36
Daftar Isi BAB I..............................................................3 PENDAHULUAN........................................................3 1.1 Latar Belakang.............................................. 3 1.2 Rumusan Masalah............................................. 5 1.3 Tujuan...................................................... 5 1.4 Sistematika Penulisan.......................................5 BAB II.............................................................6 TINJAUAN PUSTAKA...................................................6 2.1 Asean Economic Community....................................6 2.1.1 Sejarah Singkat ASEAN Economic Community (AEC)...........6 2.1.2 Asean Economic Community Blue Print......................7 2.2 Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal...........................8 2.3 Konsep Industri Kreatif....................................10 BAB III...........................................................12 GAMBARAN UMUM.....................................................12 3.1 Gambaran Umum Kota Medan...................................12 3.2 Gambaran Mengenai Perdagangan Kota Medan Dalam Menghadapi AEC 13 3.3 Strategi dan Kebijakan Kota Medan dalam Menghadapi MEA 2015 14 3.4 Gambaran Umum Industri Kreatif Kota Medan.................15 3.3.1 Industri Kreatif Berdasarkan Tenaga Kerja...............17 3.3.2 Industri Kreatif Berdasarkan Jumlah Produksi............17 3.3.3 Industri Kreatif Berdasarkan Wilayah Pemasaran..........18 BAB IV............................................................19 ANALISA...........................................................19 4.1 Identifikasi Permasalahan Kota Medan Dalam Menghadapi AEC 2015 19 4.2 Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Industri Kratif.........21 4.2.1 Analisis SWOT........................................... 21 4.2.2 Strategi pengembangan...................................23 BAB V.............................................................26 PENUTUP...........................................................26 1

Isu Globalisasi Terhadap Perencanaan Wilayah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kota Medan sebagai kota yang memiliki pengaruh besar dalam perekonomian Pulau Sumatra memiliki sektor sektor yang belum mampu dikembangkan secara optimal demi meningkatkan daya saing daerah. Dalam hal ini daya saing penting adanya kareana pengaruh AEC yang mengharuskan setiap daerah mampu bersaing secara global

Citation preview

Daftar IsiBAB I3PENDAHULUAN31.1 Latar Belakang31.2Rumusan Masalah51.3Tujuan51.4Sistematika Penulisan5BAB II6TINJAUAN PUSTAKA62.1 Asean Economic Community62.1.1Sejarah Singkat ASEAN Economic Community (AEC)62.1.2Asean Economic Community Blue Print72.2 Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal82.3Konsep Industri Kreatif10BAB III12GAMBARAN UMUM123.1 Gambaran Umum Kota Medan123.2Gambaran Mengenai Perdagangan Kota Medan Dalam Menghadapi AEC133.3Strategi dan Kebijakan Kota Medan dalam Menghadapi MEA 2015143.4 Gambaran Umum Industri Kreatif Kota Medan153.3.1 Industri Kreatif Berdasarkan Tenaga Kerja173.3.2 Industri Kreatif Berdasarkan Jumlah Produksi173.3.3 Industri Kreatif Berdasarkan Wilayah Pemasaran18BAB IV19ANALISA194.1Identifikasi Permasalahan Kota Medan Dalam Menghadapi AEC 2015194.2 Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Industri Kratif214.2.1 Analisis SWOT214.2.2 Strategi pengembangan23BAB V26PENUTUP265.1Kesimpulan265.2Lesson Learned26DAFTAR PUSTAKA27

Daftar TabelTabel 1 Ekspor Kota Medan14Tabel 2 Impor Sumut dari Negara-Negara ASEAN (ribu US dollar)15Tabel 3 Industri Kreatif Berdasarkan Wilayah dan Jenis Industri Kreatif di Kota Medan17Tabel 4 Industri Kreatif Berdasarkan Tenaga Kerja18Tabel 5 Industri Kreatif Berdasarkan Jumlah Produksi18Tabel 6 Industri Kreatif Berdasarkan Wilayah Pemasaran19Tabel 7 Penjebaran SWOT23

