127
ISSN : 2088-2149 Vol. 06 No. 02 September 2017

ISSN : 2088-2149 Vol. 06 No. 02 September 2017 - STIKOM Bali

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ISSN : 2088-2149Vol. 06 No. 02 September 2017

i

JURNAL BAKTI SARASWATI

Media Publikasi Penelitian dan Penerapan Ipteks Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 (September 2017) ISSN : 2088-2149

SUSUNAN ORGANISASI PENGELOLA

Pelindung : Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd.

Penanggung Jawab : Dr. Ir. I Ketut Widnyana, M.Si.

Pemimpin Redaksi : Dr. I Wayan Gde Wiryawan, SH., MH.

Sekretaris Redaksi : I Nyoman Adi Susrawan, S.Pd., M.Pd.

Redaksi Pelaksana

: Dr. Drs. I Made Wena, M.Si.

Dr. Anik Yuesti, SE., MM.

Dr. Ir. I Made Tamba, MP.

Drs. I Made Diarta, M.Si.

Drs. I Ketut Suwija, M.Si.

Tjok Istri Praganingrum, ST., MT.

Drg. I Dewa Made Wedagama, Sp.KG

Ida Bagus Ari Arjaya,S.Pd.,M.Pd.

Tata Usaha

: Anak Agung Made Surya Adnyana, ST

I Gusti Ngurah Rai

I Wayan Kertiyasa

Ni Putu Diah Rahmawati, SE.

Alamat Redaksi dan Tata Usaha : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat

(LP2M) Universitas Mahasaraswati Denpasar, Jalan Kamboja 11A Denpasar Bali Telp/Fax

(0361) 227019 website : http://www.lppm-unmas.net. e-mail : [email protected]

JURNAL BAKTI SARASWATI (JBS), dikelola dan diterbitkan sejak 8 Maret 2011 oleh

Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Mahasaraswati Denpasar

Penulisan Naskah JBS, Redaksi menerima sumbangan tulisan hasil penelitian atau

pengabdian masyarakat yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik

sesuai dengan format yang tercantum pada halaman belakang. Naskah yang masuk dievaluasi

kelayakannya dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya.

ii

PENGANTAR REDAKSI

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa / Tuhan Yang

Maha Esa, karena berkat Asung Kerta Wara Nugraha-Nya kami dapat mewujudkan

keinginan kami untuk menerbitkan sebuah majalah atau jurnal ilmiah yang kami berinama

“Jurnal Bakti Saraswati”.

Majalah atau Jurnal Ilmiah ini telah mendapatkan International Standard Serial Number

(ISSN) dari Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(PDII-LIPI) dengan nomor ISSN : 2088-2149 tertanggal 8 Maret 2011. Jurnal ini dikelola

oleh Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) Universitas Mahasaraswati

Denpasar merupakan media untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian, baik penelitian

murni maupun terapan dan ulasan (review) penerapan IPTEKS bagi masyarakat, serta

pemikiran-pemikiran kritis IPTEKS. Kehadiran majalah ini diharapkan dapat menjadi sumber

informasi IPTEKS bagi siapa saja, baik kalangan akademisi maupun masyarakat luas. Jurnal

ini sekaligus sebagai wahana untuk memotivasi dosen, peneliti, praktisi, dan civitas

akademika maupun siapa saja dapat ikut menyumbangkan hasil penelitian ataupun buah

pemikirannya. Disamping diperuntukkan bagi civitas akademika Universitas mahasaraswati

Denpasar (Unmas Denpasar), juga senantiasa dalam setiap terbitan akan menerima artikel,

hasil penelitian, atau buah pikiran dari para peneliti dari civitas akademika dari luar Unmas

Denpasar.

Kami atas nama redaksi menghaturkan terimakasih yang setinggi-tingginya atas

sumbangan artikel dari semua pihak yang telah membantu terbitnya jurnal Bakti Saraswati

Vol. 06, No. 02 Periode September 2017.

Akhirnya kami mohon saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak demi

penyempurnaan jurnal ini. Kami berharap semoga “Jurnal Bakti Saraswati” dapat memenuhi

kebutuhan informasi para akademisi, praktisi, dan masyarakat dalam bidang penelitian dan

penerapan Ipteks.

Denpasar, September 2017

Dewan Redaksi

iii

JURNAL BAKTI SARASWATI

Media Publikasi Penelitian dan Penerapan Ipteks Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 (September 2017) ISSN : 2088-2149

DAFTAR ISI

halaman

PENGARUH METODE PELATIHAN DAN SIMULASI TERHADAP PENGAJARAN GURU-GURU BAHASA ASING SMK PARIWISATA

Ni Luh Sukanadi, I Ketut Wardana

83 – 91

STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI BANK SAMPAH NURI LESTARI SERASI)

Ida Bagus Suryatmaja, Ni Gst.Ag. Gde Eka Martiningsih, I Made Nada

92 – 97

ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN SEBAGAI PERENCANAAN STRATEGI BISNIS PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)

DI KOTA DENPASAR Ni Putu Yeni Astiti dan I Gusti Ngurah Bagus Gunadi

98 – 105

PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP MARKA JALAN “YELLOW BOX

JUNCTION” DI KOTA DENPASAR Cokorda Putra Wirasutama, Tjokorda Istri Praganingrum

106 – 110

EKSISTENSI ARSITEKTUR BALI DALAM ARSITEKTUR KEKINIAN

STUDI KASUS : KUTA CENTRAL PARK Tjokorda Istri Praganingrum, Ida Bagus Suryatmaja

111 – 123

PENGARUH PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL TERHADAP

SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERSAMA (AJB) BUMI PUTRA 1912 KANTOR CABANG UBUNG DENPASAR Ni Made Satya Utami, Sapta Rini Widyawati

124 – 130

UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN USAHA PADA USAHA MIKRO KACANG DISCO KECAK MAMA Ni Made Dwi Puspitawati, Ida Ayu Putu Utami Paramita, Tjokorda Istri

Praganingrum

131 – 139

PENGEMBANGAN TES BAHASA INGGRIS KOMUNIKATIF UNTUK SMK PARIWISATA DI BALI

I Nengah Astawa., Ida Bagus Nyoman Mantra, Ida Ayu Made Sri Widiastuti

140 – 149

PENGARUH KEADILAN PROSEDURAL, BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

Ni Putu Ayu Sintya Saraswati

150 – 161

UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA GARMEN SUBHAN DAN SABLON BUDI

Ni Nyoman Ayu Suryandari, Siluh Putu Natha Primadewi, Ni Luh Gde Novitasari

162 – 176

PERILAKU MENGAJAR GURU BIOLOGI PASCA SERTIFIKASI DI KOTA DENPASAR

Ida Bagus Ari Arjaya, Kadek Rahayu Puspadewi

177-191

iv

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA APLIKASI SISTEM ABSENSI ONLINE DI STMIK STIKOM BALI

I Gusti Ngurah Satria Wijaya

192-202

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

83

PENGARUH METODE PELATIHAN DAN SIMULASI TERHADAP

PENGAJARAN GURU-GURU BAHASA ASING SMK PARIWISATA

Ni Luh Sukanadi, I Ketut Wardana

Universitas Mahasaraswati Denpasar, [email protected]

ABSTRAK

Permasalahan pokok guru-guru bahasa Inggris dan bahasa Jepang yang mengajar di SMK

Pariwisata Mengwi Tani dan SMK PGRI 3 Badung adalah esensi penguasaan bahasa asing,

pemberdayaan peserta didik dan daya dukung media pembelajaran. Tujuan pelaksanaan

program ini adalah untuk memberdayakan guru-guru bahasa asing dalam peningkatan kualitas

pengajaran. Untuk mencapai target luaran, metode Ipteks yang diterapkan adalah teknologi

transfer berupa workshop, simulasi, dan, pendampingan. Pelaksanaan program telah

dilaksanakan berupa workshop tiga hari tentang penerapan teori bihavioristik, humanism,

kognitif, CTL dan pengajaran bahasa asing berbasis multimedia. Kegiatan ini melibatkan 15

guru bahasa asing dari dua sekolah. Penerapan metode praeksperimental untuk mengetahui

pengaruh tindakan yang diberikan dengan membandingkan keadaan dan kuantitas sebelum

diberikan tindakan. Model yang digunakan adalah pretes-postes subjek tunggal, tanpa

kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis uji t sampel berpasangan dengan menggunakan

software SPSS 17 for Windows dengan diperoleh nilai p = 0.000 (t = -8.386,df=14)<α = 0.05

menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Sementara analisis data dari pretes dan

postes, t-observed untuk df 14 pada t-table yaitu 2.03 dengan tingkat signifikan pada 0.05. Ini

menunjukan bahwa t-observed 4.36 lebih besar dari t-table, yaitu: 2.03. Dapat disimpulkan

bahwa workshop tentang pendekatan pengajaran komunikatif memiliki pengaruh signifikan

terhadap kemampuan guru bahasa Asing pada kedua sekolah SMK Pariwisata mitra. Dari

kegiatan ini, usaha penguatan, perberdayaan dan peningkatan kemahiran para guru ini dapat

menjadi inspirasi bagi peningkatan kemampuan peserta didik dalam menggunakan bahasa

Asing.

Kata Kunci: Pemberdayaan, model pembelajaran, pemanfaatan hard skill

ABSTRACT

The main issues of English and Japanese teachers who teach at SMK Tourism Mengwi Tani

and SMK PGRI 3 Badung is the essence of mastery of foreign languages, the empowerment of

learners and the carrying capacity of instructional media. The purpose of this program is to

empower foreign language teachers in improving the quality of teaching. To achieve the target

outcome, the method of science applied is transfer technology in the form of workshop,

simulation, and, mentoring. Implementation of the program has been implemented in the form

of three-day workshop on the application of bihavioristik theory, humanism, cognitive, CTL

and multimedia-based foreign language teaching. This activity involves 15 foreign language

teachers from two schools. Implementation of pre experimental methods to determine the effect

of the action given by comparing the conditions and quantities before the action is given. The

model used is a single subject pretest subject, without a control group. Based on the result of

paired sample t test analysis using SPSS 17 for Windows software obtained p = 0.000 (t = -

8.386, df = 14) <α = 0.05 indicates that Ho is rejected and H1 accepted. While data analysis

of pretest and postes, t-observed for df 14 on t-table is 2.03 with a significant level of 0.05. This

shows that t-observed 4.36 is bigger than t-table, ie: 2.03. It can be concluded that the

workshop on communicative teaching approaches has a significant influence on the ability of

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

84

foreign language teachers in both partner SMK Tourism schools. From this activity, efforts to

strengthen, empower and improve the skills of these teachers can be an inspiration for

improving the ability of learners in using foreign language.

Keywords: Empowerment, learning model, hard skill utilization

PENDAHULUAN

Guru-guru bahasa Inggris dan

bahasa Jepang mitra yang mengajar di

SMK Pariwisata Mengwitani dan SMK

PGRI 3 Badung memiliki tanggung jawab

yang besar dalam mengasilkan lulusan

yang mampu berkomunikasi bahasa asing

sehingga dapat memenangkan persaingan

di dunia kerja. Namun dalam proses

pembelajaran, peserta didik mitra tidak

menyadari betapa pentingnya bahasa asing

dalam meningkatkan jenjang karier mereka

sehingga motivasi dan kesadaran belajar

mereka sangat rendah. Berdasarkan

pengamatan, guru mitra menemukan

beberapa kendala, seperti: esensi

penguasaan bahasa Asing, pemberdayaan

peserta didik dan daya dukung media

pembelajaran.

Dalam pembelajaran bahasa, guru

semestinya mempertimbangkan beberapa

faktor yang mempengaruhi kemahiran

berbahasa, seperti: bakat, kesadaran belajar

dan metode belajar yang efektif. Karena

peserta didik tidak memiliki bakat

berbahasa asing maka mereka tidak

memiliki kesadaran belajar sehingga

penguasaan bahasa tidak optimal. Para guru

belum memiliki terobosan baru dalam

pemberdayaan peserta didik. Sehingga

mereka tidak ada perubahan atau dampak

dari proses belajar. Dalam teori belajar,

pembelajaran merupakan akibat adanya

interaksi antara stimulus dan rensponse

(Slavin, 2000: 143). Seseorang dianggap

telah belajar sesuatu jika dia dapat

menunjukan perubahan perilakunya.

Selama ini guru house keeping hanya

menjelaskan bagaimana menyiapkan

kamar, tanpa mengkordinasikan dengan

guru bahasa asing untuk mengajarkan

ungkapan bahasa yang digunakan dalam

pelayanan tamu. Dengan keadaan ini, tim

IbM yang dibiayai oleh Universitas

Mahasarasawati Denpasar melalui LPPM

telah merancang dan melaksanakan

program peningkatan kualitas

pembelajaran. Tim telah bekerjasama

dengan kedua mitra yang melibatkan guru-

guru bahasa Inggris dan bahasa Jepang

melaksanakan kegiatan workshop,

pelatihan dan simulasi untuk meningkatkan

kualitas bahasa Asing para siswa. Berikut

adalah gambar yang menunjkkan kordinasi

pelaksanaan program.

Gambar 1.

Koordinasi ketua tim dengan Kepala SMK

Mengwitani

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

85

Gambar 2.

Koordinasi ketua tim dengan Kepala SMK

Mengwitani

Untuk dapat memberikan

pemecahan permasalahan di kedua sekolah

dalam bidang penguasaann metode

pengajaran bahasa asing, perlu

diidentifikasi faktor-faktor penyebab

permasalahannya sehingga solusi yang

diberikan tepat guna. Dari gambaran

fenomena yang ditemukan, ada beberapa

faktor penyebab permasalahannya, yaitu

kemampuan guru dalam mengajar bahasa

asing, pemberdayaan siswa, dan pemanfaat

lingkungan pariwisata sebagai media

belajar otentik. Solusi pemecahan masalah

kemampuan paru guru bahasa asing mitra

akan difokuskan pada penerapan metode

pembelajaran untuk memecahkan

kelemahan atau kesulitan bahasa berbahasa

Inggris dan Jepang. Permasalah sturktural

bahasa yang harus ditingkatkan guru adalah

pengucapan, pelafalan, tatabahasa, makna

kata serta ungkapan bahasa sehari-hari.

Para guru akan bina dalam teknik

pengajaran bahasa lisan tulis yang berkaitan

pembentukan kebiasaan sehingga mereka

dapat merespon e-mail, membalas surat

atau mengirim short message (SMS), and

selfie dengan tamu.

Permasalahan kedua yaitu

pemberdayaan peserta didik melalui target

kegunaan bahasa. Misalnya melibatkan

mereka dalam percakapan di hotel,

restauran atau dalam dunia pariwisata.

Sehingga mereka juga harus diajarkan

pengetahuan tentang budaya daerah

setempat, sejarah atau informasi yang

terkait wawasan berpikir sejarah. Masalah

ini semestinya didiskusikan tentang

bagaimana teknik dan metode

berkomunikasi bahasa asing. Salah satunya

dengan pelatihan oleh ahli pariwisata,

praktisi hotel/restoran dan praktisi guide

profesional. Dari kegiatan ini perlu

dirancang sebuah modul penggunaan

ungkapan sehari- dalam bahasa Inggris dan

bahasa Jepang.

Gambar 3.

Kerja sama tim dengan pihak sekolah

Masalah yang terakhir adalah

ketersedian media dan pemanfaatan hasil

belajar. Media multimedia sangat penting

diberikan kepada siswa karena melalui

gambar, vidio, tayangan percakapan bahasa

asing mereka dapat mengasosiasikan

penalarannya dengan hal nyata dan tujuan

akhir berbahasa. Penguasaan hardskill dan

soft skill dapat memberikan dampak

lulusan yang siap bekerja dan bersaing di

dunia kerja pariwisata.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

86

TARGET DAN LUARAN

Tingkat pencapaian dari sebuah

aktivitas penerapan IPTEKS tepat guna

adalah sejauh mana solusi dan target luaran

berupa indikator dari pemecahan masalah

tercapai. Target luaran dari pelaksanaan

program ini secara umum adalah

keberhasilan mitra untuk bersama-sama

meningkatkan SDM, pemberdayaan peserta

didik. Penjabaran aspek pelaksanaan

program, luaran serta target dari kegiatan

IbM telah dilaksanakan dapat disajikan

dalam tabel berikut.

Target Pencapaian

Workshop,

Pendampingan,

Simulasi

Hasil dan

Dampak

Pelatihan

pelatihan dalam

penggunaan bahasa

Inggris praktis dan

komunikatif

80% Guru dapat

menstranfer

pengetahuan

dengan metode

komunikatif

sehingga siswa

mampu

menggunakan

bahasa Inggris

dengan percaya

diri

Pelatihan tentang

penilaian pendidikan

dalam menyusun soal

komunikatif

80 % Para guru

mitra dapat

mengukur

ketrampilan

bahasa asing

siswa secara

objektif dan

variatif

pelatihan tentang

penerapan metode

pembelajaran bahasa.

100% guru

dapat menggali

pengetahuan

siswa menjadi

ketrampilan

kongkrit

Pelatihan pembelajaran

kontekstual

Bekerja sama

dengan pakar

memberikan

pelatihan

pembelajaran

kontekstual

Pelatihan tentang

pembelajaran otentik

Para guru dapat

memotivasi

siswa untuk

menggunakan

bahasa Inggris

dan Jepang

secara

langsung di

luar kelas

Pelatihan tentang

media multi media

tentang pariwisata

Para guru

bahasa asing

dapat

menyajikan

pembelajaran

berbasis multi

media

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

87

Pelatihan penbuatan

mudul untuk

komunikasi lisan

Semua guru

dapat

meningkatkan

ketrampilan

dan prestasi

siswa.

Pelatihan tentang

CCU: menguasai

informasi budaya

negara lain

80 % dapat

memberikan

informasi

tendang budaya

Inggris dan

Jepang

METODE PELAKSANAAN

Untuk melaksanakan program

sesuai target pengabdian maka dirancang

beberapa metode. Kegiatan penerapan

ipteks bagi masyarakat (IbM) ini meliputi

aspek pengetahuan/SDM, Pemberdayaan

dan media belajar. Solusi dari permasalahn

pembelajaran bahasa Asing akan

dilaksanakan melalui pelatihan, simulasi

dan pendampingan penguatan ketrampilan.

Pendampingan ini bertujuan untuk

mendukung program pendekatan

pembelajaran komunikatif berbasis

kontekstual. Keberhasilan target

pencapaian dapat di ukur dalam program

jangka panjang melalui beberapa indikator

keberhasilan Ipteks melalui metode:

Knowledge Transfer, dan technology

transfer, yaitu:

1. Pengetahuan guru mitra

diindikasikan menguasai model

pembelajaran komunikatif sehingga

peserta didik dapat berinisiatif

untuk mengajukan dan merespon

pernyataan secara spontan.

2. Guru mitra dapat melibatkan

peserta didik dalam komunikasi

aktif baik lisan maupun tulisan

sesuai dengan target kerja dan

kepentingan stickholder.

3. Guru mitra dapat menggunakan

multimedia dalam proses

pembelajaran sehingga proses

belajar tidak membosankan yang

pada akhirnya motivasi belajar

meningkat

4. Secara luas masyarakat akan

mempercayakan putra putri meraka

untuk belajar di sekolah ini.

Pelaksanaan Kegiatan

Sebuah pencapaian memerlukan

langkah-langkah kegiatan yang berkaitan

dengan tujuan. Tujuan utama dari

penelitian ipteks bagi masyarakat ini adalah

untuk pelestarian dan pengembangan

program kelompok seni anak-anak mitra.

Untuk mengetahui bagaimana hasil luarann

pelaksanaan penelitian, pemberian

teknologi dikelompokan menjadi tiga

kegiatan yaitu:

1.Pelatihan penerapan model pembelajaran

2. Simulasi pemberdayaan peserta didik.

3.Pendampingan penggunaan media belajar

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan program IbM Guru-

guru bahasa Asing di SMK Pariwisata ini

untuk meningkatkan ketrampilan metode

mengajar kontekstual para guru-guru

bahasa Asing di kedua sekolah mitra telah

berjalan sesuai rencana. Pelatihan

dilaksanakan oleh praktisi dan kerja sama

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

88

dengan lembaga pelatihan selama beberapa

periode. Dalam pelaksanaan setiap

kegiatan, terdapat lima program yang telah

dilaksanakan dan ketercapaiannya

beragam, aada yang sudah 100% dan

sisanya baru mencapai ketuntasan 70%.

Dalam pelatihan ini, kompetensi

yang difokuskan untuk dikuasai peserta

adalah kompetensi melibatkan siswa dalam

penggunaan bahasa sesuai konteks

pekerjaaan. Pelaksanaan ini dilakukan

selama 3 bulan, yaitu dari 5 Januari- 29

Maret 2017. Tujuan dari pelatihan ini

adalah para guru dapat memahami hakekat

pemmbelajaran bahasa dalam penguasaan

bahasa Asing. Pelaksanaan workshop

dilaksanakan selama 3 hari dengan topik

yang berbeda dari Maret 2017. Sementara

simulasi dilaksanakan selama satu dua

bulan. Masing-masing guru menyajikan

pembelajaran dengan metode dan teknik

yang diperoleh dari workshop. Untuk

mengetahui efektivitas metode yang

diberikan , para guru dievaluasi melalui

penilaian oleh tim dalam menyajikan

pengajaran bahasa berbasis kontekstual dan

multimedia.

Dengan demikian hasil pengabdian

IbM ini tidak hanya dalam bentuk

penjabaran hasil melalui rangkaian kalimat

saja, tetapi juga disajikan dalam bentuk

kuantitas, yaitu berupa angka-angka yang

mengukur dan menunjukkan tingkat

keberhasilan sebuah program yang telah

dilaksanakan. Penerapan metode

praeksperimental untuk mengetahui

pengaruh tindakan yang diberikan dengan

membandingkan keadaan kuantitas

sebelum diberikan tindakan. Model yang

digunakan adalah pretes-postes subjek

tunggal, tanpa kelolmpok kontrol. Berikut

adalah gambar pelaksanaan pelatihan yang

telah dirancang dalam kegiatan ini.

Gambar 4. Pelaksanaan workshop dan

simulasi metode pembelajaran bahasa Asing

berbasis konteks dan multimedia

Penilaian guru dalam simulasi

berdasarkan beberapa kreteria dengan

penialaian acuan patokan dengan

penjabaran berupa kesesuaian

pembelajaran dengan RPP, metode

mengajar dan teknik penilian pembelajaran

bahasa. Waktu yang diberikan dalam

simulasi hanya satu jam. Semua hasil pretes

dan postes guru-guru SMK Pariwisata mitra

dapat disajikan dan dianalisis dalam bentuk

tabel berikut:

NO

Peserta

Pre-test

Score (O1)

Post-test

Score

(O2)

D D2

1 60 80 20 400

2 65 82 17 289

3 55 78 23 529

4 75 85 16 256

5 60 87 27 729

6 55 80 25 625

7 75 85 13 169

8 35 75 40 1,600

9 70 80 10 100

10 40 75 35 1,225

11 30 70 40 1,600

12 60 78 18 324

13 70 80 10 100

14 50 75 25 625

15 55 80 25 625

∑ 1556 1840 733 9,196

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

89

Pengukuran efektivitas workshop

menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan menggunakan T-test untuk

mengetahui tingkat pengaruh perlakuan

(workshop tentang penerapan metode

mengajar, penyusunan soal bahasa,dan

pengajaran berbasis multimedia) terhadap

guru-guru di kedua mitra, sebagai berikut

t-observed =

)1(

)( 22

NN

N

DD

Dx

Setelah perbedaan nilai diperoleh dari

analisis di atas , berikut data yang ada di

tabel akan dikalkulasi dengan rumus nilai

berikut.

t-observed =

)115(15

15

)733(9196

33.22

2

=

)115(15

)8,35(9196

33.22

=

210

8,359196

33.22

210

9160

33.22

t-observed = 4.36

Analisis Data:

Berdasarkan hasil analisis uji t

sampel berpasangan dengan menggunakan

software SPSS 17 for Windows dengan

diperoleh nilai p=0.000 (t= -

8.386,df=14)<α = 0.05 sehingga bahwa Ho

ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian

terdapat perbedaan yang signifikan antara

Skor Pretes dan posttest guru-guru bahasa

Asing SMK Pariwisata. Berdasarkan

analisis data di atas, t-observed untuk df 14

pada t-table yaitu 2.03 (Sugiyono, 2007:

372) dengan tingkat signifikan pada 0.05.

ini menunjukan bahwa t-observed 4.36

lebih besar dari t-table, yaitu: 2.03. Dapat

disimpulkan bahwa workshop tentang

pendekatan pengajaran memiliki pengaruh

signifikan terhadap kemampuan guru

bahasa Asing pada kedua sekolah SMK

Pariwisata mitra.

Selain metode tes dan butiran soal

sebagai alat pengumpulan data, penelitian

ini juga menggunakan metode observasi

dengan menggunakan angket sebagai alat

pengumpulan data. Angket berfungsi untuk

mengetahui dampak psikologis melalui

respon mereka terhadap proses tindakan

pelatihan yang diberikan. Dalam angket ini,

terdapat 10 pernyataan yang menyangkut

pendekatan pengajaran bahasa yang sesuai

prinsip-prinsip penguasaan bahasa.

Tabel 5. Skor dari Response Guru-guru

Pembahasan

Berdasarkan permasalahan yang

ditemukan warga, tim pelaksana program

IbM telah memberikan solusi melalui

pelatihan penerapan teori pembelajaran

bahasa asing berbasis IT sehingga

berdampak positif bagi peserta didik.

Workshop tentang pendekatan pengajaran

memiliki pengaruh signifikan terhadap

kemampuan guru bahasa Asing pada kedua

sekolah SMK Pariwisata mitra. Dari

prosentase perbandingan respon mereka,

menunjukan bahwa guru-guru memiliki

respon positif dan mendukung pelaksanaan

workshop penusunan soal dengan

No SS S R

R

TS ST

S

Total

Tota

l

286 268 33 24 2 613

% 47

%

44

%

5

%

4

%

0.0

%

100%

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

90

pendekatan soal. Disamping itu, para guru

dan pihak sekolah berpartisipasi dalam

pelaksanaan program ini. Ini dapat dilihat

dari penyiapan tempat workshop dan

kehadiran para guru dalam setiap waktu

pelatihan. Ini merupakan indikator

keberhasilan tim pelaksana dalam

melaksanakan program. Hasil yang telah

dicapai adalah berupa luaran produk yaitu

ketrampilan mengajar bahasa Asing dengan

metode yang tepat. Diharapkan mitra

mampu berkembang menjadi sumber daya

manusia yang memiliki kompetensi yang

kreatif, inovatif, dan berdaya saing dalam

lingkup yang lebih luas.

SIMPULAN

Pelaksanaan program IbM Guru-guru

Bahasa Asing SMK Pariwisata telah berjalan

sesuai rencana dan tujuan awal yaitu

membantu kedua institusi sekolah; SMK

PGRI 3 Badung dan SMK Mengwitani dalam

meningkatkan kualitas proses pembelajaran

bahasa Asing. Kegiatan yang dirangkum

dalam seminar dan simulasi tentang standar

proses, teori belajar dan model pembelajaran

berpengaruh positif terhadap kualitas guru

dan peserta didik. Sementara luaran produk

dan dokumentasi berupa sertifikat, artikel dan

bahan ajar dapat memberikan masukan yang

signifikan terhadap kelangsungan

pendidikan. Dari kegiatan pendampingan ini,

dapat disimpulkan bahwa kegiatan workshop

telah mencapai target dimana guru-guru di

kedua SMK mitra telah dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam berbahasa Asing.

UCAPAN TERIMAKASIH

Berhasilnya pelaksanaan kegiatan

ini, tidak terlepas dari adanya kerjasama

yang baik antara tim dengan mitra sasaran

dari pihak lain yang telah berkontribusi.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada

UNMAS Denpasar yang telah mendanai

program ini. Terimakasih juga ditujukan

kepada ketua mitra: SMK PGRI3 Badung

dan SMK Mengwitani. Rasa terimakasih

juga ditujukan pada nara sumber.

Selanjutnya, kami berterimakasih pada

Rektor Universitas Mahasaraswati

Denpasar, Bapak Dr. Drs. I Made

Sukamerta, M.Pd. dan ketua LPPM Unmas

Denpasar Dr.Ir.I Ketut Widnyana, M.P

yang telah mendukung dan memonitor

kegitan ini.

DAPTAR PUSTAKA

Alex, Inkeles. 1980. Modernlsasi Dinamika

Pertumhuhan. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Alisyahbana. 1986. Transfonnasi

Masyarakat Indonesia. Jakarta:

Kelompok Studi Proklamasi, The

Asia Foundition.

Andre Gunder Frank. 1976. Sociology of

Development and Under

Development of Sociology. Pluto

Press (Terjemahan oleh Yiss)

Pustaka Pulsar.

Bintarto, Tjokroamidjojo. 1982. Pengantar

Pemikiran tentang Teori dan

Strategi Pembangunan NasionaL

Jakarta: Gunung Agung.

Briant and White. 1987. Manajemen

Pemhangunan. Jakarta: LP3ES

Cemea, Michael. M. 1988. Mengutamakan

Manusia di dalam Pemhangunan.

Jakarta: Ul Press.

Chamber Robert 1983. Pembangunan

Desa. Jakarta: LP3ES

Desai AR. 1983. Sosiologi Sebuah

Pengantar Kepada Penataan

Kembali Pedesaan dalam Hak dan

Keutuhan Desa. Jakarta: Lembaga

Studi Pembangunan,

Eka Martinngsih NGAG, dkk. 2009.

Usulan Program Ib.W Desa

Angkah dan desa Bengkelsari

Kecamatan Selemadeg Timur

Tabanan Bali 2010/2012. LP2M

Unmas Denpasar.

Legawa, Made, dkk. 2012 Usulan Program

IbW Desa Melaya dan Desa

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

91

Tukadaya Kecamatan Melaya

Kabupaten Jembrana Propinsi

Bali, 2013 – 2015. LP2M Unmas

Denpasar.

Sumodiningrat, Gunawan. 1998.

Pembangunan Perekonomian

Rakyat. Yogyakarta Pustaka

Pelajar.

Suwarsono dan Alvin Y So. 1994.

Perubahan Sosial dan

Pembangunan. Jakarta: LP3ES

Tri Djoko S dkk. 2006. Usulan Program

Sibermas Empat Desa Kecamatan

Marga Tabanan Bali

Tahu2007/2009. LP2M Unmas

Denpasar.

Usman, Sunyoto. 1998. Pembangunan

dan Pemberdayaan Masyarakat.

Yogya-karta: Pustaka Pelajar

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

92

STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

(STUDI KASUS DI BANK SAMPAH NURI LESTARI SERASI)

Ida Bagus Suryatmaja, Ni Gst.Ag. Gde Eka Martiningsih, I Made Nada

Dosen Universitas Mahasaraswati Denpasar

email:[email protected]

ABSTRAK

Pengelolaan sampah secara mandiri sangat diharapkan dapat menjadi salah satu cara

nyata untuk mengatasi permasalahan sampah. Sampah dewasa ini masih menjadi masalah

nasional. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat sangat rendah terhadap

permasalahan sampah. Titik awal pengelolaan sampah yang baik dan tepat adalah berawal

dari rumah tangga, karena sampah rumah tangga setiap hari dihasilkan secara kontinu.

Sampah lainnya dalah sampah pasar, yang memerlukan keaadaran pedagang dalam

pengelolaannya. Dari hasil analisis situasi yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran

atau peta petunjuk lokasi dan batas wilayah IPTEKS Bagi Wilayah (IbW) serta tentang uraian

kondisi eksisting wilayah yang relevan dengan permasalahan yang akan ditangani. Wilayah

IbW terletak di Kabupaten Tabanan yang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Bali

disamping tujuh kabupaten dan satu kota lain, yaitu Kabupaten Jembrana, Kabupaten

Buleleng, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bangli, Kabupaten

Gianyar, Kabupaten Badung, dan Kota Denpasar. Berdasarkan hasil audiensi dengan

Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) maka arah pembangunan Kabupaten Tabanan adalah keseimbangan antara

upaya keberlanjutan fungsi lingkungan hidup dengan upaya pemanfaatan sumber daya alam

guna mencapai kesejahteraan bagi masyarakat Kabupaten Tabanan khususnya. Ketersediaan

sumber daya alam yang terbatas dan tidak merata di kabupaten ini baik kuantitas maupun

kualitasnya mendorong Pemerintah di Kabuptaen Tabanan sangat mempertimbangkan

pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Dengan pengelolaan sampah secara berkelompok

diharapkan mampu membangun pendapatan (income generating) bagi masyarakat sehingga

secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kata Kunci: pengelolaan, income generating, Ipteks, Bappeda

ABSTRACT

Independently waste management is expected to be one real way to solve the garbage

problem. Garbage today remains a national problem. This is due to very low public

awareness of the litter problem. The starting point of good waste management and the right

is originated from households, as household waste is generated every day continuously.

Other garbage bins dalah market, which requires merchants keaadaran management. From

the analysis of the situation which is intended to provide a picture or map of clues to the

location and boundaries of science and technology For Region (IBW) and the description of

the existing condition of the area relevant to the issues to be addressed. IBW region located

in Tabanan regency which is one of the districts in the province of Bali in addition to seven

counties and one city to another, namely Jembrana, Buleleng, Karangasem, Klungkung,

Bangli, Gianyar, Badung and Denpasar. Based on the results of hearings with Tabanan

District Government through the Regional Development Planning Board (Bappeda), the

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

93

direction of development of Tabanan is a balance between environmental sustainability

efforts functions with efforts to use natural resources in order to achieve prosperity for the

people of Tabanan particular. Availability of natural resources are limited and uneven in the

district both quantity and quality to encourage the Government in Tabanan Kabuptaen

strongly consider the use of natural resources. With waste management as a group is

expected to build revenue (income generating) for the community that can indirectly improve

the welfare of the community.

Keywords: management, income generating, science and technology, Bappeda

PENDAHULUAN

Pemda Tabanan sejak tahun 2010

telah memiliki grand desain dalam

pengelolaan sampah terpadu melalui

program LahSaDu (Pengolahan Sampah

Terpadu). Program ini merupakan

kerjasama antara Lembaga Swadaya

Masyarakat dengan Satuan Kerja

Pemerintah Daerah (SKPD) Pekerjaan

Umum. Instalasi pengolahan dibangun di

Banjar Dukuh Desa Beraban Kabupaten

Kediri.

Gambar 1. Lokasi LahSahDu

Dalam perjalanan pengelolaannya

ternyata arah pengembangan LahSaDu

tidak sesuai dengan grand desain awal

yaitu mengolah sampah organik menjadi

produk bernilai ekonomis dan memilah

sampah anorganik agar tidak mencemari

lingkungan. LahSaDu justru hanya

berfungsi sebagai pemilah sampah

anorganik tanpa ada pemberdayaan

masyarakat disekirtarnya. Menyiasati

masalah tersebut maka Pemda Tabanan

melalui Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Tabanan merevitalisasi

kerjasama tersebut dengan melibatkan

masyarakat melalui kelompok ibu PKK di

setiap banjar dengan mendirikan fasilitas

Bank Sampah. Desa yang dipilih sebagai

pilot project pendirian bank sampah adalah

desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan. Di

desa Dauh Peken telah terbentuk 6 (enam)

kelompok bank Sampah yang masing-

masing berlokasi di Banjar Tegal Baleran,

Banjar Tegal Belodan, Banjar Jambe

Belodan, Banjar Dauh Pala dan Banjar

Tunggal Sari. Ke eanam bank Sampah ini

telah memiliki AD/ART dan jadwal

kegiatan yang mandiri dan telah dilakukan

secara reguler. Salah satu contoh adalah

mereka melaksanakan penimbangan

sampah anorganik setipa bulan sambil

melaksanakan kegiatan arisan. Di sela-

sela waktu luang tersebut, mereka juga

melaksanakan pembinaan dan pelatihan-

pelayihan yang mampu mendukung dan

meingkatkan life skill mereka. Hal ini

sangat bermanfaat untuk mulai

membangun peningkatan pendapatan

(income generating) yang secara tidak

langsung akan mampu mendongkrak

pendapatan rumah tangga. Menurut

Martiningsih (2013) pemberdayaan

masyarakat akan berhasil apabila

dilakukan secara berkesinambungan dan

melibatkan secara aktif masyarakat

sasaran. Pembinaan yang dilakukan pada

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

94

Bank Sampah Nuri Lestari yang berlokasi

di banjar Jambe Belodan merupakan salah

satu kegiatan yang mendasari tulisan ini.

SUMBER INSPIRASI

Di desa Dauh Peken telah berdiri 6

(enam) kelompok bank sampah yang

dikelola oleh masing-masing banjar dinas

di lingkungan desa Dauh Peken. Salah

satu kelompok yang sudah melaksanakan

program penanganan sampah baik organik

maupun anorganik adalah kelompok Bank

Sampah Nuri Lesatri Serasi yang berlokai

di Banjar jambe Belodan desa Dauh

Peken. Kelompok ini terdiri dari 8

kelompok kecil yang masing-masing

beranggotakan 10 orang. Sehingga total

anggota bank sampah Nuri Lestari serasi

adalah sekitar 80 orang ibu-ibu rumah

tangga. Kegitan pemilahan sampah

anorganik dilakukan di masing-masing

rumah tangga, kemudian setiap 1 (satu)

bulan sekali sampah-sampah anorganik

baik berupa kaleng, plastik dan kaca

dikumpulkan di rumah sampah dan

sekaligus dibeli oleh bank Sampah. Dari

kegiatan ini omzet bank Sampah Nuri

Lestari setiap bulannya hampir mencapai

Rp.6.000.000,-. Akan tetapi penanganan

sampah organik masih belum efektif

dilaksanakan. Tim IbW Unmas Denpasar

pada tahun 2015 ini melaksanakan

program pemberdayaan bank sampah Nuri

Lestari Serasi dalam hal pengolahan

sampah organik menjadi kompos dan

pupuk cair berbahan lokal (MOL).

METODE

Dalam pemberdayaan masyarakat

hal terpenting yang harus dilakukan adalah

keberlanjutan program. Keberlanjutan

akan terjadi kalau masyarakat yang

didampingi dapat menjadi masyarakat

madani (mandiri dan mampu menghidupi

diri sendiri). Beberapa pendekatan yang

sering dilakukan adalah melalui

Participatory Research Action (PRA).

Metode ini merupakan metode umum yang

sering dipakai dalam pemberdayaan

masyarakat. Dalam PRA ini pelaksana

kegiatan ikut terlibat secara langsung

dalam pemberdayaan dan ikut menjadi

aktor (subyek) kegiatan dan juga obyek

kegiatan. Dengan strategi ini diharapkan

pelaksana kegiatan akan merasakan secara

langsung kendala-kendala yang dihadapi di

lapangan pada saat kegiatan berlangsung.

Dari sisi masyarakat yang diberdayakan

akan lebih merasakan kedekatan dengan

pelaksana sehingga batas antara pelaksana

dan masyarakat akan samar, hal ini sering

mengakibatkan pelaksanaan pemberdayaan

lebih mudah. Selain metode PRA

pendekatan diskusi juga sangat bermanfaat

dalam kesuksesan sebuah pemberdayaan.

Dengan metode FGD (Focus Group

Discussion) maka masyarakat akan lebih

terbuka dengan permasalahan yang

dihadari dan akan berusaha memamahami

masalah orang lain dan secara bersama

mencari solusi untuk pemecahan masalah

secara bersama. Pendekatan berikutnya

adalah monitoring dan evaluasi (monev)

untuk melihat keberhasilan dari setiap

kegiatan yang dilakukan. Monev

dilakukan dengan menggunakan beberapa

indikator sesuai dengan jenis kegiatan

yang diberikan dan luaran yang

diharapkan. Seperti misalnya indikator

keterlibatan masyarakat sasaran terhadap

kegiatan yang dilaksanakan dilakukan

dengan melihat absensi atau jumlah

kedatangan pada setiap kegiatan,

antusiasme dan semangat dari masyarakat

sasaran, umpan balik yang diberikan oleh

masyarakat sasaran terhadap ide-ide yang

dilontarkan dalam setiap kegiatan.

Indikator berikutnya adalah keseriusan

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

95

dalam mengikuti kegiatan, yang ditandai

dengan kuantitas dan kualitas produk yang

dihasilkan. Produk hasil olahan yang baik

akan dihasilkan apabila masyarakat

sasaran serius dalam mengikuti setiap

kegiatan.

KARYA UTAMA

Pemanfaatan hasil pemberdayaan

dan pendampingan pengolahan kompos

selain di kebun-kebun sekolah, juga telah

dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok

pengolah sampah di tingkat banjar. Di

desa Dauh Peken sudah terbentuk

kelompok pengelola sampah tetapi masih

terfokus pada sampah anorganik. Sampah-

sampah anorganik ini akan dikumpulkan

setiap 2 minggu sekali di Balai Banjar,

kemudian akan dicari oleh pengepul.

Untuk membuat kaderisasi dan

pengelolaan sampah organik berkelanjutan

maka dipandang perlu untuk membentuk

kelembagaan yang lebih kuat dengan

membantu membuatkan Anggaran Dasar

dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

Dengan pendampingan penguatan

kelembagaan ini diharapkan kelompok

Bank Sampah ini akan mampu melebarkan

usahanya untuk mengelola sampah organik

sehingga akan terbentuk diversifikasi

produk guna meningkatkan daya saing

kelompok. Di samping itu dengan

penguatan kelembagaan maka Bank

Sampah di desa Dauh Peken akan mampu

menjadi kelompok yang memiliki tujuan

ekonomi kreatif dengan cara memasarkan

produk-produk selain sampah anorganik.

Pengelolaan sampah organik (limbah

rumah tangga dan pasar) sangat

memberikan prospektif untuk menambah

pendapatan kelompok karena dapat dijual

langsung sebagai pupuk juga dapat

dimanfaatkan sendiri sebagai pupuk pada

usaha pemanfaatan pekarangan. Adanya

peningkatan ekonomi dan jiwa

kewirausahaan anggota kelompok dapat

dilihat dari meningkatnya pendapatan

Bank Sampah selama pembinaan yang

dilakukan oleh Tim Unmas sebesar hampir

30 % setiap bulannya. Dari hasil

perhitungan sampah yang berhasil

dkumpulkan dan sampah yang terjual pada

setiap bulannya terjadi peningkatan

sebesar 45-50 % yaitu dari pengahsilan

awal hanya Rp. 150.000,- per bulan, pada

akhir Agustus pendapatan Bank Sampah

sudah menjadi Rp. 300.000 per bulannya.

Dis amping pengelolaan sampah anorganik

ternyata antusiame anggota kelompok

untuk mengolah sampah anorganik juga

sudah meningkat. Hal ini telah dibuktikan

dengan penanaman beraneka sayuran di

sekeliling halaman Bank Sampah.

ULASAN KARYA

Implementasi sebuah kegiatan akan

sangat ditentukan oleh tingkat

permahaman dan keseriusan masyarakat

terhadap program yang dilaksanakan.

Pada kasus pemberdayaan di Bank

Sampah Nuri Lestari, implementasi

program seperti pemilahan sampah organik

dan anorganik serta pemanfaatan sampah

organik emnajdi pupuk telah diterapkan di

masing-masing rumah tangga anggota

bank sampah. Di samping itu penanaman

tanaman hias dan sayuran telah pula

dilaksanakan di amsing-masing banjar.

