31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan janin terhambat (PJT) kini merupakan suatu enritas penyakit yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, mengingat dampak yang ditimbulkan jangka pendek berupa risiko kematian 6 - 10 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi normal. Dalam jangka panjang terdapat dampak berupa hipertensi, arteriosklerosis, stroke, diabetes, obesitas, resistensi insulin, kanker, dan sebagainyaa. Hal tersebut terkenal dengan Barker hipotesis yaitu penyakit pada orang dewasa telah terprogram sejak dalam uterus. 1 Semakin meningkatnya kualitas pelayanan antenatal dan intrapartum serta penatalaksanaan prematuritas, asfiksia, dan infeksi maka angka kematian perinatal semakin berkurang, terutama di negara maju. Namun insidensi PJT sebagai penyebab kematian perinatal cenderung meningkat. Menurut Hellen Kay (2000), sepertiga dari seluruh kasus bayi dengan berat badan lahir dibawah 2500 gram mengalami PJT, dimana hampir 4-8% bayi yang lahir ini berasal dari negara berkembang dan 6-30% bayi yang lahir dikategorikan dengan PJT. 3 Kini WHO menganjurkan agar kita memperhatikan masalah ini karena akan memberikan beban ganda. Di Jakarta dalam suatu survei ditemukan bahwa pada golongan ekonomi rendah, prevalensi PJT lebih tinggi (14 %) jika 1

IUGR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

iugr

Citation preview

Page 1: IUGR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pertumbuhan janin terhambat (PJT) kini merupakan suatu enritas penyakit

yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, mengingat dampak yang

ditimbulkan jangka pendek berupa risiko kematian 6 - 10 kali lebih tinggi jika

dibandingkan dengan bayi normal. Dalam jangka panjang terdapat dampak berupa

hipertensi, arteriosklerosis, stroke, diabetes, obesitas, resistensi insulin, kanker, dan

sebagainyaa. Hal tersebut terkenal dengan Barker hipotesis yaitu penyakit pada orang

dewasa telah terprogram sejak dalam uterus.1

Semakin meningkatnya kualitas pelayanan antenatal dan intrapartum serta

penatalaksanaan prematuritas, asfiksia, dan infeksi maka angka kematian perinatal

semakin berkurang, terutama di negara maju. Namun insidensi PJT sebagai penyebab

kematian perinatal cenderung meningkat. Menurut Hellen Kay (2000), sepertiga dari

seluruh kasus bayi dengan berat badan lahir dibawah 2500 gram mengalami PJT,

dimana hampir 4-8% bayi yang lahir ini berasal dari negara berkembang dan 6-30%

bayi yang lahir dikategorikan dengan PJT.3

Kini WHO menganjurkan agar kita memperhatikan masalah ini karena akan

memberikan beban ganda. Di Jakarta dalam suatu survei ditemukan bahwa pada

golongan ekonomi rendah, prevalensi PJT lebih tinggi (14 %) jika dibandingkan

dengan golongan ekonomi menengah keatas (5 %).1

Bayi dengan berat badan lahir rendah yang kecil masa kehamilan (KMK)

sering ditandai mengalami hambatan pertumbuhan janin. Istilah retardasi

pertumbuhan janin sudah tidak terpakai, karena “retardasi” menyiratkan fungsi

mental yang abnormal, yang bukan merupakan maksud sebenarnya. Di perkirakan

sebanyak 3 hingga 10 persen janin mengalami hambatan pertumbuhan.2

PJT merupakan 10% komplikasi dari seluruh kehamilan. Dimana hal ini

berhubungan dengan angka kematian perinatal yaitu 6 sampai 10 kali lebih tinggi

dibanding bayi dengan pertumbuhan yang normal dan merupakan penyebab kedua

terpenting kematian perinatal setelah persalinan prematuritas. Penyebab PJT adalah

multifaktorial. Secara luas, defisiensi asupan gizi maternal dan perfusi uteroplasenta

yang tidak adekuat adalah salah satu penyebab terbanyak dari PJT.6

1

Page 2: IUGR

Oleh karena itu, perlunya pengetahuan mengenai pertumbuhan janin terhambat

agar dapat memberikan penanganan yang tepat serta mampu menghindari dari

keadaan tersebut. Referat ini membahas mengenai pengertian, etiologi, manifestasi

klinis dan penatalaksanaan dari pertumbuhan janin terhambat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan janin terhambat?

2. Bagaimanakah etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, diagnosa, penatalaksanaan

dan pencegahan pertumbuhan janin terhambat ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui mengenai pertumbuhan janin terhambat

2. Untuk mengetahui etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, diagnosa,

penatalaksanaan dan pencegahan pertumbuhan janin terhambat

1.4 MANFAAT PENULISAN

Sebagai pengetahuan mengenai pertumbuhan janin terhambat dan juga menambah

pengetahuan mengenai etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, diagnosa,

penatalaksanaan dan pencegahan pertumbuhan janin terhambat.