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangEra globalisasi sekarang ini, kota-kota besar maupun kawasan-kawasan strategis di Indonesia akan berkembang menjadi sebuah sistem kewilayahan dimana satu sama lain akan terikat dalam suatu sistem pengembangan dan saling ketergantungan (complementarity and independency). Sesuai dengan arahan dan tujuan yang tertuang dalam Propenas (Program Pembangunan Nasional), kota kota dan wilayah lain di Indonesia dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan harus mengantisipasi peluang dan tantangan yang akan ditimbul oleh adanya kebijakan regionalisasi (Riyadi, 2002). Sebagai bagian dari salah satu komunitas yang dapat dikatan memanas saat ini adalah isu mengenai Asean Economic Community (AEC). AEC sendiri merupakan pondasi yang diharapkan dapat memperkuat dan memaksimalkan tujuan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN dan membuka peluang bagi negara-negara anggota. Dengan adanya AEC juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas kerjasama dalam hal ekonomi di ASEAN kearah yang lebih signifikan. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah bagaimana Indonesia sebagai bagian dari komunitas ASEAN berusaha untuk mempersiapkan kualitas diri dan memanfaatkan peluang dalam AEC 2015 serta harus meningkatkan kapabilitas untuk dapat bersaing dengan Negara anggota ASEAN lainnya sehingga ketakutan akan kalah saing di negeri sendiri akibat terimplementasinya AEC 2015 tidak terjadi, seperti telah kita ketahui bersama bahwa negara negara di ASEAN lainnya seperti Singapura, Malaysia, Filipina dan Brunei Darussalam yang juga terus meningkatkan kualitas mereka dalam hal perekonomian dalam rangka menghadapi AEC 2015.Pada dasarnya pelaksanaan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 mendatang akan membawa dampak pada liberalisasi ekonomi yang semakin meluas di ASEAN. Tidak hanya sekadar liberalisasi perdagangan, AEC 2015 juga membuka liberalisasi di bidang jasa, modal dan tenaga kerja. Selain terkait daya saing yang selama ini dinilai menjadi salah satu masalah bagi Indonesia dalammenghadapi AEC2015, pertanyaan selanjutnya adalah apakah Indonesia akan diuntungkan atau bahkan semakin dirugikan dengan kesepakatan dalam AEC. Dalam hal ini fokus utama dalam perencanaan dan pengembangan wilayah, AEC merupakan salah satu peluang Indonesia dalam mengembangan kan kewilayahan dengan pendekatan dan penguatan ekonomi daerah. Tantangan muncul ketika peluang menghadirkan berbagai risiko di dalamnya. Tantangan yang harus dihadapi Indonesia menghadapi perdagangan bebas tidak hanya berada pada permasalahan domestik, tetapi di dalam lingkup internasional khususnya kawasan Asia Tenggara. Selain itu kesiapan daerah dalam kompleksitas perkotaan dan wilayah, tantangan lain yang harus dihadapi ke depan antara lain kesenjangan wilayah, belum optimalnya pelayanan infrastruktur sosial, proses degradasi lingkungan, serta belum efektifnya sistem perombakan perkotaan dan wilayah di Indonesia. Maka dalam makalah ini akan memfokuskan pada permasalahan dan memberikan panndangan tentang solusi pengembangan wilayah yang merujuk pada isu global. Kota Medan sebagai kota yang berbatasan langsung dengan kota-kota atau negara-negara di ASEAN tentunya terkena dampak yang signifikan bagi perekonomiannya. Peluang dan Ancaman bagi produk, tenaga kerja, investasi menuntut Kota Medan untuk memperbaiki daya saing agar mampu bersaing dengan negara tetangga. Untuk itu, Kota Medan perlu mengindetifikasi produk-produk unggulan agar memperoleh potensi pasar yang semakin besar dan juga mendorong peningkatkan daya saing agar produk-produk dalam negeri tidak kalah bersaing dari negara tetangga. Selain itu Kota Medan merupakan salah satu kota besar di luar Pulau Jawa yang memiliki UMKM yang relatif banyak. Kota Medan yang sedang berkembang menuju Medan Metropolitan membuat aktifitas dan mobilitas mayarakatnya menjadi tinggi dan beragam. Dalam keberagaman aktivitas tersebut, di Kota Medan terdapat beberapa yang kreatif, produktif dan potensial namun dalam implementasinya industry kreatif dalam hal ini merupakan sebuah ekonomi local kota Medan belum mampu untuk menjawab tantangan AEC yang sudah menjadi isu global.

