3

Click here to load reader

Jamu Tradisional Tingkatkan Pertambahan Berat Badan Sapi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jamu ternak

Citation preview

Page 1: Jamu Tradisional Tingkatkan Pertambahan Berat Badan Sapi

Jamu Tradisional Tingkatkan Pertambahan Berat Badan Sapi

Oleh Bq. Nurul Hidayah dan Sasongko WRSenin, 29 November 2010 09:31 - Terakhir Diupdate Senin, 29 November 2010 10:18

Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) dirancang untuk meningkatkankesejahteraan petani miskin melalui inovasi pertanian. Untuk itu diperlukan peningkatan aksespetani terhadap informasi pertanian, untuk mendukung pengembangan inovasi pertanian danupaya pemberdayaan petani. Pendekatan partisipatif dalam perencanaan, pelaksanaan,pengembangan kelembagaan dan perbaikan sarana/prasarana yang dibutuhkan di desa,merupakan upaya yang dilakukan dalam pemberdayaan petani untuk pengembangan inovasi.Salah satu pendekatan partisipatif dalam kegiatan P4MI ini adalah pengkajian danpemberdayaan potensi sumberdaya lokal. Pendekatan tersebut memberikan kesempatan bagidaerah untuk mengembangkan inovasi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan petani diKabupaten Lombok Timur.

Juga diharapkan dapat sekaligus mengembangkan teknologi tradisional yang dapatdipertanggungjawabkan secara ilmiah akan paket teknologi utuhnya. Proses pengembanganinovasi dengan pendekatan partisipatif  lebih memiliki peluang yang besar untuk diterima dandiadopsi oleh petani karena pada prosesnya sesuai dengan keinginan dan kemampuan petani.Dengan demikian, teknologi tersebut dapat disosialisasikan atau didiseminasikan secara lebihluas dan dapat digunakan secara terpisah maupun kompatibel dengan teknologi modern.

Disadari bahwa banyak teknologi lokal yang ada di masyarakat yang sudah diterapkan secaraturun-temurun namun belum diteliti dan dikaji secara ilmiah. Jika teknologi-teknologi tersebutdidukung secara financial untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut maka akan dihasilkanteknologi-teknologi spesifik lokasi yang akan dapat dipertaggungjawabkan secara ilmiah dandapat dikomersialkan yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan pendapatan dankesejahteraan masyarakat, khususnya petani yang ada di daerah-daerah pedesaan. Hal inilahyang menjadi dasar pertimbangan kegiatan pengkajian inisiatif lokal yang didanai oleh kegiatanP4MI di Kabupaten Lombok Timur.

Kegiatan Inisiatif Lokal Tahun 2009

Salah satu proposal kegiatan yang didanai pada T.A. 2009 adalah Pemberian Jamu Tradisionaluntuk Meningkatkan Pertambahan Berat Badan Harian Ternak Sapi Potong, oleh

1 / 3

Page 2: Jamu Tradisional Tingkatkan Pertambahan Berat Badan Sapi

Jamu Tradisional Tingkatkan Pertambahan Berat Badan Sapi

Oleh Bq. Nurul Hidayah dan Sasongko WRSenin, 29 November 2010 09:31 - Terakhir Diupdate Senin, 29 November 2010 10:18

Ir. Sasongko W R, M.Sc. dkk, di Desa Tebaban – Suralaga. Deskripsi dan hasil dari kegiatan tersebut  adalah sebagai berikut:

Pemberian Jamu Tradisional untuk Meningkatkan Pertambahan Berat Badan HarianTernak Sapi Potong:

Pola pemeliharaan ternak sapi yang dikenal di masyarakat yaitu pembibitan dan penggemukanmemiliki pendekatan peningkatan produktivitas yang berbeda.  Khususnya usahapenggemukan dengan sistem pemeliharaan yang umum pada peternak kecil tentunya masihsangat minim penggunaan teknologinya.  Jumlah modal yang dimiliki kecil sehingga mereka hanya dapat mengusahakan ternak denganskala kecil pula 1-4 ekor.  Namun dengan perolehan modal pinjaman yang saat ini banyak diberikan kepada peternakkecil, menyebabkan mereka harus dapat mengembalikan modal pinjaman jangka pendekdengan keuntungan optimal.  Usaha penggemukan berdasarkan pengalaman peternak, merupakan usaha yang bisadiandalkan dengan modal pinjaman jangka pendek.  Terkait dengan hal tersebut maka agar dapat diperoleh keuntungan maka mereka harusmemacu peningkatan berat badan sapinya agar efisiensi waktu dapat diperoleh.  Di masyarakat peternak cukup banyak dikenal berbagai obat-obatan atau jamu ternaktradisional untuk mengatasi hal ini.  Jamu tradisional yang telah dikaji pada penelitian ini merupakan hasil racikan dengan bahanbaku lokal yang khusus diperuntukkan bagi usaha penggemukan ternak sapi.  Jamu ini telah diuji-coba dan dibandingkan efektifitasnya terhadap berbagai tingkatan umurternak sapi.