2

Page 3: IUGR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang

terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard

atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.

Janin yang tidak berkembang atau biasa disebut pertumbuhan janin terhambat

(PJT) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi

dimana berat janin tidak sesuai dengan masa kehamilan. Kondisi ini dapat diketahui

apabila berat janin berada dibawah kisaran normal berat janin yang ditentukan.

Selain itu, tanda yang paling mudah ditemukan adalah tidak seimbangnya besar

rahim dengan usia kehamilan.5

Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila janin kurang dari 10% dari berat

yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasanya perkembangan yang

terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan. Dahulu PJT disebut

sebagai intra uterine growth retardation (IUGR), tetapi istilah retardation kiranya

tidak tepat. Tidak semua PJT adalah hiposik atau patologik karena 25-60% yang

berkaitan dengan konstitusi dan besar orang tua.1

2.2 PERTUMBUHAN JANIN NORMAL INTRAUTERIN

Pertumbuhan janin intrauterine merupakan suatu perubahan yang terjadi

sebagai akibat bertambahnya ukuran janin dan peningkatan fungsi sistem organ yang

berlangsung selama kehamilan.

Proses pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 fase pertumbuhan sel yang berturutan,

yaitu :2

1. Fase hiperplasia, terjadi pada 16 minggu pertama kehamilan. Pada fase ini

ditandai dengan jumlah sel bertambah dengan cepat.

2. Fase hiperplasia dan hipertrofi, terjadi pada usia kehamilan 16-32 minggu. Pada

fase ini terjadi peningkatan jumlah dan ukuran sel.

3. Fase hipertrofi sel, terjadi mulai usia kehamilan 32 minggu sampai aterm. Pada

fase inilah sebagian besar penimbunan lemak dan glikogen janin terjadi.

Laju Pertumbuhan janin yang sesuai selama tiga fase pertumbuhan sel ini

adalah 5 g/hari pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke-24, dan 30-35

g/hari pada usia gestasi 34 minggu.

3

Page 4: IUGR

2.3 KLASIFIKASI

Terjadinya PJT dapat dikalsifikasikan ke dalam tiga kelompok :2,3

1. PJT tipe-1 (simetris, proporsional)

Pada PJT tipe-1 dijumpai tubuh janin secara keseluruhan berukuran kecil akibat

berkurangnya potensi pertumbuhan janin dan berkurangnya proliferasi seluler ke

semua organ janin. PJT tipe-1 ditandai dengan berat badan, lingkar kepala dan

panjang badan yang berada dibawah oersentil ke-10. PJT simetris ini terjadi

selama kehamilan trimester ke-1 dan trimester ke-2 dan angka kejadiannya kira-

kira 20-30% dari seluruh bayi PJT.

Gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana total jumlah sel kurang, ini

biasanya disebabkan oleh gangguan kromosom atau infeksi kongenital misalnya

TORCH. Proses patologis berada di organ dalam sampai kepala.

2. PJT tipe-2 (asimetris, disproporsional)

PJT tipe-2 ini terjadi karena janin kurang mendapatkan nutrisi dan energi,

sehingga sebagian besar energi digunakan secara langsung untuk

mempertahankan pertumbuhan organ vital (seperti otak dan jantung). Hambatan

pertumbuhan asimetris dikemukanan sebagai akibat dari pengutamaan alokasi

oksigen dan nutrisi ke otak, yang memungkinkan otak dan kepala tetap tumbuh

normal yang disebut brain sparing. Karena efek brain sparing, janin-janin yang

asimetris dianggap lebih terlindung dari seluruh efek penghambatan

pertumbuhan. PJT asimetris ini umumnya terjadi akibat insufisiensi plasenta. PJT

asimetris mempunyai ukuran kepala normal tetapi lingkar perut kecil. PJT tipe-2

memiliki berat badan yang kurang dari persentil-10. PJT asimetris terjadi pada

trimester terakhir, yang disebabkan karena terjadinya penurunan kecepatan

pertumbuhan. Angka kejadiannya kira-kira 70-80 % dari seluruh bayi PJT.

Gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana jumlah total sel normal tetapi

ukurannya lebih kecil. Biasanya gangguan ini disebabkan oleh faktor maternal

atau faktor plasenta.