1.2Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah Pemrsalahan apa saja yang ddihadapi Kota Medan dalam menghadapi isu Globalisasi? 1.3Tujuan Adapun tujuan dari makalah mengenai kesiapan Kota Medan menghadap AEC ini adalah 1. Mengetahui kondisi kota medan dalam menghadapi AEC2. Memberikan konsep mengenai pengembangan kota Medan dalam menghapi AEC1.4Sistematika PenulisanMetode penulisan dalam mengetahui kesiapan Kota Medan menghadapi AEC terbagi dalam 5 ( lima ) bab sebagai berikut :BAB I PENDAHULUANDalam pendahuluan akan dijabarkan dalam latar belakang, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.BAB II REVIEW LITERATURDalam tinjauan pustaka akan dijabarkan mengenai teori teori yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini.BAB III GAMBARAN UMUMPada bab ini berisi tentang gambaran umum BAB IV PEMBAHASANDalam pembahasan akan dijabarkan dalam analisis, dan strategi.BAB V PENUTUPPada bab ini berisi tentang kesimpulan,rekomendasi dan lesson learned kelompok penulis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asean Economic Community2.1.1Sejarah Singkat ASEAN Economic Community (AEC)Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara-negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi difokuskan pada program-program pemberian preferensi perdagangan (preferential trade), usaha patungan (joint ventures), dan skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial Projects Plan (1976), Preferential Trading Arrangement (1977), ASEAN Industrial Complementation scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme (1983), dan Enhanced Preferential Trading arrangement (1987). Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika negara-negara di berbagai belahan dunia mulai melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negara-negara anggota ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan.KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 menyepakati pembentukan komunitas ASEAN yang salah satu pilarnya adalah Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC). AEC bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang ditandai dengan bebasnya aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan perpindahan barang modal secara lebih bebas. KTT juga menetapkan sektorsektor prioritas yang akan diintegrasikan, yaitu: produk-produk pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, produk-produk turunan dari karet, tekstil dan pakaian, produk-produk turunan dari kayu, transportasi udara, e-ASEAN (ITC), kesehatan, dan pariwisata. Dalam perkembangannya, pada tahun 2006 jasa logistik dijadikan sektor prioritas yang ke-12KTT ke-10 ASEAN di Vientiene tahun 2004 antara lain menyepakati Vientiane Action Program (VAP) yang merupakan panduan untuk mendukung implementasi pencapaian AEC di tahun 2020. ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) di Kuala Lumpur bulan Agustus 2006 menyetujui untuk membuat suatu cetak biru (blueprint) untuk menindaklanjuti pembentukan AEC dengan mengindentifikasi sifat-sifat dan elemen-elemen AEC pada tahun 2015 yang konsisten dengan Bali Concord II dan dengan target-target dan timelines yang jelas serta pre-agreed flexibility untuk mengakomodir kepentingan negaranegara anggota ASEAN.Cetak Biru AEC tersebut berisi rencana kerja strategis dalam jangka pendek, menengah dan panjang hingga tahun 2015 menuju terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN, yaitu 1. Menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal); 2. Menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi (regional competition policy, IPRs action plan, infrastructure development, ICT, energy cooperation, taxation, dan pengembangan UKM); 3. Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata (region of equitable economic development) melalui pengembangan UKM dan program-program Initiative for ASEAN Integration (IAI); dan 4. Menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam global supply network).2.1.2Asean Economic Community Blue PrintAEC Blueprint merupakan suatu master plan bagi ASEAN untuk membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dengan mengidentifikasi langkah-langkah integrasi ekonomi yang akan ditempuh melalui implementasi berbagai komitmen yang rinci, dengan sasaran dan jangka waktu yang jelas. Terkait dengan AEC Blueprint, ASEAN juga telah mengembangkan mekanisme Scorecard untuk mencatat implementasi dan komitmen-komitmen negara anggota sebagaimana yang telah disepakati di dalam AEC Blueprint. Scorecard dimaksud akan memberikan gambaran komprehensif bagaimana kemajuan ASEAN untuk mengimplementasikan AEC pada tahun 2015. Dalam kaitan ini negara-negara ASEAN telah menyepakati bahwa AEC Scorecard yang diusulkan akan dilaporkan pada KTT ke-14 ASEAN, Desember 2008 di Thailand.ASEAN Economic Community Blueprint berfungsi sebagai rencana induk yang mengarahkan pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Blueprint tersebut mengidentifikasikan karakteristik dan elemen ASEAN Economic Community dengan target dan batas waktu yang jelas untuk pelaksanaan berbagai indakan serta fleksibilitas yang disepakati untuk mengakomodasi kepentingan seluruh negara anggota ASEAN. Dengan mempertimbangkan pentingnya perdagangan eksternal bagi ASEAN dan kebutuhan masyarakat ASEAN secara keseluruhan untuk tetap berpandangan terbuka. Terdapat tujuh poin penting yang dituangkan dalam ASEAN Economic Community Blueprint untuk menjelaskan mekanisme ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dalam pembentukan pasar tunggal dan basis produksi beserta jadwal strategis yang akan dicapainya yaitu: 1. Penghapusan Hambatan Tarif (Elimination of Tariffs)2. Penghapusan Hambatan Non Tarif (Elimination of Non Tariff Barriers)3. Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin/RoO)4. Fasilitas Perdagangan (Trade Facilitation)5. Penyatuan Kepabeanan (Custom Integration)6. ASEAN Singel Window (ASW)7. Harmonisasi standard an pengaturan teknis penghambat perdagangan2.2 Konsep Pengembangan Ekonomi LokalPembangunan Ekonomi Lokal (PEL) merupakan proses pembangunan ekonomi dimana stakeholders endogeneous (pemerintah, swasta, dan masyarakat) yang berperan aktif dalam mengelola sumber daya lokal untuk menciptakan lapangan kerja dan memberikan stimulus pada pertumbuhan ekonomi di wilayahnya. Prinsip penerapannya adalah kerjasama stakeholders yang akan sangat menentukan keberlanjutan pengembangan ekonomi lokal (Blakely, 1984 dalam Supriyadi, 2007). Berdasarkan fokus penerapannya, tujuan PEL meliputi:1. Membentuk jaringan kerja kemitraan antara pelaku ekonomi untuk pemanfaatan potensi lokal dengan meningkatkan kapasitas pasar pada tingkat lokal, regional dan global.2. Meningkatkan kapasitas lembaga lokal (pemerintah, swasta, dan masyarakat) dalam pengelolaan PEL.3. Terjadinya koloborasi antar aktor baik publik, bisnis dan masyarakat4. Secara kolektif akan mendorong kondisi yang nyaman dalam pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaanSedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah tumbuh dan berkembangnya usaha masyarakat dan meningkatnya pendapatan masyarakat sehingga berkurangnya kesenjangan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan serta mendukung kebijakan pengentasan kemiskinan. Dalam proses implementasi perencanaan dan penerapan PEL ini menggunakan prinsip pendekatan ekonomi, kemitraan, dan kelembagaan. 1. Prinsip ekonomi Mulai dengan kebutuhan pasar Menfokuskan pada kluster dari kegiatan ekonomi yang ada, yang produksinya dijual ke daerah luar (economic base) dan multiplier effect di daerahnya kuat Menhubungkan produsen skala kecil dengan supplier kepada perusahaan ekspor. 2. Prinsip Kemitraan Adanya tanggung jawab dari masing-masing stakeholders (pemerintah, swasta, dan masyarakat) sebagai aktor pengembang dan pengelola ekonomi lokal. Masing-masing stakeholders (pemerintah, swasta, dan masyarakat) berperan aktif dalam bekerjasama Kemitraan mengandalakan sumber daya lokal, bukan bantuan dari luar atau asing Inisiatif digerakkan oleh pembeli, pasar, dan permintaan bukan produksi atau supply 3. Prinsip Kelembagaan Fasilitas dialog diantara stakeholders (pemerintah, swasta, dan masyarakat) untuk menghasilkan ide dan inisiatif Mobilisasi sumber daya lokal untuk menunjang inisiatif yang diusulkan Pengembangan kelembagaan didasarkan atas kebutuhan dari kegiatan ekonomi yang sedang berlangsungKetiga prinsip tersebut dapat dijadikan sebagai strategi pendekatan dan proses perencanaan mengembangkan ekonomi lokal yang dilakukan atas dasar partisipasi dan kemitraan dalam kerangka pengembangan kelembagaan. Partisipasi dalam konteks pemerintah diartikan sebagai forum yang terorganisasikan guna menfasilitasi komunikasi antar pemerintah, masyarakat dan stakeholders dan berbagi kelompok yang berkepentingan terhadap penanganan masalah atau pengambilan keputusan. Partisipasi dan kemitraan antar pelaku dalam PEL berkaitan erat dengan prinsip keterbukaan, pemberdayaan, efesiensi, dan good governance. Dengan demikian, dalam keberhasilan pengembangan ekonomi lokal dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: Perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam kesempatan kerja dan usaha Perluasan bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan Keberdayaan lembaga usaha mikro dan kecil dalam proses produksi dan pemasaran Keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat lokal (Supriyadi, 2007) Dalam konteks pembangunan wilayah, keberhasilan PEL akan mendorong percepatan pertumbuhan wilayah yang berkembang dan tertinggal. Sehingga akan berkurangnya anggapan eksploitasi pembangunan wilayah maju terhadap wilayah miskin (kesenjangan wilayah). Pada akhirnya, konsep PEL menjadi alternatif bagi pengembangan wilayah yang didasarkan atas pembangunan kapasitas lokal (sumberdaya alam, manusia, kelembagaan) semakin berkembang.2.3Konsep Industri KreatifIndustri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni rupa, film dan televisi, piranti lunak, permainan, atau desain fesyen, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan, penerbitan, dan desain. Pemerintah Inggris melalui Kementrian Budaya, Media, dan Olahraga memberikan lingkup industri kreatif sebagai kegiatan yang bersumber dari kreativitas, keahlian dan talenta individu yang berpeluang meningkatkan kesejahteraan dan lapangan kerja melalui penciptaan dan komersialisasi kekayaan intelektual. Selanjutnya Howkins (2001) menemukan kehadiran gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari untuk pertama kalinya pada tahun 1996 karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan ekspor sebesar 60,18 miliar dolar (sekitar 600 triliun rupiah) yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat. Konsep ekonomi baru ini sebenarnya sudah muncul sekitar tahun 1994 dalam laporan Creative Nation yang diluncurkan oleh Australia. Lalu, pada tahun 1997, Inggris melaluiDepartment of Media, Culture and Sport (DCMS)memberikan definisi industri kreatif yaituthose activities which have their origin in individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property.Dalam hal ini, kreativitas menjadi input sentral terhadap proses produksi dan hak intelektual sebagai output (Studi Industri Kreatif Indonesia, 2007). Adapun industri kreatif yang diajukan oleh DCMS ini mencakup bidangadvertising, architecture, the art and antiques market, crafts, design, designer fashion, film, interactive leisure software, music, the performing arts, publishing, software, television dan radio.Industri kreatif mampu memberikan kontribusi positif yang cukup signifikan terhadap perekonomian nasional. Departemen Perdagangan (2008) mencatat bahwa kontribusi industri kreatif terhadap PDB di tahun 2002 hingga 2006 ratarata mencapai 6,3% atau setara dengan 152,5 trilyun jika dirupiahkan. Industrikreatif juga sanggup menyerap tenaga kerja hingga 5,4 juta dengan tingkat partisipasi 5,8%. Dari segi ekspor, industri kreatif telah membukukan total ekspor 10,6% antara tahun 2002 hingga 2006. (Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif).

