasaran serius dalam mengikuti setiap
kegiatan.
KARYA UTAMA
Pemanfaatan hasil pemberdayaan
dan pendampingan pengolahan kompos
selain di kebun-kebun sekolah, juga telah
dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok
pengolah sampah di tingkat banjar. Di
desa Dauh Peken sudah terbentuk
kelompok pengelola sampah tetapi masih
terfokus pada sampah anorganik. Sampah-
sampah anorganik ini akan dikumpulkan
setiap 2 minggu sekali di Balai Banjar,
kemudian akan dicari oleh pengepul.
Untuk membuat kaderisasi dan
pengelolaan sampah organik berkelanjutan
maka dipandang perlu untuk membentuk
kelembagaan yang lebih kuat dengan
membantu membuatkan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
Dengan pendampingan penguatan
kelembagaan ini diharapkan kelompok
Bank Sampah ini akan mampu melebarkan
usahanya untuk mengelola sampah organik
sehingga akan terbentuk diversifikasi
produk guna meningkatkan daya saing
kelompok. Di samping itu dengan
penguatan kelembagaan maka Bank
Sampah di desa Dauh Peken akan mampu
menjadi kelompok yang memiliki tujuan
ekonomi kreatif dengan cara memasarkan
produk-produk selain sampah anorganik.
Pengelolaan sampah organik (limbah
rumah tangga dan pasar) sangat
memberikan prospektif untuk menambah
pendapatan kelompok karena dapat dijual
langsung sebagai pupuk juga dapat
dimanfaatkan sendiri sebagai pupuk pada
usaha pemanfaatan pekarangan. Adanya
peningkatan ekonomi dan jiwa
kewirausahaan anggota kelompok dapat
dilihat dari meningkatnya pendapatan
Bank Sampah selama pembinaan yang
dilakukan oleh Tim Unmas sebesar hampir
30 % setiap bulannya. Dari hasil
perhitungan sampah yang berhasil
dkumpulkan dan sampah yang terjual pada
setiap bulannya terjadi peningkatan
sebesar 45-50 % yaitu dari pengahsilan
awal hanya Rp. 150.000,- per bulan, pada
akhir Agustus pendapatan Bank Sampah
sudah menjadi Rp. 300.000 per bulannya.
Dis amping pengelolaan sampah anorganik
ternyata antusiame anggota kelompok
untuk mengolah sampah anorganik juga
sudah meningkat. Hal ini telah dibuktikan
dengan penanaman beraneka sayuran di
sekeliling halaman Bank Sampah.
ULASAN KARYA
Implementasi sebuah kegiatan akan
sangat ditentukan oleh tingkat
permahaman dan keseriusan masyarakat
terhadap program yang dilaksanakan.
Pada kasus pemberdayaan di Bank
Sampah Nuri Lestari, implementasi
program seperti pemilahan sampah organik
dan anorganik serta pemanfaatan sampah
organik emnajdi pupuk telah diterapkan di
masing-masing rumah tangga anggota
bank sampah. Di samping itu penanaman
tanaman hias dan sayuran telah pula
dilaksanakan di amsing-masing banjar.
Untuk menilai keberhasilan implementasi
dari masing-masing program telah
dilaksanakan monitoring dan evaluasi
melalui pengamatan langsung terhadap
kebersihan lingkungan dan juga melalui
pengisian kuesioner. Kuesioner diisi oleh
masing-masing anggota yang terlibat dan
pemnagku kepentingan di aras banjar.
Dari hasil pemantauan tersebut maka di
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
96
desa Dauh Peken setiap setahun sekali
dilaksanakan lomba gang bersih dan lomba
rumah sehat. Untuk tahun 2014 penilaian
memutuskan juara gang bersih adalah bank
sampah di banjar Tunggal Sari, sedangkan
untuk kriteria keberlanjutan dan keseriusan
di raih oleh bank sampah Nuri Lestari.
Gambar 2. Pembuatan Mol dan Situasi
Gang di Desa Dauh peken
KESIMPULAN
Pemberdayaan masyarakat adalah
kegiatan yang melibatkan masyarakat
dalam program secara aktif dan terus
melaksanakan pendampingan agar
kegiatan yang dilaksanakan berlanjut dan
masyarakat menjadi mandiri. Beberapa
strategi yang dilakukan adalah:
1. Pemberdayaan harus berbasis
permasalahan masyarakat (bottom
up). Pedekatan dilakukan secara
kekeluargaan dan budaya
2. Melibatkan secara aktif masyarakat
sasaran sehingga menciptakan
sense of belonging masyarakat
terhadap program yang
dilaksanakan
3. Bantuan-bantuan kepada
masyarakat herus berbasis kegiatan
(action based) sehingga tidak
muncul anggapan program yang
dilaksanakan adalah proyek
4. Monitoring dan evaluasi
merupakan hal yang mutlak
dilaksanakan agar dapat dipantau
keberlanjutan dari program-
program yang diberikan
(sustainable empowerment)
DAMPAK DAN MANFAAT
Filosofi pemberdayaan masyarakat
adalah mendorong agar terjadi pertukaran
pengetahuan (knowledge transfer) diantara
pelaksana kegiatan baik anggota kelompok
maupun masyarakat sekitar. Hal ini terjadi
karena pada pemberdayaan masyarakat
selalu ada diseminasi pengetahuan baik
selama kegiatan berlangsung maupun
setelah kegiatan, karena pada dasarnya
manusia adalah makhluk peniru yang
secara intuisi akan memiliki keingintahuan
akan kebershasilan seseorang. Seseorang
yang sering disebut aktor adalah kader
yang memiliki inovasi tinggi terhadap
fenomena yang terjadi. Sehingga
keberhasilan sebuah program akan sangat
tergantung dari pengkaderan yang
dilakukan dan kreatifitas kader.
DAFTAR PUSTAKA
Alex, Inkeles. 1980. Modernisasi
Dinamika Pertumhuhan.
Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Alisyahbana. 1986. Transfonnasi
Masyarakat Indonesia. Jakarta:
Kelompok Studi Proklamasi, The
Asia Foundition.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
97
Bappeda, 2009. Laporan Akhir
Penyusunan Master palan
Persampahan Kabupaten Tabanan.
Hasbul, H. 1988. Pengaruh Timbulan dan
Karakteristik Sampah Terhadap
Sistem Pewadahan dan
Pengangkutannya.
Murbandiono,2008, Membuat Kompos
Edisi Telivisi,Penerbit : Penebar
Swadaya, Jakarta.
Ririen Prihandarini. 2004. Manajemen
Sampah. Perpod, Jakarta. 94 h.
Ririen Prihandarini. 2005. Wirausaha
Berbasis Pengelolaan Limbah
Organik. Pelatihan Dosen
Perguruan Tinggi, Peningkatan
Jiwa Kewirausahaan Berbasisi
Pengelolaan Limbah Organik.
Dikti – Unibraw, Malang 7 – 12
Desember 2005
Kecamatan Tabanan. 2011. Profil Desa
Dauh Peken. Pemerintah Daerah
Tabanan. Provinsi Bali
Kecamatan Kediri 2011. Profil Desa
Beraban. Pemerintah Daerah
Tabanan. Provinsi Bali
Sunarwan, A. 2005. Identifikasi
Pembuangan Sampah Domestik di
Bantaran Sungai Brantas Kota
Malang. Lembaga Penelelitian
Unmer, Malang. Jurnal Penelitian
(28): 789 – 795. Surata, SPK (2008). Struktur danProses dalam
Kepemimpinan Masyarakat
Tradisional. Jurnal Kritis, Satya
Wacana, Salatiga.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis
memberikan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada beberapa pihak yang
terlibat dalam kegiatan ini yaitu:
1. Kepala desa Dauh Peken danstaf
yang telah memfasilitasi kegiatan
dan menyediakan saran dan prasara
selama kegiatan berlangsung
2. Ketua Bank Sampah Nuri Lestari
yang telah dengan tekun dan
semangat menggalang masyarakat
untuk terlibat aktif dalam semua
kegiatan yang dilaksanakan.
3. Teman-teman tim Ipteks bagi
Wilayah (IbW) desa Dauh Peken
yang dengan antusias mengikuti
semua kegiatan yang telah
diprogramkan.
4. Kepada Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi dan Rektor yang
telah memberikan fasilitas materi
maupun moral (inkind) terhadap
pelaksanaan program ini.
5. Terkahir penulis sampaikan
terimakasih kepada semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu atas kerjasama dan
dukungan selama pelaksanaan
program.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
98
ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN SEBAGAI PERENCANAAN STRATEGI
BISNIS PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)
DI KOTA DENPASAR
Ni Putu Yeni Astiti dan I Gusti Ngurah Bagus Gunadi
Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswti Denpasar
ABSTRAK
Tujuan perencanaan strategis adalah untuk membentuk serta menyempurnakan usaha
bisnis dan produk perusahaan sehingga memenuhi target laba dan pertumbuhan. Lingkungan
internal yang dapat dianalisis meliputi beberapa hal, yaitu pemasaran dan distribusi, faktor
penelitian dan pengembangan serta rekayasa, faktor manajemen produksi dan operasi, sumber
daya karyawan perusahaan, keuangan dan akuntansi, sedangkan lingkungan eksternal yang
cukup berpengaruh terhadap kelangsungan hidup industri kecil antara lain tingkat inflasi,
tingkat pertumbuhan ekonomi, kondisi politik, peraturan pemerintah, perkembangan
teknologi, jumlah pemasok, kondisi persaingan dan selera pasar. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara dengan nara sumber terkait dalam hal ini dinas Koperasi
dan UKM kota Denpasar dan asosiasi UKM. Dipilihnya dinas Koperasi dan UKM kota
Denpasar dan asosiasi UKM karena keduanya merupakan pihak yang berwenang dalam
penentuan kebijakan, penyusunan strategi serta pengembangan pelaku UKM. Hasil analisis
SWOT menunjukkan bahwa UMKM di Denpasar berada pada Kuadran IV.
Kata Kunci : Lingkungan Perusahaan, Analisis Swot, Strategi Bisnis
ABSTRACK
The objective of strategic planning is to establish and improve the business and the
company's products to achive company profit and growth target. Internal environment that
can be analyzed include several things, as marketing and distribution, research and
development factors and engineering, production and operation management factors,
company employee resources, finance and accounting, while the external environment which
has a influence on the viability of small industries, inflation, economic growth rates, political
conditions, government regulations, technological developments, supplier numbers,
competitive conditions and market tastes. Research data is collected by interview with related
resource, which are the department of Cooperatives and SMEs of Denpasar and association
of SMEs. The Department of Cooperatives and SMEs of Denpasar and the association of
SMEs is selected as data resource because both are the authorities in the determination of
policy, strategy development and development of SMEs. The result of SWOT analysis shows
that MSMEs in Denpasar are in Quadrant IV.
Keywords: Company Environment, Swot Analysis, Business Strategy
PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan
perekonomian Indonesia peranan usaha
kecil sangat diperlukan. Bahkan
diharapkan dimasa depan, Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) bisa menjadi tulang
punggung perekonomian nasional.
Pengembangan UKM itu sendiri semakin
mendapat dukungan dari pemerintah yang
tercermin dari berbagai usaha yang
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
99
dilakukan dalam memberdayakan
perekonomian rakyat di pedesaan. Dengan
demikian strategi bersaing harus dapat
memberikan gambaran yang jelas dan
terarah tentang apa yang dilakukan UKM.
Menurut Wiliam F. Glueck, 1999:13.
Setiap UKM yang ingin meningkatkan
nilai penjualan agar dapat hidup harus
memiliki perencanaan strategis. Tujuan
dari perencanaan strategis adalah agar
UKM dan menengah dapat mengantisipasi
perubahan lingkungan. Dengan diterapkan
suatu strategi pemasaran yang tepat, yang
nantinya dapat meningkatkan junlah nilai
penjualan sehingga keuntungannyapun
meningkat. UKM adalah merupakan sektor
yang dominan dalam rangka meningkatkan
hasil usaha industri di kota Denpasar,
dimana industri kecil sangat mempunyai
peranan dalam pertumbuhan dunia
pariwisata, apalagi kota Denpasar
merupakan daerah yang paling dominan
didatangi wisatawan baik asing maupun
domestik. Dengan demikian persaingan
antar industri kecil di kota Denpasar begitu
ketatnya. Lingkungan internal yang dapat
dianalisis meliputi beberapa hal, yaitu
pemasaran dan distribusi, faktor penelitian
dan pengembangan serta rekayasa, faktor
manajemen produksi dan operasi, sumber
daya karyawan perusahaan, keuangan dan
akuntansi, sedangkan lingkungan eksternal
yang cukup berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup industri kecil antara
lain tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan
ekonomi, kondisi politik, peraturan
pemerintah, perkembangan teknologi,
jumlah pemasok, kondisi persaingan dan
selera pasar. Pokok permasalah adalah:
Variabel-variabel apa yang menjadi
peluang dan ancaman bagi UKM di kota
Denpasar ?. Variabel-variabel apa yang
menjadi kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki UKM di kota Denpasar ?. Strategi
apa yang cocok diterapkan UMK di kota
Denpasar ?.
METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data
penelitian dilakukan dengan observasi dan
wawancara dari pihak terkait yang
mengetahui kondisi UKM di Kota
Denpasar yaitu Dinas Koperasi dan
UMKM.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis
SWOT. Dalam analisis SWOT terhadap
UKM terdapat beberapa tahapan yang
dilalui penulis meliputi :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor strategis
2. Memberikan pembobotan terhadap
faktor-faktor strategis
3. Penilaian terhadap faktor-faktor
strategis
4. Menentukan rentang nilai/interval
5. Memposisikan nilai yang diperoleh
dalam diagram Matrik Internal dan
Eksternal (IE)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis SWOT
Mengidentifikasi Faktor-Faktor
Strategis
Lingkungan Internal
a. Kekuatan (Strength)
1) Fleksibilitas
UMKM memiliki fleksibilitas dalam
menyesuaikan diri dengan keinginan
pasar yang cenderung berubah-ubah.
Berbeda dengan usaha dengan skala
besar, lingkup UMKM yang cenderung
terbatas membuat UMKM dengan cepat
menangkap keinginan konsumen dan
menggunakan sumber daya yang
dimiliki untuk memenuhi kebutuhan
pasar.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
100
2) Inovatif
Lingkup organisasi UMKM yang relatif
sempit, mempermudah untuk melakukan
inovasi terhadap produk yang akan
dihasilkan, karena proses munculnya
inovasi produk dapat dituangkan setiap
saat dari seluruh karyawan dengan
melihat fenomena yang terdapat di pasar.
3) Mudahnya mendapat bahan baku
Mayoritas UMKM di Denpasar
menghasilkan produk dengan
memanfaatkan sumber daya dan bahan
baku yang berasal dari sekitar wilayah
mereka. Mudahnya mendapatkan bahan
baku ini membuat UMKM mampu
mengontrol kualitas bahan baku yang
diinginkan dan berproduksi secara
kontinyu.
4) Harga Bersaing
UMKM umumnya tidak mengandalkan
merk dagang, namun bersaing melalui
harga yang terjangkau. Melalui
penggunaan bahan baku yang berasal
dari daerah lokal, maka UMKM dapat
menekan biaya produksi dan mampu
memberikan harga jual yang relatif
murah.
5) Loyalitas Karyawan
Ukuran perusahaan yang kecil
membuat komunikasi antar karyawan
dan pemilik berjalan dengan baik.
Komunikasi yang baik akan membuat
karyawan merasa dihargai dan
meningkatkan loyalitasnya terhadap
perusahaan.
6) Produk yang berkualitas
UMKM di Denpasar telah dikenal
dengan produk-produk yang
berkualitas serta memiliki keunikan
tersendiri. Faktor inilah yang
membuat produk yang dihasilkan
disukai pasar dan mampu terjual
dengan baik.
b. Kelemahan (Weakness)
1) Keterbatasan Modal
UMKM di Denpasar mengalami
kesulitan dalam
permodalan,sementara modal
menjadi hal yang penting untuk
pengembangan perusahaan.
2) Keterbatasan SDM
Untuk terus berinovasi, UMKM
harus didukung oleh SDM yang
memadai yang memiliki
keterampilan tinggi, memahami
teknik pemasaran dan akuntansi
untuk meningkatkan produksi dan
kinerja UMKM.
3) Keterbatasan Teknologi
Mayoritas UMKM di Denpasar masih
menggunakan teknik produksi manual
atau mesin yang sederhana. Hal ini
membuat panjangnya proses produksi
dan rendahnya jumlah produksi.
4) Kesulitan Pemasaran
Rendahnya penguasaan teknologi
informasi membuat UMKM sulit
menembus pasar-pasar yang berada di
daerah yang berbeda. Pemasaran saat
ini masih dilakukan dengan cara
sederhana, sehingga sulit mencapai
pasar nasional atau internasional.
5) Keterbatasan Administrasi dan
Akuntansi
Mayoritas UMKM di Denpasar belum
memiliki kemampuan yang memadai
mengenai administrasi dan akuntansi,
dimana hal ini menyebabkan sulitnya
melakukan pencatatan transaksi
keuangan, dan menentukan harga pokok
produksi, serta menghitung keuntungan
yang dihasilkan.
Lingkungan Eksternal
a. Peluang (Opportunity)
1) Perkembangan Industri Ekonomi
Kreatif
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
101
Berkembangnya industri ekonomi
kreatif saat ini memperluas kesempatan
UMKM untuk mampu menembus pasar
yang lebih besar melalui keunikan
produk yan diproduksi.
2) Penambahan Modal
Dukungan pemerintah daerah dan
pemerintah pusat atas UMKM sangat
baik, salah satunya adalah melalui
program-program pemerintah yang
mempermudah UMKM untuk mendapat
tambahan modal dari lembaga
keuangan. Selain itu pemerintah juga
memberikan dukungan dalam hal
perpajakan UMKM.
3) Pemanfaatan Teknologi Informasi
Terus berkembangnya teknologi
informasi dapat membantu perusahaan
dalam meningkatkan kinerjanya melalui
pemasaran online, pemanfaatan mesin-
mesin untuk meningkatkan kapasitas
produksi,maupun untuk membantu
pemrosesan transaksi keuangan.
4) Jumlah produk substitusi
Keunikan produksi UMKM yang
menggunakan bahan baku lokal,
membuat produk UMKM memiliki
keunggulan di mata masyarakat
sehingga sulit untuk disaingi oleh
perusahaan lain.
5) Menjalin kemitraan
UMKM di masa depan diharapkan
dapat menjalin kerjasama dengan
perusahaan swasta, lembaga
pendidikan, serta lembaga pemerintahan
dan lembaga keuangan yang mampu
mendukung perkembangan UMKM.
6) Kebijakan Pemerintah
Pemerintah sedang giat membangkitkan
ekonomi kecil dan kreatif, yang tentu
saja akan menguntungkan UMKM,
dimana pemerintah akan membuat
aturan-aturan dan kebijakan yang
mendukung perkembangan UMKM.
d. Ancaman (Threat)
1) Persaingan
Adanya MEA membuka jalan bagi
usaha-usaha besar dari luar negeri untuk
memasuki pasar Indonesia
menimbulkan tekanan-tekanan pada
persaingan produk untuk merebut
pangsa pasar.
2) Inflasi
Inflasi akan mempengaruhi daya beli
masyarakat. Kondisi ini juga akan
mempengaruhi penjualan yang dilakukan
oleh UMKM.
3) Masih kurangnya apresiasi masyarakat
terhadap produk lokal
Branding oleh produk-produk
perusahaan besar, mempersulit UMKM
untuk memasuki pasar nasional karena
pola konsumsi yang terjadi di
masyarakat adalah masyarakat terkadang
melakukan pembelian untuk memenuhi
gengsi dan gaya hidup.
4) Kondisi Perekonomian Global
Ketidakstabilan ekonomi membawa
dampak bagi usaha UMKM. Turunnya
nilai rupiah membuat beberapa bahan
baku yang masih diimport akan
mengalami kenaikan harga, yang
Pembobotan Faktor-Faktor Strategis
Pendekatan yang digunakan dalam
melakukan analisis lingkungan internal
adalah melalui pendekatan fungsional
dimana kapabilitas internal yang paling
penting untuk keberhasilan perusahaan
dianalisis untuk menghasilkan data
kekuatan dan kelemahan sebagai dasar
strategi perusahaan (Rahmanto, 2013).
Berikut adalah penjabaran Matriks
Evaluasi Faktor Internal (IFAS)
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
102
MATRIKS EVALUASI FAKTOR INTERNAL (IFAS)
Faktor Internal Kunci Bobot Peringkat Skor
Bobot
Kekuatan (Strength)
1) Fleksibilitas
2) Inovatif
3) Mudahnya mendapat bahan baku
4) Harga Bersaing
5) Loyalitas Karyawan
6) Produk yang berkualitas
0,11
0,06
0,06
0,11
0,08
0,11
4
2
3
3
3
4
0,44
0,11
0,17
0,33
0,25
0,44
Kelemahan (Weakness)
1) Keterbatasan Modal
2) Keterbatasan SDM
3) Keterbatasan Teknologi
4) Kesulitan Pemasaran
5) Keterbatasan Administrasi dan
Akuntansi
0,11
0,11
0,11
0,06
0,08
3
3
3
2
2
0,33
0,33
0,33
0,11
0,17
TOTAL 1,00 3,03
Matriks evaluasi faktor eksternal
memungkinkan para penyusun strategi
untuk meringkas dan mengevaluasi
informasi ekonomi, sosial budaya,
demografis, lingkungan, politik,
pemerintahan , hukum, teknologi dan
kompetitif. Berikut Matriks Evaluasi
Faktor Eksternal
MATRIKS EVALUASI FAKTOR EKSTERNAL (EFAS)
Faktor Eksternal Kunci Bobot Peringkat Skor
Bobot
Peluang (Opportunity)
1) Perkembangan Industri Ekonomi
Kreatif
2) Penambahan Modal
3) Pemanfaatan Teknologi Informasi
4) Jumlah produk substitusi
5) Menjalin kemitraan
6) Kebijakan Pemerintah
0,13
0,10
0,10
0,07
0,13
0,07
4
3
4
2
4
3
0,53
0,30
0,40
0,13
0,53
0,20
Ancaman (Threat)
1) Persaingan
2) Inflasi
3) Masih kurangnya apresiasi masyarakat
terhadap produk local
4) Kondisi Perekonomian Global
0,13
0,10
0,10
0,07
1
1
2
3
0,13
0,10
0,20
0,20
TOTAL 1,00 2,73
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
103
Berdasarkan matriks diatas, diketahui
bahwa nilai IFAS 3,03 dan nilai EFAS
2,73, nilai ini lebih besar dari cut off yaitu
2,50. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kondisi UMKM di Denpasar berada pada
kriteria baik. Berdasarkan tabel Internal
Eksternal (IE) dapat dilihat bahwa UKM
yang ada di Kota Denpasar berada pada
kuadran IV, dimana perusahaan termasuk
dalam kategori tumbuh bina.
4.2 Pembahasan
Matrik SWOT merupakan alat
yang dipakai untuk menyusun faktor-
faktor strategis perusahaan. Matrik ini
akan menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi perusahaan dapat
disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki. Nantinya matrik
ini digunakan untuk membangun
pengembangan empat jenis strategi yaitu
Strategi SO (Kekuatan-Peluang)‚ Strategi
WO (Kelemahan-Peluang)‚ Strategi ST
(Kekuatan-Ancaman)‚ Strategi WT
(Kelemahan-Ancaman). Perumusan
strategi SWOT akan didasarkan pada nilai
matrik IE serta kondisi SWOT perusahaan.
Matrik SWOT
Peluang (Opportunity)
1) Perkembangan Industri
Ekonomi Kreatif
2) Penambahan Modal
3) Pemanfaatan Teknologi
Informasi
4) Jumlah produk substitusi
5) Menjalin kemitraan
6) Kebijakan Pemerintah
Ancaman (Threat)
1. Persaingan
2. Inflasi
3. Masih kurangnya
apresiasi masyarakat
terhadap produk lokal
4. Kondisi
Perekonomian Global
Kekuatan (Strength)
1. Fleksibilitas
2. Inovatif
3. Mudahnya
mendapat bahan
baku
4. Harga Bersaing
5. Loyalitas
Karyawan
6. Produk yang
berkualitas
Strategi SO
1. Meningkatkan penggunaan
teknologi untuk
mempertahankan kualitas
produk
2. Membina kerjasama yang
intensif dengan supplier untuk
memperoleh pasokan baha
baku secara kuantitas dan
kualitas yang memadai
3. Meningkatkan inovasi produk
dengan memanfaatkan
teknologi yang lebih canggih
4. Mempertahankan persaingan
harga serta melihat
perkembangan industri
ekonomi kreatif
5. Mengembangkan usaha dengan
menggunakan bantuan modal
dari pemerintah
Strategi ST
1. Meningkata kualitas
pelayanan terhadap
pelanggan
2. Meningkatkan kualitas
produk‚ desain produk
yang menarik dan
kreatif
Kelemahan (Weakness)
1. Keterbatasan
Strategi WO
1. Mengadakan pelatihan
Strategi WT
1. Menambah modal
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
104
M
o
d
a
l
2. Keterbatasan
S
D
M
3. Keterbatasan
Teknologi
4. Kesulitan
Pemasaran
5. Keterbatasan
Administrasi dan
Akuntansi
terhadap karyawan
2. Membuat pembukuan terhadap
administrasi dan keuangan
3. Meningkatkan kegiatan
promosi yang dilakukan
4. Menambah modal dengan
memanfaatkan pinjaman yang
diberikan dari pemerintah dan
BUMN
dengan melakukan
pinjaman ke
pemerintah dan BUMN
2. Meningkatkan promosi
3. Menambah teknologi
yang digunakan dan
memberikan pelatihan
terhadap karyawan dan
pengaplikasian
teknologi yang
digunakan
4. Institusi pendamping
dapat memfasilitasi
untuk pemerintah
membuat regulasi dan
kebijakan yang
mendukung
pengembangan usaha
UKM
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis, nilai
IFAS BPR berada pada nilai 3,03,
sedangkan nilai EFAS menunjukkan nilai
2,73. Nilai ini berada pada rentang 2,51-
3,25 yang berarti UKM berada dalam
kategori Baik. Nilai ini kemudian
diimplementasikan pada diagram IE yang
menunjukkan bahwa UKM di Kota
Denpasar berada dalam kuadran IV yang
berarti UKM di Kota Denpasar dalam
kondisi tumbuh bina.
Saran
Berdasarkan analisis SWOT,
modal merupakan masalah utama bagi
UKM di Kota Denpasar untuk
mengembangkan usahanya. Kurangnya
jumlah modal menghambat kegiatan UKM
untuk menambah aset, melakukan
perekrutan karyawan serta melatih
karyawan agar memiliki kompetensi yang
memadai untuk menjamin berjalanya
operasional UKM dengan lebih baik lagi.
Untuk itu diharapkan UKM dapat
menambah modal melalui menanfaatkan
pinjaman dari pemerintah dan swasta yang
mana saat ini kebijakan pemerintah sudah
banyak lebih menyentuh ke sektor UKM.
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus Sri Wahyudi. 1999. Manajemen
Strategik, Pengantar Proses Berpikir
Strategik. Jakarta Barat : Bina Rupa
Aksara.
Ari jaya Santini, I Gusti Putu. 2004.
Perumusan Strategi pemasaran pada
PT. Galva corporation kantor
perwakilan Bali. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana.
Denpasar.
Basu Swastha, DH. 1997. Azas-azas
Marketing. Edisi ke-3. Yogyakarta :
Liberty
Fandy Tjiptono. 2000. Strategi Pemasaran.
Yogyakarta : Andi Offset.
Glueck, William F. dan Jauch, Lawrence
R. (alih bahasa Murad dan AR
Hendry Sitanggang) 1999,
Manajemen Strategi dan Kebijakan
Perusahaan, Jakarta : Airlangga.
Hitt, Michael A., Ireland, R, Duane,
Hoskisson, Robert E. 2001, Strategic
Management : Competitiveness and
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
105
Globalization, 4th Edition,
Singapore, Thomson Learning Asia.
Henny Winartha. 2002. Perumusan
Strategi Bisnis pada PT. Taman
Burung Citra Bali Singapadu
Gianyar, Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana. Denpasar.
Kotler, Philip (Hendra Teguh,
Penerjemah). 2001. Manajemen
Pemasaran : Analisis perencanaan,
Implementasi, dan Kontrol. Edisi
Revisi Jilid 2 Jakarta : PT.
Prenhalindo
Pearce & Robinson (Agus Maulana,
Penerjemah). 1997. Manajemen
Strategik : Formulasi, Implementasi,
dan Pengendalian. Jilid 1. Jakarta :
Binapura Aksara
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT,
Teknik Membeda
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
106
PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP MARKA JALAN “YELLOW BOX
JUNCTION” DI KOTA DENPASAR
Cokorda Putra Wirasutama, Tjokorda Istri Praganingrum
ABSTRAK
ABSTRACT
One way to solve the problem in reducing congestion, especially at intersections, is to
apply the yellow box junction rule. The objective of installation of yellow box at the
intersection is for vehicles not to pile up at one point. The order is that vehicle should not be
in the yellow box as long as the vehicle in front of it has not fully passed the yellow box. This
method is used so that the opposite direction vehicle can pass through the intersection without
being blocked by the vehicle from the opposite direction. This condition will cause the
vehicles at the intersection flow smoothly, and do not experience delays due to accumulation
of vehicles from opposite directions.This study will evaluate the application of yellow box
junction rules at intersections in Denpasar City. The results of the interviews were analyzed
by comparing the ratio between the person/s who understood about the yellow box to all the
samples interviewed. Result of the data analyzed is that the average person that understood
about the yellow box junction is 60%.
Keywords: effectiveness, road marking, yellow box junction, denpasar
PENDAHULUAN
Kemacetan yang muncul di lalu
lintas merupakan fenomena umum di kota
yang berkembang pesat secara ekonomi.
Antisipasi menggunakan cara prediksikan
kemudian sediakan sulit dilakukan karena
keterbatasan ruang yang bisa
dikembangkan untuk mengakomodasi lalu
lintas yang berkembang pesat. Selain itu,
anggaran pemerintah yang terbatas
Program Studi Teknik Sipil FT Universitas Mahasaraswati Denpasar
email: [email protected]
Salah satu cara dalam manajemen lalu lintas untuk mengurangi kemacetan, terutama
di persimpangan, adalah dengan menerapkan aturan Yellow box junction. Pemasangan yellow
box pada persimpangan bertujuan agar kendaraan tidak menumpuk di satu titik dengan cara
mengatur agar kendaraan tidak boleh berada di dalam yellow box selama kendaraan di
depannya belum sepenuhnya melewati yellow box tersebut. Cara ini digunakan agar
kendaraan yang berlawanan arah tetap bisa melalui persimpangan tersebut tanpa dihalangi
oleh arus kendaraan dari arah berlawanan. Kondisi ini akan menyebabkan arus lalu lintas pada
persimpangan tersebut tetap mengalir dan tidak mengalami tundaan akibat menumpuknya
kendaraan dari arah berlawanan. Penelitian ini akan mengevaluasi penerapan aturan yellow
box junction pada simpang-simpang di Kota Denpasar. Data didapatkan dengan metode
wawancara terhadap masyarakat yang berada di sekitar persimpangan dengan yellow box
junction. Analisis data dihitung dengan mencari perbandingan antara masyarakat yang
memahami tentang yellow box terhadap seluruh sampel yang diwawancarai.Hasil analisis
data menunjukkan bahwa rata-rata pemahaman masyarakat terhadap marka yellow box adalah
60%.
Kata kunci: efektifitas, marka jalan, yellow box junction, denpasar
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
107
membutuhkan antisipasi untuk dilakukan
dengan cara memprediksi kemudian
mencegah agar pemerintah tetap dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat yang
tumbuh cepat.
Bagaimana pemerintah bisa
mengurangi kemacetan di samping
program pemenuhan kendaraan angkutan
massal yang telah dilakukan dengan
Program Bus Trans Sarbagita, adalah
dengan manajemen lalu lintas yang lebih
baik. Penyesuaian arus lalu lintas,
peningkatan fasilitas pejalan kaki,
penambahan rambu atau marka jalan
adalah cara lain yang bisa digunakan untuk
mengatur lalu lintas agar terhindar dari
kemacetan yang parah. Kemacetan lalu
lintas biasanya terjadi di persimpangan.
Hal ini terjadi karena akumulasi kendaraan
pada satu titik ke arah yang berlawanan
atau berbeda. Meski di beberapa
persimpangan, lampu lalu lintas telah
dibuat untuk mencegah penumpukan
kendaraan, namun pada waktu-waktu
tertentu, terutama saat jam sibuk,
kemacetan masih bisa terjadi.
Salah satu marka jalan yang bisa
digunakan untuk mengurangi kemacetan
yang terjadi di persimpangan, baik yang
bersinyal atau tidak bersinyal, adalah
membuat marka kotak kuning (yellow box)
di persimpangan. Pemasangan yellow box
di persimpangan ditujukan agar kendaraan
tidak menumpuk pada satu titik dengan
mengatur agar kendaraan tidak boleh
berada di dalam yellow box selama
kendaraan di depannya belum sepenuhnya
melewati yellow box. Metode ini
digunakan agar kendaraan dari satu arah
tertentu bisa melewati persimpangan tanpa
diblokir oleh arus kendaraan dari arah yang
berlawanan. Kondisi ini akan
menyebabkan arus lalu lintas di
persimpangan masih mengalir dan tidak
mengalami penundaan akibat terjadinya
penumpukan kendaraan dari arah yang
berlawanan.
Yellow box junction adalah penanda
jalan berbentuk persegi kuning yang
ditempatkan di persimpangan jalan
(Peraturan Menteri Perhubungan No. 34
tahun 2014 tentang Penandaan Jalan).
Garis kotak kuning ini memiliki tujuan
apabila ada antrian di persimpangan,
kendaraan harus mempertimbangkan
apakah kondisi persimpangan aman atau
tidak. Kendaraan tidak diperbolehkan
berhenti di yellow box meski lampu hijau
masih menyala. Jika kendaraan berhenti di
dalam area yellow box maka akan dikenai
sanksi. Negara lain yang telah menerapkan
yellow box junction adalah Malaysia,
Singapura, Australia dan Inggris.
Penerapan yellow box junction di
Indonesia belum merata. Beberapa kota
besar masih menguji penanda jalan ini.
Dalam "Traffic sign manual bab 5
road marking London" dijelaskan
persyaratan penempatan yellow box
junction tersebut adalah:
1. memiliki 4 sisi
2. berada di persimpangan yang
memiliki setidaknya dua arah
3. ditempatkan di persimpangan yang
dikontrol atau tidak dikendalikan
oleh sinyal-sinyal lalu lintas
4. terletak pada arus lalu lintas yang
padat atau sibuk di kedua arah
lengan jalan
5. garis kuning dalam harus
menempelkan setidaknya dua sudut
kotak
6. dua atau empat kotak sudut
mengarah ke tepi jalan
7. kotak kuning harus terlihat jelas dan
tidak mudah pudar
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
108
8. di persimpangan T hanya mencakup
setengah dari persimpangan jalan
9. hanya ada satu tanda kuning di
persimpangan jalan
Dalam tulisan ini, penulis ingin
mengevaluasi penerapan pemasangan
kotak kuning yang baru dilaksanakan
pada tahun 2016 oleh Pemerintah
Daerah Kota Denpasar. Evaluasi ini
dilakukan dengan mewawancarai orang-
orang yang berada di persimpangan
dengan persimpangan kotak kuning
mengenai sosialisasi peraturan baru dan
keefektifan instalasi. Penelitian ini akan
dilakukan di daerah dengan
persimpangan junction junction junction
di persimpangan Kamboja-Kapten Japa,
Kamboja-Lely dan Udayana-Sugianyar
Gambar 1
Bentuk Ukuran Marka Kotak Kuning
Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan No. 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan
METODE
Penelitian dilakukan pada simpang Kamboja-Kapten Japa, Kamboja-Lely dan
Udayana-Sugianyar
Gambar 2 : Lokasi Penelitian
Sumber : Google Map dengan modifikasi. 2017
Simpang Udayana - Sugianyar
Simpang Kamboja - Lely
Simpang Kamboja – Kapten Japa
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
109
Tabel 1 : Jenis dan Sumber Data
Sumber : Penulis, 2017
HASIL DAN PEMBAHASAN
Survai Pengetahuan Masyarakat
terhadap Marka Yellow box junction
Survai untuk mengetahui pemahaman
masyarakat terhadap aturan Marka Yellow
box junction dilakukan dengan metode
survai kuesioner. Responden yang disurvai
sebanyak 20 orang pada masing-masing
simpang adalah masyarakat yang berada di
sekitar simpang dengan marka yellow box.
Pengetahuan masyarakat terhadap marka
yellow box junction dihitung dengan
membandingkan antara masyarakat yang
memahami dengan jumlah responden pada
masing-masing simpang.
Prosentase pemahaman masyarakat =
(Jumlah responden yang memahami/Jumlah
responden) x 100%.