2 / 3

Page 3: Jamu Tradisional Tingkatkan Pertambahan Berat Badan Sapi

Jamu Tradisional Tingkatkan Pertambahan Berat Badan Sapi

Oleh Bq. Nurul Hidayah dan Sasongko WRSenin, 29 November 2010 09:31 - Terakhir Diupdate Senin, 29 November 2010 10:18

Jamu diberikan sesuai dengan anjuran pembuatnya yaitu seminggu sekali sebanyak 10 butirberatnya sekitar 3 g.  Untuk memudahkan ternak memakan butir-butir jamu, dlakukan denganmenggunakan jagung muda. Butir-butir jamu diselipkan di antara kulit kelobot jagung, kemudiandiberikan pada ternak.   Setelah itu jagung muda yang didalamnyaterdapat butiran jamu diberikan pada ternak, dengan cara ini ternak mudah memakan jagungmengunyahnya beserta jamu yang ada di jagung dan menelannya. Pembuat jamu mengatakanbahwa jamu ini dimaksudkan untuk meningkatkan nafsu makan ternak, agar dapatmeningkatkan pertambahan berat badan.   Pertambahan berat badan harian meningkat artinya ternak akan lebih cepat gemuk sehingga dapatmemperpendek waktu yang dibutuhkan untuk menambah berat badan ternak pada targettertentu.  Sangat berguna bagi usaha penggemukan ternak sapi.  Ternak yang memiliki nafsu makan yang baik akan mengkonsumsi pakan dengan baik bisadilihat pada tempat pakannya, dimana pakan yang tersisa menjadi lebih sedikit. Jika hal inidibarengi dengan peningkatan berat badan yang tinggi maka bisa dikatakan bahwa efisiensipakannya juga baik. Bila pemberian jamu membuat nafsu makan meningkat dan menyebabkanmeningkatnya konsumsi pakan maka  yang perlu menjadi perhatian peternak adalah pakan yang diberikan harus tersedia cukup. Rata-rata pertambahan berat badan harian sapi Bali sebelum diberikan jamu pada duakelompok umur, hampir sama antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 yaitu 0,208 kg/ekor/hari  dengan 0,238 kg/ekor/hari.  Berbeda dengan  Kelompok 3 (sapi-sapi Simental)  dengan PBBH  0,622 kg/ekor/hari.    Diketahui bahwa sapi Simental merupakan salah satu jenis sapi potong yang unggul dan telahberadaptasi dengan lingkungan di sekitar kita.  Peningkatan berat badan disamping dipengaruhi oleh pakan dan linkungan sekitarnya, jugadipengaruhi oleh faktor genetik.  Sapi Simental merupakan keturunan bangsa sapi Bos taurusyang dikenal memiliki badan yang lebih besar dari sapi Bali.  Bangsa sapi tersebut telah dikenal sebagai sapi potong karena pertumbuhannya cukup baik,memiliki otot tubuh yang kekar, lapisan lemak bawah kulit yang rendah.