BAB IIIGAMBARAN UMUM3.1 Gambaran Umum Kota MedanKotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur dari propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. Secara geografis, Medan terletak pada 3,30-3,43 LU dan 98,35-98,44 BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. 10 Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota Medan berada pada maksimum 32,4C dan minimum 24C.

Gambar 1 Peta Kota MedanSumber : ciptakarya.pu.go.id3.2Gambaran Mengenai Perdagangan Kota Medan Dalam Menghadapi AECPada perkembangannya kegiatan pada sektor perdagangan yang berskala internasional di Kota Medan dengan negara-negara di ASEAN mengalami peningkatan pada kuatil setiap tahunnya. Kota Medan yang diketahui sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia dan menjadi salah satu pusat kegiatan bisnis telah menjadi pusat perdagangan internasional terutama di Provinsi Sumatera Utara. Dari sumber yang dianut bahwa sebagian besar barang-barang yang memiliki kegiatan ekspor dari Sumatera diekspor melalui Pelabuhan Laut Belawan dan Pelabuhan Udara Polonia (saat ini Pelabuhan Udara Kuala Namu).Pada tahun 2008, kinerja ekspor Sumatera Utara ke ASEAN telah mencapai US$ 984,25 ribu. Kemudian di tahun 2009, akibat krisis global finansial, ekspor menurun menjadi US$912,13 ribu. Pada tahun 2010 dan 2011, ekspor Kota Medan mengalami peningkatan masing-masing menjadi US$ 1.116,48 ribu dan US$1,464,67 juta. Namun, krisis ekonomi di Eropa membuat ekspor Kota Medan atau Provinsi Sumatera Utara kembali menurun menjadi US$1.234,59 ribu.Tabel 1 Ekspor Kota MedanNegara Tujuan20082009201020112012

ASEAN984,25912,131.116,481.464,671.234,59

Malaysia381,43262,28316,62415,34378,93

Singapura300,89317,74363,17512,19303,49

Lainnya301,93332,11436,69537,14552,17

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2012Eratnya hubungan perdagangan luar negeri antara negara-negara ASEAN dan Indonesia juga tercermin dari meningkatnya nilai impor Indonesia. Kondisi impor Sumatera Utara juga mengalami pertumbuhan pada setiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2012, impor dari negara-negara ASEAN mengalami peningkatan dari US$1,99 juta menjadi US$2,04 juta. Kenaikkan impor berasal dari negara Malaysia. Namun impor dari Singapura dan Thailand mengalami penurunan. Demikian pula impor dari negara-negara ASEAN lainnya.