A. Simpang Kamboja-Kapten Japa
Jumlah responden yang memahami
= 13 orang
Jumlah responden
= 20 orang
Prosentase pemahaman masyarakat
= (13 / 20) x 100%
= 65%
B. Simpang Kamboja-Lely
Jumlah responden yang memahami
= 13 orang
Jumlah responden
= 20 orang
Prosentase pemahaman masyarakat
= (13 / 20) x 100%
= 65 %
C. Simpang Udayana-Sugianyar
Jumlah responden yang memahami
= 10 orang
Jumlah responden
= 20 orang
Prosentase pemahaman masyarakat
= (10 / 20) x 100%
= 50 %
Dari hasil perhitungan di atas dapat
diketahui rata-rata responden yang
memahami adalah sebesar : (65% + 65% +
50%) / 3 = 60%
Data
Metodelogi Sumber Data
Primer Sekunder
Gambaran Umum Wilayah
Penelitian dan Geografis
Wilayah
Kualitatif - Literatur
Fisik dan Non Fisik Kawasan
Penelitian
Kualitatif Observasi dan
wawancara
Literatur
Landasan teori dan konsep
- Definisi dan Fungsi
Yellow box junction
- Peraturan terkait mengenai
rekayasa lalu lintas
Kualitatif Literatur
Rumusan Permasalahan
Data Pemahaman Masyarakat Kualitatif dan
Kuantitatif
Wawancara dan
Kuesioner
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
110
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan
beberapa hal yaitu :
Rata-rata pemahaman masyarakat terhadap
marka yellow box junction adalah sebesar
60%. Dengan perincian masing-masing
simpang adalah :
A. Simpang Kamboja-Kapten Japa = 65%
B. Simpang Kamboja-Lely = 65%
C. Simpang Udayana-Sugianyar = 50%
Saran
Untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap marka yellow box
junction, maka peran sosial media dapat
digunakan untuk mensosialisasikan aturan-
aturan baru yang diterapkan oleh
pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Driving Test Tips. 2016. Box Junctions.
Driving Test Tips
http://www.drivingtesttips.biz/. 10
Mei 2016 (18:30)
London. 2003. Traffic Sign Manual Road
Making. Department for Transport.
United Kingdom
Mainroads Western Australia. 2016.
Yellow Box Junction Trials. Main
Roads WA.
https://project.mainroads.wa.gov.au
/tcmp/Pages/default.aspx. 8 Mei
2016 (18:45)
NTMC KORLANTAS POLRI. 2013.
Yellow Box Junctions.
NTMKORLANTAS POLRI.
https://www.facebook.com/NTMC
POLRI/?fref=nf. 12 Mei 2016
(19:00)
Republik Indonesia, Direktoral Jendral
Bina Marga, Manual Kapasitas
Jalan Indonesia Tahun 1997
Republik Indonesia. 2014. Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia No PM 34 Tahun 2014
tentang Marka Jalan. Menteri
Perhubungan Republik Indonesia.
Jakarta
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
Kombinasi (Mixed Method).
Bandung: Alfabeta.
Tjahjani, Indra A.R., Hutapea, Niko
Pratama. 2013. Analisa Kinerja
Marka Yellow Box Junction (Studi
Kasus Simpang Jalan Mayjen
Sutoyo, Jakarta). Konferensi
Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS
7). Universitas Sebelas Maret
(UNS) Surakarta.
Yellowboxjunction. 2009. Invalid Yellow
Box Junctions. yellowboxjunction.
http://yellowboxjunction.co.uk/inde
x.htm. 7 Mei 2016 (18:30
Yellowboxjunction. 2009. Yellow Box
Junction, What The Law Say's.
yellowboxjunction.
http://yellowboxjunction.co.uk/inde
x.htm. 9 Mei 2016 (19:00)
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
111
EKSISTENSI ARSITEKTUR BALI DALAM ARSITEKTUR KEKINIAN
STUDI KASUS : KUTA CENTRAL PARK
Tjokorda Istri Praganingrum, Ida Bagus Suryatmaja
Program Studi Teknik Sipil FT Universitas Mahasaraswati Denpasar
email: [email protected]
ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan tingkat perekonomian pada era global ini secara tidak
langsung berdampak sangat besar terhadap perkembangan arsitektur di Bali. Sebagai daerah tujuan wisata
oleh wisatawan dalam negeri maupun manca Negara, arsitektur di Bali telah berkembang dan sulit
dikendalikan. Masuknya berbagai unsur – unsur asing pada akhirnya akan mendominasi arsitektur lokal
Bali. Hal tersebut sudah mulai terlihat dari munculnya berbagai tampilan bangunan kekinian dengan
arsitektur yang mengabungkan berbagai gaya untuk bisa menjadi pusat perhatian. Salah satu lokasi yang
memperlihatkan hal tersebut adalah Kuta Central Park. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana eksistensi Arsitektur Tradisional Bali terhadap unsur asing yang cenderung mendominasi.
Metode yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini akan diarahkan pada
uraian deskriptif mengenai bagaimana bentuk wujud arsitekktur pada lokasi penelitian, dan bagaimana
korelasinya terhadap upaya mempertahankan ciri Arsitektur Tradisional Bali. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perpaduan gaya arsitektur pada lokasi penelitian mengakibatkan tidak munculnya
ciri khas tradisional yang seharusnya tetap ditampilkan untuk memberikan identitas budaya
lokal.Pencampuran gaya arsitektur pada lokasi penelitian menurunkan eksistensi ciri arsitektur lokal Bali.
Tampilan arsitektur lokal bukan lagi menjadi titik utama penekanan disain pada lokasi penelitian.
Tampilan ‘kekinian’ yang menyatukan beberapa gaya menjadikan arsitektur lokal hanya sebagai
pelengkap disain yang diperlukan.
Kata Kunci : Arsitektur, Lokal, Tradisonal, Bali
ABSTRACK
The growth of population and the development of economic level in this global era indirectly have an
enormous impact on the development of architecture in Bali. As a tourist destination by both domestic
and foreign tourists, the architecture in Bali has grown and is difficult to control. The entry of various
foreign elements will ultimately dominate the local architecture of Bali. This has begun to be seen from
the emergence of various views of the building with the current architecture that combines various styles
to be the center of attention. One of the locations that show it is Kuta Central Park. This study was
conducted to find out how the existence of Traditional Balinese Architecture against foreign elements that
tend to dominate. The method used is qualitative descriptive analysis technique. This analysis will be
directed to a descriptive explanation of how the shape of an architecture is located in the research
location, and how it correlates with the effort to maintain the traditional Balinese architecture. The result
of the research has shown that the combination of architectural style in the research location resulted in
the absence of traditional characteristics that should still be displayed to provide local cultural identity.
The mixing of architectural styles in the research location decreases the existence of local Balinese
architectural features. The look of local architecture is no longer the main point of design emphasis on
research sites. The 'contemporary' look that brings together multiple styles makes local architecture a
mere complement to the necessary design.
Keywords: Architecture, Local, Traditional, Bali
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
112
LATAR BELAKANG
Bali sebagai sebuah pusat pariwisata
mengalami dinamika pertumbuhan
pembangunan yang sangat pesat.
Perkembangan ekonomi dan pariwisata
berpengaruh terhadap tingkat urbanisasi dan
globalisasi budaya yang juga berdampak
terhadap bentuk arsitekturnya. Pengaruh
pariwisata di Bali secara umum memiliki
andil terciptanya suatu akulturasi budaya
masyarakat Bali dan antar bangsa.
Akulturasi ini sendiri tetap dapat dilihat dari
dua sisi yang berbeda, yaitu akulturasi
budaya dominasi ataupun integrasi
khususnya dalam bidang arsitektur
(Wiranto, 1999). Perbedaan antara akulturasi
dominasi dan integrasi dari sudut pandang
arsitektur terletak dari bagaimana arsitektur
lokal mampu bertahan dan menyerap unsur-
unsur asing hanya untuk memperkokoh
budaya lokal setempat, bukan sebaliknya
tergerus dan akhirnya tumbang oleh
dominasi asing.
Berdasarkan sudut pandang umum,
bangunan arsitektur Bali selalu berusaha
selaras dengan lingkungan dan tetap
mengikuti pedoman tradisi lokal. Akan
tetapi, dengan perkembangan pariwisata
yang sangat pesat, pembangunan yang tidak
terkendali dilengkapi dengan pengaruh-
pengaruh luar membawa dampak terhadap
bentuk arsitektur Bali. Munculnya bentuk,
penggunaan bahan, pemasangan ornament
yang berada di luar pakem lokal Bali
menunjukkan timbulnya fenomena ekspresi
arsitektur yang lebih menonjolkan estetika
dibandingkan dengan menunjukkan identitas
unsur budaya lokal. Hal ini juga
memperlihatkan wujud perkembangan
arsitektur yang inovatif dan kreatif.
Perkembangan wujud arsitektur ini
sangat mudah dilihat pada kawasan-kawasan
pariwisata utama di Bali, salah satunya
adalah Kabupaten Badung. Sebagai kawasan
yang menjadi destinasi wisata besar di Bali,
ekspresi wujud arsitekturnya sangat
beraneka rupa. Beragam fungsi bangunan
berupaya menampilkan segi estetika secara
optimal untuk memberikan citra pada
bangunannya. Berbagai unsur luar yang
berperan didalamnya mengakibatkan
munculnya tampilan yang heterogen dan
sering menganaktirikan unsur lokal Bali itu
sendiri.
Sejatinya telah ada peraturan yang
mengatur mengenai tampilan wajah
bangunan di Bali. Salah satunya adalah
Peraturan Daerah Provinsi Bali no.5 tahun
2005 tentang Persyaratan Bangunan
Gedung. Peraturan ini mengisyaratkan
mengenai wajah bangunan Bali yang harus
bernafaskan pakem Arsitektur Tradisional
Bali. Ciri khas arsitektur Bali yang
dimaksudkan adalah penerapan konsep Tri
Angga yaitu pembagian areal (mandala)
menurut tubuh manusia, yang terbagi atas
tiga areal, yaitu hulu (utama, kepala),
madya (di tengah, badan) dan teben (di
hilir, kaki). Akan tetapi dalam
pelaksanaannya khususnya pada bangunan
pariwisata tetap menampilkan wujud
arsitektur berbagai rupa.
Salah satu lokasi yang menampilkan
arsitektur berbagai rupa tersebut adalah di
setral parkir Kuta. Selain fungsinya sebagai
pusat parkir kawasan, lokasi ini juga
dilengkapi dengan bangunan-bangunan
dengan berbagai fungsi dimulai dari hotel,
pertokoan, hingga kuliner. Bangunan –
bangunan ini memiliki wujud arsitektur
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
113
yang terlihat berbeda dan cenderung jauh
dari nuansa lokal. Wujud-wujud arsitektur
yang ada menyiratkan kemodernan dan
mengkombinasikan berbagai bentuk.
Maharani dan Yupardhi (2014) pernah
melakukan penelitian pada lokasi ini yang
memperoleh hasil bahwa bangunan pada
lokasi tersebut kesulitan menampilkan
arsitektur lokal bali dalam upayanya
mewujudkan konsep hybrid. Dijelaskan
tahap pertama terbentuknya konsep hybrid
adalah adanya eklektik atau quotation, yang
dilakukan dengan menelusuri dan memilih
perbendaharaan bentuk dan elemen
arsitektur tradisional Bali dari jaman Bali
madya yang dianggap potensial untuk
diangkat kembali. Alasan penggunaan
elemen-elemen arsitektur tradisional Bali
madya karena telah mapannya kode dan
makna yang dimiliki sehingga dianggap
akan mudah diterima dan dipahami oleh
masyarakat.
Eklektik sendiri dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia memiliki pengertian
bersifat memilih yang terbaik dari berbagai
sumber (tentang orang, gaya, metode)
Dalam ilmu arsitektur langgam eklektik
memiliki pemahaman memadukan unsure
atau gaya dalam bentuk tersendiri. Eklektik
berasal dari bahasa Yunani yang berarti
memilih sesuatu. Dalam arsitektur
eklektisme merupakan sebuah aliran
memilih yang memadukan unsur-unsur atau
gaya dalam bentuk tersendiri. Aliran ini
memiliki ciri memadukan beberapa unsure
atau gaya dalam suatu bentuk dan dapat
dikembangkan menjadi bentuk baru.
Eklektisme sebagai suatu pemahaman dalam
pencampuran gaya, bentuk maupun ornamen
dalam arsitektur dilihat sebagai suatu hal
yang positif yang dapat mengatasi masalah
dalam pergeseran masa khususnya dalam
pergeseran gaya itu sendiri.
Pada tulisan ini, penulis ingin
mengetahui bagaimana bentuk arsitektur
yang ada pada lokasi penelitian, benarkah
aliran arsitektur yang termuat adalah
arsitektur eklektik. Bagaimana eksistensi
unsure lokal tradisional Bali terhadap
dominasi unsur luar. Penelitian akan
dilakukan terhadap bangunan-bangunan
yang ada di kawasan Kuta Central Park.
Gambar 3.1 : Lokasi Penelitian
Sumber : google map. 2016 dengan
modifikas
Orientasi Lokasi Penelitian
Orientasi
terhadap
Pulau Bali
Orientasi terhadap
Kabupaten Badung
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
114
METODELOGI PENELITIAN
Teknik analisis data yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif. Analisis ini akan diarahkan pada
uraian deskriptif mengenai bagaimana
bentuk wujud arsitekktur pada lokasi
penelitian, dan bagaimana korelasinya
terhadap upaya mempertahankan ciri
Arsitektur Tradisonal Bali. Analisis data
kualitatif telah dilakukan sejak awal, dalam
pengertian sejak awal proses pengumpulan
data dimulai, peneliti sudah berusaha mulai
memahami apa arti dari hal-hal yang ditemui
dengan melakukan pencatatan peraturan,
pola-pola, pernyataan-pernyataan,
konfigurasi yang mungkin, arahan sebab-
akibat dan preposisi-preposisi. Semua hal
tersebut masih mungkin untuk berubah
sampai dianggap memiliki landasan yang
kuat. Kesimpulan baru akan muncul setelah
proses pengumpulan data berakhir sehingga
landasannya dianggap telah memadai.
Analisis data di lapangan menggunakan
analisis Model Miles dan Huberman yang
terdiri dari data reduction, data display dan
conclutions atau verification (Sugiyono,
2011).
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan berbagai teknik
seperti wawancara mendalam, pengamatan
dan dokumentasi untuk menyesuaikan
dengan karakteristik jenis dan sumber data,
juga untuk dipilih dan dan digunakan
dengan maksud agar data yang diperoleh
teruji validitasnya (Sugiyono, 2011)
1. Observasi (Pengamatan langsung)
Pengamatan dilakukan langsung oleh
peneliti dengan bantuan alat penelitian.
Objek observasi tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Place, atau tempat interaksi terjadi
dalam situasi sosial (objek
pengamatan) yang sedang
berlangsung, yaitu di Central Park
Kuta
2) Actor, yaitu pelaku atau orang-orang
yang sedang memainkan peran
tertentu.
3) Activity, yaitu kegiatan yang
dilakukan oleh aktor dalam situasi
lingkungan kawasan yang sedang
berlangsung
2. Interview (Wawancara)
Penelitian ini menggunakan wawancara
mendalam yang dilakukan dengan para
pengguna bangunan pada lokasi
penelitian.
3. Dokumentasi
Ditujukan untuk memperoleh data
langsung dari tempat penelitian, baik
berupa foto, video maupun data yang
relevan dengan penelitian. Teknik yang
dilakukan yaitu sebagai berikut:
a. perekaman dengan kamera secara
langsung pada objek penelitian
b. pencatatan data yang diperoleh
c. pencocokan dengan data yang
diperoleh
4. Gabungan/Triangulasi
Triangulasi merupakan metode
pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan diri dari berbagai
metode pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada, dikumpulkan secara
terus-menerus hingga data bersifat jenuh.
Dalam hal ini, pengumpulan data juga
sekaligus menguji kredibilitas data
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
115
dengan teknik pengumpulan data dari
berbagai sumber data, sehingga lebih
menguatkan data. Teknik yang dilakukan
yaitu dengan cara :
a. penggabungan dari semua teknik
pengumpulan data, dan
b. menguji kredibilitas data dari
berbagai sumber data
DAMPAK DAN DOMINASI DISAIN
BANGUNAN TERHADAP KONSEP
ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI
Perkembangan pembangunan
menjadikan Kota Denpasar penuh dengan
bermacam-macam bentuk tampilan
bangunan dengan berbagai fungsi.
Kecenderungan yang ada tampilan bangunan
mengikuti trend yang sedang berkembang.
Kondisi ini secara tidak langsung
berdampak terhadap konsep Arsitektur
Tradisional Bali yang seharusnya menjadi
ciri bangunan yang ada di Bali pada
umumnya dan Kota Denpasar pada
khususnya. Konsep ATB secara perlahan
mulai tergerus dan hanya berwujud
tempelan pada tampilan bangunan yang ada
saat ini.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, perlu
dipaparkan mengenai penjelasan mengenai
definisi bentuk dalam arsitektur. Oleh hugo
haring dalam Atmadjaja dan Dewi (1999)
bentuk adalah perwujudan organisasi ruang
yang merupakan hasil dari proses pemikiran
atas pertimbangan fungsi dan ekspresi dir.
Menurut Ching (1996), bentuk memiliki
beberapa ciri – ciri diantaranya adalah :
1. Wujud, adalah merupakan konfigurasi
tertentu dari permukaan – permukaan
dan sisi suatu bentuk
2. Dimensi, terdiri dari panjang, lebar dan
tinggi yang sangat menentukan
proporsinya dan terkait dengan skala
yang ditentukan oleh perbandingan
ukuran reltifnya terhadap bentuk lain
yang ada disekitarnya
3. Warna, yang dijelaskan sebagai corak,
intensitas serta nada pada permukaan
suatu bentuk dan merupakan atribut
yang paling mencolok memberikan
bentuk yang berbeda terhadap
lingkungannya
4. Tekstur, adalah karakter permukaan
suatu bentuk
5. Posisi, adalah letak relatif suatu bentuk
terhadap lingkungan atau medan visual
6. Orientasi adalah posisi relatif suatu
bentuk terhadap bidang dasar, arah mata
angin atau terhadap pandangan
seseorang yang melihatnya
Melalui uraian tersebut dapat
dijelaskan bahwa kondisi fisik bentuk
menentukan ekspresi bangunan,
menghasilkan citra tertentu yang pada
kenyataannya tetap akan dipengaruhi oleh
cara pandang seseorang. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, gaya arsitektur
yang ada pada bangunan di Kuta Central
Park adalah sebagai berikut :
1. Arsitektur Neo Vernakular
Gaya arsitektur ini secara sederhana
dapat dijelaskan sebagai arsitektur yang
menyatukan antara internasional dan
lokal. Gaya ini tidak secara utuh
menampilkan ciri bangunan dengan
konsep budaya setempat tetapi
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
116
memperlihatkan ekspresi “tampak
seperti” bangunan vernakular.
2. Arsitektur Modern
Gaya aristektur ini menekankan pada
kesederhanaan bentuk dan hilangnya
berbagai ornamen. Ciri khas gaya
aristektur ini adalah penyederhanaan
bentuk bangunan, bentuk mengikuti
fungsi (form follows function) dan
sedikit adalah lebih (less is more)
3. Arsitektur Fungsional
Prinsip dasar dari gaya ini adalah tujuan
dan fungsi dari bangunan. Pencinta
gaya ini mempercayai bahwa citra dan
keindahan bangunan secara otomastis
akan terlihat apabila fungsi dari
bangunan telah tercapai.
4. Arsitektur Internasional Style
Gaya arsitektur ini adalah
penyempurnaan dari gaya arsitektur
modern dengan bentuk dasar antara
lain, (1) bentuk segi empat atau
penyiku, (2) kubus sederhana, (3)
adanya bukaan berupa jendela dalam
garis horisontal sehingga terbentuk
garis yang beraturan, (4) bagian muka
gedung bersudut 90 derajat dan
memiliki lantai bangunan lebih dari 2.
5. Arsitektur Ekspresionist
Gaya bangunan ini sering terlihat unik,
terkarakter oleh modernisasi dan dapat
diadopsi oleh novel atau roman
6. Arsitektur Futuristic
Gaya ini biasanya dilihat dari bentuk
ketajaman, bentuk dinamis, kontras,
kuat dan penggunaan material yang
berfungsi
7. Arsitektur Organik
Gaya ini berdasar pada filosofi
arsitektur yang mementingkan
keselarasan antara disain yang
mendekatkan harmonisasi antara lokasi,
tampilan dan lingkungan menjadi suatu
komposisi dan berhubungan.
Kuta Central Park memiliki beberapa blok
bangunan dengan beberapa tema antara lain
: (1) valet, (2) broadway, (3) promade, (4)
etnik, (5) techno dan (6) ring. Berdasarkan
temanya saja, dapat diasumsikan pemilihan
tampilan bangunan akan cenderung
menggunakan gaya diluar budaya lokal.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan,
bentuk bangunan yang ada di Kuta Central
Park, memiliki kecenderungan
penggabungan 2 (dua) atau bahkan lebih
gaya (langgam), dimana pada bangunan –
bangunan tersebut tampilan ciri arsitektur
Bali terlihat sangat minim. Hampir
dikeseluruhan bangunan, ciri arsitektur Bali
terlihat hanya pada ornament pelengkapnya
saja.
Gambar 4.1:
Bangunan Yang Menggabungkan Gaya
Modern, Internasional Style Dan
Ekspresionist. Terlihat bentuk yang
sederhana dan banyak menggunakan kaca
pada fasadenya. Sangat sedikit
menggunakan ornamen. Ornamen yang
digunakan hanya berupa lambang/logo
nama toko. Tampilan Arsitektur Lokal
Tradisional Bali sama sekali tidak terlihat
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Kepala
Badan
Kaki
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
117
Gambar 4.2:
Bangunan menggunakan gaya modern
minimalis yang memperlihatkan
kesederhanaan bentuk bangunan, akan
tetapi pada fasade yang digunakan
dibagian depan bangunan menggunakan
ciri gaya ekspresionist dengan
menampilkan banyak ornamen serta
sedikit menggunakan gaya neovernakular
dapat dilihat dari tempelan ornamen pada
bagian atas yang berusaha mencirikan
arsitektur tradisional Bali.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Gambar 4.3:
Bangunan menggabungkan gaya neo
vernakular dan modern. Modern dapat
dilihat dari kesederhanaan bentuk dan
penggunaan kaca, neo vernakular dapat
dilihat dari penggunaan bahan alam pada
kolom bangunan serta atap yang
berbentuk limasan.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Gambar 4.4:
Menggunakan gaya neo vernakular yang
dapat dilihat dari penggunaan ornamen
dengan ciri khas Bali dan bahan alam.
Dipadukan dengan gaya modern
minimalis dilihat dari bentuk bangunan
dan penggunaan kaca. Serta gaya
ekspresionist yang terlihat dari
penggunaan ornamen yang mencolok
baik dari bentuk dan penggunaan warna.
Bentuk kolom berusaha menampilkan ciri
arsitektur Bali
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Gambar 4.5:
Bangunan 4.5 memiliki fungsi sebagai
kantor radio. Bangunan ini menggunakan
gaya ekspresionist dengan menampilkan
warna – warna yang mencolok dan gaya
modern yang ditampilkan dengan
penggunaan kaca. Bangunan ini sendiri
terletak pada lokasi dengan tema techno.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Kepala
Badan
Kaki
Kepala
Badan
Kaki
Kepala
Badan
Kaki
Kepala
Badan
Kaki
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
118
Gambar 4.6:
memiliki fungsi sebagai toko telepon
selular. Bangunan ini menggunakan gaya
ekspresionist dengan menampilkan
warna – warna yang mencolok dan gaya
neo vernakular pada bagian atas
bangunan yang dapat dilihat dari
penggunaan bahan alam.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Gambar 4.7:
Bangunan ini menggunakan gaya modern
minimalis yang terlihat dari penggunaan
kaca dan warna yang tidak terlalu
mencolok. Pada bagian depan diberikan
sentuhan ekspresionist dengan tujuan
untuk menciptakan tampilan yang
menarik perhatian pengunjung.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Gambar 4.9:
Bangunan ini cenderung menggunakan gaya
ekspresionist dilihat dari bentuk bangunan
yang agak melengkung dan adanya ornamen
yang mencolok. Bangunan ini juga
menggunakan gaya neovernakular tetapi
hanya dapat terlihat dari penggunaan bahan
bangunannya saja.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Kepala
Badan
Kaki
Kepala
Badan
Kaki
Kepala
Badan
Kaki
Kepala
Badan
Kaki
Gambar 4.8:
Bangunan ini pada dasarnya menggunakan
gaya arsitektur minimalis. Akan tetapi pada
bagian depan menggabungkan gaya
ekspresionist dan neo vernakular.
Ekspresionist dapat dilihat dari penggunaan
kayu sebagai pemanis yang dipasang secara
horisontal berurutan. Neo vernakular dapat
dilihat dari penggunaan bahan dan ornamen
yang ditempel dengan maksud dapat
menampilkan ciri “Bali”
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
119
Gambar 4.10:
menggunakan gaya ekspresionist
dilihat dari bentuk bangunan yang agak
melengkung dan adanya ornamen yang
mencolok. Bangunan ini juga
menggunakan gaya modern dapat
dilihat dari penggunaan kaca pada
bagian badan bangunan.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Gambar 4.11:
menggunakan gaya arsitektur modern
yang dapat dilihat pada banyaknya
penggunaan kaca. Bangunan ini juga
menggunakan gaya ekspresionist yang
dapat dilihat dari penggunaan ornamen
pada bagian depan bangunan.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Gambar 4.12:
menggunakan gaya arsitektur futuristic terlihat
dari penggunaan plat baja metalic dari bagian
kepala hingga badan bangunan untuk
memberikan kesan yang berbeda kepada para
pengguna. Selain itu bangunan ini
menggunakan gaya ekspresionist pada bagian
depan dengan menambahkan bentuk seperti
gerbang dan patung sebagai penanda lokasi.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Gambar 4.13:
menggunakan gaya arsitektur ekspresionist dan
modern yang dapat dilihat dari penggunaan
ornamen berupa patung yang ditempel pada
reiling besi hollow, penggunaan warna yang
mencolok. Gaya modern dapat dilihat dari
bentuk dasar bangunan yang sederhana dan
cenderung berbentuk kotak.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Kepala
Badan
Kaki
Kepala
Badan
Kaki
Kepala
Badan
Kaki
Kepala
Badan
Kaki
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
120
Gambar 4.14:
menggunakan gaya modern dilihat
dari bentuk bangunan dan
ekspresionist dilihat dari
penggunaan ornamen pada bagian
depan bangunan.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Gambar 4.15:
menggunakan gaya modern dan sedikit
mengadopsi gaya internasional style
yang merupakan penerusan dari gaya
modern. Hal tersebut dapat dilihat dari
penggunaan jendela kaca yang
berderet. Penggunaan warna yang
cukup mencolok
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Kepala
Badan
Kaki
Kepala
Badan
Kaki
Kepala
Badan
Kaki
Gambar 4.16:
menggunakan gaya modern dan sedikit
mengadopsi gaya internasional style yang
merupakan penerusan dari gaya modern.
Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan
jendela kaca yang berderet. Penggunaan
warna yang cukup mencolok. Gaya modern
dilihat dari bentuk yang sederhana dan
penggunaan kaca sebagai dinding bangunan
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Kepala
Badan
Kaki
Gambar 4.17:
menggunakan gaya arsitektur ekspresionist
dan modern yang dapat dilihat dari
penggunaan ornamen pada kolom bangunan,
penggunaan warna yang mencolok. Gaya
modern dapat dilihat dari bentuk dasar
bangunan yang sederhana dan cenderung
berbentuk kotak.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
121
Gambar 4.18:
menggunakan gaya modern dilihat dari
bentuk bangunan. Gaya ekspresionist dapat
dilihat dari penggunaan ornamen yang cukup
mencolok. Tidak terdapat penggunaan unsur-
unsur tradisional pada bangunan ini.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Gambar 4.19:
menggabungkan gaya modern dan
ekspresionist. Gaya modern dapat dilihat
dari penggunaan kaca yang hampir
mendominasi pada bagian dinding. Gaya
ekspresionist dapat dilihat dari penggunaan
ornamen yang terlihat sangat mencolok pada bagian atas bangunan.
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
Gambar 4.20:
menggabungkan gaya modern dan
ekspresionist. Gaya modern dapat
dilihat dari penggunaan kaca yang
hampir mendominasi pada bagian
dinding. Gaya ekspresionist dapat
dilihat dari penggunaan ornamen
yang terlihat sangat mencolok pada bagian atas bangunan.
Sumber : Dokumentasi Penulis,
2017
Kepala
Badan
Kaki
Kepala
Badan
Kaki
Kepala
Badan
Kaki
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
122
Secara keseluruhan, bangunan yang ada
pada lokasi ini menggabungkan beberapa
gaya arsitektur yang ada. Sehingga bentuk
tampilan bangunan memiliki citra yang tidak
biasa dilihat dari sudut pandang pengunjung
yang ada pada lokasi tersebut. Untuk ciri
arsitektur local secara umum pada bagian
kepala, bangunan dengan konsep ATB
memiliki ciri bentuk atap limasan dan
menggunakan bahan bangunan local seperti
genteng tanah liat. Sedangkan pada
bangunan di lokasi penelitian sebagian besar
menggunakan atap datar (beton). Bagian
badan bangunan pada bangunan dengan
konsep tradisional Bali menggunakan bahan
alam (bata) dan bentuk kolom yang khas
lengkap dengan pepalihan. Sedangkan pada
bangunan di lokasi penelitian bagian badan
bangunan mayoritas menggunakan bahan
kaca. Bagian kaki bangunan pada konsep
Arsitektur Tradisional Bali ditunjukkan
dengan adanya bebataran, sedangkan pada
lokasi penelitian bagian kaki bangunan
terlihat minimalis dan cenderung datar tanpa
adanya perbedaan level yang mencolok.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Dari hasil analisis data dapat disimpulkan
beberapa hal yaitu :
1. Disain tampilan bangunan yang ada pada
lokasi penelitian menggunakan
penggabungan beberapa gaya/ langgam
arsitektur yang pada akhirnya cenderung
mendominasri dan mengalahkan ciri
arsitektur lokal yaitu arsitektur
tradisional Bali. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya bahwa eklektisme adalah
suatu pemahaman dalam pencampuran
gaya, bentuk maupun ornamen dalam
arsitektur dilihat sebagai suatu hal yang
positif yang dapat mengatasi masalah
dalam pergeseran masa. Akan tetapi
eklektisme pada lokasi penelitian pada
akhirnya sebagian besar justru hanya
mencampur gaya di luar arsitektur Bali
dan mengakibatkan tidak munculnya ciri
khas tradisional yang seharusnya tetap
ditampilkan untuk memberikan identitas
budaya lokal.
2. Pencampuran gaya arsitektur pada lokasi
penelitian menurunkan eksistensi ciri
arsitektur lokal Bali. Tampilan arsitektur
lokal bukan lagi menjadi titik utama
penekanan disain pada lokasi penelitian.
Tampilan ‘kekinian’ yang menyatukan
beberapa gaya menjadikan arsitektur
lokal hanya sebagai pelengkap disain
yang diperlukan.
SARAN
Perlu adanya kesadaran dari
masyarakat untuk menjaga budaya setempat,
khususnya dalam hal keberlangsungan
konsep arsitektur lokal tradisional Bali.
Selain itu diperlukan juga ketegasan dari
pemerintah setempat dalam menjalankan
peraturan terkait dengan tampilan bangunan
gedung yang harus mencirikan arsitektur
tradisional Bali.
DAFTAR PUSTAKA
Atmadjaja, Jolanda Srisusana,, Meydian
Sartika Dewi. 1999. Estetika Bentuk.
Jakarta. Gunadarma
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
123
Ching, Francis D.K., 1996. Arsitektur:
Bentuk, Ruang dan Susunannya.
Jakarta. Erlangga
Gelebet, I Nyoman, dkk. 2002. Arsitektur
Tradisional Daerah Bali. Denpasar :
Badan Pengembangan Kebudayaan
dan Pariwisata
Hendraningsih, dkk. 1985. Peran, Kesan dan
Pesan Bentuk – bentuk Arsitektur.
Jakarta. Djambatan
Maharani, Ida Ayu Diah,, Yupardhi, Toddy
Hendrawan.2014. Arsitektur
Tradisional Bali Pada Desain Hybryd
Bangunan Retail di Kuta Bali. Jurnal
Segara Widya Vol. 2. No. 1. Institut
Seni Indonesia Denpasar.
Prajnawrdhi, Tri Anggraini, 2005. Eclectism
dalam Arsitektur dalam tulisan
Charles Jenck : Toward Radical
Eclectism. Jurnal Permukiman Natah
Vol.3 No. 2 Agustus 2005.
Denpasar. Universitas Udayana.
Provinsi Bali. 2005. Peraturan Daerah
Provinsi Bali tentang Persyaratan
Bangunan Gedung
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi
(Mixed Method). Bandung: Alfabeta.
Widaningsih, Lina. 2011. Karakteristik
Fasade Bangunan Factory Outlet di
Jalan Ir. H. Djuanda Bandung. Jurnal
Pendidikan Teknik Arsitektur.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Wiranto.1999. Arsitektur Vernakular
Indonesia : Perannya Dalam
Pengembangan Jati diri. Jurnal
Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 27.
No. 2 Desember 1999. Universitas
Diponogoro
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
124
PENGARUH PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL TERHADAP
SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA
BERSAMA (AJB) BUMI PUTRA 1912
KANTOR CABANG UBUNG DENPASAR
Ni Made Satya Utami1, Sapta Rini Widyawati1 1 Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar
ABSTRAK
Sumber daya manusia merupakan aset utama dalam organisasi, maka sudah
selayaknya karyawan diperlakukan secara layak dan adil sehingga dapat melaksanakan tugas
dengan penuh semangat. Beberapa variabel diyakini berpengaruh terhadap semangat kerja
seperti pendidikan dan hubungan indutaial. Penelitian ini bertujuan : (1) untuk mengetahui
pengaruh semangat kerja karyawan, (2) untuk mengetahui pengaruh hubungan industrial
terhadap semangat kerjakaryawan, (3) untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan
hubungan industrial secara simultan terhadap semangat kerja karyawan. Penelitian ini
dilakukan di perusahan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi Putra 1912 Kantor Cabang
Ubung Denpasar tahun 2016. Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mendapatkan
data. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang berjumlah 41 orang.
Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, korelasi berganda, determinasi,
uji t dan uji F. Hasil yang didapat adalah (1) pendidikan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap semangant kerja karyawan, (2) hubungan industrial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap semangant kerja karyawan, (3) pendidikan dan hubungan industrial
secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja karyawan
Keywords: Pendidikan, hubungan industrial, semangat kerja
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia merupakan aset
utama dalam organisasi, maka sudah
selayaknya karyawan diperlakukan secara
layak dan adil sehingga dapat melaksanakan
tugas dengan sungguh-sungguh dan penuh
tanggung jawab serta memiliki disiplin yang
tinggi yang menunjukkan adanya semangat
kerja.
Semangat kerja adalah sikap individu
dan kelompok terhadap seluruh lingkungan
kerja dan kerjasama dengan orang lain
secara maksimal sesuai dengan kepentingan
yang paling baik bagi perusahaan. Jika suatu
perusahaan mampu meningkatkan semangat
kerja maka perusahaan itu akan banyak
memperoleh keuntungan. Dengan
meningkatnya semangat kerja, pekerjaan
akan lebih cepat diselesaikan, kerusakan
akan dapat dikurangi dan kemungkinan
perpindahan karyawan akan diperkecil
(Gorda, 2004).
Salah satu cara untuk meningkatkan
semangat kerja karyawan adalah dengan
meningkatkan ketrampilan dan kemampuan
kerja karyawan yaitu melalui pendidikan.
Pendidikan adalah program yang bertujuan
untuk memperbaiki keterampilan dan teknik
pelaksanaan kerja pegawai untuk kebutuhan
sekarang, peningkatan dalam keilmuan,
pengetahuan, kemampuan, sikap dan
kepribadian untuk menyiapkan pegawainya
siap memangku jabatan tertentu di masa
yang akan datang (Umar, 2005).
Organisasi adalah merupakan wadah
untuk melaksanakan usaha kerja sama untuk
mencapai tujuan, dengan demikian orang-
orang yang berada dalam suatu organisasi
Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi Putra
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
125
1912 Kantor Cabang Ubung Denpasar
merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang jasa asuransi, hendaknya memandang
semangat kerja sangat penting dalam
mencapai tujuan perusahaan.
Indikasi dari semangat kerja karyawan
salah satunya tercermin dari tingkat absensi
karyawan. Adapun tingkat absensi karyawan
pada AJB. Bumi Putra 1912 Kantor Cabang
Ubung Denpasar selama tahun 2015 dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Tingkat Absensi Karyawan pada Perusahaan AJB Bumi
Putra 1912 Kantor Cabang Ubung Denpasar Tahun 2015
Bulan Jumlah
karya-
wan
(orang)
Jumlah
hari
kerja
(hari)
Jumlah
hari kerja
seharus-
nya
(hari)
Jumlah
hari
kerja
hilang
(hari)
Jumlah
Hari Kerja
Senya-
tanya
(hari)
Prosen-
tase
Absen-
si
(%)
Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nop
Des
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
41
26
24
26
25
24
25
26
26
24
26
24
24
1.066
984
1.006
1.025
984
1.025
1.066
1.066
984
1.066
984
984
23
28
22
21
25
20
27
24
20
32
28
36
1.043
956
1.044
1.004
959
1.964
1.039
1.042
2.006
1.034
956
1.982
0,02
0,02
0,02
0,02
0,02
0,01
0,02
0,02
0,02
0,03
0,02
0,03
Jumlah 301 12.300 306 15.029 0,25
Rata—rata 25,08 1.025 25,50 1.252,42 0,02
Sumber : AJB. Bumi Putra 1912 Kantor Cabang Ubung
Denpasar
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa
tingkat absensi karyawan pada AJB.Bumi
Putra di Kantor cabang Ubung Denpasar
tahun 2015 berfluktuasi setiap bulan
dengan rata-rata tingkat absensi sebesar
0,02%.