3. PJT Kombinasi

Terjadi pada kehamilan 20 – 28 minggu yaitu gangguan potensi tubuh kombinasi

antara gangguan hiperplasia dan hipertrofi sel, misalnya dapat terjadi pada

4

Page 5: IUGR

malnutrisi ibu, kecanduan obat atau keracunan. Bayi mungkin mengalami

pemendekan skeletal, sedikit pengurangan dari masa jaringan lunak. Jika

manutrisi terjadi dalam jangka waktu lama dan parah, janin kemungkinan akan

kehilangan kemampuan untuk konpensasi sehingga terjadi peralihan dari PJT

kombinasi menjadi PJT tipe simetris.

Perbedaan antara PJT simetris dan asimetris3

Simetris Asimetris

Insidensi 20-30 % Insidensi 70-80%

Terjadi pada trimester ke-1 & ke-2 Terjadi pada trimester ke-3

Kecil secara simetris Kepala lebih besar dai abdomen

Menghambat seslular embrionik Menghambat hipertrofi selular

Menurunnya jumlah & ukuran sel Menurunnya ukuran sel

Rasio kepala/abdomen dan

femur/abdomen yang normal

Rasio kepala/abdomen dan

femur/abdomen yang meningkat

Penyakit genetik, infeksi Insufisiensi pembuluh darah plasenta

Komplikasi neonatus, prognosis buruk Biasanya keadaan neonatur agak buruk

dan membaik bila komplikasi dihindari

atau diterapi secara adekuat.

2.4 ETIOLOGI

Etiologi dalam gangguan pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 kategori :2,3,6

1. Faktor Ibu

Berat badan sebelum hamil dan status nutrisi yang kurang

Berat badan yang kurang selama kehamilan

Nutrisi yang kurang/malnutrisi

Pengguna obat-obatan, alkoholik, merokok

Gangguan vaskular (hipertensi, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit

kollagen)

Hipoksia persisten (penyakit paru, penyakit jantung, anemia)

Malformasi uterus atau adanya massa

2. Faktor Uterus dan Plasenta

5

Page 6: IUGR

Hipoksia Kronik

Kehamilan Multiple

Malformasi Uterus

3. Faktor Janin

Genetik (kelainan kromosom, kelainan kongenital)

Infeksi Intaruteri (Cytomegalovirus, Malaria, Parvovirus, Rubella,

Toxoplasmosis, Herpes virus, HIV)

Penyebab PJT berdasarkan klasifikasi PJT :2,6

1. Tipe simetris

a. Pertambahan berat badan maternal yang jelek.

Wanita dengan berat badan rendah atau peningkatan berat badan salam

kehamilan kurang/peningkatan berat badan terhenti setelah kehamilan 28

minggu akan mempunyai resiko mengalami retardasi pertumbuhan janin.

Akan tetapi pada wanita yang mempunyai tubuh besar dan penambahan

berat badan kurang / dibawah rata-rata tanpa penyakit maternal  mungkin

tidak disertai retardasi pertumbuhan janin yang nyata.

Pada perempuan dengan indeks masa tubuh (IMT) rata-rata atau rendah,

sedikit penambahan berat badan selama kehamilan dapat menyebabkan

hambatan pertumbuhan janin. Kekurangan penambahan berat badan pada

trimester kedua berdampak pada penurunan berat badan lahir. Seperti yang

diperkirakan, gangguan pola makan menyebabkan peningkatan hambatan

pertumbuhan janin hingga sembilan kali lipat

b. Infeksi janin (virus, bakteri, protozoa)

Infeksi tersebut; virus rubella, cytomegalovirus, hepatitis A dan B,

(berkaitan dengan persalinan preterm), toksoplasmosis, malaria. Mekanisme

pengaruh setiap infeksi terhadap pertumbuhan janin berbeda satu sama lain.

Cytomegalovirus menyebabkan sitolisis langsung dan penghilangan sel-sel

fungsional. Infeksi rubella menyebabkan insufisiensi vaskular dengan cara

merusak endotelium pembuluh darah kecil, dan juga mengurangi

pembelahan sel.

c. Malformasi kongenital

Semakin berat malformasi semakin besar pula bayi kemungkinan

mengalami retardasi pertumbuhan. Hal ini terutama terbukti pada janin

6

Page 7: IUGR

dengan abnormalitas kromosom atau yang mengalami malformasi

kardiovaskular serius.

d. Kelainan kromosom

Janin-janin dengan trisomi autosomal memiliki plasenta dengan penurunan

jumlah arteri yang borotot kecil di batang vili tersier. Tergantung pada

bagian mana yang mengalami kelebihan, mungkin akan terkait dengan

hambatan. Contoh, pada trisomi 21, hambatan pertumbuhan janin umumnya

masih ringan. Baik pemendekan ukuran femur maupun hipoplasia aneploidi

ini.