Tabel 2 Impor Sumut dari Negara-Negara ASEAN (ribu US dollar)Negara Asal20082009201020112012

ASEAN1.151,6928,31.425,91.990,42.040,0

Malaysia319,5226,9419,4457,1719,9

Singapura674,9599,4799,41.115,11.097,3

Thailand100,279,3128,6274,5136,7

Lainnya 57,0 22,7 78,5 143,7 86,1

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2012

Dalam perdagangan internasional dengan negara-negara ASEAN, Sumatera Utara mengalami peningkatan defisit neraca perdagangan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2008, defisit Sumatera Utara, mencapai US$167,4 ribu kemudian mengalami peningkatan menjadi US$805,4 ribu pada tahun 2012. Defisit neraca perdagangan tersebut terjadi akibat tidak sebandingnya pertumbuhan ekspor dan impor antara Sumatera Utara dengan Singapura dan dengan Malaysia. Sedangkan dengan negara ASEAN lainnya Sumatera Utara mengalami surplus perdagangan, yakni mencapai US$329,4 ribu pada tahun 2012. Semakin besarnya defisit neraca perdagangan Sumatera Utara dengan negara-negara ASEAN dapat menjadi ancaman bagi perekonomian Kota Medan. Kondisi ini menggambarkan semakin banyak masyarakat Sumatera Utara dan Kota Medan khususnya yang membeli barang-barang dari negara-negara ASEAN. Importir Kota Medan masih banyak tergantung dengan perantara di Singapura karena masalah transportasi dan kepercayaan penjual dan pembeli. Upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor dengan Singapura adalah melakukan lobi langsung ke negara produsen agar dapat memangkas jalur tata niaga sehingga barang yang diimpor menjadi lebih murah.

3.3Strategi dan Kebijakan Kota Medan dalam Menghadapi MEA 2015Untuk memanfaatkan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, diperlukan strategi dan kebijakan pembangunan daerah. Strategi dan kebijakan ini mencakup berbagi hal diantaranya:1. Peningkatan daya saing2. Pembenahan di bidang Logistik3. Peningkatan dalam bidang perdagangan4. Mengurangi ekonomi biaya tinggi: kemudahan, transparansi, dan fasilitasDalam menghadapi AEC dan MEA kota meda telah melakukan berbagai strategi kebijakan terkait dalam pengimplementasi proram AEC di regional ASEAN. Beberapa strategi yang diambil adalah penigkatan daya saing wilayah. Kota Medan pada dasarnya memiliki daya saing wilayah yang baik dalam persaingan daerah yang ada di Indonesia namun belum tentu dapat bersaing dengan beberapa Negara lain di Asia Tenggara. Peningkatan daya saing Kota Medan dapat digapai dengan atau melalui upaya: a. Dalam jangka pendek perlu menciptakan stabilitas ekonomi makro, stabilitas politik, dan sosial serta sistem hukum yang efektif dan terbuka; b. Harga yang lebih kompetitif, namun berkualitas melalui penciptaan efisien dalam kegiatan ekonomi;c. Mempunyai produk unggulan daerah yang dapat dijual di pasar ekspor melalui konsep regionalisasi produk;d. Menciptakan lingkungan legislatif yang stabil dan bisa diperkirakan serta memelihara suatu keterkaitan antara tingkat upah, produktivitas, dan perpajakan; e. Mendorong berkembangnya pasar terbuka dan kompetitif, membangun layanan dasar bagi masyarakat dan infrastruktur, memperkuat dan memberdayakan potensi yang ada di masyarakat dengan terus menerus melakukan perbaikan kualitas, agar pasar domestik tidak tergeserkan oleh pasar global;f. Meningkatkan kemampuan dalam penguasaan teknologi; g. meningkatkan mutu human resources lewat pendidikan dan latihan yang lebih terarah dan terencana;h. Menciptakan regional branding produk daerah.3.4 Gambaran Umum Industri Kreatif Kota MedanKota Medan yang tercatat menjadi salah satu motor perkonomian Pulau Sumatra memiliki banyak ekonomi lokal yang berbasis industri kreatif. Upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP (2008) yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya. Lingkup kegiatan dari ekonomi kreatif dapat mencakup banyak aspek. Departemen Perdagangan (2008) mengidentifikasi setidaknya 14 sektor yang termasuk dalam ekonomi kreatif, yaitu : 1. Periklanan 2. Arsitektur 3. Pasar barang seni 4. Kerajinan (handicraft) 5. Desain 6. FashionDalam perkembanganya industri kreatif Kota Medan telah banyak menyebar pada sudut kota medan. Berikut merupakan persebaran industri kreatif pada Kota MedanTabel 3 Industri Kreatif Berdasarkan Wilayah dan Jenis Industri Kreatif di Kota Medan

Sumber : Kustoro, 20133.3.1 Industri Kreatif Berdasarkan Tenaga KerjaTabel 4 Industri Kreatif Berdasarkan Tenaga Kerja

Sumber : Kustoro, 2013Sesuai data tersebut di atas diketahui bahwa berdasarkan aspek tenaga kerja, diketahui bahwa industry kreatif sektor kerajinan merupakan industri kreatif yang paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 33%, selanjutnya diikuti dengan sektor fashion sebanyak 27% dan advertising dan perikalanan sebanyak 13% dan sektor lainnya yang masing-masing kurang dari 10%3.3.2 Industri Kreatif Berdasarkan Jumlah ProduksiTabel 5 Industri Kreatif Berdasarkan Jumlah ProduksiNoJenis Indutri KreatifVolume ProduksiPresentase

1Fashion1060020,64%

2Desain1100021,42%

3Kerajinan18234%

4Percetakan dan Penerbitan1080021,03%

5Layanan Komputer2701%

6Fotografi7501%

7Radio1540030%

8Barang Seni00%

9Advertising dan Periklanan7061%

Jumlah51349100%

Sumber : Kustoro, 2013Sesuai data di atas, bahwa berdasarkan jumlah produksi, diketahui industri kreatif sektor radio merupakan industri kreatif yang paling produktif yaitu sebesar 30%, selanjutnya diikuti dengan sektor design sebesar 21,42%, sektor percetakan dan penerbitan sebanyak 21,03% dan fashion sebanyak 20,64%3.3.3 Industri Kreatif Berdasarkan Wilayah PemasaranTabel 6 Industri Kreatif Berdasarkan Wilayah Pemasaran

Sumber : Kustoro, 2013Berdasarkan data yang ditampilkan di atas, diketahui bahwa berdasarkan wilayah pemasarannya, jenis industri kreatif sektor fashion memiliki wilayah pemasaran yang luas yaitu ekspor, nasional, luar propinsi di samping pemasaran lokal. Demikian juga sektor kerajinan, wilayah pemasarannya adalah nasional, luar propinsi dan lokal. Sementara sektor lainnya lokal dan beberapa antar propinsi.