Untuk menilai keberhasilan implementasi

dari masing-masing program telah

dilaksanakan monitoring dan evaluasi

melalui pengamatan langsung terhadap

kebersihan lingkungan dan juga melalui

pengisian kuesioner. Kuesioner diisi oleh

masing-masing anggota yang terlibat dan

pemnagku kepentingan di aras banjar.

Dari hasil pemantauan tersebut maka di

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

96

desa Dauh Peken setiap setahun sekali

dilaksanakan lomba gang bersih dan lomba

rumah sehat. Untuk tahun 2014 penilaian

memutuskan juara gang bersih adalah bank

sampah di banjar Tunggal Sari, sedangkan

untuk kriteria keberlanjutan dan keseriusan

di raih oleh bank sampah Nuri Lestari.

Gambar 2. Pembuatan Mol dan Situasi

Gang di Desa Dauh peken

KESIMPULAN

Pemberdayaan masyarakat adalah

kegiatan yang melibatkan masyarakat

dalam program secara aktif dan terus

melaksanakan pendampingan agar

kegiatan yang dilaksanakan berlanjut dan

masyarakat menjadi mandiri. Beberapa

strategi yang dilakukan adalah:

1. Pemberdayaan harus berbasis

permasalahan masyarakat (bottom

up). Pedekatan dilakukan secara

kekeluargaan dan budaya

2. Melibatkan secara aktif masyarakat

sasaran sehingga menciptakan

sense of belonging masyarakat

terhadap program yang

dilaksanakan

3. Bantuan-bantuan kepada

masyarakat herus berbasis kegiatan

(action based) sehingga tidak

muncul anggapan program yang

dilaksanakan adalah proyek

4. Monitoring dan evaluasi

merupakan hal yang mutlak

dilaksanakan agar dapat dipantau

keberlanjutan dari program-

program yang diberikan

(sustainable empowerment)

DAMPAK DAN MANFAAT

Filosofi pemberdayaan masyarakat

adalah mendorong agar terjadi pertukaran

pengetahuan (knowledge transfer) diantara

pelaksana kegiatan baik anggota kelompok

maupun masyarakat sekitar. Hal ini terjadi

karena pada pemberdayaan masyarakat

selalu ada diseminasi pengetahuan baik

selama kegiatan berlangsung maupun

setelah kegiatan, karena pada dasarnya

manusia adalah makhluk peniru yang

secara intuisi akan memiliki keingintahuan

akan kebershasilan seseorang. Seseorang

yang sering disebut aktor adalah kader

yang memiliki inovasi tinggi terhadap

fenomena yang terjadi. Sehingga

keberhasilan sebuah program akan sangat

tergantung dari pengkaderan yang

dilakukan dan kreatifitas kader.

DAFTAR PUSTAKA

Alex, Inkeles. 1980. Modernisasi

Dinamika Pertumhuhan.

Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Alisyahbana. 1986. Transfonnasi

Masyarakat Indonesia. Jakarta:

Kelompok Studi Proklamasi, The

Asia Foundition.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

97

Bappeda, 2009. Laporan Akhir

Penyusunan Master palan

Persampahan Kabupaten Tabanan.

Hasbul, H. 1988. Pengaruh Timbulan dan

Karakteristik Sampah Terhadap

Sistem Pewadahan dan

Pengangkutannya.

Murbandiono,2008, Membuat Kompos

Edisi Telivisi,Penerbit : Penebar

Swadaya, Jakarta.

Ririen Prihandarini. 2004. Manajemen

Sampah. Perpod, Jakarta. 94 h.

Ririen Prihandarini. 2005. Wirausaha

Berbasis Pengelolaan Limbah

Organik. Pelatihan Dosen

Perguruan Tinggi, Peningkatan

Jiwa Kewirausahaan Berbasisi

Pengelolaan Limbah Organik.

Dikti – Unibraw, Malang 7 – 12

Desember 2005

Kecamatan Tabanan. 2011. Profil Desa

Dauh Peken. Pemerintah Daerah

Tabanan. Provinsi Bali

Kecamatan Kediri 2011. Profil Desa

Beraban. Pemerintah Daerah

Tabanan. Provinsi Bali

Sunarwan, A. 2005. Identifikasi

Pembuangan Sampah Domestik di

Bantaran Sungai Brantas Kota

Malang. Lembaga Penelelitian

Unmer, Malang. Jurnal Penelitian

(28): 789 – 795. Surata, SPK (2008). Struktur danProses dalam

Kepemimpinan Masyarakat

Tradisional. Jurnal Kritis, Satya

Wacana, Salatiga.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis

memberikan penghargaan yang sebesar-

besarnya kepada beberapa pihak yang

terlibat dalam kegiatan ini yaitu:

1. Kepala desa Dauh Peken danstaf

yang telah memfasilitasi kegiatan

dan menyediakan saran dan prasara

selama kegiatan berlangsung

2. Ketua Bank Sampah Nuri Lestari

yang telah dengan tekun dan

semangat menggalang masyarakat

untuk terlibat aktif dalam semua

kegiatan yang dilaksanakan.

3. Teman-teman tim Ipteks bagi

Wilayah (IbW) desa Dauh Peken

yang dengan antusias mengikuti

semua kegiatan yang telah

diprogramkan.

4. Kepada Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi dan Rektor yang

telah memberikan fasilitas materi

maupun moral (inkind) terhadap

pelaksanaan program ini.

5. Terkahir penulis sampaikan

terimakasih kepada semua pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu atas kerjasama dan

dukungan selama pelaksanaan

program.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

98

ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN SEBAGAI PERENCANAAN STRATEGI

BISNIS PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)

DI KOTA DENPASAR

Ni Putu Yeni Astiti dan I Gusti Ngurah Bagus Gunadi

Fakultas Ekonomi

Universitas Mahasaraswti Denpasar

ABSTRAK

Tujuan perencanaan strategis adalah untuk membentuk serta menyempurnakan usaha

bisnis dan produk perusahaan sehingga memenuhi target laba dan pertumbuhan. Lingkungan

internal yang dapat dianalisis meliputi beberapa hal, yaitu pemasaran dan distribusi, faktor

penelitian dan pengembangan serta rekayasa, faktor manajemen produksi dan operasi, sumber

daya karyawan perusahaan, keuangan dan akuntansi, sedangkan lingkungan eksternal yang

cukup berpengaruh terhadap kelangsungan hidup industri kecil antara lain tingkat inflasi,

tingkat pertumbuhan ekonomi, kondisi politik, peraturan pemerintah, perkembangan

teknologi, jumlah pemasok, kondisi persaingan dan selera pasar. Pengumpulan data

dilakukan dengan cara wawancara dengan nara sumber terkait dalam hal ini dinas Koperasi

dan UKM kota Denpasar dan asosiasi UKM. Dipilihnya dinas Koperasi dan UKM kota

Denpasar dan asosiasi UKM karena keduanya merupakan pihak yang berwenang dalam

penentuan kebijakan, penyusunan strategi serta pengembangan pelaku UKM. Hasil analisis

SWOT menunjukkan bahwa UMKM di Denpasar berada pada Kuadran IV.

Kata Kunci : Lingkungan Perusahaan, Analisis Swot, Strategi Bisnis

ABSTRACK

The objective of strategic planning is to establish and improve the business and the

company's products to achive company profit and growth target. Internal environment that

can be analyzed include several things, as marketing and distribution, research and

development factors and engineering, production and operation management factors,

company employee resources, finance and accounting, while the external environment which

has a influence on the viability of small industries, inflation, economic growth rates, political

conditions, government regulations, technological developments, supplier numbers,

competitive conditions and market tastes. Research data is collected by interview with related

resource, which are the department of Cooperatives and SMEs of Denpasar and association

of SMEs. The Department of Cooperatives and SMEs of Denpasar and the association of

SMEs is selected as data resource because both are the authorities in the determination of

policy, strategy development and development of SMEs. The result of SWOT analysis shows

that MSMEs in Denpasar are in Quadrant IV.

Keywords: Company Environment, Swot Analysis, Business Strategy

PENDAHULUAN

Dalam rangka meningkatkan

perekonomian Indonesia peranan usaha

kecil sangat diperlukan. Bahkan

diharapkan dimasa depan, Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) bisa menjadi tulang

punggung perekonomian nasional.

Pengembangan UKM itu sendiri semakin

mendapat dukungan dari pemerintah yang

tercermin dari berbagai usaha yang

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

99

dilakukan dalam memberdayakan

perekonomian rakyat di pedesaan. Dengan

demikian strategi bersaing harus dapat

memberikan gambaran yang jelas dan

terarah tentang apa yang dilakukan UKM.

Menurut Wiliam F. Glueck, 1999:13.

Setiap UKM yang ingin meningkatkan

nilai penjualan agar dapat hidup harus

memiliki perencanaan strategis. Tujuan

dari perencanaan strategis adalah agar

UKM dan menengah dapat mengantisipasi

perubahan lingkungan. Dengan diterapkan

suatu strategi pemasaran yang tepat, yang

nantinya dapat meningkatkan junlah nilai

penjualan sehingga keuntungannyapun

meningkat. UKM adalah merupakan sektor

yang dominan dalam rangka meningkatkan

hasil usaha industri di kota Denpasar,

dimana industri kecil sangat mempunyai

peranan dalam pertumbuhan dunia

pariwisata, apalagi kota Denpasar

merupakan daerah yang paling dominan

didatangi wisatawan baik asing maupun

domestik. Dengan demikian persaingan

antar industri kecil di kota Denpasar begitu

ketatnya. Lingkungan internal yang dapat

dianalisis meliputi beberapa hal, yaitu

pemasaran dan distribusi, faktor penelitian

dan pengembangan serta rekayasa, faktor

manajemen produksi dan operasi, sumber

daya karyawan perusahaan, keuangan dan

akuntansi, sedangkan lingkungan eksternal

yang cukup berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup industri kecil antara

lain tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan

ekonomi, kondisi politik, peraturan

pemerintah, perkembangan teknologi,

jumlah pemasok, kondisi persaingan dan

selera pasar. Pokok permasalah adalah:

Variabel-variabel apa yang menjadi

peluang dan ancaman bagi UKM di kota

Denpasar ?. Variabel-variabel apa yang

menjadi kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki UKM di kota Denpasar ?. Strategi

apa yang cocok diterapkan UMK di kota

Denpasar ?.

METODE PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data

penelitian dilakukan dengan observasi dan

wawancara dari pihak terkait yang

mengetahui kondisi UKM di Kota

Denpasar yaitu Dinas Koperasi dan

UMKM.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik analisis

SWOT. Dalam analisis SWOT terhadap

UKM terdapat beberapa tahapan yang

dilalui penulis meliputi :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor strategis

2. Memberikan pembobotan terhadap

faktor-faktor strategis

3. Penilaian terhadap faktor-faktor

strategis

4. Menentukan rentang nilai/interval

5. Memposisikan nilai yang diperoleh

dalam diagram Matrik Internal dan

Eksternal (IE)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis SWOT

Mengidentifikasi Faktor-Faktor

Strategis

Lingkungan Internal

a. Kekuatan (Strength)

1) Fleksibilitas

UMKM memiliki fleksibilitas dalam

menyesuaikan diri dengan keinginan

pasar yang cenderung berubah-ubah.

Berbeda dengan usaha dengan skala

besar, lingkup UMKM yang cenderung

terbatas membuat UMKM dengan cepat

menangkap keinginan konsumen dan

menggunakan sumber daya yang

dimiliki untuk memenuhi kebutuhan

pasar.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

100

2) Inovatif

Lingkup organisasi UMKM yang relatif

sempit, mempermudah untuk melakukan

inovasi terhadap produk yang akan

dihasilkan, karena proses munculnya

inovasi produk dapat dituangkan setiap

saat dari seluruh karyawan dengan

melihat fenomena yang terdapat di pasar.

3) Mudahnya mendapat bahan baku

Mayoritas UMKM di Denpasar

menghasilkan produk dengan

memanfaatkan sumber daya dan bahan

baku yang berasal dari sekitar wilayah

mereka. Mudahnya mendapatkan bahan

baku ini membuat UMKM mampu

mengontrol kualitas bahan baku yang

diinginkan dan berproduksi secara

kontinyu.

4) Harga Bersaing

UMKM umumnya tidak mengandalkan

merk dagang, namun bersaing melalui

harga yang terjangkau. Melalui

penggunaan bahan baku yang berasal

dari daerah lokal, maka UMKM dapat

menekan biaya produksi dan mampu

memberikan harga jual yang relatif

murah.

5) Loyalitas Karyawan

Ukuran perusahaan yang kecil

membuat komunikasi antar karyawan

dan pemilik berjalan dengan baik.

Komunikasi yang baik akan membuat

karyawan merasa dihargai dan

meningkatkan loyalitasnya terhadap

perusahaan.

6) Produk yang berkualitas

UMKM di Denpasar telah dikenal

dengan produk-produk yang

berkualitas serta memiliki keunikan

tersendiri. Faktor inilah yang

membuat produk yang dihasilkan

disukai pasar dan mampu terjual

dengan baik.

b. Kelemahan (Weakness)

1) Keterbatasan Modal

UMKM di Denpasar mengalami

kesulitan dalam

permodalan,sementara modal

menjadi hal yang penting untuk

pengembangan perusahaan.

2) Keterbatasan SDM

Untuk terus berinovasi, UMKM

harus didukung oleh SDM yang

memadai yang memiliki

keterampilan tinggi, memahami

teknik pemasaran dan akuntansi

untuk meningkatkan produksi dan

kinerja UMKM.

3) Keterbatasan Teknologi

Mayoritas UMKM di Denpasar masih

menggunakan teknik produksi manual

atau mesin yang sederhana. Hal ini

membuat panjangnya proses produksi

dan rendahnya jumlah produksi.

4) Kesulitan Pemasaran

Rendahnya penguasaan teknologi

informasi membuat UMKM sulit

menembus pasar-pasar yang berada di

daerah yang berbeda. Pemasaran saat

ini masih dilakukan dengan cara

sederhana, sehingga sulit mencapai

pasar nasional atau internasional.

5) Keterbatasan Administrasi dan

Akuntansi

Mayoritas UMKM di Denpasar belum

memiliki kemampuan yang memadai

mengenai administrasi dan akuntansi,

dimana hal ini menyebabkan sulitnya

melakukan pencatatan transaksi

keuangan, dan menentukan harga pokok

produksi, serta menghitung keuntungan

yang dihasilkan.

Lingkungan Eksternal

a. Peluang (Opportunity)

1) Perkembangan Industri Ekonomi

Kreatif

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

101

Berkembangnya industri ekonomi

kreatif saat ini memperluas kesempatan

UMKM untuk mampu menembus pasar

yang lebih besar melalui keunikan

produk yan diproduksi.

2) Penambahan Modal

Dukungan pemerintah daerah dan

pemerintah pusat atas UMKM sangat

baik, salah satunya adalah melalui

program-program pemerintah yang

mempermudah UMKM untuk mendapat

tambahan modal dari lembaga

keuangan. Selain itu pemerintah juga

memberikan dukungan dalam hal

perpajakan UMKM.

3) Pemanfaatan Teknologi Informasi

Terus berkembangnya teknologi

informasi dapat membantu perusahaan

dalam meningkatkan kinerjanya melalui

pemasaran online, pemanfaatan mesin-

mesin untuk meningkatkan kapasitas

produksi,maupun untuk membantu

pemrosesan transaksi keuangan.

4) Jumlah produk substitusi

Keunikan produksi UMKM yang

menggunakan bahan baku lokal,

membuat produk UMKM memiliki

keunggulan di mata masyarakat

sehingga sulit untuk disaingi oleh

perusahaan lain.

5) Menjalin kemitraan

UMKM di masa depan diharapkan

dapat menjalin kerjasama dengan

perusahaan swasta, lembaga

pendidikan, serta lembaga pemerintahan

dan lembaga keuangan yang mampu

mendukung perkembangan UMKM.

6) Kebijakan Pemerintah

Pemerintah sedang giat membangkitkan

ekonomi kecil dan kreatif, yang tentu

saja akan menguntungkan UMKM,

dimana pemerintah akan membuat

aturan-aturan dan kebijakan yang

mendukung perkembangan UMKM.

d. Ancaman (Threat)

1) Persaingan

Adanya MEA membuka jalan bagi

usaha-usaha besar dari luar negeri untuk

memasuki pasar Indonesia

menimbulkan tekanan-tekanan pada

persaingan produk untuk merebut

pangsa pasar.

2) Inflasi

Inflasi akan mempengaruhi daya beli

masyarakat. Kondisi ini juga akan

mempengaruhi penjualan yang dilakukan

oleh UMKM.

3) Masih kurangnya apresiasi masyarakat

terhadap produk lokal

Branding oleh produk-produk

perusahaan besar, mempersulit UMKM

untuk memasuki pasar nasional karena

pola konsumsi yang terjadi di

masyarakat adalah masyarakat terkadang

melakukan pembelian untuk memenuhi

gengsi dan gaya hidup.

4) Kondisi Perekonomian Global

Ketidakstabilan ekonomi membawa

dampak bagi usaha UMKM. Turunnya

nilai rupiah membuat beberapa bahan

baku yang masih diimport akan

mengalami kenaikan harga, yang

Pembobotan Faktor-Faktor Strategis

Pendekatan yang digunakan dalam

melakukan analisis lingkungan internal

adalah melalui pendekatan fungsional

dimana kapabilitas internal yang paling

penting untuk keberhasilan perusahaan

dianalisis untuk menghasilkan data

kekuatan dan kelemahan sebagai dasar

strategi perusahaan (Rahmanto, 2013).

Berikut adalah penjabaran Matriks

Evaluasi Faktor Internal (IFAS)

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

102

MATRIKS EVALUASI FAKTOR INTERNAL (IFAS)

Faktor Internal Kunci Bobot Peringkat Skor

Bobot

Kekuatan (Strength)

1) Fleksibilitas

2) Inovatif

3) Mudahnya mendapat bahan baku

4) Harga Bersaing

5) Loyalitas Karyawan

6) Produk yang berkualitas

0,11

0,06

0,06

0,11

0,08

0,11

4

2

3

3

3

4

0,44

0,11

0,17

0,33

0,25

0,44

Kelemahan (Weakness)

1) Keterbatasan Modal

2) Keterbatasan SDM

3) Keterbatasan Teknologi

4) Kesulitan Pemasaran

5) Keterbatasan Administrasi dan

Akuntansi

0,11

0,11

0,11

0,06

0,08

3

3

3

2

2

0,33

0,33

0,33

0,11

0,17

TOTAL 1,00 3,03

Matriks evaluasi faktor eksternal

memungkinkan para penyusun strategi

untuk meringkas dan mengevaluasi

informasi ekonomi, sosial budaya,

demografis, lingkungan, politik,

pemerintahan , hukum, teknologi dan

kompetitif. Berikut Matriks Evaluasi

Faktor Eksternal

MATRIKS EVALUASI FAKTOR EKSTERNAL (EFAS)

Faktor Eksternal Kunci Bobot Peringkat Skor

Bobot

Peluang (Opportunity)

1) Perkembangan Industri Ekonomi

Kreatif

2) Penambahan Modal

3) Pemanfaatan Teknologi Informasi

4) Jumlah produk substitusi

5) Menjalin kemitraan

6) Kebijakan Pemerintah

0,13

0,10

0,10

0,07

0,13

0,07

4

3

4

2

4

3

0,53

0,30

0,40

0,13

0,53

0,20

Ancaman (Threat)

1) Persaingan

2) Inflasi

3) Masih kurangnya apresiasi masyarakat

terhadap produk local

4) Kondisi Perekonomian Global

0,13

0,10

0,10

0,07

1

1

2

3

0,13

0,10

0,20

0,20

TOTAL 1,00 2,73

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

103

Berdasarkan matriks diatas, diketahui

bahwa nilai IFAS 3,03 dan nilai EFAS

2,73, nilai ini lebih besar dari cut off yaitu

2,50. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kondisi UMKM di Denpasar berada pada

kriteria baik. Berdasarkan tabel Internal

Eksternal (IE) dapat dilihat bahwa UKM

yang ada di Kota Denpasar berada pada

kuadran IV, dimana perusahaan termasuk

dalam kategori tumbuh bina.

4.2 Pembahasan

Matrik SWOT merupakan alat

yang dipakai untuk menyusun faktor-

faktor strategis perusahaan. Matrik ini

akan menggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal

yang dihadapi perusahaan dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki. Nantinya matrik

ini digunakan untuk membangun

pengembangan empat jenis strategi yaitu

Strategi SO (Kekuatan-Peluang)‚ Strategi

WO (Kelemahan-Peluang)‚ Strategi ST

(Kekuatan-Ancaman)‚ Strategi WT

(Kelemahan-Ancaman). Perumusan

strategi SWOT akan didasarkan pada nilai

matrik IE serta kondisi SWOT perusahaan.

Matrik SWOT

Peluang (Opportunity)

1) Perkembangan Industri

Ekonomi Kreatif

2) Penambahan Modal

3) Pemanfaatan Teknologi

Informasi

4) Jumlah produk substitusi

5) Menjalin kemitraan

6) Kebijakan Pemerintah

Ancaman (Threat)

1. Persaingan

2. Inflasi

3. Masih kurangnya

apresiasi masyarakat

terhadap produk lokal

4. Kondisi

Perekonomian Global

Kekuatan (Strength)

1. Fleksibilitas

2. Inovatif

3. Mudahnya

mendapat bahan

baku

4. Harga Bersaing

5. Loyalitas

Karyawan

6. Produk yang

berkualitas

Strategi SO

1. Meningkatkan penggunaan

teknologi untuk

mempertahankan kualitas

produk

2. Membina kerjasama yang

intensif dengan supplier untuk

memperoleh pasokan baha

baku secara kuantitas dan

kualitas yang memadai

3. Meningkatkan inovasi produk

dengan memanfaatkan

teknologi yang lebih canggih

4. Mempertahankan persaingan

harga serta melihat

perkembangan industri

ekonomi kreatif

5. Mengembangkan usaha dengan

menggunakan bantuan modal

dari pemerintah

Strategi ST

1. Meningkata kualitas

pelayanan terhadap

pelanggan

2. Meningkatkan kualitas

produk‚ desain produk

yang menarik dan

kreatif

Kelemahan (Weakness)

1. Keterbatasan

Strategi WO

1. Mengadakan pelatihan

Strategi WT

1. Menambah modal

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

104

M

o

d

a

l

2. Keterbatasan

S

D

M

3. Keterbatasan

Teknologi

4. Kesulitan

Pemasaran

5. Keterbatasan

Administrasi dan

Akuntansi

terhadap karyawan

2. Membuat pembukuan terhadap

administrasi dan keuangan

3. Meningkatkan kegiatan

promosi yang dilakukan

4. Menambah modal dengan

memanfaatkan pinjaman yang

diberikan dari pemerintah dan

BUMN

dengan melakukan

pinjaman ke

pemerintah dan BUMN

2. Meningkatkan promosi

3. Menambah teknologi

yang digunakan dan

memberikan pelatihan

terhadap karyawan dan

pengaplikasian

teknologi yang

digunakan

4. Institusi pendamping

dapat memfasilitasi

untuk pemerintah

membuat regulasi dan

kebijakan yang

mendukung

pengembangan usaha

UKM

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, nilai

IFAS BPR berada pada nilai 3,03,

sedangkan nilai EFAS menunjukkan nilai

2,73. Nilai ini berada pada rentang 2,51-

3,25 yang berarti UKM berada dalam

kategori Baik. Nilai ini kemudian

diimplementasikan pada diagram IE yang

menunjukkan bahwa UKM di Kota

Denpasar berada dalam kuadran IV yang

berarti UKM di Kota Denpasar dalam

kondisi tumbuh bina.

Saran

Berdasarkan analisis SWOT,

modal merupakan masalah utama bagi

UKM di Kota Denpasar untuk

mengembangkan usahanya. Kurangnya

jumlah modal menghambat kegiatan UKM

untuk menambah aset, melakukan

perekrutan karyawan serta melatih

karyawan agar memiliki kompetensi yang

memadai untuk menjamin berjalanya

operasional UKM dengan lebih baik lagi.

Untuk itu diharapkan UKM dapat

menambah modal melalui menanfaatkan

pinjaman dari pemerintah dan swasta yang

mana saat ini kebijakan pemerintah sudah

banyak lebih menyentuh ke sektor UKM.

DAFTAR PUSTAKA

Agustinus Sri Wahyudi. 1999. Manajemen

Strategik, Pengantar Proses Berpikir

Strategik. Jakarta Barat : Bina Rupa

Aksara.

Ari jaya Santini, I Gusti Putu. 2004.

Perumusan Strategi pemasaran pada

PT. Galva corporation kantor

perwakilan Bali. Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Udayana.

Denpasar.

Basu Swastha, DH. 1997. Azas-azas

Marketing. Edisi ke-3. Yogyakarta :

Liberty

Fandy Tjiptono. 2000. Strategi Pemasaran.

Yogyakarta : Andi Offset.

Glueck, William F. dan Jauch, Lawrence

R. (alih bahasa Murad dan AR

Hendry Sitanggang) 1999,

Manajemen Strategi dan Kebijakan

Perusahaan, Jakarta : Airlangga.

Hitt, Michael A., Ireland, R, Duane,

Hoskisson, Robert E. 2001, Strategic

Management : Competitiveness and

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

105

Globalization, 4th Edition,

Singapore, Thomson Learning Asia.

Henny Winartha. 2002. Perumusan

Strategi Bisnis pada PT. Taman

Burung Citra Bali Singapadu

Gianyar, Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Udayana. Denpasar.

Kotler, Philip (Hendra Teguh,

Penerjemah). 2001. Manajemen

Pemasaran : Analisis perencanaan,

Implementasi, dan Kontrol. Edisi

Revisi Jilid 2 Jakarta : PT.

Prenhalindo

Pearce & Robinson (Agus Maulana,

Penerjemah). 1997. Manajemen

Strategik : Formulasi, Implementasi,

dan Pengendalian. Jilid 1. Jakarta :

Binapura Aksara

Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT,

Teknik Membeda

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

106

PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP MARKA JALAN “YELLOW BOX

JUNCTION” DI KOTA DENPASAR

Cokorda Putra Wirasutama, Tjokorda Istri Praganingrum

ABSTRAK

ABSTRACT

One way to solve the problem in reducing congestion, especially at intersections, is to

apply the yellow box junction rule. The objective of installation of yellow box at the

intersection is for vehicles not to pile up at one point. The order is that vehicle should not be

in the yellow box as long as the vehicle in front of it has not fully passed the yellow box. This

method is used so that the opposite direction vehicle can pass through the intersection without

being blocked by the vehicle from the opposite direction. This condition will cause the

vehicles at the intersection flow smoothly, and do not experience delays due to accumulation

of vehicles from opposite directions.This study will evaluate the application of yellow box

junction rules at intersections in Denpasar City. The results of the interviews were analyzed

by comparing the ratio between the person/s who understood about the yellow box to all the

samples interviewed. Result of the data analyzed is that the average person that understood

about the yellow box junction is 60%.

Keywords: effectiveness, road marking, yellow box junction, denpasar

PENDAHULUAN

Kemacetan yang muncul di lalu

lintas merupakan fenomena umum di kota

yang berkembang pesat secara ekonomi.

Antisipasi menggunakan cara prediksikan

kemudian sediakan sulit dilakukan karena

keterbatasan ruang yang bisa

dikembangkan untuk mengakomodasi lalu

lintas yang berkembang pesat. Selain itu,

anggaran pemerintah yang terbatas

Program Studi Teknik Sipil FT Universitas Mahasaraswati Denpasar

email: [email protected]

Salah satu cara dalam manajemen lalu lintas untuk mengurangi kemacetan, terutama

di persimpangan, adalah dengan menerapkan aturan Yellow box junction. Pemasangan yellow

box pada persimpangan bertujuan agar kendaraan tidak menumpuk di satu titik dengan cara

mengatur agar kendaraan tidak boleh berada di dalam yellow box selama kendaraan di

depannya belum sepenuhnya melewati yellow box tersebut. Cara ini digunakan agar

kendaraan yang berlawanan arah tetap bisa melalui persimpangan tersebut tanpa dihalangi

oleh arus kendaraan dari arah berlawanan. Kondisi ini akan menyebabkan arus lalu lintas pada

persimpangan tersebut tetap mengalir dan tidak mengalami tundaan akibat menumpuknya

kendaraan dari arah berlawanan. Penelitian ini akan mengevaluasi penerapan aturan yellow

box junction pada simpang-simpang di Kota Denpasar. Data didapatkan dengan metode

wawancara terhadap masyarakat yang berada di sekitar persimpangan dengan yellow box

junction. Analisis data dihitung dengan mencari perbandingan antara masyarakat yang

memahami tentang yellow box terhadap seluruh sampel yang diwawancarai.Hasil analisis

data menunjukkan bahwa rata-rata pemahaman masyarakat terhadap marka yellow box adalah

60%.

Kata kunci: efektifitas, marka jalan, yellow box junction, denpasar

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

107

membutuhkan antisipasi untuk dilakukan

dengan cara memprediksi kemudian

mencegah agar pemerintah tetap dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat yang

tumbuh cepat.

Bagaimana pemerintah bisa

mengurangi kemacetan di samping

program pemenuhan kendaraan angkutan

massal yang telah dilakukan dengan

Program Bus Trans Sarbagita, adalah

dengan manajemen lalu lintas yang lebih

baik. Penyesuaian arus lalu lintas,

peningkatan fasilitas pejalan kaki,

penambahan rambu atau marka jalan

adalah cara lain yang bisa digunakan untuk

mengatur lalu lintas agar terhindar dari

kemacetan yang parah. Kemacetan lalu

lintas biasanya terjadi di persimpangan.

Hal ini terjadi karena akumulasi kendaraan

pada satu titik ke arah yang berlawanan

atau berbeda. Meski di beberapa

persimpangan, lampu lalu lintas telah

dibuat untuk mencegah penumpukan

kendaraan, namun pada waktu-waktu

tertentu, terutama saat jam sibuk,

kemacetan masih bisa terjadi.

Salah satu marka jalan yang bisa

digunakan untuk mengurangi kemacetan

yang terjadi di persimpangan, baik yang

bersinyal atau tidak bersinyal, adalah

membuat marka kotak kuning (yellow box)

di persimpangan. Pemasangan yellow box

di persimpangan ditujukan agar kendaraan

tidak menumpuk pada satu titik dengan

mengatur agar kendaraan tidak boleh

berada di dalam yellow box selama

kendaraan di depannya belum sepenuhnya

melewati yellow box. Metode ini

digunakan agar kendaraan dari satu arah

tertentu bisa melewati persimpangan tanpa

diblokir oleh arus kendaraan dari arah yang

berlawanan. Kondisi ini akan

menyebabkan arus lalu lintas di

persimpangan masih mengalir dan tidak

mengalami penundaan akibat terjadinya

penumpukan kendaraan dari arah yang

berlawanan.

Yellow box junction adalah penanda

jalan berbentuk persegi kuning yang

ditempatkan di persimpangan jalan

(Peraturan Menteri Perhubungan No. 34

tahun 2014 tentang Penandaan Jalan).

Garis kotak kuning ini memiliki tujuan

apabila ada antrian di persimpangan,

kendaraan harus mempertimbangkan

apakah kondisi persimpangan aman atau

tidak. Kendaraan tidak diperbolehkan

berhenti di yellow box meski lampu hijau

masih menyala. Jika kendaraan berhenti di

dalam area yellow box maka akan dikenai

sanksi. Negara lain yang telah menerapkan

yellow box junction adalah Malaysia,

Singapura, Australia dan Inggris.

Penerapan yellow box junction di

Indonesia belum merata. Beberapa kota

besar masih menguji penanda jalan ini.

Dalam "Traffic sign manual bab 5

road marking London" dijelaskan

persyaratan penempatan yellow box

junction tersebut adalah:

1. memiliki 4 sisi

2. berada di persimpangan yang

memiliki setidaknya dua arah

3. ditempatkan di persimpangan yang

dikontrol atau tidak dikendalikan

oleh sinyal-sinyal lalu lintas

4. terletak pada arus lalu lintas yang

padat atau sibuk di kedua arah

lengan jalan

5. garis kuning dalam harus

menempelkan setidaknya dua sudut

kotak

6. dua atau empat kotak sudut

mengarah ke tepi jalan

7. kotak kuning harus terlihat jelas dan

tidak mudah pudar

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

108

8. di persimpangan T hanya mencakup

setengah dari persimpangan jalan

9. hanya ada satu tanda kuning di

persimpangan jalan

Dalam tulisan ini, penulis ingin

mengevaluasi penerapan pemasangan

kotak kuning yang baru dilaksanakan

pada tahun 2016 oleh Pemerintah

Daerah Kota Denpasar. Evaluasi ini

dilakukan dengan mewawancarai orang-

orang yang berada di persimpangan

dengan persimpangan kotak kuning

mengenai sosialisasi peraturan baru dan

keefektifan instalasi. Penelitian ini akan

dilakukan di daerah dengan

persimpangan junction junction junction

di persimpangan Kamboja-Kapten Japa,

Kamboja-Lely dan Udayana-Sugianyar

Gambar 1

Bentuk Ukuran Marka Kotak Kuning

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan No. 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan

METODE

Penelitian dilakukan pada simpang Kamboja-Kapten Japa, Kamboja-Lely dan

Udayana-Sugianyar

Gambar 2 : Lokasi Penelitian

Sumber : Google Map dengan modifikasi. 2017

Simpang Udayana - Sugianyar

Simpang Kamboja - Lely

Simpang Kamboja – Kapten Japa

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

109

Tabel 1 : Jenis dan Sumber Data

Sumber : Penulis, 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survai Pengetahuan Masyarakat

terhadap Marka Yellow box junction

Survai untuk mengetahui pemahaman

masyarakat terhadap aturan Marka Yellow

box junction dilakukan dengan metode

survai kuesioner. Responden yang disurvai

sebanyak 20 orang pada masing-masing

simpang adalah masyarakat yang berada di

sekitar simpang dengan marka yellow box.

Pengetahuan masyarakat terhadap marka

yellow box junction dihitung dengan

membandingkan antara masyarakat yang

memahami dengan jumlah responden pada

masing-masing simpang.

Prosentase pemahaman masyarakat =

(Jumlah responden yang memahami/Jumlah

responden) x 100%.

A. Simpang Kamboja-Kapten Japa

Jumlah responden yang memahami

= 13 orang

Jumlah responden

= 20 orang

Prosentase pemahaman masyarakat

= (13 / 20) x 100%

= 65%

B. Simpang Kamboja-Lely

Jumlah responden yang memahami

= 13 orang

Jumlah responden

= 20 orang

Prosentase pemahaman masyarakat

= (13 / 20) x 100%

= 65 %

C. Simpang Udayana-Sugianyar

Jumlah responden yang memahami

= 10 orang

Jumlah responden

= 20 orang

Prosentase pemahaman masyarakat

= (10 / 20) x 100%

= 50 %

Dari hasil perhitungan di atas dapat

diketahui rata-rata responden yang

memahami adalah sebesar : (65% + 65% +

50%) / 3 = 60%

Data

Metodelogi Sumber Data

Primer Sekunder

Gambaran Umum Wilayah

Penelitian dan Geografis

Wilayah

Kualitatif - Literatur

Fisik dan Non Fisik Kawasan

Penelitian

Kualitatif Observasi dan

wawancara

Literatur

Landasan teori dan konsep

- Definisi dan Fungsi

Yellow box junction

- Peraturan terkait mengenai

rekayasa lalu lintas

Kualitatif Literatur

Rumusan Permasalahan

Data Pemahaman Masyarakat Kualitatif dan

Kuantitatif

Wawancara dan

Kuesioner

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

110

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan

beberapa hal yaitu :

Rata-rata pemahaman masyarakat terhadap

marka yellow box junction adalah sebesar

60%. Dengan perincian masing-masing

simpang adalah :

A. Simpang Kamboja-Kapten Japa = 65%

B. Simpang Kamboja-Lely = 65%

C. Simpang Udayana-Sugianyar = 50%

Saran

Untuk meningkatkan pemahaman

masyarakat terhadap marka yellow box

junction, maka peran sosial media dapat

digunakan untuk mensosialisasikan aturan-

aturan baru yang diterapkan oleh

pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Driving Test Tips. 2016. Box Junctions.

Driving Test Tips

http://www.drivingtesttips.biz/. 10

Mei 2016 (18:30)

London. 2003. Traffic Sign Manual Road

Making. Department for Transport.

United Kingdom

Mainroads Western Australia. 2016.

Yellow Box Junction Trials. Main

Roads WA.

https://project.mainroads.wa.gov.au

/tcmp/Pages/default.aspx. 8 Mei

2016 (18:45)

NTMC KORLANTAS POLRI. 2013.

Yellow Box Junctions.

NTMKORLANTAS POLRI.

https://www.facebook.com/NTMC

POLRI/?fref=nf. 12 Mei 2016

(19:00)

Republik Indonesia, Direktoral Jendral

Bina Marga, Manual Kapasitas

Jalan Indonesia Tahun 1997

Republik Indonesia. 2014. Peraturan

Menteri Perhubungan Republik

Indonesia No PM 34 Tahun 2014

tentang Marka Jalan. Menteri

Perhubungan Republik Indonesia.

Jakarta

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan

Kombinasi (Mixed Method).

Bandung: Alfabeta.

Tjahjani, Indra A.R., Hutapea, Niko

Pratama. 2013. Analisa Kinerja

Marka Yellow Box Junction (Studi

Kasus Simpang Jalan Mayjen

Sutoyo, Jakarta). Konferensi

Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS

7). Universitas Sebelas Maret

(UNS) Surakarta.

Yellowboxjunction. 2009. Invalid Yellow

Box Junctions. yellowboxjunction.

http://yellowboxjunction.co.uk/inde

x.htm. 7 Mei 2016 (18:30

Yellowboxjunction. 2009. Yellow Box

Junction, What The Law Say's.

yellowboxjunction.

http://yellowboxjunction.co.uk/inde

x.htm. 9 Mei 2016 (19:00)

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

111

EKSISTENSI ARSITEKTUR BALI DALAM ARSITEKTUR KEKINIAN

STUDI KASUS : KUTA CENTRAL PARK

Tjokorda Istri Praganingrum, Ida Bagus Suryatmaja

Program Studi Teknik Sipil FT Universitas Mahasaraswati Denpasar

email: [email protected]

ABSTRAK

Pertumbuhan penduduk dan perkembangan tingkat perekonomian pada era global ini secara tidak

langsung berdampak sangat besar terhadap perkembangan arsitektur di Bali. Sebagai daerah tujuan wisata

oleh wisatawan dalam negeri maupun manca Negara, arsitektur di Bali telah berkembang dan sulit

dikendalikan. Masuknya berbagai unsur – unsur asing pada akhirnya akan mendominasi arsitektur lokal

Bali. Hal tersebut sudah mulai terlihat dari munculnya berbagai tampilan bangunan kekinian dengan

arsitektur yang mengabungkan berbagai gaya untuk bisa menjadi pusat perhatian. Salah satu lokasi yang

memperlihatkan hal tersebut adalah Kuta Central Park. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

bagaimana eksistensi Arsitektur Tradisional Bali terhadap unsur asing yang cenderung mendominasi.

Metode yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini akan diarahkan pada

uraian deskriptif mengenai bagaimana bentuk wujud arsitekktur pada lokasi penelitian, dan bagaimana

korelasinya terhadap upaya mempertahankan ciri Arsitektur Tradisional Bali. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa perpaduan gaya arsitektur pada lokasi penelitian mengakibatkan tidak munculnya

ciri khas tradisional yang seharusnya tetap ditampilkan untuk memberikan identitas budaya

lokal.Pencampuran gaya arsitektur pada lokasi penelitian menurunkan eksistensi ciri arsitektur lokal Bali.

Tampilan arsitektur lokal bukan lagi menjadi titik utama penekanan disain pada lokasi penelitian.

Tampilan ‘kekinian’ yang menyatukan beberapa gaya menjadikan arsitektur lokal hanya sebagai

pelengkap disain yang diperlukan.

Kata Kunci : Arsitektur, Lokal, Tradisonal, Bali

ABSTRACK

The growth of population and the development of economic level in this global era indirectly have an

enormous impact on the development of architecture in Bali. As a tourist destination by both domestic

and foreign tourists, the architecture in Bali has grown and is difficult to control. The entry of various

foreign elements will ultimately dominate the local architecture of Bali. This has begun to be seen from

the emergence of various views of the building with the current architecture that combines various styles

to be the center of attention. One of the locations that show it is Kuta Central Park. This study was

conducted to find out how the existence of Traditional Balinese Architecture against foreign elements that

tend to dominate. The method used is qualitative descriptive analysis technique. This analysis will be

directed to a descriptive explanation of how the shape of an architecture is located in the research

location, and how it correlates with the effort to maintain the traditional Balinese architecture. The result

of the research has shown that the combination of architectural style in the research location resulted in

the absence of traditional characteristics that should still be displayed to provide local cultural identity.

The mixing of architectural styles in the research location decreases the existence of local Balinese

architectural features. The look of local architecture is no longer the main point of design emphasis on

research sites. The 'contemporary' look that brings together multiple styles makes local architecture a

mere complement to the necessary design.

Keywords: Architecture, Local, Traditional, Bali

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

112

LATAR BELAKANG

Bali sebagai sebuah pusat pariwisata

mengalami dinamika pertumbuhan

pembangunan yang sangat pesat.

Perkembangan ekonomi dan pariwisata

berpengaruh terhadap tingkat urbanisasi dan

globalisasi budaya yang juga berdampak

terhadap bentuk arsitekturnya. Pengaruh

pariwisata di Bali secara umum memiliki

andil terciptanya suatu akulturasi budaya

masyarakat Bali dan antar bangsa.

Akulturasi ini sendiri tetap dapat dilihat dari

dua sisi yang berbeda, yaitu akulturasi

budaya dominasi ataupun integrasi

khususnya dalam bidang arsitektur

(Wiranto, 1999). Perbedaan antara akulturasi

dominasi dan integrasi dari sudut pandang

arsitektur terletak dari bagaimana arsitektur

lokal mampu bertahan dan menyerap unsur-

unsur asing hanya untuk memperkokoh

budaya lokal setempat, bukan sebaliknya

tergerus dan akhirnya tumbang oleh

dominasi asing.

Berdasarkan sudut pandang umum,

bangunan arsitektur Bali selalu berusaha

selaras dengan lingkungan dan tetap

mengikuti pedoman tradisi lokal. Akan

tetapi, dengan perkembangan pariwisata

yang sangat pesat, pembangunan yang tidak

terkendali dilengkapi dengan pengaruh-

pengaruh luar membawa dampak terhadap

bentuk arsitektur Bali. Munculnya bentuk,

penggunaan bahan, pemasangan ornament

yang berada di luar pakem lokal Bali

menunjukkan timbulnya fenomena ekspresi

arsitektur yang lebih menonjolkan estetika

dibandingkan dengan menunjukkan identitas

unsur budaya lokal. Hal ini juga

memperlihatkan wujud perkembangan

arsitektur yang inovatif dan kreatif.