e. Sindrom dwarf

2. Tipe asimetris

a.   Penyakit vaskuler

Penyakit vaskuler kronis umumnya menyebabkan hambatan pertumbuhan,

terutama jika kehamilan disertai dengan komplikasi preeklamsia yang

tumpang tindih. Preeklampsia dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan

janindan merupakan indikator keparahan penyakit vaskular kronik, terutama

apabila awitannya terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu.

b. Penyakit ginjal kronis

Insufisiensi ginjal kronik sering dikaitkan dengan hipertensi dan penyakit

vaskular yang mendasarinya. Nefropati kronik biasanya disertai dengan

pertumbuhan janin terhambat.

c. Hipoksia kronis

Beberapa kondisi yang terkait dengan hipoksia uteroplasenta antara lain

preeklampsia, hipertensi kronik, asma, merokok, dan menetap di dataran

tinggi. Ibu yang tinggal di dataran tinggi bayi yang dilahirkan mempunyai

berat badan rendah dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

tinggal di dataran yang lebih rendah. Dan ibu dengan penyakit jantung

sianotik akan mengalami pertumbuhan janin yang terhambat.

d. Anemia maternal

7

Page 8: IUGR

Pada sebagian besar kasus, anemia pada ibu tidak menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat. Pengecualian meliputi penyakit sickle-cell

dan beberapa anemia bawaan lainnya.

e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat

Sejumlah kelainan plasenta mungkin menyebabkan pertumbuhan janin

terhambat. Kegagalan pertumbuhan dalam kasus-kasus ini dianggap terjadi

karena insufisiensi uteroplasenta.

 f. Solutio plasenta lokal yang kronis, infark yang luas, korioangioma dapat

menyebabkan retardasi pertumbuhan.

g. Janin multipel

Kehamilan dengan dua janin atau lebih kemungkinan besar dipersulit

dengan pertumbuhan yang melambat pada satu janin atau lebih

dibandingkan dengan bayi tunggal yang normal.

h. Kehamilan preterm

i. Kehamilan ekstrauteri

Jika plasenta berimplantasi di luar uterus, janin umumnya mengalami

peningkatan resiko hambatan pertumbuhan.

3. Kombinasi tipe simetris dan asimetris

a. Obat-obat teratogenik

Sejumlah obat dan bahan kimia dapat memberi dampat buruk terhadap

pertumbuhan janin. Beberapa bersifat teratogenik dan berpengaruh pada

pertumbuhan janin sebelum organogenesis lengkap. Beberapa memengaruhi

atau terus memengaruhi janis setelah embriogenesis janin berakhir pada 8

minggu.

Beberapa obat imunosupresan antirejeksi (antirejection imunosupressant)

yang digunakan untuk terapi transplantasi organ terlibat sebagai salah satu

penyebab PJT. Selain itu, rokok, opiat dan obat-obatan terkait, alkohol, serta

kokain dapat menyebabkan PJT. Wanita perokok cenderung makan lebih

sedikit karena itu ibu akan kekurangan substrat didalam darahnya, selain itu

merokok menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang

menyebabkan vasokonstriksi yang berkepanjangan sehingga terjadi

pengurangan jumlah pengaliran darah ke dalam ruang intervillus. Konsumsi

kafein selama kehamilan baru-baru ini dikaitkan dengan PJT. Pertumbuhan

8

Page 9: IUGR

janin yang melambat mungkin berhubungan dengan ekspresi enzim

fenotripik yang memperlambat metabolisme kafein.

b. Malnutrisi berat

2.5 MORTALITAS DAN MORBIDITAS

Angka kesakitan dan kematian perinatal cukup besar pada pertumbuhan janin

terhambat. Kematian janin akibat asfiksia saat lahir, aspirasi mekonium dan

hipoglikemia serta hipotermia neonatal meningkat, demikian pula prevalensi

timbulnya kelainan neurologis. Hal ini terjadi pada bayi aterm ataupun preterm. Usia

kehamilan kurang dari 32 minggu memiliki resiko kematian yang tinggi akibat

pertumbuhan janin terhambat.2

Bayi dengan hambatan pertumbuhan akibat faktor virus kongenital, kromosom,

atau konstitusional dari ibu akan tetap berperawakan kecil sepanjang hidupnya. Bayi-

bayi dengan hambatan pertumbuhan in utero akibat insufisiensi plasenta sering akan

mengejar pertumbuhannya kembali setelah lahir dan mendekati potensial

pertumbuhan herediternya jika hidup di lingkungan yang optimal.2

2.6 PATOLOGI

Pada kelainan sirkulasi uteroplasenta akibat dari perkembangan plasenta yang

abnorrnal, pasokan oksigen, masukan nutrisi, dan pengeluaran hasil metabolik

menjadi abnormal. Janin menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi pada trimester

akhir sehingga timbul PJT yang asimetrik yaitu lingkar perut yang jauh lebih kecil