Sapi Simental merupakan salah satu bangsa sapi potong yang memiliki bentuk tubuh yanglebih besar dari sapi lokal (sapi Bali).  Disamping bentuk tubuhnya yang besar, pertambahanberat badan hariannya juga lebih tinggi sehingga dikategorikan bangsa sapi unggul.  Simental (di Demak) dapat mencapai PBBH 0,9 – 1,2 kg/hari, dan Simental di sini (yangdigunakan dalam penelitian) PBBH rata-rata 0,622 kg/hari, hal ini bisa disebabkan pengaruhgenetik dan lingkungan tempat hidupnya.  Pakan juga memiliki pengaruh penting pada PBBH. Jamu tradisional yang diberikan kepada masing-masing kelompok ternak memberikan responterhadap PBBH  yang berbeda.  Pada bangsa  sapi yang sama yaitu sapi Bali responnya jugaberbeda menurut tingkatan umurnya (kelompok 1 dan kelompok 2), sapi Bali yang berumur diatas 1 tahun responnya terlihat lebih besar, rata-rata 1 kg/hari dibandingkan sapi Bali mudarata-rata mencapai 0,45 kg/hari. Respontertinggi terjadi pada sapi Simental mencapai 1,45 kg/hari (Grafik 1). Jika dibandingkan dengan PBBH sapi-sapi yang tanpa pemberian jamu, masing-masingkelompok terdapat perbedaan PBBH yang cukup besar : kelompok 1 mencapai 0,16 kg/hari;kelompok 2 mencapai 0,62 kg/hari; dan kelompok 3 mencapai 0,6 kg/hari.  Peningkatan inicukup signifikan.   Namun perlu diingat bahwa untuk mendapatkan respon yang positif dari pemberian jamu bahwaternak harus diberikan pakan dalam jumlah yang cukup.  Respon demikian yang disebabkan oleh pemberian jamu, bisa merupakan efek daribahan-bahan yang dikandung oleh jamu.  Dilihat dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jamu maka ada bahan yang memilikikandangan protein tinggi seperti sarang Walet; merangsang makan seperti kunyit. Kunyitmeningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang dinding kantong empedu mengeluarkancairan empedu dan merangsang keluarnya getah pancreas yang mengandung enzim amilase,lipase dan protease yang berguna untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan karbohidrat,lemak dan protein.  Tetapi karena persentasi jamu yang diberikan sangat kecil jika dibandingkan jumlah pakanmaka kemungkinan jamu hanya merangsang indra perasa pada ternak sehingga menyebabkannafsu makan ternak meningkat.  Sedangkan peran jamu pada pencernaan dalam perut ternak sangat kecil karena jumlahnyayang sangat kecil untuk kapasitas alat pencernaan sapi yang besar. Jamu tradisional yang diberikan pada sapi-sapi Bali dengan kelompok berumur kurang dari  1tahun dan lebih dari 1 tahun memberian respon yang positif dan sangat signifikan pengaruhnyaterhadap pertambahan berat badan harian.  Demikian pula responnya terhadap bangsa sapi Simental yang tertinggi.  Pemberian jamu itu sendiri dibandingkan dengan tanpa diberi jamu hanya berpengaruh nyata(signifikan) pada tingkat 5%; ini bisa disebabkan respon yang sangat bervariasi pada sapi-sapiyang digunakan pada penelitian ini.  Setiap kelompok terdapat variasi umur antara 2-4 bulan. Tabel 1.   Rata-rata pertambahan berat badan harian sapi yang tanpa diberi jamu denganyang diberi jamu Tanpa Jamu(kg/hari) Diberi Jamu(kg/hari) Kelompok   1 0,309 a 0,469 b Kelompok   2 0,415 b 1,033 c Kelompok   3 0,858 c 1,454 d Keterangan :     Notasi yang berbeda pada masing-masing perlakuan menunjukkan perbedaanyang signifikan   Interaksi antara kelompok sapi dengan pemberian jamu memang tidak signifikan artinyaperbedaan yang terjadi sangat kecil pengaruhnya terhadap pertambahan berat badan hariansetiap kelompok sapi, baik sapi Bali berumur kurang 1 tahun, sapi Bali umur lebih dari 1 tahunmaupun dengan sapi Simental.  Perbedaan respon jamu pada ketiga kelompok sangat kecil,walaupun antar kelompok itu sendiri jelas perbedaan respon jamu terhadap  PBBH.  Penyebabnya bisa saja pada masing-masing individu ternak memiliki respon yang bervariasiterhadap nafsu makannya atau pada saat yang bersamaan (hari yang sama) jenis pakan yangdiberikan tidak seragam karena masing-masing sapi dipelihara oleh orang yang berbedawalaupun dalam pengawasan yang sama. Pemberian jamu pada sapi ternyata juga dapat memberikan peningkatan penerimaan dariusaha ternak, sehingga peternak dapat meningkatkan keuntungannya.  Pada tiga kelompokternak (berdasarkan perbedaan umur dan bangsa sapi) memiliki perbedaan tingkat keuntungan,namun berdasarkan investasi yang ditanamkan dan perhitungan ekonomi menunjukkan ketigakelompok tersebut memiliki Benefit per Cost Ratio(BCR) relatif hampir sama antara yang diberikan jamu dengan yang tidak diberikan jamu.  Tambahan biaya yang dikeluarkan untuk membeli jamu sangat kecil hanya sekitar 1-2 persendari total biaya pemeliharaan. Keuntungan yang diperoleh antara 43 – 69 persen dari harga belidengan pemakaian jamu sedangkan tanpa jamu tingkat keuntungan hanya 15-18 persen dariharga pembelian. Pemberian jamu tradisional pada ternak sapi berpengaruh terhadap nafsu makan ternak sapi,diketahui dari konsumsi pakan antara sapi yang diberi jama dengan tanpa pemberian jamu. Respon jamu tradisional pada sapi memberikan pengaruh yang posistif terhadap pertambahanberat badan harian dan pengaruhnya sangat signifikan terhadap bangsa sapi dan juga umursapi.Pemberian jamu juga berdampak pada perolehan keuntungan yang meningkat.Sementara ini diduga bahwa jamu tradisional hanya memberikan rangsangan pada indrapengecap dan pada bagian lain yang menstimulasi rangsangan pada alat pencernaan,sehingga ternak ingin terus maka. (Bq. Nurul Hidayah dan Sasongko WR)

3 / 3