Perkembangan wujud arsitektur ini

sangat mudah dilihat pada kawasan-kawasan

pariwisata utama di Bali, salah satunya

adalah Kabupaten Badung. Sebagai kawasan

yang menjadi destinasi wisata besar di Bali,

ekspresi wujud arsitekturnya sangat

beraneka rupa. Beragam fungsi bangunan

berupaya menampilkan segi estetika secara

optimal untuk memberikan citra pada

bangunannya. Berbagai unsur luar yang

berperan didalamnya mengakibatkan

munculnya tampilan yang heterogen dan

sering menganaktirikan unsur lokal Bali itu

sendiri.

Sejatinya telah ada peraturan yang

mengatur mengenai tampilan wajah

bangunan di Bali. Salah satunya adalah

Peraturan Daerah Provinsi Bali no.5 tahun

2005 tentang Persyaratan Bangunan

Gedung. Peraturan ini mengisyaratkan

mengenai wajah bangunan Bali yang harus

bernafaskan pakem Arsitektur Tradisional

Bali. Ciri khas arsitektur Bali yang

dimaksudkan adalah penerapan konsep Tri

Angga yaitu pembagian areal (mandala)

menurut tubuh manusia, yang terbagi atas

tiga areal, yaitu hulu (utama, kepala),

madya (di tengah, badan) dan teben (di

hilir, kaki). Akan tetapi dalam

pelaksanaannya khususnya pada bangunan

pariwisata tetap menampilkan wujud

arsitektur berbagai rupa.

Salah satu lokasi yang menampilkan

arsitektur berbagai rupa tersebut adalah di

setral parkir Kuta. Selain fungsinya sebagai

pusat parkir kawasan, lokasi ini juga

dilengkapi dengan bangunan-bangunan

dengan berbagai fungsi dimulai dari hotel,

pertokoan, hingga kuliner. Bangunan –

bangunan ini memiliki wujud arsitektur

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

113

yang terlihat berbeda dan cenderung jauh

dari nuansa lokal. Wujud-wujud arsitektur

yang ada menyiratkan kemodernan dan

mengkombinasikan berbagai bentuk.

Maharani dan Yupardhi (2014) pernah

melakukan penelitian pada lokasi ini yang

memperoleh hasil bahwa bangunan pada

lokasi tersebut kesulitan menampilkan

arsitektur lokal bali dalam upayanya

mewujudkan konsep hybrid. Dijelaskan

tahap pertama terbentuknya konsep hybrid

adalah adanya eklektik atau quotation, yang

dilakukan dengan menelusuri dan memilih

perbendaharaan bentuk dan elemen

arsitektur tradisional Bali dari jaman Bali

madya yang dianggap potensial untuk

diangkat kembali. Alasan penggunaan

elemen-elemen arsitektur tradisional Bali

madya karena telah mapannya kode dan

makna yang dimiliki sehingga dianggap

akan mudah diterima dan dipahami oleh

masyarakat.

Eklektik sendiri dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia memiliki pengertian

bersifat memilih yang terbaik dari berbagai

sumber (tentang orang, gaya, metode)

Dalam ilmu arsitektur langgam eklektik

memiliki pemahaman memadukan unsure

atau gaya dalam bentuk tersendiri. Eklektik

berasal dari bahasa Yunani yang berarti

memilih sesuatu. Dalam arsitektur

eklektisme merupakan sebuah aliran

memilih yang memadukan unsur-unsur atau

gaya dalam bentuk tersendiri. Aliran ini

memiliki ciri memadukan beberapa unsure

atau gaya dalam suatu bentuk dan dapat

dikembangkan menjadi bentuk baru.

Eklektisme sebagai suatu pemahaman dalam

pencampuran gaya, bentuk maupun ornamen

dalam arsitektur dilihat sebagai suatu hal

yang positif yang dapat mengatasi masalah

dalam pergeseran masa khususnya dalam

pergeseran gaya itu sendiri.

Pada tulisan ini, penulis ingin

mengetahui bagaimana bentuk arsitektur

yang ada pada lokasi penelitian, benarkah

aliran arsitektur yang termuat adalah

arsitektur eklektik. Bagaimana eksistensi

unsure lokal tradisional Bali terhadap

dominasi unsur luar. Penelitian akan

dilakukan terhadap bangunan-bangunan

yang ada di kawasan Kuta Central Park.

Gambar 3.1 : Lokasi Penelitian

Sumber : google map. 2016 dengan

modifikas

Orientasi Lokasi Penelitian

Orientasi

terhadap

Pulau Bali

Orientasi terhadap

Kabupaten Badung

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

114

METODELOGI PENELITIAN

Teknik analisis data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif. Analisis ini akan diarahkan pada

uraian deskriptif mengenai bagaimana

bentuk wujud arsitekktur pada lokasi

penelitian, dan bagaimana korelasinya

terhadap upaya mempertahankan ciri

Arsitektur Tradisonal Bali. Analisis data

kualitatif telah dilakukan sejak awal, dalam

pengertian sejak awal proses pengumpulan

data dimulai, peneliti sudah berusaha mulai

memahami apa arti dari hal-hal yang ditemui

dengan melakukan pencatatan peraturan,

pola-pola, pernyataan-pernyataan,

konfigurasi yang mungkin, arahan sebab-

akibat dan preposisi-preposisi. Semua hal

tersebut masih mungkin untuk berubah

sampai dianggap memiliki landasan yang

kuat. Kesimpulan baru akan muncul setelah

proses pengumpulan data berakhir sehingga

landasannya dianggap telah memadai.

Analisis data di lapangan menggunakan

analisis Model Miles dan Huberman yang

terdiri dari data reduction, data display dan

conclutions atau verification (Sugiyono,

2011).

Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan berbagai teknik

seperti wawancara mendalam, pengamatan

dan dokumentasi untuk menyesuaikan

dengan karakteristik jenis dan sumber data,

juga untuk dipilih dan dan digunakan

dengan maksud agar data yang diperoleh

teruji validitasnya (Sugiyono, 2011)

1. Observasi (Pengamatan langsung)

Pengamatan dilakukan langsung oleh

peneliti dengan bantuan alat penelitian.

Objek observasi tersebut adalah sebagai

berikut :

1) Place, atau tempat interaksi terjadi

dalam situasi sosial (objek

pengamatan) yang sedang

berlangsung, yaitu di Central Park

Kuta

2) Actor, yaitu pelaku atau orang-orang

yang sedang memainkan peran

tertentu.

3) Activity, yaitu kegiatan yang

dilakukan oleh aktor dalam situasi

lingkungan kawasan yang sedang

berlangsung

2. Interview (Wawancara)

Penelitian ini menggunakan wawancara

mendalam yang dilakukan dengan para

pengguna bangunan pada lokasi

penelitian.

3. Dokumentasi

Ditujukan untuk memperoleh data

langsung dari tempat penelitian, baik

berupa foto, video maupun data yang

relevan dengan penelitian. Teknik yang

dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. perekaman dengan kamera secara

langsung pada objek penelitian

b. pencatatan data yang diperoleh

c. pencocokan dengan data yang

diperoleh

4. Gabungan/Triangulasi

Triangulasi merupakan metode

pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan diri dari berbagai

metode pengumpulan data dan sumber

data yang telah ada, dikumpulkan secara

terus-menerus hingga data bersifat jenuh.

Dalam hal ini, pengumpulan data juga

sekaligus menguji kredibilitas data

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

115

dengan teknik pengumpulan data dari

berbagai sumber data, sehingga lebih

menguatkan data. Teknik yang dilakukan

yaitu dengan cara :

a. penggabungan dari semua teknik

pengumpulan data, dan

b. menguji kredibilitas data dari

berbagai sumber data

DAMPAK DAN DOMINASI DISAIN

BANGUNAN TERHADAP KONSEP

ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI

Perkembangan pembangunan

menjadikan Kota Denpasar penuh dengan

bermacam-macam bentuk tampilan

bangunan dengan berbagai fungsi.

Kecenderungan yang ada tampilan bangunan

mengikuti trend yang sedang berkembang.

Kondisi ini secara tidak langsung

berdampak terhadap konsep Arsitektur

Tradisional Bali yang seharusnya menjadi

ciri bangunan yang ada di Bali pada

umumnya dan Kota Denpasar pada

khususnya. Konsep ATB secara perlahan

mulai tergerus dan hanya berwujud

tempelan pada tampilan bangunan yang ada

saat ini.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, perlu

dipaparkan mengenai penjelasan mengenai

definisi bentuk dalam arsitektur. Oleh hugo

haring dalam Atmadjaja dan Dewi (1999)

bentuk adalah perwujudan organisasi ruang

yang merupakan hasil dari proses pemikiran

atas pertimbangan fungsi dan ekspresi dir.

Menurut Ching (1996), bentuk memiliki

beberapa ciri – ciri diantaranya adalah :

1. Wujud, adalah merupakan konfigurasi

tertentu dari permukaan – permukaan

dan sisi suatu bentuk

2. Dimensi, terdiri dari panjang, lebar dan

tinggi yang sangat menentukan

proporsinya dan terkait dengan skala

yang ditentukan oleh perbandingan

ukuran reltifnya terhadap bentuk lain

yang ada disekitarnya

3. Warna, yang dijelaskan sebagai corak,

intensitas serta nada pada permukaan

suatu bentuk dan merupakan atribut

yang paling mencolok memberikan

bentuk yang berbeda terhadap

lingkungannya

4. Tekstur, adalah karakter permukaan

suatu bentuk

5. Posisi, adalah letak relatif suatu bentuk

terhadap lingkungan atau medan visual

6. Orientasi adalah posisi relatif suatu

bentuk terhadap bidang dasar, arah mata

angin atau terhadap pandangan

seseorang yang melihatnya

Melalui uraian tersebut dapat

dijelaskan bahwa kondisi fisik bentuk

menentukan ekspresi bangunan,

menghasilkan citra tertentu yang pada

kenyataannya tetap akan dipengaruhi oleh

cara pandang seseorang. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan, gaya arsitektur

yang ada pada bangunan di Kuta Central

Park adalah sebagai berikut :

1. Arsitektur Neo Vernakular

Gaya arsitektur ini secara sederhana

dapat dijelaskan sebagai arsitektur yang

menyatukan antara internasional dan

lokal. Gaya ini tidak secara utuh

menampilkan ciri bangunan dengan

konsep budaya setempat tetapi

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

116

memperlihatkan ekspresi “tampak

seperti” bangunan vernakular.

2. Arsitektur Modern

Gaya aristektur ini menekankan pada

kesederhanaan bentuk dan hilangnya

berbagai ornamen. Ciri khas gaya

aristektur ini adalah penyederhanaan

bentuk bangunan, bentuk mengikuti

fungsi (form follows function) dan

sedikit adalah lebih (less is more)

3. Arsitektur Fungsional

Prinsip dasar dari gaya ini adalah tujuan

dan fungsi dari bangunan. Pencinta

gaya ini mempercayai bahwa citra dan

keindahan bangunan secara otomastis

akan terlihat apabila fungsi dari

bangunan telah tercapai.

4. Arsitektur Internasional Style

Gaya arsitektur ini adalah

penyempurnaan dari gaya arsitektur

modern dengan bentuk dasar antara

lain, (1) bentuk segi empat atau

penyiku, (2) kubus sederhana, (3)

adanya bukaan berupa jendela dalam

garis horisontal sehingga terbentuk

garis yang beraturan, (4) bagian muka

gedung bersudut 90 derajat dan

memiliki lantai bangunan lebih dari 2.

5. Arsitektur Ekspresionist

Gaya bangunan ini sering terlihat unik,

terkarakter oleh modernisasi dan dapat

diadopsi oleh novel atau roman

6. Arsitektur Futuristic

Gaya ini biasanya dilihat dari bentuk

ketajaman, bentuk dinamis, kontras,

kuat dan penggunaan material yang

berfungsi

7. Arsitektur Organik

Gaya ini berdasar pada filosofi

arsitektur yang mementingkan

keselarasan antara disain yang

mendekatkan harmonisasi antara lokasi,

tampilan dan lingkungan menjadi suatu

komposisi dan berhubungan.

Kuta Central Park memiliki beberapa blok

bangunan dengan beberapa tema antara lain

: (1) valet, (2) broadway, (3) promade, (4)

etnik, (5) techno dan (6) ring. Berdasarkan

temanya saja, dapat diasumsikan pemilihan

tampilan bangunan akan cenderung

menggunakan gaya diluar budaya lokal.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan,

bentuk bangunan yang ada di Kuta Central

Park, memiliki kecenderungan

penggabungan 2 (dua) atau bahkan lebih

gaya (langgam), dimana pada bangunan –

bangunan tersebut tampilan ciri arsitektur

Bali terlihat sangat minim. Hampir

dikeseluruhan bangunan, ciri arsitektur Bali

terlihat hanya pada ornament pelengkapnya

saja.

Gambar 4.1:

Bangunan Yang Menggabungkan Gaya

Modern, Internasional Style Dan

Ekspresionist. Terlihat bentuk yang

sederhana dan banyak menggunakan kaca

pada fasadenya. Sangat sedikit

menggunakan ornamen. Ornamen yang

digunakan hanya berupa lambang/logo

nama toko. Tampilan Arsitektur Lokal

Tradisional Bali sama sekali tidak terlihat

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Kepala

Badan

Kaki

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

117

Gambar 4.2:

Bangunan menggunakan gaya modern

minimalis yang memperlihatkan

kesederhanaan bentuk bangunan, akan

tetapi pada fasade yang digunakan

dibagian depan bangunan menggunakan

ciri gaya ekspresionist dengan

menampilkan banyak ornamen serta

sedikit menggunakan gaya neovernakular

dapat dilihat dari tempelan ornamen pada

bagian atas yang berusaha mencirikan

arsitektur tradisional Bali.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Gambar 4.3:

Bangunan menggabungkan gaya neo

vernakular dan modern. Modern dapat

dilihat dari kesederhanaan bentuk dan

penggunaan kaca, neo vernakular dapat

dilihat dari penggunaan bahan alam pada

kolom bangunan serta atap yang

berbentuk limasan.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Gambar 4.4:

Menggunakan gaya neo vernakular yang

dapat dilihat dari penggunaan ornamen

dengan ciri khas Bali dan bahan alam.

Dipadukan dengan gaya modern

minimalis dilihat dari bentuk bangunan

dan penggunaan kaca. Serta gaya

ekspresionist yang terlihat dari

penggunaan ornamen yang mencolok

baik dari bentuk dan penggunaan warna.

Bentuk kolom berusaha menampilkan ciri

arsitektur Bali

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Gambar 4.5:

Bangunan 4.5 memiliki fungsi sebagai

kantor radio. Bangunan ini menggunakan

gaya ekspresionist dengan menampilkan

warna – warna yang mencolok dan gaya

modern yang ditampilkan dengan

penggunaan kaca. Bangunan ini sendiri

terletak pada lokasi dengan tema techno.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Kepala

Badan

Kaki

Kepala

Badan

Kaki

Kepala

Badan

Kaki

Kepala

Badan

Kaki

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

118

Gambar 4.6:

memiliki fungsi sebagai toko telepon

selular. Bangunan ini menggunakan gaya

ekspresionist dengan menampilkan

warna – warna yang mencolok dan gaya

neo vernakular pada bagian atas

bangunan yang dapat dilihat dari

penggunaan bahan alam.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Gambar 4.7:

Bangunan ini menggunakan gaya modern

minimalis yang terlihat dari penggunaan

kaca dan warna yang tidak terlalu

mencolok. Pada bagian depan diberikan

sentuhan ekspresionist dengan tujuan

untuk menciptakan tampilan yang

menarik perhatian pengunjung.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Gambar 4.9:

Bangunan ini cenderung menggunakan gaya

ekspresionist dilihat dari bentuk bangunan

yang agak melengkung dan adanya ornamen

yang mencolok. Bangunan ini juga

menggunakan gaya neovernakular tetapi

hanya dapat terlihat dari penggunaan bahan

bangunannya saja.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Kepala

Badan

Kaki

Kepala

Badan

Kaki

Kepala

Badan

Kaki

Kepala

Badan

Kaki

Gambar 4.8:

Bangunan ini pada dasarnya menggunakan

gaya arsitektur minimalis. Akan tetapi pada

bagian depan menggabungkan gaya

ekspresionist dan neo vernakular.

Ekspresionist dapat dilihat dari penggunaan

kayu sebagai pemanis yang dipasang secara

horisontal berurutan. Neo vernakular dapat

dilihat dari penggunaan bahan dan ornamen

yang ditempel dengan maksud dapat

menampilkan ciri “Bali”

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

119

Gambar 4.10:

menggunakan gaya ekspresionist

dilihat dari bentuk bangunan yang agak

melengkung dan adanya ornamen yang

mencolok. Bangunan ini juga

menggunakan gaya modern dapat

dilihat dari penggunaan kaca pada

bagian badan bangunan.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Gambar 4.11:

menggunakan gaya arsitektur modern

yang dapat dilihat pada banyaknya

penggunaan kaca. Bangunan ini juga

menggunakan gaya ekspresionist yang

dapat dilihat dari penggunaan ornamen

pada bagian depan bangunan.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Gambar 4.12:

menggunakan gaya arsitektur futuristic terlihat

dari penggunaan plat baja metalic dari bagian

kepala hingga badan bangunan untuk

memberikan kesan yang berbeda kepada para

pengguna. Selain itu bangunan ini

menggunakan gaya ekspresionist pada bagian

depan dengan menambahkan bentuk seperti

gerbang dan patung sebagai penanda lokasi.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Gambar 4.13:

menggunakan gaya arsitektur ekspresionist dan

modern yang dapat dilihat dari penggunaan

ornamen berupa patung yang ditempel pada

reiling besi hollow, penggunaan warna yang

mencolok. Gaya modern dapat dilihat dari

bentuk dasar bangunan yang sederhana dan

cenderung berbentuk kotak.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Kepala

Badan

Kaki

Kepala

Badan

Kaki

Kepala

Badan

Kaki

Kepala

Badan

Kaki

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

120

Gambar 4.14:

menggunakan gaya modern dilihat

dari bentuk bangunan dan

ekspresionist dilihat dari

penggunaan ornamen pada bagian

depan bangunan.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Gambar 4.15:

menggunakan gaya modern dan sedikit

mengadopsi gaya internasional style

yang merupakan penerusan dari gaya

modern. Hal tersebut dapat dilihat dari

penggunaan jendela kaca yang

berderet. Penggunaan warna yang

cukup mencolok

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Kepala

Badan

Kaki

Kepala

Badan

Kaki

Kepala

Badan

Kaki

Gambar 4.16:

menggunakan gaya modern dan sedikit

mengadopsi gaya internasional style yang

merupakan penerusan dari gaya modern.

Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan

jendela kaca yang berderet. Penggunaan

warna yang cukup mencolok. Gaya modern

dilihat dari bentuk yang sederhana dan

penggunaan kaca sebagai dinding bangunan

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Kepala

Badan

Kaki

Gambar 4.17:

menggunakan gaya arsitektur ekspresionist

dan modern yang dapat dilihat dari

penggunaan ornamen pada kolom bangunan,

penggunaan warna yang mencolok. Gaya

modern dapat dilihat dari bentuk dasar

bangunan yang sederhana dan cenderung

berbentuk kotak.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

121

Gambar 4.18:

menggunakan gaya modern dilihat dari

bentuk bangunan. Gaya ekspresionist dapat

dilihat dari penggunaan ornamen yang cukup

mencolok. Tidak terdapat penggunaan unsur-

unsur tradisional pada bangunan ini.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Gambar 4.19:

menggabungkan gaya modern dan

ekspresionist. Gaya modern dapat dilihat

dari penggunaan kaca yang hampir

mendominasi pada bagian dinding. Gaya

ekspresionist dapat dilihat dari penggunaan

ornamen yang terlihat sangat mencolok pada bagian atas bangunan.

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Gambar 4.20:

menggabungkan gaya modern dan

ekspresionist. Gaya modern dapat

dilihat dari penggunaan kaca yang

hampir mendominasi pada bagian

dinding. Gaya ekspresionist dapat

dilihat dari penggunaan ornamen

yang terlihat sangat mencolok pada bagian atas bangunan.

Sumber : Dokumentasi Penulis,

2017

Kepala

Badan

Kaki

Kepala

Badan

Kaki

Kepala

Badan

Kaki

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

122

Secara keseluruhan, bangunan yang ada

pada lokasi ini menggabungkan beberapa

gaya arsitektur yang ada. Sehingga bentuk

tampilan bangunan memiliki citra yang tidak

biasa dilihat dari sudut pandang pengunjung

yang ada pada lokasi tersebut. Untuk ciri

arsitektur local secara umum pada bagian

kepala, bangunan dengan konsep ATB

memiliki ciri bentuk atap limasan dan

menggunakan bahan bangunan local seperti

genteng tanah liat. Sedangkan pada

bangunan di lokasi penelitian sebagian besar

menggunakan atap datar (beton). Bagian

badan bangunan pada bangunan dengan

konsep tradisional Bali menggunakan bahan

alam (bata) dan bentuk kolom yang khas

lengkap dengan pepalihan. Sedangkan pada

bangunan di lokasi penelitian bagian badan

bangunan mayoritas menggunakan bahan

kaca. Bagian kaki bangunan pada konsep

Arsitektur Tradisional Bali ditunjukkan

dengan adanya bebataran, sedangkan pada

lokasi penelitian bagian kaki bangunan

terlihat minimalis dan cenderung datar tanpa

adanya perbedaan level yang mencolok.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan

beberapa hal yaitu :

1. Disain tampilan bangunan yang ada pada

lokasi penelitian menggunakan

penggabungan beberapa gaya/ langgam

arsitektur yang pada akhirnya cenderung

mendominasri dan mengalahkan ciri

arsitektur lokal yaitu arsitektur

tradisional Bali. Seperti telah dijelaskan

sebelumnya bahwa eklektisme adalah

suatu pemahaman dalam pencampuran

gaya, bentuk maupun ornamen dalam

arsitektur dilihat sebagai suatu hal yang

positif yang dapat mengatasi masalah

dalam pergeseran masa. Akan tetapi

eklektisme pada lokasi penelitian pada

akhirnya sebagian besar justru hanya

mencampur gaya di luar arsitektur Bali

dan mengakibatkan tidak munculnya ciri

khas tradisional yang seharusnya tetap

ditampilkan untuk memberikan identitas

budaya lokal.

2. Pencampuran gaya arsitektur pada lokasi

penelitian menurunkan eksistensi ciri

arsitektur lokal Bali. Tampilan arsitektur

lokal bukan lagi menjadi titik utama

penekanan disain pada lokasi penelitian.

Tampilan ‘kekinian’ yang menyatukan

beberapa gaya menjadikan arsitektur

lokal hanya sebagai pelengkap disain

yang diperlukan.

SARAN

Perlu adanya kesadaran dari

masyarakat untuk menjaga budaya setempat,

khususnya dalam hal keberlangsungan

konsep arsitektur lokal tradisional Bali.

Selain itu diperlukan juga ketegasan dari

pemerintah setempat dalam menjalankan

peraturan terkait dengan tampilan bangunan

gedung yang harus mencirikan arsitektur

tradisional Bali.

DAFTAR PUSTAKA

Atmadjaja, Jolanda Srisusana,, Meydian

Sartika Dewi. 1999. Estetika Bentuk.

Jakarta. Gunadarma

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

123

Ching, Francis D.K., 1996. Arsitektur:

Bentuk, Ruang dan Susunannya.

Jakarta. Erlangga

Gelebet, I Nyoman, dkk. 2002. Arsitektur

Tradisional Daerah Bali. Denpasar :

Badan Pengembangan Kebudayaan

dan Pariwisata

Hendraningsih, dkk. 1985. Peran, Kesan dan

Pesan Bentuk – bentuk Arsitektur.

Jakarta. Djambatan

Maharani, Ida Ayu Diah,, Yupardhi, Toddy

Hendrawan.2014. Arsitektur

Tradisional Bali Pada Desain Hybryd

Bangunan Retail di Kuta Bali. Jurnal

Segara Widya Vol. 2. No. 1. Institut

Seni Indonesia Denpasar.

Prajnawrdhi, Tri Anggraini, 2005. Eclectism

dalam Arsitektur dalam tulisan

Charles Jenck : Toward Radical

Eclectism. Jurnal Permukiman Natah

Vol.3 No. 2 Agustus 2005.

Denpasar. Universitas Udayana.

Provinsi Bali. 2005. Peraturan Daerah

Provinsi Bali tentang Persyaratan

Bangunan Gedung

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi

(Mixed Method). Bandung: Alfabeta.

Widaningsih, Lina. 2011. Karakteristik

Fasade Bangunan Factory Outlet di

Jalan Ir. H. Djuanda Bandung. Jurnal

Pendidikan Teknik Arsitektur.

Universitas Pendidikan Indonesia.

Wiranto.1999. Arsitektur Vernakular

Indonesia : Perannya Dalam

Pengembangan Jati diri. Jurnal

Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 27.

No. 2 Desember 1999. Universitas

Diponogoro

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

124

PENGARUH PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL TERHADAP

SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA

BERSAMA (AJB) BUMI PUTRA 1912

KANTOR CABANG UBUNG DENPASAR

Ni Made Satya Utami1, Sapta Rini Widyawati1 1 Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar

ABSTRAK

Sumber daya manusia merupakan aset utama dalam organisasi, maka sudah

selayaknya karyawan diperlakukan secara layak dan adil sehingga dapat melaksanakan tugas

dengan penuh semangat. Beberapa variabel diyakini berpengaruh terhadap semangat kerja

seperti pendidikan dan hubungan indutaial. Penelitian ini bertujuan : (1) untuk mengetahui

pengaruh semangat kerja karyawan, (2) untuk mengetahui pengaruh hubungan industrial

terhadap semangat kerjakaryawan, (3) untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan

hubungan industrial secara simultan terhadap semangat kerja karyawan. Penelitian ini

dilakukan di perusahan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi Putra 1912 Kantor Cabang

Ubung Denpasar tahun 2016. Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mendapatkan

data. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang berjumlah 41 orang.

Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda, korelasi berganda, determinasi,

uji t dan uji F. Hasil yang didapat adalah (1) pendidikan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap semangant kerja karyawan, (2) hubungan industrial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap semangant kerja karyawan, (3) pendidikan dan hubungan industrial

secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja karyawan

Keywords: Pendidikan, hubungan industrial, semangat kerja

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia merupakan aset

utama dalam organisasi, maka sudah

selayaknya karyawan diperlakukan secara

layak dan adil sehingga dapat melaksanakan

tugas dengan sungguh-sungguh dan penuh

tanggung jawab serta memiliki disiplin yang

tinggi yang menunjukkan adanya semangat

kerja.

Semangat kerja adalah sikap individu

dan kelompok terhadap seluruh lingkungan

kerja dan kerjasama dengan orang lain

secara maksimal sesuai dengan kepentingan

yang paling baik bagi perusahaan. Jika suatu

perusahaan mampu meningkatkan semangat

kerja maka perusahaan itu akan banyak

memperoleh keuntungan. Dengan

meningkatnya semangat kerja, pekerjaan

akan lebih cepat diselesaikan, kerusakan

akan dapat dikurangi dan kemungkinan

perpindahan karyawan akan diperkecil

(Gorda, 2004).

Salah satu cara untuk meningkatkan

semangat kerja karyawan adalah dengan

meningkatkan ketrampilan dan kemampuan

kerja karyawan yaitu melalui pendidikan.

Pendidikan adalah program yang bertujuan

untuk memperbaiki keterampilan dan teknik

pelaksanaan kerja pegawai untuk kebutuhan

sekarang, peningkatan dalam keilmuan,

pengetahuan, kemampuan, sikap dan

kepribadian untuk menyiapkan pegawainya

siap memangku jabatan tertentu di masa

yang akan datang (Umar, 2005).

Organisasi adalah merupakan wadah

untuk melaksanakan usaha kerja sama untuk

mencapai tujuan, dengan demikian orang-

orang yang berada dalam suatu organisasi

Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi Putra

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

125

1912 Kantor Cabang Ubung Denpasar

merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang jasa asuransi, hendaknya memandang

semangat kerja sangat penting dalam

mencapai tujuan perusahaan.

Indikasi dari semangat kerja karyawan

salah satunya tercermin dari tingkat absensi

karyawan. Adapun tingkat absensi karyawan

pada AJB. Bumi Putra 1912 Kantor Cabang

Ubung Denpasar selama tahun 2015 dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Tingkat Absensi Karyawan pada Perusahaan AJB Bumi

Putra 1912 Kantor Cabang Ubung Denpasar Tahun 2015

Bulan Jumlah

karya-

wan

(orang)

Jumlah

hari

kerja

(hari)

Jumlah

hari kerja

seharus-

nya

(hari)

Jumlah

hari

kerja

hilang

(hari)

Jumlah

Hari Kerja

Senya-

tanya

(hari)

Prosen-

tase

Absen-

si

(%)

Jan

Peb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

Sep

Okt

Nop

Des

41

41

41

41

41

41

41

41

41

41

41

41

26

24

26

25

24

25

26

26

24

26

24

24

1.066

984

1.006

1.025

984

1.025

1.066

1.066

984

1.066

984

984

23

28

22

21

25

20

27

24

20

32

28

36

1.043

956

1.044

1.004

959

1.964

1.039

1.042

2.006

1.034

956

1.982

0,02

0,02

0,02

0,02

0,02

0,01

0,02

0,02

0,02

0,03

0,02

0,03

Jumlah 301 12.300 306 15.029 0,25

Rata—rata 25,08 1.025 25,50 1.252,42 0,02

Sumber : AJB. Bumi Putra 1912 Kantor Cabang Ubung

Denpasar

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa

tingkat absensi karyawan pada AJB.Bumi

Putra di Kantor cabang Ubung Denpasar

tahun 2015 berfluktuasi setiap bulan

dengan rata-rata tingkat absensi sebesar

0,02%.

Dalam upaya meningkatkan semangat

kerja, AJB. Bumi Putra 1912 Kantor

Cabang Ubung Denpasar sepanjang tahun

2015 telah melakukan pendidikan bagi

karyawan-karyawannya seperti pada

terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2

Jenis Pendidikan pada AJB. Bumi Putra Kantor Cabang

Ubung Denpasar Tahun 2015

Sumber : AJB. Bumi Putra 1912 Kantor Cabang

Ubung di Denpasar

Dalam meningkatkan semangat kerja

karyawan, selain melalui pendidikan

perusahaan Asuransi Jiwa Bersama (AJB)

Bumi Putra 1912 Kantor Cabang Ubung

Denpasar juga berusaha menciptakan iklim

kerja yang baik melalui penerapan

hubungan industrial, yang ditunjukkan : (1)

Pengusaha tidak menganggap pekerja

sebagai faktor produksi semata-mata, akan

tetapi merupakan aset sehingga perlu

diperhatikan harkat dan martabatnya secara

manusiawi; (2) Pekerja menyadari

kewajibannya terhadap perusahaan dimana

mereka bekerja.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Obyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada

Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama (AJB)

Bumi Putra 1912 Kantor Cabang Ubung

Denpasar dengan menyebarkan kuisioner

penelitian kepada seluruh karyawan.

Identifikasi Variabel

Berdasarkan rumusan masalah dan

hipotesis yang telah dirumuskan, maka

variabel-variabel penelitian dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1) Variabel bebas (X) dalam penelitian ini

adalah pendidikan (X1) dan hubungan

industrial (X2)

2) Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah semangat kerja (Y)

Definisi Operasional Variabel

Variabel pendidikan (X1) diukur

dengan beberapa indikator yaitu :

Penarikan karyawan, penyelesaian masalah

perusahaan, ketrampilan dan sikap,

tanggung jawab, kecepatan dan kualitas

pekerjaan, rasa percaya diri, penggunaan

No Jabatan Jenis pendidikan yang

pernah diikuti

1 Agency Manager (AM) Keagenan, Kepemimpinan

2 Unit Manager (UM) Keagenan, Kepemimpinan

3 Financial Consultan (FC) Keagenan

4 Kasir Administrasi keuangan

5 Bagian Klaim Administrasi perkantoran

6 Bagian Layanan Service excellent

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

126

peralatan, pengawasan karyawan,

kebutuhan dan kondisi perusahaan.

Hubungan indutrial (X2) diukur

dengan beberapa indikator yaitu : hubungan

formal, rasa tentram, perasaan senang,

kerjasama, keadilan, kesempatan, kemajuan

kerja, musyawarah dan aspirasi karyawan.

Semangat kerja (Y) diukur dengan

beberapa indikator yaitu : disiplin waktu

kerja, kepatuhan, penggunaan inventaris,

tingkat absensi, kerjasama, keharmonisan,

kepuasan, suasana kerja, imbalan dan

perlindungan kerja

Pertanyaan/pernyataan dalam daftar

pertanyaan-pernyataan diukur dengan

menggunakan skala Likert dengan cara

meminta responden untuk menyatakan

persepsinya dengan memilih salah satu dari

alternatif jawaban berupa lima angka

penilaian: (5) sangat setuju, (4) setuju, (3)

netral, (2) tidak setuju, (1) sangat tidak

setuju

Metode Pengumpulan Sampel

Sampel dalam penelitian ini

merupakan populasi yaitu mengambil data

seluruh karyawan pada Perusahaan

Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumi Putra

1912 Kantor Cabang Ubung Denpasar yang

berjumlah 41 orang.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data primer. Data tersebut

dikumpulkan dengan survei langsung

melalui kuesioner yang didesain untuk

memperoleh data pendidikan, hubungan

industrial dan semangat kerja.

Teknik Analisis Data

1) Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian intrumen penelitian

menggunakan uji validitas dan reliailitas.

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah

atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuesioner tersebut. Sedangkan

reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

(Sugiono, 2007)

2) Pengujian Asumsi Klasik

Secara teoritis penggunaan model

regresi akan menghasilkan nilai parameter

yang valid, jika model tersebut dapat

memenuhi persyaratan asumsi klasik.

Asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah

variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal, tidak terdapat

autokorelasi, tidak terjadi

heterokedastisitas, dan tidak terjadi

multikolinearitas.

3) Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Di dalam analisis data penelitian

digunakan metode statistika. Seluruh

perhitungan statistik dilakukan dengan

menggunakan bantuan program komputer

SPSS. Tingkat signifikansi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebesar 0,05

(5%). Alat analisis yang digunakan untuk

menguji hipotesis adalah analisis regresi

linier berganda, analisis korelasi berganda,

analisis determinasi, uji F dan uji t.

Model persamaan sebagai berikut:

Yi = β0 + β1 X1 + β2 X2 + ei

Keterangan:

Yi = Semangat kerja (dependent variable)

X1 = Pendidikan (independent variable)

X2 = Hubungan industrial (independent

variable)

β0 = Konstanta

β1 = Koefesien regresi pendidikan

terhadap semangat kerja

β2 = Koefesien regresi hubungan

industrial terhadap semangat kerja.

ei = error

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

127

DATA DAN PEMBAHASAN

Sejarah Singkat berdirinya Asuransi

Jiwa Bersama Bumiputera 1912

Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama

Bumiputera 1912, merupakan salah satu

asuransi jiwa nasional milik bangsa

Indonesia yang pertama dan tertua.

Didirikan pada tanggal 12 Februari 1912 di

Magelang Jawa Tengah dengan nama

“Onderlingen Levensverzekering

Maatschappij (Persatoean Goeroe-goeroe

Hindia Belanda)” atau disingkat

O.L.Mij.PGHB. Dalam kongresnya yang

pertama di Magelang pada tanggal 12

Februari 1912. Diduga mengalami

kesulitan keuangan, hanya setahun setelah

memulai usahanya maka P.G.H.B yang

telah mendapatkan pengakuan dari

pemerintah Hindi Belanda dan mempunyai

status badan hukum, maka pengurus

P.G.H.B minta kepada pemerintah untuk

membantunya, dengan pemberian subsidi.

Permintaan itu dikabulkan, dengan

perjanjian diganti nama dari

O.L.Mij.P.G.H.B pada Rapat Anggota

tertanggung/pemegang polis di Semarang,

pada tanggal 5 sampai dengan 7 November

1914, diubah menjadi O.L.Mij.Boemi

Poetera Sehingga Asuransi Iiwa Bersama

(AIB) Bumiputera 1912, adalah bagian

langsung dari pergerakan nasional bangsa

Indonesia. Selain didirikan oleh Budi

Utomo, juga ikut serta secara aktif

mewujudkan cita-cita Negara.

Dicantumkan angka 1912 dibelakang

Bumiputera adalah tanda penghormatan

generasi penerusnya kepada para pendiri

perusahaan asuransi jiwa nasional yang

penama, yang dimulai tanpa modal,dan

semata- mata mengandalkan kepada

semangat perjuangan, solidaritas yang kuat,

serta pengabdian bersama demi mencapai

cita-cita bangsa Indonesia untuk

mewujudkan masyarakat Indonesia yang

merdeka, adil dan makmur.

Struktur Organisasi Asuransi Jiwa

Bersama Bumiputera 1912 Kantor

Cabang Ubung Denpasar

Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama

Bumiputera 1912 Kantor Cabang Ubung

Denpasar untuk memperlancar

operasionalnya dengan tujuan agar

perusahaan dapat terus maju dan

berkembang, maka diperlukan struktur

organisasi yang jelas, sehingga adanya

garis pertanggungjawaban tugas yang dapat

dimengerti oleh setiap karyawannya, sena

batas-batas tanggungjawab yang telah

ditetapkan, sehingga tidak akan terjadi

kesalahpahaman antar karyawan dalam

melaksanakan sebuah pekerjaan Adapun

struktur organisasi Asuransi Jiwa Bersama

Bumiputera 1912 yang berada di Kantor

Cabang Ubung Denpasar terlihat dalam

gambar berikut ini:

Gambar 2

Struktur Organisasi

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912

Kantor Cabang Ubung Denpasar

Sumber : AJB Bumiputra 1912 Kantor Cabang Ubung

Adapun untuk pembagian kerja

karyawan kantor operasional Ubung

Denpasar yaitu:

1) Senior Agency Manager (SAM)

SAM fungsi utamanya melaksanakan,

mengendalikan kegiatan operasional dan

pelaporan meliputi produksi, konservasi, penghimpunan dana, kegiatan

administrasi keuangan, pengembangan

organisasi keagenan, dan pelayanan

kepada pemegang polis.

Kepala Unit

Adm. dan Keu.

Agency

Manager (AM)

Senior agency

Manager (SAM)

Kasir, Bagian

Klaim, bagian

Pelayanan

Unit Manager (UM)

financial

Consultan (FC)

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

128

2) Kepala Unit Administrasi dan Keuangan

(KUAK),

mempunyai peran dan fungsi dalam

melaksanakan, membina, mengawasi

dan mengendalikan kegiatan

administrasi keuangan kantor cabang,

serta pelayanan kepada pemegang polis,

agen dan agen koordinator.

3) Agency Manager (AM)

AM mempunyai peran dan fungsi

membantu kepala cabang dalam

melaksanakan pembinan, pengendalian

kegiatan operasional penjualan,

pengembangan keagenana dan

pelayanan kepada pemegang polis.

4) Bagian kasir

Bertugas dan bertanggung jawab atas

terlaksananya tertib administrasi

keuangan

5) Bagian administrasi SPP

Bertugas dan bertanggung jawab atas

terlaksananya tertib administrasi seperti,

Menangani dan melaksanakan proses

administrasi pemulihan dan perubahan

Polis, serta melaksanakan proses Klaim

dan Pinjaman Polis

6) Bagian administrasi produksi dan provisi

Bertugas dan bertanggung jawab atas

terlaksananya tertib administrasi

produksi dan provisi

7) Bagian administrasi penagihan premi

Bertugas dan bertanggung jawab atas

terlaksananya tertib administrasi kuintasi

premi dan penagihan.

8) Bagian administrasi porto polio

Bertugas dan bertanggung jawab atas

terlaksananya tertib administrasi porto

folio

9) Bagian klaim

Bertugas dan bertanggung jawab atas

terlaksananya tertib administrasi

pembayaran dan penagihan klaim.

10) Unit Manager (UM)

Adalah seorang yang mempunyai

kewajiban pokok melakukan rekrut,

pengawasan, pembinaan dan

pengendalian terhadap karyawan

ordinary.

11) Financial Consultan

Adalah seseorang yang kegiatannya

memberikan jasa dalam pemasaran

produk asuransi jiwa untuk dan atas

nama Asuransi Jiwa Bersama

Bumiputera 1912 dan melakukan

penetrasi pasar berdasarkan segment

pasar dengan mengacu pada database

pasar untuk penutupan polis baru,

mengelola portofolio berdasarkan data

base portofolio.

Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh

pendidikan dan hubungan industrial

terhadap semangat kerja karyawan

digunakan alat analisis SPSS Versi 23.0.

Dasar perhitungan adalah data pada

lampiran 1 dan hasil perhitungan terlihat

pada lampiran 2 serta ringkasannya

terdapat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Analisis Dengan Program

SPSS/Windows Versi 23.0

Model

Unstandardized

Coefficients

Standar-

dized

Coeffi-

cients

t

Sig.

B Std.

Error

Beta

1. (constant)

X1

X2

0,083

0,420

0,544

0,514

0,204

0,166

0,319

0,507

0,161

2,058

3,272

0,873

0,046

0,002

R = 0.776

R2 = 0.602

F = 28.688

Sig F = 0.00

Sumber: Lampiran 2

Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan Tabel 3, maka akan dapat

disajikan persamaan regresi yaitu sebagai

berikut :

Y = 0,083 + 0,420X1 + 0,544X2

Dari hasil persamaan regresi yang telah

diuraikan di atas, maka dengan nilai

koefisien X1 = 0,420, sementara X2

konstan, menunjukkan bahwa jika

pendidikan (X1) ditingkatkan satu satuan

maka semangat kerja (Y) akan meningkat

0.247 satuan. Ini berarti pendidikan (X1)

berpengaruh positif terhadap semangat

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

129

kerja (Y). Hal ini dapat diintrepetasikan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

karyawan maka semakin tinggi pula

semangat kerjanya. Sedangkan koefisien X2

= 0,544, sementara X1 konstan,

menunjukkan bahwa jika hubungan

industrial (X2) ditingkatkan satu satuan

maka semangat kerja (Y) akan meningkat

0,544 satuan. Ini berarti hubungan

industrial (X2) berpengaruh positif terhadap

semangat kerja karyawan (Y). Hal ini dapat

diintrepetasikan bahwa semakin baik

hubungan industrial maka semakin

semangat kerja karyawan semakin

meningkat.

Analisis Korelasi Berganda

Analisis korelasi berganda digunakan

adalah untuk mengetahui kuat lemanya

hubungan antara variabel bebas

(pendidikan dan hubungan industrial)

dengan variabel terikat (semangat kerja).

Dari Tabel 3, maka dapat diketahui nilai

koefisien korelasi R = 0.766. Berdasarkan

kriteria kuat lemahnya hubungan nilai R

0.766 masuk katagori memiliki hubungan

yang kuat karena terletak antara 0,700-

0,8499. Hal ini dapat diintrepetasikan

bahwa pendidikan dan hubungan industrial

memiliki hubungan yang kuat dengan

semangat kerja karyawan.

Analisis Determinasi

Analisis determinasi digunakan untuk

mengetahui seberapa besar variasi

hubungan antara variabel bebas

(pendidikan dan hubungan industrial)

dengan variabel terikat (semangat kerja).