Dalam upaya meningkatkan semangat
kerja, AJB. Bumi Putra 1912 Kantor
Cabang Ubung Denpasar sepanjang tahun
2015 telah melakukan pendidikan bagi
karyawan-karyawannya seperti pada
terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2
Jenis Pendidikan pada AJB. Bumi Putra Kantor Cabang
Ubung Denpasar Tahun 2015
Sumber : AJB. Bumi Putra 1912 Kantor Cabang
Ubung di Denpasar
Dalam meningkatkan semangat kerja
karyawan, selain melalui pendidikan
perusahaan Asuransi Jiwa Bersama (AJB)
Bumi Putra 1912 Kantor Cabang Ubung
Denpasar juga berusaha menciptakan iklim
kerja yang baik melalui penerapan
hubungan industrial, yang ditunjukkan : (1)
Pengusaha tidak menganggap pekerja
sebagai faktor produksi semata-mata, akan
tetapi merupakan aset sehingga perlu
diperhatikan harkat dan martabatnya secara
manusiawi; (2) Pekerja menyadari
kewajibannya terhadap perusahaan dimana
mereka bekerja.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Obyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama (AJB)
Bumi Putra 1912 Kantor Cabang Ubung
Denpasar dengan menyebarkan kuisioner
penelitian kepada seluruh karyawan.
Identifikasi Variabel
Berdasarkan rumusan masalah dan
hipotesis yang telah dirumuskan, maka
variabel-variabel penelitian dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1) Variabel bebas (X) dalam penelitian ini
adalah pendidikan (X1) dan hubungan
industrial (X2)
2) Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah semangat kerja (Y)
Definisi Operasional Variabel
Variabel pendidikan (X1) diukur
dengan beberapa indikator yaitu :
Penarikan karyawan, penyelesaian masalah
perusahaan, ketrampilan dan sikap,
tanggung jawab, kecepatan dan kualitas
pekerjaan, rasa percaya diri, penggunaan
No Jabatan Jenis pendidikan yang
pernah diikuti
1 Agency Manager (AM) Keagenan, Kepemimpinan
2 Unit Manager (UM) Keagenan, Kepemimpinan
3 Financial Consultan (FC) Keagenan
4 Kasir Administrasi keuangan
5 Bagian Klaim Administrasi perkantoran
6 Bagian Layanan Service excellent
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
126
peralatan, pengawasan karyawan,
kebutuhan dan kondisi perusahaan.
Hubungan indutrial (X2) diukur
dengan beberapa indikator yaitu : hubungan
formal, rasa tentram, perasaan senang,
kerjasama, keadilan, kesempatan, kemajuan
kerja, musyawarah dan aspirasi karyawan.
Semangat kerja (Y) diukur dengan
beberapa indikator yaitu : disiplin waktu
kerja, kepatuhan, penggunaan inventaris,
tingkat absensi, kerjasama, keharmonisan,
kepuasan, suasana kerja, imbalan dan
perlindungan kerja
Pertanyaan/pernyataan dalam daftar
pertanyaan-pernyataan diukur dengan
menggunakan skala Likert dengan cara
meminta responden untuk menyatakan
persepsinya dengan memilih salah satu dari
alternatif jawaban berupa lima angka
penilaian: (5) sangat setuju, (4) setuju, (3)
netral, (2) tidak setuju, (1) sangat tidak
setuju
Metode Pengumpulan Sampel
Sampel dalam penelitian ini
merupakan populasi yaitu mengambil data
seluruh karyawan pada Perusahaan
Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi Putra
1912 Kantor Cabang Ubung Denpasar yang
berjumlah 41 orang.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer. Data tersebut
dikumpulkan dengan survei langsung
melalui kuesioner yang didesain untuk
memperoleh data pendidikan, hubungan
industrial dan semangat kerja.
Teknik Analisis Data
1) Pengujian Instrumen Penelitian
Pengujian intrumen penelitian
menggunakan uji validitas dan reliailitas.
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut. Sedangkan
reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
(Sugiono, 2007)
2) Pengujian Asumsi Klasik
Secara teoritis penggunaan model
regresi akan menghasilkan nilai parameter
yang valid, jika model tersebut dapat
memenuhi persyaratan asumsi klasik.
Asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah
variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal, tidak terdapat
autokorelasi, tidak terjadi
heterokedastisitas, dan tidak terjadi
multikolinearitas.
3) Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Di dalam analisis data penelitian
digunakan metode statistika. Seluruh
perhitungan statistik dilakukan dengan
menggunakan bantuan program komputer
SPSS. Tingkat signifikansi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebesar 0,05
(5%). Alat analisis yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah analisis regresi
linier berganda, analisis korelasi berganda,
analisis determinasi, uji F dan uji t.
Model persamaan sebagai berikut:
Yi = β0 + β1 X1 + β2 X2 + ei
Keterangan:
Yi = Semangat kerja (dependent variable)
X1 = Pendidikan (independent variable)
X2 = Hubungan industrial (independent
variable)
β0 = Konstanta
β1 = Koefesien regresi pendidikan
terhadap semangat kerja
β2 = Koefesien regresi hubungan
industrial terhadap semangat kerja.
ei = error
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
127
DATA DAN PEMBAHASAN
Sejarah Singkat berdirinya Asuransi
Jiwa Bersama Bumiputera 1912
Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera 1912, merupakan salah satu
asuransi jiwa nasional milik bangsa
Indonesia yang pertama dan tertua.
Didirikan pada tanggal 12 Februari 1912 di
Magelang Jawa Tengah dengan nama
“Onderlingen Levensverzekering
Maatschappij (Persatoean Goeroe-goeroe
Hindia Belanda)” atau disingkat
O.L.Mij.PGHB. Dalam kongresnya yang
pertama di Magelang pada tanggal 12
Februari 1912. Diduga mengalami
kesulitan keuangan, hanya setahun setelah
memulai usahanya maka P.G.H.B yang
telah mendapatkan pengakuan dari
pemerintah Hindi Belanda dan mempunyai
status badan hukum, maka pengurus
P.G.H.B minta kepada pemerintah untuk
membantunya, dengan pemberian subsidi.
Permintaan itu dikabulkan, dengan
perjanjian diganti nama dari
O.L.Mij.P.G.H.B pada Rapat Anggota
tertanggung/pemegang polis di Semarang,
pada tanggal 5 sampai dengan 7 November
1914, diubah menjadi O.L.Mij.Boemi
Poetera Sehingga Asuransi Iiwa Bersama
(AIB) Bumiputera 1912, adalah bagian
langsung dari pergerakan nasional bangsa
Indonesia. Selain didirikan oleh Budi
Utomo, juga ikut serta secara aktif
mewujudkan cita-cita Negara.
Dicantumkan angka 1912 dibelakang
Bumiputera adalah tanda penghormatan
generasi penerusnya kepada para pendiri
perusahaan asuransi jiwa nasional yang
penama, yang dimulai tanpa modal,dan
semata- mata mengandalkan kepada
semangat perjuangan, solidaritas yang kuat,
serta pengabdian bersama demi mencapai
cita-cita bangsa Indonesia untuk
mewujudkan masyarakat Indonesia yang
merdeka, adil dan makmur.
Struktur Organisasi Asuransi Jiwa
Bersama Bumiputera 1912 Kantor
Cabang Ubung Denpasar
Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera 1912 Kantor Cabang Ubung
Denpasar untuk memperlancar
operasionalnya dengan tujuan agar
perusahaan dapat terus maju dan
berkembang, maka diperlukan struktur
organisasi yang jelas, sehingga adanya
garis pertanggungjawaban tugas yang dapat
dimengerti oleh setiap karyawannya, sena
batas-batas tanggungjawab yang telah
ditetapkan, sehingga tidak akan terjadi
kesalahpahaman antar karyawan dalam
melaksanakan sebuah pekerjaan Adapun
struktur organisasi Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera 1912 yang berada di Kantor
Cabang Ubung Denpasar terlihat dalam
gambar berikut ini:
Gambar 2
Struktur Organisasi
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912
Kantor Cabang Ubung Denpasar
Sumber : AJB Bumiputra 1912 Kantor Cabang Ubung
Adapun untuk pembagian kerja
karyawan kantor operasional Ubung
Denpasar yaitu:
1) Senior Agency Manager (SAM)
SAM fungsi utamanya melaksanakan,
mengendalikan kegiatan operasional dan
pelaporan meliputi produksi, konservasi, penghimpunan dana, kegiatan
administrasi keuangan, pengembangan
organisasi keagenan, dan pelayanan
kepada pemegang polis.
Kepala Unit
Adm. dan Keu.
Agency
Manager (AM)
Senior agency
Manager (SAM)
Kasir, Bagian
Klaim, bagian
Pelayanan
Unit Manager (UM)
financial
Consultan (FC)
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
128
2) Kepala Unit Administrasi dan Keuangan
(KUAK),
mempunyai peran dan fungsi dalam
melaksanakan, membina, mengawasi
dan mengendalikan kegiatan
administrasi keuangan kantor cabang,
serta pelayanan kepada pemegang polis,
agen dan agen koordinator.
3) Agency Manager (AM)
AM mempunyai peran dan fungsi
membantu kepala cabang dalam
melaksanakan pembinan, pengendalian
kegiatan operasional penjualan,
pengembangan keagenana dan
pelayanan kepada pemegang polis.
4) Bagian kasir
Bertugas dan bertanggung jawab atas
terlaksananya tertib administrasi
keuangan
5) Bagian administrasi SPP
Bertugas dan bertanggung jawab atas
terlaksananya tertib administrasi seperti,
Menangani dan melaksanakan proses
administrasi pemulihan dan perubahan
Polis, serta melaksanakan proses Klaim
dan Pinjaman Polis
6) Bagian administrasi produksi dan provisi
Bertugas dan bertanggung jawab atas
terlaksananya tertib administrasi
produksi dan provisi
7) Bagian administrasi penagihan premi
Bertugas dan bertanggung jawab atas
terlaksananya tertib administrasi kuintasi
premi dan penagihan.
8) Bagian administrasi porto polio
Bertugas dan bertanggung jawab atas
terlaksananya tertib administrasi porto
folio
9) Bagian klaim
Bertugas dan bertanggung jawab atas
terlaksananya tertib administrasi
pembayaran dan penagihan klaim.
10) Unit Manager (UM)
Adalah seorang yang mempunyai
kewajiban pokok melakukan rekrut,
pengawasan, pembinaan dan
pengendalian terhadap karyawan
ordinary.
11) Financial Consultan
Adalah seseorang yang kegiatannya
memberikan jasa dalam pemasaran
produk asuransi jiwa untuk dan atas
nama Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera 1912 dan melakukan
penetrasi pasar berdasarkan segment
pasar dengan mengacu pada database
pasar untuk penutupan polis baru,
mengelola portofolio berdasarkan data
base portofolio.
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh
pendidikan dan hubungan industrial
terhadap semangat kerja karyawan
digunakan alat analisis SPSS Versi 23.0.
Dasar perhitungan adalah data pada
lampiran 1 dan hasil perhitungan terlihat
pada lampiran 2 serta ringkasannya
terdapat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Analisis Dengan Program
SPSS/Windows Versi 23.0
Model
Unstandardized
Coefficients
Standar-
dized
Coeffi-
cients
t
Sig.
B Std.
Error
Beta
1. (constant)
X1
X2
0,083
0,420
0,544
0,514
0,204
0,166
0,319
0,507
0,161
2,058
3,272
0,873
0,046
0,002
R = 0.776
R2 = 0.602
F = 28.688
Sig F = 0.00
Sumber: Lampiran 2
Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan Tabel 3, maka akan dapat
disajikan persamaan regresi yaitu sebagai
berikut :
Y = 0,083 + 0,420X1 + 0,544X2
Dari hasil persamaan regresi yang telah
diuraikan di atas, maka dengan nilai
koefisien X1 = 0,420, sementara X2
konstan, menunjukkan bahwa jika
pendidikan (X1) ditingkatkan satu satuan
maka semangat kerja (Y) akan meningkat
0.247 satuan. Ini berarti pendidikan (X1)
berpengaruh positif terhadap semangat
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
129
kerja (Y). Hal ini dapat diintrepetasikan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
karyawan maka semakin tinggi pula
semangat kerjanya. Sedangkan koefisien X2
= 0,544, sementara X1 konstan,
menunjukkan bahwa jika hubungan
industrial (X2) ditingkatkan satu satuan
maka semangat kerja (Y) akan meningkat
0,544 satuan. Ini berarti hubungan
industrial (X2) berpengaruh positif terhadap
semangat kerja karyawan (Y). Hal ini dapat
diintrepetasikan bahwa semakin baik
hubungan industrial maka semakin
semangat kerja karyawan semakin
meningkat.
Analisis Korelasi Berganda
Analisis korelasi berganda digunakan
adalah untuk mengetahui kuat lemanya
hubungan antara variabel bebas
(pendidikan dan hubungan industrial)
dengan variabel terikat (semangat kerja).
Dari Tabel 3, maka dapat diketahui nilai
koefisien korelasi R = 0.766. Berdasarkan
kriteria kuat lemahnya hubungan nilai R
0.766 masuk katagori memiliki hubungan
yang kuat karena terletak antara 0,700-
0,8499. Hal ini dapat diintrepetasikan
bahwa pendidikan dan hubungan industrial
memiliki hubungan yang kuat dengan
semangat kerja karyawan.
Analisis Determinasi
Analisis determinasi digunakan untuk
mengetahui seberapa besar variasi
hubungan antara variabel bebas
(pendidikan dan hubungan industrial)
dengan variabel terikat (semangat kerja).
Berdasarkan Tabel 3, maka dapat diketahui
nilai R2 = 0,602, maka nilai D = 0,602 x
100% = 60,2%. Hal ini berarti bahwa
pendidikan dan hubungan industrial
mampu menjelaskan semangat kerja
karyawan sebesar 60,2% sedangkan sisanya
sebesar 29,8% (100%-60,2%) dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam model penelitian ini.
Uji F (F test)
Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat
signifikasi pengaruh secara simultan antara
variabel bebas (pendidikan dan hubungan
industrial) dengan variabel terikat
(semangat kerja). Berdasarkan Tabel 3,
dapat diketahui nilai sig F = 0,000, dimana
nilai tersebut lebih kecil dari α (0,05),
sehingga Ho ditolak. Ini berarti secara
simultan variabel pendidikan (X1) dan
hubungan industrial (X2) berpengaruh
signifikan terhadap semangat kerja
karyawan (Y)
Uji t (t test)
Uji t digunakan untuk mengetahui tingkat
signifikasi pengaruh secara parsial antara
variabel bebas (pendidikan atau hubungan
industrial) dengan variabel terikat
(semangat kerja). Berdasarkan Tabel 3,
dapat diketahui nilai sig t (X1) = 0,046 dan
sig t (X2) = 0,002, dimana kedua nilai
tersebut lebih kecil dari α (0,05), sehingga
Ho ditolak. Ini berarti secara parsial baik
variabel pendidikan (X1) maupun variabel
hubungan industrial (X2) berpengaruh
signifikan terhadap semangat kerja
karyawan (Y)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui
bahwa hasil penelitian ini menjawab tujuan
yang hendak dicari yaitu:
1) Pendidikan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap semangat kerja
karyawan
2) Hubungan industrial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap semangat kerja
karyawan
3) Pendidikan dan hubungan industrial
secara simultan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap semangat kerja
karyawan.
Saran
Saran yang dapat dikemukakan dalam
penelitian ini, sebagai berikut :
1) Berdasarkan hasil analisis data kedua
variabel bebas (X1 dan X2) yaitu
pendidikan dan hubungan industrial
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
130
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel terikat (Y) yaitu
semangat kerja, maka kedua variabel
tersebut perlu dipertahankan, bila perlu
ditingkatkan.
2) Perlu variabel lain diangkat di luar
penelitian ini sesuai kondisi di lapangan
dan teori yang terkait
DAFTAR PUSTAKA
Barthos B, 2006 ,Manajemen Sumber Daya
Manusia, Suatu Pendekatan Makro,
Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.
George, B., Sims, P., McLean, A.N. and
Mayer, D., 2007. “Discovering Your
Authentic Leader-ship”, Harvard
Business Review 85(2), 129– 138.
Gorda I.G.N. 2004, Managemen Sumber
Daya Manusia, Perbit Astabrata Bali,
Denpasar.
Hadari, Nawawi H.H, 2008, Manajemen
Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis
Yang Kompetitif, Cetakan Pertama,
Penerbit UGM, Yogyakarta.
Handoko T.H , 2003, Manajemen, Edisi 2,
Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Hariandja M.T.E , 2004, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Pengadaan,
Pengembangan, Pengkompensasian,
dan Peningkatan Produktivitas
Pegawai, Penerbit PT. Grasindo,
Jakarta.
Hasibuan M.S.P, 2006, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Edisi Revisi, Penerbit
PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Heidjarachman, 2009, Manajemen
Personalia, Penerbit BPFE,
Yogyakarta.
http://www.bumiputera.com/pages/default/
our_company/company_profile/0
Indra, Hary, 2001. “Analisis Faktor Faktor
yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Pegawai PT X”. Jurnal The Winners,
Vol. 0802-020http://
www.binus.ac.id/research/jurnal/jurnal_
winners _ 4.html.
Iwan Garniwa, 1997. Pengaruh Stres Kerja
terhadap Motivasi serta dampaknya
terhadap Prestasi Kerja Dosen Tetap
Universitas Widyatama,
Nia Lestarianawati, 2009. Pengaruh Gaya
Kepemimpinan terhadap Peningkatan
Prestasi Kerja Pegawai Non Medis
Badan Rumah Sakit Umum Daerah 45
Kuningan. Skripsi,
http://skripsistikes.wordpress.com/2009
/05/04/ikmiii29/http://skripsistikes.wor
dpress.com/200 9/05/04/ikmiii29/ pada
10/09/2009.
Simamora H, 2004, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Edisi Kedua, Penerbit
STIE YKPN, Yogyakarta.
Notoatmodjo S, 2012, Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Riduwan dan Sunarto, 2007, Pengantar
Statistika Untuk Penelitian Pendidikan,
Sosial, Ekonomi, dan Bisnis, Penerbit
Alfabeta, Bandung.
Sedarmayanti, 2007, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Penerbit PT. Refika
Aditama, Bandung.
Siagian S.P, 2007, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
Sirait J.T, 2006, Memahami Aspek-Aspek
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Dalam Organisasi, Penerbit Grasindo,
Jakarta.
Sugiyono, 2007, Metode Penelitian
Administrasi, Penerbit Alfabeta,
Bandung.
Taufik I.R, 2004, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Penerbit Nur Cahaya
Yogyakarta.
Tohardi A, 2003, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Penerbit CV. Mandar Maju,
Bandung.
Umar H, 2005, Riset Sumber Daya
Manusia Dalam Organisasi, Edisi
Revisi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Usman H dan Akbar PS, 2006, Pengantar
Statistika, Penerbit Bumi Aksara,
Jakarta.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
131
UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN USAHA PADA USAHA MIKRO
KACANG DISCO KECAK MAMA
Ni Made Dwi Puspitawati1), Ida Ayu Putu Utami Paramita2)
Tjokorda Istri Praganingrum3) 1,2)Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, 3)Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Mahasaraswati Denpasar
ABSTRAK
Persaingan yang semakin ketat menuntut para pengusaha untuk selalu berinovasi terhadap
produk yang mereka jual sehingga dapat memenangkan pasar. Kacang Disco Kecak Mama
merupakan salah satu usaha mikro yang siap memenangkan hati pecinta olahan kacang dan sering
dijadikan oleh-oleh khas Bali. Berbagai varian rasa ditawarkan yaitu rasa original, super pedas,
keju, barbeque, pizza, cumi, udang, ikan bakar, susu telur madu, dan sari kedelai. Asal mula nama
Kacang Disco Kecak Mama yaitu dari kegemaran pengusaha mitra berdisko, tarian kecak yang
merupakan tarian khas Bali dan keinginan pengusaha mitra untuk selalu mendapatkan restu dari
Ibu sehingga apa yang dikerjakan dapat berjalan lancar. Tenaga kerja yang berjumlah 25 orang
mampu memproduksi 250kg kacang mentah per hari atau setelah diolah menjadi sekitar 500kg
Kacang Disco Kecak Mama. Kelemahan dalam sistem promosi, kekurangan alat timbangan
elektrik dalam pengemasan/packaging serta tata letak ruang packaging menjadi hambatan
pengusaha mitra untuk dapat bekerja lebih efisien sehingga tujuan perusahaan belum dapat
tercapai. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha mitra, maka solusi yang
sudah kami lakukan untuk menjadikan usaha Kacang Disco Kecak Mama agar lebih maju, antara
lain : (1) sistem promosi online baik melalui website atau media sosial (facebook dan instagram)
sehingga mampu menjangkau konsumen diseluruh tanah air maupun mancanegara, (2) pembuatan
neon box sebagai sarana untuk memperkenalkan usaha ini kepada masyarakat, (3) timbangan
elektrik untuk makanan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi sehingga pengusaha mitra
mampu memperoleh keuntungan yang diharapkan, serta (4) pembaharuan ruang packaging
diharapkan karyawan dapat bekerja lebih efisien. Dari pelaksanaan pengabdian ini, usaha Kacang
Disco Kecak Mama merasakan manfaat berupa bertambahnya pesanan yang semula hanya 200pcs
bungkus kacang dalam sehari meningkat menjadi 400pcs, ini menyebabkan usaha kacang disco
kecak mama menambah jumlah karyawan yang semula hanya 25 orang menjadi 40 orang, serta
karyawan merasa nyaman dengan lingkungan kerja yang sudah ditata rapi. Dengan bertambahnya
pesanan maka ini berarti bahwa pendapatan usaha kacang disco kecak mama sudah mengalami
peningkatan.
Kata kunci : kacang, kacang disco kecak mama, oleh-oleh khas bali, promosi, online
ABSTRACT
The increasingly fierce competition market requires an entrepreneur to always innovate on
their products so that their sales can undoubtedly be top of the market line. Kacang Disco Kecak
Mama is one of the micro enterprises that is available and ready to win the hearts of peanut
lovers. This company often uses their peanuts as souvenirs, which is a highy sought after consumer
product in Bali. They offer a variety of flavors such as original flavor, super spicy, cheese,
barbeque, pizza, squid, shrimp, grilled fish, milk egg honey, and soybean. The name of Kacang
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
132
Disco Kecak Mama comes from the founding enterpreneur’s hobby of enjoying “disco”, and the
other part of the name “kecak” derived from the kecak dance which is a typical traditional
Balinese dance and the last part “mama” comes from the desire of the entrepreneur to always
have his mother’s blessing so that his endeavors always run smoothly. Twenty five employees are
able to produce 250kg, which correlates to about 500kg of Disco Kecak Mama after processing.
Some weaknesses in the promotion syste:, the shortage of electric scales in packaging and the
layout of the packaging space. These weakness create a limited barrier to the entrepreneural
company. A shortage in these areas make it difficult to work more efficienty and produce a larger
mass product. In accordance with the problems faced by entrepreneur, we have created several
solutions to offer that would make the business Kacang Disco Kecak Mama more advanced. Here
are the following solutions created : (1) an advanced online tactical system either through website
or social media (facebook and instagram) so as to reach consumers wordwide (2) create a neon
box as a means to introduce this effort to the community, (3) electrical scales for product
consumtion, this increases efficiency so that the entrepreneur is able to obtain the expected profit,
and (4) renewal of packaging space, which mandates that employees would work more efficiently.
From this dedication, kacang disco kecak mama felt the benefits of the increased order that was
originally only 200pcs of peanut wrappers in a day increased to 400 pcs, causing they decided to
increase the number of employees who originally only 25 people to 40 people, and employees feel
comfortable with a well-organized work environment. With the increase in orders this means
kacang disco kecak mama’s income has increased.
Keywords: peanuts, disco beans mama kecak, typical souvenirs bali, promotion, online
PENDAHULUAN
Seiring dengan kebutuhan manusia
yang semakin meningkat dan ketatnya
persaingan dalam memperoleh pekerjaan,
maka munculah pengusaha – pengusaha
muda Indonesia yang memiliki imde untuk
bersaing meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Dalam membuka sebuah bisnis
maka hal utama yang harus diperhatikan
adalah kepuasan konsumen. Beberapa
penelitian focus terhadap hubungan antara
kepuasan konsumen dengan kesediaan
konsumen untuk melakukan pembelian ulang
(Quershi et al., 2009). Banyak hal mampu
diolah dan dijadikan peluang bisnis hingga
dapat memenangkan pasar, salah satunya
adalah mengolah kacang menjadi produk
unggulan.
Kacang Disco Kecak Mama
merupakan satu dari beberapa perusahaan
yang mengolah kacang mentah menjadi
kacang dengan varian rasa yang berbeda.
Pengusaha mitra kami yang bernama Bapak
Gede Sumerta kelahiran Karangasem, 19 Juli
1980 memutuskan untuk mendirikan Kacang
Disco Kecak Mama pada tahun 2004. Pada
awal berdiri perusahaan ini, sistem promosi
yang dilakukan hanya dengan menitipkan di
toko-toko kawasan Pasar Seni Guwang dan
toko oleh-oleh khas bali “Cah Ayu”. Seiring
dengan jumlah produksi yang semakin
bertambah, maka pada tahun 2007,
Perusahaan Kacang Disco Kecak Mama
menambah dua orang tenaga kerja
perempuan yang semula hanya terdiri dari 3
orang pekerja laki – laki saja termasuk
pemilik usaha. Pada tahun 2008, pengusaha
mitra berhasil untuk bekerja sama dengan
Krisna Oleh Oleh Bali, dengan menitipkan
produk Kacang Disco Kecak Mama masing
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
133
masing 5 pcs baik yang berisi 200gr dan
400gr (kemasan kotak), 200gr dan 500gr
(kemasan plastik). Perkembangan
perusahaan ini membuat pengusaha mitra
memutuskan untuk merekrut tenaga kerja
freelance yang bertugas untuk mencatat
segala proses usaha hingga pembukuan (cash
flow).
Keinginan konsumen yang berbeda
dan persaingan usaha yang semakin ketat
mendorong pengusaha mitra untuk terus
berinovasi. Maka pada tahun 2010,
pengusaha mitra merealisasikan idenya
dengan menciptakan rasa lain selain rasa
original yang selama ini telah dikenal oleh
masyarakat. Cita rasa tersebut diantaranya
original, extra pedas, keju, barbeque,
rendang, dan soto. Berbagai varian rasa ini
terisnpirasi oleh beragam rasa mie instan dan
mencoba untuk diterapkan pada produk
Kacang Disco Kecak Mama. Dalam
perjalanan satu tahun tersebut, survey yang
dilakukan pengusaha mitra membuktikan
bahwa Kacang Disco Kecak Mama dengan
varian rasa rendang dan soto tidak terlalu
diminati oleh pasar, sehingga diputuskan
untuk menghentikan produksinya. Kepuasan
pengusaha mitra tidaklah berakhir sampai
disitu, experiment dilakukan lagi dengan
menambah varian rasa baru, sehingga ada 10
(sepuluh) varian rasa Kacang Disco Kecak
Mama yakni original, super pedas, keju,
barbeque, pizza, cumi, udang, ikan bakar,
susu telur madu, dan sari kedelai.Berikut ini
tampilan kemasan varian rasa Kacang Disco
Kecak Mama beserta bahan-bahan
pembuatnya:
Proses produksi Kacang Disco Kecak
Mama berawal dari kacang datang dari
pemasok, kemudian di sortir hingga
mendapatkan kacang yang berkualitas bagus
dan layak, lalu dicampur dengan bumbu rasa
yang berbeda tergantung pemesanan, di uleni
dengan tepung terigu dan tepung kanji,
dimasukkan ke dalam mixer besar diadon
sampai halus. Kemudian dicetak diatas wajan
denagn minyak panas selama 30 menit,
diangkat, dikeringkan, kemudian dikemas ke
bagian packaging. Satu kali produksi,
perusahaan ini mampu mengolah 10kg
kacang mentah yang setelah diolah menjadi
kurang lebih 22kg Kacang Disco Kecak
Mama. Dalam sehari, perusahaan ini mampu
memproduksi 250kg kacang mentah. Kacang
Disco Kecak Mama merupakan kacang
olahan tanpa bahan pengawet karena kualitas
produk dan kesehatan konsumen merupakan
hal utama bagi pengusaha mitra. Hasil
produk olahan kacang ini juga sudah terdaftar
di Departemen Kesehatan. Harga pada setiap
produk Kacang Disco Kecak Mama beragam
tergantung ukuran plastik kecil/besar atau
dalam kotak kecil/besar. Bertitik tolak dari
analisis situasi tersebut, maka dibawah ini
kondisi eksisting pengusaha mitra sebagai
berikut :
Tabel 1
Profil Pengusaha Mitra Pertama
1. Nama Mitra Kacang Disco
Kecak Mama
2. Nama
Pengusaha
Mitra
Bapak I Gede
Sumerta, SH
3. Bidang
Kegiatan Utama
Usaha Mikro
Olahan Kacang
4. Alamat
Pengusaha
Mitra Pertama
Jalan Siulan,
Penatih, Denpasar
Timur
5 Tahun Berdiri 2004
6 Jumlah Pegawai 25 orang
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
134
7 Jenis Produk Kacang Disco
Kecak Mama
dengan varian rasa
original, super
pedas, keju,
barbeque, pizza,
cumi, udang, ikan
bakar, susu telur
madu, dan sari
kedelai.
8 Jumlah
pemesanan
Rata-rata mampu
memproduksi
250kg kacang
mentah per hari
yang dapat
menghasilkan
kurang lebih 500kg
Kacang Disco
Kecak Mama
Adapun penampilan fisik dari hasil
kunjungan ke Kacang Disco Kecak Mama,
Penatih :
Gambar 1
Tampilan Fisik Kacang Disco Kecak Mama
Sumber : Kacang Disco Kecak Mama,
Penatih, Denpasar Timur
Pada penelitian Zhang (2012)
menyatakan bahwa keputusan dalam
memilih sistem promosi yang tepat, harga
yang sesuai dan persediaan produk saling
berkaitan demitercapainya tujuan
perusahaan. Promosi pada dasarnya
bertujuan untuk mengingatkan, membujuk
dan mempengaruhi serta merangsang
konsumen agar membeli produk yang
ditawarkan (Widagdo, 2011). Penggunaan
internet memberikan kesempatan kepada
perusahaan untuk memasarkan produknya
melalui e-marketer, seperti website (Shergill
dan Chen, 2005).
Namun yang menjadi latar belakang
dalam permasalahan kedua mitra usaha
kamiini adalah bagaimana cara sistem
promosi yang harus digunakan dalam
menjalankan usahanya, alat timbang
makanan yang dapat membantu pengemasan
sehingga tidak salah berat/isi, serta tata letak
ruang packagingyang menjadi salah satu
faktor pendukung kinerja karyawan agar
lebih efisien.
Berdasarkan uraian pada analisis situasi di
atas, kedua pengusaha mitra kami memiliki
beberapa permasalahan yang diantaranya :
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
135
1. Sistem promosi online yang memadai
untuk menunjang usahanya. Promosi
yang ada hanya sebatas secara
konvensional saja. Maka dari itu
pengusaha mitra perlu memiliki sistem
promosi secara online.
2. Lokasi Kacang Disco Kecak Mama yang
baru belum ditunjang dengan adanya
papan nama/ neon box, sehingga
konsumen masih kesulitan dalam
menemukan lokasi perusahaan kacang
disco Kecak Mama ini.
3. Selama ini pengusaha mitra hanya
mengandalkan satu buah alat elektrik
untuk mengukur berat kacang yang akan
di kemas. Hal ini sangatlah tidak efisien
mengingat jumlah produksi Kacang
Disco Kecak Mama perhari hingga
mencapai 500kg.
4. Ruang pengemasan/packaging
merupakan salah satu faktor penting di
dalam keberhasilan proses produksi.
Hingga saat ini, tatanan letak ruang
packaging belum sepenuhnya mampu
mendukung kinerja karyawan untuk lebih
efisien.
A. METODE PELAKSANAAN
Adapun kegiatan pembinaan dan
pelatihan yang direncanakan dalam program
ini dan telah menjadi komitmen bersama
dengan Kacang Disco Kecak Mama adalah :
1. Metode Pelaksanaan untuk Pengusaha
Mikro
a. Metode pendampingan dilakukan
untuk lebih memberikan pengarahan
dan pengawasan terhadap kegiatan
promosi yang dilakukan, agar
nantinya pengusaha mitra dapat
memaksimalkan dan memilih sistem
promosi yang tepat.
b. Program evaluasi bertujuan untuk
melihat tahapan kegiatan sehingga
dapat memperbaiki dan
menyempurnakan pelaksanaan di
lapangan.
c. Metode diskusi dilakukan untuk
memecahkan masalah yang ada untuk
nantinya
diselesaikandandicarikanpemecahan
masalahnya.
d. Metode keberlanjutan bertujuan
untuk memantau kegiatan di lapangan
setelah kegiatan agar tetap
dilanjutkan oleh mitra IbM.
2. Metode Pendekatan
a. Pendampingan dan membantu dalam
kegiatan promosi/ memasarkan
produk melalui website dan media
social (facebook dan instagram)
b. Pembuatan neon box untuk lebih
menampilkan brand perusahaan
c. Pemberian alat bantu pengemasan/
packaging berupa alat timbangan
digital
d. Pendampingan dalam usaha
memperbaharui tata letak ruang
packaging/pengemasan.
3. Partisipasi Mitra dalam Pelaksanaan
Program
a. Kelompok mitra bersedia mengikuti
pendampingan peningkatan metode
pemasaran.
b. Kelompok mitra turut serta
berpartisipasi dalam usaha
menampilkan brand produk agar
lebih dikenal oleh masyarakat.
c. Kelompok mitra bersedia
mengevaluasi sistem promosi dan
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
136
penjualan Kacang Disco Kecak
Mama
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang dicapai pada pelaksanaan
kegiatan Iptek Bagi Usaha Mikro Kacang
Disco Kecak Mama :
1. Pembuatan Website
Pembuatan website
(www.discokecakmama.com) merupakan
salah satu solusi yang ditawarkan kepada
pengusaha mitra untuk memudahkan di
dalam memasarkan produk sehingga dapat
menjangkau konsumen di seluruh tanah air
hingga mancanegara. Tambilan website
Kacang Disco Kecak Mama dibuat menarik
dan memudahkan konsumen untuk mengerti
serta memahami produk yang ingin dibeli.
Selain itu, dengan adanya website ini,
pengusaha mitra dapat mengevaluasi
seberapa besar minat konsumen untuk
membeli produknya dengan melihat angka
pengunjung yang mengunjungi website
setiap hari. Berikut ini screenshot tampilan
website Kacang Disco Kecak Mama.
Gambar 2
Tampilan Website Kacang Disco Kecak
Mama
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
2 Pembuatan media sosial online (facebook
dan instagram)
Pembuatan media sosial online
seperti facebook dan instagram bertujuan
untuk mendukung kegiatan promosi Kacang
Disco Kecak Mama secara online sehingga
dapat menarik konsumen dari berbagai
kalangan. Tidak jauh berbeda dengan
penggunaan website, pemanfaatan facebook
dan instagram dapat menambah daya tarik
konsumen yang selama ini lebih cenderung
menggunakan media sosial sebagai alat
komunikasi. Berikut ini screenshot atau
tampilan facebook dan instagram Kacang
Disco Kecak Mama.
Gambar 3
Tampilan Facebook Kacang Disco Kecak
Mama
Sumber : Dokumentasi penulis, 2017
Gambar 4
Tampilan Instagram Kacang Disco Kecak
Mama
Sumber : Dokumentasi penulis, 2017
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
137
Untuk media sosial facebook dan
instagram, kami tidak hanya membantu
dalam proses pembuatannya saja melainkan
dalam semua proses pengunduhan gambar
serta cara pengaplikasiannya agar sosial
media tersebut dapat segera digunakan oleh
mitra usaha. Berikut ini adalah kegiatan yang
kami lakukan dalam memberikan pelatihan
penggunaan media sosial online seperti
facebook dan instagram.
Gambar 5
Proses Pembuatan dan Pengaplikasian
Media Sosial online
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017
3 Pembuatan Neon Box
Pembuatan neon box dengan
menambahkan lampu yang dapat menyala
sehingga membuat papan nama usaha
menjadi terang karena efek yang ditimbulkan
oleh lampu neon di dalamnya ini bertujuan
menambah kualitas branding dan
mempercantik tampilan usaha. Tampilan
neon box yang menyala terang pada malam
hari diharapkan mampu menjadi daya tarik
konsumen sehingga konsumen lebih mudah
menghafal nama usaha mitra serta lebih
mudah untuk mecari lokasi usaha Kacang
Disco Kecak Mama. Berikut ini tampilan
neon box yang belum dan sudah terpasang di
sisi jalan.
Gambar 6
Tampilan Neon Box “Kecak Mama”
Sumber : Dokumentasi penulis, 2017
4 Pemberian alat timbang makanan
Pemberian alat timbang makanan
elektrik/digital diharapkan dapat membantu
usaha Kacang Disco Kecak Mama agar lebih
efisien. Penambahan 1 (satu) timbangan
makanan digital dengan berat maksimum
50kg serta 3 (tiga) timbangan makanan
digital dengan berat maksimum 5kg.
Kegunaan alat timbang makanan sangatlah
penting mengingat setiap kemasan harus
sesuai dengan takaran yang tepat dan akurat.
Berikut ini alat timbangan makanan digital
yang kami berikan kepada pengusaha mitra.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
138
Gambar 7
Pemberian Alat Timbang Makanan Digital
kepada Usaha Mitra
Sumber : Dokumentasi penulis, 2017
5 Penataan tata ruang packaging
Penataan tata ruang packaging
diharapkan kegiatan produksi pada usaha
Kacang Disco Kecak Mama lebih efisien dan
kondusif. Lingkungan kerja dan situasi kerja
sangatlah mendukung kinerja karyawan
untuk bekerja lebih optimal. Berikut ini
perubahan tata ruang packaging sebelum dan
sesudah nya.