BAB IVANALISA

4.1Identifikasi Permasalahan Kota Medan Dalam Menghadapi AEC 2015Kota Medan sebagai kota yang memiliki batas teritori langsung dengan kota-kota atau negara-negara di ASEAN lainya tentunya akan terkena dampak yang dinilai sangat signifikan bagi perekonomiannya dibanding dengan Kota-kota lain di Indonesia. Adanya isu strategis ini terdapat beberapa peluang dan ancaman bagi Kota Medan dalam pengembangan wilayahnya. AEC merupakan kerjasama antar negara ASEAN yang memiliki kebebasan dalam hal perdagangan dan jasa, tenaga kerja dan investasi. Sejauh ini Kota Medan dengan strategi pengembangan wilayahnya belum mampu dalam mengembangkan produk lokal, tenaga kerja dan investasi. Hal ini menuntut Kota Medan untuk memperbaiki daya saing agar mampu bersaing dengan negara tetangga. Untuk itu, Kota Medan perlu mengindetifikasi produk-produk unggulan agar memperoleh potensi pasar yang semakin besar dan juga mendorong peningkatkan daya saing agar produk-produk dalam negeri tidak kalah bersaing dari negara tetangga. Dalam menghadapi ASEAN Beberapa tantangan akan dihadapi oleh Kota Medan dalam implementasi AEC 2015. Akselerasi kesiapan infrastruktur untuk bidang logistik. Kota Medan memiliki infrastruktur bidang logistik yang kurang baik dibanding dengan negara tetangga, baik infrastruktur jalan, pelabuhan laut maupun pelabuhan udara. Persaingan adalah ketersediaan energi, listrik dan konektivitas. Keterbatasan ketersediaan energi dan listrik menyebabkan produktivitas dan daya saing Kota Medan menjadi melemah. Ekspor Kota Medan masih tetap didominasi oleh ekspor bahan mentah yang tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Masih terkonsentrasinya industri pengolahan Indonesia di Pulau Jawa. Penyebaran industri manufaktur yang 72% berada di Pulau Jawa berpotensi pada ketidakseimbangan laju pertumbuhan dan pembangunan domestik. Di Sumatera Utara saja, industri pengolahan masih terkonsentrasi di 2 (dua) kabupaten/kota yaitu Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Struktur ketenagakerjaan yang masih didominasi lulusan SMU atau sederajat ke bawah. Saat ini saja jumlah pengangguran di Indonesia sangat tinggi, yaitu sebesar 7.240.000 jiwa per Agustus 2012, atau sebesar 6,13% dari total angkatan kerja. Sedangkan di Kota Medan, jumlah pengangguran mencapai 380 ribu jiwa per Agustus 2012, atau sebesar 6,2% dari total angkatan kerja Kota Medan. Setiap 1% pertumbuhan ekonomi di Indonesia hanya mampu menyerap sekitar 500.000 tenaga kerja. Padahal tingkat kelulusan Perguruan Tinggi S1 per tahunnya mencapai 300 hingga 500 ribu sarjana dan kelulusan SLTA per tahunnya mencapai 2,5 juta siswa. Dengan kata lain masih banyak lulusan sarjana dan SLTA yang belum terfasilitasi untuk mendapatkan pekerjaan. Kecenderungan defisit nilai perdagangan dengan negara-negara ASEAN. Kota Medan masih mengimpor barang lebih banya dibandingkan mengekspor ke negara-negara ASEAN seperti Singapura dan Malaysia. Impor tersebut didominasi bahan baku penolong. Sementara ekspor Kota Medan hanya merupakan bahan mentah hasil sumber daya alam. Persoalan efisiensi operasi perbankan di tanah air yang masih rendah. Tingginya suku bunga bank di Indonesia dapat menyebabkan pengusaha kita menjadi kurang berdaya saing. Dalam penjelasan diatas bahwa pekerjaan rumah Kota Medan dalam menghadapi AEC dinilai masih jauh dari kesiapan kota lain di Asia Tenggara yang lain. Penyebaran industri manufaktur yang dinilai memiliki pengaruh terhadap pengembangan wilayah hanya terkonsentrasi pada pulau jawa. Tercatat 72% industri manufaktur di Indonesia berada di Pulau Jawa dan memiliki potensi pada ketidakseimbangan laju pertumbuhan dan pembangunan domestik terlebih pada Kota Medan. Tercatat di Provinsi Sumatera Utara saja, industri pengolahan masih terkonsentrasi di 2 (dua) kabupaten/kota yaitu Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang.Kota Medan merupakan salah satu kota besar di luar Pulau Jawa yang memiliki UMKM yang relatif banyak. Kota Medan yang sedang berkembang menuju Medan Metropolitan membuat aktifitas dan mobilitas mayarakatnya menjadi tinggi dan beragam. Namun dalam berjalannya waktu industri UMKM berbasis industri kreatif belum sama sekali menjadi basis utama dalam pengembangan wilayah kota Medan. Disisi lain kota Medan harus menghadapi AEC dengan belum adanya ekonomi local yang basisnya signifikan. Padahal pada dasarnya Industri kreatif mampu memberikan kontribusi positif yang cukup signifikan terhadap perekonomian nasional. Departemen Perdagangan Replublik Indoneia (2008) mencatat bahwa kontribusi industri kreatif terhadap PDB di tahun 2002 hingga 2006 ratarata mencapai 6,3% atau setara dengan 152,5 trilyun jika dirupiahkan. Industrikreatif juga sanggup menyerap tenaga kerja hingga 5,4 juta dengan tingkat partisipasi 5,8%. Dari segi ekspor, industri kreatif telah membukukan total ekspor 10,6% antara tahun 2002 hingga 2006. Dari studi kasus diatas bahwa industri pengembagan ekonomi lokal berbasis industri kreatif mampu memberikan sumbangsih lebih kepada daerah. Dengan kata lain pengembagan ekonomi lokal berbasis industri kreatif dapat dijadikan indikasi untuk daya saing daerah terutama pada Kota Medan4.2 Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Industri Kratif4.2.1 Analisis SWOTTahapan SWOT berasumsi strategi yang efektif adalah dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang dan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal merupakan pembentuk matriks SWOT (Karo karo,2006).Langkah dalam analisis ini akan menerangkan bagaimana analisis dilakukan, mulai dari data mentah yang ada sampai pada hasil penelitian yang dicapai. Dalam penelitian ini, langkah-langkah analisis data dilakukan sebagai berikut:1. Melakukan pengklasifikasian data, faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal organisasi, peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal organisasi. Pengklasifikasian ini akan menghasilkan tabel informasi SWOT.2. Melakukan analisis SWOT yaitu membandingkan dengan cara pembobotan antara faktor eksternal Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weakness).3. Dari hasil analisis kemudian diinterpretasikan dan dikembangkan menjadi keputusan pemilihan strategi yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih biasanya hasil yang paling memungkinkan (paling positif) dengan resiko dan ancaman yang paling kecil.Berdasarkan langkah diatas maka terlebih dahulu dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal wilayah. Untuk faktor yang mempengaruhi internal wilayah dengan cara mendata seluruh kekuatan dan kelemahan. Kekuatan didata terlebih dahulu kemudian daftar kelemahan. Untuk faktor eksternal wilayah peluang terlebih dahulu didaftarkan kemudian ancaman.