Berdasarkan Tabel 3, maka dapat diketahui

nilai R2 = 0,602, maka nilai D = 0,602 x

100% = 60,2%. Hal ini berarti bahwa

pendidikan dan hubungan industrial

mampu menjelaskan semangat kerja

karyawan sebesar 60,2% sedangkan sisanya

sebesar 29,8% (100%-60,2%) dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak dimasukkan

dalam model penelitian ini.

Uji F (F test)

Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat

signifikasi pengaruh secara simultan antara

variabel bebas (pendidikan dan hubungan

industrial) dengan variabel terikat

(semangat kerja). Berdasarkan Tabel 3,

dapat diketahui nilai sig F = 0,000, dimana

nilai tersebut lebih kecil dari α (0,05),

sehingga Ho ditolak. Ini berarti secara

simultan variabel pendidikan (X1) dan

hubungan industrial (X2) berpengaruh

signifikan terhadap semangat kerja

karyawan (Y)

Uji t (t test)

Uji t digunakan untuk mengetahui tingkat

signifikasi pengaruh secara parsial antara

variabel bebas (pendidikan atau hubungan

industrial) dengan variabel terikat

(semangat kerja). Berdasarkan Tabel 3,

dapat diketahui nilai sig t (X1) = 0,046 dan

sig t (X2) = 0,002, dimana kedua nilai

tersebut lebih kecil dari α (0,05), sehingga

Ho ditolak. Ini berarti secara parsial baik

variabel pendidikan (X1) maupun variabel

hubungan industrial (X2) berpengaruh

signifikan terhadap semangat kerja

karyawan (Y)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui

bahwa hasil penelitian ini menjawab tujuan

yang hendak dicari yaitu:

1) Pendidikan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap semangat kerja

karyawan

2) Hubungan industrial berpengaruh positif

dan signifikan terhadap semangat kerja

karyawan

3) Pendidikan dan hubungan industrial

secara simultan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap semangat kerja

karyawan.

Saran

Saran yang dapat dikemukakan dalam

penelitian ini, sebagai berikut :

1) Berdasarkan hasil analisis data kedua

variabel bebas (X1 dan X2) yaitu

pendidikan dan hubungan industrial

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

130

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel terikat (Y) yaitu

semangat kerja, maka kedua variabel

tersebut perlu dipertahankan, bila perlu

ditingkatkan.

2) Perlu variabel lain diangkat di luar

penelitian ini sesuai kondisi di lapangan

dan teori yang terkait

DAFTAR PUSTAKA

Barthos B, 2006 ,Manajemen Sumber Daya

Manusia, Suatu Pendekatan Makro,

Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

George, B., Sims, P., McLean, A.N. and

Mayer, D., 2007. “Discovering Your

Authentic Leader-ship”, Harvard

Business Review 85(2), 129– 138.

Gorda I.G.N. 2004, Managemen Sumber

Daya Manusia, Perbit Astabrata Bali,

Denpasar.

Hadari, Nawawi H.H, 2008, Manajemen

Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis

Yang Kompetitif, Cetakan Pertama,

Penerbit UGM, Yogyakarta.

Handoko T.H , 2003, Manajemen, Edisi 2,

Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Hariandja M.T.E , 2004, Manajemen

Sumber Daya Manusia, Pengadaan,

Pengembangan, Pengkompensasian,

dan Peningkatan Produktivitas

Pegawai, Penerbit PT. Grasindo,

Jakarta.

Hasibuan M.S.P, 2006, Manajemen Sumber

Daya Manusia, Edisi Revisi, Penerbit

PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Heidjarachman, 2009, Manajemen

Personalia, Penerbit BPFE,

Yogyakarta.

http://www.bumiputera.com/pages/default/

our_company/company_profile/0

Indra, Hary, 2001. “Analisis Faktor Faktor

yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Pegawai PT X”. Jurnal The Winners,

Vol. 0802-020http://

www.binus.ac.id/research/jurnal/jurnal_

winners _ 4.html.

Iwan Garniwa, 1997. Pengaruh Stres Kerja

terhadap Motivasi serta dampaknya

terhadap Prestasi Kerja Dosen Tetap

Universitas Widyatama,

Nia Lestarianawati, 2009. Pengaruh Gaya

Kepemimpinan terhadap Peningkatan

Prestasi Kerja Pegawai Non Medis

Badan Rumah Sakit Umum Daerah 45

Kuningan. Skripsi,

http://skripsistikes.wordpress.com/2009

/05/04/ikmiii29/http://skripsistikes.wor

dpress.com/200 9/05/04/ikmiii29/ pada

10/09/2009.

Simamora H, 2004, Manajemen Sumber

Daya Manusia, Edisi Kedua, Penerbit

STIE YKPN, Yogyakarta.

Notoatmodjo S, 2012, Pengembangan

Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi,

Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Riduwan dan Sunarto, 2007, Pengantar

Statistika Untuk Penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi, dan Bisnis, Penerbit

Alfabeta, Bandung.

Sedarmayanti, 2007, Manajemen Sumber

Daya Manusia, Penerbit PT. Refika

Aditama, Bandung.

Siagian S.P, 2007, Manajemen Sumber

Daya Manusia, Penerbit Bumi Aksara,

Jakarta.

Sirait J.T, 2006, Memahami Aspek-Aspek

Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Dalam Organisasi, Penerbit Grasindo,

Jakarta.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian

Administrasi, Penerbit Alfabeta,

Bandung.

Taufik I.R, 2004, Manajemen Sumber

Daya Manusia, Penerbit Nur Cahaya

Yogyakarta.

Tohardi A, 2003, Manajemen Sumber Daya

Manusia, Penerbit CV. Mandar Maju,

Bandung.

Umar H, 2005, Riset Sumber Daya

Manusia Dalam Organisasi, Edisi

Revisi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Usman H dan Akbar PS, 2006, Pengantar

Statistika, Penerbit Bumi Aksara,

Jakarta.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

131

UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN USAHA PADA USAHA MIKRO

KACANG DISCO KECAK MAMA

Ni Made Dwi Puspitawati1), Ida Ayu Putu Utami Paramita2)

Tjokorda Istri Praganingrum3) 1,2)Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, 3)Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Mahasaraswati Denpasar

[email protected]

ABSTRAK

Persaingan yang semakin ketat menuntut para pengusaha untuk selalu berinovasi terhadap

produk yang mereka jual sehingga dapat memenangkan pasar. Kacang Disco Kecak Mama

merupakan salah satu usaha mikro yang siap memenangkan hati pecinta olahan kacang dan sering

dijadikan oleh-oleh khas Bali. Berbagai varian rasa ditawarkan yaitu rasa original, super pedas,

keju, barbeque, pizza, cumi, udang, ikan bakar, susu telur madu, dan sari kedelai. Asal mula nama

Kacang Disco Kecak Mama yaitu dari kegemaran pengusaha mitra berdisko, tarian kecak yang

merupakan tarian khas Bali dan keinginan pengusaha mitra untuk selalu mendapatkan restu dari

Ibu sehingga apa yang dikerjakan dapat berjalan lancar. Tenaga kerja yang berjumlah 25 orang

mampu memproduksi 250kg kacang mentah per hari atau setelah diolah menjadi sekitar 500kg

Kacang Disco Kecak Mama. Kelemahan dalam sistem promosi, kekurangan alat timbangan

elektrik dalam pengemasan/packaging serta tata letak ruang packaging menjadi hambatan

pengusaha mitra untuk dapat bekerja lebih efisien sehingga tujuan perusahaan belum dapat

tercapai. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha mitra, maka solusi yang

sudah kami lakukan untuk menjadikan usaha Kacang Disco Kecak Mama agar lebih maju, antara

lain : (1) sistem promosi online baik melalui website atau media sosial (facebook dan instagram)

sehingga mampu menjangkau konsumen diseluruh tanah air maupun mancanegara, (2) pembuatan

neon box sebagai sarana untuk memperkenalkan usaha ini kepada masyarakat, (3) timbangan

elektrik untuk makanan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi sehingga pengusaha mitra

mampu memperoleh keuntungan yang diharapkan, serta (4) pembaharuan ruang packaging

diharapkan karyawan dapat bekerja lebih efisien. Dari pelaksanaan pengabdian ini, usaha Kacang

Disco Kecak Mama merasakan manfaat berupa bertambahnya pesanan yang semula hanya 200pcs

bungkus kacang dalam sehari meningkat menjadi 400pcs, ini menyebabkan usaha kacang disco

kecak mama menambah jumlah karyawan yang semula hanya 25 orang menjadi 40 orang, serta

karyawan merasa nyaman dengan lingkungan kerja yang sudah ditata rapi. Dengan bertambahnya

pesanan maka ini berarti bahwa pendapatan usaha kacang disco kecak mama sudah mengalami

peningkatan.

Kata kunci : kacang, kacang disco kecak mama, oleh-oleh khas bali, promosi, online

ABSTRACT

The increasingly fierce competition market requires an entrepreneur to always innovate on

their products so that their sales can undoubtedly be top of the market line. Kacang Disco Kecak

Mama is one of the micro enterprises that is available and ready to win the hearts of peanut

lovers. This company often uses their peanuts as souvenirs, which is a highy sought after consumer

product in Bali. They offer a variety of flavors such as original flavor, super spicy, cheese,

barbeque, pizza, squid, shrimp, grilled fish, milk egg honey, and soybean. The name of Kacang

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

132

Disco Kecak Mama comes from the founding enterpreneur’s hobby of enjoying “disco”, and the

other part of the name “kecak” derived from the kecak dance which is a typical traditional

Balinese dance and the last part “mama” comes from the desire of the entrepreneur to always

have his mother’s blessing so that his endeavors always run smoothly. Twenty five employees are

able to produce 250kg, which correlates to about 500kg of Disco Kecak Mama after processing.

Some weaknesses in the promotion syste:, the shortage of electric scales in packaging and the

layout of the packaging space. These weakness create a limited barrier to the entrepreneural

company. A shortage in these areas make it difficult to work more efficienty and produce a larger

mass product. In accordance with the problems faced by entrepreneur, we have created several

solutions to offer that would make the business Kacang Disco Kecak Mama more advanced. Here

are the following solutions created : (1) an advanced online tactical system either through website

or social media (facebook and instagram) so as to reach consumers wordwide (2) create a neon

box as a means to introduce this effort to the community, (3) electrical scales for product

consumtion, this increases efficiency so that the entrepreneur is able to obtain the expected profit,

and (4) renewal of packaging space, which mandates that employees would work more efficiently.

From this dedication, kacang disco kecak mama felt the benefits of the increased order that was

originally only 200pcs of peanut wrappers in a day increased to 400 pcs, causing they decided to

increase the number of employees who originally only 25 people to 40 people, and employees feel

comfortable with a well-organized work environment. With the increase in orders this means

kacang disco kecak mama’s income has increased.

Keywords: peanuts, disco beans mama kecak, typical souvenirs bali, promotion, online

PENDAHULUAN

Seiring dengan kebutuhan manusia

yang semakin meningkat dan ketatnya

persaingan dalam memperoleh pekerjaan,

maka munculah pengusaha – pengusaha

muda Indonesia yang memiliki imde untuk

bersaing meningkatkan kesejahteraan

hidupnya. Dalam membuka sebuah bisnis

maka hal utama yang harus diperhatikan

adalah kepuasan konsumen. Beberapa

penelitian focus terhadap hubungan antara

kepuasan konsumen dengan kesediaan

konsumen untuk melakukan pembelian ulang

(Quershi et al., 2009). Banyak hal mampu

diolah dan dijadikan peluang bisnis hingga

dapat memenangkan pasar, salah satunya

adalah mengolah kacang menjadi produk

unggulan.

Kacang Disco Kecak Mama

merupakan satu dari beberapa perusahaan

yang mengolah kacang mentah menjadi

kacang dengan varian rasa yang berbeda.

Pengusaha mitra kami yang bernama Bapak

Gede Sumerta kelahiran Karangasem, 19 Juli

1980 memutuskan untuk mendirikan Kacang

Disco Kecak Mama pada tahun 2004. Pada

awal berdiri perusahaan ini, sistem promosi

yang dilakukan hanya dengan menitipkan di

toko-toko kawasan Pasar Seni Guwang dan

toko oleh-oleh khas bali “Cah Ayu”. Seiring

dengan jumlah produksi yang semakin

bertambah, maka pada tahun 2007,

Perusahaan Kacang Disco Kecak Mama

menambah dua orang tenaga kerja

perempuan yang semula hanya terdiri dari 3

orang pekerja laki – laki saja termasuk

pemilik usaha. Pada tahun 2008, pengusaha

mitra berhasil untuk bekerja sama dengan

Krisna Oleh Oleh Bali, dengan menitipkan

produk Kacang Disco Kecak Mama masing

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

133

masing 5 pcs baik yang berisi 200gr dan

400gr (kemasan kotak), 200gr dan 500gr

(kemasan plastik). Perkembangan

perusahaan ini membuat pengusaha mitra

memutuskan untuk merekrut tenaga kerja

freelance yang bertugas untuk mencatat

segala proses usaha hingga pembukuan (cash

flow).

Keinginan konsumen yang berbeda

dan persaingan usaha yang semakin ketat

mendorong pengusaha mitra untuk terus

berinovasi. Maka pada tahun 2010,

pengusaha mitra merealisasikan idenya

dengan menciptakan rasa lain selain rasa

original yang selama ini telah dikenal oleh

masyarakat. Cita rasa tersebut diantaranya

original, extra pedas, keju, barbeque,

rendang, dan soto. Berbagai varian rasa ini

terisnpirasi oleh beragam rasa mie instan dan

mencoba untuk diterapkan pada produk

Kacang Disco Kecak Mama. Dalam

perjalanan satu tahun tersebut, survey yang

dilakukan pengusaha mitra membuktikan

bahwa Kacang Disco Kecak Mama dengan

varian rasa rendang dan soto tidak terlalu

diminati oleh pasar, sehingga diputuskan

untuk menghentikan produksinya. Kepuasan

pengusaha mitra tidaklah berakhir sampai

disitu, experiment dilakukan lagi dengan

menambah varian rasa baru, sehingga ada 10

(sepuluh) varian rasa Kacang Disco Kecak

Mama yakni original, super pedas, keju,

barbeque, pizza, cumi, udang, ikan bakar,

susu telur madu, dan sari kedelai.Berikut ini

tampilan kemasan varian rasa Kacang Disco

Kecak Mama beserta bahan-bahan

pembuatnya:

Proses produksi Kacang Disco Kecak

Mama berawal dari kacang datang dari

pemasok, kemudian di sortir hingga

mendapatkan kacang yang berkualitas bagus

dan layak, lalu dicampur dengan bumbu rasa

yang berbeda tergantung pemesanan, di uleni

dengan tepung terigu dan tepung kanji,

dimasukkan ke dalam mixer besar diadon

sampai halus. Kemudian dicetak diatas wajan

denagn minyak panas selama 30 menit,

diangkat, dikeringkan, kemudian dikemas ke

bagian packaging. Satu kali produksi,

perusahaan ini mampu mengolah 10kg

kacang mentah yang setelah diolah menjadi

kurang lebih 22kg Kacang Disco Kecak

Mama. Dalam sehari, perusahaan ini mampu

memproduksi 250kg kacang mentah. Kacang

Disco Kecak Mama merupakan kacang

olahan tanpa bahan pengawet karena kualitas

produk dan kesehatan konsumen merupakan

hal utama bagi pengusaha mitra. Hasil

produk olahan kacang ini juga sudah terdaftar

di Departemen Kesehatan. Harga pada setiap

produk Kacang Disco Kecak Mama beragam

tergantung ukuran plastik kecil/besar atau

dalam kotak kecil/besar. Bertitik tolak dari

analisis situasi tersebut, maka dibawah ini

kondisi eksisting pengusaha mitra sebagai

berikut :

Tabel 1

Profil Pengusaha Mitra Pertama

1. Nama Mitra Kacang Disco

Kecak Mama

2. Nama

Pengusaha

Mitra

Bapak I Gede

Sumerta, SH

3. Bidang

Kegiatan Utama

Usaha Mikro

Olahan Kacang

4. Alamat

Pengusaha

Mitra Pertama

Jalan Siulan,

Penatih, Denpasar

Timur

5 Tahun Berdiri 2004

6 Jumlah Pegawai 25 orang

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

134

7 Jenis Produk Kacang Disco

Kecak Mama

dengan varian rasa

original, super

pedas, keju,

barbeque, pizza,

cumi, udang, ikan

bakar, susu telur

madu, dan sari

kedelai.

8 Jumlah

pemesanan

Rata-rata mampu

memproduksi

250kg kacang

mentah per hari

yang dapat

menghasilkan

kurang lebih 500kg

Kacang Disco

Kecak Mama

Adapun penampilan fisik dari hasil

kunjungan ke Kacang Disco Kecak Mama,

Penatih :

Gambar 1

Tampilan Fisik Kacang Disco Kecak Mama

Sumber : Kacang Disco Kecak Mama,

Penatih, Denpasar Timur

Pada penelitian Zhang (2012)

menyatakan bahwa keputusan dalam

memilih sistem promosi yang tepat, harga

yang sesuai dan persediaan produk saling

berkaitan demitercapainya tujuan

perusahaan. Promosi pada dasarnya

bertujuan untuk mengingatkan, membujuk

dan mempengaruhi serta merangsang

konsumen agar membeli produk yang

ditawarkan (Widagdo, 2011). Penggunaan

internet memberikan kesempatan kepada

perusahaan untuk memasarkan produknya

melalui e-marketer, seperti website (Shergill

dan Chen, 2005).

Namun yang menjadi latar belakang

dalam permasalahan kedua mitra usaha

kamiini adalah bagaimana cara sistem

promosi yang harus digunakan dalam

menjalankan usahanya, alat timbang

makanan yang dapat membantu pengemasan

sehingga tidak salah berat/isi, serta tata letak

ruang packagingyang menjadi salah satu

faktor pendukung kinerja karyawan agar

lebih efisien.

Berdasarkan uraian pada analisis situasi di

atas, kedua pengusaha mitra kami memiliki

beberapa permasalahan yang diantaranya :

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

135

1. Sistem promosi online yang memadai

untuk menunjang usahanya. Promosi

yang ada hanya sebatas secara

konvensional saja. Maka dari itu

pengusaha mitra perlu memiliki sistem

promosi secara online.

2. Lokasi Kacang Disco Kecak Mama yang

baru belum ditunjang dengan adanya

papan nama/ neon box, sehingga

konsumen masih kesulitan dalam

menemukan lokasi perusahaan kacang

disco Kecak Mama ini.

3. Selama ini pengusaha mitra hanya

mengandalkan satu buah alat elektrik

untuk mengukur berat kacang yang akan

di kemas. Hal ini sangatlah tidak efisien

mengingat jumlah produksi Kacang

Disco Kecak Mama perhari hingga

mencapai 500kg.

4. Ruang pengemasan/packaging

merupakan salah satu faktor penting di

dalam keberhasilan proses produksi.

Hingga saat ini, tatanan letak ruang

packaging belum sepenuhnya mampu

mendukung kinerja karyawan untuk lebih

efisien.

A. METODE PELAKSANAAN

Adapun kegiatan pembinaan dan

pelatihan yang direncanakan dalam program

ini dan telah menjadi komitmen bersama

dengan Kacang Disco Kecak Mama adalah :

1. Metode Pelaksanaan untuk Pengusaha

Mikro

a. Metode pendampingan dilakukan

untuk lebih memberikan pengarahan

dan pengawasan terhadap kegiatan

promosi yang dilakukan, agar

nantinya pengusaha mitra dapat

memaksimalkan dan memilih sistem

promosi yang tepat.

b. Program evaluasi bertujuan untuk

melihat tahapan kegiatan sehingga

dapat memperbaiki dan

menyempurnakan pelaksanaan di

lapangan.

c. Metode diskusi dilakukan untuk

memecahkan masalah yang ada untuk

nantinya

diselesaikandandicarikanpemecahan

masalahnya.

d. Metode keberlanjutan bertujuan

untuk memantau kegiatan di lapangan

setelah kegiatan agar tetap

dilanjutkan oleh mitra IbM.

2. Metode Pendekatan

a. Pendampingan dan membantu dalam

kegiatan promosi/ memasarkan

produk melalui website dan media

social (facebook dan instagram)

b. Pembuatan neon box untuk lebih

menampilkan brand perusahaan

c. Pemberian alat bantu pengemasan/

packaging berupa alat timbangan

digital

d. Pendampingan dalam usaha

memperbaharui tata letak ruang

packaging/pengemasan.

3. Partisipasi Mitra dalam Pelaksanaan

Program

a. Kelompok mitra bersedia mengikuti

pendampingan peningkatan metode

pemasaran.

b. Kelompok mitra turut serta

berpartisipasi dalam usaha

menampilkan brand produk agar

lebih dikenal oleh masyarakat.

c. Kelompok mitra bersedia

mengevaluasi sistem promosi dan

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

136

penjualan Kacang Disco Kecak

Mama

B. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang dicapai pada pelaksanaan

kegiatan Iptek Bagi Usaha Mikro Kacang

Disco Kecak Mama :

1. Pembuatan Website

Pembuatan website

(www.discokecakmama.com) merupakan

salah satu solusi yang ditawarkan kepada

pengusaha mitra untuk memudahkan di

dalam memasarkan produk sehingga dapat

menjangkau konsumen di seluruh tanah air

hingga mancanegara. Tambilan website

Kacang Disco Kecak Mama dibuat menarik

dan memudahkan konsumen untuk mengerti

serta memahami produk yang ingin dibeli.

Selain itu, dengan adanya website ini,

pengusaha mitra dapat mengevaluasi

seberapa besar minat konsumen untuk

membeli produknya dengan melihat angka

pengunjung yang mengunjungi website

setiap hari. Berikut ini screenshot tampilan

website Kacang Disco Kecak Mama.

Gambar 2

Tampilan Website Kacang Disco Kecak

Mama

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

2 Pembuatan media sosial online (facebook

dan instagram)

Pembuatan media sosial online

seperti facebook dan instagram bertujuan

untuk mendukung kegiatan promosi Kacang

Disco Kecak Mama secara online sehingga

dapat menarik konsumen dari berbagai

kalangan. Tidak jauh berbeda dengan

penggunaan website, pemanfaatan facebook

dan instagram dapat menambah daya tarik

konsumen yang selama ini lebih cenderung

menggunakan media sosial sebagai alat

komunikasi. Berikut ini screenshot atau

tampilan facebook dan instagram Kacang

Disco Kecak Mama.

Gambar 3

Tampilan Facebook Kacang Disco Kecak

Mama

Sumber : Dokumentasi penulis, 2017

Gambar 4

Tampilan Instagram Kacang Disco Kecak

Mama

Sumber : Dokumentasi penulis, 2017

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

137

Untuk media sosial facebook dan

instagram, kami tidak hanya membantu

dalam proses pembuatannya saja melainkan

dalam semua proses pengunduhan gambar

serta cara pengaplikasiannya agar sosial

media tersebut dapat segera digunakan oleh

mitra usaha. Berikut ini adalah kegiatan yang

kami lakukan dalam memberikan pelatihan

penggunaan media sosial online seperti

facebook dan instagram.

Gambar 5

Proses Pembuatan dan Pengaplikasian

Media Sosial online

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

3 Pembuatan Neon Box

Pembuatan neon box dengan

menambahkan lampu yang dapat menyala

sehingga membuat papan nama usaha

menjadi terang karena efek yang ditimbulkan

oleh lampu neon di dalamnya ini bertujuan

menambah kualitas branding dan

mempercantik tampilan usaha. Tampilan

neon box yang menyala terang pada malam

hari diharapkan mampu menjadi daya tarik

konsumen sehingga konsumen lebih mudah

menghafal nama usaha mitra serta lebih

mudah untuk mecari lokasi usaha Kacang

Disco Kecak Mama. Berikut ini tampilan

neon box yang belum dan sudah terpasang di

sisi jalan.

Gambar 6

Tampilan Neon Box “Kecak Mama”

Sumber : Dokumentasi penulis, 2017

4 Pemberian alat timbang makanan

Pemberian alat timbang makanan

elektrik/digital diharapkan dapat membantu

usaha Kacang Disco Kecak Mama agar lebih

efisien. Penambahan 1 (satu) timbangan

makanan digital dengan berat maksimum

50kg serta 3 (tiga) timbangan makanan

digital dengan berat maksimum 5kg.

Kegunaan alat timbang makanan sangatlah

penting mengingat setiap kemasan harus

sesuai dengan takaran yang tepat dan akurat.

Berikut ini alat timbangan makanan digital

yang kami berikan kepada pengusaha mitra.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

138

Gambar 7

Pemberian Alat Timbang Makanan Digital

kepada Usaha Mitra

Sumber : Dokumentasi penulis, 2017

5 Penataan tata ruang packaging

Penataan tata ruang packaging

diharapkan kegiatan produksi pada usaha

Kacang Disco Kecak Mama lebih efisien dan

kondusif. Lingkungan kerja dan situasi kerja

sangatlah mendukung kinerja karyawan

untuk bekerja lebih optimal. Berikut ini

perubahan tata ruang packaging sebelum dan

sesudah nya.

Gambar 8

Ruang Packaging (sebelum)

Sumber : Dokumentasi penulis, 2017

Gambar 9

Ruang Packaging (sesudah)

Sumber : Dokumentasi penulis, 2017

C. KESIMPULAN

Pelaksanaan IbM terhadap mitra

usaha diharapkan dapat memberikan dampak

positif bagi keberlanjutan mitra usaha

Kacang Disco Kecak Mama. Pembuatan

website sebagai sarana dalam

mempromosikan produk lewat dunia maya,

serta pemasangan neonbox untuk

memperjelas keberadaan usaha dapat

meningkatkan nilai yang dimiliki mitra

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

139

usaha. Selain itu, dengan adanya

penambahan alat timbang makanan dan tata

ruang letak packaging menjadikan karyawan

dapat bekerja lebih efisien. Dari pelaksanaan

pengabdian ini, mitra merasakan manfaat

berupa bertambahnya pesanan yang semula

hanya 200pcs bungkus kacang dalam sehari

meningkat menjadi 400pcs, ini menyebabkan

usaha kacang disco kecak mama menambah

jumlah karyawan yang semula hanya 25

orang menjadi 40 orang, serta karyawan

merasa nyaman dengan lingkungan kerja

yang sudah ditata rapi. Dengan

bertambahnya pesanan maka ini berarti

bahwa pendapatan usaha kacang disco kecak

mama sudah mengalami peningkatan.

D. UCAPAN TERIMAKASIH

Melalui kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada berbagai

pihak yang telah membantu menyukseskan

pelaksanaan kegiatan IbM (Ipteks Bagi

Masyarakat) Kacang Disco Kecak Mama

diantaranya Ketua LPPM Universitas

Mahasaraswati Denpasar dan Pimpinan dan

Staff di LPPM Universitas Mahasaraswati

Denpasar, Bapak Gede Sumerta selaku

Owner Kacang Disco Kecak Mama yang

telah membantu pelaksanaan kegiatan ini.

Serta Tim yang telah membantu kesuksesan

kegiatan ini diantaranya Tim Dosen yang

terdiri dari Ni Made Dwi Puspitawati, Ida

Ayu Putu Utami Paramita, dan Tjokorda Istri

Praganingrum serta seluruh pihak yang telah

berkontribusi demi suksesnya pelaksanaan

kegiatan ini.

Akhir kata semoga kegiatan ini dapat

memberikan manfaat bagi Kacang Disco

Kecak Mama dan bermanfaat bagi kegiatan

pengabdian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Shergill, G. S. dan Chen, Z. 2005. Web Based

Shopping : Consumers Attitudes

Towards Online Shopping in New

Zealand. Journal of Electronic

Commerce Research, Vol. 6, N0. 2,

pp. 79-94

Quershi, I., Fang Y.L., Ramsey, E., McCole,

P., Ibbotson, P dan Compeau, D.

2009. Understanding Online

Customer Repurchasing Intention

and The Mediating Role of Trust – an

Empirical Investigation in Two

Developed Countries. European

Journal of Information Systems, ol.

18, No. 3, pp 205-222

Widagdo, Herry. 2011. Analisis Pengaruh

Kualitas Layanan dan Promosi

terhadap Keputusan Konsumen

Membeli Komputer pada PT. XYZ

Palembang. Forum Bisnis dan

Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE

MDP, Vol. 1, No 1, pp 1-10

Zang, Ju-Liang. 2012. Integrated Decision

on Pricing, Promotion, and Inventory

Management. Asia-Pasific Journal of

Operational Researh, ol. 29,No 6, pp

1-21

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

140

PENGEMBANGAN TES BAHASA INGGRIS KOMUNIKATIF

UNTUK SMK PARIWISATA DI BALI

I Nengah Astawa., Ida Bagus Nyoman Mantra, Ida Ayu Made Sri Widiastuti

Fakultas Leguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

Universitas Mahasaraswati Denpasar

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di SMK di Bali yang bertujuan untuk mengembangkan model tes Bahasa

Inggris komunikatif unruk SMK Pariwisata di Bali dengan melibatkan mahasiswa program studi

Pendidikan Bahasa Inggris sebagai tugas akhir matakuliah language tesing. Peneliltian ini dilakukan

selama dua tahun dengan menggunakan metode Research dan Development sehingga produk yang

dikembangkan dapat diyakini kebenarannya dan keakuratannya. Penelitian itu dilakukan karena masalah

penting yang sangat krusial dihadapi oleh guru SMK Pariwisata dalam menilai kemapuan Bahasa Inggris

komunikatif siswa agar guru dan siswa mengetahui kemampuan mereka yang sebenarnya dalam

berkomunikasi Bahasa Inggris guna meningkatkan mutu pembelajaran sehingga nantinya siswa siap

bekerja di berbagai industri pariwisata. Pada tahun pertama, penilitian difokuskan untuk membuat model

tes Bahasa Inggris komunikatif yang didasari dan diawali dengan menganalisis tes Bahasa Inggris yang

sudah ada di SMK Pariwisata di Bali dan kemudian mendesain model tes Bahasa Inggris Komunikatif

untuk siswa SMK di Bali.

Kata Kunci: Tes, Bahasa Inggris, Komunikatif, Pariwisata

ABSTRACT

This research was conducted at SMK in Bali which aims to develop a model of communicative English

test for SMK Tourism in Bali by involving students of English Education Study Program as the final

project of language tesing. This research is conducted for two years using Research and Development

method so that the developed product can be believed to be correct and accurate. The research was

conducted because the crucial important problem faced by SMK Tourism teachers in assessing the ability

of communicative English students so that teachers and students know their true ability in English

communication in order to improve the quality of learning so that students will be ready to work in

various tourism industries. In the first year, research was focused on establishing a communicative

English test model based on analyzing an English test that already exists at SMK Tourism in Bali and

then designing a model of Communicative English test for vocational students in Bali.

Keywords: Test, English, Communicative, Tourism

PENDAHULUAN

Bahasa adalah media komunikasi

verbal yang utama dan pertama antar

berbagai kelompok komunitas umat manusia

di seluruh jagat raya ini. Lewat media

bahasa manusia berkomunikasi,

menyalurkan dan berbagi macam makna,

gagasan, emosi, perasaan dan berbagai

problematika hidup lainnya.Tidak

terbayangkan bagaimana manusia

mengungkapkan dan mengekspresikan

segala gagasan, makna, perasaan, dan

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

141

emosinya yang sangat kompleks dan

beragam tanpa bahasa.

Pada hakekatnya media komunikasi

verbal dan nonverbal merupakan satu

kesatuan yang utuh dan integral mengingat

dalam penggunaannnya yang komplementer.

Disadari atau tidak dalam berkomunikasi

dan berinteraksi, manusia selalu

menggunakan bahasa verbal dan nonverbal

secara simultan. Seseorang yang dapat

menggunakan keterampilan verbal dan

nonverbal secara baik dan efektif akan

mampu menolong para siswanya

mengekspresikan dan mengklarifikasi

pikiran dan perasaannya serta memahami

bagaimana pikiran dan perasaannya

mempengaruhi prilaku mereka.

Hakikat pembelajaran komunikatif

dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

mengarah pada peningkatkan kemampuan

peserta didik dalam berkomunikasi, baik

secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran

bahasa bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan berpikir dan bernalar serta

memperluas wawasan. Peserta didik tidak

hanya diharapkan mampu memahami

informasi yang disampaikan secara lugas

atau langsung, tetapi juga dapat memahami

informasi yang disampaikan secara

terselubung atau tidak secara langsung

(Mantra, 2017).

Kemampuan berkomunikasi adalah

sangat krusial untuk ditingkatkan mengingat

perkembangan global yang ditandai dengan

semakin pesatnya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi telah menuntut

kita untuk memberikan perhatian yang

semakin intensif terhadap pembelajaran

Bahasa Inggris. Era globalisasi telah

menjadikan dunia ini seakan tanpa sekat dan

semakin sempit. Para orangtua yang

memiliki kemampuan finansial, cendrung

menyekolahkan anak-anaknya di luar negeri.

Mereka sadar dan yakin bahwa bursa pasar

dan persaingan global menuntut tenaga kerja

yang tidak hanya memiliki teknologi dan

keterampilan hidup, tetapi juga penguasaan

Bahasa Inggris yang komunikatif.

Kita semua tahu bahwa bangsa ini

hanya dapat bersaing di era globalisasi dan

eksistensinya akan semakin diakui dan

dipertimbangkan oleh bangsa lain apabila

penguasaan terhadap Bahasa Inggris

semakin ditingkatkan (Mantra, 2017; Sri

Widiastuti, 2016). Permintaan dan

perekrutan tenaga kerja di era globalisasi

sekarang ini selalu menjadikan penguasaan

Bahasa Inggris tulis dan lisan sebagai salah

satu syarat penting. Peningkatan

pernyediaan sumber daya manusia

pembangunan yang berkualitas dan

kompetitif identik dengan peningkatan

kualitas dan kesejahtraan hidup. Fakta

membuktikan bahwa persaingan yang sangat

ketat dan kompetitif dalam bursa tenaga

kerja dominan dimenangkan oleh mereka

yang mampu berbahasa Inggris dengan baik

(Astawa,2008).

Sejalan dengan pandangan di atas

maka guru harus mampu menentukan

tingkat kemampuan siswa dalam

berkomunikasi Bahasa Inggris. Tes-tes yang

pada saat ini digunakan oleh guru belum

mampu memberikan gambaran yang nyata

tentang kemampuan siswa dalam

berkomunikasi Bahasa Inggris (Sri

Widiastuti, 2016), bahkan cendrung hanya

mengukur kemampuan siswa secara diskrit

sehingga kempuan siswa yang komprehensif

tidak dapat ditentukan (Maba,2017). Sebagai

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

142

akibatnya guru mengalami kesulitan dan

kendala dalam meningkatkan kemampuan

siswa dalam mengembangkan kemampuan

komunikatif mereka dalam Bahasa Inggris

(Maba, 2017).

Berdasarkan fenomena tersebut,

maka pengembangan tes Bahasa Inggris

komunikatif sangat mendesak harus segera

dirancang terutama untuk siswa SMK

Pariwisata agar para lulusan SMK mampu

bekerja di berbagai sektor industri

pariwisata secara porfesional.

Pengembangan tes Bahasa Inggris yang

dikembangkan sudah tentu

mempertimbangkan ranah-ranah Bahasa

Inggris komunikatif.

METODE PENELITIAN

Desain Peneltian

Penelitian yang akan dilaksanakan

adalah penelitian Research and

Development terhadap model tes Bahasa

Inggris komunikatif untuk SMK Pariwisata

di Bali. Pengembangan model tes Bahasa

Inggris komunikatif merupakan suatu

kegitaan Research and Development (R&D)

dilaksanakan dalam enam langkah kegiatan

secara berurutan, yaitu: (1) menganalisis

pustaka yang relevan tentang tes Bahasa

Inggris komunikatif yang akan dibuat, (2)

merencanakan kompetensi dan tujuan

masing-masing bab atau bagian, (3)

membuat draf awal model tes Bahasa

Inggris komunikatif , (4) melakukan uji coba

terhadap draf awal model tes Bahasa

Inggris komunikatif pada subjek dengan

jumlah terbatas, (5) melakukan revisi

terhadap draf awal model tes Bahasa

Inggris komunikatif berdasarkan hasil uji

coba, dan (6) menguji kembali draf yang

telah direvisi berdasarkan hasil uji coba

pertama.

Berdasarkan langkah Research and

Development (R&D) diatas maka penelitian

diawali dengan mengadakan penelitian

lapangan untuk mengumpulkan data tentang

tes Bahasa Inggris komunikatif yang

digunakan di SMK Pariwisata di Bali.

Setelah data tersebut terkumpul, kegitan

penelitian dilanjutkan dengan mengalisis tes

Bahasa Inggris komunikatif tersebut

sehingga ditemukan kelemahan-kelemahan

dan kekuatan dari tes Bahasa Inggris

komunikatif yang telah ada. Kemudian,

berdasarkan prinsip-prinsip penegembangan

tes Bahasa Inggris komunikatif, penelitian

dilanjutkan dengan pembuatan draf awal tes

Bahasa Inggris komunikatif.

Penelitian pada tahun pertama

diawali dengan mengumpulkan tes-tes yang

telah digunakan oleh guru di SMK

Pariwisata swasta dan Negeri di Bali.

Kegiatan keberikutnya akan dilakukan

analisis tes Bahasa Inggris komunikatif

berdasarkan pedoman pembuatan tes

sehingga akan ditemukan kelemahan dan

keuggulan dari tes Bahasa Inggris

komunikatif yang telah ada. Selanjutnya,

berdasarkan hasil analisis tersebut

dikembangan draf awal tes Bahasa Inggris

komunikatif Bahasa Inggris untuk SMK

Pariwisata yang akan dilanjutkan dengan uji

coba lapangan. Agar lebih jelas, langkah-

langkah pengembangan tes Bahasa Inggris

komunikatif adalah sebagai berikut : (1)

mengumpulkan tes Bahasa Inggris

komunikatif Bahasa Inggris yang telah

digunakan di sekolah, (2) mengadakan

analisis tes Bahasa Inggris komunikatif

Bahasa Inggris yang telah digunakan, (3)

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

143

menyimpulkan hasil analisis tes Bahasa

Inggris komunikatif yang telah digunakan,

dan (4) pembuatan draf awal tes Bahasa

Inggris komunikatif.

DATA DAN PEMBAHASAN

Tes-tes yang telah dikumpulkan dari

sekolah pariwisata yang dijadikan sampel

penelitian dikaji secara mendalam untuk

mendapat gambaran tentang bentuk-bentuk

tes yang digunakan dalam menilai

kemampuan siswa dalam bahasa Inggris.

Bentuk-bentuk tes yang dikaji digunakan

sebagai dasar pengembangan bentuk-bentuk

test yang lebih komunikatif sehingga tes

tersebut mampu memberikan hasil yang

dapat menunjukan kemampuan siswa yang

sebenarnya.

Berdasarkan hasil pengumpulan data

yang dilakukan di SMK Pariwisata di Bali,

data yang dikumpulkan dapat ditabulasi

sebagai berikut:

Keterampilan Kebahasan dan Fitur Linguistik Lainnya

Test Jumlah Soal Jumlah

Tes

Listening

Jumlah Tes

Speaking

Jumlah tes

Reading

Jumlah tes

Writing

Fitur

Linguistik

Lainnya

Tes1 45: 35

multiple

cohoice, 10

matching

Tidak ada Percakapan

tertulis

Last

holiday,

messege,

personal

letter

Tidak ada:

bentuk

writing

ditampilkan

sebagai tes

reading

Kosa kata

Tes 2 50: Multiple

choice

Tidak ada Percakapan

tertulis

Surat

undangan,

Personal

letter,

procedure

text

Tidak ada:

bentuk

writing

ditampilkan

sebagai tes

reading

Kos kata

Tes 3 50: 45

mutiple

choice, 5

completion

Tidak ada Percakapan

tertulis

Text

procedure,

business

letter, short

informative

text, Email

Bentuk-

bentuk

writing

ditampilkan

sebagai tes

reading

Kosakata

Tes 4 50; Multiple

choice

Tidak ada Percakapan

tertulis

Surat

Undangan,

recount text,

Bentuk-

bentuk

writing

ditampilkan

sebagai tes

reading

Kosakata

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

144

Tes 5 50: Multiple

cohice

Tidak ada Percakapan

tertulis

Schedule,

Descriptive

paragraph,

Short

informative

text

Bentuk-

bentuk

writing

ditampilkan

sebagai tes

reading

Kosakata

Tes-tes yang terkumpul diatas adalah

sebagaian besar tes objektif dengn pilihan

ganda. Tes-tes tesebut digunakan oleh guru

untuk menentukan kemampuan bahasa

Inggris siswa pada pertengah semester dan

pada akhir semester. Tes yang terkumpul

tersebut perlu dikembangkan sehingga akan

lebih akurat untuk digunakan mengukur

kemampual siswa. Tes yang baik harus

memenuhi ciri-ciri (karakteristik) tes yang

baik. Karakteristik tes yang baik mencakup

validitas, reliabilitas, objektivitas,

praktikabilitas, dan ekonomis ( Brown,

2004). Berdasarkan hasil analisis tes SMK

Pariwisata di Bali dapat dijelaskan perihal

berikut terkait dengan validitas, reliabilitas,

objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis.

Peneliti mengembangkan jenis tes

komunikatif berdasarkan persyaratan

Kurikulum SMK Pariwisata, khususnya

Standar Kompetensi (SK), Kompetensi

Dasar (KD), Tujuan Pembelajaran (TP), dan

Indikator Studi (IS) Berbasis Kurikulum

untuk siswa SMK. Hal ini dilakukan untuk

memastikan tes komunikatif yang

dikembangkan sesuai dengan persyaratan

Kurikulum Sekolah, dan untuk memastikan

bahwa Tes komunikatif yang dikembangkan

dapat memenuhi kebutuhan guru dan siswa.

Tes Listening

Keterampilan menyimak adalah salah

satu keterampilan berbahasa Inggris yang

sangat penting dalam berkomunikasi yang

efektif. Oleh karena itu perlu dikembangkan

secara komunikatif. Tes listening dapat

dalam bentuk-bentuk tes berikut agar lebih

komunikatif

No Bentuk Tes Listening Tujuan

1 L1: Dikte (Dictation) Mengembangkan pemahaman siswa dalam menyimak kata,

frasa, kalimat dan konteks bahasa dengan tepat

2 L2: parafrase

(paraphrase),

Mengembangkan pemahaman siswa dalam menyimak dengan

mengungkap kembali apa yang telah dipahami dengan kata-

kata sendiri

3 L3: mencatat (note-

taking)

Mengembangkan pemahaman siswa dalam menyimak apa

yang telah didengar dan mencatat hal-hal yang penting

4 L4: meringkas

(summarizing).

Mengembangkan pemahaman siswa dalam menyimak apa

yang telah didengar dan menulisnya dalam bentuk ringkasan

Tes Speaking

Berbicara merupakan salah satu

keterampilan berbahasa yang selalu harus

ditingkatkan. Dengan kemampuan berbicara

yang baik akan menjadikan peserta didik

mampu berkomunikasi dengan efektif. Ada

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

145

empat bentuk tes Speaking yang dapat

dikembangkan agar bersifat komunikatif,

sebagai berikut:

No Bentuk TesSpeaking Tujuan

1 S1: Role play Untuk mengetahui kemampuan berbahasa komunikatif dalam

suatu kegiatan bermain peran.