Gambar 8
Ruang Packaging (sebelum)
Sumber : Dokumentasi penulis, 2017
Gambar 9
Ruang Packaging (sesudah)
Sumber : Dokumentasi penulis, 2017
C. KESIMPULAN
Pelaksanaan IbM terhadap mitra
usaha diharapkan dapat memberikan dampak
positif bagi keberlanjutan mitra usaha
Kacang Disco Kecak Mama. Pembuatan
website sebagai sarana dalam
mempromosikan produk lewat dunia maya,
serta pemasangan neonbox untuk
memperjelas keberadaan usaha dapat
meningkatkan nilai yang dimiliki mitra
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
139
usaha. Selain itu, dengan adanya
penambahan alat timbang makanan dan tata
ruang letak packaging menjadikan karyawan
dapat bekerja lebih efisien. Dari pelaksanaan
pengabdian ini, mitra merasakan manfaat
berupa bertambahnya pesanan yang semula
hanya 200pcs bungkus kacang dalam sehari
meningkat menjadi 400pcs, ini menyebabkan
usaha kacang disco kecak mama menambah
jumlah karyawan yang semula hanya 25
orang menjadi 40 orang, serta karyawan
merasa nyaman dengan lingkungan kerja
yang sudah ditata rapi. Dengan
bertambahnya pesanan maka ini berarti
bahwa pendapatan usaha kacang disco kecak
mama sudah mengalami peningkatan.
D. UCAPAN TERIMAKASIH
Melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu menyukseskan
pelaksanaan kegiatan IbM (Ipteks Bagi
Masyarakat) Kacang Disco Kecak Mama
diantaranya Ketua LPPM Universitas
Mahasaraswati Denpasar dan Pimpinan dan
Staff di LPPM Universitas Mahasaraswati
Denpasar, Bapak Gede Sumerta selaku
Owner Kacang Disco Kecak Mama yang
telah membantu pelaksanaan kegiatan ini.
Serta Tim yang telah membantu kesuksesan
kegiatan ini diantaranya Tim Dosen yang
terdiri dari Ni Made Dwi Puspitawati, Ida
Ayu Putu Utami Paramita, dan Tjokorda Istri
Praganingrum serta seluruh pihak yang telah
berkontribusi demi suksesnya pelaksanaan
kegiatan ini.
Akhir kata semoga kegiatan ini dapat
memberikan manfaat bagi Kacang Disco
Kecak Mama dan bermanfaat bagi kegiatan
pengabdian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Shergill, G. S. dan Chen, Z. 2005. Web Based
Shopping : Consumers Attitudes
Towards Online Shopping in New
Zealand. Journal of Electronic
Commerce Research, Vol. 6, N0. 2,
pp. 79-94
Quershi, I., Fang Y.L., Ramsey, E., McCole,
P., Ibbotson, P dan Compeau, D.
2009. Understanding Online
Customer Repurchasing Intention
and The Mediating Role of Trust – an
Empirical Investigation in Two
Developed Countries. European
Journal of Information Systems, ol.
18, No. 3, pp 205-222
Widagdo, Herry. 2011. Analisis Pengaruh
Kualitas Layanan dan Promosi
terhadap Keputusan Konsumen
Membeli Komputer pada PT. XYZ
Palembang. Forum Bisnis dan
Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE
MDP, Vol. 1, No 1, pp 1-10
Zang, Ju-Liang. 2012. Integrated Decision
on Pricing, Promotion, and Inventory
Management. Asia-Pasific Journal of
Operational Researh, ol. 29,No 6, pp
1-21
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
140
PENGEMBANGAN TES BAHASA INGGRIS KOMUNIKATIF
UNTUK SMK PARIWISATA DI BALI
I Nengah Astawa., Ida Bagus Nyoman Mantra, Ida Ayu Made Sri Widiastuti
Fakultas Leguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Mahasaraswati Denpasar
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di SMK di Bali yang bertujuan untuk mengembangkan model tes Bahasa
Inggris komunikatif unruk SMK Pariwisata di Bali dengan melibatkan mahasiswa program studi
Pendidikan Bahasa Inggris sebagai tugas akhir matakuliah language tesing. Peneliltian ini dilakukan
selama dua tahun dengan menggunakan metode Research dan Development sehingga produk yang
dikembangkan dapat diyakini kebenarannya dan keakuratannya. Penelitian itu dilakukan karena masalah
penting yang sangat krusial dihadapi oleh guru SMK Pariwisata dalam menilai kemapuan Bahasa Inggris
komunikatif siswa agar guru dan siswa mengetahui kemampuan mereka yang sebenarnya dalam
berkomunikasi Bahasa Inggris guna meningkatkan mutu pembelajaran sehingga nantinya siswa siap
bekerja di berbagai industri pariwisata. Pada tahun pertama, penilitian difokuskan untuk membuat model
tes Bahasa Inggris komunikatif yang didasari dan diawali dengan menganalisis tes Bahasa Inggris yang
sudah ada di SMK Pariwisata di Bali dan kemudian mendesain model tes Bahasa Inggris Komunikatif
untuk siswa SMK di Bali.
Kata Kunci: Tes, Bahasa Inggris, Komunikatif, Pariwisata
ABSTRACT
This research was conducted at SMK in Bali which aims to develop a model of communicative English
test for SMK Tourism in Bali by involving students of English Education Study Program as the final
project of language tesing. This research is conducted for two years using Research and Development
method so that the developed product can be believed to be correct and accurate. The research was
conducted because the crucial important problem faced by SMK Tourism teachers in assessing the ability
of communicative English students so that teachers and students know their true ability in English
communication in order to improve the quality of learning so that students will be ready to work in
various tourism industries. In the first year, research was focused on establishing a communicative
English test model based on analyzing an English test that already exists at SMK Tourism in Bali and
then designing a model of Communicative English test for vocational students in Bali.
Keywords: Test, English, Communicative, Tourism
PENDAHULUAN
Bahasa adalah media komunikasi
verbal yang utama dan pertama antar
berbagai kelompok komunitas umat manusia
di seluruh jagat raya ini. Lewat media
bahasa manusia berkomunikasi,
menyalurkan dan berbagi macam makna,
gagasan, emosi, perasaan dan berbagai
problematika hidup lainnya.Tidak
terbayangkan bagaimana manusia
mengungkapkan dan mengekspresikan
segala gagasan, makna, perasaan, dan
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
141
emosinya yang sangat kompleks dan
beragam tanpa bahasa.
Pada hakekatnya media komunikasi
verbal dan nonverbal merupakan satu
kesatuan yang utuh dan integral mengingat
dalam penggunaannnya yang komplementer.
Disadari atau tidak dalam berkomunikasi
dan berinteraksi, manusia selalu
menggunakan bahasa verbal dan nonverbal
secara simultan. Seseorang yang dapat
menggunakan keterampilan verbal dan
nonverbal secara baik dan efektif akan
mampu menolong para siswanya
mengekspresikan dan mengklarifikasi
pikiran dan perasaannya serta memahami
bagaimana pikiran dan perasaannya
mempengaruhi prilaku mereka.
Hakikat pembelajaran komunikatif
dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa
mengarah pada peningkatkan kemampuan
peserta didik dalam berkomunikasi, baik
secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran
bahasa bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir dan bernalar serta
memperluas wawasan. Peserta didik tidak
hanya diharapkan mampu memahami
informasi yang disampaikan secara lugas
atau langsung, tetapi juga dapat memahami
informasi yang disampaikan secara
terselubung atau tidak secara langsung
(Mantra, 2017).
Kemampuan berkomunikasi adalah
sangat krusial untuk ditingkatkan mengingat
perkembangan global yang ditandai dengan
semakin pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah menuntut
kita untuk memberikan perhatian yang
semakin intensif terhadap pembelajaran
Bahasa Inggris. Era globalisasi telah
menjadikan dunia ini seakan tanpa sekat dan
semakin sempit. Para orangtua yang
memiliki kemampuan finansial, cendrung
menyekolahkan anak-anaknya di luar negeri.
Mereka sadar dan yakin bahwa bursa pasar
dan persaingan global menuntut tenaga kerja
yang tidak hanya memiliki teknologi dan
keterampilan hidup, tetapi juga penguasaan
Bahasa Inggris yang komunikatif.
Kita semua tahu bahwa bangsa ini
hanya dapat bersaing di era globalisasi dan
eksistensinya akan semakin diakui dan
dipertimbangkan oleh bangsa lain apabila
penguasaan terhadap Bahasa Inggris
semakin ditingkatkan (Mantra, 2017; Sri
Widiastuti, 2016). Permintaan dan
perekrutan tenaga kerja di era globalisasi
sekarang ini selalu menjadikan penguasaan
Bahasa Inggris tulis dan lisan sebagai salah
satu syarat penting. Peningkatan
pernyediaan sumber daya manusia
pembangunan yang berkualitas dan
kompetitif identik dengan peningkatan
kualitas dan kesejahtraan hidup. Fakta
membuktikan bahwa persaingan yang sangat
ketat dan kompetitif dalam bursa tenaga
kerja dominan dimenangkan oleh mereka
yang mampu berbahasa Inggris dengan baik
(Astawa,2008).
Sejalan dengan pandangan di atas
maka guru harus mampu menentukan
tingkat kemampuan siswa dalam
berkomunikasi Bahasa Inggris. Tes-tes yang
pada saat ini digunakan oleh guru belum
mampu memberikan gambaran yang nyata
tentang kemampuan siswa dalam
berkomunikasi Bahasa Inggris (Sri
Widiastuti, 2016), bahkan cendrung hanya
mengukur kemampuan siswa secara diskrit
sehingga kempuan siswa yang komprehensif
tidak dapat ditentukan (Maba,2017). Sebagai
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
142
akibatnya guru mengalami kesulitan dan
kendala dalam meningkatkan kemampuan
siswa dalam mengembangkan kemampuan
komunikatif mereka dalam Bahasa Inggris
(Maba, 2017).
Berdasarkan fenomena tersebut,
maka pengembangan tes Bahasa Inggris
komunikatif sangat mendesak harus segera
dirancang terutama untuk siswa SMK
Pariwisata agar para lulusan SMK mampu
bekerja di berbagai sektor industri
pariwisata secara porfesional.
Pengembangan tes Bahasa Inggris yang
dikembangkan sudah tentu
mempertimbangkan ranah-ranah Bahasa
Inggris komunikatif.
METODE PENELITIAN
Desain Peneltian
Penelitian yang akan dilaksanakan
adalah penelitian Research and
Development terhadap model tes Bahasa
Inggris komunikatif untuk SMK Pariwisata
di Bali. Pengembangan model tes Bahasa
Inggris komunikatif merupakan suatu
kegitaan Research and Development (R&D)
dilaksanakan dalam enam langkah kegiatan
secara berurutan, yaitu: (1) menganalisis
pustaka yang relevan tentang tes Bahasa
Inggris komunikatif yang akan dibuat, (2)
merencanakan kompetensi dan tujuan
masing-masing bab atau bagian, (3)
membuat draf awal model tes Bahasa
Inggris komunikatif , (4) melakukan uji coba
terhadap draf awal model tes Bahasa
Inggris komunikatif pada subjek dengan
jumlah terbatas, (5) melakukan revisi
terhadap draf awal model tes Bahasa
Inggris komunikatif berdasarkan hasil uji
coba, dan (6) menguji kembali draf yang
telah direvisi berdasarkan hasil uji coba
pertama.
Berdasarkan langkah Research and
Development (R&D) diatas maka penelitian
diawali dengan mengadakan penelitian
lapangan untuk mengumpulkan data tentang
tes Bahasa Inggris komunikatif yang
digunakan di SMK Pariwisata di Bali.
Setelah data tersebut terkumpul, kegitan
penelitian dilanjutkan dengan mengalisis tes
Bahasa Inggris komunikatif tersebut
sehingga ditemukan kelemahan-kelemahan
dan kekuatan dari tes Bahasa Inggris
komunikatif yang telah ada. Kemudian,
berdasarkan prinsip-prinsip penegembangan
tes Bahasa Inggris komunikatif, penelitian
dilanjutkan dengan pembuatan draf awal tes
Bahasa Inggris komunikatif.
Penelitian pada tahun pertama
diawali dengan mengumpulkan tes-tes yang
telah digunakan oleh guru di SMK
Pariwisata swasta dan Negeri di Bali.
Kegiatan keberikutnya akan dilakukan
analisis tes Bahasa Inggris komunikatif
berdasarkan pedoman pembuatan tes
sehingga akan ditemukan kelemahan dan
keuggulan dari tes Bahasa Inggris
komunikatif yang telah ada. Selanjutnya,
berdasarkan hasil analisis tersebut
dikembangan draf awal tes Bahasa Inggris
komunikatif Bahasa Inggris untuk SMK
Pariwisata yang akan dilanjutkan dengan uji
coba lapangan. Agar lebih jelas, langkah-
langkah pengembangan tes Bahasa Inggris
komunikatif adalah sebagai berikut : (1)
mengumpulkan tes Bahasa Inggris
komunikatif Bahasa Inggris yang telah
digunakan di sekolah, (2) mengadakan
analisis tes Bahasa Inggris komunikatif
Bahasa Inggris yang telah digunakan, (3)
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
143
menyimpulkan hasil analisis tes Bahasa
Inggris komunikatif yang telah digunakan,
dan (4) pembuatan draf awal tes Bahasa
Inggris komunikatif.
DATA DAN PEMBAHASAN
Tes-tes yang telah dikumpulkan dari
sekolah pariwisata yang dijadikan sampel
penelitian dikaji secara mendalam untuk
mendapat gambaran tentang bentuk-bentuk
tes yang digunakan dalam menilai
kemampuan siswa dalam bahasa Inggris.
Bentuk-bentuk tes yang dikaji digunakan
sebagai dasar pengembangan bentuk-bentuk
test yang lebih komunikatif sehingga tes
tersebut mampu memberikan hasil yang
dapat menunjukan kemampuan siswa yang
sebenarnya.
Berdasarkan hasil pengumpulan data
yang dilakukan di SMK Pariwisata di Bali,
data yang dikumpulkan dapat ditabulasi
sebagai berikut:
Keterampilan Kebahasan dan Fitur Linguistik Lainnya
Test Jumlah Soal Jumlah
Tes
Listening
Jumlah Tes
Speaking
Jumlah tes
Reading
Jumlah tes
Writing
Fitur
Linguistik
Lainnya
Tes1 45: 35
multiple
cohoice, 10
matching
Tidak ada Percakapan
tertulis
Last
holiday,
messege,
personal
letter
Tidak ada:
bentuk
writing
ditampilkan
sebagai tes
reading
Kosa kata
Tes 2 50: Multiple
choice
Tidak ada Percakapan
tertulis
Surat
undangan,
Personal
letter,
procedure
text
Tidak ada:
bentuk
writing
ditampilkan
sebagai tes
reading
Kos kata
Tes 3 50: 45
mutiple
choice, 5
completion
Tidak ada Percakapan
tertulis
Text
procedure,
business
letter, short
informative
text, Email
Bentuk-
bentuk
writing
ditampilkan
sebagai tes
reading
Kosakata
Tes 4 50; Multiple
choice
Tidak ada Percakapan
tertulis
Surat
Undangan,
recount text,
Bentuk-
bentuk
writing
ditampilkan
sebagai tes
reading
Kosakata
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
144
Tes 5 50: Multiple
cohice
Tidak ada Percakapan
tertulis
Schedule,
Descriptive
paragraph,
Short
informative
text
Bentuk-
bentuk
writing
ditampilkan
sebagai tes
reading
Kosakata
Tes-tes yang terkumpul diatas adalah
sebagaian besar tes objektif dengn pilihan
ganda. Tes-tes tesebut digunakan oleh guru
untuk menentukan kemampuan bahasa
Inggris siswa pada pertengah semester dan
pada akhir semester. Tes yang terkumpul
tersebut perlu dikembangkan sehingga akan
lebih akurat untuk digunakan mengukur
kemampual siswa. Tes yang baik harus
memenuhi ciri-ciri (karakteristik) tes yang
baik. Karakteristik tes yang baik mencakup
validitas, reliabilitas, objektivitas,
praktikabilitas, dan ekonomis ( Brown,
2004). Berdasarkan hasil analisis tes SMK
Pariwisata di Bali dapat dijelaskan perihal
berikut terkait dengan validitas, reliabilitas,
objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis.
Peneliti mengembangkan jenis tes
komunikatif berdasarkan persyaratan
Kurikulum SMK Pariwisata, khususnya
Standar Kompetensi (SK), Kompetensi
Dasar (KD), Tujuan Pembelajaran (TP), dan
Indikator Studi (IS) Berbasis Kurikulum
untuk siswa SMK. Hal ini dilakukan untuk
memastikan tes komunikatif yang
dikembangkan sesuai dengan persyaratan
Kurikulum Sekolah, dan untuk memastikan
bahwa Tes komunikatif yang dikembangkan
dapat memenuhi kebutuhan guru dan siswa.
Tes Listening
Keterampilan menyimak adalah salah
satu keterampilan berbahasa Inggris yang
sangat penting dalam berkomunikasi yang
efektif. Oleh karena itu perlu dikembangkan
secara komunikatif. Tes listening dapat
dalam bentuk-bentuk tes berikut agar lebih
komunikatif
No Bentuk Tes Listening Tujuan
1 L1: Dikte (Dictation) Mengembangkan pemahaman siswa dalam menyimak kata,
frasa, kalimat dan konteks bahasa dengan tepat
2 L2: parafrase
(paraphrase),
Mengembangkan pemahaman siswa dalam menyimak dengan
mengungkap kembali apa yang telah dipahami dengan kata-
kata sendiri
3 L3: mencatat (note-
taking)
Mengembangkan pemahaman siswa dalam menyimak apa
yang telah didengar dan mencatat hal-hal yang penting
4 L4: meringkas
(summarizing).
Mengembangkan pemahaman siswa dalam menyimak apa
yang telah didengar dan menulisnya dalam bentuk ringkasan
Tes Speaking
Berbicara merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang selalu harus
ditingkatkan. Dengan kemampuan berbicara
yang baik akan menjadikan peserta didik
mampu berkomunikasi dengan efektif. Ada
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
145
empat bentuk tes Speaking yang dapat
dikembangkan agar bersifat komunikatif,
sebagai berikut:
No Bentuk TesSpeaking Tujuan
1 S1: Role play Untuk mengetahui kemampuan berbahasa komunikatif dalam
suatu kegiatan bermain peran.
2 S2: Re-Telling Text/
Story
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menceritakan
kembali apa yang mereka telah pahami
3 S3: Oral Interview Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam berkomunikasi
dalam bentuk interview
4 S4: Oral Presentation Untuk mengetahui kemapuan siswa dalam menyampaikan ide
mereka dalam bentuk presentasi
Tes Reading
Kerampilan membaca adalah suatu
keterampilan yang sangat penting bagi
peserta didik. Dengan kemapuan membaca
yang baik,peserta didik akan mampu
memahami teks-teks dengan baik pula. Ada
lima jenis yang dapat dikembangkan yang
bersifat komunikatif, sebagai berikut:
No Bentuk Tes Tujuan
1 R1: Reading Aloud Untuk melatih ucapan yang tepat
2 R2: True or False Test Untuk melatih menentukan informasi-informasi detiil
3 R3: Completion Test Untuk melatih menentukan target kebahasaan ang
tepat
4 R4: Matching Test Untuk melatih mencocokan informasi satu dengan
lainnya
5 R5: Short Answer Question
Test
Untuk meningkatkan kemampuan siswa mencari
informasi spesifik dan umum
Tes Writing
Kemampuan peserta didik dalam
mengekspresikan informasi, pikiran, ide,
gagasan dan keinginan dalam bentuk tulisan
adalah secara terus menerus perlu
ditingkatkan. Keterampilan berkomunikasi
secara tertulis diperlukan karena semakin
meningkatnya keperluan kemampuan
komunikasi tertulis peserta didik dalam era
globalisasi ini. Ada enam bentuk tes yang
bisa dikembangkan untuk tes witing, sebagai
berikut:
No Bentuk Tes Writing Tujuan
1 W1: Writing Personal Letter Untuk melatih menulis surat pribadi
2 W2: Writing Permission Letter Untuk melatih menulis surta permintaan ijin
3 W3: Writing Short Message Untuk membiasakan menulis pesan
4 W4: Writing Invitation Card and
Greeting Card
Untuk melatih menulis kartu ucapan
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
146
5 W5 : Writing advertisement or
announcement or Short Brochure
Untuk melatih menulis peengumuman
6 W5: Multiple Choice Tests
Untuk melatih mengenal berbagai informasi dalam
benyuk tulis
Tes bahasa Inggris komunikatif ini
dirancang berdasarkan prinsip-prinsip
komunikatif sesuai dengan gagasan Pierce
dan O’Malley (1996) yang mendeskripsikan
bahwa asesmen komunikatif sebagai bentuk
asesmen yang mencerminkan pembelajaran,
prestasi, motivasi dan sikap siswa terhadap
berbagai aktivitas pengajaran dan
pembelajaran selama proses perpelajaranan.
Jenis dan bentuk-bentuk asesmen yang
komunikatif dapat berbentuk asesmen
kinerja, evaluasi diri, asesmen portofolio,
proyek dan esai. Hal ini jelas
mengindikasikan bahwa asesmen tersebut
harus dilakukan secara komprehensif,
objektif serta berkesinambungan.
Lebih lanjut, Pierce dan O’Malley
(1996) mengatakan, seyogyanya asesmen
dikembangkan berdasarkan enam
karateristik berikut ini: (1) Constructed
response: siswa mengkonstruksi sebuah
respon, memberikan respon meluas, terlibat
dalam kinerja, atau menciptakan sebuah
produk, (2) Higher-order Thinking: siswa
secara tipikal menggunakan pemikiran
tingkat tinggi dalam mengkonstruksi respon
terhadap pertanyaan terbuka, (3)
Authenticity: tugas-tugas memakna,
menantang dan aktivitas pembelajaran yang
mencerminkan pembelajaran yang baik atau
konteks dunia nyata lainnya dimana
nantinya siswa diharapkan dapat
melakukannya, (4) Integrative: tugas-tugas
harus mengintegrasikan ketrampilan
berbahasa, dan dalam beberapa hal,
menyangkut integrasi pengetahuan serta
keterampilan-keterampilan lintas isi, (5)
Process and Product: prosedur dan strategi
yang dipergunakan untuk mencari dan
mendapatkan jawaban yang benar atau
untuk mengeksplorasi beragam solusi dari
tugas-tugas yang kompleks sering dinilai
dan begitu juga produknya yang berupa
jawaban yang benar, dan (6) Depth Versus
Breadth: asesmen kinerja memberikan
informasi yang mendalam tentang
ketrampilan seorang siswa atau belajar
tuntas (mastery learning) seperti
dikontraskan dengan tes pilihan ganda
dengan cakupan yang luas tetapi kurang
dapat melatih ketrampilan berfikir atau daya
nalar tingkat tinggi.
Penilaian komunikatif juga
dikembangkan suapaya tes tersebut memiliki
sifat-sifat: (1) berbasis kompetensi, (2)
individual, (3) berpusat pada siswa, (4) tak
terstruktur, (5) terintegrasi dengan proses
pembelajaran, dan (6) berkelanjutan.
Sedangkan jenis-jenis asesmen komunikatif
mencakup: (1) esai, (2) proyek, (3) asesmen
kinerja, (4) evaluasi diri, dan (5) asesmen
portofolio. Semestinya dalam mengevaluasi
tingkat pencapaian kompetensi dasar secara
lebih sahih dan reliable dalam pembelajaran
Bahasa Inggris berbasis kompetensi maka
perlu dikembangkan jenis dan bentuk
evaluasi seperti berkelanjutan atau penilaian
sambil jalan (on going assesmen).
Tes-tes yang dikembangkan juga
mempertimbangkan tingkat validitas,
reliabilitas dan praktibilitas dan niliai
ekonomisnya. Validitas alat ukur
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
147
menunjukkan kualitas kesahihan suatu
instrumen atau alat pengumpul data dapat
dikatakan valid atau sahih apabila alat ukur
tersebut mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur/diinginkan, sehingga alat
ukur dikatakan sahih apabila dapat
mengungkap secara cermat dan tepat data
dari variabel yang diteliti. Tinggi rendahnya
tingkat validitas instrumen menunjukkan
sejauhmana data dari variabel yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang variabel yang dimaksud. Kerlinger
(1986) menyatakan bahwa validitas alat
ukur tidak cukup ditentukan oleh derajad
ketepatan alat ukur dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur, tetapi perlu pula
dilihat dari tiga kriteria yang lain yaitu
Appropriatness, Meaningfullness dan
Usefullness. Bila dikaitkan dengan
pengukuran aspek perilaku sebagai hasil
belajar, penjelasan ketiga kriteria tersebut
secara bebas dapat diterjemahkan sebagai
berikut: (1) Appropriatness: Kriteria ini
menunjuk pada kelayakan dari tes sebagai
alat ukur tersebut, yaitu seberapa jauh alat
ukur dapat menjangkau keragaman aspek
perilaku tertentu; (2) Meaningfullness:
adalah kriteria yang didasarkan pada
kemampuan alat ukur untuk dapat
memberikan keseimbangan item-item
pengukurannya berdasar tingkat
kepentingan/urgensi dari setiap bagian
gejala; dan (3) Usefullness to inferences:
yakni kriteria ini menunjuk pada sensitif
tidaknya alat ukur untuk dapat menangkap
gejala perilaku, dan tingkat ketelitian yang
ditunjukkan dalam pembuatan kesimpulan.
Reliabilitas mengacu kepada
konsistensi dari hasil tes. Meskipun tes
tersebut diberikan beberapa kali kepada
siswa yang sama, hasilnya akan tetap/
konsisten. Konsisten tidak harus sama,
namun secara keseluruhan apabila hasil tes
turun maka hasil semua peserta tes akan
turun juga, begitu juga sebaliknya. Kondisi
konsisten ini diibaratkan orang yang
berbicara konsisten, maka pembicaraan
tidak akan berubah-ubah, sehingga bisa
dipercaya. Begitupula dengan konsisten
dalam hal tes ini. Tes yang reliable
(tetap/konsisten), maka tes tersebut dapat
dipercaya sebagai alat ukur. Pengertian yang
paling sederhana dari reliabilitas adalah
kemantapan alat ukur dalam pengertian
bahwa alat ukur tersebut dapat diandalkan
atau memiliki keajegan hasil. Pada dasarnya
hubungan antara validitas dan reliabilitas
dapat dikemukakan bahwa alat ukur yang
valid akan cenderung menghasilkan
pengukuran yang reliabel, sebaliknya alat
ukur yang reliabel sama sekali tidak
menunjuk pada validitas alat ukur tersebut.
Masalah validitas dan reliabilitas alat ukur
tampak sangat jelas penggunaannya pada
penelitian dengan pendekatan kauntitatif,
karena penghitungan tingkat valititas dan
reliabilitas pada umumnya juga
menggunakan teknik statistik.
Praktibilitas mengacu kepada
kepraktisan dan kemudahan dalam
pengadministrasian. Praktikabilitas
menunjukkan bahwa tes mudah
dilaksanakan, mudah diperiksa dan
dilengkapi dengan petunjuk yang jelas. Jadi,
tes sifatnya sederhana dan lengkap.
Ekonomis menunjukkan bahwa tes tidak
memerlukan biaya yang mahal, waktu yang
lama dan tenaga yang banyak. Faktor
ekonomis sangat perlu dipertimbangkan agar
tes yang dilaksanakan guru tidak menjadi
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
148
suatu pemborosan dana atau menjadi sangat
mahal untuk diikuti oleh siswa.
Dari uraian ringkas di atas, dapat
disarikan bahwa pengajaran dan
pembelajaran Bahasa Inggris berbasis
kompetensi komunikatif seyogyanya dinilai
tingkat berhasilannya dengan
mempergunakan prosedur asesmen otentik.
Hal ini menjadi penting dan urgen dilakukan
mengingat asesmen merupakan bagian
integral dari proses pengajaran dan
pembelajaran di mana hasilnya dapat
dipergunakan untuk menilai keberhasilanm
efektivitas dan efisiensi sebuah program
desain instruksional. Hasil asesmen otentik
dapat dipergunakan untuk tujuan lain,
seperti merancang pengajaran dan
pembelajaran remidi. Agar dapat merancang
dan melaksanakan asesmen komunikatif,
seorang wajib menguasai prinsip-prinsip dan
prosedur asesmen komunikatif.
SIMPULAN
Penelitian ini terkait dengan
pengembangan tes komunikatif yang
dilakukan dengan tujuan bahwa guru dan
siswa SMK Patiwisata memiliki panduan
tes komunikatif untuk menilai kemampuan
bahasa Inggris mereka. Untuk sementara
hasil penelitian pada tahun pertama ini
berupa draft tes komunikatif. Draft ini
dikembangkan untuk di uji coba dan ditelaah
lebih lanjut. Telaah test ini mutlak perlu
dilakukan dengan mengunakan sistem telaah
yang tepat sehingga kesesuain isi dan format
tes sesuai dengan kebutuhan pembelajar.
Disamping itu perlu juga diadakan uji coba
di kelas agar mendapat masukan nyata dari
pemakai tes ini. Pembenahan format dan
pengembangan tes perlu dilakukan agar
lebih valid dan reliabel. Tes yang disusun
diatas masih merupakan draft yang perlu
ditata kembali agar lebih tepat untuk menilai
kemampuan siswa dan kemudian pelu
adanya ujicoba agar test tersebut bersifat
valid dan reliabel. Jadi perlu konsiderasi
apabila tes tersebut diatas digunakan untuk
menilai siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Astawa, Nengah (2011). Implementasi
Pendekatan Sosio-Kultural dalam
Pengajaran “English for Tourism”.
Jurnal Santiaji FKIP Unmas
Denpasar Vol 1 No.1 ISSN 2087 –
9016 Tahun 2011
Afifah, Triana Nur. (2013). Kupas Tuntas
1001 Soal Bahasa Inggris SMK
Kelas X, XI, dan XII. Jakarta: PT
Buku Seru
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006).
Pengembangan Tes Bahasa Inggris
komunikatif. Jakarta: BNSP
Bogdan Robert C & Biklen Sari Knopp.
(1982). Qualitative Research for
Education. Masschutts:Allyn and
Baco, Inc
Brown, Douglas H. (2004). Language
Assessment: Principles and
Classroom Practices. New York:
Pearson Education.
Dick, W. and Carrey, L. (1985). The
Systematic Design of Instruction.
Illinois : Scoot., Foreman and
Company.
Dubin, Fraida dan Olshtains, Elite. (1992).
Course Design: Developing
Programs and Materials for
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
149
Language Learning. Cambridge:
Cambridge University Press.
Finocchiaro, Mary dan Brumfit,
Christopher. (1983). The Functional-
Notional Approach: From Theory to
Practice. Oxford: Oxford University
Press.
Krahnke, Karl. 1987. Approaches to
Syllabus Design for Foreign
Language Teaching. London:
Prentice-Hall International, Ltd.
Littlewood, William T. (1986). Learning
Foreignand Second Language.
London: Cambridge University
Press.
Maba, Wayan. 2017. The Implementation of
Education National Standard in the
Instrument of
School Accreditation of Bali
Province Education Authority.
International Research Journal of
Engineering, IT & Scientific
Research (IRJEIS). Vol. 3 Issue 4,
July 2017, pages: 1-6 (2017).
Maba, Wayan. International Journal of
Social Sciences and Humanities. Teachers’
Perception on
the Implementation of the
Assessment Process in 2013
Curriculum. Vol. 1 No. 2, August
2017, pages: 1-9 (2017).
Mantra, I.B.N. (2017). Promoting Primary
School Teachers’ Competence
through Dynamic Interactive
Workshop and Partnership
International Journal of Linguistics,
Language and Culture (IJLLC). Vol.
3, No. 1, January 2017
Moleong, Lexy. J. (2004). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Pandjaitan, Mutiara O. (2003). Penilaian
Berbasis Kelas dengan Portfolio. A
Seminar paper presented at Indonesia
University of Education 2003
Sri Widiastuti, I.A.Md.( 2016). EFL
Teachers’ Beliefs and Practices of
Formative Assessment to
Promote Active Learning. The
ASIAN EFL Journal. Volume 3.
Sri Widiastuti, I.A.Md. (2017). Teachers’
Understanding of Formative Assessment.
Jurnal
Bahasa dan Seni. Vol 45, No 1 Juni
2017.
Yalden, Janice. (1987). Principles of Course
Design for Language Teaching.
Cambridge: Camridge University
Press.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
150
PENGARUH KEADILAN PROSEDURAL, BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN
KERJA TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
Ni Putu Ayu Sintya Saraswati
Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati, Bali, Indonesia
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keadilan prosedural, budaya
organisasi dan kepuasan kerja terhadap OCB pada PT. Ciomas Adisatwa yang beralamat di JL
Raya Kaba Kaba, Dauh Yeh, Kediri, Tabanan. Populasi dalam penelitian adalah seluruh
karyawan PT. Ciomas Adisatwa. Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai tetap yang
berjumlah 34 orang. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukan bahwa keadilan prosedural berpengaruh positif dan signifikan terhadap
OCB, budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB dan kepuasan kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB.
Kata kunci: keadilan prosedural, kepuasan kerja, organizational citizenship behavior
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of prosedural, organizational culture and job
satisfaction on OCB in PT. Ciomas Adisatwa is located at JL Raya Kaba Kaba, Dauh Yeh,
Kediri, Tabanan. Population in research is all employees of PT. Ciomas Adisatwa. The sample
in this research is permanent employee which amount to 34 people. Data analysis technique used
multiple linear regression analysis. The results show that prosedural justice has a positive and
significant effect on OCB, organizational culture has a positive and significant impact on OCB
and job satisfaction has a positive and significant effect on OCB.
Keywords: prosedural justice, organizational culture, job satisfaction, organizational
citizenship behavior
PENDAHULUAN
Keberhasilan perusahaan dalam
menjalankan akitivitas operasionalnya tidak
luput dari peran sumber daya manusia yang
dimiliki. Maka dari itu, setiap perusahaan
dituntut agar mampu mengelola sumber
daya manusianya dengan baik. Simamora
(2004:4) menyatakan bahwa aset organisasi
paling penting yang harus dimiliki oleh
perusahaan dan sangat diperhatikan oleh
manajemen adalah aset manusia dari
organisasi tersebut, dikarenakan sumber
daya manusia adalah unsur terpenting dalam
menjalankan fungsi dan tugas dalam
perusahaan. Sumber daya manusia yang
sangat diharapkan oleh setiap perusahaan
adalah karyawan yang menampilkan
perilaku terbaik dan melakukan tugas
melebihi dari apa yang dipersyaratkan dalam
pekerjaannya. Dengan kata lain, karyawan
tersebut menampilkan perilaku extra-role,
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
151
yang disebut sebagai organizational
citizenship behavior (OCB).
Secara umum, OCB mengacu pada
perilaku yang bukan merupakan bagian dari
job description karyawan secara formal
misalnya: membantu rekan kerja dan sopan
kepada orang lain (Jex, 2002). Bogler dan
Somech (2005) mengatakan bahwa
organizational citizenship behavior adalah
perilaku sekehendak hati yang diarahkan
oleh individu atau organisasi secara
keseluruhan. Banyak faktor yang dapat
membentuk OCB salah satunya adalah
kepuasan kerja. Robin dan Judge (2007)
menyatakan kepuasan kerja karyawan
merupakan determinan penting yang
mendorong seseorang memperlihatkan
perilaku OCB. Kepuasan kerja sebagai
seperangkat perasaan pegawai tentang
menyenangkan atau tidaknya pekerjaan
mereka. Kepuasan kerja sendiri
menunjukan kesesuaian antara harapan
seseorang yang timbul dan imbalan yang
disediakan (Davis dan Newstrom,
1994:105). Secara logis dapat diartikan
bahwa karyawan yang puas berkemungkinan
lebih besar untuk berbicara secara positif
tentang organisasi, membantu rekan kerja
dan membuat kinerja mereka melampaui
dari apa yang menjadi standar organisasi
sehingga membawa implikasi pada
terbentuknya OCB. Penelitian tentang
pengaruh kepuasan kerja terhadap OCB
dilaksanakan oleh Dewi dan Suwandana
(2016) menemukan bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara
kepuasan kerja dengan OCB. Hasil ini
memiliki arti jika semakin tinggi tingkat
kepuasan kerja yang dirasakan oleh
karyawan seperti beban kerja, gaji, promosi,
pengawasan serta hubungan dengan rekan
kerja maka OCB akan meningkat. Sejalan
dengan temuan diatas, penelitian Nadiri dan
Tanova (2010) menemukan bahwa OCB
secara signifikan dijelaskan oleh kepuasan
kerja karyawan. Manajer yang berprestasi
mengasumsikan bahwa cara untuk
meningkatkan OCB adalah melalui
peningkatan kepuasan kerja yang biasanya
dikaitkan dengan kenaikan gaji atau
perbaikan kondisi kerja. Berlawanan dengan
temuan diatas, penelitian Gunawan dan
Masruroh (2013) memperoleh hasil
pengujian regresi nilai sig adalah lebih besar
dari 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%
yang menunjukkan bahwa variabel kepuasan
kerja tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel OCB di Ramayana
Department Store Pasar Kopro. Ackfeldt dan
Coote (2000) juga menemukan bahwa tidak
ada hubungan antara kepuasan kerja dan
OCB pada karyawan.