daripada lingkar kepala. Pada keadaan yang parah mungkin akan terjadi kerusakan

tingkat seluler berupa kelainan nukleus dan mitokondria.1

Pada keadaan hipoksia, produksi radikal bebas di plasenta menjadi sangat

banyak dan antioksidan yang relatif kurang (misalnya: preeklampsia) akan menjadi

lebih parah. Soothiil dan kawan-kawan (1987) telah melakukan pemeriksaan gas

darah pada PJT yang parah dan menemukan asidosis dan hiperkapnia, hipoglikemia,

dan eritroblastosis. Kematian pada jenis asimetrik lebih parah jika dibandingkan

dengan simetrik.1

Penyebab PJT simetrik ialah faktor janin atau lingkungan uterus yang kronik

(diabetes, hipertensi). Faktor janin ialah kelainan genetik (aneuplodi), umumnya

9

Page 10: IUGR

trisomi 21, 13, dan 18. Secara keseluruhan PJT kenyataannya hanya 20 % saja yang

asimetrik pada penelitian terhadap 8.722 di Amerika.1

2.7 MANIFESTASI KLINIS

Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan

berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dan layu dibanding pada bayi

normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya

pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi

dan oksigenasi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan

jaringan, atau karena infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk masa

kehamilan bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua orangtua kecil),

kebanyakan kasus PJT atau Kecil Masa Kehamilan (KMK) dikarenakan karena

faktor-faktor lain.

PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul sangat dini

sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu. Sementara, PJT

yang muncul terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problem lain.

Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh tubuh dan organ janin menjadi terbatas.

Ketika aliran darah ke plasenta tidak cukup, janin akan menerima hanya sejumlah

kecil oksigen, ini dapat berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan janin

berisiko tinggi mengalami kematian. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan

mengalami keadaan berikut :

Penurunan level oksigenasi

Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi adaptasi bayi

segera setelah lahir)

Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam kandungan)

yang dapat berakibat sindrom gawat nafas

Hipoglikemi (kadar gula rendah)

Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin

Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)

10

Page 11: IUGR

2.8 DIAGNOSIS

Penentuan awal usia kehamilan, perhatikan penambahan berat badan ibu dan

pengukuran pertumbuhan fundus uterus secara seksama selama kehamilan akan

mengidentifikasi banyak kasus pertumbuhan janin yang abnormal pada perempuan

berisiko rendah. Faktor-faktor risiko termasuk pertumbuhan janin terhambat

sebelumnya meningkatkan kemungkinan terulang kembali. Secara khusus, tingkat

kekambuhan atau rekurensi diyakini hampir 20%. Pada perempuan dengan faktor

risiko, harus dipertimbangkan untuk evaluasi sonografik secara berkesinambungan.

Meskipun frekuensi pemeriksaan bervariasi sesuai indikasi, pemeriksaan awal yang

dilanjutkan dengan pemeriksaan kedua pada 32 sampai 34 minggu, atau jika terdapat

indikasi lain secara klinis, akan mengidentifikasi banyak kasus pertumbuhan janin

terhambat. Meskipun demikian, diagnosis pasti umumnya tidak bisa dibuat sampai

kelahiran janin. Namun demikian, terdapat tekhnik klinis sederhana maupun

teknologi yang lebih kompleks yang terbukti bermanfaat.

1. Faktor Ibu

Penetapan usia gestasi secara dini, perhatian pada penambahan berat badan ibu

serta pengukuran pertumbuhan fundus uteri dengan cermat selama kehamilan

akan menolong identifikasi kasus pertumbuhan janin terhambat. Kemudian

identifikasi tentang riwayat pertumbuhan janin terhambat pada kehamilan

sebelumnya.1,2

2. Tinggi Fundus Uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri yang dilakukan secara serial dan cermat selama

kehamilan adalah metode penapisan yang sederhana, aman, tidak mahal dan

cukup akurat untuk mendeteksi janin yang kecil untuk masa kehamilan.

Kekurangannya adalah ketidaktepatan. Jansen dan Larsen menemukan bahwa

pengukuran simfisis-fundus membantu mengidentifikasikan hanya 40 % bayi.

Sehingga bayi yang kecil untuk masa kehamilan dapat terlewatkan atau

terdiagnosis berlebihan. Meskipun demikian, hasil-hasil ini tidak mengurangi

pentingnya pengukuran fundus yang dilakukan secara cermat sebagai cara

penapisan sederhana.2

Cara pengukuran menggunakan sebuah tali pengukur yang di kalibrasi dalam

sentimeter dan dipasang pada lengkung abdomen dari tepi atas simfisis sampai ke

tepi atas fundus uteri yang diidentifikasi dengan palpasi atau perkusi. Antara usia

11

Page 12: IUGR

gestasi 18 sampai 30 minggu, tinggi fundus uteri dalam sentimeter bertepatan

dengan minggu gestasi. Bila ukurannya lebih dari 2 sampai 3 cm dari tinggi

fundus seharusnya, pertumbuhan janin yang tidak sesuai dapat dicurigai.2

TFU akan sesuai dengan jumalh minggu usia kehamilan pada usia kehamilan 22

minggu sampai 32 minggu dengan syarat kandung kemih dalam keadaan kosong.