2 S2: Re-Telling Text/

Story

Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menceritakan

kembali apa yang mereka telah pahami

3 S3: Oral Interview Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam berkomunikasi

dalam bentuk interview

4 S4: Oral Presentation Untuk mengetahui kemapuan siswa dalam menyampaikan ide

mereka dalam bentuk presentasi

Tes Reading

Kerampilan membaca adalah suatu

keterampilan yang sangat penting bagi

peserta didik. Dengan kemapuan membaca

yang baik,peserta didik akan mampu

memahami teks-teks dengan baik pula. Ada

lima jenis yang dapat dikembangkan yang

bersifat komunikatif, sebagai berikut:

No Bentuk Tes Tujuan

1 R1: Reading Aloud Untuk melatih ucapan yang tepat

2 R2: True or False Test Untuk melatih menentukan informasi-informasi detiil

3 R3: Completion Test Untuk melatih menentukan target kebahasaan ang

tepat

4 R4: Matching Test Untuk melatih mencocokan informasi satu dengan

lainnya

5 R5: Short Answer Question

Test

Untuk meningkatkan kemampuan siswa mencari

informasi spesifik dan umum

Tes Writing

Kemampuan peserta didik dalam

mengekspresikan informasi, pikiran, ide,

gagasan dan keinginan dalam bentuk tulisan

adalah secara terus menerus perlu

ditingkatkan. Keterampilan berkomunikasi

secara tertulis diperlukan karena semakin

meningkatnya keperluan kemampuan

komunikasi tertulis peserta didik dalam era

globalisasi ini. Ada enam bentuk tes yang

bisa dikembangkan untuk tes witing, sebagai

berikut:

No Bentuk Tes Writing Tujuan

1 W1: Writing Personal Letter Untuk melatih menulis surat pribadi

2 W2: Writing Permission Letter Untuk melatih menulis surta permintaan ijin

3 W3: Writing Short Message Untuk membiasakan menulis pesan

4 W4: Writing Invitation Card and

Greeting Card

Untuk melatih menulis kartu ucapan

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

146

5 W5 : Writing advertisement or

announcement or Short Brochure

Untuk melatih menulis peengumuman

6 W5: Multiple Choice Tests

Untuk melatih mengenal berbagai informasi dalam

benyuk tulis

Tes bahasa Inggris komunikatif ini

dirancang berdasarkan prinsip-prinsip

komunikatif sesuai dengan gagasan Pierce

dan O’Malley (1996) yang mendeskripsikan

bahwa asesmen komunikatif sebagai bentuk

asesmen yang mencerminkan pembelajaran,

prestasi, motivasi dan sikap siswa terhadap

berbagai aktivitas pengajaran dan

pembelajaran selama proses perpelajaranan.

Jenis dan bentuk-bentuk asesmen yang

komunikatif dapat berbentuk asesmen

kinerja, evaluasi diri, asesmen portofolio,

proyek dan esai. Hal ini jelas

mengindikasikan bahwa asesmen tersebut

harus dilakukan secara komprehensif,

objektif serta berkesinambungan.

Lebih lanjut, Pierce dan O’Malley

(1996) mengatakan, seyogyanya asesmen

dikembangkan berdasarkan enam

karateristik berikut ini: (1) Constructed

response: siswa mengkonstruksi sebuah

respon, memberikan respon meluas, terlibat

dalam kinerja, atau menciptakan sebuah

produk, (2) Higher-order Thinking: siswa

secara tipikal menggunakan pemikiran

tingkat tinggi dalam mengkonstruksi respon

terhadap pertanyaan terbuka, (3)

Authenticity: tugas-tugas memakna,

menantang dan aktivitas pembelajaran yang

mencerminkan pembelajaran yang baik atau

konteks dunia nyata lainnya dimana

nantinya siswa diharapkan dapat

melakukannya, (4) Integrative: tugas-tugas

harus mengintegrasikan ketrampilan

berbahasa, dan dalam beberapa hal,

menyangkut integrasi pengetahuan serta

keterampilan-keterampilan lintas isi, (5)

Process and Product: prosedur dan strategi

yang dipergunakan untuk mencari dan

mendapatkan jawaban yang benar atau

untuk mengeksplorasi beragam solusi dari

tugas-tugas yang kompleks sering dinilai

dan begitu juga produknya yang berupa

jawaban yang benar, dan (6) Depth Versus

Breadth: asesmen kinerja memberikan

informasi yang mendalam tentang

ketrampilan seorang siswa atau belajar

tuntas (mastery learning) seperti

dikontraskan dengan tes pilihan ganda

dengan cakupan yang luas tetapi kurang

dapat melatih ketrampilan berfikir atau daya

nalar tingkat tinggi.

Penilaian komunikatif juga

dikembangkan suapaya tes tersebut memiliki

sifat-sifat: (1) berbasis kompetensi, (2)

individual, (3) berpusat pada siswa, (4) tak

terstruktur, (5) terintegrasi dengan proses

pembelajaran, dan (6) berkelanjutan.

Sedangkan jenis-jenis asesmen komunikatif

mencakup: (1) esai, (2) proyek, (3) asesmen

kinerja, (4) evaluasi diri, dan (5) asesmen

portofolio. Semestinya dalam mengevaluasi

tingkat pencapaian kompetensi dasar secara

lebih sahih dan reliable dalam pembelajaran

Bahasa Inggris berbasis kompetensi maka

perlu dikembangkan jenis dan bentuk

evaluasi seperti berkelanjutan atau penilaian

sambil jalan (on going assesmen).

Tes-tes yang dikembangkan juga

mempertimbangkan tingkat validitas,

reliabilitas dan praktibilitas dan niliai

ekonomisnya. Validitas alat ukur

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

147

menunjukkan kualitas kesahihan suatu

instrumen atau alat pengumpul data dapat

dikatakan valid atau sahih apabila alat ukur

tersebut mampu mengukur apa yang

seharusnya diukur/diinginkan, sehingga alat

ukur dikatakan sahih apabila dapat

mengungkap secara cermat dan tepat data

dari variabel yang diteliti. Tinggi rendahnya

tingkat validitas instrumen menunjukkan

sejauhmana data dari variabel yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran

tentang variabel yang dimaksud. Kerlinger

(1986) menyatakan bahwa validitas alat

ukur tidak cukup ditentukan oleh derajad

ketepatan alat ukur dapat mengukur apa

yang seharusnya diukur, tetapi perlu pula

dilihat dari tiga kriteria yang lain yaitu

Appropriatness, Meaningfullness dan

Usefullness. Bila dikaitkan dengan

pengukuran aspek perilaku sebagai hasil

belajar, penjelasan ketiga kriteria tersebut

secara bebas dapat diterjemahkan sebagai

berikut: (1) Appropriatness: Kriteria ini

menunjuk pada kelayakan dari tes sebagai

alat ukur tersebut, yaitu seberapa jauh alat

ukur dapat menjangkau keragaman aspek

perilaku tertentu; (2) Meaningfullness:

adalah kriteria yang didasarkan pada

kemampuan alat ukur untuk dapat

memberikan keseimbangan item-item

pengukurannya berdasar tingkat

kepentingan/urgensi dari setiap bagian

gejala; dan (3) Usefullness to inferences:

yakni kriteria ini menunjuk pada sensitif

tidaknya alat ukur untuk dapat menangkap

gejala perilaku, dan tingkat ketelitian yang

ditunjukkan dalam pembuatan kesimpulan.

Reliabilitas mengacu kepada

konsistensi dari hasil tes. Meskipun tes

tersebut diberikan beberapa kali kepada

siswa yang sama, hasilnya akan tetap/

konsisten. Konsisten tidak harus sama,

namun secara keseluruhan apabila hasil tes

turun maka hasil semua peserta tes akan

turun juga, begitu juga sebaliknya. Kondisi

konsisten ini diibaratkan orang yang

berbicara konsisten, maka pembicaraan

tidak akan berubah-ubah, sehingga bisa

dipercaya. Begitupula dengan konsisten

dalam hal tes ini. Tes yang reliable

(tetap/konsisten), maka tes tersebut dapat

dipercaya sebagai alat ukur. Pengertian yang

paling sederhana dari reliabilitas adalah

kemantapan alat ukur dalam pengertian

bahwa alat ukur tersebut dapat diandalkan

atau memiliki keajegan hasil. Pada dasarnya

hubungan antara validitas dan reliabilitas

dapat dikemukakan bahwa alat ukur yang

valid akan cenderung menghasilkan

pengukuran yang reliabel, sebaliknya alat

ukur yang reliabel sama sekali tidak

menunjuk pada validitas alat ukur tersebut.

Masalah validitas dan reliabilitas alat ukur

tampak sangat jelas penggunaannya pada

penelitian dengan pendekatan kauntitatif,

karena penghitungan tingkat valititas dan

reliabilitas pada umumnya juga

menggunakan teknik statistik.

Praktibilitas mengacu kepada

kepraktisan dan kemudahan dalam

pengadministrasian. Praktikabilitas

menunjukkan bahwa tes mudah

dilaksanakan, mudah diperiksa dan

dilengkapi dengan petunjuk yang jelas. Jadi,

tes sifatnya sederhana dan lengkap.

Ekonomis menunjukkan bahwa tes tidak

memerlukan biaya yang mahal, waktu yang

lama dan tenaga yang banyak. Faktor

ekonomis sangat perlu dipertimbangkan agar

tes yang dilaksanakan guru tidak menjadi

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

148

suatu pemborosan dana atau menjadi sangat

mahal untuk diikuti oleh siswa.

Dari uraian ringkas di atas, dapat

disarikan bahwa pengajaran dan

pembelajaran Bahasa Inggris berbasis

kompetensi komunikatif seyogyanya dinilai

tingkat berhasilannya dengan

mempergunakan prosedur asesmen otentik.

Hal ini menjadi penting dan urgen dilakukan

mengingat asesmen merupakan bagian

integral dari proses pengajaran dan

pembelajaran di mana hasilnya dapat

dipergunakan untuk menilai keberhasilanm

efektivitas dan efisiensi sebuah program

desain instruksional. Hasil asesmen otentik

dapat dipergunakan untuk tujuan lain,

seperti merancang pengajaran dan

pembelajaran remidi. Agar dapat merancang

dan melaksanakan asesmen komunikatif,

seorang wajib menguasai prinsip-prinsip dan

prosedur asesmen komunikatif.

SIMPULAN

Penelitian ini terkait dengan

pengembangan tes komunikatif yang

dilakukan dengan tujuan bahwa guru dan

siswa SMK Patiwisata memiliki panduan

tes komunikatif untuk menilai kemampuan

bahasa Inggris mereka. Untuk sementara

hasil penelitian pada tahun pertama ini

berupa draft tes komunikatif. Draft ini

dikembangkan untuk di uji coba dan ditelaah

lebih lanjut. Telaah test ini mutlak perlu

dilakukan dengan mengunakan sistem telaah

yang tepat sehingga kesesuain isi dan format

tes sesuai dengan kebutuhan pembelajar.

Disamping itu perlu juga diadakan uji coba

di kelas agar mendapat masukan nyata dari

pemakai tes ini. Pembenahan format dan

pengembangan tes perlu dilakukan agar

lebih valid dan reliabel. Tes yang disusun

diatas masih merupakan draft yang perlu

ditata kembali agar lebih tepat untuk menilai

kemampuan siswa dan kemudian pelu

adanya ujicoba agar test tersebut bersifat

valid dan reliabel. Jadi perlu konsiderasi

apabila tes tersebut diatas digunakan untuk

menilai siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Astawa, Nengah (2011). Implementasi

Pendekatan Sosio-Kultural dalam

Pengajaran “English for Tourism”.

Jurnal Santiaji FKIP Unmas

Denpasar Vol 1 No.1 ISSN 2087 –

9016 Tahun 2011

Afifah, Triana Nur. (2013). Kupas Tuntas

1001 Soal Bahasa Inggris SMK

Kelas X, XI, dan XII. Jakarta: PT

Buku Seru

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006).

Pengembangan Tes Bahasa Inggris

komunikatif. Jakarta: BNSP

Bogdan Robert C & Biklen Sari Knopp.

(1982). Qualitative Research for

Education. Masschutts:Allyn and

Baco, Inc

Brown, Douglas H. (2004). Language

Assessment: Principles and

Classroom Practices. New York:

Pearson Education.

Dick, W. and Carrey, L. (1985). The

Systematic Design of Instruction.

Illinois : Scoot., Foreman and

Company.

Dubin, Fraida dan Olshtains, Elite. (1992).

Course Design: Developing

Programs and Materials for

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

149

Language Learning. Cambridge:

Cambridge University Press.

Finocchiaro, Mary dan Brumfit,

Christopher. (1983). The Functional-

Notional Approach: From Theory to

Practice. Oxford: Oxford University

Press.

Krahnke, Karl. 1987. Approaches to

Syllabus Design for Foreign

Language Teaching. London:

Prentice-Hall International, Ltd.

Littlewood, William T. (1986). Learning

Foreignand Second Language.

London: Cambridge University

Press.

Maba, Wayan. 2017. The Implementation of

Education National Standard in the

Instrument of

School Accreditation of Bali

Province Education Authority.

International Research Journal of

Engineering, IT & Scientific

Research (IRJEIS). Vol. 3 Issue 4,

July 2017, pages: 1-6 (2017).

Maba, Wayan. International Journal of

Social Sciences and Humanities. Teachers’

Perception on

the Implementation of the

Assessment Process in 2013

Curriculum. Vol. 1 No. 2, August

2017, pages: 1-9 (2017).

Mantra, I.B.N. (2017). Promoting Primary

School Teachers’ Competence

through Dynamic Interactive

Workshop and Partnership

International Journal of Linguistics,

Language and Culture (IJLLC). Vol.

3, No. 1, January 2017

Moleong, Lexy. J. (2004). Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Pandjaitan, Mutiara O. (2003). Penilaian

Berbasis Kelas dengan Portfolio. A

Seminar paper presented at Indonesia

University of Education 2003

Sri Widiastuti, I.A.Md.( 2016). EFL

Teachers’ Beliefs and Practices of

Formative Assessment to

Promote Active Learning. The

ASIAN EFL Journal. Volume 3.

Sri Widiastuti, I.A.Md. (2017). Teachers’

Understanding of Formative Assessment.

Jurnal

Bahasa dan Seni. Vol 45, No 1 Juni

2017.

Yalden, Janice. (1987). Principles of Course

Design for Language Teaching.

Cambridge: Camridge University

Press.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

150

PENGARUH KEADILAN PROSEDURAL, BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN

KERJA TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

Ni Putu Ayu Sintya Saraswati

Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati, Bali, Indonesia

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keadilan prosedural, budaya

organisasi dan kepuasan kerja terhadap OCB pada PT. Ciomas Adisatwa yang beralamat di JL

Raya Kaba Kaba, Dauh Yeh, Kediri, Tabanan. Populasi dalam penelitian adalah seluruh

karyawan PT. Ciomas Adisatwa. Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai tetap yang

berjumlah 34 orang. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil

penelitian menunjukan bahwa keadilan prosedural berpengaruh positif dan signifikan terhadap

OCB, budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB dan kepuasan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB.

Kata kunci: keadilan prosedural, kepuasan kerja, organizational citizenship behavior

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of prosedural, organizational culture and job

satisfaction on OCB in PT. Ciomas Adisatwa is located at JL Raya Kaba Kaba, Dauh Yeh,

Kediri, Tabanan. Population in research is all employees of PT. Ciomas Adisatwa. The sample

in this research is permanent employee which amount to 34 people. Data analysis technique used

multiple linear regression analysis. The results show that prosedural justice has a positive and

significant effect on OCB, organizational culture has a positive and significant impact on OCB

and job satisfaction has a positive and significant effect on OCB.

Keywords: prosedural justice, organizational culture, job satisfaction, organizational

citizenship behavior

PENDAHULUAN

Keberhasilan perusahaan dalam

menjalankan akitivitas operasionalnya tidak

luput dari peran sumber daya manusia yang

dimiliki. Maka dari itu, setiap perusahaan

dituntut agar mampu mengelola sumber

daya manusianya dengan baik. Simamora

(2004:4) menyatakan bahwa aset organisasi

paling penting yang harus dimiliki oleh

perusahaan dan sangat diperhatikan oleh

manajemen adalah aset manusia dari

organisasi tersebut, dikarenakan sumber

daya manusia adalah unsur terpenting dalam

menjalankan fungsi dan tugas dalam

perusahaan. Sumber daya manusia yang

sangat diharapkan oleh setiap perusahaan

adalah karyawan yang menampilkan

perilaku terbaik dan melakukan tugas

melebihi dari apa yang dipersyaratkan dalam

pekerjaannya. Dengan kata lain, karyawan

tersebut menampilkan perilaku extra-role,

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

151

yang disebut sebagai organizational

citizenship behavior (OCB).

Secara umum, OCB mengacu pada

perilaku yang bukan merupakan bagian dari

job description karyawan secara formal

misalnya: membantu rekan kerja dan sopan

kepada orang lain (Jex, 2002). Bogler dan

Somech (2005) mengatakan bahwa

organizational citizenship behavior adalah

perilaku sekehendak hati yang diarahkan

oleh individu atau organisasi secara

keseluruhan. Banyak faktor yang dapat

membentuk OCB salah satunya adalah

kepuasan kerja. Robin dan Judge (2007)

menyatakan kepuasan kerja karyawan

merupakan determinan penting yang

mendorong seseorang memperlihatkan

perilaku OCB. Kepuasan kerja sebagai

seperangkat perasaan pegawai tentang

menyenangkan atau tidaknya pekerjaan

mereka. Kepuasan kerja sendiri

menunjukan kesesuaian antara harapan

seseorang yang timbul dan imbalan yang

disediakan (Davis dan Newstrom,

1994:105). Secara logis dapat diartikan

bahwa karyawan yang puas berkemungkinan

lebih besar untuk berbicara secara positif

tentang organisasi, membantu rekan kerja

dan membuat kinerja mereka melampaui

dari apa yang menjadi standar organisasi

sehingga membawa implikasi pada

terbentuknya OCB. Penelitian tentang

pengaruh kepuasan kerja terhadap OCB

dilaksanakan oleh Dewi dan Suwandana

(2016) menemukan bahwa terdapat

pengaruh positif dan signifikan antara

kepuasan kerja dengan OCB. Hasil ini

memiliki arti jika semakin tinggi tingkat

kepuasan kerja yang dirasakan oleh

karyawan seperti beban kerja, gaji, promosi,

pengawasan serta hubungan dengan rekan

kerja maka OCB akan meningkat. Sejalan

dengan temuan diatas, penelitian Nadiri dan

Tanova (2010) menemukan bahwa OCB

secara signifikan dijelaskan oleh kepuasan

kerja karyawan. Manajer yang berprestasi

mengasumsikan bahwa cara untuk

meningkatkan OCB adalah melalui

peningkatan kepuasan kerja yang biasanya

dikaitkan dengan kenaikan gaji atau

perbaikan kondisi kerja. Berlawanan dengan

temuan diatas, penelitian Gunawan dan

Masruroh (2013) memperoleh hasil

pengujian regresi nilai sig adalah lebih besar

dari 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%

yang menunjukkan bahwa variabel kepuasan

kerja tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel OCB di Ramayana

Department Store Pasar Kopro. Ackfeldt dan

Coote (2000) juga menemukan bahwa tidak

ada hubungan antara kepuasan kerja dan

OCB pada karyawan.

Selain kepuasan kerja, menurut

Ongan (1998 dalam Trisia, 2014) OCB

dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah budaya organisasi. Rivai

(2004:431) mengungkapkan budaya

organisasi ialah bagaimana organisasi

belajar berhubungan dengan lingkungan

yang merupakan penggabungan dari asumsi,

perilaku, cerita, mitos ide, metafora, dan ide

lain untuk menentukan apa arti bekerja

dalam suatu organisasi. Fattah (2014:35)

mengatakan budaya organisasi

(organizational culture) merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari lingkungan

internal organisasi karena keragaman

budaya yang ada dalam suatu organisasi

sama jumlahnya dengan individu yang ada

didalam organisasi. Budaya organisasi

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

152

merupakan sesuatu kekuatan yang tak dapat

terlihat tetapi dapat mempengaruhi pikiran,

perasaan dan tindakan orang-orang yang

bekerja dalam suatu organisasi. Budaya

organisasi sebagai kondisi awal yang dapat

memicu terjadinya OCB pada karyawan

sehingga budaya organisasi dapat berperan

besar dalam mempengaruhi terciptanya

OCB yang baik pada setiap individu.

Penelitian Trisia (2014) menemukan bahwa

budaya organisasi memiliki pengaruh positif

dan signifikan terhadap organizational

citizenship behavior.

Selain kepuasan kerja dan budaya

organisasi, Bakhsi (2009) menyatakan

bahwa persepsi dari seorang karyawan

mengenai keadilan organisasi sangatlah

mempengaruhi sikap dan perilaku mereka

dalam bekerja. Keadilan organisasi

digambarkan sebagai persepsi karyawan

tentang bagaimana sebuah organisasi

memperlakukan mereka dengan adil

(Campbell dan Finch, 2004 dikutip dalam

Nkrumah dan Atinga,2012:190). Salah satu

dimensi keadilan organisasional adalah

keadilan prosedural. Keadilan prosedural

adalah keadilan organisasi yang

berhubungan dengan prosedur pengambilan

keputusan oleh organisasi yang ditujukan

kepada anggotanya (Alotaibi, 2001).

Persepsi keadilan prosedural adalah penting

dan memberikan efek yang signifikan

terhadap OCB. Penelitian Iqbal, dkk (2012)

menemukan bahwa keadilan prosedural

memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap OCB. Sejalan dengan temuan

tersebut, Sani (2013) menemukan bahwa

keadilan prosedural berpengaruh positif dan

signifikan terhadap OCB. Semakin baik

keadilan prosedural, semakin tinggi perilaku

OCB karyawan. Berbeda dengan temuan

diatas, penelitian Puspitasari (2003)

menemukan bahwa keadilan prosedural

berpengaruh negative terhadap

organizational citizenship behavior. Hal ini

menunjukan bahwa meskipun keadilan

prosedural yang diterima oleh para guru

dapat dikatakan tinggi, akan tetapi hal itu

tidak dapat mempengaruhi organizational

citizenship behavior, ini bisa terjadi karena

keadilan prosedural bukan faktor utama

yang memainkan peran untuk meningkatkan

organizational citizenship behavior, banyak

terdapat faktor lain yang lebih besar

pengaruhnya untuk meningkatkan

organizational citizenship behavior.

Mendukung pernyataan tersebut, penelitian

Martinez, Peiro, Ramos & Moliner (2006

dalam Haque, ddk 2015) menemukan bahwa

keadilan distributif memiliki dampak yang

lebih kuat pada kepuasan pelanggan dari

pada keadilan prosedural dan interaksional.

Penelitian ini dilakukan pada PT.

Ciomas Adisatwa yang terletak di JL. Raya

Kaba Kaba, Dauh Yeh, Kediri. PT. Ciomas

Adisatwa adalah perusahaan terintegrasi

yang bergerak di bidang commercial farm

dan RPA di bawah naungan PT. Japfa

Comfeed Indonesia Tbk. Perusahaan

berkembang menjadi perusahaan penjual

makanan, seperti sosis, siomay, sate dan

lainnya yang berbahan baku hewan ternak.

Saat ini PT Ciomas Adisatwa memiliki lebih

dari 12 region yang membawahi hampir 60

unit kerja yang tersebar di wilayah

Indonesia. Agar dapat bersaing didunia

bisnis, maka PT Ciomas Dewata perlu

memperhatikan fasilitas serta kenyamanan

kerja karyawan sehingga karyawan mampu

menampilkan perilaku terbaik dan mau

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

153

melakukan tugas melebihi dari apa yang

dipersyaratkan dalam pekerjaannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan diatas, maka dapat dibuat suatu

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah keadilan prosedural

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap organizational citizenship

behavior (OCB)?

2. Apakah budaya organisasi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

organizational citizenship behavior

(OCB)?

3. Apakah kepuasan kerja berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

organizational citizenship behavior

(OCB)?

TINJAUAN PUSTAKA

Keadilan Prosedural

Keadilan organisasi digambarkan

sebagai persepsi karyawan tentang

bagaimana sebuah organisasi

memperlakukan mereka dengan adil

(Campbell dan Finch, 2004 dikutip dalam

Nkrumah and Roger Ayimbillah Atinga,

2012). Salah satu komponen dari keadilan

organisasi adalah prosedural justice atau

keadilan prosedural berkaitan dengan

persepsi keadilan dari prosedur yang

digunakan dan proses untuk sampai pada

sebuah keputusan. Menurut Konovsky

dalam Beugre (2007) persepsi keadilan

prosedural didasarkan pada pandangan

karyawan terhadap kewajaran proses

penghargaan dan keputusan hukuman yang

dibuat organisasi yang sifatnya penting

seperti keharusan membayar

imbalan/insentif, evaluasi, promosi dan

tindakan disipliner. Persepsi yang baik

mengenai keadilan prosedural akan

menghasilkan keluaran organisasi yang lebih

baik seperti peningkatan komitmen

organisasi, keinginan tetap tinggal dalam

organisasi dan peningkatan kinerja.

Leventhal (1980) dalam Bhakshi, dkk

(2009) mengungkapkan prosedur yang

dikatakan adil memiliki enam kriteria yaitu

sebagai berikut:

1. Diterapkan secara konsisten kepada

semua orang dan sepanjang waktu.

2. Bebas dari bias (misalnya, memastikan

bahwa pihak ketiga tidak memiliki

kepentingan dalam penyelesaian

tertentu).

3. Memastikan bahwa informasi yang

akurat telah dikumpulkan dan

digunakan dalam pengambilan

keputusan.

4. Memiliki beberapa mekanisme untuk

mengoreksi keputusan cacat atau tidak

akurat.

5. Sesuai dengan standar pribadi atau

berlaku sesuai etika atau moralitas.

6. Memastikan bahwa pendapat dari

berbagai kelompok yang mempengaruhi

keputusan telah diperhitungkan.

Contoh: adanya sistem penilain kinerja

yang transaparan, adanya penilaian

kinerja yang tidak bias, dan adanya

check and balance dalam penilaian

kinerja.

Budaya Organisasi

Budaya organisasi memiliki peran

penting dalam menentukan pertumbuhan

organisasi. Menurut Robbins dan Judge

(2007), seperti dikutip pada Sunyoto dan

Buhanudin, 2015:148) budaya organisasi

sebagai sebuah sistem makna bersama yang

dianut oleh para anggota organisasi yang

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

154

membedakan organisasi tersebut dengan

organisasi lain. Sistem makna bersama ini

merupakan sekumpulan karakteristik kunci

yang dijunjung tinggi oleh organisasi.

Robbins (2004) mengemukakan bahwa

budaya organisasi memiliki tujuh dimensi.

Adapun ketujuh dimensi tersebut yaitu:

1. Inovasi dan pengambilan resiko, artinya

sejauh mana para warganya didorong

untuk inovatif dan berani mengambil

resiko.

2. Perhatian kepada rincian (detail),

artinya sejauh mana para warganya

diharapkan memperhatikan kecermatan,

analisis dan perhatian pada rincian.

3. Orientasi kepada hasil, sejauh mana

manajemen memfokuskan pada hasil,

bukan pada teknik dan proses yang

digunakan untuk mencapai hasil itu.

4. Orientasi orang, sejauh mana keputusan

manajemen memperhitungkan efek

keberhasilan orang-orang didalam

organisasi.

5. Orientasi tim, sejauh mana kegiatan

kerja diorganisasikan kepada tim

bukannya individu-individu.

6. Keagresifan sejauh mana orang-orang

itu agresif (kreatif) dan kompetitif dan

bukannya santai-santai.

7. Stability atau kemantapan, artinya

sejauh mana kegiatan organisasi

menekankan dipertahankannya status

quo (stabilitas kerja) dari pada

pertumbuhan.

Kepuasan Kerja

Handoko (2014:193) berpendapat

bahwa kepuasan kerja (job satisfaction)

adalah keadaan emosional yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan

dengan mana para karyawan memandang

pekerjaan mereka. Kepuasan kerja

mencerminkan perasaan seseorang terhadap

pekerjaanya. Senada dengan pendapat

diatas, Wibowo (2013:141) mengemukakan

bahwa kepuasan kerja merupakan tingkat

perasaan senang seseorang sebagai penilaian

positif terhadap pekerjaannya dan

lingkungan tempat pekerjaanya. Beberapa

faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja

dan sekaligus dipakai untuk mengukur

kepuasan kerja menurut Badeni (2013:44)

adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan itu sendiri yaitu isi pekerjaan

yang dilakukan seseorang yang

mungkin terdapat kesesuaian dengan

kemampuan, minat, dan lain-lain.

2. Gaji yaitu jumlah bayaran yang didapat

seseorang sebagai akibat dari

pelaksanaan kerja.

3. Rekan kerja yaitu teman-teman kepada

siapa seseorang senantiasa berinteraksi

didalam pelaksanaan pekerjaanya.

4. Atasan yaitu atasan seseorang yang

senantiasa memberi perintah atau

petunjuk dalam pelaksanaan kerja.

5. Promosi yaitu kemungkinan seseorang

dapat berkembang melalui kenaikan

jabatan.

6. Lingkungan kerja yaitu kenyamanan

tempat kerja dan ketersediaan berbagai

sasaran yang dibutuhkan dalam

melaksanakan pekerjaan.

Organizational Citizenship Behavior

(OCB)

Menurut Organ (1988), OCB

sebagai perilaku individu yang bersifat

bebas (discretionary), yang tidak secara

langsung atau eksplisit mendapat

penghargaan dari sistem imbalan formal,

dan yang secara keseluruhan mendorong

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

155

keefektifan fungsi-fungsi organisasi.

Adapun lima komponen primer dari OCB

yaitu:

1. Altruism yaitu perilaku membantu

karyawan lain tanpa ada paksaan pada

tugas-tugas yang berkaitan erat dengan

operasi-operasi organisasional.

2. Civic virtue yaitu perilaku yang

mengindikasikan karyawan ikut

bertanggungjawab, berpartisipasi dan

memperhatikan kehidupan organisasi,

diwujudkan dengan tindakan individu

dalam memberikan saran yang

membangun tentang bagaimana

memperbaiki efektivitas kinerja tim,

termasuk kehadiran secara aktif untuk

berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan

yang diadakan organisasi. Perilaku civic

virtue ini menunjukkan partisipasi

sukarela dan dukungan terhadap fungsi-

fungsi organisasi baik secara

professional maupun social alamiah.

3. Concientiousness yaitu perilaku yang

memenuhi atau melebihi syarat minimal

peran yang dikehendaki oleh organisasi,

diwujudkan dengan datang tepat atau di

awal waktu, tidak menghabiskan waktu

untuk melakukan hal-hal yang tidak

perlu dan bekerja dengan ketelitian

tinggi.

4. Courtesy yaitu perilaku yang bertujuan

untuk mencegah terjadinya masalah

kerja dengan rekan sekerja atau dalam

organisasi, diwujudkan dengan sikap

karyawan yang mempertimbangkan

nasehat atau pertimbangan dari

karyawan lain maupun atasan sebelum

bertindak atau mengambil keputusan

serta pemberian informasi-informasi

penting yang dimilikinya dalam rangka

penyelesaian masalah. Berisi tentang

kinerja dari prasyarat peran yang

melebihi standar minimum.

5. Sportmanship yaitu sikap/perilaku yang

lebih memandang organisasi kearah

yang positif dari pada ke negatif,

diwujudkan dengan tidak mengeluh

terhadap kondisi-kondisi sementara

yang kurang ideal tanpa melakukan

pengaduan yang dapat menjatuhkan

organisasi di mata masyarakat.

HIPOTESIS PENELITIAN

1. Hubungan Keadilan Prosedural

terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB)

Hasil temuan Heveanthantra dan

Rosyid (2014) mengungkapkan bahwa

persepsi keadilan prosedural mempunyai

hubungan positif dengan organizational

citizenship behavior (OCB). Semakin

positif persepsi keadilan prosedural maka

OCB pegawai semakin tinggi, sebaliknya

semakin negative persepsi keadilan

prosedural maka tingkat OCB pegawai

akan semakin rendah. Mendukung hasil

temuan tersebut, penelitian Mathur dan

Padmakumari (2013) mengungkapkan

bahwa keadilan prosedural mempengaruhi

OCB. Hasilnya menunjukkan bahwa jika

karyawan merasa bahwa ada konsistensi

dan objektivitas saat peraturan dan

prosedur diterapkan, hal itu akan mengarah

pada tampilan yang ditandai dalam

perilaku extra-role. Dalam penelitian

Alotabi (2001) keadilan prosedural

memiliki hubungan yang signifikan kuat

dengan OCB, dimana karyawan yang

merasa diperlakukan adil dalam pekerjaan

akan meningkatkan prilaku OCB

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

156

sedangkan karyawan yang merasa adanya

ketidakadilan ditempat kerja akan

mengurangi prilaku OCB. Semakin tinggi

keadilan prosedural maka semakin tinggi

juga OCB, sebaliknya semakin rendah

keadilan prosedural maka semakin rendah

OCB. Ketika karyawan puas dengan

kesetaraan prosedur, maka mereka

mungkin lebih membalas dengan ikut

terlibat dalam prilaku organisasi.

Berdasarkan atas hasil penelitian

diatas, maka dirumuskan hipotesis 1

sebagai berikut:

H1: keadilan prosedural berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

organizational citizenship behavior

(OCB).

2. Hubungan Budaya Organisasi

terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB)

Menurut Rivai dan Mulyadi

(2012:257) budaya organisasi adalah apa

yang karyawan rasakan dan bagaimana

persepsi ini menciptakan suatu pola

teladan kepercayaan, nilai-nilai dan

harapan. Hasil penelitian Aryani dkk

(2016) menunjukkan tanda positif yang

berarti bahwa dengan peningkatan budaya

organisasi akan meningkatkan OCB

karyawan. Penelitian yang dilaksanakan

Mohanty (2012) menemukan bahwa setiap

variabel dalam budaya organisasi akan

berdampak positif terhadap OCB, di semua

organisasi dan juga individu organisasi.

Penelitian tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilaksanakan Harwiki

(2015) yang menemukan bahwa budaya

organisasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap OCB.

Berdasarkan atas hasil penelitian

diatas, maka dirumuskan hipotesis 2

sebagai berikut:

H2: budaya organisasi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

organizational citizenship behavior (OCB)

3. Hubungan Kepuasan Kerja terhadap

Organizational Citizenship Behavior

(OCB)

Hasil penelitian Prameswari dan

Suwandana (2017) menemukan bahwa

kepuasan kerja berpengaruh positif

signifikan terhadap organizational

citizenship behavior pada Suriwathi Beach

Hotel Legian Kuta - Bali. Sejalan dengan

penelitian tersebut, penelitian Rahmi

(2017) membuktikan bahwa kepuasan

kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap OCB. Hasil penelitian ini

mengindikasikan bahwa para guru yang

mendapatkan kepuasan kerja, akan

memunculkan kerelaan mereka dalam

melakukan pekerjaan-pekerjaan di luar

deskripsi pekerjaannya. Peningkatan nilai

OCB para guru dapat dilakukan dengan

cara meningkatkan kepuasan kerja mereka.

Mendukung temuan tersebut, penelitian

Iqbal, dkk (2012) menemukan bahwa

keadilan prosedural memiliki pengaruh

positif signifikan terhadap OCB. Wagner

dan Rush (2000) menemukan bahwa

kepuasan kerja, kepuasan gaji berpengaruh

positif pada OCB pegawai yang berusia

dibawah 35 tahun. Foote dan Tang (2008),

melakukan penelitian pada kepuasan kerja

dan OCB yang dimoderasi oleh komitmen

tim. Penelitian ini menemukan bahwa

kepuasan kerja dengan OCB berpengaruh

signifikan.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

157

Berdasarkan atas hasil penelitian

diatas, maka dirumuskan hipotesis 3

sebagai berikut:

H3: kepuasan kerja berpengaruh positif

dan signifikan terhadap organizational

citizenship behavior (OCB)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan dari dua

variabel atau lebih (Sugiyono, 2013). Lokasi

penelitian pada PT. Ciomas Adisatwa yang

terletak di JL. Raya Kaba Kaba, Dauh Yeh,

Kediri, Tabanan. Objek dari penelitian

adalah keadilan prosedural, budaya

organisasi dan kepuasan kerja terhadap

organizational citizenship behavior (OCB).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

keadilan prosedural (X1), budaya organisasi

(X2) dan kepuasan kerja (X3). Sedangkan

variabel terikat dalam penelitian ini adalah

organizational citizenship behavior (Y).

Populasi dalam penelitian adalah seluruh

karyawan PT. Ciomas Adisatwa. Teknik

pengambilan sampel adalah purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu (Sugiono, 2013:122). Sampel dalam

penelitian ini adalah pegawai tetap yang

berjumlah 34 orang. Instrumen

pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner berskala likert.

Kuesioner disebar kepada responden yang

telah memenuhi kriteria. Teknik analisis

data menggunakan analisis regresi linier

berganda dengan bantuan program SPSS for

windows versi 22.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model analisis linear berganda

digunakan untuk mencari koefisien regresi

yang akan mengetahui ketergantungan satu

variabel terikat dengan satu atau lebih

variabel bebas. Hasil analisis regresi linear

berganda dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std.

Error Beta

1 (Const

ant) -.841 1.579 -.533 .598

KP .277 .101 .311 2.734 .010

BO .283 .116 .279 2.439 .021

KK .534 .111 .555 4.828 .000

Berdasarkan tabel 1, diketahui

bahwa nilai koefisien regresi keadilan

prosedural (X1) sebesar 0,277 memiliki arti

keadilan prosedural berpengaruh positif

terhadap organizational citizenship

behavior, bila nilai keadilan prosedurral

(X1) naik maka nilai dari OCB (Y) akan

mengalami peningkatan. Nilai signifikansi

uji t sebesar 0,010< 0,05. Maka H0 ditolak.

Hasil ini mendukung hipotesis 1 yang

menyatakan bahwa keadilan prosedural

berpengaruh positif dan signifikan terhadap

organizational citizenship behavior pada

PT. Ciomas Adisatwa. Hasil penelitian ini

menemukan bahwa semakin tinggi keadilan

prosedural yang dirasakan karyawan, maka

semakin tinggi kerelaan karyawan bekerja

diluar deskripsi pekerjaannya. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian

Moorman, Blakely, dan Niehoff (1998,

seperti dikutip dalam Heveanthantra dan

Rosyid, 2014) yang menemukan bahwa

keadilan prosedural mempengaruhi OCB

karena pertimbangan keadilan

mempengaruhi tingkat seorang karyawan

mempercayai bahwa organisasi telah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

158

menghargai dirinya. Perlakuan adil yang

diterima akan dipersepsikan secara positif

oleh pegawai dengan memberi keyakinan

bahwa organisasi telah peduli,

mempercayai, mendukung dan menghargai

keberadaan dirinya dalam organisasi

tersebut. Berangkat dari hal tersebut maka

terbentuklah pola pertukaran sosial antara

pegawai dengan organisasi, dimana

perlakuan adil yang dipersepsikan positif

tersebut akan menghasilkan perilaku timbal

balik berupa perilaku extra role disebut

sebagai OCB. Hasil penelitian ini sejalan

dengan temuan Padmakumari (2013) dan

Alotabi (2001) yang menemukan bahwa

keadilan prosedural memiliki hubungan

yang signifikan kuat dengan OCB, dimana

karyawan yang merasa diperlakukan adil

dalam pekerjaan akan meningkatkan prilaku

OCB sedangkan karyawan yang merasa

adanya ketidakadilan ditempat kerja akan

mengurangi prilaku OCB.

Nilai koefisien regresi budaya

organisasi (X2) sebesar 0,283 memiliki arti

budaya organisasi berpengaruh positif

terhadap organizational citizenship

behavior, bila nilai budaya organisasi (X2)

naik maka nilai dari OCB (Y) akan

mengalami peningkatan. Nilai signifikansi

uji t sebesar 0,021<0,05. Maka H0 ditolak.

Hasil ini mendukung hipotesis 2 yang

menyatakan bahwa budaya organisasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap

organizational citizenship behavior pada

PT. Ciomas Adisatwa. Hasil penelitian ini

mengungkapkan bahwa semakin positif

karyawan dalam menilai budaya organisasi

dan semakin terlibat dalam organisasi,

maka akan meningkatkan kerelaan

karyawan bekerja diluar deskripsi

pekerjaannya. Hasil penelitian ini konsisten

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Aryani dkk (2016), Mohanty (2012) dan

Harwiki (2015) yang menemukan bahwa

budaya organisasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap OCB.

Nilai koefisien regresi kepuasan

kerja (X3) sebesar 0,534 memiliki arti

kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap

organizational citizenship behavior. Bila

nilai kepuasan kerja (X3) naik maka nilai

dari OCB (Y) akan mengalami peningkatan.

Nilai signifikansi uji t sebesar 0,00<0,05.

Maka H0 ditolak. Hasil ini mendukung

hipotesis 3 yang menyatakan bahwa

kepuasan kerja berpengaruh positif

signifikan terhadap organizational

citizenship behavior pada PT. Ciomas

Adisatwa. Hasil penelitian ini

mengindikasikan bahwa karyawan yang

mendapatkan kepuasan kerja, akan rela

untuk melakukan pekerjaan diluar deskripsi

pekerjaan yang telah ditentukan. Hasil

penelitian ini sejalan dengan temuan Foote

dan Tang (2008), Alotaibi (2001),

Prameswari dan Suwandana (2017), Iqbal

dkk (2012), Wagner dan Rush (2000) dan

Rahmi (2017).

Tabel 2.

Hasil Uji Koefisien Korelasi dan

Determinasi

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .793a .629 .592 1.48091

Tabel R-Square menunjukkan bahwa

seberapa besar variabel bebas (keadilan

prosedural, budaya organisasi dan kepuasan

kerja) mampu menjelaskan variabel

dependen (organizational citizenship

behavior). Nilai dari R-square 0,629 yang

berarti variabel independen yaitu keadilan

prosedural, budaya organisasi dan kepuasan

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

159

kerja mempengaruhi organizational

citizenship behavior secara global sebesar

62,9% sedangkan sisanya 100%-62,9%=

37,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor

lainnya yang tidak termasuk dalam

pengujian model. Sedangkan nilai R dapat

digunakan untuk mengukur seberapa kuat

hubungan antara kedua variabel (Ghozali,

2012). Nilai koefisien korelasi R = 0,793

dibandingkan dengan interpretasi menurut

Sugiyono (2007:149) sebagai berikut:

0,00 – 0,199 = sangat rendah

0,20 – 0,399 = rendah

0,40 – 0,599 = sedang

0,60 – 0,799 = kuat

0,80 – 1,000 = sangat kuat

Diketahui bahwa nilai R sebesar

0,793 berada di antara nilai 0,60 – 0,799

maka dapat dijelaskan hubungan antara

keadilan prosedural, budaya organisasi dan

kepuasan kerja terhadap organizational

citizenship behavior adalah kuat.