Selain kepuasan kerja, menurut
Ongan (1998 dalam Trisia, 2014) OCB
dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah budaya organisasi. Rivai
(2004:431) mengungkapkan budaya
organisasi ialah bagaimana organisasi
belajar berhubungan dengan lingkungan
yang merupakan penggabungan dari asumsi,
perilaku, cerita, mitos ide, metafora, dan ide
lain untuk menentukan apa arti bekerja
dalam suatu organisasi. Fattah (2014:35)
mengatakan budaya organisasi
(organizational culture) merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari lingkungan
internal organisasi karena keragaman
budaya yang ada dalam suatu organisasi
sama jumlahnya dengan individu yang ada
didalam organisasi. Budaya organisasi
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
152
merupakan sesuatu kekuatan yang tak dapat
terlihat tetapi dapat mempengaruhi pikiran,
perasaan dan tindakan orang-orang yang
bekerja dalam suatu organisasi. Budaya
organisasi sebagai kondisi awal yang dapat
memicu terjadinya OCB pada karyawan
sehingga budaya organisasi dapat berperan
besar dalam mempengaruhi terciptanya
OCB yang baik pada setiap individu.
Penelitian Trisia (2014) menemukan bahwa
budaya organisasi memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap organizational
citizenship behavior.
Selain kepuasan kerja dan budaya
organisasi, Bakhsi (2009) menyatakan
bahwa persepsi dari seorang karyawan
mengenai keadilan organisasi sangatlah
mempengaruhi sikap dan perilaku mereka
dalam bekerja. Keadilan organisasi
digambarkan sebagai persepsi karyawan
tentang bagaimana sebuah organisasi
memperlakukan mereka dengan adil
(Campbell dan Finch, 2004 dikutip dalam
Nkrumah dan Atinga,2012:190). Salah satu
dimensi keadilan organisasional adalah
keadilan prosedural. Keadilan prosedural
adalah keadilan organisasi yang
berhubungan dengan prosedur pengambilan
keputusan oleh organisasi yang ditujukan
kepada anggotanya (Alotaibi, 2001).
Persepsi keadilan prosedural adalah penting
dan memberikan efek yang signifikan
terhadap OCB. Penelitian Iqbal, dkk (2012)
menemukan bahwa keadilan prosedural
memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap OCB. Sejalan dengan temuan
tersebut, Sani (2013) menemukan bahwa
keadilan prosedural berpengaruh positif dan
signifikan terhadap OCB. Semakin baik
keadilan prosedural, semakin tinggi perilaku
OCB karyawan. Berbeda dengan temuan
diatas, penelitian Puspitasari (2003)
menemukan bahwa keadilan prosedural
berpengaruh negative terhadap
organizational citizenship behavior. Hal ini
menunjukan bahwa meskipun keadilan
prosedural yang diterima oleh para guru
dapat dikatakan tinggi, akan tetapi hal itu
tidak dapat mempengaruhi organizational
citizenship behavior, ini bisa terjadi karena
keadilan prosedural bukan faktor utama
yang memainkan peran untuk meningkatkan
organizational citizenship behavior, banyak
terdapat faktor lain yang lebih besar
pengaruhnya untuk meningkatkan
organizational citizenship behavior.
Mendukung pernyataan tersebut, penelitian
Martinez, Peiro, Ramos & Moliner (2006
dalam Haque, ddk 2015) menemukan bahwa
keadilan distributif memiliki dampak yang
lebih kuat pada kepuasan pelanggan dari
pada keadilan prosedural dan interaksional.
Penelitian ini dilakukan pada PT.
Ciomas Adisatwa yang terletak di JL. Raya
Kaba Kaba, Dauh Yeh, Kediri. PT. Ciomas
Adisatwa adalah perusahaan terintegrasi
yang bergerak di bidang commercial farm
dan RPA di bawah naungan PT. Japfa
Comfeed Indonesia Tbk. Perusahaan
berkembang menjadi perusahaan penjual
makanan, seperti sosis, siomay, sate dan
lainnya yang berbahan baku hewan ternak.
Saat ini PT Ciomas Adisatwa memiliki lebih
dari 12 region yang membawahi hampir 60
unit kerja yang tersebar di wilayah
Indonesia. Agar dapat bersaing didunia
bisnis, maka PT Ciomas Dewata perlu
memperhatikan fasilitas serta kenyamanan
kerja karyawan sehingga karyawan mampu
menampilkan perilaku terbaik dan mau
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
153
melakukan tugas melebihi dari apa yang
dipersyaratkan dalam pekerjaannya.
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, maka dapat dibuat suatu
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah keadilan prosedural
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap organizational citizenship
behavior (OCB)?
2. Apakah budaya organisasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
organizational citizenship behavior
(OCB)?
3. Apakah kepuasan kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
organizational citizenship behavior
(OCB)?
TINJAUAN PUSTAKA
Keadilan Prosedural
Keadilan organisasi digambarkan
sebagai persepsi karyawan tentang
bagaimana sebuah organisasi
memperlakukan mereka dengan adil
(Campbell dan Finch, 2004 dikutip dalam
Nkrumah and Roger Ayimbillah Atinga,
2012). Salah satu komponen dari keadilan
organisasi adalah prosedural justice atau
keadilan prosedural berkaitan dengan
persepsi keadilan dari prosedur yang
digunakan dan proses untuk sampai pada
sebuah keputusan. Menurut Konovsky
dalam Beugre (2007) persepsi keadilan
prosedural didasarkan pada pandangan
karyawan terhadap kewajaran proses
penghargaan dan keputusan hukuman yang
dibuat organisasi yang sifatnya penting
seperti keharusan membayar
imbalan/insentif, evaluasi, promosi dan
tindakan disipliner. Persepsi yang baik
mengenai keadilan prosedural akan
menghasilkan keluaran organisasi yang lebih
baik seperti peningkatan komitmen
organisasi, keinginan tetap tinggal dalam
organisasi dan peningkatan kinerja.
Leventhal (1980) dalam Bhakshi, dkk
(2009) mengungkapkan prosedur yang
dikatakan adil memiliki enam kriteria yaitu
sebagai berikut:
1. Diterapkan secara konsisten kepada
semua orang dan sepanjang waktu.
2. Bebas dari bias (misalnya, memastikan
bahwa pihak ketiga tidak memiliki
kepentingan dalam penyelesaian
tertentu).
3. Memastikan bahwa informasi yang
akurat telah dikumpulkan dan
digunakan dalam pengambilan
keputusan.
4. Memiliki beberapa mekanisme untuk
mengoreksi keputusan cacat atau tidak
akurat.
5. Sesuai dengan standar pribadi atau
berlaku sesuai etika atau moralitas.
6. Memastikan bahwa pendapat dari
berbagai kelompok yang mempengaruhi
keputusan telah diperhitungkan.
Contoh: adanya sistem penilain kinerja
yang transaparan, adanya penilaian
kinerja yang tidak bias, dan adanya
check and balance dalam penilaian
kinerja.
Budaya Organisasi
Budaya organisasi memiliki peran
penting dalam menentukan pertumbuhan
organisasi. Menurut Robbins dan Judge
(2007), seperti dikutip pada Sunyoto dan
Buhanudin, 2015:148) budaya organisasi
sebagai sebuah sistem makna bersama yang
dianut oleh para anggota organisasi yang
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
154
membedakan organisasi tersebut dengan
organisasi lain. Sistem makna bersama ini
merupakan sekumpulan karakteristik kunci
yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Robbins (2004) mengemukakan bahwa
budaya organisasi memiliki tujuh dimensi.
Adapun ketujuh dimensi tersebut yaitu:
1. Inovasi dan pengambilan resiko, artinya
sejauh mana para warganya didorong
untuk inovatif dan berani mengambil
resiko.
2. Perhatian kepada rincian (detail),
artinya sejauh mana para warganya
diharapkan memperhatikan kecermatan,
analisis dan perhatian pada rincian.
3. Orientasi kepada hasil, sejauh mana
manajemen memfokuskan pada hasil,
bukan pada teknik dan proses yang
digunakan untuk mencapai hasil itu.
4. Orientasi orang, sejauh mana keputusan
manajemen memperhitungkan efek
keberhasilan orang-orang didalam
organisasi.
5. Orientasi tim, sejauh mana kegiatan
kerja diorganisasikan kepada tim
bukannya individu-individu.
6. Keagresifan sejauh mana orang-orang
itu agresif (kreatif) dan kompetitif dan
bukannya santai-santai.
7. Stability atau kemantapan, artinya
sejauh mana kegiatan organisasi
menekankan dipertahankannya status
quo (stabilitas kerja) dari pada
pertumbuhan.
Kepuasan Kerja
Handoko (2014:193) berpendapat
bahwa kepuasan kerja (job satisfaction)
adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan
dengan mana para karyawan memandang
pekerjaan mereka. Kepuasan kerja
mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaanya. Senada dengan pendapat
diatas, Wibowo (2013:141) mengemukakan
bahwa kepuasan kerja merupakan tingkat
perasaan senang seseorang sebagai penilaian
positif terhadap pekerjaannya dan
lingkungan tempat pekerjaanya. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
dan sekaligus dipakai untuk mengukur
kepuasan kerja menurut Badeni (2013:44)
adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan itu sendiri yaitu isi pekerjaan
yang dilakukan seseorang yang
mungkin terdapat kesesuaian dengan
kemampuan, minat, dan lain-lain.
2. Gaji yaitu jumlah bayaran yang didapat
seseorang sebagai akibat dari
pelaksanaan kerja.
3. Rekan kerja yaitu teman-teman kepada
siapa seseorang senantiasa berinteraksi
didalam pelaksanaan pekerjaanya.
4. Atasan yaitu atasan seseorang yang
senantiasa memberi perintah atau
petunjuk dalam pelaksanaan kerja.
5. Promosi yaitu kemungkinan seseorang
dapat berkembang melalui kenaikan
jabatan.
6. Lingkungan kerja yaitu kenyamanan
tempat kerja dan ketersediaan berbagai
sasaran yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pekerjaan.
Organizational Citizenship Behavior
(OCB)
Menurut Organ (1988), OCB
sebagai perilaku individu yang bersifat
bebas (discretionary), yang tidak secara
langsung atau eksplisit mendapat
penghargaan dari sistem imbalan formal,
dan yang secara keseluruhan mendorong
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
155
keefektifan fungsi-fungsi organisasi.
Adapun lima komponen primer dari OCB
yaitu:
1. Altruism yaitu perilaku membantu
karyawan lain tanpa ada paksaan pada
tugas-tugas yang berkaitan erat dengan
operasi-operasi organisasional.
2. Civic virtue yaitu perilaku yang
mengindikasikan karyawan ikut
bertanggungjawab, berpartisipasi dan
memperhatikan kehidupan organisasi,
diwujudkan dengan tindakan individu
dalam memberikan saran yang
membangun tentang bagaimana
memperbaiki efektivitas kinerja tim,
termasuk kehadiran secara aktif untuk
berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan
yang diadakan organisasi. Perilaku civic
virtue ini menunjukkan partisipasi
sukarela dan dukungan terhadap fungsi-
fungsi organisasi baik secara
professional maupun social alamiah.
3. Concientiousness yaitu perilaku yang
memenuhi atau melebihi syarat minimal
peran yang dikehendaki oleh organisasi,
diwujudkan dengan datang tepat atau di
awal waktu, tidak menghabiskan waktu
untuk melakukan hal-hal yang tidak
perlu dan bekerja dengan ketelitian
tinggi.
4. Courtesy yaitu perilaku yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya masalah
kerja dengan rekan sekerja atau dalam
organisasi, diwujudkan dengan sikap
karyawan yang mempertimbangkan
nasehat atau pertimbangan dari
karyawan lain maupun atasan sebelum
bertindak atau mengambil keputusan
serta pemberian informasi-informasi
penting yang dimilikinya dalam rangka
penyelesaian masalah. Berisi tentang
kinerja dari prasyarat peran yang
melebihi standar minimum.
5. Sportmanship yaitu sikap/perilaku yang
lebih memandang organisasi kearah
yang positif dari pada ke negatif,
diwujudkan dengan tidak mengeluh
terhadap kondisi-kondisi sementara
yang kurang ideal tanpa melakukan
pengaduan yang dapat menjatuhkan
organisasi di mata masyarakat.
HIPOTESIS PENELITIAN
1. Hubungan Keadilan Prosedural
terhadap Organizational Citizenship
Behavior (OCB)
Hasil temuan Heveanthantra dan
Rosyid (2014) mengungkapkan bahwa
persepsi keadilan prosedural mempunyai
hubungan positif dengan organizational
citizenship behavior (OCB). Semakin
positif persepsi keadilan prosedural maka
OCB pegawai semakin tinggi, sebaliknya
semakin negative persepsi keadilan
prosedural maka tingkat OCB pegawai
akan semakin rendah. Mendukung hasil
temuan tersebut, penelitian Mathur dan
Padmakumari (2013) mengungkapkan
bahwa keadilan prosedural mempengaruhi
OCB. Hasilnya menunjukkan bahwa jika
karyawan merasa bahwa ada konsistensi
dan objektivitas saat peraturan dan
prosedur diterapkan, hal itu akan mengarah
pada tampilan yang ditandai dalam
perilaku extra-role. Dalam penelitian
Alotabi (2001) keadilan prosedural
memiliki hubungan yang signifikan kuat
dengan OCB, dimana karyawan yang
merasa diperlakukan adil dalam pekerjaan
akan meningkatkan prilaku OCB
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
156
sedangkan karyawan yang merasa adanya
ketidakadilan ditempat kerja akan
mengurangi prilaku OCB. Semakin tinggi
keadilan prosedural maka semakin tinggi
juga OCB, sebaliknya semakin rendah
keadilan prosedural maka semakin rendah
OCB. Ketika karyawan puas dengan
kesetaraan prosedur, maka mereka
mungkin lebih membalas dengan ikut
terlibat dalam prilaku organisasi.
Berdasarkan atas hasil penelitian
diatas, maka dirumuskan hipotesis 1
sebagai berikut:
H1: keadilan prosedural berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
organizational citizenship behavior
(OCB).
2. Hubungan Budaya Organisasi
terhadap Organizational Citizenship
Behavior (OCB)
Menurut Rivai dan Mulyadi
(2012:257) budaya organisasi adalah apa
yang karyawan rasakan dan bagaimana
persepsi ini menciptakan suatu pola
teladan kepercayaan, nilai-nilai dan
harapan. Hasil penelitian Aryani dkk
(2016) menunjukkan tanda positif yang
berarti bahwa dengan peningkatan budaya
organisasi akan meningkatkan OCB
karyawan. Penelitian yang dilaksanakan
Mohanty (2012) menemukan bahwa setiap
variabel dalam budaya organisasi akan
berdampak positif terhadap OCB, di semua
organisasi dan juga individu organisasi.
Penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilaksanakan Harwiki
(2015) yang menemukan bahwa budaya
organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap OCB.
Berdasarkan atas hasil penelitian
diatas, maka dirumuskan hipotesis 2
sebagai berikut:
H2: budaya organisasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
organizational citizenship behavior (OCB)
3. Hubungan Kepuasan Kerja terhadap
Organizational Citizenship Behavior
(OCB)
Hasil penelitian Prameswari dan
Suwandana (2017) menemukan bahwa
kepuasan kerja berpengaruh positif
signifikan terhadap organizational
citizenship behavior pada Suriwathi Beach
Hotel Legian Kuta - Bali. Sejalan dengan
penelitian tersebut, penelitian Rahmi
(2017) membuktikan bahwa kepuasan
kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap OCB. Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa para guru yang
mendapatkan kepuasan kerja, akan
memunculkan kerelaan mereka dalam
melakukan pekerjaan-pekerjaan di luar
deskripsi pekerjaannya. Peningkatan nilai
OCB para guru dapat dilakukan dengan
cara meningkatkan kepuasan kerja mereka.
Mendukung temuan tersebut, penelitian
Iqbal, dkk (2012) menemukan bahwa
keadilan prosedural memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap OCB. Wagner
dan Rush (2000) menemukan bahwa
kepuasan kerja, kepuasan gaji berpengaruh
positif pada OCB pegawai yang berusia
dibawah 35 tahun. Foote dan Tang (2008),
melakukan penelitian pada kepuasan kerja
dan OCB yang dimoderasi oleh komitmen
tim. Penelitian ini menemukan bahwa
kepuasan kerja dengan OCB berpengaruh
signifikan.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
157
Berdasarkan atas hasil penelitian
diatas, maka dirumuskan hipotesis 3
sebagai berikut:
H3: kepuasan kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap organizational
citizenship behavior (OCB)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan dari dua
variabel atau lebih (Sugiyono, 2013). Lokasi
penelitian pada PT. Ciomas Adisatwa yang
terletak di JL. Raya Kaba Kaba, Dauh Yeh,
Kediri, Tabanan. Objek dari penelitian
adalah keadilan prosedural, budaya
organisasi dan kepuasan kerja terhadap
organizational citizenship behavior (OCB).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
keadilan prosedural (X1), budaya organisasi
(X2) dan kepuasan kerja (X3). Sedangkan
variabel terikat dalam penelitian ini adalah
organizational citizenship behavior (Y).
Populasi dalam penelitian adalah seluruh
karyawan PT. Ciomas Adisatwa. Teknik
pengambilan sampel adalah purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiono, 2013:122). Sampel dalam
penelitian ini adalah pegawai tetap yang
berjumlah 34 orang. Instrumen
pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner berskala likert.
Kuesioner disebar kepada responden yang
telah memenuhi kriteria. Teknik analisis
data menggunakan analisis regresi linier
berganda dengan bantuan program SPSS for
windows versi 22.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Model analisis linear berganda
digunakan untuk mencari koefisien regresi
yang akan mengetahui ketergantungan satu
variabel terikat dengan satu atau lebih
variabel bebas. Hasil analisis regresi linear
berganda dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std.
Error Beta
1 (Const
ant) -.841 1.579 -.533 .598
KP .277 .101 .311 2.734 .010
BO .283 .116 .279 2.439 .021
KK .534 .111 .555 4.828 .000
Berdasarkan tabel 1, diketahui
bahwa nilai koefisien regresi keadilan
prosedural (X1) sebesar 0,277 memiliki arti
keadilan prosedural berpengaruh positif
terhadap organizational citizenship
behavior, bila nilai keadilan prosedurral
(X1) naik maka nilai dari OCB (Y) akan
mengalami peningkatan. Nilai signifikansi
uji t sebesar 0,010< 0,05. Maka H0 ditolak.
Hasil ini mendukung hipotesis 1 yang
menyatakan bahwa keadilan prosedural
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
organizational citizenship behavior pada
PT. Ciomas Adisatwa. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa semakin tinggi keadilan
prosedural yang dirasakan karyawan, maka
semakin tinggi kerelaan karyawan bekerja
diluar deskripsi pekerjaannya. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian
Moorman, Blakely, dan Niehoff (1998,
seperti dikutip dalam Heveanthantra dan
Rosyid, 2014) yang menemukan bahwa
keadilan prosedural mempengaruhi OCB
karena pertimbangan keadilan
mempengaruhi tingkat seorang karyawan
mempercayai bahwa organisasi telah
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
158
menghargai dirinya. Perlakuan adil yang
diterima akan dipersepsikan secara positif
oleh pegawai dengan memberi keyakinan
bahwa organisasi telah peduli,
mempercayai, mendukung dan menghargai
keberadaan dirinya dalam organisasi
tersebut. Berangkat dari hal tersebut maka
terbentuklah pola pertukaran sosial antara
pegawai dengan organisasi, dimana
perlakuan adil yang dipersepsikan positif
tersebut akan menghasilkan perilaku timbal
balik berupa perilaku extra role disebut
sebagai OCB. Hasil penelitian ini sejalan
dengan temuan Padmakumari (2013) dan
Alotabi (2001) yang menemukan bahwa
keadilan prosedural memiliki hubungan
yang signifikan kuat dengan OCB, dimana
karyawan yang merasa diperlakukan adil
dalam pekerjaan akan meningkatkan prilaku
OCB sedangkan karyawan yang merasa
adanya ketidakadilan ditempat kerja akan
mengurangi prilaku OCB.
Nilai koefisien regresi budaya
organisasi (X2) sebesar 0,283 memiliki arti
budaya organisasi berpengaruh positif
terhadap organizational citizenship
behavior, bila nilai budaya organisasi (X2)
naik maka nilai dari OCB (Y) akan
mengalami peningkatan. Nilai signifikansi
uji t sebesar 0,021<0,05. Maka H0 ditolak.
Hasil ini mendukung hipotesis 2 yang
menyatakan bahwa budaya organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
organizational citizenship behavior pada
PT. Ciomas Adisatwa. Hasil penelitian ini
mengungkapkan bahwa semakin positif
karyawan dalam menilai budaya organisasi
dan semakin terlibat dalam organisasi,
maka akan meningkatkan kerelaan
karyawan bekerja diluar deskripsi
pekerjaannya. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aryani dkk (2016), Mohanty (2012) dan
Harwiki (2015) yang menemukan bahwa
budaya organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap OCB.
Nilai koefisien regresi kepuasan
kerja (X3) sebesar 0,534 memiliki arti
kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap
organizational citizenship behavior. Bila
nilai kepuasan kerja (X3) naik maka nilai
dari OCB (Y) akan mengalami peningkatan.
Nilai signifikansi uji t sebesar 0,00<0,05.
Maka H0 ditolak. Hasil ini mendukung
hipotesis 3 yang menyatakan bahwa
kepuasan kerja berpengaruh positif
signifikan terhadap organizational
citizenship behavior pada PT. Ciomas
Adisatwa. Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa karyawan yang
mendapatkan kepuasan kerja, akan rela
untuk melakukan pekerjaan diluar deskripsi
pekerjaan yang telah ditentukan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan temuan Foote
dan Tang (2008), Alotaibi (2001),
Prameswari dan Suwandana (2017), Iqbal
dkk (2012), Wagner dan Rush (2000) dan
Rahmi (2017).
Tabel 2.
Hasil Uji Koefisien Korelasi dan
Determinasi
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .793a .629 .592 1.48091
Tabel R-Square menunjukkan bahwa
seberapa besar variabel bebas (keadilan
prosedural, budaya organisasi dan kepuasan
kerja) mampu menjelaskan variabel
dependen (organizational citizenship
behavior). Nilai dari R-square 0,629 yang
berarti variabel independen yaitu keadilan
prosedural, budaya organisasi dan kepuasan
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
159
kerja mempengaruhi organizational
citizenship behavior secara global sebesar
62,9% sedangkan sisanya 100%-62,9%=
37,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor
lainnya yang tidak termasuk dalam
pengujian model. Sedangkan nilai R dapat
digunakan untuk mengukur seberapa kuat
hubungan antara kedua variabel (Ghozali,
2012). Nilai koefisien korelasi R = 0,793
dibandingkan dengan interpretasi menurut
Sugiyono (2007:149) sebagai berikut:
0,00 – 0,199 = sangat rendah
0,20 – 0,399 = rendah
0,40 – 0,599 = sedang
0,60 – 0,799 = kuat
0,80 – 1,000 = sangat kuat
Diketahui bahwa nilai R sebesar
0,793 berada di antara nilai 0,60 – 0,799
maka dapat dijelaskan hubungan antara
keadilan prosedural, budaya organisasi dan
kepuasan kerja terhadap organizational
citizenship behavior adalah kuat.
Tabel 3.
Hasil Uji F
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 111.499 3 37.166 16.947 .000b
Residual 65.793 30 2.193
Total 177.292 33
Berdasarkan Tabel 3 diketahui
bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000>α =
0,05 maka model regresi linear berganda
layak digunakan sebagai alat analisis untuk
menguji pengaruh variabel bebas (keadilan
prosedural, budaya organisasi dan kepuasan
kerja) terhadap variabel terikat
(organizational citizenship behavior).
KESIMPULAN
Berdasarkan permasalahan penelitian
serta hipotesis yang ada, maka diperoleh
hasil penelitian yang dapat membuktikan
dan menjawab masalah penelitian. Adapun
kesimpulan yang dapat ditarik yaitu sebagai
berikut:
1. Hasil pengujian hipotesis 1
membuktikan bahwa keadilan
prosedural berpengaruh positif dan
signifikan terhadap OCB. Hal ini
menunjukan bahwa semakin tinggi
keadilan prosedural maka semakin
tinggi tingkat OCB karyawan di PT.
Ciomas Aditsatwa. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah keadilan
prosedural yang dirasakan karyawan,
maka semakin rendah tingkat OCB
karyawan pada PT Ciomas Adisatwa.
2. Hasil pengujian hipotesis 2
membuktikan bahwa budaya organisasi
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap OCB. Hal ini menunjukan
bahwa semakin kuat budaya organisasi
maka semakin tinggi tingkat OCB
karyawan di PT. Ciomas Aditsatwa.
Begitu pula sebaliknya, semakin lemah
budaya organisasi yang dirasakan
karyawan, maka semakin rendah juga
tingkat OCB karyawan pada PT Ciomas
Adisatwa.
3. Hasil pengujian hipotesis 3
membuktikan bahwa kepuasan kerja
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap OCB. Hal ini menunjukan
bahwa semakin tinggi kepuasan kerja
karyawan maka semakin tinggi tingkat
OCB karyawan pada PT. Ciomas
Aditsatwa. Begitu pula sebaliknya,
semakin rendah kepuasan kerja yang
dirasakan karyawan, maka semakin
rendah tingkat OCB karyawan pada PT
Ciomas Adisatwa.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
160
SARAN
Dari kesimpulan hasil penelitian di
atas, ada beberapa saran dan masukan yang
dapat penulis ajukan baik untuk kepentingan
praktis PT. Ciomas Adisatwa khususnya
dalam peningkatan OCB serta untuk
kepentingan penelitian lebih lanjut yaitu:
1. Mengingat bahwa keadilan prosedural,
budaya organisasi dan kepuasan kerja
memiliki pengaruh terhadap OCB
karyawan PT. Ciomas Adisatwa, maka
sebaiknya pihak terkait terus
meningkatkan persepsi keadilan
prosedural seperti sistem penilain
kinerja yang transaparan. Selain itu,
perusahaan sebaiknya terus
meningkatkan dan mempertahankan
serta menciptakan budaya kerja yang
lebih baik dan lebih kondusif serta
meningkatkan kepuasan kerja pegawai
(gaji,promosi,lingkungan yang nyaman)
sehingga mampu meningkatkan OCB
karyawan guna mencapai tujuan
organisasi.
2. Untuk penelitian selanjutnya,
disarankan untuk mereplikasi penelitian
serupa dengan menambah beberapa
variabel yang diduga dapat
mempengaruhi OCB.
3. Penelitian selanjutnya dapat
memperluas orientasi penelitian pada
lingkup organisasi yang lebih besar atau
populasi yang lebih luas sehingga
temuan penelitian ini mungkin
memberikan perbedaan hasil penelitian
dari penelitian yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ackfeldt and Coote, (2000), An
Investigation Into The Antecedents
Of Organizational Citizenship
Behaviors ANZMAC 2000 Visionary
Marketing for the 21st Century.
Alotaibi, Adam, (2001), Antecedents Of
Organizational Citizenship
Behavior: A Study Of Public
Personnel In Kuwait, Public
Personnel Management.
Aryani, (2016), The Influence of
Organizational Culture, Work
Motivation and Working Climate on
the Performance of Nurses through
Job Satisfaction, Organizational
Commitment and Organizational
Citizenship Behavior in the Private
Hospitals in Jakarta, Indonesia
Bakhshi, Kumar dan Rani, (2009),
Organizational Justice Perceptions
As Predictor Of Job Satisfaction And
Organization Commitment.
International, Journal of Business
and Management, 4(9), 145–154.
Fahmi, Maptuhah, (2017), Pengaruh
Kepemimpinan Transformasional
Terhadap Organizational Citizenship
Behavior Dan Komitmen
Organisasional Dengan Mediasi
Kepuasan Kerja, Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana.
Fattah, Hussein, (2014), Perilaku Pemimpin
dan Kinerja Pegawai : Budaya
Organisasi, Efikasi Diri dan
Kepuasan Kerja, Elmatera,
Jogjakarta.
Foote and Tang, (2008), Job Satisfaction
And Organizational Citizenship
Behavior (OCB) Does Team
Commitment Make A Difference In
Self-Directed Teams? Management
Decision Vol. 46 No. 6, 2008 pp.
933-947.
Ghozali, Imam, (2012), Aplikasi Analisis
Multivariated dengan Program SPSS,
Semarang, BP UNDIP.
Handoko, Hani, (2014), Manajemen
Personalia dan Sumber Daya
Manusia, BPFE,Yogyakarta.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
161
Haque, dkk, (2015), Impact of
Organizational Justice on Employee
Job Satisfaction: An Empirical
Investigation, American Journal of
Business and Management Vol. 4,
No. 4, 2015,162-171.
Harwiki, (2015),The Impact of Servant
Leadership on Organization Culture,
Organization Comittment, OCB and
Employee Performance in Women
Cooperatives, Social and Behavioral
Science, Procedia.
Heveanthantra dan Rosyid, (2009),
Hubungan Antara Persepsi Keadilan
Prosedural Terhadap Penilaian
Kinerja Dengan Organizational
Citizenship Behavior, Jurnal Riset
Daerah Vol. XIII, No.3.
Iqbal, Umair Aziz dan Tasawar, (2012),
Impact of Organizational Justice on
Organizational Citizenship
Behavior: An Empirical Evidence
from Pakistan, World Applied
Sciences Journal,1348-1354.
Mathur dan Padmakumari, (2013),
Organizational Justice and
Organizational Citizenship Behavior
among Store Executives, Department
of Psychology,Christ University
Bangalore, 3(4): 124-149.
Mohanty, (2012), Influence Of
Organizational Culture On
Organizational Citizenship
Behavior: A Three-Sector Study,
Institute of Management
Technology, Nagpur.
Nadiri danTanova, (2010), An Investigation
Of The Role Of Justice In Turnover
Intentions, Job Satisfaction, And
Organizational Citizenship Behavior
In Hospitality Industry, International
Journal of Hospitality Management,
Elsevier.
Nkrumah dan Atinga, (2012), Exploring the
link between organisational justice
and job satisfaction and performance
in Ghanaian hospital. Do
demographic factors play a
mediating role?, University of Ghana
Business School, Legon, Ghana.
Organ, D.W, (1988), Organizational
Citizenship Behavior: The Good
Soldier Syndrome. Lexington, MA:
Lexington Books.
Puspitasari, (2003), Analisis Pengaruh
Keadilan Distributif, Keadilan
Prosedural, dan Kepuasan Kerja
Terhadap OCB, Rego, Armenio.
Rivai, Vethrizal dan Mulyadi, (2012),
Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi, Edisi Ketiga, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Rivai, Vetrizal, (2004), Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi, Edisi Kedua, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Robbins, Stephen dan Coulter, Mary (2004),
Manajemen, Edisi ke Tujuh, PT.
Indeks Group Media, Jakarta.
Sani, Ahmad, (2013), Role of Prosedural
Justice, Organizational Commitment
and Job Satisfaction on job
Performance: The Mediating Effects
of Organizational Citizenship
Behavior, International Journal of
Business and Management; Vol. 8,
No. 15; 2013.
Sunyoto, Danang dan Burhanudin, (2015),
Teori Perilaku Keorganisasian :
Intervensi Pengembangan
Organisasi, PT. Buku Seru, Jakarta
Wagner and Rush, (2000), Altruistic
organizational citizenship behavior:
Context, disposition, The Journal of
Social Psychology.
Wibowo, (2013), Perilaku dalam Organisasi,
PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
162
UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA
GARMEN SUBHAN DAN SABLON BUDI
Ni Nyoman Ayu Suryandari 1), Siluh Putu Natha Primadewi 2), Ni Luh Gde
Novitasari3)
1) Iptek bagi Masyarakat, 1,3) Fakultas Ekonomi, 2) Fakultas Teknik
(email: [email protected])
ABSTRAK
Seiring dengan bangkitnya pariwisata Bali dari peristiwa bom Bali yang tidak bisa
dipungkiri mempengaruhi pasar ekspor pakaian jadi di Bali, usaha garmen kini mulai bangkit
kembali. Produk yang dihasilkan oleh pengusaha garmen kini juga semakin bervariasi dan
kreatif. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya jumlah pengusaha garmen baik yang
skala multi nasional, internasional, maupun yang rumahan. Umumnya kini yang terjadi
adalah pengusaha garmen internasional dan nasional menyerahkan proses penjahitan dan
pewarnaan kepada pengusaha yang lebih kecil (rumahan) untuk mendapatkan harga yang
lebih murah dan biaya produksi bisa ditekan oleh pengusaha besar. Mitra dalam program ini
berjumlah dua yaitu IRT Subhan dan IRT Prihatin Budi Utomo. Usaha garmen Subhan dan
usaha sablon Budi merupakan salah satu dari sekian banyak pengusaha kecil (rumahan) yang
menjadi mitra usaha dari pengusaha garmen multi nasional dan internasional yang ada di
Denpasar. Program ini menarik untuk dilaksanakan karena kedua mitra berpotensi untuk
berkembang namun usaha tersebut masih bersifat home industry yang masih menggunakan
mesin dengan jumlah yang terbatas dan pemrosesan yang manual. Hasil yang telah dicapai
dalam program ini menyangkut tiga aspek yaitu aspek produksi dan aspek manajemen. Aspek
produksi diantaranya adalah pengadaan mesin pleret, mesin press, meja sablon, dan penataan
ruang produksi. Dari aspek manajemen dilakukan penyuluhan dan pendampingan cara
pembukuan sederhana. Hasil yang telah dicapai lainnya adalah berupa bahan ajar. Target
dalam program ini adalah publikasi ilmiah pada jurnal, peningkatan kuantitas dan kualitas
produk dengan penambahan mesin pleret, mesin press dan meja sablon, peningkatan
pemahaman mengenai pembukuan sederhana, dan peningkatan omzet pada mitra dengan
pengadaan mesin baru.
Kata kunci : Garmen, Sablon, Home Industry, Pengadaan Peralatan, Pembukuan, Pemasaran
ABSTRACT
Along with the rise of Bali tourism from the Bali bombings that can not be denied affecting
the export market of apparel in Bali, garment business is now starting to rise again. The
products produced by garment entrepreneurs are also increasingly varied and creative. This
is evidenced by the increasing number of garment entrepreneurs both multi-national scale,
international, and home-based. Generally, nowadays, international and national garment
entrepreneurs are handing out the process of sewing and coloring to smaller (home)
entrepreneurs to get cheaper prices and the cost of production can be suppressed by large
entrepreneurs. Partners in this program are two IRT Subhan and IRT Concerned Budi
Utomo. Subhan garment business and screen printing business Budi is one of the many small
entrepreneurs (home) who became business partners of multi-national and international
garment entrepreneurs in Denpasar. This program is interesting to implement because both
partners have the potential to grow but the business is still home industry that still use the
machine with limited amount and manual processing. The results that have been achieved in
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
163
this program involves three aspects namely aspects of production and management aspects.
Aspects of production include the procurement of pleret machines, press machines, screen
printing tables, and the arrangement of production space. From the aspect of management is
done counseling and guidance of simple way bookkeeping. The other result has been
achieved in the form of teaching materials. The targets in this program are scientific
publications on journals, increasing quantity and quality of products with the addition of
plating machines, press machines and screen printing desks, improving understanding of
simple bookkeeping, and increasing turnover on partners with new engine procurement.
Keywords: Garments, Screen Printing, Home Industry, Procurement Equipment,
Bookkeeping, Marketing
PENDAHULUAN
Garmen merupakan usaha
memproduksi pakaian jadi. Yang disebut
dengan pakaian jadi adalah pakaian-
pakaian yang berasal dari tekstil (kain)
untuk dipakai oleh orang dewasa, anak-
anak, dan bayi. Bahan tekstil berupa kain,
kain tenun, dan kain rajutan dan
produknya antara lain berupa kemeja, blus,
rok, kaos, pakaian dalam. Usaha pakaian
jadi adalah salah satu usaha yang menjadi
unggulan di Bali sejak tahun 1970-an.
Menjelang tahun 2000-an usaha pakaian
masih menjadi usaha yang mampu
bertahan dari gelombang krisis moneter di
tahun 1998, meski banyak juga usaha
pakaian jadi multi nasional dan
internasional yang tutup. Seiring dengan
bangkitnya pariwisata Bali dari peristiwa
bom Bali yang tidak bisa dipungkiri
mempengaruhi pasar ekspor pakaian jadi
di Bali, usaha garmen kini mulai bangkit
kembali. Produk yang dihasilkan oleh
pengusaha garmen kini juga semakin
bervariasi dan kreatif, antara lain tas kain,
sarung bantal, sprei, dan topi. Hal tersebut
dibuktikan dengan meningkatnya jumlah
pengusaha garmen baik yang skala multi
nasional, internasional, maupun yang
rumahan. Umumnya kini yang terjadi
adalah pengusaha garmen internasional
dan nasional menyerahkan proses
penjahitan dan pewarnaan kepada
pengusaha yang lebih kecil (rumahan)
untuk mendapatkan harga yang lebih
murah dan biaya produksi bisa ditekan
oleh pengusaha besar. Pengusaha garmen
internasional dan nasional kebanyakan
hanya menangani design bahan sebelum
diserahkan kepada pengusaha kecil
(rumahan) dan quality control process
setelah produk selesai dijahit dan diwarna,
selanjutnya pengusaha besar akan
memberikan label dan terakhir product
packing.
Usaha garmen Subhan dan usaha
sablon Budi merupakan salah satu dari
sekian banyak pengusaha kecil (rumahan)
yang menjadi mitra usaha dari pengusaha
garmen multi nasional dan internasional
yang ada di Denpasar. Subhan
menjalankan usaha garmen sejak tahun
2008, semenjak memutuskan untuk
berhenti dari pekerjaan sebagai buruh jahit
di tailor. Sejak dari awal menjalankan
usaha garmen ini Subhan turut dibantu
oleh istrinya yang juga memiliki keahlian
menjahit. Istri Subhan merupakan mantan
karyawan dari perusahaan eksport besar
PT Djin International. Usaha garmen milik
subhan dimulai dari modal usaha dari awal
sampai saat ini adalah Rp 20.000.000,-.