Jika diperoleh hasil pengukuran tinggi fundus < 3 cm lebih rendah dari yang

diharapkan pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu, maka perlu dicurigai

adanya PJT. Namun pengukuran ini tidak dapat dilakukan bila usia kehamilan

lebih dari 35 minggu.3

3. Pengukuran Ultrasonografi

Semua kehamilan harus mendapatkan pemeriksaan ultrasonik secara rutin dengan

tujuan dapat membantu mendiagnosis pertumbuhan janin terhambat. Sebaiknya

kepastian PJT dapat dibuat apabila terdapat data USG sebelum 20 minggu

sehingga pada kehamilan 32 - 34 minggu dapat ditentukan secara lebih tepat.

Pemeriksaan Ultrasonografi yang rutin pada usia gestasi 16 sampai 20 minggu

untuk menetapkan usia kehamilan dan menyingkirkan anomali yang tampak,

diikuti oleh pemeriksaan pada minggu ke 32 sampai 34 untuk mengevaluasi

pertumbuhan janin. Metode Ultrasonografi optimal untuk memperkirakan ukuran

janin dan adanya pertumbuhan janin terhambat. Menggabungkan ukuran kepala,

abdomen dan femur secara teoritis akan meningkatkan akurasi peramalan ukuran

janin.1,2

Hasil dari ultrasonografi yang ditemukan pada PJT :

1. Diameter Biparietale

Memiliki variasi fisiologi yang sangat tinggi dengan semakin bertambahnya

usia kehamilan, sehingga bukan merupakan penentu yang ideal. Hal ini

disebabkan oleh lambatnya penurunan pertumbuhan tulang tengkorak karena

malnutrisi dan adanya berubah bentuk tengkorak oleh kekuatan luar

(oligohidramnion, presentasi bokong). Campbell (1972), mengenali dua pola

teknik pemeriksaan. Pada pola low-profile, pertumbuhan kepala terus rendah

disepanjang kehamilan dan keadaan ini berkaitan dengan anomali kongenital,

infeksi serta abnormalitas kromosom, sedangkan pada pola late-flattening

ditandai dengan pertumbuhan kepala janin yang sebelumnya normal diikuti

12

Page 13: IUGR

dengan perlambatan pada trimester ketiga. Pola ini berkaitan dengan faktor

maternal dan plasental seperti hipertensi.1,2

2. Rasio Lingkar Kepala Terhadap Lingkar Abdomen

Normalnya lingkar kepala lebih besar dari lingkar abdomen sampai

kehamilan mencapai usia kurang dari 32 minggu. Pada usia kehamilan antara

32 dan 36 minggu, kedua sirkumferensia tersebut sama besarnya. Setelah usia

36 minggu, sirkumferensia abdomen biasanya melampaui sirkumferensia

kepala. Lingkar perut (AC), diukur melewati hati. Merupakan parameter yang

paling baik dengan sensitivitas mencapai 82 % dan berguna secara klinik

untuk menggambarkan status nutrisi janin. Teknik ini dapat digunakan untuk

mendeteksi retardasi pertumbuhan janin, disamping itu dapat pula dibedakan

pola pertumbuhan yang simetris ataupun yang asimetris. 1,2

3. Pengukuran Cairan Amnion

Cairan amnion merupakan petanda kesejahteraan janin. Jumlah cairan amnion

yang normal merupakan indikasi fungsi sirkulasi janin relatif baik. Bila

terdapat oligohidramnion, patut dicurigai perburukan fungsi janin. Chauhan

dkk (2007) menemukan oligohidramnion pada kurang dari 10% kehamilan

yang dicurigai mengalami PJT, tapi kelompok perempuan ini berpeluang dua

kali lebih besar untuk melahirkan secara caesar akibat pola denyut jantung

janin yang tidak stabil. Satu penjelasan untuk oligohidramnio adalah

kekurangan produksi urin janin akibat hipoksia dan penurunan aliran darah

ginjal.1,2

4. Berat Janin

Berbagai rumus yang berbeda berdasarkan hasil pengukuran diameter janin,

sikumferensia dan daerah dari semua bagian tubuh dapat digunakan untuk

mengukur taksiran berat janin yang dapat pula digunakan untuk mendeteksi

adanya retardasi pertumbuhan.1,2

Taksiran berat badan janin (TBJ) yang paling banyak digunakan yakni

pengukuran berdasarkan ukuran diameter biparietal (BPD), heas

sirkumference (HC), abdominal sirkumference (SC) dan femur lenght (FL).