Tabel 3.

Hasil Uji F

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 111.499 3 37.166 16.947 .000b

Residual 65.793 30 2.193

Total 177.292 33

Berdasarkan Tabel 3 diketahui

bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000>α =

0,05 maka model regresi linear berganda

layak digunakan sebagai alat analisis untuk

menguji pengaruh variabel bebas (keadilan

prosedural, budaya organisasi dan kepuasan

kerja) terhadap variabel terikat

(organizational citizenship behavior).

KESIMPULAN

Berdasarkan permasalahan penelitian

serta hipotesis yang ada, maka diperoleh

hasil penelitian yang dapat membuktikan

dan menjawab masalah penelitian. Adapun

kesimpulan yang dapat ditarik yaitu sebagai

berikut:

1. Hasil pengujian hipotesis 1

membuktikan bahwa keadilan

prosedural berpengaruh positif dan

signifikan terhadap OCB. Hal ini

menunjukan bahwa semakin tinggi

keadilan prosedural maka semakin

tinggi tingkat OCB karyawan di PT.

Ciomas Aditsatwa. Begitu pula

sebaliknya, semakin rendah keadilan

prosedural yang dirasakan karyawan,

maka semakin rendah tingkat OCB

karyawan pada PT Ciomas Adisatwa.

2. Hasil pengujian hipotesis 2

membuktikan bahwa budaya organisasi

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap OCB. Hal ini menunjukan

bahwa semakin kuat budaya organisasi

maka semakin tinggi tingkat OCB

karyawan di PT. Ciomas Aditsatwa.

Begitu pula sebaliknya, semakin lemah

budaya organisasi yang dirasakan

karyawan, maka semakin rendah juga

tingkat OCB karyawan pada PT Ciomas

Adisatwa.

3. Hasil pengujian hipotesis 3

membuktikan bahwa kepuasan kerja

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap OCB. Hal ini menunjukan

bahwa semakin tinggi kepuasan kerja

karyawan maka semakin tinggi tingkat

OCB karyawan pada PT. Ciomas

Aditsatwa. Begitu pula sebaliknya,

semakin rendah kepuasan kerja yang

dirasakan karyawan, maka semakin

rendah tingkat OCB karyawan pada PT

Ciomas Adisatwa.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

160

SARAN

Dari kesimpulan hasil penelitian di

atas, ada beberapa saran dan masukan yang

dapat penulis ajukan baik untuk kepentingan

praktis PT. Ciomas Adisatwa khususnya

dalam peningkatan OCB serta untuk

kepentingan penelitian lebih lanjut yaitu:

1. Mengingat bahwa keadilan prosedural,

budaya organisasi dan kepuasan kerja

memiliki pengaruh terhadap OCB

karyawan PT. Ciomas Adisatwa, maka

sebaiknya pihak terkait terus

meningkatkan persepsi keadilan

prosedural seperti sistem penilain

kinerja yang transaparan. Selain itu,

perusahaan sebaiknya terus

meningkatkan dan mempertahankan

serta menciptakan budaya kerja yang

lebih baik dan lebih kondusif serta

meningkatkan kepuasan kerja pegawai

(gaji,promosi,lingkungan yang nyaman)

sehingga mampu meningkatkan OCB

karyawan guna mencapai tujuan

organisasi.

2. Untuk penelitian selanjutnya,

disarankan untuk mereplikasi penelitian

serupa dengan menambah beberapa

variabel yang diduga dapat

mempengaruhi OCB.

3. Penelitian selanjutnya dapat

memperluas orientasi penelitian pada

lingkup organisasi yang lebih besar atau

populasi yang lebih luas sehingga

temuan penelitian ini mungkin

memberikan perbedaan hasil penelitian

dari penelitian yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Ackfeldt and Coote, (2000), An

Investigation Into The Antecedents

Of Organizational Citizenship

Behaviors ANZMAC 2000 Visionary

Marketing for the 21st Century.

Alotaibi, Adam, (2001), Antecedents Of

Organizational Citizenship

Behavior: A Study Of Public

Personnel In Kuwait, Public

Personnel Management.

Aryani, (2016), The Influence of

Organizational Culture, Work

Motivation and Working Climate on

the Performance of Nurses through

Job Satisfaction, Organizational

Commitment and Organizational

Citizenship Behavior in the Private

Hospitals in Jakarta, Indonesia

Bakhshi, Kumar dan Rani, (2009),

Organizational Justice Perceptions

As Predictor Of Job Satisfaction And

Organization Commitment.

International, Journal of Business

and Management, 4(9), 145–154.

Fahmi, Maptuhah, (2017), Pengaruh

Kepemimpinan Transformasional

Terhadap Organizational Citizenship

Behavior Dan Komitmen

Organisasional Dengan Mediasi

Kepuasan Kerja, Fakultas Ekonomi

Universitas Udayana.

Fattah, Hussein, (2014), Perilaku Pemimpin

dan Kinerja Pegawai : Budaya

Organisasi, Efikasi Diri dan

Kepuasan Kerja, Elmatera,

Jogjakarta.

Foote and Tang, (2008), Job Satisfaction

And Organizational Citizenship

Behavior (OCB) Does Team

Commitment Make A Difference In

Self-Directed Teams? Management

Decision Vol. 46 No. 6, 2008 pp.

933-947.

Ghozali, Imam, (2012), Aplikasi Analisis

Multivariated dengan Program SPSS,

Semarang, BP UNDIP.

Handoko, Hani, (2014), Manajemen

Personalia dan Sumber Daya

Manusia, BPFE,Yogyakarta.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

161

Haque, dkk, (2015), Impact of

Organizational Justice on Employee

Job Satisfaction: An Empirical

Investigation, American Journal of

Business and Management Vol. 4,

No. 4, 2015,162-171.

Harwiki, (2015),The Impact of Servant

Leadership on Organization Culture,

Organization Comittment, OCB and

Employee Performance in Women

Cooperatives, Social and Behavioral

Science, Procedia.

Heveanthantra dan Rosyid, (2009),

Hubungan Antara Persepsi Keadilan

Prosedural Terhadap Penilaian

Kinerja Dengan Organizational

Citizenship Behavior, Jurnal Riset

Daerah Vol. XIII, No.3.

Iqbal, Umair Aziz dan Tasawar, (2012),

Impact of Organizational Justice on

Organizational Citizenship

Behavior: An Empirical Evidence

from Pakistan, World Applied

Sciences Journal,1348-1354.

Mathur dan Padmakumari, (2013),

Organizational Justice and

Organizational Citizenship Behavior

among Store Executives, Department

of Psychology,Christ University

Bangalore, 3(4): 124-149.

Mohanty, (2012), Influence Of

Organizational Culture On

Organizational Citizenship

Behavior: A Three-Sector Study,

Institute of Management

Technology, Nagpur.

Nadiri danTanova, (2010), An Investigation

Of The Role Of Justice In Turnover

Intentions, Job Satisfaction, And

Organizational Citizenship Behavior

In Hospitality Industry, International

Journal of Hospitality Management,

Elsevier.

Nkrumah dan Atinga, (2012), Exploring the

link between organisational justice

and job satisfaction and performance

in Ghanaian hospital. Do

demographic factors play a

mediating role?, University of Ghana

Business School, Legon, Ghana.

Organ, D.W, (1988), Organizational

Citizenship Behavior: The Good

Soldier Syndrome. Lexington, MA:

Lexington Books.

Puspitasari, (2003), Analisis Pengaruh

Keadilan Distributif, Keadilan

Prosedural, dan Kepuasan Kerja

Terhadap OCB, Rego, Armenio.

Rivai, Vethrizal dan Mulyadi, (2012),

Kepemimpinan dan Perilaku

Organisasi, Edisi Ketiga, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Rivai, Vetrizal, (2004), Kepemimpinan dan

Perilaku Organisasi, Edisi Kedua, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Robbins, Stephen dan Coulter, Mary (2004),

Manajemen, Edisi ke Tujuh, PT.

Indeks Group Media, Jakarta.

Sani, Ahmad, (2013), Role of Prosedural

Justice, Organizational Commitment

and Job Satisfaction on job

Performance: The Mediating Effects

of Organizational Citizenship

Behavior, International Journal of

Business and Management; Vol. 8,

No. 15; 2013.

Sunyoto, Danang dan Burhanudin, (2015),

Teori Perilaku Keorganisasian :

Intervensi Pengembangan

Organisasi, PT. Buku Seru, Jakarta

Wagner and Rush, (2000), Altruistic

organizational citizenship behavior:

Context, disposition, The Journal of

Social Psychology.

Wibowo, (2013), Perilaku dalam Organisasi,

PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

162

UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA

GARMEN SUBHAN DAN SABLON BUDI

Ni Nyoman Ayu Suryandari 1), Siluh Putu Natha Primadewi 2), Ni Luh Gde

Novitasari3)

1) Iptek bagi Masyarakat, 1,3) Fakultas Ekonomi, 2) Fakultas Teknik

(email: [email protected])

ABSTRAK

Seiring dengan bangkitnya pariwisata Bali dari peristiwa bom Bali yang tidak bisa

dipungkiri mempengaruhi pasar ekspor pakaian jadi di Bali, usaha garmen kini mulai bangkit

kembali. Produk yang dihasilkan oleh pengusaha garmen kini juga semakin bervariasi dan

kreatif. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya jumlah pengusaha garmen baik yang

skala multi nasional, internasional, maupun yang rumahan. Umumnya kini yang terjadi

adalah pengusaha garmen internasional dan nasional menyerahkan proses penjahitan dan

pewarnaan kepada pengusaha yang lebih kecil (rumahan) untuk mendapatkan harga yang

lebih murah dan biaya produksi bisa ditekan oleh pengusaha besar. Mitra dalam program ini

berjumlah dua yaitu IRT Subhan dan IRT Prihatin Budi Utomo. Usaha garmen Subhan dan

usaha sablon Budi merupakan salah satu dari sekian banyak pengusaha kecil (rumahan) yang

menjadi mitra usaha dari pengusaha garmen multi nasional dan internasional yang ada di

Denpasar. Program ini menarik untuk dilaksanakan karena kedua mitra berpotensi untuk

berkembang namun usaha tersebut masih bersifat home industry yang masih menggunakan

mesin dengan jumlah yang terbatas dan pemrosesan yang manual. Hasil yang telah dicapai

dalam program ini menyangkut tiga aspek yaitu aspek produksi dan aspek manajemen. Aspek

produksi diantaranya adalah pengadaan mesin pleret, mesin press, meja sablon, dan penataan

ruang produksi. Dari aspek manajemen dilakukan penyuluhan dan pendampingan cara

pembukuan sederhana. Hasil yang telah dicapai lainnya adalah berupa bahan ajar. Target

dalam program ini adalah publikasi ilmiah pada jurnal, peningkatan kuantitas dan kualitas

produk dengan penambahan mesin pleret, mesin press dan meja sablon, peningkatan

pemahaman mengenai pembukuan sederhana, dan peningkatan omzet pada mitra dengan

pengadaan mesin baru.

Kata kunci : Garmen, Sablon, Home Industry, Pengadaan Peralatan, Pembukuan, Pemasaran

ABSTRACT

Along with the rise of Bali tourism from the Bali bombings that can not be denied affecting

the export market of apparel in Bali, garment business is now starting to rise again. The

products produced by garment entrepreneurs are also increasingly varied and creative. This

is evidenced by the increasing number of garment entrepreneurs both multi-national scale,

international, and home-based. Generally, nowadays, international and national garment

entrepreneurs are handing out the process of sewing and coloring to smaller (home)

entrepreneurs to get cheaper prices and the cost of production can be suppressed by large

entrepreneurs. Partners in this program are two IRT Subhan and IRT Concerned Budi

Utomo. Subhan garment business and screen printing business Budi is one of the many small

entrepreneurs (home) who became business partners of multi-national and international

garment entrepreneurs in Denpasar. This program is interesting to implement because both

partners have the potential to grow but the business is still home industry that still use the

machine with limited amount and manual processing. The results that have been achieved in

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

163

this program involves three aspects namely aspects of production and management aspects.

Aspects of production include the procurement of pleret machines, press machines, screen

printing tables, and the arrangement of production space. From the aspect of management is

done counseling and guidance of simple way bookkeeping. The other result has been

achieved in the form of teaching materials. The targets in this program are scientific

publications on journals, increasing quantity and quality of products with the addition of

plating machines, press machines and screen printing desks, improving understanding of

simple bookkeeping, and increasing turnover on partners with new engine procurement.

Keywords: Garments, Screen Printing, Home Industry, Procurement Equipment,

Bookkeeping, Marketing

PENDAHULUAN

Garmen merupakan usaha

memproduksi pakaian jadi. Yang disebut

dengan pakaian jadi adalah pakaian-

pakaian yang berasal dari tekstil (kain)

untuk dipakai oleh orang dewasa, anak-

anak, dan bayi. Bahan tekstil berupa kain,

kain tenun, dan kain rajutan dan

produknya antara lain berupa kemeja, blus,

rok, kaos, pakaian dalam. Usaha pakaian

jadi adalah salah satu usaha yang menjadi

unggulan di Bali sejak tahun 1970-an.

Menjelang tahun 2000-an usaha pakaian

masih menjadi usaha yang mampu

bertahan dari gelombang krisis moneter di

tahun 1998, meski banyak juga usaha

pakaian jadi multi nasional dan

internasional yang tutup. Seiring dengan

bangkitnya pariwisata Bali dari peristiwa

bom Bali yang tidak bisa dipungkiri

mempengaruhi pasar ekspor pakaian jadi

di Bali, usaha garmen kini mulai bangkit

kembali. Produk yang dihasilkan oleh

pengusaha garmen kini juga semakin

bervariasi dan kreatif, antara lain tas kain,

sarung bantal, sprei, dan topi. Hal tersebut

dibuktikan dengan meningkatnya jumlah

pengusaha garmen baik yang skala multi

nasional, internasional, maupun yang

rumahan. Umumnya kini yang terjadi

adalah pengusaha garmen internasional

dan nasional menyerahkan proses

penjahitan dan pewarnaan kepada

pengusaha yang lebih kecil (rumahan)

untuk mendapatkan harga yang lebih

murah dan biaya produksi bisa ditekan

oleh pengusaha besar. Pengusaha garmen

internasional dan nasional kebanyakan

hanya menangani design bahan sebelum

diserahkan kepada pengusaha kecil

(rumahan) dan quality control process

setelah produk selesai dijahit dan diwarna,

selanjutnya pengusaha besar akan

memberikan label dan terakhir product

packing.

Usaha garmen Subhan dan usaha

sablon Budi merupakan salah satu dari

sekian banyak pengusaha kecil (rumahan)

yang menjadi mitra usaha dari pengusaha

garmen multi nasional dan internasional

yang ada di Denpasar. Subhan

menjalankan usaha garmen sejak tahun

2008, semenjak memutuskan untuk

berhenti dari pekerjaan sebagai buruh jahit

di tailor. Sejak dari awal menjalankan

usaha garmen ini Subhan turut dibantu

oleh istrinya yang juga memiliki keahlian

menjahit. Istri Subhan merupakan mantan

karyawan dari perusahaan eksport besar

PT Djin International. Usaha garmen milik

subhan dimulai dari modal usaha dari awal

sampai saat ini adalah Rp 20.000.000,-.

Kini omzet yang didapatkan oleh usaha

garmen Subhan dapat dirata-ratakan

sekitar Rp 3.000.000,- sampai dengan Rp

7.000.000,- per bulan. Usaha garmen milik

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

164

Subhan yang berlokasi di rumahnya yang

beralamat di daerah Padang Sambian, kota

Denpasar. Produk dari usaha garmen

Subhan adalah pakaian, tas, sarung bantal

dan lain-lain yang sesuai dengan pesanan.

Subhan menerima pesanan jahitan dari

beberapa mitra, seperti perusahaan yang

sudah memiliki merk dagang 69 Slam dan

pengusaha eksport yakni PT Djin

International. PT Djin International

merupakan salah satu pengusaha eksport di

Denpasar yang melakukan sub pekerjaan

penjahitan kepada usaha garmen Subhan

dan sub pekerjaan pewarnaan kepada

usaha sablon Budi. Produk PT Djin

International yang telah selesai proses

penjahitan oleh usaha garmen Subhan,

selanjutnya akan diteruskan kepada usaha

sablon Budi untuk dilakukan proses

pewarnaan.

Budi memulai usaha sablonnya

sejak tahun 2013, sama halnya dengan

Subhan yang juga memulai usahanya

semenjak memutuskan berhenti dari

pekerjaan di suatu perusahaan garmen

yang besar. Jadi dapat dikatakan Budi dan

Subhan sudah memiliki pengalaman dan

keahlian di bidang garmen sebelum

mereka menjalankan usaha sendiri. Usaha

sablon Budi berlokasi di daerah yang

sama, yakni Padang Sambian, Kota

Denpasar yang Budi dan istrinya sewa

perbulan seharga Rp 500.000,-. Modal

awal yang dikeluarkan oleh Budi untuk

memulai usahanya adalah sebesar Rp

5.000.000,- Kini omzet yang didapatkan

usaha sablon Budi adalah sebesar Rp

3.000.000,- sampai dengan Rp 4.000.000,-

dengan order rata-rata 500 buah. Produk

sablon Budi kebanyakan dicetak di atas

pakaian dan tas, serta sesuai pesanan. PT

Djin International merupakan pelanggan

utama usaha sablon Budi, pelanggan

lainnya adalah Distro dan Clothing Indie

lokal Bali.

Berkaitan dengan proses produksi

dan manajemen dari mitra usaha garmen

dan sablon, maka dapat diuraikan kondisi

existing mitra usaha garmen Subhan dan

sablon Budi, sebagai berikut:

1. Usaha garmen Subhan memproduksi

barang jadi berupa pakaian, tas, sarung

bantal, sprei, dan lain-lain. Kain

sebagai bahan baku utama didapatkan

Subhan dari PT Djin International, 69

Slam, dan pelanggan lainnya. Namun

terkadang Subhan yang harus

menyediakan bahan baku tersebut,

namun hal tersebut akan lebih beresiko

akibat kekurangsesuaian bahan baku

dengan keinginan pelanggan

(kesalahan pembelian). Bahan lainnya

yang dibeli oleh Subhan adalah

benang, kancing, dan resleting. Namun

terkadang untuk kancing dan resleting

juga disuplai langsung oleh pelanggan

berdasarkan desain tertentu yang

sudah berisi label merk dagang.

Peralatan yang digunakan oleh Subhan

untuk memproduksi barang jadi

tersebut antara lain: mesin jahit (2

buah), mesin obras (2 buah), mesin

over deck (1 buah), meja potong (1

buah), mesin potong (1 buah). Usaha

sablon Budi memproduksi cetakan

warna pada barang jadi berupa baju,

celana, jaket, dan tas. Tinta sebagai

bahan baku utama didapatkan Budi

dari membeli di toko peralatan sablon

di sekitar Denpasar, biasanya Budi

membeli tinta sesuai dengan

kebutuhan produksinya saja, jadi Budi

tidak menyimpan stok tinta yang

terlalu banyak untuk menghindari

pembekuan. Peralatan yang digunakan

untuk produksi antara lain: screen,

rakel, meja sablon, dan hair dryer.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

165

Screen merupakan wadah dimana

suatu gambar dicetak, berupa kain

yang diberi rangka kayu atau

aluminium di sisi luarnya. Sedangkan

rakel merupakan alat yang digunakan

untuk menggosokan tinta ke kain

sehingga menghasilkan gambar yang

diinginkan (sesuai screen). Adapun

alat pengering yang digunakan oleh

Budi masih tergolong sederhana yakni

hair dryer yang umumnya berfungsi

untuk mengeringkan rambut basah.

Sebagian besar peralatan yang

digunakan Budi masih menggunakan

teknik sablon tradisional. Hal tersebut

dikarenakan usaha sablon Budi belum

menggunakan mesin modern seperti :

meja sablon dan mesin press. Meja

sablon berfungsi untuk tempat sablon,

dan mesin press yang berfungsi untuk

mempercepat proses pengeringan tinta

sablon, tentunya akan mempersingkat

waktu produksi dan produk yang

dihasilkan lebih berkualitas daripada

peralatan tradisional yang Budi

gunakan selama ini. Teknik manual

dan peralatan tradisional yang

digunakan oleh Budi menyebabkan

waktu sablon lebih lama karena posisi

screen dapat berubah terutama sablon

yang dilakukan lebih dari satu kali,

sehingga produk yang dihasilkan

kurang berkualitas. Teknik pewarnaan

tradisional yang dilakukan Budi juga

menyebabkan adanya repeat order

sablon tidak dapat menghasilkan

warna yang sama pada produk sablon

awal dan produk sablon berikutnya.

2. Beberapa hasil produksi usaha garmen

Subhan, antara lain penjahitan baju

kaos, kemeja, celana, tas, sarung

bantal, dan sprei. Harga ongkos jahit

bervariasi, sesuai dengan tingkat

kesulitan (model jahitan) dan jumlah

orderan. Semakin banyak jumlah

orderan maka akan semakin murah

ongkos jahit yang dikenakan. Kaos

oblong (tanpa lengan) akan dikenakan

ongkos jahit Rp 15.000,- per buah

dengan asumsi jumlah order minimal

1.000 buah, sedangkan kaos oblong

(tanpa lengan) dengan jumlah satu

buah akan dikenakan ongkos dua kali

lipat yakni Rp 30.000,- per buah.

Kemeja dengan jumlah 1.000 buah

dikenakan ongkos Rp 35.000,-

perbuah, sedangkan kemeja dengan

jumlah satu buah dikenakan ongkos

Rp 70.000,- perbuah. Jaket dengan

jumlah 1.000 buah dikenakan ongkos

Rp 50.000,- perbuah, sedangkan jaket

dengan jumlah satu buah dikenakan

ongkos Rp 100.000,- perbuah. Sarung

bantal dengan jumlah 1.000 buah

dikenakan ongkos Rp 25.000,-

perbuah dan tas dengan jumlah 1.000

buah dikenakan ongkos Rp 3.000

perbuah. Dan begitu seterusnya untuk

ongkos dengan jumlah satu buah

(order pribadi) akan dikenakan ongkos

dua kali lipat dibandingkan jumlah

order 1.000 buah (order besar). Variasi

hasil produksi usaha sablon Budi sama

halnya dengan usaha garmen Subhan,

yakni pewarnaan produk baju, celana,

jaket, topi, tas, dan lain-lain. Harga

ongkos sablon satu warna dengan

jumlah order besar (maksimal 500

buah) dikenakan ongkos mulai dari Rp

5.000,- sampai dengan Rp 10.000,-

perbuah. Sedangkan ongkos sablon

lebih dari satu warna dengan jumlah

besar (maksimal 500 produk)

dikenakan ongkos Rp 17.000,- sampai

dengan Rp 20.000,- perbuah. Adanya

tingkatan harga yang dikenakan oleh

Budi dikarenakan tingkat kesulitan

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

166

dari desain sablon ataupun media

sablonnya.

3. Proses produksi usaha garmen secara

umum terdiri dari delapan tahap,

antara lain proses order dari pihak

pemesan, pengiriman bahan baku

(kain dan bahan pendukung),

pemotongan kain untuk pembuatan

pola, pengobrasan dan penjahitan,

pleret, dan finishing pinggiran, serta

pemasangan asesoris. Pada proses

order, pihak pemesan akan

memberikan desain barang yang akan

dijahit, baik berupa model, ukuran,

dan umumnya sudah tergambar dalam

kertas. Adapun sebelum persetujuan

order besar tidak jarang Subhan

diminta untuk membuat satu sampel

dari barang jadi (pakaian, tas, topi,

sarung, dll) dari desain yang akan

dipesan dalam jumlah besar tersebut.

Apabila order dalam jumlah besar

sudah disepakati, maka bahan baku

akan dikirimkan oleh pihak pemesan

ke tempat usaha garmen Subhan.

Proses awal garmen adalah

pemotongan kain untuk dibuatkan pola

sesuai dengan desain, adapun

peralatan yang dibutuhkan antara lain:

kapur segitiga untuk menggambar pola

di kain, kemudian dipotong

menggunakan mesin potong (1 buah)

di atas meja potong (1 buah). Kain

yang sudah berpola tersebut

selanjutnya diobras menggunakan

mesin obras dan proses penjahitan

dimulai menggunakan mesin jahit.

Proses selanjutnya adalah pleret

menggunakan mesin pleret (belum

punya). Selama ini jasa pleret

dilakukan di garmen lain yang

memiliki mesin pleret dengan ongkos

pleret Rp 1.000 perbuah, apabila

Subhan memiliki sendiri mesin pleret

maka biaya untuk produksi dapat

diminimalisir, dan waktu produksi

juga lebih cepat tanpa harus mengantri

untuk dipleret. Setelah selesai dipleret

Subhan harus mengambil kembali

barang jadi (pakaian, tas, sprei, sarung,

dll) untuk kembali di proses di tempat

usaha garmen miliknya untuk

dilakukan proses finishing pinggiran

menggunakan mesin overdeck. Proses

akhir dari garmen adalah pemasangan

aksesoris, seperti kancing, resleting,

renda, dan lain-lain. Untuk waktu

penyelesaian order pakaian dengan

jumlah besar 1.000 buah dengan

tingkat kesulitan sedang biasanya

dapat diselesaikan oleh usaha garmen

Subhan dalam waktu empat minggu

sampai dengan enam minggu. Apabila

Subhan sudah memiliki sendiri mesin

pleret, maka tidak ada lagi waktu

terbuang untuk mengantri pleret di

garmen lain. Oleh karena itu, waktu

produksi dalam jumlah besar dapat

dipersingkat menjadi sekitar tiga

minggu.

Proses produksi usaha sablon secara

umum terdiri dari empat tahap, antara

lain : pencetakan film, pembuatan dan

pengeringan screen, penyablonan, dan

pengeringan sablon. Total waktu yang

dibutuhkan untuk sablon untuk jumlah

500 buah adalah sekitar tiga minggu

sampai dengan empat minggu. Proses

pencetakan film dilakukan oleh Budi

di tempat printing, dengan biaya cetak

Rp 70.000 perbuah untuk film

berukuran 50 cm x 50 cm. Kemudian

screen yang sudah dipasangi rangka

akan dikeringkan ditempat yang gelap

selama kurang lebih dua jam. Setelah

waktunya proses penyablonan dapat

dimulai dari barang jadi yang akan

disablon akan diletakkan di atas papan

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

167

triplek kemudian diisi tinta

menggunakan rakel. Proses akhir

adalah pengeringan sablon

menggunakan hairdryer. Penyablonan

bisa dilakukan lebih dari satu kali agar

hasil sablonnya lebih kuat. Apabila

sablon terdiri lebih dari satu warna

maka proses pemberian tinta dan

pengeringan dengan hairdryer dapat

dilakukan beberapa kali sesuai dengan

banyaknya warna desain tersebut.

Proses yang harus dilakukan beberapa

kali tersebut menyebabkan hasil

sablon berikutnya sering tidak sama

hasilnya dengan yang sebelumnya,

karena posisi screen yang dipasang

lepas saat proses pengulangan sablon

menggunakan metode sablon manual

bukan mesin. Proses pengeringan

yang berulang juga membutuhkan

waktu yang lama karena masih

menggunakan teknik pengeringan

dengan hairdryer saja.

4. Tenaga kerja di usaha garmen milik

Subhan berjumlah 2 orang, yakni

Subhan dan istrinya. Subhan dan

istrinya mampu menyelesaikan satu

pakaian untuk order pribadi dengan

waktu satu sampai dengan dua hari.

Untuk order dalam jumlah besar

(1.000 buah) dapat menyelesaikan

dalam waktu satu sampai dengan dua

bulan. Untuk order yang lebih dari

1.000 buah biasanya Subhan akan

membawa order tersebut ke usaha

garmen lain setelah dibentuk pola

(potong) untuk proses selanjutnya

(Subhan hanya mengambil keuntungan

dari ongkos membuat pola saja). Hal

tersebut terjadi karena Subhan belum

memiliki tenaga kerja, yang

diakibatkan oleh mesin jahit yang ia

miliki hanya dua mesin yang biasanya

digunakan oleh Subhan dan istrinya.

5. Usaha garmen Subhan terdiri dari

ruang produksi dan gudang

penyimpanan bahan baku. Ruang

produksi terdiri dari ruang

pemotongan bentuk pola dan

penyimpanan bahan sisa, disana

diletakkan peralatan mesin jahit, mesin

obras, dan mesin overdeck. Ruang

penyimpanan barang jadi yang

menunggu untuk diambil oleh

pemesan diletakkan sementara di

ruang produksi, dilipat-lipat disimpan

dala karung-karung. Gudang

penyimpanan bahan baku berada di

suatu ruangan gelap tanpa

pencahayaan alami maupun buatan.

Bahan baku yang disimpan di dalam

gudang tersebut tidak disimpan dalam

lemari atau box penyimpanan,

melainkan hanya diletakkan di lantai

nonfinishing yang dapat menyebabkan

bahan baku menjadi kotor dan

kerusakan oleh binatang seperti tikus

dan kecoa. Begitu pula bahan sisa

proses produksi yang hanya ditumpuk-

tumpuk di lantai ruang produksi.

Bahan sisa produksi tersebut beberapa

diambil oleh pihak bengkel dan

sisanya menjadi tumpukan di ruang

pemotongan. Tumpukan sisa bahan

tersebut tidak dapat dimanfaatkan

(kecuali digunakan untuk keset atau

sprei untuk Subhan di rumahnya)

ataupun dijual oleh Subhan,

dikarenakan bahan kain bermotif

sudah memiliki hak paten. Apabila

diketahui Subhan memanfaatkan atau

menjual sisa bahan tersebut maka

Subhan akan dikenakan sanksi dan

pemutusan hubungan kerja.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

168

Usaha sablon milik Budi terdiri dari

satu ruangan produksi. Ruang produksi

merupakan tempat dilaksanakannya

beberapa proses sablon, mulai dari

pembuatan screen, pengeringan screen,

sampai pada penyablonan dan

pengeringan. Kondisi ruang usaha

sablon Budi bisa dikatakan tidak

nyaman karena dengan ruangan yang

tidak terlalu luas, dan pencahayaan

yang berlebihan (panas) dan tanpa kipas

angin. Hal tersebut bertujuan untuk

mempercepat proses pengeringan

sablon.

6. Sistem pemasaran yang sudah

dilakukan oleh usaha garmen Subhan

adalah rekomendasi teman ke teman,

rekomendasi pelanggan, dan kontak

PT Djin yang dahulunya merupakan

tempat istri Subhan bekerja. Subhan

sudah memiliki nama usaha dan

alamat email yang tertera dalam kartu

nama milik Subhan, namun papan

nama sebagai sarana untuk

memperkenalkan tempat usaha belum

dimiliki oleh Subhan. Media sosial

untuk mempermudah pemasaran juga

belum dimanfaatkan oleh Subhan

untuk efektivitas produksi. Nota

dengan nama usaha sebagai catatan

penjualan dan juga sarana pemasaran

juga belum dimiliki oleh Subhan.

Tidak seperti usaha garmen Subhan

yang sudah memiliki kartu nama

sebagai salah satu sarana pemasaran,

usaha sablon Budi bahkan belum

memiliki nama usaha. Sistem

pemasaran yang dilakukan selama ini

adalah dari rekomendasi teman, dan

mengajukan proposal ke suatu tempat

yang memungkinkan untuk melakukan

pesanan sablon. Kemudian pihak yang

diajukan proposal akan melakukan

survey lokasi usaha ke tempat Budi.

Hambatan yang dialami oleh Budi dari

proses survey adalah penggunaan

Foto 1. Ruang Usaha Garmen Subhan

Sumber : Dokumentasi Tim, 2016

Foto 2 Ruang Usaha Sablon Budi

Sumber : Dokumentasi Tim, 2016

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

169

metode manual dan peralatan

tradisional dalam proses produksinya,

sehingga Budi kerap kalah dalam

persaingan.

7. Usaha garmen Subhan belum

menggunakan pembukuan yang rutin

di dalam usahanya. Selama ini Subhan

hanya melakukan pencatatan atas

piutang yang masih harus ditagih

kepada pemberi order. Sehingga

Subhan tidak dapat mengetahui sejauh

mana perkembangan usahanya. Nota

dengan nama usaha sebagai catatan

penjualan dan juga sarana pemasaran

juga belum dimiliki oleh Subhan.

Usaha sablon Budi belum

menggunakan pembukuan di dalam

usahanya. Hal tersebut menyebabkan

sistem pembukuan akuntansi belum

dapat dilakukan secara rutin dan

teratur. Proses produksi dari

pembelian bahan tinta dan peralatan

sampai penyerahan produk pesanan

semuanya dilakukan sambil jalan

sesuai dengan jumlah pesanan.

8. Usaha garmen milik Subhan

menerapkan sistem pembayaran

termin. Dimana minggu pertama akan

dibayarkan sebesar 30% dari total

ongkos, sisanya 70% akan dibayarkan

setelah produk tersebut dikirim.

Pembayaran sisa 70% tersebut

terkadang diangsur oleh pelanggan

hingga dua sampai tiga kali.

Berdasarkan catatan piutang milik

Subhan tidak ada piutang yang tak

tertagih sampai saat ini.

9. Sampai saat ini usaha sablon Budi

hanya mampu menerima order

maksimal 500 buah, apabila order

lebih dari 500 buah atau jumlah besar

1.000 buah maka akan dioper ke usaha

sablon lainnya. Salah satu

pertimbangan Budi menerima order

adalah jumlah warna sablon pada

desain, karena metode yang digunakan

masih manual. Semakin banyak warna

maka proses produksi yang dilakukan

juga berulang-ulang kali, sehingga

proses menjadi lebih sulit dan resiko

kualitas produk sablon berkurang.

SUMBER INSPIRASI

Melalui wawancara dan diskusi

dengan Bapak Subhan dan Bapak Budi

sebagai pemiliki usaha garmen dan sablon,

maka dapat diidentifikasi permasalahan

nyata yang dihadapi oleh Subhan dan

Budi adalah sebagai berikut :

1. Peralatan (mesin pleret) yang belum

dimiliki oleh usaha garmen Subhan

perlu mendapatkan perhatian utama

karena Subhan membutuhkan mesin

pleret. Selama ini proses pleret dioper

kepada garmen lain yang memiliki

mesin pleret dengan ongkos pleret Rp

1.000,- per baju dengan jumlah besar

(1.000 buah). Permasalahan ini

merupakan prioritas utama untuk

segera ditangani karena mesin pleret

harus tersedia, sehingga proses pleret

yang dilakukan di garmen lain yang

biasanya membutuhkan waktu proses

pleret untuk membawa ke sana dan

membawa kembali orderan bisa

diefektifkan untuk proses lain. Biaya

yang dikeluarkan untuk proses pleret

di garmen lain juga bisa dimininalisir.

2. Peralatan (meja sablon, mesin press,

hairdryer) yang belum dimiliki oleh

usaha sablon Budi perlu mendapatkan

perhatian utama untuk

mengembangkan usaha sablon Budi

agar lebih produktif dan berkualitas.

Selama ini teknik manual

menggunakan peralatan tradisional

yang digunakan oleh Budi untuk

penyablonan menyebabkan Budi

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

170

hanya bisa menerima order maksimal

500 buah, sedangkan orderan yang

sering datang adalah 1.000 buah

sehingga Budi harus mengoper

orderan tersebut ke tempat sablon

lainnya. Hasil produksi sablon milik

Budi juga kurang berkualitas oleh

karena teknik pewarnaan tradisional

yang tidak bisa menghasilkan warna

yang sama apabila ada repeat order.

Dengan meja sablon maka proses

pewarnaan akan lebih cepat

dibandingkan menggunakan alat rakel

dan warna yang dihasilkan lebih

berkualitas dan menggunakan mesin

press untuk proses pengeringan yang

lebih cepat. Dengan adanya mesin

press, teknik pengeringan yang selama

ini Budi lakukan (pengeringan dengan

hairdryer dan pencahayaan buatan

yang berlebihan) menyebabkan situasi

kerja menjadi lebih nyaman.

Pengadaan hairdryer besar yang

dipergunakan Budi untuk

mempercepat proses pengeringan

screen, biasanya membutuhkan waktu

sampai dengan dua jam untuk

pengeringan di tempat gelap dengan

adanya hairdryer besar maka waktu

menjadi lebih efektif 1 jam untuk

pengeringan screen.

3. Tempat penyimpanan bahan baku

usaha garmen Subhan yang berada di

dalam suatu ruangan tanpa

pencahayaan alami ataupun buatan

perlu diberikan pencahayaan buatan

untuk memudahkan Subhan

mengambil bahan baku. Tempat

penyimpanan bahan baku

membutuhkan rak untuk penyimpanan

bahan baku agar terhindar dari

kerusakan oleh binatang dan kotor

oleh debu. Tempat penyimpanan

bahan sisa membutuhkan box untuk

penyimpanan bahan sisa agar tempat

penyimpanan lebih tertata tidak

berserakan dan tentunya memudahkan

Subhan untuk memilah mana bahan

sisa yang dapat dimanfaatkan kembali

bila ada repeat order dan mana bahan

sisa yang dapat dibuang. Ruang

produksi garmen Subhan memerlukan

penataan ulang karena instalasi kabel-

kabel listrik dapat menganggu

kenyamanan proses produksi dan

membahayakan jiwa pekerja di ruang

tersebut.

4. Ruang produksi usaha sablon Budi

belum sesuai dengan urutan proses

kegiatan produksi, sehingga proses

produksi menjadi tidak efisien dan

produktivitas menjadi rendah.

Peralatan-peralatan dalam ruang usaha

juga belum tertata dengan baik dan

rapi, sehingga Budi sering kesulitan

untuk mencari apabila dibutuhkan.

Contohnya posisi tinta tercampur

dengan posisi screen, film-film, dan

peralatan kerja belum memiliki

tempatnya masing-masing.

5. Usaha garmen Subhan belum memiliki

papan nama dan akun media sosial

sebagai sarana untuk memperkenalkan

usaha dan hasil produksinya kepada

masyarakat.

6. Usaha sablon Budi belum memiliki

kartu nama, papan nama, dan email

serta akun media sosial belum

dimanfaatkan oleh Budi sebagai sarana

pemasaran usahanya.

7. Sistem pembukuan akuntansi belum

dilakukan secara rutin dan teratur baik

oleh Budi dan Subhan. Permasalahan

ini penting karena dengan sistem

pembukuan yang baik maka pemilik

dapat mengetahui aliran kas yang

terjadi, perhitungan harga pokok

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

171

produksi, dan biaya-biaya yang

dikeluarkan.

METODE

1.1. Solusi Permasalahan Mitra

Dari uraian permasalahan yang

dihadapi oleh usaha garmen Subhan dan

usaha sablon Budi, maka solusi yang

ditawarkan untuk mendukung realisasi

program IbM, antara lain :

1. Pengadaan satu buah mesin pleret

atau mesin jahit jarum dua rantai,

untuk usaha garmen Subhan yang

berfungsi sebagai mesin yang

menghasilkan hasil jahitan rantai dua

baris. Jahitan dua rantai ini merapikan

bagian bahu atas, yang

menghubungkan kerah dengan lengan

kaos.

2. Pengadaan satu buah meja sablon

untuk usaha sablon Budi yang

berfungsi sebagai alat sablon

menggantikan peralatan sablon

tradisional sebelumnya, dan satu buah

mesin press yang berfungsi sebagai

alat pengering menggantikan

hairdryer dan pencahayaan berlebihan

di dalam ruangan sehingga waktu

produksi menjadi lebih efektif dan

kualitas yang dihasilkan meningkat.

Pengadaan satu buah hairdryer besar

untuk mempercepat proses

pengeringan screen sehingga waktu

pengeringan screen dua jam dapat

dipersingkat menjadi satu jam.

3. Penataan ruang penyimpanan di ruang

usaha milik Subhan dengan

penambahan pencahayaan buatan

sehingga memudahkan Subhan

mengambil bahan baku. Penambahan

rak kayu untuk penyimpanan bahan

baku, penambahan box untuk

penyimpanan bahan sisa, penataan

ruang produksi dari instalasi kabel

listrik untuk keamanan dan

kenyamanan proses produksi Subhan.

4. Penataan ruang produksi milik Budi

sesuai dengan urutan proses kegiatan.

Dengan penambahan meja sablon dan

mesin press perlu dilakukan penataan

ruang produksi.

5. Pengadaan papan nama dan akun

media sosial atas nama usaha garmen

milik Subhan. Pengadaan papan

nama, kartu nama, email dan media

sosial atas nama usaha sablon milik

Budi. Promosi online yang dilakukan

via media sosial dapat memanfaatkan

smartphone yang dimiliki oleh Budi

dan Subhan.

6. Memberikan penyuluhan mengenai

sistem pembukuan sederhana berupa

buku kas kepada Subhan dan Budi

agar mereka mengetahui kondisi

usahanya.

1.2. Target dan Luaran

Berdasarkan permasalahan dan

solusi yang ditawarkan kepada usaha

garmen Subhan dan usaha sablon Budi,

maka luaran yang ditargetkan dilihat dari

aspek produksi, aspek manajemen, dan

aspek pemasaran yang diharapkan dapat

terpenuhi adalah sebagai berikut :

1.2.1. Aspek Produksi

1). Pengadaan 1 buah mesin pleret untuk

usaha garmen Subhan diharapkan akan

meningkatkan produktivitas produk,

karena selama ini Subhan membawa

proses pleret ke tempat garmen lain.

Sebelumnya dengan membawa proses

pleret ke tempat lain, Subhan

menghabiskan waktu proses pleret

sampai dengan lima sampai dengan

enam hari, dengan memiliki mesin

pleret sendiri diperkirakan proses

pleret dapat diselesaikan dalam waktu

dua hari.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

172

2). Pengadaan 1 buah meja sablon, 1 buah

mesin press, dan 1 buah hairdryer

besar untuk usaha sablon Budi

diharapkan kualitas dan kuantitas

produk sablon menjadi lebih

meningkat, karena selama ini Budi

menggunakan metode manual dan

peralatan tradisional untuk proses

produksi. Sebelumnya dengan metode

manual dan peralatan tradisional Budi

hanya bisa menerima order maksimal

500 buah, dengan adanya meja sablon

dan mesin press diperkirakan dapat

menerima order dalam jumlah besar

(1.000 buah). Kualitas produk sablon

diperkirakan meningkat dengan

penggunaan meja sablon, mesin press,

hairdryer besar sehingga produktivitas

juga menjadi meningkat.

3). Penataan ruang produksi untuk usaha

garmen Subhan antara lain ruang

penyimpanan bahan baku dengan

pengadaan box untuk penyimpanan

bahan sisa untuk merapikan dan

memudahkan Subhan memilah mana

bahan sisa yang dapat digunakan

kembali saat repeat order dan mana

bahan sisa yang bisa dibuang,

pemasangan pencahayaan buatan di

ruang penyimpanan untuk

memudahkan Subhan mencari bahan

baku, dan merapikan ruang produksi

dan instalasi kabel listrik di ruang

produksi.

4). Penataan ruang produksi untuk usaha

sablon Budi sesuai dengan urutan

proses produksi sehingga pola aliran

bahan baku pada setiap tahapan

produksi dari pembuatan screen

sampai dengan pengeringan menjadi

lebih efisien 60 menit lebih cepat

dibandingkan waktu sebelumnya.