Kini omzet yang didapatkan oleh usaha
garmen Subhan dapat dirata-ratakan
sekitar Rp 3.000.000,- sampai dengan Rp
7.000.000,- per bulan. Usaha garmen milik
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
164
Subhan yang berlokasi di rumahnya yang
beralamat di daerah Padang Sambian, kota
Denpasar. Produk dari usaha garmen
Subhan adalah pakaian, tas, sarung bantal
dan lain-lain yang sesuai dengan pesanan.
Subhan menerima pesanan jahitan dari
beberapa mitra, seperti perusahaan yang
sudah memiliki merk dagang 69 Slam dan
pengusaha eksport yakni PT Djin
International. PT Djin International
merupakan salah satu pengusaha eksport di
Denpasar yang melakukan sub pekerjaan
penjahitan kepada usaha garmen Subhan
dan sub pekerjaan pewarnaan kepada
usaha sablon Budi. Produk PT Djin
International yang telah selesai proses
penjahitan oleh usaha garmen Subhan,
selanjutnya akan diteruskan kepada usaha
sablon Budi untuk dilakukan proses
pewarnaan.
Budi memulai usaha sablonnya
sejak tahun 2013, sama halnya dengan
Subhan yang juga memulai usahanya
semenjak memutuskan berhenti dari
pekerjaan di suatu perusahaan garmen
yang besar. Jadi dapat dikatakan Budi dan
Subhan sudah memiliki pengalaman dan
keahlian di bidang garmen sebelum
mereka menjalankan usaha sendiri. Usaha
sablon Budi berlokasi di daerah yang
sama, yakni Padang Sambian, Kota
Denpasar yang Budi dan istrinya sewa
perbulan seharga Rp 500.000,-. Modal
awal yang dikeluarkan oleh Budi untuk
memulai usahanya adalah sebesar Rp
5.000.000,- Kini omzet yang didapatkan
usaha sablon Budi adalah sebesar Rp
3.000.000,- sampai dengan Rp 4.000.000,-
dengan order rata-rata 500 buah. Produk
sablon Budi kebanyakan dicetak di atas
pakaian dan tas, serta sesuai pesanan. PT
Djin International merupakan pelanggan
utama usaha sablon Budi, pelanggan
lainnya adalah Distro dan Clothing Indie
lokal Bali.
Berkaitan dengan proses produksi
dan manajemen dari mitra usaha garmen
dan sablon, maka dapat diuraikan kondisi
existing mitra usaha garmen Subhan dan
sablon Budi, sebagai berikut:
1. Usaha garmen Subhan memproduksi
barang jadi berupa pakaian, tas, sarung
bantal, sprei, dan lain-lain. Kain
sebagai bahan baku utama didapatkan
Subhan dari PT Djin International, 69
Slam, dan pelanggan lainnya. Namun
terkadang Subhan yang harus
menyediakan bahan baku tersebut,
namun hal tersebut akan lebih beresiko
akibat kekurangsesuaian bahan baku
dengan keinginan pelanggan
(kesalahan pembelian). Bahan lainnya
yang dibeli oleh Subhan adalah
benang, kancing, dan resleting. Namun
terkadang untuk kancing dan resleting
juga disuplai langsung oleh pelanggan
berdasarkan desain tertentu yang
sudah berisi label merk dagang.
Peralatan yang digunakan oleh Subhan
untuk memproduksi barang jadi
tersebut antara lain: mesin jahit (2
buah), mesin obras (2 buah), mesin
over deck (1 buah), meja potong (1
buah), mesin potong (1 buah). Usaha
sablon Budi memproduksi cetakan
warna pada barang jadi berupa baju,
celana, jaket, dan tas. Tinta sebagai
bahan baku utama didapatkan Budi
dari membeli di toko peralatan sablon
di sekitar Denpasar, biasanya Budi
membeli tinta sesuai dengan
kebutuhan produksinya saja, jadi Budi
tidak menyimpan stok tinta yang
terlalu banyak untuk menghindari
pembekuan. Peralatan yang digunakan
untuk produksi antara lain: screen,
rakel, meja sablon, dan hair dryer.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
165
Screen merupakan wadah dimana
suatu gambar dicetak, berupa kain
yang diberi rangka kayu atau
aluminium di sisi luarnya. Sedangkan
rakel merupakan alat yang digunakan
untuk menggosokan tinta ke kain
sehingga menghasilkan gambar yang
diinginkan (sesuai screen). Adapun
alat pengering yang digunakan oleh
Budi masih tergolong sederhana yakni
hair dryer yang umumnya berfungsi
untuk mengeringkan rambut basah.
Sebagian besar peralatan yang
digunakan Budi masih menggunakan
teknik sablon tradisional. Hal tersebut
dikarenakan usaha sablon Budi belum
menggunakan mesin modern seperti :
meja sablon dan mesin press. Meja
sablon berfungsi untuk tempat sablon,
dan mesin press yang berfungsi untuk
mempercepat proses pengeringan tinta
sablon, tentunya akan mempersingkat
waktu produksi dan produk yang
dihasilkan lebih berkualitas daripada
peralatan tradisional yang Budi
gunakan selama ini. Teknik manual
dan peralatan tradisional yang
digunakan oleh Budi menyebabkan
waktu sablon lebih lama karena posisi
screen dapat berubah terutama sablon
yang dilakukan lebih dari satu kali,
sehingga produk yang dihasilkan
kurang berkualitas. Teknik pewarnaan
tradisional yang dilakukan Budi juga
menyebabkan adanya repeat order
sablon tidak dapat menghasilkan
warna yang sama pada produk sablon
awal dan produk sablon berikutnya.
2. Beberapa hasil produksi usaha garmen
Subhan, antara lain penjahitan baju
kaos, kemeja, celana, tas, sarung
bantal, dan sprei. Harga ongkos jahit
bervariasi, sesuai dengan tingkat
kesulitan (model jahitan) dan jumlah
orderan. Semakin banyak jumlah
orderan maka akan semakin murah
ongkos jahit yang dikenakan. Kaos
oblong (tanpa lengan) akan dikenakan
ongkos jahit Rp 15.000,- per buah
dengan asumsi jumlah order minimal
1.000 buah, sedangkan kaos oblong
(tanpa lengan) dengan jumlah satu
buah akan dikenakan ongkos dua kali
lipat yakni Rp 30.000,- per buah.
Kemeja dengan jumlah 1.000 buah
dikenakan ongkos Rp 35.000,-
perbuah, sedangkan kemeja dengan
jumlah satu buah dikenakan ongkos
Rp 70.000,- perbuah. Jaket dengan
jumlah 1.000 buah dikenakan ongkos
Rp 50.000,- perbuah, sedangkan jaket
dengan jumlah satu buah dikenakan
ongkos Rp 100.000,- perbuah. Sarung
bantal dengan jumlah 1.000 buah
dikenakan ongkos Rp 25.000,-
perbuah dan tas dengan jumlah 1.000
buah dikenakan ongkos Rp 3.000
perbuah. Dan begitu seterusnya untuk
ongkos dengan jumlah satu buah
(order pribadi) akan dikenakan ongkos
dua kali lipat dibandingkan jumlah
order 1.000 buah (order besar). Variasi
hasil produksi usaha sablon Budi sama
halnya dengan usaha garmen Subhan,
yakni pewarnaan produk baju, celana,
jaket, topi, tas, dan lain-lain. Harga
ongkos sablon satu warna dengan
jumlah order besar (maksimal 500
buah) dikenakan ongkos mulai dari Rp
5.000,- sampai dengan Rp 10.000,-
perbuah. Sedangkan ongkos sablon
lebih dari satu warna dengan jumlah
besar (maksimal 500 produk)
dikenakan ongkos Rp 17.000,- sampai
dengan Rp 20.000,- perbuah. Adanya
tingkatan harga yang dikenakan oleh
Budi dikarenakan tingkat kesulitan
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
166
dari desain sablon ataupun media
sablonnya.
3. Proses produksi usaha garmen secara
umum terdiri dari delapan tahap,
antara lain proses order dari pihak
pemesan, pengiriman bahan baku
(kain dan bahan pendukung),
pemotongan kain untuk pembuatan
pola, pengobrasan dan penjahitan,
pleret, dan finishing pinggiran, serta
pemasangan asesoris. Pada proses
order, pihak pemesan akan
memberikan desain barang yang akan
dijahit, baik berupa model, ukuran,
dan umumnya sudah tergambar dalam
kertas. Adapun sebelum persetujuan
order besar tidak jarang Subhan
diminta untuk membuat satu sampel
dari barang jadi (pakaian, tas, topi,
sarung, dll) dari desain yang akan
dipesan dalam jumlah besar tersebut.
Apabila order dalam jumlah besar
sudah disepakati, maka bahan baku
akan dikirimkan oleh pihak pemesan
ke tempat usaha garmen Subhan.
Proses awal garmen adalah
pemotongan kain untuk dibuatkan pola
sesuai dengan desain, adapun
peralatan yang dibutuhkan antara lain:
kapur segitiga untuk menggambar pola
di kain, kemudian dipotong
menggunakan mesin potong (1 buah)
di atas meja potong (1 buah). Kain
yang sudah berpola tersebut
selanjutnya diobras menggunakan
mesin obras dan proses penjahitan
dimulai menggunakan mesin jahit.
Proses selanjutnya adalah pleret
menggunakan mesin pleret (belum
punya). Selama ini jasa pleret
dilakukan di garmen lain yang
memiliki mesin pleret dengan ongkos
pleret Rp 1.000 perbuah, apabila
Subhan memiliki sendiri mesin pleret
maka biaya untuk produksi dapat
diminimalisir, dan waktu produksi
juga lebih cepat tanpa harus mengantri
untuk dipleret. Setelah selesai dipleret
Subhan harus mengambil kembali
barang jadi (pakaian, tas, sprei, sarung,
dll) untuk kembali di proses di tempat
usaha garmen miliknya untuk
dilakukan proses finishing pinggiran
menggunakan mesin overdeck. Proses
akhir dari garmen adalah pemasangan
aksesoris, seperti kancing, resleting,
renda, dan lain-lain. Untuk waktu
penyelesaian order pakaian dengan
jumlah besar 1.000 buah dengan
tingkat kesulitan sedang biasanya
dapat diselesaikan oleh usaha garmen
Subhan dalam waktu empat minggu
sampai dengan enam minggu. Apabila
Subhan sudah memiliki sendiri mesin
pleret, maka tidak ada lagi waktu
terbuang untuk mengantri pleret di
garmen lain. Oleh karena itu, waktu
produksi dalam jumlah besar dapat
dipersingkat menjadi sekitar tiga
minggu.
Proses produksi usaha sablon secara
umum terdiri dari empat tahap, antara
lain : pencetakan film, pembuatan dan
pengeringan screen, penyablonan, dan
pengeringan sablon. Total waktu yang
dibutuhkan untuk sablon untuk jumlah
500 buah adalah sekitar tiga minggu
sampai dengan empat minggu. Proses
pencetakan film dilakukan oleh Budi
di tempat printing, dengan biaya cetak
Rp 70.000 perbuah untuk film
berukuran 50 cm x 50 cm. Kemudian
screen yang sudah dipasangi rangka
akan dikeringkan ditempat yang gelap
selama kurang lebih dua jam. Setelah
waktunya proses penyablonan dapat
dimulai dari barang jadi yang akan
disablon akan diletakkan di atas papan
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
167
triplek kemudian diisi tinta
menggunakan rakel. Proses akhir
adalah pengeringan sablon
menggunakan hairdryer. Penyablonan
bisa dilakukan lebih dari satu kali agar
hasil sablonnya lebih kuat. Apabila
sablon terdiri lebih dari satu warna
maka proses pemberian tinta dan
pengeringan dengan hairdryer dapat
dilakukan beberapa kali sesuai dengan
banyaknya warna desain tersebut.
Proses yang harus dilakukan beberapa
kali tersebut menyebabkan hasil
sablon berikutnya sering tidak sama
hasilnya dengan yang sebelumnya,
karena posisi screen yang dipasang
lepas saat proses pengulangan sablon
menggunakan metode sablon manual
bukan mesin. Proses pengeringan
yang berulang juga membutuhkan
waktu yang lama karena masih
menggunakan teknik pengeringan
dengan hairdryer saja.
4. Tenaga kerja di usaha garmen milik
Subhan berjumlah 2 orang, yakni
Subhan dan istrinya. Subhan dan
istrinya mampu menyelesaikan satu
pakaian untuk order pribadi dengan
waktu satu sampai dengan dua hari.
Untuk order dalam jumlah besar
(1.000 buah) dapat menyelesaikan
dalam waktu satu sampai dengan dua
bulan. Untuk order yang lebih dari
1.000 buah biasanya Subhan akan
membawa order tersebut ke usaha
garmen lain setelah dibentuk pola
(potong) untuk proses selanjutnya
(Subhan hanya mengambil keuntungan
dari ongkos membuat pola saja). Hal
tersebut terjadi karena Subhan belum
memiliki tenaga kerja, yang
diakibatkan oleh mesin jahit yang ia
miliki hanya dua mesin yang biasanya
digunakan oleh Subhan dan istrinya.
5. Usaha garmen Subhan terdiri dari
ruang produksi dan gudang
penyimpanan bahan baku. Ruang
produksi terdiri dari ruang
pemotongan bentuk pola dan
penyimpanan bahan sisa, disana
diletakkan peralatan mesin jahit, mesin
obras, dan mesin overdeck. Ruang
penyimpanan barang jadi yang
menunggu untuk diambil oleh
pemesan diletakkan sementara di
ruang produksi, dilipat-lipat disimpan
dala karung-karung. Gudang
penyimpanan bahan baku berada di
suatu ruangan gelap tanpa
pencahayaan alami maupun buatan.
Bahan baku yang disimpan di dalam
gudang tersebut tidak disimpan dalam
lemari atau box penyimpanan,
melainkan hanya diletakkan di lantai
nonfinishing yang dapat menyebabkan
bahan baku menjadi kotor dan
kerusakan oleh binatang seperti tikus
dan kecoa. Begitu pula bahan sisa
proses produksi yang hanya ditumpuk-
tumpuk di lantai ruang produksi.
Bahan sisa produksi tersebut beberapa
diambil oleh pihak bengkel dan
sisanya menjadi tumpukan di ruang
pemotongan. Tumpukan sisa bahan
tersebut tidak dapat dimanfaatkan
(kecuali digunakan untuk keset atau
sprei untuk Subhan di rumahnya)
ataupun dijual oleh Subhan,
dikarenakan bahan kain bermotif
sudah memiliki hak paten. Apabila
diketahui Subhan memanfaatkan atau
menjual sisa bahan tersebut maka
Subhan akan dikenakan sanksi dan
pemutusan hubungan kerja.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
168
Usaha sablon milik Budi terdiri dari
satu ruangan produksi. Ruang produksi
merupakan tempat dilaksanakannya
beberapa proses sablon, mulai dari
pembuatan screen, pengeringan screen,
sampai pada penyablonan dan
pengeringan. Kondisi ruang usaha
sablon Budi bisa dikatakan tidak
nyaman karena dengan ruangan yang
tidak terlalu luas, dan pencahayaan
yang berlebihan (panas) dan tanpa kipas
angin. Hal tersebut bertujuan untuk
mempercepat proses pengeringan
sablon.
6. Sistem pemasaran yang sudah
dilakukan oleh usaha garmen Subhan
adalah rekomendasi teman ke teman,
rekomendasi pelanggan, dan kontak
PT Djin yang dahulunya merupakan
tempat istri Subhan bekerja. Subhan
sudah memiliki nama usaha dan
alamat email yang tertera dalam kartu
nama milik Subhan, namun papan
nama sebagai sarana untuk
memperkenalkan tempat usaha belum
dimiliki oleh Subhan. Media sosial
untuk mempermudah pemasaran juga
belum dimanfaatkan oleh Subhan
untuk efektivitas produksi. Nota
dengan nama usaha sebagai catatan
penjualan dan juga sarana pemasaran
juga belum dimiliki oleh Subhan.
Tidak seperti usaha garmen Subhan
yang sudah memiliki kartu nama
sebagai salah satu sarana pemasaran,
usaha sablon Budi bahkan belum
memiliki nama usaha. Sistem
pemasaran yang dilakukan selama ini
adalah dari rekomendasi teman, dan
mengajukan proposal ke suatu tempat
yang memungkinkan untuk melakukan
pesanan sablon. Kemudian pihak yang
diajukan proposal akan melakukan
survey lokasi usaha ke tempat Budi.
Hambatan yang dialami oleh Budi dari
proses survey adalah penggunaan
Foto 1. Ruang Usaha Garmen Subhan
Sumber : Dokumentasi Tim, 2016
Foto 2 Ruang Usaha Sablon Budi
Sumber : Dokumentasi Tim, 2016
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
169
metode manual dan peralatan
tradisional dalam proses produksinya,
sehingga Budi kerap kalah dalam
persaingan.
7. Usaha garmen Subhan belum
menggunakan pembukuan yang rutin
di dalam usahanya. Selama ini Subhan
hanya melakukan pencatatan atas
piutang yang masih harus ditagih
kepada pemberi order. Sehingga
Subhan tidak dapat mengetahui sejauh
mana perkembangan usahanya. Nota
dengan nama usaha sebagai catatan
penjualan dan juga sarana pemasaran
juga belum dimiliki oleh Subhan.
Usaha sablon Budi belum
menggunakan pembukuan di dalam
usahanya. Hal tersebut menyebabkan
sistem pembukuan akuntansi belum
dapat dilakukan secara rutin dan
teratur. Proses produksi dari
pembelian bahan tinta dan peralatan
sampai penyerahan produk pesanan
semuanya dilakukan sambil jalan
sesuai dengan jumlah pesanan.
8. Usaha garmen milik Subhan
menerapkan sistem pembayaran
termin. Dimana minggu pertama akan
dibayarkan sebesar 30% dari total
ongkos, sisanya 70% akan dibayarkan
setelah produk tersebut dikirim.
Pembayaran sisa 70% tersebut
terkadang diangsur oleh pelanggan
hingga dua sampai tiga kali.
Berdasarkan catatan piutang milik
Subhan tidak ada piutang yang tak
tertagih sampai saat ini.
9. Sampai saat ini usaha sablon Budi
hanya mampu menerima order
maksimal 500 buah, apabila order
lebih dari 500 buah atau jumlah besar
1.000 buah maka akan dioper ke usaha
sablon lainnya. Salah satu
pertimbangan Budi menerima order
adalah jumlah warna sablon pada
desain, karena metode yang digunakan
masih manual. Semakin banyak warna
maka proses produksi yang dilakukan
juga berulang-ulang kali, sehingga
proses menjadi lebih sulit dan resiko
kualitas produk sablon berkurang.
SUMBER INSPIRASI
Melalui wawancara dan diskusi
dengan Bapak Subhan dan Bapak Budi
sebagai pemiliki usaha garmen dan sablon,
maka dapat diidentifikasi permasalahan
nyata yang dihadapi oleh Subhan dan
Budi adalah sebagai berikut :
1. Peralatan (mesin pleret) yang belum
dimiliki oleh usaha garmen Subhan
perlu mendapatkan perhatian utama
karena Subhan membutuhkan mesin
pleret. Selama ini proses pleret dioper
kepada garmen lain yang memiliki
mesin pleret dengan ongkos pleret Rp
1.000,- per baju dengan jumlah besar
(1.000 buah). Permasalahan ini
merupakan prioritas utama untuk
segera ditangani karena mesin pleret
harus tersedia, sehingga proses pleret
yang dilakukan di garmen lain yang
biasanya membutuhkan waktu proses
pleret untuk membawa ke sana dan
membawa kembali orderan bisa
diefektifkan untuk proses lain. Biaya
yang dikeluarkan untuk proses pleret
di garmen lain juga bisa dimininalisir.
2. Peralatan (meja sablon, mesin press,
hairdryer) yang belum dimiliki oleh
usaha sablon Budi perlu mendapatkan
perhatian utama untuk
mengembangkan usaha sablon Budi
agar lebih produktif dan berkualitas.
Selama ini teknik manual
menggunakan peralatan tradisional
yang digunakan oleh Budi untuk
penyablonan menyebabkan Budi
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
170
hanya bisa menerima order maksimal
500 buah, sedangkan orderan yang
sering datang adalah 1.000 buah
sehingga Budi harus mengoper
orderan tersebut ke tempat sablon
lainnya. Hasil produksi sablon milik
Budi juga kurang berkualitas oleh
karena teknik pewarnaan tradisional
yang tidak bisa menghasilkan warna
yang sama apabila ada repeat order.
Dengan meja sablon maka proses
pewarnaan akan lebih cepat
dibandingkan menggunakan alat rakel
dan warna yang dihasilkan lebih
berkualitas dan menggunakan mesin
press untuk proses pengeringan yang
lebih cepat. Dengan adanya mesin
press, teknik pengeringan yang selama
ini Budi lakukan (pengeringan dengan
hairdryer dan pencahayaan buatan
yang berlebihan) menyebabkan situasi
kerja menjadi lebih nyaman.
Pengadaan hairdryer besar yang
dipergunakan Budi untuk
mempercepat proses pengeringan
screen, biasanya membutuhkan waktu
sampai dengan dua jam untuk
pengeringan di tempat gelap dengan
adanya hairdryer besar maka waktu
menjadi lebih efektif 1 jam untuk
pengeringan screen.
3. Tempat penyimpanan bahan baku
usaha garmen Subhan yang berada di
dalam suatu ruangan tanpa
pencahayaan alami ataupun buatan
perlu diberikan pencahayaan buatan
untuk memudahkan Subhan
mengambil bahan baku. Tempat
penyimpanan bahan baku
membutuhkan rak untuk penyimpanan
bahan baku agar terhindar dari
kerusakan oleh binatang dan kotor
oleh debu. Tempat penyimpanan
bahan sisa membutuhkan box untuk
penyimpanan bahan sisa agar tempat
penyimpanan lebih tertata tidak
berserakan dan tentunya memudahkan
Subhan untuk memilah mana bahan
sisa yang dapat dimanfaatkan kembali
bila ada repeat order dan mana bahan
sisa yang dapat dibuang. Ruang
produksi garmen Subhan memerlukan
penataan ulang karena instalasi kabel-
kabel listrik dapat menganggu
kenyamanan proses produksi dan
membahayakan jiwa pekerja di ruang
tersebut.
4. Ruang produksi usaha sablon Budi
belum sesuai dengan urutan proses
kegiatan produksi, sehingga proses
produksi menjadi tidak efisien dan
produktivitas menjadi rendah.
Peralatan-peralatan dalam ruang usaha
juga belum tertata dengan baik dan
rapi, sehingga Budi sering kesulitan
untuk mencari apabila dibutuhkan.
Contohnya posisi tinta tercampur
dengan posisi screen, film-film, dan
peralatan kerja belum memiliki
tempatnya masing-masing.
5. Usaha garmen Subhan belum memiliki
papan nama dan akun media sosial
sebagai sarana untuk memperkenalkan
usaha dan hasil produksinya kepada
masyarakat.
6. Usaha sablon Budi belum memiliki
kartu nama, papan nama, dan email
serta akun media sosial belum
dimanfaatkan oleh Budi sebagai sarana
pemasaran usahanya.
7. Sistem pembukuan akuntansi belum
dilakukan secara rutin dan teratur baik
oleh Budi dan Subhan. Permasalahan
ini penting karena dengan sistem
pembukuan yang baik maka pemilik
dapat mengetahui aliran kas yang
terjadi, perhitungan harga pokok
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
171
produksi, dan biaya-biaya yang
dikeluarkan.
METODE
1.1. Solusi Permasalahan Mitra
Dari uraian permasalahan yang
dihadapi oleh usaha garmen Subhan dan
usaha sablon Budi, maka solusi yang
ditawarkan untuk mendukung realisasi
program IbM, antara lain :
1. Pengadaan satu buah mesin pleret
atau mesin jahit jarum dua rantai,
untuk usaha garmen Subhan yang
berfungsi sebagai mesin yang
menghasilkan hasil jahitan rantai dua
baris. Jahitan dua rantai ini merapikan
bagian bahu atas, yang
menghubungkan kerah dengan lengan
kaos.
2. Pengadaan satu buah meja sablon
untuk usaha sablon Budi yang
berfungsi sebagai alat sablon
menggantikan peralatan sablon
tradisional sebelumnya, dan satu buah
mesin press yang berfungsi sebagai
alat pengering menggantikan
hairdryer dan pencahayaan berlebihan
di dalam ruangan sehingga waktu
produksi menjadi lebih efektif dan
kualitas yang dihasilkan meningkat.
Pengadaan satu buah hairdryer besar
untuk mempercepat proses
pengeringan screen sehingga waktu
pengeringan screen dua jam dapat
dipersingkat menjadi satu jam.
3. Penataan ruang penyimpanan di ruang
usaha milik Subhan dengan
penambahan pencahayaan buatan
sehingga memudahkan Subhan
mengambil bahan baku. Penambahan
rak kayu untuk penyimpanan bahan
baku, penambahan box untuk
penyimpanan bahan sisa, penataan
ruang produksi dari instalasi kabel
listrik untuk keamanan dan
kenyamanan proses produksi Subhan.
4. Penataan ruang produksi milik Budi
sesuai dengan urutan proses kegiatan.
Dengan penambahan meja sablon dan
mesin press perlu dilakukan penataan
ruang produksi.
5. Pengadaan papan nama dan akun
media sosial atas nama usaha garmen
milik Subhan. Pengadaan papan
nama, kartu nama, email dan media
sosial atas nama usaha sablon milik
Budi. Promosi online yang dilakukan
via media sosial dapat memanfaatkan
smartphone yang dimiliki oleh Budi
dan Subhan.
6. Memberikan penyuluhan mengenai
sistem pembukuan sederhana berupa
buku kas kepada Subhan dan Budi
agar mereka mengetahui kondisi
usahanya.
1.2. Target dan Luaran
Berdasarkan permasalahan dan
solusi yang ditawarkan kepada usaha
garmen Subhan dan usaha sablon Budi,
maka luaran yang ditargetkan dilihat dari
aspek produksi, aspek manajemen, dan
aspek pemasaran yang diharapkan dapat
terpenuhi adalah sebagai berikut :
1.2.1. Aspek Produksi
1). Pengadaan 1 buah mesin pleret untuk
usaha garmen Subhan diharapkan akan
meningkatkan produktivitas produk,
karena selama ini Subhan membawa
proses pleret ke tempat garmen lain.
Sebelumnya dengan membawa proses
pleret ke tempat lain, Subhan
menghabiskan waktu proses pleret
sampai dengan lima sampai dengan
enam hari, dengan memiliki mesin
pleret sendiri diperkirakan proses
pleret dapat diselesaikan dalam waktu
dua hari.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
172
2). Pengadaan 1 buah meja sablon, 1 buah
mesin press, dan 1 buah hairdryer
besar untuk usaha sablon Budi
diharapkan kualitas dan kuantitas
produk sablon menjadi lebih
meningkat, karena selama ini Budi
menggunakan metode manual dan
peralatan tradisional untuk proses
produksi. Sebelumnya dengan metode
manual dan peralatan tradisional Budi
hanya bisa menerima order maksimal
500 buah, dengan adanya meja sablon
dan mesin press diperkirakan dapat
menerima order dalam jumlah besar
(1.000 buah). Kualitas produk sablon
diperkirakan meningkat dengan
penggunaan meja sablon, mesin press,
hairdryer besar sehingga produktivitas
juga menjadi meningkat.
3). Penataan ruang produksi untuk usaha
garmen Subhan antara lain ruang
penyimpanan bahan baku dengan
pengadaan box untuk penyimpanan
bahan sisa untuk merapikan dan
memudahkan Subhan memilah mana
bahan sisa yang dapat digunakan
kembali saat repeat order dan mana
bahan sisa yang bisa dibuang,
pemasangan pencahayaan buatan di
ruang penyimpanan untuk
memudahkan Subhan mencari bahan
baku, dan merapikan ruang produksi
dan instalasi kabel listrik di ruang
produksi.
4). Penataan ruang produksi untuk usaha
sablon Budi sesuai dengan urutan
proses produksi sehingga pola aliran
bahan baku pada setiap tahapan
produksi dari pembuatan screen
sampai dengan pengeringan menjadi
lebih efisien 60 menit lebih cepat
dibandingkan waktu sebelumnya.
1.2.2. Aspek Manajemen
Usaha garmen Subhan dan usaha
sablon Budi belum memiliki laporan buku
kas sehingga Subhan dan Budi belum bisa
mengetahui posisi keuangan usaha.
1.2.3. Aspek Pemasaran
Pengadaan nota dengan nama usaha,
kartu nama, stempel dan pemasaran
produk secara online melalui media sosial
(facebook) diharapkan dapat
memperkenalkan usaha garmen Subhan
dan Sablon Budi secara lebih luas dan
meningkatkan orderan.
3.3 Metode Pelaksanaan
Berdasarkan permasalahan yang
dihadapi usaha garmen Subhan dan
usaha sablon Budi, maka tahapan
dalam melaksanakan solusi yang
ditawarkan untuk mengatasi
permasalahan dalam program IbM
ini, adalah :
1. Menerapkan aplikasi teknologi
dalam proses pleret produk
garmen (baju kaos) menggunakan
mesin pleret untuk efektivitas dan
efisiensi waktu dan biaya
sehingga produktivitas meningkat
pada usaha garmen Subhan.
2. Menerapkan aplikasi teknologi
dalam proses penyablonan
menggunakan meja sablon, mesin
press, dan hairdryer besar untuk
meningkatkan kualitas dan
kuantitas produk sablon pada
usaha sablon Budi.
3. Merancang ruang penyimpanan
bahan baku pada usaha garmen
Subhan agar lebih layak
digunakan sebagai ruang
penyimpanan untuk menghindari
kerusakan dan kotornya bahan
baku dengan penambahan rak
penyimpanan, dan pencahayaan
buatan untuk mempermudah
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
173
mancari bahan baku. Merancang
tempat penyimpanan bahan sisa
yang masih dapat digunakan
dengan penambahan box untuk
bahan sisa yang bisa
dimanfaatkan dan box bahan sisa
yang bisa dibuang.
4. Menata ulang ruang produksi di
usaha garmen Subhan, terutama
instalasi listrik untuk keamanan
dan kenyamanan proses produksi.
5. Merancang tata letak (layout)
peralatan pada usaha Subhan dan
Budi, yang disesuaikan dengan
urutan proses produksi, sehingga
menambah efektivitas dan
efisiensi kerja, serta produktivitas
usaha.
6. Menerapkan pemakaian masker
dan selop tangan untuk usaha
sablon Budi, sehingga kesehatan
tetap terjaga.
7. Memberikan konsultasi mengenai
sistem pembukuan sederhana,
yaitu laporan buku kas.
8. Menerapkan aplikasi pemasaran
berupa pengadaan papan nama,
kartu nama, nota dengan nama
usaha, stempel usaha, serta
pemasaran secara online melalui
email dan media sosial.
3.4 Metode Pendekatan
IbM ini melibatkan penyedia jasa
garmen dan sablon karena dalam
operasionalnya usaha ini masih bersifat
home industry dengan sedikit tenaga kerja
dan masih menggunakan peralatan manual
dalam proses produksinya. IPTEKS yang
akan ditransfer kepada usaha garmen
Subhan dan usaha sablon Budi berupa
pengadaan, penyuluhan, dan
pendampingan. Dalam hal pengadaan
berupa peralatan mesin pleret (mesin jahit
rantai dua jarum), rak, box, pencahayaan
buatan untuk usaha garmen Subhan.
Sedangkan usaha sablon Budi berupa
pengadaan peralatan antara lain mesin
sablon, mesin press, dan hairdryer besar.
Dalam hal penyuluhan kedua mitra
usaha diberikan pelatihan pembukuan
sederhana berupa laporan buku kas dan
pelatihan pembuatan akun email dan
media sosial (facebook). Dalam hal
pendampingan berupa penataan ruang
penyimpanan, penataan instalasi listrik
pada ruang produksi, dan penataan
peralatan agar sesuai dengan proses
produksi pada usaha garmen Subhan.
Sama halnya dengan usaha garmen Budi,
pada usaha sablon Budi juga dilaksanakan
pendampingan berupa penataan peralatan
di ruang produksi agar sesuai dengan
urutan proses produksi. Pendampingan
pemasaran secara online dilakukan pada
kedua mitra melalui media sosial dengan
memanfaatkan smartphone milik pribadi.
3.5 Partisipasi Mitra
Agar dapat merealisasikan solusi yang
ditawarkan, maka bentuk partisipasi mitra
dalam pelaksanaan program ini adalah
sebagai berikut:
1. Mitra akan berpartisipasi dalam
bentuk dana dalam pembelian
mesin pleret (usaha garmen
Subhan) dan meja sablon, mesin
press, dan hairdryer besar (usaha
sablon Budi) untuk mendukung
realisasi program ini (apabila harga
mesin melebihi RAB).
2. Mitra akan mengkonfirmasi
rencana produksi dan waktu yang
dipersiapkan untuk melakukan
penataan tempat ruang produksi,
dan ruang penyimpanan sehingga
pengusul dapat pelaksanaan
penataan tanpa mengganggu proses
produksi.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
174
3. Mitra bersedia untuk mengikuti
konsultasi dan pelatihan mengenai
sistem pembukuan agar dapat
merealisasikan pembuatan laporan
keuangan sederhana, dan mengikuti
pelatihan pembuatan sarana
penjualan secara online.
4. Mitra bersedia untuk menggunakan
kartu nama, nota dengan nama
usaha dan stempel dalam
menjalankan usahanya.
KARYA UTAMA
Berdasarkan permasalahan mitra
yang ada maka telah dilakukan beberapa
kegiatan untuk mengaplikasikan
permasalahan tersebut seperti:
4.1 Pengadaan Barang
1. Pengadaan 1 Buah Mesin Pleret
Bagi IRT Subhan
Mesin pleret ini sangat
bermanfaat bagi mitra IRT
Subhan karena dapat
meminimalisir biaya operasional
sebesar Rp.1.000 per baju,
meminimalkan biaya transportasi
dan juga meminimalkan waktu.
Mesin pleret ini akan
dioperasionalkan oleh Bapak
Subhan.
Foto 3. Penyerahan Mesin Pleret ke
Mitra IRT Subhan Sumber: Dokumentasi Tim (2017)
2. Pengadaan 3 Buah Box
Penyimpanan Kain Bagi IRT
Subhan
Box ini akan digunakan oleh IRT
Subhan untuk menyimpan bahan
baku berupa kain dan juga
menyimpan pakaian jadi.
Pengadaan ini merupakan bagian
dari proses penataan ruang
produksi mitra. Ruang produksi
yang bersih dan nyaman akan
mempengaruhi kenyamanan
bekerja.
Foto 4. Pengadaan 3 Buah Box Untuk
Mitra IRT Subhan Sumber: Dokumentasi Tim (2017)
3. Pengadaan Meja Sablon (Mesin
Rotari) Bagi IRT Budi
Pengadaan meja sablon sangat
bermanfaat bagi mitra IRT Budi
karena jika hanya dengan metode
biasa, IRT mengalami kesulitan
karena posisi selalu bergeser
setiap kali dilakukan penyablonan
sehingga jika order dalam jumlah
banyak, seringkali hasil produksi
tidak sama. Dengan adanya meja
sablon ini maka posisi kain akan
tetap berada pada posisi yang
diinginkan.
4. Pengadaan Mesin Press Untuk
IRT Budi
Mesin Press ini berguna bagi IRT
Budi untuk membantu
merekatkan dan mempercepat
proses pengeringan hasil sablon.
Permasalahan yang dialami oleh
IRT Budi adalah beberapa
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
175
orderan menginginkan dilakukan
proses sablon sebanyak dua kali
agar hasil sablon kuat, dengan
demikian akan membutuhkan
banyak waktu untuk melakukan
proses pengeringan. Dengan
adanya mesin press ini, IRT Budi
dapat mengefisienkan waktu dan
memiliki daya saing dari segi
waktu dalam penyelesaian order.
5. Pengadaan Hairdryer Untuk IRT
Budi
Hairdryer dengan kekuatan besar
diperlukan oleh IRT Budi untuk
mengeringkan screen yang
digunakan untuk mencetak desain
pakaian. Selain itu juga hairdryer
digunakan untuk membantu
mengeringkan sablonan yang
melewati lebih dari satu kali
proses penyablonan.
6. Penataan kabel Listrik Untuk IRT
Subhan
Untuk meningkatkan
kenyamanan, keselamatan dan
kerapian dalam ruang produksi,
maka dilakukan penataan kabel
listrik. Penataan kabel listrik
dilakukan di ruang produksi,
sementara di gudang
penyimpanan dilakukan instalasi
listrik karena sebelumnya tidak
ada.
4.2 Penyuluhan dan Pendampingan
1. Penyuluhan dan Pendampingan
Pembuatan Pembukuan
Sederhana
Dengan adanya pengetahuan
mengenai proses pembukuan
sederhana, maka mitra akan
mengetahui kondisi usahanya,
apakah menguntungkan ataukah
merugi. Pengetahuan mengenai
pembukuan dalam program ini
hanya terbatas pada kas masuk dan
kas keluar yang dicatat dalam buku
kas. Hal ini karena mitra memiliki
transaksi yang masih sederhana dan
volume transaksi yang masih
rendah sehingga belum
memerlukan pencatatan dalam
program laporan keuangan.
Foto 4.3 Penyuluhan dan Pendampingan
Pembuatan Pembukuan Sederhana Sumber: Dokumentasi Tim (2017)
2. Penyuluhan dan Pendampingan
Pemasaran Online
Pemasaran secara online penting
bagi kedua mitra untuk menambah
sarana pemasaran usaha. Selama
ini pelanggan utama dari kedua
mitra hanya terbatas pada 69 Slam,
pengusaha eksport yakni PT Djin
International, Distro dan Clothing
Indie lokal Bali. Dengan adanya
sarana pemasaran online berupa
facebook ini diharapkan terjadi
peningkatan dalam hal penjualan
kedua mitra.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
176
Foto 4.4 Penyuluhan dan Pendampingan
Pemasaran Online
DAFTAR PUSTAKA
Fikar. 2014.
http://kedaisablon.blogspot.com//tips
memilihsablonkaosyangberkualitas.