Tabel 7 Penjebaran SWOTInternalEksternal

StrenghtWeaknessOpportunityThreat

Kota Medan Memiliki SDM kreatif Mayoritas penduduknya memiliki relasi yang luas Kemampuan mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan Mayoritas Usaha sudah berbadan hukum dan dipimpin seorang professional Jumlah dan kualitas SDM guna mendukung Industri Kreatif kurang memadai Perginya SDM ke bidang usaha lain dengan upah yang lebih tinggi Inovasi produk rendah Kurangnya kemampuan dalam memasarkan produk Pengembangan Industri Kreatif didukung oleh banyaknya perusahaan dan Perguruan Tinggi Jalur distribusi fisik seperti pasar modern dan tradisional, galeri, toko dan lainlain semakin banyak Apresiasi pasar Semakin besar Semakin terbukanya akses terhadap teknologi Potensi pasar domestik masih besar dan potensi pengembangan produk yang tinggi Dinas Pemerintah daerah belum dapat mengoptimalkan potensi parawisata di sumatera utara Lokasi industri masih jauh dari lokasi bahan bakunya Kurangnya lembaga pembiayaan yang mau membiayai industri kreatif Kekuatan harga, mutu dan inovasi produk asing terutama RRC

Sumber: Hasil Analis26

4.2.2 Strategi pengembanganDalam pegembangan Kota Medan yang merujuk pada pengembangan ekonomi lokal berbasis industri kreatif telah dijabarkan SWOT pada tabel 7. Untuk Mengetahui skala prioritas maka keterkaitan pada aspek SWOT penting adanya guna menunjang adanya strategi pengembangan menurut skala prioritas. Berikut merupakan matriks analisa SWOTMatriks 1 Analisa SWOTStrength1. Kota Medan Memiliki SDM kreatif2. Mayoritas penduduknya memiliki relasi yang luas3. Kemampuan mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan4. Mayoritas Usaha sudah berbadan hukum dan dipimpin seorang professionalWeakness1. Jumlah dan kualitas SDM guna mendukung Industri Kreatif kurang memadai2. Perginya SDM ke bidang usaha lain dengan upah yang lebih tinggi3. Inovasi produk rendah4. Kurangnya kemampuan dalam memasarkan produk

Opportunity1. Pengembangan Industri Kreatif didukung oleh banyaknya perusahaan dan Perguruan Tinggi2. Jalur distribusi fisik seperti pasar modern dan tradisional, galeri, toko dan lainlain semakin banyak3. Apresiasi pasar Semakin besar4. Semakin terbukanya akses terhadap teknologi5. Potensi pasar domestik masih besar dan potensi pengembangan produk yang tinggi

S2-O1: Memanfaatkan relasi yang dipunya oleh masyarakat Kota Medan pemasaran produk industri kreatifS4-O2: Memperluas distribusi produk dari badan usaha yang sudah resmi dan berbadan hukum ke cabang-pasar, toko, dan galeri-galeriS3-O4: Memanfaatkan teknologi untuk memperluas jaringan pelayanan industriS1-O5: Meningkatkan keterampilan SDM sehingga dapat menciptakan inovasi produk yang dapat digunakan untuk menguasai pasar domesticW1-O1: Pengadaan pelatihan terintegrasi dari swasta dan perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas SDM di bidang industri kreatifW2-O3 : Peningkatan dan pemberian apresiasi kepada SDM yang bekerja di sektor industri kreatifW3-O4: Penggunaan teknologi untuk meningkatkan inovasi produk industri kreatifW4-O2: Pemasaran produk secara langsung dengan menggunakan jalur distribusi fisik berupa pasar modern dan tradisional serta galeri