Beberapa parameter lain dari USG untuk mendiagnosis PJT adalah dengan

rasio berbagai variasi pengukuran seperti lingkar kepala dibagi lingkar perut

(HC/AC) normal sama dengan 1.0 sebelum usia 32 minggu, mendekati 1.0

13

Page 14: IUGR

pada usia kehamilan 32 minggu sampai 34 minggu dan kurang dari 1.0

setelah usiang kehamilan 34 minggu.3

5. Derajat Plasenta

Plasenta derajat III berhubungan dengan hampir 60% janin dengan PJT.

Derajat plasenta ditentukan berdasarkan lempeng korion. Derajat I memiliki

lempeng korion yang halus, biasanya terdapat pada kehamilan 30-32 minggu

dan dapat bertahan hingga aterm. Derajat II memiliki densitas berbentuk

koma dan derajat III memiliki indentasi lempeng korion.2

4. Velosimetri Dopler

Velosimetri Doppler arteri umbilikalis abnormal ditandai dengan tidak ada atau

berbaliknya aliran akhir diastolik yang menunjukkan tahanan yang meninggi,

secara unik telah dikaitkan dengan hambatan pertumbuhan janin. Penggunaan

velosimetri doppler dalam penatalaksanaan pertumbuhan janin terhambat telah

direkomendasikan sebagai kemungkinan pendukung untuk teknik pemeriksaan

janin lainnya seperti uji non-stres atau profil biofisik.2

2.9 KOMPLIKASI

Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :

1. Janin

Antenatal : gagal nafas dan kematian janin

Intranatal : hipoksia dan asidosis

Setelah lahir :

a. Langsung

Asfiksia

Hipoglikemi

Aspirasi mekonium

DIC

Hipotermi

Perdarahan pada paru

Polisitemia

Hiperviskositas sindrom

Gangguan gastrointestinal

14

Page 15: IUGR

b. Tidak langsung

Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari

sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana

terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk

ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.

2. Ibu

Preeklampsia

Penyakit jantung

Malnutrisi

3.0 PENATALAKSANAAN

Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang

mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah

membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah

ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-

pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.

Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil,

diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu

dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu

diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk

menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang

didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.

Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut

mengandung janin PJT.

Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling

efektif sejauh ini adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi

terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan

adalah :

1. PJT Pada Kehamilan Mendekati Aterm

Pelahiran segera adalah yang terbaik untuk janin aterm atau mendekati aterm

yang diduga mengalami hambatan pertumbuhan. Bahkan, kebanyakan dokter

menganjurkan pelahiran pada usia kehamilan 34 minggu atau lebih jika secara

klinis terjadi oligohidramnion yang signifikan. Jika pola denyut jantung janin

15

Page 16: IUGR

meyakinkan, dapat dicoba pelahiran pervaginam. Beberapa dari janin tersebut

tidak dapat melalui proses persalinan, oleh karena itu, dilakukan pelahiran

perabdominal. Intervensi harus dicegah pada kondisi diagnosis yang belum pasti

hingga kematangan paru-paru janin terjamin.2

2. PJT Pada Kehamilan Sebelum Aterm

Jika PJT terdiagnosis pada janin sebelum 34 minggu, serta volume cairan

amnion dan hasil pengamatan janin normal, dianjurkan untuk dilakukan

observasi. Pemeriksaan untuk mendeteksi toksoplasmosis, rubella,

cytomegalovirus, herpes, dan infeksi lainnya dianjurkan, namun prosedur ini

belum terbukti bermanfaat.2

Selama janin terus bertumbuh dan kesehatan janin tetap normal, kehamilan dapat

terus dilanjutkan hingga janin matur. Dalam beberapa kasus, amniosintesis dapat

berguna untuk menilai kematangan paru. walaupun oligohidramnion yang terus

berlanjut merupakan petunjuk bahwa kemungkinan besar terjadi kegagalan

pertumbuhan janin, harus disadari bahwa volume cairan amnion yang normal

tidak menyingkirkan diagnosis PJT.2

Pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat selama

melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan.

Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif

neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan

kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya

PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses

melahirkan.8

Pada PJT pada kehamilan sebelum aterm, tidak ada tatalaksana khusus yang

dapat memperbaiki kondisi. Misalnya, tidak ada bukti tirah baring mampu

mempercepat pertumbuhan atau memperbaiki prognosis. Suplementasi nutrisi,

upaya penambahan volume plasma, terapi oksigen, obat0obatan anti hipertensi,

heparin dan aspirin, semuanya telah terbukti tidak efektif.2

3. Proses Melahirkan

PJT umumnya disebabkan insufisiensi plasenta karena gangguan perfusi pada

ibu, ablasi plasenta fungsional atau keduanya. Jika ada, kedua kondisi ini

cenderung diperberat oleh proses persalinan. Sama pentingnya, berkurangnya

volume cairan amnion meningkatkan kemungkinan kompresi tali pusat ketika

16

Page 17: IUGR

masa persalinan. Karena alasan-alasan inilah, seorang perempuan dengan janin

yang diduga mengalami PJT seharusnya melakukan pemantauan intra partum

“risiko tinggi”. Karena hal ini dan alasan lainnya, insiden pelahiran caesar

meningkat.2

3.1 PENCEGAHAN

Pencegahan PJT idealnya dimulai sebelum konsepsi terjadi dengan mengoptimalkan

kondisi kesehatan ibu, pengobatan, dan gizi yang baik. Penghentian kebiasaan

merokok sangat dianjurkan. Faktor-faktor risiko lainnya mengacu pada kondisi ibu,

seperti profilaksis antimalaria bagi perempuan yang tinggal di daerah endemik dan

koreksi defisiensi besi.2

Pada kehamilan-kehamilan risiko terjadi PJT, misalnya pada perempuan hipertensi

atau dengan riwayat PJT sebelumnya, profilaksis dengan aspirin dosis rendah pada

awal kehamilan telah terbukti mengurangi PJT sebesar 10%.2

Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti

diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang

serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari

dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan

menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan

tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga

baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan

tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik. 5,7

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu

hamil sebagai berikut :

1. Usahakan hidup sehat.

Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa

ditambah ekstra 300 kalori/hari.

2. Hindari stress selama kehamilan.

Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.

3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.

Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter kandungan.

17

Page 18: IUGR

4. Olah raga teratur.

Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi

keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.

5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.

6. Periksakan kehamilan secara rutin.

Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu

dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui

sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4

minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-

36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya,

lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40

minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan

atau gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan

bertambahnya usia kehamilan.5,7

18

Page 19: IUGR

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan suatu kondisi dimana berat janin tidak sesuai dengan masa

kehamilan. Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila janin kurang dari 10% dari

berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasanya perkembangan yang

terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan.

Etiologinya dapat berasal dari faktor ibu, uterus dan plasenta, maupun dari janin

itu sendiri. PJT diklasifikasikan menjadi tipe simetris, asimetris, dan kombinasi

keduanya. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan

berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi

normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya

pertumbuhan jaringan atau sel.

Diagnosis PJT dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, riwayat penyakit ibu

(faktor resiko), pemeriksaan fisik (TFU yang tidak sesuai dengan usia kehamilan), dan

pemeriksaan penunjang (USG, Velosimetri Dopler).

Dengan penatalaksanaan yang baik, mulai dari pemeriksaan secara teratur,

setidaknya dapat mengurangi kejadian PJT. Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat

dicegah. Faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Menghindari

cara hidup berisiko tinggi (rokok, alkohol, stress), makan makanan bergizi, dan

lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko

munculnya PJT.

19

Page 20: IUGR

DAFTAR PUSTAKA

1. Winknjosastro, Gulardi H. 2009. Pertumbuhan Janin Terhambat dalam Ilmu

Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi Keempat. Jakarta : PT Bina

Pustaka. Hal 696-700.

2. Cunningham dkk. 2013. Gangguan Pertumbuhan Janin dalam Williams Obstetri

Edisi 23 Volume 2. Jakarta : EGC. Halaman 888-900.

3. Susilawati, Dessy. 2009. Volume dan Fungsi Sekresi Ginjal Pada Pertumbuhan

Janin Terhambat dan Normal Dengan Pemeriksaan Ultrasonografi.

Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUSU.

4. Castro Lony et al. 2003. Intrauterine Growth Restriction Is Accompanied By

Decreased Renal Volume In The Human Fetus. Am J Obstet Gynecol, 188:

1320-325.

5. Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Dalam http://www.klikdokter.com. Diakses

tanggal 29 Desember 2014

6. Midewiferoom. Pertumbuhan Janin Terhambat. Available at

http://midwiferoom.blog.com/2008/11/22/pertumbuhan-janin-terhambat/

7. Waspadai Pertumbuhan Janin Terlambat (PJT). Dalam http://www.kafebalita.com .

Diakses tanggal 29 Desember 2014.

8. Lausman, Andrea. 2012. Screening, Diagnosis, and Management of Intrauterine

Growth Restriction. Journal Obstet Gynaecol. Vol 1. Hal 17 – 28.

20