Diakses 21 April 2016
_________.
http://kedaisablon.blogspot.com//ber
agamperalatansablondigitalkaosjerse
y. Diakses 21 April 2016
_________.
http://kedaisablon.blogspot.com//bis
nissablonkaosdistro. Diakses 21
April 2016
_________.
http://kedaisablon.blogspot.com//keg
unaanmesinpresskaosdalamduniasabl
on. Diakses 21 April 2016
_________.
http://kedaisablon.blogspot.com//me
sinsablondigital. Diakses 21 April
2016
_____ 2015.
http://kedaisablon.blogspot.com//tips
caramenyablonkaosmanualuntukpem
ula. Diakses 21 April 2016
___________.
http://kedaisablon.blogspot.com//10a
latsablonmanualyangharuskalianmili
ki. Diakses 21 April 2016
Http://Bisnisukm.Com/Mengangkat-
Produk-Garmen-Kreatif-Sebagai-
Bisnis-Rumahan.Html.23 Oktober
2012. Diakses pada 5 Mei 2016
Http://Repository.Ipb.Ac.Id/Bitstream/Han
dle/123456789/7800/Bab%201_%20
2002sji.Pdf?Sequence=8&Isallowed
=Y. Diakses pada 5 Mei 2016
Ismail, Solihin. 2006 . Pengantar Bisnis.
Prenada Media : Jakarta
Kusumihati, Tira Maharani. Bisnis Industri
Garmen Kreatif. Senin, 12
November 2012.
http://Tiramaharani.Blogspot.Co.Id/2
012/11/Bisnis-Industri-Garmen-
Kreatif.Html. Diakses pada 5 Mei
2016
Musamma, Tuff. 2013.
http://indonesiangarmencommunity.
blogspot.com//standaralurprosesorde
rgarmen. Diakses 21 April 2016
Navita. 2015.
http://kursusjahityogya.blogspot.co.i
d//prosesproduksi. Diakses 21 April
2016
Swastha, DH Basu. 1998. Pengantar
Bisnis Modern. Liberty :
Yogyakarta.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
177
PERILAKU MENGAJAR GURU BIOLOGI PASCA SERTIFIKASI
DI KOTA DENPASAR
Ida Bagus Ari Arjaya, Kadek Rahayu Puspadewi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
email:[email protected]
ABSTRAK
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis kualitas: 1) tingkat kejelasan
metode yang digunakan oleh guru, 2) tingkat antusiasme guru, 3) interaksi yang dilakukan oleh
guru di dalam kelas, 4) kualitas pengaturan & penataan subjek pelajaran, 5) langkah-langkah
pemberian informasi, 6) kriteria penilaian di dalam kelas, 7) suara guru, 8) tingkat kedekatan
hubungan antara guru dengan siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang
menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode purposive sampling. Sehingga ditentukan dua
sekolah yaitu SMP 3 Denpasar dan SMP Saraswati 1 Denpasar yang menjadi lokasi penelitian.
Sebanyak 2 orang guru model diobservasi dengan menggunakan instrumen perilaku mengajar
guru, dan wawancara dan sebagai triangulasi data digunakan 2 orang observer serta 73 siswa
sebagai responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam 1) aspek kejelasan mengajar guru-
guru biologi pasca sertifikasi di Kota Denpasar dengan mean total = 3,90 dan berada dalam
kualifikasi baik, 2) aspek antusiasme mengajar guru berada dalam kategori baik dengan mean total
= 3,57, 3) Aspek interaksi untuk mengembangkan partisipasi siswa berada dalam kategori baik
dengan mean total = 3,73, 4) aspek pengaturan untuk menata subjek pelajaran guru berada dalam
kategori baik dengan mean total = 4,18, 5) aspek langkah-langkah dalam memberikan informasi
guru berada dalam kategori baik dengan mean total = 4,04, 6) aspek kriteria pembelajaran dan
penilaian guru berada dalam kategori baik dengan mean total = 4,08, 7) aspek karakteristik suara
guru berada dalam kategori baik dengan mean total = 4,13, 8) aspek karakteristik suara guru
dengan siswa berada dalam kategori sedang dengan mean total = 3,29, dan perlu adanya perbaikan.
Kata Kunci: Perilaku Mengajar, Guru Biologi, Pasca Sertifikasi.
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the quality: 1) the level of clarity of the method used by
the teacher, 2) the teacher's enthusiasm level, 3) the interaction done by the teacher in the class,
4) the quality of setting & arrangement of the subject, 5) step of giving information, 6) assessment
criteria in the classroom, 7) teacher's voice, 8) level of proximity relation between teacher and
student. This research is a qualitative research using descriptive approach with purposive
sampling method. So determined two schools namely SMP 3 Denpasar and SMP Saraswati 1
Denpasar which became the location of research. A total of 2 model teachers were observed using
teacher teaching behavioral instruments, and interviews and as data triangulation used 2
observers and 73 students as respondents. The results showed that in 1) the clarity aspects of
teaching post-certification biology teachers in Denpasar City with a total mean of = 3.90 and
being in good qualification 2) the aspect of teacher's enthusiasm is in good category with total
mean = 3.57, 3) The interaction aspect to develop student participation is in good category with
the total mean = 3,73,4) the arrangement aspect for arranging subject of teacher lessons is in good
category with mean total = 4,18,5) aspects of steps in giving information teachers are in good
category with the total mean = 4.04, 6) the aspects of teacher learning and teacher's criteria are
in good category with the total mean = 4.08,7) the teacher characteristic aspect is in either
category with the total mean = 4.13 , 8) aspects of the teacher's sound characteristics with the
students are in the medium category with the total mean = 3.29, and the need for improvement.
Keywords: Teaching Behavior, Biology Teachers, Post-Certification.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
178
PENDAHULUAN
Guru sebagai agen perubahan (agent
of change) dan unit pelaksana teknis
kurikulum memiliki peranan yang sangat
penting di dalam dunia pendidikan. Melville &
Yaxley (2009) menyatakan bahwa guru
memiliki posisi yang strategis dalam proses
reformasi pendidikan menuju arah yang lebih
baik, sehingga guru sering dikatakan sebagai
the heart of efforts to reform education.
Perbaikan kualitas siswa di dalam proses
pembelajaran harus diawali dengan perbaikan
kualitas guru sebagai fasilitator pembelajaran.
Meskipun pendekatan pembelajaran kini telah
beralih dari paradigm teacher centered menuju
ke student centered. Pengembangan
profesionalisme mendorong kemampuan
masing-masing individu pengajar atau guru
sebagai seorang praktisi pendidikan baik di
dalam kelas maupun di lingkungan masyarakat
(Fox & Kidd, 2006). Guru yang profesional
adalah guru yang menguasai keempat jenis
kompetensi utama guru yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional,
kompetensi sosial dan kompetensi personal.
Salah satu kebijakan yang dikembangkan oleh
pemerintah di banyak negara adalah kebijakan
intervensi langsung menuju peningkatan mutu
yang memberikan jaminan dan kesejahteraan
hidup guru yang memadai (Baedhowi, 2006).
Dengan adanya Undang-Undang Guru
dan Dosen No. 14 Tahun 2005, peningkatan
profesionalisme guru mulai diperhatikan oleh
pemerintah dimana pendidik wajib memiliki:
(a) kualifikasi akademik dan kompetensi
pendidik sebagai agen pembelajaran, (b)
kualifikasi akademik yang diperoleh melalui
pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau
program diploma empat (D4) yang sesuai
dengan tugasnya sebagai guru dan S2 untuk
dosen, dan (c) kompetensi profesi pendidik.
Dewasa ini pemerintah telah
mengevaluasi kompetensi guru-guru pasca
sertifikasi dengan melaksanakan program
UKG (Uji Kompetensi Guru) untuk mengukur
kompetensi dasar tentang bidang studi (subject
matter) dan pedagogik dalam domain content
guru. Kompetensi dasar bidang studi yang
diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi.
Program UKG memberikan gambaran secara
umum bagaimana kompetensi guru-guru di
Indonesia. Namun gambaran tersebut hanya
memberikan informasi awal bagaimana
kompetensi pedagogik seorang guru. Dengan
demikian nilai evaluatif dari pelaksanaan UKG
tersebut belum menggambarkan kompetensi
guru sepenuhnya.
Evaluasi teaching behavior guru di
dalam mengelola kelas merupakan kegiatan
reflektif rutin yang seharusnya dilakukan guru
di dalam meningkatkan kualitas
pembelajarannya. Chyl et al. (2008)
menyatakan bahwa sebagian besar manajemen
pengembangan profesionalisme yang
diterapkan oleh sekolah ditetapkan tanpa
menggali kebutuhan mendasar guru. Murray
(1983) menyatakan komponen-komponen
yang meliputi teaching behavior adalah:
kejelasan metode untuk mengklarifikasi
konsep, antusiasme guru dalam mengajar,
interaksi untuk mengembangkan partisipasi
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
179
siswa, pengaturan dalam menata subjek
pelajaran, langkah-langkah dalam
memberikan informasi, kriteria penilaian,
karakteristik suara, dan hubungan antara guru
dengan siswa untuk meningkatkan keaktifan
siswa.
Untuk menentukan bagaimana
perilaku mengajar guru pasca sertifikasi dapat
dipergunakan indikator guru-guru biologi
yang mengajar di SMP unggulan khususnya di
Kota Denpasar. Perilaku mengajar guru-guru
biologi SMP unggulan di kota Denpasar akan
memberi gambaran awal dan refleksi
bagaimana kualitas proses belajar mengajar
biologi berlangsung. Diagnosis sedini
mungkin terkait dengan mata pelajaran biologi
yang baru diajarkan di bangku SMP menjadi
sangat penting untuk mengatasi permasalahan
yang dapat muncul ketika guru tersertifikasi
tersebut mengajar di kelas.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu
1) menganalisis tingkat kejelasan metode yang
digunakan guru ketika menjelaskan, 2)
menganalisis tingkat antusiasme guru, 3)
menganalisis kualitas interaksi yang dilakukan
guru, 4) menganalisis kualitas pengaturan
yang dilakukan guru untuk menata subjek
pelajaran, 5) menganalisis kualitas langkah-
langkah yang digunakan guru untuk
memberikan informasi, 6) menganalisis
kriteria penilaian yang dilaksanakan guru, 7)
menganalisis kualitas suara pada saat
pembelajaran di kelas, 8) menganalisis tingkat
kedekatan hubungan antara guru dan siswa
saat pada pembelajaran di kelas.
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang menggunakan pendekatan
deskriptif di dalam memaparkan fenomena
yang terjadi. Subana dan Sudrajat (2005)
menyatakan bahwa penelitian deskriptif
bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Pemilihan subjek penelitian di sekolah ini
dilaksanakan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Melalui metode ini,
dipilih dua sekolah di kota Denpasar yaitu
SMP Negeri 1 Denpasar dan SMP 1 Saraswati
Denpasar. Dari masing-masing sekolah
tersebut akan diamati masing-masing 1 orang
guru mengenai bagaimana perilaku
mengajarnya pasca sertifikasi dengan
menggunakan dua orang observer dan
triangulasi data dengan siswa sebagai
responden.
PEMBAHASAN
Tingkat Kejelasan Materi
Tabel 5.1 Berikut ini menguraikan
bagaimana responden guru SMP Biologi di
Kota Denpasar menjelaskan materi
pembelajarannya.
Tabel 5.1 Kejelasan Mengajar Guru-Guru Biologi Pasca Sertifikasi di Kota Denpasar
KEJELASAN Mean Triangulasi
(�̅�)
Standar
Deviasi (SD)
Mean total
1 Memberikan beberapa contoh pada setiap
konsep. 4.39
0,36 3,90
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
180
2 Menggunakan contoh-contoh yang nyata
untuk menjelaskan konsep dan prinsip 4.06
3 Memberikan sesuatu yang baru atau sesuatu
yang asing. 3.36
4 Mengulang ide sulit beberapa kali 3.93
5 Adanya penekanan dengan menggunakan
diam sejenak, berbicara pelan, dan
mengeraskan suara 3.68
6 Menggunakan gambar atau diagram untuk
membantu menjelaskan konsep 3.61
7 Mempraktekan secara langsung konsep 3.33
8 Menjawab pertanyaan siswa secara lengkap 4.31
9 Memberikan cara untuk mengingat hapalan
yang rumit. 4.03
10 Menulis kata kunci pada papan tulis 3.88
11 Menjelaskan subjek dalam bahasa yang
mudah dimengerti. 4.25
Dari Tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa.
dari 11 komponen aspek kejelasan guru di
dalam memberikan materi pembelajaran
terdapat 2 komponen yang berada dalam
kualifikasi sedang, 3 berada dalam kualifikasi
sangat baik dan sisanya berada dalam
kualifikasi baik. 2 komponen tersebut adalah
memberikan hal-hal atau update materi
pembelajaran terbaru yang bersifat kontekstual
dengan nilai rata-rata triangulasi (�̅�) 3,36 dan
mempraktekkan secara langsung konsep yang
dimiliki oleh guru yaitu dengan nilai (�̅�) 3,33.
Di dalam meningkatkan profesionalismenya
sebagai seorang guru, setiap guru harus
melakukan update pengetahuannya secara
berkala untuk mengkaitkan teori yang
dimilikinya dengan fakta atau fenomena sains
atau biologi yang terjadi di masyarakat.
Pengajaran efektif (effective teaching)
merupakan kebutuhan global dunia
pendidikan. Dalam berbagai jenis kurikulum
sangat diperlukan guru profesional yang
senantiasa mengupdate pengetahuannya
terutama dengan berbasis teknologi dalam
bentuk digital literacy.
Guru dapat mencari sumber belajar
dan merancang media pembelajaran yang
relevan dengan kebutuhan peserta didik
melalui internet. Dengan demikian sumber
belajar dan media pembelajaran yang
diberikan oleh guru akan lebih bermakna
karena bersifat lebih faktual. Sumber belajar
dan media yang demikian akan mendukung
paham konstruktivistik, yaitu siswa dapat
menggali dan membangun pemahamannya
secara mandiri mengenai suatu materi. Biologi
merupakan salah satu bidang ilmu yang
bersifat dinamis sehingga guru harus dapat
beradaptasi dengan baik untuk meningkatkan
profesionalismenya walaupun telah
tersertifikasi.
Selanjutnya perlu perbaikan dalam
cara guru khususnya dalam hal ini adalah guru
yang telah tersertifikasi di dalam
mempraktekkan secara langsung konsep yang
dimiliki. Aplikasi teori merupakan salah satu
hal yang fundamental dalam pembelajaran
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
181
biologi. Pembelajaran merupakan hal yang
sangat kompleks. Aplikasi teori yang
dilakukan oleh guru khususnya untuk materi
biologi dapat dilakukan dengan mudah dengan
menggunakan bantuan media asli maupun
dengan perangkat percobaan sederhana yang
mampu merangsang rasa ingin tahu dan
motivasi siswa di dalam proses pembelajaran.
Terdapat 3 aspek yang berada dalam
kualifikasi sangat baik untuk tingkat kejelasan
guru di dalam memberikan materi
pembelajaran yaitu 1) pemberian contoh untuk
setiap konsep yang diajarkan oleh guru ( �̅�
Triangulasi =4,39), 2) menjawab pertanyaan
siswa secara lengkap ( �̅� Triangulasi =4,31),
dan 3) menjelaskan materi dalam bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti ( �̅�
Triangulasi =4,25). Pemberian contoh
merupakan salah satu upaya untuk
memperjelas abstraksi-abstraksi yang dimiliki
oleh siswa. Selama proses pembelajaran
umumnya guru biologi yang teramati telah
memberikan contoh dengan lengkap ketika
mengajar materi serta menjelaskan konsep dan
materi yang diajarkan dalam situasi lain.
Dengan demikian hal tersebut akan
mempermudah siswa di dalam memahami
materi. Disamping itu selama proses observasi
teramati bahwa umumnya guru-guru biologi
yang telah tersertifikasi di Kota Denpasar telah
menjawab pertanyaan siswa dengan lengkap
dan mendetail, baik itu pertanyaan mendasar
maupun pertanyaan tingkat lanjut yang
diajukan oleh siswa.
Antusiasme Guru di Dalam Mengajar
Tabel 5.2 menguraikan bagaimana
antusiasme guru biologi di Kota Denpasar
selama proses pembelajaran.
Tabel 5.2. Antusiasme Guru Biologi Pasca Sertifikasi dalam Mengajar di Kota Denpasar
Antusiasme Guru Dalam Mengajar Mean Triangulasi
(�̅�)
Standar
Deviasi (SD)
Mean total
1 Berbicara secara dramatis dan ekspresif 3.56 0,62 3,57
2 Bergerak selama menjelaskan 3.96
3 Gerakan tubuh menggunakan tangan dan
lengan dengan frekwensi yang pas 3.81
4 Menunjukkan gerakan wajah dan ekspresi
wajah. 3.77
5 Menghindari berpandangan mata dengan
siswa 2.81
6 Berkeliling disepanjang lorong-lorong
tempat duduk siswa 2.45
7 Gerakan dengan kepala dan badan.
3.42
8 Membaca materi secara harfiah (kata demi
kata) pada teks atau tanpa teks 3.60
9 senyum dan tertawa pada saat mengajar
dengan frekwensi yang tepat. 3.21
10 Tidak gugup 3.90
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa
dari 10 komponen antusiasme guru 6
komponen berada dalam kategori baik, 3
komponen berada dalam kategori sedang dan 1
komponen berada kategori kurang. Secara
umum, berdasarkan hasil mean total pada
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
182
aspek antusiasme yaitu 3,57, maka dapat
disimpulkan bahwa antusiasme mengajar guru
berada dalam kategori baik. Selanjutnya, 3
komponen yang berada dalam kategori sedang
dan perlu untuk mendapat peningkatan adalah
1) menghindari berpandangan mata dengan
siswa (�̅� Triangulasi =2,81), 2) gesture atau
gerakan kepala dan tangan guru saat
berinteraksi dengan siswa ( �̅� Triangulasi =
3,42), dan 3) senyum dan tertawa pada saat
mengajar dengan frekuensi yang tepat ( �̅�
Triangulasi =3,21). Eye contact merupakan
salah satu komunikasi non verbal yang sangat
penting bagi guru di dalam proses
pembelajaran. Eye contact dapat berarti
memberi penekanan atau penegasan akan
suatu hal tertentu kepada siswa, dan dapat pula
berarti bahwa guru memperhatikan siswa
tersebut di dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui
bahwa guru belum memiliki teknik eye contact
yang baik. Guru cenderung lebih
memperhatikan siswa yang cerdas dan
bermasalah di dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian secara umum dapat
diketahui bahwa guru belum dapat membagi
pandangannya secara baik ketika mengajar di
kelas.
Masalah eye contact pada guru juga
disertai dengan masalah gesture yaitu gerakan
tangan, kepala, dan posisi badan guru ketika
mengajar. Berdasarkan hasil observasi ketika
mengikuti proses belajar mengajar dikelas,
dapat disimpulkan bahwa umumnya guru
kurang menggunakan gesture tangan dan
kepala yang tepat ketika menjelaskan suatu
materi. Umumnya guru menulis di papan tulis
sambil menjelaskan materi, dan tidak
menggunakan gerakan-gerakan tangannya
untuk memberi penekanan atau penegasan
terhadap materi. Guru dapat memperlambat
gerakan tangannya ketika membutuhkan
penekanan dan fokus siswa terhadap materi
tertentu dan sebaliknya mempercepat gerakan
tangannya ketika mengetahui bahwa siswa
telah memiliki pemahaman yang baik terhadap
materi tersebut.
Aspek senyum dan tertawa dengan
frekuensi yang tepat selama proses
pembelajaran juga merupakan salah aspek
yang perlu mendapatkan perbaikan bagi guru
biologi di kota Denpasar. Berdasarkan hasil
observasi di lapangan maka dapat diketahui
bahwa guru cenderung serius di dalam
menjelaskan materi meskipun pada jam-jam
yang kritis, yaitu pada jam-jam siang ketika
konsentrasi siswa sudah mulai menurun.
Dengan frekuensi yang tepat senyum dan
tertawa dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif. Dengan
demikian guru dapat secara leluasa menjadi
‘rekan’ siswa di dalam belajar.
Aspek yang perlu mendapat perhatian
lebih khususnya untuk antusiasme guru adalah
berkeliling disepanjang lorong-lorong tempat
duduk siswa ( �̅� Triangulasi =2,45). Untuk
memfasilitasi siswa dengan baik guru harus
berkelilling di dalam kelas untuk memonitor
kemajuan siswa dalam proses belajarnya.
Berdasarkan hasil observasi lapangan dapat
diketahui bahwa secara umum guru biologi
yang telah tersertifikasi cenderung bersifat
statis di dalam proses pembelajaran.
Umumnya guru hanya memonitoring siswa
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
183
yang memiliki kemampuan akademik rendah
dan tinggi. Guru hanya berkeliling apabila ada
siswa yang mengalami kendala selama proses
belajarnya. Hal ini tidak baik bagi siswa yang
sulit untuk mengungkapkan pendapat atau
bertanya secara langsung kepada gurunya.
Siswa yang demikian akan luput dari perhatian
guru, apabila guru tidak berkeliling untuk
memfasilitasi siswa.
Interaksi Untuk Mengembangkan
Partisipasi Siswa
Adapun interaksi antara guru dengan
siswa dapat dirangkum pada Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3.Interaksi Untuk Mengembangkan Partisipasi Siswa pada Guru Biologi Pasca Sertifikasi
dalam Mengajar di Kota Denpasar
.Interaksi Untuk Mengembangkan Partisipasi
Siswa
Mean Triangulasi
(�̅�)
Standar
Deviasi (SD)
Mean total
1 Mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan atau memberikan komentar
selama pembelajaran 4.50
0,55 3,73
2 Mengkritisi siswa ketika mereka
membuat kesalahan. 3.83
3 Menyanjung siswa yang mengeluarkan
pendapat bagus 3.85
4 Memberikan pertanyaan kepada setiap
siswa. 3.69
5 Memberikan pertanyaan kepada seluruh
siswa. 4.38
6 Menggabungkan pendapat murid-murid
kedalam pelajaran. 3.66
7 Memberikan tantangan dan memacu ide. 3.74
8 Menggunakan media yang bervariasi dan
aktivitas yang beragam dalam kelas. 3.32
9 Menanyakan pertanyaan yang tidak perlu
dijawab. 2.93
Data Tabel 5.3 menjelaskan bahwa dari 9
indikator interaksi antara guru dengan siswa
(khususnya untuk guru biologi yang telah
tersertifikasi di kota Denpasar) 2 berada dalam
kategori sangat baik, 5 berada dalam kategori
baik, dan dua berada dalam kategori sedang.
Secara umum dapat diketahui bahwa interaksi
antara guru dengan siswa untuk guru-guru
yang telah disertifikasi di kota Denpasar
adalah baik (mean total = 3,73). Hal ini secara
tidak langsung juga menginformasikan bahwa
aktivitas pembelajaran student centered
learning telah berlangsung dengan baik.
Terdapat dua indikator atau aspek
interaksi yang berada dalam kategori sangat
baik yaitu 1) mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan atau memberikan
komentar selama pembelajaran (�̅� Triangulasi
=4,50) dan 2) memberikan pertanyaan kepada
seluruh siswa (�̅� Triangulasi =4,38). Hal ini
sesuai dengan hasil observasi lapangan yang
memnunjukkan bahwa guru senantiasa
mendorong siswa untuk bertanya dengan
menunjuk siswa tertentu. Karena dengan
mendorong siswa untuk bertanya guru dapat
mengetahui tingkat pemahaman siswa
tersebut, apakah siswa tersebut bertanya dalam
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
184
tataran definisi atau pertanyaan tingkat analisis
yang mendalam. Melatih siswa untuk bertanya
akan mendorong rasa ingin tahu mereka
terhadap materi. Dengan mendorong rasa ingin
tahu mereka maka siswa akan secara aktif
mencari aktif materi yang diajarkan oleh guru
baik di dalam maupun di luar proses belajar
mengajar. Budaya menanya akan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif siswa, karena bertanya
menggambarkan tingkat intelektual yang
dimiliki oleh siswa. Pertanyaan yang diberikan
oleh masing-masing guru model kepada
seluruh siswa adalah pertanyaan untuk
mendiagnosis pengetahuan awal siswa ketika
fase apersepsi maupun pertanyaan tambahan di
kegiatan inti pembelajaran yang mudah untuk
dijawab oleh siswa.
Dalam interaksi guru dengan siswa
berdasarkan hasil temuan di lapangan terdapat
dua indikator interaksi mengajar guru dengan
siswa yang perlu untuk mendapat perbaikan
yaitu 1) penggunaan media yang bervariasi
dan aktivitas yang beragam dalam kelas ( �̅�
Triangulasi =3,32), dan 2) menanyakan
pertanyaan yang tidak perlu dijawab ( �̅�
Triangulasi =2,93). Walaupun kedua indikator
tersebut berada dalam kategori sedang namun
berdasarkan hasil observasi lapangan dapat
diketahui bahwa umumnya guru model tidak
memanfaatkan media pembelajaran dengan
baik. Seperti misalnya ketika mengajar proses
respirasi anaerob guru tidak menayangkan
media video fermentasi ataupun produk
fermentasi. Guru hanya menjelaskan konsep
fermentasi tersebut dengan menggunakan
powerpoint. Terbatasnya media pembelajaran
juga akan membatasi teknik atau metode yang
akan digunakan oleh guru ketika mengajar.
Pengaturan Untuk Menata Subjek
Pelajaran
Adapun pengaturan untuk menata
subyek pembelajaraan dapat diuraikan pada
Tabel 5.4
Tabel 5.4. Pengaturan Untuk Menata Subjek Pelajaran Guru Biologi Pasca Sertifikasi dalam
Mengajar di Kota Denpasar
Pengaturan Untuk Menata Subjek Pelajaran Mean
Triangulasi (�̅�)
Standar
Deviasi (SD)
Mean total
1 Menggunakan judul atau sub-judul untuk
mengatur pembelajaran 4.20
0,22 4,18
2 Menuliskan inti dari pelajaran pada papan
tulis. 3.92
3 Kejelasan pada transisi dari topik satu ke
topik lainnya. 4.16
4 Memberikan penjelasan secara singkat
pada awal pembelajaran. 4.05
5 Menjelaskan bagaimana masing-masing
topik cocok pada pembelajaran secara
keseluruhan 3.98
6 Mengulang kembali topik sebelumnya
pada saat mengawali pembelajaran. 4.44
7 Secara rutin meringkas hal-hal penting. 4.53
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
185
Berdasarkan Tabel 5.4 maka dapat diketahui
bahwa ketujuh indikator atau komponen
pengaturan untuk menata subjek pelajaran
guru biologi pasca sertifikasi di Kota Denpasar
berada dalam kategori baik. Hal ini sesuai
dengan nilai mean total yaitu sebesar 4,18
yang masih berada dalam kategori baik dan
nilai dari standar deviasi data yang masih
sangat kecil yaitu 0,22. Berdasarkan hasil
observasi lapangan guru biologi yang telah
tersertifikasi memiliki keterampilan yang baik
di dalam pengaturan untuk menata mata
pelajaran. Secara umum guru telah terbiasa
untuk menulis di papan tulis dengan ukuran
berbeda sesuai dengan tujuan. Kemudian
membagi papan tulis menjadi dua bagian yang
sama besar untuk ruang menulis selanjutnya,
menggarisbawahi kata-kata sulit untuk siswa,
dan membuat peta konsep untuk menjelaskan
hubungan keterkaitan antara satu konsep
dengan konsep yang lain.
Di dalam transisi antara satu topik ke
topik yang lain umumnya guru model biologi
yang diamati menggunakan jeda sebagai
penegasan. Disamping itu, setiap guru selesai
menjelaskan suatu konsep untuk
mempermudah memberi penekanan transisi
guru bertanya kepada siswa pakah ada hal-hal
yang belum dipahami. Disisi lain, di awal
pembelajaran pada umumnya guru model yang
diamati juga memberi penjelasan singkat
sesuai yang menyesuaikan dengan tingkat
kognitif siswa. Misalnya saja guru memberi
penjelasan “Anak-anak respirasi adalah proses
pembentukan energi berupa ATP dengan
melibatkan pertukaran udara antara
karbondioksida dengan oksigen dengan
menghasilkan sedikit uap air” .Penjelasan
yang demikian sangat sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif siswa SMP yang
belum memahami secara kompleks proses
pembentukan ATP secara spesifik.
Saat mengawali pembelajaran
masing-masing guru model mengkaitkan
antara materi yang telah diajarkan sebelumnya
untuk menggali pengetahuan awal siswa.
Pengetahuan awal ini merupakan modal dasar
bagi guru untuk mengintegrasikan materi agar
sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Dan
pada akhir pembelajaran guru juga memberi
kesempatan siswa untuk menyimpulkan materi
yang telah diajarkan. Untuk memperkuat hal
tersebut guru mengomentari dan mengevaluasi
kesimpulan siswa serta merangkum kembali
materi
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh
siswa.
Langkah-Langkah dalam Memberikan
Informasi
Adapun langkah langkah dalam
memberikan informasi guru biologi pasca
sertifikasi dalam mengajar di Kota Denpasar
dapat diuraikan pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Langkah-Langkah dalam Memberikan Informasi Guru Biologi Pasca Sertifikasi dalam
Mengajar di Kota Denpasar
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
186
Langkah-Langkah dalam Memberikan
Informasi
Mean Triangulasi
(�̅�)
Standar
Deviasi
(SD)
Mean total
1 Secara langsung mengungkapkan poin-
poin yang dianggap mudah. 4.07
0,43 4,04
2 Langsung memaparkan topik secara
umum 3.91
3 Mencakup sedikit materi pada setiap
sesi 3.51
4 Menanyakan kepada siswa bahwa sudah
mengerti dengan materi sebelum
melanjutkan ke topik berikutnya. 4.71
5 Berhenti sejenak dalam menjawab
pertanyaan siswa. 3.98
Berdasarkan Tabel 5.5 maka dapat diketahui
bahwa dari 5 indikator atau komponen
langkah-langkah guru di dalam memberikan
informasi, 1 komponen berada dalam kategori
sangat baik dan 4 komponen berada dalam
kategori baik. Secara umum guru model yang
diobservasi telah dengan baik memberikan
informasi secara sistematis kepada siswa, hal
ini juga terlihat dari nilai mean total yaitu 4,04.
Aspek atau indikator menanyakan
kepada siswa apakah siswa tersebut sudah
mengerti dengan materi sebelum melanjutkan
ke topik berikutnya merupakan aspek dengan
nilai tertinggi pada langkah-langkah guru di
dalam menyampaikan informasi ( �̅�
Triangulasi =3,32). Hal ini didukung oleh data
observasi yang mengindikasikan bahwa
masing-masing guru model selalu bertanya
kepada siswa pada akhir penjelasan konsep
sebelum memulai untuk menjelaskan konsep
berikutnya. Guru memastikan bahwa siswa
benar benar menguasai konsep yang diajarkan
karena pada mata pelajaran biologi konsep
yang satu akan berperan sebagai konsep
prasyarat untuk penguasaan konsep
berikutnya. Hingga saat ini teori pemerosesan
informasi yang disampaikan oleh Gagne masih
relevan digunakan untuk menjelaskan
bagaimana aktivitas guru bertanya akan
pemahaman siswa sebelum melanjutkan
materi ke topik berikutnya. Menurut Gagne
dalam Slavin (2006) menyatakan bahwa
terdapat tiga tahapan di dalam pemerosesan
informasi bagi setiap orang yaitu sensory
motoric, short term memory, dan long term
memory. Penjelasan yang diberikan oleh guru
berada dalam tahap short term memory yaitu
tahap dimana informasi tersebut diolah
sementara. Aktivitas guru bertanya untuk
memastikan pemahaman siswa sebelum
menuju materi selanjutnya memperkuat
informasi yang masuk pada short term memory
siswa. Dengan informasi short term memory
yang baik dan tertata rapi maka selanjutnya hal
ini akan tersimpan dengan baik di long term
memory siswa. Sehingga proses recall akan
berjalan lebih cepat.
Kriteria Pembelajaran dan Penilaian
Adapun aspek kriteria pembelajaran
dan penilaian guru biologi pasca sertifikasi di
Kota Denpasar dapat diuraikan pada Tabel 5.6.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
187
Tabel 5.6. Aspek Kriteria Pembelajaran dan Penilaian Guru Biologi Pasca Sertifikasi dalam
Mengajar di Kota Denpasar
Aspek Kriteria Pembelajaran dan Penilaian Mean
Triangulasi (�̅�)
Standar
Deviasi
(SD)
Mean total
1 Memberikan saran-saran bagaimana
mempersiapkan diri dalam menghadapi tes. 3.86
0,21 4,08
2 Menyediakan contoh-contoh soal yang akan
diujikan 4.19
3 Memberitahu siswa secara langsung apa
harapan pada tes atau tugas yang telah
diberikan. 3.82
4 Selalu objektif pada setiap materi pelajaran. 4.40
5 Mengingatkan siswa jadwal tes atau batas akhir
pengumpulan tugas. 4.09
6 Selalu objektif pada seluruh materi pelajaran. 4.12
Berdasarkan data Tabel 5.6 maka dapat
diketahui bahwa dari 6 komponen atau
indikator aspek pembelajaran dan penilaian 1
komponen berada dalam kategori sangat baik
dan 5 komponen berada dalam komponen
baik. Lebih lanjut, dilihat dari mean total maka
dapat disimpulkan bahwa dalam aspek
pembelajaran dan penilaian guru biologi di
Kota Denpasar berada dalam kategori baik
(4.08). Adapun aspek yang terbaik dari
pembelajaran dan penilaian guru adalah selalu
objektif terhadap setiap materi yang diberikan
(�̅� Triangulasi =4,50). Hal ini sesuai dengan
karakteristik ilmu biologi yang selalu
menerapkan sikap ilmiah di dalam proses
pembelajarannya yaitu obyektif, jujur, terbuka
atau menerima pendapat orang lain, kritis, dan
memiliki rasa ingin tahu.
Berdasarkan hasil observasi lapangan
dapat diketahui bahwa guru model yang
diamati selalu obyektif di dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh siswa. Jika
terdapat ketidak sesuai antara hasil uji coba
praktikum dengan teori yang telah diberikan
oleh guru, maka guru model selalu
mengarahkan siswa untuk melaporkan data
hasil uji coba sesuai dengan hasil yang mereka
dapat atau peroleh. Pada umumnya jika guru
model tidak mengetahui jawaban atas
pertanyaan siswa, guru model akan menunda
untuk menjawabnya dan memilih untuk
mencari sumber informasi terkait. Disamping
itu, berdasarkan hasil wawancara dapat
diketahui bahwa semua guru model juga
bersifat obyektif di dalam memberikan
penilaian terhadap siswanya. Penilaian yang
dilakukan oleh guru model memang benar
benar berasal dari kemampuan siswa itu
sendiri.
Penilaian yang dilakukan secara
obyektif oleh guru model terbut akan memberi
gambaran yang jelas mengenai kemampuan
masing-masing peserta didik baik secara
individu maupun secara kelompok. Maka
dapat disimpulkan bahwa guru model telah
memiliki sense of goal , yaitu mengukur
kemampuan atau kompetensi peserta didik
berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Hal lain juga yang berperan
penting di dalam mendukung obyektifitas dari
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
188
guru model tersebut adalah sense of regulation
yaitu keteraturan di dalam menetapkan
pembelajaran dan penilaiannya sesuai dengan
tujuan awal. Misalnya saja guru model telah
menetapkan waktu presentasi untuk masing
masing kelompok siswa adalah 15 menit.
Maka jika kelompok siswa belum
menyelesaikan presentasinya dengan interval
waktu tersebut, guru model langsung
menyudahi atau menyuruh kelompok siswa
untuk menyelesaikan presentasinya.
Karakteristik Suara
Suara merupakan salah satu faktor
yang sangat berperan di dalam membangun
atmosfer pembelajaran. Karakteristik suara
yang dimaksudkan disini adalah tidak
berbicara gugup di depan siswa, volume yang
tepat dan jelas, kecepatan suara yang sesuai
dan tidak berbicara secara monoton. Disadari
atau tidak suara juga mendukung kualitas
mengajar dan penampilan guru. Guru dengan
volume dan intonasi suara yang baik akan
mampu untuk mengelola kelas atau
memanajemen kelas dengan baik.
Penyampaian yang jelas dan tidak terbata-bata
disertai dengan intonasi suara dan volume
yang tepat menunjukkan kepercayaan diri
seorang guru di dalam mengajar. Adapun
karakteristik suara guru biologi pasca
sertifikasi dalam mengajar di Kota Denpasar
dapat diuraikan pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Aspek Karakteristik Suara Guru Biologi Pasca Sertifikasi dalam Mengajar di Kota
Denpasar
Aspek Karakteristik Suara Mean
Triangulasi (�̅�)
Standar Deviasi
(SD)
Mean total
1 Tidak berbicara gugup, komat-kamit,
kata-kata kasar. 3.93
0,32 4,13
2 Berbicara dengan volume yang tepat. 4.40
3 Berbicara dengan jelas. 4.47
4 Berbicara dengan kecepatan yang tepat. 4.17
5 Tidak berbicara secara monoton 3.69
Data dari hasil triangulasi dan statistik
deskriptif pada Tabel 5.7 menguraikan bahwa
dari 5 komponen karakteristik suara guru
terdapat 2 komponen atau indikator yang
masuk dalam kategori sangat baik, sedangkan
siswanya 3 indikator tergolong dalam kategori
baik. Hal ini sesuai dengan mean total
komponen karakteristik suara guru yaitu 4,13
yang masih tergolong dalam kategori baik.