1.2.2. Aspek Manajemen

Usaha garmen Subhan dan usaha

sablon Budi belum memiliki laporan buku

kas sehingga Subhan dan Budi belum bisa

mengetahui posisi keuangan usaha.

1.2.3. Aspek Pemasaran

Pengadaan nota dengan nama usaha,

kartu nama, stempel dan pemasaran

produk secara online melalui media sosial

(facebook) diharapkan dapat

memperkenalkan usaha garmen Subhan

dan Sablon Budi secara lebih luas dan

meningkatkan orderan.

3.3 Metode Pelaksanaan

Berdasarkan permasalahan yang

dihadapi usaha garmen Subhan dan

usaha sablon Budi, maka tahapan

dalam melaksanakan solusi yang

ditawarkan untuk mengatasi

permasalahan dalam program IbM

ini, adalah :

1. Menerapkan aplikasi teknologi

dalam proses pleret produk

garmen (baju kaos) menggunakan

mesin pleret untuk efektivitas dan

efisiensi waktu dan biaya

sehingga produktivitas meningkat

pada usaha garmen Subhan.

2. Menerapkan aplikasi teknologi

dalam proses penyablonan

menggunakan meja sablon, mesin

press, dan hairdryer besar untuk

meningkatkan kualitas dan

kuantitas produk sablon pada

usaha sablon Budi.

3. Merancang ruang penyimpanan

bahan baku pada usaha garmen

Subhan agar lebih layak

digunakan sebagai ruang

penyimpanan untuk menghindari

kerusakan dan kotornya bahan

baku dengan penambahan rak

penyimpanan, dan pencahayaan

buatan untuk mempermudah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

173

mancari bahan baku. Merancang

tempat penyimpanan bahan sisa

yang masih dapat digunakan

dengan penambahan box untuk

bahan sisa yang bisa

dimanfaatkan dan box bahan sisa

yang bisa dibuang.

4. Menata ulang ruang produksi di

usaha garmen Subhan, terutama

instalasi listrik untuk keamanan

dan kenyamanan proses produksi.

5. Merancang tata letak (layout)

peralatan pada usaha Subhan dan

Budi, yang disesuaikan dengan

urutan proses produksi, sehingga

menambah efektivitas dan

efisiensi kerja, serta produktivitas

usaha.

6. Menerapkan pemakaian masker

dan selop tangan untuk usaha

sablon Budi, sehingga kesehatan

tetap terjaga.

7. Memberikan konsultasi mengenai

sistem pembukuan sederhana,

yaitu laporan buku kas.

8. Menerapkan aplikasi pemasaran

berupa pengadaan papan nama,

kartu nama, nota dengan nama

usaha, stempel usaha, serta

pemasaran secara online melalui

email dan media sosial.

3.4 Metode Pendekatan

IbM ini melibatkan penyedia jasa

garmen dan sablon karena dalam

operasionalnya usaha ini masih bersifat

home industry dengan sedikit tenaga kerja

dan masih menggunakan peralatan manual

dalam proses produksinya. IPTEKS yang

akan ditransfer kepada usaha garmen

Subhan dan usaha sablon Budi berupa

pengadaan, penyuluhan, dan

pendampingan. Dalam hal pengadaan

berupa peralatan mesin pleret (mesin jahit

rantai dua jarum), rak, box, pencahayaan

buatan untuk usaha garmen Subhan.

Sedangkan usaha sablon Budi berupa

pengadaan peralatan antara lain mesin

sablon, mesin press, dan hairdryer besar.

Dalam hal penyuluhan kedua mitra

usaha diberikan pelatihan pembukuan

sederhana berupa laporan buku kas dan

pelatihan pembuatan akun email dan

media sosial (facebook). Dalam hal

pendampingan berupa penataan ruang

penyimpanan, penataan instalasi listrik

pada ruang produksi, dan penataan

peralatan agar sesuai dengan proses

produksi pada usaha garmen Subhan.

Sama halnya dengan usaha garmen Budi,

pada usaha sablon Budi juga dilaksanakan

pendampingan berupa penataan peralatan

di ruang produksi agar sesuai dengan

urutan proses produksi. Pendampingan

pemasaran secara online dilakukan pada

kedua mitra melalui media sosial dengan

memanfaatkan smartphone milik pribadi.

3.5 Partisipasi Mitra

Agar dapat merealisasikan solusi yang

ditawarkan, maka bentuk partisipasi mitra

dalam pelaksanaan program ini adalah

sebagai berikut:

1. Mitra akan berpartisipasi dalam

bentuk dana dalam pembelian

mesin pleret (usaha garmen

Subhan) dan meja sablon, mesin

press, dan hairdryer besar (usaha

sablon Budi) untuk mendukung

realisasi program ini (apabila harga

mesin melebihi RAB).

2. Mitra akan mengkonfirmasi

rencana produksi dan waktu yang

dipersiapkan untuk melakukan

penataan tempat ruang produksi,

dan ruang penyimpanan sehingga

pengusul dapat pelaksanaan

penataan tanpa mengganggu proses

produksi.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

174

3. Mitra bersedia untuk mengikuti

konsultasi dan pelatihan mengenai

sistem pembukuan agar dapat

merealisasikan pembuatan laporan

keuangan sederhana, dan mengikuti

pelatihan pembuatan sarana

penjualan secara online.

4. Mitra bersedia untuk menggunakan

kartu nama, nota dengan nama

usaha dan stempel dalam

menjalankan usahanya.

KARYA UTAMA

Berdasarkan permasalahan mitra

yang ada maka telah dilakukan beberapa

kegiatan untuk mengaplikasikan

permasalahan tersebut seperti:

4.1 Pengadaan Barang

1. Pengadaan 1 Buah Mesin Pleret

Bagi IRT Subhan

Mesin pleret ini sangat

bermanfaat bagi mitra IRT

Subhan karena dapat

meminimalisir biaya operasional

sebesar Rp.1.000 per baju,

meminimalkan biaya transportasi

dan juga meminimalkan waktu.

Mesin pleret ini akan

dioperasionalkan oleh Bapak

Subhan.

Foto 3. Penyerahan Mesin Pleret ke

Mitra IRT Subhan Sumber: Dokumentasi Tim (2017)

2. Pengadaan 3 Buah Box

Penyimpanan Kain Bagi IRT

Subhan

Box ini akan digunakan oleh IRT

Subhan untuk menyimpan bahan

baku berupa kain dan juga

menyimpan pakaian jadi.

Pengadaan ini merupakan bagian

dari proses penataan ruang

produksi mitra. Ruang produksi

yang bersih dan nyaman akan

mempengaruhi kenyamanan

bekerja.

Foto 4. Pengadaan 3 Buah Box Untuk

Mitra IRT Subhan Sumber: Dokumentasi Tim (2017)

3. Pengadaan Meja Sablon (Mesin

Rotari) Bagi IRT Budi

Pengadaan meja sablon sangat

bermanfaat bagi mitra IRT Budi

karena jika hanya dengan metode

biasa, IRT mengalami kesulitan

karena posisi selalu bergeser

setiap kali dilakukan penyablonan

sehingga jika order dalam jumlah

banyak, seringkali hasil produksi

tidak sama. Dengan adanya meja

sablon ini maka posisi kain akan

tetap berada pada posisi yang

diinginkan.

4. Pengadaan Mesin Press Untuk

IRT Budi

Mesin Press ini berguna bagi IRT

Budi untuk membantu

merekatkan dan mempercepat

proses pengeringan hasil sablon.

Permasalahan yang dialami oleh

IRT Budi adalah beberapa

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

175

orderan menginginkan dilakukan

proses sablon sebanyak dua kali

agar hasil sablon kuat, dengan

demikian akan membutuhkan

banyak waktu untuk melakukan

proses pengeringan. Dengan

adanya mesin press ini, IRT Budi

dapat mengefisienkan waktu dan

memiliki daya saing dari segi

waktu dalam penyelesaian order.

5. Pengadaan Hairdryer Untuk IRT

Budi

Hairdryer dengan kekuatan besar

diperlukan oleh IRT Budi untuk

mengeringkan screen yang

digunakan untuk mencetak desain

pakaian. Selain itu juga hairdryer

digunakan untuk membantu

mengeringkan sablonan yang

melewati lebih dari satu kali

proses penyablonan.

6. Penataan kabel Listrik Untuk IRT

Subhan

Untuk meningkatkan

kenyamanan, keselamatan dan

kerapian dalam ruang produksi,

maka dilakukan penataan kabel

listrik. Penataan kabel listrik

dilakukan di ruang produksi,

sementara di gudang

penyimpanan dilakukan instalasi

listrik karena sebelumnya tidak

ada.

4.2 Penyuluhan dan Pendampingan

1. Penyuluhan dan Pendampingan

Pembuatan Pembukuan

Sederhana

Dengan adanya pengetahuan

mengenai proses pembukuan

sederhana, maka mitra akan

mengetahui kondisi usahanya,

apakah menguntungkan ataukah

merugi. Pengetahuan mengenai

pembukuan dalam program ini

hanya terbatas pada kas masuk dan

kas keluar yang dicatat dalam buku

kas. Hal ini karena mitra memiliki

transaksi yang masih sederhana dan

volume transaksi yang masih

rendah sehingga belum

memerlukan pencatatan dalam

program laporan keuangan.

Foto 4.3 Penyuluhan dan Pendampingan

Pembuatan Pembukuan Sederhana Sumber: Dokumentasi Tim (2017)

2. Penyuluhan dan Pendampingan

Pemasaran Online

Pemasaran secara online penting

bagi kedua mitra untuk menambah

sarana pemasaran usaha. Selama

ini pelanggan utama dari kedua

mitra hanya terbatas pada 69 Slam,

pengusaha eksport yakni PT Djin

International, Distro dan Clothing

Indie lokal Bali. Dengan adanya

sarana pemasaran online berupa

facebook ini diharapkan terjadi

peningkatan dalam hal penjualan

kedua mitra.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

176

Foto 4.4 Penyuluhan dan Pendampingan

Pemasaran Online

DAFTAR PUSTAKA

Fikar. 2014.

http://kedaisablon.blogspot.com//tips

memilihsablonkaosyangberkualitas.

Diakses 21 April 2016

_________.

http://kedaisablon.blogspot.com//ber

agamperalatansablondigitalkaosjerse

y. Diakses 21 April 2016

_________.

http://kedaisablon.blogspot.com//bis

nissablonkaosdistro. Diakses 21

April 2016

_________.

http://kedaisablon.blogspot.com//keg

unaanmesinpresskaosdalamduniasabl

on. Diakses 21 April 2016

_________.

http://kedaisablon.blogspot.com//me

sinsablondigital. Diakses 21 April

2016

_____ 2015.

http://kedaisablon.blogspot.com//tips

caramenyablonkaosmanualuntukpem

ula. Diakses 21 April 2016

___________.

http://kedaisablon.blogspot.com//10a

latsablonmanualyangharuskalianmili

ki. Diakses 21 April 2016

Http://Bisnisukm.Com/Mengangkat-

Produk-Garmen-Kreatif-Sebagai-

Bisnis-Rumahan.Html.23 Oktober

2012. Diakses pada 5 Mei 2016

Http://Repository.Ipb.Ac.Id/Bitstream/Han

dle/123456789/7800/Bab%201_%20

2002sji.Pdf?Sequence=8&Isallowed

=Y. Diakses pada 5 Mei 2016

Ismail, Solihin. 2006 . Pengantar Bisnis.

Prenada Media : Jakarta

Kusumihati, Tira Maharani. Bisnis Industri

Garmen Kreatif. Senin, 12

November 2012.

http://Tiramaharani.Blogspot.Co.Id/2

012/11/Bisnis-Industri-Garmen-

Kreatif.Html. Diakses pada 5 Mei

2016

Musamma, Tuff. 2013.

http://indonesiangarmencommunity.

blogspot.com//standaralurprosesorde

rgarmen. Diakses 21 April 2016

Navita. 2015.

http://kursusjahityogya.blogspot.co.i

d//prosesproduksi. Diakses 21 April

2016

Swastha, DH Basu. 1998. Pengantar

Bisnis Modern. Liberty :

Yogyakarta.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

177

PERILAKU MENGAJAR GURU BIOLOGI PASCA SERTIFIKASI

DI KOTA DENPASAR

Ida Bagus Ari Arjaya, Kadek Rahayu Puspadewi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

email:[email protected]

ABSTRAK

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis kualitas: 1) tingkat kejelasan

metode yang digunakan oleh guru, 2) tingkat antusiasme guru, 3) interaksi yang dilakukan oleh

guru di dalam kelas, 4) kualitas pengaturan & penataan subjek pelajaran, 5) langkah-langkah

pemberian informasi, 6) kriteria penilaian di dalam kelas, 7) suara guru, 8) tingkat kedekatan

hubungan antara guru dengan siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang

menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode purposive sampling. Sehingga ditentukan dua

sekolah yaitu SMP 3 Denpasar dan SMP Saraswati 1 Denpasar yang menjadi lokasi penelitian.

Sebanyak 2 orang guru model diobservasi dengan menggunakan instrumen perilaku mengajar

guru, dan wawancara dan sebagai triangulasi data digunakan 2 orang observer serta 73 siswa

sebagai responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam 1) aspek kejelasan mengajar guru-

guru biologi pasca sertifikasi di Kota Denpasar dengan mean total = 3,90 dan berada dalam

kualifikasi baik, 2) aspek antusiasme mengajar guru berada dalam kategori baik dengan mean total

= 3,57, 3) Aspek interaksi untuk mengembangkan partisipasi siswa berada dalam kategori baik

dengan mean total = 3,73, 4) aspek pengaturan untuk menata subjek pelajaran guru berada dalam

kategori baik dengan mean total = 4,18, 5) aspek langkah-langkah dalam memberikan informasi

guru berada dalam kategori baik dengan mean total = 4,04, 6) aspek kriteria pembelajaran dan

penilaian guru berada dalam kategori baik dengan mean total = 4,08, 7) aspek karakteristik suara

guru berada dalam kategori baik dengan mean total = 4,13, 8) aspek karakteristik suara guru

dengan siswa berada dalam kategori sedang dengan mean total = 3,29, dan perlu adanya perbaikan.

Kata Kunci: Perilaku Mengajar, Guru Biologi, Pasca Sertifikasi.

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the quality: 1) the level of clarity of the method used by

the teacher, 2) the teacher's enthusiasm level, 3) the interaction done by the teacher in the class,

4) the quality of setting & arrangement of the subject, 5) step of giving information, 6) assessment

criteria in the classroom, 7) teacher's voice, 8) level of proximity relation between teacher and

student. This research is a qualitative research using descriptive approach with purposive

sampling method. So determined two schools namely SMP 3 Denpasar and SMP Saraswati 1

Denpasar which became the location of research. A total of 2 model teachers were observed using

teacher teaching behavioral instruments, and interviews and as data triangulation used 2

observers and 73 students as respondents. The results showed that in 1) the clarity aspects of

teaching post-certification biology teachers in Denpasar City with a total mean of = 3.90 and

being in good qualification 2) the aspect of teacher's enthusiasm is in good category with total

mean = 3.57, 3) The interaction aspect to develop student participation is in good category with

the total mean = 3,73,4) the arrangement aspect for arranging subject of teacher lessons is in good

category with mean total = 4,18,5) aspects of steps in giving information teachers are in good

category with the total mean = 4.04, 6) the aspects of teacher learning and teacher's criteria are

in good category with the total mean = 4.08,7) the teacher characteristic aspect is in either

category with the total mean = 4.13 , 8) aspects of the teacher's sound characteristics with the

students are in the medium category with the total mean = 3.29, and the need for improvement.

Keywords: Teaching Behavior, Biology Teachers, Post-Certification.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

178

PENDAHULUAN

Guru sebagai agen perubahan (agent

of change) dan unit pelaksana teknis

kurikulum memiliki peranan yang sangat

penting di dalam dunia pendidikan. Melville &

Yaxley (2009) menyatakan bahwa guru

memiliki posisi yang strategis dalam proses

reformasi pendidikan menuju arah yang lebih

baik, sehingga guru sering dikatakan sebagai

the heart of efforts to reform education.

Perbaikan kualitas siswa di dalam proses

pembelajaran harus diawali dengan perbaikan

kualitas guru sebagai fasilitator pembelajaran.

Meskipun pendekatan pembelajaran kini telah

beralih dari paradigm teacher centered menuju

ke student centered. Pengembangan

profesionalisme mendorong kemampuan

masing-masing individu pengajar atau guru

sebagai seorang praktisi pendidikan baik di

dalam kelas maupun di lingkungan masyarakat

(Fox & Kidd, 2006). Guru yang profesional

adalah guru yang menguasai keempat jenis

kompetensi utama guru yaitu kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional,

kompetensi sosial dan kompetensi personal.

Salah satu kebijakan yang dikembangkan oleh

pemerintah di banyak negara adalah kebijakan

intervensi langsung menuju peningkatan mutu

yang memberikan jaminan dan kesejahteraan

hidup guru yang memadai (Baedhowi, 2006).

Dengan adanya Undang-Undang Guru

dan Dosen No. 14 Tahun 2005, peningkatan

profesionalisme guru mulai diperhatikan oleh

pemerintah dimana pendidik wajib memiliki:

(a) kualifikasi akademik dan kompetensi

pendidik sebagai agen pembelajaran, (b)

kualifikasi akademik yang diperoleh melalui

pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau

program diploma empat (D4) yang sesuai

dengan tugasnya sebagai guru dan S2 untuk

dosen, dan (c) kompetensi profesi pendidik.

Dewasa ini pemerintah telah

mengevaluasi kompetensi guru-guru pasca

sertifikasi dengan melaksanakan program

UKG (Uji Kompetensi Guru) untuk mengukur

kompetensi dasar tentang bidang studi (subject

matter) dan pedagogik dalam domain content

guru. Kompetensi dasar bidang studi yang

diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi.

Program UKG memberikan gambaran secara

umum bagaimana kompetensi guru-guru di

Indonesia. Namun gambaran tersebut hanya

memberikan informasi awal bagaimana

kompetensi pedagogik seorang guru. Dengan

demikian nilai evaluatif dari pelaksanaan UKG

tersebut belum menggambarkan kompetensi

guru sepenuhnya.

Evaluasi teaching behavior guru di

dalam mengelola kelas merupakan kegiatan

reflektif rutin yang seharusnya dilakukan guru

di dalam meningkatkan kualitas

pembelajarannya. Chyl et al. (2008)

menyatakan bahwa sebagian besar manajemen

pengembangan profesionalisme yang

diterapkan oleh sekolah ditetapkan tanpa

menggali kebutuhan mendasar guru. Murray

(1983) menyatakan komponen-komponen

yang meliputi teaching behavior adalah:

kejelasan metode untuk mengklarifikasi

konsep, antusiasme guru dalam mengajar,

interaksi untuk mengembangkan partisipasi

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

179

siswa, pengaturan dalam menata subjek

pelajaran, langkah-langkah dalam

memberikan informasi, kriteria penilaian,

karakteristik suara, dan hubungan antara guru

dengan siswa untuk meningkatkan keaktifan

siswa.

Untuk menentukan bagaimana

perilaku mengajar guru pasca sertifikasi dapat

dipergunakan indikator guru-guru biologi

yang mengajar di SMP unggulan khususnya di

Kota Denpasar. Perilaku mengajar guru-guru

biologi SMP unggulan di kota Denpasar akan

memberi gambaran awal dan refleksi

bagaimana kualitas proses belajar mengajar

biologi berlangsung. Diagnosis sedini

mungkin terkait dengan mata pelajaran biologi

yang baru diajarkan di bangku SMP menjadi

sangat penting untuk mengatasi permasalahan

yang dapat muncul ketika guru tersertifikasi

tersebut mengajar di kelas.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu

1) menganalisis tingkat kejelasan metode yang

digunakan guru ketika menjelaskan, 2)

menganalisis tingkat antusiasme guru, 3)

menganalisis kualitas interaksi yang dilakukan

guru, 4) menganalisis kualitas pengaturan

yang dilakukan guru untuk menata subjek

pelajaran, 5) menganalisis kualitas langkah-

langkah yang digunakan guru untuk

memberikan informasi, 6) menganalisis

kriteria penilaian yang dilaksanakan guru, 7)

menganalisis kualitas suara pada saat

pembelajaran di kelas, 8) menganalisis tingkat

kedekatan hubungan antara guru dan siswa

saat pada pembelajaran di kelas.

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif yang menggunakan pendekatan

deskriptif di dalam memaparkan fenomena

yang terjadi. Subana dan Sudrajat (2005)

menyatakan bahwa penelitian deskriptif

bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Pemilihan subjek penelitian di sekolah ini

dilaksanakan dengan menggunakan metode

purposive sampling. Melalui metode ini,

dipilih dua sekolah di kota Denpasar yaitu

SMP Negeri 1 Denpasar dan SMP 1 Saraswati

Denpasar. Dari masing-masing sekolah

tersebut akan diamati masing-masing 1 orang

guru mengenai bagaimana perilaku

mengajarnya pasca sertifikasi dengan

menggunakan dua orang observer dan

triangulasi data dengan siswa sebagai

responden.

PEMBAHASAN

Tingkat Kejelasan Materi

Tabel 5.1 Berikut ini menguraikan

bagaimana responden guru SMP Biologi di

Kota Denpasar menjelaskan materi

pembelajarannya.

Tabel 5.1 Kejelasan Mengajar Guru-Guru Biologi Pasca Sertifikasi di Kota Denpasar

KEJELASAN Mean Triangulasi

(�̅�)

Standar

Deviasi (SD)

Mean total

1 Memberikan beberapa contoh pada setiap

konsep. 4.39

0,36 3,90

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

180

2 Menggunakan contoh-contoh yang nyata

untuk menjelaskan konsep dan prinsip 4.06

3 Memberikan sesuatu yang baru atau sesuatu

yang asing. 3.36

4 Mengulang ide sulit beberapa kali 3.93

5 Adanya penekanan dengan menggunakan

diam sejenak, berbicara pelan, dan

mengeraskan suara 3.68

6 Menggunakan gambar atau diagram untuk

membantu menjelaskan konsep 3.61

7 Mempraktekan secara langsung konsep 3.33

8 Menjawab pertanyaan siswa secara lengkap 4.31

9 Memberikan cara untuk mengingat hapalan

yang rumit. 4.03

10 Menulis kata kunci pada papan tulis 3.88

11 Menjelaskan subjek dalam bahasa yang

mudah dimengerti. 4.25

Dari Tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa.

dari 11 komponen aspek kejelasan guru di

dalam memberikan materi pembelajaran

terdapat 2 komponen yang berada dalam

kualifikasi sedang, 3 berada dalam kualifikasi

sangat baik dan sisanya berada dalam

kualifikasi baik. 2 komponen tersebut adalah

memberikan hal-hal atau update materi

pembelajaran terbaru yang bersifat kontekstual

dengan nilai rata-rata triangulasi (�̅�) 3,36 dan

mempraktekkan secara langsung konsep yang

dimiliki oleh guru yaitu dengan nilai (�̅�) 3,33.

Di dalam meningkatkan profesionalismenya

sebagai seorang guru, setiap guru harus

melakukan update pengetahuannya secara

berkala untuk mengkaitkan teori yang

dimilikinya dengan fakta atau fenomena sains

atau biologi yang terjadi di masyarakat.

Pengajaran efektif (effective teaching)

merupakan kebutuhan global dunia

pendidikan. Dalam berbagai jenis kurikulum

sangat diperlukan guru profesional yang

senantiasa mengupdate pengetahuannya

terutama dengan berbasis teknologi dalam

bentuk digital literacy.

Guru dapat mencari sumber belajar

dan merancang media pembelajaran yang

relevan dengan kebutuhan peserta didik

melalui internet. Dengan demikian sumber

belajar dan media pembelajaran yang

diberikan oleh guru akan lebih bermakna

karena bersifat lebih faktual. Sumber belajar

dan media yang demikian akan mendukung

paham konstruktivistik, yaitu siswa dapat

menggali dan membangun pemahamannya

secara mandiri mengenai suatu materi. Biologi

merupakan salah satu bidang ilmu yang

bersifat dinamis sehingga guru harus dapat

beradaptasi dengan baik untuk meningkatkan

profesionalismenya walaupun telah

tersertifikasi.

Selanjutnya perlu perbaikan dalam

cara guru khususnya dalam hal ini adalah guru

yang telah tersertifikasi di dalam

mempraktekkan secara langsung konsep yang

dimiliki. Aplikasi teori merupakan salah satu

hal yang fundamental dalam pembelajaran

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

181

biologi. Pembelajaran merupakan hal yang

sangat kompleks. Aplikasi teori yang

dilakukan oleh guru khususnya untuk materi

biologi dapat dilakukan dengan mudah dengan

menggunakan bantuan media asli maupun

dengan perangkat percobaan sederhana yang

mampu merangsang rasa ingin tahu dan

motivasi siswa di dalam proses pembelajaran.

Terdapat 3 aspek yang berada dalam

kualifikasi sangat baik untuk tingkat kejelasan

guru di dalam memberikan materi

pembelajaran yaitu 1) pemberian contoh untuk

setiap konsep yang diajarkan oleh guru ( �̅�

Triangulasi =4,39), 2) menjawab pertanyaan

siswa secara lengkap ( �̅� Triangulasi =4,31),

dan 3) menjelaskan materi dalam bahasa yang

sederhana dan mudah dimengerti ( �̅�

Triangulasi =4,25). Pemberian contoh

merupakan salah satu upaya untuk

memperjelas abstraksi-abstraksi yang dimiliki

oleh siswa. Selama proses pembelajaran

umumnya guru biologi yang teramati telah

memberikan contoh dengan lengkap ketika

mengajar materi serta menjelaskan konsep dan

materi yang diajarkan dalam situasi lain.

Dengan demikian hal tersebut akan

mempermudah siswa di dalam memahami

materi. Disamping itu selama proses observasi

teramati bahwa umumnya guru-guru biologi

yang telah tersertifikasi di Kota Denpasar telah

menjawab pertanyaan siswa dengan lengkap

dan mendetail, baik itu pertanyaan mendasar

maupun pertanyaan tingkat lanjut yang

diajukan oleh siswa.

Antusiasme Guru di Dalam Mengajar

Tabel 5.2 menguraikan bagaimana

antusiasme guru biologi di Kota Denpasar

selama proses pembelajaran.

Tabel 5.2. Antusiasme Guru Biologi Pasca Sertifikasi dalam Mengajar di Kota Denpasar

Antusiasme Guru Dalam Mengajar Mean Triangulasi

(�̅�)

Standar

Deviasi (SD)

Mean total

1 Berbicara secara dramatis dan ekspresif 3.56 0,62 3,57

2 Bergerak selama menjelaskan 3.96

3 Gerakan tubuh menggunakan tangan dan

lengan dengan frekwensi yang pas 3.81

4 Menunjukkan gerakan wajah dan ekspresi

wajah. 3.77

5 Menghindari berpandangan mata dengan

siswa 2.81

6 Berkeliling disepanjang lorong-lorong

tempat duduk siswa 2.45

7 Gerakan dengan kepala dan badan.

3.42

8 Membaca materi secara harfiah (kata demi

kata) pada teks atau tanpa teks 3.60

9 senyum dan tertawa pada saat mengajar

dengan frekwensi yang tepat. 3.21

10 Tidak gugup 3.90

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa

dari 10 komponen antusiasme guru 6

komponen berada dalam kategori baik, 3

komponen berada dalam kategori sedang dan 1

komponen berada kategori kurang. Secara

umum, berdasarkan hasil mean total pada

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

182

aspek antusiasme yaitu 3,57, maka dapat

disimpulkan bahwa antusiasme mengajar guru

berada dalam kategori baik. Selanjutnya, 3

komponen yang berada dalam kategori sedang

dan perlu untuk mendapat peningkatan adalah

1) menghindari berpandangan mata dengan

siswa (�̅� Triangulasi =2,81), 2) gesture atau

gerakan kepala dan tangan guru saat

berinteraksi dengan siswa ( �̅� Triangulasi =

3,42), dan 3) senyum dan tertawa pada saat

mengajar dengan frekuensi yang tepat ( �̅�

Triangulasi =3,21). Eye contact merupakan

salah satu komunikasi non verbal yang sangat

penting bagi guru di dalam proses

pembelajaran. Eye contact dapat berarti

memberi penekanan atau penegasan akan

suatu hal tertentu kepada siswa, dan dapat pula

berarti bahwa guru memperhatikan siswa

tersebut di dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui

bahwa guru belum memiliki teknik eye contact

yang baik. Guru cenderung lebih

memperhatikan siswa yang cerdas dan

bermasalah di dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian secara umum dapat

diketahui bahwa guru belum dapat membagi

pandangannya secara baik ketika mengajar di

kelas.

Masalah eye contact pada guru juga

disertai dengan masalah gesture yaitu gerakan

tangan, kepala, dan posisi badan guru ketika

mengajar. Berdasarkan hasil observasi ketika

mengikuti proses belajar mengajar dikelas,

dapat disimpulkan bahwa umumnya guru

kurang menggunakan gesture tangan dan

kepala yang tepat ketika menjelaskan suatu

materi. Umumnya guru menulis di papan tulis

sambil menjelaskan materi, dan tidak

menggunakan gerakan-gerakan tangannya

untuk memberi penekanan atau penegasan

terhadap materi. Guru dapat memperlambat

gerakan tangannya ketika membutuhkan

penekanan dan fokus siswa terhadap materi

tertentu dan sebaliknya mempercepat gerakan

tangannya ketika mengetahui bahwa siswa

telah memiliki pemahaman yang baik terhadap

materi tersebut.

Aspek senyum dan tertawa dengan

frekuensi yang tepat selama proses

pembelajaran juga merupakan salah aspek

yang perlu mendapatkan perbaikan bagi guru

biologi di kota Denpasar. Berdasarkan hasil

observasi di lapangan maka dapat diketahui

bahwa guru cenderung serius di dalam

menjelaskan materi meskipun pada jam-jam

yang kritis, yaitu pada jam-jam siang ketika

konsentrasi siswa sudah mulai menurun.

Dengan frekuensi yang tepat senyum dan

tertawa dapat menciptakan suasana

pembelajaran yang kondusif. Dengan

demikian guru dapat secara leluasa menjadi

‘rekan’ siswa di dalam belajar.

Aspek yang perlu mendapat perhatian

lebih khususnya untuk antusiasme guru adalah

berkeliling disepanjang lorong-lorong tempat

duduk siswa ( �̅� Triangulasi =2,45). Untuk

memfasilitasi siswa dengan baik guru harus

berkelilling di dalam kelas untuk memonitor

kemajuan siswa dalam proses belajarnya.

Berdasarkan hasil observasi lapangan dapat

diketahui bahwa secara umum guru biologi

yang telah tersertifikasi cenderung bersifat

statis di dalam proses pembelajaran.

Umumnya guru hanya memonitoring siswa

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

183

yang memiliki kemampuan akademik rendah

dan tinggi. Guru hanya berkeliling apabila ada

siswa yang mengalami kendala selama proses

belajarnya. Hal ini tidak baik bagi siswa yang

sulit untuk mengungkapkan pendapat atau

bertanya secara langsung kepada gurunya.

Siswa yang demikian akan luput dari perhatian

guru, apabila guru tidak berkeliling untuk

memfasilitasi siswa.

Interaksi Untuk Mengembangkan

Partisipasi Siswa

Adapun interaksi antara guru dengan

siswa dapat dirangkum pada Tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3.Interaksi Untuk Mengembangkan Partisipasi Siswa pada Guru Biologi Pasca Sertifikasi

dalam Mengajar di Kota Denpasar

.Interaksi Untuk Mengembangkan Partisipasi

Siswa

Mean Triangulasi

(�̅�)

Standar

Deviasi (SD)

Mean total

1 Mendorong siswa untuk mengajukan

pertanyaan atau memberikan komentar

selama pembelajaran 4.50

0,55 3,73

2 Mengkritisi siswa ketika mereka

membuat kesalahan. 3.83

3 Menyanjung siswa yang mengeluarkan

pendapat bagus 3.85

4 Memberikan pertanyaan kepada setiap

siswa. 3.69

5 Memberikan pertanyaan kepada seluruh

siswa. 4.38

6 Menggabungkan pendapat murid-murid

kedalam pelajaran. 3.66

7 Memberikan tantangan dan memacu ide. 3.74

8 Menggunakan media yang bervariasi dan

aktivitas yang beragam dalam kelas. 3.32

9 Menanyakan pertanyaan yang tidak perlu

dijawab. 2.93

Data Tabel 5.3 menjelaskan bahwa dari 9

indikator interaksi antara guru dengan siswa

(khususnya untuk guru biologi yang telah

tersertifikasi di kota Denpasar) 2 berada dalam

kategori sangat baik, 5 berada dalam kategori

baik, dan dua berada dalam kategori sedang.

Secara umum dapat diketahui bahwa interaksi

antara guru dengan siswa untuk guru-guru

yang telah disertifikasi di kota Denpasar

adalah baik (mean total = 3,73). Hal ini secara

tidak langsung juga menginformasikan bahwa

aktivitas pembelajaran student centered

learning telah berlangsung dengan baik.

Terdapat dua indikator atau aspek

interaksi yang berada dalam kategori sangat

baik yaitu 1) mendorong siswa untuk

mengajukan pertanyaan atau memberikan

komentar selama pembelajaran (�̅� Triangulasi

=4,50) dan 2) memberikan pertanyaan kepada

seluruh siswa (�̅� Triangulasi =4,38). Hal ini

sesuai dengan hasil observasi lapangan yang

memnunjukkan bahwa guru senantiasa

mendorong siswa untuk bertanya dengan

menunjuk siswa tertentu. Karena dengan

mendorong siswa untuk bertanya guru dapat

mengetahui tingkat pemahaman siswa

tersebut, apakah siswa tersebut bertanya dalam

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

184

tataran definisi atau pertanyaan tingkat analisis

yang mendalam. Melatih siswa untuk bertanya

akan mendorong rasa ingin tahu mereka

terhadap materi. Dengan mendorong rasa ingin

tahu mereka maka siswa akan secara aktif

mencari aktif materi yang diajarkan oleh guru

baik di dalam maupun di luar proses belajar

mengajar. Budaya menanya akan

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

kreatif siswa, karena bertanya

menggambarkan tingkat intelektual yang

dimiliki oleh siswa. Pertanyaan yang diberikan

oleh masing-masing guru model kepada

seluruh siswa adalah pertanyaan untuk

mendiagnosis pengetahuan awal siswa ketika

fase apersepsi maupun pertanyaan tambahan di

kegiatan inti pembelajaran yang mudah untuk

dijawab oleh siswa.

Dalam interaksi guru dengan siswa

berdasarkan hasil temuan di lapangan terdapat

dua indikator interaksi mengajar guru dengan

siswa yang perlu untuk mendapat perbaikan

yaitu 1) penggunaan media yang bervariasi

dan aktivitas yang beragam dalam kelas ( �̅�

Triangulasi =3,32), dan 2) menanyakan

pertanyaan yang tidak perlu dijawab ( �̅�

Triangulasi =2,93). Walaupun kedua indikator

tersebut berada dalam kategori sedang namun

berdasarkan hasil observasi lapangan dapat

diketahui bahwa umumnya guru model tidak

memanfaatkan media pembelajaran dengan

baik. Seperti misalnya ketika mengajar proses

respirasi anaerob guru tidak menayangkan

media video fermentasi ataupun produk

fermentasi. Guru hanya menjelaskan konsep

fermentasi tersebut dengan menggunakan

powerpoint. Terbatasnya media pembelajaran

juga akan membatasi teknik atau metode yang

akan digunakan oleh guru ketika mengajar.

Pengaturan Untuk Menata Subjek

Pelajaran

Adapun pengaturan untuk menata

subyek pembelajaraan dapat diuraikan pada

Tabel 5.4

Tabel 5.4. Pengaturan Untuk Menata Subjek Pelajaran Guru Biologi Pasca Sertifikasi dalam

Mengajar di Kota Denpasar

Pengaturan Untuk Menata Subjek Pelajaran Mean

Triangulasi (�̅�)

Standar

Deviasi (SD)

Mean total

1 Menggunakan judul atau sub-judul untuk

mengatur pembelajaran 4.20

0,22 4,18

2 Menuliskan inti dari pelajaran pada papan

tulis. 3.92

3 Kejelasan pada transisi dari topik satu ke

topik lainnya. 4.16

4 Memberikan penjelasan secara singkat

pada awal pembelajaran. 4.05

5 Menjelaskan bagaimana masing-masing

topik cocok pada pembelajaran secara

keseluruhan 3.98

6 Mengulang kembali topik sebelumnya

pada saat mengawali pembelajaran. 4.44

7 Secara rutin meringkas hal-hal penting. 4.53

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

185

Berdasarkan Tabel 5.4 maka dapat diketahui

bahwa ketujuh indikator atau komponen

pengaturan untuk menata subjek pelajaran

guru biologi pasca sertifikasi di Kota Denpasar

berada dalam kategori baik. Hal ini sesuai

dengan nilai mean total yaitu sebesar 4,18

yang masih berada dalam kategori baik dan

nilai dari standar deviasi data yang masih

sangat kecil yaitu 0,22. Berdasarkan hasil

observasi lapangan guru biologi yang telah

tersertifikasi memiliki keterampilan yang baik

di dalam pengaturan untuk menata mata

pelajaran. Secara umum guru telah terbiasa

untuk menulis di papan tulis dengan ukuran

berbeda sesuai dengan tujuan. Kemudian

membagi papan tulis menjadi dua bagian yang

sama besar untuk ruang menulis selanjutnya,

menggarisbawahi kata-kata sulit untuk siswa,

dan membuat peta konsep untuk menjelaskan

hubungan keterkaitan antara satu konsep

dengan konsep yang lain.

Di dalam transisi antara satu topik ke

topik yang lain umumnya guru model biologi

yang diamati menggunakan jeda sebagai

penegasan. Disamping itu, setiap guru selesai

menjelaskan suatu konsep untuk

mempermudah memberi penekanan transisi

guru bertanya kepada siswa pakah ada hal-hal

yang belum dipahami. Disisi lain, di awal

pembelajaran pada umumnya guru model yang

diamati juga memberi penjelasan singkat

sesuai yang menyesuaikan dengan tingkat

kognitif siswa. Misalnya saja guru memberi

penjelasan “Anak-anak respirasi adalah proses

pembentukan energi berupa ATP dengan

melibatkan pertukaran udara antara

karbondioksida dengan oksigen dengan

menghasilkan sedikit uap air” .Penjelasan

yang demikian sangat sesuai dengan tahap

perkembangan kognitif siswa SMP yang

belum memahami secara kompleks proses

pembentukan ATP secara spesifik.

Saat mengawali pembelajaran

masing-masing guru model mengkaitkan

antara materi yang telah diajarkan sebelumnya

untuk menggali pengetahuan awal siswa.

Pengetahuan awal ini merupakan modal dasar

bagi guru untuk mengintegrasikan materi agar

sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Dan

pada akhir pembelajaran guru juga memberi

kesempatan siswa untuk menyimpulkan materi

yang telah diajarkan. Untuk memperkuat hal

tersebut guru mengomentari dan mengevaluasi

kesimpulan siswa serta merangkum kembali

materi

dengan bahasa yang mudah dipahami oleh

siswa.

Langkah-Langkah dalam Memberikan

Informasi

Adapun langkah langkah dalam

memberikan informasi guru biologi pasca

sertifikasi dalam mengajar di Kota Denpasar

dapat diuraikan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Langkah-Langkah dalam Memberikan Informasi Guru Biologi Pasca Sertifikasi dalam

Mengajar di Kota Denpasar

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

186

Langkah-Langkah dalam Memberikan

Informasi

Mean Triangulasi

(�̅�)

Standar

Deviasi

(SD)

Mean total

1 Secara langsung mengungkapkan poin-

poin yang dianggap mudah. 4.07

0,43 4,04

2 Langsung memaparkan topik secara

umum 3.91

3 Mencakup sedikit materi pada setiap

sesi 3.51

4 Menanyakan kepada siswa bahwa sudah

mengerti dengan materi sebelum

melanjutkan ke topik berikutnya. 4.71

5 Berhenti sejenak dalam menjawab

pertanyaan siswa. 3.98

Berdasarkan Tabel 5.5 maka dapat diketahui

bahwa dari 5 indikator atau komponen

langkah-langkah guru di dalam memberikan

informasi, 1 komponen berada dalam kategori

sangat baik dan 4 komponen berada dalam

kategori baik. Secara umum guru model yang

diobservasi telah dengan baik memberikan

informasi secara sistematis kepada siswa, hal

ini juga terlihat dari nilai mean total yaitu 4,04.

Aspek atau indikator menanyakan

kepada siswa apakah siswa tersebut sudah

mengerti dengan materi sebelum melanjutkan

ke topik berikutnya merupakan aspek dengan

nilai tertinggi pada langkah-langkah guru di

dalam menyampaikan informasi ( �̅�

Triangulasi =3,32). Hal ini didukung oleh data

observasi yang mengindikasikan bahwa

masing-masing guru model selalu bertanya

kepada siswa pada akhir penjelasan konsep

sebelum memulai untuk menjelaskan konsep

berikutnya. Guru memastikan bahwa siswa

benar benar menguasai konsep yang diajarkan

karena pada mata pelajaran biologi konsep

yang satu akan berperan sebagai konsep

prasyarat untuk penguasaan konsep

berikutnya. Hingga saat ini teori pemerosesan

informasi yang disampaikan oleh Gagne masih

relevan digunakan untuk menjelaskan

bagaimana aktivitas guru bertanya akan

pemahaman siswa sebelum melanjutkan

materi ke topik berikutnya. Menurut Gagne

dalam Slavin (2006) menyatakan bahwa

terdapat tiga tahapan di dalam pemerosesan

informasi bagi setiap orang yaitu sensory

motoric, short term memory, dan long term

memory. Penjelasan yang diberikan oleh guru

berada dalam tahap short term memory yaitu

tahap dimana informasi tersebut diolah

sementara. Aktivitas guru bertanya untuk

memastikan pemahaman siswa sebelum

menuju materi selanjutnya memperkuat

informasi yang masuk pada short term memory

siswa. Dengan informasi short term memory

yang baik dan tertata rapi maka selanjutnya hal

ini akan tersimpan dengan baik di long term

memory siswa. Sehingga proses recall akan

berjalan lebih cepat.