Threat1. Dinas Pemerintah daerah belum dapat mengoptimalkan potensi parawisata di sumatera utara2. Lokasi industri masih jauh dari lokasi bahan bakunya3. Kurangnya lembaga pembiayaan yang mau membiayai industri kreatif4. Kekuatan harga, mutu dan inovasi produk asing terutama RRCS2-T1: Memperkenalkan potensi pariwisata yang ada Sumatera Utara kepada relasi masyarakat yang ada di luar provinsiS4-T3: Usaha yang sudah legal dan berbadan hukum bergabung dengan asosiasi industri kreatif di Indonesia, sehingga memperluas jaringan dan dapat menarik investorS1-T4: Pengadaan inovasi untuk meningkatkan daya saing industri kreatif kota MedanS1-T2: Penggunaan bahan baku alternatif untuk produksi di industri kreatifW3-T3: Memanfaatkan investasi dari lembaga pembiayaan untuk riset dan pengembangan produk industri kreatifW4-T4: Meningkatkan kualitas produk dan memasarkannya ke lingkup yang lebih luas guna berkompetisi dengan produk asingW1-T2: Peningkatan kualitas SDM industri kreatif sehingga dapat melaksanakan riset untuk mencari bahanb baku alternativeW2-T1: Mengarahkan SDM untuk bekerja di sektor publikasi pariwiata Kota Medan

Sumber: Hasil Analisis 2015Berdasarkan matriks diatas maka stategi yang paling diprioritaskan pengembangan ekonomi lokal berbasis Industri Kreatif adalah: 1. Pemanfaatan teknologi untuk inovasi serta perluasan jaringan pelayanan industri kreatif Kota Medan2. Peningkatan keterampilan SDM sehingga dapat menciptakan inovasi produk yang dapat digunakan untuk menguasai pasar domestik3. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk industri kreatif agar dapat bersaing di pasar globalStrategi diatas menjadi sebuah prioritas dikarenakan dalam menjawab tantangan AEC Kota Medan masih memiliki masalah yang berkaitan dengan pengembangan wilayah. Permasalahan utama kota Medan yang paling besar adalah Akselerasi kesiapan infrastruktur Persaingan daerah masih kurang Tingkat Kualitas SDM rendahDari permasalahan diatas maka didapatkan beberapa beberapa solusi pengembangan dari permasalahan utama kota Medan, yaitu :a. Meningkatkan keterampilan SDM di Kota Medan khusunya di bidang industri kreatif untuk meningkatkan daya saing ekonomi b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk dengan menambah sarana dan prasarana pendukung produksi guna meningkatkan daya saing ekonomi Kota Medanc. Menggunakan teknologi dalam setiap proses produksi barang guna meningkatkan daya saing ekonomi Kota medand. Memperkuat kebijakan yang mendukung peningkatan daya saing produksi.e. Memperluas jaringan pelayanan industri guna memperkuat persaingan daerah Kota Medanf. Menyediakan infrastruktur terkait pengembangan industri kreatif di Kota Medang. Meningatkan kualitas SDM dengan pelatihan yang sumber dananya dari investor.

BAB VPENUTUP5.1 KesimpulanKotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Sebagai bagian dari salah satu komunitas yang dapat dikatan memanas saat ini adalah isu mengenai Asean Economic Community (AEC). AEC sendiri merupakan pondasi yang diharapkan dapat memperkuat dan memaksimalkan tujuan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN dan membuka peluang bagi negara-negara anggota. Dengan adanya AEC juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas kerjasama dalam hal ekonomi di ASEAN kearah yang lebih signifikan. Kota Medan sebagai kota yang memiliki batas teritori langsung dengan kota-kota atau negara-negara di ASEAN lainya tentunya akan terkena dampak yang dinilai sangat signifikan bagi perekonomiannya dibanding dengan Kota-kota lain di Indonesia. Adanya isu strategis ini terdapat beberapa peluang dan ancaman bagi Kota Medan dalam pengembangan wilayahnya.Kota Medan yang tercatat menjadi salah satu motor perkonomian Pulau Sumatra memiliki banyak ekonomi lokal yang berbasis industri kreatif. Upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Dalam mengembangkan industri kreatif di Kota Medan, salah satu metode yang cocok adalah dengan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL), Pembangunan Ekonomi Lokal (PEL) merupakan proses pembangunan ekonomi dimana stakeholders endogeneous (pemerintah, swasta, dan masyarakat) yang berperan aktif dalam mengelola sumber daya lokal untuk menciptakan lapangan kerja dan memberikan stimulus pada pertumbuhan ekonomi di wilayahnya. Dengan adanya konsep PEL dalam meningkatkan industri kreatif diharapkan Kota Medan mampu memperkuat daya saing ekoominya sehingga Kota Medan mampu bersaing guna menghadapi Globalisasi.5.2 Lesson LearnedDari beberapa penjelasan diatas maka, lesson learned yang dapat diambil adalah : 1. Sektor industri kreatif merupakan sektor industri yang dapat dikembangkan untuk menjadi sektor andalan di Kota Medan dikarenakan pada era globalisasi, industri kreatif merupakan sektor paling potensial untuk dikembangkan.2. Konsep pengembangan Ekonomi Lokal adalah adalah salah satu konsep yang dapat digunakan untuk mengembangkan ekonomi Kreatif Kota Medan dikarenakan konsep pengembangan ekonomi lokal adalah konsep yang mengintegrasikan antara pemerintah, dan masyarakatDAFTAR PUSTAKA

Budiarta, K., & T. Z. (2013). KAJIAN TENTANG INDUSTRI KREATIF SEBAGAI PENGEMBANGAN UMKM UNGGULAN KOTA MEDAN. Jurnal Pengembangan Kota, 1-30.Egam, P. P., & Rengkung, M. M. (2014). PERENCANAAN KOTA: KEBERLANJUTAN ETHNIC COMMUNITY BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL. MEDIA MATRASAIN .Sholeh. (2013). PERSIAPAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI AEC (ASEAN ECONOMIC COMMUNITY) 2015. eJournal Ilmu Hubungan Internasional.Simatupang, T. M. (2013). Perkembangan Industri Kreatif. Jurnal Bisnis Management ITB, 66-80.

https://www.academia.edu/12623011/Pengaruh_Isu_Global_Terhadap_Perencanaan_Wilayah