Berdasarkan hasil observasi lapangan
dapat diketahui bahwa guru model telah
memiliki karakteristik suara yang baik di
dalam mengajar. Secara umum semua guru
model menjelaskan materi pembelajaran
dengan suara yang nyaring dan jelas di dengar
oleh siswa. Guru model berbicara dengan
intonasi dan kecepatan yan tepat. Ketika guru
model ingin mendiagnosis pengetahuan awal
siswa, guru model bertanya dengan pelan dan
dengan volume yang keras agar dapat didengar
oleh seluruh siswa di dalam kelas. Sebaliknya
apabila guru model menjawab pertanyaan
siswa yang sedang belajar di dalam kelompok,
guru model menggunakan intonasi suara yang
lembut dan dengan volume yang lebih kecil.
Variasi suara tersebut diikuti oleh gesture
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
189
tangan yang tepat sehingga memberikan kesan
meyakinkan ketika guru menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh siswa. Lebih lanjut, fakta
lain yang ditemukan di lapangan adalah ketika
guru terlalu lama menjelaskan sesuatu atau
berpindah menjadi pusat pembelajaran yang
menyebabkan suasana kelas menjadi
membosankan, maka guru akan mengubah
setting kelas dengan memberikan pertanyaan
yang harus didiskusikan oleh teman sebangku
siswa..
Hubungan Antara Guru dan Siswa Saat
Pembelajaran
Adapun hubungan antara guru biologi
yang tersertifikasi dengan siswa saat
pembelajaran di Kota Denpasar dapat
diuraikan pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Hubungan Antara Guru Biologi yang tersertifikasi dengan Siswa Saat Pembelajaran di
Kota Denpasar
Hubungan Antara Guru dan Siswa Mean
Triangulasi
(�̅�)
Standar
Deviasi (SD)
Mean total
1 Menunjuk siswa dengan nama. 2.85 0,69 3,29
2 Mengalokasikan waktu untuk konsultasi di
luar kelas. 2.99
3 Memberikan bantuan kepada siswa yang
memiliki masalah. 3.40
4 Menunjukkan sikap toleransi. 4.30
5 Berbicara dengan siswa sebelum dan
sesudah pelajaran 3.50
Data Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 5
aspek hubungan antara guru dengan siswa 1
aspek berada dalam kategori sangat baik, 3
aspek berada dalam kategori sedang, dan 1
aspek berada dalam kategori baik. Sedangkan
apabila dilihat dari nilai mean total secara
keseluruhan yaitu 3,29 maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara guru
yang tersertifikasi dengan siswa di Kota
Denpasar berada dalam kategori sedang.
Aspek yang tergolong kedalam
kategori sedang tersebut perlu segera
mendapatkan perbaikan atau pembenahan.
Adapun aspek tersebut adalah 1) menunjuk
siswa dengan nama (�̅� Triangulasi =2,85), 2)
mengalokasikan waktu untuk konsultasi di luar
kelas ( �̅� Triangulasi =2,99), dan 3)
memberikan bantuan kepada siswa yang
memiliki masalah (�̅� Triangulasi =3,40). Hasil
observasi menunjukkan hal yang serupa
dengan hasil data tabulasi yaitu umumnya guru
model tidak dapat menunjukkan nama siswa
dengan baik ketika meminta siswa untuk
menjawab pertanyaan. Guru model umumnya
menunjuk siswa dengan kata ‘Ya, coba kamu
yang menjawabnya!’. Dengan menunjuk nama
siswa saat mengajukan pertanyaan maka
secara tidak langsung guru akan memberi
menghargai siswa yang akan menjawab
pertanyaan tersebut. Walaupun hal ini
sebenarnya merupakan hal yang kecil dan
jarang diperhatikan oleh guru. Akan tetapi hal
ini bisa berdampak sangat besar bagi siswa.
Disamping itu, menyebut nama siswa juga
akan meningkatkan rasa tanggung jawab, dan
percaya diri siswa. Ketika guru menyebut
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
190
nama siswa maka siswa akan merasa bahwa
guru tersebut menaruh perhatian dan
kepedulian. Mengenal nama siswa merupakan
salah satu bukti guru mengenal karakteristik
siswa. Selain itu guru model juga sulit untuk
ditemui untuk berkonsultasi di luar kelas. Guru
model umumnya lebih nyaman berinteraksi
dengan guru yang lainnya jika dibandingkan
dengan siswa di luar jam pembelajaran,
dibandingkan dengan menyelesaikan masalah-
maslaah yang mungkin saja belum dipahami
oleh siswa. Lebih lanjut, guru model juga lebih
banyak menghabiskan waktu untuk mengurus
masalah masalah administrasi sekolah yang
banyak menyita waktu guru di sekolah. Hal ini
berdampak pada sedikitnya waktu yang
dimiliki oleh guru model untuk memberikan
bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan
masalah-masalah siswa di luar jam belajar.
Hal lain yang menjadi masalah
berdasarkan data hasil observasi guru model
adalah memberi bantuan kepada siswa yang
sedang mengalami kesulitan ketika proses
pembelajaran berlangsung. Secara umum guru
model hanya memfasilitasi siswa dengan
menjawab pertanyaan jika siswa bertanya.
Walaupun setelah menjawab pertanyaan,
apabila siswa masih terlihat bingung guru
model enggan untuk memperjelas kembali
materi yang ditanya karena beranggapan hal
ini akna menghambat kemajuan belajar dari
rekan siswa yang lainnya. Walaupun demikian
sebenarnya guru juga dapat meminta siswa
untuk menemui dirinya di luar jam pelajaran
sekolah untuk mengatasi masalah siswa
tersebut.
Aspek menunjukkan sikap toleransi
merupakan aspek yang tertinggi dalam
hubungan antara guru dengan siswa saat
pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi
lapangan dan wawancara diketahui bahwa
masing-masing guru model memiliki rasa
toleransi yang tinggi kepada siswanya. Hal ini
terlihat ketika guru menyampaikan ungkapan
terima kasih ketika diberi pertolongan oleh
siswa, perhatian ketika ada siswa yang tidak
masuk kelas karena sakit, dan mengijinkan
siswa untuk aktif mengikuti kegiatan lomba
atau olimpiade saat jam pelajarannya
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Baedhowi. (2006). Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. Halaman 120-126.
Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional.
Bonk E., Yamagata. (2005). A Models of
Teacher Professional Development to
Support Technology Integration. AACE
Journal. Volume 3. Nomor 13 (hlm.
250-270).
Chyl, K., Abell, S., Pareja, E., Musikul, K., &
Ritzka, G. (2008). Science and
mathematics teachers’experiences,
needs, and expectations regarding
professional development. 4(1). 31-43.
Available at: www.ejmste.com/
Eurasia_v4n1_Chval_etal.pdf.
Fox, R. K. & Kidd, J. K. (2006). Teachers’
portofolio as windows and mirrors. The
Teacher Educators Journal. 2-17.
Available at: www.physisc.ohio-
state.edu/jossem/Ref/go.pdf.
Marsigit. (2007). Mathematics Teachers
Professional Development Through
Lesson Study in Indonesia. Eurasia
Journal of Mathematics, Science and
Technologi Education. Volume 3.
Nomor 2(hlm.141-144).
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214
191
Melville, W., Yaxley, B. (2009). Contextual
Opportunities Teacher Professional
Learning : The Experience of One
Science Department. Eurasia Journal
of Mathematics, Science, and
Technologi Education. Volume 4.
Nomor 1(hlm.31-43).
Miles, M.B. & Huberman, H.M. (1992).
Analisis data kualitatif (buku sumber
tentang metode-metode baru). Jakarta:
UI-Press.
Murray, H. G. (1983). Low-inference
Classroom Teaching Behaviors and
Student Ratings of College Teaching
Effectiveness. Journal of Educational
Psycholog., 75, 138-149.
Muslich, M. (2007). Sertifikasi Guru menuju
Profesionalisme Pendidik. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Moleong, L. J.(2008). Metodologi penelitian
kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdikarya.
Strauss, A. & Corbin, J. (2007). Dasar-dasar
penelitian kualitatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Slavin. R., E. (2006). Educational Psychology;
Theory and Prctice (8th Edition).
Boston; Pearson Edcation Inc.
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Subana, M. & Sudrajat. (2005). Dasar-Dasar
Penelitian Ilmiah. Bandung:CV
Pustaka Pelajar.
The National Science Education
Standars.(1996). Science Education
Available at
http://www.nap.edu/catalog/4962/natio
nal-science-education-standards.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149
192
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
KEPUASAN PENGGUNA APLIKASI SISTEM ABSENSI ONLINE DI
STMIK STIKOM BALI
I Gusti Ngurah Satria Wijaya
Program Studi Sistem Informasi Sekolah STMIK STIKOM Bali
Jln. Raya Puputan, No. 86, Renon Denpasar, Bali
Email: [email protected]
ABSTRAK
Tingkat kepuasan pengguna sistem absensi online adalah salah satu parameter yang
banyak dipakai untuk menilai kesuksesan implementasi sistem absensi online pada
suatu organisasi. Mengingat peran penting dari aplikasi sistem absensi online, baik
dalam pelaksanaan absensi online oleh pengguna yaitu dosen pengajar STMIK STIKOM
Bali yang berlangsung secara cepat dan mudah maupun dalam segi output yang dihasilkan
yaitu memperoleh hasil yang akurat, diperlukan adanya suatu pengukuran tingkat
kepuasan pengguna aplikasi sistem absensi online sebagai bentuk evaluasi atas kesuksesan
implementasi sistem absensi online yang telah dilaksanakan selama ini. Penelitian ini
bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepuasan
pengguna aplikasi sistem absensi online di STMIK STIKOM Bali. Dari permasalahan
tersebut diatas maka diperlukan analisis untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna yang
dalam hal ini adalah dosen pengajar sebagai pengguna sistem yang dapat menilai kepuasan
terhadap sistem. Pengukuran kepuasan pengguna dalam permasalahan ini dengan menyebarkan
kuisioner yang akan diisi oleh dosen pengajar STMIK STIKOM bali dengan menggunakan
metode analisis regresi linier berganda. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
kualitas aplikasi, kualitas informasi, sumber daya manusia, dukungan manajemen dan
pelayanan operator dan variabel dependennya adalah tingkat kepuasan pengguna sistem
absensi online. Hasil dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan uji F,
variabel kualitas aplikasi, kualitas informasi, sumber daya manusia, dukungan manajemen
dan pelayanan operator secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat kepuasan pengguna aplikasi sistem absensi online. Berdasarkan uji parsial,
variabel kualitas aplikasi, kualitas informasi, sumber daya manusia, dukungan manajemen
dan pelayanan operator berpengaruh positif terhadap tingkat kepuasan pengguna aplikasi
sistem absensi online namun tidak signifikan.
Kata Kunci : kualitas aplikasi, kualitas informasi, sumber daya manusia, dukungan
manajemen, pelayanan operator, dan tingkat kepuasan pengguna
ABSTRACT
The level of user satisfaction online attendance system is one of the parameters that are
widely used to assess the successful implementation of an online attendance system in an
organization. Given the important role of online attendance system application, both in the
implementation of online attendance by the user is a lecturer STMIK STIKOM Bali which took
place quickly and easily and in terms of output produced is to obtain accurate results, required
a measurement of the level of user satisfaction application attendance system online as a form
of evaluation of the successful implementation of online attendance system that has been
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149
193
implemented so far. This study aims to examine the factors that affect the level of user
satisfaction online attendance system application in STMIK STIKOM Bali. From the above
problems it is necessary analysis to measure the level of user satisfaction in this case is the
lecturer as a system user who can assess the satisfaction of the system. Measurement of user
satisfaction in this problem by spreading the questionnaires that will be filled by lecturers
STMIK STIKOM Bali by using multiple linier regression analysis method. The independent
variables in this research are application quality, information quality, human resources,
management support and operator service and the dependent variable is user satisfaction level
of online attendance system. The results of this study can be concluded that based on the F test,
application quality, information quality, human resources, management support and service
operators simultaneously have a significant influence on the level of user satisfaction online
attendance system application. Based on partial test, application quality, quality of
information, human resources, management support and service of operator have positive
effect to user satisfaction level of online attendance system application but not significant.
Keywords : application quality, information quality, human resources, management support,
operator service, and user satisfaction level
PENDAHULUAN
STMIK STIKOM Bali yang
dipopulerkan dengan sebutan STIKOM
Bali adalah bentuk perguruan tinggi formal
yang secara khusus menyelenggarakan
program manajemen informatika dan
komputer dengan nama Sekolah Tinggi
Manajemen Informatika dan Teknik
Komputer (STMIK) STIKOM Bali.
Dengan adanya perguruan tinggi di
bidang IT memberikan kesempatan untuk
mahasiswa yang memiliki keinginan untuk
belajar ilmu komputer. Oleh sebab itu
STMIK STIKOM Bali membuat sebuah
sistem absensi untuk mendata dan mencatat
kehadiran mahasiswa yang aktif dalam
kegiatan perkuliahan. Absensi merupakan
salah satu syarat untuk dapat mengikuti
Ujian Akhir Semester (UAS). Seiring
dengan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang telah merambat ke
berbagai aspek kehidupan masyarakat,
kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi telah banyak memberikan
manfaat bagi para penggunanya, salah satu
contohnya yaitu komputerisasi. Teknologi
komputerisasi tidak membatasi
penggunanya dan membuat kinerja lebih
cepat dan tertata.
Aplikasi komputer yang
diimplementasikan dalam sistem absensi
online ini yaitu sistem informasi yang
digunakan untuk membantu dosen STMIK
STIKOM Bali untuk mencatat absensi
mahasiswa dengan mudah dan cepat,
dengan menggunakan bahasa pemrograman
java untuk membangun aplikasi ini.
Diimplementasikan aplikasi ini, dosen
pengajar acara perkuliahan di kelas STMIK
STIKOM Bali dapat menggunakan aplikasi
sistem absensi online secara cepat, mudah
dan akurat.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149
194
Tingkat kepuasan pengguna sistem
absensi online adalah salah satu
parameter yang banyak dipakai untuk
menilai kesuksesan implementasi
sistem absensi online pada suatu
organisasi. Kepuasan menurut Philip
Kotler dan Kevin lane Keller (2007) yang
mengatakan bahwa kepuasan adalah
perasaan senang atau kecewa seseorang
yang muncul setelah membandingkan
kinerja (hasil) produk yang dipikirkan
terhadap kinerja yang diharapkan. Nursudi
dan Sudarno (2013) dalam penelitiannya
menggunakan variabel kualitas aplikasi,
kualitas informasi, dukungan manajemen,
sumber daya manusia, dan pelayanan
KPPN (operator pelayanan) untuk
mengukur tingkat kepuasan pengguna
aplikasi pelaporan keuangan pemerintah.
Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa
faktor kualitas aplikasi, kualitas informasi,
sumber daya manusia, dan pelayanan
KPPN (operator pelayanan) berpengaruh
positif terhadap tingkat pengguna aplikasi
pelaporan keuangan pemerintah. Namun
hasil penelitian untuk faktor dukungan
manajemen berpengaruh positif namun
tidak signifikan terhadap tingkat kepuasan
pengguna aplikasi pelaporan keuangan
pemerintah. Al-Adaileh (2009) dalam
penelitiannya menggunakan variabel
kualitas informasi, persepsi kemudahan
penggunaan, persepsi kegunaan,
dukungan manajemen dan kemampuan
teknis pengguna untuk mengukur
tingkat kepuasan pengguna akhir sebagai
indikator persepsi kesuksesan suatu
sistem. Hasil penelitiannya menjelaskan
bahwa faktor kualitas informasi, persepsi
kegunaan, dukungan manajemen dan
kemampuan teknis pengguna
berpengaruh positif terhadap tingkat
kepuasan pengguna. Namun hasil
penelitian juga menjelaskan bahwa
persepsi kemudahan penggunaan tidak
berpengaruh terhadap tingkat kepuasan
pengguna. Hasil penelitian Nursudi dan
Sudarno (2013) pada variabel kualitas
layanan searah dengan hasil penelitian
Rahadian, Djunaedi, dan Suwastono
(2015). Hasil penelitian Nursudi dan
Sudarno (2013) dan Al-Adaileh (2009)
pada variabel kualitas sistem searah
dengan hasil penelitian Purwaningsih
(2010), Rahadian, Djunaedi, dan
Suwastono (2015). Hasil penelitian
Nursudi dan Sudarno (2013) juga
menjelaskan bahwa untuk faktor
dukungan manajemen berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap tingkat
kepuasan pengguna aplikasi pelaporan
keuangan pemerintah. Namun hasil
penelitian Al-Adaileh (2009) menjelaskan
bahwa dukungan manajemen
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149
195
berpengaruh positif terhadap tingkat
kepuasan pengguna.
Penelitian ini bertujuan untuk
meneliti faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat kepuasan pengguna
aplikasi sistem absensi online di STMIK
STIKOM Bali. Faktor-faktor tersebut
antara lain : kualitas informasi, kualitas
aplikasi, sumber daya manusia, dukungan
manajemen, dan pelayanan operator (staf
akademik STMIK STIKOM Bali).
. Penelitian ini mengembangkan
perpaduan model penelitian Nursudi dan
Sudarno (2013) dan Al-Adaileh (2009)
dengan menggunakan variabel kualitas
informasi, sumber daya manusia dan
dukungan manajemen. Kemudian
persepsi tingkat kemudahan penggunaan
dan persepsi tingkat kegunaan
digunakan sebagai bagian indikator dari
variabel kualitas aplikasi. Pada model
penelitian ini, variabel pelayanan operator
digunakan operator dari staf akademik
STMIK STIKOM Bali). Pelayanan
operator yang dimaksud adalah pelayanan
yang diberikan oleh staf akademik
STMIK STIKOM Bali kepada pengguna
yaitu dosen pengajar STMIK STIKOM
Bali terkait operasional aplikasi sistem
absensi online seperti pelatihan aplikasi,
layanan konsultasi, dan komunikasi aktif.
METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di
STMIK STIKOM Bali yang beralamat di Jl.
Raya Puputan Renon No. 86 Denpasar Bali.
2.2 Alur Analisis
Penelitian yang dilaksanakan terdiri
dari empat tahapan yaitu :
1. Eksplorasi konsep
Pada tahap pertama yaitu eksplorasi
konsep, dijelaskan bahwa berdasarkan
perumusan masalah yang telah ditetapkan
sebelumnya, dilakukan studi literatur
mengenai konsep yang akan digunakan
dalam penelitian yaitu konsep sistem
absensi online, kepuasan, kepuasan
pengguna. Pada tahap pertama ini juga
dilakukan observasi penggunaan sistem
absensi online yang ada pada perguruan
tinggi yang digunakan sebagai studi kasus
yaitu STIKOM Bali. Hasil studi literatur
dan observasi menghasilkan konsep dan
data yang digunakan sebagai dasar dalam
analisis.
2. Pengumpulan data
Pada tahap pengumpulan dan analisis data
dilakukan pembuatan instrument
pengukuran berupa kuesioner,
pengumpulan data dan analisis data.
Penyebaran data kuesioner dilakukan pada
STMIK STIKOM Bali dengan responden
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149
196
dosen pengajar.
3. Analisis
Pada tahap analisis dilakukan analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepuasan pengguna sistem absensi online di
STMIK STIKOM Bali dengan metode
analisis regresi linier berganda.
4. Pembahasan dan kesimpulan
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah
membuat pembahasan hasil dari alat
metode analisis regresi linier berganda dan
melakukan penarikan kesimpulan.
2.3 Data
Dalam penelitian ini akan
menggunakan beberapa data yang menjadi
alat pendukung dalam penelitian,
diantaranya adalah data yang di dapat dari
literatur, obsevasi serta data yang didapat
dari penyebaran kuisioner. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer. Data primer diperoleh dari hasil
opini dosen pengajar yang di dapat dari
penyebaran kuisioner.
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data primer
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan penyebaran kuisioner. Kuisioner
tersebut disebarkan pada responden dosen
pengajar STIKOM Bali, dimana untuk
penentuan responden dilakukan dengan
teknik sampling purposive.
2.5 Metode Analisis
Sebelum dilakukannya pengujian data
dengan analisis regresi linear berganda,
beberapa asumsi harus dipenuhi sehingga
model regresi yang nantinya dihasilkan
dapat dikatakan layak. Uji asumsi klasik
dilakukan antara lain dengan uji
normalitas, uji multikolonieritas, dan
uji heterokedastisitas. Pengujian data
menggunakan analisis regresi linier
berganda (Multiple Regression) dengan
memakai alat bantu aplikasi SPSS 16.0
(Statistical Package for Social Science).
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Responden dan Statistik
Deskriptif Penelitian
Berdasarkan jenis kelamin,
responden pria terdiri dari 16 responden
(45,7%), sedangkan responden wanita
terdiri dari 19 responden (54,3%).
Berdasarkan usia, responden yang berusia
paling muda adalah 25 tahun, sedangkan
responden yang berusia paling tua adalah
55 tahun. Mayoritas responden berusia
diantara 27 tahun hingga 32 tahun.
Berdasarkan tingkat pendidikan,
responden terbanyak memiliki tingkat
pendidikan S2. Persentase terendah
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149
197
terdapat pada responden dengan tingkat
pendidikan S3. Sedangkan berdasarkan
pengalaman kerja, mayoritas responden
memiliki pengalaman kerja kurang dari 3
tahun daan antara 3 sampai 6 tahun.
Responden yang paling sedikit adalah
responden yang memiliki pengalaman
kerja antara 6 sampai 9 tahun.
Berdasarkan pendidikan dan pelatihan
yang diikuti, semua responden pernah
mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Variabel Kisaran Rata-rata
Teoritis Empiris Teoritis Empiris
Kualitas
Aplikasi
7 – 35 14 – 35 21 24.5
Kualitas
Informasi
6 – 30 12 – 30 18 21
SDM 3 – 15 6 – 15 9 10.5
Dukungan
Mnajemen
3 – 15 6 – 15 9 10.5
Pelayanan
Operator
4 – 20 8 – 20 12 14
Kepuasan 8 – 40 24 – 40 24 32
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat
bahwa pada variabel kualitas aplikasi,
kualitas informasi, sumber daya manusia,
dukungan manajemen, pelayanan
operator, dan kepuasan pengguna terdapat
responden yang mempunyai nilai jawaban
pada tingkat tertinggi namun tidak ada
responden yang mempunyai nilai jawaban
yang terendah. Berdasarkan tabel 1 juga
dapat dilihat bahwa jawaban yang
diberikan oleh responden pada variabel
kualitas aplikasi, kualitas informasi,
sumber daya manusia, dukungan
manajemen, dan pelayanan operator
menunjukkan jumlah skor jawaban yang
cenderung tinggi. Hal ini terlihat dari rata-
rata jawaban responden pada semua
variabel yang lebih tinggi dari rata-rata
teoritisnya. Hal ini menunjukkan adanya
penilaian dari responden bahwa kualitas
aplikasi, kualitas informasi, sumber daya
manusia, dukungan manajemen, dan
pelayanan operator sudah cukup baik.
4.2 Uji Kualitas Data
Hasil uji validitas menunjukkan
bahwa keseluruhan indikator variabel
yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki nilai Pearson Correlation yang
lebih tinggi dari 0,5. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa semua indikator
pengukur variabel tersebut adalah valid.
Hasil uji reliabilitas menunjukkan
bahwa keseluruhan variabel memiliki nilai
Cronbach’s Alpha yang lebih tinggi dari
0,7. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa keseluruhan pengukur variabel
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah reliabel.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149
198
4.3 Uji Asumsi Klasik
Tabel 2. Uji Asumsi Klasik
Unstandardized Residual
N 35
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .21029296
Most Extreme Differences
Absolute .131
Positive .131
Negative -.058
Kolmogorov-Smirnov Z .774
Asymp. Sig. (2-tailed) .586
a. Test distribution is Normal.
Hasil uji normalitas menunjukkan
bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov adalah
sebesar 0,774 dan tingkat signifikansi
pada 0,586. Tingkat signifikansi ini lebih
besar dari dari tingkat signifikansi
penelitian yaitu 0,05. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa data residual
terdistribusi secara normal.
Tabel 3. Uji Multikolonieritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
kualitas aplikasi .330 3.026
kualitas informasi .277 3.615
SDM .403 2.481
Dukungan Manajemen .499 2.006
Pelayanan Operator .523 1.913
Hasil uji multikolonieritas
menunjukkan bahwa keseluruhan
variabel memiliki nilai tolerance diatas
0,1 dan memiliki nilai VIF dibawah 10.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
tidak terjadi multikolinearitas antar
variabel independen dalam model regresi.
Gambar 2. Scatterplot
Hasil uji heterokedastisitas
menunjukkan bahwa dari hasil output
gambar 2 scatterplot, didapat titik menyebar
di bawah serta di atas sumbu Y, dan tidak
mempunyai pola yang teratur. Maka dapat
disimpulakan variabel bebas di atas tidak
terjadi heteroskedastisitas atau bersifat
homoskedastisitas
4.4 Uji Regresi Linier Berganda
Tabel 4. Uji Regresi
Model R R Square
Adjusted
R Square F Sig.
1 .840a .705 .654 13.859 .000a
Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat
bahwa model regresi ini memiliki nilai
Adjusted R2 sebesar 0,654. Hal ini berarti
variabilitas variabel dependen yang dapat
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149
199
dijelaskan oleh variabilitas variabel
independen adalah sebesar 65,4%.
Sedangkan sisanya sebesar 34,6%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model regresi.
Berdasarkan tabel 4 , dapat dilihat
bahwa model regresi ini memiliki nilai F
sebesar 13,859 dengan tingkat signifikansi
0,000. Karena tingkat signifikansi
tersebut lebih kecil dari tingkat
signifikansi penelitian (0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa pada tingkat
signifikansi 5%, variabel kualitas
aplikasi, kualitas informasi, sumber daya
manusia, dukungan manajemen dan
pelayanan operator secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat kepuasan pengguna
aplikasi sistem absensi online.
Tabel 5. Uji Parsial
Model
Standardized Coefficients
t Sig. Beta
(Constant) 2.769 .010
kualitas aplikasi .242 1.382 .178
kualitas informasi
.328 1.712 .098
SDM .022 .137 .892
Dukungan Manajemen
.170 1.192 .243
Pelayanan Operator
.244 1.747 .091
Arah koefisien regresi variabel
kualitas aplikasi terhadap tingkat
kepuasan pengguna aplikasi adalah
sebesar 0,242 dengan arah positif. Hasil
pengujian pengaruh kualitas aplikasi
terhadap tingkat kepuasan pengguna
aplikasi tingkat signifikansi sebesar 0,178.
Tingkat signifikansi penelitian lebih besar
dari tingkat signifikansi sebesar 0,05.
Dengan demikian kualitas aplikasi
berpengaruh positif terhadap tingkat
kepuasan pengguna aplikasi namun tidak
signifikan.
Arah koefisien regresi variabel
kualitas informasi terhadap tingkat
kepuasan pengguna aplikasi adalah
sebesar 0,328 dengan arah positif. Hasil
pengujian pengaruh kualitas informasi
terhadap tingkat kepuasan pengguna
aplikasi tingkat signifikansi sebesar 0,098.
Tingkat signifikansi penelitian lebih besar
dari tingkat signifikansi sebesar 0,05.
Dengan demikian kualitas informasi
berpengaruh positif terhadap tingkat
kepuasan pengguna aplikasi namun tidak
signifikan.
Arah koefisien regresi variabel
sumber daya manusia terhadap tingkat
kepuasan pengguna aplikasi adalah
sebesar 0,022 dengan arah positif. Hasil
pengujian pengaruh sumber daya manusia
terhadap tingkat kepuasan pengguna
aplikasi tingkat signifikansi sebesar 0,892.
Tingkat signifikansi penelitian lebih besar
dari tingkat signifikansi sebesar 0,05.
Dengan demikian sumber daya manusia
berpengaruh positif terhadap tingkat
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149
200
kepuasan pengguna aplikasi namun tidak
signifikan.
Arah koefisien regresi variabel
dukungan manajemen terhadap tingkat
kepuasan pengguna aplikasi adalah
sebesar 0,170 dengan arah positif. Hasil
pengujian pengaruh dukungan
manajemen terhadap tingkat kepuasan
pengguna aplikasi tingkat signifikansi
sebesar 0,243. Tingkat signifikansi
penelitian lebih besar dari tingkat
signifikansi sebesar 0,05. Dengan
demikian dukungan manajemen
berpengaruh positif terhadap tingkat
kepuasan pengguna aplikasi namun tidak
signifikan.
Arah koefisien regresi variabel
pelayanan operator terhadap tingkat
kepuasan pengguna aplikasi adalah
sebesar 0,244 dengan arah positif. Hasil
pengujian pengaruh pelayanan operator
terhadap tingkat kepuasan pengguna
aplikasi tingkat signifikansi sebesar 0,091.
Tingkat signifikansi penelitian lebih besar
dari tingkat signifikansi sebesar 0,05.
Dengan demikian pelayanan operator
berpengaruh positif terhadap tingkat
kepuasan pengguna aplikasi namun tidak
signifikan.
Dari kelima variabel independen yang
digunakan yaitu kualitas aplikasi, kualitas
informasi, sumber daya manusia,
dukungan manajemen, dan pelayanan
operator menunjukkan hubungan yang
positif terhadap variabel independen yaitu
tingkat kepuasan pengguna sistem absensi
online. Hal ini menunjukkan kesesuaian
dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Nursudi dan Sudarno
(2013), Al-Adaileh (2009), DeLone dan
McLean (1992), Seddon dan Kiew (1996),
DeLone dan McLean (2003) dan Wixom
dan Todd (2005). Namun hasil penelitian
uji parsial ini tidak menunjukkan
signifikan. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan oleh perbedaan lingkungan
penelitian dan perbedaan sistem aplikasi
informasi yang digunakan.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
:
1. Variabel kualitas aplikasi, kualitas
informasi, sumber daya manusia,
dukungan manajemen dan pelayanan
operator secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat kepuasan pengguna aplikasi
sistem absensi online.
2. Kualitas aplikasi berpengaruh positif
terhadap tingkat kepuasan pengguna
aplikasi namun tidak signifikan.
3. Kualitas informasi berpengaruh
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149
201
positif terhadap tingkat kepuasan
pengguna aplikasi namun tidak
signifikan.
4. Sumber daya manusia berpengaruh
positif terhadap tingkat kepuasan
pengguna aplikasi namun tidak
signifikan.
5. Dukungan manajemen berpengaruh
positif terhadap tingkat kepuasan
pengguna aplikasi namun tidak
signifikan.
6. Pelayanan operator berpengaruh
positif terhadap tingkat kepuasan
pengguna aplikasi namun tidak
signifikan.
DAMPAK DAN MANFAAT
PENELITIAN
Manfaat keilmuan yang diadakan dalam
penelitian ini adalah untuk dapat
memberikan memberikan bukti empirik
tentang faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat kepuasan pengguna
aplikasi Sistem Absensi Online dan
memberikan referensi untuk penelitian di
masa mendatang tentang faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap tingkat
kepuasan pengguna aplikasi Sistem
Absensi Online.
Manfaat praktis adalah dapat
memberikan hasil evaluasi bagi manajemen
pengelola khususnya bagi pihak
manajemen STMIK STIKOM Bali dan
pihak perancang maupun pembuat sistem
aplikasi terhadap implementasi dari aplikasi
sistem absensi online sehingga menjadi
bahan pertimbangan untuk meningkatkan
sistem yang lebih baik.
REFERENSI
Al-Adaileh, R.M. 2009. “An Evaluation of
Information Systems Success: A
User Perspective - The Case of
Jordan Telecom Group”. European
Journal of Scientific Research, Vol.
37 No. 2, pp. 226-239.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 19. Edisi Lima. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Kotler, P., dan Keller, L.K. 2007.
Manajemen Pemasaran. Edisi
Kedua Belas. Indeks : Jakarta.
Nursudi, A., dan Sudarno. 2013. “ Faktor-
faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Kepuasan Pengguna Aplikasi
Pelaporan Keuangan Pemerintah”,
Diponegoro Journal Of Accounting,
Vol. 2 No. 3, hal. 1-12
Purwaningsih, S. 2010. “Analisis
Kesuksesan Penerapan Sistem
Informasi pada Sistem Informasi
Pelayanan Terpadu (SIPT) Online
(Studi Pada PT Jamsostek
(PERSERO)”, Aset, Vol. 12 No. 2,
hal.181-189.
Petter, S., DeLone, W., dan McLean, E.
2008. “Measuring information
systems success: models, dimensions,
measures, and interrelationships”,
European Journal of Information
Systems, Vol. 17, pp. 236-263.
Rahadian, F., Djunaedi, A., dan
Suwastono, A. 2015. “Analisis
Penerimaan dan Kepuasan Pengguna
Terhadap Aplikasi E-Purchasing
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149
202
dengan Model Integrasi”, Seminar
Nasional Teknologi Informasi dan
Multimedia 2015.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti memanjatkan puja dan puji syukur
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
karunia-Nya, peneliti dapat menyusun dan
menyelesaikan artikel ilmiah ini. Ucapan
terima kasih juga ditujukan kepada STMIK
STIKOM Bali karena telah bersedia
mendanai penelitian internal ini. Ucapan
yang sama juga ditujukan kepada P2M
STMIK STIKOM Bali yang
menyelenggarakan kegiatan monitoring dan
evaluasi internal untuk mereview kemajuan
penelitian ini untuk menjadi lebih baik.
Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149
PEDOMAN PENULISAN JURNAL BAKTI
SARASWATI
Naskah
1. Naskah merupakan hasil penelitian atau
aplikasi IPTEKS pengabdian kepada
masyarakat dan gagasan inovatif dalam
pelaksanaan pengabdian kepada
masyarakat.
2. Naskah yang dikirim belum pernah
diterbitkan atau tidak sedang dalam proses
untuk dipublikasikan oleh jurnal lain
(dinyatakan dengan surat pernyataan).
3. Naskah ditulis dengan bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Naskah bahasa
Indonesia mengikuti pedoman umum EYD.
Penulisan
Naskah diketik 1,15 spasi, (kecuali abstrak,
tabel, keterangan gambar, histogram dan
kepustakaan diketik dalam satu spasi),
dengan batas 3,5 cm dari margins kiri, 3 cm
masing-masing dari margins kanan, atas
dan bawah. Naskah maksimum 15 halaman
A4, diketik dalam program Microsoft Word
for Windows, huruf Times New Roman
ukuran 12 poin. Sebanyak 2 eksemplar
naskah cetak, dan satu buah soft copy (CD)
yang memuat berkas naskah tersebut
dikirimkan ke alamat penyunting
pelaksana.
Format Penulisan Naskah
1. Judul naskah, ditulis singkat (tidak lebih
dari 16 kata), jelas, informatif dan ditulis
dengan huruf kapital (kecuali nama ilmiah),
posisi di tengah-tengah, ukuran 14 poin.
1. Nama dan Institusi penulis, nama penulis
artikel dicantumkan tanpa gelar akademik,
dan ditempatkan di bawah judul artikel.
Jika penulis terdiri atas lebih dari empat
orang, yang dicantumkan pada judul artikel
adalah nama penulis utama, sedangkan
nama penulis lainnya ditulis pada catatan
kaki halaman pertama naskah. Penulis
dianjurkan mencantumkan alamat e-mail
untuk memudahkan komunikasi.
2. Abstrak, penulisan abstrak ditulis dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris Abstrak tidak lebih 250 kata. Pada
pojok kiri bawah dari abstrak ditulis kata
kunci (key words), tidak lebih dari 7 kata.
Ringkasan dalam bahasa Inggris ditulis
miring (italik).
2. Pendahuluan ditulis secara singkat dengan
memuat latar belakang kegiatan, kondisi
sumber daya serta tujuan utama kegiatan.
3. Sumber Inspirasi, memuat tantangan,
persoalan dan kebutuhan yang dihadapi
perguruan tinggi, dunia usaha dan
masyarakat yang hendak dituntaskan
melalui kegiatan ini (Aplikasi Ipteks).
4. Metode, menguraikan teknik atau
pendekatan yang digunakan untuk
menuntaskan tantangan, persoalan atau
kebutuhan yang menjadi target kegiatan.
5. Karya Utama/Hasil Penelitian memuat
uraian mengenai hasil yang diperoleh dari
kegiatan ini. Bagian ini dapat dilengkapi
dengan foto-foto yang relevan
6. Ulasan Karya (Aplikasi Ipteks),
menguraikan keunggulan dan kelemahan
karya yang dihasilkan, tantangan dalam
pelaksanaan dan pembuatannya serta
peluang untuk penyempurnaannya.
7. Pembahasan (Penelitian), pembahasan
dari pada hasil penelitian
8. Kesimpulan, menyatakan tingkat
ketercapaian target kegiatan.
9. Dampak dan Manfaat kegiatan,
menguraikan manfaat yang diperoleh
masyarakat serta perubahan sosial, budaya
dan ekonomi menggunakan indikator
kinerja yang umum digunakan dibidang
keilmuan masing-masing.
10. Daftar Pustaka, ditulis mengikuti menurut
APA (American Psychological
Association). Penulisan daftar pustaka
terdiri atas (1) nama pengarang, (2) tahun
terbit, (3) judul buku, (4) tempat terbit, (5)
nama penerbit yang disusun berdasarkan
abjad.
11. Persantunan (kalau ada), menyampaikan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu pelaksanaan
kegiatan.
PEMBIAYAAN
Penulis yang artikelnya dimuat wajib membayar
kontribusi biaya sebesar Rp 300.000 (tiga ratus ribu
rupiah) per artikel. Sebagai imbalannya, penulis
menerima 2 (dua) eksemplar Jurnal Bakti Saraswati.
Biaya kirim sebesar Rp. 50.000, dan penambahan 1
(satu) jurnal l dikenakan biaya Rp. 100.000.