Kriteria Pembelajaran dan Penilaian

Adapun aspek kriteria pembelajaran

dan penilaian guru biologi pasca sertifikasi di

Kota Denpasar dapat diuraikan pada Tabel 5.6.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

187

Tabel 5.6. Aspek Kriteria Pembelajaran dan Penilaian Guru Biologi Pasca Sertifikasi dalam

Mengajar di Kota Denpasar

Aspek Kriteria Pembelajaran dan Penilaian Mean

Triangulasi (�̅�)

Standar

Deviasi

(SD)

Mean total

1 Memberikan saran-saran bagaimana

mempersiapkan diri dalam menghadapi tes. 3.86

0,21 4,08

2 Menyediakan contoh-contoh soal yang akan

diujikan 4.19

3 Memberitahu siswa secara langsung apa

harapan pada tes atau tugas yang telah

diberikan. 3.82

4 Selalu objektif pada setiap materi pelajaran. 4.40

5 Mengingatkan siswa jadwal tes atau batas akhir

pengumpulan tugas. 4.09

6 Selalu objektif pada seluruh materi pelajaran. 4.12

Berdasarkan data Tabel 5.6 maka dapat

diketahui bahwa dari 6 komponen atau

indikator aspek pembelajaran dan penilaian 1

komponen berada dalam kategori sangat baik

dan 5 komponen berada dalam komponen

baik. Lebih lanjut, dilihat dari mean total maka

dapat disimpulkan bahwa dalam aspek

pembelajaran dan penilaian guru biologi di

Kota Denpasar berada dalam kategori baik

(4.08). Adapun aspek yang terbaik dari

pembelajaran dan penilaian guru adalah selalu

objektif terhadap setiap materi yang diberikan

(�̅� Triangulasi =4,50). Hal ini sesuai dengan

karakteristik ilmu biologi yang selalu

menerapkan sikap ilmiah di dalam proses

pembelajarannya yaitu obyektif, jujur, terbuka

atau menerima pendapat orang lain, kritis, dan

memiliki rasa ingin tahu.

Berdasarkan hasil observasi lapangan

dapat diketahui bahwa guru model yang

diamati selalu obyektif di dalam menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh siswa. Jika

terdapat ketidak sesuai antara hasil uji coba

praktikum dengan teori yang telah diberikan

oleh guru, maka guru model selalu

mengarahkan siswa untuk melaporkan data

hasil uji coba sesuai dengan hasil yang mereka

dapat atau peroleh. Pada umumnya jika guru

model tidak mengetahui jawaban atas

pertanyaan siswa, guru model akan menunda

untuk menjawabnya dan memilih untuk

mencari sumber informasi terkait. Disamping

itu, berdasarkan hasil wawancara dapat

diketahui bahwa semua guru model juga

bersifat obyektif di dalam memberikan

penilaian terhadap siswanya. Penilaian yang

dilakukan oleh guru model memang benar

benar berasal dari kemampuan siswa itu

sendiri.

Penilaian yang dilakukan secara

obyektif oleh guru model terbut akan memberi

gambaran yang jelas mengenai kemampuan

masing-masing peserta didik baik secara

individu maupun secara kelompok. Maka

dapat disimpulkan bahwa guru model telah

memiliki sense of goal , yaitu mengukur

kemampuan atau kompetensi peserta didik

berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Hal lain juga yang berperan

penting di dalam mendukung obyektifitas dari

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

188

guru model tersebut adalah sense of regulation

yaitu keteraturan di dalam menetapkan

pembelajaran dan penilaiannya sesuai dengan

tujuan awal. Misalnya saja guru model telah

menetapkan waktu presentasi untuk masing

masing kelompok siswa adalah 15 menit.

Maka jika kelompok siswa belum

menyelesaikan presentasinya dengan interval

waktu tersebut, guru model langsung

menyudahi atau menyuruh kelompok siswa

untuk menyelesaikan presentasinya.

Karakteristik Suara

Suara merupakan salah satu faktor

yang sangat berperan di dalam membangun

atmosfer pembelajaran. Karakteristik suara

yang dimaksudkan disini adalah tidak

berbicara gugup di depan siswa, volume yang

tepat dan jelas, kecepatan suara yang sesuai

dan tidak berbicara secara monoton. Disadari

atau tidak suara juga mendukung kualitas

mengajar dan penampilan guru. Guru dengan

volume dan intonasi suara yang baik akan

mampu untuk mengelola kelas atau

memanajemen kelas dengan baik.

Penyampaian yang jelas dan tidak terbata-bata

disertai dengan intonasi suara dan volume

yang tepat menunjukkan kepercayaan diri

seorang guru di dalam mengajar. Adapun

karakteristik suara guru biologi pasca

sertifikasi dalam mengajar di Kota Denpasar

dapat diuraikan pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Aspek Karakteristik Suara Guru Biologi Pasca Sertifikasi dalam Mengajar di Kota

Denpasar

Aspek Karakteristik Suara Mean

Triangulasi (�̅�)

Standar Deviasi

(SD)

Mean total

1 Tidak berbicara gugup, komat-kamit,

kata-kata kasar. 3.93

0,32 4,13

2 Berbicara dengan volume yang tepat. 4.40

3 Berbicara dengan jelas. 4.47

4 Berbicara dengan kecepatan yang tepat. 4.17

5 Tidak berbicara secara monoton 3.69

Data dari hasil triangulasi dan statistik

deskriptif pada Tabel 5.7 menguraikan bahwa

dari 5 komponen karakteristik suara guru

terdapat 2 komponen atau indikator yang

masuk dalam kategori sangat baik, sedangkan

siswanya 3 indikator tergolong dalam kategori

baik. Hal ini sesuai dengan mean total

komponen karakteristik suara guru yaitu 4,13

yang masih tergolong dalam kategori baik.

Berdasarkan hasil observasi lapangan

dapat diketahui bahwa guru model telah

memiliki karakteristik suara yang baik di

dalam mengajar. Secara umum semua guru

model menjelaskan materi pembelajaran

dengan suara yang nyaring dan jelas di dengar

oleh siswa. Guru model berbicara dengan

intonasi dan kecepatan yan tepat. Ketika guru

model ingin mendiagnosis pengetahuan awal

siswa, guru model bertanya dengan pelan dan

dengan volume yang keras agar dapat didengar

oleh seluruh siswa di dalam kelas. Sebaliknya

apabila guru model menjawab pertanyaan

siswa yang sedang belajar di dalam kelompok,

guru model menggunakan intonasi suara yang

lembut dan dengan volume yang lebih kecil.

Variasi suara tersebut diikuti oleh gesture

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

189

tangan yang tepat sehingga memberikan kesan

meyakinkan ketika guru menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh siswa. Lebih lanjut, fakta

lain yang ditemukan di lapangan adalah ketika

guru terlalu lama menjelaskan sesuatu atau

berpindah menjadi pusat pembelajaran yang

menyebabkan suasana kelas menjadi

membosankan, maka guru akan mengubah

setting kelas dengan memberikan pertanyaan

yang harus didiskusikan oleh teman sebangku

siswa..

Hubungan Antara Guru dan Siswa Saat

Pembelajaran

Adapun hubungan antara guru biologi

yang tersertifikasi dengan siswa saat

pembelajaran di Kota Denpasar dapat

diuraikan pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8 Hubungan Antara Guru Biologi yang tersertifikasi dengan Siswa Saat Pembelajaran di

Kota Denpasar

Hubungan Antara Guru dan Siswa Mean

Triangulasi

(�̅�)

Standar

Deviasi (SD)

Mean total

1 Menunjuk siswa dengan nama. 2.85 0,69 3,29

2 Mengalokasikan waktu untuk konsultasi di

luar kelas. 2.99

3 Memberikan bantuan kepada siswa yang

memiliki masalah. 3.40

4 Menunjukkan sikap toleransi. 4.30

5 Berbicara dengan siswa sebelum dan

sesudah pelajaran 3.50

Data Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 5

aspek hubungan antara guru dengan siswa 1

aspek berada dalam kategori sangat baik, 3

aspek berada dalam kategori sedang, dan 1

aspek berada dalam kategori baik. Sedangkan

apabila dilihat dari nilai mean total secara

keseluruhan yaitu 3,29 maka dapat

disimpulkan bahwa hubungan antara guru

yang tersertifikasi dengan siswa di Kota

Denpasar berada dalam kategori sedang.

Aspek yang tergolong kedalam

kategori sedang tersebut perlu segera

mendapatkan perbaikan atau pembenahan.

Adapun aspek tersebut adalah 1) menunjuk

siswa dengan nama (�̅� Triangulasi =2,85), 2)

mengalokasikan waktu untuk konsultasi di luar

kelas ( �̅� Triangulasi =2,99), dan 3)

memberikan bantuan kepada siswa yang

memiliki masalah (�̅� Triangulasi =3,40). Hasil

observasi menunjukkan hal yang serupa

dengan hasil data tabulasi yaitu umumnya guru

model tidak dapat menunjukkan nama siswa

dengan baik ketika meminta siswa untuk

menjawab pertanyaan. Guru model umumnya

menunjuk siswa dengan kata ‘Ya, coba kamu

yang menjawabnya!’. Dengan menunjuk nama

siswa saat mengajukan pertanyaan maka

secara tidak langsung guru akan memberi

menghargai siswa yang akan menjawab

pertanyaan tersebut. Walaupun hal ini

sebenarnya merupakan hal yang kecil dan

jarang diperhatikan oleh guru. Akan tetapi hal

ini bisa berdampak sangat besar bagi siswa.

Disamping itu, menyebut nama siswa juga

akan meningkatkan rasa tanggung jawab, dan

percaya diri siswa. Ketika guru menyebut

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

190

nama siswa maka siswa akan merasa bahwa

guru tersebut menaruh perhatian dan

kepedulian. Mengenal nama siswa merupakan

salah satu bukti guru mengenal karakteristik

siswa. Selain itu guru model juga sulit untuk

ditemui untuk berkonsultasi di luar kelas. Guru

model umumnya lebih nyaman berinteraksi

dengan guru yang lainnya jika dibandingkan

dengan siswa di luar jam pembelajaran,

dibandingkan dengan menyelesaikan masalah-

maslaah yang mungkin saja belum dipahami

oleh siswa. Lebih lanjut, guru model juga lebih

banyak menghabiskan waktu untuk mengurus

masalah masalah administrasi sekolah yang

banyak menyita waktu guru di sekolah. Hal ini

berdampak pada sedikitnya waktu yang

dimiliki oleh guru model untuk memberikan

bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan

masalah-masalah siswa di luar jam belajar.

Hal lain yang menjadi masalah

berdasarkan data hasil observasi guru model

adalah memberi bantuan kepada siswa yang

sedang mengalami kesulitan ketika proses

pembelajaran berlangsung. Secara umum guru

model hanya memfasilitasi siswa dengan

menjawab pertanyaan jika siswa bertanya.

Walaupun setelah menjawab pertanyaan,

apabila siswa masih terlihat bingung guru

model enggan untuk memperjelas kembali

materi yang ditanya karena beranggapan hal

ini akna menghambat kemajuan belajar dari

rekan siswa yang lainnya. Walaupun demikian

sebenarnya guru juga dapat meminta siswa

untuk menemui dirinya di luar jam pelajaran

sekolah untuk mengatasi masalah siswa

tersebut.

Aspek menunjukkan sikap toleransi

merupakan aspek yang tertinggi dalam

hubungan antara guru dengan siswa saat

pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi

lapangan dan wawancara diketahui bahwa

masing-masing guru model memiliki rasa

toleransi yang tinggi kepada siswanya. Hal ini

terlihat ketika guru menyampaikan ungkapan

terima kasih ketika diberi pertolongan oleh

siswa, perhatian ketika ada siswa yang tidak

masuk kelas karena sakit, dan mengijinkan

siswa untuk aktif mengikuti kegiatan lomba

atau olimpiade saat jam pelajarannya

berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA

Baedhowi. (2006). Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan. Halaman 120-126.

Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen

Pendidikan Nasional.

Bonk E., Yamagata. (2005). A Models of

Teacher Professional Development to

Support Technology Integration. AACE

Journal. Volume 3. Nomor 13 (hlm.

250-270).

Chyl, K., Abell, S., Pareja, E., Musikul, K., &

Ritzka, G. (2008). Science and

mathematics teachers’experiences,

needs, and expectations regarding

professional development. 4(1). 31-43.

Available at: www.ejmste.com/

Eurasia_v4n1_Chval_etal.pdf.

Fox, R. K. & Kidd, J. K. (2006). Teachers’

portofolio as windows and mirrors. The

Teacher Educators Journal. 2-17.

Available at: www.physisc.ohio-

state.edu/jossem/Ref/go.pdf.

Marsigit. (2007). Mathematics Teachers

Professional Development Through

Lesson Study in Indonesia. Eurasia

Journal of Mathematics, Science and

Technologi Education. Volume 3.

Nomor 2(hlm.141-144).

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

191

Melville, W., Yaxley, B. (2009). Contextual

Opportunities Teacher Professional

Learning : The Experience of One

Science Department. Eurasia Journal

of Mathematics, Science, and

Technologi Education. Volume 4.

Nomor 1(hlm.31-43).

Miles, M.B. & Huberman, H.M. (1992).

Analisis data kualitatif (buku sumber

tentang metode-metode baru). Jakarta:

UI-Press.

Murray, H. G. (1983). Low-inference

Classroom Teaching Behaviors and

Student Ratings of College Teaching

Effectiveness. Journal of Educational

Psycholog., 75, 138-149.

Muslich, M. (2007). Sertifikasi Guru menuju

Profesionalisme Pendidik. Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Moleong, L. J.(2008). Metodologi penelitian

kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdikarya.

Strauss, A. & Corbin, J. (2007). Dasar-dasar

penelitian kualitatif. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Slavin. R., E. (2006). Educational Psychology;

Theory and Prctice (8th Edition).

Boston; Pearson Edcation Inc.

Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian

Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Subana, M. & Sudrajat. (2005). Dasar-Dasar

Penelitian Ilmiah. Bandung:CV

Pustaka Pelajar.

The National Science Education

Standars.(1996). Science Education

Available at

http://www.nap.edu/catalog/4962/natio

nal-science-education-standards.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-214

192

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149

192

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

KEPUASAN PENGGUNA APLIKASI SISTEM ABSENSI ONLINE DI

STMIK STIKOM BALI

I Gusti Ngurah Satria Wijaya

Program Studi Sistem Informasi Sekolah STMIK STIKOM Bali

Jln. Raya Puputan, No. 86, Renon Denpasar, Bali

Email: [email protected]

ABSTRAK

Tingkat kepuasan pengguna sistem absensi online adalah salah satu parameter yang

banyak dipakai untuk menilai kesuksesan implementasi sistem absensi online pada

suatu organisasi. Mengingat peran penting dari aplikasi sistem absensi online, baik

dalam pelaksanaan absensi online oleh pengguna yaitu dosen pengajar STMIK STIKOM

Bali yang berlangsung secara cepat dan mudah maupun dalam segi output yang dihasilkan

yaitu memperoleh hasil yang akurat, diperlukan adanya suatu pengukuran tingkat

kepuasan pengguna aplikasi sistem absensi online sebagai bentuk evaluasi atas kesuksesan

implementasi sistem absensi online yang telah dilaksanakan selama ini. Penelitian ini

bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepuasan

pengguna aplikasi sistem absensi online di STMIK STIKOM Bali. Dari permasalahan

tersebut diatas maka diperlukan analisis untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna yang

dalam hal ini adalah dosen pengajar sebagai pengguna sistem yang dapat menilai kepuasan

terhadap sistem. Pengukuran kepuasan pengguna dalam permasalahan ini dengan menyebarkan

kuisioner yang akan diisi oleh dosen pengajar STMIK STIKOM bali dengan menggunakan

metode analisis regresi linier berganda. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

kualitas aplikasi, kualitas informasi, sumber daya manusia, dukungan manajemen dan

pelayanan operator dan variabel dependennya adalah tingkat kepuasan pengguna sistem

absensi online. Hasil dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan uji F,

variabel kualitas aplikasi, kualitas informasi, sumber daya manusia, dukungan manajemen

dan pelayanan operator secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

tingkat kepuasan pengguna aplikasi sistem absensi online. Berdasarkan uji parsial,

variabel kualitas aplikasi, kualitas informasi, sumber daya manusia, dukungan manajemen

dan pelayanan operator berpengaruh positif terhadap tingkat kepuasan pengguna aplikasi

sistem absensi online namun tidak signifikan.

Kata Kunci : kualitas aplikasi, kualitas informasi, sumber daya manusia, dukungan

manajemen, pelayanan operator, dan tingkat kepuasan pengguna

ABSTRACT

The level of user satisfaction online attendance system is one of the parameters that are

widely used to assess the successful implementation of an online attendance system in an

organization. Given the important role of online attendance system application, both in the

implementation of online attendance by the user is a lecturer STMIK STIKOM Bali which took

place quickly and easily and in terms of output produced is to obtain accurate results, required

a measurement of the level of user satisfaction application attendance system online as a form

of evaluation of the successful implementation of online attendance system that has been

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149

193

implemented so far. This study aims to examine the factors that affect the level of user

satisfaction online attendance system application in STMIK STIKOM Bali. From the above

problems it is necessary analysis to measure the level of user satisfaction in this case is the

lecturer as a system user who can assess the satisfaction of the system. Measurement of user

satisfaction in this problem by spreading the questionnaires that will be filled by lecturers

STMIK STIKOM Bali by using multiple linier regression analysis method. The independent

variables in this research are application quality, information quality, human resources,

management support and operator service and the dependent variable is user satisfaction level

of online attendance system. The results of this study can be concluded that based on the F test,

application quality, information quality, human resources, management support and service

operators simultaneously have a significant influence on the level of user satisfaction online

attendance system application. Based on partial test, application quality, quality of

information, human resources, management support and service of operator have positive

effect to user satisfaction level of online attendance system application but not significant.

Keywords : application quality, information quality, human resources, management support,

operator service, and user satisfaction level

PENDAHULUAN

STMIK STIKOM Bali yang

dipopulerkan dengan sebutan STIKOM

Bali adalah bentuk perguruan tinggi formal

yang secara khusus menyelenggarakan

program manajemen informatika dan

komputer dengan nama Sekolah Tinggi

Manajemen Informatika dan Teknik

Komputer (STMIK) STIKOM Bali.

Dengan adanya perguruan tinggi di

bidang IT memberikan kesempatan untuk

mahasiswa yang memiliki keinginan untuk

belajar ilmu komputer. Oleh sebab itu

STMIK STIKOM Bali membuat sebuah

sistem absensi untuk mendata dan mencatat

kehadiran mahasiswa yang aktif dalam

kegiatan perkuliahan. Absensi merupakan

salah satu syarat untuk dapat mengikuti

Ujian Akhir Semester (UAS). Seiring

dengan perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi yang telah merambat ke

berbagai aspek kehidupan masyarakat,

kemajuan teknologi informasi dan

komunikasi telah banyak memberikan

manfaat bagi para penggunanya, salah satu

contohnya yaitu komputerisasi. Teknologi

komputerisasi tidak membatasi

penggunanya dan membuat kinerja lebih

cepat dan tertata.

Aplikasi komputer yang

diimplementasikan dalam sistem absensi

online ini yaitu sistem informasi yang

digunakan untuk membantu dosen STMIK

STIKOM Bali untuk mencatat absensi

mahasiswa dengan mudah dan cepat,

dengan menggunakan bahasa pemrograman

java untuk membangun aplikasi ini.

Diimplementasikan aplikasi ini, dosen

pengajar acara perkuliahan di kelas STMIK

STIKOM Bali dapat menggunakan aplikasi

sistem absensi online secara cepat, mudah

dan akurat.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149

194

Tingkat kepuasan pengguna sistem

absensi online adalah salah satu

parameter yang banyak dipakai untuk

menilai kesuksesan implementasi

sistem absensi online pada suatu

organisasi. Kepuasan menurut Philip

Kotler dan Kevin lane Keller (2007) yang

mengatakan bahwa kepuasan adalah

perasaan senang atau kecewa seseorang

yang muncul setelah membandingkan

kinerja (hasil) produk yang dipikirkan

terhadap kinerja yang diharapkan. Nursudi

dan Sudarno (2013) dalam penelitiannya

menggunakan variabel kualitas aplikasi,

kualitas informasi, dukungan manajemen,

sumber daya manusia, dan pelayanan

KPPN (operator pelayanan) untuk

mengukur tingkat kepuasan pengguna

aplikasi pelaporan keuangan pemerintah.

Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa

faktor kualitas aplikasi, kualitas informasi,

sumber daya manusia, dan pelayanan

KPPN (operator pelayanan) berpengaruh

positif terhadap tingkat pengguna aplikasi

pelaporan keuangan pemerintah. Namun

hasil penelitian untuk faktor dukungan

manajemen berpengaruh positif namun

tidak signifikan terhadap tingkat kepuasan

pengguna aplikasi pelaporan keuangan

pemerintah. Al-Adaileh (2009) dalam

penelitiannya menggunakan variabel

kualitas informasi, persepsi kemudahan

penggunaan, persepsi kegunaan,

dukungan manajemen dan kemampuan

teknis pengguna untuk mengukur

tingkat kepuasan pengguna akhir sebagai

indikator persepsi kesuksesan suatu

sistem. Hasil penelitiannya menjelaskan

bahwa faktor kualitas informasi, persepsi

kegunaan, dukungan manajemen dan

kemampuan teknis pengguna

berpengaruh positif terhadap tingkat

kepuasan pengguna. Namun hasil

penelitian juga menjelaskan bahwa

persepsi kemudahan penggunaan tidak

berpengaruh terhadap tingkat kepuasan

pengguna. Hasil penelitian Nursudi dan

Sudarno (2013) pada variabel kualitas

layanan searah dengan hasil penelitian

Rahadian, Djunaedi, dan Suwastono

(2015). Hasil penelitian Nursudi dan

Sudarno (2013) dan Al-Adaileh (2009)

pada variabel kualitas sistem searah

dengan hasil penelitian Purwaningsih

(2010), Rahadian, Djunaedi, dan

Suwastono (2015). Hasil penelitian

Nursudi dan Sudarno (2013) juga

menjelaskan bahwa untuk faktor

dukungan manajemen berpengaruh positif

namun tidak signifikan terhadap tingkat

kepuasan pengguna aplikasi pelaporan

keuangan pemerintah. Namun hasil

penelitian Al-Adaileh (2009) menjelaskan

bahwa dukungan manajemen

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149

195

berpengaruh positif terhadap tingkat

kepuasan pengguna.

Penelitian ini bertujuan untuk

meneliti faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap tingkat kepuasan pengguna

aplikasi sistem absensi online di STMIK

STIKOM Bali. Faktor-faktor tersebut

antara lain : kualitas informasi, kualitas

aplikasi, sumber daya manusia, dukungan

manajemen, dan pelayanan operator (staf

akademik STMIK STIKOM Bali).

. Penelitian ini mengembangkan

perpaduan model penelitian Nursudi dan

Sudarno (2013) dan Al-Adaileh (2009)

dengan menggunakan variabel kualitas

informasi, sumber daya manusia dan

dukungan manajemen. Kemudian

persepsi tingkat kemudahan penggunaan

dan persepsi tingkat kegunaan

digunakan sebagai bagian indikator dari

variabel kualitas aplikasi. Pada model

penelitian ini, variabel pelayanan operator

digunakan operator dari staf akademik

STMIK STIKOM Bali). Pelayanan

operator yang dimaksud adalah pelayanan

yang diberikan oleh staf akademik

STMIK STIKOM Bali kepada pengguna

yaitu dosen pengajar STMIK STIKOM

Bali terkait operasional aplikasi sistem

absensi online seperti pelatihan aplikasi,

layanan konsultasi, dan komunikasi aktif.

METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di

STMIK STIKOM Bali yang beralamat di Jl.

Raya Puputan Renon No. 86 Denpasar Bali.

2.2 Alur Analisis

Penelitian yang dilaksanakan terdiri

dari empat tahapan yaitu :

1. Eksplorasi konsep

Pada tahap pertama yaitu eksplorasi

konsep, dijelaskan bahwa berdasarkan

perumusan masalah yang telah ditetapkan

sebelumnya, dilakukan studi literatur

mengenai konsep yang akan digunakan

dalam penelitian yaitu konsep sistem

absensi online, kepuasan, kepuasan

pengguna. Pada tahap pertama ini juga

dilakukan observasi penggunaan sistem

absensi online yang ada pada perguruan

tinggi yang digunakan sebagai studi kasus

yaitu STIKOM Bali. Hasil studi literatur

dan observasi menghasilkan konsep dan

data yang digunakan sebagai dasar dalam

analisis.

2. Pengumpulan data

Pada tahap pengumpulan dan analisis data

dilakukan pembuatan instrument

pengukuran berupa kuesioner,

pengumpulan data dan analisis data.

Penyebaran data kuesioner dilakukan pada

STMIK STIKOM Bali dengan responden

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149

196

dosen pengajar.

3. Analisis

Pada tahap analisis dilakukan analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kepuasan pengguna sistem absensi online di

STMIK STIKOM Bali dengan metode

analisis regresi linier berganda.

4. Pembahasan dan kesimpulan

Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah

membuat pembahasan hasil dari alat

metode analisis regresi linier berganda dan

melakukan penarikan kesimpulan.

2.3 Data

Dalam penelitian ini akan

menggunakan beberapa data yang menjadi

alat pendukung dalam penelitian,

diantaranya adalah data yang di dapat dari

literatur, obsevasi serta data yang didapat

dari penyebaran kuisioner. Jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer. Data primer diperoleh dari hasil

opini dosen pengajar yang di dapat dari

penyebaran kuisioner.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

dengan penyebaran kuisioner. Kuisioner

tersebut disebarkan pada responden dosen

pengajar STIKOM Bali, dimana untuk

penentuan responden dilakukan dengan

teknik sampling purposive.

2.5 Metode Analisis

Sebelum dilakukannya pengujian data

dengan analisis regresi linear berganda,

beberapa asumsi harus dipenuhi sehingga

model regresi yang nantinya dihasilkan

dapat dikatakan layak. Uji asumsi klasik

dilakukan antara lain dengan uji

normalitas, uji multikolonieritas, dan

uji heterokedastisitas. Pengujian data

menggunakan analisis regresi linier

berganda (Multiple Regression) dengan

memakai alat bantu aplikasi SPSS 16.0

(Statistical Package for Social Science).

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Responden dan Statistik

Deskriptif Penelitian

Berdasarkan jenis kelamin,

responden pria terdiri dari 16 responden

(45,7%), sedangkan responden wanita

terdiri dari 19 responden (54,3%).

Berdasarkan usia, responden yang berusia

paling muda adalah 25 tahun, sedangkan

responden yang berusia paling tua adalah

55 tahun. Mayoritas responden berusia

diantara 27 tahun hingga 32 tahun.

Berdasarkan tingkat pendidikan,

responden terbanyak memiliki tingkat

pendidikan S2. Persentase terendah

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149

197

terdapat pada responden dengan tingkat

pendidikan S3. Sedangkan berdasarkan

pengalaman kerja, mayoritas responden

memiliki pengalaman kerja kurang dari 3

tahun daan antara 3 sampai 6 tahun.

Responden yang paling sedikit adalah

responden yang memiliki pengalaman

kerja antara 6 sampai 9 tahun.

Berdasarkan pendidikan dan pelatihan

yang diikuti, semua responden pernah

mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Variabel Kisaran Rata-rata

Teoritis Empiris Teoritis Empiris

Kualitas

Aplikasi

7 – 35 14 – 35 21 24.5

Kualitas

Informasi

6 – 30 12 – 30 18 21

SDM 3 – 15 6 – 15 9 10.5

Dukungan

Mnajemen

3 – 15 6 – 15 9 10.5

Pelayanan

Operator

4 – 20 8 – 20 12 14

Kepuasan 8 – 40 24 – 40 24 32

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat

bahwa pada variabel kualitas aplikasi,

kualitas informasi, sumber daya manusia,

dukungan manajemen, pelayanan

operator, dan kepuasan pengguna terdapat

responden yang mempunyai nilai jawaban

pada tingkat tertinggi namun tidak ada

responden yang mempunyai nilai jawaban

yang terendah. Berdasarkan tabel 1 juga

dapat dilihat bahwa jawaban yang

diberikan oleh responden pada variabel

kualitas aplikasi, kualitas informasi,

sumber daya manusia, dukungan

manajemen, dan pelayanan operator

menunjukkan jumlah skor jawaban yang

cenderung tinggi. Hal ini terlihat dari rata-

rata jawaban responden pada semua

variabel yang lebih tinggi dari rata-rata

teoritisnya. Hal ini menunjukkan adanya

penilaian dari responden bahwa kualitas

aplikasi, kualitas informasi, sumber daya

manusia, dukungan manajemen, dan

pelayanan operator sudah cukup baik.

4.2 Uji Kualitas Data

Hasil uji validitas menunjukkan

bahwa keseluruhan indikator variabel

yang digunakan dalam penelitian ini

memiliki nilai Pearson Correlation yang

lebih tinggi dari 0,5. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa semua indikator

pengukur variabel tersebut adalah valid.

Hasil uji reliabilitas menunjukkan

bahwa keseluruhan variabel memiliki nilai

Cronbach’s Alpha yang lebih tinggi dari

0,7. Oleh karena itu dapat dikatakan

bahwa keseluruhan pengukur variabel

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah reliabel.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149

198

4.3 Uji Asumsi Klasik

Tabel 2. Uji Asumsi Klasik

Unstandardized Residual

N 35

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .21029296

Most Extreme Differences

Absolute .131

Positive .131

Negative -.058

Kolmogorov-Smirnov Z .774

Asymp. Sig. (2-tailed) .586

a. Test distribution is Normal.

Hasil uji normalitas menunjukkan

bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov adalah

sebesar 0,774 dan tingkat signifikansi

pada 0,586. Tingkat signifikansi ini lebih

besar dari dari tingkat signifikansi

penelitian yaitu 0,05. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa data residual

terdistribusi secara normal.

Tabel 3. Uji Multikolonieritas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)

kualitas aplikasi .330 3.026

kualitas informasi .277 3.615

SDM .403 2.481

Dukungan Manajemen .499 2.006

Pelayanan Operator .523 1.913

Hasil uji multikolonieritas

menunjukkan bahwa keseluruhan

variabel memiliki nilai tolerance diatas

0,1 dan memiliki nilai VIF dibawah 10.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

tidak terjadi multikolinearitas antar

variabel independen dalam model regresi.

Gambar 2. Scatterplot

Hasil uji heterokedastisitas

menunjukkan bahwa dari hasil output

gambar 2 scatterplot, didapat titik menyebar

di bawah serta di atas sumbu Y, dan tidak

mempunyai pola yang teratur. Maka dapat

disimpulakan variabel bebas di atas tidak

terjadi heteroskedastisitas atau bersifat

homoskedastisitas

4.4 Uji Regresi Linier Berganda

Tabel 4. Uji Regresi

Model R R Square

Adjusted

R Square F Sig.

1 .840a .705 .654 13.859 .000a

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat

bahwa model regresi ini memiliki nilai

Adjusted R2 sebesar 0,654. Hal ini berarti

variabilitas variabel dependen yang dapat

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149

199

dijelaskan oleh variabilitas variabel

independen adalah sebesar 65,4%.

Sedangkan sisanya sebesar 34,6%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam model regresi.

Berdasarkan tabel 4 , dapat dilihat

bahwa model regresi ini memiliki nilai F

sebesar 13,859 dengan tingkat signifikansi

0,000. Karena tingkat signifikansi

tersebut lebih kecil dari tingkat

signifikansi penelitian (0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa pada tingkat

signifikansi 5%, variabel kualitas

aplikasi, kualitas informasi, sumber daya

manusia, dukungan manajemen dan

pelayanan operator secara simultan

mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat kepuasan pengguna

aplikasi sistem absensi online.

Tabel 5. Uji Parsial

Model

Standardized Coefficients

t Sig. Beta

(Constant) 2.769 .010

kualitas aplikasi .242 1.382 .178

kualitas informasi

.328 1.712 .098

SDM .022 .137 .892

Dukungan Manajemen

.170 1.192 .243

Pelayanan Operator

.244 1.747 .091

Arah koefisien regresi variabel

kualitas aplikasi terhadap tingkat

kepuasan pengguna aplikasi adalah

sebesar 0,242 dengan arah positif. Hasil

pengujian pengaruh kualitas aplikasi

terhadap tingkat kepuasan pengguna

aplikasi tingkat signifikansi sebesar 0,178.

Tingkat signifikansi penelitian lebih besar

dari tingkat signifikansi sebesar 0,05.

Dengan demikian kualitas aplikasi

berpengaruh positif terhadap tingkat

kepuasan pengguna aplikasi namun tidak

signifikan.

Arah koefisien regresi variabel

kualitas informasi terhadap tingkat

kepuasan pengguna aplikasi adalah

sebesar 0,328 dengan arah positif. Hasil

pengujian pengaruh kualitas informasi

terhadap tingkat kepuasan pengguna

aplikasi tingkat signifikansi sebesar 0,098.

Tingkat signifikansi penelitian lebih besar

dari tingkat signifikansi sebesar 0,05.

Dengan demikian kualitas informasi

berpengaruh positif terhadap tingkat

kepuasan pengguna aplikasi namun tidak

signifikan.

Arah koefisien regresi variabel

sumber daya manusia terhadap tingkat

kepuasan pengguna aplikasi adalah

sebesar 0,022 dengan arah positif. Hasil

pengujian pengaruh sumber daya manusia

terhadap tingkat kepuasan pengguna

aplikasi tingkat signifikansi sebesar 0,892.

Tingkat signifikansi penelitian lebih besar

dari tingkat signifikansi sebesar 0,05.

Dengan demikian sumber daya manusia

berpengaruh positif terhadap tingkat

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149

200

kepuasan pengguna aplikasi namun tidak

signifikan.

Arah koefisien regresi variabel

dukungan manajemen terhadap tingkat

kepuasan pengguna aplikasi adalah

sebesar 0,170 dengan arah positif. Hasil

pengujian pengaruh dukungan

manajemen terhadap tingkat kepuasan

pengguna aplikasi tingkat signifikansi

sebesar 0,243. Tingkat signifikansi

penelitian lebih besar dari tingkat

signifikansi sebesar 0,05. Dengan

demikian dukungan manajemen

berpengaruh positif terhadap tingkat

kepuasan pengguna aplikasi namun tidak

signifikan.

Arah koefisien regresi variabel

pelayanan operator terhadap tingkat

kepuasan pengguna aplikasi adalah

sebesar 0,244 dengan arah positif. Hasil

pengujian pengaruh pelayanan operator

terhadap tingkat kepuasan pengguna

aplikasi tingkat signifikansi sebesar 0,091.

Tingkat signifikansi penelitian lebih besar

dari tingkat signifikansi sebesar 0,05.

Dengan demikian pelayanan operator

berpengaruh positif terhadap tingkat

kepuasan pengguna aplikasi namun tidak

signifikan.

Dari kelima variabel independen yang

digunakan yaitu kualitas aplikasi, kualitas

informasi, sumber daya manusia,

dukungan manajemen, dan pelayanan

operator menunjukkan hubungan yang

positif terhadap variabel independen yaitu

tingkat kepuasan pengguna sistem absensi

online. Hal ini menunjukkan kesesuaian

dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Nursudi dan Sudarno

(2013), Al-Adaileh (2009), DeLone dan

McLean (1992), Seddon dan Kiew (1996),

DeLone dan McLean (2003) dan Wixom

dan Todd (2005). Namun hasil penelitian

uji parsial ini tidak menunjukkan

signifikan. Hal tersebut kemungkinan

disebabkan oleh perbedaan lingkungan

penelitian dan perbedaan sistem aplikasi

informasi yang digunakan.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

:

1. Variabel kualitas aplikasi, kualitas

informasi, sumber daya manusia,

dukungan manajemen dan pelayanan

operator secara simultan mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap

tingkat kepuasan pengguna aplikasi

sistem absensi online.

2. Kualitas aplikasi berpengaruh positif

terhadap tingkat kepuasan pengguna

aplikasi namun tidak signifikan.

3. Kualitas informasi berpengaruh

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149

201

positif terhadap tingkat kepuasan

pengguna aplikasi namun tidak

signifikan.

4. Sumber daya manusia berpengaruh

positif terhadap tingkat kepuasan

pengguna aplikasi namun tidak

signifikan.

5. Dukungan manajemen berpengaruh

positif terhadap tingkat kepuasan

pengguna aplikasi namun tidak

signifikan.

6. Pelayanan operator berpengaruh

positif terhadap tingkat kepuasan

pengguna aplikasi namun tidak

signifikan.

DAMPAK DAN MANFAAT

PENELITIAN

Manfaat keilmuan yang diadakan dalam

penelitian ini adalah untuk dapat

memberikan memberikan bukti empirik

tentang faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap tingkat kepuasan pengguna

aplikasi Sistem Absensi Online dan

memberikan referensi untuk penelitian di

masa mendatang tentang faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap tingkat

kepuasan pengguna aplikasi Sistem

Absensi Online.

Manfaat praktis adalah dapat

memberikan hasil evaluasi bagi manajemen

pengelola khususnya bagi pihak

manajemen STMIK STIKOM Bali dan

pihak perancang maupun pembuat sistem

aplikasi terhadap implementasi dari aplikasi

sistem absensi online sehingga menjadi

bahan pertimbangan untuk meningkatkan

sistem yang lebih baik.

REFERENSI

Al-Adaileh, R.M. 2009. “An Evaluation of

Information Systems Success: A

User Perspective - The Case of

Jordan Telecom Group”. European

Journal of Scientific Research, Vol.

37 No. 2, pp. 226-239.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program IBM

SPSS 19. Edisi Lima. Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Kotler, P., dan Keller, L.K. 2007.

Manajemen Pemasaran. Edisi

Kedua Belas. Indeks : Jakarta.

Nursudi, A., dan Sudarno. 2013. “ Faktor-

faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Kepuasan Pengguna Aplikasi

Pelaporan Keuangan Pemerintah”,

Diponegoro Journal Of Accounting,

Vol. 2 No. 3, hal. 1-12

Purwaningsih, S. 2010. “Analisis

Kesuksesan Penerapan Sistem

Informasi pada Sistem Informasi

Pelayanan Terpadu (SIPT) Online

(Studi Pada PT Jamsostek

(PERSERO)”, Aset, Vol. 12 No. 2,

hal.181-189.

Petter, S., DeLone, W., dan McLean, E.

2008. “Measuring information

systems success: models, dimensions,

measures, and interrelationships”,

European Journal of Information

Systems, Vol. 17, pp. 236-263.

Rahadian, F., Djunaedi, A., dan

Suwastono, A. 2015. “Analisis

Penerimaan dan Kepuasan Pengguna

Terhadap Aplikasi E-Purchasing

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 01 Maret 2017 ISSN : 2088-2149

202

dengan Model Integrasi”, Seminar

Nasional Teknologi Informasi dan

Multimedia 2015.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti memanjatkan puja dan puji syukur

kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Tuhan yang Maha Esa, karena berkat

karunia-Nya, peneliti dapat menyusun dan

menyelesaikan artikel ilmiah ini. Ucapan

terima kasih juga ditujukan kepada STMIK

STIKOM Bali karena telah bersedia

mendanai penelitian internal ini. Ucapan

yang sama juga ditujukan kepada P2M

STMIK STIKOM Bali yang

menyelenggarakan kegiatan monitoring dan

evaluasi internal untuk mereview kemajuan

penelitian ini untuk menjadi lebih baik.

Jurnal Bakti Saraswati Vol. 06 No. 02 September 2017 ISSN : 2088-2149

PEDOMAN PENULISAN JURNAL BAKTI

SARASWATI

Naskah

1. Naskah merupakan hasil penelitian atau

aplikasi IPTEKS pengabdian kepada

masyarakat dan gagasan inovatif dalam

pelaksanaan pengabdian kepada

masyarakat.

2. Naskah yang dikirim belum pernah

diterbitkan atau tidak sedang dalam proses

untuk dipublikasikan oleh jurnal lain

(dinyatakan dengan surat pernyataan).

3. Naskah ditulis dengan bahasa Indonesia

atau bahasa Inggris. Naskah bahasa

Indonesia mengikuti pedoman umum EYD.

Penulisan

Naskah diketik 1,15 spasi, (kecuali abstrak,

tabel, keterangan gambar, histogram dan

kepustakaan diketik dalam satu spasi),

dengan batas 3,5 cm dari margins kiri, 3 cm

masing-masing dari margins kanan, atas

dan bawah. Naskah maksimum 15 halaman

A4, diketik dalam program Microsoft Word

for Windows, huruf Times New Roman

ukuran 12 poin. Sebanyak 2 eksemplar

naskah cetak, dan satu buah soft copy (CD)

yang memuat berkas naskah tersebut

dikirimkan ke alamat penyunting

pelaksana.

Format Penulisan Naskah

1. Judul naskah, ditulis singkat (tidak lebih

dari 16 kata), jelas, informatif dan ditulis

dengan huruf kapital (kecuali nama ilmiah),

posisi di tengah-tengah, ukuran 14 poin.

1. Nama dan Institusi penulis, nama penulis

artikel dicantumkan tanpa gelar akademik,

dan ditempatkan di bawah judul artikel.

Jika penulis terdiri atas lebih dari empat

orang, yang dicantumkan pada judul artikel

adalah nama penulis utama, sedangkan

nama penulis lainnya ditulis pada catatan

kaki halaman pertama naskah. Penulis

dianjurkan mencantumkan alamat e-mail

untuk memudahkan komunikasi.

2. Abstrak, penulisan abstrak ditulis dengan

menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa

Inggris Abstrak tidak lebih 250 kata. Pada

pojok kiri bawah dari abstrak ditulis kata

kunci (key words), tidak lebih dari 7 kata.

Ringkasan dalam bahasa Inggris ditulis

miring (italik).

2. Pendahuluan ditulis secara singkat dengan

memuat latar belakang kegiatan, kondisi

sumber daya serta tujuan utama kegiatan.

3. Sumber Inspirasi, memuat tantangan,

persoalan dan kebutuhan yang dihadapi

perguruan tinggi, dunia usaha dan

masyarakat yang hendak dituntaskan

melalui kegiatan ini (Aplikasi Ipteks).

4. Metode, menguraikan teknik atau

pendekatan yang digunakan untuk

menuntaskan tantangan, persoalan atau

kebutuhan yang menjadi target kegiatan.

5. Karya Utama/Hasil Penelitian memuat

uraian mengenai hasil yang diperoleh dari

kegiatan ini. Bagian ini dapat dilengkapi

dengan foto-foto yang relevan

6. Ulasan Karya (Aplikasi Ipteks),

menguraikan keunggulan dan kelemahan

karya yang dihasilkan, tantangan dalam

pelaksanaan dan pembuatannya serta

peluang untuk penyempurnaannya.

7. Pembahasan (Penelitian), pembahasan

dari pada hasil penelitian

8. Kesimpulan, menyatakan tingkat

ketercapaian target kegiatan.

9. Dampak dan Manfaat kegiatan,

menguraikan manfaat yang diperoleh

masyarakat serta perubahan sosial, budaya

dan ekonomi menggunakan indikator

kinerja yang umum digunakan dibidang

keilmuan masing-masing.

10. Daftar Pustaka, ditulis mengikuti menurut

APA (American Psychological

Association). Penulisan daftar pustaka

terdiri atas (1) nama pengarang, (2) tahun

terbit, (3) judul buku, (4) tempat terbit, (5)

nama penerbit yang disusun berdasarkan

abjad.

11. Persantunan (kalau ada), menyampaikan

ucapan terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu pelaksanaan

kegiatan.

PEMBIAYAAN

Penulis yang artikelnya dimuat wajib membayar

kontribusi biaya sebesar Rp 300.000 (tiga ratus ribu

rupiah) per artikel. Sebagai imbalannya, penulis

menerima 2 (dua) eksemplar Jurnal Bakti Saraswati.

Biaya kirim sebesar Rp. 50.000, dan penambahan 1

(satu) jurnal l dikenakan biaya Rp. 100.000.